Upload
haminh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH
DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER
6 DAN 8 PSIK UIN SYARIF HIIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
GABY NURSILA
NIM: 1110104000010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
LEMBAR PER}TYATAAhI
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
t. Skripsi ini merupkan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah safu persyaratan memperoleh gelar Strata t Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Of$ Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakuttas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullatr
Jakarta.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lair1 maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedol<teran dan Itnu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIII{) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
3.
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014
Gaby Nursila, NIM: 1110104000010
Relationships of Physical Activity and Body Mass Index with Osteopenia In
Student Grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiv + 65 pages + 2 schemes + 13 tables + 8 attachments
ABSTRACT
Osteopenia is a condition where the level density (density matrix and mineral)
bone is lower than the highest bone mass (peak bone mass) and the early detection
of osteoporosis. Risk factors for decreased bone density include gender,
increasing age, genetics, smoking, lack of physical activity, alcohol consumption
and low body mass.
The purpose of this study was to determine the relationship between physical
activity and BMI with the incidence of osteopenia in student grade 6 and 8 PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is a quantitative analytical cross-
sectional design with α = 0.05. Data were collected on 68 respondents.
Instruments in this research to determine the physical activity questionnaire
sample, measurements BMI, and the measurement of bone density. Data analysis
technique used is Spearmen Rank with the help of statistical application program
in its processing. The results of the analysis showed that there is a relationship
between physical activity with the incidence of osteopenia (p = 0,001, r= -0,378).
While the results of the analysis between BMI and the incidence of osteopenia
showed that there was no correlation (p = 0.238).
Researchers suggest that the more diligently to increase student exercise at least 3
times a week, each performed 30 minutes and bone density checks regularly at
least 6 months once.
Keywords: Physical Activity, Body Mass Index, Osteopenia.
Reference: 61 (years 1982-2013)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, July 2014
Gaby Nursila, NIM: 1110104000010
Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian
Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
xiv + 65 halaman + 2 bagan + 13 tabel + 8 lampiran
ABSTRAK
Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas (kepadatan matriks dan
mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang tertinggi (peak bone mass) dan
sebagai deteksi dini terjadinya osteoporosis . Faktor risiko terjadinya penurunan
kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin, peningkatan usia, genetik,
kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol dan massa
tubuh yang rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan
IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
kuantitatif dengan desain cross sectional dengan α= 0,05. Pengambilan data
dilakukan pada 68 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk
mengetahui aktivitas fisik sampel, pengukuran IMT, dan pengukuran kepadatan
tulang. Teknik analisa data yang digunakan adalah Spearmen Rank dengan
menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil
analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
osteopenia dengan (p= 0,001, r = -0,378). Sedangkan hasil analisis antara IMT
dengan kejadian osteopenia menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan (p =
0,238).
Peneliti menyarankan agar para mahasiswi lebih rajin untuk meningkatkan
olahraga minimal 3 kali seminggu, masing- masing dilakukan 30 menit dan
melakukan pengecekan kepadatan tulang secara rutin minimal 6 bulan sekali.
Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Osteopenia
Daftar Bacaan: 61 ( tahun 1982-2013)
PS&}{Y"ETAANPf, N.SBf, fUUAN
Skripsi denganjudul
EUBUNGAN AKTTYITAS FISIK DAI\I IMT DENGAN KGJ-ADIAIUOSTEOPENIA PADA MAIIASISWI SEMESTE,R 6 DAT{ b},tNT,bI[,I1,8
PSIK IIIN SYARI3 HII}AYATULLAII JAKARTA
Telah disetqiui dan diperiksa oleh pembimbiqg skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilnm Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disu.sun oleh:
Gabv Nufsih
NIM: 1110104000010
Pembimbiry I PembimbiryII
Qo fuWE*a*a(S.Kp. M.Kep. Sp.KMB["IpSphahr S.Kp.' M,Kep., Ph. D
NIP: 196,80808 200604 2 001 IYIP: 19731106 200501 2 003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAII
T.AKULTAS KEDOKTERAN DAl\t ILMU KESEHATAII
IM{ SYARIT HMAYATT]LLAH
JAKARTA
1435 H2014 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUHDENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6
DAN SEMESTER 8 PSIK UIN SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA
Telah disusun dan dipertahankan penguji:
Gaby Nursila
NIM: 1110104000010
Pembimbing I
Orruart,r#. s.xJ.. vt.x"p.. pn. n
NIP: 19680808 200604 2 001
Pembimbing II
Penguji I
w-Maulina Ilandqvantl S.Kp.. M.Sc
NIP: 19790210 200501 2 002
frlWF( v'
Ernawati. S.Kp. M.Kep, Sp.KiViB
NIP: 19731106 200501 2003
Penguji II
WErnawati. S.Kp. M.Kep. Sp.ICVIB
NIP: 19731106 200501 2003
Penguji III
NIP: 19680808 200604 2 001
|--
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi denganjudul
HUBT'NGAN AKTIVITAS rISIK DAN IMT DENGANKEJADIAI\ OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6
DAN SEMESTER 8 PSIK IIIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh
Gabv Nursila
NIM: 1110104000010
Mengetahui,
Ketua program Studi Ilmu Keperawatan
NIP: 19790520 200901 l0l2
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
if Hidayatullah Jakarta
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Gaby Nursila
Tempat, Tanggal Lahir : Tengerang, 24 Juli 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi/berat badan : 168cm/56kg
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. KH Dewantara RT 03/007 Kp.Sawah Lama Ciputat
Tangerang Selatan
Telepon : 085714048461
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
Latar Belakang Pendidikan
1997- 1998 : TK Aisiyah Ciputat
1998-2004 : SD Negeri Ciputat 1
2004-2007 : SMP Negeri 1 Ciputat
2007- 2010 : SMA Negeri 1 Tangerang Selatan
2010- 2014 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk yang senantiasa ada
saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, Ayah dan
Mama tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk
putri tercinta dalam setiap doanya. Tak lupa Adik- adik
tersayang, i love you......
Untuk teman-teman, sahabat seperjuangan PSIK 2010
terimakasih untuk segala canda tawa, pengalaman, serta
dukungan yang selalu kalian berikan. Perkuliahan akan amat
tidak ada rasanya jika tanpa kalian, pasti akan ada yang
dikenang. Terima kasih untuk semuanya :’)
Mohon maaf saat ada candaan dengan kata-kata yang
menggores hati....
SUKSES UNTUK KITA SEMUA !!!!!
I Will Always Miss You Guys :*:*:*
KATA PENGANTAR
x
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas
Fisik dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi
Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Sholawat
serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini,
banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan
penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta
kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi
dan Ibu Eni Nur’aini Agustini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.
KMB selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan
dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi
xi
kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama kuliah.
5. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Orang tua tercinta, Ibunda Susy Karmila dan Ayahanda Nurdin, yang
selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik
tersayang Getha Nursila dan Zakia Nabila Putri Nursila dan seluruh
keluarga besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan
doanya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Karyawan Anlene yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.
8. Teman-teman ku di Keperawatan terutama Rosi Pratiwi, Naila, Fitri
Farhani, Ika Febti, Fitriyani Rahayu, dan Devica yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Wayu Bahar Tomy yang telah membantu penulis dalam memberikan
semangat, doa dan dukungan untuk penulis agar menyelesaikan skripsi ini
dengan tepat waktu.
10. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya teman-
teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010,
yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita.
xii
11. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini baik dalam
persiapan, dan pelaksanaan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
dalam kesempatan ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan skripsi ini kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terimakasih.
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
Ciputat, Juni 2014
Gaby Nursila
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Pernyataan Keaslian Karya ii
Abstract iii
Abstrak iv
Pernyataan Persetujuan v
Lembar Pengesahan vi
Daftar Riwayat Hidup viii
Lembar Persembahan ix
Kata Pengantar x
Daftar Isi xiii
Daftar Bagan xvii
Daftar Tabel xviii
Daftar Lampiran xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Pertanyaan Penelitian 6
D. Tujuan Penelitian 6
1. Tujuan Umum 6
2. Tujuan Khusus 7
E. Manfaat Penelitian 7
xiv
1. Bagi Peneliti 7
2. Bagi Mahasiswi PSIK 8
3. Bagi Institusi Pendidikan 8
F. Ruang Lingkup Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tulang 10
1. Definisi Tulang 10
2. Struktur Tulang 11
3. Remodeling Tulang 12
B. Osteopenia 13
1. Definisi Osteopenia 13
2. Faktor Risiko terjadinya Osteopenia 14
a. Jenis Kelamin 14
b. Indeks Massa Tubuh (IMT) 14
c. Gaya Hidup 16
1) Aktivitas Fisik 16
2) Status Merokok 17
d. Asupan 18
1) Kalsium 18
2) Vitamin D 19
3) Vitamin C 20
4) Fosfor 21
5) Protein 21
6) Konsumsi Obat 22
3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia 22
a. Densitometri DEXA 23
b. Quantitative Ultrasound (QUS) 24
c. Quantitative Computed Tomography (QCT) 25
C. Penelitian Terkait 25
D. Kerangka Teori 27
xv
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep 28
B. Definisi Operasional 29
C. Hipotesis 30
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 31
C. Populasi dan Sampel 32
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 34
1. Metode Pengumpulan Data 34
2. Instrumen Pengumpulan Data 38
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian 39
F. Tahap Pengambilan Data 41
G. Etika Penelitian 42
H. Pengolahan Data 43
I. Analisa Data 45
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 47
B. Hasil Analisa Univariat 48
C. Hasil Analisa Bivariat 51
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat 55
B. Analisa Bivariat 58
C. Keterbatasan Penelitian 62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 63
B. Saran 64
xvi
Daftar Pustaka
Lampiran
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Kerangka Teori 27
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 28
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Batas Ambang IMT untuk Indonesia 16
2.2 AKG Kalsium di Indonesia 19
2.3 AKG Vitamin D di Indonesia 20
2.4 AKG Vitamin C di Indonesia 21
2.5 AKG Protein di Indonesia 22
3.1 Definisi Operasional 29
4.1 Interpretasi Koefisien Korelasi 46
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8
49
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik Mahasiswi
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT Mahasiswi PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Tulang
Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
5.6 Hubungan IMT dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Tabulasi Data
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tulang manusia merupakan struktur yang paling penting dalam
pembentukan rangka tubuh, dimana tulang adalah jaringan yang tumbuh
dan hidup secara terus menerus. Tulang juga memberi kekuatan dan
membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang manusia terus mengalami
perubahan karena berbagai stres mekanik, dan terus mengalami
pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel (Tandra, 2009). Tulang
memiliki dua sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan
menghancurkan atau merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja
untuk membentuk tulang) (Compston,2002). Jika aktivitas sel osteoklas
lebih besar daripada osteoblas dapat menyebabkan pengeroposan tulang
yang lama kelamaan akan terjadi osteoporosis (Ganong, 2008).
Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh,
keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi
dalam waktu yang lama. Osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan
dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada dibawah nilai rujukan
atau standar deviasi yaitu di bawah nilai rata-rata rujukan (Depkes, 2002).
World Health Organization (WHO) menggunakan pengukuran DMT
sebagai salah satu pendekatan diagnosis osteoporosis. Secara umum terjadi
penurunan DMT dalam proses terjadinya osteoporosis, sehingga terjadi
2
kerapuhan tulang. DMT memberikan sumbangan terbesar pada kekuatan
tulang. DMT normal jika nilai kepadatan tulang (T-score) sampel ≥ -1 dan
DMT rendah bila T-score sampel < -1 (WHO, 2003).
Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami
proses osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang
akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent Epidemic
Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda
khusus, sampai seseorang mengalami patah tulang (Kemenkes, 2008).
Penelitian osteoporosis yang dilakukan Jahari, dkk., 2005 di tiga provinsi
(Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Jawa Barat) ditemukan tingginya
prevalensi nilai DMT rendah yang mengalami osteopenia sebesar 30,1%
dan didapati tingginya angka DMT rendah pada perempuan dewasa muda.
Pada wanita disebabkan oleh hormon estrogen dan massa puncak tulang,
semakin meningkatnya umur, semakin sedikit hormon estrogen yang
dihasilkan maka wanita akan lebih cepat mengalami kehilangan masa
tulang yang lama kelamaan dapat menyebabkan osteoporosis (Ganong,
2008).
Penyebab spesifik osteopenia belum diketahui dengan jelas tetapi
penyebab osteopenia bersifat multifaktor. Semua hal yang mengurangi
kekuatan tulang akan turut berperan terjadinya osteopenia. Faktor risiko
terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin,
peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang,
konsumsi alkohol dan massa tubuh yang rendah (Fox & Brown, 2007).
3
Seseorang yang mempunyai massa tubuh yang rendah
(underweight) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) = 19 atau kurang serta
mempunyai tubuh yang kecil sebagai hasil dari gangguan makan juga
mempunyai risiko terjadinya osteopenia (National Osteoporosis Society,
2008). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat membentuk sel
apabila ditekan oleh bobot yang berat (Zaviera, 2008). Perempuan gemuk
mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon androgen
dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak
yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon estrogen yang dapat
diproduksi untuk kekuatan tulang (Lane, 2003). Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas), 2007 menunjukkan tingginya prevalensi IMT rendah
atau kurus di Indonesia. Prevalensi IMT rendah atau kurus, yakni sebanyak
14,8% pada orang dewasa.
Menurut Jill, dkk., 1993 terjadinya penurunan massa tulang pada
periode puncak massa tulang, dimana tulang memiliki massa pembentukan
tulang tertinggi yaitu pada usia 20-35 tahun dikarenakan perubahan pola
hidup seseorang terutama pada wanita dewasa usia 20 tahun keatas,
kondisi ini dilihat dari kurangnya konsumsi kalsium, serta tingginya
konsumsi kafein (teh, kopi, soda), perokok dan rendahnya aktivitas
olahraga (Jill. dkk., 1993 dalam Hasye, 2008). Usia mahasiswa pada masa
ini tengah mengalami puncak pembentukan massa tulang (Peak Bone
Mass) yang akan berbeda setiap individu. Semakin tua maka akan terjadi
peningkatan kerja osteoklast (merusak tulang) dibandingkan kerja
osteoblast (membentuk tulang baru) (Napoli, 2007).
4
Seiring bertambahnya umur dan perubahan gaya hidup maka risiko
terjadinya osteopenia semakin tinggi. Untuk menghindari risiko terjadinya
osteopenia, maka perlu melakukan olahraga. Olahraga baik bagi tulang
maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat
penurunan masa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa
meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat
memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta meningkatkan
kesehatan secara umum. Olahraga membantu memperkuat tulang
(Wardlaw, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa
aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek
positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat, aktivitas
fisik masa lalu (≥1 kali perminggu) memiliki efek perlindungan terjadinya
osteopenia. Penelitian ini dilakukan pada 111 mahasiswa di Universitas
Seoul, Korea.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa
21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan
yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan
ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi
dengan DMT normal dan DMT tidak normal.
`Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan IMT dan aktivitas
fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester
8 Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah
5
Jakarta. Alasan peneliti memilih sampel mahasiswi semester 6 dan
semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena pada penelitian
di atas wanita usia 20 tahun keatas memiliki risiko yang tinggi terhadap
terjadinya osteopenia. Penelitian dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan mengukur kepadatan mineral tulang sampel
menggunakan alat Generic Electrik Ultrasound Bone Densitometer yang
dipinjam ke pihak Anlene.
B. Rumusan Masalah
Beberapa bukti telah menunjukan gangguan DMT telah terjadi,
kesadaran akan gangguan DMT masih sangat rendah. Selain itu, penyakit
yang diakibatkan oleh penurunan DMT dapat timbul tanpa adanya gejala
sehingga akan dirasakan ketika telah terjadi keparahan pada penderita.
DMT sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut agar dapat mencegah dan
mengurangi penyakit akibat penurunan DMT dimasa mendatang.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang mahasiswi
PSIK UIN Jakarta di Kalcare Bintaro Xchange, 4 mahasiswi menderita
osteopenia. Dari 4 mahasiswi yang menderita osteopenia, 2 mahasiswi
mempunyai IMT kurus, 2 mahasiswi mempunyai IMT normal dan 1
mahasiswi yang kepadatan tulangnya normal mempunyai IMT kurus.
Sedangkan kelima mahasiswi ini mempunyai aktivitas fisik yang rendah.
Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan
antara aktifitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi
semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan,
maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Bagaimana gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan
semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan
semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
4. Bagaimana gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
5. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN
Syarif Hidayatulah Jakarta?
6. Apakah ada hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada
mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan
kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran usia mahasiswi semester 6 dan
semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Untuk mengetahui gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6
dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester
6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
d. Untuk mengetahui gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan
semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan
osteopenia pada sampel.
f. Untuk menganalisis hubungan antara IMT dengan kejadian
osteopenia pada sampel.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberi tambahan ilmu, wawasan dan
pengalaman baru yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang keperawatan baik secara konten
maupun metodelogi penelitiannya.
8
2. Bagi Mahasiswi PSIK
Sebagai bahan informasi mengenai osteopenia dan mengetahui
kepadatan tulang mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian osteopenia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu dan informasi penguat ilmu
kesehatan tentang penurunan kepadatan tulang secara dini yang biasa
disebut osteopenia. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai
dasar untuk perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya dalam
bidang yang sama.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi semester 6 dan semester 8
PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan kejadian
osteopenia. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan desain studi cross sectional. Dengan populasi semua mahasiswi
PSIK UIN Syarif Hidayatullah semester 6 dan semester 8 dan dengan
sempel mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta yang telah berusia 20 tahun. Pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai
aktivitas fisik yang dilakukan pada sampel, pengukuran berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB) untuk menilai IMT dan pengukuran DMT dengan
menggunakan alat Quantitative Ultrasound Bone Densitometry untuk
9
menilai kepadatan mineral tulang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
sampai dengan Juni di gedung FKIK UIN Jakarta.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TULANG
1. Definisi Tulang
Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai
alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral.
Jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas, kekuatan yang sangat besar
serta elastisitas yang sangat terbatas. Kemampuan jaringan ini untuk
menyimpan mineral terutama kalsium (Ca), kebanyakan dalam bentuk
kristal hidroksiapatit yang merupakan sifat utama untuk membedakan
tulang dari jaringan ikat lainnya (Samuelson, 2007).
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,
proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme
kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan
jaringan ikat yang dinamis serta selalu diperbaharui melalui proses
remodeling yang terdiri dari proses resorbsi dan formasi. Dengan proses
resorbsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan diganti
oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorbsi dan
formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang yang
diresorbsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga
terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis dan
perforasi. Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari
11
komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat
kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari
osteoblas, osteoklas dan osteosit. (Setyohadi, 2010)
2. Struktur Tulang
Tulang terdiri dari lapisan luar, lapisan tulang padat dan lapisan
tulang berongga. Pada penurunan densitas mineral tulang, lapisan
tulang padat dan lapisan tulang berongga jauh lebih tipis, sehingga
tulang menjadi lemah dan kemungkinan patah tulang meningkat
(Compston, 2002). Tulang mulai terbentuk sejak kandungan,
khususnya pada trimester 3 dan akan terus berkembang hingga
mencapai puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass). Puncak
massa tulang biasanya sampai dengan umur 20-35 tahun (Jill. dkk.,
1993 dalam Hasye, 2008).
Sel tulang terdiri dari osteoblas, osteklas dan osteosit. Osteoblas
adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses formasi
tulang, yaitu berfungsi dalam sintesis matriks tulang yang disebut
osteoid, yaitu komponen protein dari jaringan tulang. Selain itu
osteoblas juga berperan memulai proses resorbsi tulang dengan cara
membersihkan permukaan osteoid yang akan diresorbsi melalui
berbagai proteinase netral yang dihasilkannya. Pada permukaan
osteoblas, terdapat berbagai reseptor permukaan untuk berbagai
mediator metabolisme tulang, sehingga osteoblas merupakan sel yang
sangat penting pada bone turnover. (Setyohadi, 2010).
12
Osteoklas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap
proses resorbsi tulang. Pada tulang trabekular, osteoklas akan
membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif yang disebut
lakuna howship, sedangkan pada tulang kortikal, osteoklas akan
membentuk kerucut sebagai hasil resorpsinya yang disebut cutting
cone, dan merupakan sel raksasa yang berinti banyak, tetapi berasal dari
sel hemopoetik mononuklear (Setyohadi, 2010).
Osteosit merupakan sel tulang yang terbenam di dalam matriks
tulang. Sel ini berasal dari osteoblas, memiliki juluran sitoplasma yang
menghubungkan antara satu osteosit dengan osteosit lainnya dan juga
dengan bone lining cells di permukaan tulang, fungsi osteosit belum
sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berperan pada transmisi signal dan
stimuli dari satu sel dengan sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit
berasal dari sel mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum tulang,
periosteum, dan mungkin endotel pembuluh darah. Sekali osteoblas
selesai mensintesis osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang
disintesisnya (Setyohadi, 2010).
3. Remodeling Tulang
Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keratakan akan
dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak itu akan diidentifikasi oleh
sel osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang) (Cosman,
2009). Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh
osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan
13
asam (Tandra, 2009). Dengan demikian, tulang yang sudah diserap
osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh
osteoblas yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang belakang
setelah sel osteoklas hilang (Cosman, 2009).
Menurut Ganong (2008), ternyata endokrin mengendalikan proses
remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon
paratiroid (resopsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resopsi
tulang menjadi lebih lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi
gangguan pada osteoklas, sehingga tidak timbul keseimbangan antara
kerja osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoklas lebih besar
daripada osteoblas.
B. Osteopenia
1. Definisi Osteopenia
Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas
(kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang
tertinggi (peak bone mass) dan tidak terlalu parah dibandingkan
dengan osteoporosis (WebMD, 2006). Walaupun tidak terlalu parah,
kondisi ini harus menjadi diperhatikan karena jika kondisi ini
dibiarkan makan akan mengarah ke osteoporosis dimana tulang akan
menjadi rapuh dan mudah patah sehingga penderita tidak bebas
bergerak, tinggi badan berkurang bahkan akan menjadi resiko
kematian dini. Osteopenia merupakan deteksi awal untuk mencegah
terjadinya osteoporosis dan patah tulang (Fox & Brown, 2007).
14
Osteopenia merupakan kondisi kepadatan tulang yang kurang atau
hilangnya massa tulang. Kondisi tersebut dipicu oleh kurangnya
konsumsi kalsium, kurang gerak, dan terkena sinar matahari; kebiasaan
mengkonsumsi minuman berkafein; serta penggunaan obat-obatan
yang mengandung kortikosteroid (Hasye, 2008)
2. Faktor Resiko terjadinya Osteopenia
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan karakteristik biologik yang
dikenali dari penampilan fisik, yaitu laki-laki dan perempuan.
Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita sekitar 80% daripada
laki-laki 20%. Hal ini terjadi karena laki-laki mempunyai tubuh
yang lebih besar, tulang yang lebih padat dari wanita. Dengan kata
lain wanita mempunyai masa tulang yang lebih rendah karena
mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan hormon
estrogen yang menyebabkan aktivitas sel osteoblas menurun
sedangkan osteoklas meningkat, maka wanita lebih cepat
mengalami kehilangan masa tulang (Krinke, 2005).
b. IMT
Masa tulang akan lebih besar pada orang yang berbadan
besar dibandingkan orang yang berbadan kurus dan kecil
(Compston, 2002). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat
membentuk sel apabila ditekan oleh bobot yang berat. Posisi tulang
menyangga bobot, maka tulang akan merangsang untuk
15
membentuk masa pada area tersebut, terutama pada daerah panggul
dan pinggul. Jika bobot tubuh ringan, maka masa tulang cenderung
kurang terbentuk sempurna (Zaviera, 2008).
IMT terkait dengan berat badan (BB). Menurut Halimah
(2007), menyatakan bahwa BB yang kurang mengakibatkan
kurangnya beban mekanik yang dapat merangsang meningkatkan
DMT melalui gaya gravitasi, sedangkan berat badan yang lebih
(obesitas) akan lebih meningkatkan DMT. Perempuan gemuk
mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon
androgen dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak
jaringan lemak yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon
estrogen yang dapat diproduksi (Lane, 2003).
Cara untuk menghitung IMT.
IMT= Berat Badan (BB dalam kg)
Tinggi Badan2 (TB dalam m)
IMT yang dikatakan kurus apabila < 18,4. IMT 18,5 sampai 25
dikatakan normal. Gemuk adalah apabila IMT antara 25,1 sampai
27 keatas. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
16
Tabel 2.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia
KEADAAN KATEGORI IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17- 18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan ringan 25,1- 27,0
Kelebihan berat badan berat >27,0
Sumber: Depkes, 2002
c. Gaya Hidup
1) Aktivitas Fisik
Aktivitas yang dilakukan setiap orang berbeda-beda.
Dengan aktivitas fisik, berarti otot tubuh bergerak dan
menghasilkan energi. Pertumbuhan dan perkembangan tulang
dipengaruhi gerakan badan dan istirahat. Latihan fisik
meningkatkan suplai darah ke otot dan tulang. Kerena darah
membawa zat-zat pembangun, maka latihan fisik akan
meningkatkan pertumbuhan (Watson, 2002). Seseorang yang
jarang melakukan aktivitas fisik akan mengakibatkan turunnya
masa tulang dan dengan bertambahnya usia terutama pada usia
lanjut, otot pun akan menjadi lemah sehingga akan berpeluang
untuk timbulnya patah tulang (Compston, 2003).
Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain.
Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan masa
tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa
meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat
17
memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta
meningkatkan kesehatan secara umum, sehingga megurangi
risiko jatuh. Olahraga membantu memperkuat tulang
(Wardlaw, 2002).
Melompat-lompat atau bermain lompat tali bisa
meningkatkan masa tulang pinggul wanita, sementara berjalan
cepat sekitar 30 menit yang dilakukan tiga sampai empat kali
dalam seminggu bisa mengurangi penurunan masa tulang
belakang dan tulang pinggul (Compston, 2002).
Wanita yang malas bergerak atau berolahraga akan
terhambat proses osteoblasnya. Selain itu, kepadatan masa
tulang akan berkurang. Semakin banyak bergerak dan olahraga,
maka otot akan memacu tulang untuk membentuk masa
(Zaviera, 2008). Menurut Muhial dkk (2004), aktivitas fisik
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu aktivitas
ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat.
2) Status Merokok
Merokok dan minum minuman beralkohol sangat
merugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian
menunjukan merokok mempercepat kehilangan tulang serta
turut andil dalam berkurangnya kemampuan penyerapan
kalsium (Nasir, 2008).
Suatu studi analisis dari 48 penelitian memperlihatkan
bahwa semakin banyak seorang wanita merokok, semakin
18
tinggi risikonya untuk fraktur (Zaviera, 2008). Perokok baik
laki-laki maupun perempuan memiliki risiko fraktur tulang satu
hingga dua kali lebih besar daripada bukan perokok
(Permatasari, 2008). Bukti nyata efek merokok dalam
penurunan DMT yaitu satu diantara delapan kejadian fraktur
tulang pinggul terjadi akibat merokok. Perokok kehilangan
tulang lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok
(Law,1997)
d. Asupan
1) Kalsium
Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak
dalam tubuh. Dalam tubuh dewasa terdapat sekitar 1200 gram
(300 mmol) kasium, dimana sebanyak 99% berada dalam
tulang dan gigi, 1% terdapat dalam darah, cairan ekstra seluler,
otot dan jaringan lain (Tee,2005). Kalsium yang diserap dari
makanan hanya sebesar 25% (Wardlaw, 2002).
Diperkirakan 80-90% kandungan mineral tulang terdiri dari
kalsium dan fosfor sehingga diyakini kalsium memegang
peranan penting dalam terjadinya osteoporosis. Kalsium yang
beredar dalam darah mejadi patokan keseimbangan kadar
kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan dalam
darah normal, maka mineralisasi dan demineralisasi
berlangsung seimbang (Zaviera, 2008)
19
Tingginya asupan kalsium tidak bersifat toksik pada
individu yang sehat karena mekanisme homeostasis tubuh
mengontrol kandungan yang diserap melalui makanan dan
yang diekskresikan melalui urin. Namun, The Committee On
medical Aspect of Food Policy menggunakan dosis
peningkatan asupan kalsium pada orang yang berisiko terkena
osteoporosis harus dilakukan dengan hati-hati (Barker, 2002)
Tabel 2.2 AKG Kalsium di Indonesia
Umur (tahun) Pria (mg) Wanita (mg)
10- 18
19- 29
30- 49
50- 64
>65
1000
800
800
800
800
1000
800
800
800
800
Sumber: Depkes, 2005
2) Vitamin D
Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang, yaitu
membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar
kalsium dan fosfor tersedia dalam darah untuk diendapkan pada
proses pengerasan tulang (Almatsier, 2002). Vitamin D
meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga cukup
tersedia kalsium untuk tulang, yang mengandung 99% kalsium
tubuh.
Pada orang yang cukup mengkonsumsi vitamin D, rata-rata
penyerapan kalsium di usus yaitu 30%. Pada saat pertumbuhan,
laktasi dan menyusui efektifitas penyerapan meningkat sampai
20
80%. Namun, tanpa vitamin D, maka penyerapan kalsium pada
usus tidak lebih dari 10-15%. Defisiensi vitamin D pada orang
dewasa dapat menyebabkan hyerparathyroidism sekunder
(penyebab osteoporosis) (Holick, 2004)
Tabel 2.3. AKG Vitamin D di Indonesia
Sumber: Depkes, 2005
3) Vitamin C
Vitamin C berfungsi untuk pembentukan tulang, dimana
dapat membantu absorbsi kalsium dengan menjaga agar
kalsium berada dalam bentuk larutan, dalam membantu
pertumbuhan osteoblas. Fungsi vitamin C yang lain yaitu
berperan dalam berbagai reaksi hidrolisis yang dibutuhkan
untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin. Kolagen
merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas
struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan
dan matriks tulang. Jadi vitamin C dapat membantu
pembentukan tulang dan berperan dalam terjadinya fraktur
(Almatsier, 2002 dan Wolf, 2005). Asupan vitamin C
berpengaruh terhadap DMT sebagai radikal bebas yang dapat
mengurangi efek dari stres oksidatif yang kemungkinan
Umur (tahun) Pria (µg) Wanita (µg)
10-18
19- 29
30- 49
50- 64
>65
5
5
5
10
15
5
5
5
10
15
21
berhubungan dengan bone loss, dengan mencegah resopsi
tulang (Wolf, 2005).
Tabel 2.4. AKG Vitamin C di Indonesia
Umur (tahun) Pria (mg) Wanita (mg)
16- 18
19- 29
30- 49
50- 64
>65
90
90
90
90
90
75
75
75
75
75
Sumber: Depkes, 2005
4) Fosfor
Fosfor merupakan mineral kedua yang banyak berperan
dalam tubuh. Kalsium dan fosfor menjadi komponen dalam
tulang. Akan tetapi, jika jumlah fosfor lebih besar daripada
kalsium akan menyebabkan berkurangnya masa tulang. Karena
pada makanan sumber fosfor dapat meningkatkan hormon
paratiroid yang dapat memicu pengeluaran kalsium melalui
urin, sehingga masa tulang pun akan berkurang (Barker, 2002).
5) Protein
Terjadinya osteoporosis juga disebabkan oleh asupan
protein yang berlebih. Karena protein dapat menghasilkan asam
jika diuraikan dalam tubuh. Sehingga asam tersebut ditahan
oleh tulang dan terjadilah pelepasan kalsium melalui urin. Ada
studi mengatakan adanya peningkatan asupan protein
mempengaruhi kehilangan masa tulang. Dengan asupan protein
22
sebanyak 1 gram dapat meningkatkan pengeluaran kalsium
lewat urin sebanyak 1 mg (Dawson, 2006).
Tabel 2.5. AKG protein di Indonesia
Umur (tahun) Pria (g) Wanita (g)
16-18
19-29
30-49
50-64
>65
65
60
60
60
60
50
50
50
50
50
Sumber: Depkes, 2005
6) Konsumsi Obat
Mengkonsumsi obat- obatan tertentu dengan frekuensi
sering seperti kortikosteroid, akan mempunyai peluang untuk
terkena osteoporosis lebih besar. Karena mengkonsumsi obat
tersebut dalam jumlah yang tinggi atau sering, akan
menghambat kerja pembentukan tulang dan dapat menurunkan
masa tulang (Putri, 2009)
3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia
Nilai dari pengukuran masa tulang disebut densitas mineral tulang.
Densitas mineral tulang dapat diukur melalui beberapa cara dengan
output yang diperoleh disebut dengan T-score dan Z-score. Adapun
alat yang dipergunakan untuk mengetahui seseorang mengalami
osteopenia atau osteoporosis, antara lain:
23
a. Densitometri DEXA (Dual Energy X-Ray Absorptimetry)
Dari semua teknik pemeriksaan densitas tulang dual energy
x-ray absorptimetry adalah cara yang paling akurat.
Pemeriksaan ini aman tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan
dalam waktu 5-15 menit (Tandra, 2009).
Keuntungan metode ini mengukur masa tulang di pinggul,
pergelangan tangan, tulang belakang, atau seluruh rangka dan
sering disebut scan tulang. Nilai masa tulang yang didapat dari
pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang (BMD= Bone
Mineral Density). Walaupun menggunakan sinar-X, namun
tingkat radiasinya sangat kecil (New, 2003). Akan tetapi alat
ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan koreksi
berdasarkan volume tulang (secara bersamaan hanya
menghitung 2 dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan jika pada saat
seseorang melakukan pengukuran dalam posisi yang tidak
benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut.
(Cosman, 2009)
Hasil dari DEXA dapat dinyatakan dengan T-Score, yang
dinilai dengan melihat perbedaan BMD dari hasil pengukuran
nilai rata-rata BMD puncak (Tandra, 2009). Kriteria WHO
untuk menentukan berat ringannya keropos tulang, organisasi
kesehatan dunia memberlakukan kriteria yang sudah diterima
oleh seluruh dunia. Bila T-Score sama dengan atau lebih rendah
dari -2,5 dinamakan osteoporosis. Bila T-Score dibawah -1,0
24
dinamakan osteopenia atau massa tulang yang rendah. T-Score
diantara -1 sampai +1 dikatakan BMD yang normal. Orang
dengan T-Score dibawah -2,5 yang disertai dengan fraktur
karena osteoporosis dikategorikan dalam osteoporosis yang
berat (Severe or establised osteoporosis) (Tandra, 2009).
b. Quantitative Ultrasound (QUS)
Ultrasound mengukur kecepatan suara, berbeda dengan
pengukuran sebelumnya yang menggunakan sinar-X. Adanya
elastisitas tulang terbukti dengan adanya kecepatan tembus
gelombang dan kekuatan tulang. Pemeriksaan dilakukan pada
tulang tumit (calccaneus), tibia dan jari tangan. Keuntungan
alat pengukur ini adalah murah dan dapat dibawa kemana-
mana, hanya saja tidak dapat mengetahui lokalisasi tepat
osteoporosis (Suherman & Tobing, 2006).
Pengukuran dengan QUS ini memiliki kelemahan dalam
analisa karena yang diukur adalah bagian tumit karena
perubahan kepadatan tulang tumit lebih lambat dibandingkan
tulang belakang atau pinggul. Jadi, dapat saja terjadi kasus
kepadatan tulang tumitnya normal, namun bagian pusat seperti
tulang belakang atau pinggul tidak normal (Zaviera, 2008).
Pemeriksaan ultrasound dapat memprediksi risiko fraktur dan
dapat dilakukan sebagai skrining seseorang mengalami
osteoporosis yang kemudian bisa dilanjutkan dengan
pemeriksaan DEXA agar jauh lebih akurat (Gibney, 2008) .
25
c. Quantitative Computed Tomography (QCT)
QCT merupakan salah satu metode yang dipakai untuk
mengukur mineral tulang. Sebagian besar alat ini dapat
mengukur densitas mineral tulang di daerah lain. QCT
memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat mengukur DMT
belakang di ruas tulang belakang, tempat patah tulang biasanya
terjadi. Kekurangannya yaitu metode ini menggunakan radiasi
yang sangat tinggi, sehingga penggunaannya tidak begitu
direkomendasikan (Cosman, 2009).
C. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian terkait aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan
kejadian osteopenia adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa
21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan
yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal,
dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan
konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa
aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek
positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat,
aktivitas fisik masa lalu (≥1 kali perminggu) memiliki efek
perlindungan terjadinya osteopenia.
26
3. Penelitian yang dilakukan oleh Novriyana (2011), menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang,
dengan nilai r= 0,451, p= 0,00. Aktivitas fisik yang tinggi dapat
meningkatkan kepadatan tulang.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan ada hubungan aktivitas
fisik dengan osteopenia, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 2 dan
nomor 3. Sedangkan antara IMT dengan osteopenia juga terdapat
hubungan, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 1.
27
D. Kerangka Teori
Akan membentuk
mempengaruhi
Akan terjadi
Dampaknya
Gambar 2.1. Model Kerangka Teori modifikasi ( Cosman, 2009; Compston, 2002;
Fox & Brown, 2007; Ganong, 2008; Setyohadi, 2010; Tandra, 2009; Zaviera,
2008)
Tulang
Sel Tulang terdiri dari:
- Osteosit
- Osteoblas
- Osteoklas
Remodeling Tulang normal:
Tulang yang sudah rusak akan diidentifikasi
oleh sel osteosit, kemudian terjadi
penyerapan kembali yang dilakukan oleh
osteoklas dan nantinya akan menghancurkan
kolagen dan mengeluarkan asam. Dengan
demikian, tulang yang sudah diserap
osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang
baru yang dilakukan oleh osteoblas setelah
sel osteoklas hilang.
FAKTOR RISIKO:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Gaya hidup
4. IMT
5. Asupan makanan
Remodeling Tulang Abnormal:
Peningkatan kerja osteoklas dan
penurunan kerja osteoblas
Penurunan
kepadatan tulang
(OSTEOPENIA)
Osteoporosis
28
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, variabel bebas (independen) yang ingin diketahui
yakni IMT dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat (dependen) yang
akan diteliti yaitu osteopenia.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel
Indepanden
Aktivitas Fisik
O
S
T
E
O
P
E
N
I
A IMT
Variabel Depanden
29
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi
Operational
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Dependen:
Osteopenia
Suatu kondisi
terjadinya
penurunan
kepadatan massa
tulang dari keadaan
normal.
Pengukuran
densitas
(kepadatan)
tulang.
Bone
Densitometry
QUS.
1. 1. Normal= T score >-1
2. Osteopenia= T score -
1 sampai -2,5
(WHO, 2003)
Ordinal
Independen
:
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
Alat atau cara yang
sederhana untuk
memantau status
gizi orang dewasa,
yang berkaitan
dengan kekurangan
dan kelebihan berat
badan . berdasarkan
perbandingan antara
berat badan dalam
kilogram (kg) dan
tinggi badan dalam
m2
.
Pengukur
berat badan
(kg) dan
tinggi badan
(m).
- Berat badan
diukur
dengan
timbangan
berat badan
digital
(Secca)
- Tinggi
badan
diukur
dengan
tinggi
badan
dgital
(Secca).
Kategori
1. Kurus : 17,0 - 18,4
kg/m2
2. Normal : 18,5 - 25,0
kg/m2
3. Gemuk : 25,1- 27,0
kg/m2
(Depkes, 2002)
Ordinal
Independen
:
Aktivitas
fisik
Suatu kegiatan
sehari yang dapat
menghasilkan
energi dan
melakukan secara
terencana
terstruktur dan
terprogram dengan
tujuan untuk
meningkatkan
kebugaran jasmani.
Kuisioner Kuisioner
aktivitas
fisik.
Kuesioner ini
terdiri dari 18
item
pertanyaan.
Kategori:
1. Rendah, jika:
Skor < 29
2. Sedang, jika:
Skor 29 ≤ Skor ≤
38
3. Tinggi, jika:
Skor > 38
Ordinal
30
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian
yang muncul adalah:
1. Ada Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteopenia pada
Mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ada Hubungan IMT dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi
semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif, desain penelitian yang
direncanakan adalah penelitian dengan rancangan penelitian cross
sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian pada titik
waktu dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada
saat yang sama (Nursalam, 2009).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di
gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tepatnya pada mahasiswi
PSIK semester 6 dan semester 8. Alasan peneliti memilih FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta karena letaknya yang terjangkau, kemudahan
dalam birokrasi, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai
hubungan aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada
mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
32
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua mahasiswi semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan jumlah 85 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling, yaitu teknik sampling dengan cara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi(Hidayat, 2007). Pengambilannya menggunakan kocokan
sesuai dengan nomor urut yang ada di absen. Sampel dalam penelitian
ini adalah mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Jenis kelamin perempuan.
b. Berusia minimal 20 tahun.
c. Bersedia menjadi sampel dan mempunyai waktu untuk mengisi
kuesioner, mengukur IMT serta melakukan pengecekan kepadatan
tulang.
33
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan
rancangan penelitian yaitu rumus sampel Uji beda dua proporsi.
Keterangan:
n= besar sampel yang diharapkan
Z1-α/2= tingkat kemaknaan pada α= 5% (z score= 1,96)
Z1-β= kekuatan uji pada β= 80% (z score= 0,84)
P= (P1+P2)/2
P1= proporsi kebiasaan olahraga kurang dengan DMT
tidak normal, sebesar 73,1% (Trihapsari, 2009)
P2= proporsi kebiasaan olahraga cukup dengan DMT
tidak normal, sebesar 39% (Trihapsari, 2009)
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:
n= √ ( )+0.8√ ( ) ( ) 2
(0.731 – 0.39)2
= √( )( )+ 0.84√ 2
(0.341)2
= √ + 0.84√ 2
0.116
34
= {1.376 + 0.553 2
0.116
= 3.721 = 32,1
0.116
Karena menggunakan rumus uji beda proporsi. Maka hasil dikali dua:
32.1x 2 = 64,2= 64 orang.
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai
cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah: 64+6= 70 responden. Pada saat penelitian, ada 2
orang yang tidak dapat mengikuti penelitian dikarenakan sakit. Sehingga
didapatkan actual subject yang mengikuti penelitian sebanyak 68 orang.
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
a. Pengambilan Data Kepadatan Tulang
Untuk pengukuran densitas mineral tulang peneliti bekerja
sama dengan puhak Anlene untuk peminjaman alat pengukuran
kepadatan tulang yang nantinya alat tersebut akan dibawa ke
gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat perizinan
peneliti hanya menghubungi petugas yang bertanggung jawab
dengan alat tersebut.
Pengukuran kepadatan mineral tulang dengan metode
Quantitative Ultrasound (QUS) dengan merk GE (General
35
Electric) dengan keakuratan 98% sama dengan alat DEXA .
Pengukuran dilakukan pada tulang calcaneus (tumit) sebalah kanan
sampel selama kurang lebih 1 menit. Nilai t-score -1 sampai -2,5
SD menunjukan osteopenia.
b. Pengambilan Data IMT
Data IMT, yang diambil terdiri dari berat badan (kg) dan
tinggi badan (cm). Penimbangan berat badan (BB) dan tinggi
badan dengan menggunakan secca. Untuk mengukur berat badan,
pakaian sampel seminimal mungkin. Pada saat pengukuran tinggi
badan, sampel harus dalam posisi berdiri tegak, dan alat ukur harus
berada pada bidang datar, agar tidak mempengaruhi nilai pada saat
pengukuran. Hasil dari pengukuran nantinya akan di perhitungkan
dengan perhitungan BB(kg)/TB(m)2.
c. Pengambilan Data Aktivitas Fisik
Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas fisik,
peneliti menggunakan instrumen kuesioner tentang data demografi
dan data aktivitas fisik yang di adopsi dari Baecke Questionnaire.
Kuesioner tentang data demografi berisi tentang inisial responden,
umur, semester dan nomor HP. Sedangkan aktivitas fisik akan
menunjukan hasil aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas
berat. Baecke Questionnaire ini terbagi menjadi 3 domain yaitu
aktivitas sehari-hari, aktivitas olahraga dan aktivitas waktu
senggang. Dimana kuesioner ini telah di modif oleh peneliti dan
digabung domainnya sesuai dengan bentuk jawaban. Kuesioner ini
36
terdiri dari 22 pertanyaan, yaitu nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan
nomor 21 merupakan pertanyaan untuk aktivitas sehari-hari; nomor
2, 3, 4, 11, 15, 16, 17, 18, 19, dan nomor 22 merupakan pertanyaan
untuk olahraga; nomor 12, 13, 14, dan nomor 20 merupakan
aktivitas waktu senggang. Untuk penilaian jawaban dari masing-
masing pertanyaan:
Untuk jawaban nomor 1:
Jika jawaban a = 1
Jika jawaban b = 3
Jika jawaban c = 5
Untuk jawaban nomor 2:
Jika jawaban ya=
Skor olahraga(nomor 3,4,16,17,18,19) ≥ 12 = 5
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 8 - <12 = 4
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 4 - <8= 3
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 0,01 - 4 = 2
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 0 = 1
Jika jawaban tidak = 1
Untuk jawaban nomor 3 dan nomor 4:
Jika jawaban a = 0,76
Jika jawaban b = 1,26
Jika jawaban c = 1,76
Untuk jawaban nomor 5 sampai nomor 15:
Tidak pernah = 1
37
Jarang = 2
Kadang- kadang = 3
Sering = 4
Selalu = 5
Untuk jawaban nomor 16 dan 17:
< 1 jam = 0,5
1-2 jam = 1,5
2-3 jam = 2,5
3-4 jam = 3,5
> 4 jam = 4,5
Untuk jawaban nomor 18 dan 19:
<1 bulan = 0,04
1-3 bulan = 0,17
4-6 bulan = 0,42
7-9 bulan = 0,67
>9 bulan = 0,92
Untuk jawabam nomor 20:
5 menit = 1
5 – 15 menit = 2
15 – 30 menit = 3
30 - 45 menit = 4
> 45 menit = 5
Untuk jawaban nomor 21 dan 22:
Lebih sangat berat = 5
38
Lebih berat = 4
Sama berat = 3
Lebih ringan = 2
Lebih sangat ringan = 1
Interpretasi skor yang digunakan pada instrumen ini dengan
menggunakan kuartil yang ada pada SPSS dengan menggolongkan
subjek dalam kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
2. Instrumen Pengumpulan data
Berikut merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian:
a. GE (General Electric)
GE (General Electric) digunakan untuk mengukur kepadatan tulang
responden selama kurang lebih 1 menit.
b. Meteran Tinggi Badan
Meteran adalah alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan
sentimeter (cm). Alat ukur tinggi badan menggunakan secca.
c. Timbangan Berat Badan
Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan
dengan satuan kilogram (kg). Alat ukur berat badan menggunakan
secca.
d. Baecke Questionnaire
Baecke Questionnaire adalah kuesioner yang digunakan untuk melihat
aktivitas fisik responden. Kuesioner aktivitas fisik ini terdiri dari 18
39
pertanyaan dengan skor maksimal 74,36 dan skor minimal 14,60.
Peneliti menggunakan 3 kategori dalam menginterpretasikan hasil dari
kuesioner aktivitas fisik ini, yaitu aktivitas ringan, sedang, dan
aktivitas berat. Pengkategorian ini menggunakan perhitungan kuartil.
Dalam beberapa kasus, peneliti terkadang tidak hanya membagi dalam
dua kelompok tapi juga membaginya menjadi tiga maupun menjadi
empat kategori. Pada kondisi seperti ini, tidak lagi menggunakan
median sebagai pemisah melainkan kuartil (Nawari, 2007)
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Validitas
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah
instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu megukur apa- apa
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu(Setiadi,
2007). Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product
Moment yang rumusnya adalah
Keterangan:
r= koefisien korelasi
N= jumlah responden
X= skor tiap item pertanyaan
Y= skor total
40
Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 13-
20 Mei tahun 2014. Uji coba ini dilakukan terhadap 60 orang mahasiswi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berumur ≥20 tahun keatas
dan berjenis kelamin perempuan. Lokasi uji validitas instrumen dilakukan
di FKIK UIN Syarif Hidayatullah sama dengan lokasi penelitian, sehingga
peneliti mengidentifikasi responden yang telah diteliti dalam uji coba
instrumen tidak termasuk responden dalam penelitian.
Ketentuan kevalidan instrumen apabila r hitung > 0,3. Hasil uji
validitas untuk pertanyaan nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 21,
22 terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 5, 6, 8, dan 12,
sehingga item-item ini tidak dapat digunakan. Pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4,
16, 17, 18, 19, 20 tidak di uji valid karena seharusnya pertanyaan tersebut
dilihat menggunakan observasi. Hasil setelah yang di uji valid dan
pertanyaan yang diobservasi digunakan dalam pengambilan data aktivitas
fisik sebanyak 18 item pertanyaan.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reliabilitas
data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas instrumen
adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh
orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).
Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan
41
rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).
Pada penelitian ini, saat pertama kali diuji menghasilkan α= 0,447.
Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas yang kedua tanpa menggunakan
item 5, 6, 8, dan 12 menghasilkan nilai α =0,657. Karena Alpha Cronbach
> 0,60, maka instrumen ini dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan
diandalkan.
F. Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan bulan Mei tahun 2014. Data yang
dihimpun dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan
menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam
pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Peneliti menentukan subjek penelitian, maksud dan tujuan penelitian.
Peneliti menghubungi pihak Anlene untuk meminjam alat kepadatan
tulang yang akan dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif Jakarta.
2. Bekerjasama dengan BEM FKIK untuk peminjaman laboratorium
keperawatan.
3. Setelah pihak Anlene menyetujui, pihak Anlene datang ke kampus
untuk melakukan pengukuran DMT dangan alat Bone Densitometry
(Achilles Insigth).
4. Setelah mengecek tulang, responden langsung diukur BB dan TB
untuk dihitung IMT.
42
5. Setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner untuk menilai aktifitas
fisik. serta memberikan lembar inform consent dan memberikan
penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.
6. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah data
yang terkumpul sudah lengkap atau belum. Setelah lengkap, data
diberi kode pada masing-masing pernyataan untuk mempermudah saat
analisis data. Langkah selanjutnya adalah memproses data, pemrosesan
data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program
aplikasi statistik. Langkah yang terakhir yaitu pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak
boleh bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Menurut Hidayat (2007)
dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar menunjung tinggi
kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitan pada manusia yang harus
dipahami antara lain:
1. Prinsip Manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
43
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.
2. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia harus
dihormat, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara
mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menunjang tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak
menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia.
H. Pengolahan Data
Hidayat (2007) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat
langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh. Adapun tahap-
tahap pengolahan data meliputi:
1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang
dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan,
relevansi, dan konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa
dengan cara memastikan bahwa jumlah kuisioner yang terkumpul
sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan dan
44
memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuisioner sudah terjawab
dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan cara
melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data lain.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode
dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Dalam coding,
data yang berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau
bilangan. Misal, untuk jawaban Tidak Pernah diberi kode 0, jawaban
Kadang-kadang diberi kode 1, dan seterusnya.
3. Entry
Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan
membuat tabel kontingensi. Program untuk analisis data : SPSS, Epi
Info, Epi Data, dan lain-lain.
4. Melakukan Teknik Analisis
Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data
penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
45
dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan
statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang
digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan
statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan
inferensial.
I. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
variabel dependen dan independen. Variabel independen yaitu IMT
dan akivitas fisik, sedangkan variabel dependen yaitu osteopenia.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel (Umar, 2003) yaitu variabel independen IMT dan
aktivitas fisik dengan osteopenia. Teknik analisis dilakukan dengan
uji korelasi Spearmen dengan menggunakan derajat kepercayaan
95% dengan 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil
perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukan ada
hubungan antara variabel indepanden dengan variabel dependen,
dan apabila nilai P value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik
tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Uji korelasi Spearmen
adalah uji statistik yang ditujukan untuk mengetahui hubungan
46
antara dua atau lebih variabel berskala ordinal. Asumsi uji korelasi
Spearmen adalah: (1) Data tidak berdistribusi normal dan (2) Data
diukur dalam skala ordinal.
Sedangkan cara menginterpretasikan sejauh mana hubungan
kedua variabel independen dan dependen berdasarkan koefisien
korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Versi de Vaus
Koefisien Kekuatan Hubungan
0,00 Tidak ada hubungan
0,01-0,09 Hubungan kurang berarti
0,10-0,29 Hubungan lemah
0,30-0,49 Hubungan moderat
0,50-0,69 Hubungan kuat
0,50-0,69 Hubungan sangat kuat
0,70-0,89 Hubungan mendekati sempurna
Interpretasi tersebut berlaku sama pada hubungan positif (+) dan
negatif (-)
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Program Studi Ilmu Keperawatan mendapatkan izin
penyelenggaraan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor:
1356/D/T2005 tanggal 10 Mei 2005 dan Keputusan Direktur Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI Nomor:
Dj.II/123/2005 tanggal 17 Mei 2005, yang diperpanjang ijin
penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pensisikan
Islam Kementrian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29 Januari
2010. Lulusan PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan
lulusan pendidikan profesinya mendapat sebutan Ners (Ns). Program
Studi Ilmu Keperawatan telah meluluskan Ners sebanyak 102 orang
sampai semester genap 2013/2014.
1. Tujuan Program Studi Sarjana Keperawatan
a. Tujuan Umum
Menghasilkan sarjana keperawatan dengan kualifikasi
akademik Sarjana Keperawatan (S.Kep) yang beriman dan
bertaqwa, berintegritas tinggi, mempunyai keunggulan yang
kompetetitif dalam persaingan global serta mampu
mengintegrasikan ilmu keperawatan dan ilmu pengetahuan
48
keislaman sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan
kualitas derajat kesehatan bangsa Indonesia.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa memiliki sikap profesional dan Islami
2) Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan di tatanan
rumah sakit dan komunitas.
3) Mahasiswa mampu mengelola pelayanan keperawatan di ruang
rawat inap
4) Mampu melaksanakan penelitian sederhana
5) Mampu berperan sebagai pendidik tenaga keperawatan yang
berada di ruang lingkup tanggung jawabnya
B. Hasil Analisa Univariat
Hasil analisis dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel
karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan
distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis Univariat pada penelitian ini
dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: karakteristik
mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6 dan
semester 8 dari usia; aktivitas fisik; IMT; dan kepadatan tulang.
49
1. Karakteristik Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester 6 dan Semester 8
a. Usia
Rata-rata usia responden adalah 21 tahun dengan usia termuda 20
tahun dan tertua 22 tahun. Usia responden terbanyak adalah 21
tahun. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8
2. Karakteristik berdasarkan Aktivitas Fisik pada Mahasiswi PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8
Karakteristik responden berdasarkan aktivitas fisik dapat dilihat pada
tabel 5.2.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik Mahasiswi
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Usia Frekuensi Persentase
20 23 33.8%
21 28 41.2%
22 17 25%
Total 68 100%
Aktivitas Fisik Frekuensi Persentasi
Ringan 17 25 %
Sedang
Tinggi
35
16
51,5%
23,5 %
Total 68 100%
50
Data yang ada pada tabel 5.2 di atas terlihat bahwa dari 68
responden, mayoritas aktivitas fisik responden adalah aktivitas sedang
yaitu berjumlah 35 orang (51,5%), responden dengan aktivitas fisik
ringan berjumlah 17 orang (25%), sedangkan responden dengan
aktivitas fisik tinggi berjumlah 16 orang (23,5%).
3. Karakteristik berdasarkan IMT pada mahasiswi PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8
Karakteristik responden berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT Mahasiswi PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Data yang ada pada tabel 5.3 di atas terlihat bahwa dari 68
responden, mayoritas mahasiswi memiliki IMT normal yaitu sebanyak
49 orang (72,1%), mahasiswi dengan IMT kurus sebanyak 11 orang
(16,2%), sementara mahasiswi dengan IMT gemuk sebanyak 8 orang
(11,8%).
IMT Frekuensi Persentasi
Kurus 11 16.2%
Normal 49 72.1%
Gemuk 8 11.8%
Total 68 100%
51
4. Karakteristik berdasarkan Kepadatan Tulang pada mahasiswi
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8
Karakteristik responden berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Tulang
Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data yang ada pada tabel 5.4 di atas terlihat bahwa dari 68
responden, mayoritas mahasiswi yang memiliki kepadatan tulang
normal yaitu sebanyak 51 orang (75%), sedangkan mahasiswi dengan
osteopenia yaitu sebanyak 17 orang (25%).
C. Hasil Analisa Bivariat
1. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Osteopenia
Analisa hubungan antara aktivitas fisik dengan osteopenia dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Kepadatan Tulang Frekuensi Persentase
Normal 51 75%
Osteopenia 17 25%
Total 68 100%
52
Tabel 5.5
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Osteopenia pada Pada
Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kepadatan Tulang Total Pvalue R
Aktifitas
Fisik Normal Osteopenia
Ringan 9 8 17 0,001 -0,378
(13,2%) (11,8%) (25%)
Sedang
Tinggi
26 9 35
(38,2%)
16
(23,5%)
(13,2%)
0
(0%)
(51,5%)
16
(23,5%)
Total 51 17 68
(75%) (25%) (100.0%)
Hasil yang diperoleh dari tabel 5.5 yaitu dari 68 responden
dapat diketahui bahwa mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8
yang mempunyai aktifitas fisik sedang dengan kepadatan tulang
normal sebanyak 26 orang (38,2%), mahasiswi yang mempunyai
aktivitas fisik tinggi dengan kepadatan tulang normal sebanyak 16
orang (23,5%), mahasiswi yang mempunyai aktivitas fisik ringan
dengan kepadatan tulang normal sebanyak 9 orang (13,2%),
mahasiswi yang mempunyai aktivitas fisik ringan dengan kepadatan
tulang osteopenia sebanyak 8 orang (11,8%), mahasiswi yang
mempunyai aktivitas fisik sedang dengan kepadatan tulang osteopenia
sebanyak 9 orang (13,2%), dan tidak ada mahasiswi yang mempunyai
aktivitas fisik tinggi dengan kepadatan tulang osteopenia. Hasil
analisis menggunakan uji Spearmen Rank. Hasil analisa menunjukan
P=0,001 (sig<0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi PSIK UIN semester
53
6 dan semester 8. Dari hasil koefisien korelasi diketahui r= -0,378 hal
ini menunjukan hubungan antar kedua variabel merupakan hubungan
yang moderat/ sedang karena berada pada rentang koefisien korelasi
antara 0,30-0,49. Hubungan antar variabel bersifat negatif, ini artinya
bahwa semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin rendah kejadian
osteopenia.
2. Hubungan IMT dengan Osteopenia
Analisa hubungan antara IMT dengan osteopenia dapat dilihat pada
tabel 5.6.
Tabel 5.6
Hubungan IMT dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
KT Total P value
IMT Normal Osteopenia
Kurus 7 4 11 0,238
(10,3%) (5,9%) (16,2%)
Normal 37 12 49
(54,4%) (17,6%) (72,1%)
Gemuk 7 1 8
(10,3%) (1,5%) (11,8%)
Total 55 13 68
(75%) ( 25%) (100%)
Hasil yang diperoleh dari tabel 5.6 yaitu dari 68 responden
dapat diketahui bahwa mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8
yang mempunyai IMT normal dengan kepadatan tulang normal
sebanyak 37 orang (54,4%), mahasiswi yang mempunyai IMT kurus
54
dengan kepadatan tulang normal sebanyak 7 orang (10,3%), mahasiswi
yang mempunyai IMT gemuk dengan kepadatan tulang normal
sebanyak 7 orang (10,3%), sedangkan mahasiswi yang mempunyai
IMT normal dengan kepadatan tulang osteopenia sebanyak 12 orang
(17,6%), mahasiswi yang mempunyai IMT kurus dengan kepadatan
tulang osteopenia sebanyak 4 orang (5,9%), dan mahasiswi yang
mempunyai IMT gemuk dengan kepadatan tulang osteopenia sebanyak
1 orang (1,5%) . Hasil analisis ini menggunakan uji Spearmen Rank.
Hasil uji Spearmen Rank menunjukan P=0,238 (sig>0,05), maka Ho
diterima artinya tidak ada hubungan IMT dengan kejadian osteopenia
pada mahasiswi PSIK UIN semester 6 dan semester 8.
55
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang
dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan
penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan
penelitian.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Mahasiswi PSIK berdasarkan Usia
Seiring bertambahnya umur dan perubahan gaya hidup maka risiko
terjadinya osteopenia semakin tinggi. Usia mahasiswa pada masa
ini tengah mengalami puncak pembentukan massa tulang yang akan
berbeda setiap individu (Nicklas, 2003). Responden dalam penelitian
ini adalah mahasiswi PSIK Semester 6 dan semester 8 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah berusia sama dengan 20 tahun keatas.
Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 68
orang. Responden yang memiliki usia 20 tahun berjumlah 23 orang
(33,8%), responden yang berumur 21 tahun berjumlah 28 orang
(41,2%), sedangkan yang berusia 22 tahun berjumlah 17 orang (25%).
Mayoritas responden yang terlibat dalam penelitian ini yaitu yang
berusia 21 tahun. Tahapan ini jika terlewati maka penurunan massa
tulang terus terjadi. Semakin tua maka kerja osteoblas semakin
56
menurun sebaliknya kerja osteoklas semakin meningkat (Napoli,
2007).
2. Karakteristik Mahasiswi PSIK berdasarkan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain, jika
tidak melakukan pergerakan sama sekali akan mempercepat
penurunan masa tulang, sedangkan melakukan aktivitas dapat
menahan beban tubuh yang membuat masa tulang meningkat
(Wardlaw, 2002). Olahraga dengan pembebanan dapat membantu
pembentukan osteoblast lebih aktif. Olahraga lompat tali atau jalan
kaki sekitar 30 menit yang dilakukan tiga atau empat kali dalam
seminggu dapat meningkatkan massa panggul dan mengurangi
penurunan massa tulang (Nicklas, 2003).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki aktifitas sedang, yaitu sebesar 51,5%, responden yang
memiliki aktivitas fisik rendah sebesar 25%, sedangkan responden
yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebesar 23,5%. Penelitian ini
menunjukan bahwa aktivitas fisik minimum responden , yaitu 19 dan
aktivitas fisik maksimum , yaitu 44,86 dan dengan rata-rata aktivitas
fisik responden 33,1 yaitu termasuk kategori sedang. Data tersebut
menunjukan bahwa 51,5% dan 23,5% mahasiswi semester 6 dan 8
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakartasudah memiliki aktivitas fisik
yang baik walaupun masih terdapat 25% mahasiwi yang memiliki
aktivitas fisik yang kurang.
57
3. Karakteristik Mahasiswi PSIK berdasarkan IMT
IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan
dan tinggi badan seseorang. Berat badan dan tinggi badan sampel
diukur dengan menggunakan timbang secca yang dapat mengukur
dalam satu waktu (Nutrition Policy, 2000). IMT dihitung dengan
menggunakan rumus, kemudian dikelompokan berdasarkan klasifikasi
(Depkes, 2002).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki IMT normal, yaitu sebanyak 72,1%, responden yang
memiliki IMT kurus sebanyak 16,2%, sedangkan responden yang
memiliki IMT dengan kategori gemuk sebesar 11,8%. IMT minimum
responden 16,5 , IMT maksimum 34,8 dan dengan rata-rata responden
memiliki IMT 21,5 yaitu kategori normal.
4. Karakteristik Mahasiswi PSIK Berdasarkan Kepadatan Tulang
Pengukuran kepadatan tulang adalah pengukuran kepadatan
mineral pada tulang dengan menggunakan sinar-X spesial, CT scan,
atau ultrasounds. Dari hasil pengukuran kepadatan tulang ini dapat
diperkirakan kekuatan tulang (Nissl, 2004).
Hasil penelitian pada subjek penelitian mahasiswi PSIK semester 6
dan semester 8 dengan responden sebanyak 68 orang menunjukan
bahwa sebanyak 51 orang mahasiswi memiliki kepadatan tulang
normal, sedangkan 17 orang menderita osteopenia. Kepadatan tulang
minimum responden, yaitu-2,5 dan kepadatan tulang maximum 3,9
58
dan dengan rata-rata responden memiliki nilai kepadatan tulang +0,3
yaitu berada pada rentang kategori normal.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteopenia
pada Mahasiswi PSIK Semester 6 dan Semester 8 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Hasil analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji
Spearmen karena kedua variabel berbentuk ordinal dan mempunyai
distribusi data yang tidak normal. Hasil penelitian mengenai hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia menunjukan bahwa
responden yang memiliki aktivitas rendah sebanyak 8 orang (11,8%)
mengalami osteopenia, responden yang memiliki aktivitas rendah dan
memiliki kepadatan tulang normal sebanyak 9 orang (13,2%),
responden yang memiliki aktivitas sedang dan mengalami osteopenia
hanya 9 orang (13,2%), responden yang memiliki aktifitas fisik
sedang dan memiliki kepadatan tulang normal sebanyak 26 orang
(38,2%), responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi dengan
kepadatan tulang normal sebanyak 16 orang (23,5%), dan responden
yang memiliki aktvitas fisik tinggi dengan kepadatan tulang normal
tidak ada. Sebagian besar subyek penelitian memiliki aktivitas fisik
sedang. Hal ini disebabkan subyek penelitian ini merupakan mahasiswi
yang memiliki aktivitas fisik hampir sama dan lebih banyak yang
memiliki kepadatan tulang normal.
59
Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia, artinya semakin sering
melakukan aktivitas fisik semakin menurun angka osteopenia.Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Novriyana (2011) juga menunjukan adanya hubungan antara aktivitas
fisik dengan kepadatan tulang dengan p-value= 0,000.
Aktivitas fisik merupakan modulator penting massa tulang
sehingga dapat mencegah kehilangan massa tulang hampir 1%
pertahun pada wanita. Peningkatan kepadatan tulang merupakan
respon stres tulang dan kontraksi otot melawan daya gravitasi dalam
menunjang berat badan saat beraktivitas terutama olahraga sehingga
memicu fungsi osteoblas (Anderson, 2008). Secara teori, aktivitas fisik
mempengaruhi tulang secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung terhadap tulang melalui mekanisme pembebanan
pada tulang sedangkan secara tidak langsung melalui faktor hormonal
(WHO, 2003).
Aktivitas fisik dapat mengurangi kehilangan massa tulang bahkan
menambah massa tulang dengan cara meningkatkan pembentukan
tulang lebih besar daripada resopsi tulang (Henrich, 2003). Aktivitas
fisik meningkatkan massa tulang dengan cara meningkatkan massa
otot yang akan memberikan pembebanan pada tulang (Tandra, 2009).
Pembebanan dari aktivitas fisik dibutuhkan tulang agar pembentukan
tulang dapat mengimbangi kehilangan massa tulang yang terjadi
(Alexander, 2002).
60
2. Hubungan antara IMT dengan Kejadian Osteopenia pada
Mahasiswi PSIK Semester 6 dan Semester 8 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar (72,1%),
responden memiliki IMT sedang, namun masih ada responden yang
memiliki IMT dibawah normal, yaitu sebesar (16,2%), dan responden
yang memiliki IMT gemuk sebesar (11,8%). Menurut Markus dalam
Halimah (2007), status gizi yang lebih dapat meningkatkan kepadatan
tulang karena lemak pada perempuan yang kelebihan berat badan
menempatkan tekanan yang besar pada tulang dan merangsang
pembentukan tulang baru. Seseorang dengan tubuh lebih kurus dapat
lebih mudah memiliki kepadatan tulang yang tidak normal daripada
tubuh gemuk. Hal ini dikarenakan beban yang lebih berat dapat
merangsang optimalisasi kepadatan tulang.
Terlepas dari kelebihan berat badan baik untuk kesehatan tulang,
kelebihan dan kekurangan berat badan dapat meningkatkan
kemungkinan seseorang mengalami penyakit degeneratif tertentu.
Selain itu, kelebihan berat badan membuat tubuh sulit berfungsi secara
efektif. Apabila kekurangan berat badan, seseorang mungkin
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk membentuk otot yang
sehat dan tulang yang kuat. Oleh karena itu, risiko terkena osteoporosis
pun meningkat (Davies, 2007).
Pada Analisis bivariat penelitian ini menunjukan bahwa tidak
terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia (p-value=
61
0,238). Pada hasil pengukuran IMT dari penelitian ini diperoleh 4
orang (5,9%) subyek dengan kategori kurus mengalami osteopenia, 12
orang (17,6%) subyek dengan kategori sedang atau normal mengalami
osteopenia, dan 1 orang (1,5%) subyek dengan kategori gemuk
mengalami osteopenia. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dian (2012) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan (p-value= 0,0043).
Penelitian ini tidak sependapat dengan Groff and Gropper (2000)
bahwa bentuk badan semakin kurus dan kecil tubuh seseorang maka
makin berisiko mengalami keropos tulang. Menurut Shorff and Pai
(2000) bahwa berat badan kurang merupakan salah satu faktor risiko
keropos tulang.
Hubungan yang tidak signifikan antara IMT dan Osteopenia dari
hasil penelitian ini dapat dikarenakan oleh faktor lain seperti asupan
makanan; kebiasaan konsumsi kopi; status merokok; genetik; aktivitas
fisik yang kurang dan peningkatan usia, dimana faktor-faktor tersebut
berpengaruh menjadi faktor yang memberi pengaruh terhadap
terjadinya osteopenia (Fox & Brown, 2007). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dian (2012) menunjukan bahwa adanya hubungan
antara kebiasaan konsumsi kopi, asupan kalsium dan asupan fosfor
dengan kejadian osteopenia
62
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian
ini. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam
pelaksanaan penelitian ini, antara lain:
1. Adanya kemungkinan bias dalam pengisian kuesioner aktivitas fisik.
Hal ini dikarenakan peneliti tidak mengobservasi langsung melainkan
hanya mengajukan pertanyaan melalui kuesioner.
2. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan (BB) dan tinggi
(TB) tidak dilakukan kalibrasi alat.
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan
temuan dan pengujian hasil penelitian sebagai berikut:
1. Gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu 23 orang (33,8%) memiliki usia 20 tahun,
28 orang (41,2%) memiliki usia 21 tahun, dan 17 orang (25%)
memiliki usia 22 tahun.
2. Gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan semeter 8 PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu mahasiswi yang memiliki
kepadatan tulang normal sebanyak 51 orang (75%), sedangkan
mahasiswi yang mengalami osteopenia sebanyak 17 orang (25%).
3. Gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan semeter 8
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu mahasiswi yang memiliki
aktifitas fisik sedang sebanyak 35 orang (51,5%), mahasiswi yang
memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 17 orang (25%), sedangkan
mahasiswi yang memiliki aktifitas fisik tinggi sebanyak 16 orang
(23,5%).
4. Gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semeter 8 PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu mahasiswi yang memiliki IMT sedang atau
normal sebanyak 49 orang (72,1%), mahasiswi yang memiliki IMT
64
kurus sebanyak 11 orang (16,2%) dan mahasiswi yang memiliki IMT
gemuk sebanyak 8 orang (11,8%).
5. Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia
diperoleh P value sebesar 0,001 atau sig < 0,05 maka Ho di tolak,
artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia
pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Hasil uji statistik antara IMT dengan kejadian osteopenia diperoleh P
value sebesar 0,238 atau sig > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak
ada hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi
semester 6 dan semeter 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Saran
1. Bagi Responden
Berikut merupakan saran bagi responden, yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan tulang, yaitu hal-
hal yang mempengaruhi densitas mineral tulang, dan dampak jika
terjadi penurunan densitas mineral tulang.
b. Meningkatkan aktivitas fisik, khususnya olahraga minimal 3 hari
seminggu dalam waktu kurang lebih 30 menit.
c. Melakukan pengecekan tulang 6 bulan sekali.
2. Bagi Institut Pendidikan
Diharapkan untuk mengadakan upaya preventif dengan cara
mengadakan penyebarluasan mengenai densitas mineral tulang berupa
65
penyuluhan atau seminar, poster dan leaflet. Penyebarluasan informasi
mengenai batas IMT normal dan asupan yang sesuai dengan AKG. Hal
ini bermanfaat agar mahasiswi dapat menjaga status gizi dalam batas
normal. Selain itu sebaiknya diadakan pengecekan kepadatan tulang
secara rutin agar menumbuhkan kesadaran pada warga kampus,
khususnya mahasiswi mengenai kondisi densitas mineral tulangnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan
sampel yang diteliti memiliki rentang 20-35 tahun agar distribusi
jauh lebih banyak.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih ditekankan pada orang yang
osteopenia.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Anderson JJB. 2008. Nutrition And Bone Health p.614-33. Philadelphia : Saunders.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes,
2008.
Baecke., et al. 1982. A Short Questionnaire For The Measurement Of Habitual
Physical Activity In Epidemiological Studies. USA: Am J Clin Nutr.
Barker, Helen M. 2002. Nutrition And Dietics For Health Care. United Kingdom:
Churchil Livingtone.
Compston, Juliet DR. 2002. Seri Kesehatan, Bimbingan Dokter Pada
Osteoporosis. Jakarta: Dian Rakyat.
Cosman, Felicia. 2009. Osteoporosis: Panduan Lengkap Agar Tulang Anda Tetap
Sehat. Yogyakarta: B First.
D.A. de Vaus. 2002. Survey in Social Research, 5th Edition. New South Wales:
Allen and Unwin.
Dahlan, MS. 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multiviariat, Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5.
Jakarta: Salmeba Medika.
Davies, Kim. 2007. Nyeri tulang dan otot. Jakarta: erlangga
Dawson & Hughes. 2006. Osteoporosis; Modern Nutrition In Health And Desease.
Philadelphia: Tenth Edition.
Depkes RI. 2002. Pedoman Pengendalian Penyakit Osteoporosis. Jakarta: Dinas
Kesehatan.
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
Buruk 2005 – 2009. Jakarta: Dinas Kesehatan
Dian, DG. 2012. Hubungan Karakteristik Individu, Asupam Gizi dan Gaya Hidup
Dengan Densitas Mineral Tulang Mahasiswi Reguler Gizi dan Komunikasi
Universitas Indonesia angkatan 2009 Tahun 2012 [Skripsi]. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Fox-Spencer R & Brown Pam. 2007. Simple Guides Osteoporosis. Jakarta:
Erlangga.
Ganong, W.F . 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Gibney, Michael j., et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Groff J.L. and Gropper S.S. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism.
United State: Wadsworth Thomson Leaming.
Halimah. 2007. Analisis Survival Untuk Mengukur Peningkatan Densitas Mineral
Tulang Pasien Perempuan Yang Menderita Osteoporosis Primer Yang
Diberikan Terapi Sesuai Tata Laksana Klinik MTIE FK UI, Jakarta tahun
2004- 2007 [Tesis]. Fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Indonesia.
Hastono, S. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia .
Hasye, Reza Amelia. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Osteopenis
Pada Mahasiswi FKM UI Tahun 2008 [Skripsi]. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Henrich, J. 2003. Calcium and Your Bones. World ide Web
:http://health.yahoo.com/health/centers/bone_health/104-207-208.html
[diakses tanggal 3 Juni 2014, pukul 16.47].
Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Holick, Michael F. 2004. Vitamin D: Imprtance In The Prevention Of Cancers,
Type 1 Diabetes , Heart Disease And Osteoporosis. USA: Am. J Clin Nutr.
[diakses tanggal 24 Maret 2014, pukul 13.02].
Jahari AB, Prihatini S. 2007. Risiko Osteoporosis Di Indonesia. Jakarta: Gizi
Indonesia.
Kemenkes. 2008. Pedoman Pengendalian Osteoporosis Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kim Jinhyun, Moonki Jung, dkk. 2013. Physical Activity in Adolescence Has a
Positive Effect on Bone Mineral Density in Young Men. Seoul: University
College of Medicine.
Krinke U Beate. 2005. Nutrition Throug Life Cycle second edition. Thomson
Wadsworth
Lane, NE. 2003. Lebih Lengkap Tentang Osteoporosis Petunjuk Untuk Penderita
Dan Langkah-Langkah Penggunaan Bagi Keluarga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Law, MR, dan Hackshaw AK. 1997. A meta-analysis of cigarette smoking, bone
mineral density and risk of hip frakture: recognition of a major effect. BMJ.
[diakses tanggal 7 Maret 2014, pukul 19.20].
Muhilal, dkk. 2004. Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi. Jakarta : Persatuan
Ahli Gizi Indonesia.
Napoli,Nicole, et al. 2007. Effect of Dietary Calcium Compared with Calcium
Supplements on Estrogen Metabolism and Bone Mineral Density. American
Journal Clinical of Nutrition.http://www.ajcn.org.[diakses 26 Mei 2014,
pukul 20.12].
Nasir. 2008. Dua Dari Lima Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Lima
“Pencuri” Kalsium [On line]. http://www.dokternasir.web.id [diakses
tanggal 5 Maret 2014, pukul 12.34].
National Osteoporosis Society. 2008. Who Is At Risk Of Osteoporosis And Broken
Bones? http://www.nos.org.uk . [diakses tanggal 22 Februari 2014, pukul
16.47].
Nawari. 2007. Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT
Elex Media Komutindo.
New, Susan A dan Jean Philippe Bonjour. 2003. Nutritional Aspect Of Bone
Health. UK: The Royal Society of Chemistry .
Nicklas, T.A. 2003. Calcium Intake Trends And Health Consequences From
Childhood Through Adulthood Vol.22,pp:340-356. Journal of The
American College of Nutrition. [diakses tanggal 26 Mei 2014, pukul 19.52].
Nissl. 2004. Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Word ide Web.
http://health.webmd.com/hw/health-guide_atoz/zm6058.asp. [diakses
tanggal12 juni 2014, pukul 16.13].
Noviyana, Muji. 2011. Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik dan Kepadatan Tulang
Penari [Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nutricion Policy and Promotion. 2000. Body Mass Index And Health 1-2. USA [12
Juni 2014]
Permatasari, Tria Astika Endah. 2008. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh
Dengan Kejadian Osteopenia Pada Kelompok Dewasa Usia 40-65 Tahun
Di Kota Depok Tahun 2008 [Tesis]. Fakultas kesehatan masyarakat,
Universitas Indonesia.
Prihatini S. 2006. Faktor Determinan Risiko Osteoporosis Di Tiga Provinsi Di
Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan Makanan.
Putri, Alissa. 2009. Tetap Sehat Diusia Lanjut. Yogyakarta: Genius Printika
Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Samuelson DA. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Elsevier: Missouri.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Setiyohadi, Bambang. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Shroff M., and Pai, B., 2000. Osteoporosis, the Battle againts Brittel Bones. India:
Jewings Magazine .
Suherman, Sukarti dan Tobing. 2006. Osteoporosis Edisi 1. Jakarta: Perpustakaan
Nasional.
Tandra, Hans. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang
Osteoporosis Mengenal, Mengatasi Dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tee, E-Siong dan Rodolfo F. Florentino. 2005. Recommended dietari allowances
(RDA), Armonization in Southeast asia. Singapore: ILSI.
Trihapsari, Enita. 2009. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Densitas
Mineral Tulang ≥ 45 Tahun Di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Pusat Tahun 2009 [Skripsi]. Depok: FKM-UI.
Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan
Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan
Akuntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Watson, Roger. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Wardlaw, Gordon M., et al. 2002. Perppective in nutrition. New York: Mc, Graw
Hill.
WebMD medical Reference from Healthwise, 2006, Osteopenia-Overview dari
http://www.webmd.com [diakses pada tanggal 21 Februari 2014 pukul
19.20].
WHO. 2003. Prevention And Management Of Osteoporosis: Report Of A WHO
Scientific Group. (WHO technical report series; 921). Geneva: WHO.
Wolf, Randi L, et al. 2005. Lack Of A Relation Between Vitamin And Mineral
Antioxidants And Bone Mineral Density: Result From The Women’s Health
Initative.USA: Am J Clin Nutr. [diakses pada tanggal 21 Maret 2014, pukul
20.46].
Zaviera, Ferdinand. 2008. Osteoporosis: Deteksi Dini, Penanganan Dan Terapi
Praktis: Yogyakarta: Ar-ruzz Media
LAMPIRAN
Nomor : Istimewa
Lampiran : -
Hal : Permohonan Izin Pengambilan Data Skripsi dan Penelitian
Kepada Yth.
Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gaby Nursila
NIM : 1110104000010
Semester : 8 (delapan)
Judul Skripsi : Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks
Massa Tubuh dengan Kejadian
Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6
dan semester 8 PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Akan melaksanakan penelitian dan mengambil data di Prodi Ilmu Keperawatan,
maka dari itu saya memohon izin untuk melaksanakan penelitian dan
pengambilan data tersebut.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, Mei 2014
Gaby Nursila
BADAI\I EI$EKUTTT' MAEASISWAPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTTRAN DAN ILMU KESEIIATANI]NTVERSITAS ISLAM I\TEGERI SYARIF HIDAYATTILLAHsekretariau Gd- FI(IK Lt" 1 Jl, Kerramukti Raya No. 5, Pisangan, Gputat Tangerang Selatan 15419
Telp. 08528024880S/085691412898 e.mail: bempstkuinjkt@gmail-com
Ciputat, 19 Mei 2014Nomor : lI5/e.G/PAII{-KESOS/BEM PSIK/V/2014Lamp : -[Ial : Peminjaman Laboratorium Kep. Dasar Lt 4 Bid. KMB
Yfrt Kabag (Jmum Fahtlras Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
di tempat
Assalamu'alaihtm Wn Wb
Sehubungan dengan program keda Kementrian Kesehatan Sosiat, BEM PSIKmengadakan kegiaan "Pemerilcsaan Tulang' pada mahasiswa Program Studi IlmuKeperawatarl yang insya Allah akan dilaksanakan pada:
hari, tanggal : RabU 21 Mei 2014waktu : 10.00- 16.00wIBtempat : Laboralorium Kep. Dasar Bid. KMB
,
maka kami selaku BEM PSIK memohon izin untuk menggunakan LaboratotriumKeperawatan Bidang KMB demi kelancaran acaratersebut
Demikian surat ini kami sarrpaikan Atas perhatian dan izin yang Bapak berikarUkami mengueapkan terima kasih"
Walkhul *Amag eq illa Aqwamii th Ihari e q.,Was s alamu' ala i kwn Wr. WB -
HORMAT KA]i{I
Ketua Pelaksana
UI
N
Mengetahui,
PJ Lab Bid. KMB
(
Yry
ffiwrffituff
PANITPELAKSA
't
LAMPIRAN 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
“Hubungan Aktivitas Fisik Dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia
Pada Mahasiswi Semester VI dan Semester VIII PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”
Saya adalah mahasiswi semester 8 (delapan) Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks
Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester VI dan Semester VIII
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda
berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan
dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat
bebas, Anda dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak
tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda
menandatangani formulir persetujuan di bawah ini.
Ciputat, 2014
Peneliti
(Gaby Nursila)
Peserta
( )
LANJUTAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Tahun Angkatan :
NIM :
Umur :
No. HP :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan
oleh:
Nama : Gaby Nursila
Program Studi : Ilmu Keperawatan 2010, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NIM : 1110104000010
Judul penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian
Osteopenia Pada Semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Saya akan memberikan jawaban sesuai dengan keyakinan saya untuk membantu
penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tanpa unsur
paksaan dari siapapun.
Ciputat,.........................................
(...................................................................)
LAMPIRAN 3
Kuesioner Aktivitas Fisik
Untuk mengisi kuesioner nomor 1 sampai dengan nomor 4 berilah lingkaran pada pilihan
sesuai dengan jawaban anda.
1. Bagaimana aktivitas anda?
(a) aktivitas ringan: berjalan di atas permukaan datar, dengan kecepatan 2.5- 3 m/jam,
bekerja di garasi, keterampilan listrik, membersihkan rumah, aktivitas menulis,
(b) aktivitas sedang: berjalan di atas permukaan datar dengan kecepatan 3.5- 4 m/jam,
mencangkul, membawa beban, bersepeda,
(c) aktivitas berat: berjalan menanjak dengan beban, mendaki gunung, bermain basket.
2. Apakah anda berolahraga? Jika tidak, tidak perlu menjawab pertanyaan nomor 3, 4, 16, 17,
18, dan nomor 19.
(a) Ya
(b) Tidak
3. Jika anda berolahraga: Olahraga pertama yang paling sering, termasuk olahraga apakah
yang sering anda lakukan?
(a) tingkat rendah : Billiard, melaut, bowling, golf, dll
(b) tingkat sedang: Badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis
(c) tingkat berat: Bertinju, bola basket, sepak bola, mendayung
4. Jika anda berolahraga: Olahraga kedua yang paling sering, termasuk olahraga apakah yang
sering anda lakukan?
(a) tingkat rendah : Billiard, melaut, bowling, golf, dll
(b) tingkat sedang: Badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis
(c) tingkat berat: Bertinju, bola basket, sepak bola, mendayung
Untuk mengisi kuesioner nomor 5 sampai dengan nomor 22 berilah tanda contreng (√)
di kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
No Pertanyaan Tidak
pernah
Jarang Kadang-
kadang
Sering Selalu
5 Seberapa sering
anda duduk di
kampus?
6 Seberapa sering
anda berdiri di
kampus?
7 Seberapa sering
anda berjalan di
kampus?
8 Selama di
kampus
seberapa sering
anda
mengangkat
beban berat?
9 Apakah anda
sering merasa
lelah secara fisik,
setelah kuliah?
10 Seberapa sering
anda berkeringat
di kampus?
11 Selama waktu
senggang apakah
anda
berolahraga?
12 Seberapa sering
anda menonton
televisi, selama
waktu
senggang?
13 Selama waktu
senggang apakah
anda berjalan-
jalan?
14 Selama waktu
senggang apakah
anda bermain
sepeda?
15 Seberapa sering
anda berkeringat
selama waktu
senggang saat
melakukan
aktivitas?
No Pertanyaan < 1 jam 1-2 jam 2-3 jam 3-4 jam >4 jam
16 Jika anda
berolahraga:olahraga
pertama yang paling
sering.
Berapa banyak anda
berolahraga dalam
seminggu?
17 Jika anda
berolahraga:olahraga
kedua yang paling
sering.
Berapa banyak anda
berolahraga dalam
seminggu?
No Pertanyaan < 1 bulan 1-3 bulan 4-6 bulan 7-9 bulan >9 bulan
18 Jika anda
berolahraga:olahraga
pertama yang paling
sering.
Berapa bulan anda
berolahraga dalam
setahun?
19 Jika anda
berolahraga:olahraga
kedua yang paling
sering.
Berapa bulan anda
berolahraga dalam
setahun?
No Pertanyaan 5 menit 5-15 menit 15-30
menit
30-45
menit
>45 menit
20 Selama waktu
senggang berapa
menit anda
berjalan, bersepeda
perhari keadaan
bekerja, sekolah,
berbelanja?
No Pertanyaan Lebih
sangat
berat
Lebih
berat
Sama
berat
Lebih
ringan
Lebih
sangat
ringan
21 Bila dibandingkan
dengan orang yang
sebaya dengan
anda, aktivitas
anda tergolong?
22 Bila dibandingkan
orang yang sebaya
dengan anda,
aktivitas anda
selama waktu
senggang
tergolong?
LAMPIRAN 4
TABULASI DATA
Subyek Umur Skor AF AF KT KT1 IMT IMT1
1 21 38.86 Tinggi 1.8 Normal 19.2 Normal
2 20 39.73 Tinggi 3.6 Normal 21.6 Normal
3 20 35.86 Normal 3.9 Normal 24.4 Normal
4 20 43.11 Tinggi 0.0 Normal 19.2 Normal
5 21 36.00 Normal 0.2 Normal 24.2 Normal
6 21 25.00 Rendah -1.8 Osteopenia 19.6 Normal
7 20 34.86 Normal 0.9 Normal 19.7 Normal
8 20 34.86 Normal 0.3 Normal 17.4 Kurus
9 20 32.00 Normal 0.2 Normal 22.7 Normal
10 20 44.86 Tinggi 1.7 Normal 19.4 Normal
11 22 28.11 Rendah -1.1 Osteopenia 19.3 Normal
12 21 29.00 Normal -1.7 Osteopenia 24.1 Normal
13 20 26.00 Rendah -0.9 Normal 17.1 Kurus
14 20 37.61 Normal -0.9 Normal 18.8 Normal
15 20 30.00 Normal -0.9 Normal 19.5 Normal
16 22 42.86 Tinggi 1.5 Normal 26.5 Gemuk
17 21 29.00 Normal 0.5 Normal 21.0 Normal
18 21 30.00 Normal 1.0 Normal 19.4 Normal
19 20 28.48 Rendah -1.1 Osteopenia 21.3 Normal
20 21 28.00 Rendah 3.8 Normal 17.2 Kurus
21 20 38.60 Tinggi 1.4 Normal 21.9 Normal
22 21 32.00 Normal 0.3 Normal 18.9 Normal
23 20 38.86 Tinggi -0.5 Normal 22.8 Normal
24 20 37.73 Normal 1.9 Normal 34.8 Gemuk
25 20 35.60 Normal 0.0 Normal 18.3 Kurus
26 21 28.00 Rendah -1.2 Osteopenia 20.9 Normal
27 21 29.00 Normal -0.8 Normal 22.1 Normal
28 20 23.00 Rendah 3.0 Normal 28.1 Gemuk
29 21 31.00 Normal 0.8 Normal 20.7 Normal
30 22 42.86 Tinggi 1.1 Normal 19.6 Normal
31 21 26.00 Rendah 0.7 Normal 26.0 Gemuk
32 20 19.00 Rendah -0.6 Normal 21.1 Normal
33 20 40.86 Tinggi -0.1 Normal 27.7 Gemuk
34 21 31.48 Normal 2.0 Normal 21.0 Normal
35 21 42.36 Tinggi -0.1 Normal 20.8 Normal
36 20 28.00 Rendah 0.0 Normal 22.2 Normal
37 21 39.23 Tinggi 0.7 Normal 20.1 Normal
38 20 36.86 Normal 2.4 Normal 20.8 Normal
Subyek Umur Skor AF AF KT KT1 IMT IMT1
39 22 38.23 Tinggi 2.4 Normal 18.4 Kurus
40 20 35.86 Normal -1.6 Osteopenia 17.3 Kurus
41 21 33.00 Normal 1.8 Normal 22.7 Normal
42 21 31.00 Normal 0.2 Normal 16.5 Kurus
43 22 30.00 Normal -0.9 Normal 23.7 Normal
44 22 35.00 Normal 1.5 Normal 24.8 Normal
45 22 33.00 Normal -2.2 Osteopenia 24.8 Normal
46 21 32.10 Normal -2.1 Osteopenia 18.2 Kurus
47 22 35.73 Normal 0.4 Normal 18.9 Normal
48 22 30.00 Normal -1.5 Osteopenia 18.8 Normal
49 21 28.00 Rendah 1.7 Normal 22.3 Normal
50 22 38.61 Tinggi 0.8 Normal 33.0 Gemuk
51 21 28.00 Rendah -2.0 Osteopenia 18.5 Normal
52 22 28.00 Rendah -1.3 Osteopenia 20.9 Normal
53 22 41.00 Tinggi 1.4 Normal 24.9 Normal
54 22 27.00 Rendah 2.0 Normal 23.2 Normal
55 21 32.60 Normal 0.0 Normal 21.0 Normal
56 21 29.00 Normal -1.2 Osteopenia 20.5 Normal
57 21 26.00 Rendah 2.0 Normal 20.6 Normal
58 21 30.60 Normal 0.6 Normal 17.8 Kurus
59 22 29.00 Normal 0.6 Normal 20.1 Normal
60 22 37.60 Normal -1.7 Osteopenia 26.1 Gemuk
61 20 33.86 Normal -1.5 Osteopenia 22.7 Normal
62 21 24.00 Rendah -1.2 Osteopenia 16.8 Kurus
63 21 28.00 Rendah -2.5 Osteopenia 22.4 Normal
64 22 42.86 Tinggi -0.7 Normal 21.6 Normal
65 21 31.00 Normal 2.6 Normal 26.5 Gemuk
66 21 34.86 Normal -0.8 Normal 19.2 Normal
67 22 29.00 Normal -1.1 Osteopenia 17.8 Kurus
68 22 40.86 Tinggi 0.6 Normal 19.0 Normal
LAMPIRAN 5
HASIL UJI VALIDITAS
Correlations
P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P21 P22 Total
P5 Pearson Correlation 1 .071 -.145 -.049 .248 .005 -.077 -.071 -.002 -.120 .043 .275* .171 .213
Sig. (2-tailed) .591 .270 .711 .056 .970 .558 .588 .986 .362 .743 .034 .192 .102
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P6 Pearson Correlation .071 1 .379** -.136 -.078 -.030 -.132 -.181 -.045 .050 .161 .120 .039 .233
Sig. (2-tailed) .591 .003 .301 .556 .818 .313 .167 .733 .703 .219 .362 .766 .073
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P7 Pearson Correlation -.145 .379** 1 -.086 .051 .150 .116 -.146 .002 .016 .066 .019 .059 .325
*
Sig. (2-tailed) .270 .003 .512 .697 .252 .377 .266 .987 .901 .616 .886 .655 .011
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P8 Pearson Correlation -.049 -.136 -.086 1 .273* .166 -.177 .060 -.154 -.056 .023 .213 .018 .245
Sig. (2-tailed) .711 .301 .512 .035 .205 .177 .651 .241 .670 .862 .102 .891 .060
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P9 Pearson Correlation .248 -.078 .051 .273* 1 .342
** .041 -.104 .023 -.042 .103 .228 .139 .440
**
Sig. (2-tailed) .056 .556 .697 .035 .007 .755 .430 .860 .749 .434 .080 .288 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P10 Pearson Correlation .005 -.030 .150 .166 .342** 1 .270
* -.063 .161 .119 .348
** .127 .063 .579
**
Sig. (2-tailed) .970 .818 .252 .205 .007 .037 .631 .220 .366 .006 .332 .633 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P11 Pearson Correlation -.077 -.132 .116 -.177 .041 .270* 1 .092 .348
** .294
* .146 -.026 .037 .425
**
Sig. (2-tailed) .558 .313 .377 .177 .755 .037 .483 .006 .022 .266 .845 .781 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P12 Pearson Correlation -.071 -.181 -.146 .060 -.104 -.063 .092 1 .219 .018 -.267* -.071 -.094 .146
Sig. (2-tailed) .588 .167 .266 .651 .430 .631 .483 .093 .894 .040 .588 .476 .266
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P13 Pearson Correlation -.002 -.045 .002 -.154 .023 .161 .348** .219 1 .262
* .017 .078 .101 .401
**
Sig. (2-tailed) .986 .733 .987 .241 .860 .220 .006 .093 .043 .897 .554 .440 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P14 Pearson Correlation -.120 .050 .016 -.056 -.042 .119 .294* .018 .262
* 1 .135 -.110 .026 .324
*
Sig. (2-tailed) .362 .703 .901 .670 .749 .366 .022 .894 .043 .302 .404 .843 .011
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P15 Pearson Correlation .043 .161 .066 .023 .103 .348** .146 -.267
* .017 .135 1 .168 .033 .420
**
Sig. (2-tailed) .743 .219 .616 .862 .434 .006 .266 .040 .897 .302 .199 .801 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P21 Pearson Correlation .275* .120 .019 .213 .228 .127 -.026 -.071 .078 -.110 .168 1 .724
** .552
**
Sig. (2-tailed) .034 .362 .886 .102 .080 .332 .845 .588 .554 .404 .199 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
P22 Pearson Correlation .171 .039 .059 .018 .139 .063 .037 -.094 .101 .026 .033 .724** 1 .464
**
Sig. (2-tailed) .192 .766 .655 .891 .288 .633 .781 .476 .440 .843 .801 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Total Pearson Correlation .213 .233 .325* .245 .440
** .579
** .425
** .146 .401
** .324
* .420
** .552
** .464
** 1
Sig. (2-tailed) .102 .073 .011 .060 .000 .000 .001 .266 .001 .011 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
LAMPIRAN 6
UJI RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.657 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P7 3.47 .853 60
P9 3.43 .722 60
P10 2.65 .899 60
P11 2.25 .856 60
P13 2.78 .640 60
P14 1.55 .723 60
P15 2.97 .882 60
P21 2.87 .769 60
P22 2.70 .809 60
LAMPIRAN 7
HASIL OLAHAN SPSS UNIVARIAT
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 23 33.8 33.8 33.8
21 28 41.2 41.2 75.0
22 17 25.0 25.0 100.0
Total 68 100.0 100.0
KT1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 51 75.0 75.0 75.0
osteopenia 17 25.0 25.0 100.0
Total 68 100.0 100.0
AF
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 17 25.0 25.0 25.0
Normal 35 51.5 51.5 76.5
Tinggi 16 23.5 23.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
IMT1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurus 11 16.2 16.2 16.2
Sedang 49 72.1 72.1 88.2
gemuk 8 11.8 11.8 100.0
Total 68 100.0 100.0
LAMPIRAN 8
HASIL OLAHAN SPSS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KatAF * KT1 68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
IMT 1* KT1 68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
AF * KT1 Crosstabulation
KT1
Total normal osteopenia
AF rendah Count 9 8 17
% of Total 13.2% 11.8% 25.0%
normal Count 26 9 35
% of Total 38.2% 13.2% 51.5%
tinggi Count 16 0 16
% of Total 23.5% .0% 23.5%
Total Count 51 17 68
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Correlations
KT1 AF
Spearman's rho KT1 Correlation Coefficient 1.000 -.378**
Sig. (2-tailed) . .001
N 68 68
AF Correlation Coefficient -.378** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 68 68
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
IMT1 * KT1 Crosstabulation
KT1
Total normal osteopenia
IMT1 kurus Count 7 4 11
% of Total 10.3% 5.9% 16.2%
normal Count 37 12 49
% of Total 54.4% 17.6% 72.1%
gemuk Count 7 1 8
% of Total 10.3% 1.5% 11.8%
Total Count 51 17 68
% of Total 75.0% 25.0% 100.0%
Correlations
KT1 IMT1
Spearman's rho KT1 Correlation Coefficient 1.000 -.145
Sig. (2-tailed) . .238
N 68 68
IMT1 Correlation Coefficient -.145 1.000
Sig. (2-tailed) .238 .
N 68 68