Upload
vuhuong
View
241
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
WAKTU PENYIMPANAN WAFER PAKAN KOMPLIT BERBASIS
AMPAS SAGU DENGAN SUMBER
PROTEIN BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
ZUHRANIS RUSTAN
I 111 12 337
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
WAKTU PENYIMPANAN WAFER PAKAN KOMPLIT BERBASIS
AMPAS SAGU DENGAN SUMBER
PROTEIN BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
ZUHRANIS RUSTAN
I111 12 337
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahuwata’ala.
atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Waktu Penyimpanan Wafer Pakan Komplit
Berbasis Ampas Sagu dengan Sumber Protein Berbeda” sebagai salah satu
tugas akhir. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan
dengan baik tanpa dukungan, motivasi, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Kedua orang tua saya Rustan Efendi dan Husnaeni atas segala perhatian dan
kasih sayang, bantuan materi maupun non materi yang tak ternilai harganya serta
doa-doa yang senantiasa dipanjatkan. Dan pada kesempatan ini pula dengan
segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr.Ir. Syahriani Syahrir, M.Si. Sebagai pembimbing utama dan Dr. Ir.
Rohmiyatul Islamiyati, M.P. Selaku pembimbing kedua, yang telah membagi
ilmunya dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan
dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan makalah ini. Jasa
beliu akan terkenang dalam lembaran kehidupan pribadi penulis dan semoga
Allah membalasnya dengan yang lebih baik dan meridhai setiap amal
ibadahnya.
2. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh
vi
Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan
Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dekan, para pembantu Dekan dan terspesial untuk Penasehat
Akademik saya Dr. Muhammad Ihsan Andi Dagong, S.Pt, M.Si serta seluruh
kalangan civitas akademik yang tak mampu saya sebutkan terima kasih atas
seluruh pengorbanannya yang dari awal hingga akhir telah banyak membantu.
4. Bapak Prof. Dr.Ir. Muhammad Rusdy, M.Si, Ibu Dr. Jamila, S.Pt., M.Si, dan
Ibu Marhamah Nadir, SP., M.Si., Ph.D selaku Dosen pembahas/penguji, yang
begitu bijak dalam memberikan masukan/saran untuk mempermudah dalam
perbaikan penulisan skripsi penulis. Semoga beliau tetap diberikan
perlindungan Allah .
5. Ibu Dr. A. Mujnisa, S.Pt., MP dan bapak Abd. Kadir, S.Pt. yang membantu
selama pelaksanaan PKL di PT. Bintang Sejahtera Bersama di Kabupaten
Maros, Rekan PKL Tenri, Rahma dan Rahmat Hidayat terima kasih atas
bantuan yang kalian berikan selama Pelaksanaan PKL.
6. Saudaraku Magfirah Angraeni, Nur Afni, Ibnu Khattab, Aryanggara dan
Muh. Zalkeyval terimakasih untuk dukungan dan semangatnya dalam
menuntut ilmu terutama saat-saat penyelesaian tugas akhir ini.
7. Masita Sukri, S.Pd. kakak sepupu tersayang yang telah banyak mengajarkan
arti kehidupan, bagaimana menghargai hidup, banyak memberikan ilmu
untuk lebih dekat kepada pencipta. Terimakasih banyak untuk segala
kebaikan tanpa pamrih, semoga lekas terdaftar jadi mahasiswi S2.
8. Mita Arifa Hakim, sahabat terbaik yang senantiasa berada di samping penulis
vii
menyemangati dan memberi saran. Terimakasih banyak untuk persahabatan
selama di bangku kuliah, semoga masih berlanjut sampai kita sama-sama
renta dimakan usia.
9. Rahmawati S,Pt., A. Tenri Khaerani Anwar, S.Pt., A. Sry Iftitah, Muharni
Tuo, S.Pt., , Isnawati Muhajir S.Pt. dan Sri Reskiawati Nur yang mengajarkan
artinya teman dan sahabat bahkan saudara, terima kasih atas kebersamaannya.
10. Tim penelitian Fatmawati Khalifah, Melati Adrie Ningsih Diponegoro dan A.
Sry Iftitah, terimakasih untuk kerjasamanya dan kekompkannya. Banyak
yang telah dilalui bersama-sama. Semoga keberhasilan dan kesuksesan akan
berpihak kepada kita. Sampai jumpa di puncak kesuksesan.
11. Pondok sahabat Ci‟ma, Rini, Mita, Dita, Mega, Aidan, Irna, Fitri, Kairah,
Tina, Irna. Sahabat „SPP NEGERI RAPPANG‟ alumni 2012 terkhusus untuk
Andi Thariza Nagauleng yang telah memberikan perhatian khusus dan tanpa
berhenti bertanya dalam proses penyelesaian tugas akhir. Telah loyal
menyuplai pulsa untuk penulis terutama saat-saat keadaan mendesak,
terimakasih banyak sahabat jauhku.
12. Terima kasih untuk genksss Tika, Ekki, Fatma, Mela dan Ditha yang telah
banyak memberikan bantuan, semangat dan saran untuk penyelesaian tugas
akhir. Terima kasih pula kepada jannah, reski samad, eka, priskila, sewware,
ippang, fajrul, tita, ana, yessy, cica, heru, tommy dan asfar.
13. Keluarga besar “FLOCK MENTALITY” dan HUMANIKA UNHAS terima
kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama jadi mahasiswa.
14. Bocah-bocah mahasiswi baru fakultas perikanan, ana, afni, rahmi dan riri
viii
untuk dorongannya agar penulis cepat sarjana. Terimakasih untuk segala
semangat dan humorisnya.
15. Duabelas ketceh HPMM Komisariat Unhas, tila, nina, iis, anti, hasrah, rifal,
salata, lina dan semua yang tak dapat kusebut satu persatu, terima kasih telah
mengajarkan bagaiamana berorganisasi dan berteman.
16. Teman KKN Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, Anti,
Vian, Bair dan Asyiri, terimakasih atas kebersamaannya kurang lebih tiga
bulan. Terimakasih untuk kebersamaannya yang penuh dengan kenangan
indah, semoga dilain waktu kita masih dapat bertemu dengan lengkap
kembali dan dalam keadaan sehat wal‟afiat
17. Terkhusus kepada Ardiwijoyoh selaku sahabat, teman curhat dan penasehat
bijak. Terima kasih banyak telah menjadi rekan penulis selama kurang lebih
delapan tahun dalam suka duka. Terima kasih banyak untuk pelajaran proses
menuju dewasa. Semoga selalu dalam lindungan sang pencipta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, karena itu mohon maaf atas kekurangan ini. Semoga kita tetap
diberi kesehatan dan kekuatan dalam menuntut Ilmu. Dari itu Saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Makassar, April 2017
Zuhranis Rustan
ix
ABSTRAK
Zuhranis Rustan. Waktu Penyimpanan Wafer Pakan Komplit Berbasis Ampas
Sagu Dengan Sumber Protein Berbeda, Syahriani Syahrir sebagai Pembimbing
Utama dan Rohmiyatul Islamiyati sebagai Pembimbing Anggota.
Ampas sagu merupakan hasil limbah pertanian yang penggunaannya
sebagai pakan masih sangat terbatas padahal jumlahnya cukup melimpah, namun
ampas sagu memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, dan kandungan protein
kasar yang rendah sehingga perlu pengolahan lebih lanjut, salah satunya adalah
pengolahan menjadi wafer pakan komplit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui waktu optimal penyimpanan, kandungan bahan kering dan bahan
organik wafer pakan komplit berbasis ampas sagu yang diberi bahan pakan
sumber protein berbeda. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 x 4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Perlakuan P1
adalah wafer pakan komplit berbasis ampas sagu dengan tepung rese, perlakuan
P2 adalah wafer pakan komplit berbasis ampas sagu dengan tepung ikan,
perlakuan P3 adalah wafer pakan komplit berbasis ampas sagu dengan tepung
daun gamal dan perlakuan P4 adalah wafer pakan komplit berbasis ampas sagu
dengan urea. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa wafer pakan
komplit bebasis ampas sagu yang diberi bahan pakan sumber protein berbeda
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap waktu optimal penyimpanan, kandungan
bahan kering dan bahan organik. Disimpulkan bahwa waktu penyimpanan wafer
pakan komplit paling baik yaitu perlakuan pemberian sumber protein berupa urea
dengan lama penyimpanan 28 hari. Kandungan bahan kering pada perlakuan
pemberian sumber protein berupa tepung rese lebih tinggi di bandingkan
perlakuan lainnya.
Kata kunci : Waktu Penyimpanan, Ampas Sagu, Wafer Pakan Komplit, Sumber
Protein, Bahan kering, Bahan Organik.
x
ABSTRAK
Zuhranis Rustan. Storage Time of Complete Feed Wafer of Sago Dreg with
Different Protein Sources. Syahriani Syahrir as the Main Supervisor and
Rohmiyatul Islamiyati as the Supervisor Member.
Sago dreg is agricultural waste whose use as feed is still limited despite
the fact that their availability is abundant. Sago dreg has high fiber content but
low crude protein content that it needs further processing. One way to do that is to
process the dreg into wafers. This study aimed to determine the optimum storage
time and the content of dry and organic matter of complete feed wafer of sago
dreg which was added by different protein sources. The design of this study was a
completely randomized design (CRD) 4 x 4 (4 treatments and 4 replicates).
Treatment P1 was complete feed wafer of sago dregs with rese flour, treatment P2
was complete feed wafer of sago dreg with fish flour, treatment P3 was complete
feed wafer of sago dreg with flour of Gliricidia leaves and treatment P4 was
complete feed wafer of sago dreg with urea. Based on the results of variance
analysis, it was showed that the complete feed wafer of sago dreg that was added
by different protein sources significantly affected (P <0.05) the optimal storage
time and the content of dry and organic matter. It was concluded that the most
optimal time of storing complete feed was by adding urea as the protein source
with a storage time of 28 days. Treatment with rese flour resulted in the highest
level of dry matter content of all other treatments.
Kata kunci : Time Storage, Sago Dreg, Complete Feed Wafer, Protein Sources,
Dry and Organic Matter
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan . .......................................................................................................... 3
Kegunaan ....................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4
Gambaran Umum Ampas Sagu (Metroxilon sago) ........................................ 4
Bahan Pakan Sumber Energi .......................................................................... 6
Bahan Pakan sumber Protein .......................................................................... 7
Bahan Pakan Pelengkap ................................................................................. 8
Pakan Komplit ................................................................................................ 9
Teknologi Pengolahan Pakan ......................................................................... 10
Wafer ... .......................................................................................................... 11
Penyimpanan .................................................................................................. 12
Bahan Kering dan Bahan Organik .................................................................. 13
Hipotesis ......................................................................................................... 14
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 15
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 15
xii
Materi Penelitian ............................................................................................ 15
Metode Penelitian .......................................................................................... 15
Prosedur pembuatan wafer ............................................................................. 17
Parameter Yang Di Ukur ................................................................................ 18
Analisis Data .................................................................................................. 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 23
Waktu Optimal Penyimpanan ........................................................................ 21
Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik .............................................. 24
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan ....................................... 16
2. Komposisi (%) Bahan Pakan Pada Tiap Perlakuan ...................................... 17
3. Ratan waktu tumbuhnya jamur ..................................................................... 21
4. Rataan kandungan bahan kering dan bahan organik ..................................... 24
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon sago....................................................... 4
2. Ampas Sagu ................................................................................................. 5
3. Prosedur Pembuatan Wafer Pakan Komplit Berbasis Ampas Sagu
(Metroxylon sago) ........................................................................................ 18
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data SPSS ............................................................................................. 31
2. Dokumentasi Proses Penelitian .............................................................. 36
1
PENDAHULUAN
Peningkatan populasi dan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia
belum memperlihatkan hasil yang optimal. Sementara itu, permintaan akan daging
setiap tahun terus meningkat terutama pada hari-hari besar keagamaan. Salah satu
kendala yang dihadapi oleh usaha ternak ruminansia adalah belum tercukupinya
kebutuhan nutrisi terutama protein pakan. Hal ini mengakibatkan tumbuh
kembang ternak belum sesuai dengan yang diharapkan. Hijauan yang merupakan
sumber pakan utama ternak ruminansia di Indonesia kebanyakan bermutu rendah
yang dicirikan tingginya serat kasar serta rendahnya protein, energi dan mineral.
Sementara itu, penanaman tanaman pakan ternak (rumput dan leguminosa
berkualitas) juga memiliki kendala karena terbatasnya lahan, yang sebagian besar
sudah digunakan untuk kepentingan non pertanian. Oleh karena itu, untuk
mendukung swasembada daging hanya mungkin dicapai selain dengan
penambahan populasi ternak dan penggunaan teknologi, juga tidak kalah
pentingnya memanfaatkan sumber daya pakan yang ada.
Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal merupakan langkah
strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha produksi ternak ruminansia. Hal
ini akan semakin nyata apabila sumber daya tersebut bukan merupakan kebutuhan
langsung bagi kompetitor, seperti manusia atau jenis ternak lain. Oleh karena itu,
pakan sangat erat kaitannya dengan produktivitas dan biaya produksi, maka
pemanfaatan bahan baku lokal secara efisien akan berdampak pada perkembangan
ternak ruminansia. Penetapan prioritas bahan baku lokal perlu didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan daya kompetisi secara ekonomi dan kualitas.
2
Kriteria yang perlu menjadi perhatian dalam kaitannya dengan efisiensi
dan kompetisi adalah jumlah dan ketersediaan bahan pakan. Disebut efisien jika
bahan pakan tersebut tersedia dalam jumlah yang besar, tersedia sepanjang tahun
dan terkonsentrasi. Bahan baku yang memiliki karakter tersebut umumnya terkait
dengan industri, yang menghasilkan berbagai produk baik yang bersifat
sampingan maupun limbah.
Limbah berupa ampas sagu banyak tersedia pada musim panen. Limbah
ini masih jarang dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kendala utama dari
pemanfaatan ampas sagu adalah kandungan serat kasar yang tinggi dan protein
yang rendah sehingga perlu dilakukan pengolahan yaitu pembuatan pakan komplit
berbasis ampas sagu dengan pemberian sumber protein berbeda yang dikemas
dalam bentuk wafer. Selain itu, belum diketahuinya waktu optimal penyimpanan
wafer pakan komplit berbasis ampas sagu.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu optimal penyimpanan
dari wafer pakan komplit berbasis ampas dengan perlakuan pemberian sumber
protein yang berbeda terhadap pengaruh kandungan bahan kering dan bahan
organik.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
teknologi pengolahan limbah sagu berupa ampas sagu sebagai pakan alternatif
dalam bentuk wafer pada musim kemarau serta dapat di simpan dalam jangka
waktu tertentu.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Tanaman Sagu
Tanaman sagu (Metroxylon sago) merupakan tanaman yang tersebar di
Indonesia, dan termasuk tumbuhan monokotil dari keluarga Palmae, marga
Metroxylon, dengan ordo Sfadiciflorae. Sagu memiliki kandungan pati yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis Metroxylon lainnya, sehingga sagu banyak
dimanfaatkan dalam berbagai industri pertanian. Saat ini pemanfaatan sagu hanya
terfokus pada pati yang terkandung didalamnya.
Tanaman sagu dapat tumbuh pada berbagai kondisi hidrologi. Bentuk
pohon yang tegak dan kuat dengan ukuran tinggi dan diameter batang yang
berbeda-beda menurut jenis dan umurnya. Pohon sagu yang mulai berbunga
mempunyai tinggi bervariasi antara 10-15 m dan diameter batang mencapai 75 cm
dengan berat berkisar satu ton. Sagu yang umumnya dipanen pada umur antara
10-12 tahun pada waktu tinggi tanaman suda mencapai 10-15 m. Batang sagu
banyak mengandung pati. Pemanenan pati sagu hendaknya pada saat inisiasi
pembentukan bunga (Bintoro, 2008).
Gambar 1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon sago (Bintoro, 2008)
4
Ampas sagu yang didapatakan pada proses pengolahan tepung sagu,
dimana menurut Rumalatu (1981) dalam proses pengolahan tepung sagu diperoleh
tepung dan ampas sagu dengan perbandingan 1: 6. Berdasarkan proporsi tersebut
jumlah ampas sagu yang dihasilkan sebanyak 245.000 ton/hari. Jumlah limbah
yang banyak ini sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal, hanya
dibiarkan menumpuk dilokasi pengolahan tepung sagu sehingga dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah/ampas sagu ini cukup potensial
untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia termasuk kambing.
Gambar 2. Ampas Sagu
Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada limbah sagu seperti; protein
kasar sebesar 3,36%, NDF 67,40%, ADF 42,11 dan energi kasar 3.738 Kkal/kg
relatif sebanding dengan zat nutrisi rumput (Nurkurnia 1989; Trisnowati 1991).
Dengan kandungan zat nutrisi tersebut, maka limbah sagu diperkirakan hanya
mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga untuk pertumbuhan, bunting
dan laktasi diperlukan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan protein dan
energi.
Limbah pengolahan sagu termasuk kategori limbah basah (wet by-
products) karena masih mengandung kadar air 75-80%, sehingga dapat rusak
dengan cepat apabila tidak segera diproses. Perlakuan melalui pengeringan
5
(dijadikan dalam bentuk tepung) dan digunakan sebagai campuran pakan kambing
merupakan teknologi alternatif, sehingga produk tersebut dapat dimanfaatkan
secara lebih efisien.
Bahan pakan sumber energi
1. Dedak padi
Dedak adalah hasil sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan pakan
tersebut sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam pakan ternak.
Kandungan proteinnya juga tinggi yaitu 13%. Dedak halus kaya akan thiamin dan
kandungan lisin yang tinggi (Anggorodi, 1985). Menurut Rasyaf (1990)
kandungan nutrisi dedak padi terdiri atas protein kasar 13,0%, lemak kasar 0,60%,
serat kasar 13,00%, kalsium 0,21%, pspor 1,50% dan energi metabolisme 1890
kkal/kg.
2. Tepung jagung
Dedak jagung adalah limbah dari hasil olahan tanaman jagung, dedak
jagung biasa disebut tepung jagung atau empok jagung. Dedak jagung berbentuk
mash atau tepung berwarna kuning. Dedak jagung mengandung BK 84,98%, PK
9,37%, LK 5,591 %, SK 0,577% dan 81,835% TDN (Hardiyanto, 2004)
3. Kulit buah kakao
Kulit buah kakao berpotensi sebagai sumber pakan alternatif untuk
ruminansia. Potensi KBK di Indonesia cukup besar,baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Kulit buah kakao sebagai pakan sumber serat dapat
menggantikan rumput. Komposisi kimia kulit buah kakao mengandung protein
kasar antara 6,80 – 13,78 %, SDN 55,30 – 73, 90 % dan SDA 38,31 – 58,98%.
6
Selain potensi tersebut, kulit buah kakao juga mengandung anti nutrisi antara lain
lignin, tanin dan theobromine (Puastuti & Yulistiani 2011).
Bahan pakan sumber protein
1. Tepung kepala udang/ tepung rese
Tepung Limbah udang merupakan salah satu bahan penyusun pakan
ternak. Limbah udang mempunyai kandungan zat-zat makanan yang cukup
tinggi, terutama kandungan proteinnya. Tepung limbah udang merupakan produk
limbah yang memiliki kandungan nutrien cukup baik, yaitu energi termetabolis
sebesar 1190 kkal/kg, protein kasar 43,4%, kalsium 7,05%, dan fosfor 1,52%
(Hartadi et al., 1980).
2. Tepung Ikan
Berbagai macam minyak nabati yang sering digunakan untuk pakan lebih
dapat dicerna dari lemak hewan dan mempunyai nilai energi metabolis lebih
tinggi (Anggorodi, 1985). Menurut Scott (1982), kandungan nutrisi tepung ikan
terdiri atas protein kasar 55%, lemak kasar 5,62%, serat kasar 0,41%, kalsium
6,89%, posfor 0,6% dan energi metabolisme 2565 kkal/kg.
3. Tepung Daun Gamal
Pada dasarnya pemanfaatan daun gamal sebagai bahan pakan ternak sangat
menguntungkan karena tanaman jenis leguminosa pohon ini memiliki kandungan
protein yang cukup tinggi. Protein kasar berada diantara 18-30% dan nilai
kecernaan 50-65%. Selain itu cara budidayanya cukup mudah, tetap berproduksi
dengan optimal meskipun kemarau dan dapat memperbaiki kesuburan tanah
(BPTU, 2009). Menurut Smith dan Van Houtert (2000) bahwa daun gamal
7
mempunyai kandungan protein kasar sekitar 23,00 %, serat kasar 20,70 % dan
kalsium 1,71 %.
4. Bungkil kedelai
Bungkil kedalai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil
kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam
amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai
dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan
penggilingan (Anggorodi, 1995). Menurut NRC (1998) kandungan nutrisi bungkil
kedelai terdiri atas protein kasar 43,8%, lemak kasar 1,5%, kalsium 0,32% dan
pospor 0,65%.
Bahan Pakan Pelengkap
1. Urea
Menurut Basir (1990) selain meningkatkan kualitas hijauan, urea juga
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti protein butir-butiran. Urea juga dapat
memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan dan produksi ternak ruminansia.
Menurut Utomo (1991) menyatakan bahwa penggunaan urea dalam pakan ternak
domba sebanyak 4,5% dari pemberian konsentrat belum menunjukkan gejala
keracunan. Namun apabila urea yang diberikan terlalu banyak akan menyebabkan
kenaikan pH rumen dan serum darah yang menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme terhambat.
2. Molases
Molases merupakan hasil samping pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk
fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat,
8
protein dan mineral cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan ternak walaupun
sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak pada aroma dan
rasa, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa memperbaiki aroma dan rasa
pakan (Widayanti dan Widalestari, 1996).
Keuntungan penggunaan molasses untuk pakan ternak adalah kadar
karbohidrat tinggi (48–60% sebagai gula) dan sangat disukai oleh ternak. Tetes
juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi
ternak, sedangkan kelemahannya ialah apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat
menyebabkan diare (Rangkuti et al, 1985).
3. Mineral
Mineral merupakan nutrisi yang esensial selalu digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh
ternak ruminansia terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Dijumpai ada 31 jenis
mineral yang terdapat pada tubuh ternak ruminansia yang dapat diukur tetapi
hanya 15 jenis mineral yang tergolong esesnsial untuk ternak ruminansia. Agar
pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen membutuhkan
15 jenis mineral sensial yaitu 7 jenis mineral esensial makro yaitu Ca, K, P, Mg,
Na, Cl, dan S. Jenis mikroba ada 4 yaitu Cu, Fe, Mn, dan Zn dan 4 jenis mineral
esensial langka yaitu I,Mo, Co, dan Se ( Siregar, 2008).
Pakan komplit
Pakan komplit (Complete feed) adalah campuran semua bahan pakan yang
terdiri atas hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu campuran yang
homogen dan diberikan kepada ternak sebagai satu satunya pakan tanpa tambahan
9
rumput segar. Complete feed dibuat dari hasil samping pertanian seperti jerami
kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi, ampas tebu, ampas sagu, bungkil biji
kapok, dedak padi, onggok kering dan bungkil kopra, pakan tersebut
diformulasikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Wahjuni
dan Bijanti (2006) menjelaskan, Complete feed disusun untuk menyediakan pakan
secara komplit dan praktis dengan pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk
kebutuhan ternak serta dapat ditujukan untuk perbaikan sistem pemberian pakan.
Bahan bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain ;
1). Sumber Sk (jerami, tongkol jagung, pucuk tebu balas), 2). Sumber energi
(dedak padi, kulit kopi, kulit kakao, tapioka tetes ), 3). Sumber protein (bungkil
kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji kapok) dan 4). Sumber
mineral (tepung tulang, garam dapur).
Keuntngan pembuatan pakan lengkap antara lain meningkatkan efisiensi
dalam pemberian pakan dan menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan
yang palatabilitas rendah setelah dicampur konsentrat dapat mendorong
meningkatnya konsumsi. Selain itu, pakan komplit juga lebih menjamin
meratanya distribusi asupan harian pakan, agar fluktuasi kondisi ekosistem
didalam rumen diminimalisir (Tafaj et al., 2007)
Teknologi Pengolahan Pakan
Teknologi pengolahan pakan merupakan suatu cara masyarakat untuk
mempertahanan kualitas pakan dengan cara diolah dan kemudian diawetkan.
Manfaat dari teknologi pengolahan pakan ini antara lain yaitu dapat meningkatkan
kualitas nutrisi limbah sebagai pakan, serta dapat disimpan dalam kurun waktu
10
yang cukup lama sebagai cadangan pakan ternak saat kondisi sulit mendapatkan
pakan hijauan (Saenab, 2010).
Menurut Pfost (1976), keuntungan lain dari Pengolahan pakan menjadi
bentuk pakan tertentu akan meningkatkan daya cerna pakan dan menghilangkan
sifat memilih ternak, membuat kondisi fisik yang baik pada rumen, meningkatkan
efisiensi penggunaan pakan, meningkatkan konversi pertambahan bobot badan
dan sebagai proses awal untuk kegiatan prosesing selanjutnya.
Wafer
Wafer adalah salah satu hasil teknologi pakan sumber serat alami yang
dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan
pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan lebar yang sama
(ASAE, 1994). Wafer pakan dibuat dengan menggunakan mesin pengepres
dengan bantuan panas dan tekanan. Komposisi zat makanan dibuat menyerupai
komposisi hijauan pakan sehingga diharapkan dapat disukai ternak (palatabel) dan
dapat diberikan dengan maksimal serta dapat mengatasi kelangkaan hijauan pada
musim kemarau.
Wafer pakan komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan konsentrat
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat
memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan
dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya (Lalitya, 2004).
Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas diharapkan dapat: (1)
meningkatkan palatabilitas ternak karena bentuknya yang padat, (2) memudahkan
dalam penanganan, pengawetan, penyimpanan, transportasi, dan penanganan
11
hijauan lainnya, (3) memberikan nilai tambah karena selain memanfaatkan limbah
hijauan, juga dapat memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan (4)
menggunakan teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah (Trisyulianti,
1998).
Wafer pada umumnya memiliki warna lebih gelap dibanding warna asal,
hal tersebut disebabkan oleh adanya proses browning secara non enzimatis yaitu
karamelisasi dan reaksi Maillard. Menurut Winarno (1992), karamelisasi terjadi
jika suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan
dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan
sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat,
khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer.
Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menunda
kerusakan suatu barang sebelum barang tersebut dipakai tanpa merubah bentuk
barang tersebut. Penyimpanan segera dilakukan setelah kegiatan panen dan
pengeringan (Winarno dan Laksmi, 1974). Beberapa penelitian telah dilakukan di
Indonesia dengan tujuan mencari cara untuk memanfaatkan limbah pertanian
sebagai pakan. Upaya ini meliputi penggunaan langsung dalam pakan, pengolahan
untuk mempertinggi nilai pakannya, dan pengawetan agar dapat mengatasi
fluktuasi penyediaan (Lebdosukoyo, 1993).
Menurut Soesarsono (1988) tujuan penyimpanan adalah menjaga dan
mempertahankan mutu dari komoditas yang disimpan dengan cara menghindari,
mengurangi ataupun menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan
12
kualitas ataupun kuantitas barang. Penyimpanan yang terlalu lama menurut Hall
(1980) akan berakibat buruk pada bahan pakan yang selanjutnya dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan tersebut.
Waktu penyimpanan cenderung meningkatkan kadar air bahan pakan
ternak, hal ini akan menunjang pertumbuhan jamur dan akan lebih mempercepat
kerusakan bahan makanan ternak. Selain dari pengaruh lama penyimpanan dan
kadar air, perbedaan jumlah koloni jamur yang dihasilkan dapat pula dipengaruhi
oleh faktor lingkungan terutama temperatur dan kelembaban ruang tempat
penyimpanan (Nangudin, 1982).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan bahan pakan ternak
selama penyimpanan antara lain faktor fisik seperti temperatur dan kelembaban
relatif; faktor biologis seperti jamur, kutu, serangga, bakteri, binatang pengerat;
dan faktor kimiawi seperti perubahan komposisi zat-zat makanan dengan
tersedianya oksigen (Hall, 1980). Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi
terhadap perubahan perubahan yang terjadi selama proses penyimpanan. Selama
proses penyimpanan, terjadi perubahan karakteristik dan sifat protein yang
ditandai dengan terjadinya senyawa amonia (Pomeranz, 1974). Kandungan
protein bahan pakan memperngaruhi pertumbuhan jamur.
Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air dan bahan
kering. Bahan kering terdiri dari bahan organik, sedang bahan organic terdiri dari
protein, karbohidrat (BETN dan serat kasar), lemak dan vitamin. Bahan anorganik
adalah minera yang sebagian dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang cukup, baik
13
untuk pembentukan tulang maupun sebagai bahan dari enzim dan hormon (Tilman
dkk, 1991).
Tinggi rendahnya kandungan bahan organik dimungkinkan adanya
fermentasi oleh aktivitas mikroba selama penyimpanan berlangsung yang
menyebabkan terjadinya pemecahan substrat sehingga mempermudah
mikroorganisme yang ada untuk mencerna bahan organik, dan hasil fermentasi
bahan organik melepaskan hasil fermentasi berupa gula, alkohol dan asam-asam
amino dan juga disebabkan oleh aktivitas jasa renik sehingga terjadi perubahan-
perubahan yang mempengaruhi nilai gizi. Hal ini didukung oleh yang menyatakan
bahwa dalam proses fermentasi terjadi perubahan yang mempengaruhi nilai gizi
yaitu karbohidrat dirubah menjadi alcohol, asam organik, air dan CO2, protin
dirubah menjadi ammonia, amida serta terjadi perubahan warna (Wikinson,1988).
Hipotesis
Diduga wafer pakan komplit berbasis ampas sagu memiliki waktu
penyimpanan berbeda sehingga mempengaruhi kandungan bahan kering dan
bahan organik.
14
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2016.
Penelitian dimulai dengan pembuatan pakan yang dilaksanakan di Laboratorium
Industri dan Teknologi Pengolahan. Analisis kandungan Bahan Kering dan Bahan
Organik berdasarkan analisis proksimat di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ampas sagu, dedak
padi, tepung Rese, tepung ikan, tepung daun gamal, mineral, urea,air, molases,
kulit buah kakao, tepung jagung, bungkil kedelai, dan tisu.
Alat yang digunakan antara lain baskom, gunting, pisau, cetakan UMB,
dandang, kompor gas, oven, talang, timbangan pakan, timbangan digital, cawan
porselin dan alat-alat yang digunakan dalam analisis proksimat.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan yang diterapkan yaitu pemberian 4 jenis sumber protein yang berbeda
yaitu :
15
P1 = Wafer pakan komplit mengandung sumber protein tepung ikan
P2 = Wafer pakan komplit mengandung sumber protein tepung rese
P3 = Wafer pakan komplit mengandung sumber protein tepung daun gamal
P4 = Wafer pakan komplit mengandung sumber protein urea
Kandungan nutrisi dari bahan pakan yang digunakan saat penelitian pada
pembuatan wafer pakan komplit berbasis ampas sagu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan Dalam Pembuatan
Wafer
Bahan Pakan
Kandungan Nutrisi (%)
BK PK SK LK TDN Ca P
Ampas Saguc
80,4 1,2 10,8 - 58 - -
Dedak Padib
91,26 9,96 18,51 2,32 55,52 - -
Tepung Resea
86 43,4 13,2 - 35 7,05 1,52
Tepung Ikana
93 67,8 1,7 - 74 3,9 2,6
Tepung Daun Gamalc
27 25,2 18 - 76 0,67 0,19
Mineral Sapi 100 - - - - 16,5 5,2
Urea 100 287 - - - - -
Molasesc
77 5,4 10 0,29 53 1,09 0,12
Tepung Jagunga
86 9,7 4,3 0 72 0,05 0,63
Bungkil Kedelaib
89,41 52,07 25,5 1,01 40,26 0 -
Kulit Buah Kakaoc
88,9 14,6 33 - 47 - -
Sumber : aHartadi, dkk (1991);
bWahyono dan Hardianto (2004);
cSoetanto
(2006).
16
Kompisi bahan tiap perlakuan yang digunakan dalam penelitian terlihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan
Bahan (%) Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Ampas Sagu 45 45 45 45
Dedak Padi 11 12 10 12
Tepung Rese 11 0 0 0
Tepung Ikan 0 6 0 0
Tepung Daun Gamal 0 0 18 0
Urea 0 0 0 1
Mineral 1 1 1 1
Molases 10 10 10 10
Tepung Jagung 6 6 3 10
Bungkil Kedelai
Kulit Buah Kakao
3
13
3
17
5
8
4
17
Total 100 100 100 100
Kandungan nutrisi bahan pakan wafer pakan komplit berbasis ampas sagu
tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan
Keterangan : P1: Penambahan tepung rese. P2 : Penambahan tepung ikan P3: Penambahan tepung
daun gamal P4: Penambahan urea.
Perlakuan Kandungan Nutrisi (%)
P1 P2 P3 P4
BK 78,33 84,37 73,03 84,12
PK 10,99 10,97 10,67 10,68
SK 14,66 14,82 14,99 15,14
LK 0,31 0,34 0,31 0,35
TDN 52,99 56,02 58,56 54,86
Ca 1,05 0,51 0,40 0,28
P 0,27 0,26 0,12 0,13
17
Pelaksanaan penelitian
Prosedur Pembuatan Wafer Pakan Komplit
Ampas sagu dan bahan pakan lainnya dikeringkan dibawah sinar matahari
kemudian digiling kasar. Semua bahan pakan ditimbang setelah diformulasikan,
kemudian dicampur dan di beri uap panas. Saat campuran sudah matang,
dilakukan pencetakan pada bahan menggunakan cetakan UMB. Semua bahan
dicetak dengan berat yang sama yaitu 250 gram. Setelah dicetak, dilakukan
pengovenan sampai kering selama 3x24 jam. Selanjutnya wafer yang telah kering
disimpan dalam suhu ruang. Prosedur pembuatan wafer pakan komplit dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Prosedur pembuatan wafer pakan
Ampas Sagu
Penggilingan
Bahan Pakan
Yang Masih
Kasar
Formulasi
Penimbangan
Wafer Pakan Komplit
Pengeringan/Pengovenan
Pencetakan
Pencampuran bahan
Pengeringan Bahan pakan
yang masih
basah
Pengukusan
(10-15 menit)
18
Parameter yang diukur
Waktu optimal penyimpanan
Penentuan waktu optimal penyimpanan wafer pakan dilakukan dengan
penyimpanan wafer dalam suhu ruang. Kemudian mengamati setiap pagi dan sore
hari untuk melihat tumbuhnya jamur. Setelah tumbuh jamur, mencatat waktu
penyimpanan sampai dengan batas wafer telah ditumbuhi jamur. Menimbang
bahan 50g dengan suhu 60oC selama 3 hari. Kemudian dilakukan analisis
proksimat.
Analisis sampel
Penentuan kadar bahan kering dan bahan oragnik sesuai dengan petunjuan
AOAC (1990) yaitu :
1. Penentuan bahan kering
a. Menimbang kantong (a gram)
b. Sampel sebnayak ± 100 gr dimasukkan kedalam kantong dan dicetak berat
sampel bersama kantong (b gram)
c. Kemudian dikeringkan didalam oven pada suhu 1050C dan setelah kering
didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali (c gram)
BK =c − a
b − 𝑎 𝑥 100%
Keterangan :
a = berat kantong kosong (g)
b = berat kantong + sampel sebelum dioven (g)
c = berat kantong + sampel setelah dioven (g)
19
2. Penentuan kadar bahan organik
a. Cawan porselin bersama sampel dalam penetapan kadar bahan kering
dimasukkan kedalam tanur listrik
b. Suhunya diatur menjadi 6000C kemudian dibiarkan 3 jam sampai menjadi
abu betul
c. Dibiarkan agak dingin kemudian dimasukkan kedalam desikator selama
½
Rumus yang digunakan adalah
Kadar abu =d−a
c−a x 100%
BO =100% - Kadar abu
Keterangan :
a = berat cawan kosong (g)
b = berat cawan + sampel seteah dioven (g)
c = berat cawan + sampel setelah ditanur
Pengolahan Data
Data yang diperoleh dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model
matematikanya sebagai berikut (Gasperz, 1994) :
Yij = µ + T i + ɛ ij
Keterangan : Yij = nilai pengamatan dari perlakuan pada penggunaan sumber
protein ke- i dengan ulangan ke- j ( j = 1,2,3,4 )
µ = nilai rata-rata umum
T i = pengaruh perlakuan ke- i ( i = 1,2,3,4 )
ɛ ij = galat percobaan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke- j
Jika perlakuan berpengaruh nyata maka diuji lebih lanjut dengan
menggunakan Uji Duncan (Gasperz, 1994).
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian waktu optimal penyimpanan wafer pakan komplit berbasis
ampas sagu dengan perlakuan pemberian sumber protein berbeda, yang terdiri dari
tepung rese, tepung ikan, tepung daun gamal dan urea, masing-masing dari
perlakuan menunjukkan respon yang berbeda pada setiap parameter yang diamati.
Waktu Optimal Penyimpanan
Hasil analisis ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pada lama
penyimpanan (hari) hingga terinfeksi jamur pada wafer pakan komplit
menunjukkan hasil yang berbeda.
Tabel 4. Rataan waktu awal tumbuhnya jamur pada pakan komplit berbasis ampas
sagu (hari)
Parameter Perlakuan (sumber protein berbeda)
P1 P2 P3 P4
Lama
penyimpanan 7,30
a ± 0,50 22,50
b ± 0,57 25,00
c ± 1,41 28,00
d ± 2,30
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
P1: Penambahan tepung rese. P2 : Penambahan tepung ikan P3: Penambahan
tepung daun gamal P4: Penambahan urea.
Sidik ragam menunjukkan bahwa pakan komplit berbasis ampas sagu
dengan pemberian sumber protein berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
waktu awal tumbuhnya jamur. Waktu awal tumbuh yang menandakan untuk
penyimpanan paling baik yaitu pada perlakuan P4 dengan waktu penyimpanan 28
hari.
Waktu awal tumbuh jamur pada perlakuan P4 paling lama yaitu 28 hari
dan tercepat P1 dengan 7,30 hari. Hal ini karena perlakuan P1 dengan
penambahan sumber protein tepung rese, sebelum pembuatan wafer pakan telah
21
mengalami kerusakan. Selain itu, wafer pakan perlakuan P1 memiliki kerapatan
yang lebih renggang dibanding perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan Jayusmar
(2000), suhu dan tekanan mesin pencetak berpengaruh terhadap kerapatan wafer.
Wafer pakan yang mempunyai kerapatan tinggi akan memberikan tekstur yang
padat dan keras sehingga mudah dalam penanganan baik penyimpanan dan
goncangan saat transportasi dan diperkirakan akan lebih lama dalam
penyimpanan. Sebaliknya kerapatan wafer yang rendah akan memperlihatkan
bentuk wafer pakan tidak padat dan teksturnya yang lebih lunak serta berongga,
sehingga menyebabkan terjadinya sirkulasi udara dalam tumpukan selama
penyimpanan dan diperkirakan hanya dapat bertahan lebih singkat, dikarenakan
cepat ditumbuhi jamur.
Pakan yang sudah ditumbuhi jamur kualitasnya menurun sehingga tidak
baik lagi diberikan untuk ternak. Hal ini sesuai dengan Syarief (1985) yang
menyatakan bahwa adanya aktivitas biologis dan mikrobiologis yang
mengakibatkan tumbuhnya jamur selama penyimpanan yang dapat menghasilkan
toksin sehingga pada akhirnya akan menurunkan kualitas pakan. Tujuan
penyimpanan adalah menjaga dan mempertahankan mutu dari komoditas yang
disimpan dengan cara menghindari, mengurangi ataupun menghilangkan berbagai
faktor yang dapat menurunkan kualitas ataupun kuantitas barang (Soesarsono,
1988). Penyimpanan yang terlalu lama menurut Hall (1980) akan berakibat buruk
pada bahan pakan yang selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pakan tersebut.
22
Wafer pakan komplit berbasis ampas sagu yang telah di tumbuhi jamur
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Wafer pakan yang telah ditumbuhi jamur
Keterangan ; P1 : Penambahan tepung rese. P2 : Penambahan tepung ikan P3:
Penambahan tepung daun gamal P4: Penambahan urea.
Bahan Kering dan Bahan Organik
Rataan kandungan bahan kering dan bahan organik pakan komplit berbasis
ampas sagu yang diberi bahan pakan sumber protein berbeda (Tabel 5). Sampel
yang diambil untuk menentukan bahan kering dan bahan organik pada setiap
perlakuan, diperoleh sesaat setelah tampak jamur pada permukaan wafer, sehingga
waktu penyimpanan setiap perlakuan berbeda.
P1
P4 P3
P2
23
Tabel 5. Rataan kandungan bahan kering dan bahan organik wafer pakan komplit
berbasis ampas sagu.
Parameter
(%)
Perlakuan (sumber protein berbeda)
P1 P2 P3 P4
Bahan kering
(as fed) 89,25
b±1,91 86,80
a±1,92 86,55
a±0,91 85,50
a±0,90
Bahan organik 89,28a±0,07 90,36
b±0,26 91,43
d±0,13 90,69
c±0,14
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
P1: Penambahan tepung rese dengan lama simpan 7,30 hari P2 : Penambahan
tepung ikan dengan lama simpan 22,50 hari P3: Penambahan tepung daun gamal
dengan lama simpan 25,00 hari P4: Penambahan urea dengan lama simpan 28,00
hari.
Sidik ragam menunjukkan bahwa pakan komplit berbasis ampas sagu
dengan pemberian sumber protein berbeda berpengaruh nyata P<0,05) terhadap
kandungan bahan kering dan bahan organik. Rataan kandungan bahan kering pada
perlakuan P1= 89,25 P2= 86,80 P3= 86,55 P4=85,50. Sedangkan rataan
kandungan bahan organik pada perlakuan P1= 89,28 P2=90,36 P3=91,43
dan
P4=90,69.
Kandungan bahan kering lebih tinggi pada perlakuan P1 dibandingkan
perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan masa tumbuh jamur lebih cepat pada
permukaan wafer yang disebabkan oleh bahan yang digunakan. Tepung rese
merupakan sumber protein yang digunakan pada perlakuan P1 yang telah
mengalami kerusakan sebelum pembuatan wafer pakan, sehingga waktu
tumbuhnya jamur lebih cepat. Tingginya kandungan bahan kering pada perlakuan
P1 disebabkan oleh lama simpan dan waktu oven lebih cepat dibanding perlakuan
P2, P3 dan P4.
24
Pembuatan wafer pakan komplit bertujuan untuk menghasilkan pakan
yang lebih kompleks dari segi kandungan nutrisi dan lebih mudah dalam
penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Basymeleh (2009) bahwa
keuntungan pakan dalam bentuk wafer adalah kualitas nutrisi lengkap, bahan baku
dari hijauan makanan ternak dan juga dapat memanfaatkan limbah pertanian,
perkebunan atau limbah. Wafer memudahkan dalam penanganan penyimpanan
dan transportasi karena bentuknya padat kompak serta ketersediaannya
berkesinambungan karena dapat dibuat pada musim hujan maupun musim
kemarau.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu optimal
penyimpanan wafer pakan komplit paling baik yaitu perlakuan pemberian sumber
protein berupa urea dengan lama penyimpanan 28 hari. Kandungan bahan kering
pada perlakuan pemberian sumber protein tepung rese lebih tinggi di bandingkan
perlakuan lainnya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cara pengaplikasian ke
ternak untuk melihat pengaruh pemberian sumber protein berbeda terhadap
kandungan bahan kering dan bahan organik wafer pakan komplit berbasis ampas
sagu terhadap daya cerna ternak khususnya ternak ruminansia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Analytica Chemists. 1990.Official Methods of Analysis.
Association of Official analytical Chemists,Washinton DC.
Basir, H. J. 1990. Penggunaan Limbah Pertanian sebagai Pakan Ternak, Laporan
Penelitian Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Syiah
Kuala Darussalam. Banda Aceh.
Basymeleh, S. 2009. Pengaruh jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan
terhadap sifat fisik wafer. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Bintoro, V.P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk.
Universitas Diponegoro. Semarang.
BPTU-Balai Pembibitan Ternak Unggul. 2009. Pemanfaatan tanaman gamal
sebagai pakan. Palembang.
Goldblatt, L.A. 1969. Introduction of Aflatoxin. In: L.A. Goldblatt (ed.).
Aflatoxin Scientitic Background, Control and Implication. Academic
Press, New York.
Hall, C.W. 1980. Drying and Storage of Agricultural Crops. The AVI publishing
co., Inc Westport. Connecticut.
Hardianto, R. 2004. Petunjuk Teknis Pembuatan Pakan Lengkap untuk Ternak
Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Barat.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman. 1980. Tabel Komposisi Pakan
Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hartadi, H., Tillman, A.D., Reksohadiprodjo, S., Lebdosukojo, S., Kearl, L.C.,
dan Harris, L.E. 1991. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan ternak
untuk indonesia. Data Ilmu Makanan Untuk Indonesia. International
Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station. Utah State
University Logan, Utah. 67-102.
Jayusmar. 2000. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik
wafer ransum komplit dari limbah pertanian sumber serat dan leguminosa
untuk ternak ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.Lalitya, D. 2004. Pemanfaatan Serabut Kelapa Sawit
Dalam Wafer Ransum Komplit Domba. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
27
Lebdosukoyo, S. 1993. Pemanfaatan limbah pertanian untuk menunjang
kebutuhan pakan ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar.
National Research Council (NRC). 1998. Nutrient Requirements of Poultry.
Nutrient Requirments of Domestic Animal,Tenth Revised
Edition.National Academy Press. Washingthon DC
Nangudin, B. 1982. Pengaruh lama penyimpanan bahan makanan dalam beberapa
macam pembungkus terhadap pertumbuhan jamur dan hubungannya
dengan aflatoksin. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Nurkurnia, E. 1989. Hasil Fermentasi Rumen Kambing Kacang Betina dengan
Pemberian Beberapa Tingkat Ampas Sagu (Metroxylon sp) dalam
Ransum. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Puastuti W, D. Yulistiani. 2011. Utilization of urea and fish meal in cocoa pod
silage based rations to increase the growth of Etawah crossbred goats. In:
Ali A, Kamil KA, Alimon AR, Orskov, Zentek J, Tanuwiria UH, editors.
Proc 2nd Int Semin AINI Feed Saf Heal Food. Jatinangor, July 6-7, 2011.
Bandung (Indonesia): Padjadjaran University.p. 463-469.
Pomeranz, Y. 1974. Biochemical, functional and nutritive changes during storage.
In : C. M. Christensen (ed). Storage of Cereal Chemist, St. Paul,
Minnesota.
Rangkuti, M., A. Musofie., P. Sitorus, I. 1985. Pemanfaatan daun tebu untuk
pakan ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Hasil samping Tebu
untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. 5 Maret 1985, Grati.
Rasyaf, M., 1990. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius
Rumalatu, F.J. 1981. Distribusi dan Potensi Pati Beberapa Sagu (Metroxylon sp)
di Daerah Seram Barat. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian/Kehutanan
yang Berafiliasi dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Bogor
Saenab, A. 2010. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Sayuran Pasar Sebagai Pakan
Ternak Ruminansia Di DKI Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Jakarta.
Scott, M.L, M.C. Neisheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of Chiken. 3rd
Edition, Published M, L Scott and Associates. Ithaca. New York.
28
Smith dan Van Houtret (2000). The feeding value of Gliricidia sepium. A Jour.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. Fakultas
Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soetanto, H. 2006. Kebutuhan gizi ternak ruminansia menurut stadia
fisiologisnya. http://blog.ub.ac.id/dithanovi/files/2013/01/kebutuhan-gizi-
ternak-ruminansia. pdf. Diakses pada tanggal 25 Mei 2016.
Sofyan, L. A. dan L. Abunawan. 1974. Kimia Makanan Ternak. Proyek
Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana
Tafaj, M.Q. Zebeli, C.H. Baes, H. Steingass and W.D Rochner. 2007. A meta-
analysis examining effects of particle size of total mixed rations on
intake, rumen digestion and milk production in high-yielding dairy cows
at early lactation. Anim. Feed Sci. 138 : 137-161.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Trisyulianti, E. 1998.Pembuatan wafer rumput gajah untuk pakan ruminansia
besar. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Utomo. B. 1991. Ekologi benih. USU Press, Medan. Karya ilmiah. Hal 32.
Wahjuni, R.S., dan R. Bijanti. 2006. Uji Efek Samping Formula Pakan Komplit
Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Pedet Sapi Fries Holstein. Media
Kedokteran Hewan. 22 (3) : 174-178
Widayanti, E dan Y. Widalestari. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak.. Trubus
Agrisarana, Surabaya.
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G. dan B.S. Laksmi. 1974. Dasar-dasar pengawetan, sanitasi dan
keracunan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fatemetea. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Yunizal, J.T. Murtini, N.Dolaria, B. Purdiwoto., Abdulrokhim dan Carkipan.
1998. Prosedur Analisa Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil
Perikanan. Instalasi Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
29
Lampiran 1. SPSS
Lama penyimpanan
Descriptives
Lama penyimpanan
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minim
um
Maxim
um
Lower
Bound
Upper
Bound
1 4 7.2500 .50000 .25000 6.4544 8.0456 7.00 8.00
2 4
22.500
0 .57735 .28868 21.5813 23.4187 22.00 23.00
3 4
25.000
0 1.41421 .70711 22.7497 27.2503 24.00 27.00
4 4
28.000
0 2.30940
1.1547
0 24.3252 31.6748 26.00 30.00
Tota
l 16
20.687
5 8.35638
2.0891
0 16.2347 25.1403 7.00 30.00
ANOVA
lamapenyimpanan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1023.688 3 341.229 172.411 .000
Within Groups 23.750 12 1.979
Total 1047.438 15
Test of Homogeneity of Variances
lamapenyimpanan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
11.971 3 12 .001
30
Lamapenyimpanan
perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana 1 4 7.2500
2 4 22.5000
3 4 25.0000
4 4 28.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:lamapenyimpanan
(I)
perla
kuan
(J)
perla
kuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
LSD 1 2 -15.25000* .99478 .000 -17.4174 -13.0826
3 -17.75000* .99478 .000 -19.9174 -15.5826
4 -20.75000* .99478 .000 -22.9174 -18.5826
2 1 15.25000* .99478 .000 13.0826 17.4174
3 -2.50000* .99478 .027 -4.6674 -.3326
4 -5.50000* .99478 .000 -7.6674 -3.3326
3 1 17.75000* .99478 .000 15.5826 19.9174
2 2.50000* .99478 .027 .3326 4.6674
4 -3.00000* .99478 .011 -5.1674 -.8326
4 1 20.75000* .99478 .000 18.5826 22.9174
2 5.50000* .99478 .000 3.3326 7.6674
3 3.00000* .99478 .011 .8326 5.1674
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
31
Bahan kering
Descriptives
bahankering
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minim
um
Maxim
um
Lower
Bound
Upper
Bound
1 4
89.250
0 1.91398 .95699 86.2044 92.2956 86.80 91.40
2 4
86.800
0 1.92527 .96264 83.7365 89.8635 84.80 89.40
3 4
86.550
0 .91469 .45735 85.0945 88.0055 85.20 87.20
4 4
85.500
0 .90185 .45092 84.0650 86.9350 84.20 86.20
Tota
l 16
87.025
0 1.95397 .48849 85.9838 88.0662 84.20 91.40
Test of Homogeneity of Variances
bahankering
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.742 3 12 .547
ANOVA
bahankering
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 30.210 3 10.070 4.466 .025
Within Groups 27.060 12 2.255
Total 57.270 15
32
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:bahankering
(I)
perla
kuan
(J)
perla
kuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
\LSD 1 2 2.45000* 1.06184 .040 .1365 4.7635
3 2.70000* 1.06184 .026 .3865 5.0135
4 3.75000* 1.06184 .004 1.4365 6.0635
2 1 -2.45000* 1.06184 .040 -4.7635 -.1365
3 .25000 1.06184 .818 -2.0635 2.5635
4 1.30000 1.06184 .244 -1.0135 3.6135
3 1 -2.70000* 1.06184 .026 -5.0135 -.3865
2 -.25000 1.06184 .818 -2.5635 2.0635
4 1.05000 1.06184 .342 -1.2635 3.3635
4 1 -3.75000* 1.06184 .004 -6.0635 -1.4365
2 -1.30000 1.06184 .244 -3.6135 1.0135
3 -1.05000 1.06184 .342 -3.3635 1.2635
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
Bahankering
perlak
uan N
Subset for alpha =
0.05
1 2
Duncana 4 4 85.5000
3 4 86.5500
2 4 86.8000
1 4 89.2500
Sig. .267 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
33
Bahan organik
Descriptives
Bahan
organik
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minim
um
Maxim
um
Lower
Bound
Upper
Bound
1 4
89.280
0 .06976 .03488 89.1690 89.3910 89.20 89.36
2 4
90.362
5 .26424 .13212 89.9420 90.7830 90.02 90.59
3 4
91.427
5 .13099 .06549 91.2191 91.6359 91.26 91.58
4 4
90.687
5 .14033 .07016 90.4642 90.9108 90.51 90.80
Tota
l 16
90.439
4 .81186 .20296 90.0068 90.8720 89.20 91.58
ANOVA
bahanorganik
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.552 3 3.184 114.182 .000
Within Groups .335 12 .028
Total 9.887 15
Test of Homogeneity of Variances
bahanorganik
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.935 3 12 .077
34
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:bahanorganik
(I)
perlak
uan
(J)
perlak
uan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
LSD 1 2 -1.08250* .11808 .000 -1.3398 -.8252
3 -2.14750* .11808 .000 -2.4048 -1.8902
4 -1.40750* .11808 .000 -1.6648 -1.1502
2 1 1.08250* .11808 .000 .8252 1.3398
3 -1.06500* .11808 .000 -1.3223 -.8077
4 -.32500* .11808 .018 -.5823 -.0677
3 1 2.14750* .11808 .000 1.8902 2.4048
2 1.06500* .11808 .000 .8077 1.3223
4 .74000* .11808 .000 .4827 .9973
4 1 1.40750* .11808 .000 1.1502 1.6648
2 .32500* .11808 .018 .0677 .5823
3 -.74000* .11808 .000 -.9973 -.4827
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
bahanorganik
perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana 1 4 89.2800
2 4 90.3625
4 4 90.6875
3 4 91.4275
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
35
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Proses pembuatan wafer
Gambar 1. Penimbangan
bahan
Gambar 2. Pencampuran
bahan
Gambar 3. pengukusan
Gambar 4. Penimbangan
bahansebelum dicetak
Gambar 5. Proses
pencetakan wafer
Gambar 6. pengovenan
Gambar 7. Wafer pakan
komplit
36
Analisis bahan kering bahan organik
Gambar 8.
Penggilingan bahan
Gambar 9.
Penimbangan
Gambar 10.
Pengovenan
Gambar 11. Desikator Gambar 12. Penimbangan setelah ditanur
37
RIWAYAT HIDUP
Zuhranis Rustan, lahir di Enrekang pada tanggal 23
Oktober 1994, anak Pertama dari pasangan bapak Rustan
Efendi dan ibu Husnaeni.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah
pendidikan tingkat dasar di bangku Sekolah Dasar 32 Cece (2006), kemudian
melanjutkan pendidikan menengah pertama pada Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Alla (2009). Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas pada
Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri Rappang (2012). Setelah itu melanjutkan
pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui SNMPTN jalur Tertulis
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.