48
HUBUNGAN HUBUNGAN DOKTER – PASIEN DOKTER – PASIEN DAN DAN TEKNIK WAWANCARA TEKNIK WAWANCARA dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

Hubungan Dokter Pasien

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Dokter Pasien

HUBUNGAN HUBUNGAN DOKTER – PASIENDOKTER – PASIEN

DAN DAN TEKNIK WAWANCARATEKNIK WAWANCARA

dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

Page 2: Hubungan Dokter Pasien

Pendahuluan

Kemampuan untuk mengembangkan hubungan dokter dan pasien yg efektif memerlukan pemahaman yg kuat mengenai kompleksitas perilaku manusia dan teknik berbicara serta mendengarkan orang lain

Page 3: Hubungan Dokter Pasien

Untuk mendiagnosis, menangani, dan mengobati penyakit yg diderita seseorang, dokter harus belajar untuk mendengarkan.Dokter yg peka terhadap efek riwayat, cultural, lingkungan dan psikologi adalah dokter yg bekerja dg pasien dalam berbagai segi, bukan dg sindroma penyakit. Jika seni dan teknik mendengarkan secara aktif tidak diperhatikan, dihormati, dan diterapkan, dokter gagal dalam dasar menegakkan hubungan dg pasiennya, dan perawatan pasien pasti gagal.

Page 4: Hubungan Dokter Pasien

Model Hubungan Dokter dan Pasien

Hubungan dokter dan pasien mempunyai sejumlah hubungan potensial. Dokter harus menyadari model mana yg berlaku pada seorang pasien dan tergantung dari kebutuhan tertentu dari pasien, dan kebutuhan pengobatan dari situasi klinis tertentu.

Page 5: Hubungan Dokter Pasien

Model Spesifik

a. Model Aktif-pasif (active-pasive models)Menyatakan bahwa perlu terdapat pasivitas yg sepenuhnya pada pasien dan pengambilalihan oleh dokter. Pada model tsb, pasien tidak memikul tanggung jawab sama sekali untuk perawatan dirinya dan tidak mempunyai bagian dalam pengobatan. Model ini adalah sesuai jika pasien tidak sadarkan diri, terimobilisasi, atau delirium.

Page 6: Hubungan Dokter Pasien

b. Mode/ guru dan siawa (teacher-student model)

Dominasi dokter diterima dan ditekankan. Peranan dokter adalah paternalistic dan mengontrol; peran pasien adalah ketergantungan dan penerimaan. Model ini seringkali terlihat saat pemulihan pasien dan pembedahan.

Page 7: Hubungan Dokter Pasien

c. Model peran serta saling menguntungkan (mutual participation model)Menyatakan persamaan dokter dan pasien; keduanya saling memerlukan dan saling bergantung satu sama lain. Model ini seringkali terlihat pada pengobatan penyakit kronis tertentu seperti gagal ginjal dan diabetes, dimana pengetahuan dan penerimaan pasien akan pengobatan adalah penting bagi keberhasiIan pengobatan.

Page 8: Hubungan Dokter Pasien

d. Model persahabatan (friendship model) Model ini seringkali melibatkan hubungan yg terus menerus, bukannya berakhir yg sesuai dg semestinya, melainkan pengaburan batas-batas antara profesionalisme dan keintiman.

Page 9: Hubungan Dokter Pasien

Pertimbangan – Pertimbangan Umum

Semakin baik pengertian bahwa dokter mempunyai dirinya sendiri, semakin aman yg dirasakan. Dokter perlu menekan, tetapi tidak sampai memikul tanggung jawab pasiennya, atau berfantasi yg tidak realistic bahwa hanya mereka yg dapat menjadi penyelamat pasien.

Page 10: Hubungan Dokter Pasien

Mereka harus mampu meninggalkan masalah pasiennya saat keluar dari tempat praktek atau rumah sakit dan tidak menggunakan pasiennya sebagai pengganti untuk keintiman atau persahabatan. Jika tidak, mereka akan mengalami kesulitan dalam usaha untuk menolong orang yg sakit, yg membutuhkan simpati dan pengertian tetapi bukan sentimentalitas dan keterlibatan yg berlebihan.

Page 11: Hubungan Dokter Pasien

Dokter cenderung bersikap membela diri dg berbagai alasan, terutama apabila pasien merasa tidak mendapatkan kepuasan yang diinginkan oleh

pasien.

Page 12: Hubungan Dokter Pasien

Walaupun kekakuan tersebut dapat menciptakan bayangan ketelitian dan efisiensi, keadan ini sering

kali tidak sesuai. Keluwesan lebih besar menyebabkan respons saling peran yang halus antara dua orang. Dokter harus belajar untuk

menerima kenyataan bahwa dalam situasi tertentu suatu penyakit tidak dapat dikendalikan, dan kematian tidak dapat dicegah, tidak peduli

bagaimana telitinya, kompetennya, atau baiknya perawatan dokter tersebut.

Page 13: Hubungan Dokter Pasien

Dokter juga harus mencegah menghindari masalah yg mereka rasakan sulit untuk dihadapi

karena sensitivitas, prasangka, atau kepelikannya sendiri; jika masalah tsb penting bagi pasien.

Page 14: Hubungan Dokter Pasien

Melakukan Wawancara

Salah satu alat yg penting yg dimiliki dokter adalah kemampuan untuk melakukan wawancara secara efektif. Tiap wawancara mempunyai tiga komponen utama, dimana semuanya membutuhkan teknik dan ketrampilan khusus:a. memulai wawancara b. wawancara itu sendiri c. mengakhiri wawancara

Page 15: Hubungan Dokter Pasien

Pada umumnya, pewawancara harus menunjukkan sikap yg tidak menghakimi, tertarik, keprihatinan, dan keramahan; jika tidak informasi

yang penting mungkin tidak dapat diperoleh

Page 16: Hubungan Dokter Pasien

Banyak faktor yang mempengaruhi baik isi dan proses wawancara:

1. Kepribadian pasien dan gaya karakternya.2. Berbagai situasi klinis (mis. bangsal RSU, bangsal RSJ, UGD, pasien rawat jalan).3. Faktor teknik (mis. interupsi telepon, menggunakan penterjemah, membuat catatan,

kenyamanan ruangan).4. Pemilihan waktu wawancara dalam penyakit

pasien (mis. fase akut, fase remisi).5. Gaya, orientasi, dan pengalaman pewawancara

Page 17: Hubungan Dokter Pasien

Tiap wawancara mempunyai dua tujuan teknik yang utama:

1. Penentu (determinan) psikologis dan perilaku.2. Klasifikasi gejala.

Page 18: Hubungan Dokter Pasien

Othmer dan Othmer menunjukkan tujuan dari gaya wawancara:

1. Gaya berorientasi tilikan (insight- oriented) atau gaya psikodinamika. Wawancara berorientasi tilikan cenderung

untuk menekankan perolehan dan interpretasi dan konflik, kecemasan, dan pertahanan yang tidak disadari.

Page 19: Hubungan Dokter Pasien

2. Gaya berorientasi gejala (symptom oriented) atau gaya deskriptif. Pendekatan berorientasi gejala menekankan pada klasifikasi keluhan dan disfungsi pasien sesuai kategori diagnostik.Kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling melengkapi.

Page 20: Hubungan Dokter Pasien

Wawancara Psikiatrik

Seorang pasien psikiatrik harus seringkali berhadapan dg stress dan tekanan yg berbeda dari yg dirasakan oleh pasien yg tidak mempunyai gangguan psikiatrik. Stress tsb adalah: stigma yg melekat karena menjadi pasien psikiatrik kesulitan dalam berkomunikasi karena gangguan

dalam berpikir (waham, halusinasi disorganisasi proses berpikir)

keanehan2 perilaku dan gangguan tilikan (insight) gangguan pertimbangan, yg menyebabkan kepatuhan terhadap pengobatan menjadi sulit.

Page 21: Hubungan Dokter Pasien

Krn pasien psikiatrik seringkali sulit utk menjelaskan sepenuhnya apa yg sedang terjadi, dokter harus siap untuk mendapatkan informasi dari sumber2 lain (anggota keluarga, teman, pasangan hidup).Pasien psikiatrik mungkin tidak mampu untuk mentoleransi format wawancara, khususnya pada pasien stadium akut (agitasi, paranoid, depresi). Pada kasus ini dokter harus siap untuk melakukan interaksi singkat yg berulang kali. Dokter harus dipersiapkan secara khusus untuk menggunakan keterampilan spesifik termasuk pengamatan penampilan umum pasien, perilaku, dan bahasa tubuh pasien.

Page 22: Hubungan Dokter Pasien

Mendapatkan Rapport

Mendapatkan rapport merupakan langkah pertama dari wawancara. Othmer dan Othmer mendefinisikan perkembangan rapport melalui 6 strategi:1. Menempatkan pasien dan pewawancara dalam

ketentraman2. Menemukan rasa nyeri dan mengekspresikan

rasa kasihan3. Menilai tilikan pasien dan menjadi sekutu4. … … …

Page 23: Hubungan Dokter Pasien

4. Menunjukkan keahlian5. Menegakkan wibawa sebagai dokter dan ahli

terapi6. Menyeimbangkan peranan pendengar yg

empatik, seorang ahli, dan orang yg berwenang

Page 24: Hubungan Dokter Pasien

Tidak berhasilnya dokter mendapatkan rapport yg baik dg pasien meyebabkan banyaknya ketidakefektifan dlm perawatan.Adanya rapport menyatakan secara tidak langsung bahwa terdapat pengertian dan kepercayaan antara dokter dan pasien. Menegakkan rapport sebenarnya juga tergantung pada suatu pengertian dasar tentang faktor interpersonal yg kompleks seperti transferensi (transference) dan transferensi balik (countertransference).

Page 25: Hubungan Dokter Pasien

Transferensi biasanya didefinisikan sebagai sekumpulan harapan, kepercayaan dan respon emosional yg dibawa oleh seorang pasien dalam hubungan dokter-pasien.Transferensi-balik dapat mengambil bentuk perasaan negative yg merusak hubungan dokter-pasien, tetapi juga dapat berupa reaksi positif, idealis, atau bahkan erotik.

Page 26: Hubungan Dokter Pasien

Wawancara yang baik

Dalam wawancara yg baik dokter menemukan secara terinci apa yg mengganggu pasien. Dokter harus melakukan wawancara dalam cara yang sistematik yang mempermudah identifikasi masalah yg relevan dalam konteks kerja sama yang empatik dan berkelanjutan dg pasien.

Page 27: Hubungan Dokter Pasien

•1sf don proses wawancaro.••LIswuwancarasecarnliarafiah adalah•ipa yang dibicarakan anfäiä dokter dan•pasien: topic yang dibicarakan, subyek•yang disebutkcn.•Proses wawancara adalak apa yang terjadi secaro non verbal dimana n’ielibatkan perasaan don reaksi yang•tidak dinyatakan atau tidak disadari,•contoh bahasa tubuh.

Page 28: Hubungan Dokter Pasien

Teknik wawancara

Pertanyaan terbuka Iawan tertutup

Bagian awal dari wawancara biasanya merupakan pertanyaan terbuka, dimana dokter memungkinkan pasien untuk berbicara sebanyak mungkin dg kata2nya sendiri. Pertanyaan tertutup mengarah pada informasi spesifik dan tidak memungkinkan pasien memiliki banyak pilihan dalam menjawab.

Page 29: Hubungan Dokter Pasien

Refleksi

Dalam teknik refleksi, dokter mengulangi dg cara yg suportif sesuatu yg telah dikatakan pasien.Tujuan dari refleksi adalah untuk meyakinkan dokter bahwa ia telah mengerti secara tepat apa yg dicoba dikatakan pasien dan membiarkan pasien mengetahui bahwa dokter memperhatikan apa yg dikatakannya. Contoh, jika pasien mengatakan tentang rasa takut akan kematian dan efek mengatakan rasa takut tsb kpd keluarganya, dokter dapat mengatakan, “tampaknya anda risau menjadi beban bagi keluarga anda.”

Page 30: Hubungan Dokter Pasien

Fasilitasi

Dokter membantu pasiennya melanjutkan wawancara dg memberi isyarat verbal maupun nonverbal yg mendorong pasien untuk terus berbicara. Contoh, mengangguk kepala, condong ke depan dan berkata, “Ya, dan lalu...?” atau “Oh, teruskan”.

Page 31: Hubungan Dokter Pasien

Keheningan

Dalam situasi tertentu keheningan dapat memungkinkan pasien untuk merenung, menangis, atau hanya duduk dalam lingkungan yang menerima.

Page 32: Hubungan Dokter Pasien

Konfrontasi

Adalah alat untuk membantu pasien menghadapi masalahnya secara lengsung. Contoh, seorang pasien yg baru saja menunjukkan usaha bunuh diri tetapi mengatakan kpd dokter bahwa hal tsb tidak serius, maka dokter dapat mengatakan, “Apa yg anda lakukan mungkin tidak membunuh anda, tetapi menunjukkan kepada saya bahwa sekarang ini anda berada dalam masalah yg serius dan anda membutuhkan pertolongan sehingga anda tidak mencoba bunuh dir lagi.”

Page 33: Hubungan Dokter Pasien

Kejelasan (clarification)

Dokter berusaha untuk mendapatkan perincian dari pasien mengenai apa yg baru saja dikatakan pasiennya. Contoh: “Anda merasa tertekan. Kapankah anda merasa paling tertekan?”

Page 34: Hubungan Dokter Pasien

Interpretasi

Teknik interpretasi paling sering digunakan, jika dokter menyatakan sesuatu mengenai perilaku atau pikiran pasien yg mungkin tidak disadari oleh pasien. Teknik ini adalah sulit dan baru digunakan hanya setelah dokter mendapatkan rapport dg pasiennya. Contoh: “Saat anda bercerita bagaimana marahnya anda karena keluarga anda tidak mendukung, saya berpikir anda juga mengatakan kepada saya betapa cemasnya anda kalau saya tidak membantu anda juga. Bagaimana menurut anda?”

Page 35: Hubungan Dokter Pasien

Penyajian Terakhir

Secara berkala selama wawancara, dokter dapat mengambil waktu dan secara singkat meringkaskan apa yg telah dikatakan pasien sejauh ini. Contoh: “Baiklah, saya hanya ingin memastikan bahwa saya telah mendapatkan semuanya secara tepat sampai saat ini ....“

Page 36: Hubungan Dokter Pasien

Penjelasan

Dokter menjeIaskan rencana pengobatan kepada pasien dalam bahasa yg mudah untuk dimengerti dan membiarkan pasien berespon dan bertanya.

Page 37: Hubungan Dokter Pasien

Transisi

Teknik transisi memungkinkan dokter menyampaikan gagasan bahwa telah cukup di dapatkan informasi mengenai satu subyek; hal ini mendorong pasien untuk melanjutkan ke subyek lainnya.

Page 38: Hubungan Dokter Pasien

Pengungkapan diri (self revelation)

Mengungkapkan diri secara terbatas dan berhati-hati oleh dokter mungkin berguna dalam situasi tertentu. Jika dokter merasa bahwa beberapa informasi dpt membantu pasien menjadi lebih nyaman, dokter dapat memutuskan apakah harus mengungkapkan diri. Contoh: “Saya telah menikah, tetapi marilah kita berbicara sedikit mengenai mengapa penting bagi anda untuk mengetahui hal tsb”

Page 39: Hubungan Dokter Pasien

Dorongan positif (positive reinforcement)

Teknik dorongan positif memungkinkan pasien merasa nyaman dalam menceritakan segalanya kepada dokter, bahkan mengenai hal2 tertentu seperti ketidak patuhan terhadap pengobotan.Contoh: “Saya menghargai anda bercerita kepada saya bahwa anda telah berhenti menggunakan medikasi. Dapatkah anda bercerita mengenai masalah apa dg medikasi?”

Page 40: Hubungan Dokter Pasien

Menenteramkan hati (reassurance)

Menenteramkan hati pasien secara jujur dpt menyebabkan meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan dan dpt dialami sbg respon empatik dari dokter. Tetapi menenteramkan hati secara palsu sebenarnya membohongi pasien dan dpt merusak kepercayaan dan kepatuhan pasien.

Page 41: Hubungan Dokter Pasien

Contoh: seorang pasien dg penyakit terminal bertanya, “Apakah saya akan menjadi sehat, dokter?” dan dokter menjawab “Sudah tentu, anda akan sehat, semuanya baik”. Contoh penenteraman hati yg jujur, dokter menjawab “Saya akan melakukan segala sesuatu yg dpt saya lakukan untuk membuat anda meraso nyaman, tetapi kita berdua tahu bahwa anda menderita penyakit yg serius.”

Page 42: Hubungan Dokter Pasien

Nasehat

Dalam banyak situasi tidak hanya pantas tetapi diharapkan bagi dokter untuk memberikan nasehat kpd pasien. Untuk menjadi efektif dan dirasakan sbg empatik, nasehat harus diberikan hanya setelah pasien dibiarkan berbicara dg bebas mengenai masalahnya. Memberikan nasehat terlalu cepat dpt menyebabkan pasien merasa dokter tdk sungguh2 mendengarkan.

Page 43: Hubungan Dokter Pasien

Mewawancarai Pasien Psikotik

Teknik terapi spesifik yg digunakan pada pasien psikotik adalah:1. Jangan berusaha berbicara dg pasien mengenai keyakinan delusional.2. Jangan mentertawai material yg kacau dan

psikotik yg kedengarannya lucu tetapi jelas tidak lucu.

3. Pertahankan formalitas tertentu dg pasien, sehingga mereka tdk merasa terancam dg apa

yg dirasakan sbg kedekatan yg menakutkan.4. … … …

Page 44: Hubungan Dokter Pasien

4. Tujukan pada keterampiIan untuk bertahan hidup dan sosial yg kongkrit dari hari ke hari.

5. Turunkan tekanan terhadap pasien untuk mencapai banyak kemampuan yg dpt dicapai.

6. Susunlah waktu wawancara sehingga pasien dapat mengetahui apa yg diharapkan.

7. Bersikap sensitif mengenai bagaimana mudahnya pasien merasa terhina atau malu terhadap ketidakmampuannya.

Page 45: Hubungan Dokter Pasien

Menyimpulkan wawancara

Dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan harus membiarkan pasiennya mengetahui sebanyak mungkin mengenai rencana ke depan.

Dokter harus mengucapkan terima kasih kpd pasien karena telah memberikan informasi yg diperlukan dan memberitahu bahwa informasi yg disampaikan sangat menolong dalam memperjelas langkah selanjutnya.

Page 46: Hubungan Dokter Pasien

Tiap peresepan obat harus dijelaskan dan dokter harus yakin bahwa pasien mengerti dan bagaimana menggunakannya.

Bila diperlukan, dokter harus memberikan rujukan dan beberapa petunjuk seperti bagaimana pasien dapat mencari pertolongan secepatnya jika diperlukan sebelum waktu perjanjian selanjutnya.

Page 47: Hubungan Dokter Pasien

Kepatuhan

Strategi yg disarankan untuk meningkatkan kepatuhan adalah meminta pasien secara langsung untuk menjelaskan apa yang mereka sendiri percaya sebagai keliru, apa yg mereka percaya harus dilakukan, apa yg mereka percaya sebagai risiko dan manfaat mengikuti pengobatan yg diberikan.