75
HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN PERKEMBANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda J.E Smith) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata) SKRIPSI RIZKI AULIA D1A017040 JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2021

HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN

PERKEMBANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda J.E

Smith) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays L. Saccharata)

SKRIPSI

RIZKI AULIA

D1A017040

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN

PERKEMBANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda J.E

Smith) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays L. Saccharata)

SKRIPSI

RIZKI AULIA

D1A017040

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 3: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan antara Fenologi Tanaman dan

Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda J.E Smith) pada Tanaman

Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata)” oleh Rizki Aulia, Nomor Mahasiswa

D1A017040 telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 09 Juli 2021 dihadapan

Tim Penguji yang terdiri atas:

Ketua : Dr. Ir. Wilyus, M.Si

Sekretaris : Hamdan Maruli Siregar, S.P., M.Si

Penguji Utama : Fuad Nurdiansyah, S.P., M.PlaHBio., Ph.D.

Penguji Anggota : 1. Dr. Novalina, S.P., M.Si.

ii2. Weni Wilia, S.P, M.Si.

Dan dinyatakan “lulus” serta disetujui dan disahkan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dalam ujian skripsi.

Menyetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Wilyus, M.Si. Hamdan Maruli Siregar, S.P.,

NIP.196409231991031002 NIP.199111032019031011

Mengetahui:

Ketua Jurusan Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Dr. Ir. Irianto, M.P

NIP.196212271987031006

Page 4: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

i

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rizki Aulia

NIM : D1A017040

Program Studi : Agroekoteknologi

Peminatan : Hama dan Penyakit Tanaman

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan

dimanapun juga atau oleh siapapun juga.

2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima

selama penelitian dan penyusunan Skripsi ini telah dicantumkan atau

dinyatakan pada bagian yang relevan dan Skripsi ini bebas dari plagiarisme.

3. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam

proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiarisme di dalam Skripsi

ini, maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi yakni

Pembatalan Ijazah.

Jambi, Juli 2021

Yang membuat pernyataan

Rizki Aulia

D1A07040

Materai

10.000

Page 5: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

ii

RIWAYAT HIDUP

Rizki Aulia lahir di Desa Candi, pada tanggal 27 Juli 1999.

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Rizal dan Ibu Yadmi Hapsah.

Jalur pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah

Sekolah Dasar di SD Negeri 118/II Candi pada tahun 2005-

2011. Pada tahun 2011-2014 penulis menempuh Pendidikan

di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Tanah Sepenggal.

Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Muarabungo pada tahun 2014-

2017. Pada tahun 2017 juga penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas

Jambi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)

dan kemudian penulis memilih peminatan Hama dan Penyakit Tanaman di

Fakultas Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi. Serta cukup aktif

dalam berbagai kegiatan akademis maupun nonakademis.

Pada semester ganjil 2020/2021 penulis berkesempatan mengikuti Kuliah Kerja

Nyata (KKN) TEMATIK BOPTN secara semi online yang dilaksanakan pada

bulan September hingga Oktober 2020 di Desa Badang, Kecamatan Tungkal Ulu,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Pada tahun akademik

2020/2021 penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul

“Hubungan antara Fenologi Tanaman dan Perkembangan Ulat Grayak

(Spodoptera frugiperda J.E Smith) pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.

Saccharata)” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Wilyus, M.Si. dan Bapak Hamdan

Maruli Siregar, S.P., M.Si. Pada 01 Desember 2020 penulis melaksanakan

seminar proposal, selanjutnya pada 23 Juni 2021 penulis melaksanakan Seminar

Hasil, dan penulis melaksanakan ujian skripsi dan dinyatakan lulus sebagai

Sarjana Pertanian pada tanggal 09 Juli 2021.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

iii

RINGKASAN

HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN PERKEMBANGAN

ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda J.E Smith) PADA TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata) (Rizki Aulia dibawah bimbingan Dr.

Ir. Wilyus, M.Si dan Hamdan Maruli Siregar, S.P., M.Si.)

Jagung manis (Zea mays L. Saccharata) selain menjadi salah satu makanan pokok,

jagung manis juga menjadi komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta

memiliki peluang besar untuk dikembangkan (Rifkowaty et al. 2016; Sinaga,

2020). Namun, produktivitas jagung manis di Provinsi Jambi masih tergolong

rendah karena hanya mencapai 6,094 ton/ha (BPS, 2018), padahal menurut Cahya

dan Ninuk (2018) potensi produksi tanaman jagung manis di dataran rendah bisa

mencapai 20,10 ton/ha. Rendahnya produktivitas jagung manis di Provinsi Jambi

mengindikasikan bahwa terdapat kendala dalam melakukan budidaya tanaman

jagung manis. Salah satu kendala yang seringkali dihadapi petani dalam

membudidayakan tanaman jagung manis adalah adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT). S. frugiperda merupakan hama baru yang ditemukan

pada tanaman jagung manis. Hama tersebut telah berkembang dalam waktu cepat

dari benua Amerika pada tahun 2016, masuk ke benua Afrika dan menyebar di

wilayah Asia hingga ke Thailand pada tahun 2018 (Harahap, 2018). Pada awal

tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung manis di daerah Sumatera

(Kementan 2019). Hama ini dapat menyebabkan kegagalan pembentukan pucuk

atau daun muda tanaman. (Maharani et al, 2019). Oleh karena itu, diperlukan

suatu upaya mitigasi untuk mendukung peningkatan produktivitas tanaman jagung

manis, mulai dari analisis faktor penyebab hingga menyusun suatu rekomendasi

sebagai solusi untuk mengatasi setiap kendala yang dihadapi dalam proses

budidaya. Pemahaman mengenai perkembangan populasi hama serta kaitannya

dengan fenologi tanaman merupakan pengetahuan dasar yang perlu dimiliki untuk

menentukan tindakan pengendalian yang tepat (Gultom et al. 2014). Hal ini

menjadi salah satu alasan penulis melakukan penelitian ini dikarenakan masih

terbatasnya informasi tentang hubungan fenologi tanaman jagung manis dengan

perkembangan S. frugiperda secara rinci dari fase vegetatif awal hingga generatif

akhir.

Tanaman sampel terdiri dari 4 petakan, yang ditentukan secara sistematik

berpola S dari 28 petak tanaman (Lampiran 3). Dari satu petakan tanaman sampel

ke petakan tanaman sampel lainnya berjarak 7 petakan tanaman. Setiap petakan

sampel berukuran 3 x 2 m. Pada setiap petak sampel, semua tanaman (18

tanaman) dijadikan sebagai tanaman sampel untuk menghitung persentase

tanaman terserang, dan persentase tongkol terserang. Intensitas daun terserang

diamati pada 3 tanaman per petak sampel yang ditentukan secara sistematik

berpola diagonal, dan setiap minggunya tanaman sampel pindah dari tanaman satu

ketanaman lainnya. Data yang diperoleh ditabulasi dan disusun dalam bentuk

tabel dan gambar, kemudian dijelaskan secara deskriptif dengan menghubungkan

fenologi dan hama tanaman.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

iv

Populasi S. frugiperda pada setiap fase pertumbuhan terus meningkat. Populasi

tertinggi S. frugiperda ditemukan pada fase R6 atau pada fase masak fisiologis

yaitu sebanyak 21 ekor per 12 tanaman jagung. Persentase serangan S. frugiperda

setiap fasenya terus mengalami peningkatan, persentase serangan tertinggi

terdapat pada fase R6, yaitu 78,72%. Tingginya pesentase tanaman terserang

berkaitan dengan tingkat populasi hama yang juga paling tinggi pada fase

tersebut. Serangan S. frugiperda mulai terlihat pada fase R2-R5 yaitu 10%. dan

meningkat secara signifikan pada fase R6 menjadi 68,57%. Hal ini karena pada

fase kemunculan tongkol, pakan larva akan beralih dari daun ke tongkol.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN

PERKEMBANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda J.E Smith) PADA

TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata)”. Hanya dengan Kuasa,

Izin, dan Keridho-an dari-Nya segala sesuatu dalam kehidupan pribadi penulis

dapat dipermudah dan dapat berjalan dengan baik. Sesungguhnya Ia penunjuk

jalan sebaik-baiknya saat penulis dibingungkan di sebuah percabangan jalan

kehidupan. Sesungguhnya Ialah yang menguatkan penulis saat ujian-Nya

membentur hingga membentuk pribadi penulis.

Penelitian ini didanai oleh DIPA PNBP Fakultas Pertanian Skema

Percepatan Guru Besar Universitas Jambi Tahun Anggaran 2020 Nomor: SP

DIPA-023.17.2.677565/2020 Tanggal 27 Desember 2019, Nomor:

403/UN21.18/PG/SPK/2020 Tanggal 20 April 2020.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan

pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala rasa hormat

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tempat pertama penulis persembahkan untuk kedua Orangtua tercinta

Ayahanda Rizal dan Ibunda Yadmi Hapsah, dan kedua Abang Penulis Riyadi

dan Yusuf Pastomi. Mereka adalah alasan mengapa Penulis masih berjuang

keras melewati semua badai yang menerpa Penulis.

2. Yang terhormat Rektor Universitas Jambi, Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno,

M.Sc.,Ph.D., beserta jajaran Rektorat Universitas Jambi.

3. Yang terhormat Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Bapak Prof. Dr.

Ir. Suandi, M.Si., beserta jajaran Dekanat Fakultas Pertanian Universitas

Jambi.

4. Yang terhormat, Ketua Jurusan Agroekoteknologi, Bapak Dr. Ir. Irianto, M.P.

5. Yang terhormat, Ketua Program Studi S1 Agroekoteknologi, Ibu Yulia Alia,

S.P., M.P.

6. Yang sangat penulis hormati dan kagumi, Bapak Dr. Ir. Wilyus, M.Si. dan

Bapak Hamdan Maruli Siregar, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Page 9: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

vi

Skripsi yang telah memberikan banyak sekali ilmu serta dukungan dan

motivasi tiada henti dalam proses penyelesaian skripsi maupun proses

akademik penulis.

7. Yang terhormat, Seluruh Dosen Program Studi Agroekoteknologi terkhusus

untuk Dosen Pembimbing Akademik bapak Ir. Suryanto, M.S. yang telah

banyak memberikan teguran saat penulis keliru dan motivasi tiada henti

hingga Penulis menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya.

8. Rekan-rekan Agroekoteknologi 2017, terkhusus rekan-rekan Proteksi

Tanaman yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat satu pergerakan dan satu perjuangan yang senantiasa

menemani proses dan terus memotivasi dan menginspirasi penulis.

10. Segunung terimakasih kepada empat pahlawan sekaligus sahabat Penulis

yaitu Ayu Dewanty, Fadilah Risya, Tika Oktavia, dan Triana Erlingga

Zabhartini yang seakan tiada lelah membantu proses penulis selama

mengemban status Mahasiswa ini. Yang siap sedianya membangkitkan

penulis saat jatuh, ada di saat suka dan duka, dan menjadi dokter saat penulis

membutuhkan pertolongan pertama.

11. Tempat terakhir penulis persembahkan untuk manusia random, Alfian

Chandra, yang senantiasa menemani hari demi hari penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir. Menjadi satu-satunya manusia yang tetap berada

di sisi penulis disaat semesta tak lagi berpihak. Menjadi sang motivator disaat

penulis kehilangan motivasi. Menjadi manusia pertama yang menghapus

derasnya air mata, dan menjadi lentera dalam kegelapan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna sebagaimana

mestinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Jambi, Juli 2021

Penulis

Page 10: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ....................................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. ii

RINGKASAN ........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3

2.1 Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) ....................................... 3

2.1.1 Morfologi Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) ............................... 3

2.1.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) .. 4

2.2 Spodoptera frugiperda .................................................................................. 7

2.2.1 Klasifikasi dan Bioekologi Spodoptera frugiperda ................................ 7

2.2.2 Sebaran S. frugiperda ............................................................................. 8

2.2.3 Gejala Serangan ...................................................................................... 9

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 10

3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................................... 10

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 10

3.3 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 10

3.3.1 Persiapan Lahan .................................................................................... 10

3.3.2 Penanaman ............................................................................................ 10

3.3.3 Pemeliharaan ......................................................................................... 10

3.3.4 Penentuan Tanaman Sampel ................................................................. 11

3.3.5 Variabel Pengamatan ............................................................................ 11

3.3.6 Analisis Data ......................................................................................... 13

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 14

Page 11: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

viii

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

5.2 Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

LAMPIRAN .......................................................................................................... 19

Page 12: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat intensitas serangan ..................................................................... 12

Tabel 2. Skor kerusakan daun tanaman Jagung Manis ......................................... 13

Page 13: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus persentase hama pemakan daun .............................................. 12

Gambar 2. Rumus intensitas serangan hama......................................................... 12

Gambar 3. Rumus Persentase tongkol terserang ................................................... 13

Page 14: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis varietas Bonanza F1 .................................. 19

Lampiran 2. Denah petak percobaan ..................................................................... 22

Lampiran 3. Denah petakan sampel ...................................................................... 23

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian .................................................................... 24

Lampiran 5. Identifikasi S. frugiperda ................................................................. 26

Lampiran 6. Data serangan S. fugiperda pada daun.............................................. 32

Lampiran 7. Data intensitas serangan S. frugiperda ............................................. 44

Lampiran 8. Data tanaman terserang .................................................................... 56

Lampiran 9. Data tongkol terserang ...................................................................... 58

Page 15: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays L. Saccharata) merupakan komoditas yang cukup

populer di Amerika, dan Asia salah satunya Indonesia (Syukur dan Aziz, 2013).

Di Indonesia, selain menjadi salah satu makanan pokok, jagung manis juga

menjadi komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta memiliki peluang besar

untuk dikembangkan (Rifkowaty et al. 2016; Sinaga, 2020). Cahya dan Ninuk

(2018) menjelaskan bahwa potensi produksi tanaman jagung manis pada dataran

rendah mencapai 20,10 ton/ha untuk satu kali masa panen. Sementara itu,

produktivitas jagung manis di Provinsi Jambi masih tergolong rendah karena

hanya mencapai 6,094 ton/ha (BPS, 2018)

Rendahnya produktivitas jagung manis di Provinsi Jambi mengindikasikan

bahwa terdapat kendala yang dihadapi petani dalam melakukan budidaya tanaman

jagung manis. Salah satu kendala yang seringkali dihadapi petani dalam

membudidayakan tanaman jagung manis adalah adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT). Keberadaan OPT yang menyerang tanaman jagung

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi tidak maksimal,

karena terganggunya beberapa fungsi organ dari tanaman (Nadrawati et al, 2019).

Fall Armyworm (FAW) atau ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E. Smith)

merupakan serangga asli daerah tropis dari Amerika Serikat hingga Argentina

(Nonci, 2019). Pada awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung

manis di daerah Sumatera (Kementan, 2019). Hama ini dapat menyebabkan

kegagalan pembentukan pucuk atau daun muda tanaman. (Maharani et al, 2019).

Hama ini termasuk yang sulit dikendalikan, karena imagonya cepat menyebar,

bahkan termasuk penerbang kuat karena dapat mencapai jarak yang cukup jauh

dalam satu minggu. Kerusakan akibat S. frugiperda ini dapat menurunkan hasil

sekitar 15-73% (Hruska & Gould, 1997).

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya mitigasi untuk mendukung

peningkatan produktivitas tanaman jagung manis, mulai dari analisis faktor

penyebab hingga menyusun suatu rekomendasi sebagai solusi untuk mengatasi

setiap kendala yang dihadapi dalam proses budidaya. Pemahaman mengenai

perkembangan populasi hama serta kaitannya dengan fenologi tanaman

Page 16: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

2

merupakan pengetahuan dasar yang perlu dimiliki untuk menentukan tindakan

pengendalian yang tepat (Gultom et al. 2014). Dengan demikian, tindakan

pengendalian yang dilakukan akan lebih efektif dan tidak menimbulkan

permasalahan baru seperti resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami, dan

keracunan pada ternak bahkan manusia akibat tindakan pengendalian yang tidak

tepat.

Hal ini menjadi salah satu alasan penulis untuk melakukan penelitian ini

dikarenakan masih terbatasnya informasi tentang hubungan fenologi tanaman

jagung manis dengan perkembangan S. frugiperda secara rinci dari fase vegetatif

awal hingga generatif akhir. Oleh karena itu, penelitian tentang “Hubungan

antara Fenologi Tanaman dan Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera

frugiperda J.E Smith) pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.

Saccharata)” penting untuk dilakukan agar didapatkan informasi yang dapat

dimanfaatkan sebagai dasar dalam melakukan suatu Tindakan pengendalian.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

fenologi tanaman jagung manis dengan populasi S. spodoptera, dan kerusakan

tanaman akibat serangannya.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi pihak yang melaksanakan

penelitian serupa, dan sebagai bahan informasi bagi pembaca untuk mengetahui

perkembangan S. frugiperda pada tanaman jagung sehingga dapat mengantisipasi

dan meminimalisir terjadinya serangan S. frugiperda pada setiap fase

pertumbuhan tanaman jagung manis.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata)

Tanaman jagung manis (Zea mays L. Saccharata) merupakan tanaman yang

termasuk ke dalam Kelas Monocotyledonae, Ordo Cyperales, Famili Poaceae, dan

Genus Zea (CABI, 2019). Sebagai salah satu komoditas tanaman pangan yang

diprioritaskan untuk dikembangkan, jagung manis memiliki kandungan gizi yang

bermanfaat bagi tubuh manusia. Menurut Ariyanto (2011), setiap 100 gr biji

jagung manis memiliki kandungan 360 kJ energi 90 kkal, 22,8 g karbohidrat, 3,2

g glukosa, 3,5 g protein, 1,2 g lemak, 1 % vitamin A equiv 10 g, 12% asam folat

(vitamin B9) 46 g, 12 mg vitamin C, 0,7 mg besi, 111 mg fosfor, 3 mg kalium,

dan 72,7 g air.

Tanaman jagung manis mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup

baik terhadap beberapa jenis tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun

tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah

khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan mendukung

jagung untuk berproduksi secara optimal. Temperatur ideal untuk pertumbuhan

optimal jagung antara 24-30 °C dengan curah hujan sekitar 85-200 mm/bulan dan

harus merata (Surtinah dan Lidar, 2012).

2.1.1 Morfologi Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata)

Jagung manis mempunyai akar serabut yang umumnya mempunyai

kedalaman 2 meter, akan tetapi ada juga yang kedalamannya mencapai 8 meter.

Akar adventif muncul pada tanaman yang cukup dewasa, yang berasal dari buku-

buku batang bagian bawah. Akar ini membantu menyangga tanaman untuk tegak

(Budiman, 2013).

Batang jagung manis memiliki ketinggian berkisar 150-250 cm, dimana

batang tersebut terbungkus oleh pelepah. Ruas bagian atas berbentuk silindris, dan

bagian bawah berbentuk bulat pipih. Percabangan (batang liar) pada jagung manis

umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder

yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah (Riwandi, et

al., 2014)

Jagung manis mempunyai daun berkisar 8-48 helai dengan rata-rata 12 helai

daun. daun memiliki bentuk memanjang layaknya pita, dengan posisi tegak dan

Page 18: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

4

ujungnya menjuntai kebawah. Daun berasal dari buku batang dan pelepahnya

menyelubungi ruas batang (Riwandi, et al., 2014).

Bunga jagung ada dua macam, yaitu bunga jantan dan bunga betina yang

terpisah. Bunga jantan terletak pada malai bunga dan bunga betina terletak pada

tongkol jagung. Tangkai kepala putik adalah rambut yang terdapat pada ujung

tongkol yang mana rambut tersebut selalu dibungkus kelebot yang berjumlah 6

hingga 14 helai (Riwandi, et al., 2014).

Biji jagung tedapat pada tongkol yang tersusun memanjang. Biji jagung

manis mempunyai empat bagian, yaitu kulit luar sebanyak 5%, lembaga sebanyak

12%, endosperma sebanyak 82% dan tutung biji sebanyak 1 % (Budiman, 2013).

2.1.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata)

Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1)

fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan

biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan

vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna

sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini

diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu

fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).

Perkecambahan benih jagung manis terjadi ketika radikula muncul dari kulit

biji. Benih jagung manis akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di

dalam tanah meningkat >30%. Proses perkecambahan benih jagung manis diawali

saat benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang

diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal

sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan

dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino

yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal

perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel

menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal

lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule

tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil,

yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting

dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar

Page 19: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

5

permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari

koleoptil dan menembus permukaan tanah. Benih jagung umumnya ditanam pada

kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam

4-5 hari setelah tanam. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan

berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,

pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau

lebih (Subekti et al., 2007).

Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati beberapa fase

berikut:

1. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5).

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah

berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul

sudah mulai aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah.

2. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah

berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar

dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat

dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol

dimulai. Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak, karena

itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi

tanaman (Lee, 2007).

3. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah

berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering

meningkat dengan cepat pula. Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan

bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya

tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (Lee, 2007).

4. Fase Tasseling / VT (berbunga jantan)

Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya

cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut

Page 20: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

6

tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, dimana

pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai

menyebarkan serbuk sari (pollen) (Subekti et al., 2007).

5. Fase R1 (silking)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang

terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan

(polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh

menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut

membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), dimana

pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut

tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh

memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal

biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh

tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna

putih pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung

sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan

silet, belum terlihat struktur embrio di dalamnya (Lee, 2007).

6. Fase R2 (blister)

Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah

kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir

sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai

diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus

sampai panen (Subekti et al., 2007).

7. Fase R3 (masak susu)

Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam

bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat

cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas),

dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan pada fase

R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat

mencapai 80% (Subekti et al., 2007).

8. Fase R4 (dough)

Page 21: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

7

Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti

pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah

terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan

pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji (Subekti et al., 2007).

9. Fase R5 (pengerasan biji)

Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah

terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan

segera terhenti. Kadar air biji 55% (Subekti et al., 2007).

10. Fase R6 (masak fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah

silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering

maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna

dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.

Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai

dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada tahap

ini kadar air biji berkisar 30-35% (Subekti et al., 2007).

2.2 Spodoptera frugiperda

2.2.1 Klasifikasi dan Bioekologi Spodoptera frugiperda

Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda J. E. Smith) merupakan hama tanaman

jagung manis yang tergolong kedalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae dan

genus Spodoptera.

Hama ini mengalami metamorfosis sempurna, dimulai dari telur, larva (6

stadia), pupa, dan imago. Ngengat betina S. frugiperda meletakkan telur di bagian

atas atau bawah permukaan daun jagung. Telur diletakkan secara berkelompok.

Pada awalnya berwarna putih bening atau hijau pucat saat baru diletakkan, pada

hari berikutnya berubah warna menjadi hijau kecoklatan, dan pada saat akan

menetas berubah menjadi coklat, terkadang ditutupi dengan bulu-bulu halus yang

berwarna putih hingga kecoklatan. Telur akan menetas dalam 2-3 hari (Nonci et

al, 2019).

Setelah telur menetas kemudian terbentuk larva instar 1 (neonatus) yang

akan terpencar mencari tempat berlindung dan tempat makan. Larva S. frugiperda

terdiri dari 6 instar stadia (Nonci et al, 2019).

Page 22: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

8

1. Larva instar 1 hingga 5

Larva muda berwarna pucat, kemudian menjadi cokelat hingga hijau muda, dan

berubah menjadi lebih gelap pada tahap perkembangan akhir. Lama

perkembangan larva adalah 12 hingga 20 hari, mulai dari larva neonatus hingga

menjadi larva instar akhir, tergantung kondisi lingkungan sekitar (suhu dan

kelembaban).

2. Larva instar 6

Larva instar akhir umumnya dikarakterisasi oleh tiga garis kuning di bagian

belakang, diikuti garis hitam dan garis kuning di samping. Terlihat empat titik

hitam yang membentuk persegi di segmen kedua dari segmen terakhir, setiap titik

hitam memiliki rambut pendek. Kepala berwarna gelap; terdapat bentukan Y

terbalik berwarna terang di bagian depan kepala.

Ngengat memiliki lebar bentangan sayap antar 3-4 cm. Sayap bagian depan

berwarna cokelat gelap sedangkan sayap belakang berwarna putih keabuan.

Ngengat hidup selama 2-3 minggu sebelum mati (Nonci et al, 2019)..

2.2.2 Sebaran S. frugiperda

S. frugiperda adalah hama yang berasal dari Amerika Serikat dan menyebar

ke Argentina. S. frugiperda merupakan serangga hama yang kuat dan mampu

terbang sejauh 100 km perhari dengan bantuan angin. Jangkauan sebaran hama ini

cenderung ke negara bagian Tenggara. Pada tahun 2016 dilaporkan untuk pertama

kalinya masuk ke Afrika Barat dan Tengah sehingga pada saat itu mengancam

negara-negara di Afrika dan Eropa. Saat ini, penyebaran geografis hama ini

meliputi Benua (Nonci et al, 2019).

Amerika, Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2018 beberapa negara-negara

di Eropa mulai menemukan teknik pengendalian S. frugiperda termasuk di Jerman

sehingga di beberapa negara seperti Belanda dan Slovenia, hama ini tidak

ditemukan atau sudah bebas dari hama ini. S. frugiperda mulai masuk ke Benua

Asia pada tahun 2018. Pada awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman

jagung manis di daerah Sumatera (Kementan 2019).

Page 23: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

9

2.2.3 Gejala Serangan

Larva FAW dapat merusak hampir pada semua bagian tanaman jagung

(akar, daun, bunga jantan, bunga betina serta tongkol). Gejala Awal dari serangan

FAW mirip dengan gejala serangan hama-hama lainnya pada tanaman jagung.

Larva instar 1 awalnya memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan

epidermis yang transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada

daun dan memakan daun dari tepi hingga ke bagian dalam (Nonci et al, 2019).

Kerusakan pada tanaman biasanya ditandai dengan bekas gerekan larva,

yaitu terdapat serbuk kasar menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun,

atau disekitar pucuk tanaman jagung (Megasari, 2021). Pucuk tanaman yang

terserang S. frugiperda ketika daun belum membuka penuh (kuncup) tampak

berlubang dan terdapat banyak kotoran fases larva. Jika daun sudah terbuka maka

akan terlihat banyak bagian daun yang rusak, berlubang bekas gerekan larva.

Larva biasanya menetap pada pucuk tanaman (Maharani et al, 2019).

Page 24: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

10

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Penelitian, Universitas Jambi mulai dari Desember 2020 hingga Februari 2021.

Identifikasi S. frugiperda dilakukan di Laboratorium Hama Tanaman dan

Laboratorium Pestisida dan Gulma Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, mikroskop, meteran, gunting,

cangkul, parang, pinset, kaca pembesar, botol sampel, gembor, dan kamera.

Bahan yang digunakan adalah benih Jagung Manis (Lampiran 1), air, alat tulis,

tali rafia, kertas label, pupuk kandang dan pupuk sintetik (Urea, TSP, dan KCl).

3.3 Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman dengan menggunakan

parang dan cangkul. Tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam 20 – 30

cm dan dibuat petakan setinggi 30 cm dengan luas 3 × 2 m (Lampiran 2). Lahan

yang telah selesai dibuat diaplikasikan pupuk kandang dengan dosis 9 kg/petakan

(Hutosit et al, 2020).

3.3.2 Penanaman

Benih jagung manis ditanam dengan jarak 100 x 30 cm antar tanaman

dalam baris. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal dengan kedalaman 3 cm.

Setiap lubang tanam diisi 1 benih tanaman kemudian ditutup dengan tanah (Balai

Besar Pelatihan Pertanian Lembang, 2009). Terdapat 54 petakan tanaman jagung,

setiap petakan terdapat 3 x 6 lubang tanam, dengan jumlah total sebanyak 972

lubang tanam.

3.3.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan

dan penyiangan gulma. Penyiraman tanaman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi

dan sore, tetapi jika kondisi tanah masih lembab dan terjadi hujan maka tidak

dilakukan penyiraman. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau

tidak tumbuh dengan baik dan dilakukan sampai tanaman berumur 6 hari setelah

Page 25: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

11

tanam (hst). Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik

sintetik yaitu Urea, TSP, dan KCL yang diaplikasikan 12 hst, dengan dosis Urea

150 gr/petakan, TSP 105 gr/petakan dan KCL 90 gr/petakan (Alatas et al. 2019).

Setelah tanaman berumur 3 hingga 4 minggu maka dilakukan penyiangan

terhadap gulma atau tanaman pengganggu lainnya. Penyiangan berikutnya

dilakukan dengan melihat frekuensi gulma yang ada.

3.3.4 Penentuan Tanaman Sampel

Tanaman sampel terdiri dari 4 petakan, yang ditentukan secara sistematik

berpola S dari 28 petak tanaman (Lampiran 3). Dari satu petakan tanaman sampel

ke petakan tanaman sampel lainnya berjarak 7 petakan tanaman. Setiap petakan

sampel berukuran 3 x 2 m. Pada setiap petak sampel, semua tanaman (18

tanaman) dijadikan sebagai tanaman sampel untuk menghitung persentase

tanaman terserang, dan persentase tongkol terserang. Intensitas daun terserang

diamati pada 3 tanaman per petak sampel yang ditentukan secara sistematik

berpola diagonal, dan setiap minggunya tanaman sampel pindah dari tanaman satu

ketanaman lainnya.

3.3.5 Variabel Pengamatan

1. Populasi S. frugiperda

Pengamatan populasi S. frugiperda dilakukan secara langsung (visual),

dengan memeriksa daun, bunga, dan buah (tongkol) secara teliti. Jika diperlukan,

untuk mendapatkan S. frugiperda yang menyerang, pengamatan akan dilanjutkan

secara destruktif pada tanaman. Jika terdapat bekas gerekan atau kotoran/feses S.

frugiperda pada pucuk, dan tongkol maka bagian tanaman tersebut dibuka, untuk

mengetahui berapa total populasi S. frugiperda di dalamnya.

Setiap S. frugiperda yang ditemukan dicatat sesuai dengan waktu

pengamatan, petak sampel, dan nomor tanaman sampel. S. frugiperda akan

dibawa ke laboratorium dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70% untuk

diidentifikasi. Populasi S. frugiperda diamati pada setiap fase pertumbuhan

tanaman jagung manis dimulai dari fase V3-V5 sampai pada fase R6.

2. Persentase tanaman terserang S. frugiperda

Pengamatan persentase tanaman terserang S. frugiperda diamati pada setiap

fase pertumbuhan tanaman jagung manis dimulai dari fase V3-V5 sampai pada

Page 26: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

12

fase R6 masa panen. Persentase tanaman terserang hama pemakan daun dihitung

dengan menggunakan rumus Wiryadiputra (2012) :

Gambar 1. Rumus persentase hama pemakan daun

Keterangan:

P = Persentase serangan,

H = Jumlah tanaman terserang,

T = Jumlah tanaman total.

3. Intensitas serangan S. frugiperda

Pengamatan intensitas serangan S. frugiperda diamati pada setiap fase

pertumbuhan tanaman jagung manis dimulai dari fase V3-V5 sampai pada fase

R6. Intensitas serangan hama pada daun tanaman Jagung Manis dihitung dengan

menggunakan rumus Minarno dan Ika (2011) :

Gambar 2. Rumus intensitas serangan hama

Keterangan:

IS = Intensitas serangan,

n = Jumlah daun yang menunjukkan skala (v),

v = nilai skor daun (0 – 4),

Z = Skor tertinggi (4),

N = Jumlah daun yang diamati.

Kriteria intensitas serangan kerusakan yang disebabkan oleh hama disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 1. Tingkat intensitas serangan

Intensitas Serangan Tingkat Serangan

< 25% Ringan

25% ≤ μ < 50% Sedang

50% ≤ μ < 75% Berat

μ ≥ 75% Puso

Sumber : (Marhani, 2018)

𝑃 = 𝐻

𝑇 × 100%

𝐼𝑆 = ∑(𝑛 × 𝑣)

𝑍 × 𝑁 × 100%

Page 27: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

13

Penentuan skor kerusakan daun dilakukan dengan menggunakan aplikasi

Bioleaf. Aplikasi ini berguna untuk mengidentifikasi secara otomatis daerah daun

yang mengalami kerusakan akibat serangan hama dan kemudian memperkirakan

persentase kerusakannya. Kriteria Skor kerusakan daun tanaman Jagung Manis

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Skor kerusakan daun tanaman Jagung Manis

Skor Keterangan

0 0 % luas daun yang terserang

1 < 25% luas daun terserang

2 25% ≤ μ < 50% luas daun terserang

3 50% < μ < 75% luas daun terserang

4 μ ≥ 75% luas daun terserang

Sumber : (Minarno dan Ika, 2011)

4. Persentase tongkol terserang S. frugiperda

Pengamatan persentase tongkol terserang S. frugiperda dilakukan pada fase

generatif atau pada saat tongkol muncul sampai fase R6. Persentase tongkol

terserang dihitung dengan menggunakan rumus:

Gambar 3. Rumus Persentase tongkol terserang

3.3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi dan disusun dalam bentuk tabel dan gambar,

kemudian dijelaskan secara deskriptif dengan menghubungkan fenologi dan hama

tanaman.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 100%

Page 28: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Populasi S. frugiperda pada setiap fase pertumbuhan terus naik, populasi

tertinggi S. frugiperda ditemukan pada fase R6 atau pada fase masak fisiologis

yaitu sebanyak 21 ekor per 12 tanaman jagung.

2. Persentase serangan S. frugiperda setiap fasenya terus mengalami peningkatan,

persentase serangan tertinggi terdapat pada fase R6, yaitu 78,72%. Tingginya

pesentase tanaman terserang berkaitan dengan tingkat populasi hama yang juga

paling tinggi pada fase tersebut.

3. Intensitas serangan S. frugiperda terjadi secara fluktuatif, dengan intensitas

tertinggi ditemukan pada fase R6, yaitu 22,92%. Hal ini menunjukan bahwa

intesitas serangan S. frugiperda masih di bawah 25% dan masih tergolong

ringan.

4. Serangan S. frugiperda mulai terlihat pada fase R2-R5 yaitu 10%. dan

meningkat secara signifikan pada fase R6 menjadi 68,57%. Hal ini karena pada

fase kemunculan tongkol, pakan larva akan beralih dari daun ke tongkol.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis menyarankan

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengendalian hama S. frugiperda

serta perlu dilakukan tindakan preventif dari tanaman jagung manis agar terhindar

dari S. frugiperda, sehingga dapat menghasilkan produksi Jagung Manis dengan

kualitas optimal.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

15

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, S., Irsyadi, S., Mokhama, I., Aulia, R.A. 2019. Pertumbuhan Dan Hasil

Jagung Manis (Zea mays Saccharatasturt.) yang ditanam dengan Tanaman

Sela Pegagan (Centella msiatica (L.) Urban) pada Beberapa Taraf Dosis

Pupuk Anorganik. Jurnal Agroteknologi. Vol. 10 (1) : 23–32.

Ariyanto, S. E. (2011). Perbaikan kualitas pupuk kandang sapi dan aplikasinya

pada tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Sains dan

Teknologi, 4(2) : 164-176.

Badan Pusat Statistik. 2018. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung

Provinsi Jambi, 2000-2017.

https://jambi.bps.go.id/dynamictable/2018/04/23/431/luas-panen-produksi-

dan-produktivitas-jagung-provinsi-jambi-2000-2015.html. Diakses pada

25 Oktober 2020.

Badan Pusat Statistik. 2018. Tanaman Pangan. www.bps.go.id/tnmn_pgn.php

Diakses pada 29 Mei 2020.

Bagariang W, Tauruslina E, Kulsum U, Cahyana NA, Mahmuda D, Pertanian K,

& Karawang K. 2020. Efektifitas Insektisida Berbahan Aktif

Klorantraniliprol terhadap Larva Spodoptera frugiperda ( JE Smith ), 4(1):

29–37.

Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. 2009. Budidaya tanaman Jagung

Manis. http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-

pertanian/515-budidayatanaman-jagung-manis-diakses diakses pada 22

Mei 2020.

Budiman, S,P, H. 2013. Sukses Bertanam Jagung. Pustaka Baru Press.

Yogyakarta\

Cahya, Jamil, E., Ninuk, H. Uji Potensi 6 Varietas Jagung Manis (Zea mays

saccharata Sturt) di Dataran Rendah Kanupaten Pemakasan. Jurnal

Produksi Tanaman. Vol. 6 (1) : 92-100.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

16

Centre of Agriculture and Bioscience International (CABI). 2019. Zea mays

(maize). Web https://www.cabi.org/isc/datasheet/57417 diakses pada 22

Mei 2020.

Gultom RM, Y Pangestiningsih, dan L Lubis. 2014. Pengaruh beberapa

insektisida terhadap hama Lamprosema indicata F. dan Spodoptera litura

F. pada tanaman kedelai (Glycine max (L) MERRIL.). Jurnal

Agroekoteknologi. Vol. 2 (3) : 1159-1164.

Headley, J.C., 1982. Defining the economic threshold. Dalam Pest Control

Strategies for the future. Nat. Acad. Of Science. Washington D.C. p

100–108.

Hruska AJ, Gould F. 1997. Fall armyworm (Lepidoptera: Noctuidae) and Diatraea

lineolata (Lepidoptera: Pyralidae): impact of larval population level and

temporal occurrence on maize yield in Nicaragua. J Econ Entomol. 90:

611–622.

Hutagalung RPS. 2020. Biologi Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J. E.

Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) di Laboratorium. Skripsi. Fakultas

Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Hutosit, R.I., Mohammad, C., Nanik, S. 2020. Pertumbuhan dan Hasil Delapan

Genotipe Jagung Manis yang dibudidayakan secara Organik di Lahan

Rawa Lebak. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 22 (1) : 45-51.

Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2019. Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera

frugiperda J. E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di Indonesia.

Jakarta (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. 64 p.

Lawensha, M., & Siata, R. (2019). Analisis keberhasilan Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) pada usahatani jagung di Desa

Mekar Sari Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Ilmiah

Sosio-Ekonomika Bisnis, 22(1), 56-66.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

17

Lee, C. 2007. Corn growth and development. www.uky.edu/ag/grain crops

diakses pada 22 Mei 2020.

Maharani, Y., Dewi, V. K., Puspasari, L. T., Rizkie, L., Hidayat, Y., & Dono, D.

(2019). Cases of Fall Army Worm Spodoptera frugiperda JE Smith

(Lepidoptera: Noctuidae) Attack on Maize in Bandung, Garut and

Sumedang District, West Java. CROPSAVER-Journal of Plant Protection,

2(1), 38-46.

Marhani. 2018. Frekuensi dan Intensitas Serangan Hama dengan Berbagai

Pestisida Nabati terhadap Hasil Tanaman brokoli (Brassica oleracea L.).

Jurnal Ziraa’ah, Vol 43 (2) : 123-132.

Megasari, D., & Khoiri, S. (2021). Tingkat serangan ulat grayak tentara

Spodoptera frugiperda JE Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada

pertanaman jagung di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Indonesia.

Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 14(1), 1-5.

Minarno. EB., dan Ika K. 2011. Ketahanan galur kedelai (Glycine max L.)

terhadap serangan ulat grayak (Spodoptera litura F.) berdasarkan

karakteristik trikoma. Jurnal El-Hayah Vol. 2(1) 7-11.

Nadrawati, N., Sempurna, B. G., & Agustin, Z. (2019). Identifikasi Hama Baru

Dan Musuh Alaminya Pada Tanaman Jagung, Di Kelurahan Sidomulyo,

Kecamatan Seluma, Bengkulu.

Nonci N, SH Kalqutny, H Mirsam, A Muis, M Azrai dan M Aqil. 2019.

Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) Hama

Baru Pada Tanaman Jagung di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman

Serealia. Maros. Nurcahyono, K. 2016. Hama ulat tanah (Agrotis sp.) dan

cara pengendaliannya. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan Kabupaten Blitar.

Pratama, M. A., Anggaraini, E., Trianisti, D., Putri, S. D., & Situmorang, Y. W.

(2020). Intensitas Serangan Spodoptera frugiperda dari Fase Vegetatif dan

Generatif Tanaman Jagung Sebagai Tanaman Inang. In Seminar Nasional

Lahan Suboptimal (No. 1, pp. 1134-1140).

Page 32: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

18

Rifkowaty, E.E., Prawiro, I.S., Susanto, A. 2016. Ipteks Bagi Masyarakat (Ibm)

Pengembangan Agroindustri Jagung Manis di Desa Kalinilam Kecamatan

Deltapawan Kabupaten Ketapang. Jurnal Agromix. Vol 7 (2) : 65-76.

Riwandi., Handajaningsih. M., Hasanudin. (2014). Teknik Budidaya Jagung

dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. UNIB Press. Bengkulu.

Rondo. 2016. Dinamika Populasi Hama dan Penyakit Utama Tanaman Jagung

Manis (Zea mays saccharata Sturt) pada Lahan Basah dengan Sistem

Budidaya Konvensional serta Pengaruhnya terhadap Hasil di Denpasar-

Bali. Jurnal Agrotop, 6 (2): 128-136.

Sari, S.P., Irfan, S, Novri, N, Hasmiandy, H. 2020. Identifikasi Hama Kutudaun

(Hemiptera: Aphididae) pada Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) di

Kabupaten Solok Sumatera Barat. Jurnal Sains Agro. Vol 5 (2)

Sinaga, O.S. 2020. Penyusunan Fungsi Produksi Polinomial pada Produksi Jagung

Manis di Desa Manunggal Jaya, Tenggarong Seberang. Jurnal

Magrobisnis. Vol 20 (1) : Hal 147-155.

Subekti. N.A., Syafrudidin., Efendi. R., Sunarti. S. 2007. Morfologi Tanaman dan

Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Surtinah, dan Lidar, S. 2012. Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung

Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru. J. Ilmiah Pertanian.

Syukur, M. dan Aziz, R. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. : 2.

Wiryadiputra S. 2012. Keefektifan insektisida cyantraniliprole terhadap hama

penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) pada kopi arabika. Jurnal

Pelita Perkebunan 28(2): 100-110.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis varietas Bonanza F1

Asal : East West Seed Thailand

Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M)

Golongan varietas : hibrida silang tunggal

Bentuk tanaman : tegak

Tinggi tanaman : 220 –250 cm

Kekuatan akar pada tanaman dewasa : kuat

Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan

Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 2,0 –3,0 cm

Warna batang : hijau

Ruas pembuahan : 5 –6 ruas

Bentuk daun : panjang agak tegak

Ukuran daun : panjang 85,0 –95,0 cm, lebar 8,5 –10,0 cm

Tepi daun : rata

Bentuk ujung daun : lancip

Warna daun : hijau tua

Permukaan daun : berbulu

Bentuk malai (tassel) : tegak bersusun

Warna malai (anther) : putih bening

Warna rambut : hijau muda

Umur mulai keluar bunga betina : 55 –60 hari setelah tanam

Page 34: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

20

Umur panen : 82 –84 hari setelah tanam

Bentuk tongkol : silindris

Ukuran tongkol : panjang 20 ,0 –22,0 cm, diameter 5,3 –5,5

cm

Berat per tongkol dengan kelobot : 467 –495 g

Berat per tongkol tanpa kelobot : 300 –325 g

Jumlah tongkol per tanaman : 1 –2 tongkol

Tinggi tongkol dari permukaan tanah : 80 –115 cm

Warna kelobot : hijau

Baris biji : rapat

Warna biji : kuning

Tekstur biji : halus

Rasa biji : manis

Kadar gula : 13 –15 obrix

Jumlah baris biji : 16 –18 baris

Berat 1.000 biji : 175 –200 g

Daya simpan tongkol dengan

kelobot pada suhu kamar (siang

29 –31 oC, malam 25 –27 oC) : 3 – 4 hari setelah panen

Hasil tongkol dengan kelobot : 33,0 –34,5 ton/ha

Jumlah populasi per hektar : 53.000 tanaman (2 benih per lubang)

Kebutuhan benih per hektar : 9,4 –10,6 g

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran tinggi

dengan altitude 900 –1.200 m dpl

Page 35: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

21

Pengusul : PT. East West Seed Indonesia

Peneliti : Jim Lothlop (East West Seed Thailand),

Tukiman Misidi dan Abdul Kohar (PT. East

West Seed Indonesia)

Page 36: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

22

Lampiran 2. Denah petak percobaan

Keterangan

: Jagung Manis

Luas lahan (P x L) : 32 x 15,5 m

Tinggi lahan : 30 cm

Luas petakan (P x L) : 3 x 2 m

Page 37: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

23

Lampiran 3. Denah petakan sampel

Keterangan :

: Petakan tanaman sampel

: Petakan tanaman bukan sampel

: Tanaman Jagung Manis

Page 38: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

24

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

Dokumentasi 1. Petakan penelitian

Dokumentasi 2. Penanaman benih jagung manis

Dokumentasi 3. Perawatan tanaman (a) Penyiraman, (b) Penyulaman

a b

Page 39: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

25

Dokumentasi 4. Pengamatan

Dokumentasi 5. S. frugiperda yang ditemukan

Dokumentasi 6. Identifikasi

Page 40: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

26

Lampiran 5. Identifikasi S. frugiperda

No. Fase pertumbuhan tanaman Keterangan Dokumentasi

1. V6-V10

Tampak atas, terdapat 3 garis kuning

Tampak bawah

Tampak samping

Kepala (terdapat garis seperti huruf “Y”

Page 41: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

27

Rata-rata ukuran S. frugiperda pada fase

V6-V10 adalah 18,27 mm

2 V11-Vn

Tampak atas, terdapat 3 garis kuning

Tampak samping

Tampak bawah

Page 42: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

28

Kepala (terdapat garis seperti huruf “Y”

Rata-rata ukuran S. frugiperda pada fase

V11-Vn adalah 18,8 mm

3 VT-R1

Tampak atas, terdapat 3 garis kuning

Tampak samping

Page 43: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

29

Tampak bawah

Kepala (terdapat garis seperti huruf “Y”

Rata-rata ukuran S. frugiperda pada fase

R1 adalah 22,4 mm

4 R2-R5 Tampak atas, terdapat 3 garis kuning

Page 44: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

30

Tampak samping

Tampak bawah

Kepala (terdapat garis seperti huruf “Y”

Rata-rata ukuran S. frugiperda pada fase

R2-R5 adalah 28,8 mm

Page 45: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

31

5 R6

Tampak atas, terdapat 3 garis kuning

Tampak samping

Tampak bawah

Kepala (terdapat garis seperti huruf “Y”

Rata-rata ukuran S. frugiperda pada fase

R1 adalah 32,4 mm

Page 46: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

32

Lampiran 6. Data serangan S. fugiperda pada daun

PETAKAN I

PETAKAN I

Fase Tanggal/Minggu

Ke- Sampel

Fenologi

Tanaman

Hama

Gejala Serangan Hama pada

Daun

Ada /

Tida

k Jenis Hama Jumlah

Hama Cuaca

Gejal

a

V3-V5 31 Oktober 2020/ I

Tanaman

1

Jumlah

Daun - Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

12

Jumlah

Daun - Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

13

Jumlah

Daun - Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V6-10 7 November 2020/

II

Tanaman

2

Jumlah

Daun 2 Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

11

Jumlah

Daun 1 Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

14

Jumlah

Daun 1 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Page 47: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

33

14 November 2020/

III

Tanaman

3

Jumlah

Daun 3 Penghisap Daun Ada - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

10

Jumlah

Daun 4 Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

15

Jumlah

Daun 4 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V11 -

Vn

21 Novbember

2020/ IV

Tanaman

4

Jumlah

Daun 6 Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

9

Jumlah

Daun 6 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

16

Jumlah

Daun 6 Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

28 November 2020/

V

Tanaman

5

Jumlah

Daun 6 Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

8

Jumlah

Daun 7 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

17

Jumlah

Daun 7 Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

VT - 5 Desember 2020/ Tanaman Jumlah 1 Penghisap Daun - - - Mendu

Page 48: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

34

R1 VI 6 Daun 0 ng

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 2

Tanaman

7

Jumlah

Daun 8 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

18

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

R2-R5 12 Desember 2020/

VII

Tanaman

1

Jumlah

Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

12

Jumlah

Daun 1

0

Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

13

Jumlah

Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

R6 19 Desember 2020/

VIII

Tanaman

2

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

10

Jumlah

Daun 1

2

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

14

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Page 49: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

35

PETAKAN II

PETAKAN II

Fase Tanggal/Minggu Sampel Fenologi

Tanaman

Hama

Gejala Serangan Hama pada

Daun

Ada /

Tida

k Jenis Hama Jumlah

Hama Cuaca

Gejal

a

V3-V5 31 Oktober 2020 / I

Tanaman

1

Jumlah

Daun 0 Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

12

Jumlah

Daun 0 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

13

Jumlah

Daun 0 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V6-10

7 November 2020/ II

Tanaman

2

Jumlah

Daun 3 Penghisap Daun Ada - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

11

Jumlah

Daun 3

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera frugiperda

1

Tanaman

14

Jumlah

Daun 3 Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

14 November 2020/ III

Tanaman 3

Jumlah Daun

5 Penghisap Daun Ada - - Terik

Page 50: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

36

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera frugiperda

1

Tanaman

10

Jumlah

Daun 5

Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 1

Tanaman

15

Jumlah

Daun 5 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V11 -

Vn

21 Novbember 2020/

IV

Tanaman

4

Jumlah

Daun 5

Penghisap Daun Ada - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 3

Tanaman

9

Jumlah

Daun 6

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera frugiperda

2

Tanaman

16

Jumlah

Daun 6 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

28 November 2020/

V

Tanaman

5

Jumlah

Daun 9

Penghisap Daun Ada - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 2

Tanaman

8

Jumlah

Daun 9 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

17

Jumlah

Daun 9 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Page 51: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

37

VT -

R1

5 Desember 2020/

VI

Tanaman

6

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

7

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera frugiperda

2

Tanaman

18

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

R2-R5 12 Desember 2020/

VII

Tanaman

1

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

12

Jumlah

Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

13

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

R6 19 Desember 2020/

VIII

Tanaman

2

Jumlah

Daun 1

2

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

11

Jumlah

Daun 1

2

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

14

Jumlah

Daun 9 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Page 52: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

38

PETAKAN III

PETAKAN III

Fase Tanggal/Minggu Sampel Fenologi

Tanaman

Hama

Gejala Serangan Hama pada

Daun

Ada /

Tida

k Jenis Hama Jumlah

Hama Cuaca

Gejal

a

V3-V5 31 Oktober 2020 / I

Tanaman

1

Jumlah

Daun 0 Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

12

Jumlah

Daun 0 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

13

Jumlah

Daun 0 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V6-10

7 November 2020/

II

Tanaman

2

Jumlah

Daun 3 Penghisap Daun Ada - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

11

Jumlah

Daun 2 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

14

Jumlah

Daun 3 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

14 November 2020/

III

Tanaman

3

Jumlah

Daun 5 Penghisap Daun - - - Terik

Page 53: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

39

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

10

Jumlah

Daun 5

Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 1

Tanaman

15

Jumlah

Daun 5 Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V11 -

Vn

21 Novbember

2020/ IV

Tanaman

4

Jumlah

Daun 7

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 1

Tanaman

9

Jumlah

Daun 7 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

16

Jumlah

Daun 7 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

28 November 2020/

V

Tanaman

5

Jumlah

Daun 9 Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

8

Jumlah

Daun 9 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

17

Jumlah

Daun 9 Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

VT -

R1

5 Desember 2020/

VI

Tanaman

6

Jumlah

Daun

1

0 Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Page 54: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

40

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

7

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

18

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

R2-R5 12 Desember 2020/

VII

Tanaman

1

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Mendu

ng

Sempurna Penggigit Daun Ada Spodoptera

frugiperda 2

Tanaman

12

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

13

Jumlah

Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

R6 19 Desember 2020/

VIII

Tanaman

2

Jumlah

Daun 1

3

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

11

Jumlah

Daun 1

2

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

14

Jumlah

Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Page 55: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

41

PETAKAN IV

PETAKAN IV

Fase Tanggal/Minggu Sampel Fenologi

Tanaman

Hama

Gejala Serangan Hama pada

Daun

Ada /

Tida

k Jenis

Hama

Jumlah

Hama Cuaca

Gejal

a

V3-V5 31 Oktober 2020 / I

Tanaman

1

Jumlah Daun 0

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

12

Jumlah Daun 0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

13

Jumlah Daun 0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

V6-10

7 November 2020/ II

Tanaman

2

Jumlah Daun 3

Penghisap Daun Ada - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

11

Jumlah Daun 3

Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

14

Jumlah Daun 3

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

14 November 2020/

III

Tanaman

3

Jumlah Daun 3

Penghisap Daun Ada - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

10

Jumlah Daun 3

Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman Jumlah Daun 5 Penghisap Daun - - -

Page 56: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

42

15 Sempurna Penggigit Daun - - -

V11 -

Vn

21 Novbember 2020/

IV

Tanaman

4

Jumlah Daun 4

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

9

Jumlah Daun 4

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

16

Jumlah Daun 4

Penghisap Daun Ada - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

28 November 2020/

V

Tanaman

5

Jumlah Daun 9

Penghisap Daun - - -

Mendun

g

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

8

Jumlah Daun 9

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

18

Jumlah Daun 9

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

VT - R1 5 Desember 2020/ VI

Tanaman

6

Jumlah Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Mendun

g

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

7

Jumlah Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

18

Jumlah Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun - - -

R2-R5 12 Desember 2020/

VII

Tanaman

1

Jumlah Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Mendun

g

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

12

Jumlah Daun 1

2

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman Jumlah Daun 1 Penghisap Daun - - -

Page 57: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

43

13 Sempurna 0 Penggigit Daun - - -

R6 19 Desember 2020/

VIII

Tanaman

2

Jumlah Daun 1

1

Penghisap Daun - - -

Terik

Sempurna Penggigit Daun - - -

Tanaman

11

Jumlah Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Tanaman

14

Jumlah Daun 1

0

Penghisap Daun - - -

Sempurna Penggigit Daun Ada - -

Page 58: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

44

Lampiran 7. Data intensitas serangan S. frugiperda

Fase Tanggal/Pengamatan Ke Petakan Tanaman Daun ke- Skor Kerusakan Daun Intensitas Serangan (%)

V3-V5 31/10/2020 / I

1

1

- 0

0

- 0

- 0

12

- 0

- 0

- 0

13

- 0

- 0

- 0

2

1

- 0

0

- 0

- 0

12

- 0

- 0

- 0

13

- 0

- 0

- 0

3 1

- 0

0

- 0

- 0

12 - 0

Page 59: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

45

- 0

- 0

13

- 0

- 0

- 0

4

4

- 0

0

- 0

- 0

9

- 0

- 0

- 0

16

- 0

- 0

- 0

0

V6-V10 07/11/2020 / II

1

2

1 0

6,25

2 0

- -

11

1 1

- -

- -

14

1 0

- -

- -

2 2 1 1

13,89

2 1

Page 60: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

46

3 1

11

1 0

2 0

3 1

14

1 0

2 0

3 1

3

2

1 0

3,13

2 0

3 1

11

1 0

2 0

- -

14

1 0

2 0

3 0

4

2

1 0

11,11

2 1

3 1

11

1 0

2 1

3 1

14

1 0

2 0

3 0

8,6

Page 61: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

47

14 November 2020 / III

1

3

1 1

16,67

2 1

3 1

10

2 1

3 1

4 1

15

2 0

3 0

4 0

2

3

3 1

16,67

4 1

5 1

10

3 1

4 1

5 1

15

3 0

4 0

5 0

3

3

3 0

13,89

4 0

5 0

10

3 1

4 1

5 1

15 3 0

4 1

Page 62: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

48

5 1

4

3

1 1

16,67

2 1

3 1

10

1 1

2 1

3 1

15

3 0

4 0

5 0

15,975

V11-Vn 21 November 2020 / IV

1

4

4 0

16,67

5 0

6 0

9

4 1

5 1

6 1

16

4 1

5 1

6 1

2

4

3 1

16,67

4 1

5 1

9

4 1

5 1

6 1

Page 63: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

49

16

4 0

5 0

6 0

3

4

5 1

8,33

6 1

7 1

9

5 0

6 0

7 0

16

5 0

6 0

7 0

4

4

2 0

8,33

3 0

4 0

9

2 0

3 0

4 0

16

2 1

3 1

4 1

12,5

28 November 2020 / V 1 5

4 0

13,89

5 0

6 0

8 5 1

Page 64: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

50

6 1

7 1

17

5 1

6 1

7 0

2

5

7 3

36,11

8 2

9 2

8

7 1

8 1

9 1

17

7 1

8 1

9 1

3

5

7 0

8,33

8 0

9 0

8

7 1

8 1

9 1

17

7 0

8 0

9 0

4 5

7 0

0

8 0

9 0

Page 65: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

51

8

7 0

8 0

9 0

18

7 0

8 0

9 0

14,5825

VT-R1 5 Desember 2020 / VI

1

6

8 1

25

9 1

10 1

7

6 1

7 1

8 1

18

9 1

10 1

11 1

2

6

9 1

30,56

10 1

11 1

7

9 2

10 2

11 1

18

9 1

10 1

11 1

3 6 8 1 8,33

Page 66: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

52

9 1

10 1

7

9 0

10 0

11 0

18

9 0

10 0

11 0

4

6

9 1

16,67

10 1

11 1

7

8 1

9 1

10 1

18

9 0

10 0

11 0

20,14

R2-R5 12 Desember 2020 / VII 1

1

8 0

13,89

9 0

10 0

12

8 1

9 2

10 2

13 8 0

9 0

Page 67: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

53

10 0

2

1

9 2

19,44

10 1

11 1

12

8 0

9 0

10 0

13

9 1

10 1

11 1

3

1

9 3

25

10 2

11 1

12

9 0

10 0

11 0

13

8 1

9 1

10 1

4

1

9 0

8,33

10 0

11 0

12

10 1

11 1

12 1

13 8 0

Page 68: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

54

9 0

10 0

16,665

R6 19 Desember 2020 / VIII

1

2

9 1

25

10 1

11 1

10

10 1

11 1

12 1

14

9 1

10 1

11 1

2

2

10 0

25

11 1

12 1

11

10 1

11 1

12 1

14

7 1

8 2

9 1

3

2

11 1

25

12 1

13 1

11 10 1

11 1

Page 69: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

55

12 1

14

9 1

10 1

11 1

4

2

9 0

16,67

10 0

11 0

11

8 1

9 1

10 1

14

8 1

9 1

10 1

22,9175

Page 70: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

56

Lampiran 8. Data tanaman terserang

Fase Tanggal/Minggu

ke

Petak

an Tanaman

Jumlah tanaman

terserang

jumlah total

tanaman

intensitas tanaman

terserang (%)

V3-

V5

31 Oktober 2020 /

I

1 0 0 18 0

2 0 0 18 0

3 0 0 18 0

4 0 0 18 0 0

V6-

V10

7 November 2020/

II

1 4, 10, 11, 12, 15, 17 6 18 33,33333333

2 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 18 13 18 72,22222222

3 1 ,2 ,4, 8, 9, 10, 13 7 18 38,88888889

4 1, 2, 3, 10, 11, 13, 15 7 17 41,17647059

33 71 46,47887324

14 November

2020 / III

1 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16, 18 12 18 66,66666667

2 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 18 10 18 55,55555556

3 1, 2, 6, 7, 8, 10, 11, 14, 15 9 18 50

4 1, 3, 10, 11, 12, 13, 16 7 17 41,17647059 38 71 53,52112676

V11-

Vn

21 November

2020 / IV

1 2, 3, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16 9 18 50

2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 8 18 44,44444444

3 1, 4, 13, 14 4 18 22,22222222

4 1, 10, 12, 14, 15, 16 6 17 35,29411765

27 71 38,02816901

28 November

2020 / V 1

2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17,

18 14 18 77,77777778

Page 71: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

57

2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 17,

18 15 18 83,33333333

3 1, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16 11 18 61,11111111

4 6, 12, 13, 14, 15, 16 6 17 35,29411765 46 71 64,78873239

VT-

R1

5 Desember 2020

/ VI

1 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17 ,18 17 18 94,44444444

2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18 18 18 100

3 1, 2, 3, 4, 6, 10, 11, 13 8 18 44,44444444

4 6, 7, 12, 14, 15, 16 6 17 35,29411765 49 71 54,61

R2-

R5

12 Desember

2020 / VII

1 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16,

17 14 18 77,77777778

2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 17,

16 15 18 83,33333333

3 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13 11 18 61,11111111

4 6, 7, 8, 14, 15 5 17 29,41176471 45 71 63,38028169

R6 19 Desember

2020 / VIII

1 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18 17 17 100

2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18 18 18 100

3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18 18 18 100

4 1, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 12 17 70,58823529 65 70 78,72

Page 72: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

58

Lampiran 9. Data tongkol terserang

Fase Tanggal/Minggu Ke Petaka

n

Tanama

n Jenis Hama

Jumlah

Hama

Jumlah Tongkol

Terserang

Jumlah

Tongkol

tongkol terserang

(%)

VT-

R1

5 Desember 2020 /

VI

1 - - 0 0 4 0

2 - - 0 0 13 0

3 - - 0 0 15 0

4 - - 0 0 8 0

40 0

R2-

R5

12 Desember 2020 /

VII

1 0 - 0 0 14 0

2 0 - 0 0 15 0

3

1 Spodoptera Frugiperda

3

4 17 23,52941176

2 Spodoptera

Frugiperda 1

6 Spodoptera

Frugiperda 1

7 Spodoptera Frugiperda

1

4

2 Spodoptera

Frugiperda 1

2 14 14,28571429

15 Spodoptera Frugiperda

1

6 60 10

R6 19 Desember 2020 /

VIII 1

1 Spodoptera

Frugiperda 1

10 17 58,82352941 2 Spodoptera

Frugiperda 1

3 Spodoptera Frugiperda

1

Page 73: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

59

4 Spodoptera Frugiperda

1

6 Spodoptera

Frugiperda 1

8 Spodoptera

Frugiperda 1

9 Spodoptera Frugiperda

1

12 Spodoptera

Frugiperda 1

13 Spodoptera Frugiperda

1

14 Spodoptera

Frugiperda 1

2

2 Spodoptera

Frugiperda 1

11 18 61,11

3 Spodoptera Frugiperda

1

4 Spodoptera

Frugiperda 1

7 Spodoptera Frugiperda

1

8 Spodoptera

Frugiperda 1

9 Spodoptera

Frugiperda 1

11 Spodoptera Frugiperda

1

12 Spodoptera

Frugiperda 1

15 Spodoptera Frugiperda

1

Page 74: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

60

16 Spodoptera Frugiperda

2

18 Spodoptera

Frugiperda 1

3

1 Spodoptera

Frugiperda 1

14 18 77,78

2 Spodoptera Frugiperda

1

3 Spodoptera

Frugiperda 1

4 Spodoptera Frugiperda

1

5 Spodoptera

Frugiperda 1

6 Spodoptera

Frugiperda 1

7 Spodoptera Frugiperda

1

8 Spodoptera

Frugiperda 2

9 Spodoptera Frugiperda

1

10 Spodoptera

Frugiperda 1

13 Spodoptera

Frugiperda 1

14 Spodoptera Frugiperda

1

17 Spodoptera

Frugiperda 2

18 Spodoptera Frugiperda

1

Page 75: HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI TANAMAN DAN …

61

4

1 Spodoptera Frugiperda

1

13 17 76,47

2 Spodoptera

Frugiperda 2

4 Spodoptera

Frugiperda 2

5 Spodoptera Frugiperda

1

7 Spodoptera

Frugiperda 1

8 Spodoptera Frugiperda

1

9 Spodoptera

Frugiperda 2

11 Spodoptera

Frugiperda 3

12 Spodoptera Frugiperda

1

13 Spodoptera

Frugiperda 1

14 Spodoptera Frugiperda

1

15 Spodoptera

Frugiperda 1

18 Spodoptera

Frugiperda 2

48 70 68,57