17
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS IBU, DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: KAPINDRO BAGUS PRABOWO J 500 140 088 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS IBU, DAN

UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI

RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

KAPINDRO BAGUS PRABOWO

J 500 140 088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

i

Page 3: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya
Page 5: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

1

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS IBU,

DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR

RENDAH DI RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO

Abstrak

Latar Belakang: BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek

(prematuritas), dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam

bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau

keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor

ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan

kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi

dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka

panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran,

bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat

dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis

hubungan antara IMT, paritas, umur Ibu dengan Kejadian BBLR.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Descriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 97

responden ibu postpartum yang diambil dengan teknik simple random

sampling. Data yang didapat merupakan data sekunder yang diambil dari

data rekam medis ibu melahirkan tahun 2016 .

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat

hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan kejadian BBLR . Usia

terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada umur 31-40 tahun dengan

prosentase 74,2% , Sementara paritas terbanyak yang mengalami BBLR

yaitu ada pada kelompok berisiko (primipara) dengan prosentase 64,9% dan

IMT ibu yang beresiko mengalami BBLR adalah IMT rendah dengan

prosentase 68,0%.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara IMT, Paritas, umur ibu dengan

kejadian BBLR.

Kata Kunci: IMT, Usia, Paritas, BBLR

Abstract

Background: LBW is caused by short pregnancy (prematurity), and IUGR

(Intra Uterine Growth Restriction) which in Indonesian is called Fetal

Growth Hampered (PJT) or both. Both of these causes are influenced by risk

factors, such as maternal factors, placenta, fetus and the environment. These

risk factors cause a lack of nutritional fulfillment in the fetus during

pregnancy. Babies with low birth weight generally experience long-term life

processes that are less good. If not dying at the onset of birth, LBW infants

have a risk of growing and developing more slowly than babies born with

normal weight

Aim: This study was conducted with the aim to analyze the relationship

between BMI, Parity, maternal age with LBW incidence

Page 6: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

2

Method: This research uses Descriptive analytic research design with cross

sectional approach. The sample used were 97 respondents of postpartum

mother taken by simple random sampling technique. The data obtained are

secondary data taken from maternal medical record data in 2016

Result: Based on the results of research that has been done, there is a

relationship between BMI, Parity, Age of mothers with the incidence of

LBW. Largest age who experienced LWB that is at the age of 31-40 years

with 74.2% percentage, while the most parity who experience LBW that is

in the risk group (primipara) with the percentage of 64.9% and BMI of

mother at risk of experiencing LBW is low IMT with a percentage of

68.0%..

Conclusion: There is a relationship between BMI, Parity, maternal age with

LBW incidence.

Keywords: BMI, Age, Parity, LBW

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang

lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan

prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan

pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai

risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi

yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di

seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara

yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi

dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di

Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup

bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali

(5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa

Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek

(prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang

dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko,

seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut

menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa

kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami

proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak

meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan

Page 7: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

3

berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan

berat badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu

dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40

tahun (Juaria dan Henry, 2014)

Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap

bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi

adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih

didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau

bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan

perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR

lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi

(Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu menurunkan

angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan

upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya

dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu

diteliti faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR

di RSU Sukoharjo.

2. METODE

2.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik

dengan menggunakan desain penelitian cross sectional

2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Sukoharjo pada bulan November sampai Desember tahun 2017. Rumah

Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan salah satu rumah sakit

terbesar di provinsi Jawa Tengah.

2.3.Populasi dan Sampel

2.3.1. Populasi target

Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi

di rumah sakit umum daerah Sukoharjo .

2.3.2. Populasi aktual

Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi

dengan BBLR.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

4

2.4. Sampel dan Teknik Sampel

Pada penelitian ini sampel yang akan menjadi fokus penelitian

adalah ibu hamil dengan BBLR. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling.

2.5. Estimasi Besar Sample

Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang

diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dengan keterangan :

n = Besar sample

Zα = Derivat baku dengan nilai α = 5% Sehingga Zα = 1.96

P = Proporsi kategori variable yang diteliti

Q = 1-P (50%) = Presisi dengan besar 10 %

Dari perhitungan besar sampel tersebut maka besar sampel yang

dibutuhkan minimal 97

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1. BBLR

Tabel 1. Distribusi Berat Badan Lahir Rendah

BBLR Jumlah Persentase

Positif 74 76,3%

Negatif 23 23,7%

Total 97 100%

Sumber : data sekunder, 2016.

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa jumlah sampel 97,

jumlah ini dianggap sudah mewakili dari jumlah populasi.

3.1.2. Usia

Tabel 2. Distribusi Usia

BBLR Jumlah Persentase

19-25 21 21,6

26-30 4 4,1

31-40 72 74,2

Total 97 100%

Page 9: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

5

Sumber : data sekunder, 2016.

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu

postpartum umur 19-35 tahun yang melahirkan bayi bblr berjumlah

21 orang dengan prosentase 21,6 %, umur 26-30 tahun yang

melahirkan bayi BBLR berjumlah 4 orang dengan prosentase 4,1 %,

sedangkan umur 31-40 tahun yang melahirkan bayi BBLR berjumlah

72 orang dengan prosentase 74,2 %.

3.1.3. Paritas

Tabel 3. Distribusi Paritas

Paritas Jumlah Persentase

Primipara 63 64,9%

Multipara 22 22,7%

Grandemultipara 12 12,4

Total 97 100%

Sumber : data Sekunder, 2016.

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu

postpartum dengan BBLR yang memiliki riwayat primipara

berjumlah 63 orang dengan prosentase 64,9 %, Multipara berjumlah

22 orang dengan prosentase 22,7 %, Grandemultipara berjumlah 12

dengan prosentase 12,4 %.

3.1.4. IMT

Tabel 4. Distribusi Jenis IMT

Jenis IMT Jumlah Persentase

Rendah 66 68,0%

Normal 7 7,2%

Lebih 24 24,7%

Total 97 100%

Sumber : data Sekunder, 2016.

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu

postpartum yang Memiliki IMT rendah berjumlah 66 orang dengan

prosentase 68,0%, IMT normal berjumlah 7 orang dengan prosentase

7,2 %, IMT lebih berjumlah 24 orang dengan prosentase 24,7.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

6

3.1.5. Analisis Data Hubungan Usia terhadap Kejadian Berat Badan Lahir

Rendah.

Tabel 5. Analisis Bivariat Usia

Berat Badan Lahir

Rendah Total P value OR

Usia

Positif Negatif

19-25 tahun 1 20 21

0,000 9,188

26-35 tahun 3 1 4

31-40 tahun 70 2 72

Total 74 23 97

Sumber : data Sekunder , 2016.

Hubungan analisis hubungan antara umur dan BBLR di rumah

sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan usia 19-25

tahun yang mengalami BBLR sejumlah 1 orang, 26-30 tahun 3 orang,

31-40 tahun sejumlah 70 orang.

Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square

diperoleh nilai p = <0,001 karena 0,001 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur

ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 9,188.

3.1.6. Analisis Data Hubungan Paritas terhadap Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah

Tabel 6. Analisis Bivariat Paritas

BBLR

Total P value OR

Paritas

Positif Negatif

Primipara 59 4 63

0,000 0,066

Multipara 5 17 22

Grandemultipara 10 2 12

Page 11: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

7

Total 74 23 97

Sumber : data sekunder, 2016.

Hubungan analisis hubungan antara umur dan BBLR di rumah

sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan primipara yang

mengalami BBLR sejumlah 59 responden, multipara sejumlah 5

responden, Grandemultipara sejumlah 10 responden.

Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square

diperoleh nilai p = <0,001 karena 0,001 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paritas

ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 0,066.

3.1.7. Analisis Data Hubungan IMT terhadap Kejadian BBLR

Tabel 7. Analisis Bivariat IMT

BBLR

Total P value OR

IMT

Positif Negatif

Kurus 64 2 66

0,002 5,494

Normal 6 1 7

Obesitas 4 20 24

Total 74 23 97

Sumber : data Sekunder, 2016.

Hubungan analisis hubungan antara IMT dan BBLR di rumah

sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan IMT kurus yang

mengalami BBLR sejumlah 64 responden, IMT Normal sejumlah 6

responden, IMT Tinggi sejumlah 4 responden.

Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square

diperoleh nilai p = 0,002 karena 0,002 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT ibu dengan

kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 5,494

Page 12: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

8

3.2 Pembahasan

3.2.1. Deskripsi Karakteristik Ibu Postpartum

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2017 di Rumah

sakit Ir. Soekarno Sukoharjo. Pada penelitian ini didapatkan sampel

97 responden yang di ambil dari rekam medis. Setelah dilakukan

penelitian pada 97 responden didapatkan responden ibu postpartum

yang berada pada usia 19-25 tahun yang memiliki resiko BBLR

berjumlah 21 orang, Usia 26-30 berjumlah 4 orang, dan 31-40

berjumlah 72 orang. Berdasarkan distribusi paritas didapatkan data 97

responden , didapatkan ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan

memiliki riwayat primipara 63 orang, Multipara berjumlah 22, dan

grandemultipara berjumlah 12 orang.

Ditinjau dari distribusi usia, usia ibu postpartum yang paling

banyak diteliti pada penelitian ini adalah usia ibu pada rentang usia

31-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah

Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam usia kurang produktif ketika

ibu tersebut dalam kondisi hamil. Pada usia ini organ reproduksi

diperkirakan sudah mengalami kelemahan fungsi sehingga dapat

terdapat penyulit dalam persalinan.

Ditinjau dari distribusi paritas, paritas ibu postpartum yang

paling banyak diteliti pada penelitian ini adalah ibu dengan status

primipara. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah

Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam paritas yang berisiko

menderita BBLR. Ibu postpartum yang berada pada status paritas

primipara diperkirakan belum memiliki mental yang stabil dalam

mengambil keputusan yang baik maupun menerima status barunya

sebagai seorang ibu sehingga terdapat gangguan adaptasi psikologis

pasca persalinan.

Ditinjau dari IMT, IMT ibu postpartum paling banyak diteliti

pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki IMT rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah Sukoharjo dan sekitarnya

dimungkinkan memiliki gangguan pada nutrisi sehingga dapat

mempengaruhi terjadinnya BBLR.

3.2.2. Usia Ibu

Ditinjau dari hasil analisis, usia ibu postpartum memiliki makna

secara statistik karena memiliki p value (<0.001) < 0,05, sehingga

Page 13: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

9

didapatkan hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian

BBLR. Nilai OR yang didapatkan pada variabel ini bernilai 9,188

yang menunjukkan bahwa ibu postpartum yang berada pada usia 31-

40 tahun memiliki 9,188 kali kemungkinan menderita BBLR. Hasil

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015)

dengan p value (0,000) < 0,05 dan nilai OR yang bernilai 3,41 yang

menunjukkan bahwa usia ibu merupakan faktor paling kuat dalam

mempengaruhi kejadian BBLR.

Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan

kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada usia 31-40 tahun atau pada

usia sudah tidak produktif. Umur yang terlalu tua dimungkinkan sang

ibu akan memiliki risiko terjadinnya BBLR karena organ reproduksi

kehamilan mengalami penurunan fungsi salah satunnya pada otot

uterus. Menurut Prawirohardjo (2014) usia ibu yang aman untuk

kehamilan dan dilakukan persalinan adalah ibu yang beusia lebih dari

20 tahun dan kurang dari 30 tahun karena dianggap telah memiliki

kesiapan baik secara fisik, emosi, psikologi, sosial, maupun ekonomi.

3.2.3. Paritas

Ditinjau dari hasil analisis, paritas ibu postpartum memiliki

makna secara statistik karena memiliki p value (<0,001) > 0,05,

sehingga didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia

dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fatmawati (2015) dengan p value (0,007) < 0,05 dan

nilai OR yang bernilai 1,94 yang menunjukkan bahwa paritas

memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian

BBLR.

Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan

kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu postpartum dengan

status primipara, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya BBLR

pada ibu postpartum dengan status multipara jika ibu tersebut

memiliki riwayat BBLR sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Harini (2017) menyatakan bahwa ibu postpartum dengan status

multipara dapat menderita BBLR.

3.2.4. IMT

Ditinjau dari hasil analisis, jenis persalinan ibu postpartum

memiliki makna secara statistik karena memiliki p value (0,002) >

Page 14: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

10

0,05 sehingga didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara jenis persalinan dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa (2013) dengan p

value (0,024) < 0,05 yang menunjukkan bahwa IMT memiliki

hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian BBLR.

3.2.5. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil analisis, usia memiliki pengaruh yang

signifikan dengan kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai

OR yang bernilai 9,188 yang menunjukkan ibu postpartum yang

berusia 31-40 tahun memiliki kemungkinan 9,188 kali menderita

BBLR dibandingkan dengan ibu postpartum yang berusia 21 – 30

tahun, paritas juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan

kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai OR yang bernilai

0,066 yang menunjukkan ibu postpartum dengan riwayat primipara

memiliki kemungkinan 0,066 kali menderita BBLR. Sedangkan IMT

juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian BBLR

dengan P value 0,002 dan nilai OR yang bernilai 5,494 yang menun

jukkan ibu postpartum dengan IMT yang rendah memiliki

kemungkinan 5,494 kali menderita BBLR.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015)

terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR yaitu

dukungan sosial suami dengan p value 0,000 dan nilai OR yang

bernilai 2,44. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari

(2015) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR

yaitu pendidikan dengan p value 0,017 dan nilai OR yang bernilai

2,625 dan pekerjaan dengan p value 0,018 dan nilai OR yang bernilai

3,684.

Dalam proses asuhan kebidanan, bidan dan tenaga kesehatan

yang terlibat dalam kehamilan dan persalinan ibu, diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan psikologis pada ibu hamil sebagai contoh

dukungan dari tenaga kesehatan. Sehingga tidak terdapat masalah

pada kondisi fisik maupun mental pada ibu pasca melahirkan

(Kemenkes, 2016).

3.2.6. Analisis Multivariat

Pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antar variabel

(bivariat) digunakan metode uji statistik chi square dengan syarat dan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

11

ketentuan uji yang telah terpenuhi dan untuk mengetahui besar

pengaruh masing-masing variabel (multivariat) digunakan metode uji

regresi logistik.

Tabel 8 Analisis Multivariat

Variable Koefisien df Nilai OR

Paritas 2,721 1 0,000 0,066

Umur 2,218 1 0,000 9,188

IMT 1,704 1 0,002 5,494

Variabel Paritas OR 0,066 maka orang yang memiliki riwayat

primipara,lebih berisiko mengalami BBLR sebanyak 0,066 kali lipat

di bandingkan orang yang mempunyai riwayat multipara dan

grandemultipara. Nilai B (Logaritma Natural) dari 0,066 = 2,721,

Oleh karena B bernilai positif, maka Paritas mempunyai hubungan

positif terhadap kejadian BBLR.Sedangkan variabel Umur OR 9,188

maka orang yang memiliki umur 31-40 tahun lebih berisiko

mengalami BBLR sebanyak 9,188 kali lipat di bandingkan orang yang

memiliki umur dibawah 31-40 tahun. Nilai B (Logaritma Natural) dari

9,188 = 2,218. Oleh karena B bernilai Positif, maka usia 30 sampai 40

tahun mempunyai hubungan positif terhadap kejadian BBLR.

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat

hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan kejadian BBLR .

Usia terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada umur 31-40

tahun, Sementara paritas terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada

pada kelompok berisiko (primipara) dan IMT ibu yang beresiko

mengalami BBLR adalah IMT rendah.

4.2. Saran

1). Diharapkan penelitian selanjutnya menambah variabel penelitian

yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR seperti dukungan

sosial suami, pendidikan dan pekerjaan .

2). Mampu menentukan solusi untuk mencegah dan mengurangi

kejadian BBLR

Page 16: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

12

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrahman, 2002. Ilmu kesehatan anak buku ajar 3. Jakarta: FKUI.

Abu, S., 2010. Maternal Nutrition and Birth Outcome. Oxford Jurnal,

Volume 5, pp. 5-25.

Amirudin , Ridwan; , Hasmi, 2014. Determinasi Kesehatan Ibu dan Anak.

Jakarta: CV.Trans info Media.

BKKBN, 2015. Kesehatan RI 2014.

Endang, Setyawan S, 2014. Umur dan Pendidikan Ibu Bersalin dengan

Kejadian BBLR. pp. 4-5.

F, Feibi Almaria, 2015. Hubungan Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Bayi

Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. pp. 4-5.

F, Gary Cunningham; Leveno, Kenneth J; Bloom, Steven L; Caterine,

Spong Y; Hauth, John C; Rouse, Dwight J, t.thn. Williams OBSTETRICS

23rd edition. Dalam: New York: McGraw Hill Medical.

Juaria, Henry, 2014. Hubungan antara umur dan paritsa dengan kejadian

berat badan lahir rendah Maret 2014. Volume 3, pp. 48-50.

Kemenkes RI, 2011. Modul Mamajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Untuk Bidan di Desa.

Kementrian Kesehatan RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011, Jakarta:

Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan

Indonesia 2012. Agustus.

Kementrian PPN, 2015. MDGs INDONESIA tahun 2015.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Perinasia, 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Pramono, Ms, 2009. Risiko Terjadinnya Berat Badan Lahir Rendah Menurut

Determinasi Sosial,Ekonomi dan Demografi di Indonesia. Buletin Penelitian

Sistem Kesehatan, Volume 12, pp. 32-127.

Prawiroharjo, S., 2010. Masalah janin dan bayi baru lahir. Jakarta: PT.Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Rangga, Pamungkas S, 2015. Hubungan Usia ibu dan Paritas dengan Tingkat

Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Plered,Kecamatan Plered Kabupaten

Purwakarta Tahun 2014. pp. 991-992.

Restiana, Riska; Arif, Ahmad, 2013. Hubungan Umur dan Paritas dengan

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Obstetrika, 1(1), pp. 22-17.

Reza , Chairul; Puspitasari, Ninik, 2014. Determinasi Bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah. Jurnal Biometri dan Kependudukan, Volume 2, pp. 96-106.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH IBU, PARITAS …eprints.ums.ac.id/62622/12/NASKAH PUBLIKASI(1) Kapindro.pdf · dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya

13

Rina, Kundre, 2015. Hubungan Usia ibu Bersalin Dengan Kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal Obsgyn,

Volume 3, pp. 12-14.

Rini, S., 2015. Faktor Maternal Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013).

Rismawati, R., 2013. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi

Berat Badab Lahir Rendah di RSIA Pertiwi Makasar.

Rochjati, P., 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Jakarta: University Press.

Saifudin, A., 2002. Panduan Perilaku Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.

Saimin, J. & Sartika, D., 2008. BBLR Obstetri Patologi. Jakarta: Penerbit buku

EGC.

Salawati, L., 2012. Hubungan Usia,Paritas dan Pekerjaan Ibu Hamil dengan Bayi

Berat Lahir Rendah. JUrnal Kedokteran Syiah Kual, 12(3).