Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN
EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS
DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI,
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
DisusunOleh:
DEVI AYU AMBARWATI
J 410 120 092
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN
EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS
DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI,
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
DEVI AYU AMBARWATI
J410120092
Telah diperiksa dan disetuji untuk diuji oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Tarwaka, PGDip. Sc., M.Erg. Sri Darnoto, SKM, MPH
NIP. 19640929 198803 1019 NIK. 1015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN
EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS
DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI,
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
OLEH
DEVI AYU AMBARWATI
J 410 120 092
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016
Dan dinyatakan telah memnuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Tarwaka, PGDip. Sc., M.Erg. (........................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dwi Astuti, SKM., M. Kes (........................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Rezania Asyfiradayati, SKM., M.PH (........................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Dr. Suwaji, M.Kes
NIP. 195311231983031002
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 22 Oktober 2016
Penulis
DEVI AYU AMBARWATI
J 410 120 092
1
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN
EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS
DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI,
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
Devi Ayu Ambarwati1, Tarwaka
2, Sri Darnoto
3
1Mahasiswa Progam Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
23
Dosen Progam Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Aktivitas pekerja yang dilakukan di lingkungan kerja panas membuat tubuh
mengeluarkan panas. Proses metabolisme tubuh yang berinteraksi dengan panas di
lingkungannya mengakibatkan pekerja mengalami tekanan panas. Lingkungan
yang panas mengakibatkan suhu tubuh menjadi meningkat sehingga tekanan
darah juga meningkat. Tekanan darah yang meningkat akibat dari lingkungan
kerja panas dapat memicu proses terjadinya gangguan emosional. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan
gangguan emosional tenaga kerja yang terpapar tekanan panas di Unit Boiler PT.
Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Metode penelitian ini
menggunakan rancangan observational analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja bagian Unit Boiler
yang berjumlah 30 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah exhaustive sampling. Uji statistik menggunakan Uji Korelasi Spearman
Rho ( . Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,019 atau p ≤ 0,05 dengan Koefisien Corelation (r) sebesar 0,425. Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan gangguan emosional pada
tenaga kerja yang terpapar tekanan panas di bagian Unit Boiler PT. Indo
Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, disarankan saat bekerja di
lingkungan panas tenaga kerja seharusnya menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai untuk lingkungan kerja panas untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja saat bekerja.
Kata Kunci : Tekanan Darah, Gangguan Emosional, Tekanan Panas.
Abstract
Labor activities in the hot work environment causes the body releases heat. Body
metabolic process that interact with the heat in the environment lead to labors
experiencing heat stress. Hot environment resulting in increased body
temperature therefore the blood pressure also increases. Increased blood
pressure as a result of the hot environment can trigger the occurrence of
emotional disorders. The purpose of this study was to determine the correlation
2
between blood pressure with emotional disorders of labor which is exposed to
heat stress in Boiler Unit of PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat,
Karanganyar. This research method use observational analytic design with cross-
sectional approach. The population in this study is a labors of Boiler Unit section
wich are 30 people. The sampling technique used in this study is exhaustive
sampling. Statistical test use the Spearman Correlation Test of Rho ( . Result of statistical test are obtained p-value of 0,019 or p ≤ 0,05 with Correlation
Coefficient (r) about 0,425. It can be concluded that there is a significant
correlation between blood pressure with emotional disorders of labor wich is
exposed to heat stress in Boiler Unit of PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganayar, wich is recommended when working in hot
environments, labor should use appropiate personal protective equipment to keep
the safety and health of labor at work.
Key Words: Blood Pressure, Emotional Disorder, Heat Stress
1. PENDAHULUAN
Menurut Sholihah (2014) dan Sucipto (2014), berdasarkan analisis
kecelakaan kerja dan bencana di berbagai industri, kondisi fisik lingkungan
tempat kerja mengandung banyak bahaya langsung maupun tidak langsung
bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Bahaya tersebut dapat terdiri dari
ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan,
getaran yang berlebihan, dan radiasi. Keadaan tempat kerja yang terlalu
panas mengakibatkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan dan
garam (Sucipto, 2014).
Sejumlah fasilitas, mesin, dan proses produksi dapat menghasilkan
panas yang berdampak buruk pada pekerja (Iridiastadi, dkk, 2015). Tempat
yang memiliki sumber tekanan panas, meliputi: peleburan besi dan baja,
pengecoran non logam, pabrik bata dan keramik, fasilitas produk kaca,
utilitas listrik (terutama ruang boiler), pabrik roti, kembang gula, dapur
komersial, pengalengan makanan, pabrik industri kimia, lokasi
pertambangan dan terowongan uap (Kuswana, 2014).
Bekerja di tempat yang panas dapat berakibat pada meningkatnya
denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, kelelahan, dan berdampak
buruk pada keselamatan kerja (iridiastadi, dkk 2015). Tekanan darah sendiri
sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas
fisik, emosi, stres dan turun dalam tidur (Huwon, 2002). Perubahan tekanan
darah yang meningkat pada diri kita akibat dari lingkungan kerja yang panas
dapat memicu proses terjadinya gangguan emosioanal (Triantoro, dkk,
2009).
Menurut hasil penelitian Dewi (2011) tentang hubungan tekanan
panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit fermentasi PT. Indo
Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, menunjukkan adanya
hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan. Sedangkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistyorini (2014), tentang
3
hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja dan stress kerja pada
pekerja bagian small packagings 2 di PT X Klaten, menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan stress kerja, stress
dapat timbul akibat adanya gangguan emosional.
Berdasarkan data sekunder hasil pengukuran iklim kerja dengan
menggunakan Heat Stress Area atau alat pengukur iklim kerja panas yang
telah dilakukan oleh Bernyoman pada tahun 2010 di bagian Unit Boiler PT.
Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terdapat suhu
ISBB 32,32ºC dengan kriteria beban kerja ringan, dan pengaturan waktu
kerja 75% bekerja dan 25% istirahat. Lingkungan panas berasal dari atap
dan 3 buah mesin boiler, dengan kondisi seperti ini sangat membahayakan
kesehatan tenaga kerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
(NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, suhu ruangan rata-
rata ISBB untuk beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75%
kerja dan 25% istirahat untuk 8 jam kerja dengan istirahat 1 jam, yaitu 31ºC.
Berdasarkan peraturan tersebut, maka iklim kerja panas di bagiann Unit
Boiler melebihi atau diatas NAB yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut dimana keadaaan tempat kerja di Unit
Boiler PT. Indo Acidatam, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar,
memiliki suhu yang tinggi diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan
tekanan darah dan gangguan emosioanl pada tenaga kerja. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tekanan
darah dengan gangguan emosional tenaga kerja terpapar tekanan panas di
unit boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan metode Observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
5 Agustus-5 September di bagian Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh tenaga kerja di bagian Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar yang berjumlah 30 orang dengan jenis kelamin
laki-laki. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah exhaustive
sampling.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisi
bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas (independent) yaitu tekanan darah dengan variabel terikat (dependent)
yaitu gangguan emosional. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi
Spearman Rho ( , untuk mengetahui hubungan 2 variabel dan dilanjutkan dengan uji kekuatan hubungan menggunakan tingkat kekuatan korelasi (r).
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No. Karakteristik
Responden
Kategori N % Mean Standar
Deviasi
1. Usia Remaja Akhir (17-25) 4 13,3 42,20 9,932
Dewasa Awal (26-35) 3 10,0
Dewasa Akhir (36-45) 7 23,3
Lansia Awal (46-55) 16 53,3
Lansia Akhir (56-65) 0 0
Jumlah 30 100
2. Masa kerja 0-4 tahun 9 30 17,77 10,408
5-9 tahun 0 0
10-14 tahun 0 0
15-19 tahun 2 6,7
20-24 tahun 9 30
25-29 tahun 10 33,3
Jumlah 30 100
3. Beban kerja Beban kerja ringan (75-100
denyut/menit)
28 93,3 85,10 9,589
Beban kerja sedang (100-125
denyut/menit)
2 6,7
Beban kerja berat (150-175
denyut/menit)
0 0
Beban kerja sangat berat (150-
175 denyut/menit)
0 0
Beban kerja sangat berat
sekali ( >175 denyut/menit)
0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 30
responden, karakteristik yang dilihat dari umur terdapat 16 rorang (53,3%)
dengan kategori lansia awal (46-55) dan hanya 3 orang (10%) dengan
kategori dewasa awal (26-35) serta responden termuda dengan kategori
remaja akhir (17-25) tahun dengan jumlah 4 orang (13,3%). Sedangkan
masa kerja responden paling lama antara 25-29 tahun sudah dijalani oleh 10
orang (33,3%) dan 9 orang (30%) baru bekerja di bagian unit boiler selama
0-4 tahun. Rata-rata beban kerja responden bagian unit boiler yaitu 85,10
denyut nadi/menit yang termasuk ke dalam kategori beban kerja ringan,
responden yang termasuk ke dalam beban kerja ringan dengan jumlah
tenaga kerja paling banyak 28 orang (93,3%), dan 2 orang (6,7%) termasuk
ke dalam beban kerja sedang.
Menurut Potter, dkk (2010), Atkinson, dkk (2010), Triantoro, dkk
(2009), dan Sutarto (2010), usia dapat mempengaruhi tekanan darah dan
gangguan emosional , karena tekanan darah bervariasi sesuai usia dan usia
juga sangat mempengaruhi apabila semakin bertambah usia kadar hormonal
seseorang menurun sehingga mengakibatkan penurunan pengaruh
5
emosional sesorang. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin
banyak juga tekanan panas yang dialami pekerja yang dapat membuat suhu
tubuh menjadi naik.
3.2 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas, Tekanan Darah dan Gangguan
Emosional
32.1 Hasil Rata-Rata Iklim Kerja Panas
Tabel 2. Hasil Rata-Rata Iklim Kerja Panas (ISBB) di Bagian
Unit Boiler Bagian Hasil
Rata-Rata
ISBB
Beban
Kerja
Nilai NAB Keterangan
Boiler Biogas 31,41 ºC Ringan 31 ºC > NAB
Boiler Alstom 32,33 ºC Ringan 31 ºC > NAB
Boiler Basuki 33,52 ºC Ringan 31 ºC > NAB
Total Rata-rata 32,42 ºC Ringan 31 ºC > NAB
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa boiler biogas memiliki
hasil rata-rata ISBB sebesar 31,41 ºC, boiler alstom sebesar 32,33 ºC, dan
boiler basuki sebesar 33,52 ºC. Kemudian dari ketiga boiler tersebut
didapatkan hasil rata-rata ISBB sebesar 32,42 ºC yang termasuk ke dalam
kategori beban kerja ringan, sehingga dapat diketahui bahwa ISBB pada
bagian unit boiler melebihi NAB yang telah ditentukan. Dari pernyataan di
atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata ISBB di bagian unit boiler melebihi
nilai ambang batas (NAB) yang telah ditetapkan, karena untuk kategori
beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75% bekerja dan 25%
istirahat untuk 8 jam bekerja yaitu 31ºC.
32.2 Hasil Pengukuran Tekanan Darah dan Gangguan Emosional
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Tekanan
Darah dan Gangguan Emosional No. Hasil Pengukuran Kategori N %
1. Tekanan Darah Hipotensi 0 0
Normal 19 63,3
Hipertensi Fase 1 10 33,3
Hipertensi Fase 2 1 3,3
Hipertensi Fase 3 0 0
Jumlah 30 100
2. Gangguan
Emosional
Gangguan emosi rendah 13 43,3
Gangguan emosi sedang 14 46,7
Gangguan emosi tinggi 3 10,0
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa pekerja paling banyak
mengalami tekanan darah normal sebanyak 19 orang (63,3%), kategori
6
Hipertensi Fase 1 sebanyak 10 orang (33,3%), dan 1 orang (3,3%)
mengalami hipertensi Fase 2. Sedangkan pekerja yang mengalami gangguan
emosi rendah sebanyak 13 orang (43,3%), kategori gangguan emosi sedang
terbanyak dialami oleh pekerja dengan jumlah 14 orang (46,7%), dan
kategori emosi tinggi dengan jumlah 3 orang (10,0%). Menurut Potter dkk
(2005) dan (2010), tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah
jantung, tahanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan
elastisitas arteri. Jika curah jantung meningkat, darah yang dipompakan
terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik.
Sedangkan menurut Sobur (2010), emosi pada dasarnya melibatkan
berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang dapat
diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung,
tekanan darah, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan jenis
hormon, malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis.
3.3 Analisis Univariat
33.1 Usia Menurut Tekanan Darah
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Menurut Tekanan Darah Kelompok
Usia
(Tahun)
Tekanan Darah
Normal Hipertensi Fase 1 Hipertensi Fase 2
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Remaja
Akhir
(17-25)
4 21,1 0 0
0
0
Dewasa
Awal
(26-35)
1 5,3 2 20,0
0
0
Dewasa
Akhir
(36-45)
4 21,1 3 30,0
0
0
Lansia Awal
(46-55) 10 52,6 5 50,0
1
100
Lansia Akhir
(56-65) 0 0 0 0
0
0
Jumlah 19 100 10 100 1 100
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa responden yang
termasuk ke dalam tekanan darah normal paling banyak terdapat pada
kelompok lansia awal (46-55) tahun sebanyak 10 orang (52,6%),
sedangkan responden yang termasuk hipertensi fase 1 paling banyak
pada kelompok lansia awal (46-55) tahun sebanyak 5 orang (50,0%),
dan yang termasuk ke dalam hipertensi fase 2 terdapat pada kelompok
lansia awal (46-55) tahun sebanyak 1 orang (100%). Sedangkan
distribusi tekanan darah normal paling sedikit pada kelompok dewasa
awal (26-35) tahun sebanyak 1 orang (5,3%), dan hipertensi fase 1
7
paling sedikit pada kelompok dewasa awal (26-35) tahun sebanyak 2
orang (20,0%).
Menurut Mubarak (2015) dan hasil penelitian tersebut, sangat
sesuai dengan hasil penelitian yakni pekerja yang berumur 46-55
tahun (lansia awal) mengalami peningkatan tekanan darah. Bisa
disimpulkan bahwa pekerja yang termasuk ke dalam kategori lansia
biasanya mengalami peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam
kategori hipertensi. Sehingga umur merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan hipertensi
33.2 Usia Menurut Gangguan Emosional
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Menurut
Gangguan Emosional Kelompok
Usia
(Tahun)
Gannguan Emosional
Rendah Sedang Tinggi
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Remaja
Akhir
(17-25)
1 7, 2 14,3
1
3,3
Dewasa
Awal
(26-35)
1 7,7 2 14,3
0
0
Dewasa
Akhir
(36-45)
3 23,1 3 21,4
1
33,3
Lansia Awal
(46-55) 8 61,5 7 50,0
1
33,3
Lansia Akhir
(56-65) 0 0 0 0
0
0
Jumlah 13 100 14 100 3 100
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa responden yang
mengalami gangguan emosi rendah paling banyak terdapat pada
kelompok lansia awal (46-55) tahun sebanyak 8 orang (61,5%),
sedangkan responden yang mengalami gangguan emosi sedang paling
banyak pada kelompok lansia awal (46-55) tahun sebanyak 7 orang
(50,0%), dan yang mengalami gangguan emosi tinggi yaitu pada
kelompok remaja akhir (17-25) tahun , dewasa akhir (36-45) tahun,
dan kelompok lansia awal (46-55) tahun sebanyak 1 orang (33,3%).
Sedangkan distribusi gangguan emosi rendah paling sedikit pada
kelompok remaja akhir (17-25) tahun dan dewasa awal (26-35) tahun
sebanyak 1 orang (7,7%), dan gangguan emosi sedang paling sedikit
pada kelompok remaja akhir (17-25) tahun dan dewasa awal (26-35)
tahun sebanyak 2 orang (14,3%). Hal ini sesuai menurut Sobur (2010),
8
bahwa orang dewasa dalam merespon secara emosional terhadap
stimulus-stimulus lebih besar.
33.3 Masa Kerja Menurut Tekanan Darah
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Terhadap
Tekanan Darah Kategori
masa kerja
Tekanan Darah
Normal Hipertensi fase
1
Hipertensi fase
2
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
0-4 tahun 6 31,6 3 30,0 0 0
5-9 tahun 0 0 0 0 0 0
10-14 tahun 0 0 0 0 0 0
15-19 tahun 2 10,5 0 0 0 0
20-24 tahun 7 36,8 2 20,0 0 0
25-29 tahun 4 21,1 5 50,0 1 100
Total 19 100 10 100 1 100
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai tekanan darah normal dengan masa kerja paling banyak
terdapat dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 7 orang (36,8%),
hipertensi fase 1 dengan masa kerja paling banyak terdapat dalam
kategori 25-29 tahun sebanyak 5 orang (50,0%), dan hipertensi fase 2
dengan masa kerja 25-29 tahun sebanyak 1 orang (100%). Sedangkan
distribusi tekanan darah normal dengan masa kerja paling sedikit
terdapat dalam kategori 15-19 tahun sebanyak 2 orang (10,5%), dan
hipertensi fase 1 dengan masa kerja paling sedikit terdapat dalam
kategori 20-24 tahun sebanyak 2 orang (20,0%).
Menurut Santoso (2004), tekanan darah responden yang
meningkat berdasarkan masa kerja dikarenakan akibat adanya tekanan
panas dari mesin boiler, sehingga perlu adanya proses aklimatisasi
tenaga kerja terhadap tekanan panas tertentu. Aklimatisasi bertujuan
untuk membuat responden menjadi terbiasa terhadap iklim kerja
panas.
33.4 Masa Kerja Menurut Gangguan Emosional
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Terhadap
Gangguan Emosional Kategori
masa kerja
Gangguan Emosional
Rendah Sedang Tinggi
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
0-4 tahun 2 15,4 6 42,9 1 33,3
5-9 tahun 0 0 0 0 0 0
10-14 tahun 0 0 0 0 0 0
15-19 tahun 2 15,4 0 0 0 0
20-24 tahun 5 38,5 3 21,4 1 33,3
25-29 tahun 4 30,8 5 35,7 1 33,3
Total 13 100 14 100 3 100
9
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa responden yang
mengalami gangguan emosi rendah dengan masa kerja paling banyak
terdapat dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 5 orang (38,5%),
gangguan emosi sedang dengan masa kerja paling banyak terdapat
dalam kategori 0-4 tahun sebanyak 6 orang (42,9%), dan gangguan
emosi tinggi dengan masa kerja 0-4 tahun, 20-24 tahun, dan 25-29
tahun sebanyak 1 orang (33,3%). Sedangkan distribusi gangguan
emosi rendah dengan masa kerja paling sedikit terdapat dalam
kategori 0-4 tahun dan 15-19 tahun sebanyak 2 orang (15,4%),
gangguan emosi sedang dengan masa kerja paling sedikit terdapat
dalam kategori 20-24 tahun sebanyak 3 orang (21,4%).
Menurut Atkinson R.L, dkk (2010), Triantoro (2009) dan
Sutarto (2010), gangguan emosional akibat lingkungan kerja yang
panas akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja pada masa
kerja yang lama, karena lingkungan kerja dengan panas yang tinggi
dapat membuat suhu tubuh menjadi naik sehingga mengakibatkan
gangguan emosional.
3.4 Analisis Bivariat
Tabel 8. Hasil Uji Spearman Rho antara Tekanan Darah dengan
Gangguan Emosional
Tekanan
Darah
Gangguan Emosional Total P Value Koefisien
Corelation
(r)
Rendah Sedang Tinggi
(n) % (n) % (n) % (n) %
Hipotensi 0 0 0 0% 0 0 0 0
0,019
0,425
Normal 11 36,
7
7 23,
3
1 3,3 19 63,3
Hipertensi
Fase 1
2 6,7 7 23,
3
1 3,3 10 33,3
Hipertensi
Fase 2
0 0 0 0 1 3,3 1 3,3
Hipertensi
Fase 3
0 0 0 0 0 0 0 0
Total 13 43,
3
14 46,
7
3 10,
0
30 100
Berdasarkan hasil penelitian, dari hasil uji statistik dengan uji
korelasi Spearman Rho diperoleh p-value (0,019 < 0,05) sehingga Ho
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara tekanan darah dengan gangguan emosional pada tenaga kerja yang
terpapar tekanan panas pada bagian unit boiler PT. Indo Acidatama, Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Nilai koefisien korelasi (r) 0,425
dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup kuat dimana nilai (r) berada
dalam range 0,40 – 0,599 (cukup kuat).
10
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, pada Pasal (2) jika faktor fisika
dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampui NAB, pengurus
dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk
menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku. Sedangkan
perusahaan telah melakukan upaya teknis-teknologi, yaitu salah satunya
dengan melakukan pengukuran iklim kerja panas secara berkala. Selain itu
upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan penerapan budaya K3,
diantaranya bekerja dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di tempat kerja, dan bekerja dengan menjalin hubungan yang baik
antara sesama tenaga kerja, dan tenaga kerja dengan atasan. Sehingga
diharapkan tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
4.1.1 Hasil pengukuran ISBB iklim kerja di bagian unit boiler dari
ketiga mesin boiler diperoleh nilai rata-rata sebesar 32,42ºC
dengan beban kerja ringan yang berarti melebihi NAB yang telah
ditetapkan.
4.1.2 Hasil pengukuran tekanan darah responden pada bagian unit boiler
yang memiliki iklim kerja panas > NAB, sebanyak (63,3%)
responden tekanan darahnya masuk kategori normal, (33,3%)
responden masuk kedalam kategori Hipertensi Fase 1, dan (3,3%)
responden masuk kedalam kategori Hipertensi Fase 2.
4.1.3 Hasil pengukuran gangguan emosional responden berdasarkan
total skor kuesioner pada tenaga kerja di bagian unit boiler yang
memiliki iklim kerja panas > NAB, terdapat (43,3%) responden
mengalami gangguan emosi rendah, (46,7%) responden
mengalami gangguan emosi sedang, dan (10,0%) responden
mengalami gangguan emosi tinggi.
4.1.4 Berdasarkan hasil uji statistik untuk hubungan antara tekanan
darah dengan gangguan emosional tenaga kerja yang terpapar
tekanan panas di bagian unit boiler diperoleh nilai p-value sebesar
0,019 atau p ≤ 0,05 dengan Nilai koefisien korelasi (r) 0,425. Hal
ini berarti menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
tekanan darah dengan gangguan emosional pada tenaga kerja
terpapar tekanan panas bagian unit boiler dengan tingkat keeratan
hubungan yang cukup kuat dimana nilai (r) berada dalam range
0,40-0,599 (cukup kuat).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat,
Karanganyar.
a. Perusahaan sebaiknya menambah jumlah ventilasi di ruangan
boiler batubara untuk mengurangi suhu yang panas dengan
11
pendinginan menggunakan metode Cross ventilation, seperti
penambahan jendela yang bisa dibuka saat bekerja.
b. Meningkatkan pengawasan supervisor tentang penggunaan
APD yang telah disediakan oleh perusahaan.
4.2.2 Bagi Tenaga Kerja
Diharapkan tenaga kerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang sesuai untuk lingkungan kerja panas yang telah disediakan di
PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar,
untuk melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada
saat bekerja.
4.2.3 Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan untuk dapat menambahkan beberapa
variabel yang belum dapat dimasukkan di dalam penelitian ini
yang berhubungan dengan kesehatan kerja, produktifitas kerja, dan
lain-lain yang merupakan efek dari iklim kerja panas.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, RL., Atkinson RC., Smith EE., Bem DJ., Hoeksema SN., 2010.
Pengantar Psikologi Jilid Dua. Tangerang: Interaksara.
Bernyoman, ND. 2010. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan
Perubahan Tekanan Darah Karyawan di Unit Boiler Di PT. Indo
Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. [Skripsi
Ilmiah]. Surakarta: Progam D.IV Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Dewi, DPI. 2011. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada
Karyawan di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Progam
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Huwon. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia Utama.
Iridiastadi, H. dan Yassierli. 2015. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Kuswana, WS. 2014. Ergonomi dan K3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Mubarak I. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Permenakertrans RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Jakarta: Permenakertrans RI.
Potter. PA. dan Anne GP. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi
4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potter, PA dan Anne GP. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
12
Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Sholihah, Q. dan Wahyudi K. 2014. Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Sobur, A. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sucipto, CD. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta:
Pustaka Baru.
Sulistyorini, M. 2014. Hubungan Tekanan Panas dengan Kelelahan Kerja
dan Stress Kerja Pada Pekerja Bagian Small Packagings 2 di PT X
Klaten. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Progam D.IV Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Sutarto, W. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi : Dalam Suatu Bidang
Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Triantoro, S. dan Nofrans E. S. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi
Aksara.