Upload
rompas-hbtm
View
208
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
A. JUDUL
HUBUNGAN DISIPLIN KERJA GURU DENGAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK DI MA NURUL HUDA NW GONDANG TAHUN
PELAJARAN 2012 / 2013.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Menggagas persoalan pendidikan pada dasarnya adalah menggagas
persoalan kebudayaan dan peradaban. Secara spesifik gagasan pendidikan
akan merambah ke wilayah pembentukan peradaban masa depan, suatu upaya
merekonstruksi pengalaman-pengalaman peradaban umat manusia secara
berkelanjutan guna memenuhi tugas kehidupannya, generasi demi generasi.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat
pengembangan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap
yang diberikan secara lengkap kepada generasi muda. Hal ini dilakukan untuk
membantu perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya.
Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan di
sekolah, guru memegang peranan yang paling utama. Perilaku guru dalam
proses pendidikan akan memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi
pembinaan perilaku dan kepribadian peserta didik. Dalam Undang-Undang
No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang berakar pada
1
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional ini sangat
jelas peranan guru sangat esensial dan vital.
Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar (PBM),
guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
dalam merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.
Ia juga memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam meningkatkan proses
belajar mengajar. Di tangan para guru-lah terletak kemungkinan berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta di tangan
mereka pulalah bergantungnya masa depan karir peserta didik yang menjadi
tumpuan para orang tua. Maka diharapkan melalui proses ini peserta didik
mempunyai sejumlah kepandaian dan kecakapan tentang sesuatu yang dapat
membentuk kematangan pribadinya.
Namun, apabila kita melihat realitas yang terjadi ternyata kualitas
guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja
dipertanyakan, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar
pendidikan. Selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa
cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya,
berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik
yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang
sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tidak mampu
membela diri.
2
Masyarakat kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak
berkompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra-putrinya tidak
bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki
kemampuan tidak sesuai dengan harapannya. Kalangan bisnis (industri) pun
memprotes para guru karena kualitas lulusan dianggap kurang memuaskan
bagi kepentingan perusahaan mereka. Tentu saja tuduhan dan protes dari
berbagai kalangan tersebut dapat menurunkan citra guru.
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan,
karena memang ada sebagian oknum guru yang menyimpang dari kode
etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat guru
mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi
karena dengan adanya sikap demikian menunjukkan bahwa memang guru
semestinya menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai
peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan suatu organisasi selain
tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan
dengan peserta didik untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan
menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu
ditingkatkan.
Dalam dunia pendidikan kinerja guru atau prestasi kerja
(performance) merupakan hasil yang dicapai guru dalam melaksanakan
tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
serta penggunaan waktu di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kinerja
3
guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri dari
kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreativitas dalam melaksanakan pengajaran, kerjasama dengan
semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan peserta didik,
kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing peserta didik,
serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, salah
satu faktornya adalah kecerdasan emosional. Goleman mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional menentukan posisi seseorang mempelajari
Keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya
yaitu: kesadaran diri, motivasi diri, pengendalian diri, empati, dan
keterampilan dalam membina hubungan.
Istilah Emotional Intelligence diciptakan dan secara resmi
didefinisikan oleh John Mayer dan Peter Salovey pada tahun 1990. sementara
Reuven Bar-On menyumbangkan ungkapan Emotional Intelligence.
Kecerdasan emosi merupakan wacana baru di wilayah psikologi dan
pedagogik setelah bertahun-tahun masyarakat sangat meyakini bahwa faktor
penentu keberhasilan hidup seseorang adalah IQ. Temuan penelitian di
bidang psikologi yang dilakukan oleh Gardner tentang multiple intellegence
yang menyatakan bahwa manusia memiliki banyak kecerdasan, yang bukan
hanya kecerdasan intelektual saja yang telah membuka cakrawala baru
4
tentang potensi manusia yang belum dieksplorasi untuk mendorong
keberhasilan hidup.
Penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa keterampilan sosial
dan emosional ini mungkin bahkan lebih penting bagi keberhasilan hidup
ketimbang kemampuan intelektual. Dengan kata lain, memiliki EQ tinggi
mungkin lebih penting dalam pencapaian keberhasilan ketimbang IQ tinggi
yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kecerdasan kognitif verbal dan
nonverbal.
Sangat tertariknya banyak orang kepada konsep kecerdasan emosional
memang dimulai dari perannya dalam membesarkan dan mendidik anak-anak,
tetapi selanjutnya orang menyadari pentingnya konsep ini baik di lapangan
kerja maupun dihampir semua tempat lain yang mengharuskan manusia
saling berhubungan.
Guru yang berperan signifikan dalam pendidikan seharusnya memiliki
komitmen yang dapat menumbuhkan kinerja, keyakinan dan seperangkat
Nilai-nilai yang dapat menarik peserta didik-peserta didik untuk memiliki
dedikasi yang tinggi guna pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian
mereka secara bersama-sama memiliki dan memegang teguh prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan dan berjuang untuk mewujudkannya dalam tindakan
nyata. Mereka juga memiliki komitmen bersama guna mencapai tujuan-tujuan
sekolah yang telah ditentukan sebelumnya.
5
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam kaitannya dengan berbagai hal di atas, maka permasalahan ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan antara disiplin kerja
guru dengan hasil belajar peserta didik di MA Nurul Huda NW Gondang
Tahun Pelajaran 2012/2013?
D. BATASAN MASALAH
Untuk menghindari perbedaan persepsi, penulis membatasi penelitian
pada:
1. Hubungan Disiplin Kerja Guru dengan hasil belajar peserta didik.
2. Hasil belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran
2012/2013.
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Disiplin Kerja Guru Dengan Hasil Belajar Peserta Didik di MA Nurul Huda
NW Gondang Tahun Pelajaran 2012/2013.
6
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini, peneliti lakukan agar dapat bermanfaat bagi penulis
juga bagi orang lain ataupun dunia akademik, adapun manfaat dari pada
penelitian ini yaitu:
1. Manfaat secara teoritis
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan, akademisi serta
mengembangkan konsep konsep pembelajaran di MA Nurul Huda
NW Gondang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk
meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terungkap dalam
penelitian ini.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input atau bahan
masukan bagi guru, dan peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang
Kabupaten Lombok Utara
b. Hasil peneltian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pihak
lembaga pendidikan terutama MA Nurul Huda NW Gondang dalam
meningkatkan minat belajar peserta didik.
7
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam proposal penelitian ini akan diuraikan sistematika pembahasan
yang meliputi:
Bab I : Secara khusus membahas tentang Pendahuluan yang meliputi: latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, sistematika pembahasan dan perumusan hipotesis.
Bab II : Secara khusus menjelaskan tentang Tinjauan pustaka yang meliputi:
Penegasan pengertian istilah dan landasan teori.
Bab III : Secara khusus menjelaskan tentang Metode Penelitian yang
meliputi: jenis penelitian, populasi dan sampel, data penelitian, variabel
penelitian, analisis data, pengujian hipotesis, dan tempat penelitian dan
jadwal penelitian.
H. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Penegasan pengertian istilah
a. Disiplin Kerja
1) Pengertian Disiplin
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen
sumber daya manusia yang terpenting. Semakin baik tingkat
kedisiplinan yang diterapkan karyawan maka semakin tinggi pula
prestasi kerja yang dapat dicapai dan pencapaian tujuan
perusahaan yang optimal. Sebaliknya, tanpa disiplin sulit bagi
sebuah perusahaan mencapai tujuan terbut.
8
Kedisiplinan menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:190)
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kesadaran secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar
akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi seseorang akan
mematuhi dan mengerjakan tugasnya tanpa adanya paksaan.
Kesediaan adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang
yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik tertulis maupun
tidak tertulis.
Dan menurut Veithzal Rivai (2004:443) mengemukakan
bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini
mendorong gairah kerja dan semangat kerja dan terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan serta masyarakat pada umumnya.
Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya
seseorang yang berhasil memiliki disiplin yang tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang disiplin tersebut
dapat simpulkan bahwa seseorang yang memiliki sikap disiplin
kerja tersebut adalah orang konsekuen dan konsisten serta
bertanggung jawab dan taat kepada asas atas pekerjaan yang
diamanatkan kepadanya. Oleh karena itu demi terwujudnya
tujuan perusahan diperlukan pegawai yang memiliki tingkat
9
kedisiplinan yang tinggi. Jadi kedisiplinan menjadi kunci sukses
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
2) Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja seperti yang dikemukakan oleh Vithzal
Rivai (2004:43) adalah suatu alat yang digunakan para manejer
untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia
mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Sebagai contoh, beberapa karyawan biasa datang
terlambat untuk bekerja, mengabaikan prosedur keselamatan,
melalaikan pekerjaan detail yang diperlukan untuk pekerjaan
mereka, tindakan yang tidak sopan ke pelangga, atau terlibat
dalam tindakan yang tidak pantas.
b. Pengertian Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam
pandangan masyarakat adalah orng yang melaksanakan pendidikan di
tempat tertentu, tidfak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi
bisa juga di masjid, di surau atau mushalla di rumah, dan sebaganiya.
Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah yang membuat guru dihormati, sehingga masyarakat
tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang
10
dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang
berkepribadian mulia.
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita
kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesei
tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas
guru dalam profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnoplogi.
Sedfangkan melatih mengembangkan ketrampilan-keterampilan pada
peserta didik.
Syaiful bahri Djamarah (2000:87) mengatakan “di bidang
kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga tidak kalah
pentingnya. Pada bidang ini mempunya tugas mendidik dan
masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral
pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak
didik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia”.
Keberhasilan melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sangat tergantung pada guru. Mengapa
demikian? Sebab guru merupakan ujung tombak dalam proses
pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum tanpa
didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu
yang tertulis yang tidak memiliki makna. Oleh karena itulah, guru
11
memilki peran yang sangat penting dalam proses implementasi
kurikulum.
2. Landasan teori
a. Hakekat Hasil Belajar Peserta Didik
Roestiyah (1990:58) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Sehingga
dapat diartikan, Hasil Belajar adalah kemampuan, keterampilan,
sikap, dan keterampilan yang diperoleh peserta didik setelah peserta
didik tersebut menerima perlakuan yang diberikan oleh guru,
sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Hamzah B Uno (2008:34) mengungkapkan bahwa hasil
belajar dalam tingkatan yang sangat umum sekali dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: efektifitas, efisiensi, dan daya
tarik. Efektivitas pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian peserta didik. Ada empat aspek penting yang dapat
dipakai untuk mendeproposalkan efektivitas pembelajaran, yaitu:
kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan belajar,
tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang
studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi.
Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan peserta didik untuk terus
atau tidak terus belajar dapat dapat dikaitkan dengan proses
12
pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi. Efisiensi
pembelajaran biasanya diukur dengan rasio keefektivan dan jumlah
waktu yang dipakai si pembelajar atau jumlah biaya yang dikeluarkan
si pembelajar.
Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh kemampuan
peserta didik dan kualitas pengajaran. Kedua faktor tersebut
mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar.
Artinya semakin tinggi kemampuan dan kualitas pengajaran, maka
semakin tinggi pula hasil belajarnya. Pendapat tersebut sejalan
dengan sebagaimana yang dikutip oleh Sudjana (2000:33) bahwa
hasil belajar dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : bakat, waktu yang
tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pelajaran, kualitas pelajaran, dan kemampuan.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual, yang
terdiri dari enam aspek, yaitu : pengeathuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah, dan empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi.
13
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yaitu : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik,
yaitu : gerakan refkeks, kemampuan gerakan dasar, kemampuan
perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif & intrepretatif.
Untuk dapat menilai hasil belajar diperlukanlah suatu alat
evaluasi yang disebut dengan tes. Tes pada umumnya digunakan
untuk menilai dan mengukur hasil belajar, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan ajar sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran. Ada dua jenis tes yang biasa
digunakan untuk menilai hasil belajar yaitu tes uraian atau tes essay
dan tes objektif yang terdiri dari beberapa bentuk yaitu bentuk benar
salah, pilihan berganda dengan berbagai variasi, menjodohkan, dan
isian pendek atau melengkapi.
Banyak faktor yang mempengaruhi atau menentukan hasil
belajar. Seperti yang diungkapkan (Hakim, 2005:35) secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu : faktor internal dan faktor eksternal.
14
1) Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam individu,
seperti: jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat,
kemauan, bakat.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar individu yang
bersangkutan, yaitu: keadaan lingkungan rumah, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, dan sebagainya
b. Konsep Disiplin Kerja Guru
Apa yang dimaksud dengan disiplin ? Banyak para ahli yang
memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka.
The Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin sebagai
berikut: “Disiplin ialah sesuatu keadaan tertib di mana orang-orang
yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada Peraturan-
peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.
Good’s (1959) dalam Dictionay of Education mengartikan
disiplin sabagai berikut :
1) Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan,
dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
mencapai tindakan yang lebih sangkil.
2) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan
sendiri, sekalipun menghadapi rintangan.
3) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan
hukuman atau hadiah.
15
4) pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Webster’s New Wold Dictionary (1959) memberikan batasan
disiplin sebagai: Latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan
keadaan secara tertib dan efisien.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas,
bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada
dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Zainal Aqib (2010:86), mengemukakan bahwa disiplin adalah
suatu proses pendidikan, bersama proses pendidikan itu anak tumbuh
dan berkembang dalam belajar. Pendidik dengan sengaja
mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap
baik dan diterima serta berlaku dalam masyarakat. Kuat lemahnya
pengaruh itu sangat bergantung pada tata disiplin yang diterpkan dan
dicontohkan oleh guru.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian disiplin kerja guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur
yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan
terhadap sekolah secara keseluruhan.
16
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun
berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, guru
di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau
menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat dan atau pembina
tanpa banyak menyumbangkan pikiran-pikirannya. Guru diharuskan
mengiyakan saja terhadap apa ang dikehendaki pejabat atau pembina,
dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, pejabat atau pembina
disekolah bebas memberikan tekanan kepada guru dan memang harus
menekan mereka. Dengan demikian, guru takut dan terpaksa
mengikuti apa yang diingini oleh pejabat atau pembina di sekolah.
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisive.
Menurut konsep ini, guru haruslah diberikan kebebasan luas-luasnya
di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan
dan tidak perlu mengikat kepada guru. Guru dibiarkan berbuat apa
saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini
merupakan anti tesa dan konsep autoritarian. Keduanya sama-sama
berada dalam kutub ekstrem.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan
yang terkendali, atau kebebasan yang bertanggungjawab. Disiplin
demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada guru untuk
berbuat apa saja; tetapi konsekuensi dan perbuatan itu, haruslah ia
tanggung. Karena ia yang menabur, maka ialah yang menuai. Konsep
ini merupakan konvergensi dan konsep otoritarian dan permissive di
17
atas. Menurut konsep kebebasan terkendali ini, guru memang diberi
kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan
kebebasan yang diberikan. Sebab, tidak ada kebebasan mutlak di
dunia ini, termasuk di negara liberal sekalipun, Ada batas-batas
tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan
bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam
setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun,
sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu sendiri.
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan
kebebasan terbimbing. Terbimbing oleh karena dalam menerapkan
kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal- , hal yang
konstruktif. Dan, manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke
hal-hal yang destruktif, maka dibimbing kembali ke arah yang
konstruktif.
Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian
dikemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin guru:
a) Dinamai dengan teknik external control, ialah suatu teknik di
mana disiplin guru haruslah dikendalikan dari luar. Teknik ini
meyakini kebenaran akan teori X, yang mempunya; Asumsi-
asumsi tak baik mengenai manusia. Karena tak baik mereka
harus senantiasa diawasi dan dikontrol terus, agar tidak
terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan
tidak produktif. Menurut teknik external control ini, guru harus
18
terus menerus didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti ancaman
dan ditawari dengan ganjaran. Ancaman diberi kepada guru
yang tidak disiplin, sementara ganjaran diberi kepada guru yang
mempunyai disiplin tinggi.
b) Dinamainya dengan teknik inner control atau internal control.
Teknik ini adalah merupakan kebalikan dari teknik di atas.
Teknik ini mengupayakan agar guru dapat mendisiplinkan diri
mereka sendiri. Guru disadarkan akan arti pentingnya disiplin.
Sesudah sajar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan
diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik,
maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan
dengan teknik external control.
Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh pembina
maka pembina haruslah bisa menjadi teladan dalam hal
kedisiplinan. Sebab, pembina tidak akan dapat mendisiplinkan
guru, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Pembina harus sudah
punya self control dan inner control yang baik.
c) Ketiga, adalah teknik cooperative control. Menurut teknik ini,
antara pembina dan guru harus saling bekerja sama dengan baik
dalam menegakkan disiplin. Pembina dan guru lazimnya
membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan
kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sangsi atas
pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama.
19
c. Disiplin Kerja Guru Di Indonesia
Sebagian besar guru-guru di Indonesia adalah pegawai negeri
sipil. Oleh karena mereka adalah pegawai negeri sipil, maka ia wajib
menjalankan disiplin sebagaimana peraturan perundang-undangan
yang sedang berlaku. Undang-undang Pokok Kepegawaian
No. 8 tahun 1974 mengatur hal ini. Pada undang-undang tersebut,
antara lain disebutkan aturan-aturan sebagai berikut :
1. Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah.
2. Setiap pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Setiap pegawai negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian kesadaran
dan tanggungjawab.
4. Seliap pegawai negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.
5. Setiap pegawai negeri wajib bekerja secara jujur, tertib, cermat
dan bersemangat.
Selain Undang-undang Nomor 8 tahun 1974, disiplin
pegawai negeri juga diatur dengan peraturan pemerintah nomor 30
tahun 1980 (bab II pasal 2 tentang kewajiban dan pasal 3 tentang
pelayanan). Peraturan yang lainnya adalah peraturan pemerintah
nomor 10 tahun 1980 mengenai konduite pegawai negeri.
20
Yang dimaksud dengan peraturan disiplin pegawai negeri
sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi
apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar.
Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan,
tulisan atau perbuatan pegawai negeri sipil yang melanggar
ketentuan peraturan disiplin pegawai negeri sipil, baik yang
dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Yang dimaksud
dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada
pegawai negeri sipil karena melanggar peraturan disiplin pegawai
negeri sipil. Adapun pejabat yang berwenang menghukum adalah
pejabat yang diberi wewenang menjatuhkan hukuman disiplin
pegawai negeri sipil.
Tingkat-tingkat hukuman disiplin pegawai negeri sipil terdiri
atas:
a) Hukuman disiplin ringan.
Hukuman disiplin ringan sendiri terdiri atas :
1. Tegur lisan.
2. Teguran tertulis
3. Per tidak puas secara tertuljs
b) Hukuman disiplin sedang.
Jenis hukuman disiplin sedang adalah;
1. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lambat selama
1 tahun
21
2. Penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala unruk
Paling lama satu tahun
3. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.
c) Hukuman disiplin berat.
Jenis hukuman disiplin berat terdiri atas:
1. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah
untuk paling lama satu tahun.
2. Pembebasan dari jabatan
3. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai pegawai negeri sipil.
4. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri
sipil.
d. Pembinaan Terhadap Disiplin Kerja Guru
Banyak ide, konsep dan teori yang dikemukakan oleh para
ahli guna meningkatkan disiplin kerja guru. Beberapa yang diuraikan
di depan, antara lain juga telah disinggung-singgung tentang
berbagai upaya peningkatan disiplin kerja guru. Semua tersebut
dapat diterapkan dengan melihat faktor kondisional dan situasional
sekolah serta faktor kondisional dan situasional guru itu sendiri.
Pembinaan terhadap disiplin kerja guru ini dapat juga
dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah pengawasan.
Langkah-langkah pengawasan yang dapat diterapkan dalam rangka
membina disiplin kerja guru tersebut adalah: merumuskan standar,
22
mengadakan pengukuran, membandingkan hasil pengukuran dengan
standar, mengadakan perbaikan jika terdapat kekurangan atau
ketidak disiplinan. Langkah-langkah pengawasan tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
1) Merumuskan Standar
Standar tingkah laku disiplin haruslah dirumuskan oleh
pembina. Demikian juga standar disiplin kerja, haruslah dirumuskan
terlebih dahulu oleh pembina. Dalam merumuskan standar tersebut,
sangat baik manakala pembina juga menurut sertakan guru. Dengan
keikutsertaan demikian maka guru akan merasa memiliki terhadap
ketentuan-ketentuan yang dikenakan pada dirinya. Ada kesepakatan
mengenai perilaku disiplin tersebut antara pembina dan guru.
Dalam merumuskan standar disiplin tersebut, hendaknya
ditentukan sekaligus batas-batas perilaku menyimpang dan prilaku
yang tidak menyimpang. Adanya batas-batas yang tegas mikian,
akan memudahkan guru untuk memantau perilakunya sendiri.
Jangan sampai, guru tersebut melanggar disiplinnya karena tidak
tahu bahwa itu adalah suatu pelanggaran.
Misalnya saja kehadiran guru dalam mengajar, dalam hadir di
sekolah, dalam menandatangani presentasi, haruslah diberi batasan
tegas seberapa batas toleransi minimalnya. Jangan sampai hal
demikian ini terjadi interpretasi yang berbeda antara pembina dengan
23
guru. Kesepakatan mengenai batas-batas disiplin, kurang disiplin dan
tidak disiplin haruslah dibangun antara guru dan pembina.
2) Mengadakan Pengukuran
Langkah kedua pengawasan terhadap disiplin kerja guru
adalah mengadakan pengukuran. yang dimaksud pengukuran adalah
melihat secara nyata perilaku disiplin guru. Alat ukur yang
dipergunakan untuk mengukur haruslah tepat. Yang lazim
dipergunakan, alat ukur tersebut berupa tes dan non tes.
3) Membandingkan Hasil Pengukuran dengan Standar
Hasil pengukuran disiplin kerja guru ini kemudian
dibandingkan dengan standar. Jika ternyata berdasarkart pengukuran,
guru mempunyai perilaku disiplin yang sama atau lebih tinggi dan
yang distandarkan, maka dapat dilakukan daur ulang dengan
menetapkan standar baru yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika perilaku
disiplin guru berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan kurang
dan standar, maka dilakukanlah langkah berikutnya.
4) Mengadakan Perbaikan
Perbaikan terhadap disiplin guru terutama dilakukan jika
ternyata perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar yang
telah ditetapkan ditemukan minus. Kewajiban pembinaan adalah
meningkatkan disiplin berdasarkan kekurang-kekurangan yang ada.
Dalam mengadakan perbaikan ini, pembina juga harus
24
mengidentifikasi faktor penyebab, mengapa disiplin tersebut kurang
dan yang distandarkan. Di antara faktor-faktor penyebab tersebut,
perlu dicari penyebab terdominan. Dengan demikian, dapat dapat
dicarikan alternatif-alternatif perbaikan yang terdapat dalam
peningkatan disiplin.
3. Perumusan hipotesis
Untuk mengarahkan proses penelitian ini, maka hipotesis yang
diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : ada hubungan yang
signifikan Disiplin Kerja Guru dengan Hasil Belajar Peserta Didik di MA
Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
I. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis
penelitian yang didasarkan atas perhitungan prosentase, rata-rata, ci
kuadrat dan perhitungan statistik lainnya (Moleong, 2004:2). Selanjutnya
penelitian kuantitatif menekankan pengukuran dan analisis hubungan
kaosalitas antara variable bukan menekankan untuk melihat proses (Agus
Salim, 2001 : 11).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian kuantitatif merupakan teknik penelitian yang didasarkan atas
perhitungan prosentase rata-rata chi kuadrat dan perhitungan statistik
25
lainnya dengan menekankan analisis kaosalitas antara variable. Jadi
penelitian kuantitatif merupakan prosedur yang sudah baku (mengikut
aturan yang berlaku) untuk melakukan suatu pendekatan guna
mendapatkan jawaban pemecahan masalah secara tepat dan benar.
Dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif peneliti
dapat memusatkan perhatiannya pada masalah yang sedang dihadapi
untuk mendapatkan data yang sebenarnya.
2. Populasi dan sampel
a. Populasi
Dalam buku Metodologi Penelitian dijelaskan bahwa
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2003:90). Sedangkan Suharsimi Arikunto
mengemukakan “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”
(2002 : 108).
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah individu-individu yang dikenai penelitian.
Berdasarkan pendapat ahli yang disebutkan di atas, maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan
peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Tahun Ajaran
2012/2013.
26
b. Sampel
Dalam penelitian ini, subjek yang dikenai penelitian biasanya
dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi.
Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan bahwa
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 1998:117). Ahli lain juga berpendapat bahwa
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2003:91).
Sedangkan IB. Netra mengemukakan bahwa “Metode
sampling” adalah suatu cara pengambilan subyek penelitian, dimana
subyek yang akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu sebagai
wakil atau diwakili oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah yang lebih
kecil itu disebut sampel. Dari ketiga pendapat itu dapat di simpulkan
bahwa sampel adalah sejumlah individu yang merupakan bagian dari
populasi
Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah guru
mata pelajaran pada jurusan IPS dan peserta didik kelas XI Semester
ganjil MA Nurul Huda NW Gondang Kabupaten Lombok Utara
tahun pembelajaran 2012/2013.
3. Data penelitian
a. Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalama penilitian ini sebagai barikut :
27
1) Data Primer
Yaitu data yang digunakan untuk mengukur variable-
variabel disiplin, motifasi kerja dan Hasil belajar.
2) Data Sekunder
Berupa data jumlah guru dan data nilai peserta didik,
dimana data diambil dari buku literatur sekolah yang berkaitan
dengan pembahasan masalah yang diteliti.
b. Tekhnik pengumpulan data
1) Kuesioner
Dengan menyebarkan berupa kuesioner penelitian kepada
sampel penelitian. Yang mana kuesioner tersebut berupa
pernyataan-pernyataan yang dilengkapi dengan alternatif
jawaban yang telah disediakan peneliti.
2) Observasi Lapangan
Untuk memperoleh data primer diperoleh dari penelitian
langsung ke tempat penelitian dengan memberikan kuesiner
berisi daftar pertanyaan bersifat kualitatif yang memiliki
alternative jawaban. Dari alternatif jawaban diberikan nilai atau
skor tertentu. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal
dan laporan perusahaan maupun melakukan wawancara dengan
pihak terkait serta melakukan pengamatan atas kegiatan yang
dilakukan.
28
4. Variabel penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai
ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan
menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala
yang menjadi obyek penelitian (Yatim,1996: 11) Variabel dalam hal ini
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
peneliti (Rahman, 1998:52). Sering pula diartikan bahwa variabel
penelitian itu sebagai Faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999:97)
variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Disiplin kerja guru
MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
b. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta
didik MA Nurul Huda NW Gondang tahun pelajaran 2012/2013.
5. Analisis data
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai data dari
masing-masing variabel serta untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih
dahulu dilakukan analisis data.
a. Analisa Regresi Linear Berganda
Digunakan untuk mencari besarnya koefisien pengaruh (positif
atau negatif) antara variabel bebas disiplin kerja (X1) dan variabel
29
bebas motivasi kerja (X2) terhadap variable tidak bebas prestasi
kerja (Y), dengan rumus :
Y= bo + b1 X1+ b2 X2
Dimana :
Y = Prestasi Kerja
X1 = Disiplin Kerja
X2 = Motifasi Kerja
bo = besarnya nilai variable tidak bebas Y, apabila nilai variable
bebas
X1 = X2 = 0
bi = regresi, yaitu besarnya nilai tambah variable bebas Xi terhadap
variable tidak bebas Y, apabila X bertambah satu unit, dimana
i = 1,2.
b. Analisa Koefisien Determinasi Berganda
Setelah melakukan perhitungan melalui analisis regresi linier
berganda, kemudian dilakukan penganalisaan melalui perhitungan
koefisien determinasi berganda. Penganalisaan ini berguna untuk
mengetahui hubungan antara kedua variable bebas disiplin (X1)
dan motivasi kerja (X2) dengan variable terikat prestasi kerja (Y)
digunakan rumus sebagai berikut :
30
6. Pengujian hipotesis
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah Pengujian Hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2002 : 16).
Atas dasar pendapat di atas, Hipotesis yang diajukan masih perlu diuji
kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternatif yang terdiri dari Hipotesis mayor dan Hipotesis minor. Sesuai
dengan teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka
hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha). Ada hubungan yang signifikan disiplin kerja guru dengan hasil
belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Tahun
Pelajaran 2012/2013
(Ho). Tidak ada hubungan yang signifikan disiplin kerja guru dengan
hasil belajar peserta didik MA Nurul Huda NW Gondang Tahun
Pelajaran 2012/2013
Untuk keperluan pengujian Hipotesis digunakan teknik uji-t
(t-tes). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif
dan signifikan tentang pendekatan variasi objek langsung terhadap hasil
belajar peserta didik.
31
t =
Dengan keterangan
M = Nilai rata-rata hasil per kelompok
N = Banyak subyek
X = Deviasi setiap nilai x2 dan x1
Y = Deviasi setiap nilai dari mean Y1
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 281).
1. Tolak Ho, apabila t hitung > t table pada taraf uji 95 % dan derajat
kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung < t table
maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
2. Ho di tolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan dan menerima
Ho artinya ada hubungan yang signifikan
J. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di MA Nurul Huda NW
Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.
Waktu Penelitian, Penelitian ini direncanakan kurang lebih 3 (tiga
bulan) terhitung mulai ditandatanganinya kontrak bimbingan penulisan karya
ilmiah dengan perincian sebagai berikut :
1) Mempersiapkan Penelitian
Membuat draft wawancara, mencari narasumber mengurus izin
penelitian, konsultasi dan sebagainya selama dua minggu.
32
2) Pengumpulan Data
Penentuan informan, wawancara, mencari dokumen-dokumen selama
dua minggu.
3) Pengolahan Data dan Analisisnya
Pengumpulan dan pengklasifikasian data yang jelas diperoleh serta
menganalisis dan menginterpretasikan data dilakukan selama empat
minggu.
4) Penulisan Laporan Hasil Penelitian Dan Finalisis
Rekonstruksi dan hasil penelitian dengan bentuk komputer dan alat Bantu
lainnya yang relevan, ini dilakukan kurang lebih selama empat minggu.
NO KEGIATAN
BULANJuli2012
Agustus2012
September2012
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persiapan Penelitian
2Penyusunan Proposal Penelitian
3Konsultasi Proposal Penelitian
4 Perizinan Penelitian
5Penyusunan Proposal (Karya Ilmiah)
6Konsultasi Proposal (Karya Ilmiah)
7 Ujian Karya Ilmiah
33
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia Merdeka
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Aziz, Rahmat. 2010. Psikologi Pendidikan “Model Pengembangan Kreativitas dalam Praktek Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press.
Djamarah, Syaiful, 1991, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Pendidik, Surabaya : Usaha Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011, Psikologi Belajar (revisi edisi kedua). Jakarta: Rineka Cipta
Frick,Heinz.1978. Mekanika Teknik 1 Statika dan Keguanaanya. Jogjakarta: Kanisius.
Jurnal Pendidikan Volume 8 No.1 Merat 2007: Nugraheni, Endang 2007. Student Centered Learning dan Implikasi nya terhadap proses Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Murtinugraha,Eka.2008. Diktat Statistika Terapan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta. Jakarta
Nurazizah, Maryam.2010. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Student Centered Learning berbasis Classroom Blogging Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMA. Proposal. Bandung: UPI
Nurkancana dan Sumartana, 1986, Evaluasi Pendidika, Surabaya : Usaha Nasional.
Rasyad, Aminuddin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press dan Yayasan PEP-EX 8.
Soelaeman, M.I. 1986. Menjadi Guru Suatu Pengantar kepada Dunia Guru. Bandung: Diponegoro
Sudjana, Nana.1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
34
Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung : PT Tarsito Bandung
Sugiyono.2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suharnan, M.S. 2011. Kreativitas Teori dan Pengembangan. Surabaya: Laros
Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin,H.M.2007.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta:Persada Press.
35