Upload
plump-berries
View
55
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HIPOTERMIA
Definisi
Hipotermia pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya
konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)
Macam
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas13:
1. Hipotermia sepintas
Yaitu suatu keadaan penurunan suhu tubuh 1-2oC sesudah lahir. Suhu tubuh
akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4--8 jam, bila suhu
lingkungan diatur sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi
dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang
dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan
(kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang
bersalin.
2. Hipotermia akut
Hipotermia yang terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12
jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat
terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata
hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi
jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera
memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut
kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3. Hipotermia sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin,
tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit
jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia.
Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan
pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan
suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan
beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar
32oC, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh
menjadi normal kembali.
4. Cold injury
Yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari
12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu
berkisar antara 29,5--35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada
tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan
jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi,
hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan
secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan
kortikosteroid.
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)
Etiologi
1. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti
lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang, cold linen, selama perjalanan
dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian
infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
2. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif
luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu
dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan
hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.
3. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat,
misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat
sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan
hipoglikemia.
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)
Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral
pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai
brown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi
menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak
secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi
panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini
menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk
metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolic
thermogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,
kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.
Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara
lain antara lain: depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria,
pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi
kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat
terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli
yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas EEG. Pada jantung dapat
terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah,
peningkatan cardiac out put, dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia
atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan
tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiac out put disritmia serta
asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma,
hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan
edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan
sistem endokrin, dapat terjadi cold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid
adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%,
autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat,
dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan metabolisma basal
sampai 80%. Pada otot syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum
menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat,
dapat terjadi arefleksia daerah perifer.
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis tergantung pada keparahan dan pengaruh suhu terhadap
tubuh. Transient respirasi distress bisa terlihat pada waktu di kamar bersalin. Stern
(1980) memperlihatkan adanya peningkatan risiko Kern icterus pada bayi kecil yang
preterm15.
Jika hipotermia terus berlanjut, apnea, bradikardia, dan sianotik sentralis bisa
terjadi. Bayi hipotermia mula-mula dapat terlihat gelisah, kemudian letargi.
Perubahan lainnya yang bisa terjadi antara lain hipotonia, nangis yang lemah, malas
mengisap, distensia atau muntah. Umumnya, bayi tidak menggigil akibat kedinginan,
namun dapat jatuh pada hipotermia yang lebih berat. Hipotermia kronik dapat
menyebabkan berat badan yang menurun3. Pada kasus yang berat (< 28oC),
terlihat pasien pucat atau sianosis, pupil mata dapat dilatasi, otot-otot kaku, dan
denyut nadi bisa rendah, 4--6 kali/menit.
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)
Penatalaksanaan
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus
segera dilakukan. Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat
menyebabkan apnea. Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu
harus terus dimonitor, dan investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau
iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang
perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan
perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu
ruangan yang normal (tabel 2). Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap
30 menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat
badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu,
atau suhunya kurang dari 32oC, dan bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan
(rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam)16.
Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
1. Closed incubator
Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800 gram.
Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan
tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa
kabur karena alat ini. Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat
bertahan pada suhu lingkungan lebih dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah
mencapai kira-kira 1800 gram).
Inkubator ini biasanya memakai alat-alat berikut:
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun,
panas akan dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis.
Kerugiannya adalah bila sensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang
berlebihan.
2. Radiant warmer
Khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami
pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual
mode.
Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram) :
Tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir.
Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara
penguapan.
Tutup kepala dengan cap.
Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.
Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit :
Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant
warmer-nya dengan pengatur suhu sendiri.
Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr):
Untuk berat bayi 1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur
bayi, cap, dan selimut biasanya sudah cukup.
Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo).
Untuk bayi 1000-1800 gr :
Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan
pengatur suhu sendiri.
Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer
dengan pengatur suhu sendiri.
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia
karena kekurangan cadangan glikogen. Asidosis metabolik disebabkan
vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan asidosis. Hipoksia dengan
kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan perdarahan
pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok dengan akibat penurunan
tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan cardiac output.
Apnea dan perdarahan intra ventrikuler.
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan)