Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    1/11

    CORRELATION BETWEEN STATE IMMUNIZE THE BCGWITH THE PREVALENCE OF PULMO TUBERCULOSIS TOTHE CHILD IN PUSKESMAS KELING I JEPARAON JUNE 2004

    Natiqotul Fatkhiyah1.

    Abstract

    Indonesia registred as state giving contribution of patient pulmo Tuberculosis third in the world. Child as asset of nation development have the

    risk to be incured by disease TB. Preventable. Disease TB can immunizedly with BCG so that immunize have to be given routinely at all of baby as childprotection to infection TB. In Puskesmas Keling I Jepara as research locationobtained by data that coverage immunize the BCG in the year 2003 equal to93,5% its meaning have fulfilled the national goals. But prevalensi TB paru of child at first quarterly 2004 still be high that is 210 child diagnosed by TBparu at first quarterly year 2004, so that researcher interested to knowcorrelation between the state of immunize BCG with the prevalence of TB paruof child because height of occurence number still TB paru though coverageimmunize the BCG have good.

    Desain Research is descriptive survey correlation with thecrosssectional approach. Child who check Puskesmas Keling I Jepara atsecond week second and third on June 2004 a number of 105 balita made by research responder.t. State immunize the BCG measured with the observationof scar BCG and occurence of pulmo TB from documentation in book of register of visit balita. In analysis univariat with the frequency distribution(proportion) and analyse the bivariate with the Chi Square test correlation.

    Result of research show equal to 28 ( 26,7%) balita have got toimmunize the BCG, a number of 77 (73,3%) child don’t get BCGimmunization, 72 (68,6%) child with pulmo TB and 33 (31,4%) withoutpulmo TB. Results of statistic with Chi Square tes in not correlation betweenthe state of BCG imunisastion and prevalence of pulmo TB (p value=0,866) insignificant degree 95%.

    BCG vaccine must be given to the baby in order to eliminate the risk of complication of tuberculosis. It is not relevan if the BCG immunization of theprevention. To elliminate the infectious of Tuberculosis with DOTS strategic,detection case and medical care of tuberculosis disease.

    Keyword:child,statusofBCG immunization,pulmo tuberculosis 

    1. Pendahuluan

    Anak merupakan aset bangsasebagai sumber daya pembangunandan penentu keberhasilanpembangunan bangsa di masa depansehingga anak perlu dipersiapkan

    menjadi generasi yang unggul.Pembangunan nasional jangkapanjang menitikberatkan padakualitas hidup sumber daya manusia

     yang prima. Untuk itu kita perlubertumpu pada generasi muda yangmemerlukan asuhan dan

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    2/11

    perlindungan terhadap penyakit yang dapat menghambat

    pertumbuhan dan perkembangannyamenuju generasi muda yangberkualitas tinggi guna meneruskanpembangunan nasional denganmasyarakat yang sehat, sejahteradan bahagia (Ganuh, 2001).Pembangunan di bidang kesehatandiarahkan untuk mempertinggiderajat kesehatan dalam rangkapeningkatan kualitas, taraf hidup,kecerdasan dan kesejahteraanmasyarakat. Salah satu tujuan

    pembangunan kesehatan adalahpenurunan angka kematian dankesakitan bayi dan balita sertapeningkatan derajat kesehatan anaksecara keseluruhan yang akanmenjamin proses pertumbuhan danperkembangan anak secara optimal(Depkes, 1993).

    Keberhasilan peningkatanderajat kesehatan anak dapattercapai diantaranya dengan

    program imunisasi. Programimunisasi merupakan salah satucara untuk keberhasilanpeningkatan derajat kesehatan anak

     yaitu upaya penurunan angkakesakitan dan kematian anak daripenyakit yang dapat dicegah denganimunisasi.

    Perlu ditekankan bahwapemberian imunisasi pada bayi dananak tidak hanya memberikanpencegahan penyakit terhadap anak

    tersebut tetapi akan memberikandampak yang jauh lebih luas karenaakan mencegah terjadinya penularan

     yang meluas dengan adanyapeningkatan imunitas secara umumdi masyarakat. Berdasarkan tingkatpencegahan, imunisasi sebagaibentuk pelayanan perlindungankhusus sehingga imunisasi sangatdiperlukan terutama di negaraberkembang karena masih

    rendahnya kesadaran masyarakattentang pentingnya imunisasi

    sebagai perlindungan terhadappenyakit tertentu. Bila cakupan

    imunisasi rendah, maka angkakejadian penyakit infeksi akanmeningkat terutama penyakit-penyakit yang dapat dicegah denganimunisasi. Penyakit tersebut adalahtuberkulosis, hepatitis, poliomyelitis,pertusis, difteri, campak dan tetanus(Notoatmodjo, 2003).

    Penyakit TB merupakanpenyakit kompleks yang disebabkanoleh berbagai faktor yaitu faktor anakmeliputi imunitas pasif, status

    imunisasi BCG dan status gizi.Faktor agen berupa tingkat virulensi,infektifitas dan transmisi basil TB

     juga berperan dalam infeksi TB.Sedangkan faktor genetisdipengaruhi oleh kadar   Human Leucocyte Acid   (HLA) dan Non HLA

     juga berperan dalam ketahananseseorang terhadap infeksi TB(Michel, 2000). Penyakit tuberkulosispada anak dapat dicegah dengan

    imunisasi baik secara aktif maupunpasif. Imunitas pasif berartikekebalan yang secara alami/bawaanberupa antibodi diperoleh bayi dariibunya selama perkembangan janinintrauterine    yang dapat melewatiplasenta dan dari kolostrum air susuibu. Antibodi yang diperoleh dapatmemberikan perlindungan segeradan meningkatkan resistensi bayiterhadap agen infeksius yang sangatvirulen dan toksin yang berpotensial

    mematikan seperti baksil TB.Sehingga mungkin saja anak yangtidak mendapat imunisasi aktif seperti BCG tetapi tidak terkena TBparu. Namun lama perlindunganimunitas pasif hanya sekitar 6-9bulan artinya perlindungan imunitaspada bayi sama dengan yang dimilikiibunya sampai anak dapat secaraaktif membentuk sendiri responimunnya (Sherwood, 2001).

    Imunisasi aktif berupapemberian vaksin BCG (Bacillus 

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    3/11

    Calmette Guerin ) pada bayi dapatmeningkatkan daya tahan tubuhnya

    terhadap infeksi basil TB yangvirulen. Imunitas dapat timbul 6-8minggu setelah pemberian imunisasiBCG, tetapi imunisasi yang terjaditidaklah lengkap sehingga masihterjadi superinfeksi yang biasanyatidak progresif (Ngastiyah, 2003).Anak yang sudah mendapatimunisasi BCG masih mungkinmenderita penyakit TB(Tuberkulosis) primer yang ringantetapi dapat terhindar dari penyakit

     TB yang berat. Penyebaran basil TBdapat terjadi melalui pembuluhdarah ke seluruh jaringan parumaupun jaringan lain. Komplikasilebih lanjut dapat terjadi TB selaputparu, meningitis, TB kulit, infeksitraktus genitalis, infeksi sendi dan

     TB tulang yang dapat menyebabkancacat seumur hidup (Suraatmadja,1995). Penyakit TB pada bayi dananak yang disebut juga TB primer

    biasanya dimulai secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentukansaat timbulnya gejala pertama. Bilatidak diobati sedini mungkin dansetepat-tepatnya maka dapat timbulkomplikasi yang berat dan reinfeksipada usia dewasa (Ngastiyah, 2003).

    Sampai saat ini penyakit TBmerupakan penyakit infeksi yangmasih menjadi masalah kesehatan didunia. Menurut Geisberg (1998)bahwa satu dari tiga orang di dunia

    dipercaya terinfeksi olehMycobacterium Tuberculosis , terdapattujuh sampai delapan juta kasus TBdengan tiga juta orang diantaranya

    meninggal setiap tahun. Data WHOmenunjukkan Indonesia adalah

    penyumbang kasus tuberkulosisterbesar ketiga di dunia, terdapat583.000 penderita TB, 262.000penderita TB baru terjadi setiaptahun, 140.000 kematian setiaptahun dan 260.000 kasus TB tidakterdiagnosis. Temuan kasus TB parudi Indonesia masih di bawah 75%dan penyembuhannya masih dibawah 85% (Chandra, 1999).Menurut Survey Kesehatan Rumah

     Tangga (SKRT) tahun 2002 bahwa

    angka kematian anak yangdisebabkan TB di Indonesia sebesar5,2%. Fenomena yang ditemuipeneliti bahwa cakupan imunisasiBCG di Puskesmas Keling I Jeparapada tahun 2003 sebesar 93,5% yangberarti sudah memenuhi targetnasional namun masih terdapatkasus TB paru sebanyak 210 anakbalita dalam triwulan tahun 2004.Padahal dari beberapa teori

    menyatakan bahwa imunisasi BCGdapat mencegah terjadinya infeksi TBpada anak.

    Berdasarkan penjelasan didepan, meskipun cakupan imunisasiBCG sudah memenuhi targetnasional namun angka kejadiantuberkulosis pada balita masihmerupakan angka kesakitan tertinggidi tempat penelitian, sehinggapeneliti tertarik untuk meneliti“Hubungan antara imunisasi BCG

    dengan kejadian tuberkulosis (TB)paru pada balita di Puskesmas KelingI Jepara bulan Juni tahun 2004”

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    4/11

    2.   Kerangka teoritis dan Pengembangan Hipotesis

    A. Kerangka Teori

    ( Michel,2000 )

    B. Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel bebas Variabel terikat

    C. Hipotesis PenelitianAdanya hubungan antara status imunisasi BCG dengan kejadian TB parupada balita.

    3. Metode RisetA. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakansurvey deskriptif korelasi denganpendekatan   cross sectional    artinyapeneliti mencari hubungan statusimunisasi BCG dengan kejadian TBparu pada balita dan pengukuranvariabel penelitian dilakukansekaligus pada saat yang sama

    dimana peneliti tidak melakukanintervensi apapun pada responden.

    B. Definisi Operasional (DO)Dalam penelitian ini

    terdapat dua variabel yang akandiukur yaitu status imunisasi BCGsebagai variabel bebas dan kejadianpenyakit TB paru pada balita sebagaivariabel terikat.

    Faktor Anak:

    a. Imunitas Pasif 

     b. Imunisasi BCG

    c. Status Gizi

    Faktor Agen:

    a. Virulensi basil TB

     b. Infektifitas basil TB

    c. Transmisi basil TB

    Tuberkulosis

     pada anak 

    Faktor Genetis:

    a. HLA

     b. Non HLA

    Imunisasi BCG TB paru pada balita

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    5/11

    Variabel D. O Cara ukur Hasil ukur Skala

    1. Bebas:statusimunisasiBCG

    2. Terikat:kejadian TBparupadabalita

    Riwayat pemberianimunisasi BCGpada bayi saatberusia 0-11 bulan

    Balita yangterdiagnosa TBparu

    Observasi(skar bekasimunisasiBCG)

    Dokumentasi(registerkunjungananak)

    0: tidak adaskar (tidakada riwayatimunisasi)

    1: ada skar(sudahmendapatimunisasiBCG)

    0 : tidakterdiagnosa

     TB paru1: terdiagnosa

     TB paru

    Nominal

    Nominal

    4. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan yaitu

    A. Analisis univariatArtinya analisis yang dilakukan

    pada setiap variabel secara statistikdeskiptif untuk mendapatkangambaran mengenai distribusifrekuensi karakteristik responden(umur dan jenis kelamin) dan tiapvariabel penelitian dalam bentukprosentase.B. Analisis bivariat

    Merupakan analisis yangdilakukan terhadap dua variabel

     yang diduga memiliki hubungan/korelasi (Notoatmodjo, 2001).

     Tehnik analisis yang digunakanadalah analisis kuantitatif dandilakukan uji statistik dengan ChiSquare pada tingkat kepercayaan

    95% untuk mengetahui hubunganantar variabel secara statistik(Sugiyono, 1999). Kriteria ujihubungan antar variabel bebas dan

    variabel terikat berdasarkan nilai p ( p value ) dari uji   Chi Square    yangdiperoleh kemudian dibandingkandengan nilai kemaknaan 0,05

    (=5%).Hipotesa nol (Ho) yang

    menyatakan tidak adanya hubunganantara status imunisasi BCG dankejadian TB paru pada balita, Ho

    akan diterima bila nilai p     nilai

    kemaknaan 5% (=0,05) saat

    dilakukan uji korelasi   Chisquare (Sugiyono, 1999).Dalam melakukan analisis

    univariat dan bivariat penelitimenggunakan bantuankomputerisasi program SPSS.

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    6/11

    5.   Pembahasan dan Kesimpulan

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Status ImunisasiBCG di Puskesmas Keling I Jepara Bulan Juni Tahun 2004

    Status imunisasiBCG

    Frekuensi Persentase (%)

    Ada skar BCG Tidak ada skar BCG

    2877

    26,7%73,3%

    Berdasarkan tabel 5.3 dapatdiketahui bahwa sebagian besarbalita yang periksa di Puskesmas

    Keling I Jepara bulan Juni tahun2004 adalah tidak ada skar

    imunisasi BCG yaitu 77 (73,3%)balita artinya sebagian besarresponden dianggap tidak

    mempunyai riwayat imunisasi BCG.

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Kejadian TB Paru diPuskesmas Keling I Jepara Bulan Juni Tahun 2004

    Kejadian TB Paru Jumlah Persentase (%)

     Terkena TB paru Tidak terkena TB paru

    7233

    31,468,6

    Berdasarkan tabel 5.4 dapatdiketahui bahwa balita yang terkena

     TB paru sebesar 72 (31,4%)responden dan anak yang tidakterkena TB paru sebesar 33 (68,6%)

    Balita. Jadi sebagian besar balita yang periksa di Puskesmas Keling I

     Jepara bulan Juni tahun 2004terdiagnosis TB paru.

    Tabel 5.5 Hubungan Antara Status Imunisasi BCG dengan Kejadian TBParu pada Balita di Puskesmas Keling I Jepara Bulan Juni Tahun 2004

    Status imunisasiBCG

    Kejadian TB paruYa (%) Tidak (%) Jumlah X2

    Ada skar BCG

     Tidak ada skar BCG

    17(16,1%) 50 (47,6%)

    11(10,6%) 27 (25,7%

    67 (63,80%)

    38 (36,20%) 0,866

    Berdasarkan tabel di atas dapatdiketahui bahwa sejumlah 17 (16,1%) balita yang terdiagnosis TBparu dan memiliki skar imunisasiBCG. Responden dengan TB parutetapi tidak ada skar BCG sebesar 50(47,6%) balita, responden yang tidakterdiagnosis TB paru dan mepunyai

    skar imunisasi BCG sebanyak 11(10,6%) balita dan responden yang

    tidak terkena TB paru serta tidak adaskar imunisasi BCG sebanyak 27(25,7%) balita. Sehingga sebagianbesar responden yang periksa diPuskesmas Keling I Jepara padabulan Juni tahun 2004 adalah yangterdiagnosis TB paru dan tidak adaskar imunisasi BCG sebesar 50

    (47,6%) balita.

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    7/11

    Berdasarkan hasil uji korelasi  Chi Square   dengan tingkat kepercayaan

    95% dan nilai kemaknaan 0,05(=0,05) dengan menggunakan SPSS(terlampir) diperoleh hasil 0,866artinya hipotesa nol (Ho) diterimakarena   p value   (0,866) lebih besar

    dari nilai kemaknaan (= 0,05).Secara teoritis hasil penelitian ini

    didukung oleh Rahayu (2002) bahwavaksinasi BCG tidak mencegahinfeksi tuberkulosis (TB) tetapi dapatmengurangi resiko TB berat sepertimeningitis TB dan TB millier. Dan

     juga diperkuat oleh Suraatmadja(1995) yang menyatakan bahwa anak

     yang sudah mendapat imunisasiBCG masih beresiko terkenapenyakit tuberkulosis yang ringannamun dapat terhindar dari TBberat. Dalam majalah kedokteranIndonesia No. 46:149 Juli tahun1996 bahwa efektifitas vaksinisasiBCG untuk melindungi anak balitaterhadap semua jenis penyakit

    tuberkulosis adalah 37% danperlindungan terhadap TB paruberat sebesar 66%, sehinggavaksinisasi BCG dianggap tidakdapat melindungi anak dari penyakit

     TB paru.Menurut Yusuf (2000) bahwa

    kemanjuran imunisasi BCG tidaklah100% dapat melindungi bayi dananak, tetapi masih ada kemungkinananak terkena penyakit TB sehinggavaksinisasi BCG memang tidakmenjamin bayi dan anak terhindardari serangan TB berat.

    Hasil penelitian ini juga didukungoleh beberapa penelitian lain seperti

     Tri Suwantitik (2000) bahwa secarastatistik status imunisasi BCGbukan merupakan faktor resiko darikejadian TB paru pada anak balitadengan   p value   0,75. Hasil penelitianini juga sesuai dengan Kusnanto(1994) yang menyatakan bahwa

    tidak ada hubungan antara

    imunisasi BCG dengan kejadian TBparu primer pada anak balita.

    Imunisasi BCG dianggap berhasilbila terbentuk skar atau luka parutbekas suntikan vaksin BCG.Fenomena populasi yang diperolehpeneliti antara lain beberapa Balita

     yang terdiagnosis TB paru denganstatus imunisasi BCG positif artinyabahwa anak yang sudah mendapatimunisasi BCG masih mungkinmenderita penyakit TB paru. Hal inimungkin disebabkan oleh faktorlingkungan anak yang masih banyak

    terdapat BTA positif, selain itu statusgizi anak yang masihkurang baik.Vaksin BCG dapat mencegahpenyakit TB dalam beberapa situasi,namun apabila kontak keluargadengan BTA positif, anak dapatterinfeksi TB. Imunisasi BCGmemegang peranan penting karenamerupakan tahap pencegahansehingga jika imunisasi BCG dapatdilakukan dengan baik maka

    kemungkinan terkena penyakit TBdapat dikurangi karena tubuhmempunyai antibodi, antibodi yangtimbul dipacu dengan imunisasisehingga akan menghancurkan basil

     TB (Sarwono, 1982).Balita dengan skar bekas

    imunisasi BCG dapat terhindar dari TB paru artinya balita yang sudahmendapat imunisasi BCG dapatterhindar dari penyakit TB parukarena imunisasi aktif berupa vaksin

    BCG dapat membentuk pertahanantubuh (barier) pada anak dari resikoinfeksi basil TB.

    Ketika seseorang terpajan olehbasil TB maka tubuh akanmembentuk respon imun sehinggaterbentuklah antibodi dalam tubuhsebagai barier terhadap invasikuman yang masuk.

    Balita yang tidak ada riwayatimunisasi BCG tetapi tidak terkena

     TB paru, hal ini mungkin disebabkansebagai pengaruh imunitas pasif.

    32

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    8/11

    Artinya anak memiliki barierterhadap infeksi TB secara alamiah

    tanpa pemberian vaksin BCG.Mekanisme pertahanan tubuhsecara secara spesifik dannonspesifik yerdapat dalam tubuhseseorang secara fisiologis untukmempertahankan tubuh dari resikoinfeksi. Imunitas yang diperolehanak dapat berasal dari ibunya yangdiperoleh selam intrauterine dankolostrum ASI (Sherwood, 2000)

    Beberapa responden yang tidakmempunyai skar BCG dapat

    terdiagnosis TB paru artinya bahwaanak dianggap belum   mendapatkan imunisasi BCG sehingga iaberpotensial terinfeksi TB paru. Efekutama vaksinisasi BCG adalahmelindungi anak dari resiko penyakit

     TB, sampai batas-batas tertentutubuh memiliki cara untukmekanisme pertahanan tubuh baiksecara spesifik maupun nonspesifikterhadap resiko infeksi, namun

    apabila jumlah bakteri yang masukcukup banyak maka tubuh akansakit apalagi didukung lingkungan

     yang potensial infeksi dan status gizi yang buruk. Pemberian BCG dapatmeninggikan daya tahan tubuhterhadap infeksi oleh basil TB yangvirulen dimana imunitas timbul 6-8minggu setelah pemberian imunisasiBCG.

    Menurut Rosental (1961)pemberian BCG dapat mengurangi

    morbiditas sampai 74 %. BCGbiasanya diberikan pada anak ujituberkulin negatif dan   biasanya   ujituberkulin diulangi 6 minggu setelahimunisasi BCG dan bila masihhasilnya negatif dianjurkan untukmengulangi imunisasi.

    Rekomendasi dari Depkes RIbahwa imunisasi BCG tetapdiberikan pada bayi dengan tujuanmencegah komplikasi TB dan

    terjadinya TB berat. Sedangkanrekomendasi dari WHO dan

    International Union Against  Tuberculosis and Lung Disease 

    adalah bahwa di negara denganprevalensi TB yang tinggi, BCGhendaknya diberikan secara rutinkepada semua bayi kecuali bayidengan kontraindikasi pemberianvaksin BCG.

    Sedangkan rekomendasi dariDepkes RI bahwa imunisasi BCGtetap diberikan pada bayi dengantujuan mencegah komplikasi TB danterjadinya TB berat.

    Masih terdapat kontradiksi

    tentang manfaat dan efektifitasimunisasi BCG terhadap kejadian TBparu pada anak dari beberapasumber pustaka. Peneliti berasumsibahwa status imunisasi bukanlahsebagai faktor resiko utamaterhadap kejadian TB paru, namunpemberian imunisasi BCG masihperlu diberikan pada bayi untukmeningkatkan kekebalan tubuhnyaterhadap infeksi TB. Dengan

    imunisasi BCG akan membentukrespon imun dimana bila seseorangterpajan pada antigen serupa, tubuhakan membentuk antibodi berupaimunoglobulin. Pemberian BCGbukanlah sebagai faktor utamauntuk mencegah anak terinfeksi TBparu, sangat perlu dilakukan upayapencegahan dan penanggulangan TBparu diantaranya dengan memutusmata rantai penularan TB dengancara deteksi, skrining dan

    pengobatan TB paru aktif secaraoptimal.

    Saat ini telah digalakkan strategiDOTS   (Directly Observed Treatment Shotrcourse Chemotherapy)    sebagaiupaya untuk menanggulangimasalah tuberculosis di Indonesia.Strategi ini telah direkomendasikanoleh WHO sebagai pendekatan yangpaling tepat saat ini dan harusdilakukan secara sungguh-sungguh

    dengan peran aktif dan semangat

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    9/11

    kemitraan dari semua pihak yangterkait (Depkes, 2002).

    6. Implikasi dan keterbatasanPeneliti menggunakan

    pendekatan cross sectional sehinggapeneliti sulit untuk menentukanhubungan sebab dan akibat (faktorresiko dan efek) secara kuat karenadalam pengambilan data resiko danefek dilakukan pada saat yangbersamaan (temporal relationship tidak jelas). Hasil penelitian hanyadapat menjawab adanya hubunganantar variabel penelitian, sulit untukmengetahui hubungan sebab danakibat dengan kuat.

    Kemungkinan terjadinya biasdalam hasil penelitian karenaketerbatasan dalam jumlah sampel,perlu dilakukan pemilihan sampel

     yang lebih obyektif dan representatif sehingga hasil penelitian lebihmampu menggeneralisasikanterhadap populasi penelitian. Skar

    imunisasi BCG sebagai alat ukurvariabel status imunisasi BCGbukanlah suatu yang mutlak, karenamungkin saja anak yang sudahmendapat imunisasi BCG tidakterbentuk skar di muskulusdeltoideus atas yang disebabkan olehrespon imunologis setiap orangberbeda-beda. Masih terdapatkontroversi bahwa skar imunisasiBCG sebagai bukti keberhasilanimunisasi BCG.

    7. Kesimpulan dan Saran

    A. Kesimpulan1.   Balita yang periksa diPuskesmas Keling I Jepara bulan

     Juni tahun 2004 dengan riwayatimunisasi BCG sebesar 28 (26,7%) responden dan yang tidak adariwayat imunisasi BCG sebesar

    77 (73,3 %) balita.

    2.   Balita yang berkunjung diPuskesmas Keling I Jepara pada

    bulan Juni tahun 2004 dengandiagnosis TB paru sejumlah 72(68,6 %) balita dan yang tidakterdiagnosis TB paru sebesar 33(31,4 %) responden.3.   Hasil uji   Chi square   yaitu pvalue = 0,866 yang berarti tidakada hubungan antara statusimunisasi BCG dengan kejadian

     TB paru pada balita di PuskesmasKeling I Jepara bulan Juni tahun2004.

    B. Saran1. Bagi tempat penelitian dan

    pelayanan kesehatana. Perlu diupayakan pelacakan

    (skrining), penemuan dandeteksi penderita TB parudewasa bila ditemukan anakbalita yang terkena TB parukarena dimungkinkan adanyasumber penularan yanginfeksius di lingkungan

    terdekat anak (adanya kontakkeluarga).

    b. Upaya kuratif dan pengobatankasus TB paru BTA positif secara tepat dan tuntas untukmemutuskan mata rantaipenularan infeksi TB denganstrategi DOTS yang efektif danefisien.

    c. Konseling, informasi danedukasi pada penderita TBuntuk melakukan pengobatan

     TB secara teratur , tepat dantuntas.

    d. Penyuluhan dan pendidikankesehatan bagi masyarakattentang upaya pencegahan TBparu pada anak danmeningkatkan perilaku hidupsehat.

    2. Bagi profesia. Meningkatkan pengetahuan

    dan pengalaman tentang

    imunisasi BCG dan TB parupada anak.

    37

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    10/11

    b. Dapat melakukan prosedurpemberian imunisasi dengan

    benar untuk efektifitasimunisasi BCG.

    c. Memberikan KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi)tentang TB paru kepadakeluarga dan masyarakat .

    d. Melakukan deteksi terhadapkejadian TB paru pada anakdan tindakan rujukan sertakolaborasi terhadap tenagakesehatan yang berwewenang.

    3. Bagi peneliti lain

    Mengembangkan penelitian initerutama tentang efektifitasimunisasi BCG terhadappencegahan TB paru padaanak dengan desain penelitianeksperimental atau melaluipendekatan   case control  maupun kohort.

    8. Referensi

    Aditama, Y. T. (2004).   Tuberkulosis kenapa belum hilang.   diambil 10April 2004 darihttp://www.interna.tk.uc.av.id/referensi.

    Arikunto, S. (2002).   Prosedur  penelitian suatu pendekatan  praktek   (edisi 5). Jakarta: RinekaCipta.

    Azwar, A. (1999). Pengantarepidemiologi (edisi revisi).

     Jakarta: Binarupa Aksara.

    Brokopp, Y.D. & Hastings, M.T.(1999). Dasar-dasar metodologikeperawatan

    (edisi 2). Alih Bahasa: Asih, Y.D &Maryunani. Jakarta: EGC.

    Behrman & Walker. (1992).Infectious disease in children.

    Australia: WC Company.

    Budiarto, E. (2001). Biostatistikauntuk kedokteran dan kesehatan

    masyarakat. Jakarta: EGC

    Crofton, J., Horn, N., & Miller, F.(2002). Tuberkulosis klinis (edisi2). Jakarta: Widya Medika.

    Depkes RI. (2002). Pedoman nasionalpenanggulangan tuberkulosis.

     Jakarta: Pusdiknakes.

    Depkes RI. (1993). Asuhan kesehatananak dalam konteks keluarga.

     Jakarta: Pusdiknakes.

    Dick, G. (1995). Imunisasi dalampraktik. Jakarta: Hipokrates.

    Djarwanto. (2001). Statistiknonparametrik. Yogyakarta: BPFE

    Dyah, dkk. (1995). Uji klinik vaksinBCG. Buletin PenelitianKesehatan, 2, 23

    Ganuh & Rahayu. (2001). Bukuimunisasi di Indonesia. Jakarta:Satgas IDAI

    Hague & Haris. (1995). Sampling danstatistika. Jakarta: Lentera

    Handoko, R. (2001). Modul aplikasikomputer. Yogyakarta:POLTEKES Depkes RI

    IBI. (2000). Etika dan kode etikkebidanan. Jakarta: Pusdiknakes

    Isbagio, dkk.(1995). Uji klinik vaksinBCG. Buletin PenelitianKesehatan, 23: 36-47

     Jefflife, C. (1999). Penyakit infeksi diIndonesia. Jakarta: EGC

    Kusnanto. (1994). Faktor-faktor yang

    berhubungan dengan kejadian TB

  • 8/20/2019 Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dan TB

    11/11

    paru primer   pada anak di RSUD Kabupaten Wates Yogyakarta 

    Michel, D. I. (2000). A clinicalguideness to tuberculosis. NewYork: Lippincortt

    Ndrahn, T. (1990). Desain riset dantehnik penyusunan KTI. Jakarta:Bina Aksara

    Ngastiyah. (2001). Perawatan anaksakit. Jakarta: EGC

    Notoatmodjo, S. (2000). Metodologipenelitian kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

    Notoatmodjo, S.(2003). Ilmukesehatan masyarakat. Jakarta:Rineka Cipta

    Nursalam. (2000). Pendekatanpraktik metodologi penelitian risetkeperawatan. Surabaya: UNAIR

    Press

    Pratiknyo, W.A. (2001). Dasarmetodologi penelitian kedokterandan kesehatan. Jakarta: CVRajawali

    Rahayu, N. (1999). Problematikaklinis tuberkulosis pada anak.Majalah Kedokteran, 31 , 7-122.

    Samsuri, F. (2001). Perkembangan

    obat imunodulator: Mediana Jurnal Katalog, 2003

    Sarwono. (1982). Ilmu kesehatananak. Surabaya: UNAIR

    Sherwood, L. (2001). Fisiologimanusia dari sel ke sistem (edisi2). Jakarta: EGC

    Sugiyono. (1999). Statistika untukpenelitian. Bandung: Alfabeta

    Suwantitik, T. (2000). Faktor-faktor yang berhubungan dengankejadian TB paru primer padaanak balita di RSUD KabupatenBantul Yogyakarta

    Suraatmadja. (1995). Imunisasi. Jakarta: EGC

    Wijayanti, S. & Sadjimin, T. (2002).

    Deteksi individu kontak serumahpada infeksi tuberkulosis siswaSD di Kotamadya Yogyakarta.Berkala Ilmu Kedokteran, 34:111-115

    Yusuf. (2000). Ilmu kesehatan anakkumpulan artikel kedokteran.

     Jakarta: Radar Pustaka Media