Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
DAYA TAHAN STRES PADA REMAJA AWAL
SKRIPSI
Oleh:
TITIEN MULIASARI
95 231 056
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2002
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN DAYATAHAN STRES PADA REMAJA AWAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas PsikologiUniversitas Islam Indonesia untuk Memenuhi
Sebagian dan Syarat-syarat Guna Memperoleh DerajatSarjana Psikologi
Oleh :
TITIEN MULIASARI
95231056
FAKLLTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA2002
Dipertahankan di Depan Devvan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Psikologi IJniversitas Islam Indonesia
Dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian
Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-l Psikologi
Pada Tanggal
I (/(!, : >.UI.
Dewan Penguji
1. Dr. SUKARTI
2. FUAD NASHORI. H, S. PSI.,MSI
3. RETNO KlIMOLOHADI, S. PSI.,PSI
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia
Dr.SUKATlTI
Tanda Tangan
XX
V
^;
^
^
.V
^
55^
.v
~V*<
5-5;
~^
^
"S
M
;1K
?si^
5;
<l-
^~>
^:ir
.
itx-5
5r45;
r
e6
dN
s
•'o©
>A,
V
"V
5s5;
I
*11
V^iX
X
3N*
*^
']•<
^^^
$
©~4
1
>*>§
i4^$^
1;
13
1
1«
M
I»
IO
?$
4
1M
Ȥ$1
^1J^? 1
®
5
It -§«
*-i
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil'aalamin. Segala puji bagi Allah, SWT atas segala
rahmat dan karuniaNya telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Teriring shalawat dan salam untuk junjungan
hamba, Nabiyullah Muhammad SAW.
Proses pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
terima kasih setulusnya kepada siapa saja yang telah mendorong,
menasihati, membantu dan mengulurkan tangannya dengan sepenuh hati.
Mereka adalah:
1. Ibu Dr. Sukarti, selaku Dekan Fakultas Psikologi UTI sekaligus dosen
pembimbing utama yang sangat membantu dan mendukung
kelancaran skripsi ini.
2. Ibu Ratna Syifa'a Rahmahana, S.Psi, M.Si selaku Pembantu Dekan I
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik atas dorongan dan dukungan
yang selama ini diberikan pada penulis.
3. Ibu Yuli Dwi Astuti, S.Psi selaku Pembantu Dekan U.
4. Bapak Fuad Nashori, S.Psi selaku Pembantu Dekan III
5. Ibu Retno Kumolohadi, Psi selaku dosen pembimbing pendamping,
yang telah menjadi partner dan guru yang baik dalam penulisan
skripsi ini, juga atas dukungan dan perhatian yang diberikan pada
penulis.
6. Seluruh Staf Akademik dan Non Akademik atas bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
7. Bapak Drs. Hermilus selaku Kepala Sekolah SMU Negeri 8
Pekanbaru yang memberikan ijin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian skripsi ini.
8. Bapak Tavip Tria Candra, Spd, Bapak Drs. Basri, Bapak Drs. Aswir
Astaman, Ibu Nursri Zainuddin, Spd selaku Wakil Kepala Sekolah
SMU Negeri 8 Pekanbaru atas informasi dan pembinaannya terhadap
penulis.
9. Ibu Dra. Mumiati dan Ibu Yulisda, Spd selaku BP SMU Negeri 8
Pekanbaru atas dorongan dan bantuannya pada penulis.
10. Ibu Dra. Erni Mustamir dan Ibu Dra. Yusniarti yang telah
meluangkan waktu dan banyak membantu penulis dalam penyebaran
dan penjelasan skala penelitian.
11. Ibu Siti Syawaliah selaku Kepala TU SMU Negeri 8 dan pegawai TU
lainnya yang telah membantu penulis dalam memperoleh kemudahan
informasi.
12. Adik-adik kelas II A, II B, H E, II F, II G, II H SMU Negeri 8
Pekanbaru yang telah menyediakan waktunya untuk mengisi skala
penelitian. " YOU'RE ALWAYS TEE BEST!"
13. Sahabat-sahabat terbaikku, Budi, Poppy, Enny, Fitri, Roby, atas
segala dorongan, teguran dan kebersamaan selama ini. I LOVE YOU,
GUYS!
VI
14. Sahabat-sahabatku, Mikes, Sukma and Rohma,'Mbak Iyam, Mas
Dendy, Andri, Bambang, Puce, Susan dan lis, Tita and the Baby,
Khamel, Nancy, Vivi, Dek Haya,'Mbak Ana,'Mbak Ita dan 'Mbak
Etik serta teman-teman EX-Kost Sagan, semoga persahabatan kita
selalu abadi.
15. Sischa dan Ilyas ( cepat gede ya, sayang!) yang sempat menemani
hari-hari penulis, selamat jalan.
16. Adik-adikku dan sahabatku sayang di GPK 318, Anita (calon Ibu
Bhayangkari, siap nggak?), Ani (thanks atas kolaborasi komputernya,
ojo bosenan yo An?!), Yusi kumaha damang, Teh?), Devi (hai centil,
kapan nyusul? Ditunggu tuh!) , Susi (thanks for the support!), Erika
(makasih atas wasilah-wasilahnya), Dear Ana (lihatlah dengan mata
hati, sayang), Lisya ( terima kasih atas kesabarannya) and Melan,
Erly, Rita (lulus bareng, yuk?), Novi, Era, 'Mbak Wi (makasih,
'Mbak), Dian, Jane dan Intan (selamat datang!). Terima kasih atas
segala kebersamaan dan kasih sayang yang terjalin. I'M GONNA
MISS YOU ALL!
17. Teman-teman seperjuangan angkatan '95, Wati, Ana, Leni, Harry,
Etik, Yunita, Hanifah, Dewi RR, Desy, Fitri, Rani, Dira, Nitsen, Uni,
Ray, Maya, dan teman- teman lainnya. Always keep in touch, ok?!
18. Dek Rumiani, terima kasih atas dorongan untuk 'berbuat yang
terbaik' and hari- hari panjang bermakna yang kita lalui. Syukron
jazakillah, Dek!
Vll
19. Rieka Apriani ( terima kasih skalanya), Devi and Rosi '97 (terima
kasih atas informasinya).
20. Bapak dan Ibu Imam Prayogo, atas segala bimbingan dan kasih
sayangnya selama penulis di Yogya.
21. Pak Tuo dan Mak Tuo, Bang Indra, Ita dan Nina atas segala
perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya selama ini di yogya.
22. Yuk mona, Kak Adi, Ari, Atin, Ani dan Winda atas pinjaman
komputer, bantuan dan diskusi-diskusinya.
23. Cik Neneng dan Cik Ita, atas segala ketulusan dan do'a. Man Amat
dan Man Andi, Man Edi dan Cik Ida, Cik Ida dan Om, Cik Umai dan
Om, Cik Nino dan Om, Man Emi, Man Eri dan Nata, Cik Iyus, Man
Ebot dan Budi. Cik Tati & Om dan Bang Yansen, atas segala support.
24. Datuk Oncol dan Nenek atas segala ketulusan dan do'a.
25. Pak Gempita dan Ocik atas support dan pinjaman bukunya.
26. Keluarga besar Abdul Rahman, Mak Tuo & Pak Tuo, Pak Onga &
Mak Onga, Pak Onsu & Mak Onsu, Mak Cik Onun & Pak Cik, Mak
Cik Eli & Pak Cik, dan sepupu-sepupu tersayang atas segala
ketulusan, kasih sayang dan do'a.
27. Keluarga besar Bapak Samino di Sumatera Utara, atas kasih sayang
dan pengertiannya.
28. The last but not the least, Dear Abang Biyus atas segala pengertian,
kasih sayang dan dorongan yang tak henti-hentinya pada penulis.
Sabarya, Bang?!
vm
29. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah, SWT membalas semuanya dengan sebaik-baik balasan
dan Allah, SWT senantiasa mengkaruniakan Rahmat dan Hidayah-Nya
pada kita semua. Amin. Akhir kata, penulis berharap semoga karva
sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. 'Tak ada
gading yang tak retak', begitu pula dengan karya ini, bila terdapat
kekurangan atau kesalahan, itu semata-mata dari penulis pribadi.
Sebaliknya, bila kebaikan yang ditemukan, hal itu merupakan Hidayah dari
Allah, SWT.
Yogyakarta, Februari 2002
Penulis
IX
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
11ALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
ABSTRAK xv
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 7
B. Tujuan dan Manfaat 7
C. Keaslian Penelitian 8
BAB II : LANDASAN TEORI 9
A. Daya Tahan Stres 9
!. Pengertian Stres 9
2. Sumber-Sumber Stres 14
3. Tahapan Stres 17
4. Respon terhadap Stres 20
5. Pengertian Daya Tahan Stres 22
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Stres 23
B. Kecerdasan Emosional 26
1. Pengertian Kecerdasan Emosional 26
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional 28
C. Remaja 30
1. Pengertian Remaja dan Masa Remaja 30
2. Ciri-Ciri Masa Remaja 32
3. Perkembangan Masa Remaja 34
D. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Daya
Tahan Stres pada Remaja 36
E. Hipotesis 42
BAB III : METODE PENELITIAN 43
A. Identifikasi Variabel 43
B. Definisi Operasional Varibel 43
C. Subjek Penelitian 44
D. Metode Pengumpulan Data 44
1. Skala Kecerdasan Emosional 44
2. Skala Daya Tahan Stres 46
E. Validitas dan Reliabilitas 47
F. Anaiisis Data 48
BAB IV : PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN 49
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 49
1. Orientasi Lokasi Penelitian 49
XI
2. Perijinan 50
B. Pelaksanaan Penelitian 50
C. Hasil Penelitian 51
1. 1Iasil Uji Asumsi 51
2. Hasil Uji Hipotesis 52
3. Deskripsi Penelitian 52
D. Pembahasan 54
BAB V: PENUTUP 58
A. Kesimpulan 58
B. Saran-Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN
xn
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model Tahapan Stres 11
2. Zona Pertahanan Melawan Kenvataan 38
xi n
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Aitcm Skala Kecerdasan Emosional 46
2. Distribusi Aitem Skala Daya Tahan Stres 47
3. Deskripsi Data Penelitian 52
4. Kategorisasi Subyek Penelitian 54
xiv
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
DAYA TAHAN STRES PADA REMAJA AWAL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antarakecerdasan emosional dengan daya tahan stres. Penelitian ini menggunakan SkalaKecerdasan Emosional dari Apriani (2000) dan untuk mengungkap daya tahanstres digunakan Skala Daya Tahan Stres yang disusun Chaerani (1995) untukmembantu pengumpulan data. Hipotesa yang diajukan adalah "ada hubunganpositif antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres". Subjek penelitianini adalah siswa kelas 1! SMU N 8 Pekanbaru, Riau sebanyak 203 siswa yangberusia 15 sampai dengan 17 tahun. 203 eksemplar skala yang disebar dankemudian dikumpulkan kembali, semuanya lengkap dan layak dianalisis.
Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan korelasi product momentdari Pearson. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan yang sangatsignifikan antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres, dengan r = 0,446(p< 0,01). Sumbangan kecerdasan emosional terhadap daya tahan stres sebesar19,89%, dengan demikian hipotesa yang diajukan pada penelitian ini diterima.Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian memilikikecerdasan emosional yang sedang dan daya tahan stres yang sedang pula.
BAB I
PENDAHILUAN
A. Latar Bclakang Masalah
Perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi,
kemajuan ilmu dan teknologi telah mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan
gaya hidup (Hawari, 2001). Gambaran yang dapat dilihat misalnya dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesatnya ditambah
dengan laju perubahan penduduk yang hebat. Hal ini menyebabkan kompetisi
yang semakin ketat dan berat. Kompctisi mcrupakan ajang untuk mengukur
kualitas seseorang, sehingga untuk dapat bersaing dengan bangsa lam, Indonesia
harus memiliki manusia yang unggul. Individu yang berkualitas tidak hanya
dinilai dari kemampuannya secara kognitif tetapi juga didukung oleh mental yang
schat. Kompetisi yang ketat di semua aspek kehidupan memunculkan perubahan-
perubahan yang cepat dan terkadang bersifat drastis dan tidak semua orang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat dan drastis
tersebut. Akibat dari ketidakmampuan individu menyesuaikan din dengan
perubahan-perubahan dan mengatasi kcsulitan-kesulitan hidupnya tersebut, senng
muncul gejala stres, dan stres sangat terkait dengan beberapa faktor-faktor
etiologis khususnya frustrasi, konflik dan faktor-faktor pencetus (Schneiders,
1964).
Seseorang yang tidak tcrbiasa menghadapi stres dapat mengalami gangguan
mental atau fisik akibat stres ketika mendapatkan stres kategori nngan sekalipun
(Intisari, 2000). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kraines bahwa
untuk selanjutnya stres akan mengarah pada gangguan neurosis dan psikosis
(Schneiders, 1964).
Masalah stres ini sangat menarik untuk dibahas karena dalam kehidupan
sehari-hari akan selalu berhadapan dengan stres baik berupa stres fisik maupun
psikis. Sutherland & Cooper (Smet, 1994) mcngemukakan bahwa telah banyak
penelitian yang membuktikan bahwa stres mempunyai pengaruh besar pada proses
sehat dan sakit baik terhadap fisik maupun psikis. Steven E. Keller, dkk (Smet,
1994) dalam berbagai penelitiannya telah menemukan keterkaitan antara stres
psikososial, depresi, imunitas, dan keschatan fisik. Penelitiannya memperkuat
peneliti-peneliti sebelumnya seperti Selye (1976); Glaser, dkk (1987); Solomon
(1993); yang menyatakan bahwa stres psikososial akan mengakibatkan stres
psikologik yang berdampak pada menurunnya imunitas tubuh (Hawari, 2001).
Eliot & Breo (Hager, 1999) mcngemukakan bahwa perubahan yang terjadi kctika
stres menyerang, mencakup peningkatan kecepatan denyut jantung, naiknya
tekanan darah, dan peningkatan kerja pompa jantung. Aliran darah ke otot dan
organ indra memngkat. Respon tersebut terjadi untuk mempersiapkan tubuh
melawan atau melarikan diri.
Individu akan senantiasa dihadapkan pada stresor-stresor dalam
kehidupannya. Individu tidak harus menghilangkan stresor-stresor dalam
kehidupannya agar terhindar dari pengaruh buruk stres, namun justru mengelola
diri dan stresnya, schingga individu tidak mcngalami gangguan buruk akibat stres
yang diterimanya. Stres dalam tingkat tertentu memang dapat bermanfaat dan
diperlukan untuk perkembangan jivva dan raga, sebab stres dapat menstimulasi
kcgcmbiraan dan kctcgaran yang diinginkan banyak orang sctclah mcncapai suatu
keberhasilan, oleh karena itu sangat penting kiranya individu memiliki daya tahan
terhadap stres.
Cridder, dkk (1983) memandang daya tahan stres sebagai kemampuan atau
daya tahan seseorang dalam memberikan pcrlawanan terhadap strcsor yang
mengancam dan mengganggu kehidupannya yang termanifestasi dalam bentuk
reaksi terhadap stres yang dapat bersifat fisiologis dan psikologis. Erwin (Intisari,
2000) mengartikan daya tahan stres sebagai kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi stres. Daya tahan stres pada masing-masing
individu berbeda-beda tergantung pada tingkat penyesuaiannya, cara penerapan
dan pemberian reaksi emosional individu (Wilkinson, 1989).
Remaja, di negara manapun menjadi tumpuan harapan perjuangan masa
depan bangsa. Remaja sebagai gencrasi penerus perjuangan memiliki pcran yang
sangat penting untuk masa depan bangsa oleh karena itu remaja dituntut untuk
memiliki kepribadian yang sangat kuat, tangguh dan mempunyai semangat yang
tinggi dalam hidup. Remaja merupakan anggota masyarakat yang sangat peka
akan perubahan. Masa remaja mcrupakan masa krisis, masa badai dan stres yang
menimbulkan masalah yang harus diselesaikan. Brown (Prabandan, 1989)
mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan, ancaman, dan tuntutan dari
lingkungannya, remaja tidak selamanya bisa berhasil dengan baik. Remaja-remaja
yang mampu menyesuaikan diri akan mudah dalam mcnjalani masa remajanya
dan mampu berfungsi dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya
secara optimal sebagai remaja.
Remaja saat ini mengalami banyak masalah scperti kescpian, mudah stres
dalam menghadapi pelajaran, mudah putus asa, impulsif, kurang sopan, mudah
terpicu melakukan tmdak kekerasan (Kompas, 1999). Hal tersebut dapat terjadi
karena remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang
scnngkali dihalangi oleh penolakan orang tua, hal-hal tabu, hukuman-hukuman
sehingga memunculkan perasaan frustrasi, stres dan konflik. Perasaan-perasaan
tersebut akan dapat mengarah kepada penlaku simtomik, kepribadian yang tidak
adekuat dan ketidakstabilan mental (Schneiders, 1964).
Kesiapan remaja dalam menghadapi stres sangat diperlukan agar ia cepat
dalam melakukan penyesuaian terhadap stres, sehingga stres tidak berakibat buruk
terhadapnya. Individu perlu untuk menyiapkan kemampuannya secara kognitif,
emotif dan fisik. Kemampuan kognisi memang diperlukan dalam menghadapi
stres, tetapi yang tidak kalah penting adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan
emosional yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan,
semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial ini mempengaruhi daya
tahan seseorang terhadap stres. Cooper dan Sawaf (2000) mengatakan meialui
pengembangan kecerdasan emosional inilah setiap remaja belajar untuk siap
mengakui dan menghargai hakikat perasaan dalam diri sendiri maupun orang lain
dan secara tepat menanggapinya, menerapkan dengan efektif informasi dan energi
emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Kecerdasan emosional akan
membimbing remaja untuk mendapatkan pemecahan tcrobosan dan peluang tak
terduga, sertabisa menyelamatkan remaja dari kehancuran.
Hall (Gunarsa, 1985) mcnjelaskan bahwa masa remaja penuh dengan
berbagai masalah seperti kekecewaan, penderitaan, meningkatnya konflik dan
pertentangan, krisis penyesuaian, impian dan khayalan, pacaran dan keterasingan
dari kehidupan orang dewasa serta norma budaya. Perasaan-perasaan tersebut
selanjutnya akan dihadapi dengan mekanisme pertahanan diri yang dapat
berakibat meningkatkan ketahanan terhadap stres dan bisa juga menimbulkan
gangguan fisik maupun psikis.
Remaja dituntut untuk mengadakan perubahan besar dalam kehidupannya,
mencakup perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tugas perkembangannya
dengan cara yang adaptif (Prawesti, 2001). Hal demikian tentu saja sangat
mempengaruhi irama kehidupan seseorang tidak terkecuali remaja, di mana pada
tahap perkembangan ini memiliki rasa ingin tahu dan semangat yang cukup besar
untuk melakukan segala scsuatu sehingga stres pada kadar tertentu pada masa
remaja dapat menjadi motivator bagi remaja tersebut untuk melakukan banyak
hal.
Tugas perkembangan pada masa remaja salah satunya adalah yang
bcrhubungan dengan penyesuaian sosial. Hal ini tampak sulit bagi remaja
mengingat emosi mereka seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak
irasional. Penyesuaian diri dengan kelompok sebaya merupakan satu hal yang
mau tidak mau harus dilewati remaja agar bisa diterima oleh kelompoknya. Proses
penyesuaian ini seringkali menyimpang dan justru membuat remaja terlibat dalam
masalah. Tekanan kelompok, desakan agar bisa diakui keberadaannya, membuat
beberapa remaja melakukan tindakan-tindakan di luar batas yang menjurus ke
arah kriminal. Tawuran remaja adalah salah satu contoh nyata yang senng terjadi,
termasuk pula aksi pembajakan bus oleh sekelompok remaja di Jakarta (Kompas,
2000). Emosi remaja yang cenderung meledak-ledak pada awal masa penyesuaian
ini pada umumnya dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan perbaikan
seinng tcrjadinya kematangan emosi. Kematangan emosi yang dicapai remaja
ditunjukkan dengan kemampuannya meredam emosi untuk kemudian
mengungkapkannya pada saat dan dengan cara yang tepat. Mereka juga mulai
mampu menilai situasi secara kritis lebih dulu sebelum bereaksi emosional,
sehingga kestabilan emosi terbentuk. Hal ini dapat dicapai oleh remaja dengan
usaha belajar untuk memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat
menimbulkan reaksi emosional, kemudian dengan cara terbuka mau
membicarakan berbagai masalahnya kepada orang lain, sehingga remaja mampu
mengcnal dirinya sendiri dan apa yang ia butuhkan. Hal-hal tersebut di atas
termasuk beberapa dari aspek kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri, kendali
dorongan hati dan kecakapan sosial (Goleman, 1999).
Piaget (Nuryoto, 1986) mengatakan bahwa remaja berada pada tahap formal
operational atau abstract thinking, artinya remaja seharusnya sudah dapat
memahami hal-hal yang tertulis maupun tidak, masa lampau, masa sekarang, masa
yang akan datang, sehingga mereka mampu menyusun program, dan mampu
bertanggung jawab terhadap sikapnya. Remaja akan mampu mengenali dirinya,
baik kekurangan dan kclebihannya dengan bantuan kemampuan kognisi yang
dimilikinya, sehingga ia mampu menyusun program untuk dirinya dan
bertanggung javvab atas apa yang dibuat dan dilakukannya serta mampu
mengelola cmosinya untuk bertahan dan stres akibat perubahan internal maupun
eksternal yang terjadi. Remaja dapat mengarahkan segala potensi kognisinya
untuk beraktualisasi secara optimal dan menyelesaikan tugas perkembangannya
dengan baik tanpa mengalami konflik yang berarti dengan dimilikinya
kemampuan emosional yang baik.
Rosa (Ummi, 2000) menambahkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan
emosional yang baik, maka ia akan memiliki pengendalian dan pengelolaan emosi
yang baik sehingga dapat membantunya dalam memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Hal ini berarti, apabila remaja memiliki kecerdasan emosional
yang baik, maka akan dapat membantunya dalam mengatasi masalah dalam
kehidupannya, terutama terkait dengan tugas perkembangannya. Pennasalahan-
permasalahan yang dihadapi remaja, merupakan kondisi yang potensial yang akan
mengakibatkan stres. Kondisi stres akan mengarah pada perasaan frustrasi, agresi
dan perilaku delikuen lainnya. Remaja perlu memiliki daya tahan stres agar
stresnya tidak mengarah pada perilaku negatif tersebut. Daya tahan stres akan
terbentuk dengan mengoptimalkan kecerdasan emosional pada remaja.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
apakah kecerdasan emosional mempunyai hubungan positif dengan daya tahan
stres.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan
emosional dengan daya tahan stres pada remaja.
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis dan praktis. Penelitian ini
secara teoritis membantu mencmukan hal-hal yang mempengaruhi daya tahan
stres dalam hal ini kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional secara teoritis
bila ternyata memiliki hubungan positif dengan daya tahan stres maka cara
meningkatkan daya tahan stres adalah dengan mengoptimalkan kecerdasan
emosional.
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan stres telah cukup banyak dilakukan
terutama yang berkaitan dengan gangguan afektif dan gangguan perilaku, seperti
kecemasan dan depresi, antara lain Prabandari (1989), Martaniah (1991), Widuri
(1995). Penelitian-penelitian mengenai kecerdasan emosional mulai marak
dilakukan sejak Daniel Goleman mempopulerkannya di tahun 1995, di antaranya
adalah Subandi (1998) mengkaitkannya dengan sikap terhadap pcnyajian materi
kuliah, motivasi berprestasi, dan prestasi belajar mahasisvva PGSD, sedangkan
Widyastuti (1999) mengkaitkan emotional intelligence dengan kecenderungan
burn out pada karyavvan. Penelitian tentang daya tahan stres oleh Chaerani (1995)
dikaitkan dengan berpikir positif dan harga diri pada remaja. Penelitian mengenai
hubungan antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres, sejauh yang
penulis ketahui belum pernah dilakukan.
Bcrdasarkan uraian di atas, penulis mcrasa tertarik untuk melakukan
penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan daya tahan stres, khususnya pada remaja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Daya Tahan Stres
1. Pengertian Stres
Stres merupakan suatu bentuk khusus dari gangguan psikologis dan reaksi
fisiologis yang terjadi apabila suatu stresor mengancam motif-motif dasar dan
mengganggu kemampuan individu dalam beradaptasi dengan stresor yang ada
(Cndder, dkk 1983). Stres dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan sebagai
scsuatu yang membuat kita tertekan, marah, frustasi, atau sedih (Wilkinson, 1989).
Selye (Havvari, 2001) memandang stres sebagai tanggapan atau reaksi tubuh
terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Hal ini
berarti, stres secara umum merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat
dari suatu gangguan atau pcnyakit.
Stres terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan situasi dan
kemampuan penerimaan individu untuk menghadapi tuntutan itu. Lazarus dan
Folkman mengatakan menurut sudut pandang transaksional yang terpenting
adalah bagaimana penilaian individu terhadap satu situasi. karena hal ini akan
mempengaruhi apakah seseorang mudah mengalami stres atau tidak (Smet,
1994). Penilaian pertama dari seseorang terhadap satu situasi apakah
menyenangkan atau mengancam akan mempengaruhi tingkat stres mereka. Reaksi
yang diberikan seseorang dalam menghadapi stresor menunjukkan karakter yang
dimilikinya dan sampai di mana batas kemampuan mengatasinya
(Wilkinson,1989). Stres pada taraf tertentu dapat menjadi sesuatu yang positif
10
11
karena dapat memberikan semacam rangsangan dan motivasi untuk memecahkan
suatu masalah, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Stres demikian
dinamakan custress. Tipe stres yang lain merupakan kebalikan dari eustres adalah
distress. Distress merupakan stres yang memiliki sifat merugikan individu.
Terlebih lagi, apabila individu mengalami stres dalam intensitas yang tinggi maka,
akan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan, kehidupan, penampilan,
tingkah laku, dan sikap. Stres akan memberi pengaruh yang sangat besar pada
kondisi psikologis maupun fungsi fisiologis namun stres pada taraf tertentu dapat
menjadi motivasi yang mendorong seseorang untuk maju, tetapi tidak semua
orang akan bereaksi sama terhadap suatu stresor karena respon seseorang terhadap
stresor sangat dipengaruhi oleh ambang stres yang dimilikinya dan beberapa
faktor lainnya.
Criddcr, dkk (1983) menjelaskan untuk dapat memahami stres dapat ditinjau
dari tiga kategori :
a. Response-based model
Model ini memandang stres sebagai suatu respon terhadap lingkungan
yang merugikan atau membahayakan. Respon ini disebut smdrom. Model ini
berasumsi bahwa hal-hal yang terjadi dalam kehidupan atau dikenal sebagai
stresor, dapat menimbulkan sindrom respon stres yang sama. Selye (1967)
mengemukakan tiga tahapan stres yaitu tahap peringatan (alarm stage), tahap
penolakan (resistance stage) dan tahap kelclahan (exhaustion stage). Tahap
pertama (Alarm Stage), pada tahap ini tubuh menerima tanda bahaya dari
panca indera, kemudian tubuh akan memberikan reaksi atau tanggapan untuk
12
melawan stres yang dianggap sebagai bahaya. Kctahanan tubuh pada awal
tanggapan untuk sesaat turun di bawah normal, misalnya tekanan darah naik,
detak jantung berdetak lebih cepat, keringat mengucur deras dan pernapasan
berkurang. Reaksi ini bersifat temporer, sebab tubuh akan segera normal
kembali, namun demikian jika stres yang diterima sangat banyak dan
intensitasnya kuat, maka bisa jadi akan '"menghancurkan" individu.
Tanggapan secara psikologis dan individu yang mengalami stres adalah
menghadapi stresor atau Ian dari stresor (dikenal dengan istilah fight or flight).
tingkat resistensinormal resistensi yang sukses
Penyakit/ Kematian
1 ^ f\Tahap I: peringatan ; Tahap II: peno!akan/resistensi: Tahap III: kelelahan
Gambar 1.
Model Tahapan Stres (Genera! Adaption Syndrome)(Sumber: Zimbardo & Gerrig. 1999.Psychology andLife )
fahap kedua adalah tahap penolakan (Stage of resistance). Tahap mi
terjadi bila stres tetap kuat namun tidak mematikan individu. Individu pada
tahap penolakan ini akan menyesuaikan dengan hal-hal yang menjadi
penyebab stres. Individu sudah mulai terbiasa dengan stresor-stresor yang
diterima, sehingga tidak banyak menunjukan gejala stres. Kondisi individu
akan melemah dalam jangka yang panjang bila mendapat stres baru. Akibat
13
dari hilangnya kemampuan tubuh dalam menghadapi stres baru salah satunya
adalah mudah terkena penyakit.
Tahap ketiga adalah tahap kelelahan (Stage of Exhaustion). Stres yang
berat dan berlangsung lama dapat menghabiskan sumber daya tubuh. Stres
dapat membuat orang yang terkena hanya mcnyisakan sedikit sumber daya
yang ada bila berkepanjangan. Penderita stres pada saat itu mencapai tahap
kelelahan, bila tidak dapat diatasi akan menimbulkan kematian.
Kelemahan utama dari model stres berdasarkan sifat respon ini adalah
bahwa model ini tidak mendeskripsikan karaktcristik dari stresor, hanya secara
sederhana mendefinisikan suatu stresor sebagai peristiwa yang menimbulkan
sindroma respon stres. Pemahaman mengenai karakteristik dari suatu stimuli
yang menekan dibutuhkan untuk menjelaskan apakah suatu peristiwa
memang akan menimbulkan sindroma stres.
The Stimulus-based model
Model ini menjelaskan bahwa kondisi stres itu terkait dengan karakteristik
sumber stres. Model ini menjelaskan bahwa karakteristik-karakteristik
lingkungan yang potensial menyebabkan gangguan dan menimbulkan reaksi
stres pada diri individu, adalah:
i. Overload (kelebihan beban), terjadi apabila suatu stimulus menjadi
teramat kuat sehingga individu tidak dapat beradaptasi lebih lama,
contohnya : kebisingan, jam kerja terlalu panjang, atau beban kcrja yang
berlebihan.
14
ii. Conflict (konflik), terjadi apabila suatu stimulus secara simultan
mengharapkan dua atau lebih respon yang cenderung bertentangan.
Eksperimen-eksperimen psikologi tidak sedikit yang menunjukkan bahwa
situasi konflik dapat secara intens menimbulkan ketegangan, baik pada
hewan maupun manusia.
iii. Uncontrollahilitv (tidak dapat dikendalikan), terjadi apabila suatu stimulus
dalam hal ini adalah peristiwa-peristiwa kehidupan yang menekan dan
menegangkan seringkali membuat individu kehilangan kontrol diri yang
pada akhirnya dapat menimbulkan suatu fenomena yang dikenal dengan
learned helplessness (ketidakberdayaan). Model stres berdasarkan sifat
stimulus ini mempunyai keterbatasan, yaitu bahwa tidak semua orang
merasakan stimuli yang sama dan dapat menimbulkan ketegangan ataupun
tekanan. Individu mempunyai kemampuan yang bcrbeda-beda dalam
bertoleransi dengan konflik atau hal-hal yang menimbulkan stres, oleh
karena itu, perlu pertimbangan pula adanya individual differences dalam
memprediksi apakah suatu stresor akan menimbulkan respon terhadap
stres.
b. The Interactional model
Model ini berpendapat bahwa masih ada yang kurang dalam menjelaskan
tentang stres dari kedua model tersebut diatas (response based model dan
stimulus based model). Stres akan terjadi apabila dua kondisi saling bertemu,
yaitu apabila individu mempersepsi adanya ancaman terhadap kebutuhan
motifnya dan individu tidak mampu mengatasi stresor yang ada. Gunthert,
15
dkk (1999) mcnambahkan bahwa baik faktor disposisional dan situasional
memegang peranan dalam menciptakan kondisi stres.
Model-model stres yang dibicarakan di atas telah memberikan kontribusi
guna memahami stres secara lengkap (lihat Cnder, dkk, 1983). Kesimpulan yang
dapat diambil adalah bahwa stres dapat diartikan sebagai suatu bentuk khusus dan
gangguan psikologis dan reaksi-reaksi fisiologis (response-based model) yang
terjadi apabila suatu stresor (stimulus-based model) mengancam motif motif
dasar dan menganggu kemampuan individu dalam beradaptasi dengan stresor
yang ada (interaction model).
2. Sumber-Sumber Stres
Sumber stres (stresor) menurut Wilkinson (1989) dapat berasal dari
lingkungan fisik maupun mental. Stresor fisik misalnya: kuman penyakit,
kecelakaan, dan kurang gizi. Stresor mental berupa frustrasi, konflik sosial,
tekanan dan krisis. Pendapat ini dikuatkan oleh Hager (1999) yang membagi
sumber utama stres menjadi tiga yaitu: stres lingkungan yang mencakup cuaca,
bising, keramaian, tuntutan interpersonal, tekanan waktu, standar kerja, dan
ancaman terhadap keamanan dan harga diri. Stres yang bersumber dari tubuh
antara lam penyakit, kecelakaan, gizi yang buruk, gangguan tidur, dan penuaan.
Sumber stres ketiga adalah stres mental berupa pikiran dan imajinasi.
16
Sarafino (Smet, 1994) mcngklasifikasikan beberapa sumber stres, yaitu:
a. Sumber stres yang berasal dari dalam diri seseorang
Sumber stres tersebut salah satunya berasal dan rasa sakit. Tingkatan stres
yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Stres juga
muncul melalui penilaian dan kckuatan motivasional yang melawan, ketika
seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stres yang utama.
b. Sumber stres yang berasal dari dalam keluarga
Stres disini bersumber dari interaksi yang terjalin di antara anggota keluarga,
seperti: perselisihan dalam masalah uang, sikap acuh tak acuh, tujuan yang saling
berbeda, dan Iain-lain. Penambahan anggota keluarga seperti kelahiran adik baru
atau pengurangan anggota keluarga yang terjadi karena meninggal, juga akan
merupakan sumber stres yang potensial.
c. Sumber stres berasal dari komunitas
Interaksi subjek di luar lingkungan keluarganya melengkapi sumber-sumber
stres, seperti konflik anak dengan teman sekelas, persaingan yang kompetitif di
bidang pelajaran maupun olahraga, dan Iain-lain. Orang tua sumber stresnya lebih
banyak berasal dari pekcrjaannya dan lingkungan yang stressful/ sifatnya,
meliputi lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti: kebisingan, temperatur
atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor yang
kurang terang, kurangnya kontrol yang dirasakan, kurangnya hubungan
interpersonal, kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kcrja ( promosi yang
seharusnya layak didapat).
17
d. Sumber stres yang berasal dari lingkungan
Stresor di sini mencakup lingkungan fisik seperti: polusi udara, polusi suara,
suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan bencana alam. Stresor secara makro
mencakup migrasi, kecelakan lalu-lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan
faktor sekolah (Graham, 1989).
Sumber-sumber stres diatas dijelaskan secara global. Masa remaja,
merupakan masa khas dibandmgkan masa perkembangan yang lam, sehingga
sumber stres pada masa ini memiliki kekhasan tersendiri. Hawari ( 1999)
mengatakan stresor pada remaja berasal dari :
a. Sudut keluarga
1). Hubungan dengan ibu dan ayah yang kurang baik
2). Campur tangan dan perhatian yang lebih dari orang tua
3). Cara pendidikan orang tua yang berbeda dengan apa yang diberikan oleh
nenek/kakek
4). Sikap orang tua terhadap anak
5). Adanya gangguan fisik / mental dalam keluarga
6).Orang tua jarang di rumah atau memiliki orang lain yang dicintai sclain
pasangannya sendiri.
7). Sikap atau kontrol yang tidak konsisten dari orang tua.
8). Kurangnya stimulus kognitif atau sosial.
9). Menjadi anak angkat.
b. Sudut sekolah
1). Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
2). Status sekolah yang tidak tcrkenal.
3). Sekolah yang dimasuki tidak diminati
4). Tidak suka / tidak senang pada guru
5). Tidak menyukai beberapa mata pelajaran
6). Tidak memiliki teman dekat di sekolah
7). Tidak popular di sekolah
8). Kesulitan mengikuti mata pelajaran dan beberapa kegiatan ekstra kurikuler.
9). Tugas-tugas sekolah yang dirasa memberatkan
c. Sudut masyarakat
1). Semakin maraknya peredaran obat-obatan terlarang dan alkohol
2). Kurangnya lapangan pekerjaan / pengangguran
3). Anak putus sekolah
4). Wanita tuna susila
5). Beredarnya bacaan dan tontonan porno
6). Area kumuh dan padat
7). Daerah yang terpolusi penganiayaan dan kriminalitas.
3. Tahapan stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan avval tahapan stres timbul secara lambat. Perubahan baru tampak
bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mcngganggu fungsi kehidupan sehari-
hari. Van Amberg (Hawari, 1999) mengemukakan tahapan stres sebagai berikut:
19
a. Stres tingkat pertama
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan tajam tidak
sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya, namun tanpa disadari cadangan encrgi dihabiskan disertai rasa gugup
yang berlebihan. Tahap ini biasanya merupakan kondisi yang menyenangkan,
sebab orang merasa lebih bersemangat walaupun, tanpa disadari cadangan
energinya sedang menipis. Hal ini sesuai dengan Pillow, dkk (Gunhert, dkk, 1999)
yang menyatakan bahwa stresor minor namun terjadi secara kontinu akan
mengakibatkan kondisi distres.
b. Stres tingkat dua
Dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang, keluhan yang sering
muncul: merasa lctih sewaktu bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang,
mudah merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul gangguan sistem
pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa
santai. Cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu
untuk istirahat.
c. Stres tingkat tiga
Tahap ini menunjukkan keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan
gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa (seperti keluhan maag, diare), otot lebih
tegang, gangguan tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa
bergoyang dan mau pmgsan. Konsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi
20
atau dengan mengurangi beban stres sehingga tubuh dapat beristirahat, sudah
harus dilakukan pada tahap ini.
d. Stres tingkat empat
Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri-ciri: sulit
untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa
sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan
kegiatan-kegiatan lainnya terasa berat, tidur semakin susah, perasaan negativistic,
kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat
dijelaskan.
e. Stres tingkat lima
Tahap ini lebih mendalam daripada tahap keempat, yaitu : keletihan yang
mendalam, pekerjaan sederhana saja terasa kurang mampu dikerjakan, gangguan
sistem pencernaan semakin berat, perasaan yang mirip panik.
f. Stres tingkat enam
Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat, tidak jarang penderita dibawa ke
ICCU. Gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain : debaran jantung yang amat
keras, sesak napas, badan gemetar, tubuh dingin, dan keringat bercucuran,
pingsan.
Keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi
oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional)
organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan
seseorang untuk mengatasmya.
21
4. Respon terhadap Stres
Respon yang diberikan terhadap stresor berbeda-beda pada setiap individu,
demikian juga daya tahan individu dalam menghadapi stresor tersebut. Cridder,
dkk (1983) membagi respon stres dalam tiga respon:
a. Gangguan Emosional
Respon yang diberikan seseorang pada saat stres bersifat emosional, cemas,
gelisah, khavvatir, marah, mudah tersinggung, depresi dan menyalahkan diri
sendiri, namun tidak semua individu merasakan hal yang demikian. Emosi yang
berkaitan dengan stres biasanya berlawanan dengan emosi positif seperti bahagia,
senang dan cinta. Emosi stres yang paling umum terjadi adalah kecemasan dan
depresi yang ditandai dengan perasaan takut, cemas, gelisah, pesimis, dan merasa
tidak berguna. Sarafino menemukan bahwa para orang tua yang kehilangan anak-
anaknya atau pasangannya dilaporkan bahwa mereka mcngalami rasa kehilangan
yang sangat sehingga mempengaruhi identitas dan peran sebagai ibu, pesimis akan
masa depan, merasa tidak aman, serta kehilangan rasa cinta dan harapan (Smet,
1994).
b. Gangguan Fungsi Pikir
Cridder, dkk (1983) mengatakan bahwa gangguan fungsi pikir ini berkaitan
dengan fungsi kognitif yang spesifik, yaitu :
i. Berpikir
Kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan pikirannya secara logis
sudah rusak dan pikirannya cenderung dikuasai oleh ketakutan yang berkaitan
dengan konsekuensi dari tindakan dan penilaiandiri yang negatif.
">?
ii. Mental images
Bayangan akan kegagalan dan ketidakmampuan pribadi sering menguasai
kesadaran diri pada mereka yang mengalami stres. Bayangan-bayangan yang tidak
menyenangkan tersebut dapat terjadi pada saat jam-jam kerja dan menonjol pada
saat tidur dalam bcntuk mimpi yang disertai gambar yang menyeramkan.
iii. Gangguan dalam konsentrasi
Kemampuan untuk konsentrasi sangat rendah, terjebak oleh pemikiran obsesif
stimuli eksternal.
iv. Ingatan
Individu yang berada dalam kondisi stres sering bingung dan mengalami
kelupaan, proses rehearsal (pemanggilan kembali informasi dari memori)
mengalami gangguan yang mengarah pada kebingungan terhadap peristiwa yang
terjadi.
c. Gangguan pada aktivitas fisiologis
Individu yang mengalami stres biasanya mengalami simtom fisiologis yang
terbagi menjadi:
/'. skeletal muscle symptoms
Sakit kepala, mulut terasa kering, perasaan tegang dan gugup, tubuh terasa
lemas, dada terasa nyeri, perasaan goyang, kegoncangan, kelelahan, dan
kesakitan.
23
ii. symptomps ofvisceral (simtom organ dalam )
Perasaan mual pada perut, tangan dan kaki terasa dingin, kehilangan gairah
seks, jantung berdebar-debar, napas terasa sesak, perut kejang-kejang dan terasa
gemetar.
Sutherland dan Cooper (1990) mengatakan bahwa stres sebagai suatu respon
tidak selalu bisa dilihat, hanya akibatnya saja yang bisa dilihat (Smet, 1994).
5. Pengertian dan Aspek-aspek Daya Tahan Stres
a. Pengertian Daya Tahan Stres
Cridder, dkk (1983) memandang daya tahan stres sebagai kemampuan atau
daya tahan seseorang dalam memberikan perlawanan terhadap stresor yang
mengancam dan mengganggu kehidupannya yang termanifestasi dalam bentuk
reaksi terhadap stres yang dapat bersifat fisiologis dan psikologis. Erwin (Intisari,
2000) mengartikan daya tahan stres sebagai kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi stres, seberapa berat stres yang dirasakan
berkaitan dengan tingkat perkembangan unsur jiwa dan raga pada manusia sesuai
dengan masa kehidupannya.
Daya tahan stres terkait dengan bagaimana penyesuaian seseorang terhadap
kondisi stres ataupun penyesuaian terhadap stresor yang dihadapi. Artinya bahwa,
daya tahan stres merupakan reaksi setelah adanya tanggapan avval terhadap stres.
Kcsimpulan yang dapat diambil adalah daya tahan stres adalah kemampuan
seseorang dalam memberikan perlawanan terhadap stresor yang mengancam dan
mcngganggu kehidupannya yang termanifcstasi dalam bentuk reaksi terhadap
stres yang dapat bersifat fisiologis dan psikologis (Cridder, dkk, 1983).
b. Aspek-aspek Daya Tahan Stres
1. Respon emosional yaitu:
Respon bersifat emosional yang biasanya diberikan individu ketika
berhadapan dengan stres, seperti cemas, gelisah, khawatir, marah, mudah
tersinggung, depresi, menyalahkan diri sendiri, dan Iain-lain.
2. Respon kognitif yaitu:
Respon yang berkaitan dengan fungsi kognitif seperti tidak mampu
berpikir logis, mimpi-mimpi buruk, tidak mampu konsentrasi, sering
bingung atau lupa.
3. Respon aktivitas fisiologis yang tampak pada saat mengalami stres seperti
sakit kepala, mulut terasa kerng, tegang dan gugup, lemas, dada terasa
nyeri, mual, tangan dan kaki dingin, jantung berdebar-debar, sesak napas,
dan Iain-lain.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Stres
Stresor yang sama belum tentu memberikan efek stres yang sama pada orang-
orang yang mengalaminya. Seseorang dengan tipe kepribadian tertentu ternyata
lebih rentan terhadap stres. Rosenman dan Chasnei (Hawari, 2001) mcngatakan
bahwa orang-orang dengan tipe kepribadian "A" beresiko lebih tinggi terkena
stres, sedangkan orang dengan tipe kepribadian "B" lebih kebal terhadap stres.
25
Orang dengan tipe kepribadian di luar katcgori di atas tidak berarti tidak akan
mengalami stres. Penjelasan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi daya tahan stres sebagai berikut:
a. Kepribadian
Brodjonegoro (Chaerani, 1995) mcngatakan individu dengan tipe kepribadian
A akan mudah mengalami gangguan akibat stres yang dialaminya. Fontana (1993)
menggambarkan individu dengan kepribadian tipe ini sebagai individu yang
kompetitif, berusaha kuat, tidak sabar, dan kurang fleksibel dalam melakukan
pendekatan, terlibat jauh dengan pekerjaan mereka dan mereka menyukai tekanan,
lebih suka memimpin daripada dipimpin serta memiliki toleransi yang rendah
terhadap kelemahan diri mereka sendiri.
Rosenman dan Chasnei (Hawari, 2001) menggambarkan kepribadian tipe B
sebagai berikut: mempunyai ambisi yang wajar, tidak agresif dan sehat dalam
berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah
tersinggung dan tidak mudah marah (mampu mengendalikan diri). Individu tipe
ini memiliki kewaspadaan, kontrol diri dan kepercayaan diri dalam batas yang
wajar dan tidak berlebihan, cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat
yang tepat, perilaku tidak hiperaktif. Fleksibel dalam mengatur waktu untuk
bekerja dan istirahat, sikap akomodatif dan manusiawi diterapkan dalam
memimpin dan berorganisasi, suka bekeijasama dan tidak memaksakan diri bila
menghadapi tantangan, ramah, mudah bergaul dan dapat menimbulkan empati
untuk mencapai kebersamaan, menghargai pendapat orang lain, tidak kaku dan
26
tidak merasa dirinya paling benar, santai dan dapat membebaskan diri dari segala
macam problem kehidupan dan pekerjaan ketika sedang berlibur (Hawari, 2001).
Pola perilaku di atas merupakan sifat-sifat yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, namun hal ini tidak mutlak harus ada dalam diri seseorang,
seringkali batasannya kabur ataupun tumpang tindih (overlapping).
b. Motivasi
Individu yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya mampu bertahan pada
kondisi stres. Mereka akan selalu berusaha dan berinisiatif mencari cara yang
tepat untuk bertahan dari stresor yang mcngganggu.
c. Keterlibatan dengan stresor
Seseorang yang terlibat semakin dalam dengan stresor maka semakin sulit
baginya menghindar dari stres, sebaliknya orang-orang yang memiliki keterlibatan
yang rendah dengan stresor tidak mudah mengalami stres.
d. Kesehatan mental
Individu yang mempunyai kejelasan tujuan, nilai-nilai pribadi,
kemampuannya akan lebih tahan terhadap stresor, selain itu, individu yang
merasa dirinya bermakna dan mcmahami prioritas-prioritas hidupnya akan lebih
tahan terhadap stresor dibandingkan dengan yang tidak.
e. Usia
Usia seseorang menentukan apakah individu mampu bertahan terhadap stres,
semakin tua usia individu, semakin ia mampu bertahan terhadap stres. Hal itu
tidak terlepas dari proses belajar dan pengalaman hidup. Tingkat kematangan
mempengaruhi seseorang dalam memandang, bereaksi dan mengambil sikap
27
terhadap stresor yang dihadapi. Noor mcngatakan individu yang matang
(mature) akan mempunyai daya tahan terhadap stres yang tinggi, bila
dibandingkan dengan mereka yang immatur (Chaerani ,1995).
f Keadaan sosial ekonomi
Dukungan secara sosial akan membuat seseorang mampu bertahan terhadap
stres demikian juga halnya dengan dukungan secara ekonomi. Soewadi
(Chaerani, 1995) mengatakan bahwa pendidikan dan status ekonomi yang
rendah menyebabkan seseorang mudah mengalami stres.
g. Strategi coping
Lazarus dan Folkman (Smet, 1994) mengemukakan konsep coping yaitu:
"...suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antaratuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yangberasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalammenghadapi situasi strcssfull..."
Perubahan perilaku dan kognisi secara konstan untuk mengatur tuntutan yang
dinilai melewati sumber-sumber personal. Individu yang memiliki
keterampilan coping stres tentunya akan lebih tahan terhadap stresor yang
menimpanya.
B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Goleman (1999) merujuk kecerdasan emosional pada kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan mcmotivasi din sendiri
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain.
28
Salovey dan Mayer (Goleman, 2000) mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan
tindakan. Kecerdasan emosional menunjukkan kesadaran akan perasaan diri
sewaktu bcrhubungan dengan orang lain. Sedangkan Cooper & Sawaf (2000)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut:
"Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan. memahami. dan secara efektifmencrapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber cnergi. informasi. koneksi. danpengaruh yang manusiawi."
Goleman (2000) sendiri berpendapat bahwa IQ dan kecerdasan emosional
bukanlah ketrampilan yang bertentangan, melainkan ketrampilan yang sedikit
terpisah. IQ setinggi-tingginya menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor
yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-
kekuatan lain yaitu kecerdasan emosional. Peran kecerdasan emosinal ini tampak
manakala seseorang perlu untuk memecahkan masalah-masalah penting atau
membuat keputusan penting dalam waktu singkat. Salovey dan Mayer (Shapiro,
1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa kualitas
emosional, yaitu emosi, mengungkapkan dan memahami perasaan, kemandirian,
kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah
pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap normal Aspek emosi
di atas berfungsi membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu
mengantisipasi masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan-
tindakan yang sesuai dengan itu. Robert Rosenthal, psikolog dari Harvard dan
pakar dalam bidang empati, menemukan bahwa bila petugas yang melakukan tes
IQ mempcrlakukan orang yang dites dengan hangat, tes IQ itu akan menghasilkan
skor yang tinggi (Cooper & Sawaf, 2000).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dilihat pengenalan diri
merupakan aspek penting dalam kecerdasan emosional karena dengan mengenali
dirinya, individu akan menyadari bcrbagai emosi yang dimilikinya juga
kekurangan dan kelebihannya sehingga ia mampu menggunakan potensi yang ada
pada dirinya tersebut untuk menghadapi stimulus dari lingkungannya secara
tepat termasuk stimulus yang dapat menimbulkan stres.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mcmotivasi
diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa
(Goleman, 1999).
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional tidak muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi
bersumber dari pekerjaan emosi manusia; mcmotivasi untuk mencari manfaat dan
potensi unik yang dimiliki, mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling
dalam, dan mengubahnya dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani
(Cooper & Savvaf, 2000). Salovey (Goleman, 1999) membagi kecerdasan
emosional dalam lima wilayah utama yaitu :
30
a. Mengenali Emosi Diri- Kesadaran Diri
Kemampuan untuk mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya
dan intuisi. Hal ini mencakup: mengetahui apa yang dirasakan dan
menggunakannya untuk memandunya dalam pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolak ukur yang rcalistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang
kuat.
b. Mengelola Emosi- Pengaturan Diri
Kemampuan mengelola kondisi, impuls dan sumber daya diri sendiri.
Pengaturan diri mencakup hal-hal sebagai berikut: mengelola emosi sedemikian
sehingga berdampak positif kepada pelaksaan tugas; peka terhadap kata hati dan
sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran (delay
gratification); mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
c. Mcmotivasi diri sendiri
Kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, di dalamnya
terdapat: kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan
bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
d. Mengenali Emosi Orang Lain-Empati
Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Empati
merupakan keterampilan bergaul yang mencakup: merasakan yang dirasakan oleh
orang lain, mampu memahami pcrspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan macam-macam orang.
31
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan membina hubungan
dengan orang lam. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi
dengan lancar. Keterampilan ini bcrguna untuk mempengaruhi dan memimpin,
bekerja sama dan menyelesaikan perselisihan dalam tim.
Individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam wilayah-wilayah
yang disebutkan diatas, namun kemampuan-kemampuan tersebut dapat
dikcmbangkan hingga pada tahap yang tinggi dan terbcntuk menjadi kebiasaan
pada individu.
Patton (Rosa, 2000) merinci karakteristik individu dengan kecerdasan
emosional tinggi sebagai berikut:
1. Tegas, tercermin dalam sifat dan sikap: bijaksana, kesadaran pribadi, standar
pribadi dan mempunyai prinsip.
2. Bersemangat, tercermin dalam sifat dan sikap: mampu mengendalikan
emosi, mengelola rmtangan dan bersemangat tinggi.
3. Bertanggung jawab, tercermin dalam sifat dan sikap: berani mengambil
resiko dan tantangan, menciptakan solusi kreatif dan tidak menyalahkan
orang lain.
4. Memiliki sifat positif, tercermin dalam sifat dan sikap: semangat
membangun, mudah beradaptasi, optimis, ramah dan baik hati.
5. Memiliki karakter, tercemiin dalam sifat dan sikap: bertindak sesuai dengan
rencana, simpel, tidak berbelit-belit dan bertindak berdasarkan prioritas.
6. Pcmaaf, tercermin dalam sifat dan sikap: tidak pendendam, memahami
ketidaksempurnaan orang lain, mau belajar dari kesalahan dan memiliki
tenggang rasa.
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecerdasan
emosional sebagaimana yang dikemukakan oleh Salovey yaitu kemampuan
mengelola emosi yang mencakup wilayah kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman, 1999).
C. Remaja
1. Pengertian Remaja dan Masa Remaja
Remaja berasal dari kata adolescence yang berasal dari kata adolescere
bahasa Latin yang berarti to grow up to maturity (Huriock, 1980). Remaja berarti
tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan, tumbuh dari anak-anak
menjadi dewasa.
Para ahli memberikan batasan yang berbeda mengenai kapan terjadinya masa
remaja ini. Huriock (Mappiarc, 1982) membagi masa remaja menjadi dua
submasa yaitu :
a. Masa remaja avval, anak perempuan umur 13-17 tahun dan anak laki-laki
14-17 tahun, biasanya masa ini disebut teenager.
b. Masa remaja akhir, umur 17-18 tahun baik untuk anak perempuan maupun
laki-laki, dan biasanya mereka disebut muda-mudi.
Cole (Mappiare, 1982) membagi masa remaja dalam tiga submasa yaitu :
a. Masa remaja avval, perempuan 13-15 tahun, laki-laki 15-18 tahun.
33
b. Masa remaja pertcngahan, perempuan 15-18 tahun, laki-laki 17-19 tahun.
c. Masa remaja akhir, perempuan 18-21 tahun, laki-laki 19-21 tahun.
Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa anak perempuan mengalami
kematangan lebih cepat kira-kira dua tahun dibanding anak laki-laki.
Sorenson (Huriock, 1980) menyatakan bahwa masa remaja digambarkan
seperti individu yang meninggalkan suatu tempat menuju tempat yang lain tetapi
belum sampai ke tujuannya.
Masa remaja secara umum dapat dikatakan bahwa adalah masa transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja itu kanak-kanak bukan tetapi dewasa
belum, sehingga sangat wajar jika permasalahan sebagian besar remaja adalah
adanya knsis identitas din. Remaja merasa statusnya tidak jelas dan hal mi
membuat remaja bingung dalam menentukan sikap, sehingga masa remaja
merupakan masa pencarian identitas diri.
Monks, dkk (1994) mengistilahkan adanya masa remaja yang diperpanjang
dan masa remaja diperpendek. Masa remaja yang diperpanjang, yaitu apabila
orang sesudah usia remaja masih hidup bersama orang tuanya, masih belum
memiliki nafkah sendiri, dan masih di bavvah otoritas orang tuanya. Masa remaja
yang diperpendek yaitu apabila seseorang masih berada pada usia remaja tetapi
tidak lagi melanjutkan sekolah karena telah memasuki dunia orang dewasa dengan
bekerja atau menikah. Analisis yang cermat mengenai semua aspek
perkembangan dalam masa remaja yang secara global bcrlangsung antara usia 12
sampai dengan 21 tahun.
34
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Huriock (1980) mengatakan masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan penode sebelum dan sesudahnya yaitu :
a. Masa remaja sebagai masa yang penting
Perkembangan psikologis dan fisik pada masa remaja dianggap sama
pentingnya, karena semua perkembangan itu memerlukan penyesuaian mental dan
perlu membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai masa peralihan
Remaja dituntut untuk meninggalkan segala scsuatu yang bersifat kekanak-
kanakan dan mempelajari pola perilaku yang baru untuk menggantikan perilaku
atau sikap yang telah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan yang terjadi adalah perubahan-perubahan yang bersifat universal
yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, perubahan minat dan pola perilaku serta
nilai-nilai yang dianut, bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun
perempuan, karena kurangnya pengalaman dalam mengatasi masalah tersebut atau
justru sengaja menolak bantuan dari orang lam.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas ini berkaitan crat dengan penyesuaian diri dengan standar
kelompok dan pengakuan oleh kelompoknya.
35
f. Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan ketakutan
Ketakutan pada masa remaja ini banyak diakibatkan oleh streotip-streotip
yang dilekatkan masyarakat pada remaja seperti misalnya, remaja cenderung
merusak dan susah diatur.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana apa yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya sehingga menimbulkan cita-cita yang
tidak realistik.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja semakin sulit untuk meninggalkan streotip yang melekat padanya
dan untuk berperilaku sebagaimana layaknya orang dewasa ketika ia semakin
mendekati masa kematangan, sehingga mereka mencoba berperilaku yang
dihubungkan dengan status orang dewasa seperti merokok, menggunakan obat-
obatan terlarang dan berhubungan seks.
3. Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan pola perilaku anak, akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama
avval masa remaja, apalagi bagi mereka yang matangnya terlambat (Huriock,
1980). Tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut:
36
a. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik yang dialami dimulai dari adanya perubahan-perubahan
yang disebabkan oleh munculnya gejala seksual sekunder yang merupakan tanda
mereka mengalami kemasakan seksual. Remaja perempuan akan semakin tampak
tanda-tanda kewanitaannya seperti tumbuhnya payudara, sedangkan pada remaja
laki-laki ditandai dengan semakin membesarnya suara dan tumbuhnya kumis.
Anak laki-laki akan mengalami pollutio (mernancarnya air mani), sedangkan anak
perempuan akan mengalami menarche sebagai tanda kemasakan seksual.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak jarang menjadi masalah bagi
remaja terlebih lagi remaja-remaja yang belum dipersiapkan untuk memahami dan
menghadapi berbagai perubahan fisik yang terjadi pada diri mereka serta
perbedaan perubahan fisik tersebut dengan lawan jenisnya.
b. Perkembangan emosi
Hall (Nuryoto, 1986) menyebut masa remaja sebagai masa storm dan stress
yang diikuti oleh perasaan sedih, kecevva, atautindakan berdiam diri, meledak lalu
diam dan tidak terduga dalam waktu yang pendek. Remaja diibaratkan kelahiran
kedua yang merupakan satu gambaran bahwa remaja memang berbeda dengan
anak-anak.
Remaja menunjukkan perilaku yang tidak stabil dan tidak dapat diperkirakan
(unpredictable). Remaja pada umumnya akan mengalami hightened emotionality
artinya emosinya meningkat dibandmgkan dengan masa scbelumnya. Para ahli
psikologi modern memandang stres yang dialami remaja sebagai suatu akibat dan
reaksi hormonal yang berfungsi dalam tubuh.
37
c. Perkembangan kognisi
Piaget (Nuryoto, 1986) mcngatakan remaja scharusnya sudah mencapai tahap
jormal operational atau abstract thinking, artinya mereka seharusnya sudah dapat
memahami hal-hal yang tertulis maupun tidak, masa lampau, masa sekarang, masa
yang akan datang, sehingga mereka mampu menyusun program, dan mampu
bertanggung jawabterhadap sikapnya.
d. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial pada remaja sebenarnya merupakan manifestasi dari
perkembangan fisik dan psikisnya. Hal ini menuntut penyesuaian terhadap situasi
yangbaru, karena masa transisi seringmenimbulkan kcsulitan.
Proses sosialisasi pada remaja juga tidak lepas dan norma-norma yang
beriaku baik norma susila, norma sosial, norma hukum, nonna agama, norma
moral dan Iain-lain, maka dari itu remaja juga mengalami perkembangan moral.
Kohlberg (1995) menambahkan perkembangan moral anak sejalan dengan
perkembangan kognisinya. Pengertian moral yang menyangkut pemahaman
terhadap baik-buruk, benar-salah akan sejalan dengan tahap-tahap perkembangan
kognisi seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Perilaku sosial remaja dapat
bersifat positifdan dapatbersifat negatif.
D. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Daya
Tahan Stres pada Remaja
Masa remaja merupakan masa krisis, masa badai dan stres yang menimbulkan
masalah yang harus diselesaikan. Hall (Nuryoto, 1986) menyebut masa remaja
sebagai masa storm dan stress yang diikuti oleh perasaan sedih, kecevva, atau
tindakan bcrdiam diri, mcledak lalu diam dan tidak terduga dalam waktu yang
pendek. Remaja diibaratkan kelahiran kedua yang merupakan satu gambaran
bahwa remaja memang berbeda dengan anak-anak. Konflik pada remaja sekitar 15
sampai 20 persen berasal lingkungan keluarga di mana para orang tua cendrung
memberikan pesan ganda pada remaja yaitu kebimbangan antara menginginkan
remaja tidak tergantung dan ingin remaja tetap tergantung. Konflik antara remaja
dan orang tua berkisar masalah-masalah biasa seperti tugas-tugas sekolah, mmat
terhadap pilihan jurusan di sekolah, kewajiban di rumah, pacaran, jam malam, dan
penampilan pribadi. Pemisahan atau ketidaktergantungan emosi dari orang tua
yang datang terlalu dim dapat menjadikan remaja merasa terasing, rentan terhadap
pengaruh peers yang negatifdan tingkah laku yang tidak sehat seperti kecanduan
obat dan aktivitas seks yang premature (Kedaulatan Rakyat, 2002). Hal ini tentu
saja dapat menimbulkan masalah dan memerlukan penanganan yang cepat serta
secara serius agar remaja tidak terlanjur terjerumus terlalu dalam.
Brown mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan, ancaman, dan
tuntutan dari lingkungannya, remaja tidak selamanya bisa berhasil dengan baik.
Remaja yang mampu menyesuaikan diri akan mudah dalam menjalani masa
remajanya dan mampu berfungsi dan mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya secara optimal sebagai remaja. Remaja bila tidak berhasil
menyelesaikan masalah yang ada padanya maka akan muncul perasaan kecewa,
putus asa, merasa tidak mampu dan frustasi yang dapat menycbabkan stres
(Prabandan, 1989).
39
Kondisi stres seringkali mcmbutuhkan respon yang cepat agar individu tidak
mengalami efek negatif. Schneiders (1964) mengungkapkan beberapa tahap
respon dalam menghadapi stres:
1. Mengendalikan Emosi
Pengendalian emosi sangat penting bagi individu ketika berhadapan dengan
stresor. Kondisi stres memungkinkan seseorang akan mudah untuk dikuasai
oleh emosi (emotional hijacking), sehingga akan menghambatnya dalam
menentukan solusi atas stres yang dialaminya (Goleman, 1999).
2. Mcmbentuk Mekanisme Pertahanan Diri
Manusia secara alami diberikan kemampuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya (survival) dari gangguan atau ancaman. Stresor yang
datang menghampiri individu akan ditangkap sebagai kondisi yang bahaya.
Individu akan mcmbentuk mekanisme pertahanan diri secara fisiologis dan
psikologis.
Withdrawal merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri, respon
terhadap stres yang diambil secara cepat oleh individu. Fungsi withdrawal ini
adalah mengurangi kekecewaan yang berlebih. Withdrawal adalah cara yang
terbaik yang bisa dilakukan pada saat menghadapi tuntutan yang besar, sedangkan
kemampuan yang dimiliki tidak sebanding. Hal ini lebih baik daripada individu
membuang waktu dan usaha untuk sesuatu yang sia-sia, sehingga dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa withdrawal merupakan suatu mekanisme penyesuaian
terhadap kondisi stres. Penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada gambar 2:
KENVATAAN
V V V
Yopercayaao
^idc^.
Gambar 2.
Zona Pertahanan Melawan Kenyataan(Sumber: Schneiders, A.A.1964. Personal Adjustment and Mental Health)
Penjelasan dari gambar 2 adalah individu dikelilingi oleh situasi yang
kompleks, sarat dengan tuntutan dan konflik. Situasi tersebut mendorong
seseorang untuk melindungi dirinya dengan membangun zona pertahanan.
Perimeter pertahanan ini termasuk ide-ide individu dan sosial, kepercayaan,
perilaku, hal-hal ideal, tradisi dan praktek-praktck yang akan membentengi
kenyamanan ego dari kenyataan-kenyataan yang membahayakan. Perimeter
pertahanan ini akan muncul manakala ada kesulitan-kesulitan, konflik, frustrasi
dan stres, namun zona pertahanan ini terstruktur secara lemah dan penniabel serta
tekanan atau kenyataan akan memunculkan withdrawal (penarikan diri).
Withdrawal pada kenyataannya terkadang merupakan reaksi yang paling
40
41
sederhana dan paling tepat. Menarik diri dari situasi yang kompleks, penuh
tekanan akan memperkecil kegagalan. Withdrawal akan melindungi individu dari
waktu dan usaha yang sia-sia (Schneiders, 1964).
3. Melakukan Pertimbangan Rasional
Individu untuk scsaat akan jauh dari stresor ketika melakukan withdrawal,
sehingga ia akan merasa lebih tenang. Individu akan memiliki kesempatan untuk
melakukan pertimbangan rasional tentang respon yang adekuat terhadap stres
yang dialaminya.
4. Belajar dari Pengalaman
Keputusan-keputusan yang diambil oleh individu dapat berasal dari
pengalaman-pengalaman masa lalu individu. Pengalaman yang sesuai dengan
kondisi stres yang dialaminya akan membantunya dalam penyelesaian masalah
tersebut.
5. Bersikap Realistis dan Objektif.
Kondisi yang tenang memungkinkan individu agar dapat berpikir secara
realistis dan objektif, tidak mengambil keputusan secara emosional, dan keputusan
yang diambil akan lebih terarah.
Schneiders (1964) walaupun tidak secara langsung menyebutkan kecerdasan
emosional dalam penjelasannya mengenai respon terhadap stres, namun dapat
ditarik kesimpulan bahwa kemampuan individu dalam mengelola emosi pada saat
kondisi stres akan dapat membantunya dalam mengatasi kondisi stres. Kondisi
seperti inilah di mana individu dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk
melawan stresor, sehingga ia tidak terhempas oleh situasi yang stressfull (Cridder,
42
dkk, 1983). Hal ini menunjukkan pcntingnya memiliki kecerdasan emosional
untuk dapat mengendalikan emosi ketika menghadapi stresor. Langkah tersebut
merupakan manifestasi dari individu yang memiliki daya tahan stres.
Goleman (1999) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional memiliki
wilayah berkenaan dengan emosi yaitu mengenali dan mengelola emosi.
Pengenalan terhadap emosi merupakan suatu avval agar individu lebih mampu
menguasai diri, sehingga emosi dapat dikelola dengan baik, ia akan mampu
mengenali emosinya kemudian mengelolanya sehingga tidak terjebak pada
kondisi distress (stres yang merugikan). Subandi (1998) mengatakan dalam
mengaktualisasikan kemampuan antar pribadi ini, seseorang harus terlebih dahulu
mencapai tingkat pengendalian diri, yaitu dimilikinya kemampuan menyimpan
kemarahan serta beban stres, dorongan hati dan kegairahan, penyesuaian terhadap
tuntutan orang lain memerlukan ketcnangan dalam din seseorang. Thorndike
(Goleman, 1999) menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional
adalah kecerdasan sosial, kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak
bijaksana dalam hubungan antar manusia merupakan aspek IQ seseorang.
Kecerdasan sosial berbeda dari kemampuan akademis dan ini merupakan bagian
yang penting dan apa yang membuat orang sukses dalam kehidupan praktis
sehari-hari.
Kemampuan umtuk mengenali emosi-emosi yang dirasakan serta adanya
keterampilan sosial yang baik dapat membantu remaja dalam menyesuaikan diri
dan bertahan terhadap stres, karena dengan mengenali segala emosi yang
dirasakannya, remaja dapat mengarahkan dan mengelola emosinya tersebut
43
sehingga tidak terjcbak pada keadaan yang membuat sulit dalam melalui masa
remajanya. Mulyadi (Health Today, 2000) menambahkan sebagai dasar dan
kecerdasan emosional, kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi diri ini
sendiri membuat individu memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka
yang sesungguhnya dan kemudian dapat mengambil keputusan yang mantap
untuk masalah yang sedang dihadapinya, misalnya dalam hal memilih sekolah,
sahabat, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
Rosa (Ummi, 2000) menambahkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan
emosi yang baik, maka ia akan memiliki pengendalian dan pengelolaan emosi
yang baik sehingga dapat membantunya dalam memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Hal ini berarti, apabila remaja memiliki kecerdasan emosi yang
baik, maka akan dapat membantunya dalam mengatasi masalah dalam
kehidupannya, terutama terkait dengan tugas perkembangannya. Patton (Ummi,
2000) menyatakan bahwa salah satu ciri dari individu yang memiliki kecerdasan
emosi adalah memiliki sikap positifpada saat menghadapi masalah, sehingga ia
akan senantiasa bersemangat, mudah beradaptasi, optimis dan tetap ramah.
Wilkinson (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
daya tahan seseorang terhadap stres adalah faktor mental. Kecerdasan emosional
sendiri merupakan faktor mental yang akan menjadi dasar perilaku seseorang. Hal
ini berarti bahwa kecerdasan emosional memiliki keterkaitan dengan daya tahan
stres.
44
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres. Semakin tinggi kecerdasan
emosional semakin tinggi daya tahan stres.
\
V
iS&^'
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabe!
Variabe! yang disertakan dalam penelitian ini adalah :
1. Vanabel bebas : Kecerdasan Emosional
2. Variabe! tergantung : Daya Tahan Stres
B. Definisi Operasional Variabel
1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola emosi yang
mencakup wilayah kesadaran din, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan
ketrampilan sosial (Goleman, 1999). Kecerdasan emosional diketahui berdasarkan
skor yang diperoleh individu melalui Skala Kecerdasan Emosional. Variabel ini
akan diungkap dengan Skala Kecerdasan Emosional yang disusun oleh Apriani
2. Daya tahan stres adalah kemampuan seseorang dalam memberikan
perlawanan terhadap stresor yang mengancam dan mcngganggu kehidupannya
yang termanitestasi dalam bentuk reaksi terhadap stres yang dapat bersifat
fisiologis dan psikologis (Cridder. dkk. 1983). Daya tahan stres diketahui
berdasarkan skor yang diperoleh individu melalui Skala Daya Tahan Stres.
Variabel ini akan diungkap dengan Skala Daya Tahan Stres dan Chaerani (1995).
46
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi pada sekolah menengah umum di SMU
Negeri 8 Pekanbaru, Riau. Pemilihan subjek didasarkan pada tahap
perkembangan mereka yang berada pada tahap perkembangan remaja yaitu usia
15-17 tahun, pada tahap ini terjadi berbagai peralihan yang membutuhkan
penyesuaian diri yang baik yang jika tidak bisa dilakukan dapat menimbulkan
stres pada remaja tersebut. Pertimbangan lainnya yaitu kemampuan berpikir
abstrak yang sudah dicapai remaja pada usia ini, menyebabkan remaja
menunjukkan perhatian besar kepada kcjadian dan peristiwa yang tidak konkrit
atau hal-hal dan kejadian-kejadian yang tidak langsung dihayati, seperti aspek-
aspek yang terdapat pada kecerdasan emosional, misalnya kemampuan empati.
D.Metode Pengumpulan Data
Instrumen pengukur variabel penelitian memegang peranan penting dalam
usaha memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya (Azwar, 1998). Skala
adalah salah satu bentuk instrumen pengumpulan data dalam penelitian sosial dan
psikologi yang di dalamnya terdapat daftar pemyataan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh subjek penelitian. Metode skala ini tennasuk metode yang praktis
dan relatifmudah digunakan, berikut penjelasan mengenai kedua alat ukur yang
akan dipakai pada penelitian ini.
1. Skala Kecerdasan Emosional
Skala ini disusun untuk mengungkap sejauhmana kemampuan subjek untuk
mengenali dan mengelola emosi diri. Skala ini disusun oleh Apriani (2000) yang
47
disusun bcrdasarkan klasifikasi kecerdasan emosional yang dikenalkan oleh
Salovey ( Goleman, 1999) mencakup aspek-aspek ini adalah : (a) Kesadaran Diri,
(b) Pengaturan Diri, (c) Motivasi Din, (d) Empati, (e) Keterampilan sosial.
Skala Kecerdasan Emosional ini terdiri dari 41 pemyataan. Aitem-aitem
dalam skala disusun dengan menggunakan skala model Likcrt dengan lima
altematif jawaban. Subjek dalam menjawab pemyataan-pemyataan diminta untuk
memilih salah satu dari lima altematif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai
(S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).Aspek-aspek
tersebut dijabarkan dalam aitem-aitem favorable dan unfavorable. Skor untuk
skala ini bergerak dari 1 sampai 5, untuk aitem favorable SS diskor 5, S = 4, N =
3, TS = 2, STS = 1, sedangkan untuk aitem unfavorable SS diskor 1, S = 2, N =
3, TS _ 4, STS _ 5. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor yang
diperoleh subjek menunjukkan tingginya kecerdasan emosional yang dimiliki, dan
sebaliknya rendahnya skor yang dipeoleh menunjukkan rendahnya kecerdasan
emosional. Koefisien reliabilitas skala ini adalah 0,8472 dengan koefisien korelasi
aitem total berkisar antara 0,2036 sampai dengan 0,4769. Batas kritis yang
digunakan adalah 0,25 mengingat bila memakai batas kritis 0,30 mengakibatkan
ada aspek yang tidak terwakili (Azwar, 1999). Skala mi reliabel, sehingga
memenuhi syarat untuk digunakan alat ukur guna pengambilan data dalam
penelitian.
Tabcl 1
Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional
48
No Aspek Aitem Favorable Aitem L nfavorable \
Jumlah Nomor Jumlah Nomor J
1. Kesadaran Diri 4 3,5,8,21 3 1,4,14 !2 Pengaturan Diri 2 2,13 4 6,15,16,31 |3. Motivasi Diri 6 9,17,18,19,
23,24
6 7,10,26,27, i28,30 |
4. Empati 3 22,33,34 3 20,35,40 j5. Ketrampilan Sosial 5 11,12,32,36,
37
5 25,29,38,39,
41
Jumlah. 20 21 i
2. Skala Daya Tahan Stres
Skala ini digunakan untuk mengetahui keadaan subjek khususnya daya
tahannya terhadap stres. Aspek-aspek yang akan diukur dalam skala daya tahan
stres ini adalah respon subjek terhadap stresor yang ada, berupa: (a) respon
emosional, (b) respon kognitif, (c) respon fisiologis subjek.
Skala Daya Tahan Stres yang akan digunakan ini telah disusun oleh Chaerani
(1995) tcrdiri dari 43 butir aitem. Aitem favorable sebanyak 17 dan aitem
unfavorable 26 butir, dengan dua altematif jawaban (ya) dan (tidak). Skor satu
diberikan jika subyek menjawab "ya" untuk pemyataan favorable dan skor no!
untuk jawaban "tidak". Skor satu untuk aitem unfavorable untuk jawaban "tidak"
dan skor nol untuk jawaban "ya". Koefisien rcliabilitas skala ini adalah 0.864
(Chaerani, 1995) dengan koefisien korelasi aitem total berkisar 0,185 sampai
dengan 0,485. Kerlinger (1986) mengatakan untuk tingkat 0,05, suatu r sebesar
0,16 sudah memadai dalam hal seratus pasang ukuran. Skala ini reliabel dan
memenuhi syarat sebagai alat ukur untuk pengambilan data penelitian
Tabcl 2
Distribusi Aitem Skala Daya Tahan Stres
49
No Aspek Aitem Favorable Aitem L nfavorable
Jumlah Nomor Jumlah Nomor
1. Respon Emosional 5 1,2,8,9,35 7 3,4,5,6,7,10,
11
2 Respon Kognitif 7 13,18,21,22,
28,29,34
1 9 12,16,17,26,
33,36,37,40,
42
3. Respon Fisiologis 5 20.24,25,32,
41
10 14,15,19,23,
27,30,31,38,
39,43
Jumlah 17 26
E. Validitas dan Reliabilitas
Kepercayaan dapat diberikan pada kesimpulan penelitian sosial tergantung
antara lain pada akurasi dan keccnnatan data yang diperoleh. Akurasi dan
kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat
ukurnya (Azwar, 1998). Validitas alat ukur mencakup seberapa jauh alat ukur
tersebut dapat memberikan hasil yang teliti (Hadi,1977). Valid tidaknya suatu alat
ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar, 1998).
Reliabilitas yang berarti keterandalan, keajegan dan kestabilan, pada dasarnya
mempunyai ide pokok yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pcngukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama memperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek belum berubah (Azwar, 1998).
50
F. Analisis Data
Pengujian hipotesis digunakan teknik analisis korelasi product moment.
Pengolahan data penelitian akan menggunakan SPSS 10.0 FOR WINDOWS 1998.
BAB IV
PELAKSANAAN, ANALISIS
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan
1. Orientasi Lokasi Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I! SMU Negeri 8
Pekanbaru, Riau. SMU Negeri yang berada di jalan Abdul Muis nomor 14
Pekanbaru ini sebelumnya bemama SMPP 49 didirikan pada tahun 1976 dengan
SK Mendikbud 0353/0/1975, kemudian menjadi SMA Negeri 6 Pekanbaru
dengan SK Mendikbud tanggal 9 Agustus 1986 Nomor 0353/0/1985 di mana di
seluruh Indonesia seluruh SMPP diubah namanya menjadi SMA. Berdasarkan
prestasi yang selama ini diraih, baik dalam bidang akademik maupun non
akademik, maka pada tahun pembelajaran 1995/1996 dengan SK Kanwil
Depdikbud Propinsi Riau Nomor 12/KPTS/KEP/P-1995 tanggal 8 Maret 1995,
SMA Negeri 6 ditetapkan sebagai SMA Binaan Khusus, sehingga saat ini seluruh
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari (I shift). Perubahan nama
pada jenjang pendidikan SMA menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU) yang
disesuaikan dengan urutan berdirinya lembaga pendidikan pada tanggal 15 April
1997 dengan SK Mendikbud Nomor 035/0/1997 tentang perubahan Nomenklatur
SMA menjadi SMU, maka SMA Negeri 6 berubah nainanya menjadi SMU
Negeri 8 sampai sekarang.
SMU Negeri 8 Pekanbaru ini memiliki tenaga pengajar 67 orang, yang terdiri
dari guru tetap 63 orang dan 4 orang guru tidak tetap. Pegavvai TU berjuinlah 17
51
orang, dengan rincian pegawai tetap 11 orang dan pegawai tidak tetap sebanyak 6
orang. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2001/2002 adalah 897 siswa yang terbagi
atas kelas I: 360 siswa, kelas II: 304 siswa, dan kelas III: 233 siswa. Jumlah kelas
sebanyak 24 kelas, dengan perincian kelas I: 9 kelas, kelas II: 8 kelas, kelas III
IPA: 4 kelas dan kelas III IPS: 3 kelas.
2. Perijinan
Perijinan untuk penelitian ini dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi UII
Nomor 489/Dek/70/fp/x/2001 tertanggal 12 Oktober 2001. Surat pennohonan ijin
penelitian ini kemudian diserahkan ke BAKESLIMNAS di bawah wewenang
BAPPEDA Propinsi DIY dengan surat ijin penelitian Nomor 070/2795 tertanggal
20 Oktober 2001 dikeluarkan. Pengurusan selanjutnya diteruskan kepada
BAPPEDA Propinsi Riau dengan surat ijin penelitian dikeluarkan Nomor
070/BIKKB/252/2001 tertanggal 27 Oktober 2001, kemudian dilanjutkan ke
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) kota Pekanbaru dengan surat ijin
dikeluarkan 1520/2001/800 tertanggal 19 November 2001, maka ijin penelitian
diharapkan dapat dipergunakan sebagai syarat untuk mengambil data penelitian,
di SMU Negeri 8 Pekanbaru.
B. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian diawali dengan penyebaran skala pada tanggal
19 November 2001 sampai dengan tanggal 22 November 2001 pada siswa SMU
Negeri 8 Pekanbaru. Subjek untuk pengambilan data dalam penelitian ini telah
ditentukan sebelumnya oleh pihak sekolah, yaitu pada kelas-kelas yang saat itu
53
sedang mengikuti pelajaran Sosiologi dan Bahasa Indonesia. Kelas yang
digunakan adalah kelas II A: 37 siswa; kelas II B:36 siswa; II E: 33 siswa; II F: 37
siswa; II G: 36; IIH: 24 siswa. Jumlah subyek keseluruhan adalah 203 orang.
Kriteria siswa yang diambil sebagai subjek penelitian adalah mereka yang
sudah mencapai 15-17 tahun. Subjek penelitian ditemui penulis di kelas. Subjek
diberi satu eksemplar skala kecerdasan emosional dan skala daya tahan stres.
Skala mi diberikan kepada selumh subjek dan skala harus dapat kembali pada hari
itu juga. Pengerjaan masing-masing skala memakan waktu selama 15 sampai 20
menit termasuk di dalamnya waktu untuk perkenalan, pengarahan dan pengisian
data identitas.
Berdasarkan kelengkapan jawaban subjek, dari 203 eksemplar skala yang
disebarkan, semua kembali yaitu sebanyak 203 eksemplar dan semuanya diisi
benar dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
C. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi
Uji normalitas dan uji linieritas terlebih dahulu dilakukan sebelum
menganalisis data menggunakan teknik korelasi product moment Pearson dari
fasilitas SPSS for windows Version 10.0.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan teknik One sample Kolmogorov-
Smirnov Test dari program SPSS for Windows Release 10.0 adalah sebagai
berikut : sebaran skor variabel kecerdasan emosional (K-S Z = 0,636 dengan p =
0,814 atau p> 0,05) adalah normal dan sebaran skor daya tahan stres (K-S Z -
1,312 dengan p = 0,064 atau p > 0,05 ) adalah normal. Hasil uji linientas antara
kecerdasan emosional dengan daya tahan stres diperoleh F53,90 dan p<0,01 yang
berarti linier.
2. Hasil Uji Hipotesis
Analisa data untuk mengetahui korelasi product moment antara variabel
kecerdasan emosional dengan daya tahan stres dilakukan dengan menggunakan
korelasi melalui bantuan program SPSS 10.0 for Windows.
Hasil analisis yang diperoleh adalah korelasi (r) antara variabel kecerdasan
emosional dengan daya tahan stres adalah sebesar 0,446 dan p = 0,000 atau p<
0,01 berarti antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres memiliki
korelasi yang sangat signifikan. Nilai sumbangan variabe! kecerdasan emosional
terhadap daya tahan stres ditunjukan oleh koefisien detenninasi r = 0,198916
sehingga setelah diperscntase didapatkan sebesar 19,89 %.
3. Deskripsi Penelitian
Deskripsi statistik dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa Mean hipotetik
variabel kecerdasan emosional adalah sebesar 123 dengan mean empirik sebesar
145,70. Mean hipotetik variabel daya tahan stres adalah sebesar 21,5 dengan mean
empirik sebesar 28,30.
Tabe! 3
Deskripsi Data Penelitian (N=203)
Variabel Penelitian Skor Empirik Skor HipotetikXmax Xmin Mean Xmax Xmin Mean
Kecerdasan Emosional 183 95 145,70 205 41 123Daya Tahan Stres 39 i 12 28,30 43 0 21,5
Penulis menggolongkan subjek penelitian ini dalam 3 kategori yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Kategori ini dibuat berdasarkan sebaran hipotetik nilai
maksimal dikurang dengan nilai minimal sehingga diperoleh nilai perkiraan
besarnya deviasi standar hipotetik. Skor empiris yang berada 2.0 deviasi standar
diatas mean hipotetik dikategorikan tinggi atau dapat dirumuskan (m + 2,0 8),
sedangkan untuk kategori sedang dirumuskan (m - 2,0 8) < X < (m + 2,0 8), untuk
2.0 deviasi standar dibavvah mean hipotetik dikategorikan rendah, atau
dirumuskan (m - 2,0 8).
Skala Kecerdasan Emosional terdiri dari 41 aitcm, tiap aitem diberi skor
antara 1 sampai 5, rentang minimal maksimal adalah 41x1 (jumlah aitem
dikalikan skor terendah) sampai dengan 41x5 (jumlah aitem dikalikan skor
tertinggi yaitu 41 sampai 205, sehingga jarak sebarannya 205 - 41 = 164.
Selanjutnya 164 : 6 yaitu s ( atau 8) = 27,33, karena mean hipotetiknya 123 maka
batas kelompok tinggi adalah { 123 + 2 (27,33 }= 177,66. Batas kelompok rendah
adalah (123 -2 (27,33) } = 68,34. Berdasarkan kategori diatas maka subjek yang
mendapat skor dibawah 68,34 dalam skala kecerdasan emosional dapat dikatakan
memiliki kecenderungan tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Subjek yang
memiliki skor diatas 177,66 dalam skala kecerdasan emosional dapat dikatakan
subjek memiliki kecenderungan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Subjek
penelitian ini tergolong memiliki tingkat kecerdasan emosional yang sedang
dengan mean empiris sebesar 145,70.
Skala Daya Tahan Stres terdiri dari 43 aitem, tiap aitem diberi skor 0 sampai
1. Rentang minimal maksimal adalah 43x0 (jumlah aitem dikalikan skor terendah)
56
sampai 43 x 1(jumlahaitem dikalikan skortertinggi) yaitu 0 sampai 43, schingga
jarak sebarannya adalah 43-0 = 43, selanjutnya 43 : 6 yaitu s = 7,17. Batas
kelompok tinggi adalah { 21,5 + 2 (7,17 )= 35,84 dengan mean hipotetik 21,5,
sedangkan batas rendahnya adalah {21,5-2 (7,17)) - 7,16. Berdasarkan kategori
diatas maka subjek yang mendapat skor dibawah 7,16 dalam skala daya tahan
stres dapat dikatakan memiliki kecenderungan tingkat daya tahan stres yang
rendah, sebaliknya apabila subjek memiliki skor diatas 35,84 dalam skala daya
tahan stres, maka dapat dikatakan subjek memiliki kecenderungan tingkat daya
tahan stres yang tinggi. Subjek penelitian ini tergolong memiliki tingkat daya
tahan stres yang sedangdengan meanempiris sebesar 28,30.
Tabel 4
Kategorisasi Subyek Penelitian
^^--^^^ SkalaKategori^-^^
Kecerdasan
Emosi
Daya Tahan Stres
Tinggi > 177,66 > 35,84Sedang 68,34 - 177,66 7,16-35,84Rendah < 68,34 7,16
D. Pembahasan
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan daya tahan
stres, artinya semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang maka semakin
tinggi pula daya tahan stresnya. Hal ini berarti bahwa kecerdasan emosional
merupakan faktor yang turut mempengaruhi daya tahan stres seseorang.
Sumbangan kecerdasan emosional terhadap daya tahan stres adalah sebesar
57
19,89%, berarti masih ada sekitar 80,11 persen faktor-faktor lam, seperti:
maturitas, pendidikan, status ekonomi, tipe kepribadian, motivasi, kesehatan
mental, religiusitas, keterlibatan terhadap stresor dan lingkungan.
Salovey menyatakan bahwa salah satu aspek dalam kecerdasan emosional
yaitu kemampuan mengelola emosi. Kemampuan mi akan membantu remaja
ketika menghadapi stresor, sehingga remaja tidak mudah hanyut dalam kondisi
stres atau memiliki daya tahan stres (Goleman, 2000). Kecerdasan emosional akan
memungkinkan remaja memiliki pengendalian diri sehingga ia mampu menahan
kemarahan serta beban stresnya (Subandi, 1998). Pengendalian diri akan
menjadikan remaja tidak mudah stres, sehingga tidak terlibat dalam masalah
remaja seperti kesepian, mudah stres dalam menghadapi pelajaran, mudah putus
asa, impulsif, kurang sopan, mudah terpicu melakukan tindak kekerasan (Kompas,
1999 & Kompas, 2000). Setyowati (2000) mengemukakan bahwa kecerdasan
emosional dapat mengurangi perilaku delikuen remaja. Apriani (2000) secara
spesifik menemukan bahwa kecerdasan emosional memiliki korelasi negatif
dengan tendensi agresi remaja. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Schneiders (1964) bahwa salah satu akibat stres adalah perilaku agresif. Individu
yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, walaupun sedang dalam kondisi
stres, ia tidak akan melampiaskannya dalam aktifitas agresif.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat
kecerdasan emosional yang sedang dan daya tahan stres yang sedang pula.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosi subjek penelitian cukup baik,
sehingga dapat membantunya dalam menghadapi stresor. Hal ini sesuai dengan
58
pendapat Nurdianto (1994) yang mcngatakan bahwa individu yang matang, dalam
arti memiliki kematangan kepribadian, lebih sukar mengalami gangguan akibat
stres karena individu yang matang (mature) mempunyai daya adaptasi yang besar
terhadap stresor yang timbul. Individu yang tergantung (dependent) dan iritabel
sangat mudah mengalami gangguan akibat stres karena daya adaptasi terhadap
stresor yang mengancam dan dipandang mengganggu keseimbangan diri sangat
rendah (Chaerani, 1995). Soewadi (Chaerani, 1995) menambahkan bahwa status
pendidikan dan ekonomi yang rendah pada diri seseorang akan menyebabkan
orang tersebut mudah mcngalami stres. Pola kepribadian juga mempengaruhi
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Diener, dkk (1984) menyatakan
bahwa telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor kepribadian
memegang peranan penting dalam situasi yang stresfull (Gunhert, dkk, 1999).
Penilaian pertama dari seseorang terhadap satu situasi apakah menyenangkan
atau mengancam akan mempengaruhi tingkat stres mereka dan kemampuan
seseorang dalam menguasai keadaan dapat mengurangi terjadinya stres. Reaksi
yang diberikan seseorang dalam menghadapi stresor menunjukkan karakter yang
dimilikinya dan sampai di mana batas kemampuan mengatasinya
(Wilkinson, 1989). Stres pada taraf tertentu dapat menjadi sesuatu yang positif
karena dapat memberikan semacam rangsangan dan motivasi untuk memecahkan
suatu masalah, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Patton (1997)
mengatakan bahwa salah satu ciri dari individu yang memiliki kecerdasan
emosional adalah memiliki sikap positif pada saat menghadapi masalah, sehingga
ia akan senantiasa bersemangat, mudah beradaptasi, optimis dan tetap ramah
59
(Ummi, 2000). Peale (Chaerani, 1995) menambahkan bahwa individu yang
cenderung berpikir positif tidak mudah terpengaruh oleh berbagai tantangan
ataupun hambatan yang dihadapi. Individu yang berpikir positif akan menerima
dan menghadapi masalah atau tekanan-tekanan dalam hidupnya serta mencoba
mencari jalan kcluarnya. Individu akan selalu memandang dari sisi positif
terhadap suatu masalah, sehingga dapat menghilangkan pola pikir negatif yang
merupakan penyebab timbulnya emosi yang mengalahkan din sendiri yang dapat
berakibat buruk dan menimbulkan gangguan pada individu. Chaerani (1995)
secara spesifik menemukan bahwa kecendrungan berpikir positif dan harga diri
memiliki korelasi yang positif dengan daya tahan stres.
Kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan
hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial ini
mempengaruhi daya tahan seseorang terhadap stres. Goleman (1999) mengatakan
bahwa vvilayah emosi ini meluas melampaui jangkauan bahasa dan kognisi.
Cooper dan Savvaf (2000) mengatakan melalui pengembangan kecerdasan
emosional inilah setiap orang belajar untuk siap mengakui dan menghargai
hakikat perasaan dalam diri sendiri maupun orang lain dan secara tepat
menanggapinya, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, membimbing untuk mendapatkan
pemecahan terobosan dan peluang tak terduga, serta bisa menyelamatkan individu
atau organisasi dari kchancuran.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
yang berbunyi " ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan daya
tahan stres pada remaja avvaL ternyata terbukti. Hal ini berarti semakin tinggi
kecerdasan emosional semakin tinggi pula daya tahan stresnya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian memiliki
kecerdasan emosional yang sedangdan daya tahan stres yangsedang pula.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mgm
mengemukakan beberapa saran-saran:
1. Saran bagi pihak sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya membantu siswa untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kecerdasan emosionalnya melalui pelatihan-pelatihan
atau dalam aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari.
b. Senantiasa menumbuhkan motivasi dan rasa optimis para siswa, sehingga
akan dapat membantunya dalam mengasah daya tahan stres.
c. Membangun komunikasi yang terbuka dan duaarah antara siswa dan guru
agar siswa dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya sehingga
siswa dapat melalui masa remajanya yang sulit dengan baik.
60
2. Saran bagi subjek
a. Subjek penelitian diharapkan dapat mengembangkan lagi aspek-aspek
kecerdasan emosionalnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari, baik ketika berada di rumah, sekolah ataupun ketika berinteraksi
dengan masyarakat.
b. Siswa hendaknya mau belajar dan berani mencoba aktivitas baru,
mengambil tantangan baru, belajar ketrampilan yang sulit, bersahabat,
sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola stres dan
dapat melalui masa remajanya dengan baik.
3. Saran bagi peneliti berikutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan dan menambah
variabel-variabel lain seperti strategi coping dan tipe kepribadian. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rosenman dan Chasnei (Hawari, 2001) yang mengatakan bahwa
orang denga tipe kepribadian A lebih rentan atau beresiko tinggi mengalami stres
di banding tipe kepribadian lainnya dalam merespon stresor psikososial yang
sama (Hawari, 2001). Lazarus dan Folkman (Smet, 1994) mengatakan
keterampilan individu dalam mencoping stres adalah faktor yang menentukan
tahan tidaknya individu dalam menghadapi stres yang melanda). Perhatian
terhadap kedua variabel di atas dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat
memperkaya hasil penelitian yang nantinya diperoleh.
62
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, R 2000. Tendensi Agresi dalam Kaitannya dengan Kecerdasan Emosidan Mode! Sekolah. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: FakultasPsikologi Universitas Islam Indonesia.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaerani. 1995. Hubungan antara Berpikir Positif dan Harga Diri dengan DayaTahan Terhadap Stres pada Remaja Di SMA Negeri 1 Cirebon. Skripsi(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas GadjahMada.
Cooper, R. K dan Sawaf, A. 2000. Executive EO: Kecerdasan Emosional dalamKepemimpinan dan Organisasi. (Terjemahan A. T. K. Widodo).Jakarta: Gramedia.
Cridder, A.B., Goethaks, G. R„ Kavanaogh, R. D. & Solomon, P. R. 1983.Psychology!. New York: Scott Foresman and Company.
Fontana, D. 1993. Managing Stress. Leicester: BPS Book & Routhledge Ltd.
Goleman, D. 1999. Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional : Mengapa EIlebih Penting daripada IQ. (Terjemahan T. Hermaya). Jakarta:Gramedia.
Goleman, D. 2000. Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosiuntuk Mencapai Prestasi. (Terjemahan A. T. K. Widodo). Jakarta:Gramedia.
Gunarsa, Y.S. 1985. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.Gunung Mulia.
Gunhert. K, Cohen H. L, Armeli, S. 1999. The Role of Neuroticsm in Daily Stressand Coping. Journal Of Personality and Social Psychology. Vol:77,No.5, p. 1087-! 100. American Psycologist Association.
Hager, D. dan Hager, L. C. 1999. Stres dan Tubuh Wanita: Stres and TheWoman's Body. (Terjemahan W. Kusuma). Batam Centre: Interaksara.
Hawari, D. 1999. Ilmu Kedokferan Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: DanaBhakti Prima Yasa Press.
63
Hawari, D. 2001. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai PcncrbitFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Huriock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu 1'endekatan SepanjangRentang Kehidupan. (Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo)Jakarta: Erlangga.
Kerlinger, F. N. 1986. Asas-asas Penelitian Behavioral. (Terjemahan L. R.Simatupang). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kohlberg, L. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Martaniah, S.M. 1985. Masalah Depresi pada Remaja. Kumpulan Makalah danSimposium. Panitia HUT XXXIX. Yogyakarta: Fakultas KedokteranUmum Universitas Gadjah Mada.
Martaniah, S.M. 1991. Relaksasi sebagai Suatu Strategi untuk Mengatasi Stres.Taporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., dan Haditono, S. R. 1994. PsikologiPerkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurdianto, H. 1994. Hubungan antara Maturitas dengan Toleransi terhadap Strespada Mahasisvva Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Nuryoto, S. 1986. Menanamkan Pola Tingkah Laku Sosial dan MerangsangKemandirian. Kumpulan Makalah Psikologi Perkembangan.Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Prabandari, Y.S. 1989. Hubungan antara Stres dan Motivasi Berprestasi denganDepresi pada Mahasisvva Tingkat Lanjut. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Prawesti, N. 2001. Hubungan Persepsi Remaja terhadap Peran Ayah dalamKeluarga dengan Kecendrungan berperilaku Delinkuen. Skripsi (tidakditerbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas IslamIndonesia.
Schneiders, A. A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. New York:Holt, Rinehart and Winston.
64
Sctyowati, I. 2000. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan KecenderunganBerperilaku Delinkuen pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Shapiro, L. E. 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak.(Terjemahan A. T. K. Widodo). Jakarta: Gramedia.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehaian. Jakarta: PT. Grasindo.
Subandi. 1998. Hubungan antara Kecerdasan Emosional, Sikap terhadapPenyajian Materi Kuliah, Motivasi Berprestasi, dengan Prestasi BelajarMahasisvva PGSD. Tesis (tidak diterbitkan ). Yogyakarta: Programpasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
W7aryono, P. 1994. Hubungan antara Toleransi Stres dan Prestasi Belajar padaMahasisvva MM UGM. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Widun, E.L. 1995. Hubungan antara Religiusitas dengan Stres pada MahasisvvaMuslim di Universitas Gadjah Mada. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Widyastuti, W .1999. Hubungan antara Emotional Intelligence danKecenderungan Burn Out pada Karyavvan. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Wilkinson, G.1989. Stres dan Cara Mengatasinya. (Terjemahan Penerbit).Jakarta: Dian Rakyat Press.
Zimbardo, P. G., Gerrig, R. J. 1999. Psychology and Life, fifteenth Edition. New-York: Longman. Inc
Health Today. 2000. Mcngasah Kecerdasan Emosional. Health Today. November2000. Jakarta.
Intisari. 2000. "Stres Oke Distres No Way" dalam majalah Intisari. Edisi Maret2000. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.
Kedaulatan Rakyat. 2002. Remaja dan Gaya Pengasuhan Orangtua. KedaulatanRakyat 3 Februan 2002 hal. 7. Yogyakarta.
Kompas. 1999. Generasi Muda Alami Kesulitan Emosional. Kompas 26 Februari1999 hal. 21.Jakarta.
Kompas. 2000. Membangun Masyarakat Sipil Jakarta. Kompas 20 Desember2000 hal. 64. Jakarta.
65
Ummi. 2000. Peran Kecerdasan Emosional dalam Keberhasilan Dakwah, dalammajalah mingguan Ummi. Edisi 1l/xi/2000. Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
ALAT UKUR PENELITIAN
1. SKALA I ( KECERDASAN EMOSI)2. SKALA II PAYA TAHAN STRES)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA
Yogyakarta, November 2001
Asslammu'alaikum Wr. Wb.
Perkenankanlah saya memohon kesediaan Saudara untuk sekiranya dapat
meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan Saudara, guna mengisi sejumlah
pemyataanyangsaya lampirkanberikut ini.
Perlu sekiranya Saudara ketahui bahwa skala ini bertujuan sebagai
pengumpulan data penelitian dalam rangka penulisan skripsi penulis. Jawaban
yang telah Saudara berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai bagi penelitian
ini. Selanjutnya identitas Saudara yang asli maupun yang disamarkan dan setiap
jawabanyang Saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya.
Sudilah Saudara memilih salah satu altematif jawaban yang telah disajikan
sesuai dengan pendapat, perasaan atau keadaan saudara, dan bukan dari apa
yang seharusnya. Berilah tanda silang (X) untuk setiap pilihan pemyataan yang
Saudara pilih. Jawaban yang Saudara berikan dari masing-masing pemyataan
adalah benar, karena jawaban tersebut paling sesuai dengan pendapat, perasaan
atau keadaan Saudara. Periksa kembali jawaban Saudara agar tidak ada
pemyataan yang terlewati.
Atas kesediaan Saudara, saya mengucapkan terima kasih.
Wassalammu'alaikum Wr. Wb.
PENULIS
a m a :
m u r :
Kelas / Jurusan
Jenis Kelamin :L / P
Serikut ini terdapat sejumlah pemyataan yang berkaitan dengan masalah Anda sehan-hari.. Andalimmta untuk memilih salah satu altematif jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan:eadaan din Anda dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom dilembarjawaban yangersedia, yang menyatakan SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STSSangat Tidak Sesuai).
SELAMAT MENGERJAKAN !....
No Pemyataan SS s N TS STS
1 Saya senng membayangkan menjadi orang lam yangnasibnya lebih baik dari saya.
2 Saya telah banyak belajar tentang hidup denganmemahami bahwa hidup itu penuh perjuangan.
3 Saya selalu yakin atas keputusan yang telah sayaambil.
4 Saya biasanya membesar-besarkan kelebihan sayasupaya orang lain menjadi kagum.
5 Menjadi diri sendiri bagi saya lebih baik dari padamenjadi diri orang lain.
6 Banyak harapan dalam hidup saya yang belumtercapai dan hal ini sering membuat saya kecewa.
7 Saya senng merasa tidak mampu mengerjakanpekerjaan rumah yang dibenkan oleh guru.
8 Saya sadar bahwa dalam mengambil keputusan sayaharus berada dalam kondisi yang tenang dan berpikirjemih.
9 Saya harus segera bangkit dari kegagalan-kegagalanyang pemah saya lakukan.
10 Senng kali saya merasa frustasi jika apa yang sayaharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
11 Bila saya salah/keliru dalam melakukan tugas, sayabersedia mengakui kesalahan tersebut.
12 Saya akan berterus terang mengakui kesalahan,meskipun saya tahu akan dimarahi.
13 Saya selalu melaksanakan tugas-tugas yangdibebankan kepada saya dengan penuh tanggungjawab.
14 Saya sering merasa khawatir atas kehidupan sayayang akan datang.
15 Senng kali saya tidak dapat menahan din untuk tidakmelanggar norma-norma yang ada di masyarakat.
16 Saya merasa mencontek bukan masalah besar, asaltidak ketahuan petugas pengawas ujian.
17 Adanya harapan yang tinggi untuk lebih berprestasimembuat saya lebih optimis.
18 Saya biasa berkerja keras untuk dapat mewujudkankeingman yang sudah saya tekadkan dalam hati.
V <? N TC m9 Saya selalu menasehati diri sendiri agar dapat
mencapai prestasi tinggi dan setiap kegiatan yangsaya lakukan.
20 Saya kurang peduli dengan kesulitan yang sedangdialami teman yang tidak saya sukai.
21 Bila mempunyai masalah, saya tahu harus ke manadan dan harus berbuat apa untuk memecahkannya.
22 Saya lebih memilih berdiri dan dengan senang hatimempersilahkan seorang ibu hamil duduk dikursiyang saya tempati.
23 Sekalipun ujian pertama gagal, saya tetap berusahabelajar giat dan penuh semangat untuk mengikutiujian perbaikan.
24 Saya merasa kegagalan adalah kesuksesan yangtertunda.
25 Saya kurang bisa mengawali suatu percakapanterutama terhadap orang yang baru saya kenal.
26 Seringkali saya merasa kalah sebelumberperang.
27 Saya malas untuk mencoba lagi bila sudah pernahgagal dalam pekerjaan yang sama.
28 Saya sering merasa takut dan ragu bila harusmelakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukansebelumnya
29 Saya sering merasa gugup jika berbicara denganlawanjenissaya.
30 Ketika mendapatkan suatu masalah berat, sayamerasa sudah tidak ada lagi jalan untukpemecahaanya.
31 Saya merasa dalam hidup ini saya banyakmendapatkan kekecewaan dari pada kesuksesan.
32 Untuk bergaul dan disukai, saya relah menganggaporang yang tidak saya sukai bersahabat dengan saya.
33 Saya akan lebih memilih untuk mengunjungi temanyang sakit dari pada pergi ke pesta ulang tahun.
34 Saya selalu menunjukkan simpati ke siapa saja yangingin berbagi rasa dengan saya.
35 Saya kurang peduli atas permasalahan yang terjadi didalam kehidupan orang lain.
36 Saya mudah bergaul dengan siapa saja.
37 Bila teman-teman patah semangat, biasanya sayadapat menyemangati mereka untuk bangkit kembali.
38 Saya kurang mengerti bagaimana cara untukmengakhiri suatu percakapan tanpa membuat oranglain tersinggung.
39 Jika ada informasi yang perlu disampaikan padateman-teman, dengan senang hati saya akanmenyampaikannya.
40 Saya merasa kurang dapat menerima pandanganorang lain yang berbeda pendapat dengan saya.
41 Saya senng merasa takut dikucilkan oleh teman-teman saya.
in a
u r
Kelas / Jurusan
Jenis Kelamin : P / L
)awah ini akan disajikan 43 pemyataan yang berkaitan dengan keadaan dan perasaan
ja. Bacalah setiap pemyataan dengan cermat dan jawablah dengan sungguh-sungguh,igan sampai ada yang terlewati.
iak ada jawaban yang salah. Anda boleh menjawab "Ya atau Tidak" untuk setiap pemyataanng sesuai dengan diri anda. Bila anda merasa pemyataan tersebut sesuai dengan diri anda,:rilah tanda silang (x) dalam kolom "Ya" pada pemyataan tersebut di kolom jawaban. Bilaida merasa pemyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda, berikanlah tanda silang (x)ilam kolom "Tidak" pada pemyataan tersebut di kolom jawaban.
eCamat mengerja^an.
Vo
9
10
<Pernyataan
Hidup ini bukan merupakan beban bagi saya.Saya bukanlah orang yang mudah larut dalam kesedihanSaya mudah menangis setiap kali menghadapi masalahSaya senng gelisah bila berada dalam situasi yang tidak menyenangkan
Saya mudah putus asa apabila mengalami kegagalanSaya tidak berani menghadapi kenyataanBanyak hal terjadi dalam kehidupan ini dan saya merasa tidak mampumenghadapinyaSaya tidak mudah ter^ggu oleh situasi yang tidak menyenangkan
Saya dapatbersikap santai meskipun saya merasa tertekanSaya mudah cemas bila dihadapkan padasituasi yang sulitSaya mudah kuatir pada hal-hal kecil yang tidak berarti
2 | Seringkali saya merasa sulit menerima kegagalan yang paling kecilj sekalipun
13 i Saya merasa dapat menjalani kehidupan ini dengan baik4 | Perasaan tegang sering membuat saya sakit perut
16
Tangan saya akan gemetar, jika memendam kemarahanBenar kata orang, saya memang tidak pernah bisa melakukan apapun
17 Saya merasa pesimis jika membayangkan masa depan sayaBagi saya, kegagam bukanlah akhir dari segalanya
19 : Dada saya akan merasa nyeri, jika saya memikirkan sesuatu yammenyakitkan
20 \ Perasaan tertekan tidak akan mengganggu selera makan saya 'Saya yakin dapat melakukan banyak hal dengan baik
ii Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, begitujuga dengan saya"!
23 1Kesedi nan yang saya rasakan sering membuat sekujur tubuh saya terasaI lemas
24 ISaya jarang merasa sakit meskipun banyak hal yang harus saya hadapi
nfa | Tufakl
i9
40
41
42
43
jetiap hari saya dapat tidur dengan nyenyakPikiran saya selalu tertuj upada hal-hal yang buruk, jikasedang kecewa
Jikasaya sedang gelisah, tidur saya akan tertanggu dan tidak nyenyak
Saya pikir, saya mempunyai kelebihan-kelebihan seperti yang dimilikiteman-teman saya
Saya selalu optimis dengan apa yang sedang saya kerjakanPerasaan tertekan terkadang membuat nafas saya tersengal-sengal
Jika saya mengkuatirkan sesuatu yang buruk akan memmpa saya, perutsaya terasa mualSayajarang merasa sakit kepala meskipun sedang banyak masalah
Saya sulit berkonsentrasijika sedang mencemaskan sesuatuSaya tidak akan menyesali diri jikasaya gagal meraih apa yang sayaharapkanSaya bahagia dengan apapun yang saya peroleh dalam hidup ini
Saya sering merasa tidak punya arti apa-apa dalam hidup iniSaya sering mengalami mimpi buruk jika sedang gelisahSaya akan merasa seringbuangair kecil jika sedang cemasSaya mudah merasa lelah bila sedang menghadapi banyak masalah
Sayajarangterganggu oleh berbagai penstiwayang terjadi di sekitar saya
Saya hampirtidak pernah mengalami sesak nafasSaya biasanya selalu tenang dalam menghadapi hal-hal apapun
Perasaan kecewa yang mendalam terkadang membuat tangan dan kakisaya sukar digerakkan
Ya ^Mk-
LAMPIRAN B
UJI ASUMSI
1. DISTIBUSI SKOR TOTAL SUBJEK PENELITIAN
2. UJI LINTERITAS
3. UJI NORMALITAS
52ww&DL
>»
CO
CM«
CM
CO
88
83
8CI
cm
$CM
eo
cm
a(0
CM
o>
to
to
to
COCM
CM
0>
IN
CM
CMCO
mCM
OCO
to
o>
CM
1^-
CM
CM
CO
CDCM
CM
T-
co
CO
CO
CO
CO
to
CM
CO
CM
o>
CO
CO
CO
00
CM
CO
CO
co
CM
sCOCO
co
in
CO
CO
aT-
00
1^
CM
CO
01
CM
CM
CO
COCO
X3
CO
*—
J8O)
O)
85
a|-»to
CM
CM
£>•3
of-
OO
o>5?
sS
CO
ir>
CO£
CO
CO
CO
5?COCO
CO
CO
in
CM
1^
co
co
1^
m$
CO
00
mCO
r--
in
min
oCO
CM
CO
in
mo
oCO
co
in
CO
CM
in
ms
T-
CM
CO
<*
lO(O
h-
oo
o>
o^
CM
to
Tm
co
h-
oo
0>
oCM
CM
CMCM
CO
CM
CM
in
CM
co
CM
CM
00
CM
CM
oCO
CO
CM
CO
CO
CO
CO
mCO
CO
CO
CO
CO
CO
O)
CO
o5
CM
co
•<frin
co
K•<»•00
Omm
CM
in
CO
in
mmm
CO
m
UJI HIPOTESIS
X y
57 165 25
58 159 32
59 158 29
60 149 34
61 138 24
62 135 35
63 149 26
64 115 26
65 126 22
66 136 30
67 140 34
68 144 30
69 134 12
70 135 30
71 119 24
72 158 26
73 133 18
74 168 30
75 164 27
76 127 37
77 150 34
78 147 30
79 147 33
80 139 31
81 140 38
82 136 34
83 124 29
84 171 30
85 153 34
86 147 33
87 147 19
88 127 26
89 148 21
90 140 29
91 141 30
92 95 24
93 135 29
94 144 29
95 120 14
96 137 26
97 134 22
98 159 32
99 135 18
100 139 16
101 162 35
102 162 22
103 170 34
104 135 31
105 151 24
106 160 30
107 135 28
108 130 19
109 147 27
110 137 21
111 144 31
112 157 25
UJI HIPOTESIS
X y
113 166 34
114 136 34
115 167 28
116 102 23
117 130 27
118 152 30
119 174 29
120 119 23
121 135 34
122 152 23
123 151 24
124 153 26
125 161 21
126 159 34
127 144 20
128 146 24
129 130 22
130 145 32
131 140 22
132 163 38
133 141 28
134 142 35
135 140 28
136 153 31
137 139 22
138 133 28
139 120 13
140 155 32
141 120 21
142 135 26
143 149 30
144 135 27
145 165 34
146 165 35
147 142 36
148 143 29
149 153 29
150 174 31
151 140 28
152 128 24
153 147 27
154 149 29
155 117 20
156 102 12
157 152 33
158 150 26
159 127 30
160 130 30
161 144 29
162 143 28
163 151 34
164 141 30
165 165 36
166 143 34
167 146 31
168 156 38
UJI HIPOTESIS
X y
169 146 20
170 137 31
171 159 30
172 138 13
173 137 28
174 154 35
175 105 23
176 145 18
177 169 32
178 139 28
179 130 25
180 124 17
181 158 25
182 126 30
183 132 28
184 141 23
185 151 30
186 154 23
187 156 31
188 147 33
189 126 19
190 155 29
191 133 30
192 131 18
193 160 35
194 154 24
195 163 36
196 164 31
197 149 35
198 131 24
199 147 26
200 168 35
201 141 24
202 143 28
203 151 25
Uji asumsi linientas
ANOVA Table
Daya tahan terhadaostres * Kecerdasan emosionalBetween Groups
Within Groups Total(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Sum ofSquares
df
Mean Square
F
Sig.
2994.365
60
49.906
2.153
.000
1249.526
1
1249.526
53.900
.000
1744.839
59
29.574
1.276
.124
3291.901
142
23.182
6286.266
202
Uji asumsi normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smimov Test
Daya tahanKecerdasan terhadapemosional stres
N 203 203
Normal Parameters3'" Mean 145.70 28.30
Std. Deviation 15.24 5.58
Most Extreme Absolute .045 .092
Differences Positive .033 .054
Negative -.045 -.092
Kolmogorov-Smimov Z .636 1.312
Asymp. Sig. (2-tailed) .814 .064
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Histogram
Kecerdasan emosional40
30-
20
>» 10oc<D=}
Std. Dev =15.24
^ iMean = 145.7
N = 203.00
%%^X^X^X^XS4^X^X%
Kecerdasan emosional
Daya tahan terhadap stres60-
50-
40-
30-
20-
>»
S 10-
CD
OiT3
Std. Dev = 5.58
Mean = 28.3
N = 203.00
\'"\-v- - -
t
12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5
15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Daya tahan terhadap stres
LA MPIRAN C
HASIL ANALISIS DATA
Correlations
Kecerdasan emosional
Daya tahan terhadap stres
Correlations
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)N
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kecerdasan
emosional
1.000
203
.446*
.000
203
Daya tahanterhadap stres
.446**
.000
203
1.000
203
LAMPI RAN D
DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kecerdasan emosional 203 95 183 145.70 15.24
Daya tahan terhadap203 12 39 28.30 5.58
stres
Valid N (listwise) 203 L 1
LAMPIRAN E
SURAT IZIN DAN BUKTI PENELITIAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAFAKULTAS PSIKOLOGI
KampusTcrpadu. Jalan Kaliurang Km. 14.5 Tclp. (0274) 896146. Fax. 896147 Yogyakarta55584
fomor : W/Dek/70/TP/x:/^oo| Yogyakarta,-amp. : -lal : Permohonan Ijin Penelitian untuk Skripsi
Kepada Yth.Bapak/Ibu Kosck . StfVN 8di H*+ti*W
Tempat
Assalamu. 'alalhxm wr.wb.
Dengan ini kami memohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk memberi ijinpada mahasiswakami:
Kama : ..T.^^.^'At^J.No.Mhs. :...$&m.
Agar dapat melakukan penelitian/survey/try-out angket/studi kasus *) diInstansi Bapak/Ibu/Sdr.Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan dalam rangkapenyusunan Skripsi sebagai syarat kelulusan study di Fakultas kami.Adapun judul skripsinya adalah:
RUBUNfeArV .K6CER.E/MN EWSlCNAl p-gK&AN VAM TAtyVTERtfACW -STP.E5 ?At>A EgMAM t>l W b*&£U STEMNEAPJ;
Dengan Dosen Pembimbing: 1.. far.. MWZV..............6 , 2 ji^r.N?....^ij.w^.fH?.r.<..^1.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr•kami ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu'alaifoim vfr.wb.
Mengetahui, * '"DosefyPembimbing
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTABADAN KESATUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
(BAKESLINMAS)Kepatihan Danurejan Tclepon: (0274) 563681.563231.562811. Psw. 248 Fax (0274) 519441
YOGYAKARTA 55213
Nomor
Hal070/2795
Keterangan
Yogyakarta, 2Q oktober 2001Kepada Yth.
Gubernur Riau
di
PAKAH3AH0
Menunjuk Surat
Nomor
Tanggal
Perihal
Dekan Fak. Psikologi UII Xogyskerta
489/Dek/70/?PA/2001
12 Oktober 2001
Ijin Penelitien
Setelah mempelajari rencana penelitian/research design yang diajukan oleh peneliti, maka dapat diberikansurat keterangan kepada :
N am a
Titien Muliaaari
Mahasiswa UII Yogyakarta
Jl. Kaliurang Ka 14,5 Yogyakarta
Mengsdakan penelitian dengan judul :" HU3ITHGiUi KECi^ASAMiiaOSIOiiAL DiSHG.Ui DAYA TAHAN T3RHADAP
3TR3S PAD. Ri^AJA AWAL "
Pekerjaan
Alamat
Bermaksud
Pembimbing
Lokasi : Retao Kaxolchedi,?3i
Propinsi Riau
Peneliti berkewajiban menghormati / mentaati Peraturan dan tata tertib yang beriaku di daerah setempat.
Kemudian harap menjadikan maklum.
t'&n. Gubernurfeaerah Istimewa YogyakartaKepala,Badan Kesatuan^oan Perlindungan Masyarakat
Tembusan Kepada Yth.
1. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai laporan.2. Ketua BAPPEDA Propinsi DIY.
(3^. Dekan Pelt. Psikologi UII *k,
4. Ybs.
^ia*?'^Oja.<.'.'Jio
HIX.D. 6331/D
PEMERINTAH PROPINSI RIAU
BADAN INFORMASI, KOMUNIKASI DAN KESATUAN BANGSAJl. Cut Nyak Dien 11/2 Telp. (0761) 23740 - 38736 Fax. 38736
PEKANBARUKodePos: 28126
REKOMENDASINo. : 070/BIKKB1252 ' 2001
Tentang
PELAKSANAAN KEGIATAN RISET/PRA RISETDAN PENGUMPULAN DATA UNTUK BAHAN SKRIPSI
Dengan hormat,
Kepala Badan Informasi, Komunikasi dan Kesatuan Bangsa Propinsi Riau^setelahmembaca Surat Permohonan Riset/Pra Riset dari Rektor/Dekan Fak^Psikologi m YoUyaicarcsHo: 489/kekA0/F?/V2001?Dengan ini memberi Rekomendasi kepada :
N a m a
Nomor jjjj3
Fakultas
Alamat aLaetJudul Skripsi
Titien Muliasari.
95231056;Psikologi UII Yokj-akartalS II IW 8:
Hubungaxi Kecerdasjn Snosional Dengan Daya IahanTerhadap Stres Pada Heaaja ** SMlJ Neseri 8 'Pekanbaru?
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak melakukan kegiatan yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan yangtidak ada hubungannya dengan kegiatan Riset/Pra Riset dan Pengumpulan Data ini.
2. Pelaksanaan Kegiatan Riset ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggalRekomendasi ini dibuat.
Demikian Rekomendasi ini diberikan, agar digunakan sebagaimana mestinya. dankepada pihak yang terkait diharapkan untuk dapat memberi kemudahan dan membantukelancaran kegiatan Riset ini, dan terima kasih.
DIBUAT DI
PADATANGGAL
PEKANBARU27 Oktober 2001.'
An. KEPALA BADAN INFORMASI, KOMUNIKASI DANKESATUAN BANGSA PROVINSI RIAU
Kepala Bidarjgjyiubungan Antar Lembaga dan Parpol
Rekomendasi ini disampaikan
Kepada : Kepala Biknas Prov.Eiaudi Pekanbaru^
Tembusan : . _,, _ . TTT-rT7~TE5735ekan Pak.'Psikologi UUYokyakarta?
2; Ybs;
PEMERINTAH KOTA PEKANBARU
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGAJalan Pattimura No. 40 A Telp. (0761) 42788
PEKANBARU
pekanbarUj i g m 2001
tl4&?/2Q01/&(SD Kepada
ran f Tth. Repel* SMU H«B«ri 8 pekanbarutal | lain melakaanakan Riaet di
AH- TITIEN MULIASARI pekanbaru
Dengan hornet*B«rdaaarkan surat xepala Badan inforaaai, Komunikaai
dan Reaatuan Bangaa propinai Riau ho. 070/BIKKB/252/20O1tanggal 27 oktober 2001, tentang pelakaanaan kegiatanRiaet/ pra Riaet dan pengumpulan Data untuk bahan skripaiA». TITISH MULIASARI pakultaa paikologi UII YOkyakartadi Daerah ratimewa yokyakarta.
pada prinaipnya dapat menyetujui yang beraangkutanmel3kaanakan Riaet pada SMU tie3«ri 8 pekanbaru.
Demikian diaarapaikan atas perhatiannyaterima kaaih.
dlueapkan
ibuaan j yth
Baosk valikota pekanbaruUP« Kaoag Kepegawaian walikotapekanbaru di pekanbaru.
. sdr. sekan yak. paikologi rjllYokyakarta di Daerah istimewaYokyakarta.
ALA DIHAS FEHDIDIXAII
KOTA FEKAS3ARU
DTS. E P I/E M.?Dpembina n/p. 130711923
PEMERINTAH KOTA PEKANBARU
SMU NEGERI 8 PEKANBARUJALAN ABDUL MUIS NO. 14 TELEPON 23073
SURAT - KETERANGAN
Nnmnr : 716/I09.1.7.SMUIT 08/KP- 2001
Tang bertanda tangan dibawah ini Kepala Sekolah Menengah Umum (SMU)Negeri 8 Pekanbaitr dengan ini menerangkan bahwa :
F a m a
N i m
N i r m
Fakultas
Tempat/Tanggal lahir
AlaPat Ramah
Titien Muliasari
9523^0 56
9500 £:© 1170 21200 5^
Psikolrrgi UII Trtgya
Tembilahan Riau /5 Mei 1975
Jalan Kembang Sari NW 20 A
Pekanbaitr ( 28I3I )
Nama tersebut diatas telah melakukan : Pengambilan: data untukPeneOiiiarr Quna Melangkapi syarat-syarat KelilisaJi Kuliah S.lPsikologi Dal«n Penyusunan Skripsi Dengan Judul : HubunganKecerdasan Ennsinnal dengan Daya Taharr Terhadap Stres pada
Renaj a Aval »
Demikianlah surat keterangan ini diberikan untuk dapat dipergunakarr
sebaga^ana ines tinya.
Nnpember 2001
8 Pekanbarcc