15
68 HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BANK SYARIAH NASIONAL PADA TAHUN 2019-2020 SUPRIYANTO STIES Mitra Karya Bekasi ABSTRACT Perbankan nasional memegang peran penting dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi nasional serta memberikan akses lembaga keuangan inklusif. Karakteristik berbeda perbankan konvensional dan perbankan syariah berpotensi menjadikan kedua lembaga perbankan memiliki segmen tersendiri. Situasi pandemi covid-19 tahun 2020 memberikan gambaran bahwa dalam kontraksi ekonomi, pertumbuhan pembiayaan syariah lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit bank konvensional. Kondisi ini perlu diperdalam dengan memehami hubungan antara kredit dan pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan ada tidaknya hubungan antara kinerja kredit dan pembiayaan syariah pada tahun 2019-2020, yang juga memberikan gambaran kondisi ekonomi normal dan saat pandemi covid-19. Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif statistik inferensia dengan metode pengumpulan data sekunder dari laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS) dan statistik perbankan Indonesia (SPI) dari otoritas Jasa Keuangan. Penelitian menghasilkan informasi bahwa pada taraf kepercayaan 95% (α=5%), ada hubungan kuat searah (+0,60) antara kinerja kredit bank konvensional dengan pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2019-2020. Hasil tersebut menjelaskan bahwa kredit dan pembiayaan memiliki segemen tersendiri, yang ditunjukkan bahwa kenaikan kredit dan pembiayaan berada pada satu arah. Indikator non performing loan (NPL) kredit perbankan konvensional pada 2019-2020 menunjukkan nilai yang cenderung meningkat, sedangkan non performing financing pembiayaan perbankan syariah menunjukkan nilai yang cenderung menurun. Nilai kredit menunjukkan tren meningkat, namun menurun saat masa pandemi covid-19, sedangkan nilai pembiayaan syariah menunjukkan tren tumbuh positif bahkan saat masa pandemi covid-19. Manajemen bank syariah dan bank konvensional bersama pemerintah, otoritas keuangan, dan seluruh pemangku kepentingan industri keuangan perlu meningkatkan sinergi dan perumusan strategi, kebijakan, dan program untuk meningkatkan akses keuangan yang setara dan inklusif, menjaga kinerja keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Kata kunci : kinerja kredit, pembiayaan syariah, perbankan nasional PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi nasional menjadi salah satu indikator penting, sekaligus yang utama dalam menggambarkan keberhasilan kebijakan ekonomi pemerintah dan efek optimalisasi bagi para pelaku ekonomi, rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Dalam perspektif ekonomi makro dengan pendekatan pengeluaran agregat (aggregat expenditure), tingkat perekonomian nasional dipengaruhi oleh empat komponen yaitu tingkat pengeluaran rumah tangga (konsumsi/consumption), pengeluaran perusahaan (investasi/investment), pengeluaran pemerintah (belanja pemerintah/government expenditure), dan nilai bersih atas ekspor-impor (Mankiw, 2013). Dinamika aktivitas dari seluruh komponen pengeluaran pelaku ekonomi memerlukan keberadaan lembaga keuangan baik berbentuk bank maupun

HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

68

HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BANK SYARIAH NASIONAL PADA TAHUN 2019-2020

SUPRIYANTO

STIES Mitra Karya Bekasi

ABSTRACT Perbankan nasional memegang peran penting dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi nasional serta memberikan akses lembaga keuangan inklusif. Karakteristik berbeda perbankan konvensional dan perbankan syariah berpotensi menjadikan kedua lembaga perbankan memiliki segmen tersendiri. Situasi pandemi covid-19 tahun 2020 memberikan gambaran bahwa dalam kontraksi ekonomi, pertumbuhan pembiayaan syariah lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit bank konvensional. Kondisi ini perlu diperdalam dengan memehami hubungan antara kredit dan pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan ada tidaknya hubungan antara kinerja kredit dan pembiayaan syariah pada tahun 2019-2020, yang juga memberikan gambaran kondisi ekonomi normal dan saat pandemi covid-19. Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif statistik inferensia dengan metode pengumpulan data sekunder dari laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS) dan statistik perbankan Indonesia (SPI) dari otoritas Jasa Keuangan. Penelitian menghasilkan informasi bahwa pada taraf kepercayaan 95% (α=5%), ada hubungan kuat searah (+0,60) antara kinerja kredit bank konvensional dengan pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2019-2020. Hasil tersebut menjelaskan bahwa kredit dan pembiayaan memiliki segemen tersendiri, yang ditunjukkan bahwa kenaikan kredit dan pembiayaan berada pada satu arah. Indikator non performing loan (NPL) kredit perbankan konvensional pada 2019-2020 menunjukkan nilai yang cenderung meningkat, sedangkan non performing financing pembiayaan perbankan syariah menunjukkan nilai yang cenderung menurun. Nilai kredit menunjukkan tren meningkat, namun menurun saat masa pandemi covid-19, sedangkan nilai pembiayaan syariah menunjukkan tren tumbuh positif bahkan saat masa pandemi covid-19. Manajemen bank syariah dan bank konvensional bersama pemerintah, otoritas keuangan, dan seluruh pemangku kepentingan industri keuangan perlu meningkatkan sinergi dan perumusan strategi, kebijakan, dan program untuk meningkatkan akses keuangan yang setara dan inklusif, menjaga kinerja keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Kata kunci : kinerja kredit, pembiayaan syariah, perbankan nasional PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi nasional menjadi salah satu indikator penting, sekaligus yang utama dalam menggambarkan keberhasilan kebijakan ekonomi pemerintah dan efek optimalisasi bagi para pelaku ekonomi, rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Dalam perspektif ekonomi makro dengan pendekatan pengeluaran agregat (aggregat expenditure), tingkat perekonomian nasional dipengaruhi oleh

empat komponen yaitu tingkat pengeluaran rumah tangga (konsumsi/consumption), pengeluaran perusahaan (investasi/investment), pengeluaran pemerintah (belanja pemerintah/government expenditure), dan nilai bersih atas ekspor-impor (Mankiw, 2013).

Dinamika aktivitas dari seluruh komponen pengeluaran pelaku ekonomi memerlukan keberadaan lembaga keuangan baik berbentuk bank maupun

Page 2: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

69

lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan perbankan mengelola sekitar 94,4% aset keuangan nasional (Irmayanto, 2011) yang mencapai Rp8.000 triliun pada tahun 2018 (www.beritagar.id, diakses 16 Februari 2021). Bank adalah lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit atau pembiayaan, tabungan, jasa pembayaran, dan fungsi keuangan lain secara profesional. Dalam UU 7/1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Perbankan nasional dibagi menjadi dua berdasarkan prinsip pengelolaan keuangannya yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank konvensional menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito serta memberikan kredit dalam jangka pendek dan panjang dengan sistem bunga/interest. Bank syariah merupakan lembaga bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah atas akadnya serta non ribawi dengan pola bagi hasil (Irmayanto, 2011). Karakteristik utama bank syariah adalah muamalah yang dilakukan menghindari penyebab haramnya harta, yaitu tidak ada unsur zalim, gharar (tidak jelas), dan riba (Tarmizi, 2017).

Kondisi yag dihadapi saat ini, tepatnya sejak Maret 2020, Indonesia dan dunia menghadapi pandemi covid-19 yang mempengaruhi dan menekan aktivitas di berbagai bidang. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,02% (www.bps.go.id, diakses 19 Februari 2021), mendekati target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%. Kondisi tersebut merupakan

periode sebelum terjadinya pandemi covid-19. Pada masa pandemi covid-19, kinerja ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,2%, dengan kondisi kinerja ekonomi pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,97%, triwulan II 2020 terkontraksi sebesar -5,32%, triwulan III 2020 kembali terkontraksi sebesar -3,49% (www.kemenkeu.go.id, diakses 19 Februari 2021), dan kontraksi ekonomi pada triwulan IV 2021 sebesar -2,19% (www.kontan.co.id, diakses 19 Februari 2021). Nilai kontraksi ekonomi sebesar -2,19% pada masa pandemi covid-19 setara dengan kehilangan pendapatan nasional sebesar Rp348 triliun, dengan asumsi pendapatan nasional Rp15.833 triliun (Formanto, 2021).

Upaya pemulihan ekonomi nasional yang digagas oleh pemerintah menjadi strategi makro yang diharapkan mampu membangkitkan dan mengembalikan kondisi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan moneter dan fiskal dirumuskan pemerintah dan otoritas keuangan untuk memberikan stimulus bagi para pelaku ekonomi. Pemerintah juga mendorong pemulihan investasi dunia usaha dengan perbaikan akses sektor keuangan, stimulus, serta pengembangan ekonomi, dan termasuk keuangan syariah Lembaga perbankan, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah memiliki peran penting dalam kebijakan tersebut. Karakteristik khusus perbankan konvensional dan perbankan syariah yang menyebabkan terbentuknya segmen pasar tersendiri mendorong keterlibatan kedua lembaga tersebut dalam rangkaian pemulihan ekonomi nasional.

Pendapatan utama perbankan adalah pendapatan bunga dari kredit pada perbankan konvensional atau bagi hasil dari pembiayaan perbankan

Page 3: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

70

syariah. Produk kredit perbankan konvensional meliputi kredit investasi, kredit modal kerja, konsumtif, valas, kredit usaha rakyat, dan lainnya (Irmayanto, 2011). Produk pembiayaan pada bank umum syariah antara lain akad mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna’, ijarah, dan qardh (OJK, 2021). Dua produk utama yang dijalankan, yaitu pembiayaan dengan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah serta pembiayaan dengan prinsip jual beli atau murabahah (Setyaji dan Musharoh, 2018).

Risiko perbankan antara lain risiko likuiditas, kredit/pembiayaan, pasar, tingkat bunga, pendapatan, dan keamanan (Irmayanto, 2011). Manajemen risiko merupakan strategi manajemen dalam mengidentifikasi, menganalisis, menilai, menangani, mengkomunikasikan, dan mengendalikan segala bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi pada masa mendatang yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dengan dampak baik secara finansial maupun non finansial melalui keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini secara sistematis dan komprehensif (Fahmi, 2014).

Risiko kredit dan pembiayaan bermasalah menjadi perhatian Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga sistem keuangan syariah yang sehat. Indikator non performing loan (NPF) yang dijadikan standar bagi pembiayaan dan kredit bermasalah dalam bank dan lembaga keuangan bukan bank secara umum ditetapkan pada maksimal 5%. Pemantauan OJK pada risiko pembiayaan bermasalah perlu ditindaklanjuti oleh manajemen perbankan syariah dengan manajemen risiko, langkah perbaikan, peningkatan efisiensi, dan good governance (Aldin, 2016).

Pentingnya peran perbankan dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi nasional serta memberikan akses lembaga keuangan inklusif khususnya pada fungsi kredit dan pembiayaan, menyebabkan perlunya pendalaman dan kajian atas karakteristik fungsi tersebut dengan membandingkan kondisi perbankan konvensional dan perbankan syariah. Pendalaman tersebut akan memberikan informasi penting tentang karakteristik kredit perbankan konvensional dan pembiayaan perbankan syariah pada periode waktu tertentu baik saat ekonomi normal maupun kontraksi ekonomi sehingga meningkatkan efektivitas pengembangan sektor keuangan dan sektor lain, serta kebijakan ekonomi pemerintah. Pemahaman karakteristik kredit dan pembiayaan juga memungkinkan rumusan strategi dan program yang efektif dan efisien dalam industri perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan ada tidaknya hubungan antara kinerja kredit dan pembiayaan syariah pada tahun 2019-2020, yang juga memberikan gambaran kondisi dan karakteristik kredit dan pembiayaan pada saat ekonomi normal dan saat kontraksi ekonomi masa pandemi covid-19.

LANDASAN TEORI Industri Perbankan Nasional

Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu negara yang memiliki peran dalam menyediakan jasa di bidang keuangan oleh lembaga-lembaga keuangan penunjang lainnya misalnya pasar modal dan pasar uang. Sistem keuangan Indonesia dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktiknya, lembaga keuangan perbankan memiliki peran sanhat

Page 4: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

71

dominan. Perbankan nasional mengelola sekitar 94,4% aset keuangan nasional (Irmayanto, 2011) yang mencapai Rp8.000 triliun pada tahun 2018 (www.beritagar.id, diakses 16 Februari 2021).

Bank adalah suatu usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan pinjaman/kredit dan atau bentuk lainnya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Irmayanto, 2011). Fungsi perbankan syariah, sebagaimana perbankan konvensional, adalah melakukan intermediasi antara pihak surplus dana dengan pihak yang defisit dana melalui penghimpunan dana dan penyaluran kredit atau pembiayaan, yang mampu meningkatkan aktivitas ekonomi (Mankiw, 2013). Peran bank tersebut sangat penting dalam perekonomian karena memfasilitasi bagian pelaku ekonomi yang surplus dana ke bagian pelaku ekonomi yang defisit dana, termasuk dalam meningkatkan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi, dan membantu kebijakan moneter pemerintah.

Klasifikasi perbankan nasional berdasarkan prinsip pengelolaan keuangannya yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito serta memberikan kredit dalam jangka pendek dan panjang dengan sistem bunga/interest. Bank konvensional sangat dinamis karena sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan inflasi. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah merupakan lembaga bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah atas akadnya serta non ribawi dengan pola bagi hasil (Irmayanto, 2011), yang menyebabkan bank syariah

relatif stabil dalam kinerjanya walaupun pangsa pasar dalam aset keuangan nasional hanya sekitar 7%. Karakteristik utama bank syariah adalah muamalah yang dilakukan menghindari penyebab haramnya harta, yaitu tidak ada unsur zalim, gharar (tidak jelas), dan riba (Tarmizi, 2017).

Bank konvensional memiliki rekam jejak dan periode operasional yang lebih lama daripada bank syariah, karena pada dasarnya bank konvensional di Indonesia adalah nasionalisasi dari bank di masa penjajahan. Otoritas Jasa Keuangan (2021) melaporkan bahwa jumlah bank konvensional di Indonesia sebanyak 110 bank, yang terbagi atas 4 bank BUMN, 42 bank devisa, 18 bank non devisa, 27 BPD, 11 bank campuran, dan 8 bank asing. Berdasarkan modal inti, bank konvensional dibagi menjadi BUKU 1 (< Rp1 triliun) sebanyak 12 bank, BUKU 2 (Rp1 triliun - Rp 10 triliun) sebanyak 62 bank, BUKU 3 (Rp10 triliun – Rp50 triliun) sebanyak 29 bank, dan BUKU 4 (> Rp50 triliun) sebanyak 7 bank.

Perbankan syariah merupakan salah satu bagian penting dari sistem perbankan nasional. Keberadaan perbankan syariah semakin berkembang di Indonesia seiring dengan kebijakan pemerintah dalam ekonomi dan keuangan syariah serta pemahaman peningkatan masyarakat atas gaya hidup halal. Hingga akhir tahun 2020, tercatat sebanyak 14 bank umum syariah dan 20 unit usaha syariah yang berkiprah dalam ekonomi dan keuangan syariah (OJK, 2021). Pemerintah secara serius mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia untuk berkontribusi dan menopang pertumbuhan ekonomi (www.kompas.com, diakses 19 Februari 2021).

Kementerian Keuangan menilai kinerja perbankan syariah di Indonesia relatif stabil di masa pandemi covid-19,

Page 5: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

72

dibandingkan dengan perbankan konvensional terutama pada masa krisis, misalnya pada tahun 2008. Intermediasi perbankan konvensional secara umum cenderung mengalami penurunan, tetapi kinerja perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional. Periode Januari hingga September 2020, aset bank syariah tumbuh 10,97%, lebih tinggi daripada perbankan konvensional yang hanya tumbuh 7,77%. Dana pihak ketiga perbankan syariah tumbuh 11,65%, sedikit di atas perbankan konvensional yang sebesar 11,49%. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah tumbuh 9,42%, jauh lebih tinggi daripada perbankan konvensional yang hanya tumbuh 0,55% (www.tempo.co, diakses 19 Februari 2021). Risiko Pembiayaan

Fungsi utama perbankan adalah penyaluran kredit pada bank konvensional atau pembiayaan pada bank syariah. Aktivitas penyeluran kredit dan pembiayaan sekaligus menjadi sumber pendapatan utama bagi bank konvensional dan bank syariah. Aktivitas ini memegang peran penting dalam investasi dan pengembangan dunia usaha. Keberlangsungan aktivitas kredit atau pembiayaan sangat dipengaruhi kondisi ekonomi, sosial, teknologi, hukum, kebijakan pemerintah, dan kebijakan perbankan.

Industri perbankan memiliki peran penting sebagai intermediasi sekaligus katalisator aktivitas ekonomi suatu negara. Perbankan memfasilitasi dan menyediakan pasar keuangan bagi kebutuhan konsumsi, produksi, investasi, dan distribusi dari pelaku ekonomi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah (Mankiw, 2013). Pentingnya peran perbankan dalam ekonomi mengharuskan pemerintah, otoritas

keuangan, dan setiap elemen dalam sistem lembaga keuangan nasional menerapkan manajemen risiko dan tata kelola yang baik.

Risiko adalah segala bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi pada masa mendatang yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dengan dampak baik secara finansial maupun non finansial. Dalam bisnis, risiko adalah suatu hal yang bersifat murni, menyatu dengan bisnis dan spekulatif, yang tergantung pada tingkat aktivitas yang dilakukan dalam bisnis (Fahmi, 2014). Risiko perbankan antara lain risiko likuiditas, kredit/pembiayaan, pasar, tingkat bunga, pendapatan, dan keamanan (Irmayanto, 2011).

Profil risiko kredit dan pembiayaan dalam perbankan terkait dengan proses identifikasi, analisis, dan penilaian risiko dalam manajemen risiko. Informasi yang jelas dan akurat disertai pemahaman yang baik atas profil risiko pembiayan dalam manajemen risiko perbankan syariah akan mampu memitigasi risiko dan menentukan kesehatan perbankan syariah dan sistem keuangan. Profil risiko kredit atau pembiayaan ditunjukkan dengan indikator tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing/NPF. Tingkat non performing loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap loan to deposit ratio kinerja kesehatan bank (Fitria dan Sari, 2012). Utami dan Muslikhati (2019) menyatakan bahwa indikator non performing financing (NPF) mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat likuiditas dan kesehatan pada perbankan syariah.

Peningkatan aktivitas kredit dan pembiayaan oleh perbankan konvensional dan perbankan syariah tidak lepas dari kebijakan internal bank

Page 6: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

73

dan kebijakan moneter yang ditetapkan oleh otoritas keuangan. Peningkatan aktivitas tersebut, pengaruhi juga oleh kondisi eksternal seperti pandemi covid-19, teknologi, sosial dan lainnya. Faktor internal dan eksternal sangat berkaitan dengan indikator non performing loan dan non performing financing (NPF) yang menggambarkan kondisi pembiayaan bermasalah dalam perbankan.

Karakteristik pembiayaan bermasalah perbankan syariah berbeda dengan kredit bermasalah perbankan konvensional. Laju pertumbuhan pembiayaan bermasalah bank syariah atau non performing financing (NPF) tidak separah bank konvensional rendah (www.kontan.co.id, diakses 19 Februari 2021). Kondisi ini semakin jelas terutama saat kondisi tekanan ekonomi, fluktuasi suku bunga, atau krisis ekonomi. Otoritas Jasa Keuangan (2021) menyatakan per Juli 2020 total NPF bank umum syariah (BUS) berada pada level 3,31%, menurun 5 basis poin (bps) dari bulan sebelumnya, sedangkan NPF unit usaha syariah (UUS) berada di level 3,38% naik 36 bps secara tahunan. Kondisi tersebut disebabkan oleh prinsip muamalah syariah yang menempatkan bank sebagai mitra baik bagi pemilik dana maupun pengguna dana, manajemen pembiayaan yang baik, selain itu, bank syariah relatif belum memiliki segmen korporasi yang besar sehingga risiko NPF lebih kecil, dan karakter nasabah yang relatif berisiko rendah. Perbankan syariah memiliki fluktuasi non performing financing yang relatif rendah dan lebih baik pada kondisi peningkatan pertumbuhan pembiayaan (www.bisnis.com, diakses 19 Februari 2021) dan saat kondisi krisis ekonomi.

Produk kredit perbankan konvensional meliputi kredit investasi, kredit modal kerja, konsumtif, valas, kredit usaha rakyat, dan lainnya

(Irmayanto, 2011). Produk pembiayaan pada bank umum syariah antara lain akad mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna’, ijarah, dan qardh (OJK, 2021).

Akad-akad utama dalam perbankan syariah adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna’, ijarah, dan qardh (OJK, 2021). Akad mudharabah adalah perjanjian pembiayaan/penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Akad musyarakah adalah perjanjian pembiayaan/penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. Akad murabahah adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Akad istishna’ adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Akad ijarah adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik obyek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan. Akad qardh adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan

Page 7: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

74

dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19

Potensi perlambatan bahkan kontraksi ekonomi global akibat pandemi covid-19 sebenarnya telah diungkap dalam suatu artikel di New York Times pada 23 Januari 2020 berjudul “How China's Virus Outbreak Could Threaten the Global Economy”. Dalam artikel tersebut, menyatakan bahwa virus corona diperkirakan berpotensi menyebabkan krisis ekonomi global, walaupun belum dirinci bagaimana kondisi pandemi tersebut akan mempengaruhi ekonomi global (Stevenson, 2020). Indonesia bersama negara-negara lain di dunia menghadapi dampak yang sangat luas dan signifikan pada berbagai sektor, seperti ekonomi, politik, sosial, teknologi, kesehatan, dan aspek lain. Dampak tersebut bahkan lebih besar daripada perang dunia, perang dagang, embargo, atau hal lain yang pernah terbayangkan oleh negara-negara di dunia.

Bagi Indonesia, pandemi covid-19 yang secara resmi dinyatakan pada 2 Maret 2020, menjadi ujian berat terutama dalam bidang ekonomi. Pada periode sebelum pandemi covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02% dari target 5,3%

(www.bps.go.id, diakses 19 Januari 2021). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 akibat pandemi covid-19, mengalami kontraksi sebesar 2,2%, yang terinci pada triwulan I 2020 sebesar 2,97%, triwulan II 2020 sebesar -5,32%, triwulan III 2020 sebesar -3,49% (www.kemenkeu.go.id, diakses 19 Januari 2021), dan triwulan IV 2021 sebesar -2,19% (www.kontan.co.id, diakses 19 Januari 2021).

Upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi di masa pandemi covid-19 dilakukan dengan melakukan realokasi anggaran, menyediakan anggaran pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp695 triliun pada tahun 2020 yang akan dilanjutkan pada tahun 2021, vaksinasi, perbaikan akses keuangan, stimulus, serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Berbagai upaya tersebut dirumuskan dan terus diukur efektivitasnya untuk mampu memulihkan pertumbuhan ekonomi dan menghindarkan Indonesia dari kondisi krisis. Peran berbagai pihak, termasuk perbankan nasional terkait dengan fasilitasi akses keuangan sangat diperlukan untuk menjaga momentum kebangkitan ekonomi dan keuangan nasional. Kerangka penelitian

Penelitian dilakukan dengan kerangka penelitian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut.

Page 8: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

75

Gambar 1 Kerangka penelitian Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti sebagai dugaan atau jawaban sementara atas masalah penelitian yang diteliti (Sumarwan et al., 2014). Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut Hipotesis deskriptif

H0 : tidak terdapat hubungan antara kinerja kredit perbankan konvensional

dan pembiayaan syariah nasional pandemi covid-19 tidak berbeda nyata dengan masa sebelumnya

Ha : terdapat hubungan antara kinerja kredit perbankan konvensional dan pembiayaan syariah nasional

Hipotesis statistik H0 : ρ = 0 Ha : ρ ≠ 0

METODE Penelitian dilakukan pada kurun

waktu November 2020 – Februari 2021. Penelitian menggunakan desain penelitian konklusif korelasional yaitu

ditujukan untuk mengetahui karakteristik masalah berupa ada atau tidaknya hubungan/korelasi antara dua variable atau lebih. Penelitian korelasional menekankan pada penentuan tingkat hubungan yang dapat juga digunakan untuk melakukan prediksi suatu kondisi (Gulo, 2002). Metode pengumpulan data dilakukan dengan penggunaan data sekunder, yaitu data kredit dan non performing loan (NPL) bank konvensional yang diperoleh Statistik Perbankan Indonesia (SPI) serta data pembiayaan dan non performing financing (NPF) yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dikeluarkan secara bulanan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Periode data yang digunakan dalam penelitian adalah 2019 – 2020 dengan jumlah sebanyak 24 data.

Analisis dan pengolahan data dilakukan secara statistik dengan uji-t untuk menguji hipotesis dan uji korelasi untuk mengetahui ada tidaknya dan tingkat hubungan antar variabel. Jumlah kredit bank konvensional secara bulanan dinyatakan sebagai variabe X1, sedangkan jumlah pembiayaan bank

Aktivitas ekonomi

Perbankan konvensional

Perbankan syariah

Kredit dan risiko kredit (NPL)

Pembiayaan dan risiko

pembiayaan (NPF)

Statistik Perbankan

Indonesia - OJK

Statistik Perbankan

Syariah - OJK

o Uji korelasi o Uji-t

Hubungan kredit dan pembiayaan

Page 9: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

76

syariah secara bulanan dinyatakan sebagai variabel X2. Perhitungan nilai thitung dilakukan menggunakan rumus berikut.

t hitung = !√#$%

&'$(!)*

Penentuan nilai ttabel adalah nilai pada tabel t dengan α/2 = 0,025 (dua arah) dan derajat bebas (db) = n-2 Ketentuan uji-t untuk pengujian korelasi (Siregar, 2015) : • Jika, - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel à

terima H0 • Jika, t hitung < - t tabel atau t hitung

> t tabel à tolak H0

Koefisien Korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat menentukan arah dari kedua variabel. Nilai korelasi (r) = (-1≤ r ≤ 1). Kekuatan dan keberadaan korelasi ditunjukkan dengan kedekatannya dengan 1 atau -1. Arah korelasi dinyatakan dengan tanda positif (searah/berbading lurus) dan negatif (berbanding terbalik). Nilai r = -1 ; artinya korelasi negatif sempurna yang menyatakan hubungan sangat kuat bertolak belakang antara variabel pertama dan variabel kedua. Nilai r = +1 ; artinya korelasi positif sempurna yang menyatakan hubungan sangat kuat searah/berbanding lurus antara variabel pertama dan variabel kedua.

Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan Pearson Product Moment

r = # ∑-.$∑-∑.

&[# ∑-*$(∑-)*][#∑.*$(∑.)*]

Kriteria kekuatan hubungan antara variabel berdasarkan koefisien korelasi (r) ditunjukkan pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Koefisien korelasi dan Tingkat Korelasi PEMBAHASAN

Pertumbuhan ekonomi nasional di era globalisasi dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain kondisi ekonomi, sosial, politik, teknologi, regulasi, dan lingkungan. Faktor tersebut juga memengaruhi kondisi industri suatu negara, termasuk industri perbankan. Kondisi ekonomi nasional dan global dapat mendorong atau menekan kinerja industri perbankan nasional yang selanjutnya memengaruhi kembali pada kondisi ekonomi.

Indikator kinerja perbankan salah satunya dilihat dari tingkat penyaluran kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha dan masyarakat. Penyaluran kredit perbankan konvensional dan pembiayaan oleh perbankan syariah memiliki peran dalam mobilisasi investasi, meningkatkan investasi dan konsumsi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Upaya manajemen bank, pemerintah, dan otoritas keuangan dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sangat diperlukan, termasuk

Koefisien Korelasi (r) Tingkat Korelasi

0,00 – 0,19 Korelasi Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Korelasi Rendah

0,40 – 0,59 Korelasi Sedang/Cukup

0,60 – 0,79 Korelasi Kuat

0,80 – 1,00 Korelasi Sangat Kuat

Page 10: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

77

memitigasi risikonya demi kesehatan bank dan sistem keuangan nasional.

Kinerja kredit perbankan nasional pada periode 2019-2020 berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan ditunjukkan pada gambar 2. Kinerja pada periode tersebut menggambarkan juga masa sebelum pandemi covid-19 yaitu Januari 2019 hingga Maret 2020, dan masa saat pandemi covid-19 mulai April – Desember 2020.

Gambar 2 Kinerja kredit perbankan konvensional tahun 2019-2020 Berdasarkan gambar 2, secara

umum kinerja kredit pada periode Januari 2019 – Desember 2020 menunjukkan tren meningkat dengan beberapa pergerakan. Kinerja penyaluran kedit terendah terjadi pada Januari 2019 yaitu Rp5.186 triliun, sedangkan penyaluran kredit tertinggi terjadi pada Maret 2020 yaitu sebesar Rp5.712 triliun. Kinerja penyaluran kredit menurun mulai April 2020 hingga Desember 2020, walaupun masih lebih tinggi daripada awal tahun 2019.

Pada April 2020 penyaluran kedit sebesar Rp5.609 triliun, turun Rp102 triliun atau setara turun 1,8% dari kinerja kredit Maret 2020. Kondisi tersebut seiring dengan pengaruh kondisi pandemi covid-19 yang dinyatakan pada Maret 2020. Penurunan tersebut menjadi tren hingga Desember 2020 yang mencapai Rp5.397 triliun. Kontraksi ekonomi akibat pandemi covid-19 mempengaruhi kinerja penyaluran kredit perbankan konvensional di Indonesia.

Kondisi berbeda terjadi pada kinerja pembiayaan perbankan syariah. Kinerja pembiayaan syariah menunjukkan tren meningkat atau tumbuh positif. Dalam periode Januari 2019 hingga Desember 2020, kinerja pembiayaan perbankan syariah terendah pada Januari 2019 sebesar Rp317 triliun, dan kinerja pembiayaan syariah tertinggi terjadi pada Desember 2020 sebesar Rp383 triliun. Kontraksi ekonomi pada masa pandemi covid-19 relatif tidak mempengaruhi kinerja pembiayaan perbankan syariah. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain (1) pola akad atau kontrak pembiayaan syariah didasarkan ada bagi hasil dan kemitraan bukan bunga/interest, sehingga fluktuasi sistem keuangan konvensional yang berbasis bunga/interest tidak memberikan pengaruh (Tarmizi, 2017), (2) risiko pembiayaan dan determinannya pada perbankan syariah di Indonesia lebih dipengaruhi oleh kondisi dan kebijakan internal bank syariah (Budiman et al., 2018), (3) pembiayaan diberikan pada debitur yang memiliki jenis dan risiko bisnis yang terkendali, bukan didasarkan semata pada kemampuan pembayaran bunga. Kinerja pembiayaan perbankan syariah pada periode Januari 2019-Desember 2020 ditunjukkan pada gambar 3.

Page 11: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

78

Gambar 3 Kinerja pembiayaan perbankan syariah tahun 2019-2020

Risiko kredit perbankan konvensional ditunjukkan oleh indikator non performing loan (NPL). Pada periode Januari 2019 hingga Desember 2020, NPL menunjukkan tren meningkat dengan beberapa pergerakan di dalamnya. Indikator NPL terendah terjadi pada Juni 2019 sebesar 2,50%, sedangkan NPL tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2020 sebesar 3,22%. Kondisi ini menguatkan kondisi

mulainya kontraksi ekonomi akibat pandemi covid-19 yaitu pada Maret 2020. Pada periode April 2020, NPL menunjukkan peningkatan yang signifikan hingga Desember 2020. Pada masa pandemi covid-19, tingkat kredit macet meningkat yang berkaitan juga dengan peningkatan risiko kredit perbankan konvensional. Indikator NPL periode Januari 2019-Desember 2020 ditunjukkan pada gambar 4 berikut.

Gambar 4 Indikator NPL periode Januari 2019-Desember 2020

Page 12: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

79

Indikator non performing financing (NPF) perbankan syariah yang menggambarkan risiko pembiayaan syariah pada periode Januari 2019 – Desember 2020 menunjukkan tren menurun dengan beberapa pergerakan. Nilai NPF tertinggi terjadi pada April 2019 sebesar 3,58%, sedangkan NPF terendah terjadi pada Desember 2020

sebesar 3,13%. Karakteristik NPF pada periode tersebut, berbeda dengan NPL dalam hal tren yang menurun dan tingkat penurunan yang signifikan pada masa pandemi covid-19 periode April-Desember 2020. Indikator NPF perbankan syariah periode Januari 2019 – Desember 2020 ditunjukkan pada gambar 5 berikut.

Gambar 5 Indikator NPF periode Januari 2019 – Desember 2020 Korelasi atau hubungan antar

variabel dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu hubungan simetris, sebab akibat, dan interaktif (Siregar, 2015). Hubungan simetris yaitu hubungan yang menyatakan sifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih tetapi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat atau saling mempengaruhi. Hubungan sebab akibat (causal) adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat memengaruhi antara variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat). Hubungan interaktif adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat saling memengaruhi dimana kedudukan variabel bebas dan terikat dapat saling bergantian.

Perhitungan koefisien korelasi untuk menentukan ada tidaknya serta

kekuatan hubungan antar variabel, yaitu kinerja penyaluran kredit dan pembiayaan syariah pada periode 2019-2020 ditunjukkan pada tabel 2. Nilai koefisien korelasi ditunjukkan oleh nilai multiple R sebesar 0,604. Nilai tersebut berada pada kisaran 0,60-0,79 yang menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Nilai positif menunjukkan hubungan searah, berbanding lurus antara variabel. Tabel 2 Perhitungan koefisien korelasi

Regression StatisticsMultiple R 0,604573385R Square 0,365508978Adjusted R Square 0,336668477Standard Error 100335,9198Observations 24

Page 13: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

80

Pengujian hipotesis dengan uji-t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara kinerja kredit perbankan konvensional dan pembiayaan syariah. Hasil pengujian hipotesis dapat digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel yang ada bersifat signifikan dan memprediksi apakh hubungan antar variabel tersebut bersifat substitusi atau tidak.

Hasil pengujian hipotesis uji-t untuk taraf kepercayaan 95% (α=5%) menunjukkan nilai thitung sebesar 3,559. Nilai ttabel dengan derajat bebas 22 dan α/2 (dua arah) sebesar 2,074. Nilai thitung sebesar 3,559 > ttabel 2,074; sehingga dinyatakan tolak H0 dan terima Ha yang artinya terdapat hubungan nyata antara kinerja kredit perbankan konvensional dan pembiayaan perbankan syariah nasional. Perhitungan uji-t ditunjukkan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 Pengujian hipotesis

Berdasarkan hasil uji-t yang menyatakan adanya hubungan nyata antara kinerja kredit perbankan konvensional dan pembiayaan perbankan syariah, serta diperkuat dengan nilai koefisien korelasi sebesar +0,604 yang menyatakan bahwa hubungan yang terjadi termasuk hubungan kuat dan searah, maka dapat disimpulkan bahwa pada periode Januari 2019 – Desember 2020, kredit dan pembiayaan menunjukkan hubungan simetris yang nyata. Secara statistik, kenaikan kredit dan pembiayaan berlangsung searah. Hal ini mengindikasikan bahwa pada periode tersebut tidak terjadi sifat substitusi antara kredit perbankan konvensional dan pembiayaan perbankan syariah. Hal ini dapat dipahami bahwa pasar kredit dan pasar pembiayaan memiliki karakteristik yang berbeda atau memiliki segmen pasar tersendiri, selain itu hubungan searah tersebut menunjukkan bahwa pasar kredit dan pembiayaan masih terbuka luas yang artinya belum terakses oleh perbankan. Karakteristik dari NPL dan NPF pada periode tersebut

juga menunjukkan bahwa NPF memiliki ketahanan dalam berbagai kondisi ekonomi disebabkan pola bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan perbankan syariah, walaupun secara rata-rata, tingkat NPL (2,82%) lebih rendah daripada rata-rata NPF (3,37).

Berdasarkan hasil penelitian ini, sifat persaingan dan substitusi antara kredit dan pembiayaan tidak dapat ditemukan karena hubungan simetris searah. Manajemen bank syariah dan bank konvensional bersama pemerintah, otoritas keuangan, dan seluruh pemangku kepentingan industri keuangan perlu meningkatkan sinergi dan perumusan strategi, kebijakan, dan program untuk meningkatkan akses keuangan yang setara dan inklusif, menjaga kinerja keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. PENUTUP Kesimpulan

Penelitian menghasilkan informasi bahwa pada taraf kepercayaan 95% (α=5%), ada hubungan kuat searah

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Intercept 4152759,616 371977,1959 11,16401667 1,57028E-10 3381326,128 4924193,105X Variable 1 3,762282855 1,056826802 3,559980545 0,001752467 1,570558212 5,954007497

Page 14: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

81

(+0,60) antara kinerja kredit bank konvensional dengan pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2019-2020. Hasil tersebut menjelaskan bahwa kredit dan pembiayaan memiliki segemen tersendiri, yang ditunjukkan bahwa kenaikan kredit dan pembiayaan berada pada satu arah. Indikator non performing loan (NPL) kredit perbankan konvensional pada 2019-2020 menunjukkan nilai yang cenderung meningkat, sedangkan non performing financing pembiayaan perbankan syariah menunjukkan nilai yang cenderung menurun. Nilai kredit menunjukkan tren meningkat, namun menurun saat masa pandemi covid-19, sedangkan nilai pembiayaan syariah menunjukkan tren tumbuh positif bahkan saat masa pandemi covid-19. Manajemen bank syariah dan bank konvensional bersama pemerintah, otoritas keuangan, dan seluruh pemangku kepentingan industri keuangan perlu meningkatkan sinergi dan perumusan strategi, kebijakan, dan program untuk meningkatkan akses keuangan yang setara dan inklusif, menjaga kinerja keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Rekomendasi

Rekomendasi yang disampaikan dari penelitian antara lain:

1. Perlunya penelitian tentang pengembangan literasi ekonomi dan keuangan syariah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat, peningkatan ekonomi umat, dan pengembangan ekonomi syariah nasional

2. Pemerintah dan otoritas keuangan perlu me

3. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang peran lembaga perbankan secara rasional, termasuk karakteristik perbankan syariah yang mengedepankan prinsip muamalah

syariah, nonribawi, kemitraan, tolong-menolong, adil dan transparan.

DAFTAR PUSTAKA Aldin, IU. 2016. Rasio Pembiayaan

Macet Tinggi, Bank Muamalat Sebut Hanya 4,6%. https://katadata.co.id/febrinaiskana/finansial/5e9a4c4ad83a5/rasio-pembiayaan-macet-tinggi-bank-muamalat-sebut-hanya-46. Diakses 19 Februari 2021.

Budiman R, NA Achsani, dan R Ismal. 2018. Risiko Pembiayaan dan Determinannya pada Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis Vol. 4 No. 1:151-159. DOI: http://dx.doi.org/10.17358/jabm.4.1.151

Fahmi, I. 2014. Studi Kelayakan Bisnis dan Keputusan Investasi. Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media

Fitria, N dan RL. Sari. 2012. Analisis Kebijakan Pemberian Kredit dan Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Loan to Deposit Ratio pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Rantau, Aceh Tamiang ( periode 2007-2011) Jurnal Ekonomi dan Keuangan vol 1(1):88-101

Formanto, B. 2021. Permodalan Syariah Musyarakah:Suatu Pengantar. Materi Presentasi dalam Diskusi Ilmiah Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Mitra Karya. Bekasi:Umika

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Irmayanto, J. 2011. Bank dan Lembaga

Keuangan. Jakarta:Penerbit Universitas Trisakti

Page 15: HUBUNGAN KINERJA KREDIT BANK KONVENSIONAL DAN …

82

Mankiw, N. G. 2013. Macroeconomics. New York : Worth Publisher

OJK. 2021. Statistik Perbankan Syariah. Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan

Setyaji, A.K. dan Musaroh. 2018. Analisis Faktor Penjelas Pendapatan Margin Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi : 559-568. Yogyakarta:Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Siregar, S. 2015. Statistika Terapan. Jakarta:Prenadamedia Group

Stevenson, A. 2020. How China's Virus Outbreak Could Threaten the Global Economy. https://www.nytimes.com (diakses 16 Februari 2021)

Sumarwan, U. A, Daryanto.dan N,A, Achsani. 2014. Metode Riset Bisnis dan Konsumen. Bogor:PT Penerbit IPB Press

Tarmizi, E. 2017. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor:PT Berkat Mulia Insani

Utami, M. S. M. dan Muslikhati. 2019. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) terhadap Likuiditas Bank Umum Syariah (BUS) Periode 2015-2017. FALAH : Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4 (1):33-43.

www.beritagar.id. Jumlah Bank di Indonesia Terlalu Banyak. www.beritagar.id/artikel/berita/jumlah-bank-di-indonesia-terlalu-banyak. Diakses 17 Februari 2021.

www.bisnis.com. Pembiayaan Bank Syariah Tumbuh Dua Digit, NPF Turun. www.finansial.bisnis.com/read/20190908/90/1145736/pembiayaan-

bank-syariah-tumbuh-dua-digit-npf-turun. Diakses 19 Februari 2021.

www.kontan.co.id. Non performing financing (NPF) bank syariah lebih baik dari bank konvensional. www.kontan.co.id/news/non-performing-financing-npf-bank-syariah-lebih-baik-dari-bank-konvensional. Diakses 19 Februari 2021.

www.bps.go.id. Ekonomi Indonesia 2019 Tumbuh 5,02 Persen. www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-2019-tumbuh-5-02-persen.html. Diakses 19 Februari 2021

www.kemenkeu.go.id. Menkeu:Triwulan III, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tunjukkan Perbaikan Signifikan. www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-triwulan-iii-2020-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-tunjukkan-perbaikan-signifikan/.Diakses 19 Februari 2021

www.kompas.com. Kembangkan Ekonomi Syariah, Pemerintah Akan Bentuk Direktorat Khusus Halal di Kementerian. www.kompas.com/read/2020/11/05/10433511/kembangkan-ekonomi-syariah-pemerintah-akan-bentuk-direktorat-khusus-halal-di-kementerian. Diakses 19 Februari 2021.

www.tempo.co. Pandemi, Sri Mulyani Sebut Bank Syariah Relatif Lebih Stabil dari Konvensional. www.tempo.co/read/1418467/pandemi-sri-mulyani-sebut-bank-syariah-relatif-lebih-stabil-dari-konvensional. Diakses 19 Februari 2021