27
LAPORAN KASUS HORDEOLUM EKSTERNUM Pembimbing: dr. Agah Gadjali, SpM dr. Hermansyah, SpM dr. Gartati Ismail, SpM dr. Mustafa K. Shahab, SpM dr. Henry A. W, SpM Disusun oleh: Andrew Lienata 07120110066 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO PERIODE 17 AGUSTUS 2015 - 19 SEPTEMBER 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Hordeolum Eksternum - Andrew Lienata - Week 1 September 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

LAPORAN KASUS

HORDEOLUM EKSTERNUM

Pembimbing:

dr. Agah Gadjali, SpM

dr. Hermansyah, SpM

dr. Gartati Ismail, SpM

dr. Mustafa K. Shahab, SpM

dr. Henry A. W, SpM

Disusun oleh:

Andrew Lienata

07120110066

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO

PERIODE 17 AGUSTUS 2015 - 19 SEPTEMBER 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

BAB 1

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : TN. S

Umur : 38 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

No. Rekam Medis : 633382

Tanggal lahir : 7 Oktober 1983

Agama : Islam

Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Jalan Kirai 64 No 27, Jakarta Timur

Status : Menikah

Tanggal pemeriksaan : Rabu, 26 Agustus 2015

1.2 Anamnesis (Autoanamnesis pada 26 Agustus 2015)

Keluhan Utama : Benjolan di kelopak mata kanan atas sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan tambahan : tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Polri dengan keluhan ada benjolan di

kelopak mata kanan atas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya

berupa benjolan kecil yang terasa nyeri dan gatal kemudian semakin lama

semakin membesar sehingga kelopak kanan atas merah dan bengkak. Benjolan

terasa lunak dan saat diraba terasa hangat. Pasien mengaku benjolan tersebut

pecah dan mengeluarkan cairan nanah berwarna putih kekuningan 2 hari lalu.

Sekarang benjolan tidak terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di bagian

kelopak mata kanan atas. Keluar kotoran, mata merah, mata berair dan

penglihatan kabur disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengalami demam.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa

Riwayat pengobatan : Saat awal timbul benjolan pasien mencoba meneteskan

dengan obat tetes warung selama beberapa hari namun tidak ada perubahan

Riwayat kebiasaan : pasien mengaku mengendarai motor setiap hari tanpa helm

selama 3 tahun terakhir

Riwayat menggunakan kacamata disangkal

Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain pada mata disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

Riwayat penyakit hipertensi disangkal

Riwayat alergi makanan disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga dengan sakit yang sama disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus dalam keluarga disangkal

Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah: 120/80

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : afebris (36.5 °C)

Status Oftalmologi

Inspeksi

OD OS

Visus 5/5 E 5/5 E

TIO N/palpasi Tidak dievaluasi

Posisi Hirschberg Ortoforia Ortoforia

Gerakan bola mata

Palpebra superior Edema (+), hiperemis (+),

benjolan (+) konsistensi

kenyal, permukaan rata,

ukuran ± 0.2 x 0.2 x 0.1 cm,

tidak terfiksir, nyeri tekan

(-),panas (-)

Edema (-), hiperemis (-),

hematom (-), luka (-), pus

(-), benjolan (-), nyeri

tekan (-), panas (-)

Palpebra inferior Edema (-), hiperemis (-),

hematom (-), luka (-), pus

(-), benjolan (-), nyeri

tekan (-), panas (-)

Edema (-), hiperemis (-),

hematom (-), luka (-), pus

(-), benjolan (-), nyeri

tekan (-), panas (-)

Konjungtiva tarsalis superior Hiperemis (+), papil (-),

edema (-)

Hiperemis (-), papil (-),

edema (-)

Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemis (-), papil (-),

edema (-)

Hiperemis (-), papil (-),

edema (-)

Konjungtiva bulbi jernih jernih

Kornea Jernih, ulkus (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Jernih, ulkus (-), infiltrat

(-), sikatriks (-)

Bilik mata depan Dalam, jernih Dalam, jernih

Iris Hitam bulat, batas tegas,

sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Hitam,bulat, batas tegas,

sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Pupil Bulat, isokor, jernih,

berada di sentral, refleks

cahaya (+), diameter 3mm

Bulat, isokor, berada di

sentral, refleks cahaya (+),

diameter 3mm

Lensa Jernih Jernih

Vitreus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Fundus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

3.4 Resume

Pasien laki-laki berumur 38 tahun datang dengan keluhan benjolan pada mata

kanan atas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya berupa benjolan

kecil yang terasa nyeri dan gatal kemudian semakin lama semakin membesar

sehingga kelopak kanan atas merah dan bengkak. Pasien mengaku benjolan

tersebut pecah dan mengeluarkan cairan nanah berwarna putih kekuningan 2 hari

lalu. Sekarang benjolan tidak terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di

bagian kelopak mata kanan atas. Benjolan terasa lunak dan saat diraba terasa

hangat.

Pada pemeriksaan fisik :

Visus OD : 5/5 E

Visus OS : 5/5 E

Palpebra Superior OD : Konjungtiva Tarsalis Superior OD :

Edema (+) - Hiperemis (+)

Hiperemis (+)

Benjolan (+)

3.5 Diagnosis Kerja

Hordeolum eksternum OD

3.6 Diagnosis Banding

-

3.7 Manajemen

Rencana terapi :

- Insisi dan kuretase hordeolum

- Antibiotik sistemik : Amoxicilin 3x500 mg

- Obat tetes Cendo Xitrol (Dexametason 0.1%, Neomisin sulfat 3.5

mg/ml, Polimiksin B sulfat 6000 iu/ml) 2 tetes setiap 6 jam

3.8 Prognosis

- Quo Ad Vitam : Ad Bonam

- Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam

- Quo Ad Sanactionam : Ad bonam

- Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada

kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion

akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar

kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum,

sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum

eksternum.3 Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan

mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan.1

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga

terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang

kurang. Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan

konjungtivitis menahun.4

A. Anatomi Palpebra

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat

menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea

dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;

palpebra inferior menyatu dengan pipi. 6

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam

terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan

fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). 6

1. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Musculus orbikularis okuli

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi

fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian

orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat

di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum

orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian

orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.

3. Jaringan areolar

Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis

subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa

padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan

penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak

atas dan 20 buah di kelopak bawah).

5. Konjungtiva palpebra

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra 11

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi

tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula

Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang

bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah

modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.

Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat

muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula

Meibom atau tarsal). 6

Gambar 2. Potongan melintang palpebra 11

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior

palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui

kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. 6

Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.

Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira

0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale

adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara

tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. 6

Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra

superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus

inferior. 6

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,

bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks

orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan

bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus

Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus

rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus

obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan

orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus

simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. 6

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V

(Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V

(Trigeminus). 6

B. Hordeolum

1. Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar

Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum

interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial

adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll. 6

2. Klasifikasi

Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.

Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1

a. Hordeolum eksternum

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau

Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada

hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.

Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan

mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).

Gambar 2. Hordeolum Eksternum 11

b. Hordeolum internum

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang

terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit

konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih

besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum,

benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak

dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak

memecah sendiri (Gbr.3).

Terdapat 2 fase pada hordeolum yaitu :

- Fase inflitratif : pada fase ini terdapat gejala khas itu terdapat nyeri

dan tanda-tanda peradangan

- Fase supuratif : pada fase ini peradangan sudah reda dan tidak terdapat

rasa nyeri. Pada tahap ini perlu dilakukan insisi dan kuretase

3. Epidemiologi

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan

jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada

praktek kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.12

4. Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus

hordeolum. 4

5. Faktor resiko

Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 5

a. Penyakit kronik.

b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.

c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.

d. Diabetes.

e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.

f. Riwayat hordeolum sebelumnya.

g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.

Gambar 3. Hordeolum Internum 11

6. Patogenesis

Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan

pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus

aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi

pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan

mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi

pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak

gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik.

Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom

di lempeng tarsal.14,15

7. Manifestasi klinis

a. Gejala 3,4

1) Pembengkakan.

2) Rasa nyeri pada kelopak mata.

3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.

4) Penglihatan terganggu

5) Rasa tidak nyaman saat berkedip

6) Sekret purulen di mata

7) Iritasi pada mata

8) Sensitivitas terhadap cahaya

b. Tanda 1,8

1) Eritema.

2) Edema.

3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.

4) Seperti gambaran absces kecil.

9. Diagnosis

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

oftalmologis.13

10. Penatalaksanaan

a. Preventif:

- Jaga kebersihan mata dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh mata

- Jangan menyetuh mata yang sehat setelah menyentuh mata yang sakit

- Tidak memakai kosmetik pada mata yang sakit

- Hindari penggunaan kontak lensa selama mata belum sembuh

- Menggunakan sapu tangan atau tissue bersih untuk memegang mata

yang sakit

- Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian atau saat

mengendarai motor

b.Promotif :

- Memberikan edukasi bahwa penyakit ini kebanyakan disebabkan oleh

infeksi dan penyakit gampang menular dan bagaimana cara

pencegahannya

c. Kuratif :

Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 9

- Farmakologi

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam

tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar

daerah hordeolum.4

1) Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam

selama 7-10 hari. 4 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata

untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang

ringan.10

2) Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda

pembesaran kelenjar limfe di preauricular.4 Pada kasus hordeolum

internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan

cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7

hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan

clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau

klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. 10

- Pembedahan

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur

pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada

hordeolum.9

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan

pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau

lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi : 7

1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak

lurus pada margo palpebra.

2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi

jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep

antibiotik. 7

Gambar 4. Insisi hordeolum10

- Non Medikamentosa

Kompres hangat 3 - 4 kali sehari selama 10 - 15 menit tiap kalinya

untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan

mencoba memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri. Bersihkan

kelopak mata dengan air bersih

d. Rehabilitatif :

Pasien kontrol kembali 1 minggu lagi untuk melihat efek pengobatan dan

untuk dilakukan insisi dan kuretase

11. Komplikasi

Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis

palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan

septum orbita dan abses palpebra.14

12. Pencegahan

Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut : 14

a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan

sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap

hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.

c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak

terkontaminasi oleh kuman.

d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

13. Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata

tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi

yang sesuai.14

BAB 3

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu

terdapat benjolan di kelopak mata kanan atas. Keluhan ini dirasakan 1 minggu pasien

datang ke rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecil yang terasa nyeri dan gatal

kemudian semakin lama semakin membesar sehingga kelopak kanan bawah merah

dan bengkak. Benjolan terasa lunak dan saat diraba terasa hangat. Pasien mengaku

benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan cairan nanah berwarna putih kekuningan 2

hari lalu. Sekarang benjolan tidak terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di

bagian kelopak mata kanan atas. Pasien merasa tidak nyaman saat berkedip. Visus

pasien normal dan tidak terganggu, Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis pada

hordeolum.

Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata

superior kanan terdapat daerah yang berwarna kemerahan dan tidak ada benjolan.

Pada inspeksi terlihat benjolan besar di palpebra superior mata kanan. Hal ini sesuai

dengan keadaan klinis hordeolum eksternum terjadi apabila yang terkena kelenjar

yang berada di anterior palpebra yaitu pada kelenjar Moll atau Zeiss dengan

kemerahan dan bengkak yang mengarah ke kulit. Hal ini membedakan hordeolum

interna dengan externa. Pada hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar

Meibom. Benjolan nampak dari dalam konjungtiva palpebra.

Edema pada kelopak mata kanan superior disebabkan adanya peningkatan

permeabilitas pembuluh darah. Gejala ini disebabkan infeksi atau peradangan pada

kelenjar Moll atau Zeiss di kelopak mata bagian bawah. Penyebab dari hordeolum

adalah infeksi bakteri, biasanya bakteri Staphylococcus (Staphylococcus aureus).

Pasien saat datang ke rumah sakit sudah tidak mengalami rasa nyeri lagi dan

tanda peradangan hanya tersisa sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang

dalam tahap supurasi.

Berdasarkan gejala dan tanda yang didapat pada pasien ini disimpulkan bahwa

pasien ini mengalami hordeolum ekstenum fase supurasi pada mata kanannya.

Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah Cendo xytrol tetes, dan

amoxicilin oral. C xytrol merupakan salah satu contoh antibiotika steroid yang

memberikan efek sangat baik pada peradangan utamanya pada hordeolum. Obat ini

mengurangi permeabilitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan

mengurangi pembentukan jaringan parut atau scar. Asam mefenamat merupakan salah

satu jenis dari obat anti inflamasi non steroid yang dapat mengurangi keluhan merah

atau tanda peradangan lainnya pada hordeolum. Amoxicilin per oral diberikan sebagai

antibiotik untuk menghambat penyebaran infeksi bakteri, dan mencegah timbulnya

infeksi pasca insisi.

Prognosis pada penderita baik, karena sebagian besar hordeolum akan sembuh

sendiri, tidak berbahaya bagi mata dan tidak mengganggu penglihatan.

BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. 1996. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

2. American Academy of Ophthalmology. 2008. Classification and Management

of Eyelid Disorders. In Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Singapore:

Lifelong Education Ophthalmologist. pp 165-167.

3. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis.

Dalam Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 81-82

4. Ilyas,Sidharta. 2005. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd

edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 58-60

5. Ehranheus, Michael P. Hordeolum. Diakses dari: http://www.emedicine.com

pada tanggal 30 Maret 2013.

6. http://www.prod.hopkins-abxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_

chalazion.html

7. http://dermatlas.med.jhml.edu/derm

8. http://dokterie.wordpress.com/2010/03/09/hordeolum/

9. http://indonesiaindonesia.com/f/13173-hordeolum/

10. http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html

11. http://www.emedicine.com/oph/LID.html

12. http://www.emedicine.com/emerg/OPHTHALMOLOGY.htm

13. http://www.3-rx.com/stye/default.php

14. http://www.emedicinehealth.com/script.main/art.asp?

articlekey=58821&page=1