16
HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN AGRESIVITAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL TUGAS AKHIR Oleh Vivi Dewi Salonika 132013074 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14384/2/T1_132013074_Full...dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN

AGRESIVITAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SALATIGA

TAHUN AJARAN 2016/2017

ARTIKEL TUGAS AKHIR

Oleh

Vivi Dewi Salonika

132013074

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN

AGRESIVITAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SALATIGA

TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh : Vivi Dewi Salonika

(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)

Pembimbing :

Drs. Umbu Tagela, M.Si dan Drs. Sumardjono, Pm. M.Pd

(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara

pengendalian diri dengan agresivitas. Subyek penelitian ini adalah siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 221 siswa. Jumlah ini

diperoleh dengan memakai Nomogram Harry King, jumlah populasi 596

siswa dengan taraf kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya 221 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random

Sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Kendall Tau dengan

bantuan program SPSS Windows 16.0. Berdasarkan analisis data, dihasilkan

rxy= -.234 dengan p = < 0.01 berarti ada hubungan negatif yang signifikan

antara pengendalian diri dengan agresivitas. Dapat diartikan bahwa semakin

meningkat skor pengendalian diri maka akan diikuti oleh penurunan skor

agresivitas siswa.

Kata kunci : Siswa Kelas XI SMK, Pengendalian Diri, Agresivitas

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman yang

begitu cepat telah memberikan dampak

bagi banyak orang, terkhususnya

remaja. Masa remaja yang dinyatakan

sebagai periode perubahan (Hurlock,

1980) menunjukkan bahwa perubahan

yang terjadi bukan hanya secara

internal namun juga eksternal.

Masa remaja juga disebutkan

sebagai periode peralihan. Menurut

Hurlock (1980), bila anak-anak beralih

dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, anak-anak harus

“meninggalkan segala sesuatu yang

bersifat kekanak-kanakan” dan juga

harus mempelajari pola perilaku dan

sikap baru untuk menggantikan

perilaku dan sikap yang sudah

ditinggalkan. Dengan demikian

perubahan pola perilaku dan sikap baru

bagi remaja pada masa remaja

sangatlah diperlukan. Namun

terkadang perubahan perilaku dan

sikap remaja tidak dibarengi dengan

kemampuan untuk mengendalikan

dirinya.

Proses perubahan dari kanak-

kanak menuju dewasa tentu di

dalamnya terdapat berbagai pilihan

yang akan membawa remaja ke arah

positif dan negatif. Perubahan yang

membawa remaja ke arah positif tentu

tidak menjadi masalah, namun ketika

hal itu justru membawa remaja ke arah

negatif maka perlu untuk diperhatikan.

Perilaku-perilaku negatif yang mulai

dilakukan oleh remaja akan membawa

remaja memiliki agresivitas yang

tinggi. Jika agresivitas yang ada

dibiarkan maka akan meningkat, maka

dari itu diperlukan pengendalian diri

untuk menekannya.

Berk (dalam Gunarsa, 2004)

menjelaskan pengendalian diri adalah

kemampuan individu untuk menahan

keinginan atau dorongan sesaat yang

bertentangan dengan tingkah laku yang

tidak sesuai dengan norma sosial.

Memiliki pengendalian diri yang tinggi

akan membantu remaja untuk menekan

agresivitas dalam dirinya.

Agresivitas sendiri oleh Baron &

Richardson (Mercer, 2012) dijelaskan

sebagai setiap bentuk perilaku yang

bertujuan mencelakai makhluk hidup

lain yang termotivasi untuk

menghindari perlakuan semacam itu.

Hal ini berarti diperlukan adanya niat

untuk mencelakai orang lain walaupun

hal itu mungkin tidak benar-benar

terjadi.

Banyak pemberitaan di media

massa mengenai perilaku agresif yang

dilakukan remaja akhir-akhir ini.

Seorang gadis berusia 14 tahun

meninju seorang nenek yang berusia

87 tahun di Croydon, London (Liputan

6, 10 November 2015). Sejumlah

remaja di Kebon Jeruk tawuran dengan

memakai senjata tajam (Suara.com, 13

Februari 2016).

Keterkaitan pengendalian diri

dengan agresivitas dikaji oleh

Nurfaujiyanti (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Pengendalian Diri (Self

Control dengan Agresivitas Anak

Jalanan” yang menunjukkan adanya

hubungan negatif antara pengendalian

diri dengan agresivitas anak jalanan.

Penelitian relevan lainnya

mengungkapkan hasil yang berbeda,

Toyibah (2007) dalam penelitiannya

“Perilaku Agresif pada Budaya Carok

ditinjau dari Kematangan Emosi dan

Kontrol Diri” menunjukkan tidak

adanya hubungan antara pengendalian

diri dengan agresivitas.

Selain itu, berdasarkan hasil

wawancara dengan guru BK SMK

Negeri 2 Salatiga diketahui bahwa

pengendalian diri siswa belum stabil

karena masih sering terpicu oleh

teman-temannya. Aspek pengendalian

perilaku masih dinilai rendah daripada

aspek pengendalian kognitif maupun

keputusan. Sedangkan agresivitas

siswa yang paling nampak dilakukan

adalah agresi verbal, siswa biasanya

mengucapkan kata-kata umpatan

secara spontan.

Berdasarkan latar belakang

sebagaimana diuraikan di atas, maka

penulis tertarik untuk menulis

mengenai hubungan pengendalian diri

dengan agresivitas siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran

2016/2017.

LANDASAN TEORI

Agresivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia agresivitas merupakan hal

(sifat, tindak_ agresif; keagresifan.

Agresi menurut Elliot Aronson (dalam

Koeswara,1988) adalah “tingkah laku

yang dijalankan individu dengan

maksud melukai atau mencelakakan

individu lain dengan ataupun tanpa

tujuan tertentu.”

Sejalan dengan pendapat Elliot,

Robert Baron (2005) juga

mendefinisikan agresi sebagai tingkah

laku yang diarahkan kepada tujuan

menyakiti makhluk hidup lain yang

ingin menghindari perlakuan semacam

itu. Definisi agresi dari Baron ini

mencakup empat faktor : tingkah laku,

tujuan untuk melukai atau

mencelakakan (termasuk mematikan

atau membunuh), individu yang

menjadi pelaku dan individu yang

menjadi korban, dan ketidakinginan si

korban menerima tingkah laku si

pelaku (Koeswara,1988). Dapat

disimpulkan bahwa agresivitas

berbicara mengenai perilaku yang

dilakukan dengan maksud menyakiti,

mencelakai maupun melukai orang

lain yang tidak diharapkan datangnya.

Pengukuran agresivitas

dilakukan dengan melihat aspek-aspek

yang ada di dalamnya. Buss dan Perry

(dalam Lestari, 2014) menyebutkan

bahwa ada empat aspek perilaku

agresif, yakni agresi fisik, agresi

verbal, kemarahan dan permusuhan.

Sarlito (2014) menuliskan

beberapa faktor yang menyebabkan

agresi pada manusia, yaitu :

1. Sosial

2. Personal

3. Kebudayaan

4. Situasional

5. Sumber Daya

6. Media Massa

Pengendalian Diri

Pengendalian diri atau di dalam

bahasa inggris sering disebut pula

dengan self control, memiliki arti yang

sama pula dengan kontrol diri. Averill

(dalam Lestari, 2014) mengemukakan

kontrol diri sebagai variabel psikologis

yang sederhana, karena di dalamnya

tercakup tiga konsep yang berbeda

tentang kemampuan mengontrol diri,

yaitu : kemampuan individu

memodifikasi perilaku, kemampuan

individu dalam mengelola informasi

yang tidak diinginkan dengan cara

menginterpretasi serta kemampuan

individu untuk memilih suatu tindakan

berdasarkan sesuatu yang diyakininya.

Gilliom et al (Gunarsa, 2005)

juga mengungkapkan pengertian

pengendalian diri sebagai kemampuan

individu yang terdiri dari tiga aspek,

yaitu kemampuan mengendalikan diri

atau menahan tingkah laku yang

bersifat menyakiti atau merugikan

orang lain, kemampuan bekerja sama

dengan orang lain dan kemampuan

untuk mengikuti peraturan yang

berlaku, serta kemampuan untuk

mengungkapkan keinginan atau

perasaan kepada orang lain tersebut.

Aspek-aspek dalam

pengendalian diri diungkapkan oleh

Averill (dalam Serena, 2014), ada 3

aspek yaitu : behaviour control

(kontrol perilaku), cognitive control

(kontrol kognitif) dan decision control

(kontrol keputusan).

Faktor yang mempengaruhi

pengendalian diri oleh Logue (dalam

Sriyanti, 2015) dibagi menjadi dua,

yakni : faktor genetik dan faktor milieu

(lingkungan).

Hubungan Pengendalian Diri

dengan Agresivitas

Pengendalian diri diartikan

kemampuan individu untuk menahan

keinginan atau dorongan sesaat yang

bertentangan dengan tingkah laku yang

tidak sesuai dengan norma sosial

(Berk, dalam Gunarsa, 2006).

Seseorang yang memiliki

pengendalian diri yang tinggi

cenderung memiliki agresivitas yang

rendah. Berbeda dengan seseorang

memiliki pengendalian yang rendah,

ketika tidak mampu mengendalikan

emosinya maka perilaku agresif yang

merugikanlah yang akan timbul. Baron

dan Richardson (Kraher,2005)

berpendapat bahwa agresi adalah

segala bentuk perilaku yang

dimaksudkan untuk menyakiti atau

melukai makhluk hidup yang lain yang

terdorong untuk menghindari

perlakuan itu.

Berdasarkan uraian di atas,

penulis menyimpulkan bahwa

pengendalian diri memiliki pengaruh

besar terhadap agresivitas seseorang.

Semakin tinggi pengendalian diri maka

semakin rendah agresivitas yang

dimiliki seseorang, begitu pula

sebaliknya semakin rendah

pengendalian diri seseorang maka

agresivitasnya semakin tinggi.

METODE

Jenis penelitian ini adalah

penelitian korelasional, Arikunto

(2010) menyebutkan jenis penelitian

korelasional bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan

antara dua atau beberapa variabel.

Populasi penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 2

Salatiga yang berjumlah 596 siswa.

Teknik pengambilan sample

menggunakan Cluster Random

Sampling. Penentuan jumlah sampel

dilakukan dengan menggunakan rumus

penentuan jumlah sampel yang

dikembangkan Isaac dan Michael

(Sugiyono, 2012). Penghitungan

jumlah sampel diambil dari jumlah

populasi siswa kelas XI SMK Negeri 2

Salatiga yakni 596 siswa (yang

dibulatkan menjadi 600 siswa). Jumlah

populasi 600 dengan taraf kesalahan

5% pada tabel penentuan rumus Isaac

dan Michael (Sugiyono, 2012)

didapatkan sampel sebanyak 221

siswa.

Tabel 1.1 Data Subjek Penelitian

Kelas Siswa Juml

ah

Persenta

se L P

XI TKJ-B 18 16 34 15.38%

XI TMO-A 35 - 35 15.84%

XI TEI-A 24 9 33 14.93%

XI TEI-B 27 7 34 15.38%

XI TPM-B 33 - 33 14.93%

XI TPBU 36 - 36 16.30%

XI TKBB 12 4 16 7.24%

Total 185 36 221 100%

Teknik pengumpulan data

menggunakan skala, yakni skala

pengendalian diri dan skala agresivitas.

Uji validitas instrumen mengacu

pada teori Azwar (2012) dengan

koefisien validitas berada di atas 0.25.

Uji reliabilitas mengacu pada teori

George & Mallery (1995) dengan hasil

kedua skala memiliki koefisien

reliabilitas > 0.8 dan berada pada

kategori reliabilitas bagus.

Sebelum menentukan teknik

analisis data yang dipakai, penulis

melakukan uji normalitas dengan

metode Kolmogorov-Smirnov

didapatkan hasil Asymp.Sig (2-tailed)

pengendalian diri 0.000<0.05 dan

agresivitas 0.033<0.05. Berdasarkan

hasil tersebut diketahui bahwa sebaran

data pengendalian diri dan agresivitas

tidak normal, maka menggunakan

statistik Non Parametrik dalam

pengukuran korelasinya. Metode

penghitungan menggunakan korelasi

Kendall Tau dengan bantuan program

SPSS for Windows 16.0.

HASIL PENELITIAN

Analisis Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis

deskriptif diketahui hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi

Pengendalian Diri

Kategori Range Frek Persentas

e (%)

Sangat

Tinggi

105-120 3 1.35%

Tinggi 90-104 113 51.14%

Sedang

Atas

75-89 103 46.61%

Sedang

Bawah

60-74 2 0.90%

Rendah 45-59 - 0%

Sangat

Rendah

30-44 - 0%

Berdasarkan tabel 1.2 dapat

diketahui bahwa pengendalian diri

siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga

berada pada kategori tinggi (51.14%),

hal ini dapat diartikan bahwa siswa

mampu memanfaatkan secara optimal

aspek-aspek pada pengendalian diri

yakni pengendalian perilaku, kognitif

dan keputusan.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Agresivitas

Kategori Range Frek Persentas

e (%)

Sangat

Tinggi

105-

120

- 0%

Tinggi 90-104 2 0.90%

Sedang

Atas

75-89 52 23.53%

Sedang

Bawah

60-74 145 65.62%

Rendah 45-59 21 9.50%

Sangat

Rendah

30-44 1 0.45%

Adapun agresivitas siswa

berdasarkan tabel 1.3 berada pada

kategori sedang bawah (65.62%),

dengan demikian dapat diartikan

bahwa agresivitas siswa perlu

diturunkan lagi.

Analisis Korelasi

Tabel 1.4 Hasil Uji Korelasi Pengendalian

Diri dengan Agresivitas

Pengenda

lian_Diri

Agresiv

itas

Kend

all's

tau_b

Pengen

dalian_

Diri

Correlation

Coefficient 1.000 -.234

**

Sig. (2-

tailed) . .000

N 221 221

Agresiv

itas

Correlation

Coefficient -.234

** 1.000

Sig. (2-

tailed) .000 .

N 221 221

**. Correlation is significant at the 0.01 level

(2-tailed).

Berdasarkan tabel 1.4 didapatkan

hasil koefisien rxy = -0.234 dengan p =

0.000 < 0.01. Arah hubungan antara

pengendalian diri dengan agresivitas

adalah negatif, hal ini berarti semakin

meningkat skor pengendalian diri

maka akan diikuti oleh penurunan skor

agresivitas.

Adanya hubungan yang negatif

antara pengendalian diri dengan

agresivitas siswa kelas XI SMK Negeri

2 Salatiga dapat disebabkan karena

siswa berada pada lingkungan sekolah

yang memiliki nilai, keyakinan dan

prinsip berupa aturan sekolah dan

wajib untuk ditaati oleh semua siswa.

Selain itu bisa disebabkan karena

adanya kebiasaan dan kegiataan

keagaaman yang ada di sekolah, di

antaranya kebiasaan berdoa bersama

sebelum memulai setiap mata

pelajaran dan adanya kegiatan shalat

dzuhur berjamaah tiap harinya di

sekolah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Logue (dalam Sriyanti, 2015)

bahwa lingkungan mempengaruhi

pengendalian diri.

Hal lain yang bisa menyebabkan

adanya hubungan negatif pengendalian

diri dengan agresivitas adalah adanya

sistem poin untuk setiap pelanggaran

yang dilakukan siswa. Poin maksimal

siswa adalah 100, jika sudah mencapai

angka 100 maka siswa akan diminta

untuk mengundurkan diri ataupun

pindah dari sekolah tersebut. Namun

poin tersebut dapat dikurangi dengan

cara melakukan hal-hal positif seperti

membuat puisi, membersihkan tempat

ibadah, mewakili sekolah dalam

perlombaan dan lain sebagainya, hal

ini disebut remisi poin. Adanya sistem

ini membantu siswa dalam menekan

agresivitas sekaligus meningkatkan

pengendalian dirinya. Messina &

Messina (Gunarsa, 2004)

mengemukakan fungsi pengendalian

diri, jika dikaitkan maka SMK Negeri

2 membantu meningkatkan

pengendalian diri siswa dengan

mengendalikan lingkungan dan

membatasi siswa bertingkah laku

negatif. Sehingga sesuai bahwa

semakin tinggi pengendalian diri maka

semakin rendah agresivitas siswa.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Nurfaujiyanti (2010)

kepada anak jalanan dengan judul

“Hubungan Pengendalian Diri (Self

Control) dengan Agresivitas Anak

Jalanan”. Hasilnya menunjukkan

adanya hubungan negatif antara

pengendalian diri dengan agresivitas.

Kesamaan hasil penelitian ini bisa

dikarenakan kesamaan kuatnya budaya

yang masih menjunjung tinggi nilai

dan norma.

Hasil penelitian ini bertentangan

dengan penelitian Toyibah (2007)

yang meneliti “Perilaku Agresif pada

Budaya Carok ditinjau dari

Kematangan Emosi dan Kontrol Diri”,

dikarenakan perbedaan subjek

penelitian adalah laki-laki yang

melakukan carok dan dianggap

preman.

PENUTUP

Simpulan dari penelitian ini

adalah: ada hubungan negatif yang

signifikan antara pengendalian diri

dengan agresivitas siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Salatiga dengan hasil

koefisien rxy = -0.234 dengan p =

0.000 < 0.01. Hal ini berarti semakin

tinggi pengendalian diri siswa,

semakin rendah agresivitasnya.

Sebaliknya, semakin rendah

pengendalian diri siswa maka semakin

tinggi agresivitasnya.

Saran-saran yang dapat penulis

berikan adalah :

1. Bagi Siswa

Berdasarkan hasil temuan dalam

penelitian ini, penulis menyarankan

agar siswa dapat meningkatkan

pengendalian diri karena pengendalian

diri mempunyai peranan penting dalam

masa remaja. Siswa diharapkan pula

untuk mengikuti kegiatan-kegiatan

positif seperti ekstrakurikuler di

sekolah yang mampu meningkatkan

pengendalian dirinya, sehingga

agresivitas di kalangan siswa bisa

ditekan. Masa remaja memang rawan

dengan meningkatnya agresivitas, oleh

sebab itu latihan dalam mengendalikan

diri sangatlah diperlukan.

2. Bagi Guru BK

Berdasarkan hasil penelitian yang

menunjukkan siswa kelas XI SMK

Negeri 2 Salatiga memiliki

pengendalian diri tinggi, maka bagi

Guru BK hendaknya tetap memberikan

layanan Bimbingan dan Konseling

berupa bimbingan kelompok untuk

mengembangkan pengendalian diri

siswa.

Mengenai agresivitas siswa yang

berada pada kategori sedang bawah,

hendaknya Guru BK tetap memberikan

perhatian kepada siswa dengan

memberikan layanan Bimbingan dan

Konseling dengan tujuan untuk

mencegah perilaku-perilaku agresif

yang dapat meningkatkan agresivitas

siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang berminat

untuk meneliti mengenai variabel yang

sama maupun subjek yang sama,

diharapkan dapat melibatkan variabel-

variabel lainnya seperti regulasi diri,

dukungan teman sebaya, social

control.

Selain itu peneliti selanjutnya dapat

mengungkap secara lebih mendalam

mengenai pengendalian diri, manfaat

serta pengaruhnya terhadap perilaku

manusia dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan

Skala Psikologi. Jakarta.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

George, D., & Mallery, P. 1995. SPSS

for Windows 2003 step by step :

A Simple Guide and Reference

11.0 Update. Allyn and Bacon,

Boston.

Gunarsa, Singgih D. 2004. Dari Anak

sampai Usia Lanjut : Bunga

Rampai Psikologi

Perkembangan. Jakarta: Gunung

Mulia.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi

Perkembangan : Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia.

Bandung : Rosda Offset.

Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif

: Buku Panduan Psikologi

Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Lestari, Dewi. 2014. Hubungan

Kontrol Diri dengan Perilaku

Merokok pada Mahasiswi

Program Studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan UKSW

Salatiga. Skripsi. (tidak

diterbitkan). Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan:

Universitas Kristen Satya

Wacana.

Mercer, Jenny & Clayton, Debbie.

2012. Psikologi Sosial. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Nurfaujiyanti. 2010. Hubungan

Pengendalian Diri (Self Control)

dengan Agresivitas Anak

Jalanan. Skripsi. Diakses pada

hari Senin, 16 Juni 2016,

http://repository.uinjkt.ac.id/dspa

ce/bitstream/123456789/949/1/N

URFAUJIYANTI-FPS.pdf

Papalia, Old. 2001. Perkembangan

pada Remaja. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sarlito, W. Sarwono, Eko A.

Meinarno. 2014. Psikologi

Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba

Humanika.

Serena, Megatasya Kurnia. 2014.

Pengaruh Kecerdasan Emosi

dan Self Control terhadap

Agresivitas Remaja Pengguna

Game Online. Skripsi. Diakses

pada 1 Oktober 2016,

http://repository.uinjkt.ac.id/dspa

ce/bitstream/123456789

/29310/1/MEGATASYA%20KU

RNIA%20SERENA-FPSI.pdf

Sriyanti, Lilik. 2015. Model

Bimbingan dan Konseling

Kolaboratif untuk Meningkatkan

Pengendalian Diri Anak Usia

Dini di PAUD Kota Salatiga

Tahun 2014. Disertasi. Bandung:

Program Studi Bimbingan dan

Konseling Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan

Indonesia.

Sugiyono. 2012. Statistika Penelitian.

Bandung: Penerbit Alfabeta.