105
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN DAYA TAHAN STRES PADA REMAJA AWAL SKRIPSI Oleh: TITIEN MULIASARI 95 231 056 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2002

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

DAYA TAHAN STRES PADA REMAJA AWAL

SKRIPSI

Oleh:

TITIEN MULIASARI

95 231 056

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2002

Page 2: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN DAYATAHAN STRES PADA REMAJA AWAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas PsikologiUniversitas Islam Indonesia untuk Memenuhi

Sebagian dan Syarat-syarat Guna Memperoleh DerajatSarjana Psikologi

Oleh :

TITIEN MULIASARI

95231056

FAKLLTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2002

Page 3: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Dipertahankan di Depan Devvan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Psikologi IJniversitas Islam Indonesia

Dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian

Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S-l Psikologi

Pada Tanggal

I (/(!, : >.UI.

Dewan Penguji

1. Dr. SUKARTI

2. FUAD NASHORI. H, S. PSI.,MSI

3. RETNO KlIMOLOHADI, S. PSI.,PSI

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Indonesia

Dr.SUKATlTI

Tanda Tangan

Page 4: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

XX

V

^;

^

^

.V

^

55^

.v

~V*<

5-5;

~^

^

"S

M

;1K

?si^

5;

<l-

^~>

^:ir

.

itx-5

5r45;

r

e6

dN

s

•'o©

>A,

V

"V

5s5;

I

*11

V^iX

X

3N*

*^

']•<

^^^

$

©~4

Page 5: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

1

>*>§

i4^$^

1;

13

1

M

IO

?$

4

1M

Ȥ$1

^1J^? 1

®

5

It -§«

*-i

i

Page 6: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil'aalamin. Segala puji bagi Allah, SWT atas segala

rahmat dan karuniaNya telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Teriring shalawat dan salam untuk junjungan

hamba, Nabiyullah Muhammad SAW.

Proses pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

terima kasih setulusnya kepada siapa saja yang telah mendorong,

menasihati, membantu dan mengulurkan tangannya dengan sepenuh hati.

Mereka adalah:

1. Ibu Dr. Sukarti, selaku Dekan Fakultas Psikologi UTI sekaligus dosen

pembimbing utama yang sangat membantu dan mendukung

kelancaran skripsi ini.

2. Ibu Ratna Syifa'a Rahmahana, S.Psi, M.Si selaku Pembantu Dekan I

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik atas dorongan dan dukungan

yang selama ini diberikan pada penulis.

3. Ibu Yuli Dwi Astuti, S.Psi selaku Pembantu Dekan U.

4. Bapak Fuad Nashori, S.Psi selaku Pembantu Dekan III

5. Ibu Retno Kumolohadi, Psi selaku dosen pembimbing pendamping,

yang telah menjadi partner dan guru yang baik dalam penulisan

skripsi ini, juga atas dukungan dan perhatian yang diberikan pada

penulis.

Page 7: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

6. Seluruh Staf Akademik dan Non Akademik atas bantuan dan

kerjasamanya selama ini.

7. Bapak Drs. Hermilus selaku Kepala Sekolah SMU Negeri 8

Pekanbaru yang memberikan ijin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian skripsi ini.

8. Bapak Tavip Tria Candra, Spd, Bapak Drs. Basri, Bapak Drs. Aswir

Astaman, Ibu Nursri Zainuddin, Spd selaku Wakil Kepala Sekolah

SMU Negeri 8 Pekanbaru atas informasi dan pembinaannya terhadap

penulis.

9. Ibu Dra. Mumiati dan Ibu Yulisda, Spd selaku BP SMU Negeri 8

Pekanbaru atas dorongan dan bantuannya pada penulis.

10. Ibu Dra. Erni Mustamir dan Ibu Dra. Yusniarti yang telah

meluangkan waktu dan banyak membantu penulis dalam penyebaran

dan penjelasan skala penelitian.

11. Ibu Siti Syawaliah selaku Kepala TU SMU Negeri 8 dan pegawai TU

lainnya yang telah membantu penulis dalam memperoleh kemudahan

informasi.

12. Adik-adik kelas II A, II B, H E, II F, II G, II H SMU Negeri 8

Pekanbaru yang telah menyediakan waktunya untuk mengisi skala

penelitian. " YOU'RE ALWAYS TEE BEST!"

13. Sahabat-sahabat terbaikku, Budi, Poppy, Enny, Fitri, Roby, atas

segala dorongan, teguran dan kebersamaan selama ini. I LOVE YOU,

GUYS!

VI

Page 8: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

14. Sahabat-sahabatku, Mikes, Sukma and Rohma,'Mbak Iyam, Mas

Dendy, Andri, Bambang, Puce, Susan dan lis, Tita and the Baby,

Khamel, Nancy, Vivi, Dek Haya,'Mbak Ana,'Mbak Ita dan 'Mbak

Etik serta teman-teman EX-Kost Sagan, semoga persahabatan kita

selalu abadi.

15. Sischa dan Ilyas ( cepat gede ya, sayang!) yang sempat menemani

hari-hari penulis, selamat jalan.

16. Adik-adikku dan sahabatku sayang di GPK 318, Anita (calon Ibu

Bhayangkari, siap nggak?), Ani (thanks atas kolaborasi komputernya,

ojo bosenan yo An?!), Yusi kumaha damang, Teh?), Devi (hai centil,

kapan nyusul? Ditunggu tuh!) , Susi (thanks for the support!), Erika

(makasih atas wasilah-wasilahnya), Dear Ana (lihatlah dengan mata

hati, sayang), Lisya ( terima kasih atas kesabarannya) and Melan,

Erly, Rita (lulus bareng, yuk?), Novi, Era, 'Mbak Wi (makasih,

'Mbak), Dian, Jane dan Intan (selamat datang!). Terima kasih atas

segala kebersamaan dan kasih sayang yang terjalin. I'M GONNA

MISS YOU ALL!

17. Teman-teman seperjuangan angkatan '95, Wati, Ana, Leni, Harry,

Etik, Yunita, Hanifah, Dewi RR, Desy, Fitri, Rani, Dira, Nitsen, Uni,

Ray, Maya, dan teman- teman lainnya. Always keep in touch, ok?!

18. Dek Rumiani, terima kasih atas dorongan untuk 'berbuat yang

terbaik' and hari- hari panjang bermakna yang kita lalui. Syukron

jazakillah, Dek!

Vll

Page 9: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

19. Rieka Apriani ( terima kasih skalanya), Devi and Rosi '97 (terima

kasih atas informasinya).

20. Bapak dan Ibu Imam Prayogo, atas segala bimbingan dan kasih

sayangnya selama penulis di Yogya.

21. Pak Tuo dan Mak Tuo, Bang Indra, Ita dan Nina atas segala

perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya selama ini di yogya.

22. Yuk mona, Kak Adi, Ari, Atin, Ani dan Winda atas pinjaman

komputer, bantuan dan diskusi-diskusinya.

23. Cik Neneng dan Cik Ita, atas segala ketulusan dan do'a. Man Amat

dan Man Andi, Man Edi dan Cik Ida, Cik Ida dan Om, Cik Umai dan

Om, Cik Nino dan Om, Man Emi, Man Eri dan Nata, Cik Iyus, Man

Ebot dan Budi. Cik Tati & Om dan Bang Yansen, atas segala support.

24. Datuk Oncol dan Nenek atas segala ketulusan dan do'a.

25. Pak Gempita dan Ocik atas support dan pinjaman bukunya.

26. Keluarga besar Abdul Rahman, Mak Tuo & Pak Tuo, Pak Onga &

Mak Onga, Pak Onsu & Mak Onsu, Mak Cik Onun & Pak Cik, Mak

Cik Eli & Pak Cik, dan sepupu-sepupu tersayang atas segala

ketulusan, kasih sayang dan do'a.

27. Keluarga besar Bapak Samino di Sumatera Utara, atas kasih sayang

dan pengertiannya.

28. The last but not the least, Dear Abang Biyus atas segala pengertian,

kasih sayang dan dorongan yang tak henti-hentinya pada penulis.

Sabarya, Bang?!

vm

Page 10: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

29. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah, SWT membalas semuanya dengan sebaik-baik balasan

dan Allah, SWT senantiasa mengkaruniakan Rahmat dan Hidayah-Nya

pada kita semua. Amin. Akhir kata, penulis berharap semoga karva

sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. 'Tak ada

gading yang tak retak', begitu pula dengan karya ini, bila terdapat

kekurangan atau kesalahan, itu semata-mata dari penulis pribadi.

Sebaliknya, bila kebaikan yang ditemukan, hal itu merupakan Hidayah dari

Allah, SWT.

Yogyakarta, Februari 2002

Penulis

IX

Page 11: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

11ALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSEMBAHAN iii

HALAMAN MOTTO iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR TABEL xiv

ABSTRAK xv

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 7

B. Tujuan dan Manfaat 7

C. Keaslian Penelitian 8

BAB II : LANDASAN TEORI 9

A. Daya Tahan Stres 9

!. Pengertian Stres 9

2. Sumber-Sumber Stres 14

3. Tahapan Stres 17

4. Respon terhadap Stres 20

5. Pengertian Daya Tahan Stres 22

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Stres 23

Page 12: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

B. Kecerdasan Emosional 26

1. Pengertian Kecerdasan Emosional 26

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional 28

C. Remaja 30

1. Pengertian Remaja dan Masa Remaja 30

2. Ciri-Ciri Masa Remaja 32

3. Perkembangan Masa Remaja 34

D. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Daya

Tahan Stres pada Remaja 36

E. Hipotesis 42

BAB III : METODE PENELITIAN 43

A. Identifikasi Variabel 43

B. Definisi Operasional Varibel 43

C. Subjek Penelitian 44

D. Metode Pengumpulan Data 44

1. Skala Kecerdasan Emosional 44

2. Skala Daya Tahan Stres 46

E. Validitas dan Reliabilitas 47

F. Anaiisis Data 48

BAB IV : PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASAN 49

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 49

1. Orientasi Lokasi Penelitian 49

XI

Page 13: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

2. Perijinan 50

B. Pelaksanaan Penelitian 50

C. Hasil Penelitian 51

1. 1Iasil Uji Asumsi 51

2. Hasil Uji Hipotesis 52

3. Deskripsi Penelitian 52

D. Pembahasan 54

BAB V: PENUTUP 58

A. Kesimpulan 58

B. Saran-Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN

xn

Page 14: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Tahapan Stres 11

2. Zona Pertahanan Melawan Kenvataan 38

xi n

Page 15: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Aitcm Skala Kecerdasan Emosional 46

2. Distribusi Aitem Skala Daya Tahan Stres 47

3. Deskripsi Data Penelitian 52

4. Kategorisasi Subyek Penelitian 54

xiv

Page 16: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

DAYA TAHAN STRES PADA REMAJA AWAL

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antarakecerdasan emosional dengan daya tahan stres. Penelitian ini menggunakan SkalaKecerdasan Emosional dari Apriani (2000) dan untuk mengungkap daya tahanstres digunakan Skala Daya Tahan Stres yang disusun Chaerani (1995) untukmembantu pengumpulan data. Hipotesa yang diajukan adalah "ada hubunganpositif antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres". Subjek penelitianini adalah siswa kelas 1! SMU N 8 Pekanbaru, Riau sebanyak 203 siswa yangberusia 15 sampai dengan 17 tahun. 203 eksemplar skala yang disebar dankemudian dikumpulkan kembali, semuanya lengkap dan layak dianalisis.

Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan korelasi product momentdari Pearson. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan yang sangatsignifikan antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres, dengan r = 0,446(p< 0,01). Sumbangan kecerdasan emosional terhadap daya tahan stres sebesar19,89%, dengan demikian hipotesa yang diajukan pada penelitian ini diterima.Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian memilikikecerdasan emosional yang sedang dan daya tahan stres yang sedang pula.

Page 17: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

BAB I

PENDAHILUAN

A. Latar Bclakang Masalah

Perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi,

kemajuan ilmu dan teknologi telah mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan

gaya hidup (Hawari, 2001). Gambaran yang dapat dilihat misalnya dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesatnya ditambah

dengan laju perubahan penduduk yang hebat. Hal ini menyebabkan kompetisi

yang semakin ketat dan berat. Kompctisi mcrupakan ajang untuk mengukur

kualitas seseorang, sehingga untuk dapat bersaing dengan bangsa lam, Indonesia

harus memiliki manusia yang unggul. Individu yang berkualitas tidak hanya

dinilai dari kemampuannya secara kognitif tetapi juga didukung oleh mental yang

schat. Kompetisi yang ketat di semua aspek kehidupan memunculkan perubahan-

perubahan yang cepat dan terkadang bersifat drastis dan tidak semua orang

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat dan drastis

tersebut. Akibat dari ketidakmampuan individu menyesuaikan din dengan

perubahan-perubahan dan mengatasi kcsulitan-kesulitan hidupnya tersebut, senng

muncul gejala stres, dan stres sangat terkait dengan beberapa faktor-faktor

etiologis khususnya frustrasi, konflik dan faktor-faktor pencetus (Schneiders,

1964).

Seseorang yang tidak tcrbiasa menghadapi stres dapat mengalami gangguan

mental atau fisik akibat stres ketika mendapatkan stres kategori nngan sekalipun

(Intisari, 2000). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kraines bahwa

Page 18: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

untuk selanjutnya stres akan mengarah pada gangguan neurosis dan psikosis

(Schneiders, 1964).

Masalah stres ini sangat menarik untuk dibahas karena dalam kehidupan

sehari-hari akan selalu berhadapan dengan stres baik berupa stres fisik maupun

psikis. Sutherland & Cooper (Smet, 1994) mcngemukakan bahwa telah banyak

penelitian yang membuktikan bahwa stres mempunyai pengaruh besar pada proses

sehat dan sakit baik terhadap fisik maupun psikis. Steven E. Keller, dkk (Smet,

1994) dalam berbagai penelitiannya telah menemukan keterkaitan antara stres

psikososial, depresi, imunitas, dan keschatan fisik. Penelitiannya memperkuat

peneliti-peneliti sebelumnya seperti Selye (1976); Glaser, dkk (1987); Solomon

(1993); yang menyatakan bahwa stres psikososial akan mengakibatkan stres

psikologik yang berdampak pada menurunnya imunitas tubuh (Hawari, 2001).

Eliot & Breo (Hager, 1999) mcngemukakan bahwa perubahan yang terjadi kctika

stres menyerang, mencakup peningkatan kecepatan denyut jantung, naiknya

tekanan darah, dan peningkatan kerja pompa jantung. Aliran darah ke otot dan

organ indra memngkat. Respon tersebut terjadi untuk mempersiapkan tubuh

melawan atau melarikan diri.

Individu akan senantiasa dihadapkan pada stresor-stresor dalam

kehidupannya. Individu tidak harus menghilangkan stresor-stresor dalam

kehidupannya agar terhindar dari pengaruh buruk stres, namun justru mengelola

diri dan stresnya, schingga individu tidak mcngalami gangguan buruk akibat stres

yang diterimanya. Stres dalam tingkat tertentu memang dapat bermanfaat dan

diperlukan untuk perkembangan jivva dan raga, sebab stres dapat menstimulasi

Page 19: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

kcgcmbiraan dan kctcgaran yang diinginkan banyak orang sctclah mcncapai suatu

keberhasilan, oleh karena itu sangat penting kiranya individu memiliki daya tahan

terhadap stres.

Cridder, dkk (1983) memandang daya tahan stres sebagai kemampuan atau

daya tahan seseorang dalam memberikan pcrlawanan terhadap strcsor yang

mengancam dan mengganggu kehidupannya yang termanifestasi dalam bentuk

reaksi terhadap stres yang dapat bersifat fisiologis dan psikologis. Erwin (Intisari,

2000) mengartikan daya tahan stres sebagai kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap situasi stres. Daya tahan stres pada masing-masing

individu berbeda-beda tergantung pada tingkat penyesuaiannya, cara penerapan

dan pemberian reaksi emosional individu (Wilkinson, 1989).

Remaja, di negara manapun menjadi tumpuan harapan perjuangan masa

depan bangsa. Remaja sebagai gencrasi penerus perjuangan memiliki pcran yang

sangat penting untuk masa depan bangsa oleh karena itu remaja dituntut untuk

memiliki kepribadian yang sangat kuat, tangguh dan mempunyai semangat yang

tinggi dalam hidup. Remaja merupakan anggota masyarakat yang sangat peka

akan perubahan. Masa remaja mcrupakan masa krisis, masa badai dan stres yang

menimbulkan masalah yang harus diselesaikan. Brown (Prabandan, 1989)

mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan, ancaman, dan tuntutan dari

lingkungannya, remaja tidak selamanya bisa berhasil dengan baik. Remaja-remaja

yang mampu menyesuaikan diri akan mudah dalam mcnjalani masa remajanya

dan mampu berfungsi dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya

secara optimal sebagai remaja.

Page 20: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Remaja saat ini mengalami banyak masalah scperti kescpian, mudah stres

dalam menghadapi pelajaran, mudah putus asa, impulsif, kurang sopan, mudah

terpicu melakukan tmdak kekerasan (Kompas, 1999). Hal tersebut dapat terjadi

karena remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang

scnngkali dihalangi oleh penolakan orang tua, hal-hal tabu, hukuman-hukuman

sehingga memunculkan perasaan frustrasi, stres dan konflik. Perasaan-perasaan

tersebut akan dapat mengarah kepada penlaku simtomik, kepribadian yang tidak

adekuat dan ketidakstabilan mental (Schneiders, 1964).

Kesiapan remaja dalam menghadapi stres sangat diperlukan agar ia cepat

dalam melakukan penyesuaian terhadap stres, sehingga stres tidak berakibat buruk

terhadapnya. Individu perlu untuk menyiapkan kemampuannya secara kognitif,

emotif dan fisik. Kemampuan kognisi memang diperlukan dalam menghadapi

stres, tetapi yang tidak kalah penting adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan

emosional yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan,

semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial ini mempengaruhi daya

tahan seseorang terhadap stres. Cooper dan Sawaf (2000) mengatakan meialui

pengembangan kecerdasan emosional inilah setiap remaja belajar untuk siap

mengakui dan menghargai hakikat perasaan dalam diri sendiri maupun orang lain

dan secara tepat menanggapinya, menerapkan dengan efektif informasi dan energi

emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Kecerdasan emosional akan

membimbing remaja untuk mendapatkan pemecahan tcrobosan dan peluang tak

terduga, sertabisa menyelamatkan remaja dari kehancuran.

Page 21: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Hall (Gunarsa, 1985) mcnjelaskan bahwa masa remaja penuh dengan

berbagai masalah seperti kekecewaan, penderitaan, meningkatnya konflik dan

pertentangan, krisis penyesuaian, impian dan khayalan, pacaran dan keterasingan

dari kehidupan orang dewasa serta norma budaya. Perasaan-perasaan tersebut

selanjutnya akan dihadapi dengan mekanisme pertahanan diri yang dapat

berakibat meningkatkan ketahanan terhadap stres dan bisa juga menimbulkan

gangguan fisik maupun psikis.

Remaja dituntut untuk mengadakan perubahan besar dalam kehidupannya,

mencakup perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tugas perkembangannya

dengan cara yang adaptif (Prawesti, 2001). Hal demikian tentu saja sangat

mempengaruhi irama kehidupan seseorang tidak terkecuali remaja, di mana pada

tahap perkembangan ini memiliki rasa ingin tahu dan semangat yang cukup besar

untuk melakukan segala scsuatu sehingga stres pada kadar tertentu pada masa

remaja dapat menjadi motivator bagi remaja tersebut untuk melakukan banyak

hal.

Tugas perkembangan pada masa remaja salah satunya adalah yang

bcrhubungan dengan penyesuaian sosial. Hal ini tampak sulit bagi remaja

mengingat emosi mereka seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak

irasional. Penyesuaian diri dengan kelompok sebaya merupakan satu hal yang

mau tidak mau harus dilewati remaja agar bisa diterima oleh kelompoknya. Proses

penyesuaian ini seringkali menyimpang dan justru membuat remaja terlibat dalam

masalah. Tekanan kelompok, desakan agar bisa diakui keberadaannya, membuat

beberapa remaja melakukan tindakan-tindakan di luar batas yang menjurus ke

Page 22: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

arah kriminal. Tawuran remaja adalah salah satu contoh nyata yang senng terjadi,

termasuk pula aksi pembajakan bus oleh sekelompok remaja di Jakarta (Kompas,

2000). Emosi remaja yang cenderung meledak-ledak pada awal masa penyesuaian

ini pada umumnya dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan perbaikan

seinng tcrjadinya kematangan emosi. Kematangan emosi yang dicapai remaja

ditunjukkan dengan kemampuannya meredam emosi untuk kemudian

mengungkapkannya pada saat dan dengan cara yang tepat. Mereka juga mulai

mampu menilai situasi secara kritis lebih dulu sebelum bereaksi emosional,

sehingga kestabilan emosi terbentuk. Hal ini dapat dicapai oleh remaja dengan

usaha belajar untuk memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat

menimbulkan reaksi emosional, kemudian dengan cara terbuka mau

membicarakan berbagai masalahnya kepada orang lain, sehingga remaja mampu

mengcnal dirinya sendiri dan apa yang ia butuhkan. Hal-hal tersebut di atas

termasuk beberapa dari aspek kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri, kendali

dorongan hati dan kecakapan sosial (Goleman, 1999).

Piaget (Nuryoto, 1986) mengatakan bahwa remaja berada pada tahap formal

operational atau abstract thinking, artinya remaja seharusnya sudah dapat

memahami hal-hal yang tertulis maupun tidak, masa lampau, masa sekarang, masa

yang akan datang, sehingga mereka mampu menyusun program, dan mampu

bertanggung jawab terhadap sikapnya. Remaja akan mampu mengenali dirinya,

baik kekurangan dan kclebihannya dengan bantuan kemampuan kognisi yang

dimilikinya, sehingga ia mampu menyusun program untuk dirinya dan

bertanggung javvab atas apa yang dibuat dan dilakukannya serta mampu

Page 23: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

mengelola cmosinya untuk bertahan dan stres akibat perubahan internal maupun

eksternal yang terjadi. Remaja dapat mengarahkan segala potensi kognisinya

untuk beraktualisasi secara optimal dan menyelesaikan tugas perkembangannya

dengan baik tanpa mengalami konflik yang berarti dengan dimilikinya

kemampuan emosional yang baik.

Rosa (Ummi, 2000) menambahkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan

emosional yang baik, maka ia akan memiliki pengendalian dan pengelolaan emosi

yang baik sehingga dapat membantunya dalam memecahkan masalah dalam

kehidupannya. Hal ini berarti, apabila remaja memiliki kecerdasan emosional

yang baik, maka akan dapat membantunya dalam mengatasi masalah dalam

kehidupannya, terutama terkait dengan tugas perkembangannya. Pennasalahan-

permasalahan yang dihadapi remaja, merupakan kondisi yang potensial yang akan

mengakibatkan stres. Kondisi stres akan mengarah pada perasaan frustrasi, agresi

dan perilaku delikuen lainnya. Remaja perlu memiliki daya tahan stres agar

stresnya tidak mengarah pada perilaku negatif tersebut. Daya tahan stres akan

terbentuk dengan mengoptimalkan kecerdasan emosional pada remaja.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

apakah kecerdasan emosional mempunyai hubungan positif dengan daya tahan

stres.

Page 24: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan

emosional dengan daya tahan stres pada remaja.

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis dan praktis. Penelitian ini

secara teoritis membantu mencmukan hal-hal yang mempengaruhi daya tahan

stres dalam hal ini kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional secara teoritis

bila ternyata memiliki hubungan positif dengan daya tahan stres maka cara

meningkatkan daya tahan stres adalah dengan mengoptimalkan kecerdasan

emosional.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan stres telah cukup banyak dilakukan

terutama yang berkaitan dengan gangguan afektif dan gangguan perilaku, seperti

kecemasan dan depresi, antara lain Prabandari (1989), Martaniah (1991), Widuri

(1995). Penelitian-penelitian mengenai kecerdasan emosional mulai marak

dilakukan sejak Daniel Goleman mempopulerkannya di tahun 1995, di antaranya

adalah Subandi (1998) mengkaitkannya dengan sikap terhadap pcnyajian materi

kuliah, motivasi berprestasi, dan prestasi belajar mahasisvva PGSD, sedangkan

Widyastuti (1999) mengkaitkan emotional intelligence dengan kecenderungan

burn out pada karyavvan. Penelitian tentang daya tahan stres oleh Chaerani (1995)

dikaitkan dengan berpikir positif dan harga diri pada remaja. Penelitian mengenai

hubungan antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres, sejauh yang

penulis ketahui belum pernah dilakukan.

Page 25: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Bcrdasarkan uraian di atas, penulis mcrasa tertarik untuk melakukan

penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional

dengan daya tahan stres, khususnya pada remaja.

Page 26: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Daya Tahan Stres

1. Pengertian Stres

Stres merupakan suatu bentuk khusus dari gangguan psikologis dan reaksi

fisiologis yang terjadi apabila suatu stresor mengancam motif-motif dasar dan

mengganggu kemampuan individu dalam beradaptasi dengan stresor yang ada

(Cndder, dkk 1983). Stres dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan sebagai

scsuatu yang membuat kita tertekan, marah, frustasi, atau sedih (Wilkinson, 1989).

Selye (Havvari, 2001) memandang stres sebagai tanggapan atau reaksi tubuh

terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Hal ini

berarti, stres secara umum merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat

dari suatu gangguan atau pcnyakit.

Stres terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan situasi dan

kemampuan penerimaan individu untuk menghadapi tuntutan itu. Lazarus dan

Folkman mengatakan menurut sudut pandang transaksional yang terpenting

adalah bagaimana penilaian individu terhadap satu situasi. karena hal ini akan

mempengaruhi apakah seseorang mudah mengalami stres atau tidak (Smet,

1994). Penilaian pertama dari seseorang terhadap satu situasi apakah

menyenangkan atau mengancam akan mempengaruhi tingkat stres mereka. Reaksi

yang diberikan seseorang dalam menghadapi stresor menunjukkan karakter yang

dimilikinya dan sampai di mana batas kemampuan mengatasinya

(Wilkinson,1989). Stres pada taraf tertentu dapat menjadi sesuatu yang positif

10

Page 27: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

11

karena dapat memberikan semacam rangsangan dan motivasi untuk memecahkan

suatu masalah, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Stres demikian

dinamakan custress. Tipe stres yang lain merupakan kebalikan dari eustres adalah

distress. Distress merupakan stres yang memiliki sifat merugikan individu.

Terlebih lagi, apabila individu mengalami stres dalam intensitas yang tinggi maka,

akan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan, kehidupan, penampilan,

tingkah laku, dan sikap. Stres akan memberi pengaruh yang sangat besar pada

kondisi psikologis maupun fungsi fisiologis namun stres pada taraf tertentu dapat

menjadi motivasi yang mendorong seseorang untuk maju, tetapi tidak semua

orang akan bereaksi sama terhadap suatu stresor karena respon seseorang terhadap

stresor sangat dipengaruhi oleh ambang stres yang dimilikinya dan beberapa

faktor lainnya.

Criddcr, dkk (1983) menjelaskan untuk dapat memahami stres dapat ditinjau

dari tiga kategori :

a. Response-based model

Model ini memandang stres sebagai suatu respon terhadap lingkungan

yang merugikan atau membahayakan. Respon ini disebut smdrom. Model ini

berasumsi bahwa hal-hal yang terjadi dalam kehidupan atau dikenal sebagai

stresor, dapat menimbulkan sindrom respon stres yang sama. Selye (1967)

mengemukakan tiga tahapan stres yaitu tahap peringatan (alarm stage), tahap

penolakan (resistance stage) dan tahap kelclahan (exhaustion stage). Tahap

pertama (Alarm Stage), pada tahap ini tubuh menerima tanda bahaya dari

panca indera, kemudian tubuh akan memberikan reaksi atau tanggapan untuk

Page 28: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

12

melawan stres yang dianggap sebagai bahaya. Kctahanan tubuh pada awal

tanggapan untuk sesaat turun di bawah normal, misalnya tekanan darah naik,

detak jantung berdetak lebih cepat, keringat mengucur deras dan pernapasan

berkurang. Reaksi ini bersifat temporer, sebab tubuh akan segera normal

kembali, namun demikian jika stres yang diterima sangat banyak dan

intensitasnya kuat, maka bisa jadi akan '"menghancurkan" individu.

Tanggapan secara psikologis dan individu yang mengalami stres adalah

menghadapi stresor atau Ian dari stresor (dikenal dengan istilah fight or flight).

tingkat resistensinormal resistensi yang sukses

Penyakit/ Kematian

1 ^ f\Tahap I: peringatan ; Tahap II: peno!akan/resistensi: Tahap III: kelelahan

Gambar 1.

Model Tahapan Stres (Genera! Adaption Syndrome)(Sumber: Zimbardo & Gerrig. 1999.Psychology andLife )

fahap kedua adalah tahap penolakan (Stage of resistance). Tahap mi

terjadi bila stres tetap kuat namun tidak mematikan individu. Individu pada

tahap penolakan ini akan menyesuaikan dengan hal-hal yang menjadi

penyebab stres. Individu sudah mulai terbiasa dengan stresor-stresor yang

diterima, sehingga tidak banyak menunjukan gejala stres. Kondisi individu

akan melemah dalam jangka yang panjang bila mendapat stres baru. Akibat

Page 29: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

13

dari hilangnya kemampuan tubuh dalam menghadapi stres baru salah satunya

adalah mudah terkena penyakit.

Tahap ketiga adalah tahap kelelahan (Stage of Exhaustion). Stres yang

berat dan berlangsung lama dapat menghabiskan sumber daya tubuh. Stres

dapat membuat orang yang terkena hanya mcnyisakan sedikit sumber daya

yang ada bila berkepanjangan. Penderita stres pada saat itu mencapai tahap

kelelahan, bila tidak dapat diatasi akan menimbulkan kematian.

Kelemahan utama dari model stres berdasarkan sifat respon ini adalah

bahwa model ini tidak mendeskripsikan karaktcristik dari stresor, hanya secara

sederhana mendefinisikan suatu stresor sebagai peristiwa yang menimbulkan

sindroma respon stres. Pemahaman mengenai karakteristik dari suatu stimuli

yang menekan dibutuhkan untuk menjelaskan apakah suatu peristiwa

memang akan menimbulkan sindroma stres.

The Stimulus-based model

Model ini menjelaskan bahwa kondisi stres itu terkait dengan karakteristik

sumber stres. Model ini menjelaskan bahwa karakteristik-karakteristik

lingkungan yang potensial menyebabkan gangguan dan menimbulkan reaksi

stres pada diri individu, adalah:

i. Overload (kelebihan beban), terjadi apabila suatu stimulus menjadi

teramat kuat sehingga individu tidak dapat beradaptasi lebih lama,

contohnya : kebisingan, jam kerja terlalu panjang, atau beban kcrja yang

berlebihan.

Page 30: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

14

ii. Conflict (konflik), terjadi apabila suatu stimulus secara simultan

mengharapkan dua atau lebih respon yang cenderung bertentangan.

Eksperimen-eksperimen psikologi tidak sedikit yang menunjukkan bahwa

situasi konflik dapat secara intens menimbulkan ketegangan, baik pada

hewan maupun manusia.

iii. Uncontrollahilitv (tidak dapat dikendalikan), terjadi apabila suatu stimulus

dalam hal ini adalah peristiwa-peristiwa kehidupan yang menekan dan

menegangkan seringkali membuat individu kehilangan kontrol diri yang

pada akhirnya dapat menimbulkan suatu fenomena yang dikenal dengan

learned helplessness (ketidakberdayaan). Model stres berdasarkan sifat

stimulus ini mempunyai keterbatasan, yaitu bahwa tidak semua orang

merasakan stimuli yang sama dan dapat menimbulkan ketegangan ataupun

tekanan. Individu mempunyai kemampuan yang bcrbeda-beda dalam

bertoleransi dengan konflik atau hal-hal yang menimbulkan stres, oleh

karena itu, perlu pertimbangan pula adanya individual differences dalam

memprediksi apakah suatu stresor akan menimbulkan respon terhadap

stres.

b. The Interactional model

Model ini berpendapat bahwa masih ada yang kurang dalam menjelaskan

tentang stres dari kedua model tersebut diatas (response based model dan

stimulus based model). Stres akan terjadi apabila dua kondisi saling bertemu,

yaitu apabila individu mempersepsi adanya ancaman terhadap kebutuhan

motifnya dan individu tidak mampu mengatasi stresor yang ada. Gunthert,

Page 31: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

15

dkk (1999) mcnambahkan bahwa baik faktor disposisional dan situasional

memegang peranan dalam menciptakan kondisi stres.

Model-model stres yang dibicarakan di atas telah memberikan kontribusi

guna memahami stres secara lengkap (lihat Cnder, dkk, 1983). Kesimpulan yang

dapat diambil adalah bahwa stres dapat diartikan sebagai suatu bentuk khusus dan

gangguan psikologis dan reaksi-reaksi fisiologis (response-based model) yang

terjadi apabila suatu stresor (stimulus-based model) mengancam motif motif

dasar dan menganggu kemampuan individu dalam beradaptasi dengan stresor

yang ada (interaction model).

2. Sumber-Sumber Stres

Sumber stres (stresor) menurut Wilkinson (1989) dapat berasal dari

lingkungan fisik maupun mental. Stresor fisik misalnya: kuman penyakit,

kecelakaan, dan kurang gizi. Stresor mental berupa frustrasi, konflik sosial,

tekanan dan krisis. Pendapat ini dikuatkan oleh Hager (1999) yang membagi

sumber utama stres menjadi tiga yaitu: stres lingkungan yang mencakup cuaca,

bising, keramaian, tuntutan interpersonal, tekanan waktu, standar kerja, dan

ancaman terhadap keamanan dan harga diri. Stres yang bersumber dari tubuh

antara lam penyakit, kecelakaan, gizi yang buruk, gangguan tidur, dan penuaan.

Sumber stres ketiga adalah stres mental berupa pikiran dan imajinasi.

Page 32: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

16

Sarafino (Smet, 1994) mcngklasifikasikan beberapa sumber stres, yaitu:

a. Sumber stres yang berasal dari dalam diri seseorang

Sumber stres tersebut salah satunya berasal dan rasa sakit. Tingkatan stres

yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Stres juga

muncul melalui penilaian dan kckuatan motivasional yang melawan, ketika

seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stres yang utama.

b. Sumber stres yang berasal dari dalam keluarga

Stres disini bersumber dari interaksi yang terjalin di antara anggota keluarga,

seperti: perselisihan dalam masalah uang, sikap acuh tak acuh, tujuan yang saling

berbeda, dan Iain-lain. Penambahan anggota keluarga seperti kelahiran adik baru

atau pengurangan anggota keluarga yang terjadi karena meninggal, juga akan

merupakan sumber stres yang potensial.

c. Sumber stres berasal dari komunitas

Interaksi subjek di luar lingkungan keluarganya melengkapi sumber-sumber

stres, seperti konflik anak dengan teman sekelas, persaingan yang kompetitif di

bidang pelajaran maupun olahraga, dan Iain-lain. Orang tua sumber stresnya lebih

banyak berasal dari pekcrjaannya dan lingkungan yang stressful/ sifatnya,

meliputi lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti: kebisingan, temperatur

atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor yang

kurang terang, kurangnya kontrol yang dirasakan, kurangnya hubungan

interpersonal, kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kcrja ( promosi yang

seharusnya layak didapat).

Page 33: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

17

d. Sumber stres yang berasal dari lingkungan

Stresor di sini mencakup lingkungan fisik seperti: polusi udara, polusi suara,

suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan bencana alam. Stresor secara makro

mencakup migrasi, kecelakan lalu-lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan

faktor sekolah (Graham, 1989).

Sumber-sumber stres diatas dijelaskan secara global. Masa remaja,

merupakan masa khas dibandmgkan masa perkembangan yang lam, sehingga

sumber stres pada masa ini memiliki kekhasan tersendiri. Hawari ( 1999)

mengatakan stresor pada remaja berasal dari :

a. Sudut keluarga

1). Hubungan dengan ibu dan ayah yang kurang baik

2). Campur tangan dan perhatian yang lebih dari orang tua

3). Cara pendidikan orang tua yang berbeda dengan apa yang diberikan oleh

nenek/kakek

4). Sikap orang tua terhadap anak

5). Adanya gangguan fisik / mental dalam keluarga

6).Orang tua jarang di rumah atau memiliki orang lain yang dicintai sclain

pasangannya sendiri.

7). Sikap atau kontrol yang tidak konsisten dari orang tua.

8). Kurangnya stimulus kognitif atau sosial.

9). Menjadi anak angkat.

b. Sudut sekolah

1). Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai

Page 34: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

2). Status sekolah yang tidak tcrkenal.

3). Sekolah yang dimasuki tidak diminati

4). Tidak suka / tidak senang pada guru

5). Tidak menyukai beberapa mata pelajaran

6). Tidak memiliki teman dekat di sekolah

7). Tidak popular di sekolah

8). Kesulitan mengikuti mata pelajaran dan beberapa kegiatan ekstra kurikuler.

9). Tugas-tugas sekolah yang dirasa memberatkan

c. Sudut masyarakat

1). Semakin maraknya peredaran obat-obatan terlarang dan alkohol

2). Kurangnya lapangan pekerjaan / pengangguran

3). Anak putus sekolah

4). Wanita tuna susila

5). Beredarnya bacaan dan tontonan porno

6). Area kumuh dan padat

7). Daerah yang terpolusi penganiayaan dan kriminalitas.

3. Tahapan stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan avval tahapan stres timbul secara lambat. Perubahan baru tampak

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mcngganggu fungsi kehidupan sehari-

hari. Van Amberg (Hawari, 1999) mengemukakan tahapan stres sebagai berikut:

Page 35: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

19

a. Stres tingkat pertama

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan tajam tidak

sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya, namun tanpa disadari cadangan encrgi dihabiskan disertai rasa gugup

yang berlebihan. Tahap ini biasanya merupakan kondisi yang menyenangkan,

sebab orang merasa lebih bersemangat walaupun, tanpa disadari cadangan

energinya sedang menipis. Hal ini sesuai dengan Pillow, dkk (Gunhert, dkk, 1999)

yang menyatakan bahwa stresor minor namun terjadi secara kontinu akan

mengakibatkan kondisi distres.

b. Stres tingkat dua

Dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang, keluhan yang sering

muncul: merasa lctih sewaktu bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang,

mudah merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul gangguan sistem

pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa

santai. Cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu

untuk istirahat.

c. Stres tingkat tiga

Tahap ini menunjukkan keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan

gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa (seperti keluhan maag, diare), otot lebih

tegang, gangguan tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa

bergoyang dan mau pmgsan. Konsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi

Page 36: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

20

atau dengan mengurangi beban stres sehingga tubuh dapat beristirahat, sudah

harus dilakukan pada tahap ini.

d. Stres tingkat empat

Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri-ciri: sulit

untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa

sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan

kegiatan-kegiatan lainnya terasa berat, tidur semakin susah, perasaan negativistic,

kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat

dijelaskan.

e. Stres tingkat lima

Tahap ini lebih mendalam daripada tahap keempat, yaitu : keletihan yang

mendalam, pekerjaan sederhana saja terasa kurang mampu dikerjakan, gangguan

sistem pencernaan semakin berat, perasaan yang mirip panik.

f. Stres tingkat enam

Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat, tidak jarang penderita dibawa ke

ICCU. Gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain : debaran jantung yang amat

keras, sesak napas, badan gemetar, tubuh dingin, dan keringat bercucuran,

pingsan.

Keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi

oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional)

organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan

seseorang untuk mengatasmya.

Page 37: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

21

4. Respon terhadap Stres

Respon yang diberikan terhadap stresor berbeda-beda pada setiap individu,

demikian juga daya tahan individu dalam menghadapi stresor tersebut. Cridder,

dkk (1983) membagi respon stres dalam tiga respon:

a. Gangguan Emosional

Respon yang diberikan seseorang pada saat stres bersifat emosional, cemas,

gelisah, khavvatir, marah, mudah tersinggung, depresi dan menyalahkan diri

sendiri, namun tidak semua individu merasakan hal yang demikian. Emosi yang

berkaitan dengan stres biasanya berlawanan dengan emosi positif seperti bahagia,

senang dan cinta. Emosi stres yang paling umum terjadi adalah kecemasan dan

depresi yang ditandai dengan perasaan takut, cemas, gelisah, pesimis, dan merasa

tidak berguna. Sarafino menemukan bahwa para orang tua yang kehilangan anak-

anaknya atau pasangannya dilaporkan bahwa mereka mcngalami rasa kehilangan

yang sangat sehingga mempengaruhi identitas dan peran sebagai ibu, pesimis akan

masa depan, merasa tidak aman, serta kehilangan rasa cinta dan harapan (Smet,

1994).

b. Gangguan Fungsi Pikir

Cridder, dkk (1983) mengatakan bahwa gangguan fungsi pikir ini berkaitan

dengan fungsi kognitif yang spesifik, yaitu :

i. Berpikir

Kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan pikirannya secara logis

sudah rusak dan pikirannya cenderung dikuasai oleh ketakutan yang berkaitan

dengan konsekuensi dari tindakan dan penilaiandiri yang negatif.

Page 38: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

">?

ii. Mental images

Bayangan akan kegagalan dan ketidakmampuan pribadi sering menguasai

kesadaran diri pada mereka yang mengalami stres. Bayangan-bayangan yang tidak

menyenangkan tersebut dapat terjadi pada saat jam-jam kerja dan menonjol pada

saat tidur dalam bcntuk mimpi yang disertai gambar yang menyeramkan.

iii. Gangguan dalam konsentrasi

Kemampuan untuk konsentrasi sangat rendah, terjebak oleh pemikiran obsesif

stimuli eksternal.

iv. Ingatan

Individu yang berada dalam kondisi stres sering bingung dan mengalami

kelupaan, proses rehearsal (pemanggilan kembali informasi dari memori)

mengalami gangguan yang mengarah pada kebingungan terhadap peristiwa yang

terjadi.

c. Gangguan pada aktivitas fisiologis

Individu yang mengalami stres biasanya mengalami simtom fisiologis yang

terbagi menjadi:

/'. skeletal muscle symptoms

Sakit kepala, mulut terasa kering, perasaan tegang dan gugup, tubuh terasa

lemas, dada terasa nyeri, perasaan goyang, kegoncangan, kelelahan, dan

kesakitan.

Page 39: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

23

ii. symptomps ofvisceral (simtom organ dalam )

Perasaan mual pada perut, tangan dan kaki terasa dingin, kehilangan gairah

seks, jantung berdebar-debar, napas terasa sesak, perut kejang-kejang dan terasa

gemetar.

Sutherland dan Cooper (1990) mengatakan bahwa stres sebagai suatu respon

tidak selalu bisa dilihat, hanya akibatnya saja yang bisa dilihat (Smet, 1994).

5. Pengertian dan Aspek-aspek Daya Tahan Stres

a. Pengertian Daya Tahan Stres

Cridder, dkk (1983) memandang daya tahan stres sebagai kemampuan atau

daya tahan seseorang dalam memberikan perlawanan terhadap stresor yang

mengancam dan mengganggu kehidupannya yang termanifestasi dalam bentuk

reaksi terhadap stres yang dapat bersifat fisiologis dan psikologis. Erwin (Intisari,

2000) mengartikan daya tahan stres sebagai kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap situasi stres, seberapa berat stres yang dirasakan

berkaitan dengan tingkat perkembangan unsur jiwa dan raga pada manusia sesuai

dengan masa kehidupannya.

Daya tahan stres terkait dengan bagaimana penyesuaian seseorang terhadap

kondisi stres ataupun penyesuaian terhadap stresor yang dihadapi. Artinya bahwa,

daya tahan stres merupakan reaksi setelah adanya tanggapan avval terhadap stres.

Kcsimpulan yang dapat diambil adalah daya tahan stres adalah kemampuan

seseorang dalam memberikan perlawanan terhadap stresor yang mengancam dan

Page 40: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

mcngganggu kehidupannya yang termanifcstasi dalam bentuk reaksi terhadap

stres yang dapat bersifat fisiologis dan psikologis (Cridder, dkk, 1983).

b. Aspek-aspek Daya Tahan Stres

1. Respon emosional yaitu:

Respon bersifat emosional yang biasanya diberikan individu ketika

berhadapan dengan stres, seperti cemas, gelisah, khawatir, marah, mudah

tersinggung, depresi, menyalahkan diri sendiri, dan Iain-lain.

2. Respon kognitif yaitu:

Respon yang berkaitan dengan fungsi kognitif seperti tidak mampu

berpikir logis, mimpi-mimpi buruk, tidak mampu konsentrasi, sering

bingung atau lupa.

3. Respon aktivitas fisiologis yang tampak pada saat mengalami stres seperti

sakit kepala, mulut terasa kerng, tegang dan gugup, lemas, dada terasa

nyeri, mual, tangan dan kaki dingin, jantung berdebar-debar, sesak napas,

dan Iain-lain.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Stres

Stresor yang sama belum tentu memberikan efek stres yang sama pada orang-

orang yang mengalaminya. Seseorang dengan tipe kepribadian tertentu ternyata

lebih rentan terhadap stres. Rosenman dan Chasnei (Hawari, 2001) mcngatakan

bahwa orang-orang dengan tipe kepribadian "A" beresiko lebih tinggi terkena

stres, sedangkan orang dengan tipe kepribadian "B" lebih kebal terhadap stres.

Page 41: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

25

Orang dengan tipe kepribadian di luar katcgori di atas tidak berarti tidak akan

mengalami stres. Penjelasan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi daya tahan stres sebagai berikut:

a. Kepribadian

Brodjonegoro (Chaerani, 1995) mcngatakan individu dengan tipe kepribadian

A akan mudah mengalami gangguan akibat stres yang dialaminya. Fontana (1993)

menggambarkan individu dengan kepribadian tipe ini sebagai individu yang

kompetitif, berusaha kuat, tidak sabar, dan kurang fleksibel dalam melakukan

pendekatan, terlibat jauh dengan pekerjaan mereka dan mereka menyukai tekanan,

lebih suka memimpin daripada dipimpin serta memiliki toleransi yang rendah

terhadap kelemahan diri mereka sendiri.

Rosenman dan Chasnei (Hawari, 2001) menggambarkan kepribadian tipe B

sebagai berikut: mempunyai ambisi yang wajar, tidak agresif dan sehat dalam

berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah

tersinggung dan tidak mudah marah (mampu mengendalikan diri). Individu tipe

ini memiliki kewaspadaan, kontrol diri dan kepercayaan diri dalam batas yang

wajar dan tidak berlebihan, cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat

yang tepat, perilaku tidak hiperaktif. Fleksibel dalam mengatur waktu untuk

bekerja dan istirahat, sikap akomodatif dan manusiawi diterapkan dalam

memimpin dan berorganisasi, suka bekeijasama dan tidak memaksakan diri bila

menghadapi tantangan, ramah, mudah bergaul dan dapat menimbulkan empati

untuk mencapai kebersamaan, menghargai pendapat orang lain, tidak kaku dan

Page 42: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

26

tidak merasa dirinya paling benar, santai dan dapat membebaskan diri dari segala

macam problem kehidupan dan pekerjaan ketika sedang berlibur (Hawari, 2001).

Pola perilaku di atas merupakan sifat-sifat yang sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari, namun hal ini tidak mutlak harus ada dalam diri seseorang,

seringkali batasannya kabur ataupun tumpang tindih (overlapping).

b. Motivasi

Individu yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya mampu bertahan pada

kondisi stres. Mereka akan selalu berusaha dan berinisiatif mencari cara yang

tepat untuk bertahan dari stresor yang mcngganggu.

c. Keterlibatan dengan stresor

Seseorang yang terlibat semakin dalam dengan stresor maka semakin sulit

baginya menghindar dari stres, sebaliknya orang-orang yang memiliki keterlibatan

yang rendah dengan stresor tidak mudah mengalami stres.

d. Kesehatan mental

Individu yang mempunyai kejelasan tujuan, nilai-nilai pribadi,

kemampuannya akan lebih tahan terhadap stresor, selain itu, individu yang

merasa dirinya bermakna dan mcmahami prioritas-prioritas hidupnya akan lebih

tahan terhadap stresor dibandingkan dengan yang tidak.

e. Usia

Usia seseorang menentukan apakah individu mampu bertahan terhadap stres,

semakin tua usia individu, semakin ia mampu bertahan terhadap stres. Hal itu

tidak terlepas dari proses belajar dan pengalaman hidup. Tingkat kematangan

mempengaruhi seseorang dalam memandang, bereaksi dan mengambil sikap

Page 43: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

27

terhadap stresor yang dihadapi. Noor mcngatakan individu yang matang

(mature) akan mempunyai daya tahan terhadap stres yang tinggi, bila

dibandingkan dengan mereka yang immatur (Chaerani ,1995).

f Keadaan sosial ekonomi

Dukungan secara sosial akan membuat seseorang mampu bertahan terhadap

stres demikian juga halnya dengan dukungan secara ekonomi. Soewadi

(Chaerani, 1995) mengatakan bahwa pendidikan dan status ekonomi yang

rendah menyebabkan seseorang mudah mengalami stres.

g. Strategi coping

Lazarus dan Folkman (Smet, 1994) mengemukakan konsep coping yaitu:

"...suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antaratuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yangberasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalammenghadapi situasi strcssfull..."

Perubahan perilaku dan kognisi secara konstan untuk mengatur tuntutan yang

dinilai melewati sumber-sumber personal. Individu yang memiliki

keterampilan coping stres tentunya akan lebih tahan terhadap stresor yang

menimpanya.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Goleman (1999) merujuk kecerdasan emosional pada kemampuan mengenali

perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan mcmotivasi din sendiri

dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain.

Page 44: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

28

Salovey dan Mayer (Goleman, 2000) mendefinisikan kecerdasan emosional

sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang

lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan

tindakan. Kecerdasan emosional menunjukkan kesadaran akan perasaan diri

sewaktu bcrhubungan dengan orang lain. Sedangkan Cooper & Sawaf (2000)

mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut:

"Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan. memahami. dan secara efektifmencrapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber cnergi. informasi. koneksi. danpengaruh yang manusiawi."

Goleman (2000) sendiri berpendapat bahwa IQ dan kecerdasan emosional

bukanlah ketrampilan yang bertentangan, melainkan ketrampilan yang sedikit

terpisah. IQ setinggi-tingginya menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor

yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-

kekuatan lain yaitu kecerdasan emosional. Peran kecerdasan emosinal ini tampak

manakala seseorang perlu untuk memecahkan masalah-masalah penting atau

membuat keputusan penting dalam waktu singkat. Salovey dan Mayer (Shapiro,

1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa kualitas

emosional, yaitu emosi, mengungkapkan dan memahami perasaan, kemandirian,

kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah

pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap normal Aspek emosi

di atas berfungsi membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu

mengantisipasi masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan-

tindakan yang sesuai dengan itu. Robert Rosenthal, psikolog dari Harvard dan

pakar dalam bidang empati, menemukan bahwa bila petugas yang melakukan tes

Page 45: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

IQ mempcrlakukan orang yang dites dengan hangat, tes IQ itu akan menghasilkan

skor yang tinggi (Cooper & Sawaf, 2000).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dilihat pengenalan diri

merupakan aspek penting dalam kecerdasan emosional karena dengan mengenali

dirinya, individu akan menyadari bcrbagai emosi yang dimilikinya juga

kekurangan dan kelebihannya sehingga ia mampu menggunakan potensi yang ada

pada dirinya tersebut untuk menghadapi stimulus dari lingkungannya secara

tepat termasuk stimulus yang dapat menimbulkan stres.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mcmotivasi

diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan

tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar

beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa

(Goleman, 1999).

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional tidak muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi

bersumber dari pekerjaan emosi manusia; mcmotivasi untuk mencari manfaat dan

potensi unik yang dimiliki, mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling

dalam, dan mengubahnya dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani

(Cooper & Savvaf, 2000). Salovey (Goleman, 1999) membagi kecerdasan

emosional dalam lima wilayah utama yaitu :

Page 46: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

30

a. Mengenali Emosi Diri- Kesadaran Diri

Kemampuan untuk mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya

dan intuisi. Hal ini mencakup: mengetahui apa yang dirasakan dan

menggunakannya untuk memandunya dalam pengambilan keputusan diri sendiri,

memiliki tolak ukur yang rcalistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang

kuat.

b. Mengelola Emosi- Pengaturan Diri

Kemampuan mengelola kondisi, impuls dan sumber daya diri sendiri.

Pengaturan diri mencakup hal-hal sebagai berikut: mengelola emosi sedemikian

sehingga berdampak positif kepada pelaksaan tugas; peka terhadap kata hati dan

sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran (delay

gratification); mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

c. Mcmotivasi diri sendiri

Kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, di dalamnya

terdapat: kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan

bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.

d. Mengenali Emosi Orang Lain-Empati

Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Empati

merupakan keterampilan bergaul yang mencakup: merasakan yang dirasakan oleh

orang lain, mampu memahami pcrspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling

percaya dan menyelaraskan diri dengan macam-macam orang.

Page 47: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

31

e. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan membina hubungan

dengan orang lam. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan

orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi

dengan lancar. Keterampilan ini bcrguna untuk mempengaruhi dan memimpin,

bekerja sama dan menyelesaikan perselisihan dalam tim.

Individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam wilayah-wilayah

yang disebutkan diatas, namun kemampuan-kemampuan tersebut dapat

dikcmbangkan hingga pada tahap yang tinggi dan terbcntuk menjadi kebiasaan

pada individu.

Patton (Rosa, 2000) merinci karakteristik individu dengan kecerdasan

emosional tinggi sebagai berikut:

1. Tegas, tercermin dalam sifat dan sikap: bijaksana, kesadaran pribadi, standar

pribadi dan mempunyai prinsip.

2. Bersemangat, tercermin dalam sifat dan sikap: mampu mengendalikan

emosi, mengelola rmtangan dan bersemangat tinggi.

3. Bertanggung jawab, tercermin dalam sifat dan sikap: berani mengambil

resiko dan tantangan, menciptakan solusi kreatif dan tidak menyalahkan

orang lain.

4. Memiliki sifat positif, tercermin dalam sifat dan sikap: semangat

membangun, mudah beradaptasi, optimis, ramah dan baik hati.

5. Memiliki karakter, tercemiin dalam sifat dan sikap: bertindak sesuai dengan

rencana, simpel, tidak berbelit-belit dan bertindak berdasarkan prioritas.

Page 48: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

6. Pcmaaf, tercermin dalam sifat dan sikap: tidak pendendam, memahami

ketidaksempurnaan orang lain, mau belajar dari kesalahan dan memiliki

tenggang rasa.

Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecerdasan

emosional sebagaimana yang dikemukakan oleh Salovey yaitu kemampuan

mengelola emosi yang mencakup wilayah kesadaran diri, pengaturan diri,

motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman, 1999).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja dan Masa Remaja

Remaja berasal dari kata adolescence yang berasal dari kata adolescere

bahasa Latin yang berarti to grow up to maturity (Huriock, 1980). Remaja berarti

tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan, tumbuh dari anak-anak

menjadi dewasa.

Para ahli memberikan batasan yang berbeda mengenai kapan terjadinya masa

remaja ini. Huriock (Mappiarc, 1982) membagi masa remaja menjadi dua

submasa yaitu :

a. Masa remaja avval, anak perempuan umur 13-17 tahun dan anak laki-laki

14-17 tahun, biasanya masa ini disebut teenager.

b. Masa remaja akhir, umur 17-18 tahun baik untuk anak perempuan maupun

laki-laki, dan biasanya mereka disebut muda-mudi.

Cole (Mappiare, 1982) membagi masa remaja dalam tiga submasa yaitu :

a. Masa remaja avval, perempuan 13-15 tahun, laki-laki 15-18 tahun.

Page 49: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

33

b. Masa remaja pertcngahan, perempuan 15-18 tahun, laki-laki 17-19 tahun.

c. Masa remaja akhir, perempuan 18-21 tahun, laki-laki 19-21 tahun.

Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa anak perempuan mengalami

kematangan lebih cepat kira-kira dua tahun dibanding anak laki-laki.

Sorenson (Huriock, 1980) menyatakan bahwa masa remaja digambarkan

seperti individu yang meninggalkan suatu tempat menuju tempat yang lain tetapi

belum sampai ke tujuannya.

Masa remaja secara umum dapat dikatakan bahwa adalah masa transisi dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja itu kanak-kanak bukan tetapi dewasa

belum, sehingga sangat wajar jika permasalahan sebagian besar remaja adalah

adanya knsis identitas din. Remaja merasa statusnya tidak jelas dan hal mi

membuat remaja bingung dalam menentukan sikap, sehingga masa remaja

merupakan masa pencarian identitas diri.

Monks, dkk (1994) mengistilahkan adanya masa remaja yang diperpanjang

dan masa remaja diperpendek. Masa remaja yang diperpanjang, yaitu apabila

orang sesudah usia remaja masih hidup bersama orang tuanya, masih belum

memiliki nafkah sendiri, dan masih di bavvah otoritas orang tuanya. Masa remaja

yang diperpendek yaitu apabila seseorang masih berada pada usia remaja tetapi

tidak lagi melanjutkan sekolah karena telah memasuki dunia orang dewasa dengan

bekerja atau menikah. Analisis yang cermat mengenai semua aspek

perkembangan dalam masa remaja yang secara global bcrlangsung antara usia 12

sampai dengan 21 tahun.

Page 50: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

34

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Huriock (1980) mengatakan masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan penode sebelum dan sesudahnya yaitu :

a. Masa remaja sebagai masa yang penting

Perkembangan psikologis dan fisik pada masa remaja dianggap sama

pentingnya, karena semua perkembangan itu memerlukan penyesuaian mental dan

perlu membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Remaja dituntut untuk meninggalkan segala scsuatu yang bersifat kekanak-

kanakan dan mempelajari pola perilaku yang baru untuk menggantikan perilaku

atau sikap yang telah ditinggalkan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Perubahan yang terjadi adalah perubahan-perubahan yang bersifat universal

yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, perubahan minat dan pola perilaku serta

nilai-nilai yang dianut, bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun

perempuan, karena kurangnya pengalaman dalam mengatasi masalah tersebut atau

justru sengaja menolak bantuan dari orang lam.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas ini berkaitan crat dengan penyesuaian diri dengan standar

kelompok dan pengakuan oleh kelompoknya.

Page 51: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

35

f. Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan ketakutan

Ketakutan pada masa remaja ini banyak diakibatkan oleh streotip-streotip

yang dilekatkan masyarakat pada remaja seperti misalnya, remaja cenderung

merusak dan susah diatur.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana apa yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya sehingga menimbulkan cita-cita yang

tidak realistik.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja semakin sulit untuk meninggalkan streotip yang melekat padanya

dan untuk berperilaku sebagaimana layaknya orang dewasa ketika ia semakin

mendekati masa kematangan, sehingga mereka mencoba berperilaku yang

dihubungkan dengan status orang dewasa seperti merokok, menggunakan obat-

obatan terlarang dan berhubungan seks.

3. Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam

sikap dan pola perilaku anak, akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan anak

perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama

avval masa remaja, apalagi bagi mereka yang matangnya terlambat (Huriock,

1980). Tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut:

Page 52: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

36

a. Perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik yang dialami dimulai dari adanya perubahan-perubahan

yang disebabkan oleh munculnya gejala seksual sekunder yang merupakan tanda

mereka mengalami kemasakan seksual. Remaja perempuan akan semakin tampak

tanda-tanda kewanitaannya seperti tumbuhnya payudara, sedangkan pada remaja

laki-laki ditandai dengan semakin membesarnya suara dan tumbuhnya kumis.

Anak laki-laki akan mengalami pollutio (mernancarnya air mani), sedangkan anak

perempuan akan mengalami menarche sebagai tanda kemasakan seksual.

Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak jarang menjadi masalah bagi

remaja terlebih lagi remaja-remaja yang belum dipersiapkan untuk memahami dan

menghadapi berbagai perubahan fisik yang terjadi pada diri mereka serta

perbedaan perubahan fisik tersebut dengan lawan jenisnya.

b. Perkembangan emosi

Hall (Nuryoto, 1986) menyebut masa remaja sebagai masa storm dan stress

yang diikuti oleh perasaan sedih, kecevva, atautindakan berdiam diri, meledak lalu

diam dan tidak terduga dalam waktu yang pendek. Remaja diibaratkan kelahiran

kedua yang merupakan satu gambaran bahwa remaja memang berbeda dengan

anak-anak.

Remaja menunjukkan perilaku yang tidak stabil dan tidak dapat diperkirakan

(unpredictable). Remaja pada umumnya akan mengalami hightened emotionality

artinya emosinya meningkat dibandmgkan dengan masa scbelumnya. Para ahli

psikologi modern memandang stres yang dialami remaja sebagai suatu akibat dan

reaksi hormonal yang berfungsi dalam tubuh.

Page 53: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

37

c. Perkembangan kognisi

Piaget (Nuryoto, 1986) mcngatakan remaja scharusnya sudah mencapai tahap

jormal operational atau abstract thinking, artinya mereka seharusnya sudah dapat

memahami hal-hal yang tertulis maupun tidak, masa lampau, masa sekarang, masa

yang akan datang, sehingga mereka mampu menyusun program, dan mampu

bertanggung jawabterhadap sikapnya.

d. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial pada remaja sebenarnya merupakan manifestasi dari

perkembangan fisik dan psikisnya. Hal ini menuntut penyesuaian terhadap situasi

yangbaru, karena masa transisi seringmenimbulkan kcsulitan.

Proses sosialisasi pada remaja juga tidak lepas dan norma-norma yang

beriaku baik norma susila, norma sosial, norma hukum, nonna agama, norma

moral dan Iain-lain, maka dari itu remaja juga mengalami perkembangan moral.

Kohlberg (1995) menambahkan perkembangan moral anak sejalan dengan

perkembangan kognisinya. Pengertian moral yang menyangkut pemahaman

terhadap baik-buruk, benar-salah akan sejalan dengan tahap-tahap perkembangan

kognisi seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Perilaku sosial remaja dapat

bersifat positifdan dapatbersifat negatif.

D. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Daya

Tahan Stres pada Remaja

Masa remaja merupakan masa krisis, masa badai dan stres yang menimbulkan

masalah yang harus diselesaikan. Hall (Nuryoto, 1986) menyebut masa remaja

sebagai masa storm dan stress yang diikuti oleh perasaan sedih, kecevva, atau

Page 54: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

tindakan bcrdiam diri, mcledak lalu diam dan tidak terduga dalam waktu yang

pendek. Remaja diibaratkan kelahiran kedua yang merupakan satu gambaran

bahwa remaja memang berbeda dengan anak-anak. Konflik pada remaja sekitar 15

sampai 20 persen berasal lingkungan keluarga di mana para orang tua cendrung

memberikan pesan ganda pada remaja yaitu kebimbangan antara menginginkan

remaja tidak tergantung dan ingin remaja tetap tergantung. Konflik antara remaja

dan orang tua berkisar masalah-masalah biasa seperti tugas-tugas sekolah, mmat

terhadap pilihan jurusan di sekolah, kewajiban di rumah, pacaran, jam malam, dan

penampilan pribadi. Pemisahan atau ketidaktergantungan emosi dari orang tua

yang datang terlalu dim dapat menjadikan remaja merasa terasing, rentan terhadap

pengaruh peers yang negatifdan tingkah laku yang tidak sehat seperti kecanduan

obat dan aktivitas seks yang premature (Kedaulatan Rakyat, 2002). Hal ini tentu

saja dapat menimbulkan masalah dan memerlukan penanganan yang cepat serta

secara serius agar remaja tidak terlanjur terjerumus terlalu dalam.

Brown mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan, ancaman, dan

tuntutan dari lingkungannya, remaja tidak selamanya bisa berhasil dengan baik.

Remaja yang mampu menyesuaikan diri akan mudah dalam menjalani masa

remajanya dan mampu berfungsi dan mengembangkan segala potensi yang

dimilikinya secara optimal sebagai remaja. Remaja bila tidak berhasil

menyelesaikan masalah yang ada padanya maka akan muncul perasaan kecewa,

putus asa, merasa tidak mampu dan frustasi yang dapat menycbabkan stres

(Prabandan, 1989).

Page 55: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

39

Kondisi stres seringkali mcmbutuhkan respon yang cepat agar individu tidak

mengalami efek negatif. Schneiders (1964) mengungkapkan beberapa tahap

respon dalam menghadapi stres:

1. Mengendalikan Emosi

Pengendalian emosi sangat penting bagi individu ketika berhadapan dengan

stresor. Kondisi stres memungkinkan seseorang akan mudah untuk dikuasai

oleh emosi (emotional hijacking), sehingga akan menghambatnya dalam

menentukan solusi atas stres yang dialaminya (Goleman, 1999).

2. Mcmbentuk Mekanisme Pertahanan Diri

Manusia secara alami diberikan kemampuan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya (survival) dari gangguan atau ancaman. Stresor yang

datang menghampiri individu akan ditangkap sebagai kondisi yang bahaya.

Individu akan mcmbentuk mekanisme pertahanan diri secara fisiologis dan

psikologis.

Withdrawal merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri, respon

terhadap stres yang diambil secara cepat oleh individu. Fungsi withdrawal ini

adalah mengurangi kekecewaan yang berlebih. Withdrawal adalah cara yang

terbaik yang bisa dilakukan pada saat menghadapi tuntutan yang besar, sedangkan

kemampuan yang dimiliki tidak sebanding. Hal ini lebih baik daripada individu

membuang waktu dan usaha untuk sesuatu yang sia-sia, sehingga dalam hal ini

dapat dikatakan bahwa withdrawal merupakan suatu mekanisme penyesuaian

terhadap kondisi stres. Penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada gambar 2:

Page 56: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

KENVATAAN

V V V

Yopercayaao

^idc^.

Gambar 2.

Zona Pertahanan Melawan Kenyataan(Sumber: Schneiders, A.A.1964. Personal Adjustment and Mental Health)

Penjelasan dari gambar 2 adalah individu dikelilingi oleh situasi yang

kompleks, sarat dengan tuntutan dan konflik. Situasi tersebut mendorong

seseorang untuk melindungi dirinya dengan membangun zona pertahanan.

Perimeter pertahanan ini termasuk ide-ide individu dan sosial, kepercayaan,

perilaku, hal-hal ideal, tradisi dan praktek-praktck yang akan membentengi

kenyamanan ego dari kenyataan-kenyataan yang membahayakan. Perimeter

pertahanan ini akan muncul manakala ada kesulitan-kesulitan, konflik, frustrasi

dan stres, namun zona pertahanan ini terstruktur secara lemah dan penniabel serta

tekanan atau kenyataan akan memunculkan withdrawal (penarikan diri).

Withdrawal pada kenyataannya terkadang merupakan reaksi yang paling

40

Page 57: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

41

sederhana dan paling tepat. Menarik diri dari situasi yang kompleks, penuh

tekanan akan memperkecil kegagalan. Withdrawal akan melindungi individu dari

waktu dan usaha yang sia-sia (Schneiders, 1964).

3. Melakukan Pertimbangan Rasional

Individu untuk scsaat akan jauh dari stresor ketika melakukan withdrawal,

sehingga ia akan merasa lebih tenang. Individu akan memiliki kesempatan untuk

melakukan pertimbangan rasional tentang respon yang adekuat terhadap stres

yang dialaminya.

4. Belajar dari Pengalaman

Keputusan-keputusan yang diambil oleh individu dapat berasal dari

pengalaman-pengalaman masa lalu individu. Pengalaman yang sesuai dengan

kondisi stres yang dialaminya akan membantunya dalam penyelesaian masalah

tersebut.

5. Bersikap Realistis dan Objektif.

Kondisi yang tenang memungkinkan individu agar dapat berpikir secara

realistis dan objektif, tidak mengambil keputusan secara emosional, dan keputusan

yang diambil akan lebih terarah.

Schneiders (1964) walaupun tidak secara langsung menyebutkan kecerdasan

emosional dalam penjelasannya mengenai respon terhadap stres, namun dapat

ditarik kesimpulan bahwa kemampuan individu dalam mengelola emosi pada saat

kondisi stres akan dapat membantunya dalam mengatasi kondisi stres. Kondisi

seperti inilah di mana individu dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk

melawan stresor, sehingga ia tidak terhempas oleh situasi yang stressfull (Cridder,

Page 58: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

42

dkk, 1983). Hal ini menunjukkan pcntingnya memiliki kecerdasan emosional

untuk dapat mengendalikan emosi ketika menghadapi stresor. Langkah tersebut

merupakan manifestasi dari individu yang memiliki daya tahan stres.

Goleman (1999) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional memiliki

wilayah berkenaan dengan emosi yaitu mengenali dan mengelola emosi.

Pengenalan terhadap emosi merupakan suatu avval agar individu lebih mampu

menguasai diri, sehingga emosi dapat dikelola dengan baik, ia akan mampu

mengenali emosinya kemudian mengelolanya sehingga tidak terjebak pada

kondisi distress (stres yang merugikan). Subandi (1998) mengatakan dalam

mengaktualisasikan kemampuan antar pribadi ini, seseorang harus terlebih dahulu

mencapai tingkat pengendalian diri, yaitu dimilikinya kemampuan menyimpan

kemarahan serta beban stres, dorongan hati dan kegairahan, penyesuaian terhadap

tuntutan orang lain memerlukan ketcnangan dalam din seseorang. Thorndike

(Goleman, 1999) menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional

adalah kecerdasan sosial, kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak

bijaksana dalam hubungan antar manusia merupakan aspek IQ seseorang.

Kecerdasan sosial berbeda dari kemampuan akademis dan ini merupakan bagian

yang penting dan apa yang membuat orang sukses dalam kehidupan praktis

sehari-hari.

Kemampuan umtuk mengenali emosi-emosi yang dirasakan serta adanya

keterampilan sosial yang baik dapat membantu remaja dalam menyesuaikan diri

dan bertahan terhadap stres, karena dengan mengenali segala emosi yang

dirasakannya, remaja dapat mengarahkan dan mengelola emosinya tersebut

Page 59: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

43

sehingga tidak terjcbak pada keadaan yang membuat sulit dalam melalui masa

remajanya. Mulyadi (Health Today, 2000) menambahkan sebagai dasar dan

kecerdasan emosional, kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi diri ini

sendiri membuat individu memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka

yang sesungguhnya dan kemudian dapat mengambil keputusan yang mantap

untuk masalah yang sedang dihadapinya, misalnya dalam hal memilih sekolah,

sahabat, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.

Rosa (Ummi, 2000) menambahkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan

emosi yang baik, maka ia akan memiliki pengendalian dan pengelolaan emosi

yang baik sehingga dapat membantunya dalam memecahkan masalah dalam

kehidupannya. Hal ini berarti, apabila remaja memiliki kecerdasan emosi yang

baik, maka akan dapat membantunya dalam mengatasi masalah dalam

kehidupannya, terutama terkait dengan tugas perkembangannya. Patton (Ummi,

2000) menyatakan bahwa salah satu ciri dari individu yang memiliki kecerdasan

emosi adalah memiliki sikap positifpada saat menghadapi masalah, sehingga ia

akan senantiasa bersemangat, mudah beradaptasi, optimis dan tetap ramah.

Wilkinson (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

daya tahan seseorang terhadap stres adalah faktor mental. Kecerdasan emosional

sendiri merupakan faktor mental yang akan menjadi dasar perilaku seseorang. Hal

ini berarti bahwa kecerdasan emosional memiliki keterkaitan dengan daya tahan

stres.

Page 60: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

44

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres. Semakin tinggi kecerdasan

emosional semakin tinggi daya tahan stres.

Page 61: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

\

V

iS&^'

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabe!

Variabe! yang disertakan dalam penelitian ini adalah :

1. Vanabel bebas : Kecerdasan Emosional

2. Variabe! tergantung : Daya Tahan Stres

B. Definisi Operasional Variabel

1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola emosi yang

mencakup wilayah kesadaran din, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan

ketrampilan sosial (Goleman, 1999). Kecerdasan emosional diketahui berdasarkan

skor yang diperoleh individu melalui Skala Kecerdasan Emosional. Variabel ini

akan diungkap dengan Skala Kecerdasan Emosional yang disusun oleh Apriani

2. Daya tahan stres adalah kemampuan seseorang dalam memberikan

perlawanan terhadap stresor yang mengancam dan mcngganggu kehidupannya

yang termanitestasi dalam bentuk reaksi terhadap stres yang dapat bersifat

fisiologis dan psikologis (Cridder. dkk. 1983). Daya tahan stres diketahui

berdasarkan skor yang diperoleh individu melalui Skala Daya Tahan Stres.

Variabel ini akan diungkap dengan Skala Daya Tahan Stres dan Chaerani (1995).

Page 62: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

46

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi pada sekolah menengah umum di SMU

Negeri 8 Pekanbaru, Riau. Pemilihan subjek didasarkan pada tahap

perkembangan mereka yang berada pada tahap perkembangan remaja yaitu usia

15-17 tahun, pada tahap ini terjadi berbagai peralihan yang membutuhkan

penyesuaian diri yang baik yang jika tidak bisa dilakukan dapat menimbulkan

stres pada remaja tersebut. Pertimbangan lainnya yaitu kemampuan berpikir

abstrak yang sudah dicapai remaja pada usia ini, menyebabkan remaja

menunjukkan perhatian besar kepada kcjadian dan peristiwa yang tidak konkrit

atau hal-hal dan kejadian-kejadian yang tidak langsung dihayati, seperti aspek-

aspek yang terdapat pada kecerdasan emosional, misalnya kemampuan empati.

D.Metode Pengumpulan Data

Instrumen pengukur variabel penelitian memegang peranan penting dalam

usaha memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya (Azwar, 1998). Skala

adalah salah satu bentuk instrumen pengumpulan data dalam penelitian sosial dan

psikologi yang di dalamnya terdapat daftar pemyataan yang harus dijawab atau

dikerjakan oleh subjek penelitian. Metode skala ini tennasuk metode yang praktis

dan relatifmudah digunakan, berikut penjelasan mengenai kedua alat ukur yang

akan dipakai pada penelitian ini.

1. Skala Kecerdasan Emosional

Skala ini disusun untuk mengungkap sejauhmana kemampuan subjek untuk

mengenali dan mengelola emosi diri. Skala ini disusun oleh Apriani (2000) yang

Page 63: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

47

disusun bcrdasarkan klasifikasi kecerdasan emosional yang dikenalkan oleh

Salovey ( Goleman, 1999) mencakup aspek-aspek ini adalah : (a) Kesadaran Diri,

(b) Pengaturan Diri, (c) Motivasi Din, (d) Empati, (e) Keterampilan sosial.

Skala Kecerdasan Emosional ini terdiri dari 41 pemyataan. Aitem-aitem

dalam skala disusun dengan menggunakan skala model Likcrt dengan lima

altematif jawaban. Subjek dalam menjawab pemyataan-pemyataan diminta untuk

memilih salah satu dari lima altematif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai

(S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).Aspek-aspek

tersebut dijabarkan dalam aitem-aitem favorable dan unfavorable. Skor untuk

skala ini bergerak dari 1 sampai 5, untuk aitem favorable SS diskor 5, S = 4, N =

3, TS = 2, STS = 1, sedangkan untuk aitem unfavorable SS diskor 1, S = 2, N =

3, TS _ 4, STS _ 5. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor yang

diperoleh subjek menunjukkan tingginya kecerdasan emosional yang dimiliki, dan

sebaliknya rendahnya skor yang dipeoleh menunjukkan rendahnya kecerdasan

emosional. Koefisien reliabilitas skala ini adalah 0,8472 dengan koefisien korelasi

aitem total berkisar antara 0,2036 sampai dengan 0,4769. Batas kritis yang

digunakan adalah 0,25 mengingat bila memakai batas kritis 0,30 mengakibatkan

ada aspek yang tidak terwakili (Azwar, 1999). Skala mi reliabel, sehingga

memenuhi syarat untuk digunakan alat ukur guna pengambilan data dalam

penelitian.

Page 64: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Tabcl 1

Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional

48

No Aspek Aitem Favorable Aitem L nfavorable \

Jumlah Nomor Jumlah Nomor J

1. Kesadaran Diri 4 3,5,8,21 3 1,4,14 !2 Pengaturan Diri 2 2,13 4 6,15,16,31 |3. Motivasi Diri 6 9,17,18,19,

23,24

6 7,10,26,27, i28,30 |

4. Empati 3 22,33,34 3 20,35,40 j5. Ketrampilan Sosial 5 11,12,32,36,

37

5 25,29,38,39,

41

Jumlah. 20 21 i

2. Skala Daya Tahan Stres

Skala ini digunakan untuk mengetahui keadaan subjek khususnya daya

tahannya terhadap stres. Aspek-aspek yang akan diukur dalam skala daya tahan

stres ini adalah respon subjek terhadap stresor yang ada, berupa: (a) respon

emosional, (b) respon kognitif, (c) respon fisiologis subjek.

Skala Daya Tahan Stres yang akan digunakan ini telah disusun oleh Chaerani

(1995) tcrdiri dari 43 butir aitem. Aitem favorable sebanyak 17 dan aitem

unfavorable 26 butir, dengan dua altematif jawaban (ya) dan (tidak). Skor satu

diberikan jika subyek menjawab "ya" untuk pemyataan favorable dan skor no!

untuk jawaban "tidak". Skor satu untuk aitem unfavorable untuk jawaban "tidak"

dan skor nol untuk jawaban "ya". Koefisien rcliabilitas skala ini adalah 0.864

(Chaerani, 1995) dengan koefisien korelasi aitem total berkisar 0,185 sampai

dengan 0,485. Kerlinger (1986) mengatakan untuk tingkat 0,05, suatu r sebesar

0,16 sudah memadai dalam hal seratus pasang ukuran. Skala ini reliabel dan

memenuhi syarat sebagai alat ukur untuk pengambilan data penelitian

Page 65: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Tabcl 2

Distribusi Aitem Skala Daya Tahan Stres

49

No Aspek Aitem Favorable Aitem L nfavorable

Jumlah Nomor Jumlah Nomor

1. Respon Emosional 5 1,2,8,9,35 7 3,4,5,6,7,10,

11

2 Respon Kognitif 7 13,18,21,22,

28,29,34

1 9 12,16,17,26,

33,36,37,40,

42

3. Respon Fisiologis 5 20.24,25,32,

41

10 14,15,19,23,

27,30,31,38,

39,43

Jumlah 17 26

E. Validitas dan Reliabilitas

Kepercayaan dapat diberikan pada kesimpulan penelitian sosial tergantung

antara lain pada akurasi dan keccnnatan data yang diperoleh. Akurasi dan

kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat

ukurnya (Azwar, 1998). Validitas alat ukur mencakup seberapa jauh alat ukur

tersebut dapat memberikan hasil yang teliti (Hadi,1977). Valid tidaknya suatu alat

ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar, 1998).

Reliabilitas yang berarti keterandalan, keajegan dan kestabilan, pada dasarnya

mempunyai ide pokok yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Hasil pcngukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama memperoleh hasil yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek belum berubah (Azwar, 1998).

Page 66: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

50

F. Analisis Data

Pengujian hipotesis digunakan teknik analisis korelasi product moment.

Pengolahan data penelitian akan menggunakan SPSS 10.0 FOR WINDOWS 1998.

Page 67: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

BAB IV

PELAKSANAAN, ANALISIS

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I! SMU Negeri 8

Pekanbaru, Riau. SMU Negeri yang berada di jalan Abdul Muis nomor 14

Pekanbaru ini sebelumnya bemama SMPP 49 didirikan pada tahun 1976 dengan

SK Mendikbud 0353/0/1975, kemudian menjadi SMA Negeri 6 Pekanbaru

dengan SK Mendikbud tanggal 9 Agustus 1986 Nomor 0353/0/1985 di mana di

seluruh Indonesia seluruh SMPP diubah namanya menjadi SMA. Berdasarkan

prestasi yang selama ini diraih, baik dalam bidang akademik maupun non

akademik, maka pada tahun pembelajaran 1995/1996 dengan SK Kanwil

Depdikbud Propinsi Riau Nomor 12/KPTS/KEP/P-1995 tanggal 8 Maret 1995,

SMA Negeri 6 ditetapkan sebagai SMA Binaan Khusus, sehingga saat ini seluruh

kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari (I shift). Perubahan nama

pada jenjang pendidikan SMA menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU) yang

disesuaikan dengan urutan berdirinya lembaga pendidikan pada tanggal 15 April

1997 dengan SK Mendikbud Nomor 035/0/1997 tentang perubahan Nomenklatur

SMA menjadi SMU, maka SMA Negeri 6 berubah nainanya menjadi SMU

Negeri 8 sampai sekarang.

SMU Negeri 8 Pekanbaru ini memiliki tenaga pengajar 67 orang, yang terdiri

dari guru tetap 63 orang dan 4 orang guru tidak tetap. Pegavvai TU berjuinlah 17

51

Page 68: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

orang, dengan rincian pegawai tetap 11 orang dan pegawai tidak tetap sebanyak 6

orang. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2001/2002 adalah 897 siswa yang terbagi

atas kelas I: 360 siswa, kelas II: 304 siswa, dan kelas III: 233 siswa. Jumlah kelas

sebanyak 24 kelas, dengan perincian kelas I: 9 kelas, kelas II: 8 kelas, kelas III

IPA: 4 kelas dan kelas III IPS: 3 kelas.

2. Perijinan

Perijinan untuk penelitian ini dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi UII

Nomor 489/Dek/70/fp/x/2001 tertanggal 12 Oktober 2001. Surat pennohonan ijin

penelitian ini kemudian diserahkan ke BAKESLIMNAS di bawah wewenang

BAPPEDA Propinsi DIY dengan surat ijin penelitian Nomor 070/2795 tertanggal

20 Oktober 2001 dikeluarkan. Pengurusan selanjutnya diteruskan kepada

BAPPEDA Propinsi Riau dengan surat ijin penelitian dikeluarkan Nomor

070/BIKKB/252/2001 tertanggal 27 Oktober 2001, kemudian dilanjutkan ke

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) kota Pekanbaru dengan surat ijin

dikeluarkan 1520/2001/800 tertanggal 19 November 2001, maka ijin penelitian

diharapkan dapat dipergunakan sebagai syarat untuk mengambil data penelitian,

di SMU Negeri 8 Pekanbaru.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian diawali dengan penyebaran skala pada tanggal

19 November 2001 sampai dengan tanggal 22 November 2001 pada siswa SMU

Negeri 8 Pekanbaru. Subjek untuk pengambilan data dalam penelitian ini telah

ditentukan sebelumnya oleh pihak sekolah, yaitu pada kelas-kelas yang saat itu

Page 69: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

53

sedang mengikuti pelajaran Sosiologi dan Bahasa Indonesia. Kelas yang

digunakan adalah kelas II A: 37 siswa; kelas II B:36 siswa; II E: 33 siswa; II F: 37

siswa; II G: 36; IIH: 24 siswa. Jumlah subyek keseluruhan adalah 203 orang.

Kriteria siswa yang diambil sebagai subjek penelitian adalah mereka yang

sudah mencapai 15-17 tahun. Subjek penelitian ditemui penulis di kelas. Subjek

diberi satu eksemplar skala kecerdasan emosional dan skala daya tahan stres.

Skala mi diberikan kepada selumh subjek dan skala harus dapat kembali pada hari

itu juga. Pengerjaan masing-masing skala memakan waktu selama 15 sampai 20

menit termasuk di dalamnya waktu untuk perkenalan, pengarahan dan pengisian

data identitas.

Berdasarkan kelengkapan jawaban subjek, dari 203 eksemplar skala yang

disebarkan, semua kembali yaitu sebanyak 203 eksemplar dan semuanya diisi

benar dan memenuhi syarat untuk dianalisis.

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Asumsi

Uji normalitas dan uji linieritas terlebih dahulu dilakukan sebelum

menganalisis data menggunakan teknik korelasi product moment Pearson dari

fasilitas SPSS for windows Version 10.0.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan teknik One sample Kolmogorov-

Smirnov Test dari program SPSS for Windows Release 10.0 adalah sebagai

berikut : sebaran skor variabel kecerdasan emosional (K-S Z = 0,636 dengan p =

0,814 atau p> 0,05) adalah normal dan sebaran skor daya tahan stres (K-S Z -

Page 70: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

1,312 dengan p = 0,064 atau p > 0,05 ) adalah normal. Hasil uji linientas antara

kecerdasan emosional dengan daya tahan stres diperoleh F53,90 dan p<0,01 yang

berarti linier.

2. Hasil Uji Hipotesis

Analisa data untuk mengetahui korelasi product moment antara variabel

kecerdasan emosional dengan daya tahan stres dilakukan dengan menggunakan

korelasi melalui bantuan program SPSS 10.0 for Windows.

Hasil analisis yang diperoleh adalah korelasi (r) antara variabel kecerdasan

emosional dengan daya tahan stres adalah sebesar 0,446 dan p = 0,000 atau p<

0,01 berarti antara kecerdasan emosional dengan daya tahan stres memiliki

korelasi yang sangat signifikan. Nilai sumbangan variabe! kecerdasan emosional

terhadap daya tahan stres ditunjukan oleh koefisien detenninasi r = 0,198916

sehingga setelah diperscntase didapatkan sebesar 19,89 %.

3. Deskripsi Penelitian

Deskripsi statistik dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa Mean hipotetik

variabel kecerdasan emosional adalah sebesar 123 dengan mean empirik sebesar

145,70. Mean hipotetik variabel daya tahan stres adalah sebesar 21,5 dengan mean

empirik sebesar 28,30.

Tabe! 3

Deskripsi Data Penelitian (N=203)

Variabel Penelitian Skor Empirik Skor HipotetikXmax Xmin Mean Xmax Xmin Mean

Kecerdasan Emosional 183 95 145,70 205 41 123Daya Tahan Stres 39 i 12 28,30 43 0 21,5

Page 71: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Penulis menggolongkan subjek penelitian ini dalam 3 kategori yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Kategori ini dibuat berdasarkan sebaran hipotetik nilai

maksimal dikurang dengan nilai minimal sehingga diperoleh nilai perkiraan

besarnya deviasi standar hipotetik. Skor empiris yang berada 2.0 deviasi standar

diatas mean hipotetik dikategorikan tinggi atau dapat dirumuskan (m + 2,0 8),

sedangkan untuk kategori sedang dirumuskan (m - 2,0 8) < X < (m + 2,0 8), untuk

2.0 deviasi standar dibavvah mean hipotetik dikategorikan rendah, atau

dirumuskan (m - 2,0 8).

Skala Kecerdasan Emosional terdiri dari 41 aitcm, tiap aitem diberi skor

antara 1 sampai 5, rentang minimal maksimal adalah 41x1 (jumlah aitem

dikalikan skor terendah) sampai dengan 41x5 (jumlah aitem dikalikan skor

tertinggi yaitu 41 sampai 205, sehingga jarak sebarannya 205 - 41 = 164.

Selanjutnya 164 : 6 yaitu s ( atau 8) = 27,33, karena mean hipotetiknya 123 maka

batas kelompok tinggi adalah { 123 + 2 (27,33 }= 177,66. Batas kelompok rendah

adalah (123 -2 (27,33) } = 68,34. Berdasarkan kategori diatas maka subjek yang

mendapat skor dibawah 68,34 dalam skala kecerdasan emosional dapat dikatakan

memiliki kecenderungan tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Subjek yang

memiliki skor diatas 177,66 dalam skala kecerdasan emosional dapat dikatakan

subjek memiliki kecenderungan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Subjek

penelitian ini tergolong memiliki tingkat kecerdasan emosional yang sedang

dengan mean empiris sebesar 145,70.

Skala Daya Tahan Stres terdiri dari 43 aitem, tiap aitem diberi skor 0 sampai

1. Rentang minimal maksimal adalah 43x0 (jumlah aitem dikalikan skor terendah)

Page 72: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

56

sampai 43 x 1(jumlahaitem dikalikan skortertinggi) yaitu 0 sampai 43, schingga

jarak sebarannya adalah 43-0 = 43, selanjutnya 43 : 6 yaitu s = 7,17. Batas

kelompok tinggi adalah { 21,5 + 2 (7,17 )= 35,84 dengan mean hipotetik 21,5,

sedangkan batas rendahnya adalah {21,5-2 (7,17)) - 7,16. Berdasarkan kategori

diatas maka subjek yang mendapat skor dibawah 7,16 dalam skala daya tahan

stres dapat dikatakan memiliki kecenderungan tingkat daya tahan stres yang

rendah, sebaliknya apabila subjek memiliki skor diatas 35,84 dalam skala daya

tahan stres, maka dapat dikatakan subjek memiliki kecenderungan tingkat daya

tahan stres yang tinggi. Subjek penelitian ini tergolong memiliki tingkat daya

tahan stres yang sedangdengan meanempiris sebesar 28,30.

Tabel 4

Kategorisasi Subyek Penelitian

^^--^^^ SkalaKategori^-^^

Kecerdasan

Emosi

Daya Tahan Stres

Tinggi > 177,66 > 35,84Sedang 68,34 - 177,66 7,16-35,84Rendah < 68,34 7,16

D. Pembahasan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan daya tahan

stres, artinya semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang maka semakin

tinggi pula daya tahan stresnya. Hal ini berarti bahwa kecerdasan emosional

merupakan faktor yang turut mempengaruhi daya tahan stres seseorang.

Sumbangan kecerdasan emosional terhadap daya tahan stres adalah sebesar

Page 73: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

57

19,89%, berarti masih ada sekitar 80,11 persen faktor-faktor lam, seperti:

maturitas, pendidikan, status ekonomi, tipe kepribadian, motivasi, kesehatan

mental, religiusitas, keterlibatan terhadap stresor dan lingkungan.

Salovey menyatakan bahwa salah satu aspek dalam kecerdasan emosional

yaitu kemampuan mengelola emosi. Kemampuan mi akan membantu remaja

ketika menghadapi stresor, sehingga remaja tidak mudah hanyut dalam kondisi

stres atau memiliki daya tahan stres (Goleman, 2000). Kecerdasan emosional akan

memungkinkan remaja memiliki pengendalian diri sehingga ia mampu menahan

kemarahan serta beban stresnya (Subandi, 1998). Pengendalian diri akan

menjadikan remaja tidak mudah stres, sehingga tidak terlibat dalam masalah

remaja seperti kesepian, mudah stres dalam menghadapi pelajaran, mudah putus

asa, impulsif, kurang sopan, mudah terpicu melakukan tindak kekerasan (Kompas,

1999 & Kompas, 2000). Setyowati (2000) mengemukakan bahwa kecerdasan

emosional dapat mengurangi perilaku delikuen remaja. Apriani (2000) secara

spesifik menemukan bahwa kecerdasan emosional memiliki korelasi negatif

dengan tendensi agresi remaja. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Schneiders (1964) bahwa salah satu akibat stres adalah perilaku agresif. Individu

yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, walaupun sedang dalam kondisi

stres, ia tidak akan melampiaskannya dalam aktifitas agresif.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat

kecerdasan emosional yang sedang dan daya tahan stres yang sedang pula.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosi subjek penelitian cukup baik,

sehingga dapat membantunya dalam menghadapi stresor. Hal ini sesuai dengan

Page 74: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

58

pendapat Nurdianto (1994) yang mcngatakan bahwa individu yang matang, dalam

arti memiliki kematangan kepribadian, lebih sukar mengalami gangguan akibat

stres karena individu yang matang (mature) mempunyai daya adaptasi yang besar

terhadap stresor yang timbul. Individu yang tergantung (dependent) dan iritabel

sangat mudah mengalami gangguan akibat stres karena daya adaptasi terhadap

stresor yang mengancam dan dipandang mengganggu keseimbangan diri sangat

rendah (Chaerani, 1995). Soewadi (Chaerani, 1995) menambahkan bahwa status

pendidikan dan ekonomi yang rendah pada diri seseorang akan menyebabkan

orang tersebut mudah mcngalami stres. Pola kepribadian juga mempengaruhi

kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Diener, dkk (1984) menyatakan

bahwa telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor kepribadian

memegang peranan penting dalam situasi yang stresfull (Gunhert, dkk, 1999).

Penilaian pertama dari seseorang terhadap satu situasi apakah menyenangkan

atau mengancam akan mempengaruhi tingkat stres mereka dan kemampuan

seseorang dalam menguasai keadaan dapat mengurangi terjadinya stres. Reaksi

yang diberikan seseorang dalam menghadapi stresor menunjukkan karakter yang

dimilikinya dan sampai di mana batas kemampuan mengatasinya

(Wilkinson, 1989). Stres pada taraf tertentu dapat menjadi sesuatu yang positif

karena dapat memberikan semacam rangsangan dan motivasi untuk memecahkan

suatu masalah, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Patton (1997)

mengatakan bahwa salah satu ciri dari individu yang memiliki kecerdasan

emosional adalah memiliki sikap positif pada saat menghadapi masalah, sehingga

ia akan senantiasa bersemangat, mudah beradaptasi, optimis dan tetap ramah

Page 75: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

59

(Ummi, 2000). Peale (Chaerani, 1995) menambahkan bahwa individu yang

cenderung berpikir positif tidak mudah terpengaruh oleh berbagai tantangan

ataupun hambatan yang dihadapi. Individu yang berpikir positif akan menerima

dan menghadapi masalah atau tekanan-tekanan dalam hidupnya serta mencoba

mencari jalan kcluarnya. Individu akan selalu memandang dari sisi positif

terhadap suatu masalah, sehingga dapat menghilangkan pola pikir negatif yang

merupakan penyebab timbulnya emosi yang mengalahkan din sendiri yang dapat

berakibat buruk dan menimbulkan gangguan pada individu. Chaerani (1995)

secara spesifik menemukan bahwa kecendrungan berpikir positif dan harga diri

memiliki korelasi yang positif dengan daya tahan stres.

Kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan

hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial ini

mempengaruhi daya tahan seseorang terhadap stres. Goleman (1999) mengatakan

bahwa vvilayah emosi ini meluas melampaui jangkauan bahasa dan kognisi.

Cooper dan Savvaf (2000) mengatakan melalui pengembangan kecerdasan

emosional inilah setiap orang belajar untuk siap mengakui dan menghargai

hakikat perasaan dalam diri sendiri maupun orang lain dan secara tepat

menanggapinya, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam

kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, membimbing untuk mendapatkan

pemecahan terobosan dan peluang tak terduga, serta bisa menyelamatkan individu

atau organisasi dari kchancuran.

Page 76: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang berbunyi " ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan daya

tahan stres pada remaja avvaL ternyata terbukti. Hal ini berarti semakin tinggi

kecerdasan emosional semakin tinggi pula daya tahan stresnya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian memiliki

kecerdasan emosional yang sedangdan daya tahan stres yangsedang pula.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mgm

mengemukakan beberapa saran-saran:

1. Saran bagi pihak sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya membantu siswa untuk menumbuhkan dan

mengembangkan kecerdasan emosionalnya melalui pelatihan-pelatihan

atau dalam aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari.

b. Senantiasa menumbuhkan motivasi dan rasa optimis para siswa, sehingga

akan dapat membantunya dalam mengasah daya tahan stres.

c. Membangun komunikasi yang terbuka dan duaarah antara siswa dan guru

agar siswa dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya sehingga

siswa dapat melalui masa remajanya yang sulit dengan baik.

60

Page 77: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

2. Saran bagi subjek

a. Subjek penelitian diharapkan dapat mengembangkan lagi aspek-aspek

kecerdasan emosionalnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari, baik ketika berada di rumah, sekolah ataupun ketika berinteraksi

dengan masyarakat.

b. Siswa hendaknya mau belajar dan berani mencoba aktivitas baru,

mengambil tantangan baru, belajar ketrampilan yang sulit, bersahabat,

sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola stres dan

dapat melalui masa remajanya dengan baik.

3. Saran bagi peneliti berikutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan dan menambah

variabel-variabel lain seperti strategi coping dan tipe kepribadian. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rosenman dan Chasnei (Hawari, 2001) yang mengatakan bahwa

orang denga tipe kepribadian A lebih rentan atau beresiko tinggi mengalami stres

di banding tipe kepribadian lainnya dalam merespon stresor psikososial yang

sama (Hawari, 2001). Lazarus dan Folkman (Smet, 1994) mengatakan

keterampilan individu dalam mencoping stres adalah faktor yang menentukan

tahan tidaknya individu dalam menghadapi stres yang melanda). Perhatian

terhadap kedua variabel di atas dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat

memperkaya hasil penelitian yang nantinya diperoleh.

Page 78: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

62

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, R 2000. Tendensi Agresi dalam Kaitannya dengan Kecerdasan Emosidan Mode! Sekolah. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: FakultasPsikologi Universitas Islam Indonesia.

Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaerani. 1995. Hubungan antara Berpikir Positif dan Harga Diri dengan DayaTahan Terhadap Stres pada Remaja Di SMA Negeri 1 Cirebon. Skripsi(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas GadjahMada.

Cooper, R. K dan Sawaf, A. 2000. Executive EO: Kecerdasan Emosional dalamKepemimpinan dan Organisasi. (Terjemahan A. T. K. Widodo).Jakarta: Gramedia.

Cridder, A.B., Goethaks, G. R„ Kavanaogh, R. D. & Solomon, P. R. 1983.Psychology!. New York: Scott Foresman and Company.

Fontana, D. 1993. Managing Stress. Leicester: BPS Book & Routhledge Ltd.

Goleman, D. 1999. Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional : Mengapa EIlebih Penting daripada IQ. (Terjemahan T. Hermaya). Jakarta:Gramedia.

Goleman, D. 2000. Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosiuntuk Mencapai Prestasi. (Terjemahan A. T. K. Widodo). Jakarta:Gramedia.

Gunarsa, Y.S. 1985. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.Gunung Mulia.

Gunhert. K, Cohen H. L, Armeli, S. 1999. The Role of Neuroticsm in Daily Stressand Coping. Journal Of Personality and Social Psychology. Vol:77,No.5, p. 1087-! 100. American Psycologist Association.

Hager, D. dan Hager, L. C. 1999. Stres dan Tubuh Wanita: Stres and TheWoman's Body. (Terjemahan W. Kusuma). Batam Centre: Interaksara.

Hawari, D. 1999. Ilmu Kedokferan Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: DanaBhakti Prima Yasa Press.

Page 79: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

63

Hawari, D. 2001. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai PcncrbitFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Huriock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu 1'endekatan SepanjangRentang Kehidupan. (Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo)Jakarta: Erlangga.

Kerlinger, F. N. 1986. Asas-asas Penelitian Behavioral. (Terjemahan L. R.Simatupang). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kohlberg, L. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Martaniah, S.M. 1985. Masalah Depresi pada Remaja. Kumpulan Makalah danSimposium. Panitia HUT XXXIX. Yogyakarta: Fakultas KedokteranUmum Universitas Gadjah Mada.

Martaniah, S.M. 1991. Relaksasi sebagai Suatu Strategi untuk Mengatasi Stres.Taporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P., dan Haditono, S. R. 1994. PsikologiPerkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurdianto, H. 1994. Hubungan antara Maturitas dengan Toleransi terhadap Strespada Mahasisvva Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Nuryoto, S. 1986. Menanamkan Pola Tingkah Laku Sosial dan MerangsangKemandirian. Kumpulan Makalah Psikologi Perkembangan.Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Prabandari, Y.S. 1989. Hubungan antara Stres dan Motivasi Berprestasi denganDepresi pada Mahasisvva Tingkat Lanjut. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Prawesti, N. 2001. Hubungan Persepsi Remaja terhadap Peran Ayah dalamKeluarga dengan Kecendrungan berperilaku Delinkuen. Skripsi (tidakditerbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas IslamIndonesia.

Schneiders, A. A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. New York:Holt, Rinehart and Winston.

Page 80: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

64

Sctyowati, I. 2000. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan KecenderunganBerperilaku Delinkuen pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Shapiro, L. E. 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak.(Terjemahan A. T. K. Widodo). Jakarta: Gramedia.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehaian. Jakarta: PT. Grasindo.

Subandi. 1998. Hubungan antara Kecerdasan Emosional, Sikap terhadapPenyajian Materi Kuliah, Motivasi Berprestasi, dengan Prestasi BelajarMahasisvva PGSD. Tesis (tidak diterbitkan ). Yogyakarta: Programpasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

W7aryono, P. 1994. Hubungan antara Toleransi Stres dan Prestasi Belajar padaMahasisvva MM UGM. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Widun, E.L. 1995. Hubungan antara Religiusitas dengan Stres pada MahasisvvaMuslim di Universitas Gadjah Mada. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Widyastuti, W .1999. Hubungan antara Emotional Intelligence danKecenderungan Burn Out pada Karyavvan. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Wilkinson, G.1989. Stres dan Cara Mengatasinya. (Terjemahan Penerbit).Jakarta: Dian Rakyat Press.

Zimbardo, P. G., Gerrig, R. J. 1999. Psychology and Life, fifteenth Edition. New-York: Longman. Inc

Health Today. 2000. Mcngasah Kecerdasan Emosional. Health Today. November2000. Jakarta.

Intisari. 2000. "Stres Oke Distres No Way" dalam majalah Intisari. Edisi Maret2000. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.

Kedaulatan Rakyat. 2002. Remaja dan Gaya Pengasuhan Orangtua. KedaulatanRakyat 3 Februan 2002 hal. 7. Yogyakarta.

Kompas. 1999. Generasi Muda Alami Kesulitan Emosional. Kompas 26 Februari1999 hal. 21.Jakarta.

Kompas. 2000. Membangun Masyarakat Sipil Jakarta. Kompas 20 Desember2000 hal. 64. Jakarta.

Page 81: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

65

Ummi. 2000. Peran Kecerdasan Emosional dalam Keberhasilan Dakwah, dalammajalah mingguan Ummi. Edisi 1l/xi/2000. Jakarta.

Page 82: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

LAMPIRAN

Page 83: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

LAMPIRAN A

ALAT UKUR PENELITIAN

1. SKALA I ( KECERDASAN EMOSI)2. SKALA II PAYA TAHAN STRES)

Page 84: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA

Yogyakarta, November 2001

Asslammu'alaikum Wr. Wb.

Perkenankanlah saya memohon kesediaan Saudara untuk sekiranya dapat

meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan Saudara, guna mengisi sejumlah

pemyataanyangsaya lampirkanberikut ini.

Perlu sekiranya Saudara ketahui bahwa skala ini bertujuan sebagai

pengumpulan data penelitian dalam rangka penulisan skripsi penulis. Jawaban

yang telah Saudara berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai bagi penelitian

ini. Selanjutnya identitas Saudara yang asli maupun yang disamarkan dan setiap

jawabanyang Saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya.

Sudilah Saudara memilih salah satu altematif jawaban yang telah disajikan

sesuai dengan pendapat, perasaan atau keadaan saudara, dan bukan dari apa

yang seharusnya. Berilah tanda silang (X) untuk setiap pilihan pemyataan yang

Saudara pilih. Jawaban yang Saudara berikan dari masing-masing pemyataan

adalah benar, karena jawaban tersebut paling sesuai dengan pendapat, perasaan

atau keadaan Saudara. Periksa kembali jawaban Saudara agar tidak ada

pemyataan yang terlewati.

Atas kesediaan Saudara, saya mengucapkan terima kasih.

Wassalammu'alaikum Wr. Wb.

PENULIS

Page 85: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

a m a :

m u r :

Kelas / Jurusan

Jenis Kelamin :L / P

Serikut ini terdapat sejumlah pemyataan yang berkaitan dengan masalah Anda sehan-hari.. Andalimmta untuk memilih salah satu altematif jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan:eadaan din Anda dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom dilembarjawaban yangersedia, yang menyatakan SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STSSangat Tidak Sesuai).

SELAMAT MENGERJAKAN !....

No Pemyataan SS s N TS STS

1 Saya senng membayangkan menjadi orang lam yangnasibnya lebih baik dari saya.

2 Saya telah banyak belajar tentang hidup denganmemahami bahwa hidup itu penuh perjuangan.

3 Saya selalu yakin atas keputusan yang telah sayaambil.

4 Saya biasanya membesar-besarkan kelebihan sayasupaya orang lain menjadi kagum.

5 Menjadi diri sendiri bagi saya lebih baik dari padamenjadi diri orang lain.

6 Banyak harapan dalam hidup saya yang belumtercapai dan hal ini sering membuat saya kecewa.

7 Saya senng merasa tidak mampu mengerjakanpekerjaan rumah yang dibenkan oleh guru.

8 Saya sadar bahwa dalam mengambil keputusan sayaharus berada dalam kondisi yang tenang dan berpikirjemih.

9 Saya harus segera bangkit dari kegagalan-kegagalanyang pemah saya lakukan.

10 Senng kali saya merasa frustasi jika apa yang sayaharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.

11 Bila saya salah/keliru dalam melakukan tugas, sayabersedia mengakui kesalahan tersebut.

12 Saya akan berterus terang mengakui kesalahan,meskipun saya tahu akan dimarahi.

13 Saya selalu melaksanakan tugas-tugas yangdibebankan kepada saya dengan penuh tanggungjawab.

14 Saya sering merasa khawatir atas kehidupan sayayang akan datang.

15 Senng kali saya tidak dapat menahan din untuk tidakmelanggar norma-norma yang ada di masyarakat.

16 Saya merasa mencontek bukan masalah besar, asaltidak ketahuan petugas pengawas ujian.

17 Adanya harapan yang tinggi untuk lebih berprestasimembuat saya lebih optimis.

18 Saya biasa berkerja keras untuk dapat mewujudkankeingman yang sudah saya tekadkan dalam hati.

Page 86: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

V <? N TC m9 Saya selalu menasehati diri sendiri agar dapat

mencapai prestasi tinggi dan setiap kegiatan yangsaya lakukan.

20 Saya kurang peduli dengan kesulitan yang sedangdialami teman yang tidak saya sukai.

21 Bila mempunyai masalah, saya tahu harus ke manadan dan harus berbuat apa untuk memecahkannya.

22 Saya lebih memilih berdiri dan dengan senang hatimempersilahkan seorang ibu hamil duduk dikursiyang saya tempati.

23 Sekalipun ujian pertama gagal, saya tetap berusahabelajar giat dan penuh semangat untuk mengikutiujian perbaikan.

24 Saya merasa kegagalan adalah kesuksesan yangtertunda.

25 Saya kurang bisa mengawali suatu percakapanterutama terhadap orang yang baru saya kenal.

26 Seringkali saya merasa kalah sebelumberperang.

27 Saya malas untuk mencoba lagi bila sudah pernahgagal dalam pekerjaan yang sama.

28 Saya sering merasa takut dan ragu bila harusmelakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukansebelumnya

29 Saya sering merasa gugup jika berbicara denganlawanjenissaya.

30 Ketika mendapatkan suatu masalah berat, sayamerasa sudah tidak ada lagi jalan untukpemecahaanya.

31 Saya merasa dalam hidup ini saya banyakmendapatkan kekecewaan dari pada kesuksesan.

32 Untuk bergaul dan disukai, saya relah menganggaporang yang tidak saya sukai bersahabat dengan saya.

33 Saya akan lebih memilih untuk mengunjungi temanyang sakit dari pada pergi ke pesta ulang tahun.

34 Saya selalu menunjukkan simpati ke siapa saja yangingin berbagi rasa dengan saya.

35 Saya kurang peduli atas permasalahan yang terjadi didalam kehidupan orang lain.

36 Saya mudah bergaul dengan siapa saja.

37 Bila teman-teman patah semangat, biasanya sayadapat menyemangati mereka untuk bangkit kembali.

38 Saya kurang mengerti bagaimana cara untukmengakhiri suatu percakapan tanpa membuat oranglain tersinggung.

39 Jika ada informasi yang perlu disampaikan padateman-teman, dengan senang hati saya akanmenyampaikannya.

40 Saya merasa kurang dapat menerima pandanganorang lain yang berbeda pendapat dengan saya.

41 Saya senng merasa takut dikucilkan oleh teman-teman saya.

Page 87: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

in a

u r

Kelas / Jurusan

Jenis Kelamin : P / L

)awah ini akan disajikan 43 pemyataan yang berkaitan dengan keadaan dan perasaan

ja. Bacalah setiap pemyataan dengan cermat dan jawablah dengan sungguh-sungguh,igan sampai ada yang terlewati.

iak ada jawaban yang salah. Anda boleh menjawab "Ya atau Tidak" untuk setiap pemyataanng sesuai dengan diri anda. Bila anda merasa pemyataan tersebut sesuai dengan diri anda,:rilah tanda silang (x) dalam kolom "Ya" pada pemyataan tersebut di kolom jawaban. Bilaida merasa pemyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda, berikanlah tanda silang (x)ilam kolom "Tidak" pada pemyataan tersebut di kolom jawaban.

eCamat mengerja^an.

Vo

9

10

<Pernyataan

Hidup ini bukan merupakan beban bagi saya.Saya bukanlah orang yang mudah larut dalam kesedihanSaya mudah menangis setiap kali menghadapi masalahSaya senng gelisah bila berada dalam situasi yang tidak menyenangkan

Saya mudah putus asa apabila mengalami kegagalanSaya tidak berani menghadapi kenyataanBanyak hal terjadi dalam kehidupan ini dan saya merasa tidak mampumenghadapinyaSaya tidak mudah ter^ggu oleh situasi yang tidak menyenangkan

Saya dapatbersikap santai meskipun saya merasa tertekanSaya mudah cemas bila dihadapkan padasituasi yang sulitSaya mudah kuatir pada hal-hal kecil yang tidak berarti

2 | Seringkali saya merasa sulit menerima kegagalan yang paling kecilj sekalipun

13 i Saya merasa dapat menjalani kehidupan ini dengan baik4 | Perasaan tegang sering membuat saya sakit perut

16

Tangan saya akan gemetar, jika memendam kemarahanBenar kata orang, saya memang tidak pernah bisa melakukan apapun

17 Saya merasa pesimis jika membayangkan masa depan sayaBagi saya, kegagam bukanlah akhir dari segalanya

19 : Dada saya akan merasa nyeri, jika saya memikirkan sesuatu yammenyakitkan

20 \ Perasaan tertekan tidak akan mengganggu selera makan saya 'Saya yakin dapat melakukan banyak hal dengan baik

ii Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, begitujuga dengan saya"!

23 1Kesedi nan yang saya rasakan sering membuat sekujur tubuh saya terasaI lemas

24 ISaya jarang merasa sakit meskipun banyak hal yang harus saya hadapi

nfa | Tufakl

Page 88: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

i9

40

41

42

43

jetiap hari saya dapat tidur dengan nyenyakPikiran saya selalu tertuj upada hal-hal yang buruk, jikasedang kecewa

Jikasaya sedang gelisah, tidur saya akan tertanggu dan tidak nyenyak

Saya pikir, saya mempunyai kelebihan-kelebihan seperti yang dimilikiteman-teman saya

Saya selalu optimis dengan apa yang sedang saya kerjakanPerasaan tertekan terkadang membuat nafas saya tersengal-sengal

Jika saya mengkuatirkan sesuatu yang buruk akan memmpa saya, perutsaya terasa mualSayajarang merasa sakit kepala meskipun sedang banyak masalah

Saya sulit berkonsentrasijika sedang mencemaskan sesuatuSaya tidak akan menyesali diri jikasaya gagal meraih apa yang sayaharapkanSaya bahagia dengan apapun yang saya peroleh dalam hidup ini

Saya sering merasa tidak punya arti apa-apa dalam hidup iniSaya sering mengalami mimpi buruk jika sedang gelisahSaya akan merasa seringbuangair kecil jika sedang cemasSaya mudah merasa lelah bila sedang menghadapi banyak masalah

Sayajarangterganggu oleh berbagai penstiwayang terjadi di sekitar saya

Saya hampirtidak pernah mengalami sesak nafasSaya biasanya selalu tenang dalam menghadapi hal-hal apapun

Perasaan kecewa yang mendalam terkadang membuat tangan dan kakisaya sukar digerakkan

Ya ^Mk-

Page 89: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

LAMPIRAN B

UJI ASUMSI

1. DISTIBUSI SKOR TOTAL SUBJEK PENELITIAN

2. UJI LINTERITAS

3. UJI NORMALITAS

Page 90: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

52ww&DL

CO

CM«

CM

CO

88

83

8CI

cm

$CM

eo

cm

a(0

CM

o>

to

to

to

COCM

CM

0>

IN

CM

CMCO

mCM

OCO

to

o>

CM

1^-

CM

CM

CO

CDCM

CM

T-

co

CO

CO

CO

CO

to

CM

CO

CM

o>

CO

CO

CO

00

CM

CO

CO

co

CM

sCOCO

co

in

CO

CO

aT-

00

1^

CM

CO

01

CM

CM

CO

COCO

X3

CO

*—

J8O)

O)

85

a|-»to

CM

CM

£>•3

of-

OO

o>5?

sS

CO

ir>

CO£

CO

CO

CO

5?COCO

CO

CO

in

CM

1^

co

co

1^

m$

CO

00

mCO

r--

in

min

oCO

CM

CO

in

mo

oCO

co

in

CO

CM

in

ms

T-

CM

CO

<*

lO(O

h-

oo

o>

o^

CM

to

Tm

co

h-

oo

0>

oCM

CM

CMCM

CO

CM

CM

in

CM

co

CM

CM

00

CM

CM

oCO

CO

CM

CO

CO

CO

CO

mCO

CO

CO

CO

CO

CO

O)

CO

o5

CM

co

•<frin

co

K•<»•00

Omm

CM

in

CO

in

mmm

CO

m

Page 91: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

UJI HIPOTESIS

X y

57 165 25

58 159 32

59 158 29

60 149 34

61 138 24

62 135 35

63 149 26

64 115 26

65 126 22

66 136 30

67 140 34

68 144 30

69 134 12

70 135 30

71 119 24

72 158 26

73 133 18

74 168 30

75 164 27

76 127 37

77 150 34

78 147 30

79 147 33

80 139 31

81 140 38

82 136 34

83 124 29

84 171 30

85 153 34

86 147 33

87 147 19

88 127 26

89 148 21

90 140 29

91 141 30

92 95 24

93 135 29

94 144 29

95 120 14

96 137 26

97 134 22

98 159 32

99 135 18

100 139 16

101 162 35

102 162 22

103 170 34

104 135 31

105 151 24

106 160 30

107 135 28

108 130 19

109 147 27

110 137 21

111 144 31

112 157 25

Page 92: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

UJI HIPOTESIS

X y

113 166 34

114 136 34

115 167 28

116 102 23

117 130 27

118 152 30

119 174 29

120 119 23

121 135 34

122 152 23

123 151 24

124 153 26

125 161 21

126 159 34

127 144 20

128 146 24

129 130 22

130 145 32

131 140 22

132 163 38

133 141 28

134 142 35

135 140 28

136 153 31

137 139 22

138 133 28

139 120 13

140 155 32

141 120 21

142 135 26

143 149 30

144 135 27

145 165 34

146 165 35

147 142 36

148 143 29

149 153 29

150 174 31

151 140 28

152 128 24

153 147 27

154 149 29

155 117 20

156 102 12

157 152 33

158 150 26

159 127 30

160 130 30

161 144 29

162 143 28

163 151 34

164 141 30

165 165 36

166 143 34

167 146 31

168 156 38

Page 93: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

UJI HIPOTESIS

X y

169 146 20

170 137 31

171 159 30

172 138 13

173 137 28

174 154 35

175 105 23

176 145 18

177 169 32

178 139 28

179 130 25

180 124 17

181 158 25

182 126 30

183 132 28

184 141 23

185 151 30

186 154 23

187 156 31

188 147 33

189 126 19

190 155 29

191 133 30

192 131 18

193 160 35

194 154 24

195 163 36

196 164 31

197 149 35

198 131 24

199 147 26

200 168 35

201 141 24

202 143 28

203 151 25

Page 94: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Uji asumsi linientas

ANOVA Table

Daya tahan terhadaostres * Kecerdasan emosionalBetween Groups

Within Groups Total(Combined) Linearity Deviation from Linearity

Sum ofSquares

df

Mean Square

F

Sig.

2994.365

60

49.906

2.153

.000

1249.526

1

1249.526

53.900

.000

1744.839

59

29.574

1.276

.124

3291.901

142

23.182

6286.266

202

Uji asumsi normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smimov Test

Daya tahanKecerdasan terhadapemosional stres

N 203 203

Normal Parameters3'" Mean 145.70 28.30

Std. Deviation 15.24 5.58

Most Extreme Absolute .045 .092

Differences Positive .033 .054

Negative -.045 -.092

Kolmogorov-Smimov Z .636 1.312

Asymp. Sig. (2-tailed) .814 .064

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 95: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Histogram

Kecerdasan emosional40

30-

20

>» 10oc<D=}

Std. Dev =15.24

^ iMean = 145.7

N = 203.00

%%^X^X^X^XS4^X^X%

Kecerdasan emosional

Daya tahan terhadap stres60-

50-

40-

30-

20-

S 10-

CD

OiT3

Std. Dev = 5.58

Mean = 28.3

N = 203.00

\'"\-v- - -

t

12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5

15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0

Daya tahan terhadap stres

Page 96: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

LA MPIRAN C

HASIL ANALISIS DATA

Page 97: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Correlations

Kecerdasan emosional

Daya tahan terhadap stres

Correlations

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)N

*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Kecerdasan

emosional

1.000

203

.446*

.000

203

Daya tahanterhadap stres

.446**

.000

203

1.000

203

Page 98: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

LAMPI RAN D

DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Page 99: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kecerdasan emosional 203 95 183 145.70 15.24

Daya tahan terhadap203 12 39 28.30 5.58

stres

Valid N (listwise) 203 L 1

Page 100: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

LAMPIRAN E

SURAT IZIN DAN BUKTI PENELITIAN

Page 101: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAFAKULTAS PSIKOLOGI

KampusTcrpadu. Jalan Kaliurang Km. 14.5 Tclp. (0274) 896146. Fax. 896147 Yogyakarta55584

fomor : W/Dek/70/TP/x:/^oo| Yogyakarta,-amp. : -lal : Permohonan Ijin Penelitian untuk Skripsi

Kepada Yth.Bapak/Ibu Kosck . StfVN 8di H*+ti*W

Tempat

Assalamu. 'alalhxm wr.wb.

Dengan ini kami memohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk memberi ijinpada mahasiswakami:

Kama : ..T.^^.^'At^J.No.Mhs. :...$&m.

Agar dapat melakukan penelitian/survey/try-out angket/studi kasus *) diInstansi Bapak/Ibu/Sdr.Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan dalam rangkapenyusunan Skripsi sebagai syarat kelulusan study di Fakultas kami.Adapun judul skripsinya adalah:

RUBUNfeArV .K6CER.E/MN EWSlCNAl p-gK&AN VAM TAtyVTERtfACW -STP.E5 ?At>A EgMAM t>l W b*&£U STEMNEAPJ;

Dengan Dosen Pembimbing: 1.. far.. MWZV..............6 , 2 ji^r.N?....^ij.w^.fH?.r.<..^1.

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr•kami ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu'alaifoim vfr.wb.

Mengetahui, * '"DosefyPembimbing

Page 102: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTABADAN KESATUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

(BAKESLINMAS)Kepatihan Danurejan Tclepon: (0274) 563681.563231.562811. Psw. 248 Fax (0274) 519441

YOGYAKARTA 55213

Nomor

Hal070/2795

Keterangan

Yogyakarta, 2Q oktober 2001Kepada Yth.

Gubernur Riau

di

PAKAH3AH0

Menunjuk Surat

Nomor

Tanggal

Perihal

Dekan Fak. Psikologi UII Xogyskerta

489/Dek/70/?PA/2001

12 Oktober 2001

Ijin Penelitien

Setelah mempelajari rencana penelitian/research design yang diajukan oleh peneliti, maka dapat diberikansurat keterangan kepada :

N am a

Titien Muliaaari

Mahasiswa UII Yogyakarta

Jl. Kaliurang Ka 14,5 Yogyakarta

Mengsdakan penelitian dengan judul :" HU3ITHGiUi KECi^ASAMiiaOSIOiiAL DiSHG.Ui DAYA TAHAN T3RHADAP

3TR3S PAD. Ri^AJA AWAL "

Pekerjaan

Alamat

Bermaksud

Pembimbing

Lokasi : Retao Kaxolchedi,?3i

Propinsi Riau

Peneliti berkewajiban menghormati / mentaati Peraturan dan tata tertib yang beriaku di daerah setempat.

Kemudian harap menjadikan maklum.

t'&n. Gubernurfeaerah Istimewa YogyakartaKepala,Badan Kesatuan^oan Perlindungan Masyarakat

Tembusan Kepada Yth.

1. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagai laporan.2. Ketua BAPPEDA Propinsi DIY.

(3^. Dekan Pelt. Psikologi UII *k,

4. Ybs.

^ia*?'^Oja.<.'.'Jio

HIX.D. 6331/D

Page 103: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PEMERINTAH PROPINSI RIAU

BADAN INFORMASI, KOMUNIKASI DAN KESATUAN BANGSAJl. Cut Nyak Dien 11/2 Telp. (0761) 23740 - 38736 Fax. 38736

PEKANBARUKodePos: 28126

REKOMENDASINo. : 070/BIKKB1252 ' 2001

Tentang

PELAKSANAAN KEGIATAN RISET/PRA RISETDAN PENGUMPULAN DATA UNTUK BAHAN SKRIPSI

Dengan hormat,

Kepala Badan Informasi, Komunikasi dan Kesatuan Bangsa Propinsi Riau^setelahmembaca Surat Permohonan Riset/Pra Riset dari Rektor/Dekan Fak^Psikologi m YoUyaicarcsHo: 489/kekA0/F?/V2001?Dengan ini memberi Rekomendasi kepada :

N a m a

Nomor jjjj3

Fakultas

Alamat aLaetJudul Skripsi

Titien Muliasari.

95231056;Psikologi UII Yokj-akartalS II IW 8:

Hubungaxi Kecerdasjn Snosional Dengan Daya IahanTerhadap Stres Pada Heaaja ** SMlJ Neseri 8 'Pekanbaru?

Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak melakukan kegiatan yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan yangtidak ada hubungannya dengan kegiatan Riset/Pra Riset dan Pengumpulan Data ini.

2. Pelaksanaan Kegiatan Riset ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggalRekomendasi ini dibuat.

Demikian Rekomendasi ini diberikan, agar digunakan sebagaimana mestinya. dankepada pihak yang terkait diharapkan untuk dapat memberi kemudahan dan membantukelancaran kegiatan Riset ini, dan terima kasih.

DIBUAT DI

PADATANGGAL

PEKANBARU27 Oktober 2001.'

An. KEPALA BADAN INFORMASI, KOMUNIKASI DANKESATUAN BANGSA PROVINSI RIAU

Kepala Bidarjgjyiubungan Antar Lembaga dan Parpol

Rekomendasi ini disampaikan

Kepada : Kepala Biknas Prov.Eiaudi Pekanbaru^

Tembusan : . _,, _ . TTT-rT7~TE5735ekan Pak.'Psikologi UUYokyakarta?

2; Ybs;

Page 104: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGAJalan Pattimura No. 40 A Telp. (0761) 42788

PEKANBARU

pekanbarUj i g m 2001

tl4&?/2Q01/&(SD Kepada

ran f Tth. Repel* SMU H«B«ri 8 pekanbarutal | lain melakaanakan Riaet di

AH- TITIEN MULIASARI pekanbaru

Dengan hornet*B«rdaaarkan surat xepala Badan inforaaai, Komunikaai

dan Reaatuan Bangaa propinai Riau ho. 070/BIKKB/252/20O1tanggal 27 oktober 2001, tentang pelakaanaan kegiatanRiaet/ pra Riaet dan pengumpulan Data untuk bahan skripaiA». TITISH MULIASARI pakultaa paikologi UII YOkyakartadi Daerah ratimewa yokyakarta.

pada prinaipnya dapat menyetujui yang beraangkutanmel3kaanakan Riaet pada SMU tie3«ri 8 pekanbaru.

Demikian diaarapaikan atas perhatiannyaterima kaaih.

dlueapkan

ibuaan j yth

Baosk valikota pekanbaruUP« Kaoag Kepegawaian walikotapekanbaru di pekanbaru.

. sdr. sekan yak. paikologi rjllYokyakarta di Daerah istimewaYokyakarta.

ALA DIHAS FEHDIDIXAII

KOTA FEKAS3ARU

DTS. E P I/E M.?Dpembina n/p. 130711923

Page 105: HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

SMU NEGERI 8 PEKANBARUJALAN ABDUL MUIS NO. 14 TELEPON 23073

SURAT - KETERANGAN

Nnmnr : 716/I09.1.7.SMUIT 08/KP- 2001

Tang bertanda tangan dibawah ini Kepala Sekolah Menengah Umum (SMU)Negeri 8 Pekanbaitr dengan ini menerangkan bahwa :

F a m a

N i m

N i r m

Fakultas

Tempat/Tanggal lahir

AlaPat Ramah

Titien Muliasari

9523^0 56

9500 £:© 1170 21200 5^

Psikolrrgi UII Trtgya

Tembilahan Riau /5 Mei 1975

Jalan Kembang Sari NW 20 A

Pekanbaitr ( 28I3I )

Nama tersebut diatas telah melakukan : Pengambilan: data untukPeneOiiiarr Quna Melangkapi syarat-syarat KelilisaJi Kuliah S.lPsikologi Dal«n Penyusunan Skripsi Dengan Judul : HubunganKecerdasan Ennsinnal dengan Daya Taharr Terhadap Stres pada

Renaj a Aval »

Demikianlah surat keterangan ini diberikan untuk dapat dipergunakarr

sebaga^ana ines tinya.

Nnpember 2001

8 Pekanbarcc