Upload
septian-edi-siswanto
View
62
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 1/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 65
STRATEGI PENGENDALIAN HAMA TERPADUTANAMAN PADI DALAM PERSPEKTIF PRAKTEK
PERTANIAN YANG BAIK (GOOD AGRICULTURAL
PRACTICES )1)
Baehaki Suherlan Effendi
Balai Besar Peneli tian Tanaman Padi
Jalan Raya No. 9, Sukamandi , Subang 41256
Pengembangan Inovas i Per tan ian 2(1 ), 2009: 65-78
1) Naskah disari kan dar i bahan Orasi Profesor
Riset yang disampaikan pada tanggal 4 Mei
2006 di Bogor.
PENDAHULUAN
Sampai saat ini hama masih menjadi ken-
dala bagi petani. Hampir di setiap musim
terjadi ledakan hama pada pertanaman
padi. Hama utama tanaman padi antara lain
adalah tikus, penggerek batang padi, dan
wereng coklat. Beberapa hama lainnya
yang berpotensi merusak pertanaman padi
adalah wereng punggung putih, wereng
hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat
daun, dan walang sangit.
Serangan hama tikus di Indonesia men-
capai puncaknya pada tahun 1998, dengan
luas serangan 159.000 ha dan intensitas
serangan 24,8%. Penggerek batang me-
rupakan serangga hama yang terdapat
pada semua ekosistem padi dan menyerang
tanaman sejak di persemaian hingga per-
tanaman. Pada tahun 1990, luas serangan
penggerek batang padi put ih (Scirpo-
phaga innotata) pada pertanaman padi
mencapai 135.000 ha (Biro Pusat Statistik
1991).Wereng coklat ( Nilaparvata lugens)
merupakan hama yang sangat merugikan
perpadian di Indonesia, dengan serangan-
nya sampai puso pada areal yang luasdalam waktu yang singkat. Hama ini mudah
beradaptasi membentuk biotipe baru dan
dapat mentransfer virus kerdil hampa dan
virus kerdil rumput yang daya rusaknya
lebih hebat dari hama wereng coklat itu
sendiri.
Pada periode 1970-1980, luas serangan
wereng coklat mencapai 2,5 juta ha
(Baehaki 1986). Dalam periode 1980-1990,
luas serangannya menurun menjadi 50.000
ha, dan dalam periode 1990-2000 me-
ningkat hingga sekitar 200.000 ha (Baehaki
1999). Pada 2005 serangan wereng coklat
terpusat di Jawa dengan menyerang 56.832
ha pertanaman padi.
Berdasarkan penelaahan terhadap
serangan organisme pengganggu tanaman
sejak 1985-1995, daerah hama dan penyakit
pada persawahan di Indonesia dapat
dibagi ke dalam single dangerous pest
area (SDPA), disebabkan oleh tungro atau
wereng coklat saja; double dangerous pest
areas (DDPA), disebabkan oleh tungro danwereng coklat atau oleh wereng coklat dan
penggerek; triple dangerous pest areas
(TDPA), disebabkan wereng coklat,
penggerek, dan tungro, bahkan akan
berkembang ke quartet dangerous pest
area (QDPA) (Baehaki dan Hasa-nuddin
1995).
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 2/14
66 Baehaki Suherlan Effendi
Teknologi yang dikembangkan untuk
mengendalikan hama dan pertanaman padi
didasarkan kepada konsep pengendalian
hama terpadu (PHT) dengan mempertim-
bangkan ekosistem, stabilitas, dan ke-
sinambungan produksi sesuai dengan
tuntutan praktek pertanian yang baik
(Good Agricultural Practices, GAP).
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
lingkungan hidup telah mendorong per-
lunya memprioritaskan aspek kelestarian
lingkungan dan faktor keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dalam pengambilankeputusan ekonomi (Departemen Perta-
nian 2003).
Pemahaman Tentang PHT
Sejalan dengan perkembangan ilmu pe-
ngetahuan dan teknologi, PHT tidak lagi
dipandang sebagai teknologi, tetapi telah
menjadi suatu konsep dalam penyelesaian
masalah lapangan (Kenmore 1996). Waage(1996) menggolongkan konsep PHT ke
dalam dua kelompok, yaitu konsep PHT
teknologi dan PHT ekologi. Konsep PHT
teknologi merupakan pengembangan lebih
lanjut dari konsep awal yang dicetuskan
oleh Stern et al . (1959), yang kemudian di-
kembangkan oleh para ahli melalui agenda
Earth Summit ke-21 di Rio de Janeiro pada
tahun 1992 dan FAO. Tujuan dari PHT
teknologi adalah untuk membatasi peng-
gunaan insektisida sintetis dengan mem-
perkenalkan konsep ambang ekonomi se-
bagai dasar penetapan pengendalian ha-
ma. Pendekatan ini mendorong penggan-
tian pestisida kimia dengan teknologi
pengendalian alternatif, yang lebih banyak
memanfaatkan bahan dan metode hayati,
termasuk musuh alami, pestisida hayati,
dan feromon. Dengan cara ini, dampak
negatif penggunaan pestisida terhadap
kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi
(Untung 2000).
Konsep PHT ekologi berangkat dari
perkembangan dan penerapan PHT dalam
sistem pertanian di tempat tertentu. Dalam
hal ini, pengendalian hama didasarkan
pada pengetahuan dan informasi tentang
dinamika populasi hama dan musuh alami
serta keseimbangan ekosistem. Berbeda
dengan konsep PHT teknologi yang masih
menerima teknik pengendalian hama secara
kimiawi berdasarkan ambang ekonomi,konsep PHT ekologi cenderung menolak
pengendalian hama dengan cara kimiawi.
Dalam menyikapi dua konsep PHT ini,
kita harus pandai memadukannya karena
masing-masing konsep mempunyai ke-
lebihan dan kekurangan. Hal ini disebab-
kan bila dua konsep tersebut diterapkan
tidak dapat berlaku umum.
Sejarah dan Perkembangan PHT
Upaya peningkatan produksi padi secara
nasional sudah dimulai sejak 1969 melalui
Program Bimas Gotong Royong, dengan
menerapkan teknologi panca usaha secara
parsial berupa varietas unggul IR5 dan IR8,
pemupukan, dan penyemprotan hama dari
udara. Inovasi ini berhasil meningkatkan
produksi beras menjadi 12,25 juta ton pada
tahun 1969 dari 11,67 juta ton pada tahun
1968. Pada tahun 1970 diterapkan panca
usaha lengkap dengan menambah kom-
ponen teknologi pengairan sehingga pro-
duksi padi terus meningkat dengan makin
meluasnya areal pertanaman padi ajaib IR5
dan IR8 (Satari 1983).
Penerapan konsep PHT secara sek-
sama dimulai pada tahun 1976 dan sejak
tahun 1989 dikembangkan program PHT.
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 3/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 67
Program tersebut telah membawa Indo-
nesia diakui oleh dunia internasional ber-
hasil mengembangkan PHT. Dukungan
politik bagi pengembangan PHT secara
luas dapat dilihat dari Instruksi Presiden
No.3 tahun 1986 yang melarang 57 for-
mulasi insektisida pada tanaman padi
(Untung 2000). Keberhasilan Indonesia
dalam mengembangkan PHT tentu tidak
terlepas dari peran aktif berbagai pihak,
termasuk petani sendiri. Dalam periode
1989-1999 melalui program Sekolah La-
pang PHT (SLPHT) Departemen Pertani-an berhasil melatih lebih dari satu juta
petani, khususnya untuk tanaman padi
dan tanaman pangan lainnya. Hal ini tentu
penting artinya dalam meningkatkan ke-
sejahteraan petani melalui PHT dalam
praktek pertanian yang baik.
FILOSOFI DAN TAKTIK PHT
Filosofi pengendalian hama menyangkuttiga dasar pokok pengendalian perangkat
lunak ( soft control ), satu dasar pokok pe-
ngendalian perangkat keras (hard control ),
dan lintasan kritis (critical path) (Baehaki
1992). Tiga dasar pokok pengendalian de-
ngan perangkat lunak adalah kultur teknis,
varietas unggul, dan musuh alami. Satu
dasar pokok perangkat keras adalah pe-
ngendalian langsung dengan membunuh
hama berdasar nilai ambang ekonomi yang
merupakan lintasan kritis pemandu pe-
ngendalian perangkat keras.
Dasar filosofi tersebut kemudian di-
jabarkan dalam taktik-taktik pengendalian
yang disesuaikan dengan masalahnya.
Taktik pengendalian dengan tanaman
inang tahan paling banyak digunakan.
Keuntungan penggunaan tanaman inang
tahan dalam pengendalian hama adalah
bersifat permanen dalam beberapa hal atau
persisten untuk jangka waktu yang lama,
kompatibel dengan taktik atau metode
pengendalian lainnya, selaras dengan
sistem ekologi dan lingkungan, selaras
dengan upaya peningkatan produksi
secara ekonomi, aman, efektif, dan mudah
diadopsi (Anonymous 2002a).
Taktik kultur teknis (cultural control
atau ecological management ) adalah taktik
memanipulasi lingkungan untuk membuat
ketidakcocokan hama pada suatu ling-
kungan dengan cara mengganggu siklusreproduktif, mengeliminasi makanan, dan
membuat lingkungan lebih cocok untuk
perkembangan musuh alami. Walaupun
sudah tergolong tua, metode kultur teknis
masih efektif menekan tingkat serangan
hama dan diterima luas dalam implementasi
teknologi PHT. Tujuan akhir dari taktik
kultur teknis adalah menemukan link yang
lemah dari siklus musiman hama sehingga
hama tidak berkembang (Anonymous
2002b).Taktik pengendalian hayati sebagai isu
lingkungan berskala internasional mem-
punyai keunggulan yaitu dapat bersifat
permanen dalam mempertahankan popu-
lasi hama pada tingkat yang aman, tidak
mencemari lingkungan, ekonomis, dan
kompatibel dengan teknik pengendalian
lainnya. Namun demikian, teknik pengen-
dalian hayati dalam implementasinya tidak
dapat mengatasi setiap masalah hama
(Anonymous 2002c).
Taktik pengendalian yang banyak dipa-
kai saat ini adalah penggunaan insektisida
manakala usaha dengan taktik yang telah
disebutkan di atas tidak berhasil. Oleh
karena itu, insektisida kimia tampaknya
masih diperlukan meskipun pengguna-
annya harus dibatasi (Anonymous 2002d).
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 4/14
68 Baehaki Suherlan Effendi
KETERKAITAN PHT DENGAN
PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK
PHT dalam Konteks Produksi Padi
Luas panen padi pada tahun 2003 tercatat
11,48 juta hektar dan produksi padi pada
tahun tersebut mencapai 52,08 juta ton,
meningkat 1,14% dibanding tahun 2002
(51,49 juta ton). Kenaikan produksi me-
rupakan dampak dari peningkatan pro-
duktivitas padi, dari 4,47 t/ha pada tahun
2002 menjadi 4,52 t/ha pada tahun 2003.Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
teknologi, termasuk pengendalian hama
dan penyakit, memegang peranan penting.
Dengan asumsi tidak ada terobosan
teknologi maka produksi padi pada tahun
2020 diproyeksikan 57,4 juta ton. Semen-
tara itu jumlah penduduk Indonesia pada
tahun yang sama diperkirakan 262 juta ji-
wa dengan laju pertumbuhan penduduk
1,27%/ tahun. Apabila konsumsi beras per
kapita masih tetap 134 kg/tahun makakebutuhan beras pada tahun 2020 men-
capai 35,1 juta ton atau setara dengan 65,9
juta ton gabah kering giling (GKG). Kalau
produksi padi tidak meningkat berarti pada
tahun 2020 terjadi kekurangan beras 4,5
juta ton atau setara dengan 8,5 juta ton
GKG (Budianto 2002).
Untuk mengatasi kekurangan pangan
perlu adanya terobosan peningkatan pro-
duksi padi. Pengalaman di lapangan me-
nunjukkan bahwa produktivitas padi ma-
sih dapat ditingkatkan melalui implemen-
tasi program PHT. Dalam praktek PHT, hasil
padi petani di Karawang pada MK 1995
masih meningkat hingga 37% dengan pe-
nanaman varietas tahan hama wereng dan
meningkat 46,3% untuk varietas tidak ta-
han (Baehaki et al . 1996).
PHT Mendukung Praktek
Pertanian yang Baik
Aspek keselamatan, kesehatan, dan ling-
kungan pada keseluruhan proses produksi
sampai pemasaran dinilai dengan Interna-
tional Standardization Organization (ISO)
yang dikenal dengan pendekatan sistem
mutu dan keamanan pangan, termasuk di
dalamnya Sistem Manajemen ISO 9000
tentang Manajemen Mutu, ISO 14000
tentang Manajemen Lingkungan, dan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tentang Sistem Manajemen
Keamanan Pangan. Produk yang berkuali-
tas harus memiliki empat kriteria yaitu: (1)
memenuhi sifat keindraan ( sensory pro-
perties) yang meliputi rasa, penampilan,
bau, dan warna; (2) memenuhi nilai nutrisi
(nutritional value) yang menyangkut isi
nutrisi, vitamin, dan tidak terdapat hal yang
tidak diinginkan seperti zat yang menim-
bulkan alergi; (3) menenuhi kualitas ke-
sehatan (hygienic quality) yang me-nyangkut kebersihan, kesegaran, tidak ada
serangga, tidak menjijikkan; dan (4) me-
menuhi aspek keamanan pangan ( food
safety) yang menyangkut tidak adanya
mikroorganisme penyebab penyakit, tidak
berisi zat toksik seperti pestisida, logam
berat, mikotoksin, dan tidak ada tipuan
(Frost 2001).
GAP dapat diaplikasikan dalam ren-
tang waktu dan daerah yang luas terhadap
sistem pertanian dengan skala yang
berbeda. GAP digunakan dalam sistem
pertanian berkelanjutan yang mencakup
PHT, pengelolaan hara terpadu, penge-
lolaan gulma terpadu, pengelolaan irigasi
terpadu, dan pemeliharaan (conservation)
lahan pertanian. Penerapan PHT diper-
lukan dalam sistem produksi pertanian
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 5/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 69
berkelanjutan. Oleh karena itu, GAP harus
memiliki empat prinsip utama:
1. Penghematan dan ketepatan produksi
untuk ketahanan pangan ( food se-
curity), keamanan pangan ( food safety),
dan pangan bergizi ( food quality).
2. Berkelanjutan dan bersifat menambah
(enhance) sumber daya alam.
3. Pemeliharaan kelangsungan usaha per-
tanian ( farming enterprise) dan men-
dukung kehidupan yang berkelanjutan
( sustainable livelihoods).
4. Kelayakan dengan budaya dan ke- butuhan suatu masyarakat ( social
demands).
Aspek yang akan disentuh oleh elemen
GAP di bidang “perhamaan” adalah pro-
teksi tanaman. Hal ini membutuhkan
strategi pengelolaan risiko, yang menca-
kup penggunaan tanaman tahan hama dan
penyakit, rotasi tanaman pangan dengan
pakan ternak, ledakan penyakit pada ta-
naman peka, dan penggunaan bahan kimiaseminimal mungkin untuk mengendalikan
gulma, hama, dan penyakit dengan meng-
ikuti konsep PHT. GAP akan menjangkau
beberapa aktivitas yang berkaitan dengan
pengendalian hama sebagai berikut:
1. Penggunaan varietas tahan dalam pro-
ses pelepasan beruntun ( sequ en-
cetial ), asosiasi, dan kultur teknis
untuk mencegah perkembangan hama
dan penyakit.
2. Pemeliharaan keseimbangan biologi
antara hama dan penyakit dengan mu-
suh alami.
3. Adopsi praktek pengendalian meng-
gunakan bahan organik bila memung-
kinkan.
4. Penggunaan teknik pendugaan hama
dan penyakit bila telah tersedia.
5. Pengkajian semua metode yang me-
mungkinkan, baik dalam jangka pen-
dek maupun jangka panjang, terhadap
sistem produksi dan implikasinya ter-
hadap lingkungan guna meminimalkan
pemakaian bahan kimia pertanian,
khususnya dalam meningkatkan adop-
si teknologi PHT.
6. Penyimpanan dan penggunaan bahan
kimia yang sesuai dan teregistrasi
untuk individu tanaman serta waktu,
dan interval penggunaan sebelum
panen.
7. Pengamanan penyimpanan bahan kimia
dan hanya digunakan oleh personelyang sudah terlatih dan memiliki pe-
ngetahuan (knowledgeable persons).
8. Pengamanan peralatan yang diguna-
kan untuk mengatasi bahan kimia de-
ngan meningkatkan keamanan dan
pemeliharaan standar.
9. Pemeliharaan catatan secara akurat
terhadap insektisida yang dipakai.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan
produk yang baik harus mengikuti standar GAP yang dalam proses produksinya
mengikuti kaidah PHT. Sebagai acuan
yang dapat dipakai adalah EUREPGAP
untuk sayuran dan buah-buahan. Masalah
perlindungan tanaman tercantum pada
pasal 8 yang terbagi ke dalam 13 subpasal
(Pusat Standardisasi dan Akreditasi 2003).
Hubungan PHT dengan Pertanian
Berkelanjutan
Sistem pertanian berkelanjutan merupakan
tujuan jangka panjang PHT dengan sa-
saran pencapaian produksi tinggi, produk
berkualitas, perlindungan dan peningkat-
an kemampuan tanah, air, dan sumber daya
lainnya, pembangunan perekonomian desa
agar makmur (thriving ), dan kehidupan
yang lebih baik bagi keluarga petani dan
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 6/14
70 Baehaki Suherlan Effendi
komunitas pertanian pada umumnya. Hal
ini baru akan terwujud pada beberapa
dekade mendatang karena pertanian ber-
kelanjutan sampai saat ini belum memiliki
model atau alternatif dalam hubungannya
dengan pertanian yang ekonomis yang
dapat dirujuk (Earles 2002).
Pengembangan PHT dalam pertanian
berkelanjutan didasari oleh terjadinya re-
sistensi hama terhadap insektisida, ledak-
an hama sekunder, dan pencemaran ling-
kungan akibat pemakaian insektisida. Di
lain pihak, pengembangan pertanian berkelanjutan didasari oleh munculnya
gerakan pertanian organik pada tahun 1920
dan 1930-an. Gerakan ini menuntut per-
lunya pengkajian pengaruh pupuk sintetis
terhadap kualitas tanah, penyediaan pa-
ngan bagi penduduk dunia yang tumbuh
dramatis, dan revolusi hijau yang telah
menyebabkan meningkatnya penggunaan
varietas unggul yang responsif terhadap
pupuk sintetis dan penggunaan pestisida
secara tidak bijaksana dalam pengendali-an organisme pengganggu tanaman
(Ohmart 2002).
Konsep pertanian berkelanjutan mun-
cul akibat implementasi pertanian modern
yang menurunkan kualitas sumber daya
alam. Pertanian modern dengan input
tinggi mampu meningkatkan hasil tanaman,
namun di sisi lain menimbulkan kerusakan
lingkungan yang untuk memperbaikinya
diperlukan biaya yang besar. Kerusakan
lingkungan antara lain terlihat dari hi-
langnya permukaan tanah, pencemaran air,
hilangnya biodiversitas, ketergantungan
pada sumber daya yang tidak dapat di-
perbarui, meningkatnya biaya produksi
dan jatuhnya harga hasil pertanian, me-
nurunnya komunitas desa, dan makin ba-
nyaknya petani. Di Jalur Pantura, misalnya,
telah terjadi pengurangan biodiversitas
serangga hama karena hilangnya serangga
Thaia oryzicola dan Recilia dorsalis
(Baehaki 2002). Hal ini akan mempengaruhi
atau mengubah rantai makanan hama yang
dikhawatirkan berpotensi merusak tanam-
an budi daya.
PHT dalam pertanian berkelanjutan
dalam proses produksinya sangat mem-
perhatikan keadilan terhadap masyarakat,
khususnya petani produsen dan konsu-
men. Oleh karena itu, perlu diterapkan eko-
label yang memberi penghargaan (reward-
ing ) kepada petani yang telah berproduksi
dengan benar. Juga perlu memperhatikankonsumen yang turut berkontribusi dalam
pengembangan pertanian yang baik, mem-
beri peluang kepada petani untuk membe-
dakan sendiri pasar/tempat penjualan, dan
bahkan bila perlu ada kontrak antara petani
produsen dan pedagang. Penerapan eko-
label sangat dimungkinkan bila didasari
oleh kesepakatan pemberian penghargaan
kepada pihak yang terlibat, misalnya insen-
tif bagi produsen yang telah berjasa dalam
praktek pertanian yang baik. Di lain pihak,konsumen dapat menggunakan kekuatan
daya belinya dalam mempengaruhi praktek
produsen, dan pengembang (developer )
dapat pula menyusun suatu agenda eko-
label antara produsen dan konsumen.
Mereka tentu diharapkan mengerti dan
mampu mempraktekkan konsep PHT dalam
pertanian berkelanjutan setelah mende-
ngar, melihat, dan merasakan betapa pen-
tingnya kehidupan di masa mendatang.
ALTERNATIF KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI PHT DALAM
PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK
MENUJU PERTANIAN
BERKELANJUTAN
PHT mempunyai dampak yang besar
terhadap produksi pertanian manakala
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 7/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 71
dalam pelaksanaannya ada kekeliruan,
seperti penggunaan pestisida yang sangat
toksik, residu di atas batas maksimum re-
sidu (BMR), dan pencemaran lingkungan,
yang pada akhirnya merusak kesehatan
masyarakat. Alternatif kebijakan imple-
mentasi PHT untuk mencapai praktek per-
tanian yang baik menuju pertanian ber-
kelanjutan diuraikan berikut ini.
Pemilihan Varietas Tahan dan
Hemat Energi
Keberlanjutan pertanian antara lain di-
tentukan oleh penggunaan varietas tahan
hama penyakit dan hemat energi. Usaha
untuk menghasilkan varietas yang hemat
energi di antaranya adalah dengan meng-
ubah tipe tanaman C3 menjadi C4, atau
mengubah arsitektur tanaman menjadi
lebih produktif, misalnya padi tipe baru
dengan anakan sedikit dan bentuk daun
yang memiliki kemampuan lebih tinggiuntuk berfotosintesis sehingga dapat ber-
produksi lebih tinggi (Cantrell 2004).
Dalam memilih varietas yang akan di-
tanam, nilai tambah produksi dan pema-
saran juga perlu diperhitungkan. Hal ini
penting artinya karena setiap varietas
mempunyai karakter yang berbeda; ada
yang cocok untuk dibuat bihun, beras
kristal, nasi goreng, dan sebagainya. Da-
lam praktek pertanian yang baik, petani
perlu dibimbing dalam memilih varietas
yang tidak rakus hara, hemat air, tahan
hama dan penyakit, dan berproduksi
normal di mana pun ditanam. Ini penting
artinya agar mereka tidak menggunakan
input secara berlebihan, baik pupuk, air
maupun pestisida, sebagaimana yang
dikehendaki oleh kaidah praktek pertanian
yang baik menuju keberlanjutan sistem
produksi.
Dalam kesempatan ini dianjurkan ke-
pada para pemulia tanaman untuk me-
nyusun program perakitan varietas padi
yang hemat energi, tahan hama dan pe-
nyakit, dan berproduksi normal di mana
pun ditanam. Paradigma baru pemuliaan
tanaman ini seyogianya dapat dijabarkan
ke dalam rencana strategis penelitian padi
nasional. Pembentukan varietas padi tahan
hama penyakit dan hemat energi sesuai
dengan dinamika paradigma pembentukan
varietas unggul baru dari zaman ke zaman.
Teknologi Pengendalian Hama
secara Hayati
Pengendalian hayati secara inundasi ada-
lah memasukkan musuh alami dari luar
dengan sengaja ke pertanaman untuk
mengendalikan hama. Inundasi yang dapat
dilakukan adalah penggunaan cendawan
Beauveria bassiana dan Metarhizium
anisopliae sebagai agens hayati.Efektivitas biakan B. bassiana terha-
dap wereng coklat mencapai 40% (Baehaki
et al . 2001). Cendawan ini selain dapat
mengendalikan wereng coklat, juga dapat
digunakan untuk mengendalikan walang
sangit (Tohidin et al . 1993), Darna cate-
nata (Daud dan Saranga 1993), dan lembing
batu (Caraycaray 2003). Formulasi cenda-
wan M. anisopliae dapat menurunkan
populasi hama sampai 90%.
Pengendalian hama secara biodynamic
dengan memanfaatkan agens pengendali
hayati terus meningkat, terutama oleh
petani alumni SLPHT. Oleh karena itu perlu
pembinaan dalam rangka pemberdayaan
petani alumni SLPHT yang telah terhimpun
dalam wadah atau organisasai yang me-
ngembangkan usaha-usaha penerapan
PHT. Organisasi yang telah ada antara lain
adalah Paguyuban Petani PHT, Ikatan
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 8/14
72 Baehaki Suherlan Effendi
Petani PHT Indonesia, Pos IPAH (Pos
Pelayanan Agens Hayati, Sumatera Barat),
Puspahayati (Pusat Pengembangan Agens
Hayati, Jawa Tengah), dan PPAH (Pusat
Pelayanan Agens Hayati, Jawa Timur).
Pergiliran Varietas Antarmusim
Hama tanaman padi tidak akan meledak
sepanjang musim dan peningkatan po-
pulasinya hanya terjadi pada musim hu-
jan. Pada musim kemarau, populasi hama,misalnya wereng, cenderung rendah, ke-
cuali pada musim kemarau yang banyak
hujan atau di daerah cekungan.
Pergiliran varietas berdasarkan gen
ketahanan yang terkandung pada tanaman
padi untuk menghadapi tingkat biotipe
wereng coklat. Pada daerah wereng coklat
biotipe 1, pertanaman padi diatur dengan
menanam varietas yang mempunyai gen
tahan Bph1, bph2 dan Bph3 pada musim
hujan. Pada musim kemarau dapat ditanamvarietas padi yang tidak mempunyai gen
tahan. Pergiliran varietas pada daerah
wereng coklat biotipe 2 dilakukan dengan
menanam varietas yang mempunyai gen
tahan bph2 dan Bph3 pada musim hujan.
Pada musim kemarau ditanam varietas yang
mempunyai gen Bph1. Pergiliran varietas
pada daerah wereng coklat biotipe 3
dilakukan dengan menanam varietas yang
mempunyai gen tahan Bph1+ dan Bph3
pada musim hujan. Pada musim kemarau
ditanam varietas dengan gen tahan Bph1
dan bph2.
Pengaturan pertanaman di dalam
musim juga diperlukan untuk menangkal
serangan wereng coklat dan penggerek
batang padi, yaitu pada awal musim hujan
menanam varietas tahan yang berumur
pendek dan pada pertengahan musim
sampai akhir musim hujan menanam
varietas yang tidak tahan ataupun tahan
wereng coklat dan berumur panjang.
Teknologi Pengendalian Hama
Padi dengan Sistem Integrasi
Palawija pada Pertanaman Padi
(SIPALAPA)
Para ahli agroekologi sedang mengenal-
kan intercropping , agroforestry, dan me-
tode diversifikasi lainnya yang menyeru-
pai proses ekologi alami (Alteri 2002). Halini penting artinya bagi keberlanjutan
kompleks agroekosistem. Pengelolaan
agroekologi harus berada di garis depan
untuk mengoptimalkan daur ulang nutrisi
dan pengembalian bahan organik, alir
energi tertutup, konservasi air dan tanah,
serta keseimbangan populasi hama dan
musuh alami.
Hama dan penyakit tanaman padi juga
dapat dikendalikan berdasarkan agro-
ekologi, antara lain dengan sistem integrasi palawija pada pe rtanaman padi (SI-
PALAPA). Sistem ini berupa pertanaman
polikultur, yaitu menanam palawija di
pematang pada saat ada tanaman padi.
SIPALAPA dapat menekan perkem-
bangan populasi hama wereng coklat dan
wereng punggung putih. Hal ini dise-
babkan adanya predator Lycosa pseu-
doannulata, laba-laba lain , Paederus
fuscifes, Coccinella, Ophionea nigro-
fasciata, dan Cyrtorhinus lividipennis
yang mengendalikan wereng coklat dan
wereng punggung putih. Demikian juga
parasitasi telur wereng oleh parasitoid
Oligosita dan Anagrus pada pertanaman
SIPALAPA lebih tinggi daripada per-
tanaman padi monokultur.
Penerapan teknologi SIPALAPA dapat
meningkatkan keanekaragaman sumber
daya hayati fauna dan flora (biodiversitas).
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 9/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 73
Penanaman kedelai atau jagung pada pe-
matang sawah terbukti dapat memperkaya
musuh alami, mempertinggi dinamika dan
dialektika musuh alami secara dua arah
antara tanaman palawija dan padi. Dalam
praktek pertanian yang baik, pada pasal
13.b disebutkan bahwa keberhasilan usaha
tani terkait dengan upaya peningkatan
keanekaragaman hayati melalui konservasi
lahan (EUREP 2001). Hal ini dapat di-
aktualisasikan melalui aktivitas kelompok
tani dengan menghindari kerusakan dan
deteriorasi habitat, memperbaiki habitat,dan meningkatkan keanekaragaman hayati
pada lahan usaha tani.
Perbaikan Teknik Budi Daya
Perbaikan teknik budi daya merupakan al-
ternatif dalam melindungi tanaman, me-
nekan perkembangan hama, dan memu-
dahkan berkembangnya musuh alami.
Penggunaan bahan organik dan sisa-sisatanaman dalam budi daya padi dapat me-
ningkatkan perkembangan serangga
netral, serangga turis, serangga pemakan
bangkai ( scavenger ), dan serangga pe-
makan sisa bahan organik (detritus). Se-
rangga-serangga tersebut masuk ke dalam
rantai makanan predator seperti laba-laba,
P. fuscifes, Coccinella, dan Paedonia
nigrofasciata yang berguna untuk me-
nekan hama tanaman padi.
Penggunaan pupuk kimia-N secara
berlebihan selain meningkatkan populasi
hama wereng, juga mengurangi keuntung-
an usaha tani padi dan merusak lingkung-
an. Oleh karena itu, pemberian pupuk yang
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
merupakan salah satu cara dalam menekan
perkembangan hama penyakit. Teknologi
bagan warna daun (BWD) yang dikem-
bangkan oleh IRRI merupakan terobosan
dalam meningkatkan efisiensi pemupukan
karena penggunaan pupuk nitrogen (urea)
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Badan Litbang Pertanian juga telah me-
ngembangkan teknologi pemupukan P dan
K berdasarkan status hara tanah.
Pengendalian Berdasarkan
Manipulasi Musuh Alami
Pengendalian hama berdasarkan mani-
pulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar
kepada musuh alami, sebelum memakai
insektisida. Pada prinsipnya musuh alami
akan selalu berkembang mengikuti per-
kembangan hama. Selama musuh alami
dapat menekan hama maka pengendalian
dengan bahan kimia tidak diperlukan
karena keseimbangan biologi sudah ter-
capai. Namun bila perkembangan musuh
alami sudah tidak mampu mengikuti per-
kembangan hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan
taktik pengendalian yang lain, termasuk
penggunaan bahan kimia.
Teknologi pengendalian wereng coklat
menggunakan ambang kendali berda-
sarkan manipulasi musuh alami dapat
mengurangi pemakaian insektisida dan
meningkatkan pendapatan (Baehaki et al .
1996). Teknologi ini diawali dengan pe-
mantauan pada pertanaman untuk menen-
tukan ambang ekonomi wereng terkoreksi
musuh alami dengan menggunakan for-
mula Baehaki (1996). Insektisida yang
direkomendasikan dapat digunakan untuk
pengendalian hama jika ambang ekonomi
terkoreksi yang ditentukan telah terlam-
paui.
Pengendalian hama berdasarkan ma-
nipulasi musuh alami menghemat peng-
gunaan insektisida 33-75%, meskipun pada
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 10/14
74 Baehaki Suherlan Effendi
musim hujan dengan kelimpahan hama
wereng cukup tinggi. Dengan cara ini, hasil
padi di tingkat petani meningkat 36%
dengan peningkatan keuntungan 53,7%.
Ambang ekonomi bukan harga yang
tetap, tetapi berfluktuasi bergantung pada
harga gabah dan pestisida. Bila harga
gabah meningkat maka ambang ekonomi
akan turun dan sebaliknya, tetapi bila harga
insektisida naik maka ambang ekonomi
akan naik dan sebaliknya.
Teknologi Pengendalian Hama
Berdasarkan Ambang Ekonomi
Tidak semua hama dapat diformulasikan
teknologi pengendaliannya berdasarkan
musuh alami karena terbatasnya penge-
tahuan tentang korelasi perkembangan
musuh alami dengan perkembangan suatu
hama. Bagi hama yang belum ada teknologi
pengendaliannya berdasarkan perkem-
bangan musuh alami, dapat digunakanteknologi berdasarkan ambang ekonomi
tunggal atau ambang ekonomi ganda.
Di lapangan, adakalanya pertanaman
padi diserang oleh lebih dari satu macam
hama sehingga diperlukan teknologi yang
mampu mengendalikan lebih dari satu jenis
hama. Untuk itu, pengendalian dapat ber-
patokan pada ambang ekonomi hama gan-
da. Formula pengendalian hama berda-
sarkan ambang ekonomi ganda pada fase
vegetatif untuk wereng coklat-wereng
punggung putih mengikuti pola 9-0-14,
sedangkan pada fase reproduktif meng-
ikuti pola 18-0-21. Ambang ekonomi ganda
sundep-ulat grayak pada fase reproduktif
mengikuti pola 9-0-15, sundep-hydrellia
pada fase vegetatif mengikuti pola 6-0-19,
dan sundep-pelipat daun pada fase
vegetatif mengikuti pola 9-0-13 (Baehaki
dan Baskoro 2000). Pengendalian dengan
insektisida dilakukan setelah populasi
hama atau kerusakan tanaman mencapai
ambang ekonomi ganda yang telah di-
tentukan.
Minimalisasi Residu Pestisida
Penggunaan insektisida merupakan taktik
dinamis yang dilaksanakan dalam kurun
waktu pertumbuhan tanaman bila teknik
budi daya dan pengendalian hayati gagal
menekan populasi hama di bawah ambangekonomi. Penentuan ambang ekonomi
sangat penting sebagai dasar pengambilan
keputusan pengendalian. Bhat (2004)
menyebutkan bahwa ambang ekonomi
merupakan komponen yang sangat pen-
ting dalam PHT. Pengendalian hama ber-
dasarkan ambang ekonomi juga bertujuan
untuk mengatasi penggunaan bahan kimia
secara berlebihan yang berdampak ter-
hadap tingginya residu pestisida pada pro-
duk pertanian dan pencemaran lingkung-an.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. PHT merupakan pengelolaan hama
secara ekologis, teknologis, dan mul-
tidisiplin dengan memanfaatkan ber-
bagai taktik pengendalian yang kom-
patibel dalam satu kesatuan koordinasi
sistem pengelolaan pertanian berwa-
wasan lingkungan dan berkelanjutan.
2. Implementasi PHT memerlukan du-
kungan dari berbagai pihak, termasuk
petani, peneliti, pemerhati lingkungan,
penentu kebijakan, dan bahkan politisi.
Implementasi PHT dapat mendukung
keberlanjutan pengembangan pedesa-
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 11/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 75
an dengan mengamankan suplai air dan
menyediakan makanan sehat melalui
praktek pertanian yang baik.
3. PHT mengakomodasikan teknologi ra-
mah lingkungan dengan pendekatan
hayati, tanaman inang tahan, hemat
energi, budi daya, dan aplikasi pes-
tisida berdasarkan ambang ekonomi.
Bahan kimia yang digunakan harus
sesuai dengan persyaratan pengelo-
laan yang diatur dengan undang-
undang
4. PHT harus mengembangkan diversitasagroekosistem yang menguntungkan
dari pengaruh integrasi antartanaman
sehingga terjadi interaksi dan siner-
gisme, serta optimalisasi fungsi dan
proses ekosistem, seperti pengaturan
biotik yang merusak tanaman, daur
ulang nutrisi, produksi dan akumulasi
biomassa. Hasil akhir dari pola agro-
ekologi adalah meningkatnya ekonomi
dan keberlanjutan agroekologi dari
suatu agroekosistem.5. Pendekatan pertanian berkelanjutan
untuk pengelolaan hama, yang meliputi
kombinasi pengendalian hayati, kultur
teknis, dan pemakaian bahan kimia
secara bijaksana, merupakan alat dalam
merintis pertanian ekonomis, peles-
tarian lingkungan, dan menekan risiko
kesehatan. PHT, GAP, dan pertanian
berkelanjutan mengarah kepada kese-
larasan lingkungan, secara ekonomi
memungkinkan dipraktekkan, serta
memperhatikan keadilan masyarakat
( socially equitable).
Saran
Semua produk pertanian harus dapat
ditelusuri sampai ke lahan petani di mana
produk itu dihasilkan. Catatan harian usaha
tani ( farm record keeping ) ditempatkan
pada pasal paling awal, yaitu petani harus
menyimpan dan menjaga catatan yang ada
untuk membuktikan bahwa semua aktivitas
produksi telah sesuai dengan standar. Hal
ini untuk membantu menelusuri riwayat
produk dari lahan produsen ke konsumen.
Catatan harian usaha tani memuat lokasi
lahan, jenis tanah, serta varietas yang di-
tanam, dan cara pemuliaannya (konven-
sional, hibrida, PTB, hasil tenaga atom,
atau hasil rekayasa genetik-transgenik).
Demikian pula perlu dicatat pupuk yangdigunakan, kapan, dan takarannya, serta
bahan kimia yang dipakai, waktu aplikasi,
dan untuk hama atau penyakit apa saja,
waktu panen, pengemasan dan transpor-
tasi. Catatan tersebut menjadi sangat pen-
ting untuk penelusuran bila suatu produk
dibutuhkan konsumen karena kualitasnya,
atau sebaliknya produk tersebut meng-
ganggu kesehatan konsumen sehingga
konsumen dapat mengklaim produsennya.
PENUTUP
PHT dalam praktek pertanian yang baik
menuju pertanian berkelanjutan bukan
segalanya, namun praktek pertanian yang
baik menuju pertanian berkelanjutan tanpa
PHT dapat melemahkan kesinambungan
sistem produksi. Hal ini sebenarnya telah
lebih awal diisyaratkan oleh Allah SWT
dengan firman-Nya dalam Al Qur’an:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, sehingga Allah menimpakan
kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka agar mereka kembali (ke
jalan yang benar)” (Ar Ruum 30:41).
“Makan dan minumlah rizki (yang
diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi berbuat keru-
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 12/14
76 Baehaki Suherlan Effendi
sakan” (Al Baqarah 2:60). “Dan apabila dia
berpaling (dari mukamu) ia berjalan di
muka bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanaman, ternak,
sedangkan Allah tidak menyukai kebi-
nasaan” (Al Baqarah 2:205).
DAFTAR PUSTAKA
Alteri, M.A. 2002. Agroecology: Principles
and strategies for designing sustain-
able farming system. Sustainable Agri-culture Network. Sustainable Agri-
culture Research and Education
(SARE) Program. Sustainable Agri-
culture Publications, 210 UVM, Hill
Building, Burlington, VT 05405-0082. 7
pp.
Anonymous. 2002a. Integrated pests ma-
nagement, entomology, plant patho-
logy, and soil science. Host plant re-
sistance. http://eppserver.ag.utk.edu/
courses/Epp530/Resist. html.Anonymous. 2002b. Integrated pests ma-
nagement, entomology, plant patho-
logy, and soil science. Legal control
(regulatory methods). http: /eppserver.
ag.utk.edu/courses/Epp530/Legal.htm.
Anonymous. 2002c. Integrated pests ma-
nagement, entomology, plant patho-
logy, and soil science. Biological con-
trol. http://eppserver.ag.utk.edu/
courses/Epp530/BioCont.html.
Anonymous. 2002d. Integrated pests ma-
nagement, entomology, plant patho-
logy, and soil science. Chemicals pesti-
cides, the good, the bad, and the ugly.
http://eppserver.ag.utk.edu/courses/
Epp530 /Chem.html.
Baehaki S.E. 1986. Dinamika populasi
wereng coklat Nilaparvata lugens Stal.
Edisi Khusus No1. Wereng Coklat.
Baehaki S.E. 1992. Teknik pengendalian
wereng coklat terpadu. hlm. 39-49.
Prosiding Simposium Penerapan PHT.
Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukamandi.
Baehaki S.E dan A. Hasanuddin. 1995.
Situasi wereng coklat dan tungro di
beberapa daerah Jawa pada 10 tahun
terakhir. Seminar Balai Penelitian Ta-
naman Pangan Sukamandi. 30 hlm.
Baehaki S.E. 1996. Formula pengendalian
wereng coklat menggunakan ambang
ekonomi berdasar musuh alami. Suatu
sintesis data mendasari rasionalisasi pengendalian hama secara kuantitatif
pada tanaman padi. Unpublished. 5
hlm.
Baehaki S.E., P. Sasmita, D. Kertoseputro,
dan A. Rifki. 1996. Pengendalian hama
berdasar ambang ekonomi dengan
memperhitungkan musuh alami serta
analisis usaha tani dalam PHT. Temu
Teknologi dan Persiapan Pemasya-
rakatan Pengendalian Hama Terpadu.
Lembang. 81 hlm.Baehaki S.E. 1999. Strategi pengendalian
wereng coklat. hlm. 54-63. Prosiding
Hasil Penelitian Teknologi Tepat Guna
Mendukung Gema Palagung. Balai Pe-
nelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
Baehaki S.E dan Baskoro. 2000. Penetap-
an ambang ekonomi ganda hama dan
penyakit pada varietas padi berbeda
umur masak di pertanaman. Seminar
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Baehaki S.E., Kartohardjono, dan Nur-
hayati. 2001. Teknik perbanyakan
Beauveria bassiana pada media padat
dan efektivitas umur biakan terhadap
wereng coklat. hlm. 146-153. Prosiding
Simposium Pengendalian Hayati Se-
rangga. Pusat Penelitian dan Pengem-
bangan Tanaman Pangan, Fak. Per-
tanian Universitas Padjadjaran, Di-
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 13/14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 77
rektorat Perlindungan Tanaman Pa-
ngan, dan PRI-Cabang Bandung.
Baehaki S.E. 2002. Perbaikan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) Berdasar Pe-
mahaman Biodiversitas Arthropoda
pada Berbagai Pola Pertanaman Padi.
Seminar Proyek/Bagian Proyek Peng-
kajian Teknologi Pertanian Partisipatif.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Biro Pusat Statistik. 1991. Luas dan
intensitas serangan jasad pengganggu
padi dan palawija di pulau Jawa tahun1991. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Bhat, R. 2004. Improved Farmer Live-
lihood. ICM Edition, Bayer Crop Sci.
1: 25.
Budianto, J. 2002. Tantangan dan peluang
penelit ian dan pengembangan padi
dalam perspektif agribisnis. hlm. 1-19.
Dalam Kebijakan Perberasan dan Ino-
vasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Bogor.Cantrell. 2004. New technologies for rice
farmers. ICM Edition, Bayer Crop Sci.
1: 21-22.
Caraycaray, M.D.B. 2003. More farmers
use innovative chemical-free methods
to control pest in rice. Phil. Rice News-
letter 16(4).
Daud, I.D. dan A.P. Saranga. 1993. Efek-
tivitas lima konsentrasi suspensi spora
Beauveria bassiana Vuill. terhadap
mortalitas tiga instar larva Darna
catenata Snellen (Lepidoptera: Lima-
codidae). hlm. 125-134. Prosiding
Symposium Patology. Serangga I. PEI
Cabang Yogyakarta-Fak. Pertanian
UGM, dan Program Nasional PHT/
Bappenas.
Departemen Pertanian. 2003. Kebijakan
dan Strategi Nasional Perlindungan
Tanaman dan Kesehatan Hewan. De-
partemen Pertanian, Jakarta. 140 hlm.
Earles, R. 2002. Sustainable agriculture: An
introduction. ATTRA-National Sus-
tainable Agriculture Information ser-
vice. http://attra.ncat. org/attra-pub/
PDF/sustagintro.pdf
EUREP. 2001. EUREPGAP Protocol for
Fresh Fruit and Vegetables. English
version. Copyright: EUREPGAP c/o
FoodPlus Gmbh, Cologne. Germany. 15
p. http://www.eurep.org
Frost, M. 2001. Quality Criteria and Stan-dards. Berlinickestr, Berlin, Germany.
p. 113-121. Matthias.Frost@bvl. bund.
de
Kenmore, P.E. 1996. Integrated pest
management in rice. p. 76-97. In G.J.
Persley (Ed.). Biotechnology and In-
tegrated Pest Management. CAB
International, Cambridge.
Ohmart, C. 2002. IPM, Sustainable
Agriculture and Ecolabelling. Lodi-
Woodbridge Winegrape Commissionand Associate in the Agriculture
Experiment Station. Dept. of Ento-
mology, US Davis. http://www.
google.com.
Pusat Standardisasi dan Akreditasi. 2003.
Standar EUREPGAP Produksi dan
Penanganan Buah dan Sayuran Segar
yang Benar. Pusat Standardisasi dan
Akreditasi, Jakarta. 33 hlm.
Satari, G. 1983. Prospek peningkatan
produksi padi di Indonesia.hlm. 1-8.
Dalam Masalah dan Hasil Penelitian
Padi. Pusat Penelitian dan Pengem-
bangan Tanaman Pangan, Bogor
Stern, V.W., R.F. Smith, R. van den Bosch,
and K.S. Hagen. 1959. The integrated
control concept. Hilgardia 29(2): 81-
101.
7/16/2019 HPT padi
http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 14/14
78 Baehaki Suherlan Effendi
Tohidin, A., T. Lisrianto, dan B.P. Machdar.
1993. Daya bunuh jamur entomo-
patogen Beauveria bassiana Vuill.
(Moniliales: Moniliaceae) terhadap
Leptocorisa acuta Thunberg (Hemip-
tera: Alydidae) di rumah kaca. hlm. 135-
141. Prosiding Simposium Patologi
Serangga I. PEI Cabang Yogyakarta-
Fakultas Pertanian UGM, dan Program
Nasional PHT/Bappenas.
Untung, K. 2000. Pelembagaan konsep
pengendalian hama terpadu Indonesia.
Jurnal Perlindungan Tanaman Indo-
nesia 6(1): 1-8.
Waage, J. 1996. Integrated pest mana-
gement and biochemistry: An analysis
of their potential. p. 36-47. In G.J.
Persley (Ed.). Biotechnology and
Integrated Pest Management. CAB
International, Cambridge.