74
HOARSENESS STEP 1 Hoarsenes : Perubahan abnormal pada suara yang disebabkan oleh berbagai kondisi, perubahan meliputi pitch dan volume mulai dari dalam Inspiratory stridor : Suara abnormalitas yang didengar waktu auskultasi waktu pasien inspirasi karena adanya penyempitan saluran pernapasan. STEP 2 1. What the physiologi fonasi? 2. What is the correlation her job as a sinden with the symptom? 3. Why the woman hoarsenes? 4. Why physical examination reveals inspiratory stridor? 5. What the correlation between the patient has history of chronic cough, night sweating and weight loss for the last one year with her symptom? 6. Why she has taken medication from puskemas but the disease persist? 7. Why the result of indirect laryngoskopy shows hyperemic, laryngeal mucosa and oedem? STEP 3 1. What the physiologi fonasi?

Hoarseness Lbm 5 Tht

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hoarsenesss

Citation preview

Page 1: Hoarseness Lbm 5 Tht

HOARSENESS

STEP 1

Hoarsenes :Perubahan abnormal pada suara yang disebabkan oleh berbagai kondisi, perubahan meliputi pitch dan volume mulai dari dalam

Inspiratory stridor :Suara abnormalitas yang didengar waktu auskultasi waktu pasien inspirasi karena adanya penyempitan saluran pernapasan.

STEP 2

1. What the physiologi fonasi?2. What is the correlation her job as a sinden with the symptom?3. Why the woman hoarsenes?4. Why physical examination reveals inspiratory stridor?5. What the correlation between the patient has history of chronic cough,

night sweating and weight loss for the last one year with her symptom?6. Why she has taken medication from puskemas but the disease persist?7. Why the result of indirect laryngoskopy shows hyperemic, laryngeal

mucosa and oedem?

STEP 3

1. What the physiologi fonasi?Fonasi dimulai dari suatu suara yang akan menentukan tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan plica vokalis, saat plika vokalis adduksi maka musculus cricotiroid akan merotasi cartilage thyroid ke bawah dan k depan menjauh cartilage arytenoids saat itu juga musculus cricotiroid posterior menahan atau menarik cartilage arytenoids ke belakang sehingga plica vokalis dalam keadaan kontraksi lalu mengendurksn plica vokalis sehingga terentuk tinggi rendah nya nadaKualitas nada dipengaruhi dari besarnya celah glotik, otot2 laryng, ketebalan pita suara, besar pita suara,ketajaman tepi pita suara

Page 2: Hoarseness Lbm 5 Tht

Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal (lariynx), dan supraglotis/oral.Fase pulmonal menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita. Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari mekanisme bicara yaitu: a. Mekanisme pernapasan, suatu proses kompleks yang dimulai dari peristiwa masuknya oksigen kedalam paru-paru, pertukaran O2 dan CO2 dan berakhir dengan peristiwa keluarnya CO2 dari dalam tubuh. Dalam mekanisme bicara, pernapasan bukan hanya sebagai kebutuhan untuk hidup, tetapi merupakan modal dasar dan sumber energy utama dalam proses produksi bicara dan bahasa.b. Mekanisme fonasi, merupakan proses produksi suara yang dimulai dari perubahan udara dalam traktus vokalis setelah terjadi ekspirasi, sehingga udara yang keluar ditahan/dihambat oleh plika vokalis/pita suara. Perubahan periodic pada pita suara akan berlangsung terus selama tekanan subglotis mencapai besaran tertentu, sehingga dalam peristiwa ini suatu yang dihasilkan seseorang terjadi karena adanya pelepasan udara secara periodic sehubungan dengan adanya adduksi dan abduksi serta besaran tekanan subglotis. Dalam peristiwa fonasi terdapat tiga unsure utama yang harus diperhatikan yaitu: kenyaringan suara, nada dan kualitas suara seseorang.

Page 3: Hoarseness Lbm 5 Tht

c. Mekanisme resonansi, merupakan peningkatan intensitas bunyi melalui bentukan (modifikasi) rongga sekitar sumber bunyi. Perubahan/modifikasi rongga-rongga faring akan meningkatkan intensitas fonasi, sehingga dapat diterima telinga sebagai bunyi bicara dengan berbagai variannya den peristiwa tersebut disebut resonansi. Terdapat beberapa aspek yang berpengaruh dominan dalam modifikasi rongga-rongga faring selama bicara yaitu: penutupan velofaringeal untuk memproduksi bunyi-bunyi nasal maupun bukan nasal, pergerakan lidah mempengaruhi besar intensitas gelombang suara dari daerah glottis terutama dalam memberikan karakteristik bunyi-bunyi bicara konsonan (huruf mati), pembukaan mulut secara langsung menentukan bentuk dan ukuran rongga orofaring dan akan berperan dalam produksi bunyi-bunyi vocal atau diftong.d. Mekanisme artikularis, merupakan bagian akhir dari mekanisme bicara dan merupakan proses pembentukan gelombang udara yang mempunyai intensitas dan frekuensi tertentu menjadi bunyi-bunyi yang berarti sesuai konsep. Keadaan ini dibedakan menjadi mekanisme artikularis vocal, yaitu bunyi bicara yang terjadi dari hasil modifikasi aliran udara dari daerah glottis secara langsung tanpa hambatan dan untuk membedakan bunyi-bunyi vokal dapat dilihat dari perubahan bentuk dan ukuran resonator dan pengaruh dari perubahan posisi lidah. Mekanisme artikulasi konsonan yaitu bunyi bicara yang diproduksi dengan atau tanpa fonasi, dimana aliran udara daerah glottis dimodifikasi melalui hambatan otot-otot prgan artikulasi di daerah orofaring, sehingga akan menghambat, menghentikan atau meletupkan udara yang mengalir dari daerah glottis.

FISIOLOGI BICARAPercakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu. Proses

bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa

Page 4: Hoarseness Lbm 5 Tht

adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi suara diatur oleh kontrol pusat di bagian rostral otak.

Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk fonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara.I. Struktur Fungsional Organ Pengucapan, Suara, dan BicaraBicara adalah pembentukan dan pengorganisasian suara menjadi simbol atau lambang yang merupakan interaksi sejumlah organ yang terdiri dari:1.1 Organ RespirasiTerdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru. Aliran udara respirasi merupakan sumber kekuatan yang diperlukan untuk mencetuskan suara dan diatur tekanannya mulai dari paru-paru.1.2 Organ FonasiLaring dengan otot-otot instrinsik dan ekstrinsiknya dan pita suara yang merupakan bagian terpenting laring. Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didesain untuk memproduksi suara (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang berpasangan, dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak pada midline di depan cervikal vertebra ke 3 sampai 6.Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:* Vestibule* Ventricle* Infraglotitic

Page 5: Hoarseness Lbm 5 Tht

Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventricle.Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:

M. Cricothyroideus menegangkan pita suara M. Tyroarytenoideus (vocalis) relaksasi pita suara M. Cricoarytenoideus lateralis adduksi pita suara M. Cricoarytenoideus posterior abduksi pita suara M. Arytenoideus transversus menutup bagian posterior rima glotidis

Setelah udara meninggalkan paru-paru, udara mengalir melalui laring yang berfungsi sebagai vibrator yang diperankan oleh pita suara.

Pita suara diregangkan serta diatur posisinya oleh beberapa otot khusus laring, dengan adanya perbedaan regangan dan ruang yang dibentuknya, maka terbentuk celah dengan macam-macam ukuran yang menghasilkan suara sebagai berikut: a) Voiceless, yaitu pita suara membuka penuh waktu inspirasi, pita suara saling menjauh, sehingga udara bebas lewat di antaranya.b) Voiced, yaitu pita suara bergetar ke arah lateral. Udara mendorong pita suara saling menjauh, aliran udara lewat dengan cepat yang menarik kembali pita suara untuk asling mendekat, proses ini berlangsung berulang-ulang sehingga terjadi getaran pita suara. Suara yang dihasilkan oleh proses fonasi memiliki nada (frekuensi), kekerasan (intensitas), dan kualitas lemah. Suara hasil produksi laring yang hanya berkaitan dengan bicara disebut fonasi-suara-bisikan, sebaliknya suara lain yang diproduksi laring yang tidak berkaitan dengan bicara tidak dapat disebut suara fonasi (batuk, berdehem, tertawa).1.3 Organ ResonansiTerdiri dari rongga faring, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Sumber suara fonasi pada pita suara intensitasnya lemah, tidak berwarna dan sulit dikenal. Dengan adanya alat-alat resonansi yang berfungsi sebagai resonator, maka suara tersebut mendapat variasi pada frekuensi tertentu, intensitasnya meningkat, demikian juga pada kualitasnya (warna suara) dan

Page 6: Hoarseness Lbm 5 Tht

idenitasnya, tetapi suara yang sudah diresonansi ini masih bukan merupakan suara bicara. Ciri-ciri resonansi sangat bervariasi pada setiap orang dan merupakan aspek yang sangat penting bagi efektivitas bicara.1.4 Organ ArtikulasiTersusun atas:a) Bibir, berfungsi untuk memberndung udara pada pembentukan suara

letup.b) Palatum mole-durum merupakan permukaan sensitif bagi lidah untuk

mengawasi proses artikulasi, menghalangi dan membentukaliran udara turbulen dan sebagai kompas bagi lidah bahwa suara terbaik sudah dihasilkan.

c) Lidah, membentuk suara dengan mengangkat, menarik, menyempit, menipis, melengkung, menonjol, atau mendatar.

d) Pipi membendung udara di bagian bukal.e) Gigi berfungsi menahan aliran udara dalam membentuk konsonan labio-

dental dan apiko-alveolar.f) Mandibula membuka dan menutup waktu bicara1.5 Vocal Tract

Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section dengan panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross section ini bervariasi dari 0-20 cm2 dengan penempatan bibir, rahang, lidah, dan velum (palatum lunak). Perangkap (trap-door action) yang dibuat sepasang velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalam speech production- nasal tract. Kavitas nasalis memiliki panjang sekitar 12 cm dan luas 60 cm3.

Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang melewati vocal cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter dengan frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi dengan resonansi akustik dari vocal tract.1.6 Voiced Sounds

Suara diproduksi dengan meningkatkan tekanan udara di paru-paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis (lubang antara vocal cords), sehingga vocal cords bergetar. Getaran tersebut mengganggu aliran udara

Page 7: Hoarseness Lbm 5 Tht

dan menyebabkan getaran broad spectrum quasi-periodic yang berada di vocal tract. Ligament yang bergetar dari vocal cords memiliki panjang 18 mm dan glottal yang secara khusus bervariasi dalam area dari 0-20 mm2. Otot laryngeal yang mengatur vocal folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors. Naik dan turunnya pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensor– cricothyroid dan otot vocalis. Variasi dalam tekanan subglottal juga penting untuk mengatur derajat getaran laryngeal.1.7 Artikulasi dan Resonansi

Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut dimodifikasi untuk menghasilkan suara yang jelas dengan proses artikulasi dan resonansi. Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh pergerakan bibir, mandibula, lidah, dan mekanisme palatopharyngeal dalam kordinasi dengan respirasi dan fonasi.

Dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari vocal tract, bunyi suara dasar disaring. Kualitas akhir dari suara tergantung dari ukuran dan bentuk berbagai kavitas yang berhubungan dengan mulut dan hidung. Bentuk dari beberapa kavitas ini bisa diubah oleh berbagai macam aktivitas bagian yang dapat bergerak dari faring dan kavitas oral. Kavitas yang berhubungan dengan dengan hidung adalah kavitas nasal, sinus, dan nasofaring. Nasofaring dengan cepat berubah-ubah dan variasi ini dihasilkan oleh kontraksi otot-otot pharyngeal dan gerakan dari palatum lunak.

Kavitas yang berhubungan dengan mulut adalah kavitas oral dan oropharynx. Kedua kavitas ini bisa diubah-ubah oleh kontraksi dari otot-otot. Semua kavitas ini mengambil dan memperkuat suara fundamental yang dihasilkan oleh getaran dari vocal cords. Fungsi ini dikenal dengan sebutan resonansi. Pergerakan dari palatum lunak, laring, dan faring membuat manusia dapat mencapai keseimbangan yang baik antara resonansi oral dan nasal yang akhirnya menjadi karakteristik dari suara tiap-tiap individu.

Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah bentuk dari tonsil laryngeal dan untuk membuat suara dalam rongga mulut. Suara yang penting terbentuk adalah pengucapan konsonan, yang ditekankan sebagai iringan suara oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk dari

Page 8: Hoarseness Lbm 5 Tht

gelombang udara yang berkontak dari arah yang berlawanan. Misalnya pada kontak antara dua bibir saat pengucapan huruf “p” dan “b”. Contoh lainnya juga pada lidah yang menyentuh gigi dan palatum saat pengucapan huruf “t” dan “d”.

Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan, suara yang dihasilkan hanya berupa faktor kekuatan, volume, dan kekuatan, seperti suara yang hanya dihasilkan oleh huruf vocal. Hal ini terbukti secara klinis ketika kemampuan berbicara seseorang hilang pada penderita paralytic stroke. Kemampuan berbicaranya hanya seperti pengucapan huruf vocal saja dengan sedikit konsonan.

Di samping menyuarakan suara-suara, sistem vokal dapat menghasilkan dua macam suara-suara yang tak terdengar: fricative sounds dan plosive sounds.

Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan s, sh, f, dan th, yang dihasilkan ketika vocal tract setengah tertutup pada beberapa titik dan udara tertekan melewati konstriksi pada kecepatan yang cukup tinggi untuk menghasilkan turbulensi. Konsonan fricative membutuhkan sangat sedikit penyesuaian pada artikulator, dan sering terdengar tidak sempurna pada kasus maloklusi atau penggunaan denture.

Plosive sounds, konsonan p, t, dan k, diproduksi ketika vocal tract tertutup seluruhnya (biasanya dengan bibir atau lidah), membiarkan tekanan udara meningkat saat menutup, dan kemudian membuka dengan tiba-tiba. Untuk beberapa suara, seperti fricative consonant v dan z yang terdengar, adanya kombinasi dari dua sumber suara.

Pembentukan pada pergerakan untuk kemampuan bicara berkaitan dengan fungsi kontinyu dari sensorik informasi dari reseptor otot dan mechanoreceptor cutaneous yang didistribusikan sepanjang sistem respiratori, laringeal, dan sistem orofacial.II. Mekanisme Neurologis Bicara

Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan binatang adalah adanya fasilitas pada manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Selanjutnya, karena tes neurologik dapat dengan mudah menaksir seberapa besar kemampuan seseorang untuk berkomunikasi satu

Page 9: Hoarseness Lbm 5 Tht

sama lain, maka kita dapat mengetahui lebih banyak tentang sistem sensorik dan motorik yang berkaitan dengan proses komunikasi daripada mengenai fungsi segmen kortikal lainnya.

Untuk berbicara, manusia menerima rangsang baik melalui oragan reseptor umum maupun oragan reseptor khusus, impulsnya dihantarkan melalui saraf otak atau saraf spinal atau SSO dan dilanjutkan ke SSP area sensorik. Pengaruh sensorik disampaikan ke area motorik unutk kembali turun ke SST dan akhirnya sampai ke efektor yang menghasilkan aktivitas bicara.Reseptor SensorikOrgan reseptor umum (eksteroreseptif, interoreseptif, propioreseptif) dan organ reseptor khusus (penglihatan, pendengaran, keseimbangan, penghidu, pengecap) menerima rangsang.Saraf AferenSaraf otak I-XII dan saraf spinal menghantarkan impuls saraf ke pusat pemrosesan di SSPSSPSSP area Broca (area motorik bicara), area Wernicke (area auditif), pusat ideamotor (pusat refleks dalam memilih kata dan kalimat) merupakan pusat-pusat yang terlibat dalam proses bicara. Saraf EferenSaraf eferen dari SSP ke SST menyampaikan sinyal saraf kepada efektor untuk melakukan aktivitas bicara.

Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input bahasa), melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.2.1 Aspek Sensorik Komunikasi

Pada korteks bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual, bila mengalami kerusakan, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata (disleksia). Studi dari afasia ini mempunyai peran penting pada pemahaman

Page 10: Hoarseness Lbm 5 Tht

neural basis dari bahasa. Penyebab paling sering ialah trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya ialah stroke: 40% major vascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan language disorders.Afasia anomik (Anomic aphasia)Pada afasia ini, satu-satunya gangguan ialah pada kemampuan untuk menemukan kata-kata yang benar. Ini merupakan bentuk afasia yang tidak biasa. Akan tetapi, biasanya merupakan lesi pada aspek posterior dari lobus temporal inferior kiri, dekat dengan garis temporal-occipital.Afasia Wernicke dan Afasia GlobalBeberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan ataupun kata-kata yang dituliskan namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan walaupun saat mendengar musik atau suara nonverbal akan normal. Biasanya pasien berbicara sangat cepat baik ritme, grammar, dan artikulasi. Apabila tidak benar-benar didengarkan, akan terdengar hampir normal. Keadaan ini sering terjadi bila area Wernicke yang terdapat di bagian posterior hemisfer dominan gyrus temporalis superior mengalami kerusakan. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut afasia Wernicke. Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang ke region gyrus angular, ke inferior ke area bawah lobus temporalis, ke superior ke tepi superior fisura sylvian dari hemisfer kiri, maka penderita tampak seperti benar-benar terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa atau berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia global.Transcortical sensory aphasiaMerupakan pemutusan area Wernicke dari posterior parietal temporal association area. Hal ini menyebabkan fluent aphasia dengan kurangnya pemahaman dan juga kecacatan saat berpikir ataupun mengingat arti dari suatu tanda atau kata-kata. Pasien tidak dapat membaca, menulis dan juga ditandai dengan kesusahannya mendapat kata-kata, tetapi dapat mengulang apa yang telah dibicarakan dengan mudah dan fasih.2.2 Aspek Motorik KomunikasiProses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:

Page 11: Hoarseness Lbm 5 Tht

1. Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan

2. Mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiriPembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior gyrus temporalis superior merupakan hal yang penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yang mengalami afasia Wernicke atau afasia global tak mampu memformulasikan pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak berurutan.Afasia Motorik akibat Hilangnya Area Broca.

Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini, disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks (kira-kira 95% kelainannya di hemisfer kiri). Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.

Lesi yang tidak mempengaruhi cortex cerebral, biasanya lesi vaskuler dalam ganglia basalis dan talamus, dapat juga dihasilkan dalam aphasia yang biasanya disebut subcortical aphasia.2.3 Dominasi Cerebral

Kerusakan di area korespondensi di sisi lain otak menyebabkan kemampuan berbahasa yang utuh. Hanya sedikit keruskan di hemisfer kanan otak menyebabkan kerusakan bahasa. 97% dari mereka memiliki kerusakan di hemisver kiri otaknya. Kontrol unilateral pada fungsi tertentu disebut dominasi cerebral.

Tanda bahasa juga menyediakan pengertian untuk produksi bahasa. Tidak seperti kata-kata, penandaan terdiri atas serangkaian bahasa tubuh

Page 12: Hoarseness Lbm 5 Tht

yang di interpretasikan oleh sistem visual daripada sistem auditorial. Pengertian tanda juga dilokalisasi di hemisfer kiri. Lesi pada otak kiri menyebabkan individu tuli menjadi aphasic pada bahasa tanda.2.4 Teori Pemrosesan Bahasa

Berdasarkan pembelajaran ekstensif pada kelainan berbahasa dan lesi anatomis terasosiasi, dibuatlah model aktivitas otak selama produksi bahasa. Teori para connectionist menjelaskan bahwa ketika sebuah kata terdengar, output dari area auditorial primer pada cortex diterima oleh Wernicke’s area. Jika kata-kata tersebut adalah untuk diucapkan, polanya ditranmisikan dari Wernicke’s area ke Broca’s area di mana bentuk artikulatori dibangun dan dikirim ke area motorik yang mengontrol pergerakan otot-otot berbicara. Jika kata-kata yang digunakan dieja, pola auditorial dikirim ke cortex agranular, di mana ia mendapatkan pola visualnya. Saat sebuah kata dieja, output dari area visual primer melewati gyrus anguler, yang pada gilirannya membangkitkan bentuk auditori korespondensi pada kata dalam Wernick’s area.

Bahasa mengandung banyak tipe informasi linguistik termasuk informasi yang mengenali struktur suara dari ungkapan (fonologi), informasi tentang bentuk tata kalimat (sintaksis), dan informasi yang mengenali maksud ungkapan (semantik). Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa area cortical yang terlibat dengan bahasa tidaklah bekerja sendiri, tapi kemungkinan dibagi-bagi menjadi area terpisah untuk menangani bahasa yang berbeda, karena ada lesi-lesi pada orang-orang multilingual yang meninggalkan hanya satu keutuhan. Area-area terpisah ini juga dijelaskan sebagai yang memegang aspek-aspek tata bahasa berbeda. Berdasarkan penelitian ini yang lainnya, teori para connectionist telah digantikan oleh teori moduler di mana bahasa diproses secara paralel dengan banyak area berbeda yang bertanggung jawab untuk tugas-tugas kognitif yang berbeda.

Page 13: Hoarseness Lbm 5 Tht

2. What is the correlation her job as a sinden with the symptom?Sinden nada2 tinggi suara berlebihan lama kelamaan akan menjadi peradangan bisa terjadi polip pada laring yang menyebabkan stridorSinden sebagai factor resiko. Laring dipersarafi oleh N.reccuren laryngeus, kalo ada yang terganggu akan terjadi paralisis otot plika vokalisKalo TB bagaimana bisa menggangu pada nervus reccurens laryngeus.Gangguan berulang radang laryngitis spesifik stadium infiltrasi mukosa laring pucat, lama kelamaan akan terbentuk tuberkel akan pecah akan numpuk stadium pericondritis prognosis burukRadang mukosa perubahan dari membrane mukosa akan metaplasi pada mukosa

Hoarseness dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: onset akut dan onset kronis. Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya karena peradangan lokal pada laring (laringitis akut). Laringitis akut bisa disebabkan oleh infeksi viral yang pada banyak kasus dapat sembuh dengan sendirinya, dan biasanya direkomendasikan untuk istirahat berbicara, meningkatkan asupan cairan, dan humidifikasi. Jika diduga terjadi karena infeksi sekunder bakterial, dapat diberikan antibiotik. Apabila tidak ada bukti adanya infeksi, laringitis akut bisa terjadi karena bahan kimia aau iritan dari lingkungan, atau akibat penggunaan suara berlebih (voice overuse) pada penyanyi, pengajar, orator, dsb. Onset kronis (Laringitis kronis), dapat disebabkan refluks faringeal, polip jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit neurologis, ataupun peradangan kronis sekunder karena asap rokok atau voice abuse.

Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi.Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya

Page 14: Hoarseness Lbm 5 Tht

perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis). Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.Tanda-tanda dan gejala

Laringitis sering kali membuat anda merasa harus berulang kali berdehem untuk membersihkan tenggorokan anda. Tanda-tanda dan gejala lain adalah sebagai berikut: Suara serak Suara pelan Rasa gatal dan kasar di tenggorokan Sakit tenggorokan Tenggorokan kering Batuk keringPenyebab

Biasanya infeksi virus menyebabkan laringitis akut. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat jgua terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).

Pada orang dewasa, penyebab lain terjadinya suara serak yang kronis adalah: Perlukaan (sariawan) pada pita suara Bisul (polip atau nodules) pada pita suara Pita suara yang kendur karena faktor usia

Page 15: Hoarseness Lbm 5 Tht

Kelumpuhan pada pita suara, yang merupakan akibat dari suatu cedera, serangan stroke atau adanya tumor pada paru-paru

Faktor RisikoFaktor-faktor berikut ini akan membuat anda memiliki risiko yang

lebih besar untuk mengidap laringitis:Adanya infeksi pada saluran pernafasan, seperti selesma, influensa, bronkhitis atau sinusitis

Keterpaparan terhadap zat-zat yang membuat iritasi, seperti asap rokok, alkohol yang berlebihan, asam lambung atau zat-zat kimia yang terdapat pada tempat kerja anda.

Terlalu banyak menggunakan suara, dengan terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau menyanyi.

Read more: http://doktersehat.com/laringitis-radang-pita-suara/#ixzz2ZItZGFmD

Laryngitis adalah peradangan dari pita-pita suara. Paling umum, laryngitis akut disebabkan oleh infeksi yang meradangkan pita-pita suara.

Pada bayi-bayi dan anak-anak muda, tanda-tanda dan gejala-gejala klasik dari peradangan larynx termasuk:

batuk-sesak napas anak-anak (croup), batuk menghentak yang parau, dan demam.

Dengan cara yang sama, pada kaum dewasa, infeksi virus saluran pernapasan bagian atas mungkin berhubungan dengan:

ingusan, batuk kering, dan kehilangan suara.

Jarang, karena kebanyakan orang-orang diimunisasi dan dilindungi terhadap infeksi ini, diphtheria mungkin menyebabkan gejala-gejala seperti laryngitis.

Laryngitis mungkin juga disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan dari suara dengan berbicara, bernyanyi, atau berteriak yang berlebihan.

Page 16: Hoarseness Lbm 5 Tht

Laryngitis kronis, seringkali digambarkan sebagai yang berlangsung lebih dari tiga minggu, mungkin disebabkan oleh penggunaan alkohol, merokok, dan batuk yang berlebihan yang berkepanjangan.

Gastroesophageal reflux disease (GERD) mungkin menyebabkan peradangan laryng dan batuk kronis, jika asam dan getah-getah pencernaan dari lambung mengalir balik (reflux) keatas kedalam esophagus dan belakang dari tenggorokan. Adakalanya beberapa orang-orang sadar atas kehadiran dari asam dan mengalami waterbrash, rasa asam dalam mulut mereka. Tumpahan-tumpahan yang berulang-kali dari asam keatas pita-pita suara akan menyebabkan iritasi kimia dan berakibat pada peradangan pita-pita suara yang merintangi vibrasi dan menghasilkan suara yang tepat.

Iritasi yang kronis dari pita-pita suara mungkin juga menyebabkan polyp-polyp dan nodul-nodul untuk terbentuk pada pita-pita suara, yang mungkin mempengaruhi kemampuan dari pita-pita suara untuk bergetar (vibrasi), sekali lagi menyebabkan keparauan.

Otot-otot yang mengontrol bentuk dan posisi pita suara perlu bekerja dengan baik untuk suara berbunyi normal.

Kerusakan pada otot-otot atau pada syaraf-syaraf yang mengontrol mereka akan menjurus pada keparauan. Syaraf-syaraf ini mungkin rusak jika telah ada trauma pada leher atau jika operasi telah dilakukan dan syaraf-syaraf dengan tidak hati-hati diiritasi atau diperparah.

Tumor-tumor di leher dan dada mungkin menekan syaraf-syaraf dan menyebabkan mereka berfungsi dengan buruk.

Peradangan dan pembesaran tiroid dapat juga mengiritasi syaraf-syaraf yang mensuplai otot-otot pita suara.

Stroke mungkin juga menyebabkan kelumpuhan otot pita suara dan menjurus pada suara yang lemah dan parau dan persoalan-persoalan menelan.

3. Why the woman hoarsenes?Hoarseness facts

Hoarseness is an abnormal change in the voice. The most common cause of hoarseness is acute laryngitis. The underlying cause of hoarseness can usually be diagnosed by a health

care professional based on the patient's history and physical exam. The treatment for hoarseness depends on the underlying cause. Hoarseness can be prevented by avoiding excessive strenuous voice use

and smoking cessation.What is hoarseness?

Page 17: Hoarseness Lbm 5 Tht

Hoarseness is an abnormal change in the voice caused by a variety of conditions. The voice may have changes in pitch and volume, ranging from a deep, harsh voice to a weak, raspy voice. What causes hoarseness?Hoarseness is generally caused by irritation of, or injury to, the vocal cords. The larynx (also referred to as the voice box), is the portion of the respiratory (breathing) tract containing the vocal cords. The cartilaginous outer wall of the larynx is commonly referred to as the "Adams apple." The vocal cords are two bands of muscle that form a "V" inside the larynx. When we sing or speak, the vocal cords vibrate and produce sound.

Picture of the Larynx Hoarseness can be caused by a number of conditions. The most common cause of hoarseness is acute laryngitis (inflammation of the vocal cords) caused most often by an upper respiratory tract infection (usually viral), and less commonly from overuse or misuse of the voice (such as from yelling or singing). Other causes of hoarseness include:

benign vocal cord nodules, cysts or polyps, gastroesophageal reflux (GERD), allergies ,

Page 18: Hoarseness Lbm 5 Tht

inhalation of respiratory tract irritants, smoking , thyroid problems , trauma to the larynx/vocal cords, neurological conditions (such as Parkinson's disease and strokes), and cancer of the larynx .

What are the signs and symptoms of hoarseness?Hoarseness typically gives the voice a raspy and harsh quality, though it may also cause a change in the pitch or volume of the voice. The rapidity of onset and any associated symptoms will depend on the underlying cause leading to hoarseness.How are the causes of hoarseness diagnosed?A health care professional will ask the patient questions about their hoarseness and any other associated symptoms. A physical exam will focus on the head and neck. Often times, a diagnosis can be made based on this initial assessment. In some instances, a long lighted flexible tube (fiberoptic scope) will be inserted into the throat to directly visualize the vocal cords if no other cause is initially identified. Individuals with hoarseness that lasts longer than 2 to 3 weeks should have a consultation with an otolaryngologist in order to exclude any serious causes of hoarseness.What is the treatment for hoarseness?The treatment for hoarseness depends on the underlying cause, for example:

Acute laryngitis caused by an upper respiratory tract infection will usually improve on its own as the infection clears the body. Conservative treatment with cough suppressants and humidified air can be helpful.

Voice rest is also recommended in order to avoid further irritation or injury to the vocal cords.

Antibiotics are not indicated for most cases of acute laryngitis. Smoking cessation is suggested for those individuals that smoke. Individuals with hoarseness caused by vocal overuse or misuse should

adhere to voice rest, as serious injury (such as vocal cord hemorrhage can

Page 19: Hoarseness Lbm 5 Tht

occur to the vocal cords if the voice is strenuously used during episodes of acute laryngitis.

Medications for gastroesophageal reflux (GERD) or allergies can treat hoarseness if either of these is found to be the underlying cause.

In some instances, surgery may be necessary for benign nodules or polyps, trauma to the larynx/vocal cords and for cancer of the larynx. How is hoarseness prevented?Hoarseness can be prevented in some instances, for example:

Avoid situations that require excessive strenuous voice use, and if a person needs to project their voice, use a microphone if possible.

Voice therapists or singing teachers may be helpful in certain cases to assist individuals with vocal training and voice modification.

Smoking cessation can prevent hoarseness or the development of cancer of the larynx.

Individuals with hoarseness caused by gastroesophageal reflux (GERD) can benefit from medications and dietary modification (such as avoiding alcohol, caffeine, and spicy foods). REFERENCE: MedscapeReference.com. Acute Laryngitis Treatment and Management.Reviewed by William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR on 7/1/2013

Hoarseness Email this page to a friend Bookmark & Share Printer-friendly versionHoarseness refers to a difficulty making sounds when trying to speak. Vocal sounds may be weak, breathy, scratchy, or husky, and the pitch or quality of the voice may change.ConsiderationsHoarseness is most often caused by a problem with the vocal cords, which are part of your voice box (larynx) inthe throat.When the vocal cords become inflamed or infected, they swell. This can cause hoarseness.

Page 20: Hoarseness Lbm 5 Tht

The most common cause of hoarseness is a cold or sinus infection, which usually goes away on its ownwithin 2 weeks.Another rare, but serious cause of hoarseness that does not go away in a few weeks is cancer of the voice box.Causes

Acid reflux (gastroesophageal reflux) Allergies Breathing in irritating substances Cancer of the throat or larynx Chronic coughing Colds or upper respiratory infections Heavy smoking or drinking, especially together Overuse or abuse of the voice (as in shouting or singing), which may cause

swelling or growths on the vocal cordsLess common causes include:

Injury or irritation from a bgreathing tube or bronchoscopy Damage to the nerves and muscles around the voice box (from trauma or

surgery Foreign object in the esophagus or trachea Swallowing a harsh chemical liquid Changes in the larynx during puberty Thyroid or lung cancer Underactive thyroid gland

Home CareHoarseness may be short-term (acute) or long-term (chronic). Rest and time may improve hoarseness. Hoarseness that continues for weeks or months should be checked by a health care provider.Things you can do at home to help relieve the problem include:

Talk only when you need to until hoarseness goes away. Drink plenty of fluids to help keep your airways moist. (Gargling does not

help.)

Page 21: Hoarseness Lbm 5 Tht

Use a vaporizer to add moisture to the air you breathe. Avoid actions that strain the vocal cords such as whispering, shouting,

crying, and singing. Take medicines to reduce stomach acid if hoarseness is due to

gastroesophageal reflux disease (GERD). Do NOT use decongestants which can dry out the vocal cords. If you smoke, cut down or stop at least until hoarseness goes away.

When to Contact a Medical ProfessionalCall your health care provider if:

You have trouble breathing or swallowing Hoarseness occurs with drooling, especially in a small child Hoarseness occurs in a child less than 3 months old Hoarseness has lasted for more than 1 week in a child, or 2-3 weeks in an

adultWhat to Expect at Your Office VisitThe doctor will examine your throat, neck, and mouth and ask you some questions about your symptoms and medical history, including:

To what extent have you lost your voice (all or partially)? What kind of vocal problems are you having (such as making scratchy,

breathy, or husky vocal sounds)? When did hoarseness start? Does hoarseness come and go or get worse over time? Have you been shouting, singing, or overusing your voice, or crying a lot (if

a child)? Have you been exposed to harsh fumes or liquids? Do you have allergies or a post nasal drip? Have you ever had throat surgery? Do you smoke or use alcohol? Do you have other symptoms such as fever, cough, sore throat, difficulty

swallowing, weight loss, or fatigue?You may have one or more of the following tests:

Laryngoscopy Throat culture

Page 22: Hoarseness Lbm 5 Tht

Throat examination with a small mirror X-rays of the neck or CT scan Blood tests such as a complete blood count ( CBC) or blood differential

HoarsenessHoarseness atau yang bisa disebut suara serak sering digunakan untuk menggambarkan perubahan kualitas suara, mulai dari suara lemah hingga kasar. Istilah hoarseness sendiri dapat merefleksikan kelainan (abnormalitas) yang letaknya bisa di berbagai tempat di sepanjang saluran vokalis, mulai dari rongga mulut hingga paru. Meski idealnya istilah hoarseness lebih baik ditujukan untuk disfungsi laring akibat vibrasi pita suara yang abnormal. Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai hoarseness atau suara serak ini, ada baiknya terlebih dahulu memahami bagaimana suara itu diproduksi saat bicara.Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal (lariynx), dan supraglotis/oral.Fase pulmonal menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita. Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik.

Tanda klinis perubahan suara

Page 23: Hoarseness Lbm 5 Tht

Jika penderita mengeluh suara lemah/tertahan (damped voice), besar kemungkinan letak abnormalitas bicara (speech) tersebut adalah di fase paru atau saluran trakeobronkial (level di bawah pita suara), salah satunya akibat pergerakan paru yang terbatas, membuat suara yang keluar sulit dipersepsikan. Sedangkan jika terdapat kesulitan dalam pengucapan kata(artikulasi) atau mengalami perubahan resonansi suara seperti suara yang datang dari hidung, maka masalahnya kemungkinan berasal dari fase oral/faring.Abnormalitas dalam fase oral juga bisa menghasilkan suara muffled atau "hot potato" voice (seperti orang berbisara saat mengunyah kentang panas). Kelainan yang berasal dari fase oral dan fase paru tidak dianggap sebagai hoarseness. True hoarseness atau suara serak yang sebenarnya, berasal daro abnormalitas pada laring dan umumnya menghasilkan suara yang kasar, serak/parau (raspy voice). Di bawah ini terdapat berbagai istilah untuk mengkarakteristikan hoarseness atau perubahan kualitas suara:

Disfonia: digunakan untuk menggambaran perubahan umum kualitas suara Diplofonia: Menggambarkan suara yang dibentuk oleh vibrasi pita suara

menghasilkan 2 frekuensi yang berbeda Afonia: Terjadi jika tidak ada suara di hasilkan oleh pita suara. Ini sering

terjadi sekunder terhadap tidak adanya aliran udara melalui pita suara, atau defisiensi dalam aproksimasi pita suara.

Stridor: Mengindikasikan bising yang dihasilkan dari saluran penapasan atas selama inspirasi dan/atau ekspirasi karena adanya obstruksi. Stridor menandai keadaan emergensi, dan tidak dipertimbangkan sebagai hoarseness. Artinya mungkin saja muncul bersamaan dengan hoarseness jika obstruksi terjadi di level pita suara.Kategori hoarsenessHoarseness dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: onset akut dan onset kronis. Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya karena peradangan lokal pada laring (laringitis akut). Laringitis akut bisa disebabkan oleh infeksi viral yang pada banyak kasus dapat sembuh dengan sendirinya, dan biasanya direkomendasikan untuk istirahat berbicara, meningkatkan asupan cairan, dan humidifikasi. Jika diduga terjadi karena infeksi sekunder

Page 24: Hoarseness Lbm 5 Tht

bakterial, dapat diberikan antibiotik. Apabila tidak ada bukti adanya infeksi, laringitis akut bisa terjadi karena bahan kimia aau iritan dari lingkungan, atau akibat penggunaan suara berlebih (voice overuse) pada penyanyi, pengajar, orator, dsb. Onset kronis (Laringitis kronis), dapat disebabkan refluks faringeal, polip jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit neurologis, ataupun peradangan kronis sekunder karena asap rokok atau voice abuse.Penyebab Hoarseness

Laringitis akut viral Nodul pita suara, polip, kista, papiloma Paralisis pita suara Hipotiroidisme Rhinosinusitis Kanker laring Refluks laringofaringeal Tindakan Intubasi Alergi

Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi suara dan menyebabkan hoarseness

Hipotirodisme Multiple sklerosis Rematoid artritis Penyakit Parkinson Lupus sistemik Wagener's granulomatosis Miasenia Gravis Sarkoidosis Amiloidosis

4. Why physical examination reveals inspiratory stridor?

Page 25: Hoarseness Lbm 5 Tht

Obtruksi saluran pernapasan penyebab obtruksi oedem pada laring

pada dewasa menyempit 20%, pada anak 50% sehingga stridor lebih

terdengar pada anak

Ca laring usia 50 tahun

STRIDOR

Background

Stridor is an abnormal, high-pitched sound produced by turbulent airflow through a partially obstructed airway at the level of the supraglottis, glottis, subglottis, and/or trachea.[1] The tonal characteristics of the sound are extremely variable (ie, harsh, musical, or breathy); however, combined with the phase, volume, duration, rate of onset, and associated symptoms, the tonal characteristic may provide additional diagnostic clues. In all cases, it should be differentiated from stertor, which is a lower-pitched, snoring-type sound generated at the level of the nasopharynx, oropharynx, and, occasionally, supraglottis.[2, 3]

Stridor is a symptom, not a diagnosis or disease, and the underlying cause must be determined. Stridor may be inspiratory, expiratory, or biphasic depending on its timing in the respiratory cycle. Inspiratory stridor suggests a laryngeal obstruction, while expiratory stridor implies tracheobronchial obstruction. Biphasic stridor suggests a subglottic or glottic anomaly. In addition to a complete history and physical, as well as other possible additional studies, most cases require flexible and/or rigid endoscopy to adequately evaluate the etiology of stridor.

Pathophysiology

Gases produce pressure equally in all directions; however, when a gas moves in a linear direction, it produces pressure in the forward vector and decreases the lateral pressure. When air passes through a narrowed flexible airway in a child, the lateral pressure that holds the airway open can drop precipitously (the Bernoulli principle) and cause the tube to close. This process obstructs airflow and produces stridor.

Stridor may result from lesions involving the CNS, the cardiovascular system, the GI system, and the respiratory tract.

Presentation

History

The most common presenting symptom is loud, raspy, noisy breathing. The caretaker may interpret this symptom as wheezing or even as a severe upper respiratory tract infection.

Page 26: Hoarseness Lbm 5 Tht

Depending on the underlying etiology, the presentation may be acute or chronic and may be accompanied by other symptoms. If symptoms are not observed in the office, especially when they are present only at night, having parents make a tape recording, preferably even videotaping, can provide useful information.

A thorough history may provide helpful clues to the underlying etiology of stridor.[4, 5]

Place particular emphasis on the age of onset, duration, severity, and progression of the stridor; precipitating events (eg, crying, feeding); positioning (eg, prone, supine, sitting); quality and nature of crying; presence of aphonia; and other associated symptoms (eg, paroxysms of cough, aspiration, difficulty feeding, drooling, sleep disordered breathing).[6]

Perinatal history is especially important and should include direct questioning regarding maternal condylomata, type of delivery (including shoulder dystocia), endotracheal intubation use and duration, and presence of congenital anomalies.

Past surgical history, particularly neck or cardiothoracic surgeries, puts the recurrent laryngeal nerve at risk of injury.[7]

Obtain a detailed developmental history. In addition, elicit history of color change, cyanosis, respiratory effort, and apnea to determine

the severity of stridor. A feeding and growth history should be evaluated because significant airway obstruction can

lead to caloric waste, resulting in lack of weight gain and growth. Additionally, regurgitation and spitting up could be a sign of gastroesophageal reflux (GER) that can cause laryngeal and tracheal mucosal irritation that could lead to edema and stridor.[8]

Physical

On initial presentation, especially in patients with acute onset of symptoms, immediately assess the child for severity of stridor and respiratory compromise. Give special attention to the heart and respiratory rates, cyanosis, use of accessory muscles of respiration, nasal flaring, level of consciousness, and responsiveness.

If distress is moderate to severe, further physical examination should be deferred until the patient reaches a facility equipped for emergent management of the pediatric airway.

Physical examination of a patient with suspected acute epiglottitis is contraindicated. The patient may prefer certain positions that alleviate the stridor. Note the presence of infection in the oral cavity; crepitations or masses in the soft tissues of the

face, neck, or chest; and deviation of the trachea. Use care when examining (especially palpating) the oral cavity or pharynx because sudden

dislodgement of a foreign body or rupture of an abscess can cause further airway compromise. Drooling from the mouth suggests poor handling of secretions. Observe the character of the cough, cry, and voice. The presence of fever and toxicity generally implies serious bacterial infections. Careful auscultation of the nose, oropharynx, neck, and chest helps to discern the location of the

stridor. In infants, give special attention to craniofacial morphology, patency of the nares, and

cutaneous hemangiomas. Growth parameters are very helpful, especially in evaluation of chronic stridor.

Page 27: Hoarseness Lbm 5 Tht

Causes

Acute stridor

Laryngotracheobronchitis, commonly known as croup, is the most common cause of acute stridor in children aged 6 months to 2 years. The patient has a barking cough that is worse at night and may have low-grade fever.[9, 10]

Aspiration of foreign body is common in children aged 1-2 years. Usually, foreign bodies are food such as nuts, hot dogs, popcorn, and hard candy that is inhaled. A history of coughing and choking that precedes development of respiratory symptoms may be present.[11]

Bacterial tracheitis is relatively uncommon and mainly affects children younger than 3 years. It is a secondary infection (most commonly due to Staphylococcus aureus) following a viral process (commonly croup or influenza).

Retropharyngeal abscess is a complication of bacterial pharyngitis observed in children younger than 6 years. The patient presents with abrupt onset of high fevers, difficulty swallowing, refusal to feed, sore throat, hyperextension of the neck, and respiratory distress.[12]

Peritonsillar abscess is an infection in the potential space between the superior constrictor muscles and the tonsil. It is common in adolescents and preadolescents. The patient develops severe throat pain, trismus, and trouble swallowing or speaking.

Spasmodic croup, also termed acute spasmodic laryngitis, occurs most commonly in children aged 1-3 years. Presentation may be identical to croup.

Allergic reaction (ie, anaphylaxis) occurs within 30 minutes of an adverse exposure. Hoarseness and inspiratory stridor may be accompanied by symptoms (eg, dysphagia, nasal congestion, itching eyes, sneezing, wheezing) that indicate the involvement of other organs.

Epiglottitis is a medical emergency occurring most commonly in children aged 2-7 years. Clinically, the patient experiences an abrupt onset of high-grade fever, sore throat, dysphagia, and drooling.

Chronic stridor

Laryngomalacia is the most common cause of inspiratory stridor in the neonatal period and early infancy and accounts for up to 75% of all cases of stridor.[13] Stridor may be exacerbated by crying or feeding. Placing the patient in a prone position with the head up improves the stridor; supine position worsens the stridor. Laryngomalacia is usually benign and self-limiting and improves as the child reaches age 1 year. If significant obstruction or lack of weight gain is present, surgical correction or supraglottoplasty may be considered if there are observed tight mucosal bands holding the epiglottis close to the true vocal cords or redundant mucosa overlying the arytenoids.[14]

Page 28: Hoarseness Lbm 5 Tht

Patients with subglottic stenosis can present with inspiratory or biphasic stridor. Symptoms can be evident at any time during the first few years of life. If symptoms are not present in the neonatal period, this condition may be misdiagnosed as asthma. Congenital subglottic stenosis occurs when an incomplete canalization of the subglottis and cricoid rings causes a narrowing of the subglottic lumen. Acquired stenosis is most commonly caused by prolonged intubation (see articles on glottic and subglottic stenosis).

Vocal cord dysfunction is likely the second most common cause of stridor in infants. Unilateral vocal cord paralysis can be congenital or secondary to birth or surgical trauma, such as cardiothoracic surgery. Patients with a unilateral vocal cord paralysis present with a weak cry and biphasic stridor that is louder when awake and improves when lying with the affected side down. Bilateral vocal cord paralysis is a more serious entity. Patients usually present with aphonia and a high-pitched biphasic stridor that may progress to severe respiratory distress. It is usually associated with CNS abnormalities, such as Arnold-Chiari malformation or increased intracranial pressure. Vocal cord paralysis in infants usually resolves within 24 months.

Laryngeal dyskinesia, exercise-induced laryngomalacia, and paradoxical vocal cord motion are other neuromuscular disorders that may be considered.

Laryngeal webs are caused by an incomplete recanalization of the laryngeal lumen during embryogenesis. Most (75%) are in the glottic area. Infants with laryngeal webs have a weak cry and biphasic stridor. Intervention is recommended in the setting of significant obstruction and includes cold knife or CO2 laser ablation.[15]

Laryngeal cysts are a less frequent cause of stridor. They are usually found in the supraglottic region in the epiglottic folds. Patients may present with stridor, hoarse voice, or aphonia. Cysts may cause obstruction of the airway lumen if they are very large.

Laryngeal hemangiomas (glottic or subglottic) are rare, and half of them are accompanied by cutaneous hemangiomas in the head and neck. Patients usually present with inspiratory or biphasic stridor that may worsen as the hemangioma enlarges. Typically, hemangiomas present in the first 3-6 months of life during the proliferative phase and regress by age 12-18 months. Medical or surgical intervention is based on the severity of symptoms. Treatment options consist of oral steroids, intralesion steroids, laser therapy with CO2 or potassium-titanyl-phosphate (KTP) lasers, or surgical resection. Oral propranolol has been proven to be an effective medical treatment in the appropriate population (contraindicated in children with severe asthma, diabetes, or heart disease).[16]

Laryngeal papillomas occur secondary to vertical transmission of the human papilloma virus from maternal condylomata or infected vaginal cells to the pharynx or larynx of the infant during the birth process. These are primarily treated with surgical excision, with questionable use of cidofovir and interferon in refractory cases.[17] A high rate of recurrence of disease is noted, with a need for multiple surgical debridements and a small risk of malignancy (5% malignant degeneration).

Page 29: Hoarseness Lbm 5 Tht

Tracheomalacia is the most common cause of expiratory stridor. It is caused by a defect on the cartilage resulting in the loss of rigidity necessary to maintain the tracheal lumen patent or by an extrinsic compression of the trachea.

Tracheal stenosis can be congenital or secondary to extrinsic compression. Congenital stenosis is usually related to complete tracheal rings, is characterized by a persistent stridor, and requires surgery based on severity of symptoms. The most common extrinsic causes of stenosis include vascular rings, slings, and a double aortic arch that encircles the trachea and esophagus. Pulmonary artery slings are also associated with complete tracheal rings. External compression can also result in tracheomalacia. Patients usually present during the first year of life with noisy breathing, intercostal retractions, and a prolonged expiratory phase.

Choanal atresia is the most common congenital anomaly of the nose that is noted in infants. Patients with unilateral choanal atresia may be asymptomatic. Patients with the bilateral condition may present with episodes of apnea or cyanosis that are aggravated with feeding. Diagnosis can be made at bedside by attempting to pass a plastic catheter through the nose. The characteristic sound is usually more of stertor than stridor.

5. What the correlation between the patient has history of chronic cough, night sweating and weight loss for the last one year with her symptom?

Chronic cough : curiga ada TBC TB> 2mgu batuk berdahak, kalo batuk kering tidak TBC Night sweating : TBC, kanker Bb turun : TBC, kanker

Ditanyakan riwayat batuk kronis,night sweating dan weight loss untuk mengkerucutkan DD

Jenis dan macam-macam batukBatuk memang bukanlah merupakan suatu penyakit karena batuk yang diderita seseorang merupakan pertanda atau gejala dari suatu penyakit lainnya, batuk terjadi karena adanya mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan (hidung, tenggorokan dan telinga) atau reaksi tubuh terhadap iritasi pada saluran pernafasan karena adanya ransangan tertentu seperti lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Rangsangan tersebut akan dikirim syaraf ke pusat batuk yang berada di otak melalui reseptor yang akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.

Ciri umum yang paling mudah dikenali pada orang yang mengalami batuk adalah penderita akan merasakan rasa sakit dan gatal pada tenggorokannya dan biasanya bunyi nafas akan terdengar

Page 30: Hoarseness Lbm 5 Tht

berat karena adanya rorongan yang kuat saat mengeluarkan nafas yang mungkin disertai pengeluaran dahak.

Jenis batuk berdasarkan waktu terjadinya

Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu batuk akut dan batuk kronis. Keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu. Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari serta dalam 1 periode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 peroode selama 3 bulan berturut-turut, maka disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang.

Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tu-berkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT (Diphten Pertussis Tetanus) pada balita.

Berikut ini macam-macam batuk yang biasa terjadi :

Batuk berdahak atau biasa dikenal dengan istilah batuk infeksi, jenis batuk ini bila tidak segera diobati akan memperparah infeksi saluran pernapasan dan napas penderita menjadi sesak karena banyaknya jumlah dahak yang berwarna kuning maupun hijau yang dihasilkan dapat menyumbat saluran pernapasan

Batuk Kering : Batuk ini ditandai oleh tenggorokan yang terasa gatal namun tidak mengeluarkan dahak, sehingga merangsang timbulnya batuk. Penyakit influensa biasanya diawali dengan batuk yang disertai pilek dan demam. Batuk ini harus diobati, karena mengganggu kenyamanan tidur, perut nyeri, muntah, bahkan bila batuknya keras akan dapat memecahkan pembuluh darah pada mata. Ini terlihat pada bagian putih mata yang nampak bercak darah.

Batuk khusus yang terbagi menjadi tujuh.

1. Batuk rejan atau biasa disebut dengan batuk 100 hari, jenis batuk ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang disebut Bordetella pertussis yang menginfeksi pada saluran napas (infeksi pada paru-paru), penderita akan sangat terganggu karena serangan batuk sangat sering dan cukup lama sehingga menyebabkan pita suara radang dan suara parau. Batuk ini kerap diakhiri dengan suara seperti ingin muntah ketika kita mengambil napas. Batuk seperti ini disebabkan oleh bakteri pertussis ini dapat menular melalui percikan cairan dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi yang dapat keluar karena bersin, batuk, atau tertawa.

2. Batuk karena penyakit TBC, batuk ini juga berlangsung lama meski pada awalnya hanya seperti influenza dengan batuk kecil-kecil yang timbul sesekali bahkan kadang kadang seperti hanya berdehem tapi perlu diwaspadai terutama jika batuknya muncul di malam hari yang disertai rasa sesak didada maka bagi anda yang mengalaminya sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter dan pemeriksaan laborat. Yang perlu digaris bawahi bahwa batuk-batuk pada penderita TBC tidak selalu disertai disertai bercak darah segar.

3. Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak dihasilkan. Lendir inilah yang merangsang timbulnya batuk.

4. Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru, menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru ini yang merangsang timbulnya batuk.

5. Batuk karena gugup, pikiran tidak tenang, ketakutan. Kondisi tersebut bisa mendadak timbul batuk. Batuk seperti ini akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Page 31: Hoarseness Lbm 5 Tht

6. Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidak sembuh. Batuknya tidak tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuk semakin tambah.

7. Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat saluran pernapasan berusaha mengeluarkan benda asing, maka akan menimbulkan batuk.

Gambar A. Ada dua sistem di hipotalamus. Melanocortin (Pro-opiomelanocortin) merupakan sistem saraf serotoninergik. Jika melanocortin dirangsang maka akan terjadi anorexia (tidak napsu makan. Kebalikannya, NPY bersifat prophagic., artinya jika dirangsang maka napsu makan akan meningkat. Interaksi kedua sistem inilah yang mengatur imbang asupan dan pemakaian energi.

Gambar B. Pada banyak penyakit sistemik, sitokin faktor pemicu proteolisis akan diproduksi oleh sel darah putih, dan ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang melanocortin. Efek perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan. Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA (branch-chained amino acids). Jadi triptofan bersaing dengan BCAA. Ada bukti bahwa peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan rasa letih( central fatigue).

Page 32: Hoarseness Lbm 5 Tht

Gambar C. Pemberian BCAA (leucine, isoleucine, valine) akan memblok masuknya triptofan, disusul dengan penurunan serotonin. Kemudian napsu makan akan meningkat.

Sumber : http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=734Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGCMengapa keringat banyak waktu malam hari?Jawab:Keringat malam mungkin merupakan gejala klinis TB penting pada dewasa dan bukan gejala utama pada anak. Pada orang dewasa yang sehat pada malam hari istirahat atau tidur, metabolisme (BMR) menurun, sedangkan pada keadaan sakit TB yang merupakan proses infeksi atau sakit TB metabolisme meningkat sehingga akan berkeringat pada malam hari. Pada anak, yang masih fase tumbuh, growth hormon malam hari, metabolisme meningkat, sehingga akan timbul keringat pada malam hari.Sumber :

Page 33: Hoarseness Lbm 5 Tht

Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005)Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGC

Simtoma klinis

Secara umum, gejala klinis kanker bisa dibadi menjadi kelompok :

Gejala lokal : pembesaran atau pembengkakan yang tidak biasa tumor, pendarahan (hemorrhage), rasa sakit dan/atau tukak lambung/ulceration. Kompresi jaringan sekitar bisa menyebabkan gejala jaundis (kulit dan mata yang menguning).

Gejala pembesaran kelenjar getah bening (lymph node), batuk, hemoptisis, hepatomegali (pembesaran hati), rasa sakit pada tulang, fraktur pada tulang-tulang yang terpengaruh, dan gejala-gejala neurologis. Walaupun pada kanker tahap lanjut menyebabkan rasa sakit, sering kali itu bukan gejala awalnya.

Gejala sistemik : berat badan turun, nafsu makan berkurang secara signifikan, kelelahan dan kakeksia(kurus kering), keringat berlebihan pada saat tidur/keringat malam, anemia, fenomena paraneoplastik tertentu yaitu kondisi spesifik yang disebabkan kanker aktif seperti trombosis dan perubahan hormonal. Setiap gejala dalam daftar di atas bisa disebabkan oleh berbagai kondisi (daftar berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis banding). Kanker mungkin adalah penyebab utama atau bukan penyebab utama dari setiap gejala.

Gejala angiogenesis yang merupakan interaksi antara sel tumor, sel stromal, sel endotelial, fibroblas dan matriks ekstraselular.[41] Pada kanker, terjadi penurunan konsentrasi senyawa penghambat pertumbuhan pembuluh darah baru, seperti trombospondin, angiostatin dan glioma-derived angiogenesis inhibitory factor, dan ekspresi berlebih faktor proangiogenik, seperti vascular endothelial growth factor,[42] yang memungkinkan sel kanker melakukan metastasis.[43] Terapi terhadap tumor pada umumnya selalu melibatkan 2 peran penting, yaitu penggunaan anti-vascular endothelial growth factor monoclonal antibodies untuk mengimbangi overekspresi faktor proangiogenik, dan pemberian senyawa penghambat angiogenesis, seperti endostatin dan angiostatin.[42]

Gejala migrasi sel tumor, yang ditandai dengan degradasi matriks ekstraselular (ECM), jaringan ikat yang menyangga struktur sel, oleh enzim MMP. Hingga saat ini telah diketahui 26 berkas gen MMP yang berperan dalam kanker,[44] dengan pengecualian yang terjadi antara lain pada hepatocellular carcinoma.[45]

6. Why she has taken medication from puskemas but the disease persist?Banyak factor :Dari obatnya yang tidak adekuatObatnya salah dosisYg memeriksa bukan dokterPasien tidak patuh minum obat

Page 34: Hoarseness Lbm 5 Tht

7. Why the result of indirect laryngoskopy shows hyperemic laryngeal mucosa and oedem?Hyperemic : karena adanya reaksi peradangan,kronis mukosa menebal Ganas : ada destruksi jaringan sekitarnyaJinak : berbenjol2, papil,Laringitis kronis : nafsu makan turunPada kasus kronis itu metabolism meningkat, sehingga butuh ATP, glukosa, bila tidak dimbangi dengan konsumsi makanan yg cukup glukoneogenesisKalo TB pada pemeriksaan laringoskopi tampak tuberkelKalo terganggu pada nervus paralisis otot tidak simetris plika vokalis

8. What the laboratory examination? Darah rutin, Foto thorax : gambaran TB, Ca paru, metastasis CT scan Biopsi jaringan

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :

Laringoskop, yang menunjukkan adanya pita suara yang membengkak dan kemerahan Kultur eksudat pada kasus laringitis yang lebih berat Biopsi, yang biasanya dilakukan pada pasien laringitis kronik dengan riwayat merokok

atau ketergantungan alkohol pemeriksaan laboratorium CBC (complete blood cell count) pemeriksaan foto toraks pada tanda dan gejala yang berat

PEMERIKSAAN PENUNJANG laringitisDitunjang beberapa pemeriksaan tambahan :Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).Tanda ini ditemukan pada 50% kasusPemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal, jika disertai infeksi sekunder leukosit dapat meningkat.

Page 35: Hoarseness Lbm 5 Tht

Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis. Pemeriksaan darah rutin tidak memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis. pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab

DIAGNOSIS Ca Laring

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan mengggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor kemudian dilakukan biopsy untuk pemeriksaan patologi anatomic.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah juga pemeriksaan radiologic. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat memeperlihatkan keadaan penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomic dari bahan biopsy laring dan biopsy laring dan biopsy jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

9. DD :

Laryngitis

Definisi Laryngitis

Larynx adalah kotak suara yang mengizinkan kita untuk berbicara, berteriak, berbisik, dan bernyanyi. Larynx terdiri dari rangka tulang rawan yang memondokkan pita-pita suara, yang ditutupi oleh lapisan lendir. Otot-otot didalam larynx menyesuaikan posisi, bentuk, dan tegangan dari pita-pita suara, mengizinkan kita untuk membuat suara-suara yang berbeda. Segala perubahan dalam aliran udara (yang dihasilkan oleh paru-paru) diseluruh pita-pita suara akan mempengaruhi suara dan kwalitas suara.

Page 36: Hoarseness Lbm 5 Tht

Larynx berlokasi pada sambungan dari mulut dan trachea dan mempunyai penutup seperti flap yang disebut epiglottis, yang pekerjaannya adalah untuk mencegah makanan dan air liur memasuki larynx sewaktu menelan.

Laryngitis (larynx + itis = peradangan) adalah peradangan dari kotak suara, menyebabkan parau/serak atau suara yang berbunyi suara parau atau bahkan ketidakmampuan untuk berbicara.

Penyebab Laryngitis

Laryngitis adalah peradangan dari pita-pita suara. Paling umum, laryngitis akut disebabkan oleh infeksi yang meradangkan pita-pita suara.

Pada bayi-bayi dan anak-anak muda, tanda-tanda dan gejala-gejala klasik dari peradangan larynx termasuk:

batuk-sesak napas anak-anak (croup), batuk menghentak yang parau, dan demam.

Dengan cara yang sama, pada kaum dewasa, infeksi virus saluran pernapasan bagian atas mungkin berhubungan dengan:

ingusan, batuk kering, dan kehilangan suara.

Jarang, karena kebanyakan orang-orang diimunisasi dan dilindungi terhadap infeksi ini, diphtheria mungkin menyebabkan gejala-gejala seperti laryngitis.

Laryngitis mungkin juga disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan dari suara dengan berbicara, bernyanyi, atau berteriak yang berlebihan.

Laryngitis kronis, seringkali digambarkan sebagai yang berlangsung lebih dari tiga minggu, mungkin disebabkan oleh penggunaan alkohol, merokok, dan batuk yang berlebihan yang berkepanjangan.

Gastroesophageal reflux disease (GERD) mungkin menyebabkan peradangan laryng dan batuk kronis, jika asam dan getah-getah pencernaan dari lambung mengalir balik (reflux) keatas kedalam esophagus dan belakang dari tenggorokan. Adakalanya beberapa orang-orang sadar atas kehadiran dari asam dan mengalami waterbrash, rasa asam dalam mulut mereka. Tumpahan-tumpahan yang berulang-kali dari asam keatas pita-pita suara akan menyebabkan iritasi kimia dan berakibat pada peradangan pita-pita suara yang merintangi vibrasi dan menghasilkan suara yang tepat.

Page 37: Hoarseness Lbm 5 Tht

Iritasi yang kronis dari pita-pita suara mungkin juga menyebabkan polyp-polyp dan nodul-nodul untuk terbentuk pada pita-pita suara, yang mungkin mempengaruhi kemampuan dari pita-pita suara untuk bergetar (vibrasi), sekali lagi menyebabkan keparauan.

Otot-otot yang mengontrol bentuk dan posisi pita suara perlu bekerja dengan baik untuk suara berbunyi normal.

Kerusakan pada otot-otot atau pada syaraf-syaraf yang mengontrol mereka akan menjurus pada keparauan. Syaraf-syaraf ini mungkin rusak jika telah ada trauma pada leher atau jika operasi telah dilakukan dan syaraf-syaraf dengan tidak hati-hati diiritasi atau diperparah.

Tumor-tumor di leher dan dada mungkin menekan syaraf-syaraf dan menyebabkan mereka berfungsi dengan buruk.

Peradangan dan pembesaran tiroid dapat juga mengiritasi syaraf-syaraf yang mensuplai otot-otot pita suara.

Stroke mungkin juga menyebabkan kelumpuhan otot pita suara dan menjurus pada suara yang lemah dan parau dan persoalan-persoalan menelan.

Gejala-Gejala Dari Laryngitis

Keparauan dan kehilangan suara adalah gejala utama dari laryngitis.

Jika penyebab dari laryngitis adalah infeksius, pasien-pasien paling sering akan juga hadir dengan gejala-gejala dari infeksi saluran pernapasan bagian atas atau selesma. Mereka mungkin juga adalah:

batuk kering, sakit leher, demam, nodul-nodul limpa (kelenjar-kelenjar limpa) yang membengkak di leher, mungkin nyeri dengan menelan, dan perasaan penuh di tenggorokan atau leher.

Pada anak-anak dengan croup, mungkin juga kesulitan bernapas. Karena cara kita mendapatkan udara kedalam paru-paru kita berfungsi seperti embusan-embusan, ketika anak mencoba untuk bernapas melalui larynx yang bengkak dan menyempit, tulang rawannya (cartilage) mungkin runtuh, tepat seperti ketika mencoba untuk bernapas melalui sedotan. Ketika kita menua, cartilage menjadi lebih kaku dan mampu untuk menahan penarikan napas-napas yang dalam, namun pada anak-anak cartilage adalah lebih lemah dan dengan setiap penarikan napas, anak itu mungkin perlu bekerja lebih keras untuk menghirup.

Jika penyebab dari laryngitis adalah bukan infeksius, batuk mungkin adalah keluhan yang signifikan bersama dengan keparauan.

Jika penyebabnya adalah kelumpuhan pita suara, mekanisme menelan mungkin juga terpengaruh, dan partikel-partikel makanan mungkin memasuki larynx dan paru-paru, menjurs

Page 38: Hoarseness Lbm 5 Tht

pada membatuk. Proses ini dapat juga menjurus pada pneumonia dan gejala-gejala yang menyertainya (demam, batuk, sesak napas) ketika makanan terhisap dengan dalam kedalam paru-paru dan menyebabkan iritasi dari jaringan paru.

Apakah Laryngitis Menular ?

Kebanyakan infeksi-infeksi pernapasan dan selesma-selesma adalah menular, dan begitu juga dengan laryngitis, jika ia disebabkan oleh infeksi. Adalah paling umum infeksi virus disebarkan oleh aerosol droplets. Adalah penting untuk mengingat menutupi hidung dan mulut anda ketika batuk dan bersin dan mencuci tangan-tangan anda seringkali dan secara rutin untuk membantu mencegah penularan virus-virus.

Bagaimanapun, tidak semua orang-orang yang kehilangan suaranya mempunyai infeksi.

Mendiagnosa Laryngitis

Praktisi-praktisi perawatan kesehatan dapat seringkali mendiagnosa laryngitis secara cepat di tempat-tempat praktek dokter. Sejarah dari infeksi saluran pernapasan bagian atas yang berhubungan dengan kehilangan suara diperkuat oleh pasien dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam suara yang parau. Pemeriksaan seringkali singkat dan terbatas pada telinga-telinga, hidung, dan tenggorkan, mencari penyebabv-penyebab potensial lainnya dari gejala-gejala seperti selesma. Jika tenggorokannya merah dan ada kekhawatiran tentang strep throat (infeksi kerongkongan) sebagai tambahan pada laryngitis, throat swab untuk penyaringan strep (stretokokus) mungkin dilakukan.

Jika suara paraunya lebih kronis, dokter mungkin ingin mengambil sejarah yang lebih mendetil, mengakses sebab-sebab mengapa larynx dan pita-pita suara telah menjadi meradang untuk periode waktu yang berlangsung lama.

Pertanyaan-pertanyaan mungkin ditanya tentang:

Diet, penggunaan alkohol, aspirin, ibuprofen, dan merokok, semua darinya mungkin menyebabkan gastroesophageal reflux disease. Alkohol dan merokok tembakau dapat juga secara langsung mengiritasi pita-pita suara.

Pekerjaan dan hobi-hobi mungkin mengungkap bukti dari penghirupan dan paparan kimia yang berulang-kali.

Penyelidikan dalam rangka apakah mungkin ada penyakit tiroid, gejala-gejala dari stroke, atau kanker-kanker dari kepala dan leher.

Kebanyakan penyebab-penyebab dari laryngitis tidak perlu pengujian untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pada pasien-pasien dengan laryngitis kronis, keperluan untuk tes-tes darah, X-rays dan tes-tes diagnostik lain akan tergantung pada presentasi pasien dan kekhawatiran-kekhawatiran yang potensial yang dokter punya menyangkut penyebab dari keparauan.

Page 39: Hoarseness Lbm 5 Tht

Laryngoscopy adalah tes yang paling umum dilakukan untukmelihat secara langsung pada pita-pita suara dan mengevaluasi fungsi mereka. Menggunakan tabung tips yang mengandung kamera serat optik yang diterangi yang disisipkan melalui hidung kedalam belakang dari tenggorokan, otolaryngologist (spesialis telinga, hidung dan tenggorokan atau THT) dapat melihat apakah pita-pita suara meradang, apakah ada polip-polip atau nodul-nodul apa saja yang tumbuh pada mereka, dan apakah mereka bergerak secara tepat dengan pernapasan dan bicara.

Perawatan Untuk Laryngitis

Seperti dengan struktur lain apa saja dalam tubuh yang meradang, istirahat adalah kunci ke penyembuhan. Untuk laryngitis, itu berarti membatasi jumlah bicara. Jika bicara diperlukan, seseorang harus menghindari berbisik dan sebagai gantinya bicara dalam suara yang biasa, tidak perduli bagaimana ia bersuara. Berbisik memerlukan pita-pita suara diregangkan secara ketat dan memerlukan lebih banyak kerja oleh otot-otot yang mengelilinginya.

Perawatan untuk viral laryngitis adalah yang pendukung: banyak cairan, udara yang dilembabkan, acetaminophen atau ibuprofen untuk nyeri, dan investasi waktu untuk penyembuhan.

Untuk pasien-pasien dengan laryngitis yang signifikan, perawatan yang singkat dari steroids (prednisone, prednisolone, atau dexamethasone) mungkin digunakan untuk mengurangi peradangan dan memperpendek perjalanan dari gejala-gejala. Dexamethasone sebagai dosis tunggal yang diberikan secara oral (Decadron, DexPak) atau suntikan intramuskular (Adrenocot, CPC-Cort-D, Decadron Phosphate, Decaject-10, Solurex) mungkin digunakan untuk merawat croup.

Perawatan dari laryngitis kronis akan ditentukan oleh penyebab dari peradangan atau kehilangan fungsi. Penghentian merokok dan penggunaan alkohol akan selalu mempunyai efek yang positif.

Komplikasi-Komplikasi Dari Laryngitis

Untuk pasien-pasien dimana kelumpuhan pita suara adalah penyebab dari keparauan, aspiration pneumonia mungkin menjadi kekhawatiran. Partikel-partikel dari makanan, cairan, dan air liur mungkin terhirup kedalam paru-paru sewaktu proses menelan, karena otot-otot dari larynx mungkin gagal untuk menutup dan melindungi saluran udara bagian atas.

Dengan cara yang sama, episode-epidose yang berulang-kali dari gastroesophageal reflux mungkin menyebabkan jumlah-jumlah yang kecil dari asam melalui larynx yang meradang dan memasuki paru, menyebabkan pneumonia.

Sebelum munculnya imunisasi influenza Haemophilus, epiglottitis yang disebabkan oleh infeksi ini selalu dipertimbangkan sebagai diagnosis alternatif yang mungkin untuk anak-anak dengan croup. Ini adalah keadaan darurat yang benar-benar karena epiglottis dapat membengkak secara besar-besaran, merintangi udara memasuki larynx dan paru-paru. X-rays dari leher mungkin diambil untuk melihat epiglottis dan mencari pembengkakan. Diagnosis seringkali dikonfirmasikan dalam ruang operasi dimana otolaryngologist dan anesthesiologist akan menggunakan laryngoscopy untuk melihat pada epiglottis dan pita-pita suara dan memutuskan

Page 40: Hoarseness Lbm 5 Tht

apakah menyisipkan tabung pernapasan pada saluran udara anak untuk mencegah saluran udara membengkak menutupi. Beruntung, karena imunisasi, penyakit ini jarang terlihat.

http://www.totalkesehatananda.com/laryngitis4.html

Tumor laring

Defenisi

Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung

procsimal trachea.

Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan

jaringan yang abnormal

(Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)

Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan

suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea.

(Kamus Kedokteran . Dr. Heidra T. Kaksman)

Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea dengan

mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga terbentuk saluran nafas

yang aman dengan bantuan pipe trakeostomi

(Kamus Keparawatan, Edisi 17 Sre Itichlitt hal 440)

Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan

lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel

skuamosa.

(Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136)

2.1.2 Etiologi

a.       Belum diketahui pasti

b.       Faktor predisposisi merokok, alcohol, dan paparan sinar radio aktif (Kapita Selelcta

Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, hal : 136)

c.       Seseorang yang mengalami kanker dikepala dan dileher sering kali adalah seseorang yang

menggunakan alcohol dan tembakau sebelum pembedahan.

( Buku Ajar. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2 hal. 1015)

Page 41: Hoarseness Lbm 5 Tht

2.1.3.      Anatomi dan fisiologi

2.1.4 Manifestasi Klinis

Suara pare diderita cukup lama, tidak hilang timbul makin lama makin berat, kadang

terdapat hemoptisis, sulit bernafas akibat tertutupnya jalan nafas oleh tumor, batuk dengan riah

bercampur darah dan penurunan berat badan.

Dan pemeriksaan fisik tidak ada gejala yang khas pada stadium dini, tetapi penjalaran ke

kelenjer limfa leher aliran memperlihatkan perubahan kultur leher dan hilangnya krepitas tulang-

tulang rawan larynx, dengan laringoskop langsung atau tidak langsung dapat dilihat pada lokasi

tumot, penyebaran dan dilakukan biopsy.

2.1.5 Komplikasi

Dan factor predisposisi, merokok, minum alcohol dan radioaktif bukan hanya

menyebabkan ca. larynx, tapi dapat juga menyebabkan yaitu: kanker pada organ lain, seperti

mulut, esophagus, dan bias sampai ke paru-paru.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan foto thorax untuk menilai keadaan pare,

adanya proses spesifik, metastasik, foto jaringan untuk leher dan latral dan tomografi computer

untuk menilai keadaan tumor. Pemeriksaan patologi untuk diagnosis pasti langsung atau biopsy

jarum halus kelenjar limfe leher.

2.1.7 Penata Laksanaan Medis

Sasaran penatalaksanaan medis adalah untuk memberikan kesembuhan jika

memungkinkan, basil pemeriksaan akan menentukan diagnostic dan setadium donor berdasarkan

union Internasional. Cantrele cancer (UICC) untuk menentukan tindakan penanggulangan.

Stadium I dikirim untuk radiasi, stadium 2 dan 3 untuk di oprasi. Dan stadium Min 4 operasi

dengan rekontrakai Man to armai Ratak jenis pembedasn adalah bringektomi toffs ann parsial,

clisertai direksi leher radical bile terdapat jalan ke kelenjer limfe leher. Poombian sitostasika

belum memuaskan karena mahal dan tidal( dapat di selesaikan karena badman memburuk.

(Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, jilid I hal: 127)

Page 42: Hoarseness Lbm 5 Tht

CA.LARING

 I. Konsep Dasar Medis

 A. Pengertian

 Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik: tumor pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglottis dan sinus piriformis; Glotis: tumor pada korda vokalis; Subglotis: tumor dibawah korda vokalis.

B. Anatomi

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilappisi oleh membran mukosa yang bersilia. Gerakan silia mendorong lapisan muskus ke posterior di dalam rongga hidung, dan reseptor di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Udara mengalir dari faring menuju ke laring atau kotak suara. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glofis. Glofis merupakan saluran yang memisahkan antara saluran pernafasan atas dan bawah. Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan forasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glottis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglottis yang berbentuka daun, berperan untuk mengantarkan makanan dan minuman masuk ke dalam esophagus. Namun jika tiada benda asing masih mampu masuk melampaui glottis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan secret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah.

 C. Etiologi

Kanker laring mewakkili 1% dari semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah:

1. Tembakau

2. Alkohol dan efek kombinasinya

 3. Ketegangan vocal

4. Laringitis kronis

5. Pemajanan industrial terhadap karsinogen

6. Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan

Page 43: Hoarseness Lbm 5 Tht

 7. Predisposisi keluarga

D. Patofisiologi

 Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laryngeal, 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor superglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.

 E. Manifestasi

1. Sesak terjadi pada awal dan di area glotis

2. Nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk

3. Mungkin teraba benjolan di leher 4. Gejala-gejala akhir termasuk disfagia, dispnea, sesak dan nafas bau

 5. Pembesaran nodus servikal, penurunan BB, debilitas umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat menandakan adanya metastasis (transfer penyakit dari satu organ ke organ lain).

F. Tes Diagnostik

 Pada karsinoma laring, dilakukan pemeriksaaan larigoskopik langsung di bawah anestesi umum.Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukan tumor dengan jelas. Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar. Sinar-X dada, scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metaphase. darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe, kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsy pada tumor.Gigi yang berlubang sebaiknya dicabut pada saat yang sama.

G. Penatalaksanaan

 Pengobatan bervariasi tergantung pada kemajuan malignasi, pilihannya termasuk terapi radiasi dan pembedahan. 1. Pemeriksaan gigi lengkap untuk menyingkirkan penyakit gigi 2. Masalah-masalah gigi harus dibereskan sebelum pembedahan 3. Terapi radiasi mencapai hasil yang sangat baik jika hanya satu sisi pita suara yang terkena 4. Laringektomi parsial dianjurkan pada tahap dini, terutama pada kanker laring intrinsik 5. Laringektomi supraglofik (horizontal) digunakan untuk beberapa tumor ekstrinsik, keuntungan utama operasi ini adalah pemulihan suara 6.

Page 44: Hoarseness Lbm 5 Tht

Laringektomi henivertikal dilakukan jika tumor sudah menjalar melebihi pita suara, tetapi kurang dari 1 cm dalam area subglotis 7. Laringektomi total untuk kanker ekstrinsik (menjalar melebihi pita suara). Pasien akan mengalami kehilangan pita suara, tetapi akan mempunyai kemampuan menelan normal.

TUMOR LARING ANATOMI LARING

Laring Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid terdapat cartilago cricoid. Laring menghubungkan laringopharynx dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata cervical 4 sampai 6.

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:a.Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelanb.Glotis : ostium antara pita suara dalam laringc.Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun ( Adam’s Apple )d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak di bawah kartilago thyroid )e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago thyroidf. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat pada lumen laring.

Page 45: Hoarseness Lbm 5 Tht

Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :a.Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncialb.Laring sebagai katup selama batuk

TUMOR LARING (A) TUMOR JINAK LARINGTumor jinak laring tidak benyak ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa:- papiloma laring ( frekuensi terbanyak)- adenoma- kondroma- mioblastoma sel granuler- hamangioma- lipoma- neurofibroma

Papiloma laring:Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis:Papiloma laring juvenile: ditemukan pada anak, biasanya berbentuk multiple dan mengalami regresi pada waktu dewasa.Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi dan merupakan prekanker.

BENTUK JUVENILTumor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid.Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei, berwarna putih

Page 46: Hoarseness Lbm 5 Tht

kelabu dan kadang-kadang kemerahan. Jaringan tumor ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan pendarahan. Sifat yang menonjol dari tumor ini ialah sering tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi pengangkatan harus dilakukan berulang-ulang.

Gejala:Gejala yang utama ialah suara parau. Kadang-kadang terdapat pula batuk. Apabila papiloma telah menutup rima glottis maka timbul sesak nafas dengan stridor.

Diagnosis:Diagnosis berdasarkan anmnesis, gejala klinik, pemeriksaan laring langsung, biopsy serta pemeriksaan patologi-anatomik.

Terapi:1. Ekstirpasi papiloma dengan beda mikro atau juga dengan sinar laser. Oleh karena sering tumbuh lagi maka tindakan ini diulangi berkali-kali. Kadang-kadang dalam seminggu sudah tampak papiloma yang tumbuh lagi.2. Terapi terhadap penyebabnya belum memuaskan, karena sampai sekarang etiologinya belum diketahui dengan pasti.

Sekarang tersangka penyebabnya ialah virus, tetapi pada pemeriksaan dengan mikroskop electron inclusion body tidak ditemukan. Untuk terapinya diberikan juga vaksin dari massa tumor, obat anti virus, hormone, kalsium atau ID methhionin (essential amino acid).Tidak dianjurkan memberikan radioterapi oleh karena papiloma dapat berubah menjadi ganas.

(B)TUMOR GANAS LARING/ MALIGNANCYPenatalaksanaan keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi belumlah lengkap. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati tempat pertama dalam urutan kegansan di bidang THT sedangkan di RS Cipto Mangunkusomo Jakarta, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Menurut data statistic dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara seperti dikutip leh Batsakis (1979), rata-rata 1.2 orang per 100 000 penduduk meninggal oleh karsinoma laring.

Etiologi:

Etiologi karsinoma nasofaring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alcohol da terpajan oleh sinar radioaktif.

Page 47: Hoarseness Lbm 5 Tht

Penelitian yang dilakukan di RS Ciptomangunkusomo menunjukan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.

Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring ialah diagnosis dini dan pengobatan/ tindakan yang tepat dan kuratif karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.

Frekuensi

Menurut penelitian dari departemen THT FKUI/RSCM pariode 1982-1987 proporsi karsinoma laring 13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata-rata 25 pertahun. Perbandingan laki dan perempuan adalah 11:1 terbanyak pada usia 56-69 tahun dengan kebiasaan merokok didapatkan pada 73.94%. Periode 1988-1992 karsinoma laring sebesar 9,97% menduduki peringkat ketiga keganasan THT (712 kasus). Karsinoma nasofaring sebesar 71,77% diikuti oleh keganasan hidung dan paranasal 10.11%, telinga 2,11%, orofaring/tonsil 1,69%, esophagus/bronkus 1,54%, rongga mulut 1,40% dan parotis 0,28%.

Histopatologi Ca sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor ganas laring. Ca sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi:a) diferensiasi baik (grade 1)b) berdiferensiasi sedang (grade 2)c) berdiferensiasi buruk (grade 3)Kebanyakkan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi yang mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang berdiferensiasi baik.

Klasifikasi letak tumor

Tumor supraglotik: Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Tumor glotik:Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsic pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring.Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotiksejauh 10 mm dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosessus vokaliskartilago aritenoid.

Page 48: Hoarseness Lbm 5 Tht

Tumor subglotik:Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.

Tumor ganas transglotik:Tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu atau meluas kesubglotik lebih dari 10 mm.

Gejala 1. Serak:

Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.

Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.

Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak kecuali tumornya eksentif.

2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam.

3. Dispnea dan stridor:Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.

Page 49: Hoarseness Lbm 5 Tht

4. Nyeri tenggorok: keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

5. Disfagia:Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

6. Batuk dan hemoptisis:Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekanya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.

7. Nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptisis, batuk dan penurunan berat badan menandaka perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.

8. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

9. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan mengggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor kemudian dilakukan biopsy untuk pemeriksaan patologi anatomic.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah juga pemeriksaan radiologic. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat memeperlihatkan keadaan penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomic dari bahan biopsy laring dan biopsy laring dan biopsy jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING (AJCC DAN UICC 1988)(A) TUMOR PRIMER (T)Supraglotik Tis karsinoma in situT1 tumr terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik)

Page 50: Hoarseness Lbm 5 Tht

T2 tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glottis masih bisa bergerak (tidak terfiksir)T3 tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus prirformis dan ke arah rongga pre epiglottis.T4 tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher atau merusak tulang rawan tiroid.

Glottis Tis karisnoma in situT1 tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.T2 tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi (impaired mobility).T3 tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi.T4 tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

Subglotik Tis karsinoma in situT1 tumor terbatas pada daerah subglotisT2 tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudaj terfiksasi.T3 tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.T4 tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau kedua- duanya.

Penjalaran ke kelenjar limfa (N)Nx kelenjar limfa tidak terabaN0 secara klinis kelenjar tidak terabaN1 secara klinis tidak teraba satu kelenjar linfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.N2 teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6cmN2a satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.N2b multiple kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cmN3 metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

Metastasis jauh (M)Mx tidak terdapat/terdeteksi.M0 tidak ada metastasis jauhM1 terdapat metastasis jauh.

TATALAKSANA

Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan maka ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulanangannya.

Page 51: Hoarseness Lbm 5 Tht

Ada 3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatika atau pun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.

Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.

Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau pun parsial, tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher.

Pemakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal peberian sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk di samping harga obat ini yang relative mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien.

Para ahli berpendapat bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang palaing baik di antara tumor-tumor daerah traktus aero-digestivus bila dikella dengan tepat, cepat dan radikal.

REHABILITASI SUARA

Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring beserta pita suara yang ada di dalamnya, maka pasien akan menjdai afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher.

Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang bersifat umum yakni agar pasien dapat bermasyarakt dan mandiri kembali maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara (bersuara) sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula atau pun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal speech) melalui proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini tetapi dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama ialah faktor fisik dan faktor psiko-sosial.

Suatu hal yang sangat membantu adalah pembentukan wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tumor laring guna menyokong aspek psikis dalam lingkup yang luas dari pasien baik sebelum maupun sesudah operasi.