Upload
duongliem
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Hubungan Antara Konsep Diri dengan Toleransi Stres Pada
Wanita Menjelang Menopause di Pedukuhan I Geblakan,
Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
2008
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nama : KHAIRIYAH NIM : 20040320091
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN TOLERANSI STRES PADA WANITA MENJELANG
MENOPAUSE DI PEDUKUHAN I GEBLAKAN, KELURAHAN TAMANTIRTO, KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN
BANTUL 2008
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Diterima Sebagai
Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
KHAIRIYAH
20040320091
Pada Tanggal
: 07 November 2008
Dewan Penguji :
1. Azizah Khoiriyati. SKep., Ns (………………………..)
2. Shanti Wardaningsih. MKep., Sp Jiwa (………………………..)
Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(dr. H . Erwin Santoso, Sp.A., M.Kes)
PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan kepada: • ALLAH SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayahNya
serta kemudahan yang diberikan.
• Abah, dalam setiap doa untuk kebaiakan anak‐ anaknya,
memberikan dukungan, dan dalam setiap tetes peluh
untuk kebahagian anak – anaknya. Almarhummah Bunda
yang menjadi motivasi aku membuat aku tegar untuk
tetap melangkah , menjadi pigur dalam hidup aku. Kasih
sayang kalian berdua yang telah diberikan kepada aku
selama ini.
• Saudara‐ saudara aku, ka Anie, bang Tono, ading Amie,
Akbar, Topan, Vero yang selalu menyayangi,
memberikan doa dan dukungan, yang menghibur aku di
saat sedih. Keponakan aku yang tersayang dan yang
selalu aku rindukan (Nadya Azahra).
• Ka Mario yang selalu memberikan aku semangat,
dukungan, doa dan membantu aku berdiri di saat aku
terpuruk dari kesedihan, La Tahzan.
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, laksanakanlah pekerjaan berikutnya dengan sungguh‐ sungguh. Dan hanya kepada ALLAH‐ lah kamu berharap dan berserah diri. (QS.Alam Nasrah :5‐8)
Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa,
dan betapa banyak datang kegembiraan setelah kesusahan. Siapa yang berbaik sangka kepada RabbNya dia akan memetik manisnya buah yang dipetik di tengsah‐ tengah pohon berduri.
Berpikirlah tentang nikmat, lalu bersyukur lah
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT
atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah dengan judul” Hubungan Antara Konsep Diri
dengan Toleransi Stres Pada Wanita Menjelang Menopause di Pedukuhan I
Geblakan, Kelurahan Taman tirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul”
yang disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari dalam proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, baik
secara langsung maupun yang tidak langsung. Tidak lupa penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak – pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:
1. Bapak dr. H.Erwin Santoso, Sp.A., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Uswatun Khasanah, MNS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Azizah Khoiriyati, SKep., Ns, selaku dosen pembimbing atas segala arahan, bimbingan dan motivasi dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Shanti Wardaningsih, MKep., Sp jiwa, selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan demi kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. BAPEDA Bantul, bapak Dukuh di Pedukuhan I Geblakan Tamantirto Kasihan Bantul yang telah memberikan ijin kepada penulis beserta Ibu yang telah memberikan waktu dalam membantu pembagian kuesioner kepada ibu- ibu responden.
6. Semua ibu- ibu responden yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.
7. Karyawan UMY PSIK yang telah memudahkan segala urusan surat-menyurat untuk penelitian ini.
8. Keluarga besarku di Buntok (Abah,almarhumah Bunda, Ka Anie, bang Tono, Ading Amie, Akbar, Topan, Vero) atas doa dan segala dukungan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
9. Ka Mario atas doa, dan dukungannya yang selalu memberi semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai.
10. Mas Andi atas saran dan nasehat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
11. Teman- teman seperjuangan angkatan 2004, teman – teman satu kelas Bahasa Inggris, terutama yeti Helvia, Icha, Dian. Teman- teman kost (Ganis,Maya,dan Sofy) serta semua pihak yang telah membantu dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari adanya
kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, terutama bagi Ilmu Keperawatan.
Wasalamualaikum Wr Wb
Yogyakarta, 07 November 2008 Penulis
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..ii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………..iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………..v
DAFTAR ISI……………………………………………………………..vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….viii
INTISARI………………………………………………………………...xi
ABSTRAK………………………………………………………………xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Ruang Lingkup.................................................................................. 8
F. Keaslian Penelitian............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.................................................................................. 10
1. Konsep Diri ................................................................................... 10
a. Pengertian Konsep diri ............................................................ 10
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ................ 11
c. Komponen Konsep Diri .......................................................... 13
2. Menopause .................................................................................... 20
a. ....................................................................................... Pengert
ian Menopause ................................................................ 20
b. ....................................................................................... Waktu
Menopause ...................................................................... 21
c. ....................................................................................... Penyeb
ab Menopause ................................................................. 22
d. ....................................................................................... Klimak
terium .............................................................................. 23
e. ....................................................................................... Gejala
Psikologis Menopause...................................................25
3. Toleransi Stres............................................................................... 25
a. Pengertian Stres..................................................................... 25
b. Adaptasi terhadap Respon Stres............................................ 27
c. Coping Stres .......................................................................... 28
d. Toleransi Terhadap Stres....................................................... 30
e. Perawatan terhadap Stres ...................................................... 33
B. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 34
C. Hipotesis ............................................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penerlitian ............................................................................. 36
B. Subyek Penelitian ............................................................................. 36
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 38
D. Hubungan Antar Variabel ................................................................. 38
E. Variabel Pengganggu ........................................................................ 38
F. Definisi Operasional ......................................................................... 39
G. Instrumen Penelitian ......................................................................... 40
H. Tehnik Pengumpulan Data................................................................ 42
I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...................................................... 43
J. Analisis Data ..................................................................................... 45
K. Jalannya Penelitian ........................................................................... 47
L. Etik Penelitian ................................................................................... 50
M. Faktor Pendukung dan Penghambat Penelitian................................. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 52
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 52
2. Karakteristik Responden ............................................................ 53
3. Gambaran Konsep Diri Wanita Menjelang Menopause ............ 56
4. Gambaran Toleransi Terhadap Stress Menjelang Menopause.... 57
5. Uji Validitas dan reliabilitas ....................................................... 58
6. Analisis Bivariat (Crosstab) ....................................................... 59
7. Analisis Corelasi (Uji Hipotesis) ............................................... 60
B. Pembahasan ...................................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................. 69
C. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 4.1. Tabel Rincian Jumlah Penduduk Berdasarkan RT di Pedukuhan I
Geblakan Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul............................ 52
Tabel 4.2. Tabel Umur Responden ...................................................................... 53
Tabel 4.3. Tabel Karakteristik Pendidikan Responden......................................... 54
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ....................... 55
Tabel 4.5. Tabel Hasil Pengukuran Konsep Diri Responden................................ 56
Tabel 4.6. Tabel Hasil Pengukuran Toleransi Stress Responden.......................... 57
Tabel 4.7. Crosstabulation Hubungan antara Konsep Diri dengan Toleransi
terhadap Stress ................................................................................... 58
Khairiyah. (2008). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Toleransi Stres Pada
Wanita Menjelang Menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Karya Tulis Ilmiah. Program studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembimbing: Azizah Khoiriyati. SKep.,Ns
INTISARI Latar belakang: Menopause adalah haid terakhir, atau saat berhentinya menstruasi. Menopause merupakan proses alami kehidupan pada wanita yang berusia antara 40-50 tahun. Menopause mengakibatkan perubahan fisik, psikologis dan psikososial. Perubahan ini seringkali meyebabkan stress dan kecemasan pada wanita yang mengalaminya. Bagi yang penyesuaiannya baik, maka stress dapat cepat di atasi dan ditanggulangi. Bagi yang penyesuaiannya kurang baik, maka stress akan menghambat kegiatannya sehari-hari. Tingkat stress yang terjadi pada wanita menjelang menopause diantaranya disebabkan oleh tinggi rendahnya konsep diri yang dimiliki. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan toleransi stres pada wanita menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah survey dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul pada bulan Juli-Agustus tahun 2008 dengan jumlah sampel 96 responden (gugur 8 responden). Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Uji validitas menggunakan formulasi SPSS for Windows versi 13.0 dengan nilai P< 0,05. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan nilai α > 0,60 (α konsep diri 0,705 dan α toleransi strese 0,671). Teknik analisis menggunakan Pearson’s Product Moment Correlation.
Hasil Penelitian: Sebagian besar responden mempunyai konsep diri rendah (50,1%) dengan toleransi terhadap stress yang kurang baik (93,2%). Hasil uji statistik menunjukkan hasil r = - 0, 448 dan taraf signifikan p = 0, 000 ( p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara konsep diri dengan toleransi stres pada wanita menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Saran: Diharapkan ibu-ibu melakukan kerjasama atau permohonan sosialisasi menopause pada para petugas kesehatan di posyandu dan Puskesmas ataupun pada mahasiswa keperawatan atau kedokteran. Penyuluhan secara berkala akan dapat mengubah pandangan, sikap, dan prilaku menjadi positif dalam mensikapi masa menopause. Kata Kunci: Menopause, Konsep Diri, Toleransi Terhadap Stress. Khairiyah (2008). The Correlation Between Self Concept with The tolerance Of Stress On Women Premenopause at Pedukuhan I Geblakan Tamantirto Kasihan Bantul. Adviser: Azizah Khoriyati S.Kep.,Ns
ABSTRACT
Background: Menopause is the last menstruation or in the moment menstruation’s end. Menopause is a natural process in 40‐50 years old women. Menopause cause phsycally change, pshycologist and pshycosocial, these change often cause stress and worriness to menopause women. For women who has a good adaptation the stress will be handled soon and deal with. For women who has a difficult adaption the stress will hampered her daily activity. Stress level that happened to premenopause women is caused by her high‐low self concept.
Research Objective: To find out the correlation between self concept with tolerance stress to premenopause women at Pedukuhan I Geblakan Tamantirto Kasihan Bantul.
Research Method: This research was a survey using cross sectional approach. It was carried out at Pedukuhan I Geblakan, Tamantirto, Kasihan, Bantul on July‐August 2008 with 96 respondent sample
( failed 8 respondent). Data collection by using Questioner which filled by respondent. Validity test use SPSS formulation for window version 13.0 with score P < 0,05. Reliability test use Alpha cronbach formula with score α > 0,60 (α self concept 0,705 and α stress tolerance 0,671). Analysis technique used Product Moment Correlation Pearson.
Research Findings: Most of respondents have a medium the self concept is 50,1% with unfavourable tolerance stress is 93,2%. The statistic test show that r = ‐ 0,448 and significant standard p=0,000 p < 0,05).
Conclusion: There is correlation between self concept with stress tolerance to Premenopause women at Pedukuhan I Geblakan Tamantirto Kasihan Bantul. Suggestion: For women are hoped to cooperate or socialization menopause application periodly to
paramedical in public healthy center or even to the medical university student. Periodly illumination will be able change opinion, behavior, and attitude to be positive in way of behaving menopause period.
Key words: Menopause, Self Concept, Stress of Tolerance
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah
Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir.
Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya
satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih
panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya
menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan dan pola kehidupan. Ada
kecenderungan dewasa ini menopause terjadi pada usia semakin tua.
Misalkan, pada tahun 1915 menopause dikatakan terjadi pada sekitar umur 44
tahun, sedangkan pada tahun 1950 pada umur 50 tahun. Penelitian Agoestina
( 1982 ) di Bandung menunjukkan bahwa pada umur 48 tahun, 50% dari
wanita Indonesia telah mengalami menopause (Wiknjosastro, 1999).
Disamping perubahan fisik, menopause juga menimbulkan perubahan
secara psikologis. Hal ini terjadi karena produksi hormon estrogen di indung
telur tiba-tiba berhenti. Biasanya hal ini ditandai dengan terjadinya rasa panas
dalam tubuh (hot flushes), perasaan mudah cemas dan mudah berkeringat.
Dalam masa ini wanita menopause sering mengalami depresi (menopausal
depression) yang ditandai dengan the emptyness syndrom. Sindrom ini muncul
dalam bentuk perilaku yang seringkali berada di luar kontrol dan susah
dimengerti oleh lawan interaksinya (Kasdu, 2002).
1
Secara psikis sindrom ini terjadi karena wanita kehilangan peran
reproduksinya, disamping dipengaruhi oleh terjadinya berbagai perubahan
yang menimbulkan keluhan-keluhan fisik dan psikologis, seperti terjadi sakit
pada punggung dan kepala, badan panas, keringat malam, pikiran kacau,
vagina mengering dan menciut dan kulit mulai mengeriput. Keadaan-keadaan
tersebut secara psikologis sangat menekan meskipun ada juga wanita yang
tidak merasakan apa-apa atau tidak ada keluhan-keluhan fisik saat datangnya
menopause (Tina, 1999).
Saat memasuki menopause, ada wanita yang menyambutnya dengan
biasa karena menganggap kondisi ini sebagai bagian dari siklus kehidupan
alamiah. Sebaliknya ada yang penuh kecemasan, karena berakhirnya masa
reproduksi dimana vitalitas dan fungsi organ-organ tubuh menjadi menurun.
Namun pada umumnya ketidakstabilan emosi ini sementara sifatnya dan
kestabilan emosi akan diperoleh kembali setelah memperoleh informasi yang
akurat tentang menopause. Kondisi emosi tidak stabil ini bisa karena pengaruh
perubahan hormon dalam tubuh, atau bisa karena faktor yang sifatnya sangat
individual. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala pada fisik dan psikis,
termasuk menjadi pelupa, kurang dapat memusatkan perhatian, mudah cemas,
mudah marah dan depresi, yang secara keliru dianggap sebagai akibat
menopause ( Kasdu, 2002).
Pandangan seputar menopause tidak sama. Ada yang memandang
positif ada pula yang memandang negatif. Menopause dipandang sebagai
suatu pengalaman positif, karena wanita akan terbebas dari kehamilan yang
tak diinginkan, status social yang lebih dihormati dengan perlakukan-
perlakuan khusus dari masyarakat. Menopause mungkin dipandang secara
negatif, karena anggapan hilangnya segi kewanitaan yang ada dalam dirinya,
hilangnya daya pikat untuk lawan jenis atau suami dan hilangnya kesuburan
(Women’s Health, 2000).
Masa menopause yang dialami oleh wanita merupakan suatu
pengalaman yang penuh dengan stress dan kecemasan. Stres dapat terjadi pada
setiap orang termasuk wanita yang mengalami menopause yang artinya
sebagai ”berhentinya” mentruasi. Setiap wanita akan mengalami menopause
bila menstruasinya sudah berhenti sama sekali selama 1-2 tahun. Umur rata-
rata menopause adalah kurang-lebih 50 tahun (45-55 tahun) (Patt, 1989).
Kesiapan menghadapi menopause adalah suatu keadaan dimana
seseorang telah siap secara fisik maupun psikis terhadap keadaan yang dialami
saat menopause. Keadaan ini juga berarti adanya toleransi terhadap gejala-
gejala fisik dan psikis yang akan timbul menjelang masa menopause. Kesiapan
ini biasanya ditunjukkan sikap yang tenang atau biasa saja menjelang masa
menopause. Kesiapan menghadapi menopause pada wanita menjelang masa
menopause dipengaruhi oleh kesiapan diri yang kuat dan terbentuk melalui
konsep diri yang positif. Kondisi ini bisa disebut juga dengan ketahanan stres
atau toleransi terhadap stres yang dipengaruhi umur, sex, kepribadian,
intelegengi, emosi, status sosial, atau pekerjaan individual (Maramis, 1998).
Persoalan menopause pada dua dekade lalu belum banyak dibicarakan.
Bahkan sampai saat ini bagi sebagian orang “isu“ menopause dianggap terlalu
mengada-ada. Namun seiring dengan peningkatan usia harapan hidup mau
tidak mau orang menaruh perhatian pada menopause. Jika orang hidup sampai
usia 70 tahun, sedang menopause terjadi pada usia 50 tahun, artinya hampir
sepertiga usia wanita dijalani pada masa pasca-menopause. Perilaku wanita
menopause banyak disoroti dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai
para wanita lanjut usia. Tapi masih jarang yang mengkaji dalam kaitannya
dengan nilai-nilai atau steorotip yang berlaku dalam masyarakat (Tina, 1999).
Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan
merupakan gejala yang normal pada manusia. Bagi yang penyesuaiannnya
baik, stres bisa saja dihindari atau diantisipasi melalui persiapan baik fisik
maupun mental (psikis) sehingga keadaan yang seharusnya membuat stress
dapat dihindari dan ditanggulangi dengan cepat. Bagi yang penyesuaiannya
kurag baik, keadaan stress bisa menjadi faktor penghambat kegiatan sehari-
hari (Prawitasari, 1998).
Keadaan stres bisa berdampak positif (eustres) dan bisa berdampak
negatif (distres). Stes menjadi eustres atau distres di pengaruhi oleh penilaian
dan daya tahan terhadap peristiwa atau keadaan stres. Maka untuk itu, perlu
adanya kegiatan keperawatan untuk mengurangi atau mencegah distres.
Menopause merupakan masa yang rawan akan keadaan distres, maka perlu
adanya kegiatan keperawatan pada para wanita yang akan memasuki masa
menopause. Tujuan keperawatan adalah menurut teori adaptasi Suster Callista
Roy adalah untuk membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap kebutuhan
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Potter & Perry, 2005).
Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Alexander (2005)
tentang pandangan atau persepsi wanita kulit hitam terhadap menopause.
Penelitian yang dilakukan pada 43 orang wanita dengan rata-rata tingkat
pendidikan menengah ini menganggap menopause sebagai proses alami.
Namun sebagian besar dari mereka tidak memandang secara positif sehingga
kurang antisipatif dalam menghadapi gejala-gejala menopause (Alexander,
2005).
Dari hasil pengamatan dan wawancara singkat pada 5 orang wanita
yang menjelang masa menopause di daerah Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, ditemukan 2 diantaranya
telah siap menghadapi masa itu karena mereka menganggap sebagai proses
alami. Ada 3 orang yang merasa khawatir jika telah datang masa itu karena
merasa ada yang kurang dalam dirinya. Berbagai alasan baik yang siap
ataupun yang khawatir (tidak siap) umumnya dibangun oleh pengetahuan
masing-masing individu terhadap persoalan menopause yang didapat dari
teman, orang tua, mitos ataupun gosip yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik pada permasalahan
menopause ini. Untuk itu, penulis ingin melakukan penelitian terkait masalah
menopause dan konsep diri para wanita menjelang menopause di Pedukuhan I
Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
H. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: “Adakah hubungan antara konsep diri dengan
toleransi stres pada wanita menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan,
Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ?”
I. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara konsep diri dengan toleransi stres pada
wanita menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden pada wanita menjelang
menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
b. Diketahuinya konsep diri pada wanita menjelang menopause di
Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
c. Diketahuinya toleransi stres pada wanita menjelang menopause di
Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
J. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat menambah referensi ilmu keperawatan melalui kajian penelitian
terhadap masyarakat, khususnya mengembangkan dan memodifikasi teori
mekanisme adaptasi Callista Roy.
2. Bagi Perawat
Perawat sebagai pendidik dapat memberikan informasi tentang
menopause dan masalahnya sehingga diharapkan mampu membentuk
kesiapan menghadapi masa menopause.
3. Bagi Peneliti lain
Peneliti dapat menambah wawasan, referensi dan memperoleh informasi
tentang konsep diri dan ha-hal terkait masalah menopause.
4. Bagi Masyarakat (terutama wanita menjelang menopause)
Wanita pre menopause memperoleh informasi dan pengetahuan tentang
konsep diri dan ha-hal terkait masalah menopause, sehingga mereka
mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan akan terbentuk
kesiapan dalam menghadapi menopause.
K. Ruang Lingkup
1. Materi
a. Konsep diri wanita menjelang menopause
b. Toleransi stres pada wanita menjelang menopause
2. Responden
Wanita menjelang menopause dan yang masuk dalam kriteria inklusi
( usia 40-50 tahun, masih bersuami, dan bersedia menjadi responden).
3. Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2008.
4. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
L. Keaslian Penelitian
Sepengetuhan penulis, penelitian sejenis yang dilakukan pada tempat
dan waktu yang sama dengan penelitian ini belum pernah dilakukan. Namun,
penelitian yang berkaitan dengan masalah ini pernah dilakukan oleh Dwi
Kurniasari (2007) yang berjudul ” Hubungan antara Konsep Diri dengan
Toleransi Terhadap Stres pada Wanita Menjelang Menopause di Desa
Gamping Kidul RW.19, Kecamatan Ambarketawang, Kabupaten Sleman
2007. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey cross-sectional
dengan menggunakan 2 jenis variabel yaitu variabel independen (Konsep diri)
dan variabel dependen (toleransi terhadap stres). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri
dengan tingkat stress.
Perbedaan utama penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah,
tempat, waktu, dan responden yang tidak sama. Adanya perbedaan
karakteristik responden antara penelitian yang telah dilakukan dengan
penelitian ini akan mengakibatkan perbedaan hasil penelitian pula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
M. Landasan Teori
1. Konsep Diri
a. Pengertian Konsep diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen,
1991). Menurut Bell (1996) menyatakan bahwa konsep diri adalah
cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional
intelektual, sosial dan spiritual (Bell, dkk, 1996).
Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan
sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang
mengembangkannya di dalam transaksi-transaksinya dengan
lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan
hidupnya. Konsep diri adalah satu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan, pendapat orang-orang mengenai diri kita, dan seperti apa
diri kita yang kita inginkan (Burns, 1993 ).
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi
lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negative
dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptive
(Keliat, 1992).
Snygg dan Combs (1994) mengemukakan bahwa tingkah laku
seseorang merupakan hasil dari bagaimana dia mengamati situasi dan
dirinya sendiri. Konsep diri merupakan sebuah organisasi yang stabil
dan berkarakter yang disusun dari persepsi-persepsi yang tampaknya
bagi individu yang bersangkutan sebagai hal yang mendasar baginya
(Burns, 1993).
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut
terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang
terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri
sendiri).
1). Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara
bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan
dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki
batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui
10
kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan
hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang
dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri
dengan merealisasi potensi yang nyata.
2). Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain
yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri
pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang
yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan
dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus
hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3). Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya,
serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi
tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan
pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang
kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep
diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi
lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal,
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan
konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan
sosial yang terganggu.
c. Komponen Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa komponen yang
menyusunnya. Komponen Konsep diri tersebut di kemukakan oleh
Stuart and Sundeen (1991), yang terdiri dari :
1). Gambaran diri ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi
tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and
Sundeen, 1991).
Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan
kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak
yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis
terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan
lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Sejak lahir individu mengeksplorasi
bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian
mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah
dari lingkungan (Keliat, 1992 ).
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap
gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap
terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan
tanda dan gejala, seperti:
a) Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.
b) Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan,
tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar
secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung, tidak ada
motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru (Stuart and Sundeen,
1991).
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah
proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara
menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi
gangguan gambaran diri yaitu: menolak untuk melihat dan menyentuh
bagian yang berubah, tidak dapat menerima perubahan struktur dan
fungsi tubuh, mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri,
perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh, preokupasi dengan
bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan ditolak, depersonalisasi, dan
menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2). Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau
penilaian personal tertentu. Standar dapat berhubungan dengan tipe
orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-
nilai yang ingin di capai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-
nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan
harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan
kepada siapa ingin dilakukan (Stuart and Sundeen, 1991)
Menurut Keliat (1992) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ideal diri yaitu : kecenderungan individu menetapkan
ideal pada batas kemampuannya, faktor budaya akan mempengaruhi
individu menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan untuk
melebihi dan berhasil; kebutuhan yang realistis, keinginan untuk
mengklaim diri dari kegagalan; perasan cemas dan rendah diri,
kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan,
dan perasaan cemas dan rendah diri.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan
kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini
hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi
dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat
dicapai (Keliat, 1992 ).
3). Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
diri (Stuard dan Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan
menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.
Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di
cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
(trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung
lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung
(nyata atau tidak nyata) (Bell, dkk, 1996).
Menurut Burn (1993) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
a) Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti
penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai
dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal
untuk mencintai orang lain.Pada saat anak berkembang lebih
besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari
orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa
tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri,
memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap
prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan
mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
b) Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa
tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat
standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita –cita yang terlalu
tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat
dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya
percaya diri akan hilang.
c) Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa
rendah diri.
d) Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak
mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua
memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan
merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika
kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya
anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan
di lingkungannya.
e) Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya
fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan
fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau
perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol
lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma
umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon
yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa
berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
4). Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat
(Bell, dkk, 1996). Banyak faktor yang mempengaruhi dalam
menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan yaitu:
kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran,
konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang
dilakukan, kesesuaian dan keseimbantgan antar peran yang diemban,
keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran,
dan pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian
perilaku peran.
Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak
punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang
terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu
sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil
dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran
karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta
posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 1992).
5). Identitas diri
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuard dan
Sundeen,1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain.
Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri),
kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat
mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang
sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep
diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin
(Keliat,1992).
Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara
bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak
dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap
masing-masing jenis kelamin tersebut. Perasaan dan perilaku yang
kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai dengan:
memandang dirinya secara unik, merasakan dirinya berbeda dengan
orang lain, merasakan otonomi; menghargai diri, percaya diri,
mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri. Mempunyai
persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri (Keliat,1992).
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku
dan perasaan seseorang, seperti : individu mengenal dirinya sebagai
makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain, individu
mengakui atau menyadari jenis seksualnya, individu mengakui dan
menghargai berbagai aspek tentang dirinya yang terdiri dari peran,
nilai dan prilaku secara harmonis. Individu mengaku dan
menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan
sosialnya, individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan
masa yang akan datang, individu mempunyai tujuan yang dapat
dicapai dan di realisasikan (Stuart and Sudeen, 1991)
2. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menurut WHO (Sastroasmoro dkk, 2004), menopause adalah
berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak bekerjanya folikel
ovarium, sehingga untuk menentukan onset dilakukan recara retrospektif,
yaitu dimulai dari amenorea spontan sampai 12 bulan kemudian, seiring
dengan peningkatan follicle-stimulating hormone (FSH). Menopause
merupakan kegagalan ovarium dengan onset pada usia dewasa, ditandai
dengan tidak adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.
(Sastroasmoro dkk, 2004)
Menopause adalah bagian universal dan irreversibel dari
keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi terutama
oleh hormon reproduksi pada usia menjelang 50-an dengan parameter
tidak mengalami haid minimal setahun terakhir. Menopause berarti pula
berhentinya secara fisiologis siklus haid yang berkaitan dengan tingkat
lanjut usia wanita dengan pendarahan dari uterus yang dipengaruhi
hormon-hormon dari otak dan sel telur (Irawati, 2004).
Menopause mengacu pada waktu dimana dalam kehidupan wanita
telah mengalami berakhirnya kemampuan untuk reproduksi. Secara
berangsur-angsur indung telur berhenti untuk berfungsi, dan produksi
hormon terhenti. Pada mulanya perempuan mulai untuk mengalami siklus
haid yang tidak beraturan sampai akhirnya berhenti sama sekali (Klossner,
2006).
b. Waktu Menopause
Umur menopause wanita di negara barat seperti Amerika Serikat
dan United Kingdom adalah 51,4 dan 50,9 tahun. Untuk negara Asia,
ternyata didapatkan nilai yang tidak jauh berbeda. Sebuah studi yang
dilakukan pada 7 negara Asia Tenggara memperlihatkan usia median
terjadinya menopause yaitu 51,09 tahun. Untuk Indonesia sendiri, laporan
tahun 1990 menyebutkan usia 50 tahun (Sastroasmoro dkk, 2004).
Menopause tidak terjadi secara mendadak. Ia merupakan proses
yang berlangsung lama, bahkan pada beberapa orang ia dapat berlangsung
selama sepuluh tahun. Artinya, meskipun seorang perempuan mengalami
haid yang berhenti sama sekali pada usia 50 tahun, misalnya, ia mungkin
sudah merasa bahwa siklus haidnya mulai berubah sejak ia berusia 40
tahun. Menstruasi itu benar-benar tidak datang lagi rata-rata seorang
perempuan mencapai umur 50 tahun (dengan rentang antara 48 dan 52
tahun). Secara medis seorang perempuan akan dinyatakan sebagai “telah
mengalami menopause” jika selama setahun tidak pernah sama sekali haid
lagi (Irawati, 2004).
Menopause dapat juga timbul pada wanita dibawah umur 40 tahun
yang disebut menopause premature dan apabila wanita masih mendapat
menstruasi diatas 52 tahun berarti menopausenya terlambat. Kedua hal ini
memerlukan tindakan penyelidikan lebih lanjut (Wiknjosastro, 1999).
c. Penyebab Menopause
Sistem endokrin adalah sistem yang mengatur semua zat penting
didalam tubuh perempuan yang dikenal sebagai hormon. Dua hormon
penting yang dihasilkan perempuan adalah esterogen dan progesterone.
Salah satu bagian tubuh perempuan yang menghasilkan hormon estrogen
adalah indung telur. Keduanya berfungsi dan diperlukan untuk pelepasan
jaringan dinding rahim. Meskipun saling berhubungan dan berkaitan satu
sama lain, hormon-hormon ini berbeda (Irawati, 2004).
Mula-mula estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan
telur tetapi menstruasi masih tetap berlangsung, namun makin lama haid
menjadi jarang dan akhirnya akan berhenti. Meskipun demikian, dengan
berhentinya haid bukan berarti sudah tidak ada estrogen sama sekali,
walaupun haid sudah berhenti indung telur masih tetap memproduksi
estrogen. Berhentinya haid sebenarnya adalah ketuaan indung telur itu
sendiri sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen.
(Wiknjosastro, 1999).
Salah satu hal istimewa mengenai tubuh perempuan ialah jika salah
satu organ melemah maka organ yang lain akan membantu. Itu pula yang
terjadi dengan persediaan esterogen perempuan. Ketika indung telur, yang
merupakan bagian tubuh yang berhubungan erat dengan produksi
esterogen, kehilangan sel-selnya (sama halnya dengan bagian-bagian lain
dari tubuh sejalan dengan bertambahnya usia) maka kelenjar-kelenjar
adrenalin akan mengambil alih sebagian produksi. Oleh karenanya seorang
perempuan yang mengalami menopause bukan berarti otomatis/ langsung
menurun gairah seksualnya (Irawati, 2004).
d. Klimakterium
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi
dan masa senium (masa sesudah pascamenopause). Klimakterium bukan
merupakan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal, yang
berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah
menopause (Wiknjosastro, 1999). Menurut Baziard (2003), fase
klimakterium dibagi dalam beberapa fase, yaitu:
1) Premenopause, adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,
dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang
relatif banyak, dan kadang-kadang disertai dengan nyeri haid
(dismenorea).
2) Perimenopause, adalah fase peralihan antara premenopause dengan
pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur, pada kebanyakan wanita siklus haidnya lebih dari 38 hari, dan
sisanya kurang dari 18 hari.
3) Menopause, pada fase ini jumlah folikel yang mengalami atresia
makin meningkat sampai suatu ketika tidak tersedia bagi folikel yang
cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi
yang berakhir dengan terjadinya menopause.
4) Pascamenopause, pada fase ini ovarium sudah tidak lagi berfungsi
sama sekal, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar
hormon gonadotropin biasanya meningkat karena disebabkan oleh
terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersediannya folikel dalam
jumlah yang cukup.
e. Gejala Psikologis Menopause
Menopause mungkin dipandang secara negatif, karena anggapan
hilangnya segi kewanitaan yang ada dalam dirinya, hilangnya daya pikat
untuk lawan jenis atau suami dan hilangnya kesuburan (Women’s Health,
2000). Pandangan ini lebih lanjut mengakibatkan gejala psikososial pada
wanita menopause. Gejala tersebut meliputi:
1) Ingatan menurun, susah untuk mengingat.
2) Kecemasan, biasanya muncul karena kekawatiran dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.
3) Mudah tersinggung/marah, perasaan menjadi sensitive pada
perkataan, sikap, dan perilaku orang-orang di sekitarnya.
4) Stres atau ketegangan, hal ini merupakan respon pada perubahan-
perubahan ketika menjelang dan masuk masa menopause.
5) Depresi, hal ini akibat dari stres yang berkepanjangan dan tidak
mampu beradaptasi (Women’s Health, 2000).
3. Toleransi Stres
f. Pengertian Stres
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal
yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit,
latihan, dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melibihi kemampuan individu untuk
melakukan coping. ( Morgan, 1998)
Menurut Selye (1976) stres adalah segala situasi dimana tuntutan
non-spesifik yang mengharuskan seseorang individu untuk merespon atau
melakukan tindakan ( Potter & Perry, 2005). Masih menurut Selye (1976)
stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya
ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti;
meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi
penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga
(exhaustion) jika individu tidak mampu untuk terus bertahan. (Bell, 1996)
Ahli lain menyatakan bahwa strees adalah suatu kejadian atau stimulus
lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. (Rice, 1992).
Lazarus & Folkman (1999) menjelaskan bahwa stres juga dapat
diartikan sebagai:
1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu
yang menimbulkan stres atau disebut dengan stressor.
2) Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu
yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan
stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung
berdebar, gemetar, pusing, dan lain sebagainya. Respon secara
Psikologis berupa takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah
tersinggung.
3) Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana
individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui
strategi tingkah laku, koknisi maupun afeksi.
g. Adaptasi terhadap Respon Stres
Setiap orang akan mengalami stres dari waktu ke waktu, dan
umumnya seseorang dapat mengatasi stres dengan melakukan adaptasi
terhadap stresor. Adaptasi berguna untuk merespon stresor. Adaptasi
terhadap stres terbagai menjadi 2 dimensi, yaitu adaptasi terhadap respon
Fisiologis dan psikologis-sosial (Potter & Perry, 2005).
1) Respon Fisiologis.
Dalam respos fisiologis ada 2 pendekatan, yaitu Sindrome Adaptasi
Lokal (LAS) dan Sindrome Adaptasi Umum (GAS). LAS adalah
respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena
trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya yang sifatnya
setempat/lokal. GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan
tubuh terhadap stres.
2) Respon Psikologis.
Perilaku adaptif psikologis disebut juga mekanisme koping.
Mekanisme ini berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan
teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi
ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya
adalah untuk mengatur distres emosional dan dengan demikian
memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres.
Mekanisme pertahanan ego adalah metoda koping terhadap stres
secara tidak langsung.
Setiap stres yang dihadapi akan menimbulkan reaksi sebagai
respon atas stres. Reaksi Psikologis dalam stres menurut Sarafino (1994)
meliputi:
1) Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktifitas kognitif.
2) Emosi
Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, perasaan
sedih, dan rasa marah.
3) Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu
dapat berperilaku positif maupun negatif. Misal Bencana alam dapat
membuat individu berperilaku lebih kooperatif dan saling membantu.
Namun dalam kondisi lain juga bisa menyebabkan lebih agresif.
h. Koping Stres
Setiap orang melakukan koping stres, yaitu proses mengatur
tuntutan internal maupun eksternal yang begitu besar pada saat stres
(Lazarus & Folkman, 1999). Ada dua jenis pendekatan dalam melakukan
koping, yaitu problem directed, dan emotional directed. Problem directed
merupakan cara menyelesaikan stress dengan cara menghadapi stress
tersebut secara langsung, sedangkan emotional directed dilakukan dengan
cara mengubah aspek-aspek emosional dalam diri agar dapat mengurangi
tekanan yang dialaminya (Wortman, 1999).
Teknik koping problem directed memiliki tiga jenis. Pertama
confrontational, dilakukan dengan cara yang keras, yaitu menolak
perubahan secara langsung dan menolak untuk mengubah cara
berpikirnya, melainkan berusaha untuk mengubah cara berpikir orang lain.
Kedua, seeking social support, dilakukan dengan meminta orang lain
untuk memberikan semangat atau dukungan. Ketiga, planful problem
solving, dilakukan dengan cara cara mencari cara-cara yang efektif dan
mempertimbangkannya berulang kali sebelum akhirnya memutuskan suatu
tingkah laku (Wortman, 1999).
Teknik koping emotional directed memiliki lima jenis. Pertama,
self-control, dilakukan dengan cara mengontrol diri agar emosi tidak
menguasai pikiran dan tingkah laku. Kedua, distancing, dilakukan dengan
cara melakukan aktifitas lain untuk menghindari hal yang menyebabkan
stress tersebut. Ketiga, reappraisal, dilakukan dengan cara berusaha
melihat kejadian yang menyebabkan stress dari perspektif yang berbeda.
Keempat, accept responsibility, dilakukan dengan cara melakukan
introspeksi, berusaha menyadari kesalahan apa yang telah diperbuat yang
kemudian digunakan sebagai suatu pelajaran agar lain kali tidak
melakukan kesalahan yang sama. Kelima, escape/avoidance, dilakukan
dengan cara tidak mau menerima kenyataan dan berusaha selalu lari dari
situasi yang menyebabkan stress tersebut. Teknik ini adalah teknik yang
buruk dan dapat menyebabkan seseorang kecanduan obat-obatan
(Wortman, 1999).
i. Toleransi Terhadap Stres
Toleransi terhadap stres adalah tingkat daya tahan seseorang dalam
menghadapi stresor pada dirinya, baik yang bersifat fisik, kejiwaan
maupun psikososial. Pada dasarnya toleransi terhadap stres adalah akibat
atau hasil dari proses coping stres yang dilakukan seseorang. Koping stres
menciptakan daya tahan atau kemampuan pada seseorang untuk
mengendalikan dirinya terhadap stres (Wortman, 1999).
Toleransi terhadap stres atau nilai ambang frustasi pada setiap
orang berbeda-beda. Menurut Brodjonegoro (1988) (cit. Kurniasari, 2007)
hal ini tergantung pada keadaan somato-psiko-sosial orang yang
bersangkutan seperti maturasi, pendidikan, status ekonomi, sosial budaya
(nilai, norma, mitos dan kepercayaan) dan lingkungan. Ketahanan stres
atau toleransi terhadap stres juga dipengaruhi umur, sex, kepribadian,
intelegengi, emosi, status sosial, atau pekerjaan individual (Maramis,
1998).
Ada berbagai cara dalam menghadapi stress yang muncul agar
tidak berbahaya bagi kesehatan. Cara tersebut merupakan upaya untuk
membuat kekebalan terhadap stres, sehingga tubuh dapat melakukan
toleransi terhadap stres. Salah satu cara menghadapi stress tersebut dengan
cara relaksasi. Saat berelaksasi, tubuh berada dalam keadaan tidak tegang
(low of arousal), yang berarti lebih tidak reaktif terhadap stress yang
muncul. Salah satu cara relaksasi yang biasa dilakukan adalah dengan
menurunkan ketegangan otot. Karena stress mempengaruhi ketegangan
otot, maka dengan melemaskan otot-otot, persepsi bahwa seseorang
sedang mengalami stress akan menurun. Salah satu cara lain adalah
dengan mengatur napas. Relaksasi dapat dicapai dengan cara mengatur
napas dengan pola yang konstan (Wortman, 1999).
Cara berikutnya adalah dengan melihat sumber daya yang ada
untuk menghadapi stres yang terjadi. Contohnya social support. Dukungan
dari lingkungan dapat menurunkan stres dengan dua cara, yaitu mencegah
terjadinya stes tersebut, maupun dengan meringankan dampak yang terjadi
dari stres tersebut. Dukungan sosial biasanya kurang efektif jika tidak
digabungkan dengan cara penanganan lainnya (Rice, 1992).
Cara lain dalam megatasi stress adalah dengan berolah raga. Olah
raga dapat membantu mempersiapkan tubuh dalam menghadapi reaksi
fisiologis dari stress. Dengan rajin berolahraga, maka jantung tidak lagi
kaget ketika harus berdetak lebih cepat karena stres. Olah raga terbukti
dapat menurunkan kecemasan, depresi, dan tekanan (Wortman, 1999).
Cara berikutnya adalah dengan meninjau kembali keyakinan dan
nilai-nilai yang dianut. Mungkin stress terjadi karena tuntutan yang dibuat
terlalu tinggi, maka dengan menurunkan kualitas tuntutan tersebut
seseorang dapat menurunkan stressnya (Girdano, 2005).
Salah satu pendekatan dalam menghadapi stress adalah facial
feedback hyphothesis. Teori ini mengatakan bahwa ekspresi muka bukan
hanya menggambarkan apa yang sedang dirasakan, tetapi juga dapat
menentukan apa yang kita rasakan. Dalam kata lain, dengan memanipulasi
ekspresi wajah, maka seseorang akan dapat merasakan perasaan yang
sesuai dengan ekspresi tersebut (Wortman, 1999).
Terakhir, stress dapat ditanggulangi dengan mencari objek untuk
dijadikan sasaran stress tersebut. Cara ini biasa disebut dengan catharsis,
yaitu dengan mengeluarkan semua perasaan negative pada suatu objek.
Cara ini dapat menimbulkan resiko. Jika stress dilampiaskan dengan
bentuk yang agresif (merusak barang atau melukai orang lain), maka orang
yang bersangkutan akan cenderung menjadi orang yang lebih agresif
walaupun perasaan lega itu dapat tercapai (Aronson, 2004).
Tipe-tipe dari kekebalan atau toleransi terhadap stres menurut
Potter dan Perry (1993) (cit. Kurniasari, 2007) adalah:
1. Toleransi terhadap stres yang baik (kebal terhadap stres)
Orang dengan toleransi terhadap stres yang tinggi biasanya
keadaan tubuhnya stabil, hormonal, denyut jantung, tekanan darah,
maupun keadaan kardiak outputnya baik. Orang tersebut berusaha
untuk beradaptasi dengan stressor yang ada. Jika stresnya bisa
dipecahkan, maka tubuh berusaha memperbaiki sistem yang terganggu
dan kembali kedalam keadaan yang homeostasis. Jika stressornya
masih tersisa atau masi ada dan menimbulkan kelemahan serta
keparahan mental, maka orang tersebut cenderung untuk dapat
beradaptasi.
2. Toleransi terhadap stres yang kurang baik (tidak kebal terhadap stres)
Pada kondisi ini seseorang tidak tahan lama dan akan cepat
sekali mengalami kelelahan dalam menghadapi stressor. Energi untuk
berkompromi dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stressor
sangat kecil. Pengaturan akan menyebar keseluruhan tubuh dan apabila
tubuh dapat mengkompensasi maka bisa menyebabkn kematian.
j. Perawatan terhadap Stres
Salah satu tujuan tindakan keperawatan adalah membantu pasien
atau klien untuk melakukan adaptasi, termasuk juga adaptasi terhadap
stres. Untuk melakukan tindakan keperawatan maka diperlukan langkah
diagnosis akan tipe stres yang terjadi apakah termasuk dalam stres ringan,
sedang atau berat. Dengan diagnosis yang tepat maka dapat diambil
tindakan atau treatment yang tepat baik secara fisiologis medis maupun
secara psikososial (Potter & Perry, 2005).
Menurut Potter & Perry (2005) setiap klien mempunyai persepsi
dan respon yang unik terhadap stres. Persepsi seseorang terhadap stresor
didasarkan pada keyakinan, faktor lingkungan, struktur dan fungsi
keluarga, tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dengan stres, dan
mekanisme koping.
Sebelum teknik penatalaksanaan stres spesifik diajarkan pada
klien, perawat harus menetapkan peran membantu, menciptakan rasa
saling percaya, lingkungan yang nyaman berfungsi sebagai dasar untuk
setiap perubahan perilaku. Ketika membantu klien menurunkan stres,
perawat mengurangi situasi menegangkan, menurunkan respon fisiologis
terhadap stres, dan meningkatkan respon perilaku dan emosional terhadap
stres (Potter & Perry, 2005).
B. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep Diri: - Tinggi - Sedang - Rendah
Toleransi stres menjelang menopause: - Toleransi stres yang
baik - Toleransi stres yang
kurang baik
Wanita Menjelang Menopause
Faktor yang mempengaruhi :
1. Tingkat Pendidikan 2. Usia 3. Lingkungan 4. Kepribadian 5. Status Perkawinan
Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
C. Hipotesis
Ho: Tidak terdapat hubungan antara konsep diri dengan toleransi stres
pada wanita menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan,
Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Ha: Terdapat hubungan antara konsep diri dengan toleransi stres pada
wanita menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
N. Desain Penerlitian
Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Survey, dengan sifat
korelasional, yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang
ada (Explanatory research) (Masri Singarimbun, 1998). Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan cross-sectional,
di mana pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan hanya
sekali dalam satu waktu (Nursalam, 2003).
O. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua wanita
yang menjelang menopause (premenopause) yang berusia 40-50 tahun
yang ada di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul. Jumlah populasi di daerah ini ada sebanyak
126 orang.
2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah wanita-wanita
yang menjelang menopause yang berusia 40-50 tahun di Pedukuhan I
Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
36
yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai responden. Kriteria
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1. Wanita usia 40-50 tahun
2. Masih mempunyai suami
3. Bersedia menandatangani surat kesediaan menjadi responden
4. Belum Menopause
b. Kriteria eksklusi
1. Wanita yang sudah mengalami menopause
2. Tidak bersedia menandatangani surat kesediaan menjadi
responden.
Jumlah populasi yang relatif besar yaitu 126 orang, maka perlu
diambil sampel berdasarkan rumus berikut:
( )21 dNNn
+=
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikansi ( probabilitas = 0,05) (Nursalam, 2003)
Maka jumlah sampel dapat dihitung:
( )205,01261126
+=n =
315,1126 = 95,8 = 96 orang
Menurut rumus sampel yang dipakai adalah 96 orang. Namun
dalam pelaksanaannya jumlah sampel ini gugur baik karena kuesioner
rusak, tidak terisi, tidak sah atau tidak kembali sebanyak 8 buah. Jadi
sampel yang sesuai dan bisa digunakan ada 88 orang responden.
P. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable) : Konsep diri pada wanita
menjelang menopause.
2. Variabel terikat (dependent variable) : Toleransi stres pada wanita
menjelang menopause.
Q. Hubungan Antar Variabel
Gambar 2. Hubungan antar Variabel
Variabel Bebas : Konsep Diri pada wanita premenopause
Variabel Terikat : Toleransi stres pada wanita menjelang menopause
Variabel Pengganggu : 6. Tingkat Pendidikan 7. Usia 8. Lingkungan 9. Kepribadian 10. Status Perkawinan
R. Variabel Pengganggu
1. Tingkat pendidikan tidak dikendalikan karena jumlah populasi yang
sedikit akan mempengaruhi pengambilan sampel.
2. Usia dikendalikan dengan pembatasan usia ibu 40-50 tahun.
3. Lingkungan dikendalikan dengan batas wilayah penelitian Pedukuhan
I Geblakan.
4. Kepribadian tidak dikendalikan karena keterbatasan waktu dan
perlunya penelitian lebih jauh dan mendalam.
5. Status perkawinan tidak dikendalikan karena mempengaruhi jumlah
pengambilan sampel.
S. Definisi Operasional
1. Konsep Diri
Konsep diri pada wanita menjelang menopause adalah semua
pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki para wanita usia 40-50
tahun yang membuat para wanita tersebut mengetahui dan mampu menilai
tentang dirinya sendiri ketika menghadapi menopause dan pengaruhya
dalam berhubungan dengan orang lain, yang meliputi gambaran diri, ideal
diri, harga diri, penampilan peran dan identitas diri di Pedukuhan I
Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Skala pengukuran pada variabel konsep diri ini adalah menggunakan skala
pengukuran interval dengan parameter tinggi, sedang, dan rendah. Hasil
pengukuran konsep diri rendah adalah X < 72, konsep diri sedang nilai 72
≤ X ≤ 82 dan konsep diri yang tinggi adalah X ≥ 82.
2 Toleransi Stres
Toleransi stres pada wanita menjelang menopause adalah gambaran
perasaan wanita menjelang usia menopause (40-50 tahun) yang
menunjukkan tingkat kekebalan terhadap stres yang ditimbulkan oleh
keadaan menjelang menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Hal ini didapatkan
melalui jawaban yang diberikan melalui kuesioner dengan tujuan untuk
mengetahui taraf ketahan terhadap stres (dari Miller dan Smith) kepada
para wanita di daerah Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dalam menghadapi menopause.
Instrumen ini telah di uji validitasnya oleh Brodjonegoro (1988) dengan
nilai pembatas 43. Skala pengukuran pada variabel ini adalah nominal
dengan parameter nilai toleransi stres yang kurang baik dan nilai toleransi
terhadap stres yang baik. Hasil pengukuran toleransi terhadap stres
dimasukkan sebagai kategori baik apabila nilai MSRS-ST<43 dan nilai
toleransi stres MSRS-ST>43 dimasukkan dalam kategori yang kurang
baik.
T. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Pada penelitian ini berupa kuesioner (daftar pertanyaan
tertutup) artinya semua jawaban sudah di sediakan dan responden tinggal
memilih jawaban yang sudah ada.
1. Kuesioner untuk mengidentifikasi konsep diri dengan menggunakan
kuesioner berisi tentang daftar pertanyaan untuk mengetahui konsep diri
pada wanita menjelang menopause. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari
5 komponen konsep diri yang meliputi gambaran diri (citra tubuh), ideal
diri, identitas personal, penampilan peran dan harga diri. Konsep diri pada
wanita premenopause di ukur dengan kuesioner berupa check list dengan
skala likert. Instrumen tentang konsep diri pada penelitian ini dibuat oleh
Imran (2002) yang telah dimodifikasi dan pernah digunakan oleh
Kurniasari (2007) yang terdiri dari 5 butir pernyataan untuk aspek ideal
diri, 5 butir pernyataan untuk aspek identitas personal, 4 butir pernyataan
untuk aspek penampilan peran, dan 7 butir pernyataan untuk aspek harga
diri yang di ambil dari Robenberg 1965 cit Azwar, (2002) yang
seluruhnya berjumlah 25 butir pernyataan yang terdiri dari butir
favourabel dan unfavourabel. Setiap jawaban diberi skor dengan
menggunakan skala likert.
Item Pertanyaan Favourabel Unfavourabel
Gambaran Diri 5 1, 2, 3, 4
Ideal Diri 9 6, 7, 8
Harga Diri 10, 15, 16 11, 12, 13, 14
Penampilan Peran 19, 20 17, 18
Identitas Personal 25 21, 22, 23, 24
Tabel 1 : Kisi-kisi kuesioner Konsep-Diri
Adapun penentuan skor tersebut untuk item adalah :
a. Favourabel (pernyataan positif) yaitu pernyataan yang mendukung
jawaban, sangat setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, tidak setuju
diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju diberi nilai 1.
b. Unfavourabel (pernyataan negatif) yaitu pernyataan yang tidak
mendukung jawaban, sangat tidak setuju diberi nilai 4, tidak setuju
diberi nilai 3, setuju diberi nilai 2 dan sangat setuju diberi nilai 1.
2. Untuk kuesioner tentang stres menggunakan alat ukur ketahanan terhadap
stres dan Miller dan Smith (Miller-Smith rating Scale for Stress
Tolerance/ MSRS-ST) yang terdiri dari 20 items dimana masing-masing
items diberi skor 1 sampai 5. Angka skor 1 menyatakan hampir selalu
dikerjakan sedangkan angka skor 5 menyatakan tidak pernah dikerjakan
sesuai dengan ukuran berapa jauh berlakunya bagi yang bersangkutan.
Untuk memperoleh nilai ketahanan terhadap stres yaitu dengan
menjumlahkan nilai skor, sehingga secara keseluruhan mempunyai nilai
total antara 20-100. Instrumen ini telah diuji validitasnya oleh
Brodjonegoro (1988) dengan nilai batas pemisah yaitu 43. Individu
dengan nilai toleransi stres MSRS-ST<43 dinyatakan sebagai individu
dengan toleransi stres yang baik, individu dengan nilai toleransi stres
MSRS-ST>43 dikategorikan sebagai individu dengan toleransi stres yang
kurang baik.
H.Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan kuesioner. Bagi ibu-ibu yang bisa membaca dan mengerti
dengan baik, kuesioner dibagikan dan diisi sendiri, sedangkan bagi ibu-ibu
yang tidak bisa membaca atau memahami pertanyaan, maka kuesioner
dibacakan melalui wawancara secara langsung.
G.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Lebih lanjut dapat
dikatakan bahwa suatu alat ukur mempunyai validitas tinggi bila alat
tersebut dapat menjalankan fungsinya dan menjalankan hasil yang sesuai
dengan tujuan dilaksanakannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003).
Menurut Cronbach cit Azwar (2003) koefisien yang berkisar antara 0,30-
0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisiensi alat
ukur. Dalam artian jika suatu alat ukur memiliki koefisien reliabilitas >
0,30 maka alat tersebut valid.
Rumus uji validitas (Arikunto, 2006) :
( )( )∑∑∑=
22 yx
xyrxy
Keterangan :
rxy : Validitas Instrumen
x : Pernyataan pada nomor tertentu
y : Skor total
Rumus korelasi Pearson product moment (Riduwan, 2004)
( )( )( ) ( )({ } ( )({ }∑ ∑∑∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYrxy
Keterangan :
XY : Total skor dari masing-masing responden
N : Jumlah sampel
a. Uji Reliabiltas
Relibilitas menunjukkan pada pengertian bahwa instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto,
2002). Dalam aplikasinya reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas
yang angkanya berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya begitu
juga sebaliknya (Azwar, 2003). Untuk uji reliabilitas teknik yang
digunakan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Jika nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel dikatakan reliable
(Azwar, 2003).
Rumus metode Cronbach Alpha:
( )rkkr
11 −+=α
Keterangan :
α : Koefisien keandalan alat ukur
k : Jumlah variabel manifest yang membantu variabel lain
r : Koefisien rata-rata korelasi antar variabel
2. Analisis Data
Kuesioner yang telah diisi oleh responden atau subyek penelitian
diperiksa kelengkapannya kemudian akan dilakukan prosedur analisa data
sebagai berikut :
1. Konsep diri
Untuk variabel konsep diri setiap pertanyaan diberikan 4 alternatif
jawaban dengan nilai:
4 = Jika pernyataan sangat setuju
3 = Jika pernyataan setuju
2 = Jika pernyataan tidak setuju
1 = Jika pernyataan sangat tudak setuju
Nilai diatas untuk pernyataan yang bersifat favorable (pernyataan
positif) yaitu pernyataan yang mendukung jawaban sedangkan untuk
pernyataan unfavorable (pernyataan negatif) yaitu pernyataan yang tidak
mendukung jawaban nilai di atas dibalik. Jumlah total tentang konsep diri
ada 25 item pertayaan dengan perincian sebagai berikut:
a. Gambaran diri, sebayak 5 item pertayaan
b. Ideal diri, sebanyak 4 item pertayaaan
c. Harga diri sebanyak 7 item pertanyaan
d. Penampilan peran, sebanyak 4 item pertayaan
e. Identitas personal, sebanyak 5 item pertanyaan
Aplikasi nilai konsep diri rendah adalah X < 72, konsep diri
sedang nilai 72 ≤ X ≤ 82 dan konsep diri yang tinggi X ≥ 82.
1. Toleransi Stres
Untuk kuesioner tentang toleransi stres menggunakan alat ukur
ketahanan terhadap stres dari Miller dan Smith (Miller-Smith Rating Scale
For Stress Tolerance/MSRS-ST) yang terdiri dari 20 items dimana
masing-masing items diberi skor 1sampai 5. Angka skor 1 menyatakan
hampir selalu dikerjakan sedangkan angka skor 5 menyatakan tidak pernah
dikerjakan sesuai dengan ukuran berapa jauh berlakunya bagi yang
bersangkutan. Untuk memperoleh nilai total antara 20-100. Instrumen ini
telah diuji validitasnya oleh Bodjonegoro (1988) dengan nilai batas
pemisah yaitu 43, individu dengan nilai toleransi stres MSRS-ST<43
dinyatakan sebagai individu dengan toleransi stres yang baik, individu
dengan nilai toleransi stres MSRS-ST≥43 dikatagorikan sebagai individu
dengan toleransi stres yang kurang baik.
2. Hubungan antara Aspek konsep diri dengan toleransi terhadap stres
Hubungan antara variabel konsep diri dengan toleransi stres
dilakukan dengan analisis kolerasi Pearson Product Moment dengan
bantuan komputer dengan program SPSS versi 13.0. Uji hipotesis nihil
(Ho) dilakukan dengan cara menetapkan taraf signifikansi yang akan
digunakan (p < 0,05). Hasil signifikansi hitung lebih besar dari pada taraf
signifikansi yang telah ditetapkan. Apabila signifikansi hitung lebih besar
dari pada taraf signifikansi yang ditetapkan, maka Ho diterima. Pedoman
untuk intepretasi terhadap koefisien korelasi menggunakan teori menurut
Riduwan (2004) dengan 5 klasifikasi nilai yaitu:
0,00 - 0,199 : Sangat rendah
0,20 - 0,399 : Rendah
0,40 - 0,599 : Sedang
0,60 - 0,799 : Kuat
0,80 - 1,00 : Sangat kuat
2. Jalannya Penelitian
Jalannya proses penelitian ini berlangsung dari tahap persiapan sampai
penyusunan laporan selesai. Untuk memudahkan memehami keseluruhan
proses penelitian ini, maka penulis menyajikan serangkaian kegiatan yang
dilakukan selama proses penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Pemilihan dan pengajuan judul.
b. Mecari informasi, materi, jurnal penelitian dan segala referensi terkait
tema penelitian yang ada.
c. Survei pendahuluan kepada 5 orang di Pedukuhan I Geblakan,
Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Survei
pendahuluan dimaksudkan untuk menguji topik dan respon masyarakat
Pedukuhan I Geblakan. Survei tersebut juga menghasilkan kesimpulan
bahwa jumlah wanita menjelang menopouse di Pedukuhan I Geblakan,
Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul relatif
banyak dan memiliki latar pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi.
d. Pembuatan proposal.
e. Penyelesaian penyusunan dan persetujuan proposal.
f. Mengurus proses perizinan pada daerah yang menjadi tempat
pelaksanaan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan brosur penjelasan kepada ibu-ibu di Pedukuhan I
Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul tentang fenomena menopause yang disambung dengan
penjelasan metode ceramah serta diskusi pada setiap kumpulan ibu-ibu
PKK di tingkat RT. Di Dusun ini ada 7 RT dan masing-masing RT
mempunyai jadwal PKK. Untuk RT 01, 02, 03, 04 kumpulan PKK
dilaksanakan setiap tanggal 20, untuk RT 05 dilaksanakan pada setiap
tanggal 24, sedangkan untuk RT 06 dan 07 dilaksanakan setiap akhir
bulan.
b. Penyebaran instrumen pada responden yang telah ditetapkan
dilaksanakan oleh peneliti yang dibantu oleh 1 orang teman
mahasiswa PSIK FK UMY 2004 dan ibu Dukuh. Bagi responden yang
kurang bisa membaca dan memahami pertanyaan dengan baik, maka
mereka dibantu dengan cara membacakannya atau menerangkan
maksud pertanyaannya.
c. Pengumpulan instrumen dilaksanakan oleh ibu ketua RT di tiap RT.
Pengumpulan instrumen dilakukan setelah 5 hari penyebaran
instrumen, kemudian setelah terkumpul diambil oleh peneliti untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan data.
d. Mengecek jawaban responden, apakah semua soal sudah terisi. Dari
96 kuesioner yang diberikan kepada responden, terdapat 3 kuesioner
tidak kembali dan ada 5 pengisian kuesioner responden gugur karena
tidak mengisi lembar kuesioner dengan lengkap.
e. Melakukan Koding dan Skoring data per butir pada setiap instrumen
lalu direkapitulasi hingga didapat skor pada setiap responden dan
variabel.
f. Pengkategorian data berdasarkan skala interval.
g. Tabulasi data hasil penelitian untuk masing-masing variabel.
3. Analisa Data
a. Pertama-tama data dianalisa dengan melakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan bantuan Program SPSS for windows versi 13.0.
b. Analisa data deskriptif atau kualitatif yaitu dengan membuat tabulasi
hasil dari distribusi karakteristik responden dan analisa univariat (uji
frekuensi) dan tiap variabel yang diteliti korelasinya bantuan Program
SPSS for windows versi 13.0.
c. Uji hipotesis (analisa korelasi) dan crosstab dengan bantuan bantuan
Program SPSS for windows versi 13.0
d. Interpretasi hasil uji frekuensi, corelasi dan crosstab terkait dengan
hipotesis.
e. Pembahasan dan kesimpulan dari analisa yang diperoleh.
4. Penyusunan Laporan
a. Konsultasi dan revisi dengan pembimbing sesuai saran yang diberikan
b. Seminar penyampaian hasil penelitian
c. Revisi akhir dan pengesahan laporan.
3. Etik Penelitian
Dalam penelitian ini etik penelitian dilakukan dengan jalan :
1. Meminta surat ijin penelitian ke Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran, kemudian ijin ke Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Meminta perijinan pada pemerintah daerah tempat penelitian,
yang dimulai dari Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Bantul,
kecamatan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, dan sampai pada Pedukuhan I
Geblakan.
2. Membuat surat persetujuan responden, agar responden memahami
informasi tentang penelitian yang dilakukan sehingga tidak merasa
dirugikan dalam mengisi kuesioner.
3. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan cara yaitu
dengan diperbolehkan tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner
dan hanya menggunakan kode atau inisial saja.
4. Hasil penelitian dipresentasikan di depan dosen penguji sebagai syarat
memperoleh derajat Sarjana Keperawatan.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Penelitian
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah dalam hal pemberian
izin penelitian oleh pihak Bapeda, Kecamatan Kasihan, Kelurahan Tamantirto
dan Pedukuhan I Geblakan dari RT 01 sampai 07 kepada peneliti berjalan
dengan baik dan lancar. Lokasi yang mudah dijangkau, sehingga peneliti
tidak mengalami kesulitan ketika menuju lokasi. Para ibu-ibu RT dan
pengurus PKK tingkat RT yang bersedia membantu, sehingga mempercepat
sosialisasi, penyebaran dan pengumpulan kuesioner. Ibu-ibu responden yang
antusias dan baik hati yang memberikan dukungan dengan kesediaannya
menjadi responden.
Penelitian ini memiliki beberapa hambatan diantaranya adalah 3
kuesioner tidak kembali dengan alasan yang tidak jelas (tidak
bersedia/hilang), setelah dilakukan pemeriksaan kuesioner ada 5 kuesioner
yang gugur atau tidak sah karena ada beberapa pertanyaan yang tidak diisi.
Dengan demikian ada 8 sampel yang gugur, sehingga jumlah responden
tinggal 88 orang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Penelitian
8. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Pedukuhan I Geblakan terletak di wilayah Kelurahan
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah utara : Dusun Tlogo, Kelurahan Ambarketawang,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.
2) Sebelah selatan : Kampung Kembang Dukuh, Ngebel,
Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
3) Sebelah timur : Dusun Ngebel, Kelurahan Tamantirto,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
4) Sebelah Barat : Dukuh Sorogeneng, Kelurahan
Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.
Wilayah Pedukuhan I Geblakan terdiri dari 7 Rukun Tetangga
(RT), yaitu RT.01 sampai RT 07.
b. Data Demografis
Jumlah penduduk di wilayah Pedukuhan I Geblakan sejumlah
1822 orang dengan 498 KK Jumlah tersebut terbagi dalam penduduk
laki-laki 886 orang dan jumlah penduduk perempuan 936 orang. Data
secara rinci setiap RT dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.1. Tabel Rincian Jumlah Penduduk Berdasarkan RT di Pedukuhan I Geblakan Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul.
52
Wilayah Jml KK Jml Laki-laki Jml Perempuan Jumlah RT 01 92 158 185 343 RT 02 81 158 155 313 RT 03 67 129 130 159 RT 04 84 142 153 295 RT 05 58 93 104 197 RT 06 50 106 105 211 RT 07 57 100 104 204 Total 489 886 936 1822
Sumber : Data Monografi Pedukuhan I Geblakan Tahun 2007.
Dari tabel di atas jumlah penduduk tertinggi adalah RT 01
dengan jumlah 343 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di
wilayah RT 03 yaitu 159 jiwa. Dari keseluruhan jumlah wanita yaitu
936 jiwa, yang berumur 40-50 tahun ada 126 orang yang kemudian
dianggap sebagai populasi penelitian. Dari populasi tersebut diambil
sampel penelitian sebesar 96 orang. Namun dari 96 sampel gugur 8
responden sehingga jumlah sampel yang dipakai adalah 88 orang.
9. Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden dapat dilihat dari jumlah, umur,
pendidikan dan jenis pekerjaan. Jumlah responden sesuai dengan rumus
sampling pada awalnya adalah 96 responden. Namun pada kenyataannya 3
kuesioner tidak kembali dan 5 lainnya tidak sah karena ada item-item
pertanyaan yang tidak diisi. Jadi jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 88 orang. Usia atau umur responden bervariasi dari 40 sampai 50
tahun. Perincian usia responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Tabel Umur Responden.
Umur Jumlah Persen(%)
40 10 11,4
41 8 9,1
42 12 13,6
43 8 9,1
44 5 5,7
45 7 8,0
46 10 11,4
47 5 5,7
48 7 8,0
49 8 9,1
50 8 9,1
Total 88 100
Sumber: pengolahan data primer
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa usia responden tersebar
dari mulai 40 tahun sampai 50 tahun. Jumlah responden terbesar adalah
yang berumur 42 tahun yaitu sebanyak 12 orang (13,6%), sedangkan
jumlah responden terkecil adalah yang berumur 44 tahun dan 47 tahun
yaitu masing-masing 5 orang (5,7%).
Karakteristik responden dalam bidang pendidikan berkisar antara
mereka yang tidak sekolah sampai responden yang berpendidikan S1.
secara rinci karakter pendidikan responden dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.3. Tabel Karakteristik Pendidikan Responden. Pendidikan Jumlah Persen (%) Diploma 4 4,5 S1 6 6,8 SD 30 34,1 SLTA 25 28,4 SLTP 17 19,3 Tidak sekolah 6 6,8 Total 88 100
Sumber: pengolahan data primer
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara pendidikan
responden rata-rata berpendidikan pada level dasar menengah yaitu
paling banyak pada tingkat SD sebersar 30 orang (34.1%), SLTA sebesar
25 orang (28,4%) serta SLTP sebanyak 17 orang (19,3%). Jumlah
terendah adalah responden yang berpendidikan Diploma yaitu 4 orang
(4,5%). Responden yang tidak berpendidikan sebanyak 6 orang (6,8%).
Jumlah ini sama dengan yang berpendidikan S1.
Jenis pekerjaan responden secara umum dikategorikan berdasarkan
menjadi 5 kategori diantaranya adalah Buruh, PNS, IRT (Ibu Rumah
Tangga), Wirausaha dan Swasta. Adapun karakteristik responden
berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan.
Pekerjaan Jumlah Persen (%)
Buruh 30 34,1
IRT 24 27,3
PNS 9 10,2
Swasta 8 9,1
Wirausaha 17 19,3
Total 88 100
Sumber: pengolahan data primer
Dari tabel jenis pekerjaan responden di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar dari responden adalah bekerja sebagai buruh yaitu sebesar
30 orang (34,1%). Terbesar kedua adalah sebagai IRT yaitu 24 orang
(27.3%) orang. Selanjutnya adalah mereka yang bekerja sebagai wirausaha
yaitu sebanyak 17 orang (19,3%). Responden yang berkerja sebagai PNS
ada 9 orang (10,2%) dan yang sebagai pekerja disektor swasta ada 8 orang
(9,1%).
10. Gambaran Konsep Diri Wanita Menjelang Menopause
Konsep diri pada wanita menjelang menopause adalah semua
pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki para wanita usia 40-50
tahun yang membuat para wanita tersebut mengetahui dan mampu menilai
tentang dirinya sendiri ketika menghadapi menopause dan pengaruhya
dalam berhubungan dengan orang lain, yang meliputi gambaran diri, ideal
diri, harga diri, penampilan peran dan identitas diri.
Konsep diri dari masing-masing responden penelitian adalah
berbeda-beda tergantung dari karakteristik individu dan sosialnya.
Aplikasi nilai konsep diri rendah adalah X < 72, konsep diri sedang nilai
72 ≤ X ≤ 82 dan konsep diri yang tinggi X ≥ 82. Maka dalam pengukuran
konsep diri ini didapatkan gambaran seperti dalam tabel berikut:
Tabel 4.5. Tabel Hasil Pengukuran Konsep Diri Responden.
Pengukuran Konsep Diri Jumlah Persen (%) Rendah 45 51,1 Sedang 36 40,9 Tinggi 7 8,0 Total 88 100
Sumber: pengolahan data primer
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 45 orang
responden (50.1%) mempunyai konsep diri yang rendah ( X < 72),
sebanyak 36 orang (40,9%) memiliki konsep diri kategori sedang (72 ≤ X
≤ 82 ) dan hanya 7 orang (8%) yang mempunyai konsep diri yang tinggi
(X ≥ 82). Hal ini berarti lebih dari separuh responden memiliki konsep diri
yang relative rendah.
11. Gambaran Toleransi Terhadap Stress Menjelang Menopause.
Toleransi stres pada wanita menjelang menopause adalah
gambaran perasaan wanita menjelang usia menopause (40-50 tahun) yang
menunjukkan tingkat kekebalan terhadap stres yang ditimbulkan oleh
keadaan menjelang menopause. Responden diukur dengan menggunakan
alat ukur ketahanan terhadap stres dan Miller dan Smith (Miller-Smith
rating Scale for Stress Tolerance/ MSRS-ST) yang terdiri dari 20 item
pertanyaan. Cara penentuannya adalah dengan melihat nilai toleransi stres
yang dimiliki masing-masing individu. Individu dengan nilai MSRS-
ST<43 dinyatakan sebagai individu dengan toleransi stres yang baik,
individu dengan nilai toleransi stres MSRS-ST>43 dikategorikan sebagai
individu dengan toleransi stres yang kurang baik. Berikut hasil pengukuran
terhadap responden penelitian:
Tabel 4.6. Tabel Hasil Pengukuran Toleransi Stress Responden. Pengukuran Toleransi Stres Jumlah Persen (%) Baik 6 6,8 Kurang Baik 82 93,2 Total 88 100
Sumber: pengolahan data primer
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 88 orang responden,
ada 82 orang (93,2%) yang mempunyai toleransi terhadap stress yang
kurang baik ( X>43) dan hanya 6 orang ( 6,8%) yang mempunyai toleransi
terhadap stress yang baik ( X< 43).
12. Uji Validitas dan reliabilitas
Uji Validitas dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Dari hasil pengukuran validitas dengan
menggunakan korelasi product moment person’s dengan bantuan SPPS for
windows versi 13.0 pada variable Konsep diri dan Toleransi stress dapat
dinyatakan bahwa keduanya memiliki karakteristik yang valid secara
statistic. Hasil pengolahan uji validitas dapat dilihat di lampiran.
Relibilitas menunjukkan pada pengertian bahwa instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto,
2002). Dalam aplikasinya reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas
yang angkanya berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya begitu
juga sebaliknya (Azwar, 2003). Untuk uji reliabilitas teknik yang
digunakan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Jika nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel dikatakan reliable
(Azwar, 2003).
Pada kedua hasil pengujian reliabilitas ke dua instrument di dapat
nilai Cronbach’s Alpha 0,705 (pada instrument Konsep diri) dan
Cronbach’s Alpha 0,671 (pada instrument toleransi terhadap stress).
Kedua nilai tersebut lebih besar dari 0,60 maka berdasarkan ketentuan di
atas kedua hasil pengujian bisa dikatakan reliable. Setelah data valid dan
reliable, maka analisis bisa dilanjutkan pada analisis-analisis yang lain.
13. Analisis Bivariat (Crosstab)
Untuk mengetahui hubungan dua variable yaitu konsep diri dan
toleransi terhadap stress pada wanita menjelang menopause di Pedukuhan
I Geblakan sesuai dengan gambaran karakteristiknya, maka dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7. Crosstabulation Hubungan antara Konsep Diri dengan Toleransi terhadap Stress.
Konsep Diri
Toleransi Stres Baik Kurang Baik
Total
Rendah 0 45 45 Sedang 2 34 36 Tinggi 4 3 7 Total 6 82 88
Sumber: pengolahan data primer
Dari tabel di atas dapat dilihat hubungan antara konsep diri dengan
toleransi terhadap stress. Responden yang memiliki konsep diri rendah dan
toleransi stress yang baik tidak ada (0%) dan ini merupakan jumlah
terendah dari matrik hubungan ini. Jumlah terbesar dari responden adalah
yang memiliki konsep diri rendah dan toleransi stress yang kurang baik
yaitu 45 orang (51,1%). Responden yang memiliki konsep diri sedang dan
toleransi terhadap stress menjelang menopause baik ada 2 orang (2,3%)
dan yang kurang baik ada 34 orang (38,6%) Jumlah menarik dari variasi
matrik di atas adalah dari 7 orang yang yang memiliki konsep diri tinggi, 4
(4.5%) diantaranya memiliki toleransi terhadap stress yang baik dan 3
(3,4%) orang yang memiliki konsep diri kurang baik.
14. Analisis Korelasi (Uji Hipotesis)
Hasil penelitian yang berupa rekapitulasi skor pada masing-masing
variabel ( X dan Y) dan responden kemudian di uji lebih lanjut dengan
bantuan program SPSS for Windows versi 13.0 dengan tingkat
kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan 5 % ( p =0,05). Uji yang
dilakukan adalah uji korelasi dengan menggunakan correlasi product
moment Pearson’s.
Hasil dari perhitungan tersebut dapat dituliskan bahwa nilai
koofesien korelasi (r) antara X (konsep diri ) dengan Y (toleransi
terhadap stress) adalah r = - 0,448 dengan taraf signifikan (p) 0,000 (p<
0,05). Dengan nilai r = -0,448 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan toleransi terhadap
stress pada level hubungan sedang pada wanita menjelang menopause di
Pedukuhan I Geblakan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Sehingga dapat
diputuskan Ha diterima, yang artinya H0 ditolak. Tanda min ( - ) berarti
hubungan yang terjadi adalah hubungan negativ. Artinya semakin tinggi
konsep diri seseorang maka semakin rendah toleransi terhadap stress
menjelang menopause. Toleransi rendah artinya toleransi terhadap stress
baik. Jadi bisa dikatakan semakin tinggi konsep diri seseorang maka
toleransi terhadap stress semakin baik. Sebaliknya semakin rendah
konsep diri seseorang maka toleransi terhadap stressnya kurang baik.
D. Pembahasan
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen akibat
tidak bekerjanya folikel ovarium, sehingga untuk menentukan onset dilakukan
recara retrospektif, yaitu dimulai dari amenorea spontan sampai 12 bulan
kemudian, seiring dengan peningkatan follicle-stimulating hormone (FSH).
Menopause merupakan kegagalan ovarium dengan onset pada usia dewasa,
ditandai dengan tidak adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.
(Sastroasmoro dkk, 2004).
Menopause tidak terjadi secara mendadak. Ia merupakan proses yang
berlangsung lama, bahkan pada beberapa orang ia dapat berlangsung selama
sepuluh tahun. Artinya, meskipun seorang perempuan mengalami haid yang
berhenti sama sekali pada usia 50 tahun, misalnya, ia mungkin sudah merasa
bahwa siklus haidnya mulai berubah sejak ia berusia 40 tahun. Menopause
didahului oleh fase premenopause, yaitu fase antara usia 40 tahun dan
dimulainya fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang
relatif banyak, dan kadang-kadang disertai dengan nyeri haid (dismenorea).
Menstruasi itu benar-benar tidak datang lagi rata-rata seorang perempuan
mencapai umur 50 tahun (dengan rentang antara 48 dan 52 tahun). (Irawati,
2004).
Karakteristik rata-rata responden berpendidikan pada level dasar
menengah yaitu paling banyak pada tingkat SD sebesar 30 orang (34.1%),
SLTA sebesar 25 orang (28,4%) serta SLTP sebanyak 17 orang (19,3%).
Jumlah terendah adalah responden yang berpendidikan Diploma yaitu 4 orang
(4,5%). Responden yang tidak berpendidikan dan yang berpendidikan S1
sebanyak 6 orang (6,8%).
Kuncoroningrat (1997) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru di perkenalkan. Maka terkait dengan penelitian ini, pendidikan yang
diterima oleh responden masih berkisar pada menengah ke bawah (SD dan
SLTP), sehingga ini berpengaruh pada konsep diri yang relatif rendah (45
orang) dan toleransi terhadap stress yang kurang baik (45 orang).
Karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, dan
jenis pekerjaan merupakan karakteristik yang bisa mempengaruhi konsep diri
seseorang dan tingkat toleransi stress seseorang. Distribusi usia responden,
tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan responden yang ada merupakan
karakteristik demografis yang melekat pada responden di suatu daerah atau
wilayah tertentu. Sehingga ini merupakan identitas yang tidak dimiliki oleh
wilayah lain. Identitas demografis seperti ini sangat mungkin mempengaruhi
hasil penelitian. Hal ini juga yang menerangkan mengapa hasil penelitian di
suatu wilayah yang satu dengan wilayah lain menunjukkan hasil yang berbeda,
meskipun instrument yang di pakai adalah sama bahkan penelitian dilakukan
pada tahun yang sama.
Dari hasil penelitian konsep diri responden yaitu konsep diri rendah,
tinggi rendahnya konsep diri pada responden menurut Stuart dan Sudeen
(1991) salah satunya dipengaruhi Self Perception (persepsi diri sendiri), yaitu
persepsi individu dan penilaiannya terhadap diri sendiri, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga
konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang
dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal,
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri
yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat
pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya
di dalam transaksi-transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia
bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep diri adalah satu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang-orang mengenai diri
kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan (Burns, 1993). Seseorang
dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia menyakini dan memandang
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
kompeten, gagal, dan kehilangan daya tarik terhadap kehidupannya.
Sebaliknya konsep diri yang positif memungkinkan seseorang untuk lebih
percaya diri, semangat, serta selalu berpandangan dan bersikap positif dalam
hidupnya (Rini, 2002). Dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Helmi dan
Ramdhani (1992) menunjukkan bahwa konsep diri sangat penting bagi
keberhasilan individu dalam hubungan sosialnya.
Dari hasil penelitian dapat diketahui toleransi stres pada responden
yaitu toleransi kurang baik, menurut Brodjonegoro (1988) (cit. Kurniasari,
2007) hal ini tergantung pada keadaan somato-psiko-sosial orang yang
bersangkutan seperti maturasi, pendidikan, status ekonomi, sosial budaya
(nilai, norma, mitos dan kepercayaan) dan lingkungan. Ketahanan stres atau
toleransi terhadap stres juga dipengaruhi umur, sex, kepribadian, intelegengi,
emosi, status sosial, atau pekerjaan individual (Maramis, 1998).
Seseorang dengan toleransi terhadap stress yang tinggi biasanya
keadaan tubuhnya stabil, hormonal, denyut jantung, tekanan darah, maupun
keadaan kardiak outputnya baik. Orang tersebut berusaha untuk beradaptasi
dengan stressor. Jika stressornya dapat dipecahkan, maka tubuh berusaha
memperbaiki system yang terganggu dan kembali ke dalam keadaan yang
homeo statis. Jika stressornya masih tersisa atau masih ada dan menimbulkan
kelemahan serta keparahan mental, maka orang tersebut cenderung untuk
dapat beradaptasi. Sedangkan seseorang dengan toleransi terhadap stress yang
kurang baik biasanya keadaan ini seseorang tidak tahan lama dan tubuh akan
cepat sekali mengalami kelelahan dalam menghadapi stressor. Energi untuk
berkompromi dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stressor sabgat
kecil. Pengaturan akan menyebar keseluruh tubuh dan apabila tubuh tidak
dapat mengkompensasi, maka bisa menyebabkan kematian.
Hasil penelitian didapat hubungan antara konsep diri dengan toleransi
terhadap stress. Responden yang memiliki konsep diri rendah dan toleransi
stress yang baik tidak ada (0%) dan ini merupakan jumlah terendah dari
matrik hubungan ini. Jumlah terbesar dari responden adalah yang memiliki
konsep diri rendah dan toleransi stress yang kurang baik yaitu 45 orang
(51,1%). Responden yang memiliki konsep diri sedang dan toleransi terhadap
stress baik ada 2 orang (2,3%) dan yang kurang baik ada 34 orang (38,6%).
Dari 7 orang yang yang memiliki konsep diri tinggi, 4 (4.5%) diantaranya
memiliki toleransi terhadap stress yang baik dan 3 orang (3,4%) memiliki
konsep diri kurang baik. Artinya disini ada pengaruh yang terjadi, dimana
orang yang mempunyai konsep diri yang tinggi mempunyai peluang
kemungkinan yang lebih besar untuk mempunyai toleransi terhadap stress
yang baik.
Hasil perhitungan korelasi menunjukkan nilai koofesien korelasi (r)
antara X (konsep diri ) dengan Y (toleransi terhadap stress) adalah r = -
0,448 dengan taraf signifikan (p) 0,000 (p< 0,05). Dengan nilai r = -0,448
dan p< 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara konsep diri dengan toleransi terhadap stress pada level
hubungan sedang (0,40-0,599) pada wanita menjelang menopause di
Pedukuhan I Geblakan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, sehingga dapat
diputuskan Ha diterima, yang artinya H0 ditolak.
Tanda min ( - ) berarti hubungan yang terjadi adalah hubungan
negative. Artinya semakin tinggi konsep diri seseorang maka semakin
rendah toleransi terhadap stress menjelang menopause. Toleransi rendah
artinya toleransi terhadap stress baik. Jadi bisa dikatakan semakin tinggi
konsep diri seseorang maka toleransi terhadap stress semakin baik.
Sebaliknya semakin rendah konsep diri seseorang maka toleransi terhadap
stressnya kurang baik.
Hal ini terjadi disebabkan oleh berpengaruhnya pendidikan dan jenis
pekerjaan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Bukti ini
di dapat dari hasil mengcrosstabulasikan antara pendidikan dan pekerjaan
pada konsep diri dan toleransi stress. Bahwa responden yang mempunyai
pendidikan tinggi dan pekerjaan PNS mempunyai konsep diri yang tinggi
dan toleransi terhadap stress yang baik. Hasil ini mendukung teori
Kuncoroningrat (1997) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan akan berpengaruh pada
pola pikir yang positif dan terbuka pada setiap informasi yang ada. Tingkat
pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang tepat akan mempengaruhi
munculnya konsep diri yang tinggi dan akan meningkatkan daya toleransinya
terhadap stress.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Andayani dan Arifin (1966) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
positif antara konsep diri dan harga diri dengan nilai koofesien korelasi rxy =
0,766 (p = 0,01), dan ada hubungan yang positif antara konsep diri dengan
kepercayaan diri dengan nilai koofesien korelasi rxy = 0,808 (p = 0,00).
Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Kurniasari (2007) bahwa
tidak ada hubungan antara konsep diri dengan toleransi terhadap stress pada
wanita menjelang menopause di RT 19 Desa Gamping Kidul, Kelurahan
Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman dengan hasil
koofesien korelasi rxy = - 0, 091 (p = 0,614). Penelitian ini menggunakan
sampel atau responden sebanyak 33 orang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan pada level sedang dan negatif antara
konsep diri dengan toleransi terhadap stress pada wanita menjelang
Menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Tahun 2008.
2. Karekteristik responden yaitu usia responden terbesar yaitu 42 tahun
yaitu sebanyak 12 orang, tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu
SD sebanyak 30 orang, dan pekerjaan responden terbanyak yaitu buruh
sebesar 30 orang.
3. Konsep diri responden pada wanita menjelang menopause di Pedukuhan
I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Tahun 2008 yaitu konsep diri rendah.
4. Toleransi stress responden pada wanita menjelang menopause di
Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Tahun 2008 yaitu toleransi terhadap stres yang
kurang baik.
68
E. Saran
1. Bagi Peneliti Lain
Hendaknya ada penelitian lebih lanjut untuk kemajuan riset dan
perkembangan ilmu keperawatan khususnya yang terkait dengan tema-
tema menopause yang lebih eksploratif dan bervariasi baik dari segi
variabel maupun komparasi kewilayahan, terutama desa dan kota. Dan
perlunya melakukan modifikasi pada kuesioner Miller Smith Rating
Scale For Stress Tolerance (MSRT-ST) sesuai dengan penelitin terkait.
2. Bagi Ibu-Ibu di tempat penelitian
Banyaknya ibu-ibu yang belum tahu mengenai menopause di
tempat penelitian (baik yang menjelang menopause maupun yang
belum mengalaminya), hendaknya ditindaklanjuti dengan kerjasama
atau permohonan sosialisasi menopause pada para petugas kesehatan
di posyandu dan Puskesmas maupun mahasiswa keperawatan atau
kedokteran. Penyuluhan secara berkala akan dapat mengubah
pandangan, sikap, dan prilaku menjadi positif dalam mensikapi masa
menopause.
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari banyak keterbatasan dan kelemahan dalam
penelitian yaitu penelitian ini tidak mengukur secara mendalam faktor-
faktor yang mempengaruhi konsep diri dan toleransi terhadap stres
antara lain tingkat pendidikan, percaya mitos, pekerjaan dan usia.
Daftar Pustaka
Alexander, Irvy. (2005). Menopause and Midlife Health Risks: Black Women's Views. http://nursing.yale.edu/Research/Initiatives/disparities/alexander_1.html : diakses tanggal 17 April 2008.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
5. Jakarta: Rineka Cipta. Aronson, Elliot, Wilson, Timothy D., & Akert, Robin M. (2004). Social
Psychology (4th ed.). New Jersey: Prentice Hall. Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Baziad, Ali. ( 2003) Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo Bell, A., dkk. (1996). Environmental Psycology. Fourth Edition. Harcourt Brace
College Publishers.
Berry, L. M. (1998). Psycology at Work: An introduction to Organization Psycology. ( Second Edition). New York: Mc-Graw Hill.
Burn, R.B (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.
Girdano, Daniel A., Dusek, Dorothy E., & Everly, George S. (2005). Controlling Stress and Tension (7th ed.). San Fransisco: Pearson Education, Inc.
Irawati, Titi. ( 2004). Menopause. http://situs.kesrepro.info/Aging : Diakses pada
tanggal 10 April 2008. Kartono, Kartini (1989), Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Sexual, C.V.
Mandar Maju.
Kasdu, Dini. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause.. Jakarta: Puspa Swara.
Keliat, Ana Budi. (1992). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Klossner, J. N. (2006). Introductory Maternity Nursing. USA: Lippincott
Williams & Wilkins. Kurniasari, Dwi. (2007). Hubungan antara Konsep Diri dengan Toleransi
Terhadap Stres pada Wanita Menjelang Menopause di Desa Gamping Kidul RW.19, Kecamatan Ambarketawang, Kabupaten Sleman. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Lazarus, R. & Folkman, S. (1999). Stress, Apraisal and Coping. ( Fourth edition)
New York: Springer Publising Company. Maramis, WM, (1998), Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 6, Universitas Airlangga,
Surabaya. Morgan, C.T. King, dkk. (1998). Introduction to Psycology. (Second Edition)
Singapore: Mc-Graw Hill. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan;
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Medica.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prawirohusodo, S, (1988), Stres dan Kecemasan, Simposium Stres dan
Kecemasan, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Royal College Of Obstetricians & Gynaecologist. (2000). Complete, Women’s
Health. London: Thorsons, Harper Collins Publishers. Rice, Philip L. (1992). Stress and Health (second edition). California:
Brooks/Cole Publishing Company. Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Penerbit
Alfabeta. Sarafino, E.P. (1994). Health Psycology (second edition). New York: John Wiley
and Sons.
Sastroasmoro, Sudigdo., dkk. (2004). Terapi Sulih Hormon Pada Wanita Perimenopause. HTA Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofyan (ed.). ( 1998). Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES. Stuart, W.G & Sundeen, J.S. ( 1991). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. St. Louis: CV Mosby Comp. Tina N.K, Dwia Aries.( 1999). Menopause dan Seksualitas. Yogyakarta: Gajdah
Mada University Press.
Wiknjosastro, Hanifah (1999). Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wicaksono. (1992). Psikologi Stres. Jakarta: EGC. Wortman, Cammile B., Loftus, Elizabeth F., & Weaver, Charles. (1999).
Psychology (5th ed.). New York: McGraw Hill. Zainudin. ( 2003). Menopause. http://www.kesh.repro.info/aging : Diakses pada
tanggal 13 Maret 2008.
Surat Permohonan Bersedia Menjadi Responden
Yogyakarta, Juli 2008
Kepada Yth: Calon Responden Penelitian
Di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khairiyah
Nim : 20040320091
Alamat: Jl. Ring Road Barat Gg. Margo Rukun no. 134B, Nulis,
Tamantirto Kasihan Bantul.
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK-A) Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang sedang
melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Toleransi Stres Pada Wanita Menjelang Menopause di Pedukuhan I
Geblakan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu-ibu
sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan di jaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila ibu menyetujui, maka
saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan responden
seta mengisi lembar pertanyaan saya sesuai dengan petunjuk.
Atas perhatian kesediaan ibu menjadi responden, saya mengucapkan
terima kasih.
Peneliti
Khairiyah
Lembar Persetujuan Responden Petunjuk : Berikan tanda silang (X) pada huruf pilihan jawaban yang sesuia, atau
isikan jawaban pada lembar yang tersedia.
Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur (dalam tahun, dibulatkan kebawah) : tahun
3. Pekerjaan :
4. Tingkat Pendidikan Terakhir :
5. Status Perkawinan
A. Kawin :
B. Belum Kawin :
C. Janda :
6. Alamat Tempat Tinggal :
Saya akan bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk
menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh KHAIRIYAH mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan PSIK-A Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul
Hubungan Antara Konsep Diri dengan Toleransi Stres Pada Wanita
Menjelang Menopause di Pedukuhan I Geblakan, Kelurahan Tamantirto,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Yogyakarta, Juli 2008
Responden
.........................
Kuesioner Konsep-Diri
Petunjuk: Berikan tanda check list (v) pada salah satu kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan anda saat ini • STS: Jika pernyataan sangat tidak setuju • TS: Jika pernyataan sangat tidak setuju • ST: Jika pernyataan setuju • SST: Jika pernyataan sangat setuju
NO PERNYATAAN STS TS ST SST1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Keadaan saya menjelang memasuki usia menopause (berhenti menstruasi) membuat saya merasa tidak berdaya Saya merasa sangat stress dan terganggu karena saya akan memasuki usia menopause Penampilan dan tubuh saya sudah tidak menarik lagi Saya sangat takut di usia menjelang menopause (berhenti menstruasi) ini, saya akan menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan Saya percaya bahwa penampilan saya masih menarik Saya merasa tidak mempunyai masa depan, ketika nanti memasuki usia menopause Keadaan saya menjelang menopause ini akan menghambat dan mempengaruhi cita-cita saya Saya merasa mampu untuk mencapai cita-cita tersebut Saya berusaha untuk mencapai cita-cita tersebut Saya merasa bahwa diri saya sudah cukup berharga setidak-tidaknya sama dengan orang lain Saya orang yang gagal Saya mampu mengerjakan sesuatu seperti apa yang dilakukan olehy orang lain Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada diri saya Saya berharap saya dapat lebih di hargai Saya sering merasa tidak berguna Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya tidak baik Saya telah gagal melaksanakan peran saya dalam keluarga dengan baik Saya merasa tidak mempunyai tanggung jawab
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
terhadap peran yang telah saya lakukan Keluarga saya masih menghargai peran yang dapat saya lakukan Saya dapat melakukukan aktivitas sehari-hari (seperti belajar atau bekerja) dengan baik Saya mendapat dukungan oleh kelurga dan orang terdekat dengan baik Sekarang ini saya merasa sudah tidak diperhatikan lagi keluarga saya dengan orang lain Keadaan saya sekarang ini membuat saya sangat membenci diri saya sendiri Akibat keadaan menjelang memasuki usia menopause membuat saya malas berhubungan dengan orang lain Saya memerlukan bantuan orang lain untuk dapat menghadapi usia menjelang menopause
Miller Smith Rating Scale for Stress Tolerance (MSRS-ST)
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan anda dan tuliskan pada kolom yang sudah tersedia.
Jawablah: 1. Jika selalu 2. Jika hampir selalu 3. Jika kadang-kadang 4. Jika jarang sekali 5. Jika tidak pernah
NO PERNYATAAN SKOR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Tiap hari saya sedikitnya sekali menghadapi makanan hangat dan berimbang Sedikitnya 4 malam dalam seminggu saya tidur 7-8 jam Saya secara teratur memberi dan menerima kasih sayang Sedikitnya saya mempunyai seorang saudara dalam jarak 75 km yang bisa saya andalkan Setidaknya 2 kali dalam seminggu saya gerak badan sampai berkeringat Saya merokok kurang dari setengak pak sehari Dalam seminggu saya kurang dari 5 kali minum alkohol Berat badan saya sesuai dengan tinggi badan Saya mempunyai penghasilan cukup untuk menutupi pengeluaran rokok Saya mempunyai kekuatan dari agama saya Saya secara teratur menghadiri kegiatan-kegiatan klub atau sosial Saya mempunyai lingkungan sahabat dan kenalan Saya mempunyai sahabat atau lebih kepada siapa dapat percayakan soal-soal pribadi saya Kesehatan saya baik (termasuk mata, telinga, dan gigi) Saya bicara terus terang mengutarakan perasaan hati di waktu marah atau gelisah Saya secara teratur bercakap-cakap dengan orang-orang dengan siapa tinggal soal urusan domestik misalnya kebersihan rumah, uang dan kehidupan sehari-hari Setidaknya seminggu sekali saya melakukan sesuatu untuk hiburan Saya bisa mengatur waktu secara efektif Dalam sehari saya minum kurang dari 3 cangkir kopi/teh atau cola Saya setiap hari mencari waktu untuk ketengan diri