Upload
dohanh
View
242
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JAMAAH HAJI
BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH
Irfany Fauziah Samad
NIM : 11141030000038
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
hasii jiplakan dari karya orang lain, rrraka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatrrllah Jakarta.
J akarta, 23 Oktober 2017
Irfany Fauziah Samad
1.
2.
3.
ill
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DENGAN PENGETAHUAN,
SIKAP, DAN SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JEMAAH HAJI
BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017
Laporan penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Irfany Fauziah Samad
NIM : 11141030000038
Pembimbing 2
dr. Dwi Tyastuti, M.Ph, PhD Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRSNIP. 19720717 2005012 003 NIP. 1 9540406 1981 1 1 1 001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKART,{
1438H12017M
Pembimbing 1
M
IV
LEMBAR PENGESAHANLaporan penelitian berjudul Hubungan Antara Perilaku Pencegahan PenyakitInfeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, danSosiodemografik Pada Calon Jamaah t{aji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun2017 yang diajukan oleh Irfany Fauziah Samad (NIM : 11 141030000038), telahdiujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan pada 23Oktober 2017. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokterandan Profesi Dokter.
Ciptrtat, 23 Oktober 2O17
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing 2
&X^^X^adr. Dwi Tyastuti, M.Ph, Ph.D
NrP. 197207 U 2AA50t2 0A3Pembimbing I
dr. Dwi Tyastuti, M.Ph, Ph.D
}.|IP. 19720717 2005012 003
Penguji 1
dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIMNiP. i96605D r99803I 00I
Dekan FKIK LrIN
Prof:Dt; H, AEif Sumantri, S.KM, M.KesNrP. 19650808 1988031 002
lrr^rou*4t
Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRSNIP. 19540406 1981111 001
Penguji 2
dr. Erike Anggraini S, M.Pd, Sp.MKNIF. Iq8I0926 2{J1i0rZ 007
PIMPINAN FAKULTAS
Kaprodi PSKPD
FICS, FACS
001
, sp.u/Ph.D,t9721103 2006041
dr. Nouval
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang
berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DENGAN PENGETAHUAN,
SIKAP, DAN SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JAMAAH HAJI
BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017”, sebagai salah satu syarat yang
diajukan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kedokteran dan Profesi
Dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, suri tauladan dengan sebaik-baiknya akhlak.
Penulis menyadari bahwa selesainya penelitian ini berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa
hormat dan terimakasih kepada :
1. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama
RI yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa menjalani
pendidikan di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kedua orang tua penulis, Drs. Abdul Samad, MH dan A.Indrayati Hafid,
yang sangat penulis sayangi dan menyayangi penulis, yang senantiasa
mendidik dengan baik, serta selalu mendoakan penulis. Tak lupa juga
terimakasih kepada saudara-saudara tercinta penulis yaitu AM Naufal
Maulana, Achmad Rifqy, dan Achmad Syauqy, serta seluruh keluarga
penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan selama ini
3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. Dr. Sardjana,
Sp.OG(K), SH, Maftuhah M.Kep, Ph.D, Fase Badriah S.KM, M.Kes,
Ph.D, selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. dr. Nauval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS, selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
5. dr. Dwi Tyastuti, MPH, Ph.D selaku dosen pembimbing 1 dan Dr. dr.
Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRS selaku dosen pembimbing 2 yang
telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
dan membimbing selama melakukan penelitian ini.
6. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM, selaku dosen penguji 1 dan dr. Erike
Anggraini S, M.Pd, Sp.MK, selaku dosen penguji 2 yang memberikan
bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.
7. Pihak Kementerian Agama Kota Bekasi yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian serta calon jamaah haji yang telah bersedia menjadi
responden untuk penelitian ini.
8. Ibu Sugini selaku pengurus pertemuan calon jamaah haji Kementerian
Agama Kota Bekasi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
pengambilan sampel penelitian.
9. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D, selaku penanggung jawab
modul riset Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014.
10. dr. Mery Nitalia, Sp. PK, selaku pembimbing akademik dan dosen-dosen
pengajar Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
11. Anik Alfiyani, Mufidatun Nafisah, Nisa Uzlifatul Jannah, dan Saudail
Ghomim, sebagai teman seperjuangan dalam penelitian ini yang
merasakan senang dan susah bersama mencari tempat penelitian,
mengambil data serta menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran bersama
dalam menyelesaikan penelitian ini.
12. Khadziyatul Fildah Rusdina, Moch. Thoriq Assegaf Al-Ayyubi, Widya
Prayoga Triatmaja, Afza Azzindani, Ahmad serta kakak-kakak Program
Studi Kesehatan Masyarakat lainnya yang telah membantu penulis dalam
menggunakan aplikasi SPSS demi menyelesaikan penelitian ini.
13. Sahabat-sahabat tercinta Alumni Exact angkatan 2014 DDI Lil-Banat yang
senantiasa terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
vii
14. Mufidatun Nafisah, Ayu Rizki Saputri, St.Rafida Ali, Sri Nur Shadrina,
Syahriani Syukri dan semua teman penulis yang telah membantu dan
senantiasa menemani dan menghibur serta menguatkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan penelitian ini.
15. Seluruh Keluarga Alumni Ponpes DDI Lil-Banat dan DDI Al-Badar
Parepare cabang UIN Jakarta yang senantiasa memberikan semangat dan
menemani penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
16. Seluruh Keluarga CSSMoRA UIN Jakarta yang senantiasa membantu dan
menyemangati penulis selama penelitian ini.
17. Serta seluruh pihak yang berperan dalam penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Ciputat, 23 Oktober 2017
Penulis
viii
ABSTRAK Irfany Fauziah Samad. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017. 2017 Latar belakang : ISPA merupakan penyakit yang banyak menyerang jamaah haji saat berada di Arab Saudi. Lebih dari 2 juta orang yang berasal dari kurang lebih 180 negara bergabung di satu tempat untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini membuat penyakit infeksi terutama penyakit pernapasan banyak menyerang jamaah haji. Tujuan : Mengetahui perilaku pencegahan penyakit ISPA pada calon jamaah haji berserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode : Penelitian ini merupakan deskriptif korelasional dan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebesar 97 responden dengan metode non-probability sampling teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan analisis univariat dan korelasi bivariat uji Chi-Square. Hasil: Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku (P= 0,001), terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku (P=<0.001), tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku (P=1,000), tidak terdapat hubungan antara usia dengan perilaku (P=0,127), tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku (P=0,319). Kesimpulan : Faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan ISPA pada calon jamaah haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017 adalah pengetahuan dan sikap. Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku, ISPA
ABSTRACT
Irfany Fauziah Samad. Medical Study Program and Doctor Profession. Relationship Between Practice Prevention of Acute Respiratory Infection Disease with Knowledge, Attitudes, and Sociodemographic On Hajj Pilgrims Bekasi fly group 34 and 54 Year 2017. Background: Acute respiratory infection is a disease that attacked many pilgrims while in Saudi Arabia. More than 2 million people from more than 180 countries joined in one place to perform the pilgrimage. This makes infectious diseases, especially respiratory diseases attack many pilgrims. Objective: To know the Practice of prevention of ARI disease on candidate pilgrims along with the factors that influence it. Method: This research is a correlation descriptive method and using Cross Sectional approach. The sample in this research is 97 respondents with non-probability sampling method of purposive sampling technique. Data were collected using questionnaire, data analysis using univariate analysis and bivariate correlation of Chi-Square test. Result: There is relationship between knowledge with practice (P = 0,001), there is relationship between attitude and practice (P = <0.001), there is no relation between sex with practice (P=1,000), there is no relation between age with practice (P = 0,127) there is no correlation between education level and practice (P = 0,319). Conclusion: Factors that influence the practice of prevention of ARI on candidate Hajj pilgrims Bekasi 2017 is knowledge and attitude Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, Acute Respiratory Infection
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Kerangka/Landasan Teori ............................................................................. 5
2.1.1 Perilaku Kesehatan .................................................................................. 5
2.1.2 Ibadah Haji ............................................................................................. 12
2.1.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) saat Ibadah Haji.................... 17
2.2 Kerangka Teori Penelitian ........................................................................... 24
2.3 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 25
2.4 Definisi Operasional .................................................................................... 26
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 29
3.1 Desain penelitian ......................................................................................... 29
3.2 Waktu dan tempat penelitian ....................................................................... 29
3.3 Populasi dan sampel .................................................................................... 29
3.3.1 Populasi penelitian ................................................................................. 29
3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................................. 29
3.4 Instrument penelitian ................................................................................... 32
3.5 Cara kerja penelitian .................................................................................... 32
3.5.1 Persiapan penelitian ............................................................................... 32
3.5.2 Pengambilan Sampel ............................................................................. 32
3.5.3 Pengolahan dan analisis data ................................................................. 32
3.6 Manajemen data .......................................................................................... 33
3.6.1 Prosedur pengumpulan data ................................................................... 33
3.6.2 Pengolahan dan analisis data ................................................................. 33
3.7 Gambaran Alur Penelitian ........................................................................... 34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ...................................... 35
4.1.1 Uji Validitas ........................................................................................... 35
4.1.2 Uji Reliabilitas ....................................................................................... 37
4.2 Analisis univariat ........................................................................................ 37
4.2.1 Karakteristik responden ......................................................................... 38
4.2.2 Gambaran pengetahuan calon jamaah haji tentang gejala, penyebab/
penularan serta cara pencegahan ISPA .................................................. 39
4.2.3 Gambaran sikap dan perilaku calon jamaah haji mengenai ISPA ......... 47
4.3 Analisis Bivariat ......................................................................................... 52
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap perilaku pencegahan
ISPA pada Calon Jamaah Haji Bekasi tahun 2017 ................................ 52
xi
4.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan
terhadap Perilaku pencegahan ISPA pada Calon Jamaah Haji
Bekasi tahun 2017 ................................................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 62
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 62
5.2 Saran . ...............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................... 68
xii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Definisi Operasional.......................................................................27
Tabel 4.1 Hasil Validasi pada Item Kuesioner...............................................36
Tabel 4.2 Hasil Reliabilitas pada Item Kuesioner..........................................38
Tabel 4.3 Karakteristik responden calon jamaah haji Bekasi kloter
34 dan 54........................................................................................39
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
mengenai gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon
jamaah haji Bekasi tahun 2017......................................................41
Tabel 4.5 Kategori pengetahuan mengenai gejala ISPA pada calon
jamaah haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017..........................42
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
mengenai penyebab/penularan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017...........................43
Tabel 4.7 Kategori pengetahuan mengenai penyebab/penularan ISPA
pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017.........44
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan
mengenai cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017....................................45
Tabel 4.9 Kategori pengetahuan mengenai cara pencegahan
terkena ISPA pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54
tahun 2017......................................................................................46
Tabel 4.10 Kategori Pengetahuan Calon Jamaah Haji Bekasi 2017................47
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap mengenai
cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon
jamaah haji Bekasi tahun 2017......................................................48
Tabel 4.12 Kategori Sikap mengenai pencegahan terkena ISPA pada
calon jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017..................49
Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku
(pertanyaan terbuka) mengenai cara pencegahan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun
2017................................................................................................50
xiii
Tabel 4.14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku
(pertanyaan tertutup) mengenai cara pencegahan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun
2017...............................................................................................51
Tabel 4.15 Kategori Perilaku mengenai pencegahan terkena ISPA pada
calon jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017..................52
Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Pencegahan ISPA pada Calon Jamaah Haji...................................53
Tabel 4.17 Hubungan Jenis kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan
terhadap Perilaku Pencegahan ISPA pada Calon Jamaah haji.......58
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Teori Penelitian..............................................................25
Bagan 2 Kerangka Konsep Penelitian..........................................................26
Bagan 3 Gambaran Alur Penelitian..............................................................35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Pengambilan Data dan Jumlah Sampel Akhir .................... 68
A. Prosedur Administrasi ...................................................................... 68
B. Prosedur Teknik ............................................................................... 68
Lampiran 2 Persetujuan Etik (Ethical Approval) .............................................. 72
Lampiran 3 Informed Consent dan Kuesioner .................................................. 73
Lampiran 4 Curiculum vitae ............................................................................. 80
Lampiran 5 Dokumentasi saat pengambilan data .............................................. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan ibadah haji dilakukan di Makkah dan Madinah, Arab Saudi, yang
terdiri dari seluruh umat muslim dari beberapa negara didunia. Banyaknya umat
muslim yang berasal dari setiap negara, masing-masing membawa potensi
penyakit dari negara asal mereka, serta kondisi lingkungan di Arab Saudi berupa
padang pasir dan iklim yang ekstrim panas meningkatkan risiko terjadinya
penyakit infeksi khusunya bagian pernapasan. Dari beberapa sumber dijelaskan
bahwa terdapat lebih dari 2 juta jamaah haji yang berasal dari kurang lebih 180
negara di dunia, tinggal bersama dan dalam kondisi yang ramai menghadapkan
para jamaah haji dan penduduk lokal setempat pada masalah berbagai penyakit
menular.1,2 Dari sekian banyak jamaah haji yang berada di Arab Saudi, jumlah
jamaah haji di Indonesia kurang lebih 100.000-200.000. Hingga tahun 2017, kuota
jamaah haji mencapai 221.000.3 Hal ini menunjukkan bahwa sangat banyak
jamaah haji yang berasal dari Indonesia, yang berisiko terkena penyakit infeksi
pada saat beribadah haji.
Terkait risiko kesehatan yang akan dihadapi oleh para calon jamaah haji saat
berada di Arab Saudi, maka penting nya pengetahuan dan cara pencegahan yang
baik dan benar sangat dibutuhkan agar dapat mengurangi risiko terkena penyakit
ataupun risiko memperparah penyakit yang telah dimiliki oleh para calon jamaah
haji. Salah satu risiko kesehatan yang akan dihadapi calon jamaah haji adalah
penyakit infeksi.
Salah satu penyakit infeksi yang paling sering menular pada saat pelaksanaan
ibadah haji adalah penyakit ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA
menurut WHO adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas atau
bawah, yang biasanya bersifat menular mulai dari tanpa gejala, gejala ringan,
hingga gejala yang parah dan mematikan.4 ISPA merupakan penyakit yang sering
menyerang jamaah haji saat berada di tanah suci. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Ekhmimi, dkk (2016) mengenai kasus ISPA yang terjadi pada jamaah haji
yang mengunjungi Unit Gawat Darurat Al-Madinah Al-Munawwarah, terdapat
sekitar 18% kasus penyakit menular di jamaah haji Indonesia. Penelitian yang
2
dilakukan oleh Jaffar, dkk (2016) sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 terdapat
sekitar 452 jamaah haji dirawat di rumah sakit dan 49,3% diantaranya adalah
penyakit pernapasan. Sepanjang tahun 2013, terdapat sekitar 38 jamaah haji
dengan pneumonia bilateral berat, 22 jamaah haji dengan konfirmasi infeksi
Haemophilus influenzae..5 Selain tingginya angka terjadinya ISPA pada saat
beribadah haji, kondisi yang padat populasi akan jamaah haji yang berasal dari
berbagai negara menyebakan penularan organisme yang resisten sangat sering
terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Razavi, dkk (2014) menyebutkan bahwa
tingginya penularan organisme yang resisten menyebabkan tingginya angka
morbiditas ISPA pada jamaah haji yang mana hal ini akan sangat mempengaruhi
jamaah haji dalam melaksanakan rangkaian kegiatan selama beribadah haji.2
Berdasarkan data tingginya risiko ISPA tersebut, maka pentingnya dilakukan
persiapan yang baik dalam pencegahan terkena penyakit ISPA pada calon jamaah
haji sebelum keberangkatan menuju Arab Saudi. Adapun bentuk pencegahan
ISPA yang bisa dilakukan oleh calon jamaah haji sangat banyak, mulai dari
vaksin influenza, menggunakan masker, menjaga kebersihan diri sendiri selama
berada di Arab saudi, dan masih banyak lagi.6
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
beragama Islam terbesar di dunia, melakukan penyelenggaraan ibadah haji setiap
tahunnya. Pelaksanaan Ibadah Haji merupakan rukun islam yang kelima, yakni
ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat muslim yang tergolong istithaah.
Istithaah ini sendiri dalam Permenkes No.15 tahun 2016 merupakan kemampuan
Jamaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan dan keamanan untuk
melaksanakan ibadah haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.7
Sebelum keberangkatan calon jamaah haji ke Arab Saudi, para calon jamaah
haji telah mendapat bimbingan haji sebelumnya, baik berasal dari kelompok
bimbingan ibadah haji, ataupun yang dilakukan oleh tim yang mengurusi calon
jamaah haji pada Kementerian Agama. Pada proses bimbingan tersebut para
jamaah haji dibekali beberapa pengetahuan mengenai tata cara pelaksanaan ibadah
haji, serta hal-hal yang bisa menimbulkan risiko kesehatan saat berada di Arab
Saudi.
3
Berdasarkan tingginya data risiko ISPA diatas serta pentingnya mencegah
penularan penyakit ISPA, maka perlu dilakukan pencegahan agar tidak terkena
ISPA saat beribadah haji. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana
bentuk perilaku pencegahan penyakit ISPA yang dilakukan oleh calon jamaah haji
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi serta apa saja faktor yang
mempengaruhinya.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan di Islamic Centre Bekasi, berdasarkan latar
belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan, :
1. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan
ISPA pada calon jamaah haji saat sebelum berangkat ke Arab
Saudi ?
2. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan ISPA pada calon jamaah haji saat sebelum berangkat
ke Arab Saudi ?
3. Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku
pencegahan ISPA pada calon jamaah haji saat sebelum berangkat
ke Arab Saudi ?
4. Apakah terdapat hubungan antara sosiodemografik responden
dengan perilaku pencegahan ISPA pada calon jamaah haji saat
sebelum berangkat ke Arab Saudi?
1.3. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku calon jamaah
haji saat sebelum berangkat ke Arab Saudi.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku calon jamaah haji
saat sebelum berangkat ke Arab Saudi.
3. Terdapat hubungan antara sosiodemografik dengan perilaku calon
jamaah haji saat sebelum berangkat ke Arab Saudi.
4
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian diatas :
1. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku calon
jamaah haji mengenai cara pencegahan terkena ISPA saat akan
beribadah haji.
2. Mengetahui bagaimana hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku calon jamaah haji dalam mencegah terkena
penyakit ISPA saat beribadah haji.
1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang dapat di ambil, di
antaranya adalah sebagai berikut :
Bagi calon jamaah haji :
Mengetahui seberapa besar risiko terkena penyakit ISPA
serta cara mencegah agar tidak terkena infeksi saat beribadah haji
nantinya.
Bagi KBIH/ Kantor Wilayah Kementerian Agama bagian Haji
Kota Bekasi :
Dapat digunakan sebagai tambahan informasi terkait
gambaran perilaku calon jamaah haji dalam mencegah terkena
penyakit ISPA agar dapat meningkatkan pembinaan kesehatan
serta pengendalian infeksi saluran pernapasan terhadap calon
jamaah.
Bagi penulis :
Dapat mengetahui gambaran perilaku calon jamaah haji
Bekasi terhadap cara pencegahan terkena penyakit ISPA, serta
menambah pengetahuan mengenai penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka/Landasan Teori
2.1.1 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2013), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah
suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.8
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam 3 domain, yang selanjutnya
dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu:8
1. Pengetahuan ( knowledge )
2. Sikap atau tanggapan ( attitude )
3. Praktik atau tindakan ( practice )
2.1.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari pengumpulan informasi, dan hal ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan tehadap suatu objek tertentu. Sebagian
besar manusia memperoleh pengetahuan dari indera mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya
tindakan seseorang.8
Pengetahuan adalah kemampuan untuk memperoleh atau mempertahankan
pengalaman, kecakapan, atau keterampilan. Pengetahuan dipengaruhi oleh
imajinasi, persepsi, penilaian, memori, pengalaman, tingkat pendidikan,
kebiasaan.9,10
5
6
2.1.1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah: 11
1. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi seseorang dalam pemahaman dan
penerimaan informasi. Maka semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah dalam memahami dan menerima/menolak informasi,
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
2. Informasi/Media Massa
Informasi yang bisa didapatkan bisa dari berbagai macam sumber,
baik itu dari pendidikan formal maupun non-formal. Informasi yang
didapatkan akan memberikan pengetahuan yang baru bagi penerima
informasi, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek
3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang berada di dalam masyarakat akan
cenderung menambah pengetahuan seseorang tanpa harus melalui
penalaran. Status ekonomi juga akan menetukan tersedianya fasilitas yang
akan digunakan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial juga akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang
4. Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses masuknya sebuah
pengetahuan dalam seseorang yang berada pada lingkungan tersebut. Hal
ini terjadi karena adanya interaksi atau hubungan timbal balik, yang akan
direspon sebagai pengetahuan baru.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali
pengetahuan yang diperoleh di masa lalu
7
6. Usia
Usia mempengaruhi kematangan dan daya tangkap seseorang.
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan berkembang pola pikir
serta daya tangkap terhadap sesuatu yang dihadapi, sehingga pengetahuan
yang diperoleh akan semakin baik.
2.1.1.2 Sikap
2.1.1.2.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun manifestasi dari sikap itu sendiri tidak
dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Jadi sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan
tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut.8
2.1.1.2.2 Komponen Sikap
Dalam bagian lain, Notoatmodjo, dalam Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 8
a. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave )
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.
Sebagai contoh, seorang ibu telah mendengarkan tentang penyakit polio mulai
penyabeb, akibat, cara pencegahan, dan sebagainya. Pengetahuan ini akan
mendorong si ibu untuk berpikir dan berusaha agar supaya anaknya tidak terkena
polio.
2.1.1.2.1 Tingkatan Sikap
Adapun tingkatan dari sikap, terdiri dari:8
1. Menerima ( receiving )
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
8
2. Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap berupa
respon.
3. Menghargai ( valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat 3.
4. Bertanggung jawab ( responsible )
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.1.1.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut Azwar (2013), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap
seseorang adalah:12
1. Pengalaman pribadi
Hal-hal yang telah atau sedang dihadapi/ dialami akan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus-stimulus sosial. Hal ini
akan membentuk pandangan atau sikap seseorang terhadap stimulus
tersebut.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang dianggap penting yang berada di sekitar kita
merupakan salah satu komponen dalam pembentukan sikap terhadap
sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebuadayaan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
dalam menetukan sikap seseorang. Tanpa seseorang sadari, pengaruh
kebudayaan yang ada di sekitar manusia telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai hal.
9
4. Media massa
Media massa sering kali memberikan informasi yang bersifat
sugestif. Hal ini sangat mempengaruhi seseorang dalam pembentukan
sikap. Semakin sugestif informasi tersebut, maka akan mendasari
terbentuknya arah sikap seseorang.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama merupakan media yang
menanamkan pesan moral kepada individu, pemahaman mengenai konsep
baik dan buruk, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, maka hal
tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam pembentukan sikap
terhadap berbagai hal.
6. Faktor emosional
Terkadang suatu sikap terbentuk karena adanya faktor emosional
dalam diri individu. Hal tersebut merupakan bentuk menyalurkan perasaan
tertekan/ frustasi ataupun sebagai bentuk pertahanan ego seseorang.
2.1.1.2.1 Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung seperti menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap sesuatu objek. Contoh, bagaimana pendapat anda tentang
imunisasi pada anak ?. Secara tidak langsung bisa dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis, lalu kemudian menanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila
rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu ? (sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). 8,12
2.1.1.3 Perilaku
Suatu sikap belum otomatis terwujud menjadi suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi sebuah tindakan diperlukan faktor pendukung atau
sesuatu yang memungkinkan, antara lain fasilitas, dukungan dari pihak lain, dan
sebagainya.8 Sebagai contoh, sikap seorang ibu yang sudah positif terhadap
imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suami, serta dukungan dari keluarga,
10
dan terdapat fasilitas imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut mau untuk
mengimunisasikan anaknya.
Adapun tingkatan dari praktis/ tindakan adalah:8
1. Persepsi ( perception )
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan praktis tingkat pertama.
Contoh, ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak
balitanya.
2. Respon terpimpin ( guided response )
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
contoh adalah praktis tingkat kedua. Contoh, ibu dapat memasak sayur
dengan benar, mulai dari cara mencuci, memotong lama memasak, dan
sebagainya.
3. Mekanisme ( mechanism )
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan maka ia sudah
mencapai praktis tingkat tiga. Contoh, ibu yang sudah biasa
mengimunisasikan anaknya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan dari orang lain.
4. Adaptasi ( adaptation )
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi
sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Contoh ibu
dapat memilih dan memasak makanan begizi tnggi berdasarkan bahan
makanan yang murah dan sederhana.
2.1.1.3.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku adalah: 8
11
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat memudahkan
terjadinya atau terlaksananya sebuah perilaku pada diri seseorang.
Contoh faktor predisposisi adalah pengetahuan dan sikap seseorang
terhadap sesuatu.
2. Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau
mendukung agar sebuah perilaku dapat terwujud. Contoh dari faktor
pemungkin adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai
sehingga perilaku seseorang dapat terfasilitasi.
3. Faktor Penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menguatkan agar sebuah
perilaku tersebut dapat terbentuk. Contoh faktor penguat adalah
dukungan dari seseorang yang dianggap penting, atau dukungan/
arahan dari tokoh penting masyarakat, dan lain sebagainya.
2.1.1.4 Hubungan Pengetahuan, sikap, dan perilaku
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai
dari domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
yang berupa materi atau objek diluarnya. Kemudian menimbulkan pengetahuan
baru pada subyek tersebut. Setelah terbentuknya pengetahuan baru, maka
selanjutnya akan timbul respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap
obyek yang diketahui itu. Akhirnya, rangsangan (stimulus) atau obyek yang telah
diketahui akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action)
terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau obyek tadi.8
Meskipun saling berhubungan, namun pada kenyataannya, beberapa kasus
memperlihatkan bahwa stimulus yang diterima bisa langsung menimbulkan
tindakan. Dalam artian, seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa
mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan
kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau
sikap. Namun berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh
12
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan.8
Adapun perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana
manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun aktif
(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.
Perilaku terhadap penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat
pencegahan penyakit, yakni:8
1. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behavior). Contoh, makan makanan yang bergizi, olahraga, dan
sebagainya.
2. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah
respon untuk melakukan pencegahan penyakit. Contoh, imunisasi dan sebagainya.
Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit ke orang lain, misal
memakai masker saat sedang influenza.
3. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan.
4. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan
kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.
2.1.2 Ibadah Haji
2.1.2.1 Pengertian Ibadah Haji
Menurut arti bahasa, haji itu menuju suatu tempat suci. Sedangkan
menurut syara’ haji berarti berziarah ke bait Allah Al-Haram (Ka’bah), melakukan
wuquf di Arafah dan sa’i antara bukit Shafa dan Marwa, dengan cara tertentu
dalam waktu dan niat tertentu pula.13 Dalam buku Panduan Lengkap Ibadah
pengertian Haji menurut bahasa adalah mengunjungi tempat yang dihormati,
sedangkan menurut istilah adalah mengunjungi Ka’bah dan sekitarnya di Kota
13
Makkah untuk serangkaian ibadah semata-mata demi melaksanakan perintah
Allah swt. dan mengharap ridho-Nya. 14
2.1.2.2 Hukum dan Syarat Ibadah Haji
Dalam Al-Qur’an surah Ali-Imron ayat 96-97 di sebutkan tentang hukum
beribadah haji bagi umat islam. Yakni salah satu kewajiban manusia terhadap
Allah adalah mengunjungi Baitullah. Adapun ayat 96-97 berbunyi :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Qs.3:96-97. 14
Haji itu fardhu ‘ain yang diwajibkan sekali seumur hidup atas tiap-tiap
muslim lelaki ataupun perempuan yang telah memenuhi syarat sebagai berikut: 13
1) Islam
2) Berakal
3) Baligh
4) Merdeka
5) Mampu
14
Adapun dalil mengenai wajib haji sekali seumur hidup adalah berdasarkan
hadis sebagai berikut: 14
Abdullah bin Abbas r.a. merawikan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkhutbah,
“Wahai manusia, telah diwajibkan ibadah haji atas kamu.” Seseorang bernama
Al-Aqra’ bin Habis bertanya, “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Maka beliau
menjawab, “Seandainya aku mengiyakan, niscaya diwajibkan atas kamu. Dan
seandainya benar-benar diwajibkan (setiap tahun), niscaya kamu tidak akan
mampu melakukannya . Kewajiban haji itu hanya satu kali (sepanjang hidup).
Dan siapa saja menambah, maka yang demikian itu adalah tathawwu’ (yakni
sebagai haji sukarela)” (HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’iy dan Al-Hakim)
2.1.2.3 Rukun Haji Rukun dalam haji berarti jika salah satu amalan ditinggalkan maka haji nya
tidak sah (batal) dan amalan itu sendiri tidak dapat diganti dengan denda atau
Dam. Adapun rukun haji yaitu :13
1. Ihram (niat haji)
2. Wuquf di Arafah
3. Thawaf Ifadah
4. Sa’i
5. Tahallul
2.1.2.4 Wajib Haji
Wajib haji adalah amalan yang harus dikerjakan dan bila ditinggalkan haji
nya tetap sah namun harus diganti dengan Dam. Bila ditinggalkan dengan sengaja
maka berdosa, namun haji nya tetap sah. Adapun wajib haji adalah: 13
1. Ihram dari miqat
2. Bermalam di musdalifah
3. Melempar jumrah
4. Bermalam di mina
5. Tawaf Wada
15
2.1.2.5 Faktor Risiko Kesehatan Pada Jamaah Haji
Gambar 1 : Mobilisasi dan Kondisi Jamaah Haji saat di Arab Saudi.
Sumber: Tawfiq, 2016. 5
16
Rangkaian pelaksanaan ibadah haji: 13,14
1. Ihram dan Niat
Pelaksanaan rangkaian kegiatan ibadah haji dimulai pada tanggal 8
Dzulhijjah dimana para jamaah haji melakukan ihram dirangkaikan
dengan niat dari tempat asal. Setelah melakukan persiapan untuk
mobilisasi ke Arafah, seluruh jamaah haji berkumpul di tenda
menunggu sampai fajar untuk melanjutkan perjalanan ke Bukit Arafah.
2. Wukuf di Arafah
Pada waktu fajar, para jamaah haji berangkat ke Bukit Arafah.
Mulai waktu dzuhur sampai terbenam matahri padda tanggal 9
Dzulhijjah para jamaah haji berdoa kepada Allah dan membaca Al-
Qur’an sepanjang haji.
3. Mabit di Muzdalifah
Ketika matahari telah tenggelam pada hari itu, jamaah haji
meninggalkan Arafah dan menuju Muzdalifah untuk menginap
(mabit). Selama perjalanan ke Muzdalifah, para jamaah haji
mengumpulkan batu kerikil untuk melontar jumrah.
4. Jumrah Aqabah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, para jamaah haji melontar jumrah ke 3
tiang sebanyak 7 lemparan. Setelah selesai melontar jumrah, jamaah
kemudian bertahallul (mencukur rambut).
5. Mabit di Mina
Setelah tahallul para jamaah haji menginap di Mina.
6. Thawaf Ifadah
Setelah menginap di Mina, para jamaah haji mobilisasi ke Mekkah
untuk melakukan Thawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali.
Para jamaah haji juga melaksanakan Sa’i yaitu berlari-lari kecil dari
Bukit Safa ke Bukit Marwah sebanyak 7 putaran.
17
7. Thawaf Wada
Thawaf wada, yaitu para jamaah haji melakukan thawaf yang
terakhir sebelum meninggalkan Mekkah dan kembali ke negara
masing-masing.
Proses rangkaian ibadah haji yang dimulai dari ihram dan niat hingga
tawaf wada melibatkan mobilisasi yang jauh dan kondisi yang meliputi banyak
jamaah haji, sehingga sangat memungkinkan untuk menyebabkan penularan
penyakit, kelelahan ataupun potensi penyakit lainnya. Para jamaah haji saling
berinteraksi dengan jarak yang dekat, berbagi dalam 1 tenda dan polusi udara
yang padat. Selain itu, ibadah haji memiliki beberapa rangkaian kegiatan yang
sangat padat, sehingga membutuhkan kondisi fisik dan mental yang baik agar
dapat melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dengan lancar,
sehingga perlunya pembinaan kesehatan agar mencapai kriteria istithaah
kesehatan saat masih berada di Indonesia. Oleh karena rangkaian kegiatan dan
kondisi saat beribadah haji yang padat, para jamaah memiliki risiko terkena
penyakit menular, mengingat bahwa pada saat beribadah haji seluruh umat
muslim dari beberapa negara berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan
rangkaian ibadah haji. Hal ini sangat mungkin untuk setiap individu membawa
potensi penyakit dari negara masing-masing. Adapun potensi penyakit menular
yang bisa didapatkan oleh jamaah haji adalah Middle East Respiratory Syndrome
Corona Virus (MERS-CoV), meningitis, ISPA, penyakit yang ditularkan oleh
udara, darah, ataupun penyakit yang ditularkan oleh hewan.15,16
2.1.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) saat Ibadah Haji
2.1.3.1 Pengertian ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar adalah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah.4
18
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.4
2.1.3.2 Epidemiologi ISPA selama Haji
Dari penelitian yang dilakuakn Alzheer (2009) dijelaaskan bahwa tidak
ada data yang benar-benar pasti mengenai angka terjadinya ISPA selama
beribadah haji, namun beberapa data didapatkan dari penelitian cross sectional
dan dapat disimpulkan bahwa 1 dari 3 jamaah haji berisiko terkena ISPA bagian
saluran napas atas.16 Dari penelitian yang dilakukan oleh al-Tawfiq, dkk (2016)
didapatkan bahwa tahun 2009-2010, dari seluruh jamaah haji yang dibawah ke rs,
49.3% adalah penyakit pernapasan5. Adapun dari Kemenkes RI bagian kesehatan
haji mengungkap bahwa penyakit pada jamaah haji tahun 2016 yang terbanyak
adalah penyakit pernapasan, yaitu sebesar 49% kasus.17 Begitu juga penelitian
yang dilakukan oleh Ekhmimi, dkk (2016) bahwa dari keseluruhan jamaah haji
dari 180 negara, didapatkan 18% jamaah indonesia yang menderita penyakit
infeksi. Serta dari data Infodatin Haji tahun 2015, didapatkan data sebanyak 257
(40.79%) dari keseluruhan jamaah haji wafat dikarenakan penyakit infeksi
respiratory.17
2.1.3.3 Etiologi ISPA saat beribadah Haji
Penyebab terjadinya ISPA saat melaksanakan ibadah haji sangat banyak,
mulai dari bakteri, virus, dan sebagainya. Adapun etiologi tersering untuk infeksi
saluran napas atas akut adalah virus, yaitu yang paling sering adalah Influenza
virus, diukuti oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV), lalu yang ketiga tersering
yaitu Adenovirus.16,18,19 Adapun dari Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umroh 2016
dijelaskan bahwa etiologi yang sering menyebabkan infeksi saluran napas atas
adalah Coronavirus atau Rhinovirus, untuk infeksi saluran napas bawah adalah
virus Influensa A, serta Respiratory syncytial virus (RSV).20
Adapun etiologi dari golongan bakteri yang paling sering menyerang
jamaah haji saat beribadah haji adalah S. pneumoniae, H. influenzae, dan S.
Aureus.2,5 Selama haji tahun 2013, dilakukan pengambilan nasal spesimen dan
19
kemudian dilakukan tes PCR terhadap S. pneumoniae, H. influenzae, Klebsiella
pneumoniae, Staphylococcus aureus, Coxiella burnetii, Bordetella pertussis,
Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumophila, Streptococcus pyogenes,
Salmonella spp., Pneumocystis jirovecii, and Chlamydia pneumoniae. Dari hasil
tersebut, didapatkan bahwa infeksi S. pneumoniae, H. influenzae, and
S. aureus sebanyak 28.3%. Adapun untuk K. pneumoniae dan C. burnetii
merupakan patoghen yang menyerang sekelompok jamaah haji yang menetap di
Saudi Arabia, yakni sekitar 3,9%. Adapun hasil test untuk bakteri B. pertussis, M.
pneumoniae, S. pyogenes, L. pneumophila, Salmonella spp., C. pneumoniae, atau
P. Jirovecii didapatkan negatif test pada jamaah haji yang telah dilakukan
pemeriksaan.5
2.1.3.4 Tanda dan Gejala ISPA saat beribadah haji
Dari penelitian yang dilakukan oleh Alzheer (2009) di jelaskan gejala yang
paling sering muncul untuk penyakit ISPA saat beribadah haji adalah batuk,
produksi sputum, sakit tenggorokan, suara serak, hidung mengeluarkan mukus
berlebih, demam serta lemas atau lelah.16 Batuk yang dihasilkan bisa bertahan
hingga beberapa minggu disertai produksi dahak yang berlebih pada saluran
napas. Gejala ISPA dapat diperparah dengan adanya serangan asma, penyakit paru
obstruktif kronik, serta sinusitis dan pneumonia. Adapun penelitian yang
dilakukan oleh Deriz, dkk ( 2010) mengenai prevalensi ISPA serta tindakan
perlindungan pada jamaah haji Malaysia di dapatkan sebanyak 91.3% jamaah haji
mengalami batuk, 79.2% jamaah haji mengalami hidung berair, 59.1% mengalami
demam, serta 57.1% mengalami nyeri tenggorokan.21 Berdasarkan buku prosiding
Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umroh 2016 oleh Pusat Kesehatan Haji
Indonesia, Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia, serta Asosiasi Kesehatan
Haji Indonesia, disebutkan bahwa jamaah haji Indonesia dalam upaya
pengendalian infeksi pernapasan saat beribadah haji di dapatkan gejala yang
paling sering adalah batuk.20 Gejala lain meliputi: 2,5,20
1. Pada saluran napas atas umumnya disertai gejala hidung
tersumbat, hidung berair, bersin-bersin, batuk, nyeri
tenggorokan, dan nyeri otot atau lemas. Gejala lain yang
20
mungkin timbul adalah hilangnya daya penciuman dan perasa,
tekanan pada telinga, rasa perih ringan pada mata, dan demam.
2. Infeksi saluran napas bawah memiliki gejala batuk berdahak,
sesak napas, rasa berat di dada, dan mengi. Gejala lain yang
mungkin timbul adalah demam berulang, kesulitan makan, serta
susah tidur.
2.1.3.5 Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut:
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.4
Adapun klasifikasi berdasarkan jalur pernapasan untuk infeksi saluran
pernapasan adalah: 2,16,20,22
1. Infeksi saluran pernapasan atas meliputi rongga hidung, sinus, faring, dan
laring. Penyakitnya bisa berupa pilek, sinusitis, tonsilitis, laringitis,
influenza.
2. Infeksi saluran pernapasan bawah, meliputi trakea, bronkus, bronkiolus,
dan paru. Penyakit nya bisa berupa bronkitis, pneumonia, dll.
2.1.3.6 Penatalaksanaan ISPA saat haji
Sebagian besar kasus infeksi saluran pernapasan merupakan self limiting
disease, yaitu penyakit yang bisa sembuh dangan sendirinya. Cukup diberikan
terapi simptomatik saja dan memperbanyak asupan nutrisi serta istirahat. Namun
infeksi saluran pernapasan oleh agen bakteri membutuhkan pemberian antibiotik
yang diterapi secara empirik pada awalnya, namaun selanjutnya akan dipantau dan
disesuaikan dengan uji sensitifitas antibiotik jika diperlukan.20
21
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Razavi, dkk (2014), menyebutkan
bahhwa selama sepuluh tahun sejak 1999 hingga tahun 2008, terdapat kesalahan
dalam memberikan treatment pada jamaah haji yang memiliki gejala penyakit
pernapsan, antara lain penggunaaan antibiotik yang tidak rasional dan pergantian
antibiotik yang secara tiba-tiba. Selain itu sering terdapat underdiagnosis ataupun
overdiagnosis sehingga sering terdapat kesalahan dalam memberikan treatment. 2
Adapun beberapa treatment yang dapat dilakukan berdasarkan penyakit
pernapasan yang sering di dapatkan jamaah haji ketika beribadah haji adalah: 2
1. Common cold
a) Istirahat yang cukup
b) Berkumur dengan garam normal hangat
c) Intake cairan yang cukup
d) Menghindari makanan yang spicy / pedas
e) Bisa diberikan AH generasi 1 seperti Chlorpheniramine Maleate
f) Pelega tenggorokan
g) Bisa diberikan juga Vit. C, zink, Vit. E, dan lain sebagainya
2. Influenza atau Influenza Like Illness
a) Istirahat yang cukup
b) Banyak minum air
c) Bisa dipertimbangkan pemberian Amantadine atau Rimantadine
jika telah dikonfirmasi Influenza tipe A
d) Bisa dipertimbangkan berikan Aseltamivir jika telah dikonfirmasi
influenza tipe A dan B
3. Laringitis
a) Istirahatkan suara
b) Bisa diberikan terapi simptomatik terlebih dahulu. Pemberian oral
steroid sebenarnya tidak terlalu menguntungkan karena akan
berefek sementara, sedangkan efek samping dari kortikosteroid
adalah mensupresi sistem imun, namun pada kenyataannya lebih
dari 90% klinisi meresepkan kostiko steroid. Namun pemberian
22
deksametason oral atau IM juga bisa dipertimbangkan jika terjadi
Akut Laringo-Trakeo-Bronkitis.
c) Jika setelah 3 hari keadaan pasien belum membaik, bisa jadi karena
etiologi bukan virus, bisa dipertimbangan untuk pemberian
antibiotik berupa Azitromisin.
4. Sinusitis
Tresatment untuk sinusitis biasanya hanya terapi konservatif, namun bisa
ditambahkan satu dari beberapa pilihan obat :
a) Amoksisilin, 500-875 mg setiap 12 jam
b) Amoksiklav, 875-2000 mg setiap 12 jam
c) Cefpodoxime Proxetil, 200 mg setiap 12 jam
d) Cefdinir, 600 mg setiap 24 jam
e) Cefprozil, 500 mg setiap 12 jam
f) Azithromycin 500 mg selama 3 hari
g) Clarithromycin 500 mg setiap 12 jam hingga 14 hari
h) Levofloxacin 500 mg setiap hari
i) Moxifloxacin 400 mg setiap hari
Namun beberapa daftar obat tersebut sering tidak masuk dalam daftar
obat untuk jamaah haji.
5. Bronkitis Akut
a) Terapi konservatif
b) Pemberian asitromisin, makrolid dan golongan kuinolon tidak
terlalu berguna jika etiologi dari bronkitis adalah Mycoplasma atau
Chlamydia.
c) Penanganan awal dengan tetrasiklin atau makrolid pada infeksi
Bordetella pertussis bisa mencegah penularan penyakit
6. PPOK dengan infeksi
a) Amoksisilin untuk terapi terhadap infeksi Haemophilus influenza
dan Pneumococcus,
b) Doksisiklin untuk terapi terhadap infeksi Moraxella,
c) Makrolid untuk terapi terhadap infeksi Chlamydia
d) Fluorokuinolon untuk terapi terhadap infeksi Pseudomonas
23
7. Pneumonia Akut
Jika terjadi pneumonia, lebih baik untuk dibawa ke pusat
pelayanan kesehatan untuk perawatan. Pneumonia adalah penyakit
tersering yang ditemukan pada kunjungan jamaah haji ke rumah sakit,
yaitu sekitar 20-50% kunjungan.
2.1.3.7 Cara pencegahan ISPA saat beribadah haji
Adapun beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terkena ISPA sat beribadah haji adalah, meliputi:1,20,24–27
1. Memulai kebiasaan menjaga hidup bersih dan kesehatan diri
sendiri serta lingkungan sekitar.
2. Kebiasaan mencuci tangan, mengenakan sarung tangan, dan
menggunakan masker saat beraktifitas
3. Penderita dapat meminimalkan kontak dengan orang lain untuk
mencegah penyebaran infeksi, serta penderita diajarkan mengenai
etika batuk yang benar
4. Para jamaah haji menghindari kontak berlebihan dengan orang
lain terutama pada jamaah lain yang memiliki gejala penyakit
pernapasan.
5. Pemberian vaksin influenza atau pneumonia untuk individu risiko
tinggi dan daya tahan tubuh rendah.
6. Hentikan kebiasaan merokok karena dapat meningkatkan risiko
infeksi saluran pernapasan.
7. Asupan cairan yang cukup dan makanan dengan gizi seimbang,
vitamin D dapat mencegah/ meminimalkan infeksi saluran
pernapasan.
8. Menghindari bersentuhan atau kontak dengan hewan seperti unta
dan lain sebgainya.
9. Memakai peralatan pribadi yang digunakan sendiri ataupun
menggunakan barang-barang sekali pakai.
24
2.2 Kerangka Teori Penelitian
Bagan 1. Kerangka Teori Penelitian
Pengetahuan dimulai dari individu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
Melihat, mendengar, meraba, mencium, merasa
Dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi/media, sosial budaya dan ekonomi, li k
Muncul kepercayaan terhadap konsep suatu objek yang diamati serta peran serta emosional individu terhadap objek tersebut
Kecenderungan untuk bertindak (Sikap Pencegahan)
Adanya suatu kondisi yang memungkinkan ( ex : fasillitas)
Adanya faktor dukungan dari pihak lain
Perwujudan sikap menjadi sebuah tindakan nyata (perilaku penceghan)
25
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Bagan 2. Kerangka Konsep Penelitian
Demografi : Tingkat pendidikan Jenis Kelamin Usia
Pengukuran tingkat pengetahuan
Pengukuran tingkat sikap
Perilaku
Faktor Independen Faktor Dependen
26
2.4 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala Ukur
Variabel dependen 1. Perilaku Adalah
perwujudan sesuatu kedalam menjadi sebuah tindakan(8), yakni segala tindakan yang telah dilakukan/ sedang direncanakan dalam mencegah penyakit ISPA saat nanti berada di Arab Saudi
Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian perilaku, terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup positif. Untuk pertanyaan tertutup positif jika responden menjawab Iya maka akan diberi skor 1, dan jika jawaban tidak akan diberi skor 0
Dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1. Perilaku yang baik jika skor yang didapatkan responden setelah dijumlahkan lebih dari atau sama dengan nilai median data
2. Perilaku yang buruk jika skor yang didapatkan setelah dijumlahkan kurang dari nilai median data
Ordinal
Variabel independen 2. Sikap Adalah
respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup(8), dalam penelitian ini yakni penilaian/ respon dari responden mengenai cara pencegahan ISPA
Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian sikap mengenai pencegahan ISPA, pertanyaan hanya terdiri dari pertanyaan positif yang mana responden menjawab setuju akan
Dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1. Sikap baik ketika total jumlah skor responden lebih dari atau sama dengan nilai median data
2. Sikap buruk ketika total jumlah skor responden kurang dari nilai median data
Ordinal
27
diberi skor 2, menjawab ragu akan diberi skor 1 dan menjawab tidak setuju akan fiberi skor 0
3. Pengetahuan Adalah hasil dari penginderaan seseorang terhadap sesuatu(8) , dalam penelitian ini yakni segala hal yang diketahui oleh responden mengenai ISPA, mulai dari gejala, penyebab/cara penularan, cara pencegahan
Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian pengetahuan ISPA, pertanyaan hanya terdiri dari pertanyaan positif. Jika responden menjawab tahu akan diberi skor 2, jika menjawab ragu akan diberi skor 1, dan jika menjawab tidak tahu akan diberi skor 0
Dikelompokkan dalam kategori :
1. Pengetahuan baik jika skor yang didapatkan responden setelah dijumlahkan untuk setiap kategori (gejala, penyebab/ cara penularan, dan cara pencegahan) diatas atau sama dengan nilai median.
2. Pengetahuan yang buruk jika total nilai skor yang dijumlahkan untuk setiap kategori pengetahuan kurang dari nilai median data
Ordinal
4. Jenis kelamin Adalah jenis kelamin para calon jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54
Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian karakteristik responden
Setelah data terkumpul, kemudian jenis kelamin dibedakan menjadi 2, perempuan dan laki-laki
Nominal
28
5. Usia Adalah umur responden pada saat pengambilan data dilaksanakan
Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian karakteristik responden
Setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan menjadi 2 bagian :
1. Kelompok usia kurang dari 60 tahun
2. Kelompok usia lebih dari atau sama dengan 60 tahun
Nominal
6. Tingkat pendidikan
Adalah jenjang pendidikan terkahir yang telah ditempuh responden saat pengambilan data dilaksanakan
Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian karakteristik responden
Setelah data terkumpul, dikelompokkan menjadi :
1. Pendidikan rendah yaitu ketika responden memiliki tngkat pendidikan mulai dari SD-SMP/ sederajat
2. Pendidikan tinggi yaitu ketika responden memiliki tingkat pendidikan di tingkat SMA/ Sederajat serta universitas, mulai dari Diploma-Professor
Ordinal
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan uji Chi-Square untuk
menilai hubungan perilaku pencegahan penyakit ISPA pada calon jamaah
Haji Bekasi tahun 2017 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian akan melakukan pengambilan data primer dengan menggunakan
kuesioner.
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Waktu : Juli 2016 – Agustus 2017
Tempat : Islamic centre Bekasi
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi penelitian
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jamaah haji
Kota Bekasi tahun 2017
3.3.2 Sampel Penelitian
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian
Berikut kriteria sampel penelitian :
a. Kriteria inklusi
1. Semua jamaah haji yang bersedia menjadi responden dan
mengisi kuesioner secara lengkap
Adapun mengenai pemilihan sampel menggunakan metode non
random/ non probability sampling dengan teknik purpossive
sampling.26,27 Teknik ini dilakukan melalui metode pemilihan sampel
dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam sampel penelitian sampai kurun waktu tertentu
sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
29
30
Adapun rumus perhitungan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus deskriptif kategorik dan analitik kategorik
tidak berpasangan, yaitu :
Deskriptif kategorik
Keterangan :
n = jumlah sampel
Za = derivat baku normal untuk 𝛼
P = proporsi kategori variabel yang diteliti
Q = 1 – P
D = presisi
Diketahui :
Zα = 1,96
P = 0,783 (30)
Q = 0,217
d = 0,1
n = 1,962 𝑥 0,49 𝑥 0,510,12
= 65,273 sampel
berdasarkan dari rumus penelitian deskriptif kategorik diatas,
didapatkan minimum sampel adalah 66 sampel
Analitik kategorik tidak berpasangan :
n =[ (𝑍𝛼 �2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 �𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2𝑃1−𝑃2
] 2
keterangan :
n = besar sampel
Z𝛼 = derivat baku normal untuk 𝛼
Z𝛽 = derivat baku normal untuk 𝛽
𝛼 = tingkat kemaknaan
𝛽 = power penelitian
P = proporsi total = (P1 - P2)/2
Za2 x P x Q d2 n =
31
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q = 1 - P
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2
Diketahui :
Zα = 1,96
Zβ = 1,282
P1 = 0,515 29
P2 = 0,375 29
P = 0,07
Q = 0,93
Q1 = 0,485
Q2 = 0,625
Dengan menggunakan kesalahan tipe 1 5%, hipotesis dua arah, kesalahan
tipe II 10% dan P2 sebesar 0,375, maka besar sampel yang diperlukan :
n = [(1,96 √2 𝑥 0,07 𝑥 0,93 + 1,282 √0,515 𝑥 0,485 +0,375 𝑥 0,625 0,515 − 0,375
]2
n = 131 sampel
untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel
ditambahkan dengan menggunakan rumus :
n’ = 𝑛(1−𝑓)
= 131(1−0,1)
= = 146 sampel
n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out
n = besar sampel yang dibutuhkan
f = prediksi drop out = 10%
jadi, jumlah sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 146
orang.
32
3.4 Instrument penelitian 1. Alat tulis (pulpen)
2. Kuesioner
3.5 Cara kerja penelitian
3.5.1 Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan meminta persetujuan dari
pihak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ksesehatan serta Kementerian
Agama Kota Bekasi bagian yang mengurusi Haji dan Umrah terkait
pelaksanaan penelitian. Persetujuan yang dimaksud adalah persetujuan
untuk melakukan pengisian kuesioner oleh calon jamaah haji.
3.5.2 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik Purpossive Sampling dari
populasi yang telah ditentukan
3.5.2.1 Identifikasi responden
Identifikasi dimaksudkan untuk mendapatkan responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi. Proses identifikasi ini dilakukan melalui informed consent
terlebih dahulu kepada calon responden.
3.5.2.2 Pengambilan data dengan kuesioner
Pengambilan data dengan kuesioner dimulai dengan mengisi form
persetujuan untuk menjadi responden terlebih dahulu. Pengisian kuesioner untuk
mengetahui perilaku pencegahan yang dilakukan responden agar tidak terkena
ISPA saat beribadah haji dan apa saja faktor yang mempengaruhinya.
3.5.3 Pengolahan dan analisis data
Setelah data penelitian telah dikumpulkan, kemudian data diolah
menggunakan uji univariat dan bivariat Chi-Square test dengan menggunakan
aplikasi SPSS versi 22,0.
33
3.6 Manajemen data
3.6.1 Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak
Kementerian Agama Kota Bekasi dan mendapat persetujuan setelah penjelasan
(Informed Consent) dari calon jamaah haji. Pengambilan data dimulai pada
tanggal 3 agustus 2017 dan tanggal 10 agustus 2017 pada calon jamaah haji yang
datang ke Islamic Centre pada saat bimbingan diadakan. Instrumen yang
digunakan alat tulis dan kuesioner.
3.6.2 Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data akan dilakukan setelah semua data terkumpul. Data yang
diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi SPSS. Adapun tahapan untuk
pengolahan data yaitu coding, editing, data entry, cleaning, saving, dan analisis
data.
34
3.7 Gambaran Alur Penelitian
Bagan 3. Gambaran Alur Penelitian
Persiapan penelitian
Identifikasi responden
Pengolahan data
Penyajian
Pengisian kuesioner
Analisis data
Informed consent
Menyingkirkan yang tergolong kriteria eksklusi
35
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner ini adalah pada
10 responden, bapak dan ibu pada Vila Pamulang yang pernah melaksanakan haji
atau umroh.
4.1.1 Uji Validitas
Validitas mengacu pada seberapa jauh suatu ukuran empiris cukup
mnggambarkan arti sebenarnya dari konsep yang tengah diteliti.26 Pada penelitian
ini didapatkan nilai r table sebesar 0,632. Nilai ini didapatkan dari jumlah sampel
dan signifikansi yang diambil, yaitu 10 orang dan signifikansi 5%.29 sehingga nilai
r hitung untuk setiap item pertanyaan dinyatakan valid jika melebihi nilai r table,
yaitu >0,632 dan pertanyaan yang nilainya <0,632 dinyatakan tidak valid.
Tabel. 4.1 Hasil Validasi dari item kuesioner
No. Variabel Range r hitung
1. Pengetahuan Ispa saat Haji 0,394 - 0,896
2. Pengetahuan Gejala Ispa 0,775 – 0,946
3. Pengetahuan Penyebab/Cara Penularan
ISPA
0,502 – 0,942
4. Pengetahuan Cara Pencegahan ISPA 0,440 – 0,951
5. Sikap Pencegahan ISPA Konstan
6. Perilaku Pencegahan ISPA Konstan
Dari 5 item pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai ISPA saat haji
didapatkan hanya 1 yang hasil validtasnya baik, dan 4 lainnya adalah hasil yang
validitasnya kurang baik. Hal ini dikarenakan sediktinya variasi jumlah jawaban
yang diberikan oleh responden karena sedikitnya jumlah responden. Sehingga
35
36
untuk pertanyaan yang validitasnya kurang baik tetap dimasukkan dalam
kuesioner.
Dari 11 pertanyaan mengenai pengetahuan gejala ISPA didapatkan semua
semua item pertanyaan dengan hasil validitas yang baik. Semua item pertanyaan
dimasukkan dalam kuesioner.
Dari 8 item pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai penyebab/cara
penularan ISPA saat haji didapatkan 6 yang hasil validtasnya baik, dan 2 lainnya
adalah hasil yang validitasnya kurang baik. Hal ini dikarenakan sediktinya variasi
jumlah jawaban yang diberikan oleh responden karena sedikitnya jumlah
responden. Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan
yang validitasnya kurang baik tetap dimasukkan dalam kuesioner.
Dari 8 item pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai cara pencegahan
ISPA saat haji didapatkan 7 pertanyaan yang hasil validtasnya baik, dan 1 lainnya
adalah hasil yang validitasnya kurang baik. Hal ini dikarenakan sediktinya variasi
jumlah jawaban yang diberikan oleh responden karena sedikitnya jumlah
responden. Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan
yang validitasnya kurang baik tetap dimasukkan dalam kuesioner.
Dari 6 item pertanyaan mengenai sikap pencegahan penyakit ISPA saat haji
didapatkan tidak ada pertanyaan yang valid dikarenakan dari keseluruhan
responden menjawab sama, hal ini diakrenakan jumlah responden yang sedikit.
Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan mengenai
sikap penyakit ISPA tetap dimasukkan kedalam keusioner.
Dari 5 item pertanyaan mengenai perilaku pencegahan penyakit ISPA saat
haji didapatkan tidak ada pertanyaan yang valid dikarenakan dari keseluruhan
responden menjawab sama, hal ini diakrenakan jumlah responden yang sedikit.
Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan mengenai
perilaku penyakit ISPA tetap dimasukkan kedalam kuesioner.
37
4.1.2 Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah indikator tingkat keandalan atau kepercayaan terhadap
suatu hasil pengukuran, dan disebut reliable ketika konsisten memberikan
jawaban yang sama.26 Alat ukur yang baik untuk digunakan dalam penelitian
harus mengukur dengan benar (valid) dan konsisten (reliabel). Pengukuran
reliabilitas dapat dilakukan dengan mengetahui nilai cronbach’s alpha, berikut ini
interpretasi nilai cronbach’s alpha:30
a. Kurang reliabel : cronbach’s alpha 0,00 – 0,20
b. Agak reliabel : cronbach’s alpha 0,02 - 0,40
c. Cukup reliabel : cronbach’s alpha 0,041 – 0,60
d. Reliabel : cronbach’s alpha 0,061 – 0,80
e. Sangat reliabel : cronbach’s alpha 0,81 – 1,00
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas pada pertanyaan kuesioner
No. Variabel Nilai cronbach’s alpha
1. Pengetahuan Ispa saat Haji 0,935 – 0,943
2. Pengetahuan Gejala Ispa 0,934 – 0,936
3. Pengetahuan Penyebab/Cara Penularan
ISPA
0,934 – 0,937
4. Pengetahuan Cara Pencegahan ISPA 0,936 – 0,940
5. Sikap Pencegahan ISPA 0,939
6. Perilaku Pencegahan ISPA 0,939
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa untuk setiap item pertanyaan memiliki
nilai cronbach’s alpha >0,81 sehingga bisa dikatakan setiap item pertanyaan pada
kuesioner sangat reliabel.
4.2 Analisis univariat
Menurut Notoatmojo (2010) analisis univariat adalah analisis yang
digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian.27 Adapun analisis univariat yang dilakukan pada variabel penelitian
meliputi karakteristik responden, pengetahuan reponden mengenai gejala ISPA,
pengetahuan responden mengenai penyebab dan penularan ISPA, pengetahuan
38
responden mengenai cara pencegahan ISPA, sikap responden mengenai
pencegahan ISPA, serta perilaku responden mengenai cara pencegahan ISPA.
4.2.1 Karakteristik responden Jumlah responden yang ada pada penelitian ini adalah sebanyak 90 orang
calon jamaah haji. Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini adalah
usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir sebagaimana pada tabel
dibawh ini :
Tabel 4.3 Karakteristik responden calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54
Karakteristik responden Jumlah n = (90)
N %
Usia
1. <40 tahun 6 6,7
2. 40-60 tahun 28 31,1
3. >60 tahun 56 62,2
Jenis kelamin
1. Laki-laki 45 50
2. Perempuan 45 50
Pekerjaan
1. PNS 16 17,8
2. Wiraswasta 15 16,7
3. pensiun 14 15,6
4. karyawan/pegawai 10 11,1
5. IRT 31 34,4
6. Lainnya 4 4,4
Pendidikan
1. SD 6 6,7
2. SMP 15 16,7
3. SMA 29 32,2
4. Diploma 10 11,1
5. S1 23 25,6
6. S2 7 7,8
39
Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari jumlah total responden yakni 90 orang,
didapatkan frekuensi usia calon jamaah haji yang terbanyak adalah pada usia
diatas 60 tahun yaitu sebanyak 56 orang (62,2%), dan frekuensi yang paling
sedikit yaitu dari kelompok usia kurang dari 40 tahun, sebanyak 6 orang (6,7%).
Adapun berdasarkan jenis kelamin calon jamaah haji, didapatkan frekuensi yang
seimbang antara calon jamaah haji laki-laki dan perempuan, yaitu 45 orang (50%).
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan responden calon jamaah
haji sangat beragam. Jenis pekerjaan calon jamaah haji yang terbanyak adalah ibu
rumah tangga, yaitu sebanyak 31 orang (34,4%), dan yang terendah adalah jenis
pekerjaan lainnya, meliputi dosen, guru, petani yakni sebanyak 4 orang (4,4%).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat tingkat pendidikan calon jamaah haji
juga sangat beragam, mulai dari tingkat sekolah dasar (SD), hingga Strata-2 (S2).
Adapun tingkat pendidikan yang terbanyak adalah dari tingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan sederajatnya, yaitu 29 orang (32,2%), lalu diikuti dengan tingkat
pendidikan S1, yakni sebanyak 23 orang (25,6%), dan tingkat pendidikan yang
paling sedikit frekuensinya adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), yaitu
sebanyak 6 orang (6,7%).
4.2.2 Gambaran pengetahuan calon jamaah haji tentang gejala,
penyebab/ penularan serta cara pencegahan ISPA
4.2.2.1 Pengetahuan gejala
Pengetahuan calon jamaah haji mengenai gejala infeksi saluran pernapasan
akut dinilai dari pengetahuan gejala, pengetahuan penyebab/ penularan ISPA,
serta pengetahuan cara pencegahan ISPA. Adapun untuk pengetahuan gejala
terdapat 11 poin pertanyaan terkait gejala orang dengan ispa. Setiap pertanyaan
diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden yang menjawab tahu akan
diberi skor 2, jawaban ragu akan diberikan skor 1, serta yang menjawab tidak tahu
akan diberikan skor 0, sehingga total skor maksimal 22 dan skor minimal 0.
40
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai
gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah haji
Bekasi tahun 2017
Pengetahuan calon jamaah haji mengenai gejala infeksi saluran pernapasan
akut dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan buruk yang
berdasarkan atas nilai median total skor pengetahuan mengenai gejala karena data
tidak berdistribusi normal dengan nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov
<0,05. Nilai median yang didapatkan setelah diolah adalah 14, sehingga nilai skor
< median ditegorikan sebagai pengetahuan buruk dan nilai skor ≥ median
dikategorikan sebagai pengetahuan baik.
Pertanyaan mengenai
gejala ISPA
Tahu Ragu Tidak tahu
N % N % N %
1. Batuk 70 77,8 3 3.3 17 18,9
2. Pilek 57 63,3 6 6,7 27 30,0
3. Sesak napas 65 72,2 4 4,4 21 23,3
4. Bersin 49 54,4 8 8,9 33 36,7
5. Batuk berdahak 51 56,7 7 7,8 32 35,6
6. Nyeri tenggorokan 44 48,9 9 10,0 37 41,1
7. Suara parau 39 43,3 8 8,9 43 47,8
8. Demam 51 56,7 4 4,4 35 38,9
9. Sakit kepala 44 48,9 6 6,7 40 44,4
10. Pusing 45 50,0 6 6,7 39 43,3
11. Lemas 39 43,3 9 10,0 42 46,7
41
Hasil pengelompokan kategori tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 Kategori pengetahuan mengenai gejala ISPA pada calon jamaah
haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017
Kategori Pengetahuan gejala
Jumlah
N %
Pengetahuan gejala
1. Baik 48 53,3
2. Buruk 42 46,7
Total 90 100
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh sebanyak 48 orang (53,3%) calon jamaah
haji memiliki pengetahuan yang baik mengenai gelaja infeksi saluran pernapasan
akut, dan sebanyak 42 orang ( 46,7%) calon jamaah haji memiliki pengetahuan
yang buruk mengenai gejala infeksi saluran pernapasan akut.
4.2.2.2 Pengetahuan penyebab/cara penularan
Pengetahuan calon jamaah haji mengenai penyebab serta cara penularan
infeksi saluran pernapasan akut dinilai dari 10 poin pertanyaan terkait penyebab
serta cara penularan ispa. Setiap pertanyaan diberikan 3 pilihan jawaban, yang
mana responden yang menjawab tahu akan diberi skor 2, jawaban ragu akan
diberikan skor 1, serta yang menjawab tidak tahu akan diberikan skor 0, sehingga
total skor maksimal 20 dan skor minimal 0.
42
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai
penyebab/penularan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon
jamaah haji Bekasi tahun 2017
Pengetahuan calon jamaah haji mengenai penyebab serta cara penularan
infeksi saluran pernapasan akut dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan
pengetahuan buruk yang berdasarkan atas nilai median total skor pengetahuan
mengenai penyebab/penularan, karena data tidak berdistribusi normal dengan
nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Nilai median yang
didapatkan setelah diolah adalah 14, sehingga nilai skor < median ditegorikan
sebagai pengetahuan buruk dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai
Pertanyaan mengenai
penyebab/penularan ISPA
Tahu Ragu Tidak tahu
N % N % N %
1. Penularan ISPA banyak
terjadi saat beribadah haji
59 65,6 6 6,7 25 27,8
2. Ispa penyakit menular 40 44,4 10 11,1 40 44,4
3. Kuman 49 54,4 6 6,7 35 38,9
4. Debu/kotoran 69 76,7 3 3,3 18 20,0
5. Alergi 42 46,7 9 10,0 39 43,3
6. Kontak dengan orang lain
yang memiliki keluhan
pernapasan
34 37,8 14 15,6 42 46,7
7. Memakai peralatan pribadi
( alat makan, sajadah, dll)
bersama-sama dengan
orang lain
33 36,7 9 10,0 48 53,3
8. Sistem pertahanan tubuh
(imunitas) yang sedang
dalam keadaan tidak baik
57 63,3 6 6,7 27 30,0
9. Tidak menjaga kebersihan
diri sendiri dan lingkungan
61 67,8 6 6,7 23 25,6
10. Tidak memiliki pelindung
diri (seperti masker)
62 68,9 6 6,7 22 24,4
43
pengetahuan baik. Hasil pengelompokan kategori tersebut dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 4.7 Kategori pengetahuan mengenai penyebab/penularan ISPA pada
calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017
Kategori Pengetahuan
penyebab/ penularan ISPA
Jumlah
N %
Pengetahuan Penyebab
1. Baik 48 53,3
2. Buruk 42 46,7
Total 90 100
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa frekuensi untuk kategori pengetahuan
penyebab/penularan yang baik adalah sebanyak 48 orang ( 53,3%) sedangkan 42
orang (46,7%) calon jamaah haji termasuk dalam kategori pengetahuan buruk.
4.2.2.3 Pengetahuan pencegahan
Pengetahuan calon jamaah haji mengenai cara pencegahan infeksi saluran
pernapasan akut dinilai dari 8 poin pertanyaan terkait cara pencegahan terkena
ispa. Setiap pertanyaan diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden yang
menjawab tahu akan diberi skor 2, jawaban ragu akan diberikan skor 1, serta yang
menjawab tidak tahu akan diberikan skor 0, sehingga total skor maksimal 16 dan
skor minimal 0.
44
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai
cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon
jamaah haji Bekasi tahun 2017
Pertanyaan mengenai cara
pencegahan ISPA
Tahu Ragu Tidak tahu
N % N % N %
1. Memakai alat pelindung diri
saat beribadah haji seperti
masker
68 75,6 1 1,1 21 23,3
2. Menggunakan peralatan
pribadi yang digunakan
hanya untuk diri sendiri
52 57,8 5 5,6 33 36,7
3. Mencuci tangan sebelum
dan setelah melakukan
aktivitas
61 67,8 1 1,1 28 31,1
4. Menggunakan antiseptik/
handsanitizer sebelum
melaksanakan aktifitas
rangkaian ibadah haji
49 54,4 7 7,8 34 37,8
5. Menghindari kontak
berlebihan dengan orang
lain, terutama pada orang
yang memiliki keluhan
penyakit pernapasan
49 54,4 10 11,1 31 34,4
6. Menjaga kebersihan diri
sendiri dan lingkungan
67 74,4 1 1,1 22 24,4
7. Menjaga atau meningkatkan
sistem pertahanan tubuh
tetap sehat
65 72,2 2 2,2 23 25,6
8. Divaksin sebelum berangkat
ke tanah suci
65 72,2 5 5,6 20 22,2
45
Pengetahuan calon jamaah haji mengenai cara pencegahan infeksi saluran
pernapasan akut dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan buruk
yang berdasarkan atas nilai median total skor pengetahuan mengenai pencegahan
terkena ISPA, karena data tidak berdistribusi normal dengan nilai hasil uji
normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Nilai median yang didapatkan setelah
diolah adalah 15, sehingga nilai skor < median ditegorikan sebagai pengetahuan
buruk dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai pengetahuan baik. Hasil
pengelompokan kategori tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.9 Kategori pengetahuan mengenai cara pencegahan terkena ISPA
pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017
Kategori Pengetahuan
berdasarkan cara pencegahan
terkena ISPA
Jumlah
N %
Pengetahuan pencegahan
1. Baik 46 51,1
2. Buruk 44 48,9
Total 90 100
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa calon jamaah haji yang tergolong dalam
kategori pengetahuan baik mengenai cara pencegahan terkena
ISPA adalah sebanyak 46 orang (51,1%) dan sebanyak 44 orang
(48,9%) termasuk dalam kategori pengetahuan buruk.
4.2.2.4 Gambaran pengetahuan calon jamaah haji
Untuk kategori pengetahuan di nilai dari total keseluhan pertanyaan dari
pengetahuan gejala, penyebab/penularan, serta pengetahuan cara pencegahan,
sehingga didapatkan totalnya sebanyak 29 poin pertanyaan terkait pengetahuan
ISPA. Setiap pertanyaan diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden yang
menjawab tahu akan diberi skor 2, jawaban ragu akan diberikan skor 1, serta yang
menjawab tidak tahu akan diberikan skor 0, sehingga total skor maksimal 58 dan
skor minimal 0.
Untuk kategori pengetahuan calon jamaah haji Bekasi dikategorikan
menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan buruk yang berdasarkan atas nilai
46
median total skor pengetahuan karena data tidak berdistribusi normal dengan nilai
hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05, didapatkan nilai median setelah
diolah adalah 38, sehingga nilai skor < median dikategorikan sebagai pengetahuan
buruk dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai pengetahuan baik.
Tabel 4.10 Kategori Pengetahuan Calon Jamaah Haji Bekasi 2017
Kategori Pengetahuan mengenai
ISPA pada calon jamaah haji
Jumlah
N %
1. Pengetahuan
a. Baik 48 53,3
b. Buruk 42 46,7
Total 90 100
47
4.2.3 Gambaran sikap dan perilaku calon jamaah haji mengenai ISPA
4.2.3.1 Gambaran sikap
Sikap calon jamaah haji mengenai pencegahan infeksi saluran pernapasan
akut dinilai dari total pertanyaan untuk setiap kategori.
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap mengenai cara
pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah
haji Bekasi tahun 2017
Adapun untuk kategori sikap dinilai dari 6 pertanyaan mengenai sikap
calon jamaah haji mengenai cara pencegahan terkena ISPA. Setiap pertanyaan
diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden menjawab setuju akan diberi
Pertanyaan mengenai sikap
pencegahan ISPA
Setuju Ragu Tidak Setuju
N % N % N %
1. Memakai alat pelindung diri
saat beribadah haji seperti
masker
76 84,4 6 6,7 8 8,9
2. Menggunakan peralatan
pribadi yang digunakan
hanya untuk diri sendiri
59 65,6 8 8,9 23 25,6
3. Mencuci tangan sebelum
dan setelah melakukan
aktivitas
70 77,8 7 7,8 13 14,4
4. Menggunakan antiseptik/
hand sanitizer sebelum
melaksanakan aktifitas
rangkaian ibadah haji
58 64,4 12 13,3 20 22,2
5. Menghindari kontak
berlebihan dengan orang
lain, terutama pada orang
yang memiliki keluhan
penyakit pernapasan
58 64,4 13 14,4 19 21,1
6. Menjaga kebersihan diri
sendiri dan lingkungan
70 77,8 6 6,7 14 15,6
48
skor 2, menjawab ragu diberi skor 1, dan jawaban tidak setuju diberi skor 0,
sehingga didapatkan skor maksimal 12 dan skor minimal 0.
Sikap calon jamaah haji mengenai pencegahan infeksi saluran pernapasan
akut dikategorikan menjadi kategori sikap baik dan kategori sikap buruk yang
berdasarkan atas nilai median total skor sikap karena data tidak berdistribusi
normal dengan nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Adapun
untuk kategori sikap didapatkan nilai median 12, sehingga < median
dikategorikan sebagai sikap buruk, dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai
sikap baik.
Tabel 4.12 Kategori Sikap mengenai pencegahan terkena ISPA pada calon
jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017
Kategori Sikap Pencegahan
terkena ISPA
Jumlah
N %
Sikap
a. Baik 49 54,4
b. Buruk 41 45,6
Total 90 100
4.2.3.2 Gambaran Perilaku
Perilaku calon jamaah haji mengenai cara pencegahan ISPA terdiri dari 2
bentuk pertanyaan, ada pertanyaan terbuka dan ada pertanyaan tertutup. Untuk
pengelompokan kategori perilaku baik dan buruk dinilai dari pertanyaan tertutup.
Adapun untuk pertanyaan terbuka hanya untuk melihat apa saja bentuk perilaku
yang akan dilakukan atau sedang dipersiapkan calon jamaah haji Bekasi sebelum
berangkat ke Arab Saudi.
49
Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku (pertanyaan
terbuka) mengenai cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017
Hal-hal yang telah dipersiapkan/ direncanakan
untuk mencegah terkena ISPA saat beibadah haji
Jumlah
Respon %
Memakai masker 61 30,80
Minum vitamin 48 24,24
Membawa peralatan pribadi 13 6,56
Membawa handsanitizer /tisu basah 6 3,03
Divaksin sebelum berangkat 50 25,25
Selalu mencuci tangan 5 2,52
Olahraga 2 1,01
Membawa obat pribadi 2 1,01
Jaga kebersihan 2 1,01
Minum air 2 1,01
Jaga stamina 1 0.50
Membawa kacamata 1 0,50
Makan yang halal dan toyyibah/ bergizi 3 1,51
Hindari terik matahari 1 0,50
Selalu dzikir dan doa 1 0,50
Total 198 100
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa bentuk perilaku yang banyak yang
dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi 2017 yang telah dipersiapkan atau
direncanakan oleh calon jamaah haji sebelum berangkat beribadah haji adalah
memakai masker, minum vitamin, dan juga divaksin sebelum berangkat.
50
Tabel 4.14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku (pertanyaan
tertutup) mengenai cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017
Untuk kategori perilaku dinilai dari 5 pertanyaan tertutup terkait perilaku
calon jamaah haji bekasi mengenai cara pencegahan terkena ISPA. Setiap
pertanyaan tertutup diberikan 2 pilihan jawaban, yang mana responden yang
menjawab “ya” akan diberi skor 1, dan responden dengan jawaban “tidak” akan
diberikan skor 0.
Perilaku calon jamaah haji mengenai infeksi saluran pernapasan akut
dikategorikan menjadi kategori baik dan kategori buruk yang berdasarkan atas
nilai median total skor perilaku karena data tidak berdistribusi normal dengan
nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Untuk kategori perilaku
didapatkan nilai median 3,50 sehingga < median dikagerikan sebagai perilaku
Pertanyaan mengenai perilaku
pencegahan terkena ISPA
Ya Tidak
N % N %
1. Akan menyediakan masker
untuk mencegah terkena
ISPA saat beribadah haji
83 92,2 7 7,8
2. Menggunakan peralatan
pribadi yang digunakan
hanya untuk diri sendiri
51 56,7 39 43,3
3. Mencuci tangan sebelum dan
setelah melakukan aktivitas
saat beribadah haji
47 52,2 43 47,8
4. Menggunakan antiseptik/
hand sanitizer sebelum
melaksanakan aktifitas
rangkaian ibadah haji
37 41,1 53 58,9
5. Akan lebih menjaga stamina
tubuh agar tidak mudah
terkena ISPA saat beribadah
haji
70 77,8 20 22,2
51
buruk dan ≥ median dikategorikan sebagai perilaku baik. Hasil pengelompokan
kategori tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.15 Kategori Perilaku mengenai pencegahan terkena ISPA pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017
Kategori Perilaku Pencegahan
terkena ISPA sebelum berangkat
Jumlah
N %
Perilaku
a. Baik 45 50
b. Buruk 45 50
Total 90 100
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa terdapat 48 orang (53,3) calon jamaah
haji yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik, sedangkan 42 orang
(46,7%) lainnya termasuk dalam kategori pengetahuan buruk. Dari kategori sikap,
yang terbanyak adalah kategori sikap baik, yaitu 49 orang (54,4%), dan kategori
sikap buruk terdapat 41 orang (45,6%). Untuk kategori perilaku didapatkan
seimbang anatara perilaku baik dan buruk pada calon jamaah haji terhadap cara
pencegahan terkena ISPA, yaitu 45 orang (50%) dari masing-masing kategori.
52
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan adalah menggunakan uji Chi-Square test
dikarenakan data yang di uji adalah kategorik dengan kategorik.
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap perilaku pencegahan ISPA
pada Calon Jamaah Haji Bekasi tahun 2017
Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Pencegahan
ISPA pada Calon Jamaah haji
Frekuensi pengethuan
dan sikap terhadap
Perilaku
Perilaku Total P
Baik Buruk Value
n % n % N %
Pengetahuan 0,001
1. Baik 32 66,7 16 33,3 48 100
2. Buruk 13 31,0 29 69,0 42 100
Sikap <0,001
1. Baik 34 69,4 15 30,6 49 100
2. Buruk 11 26,8 30 73,2 41 100
4.4.1.1 Pengetahuan Dari tabel 4.11 bagian pengetahuan dapat dilihat bahwa
pada calon jamaah haji dengan jumlah kategori terbanyak adalah
pengetahuan yang baik serta perilaku yang baik yaitu sebanyak 32
orang (66,7%). Dan kategori yang memiliki jumlah paling sedikit
adalah calon jamaah haji dengan kategori pengetahuan yang buruk
namun memiliki perilaku yang baik, yaitu sebanyak 13 orang
(31,0%). Adapun calon jamaah haji dengan pengetahuan yang baik
namun memiliki perilaku yang buruk adalah sebanyak 16 orang
(33,3%), serta responden dengan kategori pengetahuan buruk serta
perilaku buruk adalah sebanyak 29 orang (69,0%)
Pengetahuan merupakan hasil dari pengumpulan informasi
yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
sesuatu objek, yang mana sebagian besar pengetahuan didapatkan
dari penginderaan mata dan telinga.8 Pengetahuan dalam penelitian
53
ini adalah responden yaitu calon jamaah haji Bekasi mengetahui
tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang sering
meyerang jamaah haji saat berada di Arab Saudi. Pengetahuan
yang baik dalam penelitian ini adalah pengetahuan atau wawasan
yang dimiliki oleh responden mengenai gejala, penyebab serta cara
penularan, dan cara pencegahan ISPA. Adapun pengetahuan yang
buruk dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki
pengetahuan atau waawasan yang sedikit atau bahkan tidak
mengetahui terkait gejala, penyebab serta cara penularan, dan cara
pencegahan ISPA. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor,
salah satunya adalah karena kurangnya informasi yang didapatkan
oleh calon jamaah haji (dari media ataupun dari bimbingan haji
yang di ikuti oleh para calon jamaah haji).
Dari hasil uji Chi-Square tersebut, dapat dilihat bahwa
responden dengan pengetahuan baik cenderung memiliki perilaku
baik, dan responden dengan pengetahuan buruk cenderung
memiliki perilaku yang buruk dalam pencegahan terkena ISPA,
meskipun responden dengan pengetahuan baik serta perilaku baik
dibandingkan dengan pengetahuan buruk serta perilaku buruk tidak
memiliki perbedaan jumlah yang jauh, yakni hanya selisih 3 orang.
Berdasarkan tabel 4.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan terkena ISPA dengan nilai P yang sebesar 0,001. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bidaya (2012)
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan perilaku ibu dalam mencegah anak balita nya terkena
ISPA. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka semakin
baik pula perilaku seseorang dalam mencegah penyakit, dengan
nilai P value sebesar <0,001.31 Begitu pula penelitian yang
dilakukan oleh Monintja (2015) mengenai adanya hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
penyakit. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang mengenai
54
penyakit tersebut maka semakin baik pula perilaku seseorang
dalam mencegah atau menghindari perburukan dari penyakit
tersebut dengan nilai P value 0,03.32 Sama halnya dengan
penelitian yang dilakuakn oleh Atun (2016) menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan perilaku
pencegahan penyakit, yang mana mengatakan semakin baik
pengetahuan seseorang maka semakin baik pula perilaku yang akan
ditunjukkan oleh orang tersebut.33
Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan tingkat
pengetahuan terhadap perilaku pencegahan penyakit infeksi saluran
pernapasan akut pada calon jamaah haji bekasi, dapat disimpulkan
sesuai teori dan penelitian yang terkait bahwa responden dengan
tingkat pengetahuan yang baik memiliki perilaku pencegahan
penyakit ISPA yang lebih baik dibandingkan dengan responden
dengan tingkat pengetahuan yang buruk. Hal ini berarti
pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam
pembentukan perilaku seseorang. Karena dengan pengetahuan
yang baik akan menimbulkan perilaku yang cenderung baik.8
4.4.1.2 Sikap Dari tabel 4.11 bagian sikap juga bisa dilihat bahwa pada
calon jamaah haji yang termasuk dalam kategori terbanyak adalah
sikap baik dengan perilaku yang baik yaitu sebanyak 34 orang
(69,4%), dan kategori dengan frekuensi paling sedikit adalah
kategori sikap buruk dengan perilaku yang baik yaitu sebanyak 11
orang. Adapun kategori sikap baik serta perilaku yang buruk
sebanyak 15 orang (30,6%) dan kategori sikap buruk serta perilaku
buruk adalah sebanyak 30 orang ( 73,2%).
Sikap adalah respon seseorang masih tertutup terhadap
sesuatu, bisa diartikan sebagai tanggapan atau respon yang masih
hanya sebatas fikiran (setuju atau tidak setuju).8 Sikap terbentuk
karena sebelumnya telah memiliki rangsangan, baik berupa
pengetahuan ataupun kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang.
55
Rangsangan tersebut dapat menstimulus seseorang untuk memiliki
sikap, baik itu sikap positif ataupun sikap negatif yang pada
akhirnya akan direalisasikan menjadi perilaku ataupun tidak.8,12
Sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan
sikap favorable dan sikap negatif disebut sikap unfavorable.12
Adapun sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana responden
bersikap mengenai cara pencegahan terkena penyakit ISPA, baik
responden yang setuju, ragu, maupun tidak setuju. Adapun hal-hal
yang mempengaruhi sikap adlah pengetahuan, smakin baik
pengetahuan seseorang terhadap sesuatu maka akan semakin baik
sikap yang akan terbentuk pada orang tersebut. Selain
pengetahuan, pengalaman serta kebudayaan dan kebiasaan yang
dimiliki oleh seseorang juga turut mempengaruhi.8,12
Dari hasil tabel uji Chi-Square diatas, dapat dilihat bahwa
responden dengan sikap yang baik cenderung akan memiliki
perilaku yang baik dan responden dengan sikap yang buruk
cenderung memiliki perilaku yang buruk dalam pencegahan
terkena ISPA, meskipun tidak ada perbedaan jumlah yang jauh
antara kategori sikap baik dengan perilaku yang baik dibandingkan
dengan sikap buruk dengan perilaku yang buruk, yakni hanya
selisih 4 orang. Berdasarkan tabel 4.11 dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku
kesehatan berupa pencegahan terkena ISPA pada calon jamaah
haji, dengan nilai P sebesar <0.001. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putro (2008) yang mengatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan
perilaku yang dilakukan oleh orang tua dalam mencegah
kekambuhan ISPA pada anaknya.34 Sejalan juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Monintja (2015) bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penyakit,
dengan nilai P value <0.001.32 Namun tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukn oleh Atun (2016) bahwa tidak ada
56
hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku pencegahan
penyakit yang dilakukan oleh masyarakat.33
Dari hasil penelitian tersebut, teori, serta penelitian terkait
dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penyakit ISPA
yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi, karena sikap yang
positif akan cenderung mengarahkan kepada perilaku positif juga.
57
4.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan
terhadap Perilaku pencegahan ISPA pada Calon Jamaah Haji Bekasi
tahun 2017
Tabel 4. 17 Hubungan Jenis kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan terhadap
Perilaku Pencegahan ISPA pada Calon Jamaah haji
Hubungan jenis kelamin,
usia, dan tingkat pendidikan
terhadap perilaku
Perilaku Total P
Baik Buruk Value
n % N % N %
Jenis Kelamin 1,000
1. Laki-laki 23 51,1 22 48,9 45 100
2. Perempuan 22 48,9 23 51,1 45 100
Usia 0,127
1. < 60 tahun 13 38,2 21 61,8 34 100
2. ≥ 60 tahun 32 57,1 24 42,9 56 100
Tingkat Pendidikan 0,319
1. Rendah 8 38,1 13 61,9 21 100
2. Tinggi 37 53,6 32 46,4 40 100
4.4.2.1 Jenis Kelamin Dari tabel 4.12 bagian jenis kelamin dapat dilihat bahwa
untuk kategori jenis kelamin laki-laki dengan perilaku yang baik
adalah sebanyak 23 orang (51,1%), sedangkan dengan kategori
yang buruk adalah sebanyak 22 orang (48,9%), adapu untuk
kategori jenis kelamin perempuan dengan perilaku yang baik
adalah sebanyak 22 orang (48,9%) dan untuk perilaku yang buruk
adalah sebanyak 23 orang (51,1%).
Dari hasil uji Chi-Square tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan jumlah yang jauh antara perilaku baik dan
buruk antara pria dan wanita, mengingat juga bahwa jumlah antara
pria dan wanita yang seimbang, dan juga jumlah perilaku baik dan
buruk juga seimbang. Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan nilai P
value sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan
58
penyakit ISPA pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2014)
yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin laki-laki dengan kejadian ISPA dengan nilai P value
sebesar 0,023. Dari penelitian yang dilakukan, frekuensi ISPA
lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.
Namun hal ini tidak dibahas oleh peneliti.35
Dari hasil penelitian, dan penelitian terkait bisa diambil
kesimpulan bahwa banyak faktor lain dari sosiodemografi dari
responden yang berpengaruh untuk perilaku pencegahan yang
dilakukan seseorang, bukan hanya jenis kelamin. Namun perlu
untuk dilakukan analisis multivariat lebih lanjut untuk mengetahui
hubungan spesifik antara jenis kelamin dengan perilaku
pencegahan penyakit.
4.4.2.2 Usia Dari tabel 4.12 bagian usia bisa dilihat bahwa kategori
dengan frekuensi terbanyak adalah kelompok usia ≥ 60 tahun serta
memiliki perilaku baik, yaitu sebanyak 32 orang (57,1%) dan
ketagori dengan frekuensi terrendah adalah kelompok usia < 60
tahun serta memiliki perilaku baik yatu sebanyak 13 orang (
38,2%). Adapun kelompok usia ≥ 60 tahun dengan perilaku buruk
sebanyak 24 orang (42,9%). Dan kelompok usia <60 tahun dengan
perilaku yang buruk adalah ebanyak 21 orang (61,8%).
Usia atau umur menentukan tingkat kedewasaan seseorang,
sehingga umur bisa menunjukkan tingkat pengetahuan dan juga
wawasan seseorang. Oleh karena itu umur sangat mempengaruhi
pengetahuan, sikap, serta perilaku seseorang.8
Dari hasil tabel tersebut dapat dilihat bahwa usia ≥ 60 tahun
cenderung memiliki perilaku yang baik dibandingkan dengan
responden usia <60 tahun, namun, usia ≥ 60 juga memiliki
frekuensi yang lebih banyak untuk kategori perilaku buruk, namun
tidak jauh berbeda dengan kelompok usia <60 tahun, hanya selisih
59
3 orang. Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifkan antara usia dengan perilaku pencegahan
yang dilakukan oleh calon jamaah hajibekasi tahun 2017 dengan
nilai P value sebesar 0.127. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hendrawan (2015) yang mengatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku
pencegahan ataupun perilaku pengobatan yang dilakukan oleh ibu
yang memiliki anak dengan penyakit ISPA, dengan nilai P value
sebesar 0,509. Hal ini dikarenakan usia tidak mempengaruhi
perilaku ibu selama masih ada faktor-faktor pendukung, seperti
fasilitias kesehatan yang terjangkau dan adanya transportasi yang
memadai.36
Dari hasil penelitian, teori dan juga penelitian terkait dapat
disimpulkan bahwa pengaruh usia tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku pencegahan penyakit ISPA,
namun pada dasarnya usia yang makin tinggi mengarahkan
seseorang kepada perilaku yang baik. Dalam penelitian ini tidak
sejalan dengan teori dikarenakan banyak faktor lain yang
mempengaruhi dari bentuk perilaku pencegahan yang dilakukan
oleh responden, antara lain sangat beragamnya pengalaman, serta
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden. Namun perlu
untuk dilakukan analisis multivariat lebih lanjut untuk mengetahui
hubungan spesifik antara usia dengan perilaku pencegahan
penyakit
60
4.4.2.3 Tingkat Pendidikan
Dari tabel 4.12 bagian tingkat pendidikan didapatkan pada
calon jamaah dengan kategori pendidikan tinggi dengan perilaku
yang baik mendapatkan frekuensi yang terbanyak, yaitu 37 orang
(53,6%), dan kategori pendidikan rendah dengan perilaku baik
mendapatkan frekuensi terendah, yaitu sebanyak 8 orang (38,1%).
Adapun untuk kategori pendidikan tinggi dengan perilaku yang
buruk adalah sebanyak 32 orang (46,4%), dan kategori pendidikan
rendah dengan perilaku buruk adalah sebanyak 13 orang (61,9%)
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa responden
dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung meiliki perilaku
yang baik pula, namun banyak faktor lain yang mempengaruhi
perilaku sehingga didapatkan banyak juga responden dengan
tingkat pendidikan yang tinggi memiliki perilaku yang buruk. Hal
ini bisa kita lihat pada uji Chi-Square bagian kolom P value,
sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan yang signifkan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan penyakit
ISPA pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017. Hal ini tidak
sejalan pada penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2013), yang
mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit, yang mana
semakin tinggi tingkat pendidikan akan membrikan dampak berupa
perilaku pencegahan yang makin baik pula.37 namun penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2014) bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
perilaku jamaah haji Iran dalam mencegah terkena penyakit
pernapasan, hal ini dikarenakan meskipun kebanyakan jamaah haji
yang tingkat pendidikannya menengah-dasar namun memiliki
perilaku yang baik dalam pencegahan penyakit respirasi ataupun
dalam perilaku hidup bersih dan sehat, hal ini bisa dikarenakan
adanya pengalaman yang didapatkan oleh seseorang, baik
61
pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain sehingga
mempengaruhi perilaku seseorang.35
Tingkat pendidikan bisa dihubungkan dengan kemampuan
seseorang dalam menyerap ataupun memahami informasi yang
baru. Semakin tinggi tingkat pendidikaan seseorang maka akan
semakin mudah dalam menyerap informasi yang berasal dari media
ataupun sumber lain. Kaitan nya dalam hal kesehatan, tingkat
pendidikan yang tinggi akan mengarahkan seseorang kedalam
tindakan preventif dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah akan
mengakibatkan sulitnya menerima informasi mengenai pencegahan
penyakit, baik itu berdasarkan penyuluhan ataupun sumber
lainnya.38,39
Berdasarkan hasil penelitian dan teori serta penelitian
terkait, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku pencegahan, sehingga tingkat pendidikan
kadang tidak mempengaruhi perilaku seseorang. Namun perlu
untuk dilakukan analisis multivariat lebih lanjut untuk mengetahui
hubungan spesifik antara tingkat pendidikan dengan perilaku
pencegahan penyakit.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan penyakit ISPA yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi
tahun 2017
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku
pencegahan penyakit ISPA yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi
tahun 2017
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sosiodemografi dengan
perilaku pencegahan yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi tahun
2017
5.2 Saran
a) Bagi Kementerian Agama serta KBIH :
1. Perlu dilakukan kerja sama antar sektoral yaitu bersama dengan
Kementerian Kesehatan terkait pedoman pembinaan calon jamaah haji.
2. Dilakukan penyuluhan atau pembinaan kesehatan jamaah haji yang
membahas tentang penyakit pernapasan yang terjadi saat beribadah
haji serta bagaimana cara pencegahannya, dibutuhkan juga kehadiran
keluarga dari para calon jamaah haji, mengingat sebagian besar
responden adalah orang tua diatas 60 tahun.
3. Untuk setiap KBIH perlunya untuk menambahkan bimbingan haji
terkait hidup bersih dan cara pencegahan penyakit menular selain
daripada tata cara haji.
b) Bagi calon jamaah haji
1. Meningkatkan pengetahuan tentang risiko penyakit ISPA pada saat akan
ke Arab Saudi
2. Mempersiapkan segala kebutuhan untuk mencegah terkena ISPA, seperti
masker, dan lain sebagainya
62
63
c) Bagi peneliti selanjutnya
1. Memperhitungkan dan mempersiapkan timeline untuk jadwal pembinaan
ibadah haji.
2. Melengkapi sampel penelitian hingga tercukupi nilai minimum sampel.
3. Sebaiknya jika menggunakan kuesioner mewawancarai responden dengan
tatap muka atau wawancara secara personal (langsung) agar jawaban yang
diberikan oleh responden benar-benar mewaliki dari apa yang sebenarnya
dari responden.
64
DAFTAR PUSTAKA 1. Shafi S, Dar O, Khan M, Khan M, Azhar EI, McCloskey B, et al. The
annual Hajj pilgrimage—minimizing the risk of ill health in pilgrims from Europe and opportunity for driving the best prevention and health promotion guidelines. Int J Infect Dis [Internet]. 2016;47:79–82. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2016.06.013
2. Razavi SM, Torabi SM, Salamati P. Treatment and prevention of acute respiratory infections among Iranian hajj pilgrims: A 5-year follow up study and review of the literature. Med J Islam Repub Iran. 2014;28(1):1–11.
3. KEMENKES R. Jumlah jamaah haji 2017 meningkat, menkes harapkan tambahan tenaga kesehatan. 20 Maret 2017 [Internet]. 2017 Mar 21;5223002. Available from: www.depkes.go.id
4. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pencegah dan Pengendali infeksi saluran pernapasan akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan Kesehat [Internet]. 2007;12. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf
5. Al-Tawfiq JA, Gautret P, Benkouiten S, Memish ZA. Mass gatherings and the spread of respiratory infections lessons from the Hajj. Ann Am Thorac Soc. 2016;13(6):759–65.
6. Abd-alla M, Ahmed Q, Memish ZA, Saba J. Protective Practice and Respiratory Illness Among US Travelers to the 2009 Hajj. 2012;19(3):163–8.
7. RI K. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 15 Th 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Jamaah Haji. 2016. 1-17 p.
8. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi 2012), Oleh: Soekidjo Notoatmodjo, Penerbit: Rineka Cipta. 2013;9–34.
9. G BI. Knowledge, Attitude, and Practice The Three Pillars of Excellence and Wisdom : A place in the Medical Proffesion. 1995;1(1).
10. Gumucio Syblie, Zompi Simona et all. The KAP Survey Model. 2011;
11. Budiman AR. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.
12. Aswar S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
65
13. Abud BR. Manasik Haji dan Umrah Bergambar. In: Al-Mukaffi A, editor. Pertama. Jakarta: PT. Darul Falah; 2006.
14. Al-Baqir M. Ibadah Haji dan Umrah. In: Panduan Lengkap Ibadah: Menurut Al-Quran, Al-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama. Jakarta: PT. Mizan Republika; 2015. p. 405–7.
15. Choudhry AJ, Al-Mudaimegh KS, Turkistani AM, Al-Hamdan NA. Hajj-associated acute respiratory infection among hajjis from Riyadh. East Mediterr Heal J. 2006;12(3–4):300–9.
16. Al-Tawfiq JA, Memish ZA. The Hajj: updated health hazards and current recommendations for 2012. Euro Surveill Bull Eur sur les Mal Transm = Eur Commun Dis Bull. 2012;17(41):20295.
17. Alzeer AH. Respiratory tract infection during Hajj. Ann Thorac Med [Internet]. 2009;4(2):50–3. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2700482&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
18. Health Center of Hajj, RI. Disease Among Hajj 2016. Ministry of Health RI. 2016;
19. RI kementerian kesehatan. Infodatin Haji 2015 Situasi Kesehatan Jamaah Haji. 2015.
20. Benkouiten S, Charrel R, Belhouchat K, Drali T, Nougairede A, Salez N, et al. Respiratory Viruses and Bacteria among Pilgrims during the 2013 Hajj. 2014;20(11):1821–7.
21. Uyainah A, Probosuseno, Rustika, Syarif H Lutfi, MY Fajar, Idris, F et all. Buku Prosiding Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umrah 2016. In Jakarta: Interna Publishing; 2016.
22. Deris ZZ, Hasan H, Sulaiman SA, Wahab MSA, Naing NN, Othman NH. The prevalence of acute respiratory symptoms and role of protective measures among Malaysian Hajj pilgrims. J Travel Med. 2010;17(2):82–8.
23. Alzeer AH. Respiratory tract infection during Hajj. 2016;12–5.
24. Sahin MK, Aker S, Kaynar Tuncel E. Knowledge, attitudes and practices concerning Middle East respiratory syndrome among Umrah and Hajj pilgrims in Samsun, Turkey, 2015. Euro Surveill [Internet]. 2015 Sep 24 [cited 2017 Oct 17];20(38):30023. Available from: http://www.eurosurveillance.org/ViewArticle.aspx?ArticleId=21248
66
25. Alqahtani AS, Wiley KE, Mushta SM, Yamazaki K, BinDhim NF, Heywood AE, et al. Association between Australian Hajj Pilgrims’ awareness of MERS-CoV, and their compliance with preventive measures and exposure to camels. J Travel Med [Internet]. 2016 May 18 [cited 2017 Oct 17];23(5):taw046. Available from: https://academic.oup.com/jtm/article-lookup/doi/10.1093/jtm/taw046
26. Al-Jasser FS, Kabbash IA, Almazroa MA, Memish ZA. Patterns of diseases and preventive measures among domestic hajjis from Central, Saudi Arabia.[Reprint in East Mediterr Health J. 2013;19 Suppl 2:S34-41; PMID: 24673097]. Saudi Med J [Internet]. 2012;33(8):879–86. Available from: http://acs.hcn.com.au?acc=36422&url=http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fulltext&D=medl&AN=22886122
27. Benkouiten S, Brouqui P, Gautret P. Non-pharmaceutical interventions for the prevention of respiratory tract infections during Hajj pilgrimage. Travel Med Infect Dis [Internet]. 2014;12(5):429–42. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.tmaid.2014.06.005
28. Morissan. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Kencana; 2014. 98-108 p.
29. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. 124-130 p.
30. Indriani D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto II Kab. Pekalongan. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiyah Surakarta. 2012;
31. Syahdrajat T. Panduan Penelitian untuk Skripsi Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Diandra; 2017. 20-23 p.
32. Sophiyudin DM. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
33. Bidaya DY. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Ispa Pada Bayi Di Puskesmas Kecamatan Segedong. 2012;
34. Monintja TCN. Hubungan Antara Karakteristik Individu , Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang Kota Manado Relationship Between Individual Characteristic , Knowledge , Attitude With PSN DBD Behavior Of Commun. :503–19.
35. Farihatun A. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. 2016;15.
36. D E Prasetyo P. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Purwantoro I. Surakarta; 2008.
67
37. Chen Y, Williams E, Kirk M. Risk factors for acute respiratory infection in the Australian community. PLoS One. 2014;9(7):1–7.
38. Hendrawan H. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Balita Dalam Pencarian Pengobatan Pada Kasus- Kasus Balita Dengan Gejala Pneumonia Di Kabupaten Serang. Vol. XV, Media Litbang Kesehatan. 2005. p. 24–33.
39. Annisa F. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada Balita di Wilayah kerja puskesmas gang Sehat Pontianak. 2013;
40. Dinkes. Pedoman Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah; 2006.
41. Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Penatalaksanaannya. Semarang: Erlangga; 2008.
68
LAMPIRAN Lampiran 1
Proses Pengambilan Data dan Jumlah Sampel Akhir
A. Prosedur Administrasi
1. Pada tanggal 01 Agustus 2017, peneliti mendapatkan surat permohonan
izin dari dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk pengambilan
data di Islamic Centre Bekasi.
2. Pada tanggal 02 Agustus 2017, peneliti mendapatkan izin dari Kantor
Wilayah Kementerian Agama Kota Bekasi bagian Haji dan Umroh untuk
melakukan penelitian di Islamic Centre Bekasi.
B. Prosedur Teknik
1. Peneliti mulai mencari-cari informasi KBIH yang bisa peneliti jadikan
tempat penelitian sejak bulan Juni 2017 baik di daerah Ciputat, Demak,
Bandung dan Lampung.
2. Peneliti mendapatkan tawaran dari teman untuk melaksanakan penelitian
di Demak, Jawa Tengah, untuk melakukan pengambilan data di KBIH
tempat orangtua teman peneliti mendaftarkan jamaah haji. Setelah
mempertimbangkan waktu dan jarak, akhirnya peneliti memutuskan untuk
menerima tawaran tersebut, namun sayangnya setelah dikonfirmasi ulang
ke pihak KBIH, sulit dilakukan pengambilan data karena jadwal
pertemuan KBIH disana tidak memungkinkan.
3. Selanjutnya peneliti menemukan KBIH di daerah Legoso yaitu Darun
Nisa. Setelah peneliti menemui pihak KBIH pada tanggal 21 Juli 2017
namun tidak mendapatkan izin untuk melakukan penelitian disana.
4. Pada tanggal 26 juli 2017 peneliti meminta rekomendasi kepada
pembimbing 2 dan mendapat rekomendasi untuk melakukan penelitian di
RS Haji, namun setelah pembimbing 2 berkoordinasi dengan pihak RS
Haji, ternyata tidak diperbolehkan karena sudah tidak terdapat lagi jadwal
kunjungan jamaah haji
5. Pada tanggal 28 Juli 2017 peneliti meminta rekomendasi lagi ke
pembimbing 1 mengenai tempat melakukan penelitian, dan
direkomendasikan untuk melaakukan pengambilan data di Bekasi.
69
6. Peneliti langsung mengurus surat perizinan dari FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sambil menghubungi pihak Kementerian Agama
Bekasi yaitu ibu Sugini sesuai petunjuk pembimbing 1 peneliti selaku staff
yang mengurusi bagian pertemuan calon jamaah haji di Islamic Centre
Bekasi.
7. Pada tanggal 31 Juli 2017 dengan peneliti ditemani pembimbing 1,
menemui ibu Sugini untuk menanyakan jadwal pertemuan calon jamaah
haji sambil melihat kondisi suasana pertemuan calon jamaah haji untuk
memudahkan dalam prosedur pengambilan data, karena pada saat itu
sedang berlangsung pertemuan calon jamaah haji. Kemudian arahan dari
ibu Sugini, peneliti diminta untuk mengurus surat perizinan dan diarahkan
untuk menemui pak Pelita selaku staf Kantor Wilayah Kementerian
Agama yang mengurusi soal perizinan untuk menyerahkan surat izinnya
secara langsung. Karena terjadi kesalahan pada penulisan untuk siapa surat
ditujukan, maka peneliti diminta untuk kembali datang keesokan harinya
dengan membawa surat yang benar. Maka hari itu juga peneliti kembali ke
Ciputat untuk mengurus ulang surat perizinannya.
8. Karena masalah prosedur, peneliti baru bisa mendapatkan suratnya sore
hari di hari berikutnya, sehingga peneliti baru bisa kembali ke Bekasi pada
tanggal 01 Agustus 2017 sore hari.
9. Pada tanggal 02 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB peneliti akhirnya bisa
menyerahkan surat perizinan kepada pak Pelita. Setelah menyerahkan
surat yang sesuai kepada pak Pelita, untuk mempercepat dan
mempermudah prosedur perizinan, pak Pelita menyarankan peneliti untuk
langsung menemui ketua Bagian Haji Kementerian Agama Bekasi agar
dapat langsung meminta izin untuk mengambil data esok hari karena akan
ada pembinaan calon jamaah haji.
10. Peneliti langsung pergi menemui bagian Haji, awalnya peneliti menemui
salah satu staff namun beliau tidak bisa memberikan izin, sehingga peneliti
diminta untuk menemui ketua bagian haji pada pukul 15.00 WIB.
11. Peneliti kembali ke kantor wilayah Kementerian Agama kota Bekasi pukul
14.00 dan menemui bagian haji lagi, namun ternyata belum berada
70
ditempat. Maka peneliti menunggu hingga pukul 16.30 WIB sampai
akhirnya peneliti bisa menemui ketua bagian haji departemen agama kota
Bekasi yaitu ibu Sukasih dan mendapatkan izin untuk mulai mengambil
data keesokan harinya.
12. Pada tanggal 03 Agustus 2017 peneliti datang pkl 06.00 WIB di islamic
centre departemen agama kota Bekasi. Tapi peneliti kembali mendapat
halangan terkait perizinan ke DKM masjid, peneliti baru mengetahui
bahwa terdapat perbedaan antara bagian haji dan pengurus masjid tempat
pembinaan dilaksanakan, yaitu di Islamic Centre. Sehingga peneliti baru
bisa membuka stand pkl 08.00 WIB setelah panitia datang.
13. Pengambilan data pertama, peneliti menyatukan 3 kuesioner yang
merupakan gabungan dari 3 peneliti menjadi satu bundel. Dan membuat 4
stand pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat
sekaligus dalam satu stand. Peneliti membuka stand sampai pembinaan
selesai sekitar pukul 13.00. peneliti membagi tugas dengan teman peneliti
yang pada hari itu membantu dalam proses pengambillan data. Peneliti
menyebarkan kuesioner sambil para responden sedang menunggu giliran
untuk melakukan pengecekan kesehatan. Hari itu peneliti berhasil
memeriksa kurang lebih 50 responden, dan menyebar kuesioner kurang
lebih 120 kuesioner. Namun sayangnya tidak semua responden mau
mengisi kuesioner dengan lengkap karena bundel kuesioner yang terlalu
tebal, dan ada calon jamaah haji yang hanya ingin diperiksa tanpa mengisi
kuesioner.
14. Setelah melakukan penghitungan data yang ada dan menetapkan data
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi peneliti hanya mendapatkan 60 data
yang sesuai kriteria inklusi, sehingga data peneliti masih kurang.
15. Pertemuan selanjutnya peneliti mengambil data pada tanggal 10 Agustus
2017. Karena mengantisipasi kerugian seperti yang terjadi di pertemuan
sebelumnya. Peneliti mengumpulkan seluruh jamaah haji yang telah
berada di tempat pada saat itu dan mengumumkan mengenai penelitian
yang sementara dilakukan. Kemudian peneliti bersama teman membuat
stand terpisah antara pemeriksaan tekanan darah dan gula darah,
71
kolesterol, dan asam urat. Serta memisahkan kuesioner sesuai pemeriksaan
yang ada. Smentara dibantu oleh teman yang saat berada di Islamic
Centre, peneliti sambil menyebarkan kuesioner dan membuat beberapa
kelompok-kelompok kecil dalam proses pengisian kuesioner agar tidak
terjadi kesalahan berupa pengisian data yang tidak lengkap. Peneliti selesai
melakukan pengambilan data sekitar pukul 13.00 dan berhasil memeriksa
sekitar 15 calon jamaah haji, dan para calon jamaah haji yang tidak
diperiksa namun secara sukarela untuk mengisi kuesioner sekitar 25 orang
16. Setelah melakukan penghitungan data yang ada dan menetapkan data
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi peneliti hanya mendapatkan 30 data
yang sesuai kriteria inklusi, sehingga total data yang terkumpul sesuai
kriteria inklusi adalah sebanyak 90 responden. Sehingga data peneliti
masih kurang.
17. Karena jumlah responden yang masih kurang dan tanggal pertemuan
selanjutnya bertabrakan dengan jadwal kuliah, peneliti berinisiatif untuk
menghubungi pihak pengurus haji kota Bekasi agar diizinkan mengambil
data di asrama haji Embarksi pada hari sabtu dan minggu. Namun pihak
pengurus tidak mengizinkan mengambil data di asrama haji, karena para
calon jamaah haji sudah di karantina.
18. Akhir bulan Agustus 2017 calon jamaah haji Indonesia sudah berangkat ke
tanah suci sehingga peneliti tidak dapat mengambil data lagi untuk
memenuhi jumlah responden sesuai rumus statistik yang ada. Data yang di
dapat secara keseluruhan adalah 160 responden dan yang memenuhi
kriteria inklusi adalah 90 responden.
72
Lampiran 2
Persetujuan Etik (Ethical Approval)
73
Lampiran 3
Informed Consent dan Kuesioner
Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada
Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017
Bapak, ibu yang terhormat, Saat ini saya, Irfany Fauziah Samad sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017”. Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda akan menjalani penelitian ini melalui pengisian kuesioner. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengtahuan sikap serta perilaku calon jamaah haji mengenai cara pencegahan serta risiko terkena Infeksi saluran pernapasan akut saat beribadah haji Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-waktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting sekali, diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan jujur dan sebaik-baiknya. Peneliti, Irfany Fauziah Samad Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Jalan Puri Laras 1 Kavling 21 – 22 Tarumanegara 78 Ciputat Timur Tangerang Selatan Tlp. 085212734704
74
Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Usia :
KBIH/Travel :
Alamat :
Nomor telp/ hp :
Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang
diberikan oleh Irfany Fauziah Samad dari PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan bersedia menjalani penelitian mengenai “Hubungan Antara
Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan
Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada Calon Jamaah Haji Bekasi
Kloter 34 dan 54 Tahun 2017”.
Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.
Ciputat, 2017
Mengetahui,
Peneliti Peserta Penelitian
(Irfany Fauziah Samad) ( )
75
Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik
Pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017
A. Indentitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Tanggal lahir :
4. Jenis kelamin :
5. Pekerjaan :
6. Status pernikahan :
7. Pendidikan terakhir :
8. Alamat :
9. No. Telp./Hp :
10. Lama menunggu :
11. Berangkat dengan siapa : ( ) Sendiri
( ) Keluarga
( ) Rombongan yang lain
12. Pernah melakukan pemerikasaan kesehatan : Pernah / Belum pernah
Apa :
Dimana :
13. Vaksin yang pernah didapatkan : 1. 3.
2. 4.
14. Penyuluhan kesehatan yang pernah didapatkan :
Mengenai apa : 1.
2.
3.
Dimana : 1.
2.
3.
Oleh siapa : 1.
2.
3.
76
B. Pengetahuan
1. Apakah bapak/ibu pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit infeksi saluran pernapasan ? a. Pernah b. Belum Pernah c. Lupa
2. Apakah bapak/ ibu tahu mengenai penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)? a. Ya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu
3. Menurut saudara apakah ISPA adalah penyakit yang berbahaya ? a. Ya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu
4. Menurut saudara apakah ISPA bisa menular ke orang lain ? a. Ya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu
5. Apakah saudara mengetahui bahwa saat musim haji, ISPA merupakan penyakit yang banyak menyerang jamaah haji ? a. Iya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu
Gelaja orang dengan ISPA Tahu Tidak Tahu
Ragu
Batuk Pilek Sesak napas Bersin Batuk berdahak / tenggorokan berdahak Nyeri tenggorokan Suara parau Demam Sakit kepala Pusing Merasa lelah / lemah / lemas
77
Penyebab terjadinya/penularan ISPA Tahu Tidak Tahu
Ragu
Kuman (bakteri, virus, dll) Debu/kotoran Alergi Bersentuhan / kontak dengan orang lain yang memiliki keluhan pernapasan
Memakai peralatan (alat makan, sajadah, dll) bersama dengan orang lain
Sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang sedang dalam keadaan tidak baik
Tidak menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan (cuci tangan, dll)
Tidak memiliki/memakai pelindung diri (masker)
Cara Pencegahan terkena ISPA Tahu Tidak
tahu Ragu
Memakai alat pelindung diri saat berada di mekkah seperti masker
Menggunakan peralatan pribadi yang digunakan hanya untuk diri sendiri
Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas
Menggunakan antiseptik/ hand sanitizer sebelum melaksanakan rangkaian ibadah saat di Mekkah
Menghindari kontak berlebihan dengan orang lain, terutama pada orang yang memiliki gejala penyakit pernapasan
Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan
Menjaga/meningkatkan sistem pertahanan tubuh tetap sehat
Divaksin sebelum berangkat ke tanah suci
78
C. Sikap
Cara Pencegahan terkena ISPA Setuju Tidak setuju
Ragu
Memakai alat pelindung diri saat berada di mekkah seperti masker
Menggunakan peralatan pribadi yang digunakan hanya untuk diri sendiri
Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas
Menggunakan antiseptik/ hand sanitizer sebelum melaksanakan rangkaian ibadah saat di Mekkah
Menghindari kontak berlebihan dengan orang lain, terutama pada orang yang memiliki gejala penyakit pernapasan
Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan
D. Perilaku
Sampai saat ini, apa yang anda rencanakan untuk mencegah terkena ISPA ketika di Mekkah nanti :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
79
Hingga saat ini, hal-hal yang bapak/ibu telah persiapkan untuk mencegah terkena ISPA saat di mekkah nanti adalah :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. Saudara akan menyediakan masker untuk mencegah terkena ISPA saat berada di Mekkah. a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan
2. Saudara akan sering mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan aktifitas saat beribadah haji demi mencegah terkena ISPA saat di mekkah a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan
3. Saudara akan menggunakan hand sanitizer/antiseptik sebelum melaksanakan rangkaian ibadah saat haji di Mekkah demi mencegah terkena ISPA a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan
4. Saudara akan menggunakan peralatan pribadi yang digunakan sendiri demi mencegah terkena ISPA saat berada di mekkah. a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan
5. Saudara akan lebih menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena ISPA saat berada di mekkah a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan
80
Lampiran 4
Curiculum vitae
Nama : Irfany Fauziah Samad
Alamat : Puri Laras 1, Kav 21-22 jalan Tarumanegara Ciputat Tangerang Selatan Banten
Tempat, tanggal lahir : Parepare, 06 Februari 1996
Agama : Islam
No. Handphone : 085212734704
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
- TK : TK Pembina Enrekang - SD : SDN No.10 Pangkajene Sidrap - SMP : MTS DDI Lil-Banat Parepare - SMA : MA DDI Lil-Banat Parepare - S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
Lampiran 5
Dokumentasi saat pengambilan data