Upload
vuongdat
View
222
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN DENGAN KUNJUNGAN DI BALAI PENGOBATAN GIGI
PUSKESMAS KOTA PEKANBARU
T E S I S
Oleh
SORNAULI SARAGIH 067023017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN DENGAN KUNJUNGAN DI BALAI PENGOBATAN GIGI
PUSKESMAS KOTA PEKANBARU
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SORNAULI SARAGIH 067023017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis : HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN DENGAN KUNJUNGAN DI BALAI PENGOBATAN GIGI PUSKESMAS KOTA PEKANBARU
Nama Mahasiswa : Sornauli Saragih Nomor Pokok : 067023017 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kebijakan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Evawany.Y.Aritonang. MSi) (dr. Achsan Harahap, MPH) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur (Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc) Tanggal lulus : 29 Januari 2009
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji
Pada Tanggal : 29 Januari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Evawany. Y. Aritonang, MSi
Anggota : 1. dr. Achsan Harahap, MPH
2. Prof. drg. Lina Natamihardja, SKM
3. Drs. Tukiman, MKM
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
PERNYATAAN
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN DENGAN KUNJUNGAN DI BALAI PENGOBATAN GIGI
PUSKESMAS KOTA PEKANBARU
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2009 (Sornauli Saragih)
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan peringkat ke-10 penyakit terbanyak di Indonesia. Di kota Pekanbaru sendiri penyakit gigi dan mulut merupakan peringkat ke -6 (enam) dari 10 besar penyakit yang ada. Kesadaran masyarakat untuk berkunjung ke balai pengobatan gigi dan mulut di Puskesmas kota Pekanbaru masih rendah, yang ditandai dengan hanya 6 Puskesmas yang memiliki kunjungan dengan kriteria standar dari 15 Puskesmas yang ada.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien dengan kunjungan di Puskesmas Kota Pekanbaru. Jenis penelitian adalah survai explanatory. Penentuan sampel secara purposive dengan menentukan 2 buah puskesmas sebagai lokasi penelitian yaitu Puskesmas Simpang Tiga dan Puskesmas Langsat. Responden dari masing-masing Puskesmas berjumlah 75 orang dan total responden sebanyak 150 orang. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada 4 (empat) dimensi kepuasan yang memiliki hubungan secara signifikan dengan kunjungan pasien di balai pengobatan gigi puskesmas Kota Pekanbaru yaitu: aspek kehandalan dengan nilai p=0,001, daya tanggap dengan nilai p=0,012, jaminan dengan nilai p=0,000 dan bukti fisik dengan nilai p=0,000 sedangkan yang tidak berhubungan yaitu empati dengan nilai p=0,456.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Pekanbaru untuk melakukan supervisi berkala, tinjauan untuk melihat kebutuhan Puskesmas dan merencanakan anggaran dengan menggunakan daftar tilik sebagai alat pengukur standar. Kepada pengelola Puskesmas disarankan melakukan koordinasi dengan pihak dinas kesehatan tentang berbagai hal yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pelayanan, merevisi ulang job description dan peningkatan supervisi kepada bawahan. Untuk perbaikan kepuasan pasien disarankan kepada kepala puskesmas mengajukan usulan pelatihan dan kursus kepada dokter gigi dan perawat gigi, menegakkan disiplin kerja, melaksanakan kode etik profesi dan standart operating procedure yang berlaku, serta melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pasien, Kunjungan.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT
Dental and oral diseases are still become health problems and one of the ten most diseases in Indonesia. In Pekanbaru, this disease have been ranked of six from the ten existing diseases. The people’s awareness of visiting dental clinic at Health Center in Pekanbaru is still low. It is marked by only 6 from 15 Health Centers which have standard criteria visit .
This explanatory survey is aimed to analyze the relationship between quality service; patient satisfaction and patient’s visit at Health Centers of Pekanbaru. The sampels were purposively taken by choosing 2 Health Centers : Simpang Tiga Health Center and Langsat Health Center as the location of study. The respondents were 75 persons for each Health Center, and the total respondents were 150 persons. Data were analyzed by means of Chi-square test. The result of study showed that there were 4 (four) dimensions of satisfaction which have relationship significantly with patient’s visit to dental clinic at health center of Pekanbaru such as : reliability with p value = 0.001, responsiveness with p value = 0.012, assurance with p value = 0.000 and tangible with p value = 0.000, while the variable empathy had not relationship (p value = 0,456). It is suggested to the Pekanbaru Departement of Health to perform supervision periodically, to review the need of Health Center, and to make budget plan by using visit list as standard measurement tool. To the manager of Health Center, it is suggested to made coordination with Departement of Health concerning various things related to the fulfillment of service need, to revise the job description and to improve the supervision to the subordinates. In order to improve the patient satisfaction, it is suggested that all the heads of Health Centers to make proposal for training and course program for dentists and dental hygienists, to enforce working discipline, to perform professional code of ethic and standard operating procedure and to take care of existing tools and infrastructure. Key words : Service Quality, Patient Satisfaction, Patient Visit
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR........................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP............................................................................................... v DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah........................................................................ 6 1.3. Tujuan Penelitian............................................................................ 6 1.4. Hipotesis ......................................................................................... 6 1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8 2.1. Kunjungan Pasien ........................................................................... 8 2.2. Kualitas Pelayanan Kesehatan ........................................................ 9 2.3. Puskesmas....................................................................................... 18 2.3.1. Fungsi Puskesmas................................................................ 18 2.3.2. Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ............. 19 2.3.3. Tugas/ Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi dan manajerial di Puskesmas............................................... 20 2.4. Pelayanan Poli Gigi ........................................................................ 22 2.5. Kepuasan Pasien ............................................................................ 25 2.6 Landasan Teori ............................................................................... 29 2.7. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 32
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 33 3.1. Jenis Penelitian................................................................................ 33 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 33 3.3. Populasi dan Sampel....................................................................... 33 3.3.1. Populasi ............................................................................... 33 3.3.2. Sampel ................................................................................. 34 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 36 3.5. Variabel Independen Operasional .................................................. 37 3.5.1. Variabel Independen............................................................ 37
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
3.5.2. Variabel Dependen .............................................................. 39 3.6. Metode Pengukuran....................................................................... 39 3.6.1. Variabel Independen........................................................... 39 3.6.2. Variabel Dependen ............................................................. 41 3.7. Metode Analisis Data .................................................................... 42 BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 43 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................ 43 4.2. Karakteristik Pengunjung Poli Gigi ............................................... 45 4.3. Kualitas Pelayanan ........................................................................ 46 4.4. Analisa Statistik.............................................................................. 48
4.4.1. Hubungan Aspek Kehandalan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru....... 48
4.4.2. Hubungan Aspek Daya Tanggap Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru....... 49
4.4.3. Hubungan Aspek Jaminan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan baru..................... 50
4.4.4. Hubungan Empati Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru.......................................... 51
4.4.5. Hubungan Aspek Bukti Fisik Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru...................... 52
BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................... 54 5.1. Kualitas Pelayanan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi Dengan
Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru..................................................................................... 54 5.1.1. Kualitas Sarana/Prasarana Dalam Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru........................................ 54
5.1.2. Kualitas Tenaga Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru........................................ 55
5.1.3. Ketersediaan Pelayanan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru ............................................... 56
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
5.1.4. Kualitas Manajerial Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekan Baru............................................... 57 5.2. Hubungan Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru ............................................................ 59 5.2.1. Hubungan Kehandalan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru................................................ 59
5.2.2. Hubungan Daya Tanggap Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru........................................ 61
5.2.3. Hubungan Jaminan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ................................................. 64
5.2.4. Hubungan Bukti Fisik Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru................................................ 65
5.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 68
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 69 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 69
........................................................................................................ 6.2. Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 4.1. : Distribusi Umur Pengunjung Poligigi di dua Puskesmas
di Kota Pekan Baru ........................................................................... 45 4.2. : Distribusi Jenis Kelamin Pengunjung Poligigi di Dua Puskesmas di Kota Pekanbaru ............................................................................. 45 4.3. : Distribusi Jarak Tempuh Pengunjung Poligigi di dua Puskesmas di Kota Pekan Baru ........................................................................... 46 4.4. : Kualitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Kunjungan Rata-rata Tahun 2008 ........................................................................................ 48 4.5 : Distribusi Kepuasan Kehandalan Dalam Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ...................... 49
4.6 : Distribusi Kepuasan Daya Tanggap Dalam Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ....... 50
4.7 : Distribusi Kepuasan Jaminan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ................................... 51
4.8 : Distribusi Kepuasan Empati Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai
Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ................................... 52 4.9 : Distribusi Komponen Kepuasan Bukti Fisik Dalam Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ........ 53
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Konsep Penelitian......................................................... ............ 32
3.1. Cara Penarikan Sampel ............................................................................. 34
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian............................................................................. 75
2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................... 81
3 Alat Kesehatan Gigi di Puskesmas....................................................... 82
4 Hasil Uji Statistik.................................................................................. 88
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang
menyeluruh, terpadu dan merata yang dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.
Salah satu pokok program Indonesia Sehat 2010 adalah pokok program upaya
kesehatan. Program yang termasuk dalam upaya kesehatan ini adalah program
pemberantasan penyakit menular dan program pencegahan penyakit tidak menular.
Sasaran yang ingin dicapai melalui program upaya kesehatan adalah pencegahan
penyakit tidak menular. Salah satu upaya kesehatan dalam pencegahan penyakit tidak
menular adalah upaya kesehatan gigi dan mulut. Upaya kesehatan gigi dan mulut ini
bertujuan antara lain turunnya secara bermakna insidens dan prevalensi penyakit gigi
dan mulut, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat dan tercapainya
derajat kesehatan gigi yang optimal (Depkes RI, 2003).
Data Dirjen Pelayanan Medik (2001) menunjukkan bahwa penyakit gigi dan
mulut termasuk sepuluh ranking penyakit terbanyak di Indonesia. Berdasarkan survei
Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia (2003) yang dilakukan pada anak-anak
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
menunjukkan bahwa 70% anak-anak menderita karies gigi dan gingivitis
(peradangan gusi), sedangkan pada orang dewasa ditemui sebanyak 73% yang
menderita karies gigi.
Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004,
sebanyak 90,05 % penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan
mulut. Di antara penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah
kesehatan gigi dan mulut hanya 29% menerima perawatan dari perawat gigi, dokter
gigi atau dokter gigi spesialis. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di
daerah pedesaan yaitu sebesar 40,6%, secara keseluruhan 7% penduduk kehilangan
seluruh gigi, tertinggi pada penduduk kelompok umur 65 tahun (30%). Sedangkan
dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagian besar pelayanan yang
diberikan adalah pengobatan (85%), disusul bedah gigi dan mulut dan tambal (45%),
konseling (23%) serta pemasangan gigi palsu atau cekat hanya 9% diantara penduduk
yang menerima perawatan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa secara nasional
permasalahan gigi dan mulut masih merupakan masalah kesehatan.
Penyakit gigi dan mulut meskipun masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia, namun pada umumnya masyarakat masih enggan berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Hal ini lebih terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung yang
memanfaatkan jasa pelayanan di Puskesmas. Tingkat pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan di puskesmas oleh pasien menunjukkan seberapa baik kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas pelayanan kesehatan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
di puskesmas sekaligus menunjukkan tingkat kepercayaan pasien terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas. Secara umum, pengukuran
tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan jumlah
kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
Puskesmas diketahui merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan
kesehatan di suatu daerah di Indonesia dan merupakan unit organisasi yang bersifat
menyeluruh dan terpadu yang paling dekat dengan masyarakat. Pelayanan Puskesmas
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan. Peran dan fungsi puskesmas
sangat strategis dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal (Depkes RI, 2003).
Nurmala ( 2004 ) dalam penelitiannya terhadap 360 responden, menemukan
hanya 10 % yang pernah berobat gigi ke sarana pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas dan yang lainnya pergi ke sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Diketahui dari jumlah responden yang ada terdapat 90 % yang menderita karies.
Hal ini menunjukkan bahwa tingginya penyakit gigi dan mulut belum diimbangi
dengan pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang tersedia
terutama di tingkat pelayanan dasar seperti Puskesmas. Rendahnya pemanfaatan itu
diperkirakan disebabkan oleh mutu pelayanan yang kurang seperti jumlah dan jenis
sarana dan prasarana yang tersedia, keterbatasan tenaga, ketersediaan pelayanan dan
manajemen puskesmas yang belum baik.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang
menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, dan dapat
menimbulkan kepuasan pada pasien. Kualitas pelayanan bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan adalah terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan
pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-
tamahan petugas dalam melayani pasien dan atau kesembuhan penyakit yang
sedang diderita oleh pasien.
Di Kota Pekanbaru, terdapat 15 puskesmas yang memiliki pelayanan
kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut berada pada urutan ke 6 dari 10
besar penyakit yang ada di Puskesmas kota Pekanbaru. Angka kunjungan pasien ke
poligigi puskesmas kota Pekanbaru setiap puskesmas bervariasi. Angka kunjungan
pasien gigi dan mulut tertinggi pada tahun 2007 terdapat pada puskesmas Melur
(5502) dengan kunjungan rerata per hari 20 orang, disusul oleh puskesmas Harapan
Raya (3987) dengan kunjungan rerata per hari 13 orang dan Puskesmas Langsat
(3886) dengan kunjungan rerata per hari 12 orang. Puskesmas terendah
kunjungannya adalah puskesmas Sidomulyo Rawat Inap (1316) dengan kunjungan
rerata per hari sebanyak 4 orang menyusul Puskesmas Simpang Tiga (1265) dengan
rerata kunjungan 6 orang perhari.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah kunjungan
setiap puskesmas. Perbedaan jumlah kunjungan pelayanan tersebut secara umum
diduga disebabkan oleh kualitas masing-masing puskesmas, artinya semakin baik
kualitas pelayanan, maka semakin tinggi frekuensi kunjungan. Data yang diperoleh
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga masih belum mencukupi terutama
berdasarkan berbagai jenis penyakit gigi yang ada. Pentingnya pengaruh akses
ke puskesmas, merupakan faktor penting dalam pertimbangan pasien menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas.
Harun (2000) dalam penelitiannya terhadap kualitas pelayanan di poligigi
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sudarso Pontianak Kalimantan terdapat 63
orang (52,5 %) pasien yang puas akan pelayanan di rumah sakit tersebut dan yang
menyatakan tidak puas sebanyak 57 orang (47,5 %), sedangkan Ngena Ria (2005)
dalam penelitiannya di RSUD Pirngadi menunjukkan bahwa ketrampilan dokter gigi
berpengaruh terhadap kepuasan pasien.
Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya
terhadap pelayanan yang diterima dengan harapannya sebelum mendapatkan
pelayanan tersebut. Apabila harapannya terpenuhi, berarti pelayanan tersebut telah
memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan
yang tinggi. Sebaliknya apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan
kualitas pelayanan tersebut tidak memenuhi apa yang diharapkannya (Kotler, 2000).
Survei pendahuluan oleh penulis dengan melakukan wawancara singkat
terhadap 30 orang pasien yang berobat di salah satu puskesmas di Pekanbaru pada
bulan November dan Desember tahun 2007 terdapat 17 orang pasien (56 %) kurang
puas terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang mereka dapatkan
sebelumnya di puskesmas. Adapun ketidak puasan ini disebabkan alat penambalan
gigi yang tidak berfungsi dan sebagian lagi karena pasien merasa agak lambat
mendapatkan pelayanan.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Adanya fenomena tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang
hubungan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dengan kunjungan pasien di poli gigi puskesmas kota Pekanbaru.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana hubungan kualitas pelayanan (sarana
prasarana, tenaga kesehatan, pelayanan yang tersedia, manajerial) dan kepuasan
pasien (kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik) dengan kunjungan
di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru ?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan (sarana prasarana, tenaga
kesehatan, pelayanan yang tersedia, manajerial) dan kepuasan pasien (kehandalan,
daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik) dengan kunjungan di Balai
Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru
1.4. Hipotesis
Ada hubungan kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
(kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik) dengan kunjungan
pasien di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas kota Pekanbaru.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan kota
Pekanbaru dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan Dinas Kesehatan kota Pekanbaru
dalam membuat rencana intervensi dan bahan advokasi dalam peningkatan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di seluruh puskesmas di wilayah
kerjanya.
3. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kunjungan Pasien
Kunjungan adalah pemanfaatan penggunaan fasilitas kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayan kesehatan tersebut. Tingkat kunjungan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sebagai tingkat kepuasan pasien terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Kunjungan juga berarti adanya kepercayaan pasien terhadap organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhannya. Besarnya tingkat kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu, yaitu harian, mingguan, bulanan dan tahunan (Idawani, 2001).
Untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar kualitas pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan, dipergunakan indikator yang merupakan fenomena yang menunjukkan pada kewajaran dan derajat kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Indikator ini mengacu pada berbagai aspek kualitas yaitu aspek klinis atau penampilan profesi, aspek efektif dan efisien, aspek keselamatan pasien dan aspek kepuasan pasien. Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan, harus dilaksanakan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi pelayanan yang tepat dan menggunakan peralatan dan obat yang tepat serta dengan biaya yang efisien. (Pohan, 2007).
Menurut Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Perkotaan (2002), puskesmas dengan jumlah kunjungan yang mencapai antara 10-20 pasien/hari dibutuhkan tenaga dokter gigi 2 orang, perawat gigi 2 orang dan tenaga non medis 1 orang.
Menurut Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia (1999), indikator efektifitas pemanfaatan puskesmas dilihat dari jumlah kunjungan rerata pasien yaitu 9 orang per hari.
2.2. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas adalah suatu perkataan yang sudah lazim digunakan, baik oleh lingkungan kehidupan akademis ataupun dalam kehidupan sehari hari, yang artinya secara umum dapat dirasakan dan dipahami oleh siapapun, namun kualitas
8
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
sebagai suatu konsep atau pengertian, belum banyak dipahami orang dan kenyataannya pengertian kualitas itu sendiri tidak sama bagi setiap orang. Setiap orang cenderung mendefinisikan pengertian kualitas sesuai dengan pendapat dan kebutuhannya (Pohan, 2003). Menurut Montgomery yang dikutip Supranto (1997), kualitas dinyatakan sebagai berikut: Quality is the extent to which products meet the requirements of people who use them. Jadi, suatu produk dikatakan berkualitas bagi seseorang kalau produk tersebut memenuhi kebutuhannya.
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu kualitas dan pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan acap kali dipertanyakan banyak orang namun pembahasannya seringkali tidak utuh sehingga setiap pengguna memiliki persepsi yang beragam mengenai kualitas itu sendiri. Bagi seorang pasien kualitas yang baik ia kaitkan dengan kesembuhannya dari penyakit, meningkatnya derajat kesehatan, kecepatan pelayanan, kepuasannya terhadap lingkungan fisik sarana kesehatan dan tarif yang dianggapnya memadai. Setiap orang yang menilai kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar atau kriteria karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan dalam latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan (Jacobalis S, 1989).
Salah satu kesulitan dalam merumuskan pengertian kualitas pelayanan kesehatan adalah karena kualitas itu sangat melekat dengan faktor-faktor subjektivitas yang berkepentingan, baik pasien, petugas yang memberi pelayanan, masyarakat ataupun pemilik sarana pelayanan (Pohan, 2007). Lebih lanjut, Wijono (1999) menjelaskan, kualitas pelayanan kesehatan diterima dan didefinisikan dalam banyak pengertian. Kualitas pelayanan kesehatan dapat semata-mata dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dengan pasien saja, atau kualitas pelayanan kesehatan dari sudut pandang sosial dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Menurut Kasl dan Cobb yang dikutip Fauzi M (1995), biasanya orang
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena tiga alasan yakni, (1) untuk
pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit
belum dirasakan (perilaku sehat), (2) untuk mendapatkan diagnosa penyakit dan
tindakan yang diperlukan bila gejala penyakit telah dirasakan (perilaku sakit)
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dan (3) untuk mengobati penyakit, jika penyakit tersebut telah dipastikan agar
sembuh atau agar penyakit tersebut tidak bertambah parah.
Kualitas pelayanan suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek manajemen yang menyatu sebagai suatu sistem (Azwar, 1999). Sebagaimana suatu sistem maka kualitas pelayanan terdiri atas berbagai komponen yang saling berpengaruh sebagai berikut :
1. Input adalah sarana fisik, perlengkapan atau peralatan, organisasi dan manajemen,
keuangan dan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya.
2. Proses adalah semua kegiatan dan keseluruhan input baik itu tindakan medis
maupun tindakan non medis dalam interaksinya dengan pemberian pelayanan
kesehatan.
3. Keluaran adalah hasil akhir kegiatan proses yaitu tindakan dokter dan profesi
lainnya terhadap pasien dalam arti derajat kesehatan dan kepuasannya.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan manajemen institusi kesehatan tersebut.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Dari batasan-batasan kualitas dan batasan batasan pelayanan yang telah dijelaskan di atas dapat dipahami bahwa kualitas pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan dahulu penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas wujud serta ciri dan ataupun terhadap kepatuhan para petugas pelaksana pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat didefinisikan bahwa pengertian kualitas pelayanan kesehatan sebagai suatu yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Gronroos (1990) seperti yang dikutip oleh Jasfar (2005) mengatakan, dalam konteks penilaian kualitas produk maupun jasa telah diperoleh kesepakatan, bahwa harapan konsumen memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi kualitas maupun kepuasan. Menurut Olson dan Dover (dalam Zeithaml et al, 1993), harapan konsumen merupakan keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut. Harapan ini terbentuk dari pengalamannya mengkonsumsi jasa itu pada waktu lalu, informasi dari teman, keluarga dan lain-lain (Word of mouth) serta dapat juga dari kebutuhannya (personal need). Untuk membuktikan apakah kualitas produk baik atau tidak, dapat diukur dari tingkat kepuasan konsumen.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Setiap pasien yang berkunjung ke puskesmas tentu mempunyai keinginan atau harapan terhadap pelayanan yang diberikan. Puskesmas selayaknya memahami keinginan dan harapan pasien tersebut. Dengan memperhatikan berbagai sudut pandang, dapat dirangkum 9 (sembilan) dimensi kualitas :
1. Manfaat, pelayanan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil yang
diinginkan.
2. Ketepatan, pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan pasien dan
sesuai dengan standar keprofesian.
3. Ketersediaan, pelayanan yang dibutuhkan tersedia
4. Keterjangkauan, pelayanan yang diberikan dapat dicapai dan mampu dibiayai
oleh pasien.
5. Kenyamanan, pelayanan diberikan dalam suasana yang nyaman
6. Hubungan interpersonal, pelayanan yang diberikan memperhatikan komunikasi,
rasa hormat, perhatian dan empati yang baik.
7. Waktu, pelayanan yang diberikan memperhatikan waktu tunggu pasien dan tepat
waktu sesuai perjanjian.
8. Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan secara
berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu
ditindaklanjuti.
9. Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum
(Depkes RI, 2003).
Banyak ahli telah menyampaikan dimensi kualitas yang dapat dinilai dari suatu produk. Dimensi kualitas yang disusun tergantung pada jenis produk yang
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dihasilkan. Brown. L D et al. seperti yang dikutip Pohan (2007) menjelaskan ada dimensi kualitas pelayanan kesehatan yakni: kompetensi teknis, keterjangkauan atau akses, efektivitas, efisiensi, kesinambungan, keamanan, kenyamanan, informasi, ketepatan waktu dan hubungan antar manusia. Beberapa dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml (1988) yang dikutip oleh Tjiptono (2004) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu sebagai berikut : 1) kehandalan (reliability), 2) daya tanggap (responsiveness), 3) jaminan (assurance), 4) empati (empathy), 5) bukti fisik (tangible).
1. Kehandalan (Reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus
sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan
akurasi yang tinggi. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh
dimensi reliability yaitu dimensi yang mengukur kehandalan perusahaan dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dimensi ini sering dipersepsi
paling penting bagi pelanggan dari berbagai industri jasa. Ada 2 aspek dari
dimensi ini yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti
yang dijanjikan dan seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan
pelayanan yang akurat atau tidak ada error.
2. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu suatu kemauan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,
dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu
tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam
kualitas pelayanan. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir
dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Kepuasan terhadap dimensi responsifnes adalah berdasarkan persepsi dan bukan
aktualnya. Karena persepsi mengandung aspek psikologis, faktor komunikasi dan
situasi fisik di sekeliling pelanggan yang menerima pelayanan merupakan hal
yang penting dalam mempengaruhi penilaian pelanggan. Mengkomunikasikan
kepada pelanggan mengenai proses pelayanan yang diberikan akan membentuk
persepsi yang lebih positif. Pelayanan yang responsif atau yang tanggap, juga
sangat dipengaruhi oleh sikap front-line. Salah satunya adalah kesigapan dan
ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau permintaan pelanggan. Ada 4 aspek
dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.
Keramahan adalah salah satu aspek yang mudah diukur. Ramah berarti banyak
senyum dan bersikap sopan. Memang menciptakan budaya senyum bukanlah hal
yang mudah dan program yang murah. Perlu upaya sistematis dan komitmen
implementasi jangka panjang.
3. Jaminan (Assurance), berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan
staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga mampu
menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada pelanggan. Assurance adalah
dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku
front-line staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para
pelanggannya. Pelanggan sulit percaya bahwa kualitas pelayanan akan dapat
tercipta dari front line staf yang tidak kompeten atau terlihat bodoh. Oleh karena
itu sangatlah penting untuk terus memberikan training kepada karyawan gugus
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
depan mengenai pengetahuan produk dan hal-hal yang sering menjadi pertanyaan
pelanggan.
4. Empati (Empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan konsumen. Suatu perusahaan diharapkan memiliki
pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman
bagi pelanggan. Pelanggan kelompok menengah atas mempunyai harapan yang
tinggi agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi. Perusahan
harus tahu nama mereka, kebutuhan mereka secara spesifik dan bila perlu
mengetahui apa yang menjadi hobi dan karakter personal lainnya. Apabila tidak,
perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk dapat memuaskan mereka dari
aspek ini. Secara umum, dimensi ini memang dipersepsi kurang penting
dibandingkan dimensi reliability dan responsivenes di mata kebanyakan
pelanggan. Hasil studi Fronter selama beberapa tahun terakhir
mengkonfirmasikan hal ini. Akan tetapi untuk kelompok pelanggan the haves
dimensi ini bisa menjadi dimensi yang paling penting. Ini sesuai dengan teori
perkembangan kebutuhan manusia dari Maslow. Pada tingkat semakin tinggi,
kebutuhan manusia tidak lagi dengan hal-hal yang primer. Setelah kebutuhan
fisik, keamanan dan sosial terpenuhi, maka dua kebutuhan lagi akan mengejar
yaitu kebutuhan akan ego dan aktualisasi. Dua kebutuhan teori Maslow inilah
yang banyak berhubungan dengan dimensi empati.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
5. Bukti fisik (Tangible), berkenaan dengan bukti fisik yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.
Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya),
perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan
pegawainya. Karena suatu pelayanan tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium dan
tidak bisa diraba, aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap
pelayanan. Pelanggan akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu
kualitas pelayanan atribut dari dimensi tangible meliputi: gedung, peralatan,
seragam dan penampilan fisik para karyawan yang melayani pelanggannya.
Selain itu materi promosi berupa brosur dan leaflet juga akan mempengaruhi
pelanggan dalam penilaian kualitas pelayanan. Tangible yang baik akan
mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible ini
juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan.
Karena tangible yang baik, harapan pelanggan menjadi lebih tinggi. Oleh karena
itu, penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek tangible
yang paling tepat yaitu masih memberikan impresi yang positif terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang
terlalu tinggi.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
2.3. Puskesmas
Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2004).
2.3.1. Fungsi Puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar
diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas.
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan re
habilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui
upaya rawat jalan dan rujukan ( Depkes RI, 2004 ).
2.3.2. Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
Salah satu program pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan
gigi dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dibagi dalam tiga kegiatan :
1. Pembinaan / Pengembangan
Pembinaan/ pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
upaya pelihara diri, melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber
pada aktivitas masyarakat dengan pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD) dalam program Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa
(UKGMD).
2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan dilaksanakan pada :
a. Anak sekolah ( Usaha Kesehatan Gigi Sekolah )
b. Kelompok ibu hamil/ menyusui, anak pra sekolah
3. Pelayanan medik gigi dasar
Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat
yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi :
pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara
individu maupun kelompok terhadap pengunjung puskesmas.
2.3.3. Tugas/Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi dan manajerial di Puskesmas
1. Tugas Dokter Gigi
a. Medis Teknis
1) Melaksanakan pelayanan medik gigi umum dan khusus
2) Menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk
kasus-kasus spesialistik
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
3) Melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat
(bila tidak ada perawat gigi)
b. Manajemen (makro)
Menyangkut masalah umum/ luas seperti dalam mengidentifikasikan,
merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan
mulut di wilayahnya.
1) Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi
di puskesmas
2) Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan
asuhan.
3) Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tenis.
4) Bertanggung jawab dalam pencatatan/ pelaporan tentang pelayanan kesehatan
gigi di wilayahnya.
2. Tugas Perawat Gigi
a. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
1) Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi : pelayanan asuhan
sistematik (pada kelompok anak sekolah / UKGS, ibu hamil/ menyusui dan
anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat ).
2) Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat
melakukan pelayanan medis gigi dasar.
b. Manajemen (mikro)
1) Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
gigi dan mulut di sekolah
2) Membina, mengkoordinasi, melatih prokesa dalam bidang kesehatan gigi
dan mulut di posyandu
3) Melaksanakan pencatatan / pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut di klinik gigi.
3. Manajerial
Manajer mempunyai tugas membuat rencana, mengorganisasikan,
mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi. Di samping itu manajer
yang baik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Pengertian pemimpin yaitu :
orang yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan, mengawasi dan membimbing
bawahan dengan kemampuan serta kecakapan sehingga mampu mempengaruhi
bawahannya, biasanya dengan kecakapan dan kelebihan yang dimilikinya
menyebabkan seorang pemimpin mendapat pengakuan dari masyarakat atau anggota
organisasi untuk menjalankan kepimpinan (Suganda, 1998).
Azwar (1999) mendefinisikan pengertian kepemimpinan dari sudut pandang
perspektif sebagai konsep manajemen yang dirumuskan sebagai berikut :
1) Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja
keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok, 2) Kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum,
3) Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan
dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan.
Untuk terselenggaranya upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang
oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang
efektif dan efisien. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung
jawaban ( Depkes, 2003).
2.4. Pelayanan Poli Gigi
Menurut pedoman pelayanan kesehatan puskesmas (Depkes RI, 2004) salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas.
Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut antara lain:
1. Pelayanan Administrasi / penerimaan
Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh
kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga
merupakan wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama
tentang puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas – petugas
yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan
terampil (Depkes 2004).
2. Pelayanan tenaga medis / Dokter
Tenaga medis/ dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien
di puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung sebuah puskesmas.
Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu
sebaik baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu
kedokteran gigi dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggung jawabkan
(Depkes 2004).
3. Pelayanan tenaga para medis / perawat
Tenaga para medis/ perawat adalah orang yang lebih dekat hubungannya dengan
pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat
sebelum bertemu dengan dokter (Depkes 2004)
4. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di puskesmas
Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang
diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan
pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung,
pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses
dan operkulektomi.
5. Penyediaan sarana medis / non medis
Standar peralatan menurut Depkes RI (2004) yang wajib disediakan di poli gigi
puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis
dan sarana non medis. Sarana medis yang dibutuhkan dapat dilihat pada
Lampiran 3, sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental
unit atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor. Apabila
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
sarana medis dan non medis di poli gigi puskesmas sesuai dengan standar
pelayanan, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di puskesmas.
6. Lingkungan pasien
Lingkungan pasien merupakan tempat dimana pasien menghabiskan waktunya
selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan,
keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien. Lingkungan yang
terkait dengan pelayanan kesehatan di poli gigi adalah konstruksi bangunan dan
disain ruang tunggu dan ruang periksa (Depkes 2004).
2.5. Kepuasan Pasien
Menurut Wijono (1999), tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari
perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat
kepuasan, bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan. Bila
penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas. Apabila penampilan
melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Kepuasan pelanggan adalah evaluasi purna beli dimana alternatif yang
dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan itu timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kepuasan pasien adalah merupakan perasaan senang, lega
sebagai suatu ekspresi dimana keinginan dan harapan dari pasien terpenuhi
(Kottler, 2000).
Seperti diketahui kepuasan pasien merupakan salah satu dimensi untuk
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun aspek kepuasan
tersebut telah dibatasi, namun aspek kepuasan itu sangat bervariasi dan luas. Oleh
karenanya Azwar (1996), mengatakan secara umum dimensi kepuasan itu dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar atau kode etik profesi.
Adapun ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian
terhadap kepuasan pasien mengenai hubungan baik antar dokter dengan pasien
yang harus dibangun, kenyamanan pelayanan, yang tidak hanya mencakup
fasilitas tetapi juga sikap dan tindakan petugas, kebebasan pasien untuk memilih
dan menentukan pelayanan kesehatan yang diinginkannya, pengetahuan dan
kompetensi teknis petugas kesehatan, efektifitas pelayanan petugas serta
keamanan tindakan yang diterima pasien.
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan meliputi : a) Ketersediaan pelayanan kesehatan (available),
b) Kewajaran pelayanan kesehatan (approriate), c) Kesinambungan pelayanan
kesehatan (continue), d) Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable),
e) Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible), f) Keterjangkauan pelayanan
kesehatan (affordable), g) Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient) dan h) Mutu
pelayanan kesehatan (quality).
Gerson (2001) menyatakan alasan-alasan mengapa perlu mengukur kepuasan
pelanggan yaitu :
1. Untuk mempelajari persepsi pelanggan : pelanggan memiliki sifat individual
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dan setiap orang akan memandang sesuatu secara berbeda dari orang lain,
meskipun dalam situasi yang sama. Pengukuran akan mendapatkan gambaran
persepsi pelanggan yang menjadi dasar untuk meningkatkan program pelayanan.
2. Untuk menentukan kebutuhan dan harapan pelanggan :pengukuran kepuasan
pelanggan tidak hanya untuk menentukan bagaimana pelanggan menikmati
produk atau jasa yang mereka beli dan pelayanan yang mereka terima, tetapi
juga harus mengidentifikasi apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan dari
keseluruhan proses pelayanan.
3. Untuk menutupi kesenjangan : dengan mengukur kesenjangan antara pelanggan
dan penyedia jasa merupakan satu-satunya cara untuk menutup kesenjangan.
Semua kesenjangan berdasarkan perbedaan persepsi antara penyedia jasa
dengan pelanggan mengenai apa yang seharusnya disediakan oleh penyedia jasa
dan apa yang seharusnya diterima pelanggan.
4. Untuk memeriksa apakah peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan
pelanggan sesuai harapan penyedia jasa atau tidak. Dalam hal ini peningkatan
mutu pelayanan berdasarkan harapan pelanggan yang dihubungkan dengan
tujuan pelayanan dari penyedia jasa.
5. Karena peningkatan mutu sejalan dengan peningkatan laba
6. Peningkatan mutu pelayanan dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan dan
akan meningkatkan jumlah pelanggan yang membutuhkan jasa pelayanan,
sehingga dapat memberikan laba / keuntungan (profit) bagi penyedia jasa
pelayanan. Alasan ini merupakan yang terpenting untuk mengetahui bagaimana
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
sesungguhnya pelayanan yang diberikan saat ini dan digunakan sebagai
informasi untuk merencanakan apa yang dilakukan di masa mendatang.
7. Untuk menerapkan proses perbaikan berkesinambungan. Semua kegiatan yang
terkait dengan pelayanan senantiasa harus ditingkatkan secara
berkesinambungan untuk menghindari persaingan dari penyedia jasa pelayanan
yang lain.
Ukuran kepuasan pasien gigi menurut Chapko, et al (1985) meliputi :
hubungan dokter gigi dengan pasien (dentist-patient relations), mutu teknik
merawat (technical quality of care), akses (acces), lama tunggu pasien (patient
waiting time), fasilitas (facility), ketersediaan (availability), kesinambungan
(continuity), penampilan kerja (performing expended duties), hubungan perawat
gigi dengan pasien (staft-patient relations), mutu teknik perawat gigi dalam
merawat (staff technical quality of care), dan suasana di tempat pengobatan
(office atmosphere).
Penelitian Ramadanura (2002) di Rumah Sakit Umum Huayploo di
Nakhon Chaisri, Thailand mengenai pelayanan kesehatan gigi yang diukur dari
lingkungan fisik (physical environment), perawatan berkelanjutan dari dokter gigi
yang sama (technical dan clinical care) dan hubungan interpersonal
(interpersonal care) melaporkan secara keseluruhan 70,4% merasa puas terhadap
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Menurut Erwani, Sanusi (2006) dalam penelitiannya terhadap 60 orang pasien di Klinik Bersalin Anggrek Yogyakarta, menempatkan dimensi kehandalan sebagai dimensi kualitas pelayanan yang terpenting. Hal ini terlihat dari perbedaan antara persepsi dan harapan pasien tertinggi pada dimensi kehandalan dibandingkan dimensi ketanggapan, jaminan, empati dan bukti fisik.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Sondang (2007) dalam penelitiannya terhadap 95 orang pasien rawat inap di RS Bhayangkara Medan menyatakan kepuasan pasien pada dimensi tangible sebanyak 60 % dan yang tidak puas sebanyak 35,8 %. Terhadap dimensi reliability yang menyatakan puas sebanyak 41,1 %, yang tidak puas sebanyak 34,75 %. Berdasarkan dimensi responsiveness yang menyatakan puas sebanyak 72,6 % dan yang tidak puas 49,4%. Terhadap dimensi assurance 52, 6 % menyatakan puas, yang merasa tidak puas sebanyak 50,5%. Berdasarkan dimensi kualitas empathy 52,6 % menyatakan puas sedangkan yang tidak puas sebanyak 50,5 %.
2.6. Landasan Teori
Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitan serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan di atas dirangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut ini. Pembelian suatu produk baik itu barang dan jasa, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dalam hal ini dapat memuaskan kebutuhan pembeli. Selain itu keinginan untuk membeli kembali produk tersebut adalah dikarenakan atas pengalaman yang baik atas produk yang dibelinya.
Pemanfaatan poli gigi puskesmas oleh masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari puskesmas antara lain tingkat kepuasan pasien pada kualitas pelayanan yang diberikan. Dari beberapa pendapat para ahli tentang kualitas pelayanan, penulis menggunakan konsep kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) yang dikutip oleh Tjiptono (2004) yang mengemukakan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan yaitu a) kehandalan (reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, (b) ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas, (c) jaminan (assurance) yaitu berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada pelanggan, (d) empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen, (e) bukti fisik (tangible), berkenaan dengan bukti fisik yaitu penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik dan keadaan lingkungan sekitarnya.
Adanya ketidak mampuan pemenuhan kebutuhan pasien akan menyebabkan jumlah kunjungan yang menurun dan dampaknya adalah pelayanan yang kurang memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
organisasi. Untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar kualitas pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan, dipergunakan indikator yang merupakan fenomena yang menunjukkan pada kewajaran dan derajat kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Indikator ini mengacu pada berbagai aspek kualitas yaitu aspek klinis atau penampilan profesi, aspek effektif dan efisien, aspek keselamatan pasien dan aspek kepuasan pasien (Jacobalis, 1989).
Pohan (2007) menambahkan, keberhasilan suatu pelayanan kesehatan, harus dilaksanakan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi pelayanan yang tepat dan menggunakan peralatan dan obat yang tepat serta dengan biaya yang efisien.
Menurut Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Perkotaan (2002), puskesmas dengan jumlah kunjungan yang mencapai antara 10-20 pasien/hari dibutuhkan tenaga dokter gigi 2 orang, perawat gigi 2 orang dan tenaga non medis 1 orang. Menurut Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia (1999), indikator efektifitas pemanfaatan puskesmas dilihat dari jumlah kunjungan rerata pasien yaitu 9 orang per hari.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pelayanan yang tersedia di puskesmas, tenaga medis yang mencukupi dalam memberikan pelayanan kesehatan, ketersediaan fasilitas, kemampuan manajerial pimpinan puskesmas dan kepala poligigi serta kepuasan pasien mempunyai hubungan dengan kunjungan poli gigi dan mulut puskesmas.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka penulis menentukan
variabel penelitian seperti kerangka konsep berikut ini :
Variabel
Kualitas Pelayanan :
1. Sarana prasarana. 2. Tenaga kesehatan 3. Pelayanan yang tersedia 4. Manajerial
Kepuasan Pasien menurut Dimensi kualitas pelayanan :
1. Kehandalan (Reliability) 2. Daya tanggap
(Responsiveness) 3. Jaminan (Assurance) 4. Empati (Empathy) 5. Bukti fisik (Tangible)
Kunjungan Pasien Poli Gigi:
< 9 (Kurang Standar)
> 9 (Standar)
Variabel
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, dengan tipe
explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kualitas pelayanan
dan kepuasan pasien dengan kunjungan pasien di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru. (Sugiyono, 2007).
3.2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yaitu
pada puskesmas dengan kunjungan pasien rata-rata > 9 orang per hari yaitu
Puskesmas Langsat dan puskesmas dengan kunjungan pasien rata-rata < 9 orang per
hari yaitu Puskesmas Simpang Tiga.. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus s/d
Desember 2008.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi terdiri atas pengunjung poli gigi dan dokter gigi yaitu semua
pengunjung poli gigi dan semua dokter gigi yang ada di 15 puskesmas Pekanbaru.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
33
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu pengunjung dan dokter gigi di
Balai Pengobatan Gigi puskesmas yang mempunyai kunjungan rata-rata < 9 orang
per hari dan puskesmas yang mempunyai kunjungan > 9 orang per hari. Adapun
alasan pengambilan sampel ini karena menurut Depkes (1999), indikator efektifitas
pemanfaatan puskesmas apabila kunjungan rata-rata pasien ke poli gigi > 9
orang/hari.
Cara penarikan sampel untuk Puskesmas
15 Puskesmas di Pekanbaru
1 Puskesmas yaitu Puskesmas Langsat
Purposif
1 Puskesmas yaitu Puskesmas S.Tiga
Kunjungan rata rata di Poli gigi < 9 (9 puskesmas)
Kunjungan rata rata di Poli gigi > 9 (6 puskesmas)
Gambar 3.1. Cara penarikan sampel untuk Puskesmas
Dari 6 puskesmas yang mempunyai kunjungan rata-rata > 9 diambil
Puskesmas Langsat karena setelah semua jumlah kunjungan pasien puskesmas
dijumlahkan dan dibagi 6 diperoleh rata-rata jumlah kunjungan 12 orang per hari.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Dari hasil tersebut ternyata yang rata-rata jumlah kunjungan 12 orang per hari adalah
Puskesmas Langsat. Begitu juga dengan jumlah kunjungan rata-rata < 9 orang
diperoleh di Puskesmas Simpang Tiga.
a. Sampel Pengunjung
Besar sampel pasien pengunjung poli gigi puskesmas pada penelitian ini
dihitung berdasarkan rumus (Lameshow, 1997) sebagai berikut :
n = ( ) ( )
( )( )βα ,
10010012
12
221 fxPP
PxPPxP−
−+−
P1 = Persentase pasien yang puas terhadap pelayanan di Poligigi Puskesmas Latihan Blang Padang Banda Aceh 77,2% (Afiansyah, 2000).
P2 = Persentase kepuasan pasien di Poligigi Puskesmas Pekanbaru (asumsi = 50%)
f (α, β) = 13 adalah harga α dan β dalam perhitungan jumlah sampel dengan tingkat kepercayaan sebesar 0,05.
= ( )
132,7750
)50(508,222,772 xx
−+
= 74,8 digenapkan menjadi 75 orang.
Sampel pasien sebanyak 75 orang di masing–masing puskesmas yaitu
Puskesmas Langsat dan Puskesmas Simpang Tiga. Pengambilan sampel di
masing–masing puskesmas berdasarkan kuota sampling yaitu sampai diperoleh 75
pasien yang berobat ke masing – masing poli gigi puskesmas selama penelitian
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dilakukan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan poli gigi di
kedua puskesmas yang berusia lebih dari 15 tahun dan dapat berkomunikasi dengan
baik.
b. Sampel dokter gigi adalah dokter gigi yang bekerja di puskesmas Langsat 2 (dua)
orang dan Puskesmas Simpang Tiga 1 (satu) orang.
3.4. Metode Pengumpulan data
Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri
atas kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Data kualitas pelayanan diperoleh
dengan melaksanakan wawancara terhadap dokter gigi dan pengamatan langsung.
Data kepuasan pasien diperoleh dengan wawancara langsung berpedoman
pada kuesioner yang telah disiapkan sesudah responden menjalani
pemeriksaan/pengobatan, bertempat di luar ruang periksa.
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari catatan / laporan Dinas
Kesehatan dan puskesmas tentang kunjungan pasien di Poli gigi puskesmas serta data
kependudukan yang diperoleh dari profil puskesmas Langsat dan puskesmas Simpang
Tiga.
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik perlu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan alat
ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total
variabel dapat dilihat menurut Corrected Item-Total Correlation (r), dengan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Dari hasil pengamatan bahwa semua nilai r lebih besar dari 0,1 sehingga instrumen
pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid (hasil uji pada Lampiran 2).
Uji reliabilitas adalah ketepatan dan kehandalan suatu alat ukur. Instrumen
dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya, konsisten dan stabil. Perhitungan untuk uji
reliabilitas terhadap butir-butir pengamatan yang tidak valid dibuang (gugur/drop),
artinya uji reliabilitas dilakukan setelah dilakukan uji validitas terlebih dahulu.
Perhitungan untuk uji relilabilitas terhadap butir-butir amatan instrumen dari masing-
masing variabel digunakan rumus koefisien alpha cronbach.
Dikatakan instrumen reliabel apabila nilai koefisien alpha cronbach lebih
besar dari r tabel = 0,1. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa koefisien alpha
cronbach pada semua variabel lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dikatakan bahwa
instrumen dari masing-masing variabel sudah reliabel ( hasil uji pada Lampiran 2 ).
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1. Variabel Independen
1. Kualitas Pelayanan
a. Sarana/prasarana adalah jenis dan jumlah peralatan yang tersedia di poli gigi
Puskesmas.
b Tenaga adalah jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di poli gigi Puskesmas.
c. Pelayanan yang tersedia adalah jenis pelayanan yang dilaksanakan di poli gigi
Puskesmas.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
d. Manajerial adalah kemampuan manajemen yang dimiliki pimpinan Puskesmas
dalam mengelola dan melaksanakan program puskesmas yang menentukan
berjalan atau tidak fungsi Puskesmas.
2. Dimensi Kepuasan
a. Kehandalan (reliability) adalah kemampuan dokter gigi dalam tindakan
perawatan yaitu : dokter gigi memeriksa dengan teliti, dokter gigi bekerja cepat,
ketrampilan dokter gigi menggunakan alat dan hasil kerja dokter gigi rapi.
b. Daya tanggap (responsiveness) adalah sikap dan kemauan dokter gigi/perawat
gigi untuk tanggap dan cepat mengatasi keluhan pasien atau masalah yang
dihadapi, jam kerja tepat waktu, lama waktu tunggu mendapatkan pelayanan
< 15 menit serta kejelasan informasi yang diberikan drg/perawat gigi dalam
memberikan pelayanan.
c. Jaminan (assurance) adalah tingkat kepercayaan yang dimiliki oleh pasien atas
kompetensi dan ketrampilan tenaga kesehatan sehingga memberikan rasa aman,
bebas dari bahaya, resiko atau keraguan dan kepastian atas pelayanan yang
diterimanya.
d. Empati (empathy): adalah kepedulian petugas pelayanan kesehatan saat
memberi pelayanan dalam bentuk komunikasi yang ramah yaitu : dokter gigi
menerima dan menyapa dengan ramah, dokter gigi menanyakan dan
memperhatikan keluhan pasien tanpa memandang status sosial dan lain lain.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
e. Bukti fisik (Tangible): adalah fasilitas peralatan yang digunakan untuk tindakan
perawatan yaitu : alat untuk tindakan perawatan tersedia / lengkap, kebersihan
alat untuk tindakan perawatan, kondisi alat baik dan kecanggihan alat yang
digunakan serta kerapian dokter gigi dan perawat gigi.
3.5.2. Variabel Dependen
1. Kunjungan tinggi (standar) adalah: apabila pasien mau memanfaatkan pelayanan
di Poliklinik gigi sehingga jumlah rata-rata mencapai jumlah standar yaitu > 9
per hari (Depkes, 1999)
2. Kunjungan rendah (kurang standar) adalah: apabila pasien kurang mau
memanfaatkan pelayanan di Poliklinik gigi sehingga jumlah rata-rata kurang
mencapai jumlah standar yaitu < 9 per hari.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pemberian batas
kuantifikasi tertentu pada variabel sehingga dapat diketahui nilai atau besaran
variasinya (Sugiyono, 2007).
3.6.1. Variabel Independen
Untuk mengukur variabel kualitas pelayanan, dipergunakan alat ukur berupa
lembaran checklist dengan melampirkan 11 buah pertanyaan yang terdiri dari 5 buah
pertanyaan untuk faktor manajerial, 3 pertanyaan untuk faktor ketersediaaan
pelayanan dan 3 buah pertanyaan untuk tenaga, sedangkan untuk faktor sarana dan
prasarana dengan menggunakan cheklist standar peralatan poligigi Puskesmas.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Pengukuran tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Sarana di poli gigi puskesmas dikategorikan atas 3 tingkatan yaitu baik,
cukup dan tidak baik (Arikunto, 2002)
1. Kategori baik apabila tersedia dan berfungsi > 75 % peralatan diagnostik,
peralatan diagnostik, perawatan gigi, tambal gigi, cabut gigi dan skeling gigi.
2. Kategori cukup apabila tersedia dan berfungsi 50-75 % peralatan diagnostik,
perawatan gigi, tambal gigi, cabut gigi dan skeling gigi.
3. Kategori tidak baik apabila tersedia dan berfungsi < 50% peralatan diagnostik,
perawatan gigi, tambal gigi, cabut gigi dan skeling gigi.
Tenaga kesehatan dikategorikan atas 3 (tiga) tingkatan yaitu baik, cukup dan
tidak baik.
1. Kategori baik apabila di poli gigi terdapat dokter gigi dan perawat gigi serta
tenaga administrasi.
2. Kategori cukup apabila di poli gigi terdapat dokter gigi dan perawat gigi.
3. Kategori kurang apabila yang terdapat di poli gigi hanya dokter gigi atau perawat
gigi saja.
Pelayanan yang tersedia dikategorikan atas 3 tingkatan yaitu baik, cukup dan
tidak baik.
1. Kategori baik apabila tersedia pelayanan cabut gigi, tambal gigi dan pelayanan
skeling.
2. Kategori cukup apabila tersedia pelayanan tambal gigi dan cabut gigi.
3. Kategori tidak baik apabila pelayanan yang tersedia hanya cabut gigi saja.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Manajerial dalam penelitian ini digunakan 3 tingkatan yaitu baik, cukup dan
tidak baik.
1. Kategori baik apabila dokter gigi melaksanakan 4-5 tugas yang ditetapkan.
2. Kategori cukup apabila dokter gigi melaksanakan hanya 3 tugas yang ditetapkan.
3. Kategori tidak baik apabila dokter gigi melaksanakan < 3 tugas yang ditetapkan
(Lampiran 1).
Untuk mengukur variabel kepuasan dipergunakan alat ukur berupa
kuesioner. Skala pengukuran adalah skala ordinal dengan jumlah 25 pertanyaan.
Masing-masing dimensi terdiri atas 5 pertanyaan. Kepuasan pasien diukur dengan 4
skala Likert yang terdiri atas 1 = tidak puas, 2 = kurang puas, 3 = puas dan 4 =
sangat puas.
Skor tertinggi yang dimiliki oleh pasien adalah 100 dan skor terendah yang
diperoleh pasien adalah 25 maka dapat dibuat kategori kepuasan pasien sebagai
berikut:
1. Kurang puas : skor 25-50
2. Puas : skor 51 – 75
3. Sangat puas : skor 76 – 100
3.6.2. Variabel Dependen
Pengukuran terhadap variabel dependen yaitu kunjungan pasien dilakukan
dengan melakukan menggunakan standar kunjungan Balai Pengobatan Gigi
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Puskesmas ( Depkes, 1999) terdiri atas :
1. Standar jika kunjungan > 9 orang per hari.
2. Kurang standar jika kunjungan < orang per hari.
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi kualitas
pelayanan dengan analisa univariat yang mana data yang diperoleh dijabarkan dalam
bentuk distribusi frekuensi dan selanjutnya dinarasikan.
Analisis data bivariat, untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat pada poli gigi di dua puskesmas dengan menggunakan uji chi-square
dengan α = 0,05.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pekanbaru adalah ibukota Propinsi Riau, mempunyai luas wilayah 632,26 km2
terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan dan 58 kelurahan. Secara geografis
batas-batas wilayah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Siak
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Siak
Jumlah penduduk menurut data statistik Kota Pekanbaru tahun 2007 sebanyak
771.429 jiwa dengan kepadatan penduduk 1220 Km2. Berdasarkan distribusi dan
pertumbuhan penduduk, kelompok umur yang memiliki proporsi terbesar yaitu
jumlah penduduk berusia antara 15 – 44 tahun yaitu 481.191 jiwa (51,39%).
Seks rasio antara laki-laki dan perempuan, ditemukan laki-laki lebih besar dari
perempuan yaitu 1,01. Kota Pekanbaru mempunyai 15 puskesmas di mana 5
antaranya adalah puskesmas rawat inap. Rasio tenaga kesehatan di Kota Pekanbaru,
untuk tenaga medis 100/100.000 penduduk, perawat/ bidan 241/100.000 penduduk,
farmasi 30/100.000 penduduk, gizi 19/100.000 penduduk, teknis medis 26/100.000
penduduk, sanitasi 4/100.000 penduduk dan kesehatan masyarakat 6/100.000
penduduk.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
43
Berdasarkan kondisi dan keberadaan wilayah Kota Pekan Baru dan hasil
laporan yang diterima dari Profil Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru tahun 2007, salah
satu penyakit yang termasuk dalam 10 besar penyakit yang ada di kota ini adalah
penyakit gigi dan mulut dengan berbagai jenis kasus.
Deskripsi lokasi penelitian dalam penelitian ini menjabarkan 2 (dua) buah
puskesmas yang terletak di Kota Pekanbaru yaitu Puskesmas Simpang Tiga dan
Puskesmas Langsat. Dua puskesmas ini memiliki karakteristik yang berbeda satu
sama lain dimana salah satu puskesmas merupakan puskesmas yang dikategorikan
standar yaitu Puskesmas Langsat dengan kunjungan pasien rata-rata > 9 orang per
hari sedangkan yang lain adalah puskesmas dengan kategori di bawah standar yaitu
Puskesmas Simpang Tiga adalah puskesmas dengan kunjungan rata-rata < 9 orang
per hari .
Puskesmas Simpang Tiga adalah puskesmas rawat inap yang terletak
di Kecamatan Marpoyan Damai dengan luas wilayah kerja sebesar 18,45 km 2.
Cakupan wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga sebanyak 47.214 jiwa. Jumlah
tenaga kesehatan sebanyak 41 orang.
Puskesmas Langsat berada dikawasan Sukajadi yang terdiri atas 3 kelurahan
dengan luas wilayah kerja sebesar 2,08 km 2 dan cakupan wilayah kerja Puskesmas
Langsat sebanyak 26.316 jiwa. Jumlah tenaga kesehatan sebanyak 37 orang.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
4.2. Karakteristik Pengunjung Poli Gigi
Hasil penelitian menunjukkan responden dengan usia 25-34 tahun
di Puskesmas Simpang Tiga dan Puskesmas Langsat adalah kelompok umur
terbanyak yaitu 38,7% di Puskesmas Simpang Tiga dan 33,3% di Puskesmas Langsat
(Tabel 4.1)
Tabel 4.1. Distribusi Umur Pengunjung Poligigi di dua Puskesmas
di Kota Pekan Baru
Puskesmas Simpang Tiga Puskesmas Langsat
Umur (tahun) Jumlah % Jumlah %
14-24 22 29,3 19 25,3
25-34 29 38,7 25 33,3
35-44 15 20,0 17 22,7
>44 9 12,0 14 18,7
Total 75 100 75 100
Untuk jenis kelamin responden yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki
yaitu 57,3 % di Puskesmas Simpang Tiga dan 68 % di Puskesmas Langsat
(Tabel 4.2)
Tabel 4.2. Distribusi Jenis Kelamin Pengunjung Poligigi
di Dua Puskesmas di Kota Pekanbaru
Puskesmas Simpang Tiga Puskesmas Langsat
Jenis Kelamin Jumlah % Jumlah %
Laki-Laki 43 57,3 51 68,0 Perempuan 32 42,7 24 32,0
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Total 75 100 75 100
Jarak tempuh dari rumah ke Puskesmas diperoleh hasil bahwa Puskesmas
Simpang Tiga terbanyak pada kelompok pasien yang jarak tempuhnya < 1 km, dan
pada Puskesmas Langsat terbanyak pada jarak tempuh 1-3 km (Tabel 4.3)
Tabel 4.3. Distribusi Jarak Tempuh Pengunjung Poligigi
di dua Puskesmas di Kota Pekanbaru
Puskesmas Simpang Tiga Puskesmas Langsat
Jarak Tempuh Jumlah % Jumlah %
< 1 Km 42 56,1 17 22,6 1-3 Km 13 17,3 42 56,1 > 3Km 20 26,6 16 21,3 Total 75 100 75 100
4.3. Kualitas Pelayanan
Kualitas Pelayanan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru
dalam penelitian ini akan membahas variabel sarana, tenaga, ketersediaan
pelayanan dan manajerial.
Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan tenaga kesehatan di Balai
Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru yang kunjungan rata-rata > 9 dan
kunjungan rata-rata < 9 berada pada kategori cukup karena tenaga yang ada di
Balai Pengobatan Gigi hanya terdiri atas dokter gigi dan perawat gigi tanpa
tenaga administrasi.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Ketersediaan sarana di Balai Pengobatan Gigi yang kunjungannya rata-rata
< 9 ada pada kategori cukup di mana ketersediaan sarana nya sebanyak 60% dari
standar yang ada, sedangkan pada Balai Pengobatan Gigi yang kunjungannya
rata-rata ≥ 9 perhari ketersediaan sarananya juga cukup, hanya saja persentasi
kecukupannya lebih tinggi yaitu 69 % dari standar yang ada.
Balai Pengobatan Gigi di puskesmas yang kunjungannya rata-rata < 9
ketersediaan pelayanannya ada pada kategori tidak baik, karena hanya
melaksanakan pengobatan dan pencabutan gigi saja padahal sarana prasarana di
balai pengobatan tersebut tersedia. Untuk Balai Pengobatan Gigi yang
kunjungannya rata-rata > 9 terbukti memiliki ketersediaan pelayanan yang cukup
karena selain melaksanakan pencabutan gigi juga melaksanakan penambalan gigi
serta perawatan syaraf gigi.
Kemampuan manajerial pada Balai Pengobatan Gigi puskesmas dengan
kunjungan rata-rata > 9 ada pada kategori baik karena mampu membuat job
description (pembagian tugas) petugas poli gigi, mengajukan pengadaan bahan
dan alat, membuat laporan bulanan serta membimbing dan mengawasi perawat
gigi dalam bidang teknis medis. Kemampuan manajerial pada Balai Pengobatan
Gigi puskesmas dengan kunjungan rata-rata < 9 ada pada kategori cukup di mana
dokter gigi membuat job description (pembagian tugas) petugas poli gigi,
mengajukan pengadaan bahan dan alat serta membuat laporan bulanan saja.
(Tabel 4.4).
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4.4. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Kunjungan Rata-Rata Tahun 2008
Kualitas Pelayanan
Puskesmas dengan kunjungan
rata-rata < 9
Puskesmas dengan kunjungan rata-rata
> 9
Ketersediaan Tenaga Kesehatan Cukup Cukup Ketersediaan Sarana/ Prasarana Cukup Cukup Ketersediaan Pelayanan Tidak baik Cukup Manajerial Cukup Baik
4.4. Analisis Statistik
Teknik analisis dengan chi square dipergunakan untuk melihat hubungan
kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan kunjungan
rata-rata Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru.
Distribusi kepuasan pasien pada penelitian ini mengukur kepuasan dari aspek
kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik.
Hubungan Aspek Kehandalan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas yang pengunjungnya rata-rata
< 9 perhari terbanyak pada kelompok dengan kategori puas dan sangat puas
untuk aspek kehandalan hanya 50,7 % saja. Di puskesmas yang pengunjungnya
rata-rata ≥ 9 perhari pasien dengan kategori puas dan sangat puas pada aspek
kehandalan persentasinya tinggi yaitu sebanyak 78,6%. Hubungan aspek
kehandalan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan kunjungan di Balai
Pengobatan Gigi menunjukkan hubungan yang signifikan dengan p=0,001 (Tabel
4.5).
Tabel.4.5
Distribusi Kepuasan Kehandalan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru
Kunjungan Puskesmas
Rata-rata < 9 Rata-rata ≥ 9 Hasil Analisis
Kepuasan Pasien
Jumlah % Jumlah %
Kehandalan
Kurang Puas
37
49,3
16
21,4
Puas 33 44,1 49 65,3
Sangat Puas 5 6,6 10 13,3
Total 75 100,0 75 100,0
p=0,001
df=2
x²= 13,109
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
4.4.2. Hubungan Aspek Daya Tanggap Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata Di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru.
Hasil penelitian menunjukkan kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru yang kunjungan rata-rata < 9 pengunjung yang puas dan sangat
puas untuk aspek daya tanggap hanya 54,7%. Sedangkan puskesmas yang
pengunjungnya rata-rata ≥ 9 perhari persentase pasien yang puas dan sangat
puas untuk aspek daya tanggap tinggi 76,0%. Hasil analisis statistik
menunjukkan ada hubungan yang signifikan untuk aspek daya tanggap terhadap
kunjungan dengan nilai p = 0,012 (Tabel 4.6).
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Tabel. 4.6
Distribusi Kepuasan Daya Tanggap Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata < 9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru
Kunjungan Puskesmas
Rata-rata < 9 Rata-rata ≥ 9
Hasil Analisis
Kepuasan Pasien
Jumlah
% Jumlah
%
Daya Tanggap
Kurang Puas
34
45,3
18
24,0
Puas
33
44,0
40
53,3
Sangat Puas
8
10,7
17
22,7
Total 75 100,0
75 100,0
p=0,012
df=2
x²= 8,834
4.4.3. Hubungan Aspek Jaminan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Rata-Rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas yang pengunjungnya < 9
perhari kelompok kategori puas dan sangat puas untuk aspek jaminan hanya 26,7
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
%. Sedangkan di puskesmas yang kunjungannya ≥ 9 perhari persentase kategori
puas dan sangat puas tinggi untuk aspek jaminan 78,7%. Hasil analisis statistik
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara aspek kepuasan jaminan
dengan kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas dengan nilai p=0,000
(Tabel 4.7).
Tabel. 4.7
Distribusi Kepuasan Jaminan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru
Kunjungan Puskesmas
Rata-rata< 9 Rata-rata ≥ 9
Hasil Analisis Kepuasan
Pasien Juml
ah % Jum
lah %
Jaminan
Kurang Puas
55
73,3
16
21,3
Puas
16
21,3
42
56,0
p=0,000
df=2
x²= 41,125
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Sangat Puas
4
5,4
17
22,7
Total 75 100,0
75 100,0
4.4.4. Hubungan Empati Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan
Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan
Baru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas yang pengunjungnya < 9
perhari persentase kelompok kategori puas dan sangat puas untuk aspek empati
tinggi yaitu sebanyak 64%, begitu juga halnya dengan puskesmas dengan rata-rata
kunjungan > 9 per hari untuk kategori puas dan sangat puas untuk aspek empati
juga tinggi yaitu sebanyak 72,0%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kepuasan untuk aspek empati tidak mempunyai hubungan dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru
karena nilai p=0,456 (Tabel 4.8).
Tabel . 4.8
Distribusi Kepuasan Empati Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata < 9 dan ≥ 9 di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Kunjungan Puskesmas
Rata-rata < 9
Rata-rata ≥ 9
Hasil Analisis Kepuasan
Pasien Juml
ah % Jum
lah %
Empati
Kurang Puas
27
36,0
21
28,0
Puas
35
46,7
36
48,0
Sangat Puas
13
17,3
18
24,0
Total 75 100,0
75 100,0
p=0,456
df=2
x²= 1,571
4.4.5. Hubungan Aspek Bukti Fisik Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas yang pengunjungnya < 9
perhari persentase kategori puas dan sangat puas untuk aspek bukti fisik hanya
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
30,7 %. Sedangkan puskesmas yang kunjungan ≥ 9 perhari ditemukan kategori
puas dan sangat puas untuk aspek bukti fisik tinggi yaitu sebanyak 78,7%. Hasil
uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara aspek bukti fisik
terhadap kunjungan dengan nilai p=0,000 ( Tabel 4.9 ).
Tabel. 4.9
Distribusi Komponen Kepuasan Bukti Fisik Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Kunjungan Rata-Rata <9 dan ≥ 9 di Balai
PengobatanGigi Puskesmas Kota Pekanbaru
Kunjungan Puskesmas
Rata-rata < 9 Rata-rata ≥ 9
Hasil Analisis Kepuasan
Pasien Jumla
h % Jumlah %
Bukti Fisik
Kurang Puas
52
69,3
16
21,3
Puas
21
28,0
49
65,4
p=0,000
df=2
x²= 35,592
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Sangat Puas
2
2,7
10
13,3
Total 75 100,0
75 100,0
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Kualitas Pelayanan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan
Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru.
Kualitas pelayanan dalam penelitian ini membahas sarana/prasarana, tenaga
kesehatan, ketersediaan pelayanan dan manajerial.
5.1.1. Kualitas Sarana/ Prasarana Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota
Pekanbaru.
Hasil observasi menunjukkan bahwa aspek sarana/ prasarana dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Balai Pengobatan Gigi (BPG) Puskesmas
Kota Pekan baru ada pada kategori cukup. Penetapan kategori cukup pada sarana
karena ada beberapa bagian yang tidak berfungsi dari peralatan besar dental unit ,
selain itu peralatan seperti kompresor yang berfungsi menggerakkan dental unit dan
alat-alat penambalan gigi kurang berfungsi dalam mendukung pelayanan poliklinik
gigi ( Tabel 4.4).
Pada saat observasi ditemukan sarana/ prasarana yang tersedia terdapat
beberapa alat yang rusak dan tidak berfungsi secara maksimal terutama alat-alat
penambalan gigi dan alat penunjang penambalan gigi seperti kompresor.
Berdasarkan kenyataan ini sebaiknya perlu dilakukan perbaikan alat-alat yang rusak
yang memang dibutuhkan oleh pasien dalam pelayanan dan diminta kepada para
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
54
pelaksana tenaga kesehatan gigi untuk dapat memfungsikan alat-alat yang sudah ada.
Peran kepala puskesmas dalam hal ini juga sangat diperlukan untuk mendorong
dokter dan perawat gigi dalam melakukan pelayanan secara maksimal.
5.1.2. Kualitas Tenaga Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan
Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru
Hasil observasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga dokter dan
perawat gigi di Balai Pengobatan Gigi dan Mulut Puskesmas Kota Pekanbaru
ada pada kategori cukup atau belum sesuai dengan standar. Tenaga yang ada
hanya terdiri atas dokter gigi dan perawat gigi saja. Sedangkan menurut Standar
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Perkotaan (2002), dibutuhkan
tenaga dokter gigi 2 orang, perawat gigi 2 orang dan tenaga non medis 1 orang.
Sesuai hal di atas ketersediaan tenaga di poli gigi puskesmas kota Pekanbaru
masih belum memenuhi standar.
Pada penelitian yang dilakukan Irawan (2002), jumlah dokter gigi dan
perawat gigi pada umumnya masih kurang di 10 Puskesmas yang ada di Jawa
Tengah. Kurangnya tenaga perawat gigi dan dokter gigi di beberapa Puskesmas
disebabkan oleh karena para tenaga kesehatan ini tidak mau ditempatkan
di Puskesmas. Penyebab tidak inginnya perawat dan dokter gigi di tempatkan
di Puskesmas disebabkan sistem yang ada di Puskesmas bersifat top down (diatur
dari atas). Selain itu penempatan perawat gigi dan dokter gigi memang sudah
terpola secara seragam dan akhirnya berdampak pada kinerja tenaga kesehatan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
yang melakukan pekerjaan hanya sebagai rutinitas belaka dan membuat mereka
tidak tahu harus mulai dari mana untuk bekerja secara inovatif dan lebih kreatif.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya perawat gigi bertugas membantu
dokter melayani pasien, melaksanakan pencatatan dan pelaporan, mereka juga
turun ke lapangan melaksanakan penyuluhan dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS). Artinya perawat gigi mempunyai tugas rangkap sehingga tugas pokok
sebagai perawat gigi melayani pasien tidak maksimal. Dengan demikian perlu
dilakukan penambahan tenaga perawat gigi di poli gigi sesuai dengan kebutuhan
yang ada dan perlu dilakukan pelatihan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja tenaga kesehatan gigi sesuai dengan kondisi penyakit gigi
yang ada di puskesmas kota Pekanbaru.
5.1.3. Ketersediaan Pelayanan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota
Pekanbaru
Hasil observasi menunjukkan bahwa ketersediaan pelayanan di BPG
Puskesmas Kota Pekanbaru cukup bahkan cenderung pada kategori kurang cukup.
Kondisi ini ditunjukkan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan akan permintaan
pasien gigi dan mulut akan pelayanan yang disediakan, misalnya tidak semua
puskesmas melayani penambalan gigi dan pembersihan karang gigi, yang lebih
banyak adalah pelayanan pengobatan dan cabut gigi saja. Menurut Pedoman Kerja
Puskesmas (1999), jenis pelayanan yang seharusnya diberikan sesuai Standar
Pelayanan Minimal ( SPM ) adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,
pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan
operkulektomi.
Ketersediaan pelayanan yang tidak baik menyebabkan kunjungan rendah dan
ketersediaan pelayanan yang cukup menyebabkan kunjungan rata-rata > 9. Untuk itu
disarankan kepada kepala puskesmas melakukan pencatatan sarana prasarana yang
rusak dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan untuk dilakukan perbaikan.
5.1.4. Kualitas Manajerial Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru
Hasil observasi menunjukkan bahwa kualitas manajerial di balai pengobatan
gigi dan mulut Puskesmas Kota Pekanbaru ada pada kategori cukup dan baik.
Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas ini ditandai dengan kemampuan dalam
membuat beberapa job description, monitoring yang ada telah dilaksanakan dengan
baik oleh kedua pimpinan Puskesmas ini. Pelaksanaan sistem manajerial yang ada
dalam penelitian ini menunjukkan adanya kerjasama yang baik menyebabkan
ketersediaan pelayanan di Puskesmas dengan kunjungan rata-rata > 9 lebih baik
dibandingkan kemampuan manajerial puskesmas dengan kunjungan rata-rata < 9.
Folet (2004) mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini diartikan bahwa para
manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, yang berarti tidak dilakukan
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
sendiri, atau dapat dikiaskan sebagai berikut "manejer” adalah satu orang tetapi
mempunyai seribu “tangan dan kaki", di mana manejer melakukannya dengan proses
manajemen. Hal ini didukung oleh Sughanda (1998) bahwa manajer yang memiliki
ketrampilan manajerial yang baik juga harus mempunyai jwa kepemimpinan. Artinya
seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi anggotanya untuk dapat
melaksanakan apa yang diperintahkannya. Biasanya kemampuan manajer
ditunjukkan dari kecakapan dan kelebihan yang dimilikinya dalam menjalankan
organisasinya.
Hasil penelitian yang dilakukan Sambas (2007) di RSUP H. Adam Malik
menunjukkan bahwa kemampuan manajerial merupakan hal yang paling penting dan
memiliki pengaruh terhadap upaya menunjang mutu pelayanan di ruangan.
Kemampuan manajer dalam penelitian ini menganalisa tentang kompetensi manajer
dan keterampilan manajerial dalam implementasi strategik pelayanan. Agar
pelayanan kesehatan optimal di BPG Puskesmas maka manejer perlu membuat
Standar Operating Procedure ( SOP) sehingga diperoleh suatu instrumen yang
dikenal sebagai daftar tilik, untuk mengamati apakah petugas sudah melaksanakan
proses pelayanan sesuai standar. Di samping itu perlu dilakukan pelatihan bagi
manejer agar kemampuan dalam manajemen meningkat.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
5.2. Hubungan Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru
Kepuasan meliputi aspek kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan
bukti fisik. Pendapat Chapko, et al (1985) bahwa kepuasan pasien yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi meliputi: hubungan dokter gigi dengan
pasien ( dentist-patient relations), mutu teknik merawat (technical quality of
care), akses (acces), lama tunggu pasien (patient waiting time), fasilitas (facility),
ketersediaan (availability), kesinambungan (continuity), penampilan kerja
(performing expended duties), hubungan perawat gigi dengan pasien (staff-patient
relations) dan mutu teknik perawat gigi dalam merawat (staff technical quality of
care).
5.2.1. Hubungan Kehandalan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan
baru
Ada hubungan kehandalan dengan kunjungan di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru dengan nilai p sebesar = 0,001. ( Tabel 4.5 ). Hal ini
memberi makna bahwa puskesmas yang kurang memenuhi kepuasan kehandalan
pada pasien di poli gigi akan membuat kunjungan rendah dan tidak standar.
Rendahnya pasien yang puas dan sangat puas dari aspek kehandalan
di Puskesmas yang pengunjungnya < 9 disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
pasien merasa tenaga kesehatan di poli gigi dalam memberikan pelayanan kurang
teliti, misalnya dalam melakukan pemeriksaan gigi, perawat dan dokter hanya
melakukan pemeriksaan pada gigi yang sakit saja dan kurang memperhatikan
kemungkinan kerusakan pada gigi yang lain sehingga pasien masih merasakan
keluhan pada giginya walaupun telah mendapat perawatan. Di samping itu
pasien juga menyebutkan bahwa prosedur pemeriksaan gigi dari mulai urusan
administrasi sampai mendapat tindakan membutuhkan waktu yang lama sehingga
membuat pasien bosan menunggu. Menurut pasien, perawat yang mendampingi
dokter dalam melakukan perawatan dan tindakan juga kurang sigap, hal ini
terlihat dari lambannya para perawat ketika membantu dokter memberikan
beberapa peralatan yang digunakan untuk melakukan tindakan.
Sementara tingkat kepuasan pasien di Puskesmas yang pengunjungnya > 9
menunjukkan bahwa semakin baik aspek kehandalan maka semakin tinggi jumlah
pengunjung yang datang ke balai pengobatan gigi. Jumlah ini terlihat dari
persentasi pengunjung yang merasa sangat puas dan puas pada dimensi
kehandalan lebih tinggi dibandingkan yang kurang puas. Menurut pasien
beberapa faktor pada dimensi kehandalan yang ada dibalai pengobatan ini lebih
dapat memenuhi kebutuhan pasien misalnya pasien puas pada tindakan pelayanan
yang diberikan oleh dokter dan perawat. Di samping itu pasien juga merasa
bahwa tenaga kesehatan yang melakukan tindakan pada gigi mereka lebih hati-
hati dan lebih dapat mengurangi keluhan yang mereka alami. Sementara adanya
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
persentasi pasien yang merasa kurang puas dalam penelitian ini diprediksi oleh
karena kekurang pahaman pasien akan prosedur perawatan pada gigi, misalnya
kondisi gigi yang sudah parah dan memerlukan beberapa kali kunjungan. Pada
situasi ini diharapkan para tenaga kesehatan khusunya dokter memberikan waktu
untuk konsultasi lebih lama untuk memberikan pengertian pada prosedur
perawatan gigi yang sebenarnya.
Menurut Handi Irawan (2002), sekitar 60% dari keluhan konsumen yang
menerima pelayanan di tempat pelayanan kesehatan dikarenakan kurang puas dari
aspek kehandalan. Konsumen mengeluh karena pemberi jasa tidak menepati
janjinya dan melakukan kesalahan dalam memberikan pelayanan. Diharapkan
kepada para perawat gigi dan dokter gigi dapat memberikan kinerja yang lebih
baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien seperti ketepatan dalam
memberi pelayanan dan kerapian dalam melakukan tindakan perawatan gigi
sehingga pasien tidak mengeluhkan pelayanan yang diberikan.
5.2.2. Hubungan Daya Tanggap Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Rata-rata Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota
Pekanbaru
Ada hubungan daya tanggap dengan kunjungan di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru dengan nilai p sebesar = p=0,012 ( Tabel 4.6). Hal ini
memberi makna bahwa puskesmas yang kurang memenuhi kepuasan daya
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
tanggap pada pasien di poli gigi akan membuat kunjungan rendah dan tidak
standar.
Hasil penelitian mengenai aspek kepuasan Responsiveness (daya tanggap)
di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas yang kunjungannya < 9 di Kota Pekanbaru
menunjukkan responden pada kategori puas dan sangat puas rendah. Rendahnya
kategori puas dan sangat puas pada aspek daya tanggap dipuskemas dengan
pengunjung < 9 ini disebabkan : waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan
dirasakan pasien lama, kurangnya tenaga kesehatan memberi penjelasan terhadap
penyakit yang dideritanya dan dokter gigi serta perawat kurang berada ditempat
pada saat-saat jam pelayanan. Selain itu pasien juga membutuhkan daya tanggap
yang lebih baik berupa kecepatan petugas dalam melakukan proses pendaftaran
seperti petugas administrasi benar-benar datang dan melaksanakan tugasnya
sesuai dengan jam kedatangan yang diberlakukan dan melaksanakan pelayanan
sesuai dengan antrian kedatangan.
Hasil penelitian pada Puskesmas yang kunjungannya > 9 menunjukkan bahwa
pasien yang sangat puas dan puas pada aspek daya tanggap lebih tinggi
dibandingkan dengan yang kurang puas. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
beberapa faktor dalam dimensi daya tanggap benar-benar sangat berpengaruh
pada jumlah kunjungan yang ada. Pemenuhan kebutuhan pasien pada beberapa
dimensi kepuasan daya tanggap membuat puskesmas ini memenuhi standar
pelayanan poli gigi yang diharapkan. Masih adanya persentasi pasien yang merasa
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
kurang puas dalam penelitian ini diprediksi disebabkan rasa sakit yang berlebihan
pada diri pasien sehingga mereka merasa memerlukan ketanggapan yang lebih
yang harus dilakukan tenaga kesehatan pada mereka.
Menurut Ilyas (2001) kepuasan terhadap dimensi responsiveness adalah
berdasarkan persepsi dan bukan aktualnya. Karena persepsi mengandung aspek
psikologis, maka faktor komunikasi dan situasi fisik di sekeliling pelanggan yang
menerima pelayanan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi penilaian
pelanggan. Mengkomunikasikan kepada pelanggan mengenai proses pelayanan yang
diberikan akan membentuk persepsi yang lebih positif. Pelayanan yang responsif atau
yang tanggap, juga sangat dipengaruhi oleh sikap front-line. Salah satunya adalah
kesigapan dan ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau permintaan pelanggan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Elhaitammy dalam Parani (1997), tentang
pengertian pelayanan jasa yang unggul (service excellence) adalah sikap atau
cara petugas dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Sasaran dan
manfaat service excellence secara garis besar terdapat 4 (empat) unsur pokok
yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Ke empat unsur pokok
tersebut merupakan suatu kesatuan pelayanan yang terintegrasi, artinya pelayanan
atau jasa menjadi tidak sempurna bila ada salah satu dari unsur tersebut diabaikan.
Hasil penelitian Christina (2007) yang menyangkut kepuasan pasien di RSUP H.
Adam Malik menunjukkan pengaruh aspek kepuasan daya tanggap lebih
berpengaruh dibandingkan dengan aspek kepuasan lainnya. Penelitian lain yang
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
juga mendukung penelitian ini adalah hasil penelitian Sondang (2006) yang
menyebutkan bahwa aspek kepuasan daya tanggap memiliki pengaruh terhadap
kepuasan pasien.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
5.2.3. Hubungan Jaminan Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan
Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru
Ada hubungan jaminan dengan kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kota Pekanbaru dengan nilai p = 0,000 ( Tabel 4.7). Hal ini memberi makna
bahwa puskesmas yang kurang memenuhi kepuasan jaminan pada pasien di poli
gigi akan membuat kunjungan rendah dan tidak standar.
Beberapa penyebab rendahnya kepuasan pada jaminan di balai pengobatan yang
pengunjungnya < 9 ini ditunjukkan dengan masih ditemukannya pasien yang
mengeluh karena rasa sakit yang dideritanya belum berkurang walaupun telah
mendapatkan tindakan pengobatan. Kurangnya komunikasi yang baik antara
dokter dan pasien dalam prosedur pengobatan secara bertahap diprediksi menjadi
penyebab ketidak pusan pada aspek jaminan. Menurut Makmuri (2004) bahwa
seseorang meletakkan nilai tinggi pada tingkat kepuasan apabila kepuasan itu
sendiri memberi dampak yang segera pada pemenuhan kebutuhan kepuasan itu
sendiri.
Pendapat lain yang disebutkan oleh Hanafi (2004) menyebutkan bahwa ada dua
faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa pelayanan atas jaminan kepuasan
yang dirasakan pasien yaitu expected service dan perceived service. Apabila
pelayanan yang diterima atau dirasakan dapat menjamin pasien, maka kualitas
jasa pelayanan akan dipersepsikan baik dan memuaskan serta jika jasa yang
diterima mampu melampaui harapan pasien, maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas jasa yang ideal. Sebaliknya jika jaminan atas kualitas jasa yang
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan
kesehatan akan dipersepsikan buruk atau tidak memuaskan. Oleh karena itu baik
tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyediaan
pelayanan dalam memenuhi harapan pasien secara konsisten. (Irawan, 2007).
5.2.4. Hubungan Bukti Fisik Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota
Pekanbaru
Ada hubungan bukti fisik dengan kunjungan di Balai Pengobatan Gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru dengan nilai p sebesar p=0,000.( Tabel 4.9 ). Hal ini
memberi makna bahwa puskesmas yang kurang memenuhi kepuasan bukti fisik
pada pasien di poli gigi akan membuat kunjungan rendah dan tidak standar.
Dimensi kepuasan pasien di poli gigi Puskesmas yang pengunjungnya < 9
menunjukkan pasien dengan kategori puas dan sangat puas rendah. Rendahnya
kategori puas dan sangat puas karena peralatan gigi yang ada kondisinya juga
kurang baik, beberapa alat yang ada merupakan peralatan biasa dan menurut
pasien kondisinya kurang mampu menunjang proses pelayanan misalnya tempat
duduk untuk pemeriksaan belum otomatis dan tidak dapat digerakkan lagi. Bukti
fisik lain yang membuat rendahnya kepuasan pasien pada Puskesmas yang
pengunjungnya < 9 adalah alat penambalan gigi yang menurut pasien merupakan
tindakan sederhana saja banyak yang tidak berfungsi sehingga hasil kerja yang
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
dilakukan kurang maksimal. Pasien yang ingin membersihkan karang gigi juga
tidak terlayani karena rusaknya alat pembersihan karang gigi di samping tenaga
yang kurang di poli gigi.
Hasil penelitian di Puskesmas yang pengunjungnya > 9 menunjukkan bahwa
pasien yang sangat puas dan puas lebih tinggi dibandingkan kategori kurang puas.
Kuatnya hubungan aspek bukti fisik terhadap jumlah kunjungan terlihat dari
mampunya puskesmas dalam memenuhi kebutuhan pasien dalam hal ketersediaan
sarana dan prasarana. Tercapainya standar kunjungan di Puskesmas Kota
Pekanbaru ditunjukkan dengan tingginya persentasi pasien yang menyatakan
bahwa pelayanan di balai pengobatan gigi memang telah didukung oleh peralatan
yang cukup, sehingga proses pelayanan dapat berjalan dengan lancar. Sementara
masih adanya persentasi pasien yang kurang puas pada dimensi bukti fisik
diprediksi oleh karena pasien mengharapkan beberapa peralatan yang canggih
dalam tindakan pelayanan gigi sehingga tindakan yang dihasilkan lebih maksimal.
Menurut Maslow yang dikutip dalam Gerson (2001) bahwa semakin tinggi
kebutuhan manusia maka semakin rendah nilai-nilai kebutuhan primer yang
dianutnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Tandem Sari Kelaten oleh Faisal (2003), dimana kepuasan terbaik yang
dirasakan pasien terdapat pada dimensi bukti fisik yang menyangkut pada ruang
tindakan yang bersih dan tenang. Hal ini mungkin karena di dalam ruanganlah
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
pasien memberi penilaian atas apa yang diharapkannya untuk memenuhi
kepuasannya. Menurut Lovelock (2005), karena kinerja jasa tidak berwujud,
bukti fisik memberi petunjuk tentang kualitas jasa dan dalam beberapa hal akan
sangat mempengaruhi pelanggan (khususnya pelanggan baru) dalam menilai jasa
tersebut, sehingga para manajer perlu memikirkan secara cermat sifat dari bukti
fisik bagi pelanggan.
Menurut Makmuri (2004) sebelum pelanggan membeli suatu jasa, mereka
memiliki harapan tentang kualitas jasa yang didasarkan pada kebutuhan-
kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya, rekomendasi dari mulut ke mulut
dan iklan penyedia jasa. Setelah membeli dan menggunakan jasa tersebut,
pelanggan membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang benar-
benar mereka terima. Jika kinerja jasa yang diterima berada di atas tingkat jasa
yang mereka inginkan, maka akan dipandang memiliki kualitas yang lebih tinggi.
Hasil yang sama menyangkut dimensi kepuasan bukti fisik yang dilakukan
di RSUD di Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi DI Yogyakarta oleh Karim,
(2002) menunjukkan dimensi tampilan berhubungan dalam menyumbang
pembentukan persepsi kualitas pelayanan secara keseluruhan. Persepsi responden
penelitian terhadap masing-masing dimensi pelayanan kesehatan menunjukkan
adanya kesamaan nilai baik secara total maupun parsial menurut status responden,
jenis kelamin, rumah sakit dan kelas ruang perawatan.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan kondisi di atas, diharapkan kepada para tenaga kesehatan yang ada
di poli gigi mampu menunjukkan penampilan yang memberi keyakinan tinggi
pada pasien. Kebersihan/steril alat-alat perlu dilakukan dengan baik agar
kemungkinan penularan penyakit melalui alat-alat ini tidak terjadi pada pasien.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini memiliki berbagai kekurangan, diantaranya :
1. Penilaian aspek kepuasan dalam penelitian ini masih belum mencakup semua
aspek dari dimensi kepuasan karena hanya melihat dari 5 dimensi kepuasan saja
sedangkan menurut beberapa pakar, dimensi kepuasan masih bisa ditinjau dari
beberapa dimensi lain seperti teori kepuasan dalam Donabedian (1998) yang
melihat kepuasan dari 14 dimensi, teori Nursalam (2005) yang melihat dimensi
kepuasan dari 12 dimensi dan beberapa ahli lainnya.
2. Pertanyaan dan jawaban yang tertera dalam kuesioner penelitian kemungkinan
belum dapat menampung seluruh fakta dan pendapat maupun harapan responden
(pasien). Hal ini karena kepuasan pasien merupakan sesuatu yang bersifat
subjektif sehingga sulit untuk diukur.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan aspek kualitas pelayanan dapat disimpulkan bahwa kualitas
pelayanan di Puskesmas kota Pekanbaru baik dari aspek sarana, ketersediaan
pelayanan, tenaga dan manajerialnya ada pada kategori cukup.
2. Berdasarkan aspek kepuasan dapat disimpulkan bahwa 4 (empat) dimensi
kepuasan (kehandalan, daya tanggap, jaminan, dan bukti fisik) memiliki
hubungan yang signifikan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan
kunjungan pasien di poli gigi kota Pekanbaru. Sedangkan aspek kepuasan
empati dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan yang signifikan dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan kunjungan pasien di poli gigi
Puskesmas Kota Pekanbaru.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
6.2. Saran
1. Dinas Kesehatan
Diperlukan supervisi secara berkala ke Puskesmas agar dapat memonitor
kebutuhan dan merencanakan anggaran dalam pemenuhan pelayanan dengan
menggunakan daftar tilik sebagai alat pengukur standar kebutuhan dasar
Puskesmas.
69 2. Pimpinan Puskesmas:
a. Membuat usulan anggaran kepada pemerintah daerah setempat untuk
menambah sarana dan prasarana Puskesmas khususnya peralatan
perawatan di poli gigi yang belum ada atau rusak yang disesuaikan
dengan standar peralatan perawatan gigi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan berdasarkan permintaan dokter gigi.
b. Pengembangan jenis pelayanan berdasarkan sub pelayanan poliklinik gigi
sesuai permintaan dan kebutuhan pasien.
c. Puskesmas dengan kunjungan rata-rata < 9 perlu melakukan pembenahan
pelayanan dan menambah jenis pelayanan di Poliklinik Gigi sesuai
permintaan dan kebutuhan penyakit gigi yang ada di masyarakat. Untuk
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Puskesmas dengan kunjungan rata-rata > 9 perlu memelihara dan
meningkatkan kondisi yang sudah ada..
d. Menyesuaikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Poliklinik gigi sesuai
kondisi puskesmas agar pelaksanaan pelayanan dapat lebih lancar.
e. Membuat sanksi kepada dokter gigi atas ketidak patuhan melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan Standar operating prosedur (SOP).
3. Dokter Gigi:
a. Menjalankan pengelolaan pelayanan sesuai dengan manajemen pelayanan
gigi dan mulut agar sistem pelayanan di Poli Gigi semakin baik.
b. Dokter gigi sebaiknya menunjukkkan kompetensi yang maksimal dalam
melayani pasien agar tingkat keyakinan pasien atas tindakan yang
dilakukan memberi kepuasan pada mereka.
4 Tenaga Perawat: membantu dokter dalam melakukan tindakan pelayanan gigi
sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai perawat gigi dan memberi asuhan
keperawatan gigi pada pasien sehingga hasil pelayanan pada pasien lebih baik.
5. Bagi tenaga administrasi sebaiknya melaksanakan prosedur administrasi dan
membuat alur pelayanan dari mulai masuk sampai pulang sesingkat mungkin
sehingga proses pelayanan dapat lebih cepat.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Afiansyah,.Hubungan Antara Pelayanan Tenaga Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Di Puskesmas Latihan Blang Padang Banda Aceh Tahun 2000. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia
Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Azwar, A., 1996, Administrasi Kesehatan, Jakarta : PT Binarupa Aksara.
Chapko and Miller RR.,1985, Management of Geriatric Dental Management Patient, Washington DC : CV Mosby Company.
Christina, Z., 2007, Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Departeman Kesehatan RI.,1999., Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi.
Departemen Kesehatan RI., 1999. Pedoman Kerja Puskesmas jilid I, Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Departemen Kesehatan RI., 2002. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan 2001-2004, Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI., 2002. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Perkotaan, Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Departemen Kesehatan RI., 2003. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Mutu Di Puskesmas, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI.,2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Pedoman Pelayanan Kesehatan Puskesmas Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru., 2007. Profil Kesehatan Kota Pekan Baru Tahun 2007, Pekan baru, Riau
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
72
Fauzi, M., 1995, Sosiologi Kesehatan, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Farida, J., 2005. Manajemen Jasa, Bogor : Ghalia Indonesia
Gerson, R,F., 2001. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Penerbit PPM
Harun, D, Faktor – Faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap Mutu Pelayanan Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sudarso Pontianak Kalimantan Barat Bulan Oktober Tahun 2000. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hanafi, 2004, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya : Airlangga University Press.
Idawani, 2001, Hubungan Antara Mutu Dan Cakupan Pelayanan Unit Rawat Jalan Puskesmas di Provinsi NAD. Banda Aceh.
Ilyas, Y., 1997. Kinerja: Teori, Penilaian dan Penelitian, Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Irawan, A., 2002. Pengertian Pelayanan Persalinan Terhadap Kepuasan Pasien di RSUD Tebing Tinggi, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat – USU.
Jacobalis, S., 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta : Persi.
Kotler, P., 2000. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jakarta : Erlangga.
Makmuri., 2004. Perilaku Organisasi, Yogyakarta : Gadjah Mada Press.
Parani., 1997. Manajemen Mutu Pelayan Kesehatan, Surabaya : Airlangga University Press.
Pohan, Imbalo, S., 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan I, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ,EGC
Ramadanura., 2002. Patients Satisfaction Toward Oral Care Services Huayploo Community Hospital in Nakhon Chaisri, Thailand : Dentika DJ., 7(2):
93 – 1004.
Safii., 2002. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Sanusi., 2006. Persepsi Mutu Pelayanan Kesehatan Pasien Klinik Bersalin Anggrek. Working Paper, Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM.
Sambas, J., 2007. Kompetensi dan Iklim Kerja Staf di Unit Penunjang Medik RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Sarif, T., 2004. Faktor – Faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap Mutu Pelayanan Di Poliklinik Gigi Puskesmas Tejosari, Klaten. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Situmorang, N., 1994. Persepsi Ibu – Ibu Rumah Tangga Mengenai Penyakit Karies Gigi dan Hubungannya Dengan Perilaku Pencarian Pengobatan Profesional Di Kecamatan Tanjung Morawa. Tesis, Jakarata : Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Situmorang, N., 2006. Survei Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poliklinik Gigi Puskesmas Teladan Medan Kota, Dentika DJ: 11(2): 99 – 105.
Siagian, S., 2007. Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono., 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta.
Suganda., 1998. Kepemimpinan di Dalam Organisasi dan Management. Bandung : Sinar Baru.
Supranto, J.,1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Survei Kesehatan Rumah Tangga., 2004. Prevalensi Penyakit Gigi Dan Mulut, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Tjiptono, F., 2001. Total Quality Management, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tjiptono,F., 2004. Manajemen Jasa, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Wijono, Dj., 1999 Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya: Airlangga University Press.
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
Sornauli Saragih : Hubungan Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Dengan Kunjungan Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekan Baru, 2009 USU Repository © 2008
YKGI., 2003, Survei Karies Gigi dan Gingivitis Pada Anak – Anak di Jakarta : Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia.