14
Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 65 STRATEGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI DALAM PERSPEKTIF PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK (GOOD AGRICULTURAL PRACTICES ) 1) Baehaki Suherlan Effendi  Balai Besar Peneli tian Tanaman Padi  Jala n Raya No. 9, Suka mandi , Suban g 41256  Pen gem ban gan Ino vas i Per tan ian 2(1 ), 200 9: 65- 78 1)  Nas kah dis ari kan dar i bah an Or asi Pr ofe sor Riset yang disampaikan pada tanggal 4 Mei 2006 di Bogor. PENDAHULUAN Sampai saat ini hama masih menjadi ken- dala bagi petani. Hampir di setiap musim terjadi ledakan hama pada pertanaman  padi. Hama utama tanam an padi antar a lain adalah tikus, penggerek batang padi, dan wereng coklat. Beberapa hama lainnya yang berpotensi merusak pertanaman padi adalah wereng punggung putih, wereng hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat daun, dan walang sangit. Serangan hama tikus di Indonesia men- capai puncaknya pada tahun 1998, dengan luas serangan 159.000 ha dan intensitas serangan 24,8%. Penggerek batang me- rupakan serangga hama yang terdapat  pada semua ekosis tem padi dan menye rang tanaman sejak di persemaian hingga per- tanaman. Pada tahun 1990, luas serangan  pen gge rek bat ang pad i put ih (Scirpo-  phaga inno tata)  pada perta naman padi mencapai 135.000 ha (Biro Pusat Statistik 1991). Wereng coklat (  Nilapar vata lugens ) merupakan hama yang sangat merugikan  perpadian di Indonesia, dengan serangan- nya sampai puso pada areal yang luas dalam waktu yang singkat. Hama ini mudah  beradaptasi membentuk biotipe b aru dan dapat mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat dari hama wereng coklat itu sendiri. Pada periode 1970-1980, luas serangan wereng coklat mencapai 2,5 juta ha (Baehaki 1986). Dalam periode 1980-1990, luas serangannya menurun menjadi 50.000 ha, dan dalam periode 1990-2000 me- ningkat hingga sekitar 200.000 ha (Baehaki 1999). Pada 2005 sera ngan wereng cokla t terpusat di Jawa dengan menyerang 56.832 ha pertanaman padi. Berdasarkan penelaahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman sejak 1985-1995, daerah hama dan penyakit  pa da pe rs awah an di In do ne si a da pa t dibagi ke dalam  sing le dange rous pest area (SDP A), disebabkan ol eh tungro atau wereng coklat saja; double dangerous pest areas (DDP A), disebabkan oleh tungro dan wereng coklat atau oleh wereng coklat dan  penggerek ; triple dangerous pest areas (TDPA), disebabkan wereng coklat,  pe ng ge re k, da n tu ng ro , ba hk an ak an  berkemban g ke quartet dangerous pest area (QDPA) (Baehaki dan Hasa-nuddin 1995).

HPT padi

Embed Size (px)

Citation preview

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 1/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 65

STRATEGI PENGENDALIAN HAMA TERPADUTANAMAN PADI DALAM PERSPEKTIF PRAKTEK

PERTANIAN YANG BAIK (GOOD AGRICULTURAL

PRACTICES )1)

Baehaki Suherlan Effendi

 Balai Besar Peneli tian Tanaman Padi

 Jalan Raya No. 9, Sukamandi , Subang 41256 

 Pengembangan Inovas i Per tan ian 2(1 ), 2009: 65-78

1)  Naskah disari kan dar i bahan Orasi Profesor 

Riset yang disampaikan pada tanggal 4 Mei

2006 di Bogor.

PENDAHULUAN

Sampai saat ini hama masih menjadi ken-

dala bagi petani. Hampir di setiap musim

terjadi ledakan hama pada pertanaman

 padi. Hama utama tanaman padi antara lain

adalah tikus, penggerek batang padi, dan

wereng coklat. Beberapa hama lainnya

yang berpotensi merusak pertanaman padi

adalah wereng punggung putih, wereng

hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat

daun, dan walang sangit.

Serangan hama tikus di Indonesia men-

capai puncaknya pada tahun 1998, dengan

luas serangan 159.000 ha dan intensitas

serangan 24,8%. Penggerek batang me-

rupakan serangga hama yang terdapat

 pada semua ekosistem padi dan menyerang

tanaman sejak di persemaian hingga per-

tanaman. Pada tahun 1990, luas serangan

 penggerek batang padi put ih (Scirpo-

 phaga innotata)  pada pertanaman padi

mencapai 135.000 ha (Biro Pusat Statistik 

1991).Wereng coklat ( Nilaparvata lugens)

merupakan hama yang sangat merugikan

 perpadian di Indonesia, dengan serangan-

nya sampai puso pada areal yang luasdalam waktu yang singkat. Hama ini mudah

 beradaptasi membentuk biotipe baru dan

dapat mentransfer virus kerdil hampa dan

virus kerdil rumput yang daya rusaknya

lebih hebat dari hama wereng coklat itu

sendiri.

Pada periode 1970-1980, luas serangan

wereng coklat mencapai 2,5 juta ha

(Baehaki 1986). Dalam periode 1980-1990,

luas serangannya menurun menjadi 50.000

ha, dan dalam periode 1990-2000 me-

ningkat hingga sekitar 200.000 ha (Baehaki

1999). Pada 2005 serangan wereng coklat

terpusat di Jawa dengan menyerang 56.832

ha pertanaman padi.

Berdasarkan penelaahan terhadap

serangan organisme pengganggu tanaman

sejak 1985-1995, daerah hama dan penyakit

 pada persawahan di Indonesia dapat

dibagi ke dalam  single dangerous pest 

area (SDPA), disebabkan oleh tungro atau

wereng coklat saja; double dangerous pest 

areas (DDPA), disebabkan oleh tungro danwereng coklat atau oleh wereng coklat dan

 penggerek; triple dangerous pest areas

(TDPA), disebabkan wereng coklat,

 penggerek, dan tungro, bahkan akan

 berkembang ke quartet dangerous pest 

area (QDPA) (Baehaki dan Hasa-nuddin

1995).

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 2/14

66  Baehaki Suherlan Effendi

Teknologi yang dikembangkan untuk 

mengendalikan hama dan pertanaman padi

didasarkan kepada konsep pengendalian

hama terpadu (PHT) dengan mempertim-

 bangkan ekosistem, stabilitas, dan ke-

sinambungan produksi sesuai dengan

tuntutan praktek pertanian yang baik 

(Good Agricultural Practices, GAP).

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan

lingkungan hidup telah mendorong per-

lunya memprioritaskan aspek kelestarian

lingkungan dan faktor keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dalam pengambilankeputusan ekonomi (Departemen Perta-

nian 2003).

Pemahaman Tentang PHT

Sejalan dengan perkembangan ilmu pe-

ngetahuan dan teknologi, PHT tidak lagi

dipandang sebagai teknologi, tetapi telah

menjadi suatu konsep dalam penyelesaian

masalah lapangan (Kenmore 1996). Waage(1996) menggolongkan konsep PHT ke

dalam dua kelompok, yaitu konsep PHT

teknologi dan PHT ekologi. Konsep PHT

teknologi merupakan pengembangan lebih

lanjut dari konsep awal yang dicetuskan

oleh Stern et al . (1959), yang kemudian di-

kembangkan oleh para ahli melalui agenda

Earth Summit ke-21 di Rio de Janeiro pada

tahun 1992 dan FAO. Tujuan dari PHT

teknologi adalah untuk membatasi peng-

gunaan insektisida sintetis dengan mem-

 perkenalkan konsep ambang ekonomi se-

 bagai dasar penetapan pengendalian ha-

ma. Pendekatan ini mendorong penggan-

tian pestisida kimia dengan teknologi

 pengendalian alternatif, yang lebih banyak 

memanfaatkan bahan dan metode hayati,

termasuk musuh alami, pestisida hayati,

dan feromon. Dengan cara ini, dampak 

negatif penggunaan pestisida terhadap

kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi

(Untung 2000).

Konsep PHT ekologi berangkat dari

 perkembangan dan penerapan PHT dalam

sistem pertanian di tempat tertentu. Dalam

hal ini, pengendalian hama didasarkan

 pada pengetahuan dan informasi tentang

dinamika populasi hama dan musuh alami

serta keseimbangan ekosistem. Berbeda

dengan konsep PHT teknologi yang masih

menerima teknik pengendalian hama secara

kimiawi berdasarkan ambang ekonomi,konsep PHT ekologi cenderung menolak 

 pengendalian hama dengan cara kimiawi.

Dalam menyikapi dua konsep PHT ini,

kita harus pandai memadukannya karena

masing-masing konsep mempunyai ke-

lebihan dan kekurangan. Hal ini disebab-

kan bila dua konsep tersebut diterapkan

tidak dapat berlaku umum.

Sejarah dan Perkembangan PHT

Upaya peningkatan produksi padi secara

nasional sudah dimulai sejak 1969 melalui

Program Bimas Gotong Royong, dengan

menerapkan teknologi panca usaha secara

 parsial berupa varietas unggul IR5 dan IR8,

 pemupukan, dan penyemprotan hama dari

udara. Inovasi ini berhasil meningkatkan

 produksi beras menjadi 12,25 juta ton pada

tahun 1969 dari 11,67 juta ton pada tahun

1968. Pada tahun 1970 diterapkan panca

usaha lengkap dengan menambah kom-

 ponen teknologi pengairan sehingga pro-

duksi padi terus meningkat dengan makin

meluasnya areal pertanaman padi ajaib IR5

dan IR8 (Satari 1983).

Penerapan konsep PHT secara sek-

sama dimulai pada tahun 1976 dan sejak 

tahun 1989 dikembangkan program PHT.

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 3/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 67

Program tersebut telah membawa Indo-

nesia diakui oleh dunia internasional ber-

hasil mengembangkan PHT. Dukungan

 politik bagi pengembangan PHT secara

luas dapat dilihat dari Instruksi Presiden

 No.3 tahun 1986 yang melarang 57 for-

mulasi insektisida pada tanaman padi

(Untung 2000). Keberhasilan Indonesia

dalam mengembangkan PHT tentu tidak 

terlepas dari peran aktif berbagai pihak,

termasuk petani sendiri. Dalam periode

1989-1999 melalui program Sekolah La-

 pang PHT (SLPHT) Departemen Pertani-an berhasil melatih lebih dari satu juta

 petani, khususnya untuk tanaman padi

dan tanaman pangan lainnya. Hal ini tentu

 penting artinya dalam meningkatkan ke-

sejahteraan petani melalui PHT dalam

 praktek pertanian yang baik.

FILOSOFI DAN TAKTIK PHT

Filosofi pengendalian hama menyangkuttiga dasar pokok pengendalian perangkat

lunak ( soft control ), satu dasar pokok pe-

ngendalian perangkat keras (hard control ),

dan lintasan kritis (critical path) (Baehaki

1992). Tiga dasar pokok pengendalian de-

ngan perangkat lunak adalah kultur teknis,

varietas unggul, dan musuh alami. Satu

dasar pokok perangkat keras adalah pe-

ngendalian langsung dengan membunuh

hama berdasar nilai ambang ekonomi yang

merupakan lintasan kritis pemandu pe-

ngendalian perangkat keras.

Dasar filosofi tersebut kemudian di-

 jabarkan dalam taktik-taktik pengendalian

yang disesuaikan dengan masalahnya.

Taktik pengendalian dengan tanaman

inang tahan paling banyak digunakan.

Keuntungan penggunaan tanaman inang

tahan dalam pengendalian hama adalah

 bersifat permanen dalam beberapa hal atau

 persisten untuk jangka waktu yang lama,

kompatibel dengan taktik atau metode

 pengendalian lainnya, selaras dengan

sistem ekologi dan lingkungan, selaras

dengan upaya peningkatan produksi

secara ekonomi, aman, efektif, dan mudah

diadopsi (Anonymous 2002a).

Taktik kultur teknis (cultural control 

atau ecological management ) adalah taktik 

memanipulasi lingkungan untuk membuat

ketidakcocokan hama pada suatu ling-

kungan dengan cara mengganggu siklusreproduktif, mengeliminasi makanan, dan

membuat lingkungan lebih cocok untuk 

 perkembangan musuh alami. Walaupun

sudah tergolong tua, metode kultur teknis

masih efektif menekan tingkat serangan

hama dan diterima luas dalam implementasi

teknologi PHT. Tujuan akhir dari taktik 

kultur teknis adalah menemukan link yang

lemah dari siklus musiman hama sehingga

hama tidak berkembang (Anonymous

2002b).Taktik pengendalian hayati sebagai isu

lingkungan berskala internasional mem-

 punyai keunggulan yaitu dapat bersifat

 permanen dalam mempertahankan popu-

lasi hama pada tingkat yang aman, tidak 

mencemari lingkungan, ekonomis, dan

kompatibel dengan teknik pengendalian

lainnya. Namun demikian, teknik pengen-

dalian hayati dalam implementasinya tidak 

dapat mengatasi setiap masalah hama

(Anonymous 2002c).

Taktik pengendalian yang banyak dipa-

kai saat ini adalah penggunaan insektisida

manakala usaha dengan taktik yang telah

disebutkan di atas tidak berhasil. Oleh

karena itu, insektisida kimia tampaknya

masih diperlukan meskipun pengguna-

annya harus dibatasi (Anonymous 2002d).

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 4/14

68  Baehaki Suherlan Effendi

KETERKAITAN PHT DENGAN

PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK

PHT dalam Konteks Produksi Padi

Luas panen padi pada tahun 2003 tercatat

11,48 juta hektar dan produksi padi pada

tahun tersebut mencapai 52,08 juta ton,

meningkat 1,14% dibanding tahun 2002

(51,49 juta ton). Kenaikan produksi me-

rupakan dampak dari peningkatan pro-

duktivitas padi, dari 4,47 t/ha pada tahun

2002 menjadi 4,52 t/ha pada tahun 2003.Hal ini menunjukkan bahwa penerapan

teknologi, termasuk pengendalian hama

dan penyakit, memegang peranan penting.

Dengan asumsi tidak ada terobosan

teknologi maka produksi padi pada tahun

2020 diproyeksikan 57,4 juta ton. Semen-

tara itu jumlah penduduk Indonesia pada

tahun yang sama diperkirakan 262 juta ji-

wa dengan laju pertumbuhan penduduk 

1,27%/ tahun. Apabila konsumsi beras per 

kapita masih tetap 134 kg/tahun makakebutuhan beras pada tahun 2020 men-

capai 35,1 juta ton atau setara dengan 65,9

 juta ton gabah kering giling (GKG). Kalau

 produksi padi tidak meningkat berarti pada

tahun 2020 terjadi kekurangan beras 4,5

 juta ton atau setara dengan 8,5 juta ton

GKG (Budianto 2002).

Untuk mengatasi kekurangan pangan

 perlu adanya terobosan peningkatan pro-

duksi padi. Pengalaman di lapangan me-

nunjukkan bahwa produktivitas padi ma-

sih dapat ditingkatkan melalui implemen-

tasi program PHT. Dalam praktek PHT, hasil

 padi petani di Karawang pada MK 1995

masih meningkat hingga 37% dengan pe-

nanaman varietas tahan hama wereng dan

meningkat 46,3% untuk varietas tidak ta-

han (Baehaki et al . 1996).

PHT Mendukung Praktek

Pertanian yang Baik

Aspek keselamatan, kesehatan, dan ling-

kungan pada keseluruhan proses produksi

sampai pemasaran dinilai dengan Interna-

tional Standardization Organization (ISO)

yang dikenal dengan pendekatan sistem

mutu dan keamanan pangan, termasuk di

dalamnya Sistem Manajemen ISO 9000

tentang Manajemen Mutu, ISO 14000

tentang Manajemen Lingkungan, dan

 Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tentang Sistem Manajemen

Keamanan Pangan. Produk yang berkuali-

tas harus memiliki empat kriteria yaitu: (1)

memenuhi sifat keindraan ( sensory pro-

 perties) yang meliputi rasa, penampilan,

 bau, dan warna; (2) memenuhi nilai nutrisi

(nutritional value) yang menyangkut isi

nutrisi, vitamin, dan tidak terdapat hal yang

tidak diinginkan seperti zat yang menim-

 bulkan alergi; (3) menenuhi kualitas ke-

sehatan (hygienic quality) yang me-nyangkut kebersihan, kesegaran, tidak ada

serangga, tidak menjijikkan; dan (4) me-

menuhi aspek keamanan pangan ( food 

 safety) yang menyangkut tidak adanya

mikroorganisme penyebab penyakit, tidak 

 berisi zat toksik seperti pestisida, logam

 berat, mikotoksin, dan tidak ada tipuan

(Frost 2001).

GAP dapat diaplikasikan dalam ren-

tang waktu dan daerah yang luas terhadap

sistem pertanian dengan skala yang

 berbeda. GAP digunakan dalam sistem

 pertanian berkelanjutan yang mencakup

PHT, pengelolaan hara terpadu, penge-

lolaan gulma terpadu, pengelolaan irigasi

terpadu, dan pemeliharaan (conservation)

lahan pertanian. Penerapan PHT diper-

lukan dalam sistem produksi pertanian

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 5/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 69

 berkelanjutan. Oleh karena itu, GAP harus

memiliki empat prinsip utama:

1. Penghematan dan ketepatan produksi

untuk ketahanan pangan ( food se-

curity), keamanan pangan ( food safety),

dan pangan bergizi ( food quality).

2. Berkelanjutan dan bersifat menambah

(enhance) sumber daya alam.

3. Pemeliharaan kelangsungan usaha per-

tanian ( farming enterprise) dan men-

dukung kehidupan yang berkelanjutan

( sustainable livelihoods).

4. Kelayakan dengan budaya dan ke- butuhan suatu masyarakat ( social 

demands).

Aspek yang akan disentuh oleh elemen

GAP di bidang “perhamaan” adalah pro-

teksi tanaman. Hal ini membutuhkan

strategi pengelolaan risiko, yang menca-

kup penggunaan tanaman tahan hama dan

 penyakit, rotasi tanaman pangan dengan

 pakan ternak, ledakan penyakit pada ta-

naman peka, dan penggunaan bahan kimiaseminimal mungkin untuk mengendalikan

gulma, hama, dan penyakit dengan meng-

ikuti konsep PHT. GAP akan menjangkau

 beberapa aktivitas yang berkaitan dengan

 pengendalian hama sebagai berikut:

1. Penggunaan varietas tahan dalam pro-

ses pelepasan beruntun ( sequ en-

cetial ), asosiasi, dan kultur teknis

untuk mencegah perkembangan hama

dan penyakit.

2. Pemeliharaan keseimbangan biologi

antara hama dan penyakit dengan mu-

suh alami.

3. Adopsi praktek pengendalian meng-

gunakan bahan organik bila memung-

kinkan.

4. Penggunaan teknik pendugaan hama

dan penyakit bila telah tersedia.

5. Pengkajian semua metode yang me-

mungkinkan, baik dalam jangka pen-

dek maupun jangka panjang, terhadap

sistem produksi dan implikasinya ter-

hadap lingkungan guna meminimalkan

 pemakaian bahan kimia pertanian,

khususnya dalam meningkatkan adop-

si teknologi PHT.

6. Penyimpanan dan penggunaan bahan

kimia yang sesuai dan teregistrasi

untuk individu tanaman serta waktu,

dan interval penggunaan sebelum

 panen.

7. Pengamanan penyimpanan bahan kimia

dan hanya digunakan oleh personelyang sudah terlatih dan memiliki pe-

ngetahuan (knowledgeable persons).

8. Pengamanan peralatan yang diguna-

kan untuk mengatasi bahan kimia de-

ngan meningkatkan keamanan dan

 pemeliharaan standar.

9. Pemeliharaan catatan secara akurat

terhadap insektisida yang dipakai.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan

 produk yang baik harus mengikuti standar GAP yang dalam proses produksinya

mengikuti kaidah PHT. Sebagai acuan

yang dapat dipakai adalah EUREPGAP

untuk sayuran dan buah-buahan. Masalah

 perlindungan tanaman tercantum pada

 pasal 8 yang terbagi ke dalam 13 subpasal

(Pusat Standardisasi dan Akreditasi 2003).

Hubungan PHT dengan Pertanian

Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan merupakan

tujuan jangka panjang PHT dengan sa-

saran pencapaian produksi tinggi, produk 

 berkualitas, perlindungan dan peningkat-

an kemampuan tanah, air, dan sumber daya

lainnya, pembangunan perekonomian desa

agar makmur (thriving ), dan kehidupan

yang lebih baik bagi keluarga petani dan

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 6/14

70  Baehaki Suherlan Effendi

komunitas pertanian pada umumnya. Hal

ini baru akan terwujud pada beberapa

dekade mendatang karena pertanian ber-

kelanjutan sampai saat ini belum memiliki

model atau alternatif dalam hubungannya

dengan pertanian yang ekonomis yang

dapat dirujuk (Earles 2002).

Pengembangan PHT dalam pertanian

 berkelanjutan didasari oleh terjadinya re-

sistensi hama terhadap insektisida, ledak-

an hama sekunder, dan pencemaran ling-

kungan akibat pemakaian insektisida. Di

lain pihak, pengembangan pertanian berkelanjutan didasari oleh munculnya

gerakan pertanian organik pada tahun 1920

dan 1930-an. Gerakan ini menuntut per-

lunya pengkajian pengaruh pupuk sintetis

terhadap kualitas tanah, penyediaan pa-

ngan bagi penduduk dunia yang tumbuh

dramatis, dan revolusi hijau yang telah

menyebabkan meningkatnya penggunaan

varietas unggul yang responsif terhadap

 pupuk sintetis dan penggunaan pestisida

secara tidak bijaksana dalam pengendali-an organisme pengganggu tanaman

(Ohmart 2002).

Konsep pertanian berkelanjutan mun-

cul akibat implementasi pertanian modern

yang menurunkan kualitas sumber daya

alam. Pertanian modern dengan input 

tinggi mampu meningkatkan hasil tanaman,

namun di sisi lain menimbulkan kerusakan

lingkungan yang untuk memperbaikinya

diperlukan biaya yang besar. Kerusakan

lingkungan antara lain terlihat dari hi-

langnya permukaan tanah, pencemaran air,

hilangnya biodiversitas, ketergantungan

 pada sumber daya yang tidak dapat di-

 perbarui, meningkatnya biaya produksi

dan jatuhnya harga hasil pertanian, me-

nurunnya komunitas desa, dan makin ba-

nyaknya petani. Di Jalur Pantura, misalnya,

telah terjadi pengurangan biodiversitas

serangga hama karena hilangnya serangga

Thaia oryzicola dan  Recilia dorsalis

(Baehaki 2002). Hal ini akan mempengaruhi

atau mengubah rantai makanan hama yang

dikhawatirkan berpotensi merusak tanam-

an budi daya.

PHT dalam pertanian berkelanjutan

dalam proses produksinya sangat mem-

 perhatikan keadilan terhadap masyarakat,

khususnya petani produsen dan konsu-

men. Oleh karena itu, perlu diterapkan eko-

label yang memberi penghargaan (reward-

ing ) kepada petani yang telah berproduksi

dengan benar. Juga perlu memperhatikankonsumen yang turut berkontribusi dalam

 pengembangan pertanian yang baik, mem-

 beri peluang kepada petani untuk membe-

dakan sendiri pasar/tempat penjualan, dan

 bahkan bila perlu ada kontrak antara petani

 produsen dan pedagang. Penerapan eko-

label sangat dimungkinkan bila didasari

oleh kesepakatan pemberian penghargaan

kepada pihak yang terlibat, misalnya insen-

tif bagi produsen yang telah berjasa dalam

 praktek pertanian yang baik. Di lain pihak,konsumen dapat menggunakan kekuatan

daya belinya dalam mempengaruhi praktek 

 produsen, dan pengembang (developer )

dapat pula menyusun suatu agenda eko-

label antara produsen dan konsumen.

Mereka tentu diharapkan mengerti dan

mampu mempraktekkan konsep PHT dalam

 pertanian berkelanjutan setelah mende-

ngar, melihat, dan merasakan betapa pen-

tingnya kehidupan di masa mendatang.

ALTERNATIF KEBIJAKAN

IMPLEMENTASI PHT DALAM

PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK

MENUJU PERTANIAN

BERKELANJUTAN

PHT mempunyai dampak yang besar 

terhadap produksi pertanian manakala

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 7/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 71

dalam pelaksanaannya ada kekeliruan,

seperti penggunaan pestisida yang sangat

toksik, residu di atas batas maksimum re-

sidu (BMR), dan pencemaran lingkungan,

yang pada akhirnya merusak kesehatan

masyarakat. Alternatif kebijakan imple-

mentasi PHT untuk mencapai praktek per-

tanian yang baik menuju pertanian ber-

kelanjutan diuraikan berikut ini.

Pemilihan Varietas Tahan dan

Hemat Energi

Keberlanjutan pertanian antara lain di-

tentukan oleh penggunaan varietas tahan

hama penyakit dan hemat energi. Usaha

untuk menghasilkan varietas yang hemat

energi di antaranya adalah dengan meng-

ubah tipe tanaman C3 menjadi C4, atau

mengubah arsitektur tanaman menjadi

lebih produktif, misalnya padi tipe baru

dengan anakan sedikit dan bentuk daun

yang memiliki kemampuan lebih tinggiuntuk berfotosintesis sehingga dapat ber-

 produksi lebih tinggi (Cantrell 2004).

Dalam memilih varietas yang akan di-

tanam, nilai tambah produksi dan pema-

saran juga perlu diperhitungkan. Hal ini

 penting artinya karena setiap varietas

mempunyai karakter yang berbeda; ada

yang cocok untuk dibuat bihun, beras

kristal, nasi goreng, dan sebagainya. Da-

lam praktek pertanian yang baik, petani

 perlu dibimbing dalam memilih varietas

yang tidak rakus hara, hemat air, tahan

hama dan penyakit, dan berproduksi

normal di mana pun ditanam. Ini penting

artinya agar mereka tidak menggunakan

input secara berlebihan, baik pupuk, air 

maupun pestisida, sebagaimana yang

dikehendaki oleh kaidah praktek pertanian

yang baik menuju keberlanjutan sistem

 produksi.

Dalam kesempatan ini dianjurkan ke-

 pada para pemulia tanaman untuk me-

nyusun program perakitan varietas padi

yang hemat energi, tahan hama dan pe-

nyakit, dan berproduksi normal di mana

 pun ditanam. Paradigma baru pemuliaan

tanaman ini seyogianya dapat dijabarkan

ke dalam rencana strategis penelitian padi

nasional. Pembentukan varietas padi tahan

hama penyakit dan hemat energi sesuai

dengan dinamika paradigma pembentukan

varietas unggul baru dari zaman ke zaman.

Teknologi Pengendalian Hama

secara Hayati

Pengendalian hayati secara inundasi ada-

lah memasukkan musuh alami dari luar 

dengan sengaja ke pertanaman untuk 

mengendalikan hama. Inundasi yang dapat

dilakukan adalah penggunaan cendawan

 Beauveria bassiana dan  Metarhizium

anisopliae sebagai agens hayati.Efektivitas biakan B. bassiana terha-

dap wereng coklat mencapai 40% (Baehaki

et al . 2001). Cendawan ini selain dapat

mengendalikan wereng coklat, juga dapat

digunakan untuk mengendalikan walang

sangit (Tohidin et al . 1993), Darna cate-

nata (Daud dan Saranga 1993), dan lembing

 batu (Caraycaray 2003). Formulasi cenda-

wan  M. anisopliae dapat menurunkan

 populasi hama sampai 90%.

Pengendalian hama secara biodynamic

dengan memanfaatkan agens pengendali

hayati terus meningkat, terutama oleh

 petani alumni SLPHT. Oleh karena itu perlu

 pembinaan dalam rangka pemberdayaan

 petani alumni SLPHT yang telah terhimpun

dalam wadah atau organisasai yang me-

ngembangkan usaha-usaha penerapan

PHT. Organisasi yang telah ada antara lain

adalah Paguyuban Petani PHT, Ikatan

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 8/14

72  Baehaki Suherlan Effendi

Petani PHT Indonesia, Pos IPAH (Pos

Pelayanan Agens Hayati, Sumatera Barat),

Puspahayati (Pusat Pengembangan Agens

Hayati, Jawa Tengah), dan PPAH (Pusat

Pelayanan Agens Hayati, Jawa Timur).

Pergiliran Varietas Antarmusim

Hama tanaman padi tidak akan meledak 

sepanjang musim dan peningkatan po-

 pulasinya hanya terjadi pada musim hu-

 jan. Pada musim kemarau, populasi hama,misalnya wereng, cenderung rendah, ke-

cuali pada musim kemarau yang banyak 

hujan atau di daerah cekungan.

Pergiliran varietas berdasarkan gen

ketahanan yang terkandung pada tanaman

 padi untuk menghadapi tingkat biotipe

wereng coklat. Pada daerah wereng coklat

 biotipe 1, pertanaman padi diatur dengan

menanam varietas yang mempunyai gen

tahan Bph1, bph2 dan Bph3 pada musim

hujan. Pada musim kemarau dapat ditanamvarietas padi yang tidak mempunyai gen

tahan. Pergiliran varietas pada daerah

wereng coklat biotipe 2 dilakukan dengan

menanam varietas yang mempunyai gen

tahan bph2 dan Bph3 pada musim hujan.

Pada musim kemarau ditanam varietas yang

mempunyai gen Bph1. Pergiliran varietas

 pada daerah wereng coklat biotipe 3

dilakukan dengan menanam varietas yang

mempunyai gen tahan Bph1+ dan Bph3

 pada musim hujan. Pada musim kemarau

ditanam varietas dengan gen tahan Bph1

dan bph2.

Pengaturan pertanaman di dalam

musim juga diperlukan untuk menangkal

serangan wereng coklat dan penggerek 

 batang padi, yaitu pada awal musim hujan

menanam varietas tahan yang berumur 

 pendek dan pada pertengahan musim

sampai akhir musim hujan menanam

varietas yang tidak tahan ataupun tahan

wereng coklat dan berumur panjang.

Teknologi Pengendalian Hama

Padi dengan Sistem Integrasi

Palawija pada Pertanaman Padi

(SIPALAPA)

Para ahli agroekologi sedang mengenal-

kan intercropping , agroforestry, dan me-

tode diversifikasi lainnya yang menyeru-

 pai proses ekologi alami (Alteri 2002). Halini penting artinya bagi keberlanjutan

kompleks agroekosistem. Pengelolaan

agroekologi harus berada di garis depan

untuk mengoptimalkan daur ulang nutrisi

dan pengembalian bahan organik, alir 

energi tertutup, konservasi air dan tanah,

serta keseimbangan populasi hama dan

musuh alami.

Hama dan penyakit tanaman padi juga

dapat dikendalikan berdasarkan agro-

ekologi, antara lain dengan sistem integrasi palawija pada pe rtanaman padi (SI-

PALAPA). Sistem ini berupa pertanaman

 polikultur, yaitu menanam palawija di

 pematang pada saat ada tanaman padi.

SIPALAPA dapat menekan perkem-

 bangan populasi hama wereng coklat dan

wereng punggung putih. Hal ini dise-

 babkan adanya predator  Lycosa pseu-

doannulata, laba-laba lain , Paederus

 fuscifes, Coccinella, Ophionea nigro-

 fasciata, dan Cyrtorhinus lividipennis

yang mengendalikan wereng coklat dan

wereng punggung putih. Demikian juga

 parasitasi telur wereng oleh parasitoid

Oligosita dan Anagrus pada pertanaman

SIPALAPA lebih tinggi daripada per-

tanaman padi monokultur.

Penerapan teknologi SIPALAPA dapat

meningkatkan keanekaragaman sumber 

daya hayati fauna dan flora (biodiversitas).

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 9/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 73

Penanaman kedelai atau jagung pada pe-

matang sawah terbukti dapat memperkaya

musuh alami, mempertinggi dinamika dan

dialektika musuh alami secara dua arah

antara tanaman palawija dan padi. Dalam

 praktek pertanian yang baik, pada pasal

13.b disebutkan bahwa keberhasilan usaha

tani terkait dengan upaya peningkatan

keanekaragaman hayati melalui konservasi

lahan (EUREP 2001). Hal ini dapat di-

aktualisasikan melalui aktivitas kelompok 

tani dengan menghindari kerusakan dan

deteriorasi habitat, memperbaiki habitat,dan meningkatkan keanekaragaman hayati

 pada lahan usaha tani.

Perbaikan Teknik Budi Daya

Perbaikan teknik budi daya merupakan al-

ternatif dalam melindungi tanaman, me-

nekan perkembangan hama, dan memu-

dahkan berkembangnya musuh alami.

Penggunaan bahan organik dan sisa-sisatanaman dalam budi daya padi dapat me-

ningkatkan perkembangan serangga

netral, serangga turis, serangga pemakan

 bangkai ( scavenger ), dan serangga pe-

makan sisa bahan organik (detritus). Se-

rangga-serangga tersebut masuk ke dalam

rantai makanan predator seperti laba-laba,

 P. fuscifes, Coccinella, dan Paedonia

nigrofasciata yang berguna untuk me-

nekan hama tanaman padi.

Penggunaan pupuk kimia-N secara

 berlebihan selain meningkatkan populasi

hama wereng, juga mengurangi keuntung-

an usaha tani padi dan merusak lingkung-

an. Oleh karena itu, pemberian pupuk yang

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman

merupakan salah satu cara dalam menekan

 perkembangan hama penyakit. Teknologi

 bagan warna daun (BWD) yang dikem-

 bangkan oleh IRRI merupakan terobosan

dalam meningkatkan efisiensi pemupukan

karena penggunaan pupuk nitrogen (urea)

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Badan Litbang Pertanian juga telah me-

ngembangkan teknologi pemupukan P dan

K berdasarkan status hara tanah.

Pengendalian Berdasarkan

Manipulasi Musuh Alami

Pengendalian hama berdasarkan mani-

 pulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar 

kepada musuh alami, sebelum memakai

insektisida. Pada prinsipnya musuh alami

akan selalu berkembang mengikuti per-

kembangan hama. Selama musuh alami

dapat menekan hama maka pengendalian

dengan bahan kimia tidak diperlukan

karena keseimbangan biologi sudah ter-

capai. Namun bila perkembangan musuh

alami sudah tidak mampu mengikuti per-

kembangan hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan

taktik pengendalian yang lain, termasuk 

 penggunaan bahan kimia.

Teknologi pengendalian wereng coklat

menggunakan ambang kendali berda-

sarkan manipulasi musuh alami dapat

mengurangi pemakaian insektisida dan

meningkatkan pendapatan (Baehaki et al .

1996). Teknologi ini diawali dengan pe-

mantauan pada pertanaman untuk menen-

tukan ambang ekonomi wereng terkoreksi

musuh alami dengan menggunakan for-

mula Baehaki (1996). Insektisida yang

direkomendasikan dapat digunakan untuk 

 pengendalian hama jika ambang ekonomi

terkoreksi yang ditentukan telah terlam-

 paui.

Pengendalian hama berdasarkan ma-

nipulasi musuh alami menghemat peng-

gunaan insektisida 33-75%, meskipun pada

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 10/14

74  Baehaki Suherlan Effendi

musim hujan dengan kelimpahan hama

wereng cukup tinggi. Dengan cara ini, hasil

 padi di tingkat petani meningkat 36%

dengan peningkatan keuntungan 53,7%.

Ambang ekonomi bukan harga yang

tetap, tetapi berfluktuasi bergantung pada

harga gabah dan pestisida. Bila harga

gabah meningkat maka ambang ekonomi

akan turun dan sebaliknya, tetapi bila harga

insektisida naik maka ambang ekonomi

akan naik dan sebaliknya.

Teknologi Pengendalian Hama

Berdasarkan Ambang Ekonomi

Tidak semua hama dapat diformulasikan

teknologi pengendaliannya berdasarkan

musuh alami karena terbatasnya penge-

tahuan tentang korelasi perkembangan

musuh alami dengan perkembangan suatu

hama. Bagi hama yang belum ada teknologi

 pengendaliannya berdasarkan perkem-

 bangan musuh alami, dapat digunakanteknologi berdasarkan ambang ekonomi

tunggal atau ambang ekonomi ganda.

Di lapangan, adakalanya pertanaman

 padi diserang oleh lebih dari satu macam

hama sehingga diperlukan teknologi yang

mampu mengendalikan lebih dari satu jenis

hama. Untuk itu, pengendalian dapat ber-

 patokan pada ambang ekonomi hama gan-

da. Formula pengendalian hama berda-

sarkan ambang ekonomi ganda pada fase

vegetatif untuk wereng coklat-wereng

 punggung putih mengikuti pola 9-0-14,

sedangkan pada fase reproduktif meng-

ikuti pola 18-0-21. Ambang ekonomi ganda

sundep-ulat grayak pada fase reproduktif 

mengikuti pola 9-0-15, sundep-hydrellia

 pada fase vegetatif mengikuti pola 6-0-19,

dan sundep-pelipat daun pada fase

vegetatif mengikuti pola 9-0-13 (Baehaki

dan Baskoro 2000). Pengendalian dengan

insektisida dilakukan setelah populasi

hama atau kerusakan tanaman mencapai

ambang ekonomi ganda yang telah di-

tentukan.

Minimalisasi Residu Pestisida

Penggunaan insektisida merupakan taktik 

dinamis yang dilaksanakan dalam kurun

waktu pertumbuhan tanaman bila teknik 

 budi daya dan pengendalian hayati gagal

menekan populasi hama di bawah ambangekonomi. Penentuan ambang ekonomi

sangat penting sebagai dasar pengambilan

keputusan pengendalian. Bhat (2004)

menyebutkan bahwa ambang ekonomi

merupakan komponen yang sangat pen-

ting dalam PHT. Pengendalian hama ber-

dasarkan ambang ekonomi juga bertujuan

untuk mengatasi penggunaan bahan kimia

secara berlebihan yang berdampak ter-

hadap tingginya residu pestisida pada pro-

duk pertanian dan pencemaran lingkung-an.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. PHT merupakan pengelolaan hama

secara ekologis, teknologis, dan mul-

tidisiplin dengan memanfaatkan ber-

 bagai taktik pengendalian yang kom-

 patibel dalam satu kesatuan koordinasi

sistem pengelolaan pertanian berwa-

wasan lingkungan dan berkelanjutan.

2. Implementasi PHT memerlukan du-

kungan dari berbagai pihak, termasuk 

 petani, peneliti, pemerhati lingkungan,

 penentu kebijakan, dan bahkan politisi.

Implementasi PHT dapat mendukung

keberlanjutan pengembangan pedesa-

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 11/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 75

an dengan mengamankan suplai air dan

menyediakan makanan sehat melalui

 praktek pertanian yang baik.

3. PHT mengakomodasikan teknologi ra-

mah lingkungan dengan pendekatan

hayati, tanaman inang tahan, hemat

energi, budi daya, dan aplikasi pes-

tisida berdasarkan ambang ekonomi.

Bahan kimia yang digunakan harus

sesuai dengan persyaratan pengelo-

laan yang diatur dengan undang-

undang

4. PHT harus mengembangkan diversitasagroekosistem yang menguntungkan

dari pengaruh integrasi antartanaman

sehingga terjadi interaksi dan siner-

gisme, serta optimalisasi fungsi dan

 proses ekosistem, seperti pengaturan

 biotik yang merusak tanaman, daur 

ulang nutrisi, produksi dan akumulasi

 biomassa. Hasil akhir dari pola agro-

ekologi adalah meningkatnya ekonomi

dan keberlanjutan agroekologi dari

suatu agroekosistem.5. Pendekatan pertanian berkelanjutan

untuk pengelolaan hama, yang meliputi

kombinasi pengendalian hayati, kultur 

teknis, dan pemakaian bahan kimia

secara bijaksana, merupakan alat dalam

merintis pertanian ekonomis, peles-

tarian lingkungan, dan menekan risiko

kesehatan. PHT, GAP, dan pertanian

 berkelanjutan mengarah kepada kese-

larasan lingkungan, secara ekonomi

memungkinkan dipraktekkan, serta

memperhatikan keadilan masyarakat

( socially equitable).

Saran

Semua produk pertanian harus dapat

ditelusuri sampai ke lahan petani di mana

 produk itu dihasilkan. Catatan harian usaha

tani ( farm record keeping ) ditempatkan

 pada pasal paling awal, yaitu petani harus

menyimpan dan menjaga catatan yang ada

untuk membuktikan bahwa semua aktivitas

 produksi telah sesuai dengan standar. Hal

ini untuk membantu menelusuri riwayat

 produk dari lahan produsen ke konsumen.

Catatan harian usaha tani memuat lokasi

lahan, jenis tanah, serta varietas yang di-

tanam, dan cara pemuliaannya (konven-

sional, hibrida, PTB, hasil tenaga atom,

atau hasil rekayasa genetik-transgenik).

Demikian pula perlu dicatat pupuk yangdigunakan, kapan, dan takarannya, serta

 bahan kimia yang dipakai, waktu aplikasi,

dan untuk hama atau penyakit apa saja,

waktu panen, pengemasan dan transpor-

tasi. Catatan tersebut menjadi sangat pen-

ting untuk penelusuran bila suatu produk 

dibutuhkan konsumen karena kualitasnya,

atau sebaliknya produk tersebut meng-

ganggu kesehatan konsumen sehingga

konsumen dapat mengklaim produsennya.

PENUTUP

PHT dalam praktek pertanian yang baik 

menuju pertanian berkelanjutan bukan

segalanya, namun praktek pertanian yang

 baik menuju pertanian berkelanjutan tanpa

PHT dapat melemahkan kesinambungan

sistem produksi. Hal ini sebenarnya telah

lebih awal diisyaratkan oleh Allah SWT

dengan firman-Nya dalam Al Qur’an:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di

laut yang disebabkan oleh perbuatan

manusia, sehingga Allah menimpakan

kepada mereka sebagian dari (akibat)

 perbuatan mereka agar mereka kembali (ke

 jalan yang benar)” (Ar Ruum 30:41).

“Makan dan minumlah rizki (yang

diberikan) Allah, dan janganlah kamu

 berkeliaran di muka bumi berbuat keru-

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 12/14

76  Baehaki Suherlan Effendi

sakan” (Al Baqarah 2:60). “Dan apabila dia

 berpaling (dari mukamu) ia berjalan di

muka bumi untuk mengadakan kerusakan

 padanya, dan merusak tanaman, ternak,

sedangkan Allah tidak menyukai kebi-

nasaan” (Al Baqarah 2:205).

DAFTAR PUSTAKA

Alteri, M.A. 2002. Agroecology: Principles

and strategies for designing sustain-

able farming system. Sustainable Agri-culture Network. Sustainable Agri-

culture Research and Education

(SARE) Program. Sustainable Agri-

culture Publications, 210 UVM, Hill

Building, Burlington, VT 05405-0082. 7

 pp.

Anonymous. 2002a. Integrated pests ma-

nagement, entomology, plant patho-

logy, and soil science. Host plant re-

sistance. http://eppserver.ag.utk.edu/

courses/Epp530/Resist. html.Anonymous. 2002b. Integrated pests ma-

nagement, entomology, plant patho-

logy, and soil science. Legal control

(regulatory methods). http: /eppserver.

ag.utk.edu/courses/Epp530/Legal.htm.

Anonymous. 2002c. Integrated pests ma-

nagement, entomology, plant patho-

logy, and soil science. Biological con-

trol. http://eppserver.ag.utk.edu/

courses/Epp530/BioCont.html.

Anonymous. 2002d. Integrated pests ma-

nagement, entomology, plant patho-

logy, and soil science. Chemicals pesti-

cides, the good, the bad, and the ugly.

http://eppserver.ag.utk.edu/courses/

Epp530 /Chem.html.

Baehaki S.E. 1986. Dinamika populasi

wereng coklat Nilaparvata lugens Stal.

Edisi Khusus No1. Wereng Coklat.

Baehaki S.E. 1992. Teknik pengendalian

wereng coklat terpadu. hlm. 39-49.

Prosiding Simposium Penerapan PHT.

Balai Penelitian Tanaman Pangan

Sukamandi.

Baehaki S.E dan A. Hasanuddin. 1995.

Situasi wereng coklat dan tungro di

 beberapa daerah Jawa pada 10 tahun

terakhir. Seminar Balai Penelitian Ta-

naman Pangan Sukamandi. 30 hlm.

Baehaki S.E. 1996. Formula pengendalian

wereng coklat menggunakan ambang

ekonomi berdasar musuh alami. Suatu

sintesis data mendasari rasionalisasi pengendalian hama secara kuantitatif 

 pada tanaman padi. Unpublished. 5

hlm.

Baehaki S.E., P. Sasmita, D. Kertoseputro,

dan A. Rifki. 1996. Pengendalian hama

 berdasar ambang ekonomi dengan

memperhitungkan musuh alami serta

analisis usaha tani dalam PHT. Temu

Teknologi dan Persiapan Pemasya-

rakatan Pengendalian Hama Terpadu.

Lembang. 81 hlm.Baehaki S.E. 1999. Strategi pengendalian

wereng coklat. hlm. 54-63. Prosiding

Hasil Penelitian Teknologi Tepat Guna

Mendukung Gema Palagung. Balai Pe-

nelitian Tanaman Padi, Sukamandi.

Baehaki S.E dan Baskoro. 2000. Penetap-

an ambang ekonomi ganda hama dan

 penyakit pada varietas padi berbeda

umur masak di pertanaman. Seminar 

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Jakarta.

Baehaki S.E., Kartohardjono, dan Nur-

hayati. 2001. Teknik perbanyakan

 Beauveria bassiana pada media padat

dan efektivitas umur biakan terhadap

wereng coklat. hlm. 146-153. Prosiding

Simposium Pengendalian Hayati Se-

rangga. Pusat Penelitian dan Pengem-

 bangan Tanaman Pangan, Fak. Per-

tanian Universitas Padjadjaran, Di-

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 13/14

Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi... 77

rektorat Perlindungan Tanaman Pa-

ngan, dan PRI-Cabang Bandung.

Baehaki S.E. 2002. Perbaikan Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) Berdasar Pe-

mahaman Biodiversitas Arthropoda

 pada Berbagai Pola Pertanaman Padi.

Seminar Proyek/Bagian Proyek Peng-

kajian Teknologi Pertanian Partisipatif.

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 1991. Luas dan

intensitas serangan jasad pengganggu

 padi dan palawija di pulau Jawa tahun1991. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Bhat, R. 2004. Improved Farmer Live-

lihood. ICM Edition, Bayer Crop Sci.

1: 25.

Budianto, J. 2002. Tantangan dan peluang

 penelit ian dan pengembangan padi

dalam perspektif agribisnis. hlm. 1-19.

 Dalam Kebijakan Perberasan dan Ino-

vasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Pangan,

Bogor.Cantrell. 2004. New technologies for rice

farmers. ICM Edition, Bayer Crop Sci.

1: 21-22.

Caraycaray, M.D.B. 2003. More farmers

use innovative chemical-free methods

to control pest in rice. Phil. Rice News-

letter 16(4).

Daud, I.D. dan A.P. Saranga. 1993. Efek-

tivitas lima konsentrasi suspensi spora

 Beauveria bassiana Vuill. terhadap

mortalitas tiga instar larva  Darna

catenata Snellen (Lepidoptera: Lima-

codidae). hlm. 125-134. Prosiding

Symposium Patology. Serangga I. PEI

Cabang Yogyakarta-Fak. Pertanian

UGM, dan Program Nasional PHT/

Bappenas.

Departemen Pertanian. 2003. Kebijakan

dan Strategi Nasional Perlindungan

Tanaman dan Kesehatan Hewan. De-

 partemen Pertanian, Jakarta. 140 hlm.

Earles, R. 2002. Sustainable agriculture: An

introduction. ATTRA-National Sus-

tainable Agriculture Information ser-

vice. http://attra.ncat. org/attra-pub/

PDF/sustagintro.pdf 

EUREP. 2001. EUREPGAP Protocol for 

Fresh Fruit and Vegetables. English

version. Copyright: EUREPGAP c/o

FoodPlus Gmbh, Cologne. Germany. 15

 p. http://www.eurep.org

Frost, M. 2001. Quality Criteria and Stan-dards. Berlinickestr, Berlin, Germany.

 p. 113-121. Matthias.Frost@bvl. bund.

de

Kenmore, P.E. 1996. Integrated pest

management in rice. p. 76-97. In G.J.

Persley (Ed.). Biotechnology and In-

tegrated Pest Management. CAB

International, Cambridge.

Ohmart, C. 2002. IPM, Sustainable

Agriculture and Ecolabelling. Lodi-

Woodbridge Winegrape Commissionand Associate in the Agriculture

Experiment Station. Dept. of Ento-

mology, US Davis. http://www.

google.com.

Pusat Standardisasi dan Akreditasi. 2003.

Standar EUREPGAP Produksi dan

Penanganan Buah dan Sayuran Segar 

yang Benar. Pusat Standardisasi dan

Akreditasi, Jakarta. 33 hlm.

Satari, G. 1983. Prospek peningkatan

 produksi padi di Indonesia.hlm. 1-8.

 Dalam Masalah dan Hasil Penelitian

Padi. Pusat Penelitian dan Pengem-

 bangan Tanaman Pangan, Bogor 

Stern, V.W., R.F. Smith, R. van den Bosch,

and K.S. Hagen. 1959. The integrated

control concept. Hilgardia 29(2): 81-

101.

7/16/2019 HPT padi

http://slidepdf.com/reader/full/hpt-padi 14/14

78  Baehaki Suherlan Effendi

Tohidin, A., T. Lisrianto, dan B.P. Machdar.

1993. Daya bunuh jamur entomo-

 patogen  Beauveria bassiana Vuill.

(Moniliales: Moniliaceae) terhadap

 Leptocorisa acuta Thunberg (Hemip-

tera: Alydidae) di rumah kaca. hlm. 135-

141. Prosiding Simposium Patologi

Serangga I. PEI Cabang Yogyakarta-

Fakultas Pertanian UGM, dan Program

 Nasional PHT/Bappenas.

Untung, K. 2000. Pelembagaan konsep

 pengendalian hama terpadu Indonesia.

Jurnal Perlindungan Tanaman Indo-

nesia 6(1): 1-8.

Waage, J. 1996. Integrated pest mana-

gement and biochemistry: An analysis

of their potential. p. 36-47.  In G.J.

Persley (Ed.). Biotechnology and

Integrated Pest Management. CAB

International, Cambridge.