108
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA BAGIAN GILING ROKOK DI PT NOJORONO KUDUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Febry Candra Adityana NIM. 6450408087 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN 2013

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

i

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI

KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

WANITA BAGIAN GILING ROKOK

DI PT NOJORONO KUDUS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Febry Candra Adityana

NIM. 6450408087

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

2013

Page 2: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

ii

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakltas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang

Januari 2013

Abstrak

Febry Candra Adityana

Hubungan antara Status Gizi dan Motivasi Kerja dengan Produktivitas

Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus.

XII + 94 halaman + 13 tabel + 9 gambar + 16 lampiran

Dalam kondisi perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dan

pesaingan pasar yang semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan

produktif. Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting

sebagai pelaku dan tujuan pembangunan karena dituntut adanya sumber daya

manusia yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi. Salah satu dari

faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tinggi adalah Status Gizi dan

Motivasi Kerja. Dengan adanya Status Gizi dan Motivasi Kerja yang baik tenaga

kerja mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dan

Motivasi Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di

PT Nojorono Kudus.

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada pada bagian

Giling rokok di PT Nojorono Kudus. Teknik pengambilan sampel dengan metode

Purposive sampling dan menggunakan rumus Stanlay Lemeslow sehingga

didapatkan jumlah sampel 69 pekerja sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Instrumen dalam penelitian ini adalah pengukuran Status Gizi dengan menggunakan

microtois, timbangan injak, dan pengisian kuesioner Motivasi Kerja. Analisis data

dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji Chi-Square dengan α=

0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara Status Gizi

dengan Produktivitas Kerja (p-value 0,003) serta nilai kolerasi r = 0,333 yang berarti

ada hubungan rendah dan Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja (p-value 0,002)

serta nilai kolerasi r = 0,345 yang berarti ada hubungan rendah.

Saran yang diberikan kepada Pimpinan PT Nojorono Kudus adalah

hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan status gizi kerja

dengan tidak mengganti jatah makan tambahan dengan uang sehingga program gizi

kerja dapat tercapai serta peningkatan motivasi kerja untuk memperoleh

produktivitas yang tinggi, yaitu dengan peningkatan kualitas pengawasan dan

pembayaran atau gaji serta memberikan penilaian work performance indikator secara

rutin bagi karyawan sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.

Kata Kunci : Status Gizi, Motivasi Kerja, Produktivitas Kerja

Kepustakaan : 29 (1994-2009)

Page 3: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

iii

Public Health Departement

Sport Science Faculty

Semarang State University

January 2013

Abstract

Febry Candra Adityana

The relationship between Nutritional Status and Working Motivation with

Productivity the Woman Part Milled Smoking PT Nojorono Kudus.

XIII + 94 pages +13 tables + 9 figure + 16 appendices

In development progress towards industrialization and rivalry of the market

getting tougher, the healthy and productive labors are very needed. Labor has a role

and a very important positions as principals and development object as required the

presence of qualified human resources and having productivity. One of the factors

that may affect the high productivity is the nutritional status and working motivation.

The nutritional status and good working motivation of labor may able to increase

prosperity and competitiveness in the era of globalization. The purpose of this

research is to to find out the relationship between nutritional status and working

motivation with the women labor productivity in cigarette milling sector at PT

Nojorono Kudus.

The type of this research is observational analytic with cross sectional

approach. The population in this research is the entire labors who work in cigarette

milling sector at PT Nojorono Kudus. The technical sampling by using purposive

sampling method and stanlay lemeslow formula, so it can be obtained that there are

69 workers as the entire samples according to the criteria that have been settled. The

instrument of this research is the nutritional Status measurement by using microtois,

the scales of stampede, and filling the questionnaire working motivation. Data

analysis was done by univariate and bivariat (using Chi-Square with α= 0,05).

The conclusion from this study that there is a relationship between nutritional

Status and work productivity (p-value of 0.003) as well as the value of correlatioan r

= 0.333 which means that there is a low connection and working motivation with

work productivity (p-value of 0.002) as well as the value of correlatioan r = 0,345

which means that there is a low connection.

The advice might be given to the menegement of PT Nojorono Kudus is he

should do the effort to maintain and improve the nutritional status of work with an

extra meal ration does not replace with money so that the work can be accomplished

nutrition programs as well as increased motivation of working to achieve high

productivity, increased quality of surveillance and payment or salary and provide

assessment of work performance indicators routinely for employees so as to enhance

motivation in work.

Keywords : Nutritional Status, Working Motivation, Work Productivity

Librarianship : 29 (1994-2009)

Page 4: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

iv

PENGESAHAN

Telah disidangkan di hadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama:

Nama : Febry Candra Adityana

NIM : 6450408087

Judul : Hubungan Antara Status Gizi dan Motivasi Kerja dengan

Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT

Nojorono Kudus

Pada hari : Senin

Tanggal : 6 Mei 2013

Panitia Ujian:

Ketua, Sekretaris,

Drs. H. Harry Pramono, M.Si. Irwan Budiono, S.KM., M.Kes.

NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19751217 200501 1 003

Dewan Penguji Tanggal

Ketua, Evi Widowati, S.KM., M.Kes.

NIP. 19830206 200812 2 003

Anggota, Drs. Sugiharto, M.Kes.

(Pembimbing Utama) NIP. 19550512 198601 1 001

Anggota, Drs. Bambang Wahyono, M.Kes.

(Pembimbing Pendamping) NIP. 19600610 198703 1 002

Page 5: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari urusanmu, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan

hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap, (Qs Al-Insirah: 6-8)”.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya pesembahkan kepada:

1. Ayahnda Suyono dan Ibunda Ngatini

2. PT Nojorono Kudus.

3. Almamater Unnes.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-

Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Status Gizi dan Motivasi

Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT

Nojorono Kudus” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri

Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini,

dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs. H.

Harry Pramono, M.Si, atas Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing

Skripsi.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., atas ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Ibu Dr. dr. Hj. Oktia Woro K.H., M.Kes., atas

persetujuan penelitian.

4. Pembimbing I, Bapak Drs. Sugiharto, M.Kes., atas bimbingan, arahan serta

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Pembimbing II, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes., atas bimbingan, arahan

serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala HRD PT. Nojorono Kudus, Bapak Dwi Widodo, atas ijin penelitian.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

vii

7. Kepala Bagian SKT PT. Nojorono Kudus, Bapak D. Hardiyanto, atas ijin

penelitian.

8. Kepala BAPPEDA Kudus, Bapak Mas’ut SH., M.Hum., atas ijin penelitian.

9. Ayahnda Suyono dan Ibunda Ngatini, atas do’a, pengorbanan dan motivasi baik

moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Adikku (Deby), atas do’a, motivasi dan semangat sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

11. Teman Kos (Angga, Habib, Siget, Riza, Nizar), atas masukan dan motivasinya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Teman diskusi (Agung, Aripta, Nugroho, Andhika, Irkhas, Reza, Yoga, Chris,

Hilda, Chandra) atas kebersamaan, bantuan dan motivasinya dalam penyusunan

skripsi ini.

13. Teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2008, atas masukan serta

motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas masukannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya

selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, Mei 2013

Penyusun

Page 8: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iii

PERSETUJUAN .................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.5 Keaslian Penelitian ....................................................................................... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 9

2.1 Pengertian Produktivitas Kerja ...................................................................... 9

2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja ................................. 9

2.3 Pengertian Status Gizi ................................................................................... 16

Page 9: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

ix

2.4 Pengertian Motivasi Kerja ............................................................................. 22

2.5 Pengukuran Produktivitas .............................................................................. 29

2.6 Kerangka Teori .............................................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 32

3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 32

3.2 Variabel Penelitian......................................................................................... 33

3.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 33

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .................................. 34

3.5 Rancangan Penelitian..................................................................................... 34

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 35

3.7 Sumber Data Penelitian ................................................................................. 37

3.8 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 37

3.9 Validitas dan Reliabilitas ............................................................................... 38

3.10 Pengambilan Data .......................................................................................... 38

3.11 Pelaksanaan Pengambilan Data ..................................................................... 39

3.12 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 43

4.1 Diskripsi Data ................................................................................................ 43

4.2 Hasil Penelitian .............................................................................................. 45

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 52

5.1 Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita

Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus................................................ 52

Page 10: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

x

5.2 Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita

Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus................................................ 54

5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 58

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 59

6.1 Simpulan ........................................................................................................ 59

6.2 Saran .............................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 61

LAMPIRAN ........................................................................................................... 63

Page 11: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1: Keaslian Penelitian................................................................................. 6

Tabel 1.2: Perbedaan Penelitian .............................................................................. 7

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ........................... 34

Tabel 3.2: Pelaksanaan Kegiatan Pengambilan Data .............................................. 40

Tabel 3.3: Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi................................ 42

Tabel 4.1: Distribusi Responden berdasarkan Usia ................................................ 44

Tabel 4.2: Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja ..................................... 45

Tabel 4.3: Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi ...................................... 46

Tabel 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Motivasi Kerja................................ 47

Tabel 4.5: Distribusi Responden berdasarkan Aspek Motivasi Kerja .................... 48

Tabel 4.6: Distribusi Responden berdasarkan Produktivitas Kerja ........................ 48

Tabel 4.7: Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja ..................... 50

Tabel 4.8: Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja .............. 51

Page 12: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Kerangka Teori .................................................................................. 31

Gambar 3.1: Kerangka Konsep ............................................................................... 32

Gambar 4.1: Distribusi Responden berdasarkan Usia ............................................ 44

Gambar 4.2: Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja ................................. 45

Gambar 4.3: Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi .................................. 46

Gambar 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Motivasi Kerja............................ 47

Gambar 4.5: Distribusi Responden berdasarkan Produktivitas Kerja .................... 49

Gambar 4.6: Distribusi Responden berdasarkan Hubungan antara Status Gizi

dengan Produktivitas Kerja ................................................................ 50

Gambar 4.7: Distribusi Responden berdasarkan Hubungan antara Motivasi Kerja

dengan Produktivitas Kerja ................................................................ 51

Page 13: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Kuesioner Motivasi Kerja................................................................... 63

Lampiran 2: Daftar Identitas Responden ................................................................ 66

Lampiran 3: Daftar Status Gizi Responden ........................................................... 68

Lampiran 4: Daftar Motivasi Kerja Responden ...................................................... 70

Lampiran 5: Perhitungan Interpretasi Skor Kuesioner Penelitian........................... 72

Lampiran 6: Data Produktivitas Kerja Responden.................................................. 78

Lampiran 7: Hasil Analisis Univariat ..................................................................... 81

Lampiran 8: Hasil Analisis Bivariat ........................................................................ 83

Lampiran 9: Surat Keputusan Dosen Pembimbing ................................................. 86

Lampiran 10: Surat Ijin Observasi dari FIK UNNES ............................................. 87

Lampiran 11: Surat Ijin Penelitian dari FIK UNNES ............................................. 88

Lampiran 12: Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas Kabupaten Kudus ....... 89

Lampiran 13: Surat Ijin Penelitian dari BAPEDA Kabupaten Kudus .................... 90

Lampiran 14: Surat Keterangan Diijinkan Penelitian dari BAPEDA ..................... 91

Lampiran 15: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .......................... 92

Lampiran 16: Dokumentasi ..................................................................................... 93

Page 14: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kondisi perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dan

pesaingan pasar yang semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan

produktif. Searah dengan hal tersebut, kebijakan pembangunan dibidang kesehatan

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh

masyarakat, termasuk masyarakat tenaga kerja. Tenaga kerja memiliki peranan dan

kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan karena

dituntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai produktivitas

yang tinggi. Tenaga kerja yang demikian mampu meningkatkan kesejahteraan dan

daya saing di era globalisasi (Anies, 2005:23).

Seiring dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

era globalisasi ini, setiap negara termasuk bangsa Indonesia menghadapi tantangan

untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada pada saat ini. Manusia dalam

pekerjaannya tidak merupakan mesin yang bekerja begitu saja, tanpa perasaan,

pikiran dan kehidupan sosial. Manusia adalah suatu yang paling komplek. Manusia

memiliki rasa suka dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut, dan lain-lain

sebagainya. Manusia mempunyai kehendak, kemampuan, angan-angan, dan cita-cita.

Manusia memiliki dorongan hidup tertentu. Selain itu, manusia mempunyai pikiran

dan pertimbangan, yang menentukan sikap dan pendiriannya dan manusia juga

mempunyai pergaulan hidup, baik di rumahnya, atau di tempat kerjanya, maupun di

masyarakat luas. Maka demilkian seorang tenaga kerja memliki perasaan, pikiran,

Page 15: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

2

dan kehidupan sosial seperti itu. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan pengaruh

yang tidak sedikit terhadap kepada keadaan pekerja dalam pekerjaannya (Suma’mur

P.K., 1996:207).

Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi kerja

seseorang. Tubuh memerlukan zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, yang

banyak sedikitnya keperluan ini sangat tergantung pada usia, jenis kelamin,

lingkungan dan beban yang diderita oleh seseorang. Zat makanan tersebut diperlukan

juga untuk pekerjaan dan meningkatkan sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan.

Pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya adalah makanan (Suma’mur P.K.,

1996:50).

Seseorang tenaga kerja dengan sikap mental, motivasi yang tinggi serta

disiplin dan etos kerja yang tinggi akan selalu memacu dirinya untuk bekerja lebih

produktif. Motivasi kerja adalah dorongan kehendak yang ada dalam diri tenaga

kerja untuk berperilaku meningkatkan produktivitas kerja. Motivasi ini didasarkan

atas adanya keyakinan bahwa bekerja produktif akan memberikan manfaat bagi

dirinya (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:265).

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata

maupun fisik (barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja,

’’produktivitas adalah ukuran efisiensi produk. Suatu perbandingan antara hasil

keluaran dan masukan atau output:input. Masukan sering dibatasi dengan tenaga

kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai

(Muchdarsyah Sinungan, 2003:12).

Bagi perusahaan, tenaga kerja merupakan aset yang sangat menentukan

aspek keberhasilan, baik dalam rangka memperoleh keuntungan perusahaan maupun

dalam rangka kelangsungan perusahaan dan pengembangan usaha lebih lanjut. Untuk

Page 16: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

3

itu perusahaan perlu memiliki sumber daya manusia yang mempunyai etos kerja

yang tinggi, keahlian, keterampilan, semangat dan profesionalisme yang tinggi pula.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia

memegang peranan yang utama dalam proses peningkatan produktivitas kerja (A.M.

Sugeng Budiono, dkk., 2003:244).

Pendapat Suterneister menyatakan bahwa produktivitas sekitar 90%

bergantung kepada kinerja tenaga kerja, dan yang 10 % bergantung kepada

perkembangan teknologi dan bahan mentah. Selanjutnya kinerja tenaga kerja 80-90

% bergantung kepada motivasi bekerja dan yang 10-20% bergantung kepada

kemampuannya, motivasi tenaga kerja untuk 50% bergantung kepada kondisi sosial,

40% bergantung kepada kebutuhan dan 10% bergantung kepada kondisi fisik

(Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:275).

PT Nojorono adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang rokok

yang berada di Kabupaten Kudus. Perusahaan tersebut mempunyai banyak tenaga

kerja yang tersebar dalam beberapa bagian khususnya pada bagian giling dan batil.

Rata-rata mereka bekerja selama 9,5 jam dalam sehari. Semua aktivitas dimulai jam

06.00 WIB sampai dengan 15.30 WIB. Berdasarkan observasi awal pada bulan April

didapatkan hasil bahwa dari 10 responden terdapat 6 responden yang Status Gizinya

tidak memenuhi syarat, yaitu dengan menunjukkan hasil 4 responden dengan kriteria

gemuk dan 2 responden dengan kriteria kurus. Kemudian observasi kedua dilakukan

pada bulan november untuk mengetahui hasil produksi pada bulan Agustus,

September, dan Oktober 2012. Dari hasil observasi tersebut diketahui perminggunya

pada bulan Agustus minggu ke empat pekerja tidak memenuhi target 230.000 batang

rokok dari target 5.750.000 batang rokok pekerja hanya dapat menyelesaikan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

4

5.520.000 batang rokok, pada bulan September minggu ke tiga pekerja tidak

memenuhi target 180.000 batang rokok dari target 5.230.000 batang rokok pekerja

hanya dapat menyelesaikan 5.050.000 batang rokok, dan yang terakhir pada bulan

Oktober minggu ke empat pekerja tidak memenuhi target 865.000 batang rokok dari

target 4.872.000 batang rokok pekerja hanya dapat menyelesaikan 4.007.000 batang

rokok. Hal ini dapat disebabkan karena banyak tenaga kerja yang tidak masuk

dikarenakan sakit, cuti atau keluar dari perusahaan yang perbulannya hampir 25%.

Sehingga berdampak pada ketidak sesuaian dengan target yang ditentukan dari pusat.

Meningkatnya produksi yang dihasilkan tidak hanya tergantung pada mesin-

mesin yang modern, modal yang cukup dan bahan baku yang banyak, tetapi

tergantung kepada orang yang melaksanakan pekerjaan. Tenaga kerja sebagai

pelaksana dalam kegiatan perusahaan harus diarahkan untuk mencapai tingkat

produktivitas yang optimal (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:244).

Salah satu sarana untuk meningkatkan hasil produksi yaitu dengan

memotivasi karyawan. Motivasi merupakan setiap kegiatan yang mendorong,

meningkatkan gairah dan mengajak karyawan untuk bekerja lebih efektif, serta

meningkatakan praktek yang tidak produktif, dapat merupakan bagian pokok dari

usaha meningkatkan pekerjaan yang efektif. Untuk mencapai produktivitas kerja

yang tinggi maka status gizi dan motivasi kerja harus tetap terpelihara atau bahkan

meningkat (Bambang Kussriyanto, 1999:10).

Dari latar belakang diatas menjadi alasan peneliti mengambil judul:

Hubungan antara Status Gizi dan Motivasi Kerja dengan Produktifitas Tenaga Kerja

Wanita Bagian Giling Rokok Di PT Nojorono Kudus.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian

adalah:

“Adakah Hubungan antara Status Gizi dan Motivasi Kerja dengan

Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dan

Motivasi Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di

PT Nojorono Kudus.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Untuk Tenaga kerja

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk tenaga kerja khususnya

pada peningkatan produktivitas giling rokok di PT. Nojorono Kudus.

1.4.2 Untuk Perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengetahui

status gizi dan motivasi kerja , serta dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam

rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta sebagai data yang

digunakan untuk pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijaksanaan.

1.4.3 Untuk Penulis

Manfaat bagi penulis untuk mengetahui hubungan antara antara Status gizi

dan Motivasi Kerja dengan Produktifitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok

Di PT Nojorono Kudus.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

6

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini diperoleh dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Nikmatul Fitri tahun 2006 dan Waris Ambar M tahun 2011 (Tabel 1.1).

Tabel 1.1: Keaslian Penelitian

No Judul

Penelitian

Nama

Penelitian

Tahun

Penelitian

Jenis

penelitian

Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hubungan

antara

motivasi

kerja

dengan

kinerja

perawat di

Instalasi

Inap

RSUD

Tugurejo

Semarang.

Nikmatul

Fitri

2006 Cross

Sectional

Variabel

Bebas:

Motivasi

kerja

Variabel

Terikat:

Produktivi

tas kerja

Ada

hubungan

yang

segnifikan

antara

motivasi

kerja

dengan

kinerja

perawat di

Instalasi

inap

RSUD

Tugurejo

Semarang

2. Hubungan

antara

status gizi

dengan

produktivi

tas kerja

pada

tenaga

kerja

wanita

bagian

pelinting

rokok di

pabrik

Wisma

Jaya

Putera

Kab.

Demak.

Waris

Ambar M.

2005 Cross

Sectional

Variabel

Bebas:

Status

Gizi

Variabel

Terikat:

Produktivi

tas kerja.

Ada

hubungan

antara

status gizi

dengan

produktivi

tas kerja

wanita

bagian

pelinting

rokok di

pabrik

Wisma

Jaya

Putera

Kab.

Demak

Page 20: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

7

1.5.1 Matrik Perbedaan Penelitian

Matrik pebedaan penelitian digunakan untuk mengetahui perbedaan

penelitian yang dilakukan sekarang dengan peneliti sebelumnya (Tabel 1.2).

Tabel 1.2: Perbedaan Penelitian

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di PT Nojorono Jl. Jendral Sudirman No. 86-B Kudus.

No Beda Febry Candra Adityana Nikmatul

Fitri

Waris Ambar

Musyawaroh

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Judul Hubungan antara Status

gizi dan Motivasi Kerja

dengan Produktifitas

Kerja Bagian Giling

Rokok Di PT Nojorono

Kudus.

Hubungan

antara

motivasi

kerja dengan

kinerja

perawat di

Instalasi inap

RSUD

Tugurejo

Semarang.

Hubungan antara

status gizi dengan

produktivitas kerja

pada tenaga kerja

wanita bagian

pelinting rokok di

pabrik Wisma Jaya

Putera Kec. Mijen

Kab. Demak.

2. Tahun

dan

Tempat

Tahun 2012 PT

Nojorono Kudus.

2006, RSUD

Tugurejo

Semarang.

2005, Di pabrik

Wismajaya Putera

Kec. Mijen Kab.

Demak

3. Variabel Variabel Bebas: Status

Gizi dan Motivasi

Kerja

Variabel Terikat:

Produktivitas Kerja.

Variabel

Bebas:

Motivasi

kerja

Variabel

Terikat:

Produktivitas

kerja.

Variabel Bebas: Status

Gizi

Variabel Terikat:

Produktivitas kerja

Page 21: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

8

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu meliputi proses penyusunan proposal yang dilakukan

pada bulan Maret 2012 hingga mulai dilakukan penelitian yang dapat dilakukan pada

bulan Januari 2013.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi meliputi kajian tentang Ilmu Kesehatan Masyarakat

dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Gizi Masyarakat mengenai Status

Gizi dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Wanita bagian Giling

Rokok di PT Nojorono Kudus.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Produktivitas Kerja

Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk (2003:263) produktivitas mempunyai

beberapa pengertian. Pertama, menurut pengertian fisiologis, produktivitas

mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa

mutu kehidupan ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari

ini. Dalam suatu perusahaan atau pabrik, manajemen harus terus-menerus melakukan

perbaikan proses produksi, sistem kerja, lingkungan kerja, teknologi, dan lain-lain.

Kedua, produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan

(input).

2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja

2.2.1 Beban Kerja

Berupa beban fisik, mental, maupun sosial yang mempengaruhi tenaga kerja

sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuan perlu

diperhatikan. Ketetapan penempatan tenaga kerja meliputi kecocokan, pengalaman,

mengurangi beban kerja dengan modifikasi cara kerja, atau perencanaan mesin serta

alat kerja.

Menurut Tarwaka, dkk (2004:95), faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah

2.2.1.1 Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar

tubuh pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai stressor. Yang

termasuk beban kerja eksternal adalah:

Page 23: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

10

Pertama, tugas-tugas. Tugas ada yang bersifat fisik seperti, tata ruang kerja,

stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja dan alat bantu kerja.

Tugas juga ada yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan dan tanggung

jawab terhadap pekerjaan.

Kedua, organisasi kerja. Organisasi kerja yang mempengaruhi beban kerja

misalnya, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, sistem pengupahan,

kerja malam, musik kerja, tugas dan wewenang.

Ketiga, lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi

beban kerja adalah yang termasuk dalam beban tambahan akibat lingkungan kerja.

Misalnya saja lingkungan kerja fisik (penerangan, kebisingan, getaran mekanisme),

lingkungan kerja kimiawi (debu, gas pencemaran udara), lingkungan kerja biologis

(bakteri, virus dan parasit) dan lingkungan kerja psikologis (penempatan tenaga

kerja).

2.2.1.2 Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu

sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut

dikenal dengan strain. Secara ringkas faktor internal meliputi:

1. Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,

status gizi.

2. Faktor psikis, yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dll.

2.2.2 Beban tambahan akibat lingkungan kerja

Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan

sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi,

yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja (Suma’mur

P.K., 1996:49).

Page 24: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

11

Terdapat 5 (lima) faktor penyebab beban tambahan yang dimaksud, yaitu:

(1) Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu, udara, kelembaban, cepat rambat udara,

suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara; (2) Faktor kimia, yaitu gas, uap,

debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda padat; (3) Faktor biologi, baik dari

golongan tumbuhan atau hewan; (4) Faktor fisiologis seperti konstruksi mesin, sikap

dan cara kerja; (5) Faktor mental psikologi, yaitu suasana kerja, hubungan diantara

pekerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan lain-lain (Suma’mur P.K.,

1996:49).

2.2.3 Kapasitas Kerja

Kapasitas kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya

hal ini dipengaruhi oleh:

2.2.3.1 Keterampilan

Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan

jiwa pekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Tidaklah heran apabila

angka sakit dan mangkir kerja sangat kurang pada mereka yang memiliki

keterampilan tinggi, bila mereka cukup memotivasi dan dedikasi (Suma’mur. P.K.,

1996:50). Keterampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.

Keterampilan karyawan perusahaan dapat ditingkatkan melalui trening, kursus dan

lain-lain. Peningkatan percepatan keterampilan tenaga kerja diharapkan mampu

merubah struktur keterampilan tenaga kerja dalam jangka panjang menjadi struktur

bentuk “guci” dengan konsentrasi dibagian tengah untuk dapat melaksanakan

pekerjaan guna mendukung proses industrialisasi (A.M. Sugeng Budiono, dkk.,

2003:234).

Page 25: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

12

2.2.3.2 Masa kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai

masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggal

waktu yang agak lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalm satu wilayah

tempat usaha sampai batas waktu tertentu (Suma’mur P.K., 1996:71). Masa kerja

dapat dikategorikan menjadi:

1. Masa kerja baru: < 6 tahun

2. Masa kerja sedang: 6-10 tahun

3. Masa kerja lama: (> 10 tahun)

2.2.3.3 Kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani dan rokhani adalah penunjang penting produktivitas

seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan

dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja.

Kesegaran jasmani dan rokhani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental,

tetapi juga gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya yang

banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan

yang dimiliki (Suma’mur P.K., 1996:50).

2.2.3.4 Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya dan kekuatan

kerja ototnya. Menurut pengalaman, ternyata biologi pada wanita tidak

mempengaruhi kemampuan fisik, melainkan lebih bersifat sosial dan cultural.

Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Beberapa data

menunjukkan bahwa pekerja wanita lebih diperlukan pada suatu industri yang

Page 26: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

13

memerlukan lebih banyak keterampilan dan ketelitian dari pada tenaga laki-laki. Jadi

secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik

laki-laki, tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti. Untuk kerja fisik wanita

mempunyai VO2 max 15-30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi tersebut

menyebabkan presentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dari kadar Hb darah lebih

rendah dari pada laki-laki (Tarwaka, dkk., 2004:9).

2.2.3.5 Usia

Usia produktif adalah antara 15-54 tahun. Kebanyakan kinerja fisik

mencapai puncak pada usia pertengahan dua puluhan dan kemudian menurun dengan

bertumbuhnya usia. Semakin dengan bertambahnya usia maka kemampuan jasmani

dan rohaninyapun akan berkurang secara berlahan-lahan. Aktivitas hidup juga

berkurang yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh

dalam berbagai hal. Usia seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik

sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun. Pada usia 50-60

tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris menurun

sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan fisik seseorang yang berusia lebih dari 60 th

tinggal mencapai 50% dari usia orang yang berusia 25 tahun (Tarwaka, dkk.,

2004:9).

2.2.3.6 Status Gizi

Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas

maupun kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang maksimal dalam

menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebutkan kapasitas kerja orang

dewasa. Namun apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka

Page 27: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

14

orang akan bekerja dibawah kapasitas kerja seharusnya. Secara keseluruhan

kandungan energi yang rendah dalam makanan akan membawa dampak berupa

penurunan kegiatan otot, efisiensi kerja otot rendah dan lama waktu bekerja

berkurang. Dengan adanya gangguan ini maka kapasitas kerja secara keseluruhan

menjadi berkurang dan keadaan ini tentunya akan menyebabkan penurunan

produktivitas kerja (Sjahmien Moehji, 2003:11). Daya tahan tubuh seseorang

biasanya dipengaruhi dari gizi dan makanan yang didapat, dengan semua itu akan

memberikan semangat kerja tiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga

produktivitas kerja karyawan akan tercapai. Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas

kerja erat kaitannya dengan tingkat atau keadaan gizi. Seseorang tenaga kerja dengan

keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja yang lebih baik, begitu pula

sebaliknya. Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan

tubuh, untuk perbaikan dari sel-sel dan jaringan, untuk pertumbuhan sampai masa

tertentu dan untuk melakukan kegiatan termasuk pekerjaan. Seseorang tenaga kerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh

yang lebih baik, begitu pula sebaliknya pada tenaga kerja dengan keadaan gizi yang

buruk dan dengan beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan mempercepat

kelelahan (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:154).

2.2.3.7 Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang

kearah dan tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk

mencapainya (Tarwaka, dkk., 2004:139). Maka dengan adanya pengakuan dan

prestasi yang dicapai berupa insentif, adanya kesempatan bagi karyawan untuk

Page 28: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

15

mengembangkan dirinya melalui pelatihan, dengan kondisi pekerjaan yang cukup

menyenangkan dan tempat kerja yang nyaman, didukung oleh hubungan kerja yang

harmonis serta adanya jaminan keselamatan kerja dan sistem penggajian yang baik

akan mendorong tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya dengan penuh

tanggung jawab. Tingginya tanggung jawab para karyawan membawa konsekuensi

yang ditunjukan dengan pencapain hasil produksi yang sesuai dengan target atau

melebihi target yang ditentukan. Seseorang karyawan dengan sikap mental, motivasi

yang tinggi serta disiplin dan etos kerja yang tinggi akan selalu memicu dirinya

untuk bekerja lebih produktif. Motivasi ini didasrkan atas adanya keyakinan bahwa

bekerja produktif akan memberikan manfaat bagi dirinya (A.M. Sugeng Budiono,

dkk., 2003:265).

2.2.3.8 Kondisi Kesehatan

Pengertian “sehat” senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik

mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan

kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan pekerjaan (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:97). Kesehatan dan

daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang. Pekerjaan

membutuhkan tenaga yang sumbernya adalah makanan. Kondisi kesehatan

merupakan penunjang penting produktivitas seseorang dalam bekerja. Kondisi

tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja,

bahkan sampai setelah berhenti bekerja (Suma’mur P.K., 1996:203).

2.2.3.9 Kelelahan Kerja

Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja

akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan. Sehingga dapat

Page 29: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

16

mengganggu pencapaian produktivitas kerja yang tinggi. Kelelahan yang terus

menerus setiap hari akan berakibat keadaan kelelahan yang kronis. Perasaan lelah

tidak saja terjadi sesudah bekerja sore hari, tetapi juga selama bekerja bahkan

kadang-kadang sebelumnya (Suma’mur P.K., 1996:192).

2.3 Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaaan zat gizi. Dibedakan menjadi status gizi buruk atau kurang, baik dan

lebih (Sunita Almatsier, 2002:3). Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi

dari gizi dan makanan yang didapat, dengan semua itu akan memberikan semangat

kerja tiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja karyawan

akan tercapi. Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja erat kaitannya dengan

tingkat atau keadaan gizi.

Seseorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki

kapasitas kerja yang lebih baik, begitu pula sebaliknya. Tenaga kerja memerlukan

makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan dari sel-sel dan

jaringan, untuk pertumbuhan sampai masa tertentu dan untuk melakukan kegiatan

termasuk pekerjaan. Seseorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan

memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu pula sebaliknya

pada tenaga kerja dengan keadaan gizi yang buruk dan dengan beban kerja yang

berat akan mengganggu kerja dan mempercepat kelelahan (A.M. Sugeng Budiono,

dkk., 2003:154).

2.3.1 Kebutuhan gizi pekerja

Gizi kerja adalah nutrisi yang di perlukan oleh para pekerja untuk

memenuhi kebutuhan sesuai jenis pekerjaannya. Sebagai suatu aspek dari ilmu-ilmu

Page 30: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

17

gizi yang pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja

tenga kerja yang setinggi-tingginya (Suma’mur P.K., 1996:197).

Secara Umum ada 3 kegunaan makanan bagi tubuh (triguna makanan),

yakni sumber tenaga (karbohidrat, lemak, protein), sumber zat pembangun (protein

dan air) dan sumber zat pengatur diantaranya vitamin dan air (Djoko Pekik Irianto,

2007:5).

2.3.1.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan bahan untuk tubuh, terdapat terutama dalam bahan

makanan berasal dari tumbuhan terutama penghasil tepung di dalam tubuh manusia

dirubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati dan otot-otot. Bial diperlukan,

dikeluarkan dalam darah dan jaringan sebagai glukosa. Karbohidrat berfungsi

sebagai tenaga untuk kegiatan tubuh dan pengatur suhu badan. Kelebihannya dalam

badan dirubah dan disimpan sebagai lemak (Suma’mur P.K., 1996:205).

2.3.1.2 Protein

Protein berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan

menggantikan sel-sel yang mati sebagai protein struktural, selain itu protein juga

berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat

toksik lainya. Sebagai zat pengatur, protein mengatur proses metabolisme dalam

bentuk enzim dan hormon (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000:75).

2.3.1.3 Vitamin

Vitamin adalah zat organik komplek yang dibutuhkan dalam jumlah sangat

kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu harus

didatangkan dari makanan, vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

18

dan pemeliharaan kehidupan, tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh

(Sunita Almatsier, 2002:151).

2.3.1.4 Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun

fungsi tubuh secara keseluruhan. Di samping itu mineral berperan dalam berbagai

tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Sunita

Almatsier, 2002:228).

2.3.1.5 Air

Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari

berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian utama tubuh tanpa lemak atau lean

body mass. Kandungan air tubuh relatif berbeda antar manusia, bergantung pada

proporsi jaringan otot dan jaringan lemak (Sunita Almatsier, 2002:220).

2.3.2 Faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Gizi Seseorang

Kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu sama lainya dan sangat

bergantung pada beberapa faktor yaitu:

2.3.2 .1 Ukuran Tubuh

Semakin besar ukuran tubuh seseorang maka semakin besar pula kebutuhan

kalorinya, meskipun usia, jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan sama.

2.3.2.2 Usia

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun

keatas) merupakan msalah penting, karena selain mempunyai resiko-resiko penyakit

tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan

Page 32: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

19

keadaan tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah

dengan mempertahankan berat badan ideal.

2.3.2.3 Jenis Kelamin

Laki-laki umumnya membutuhkan relatif lebih banyak kalori dibanding

dengan wanita. Hal ini karena secara fisiologis laki-laki mempunyai lebih banyak

otot dan juga lebih aktif, sehingga secara kodrati pria diciptakan untuk tampil lebih

aktif dan kuat dari pada wanita. Pria lebih sanggup melaksanakan pekerjaan yang

lebih berat lainya seperti mengangkat karung beras di pasar atau pelabuhan.

Sedangkan kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan

tangan.

2.3.2.4 Aktivitas pekerjaan yang dilakukan

Pekerjaan berat akan membutuhkan kalori dan protein lebih besar dari pada

mereka yang bekerja sedang dan ringan. Besarnya kebutuhan kalori tergantung

banyaknya otot yang dipergunakan untuk bekerja serta lamanya penggunaan otot

tersebut. Disamping itu protein yang digunakan juga lebih tinggi dari normal. Karena

harus mengganti jaringan baru yang lebih banyak dari pada keadaan biasa untuk

mempertahankan agar tubuh dapat bekerja secara normal.

2.3.2.5 Kondisi tubuh tertentu

Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan membutuhkan lebih banyak

kalori dan zat gizi lainya dari pada sebelum sakit. Penambahan zat gizi tersebut

diperlukan untuk rehabilitas kembali sel tubuh yang rusak selam sakit.

2.3.2.6 Kondisi lingkungan

Pada musim hujan membutuhkan lebih banyak kalori dibanding dengan

musim panas. Demikian pula pada tempat yang dingin lebih tinggi dari pada tempat

Page 33: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

20

pada suhu panas. Dimana tambahan kalori pada tempat dingin diperlukan untuk

mempertahan suhu tubuh (Tarwaka, dkk., 2004:72).

2.3.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi tujuh penilaian

yaitu: Antropometri, Pemeriksaan Klinis, Biokimia, Biofisik, Survei Konsumsi

makanan, Statistik Fital dan Faktor Ekologi.

2.3.3.1 Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan barbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (I

Dewa Nyoman Supariasa, 2002:19).

2.3.3.2 Pemeriksaan Klinis

Metode ini sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat, metode ini

didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jarinagn epitel seperti: kulit,

rambut, mata dan mukosa oral (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:19).

2.3.3.3 Pemerikasaan Biokimia

Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakaukan melalui pemeriksaan

spesimen jaringan tubuh (darah, urin, tinja, hati dan otot) yang diuji secara

Page 34: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

21

laboratoris terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan

kolesterol. Pemerikaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik

(Djoko Pekik Irianto, 2007:65).

2.3.3.4 Pemeriksaan Biofisik

Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta perubahan

struktur jaringan. Pemerikasaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu,

misalnya pada orang yang buta senta (Djoko Pekik Irianto, 2007:66).

2.3.3.5 Survei konsusmsi makanan

Survai konsusmsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi oleh

individu.

Pengumpilan data survai konsumsi makanan dapat memberikan gambaran

tentang konsumsi berbagai makanan yang mengandung zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu. Survai konsumsi makanan dapat mengidentifikasi kelebihan

dan kekurangan zat gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:20).

2.3.3.6 Statistik vital

Pemerikasaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka

kematian, angka kesakitan dan kematian akibat hal yang berhubungan dengan gizi.

Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi

masyarakat (Djoko Pekik Irianto, 2007:66).

2.3.3.7 Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor

fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

22

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahuai

penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program

intervensi gizi. Setiap metode penilaian status gizi memiliki kelebihan dan

kelemahan. Berbagai contoh penggunaan penilaian status gizi seperti antropometri

digunakan untuk mengukur karakteristik fisik dan zat gizi seseorang (I Dewa

Nyoman Supariasa, 2002:19)

2.4 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang

memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarah atau

menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau

mengurangi ketidakseimbangan (Muchdarsyah Sinungan, 2003:134).

Produktivitas dalam suatu organisasi dihubungkan oleh banyak faktor,

seperti kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan tambahan, penilaian

prestasi kerja yang adil, rasional dan obyektif, sistem imbalan serta berbagai faktor

lainnya. Motivasi dan kepuasan kerja merupakan bagian dari faktor tersebut. Akan

tetapi dilihat dari sudut pemeliharahan hubungan dengan karyawan, motivasi dan

kepuasan kerja merupakan bagian yang penting. Motivasi yang tepat membuat

karyawan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan

tugasnya karena meyakini bahwa keberhasilan organisasi mencapai tujuan sasaran,

kepentingan pribadi anggota organisasi akan terpelihara. Pimpinan organisasi perlu

mengetahui motivasi kerja dari anggota organisasi (karyawan). Melalui mengetahui

motivasi itu maka pimpinan dapat mendorong karyawan bekerja lebih baik (Sondang

P. Siagian, 2001:286).

Page 36: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

23

Peningkatan motivasi kerja dapat dilakukam dengan cara-cara: (1)

Penggunaan rangsang yang positif dengan memberikan penghargaan atau hukuman

yang tepat pada suatu tindakan; (2) Menjaga kesegaran jasmani, misalnya dengan

melakukan senam sehat atau jalan sehat; (3) Motivasi melalui uang; (4)

Meningkatkan motivasi melalui perbaikan rencana rancangan kerja. Membuat

pekerjaan lebih menarik, memotivasi dan kenyamanan kerja akan timbul; (5)

Menimbulkan rasa ingin memiliki dan rasa ikut bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang dihadapi; (6) Menciptakan suasana kompetisi yang sehat; (7)

Menciptakan situasi kebersamaan baik formal maupun non formal (Muchdarsyah

Sinungan, 2003:42).

2.4.1 Unsur Penggerak Motivasi

Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsang

yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga

menimbulkan pengaruh perilaku individu yang bersangkutan.

Siswanto Sastrohadiwiryo (2003:269), mengemukakan unsur penggerak

motivasi antara lain:

2.4.1.1 Kinerja (Achievement)

Keinginan berkinerja sebagai suatu kebutuhan dapat mendorong mencapai

sasaran.

2.4.1.2 Penghargaan (Recognition)

Pengahargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah

dicapai seseorang merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja,

akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari pada penghargaan dalam

Page 37: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

24

bentuk materi atau hadiah. Penghargaan atau pengakuan dalam bentuk piagam

penghargaan atau medali, dapat menjadikan perangsang yang lebih kuat

dibandingkan dengan berupa barang atau uang.

2.4.1.3 Tantangan (Challenge)

Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia

untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat

dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung menjadi

kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan, biasanya akan menumbuhkan kegairahan

untuk mengatasinya.

2.4.1.4 Tanggung Jawab (Responsibility)

Adanya rasa ikut memiliki (sense of belonging) atau rumongso handarbeni

akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab.

2.4.1.5 Pengembangan (Development)

Pengembang kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau

kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk

bekerja lebih giat lebih bergairah. Apalagi jika pengembangan perusahaan selalu

dikaitkan dengan kinerja atau produktivitas.

2.4.1.6 Keterlibatan (Involvement)

Rasa ikut terlibat atau involved dalam suatu proses pengambilan keputusan

atau bentuknya, dapat pula “kotak saran” dari tenaga kerja, yang dijadikan masukan

untuk menejemen perusahaan, merupakan perangsang yang cukup kuat untuk tenga

kerja.

Adanya ras keterlibatan bukan saja menciptakan rasa memiliki dan rasa

tanggung jawab tetapi juga menimbulkan rasa mawas diri untuk bekerja lebih baik,

menghasilkan produk yang lebih bermutu.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

25

2.4.1.7 Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari

tingkat bawah sampai tingkat menejemen puncak merupakan perangsang yang cukup

kuat bagi tenag kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih

kemajuan atau perbaikan nasib, bukan merupakan perangsang untuk berkinerja atau

bekerja produktif.

2.4.2 Jenis motivasi kerja

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:99) terdapat dua jenis motivasi,

yaitu: (1) Motivasi positif (Insentif Positif) Motivasi positif dengan maksudnya

manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada

mereka yang berprestasi di atas standar, dengan motivasi positif ini semangat kerja

karyawan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-

baik saja; (2) Motivasi negatif (Insentif negatif) Motivasi negatif maksudnya

menejer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang

pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah). Pemberian motivasi negatif ini semangat

kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut di

hukum, tetapi untuk jangka waktu yang panjang dapat berakibat kurang baik. Dalam

praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh menejer suatu perusahaan.

Penggunaanya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja

karyawan.

2.4.3 Tujuan motivasi

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:97), tujauan motivasi antara lain

sebagai berikut (1) Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; (2)

Miningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; (3) Meningkatkan produktivitas

Page 39: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

26

kerja karyawan; (4) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan;

(5) Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; (6)

Mengefektifkan pengadaan karyawan; (7) Menciptakan suasana dan hubungan kerja

yang baik; (8) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; (9) Meningkatkan

tingkat kesejahteraan karyawan; (10) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan

terhadap tugas-tugasnya; (11) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan

bahan baku

2.4.4 Teknik pengukuran motivasi

Kekuatan motivasi tenaga kerja untuk bekerja atau berkinerja secara

langsung tercemin sebagai upayanya seberapa jauh ia bekerja keras. Upaya ini

mungkin menghasilkan kinerja yang baik atau sebaliknya karena ada dua faktor yang

harus benar jika upaya itu akan diubah menjadi kinerja

Pertama, tenaga kerja harus memiliki kemampuan yang diperlukan utuk

mengerjakan tugasnya dengan baik, tanpa kemampuan dan upaya yang tinggi tidak

mungkin menghasilkan kinerja yang baik. Kedua adalah persepsi tenaga kerja yang

bersangkutan tentang bagaimana upayanya dapat diubah sebaik-baiknya menjadi

kinerja, jika terjadi persepsi yang salah, kinerja akan rendah meskipun upaya dan

motivasinya mungkin tinggi (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2002:275).

2.4.5 Teori Motivasi

2.4.5.1 Teori Abraham H. Maslow

Salah seorang ilmuwan yang dipandang sebagai pelopor teori motivasi

adalah Abraham H. Maslow. Teori motivasi Maslow pada intinya berkisar pada

pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: (1)

Page 40: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

27

Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan; (2) Kebutuhan

Keamanan, tidak hanya dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan

intelektual; (3) Kebutuhan Sosial; (4) Kebutuhan prestisi yang pada umumnya

tercemin dalam simbol-simbol status; (5) Aktualisasi diri dalam arti tersedianya

kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam

dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata (Sondang P. Siagian,

2001:287).

2.4.5.2 Teori Mc. Clelland: Teori Motivasi Berprestasi

David Mc. Clelland menemukan adanya kebutuhan atau keinginan individu

yang kuat untuk mencapai prestasi yang akan terlihat dengan adanya motivasi yang

kuat akan pekerjaan yang menantang (Challenging) dan bersaing (Chompetitive),

sehingga dapat dikatakan bahwa manusia mempunyai tiga kebutuhan dasar, yaitu:

(1) Kebutuhan akan berprestasi; (2) Kebutuhan akan kekuasaan; (3) Kebutuhan akan

berafilisasi dengan sesamanya (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:248).

2.4.5.3 Teori Dua Faktor dari Herzberg

Teori ini dinamakan teori dua faktor karena dalam teori ini dikembangkan

dua faktor motivasi bagi para pegawai. Faktor ini yang pertama dinamakan faktor

yang membuat pegawai merasa tidak puas dan faktor yang kedua dinamakan faktor

yang membuat pegawai menjadi merasa puas. Dua faktor tersebut juga dinamakan

sebagai faktor ekstrinsic dan intrinsic. Faktor ekstrinsic terdiri dari serangkaian

kondisi kerja yang meliputi faktor sebagai berikut: (1) Gaji atau upah; (2) Keamanan

pengawasan; (3) Kondisi Kerja; (4) Status; (5) Kebijakan perusahaan; (6) Mutu dari

Page 41: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

28

teknik pengawasan; (7) Interaksi antar personal, yang dapat dibedakan menjadi

interaksi antara sesamanya, interaksi antara bawahan, interaksi antara pimpinan

(atasan). Menurut Herzberg apabila faktor tersebut ada maka tidak memerlukan

motivasi dan apabila faktot itu tidak ada maka akan menyebabkan rasa tidak puas

dikalangan para pegawai. Faktor yang kedua,yaitu satisfiers atau faktor intrinsic,

terdiri dari serangkaian kondisi yang meliputi beberapa faktor sebagai berikut: (1)

Pengakuan; (2) Tanggung Jawab; (3) Prestasi; (4) Pekerjaan itu sendiri; (5) Adanya

kemungkinan untuk berkembang; (6) Kemajuan. Menurut Herzberg, serangakaian

kondisi tersebut apabila terpenuhi akan meningkatkan motivasi kerja para pegawai

(Wursanto, 2003:305).

2.4.5.4 Teori Harapan

Victor H Vroom, dalam bukunya yang berjudul: Work and Motivation

mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Menurut teori

ini, motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dan

pikiran yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang

diinginkannya itu. Artinya, apabilaseseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan

nampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya

mendapatkannya.

Dinyatakan dalam cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa

jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu

cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang

diinginkannya itu tipis, motivasinya pun untuk berupaya akan menjadi rendah

(Sodang P. Siagian, 2001:292).

Page 42: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

29

2.4.5.5 Teori Clayton Alderfer

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”, teori tersebut merupakan

huruf pertama dari ketiga istilah tersebut, yaitu: E (Existence), R (Relatedness), G

(Growth). Jika makna ketiga istilah tersebut didalami akan terlihat dua hal penting.

Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang

dikembangkan oleh Maslow, “Relatedness” senada dengan hierarki ketiga dan

keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna yang sama

dengan “selt actualizaion” menurut Maslow. Kedua teori ini Alderfer menekankan

bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemusanya secara serentak

(Sodang P. Siagian, 2001:289).

2.4.5.6 Teori Keadilan

Menurut model teori ini, motivasi seseorang karyawan sangat dipengarui

oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk dalam

faktor internal adalah: (1) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (2) Harga diri;

(3) Harapan pribadi; (4) Kebutuhan; (5) Keinginan; (6) Kepuasan kerja; (7) Prestasi

yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengarui motivasi kerja

seseorang antara lain; (1) Jenis dan sifat pekerjaan; (2) Kelompok kerja dimana

seseorang bergabung; (3) Situasi lingkungan pada umumnya; (4) Sistem imbalan

yang berlaku dan cara penerapannya (Sodang P. Siagian, 2001:294).

2.5 Pengukuran Produktivitas

Produktivitas (P) dapat diformulasikan sebagai peningkatan produktivitas

berlainan dengan peningkatan produksi. Produksi adalah hasil akhir dari suatu

Page 43: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

30

proses. Peningkatan produksi belum tentu disertai peningktan produktivitas. Produksi

dapat saja meningkat tetapi peningkatan produksi ini diikuti pula oleh kenaikan atau

biaya yang lebih besar.

Dimana: P= Poduktivitas

O= Keluaran (output)

I= Masukan (input)

Produktivitas disebut meningkat apabila P>1 (A.M. Sugeng Budiono, dkk.,

2003:264).

Dari pengertian tersebut dapat diartikan pula bahwa produktivitas dapat

digunakan sebagai efisiensi, efektivitas dan kualitas setiap sumber daya yang

digunakan selama produksi berlangsung

Pengukuran produktivitas (P) juga dapat diukur dengan rumusan sebagai

berikut:

Dimana: P = Produktivitas

M = Upah tenaga kerja per orang/hari

DM = Biaya intervensi untuk perbaiki per orang/hari

K = Keluaran sebelum intervensi (hasil kerja rata-rata per orang/hari

DK = Kenaikan keluaran hasil kerja rata-rata per orang/hari

+ = Hasil kerja naik

_ = Hasil kerja turun

Page 44: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

31

2.6 Kerangka Teori

Dari hasil penelaahan dan mengacu konsep dasar tentang status gizi dan

motivasi kerja dengan produktivitas, dapat ditentukan secara grafis maupun analisis

maka teoritisnya adalah (gambar 2.1).

Gambar 2.1: Kerangka Teori

Sumber: A.M. Sugeng Budiono, dkk1 (2003), Suma’mur P. K

2 (1996), Tarwaka,

dkk3 (2004).

Kapasitas Kerja

1. Keterampilan1

2. Massa kerja2

3. Kesegaran Jasmani2

4. Jenis Kelamin3

5. Usia3

6. Status gizi1

7. Motivasi1

8. Kondisi Kesehatan2

9. Kelelahan kerja2

Beban Tambahan Dari

Lingkungan Kerja2

1. Fisik

2. Kimia

3. Biologi

4. Fisiologis

5. Mental Sosial

Produktivitas Kerja

Beban Kerja2

1. Faktor Eksternal

2. Faktor Interna

Page 45: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Soekidjo Notoatmodjo,

2005:69). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah (Gambar 3.1).

Gambar 3.1: Kerangka Konsep

Keterangan: * dikendalikan

Variabel Bebas

1. Status Gizi

2. Motivasi Kerja

Variabel Terikat

Produktivitas Kerja

Variabel Pengganggu

1. Umur*

2. Kondisi Kesehatan*

Page 46: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

33

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang bila berubah akan mengakibatkan

perubahan variabel lain (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:157).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Status Gizi dan Motivasi Kerja.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel

bebas dalam penelitian (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:157).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Produktivitas.

3.2.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah jenis variabel yang berhubungan (asosiasi)

dengan variabel bebas dan berhubungan dengan variabel tergantung, tetapi bukan

merupakan variabel antara (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:158).

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah usia dan kondisi kesehatan. Dalam

penelitian ini variabel pengganggu dikendalikan dengan cara pengkategorian sampel

penelitian.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai simpulan sementara atau dugaan logis tentang

keadaan populasi. secara statistik menyatakan parameter populasi dari satu variabel

yang terdapat dalam populasi dan dihitung berdasarkan statistik sampel. karena

hipotesis hanya merupakan pernyataan sementara atau dugaan logis maka hipotesis

mungkin benar, tetapi mungkin juga tidak benar (Eko Budiarto, 2001:178). Dalam

penelitian, dirumuskan hipotesis: Ada Hubungan antara Status Gizi dan Motivasi

Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT

Nojorono Kudus.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

34

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Definisi Operasional dalam penelitian ini dapat dirumuskan untuk

menghindari penafsiran yang salah serta memberikan gambaran yang lebih jelas,

maka dikemukakan batasan istilah (Tabel 3.1).

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi

Operasional

Cara

Pengukuran

Kategori Skala

Pengukuran

Status Gizi Status gizi

adalah

keadaan

tubuh sebagai

akibat

konsumsi

makanan dan

penggunaan

zat gizi

dalam diri

tenaga kerja

Pemeriksaan

Indeks Massa

Tubuh (IMT)

1. Kurus IMT

<18,5

2. Normal IMT

>18,5-25,5

3. Gemuk IMT

>25,5 (I

Dewa

Nyoman

Supariasa

dkk.,

2002:61).

Ordinal

Motivasi

Kerja

Adalah

dorongan

kehendak

yang ada

dalam diri tenaga kerja

Kuesioner 1. Rendah Skor

25-55

2. Sedang Skor

56-75

3. Tinggi Skor 76-100

(Saiffudinn

Azwar,

2008:114).

Ordinal

Produktivitas Produktivitas

adalah

perbandingan

antara

keluaran dan

masukan atau

perbandingan

antara output

dengan input

Menggunakan

rumus tingkat

prodiktivitas

Produktivitas

tinggi (P>1)

Produktivitas

rendah (P<1)

(A.M Sugeng

Budiono, dkk.,

2003:263).

Ordinal

3.5 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei analitik, karena penelitian

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kontribusi faktor resiko tertentu terhadap

Page 48: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

35

adanya suatu kejadian tertentu (efek). Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini

adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

anatara faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti

bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Soekidjo

Notoadmodjo, 2005:145).

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek, subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Populasi dalam

penelitian ini adalah tenaga kerja bagian giling rokok di PT Nojorono Kudus.

Populasi dalam penelitian ini adalah 246 orang.

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael,

2011:90). Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu memilih sampel yang diperoleh dari semua sampel yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.6.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi

target dan populasi terjangkau (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:22).

Page 49: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

36

Dalam penelitian ini kriteria inklusi adalah: (1) Usia 25-49 tahun; (2) Kondisi

kesehatan baik atau dengan kata lain tidak menderita salah satu atau lebih dari

penyakit yaitu tidak memiliki gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, diare,

asma, sakit kepala, nyeri punggung dan leher, karena seseorang yang sedang

menderita sakit akan mudah terpengaruh oleh efek lingkungan (Sartono, 2002:23).

2.6.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi

yang harus dikeluarkan dari studi (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail,

1995:22). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang

menolak/tidak hadir untuk diteliti maupun yang tidak ada saat penelitian.

Sampel minimal yang diambil berjumlah 69 sampel dari 246 populasi.

Sampel tersebut diperoleh dari rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n :Besar sampel

N :Jumlah populasi

: Standar Deviasi Normal

Untuk 1,96 dengan Confidence Level 95%

P : Proporsi untuk sifat yang diperkirakan terjadi pada populasi

Apabila tidak diketahui proporsi sifat tertentu tersebut, maka biasanya

digunakan P adalah 0,5

d : Derajat kesalahan yang diterima (0,1)

Besar sampel minimalnya adalah:

Page 50: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

37

(Lamen Sow Stanley, 1997:54).

3.7 Sumber Data Penelitian

3.7.1 Sumber Data Primer

Data primer adalah bila pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh

peneliti (Eko Budiarto, 2002:5). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan

cara: pemeriksaan Status Gizi dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh, pengkuran

Motivasi Kerja dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran Produktivitas Kerja.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari

orang lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto, 2002:5) Data

sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, jumlah karyawan, nama-nama

karyawan, proses produksi dan gambaran produktivitas kerja yang diperoleh

berdasarkan laporan perusahaan.

3.8 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang dimaksud Instrumen yaitu perangkat yang akan

digunakan untuk membantu pengumpulan data dari penelitian yang dilakukan

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005:48). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

3.8.1 Pengukuran

Pengukuran dimanfaatkan untuk mengumpulkan data mengenai tinggi

badan, berat badan dan nilai Produktivitas responden.

3.8.1.1 Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan Microtoise.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

38

3.8.1.2 Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan injak.

3.8.2 Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui motivasi kerja karyawan PT

Nojorono Kudus. Melalui kuesioner, responden diberikan keterangan, sedangkan

peneliti memberikan tanda skoring pada kuesioner.

3.9 Validitas dan Reliabilitas

3.9.1 Validitas

Hasil dari validitas kuesioner Motivasi Kerja diperoleh r hitung yang

kemudian dibandingkan r tabel product moment dengan signifikan 5% didapat harga

r tabel sebesar 0,444. Pertanyaan yang mempunyai r hitung < 0,444 adalah nomor

11, 14, 17, 20, 28. Dengan demikian pertanyaan nomor 11, 14, 17, 20, 28 tidak valid.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 25 butir pertanyaan dikatakan valid.

3.9.2 Reliabilitas

Dinyatakan reliabel jika r alpha > r tabel (Soekidjo Notoatmodjo

2002:135). Berdasarkan perhitungan diperoleh r alpha (0,874) > r tabel (0,444),

sehingga 25 pertanyaan dikatakan reliabel.

3.10 Pengambilan Data

Dalam penelitian ini pengambilan data dengan cara pengukuran langsung

yaitu:

3.10.1 Pengkuran Status Gizi

Pengukuran Status Gizi dengan alat microtoise untuk pengukur tinggi badan

dan timbangan injak untuk pengukuran berat badan. Adapun langkahnya sebagai

berikut:

Page 52: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

39

3.10.1.1 Langkah Persiapan

Langkah persiapan dilakukan sebelum alat mulai digunakan yaitu :

1. Cek timbangan injak dan microtoise untuk mengetahui dalam keadaan baik atau

tidaknya.

2. Kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran.

3.10.1.2 Langkah Pengukuran

Langkah untuk mulai pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Tentukan lokasi pengukuran.

2. Pilih tempat pada lokasi yang alas dan dinding permukaannya datar.

3. Pasang microtoise dan timbangan pada dinding dan alas permukaan yang datar.

4. Ukur tinggi jarak antara alas permukaan dengan microtoise sampai menunjukan

angka nol pada microtoise.

5. Catat hasil pengukuran dan hitung IMT.

3.10.2 Pengisian kuesioner

Pengisian kuesioner berguna untuk mengetahui Motivasi Kerja, dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang berisi indikator Motivasi

Kerja dikerjakan secara langsung kepada responden yang menjadi subyek penelitian.

3.11 Pelaksanaan Pengambilan Data

Urutan pada waktu pengambilan data adalah:

3.11.1 Tahap Pra-pengambilan Data

Tahap pra-pengambilan data adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

pengambilan data. Adapun kegiatan pra-pengambilan data adalah:

1. Peminjaman alat timbangan injak untuk pengukuran berat badan dan microtoise

untuk pengukuran tinggi badan.

2. Koordinasi dengan pihak perusahaan tentang tujuan dan prosedur pengambilan

data.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

40

3. Penentuan responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

4. Persiapan alat pengukur tinggi badan, berat badan dan kuesioner serta lembar

pengambilan data.

3.11.2 Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data adalah kegiatan yang dilakukan saat pengambilan data.

Adapun kegiatan pada tahap pengambilan data adalah:

1. Pengukuran dan pencatatan data Status Gizi di bagian Giling rokok di PT

Nojorono Kudus.

2. Pengisian kuesioner tentang Motivasi Kerja oleh responden bagian Giling rokok

di PT Nojorono Kudus.

3. Pencatatan hasil produksi perusahaan yang bertujuan untuk mengetahuai tingkat

produktivitas kerja.

Adapun pelaksanaan pengambilan data penelitian dapat dituliskan pada

(Tabel 3.2):

Tabel 3.2: Pelaksanaan Kegiatan Pengambilan Data

No Tanggal Pelaksanaan Kegiatan Pukul

(1) (2) (3) (4)

1. 2 Januari 2013 Koordinasi dengan pihak perusahaan tentang

tujuan dan prosedur pengambilan data.

08.00

2. 3 Januari 2013 Penentuan responden berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan.

08.00

3. 16 Januari 2013 Pengukuran Status Gizi bagian Giling rokok di

PT Nojorono Kudus

13.00

4. 16 Januari 2013 Pengisian kuesioner tentang Motivasi Kerja oleh

responden bagian Giling rokok di PT Nojorono

Kudus.

13.00

5. 19 Januari 2013 Pencatatan hasil produksi perusahaan yang

bertujuan untuk mengetahuai tingkat

produktivitas kerja.

14.00

6. 20 Januari 2013 Pencatatan seluruh data dan hasil penelitian. 11.00

7. 21 Januari 2013 Pengolahan dan analisis data. 09.00

Page 54: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

41

3.11.3 Tahap Pasca-pengambilan Data

Tahap pasca-pengambilan data adalah kegiatan yang dilakukan setelah

melakukan penelitian. Adapun tahap pasca-pengambilan data adalah:

1. Pencatatan seluruh data dan hasil pengambilan data

2. Pengolahan dan analisis data

3.12 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Dalam

penelitian ini seseorang peneliti menggunakan analisis statistik yaitu cara-cara ilmiah

yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis

data penyelidikan yang berupa angka.

3.12.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul kemudian diolah secara manual maupun menggunakan

komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Editing, meneliti

kelengkapan, kejelasan serta konsisitensi data dengan tujuan mengkoreksi data,

sehingga jika ada kesalahan dapat segera diklarifikasi; (2) Koding, mengklarifikasi

jawaban maupun hasil pengukuran serta, melakukan pengkodean data untuk

memudahkan penelitian; (3) Entri data, memasukan data yang diperoleh ke dalam

komputer; (4) Tabulasi, mengkelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

3.12.2 Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya adalah dianalisis data

dengan teknik-teknik. Sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan. Adapun

data dianalisis dengan program komputer dengan menggunakan teknik analisis data

yang meliputi:

Page 55: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

42

3.12.2.1 Analisis Univariat

Analisis dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya

analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel

(Soekidjo Notoadmodjo, 2005:188).

3.12.2.2 Analisis Bivariat

Analisis untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

dengan menggunakan uji statistik chi-square, menggunakan uji alternatif Fisher

dengan bantuan program computer. Traf signifikansi yang digunakan adalah 95%

dengan derajat kebebasan (df=1), dan nilai kemaknaan (α = 5%). Kriteria hubungan

berdasarkan nilai p value (probabilitas) yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai

kemaknaan yang dipilih, dengan criteria yaitu : (1) jika p value > 0,05 maka Ho

diterima, (2) jika p value < 0,05 maka Ho ditolak (Sopiyudin Dahlan, 2004:27).

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel bebas dan

variabel terikat maka digunakan koefisien korelasi. Pedoman untuk diberikan

interpretasi terhadap koefisien korelasi (tabel 3.3).

Tabel 3.3: Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

No Interval Koefisien Tingkat Hubungan

(1) (2) (3)

1 0,00-0,199 Sangat rendah

2 0,20-0,399 Rendah

3 0,40-0,599 Sedang

4 0,60-0,799 Kuat

5 0,80-1,000 Sangat kuat

(Sumber: Sugiyono, 2009:216)

Page 56: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 69 orang yang bekerja

dibagian giling. Data sekunder diperoleh dari karyawan PT. Nojorono Kudus untuk

mengetahuai jumlah karyawan, nama-nama karyawan, gambaran umum perusahaan,

proses produksi dan gambaran produktivitas kerja yang diperoleh berdasarkan

laporan perusahaan. Data primer diperoleh melalui pengukuran Status Gizi,

pengisian kuesioner oleh sampel dan observasi di lokasi penelitian.

4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

PT. Nojorono Kudus adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang rokok.

Pertama kali didirikan pada tahun 1932 dengan nama Firma Nojorono. Pada Tahun

1973, Firma Nojorono diubah menjadi badan hukum Perseroan Terbatas dengan

nama PT Nojorono Tobacco Company Limited. Kemudian pada tahun 2002

sehubungan dan pertimbangan akan diluncurkannya produk baru maka nama

perusahaan kembali dirubah menjadi PT Nojorono Tobacco International (PT NTI).

Karena melihat peluang pasar untuk rokok SKM (rokok kretek yang diproduksi

dengan mesin), maka pada tahun 1984 perusahaan mulai memproduksi SKM baru

Minakdjinggo Special 14 batang. Sejak saat itu PT Nojorono memiliki jenis produk

SKT (rokok kretek yang diproduksi dengan tangan) dan SKM.

4.1.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para tenaga kerja bagian giling rokok

di PT. Nojorono Kudus sebanyak 69 orang pekerja, dengan kriteria umur 25-49

Page 57: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

44

tahun, kondisi kesehatan baik atau dengan kata lain tidak menderita salah satu atau

lebih dari penyakit yaitu tidak memiliki gangguan kesehatan seperti tekanan darah

tinggi, diare, asma, sakit kepala, nyeri punggung dan leher, karena seseorang yang

sedang menderita sakit akan mudah terpengaruh oleh efek lingkungan.

4.1.2.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian dari 69 responden diperoleh data distribusi

responden menurut usia sebagai berikut (Tabel 4.1).

Tabel 4.1: Distribusi Responden berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Prosentase

1. 25-49 69 100%

Jumlah 69 100%

Berdasarkan Kategori usia di atas, frekuensi usia 25-49 tahun sebanyak 69

responden, dengan prosentase 100% (Gambar 4.1)

Gambar 4.1: Distribusi Responden berdasarkan Usia

Page 58: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

45

4.1.2.2 Masa Keja

Masa kerja pekerja dilihat dari lamanya bekerja pada bagian Giling rokok,

dari hasil wawancara didapatkan masa kerja responden sebagai berikut (Tabel 4.2).

Tabel 4.2: Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja

No. Masa Kerja Jumlah Prosentase

1. Baru (<6 tahun) 0 0%

2. Sedang (6-10 tahun) 11 15,9%

3. Lama (>10 tahun) 58 84,1%

Jumlah 69 100%

Berdasarkan kategori masa kerja di atas, frekuensi terbanyak terdapat pada

masa kerja masa kerja lama (>10 tahun) sebanyak 58 responden dengan prosentase

84,1%. Sedangkan pada masa kerja baru (<6 tahun) sebanyak 0 responden dengan

prosentase 0% dan masa kerja sedang (6-10 tahun) sebanyak 11 responden dengan

prosentase 15,9% (Gambar 4.2).

Gambar 4.2: Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja

Page 59: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

46

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja bagian giling rokok di

PT. Nojorono Kudus yang berjumlah 69 orang. Gambaran subyek penelitian meliputi

status gizi, motivasi kerja dan tingkat produktivitas kerja.

4.2.1.1 Status Gizi

Status gizi dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu

kurus, normal dan gemuk. Hasil penelitian diperoleh data distribusi responden

berdasarkan Status Gizi sebagai berikut (Tabel 4.3).

Tabel 4.3: Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi

No. Kriteria Jumlah Prosentase

1. Kurus 4 5,8%

2. Normal 52 75,4%

3. Gemuk 13 18,8%

Jumlah 69 100%

Sumber: Data Penelitian 2013

Berdasarkan Kategori Status Gizi di atas, frekuensi Status Gizi pekerja pada

kategori kurus yaitu 4 responden atau 5,8%, kategori normal yaitu 52 responden atau

75,4%, kategori gemuk yaitu 13 responden atau 18,8% (Gambar 4.3).

Gambar 4.3: Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi

Page 60: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

47

4.2.1.2 Motivasi kerja

Motivasi kerja dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi 3 kriteria

yaitu rendah apabila skor 25-55, sedang apabila diperoleh skor 56-75 dan tinggi

apabila diperoleh skor 76-100. Hasil penelitian diperoleh data distribusi responden

berdasarkan Motivasi Kerja sebagai berikut (Tabel 4.4).

Tabel 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Motivasi Kerja

No Kriteria Jumlah Prosentase

1. Rendah 0 0%

2. Sedang 19 27,5%

3. Tinggi 50 72,5%

Jumlah 69 100%

Berdasarkan Kategori Motivasi Kerja di atas, menunjukan motivasi kerja

rendah 0 responden dengan prosentase 0%, motivasi kerja sedang 19 responden

dengan prosentase 27,5%, motivasi kerja tinggi 50 responden dengan prosentase

72,5% (Gambar 4.4).

Gambar 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Motivasi Kerja

Page 61: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

48

Distribusi responden berdasarkan prosentase skor aspek motivasi kerja

menunjukan sebagai berikut (Tabel 4.5).

Tabel 4.5: Distribusi Responden berdasarkan Aspek Motivasi Kerja

No. Aspek Motivasi Kerja % Skor Kriteria

1. Kebutuhan 83% Tinggi

2. Tujuan 84% Tinggi

3. Sikap 77% Tinggi

4. Kemampuan 81% Tinggi

5. Pembayaran atau gaji 74% Sedang

6. Keamanan pekerjaan 81% Tinggi

7. Sesama pekerja 82% Tinggi

8. Pengawasan 73,36% Sedang

9. Pujian 82% Tinggi

10. Pekerjaan itu sendiri 78% Tinggi

Berdasarkan prosentase skor aspek motivasi kerja menunjukan indikator

kebutuhan (83%), tujuan (84%), sikap (77%), kemampuan (81%), pembayaran atau

gaji (74%), keamanan pekerjaan (81%), sesama pekerja (82%), pengawasan

(73,36%), pujian (82%), pekerjaan itu sendiri (78%).

4.2.1.3 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua

kriteria yaitu: tinggi apabila skor P>1 dan rendah apabila diperoleh skor P<1. Hasil

penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan Produktivitas Kerja

sebagai berikut (Tabel 4.6).

Tabel 4.6: Distribusi Responden berdasarkan Produktivitas Kerja

No Interval Kriteria Jumlah Prosentase

1 P>1 Tinggi 48 69,6%

2 P<1 Rendah 21 30,4%

Jumlah 69 100%

Page 62: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

49

Berdasarkan Kategori Produktivitas Kerja di atas, menunjukan produktivitas

kerja tinggi 48 responden dengan prosentase 69,6% dan produktivitas rendah 21

responden dengan prosentase 30,4% (Gambar 4.5).

Gambar 4.5: Distribusi Responden berdasarkan Produktivitas Kerja

4.2.2 Anilisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square. Hasil uji

chi-square maka didapat p value sebesar 0,003. Maka p value lebih kecil dari 0,05

(0,003 < 0,05) sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada Hubungan antara

Status Gizi dngan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT.

Nojorono Kudus (Tabel 4.7).

Tabel 4.7: Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja

Status Gizi Produktivitas Kerja

Tinggi % Rendah % N %

Kurus dan

gemuk

7 41,2% 10 58,8% 17 100%

Normal 41 78,8% 11 21,2% 52 100%

Total 48 69,6% 21 30,4% 69 100%

Page 63: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

50

Berdasarkan hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja,

menunjukan kategori kurus dan gemuk sebanyak 17 responden, pada status gizi

kurus dan gemuk tersebut pekerja bagian giling rokok yang produktivitasnya tinggi

sebanyak 7 responden atau 41,2% dan yang produktivitas kerjanya rendah sebanyak

10 responden atau 58,8%. Status gizi normal sebanyak 52 responden, pada status gizi

normal tersebut pekerja bagian giling rokok yang produktivitasnya tinggi sebanyak

41 responden atau 78,8% dan yang memiliki produktivitas kerjanya rendah sebanyak

11 responden atau 21,2% (Gambar 4.6).

Gambar 4.6: Distribusi responden berdasarkan Hubungan Antara Status Gizi dengan

Produktivitas Kerja.

4.2.2.2 Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja

Berdasarkan analisi menggunakan chi-square maka didapat p value sebesar

0,002. Maka p value lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05) sehingga Ha diterima yang

menyatakan bahwa ada Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas

Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT. Nojorono Kudus (Tabel 4.8).

Page 64: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

51

Tabel 4.8: Hubungan antara Motivasi Kerja dengan produktivitas kerja

Motivasi Kerja Produktivitas Kerja

Tinggi % Rendah % N %

Sedang 8 42,1% 11 57,9% 19 100%

Tinggi 40 80,0% 10 20,0% 50 100%

Total 48 69,6% 21 30,4% 69 100%

Berdasarkan hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja,

menunjukan bahwa motivasi kerja bagian giling rokok pada kategori sedang

sebanyak 19 responden, pada motivasi sedang tersebut pekerja bagian giling rokok

yang produktivitasnya tinggi sebanyak 8 responden atau 42,1% dan yang memiliki

produktivitas rendah sebanyak 11 responden atau 57,9%. Motivasi pada kategori

tinggi sebanyak 50 responden, pada motivasi tinggi tersebut pekerja bagian giling

rokok yang produktivitasnya tinggi sebanyak 40 responden atau 80,0% dan yang

memiliki produktivitas rendah sebanyak 10 responden atau 20,0% (Gambar 4.7).

Gambar 4.7: Distribusi responden berdasarkan Hubungan Antara Motivasi Kerja

dengan Produktivitas Kerja

Page 65: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

52

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita

Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 52 responden atau 75,4%, status

gizi kurang sebanyak 4 responden atau 5,8% dan status gizi lebih sebanyak 13

responden atau 18,8%. Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan ada hubungan

antara status gizi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja wanita bagian giling

rokok di PT Nojorono Kudus, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikans p value

0,003.

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat kombinasi makanan

dan penggunaan zat gizi (Sunita Almatsier, 2002:3). Status gizi yang normal untuk

wanita berdasarkan IMT adalah 18,5-25,5. Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas

kerja erat bertalian dengan status gizi (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:154).

Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kulitas maupun

kuantitasnya, akan memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalani hidupnya.

Kemampuan maksimal ini disebut “kapasitas orang dewasa”. Jadi untuk memperoleh

kapasitas orang dewasa yang maksimal, manusia harus memperoleh makanan yang

cukup sehingga memperoleh semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,

perbaikan dan pemeliharaan jaringan tubuh dan terlaksananya fungsi faal normal

dalam tubuh, di samping memperoleh energi yang cukup untuk memungkinkan

bekerja secara maksimal (Sjahmien Moehji, 2003:11). Bagi tenaga kerja kekurangan

Page 66: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

53

akan zat gizi akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Gangguan tersebut akan

mempengaruhi kapasitas kerja secara keseluruhan menjadi berkurang dan keadaan

itu tentu saja akan menurunkan produktivitas kerja (Sjahmien Moehji, 2003:12).

Gizi kerja adalah zat yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan sesuai dengan pekerjaanya agar tingkat kesehatan dan produktivitas

kerjanya tercapai setinggi-tingginya (Gempur Santoso, 2004:75). Tubuh memerlukan

zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh. Perbaikan dari kerusakan sel-sel

maupun jaringan tubuh. Zat-zat makanan ini diperlukan untuk pekerjaan dan

meningkat berbanding lurus dengan beratnya pekerjaan. Pekerjaan memerlukan

tenaga yang sumbernya adalah makanan, dalam kaitan dengan gizi kerja, nutrisi yang

diperlukan oleh tenaga kerja tidak berbeda dengan yang dibutuhkan oleh orang lain

dan dalam kegiatan lain (Anies, 2005:26). Bekerja keras tanpa di imbangi dengan

makanan yang bergizi yang dimakan setiap hari maka dalam waktu dekat akan

menderita kekurangan tenaga, lemas dan tidak dapat bergairah dalam melakukan

pekerjaanya, tentu saja yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya

produktivitas yang dikehendaki (G. Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:17).

Penerapan gizi kerja di perusahaan sering mengalami kendala, sebagaimana

upaya kesehatan kerja yang lain, gizi kerja masih dianggap sebagai pos rugi. Bukan

hanya belum prioritas melainkan pemborosan bagi keuangan perusahaan, jarang

disadari bahwa gizi kerja justru menunjang produktivitas kerja hal ini tidak hanya

menguntungkan bagi pekerja tapi juga keuntungan bagi perusahaan. Gizi kerja

merupakan salah satu syarat mencapai derajat kesehatan yang optimal, khususnya

bagi masyarakat pekerja. Kesehatan itu sendiri mencakup dua aspek yaitu: aspek

Page 67: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

54

kesejahteraan dan aspek pengembangan sumber daya manusia. Demikian pula gizi di

satu pihak mempunyai aspek kesehatan dan dilain pihak mempunyai aspek

mencerdaskan kehidupan bangsa serta menunjang produktivitas, oleh karena itu

perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya

menyehatkan, mencerdaskan serta meningkatkan produktivitas kerja (Anies,

2005:24).

5.2 Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja

Wanita Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

memiliki motivasi kerja yang tinggi yaitu sebanyak 50 responden atau 72,5% dan

motivasi kerja sedang 19 responden atau 27,5%. Hasil uji statistik chi-square

menunjukkan ada hubungan antara motivasi kerja dengan tingkat produktivitas

tenaga kerja wanita bagian giling rokok di PT Nojorono Kudus, hal ini ditunjukkan

dengan nilai signifikan p value 0,002. Mayoritas tenaga kerja yang memiliki

motivasi kerja sedang memiliki produktivitas kerja yang kurang sehingga output

kerja yang dihasilkan kurang dari target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal

ini dapat disebabkan karena tenaga kerja tidak masuk dikarenakan sakit, cuti atau

keluar dari perusahaan yang perbulannya hampir 25%.

Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang

kearah dan tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk

mencapainya (Tarwaka, dkk., 2004:139). Maka dengan adanya pengakuan dan

prestasi yang dicapai berupa insentif, adanya kesempatan bagi karyawan untuk

mengembangkan dirinya melalui pelatihan, dengan kondisi pekerjaan yang cukup

Page 68: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

55

menyenangkan dan tempat kerja yang nyaman, didukung oleh hubungan kerja yang

harmonis serta adanya jaminan keselamatan kerja dan sistem penggajian yang baik

akan mendorong tenaga kerja untuk melakukan pekerjaanya dengan penuh tanggung

jawab. Tingginya tanggung jawab para karyawan membawa konsekuensi yang

ditunjukkan dengan pencapaian hasil produksi yang sesuai dengan target atau

melebihi target yang ditentukan.

Motivasi kerja seorang tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja

yang dapat dicapai dalam pekerjaannya yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap produktivitas tenaga kerja. Dalam kerangka konseptual untuk analisis

perilaku orang dalam organisasi yang diajukan oleh Fred Luthas dapat ditemukan

kausalitas dengan dasar Stimulus Response atau Stimulus Organism Response (SR

atau SOR). Pada model tersebut nampak bahwa motivasi hanyalah salah satu elemen

yang ada pada individu sebagai peserta organisasi dalam berperilaku. Adapun

perilaku akan meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja (Siswanto

Sastrohadiwiryo, 2003:274).

Pengukuran motivasi kerja di PT Nojorono Kudus meliputi beberapa

indikator yaitu: (1) Kebutuhan (83%) tergolong tinggi, kebutuhan berprestasi

merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar

kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan

pekerjaan dalam mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi

tertentu (Moh. As’ad, 2004:53); (2) Tujuan (84%) tergolong tinggi. Adanya tujuan

dan minat yang tinggi yang dimiliki oleh karyawan terhadap pekerjaan yang dijalani

Page 69: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

56

sehingga akan menimbulkan motivasi dalam bekerja, dalam hal ini karyawan

mempunyai tujuan untuk memperoleh kesuksesan dan memajukan perusahaan; (3)

Sikap (77%) tergolong tinggi, motivasi berdasarkan sikap menyangkut bagaimana

orang berpikir dan merasa. Motivasi berdasarkan sikap adalah keyakinan diri

mereka, kepercayaan diri mereka, sikap mereka terhadap kehidupan positif maupun

negatif. Motivasi berdasarkan sikap adalah bagaimana mereka merasakan masa

depan dan bagaimana mereka bereaksi terhadap masa lampau. Kita semua dari waktu

ke waktu harus yakin bahwa kita mempunyai sikap yang benar (Richard Denny,

1994:4). Dalam penelitian ini sikap yang dimiliki responden terhadap pekerjaan

tergolong baik yaitu bekerja keras dan pantang menyerah, sehingga mempunyai rasa

tanggung jawab terhadap pekerjaanya; (4) Kemampuan (81%) tergolong tinggi,

adanya kesempatan yang diberikan perusahaan kepada responden untuk

mengembangkan kemampuanya dengan mengikuti pelatihan yang diadakan

perusahaan tiap bulan; (5) Pembayaran atau Gaji (74%) tergolong sedang, pemberian

kompensasi bentuk uang sebagai motivasi kepada tenaga kerja memiliki dua

pengaruh perilaku. Keanggotaan adalah pengaruh yang paling luas, yang

mempengaruhi tenaga kerja pada semua tingkat pendapatan. Pengaruh yang kedua

adalah negatif dari sudut pandang perusahaan, dan cenderung terbatas hanya pada

tenaga kerja yang pendapatanya tidak lebih dari tingkat “standar kehidupan yang

layak” dan cenderung menganggap kompensasi bentuk uang tidak seimbang

(Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:271); (6) Keamanan pekerjaan (81%) tergolong

tinggi, keamanan pekerjaan yang menimbulkan gas dari bahan kimia yang diserap

Page 70: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

57

tubuh lewat pernafasan dan mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh

dengan akibat penurunan daya kerja (Suma’mur P.K., 1996: 49); (7) Sesama Pekerja

(82%) tergolong tinggi, sesuai dengan pendapat (Suyanto, 2008:60), bahwa

seseorang yang memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan, cinta dan rasa

saling memiliki. Keinginan untuk memiliki hubungan persahabatan atau hubungan

antara manusia secara dekat, mereka berkeinginan untuk disukai dan diterima orang

lain. Hubungan kerja antara sesama pekerja dan atasan yang terjalin harmonis dan

rasa kekeluargaan; (8) Pengawasan (73,36%) tergolong sedang, adanya pengawasan

yang dilakukan sebulan sekali oleh pimpinan perusahaan, sehingga akan memotivasi

karyawan untuk bekerja lebih baik lagi; (9) Pujian (82%) tergolong tinggi, adanya

pujian yang diberikan atasan kepada karyawan yang memiliki prestasi atau kinerja

yang bagus yaitu dalam bentuk pemberian piagam atau dipromosikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Hampir semua perusahaan menjadikan prestasi kerja yang dicapai

sebagai karyawan sebagai salah satu kriteria untuk kegiatan promosi. Prestasi kerja

yang tinggi memiliki kecenderungan untuk memperlancar kegiatan promosi bagi

tenaga karyawan yang bersangkutan, demikian pula kecenderungan sebaliknya

(Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:261); (10) Pekerjaan itu sendiri (78%) tergolong

tinggi, menurut Robert Kreiter dan Angelo Kinicki (2005:251) bahwa, satu pekerjaan

yang membosankan dan monoton menghalangi motivasi untuk berprestasi baik,

sedangkan suatu pekerjaan yang menantang akan meningkatkan motivasi. Tiga hal

yang terdapat dalam suatu pekerjaan yang menantang adalah keragaman, ekonomi,

dan wewenang mengambil keputusan. Dua hal yang umum digunakan untuk

Page 71: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

58

menambahkan keragaman dan tantangan pada pekerjaan rutin adalah pengayaan

pekerjaan (atau merancang ulang pekerjaan) dan rotasi pekerjaan.

Nampak jelas bahwa motivasi kerja memberikan peranan yang tinggi untuk

meningkatkan produktivitas kerja. Seperti yang diungkapkan A.M. Sugeng Budiono,

dkk (2003:265), seorang tenaga kerja dengan sikap mental, motivasi yang tinggi

akan selalu memicu dirinya untuk bekerja lebih produktif. Motivasi kerja merupakan

dorongan kehendak yang ada dalam diri tenaga kerja untuk berperilaku

meningkatkan produktivitas kerja. Motivasi ini didasarkan atas keyakinan bahwa

bekerja produktif akan memberikan manfaat bagi dirinya.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara status gizi dan motivasi kerja dengan

produktivitas tenaga kerja wanita bagian giling rokok di PT Nojorono Kudus.

Penelitian ini tidak lepas dari beberapa keterbatasan yaitu: (1) Sulitnya responden

untuk diajak kerjasama pada saat penelitian, terutama pada saat pengisian kuesioner

yang mengakibatkan data yang diperoleh menjadi rancu; (2) Waktu yang diberikan

untuk penelitian khususnya pengisian kuesioner terbatas yaitu pada saat jam istirahat,

sehingga memungkinkan pekerja tergesa-gesa untuk menjawab pertanyaan dan ingin

segera menyelesaikan semua pertanyaan agar cepat beristirahat; (3) Faktor

kesungguhan dan kemampuan dari responden saat pengukuran status gizi, responden

yang diteliti sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga peneliti dalam melakukan

pengambilan data terhadap responden harus bisa menyesuaikan dengan kesibukan

responden yaitu mengambil waktu istirhat sehingga tidak mengganggu aktivitas

responden.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

59

59

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara status gizi dan motivasi

kerja dengan produktivitas tenaga kerja wanita bagian giling rokok di PT Nojorono

Kudus, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita bagian

giling rokok di PT Nojorono Kudus.

2. Ada hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas tenaga kerja wanita

bagian giling rokok di PT Nojorono Kudus.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Tenaga Kerja di PT Nojorono Kudus

Tenaga kerja yang mempunyai status gizi normal hendaknya

mempertahankan dengan cara makan makanan yang cukup sehingga memperoleh

semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan sedangkan tenaga kerja yang

mempunyai status gizi gemuk dan kurus hendaknya menerapkan pola hidup sehat

dengan cara makan makanan yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan ukuran

sedang yang membutuhkan gizi senilai 3000 kalori per harinya sehingga memperoleh

semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan serta berolahraga secara teratur.

6.2.2 Untuk Pimpinan PT Nojorono Kudus

1. Hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan status gizi kerja

dengan tidak mengganti jatah makan tambahan dengan uang makan sehingga

program gizi kerja dapat tercapai serta mengadakan penyuluhan tentang kesehatan

dan gizi secara teratur.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

60

60

2. Peningkatan motivasi kerja untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, yaitu

dengan peningkatan kualitas pengawasan dan pembayaran atau gaji serta

memberikan penilaian work performance indikator secara rutin bagi karyawan

sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.

6.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang variabel yang mempengaruhi

produktivitas kerja misalnya beban tambahan akibat lingkungan kerja seperti faktor

fisik: penerangan dan suhu serta faktor fisiologis yaitu sikap dan cara kerja terhadap

produktivitas kerja. Bila ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan tenaga

kerja sebaiknya menyesuaikan dengan waktu kosong pekerja sehingga dalam

pengambilan data tidak mengganggu proses dalam bekerja.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

61

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja,

Semarang: Badan Penerbit Undip.

Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di

Indonesia, Jakarta Timur: Dian Rakyat.

Anies, 2005, Penyakit Akibat Kerja, Jakarta: Kelompok Gramedia.

Bambang Kussriyanto, 1999, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Jakarta: PT.

Gramedia.

Djoko Pekik Irianto, 2007, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan,

Yogyakarta: Andi.

Eko Budiarto, 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

G. Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008, Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gempur Santoso, 2004, Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:

Pretasi Pustaka.

I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.

Malayu S.P. Hasibuan, 2003, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan

Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara.

Moh. As’ad, 2004, Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Muchdarsyah Sinungan, 2003, Produktivitas Apa dan Bagaimana, Jakarta: Bumi

Aksara.

Richard Denny, 1994, Sukses Motivasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Robert Kreiter dan Angelo Kinicki, 2005, Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba

Empat.

Saifuddin Azwar, 2008, Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset.

Sartono, 2002, Racun Dan Keracunan, Jakarta: Widya Medika.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

62

62

Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003, Menejemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta: PT.

Cipta.

Sjahmien Moehji, 2003, Ilmu Gizi 2, Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Sodang P. Siagian, 2001, Menejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi

Aksara.

Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Sopiyudin Dahlan, 2004, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: PT

Arkans.

Stanley Lemeshow, dkk., 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002, Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis, Jakarta: UI.

Sugiyono, 2009, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Suma’mur P.K., 1996, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung

Agung.

Sunita Almatsier, 2002, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Suyanto, 2008, Mengenal Kepemimpinan dan Managemen Keperawatan di Rumah

Sakit, Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Tarwaka, dkk., 2004, Ergonomi untuk Kesehatan Kerja dan Produktivitas,

Surakarta: UNIBA Press.

Wursanto, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta: Andi Offset.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

63

Page 77: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

63

63

Lampiran 1

Kuesioner Motivasi Kerja

A. Petunjuk pengisian

1. Identitas responden harap diisi huruf cetak

2. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada salah satu alternatif

jawaban.

B. Identitas Responden

1. No. Responden :

2. Nama responden :

3. Usia :

4. Masa kerja :

5. Pendidikan akhir :

C. Petunjuk : Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia

Alternatif jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut

SS : Bila anda Sangat Setuju dengan pertanyaan tersebut.

S : Bila anda Setuju dengan pertanyaan tersebut.

TS : Bila anda Tidak Setuju dengan pertanyaan tersebut.

STS : Bila anda Sangat Tidak Setuju dengan pertanyaan tersebut.

D. Pertanyaan

No Pertanyaan SS S TS STS

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. Kebutuhan

1. Karyawan memperoleh gaji yang sesuai

dengan standart UMR.

2. Bekerja disini, sebagai upaya untuk

Mencukupi kebutuhan hidup

II. Tujuan

3. Bapak/Ibu/Saudara mempunyai tujuan

dan minat yang tinggi terhadap

pekerjaan yang anda jalani saat ini

sehingga menimbulkan motivasi dalam

bekerja

4. Bapak/Ibu/Saudara ingin mencapai

kesuksesan dalam bekerja.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

64

64

Lanjutan (Lampiran 1)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

III. Sikap

5. Bapak/Ibu/Saudara berusaha keras untuk

memperbaiki kinerja masa lalu pada

pekerjaan.

6. Bapak/Ibu/Saudara tidak merasa rendah

diri bila mengalami kegagalan dalam

menjalankan tugas perusahaan.

7. Bapak/Ibu/Saudara tidak pernah

mengeluh dalam melakukan pekerjaan.

III. Kemampuan

8. Tugas dan tanggumg jawab yang

diberikan sesuai dengan kemampuan

dan pendidikan Bapak/Ibu/Saudara.

9. Atasan memberi pelatihan-pelatiahan

kepada karyawan untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan

V. Pembayaran atau Gaji

10. Gaji yang Bapak/Ibu/Saudara terima

saat ini dapat mencukupi kebutuhan

sehari-hari dengan layak

11. Gaji yang Bapak/Ibu/Saudara terima

saat ini selain untuk memenuhi

kebutuhan pokok juga bisa digunakan

untuk memenuhi kebutuhan seperti:

biaya anak sekolah, biaya kesehatan,

serta kebutuhan pokok (sandang,

pangan).

12. Gaji yang Bapak/Ibu/Saudara terima

saat ini sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukan.

VI. Keamanan pekerjaan

13. Keamanan lingkungan kerja dalam

perusahaan sudah terjamin (misalnya:

keamanan tempat parkir, keamanan

gedung)

14. Adanya petugas satpam atau keamanan

dalam lingkungan perusahaan membuat

karyawan nyaman dalam bekerja.

15. Tersedianaya alat-alat keselamatan kerja

saat melaksanakan pekerjaan.

VII. Sesama pekerja

16. Hubungan dengan rekan kerja berjalan

dengan baik.

17. Apabila teman sekerja mengalami

Page 79: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

65

65

Lanjutan (Lampiran 1)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kesulitan dalam bekerja,

Bapak/Ibu/Saudara selalu memberikan

bantuan

18. Pengawasan yang dilakukan oleh oleh

perusahaan tidak mendorong anda untuk

tidak bekerja lebih produktif.

19. Dalam bekerja, Bapak/Ibu/Saudara

merasa nyaman terhadap pengawasan

dari atasan.

IX. Pujian

20. Pemberian penghargaan terhadap

karyawan yang berprestasi akan

memberi motivasi kerja karyawan.

21. Atasan selalu memberikan pujian bila

ada karyawan yang menjalankan tugas

pekerjaan yang memuaskan.

22. Penghargaan dan pujian yang diberikan

pimpinan kepada bawahannya sebagai

pendorong semangat kerja karyawan.

X. Pekerjaan itu sendiri

23. Hampir setiap pekerjaan dapat saya

laksanakan dengna baik dan menantang.

24. Bila ada tugas lembur,

Bapak/Ibu/Saudara merasa termotivasi

melakukan pekerjaan tersebut dengan

sebaik-baiknya

25. Bapak/Ibu/Saudara menyelesaikan tugas

atau pekerjaan sesuai dengan prosedur

organisasi

Keterangan Kategori

SS : Skor 4 Rendah skor: 25-55

S : Skor 3 Sedang skor : 56-75

TS : Skor 2 Tinggi skor : 76-100

STS : Skor 1 (Saiffudinn Azwar, 2008:114).

Page 80: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

66

66

Lampiran 2

DAFTAR INDENTITAS RESPONDEN

No. Kode Nama Responden Usia Masa Kerja Pendidikan Terakhir

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. R.01 Brendy A.P 25 8 SMP

2. R.02 Tumiah 38 14 SMA

3. R.03 Siti Rochanah 41 20 SMP

4. R.04 Paini 46 31 SMP

5. R.05 Parti 40 20 SMP

6. R.06 Diyan Winarsih 38 15 SMP

7. R.07 Miatin 40 20 SMP

8. R.08 Sumartini 45 17 SMA

9. R.09 Mulyani 25 8 SMP

10. R.10 Sri Aminah 30 13 SMP

11. R.11 Khusnul Khotimah 25 8 SMP

12 R.12 Siti Maghfiroh 25 8 SMP

13. R.13 Siti Atinah 47 27 SMP

14. R.14 Susilowati 32 15 SMP

15. R.15 Sukarini 43 20 SMP

16. R.16 Sutrisni 27 7 SMP

17. R.17 Suyatmi 35 17 SMP

18. R.18 Siti Muslimah 38 20 SMP

19. R.19 Suntari 41 23 SMP

20. R.20 Maryani 25 8 SMP

21 R.21 Titin Rahayu 33 16 SMP

22. R.22 Siswati 26 8 SMP

23. R.23 Kusmiatun 32 10 SMA

24. R.24 Salipah 41 20 SMP

25. R.25 Sri Mulyati 40 20 SMP

26. R.26 Kayati 42 22 SMP

27. R.27 Supriatun 49 32 SMP

28. R.28 Torasih 40 22 SMP

29. R.29 Sunipah 46 14 SMP

30. R.30 Tuginah 49 30 SMP

31. R.31 Sugianti 48 25 SMP

32. R.32 Aswati 45 29 SMP

33. R.33 Rumisih 45 27 SMP

34. R.34 Suyati 40 22 SMP

35. R.35 Siti Lasmiyati 43 25 SMP

36. R.36 Mulyati 38 14 SMA

37. R.37 Sunami 40 22 SMP

38. R.38 Karsiwah 42 23 SMP

Page 81: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

67

67

Lanjutan (Lampiran 2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

39. R.39 Siti Masamah 37 20 SMP

40. R.40 Rusmiati 40 18 SMA

41. R.41 Kasmilah 36 18 SMP

42. R.42 Srimpi 46 18 SMA

43. R.43 Suparsih 42 18 SMA

44. R.44 Mas Tuwik 38 22 SMP

45. R.45 Heni ernawati 27 8 SMP

46. R.46 Wariyati 46 27 SMP

47. R.47 Rasumi 40 23 SMP

48. R.48 Nortiah 44 24 SMP

49. R.49 Ngatinah 42 23 SMP

50. R.50 Susana 42 24 SMP

51. R.51 Sunarti 40 23 SMP

52. R.52 Sumilah 49 30 SMP

53. R.53 Kartinah 48 30 SMP

54. R.54 Masni 44 26 SMP

55. R.55 Ngasmi 45 10 SMA

56. R.56 Tukinem 43 25 SMP

57. R.57 Sumirah 47 30 SMP

58. R.58 Sumik 49 30 SMP

59. R.59 Sukati 46 26 SMP

60. R.60 Jumilah 49 28 SMP

61. R.61 Banisih 35 18 SMP

62. R.62 Sumiah 47 23 SMA

63. R.63 Suwarti 41 24 SMP

64. R.64 Subiyanti 42 25 SMP

65. R.65 Utami 45 24 SMP

66. R.66 Kasmiah 41 25 SMP

67. R.67 Ning Kusnawati 26 8 SMP

68. R.68 Kariyem 40 16 SMA

69. R.69 Ngatmini 45 16 SMA

Page 82: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

68

68

Lampiran 3

DAFTAR STATUS GIZI RESPONDEN

No.

Kode

Nama Responden

Berat

Bandan

(Kg)

Tinggi

Badan

(Cm)

IMT

Kategori

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. R.01 Brendy A.P 58 155 24,1 Normal

2. R.02 Tumiah 60 150 26,6 Gemuk

3. R.03 Siti Rochanah 52 149 23,4 Normal

4. R.04 Paini 50 156 20,5 Normal

5. R.05 Parti 55 149 24,7 Normal

6. R.06 Diyan Winarsih 56 156 23 Normal

7. R.07 Miatin 51 145 24,2 Normal

8. R.08 Sumartini 62 158 24,8 Normal

9. R.09 Mulyani 39 151 17,1 Kurus

10. R.10 Sri Aminah 58 155 24,1 Normal

11. R.11 Khusnul Khotimah 55 158 22,0 Normal

12 R.12 Siti Maghfiroh 43 155 17,9 Kurus

13. R.13 Siti Atinah 50 160 19,5 Normal

14. R.14 Susilowati 58 153 24,7 Normal

15. R.15 Sukarini 52 148 23,7 Normal

16. R.16 Sutrisni 63 151 27,6 Gemuk

17. R.17 Suyatmi 50 148 22,8 Normal

18. R.18 Siti Muslimah 52 160 20,3 Normal

19. R.19 Suntari 52 152 22,5 Normal

20. R.20 Maryani 80 157 32,5 Gemuk

21 R.21 Titin Rahayu 54 147 25 Normal

22. R.22 Siswati 50 148 22,8 Normal

23. R.23 Kusmiatun 59 163 22,2 Normal

24. R.24 Salipah 36 149 16,2 Kurus

25. R.25 Sri Mulyati 47 150 20,8 Normal

26. R.26 Kayati 60 148 27,3 Gemuk

27. R.27 Supriatun 83 163 31,3 Gemuk

28. R.28 Torasih 60 148 27,3 Gemuk

29. R.29 Sunipah 70 153 29,9 Gemuk

30. R.30 Tuginah 46 148 21 Normal

31. R.31 Sugianti 42 152 18,1 Kurus

32. R.32 Aswati 59 155 24,5 Normal

33. R.33 Rumisih 55 155 22,9 Normal

34. R.34 Suyati 56 161 21,6 Normal

35. R.35 Siti Lasmiyati 88 164 32,8 Gemuk

36. R.36 Mulyati 62 159 24,6 Normal

37. R.37 Sunami 56 155 23,3 Normal

38. R.38 Karsiwah 54 152 23,3 Normal

Page 83: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

69

69

Lanjutan (Lampiran 3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

39. R.39 Siti Masamah 48 150 21,3 Normal

40. R.40 Rusmiati 60 152 25,9 Gemuk

41. R.41 Kasmilah 59 147 27,3 Gemuk

42. R.42 Srimpi 45 147 20,8 Normal

43. R.43 Suparsih 58 150 25,7 Gemuk

44. R.44 Mas Tuwik 52 152 22,5 Normal

45. R.45 Heni ernawati 43 149 19,3 Normal

46. R.46 Wariyati 65 154 27,4 Gemuk

47. R.47 Rasumi 45 148 20,5 Normal

48. R.48 Nortiah 59 157 23,9 Normal

49. R.49 Ngatinah 44 149 19,8 Normal

50. R.50 Susana 45 154 18,9 Normal

51. R.51 Sunarti 56 154 23,6 Normal

52. R.52 Sumilah 48 153 20,5 Normal

53. R.53 Kartinah 45 151 19,7 Normal

54. R.54 Masni 45 150 20 Normal

55. R.55 Ngasmi 46 152 19,9 Normal

56. R.56 Tukinem 48 155 21,4 Normal

57. R.57 Sumirah 47 154 19,8 Normal

58. R.58 Sumik 48 155 20 Normal

59. R.59 Sukati 46 154 19,3 Normal

60. R.60 Jumilah 50 158 20,6 Normal

61. R.61 Banisih 47 156 19,3 Normal

62. R.62 Sumiah 45 153 19,2 Normal

63. R.63 Suwarti 45 150 20 Normal

64. R.64 Subiyanti 48 157 19,4 Normal

65. R.65 Utami 47 153 20,4 Normal

66. R.66 Kasmiah 45 150 20 Normal

67. R.67 Ning Kusnawati 64 156 26,2 Gemuk

68. R.68 Kariyem 54 150 24 Normal

69. R.69 Ngatmini 44 151 19,3 Normal

Page 84: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)

1 R.01 4 3 3 4 3 2 2 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 75 Sedang

2 R.02 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 70 Sedang

3 R.03 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 75 Sedang

4 R.04 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 82 Tinggi

5 R.05 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 91 Tinggi

6 R.06 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75 Sedang

7 R.07 1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 75 Sedang

8 R.08 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 86 Tinggi

9 R.09 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 86 Tinggi

10 R.10 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 75 Sedang

11 R.11 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 79 Tinggi

12 R.12 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 70 Sedang

13 R.13 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 84 Tinggi

14 R.14 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 2 2 3 4 3 3 4 1 4 3 3 2 1 2 2 72 Sedang

15 R.15 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 86 Tinggi

16 R.16 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 79 Tinggi

17 R.17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76 Tinggi

18 R.18 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 83 Tinggi

19 R.19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 93 Tinggi

20 R.20 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 65 Sedang

21 R.21 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 74 Sedang

22 R.22 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 88 Tinggi

23 R.23 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 86 Tinggi

24 R.24 2 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 88 Tinggi

25 R.25 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 86 Tinggi

26 R.26 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 86 Tinggi

27 R.27 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81 Tinggi

28 R.28 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 87 Tinggi

29 R.29 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 70 Sedang

30 R.30 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 78 Tinggi

31 R.31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 1 3 4 3 4 3 2 3 84 Tinggi

32 R.32 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 80 Tinggi

33 R.33 2 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 2 4 83 Tinggi

34 R.34 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 72 Sedang

35 R.35 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 87 Tinggi

36 R.36 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 85 Tinggi

Jumlah KategoriF6 F9 F10

Kode

DAFTAR MOTIVASI KERJA SAMPEL

NOF1 F2 F3 F4 F5

Lampiran 4

F7 F8

Page 85: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

71

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)

37 R.37 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 4 4 4 80 Tinggi

38 R.38 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 81 Tinggi

39 R.39 4 4 4 4 4 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 86 Tinggi

40 R.40 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 76 Tinggi

41 R.41 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 70 Sedang

42 R.42 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 69 Sedang

43 R.43 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 79 Tinggi

44 R.44 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 2 4 2 3 85 Tinggi

45 R.45 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 70 Sedang

46 R.46 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 83 Tinggi

47 R.47 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 71 Sedang

48 R.48 3 2 4 3 4 1 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 2 4 4 4 3 1 4 4 77 Tinggi

49 R.49 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 4 4 4 1 4 4 76 Tinggi

50 R.50 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 3 2 3 4 80 Tinggi

51 R.51 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 80 Tinggi

52 R.52 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 83 Tinggi

53 R.53 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 76 Tinggi

54 R.54 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74 Sedang

55 R.55 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 77 Tinggi

56 R.56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 78 Tinggi

57 R.57 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 81 Tinggi

58 R.58 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 83 Tinggi

59 R.59 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 79 Tinggi

60 R.60 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 67 Sedang

61 R.61 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 77 Tinggi

62 R.62 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 84 Tinggi

63 R.63 4 4 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 79 Tinggi

64 R.64 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 77 Tinggi

65 R.65 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 78 Tinggi

66 R.66 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 80 Tinggi

67 R.67 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 74 Sedang

68 R.68 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 81 Tinggi

69 R.69 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 82 Tinggi

5437

6900

79%

Tinggi

680

Tinggi

552

73,36%

Tinggi

552

82%

Tinggi

552

TinggiSedang

648

828 828

81% 82%

670

828

78%

450 405636464

552

81%

Tinggi

610

828

74%

Sedang

446

Skor Maks

84%

Tinggi

828

77%

Tinggi

%

Kategori

456

552

83%

Tinggi

Jumlah

F8NO Kode

F1 F2 F9 F10Jumlah Kategori

Lanjutan (Lampiran 4)

F3 F4 F5 F6 F7

Page 86: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

72

Lampiran 5

PERHITUNGAN INTERPRETASI SKOR KUESIONER PENELITIAN

Kriteria Motivasi Kerja

Skor Tertinggi = 25 X 4 =100

Skor Terendah = 25 X 1 =25

Mean Teoritis = 25 X 2,5 =62,5

Standar Deviasi =

=

=12,5

Kategori Skor Perhitungan Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

X < µ - 1α X < 56 Tinggi

µ -1α ≤ x < µ + 1α 56 ≤ Sedang

X ≥ µ + 1α 75 ≤ X Rendah

(Saifuddin Azwar, 2008: 114)

Presentasi Skor Tiap Item Pertanyaan

P=

P = Presentase

𝛈 = Skor Riil

N = Skor Ideal

Page 87: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

73

Lanjutan (Lampiran 5)

Kriteria Setiap Indikator dari Variabel Motivsi Kerja

Kriteria Indikator 1 (Kebutuhan) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 2 X 4 = 552

Data Minimal = 69 X 2 X 1 = 138

Range = 552 – 138 = 414

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

415 ≤ Skor ≤ 552 76% ≤ % ≤ 100% Tinggi

277 ≤ Skor ≤ 414 51% < % ≤ 75% Sedang

138 ≤ Skor ≤ 276 25% < % < 50% Rendah

Kriteria Indikator 2 (Tujuan) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 2 X 4 = 552

Data Minimal = 69 X 2 X 1 = 138

Range = 552 – 138 = 414

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

415 ≤ Skor ≤ 552 76% ≤ % ≤ 100% Tinggi

277 ≤ Skor ≤ 414 51% < % ≤ 75% Sedang

138 ≤ Skor ≤ 276 25% < % < 50% Rendah

Page 88: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

74

Lanjutan (Lampiran 5)

Kriteria Indikator 3 (Sikap) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 3 X 4 = 828

Data Minimal = 69 X 3 X 1 = 207

Range = 828 – 207 = 621

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

622 ≤ Skor ≤ 828 76% < % < 100% Tinggi

415 ≤ Skor ≤ 621 51% < % ≤ 75% Sedang

207 ≤ Skor ≤ 414 25% ≤ % ≤ 50% Rendah

Kriteria Indikator 4 (Kemampuan) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 2 X 4 = 552

Data Minimal = 69 X 2 X 1 = 138

Range = 552 – 138 = 414

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

415 ≤ Skor ≤ 552 76% ≤ % ≤ 100% Tinggi

277 ≤ Skor ≤ 414 51% < % ≤ 75% Sedang

138 ≤ Skor ≤ 276 25% < % < 50% Rendah

Page 89: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

75

Lanjutan (Lampiran 5)

Kriteria Indikator 5 (Pembayaran dan Gaji) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 3 X 4 = 828

Data Minimal = 69 X 3 X 1 = 207

Range = 828 – 207 = 621

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

622 ≤ Skor ≤ 828 76% < % < 100% Tinggi

415 ≤ Skor ≤ 621 51% < % ≤ 75% Sedang

207 ≤ Skor ≤ 414 25% ≤ % ≤ 50% Rendah

Kriteria Indikator 6 (Keamanan Pekerjaan) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 3 X 4 = 828

Data Minimal = 69 X 3 X 1 = 207

Range = 828 – 207 = 621

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

622 ≤ Skor ≤ 828 76% < % < 100% Tinggi

415 ≤ Skor ≤ 621 51% < % ≤ 75% Sedang

207 ≤ Skor ≤ 414 25% ≤ % ≤ 50% Rendah

Page 90: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

76

Lanjutan (Lampiran 5)

Kriteria Indikator 7 (Sesama Pekerja) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 2 X 4 = 552

Data Minimal = 69 X 2 X 1 = 138

Range = 552 – 138 = 414

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

415 ≤ Skor ≤ 552 76% ≤ % ≤ 100% Tinggi

277 ≤ Skor ≤ 414 51% < % ≤ 75% Sedang

138 ≤ Skor ≤ 276 25% < % < 50% Rendah

Kriteria Indikator 8 (Pengawasan) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 2 X 4 = 552

Data Minimal = 69 X 2 X 1 = 138

Range = 552 – 138 = 414

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

415 ≤ Skor ≤ 552 76% ≤ % ≤ 100% Tinggi

277 ≤ Skor ≤ 414 51% < % ≤ 75% Sedang

138 ≤ Skor ≤ 276 25% < % < 50% Rendah

Page 91: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

77

Lanjutan (Lampiran 5)

Kriteria Indikator 9 (Pujian) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 3 X 4 = 828

Data Minimal = 69 X 3 X 1 = 207

Range = 828 – 207 = 621

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

622 ≤ Skor ≤ 828 76% < % < 100% Tinggi

415 ≤ Skor ≤ 621 51% < % ≤ 75% Sedang

207 ≤ Skor ≤ 414 25% ≤ % ≤ 50% Rendah

Kriteria Indikator 10 (Pekerjaan itu Sendiri) Variabel Motivasi Kerja

Data Maksimal = 69 X 3 X 4 = 828

Data Minimal = 69 X 3 X 1 = 207

Range = 828 – 207 = 621

Variabel Motivasi Kerja

Interval Interval Kriteria

622 ≤ Skor ≤ 828 76% < % < 100% Tinggi

415 ≤ Skor ≤ 621 51% < % ≤ 75% Sedang

207 ≤ Skor ≤ 414 25% ≤ % ≤ 50% Rendah

Page 92: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

78

Lampiran 6

DAFTAR PRODUKTIVITAS KERJA RESPONDEN

No

Kode

PTK

Total

PTK (O)

PYD (I)

TPK

Kriteria

Hari ke 1

Hari ke 2

Hari ke 3

Hari ke 4

Hari ke 5

P>1=

TINGGI

P<1=

RENDAH

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 R.01 4000 4.000 3000 4000 3000 18000 3600 5000 0,72 Rendah

2 R.02 5000 3000 5000 5000 5000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

3 R.03 5000 4000 4000 6000 5000 24000 4800 5000 0,96 Rendah

4 R.04 5000 6000 5000 4000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

5 R.05 6000 6000 7000 4000 4000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

6 R.06 6000 6000 6000 4000 7000 29000 5800 5000 1,16 Tinggi

7 R.07 5000 6000 5000 4000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

8 R.08 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

9 R.09 4000 4000 4000 3000 4000 19000 3800 5000 0,76 Rendah

10 R.10 6000 6000 7000 4000 7000 30000 6000 5000 1,2 Tinggi

11 R.11 6000 6000 5000 4000 6000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

12 R.12 4000 5000 5000 3000 5000 22000 4400 5000 0,88 Rendah

13 R.13 6000 6000 7000 4000 6000 29000 5800 5000 1,16 Tinggi

14 R.14 5000 5000 5000 3000 5000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

15 R.15 6000 5000 6000 4000 6000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

16 R.16 5000 5000 5000 3000 5000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

17 R.17 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

18 R.18 6000 5000 4000 5000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

19 R.19 6000 6000 7000 4000 7000 30000 6000 5000 1,2 Tinggi

20 R.20 4000 4000 4000 3000 4000 19000 3800 5000 0,76 Rendah

Page 93: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

79

Lanjutan (Lampiran 6)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

21 R.21 2000 4000 5000 5000 5000 21000 4200 5000 0,84 Rendah

22 R.22 4000 6000 6000 4000 6000 26000 5200 5000 1,04 Tinggi

23 R.23 6000 6000 6000 4000 5000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

24 R.24 4000 5000 5000 4000 5000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

25 R.25 6000 6000 6000 4000 7000 29000 5800 5000 1,16 Tinggi

26 R.26 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

27 R.27 6000 5000 5000 3000 5000 24000 4800 5000 0,96 Rendah

28 R.28 5000 5000 5000 5000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

29 R.29 5000 5000 4000 5000 4000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

30 R.30 6000 6000 4000 3000 6000 25000 5000 5000 1 Tinggi

31 R.31 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

32 R.32 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

33 R.33 5000 6000 5000 4000 6000 26000 5200 5000 1,04 Tinggi

34 R.34 6000 6000 4000 6000 5000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

35 R.35 6000 6000 5000 4000 4000 25000 5000 5000 1 Tinggi

36 R.36 6000 6000 5000 3000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

37 R.37 5000 5000 5000 4000 5000 24000 4800 5000 0,96 Rendah

38 R.38 5000 6000 5000 4000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

39 R.39 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

40 R.40 6000 6000 5000 4000 6000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

41 R.41 5000 6000 6000 4000 5000 26000 5200 5000 1,04 Tinggi

42 R.42 5000 4000 4000 3000 5000 21000 4200 5000 0,84 Rendah

43 R.43 5000 6000 6000 4000 6000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

44 R.44 6000 6000 7000 4000 7000 30000 6000 5000 1,2 Tinggi

45 R.45 6000 5000 6000 4000 5000 26000 5200 5000 1,04 Tinggi

46 R.46 6000 5000 4000 5000 4000 24000 4800 5000 0,96 Rendah

Page 94: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

80

Lanjutan (Lampiran 6)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

47 R.47 6000 6000 6000 4000 7000 29000 5800 5000 1,16 Tinggi

48 R.48 4000 6000 4000 6000 5000 25000 5000 5000 1 Tinggi

49 R.49 5000 4000 5000 4000 5000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

50 R.50 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

51 R.51 6000 6000 6000 5000 5000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

52 R.52 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

53 R.53 5000 4000 3000 4000 4000 20000 4000 5000 0,8 Rendah

54 R.54 6000 6000 4000 3000 4000 23000 4600 5000 0,92 Rendah

55 R.55 6000 6000 4000 7000 5000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

56 R.56 4000 4000 3000 4000 3000 18000 3600 5000 0,72 Rendah

57 R.57 5000 5000 5000 4000 5000 24000 4800 5000 0,96 Rendah

58 R.58 5000 6000 5000 4000 6000 26000 5200 5000 1,04 Tinggi

59 R.59 6000 6000 4000 6000 5000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

60 R.60 6000 6000 7000 4000 6000 29000 5800 5000 1,16 Tinggi

61 R.61 6000 5000 6000 4000 6000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

62 R.62 6000 6000 7000 4000 6000 29000 5800 5000 1,16 Tinggi

63 R.63 6000 6000 4000 6000 5000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

64 R.64 6000 6000 6000 4000 5000 27000 5400 5000 1,08 Tinggi

65 R.65 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

66 R.66 6000 6000 7000 4000 7000 30000 6000 5000 1,2 Tinggi

67 R.67 5000 5000 5000 4000 5000 24000 4800 5000 0,96 Rendah

68 R.68 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

69 R.69 6000 6000 6000 4000 6000 28000 5600 5000 1,12 Tinggi

Keterangan

PTK : Produktivitas tenaga kerja Per hari (O)

PYD : Produktivitas yang diharapkan sehari (I)

TPK : Tingkat Produktivitas Kerja

Page 95: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

81

81

Lampiran 7

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

1. Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 25-49 69 100.0 100.0 100.0

2. Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 6-10 11 15.9 15.9 15.9

>10 58 84.1 84.1 100.0

Total 69 100.0 100.0

3. Status gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurus 4 5.8 5.8 5.8

normal 52 75.4 75.4 81.2

gemuk 13 18.8 18.8 100.0

Total 69 100.0 100.0

4. Motivasi kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sedang 19 27.5 27.5 27.5

tinggi 50 72.5 72.5 100.0

Total 69 100.0 100.0

Page 96: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

82

82

Lanjutan (Lampiran 7)

5. Produktivitas kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tinggi 48 69.6 69.6 69.6

rendah 21 30.4 30.4 100.0

Total 69 100.0 100.0

Page 97: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

83

83

Lampiran 8

HASIL ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita

Bagian Giling Rokok

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status gizi * produktivitas

kerja 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%

status gizi * produktivitas kerja Crosstabulation

produktivitas kerja

Total tinggi rendah

status gizi kurus dan gemuk Count 7 10 17

Expected Count 11.8 5.2 17.0

% within status gizi 41.2% 58.8% 100.0%

normal Count 41 11 52

Expected Count 36.2 15.8 52.0

% within status gizi 78.8% 21.2% 100.0%

Total Count 48 21 69

Expected Count 48.0 21.0 69.0

% within status gizi 69.6% 30.4% 100.0%

Page 98: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

84

84

Lanjutan (Lampiran 8)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .333 .003

N of Valid Cases 69

2. Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita

Bagian Giling Rokok

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

motivasi kerja * produktivitas

kerja 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 8.587a 1 .003

Continuity Correctionb 6.900 1 .009

Likelihood Ratio 8.104 1 .004

Fisher's Exact Test .006 .005

Linear-by-Linear Association 8.462 1 .004

N of Valid Casesb 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,17.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 99: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

85

85

Lanjutan Lampiran 8

motivasi kerja * produktivitas kerja Crosstabulation

produktivitas kerja

Total tinggi rendah

motivasi kerja sedang Count 8 11 19

Expected Count 13.2 5.8 19.0

% within motivasi kerja 42.1% 57.9% 100.0%

tinggi Count 40 10 50

Expected Count 34.8 15.2 50.0

% within motivasi kerja 80.0% 20.0% 100.0%

Total Count 48 21 69

Expected Count 48.0 21.0 69.0

% within motivasi kerja 69.6% 30.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 9.338a 1 .002

Continuity Correctionb 7.634 1 .006

Likelihood Ratio 8.897 1 .003

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 9.203 1 .002

N of Valid Casesb 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,78.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .345 .002

N of Valid Cases 69

Page 100: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

86

86

Lampiran 9

Page 101: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

87

87

Lampiran 10

Yth. HRD PT. Nojorono Kudus

Page 102: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

88

88

Lampiran 11

Page 103: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

89

89

Lampiran 12

Page 104: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

90

90

Lampiran 13

Page 105: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

91

91

Lampiran 14

Page 106: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

92

92

Lampiran 15

Page 107: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

93

93

Lampiran 16

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengukuran Berat Badan

Pengkuran Tinggi Badan

Page 108: HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA

94

94

Lanjutan (Lampiran 16)

Pengisiam Kuesioner Responden