3
Hubungan Aantara Obesitas Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Dea Mindy Sasmita 102012409 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 [email protected] Pendahuluan Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energi expenditures) sehingga terjadi kelebihan energi selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor seperti genetic, lingkungan (gaya hidup) dan psikis. Dampak adanya retensi insulin dan gangguan toleransi glukosa pada penderita obesitas tentunya akan berpengaruh pada kadar gula darah. Gula darah merupakan istilah kesehatan yang menunjuk kepada kandungan gula dalam aliran darah di tubuh, sehingga beresiko terjadinya pradiabetes. Sementara itu pradiebetes merupakan kondisi dimana kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal, namun belum cukup untuk mendiagnosa sebagai diabetes. Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi pradiabetes bisa berkembang menjadi diabetes. Perubahan status dari pradiabetes menjadi

Hubungan Aantara Obesitas Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

Hubungan Aantara Obesitas Dengan Kadar Gula Darah SewaktuDea Mindy Sasmita102012409Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No.6 Jakarta [email protected]

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energi expenditures) sehingga terjadi kelebihan energi selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor seperti genetic, lingkungan (gaya hidup) dan psikis. Dampak adanya retensi insulin dan gangguan toleransi glukosa pada penderita obesitas tentunya akan berpengaruh pada kadar gula darah. Gula darah merupakan istilah kesehatan yang menunjuk kepada kandungan gula dalam aliran darah di tubuh, sehingga beresiko terjadinya pradiabetes. Sementara itu pradiebetes merupakan kondisi dimana kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal, namun belum cukup untuk mendiagnosa sebagai diabetes. Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi pradiabetes bisa berkembang menjadi diabetes. Perubahan status dari pradiabetes menjadi diabetes meliitus tipe II bisa berlangsung dalam waktu 10 tahun. Sedangkan mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan salah satu kelompok kelainan metabolik yang selain obesitas meliputi, retensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostatis, hipertensi, diabetes militus tipe II, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit kandung empedu serta kanker endometrium, payudara, prostat, dan kolon. Selain itu obesitas juga menimbulkan masalah diskriminasi social.Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh. Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin.