Upload
nuelnuel11
View
754
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
Diambil dari berbagai sumber untuk disajikan dalam kuliah HTN Fakultas Hukum UGM
o Soekarno 18 Agustus 1945: UUD 1945 adalah Revolutie Grondwet, nanti kita akan memiliki UUD yang lebih baik
o Ratulangi: UUD 1945 perlu disempurnakano Aturan Tambahan Pasal II:
◦ Dalam enam bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat ini terbentuk, Majelis bersidang untuk menetapkan Undang-undang Dasar
UUD 1945 yang “sementara” dan sering disebut “UUD darurat”, terbukti tidak belum fix :◦ Sistem Presidensiel dalam UUD 1945
dilaksanakan dengan dibentuknya kabinet pertama dibawah tanggungjawab Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1945. Tetapi pada tanggal 14 November 1945 Pemerintah mengeluarkan Maklumat berisi perubahan sistem kabinet dari Presidensiel ke sistem Parlementer
Perang Dunia II berakhir: Jepang menjadi negara kalah perang.
Kerajaan Belanda hendak kembali menjajah dengan taktik mendirikan negara kecil di Sumatera, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur dsb serta melancarkan Agresi Militer I (1947) dan Agresi II (1948)
Serangan Omoem 1 Maret 1949 di Jogjakarta
23 Agustus -12 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar di The Hague (Den Haag)
Hasil Konferensi:1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat2. Penyerahan Kedaulatan kepada RIS yang berisi
3 hal, yaitu (a) piagam penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah RIS; (b) status uni; dan (c) persetujuan perpindahan
3. Mendirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda
Lebih detail mengenai hal ini bacalah Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme.. hal.44-46
Negara RIS tidak bertahan lama. Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur menggabungkan diri menjadi satu wilayah Republik Indonesia.
19 Mei 1950 Pemerintah RIS dan Pemerintah RI sepakat membentuk kembali NKRI
Dibentuk Panitia untuk merancang UUD Perubahan KRIS menjadi UUDS yang resmi
berlaku 17 Agustus 1950 dengan UU Federal No. 7 Tahun 1950. Dasarnya yaitu Pasal 134 UUDS : Konstituante bersama Pemerintah menyusun suatu UUD RI yang akan menggantikan UUDS 1950
Desember 1955 Pemilu memilih konstituante untuk membentuk UUD
1956-1959 Konstituante bersidang dengan maksud membuat UUD yang tetap
Dalam kurun waktu 3 tahun (1956-1959) Konstituante berhasil merumuskan sejumlah pasal, tapi mengalami kebuntuan dalam Dasar Negara
Presiden Soekarno menyimpulkan Majelis Konstituante gagal, ia mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 : membubarkan Konstituante dan memberlakukan kembali UUD 1945
Dikukuhkan secara aklamasi pada 22 Juli 1959 oleh DPR
Dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 1959
Mengalami sakralisasi: tidak boleh dirubah, walau UUD 1945 adalah sementara sifatnya
Tap MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum mempersulit perubahan UUD 1945
Kekuasaan mengalami stagnasi. Tidak berubah selama 32 tahun
Kolusi Korupsi Nepotisme sebagai akibat UUD 1945 yang sentralistik dan sangat executive heavy
Pelanggaran berbagai hak asasi manusia: hak hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan, hak persamaan dimuka hukum, hak berserikat berkumpul, mengeluarkan pendapat, pembatasan pers, sensor
Agenda Reformasi (Pembaharuan) a.l:1. Amandemen UUD 19452. Penghapusan Doktrin Dwi Fungsi ABRI3. Penegakan Supremasi Hukum, Penghormatan
HAM, serta pemberantasan KKN4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara
pusat dan daerah5. Mewujudkan Kebebasan Pers6. Mewujudkan kehidupan demokrasiSumber : Bahan Sosialisasi UUD 1945 SETJEN MPR-RI
UUD 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat dan penghormatan HAM.
Presiden memiliki kekuasaan legislatif (membentuk Undang-undang)
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN
Pasal Mengenai Masa Jabatan Presiden (Pasal 7), Mengenai Keharusan Bahwa Presiden Adalah Orang Indonesia Asli (Pasal 6 ayat (1)) dll
Tidak adanya saling mengawasi dan saling mengimbangi (Checks and balances) antarlembaga negara.
Executive Heavy : kekuasaan terpusat pada Presiden (concentration and responsibility upon the President)
Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 dan memperkokoh NKRI berdasar Pancasila
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat
Menyempurnakan aturan dasar mengenai perlindungan hak asasi manusia
Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas
Pasal 37 UUD 1945 Naskah yang menjadi objek perubahan: Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana tercantum dalam Lembaga Negara Nomor 75 Tahun 1959
Sidang Istimewa MPR RI 1998 menghasilkan 3 ketetapan:1. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum
2. Ketetapan MPR Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Ketentuan Pasal 1 ketetapan MPR tersebut berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”
3. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Ketetapan ini dapat dilihat sebagai penyempurnaan ketentuan mengenai HAM yang terdapat dalam UUD 1945, seperti Pasal 27; Pasal 28; Pasal 29 ayat (2)
Tiga ketetapan tersebut tidak secara langsung merubah UUD 1945 tapi telah menyentuh muatan UUD 1945
Setelah ada tiga ketetapan tersebut kehendak dan keinginan untuk melakukan perubahan UUD 1945 makin mengkristal di kalangan masyarakat, pemerintah, dan kekuatan sosial politik, termasuk partai politik
1) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,2) Tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia,3) Mempertegas Sistem Pemerintahan
Presidensial4) Penjelasan UUD 1945 yg memuat hal-hal
normatif, akan dimasukkan dalam pasal-pasal,5) Melakukan perubahan dengan cara adendum
Pembukaan UUD 1945Pembukaan UUD 1945: Memuat dasar filosofis & normatif yang mendasari seluruh pasal dalam UUD 1945 Pembukaan mengandung staatsidee berdirinya NKRI, tujuan (haluan) negara yang harus dipertahankan
Kesepakatan untuk mempertahankan NKRI mempertahankan NKRI didasari pertimbangan bahwa negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal berdirinya negara Indonesia dan dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar belakang
Kesepakatan mempertegas Sistem Presidensialmempertegas Sistem Presidensial bertujuan untuk memperkukuh sistem pemerintahan yang stabil dan demokratis yang dianut oleh Negara Republik Indonesia dan pada tahun 1945 telah dipilih oleh para pendiri negara
Peniadaan Penjelasan dimaksudkan untuk menghindarkan kesulitan dalam menentukan status “Penjelasan” dari sisi sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan. Selain itu Penjelasan BUKAN produk BPUPK atau PPKI karena kedua lembaga itu menyusun rancangan Pembukaan dan Batang Tubuh (Pasal-pasal) UUD 1945 tanpa Penjelasan
Perubahan secara Adendum artinya perubahan dilakukan dengan TETAP mempertahankan naskah asli sebagaimana terdapat dalam Lembaran negara Nomor 75 Tahun 1959 hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan naskah perubahan-perubahan UUD 1945 diletakkan MELEKAT pada naskah asli
PERUBAHAN MATERI PERUBAHAN KETERANGAN
Pertama (disahkan dalam Sidang Umum MPR-RI 19 Oktober 1999)
Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20 ayat (1) sampai dengan ayat (4), dan Pasal 21
Keseluruhan berisi 16 ayat= 16 butir ketentuan dasar
Kedua (disahkan dalam Sidang Tahunan MPR-RI tanggal 18 Agustus 2000)
Mencakup 27 Pasal yang tersebar dalam 7 bab, yaitu Bab VI tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat, Bab IXA Tentang Wilayah Negara, Bab X Tentang Warga Negara dan Penduduk, Bab XA Tentang Hak Asasi Manusia, Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, Bab XV tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
27 Pasal tersebut isinya mencakup 59 butir ketentuan yang mengalami perubahan atau bertambah dengan rumusan ketentuan baru samasekali
PERUBAHAN MATERI PERUBAHAN KETERANGAN
Ketiga (disahkan 9 November 2001)
Bab I tentang Bentuk Negara dan Kedaulatan, Bab II Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara, Bab V tentang Kementrian Negara, Bab VIIA tentang Dewan Perwakilan Daerah, Bab VIIB tentang Pemilihan Umum, dan Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Paling luas cakupannya terdiri dari 7 Bab, 23 Pasal, dan 68 butir ketentuan/ayat. Secara kuantitatif lebih besar perubahan, secara kualitatif perubahan sangat mendasar
Keempat (disahkan 10 Agustus 2002) dalam Sidang Tahunan MPR-RI
Antara lain ditetapkan bahwa UUD NRI 1945 sebagaimana telah dirubah dengan Perubahan I, II, III,IV adalah UUD NRI 1945 yang ditetapkan 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada 22 Juli 1959
Mencakup 19 Pasal termasuk satu Pasal yang dihapus
PERIODE MUATAN
1945-1959 Naskah Asli UUD 1945 tanpa Penjelasan. Yang ada adalah Penjelasan Tentang UUD 1945
1959-1999 Naskah Asli UUD 1945 dengan Penjelasan Pasal per Pasal.
1999-2000 Naskah Asli UUD 1945 versi 1959-1999 + Perubahan I (1999)
2000-2001 Naskah Asli UUD 1945 versi 1959 -1999+ Perubahan I (1999) dan Perubahan II (2000)
2001-2002 Naskah Asli UUD 1945 versi 1959-1999 + Perubahan I (1999) , Perubahan II (2000) dan Perubahan III (2001)
2002- Sekarang Naskah Asli UUD 1945 versi 1959-1999 + Perubahan I (1999) , Perubahan II (2000), Perubahan III (2001), dan Perubahan IV (2002)
Perubahan UUD 1945 dilakukan dalam rangka menyempurnakan dan bukan mengganti UUD 1945
Oleh karenanya jenis perubahan UUD yang dilakukan MPR adalah mengubah, membuat rumusan baru sama sekali, menghapus atau menghilangkan, memindahkan tempat pasal atau ayat sekaligus mengubah penomoran pasal atau ayat.
Contoh; Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang semula berbunyiPasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang
Setelah diubah menjadiPasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang
Contoh; Pasal 6A ayat (1) UUD 1945Pasal 6A(1) Presiden dan Wakil Presiden Dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat
Contoh, Ketentuan Bab IV Dewan Pertimbangan AgungBAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNGPasal 16
(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan Undang-undang
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada Pemerintah
Setelah diubah menjadiBAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNGDihapus
Contoh Pemindahan Rumusan Pasal ke dalam Rumusan Ayat: Pasal 34 UUD 1945
Pasal 34Fakir Miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negaraSetelah diubah menjadi
Pasal 34(1) Fakir Miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara
I. Kelompok /Arus yang ingin kembali ke UUD 1945 Kelompok Sapta Margais/Purnawirawan TNI dengan
alasan Kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945
II. Kelompok /Arus yang ingin mempertahankan UUD 1945 hasil Perubahan
Parpol dominan di MPR/DPR dengan alasan: Perubahan sudah cukup menampung aspirasi dan kompromi
III. Kelompok /Arus yang ingin Perubahan Lanjutan/Perubahan ke-Lima
Akademisi, Peneliti, LSM, dengan alasan Perubahan UUD 1945 masih belum sempurna
Perubahan UUD 1945 (199-2002) bukan pengkhianatan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Perubahan bahkan amanat Aturan Tambahan II UUD 1945
Perubahan tidak menyentuh Pembukaan UUD 1945 yang berisi Dasar Negara Panca Sila
Perubahan telah dibahas dalam jangka waktu lebih lama, 12 kali lipat waktu sidang BPUPK
WACANA PERUBAHAN KELIMA : DPD, LEMHANNAS, FORUM REKTOR INDONESIA