96
i HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JAMAAH HAJI BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH Irfany Fauziah Samad NIM : 11141030000038 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2017M

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

  • Upload
    dohanh

  • View
    242

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

i

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

AKUT DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN

SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JAMAAH HAJI

BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH

Irfany Fauziah Samad

NIM : 11141030000038

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan

hasii jiplakan dari karya orang lain, rrraka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatrrllah Jakarta.

J akarta, 23 Oktober 2017

Irfany Fauziah Samad

1.

2.

3.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

ill

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DENGAN PENGETAHUAN,

SIKAP, DAN SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JEMAAH HAJI

BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017

Laporan penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Irfany Fauziah Samad

NIM : 11141030000038

Pembimbing 2

dr. Dwi Tyastuti, M.Ph, PhD Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRSNIP. 19720717 2005012 003 NIP. 1 9540406 1981 1 1 1 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKART,{

1438H12017M

Pembimbing 1

M

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

IV

LEMBAR PENGESAHANLaporan penelitian berjudul Hubungan Antara Perilaku Pencegahan PenyakitInfeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, danSosiodemografik Pada Calon Jamaah t{aji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun2017 yang diajukan oleh Irfany Fauziah Samad (NIM : 11 141030000038), telahdiujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan pada 23Oktober 2017. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokterandan Profesi Dokter.

Ciptrtat, 23 Oktober 2O17

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Pembimbing 2

&X^^X^adr. Dwi Tyastuti, M.Ph, Ph.D

NrP. 197207 U 2AA50t2 0A3Pembimbing I

dr. Dwi Tyastuti, M.Ph, Ph.D

}.|IP. 19720717 2005012 003

Penguji 1

dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIMNiP. i96605D r99803I 00I

Dekan FKIK LrIN

Prof:Dt; H, AEif Sumantri, S.KM, M.KesNrP. 19650808 1988031 002

lrr^rou*4t

Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRSNIP. 19540406 1981111 001

Penguji 2

dr. Erike Anggraini S, M.Pd, Sp.MKNIF. Iq8I0926 2{J1i0rZ 007

PIMPINAN FAKULTAS

Kaprodi PSKPD

FICS, FACS

001

, sp.u/Ph.D,t9721103 2006041

dr. Nouval

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang

berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DENGAN PENGETAHUAN,

SIKAP, DAN SOSIODEMOGRAFIK PADA CALON JAMAAH HAJI

BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017”, sebagai salah satu syarat yang

diajukan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW, suri tauladan dengan sebaik-baiknya akhlak.

Penulis menyadari bahwa selesainya penelitian ini berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa

hormat dan terimakasih kepada :

1. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama

RI yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa menjalani

pendidikan di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kedua orang tua penulis, Drs. Abdul Samad, MH dan A.Indrayati Hafid,

yang sangat penulis sayangi dan menyayangi penulis, yang senantiasa

mendidik dengan baik, serta selalu mendoakan penulis. Tak lupa juga

terimakasih kepada saudara-saudara tercinta penulis yaitu AM Naufal

Maulana, Achmad Rifqy, dan Achmad Syauqy, serta seluruh keluarga

penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan selama ini

3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. Dr. Sardjana,

Sp.OG(K), SH, Maftuhah M.Kep, Ph.D, Fase Badriah S.KM, M.Kes,

Ph.D, selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. dr. Nauval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS, selaku Ketua Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

vi

5. dr. Dwi Tyastuti, MPH, Ph.D selaku dosen pembimbing 1 dan Dr. dr.

Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRS selaku dosen pembimbing 2 yang

telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan

dan membimbing selama melakukan penelitian ini.

6. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM, selaku dosen penguji 1 dan dr. Erike

Anggraini S, M.Pd, Sp.MK, selaku dosen penguji 2 yang memberikan

bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.

7. Pihak Kementerian Agama Kota Bekasi yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian serta calon jamaah haji yang telah bersedia menjadi

responden untuk penelitian ini.

8. Ibu Sugini selaku pengurus pertemuan calon jamaah haji Kementerian

Agama Kota Bekasi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan

pengambilan sampel penelitian.

9. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D, selaku penanggung jawab

modul riset Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014.

10. dr. Mery Nitalia, Sp. PK, selaku pembimbing akademik dan dosen-dosen

pengajar Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

11. Anik Alfiyani, Mufidatun Nafisah, Nisa Uzlifatul Jannah, dan Saudail

Ghomim, sebagai teman seperjuangan dalam penelitian ini yang

merasakan senang dan susah bersama mencari tempat penelitian,

mengambil data serta menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran bersama

dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Khadziyatul Fildah Rusdina, Moch. Thoriq Assegaf Al-Ayyubi, Widya

Prayoga Triatmaja, Afza Azzindani, Ahmad serta kakak-kakak Program

Studi Kesehatan Masyarakat lainnya yang telah membantu penulis dalam

menggunakan aplikasi SPSS demi menyelesaikan penelitian ini.

13. Sahabat-sahabat tercinta Alumni Exact angkatan 2014 DDI Lil-Banat yang

senantiasa terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

vii

14. Mufidatun Nafisah, Ayu Rizki Saputri, St.Rafida Ali, Sri Nur Shadrina,

Syahriani Syukri dan semua teman penulis yang telah membantu dan

senantiasa menemani dan menghibur serta menguatkan penulis dalam

menyelesaikan penulisan penelitian ini.

15. Seluruh Keluarga Alumni Ponpes DDI Lil-Banat dan DDI Al-Badar

Parepare cabang UIN Jakarta yang senantiasa memberikan semangat dan

menemani penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

16. Seluruh Keluarga CSSMoRA UIN Jakarta yang senantiasa membantu dan

menyemangati penulis selama penelitian ini.

17. Serta seluruh pihak yang berperan dalam penelitian ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,

maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi

penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi siapa

saja yang membacanya.

Ciputat, 23 Oktober 2017

Penulis

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

viii

ABSTRAK Irfany Fauziah Samad. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017. 2017 Latar belakang : ISPA merupakan penyakit yang banyak menyerang jamaah haji saat berada di Arab Saudi. Lebih dari 2 juta orang yang berasal dari kurang lebih 180 negara bergabung di satu tempat untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini membuat penyakit infeksi terutama penyakit pernapasan banyak menyerang jamaah haji. Tujuan : Mengetahui perilaku pencegahan penyakit ISPA pada calon jamaah haji berserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode : Penelitian ini merupakan deskriptif korelasional dan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebesar 97 responden dengan metode non-probability sampling teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan analisis univariat dan korelasi bivariat uji Chi-Square. Hasil: Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku (P= 0,001), terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku (P=<0.001), tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku (P=1,000), tidak terdapat hubungan antara usia dengan perilaku (P=0,127), tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku (P=0,319). Kesimpulan : Faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan ISPA pada calon jamaah haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017 adalah pengetahuan dan sikap. Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku, ISPA

ABSTRACT

Irfany Fauziah Samad. Medical Study Program and Doctor Profession. Relationship Between Practice Prevention of Acute Respiratory Infection Disease with Knowledge, Attitudes, and Sociodemographic On Hajj Pilgrims Bekasi fly group 34 and 54 Year 2017. Background: Acute respiratory infection is a disease that attacked many pilgrims while in Saudi Arabia. More than 2 million people from more than 180 countries joined in one place to perform the pilgrimage. This makes infectious diseases, especially respiratory diseases attack many pilgrims. Objective: To know the Practice of prevention of ARI disease on candidate pilgrims along with the factors that influence it. Method: This research is a correlation descriptive method and using Cross Sectional approach. The sample in this research is 97 respondents with non-probability sampling method of purposive sampling technique. Data were collected using questionnaire, data analysis using univariate analysis and bivariate correlation of Chi-Square test. Result: There is relationship between knowledge with practice (P = 0,001), there is relationship between attitude and practice (P = <0.001), there is no relation between sex with practice (P=1,000), there is no relation between age with practice (P = 0,127) there is no correlation between education level and practice (P = 0,319). Conclusion: Factors that influence the practice of prevention of ARI on candidate Hajj pilgrims Bekasi 2017 is knowledge and attitude Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, Acute Respiratory Infection

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

2.1 Kerangka/Landasan Teori ............................................................................. 5

2.1.1 Perilaku Kesehatan .................................................................................. 5

2.1.2 Ibadah Haji ............................................................................................. 12

2.1.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) saat Ibadah Haji.................... 17

2.2 Kerangka Teori Penelitian ........................................................................... 24

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 25

2.4 Definisi Operasional .................................................................................... 26

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 29

3.1 Desain penelitian ......................................................................................... 29

3.2 Waktu dan tempat penelitian ....................................................................... 29

3.3 Populasi dan sampel .................................................................................... 29

3.3.1 Populasi penelitian ................................................................................. 29

3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................................. 29

3.4 Instrument penelitian ................................................................................... 32

3.5 Cara kerja penelitian .................................................................................... 32

3.5.1 Persiapan penelitian ............................................................................... 32

3.5.2 Pengambilan Sampel ............................................................................. 32

3.5.3 Pengolahan dan analisis data ................................................................. 32

3.6 Manajemen data .......................................................................................... 33

3.6.1 Prosedur pengumpulan data ................................................................... 33

3.6.2 Pengolahan dan analisis data ................................................................. 33

3.7 Gambaran Alur Penelitian ........................................................................... 34

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ...................................... 35

4.1.1 Uji Validitas ........................................................................................... 35

4.1.2 Uji Reliabilitas ....................................................................................... 37

4.2 Analisis univariat ........................................................................................ 37

4.2.1 Karakteristik responden ......................................................................... 38

4.2.2 Gambaran pengetahuan calon jamaah haji tentang gejala, penyebab/

penularan serta cara pencegahan ISPA .................................................. 39

4.2.3 Gambaran sikap dan perilaku calon jamaah haji mengenai ISPA ......... 47

4.3 Analisis Bivariat ......................................................................................... 52

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap perilaku pencegahan

ISPA pada Calon Jamaah Haji Bekasi tahun 2017 ................................ 52

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

xi

4.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan

terhadap Perilaku pencegahan ISPA pada Calon Jamaah Haji

Bekasi tahun 2017 ................................................................................. 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 62

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 62

5.2 Saran . ...............................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

LAMPIRAN .......................................................................................................... 68

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

xii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Definisi Operasional.......................................................................27

Tabel 4.1 Hasil Validasi pada Item Kuesioner...............................................36

Tabel 4.2 Hasil Reliabilitas pada Item Kuesioner..........................................38

Tabel 4.3 Karakteristik responden calon jamaah haji Bekasi kloter

34 dan 54........................................................................................39

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

mengenai gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon

jamaah haji Bekasi tahun 2017......................................................41

Tabel 4.5 Kategori pengetahuan mengenai gejala ISPA pada calon

jamaah haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017..........................42

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

mengenai penyebab/penularan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017...........................43

Tabel 4.7 Kategori pengetahuan mengenai penyebab/penularan ISPA

pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017.........44

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

mengenai cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017....................................45

Tabel 4.9 Kategori pengetahuan mengenai cara pencegahan

terkena ISPA pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54

tahun 2017......................................................................................46

Tabel 4.10 Kategori Pengetahuan Calon Jamaah Haji Bekasi 2017................47

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap mengenai

cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon

jamaah haji Bekasi tahun 2017......................................................48

Tabel 4.12 Kategori Sikap mengenai pencegahan terkena ISPA pada

calon jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017..................49

Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku

(pertanyaan terbuka) mengenai cara pencegahan Infeksi

Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun

2017................................................................................................50

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

xiii

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku

(pertanyaan tertutup) mengenai cara pencegahan Infeksi

Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun

2017...............................................................................................51

Tabel 4.15 Kategori Perilaku mengenai pencegahan terkena ISPA pada

calon jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017..................52

Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku

Pencegahan ISPA pada Calon Jamaah Haji...................................53

Tabel 4.17 Hubungan Jenis kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan

terhadap Perilaku Pencegahan ISPA pada Calon Jamaah haji.......58

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Teori Penelitian..............................................................25

Bagan 2 Kerangka Konsep Penelitian..........................................................26

Bagan 3 Gambaran Alur Penelitian..............................................................35

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Pengambilan Data dan Jumlah Sampel Akhir .................... 68

A. Prosedur Administrasi ...................................................................... 68

B. Prosedur Teknik ............................................................................... 68

Lampiran 2 Persetujuan Etik (Ethical Approval) .............................................. 72

Lampiran 3 Informed Consent dan Kuesioner .................................................. 73

Lampiran 4 Curiculum vitae ............................................................................. 80

Lampiran 5 Dokumentasi saat pengambilan data .............................................. 81

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan ibadah haji dilakukan di Makkah dan Madinah, Arab Saudi, yang

terdiri dari seluruh umat muslim dari beberapa negara didunia. Banyaknya umat

muslim yang berasal dari setiap negara, masing-masing membawa potensi

penyakit dari negara asal mereka, serta kondisi lingkungan di Arab Saudi berupa

padang pasir dan iklim yang ekstrim panas meningkatkan risiko terjadinya

penyakit infeksi khusunya bagian pernapasan. Dari beberapa sumber dijelaskan

bahwa terdapat lebih dari 2 juta jamaah haji yang berasal dari kurang lebih 180

negara di dunia, tinggal bersama dan dalam kondisi yang ramai menghadapkan

para jamaah haji dan penduduk lokal setempat pada masalah berbagai penyakit

menular.1,2 Dari sekian banyak jamaah haji yang berada di Arab Saudi, jumlah

jamaah haji di Indonesia kurang lebih 100.000-200.000. Hingga tahun 2017, kuota

jamaah haji mencapai 221.000.3 Hal ini menunjukkan bahwa sangat banyak

jamaah haji yang berasal dari Indonesia, yang berisiko terkena penyakit infeksi

pada saat beribadah haji.

Terkait risiko kesehatan yang akan dihadapi oleh para calon jamaah haji saat

berada di Arab Saudi, maka penting nya pengetahuan dan cara pencegahan yang

baik dan benar sangat dibutuhkan agar dapat mengurangi risiko terkena penyakit

ataupun risiko memperparah penyakit yang telah dimiliki oleh para calon jamaah

haji. Salah satu risiko kesehatan yang akan dihadapi calon jamaah haji adalah

penyakit infeksi.

Salah satu penyakit infeksi yang paling sering menular pada saat pelaksanaan

ibadah haji adalah penyakit ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA

menurut WHO adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas atau

bawah, yang biasanya bersifat menular mulai dari tanpa gejala, gejala ringan,

hingga gejala yang parah dan mematikan.4 ISPA merupakan penyakit yang sering

menyerang jamaah haji saat berada di tanah suci. Dari penelitian yang dilakukan

oleh Ekhmimi, dkk (2016) mengenai kasus ISPA yang terjadi pada jamaah haji

yang mengunjungi Unit Gawat Darurat Al-Madinah Al-Munawwarah, terdapat

sekitar 18% kasus penyakit menular di jamaah haji Indonesia. Penelitian yang

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

2

dilakukan oleh Jaffar, dkk (2016) sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 terdapat

sekitar 452 jamaah haji dirawat di rumah sakit dan 49,3% diantaranya adalah

penyakit pernapasan. Sepanjang tahun 2013, terdapat sekitar 38 jamaah haji

dengan pneumonia bilateral berat, 22 jamaah haji dengan konfirmasi infeksi

Haemophilus influenzae..5 Selain tingginya angka terjadinya ISPA pada saat

beribadah haji, kondisi yang padat populasi akan jamaah haji yang berasal dari

berbagai negara menyebakan penularan organisme yang resisten sangat sering

terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Razavi, dkk (2014) menyebutkan bahwa

tingginya penularan organisme yang resisten menyebabkan tingginya angka

morbiditas ISPA pada jamaah haji yang mana hal ini akan sangat mempengaruhi

jamaah haji dalam melaksanakan rangkaian kegiatan selama beribadah haji.2

Berdasarkan data tingginya risiko ISPA tersebut, maka pentingnya dilakukan

persiapan yang baik dalam pencegahan terkena penyakit ISPA pada calon jamaah

haji sebelum keberangkatan menuju Arab Saudi. Adapun bentuk pencegahan

ISPA yang bisa dilakukan oleh calon jamaah haji sangat banyak, mulai dari

vaksin influenza, menggunakan masker, menjaga kebersihan diri sendiri selama

berada di Arab saudi, dan masih banyak lagi.6

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

beragama Islam terbesar di dunia, melakukan penyelenggaraan ibadah haji setiap

tahunnya. Pelaksanaan Ibadah Haji merupakan rukun islam yang kelima, yakni

ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat muslim yang tergolong istithaah.

Istithaah ini sendiri dalam Permenkes No.15 tahun 2016 merupakan kemampuan

Jamaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan dan keamanan untuk

melaksanakan ibadah haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.7

Sebelum keberangkatan calon jamaah haji ke Arab Saudi, para calon jamaah

haji telah mendapat bimbingan haji sebelumnya, baik berasal dari kelompok

bimbingan ibadah haji, ataupun yang dilakukan oleh tim yang mengurusi calon

jamaah haji pada Kementerian Agama. Pada proses bimbingan tersebut para

jamaah haji dibekali beberapa pengetahuan mengenai tata cara pelaksanaan ibadah

haji, serta hal-hal yang bisa menimbulkan risiko kesehatan saat berada di Arab

Saudi.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

3

Berdasarkan tingginya data risiko ISPA diatas serta pentingnya mencegah

penularan penyakit ISPA, maka perlu dilakukan pencegahan agar tidak terkena

ISPA saat beribadah haji. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana

bentuk perilaku pencegahan penyakit ISPA yang dilakukan oleh calon jamaah haji

sebelum keberangkatan ke Arab Saudi serta apa saja faktor yang

mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan di Islamic Centre Bekasi, berdasarkan latar

belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan, :

1. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan

ISPA pada calon jamaah haji saat sebelum berangkat ke Arab

Saudi ?

2. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

pencegahan ISPA pada calon jamaah haji saat sebelum berangkat

ke Arab Saudi ?

3. Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku

pencegahan ISPA pada calon jamaah haji saat sebelum berangkat

ke Arab Saudi ?

4. Apakah terdapat hubungan antara sosiodemografik responden

dengan perilaku pencegahan ISPA pada calon jamaah haji saat

sebelum berangkat ke Arab Saudi?

1.3. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku calon jamaah

haji saat sebelum berangkat ke Arab Saudi.

2. Terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku calon jamaah haji

saat sebelum berangkat ke Arab Saudi.

3. Terdapat hubungan antara sosiodemografik dengan perilaku calon

jamaah haji saat sebelum berangkat ke Arab Saudi.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

4

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian diatas :

1. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku calon

jamaah haji mengenai cara pencegahan terkena ISPA saat akan

beribadah haji.

2. Mengetahui bagaimana hubungan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku calon jamaah haji dalam mencegah terkena

penyakit ISPA saat beribadah haji.

1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang dapat di ambil, di

antaranya adalah sebagai berikut :

Bagi calon jamaah haji :

Mengetahui seberapa besar risiko terkena penyakit ISPA

serta cara mencegah agar tidak terkena infeksi saat beribadah haji

nantinya.

Bagi KBIH/ Kantor Wilayah Kementerian Agama bagian Haji

Kota Bekasi :

Dapat digunakan sebagai tambahan informasi terkait

gambaran perilaku calon jamaah haji dalam mencegah terkena

penyakit ISPA agar dapat meningkatkan pembinaan kesehatan

serta pengendalian infeksi saluran pernapasan terhadap calon

jamaah.

Bagi penulis :

Dapat mengetahui gambaran perilaku calon jamaah haji

Bekasi terhadap cara pencegahan terkena penyakit ISPA, serta

menambah pengetahuan mengenai penelitian.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka/Landasan Teori

2.1.1 Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2013), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah

suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.8

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam 3 domain, yang selanjutnya

dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu:8

1. Pengetahuan ( knowledge )

2. Sikap atau tanggapan ( attitude )

3. Praktik atau tindakan ( practice )

2.1.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari pengumpulan informasi, dan hal ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan tehadap suatu objek tertentu. Sebagian

besar manusia memperoleh pengetahuan dari indera mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya

tindakan seseorang.8

Pengetahuan adalah kemampuan untuk memperoleh atau mempertahankan

pengalaman, kecakapan, atau keterampilan. Pengetahuan dipengaruhi oleh

imajinasi, persepsi, penilaian, memori, pengalaman, tingkat pendidikan,

kebiasaan.9,10

5

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

6

2.1.1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

adalah: 11

1. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi seseorang dalam pemahaman dan

penerimaan informasi. Maka semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin mudah dalam memahami dan menerima/menolak informasi,

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2. Informasi/Media Massa

Informasi yang bisa didapatkan bisa dari berbagai macam sumber,

baik itu dari pendidikan formal maupun non-formal. Informasi yang

didapatkan akan memberikan pengetahuan yang baru bagi penerima

informasi, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek

3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang berada di dalam masyarakat akan

cenderung menambah pengetahuan seseorang tanpa harus melalui

penalaran. Status ekonomi juga akan menetukan tersedianya fasilitas yang

akan digunakan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial juga akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang

4. Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses masuknya sebuah

pengetahuan dalam seseorang yang berada pada lingkungan tersebut. Hal

ini terjadi karena adanya interaksi atau hubungan timbal balik, yang akan

direspon sebagai pengetahuan baru.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali

pengetahuan yang diperoleh di masa lalu

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

7

6. Usia

Usia mempengaruhi kematangan dan daya tangkap seseorang.

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan berkembang pola pikir

serta daya tangkap terhadap sesuatu yang dihadapi, sehingga pengetahuan

yang diperoleh akan semakin baik.

2.1.1.2 Sikap

2.1.1.2.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun manifestasi dari sikap itu sendiri tidak

dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup. Jadi sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-

tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut.8

2.1.1.2.2 Komponen Sikap

Dalam bagian lain, Notoatmodjo, dalam Allport (1954) menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 8

a. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave )

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Sebagai contoh, seorang ibu telah mendengarkan tentang penyakit polio mulai

penyabeb, akibat, cara pencegahan, dan sebagainya. Pengetahuan ini akan

mendorong si ibu untuk berpikir dan berusaha agar supaya anaknya tidak terkena

polio.

2.1.1.2.1 Tingkatan Sikap

Adapun tingkatan dari sikap, terdiri dari:8

1. Menerima ( receiving )

Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

8

2. Merespon ( responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap berupa

respon.

3. Menghargai ( valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat 3.

4. Bertanggung jawab ( responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.1.1.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2013), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap

seseorang adalah:12

1. Pengalaman pribadi

Hal-hal yang telah atau sedang dihadapi/ dialami akan

mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus-stimulus sosial. Hal ini

akan membentuk pandangan atau sikap seseorang terhadap stimulus

tersebut.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang dianggap penting yang berada di sekitar kita

merupakan salah satu komponen dalam pembentukan sikap terhadap

sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebuadayaan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

dalam menetukan sikap seseorang. Tanpa seseorang sadari, pengaruh

kebudayaan yang ada di sekitar manusia telah menanamkan garis

pengaruh sikap terhadap berbagai hal.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

9

4. Media massa

Media massa sering kali memberikan informasi yang bersifat

sugestif. Hal ini sangat mempengaruhi seseorang dalam pembentukan

sikap. Semakin sugestif informasi tersebut, maka akan mendasari

terbentuknya arah sikap seseorang.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama merupakan media yang

menanamkan pesan moral kepada individu, pemahaman mengenai konsep

baik dan buruk, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, maka hal

tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam pembentukan sikap

terhadap berbagai hal.

6. Faktor emosional

Terkadang suatu sikap terbentuk karena adanya faktor emosional

dalam diri individu. Hal tersebut merupakan bentuk menyalurkan perasaan

tertekan/ frustasi ataupun sebagai bentuk pertahanan ego seseorang.

2.1.1.2.1 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung seperti menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap sesuatu objek. Contoh, bagaimana pendapat anda tentang

imunisasi pada anak ?. Secara tidak langsung bisa dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis, lalu kemudian menanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila

rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu ? (sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). 8,12

2.1.1.3 Perilaku

Suatu sikap belum otomatis terwujud menjadi suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap menjadi sebuah tindakan diperlukan faktor pendukung atau

sesuatu yang memungkinkan, antara lain fasilitas, dukungan dari pihak lain, dan

sebagainya.8 Sebagai contoh, sikap seorang ibu yang sudah positif terhadap

imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suami, serta dukungan dari keluarga,

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

10

dan terdapat fasilitas imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut mau untuk

mengimunisasikan anaknya.

Adapun tingkatan dari praktis/ tindakan adalah:8

1. Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil merupakan praktis tingkat pertama.

Contoh, ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak

balitanya.

2. Respon terpimpin ( guided response )

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

contoh adalah praktis tingkat kedua. Contoh, ibu dapat memasak sayur

dengan benar, mulai dari cara mencuci, memotong lama memasak, dan

sebagainya.

3. Mekanisme ( mechanism )

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan maka ia sudah

mencapai praktis tingkat tiga. Contoh, ibu yang sudah biasa

mengimunisasikan anaknya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu

perintah atau ajakan dari orang lain.

4. Adaptasi ( adaptation )

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi

sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Contoh ibu

dapat memilih dan memasak makanan begizi tnggi berdasarkan bahan

makanan yang murah dan sederhana.

2.1.1.3.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2013), faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku adalah: 8

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

11

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat memudahkan

terjadinya atau terlaksananya sebuah perilaku pada diri seseorang.

Contoh faktor predisposisi adalah pengetahuan dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau

mendukung agar sebuah perilaku dapat terwujud. Contoh dari faktor

pemungkin adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai

sehingga perilaku seseorang dapat terfasilitasi.

3. Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang menguatkan agar sebuah

perilaku tersebut dapat terbentuk. Contoh faktor penguat adalah

dukungan dari seseorang yang dianggap penting, atau dukungan/

arahan dari tokoh penting masyarakat, dan lain sebagainya.

2.1.1.4 Hubungan Pengetahuan, sikap, dan perilaku

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai

dari domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

yang berupa materi atau objek diluarnya. Kemudian menimbulkan pengetahuan

baru pada subyek tersebut. Setelah terbentuknya pengetahuan baru, maka

selanjutnya akan timbul respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap

obyek yang diketahui itu. Akhirnya, rangsangan (stimulus) atau obyek yang telah

diketahui akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action)

terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau obyek tadi.8

Meskipun saling berhubungan, namun pada kenyataannya, beberapa kasus

memperlihatkan bahwa stimulus yang diterima bisa langsung menimbulkan

tindakan. Dalam artian, seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa

mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan

kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau

sikap. Namun berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

12

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan

pengetahuan.8

Adapun perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

Perilaku terhadap penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat

pencegahan penyakit, yakni:8

1. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behavior). Contoh, makan makanan yang bergizi, olahraga, dan

sebagainya.

2. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah

respon untuk melakukan pencegahan penyakit. Contoh, imunisasi dan sebagainya.

Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit ke orang lain, misal

memakai masker saat sedang influenza.

3. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan.

4. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation

behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan

kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

2.1.2 Ibadah Haji

2.1.2.1 Pengertian Ibadah Haji

Menurut arti bahasa, haji itu menuju suatu tempat suci. Sedangkan

menurut syara’ haji berarti berziarah ke bait Allah Al-Haram (Ka’bah), melakukan

wuquf di Arafah dan sa’i antara bukit Shafa dan Marwa, dengan cara tertentu

dalam waktu dan niat tertentu pula.13 Dalam buku Panduan Lengkap Ibadah

pengertian Haji menurut bahasa adalah mengunjungi tempat yang dihormati,

sedangkan menurut istilah adalah mengunjungi Ka’bah dan sekitarnya di Kota

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

13

Makkah untuk serangkaian ibadah semata-mata demi melaksanakan perintah

Allah swt. dan mengharap ridho-Nya. 14

2.1.2.2 Hukum dan Syarat Ibadah Haji

Dalam Al-Qur’an surah Ali-Imron ayat 96-97 di sebutkan tentang hukum

beribadah haji bagi umat islam. Yakni salah satu kewajiban manusia terhadap

Allah adalah mengunjungi Baitullah. Adapun ayat 96-97 berbunyi :

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)

manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi

petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di

antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi

amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu

(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa

mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak

memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Qs.3:96-97. 14

Haji itu fardhu ‘ain yang diwajibkan sekali seumur hidup atas tiap-tiap

muslim lelaki ataupun perempuan yang telah memenuhi syarat sebagai berikut: 13

1) Islam

2) Berakal

3) Baligh

4) Merdeka

5) Mampu

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

14

Adapun dalil mengenai wajib haji sekali seumur hidup adalah berdasarkan

hadis sebagai berikut: 14

Abdullah bin Abbas r.a. merawikan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkhutbah,

“Wahai manusia, telah diwajibkan ibadah haji atas kamu.” Seseorang bernama

Al-Aqra’ bin Habis bertanya, “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Maka beliau

menjawab, “Seandainya aku mengiyakan, niscaya diwajibkan atas kamu. Dan

seandainya benar-benar diwajibkan (setiap tahun), niscaya kamu tidak akan

mampu melakukannya . Kewajiban haji itu hanya satu kali (sepanjang hidup).

Dan siapa saja menambah, maka yang demikian itu adalah tathawwu’ (yakni

sebagai haji sukarela)” (HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’iy dan Al-Hakim)

2.1.2.3 Rukun Haji Rukun dalam haji berarti jika salah satu amalan ditinggalkan maka haji nya

tidak sah (batal) dan amalan itu sendiri tidak dapat diganti dengan denda atau

Dam. Adapun rukun haji yaitu :13

1. Ihram (niat haji)

2. Wuquf di Arafah

3. Thawaf Ifadah

4. Sa’i

5. Tahallul

2.1.2.4 Wajib Haji

Wajib haji adalah amalan yang harus dikerjakan dan bila ditinggalkan haji

nya tetap sah namun harus diganti dengan Dam. Bila ditinggalkan dengan sengaja

maka berdosa, namun haji nya tetap sah. Adapun wajib haji adalah: 13

1. Ihram dari miqat

2. Bermalam di musdalifah

3. Melempar jumrah

4. Bermalam di mina

5. Tawaf Wada

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

15

2.1.2.5 Faktor Risiko Kesehatan Pada Jamaah Haji

Gambar 1 : Mobilisasi dan Kondisi Jamaah Haji saat di Arab Saudi.

Sumber: Tawfiq, 2016. 5

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

16

Rangkaian pelaksanaan ibadah haji: 13,14

1. Ihram dan Niat

Pelaksanaan rangkaian kegiatan ibadah haji dimulai pada tanggal 8

Dzulhijjah dimana para jamaah haji melakukan ihram dirangkaikan

dengan niat dari tempat asal. Setelah melakukan persiapan untuk

mobilisasi ke Arafah, seluruh jamaah haji berkumpul di tenda

menunggu sampai fajar untuk melanjutkan perjalanan ke Bukit Arafah.

2. Wukuf di Arafah

Pada waktu fajar, para jamaah haji berangkat ke Bukit Arafah.

Mulai waktu dzuhur sampai terbenam matahri padda tanggal 9

Dzulhijjah para jamaah haji berdoa kepada Allah dan membaca Al-

Qur’an sepanjang haji.

3. Mabit di Muzdalifah

Ketika matahari telah tenggelam pada hari itu, jamaah haji

meninggalkan Arafah dan menuju Muzdalifah untuk menginap

(mabit). Selama perjalanan ke Muzdalifah, para jamaah haji

mengumpulkan batu kerikil untuk melontar jumrah.

4. Jumrah Aqabah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, para jamaah haji melontar jumrah ke 3

tiang sebanyak 7 lemparan. Setelah selesai melontar jumrah, jamaah

kemudian bertahallul (mencukur rambut).

5. Mabit di Mina

Setelah tahallul para jamaah haji menginap di Mina.

6. Thawaf Ifadah

Setelah menginap di Mina, para jamaah haji mobilisasi ke Mekkah

untuk melakukan Thawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali.

Para jamaah haji juga melaksanakan Sa’i yaitu berlari-lari kecil dari

Bukit Safa ke Bukit Marwah sebanyak 7 putaran.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

17

7. Thawaf Wada

Thawaf wada, yaitu para jamaah haji melakukan thawaf yang

terakhir sebelum meninggalkan Mekkah dan kembali ke negara

masing-masing.

Proses rangkaian ibadah haji yang dimulai dari ihram dan niat hingga

tawaf wada melibatkan mobilisasi yang jauh dan kondisi yang meliputi banyak

jamaah haji, sehingga sangat memungkinkan untuk menyebabkan penularan

penyakit, kelelahan ataupun potensi penyakit lainnya. Para jamaah haji saling

berinteraksi dengan jarak yang dekat, berbagi dalam 1 tenda dan polusi udara

yang padat. Selain itu, ibadah haji memiliki beberapa rangkaian kegiatan yang

sangat padat, sehingga membutuhkan kondisi fisik dan mental yang baik agar

dapat melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dengan lancar,

sehingga perlunya pembinaan kesehatan agar mencapai kriteria istithaah

kesehatan saat masih berada di Indonesia. Oleh karena rangkaian kegiatan dan

kondisi saat beribadah haji yang padat, para jamaah memiliki risiko terkena

penyakit menular, mengingat bahwa pada saat beribadah haji seluruh umat

muslim dari beberapa negara berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan

rangkaian ibadah haji. Hal ini sangat mungkin untuk setiap individu membawa

potensi penyakit dari negara masing-masing. Adapun potensi penyakit menular

yang bisa didapatkan oleh jamaah haji adalah Middle East Respiratory Syndrome

Corona Virus (MERS-CoV), meningitis, ISPA, penyakit yang ditularkan oleh

udara, darah, ataupun penyakit yang ditularkan oleh hewan.15,16

2.1.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) saat Ibadah Haji

2.1.3.1 Pengertian ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar adalah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian

bawah.4

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

18

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.

Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung

sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang

telinga tengah dan selaput paru.4

2.1.3.2 Epidemiologi ISPA selama Haji

Dari penelitian yang dilakuakn Alzheer (2009) dijelaaskan bahwa tidak

ada data yang benar-benar pasti mengenai angka terjadinya ISPA selama

beribadah haji, namun beberapa data didapatkan dari penelitian cross sectional

dan dapat disimpulkan bahwa 1 dari 3 jamaah haji berisiko terkena ISPA bagian

saluran napas atas.16 Dari penelitian yang dilakukan oleh al-Tawfiq, dkk (2016)

didapatkan bahwa tahun 2009-2010, dari seluruh jamaah haji yang dibawah ke rs,

49.3% adalah penyakit pernapasan5. Adapun dari Kemenkes RI bagian kesehatan

haji mengungkap bahwa penyakit pada jamaah haji tahun 2016 yang terbanyak

adalah penyakit pernapasan, yaitu sebesar 49% kasus.17 Begitu juga penelitian

yang dilakukan oleh Ekhmimi, dkk (2016) bahwa dari keseluruhan jamaah haji

dari 180 negara, didapatkan 18% jamaah indonesia yang menderita penyakit

infeksi. Serta dari data Infodatin Haji tahun 2015, didapatkan data sebanyak 257

(40.79%) dari keseluruhan jamaah haji wafat dikarenakan penyakit infeksi

respiratory.17

2.1.3.3 Etiologi ISPA saat beribadah Haji

Penyebab terjadinya ISPA saat melaksanakan ibadah haji sangat banyak,

mulai dari bakteri, virus, dan sebagainya. Adapun etiologi tersering untuk infeksi

saluran napas atas akut adalah virus, yaitu yang paling sering adalah Influenza

virus, diukuti oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV), lalu yang ketiga tersering

yaitu Adenovirus.16,18,19 Adapun dari Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umroh 2016

dijelaskan bahwa etiologi yang sering menyebabkan infeksi saluran napas atas

adalah Coronavirus atau Rhinovirus, untuk infeksi saluran napas bawah adalah

virus Influensa A, serta Respiratory syncytial virus (RSV).20

Adapun etiologi dari golongan bakteri yang paling sering menyerang

jamaah haji saat beribadah haji adalah S. pneumoniae, H. influenzae, dan S.

Aureus.2,5 Selama haji tahun 2013, dilakukan pengambilan nasal spesimen dan

Page 34: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

19

kemudian dilakukan tes PCR terhadap S. pneumoniae, H. influenzae, Klebsiella

pneumoniae, Staphylococcus aureus, Coxiella burnetii, Bordetella pertussis,

Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumophila, Streptococcus pyogenes,

Salmonella spp., Pneumocystis jirovecii, and Chlamydia pneumoniae. Dari hasil

tersebut, didapatkan bahwa infeksi S. pneumoniae, H. influenzae, and

S. aureus sebanyak 28.3%. Adapun untuk K. pneumoniae dan C. burnetii

merupakan patoghen yang menyerang sekelompok jamaah haji yang menetap di

Saudi Arabia, yakni sekitar 3,9%. Adapun hasil test untuk bakteri B. pertussis, M.

pneumoniae, S. pyogenes, L. pneumophila, Salmonella spp., C. pneumoniae, atau

P. Jirovecii didapatkan negatif test pada jamaah haji yang telah dilakukan

pemeriksaan.5

2.1.3.4 Tanda dan Gejala ISPA saat beribadah haji

Dari penelitian yang dilakukan oleh Alzheer (2009) di jelaskan gejala yang

paling sering muncul untuk penyakit ISPA saat beribadah haji adalah batuk,

produksi sputum, sakit tenggorokan, suara serak, hidung mengeluarkan mukus

berlebih, demam serta lemas atau lelah.16 Batuk yang dihasilkan bisa bertahan

hingga beberapa minggu disertai produksi dahak yang berlebih pada saluran

napas. Gejala ISPA dapat diperparah dengan adanya serangan asma, penyakit paru

obstruktif kronik, serta sinusitis dan pneumonia. Adapun penelitian yang

dilakukan oleh Deriz, dkk ( 2010) mengenai prevalensi ISPA serta tindakan

perlindungan pada jamaah haji Malaysia di dapatkan sebanyak 91.3% jamaah haji

mengalami batuk, 79.2% jamaah haji mengalami hidung berair, 59.1% mengalami

demam, serta 57.1% mengalami nyeri tenggorokan.21 Berdasarkan buku prosiding

Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umroh 2016 oleh Pusat Kesehatan Haji

Indonesia, Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia, serta Asosiasi Kesehatan

Haji Indonesia, disebutkan bahwa jamaah haji Indonesia dalam upaya

pengendalian infeksi pernapasan saat beribadah haji di dapatkan gejala yang

paling sering adalah batuk.20 Gejala lain meliputi: 2,5,20

1. Pada saluran napas atas umumnya disertai gejala hidung

tersumbat, hidung berair, bersin-bersin, batuk, nyeri

tenggorokan, dan nyeri otot atau lemas. Gejala lain yang

Page 35: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

20

mungkin timbul adalah hilangnya daya penciuman dan perasa,

tekanan pada telinga, rasa perih ringan pada mata, dan demam.

2. Infeksi saluran napas bawah memiliki gejala batuk berdahak,

sesak napas, rasa berat di dada, dan mengi. Gejala lain yang

mungkin timbul adalah demam berulang, kesulitan makan, serta

susah tidur.

2.1.3.5 Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA

sebagai berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.4

Adapun klasifikasi berdasarkan jalur pernapasan untuk infeksi saluran

pernapasan adalah: 2,16,20,22

1. Infeksi saluran pernapasan atas meliputi rongga hidung, sinus, faring, dan

laring. Penyakitnya bisa berupa pilek, sinusitis, tonsilitis, laringitis,

influenza.

2. Infeksi saluran pernapasan bawah, meliputi trakea, bronkus, bronkiolus,

dan paru. Penyakit nya bisa berupa bronkitis, pneumonia, dll.

2.1.3.6 Penatalaksanaan ISPA saat haji

Sebagian besar kasus infeksi saluran pernapasan merupakan self limiting

disease, yaitu penyakit yang bisa sembuh dangan sendirinya. Cukup diberikan

terapi simptomatik saja dan memperbanyak asupan nutrisi serta istirahat. Namun

infeksi saluran pernapasan oleh agen bakteri membutuhkan pemberian antibiotik

yang diterapi secara empirik pada awalnya, namaun selanjutnya akan dipantau dan

disesuaikan dengan uji sensitifitas antibiotik jika diperlukan.20

Page 36: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

21

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Razavi, dkk (2014), menyebutkan

bahhwa selama sepuluh tahun sejak 1999 hingga tahun 2008, terdapat kesalahan

dalam memberikan treatment pada jamaah haji yang memiliki gejala penyakit

pernapsan, antara lain penggunaaan antibiotik yang tidak rasional dan pergantian

antibiotik yang secara tiba-tiba. Selain itu sering terdapat underdiagnosis ataupun

overdiagnosis sehingga sering terdapat kesalahan dalam memberikan treatment. 2

Adapun beberapa treatment yang dapat dilakukan berdasarkan penyakit

pernapasan yang sering di dapatkan jamaah haji ketika beribadah haji adalah: 2

1. Common cold

a) Istirahat yang cukup

b) Berkumur dengan garam normal hangat

c) Intake cairan yang cukup

d) Menghindari makanan yang spicy / pedas

e) Bisa diberikan AH generasi 1 seperti Chlorpheniramine Maleate

f) Pelega tenggorokan

g) Bisa diberikan juga Vit. C, zink, Vit. E, dan lain sebagainya

2. Influenza atau Influenza Like Illness

a) Istirahat yang cukup

b) Banyak minum air

c) Bisa dipertimbangkan pemberian Amantadine atau Rimantadine

jika telah dikonfirmasi Influenza tipe A

d) Bisa dipertimbangkan berikan Aseltamivir jika telah dikonfirmasi

influenza tipe A dan B

3. Laringitis

a) Istirahatkan suara

b) Bisa diberikan terapi simptomatik terlebih dahulu. Pemberian oral

steroid sebenarnya tidak terlalu menguntungkan karena akan

berefek sementara, sedangkan efek samping dari kortikosteroid

adalah mensupresi sistem imun, namun pada kenyataannya lebih

dari 90% klinisi meresepkan kostiko steroid. Namun pemberian

Page 37: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

22

deksametason oral atau IM juga bisa dipertimbangkan jika terjadi

Akut Laringo-Trakeo-Bronkitis.

c) Jika setelah 3 hari keadaan pasien belum membaik, bisa jadi karena

etiologi bukan virus, bisa dipertimbangan untuk pemberian

antibiotik berupa Azitromisin.

4. Sinusitis

Tresatment untuk sinusitis biasanya hanya terapi konservatif, namun bisa

ditambahkan satu dari beberapa pilihan obat :

a) Amoksisilin, 500-875 mg setiap 12 jam

b) Amoksiklav, 875-2000 mg setiap 12 jam

c) Cefpodoxime Proxetil, 200 mg setiap 12 jam

d) Cefdinir, 600 mg setiap 24 jam

e) Cefprozil, 500 mg setiap 12 jam

f) Azithromycin 500 mg selama 3 hari

g) Clarithromycin 500 mg setiap 12 jam hingga 14 hari

h) Levofloxacin 500 mg setiap hari

i) Moxifloxacin 400 mg setiap hari

Namun beberapa daftar obat tersebut sering tidak masuk dalam daftar

obat untuk jamaah haji.

5. Bronkitis Akut

a) Terapi konservatif

b) Pemberian asitromisin, makrolid dan golongan kuinolon tidak

terlalu berguna jika etiologi dari bronkitis adalah Mycoplasma atau

Chlamydia.

c) Penanganan awal dengan tetrasiklin atau makrolid pada infeksi

Bordetella pertussis bisa mencegah penularan penyakit

6. PPOK dengan infeksi

a) Amoksisilin untuk terapi terhadap infeksi Haemophilus influenza

dan Pneumococcus,

b) Doksisiklin untuk terapi terhadap infeksi Moraxella,

c) Makrolid untuk terapi terhadap infeksi Chlamydia

d) Fluorokuinolon untuk terapi terhadap infeksi Pseudomonas

Page 38: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

23

7. Pneumonia Akut

Jika terjadi pneumonia, lebih baik untuk dibawa ke pusat

pelayanan kesehatan untuk perawatan. Pneumonia adalah penyakit

tersering yang ditemukan pada kunjungan jamaah haji ke rumah sakit,

yaitu sekitar 20-50% kunjungan.

2.1.3.7 Cara pencegahan ISPA saat beribadah haji

Adapun beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah

terkena ISPA sat beribadah haji adalah, meliputi:1,20,24–27

1. Memulai kebiasaan menjaga hidup bersih dan kesehatan diri

sendiri serta lingkungan sekitar.

2. Kebiasaan mencuci tangan, mengenakan sarung tangan, dan

menggunakan masker saat beraktifitas

3. Penderita dapat meminimalkan kontak dengan orang lain untuk

mencegah penyebaran infeksi, serta penderita diajarkan mengenai

etika batuk yang benar

4. Para jamaah haji menghindari kontak berlebihan dengan orang

lain terutama pada jamaah lain yang memiliki gejala penyakit

pernapasan.

5. Pemberian vaksin influenza atau pneumonia untuk individu risiko

tinggi dan daya tahan tubuh rendah.

6. Hentikan kebiasaan merokok karena dapat meningkatkan risiko

infeksi saluran pernapasan.

7. Asupan cairan yang cukup dan makanan dengan gizi seimbang,

vitamin D dapat mencegah/ meminimalkan infeksi saluran

pernapasan.

8. Menghindari bersentuhan atau kontak dengan hewan seperti unta

dan lain sebgainya.

9. Memakai peralatan pribadi yang digunakan sendiri ataupun

menggunakan barang-barang sekali pakai.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

24

2.2 Kerangka Teori Penelitian

Bagan 1. Kerangka Teori Penelitian

Pengetahuan dimulai dari individu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Melihat, mendengar, meraba, mencium, merasa

Dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi/media, sosial budaya dan ekonomi, li k

Muncul kepercayaan terhadap konsep suatu objek yang diamati serta peran serta emosional individu terhadap objek tersebut

Kecenderungan untuk bertindak (Sikap Pencegahan)

Adanya suatu kondisi yang memungkinkan ( ex : fasillitas)

Adanya faktor dukungan dari pihak lain

Perwujudan sikap menjadi sebuah tindakan nyata (perilaku penceghan)

Page 40: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

25

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 2. Kerangka Konsep Penelitian

Demografi : Tingkat pendidikan Jenis Kelamin Usia

Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran tingkat sikap

Perilaku

Faktor Independen Faktor Dependen

Page 41: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

26

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala Ukur

Variabel dependen 1. Perilaku Adalah

perwujudan sesuatu kedalam menjadi sebuah tindakan(8), yakni segala tindakan yang telah dilakukan/ sedang direncanakan dalam mencegah penyakit ISPA saat nanti berada di Arab Saudi

Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian perilaku, terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup positif. Untuk pertanyaan tertutup positif jika responden menjawab Iya maka akan diberi skor 1, dan jika jawaban tidak akan diberi skor 0

Dikelompokkan menjadi 2 kategori :

1. Perilaku yang baik jika skor yang didapatkan responden setelah dijumlahkan lebih dari atau sama dengan nilai median data

2. Perilaku yang buruk jika skor yang didapatkan setelah dijumlahkan kurang dari nilai median data

Ordinal

Variabel independen 2. Sikap Adalah

respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup(8), dalam penelitian ini yakni penilaian/ respon dari responden mengenai cara pencegahan ISPA

Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian sikap mengenai pencegahan ISPA, pertanyaan hanya terdiri dari pertanyaan positif yang mana responden menjawab setuju akan

Dikelompokkan menjadi 2 kategori :

1. Sikap baik ketika total jumlah skor responden lebih dari atau sama dengan nilai median data

2. Sikap buruk ketika total jumlah skor responden kurang dari nilai median data

Ordinal

Page 42: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

27

diberi skor 2, menjawab ragu akan diberi skor 1 dan menjawab tidak setuju akan fiberi skor 0

3. Pengetahuan Adalah hasil dari penginderaan seseorang terhadap sesuatu(8) , dalam penelitian ini yakni segala hal yang diketahui oleh responden mengenai ISPA, mulai dari gejala, penyebab/cara penularan, cara pencegahan

Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian pengetahuan ISPA, pertanyaan hanya terdiri dari pertanyaan positif. Jika responden menjawab tahu akan diberi skor 2, jika menjawab ragu akan diberi skor 1, dan jika menjawab tidak tahu akan diberi skor 0

Dikelompokkan dalam kategori :

1. Pengetahuan baik jika skor yang didapatkan responden setelah dijumlahkan untuk setiap kategori (gejala, penyebab/ cara penularan, dan cara pencegahan) diatas atau sama dengan nilai median.

2. Pengetahuan yang buruk jika total nilai skor yang dijumlahkan untuk setiap kategori pengetahuan kurang dari nilai median data

Ordinal

4. Jenis kelamin Adalah jenis kelamin para calon jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54

Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian karakteristik responden

Setelah data terkumpul, kemudian jenis kelamin dibedakan menjadi 2, perempuan dan laki-laki

Nominal

Page 43: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

28

5. Usia Adalah umur responden pada saat pengambilan data dilaksanakan

Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian karakteristik responden

Setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan menjadi 2 bagian :

1. Kelompok usia kurang dari 60 tahun

2. Kelompok usia lebih dari atau sama dengan 60 tahun

Nominal

6. Tingkat pendidikan

Adalah jenjang pendidikan terkahir yang telah ditempuh responden saat pengambilan data dilaksanakan

Kuesioner Responden diminta untuk mengisi kuesioner bagian karakteristik responden

Setelah data terkumpul, dikelompokkan menjadi :

1. Pendidikan rendah yaitu ketika responden memiliki tngkat pendidikan mulai dari SD-SMP/ sederajat

2. Pendidikan tinggi yaitu ketika responden memiliki tingkat pendidikan di tingkat SMA/ Sederajat serta universitas, mulai dari Diploma-Professor

Ordinal

Page 44: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan uji Chi-Square untuk

menilai hubungan perilaku pencegahan penyakit ISPA pada calon jamaah

Haji Bekasi tahun 2017 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian akan melakukan pengambilan data primer dengan menggunakan

kuesioner.

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Waktu : Juli 2016 – Agustus 2017

Tempat : Islamic centre Bekasi

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jamaah haji

Kota Bekasi tahun 2017

3.3.2 Sampel Penelitian

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian

Berikut kriteria sampel penelitian :

a. Kriteria inklusi

1. Semua jamaah haji yang bersedia menjadi responden dan

mengisi kuesioner secara lengkap

Adapun mengenai pemilihan sampel menggunakan metode non

random/ non probability sampling dengan teknik purpossive

sampling.26,27 Teknik ini dilakukan melalui metode pemilihan sampel

dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian

dimasukkan dalam sampel penelitian sampai kurun waktu tertentu

sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

29

Page 45: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

30

Adapun rumus perhitungan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rumus deskriptif kategorik dan analitik kategorik

tidak berpasangan, yaitu :

Deskriptif kategorik

Keterangan :

n = jumlah sampel

Za = derivat baku normal untuk 𝛼

P = proporsi kategori variabel yang diteliti

Q = 1 – P

D = presisi

Diketahui :

Zα = 1,96

P = 0,783 (30)

Q = 0,217

d = 0,1

n = 1,962 𝑥 0,49 𝑥 0,510,12

= 65,273 sampel

berdasarkan dari rumus penelitian deskriptif kategorik diatas,

didapatkan minimum sampel adalah 66 sampel

Analitik kategorik tidak berpasangan :

n =[ (𝑍𝛼 �2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 �𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2𝑃1−𝑃2

] 2

keterangan :

n = besar sampel

Z𝛼 = derivat baku normal untuk 𝛼

Z𝛽 = derivat baku normal untuk 𝛽

𝛼 = tingkat kemaknaan

𝛽 = power penelitian

P = proporsi total = (P1 - P2)/2

Za2 x P x Q d2 n =

Page 46: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

31

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

Q = 1 - P

Q1 = 1 – P1

Q2 = 1 – P2

Diketahui :

Zα = 1,96

Zβ = 1,282

P1 = 0,515 29

P2 = 0,375 29

P = 0,07

Q = 0,93

Q1 = 0,485

Q2 = 0,625

Dengan menggunakan kesalahan tipe 1 5%, hipotesis dua arah, kesalahan

tipe II 10% dan P2 sebesar 0,375, maka besar sampel yang diperlukan :

n = [(1,96 √2 𝑥 0,07 𝑥 0,93 + 1,282 √0,515 𝑥 0,485 +0,375 𝑥 0,625 0,515 − 0,375

]2

n = 131 sampel

untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel

ditambahkan dengan menggunakan rumus :

n’ = 𝑛(1−𝑓)

= 131(1−0,1)

= = 146 sampel

n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out

n = besar sampel yang dibutuhkan

f = prediksi drop out = 10%

jadi, jumlah sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 146

orang.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

32

3.4 Instrument penelitian 1. Alat tulis (pulpen)

2. Kuesioner

3.5 Cara kerja penelitian

3.5.1 Persiapan penelitian

Persiapan penelitian dimulai dengan meminta persetujuan dari

pihak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ksesehatan serta Kementerian

Agama Kota Bekasi bagian yang mengurusi Haji dan Umrah terkait

pelaksanaan penelitian. Persetujuan yang dimaksud adalah persetujuan

untuk melakukan pengisian kuesioner oleh calon jamaah haji.

3.5.2 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik Purpossive Sampling dari

populasi yang telah ditentukan

3.5.2.1 Identifikasi responden

Identifikasi dimaksudkan untuk mendapatkan responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi. Proses identifikasi ini dilakukan melalui informed consent

terlebih dahulu kepada calon responden.

3.5.2.2 Pengambilan data dengan kuesioner

Pengambilan data dengan kuesioner dimulai dengan mengisi form

persetujuan untuk menjadi responden terlebih dahulu. Pengisian kuesioner untuk

mengetahui perilaku pencegahan yang dilakukan responden agar tidak terkena

ISPA saat beribadah haji dan apa saja faktor yang mempengaruhinya.

3.5.3 Pengolahan dan analisis data

Setelah data penelitian telah dikumpulkan, kemudian data diolah

menggunakan uji univariat dan bivariat Chi-Square test dengan menggunakan

aplikasi SPSS versi 22,0.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

33

3.6 Manajemen data

3.6.1 Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak

Kementerian Agama Kota Bekasi dan mendapat persetujuan setelah penjelasan

(Informed Consent) dari calon jamaah haji. Pengambilan data dimulai pada

tanggal 3 agustus 2017 dan tanggal 10 agustus 2017 pada calon jamaah haji yang

datang ke Islamic Centre pada saat bimbingan diadakan. Instrumen yang

digunakan alat tulis dan kuesioner.

3.6.2 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data akan dilakukan setelah semua data terkumpul. Data yang

diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi SPSS. Adapun tahapan untuk

pengolahan data yaitu coding, editing, data entry, cleaning, saving, dan analisis

data.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

34

3.7 Gambaran Alur Penelitian

Bagan 3. Gambaran Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Identifikasi responden

Pengolahan data

Penyajian

Pengisian kuesioner

Analisis data

Informed consent

Menyingkirkan yang tergolong kriteria eksklusi

Page 50: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

35

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner ini adalah pada

10 responden, bapak dan ibu pada Vila Pamulang yang pernah melaksanakan haji

atau umroh.

4.1.1 Uji Validitas

Validitas mengacu pada seberapa jauh suatu ukuran empiris cukup

mnggambarkan arti sebenarnya dari konsep yang tengah diteliti.26 Pada penelitian

ini didapatkan nilai r table sebesar 0,632. Nilai ini didapatkan dari jumlah sampel

dan signifikansi yang diambil, yaitu 10 orang dan signifikansi 5%.29 sehingga nilai

r hitung untuk setiap item pertanyaan dinyatakan valid jika melebihi nilai r table,

yaitu >0,632 dan pertanyaan yang nilainya <0,632 dinyatakan tidak valid.

Tabel. 4.1 Hasil Validasi dari item kuesioner

No. Variabel Range r hitung

1. Pengetahuan Ispa saat Haji 0,394 - 0,896

2. Pengetahuan Gejala Ispa 0,775 – 0,946

3. Pengetahuan Penyebab/Cara Penularan

ISPA

0,502 – 0,942

4. Pengetahuan Cara Pencegahan ISPA 0,440 – 0,951

5. Sikap Pencegahan ISPA Konstan

6. Perilaku Pencegahan ISPA Konstan

Dari 5 item pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai ISPA saat haji

didapatkan hanya 1 yang hasil validtasnya baik, dan 4 lainnya adalah hasil yang

validitasnya kurang baik. Hal ini dikarenakan sediktinya variasi jumlah jawaban

yang diberikan oleh responden karena sedikitnya jumlah responden. Sehingga

35

Page 51: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

36

untuk pertanyaan yang validitasnya kurang baik tetap dimasukkan dalam

kuesioner.

Dari 11 pertanyaan mengenai pengetahuan gejala ISPA didapatkan semua

semua item pertanyaan dengan hasil validitas yang baik. Semua item pertanyaan

dimasukkan dalam kuesioner.

Dari 8 item pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai penyebab/cara

penularan ISPA saat haji didapatkan 6 yang hasil validtasnya baik, dan 2 lainnya

adalah hasil yang validitasnya kurang baik. Hal ini dikarenakan sediktinya variasi

jumlah jawaban yang diberikan oleh responden karena sedikitnya jumlah

responden. Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan

yang validitasnya kurang baik tetap dimasukkan dalam kuesioner.

Dari 8 item pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai cara pencegahan

ISPA saat haji didapatkan 7 pertanyaan yang hasil validtasnya baik, dan 1 lainnya

adalah hasil yang validitasnya kurang baik. Hal ini dikarenakan sediktinya variasi

jumlah jawaban yang diberikan oleh responden karena sedikitnya jumlah

responden. Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan

yang validitasnya kurang baik tetap dimasukkan dalam kuesioner.

Dari 6 item pertanyaan mengenai sikap pencegahan penyakit ISPA saat haji

didapatkan tidak ada pertanyaan yang valid dikarenakan dari keseluruhan

responden menjawab sama, hal ini diakrenakan jumlah responden yang sedikit.

Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan mengenai

sikap penyakit ISPA tetap dimasukkan kedalam keusioner.

Dari 5 item pertanyaan mengenai perilaku pencegahan penyakit ISPA saat

haji didapatkan tidak ada pertanyaan yang valid dikarenakan dari keseluruhan

responden menjawab sama, hal ini diakrenakan jumlah responden yang sedikit.

Karena jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk pertanyaan mengenai

perilaku penyakit ISPA tetap dimasukkan kedalam kuesioner.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

37

4.1.2 Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah indikator tingkat keandalan atau kepercayaan terhadap

suatu hasil pengukuran, dan disebut reliable ketika konsisten memberikan

jawaban yang sama.26 Alat ukur yang baik untuk digunakan dalam penelitian

harus mengukur dengan benar (valid) dan konsisten (reliabel). Pengukuran

reliabilitas dapat dilakukan dengan mengetahui nilai cronbach’s alpha, berikut ini

interpretasi nilai cronbach’s alpha:30

a. Kurang reliabel : cronbach’s alpha 0,00 – 0,20

b. Agak reliabel : cronbach’s alpha 0,02 - 0,40

c. Cukup reliabel : cronbach’s alpha 0,041 – 0,60

d. Reliabel : cronbach’s alpha 0,061 – 0,80

e. Sangat reliabel : cronbach’s alpha 0,81 – 1,00

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas pada pertanyaan kuesioner

No. Variabel Nilai cronbach’s alpha

1. Pengetahuan Ispa saat Haji 0,935 – 0,943

2. Pengetahuan Gejala Ispa 0,934 – 0,936

3. Pengetahuan Penyebab/Cara Penularan

ISPA

0,934 – 0,937

4. Pengetahuan Cara Pencegahan ISPA 0,936 – 0,940

5. Sikap Pencegahan ISPA 0,939

6. Perilaku Pencegahan ISPA 0,939

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa untuk setiap item pertanyaan memiliki

nilai cronbach’s alpha >0,81 sehingga bisa dikatakan setiap item pertanyaan pada

kuesioner sangat reliabel.

4.2 Analisis univariat

Menurut Notoatmojo (2010) analisis univariat adalah analisis yang

digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian.27 Adapun analisis univariat yang dilakukan pada variabel penelitian

meliputi karakteristik responden, pengetahuan reponden mengenai gejala ISPA,

pengetahuan responden mengenai penyebab dan penularan ISPA, pengetahuan

Page 53: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

38

responden mengenai cara pencegahan ISPA, sikap responden mengenai

pencegahan ISPA, serta perilaku responden mengenai cara pencegahan ISPA.

4.2.1 Karakteristik responden Jumlah responden yang ada pada penelitian ini adalah sebanyak 90 orang

calon jamaah haji. Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini adalah

usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir sebagaimana pada tabel

dibawh ini :

Tabel 4.3 Karakteristik responden calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54

Karakteristik responden Jumlah n = (90)

N %

Usia

1. <40 tahun 6 6,7

2. 40-60 tahun 28 31,1

3. >60 tahun 56 62,2

Jenis kelamin

1. Laki-laki 45 50

2. Perempuan 45 50

Pekerjaan

1. PNS 16 17,8

2. Wiraswasta 15 16,7

3. pensiun 14 15,6

4. karyawan/pegawai 10 11,1

5. IRT 31 34,4

6. Lainnya 4 4,4

Pendidikan

1. SD 6 6,7

2. SMP 15 16,7

3. SMA 29 32,2

4. Diploma 10 11,1

5. S1 23 25,6

6. S2 7 7,8

Page 54: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

39

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari jumlah total responden yakni 90 orang,

didapatkan frekuensi usia calon jamaah haji yang terbanyak adalah pada usia

diatas 60 tahun yaitu sebanyak 56 orang (62,2%), dan frekuensi yang paling

sedikit yaitu dari kelompok usia kurang dari 40 tahun, sebanyak 6 orang (6,7%).

Adapun berdasarkan jenis kelamin calon jamaah haji, didapatkan frekuensi yang

seimbang antara calon jamaah haji laki-laki dan perempuan, yaitu 45 orang (50%).

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan responden calon jamaah

haji sangat beragam. Jenis pekerjaan calon jamaah haji yang terbanyak adalah ibu

rumah tangga, yaitu sebanyak 31 orang (34,4%), dan yang terendah adalah jenis

pekerjaan lainnya, meliputi dosen, guru, petani yakni sebanyak 4 orang (4,4%).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat tingkat pendidikan calon jamaah haji

juga sangat beragam, mulai dari tingkat sekolah dasar (SD), hingga Strata-2 (S2).

Adapun tingkat pendidikan yang terbanyak adalah dari tingkat Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan sederajatnya, yaitu 29 orang (32,2%), lalu diikuti dengan tingkat

pendidikan S1, yakni sebanyak 23 orang (25,6%), dan tingkat pendidikan yang

paling sedikit frekuensinya adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), yaitu

sebanyak 6 orang (6,7%).

4.2.2 Gambaran pengetahuan calon jamaah haji tentang gejala,

penyebab/ penularan serta cara pencegahan ISPA

4.2.2.1 Pengetahuan gejala

Pengetahuan calon jamaah haji mengenai gejala infeksi saluran pernapasan

akut dinilai dari pengetahuan gejala, pengetahuan penyebab/ penularan ISPA,

serta pengetahuan cara pencegahan ISPA. Adapun untuk pengetahuan gejala

terdapat 11 poin pertanyaan terkait gejala orang dengan ispa. Setiap pertanyaan

diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden yang menjawab tahu akan

diberi skor 2, jawaban ragu akan diberikan skor 1, serta yang menjawab tidak tahu

akan diberikan skor 0, sehingga total skor maksimal 22 dan skor minimal 0.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

40

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai

gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah haji

Bekasi tahun 2017

Pengetahuan calon jamaah haji mengenai gejala infeksi saluran pernapasan

akut dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan buruk yang

berdasarkan atas nilai median total skor pengetahuan mengenai gejala karena data

tidak berdistribusi normal dengan nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov

<0,05. Nilai median yang didapatkan setelah diolah adalah 14, sehingga nilai skor

< median ditegorikan sebagai pengetahuan buruk dan nilai skor ≥ median

dikategorikan sebagai pengetahuan baik.

Pertanyaan mengenai

gejala ISPA

Tahu Ragu Tidak tahu

N % N % N %

1. Batuk 70 77,8 3 3.3 17 18,9

2. Pilek 57 63,3 6 6,7 27 30,0

3. Sesak napas 65 72,2 4 4,4 21 23,3

4. Bersin 49 54,4 8 8,9 33 36,7

5. Batuk berdahak 51 56,7 7 7,8 32 35,6

6. Nyeri tenggorokan 44 48,9 9 10,0 37 41,1

7. Suara parau 39 43,3 8 8,9 43 47,8

8. Demam 51 56,7 4 4,4 35 38,9

9. Sakit kepala 44 48,9 6 6,7 40 44,4

10. Pusing 45 50,0 6 6,7 39 43,3

11. Lemas 39 43,3 9 10,0 42 46,7

Page 56: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

41

Hasil pengelompokan kategori tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.5 Kategori pengetahuan mengenai gejala ISPA pada calon jamaah

haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017

Kategori Pengetahuan gejala

Jumlah

N %

Pengetahuan gejala

1. Baik 48 53,3

2. Buruk 42 46,7

Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh sebanyak 48 orang (53,3%) calon jamaah

haji memiliki pengetahuan yang baik mengenai gelaja infeksi saluran pernapasan

akut, dan sebanyak 42 orang ( 46,7%) calon jamaah haji memiliki pengetahuan

yang buruk mengenai gejala infeksi saluran pernapasan akut.

4.2.2.2 Pengetahuan penyebab/cara penularan

Pengetahuan calon jamaah haji mengenai penyebab serta cara penularan

infeksi saluran pernapasan akut dinilai dari 10 poin pertanyaan terkait penyebab

serta cara penularan ispa. Setiap pertanyaan diberikan 3 pilihan jawaban, yang

mana responden yang menjawab tahu akan diberi skor 2, jawaban ragu akan

diberikan skor 1, serta yang menjawab tidak tahu akan diberikan skor 0, sehingga

total skor maksimal 20 dan skor minimal 0.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

42

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai

penyebab/penularan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon

jamaah haji Bekasi tahun 2017

Pengetahuan calon jamaah haji mengenai penyebab serta cara penularan

infeksi saluran pernapasan akut dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan

pengetahuan buruk yang berdasarkan atas nilai median total skor pengetahuan

mengenai penyebab/penularan, karena data tidak berdistribusi normal dengan

nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Nilai median yang

didapatkan setelah diolah adalah 14, sehingga nilai skor < median ditegorikan

sebagai pengetahuan buruk dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai

Pertanyaan mengenai

penyebab/penularan ISPA

Tahu Ragu Tidak tahu

N % N % N %

1. Penularan ISPA banyak

terjadi saat beribadah haji

59 65,6 6 6,7 25 27,8

2. Ispa penyakit menular 40 44,4 10 11,1 40 44,4

3. Kuman 49 54,4 6 6,7 35 38,9

4. Debu/kotoran 69 76,7 3 3,3 18 20,0

5. Alergi 42 46,7 9 10,0 39 43,3

6. Kontak dengan orang lain

yang memiliki keluhan

pernapasan

34 37,8 14 15,6 42 46,7

7. Memakai peralatan pribadi

( alat makan, sajadah, dll)

bersama-sama dengan

orang lain

33 36,7 9 10,0 48 53,3

8. Sistem pertahanan tubuh

(imunitas) yang sedang

dalam keadaan tidak baik

57 63,3 6 6,7 27 30,0

9. Tidak menjaga kebersihan

diri sendiri dan lingkungan

61 67,8 6 6,7 23 25,6

10. Tidak memiliki pelindung

diri (seperti masker)

62 68,9 6 6,7 22 24,4

Page 58: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

43

pengetahuan baik. Hasil pengelompokan kategori tersebut dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 4.7 Kategori pengetahuan mengenai penyebab/penularan ISPA pada

calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017

Kategori Pengetahuan

penyebab/ penularan ISPA

Jumlah

N %

Pengetahuan Penyebab

1. Baik 48 53,3

2. Buruk 42 46,7

Total 90 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa frekuensi untuk kategori pengetahuan

penyebab/penularan yang baik adalah sebanyak 48 orang ( 53,3%) sedangkan 42

orang (46,7%) calon jamaah haji termasuk dalam kategori pengetahuan buruk.

4.2.2.3 Pengetahuan pencegahan

Pengetahuan calon jamaah haji mengenai cara pencegahan infeksi saluran

pernapasan akut dinilai dari 8 poin pertanyaan terkait cara pencegahan terkena

ispa. Setiap pertanyaan diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden yang

menjawab tahu akan diberi skor 2, jawaban ragu akan diberikan skor 1, serta yang

menjawab tidak tahu akan diberikan skor 0, sehingga total skor maksimal 16 dan

skor minimal 0.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

44

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai

cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon

jamaah haji Bekasi tahun 2017

Pertanyaan mengenai cara

pencegahan ISPA

Tahu Ragu Tidak tahu

N % N % N %

1. Memakai alat pelindung diri

saat beribadah haji seperti

masker

68 75,6 1 1,1 21 23,3

2. Menggunakan peralatan

pribadi yang digunakan

hanya untuk diri sendiri

52 57,8 5 5,6 33 36,7

3. Mencuci tangan sebelum

dan setelah melakukan

aktivitas

61 67,8 1 1,1 28 31,1

4. Menggunakan antiseptik/

handsanitizer sebelum

melaksanakan aktifitas

rangkaian ibadah haji

49 54,4 7 7,8 34 37,8

5. Menghindari kontak

berlebihan dengan orang

lain, terutama pada orang

yang memiliki keluhan

penyakit pernapasan

49 54,4 10 11,1 31 34,4

6. Menjaga kebersihan diri

sendiri dan lingkungan

67 74,4 1 1,1 22 24,4

7. Menjaga atau meningkatkan

sistem pertahanan tubuh

tetap sehat

65 72,2 2 2,2 23 25,6

8. Divaksin sebelum berangkat

ke tanah suci

65 72,2 5 5,6 20 22,2

Page 60: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

45

Pengetahuan calon jamaah haji mengenai cara pencegahan infeksi saluran

pernapasan akut dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan buruk

yang berdasarkan atas nilai median total skor pengetahuan mengenai pencegahan

terkena ISPA, karena data tidak berdistribusi normal dengan nilai hasil uji

normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Nilai median yang didapatkan setelah

diolah adalah 15, sehingga nilai skor < median ditegorikan sebagai pengetahuan

buruk dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai pengetahuan baik. Hasil

pengelompokan kategori tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.9 Kategori pengetahuan mengenai cara pencegahan terkena ISPA

pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017

Kategori Pengetahuan

berdasarkan cara pencegahan

terkena ISPA

Jumlah

N %

Pengetahuan pencegahan

1. Baik 46 51,1

2. Buruk 44 48,9

Total 90 100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa calon jamaah haji yang tergolong dalam

kategori pengetahuan baik mengenai cara pencegahan terkena

ISPA adalah sebanyak 46 orang (51,1%) dan sebanyak 44 orang

(48,9%) termasuk dalam kategori pengetahuan buruk.

4.2.2.4 Gambaran pengetahuan calon jamaah haji

Untuk kategori pengetahuan di nilai dari total keseluhan pertanyaan dari

pengetahuan gejala, penyebab/penularan, serta pengetahuan cara pencegahan,

sehingga didapatkan totalnya sebanyak 29 poin pertanyaan terkait pengetahuan

ISPA. Setiap pertanyaan diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden yang

menjawab tahu akan diberi skor 2, jawaban ragu akan diberikan skor 1, serta yang

menjawab tidak tahu akan diberikan skor 0, sehingga total skor maksimal 58 dan

skor minimal 0.

Untuk kategori pengetahuan calon jamaah haji Bekasi dikategorikan

menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan buruk yang berdasarkan atas nilai

Page 61: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

46

median total skor pengetahuan karena data tidak berdistribusi normal dengan nilai

hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05, didapatkan nilai median setelah

diolah adalah 38, sehingga nilai skor < median dikategorikan sebagai pengetahuan

buruk dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai pengetahuan baik.

Tabel 4.10 Kategori Pengetahuan Calon Jamaah Haji Bekasi 2017

Kategori Pengetahuan mengenai

ISPA pada calon jamaah haji

Jumlah

N %

1. Pengetahuan

a. Baik 48 53,3

b. Buruk 42 46,7

Total 90 100

Page 62: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

47

4.2.3 Gambaran sikap dan perilaku calon jamaah haji mengenai ISPA

4.2.3.1 Gambaran sikap

Sikap calon jamaah haji mengenai pencegahan infeksi saluran pernapasan

akut dinilai dari total pertanyaan untuk setiap kategori.

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap mengenai cara

pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada calon jamaah

haji Bekasi tahun 2017

Adapun untuk kategori sikap dinilai dari 6 pertanyaan mengenai sikap

calon jamaah haji mengenai cara pencegahan terkena ISPA. Setiap pertanyaan

diberikan 3 pilihan jawaban, yang mana responden menjawab setuju akan diberi

Pertanyaan mengenai sikap

pencegahan ISPA

Setuju Ragu Tidak Setuju

N % N % N %

1. Memakai alat pelindung diri

saat beribadah haji seperti

masker

76 84,4 6 6,7 8 8,9

2. Menggunakan peralatan

pribadi yang digunakan

hanya untuk diri sendiri

59 65,6 8 8,9 23 25,6

3. Mencuci tangan sebelum

dan setelah melakukan

aktivitas

70 77,8 7 7,8 13 14,4

4. Menggunakan antiseptik/

hand sanitizer sebelum

melaksanakan aktifitas

rangkaian ibadah haji

58 64,4 12 13,3 20 22,2

5. Menghindari kontak

berlebihan dengan orang

lain, terutama pada orang

yang memiliki keluhan

penyakit pernapasan

58 64,4 13 14,4 19 21,1

6. Menjaga kebersihan diri

sendiri dan lingkungan

70 77,8 6 6,7 14 15,6

Page 63: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

48

skor 2, menjawab ragu diberi skor 1, dan jawaban tidak setuju diberi skor 0,

sehingga didapatkan skor maksimal 12 dan skor minimal 0.

Sikap calon jamaah haji mengenai pencegahan infeksi saluran pernapasan

akut dikategorikan menjadi kategori sikap baik dan kategori sikap buruk yang

berdasarkan atas nilai median total skor sikap karena data tidak berdistribusi

normal dengan nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Adapun

untuk kategori sikap didapatkan nilai median 12, sehingga < median

dikategorikan sebagai sikap buruk, dan nilai skor ≥ median dikategorikan sebagai

sikap baik.

Tabel 4.12 Kategori Sikap mengenai pencegahan terkena ISPA pada calon

jamaah haji bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017

Kategori Sikap Pencegahan

terkena ISPA

Jumlah

N %

Sikap

a. Baik 49 54,4

b. Buruk 41 45,6

Total 90 100

4.2.3.2 Gambaran Perilaku

Perilaku calon jamaah haji mengenai cara pencegahan ISPA terdiri dari 2

bentuk pertanyaan, ada pertanyaan terbuka dan ada pertanyaan tertutup. Untuk

pengelompokan kategori perilaku baik dan buruk dinilai dari pertanyaan tertutup.

Adapun untuk pertanyaan terbuka hanya untuk melihat apa saja bentuk perilaku

yang akan dilakukan atau sedang dipersiapkan calon jamaah haji Bekasi sebelum

berangkat ke Arab Saudi.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

49

Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku (pertanyaan

terbuka) mengenai cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017

Hal-hal yang telah dipersiapkan/ direncanakan

untuk mencegah terkena ISPA saat beibadah haji

Jumlah

Respon %

Memakai masker 61 30,80

Minum vitamin 48 24,24

Membawa peralatan pribadi 13 6,56

Membawa handsanitizer /tisu basah 6 3,03

Divaksin sebelum berangkat 50 25,25

Selalu mencuci tangan 5 2,52

Olahraga 2 1,01

Membawa obat pribadi 2 1,01

Jaga kebersihan 2 1,01

Minum air 2 1,01

Jaga stamina 1 0.50

Membawa kacamata 1 0,50

Makan yang halal dan toyyibah/ bergizi 3 1,51

Hindari terik matahari 1 0,50

Selalu dzikir dan doa 1 0,50

Total 198 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa bentuk perilaku yang banyak yang

dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi 2017 yang telah dipersiapkan atau

direncanakan oleh calon jamaah haji sebelum berangkat beribadah haji adalah

memakai masker, minum vitamin, dan juga divaksin sebelum berangkat.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

50

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku (pertanyaan

tertutup) mengenai cara pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017

Untuk kategori perilaku dinilai dari 5 pertanyaan tertutup terkait perilaku

calon jamaah haji bekasi mengenai cara pencegahan terkena ISPA. Setiap

pertanyaan tertutup diberikan 2 pilihan jawaban, yang mana responden yang

menjawab “ya” akan diberi skor 1, dan responden dengan jawaban “tidak” akan

diberikan skor 0.

Perilaku calon jamaah haji mengenai infeksi saluran pernapasan akut

dikategorikan menjadi kategori baik dan kategori buruk yang berdasarkan atas

nilai median total skor perilaku karena data tidak berdistribusi normal dengan

nilai hasil uji normality Kolmogorov – Smirnov <0,05. Untuk kategori perilaku

didapatkan nilai median 3,50 sehingga < median dikagerikan sebagai perilaku

Pertanyaan mengenai perilaku

pencegahan terkena ISPA

Ya Tidak

N % N %

1. Akan menyediakan masker

untuk mencegah terkena

ISPA saat beribadah haji

83 92,2 7 7,8

2. Menggunakan peralatan

pribadi yang digunakan

hanya untuk diri sendiri

51 56,7 39 43,3

3. Mencuci tangan sebelum dan

setelah melakukan aktivitas

saat beribadah haji

47 52,2 43 47,8

4. Menggunakan antiseptik/

hand sanitizer sebelum

melaksanakan aktifitas

rangkaian ibadah haji

37 41,1 53 58,9

5. Akan lebih menjaga stamina

tubuh agar tidak mudah

terkena ISPA saat beribadah

haji

70 77,8 20 22,2

Page 66: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

51

buruk dan ≥ median dikategorikan sebagai perilaku baik. Hasil pengelompokan

kategori tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.15 Kategori Perilaku mengenai pencegahan terkena ISPA pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017

Kategori Perilaku Pencegahan

terkena ISPA sebelum berangkat

Jumlah

N %

Perilaku

a. Baik 45 50

b. Buruk 45 50

Total 90 100

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa terdapat 48 orang (53,3) calon jamaah

haji yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik, sedangkan 42 orang

(46,7%) lainnya termasuk dalam kategori pengetahuan buruk. Dari kategori sikap,

yang terbanyak adalah kategori sikap baik, yaitu 49 orang (54,4%), dan kategori

sikap buruk terdapat 41 orang (45,6%). Untuk kategori perilaku didapatkan

seimbang anatara perilaku baik dan buruk pada calon jamaah haji terhadap cara

pencegahan terkena ISPA, yaitu 45 orang (50%) dari masing-masing kategori.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

52

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan adalah menggunakan uji Chi-Square test

dikarenakan data yang di uji adalah kategorik dengan kategorik.

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap perilaku pencegahan ISPA

pada Calon Jamaah Haji Bekasi tahun 2017

Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Pencegahan

ISPA pada Calon Jamaah haji

Frekuensi pengethuan

dan sikap terhadap

Perilaku

Perilaku Total P

Baik Buruk Value

n % n % N %

Pengetahuan 0,001

1. Baik 32 66,7 16 33,3 48 100

2. Buruk 13 31,0 29 69,0 42 100

Sikap <0,001

1. Baik 34 69,4 15 30,6 49 100

2. Buruk 11 26,8 30 73,2 41 100

4.4.1.1 Pengetahuan Dari tabel 4.11 bagian pengetahuan dapat dilihat bahwa

pada calon jamaah haji dengan jumlah kategori terbanyak adalah

pengetahuan yang baik serta perilaku yang baik yaitu sebanyak 32

orang (66,7%). Dan kategori yang memiliki jumlah paling sedikit

adalah calon jamaah haji dengan kategori pengetahuan yang buruk

namun memiliki perilaku yang baik, yaitu sebanyak 13 orang

(31,0%). Adapun calon jamaah haji dengan pengetahuan yang baik

namun memiliki perilaku yang buruk adalah sebanyak 16 orang

(33,3%), serta responden dengan kategori pengetahuan buruk serta

perilaku buruk adalah sebanyak 29 orang (69,0%)

Pengetahuan merupakan hasil dari pengumpulan informasi

yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

sesuatu objek, yang mana sebagian besar pengetahuan didapatkan

dari penginderaan mata dan telinga.8 Pengetahuan dalam penelitian

Page 68: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

53

ini adalah responden yaitu calon jamaah haji Bekasi mengetahui

tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang sering

meyerang jamaah haji saat berada di Arab Saudi. Pengetahuan

yang baik dalam penelitian ini adalah pengetahuan atau wawasan

yang dimiliki oleh responden mengenai gejala, penyebab serta cara

penularan, dan cara pencegahan ISPA. Adapun pengetahuan yang

buruk dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki

pengetahuan atau waawasan yang sedikit atau bahkan tidak

mengetahui terkait gejala, penyebab serta cara penularan, dan cara

pencegahan ISPA. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor,

salah satunya adalah karena kurangnya informasi yang didapatkan

oleh calon jamaah haji (dari media ataupun dari bimbingan haji

yang di ikuti oleh para calon jamaah haji).

Dari hasil uji Chi-Square tersebut, dapat dilihat bahwa

responden dengan pengetahuan baik cenderung memiliki perilaku

baik, dan responden dengan pengetahuan buruk cenderung

memiliki perilaku yang buruk dalam pencegahan terkena ISPA,

meskipun responden dengan pengetahuan baik serta perilaku baik

dibandingkan dengan pengetahuan buruk serta perilaku buruk tidak

memiliki perbedaan jumlah yang jauh, yakni hanya selisih 3 orang.

Berdasarkan tabel 4.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

pencegahan terkena ISPA dengan nilai P yang sebesar 0,001. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bidaya (2012)

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan perilaku ibu dalam mencegah anak balita nya terkena

ISPA. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka semakin

baik pula perilaku seseorang dalam mencegah penyakit, dengan

nilai P value sebesar <0,001.31 Begitu pula penelitian yang

dilakukan oleh Monintja (2015) mengenai adanya hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan

penyakit. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang mengenai

Page 69: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

54

penyakit tersebut maka semakin baik pula perilaku seseorang

dalam mencegah atau menghindari perburukan dari penyakit

tersebut dengan nilai P value 0,03.32 Sama halnya dengan

penelitian yang dilakuakn oleh Atun (2016) menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan perilaku

pencegahan penyakit, yang mana mengatakan semakin baik

pengetahuan seseorang maka semakin baik pula perilaku yang akan

ditunjukkan oleh orang tersebut.33

Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan tingkat

pengetahuan terhadap perilaku pencegahan penyakit infeksi saluran

pernapasan akut pada calon jamaah haji bekasi, dapat disimpulkan

sesuai teori dan penelitian yang terkait bahwa responden dengan

tingkat pengetahuan yang baik memiliki perilaku pencegahan

penyakit ISPA yang lebih baik dibandingkan dengan responden

dengan tingkat pengetahuan yang buruk. Hal ini berarti

pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam

pembentukan perilaku seseorang. Karena dengan pengetahuan

yang baik akan menimbulkan perilaku yang cenderung baik.8

4.4.1.2 Sikap Dari tabel 4.11 bagian sikap juga bisa dilihat bahwa pada

calon jamaah haji yang termasuk dalam kategori terbanyak adalah

sikap baik dengan perilaku yang baik yaitu sebanyak 34 orang

(69,4%), dan kategori dengan frekuensi paling sedikit adalah

kategori sikap buruk dengan perilaku yang baik yaitu sebanyak 11

orang. Adapun kategori sikap baik serta perilaku yang buruk

sebanyak 15 orang (30,6%) dan kategori sikap buruk serta perilaku

buruk adalah sebanyak 30 orang ( 73,2%).

Sikap adalah respon seseorang masih tertutup terhadap

sesuatu, bisa diartikan sebagai tanggapan atau respon yang masih

hanya sebatas fikiran (setuju atau tidak setuju).8 Sikap terbentuk

karena sebelumnya telah memiliki rangsangan, baik berupa

pengetahuan ataupun kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

55

Rangsangan tersebut dapat menstimulus seseorang untuk memiliki

sikap, baik itu sikap positif ataupun sikap negatif yang pada

akhirnya akan direalisasikan menjadi perilaku ataupun tidak.8,12

Sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan

sikap favorable dan sikap negatif disebut sikap unfavorable.12

Adapun sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana responden

bersikap mengenai cara pencegahan terkena penyakit ISPA, baik

responden yang setuju, ragu, maupun tidak setuju. Adapun hal-hal

yang mempengaruhi sikap adlah pengetahuan, smakin baik

pengetahuan seseorang terhadap sesuatu maka akan semakin baik

sikap yang akan terbentuk pada orang tersebut. Selain

pengetahuan, pengalaman serta kebudayaan dan kebiasaan yang

dimiliki oleh seseorang juga turut mempengaruhi.8,12

Dari hasil tabel uji Chi-Square diatas, dapat dilihat bahwa

responden dengan sikap yang baik cenderung akan memiliki

perilaku yang baik dan responden dengan sikap yang buruk

cenderung memiliki perilaku yang buruk dalam pencegahan

terkena ISPA, meskipun tidak ada perbedaan jumlah yang jauh

antara kategori sikap baik dengan perilaku yang baik dibandingkan

dengan sikap buruk dengan perilaku yang buruk, yakni hanya

selisih 4 orang. Berdasarkan tabel 4.11 dapat diambil kesimpulan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku

kesehatan berupa pencegahan terkena ISPA pada calon jamaah

haji, dengan nilai P sebesar <0.001. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putro (2008) yang mengatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan

perilaku yang dilakukan oleh orang tua dalam mencegah

kekambuhan ISPA pada anaknya.34 Sejalan juga dengan penelitian

yang dilakukan oleh Monintja (2015) bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penyakit,

dengan nilai P value <0.001.32 Namun tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukn oleh Atun (2016) bahwa tidak ada

Page 71: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

56

hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku pencegahan

penyakit yang dilakukan oleh masyarakat.33

Dari hasil penelitian tersebut, teori, serta penelitian terkait

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penyakit ISPA

yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi, karena sikap yang

positif akan cenderung mengarahkan kepada perilaku positif juga.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

57

4.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan

terhadap Perilaku pencegahan ISPA pada Calon Jamaah Haji Bekasi

tahun 2017

Tabel 4. 17 Hubungan Jenis kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan terhadap

Perilaku Pencegahan ISPA pada Calon Jamaah haji

Hubungan jenis kelamin,

usia, dan tingkat pendidikan

terhadap perilaku

Perilaku Total P

Baik Buruk Value

n % N % N %

Jenis Kelamin 1,000

1. Laki-laki 23 51,1 22 48,9 45 100

2. Perempuan 22 48,9 23 51,1 45 100

Usia 0,127

1. < 60 tahun 13 38,2 21 61,8 34 100

2. ≥ 60 tahun 32 57,1 24 42,9 56 100

Tingkat Pendidikan 0,319

1. Rendah 8 38,1 13 61,9 21 100

2. Tinggi 37 53,6 32 46,4 40 100

4.4.2.1 Jenis Kelamin Dari tabel 4.12 bagian jenis kelamin dapat dilihat bahwa

untuk kategori jenis kelamin laki-laki dengan perilaku yang baik

adalah sebanyak 23 orang (51,1%), sedangkan dengan kategori

yang buruk adalah sebanyak 22 orang (48,9%), adapu untuk

kategori jenis kelamin perempuan dengan perilaku yang baik

adalah sebanyak 22 orang (48,9%) dan untuk perilaku yang buruk

adalah sebanyak 23 orang (51,1%).

Dari hasil uji Chi-Square tersebut dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan jumlah yang jauh antara perilaku baik dan

buruk antara pria dan wanita, mengingat juga bahwa jumlah antara

pria dan wanita yang seimbang, dan juga jumlah perilaku baik dan

buruk juga seimbang. Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan nilai P

value sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan

Page 73: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

58

penyakit ISPA pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017. Hal ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2014)

yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin laki-laki dengan kejadian ISPA dengan nilai P value

sebesar 0,023. Dari penelitian yang dilakukan, frekuensi ISPA

lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.

Namun hal ini tidak dibahas oleh peneliti.35

Dari hasil penelitian, dan penelitian terkait bisa diambil

kesimpulan bahwa banyak faktor lain dari sosiodemografi dari

responden yang berpengaruh untuk perilaku pencegahan yang

dilakukan seseorang, bukan hanya jenis kelamin. Namun perlu

untuk dilakukan analisis multivariat lebih lanjut untuk mengetahui

hubungan spesifik antara jenis kelamin dengan perilaku

pencegahan penyakit.

4.4.2.2 Usia Dari tabel 4.12 bagian usia bisa dilihat bahwa kategori

dengan frekuensi terbanyak adalah kelompok usia ≥ 60 tahun serta

memiliki perilaku baik, yaitu sebanyak 32 orang (57,1%) dan

ketagori dengan frekuensi terrendah adalah kelompok usia < 60

tahun serta memiliki perilaku baik yatu sebanyak 13 orang (

38,2%). Adapun kelompok usia ≥ 60 tahun dengan perilaku buruk

sebanyak 24 orang (42,9%). Dan kelompok usia <60 tahun dengan

perilaku yang buruk adalah ebanyak 21 orang (61,8%).

Usia atau umur menentukan tingkat kedewasaan seseorang,

sehingga umur bisa menunjukkan tingkat pengetahuan dan juga

wawasan seseorang. Oleh karena itu umur sangat mempengaruhi

pengetahuan, sikap, serta perilaku seseorang.8

Dari hasil tabel tersebut dapat dilihat bahwa usia ≥ 60 tahun

cenderung memiliki perilaku yang baik dibandingkan dengan

responden usia <60 tahun, namun, usia ≥ 60 juga memiliki

frekuensi yang lebih banyak untuk kategori perilaku buruk, namun

tidak jauh berbeda dengan kelompok usia <60 tahun, hanya selisih

Page 74: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

59

3 orang. Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifkan antara usia dengan perilaku pencegahan

yang dilakukan oleh calon jamaah hajibekasi tahun 2017 dengan

nilai P value sebesar 0.127. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hendrawan (2015) yang mengatakan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku

pencegahan ataupun perilaku pengobatan yang dilakukan oleh ibu

yang memiliki anak dengan penyakit ISPA, dengan nilai P value

sebesar 0,509. Hal ini dikarenakan usia tidak mempengaruhi

perilaku ibu selama masih ada faktor-faktor pendukung, seperti

fasilitias kesehatan yang terjangkau dan adanya transportasi yang

memadai.36

Dari hasil penelitian, teori dan juga penelitian terkait dapat

disimpulkan bahwa pengaruh usia tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap perilaku pencegahan penyakit ISPA,

namun pada dasarnya usia yang makin tinggi mengarahkan

seseorang kepada perilaku yang baik. Dalam penelitian ini tidak

sejalan dengan teori dikarenakan banyak faktor lain yang

mempengaruhi dari bentuk perilaku pencegahan yang dilakukan

oleh responden, antara lain sangat beragamnya pengalaman, serta

tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden. Namun perlu

untuk dilakukan analisis multivariat lebih lanjut untuk mengetahui

hubungan spesifik antara usia dengan perilaku pencegahan

penyakit

Page 75: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

60

4.4.2.3 Tingkat Pendidikan

Dari tabel 4.12 bagian tingkat pendidikan didapatkan pada

calon jamaah dengan kategori pendidikan tinggi dengan perilaku

yang baik mendapatkan frekuensi yang terbanyak, yaitu 37 orang

(53,6%), dan kategori pendidikan rendah dengan perilaku baik

mendapatkan frekuensi terendah, yaitu sebanyak 8 orang (38,1%).

Adapun untuk kategori pendidikan tinggi dengan perilaku yang

buruk adalah sebanyak 32 orang (46,4%), dan kategori pendidikan

rendah dengan perilaku buruk adalah sebanyak 13 orang (61,9%)

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa responden

dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung meiliki perilaku

yang baik pula, namun banyak faktor lain yang mempengaruhi

perilaku sehingga didapatkan banyak juga responden dengan

tingkat pendidikan yang tinggi memiliki perilaku yang buruk. Hal

ini bisa kita lihat pada uji Chi-Square bagian kolom P value,

sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan yang signifkan

antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan penyakit

ISPA pada calon jamaah haji Bekasi tahun 2017. Hal ini tidak

sejalan pada penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2013), yang

mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit, yang mana

semakin tinggi tingkat pendidikan akan membrikan dampak berupa

perilaku pencegahan yang makin baik pula.37 namun penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2014) bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan

perilaku jamaah haji Iran dalam mencegah terkena penyakit

pernapasan, hal ini dikarenakan meskipun kebanyakan jamaah haji

yang tingkat pendidikannya menengah-dasar namun memiliki

perilaku yang baik dalam pencegahan penyakit respirasi ataupun

dalam perilaku hidup bersih dan sehat, hal ini bisa dikarenakan

adanya pengalaman yang didapatkan oleh seseorang, baik

Page 76: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

61

pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain sehingga

mempengaruhi perilaku seseorang.35

Tingkat pendidikan bisa dihubungkan dengan kemampuan

seseorang dalam menyerap ataupun memahami informasi yang

baru. Semakin tinggi tingkat pendidikaan seseorang maka akan

semakin mudah dalam menyerap informasi yang berasal dari media

ataupun sumber lain. Kaitan nya dalam hal kesehatan, tingkat

pendidikan yang tinggi akan mengarahkan seseorang kedalam

tindakan preventif dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang

rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah akan

mengakibatkan sulitnya menerima informasi mengenai pencegahan

penyakit, baik itu berdasarkan penyuluhan ataupun sumber

lainnya.38,39

Berdasarkan hasil penelitian dan teori serta penelitian

terkait, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi perilaku pencegahan, sehingga tingkat pendidikan

kadang tidak mempengaruhi perilaku seseorang. Namun perlu

untuk dilakukan analisis multivariat lebih lanjut untuk mengetahui

hubungan spesifik antara tingkat pendidikan dengan perilaku

pencegahan penyakit.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

pencegahan penyakit ISPA yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi

tahun 2017

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku

pencegahan penyakit ISPA yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi

tahun 2017

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sosiodemografi dengan

perilaku pencegahan yang dilakukan oleh calon jamaah haji Bekasi tahun

2017

5.2 Saran

a) Bagi Kementerian Agama serta KBIH :

1. Perlu dilakukan kerja sama antar sektoral yaitu bersama dengan

Kementerian Kesehatan terkait pedoman pembinaan calon jamaah haji.

2. Dilakukan penyuluhan atau pembinaan kesehatan jamaah haji yang

membahas tentang penyakit pernapasan yang terjadi saat beribadah

haji serta bagaimana cara pencegahannya, dibutuhkan juga kehadiran

keluarga dari para calon jamaah haji, mengingat sebagian besar

responden adalah orang tua diatas 60 tahun.

3. Untuk setiap KBIH perlunya untuk menambahkan bimbingan haji

terkait hidup bersih dan cara pencegahan penyakit menular selain

daripada tata cara haji.

b) Bagi calon jamaah haji

1. Meningkatkan pengetahuan tentang risiko penyakit ISPA pada saat akan

ke Arab Saudi

2. Mempersiapkan segala kebutuhan untuk mencegah terkena ISPA, seperti

masker, dan lain sebagainya

62

Page 78: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

63

c) Bagi peneliti selanjutnya

1. Memperhitungkan dan mempersiapkan timeline untuk jadwal pembinaan

ibadah haji.

2. Melengkapi sampel penelitian hingga tercukupi nilai minimum sampel.

3. Sebaiknya jika menggunakan kuesioner mewawancarai responden dengan

tatap muka atau wawancara secara personal (langsung) agar jawaban yang

diberikan oleh responden benar-benar mewaliki dari apa yang sebenarnya

dari responden.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

64

DAFTAR PUSTAKA 1. Shafi S, Dar O, Khan M, Khan M, Azhar EI, McCloskey B, et al. The

annual Hajj pilgrimage—minimizing the risk of ill health in pilgrims from Europe and opportunity for driving the best prevention and health promotion guidelines. Int J Infect Dis [Internet]. 2016;47:79–82. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2016.06.013

2. Razavi SM, Torabi SM, Salamati P. Treatment and prevention of acute respiratory infections among Iranian hajj pilgrims: A 5-year follow up study and review of the literature. Med J Islam Repub Iran. 2014;28(1):1–11.

3. KEMENKES R. Jumlah jamaah haji 2017 meningkat, menkes harapkan tambahan tenaga kesehatan. 20 Maret 2017 [Internet]. 2017 Mar 21;5223002. Available from: www.depkes.go.id

4. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pencegah dan Pengendali infeksi saluran pernapasan akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan Kesehat [Internet]. 2007;12. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf

5. Al-Tawfiq JA, Gautret P, Benkouiten S, Memish ZA. Mass gatherings and the spread of respiratory infections lessons from the Hajj. Ann Am Thorac Soc. 2016;13(6):759–65.

6. Abd-alla M, Ahmed Q, Memish ZA, Saba J. Protective Practice and Respiratory Illness Among US Travelers to the 2009 Hajj. 2012;19(3):163–8.

7. RI K. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 15 Th 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Jamaah Haji. 2016. 1-17 p.

8. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi 2012), Oleh: Soekidjo Notoatmodjo, Penerbit: Rineka Cipta. 2013;9–34.

9. G BI. Knowledge, Attitude, and Practice The Three Pillars of Excellence and Wisdom : A place in the Medical Proffesion. 1995;1(1).

10. Gumucio Syblie, Zompi Simona et all. The KAP Survey Model. 2011;

11. Budiman AR. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

12. Aswar S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

65

13. Abud BR. Manasik Haji dan Umrah Bergambar. In: Al-Mukaffi A, editor. Pertama. Jakarta: PT. Darul Falah; 2006.

14. Al-Baqir M. Ibadah Haji dan Umrah. In: Panduan Lengkap Ibadah: Menurut Al-Quran, Al-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama. Jakarta: PT. Mizan Republika; 2015. p. 405–7.

15. Choudhry AJ, Al-Mudaimegh KS, Turkistani AM, Al-Hamdan NA. Hajj-associated acute respiratory infection among hajjis from Riyadh. East Mediterr Heal J. 2006;12(3–4):300–9.

16. Al-Tawfiq JA, Memish ZA. The Hajj: updated health hazards and current recommendations for 2012. Euro Surveill Bull Eur sur les Mal Transm = Eur Commun Dis Bull. 2012;17(41):20295.

17. Alzeer AH. Respiratory tract infection during Hajj. Ann Thorac Med [Internet]. 2009;4(2):50–3. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2700482&tool=pmcentrez&rendertype=abstract

18. Health Center of Hajj, RI. Disease Among Hajj 2016. Ministry of Health RI. 2016;

19. RI kementerian kesehatan. Infodatin Haji 2015 Situasi Kesehatan Jamaah Haji. 2015.

20. Benkouiten S, Charrel R, Belhouchat K, Drali T, Nougairede A, Salez N, et al. Respiratory Viruses and Bacteria among Pilgrims during the 2013 Hajj. 2014;20(11):1821–7.

21. Uyainah A, Probosuseno, Rustika, Syarif H Lutfi, MY Fajar, Idris, F et all. Buku Prosiding Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umrah 2016. In Jakarta: Interna Publishing; 2016.

22. Deris ZZ, Hasan H, Sulaiman SA, Wahab MSA, Naing NN, Othman NH. The prevalence of acute respiratory symptoms and role of protective measures among Malaysian Hajj pilgrims. J Travel Med. 2010;17(2):82–8.

23. Alzeer AH. Respiratory tract infection during Hajj. 2016;12–5.

24. Sahin MK, Aker S, Kaynar Tuncel E. Knowledge, attitudes and practices concerning Middle East respiratory syndrome among Umrah and Hajj pilgrims in Samsun, Turkey, 2015. Euro Surveill [Internet]. 2015 Sep 24 [cited 2017 Oct 17];20(38):30023. Available from: http://www.eurosurveillance.org/ViewArticle.aspx?ArticleId=21248

Page 81: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

66

25. Alqahtani AS, Wiley KE, Mushta SM, Yamazaki K, BinDhim NF, Heywood AE, et al. Association between Australian Hajj Pilgrims’ awareness of MERS-CoV, and their compliance with preventive measures and exposure to camels. J Travel Med [Internet]. 2016 May 18 [cited 2017 Oct 17];23(5):taw046. Available from: https://academic.oup.com/jtm/article-lookup/doi/10.1093/jtm/taw046

26. Al-Jasser FS, Kabbash IA, Almazroa MA, Memish ZA. Patterns of diseases and preventive measures among domestic hajjis from Central, Saudi Arabia.[Reprint in East Mediterr Health J. 2013;19 Suppl 2:S34-41; PMID: 24673097]. Saudi Med J [Internet]. 2012;33(8):879–86. Available from: http://acs.hcn.com.au?acc=36422&url=http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fulltext&D=medl&AN=22886122

27. Benkouiten S, Brouqui P, Gautret P. Non-pharmaceutical interventions for the prevention of respiratory tract infections during Hajj pilgrimage. Travel Med Infect Dis [Internet]. 2014;12(5):429–42. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.tmaid.2014.06.005

28. Morissan. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Kencana; 2014. 98-108 p.

29. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. 124-130 p.

30. Indriani D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto II Kab. Pekalongan. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiyah Surakarta. 2012;

31. Syahdrajat T. Panduan Penelitian untuk Skripsi Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Diandra; 2017. 20-23 p.

32. Sophiyudin DM. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2009.

33. Bidaya DY. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Ispa Pada Bayi Di Puskesmas Kecamatan Segedong. 2012;

34. Monintja TCN. Hubungan Antara Karakteristik Individu , Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang Kota Manado Relationship Between Individual Characteristic , Knowledge , Attitude With PSN DBD Behavior Of Commun. :503–19.

35. Farihatun A. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. 2016;15.

36. D E Prasetyo P. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan ISPA Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Purwantoro I. Surakarta; 2008.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

67

37. Chen Y, Williams E, Kirk M. Risk factors for acute respiratory infection in the Australian community. PLoS One. 2014;9(7):1–7.

38. Hendrawan H. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Balita Dalam Pencarian Pengobatan Pada Kasus- Kasus Balita Dengan Gejala Pneumonia Di Kabupaten Serang. Vol. XV, Media Litbang Kesehatan. 2005. p. 24–33.

39. Annisa F. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada Balita di Wilayah kerja puskesmas gang Sehat Pontianak. 2013;

40. Dinkes. Pedoman Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah; 2006.

41. Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Penatalaksanaannya. Semarang: Erlangga; 2008.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

68

LAMPIRAN Lampiran 1

Proses Pengambilan Data dan Jumlah Sampel Akhir

A. Prosedur Administrasi

1. Pada tanggal 01 Agustus 2017, peneliti mendapatkan surat permohonan

izin dari dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk pengambilan

data di Islamic Centre Bekasi.

2. Pada tanggal 02 Agustus 2017, peneliti mendapatkan izin dari Kantor

Wilayah Kementerian Agama Kota Bekasi bagian Haji dan Umroh untuk

melakukan penelitian di Islamic Centre Bekasi.

B. Prosedur Teknik

1. Peneliti mulai mencari-cari informasi KBIH yang bisa peneliti jadikan

tempat penelitian sejak bulan Juni 2017 baik di daerah Ciputat, Demak,

Bandung dan Lampung.

2. Peneliti mendapatkan tawaran dari teman untuk melaksanakan penelitian

di Demak, Jawa Tengah, untuk melakukan pengambilan data di KBIH

tempat orangtua teman peneliti mendaftarkan jamaah haji. Setelah

mempertimbangkan waktu dan jarak, akhirnya peneliti memutuskan untuk

menerima tawaran tersebut, namun sayangnya setelah dikonfirmasi ulang

ke pihak KBIH, sulit dilakukan pengambilan data karena jadwal

pertemuan KBIH disana tidak memungkinkan.

3. Selanjutnya peneliti menemukan KBIH di daerah Legoso yaitu Darun

Nisa. Setelah peneliti menemui pihak KBIH pada tanggal 21 Juli 2017

namun tidak mendapatkan izin untuk melakukan penelitian disana.

4. Pada tanggal 26 juli 2017 peneliti meminta rekomendasi kepada

pembimbing 2 dan mendapat rekomendasi untuk melakukan penelitian di

RS Haji, namun setelah pembimbing 2 berkoordinasi dengan pihak RS

Haji, ternyata tidak diperbolehkan karena sudah tidak terdapat lagi jadwal

kunjungan jamaah haji

5. Pada tanggal 28 Juli 2017 peneliti meminta rekomendasi lagi ke

pembimbing 1 mengenai tempat melakukan penelitian, dan

direkomendasikan untuk melaakukan pengambilan data di Bekasi.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

69

6. Peneliti langsung mengurus surat perizinan dari FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sambil menghubungi pihak Kementerian Agama

Bekasi yaitu ibu Sugini sesuai petunjuk pembimbing 1 peneliti selaku staff

yang mengurusi bagian pertemuan calon jamaah haji di Islamic Centre

Bekasi.

7. Pada tanggal 31 Juli 2017 dengan peneliti ditemani pembimbing 1,

menemui ibu Sugini untuk menanyakan jadwal pertemuan calon jamaah

haji sambil melihat kondisi suasana pertemuan calon jamaah haji untuk

memudahkan dalam prosedur pengambilan data, karena pada saat itu

sedang berlangsung pertemuan calon jamaah haji. Kemudian arahan dari

ibu Sugini, peneliti diminta untuk mengurus surat perizinan dan diarahkan

untuk menemui pak Pelita selaku staf Kantor Wilayah Kementerian

Agama yang mengurusi soal perizinan untuk menyerahkan surat izinnya

secara langsung. Karena terjadi kesalahan pada penulisan untuk siapa surat

ditujukan, maka peneliti diminta untuk kembali datang keesokan harinya

dengan membawa surat yang benar. Maka hari itu juga peneliti kembali ke

Ciputat untuk mengurus ulang surat perizinannya.

8. Karena masalah prosedur, peneliti baru bisa mendapatkan suratnya sore

hari di hari berikutnya, sehingga peneliti baru bisa kembali ke Bekasi pada

tanggal 01 Agustus 2017 sore hari.

9. Pada tanggal 02 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB peneliti akhirnya bisa

menyerahkan surat perizinan kepada pak Pelita. Setelah menyerahkan

surat yang sesuai kepada pak Pelita, untuk mempercepat dan

mempermudah prosedur perizinan, pak Pelita menyarankan peneliti untuk

langsung menemui ketua Bagian Haji Kementerian Agama Bekasi agar

dapat langsung meminta izin untuk mengambil data esok hari karena akan

ada pembinaan calon jamaah haji.

10. Peneliti langsung pergi menemui bagian Haji, awalnya peneliti menemui

salah satu staff namun beliau tidak bisa memberikan izin, sehingga peneliti

diminta untuk menemui ketua bagian haji pada pukul 15.00 WIB.

11. Peneliti kembali ke kantor wilayah Kementerian Agama kota Bekasi pukul

14.00 dan menemui bagian haji lagi, namun ternyata belum berada

Page 85: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

70

ditempat. Maka peneliti menunggu hingga pukul 16.30 WIB sampai

akhirnya peneliti bisa menemui ketua bagian haji departemen agama kota

Bekasi yaitu ibu Sukasih dan mendapatkan izin untuk mulai mengambil

data keesokan harinya.

12. Pada tanggal 03 Agustus 2017 peneliti datang pkl 06.00 WIB di islamic

centre departemen agama kota Bekasi. Tapi peneliti kembali mendapat

halangan terkait perizinan ke DKM masjid, peneliti baru mengetahui

bahwa terdapat perbedaan antara bagian haji dan pengurus masjid tempat

pembinaan dilaksanakan, yaitu di Islamic Centre. Sehingga peneliti baru

bisa membuka stand pkl 08.00 WIB setelah panitia datang.

13. Pengambilan data pertama, peneliti menyatukan 3 kuesioner yang

merupakan gabungan dari 3 peneliti menjadi satu bundel. Dan membuat 4

stand pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat

sekaligus dalam satu stand. Peneliti membuka stand sampai pembinaan

selesai sekitar pukul 13.00. peneliti membagi tugas dengan teman peneliti

yang pada hari itu membantu dalam proses pengambillan data. Peneliti

menyebarkan kuesioner sambil para responden sedang menunggu giliran

untuk melakukan pengecekan kesehatan. Hari itu peneliti berhasil

memeriksa kurang lebih 50 responden, dan menyebar kuesioner kurang

lebih 120 kuesioner. Namun sayangnya tidak semua responden mau

mengisi kuesioner dengan lengkap karena bundel kuesioner yang terlalu

tebal, dan ada calon jamaah haji yang hanya ingin diperiksa tanpa mengisi

kuesioner.

14. Setelah melakukan penghitungan data yang ada dan menetapkan data

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi peneliti hanya mendapatkan 60 data

yang sesuai kriteria inklusi, sehingga data peneliti masih kurang.

15. Pertemuan selanjutnya peneliti mengambil data pada tanggal 10 Agustus

2017. Karena mengantisipasi kerugian seperti yang terjadi di pertemuan

sebelumnya. Peneliti mengumpulkan seluruh jamaah haji yang telah

berada di tempat pada saat itu dan mengumumkan mengenai penelitian

yang sementara dilakukan. Kemudian peneliti bersama teman membuat

stand terpisah antara pemeriksaan tekanan darah dan gula darah,

Page 86: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

71

kolesterol, dan asam urat. Serta memisahkan kuesioner sesuai pemeriksaan

yang ada. Smentara dibantu oleh teman yang saat berada di Islamic

Centre, peneliti sambil menyebarkan kuesioner dan membuat beberapa

kelompok-kelompok kecil dalam proses pengisian kuesioner agar tidak

terjadi kesalahan berupa pengisian data yang tidak lengkap. Peneliti selesai

melakukan pengambilan data sekitar pukul 13.00 dan berhasil memeriksa

sekitar 15 calon jamaah haji, dan para calon jamaah haji yang tidak

diperiksa namun secara sukarela untuk mengisi kuesioner sekitar 25 orang

16. Setelah melakukan penghitungan data yang ada dan menetapkan data

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi peneliti hanya mendapatkan 30 data

yang sesuai kriteria inklusi, sehingga total data yang terkumpul sesuai

kriteria inklusi adalah sebanyak 90 responden. Sehingga data peneliti

masih kurang.

17. Karena jumlah responden yang masih kurang dan tanggal pertemuan

selanjutnya bertabrakan dengan jadwal kuliah, peneliti berinisiatif untuk

menghubungi pihak pengurus haji kota Bekasi agar diizinkan mengambil

data di asrama haji Embarksi pada hari sabtu dan minggu. Namun pihak

pengurus tidak mengizinkan mengambil data di asrama haji, karena para

calon jamaah haji sudah di karantina.

18. Akhir bulan Agustus 2017 calon jamaah haji Indonesia sudah berangkat ke

tanah suci sehingga peneliti tidak dapat mengambil data lagi untuk

memenuhi jumlah responden sesuai rumus statistik yang ada. Data yang di

dapat secara keseluruhan adalah 160 responden dan yang memenuhi

kriteria inklusi adalah 90 responden.

Page 87: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

72

Lampiran 2

Persetujuan Etik (Ethical Approval)

Page 88: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

73

Lampiran 3

Informed Consent dan Kuesioner

Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada

Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017

Bapak, ibu yang terhormat, Saat ini saya, Irfany Fauziah Samad sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017”. Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda akan menjalani penelitian ini melalui pengisian kuesioner. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengtahuan sikap serta perilaku calon jamaah haji mengenai cara pencegahan serta risiko terkena Infeksi saluran pernapasan akut saat beribadah haji Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-waktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting sekali, diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan jujur dan sebaik-baiknya. Peneliti, Irfany Fauziah Samad Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Jalan Puri Laras 1 Kavling 21 – 22 Tarumanegara 78 Ciputat Timur Tangerang Selatan Tlp. 085212734704

Page 89: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

74

Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Usia :

KBIH/Travel :

Alamat :

Nomor telp/ hp :

Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang

diberikan oleh Irfany Fauziah Samad dari PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan bersedia menjalani penelitian mengenai “Hubungan Antara

Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan

Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik Pada Calon Jamaah Haji Bekasi

Kloter 34 dan 54 Tahun 2017”.

Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.

Ciputat, 2017

Mengetahui,

Peneliti Peserta Penelitian

(Irfany Fauziah Samad) ( )

Page 90: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

75

Hubungan Antara Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut dengan Pengetahuan, Sikap, dan Sosiodemografik

Pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017

A. Indentitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Tanggal lahir :

4. Jenis kelamin :

5. Pekerjaan :

6. Status pernikahan :

7. Pendidikan terakhir :

8. Alamat :

9. No. Telp./Hp :

10. Lama menunggu :

11. Berangkat dengan siapa : ( ) Sendiri

( ) Keluarga

( ) Rombongan yang lain

12. Pernah melakukan pemerikasaan kesehatan : Pernah / Belum pernah

Apa :

Dimana :

13. Vaksin yang pernah didapatkan : 1. 3.

2. 4.

14. Penyuluhan kesehatan yang pernah didapatkan :

Mengenai apa : 1.

2.

3.

Dimana : 1.

2.

3.

Oleh siapa : 1.

2.

3.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

76

B. Pengetahuan

1. Apakah bapak/ibu pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit infeksi saluran pernapasan ? a. Pernah b. Belum Pernah c. Lupa

2. Apakah bapak/ ibu tahu mengenai penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)? a. Ya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu

3. Menurut saudara apakah ISPA adalah penyakit yang berbahaya ? a. Ya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu

4. Menurut saudara apakah ISPA bisa menular ke orang lain ? a. Ya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu

5. Apakah saudara mengetahui bahwa saat musim haji, ISPA merupakan penyakit yang banyak menyerang jamaah haji ? a. Iya b. Tidak c. Ragu d. Tidak tahu

Gelaja orang dengan ISPA Tahu Tidak Tahu

Ragu

Batuk Pilek Sesak napas Bersin Batuk berdahak / tenggorokan berdahak Nyeri tenggorokan Suara parau Demam Sakit kepala Pusing Merasa lelah / lemah / lemas

Page 92: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

77

Penyebab terjadinya/penularan ISPA Tahu Tidak Tahu

Ragu

Kuman (bakteri, virus, dll) Debu/kotoran Alergi Bersentuhan / kontak dengan orang lain yang memiliki keluhan pernapasan

Memakai peralatan (alat makan, sajadah, dll) bersama dengan orang lain

Sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang sedang dalam keadaan tidak baik

Tidak menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan (cuci tangan, dll)

Tidak memiliki/memakai pelindung diri (masker)

Cara Pencegahan terkena ISPA Tahu Tidak

tahu Ragu

Memakai alat pelindung diri saat berada di mekkah seperti masker

Menggunakan peralatan pribadi yang digunakan hanya untuk diri sendiri

Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas

Menggunakan antiseptik/ hand sanitizer sebelum melaksanakan rangkaian ibadah saat di Mekkah

Menghindari kontak berlebihan dengan orang lain, terutama pada orang yang memiliki gejala penyakit pernapasan

Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan

Menjaga/meningkatkan sistem pertahanan tubuh tetap sehat

Divaksin sebelum berangkat ke tanah suci

Page 93: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

78

C. Sikap

Cara Pencegahan terkena ISPA Setuju Tidak setuju

Ragu

Memakai alat pelindung diri saat berada di mekkah seperti masker

Menggunakan peralatan pribadi yang digunakan hanya untuk diri sendiri

Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas

Menggunakan antiseptik/ hand sanitizer sebelum melaksanakan rangkaian ibadah saat di Mekkah

Menghindari kontak berlebihan dengan orang lain, terutama pada orang yang memiliki gejala penyakit pernapasan

Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan

D. Perilaku

Sampai saat ini, apa yang anda rencanakan untuk mencegah terkena ISPA ketika di Mekkah nanti :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

79

Hingga saat ini, hal-hal yang bapak/ibu telah persiapkan untuk mencegah terkena ISPA saat di mekkah nanti adalah :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

1. Saudara akan menyediakan masker untuk mencegah terkena ISPA saat berada di Mekkah. a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan

2. Saudara akan sering mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan aktifitas saat beribadah haji demi mencegah terkena ISPA saat di mekkah a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan

3. Saudara akan menggunakan hand sanitizer/antiseptik sebelum melaksanakan rangkaian ibadah saat haji di Mekkah demi mencegah terkena ISPA a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan

4. Saudara akan menggunakan peralatan pribadi yang digunakan sendiri demi mencegah terkena ISPA saat berada di mekkah. a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan

5. Saudara akan lebih menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena ISPA saat berada di mekkah a. Ya, saya akan melakukan b. Tidak, saya tidak akan melakukan

Page 95: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

80

Lampiran 4

Curiculum vitae

Nama : Irfany Fauziah Samad

Alamat : Puri Laras 1, Kav 21-22 jalan Tarumanegara Ciputat Tangerang Selatan Banten

Tempat, tanggal lahir : Parepare, 06 Februari 1996

Agama : Islam

No. Handphone : 085212734704

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

- TK : TK Pembina Enrekang - SD : SDN No.10 Pangkajene Sidrap - SMP : MTS DDI Lil-Banat Parepare - SMA : MA DDI Lil-Banat Parepare - S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 96: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37350/1/IRFANY... · Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

81

Lampiran 5

Dokumentasi saat pengambilan data