106
HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON DENGAN AKHLAK SANTRI PONDOK PESANTREN NADWATUL UMMAH BUNTET PESANTREN CIREBON Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun Oleh : Ahmad Yusuf Qurdhowi Nim : 109011000068 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

  • Upload
    lamnga

  • View
    249

  • Download
    17

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON

DENGAN AKHLAK SANTRI

PONDOK PESANTREN NADWATUL UMMAH

BUNTET PESANTREN CIREBON

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh :

Ahmad Yusuf Qurdhowi

Nim : 109011000068

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON

DENGAN AKHLAK SANTRI

PONDOK PESANTREN NADWATUL UMMAH

BUNTET PESANTREN CIREBON

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Disusun Oleh :

Ahmad Yusuf Qurdhowi

NIM : 109011000068

Dibawah Bimbingan :

Drs. Rusdi Jamil, MA

NIP. 1962 1231 19950 31 005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 3: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran
Page 4: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran
Page 5: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

ABSTRAK

Nama : Ahmad Yusuf Qurdhowi

Nim : 109011000068

Fak/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Hubungan Penerapan Budaya Keraton Terhadap Akhlak Santri di

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Cirebon

Skripsi ini berjudul Hubungan Penerapan Budaya Keraton Terhadap

Akhlak Santri di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Cirebon. Lingkup yang

dijadikan penelitian penulis adalah sikap para abdi terhadap para sultan dan

keluarga sultan. Tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk mencari hubungan

antara penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri di pondok pesantren

Nadwatul Ummah Cirebon. Penerapan budaya keraton seperti ini sangat jarang

diterapkan dalam dunia pendidikan baik sekolah umum maupun dalam

pendidikan pesantren sehingga perlu diketahui latar belakang serta pengaruhnya

penerpan budaya keraton terhadap akhlak santri di pondok pesantren.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif kuantitatif yang dalam pelaksanaannya penulis mengadakan penelitian

lapangan dengan cara menyebar angket kepada beberapa responden serta

mengadakan obserfasi di pesantren yang menjadi tempat penelitian.

Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menunjukan bahwa

antara penerapan budaya keraton dengan akhlak santri pondok pesantren

Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon menunjukan adanya hubungan yang

signifikan dengan hasil perhitungan yang menunjukan r hitung > r tabel (r hitung 0, 61 >

r tabel 5% = 0, 273 / r hitung 0, 61 > r tabel 1% = 0, 354) yang artinya r hitung lebih besar

(0, 61) dari r tabel 5% (0, 273) dan r tabel 1% (0, 354). Hal ini dikarenakan dengan

adanya penerpan budaya keraton dapat membantu proses pendidikan di peantren

terutama dalam pendidikan akhlak, dimana para santri mendapatkan pendidikan

akhlak yang nyata melalui penerapan budaya keraton.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara penerapan budaya keraton dengan akhlak santri di pondok

pesantren Nadwatul Ummah, karena dengan penerapan buadaya tersebut dapat

membantu proses pendidikan di pesantren.

i

Page 6: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat beriringan

salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad

SAW sebagai suri tauladan bagi umat manusia.

Skripsi ini berjudul Hubungan Penerapan Budaya Keraton terhadap

Akhlak Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon,

merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S. Pd. I).

Atas selesainya Skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan serta doa dari

berbagai pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam rangka penyusunan

dan penulisan Skripsi ini, untuk itu penulis menyampaikan ribuan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini. Yaitu :

1. Kedua orang tua, yaitu Ahmad Junaedi dan Rianawati, S. Pd yang telah

merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang secara tulus,

mendoakan dan mencukupi moril serta materil kepada penulis.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Ibu Nurlena Rifa‘i MA, Ph. D, beserta seluruh staffnya.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M.Ag dan

seketaris Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, MA

beserta seluruh staffnya.

4. Bapak Drs. Rusdi Jami, MA yang telah sabar dan meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya dan membimbing kepada penulis selama menuntut ilmu

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam

ii

Page 7: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat

bermanfaat dikemudian hari.

6. Dra. Shofiah, M.Ag sebagai dosen penasehat akademik, yang memberikan

dukungan dan bimbingan kepada penulis, untuk menyelesaikan studi tepat

waktu.

7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan

Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan

kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian

skripsi ini.

8. Pengasuh Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon Dr.

KH. Luthfi El-Hakim, MA beserta keluarga besar Pondok Pesantren yang

telah bersedia membantu penulis melakukan penelitian di Pesantren.

9. Seluruh santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon

yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

dengan mengisi angket yang telah disebarkan.

10. Seluruh teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu

mensuport penulis serta memberikan masukan dalam menyelesaikan tugas

akhir hingga skripsi ini selesai.

Semoga bantuan yang telah diberikan dapat berbuah berkah dan pahala

sehingga bermanfa‘at bagi penulis dan juga semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi. Dan semoga apa yang telah

penulis hasilkan dari skripsi ini dapat bermanfa‘at bagi semua orang pada

umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Amin ya Rabbal‘alamin.

Jakarta, 04 Mei 2014

Ahmad Yusuf Qurdhowi

iii

Page 8: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK .....................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iv

DAFTAR TABEL .........................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................4

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................4

D. Perumusan Masalah ....................................................................................5

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................6

F. Kegunaan Penelitian ...................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik ......................................................................................7

1. Budaya ..............................................................................................7

a. Pengertian Budaya ........................................................................7

b. Substansi (Isi) Budaya ..................................................................9

2. Keraton .............................................................................................10

a. Pengertian Keraton .......................................................................10

b. Unsur-unsur Keraton ....................................................................11

c. Budaya Keraton ............................................................................11

3. Pesantren ...........................................................................................14

a. Pengertian Pesantren ....................................................................14

b. Tujuan Pesantren ..........................................................................15

c. Elemen-elemen Pesantren ............................................................15

d. Kategorisasi Pesantren ..................................................................17

e. Pola Pesantren ..............................................................................18

iv

Page 9: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

4. Akhlak ...............................................................................................19

a. Pengertian Akhlak ..........................................................................19

b. Ruang Lingkup Akhlak..................................................................20

1) Akhlak Seorang Anak Kepada Orangtua ..............................20

2) Akhlak Seorang Murid Kepada Guru ....................................23

B. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ..............................................24

C. Kerangka Berfikir .......................................................................................27

D. Hipotesis Penelitian ....................................................................................29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................30

B. Metode Penelitian .......................................................................................30

C. Populasi Dan Sampel ..................................................................................31

D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................32

E. Tehnik Analisis Data ..................................................................................34

F. Hipotesis Statistik .......................................................................................36

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data .............................................................................................37

1. Penerapan Budaya Keraton ...............................................................37

2. Deskripsi Data Hasil Angket Penelitian ...........................................42

B. Pengujian Hipotesis Penerapan Budaya Keraton Terhadap Akhlak santri . 59

C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................60

1. Interprestasi dan Pemaknaan Hasil Penelitian ..................................60

2. Keterkaitan Pola Perilaku Adab Abdi Dalem di Keraton dengan

Akhlak Santri di Pesantren ................................................................62

3. Keterkaitan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ...............63

D. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................................67

B. Implikasi Penelitian ....................................................................................68

C. Saran ...........................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v

Page 10: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Daftar Tabel

Tabel 1 Kisi-kisi angket

Tabel 2 Penskoran angket positif

Tabel 3 Penskoran angket Negatif

Tabel 4 deskripsi angket no. 1

Tabel 5 deskripsi angket no. 2

Tabel 6 deskripsi angket no. 3

Tabel 7 deskripsi angket no. 4

Tabel 8 deskripsi angket no. 5

Tabel 9 deskripsi angket no. 6

Tabel 10 deskripsi angket no. 7

Tabel 11 deskripsi angket no. 8

Tabel 12 deskripsi angket no. 9

Tabel 13 deskripsi angket no. 10

Tabel 14 deskripsi angket no. 11

Tabel 15 deskripsi angket no. 12

Tabel 16 deskripsi angket no. 13

Tabel 17 deskripsi angket no. 14

Tabel 18 deskripsi angket no. 15

Tabel 19 deskripsi angket no. 16

Tabel 20 deskripsi angket no. 17

Tabel 21 deskripsi angket no. 18

Tabel 22 deskripsi angket no. 19

Tabel 23 deskripsi angket no. 20

Tabel 24 deskripsi angket no. 21

Tabel 25 deskripsi angket no. 22

Tabel 26 Indeks Korelasi variabel X dan variabel Y

Tabel 27 Indeks Korelasi Product Moment

vi

Page 11: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Daftar Lampiran

Lampiran 1 angket penelitian

Lampiran 2 pedoman wawancara

Lampiran 3 pedoman wawancara

Lampiran 4 pedoman wawancara

Lampiran 5 pedoman observasi

Lampiran 6 hasil penentuan sampel

Lampiran 7 hasil hitungan validitas instrumen variabel X

Lampiran 8 hasil hitungan validitas variabel Y

Lampiran 9 hasil uji reliabilitas Variabel X

Lamppiran 10 hasil uji reliabilitas Variabel Y

Lampiran 11 data mentah hitungan variabel X

Lampiran 12 data mentah htungan variabel Y

Lampiran 13 hasil analisis deskriptif

Lampiran 14 photo hasil penelitian

Lampiran 15 profil pesantren

Lampiran 16 surat izin penelitian

Lampiran 17 surat keterangan pesantren

Lampiran 18 hasil uji referensi

Lampiran 19 hasil uji referensi

Lampiran 20 hasil uji referensi

Lampiran 21 data pribadi penulis

vii

Page 12: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang

merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia dimulai

sejak Islam masuk di Negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan

keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum datangnya Islam.

Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama hidup di Negeri ini, pondok

pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar dalam membangun pendidikan

agama di Indonesia. Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh nasional yang

berpengaruh tapi juga di akui telah berhasil membangun watak tersendiri, dimana

bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam selama ini dikenal sebagai

bangsa yang penuh tenggang rasa.

Kendatipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya yang panjang pondok

pesantren mengalami dinamika yang luar biasa. Hal ini tentu saja tidak terlepas

dari berbagai konteks yang melatar belakanginya. Diantara hal-hal yang

melatarbelakanginya adalah; pertama, fenomena tuntutan dan harapan masyarakat

yang cukup besar terhadap lembaga pendidikan Islam, seumpama dengan

tercerminnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya kelembaga

pendidikan Islam karena dianggap lebih aman dari sisi moral. Kedua, adanya

tuntutan dari pengguna jasa terhadap lembaga penddidika Islam. Ketiga, adanya

tuntutan era reformasi yang memberi peluang otonomsasi pendidikan tingkat

kabupaten.1 Keempat, semakin berkembangnya kemajuan tehnologi dan informasi

yang terdapat pada masyarakat luas, yang akhirnya menuntut suatu lembaga agar

terus berkembang maju menngikuti permintaan zaman.

Proses sejarah pesantren yang mengalami dinamika transformasi

memunculkan ideologi serta sistem pesantren yang berbeda-beda, hal ini

tergambarkan dari munculnya model atau tipe pesantren-pesantren yang kini

1 Amin Haedari, Transformasi Pesantren Pengembangan Aspek Pendidikan, keagamaan,

dan Sosial, (Jakarta: LeKDIS & Media Nusantara, 2006), h. 7-8

Page 13: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

2

banyak berkembang, diantanya adalah; 1. Podok Pesantren Tradisional yang

masih mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab

yang ditulis oleh ulama abad ke 15 dengan menggunakan Bahasa Arab dengan

menggunakan metode halaqoh yang dilaksanakan di masjid atau surau. 2. Pondok

Pesantren Modern, dimana pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe

pesantren karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem

belajar secara klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional. 3. Pondok

Pesantren Komprehensif, disebut komprehensif karena merupakan sistem

pendidikan dan pengajaran gabungan antara tradisional dan modern.2

Tuntutan zaman yang semakin hari semakin terus berkembang maju telah

mendorong pesantren untuk bergerak dinamis dalam menjalankan perannya

sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas tinggi. Seperti halnya Pondok

Pesantren Nadwatul Ummah Buntet pesantren Cirebon, pesantren yang menjadi

fokus penulis dalam penulisan skirpsi ini. Pesantren Nadwatul Ummah mengalami

perubahan yang dinamis mulai dari sistem pembelajaranya hingga sistem sosial

yang diberlakuakan dalam lingkungan pesantren.

Pesantren Nadwatul Ummah pada dasarnya adalah pesantren

salafi/tradisional yang dalam sistem pembelajarannya masih menggunakan

metode wetonan, sorogan dan hafalan. Seiring dengan berkembanganya zaman

serta berubahnya kondisi masyarakat, pesantren Nadwatul Ummah merubah

sistem pembelajaran dengan menggunakan sistem kelas dan metode pembelajaran

yang lebih berpariasi. Kendatipun demikian metode-metode lama seperti wetonan,

sorogan, dan hafalan masih tetap dipakai karena metode tersebut dianggap cocok

dan sesuai dalam proses pembelajaran di pesantren.

Selain itu pula, pesantren Nadwatul Ummah dalam sistem sosial yang

diberlakukan di pesantren menerapkan sistem yang tidak biasa diterapakan dalam

dunia pendidikan di pesantren pada umumnya. Pesantren Nadwatul Ummah

menerapkan sistem sosial budaya yang sama dengan sistem sosial di keraton.

2 M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan Kasus Pondok

Pesantren An-Nuqoyah, (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 2001) h. 14 -15

Page 14: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

3

Dimana para santri diibaratkan sebagai abdi dalem yang mengabdi kepada

sultan/raja disebuah kerajaan/keraton.

Dalam pola kehidupan dan kebudayaan seperti ini, santri dibaratkan

seorang abdi dalem yang mengabdikan dirinya terhadap guru/kiyai yang

memimpin pesantren untuk menimba ilmu dipesantren. Sama halnya seorang abdi

dalem, santri haruslah tunduk dan patuh terhadap guru/kiyai serta keturunan dan

juga kerabatnya. Sistem sosial budaya seperti ini menjadi wajib untuk diterapkan

dalam kegiatan sehari-hari. Dan bagi santri yang tidak menerapkan pola seperti ini

dianggap sebagai santri yang tidak beradab dan tak tahu sopan santun. Hal

semacam ini terus berlaku baik ketika santri berada di ligkungan pesantren

ataupun bagi santri yang tidak lagi menetap dipesantren/sudah selesai menimba

ilmu dipesantren, karena hal ini menjadi barometer bagi setiap santri dalam

melanjutkan perannya sebagai agen of change.

sistem yang diterapkan di pesantren Nadwatul Ummah nyata telah

menjelaskan bahwa akulturasi budaya pesantren dengan budaya lokal merupakan

proses negosiasi antara tradisi dan Islam, membentuk budaya baru pesantren. Hal

ini disebabkan karena Islam dipahami tidak pernah membangun relasi oposisional

dengan adat dan budaya lokal. Islam yang dibawa, diantaranya oleh ―Walisongo‖ ,

telah berkolaborasi dengan budaya Jawa dan menjadi Islam Jawa yang memiliki

karakterisitik khas Jawa. Islam Jawa yang memiliki mengartikulasikan

keislamannya melalui smbol-simbol dan tradisi Jawa. Dengan sentuhan ilmu dan

teknologi modern, pesantren juga berakulturasi dengan peradaban modern dan

membentuk simbol-simbol tradisi Jawa Islam modern.3

Hubungan pesantren dengan tradisi serta kepercayaan lain tidak statis

karena selalu mengalami pasang surut. Bagaimanapun doktrin Islam perlu

diperkenalkan, terutama yang berkaitaan dengan penegakan iman dan amal saleh

yakni penegakan moralitas atau etika sosial. Penekanan pada ajaran moral

sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf seperti yang berkembang dipesantren

3 Moh. Roqib, Harmoni Dalam Budaya Jawa (Dimensi Edukasi dan Keadilan Gender),

(Purwokerto, STAIN Purwokerto Press, 2007) h. 121

Page 15: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

4

tradisional/salafi yang memiliki impilkasi sosial yang sangat besar.4 Untuk itulah

pengadopsian budaya keraton di pesantren ini dinilai tepat demi membangun

nilai-nilai moral sosial yang sesuai dengan syari‗at agama, karena pada masa kini

proses pendidikan yang berlaku di Indonesia telah melupakan hal terpenting

dalam dunia pendidikan yaitu pendidikan moral atau pendidikan akhlak yang

berperan penting dalam pembentukan moral bangsa.

Dengan memperhatikan hal tersebut, maka dalam penyusunan skripsi ini

penulis tertarik untuk meneliti dan membahas tentang ―Hubungan Penerapan

Budaya Keraton Dengan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Buntet Pesantren Cirebon‖ .

B. Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat

diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

1. Ketepatan sistem pendidikan Pesantren yang menerapkan sistem sosial

budaya keraton terhadap pola kehidupan santri di pesantren.

2. Ketepatan sistem pendidikan Pesantren yang menerapkan sistem sosial

budaya keraton dalam membentuk akhlak santri di pesantren.

C. Pembatasan Masalah

Demi tidak akan munculnya kerancuan serta meluasnya pembahasan

dalam skirpsi ini, maka pembahasan ini akan di batasi dengan persoalan sebagai

berikut :

1. Penerapan budaya keraton dalam skirpsi ini dibatasi pada sikap/akhlak

abdi dalem terhadap sultannya. Dimana sikap/akhlak abdi dalem

merupakan salah satu unsur budaya yang berbentuk sistem sosial

sebagaimana yang dikatakan Koentjaraningrat bahwa sistem sosial

termasuk dalam bentuk kebudayaan yang berwujud aktivitas, tingkah laku

berpola, perilaku, upacara-upacara serta ritual-ritual yang wujudnya lebih

4 M. Darwan Rahardjo, Budaya Damai Komunitas Pesantren, (Jakarta: Pustakan LP3ES

Indonnesia, 2007) h. 43

Page 16: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

5

konkret dan dapat di amanati.5 Adapun aspek yang akan diteliti dalam

penulisan skripsi ini adalah tingkah laku berpola dan perilaku dalam wujud

berupa sikap unggah-ungguh abdi dalem dalam lingkungan keraton yang

meliputi :

a. Cara berjalan abdi dalem di lingkungan keraton

b. Cara sembah abdi dalem kepada sultan/raja

c. Cara duduk abdi dalem ketika menghadap sulatan/raja

d. Cara abdi dalem jalan jongkok/nglesot, dan

e. Cara abdi dalem berbicara dengan sultan/raja.

2. Akhlak yang dimaksud dalam skripsi ini adalah akhlak santri kepada Guru

dan orangtua ketika berada di lingkungan Pondok Pesantren Nadwatul

Ummah. Akhlak yang dimaksud disini adalah sikap/etika santri ketika

berhadapan dengan guru dan kedua orangtuanya di lingkungan pesantren.

Adapun aspek yang akan diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Sikap santri ketika menghadap guru dan orangtua

b. Sikap santri ketika berbicara dengan guru dan orangtua

c. Sikap santri ketika melayani guru dan orangtua

d. Sikap santri ketika berada di lingkungan pesantren, dan

e. Sikap santri ketika menyambut kedatangan guru dan orangtua.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka

perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana penerapan adab abdi dalem yang di terapkan kepada santri

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon?

2. Bagaimana adab santri terhadap Guru dan Orangtua di lingkungan Pondok

Pesantren?

5Jalaludin, Psikologi Agama Memahami Prilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-

Prinsip Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 227

Page 17: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

6

3. Apakah terdapat hubungan yang sigifikan antara penerapan Budaya

Keraton dengan akhlak santri di pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Buntet Pesantren Cirebon?

4. Apakah terdapat kesamaan pola perilaku antara sikap abadi dalem

terhadap Sultan/Raja dengan pola perilaku santri terhadap Guru dan

Orangtua?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui efektivitas

Penerapan Budaya Keraton terhadap Akhlak Santri di Pondok Pesantren

Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon.

F. Kegunaan Penelitiian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfa‗at bagi peningkatan

mutu sistem pembelajaran di pesantren, sehingga dapat meningkatkan

kualitas belajar santri.

2. Sebagai sumber informasi ilmiah yang dapat dijadikan referensi untuk

peningkatan mutu dan kulitas pelajar. Khususnya para santri di Pondok

Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon.

3. Dapat dijadikan dasar alternatif dalam membuat kebijakan-kebijakan

sistem di pesantren.

Page 18: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

7

BAB II

Kajian Teori

A. Deskripsi Teoritik

1. Budaya

a. Pengertian Budaya

Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses

interaksi antar individu. Nilai-nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak,

seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan terkadang

sebuah nilai berlangsung di alam bawah sadar indvidu dan diwariskan pada

generasi berikutnnya.

Budaya/kebudayaan merupakaan hasil yang dilakukan manusia yang

berupa material maupun non material yang dapat dinikmati baik berupa ilmu

pengetauan, ataupun norma keyakinan serta kerinduan akan keindahan dan

menolak kejelekan atau dengan singkat kata bahwa budaya adalah resultan dari

cipta, karsa dan rasa.6

Kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang

dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaaan tersebut.

Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingah laku maka

kebudayaan cenderung menjadi sebuah tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi

adalah suatu yang sulit berubah karena sudah menyatu dengan kehidupan

masyarakatnya, dan tradisi masyarakat merupakan norma yang terbentuk dari

bawah hingga sulit diketahui sumber asalnya.7

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta,

karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansakerta

budhayah yaitu jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa

Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan

dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti

6 D. Soenarto, Kesetiaan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, (Yogyakarta,

Kepel Press, 2013) h. 37

7 Jalaludin, op. cit., h. 223

Page 19: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

8

mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).

Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala

daya dan aktivitas manusia untuk mmengolah dan mengubah alam. Berikut

pengertian budaya atau kebudayaan :

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, milik diri manusia belajar.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa

kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku

yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur

pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya diartikan; pikiran, akal

budi, adat istiadat, sesuatu yang mengenai kebudayaan yang sudah berkembang

(beradab, maju) dan sesuatu yanng sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar

diubah.9

Secara pendekatan teori misalnya dalam tradisi antropologi, Cliffort

Geerzt mengartikan budaya sebagai nilai yang secara historis memiliki

karaterisrik tersendiri dan bisa dilihat dari simbol-simbol yang muncul. Sementara

dalam pendekatan etnografi, budaya diartikan sebagai konstruksi sosial maupun

historis yang mentransmisikan pola-pola tertentu melalui simbol, pemaknaan,

premis, bahkan tertuang dalam aturan. Adapun menurut Marvin Harris

mendefinisikan kebudayaan sebagai berbagai pola tingkah laku yang tidak bisa

dilepaskan dari ciri khas kelompok masyarakat tertentu misalnya adat istiadat.10

8 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial & Budya Dasar Edisi

Kedua, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h. 27-28

9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2001) h. 169

10 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2012) h. 15-17

Page 20: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

9

Dengan demikian budaya atau kebudayaan merupakan pola tingkah laku

ataupun kegiatan manusia yang menyangkut keseluruhan aspek kehidupan

manusia baik dalam segi material maupun non material.

b. Substansi (isi) Kebudayaan

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala

macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang

memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk ataupun berupa

sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos

kebudayaan.

1) Sistem Pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup sosial

merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha

memahami, alam sekitar, alam flora dan fauna di daerah tempat tinggal, zat-

zat bahan mentah dan benda-benada dalam lingkungan, tubuh manusia, sifat

dan tingkah laku sesama manusia, ruang dan waktu.

2) Nilai, adalah sesuatu yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap

penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu

sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai

kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai-moral atau etis), religius (nilai

agama).

3) Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat

dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.

4) Kepercayaan yang mengandung arti lebih luas daripada agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5) Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun

dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau

gejala dalam kehidupan.

6) Etos Kebudayaan berasal dari bahasa Inggris yang berarti watak khas. Etos

sering nampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran

Page 21: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

10

warga masyarakatnya, serta sebagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat

dari luar oleh orang asing.11

Sementara menurut Koentjaraningrat membedakan antara bentuk dan isi

kebudayaan, menurutnya bentuk kebudayaan terdiri atas 3 bagian yaitu :

1) Sistem Kebudayaan, yang berwujud gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai

budaya, norma-norma, pandangan-pandangan yang bentuknya abstrak

serta dalam pikiran para pemangku kebudayaan yang bersangkutan.

2) Sistem Sosial, yang berwujud aktivitas, tingkah laku berpola, perilaku,

upacara-upacara serta ritual-ritual yang wujudnya lebih konkret. Sistem

sosial adalah bentuk kebudayaaan dalam wujud yang lebih konkret dan

dapat diamati.

3) Benda-benda Budaya disebut juga sebagai kebudayaan fisik atau

kebudayaan materil. Benda budaya merupakan hasil tingkah laku dan

karya pemangku kebudayaan yang bersangkutan.

Selanjutnya, isi kebudayaan menurutnya terdiri atas 7 unsur yaitu: bahasa,

sistem-tehnologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi

dan kesenian.12

2. Keraton

a. Pengertian Keraton

Keraton dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tempat

kediaman ratu dan raja; istana raja; kerajaan. 13 Dalam keseharian keraton

difungsikan sebagai tempat peristirahatan bagi ratu dan raja serta keturunannya.

Pada umumnya orang-orang yang berdomisili di keraton adalah orang-orang yang

memiliki keturunan darah biru/bangsawan/kerajaan terdahulu yang pernah

berkuasa di suatu daerah.

Keraton merupakan pusat kepemerintahan bagi sebuah daerah, namun

dengan seiringnya waktu fungsi tersebut semakin sirna sehubugan dengan sistem

keperintahan di Indonesia yang menganut sistem Replubik.

11 Setiadi, op. cit., h. 31-33

12 Jalaludin, op. cit., h. 226-227

13 Nasional, op. cit., h. 551

Page 22: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

11

b. Unsur-unsur Keraton

1) Sultan

Sultan secara bahasa diartikan Raja, Baginda, Johor.14 Istilah sultan sering

terdengar dalam kerajaan-kerajaan Islam terdahulu dimana seorang sultan

menempati kedudukan paling tinggi dalam sebuah kerajaan. Kedudukan sultan

hanya dapat diduduki secara garis keturunan/kekerabatan dari sultan-sultan

sebelumnya yang telah menjadi raja.

2) Abdi Dalem

Abdi dalem atau dalam kata lain adalah pegawai, dalam definisinya berarti

seorang yang memiliki tugas untuk bekerja dan mengabdi. Sedangkan jika

berbicara mengenai abdi dalem, pada dasarnya memiliki definisi yang sama yakni

seorang pekerja/pegawai, hanya saja istilah abdi dalem sebutan untuk mereka

yang mengabdikan dirinya kepada keraton.15

Sebagai pegawai, pejabat pemerintah, merasa belum pantas apabila belum

mendapatkan gelar abdi dalem. Kesetiaan abdi dalem dalam melayani keraton

dilatar belakangi oleh kesadaran akan jati dirinya sebagai orang Jawa untuk

mempertahankan dan memelihara budaya yang dimiliki. Selain itu, abdi dalem

ingin menceburkan diri untuk lebih dekat dengan keraton agar tahu budaya

keraton yang mengandung ajaran yang adiluhung untuk dikembangkan ke anak,

saudara keluarga, bahkan kepada wawangsanya (etnis) agar memiliki etika, moral,

dan kenangan hidup lebih baik, sekaligus ingin kedudukan spiritual di

masyarakat.16

3) Alun-alun

Pada awalnya Alun-alun merupakan tempat berlatih perang (gladi yudha)

bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah

(sabda) raja kepada kawula (rakyat), pusat perdagangan rakyat, juga hiburan

seperti Rampokan macan yaitu acara yang menarik dan paling mendebarkan yaitu

14 Nasional, op. cit.,h. 1100

15 Gelar S. Ramdani. Pengertian Abdi Dalem, 2012, (kompaasiana.com)

16 Soenarto, op. Cit., h. 6-7

Page 23: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

12

dilepaskannya seekor harimau yang dikelilingi oleh prajurit bersenjata. Namun

seiring berkembangnya zaman, kini alun-alun merupakan suatu lapangan terbuka

yang luas dan berumput yang dikelilingi oleh jalan dan dapat digunakan kegiatan

masyarakat yang beragam.17

c. Budaya Keraton

1) Tatakrama Abdi Dalem

a) Sembah

Menyembah merupakan penghormatan kepada pihak lain, baik kepada

pemimpin (Raja), kepada orangtua atau orang yang dituakan yang patut mendapat

penghormatan. Adapun cara menyeembah adalah dengan meenangkapkan kedua

telapak tangan secara rapat ibu jari ketemu ibu jari, masing-masing jari bersatu,

kemudian diangkat dengan ibu jari mengenai hidung. Menyembah dilaksanakan

dengan duduk bersila, jongkok, atau berdiri.

b) Duduk Bersila

Cara duduk bersila diatur dengan maksud sebagai perwujudan sikap sopan

dan tertib. Adapun pelaksanaannya sebagi berikut :

Telapak kaki kanan berada di bawah depan kaki kiri, telapak kaki kiri

disisipkan diantara paha dengan betis kaki kanan. Tumit kaki kanan di bawah

betis kaki kiri, telapak kaki kiri maupun kanan menghadap ke atas. Kain dan

witon menutup kedua kaki kanan dan kaki kiri. Tangan kanan dan tangan kiri

menutup di depan kedua kaki yang disebut ngapurancang.

Punggung tegak dada ke depan, kepala tegak, pandangan tetap lurus tidak

dibiarkan melirik kiri maupun kekanan, jarak pandang kurang lebih 5 meter dari

tempat duduknya, tetapi hati tetap tenang tidak tertekan santai.

c) Duduk di Kursi

Cara duduk di kursipun di lingkungan Keraton diatur untuk tertib dan

sopan, kaki kiri dan kanan tidak saling tumpang, tetapi sejajar dan menapak di

lantai. Tangan kiri dan tangan kanan di depan pangkuan, badan tegak, dada ke

17 Sukawi ,Pengertian Alun-alun, 2013, (Loenpia. net)

Page 24: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

13

depan sedikit, kepala tegak pandangan lurus ke depan kurang lebih 5 meter, tidak

banyak toleh kanan dan kiri.

d) Cara Berjalan

Berjalan dilingkungan Keraton juga diatur baik berjalan biasa maupun

jalan jongkok atau menggunakan pantat (nglesot). Cara berjalan biasa, tangan kiri

memegang lipatan kain (wiron), sedangn tangan kanan melambai biasa, tidak

sraweyan ke kanan ke kiri. Pandangan tetap ke depan tidak tolah toleh ke kanan

dan ke kiri, berjalan selalu mengambil di pinggir. Kalau berjalan bersama tidak

boleh bergerombol tetapi harus urut (seperti orang antre), dan tidak diizinkan

ngobrol, ngomong tidak perlu seyogyanya diam. Bila bicara harus berhenti dulu.

Di dalam keraton tidak diperkenankan memakai alas kaki baik sepatu atau

sandal (canela). Bila hujan diizinkan memakai payung. Bila payung satu untuk

berdua tidak dibenarkan satu orang memayungi yang lain tetapi harus masing-

masing memegang tangkainya. Sedang untuk jalan jongkok dan jalan pantat

hanya dibangsal yang sudah ditentukan acaranya.

e) Bahasa

Bahasa yang digunakan di lingkungan keraton menggunakan bahasa

campuran antara krama inggil, krama madya dan ngoko, disebut bahasa

bagongan. Penggunaan bahasa Bagongan ini dimaksudkan agar hubungan antar

sesama abdi dalem maupun dengan para Pangeran serta keluarga tanpa

memperlihatkan pangkat dan gelar sehingga akan lebiih akrab, lebih demokratis,

kecuali dengan Raja tetap menggunakan bahasa Krama inggil. 18

Penggunaan bahasa krama Inggil bagi abdi dalem kepada rajanya

merupakan bentuk memulyakan Raja sebagai orang nomer satu di wilayah keraton

atau kerajaan, karena bahasa krama inggil merupakan bahasa dengan kasta

tertinggi dalam penggunaan bahasa Jawa yang penggunaan bahasanya digunakan

untuk menghormati orang yang lebih tua atau orang yang lebih tinggi

kedudukannya.19

18 Soenarto, op. cit., 51- 54

19 Roqib, op. cit., 45

Page 25: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

14

3. Pesantren

a. Pengertian Pesantren

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe- dan akhiran –an yang

berarti tempat tinggal santri. Sedang C. C, Berg berpendapat bahwa istilah santri

berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India diartikan orang yang tahu

buku-buku suci agama Hindu.20

Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia

lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari

pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu,

atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya hotel atau asrama.

Terlepas dari usul-usul kata itu berasal dari mana, yang jelas ciri-ciri umum

keseluruhan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang

pada saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus

berkembang.21

Dalam pengertian lain, pesantren diartikan sebagai lembaga pendidikan

agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama

(komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan leadership

seorang atau beberapa orang kiyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik

serta independen dalam segala hal.22

Dengan demikian pesantren merupakan bentuk pola pendidikan murni

yang lahir di Indonesia yang khusus mempelajari pelajaran-pelajaran agama

dengan bentuk pembelajaran kitab-kitab klasik dan para santri yang menetap

tinggal disebuah asrama atau pondok. Hingga kini pola pendidikan di Pesantren

terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan animo masyarakat

yang terus maju, sehingga perkembangan pesantren di zaman sekarang telah

memasuki era pembaharuan dalam dunia pesantren.

20 Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat, (Surabaya, IMTIYAZ, 2011) h. 9

21 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta, LP3ES, 2011) h. 41

22 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi

Institusi, (Jakarta, Erlangga, 2009) h. 2

Page 26: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

15

b. Tujuan Pesantren

Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara agar

berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan

menanamkan rasa keagamaan tersebut pada setiap segi kehidupannya serta

menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.

Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut :

1) Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang Muslim

yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan,

keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang baik.

2) Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia Muslim selaku kader-kader

ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlash, tabah, tangguh, wiraswasta dalam

mengamalkan sejarah Islam secara utuh.

3) Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal

semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada

pembangunan bangsa dan negara.

4) Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional

(pedesaan/masyarrakat lingkungannya)

5) Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai

sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spriritual.

6) Mendidik siswa/santri untuk membantu mmeningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat

bangsa.23

c. Elemen-elemen Pesantren

1) Pondok

Pondok, asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren,

yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid

yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di negara-negaara lain.Pentingnya

23 Ibid., h. 6-7

Page 27: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

16

pondok pesantren sebagai asrama para santri tergantung pada jumlah santri yang

datang dari daerah-daerah yang jauh.

Pondok tempat tinggal santri merupakan elemen yang paling penting dari

tradisis pesantren, tapi juga penopang utama bagi pesantren untuk dapat terus

berkembang.

2) Masjid

Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dari pesantren dan

diaanggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama

dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang jum‗at serta

pegajaran kitab-kitab klasik.

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren

merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional

dengan kata lain, kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada

masjid sejak Masjid Qubba didirikan oleh Nabi Muhammad SAW tetap

terpencaar dalam sistem pesantren.

3) Pengajian Kitab-kitab Klasik Islam

Pada masa lalu, pengajaran kitab Islam klasik, terutama karangan-

karangan ulama menganut faham Syafi‗i, merupakan satu-satunya pengajaran

formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utamanya adalah

untuk mendidik calon-calon ulama.

Sekarang kitab-kitab klasik yang diajarkan dipesantren digolongkan

kedalam 8 kelompok jenis pengetahuan yaitu, nahwu dan shorof, fiqih, ushul

fiqih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf, dan cabang-cabang lain seperti tarikh dan

balagah. Kitab—kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks yang

berjilid-jilid yang kesemuanya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu :

kitab dasar, kitab tingkat menengah dan kitab tingkat tinggi.

4) Santri

Santri adalah siswa yang belajar dipesantren, santri disetiap pesantren

dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni :

Page 28: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

17

a) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan

menetap dalam kelompok pesantren.

b) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar

pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti

pelajarannya di pesantren mereka berangkat dari rumah dan kembali lagi

kerumahnya tanpa menetap di pesantren.

5) Kiyai

Kiyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Ia sering

kali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu

pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kiyainya.

Menurut asal-usulnya, perkataan kiyai dipakai untuk ketiga jensi gelar

yang saling berbeda :

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat.

2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang

memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab-

kitab Islam klasik kepada para santrinya.24

d. Kategorisasi Pesantren

Menurut Zamakhsyari Dhofier tipe pesantren terbagi mennjadi 2

kelompok besar yaitu :

1. Tipe lama (klasik), yang inti pendidikannya mengajarkan kitab-kitab Islam

klasik. Walaupun sistem madrasah diterapkan, tujuannya untuk

mempermudah sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga

pengajian bentuk lama. Tipe ini tidak mengenaalkan pengajaran

pengetahuan umum.

2. Tipe baru (modern) yaitu mendirikan sekolah-sekolah umum dan

madrasah-madrassah yang mayoritas mata pelajaran yang

24 Dhofir, op. cit., h. 79-93

Page 29: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

18

dikembangkannya bukan kitab-kitab Islam klasik. Sekalipun kitab-kitaab

klasik tetap dipertahankan namun porsi pengajarannya tidak memadai.25

Selain itu, Zamakhsyari Dhofier juga membagi 3 kelompok besar

pesantren sesuai dengan jumlah banyak sedikitnya sntri yaitu :

1. Pesantren yang tergolong kecil biasanya mempunyai jumlah santri

dibawah 1.000 dan pengaruhnya tebatas pada tingkat kabupaten.

2. Pesantren menengah biasanya memiliki santri antara 1.000 sampai

2.000, dan memiliki pengaruh dan menarik santri-santri dari beberapa

kabupaten

3. Pesantren besar biasanya memiliki santri lebih dari 2.000 yang berasal

dari berbagai kabupaten dan provinsi.26

e. Pola Pesantren

Yang dimaskud pola pesantren adalah sebuah bentuk dan sistem

kepesantrenan yang djalankan oleh sebuah pesantren. Adapun pola-pola pesantren

adalah sebagai berikut :

1) Pola 1 terdiri dari Masjid dan rumah kiyai. Bentuk pesantren ini masih bersifat

sederhana, diamana kiyai menggunakan masjid sebagi sarana pendidikan.

Santri yang datang ke pesantren pola ini biasanya hanya santri yang tinggal

disekitar pesantren dan metode pembelajaran yang diguakan adalah wetonan

dan sorogan.

2) Pola 2, terdiri dari Masjid, rumah kiyai, dan pondok. Pola pesantren semacam

ini telah memiliki pondok atau asrama yang disediakan bagi santri-santri yang

datang dari tempat yang jauh. Metode pembelajaran adalah wetonan dan

sorogan.

3) Pola 3, terdiri dari masjid, rumah kiyai, pondok, dan madrasah. Pesantren yang

telah memiliki madrasah seperti ini sudah mulai menggunakan sistem klasikal

dalam metode pembelajarannya. Dimana santri yang tinggal bisa sekolah

dimadrasah, begitu juga santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren.

25 Dhofir, op. cit., h. 76

26 Dhofir, op. cit., h. 79

Page 30: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

19

4) Pola 4, terdiri dari masjid, rumah kiyai, pondok, madrasah, tempat

keterampilan. Pola semacam ini menunjukan kemajuan pesantren dalam

mengeembangkan metode pembelajaran dengan disediakannya tempat

keterampilan untuk mmembantu mengembangkan sikomotorik pada santri.

5) Pola 5, terdiri dari masjid, rumah kiyai, pondok, madrasah, tempat

keterampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga, dan sekolah

umum. Dalam pola ini pesantren sudah dapat digolongkan pesantren yang

mandiri dan modern karena keelengkapan sarana dan prasarananya demi

membantu kemajuan santri dalam mengembangkan potensi dirinya.27

4. Akhlak

a. Pengertian

Kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosakata bahasa Arab

(akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata (Khuluq) yang berarti as-

sajiyyah (perangai), at-tabi‟ ah (watak), al- „adah (kebiasaan atau kelaziman), dan

ad-din (keteraturan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Akhlak diartikan;

budi pekerti dan kelakuan.28

Jadi menurut kebahasaan kata akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia

secara universal, perangai, watak, kebiasaan, dan keteraturan. Menurut Ibnu

Manzur, akhlak pada hakikatnya adalah dimensi esetoris manusia yang berkenaan

dengan jiwa, sifat, dan karakteristiknya secara khusus, yang hasanah (baik)

maupun yang qabihah (buruk).29

Dalam kitab Al-Ta‟ rifat akhlak jamak dari kata khuluq diartikan sebagai

tingkah laku manusia yang dilakukan atau dikerjakan secara spontan tanpa ada

usaha untuk berfikir maupun perencanaan terlebih dulu. Apabila perbuatan itu

memunculkan perbuatan buruk maka hal tersebut dinamakan dengan akhlak yang

27 Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) h. 66

28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,

(Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 27

29 Perpustakaan Nasional RI, Etika Berkeluarga Bermasyarakat dan Berpolitik, (Jakarta,

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‗an, 2009) h. 1-2

Page 31: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

20

buruk, dan apabila perbuatan itu memunculkan perbuatan baik yang sesuai akal

dan syari‗at maka hal tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik.30

Dengan demikian pengertian akhlak mengacu pada sifat manusia secara

umum tanpa melihat perbedaan jenis antara laki-laki maupun perempuan, oleh

karenanyalah akhlak terbagi atas dua bagian yaitu al-akhlaqul hasanah (akhlak

yang baik) danal-akhlaqul mahmudah (akhlak yang buruk.)

Dalam pengertian lain akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa,

yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa

membutuhkan pemikiran atau pertimbangan. Ibnu Maskawaih sebagai pakar

dibidang akhlak mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.31

Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung

kepada nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di

Indonesia kata akhlak sudah mmengandung konotasi baik, jadi orang yang

berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.32 Allah SWT berfirman :

“(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Q.S. Asy-

Syu‗ara : 137)‖

b. Ruang Lingkup Akhlak

1) Akhlak Seorang Anak Kepada Orangtua

a) Berbakti Kepada Orangtua

Diantara sifat orang muslim yang menonjol adalah berbakti dan berbuat

baik kepada orangtua. Berbakti dan mentaati keduanya selama keduanya tidak

30

‗Ali Ibn Muhammad Al-Jarjani, تال يزع اف h. 101 (Al-Haramain, Jeddah) ,ت

31 Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta, UIN

Press, 2009) h. 7

32 Abu Ahmadi, Noor Salimi, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam Untuk

Perguruan Tinggi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004)cet. Ke-4, hal. 198

Page 32: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

21

menyuruh berbuat dosa dan memutus silaturrahmi33. Rasulullah SAW

bersabda:

―Diceritakan kepada kami abu al-Walidi Hisyam bin ‗Abdul Milki berkata

diceritakan kepada kami Syu‗bah berkata al-Walidi bin al-‗Izaz mengabarkan

kepada saya berkata saya mendengarkan aba Umar dan Syaiban berkata

diceritakan kepada kami bahwa pemilik rumah ini mengisyaratkan kepada

Abdullah, berkata ―Aku bertanya kepada Nabi SAW, perbuatan apakah yang

paling dicintai Allah ? beliau menjawab ―Melakukan shalat pada waktunya‖

kemudian apa ? Tanyaku. Beliau menjawab ―berbakti kepada orangtua‖ Aku

bertanya, kemudian apa? Beliau menjawab ―Jihad di jalan Allah‖ . (HR. Al-

Bukhori).

b) Berbuat Baik Kepada Orang yang Dicintai Orangtua

Bimbingan dan petunjuk Islam tidak hanya tertuju pada berbuat baik

kepada orangtua saja, melainkan Islam juga memerintahkan untuk berbuat baik

kepada orang yang dicintai orangtua. Dari Ibn Umar R. A dia menceritakan,

aku pernah mendengar Rasulullah SAW Bersabda :

―Sesungguhnya bakti yang paling baik adalah jika seorang laki-laki

menyambung tali persaudaraan orang yang dicintai ayahnya. (H. R. Muslim)‖

c) Cara Berbakti dan Berbuat Baik kepada Orangtua

Orang muslim yang telah mendapatkan didikan dan bimbingan Islam

akan menjadi orang yang benar-benar berbakti kepada orangtuanya. Dia selalu

33 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Akhlak Penuntut Ilmu, (2010, Pustaka At-

Taqwa, Bogor), h. 56 34

Abdullah bin Muhammad bin Isma‗il Al-Bukhori, Matan al-Bukhari, (t.t, Al-Haramain,

Jeddah), h. 102

35 Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (2008, Dar-Alkitab, Lebanon), h. 412

Page 33: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

22

memberikan penghormatan dan memuliakan keduanya, berdiri jika keduanya

berdiri dari tempat duduknya dan menundukan kepala sambari mencium kedua

tangannya, tidak mengangkat suara dihadapannya sebagai penghormatan bagi

keduanya, merendahkan diri serta berbicaralah lemah lembut dengannya.

Sehingga tidak ada kata—kata kotor yang keluar dan dapat meynakitkan

keduannya, tidak juga memperlakukannya dengan suatu yang menjadikan

keduanya mendapatkan aib.36

Selain itu sebagai anak yang sholeh, dengarkanlah perkataan orangtua

dengan sebaik-baiknya. Jalankanlah dan taatilah perintah mereka itu sesuai

dengan syari‗at Allah Ta‗ala. Datanglah lekas jika mereka memanggil,

tundukan kedua lengan bahu dan rendahkan diri di hadapan keduanya, seperti

yang diperintahkan Allah SWT :

“dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Isra‟

24)

Jangan merasa bosan berbakti kepada mereka. Jangan pula merasa

bosan menjalankan perintah mereka. Jangan memandang mereka dengan

pandangan sebelah mata. Jangan anda sampai melengkingkan suara dihadapan

mereka atau berkata dengan suara keras ketika berbicara dengan mereka.

Jangan pula anda menghardik atau berkata ―cis‖ kepada mereka apalagi kalau

sampai menyalahi, tidak mengindahkan perintah dan anjuran mereka.37

36 M. Abdul Ghoffar, Buku, Jati Diri Muslim, Terj. Dari Syahsiyatul Al-Muslim Kamaa

Yashughuha Al-Islam fii Al-Kkitab wa Al-Sunnah oleh Muhammad Ali Al-Hasyimil (Jakarta,

Pustaka Al-Kautsar, 1999) Cet. I, h. 61

37 Al-Ghazali (Penerjemah; A. M. Basalamah), Adab dalam Agama, (1992, Gema Insani

Press, Jakarta) Cet. 3 h. 59-60

Page 34: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

23

2) Akhlak Seorang Murid Kepada Guru

a) Menjaga Kehormatan Guru

Adab murid terhadap gurunya adalah adab yang paling penting yang

harus dimiliki oleh seorang pelajar. Hendaklah dia menganggap gurunya

sebagai seorang pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar yang mengajarkan

ilmu, serta sebagai pendidik yang membimbingnya kepada budi pekerti yang

baik. Seorang murid kalau tidak percaya dengan gurunya pada dua hal ini,

maka dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.38

Dengan demikian bentuk penghormatan seorang pelajar terhadap guru

sangatlah penting demi terciptanya keharmonisan antara murid dan guru

sehingga murid akan mendapatkan berkah keilmuan dari keikhlasan guru yang

telah mendidik dan membimbing murid.

b) Cara Berakhlak Kepada Guru

Termasuk cara menghormati ilmu adalah menghormati guru, adapun

cara menghormati guru antara lain adalah : tidak berjalan di depannya, tidak

menduduki tempat duduknya, tidak mendahului bicara dihadapan guru kecuali

dengan izin guru, tidak bicara banyak di hadapan guru, tidak bertanya yang

membuat bosan, harus menjaga waktu dan tidak mengetuk-ngetuk pintunya,

namun harus bersabar untuk menunggunya keluar. Kesimpulannya, seorang

murid harus berusaha mendapatkan ridho guru, menghindari keemurkaannya

dan patuh kepadanya selain dalam menjalankan maksiat keepada Allah SWT,

sebab tidak boleh patuh kepada makhluk untuk melakukan perbuatan kepada

sang pencipta. Dan cara menghormati guru juga termasuk menghormati anak-

anaknya dan orang yang mempunyai hubungan dengannya.39

Selain itu, sebagai seorang murid yang baik haruslah menghormati

gurunya dengan baik. Usahakan muridlah yang terlebih dulu mengucapkan

salam. Kurangi banyak bicara yang asal bunyi dihadapan guru. Berdiri apabila

guru berdiri. Jangan mengatakan kepadanya ―Si Fulan berkata begini (yang

38

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‗Utsman, Penerjemah Ahmad Sabiq, Syarah Adab

dan Manfa‟ at Menuntut Ilmu, (Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi‗i, 2007) cet 2, h. 111-112 39

Syekh Al-Zarnuji, تمال ع ل ي عت م ل ي و) , م ثو هدالوا اه كم دمحم هت دمحا ن ت ث Surabaya) hal. 17 ,ه

Page 35: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

24

berlawanan)‖ . Jangan bertanya kepada teman-teman ketika dihadapan guru.

Jangan tertawa atau tersenyum-senyum ketika berbicara dengan guru. Jangan

mengutarakan hal-hal yang berlawanan dengan pendapatnya dan jangan

meminta penjelasan kepada sang guru ketika di tengah jalan dan jangan

menambah hal-hal yang membosankan guru.40

B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Berdasarkan hasil penelitian dari Tholobin dengan judul Skripsi Respons

Masyarakat Modern Terhadap Eksistensi Tradisi Panjang Jimat Keraton

Kasepuhan Cirebon (Studi Terhadap Masyarakat Kasepuhan RW.04

Sitimulya) dapat disimpulkan bahwa :

Tradisi Panjang Jimat merupakan tradisi yang selalu diperingati pada

setiap tahun yaitu pada tanggal 12 Robiul Awwal, sebagai hari kelahiran Nabi

Muhammad SAW, yang berlangsung sangat meriah. Pihak keraton sebagai

penyelenggara atas terlaksananya tradisi tersebut, hal demikian karena pihak

keraton pewaris dari tradisi Panjang Jimat, sebagaimana layaknya tradisi yang

harus dijaga dan di hormati serta tetap di lestarikan. Bentuk dari tradisi Panjang

Jimat adalah adanya alegoris Panjang Jimat pada malam terakhir yang disebut

malam pelal.

Tradisi Panjang Jimat mempunyai potensi materil bagi masyarakat

Sitimulya. Fakta yang terjadi di lapangan masyarakat Sitimulya sangat senang

dengan adanya tradisi Panjang Jimat karena setiap individu maupun

masyarakat bisa berperan guna menyalurkan nilai kreatifitas yang ada selama

tradisi tersebut berlangsung. Hal ini menjadi alasan masyarakat Sitimulya agar

tradisi tersebut tetap eksis.

Adanya potensi-potensi yang terdapat dalam tradisi Panjang Jimat,

masyarakat Sitimulya bergerak untuk melakukan sesuatu. Bentuk dari respons

masyarakat Sitimulya terahadap berlangsungnya tradisi Panjang Jimat,

masyarakat Sitimulya melakukan banyak hal terutama dalam kegiatan ekonomi

dan wisata kebudayaan. Kegiatan ekonomi masyarakat Sitimulya bergerak

40 Al-Ghazali op, cit,. h. 21

Page 36: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

25

dibidang barang dan jasa, kegiatan ekonomi bersifat barang adalah masyarakat

membuka lapangan pekerjaan dan perdagangan di area sekitar keraton sebagai

tempat pelaksaan tradisi Panjang Jimat, sedangkan kegiatan ekonomi yang

bersifat jasa, masyarakat Sitimulya menyiapkan atau menyediakan tempat-

tempat penginapan seperti halnya penyediaan kos-kosan, kontrakan bagi para

pengunjung dari luar yang datang selama tradisi Panjang Jimat berlangsung

juga membuka biro jasa penitipan barang. Kemudian pada sektor wisata

masyarakat Sitimulya melakukan wisata hiburan dengan memanfaatkan

momen tradisi Panjang Jimat sebagai wisata kebudayaan selama tradisi

tersebut berlangsung merupakan wisata alternatip bagi masyarakat Sitimulya.41

2. Berdasarkan hasil penelitian dari Yesy Wahyuning Tyas dengan judul Skripsi

Analisis Nilai Dan Makna Simbolik Teks Serat Tata Cara Keraton Dalam

Naskah Serat Abdi Dalem Keraton menjelaskan secara garis besar makna

filosofis dari aturan sikap di atas, mengandung nilai seperti apa yang

dituangkan dalam Serat Wulangreh dan Serat Raja Kapakapa, bahwa seorang

abdi dalem harus „darma lumaku sapakon‟ artinya, wajib berjalan menurut

perintah. Dalam hal ini, adalah menuruti perintah rajanya. Lalu aturan berjalan,

tidak boleh bolak- balik, tidak boleh merokok, tidak boleh melambai, hal ini

juga telah diajarkan dalam Serat Wulangreh dan Serat Raja Kapakapa, sikap

seorang abdi dalem harus mantep dan madep, yaitu harus bersikap mantap dan

tidak gentar.

Sikap berjalan dengan tidak boleh melambaikan tangan, menoleh kanan

dan kiri, harus senantiasa sigap. Juga dalam hal bersopan santun dan bersikap

seperti gambaran seorang wanita, halus, berbudi luhur, namun juga harus

seperti kuda yang senantiasa sigap apabila menerima perintah raja, dengan

aturan apabila berbicara harus dengan suara yang lirih dan halus. Berdasarkan

logika, bagaimana seorang abdi dalem dapat bersigap, ketika dirinya sambil

41

Tholibin ―Respons Masyarakat Modern Terhadap Eksistensi Tradisi Panjang Jimat

Keraton Kasepuhan Cirebon (Studi Terhadap Masyarakat Kasepuhan RW.04 Sitimulya)” Skripsi

Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2009, h. 102-103 tidak

dipublikasikan.

Page 37: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

26

melakukan hal lain walaupun sekecil apapun, untuk itulah aturan-aturan sikap

tersebut dibuat.

Sikap yang harus ditunjukan ketika berpapasan dengan putra-putri raja

beserta kerabatnya, maka harus segera memberi jarak. Makna simbol dari sikap

tersebut selain sebagai simbol penghormatan kepada petinggi keraton, juga

sebagai tanda pembeda kasta, diantara atasan dan bawahan. Yang mana, yang

lebih berkuasa harus menjadi prioritas. Hal ini, merupakan ajaran peninggalan

agama hindu di Jawa.

Kemudian mengenai aturan untuk ndhodhok atau berjongkok. Apabila

dihadapan leluhur harus ndhodhok atau berjongkok, mengandung makna

sebagai suatu bentuk penghormatan, sikap seperti itu juga sebagai simbol

bahwa seorang abdi dalem adalah jabatan yang paling rendah dalam keraton.

Sembah, ngapurancang, bersila, berjongkok dan berjalan jongkok yang

disebut laku ndhodhok merupakan lambang- lambang yang selalu muncul pada

setiap interaksi dalam keraton. Tetapi, pemberian sembah dan laku ndhodhok

tersebut hanya dilakukan setiap kali apabila abdi dalem bertemu atau

menghadap raja dan kerabat raja.

Bentuk-bentuk sikap di atas, yang mencerminkan nilai ‗andap asor‟

yang merupakan salah satu ajaran budaya Jawa. ‗Andap asor‟ berarti

merendahkan diri sendiri dengan sopan dan merupakan kelakuan yang benar

yang harus ditunjukan kepada setiap orang yang derajatnya lebih tinggi.

Dalam tatacara ini juga mengandung unggah- ungguh yang dipahami

oleh masyarakat besar di Jawa, yang banyak tampak dalam keseharian sampai

saat ini, yang juga diterapkan dalam keraton, yaitu apabila berbicara atau

berhadapan dengan orang yang lebih tua, atau dengan orang yang jabatannya

lebih tinggi, unggah- ungguh-nya adalah ‗jangan kita menatap wajah orang

yang lebih tua atau lebih tinggi jabatannya, karena apabila kita berani menatap

wajahnya, ini berarti kita menentang dan menantang orang tersebut.42

42 Yesy Wahyuning Tyas, “Analisis Nilai Dan Makna Simbolik Teks Serat Tata Cara

Keraton Dalam Naskah Serat Abdi Dalem Keraton” skripsi pada Universiitas Indonesia, Jakarta,

2009, h. 21- 23, tidak dipubliasikan

Page 38: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

27

Sekalipun memiliki ruanglingkup yang sama dalam pnelitian, dari kedua

penelitian yang relevan diatas terdapat perbedaan penelitian dengan penelitian

yang penulis ajukan diantaranya adalah :

1. Dalam penjelasan yang diajukan oleh Yesy Wahyuning Tyas dalam

penelitiaannya analisis nilai dan makna simbolik teks serat tatacara keraton,

menjelaskan tentang makna yang terkandung dalam tata cara unggah-ungguh

abdi dalem maupun tata cara peletakan benda-benda pusaka keraton.

Sementara penelitian yang diajukan penulis menjelaskan tentang hubungan

penerapan budaya keraton yaitu sikap abbdi dalem terhadap rajanya dengan

akhlak santri di pesantren.

2. Dalam penjelasan penelitiaan yang diajukan oleh Tholibin dalam

penelitiaannya adalah respon masyarakat terhadap tradisi panjang jimat yang

dilakukan oleh keraton, sementara penelitian yang diajukan penulis adalah

pengaruh budaya keraton terhadap akhlak santri di pesantren.

Dengan demikian sekalipun penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan

hasil penelitian yang relevan di atas memiliki ruanglingkup yang sama yakni

Budaya Keraton, namun dari fokus penelitian yang dijelaskan masing-masing

penelitian memiliki fokus budaya yang berbeda sebagaimana yang telah

dijelaskan di atas.

C. Kerangka Berfikir

Dari penjelasan di atas telah nampak jelas bahwa pesantren dalam

perjalanannya mengalami perkembangan yang dinamis di setiap zamannya

dengan mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Sesuai dengan

fungsinya, pesantren merupakan tempat pendidikan yang memfokuskan

pembelajaran pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Walaupun kini pesantren

sudah banyak yang mengalami kemajuan dalam sistem pembelajarannya,

namun hal tersebut tetap tidak merubah hukum awal adanya pesantren yaitu

memberikan pelajaran agama yang mendalam.

Seiring dengan terus berkembangnya zaman, pesantren mulai

mengalami evolusi yang dinamis dengan banyaknya bermunculan pesantren-

Page 39: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

28

pesantren yang bersistem modern yang pada pembelajarannya tidak hanya

terfokus pada pelajaran agama saja tetapi juga memasuki pelajaran-pelajaran

umum pada kurikulumnya. Hal ini sejalan dengan tujuannya didirikan

pesantren yaitu mendidik manusia untuk menjadi insan yang kamil baik dalam

budi pekerti maupun ilmu pengetahuannya.

Namun demikian hingga saat ini pun masih ada pesantren-pesantren

yang mempertahankan sistem lama dalam pembelajarannya maupun dalam

sistem sosialnya, semisal dengan pelajaran-pelajaran yang diajarkan hanyalah

pelajaran agama saja, hal ini berkaitan dengan sistem turun temurun yang

diterapkan oleh pihak kepengurusan pesantren yaitu kiyai yang menjadi

pengasuh sekaligus pemimpin tertinggi dalam pesantren.

Sistem yang dipakai oleh pesantren semacam ini biasanya dipengaruhi

juga oleh lingkungan maupun sejarah Daerah. Semisal dengan sistem pesantren

yang dipengaruhi oleh budaya ataupun sistem kepemerintahan dalam sistem

kepesantrenannya, hal ini menunjukan bahwa pesantren merupakan produk

budaya lokal yang didirikan sesuai dengan situasi dan kondisi dimana

pesantren itu didirikan.

Oleh karenanya, dalam sebuah sistem pendidikan di pesantren, situasi dan

kondisi lingkungan sangatlah berperan dalam menjalankan dan menciptakan

sebuah sistem pendidikan di pesantren. Karena pesantren merupakan produk

lokal yang berdiri dan berkembang dengan alur lingkungan.

Seperti halnya pondok pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren

Cirebon yang masih mempertahankan sistem turun temurunnya terutama dalam

sistem ke-Pesantrenan yang mengacu pada sistem sosial keraton. Dimana para

santri diibaratkan seorang abdi dalem yang selalu setia melayani keluarga

keraton, begitu juga santri yang setia melayani guru dalam menuntut ilmu demi

mendapatkan berkah serta ilmu yang manfa‗at dari sang guru dengan cara

menjaga sikap dan tau bagaimana harus bersikap kepada guru. Dalam

prakteknya, hal tersebut bertujuan untuk memberikan pendidikan akhlak secara

nyata kepada para santri agar tidak hanya memahami pendidikan akhlak yang

hanya terbatas pada teori saja.

Page 40: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

29

Dengan demikian, para santri diharap dapat memahami bagaimana cara

untuk bersikap kepada guru maupun orangtua mereka, karena dengan sistem

yang demikian para santri dapat langsung memeraktekan apa yang telah

mereka pelajari selama mereka menjalani pendidikan di pesantren.

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian yang penulis ajukan adalah : Terdapat

hubungan yang positif antara penerapan budaya keraton dengan akhlak santri

pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon.

Page 41: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

30

BAB III

Metodologi Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dalam pelaksanaan penelitian ini adalah di Pondok Pesantren

Nadwatul Ummah komplek Pondok Buntet Pesantren Rt. 010 Rw. 04 Ds.

Mertapada Kulon Kec. Astanajapura Kab. Cirebon Jawa Barat.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.43 Adapun metode

penelitian yang digunakan peneliti adalah metode kuantitatif deskriptif yang

ditunjang dengan metode kualitatif yakni metode penelitian yang berusaha

memberikan gambaran dengan fakta-fakta yang valid tentang Hubungan

Penerapan Budaya Keraton dengan Akhlak Santri Pondok Pesantren Nadwatul

Ummah Buntet Pesantren Cirebon. Dengan menyebarkan angket kepada

responden di tempat penelitian yang telah ditentukan. Serta mendeskripsikan hasil

temuan penelitian di lapangan dengan memberikan informasi yag valid.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis yang didasarkan pada data atau informasi yang diperoleh melalui

penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan meneliti

berbagai buku referensi yang relevan dengan tema yang diangkat. Adapun tujuan

dari penelitian kepustakaan adalah untuk memperoleh bahan-bahan dan konsep

yang berkaitan dengan tema penelitian.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan langsung

terjun meneliti ditempat penelitian yang telah ditentukan. Penelitian lapangan ini

43 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung, Alfabeta, 2010) Cet. Ke-10, h. 3

Page 42: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

31

bertujuan untuk mendapatkan data yang valid tentang interaksi sosial individu

maupun kelompok yang terdapat pada tempat penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon yang berjumlah

251. Cara pengambilan sampel (teknik sampling) dengan probality sampling

(pengambilan sampling berdasarkan peluang). Dalam probality sampling semua

anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel yang dilakukan secara acak atau random. Adapun jumlah sampel yang

peneliti inginkan adalah 20% dari jumlah Populasi. Hal ini berdasarkan apa yang

telah diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

―Apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Selanjutnya jika subjeknya

lebih dari seratus dapat diambil 10-15 % atau 20-25 %. 44

Dengan demikian, peneliti mengambil 20% sampel dari populasi yakni

sebanyak 50 santri. Teknik pengambilannya menggunakan metode random

sampling sistematis yaitu semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas

atau kesempatan yang sama untuk dipilih melalui acak nomor berdasarkan absensi

dengan menghitung kelipatan 2 dari jumlah di setiap kelas. Adapun kelas yang

terdapat di Pondok Pesantren berjumlah 9 kelas yang terdiri dari kelas Shifir

Awwal A, Shifir Awwal B, Shifir Tsani A, Shifir Tsani B, Tsnawiyah I A,

Tsnawiyah I B, Tsanawiyah II, Tsanawiyah III, dan Tsanawiyah IV.

Dan untuk menentukan jumlah sampel di setiap kelas, peneliti

menggunakan metode hitung dengan ketentuan sebagai berikut :

S = JSS x JS

JP

Keterangan : S : Sampel yang di butuhkan

JSS : Jumlah Sampel Strata

JP : Jumlah Populasi

JS : Jumlah Sampel

44 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993), h. 107

Page 43: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

32

D. Tehnik Pengumpulan Data

1. Obserfasi

Obserfasi merupakan pengamatan langsung peneliti terhadap objek yang

akan ditelitinya dengan tujuan agar dapat mengetahui langsung keadaan sosial

yang ada di pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon.

2. Wawancara

Penulis dalam melakukan wawancara/interview kepada responden akan

menggunakan wawancara terstruktur yang hanya akan memuat garis besar dari

tema penelitian tersebut. Dalam hal ini, penulis akan mewawancarai orang-orang

yang bersangkutan semisal para santri dan Kiyai di Pondok Pesantren.

3. Angket

Angket yang akan disebarkan kepada responden oleh peneliti adalah

sebanyak 50 buah disesuaikan dengan jumlah sampel yang diambil. Bentuk

angket yang disebarkan adalah angket terstruktur atau tertutup dimana telah

dicantumkan jawaban-jawabannya.

Page 44: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

33

Tabel Kisi-kisi Angket

Hubungan Penerapan Budaya Keraton Dengan Akhlak Santri

Di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon

Tabel 01

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah dilakukan, biasanya

dokumetasi berupa tulisan ataupun berupa gambar.45 Dalam istilah lain

45 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007) hal. 72

No Variabel Indikator

Jumlah

Item Soal

Item

Soal

Positif

Item

Soal

Negatif

1

Penerapan

Budaya

Keraton

1. Menerapkan

Budaya Keraton

dalam kegiatan

sehari-hari

2. Kefektifan

Penerapan Budaya

Keraton dalam

sistem sosial di

lingkungan

pesantren

7

1

1, 2, 3, 4,

5, 6, 7

8

2 Akhlak Santri

1. Akhlak Santri

Terhadap Guru di

lingkungan

Pesantren

2. Akhlak Santri

terhadap Orangtua

di lingkungan

Pesantren

6

8

9, 10, 11,

12,

16, 19,

20, 21, 22

13, 14,

15, 17,

18

Page 45: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

34

dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan yang ada

dan mempunyai Hubungan dengan tujuan penelitian.46

Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan penelitian

melalui berkas-berkas atau dokumen berupa catatan yang dapat memberikan

informasi tambahan dalam penelitian.

E. Tehnik Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada

responden kemudian diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan metode

deskriptif presentase. Dari angket yang telah terkumpulkan kemudian diolah

dengan tahapan sebagai berikut :

Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah

langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam

penelitian. Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam analisis data ini

adalah:

1. Editing, yaitu memeriksa jawaban angket yang telah diserahkan oleh

responden. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang

ada dalam daftar pertanyaan. Bila ada jawaban yang meragukan atau tidak

dijawab, penulis menghubungi responden yang bersangkutan.

2. Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis

data. Analisa data dilakukan dengan menggunakan bentuk tabel dengan

menggunakan teknik deskriptif prosentase.

3. Kemudian selanjutnya adalah dengan skoring, untuk menentukan skoring ing

semua pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai setiap jawaban sebagai

berikut:

46 Anas Sujdono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2006) hal. 30

Page 46: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

35

Tabel 02

Skor Positif Angket

Tabel 03

Skor Negatif

4. Selanjutnya untuk menganalisis hubungan antara variabel X (penerapan budaya

Keraton) dan Y (akhlak santri) digunakan analisis korelasi Product Moment,

dengan formulasi sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ ) ∑ (∑ )

Dengan keterangan sebagai berikut :

rxy : angka index korelasi

N : Number of Case

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara Pertanyaan X dan Pertanyaan Y

∑X : Jumlah seluruh Pertanyaan X

Pertanyaan Item

Jawaban Skor Keterangan

SL 5 Selalu

SR 4 Sering

JR 3 Jarang

KD 2 Kadang-kadang

TP 1 Tidak Pernah

Pertanyaan Item

Jawaban Skor Keterangan

SL 1 Selalu

SR 2 Sering

JR 3 Jarang

KD 4 Kadang-kadang

TP 5 Tidak Pernah

Page 47: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

36

∑Y : Jumlah seluruh Pertanyaan Y47

F. Hipotesis Statistik

Hipotesis merupakan dugaan sementara penilitian yang dilakukan oleh

peneliti, baik dugaan kemungkinan benar maupun dugaan kemungkinan salah.

Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti yang ditunjukan peneliti ada

kebeneran dan jika salah maka akan dikelola kembali. Penolakan dan penerimaan

hipotesis tergantung pada penyelidikan bukti-bukti yang telah didapat. Adapun

hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis alternative (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan

antara penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri Pondok

Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon.

2. Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara

penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri Pondok Pesantren

Nadwatul Ummmah Buntet Pesantren Cirebon.

47 ibid., h. 206

Page 48: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

37

BAB IV

Hasil Penelitian

A. Deskripsi Data

1. Penerapan Budaya Keraton

Pondok pesantren Nadwatul Ummah adalah pondok pesantren yang

dikategorikan pesantren salafi. Karena sejak awal berdirinya pesantren pada tahun

1971 hingga saat ini metode pembelajaran yang digunakan adalah wetonan dan

sorogan. Serta kitab-kitab yang dipelajari adalah kitab-kitab klasik yang berbahasa

Arab atau sering dikenal dengan kitab kuning yang ditulis oleh para ulama

terdahulu yang berpaham Ahlussunnah Wal Jama‟ ah. Dan selesainya (khatam)

kitab yang dipelajari menjadi tolak ukur bagi santri untuk melanjutkan ke kelas

berikutnya.

Selain mengajarkan kitab-kitab klasik, pesantren Nadwatul Ummah juga

mengajarkan Al-Qur‗an sebagai modal dasar seorang muslim. Dalam sistem

pembelajaran Al-Qur‗an di pesantren menggunakan sistem ijazah. Namun bentuk

ijazah di pesantren tidak seperti ijazah-ijazah yang kita kenal dalam pendidikan

modern melainkan berbentuk pencantuman nama santri dalam suatu daftar rantai

transmisi pengetahuan yang dikeluarkan oleh guru terhadap santrinya yang telah

mengkhatamkan belajar Al-Qur‗an sehingga si murid dianggap menguasai dan

diperbolehkan mengajarkannya kepada orang lain.

Tradisi ijazah dalam pesantren umumnya di berlakukan ketika seorang

santri tingkat tinggi yang telah menyelesaiakan dan menguasai kitab-kitab besar

yang telah dipelajari. Sebagai mana yang telah dikatakan Zamakhsyari Dhofier

dalam bukunnya Tradisi Pesantren, bahwa ―Tradisi ijazah ini hanya dikeluarkan

untuk murid-murid tingkat tinggi dan hanya mengenai kitab-kita besar dan

masyhur.‖ 48 Berbeda dengan pesantren Nadwatul Ummah yang memang

lingkungan di komplek Buntet Pesantren, Al-Qur‗an menjadi acuan utama dalam

pembelajaran santri selain kitab-kitab kuning. Hal ini sudah terjadi sejak awal

berdiriya Pesantren di komplek Buntet Pesantren.

48 Dhofir, op. cit., h. 48

Page 49: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

38

Pondok pesantren Nadwatul Ummah juga menerapkan kelas musyawarah

(bahsul matsail) yang menjadi ciri khas pesantren-pesantren salafi dalam mencari

solusi dari sebuah permasalahan agama. Kelas musyawarah di pesantren

Nadwatul Ummah dikenal dengan istilah MMU (Majlis Musyawarah Umum),

dimana para santri ditugaskan mencari jawaban dari pertanyaan yang

dimusyawarahkan di dalam kitab kuning. Ketika musyawarah dimulai para santri

diperbolehkan mengutarakan jawabannya dan santri juga diperbolehkan untuk

mendebat pernyataan santri lain yang tidak sepaham hingga ditemukannya solusi

yang terbaik. Pelaksanaan MMU di pesantren dipimpin langsung oleh kiyai atau

guru di pesantren yang bertugas menyimpulkan hasil musyawarah.

Pondok pesantren Nadwatul Ummah sejak didirikan oleh KH.

Muhammad Anis Fu‗ad Hasyim (Alm.) pada tahun 1971 memang selalu

mempertahankan tradisi tradisional baik dalam sistem pembelajarannya maupun

sistem sosialnya. Namun setelah anak pertama dari KH. Muhammad Anis Fu‗ad

Hasyim (Alm.) yaitu DR. KH. Luthfi El-Hakim ditunjuk sebagai pegasuh

pesantren, semua sistem yang telah berlaku dirubah, mulai dari sistem

pembelajaran hingga sistem sosial di pesantren. Sistem pembelajaran yang

tadinya hanya menggunakan metode wetonan ataupun sorogan, kini dimodifikasi

dengan menggunakan sistem madrasah namun tetap tidak meninggalkan metode

wetonan ataupun sorogan sebagai cirikhas dari tradisi pesantren salafi, dan kitab-

kitab yang diajarkanpun tetap kitab-kitab kuning klasik. Sistem madrasah

diberlakukan untuk mempermudah metode sorogan yang diterapkan di pesantren.

Hal ini sejalan dengan pendapat Zamakhsyari Dhofier ketika menjelaskan

kategorisasi pesantren yang dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1. Tipe lama (klasik), yang inti pendidikannya mengajarkan kitab-kitab Islam

klasik. Walaupun sistem madrasah diterapkan, tujuannya untuk

mempermudah sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga

pengajian bentuk lama.

2. Tipe baru (modern) yaitu mendirikan sekolah-sekolah umum dan

madrasah-madrassah yang mayoritas mata pelajaran yang

Page 50: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

39

dikembangkannya bukan kitab-kitab Islam klasik. Sekalipun kitab-kitaab

klasik tetap dipertahankan namun porsi pengajarannya tidak memadai.49

Selain sistem pembelajaran yang dirubah, sistem sosial yang

diberlakukanpun dirubah. Pesantren Nadwatul Ummah yang sebelumnya terlihat

bebas karena tidak ada peraturan yang mengikat santri sehingga santri terlihat

bebas dalam mengikuti program di pesantren. Dan hal semacam itu dinilai tidak

tepat dalam proses pendidikan di pesantren, karena pada dasarnya santri haruslah

beretika baik sehingga dapat mengikuti program di pesantren dengan baik dan

tertib.

Sehingga menurut DR. KH. Luthfi El-Hakim sistem tersebut perlu di

rubah demi menciptakan suasana pesantren yang islami, sehingga para santri

dapat beretika sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari melalui kitab-kitab

klasik yang diajarkan kiyai atau guru di pesantren. Sebagaimana yang telah

diungkapkan oleh Zamakhsyari Dhofier :

Secara umum, tingkah laku yang benar secara Islam dinyatakan dalam

contoh-contoh seperti yang dikerjakan para kiyai (melalui lembaga-lembaga

pesantren dan amalan-amalan beragama yang lain, seperti mengikuti sembahyang

dan khutbah jum‗at) mengajarkan kepada anggota-anggota masyarakat tingkah

laku Islam yang ideal, pola pikiran dan perasaan yang ideal, simbol-simbol dan

amalan-amalan Islam.50

Menurut DR. KH. Luthfi El-Hakim seorang santri haruslah menunjukan

etika/akhlak yang sesuai dengan gelarnya yaitu santri/pencari ilmu, dimana

seorang santri haruslah memulyakan gurunya sebagai landasan awal berakhlak

yang baik. Karena akhlak merupakan pondasi daam mencari ilmu tanpa akhlak

yang baik seorang santri tidak akan mendapatkan manfa‗at dari ilmu yang telah

dipelajari, hal ini sesuai dengan maqolah yang mengatakan :

أال دب ۞ بمبلعت مألبعأال اههبت أال دب يا اابل بمألبعأال عأيب

“wahai pencari „ilmu junjung tinggilah adab/akhlak, tuntutlah ilmu dengan

memprioritaskan adab/akhlak”.51

49 Dhofir, op. cit., h. 76

50 Dhofir, op. cit., h. 42 51 Muhammad bin ahmad Nubhan, (Surabaya,tt. p, 1980) h. 4

Page 51: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

40

Oleh sebab itu DR. KH. Luthfi El-Hakim menerapkan sistem yang

menyerupai sistem di keraton yaitu etika/akhlak abdi dalem kepada sultannya.

Sehingga para santri diwajibkan beretika sopan santun yang baik kepada guru di

pesantren sebagaimana abdi dalem beretika kepada sultannya. Hal ini bertujuan

untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang pendidikan akhlak yang

nyata sehingga dapat membentuk santri yang bermoral dan berakhlak baik.

Dilihat dari nasab keturunannya, keluarga besar KH. Muhammad Anis

Fu‗ad Hasyim (Alm.) memang memiliki garis nasab dari Syekh Sultan Syarif

Hidayatullah pendiri kerajaan/keraton di Cirebon sekaligus penyebar agama Islam

di Cirebon. KH. Muhammad Anis Fu‗ad Hasyim (Alm.) merupakan keturunan ke-

20 dari urutan gari nasab Syekh Sultan Syarif Hidayatullah. Dan hingga kinipun

keluarga besar pesantren masih memiliki hubungan kekerabatan yang baik dengan

keluarga besar yang tinggal di keraton.

Menurut DR. KH. Luthfi El-Hakim sekalipun keluarga besar pesantren

memiliki kekerabatan yang dekat dengan pihak keraton, tidak serta merta sistem

sosial yang diberlakukan dipesantren meniru sistem yang diberlakukan di keraton.

Karena pada dassarnya etika/akhlah semacam itu sudah ada dan diajarkan dalam

agama Islam sesuai dengan Firman Allah :

―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu

melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang

keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain,

supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.‖ (Q. S.

Al-Hujarat : 2)

Dan sabda Rasulullah SAW :

Page 52: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

41

52

.

―Tidak ada orang yang lebih kucintai melebihi Rasulullah saw. dan di

mataku tidak ada yang lebih agung melebihi beliau. Saya tidak mampu

memandang beliau dengan mata terbuka lebar semata-mata karena

menghormatinya. Jika saya ditanya untuk mensifati beliau saya tidak akan mampu

menjawab sebab saya tidak mampu memandang beliau dengan mata terbuka lebar.

(HR. Muslim)‖

Oleh karenanya, pondok pesantren Nadwatul Ummah dalam

pembelajarannya sangat menekankan kepada pelajaran Akhlak. Semisal dengan

kitab-kitab akhlak yang selalu diajarkan kepada santri seperti kitab Ta‟ lim

Muta‟ alim yang dibaca ketika pengajian umum, serta kitab-kitab akhlak kecil

seperti Taisirul Kholak dan „Izzul Adab yang diajakan di kelas Shifir.

Dengan diterapkannya sistem sosial tersebut, diharapkan para santri dapat

mendapatkaan pengalaman nyata dalam memahami nilai-nilai akhlak yang telah

diajarkan sehingga para santri tidak hanya memahami secara teori saja, melainkan

dalam praktekpun santri dapat memahami secara mendalam sesuai dengan apa

yang telah mereka pelajari.

Semisal dengan penjelasan Syekh Al-Zarnuji dalam kitabnya Ta‟ lim

Muta‟ alim yaitu termasuk salah satu menghormati guru adalah menghormati

anak-anaknya dan orang yang mempunyai hubungan dengannya. Guru kami

Syaikhul Islam Burhanudin pengarang kitab ―Al-Hidayah‖ pernah berkata. Bahwa

seorang ulama besar dari Bukhara sedang duduk dalam suatu majelis pengajian,

kemudian ia berdiri dan duduk kembali. Ketika ditanya kepadanya sikap itu, ia

menjawab : ―sesungguhnya saya melihat putra guruku sedang bermain di jalan

bersama teman-temannya. Jika saya melihatnya lalu saya berdiri, itu semata-mata

bentuk penghormatan saya kepada guruku.‖ 53

Hal tersebut sejalan dengan etika yang diberlakukan di pesantren bahwa

para santri diwajibkan berdiri dan menundukan kepala atau hanya menundukaan

kepala apabila bertemu atau berpapasan dengan kiyai/guru dan keturunanya serta

52

Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, (2007, Dar-Al-Ma‗rifah, Lebanon), h. 319

53 Syekh Al-Zarnuji, op, cit,. h. 17 - 18

Page 53: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

42

kerabatnya dalam kondisi apapun. Apabila santri sedang berjalan maka berhenti

sejenak dan apabila santri berjalan di hadapan kiyai/guru dan keturunanya serta

kerabatnya maka harus menundukan kepalanya.

Selain untuk membentuk santri yang bermoral dan berakhlak baik, sistem

sosial seperti itu diberlakukan atas dampak dari kurangnya pendidikan akhlak

yang diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan modern sehingga hal tersebut

dapat dijadikan sebagai pembeda antara pendidikan modern dengan pendidikan

pesantren tradisional.

2. Deskripsi Data Hasil Angket Penelitian

Hasil penelitian yang penulis peroleh dengan menyebarkan angket kepada

50 santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon,

kemudian diolah dengan lagkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung jumlah responden

b. Memeriksa angket sebelum dianalisa terlebih dahulu kemudian

meniterpestasikan data yang terkumpul dengan mengecek ulang data yang ada

dengan tujuan agar dapat memperoleh data yang valid.

c. Mencari frekuensi dengan cara menjumlahkan jawaban dan mencari

korelasinya. Adapun data tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

1) Deskripsi data variabel X penerapan budaya keraton di Pesantren

Tabel 04

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat diperoleh penjelasan bahwa, 35 responden 70%

menjawab selalu berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru, 11

responden 22% sering berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru, 1

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya berjalan jongkok

atau nglesot ketika

menghadap guru

a. Selalu 35 70%

b. Sering 11 22%

c. Jarang 1 2%

d. Kadang-kadang 2 4%

e. Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 50 100%

Page 54: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

43

responden menjawab 2 berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru, 2

responden menjawab 4%, 1 responden menjawab 2% berjalan jongkok atau

nglesot ketika menghadap guru. Dengan demikian dapat dilihat bahwa santri yang

selalu berjalan jongkok ketika menghadap guru lebih banyak, hal ini didasari

kepada bentuk penghormatan seorang santri kepada gurunya.

Tabel 05

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat diperoleh penjelasan bahwa, 30 responden

menjawab 60% menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut

serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak

5m, 15 responden menjawab 30% menundukan kepala dan mengumpulkan tangan

di bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika

berjalan dalam jarak 5m, 2 responden menjawab 4 % menundukan kepala dan

mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan

dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m 3 responden menjawab 6%

menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti

sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m, 5

responden menjawab 0% menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di

bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan

dalam jarak 5m. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa santri yang selalu

menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti

sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m lebih

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya menundukan

kepala dan

mengumpulkan tangan

dibawah perut serta

berhenti sejenak ketika

berpapasan dengan

guru

a. Selalu 30 60%

b. Sering 15 30%

c. Jarang 2 4%

d. Kadang-kadang 3 6%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Page 55: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

44

banyak, hal ini didasari oleh bentuk penghormatan santri yang diberikan kepada

guru-gurunya.

Tabel 06

Pertanyaan Positif

Dengan demikian dapat diperoleh penjelasan bahwa, 38 responden (76%)

menjawab selalu duduk seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika

berbicara berhadapan dengan guru, 8 responden (16%) menjawab duduk seperti

tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan dengan

guru, 3 responden (6%) duduk seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala

ketika berbicara berhadapan dengan guru, 1 responden (2%) menjawab duduk

seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan

dengan guru. Dapat disimpulkan bahwa santri yang selalu duduk seperti tasyahud

akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan dengan guru lebih

banyak.

Tabel 07

Pertanyaan Positif

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya duduk seperti

tasyaahud akhir dan

menundukan kepala

ketika berbicara

berhadapan dengan

guru

a. Selalu 38 76%

b. Sering 8 16%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang 1 2%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika duduk bersila,

saya menutupi kaki

saya dengan kain

sarung

a. Selalu 23 46%

b. Sering 12 24%

c. Jarang 11 22%

d. Kadang-kadang 3 6%

e. Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 50 100%

Page 56: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

45

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 23 responden (46%) menjawab

Ketika duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain sarung, 12 respoden

(24%) menjawab ketika duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain

sarung, 11 responden (22%) menjawab ketika duduk bersila, saya menutupi kaki

saya dengan kain sarung, 3 responden (6%) menjawab ketika duduk bersila, saya

menutupi kaki saya dengan kain sarung, 1 responden (2%) menjawab ketika

duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain sarung. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa santri yang ketika duduk bersila, menutupi kaki dengan

kain sarung lebih banyak, hal ini dikarenakan untuk menjaga tatakarama

kesopanan seorang santri dalam menjalani kehidupan sosial sehari-hari.

Tabel 08

Pertanyaan positif

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 18 responden (36%) menjawab

jarang menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 15

responden (30%) menjawab kadang-kadang menggunakan bahasa kromo inggil

ketika berbicara dengan guru, 7 responden (14%) menjawab selalu menggunakan

bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 6 responden (12%) menjawab

sering menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 4

responden (8%) menjawab tidak pernah menggunakan bahasa kromo inggil ketika

berbicara dengan guru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang

jarang menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru lebih

banyak, hal ini dikarenakan tidak semua santri berasal dari wilayah/daerah yang

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya menggunakan

bahasa kromo inggil

ketika berbicara dengan

guru

f. Selalu 7 14%

g. Sering 6 12%

h. Jarang 18 36%

i. Kadang-kadang 15 30%

j. Tidak Pernah 4 8%

Jumlah 50 100%

Page 57: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

46

berbahasa Jawa dan tidak semua santri mahir dalam berbahasa Jawa baik ngoko

maupun kromo.

Tabel 09

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 18 responden (36%) menjawab

selalu tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di depan

rumah guru, 17 responden (34%) menjawab sering tidak berjalan bergerombol

dengan teman-teman ketika berjalan di depan rumah, 7 responden (14%)

menajwab jarang tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan

di depan rumah, 4 responden (8%) menjawab kadang-kadang tidak berjalan

bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di depan rumah, 4 responden

(8%) menjawab tidak pernah tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman

ketika berjalan di depan rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,

santri yang tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di

depan rumah lebih banyak, hal ini dilakukan demi tidak menggangu aktifitas yang

sedang dilakukan guru.

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya tidak berjalan

bergerombol dengan

teman-teman ketika

berjalan di depan

rumah guru

a. Selalu 18 36%

b. Sering 17 34%

c. Jarang 7 14%

d. Kadang-kadang 4 8%

e. Tidak Pernah 4 8%

Jumlah 50 100%

Page 58: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

47

Tabel 10

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat dijelaskna bahwa, 17 responden (34%) menjawab

ketika duduk dibangku selalu merapatkan kedua kakinya, 12 responden (24%)

menjawab ketika duduk dibangku sering merapatkan kedua kakinya, 14 responden

(28) menjawab ketika duduk dibangku jarang merapatkan kedua kakinya, 6

responden (12%) menjawab ketika duduk dibangku kadang-kadang merapatkan

kedua kakinya, 1 responden (2%) menjawab ketika duduk dibangku tdak pernah

merapatkan kedua kakinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, santri

yang ketika duduk dibangku merapatkan kedua kakinya lebih banyak karena hal

ini merupakan tatakrama yang baik untuk diprktekan demi menjaga sopan santun

dalam kehidupan sosial.

Tabel 11

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 29 responden (58%) menjawab

selalu berpakian rapih baik dalam lingkungan pesantren maupun di luar

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya selalu

berpakian rapih baik

dalam lingkungan

pesantren maupun di

luar lingkungan

pesantren.

a. Selalu 29 58%

b. Sering 14 28%

c. Jarang 4 8%

d. Kadang-kadang 3 6%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika duduk

dibangku saya

merapatkan kedua

kaki saya

b. Selalu 17 34%

c. Sering 12 24%

d. Jarang 14 28%

e. Kadang-kadang 6 12%

f. Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 50 100%

Page 59: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

48

lingkungan pesantren, 14 responden (28%) menjawab selalu berpakian rapih baik

dalam lingkungan pesantren maupun di luar lngkungan pesantren, 4 responden

(8%) menjawab selalu berpakian rapih baik dalam lingkungan pesantren maupun

di luar lngkungan pesantren, 3 responden (6%) menjawab selalu berpakian rapih

baik dalam lingkungan pesantren maupun di luar lngkungan pesantren. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang selalu berpakian rapih baik dalam

lingkungan pesantren maupun di luar lingkungan pesantren lebih banyak hal ini

dipraktekan demi menjaga tatakrama yang baik dalam kehidupan sosial.

2) Deskripsi data variabel Y Adab Santri Terhadap Guru di Lingkungan

Pesantren

Tabel 12

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 37 responden (74%)

menjawab ketika guru memanggil saya segera menghampirinya, 8 responden

(16%) menjawab ketika guru memanggil saya segera menghampirinya, 3

responden (6%) menjawab ketika guru memanggil saya segera menghampirinya,

2 responden (4%) menjawab ketika guru memanggil saya segera

menghampirinya. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa, santri yang

bersegera menghampiri ketika dipanggil oleh guru lebih banyak, hal ini

menunjukan bahwa akhlak terpuji kepada guru sangat diperhatikan oleh para

santri.

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika guru

memanggil, saya

segera

menghampirinya

a. Selalu 37 74%

b. Sering 8 16%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang 2 4%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Page 60: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

49

Tabel 13

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 35 responden (70%)

menjawab selalu menghormati kerabat guru sebagaimana saya menghormati guru,

11 responden (22%) menjawab Saya sering menghormati kerabat guru

sebagaimana saya menghormati guru, 2 responden (4%) menjawab jarang

menghormati kerabat guru sebagaimana saya menghormati guru, 2 responden

(4%) menjawab kadang-kadang menghormati kerabat guru sebagaimana saya

menghormati guru, dan 0 responden menjawab tidak pernah menghormati kerabat

guru sebagaimana saya menghormati guru. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa santri yang menghormati kerabat guru sebagaimana menghormati guru

mereka lebih banyak, hal ini dikarenakan pemahaman santri terhadap bentuk

penghormatan terhadap guru tidak hanya terbatas pada guru saja melainkan

kepada orang-orang yang berhubungan dekat dengan gurupun juga harus

dihormati, baik dalam ruang lingkup keluarga maupun kerabat.

Tabel 14

Pertanyaan Positif

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya menghormati

kerabat guru

sebagaimana saya

menghormati guru

a. Selalu 35 70%

b. Sering 11 22%

c. Jarang 2 4%

d. Kadang-kadang 2 4%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya menjaga

kepercayaan yang

telah diberikan guru

kepada saya

a. Selalu 33 66%

b. Sering 14 28%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang - -

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Page 61: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

50

Dari tabel di atas dapaat dambil penjelasan bahwa, 33 responden (66%)

menjawab saya selalu menjaga kepercayaan yang telah diberikan guru kepada

saya, 14 responden (28%) menjawab Saya sering menjaga kepercayaan yang telah

diberikan guru kepada saya, 3 responden (6%) menjawab saya jarang menjaga

kepercayaan yang telah diberikan guru kepada saya, dan 0 responden menjawab

kaadang-kadang bahkan tidak pernah menjaga kepercayaan yang telah dberikan

guru kepada saya. Dengan demikian kesimpulan yang didapat adalah santri yang

menjaga kepercayaan yang telah diberikan guru kepadanya lebih banyak, hal ini

dilatarbelakangi oleh pemikiran para santri yang selalu mempunyai keinginan

untuk selalu memberikan yang terbaik untuk guru.

Tabel 15

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 32 responden (64%) menjawab

ketika berjalan dengan guru saya selalu berjalan di belakangnya, 15 responden

(30%) menjawab Ketika berjalan dengan guru saya sering berjalan di

belakangnya, 3 responden (6%) menjawab Ketika berjalan dengan guru saya

berjalan di belakangnya, dan 0 responden menjawab ketika berjalan dengan guru

saya kadang-kadang bahkan tidak pernah berjalan di belakangnya. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang ketika berjalan dengan guru selalu

berjalan di belakangnya, hal ini dilatar belakangi oleh bentuk penghormatan para

santri yang tidak ingin mendahului bahkan berada di depan guru sehingga

menghalangi perjalanannya.

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika berjalan

dengan guru saya

berjalan di

belakangnya

a. Selalu 32 64%

b. Sering 15 30%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang - -

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Page 62: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

51

Tabel 16

Pertanyaan Negatif

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 40 responden (80%)

menjawab Saya tidak pernah memotong pembicaraan guru ketika guru sedang

berbicara kepada saya, 8 responden (16%) menjawab Saya kadang-kadang

memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepada saya, 0

responden menjawab Saya jarang tidak pernah memotong pembicaraan guru

ketika guru sedang berbicara kepada saya, 2 responden (4%) menjawab Saya

sering memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepada saya,

dan 0 responden menjawab Saya selalu memotong pembicaraan guru ketika guru

sedang berbicara kepada saya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa santri

yang tidak memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepadanya

lebih banyak, hal ini dikarenakan rasa ta‗dzim santri kepada guru demi untuk

menjaga perasaan guru untuk tidak tersinggung dengan sikap santri yang

memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepadanya.

Tabel 17

Pertanyaan Negatif

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya memotong

pembicaraan guru

ketika guru

sedang berbicara

kepada saya

a. Selalu - -

b. Sering 2 4%

c. Jarang - -

d. Kadang-kadang 8 6%

e. Tidak Pernah 40 80%

Jumlah 50 100%

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika berhadapan

dengan guru saya

berdiri sementara

guru dalam keadaan

duduk

a. Selalu 1 2%

b. Sering 1 2%

c. Jarang - -

d. Kadang-kadang 6 12%

e. Tidak Pernah 42 84%

Jumlah 50 100%

Page 63: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

52

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 42 responden (84%)

menjawab ketika berhadapan dengan guru saya tidak pernah berdiri sementara

guru duduk, 6 responden menjawab ketika berhadapan dengan guru saya kadang-

kadang berdiri sementara guru duduk, 1 responden (2%) menjawab ketika

berhadapan dengan guru saya selalu berdiri sementara guru duduk, 1 responden

(2%) menjawab ketika berhadapan dengan guru saya sering berdiri sementara

guru duduk, 0 responden menjawab ketika berhadapan dengan guru saya jarang

berdiri sementara guru duduk. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa santri

yang ketika berhadapan dengan guru tidak pernah berdiri sementara guru dalam

kondisi duduk lebih banyak, hal ini merupakan bentuk penghormatan santri

terhadap segala suatu kondisi guru sehingga santripun harus mengikuti dan

memakluminya.

3) Deskripsi data variabel Y akhlak santri kepada Orangtua

Tabel 18

Pertanyaan Negatif

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 28 responden (56%) menjawab

saya tidak pernah membantah perintah orangtua, 15 responden (30%) menjawab

kadang-kadang saya membantah perintah orangtua, 6 responden (12%) menjawab

saya jarang membantah perintah orangtua, 1 responden (2%) menjawab saya

selalu membantah perintah orangtua, 0 responden menjawab saya sering

membantah perintah orangtua. Dengan demikian dapat diambil penjelasan bahwa

santri yang tidak pernah membantah perintah orangtua lebih banyak, hal ini

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya membantah

perintah orangtua

a. Selalu 1 2%

b. Sering - -

c. Jarang 6 12%

d. Kadang-kadang 15 30%

e. Tidak Pernah 28 56%

Jumlah 50 100%

Page 64: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

53

dikarenakan pemahaman tentang akhlak seorang anak kepada orangtuanya yang

harus selalu mematuhi perintah orangtua selama hal itu baik.

Tabel 19

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa, 15 responden (30%) menjawab

saya jarang mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua

menjenguk ke pesantren, 14 responden (28%) menjawab saya selalu mencium

lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke pesantren, 9

responden (18%) menjawab saya kadang-kadang mencium lutut dan kaki kedua

orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke pesantren, 8 responden (16%)

menjawab saya sering mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika

orangtua menjenguk ke pesantren, 4 responden (8%) menjawab saya tidak pernah

mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke

pesantren. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang jarang

mencium lutut dan kaki kedua orangtua ketika orangtua menjenguk ke pesantren,

hal ini dikarenakan masih adanya rasa malu untuk melakukan hal tersebut,

sekalipun hal tersebut baik dan merupakan salah satu bentuk penghormatan anak

kepada orangtuanya.

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya mencium lutut

dan kaki kedua

orangtua saya ketika

orangtua menjenguk

ke pesantren

a. Selalu 14 28%

b. Sering 8 16%

c. Jarang 15 30%

d. Kadang-kadang 9 18%

e. Tidak Pernah 4 8%

Jumlah 50 100%

Page 65: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

54

Tabel 20

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 42 responden (84%) menjawab

saya selalu menghormati kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru, 4

responden (8%) menjawab saya sering menghormati kedua orangtua sebagaimana

saya menghormati guru, 1 responden (2%) menjawab saya jarang menghormati

kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru, 2 responden (4%)

menjawab saya kadang-kadang menghormati kedua orangtua sebagaimana saya

menghormati guru, 1 responden (2%) menjawab saya tidak pernah menghormati

kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa, santri yang selalu menghormati kedua orangtuanya

sebagaimana saya menghormati guru, hal ini didasari pada rasa cinta seorang anak

kepada orangtuanya serta tidak adanya rasa membedakan antara guru dan

orangtua, karena guru dan orangtua sama-sama orang yang selalu ada untuk

memberikan pendidikan.

Tabel 21

Pertanyaan Negatif

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya menghormati

kedua orangtua

sebagaimana saya

menghormati guru

a. Selalu 42 84%

b. Sering 4 8%

c. Jarang 1 1%

d. Kadang-kadang 2 4%

e. Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 50 100%

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya melalaikan

nasihat orangtua

a. Selalu 1 2%

b. Sering 3 6%

c. Jarang 4 8%

d. Kadang-kadang 17 34%

e. Tidak Pernah 25 50%

Jumlah 50 100%

Page 66: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

55

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 25 responden (50%)

menjawab saya tidak pernah melalaikan nasihat orangtua, 17 responden (34%)

menjawab saya kadang-kadang melalaikan nasihat orangtua, 4 responden (8%)

menjawab saya jarang melalaikan nasihat orangtua, 3 responden (6%) menjawab

saya sering melalaikan nasihat orangtua, 1 responden (2%) menjawab saya selalu

melalaikan nasihat orangtua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, santri

yang tidak pernah melalaikan nasihat orangtua lebih banyak hal ini didasari oleh

rasa ta‗dzim seorang anak untuk selalu memulyakan kedua orangtuanya.

Tabel 22

Pertanyaan Positif

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, 32 responden (64%) menjawab

ketika orangtua memerintah saya selalu langsung melaksanakannya, 12 responden

(24%) menjawab ketika orangtua memerintah saya sering langsung

melaksanakannya, 3 responden (6%) menjawab ketika orangtua memerintah saya

jarang langsung melaksanakannya, 3 responden (6%) menjawab ketika orangtua

memerintah saya kadang-kadang langsung melaksanakannya, dan 0 responden

menjawab ketika orangtua memerintah saya tidak pernah langsung

melaksanakannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang ketika

orangtua memerintah selalu langsung melaksanakannya lebih banyak, hal ini

didasari oleh sikap santri yang tidak ingin membuat kecewa orangtuanya yang

menanti-nanti perintah dari orangtuanya.

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika orangtua

memerintah saya

langsung

melaksanakannya

a. Selalu 32 64%

b. Sering 12 24%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang 3 6%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Page 67: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

56

Tabel 23

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 32 responden (64%)

menjawab saya selalu menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya

menghormati orangtua, 12 responden (24%) menjawab saya sering menghormati

kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua, 3 responden

(6%) menjawab saya jarang menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana

saya menghormati orangtua, 3 responden (6%) menjawab saya kadang-kadang

menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua,

dan 0 responden menjawab saya tidak pernah menghormati kerabat-kerabat

orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua. Dengan demikian dapat

dijelaskan bahwa santri yang selalu menghormati kerabat-kerabat orangtua

sebagaimana saya menghormati orangtua lebih banyak, hal ini disebabkan oleh

pemahaman santri tentang akhlak dan bersikap kepada kerabat-kerabat orangtua

sebagaimana yang dianjurkan dalam syari‗at islam.

Tabel 24

Pertanyaan Positif

Petanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Saya menghormati

kerabat-kerabat

orangtua sebagaimana

saya menghormati

orangtua

a. Selalu 32 64%

b. Sering 12 24%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang 3 6%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika berbicara

dengan orangtua

saya merendahkan

suara saya

a. Selalu 29 58%

b. Sering 12 24%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang 4 8%

e. Tidak Pernah 2 4%

Jumlah 50 100%

Page 68: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

57

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 29 responden (58%)

menjawab ketika berbicara dengan orangtua, saya selalu merendahkan suara saya,

12 responden (24%) menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya sering

merendahkan suara saya, 3 responden (6%) menjawab ketika berbicara dengan

orangtua saya jarang merendahkan suara saya, 4 responden (8%) menjawab ketika

berbicara dengan orangtua saya kadang-kadang merendahkan suara saya, 2

responden (4%) menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya tidak pernah

merendahkan suara saya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang

ketika berbicara dengan orangtua selalu merendahkan suaranya lebih banyak, hal

ini dikarenakan para santri telah dapat memahami dengan baik bagaimana harus

bersikap ketika berhadapan dengan orangtua.

Tabel 25

Pertanyaan Positif

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 31 responden (58%)

menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya selalu menggunakan bahasa

yang baik dan sopan, 12 responden (24%) menjawab ketika berbicara dengan

orangtua saya sering menggunakan bahasa yang baik dan sopan, 3 responden

(6%) menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya jarang menggunakan

bahasa yang baik dan sopan, 4 responden (8%) menjawab ketika berbicara dengan

orangtua saya kadang-kadang menggunakan bahasa yang baik dan sopan, 0

responden menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya tidak pernah

menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa, santri yang ketika berbicara dengan orangtua selalu menggunakan bahasa

Pertanyaan Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Ketika berbicara

dengan orangtua saya

menggunakan bahasa

yang baik dan sopan

a. Selalu 31 58%

b. Sering 12 24%

c. Jarang 3 6%

d. Kadang-kadang 4 8%

e. Tidak Pernah - -

Jumlah 50 100%

Page 69: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

58

yang baik dan sopan lebih banyak, hal ini membuktikan bahwa para santri telah

dapat memahami dengan baik akhlak dan cara bersikap kepada orangtua.

B. Pengujian Hipotesis Penerapan Budaya Keraton terhadap Akkhlak Santri

Tabel 26

Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi

antara variabel X dan Variabel YNo.

Responden X Y X² Y² XY

1 29 55 841 3025 1595

2 31 65 961 4225 2015

3 29 59 841 3481 1711

4 28 66 784 4356 1848

5 31 57 961 3249 1767

6 32 59 1024 3481 1888

7 33 54 1089 2916 1782

8 32 56 1024 3136 1792

9 33 57 1089 3249 1881

10 31 52 961 2704 1612

11 34 61 1156 3721 2074

12 29 58 841 3364 1682

13 34 64 1156 4096 2176

14 32 60 1024 3600 1920

15 36 65 1296 4225 2340

16 34 54 1156 2916 1836

17 25 44 625 1936 1100

18 21 39 441 1521 819

19 34 63 1156 3969 2142

20 24 52 576 2704 1248

Page 70: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

59

21 37 68 1369 4624 2516

22 37 68 1369 4624 2516

23 30 64 900 4096 1920

24 38 64 1444 4096 2432

25 26 67 676 4489 1742

26 36 67 1296 4489 2412

27 30 66 900 4356 1980

28 34 58 1156 3364 1972

29 34 63 1156 3969 2142

30 19 59 361 3481 1121

31 25 64 625 4096 1600

32 38 70 1444 4900 2660

33 38 70 1444 4900 2660

34 39 69 1521 4761 2691

35 39 69 1521 4761 2691

36 38 69 1444 4761 2622

37 36 69 1296 4761 2484

38 31 67 961 4489 2077

39 36 68 1296 4624 2448

40 36 68 1296 4624 2448

41 30 63 900 3969 1890

42 37 62 1369 3844 2294

43 22 58 484 3364 1276

44 36 61 1296 3721 2196

45 37 63 1369 3969 2331

46 38 68 1444 4624 2584

47 31 65 961 4225 2015

48 35 61 1225 3721 2135

Page 71: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

60

Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N = 50, ∑X = 1630,

∑Y = 3102, ∑X² = 54338, ∑Y² = 194556, ∑XY = 102107, maka dapat dicari

indeks korelassinnya dengan menggunakan rumus product moment sebagai

berikut :

∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ ) ∑ (∑ )

= 50 x 102107 – 1630 x 3102

√[(50 x 54338 – (1630)²)][(50 x 194556 – (3102)²)]

= 5105350 – 5056260

√(2716900 – 2656900)(9727800 – 9622404)

= 49090

√60.000 . 105396

= 49090

√6. 323. 760. 000

= 49090

79. 522, 07241

= 0, 61

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang

didapatkan antara hubungan penerapan budaya keraton dengan akhlak santri

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon, diperoleh angka

korelasi ―r‖ product moment sebesar 0, 61.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Interpretasi dan Pemaknaan Hasil Angket Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka penulis memberikan

interpretasi terhadap angka indeks korelasi ―r” product moment melalui dua cara

yaitu :

49 37 68 1369 4624 2516

50 38 66 1444 4356 2508

N= 50 ∑X = 2

1630

∑Y = 2

3102

∑X²

54338

∑Y²

194556

∑XY

102107

Page 72: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

61

a. Interpretasi secara sederhana atau kasar

Interpretasi terhadap rxy dan perhitungan di atas ternyata angka korelasi

antara variabel X dan Variabel Y bertanda positif, berarti diantara kedua

variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).

Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu 0, 61), berarti antara variabel X

dan Y memang terdapat korelasi yang signifikan. Hal ini mengacu pada Angka

Indeks Korelasi ―r‖ Product Moment yaitu :

Tabel 27

Indeks Korelasi Product Moment

b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai ―r‖ product moment

Rumusan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho), yang penulis

ajukan adalah :

1) Hipotesis alternative (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan

antara penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri Pondok

Pesantren Nadwatul Ummmah Buntet Pesantren Cirebon.

2) Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara

penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri Pondok Pesantren

Nadwatul Ummmah Buntet Pesantren Cirebon.

Besarnya "r"

Product

Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20

Antara variable X dengan variable Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat

rendah sehingga korelasi itu diabaikan ( di anggap tidak ada

korelasi antara variable X dengan variable Y )

0,20 -0,40 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang

lemah atau sangant rendah

0,40 -0,70 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang

sedang atau cukup

0,70 -0,90 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang

kuat atau tinggi

0,90 -1,00 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang

sangat tinggi

Page 73: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

62

Adapun kriteria pengajuannya adalah : jika r hitung > r tabel maka Ha

diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan

Ho diterima. Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db) dengan

rumusnya adalah : Df = N – nr

= 50 – 2

= 48

Dengan memeriksa tabel ―r‖ roduct moment ternyata df sebesar 48 tidak

terdapat dalam tabel, maka angka yang digunakan adalah angka yang terdekat dari

48 yaitu 50, sehingga diperoleh r tabel pada taraf signifikasi 5% adalah 0, 27 dan

pada taraf signifikasi 1% adalah 0, 35. Dengan demikian hasil yang diperoleh

adalah r hitung > r tabel (r hitung 0, 61 > r tabel 5% = 0, 27 / r hitung 0, 61 > r

tabel 1% = 0, 35) yang artinya r hitung lebih besar (0, 61) dari r tabel 5% (0, 27)

dan r tabel 1% (0, 35). Maka hasil akhir yang diperoleh adalah bahwa hubungan

antara penerapan budaya keraton dengan akhlak santri Pondok Pesantren

Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon merupakan korelasi yang positif

yakni terdapat hubungan yang signifikan.

2. Keterkaitan Pola Perilaku Adab Abdi Dalem di Keraton dengan Adab

Santri di Pesantren

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, bahwa penerapan

budaya keraton mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembentukan akhlak

santri pondok Pesantren Nadwatul Ummah. Hal ini menggambarkan bahwa

dengan adanya sistem penerapan budaya keraton sangat membantu proses

pendidikan di pesantren terutama pendidikan akhlak yang berperan dalam

membentuk moral santri yang sesuai dengan syari‗at Islam.

Karena pada dasarnya sistem penerapan budaya keraton di pesantren

bertujuan memberikan pendidikan akhlak secara nyata sehingga para santri dapat

memahami secara mendalam teori pendidikan yang telah dipelajari. Semisal

dengan teori pendidikan akhlak yang menjelaskan bahwa seorang murid haruslah

mendapat ridlo dari seorang guru dan menghindari kemurkaannya serta harus

patuh kepada guru, hal ini tergambar dalam sistem sosial yang diberlakukan di

pesantren bahwa setiap santri ketika berjalan di depan rumah guru tidak boleh

Page 74: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

63

bergerombol dan memunculkan kerimbutan karena hal tersebut dapat

mengganggu ketenangan guru dan keluarganya sehingga dapat membuat guru

kesal dan marah.

Selain itu, para santri juga diwajibkan bersikap sopan kepada orangtua

dengan tidak memandang wajahnya ketika berbicara, sikap demikian dilakukan

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa seorang anak ketika berhadapan

dengan oangtuanya haruslah merendahkan dirinya. Hal ini menunjukan bahwa

dengan adanya sistem tersebut santri dapat langsung memahami dan

memeraktekan teori akhlak secara langsung dalam kehidupan sehari-hari di

pesantren.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan budaya keraton

sangat efektif untuk di terapkan karena dapat membantu proses pendidikan

terutama pendidikan akhlak yang langsung dipraktekan oleh para santri lewat

terapan sistem budaya keraton yang dalam hal ini adalah bentuk akhlak atau sikap

abdi dalem terhadap sultan atau raja. Selain itu pula dengan diterapkannya sistem

budaya keraton di pesantren telah memberikan efek positif terhadap para santri

karena dengan adanya terapan sistem tersebut para santri benar-benar telah

memahami bagaimana harus bersikap terhadap guru beserta keluarganya, juga

kepada orangtua maupun kerabat orangtua mereka.

3. Keterkaitan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa hasil dari penelitian penulis

terkait hubungan penerapan budaya keraton dengan akhlak santri pondok

pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon memiliki hubungan yang

signifikan, dikarenakan praktek budaya yang diterapkan dipesantren memiliki

peran yang positif dalam memberikan pengalaman nyata terhadap para santri

terutama dalam hal pendidikan akhlak.

Dalam kajian penelitian terdahulu yang relevan, dijelaskan bahwa keraton

memiliki peran penting terhadap kehidupan sosial masyarakat yang tinggal di

wilayah sekitar Keraton, baik dalam hal ekonomi maupun dalam segi pelestarian

budaya. Hal ini disebabkan oleh fungsi Keraton yang kini berfungsi sebagai

Page 75: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

64

tempat pelestarian budaya nenek moyang serta menjadi pusat perekonomian

masyarakat sekitar yang membuka usaha di sekitar keraton.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterkaitan hasil penelitian

dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah bahwa Keraton telah

memberikan dampak positif terhadap masyarakat yang berada di lingkungan

sekitar baik dalam hal perekonomian, pelestarian budaya, serta dalam hal

pendidikan di wilayah sekitar keraton. Hal ini didasari pada faktor sejarah dimana

Keraton pada masa dulu merupakan kerajaaan yang berkuasa di wilayahnya

sehingga kebijakan-kebijakan Keraton akan selalu memberikan dampak terhadap

kehidupan masyarakat sekitar.

D. Keterbatasan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan beberapa hambatan

sehingga menyulitkan peneliti untuk mendapatkan menyelesaikan penelitian

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, adapun hambatan yang ditemui

penulis antara lain adalah :

1. Waktu dan Jarak

Judul dalam skripsi ini adalah Hubungan Penerapan Budaya Keraton

Terhadap Akhlak Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren

Cirebon, sehubungan dengan judul yang terkait secara otomatis dalam

pelaksanaan penelitian haruslah mengadakan peneletian di tempat yaitu di Pondok

Pesantren Nadwatul Umma Buntet Pesantren Cirebon. Karena hal itulah, peneliti

sedikit merasa terberatkan karena jarak tempuh antara Jakarta dan Cirebon

tidaklah dekat. Selain itu pula, waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan

penelitian tidaklah sebentar, dan terkadang ketika peneliti sudah menjadwal

dengan baik jadwal penelitian namun sesekali jadwal tersebut tidak sesuai dengan

situasi dan kondisi di Pesantren sehingga jadwal harus diatur ulang dengan

menyesuaikan situasi dan kondisi di Pesantren, semisal ketika peneliti ingin

melaksanakan wawancara dengan pengasuh Pesantren yang ternyata ketika

peneliti datang Pengasuh sedang tidak berada di Pesantren sehingga

membutuhkan waktu lagi untuk melakukan wawancara dilain hari. Selain itupula,

dalam proses observasi maupun pengambilan photo dokumentasi kegiatan di

Page 76: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

65

pesantren peneliti tidak bisa langsung melaksankan berbarengan dengan

pelaksanaan kegiatan di pesantren karena waktu dan kondisi peneliti yang tidak

tepat dan tidak sesuai dengan jadwal kegiatan Pesantren.

2. Biaya Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian dilaksanakan

di tempat yang jauh dari asal peneliti sehingga dalam pelaksanaannya

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terhitung dari biaya transportasi maupun

akomodasi sehari-hari peneliti dalam melaksanakan penelitian di Pesantren yang

terkadang penelitipun harus berkali-kali mendatangi Pesantren di waktu dan hari

yang berbeda, serta biaya pembuatan angket yang harus disebar ke beberapa

santri di Pesantren yang tidak sedikit. Oleh karenanyalah peneliti dalam

melaksanakan penelitian sangat berhati-hati terutama dalam kebijakan

menggunakan biaya untuk pelaksanaan penelitian.

3. Kekhawatiran Peneliti

Pesantren yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini

merupakan tempat dimana peneliti pernah menjadi santri dan menjalani proses

pendidikan agama Islam, sehingga sedikit banyaknya peneliti memahami situasi

dan kondisi sosial di Pesantren serta dalam diri peneliti masih tersimpan

kepatuhan yang dalam akan nasihat dan titah Pengasuh dan juga keluarga besar

Pesantren. Berdasarkan hal tersebut, peneliti sedikit merasa khawatir akan

penelitian ini. Adapun sebab kekhawatiran peneliti antaralain adalah :

a. Peneliti khawatir pihak Pesantren baik Pengasuh maupun keluarga besar

Pesantren merasa tersiggung dengan tema maupun judul dari penelitian,

b. Adanya perasaan kurang menyenangkan dari peneliti, karena khawatir

penelitian yang dilaksanakan merupakan hal yang tidak sopan untuk

dilakukan karena terkesan melawan,

c. Khawatir akan adanya penolakan tentang penelitian sehingga

menyebabkan peneliti harus merubah konsep dan juga tema maupun

judul skripsi, dan

Page 77: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

66

d. Khawatir akan adannya perlawan dari pihak pesantren tentang hasil

penelitian nanti bila hasil penelitian ternnyata jauh dari harapan yang di

inginkan pihak pesantren.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam pelaksanaan penelitian baik

wawancara maupun observasi peneliti tidak merasakan kebebasan sehingga

menyebabkan proses penelitian sedikit terhambat, semisal dengan pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara kepada pengasuh Pesantren

peneliti harus kembali berdiskusi dengan para guru yang berada di Pesantren demi

menjaga tidak adanya kesalah pahaman dalam proses wawancara.

4. Pendapat Pengasuh yang Berbeda

Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa sistem yang diberlakukan

di pesantren merupakan sistem yang serupa dengan sistem yang diberlakukan di

keraton terutama dalam hal penerapan sikap abdi dalem kepada sultan atau raja.

Namun ketika penulis melaksanakan wawancara dan menanyakan kepada

pengasuh tentang latar belakang penerapan sistem dipesantren, beliau

menerangkan bahwa sistem yang diberlakukan bukan karena meniru terhadap

sistem yang diterapkan dalam keraton melainkan sistem yang diberlakukan

merupakan terapan yang memang sudah ada dalam syari‗at Islam. Dengan adanya

pernyataan tersebut membuat penulis sedikit bingung karena pada praktek

nyatanya setelah dipadukan dengan temuan teoritis oleh penulis, sistem yang

diterapkan banyak meniru sistem yang ada dikeraton.

Page 78: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

67

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Setelah penjelasan dari hasil penelitian yang penulis dapat, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pondok pesantren Nadwatul Ummah adalah pesantren yang dikategorikan

sebagai pesantren yang Klasik/Salafi. Hal tersebut dikarenakan masih banyak

tradisi-tradisi pesantren klasik yang diterapakan di pesantren. Semisal, sistem

pengajian yang masih menggunakan metode sorogan dan wetonan serta kitab

yang diajarkan merupakan kitab-kitab klasik (kitab kuning), tradisi

musyawarah/Bahtsul masail, dan pemberian ijazah kepada santri yang telah

menyelesaikan pembelajaran kitab-kitab Besar dan masyhur.

2. Pengasuh Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon

merupakan keturunan dari Syekh Syarif Hidyatullah pendiri kerajaan Islam di

Cirebon yang sekarang dikenal dengan Keraton Kasepuhan Cirebon dan hingga

saat ini masih memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan keluarga

besar Keraton Kasepuhan Cirebon. Sehingga pola pendidikan dan pola

kehidupan sosial di pesantren telah terpengaruh oleh sistem yang berlaku di

Keraton. Hal tersebut digambarkan dengan diterapkannya sistem budaya

keraton yang dalam hal ini adalah adab abdi dalem kepada sultan/raja dan

santri diibaratkan seorang abdi dalem yang harus beradab luhur ketika berada

di lingkungan keraton. Sehingga ketika santri berada di lingkungan pesantren

haruslah beradab luhur dan patuh serta tunduk kepada titah Kiyai/Guru di

Pesantren.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan Budaya Keraton dengan

Akhlak santri di Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon dengan

nilai korelasi sedang atau cukup yaitu sebesar 0, 61. Penilaian tersebut

mengacu pada tabel Indeks Korelasi Product Moment yang menyebutkan

bahwa apabila nilai korelasi yang didapat adalah 0, 40 – 0, 70 maka nilai

korelasi yang didapat antra variabel X dan Y adalah sedang atau cukup.

Page 79: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

68

4. Pola perilaku abdi dalem ketika berada di lingkungan Keraton dengan pola

perilaku santri ketika berada di ilngkungan pesantren memiliki kesamaan yang

signifikan. Hal tersebut dikarenakan penerapan sistem budaya keraton yang

diterapkan di pesantren sesuai dengan syari‗at agama yang menjelaskan

tentang adab-adab seorang murid kepada guru. Semisal dengan adab seorang

abdi dalem ketika menghadap sultan harus duduk dengan posisi yang lebih

rendah dari sultan/raja. Demikian pula dengan santri yang ketika menghadap

Kiyai/guru harus duduk dengan posisi yang lebih rendah dari posisi duduk

Kiyai/guru. Karena hal tersebut merupakan betuk penghormatan dan

memulyakan seorang guru yang derajatnya lebih tinggi.

5. Penerapan adab abdi dalem yang diterpakan kepada santri di Pesantren

sangatlah tepat, karena dapat membantu proses belajar mengajar di pesantren

terutama dalam pembelajaran akhlak. Karena dengan adanya terapan adab abdi

dalem, santri dapat langsung memahamai secara mendalam dan memeraktekan

teroi-teori pendidikan aklak yang telah mereka pelajari dalam pengajian kitab-

kitab klasik.

B. Implikasi

Setelah disimpulkan hasl dari penelitian yang dilakukan penulis, maka

implikasi dari hasil penelitian ini adalah :

1. Penerapan budaya keraton sangat efektif diterapkan karena membantu proses

pendidikan di pesantren terutama pendidikan akhlak, oleh karenanyalah perlu

adanya peningkatan dalam penerapan budaya tersebut.

2. Model-model penerapan budaya keraton tersebut perlu kiranya untuk diberikan

pejelasan kepada seluruh santri karena tidak semua santri dapat memahami

betul makna dan tujuan dari penerapan budaya keraton di pesantren.

C. Saran

Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberi

saran dalam penerapan budaya keraton di pesantren adalah :

Page 80: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

69

1. Bagi para santri harus merealisasikan penerapan budaya keraton tersebut dalam

kehidupan sehari-hari baik di lingkungan pesantren maupun di luar lingkungan

pesantren, karena akhlak merupakan pondasi dari setiap perbuatan.

2. Sekalipun budaya keraton diterapkan para guru harus tetap menjaga intensitas

pertemuan dengan santri demi terciptanya hubungan sosial yang harmonis

antar guru dan murid sehingga murid tidak akan memiliki rasa enggan bahkan

takut untuk berhadapan maupun berdiskusi dengan guru.

Page 81: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

70

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu, Noor Salimi, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam Untuk

Perguruan Tinggi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004)cet. Ke-4

Al-Ghazali (Penerjemah; A. M. Basalamah), Adab dalam Agama, (1992, Gema

Insani Press, Jakarta) Cet. 3

Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, (2007, Dar-Al-Ma‗rifah, Lebanon)

Al-Jarjani, ‗Ali Ibn Muhammad, تال يزع اف (Al-Haramain, Jeddah) ,ت

Al-Zarnuji, تمال ع ل ي عت م ل ي (t.t, tt. p, Surabaya) ,م

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta:Rineka Cipta, 1993)

bin Abdul Qadir Jawas, Yazid, Adab & Akhlak Penuntut Ilmu, (2010, Pustaka At-

Taqwa, Bogor)

bin ahmad Nubhan, Muhammad, عداألدب, (Surabaya,tt. p, 1980)

bin Al-Hajjaj, Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, (2008, Dar-Alkitab, Lebanon)

bin Shalih al-‗Utsman, Muhammad, Penerjemah Ahmad Sabiq, Syarah Adab dan

Manfa‟ at Menuntut Ilmu, (Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi‗i, 2007) cet 2

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, (Jakarta, LP3ES, 2011)

El-Hakim,Luthfi, Wawancara, Pondok Pesantren Nadwatul Ummah, Cirebon, 20

Juli 2013

Ghazali, M. Bahri, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan Kasus Pondok

Pesantren An-Nuqoyah, (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 2001)

Ghoffar, M. Abdul, Buku, Jati Diri Muslim, Terj. Dari Syahsiyatul Al-Muslim

Kamaa Yashughuha Al-Islam fii Al-Kkitab wa Al-Sunnah oleh

Muhammad Ali Al-Hasyimil (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999) Cet. I

Haedari, Amin, Transformasi Pesantren Pengembangan Aspek Pendidikan,

keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LeKDIS & Media Nusantara, 2006)

Hidayati, Heny Narendrani, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta,

UIN Press, 2009)

Isma‗il Al-Bukhori, Abdullah bin Muhammad bin, Matan al-Bukhari, (t.t, Al-

Haramain, Jeddah)

Page 82: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

71

Jalaludin, Psikologi Agama Memahami Prilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-

Prinsip Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)

M. Setiadi, Elly, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial & Budya Dasar

Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)

Nasrullah, Rulli, Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2012)

Pendidikan Nasional, Departemen, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008)

Pendidikan Nasional, Departemen, Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2001)

Perpustakaan Nasional RI, Etika Berkeluarga Bermasyarakat dan Berpolitik,

(Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‗an, 2009)

Putra, Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007)

Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi

Institusi, (Jakarta, Erlangga, 2009)

Rahardjo, M. Darwan, Budaya Damai Komunitas Pesantren, (Jakarta: Pustakan

LP3ES Indonnesia, 2007)

Roqib, Moh, Harmoni Dalam Budaya Jawa (Dimensi Edukasi dan Keadilan

Gender), (Purwokerto, STAIN Purwokerto Press, 2007)

S. Ramdani, Gelar. Pengertian Abdi Dalem, 2012, (kompaasiana.com)

Soenarto, D, Kesetiaan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat,

(Yogyakarta, Kepel Press, 2013)

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif dan

R&D, (Bandung, Alfabeta, 2010) Cet. Ke-10

Suharto, Babun, Dari Pesantren Untuk Umat, (Surabaya, IMTIYAZ, 2011)

Sujdono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 2006)

Sukawi ,Pengertian Alun-alun, 2013, (Loenpia. net)

Page 83: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

72

Tholibin ―Respons Masyarakat Modern Terhadap Eksistensi Tradisi Panjang

Jimat Keraton Kasepuhan Cirebon (Studi Terhadap Masyarakat

Kasepuhan RW.04 Sitimulya)” Skripsi Fakultas Ushuludin Universitas

Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2009, tidak dipublikasikan.

Wahyuning Tyas, Yesy, ―Analisis Nilai Dan Makna Simbolik Teks Serat Tata

Cara Keraton Dalam Naskah Serat Abdi Dalem Keraton‖ skripsi pada

Universiitas Indonesia, Jakarta, 2009, tidak dipublikasikan

Page 84: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 1

Angket Penelitian

Page 85: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Wawancara dilaksanakan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet

Pesantren Cirebon dan diajukan kepada Pengasuh Pondok Pesantren Dr. KH.

Luthfi El-Hakim, MA.

1. Bagaimana sejarah berdirinya pesantren Nadwaul Ummah Buntet Pesantren

Cirebon?

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah berdiri pada tahun 1971 oleh Prof.

Dr. KH. MA. Fu‘ad Hasyim di Buntet Pesantren Astana Japura Cirebon.

Berdirinya Pondok Pesantren Nadwatul Ummah diawali oleh pemikiran Prof.

Dr. KH. MA. Fu‘ad Hasyim akan pentingnya mendirikan pesantren demi

menjadi wadah bagi putra-putrinya untuk mengamalkan ilmunya ketika dewasa

nanti, hal ini dikarenakan hampir semua putra dan putri beliau menjalani

pendidikan melalui pesantren-pesantren yang berada di Indonesia maupun di

luar Indonesia, dengan harapan ketika putra dan putri beliau telah selesai

menjalani pendidikannya sudah ada wadah untuk mengamalkan serta

memanfa‘atkan ilmu yang telah didapat dalam pendidikannya.

Pada awal berdirinya Pondok Nadwatul Ummah, Prof. Dr. KH. MA.

Fuad Hasyim tidak membuka jalur pendidikan di dalam pesantren, beliau

hanya memfasilitasi para santri yang ingin tinggal dan mengaji di Buntet

dengan menempatkan mereka di Pondok yang hanya terbuat dari bilik bambu.

Beliaupun hanya mengajar para santrinya pada bulan Ramadhan saja dengan

mengajarkan kitab Tafsir Al-Jalalain, hal ini dikarenakan kesibukan beliau

dalam berdakwah baik di dalam maupun luar negeri. Sekalipun demikian para

santri tetap menjalani pendidikan pesantren lewat pengajian sorogan dan

wetonan di rumah-rumah kiyai maupun asrama-asrama yang mengadakan

pengajian Al-Qur‘an maupun pengajian Kitab Kuning. Karena Buntet

merupakan lingkungan pesantren, sehingga banyak kiyai yang membuka

pengajian dirumahnya masing-masing.

Page 86: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

2. Apakah penerpan sistem di pesantren mencontoh sistem sosial yang ada di

keraton?

Perlu diketahui, bahwa sistem penerapan tersebut bukan semata-

mata meniru ataupun mencontoh dari keraton, karena pada dasarnya

islampun sudah mengajari kita untuk menghormati guru, dan dalam

syari‘at islampun hal-hal tersebut sudah diajari. Semisal dengan akhlak

para sahabat kepada Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Al-

Qur‘an :

.3

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan

suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya

dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu

terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu

sedangkan kamu tidak menyadari. (Q. S. Al-Hujarat : 2)

Dan juga etika para sahabta yang tidak pernah memandang wajah

Rasul dikarenakan sebagai bentuk penghormatan dan juga karena tidak

sanggup untuk memandang wajah Rasul karena pancaran cahaya yang

sangat terang.

Page 87: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 4

Pedoman Wawancara

3. Apa latar belakang diterapkannya sistem sosial budaya keraton abdi dalem

di pesantren?

Sistem pendidikan yang ada pada zaman ssekarang menjadi fakto

utama dalam diterpakannya sistem di pesantren, karena pada umumnya

lembaga-lembaga pendidikan baik yang negeri amupun yang swasta

mereka kurang memperhatikan pentingnya pendidikan akhlak. Mereka

hanya memperhatikan sistem pendidikan yang hanya terfokus pada teori

saja tanpa adanya praktek nyata dalam sebuah proses pendidikan di

sekolah.

4. Apa sistem tersebut diterapkan sejak berdirinya pesantren Nadwatul

Ummah?

Sistem sosial yang dditerapkan di pesantren, diterapkan mulai

tahun 1998 ketika saya (Dr. KH. Lthfi El-hakim) diangkat menjadi

pengasuh oleh bapak di pesantren .

5. Apa tujuan diterapkannya sistem sosial budaya keraton abdi dalem di

pesantren?

Tujuan yang mendasar dari penerapan sistem ini di pesantren adalah utuk

memberikna pendidikan akhlak secara nyata kepada santri agar para santri

dapat memahami secara mendalam tentang teori-teori akhlak yang telah

dipelajari.

6. Bagaimana santri memahami terapan sistem tersebut dengan baik,

Sementara tidak semua santri mengenal keraton?

Setiap penerimaan santri baru, di pesantren selalu mengadakan

penataran. Dimana dalam kegiatan tersebut, para santri di didik maksimal

5 hari lamanya. Adapun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diisi oleh

pengenalan-pengenalan mendasar pesantren seperti sejarah pesantren,

pengenalan keluarga besar pesantren, serta pengenalan dan pemberian

pemahaman sistem sosial yang diberlakukan di pesantren.

Page 88: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 5

Pedoman Observasi

Page 89: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 6

Penentuan Sampel

Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan metode

sistematis random sampling, karena populasi sampel berstrata dalam tingkatan

kelas yang berjumlah 9 kelas, maka peneliti menggunakan metode hitungan dalam

menentukan sampel di setiap kelas dengan cara sebagai berikut : S = JSS x JS

JP

Keterangan : S : Sampel yang di butuhkan

JSS : Jumlah Sampel Strata

JP : Jumlah Populasi

JS : Jumlah Sampel

Dengan memperhatikan jumlah populasi (Santri) 251 dan jumlah sampel

yang dibutuhkan adalah 20% dari populasi yaitu 50 Sampel (Santri), maka hasil

yang diperoleh adalah :No Kelas Jumlah Santri Hasil Hitungan

1 Shifir Awwal A 31 S = 31 x 50 = 6

251

2 Shifir Awwal B 43 S = 43 x 50 = 9

251

3 Shifir Tsani A 44 S = 31 x 50 = 9

251

4 Shifir Tsani B 42 S = 31 x 50 = 8

251

5 Tsanawiyah A 21 S = 31 x 50 = 4

251

6 Tsanawiyah B 23 S = 31 x 50 = 5

251

7 Tsanawiyah II 21 S = 31 x 50 = 4

251

8 Tsanawiyah III 17 S = 31 x 50 = 3

251

9 Tsanawiyah IV 9 S = 31 x 50 = 2

251

Page 90: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 7

Hasil Validitas Instrumen Variabel X

*Valid

**Valid

(Hasil Hitung Program SPSS)

Page 91: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 8

Hasil Validitas Variabel Y

*Valid

**Valid

(Hasil Hitung Program SPSS)

Page 92: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 9

Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Variabel X

Reliability Statistics

(Hasil Hitung Program SPSS)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid

Excludeda

Total 50

50

0

50

100,0

,0

100,0

Cronbach's Alpha N of Items

,712 11

Page 93: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Variabel Y

Reliability Statistics

(Hasil Hitung Program SPSS)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid

Excludeda

Total 50

50

0

50

100,0

,0

100,0

Cronbach's Alpha N of Items

,711 18

Page 94: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 11

Data Mentah Hitungan

Variabel XNo

Item Soal Total

1 2 3 4 5 6 7 8

1 5 4 5 5 2 2 2 4 29

2 5 3 5 4 2 4 3 5 31

3 4 4 5 3 2 5 2 4 29

4 5 4 4 3 3 3 3 3 28

5 4 5 4 5 3 4 3 3 31

6 4 5 5 5 2 4 3 4 32

7 5 5 5 4 4 3 3 4 33

8 5 5 5 3 2 4 4 4 32

9 4 5 5 4 3 4 4 4 33

10 5 4 5 3 3 4 3 4 31

11 5 5 5 5 2 2 5 5 34

12 5 4 4 5 4 1 2 4 29

13 3 4 4 5 3 5 5 5 34

14 4 4 5 4 3 4 5 3 32

15 5 5 5 5 3 3 5 5 36

16 5 5 5 5 1 5 3 5 34

17 5 4 5 2 2 3 2 2 25

18 2 2 4 1 2 4 2 4 21

19 5 5 5 3 3 4 4 5 34

20 5 2 3 4 1 4 4 1 24

21 5 5 5 5 3 4 5 5 37

22 5 5 5 5 3 4 5 5 37

23 4 4 4 4 2 3 4 5 30

24 5 5 5 5 4 5 4 5 38

25 5 4 5 2 2 4 2 2 26

26 5 5 5 5 3 5 3 5 36

27 4 4 5 3 5 3 4 2 30

28 4 5 5 5 3 4 3 5 34

29 5 4 5 5 1 5 4 5 34

30 2 3 3 3 2 1 1 4 19

31 4 5 3 4 2 1 2 4 25

Page 95: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

32 5 5 5 5 5 5 3 5 38

33 5 5 5 5 3 5 5 5 38

34 5 5 5 5 4 5 5 5 39

35 5 5 5 5 4 5 5 5 39

36 5 5 5 5 3 5 5 5 38

37 5 5 5 5 3 4 5 4 36

38 5 4 4 4 2 4 3 5 31

39 5 5 5 3 3 5 5 5 36

40 5 5 5 3 3 5 5 5 36

41 4 4 4 4 1 5 4 4 30

42 4 5 5 5 5 3 5 5 37

43 1 2 2 2 4 2 4 5 22

4 5 5 5 4 3 5 5 4 36

5 5 5 5 3 5 4 5 5 37

6 5 5 5 4 5 5 4 5 38

7 5 4 5 4 2 2 4 5 31

8 5 5 5 5 2 5 3 5 35

9 5 5 5 3 5 4 5 5 37

10 5 5 5 5 5 5 3 5 38

Total 1630

Page 96: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 12

Data Mentah Hitungan

Variabel YNo

Item Soal Total

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 5 5 3 4 5 5 3 2 3 5 3 5 4 3 55

2 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 65

3 5 4 5 4 5 5 4 1 5 4 4 5 4 4 59

4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 66

5 3 5 4 5 5 5 4 3 5 4 2 4 4 4 57

6 5 5 4 5 5 5 3 3 5 3 4 4 4 4 59

7 4 4 4 4 2 4 4 3 5 4 4 4 4 4 54

8 3 4 4 4 5 5 4 1 5 5 4 4 4 4 56

9 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 57

10 4 3 5 4 4 5 4 3 4 4 3 2 3 4 52

11 5 5 5 3 5 5 5 3 5 5 4 5 2 4 61

12 5 4 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 1 4 58

13 5 5 4 3 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 64

14 4 4 4 5 5 5 3 4 5 4 4 4 5 4 60

15 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 2 65

16 5 5 5 5 5 5 4 3 2 4 4 2 3 2 54

17 4 2 4 4 4 5 4 1 4 4 2 2 2 2 44

18 3 4 4 3 2 4 4 2 2 2 3 2 2 2 39

19 5 5 4 5 5 5 3 4 5 4 4 5 4 5 63

20 3 5 3 5 5 1 4 3 5 3 2 4 4 5 52

21 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 68

22 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 68

23 5 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 64

24 5 5 5 5 5 4 4 1 5 5 5 5 5 5 64

25 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 67

Page 97: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

26 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 67

27 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 66

28 5 5 5 4 5 5 3 2 5 2 5 2 5 5 58

29 2 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 63

30 5 3 5 5 5 5 5 2 5 3 5 5 3 3 59

31 4 4 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 64

32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70

33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70

34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 69

35 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 69

36 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 69

37 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 69

38 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 67

39 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 68

40 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 68

41 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 63

42 5 5 5 5 5 5 5 4 5 1 5 4 3 5 62

43 5 2 4 5 5 4 5 2 5 5 5 5 1 5 58

44 5 5 5 5 5 5 3 2 5 2 4 5 5 5 61

45 4 5 5 5 4 5 5 3 5 3 4 5 5 5 63

46 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 68

47 5 5 4 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 5 65

48 5 5 5 5 5 5 1 1 5 4 5 5 5 5 61

49 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 68

50 5 5 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 5 66

Total 3102

Page 98: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 13

Hasil Analisis Deskriptif

Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N = 50, ∑X = 1630,

∑Y = 3102, ∑X² = 54338, ∑Y² = 194556, ∑XY = 102107, maka dapat dicari

indeks korelassinnya dengan menggunakan rumus product moment sebagai

berikut :

∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ ) ∑ (∑ )

= 50 x 102107 – 1630 x 3102

√[(50 x 54338 – (1630)²)][(50 x 194556 – (3102)²)]

= 5105350 – 5056260

√(2716900 – 2656900)(9727800 – 9622404)

= 49090

√60.000 . 105396

= 49090

√6. 323. 760. 000

= 49090

79. 522, 07241

= 0, 617

Dengan memeriksa tabel ―r‖ roduct moment ternyata df sebesar 48 tidak

terdapat dalam tabel, maka angka yang digunakan adalah angka yang terdekat dari

48 yaitu 50, sehingga diperoleh r tabel pada taraf signifikasi 5% adalah 0, 273 dan

pada taraf signifikasi 1% adalah 0, 354. Dengan demikian hasil yang diperoleh

adalah r hitung > r tabel (r hitung 0, 617 > r tabel 5% = 0, 273 / r hitung 0, 617 > r

tabel 1% = 0, 354) yang artinya r hitung lebih besar (0, 617) dari r tabel 5% (0,

273) dan r tabel 1% (0, 354). Maka hasil akhir yang diperoleh adalah bahwa

hubungan antara penerapan budaya keraton dengan akhlak santri Pondok

Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon merupakan korelasi yang

positif yakni terdapat hubungan yang signifikan.

Page 99: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 14

Photo-photo Hasil Penelitian

Page 100: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 15

Profil Pesantren

1. Alamat Pesantren

Pondok Pesantren Nadwatu Ummah beralamat di komplek Pondok Buntet

Pesantren Rt. 010 Rw. 04 Ds. Mertapada Kulon Kec. Astanajapura Kab. Cirebon

Jawa Barat.

2. Visi

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah lembaga pendidikan dan

pengajaran agama Islam yang sejak berdirinya tahun 1971 tetap mempertahankan

salafiyahnya dengan menganut Thoriqoh At-Ta’alum Watta’alum senantiasa

menjadi rukun pengembangn keilmuan ke-Islaman dan dakwah multi kultural.

3. Misi Pondok Pesantren

a. Mengembangkan pesantren secara keilmuan dan kelembagaan serta melakukan

pencerahan kepada masyarakaat melalui kegiatan Ta’lim Tarbiyah dan Ta’dib.

b. Meningkatkan kompetensi lulusan Pondok Pesantren melalui pembekalan

moral, skill dan penguatan dibidang ilmiah dan alamiah serta pengembangan

wawasan demi mencetak lulusan yang berakhlakul karimah serta berilmu

amaliyah dan beramal ilmiah.

4. Dirosah Diniyah

Jenjang pendidikan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dimulai dirosah

diniyyah dengan dua tingkat, yaitu tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah. Ditingkat

ibtidaiyyah yang ditempuh selama dua tahun, lebih diprioritaskan pada pembinaan

akhlak, ilmu tajwid, pemantapan tauhid dan pengenalan dasar-dasar gramatikal

arab (ilmu nahwu) sebagai persiapan memasuki tingkat tsnawiyah.

Selanjutnya ditingkat tsanawiyah akan ditempuh selama 4 tahun pada

kelas 1, 2, 3, dan 4 tsanawiyah. Materi yang ditekankan adalah pendalaman ilmu

nahwu dan shororf (dengan kajian utama: kelas 1 Jurumiyah, kelas 2 Imrithi, kelas

3 Alfiyah ibn Malik Juz I, kelas 4 Alfiyah Ibn Malik juz 2) serta dilegkapi pula

kajan tauhid, fiqih, ushul fiqih, mustholahul hadits, maupun risalatul mahidh

sebagai penyempurna.

Page 101: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 16

Surat Izin Penelitian

Page 102: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 17

Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di pesantren

Page 103: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 18

Hasil Uji Referensi

Page 104: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 19

Hassil Uji Referensi

Page 105: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 20

Hassil Uji Referensi

Page 106: HUBUNGAN PENERAPAN BUDAYA KERATON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24437/3/AHMAD... · Tabel 2 Penskoran angket positif ... Lampiran 1 angket penelitian Lampiran

Lampiran 21

Data Pribadi Penulis

Nama : Ahmad Yusuf Qurdhowi

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Februari 1992

Status : Belum Nikah

Tinggi Badan : 165 Cm

Berat Badan : 52 Kg

Agama : Islam

Alamat : Jl. Thalib II Rt. 10 Rw. 05 Krukut Tamansari

Jakarta Barat

1. Riwayat Pendidikan Formal :

a. TK Islam Fatahilah Jakarta Barat masuk tahun 1996 lulus tahun 1998.

b. SDN (Sekolah Dasar Negeri) 01 Pagi Ketapang Krukut Jakarta Barat

masuk tahun 1998 lulus tahun 2003

c. MTs NU (Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama) Buntet Pesantren

Cirebon, masuk tahun 2003 lulus tahun 2006.

d. MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Buntet Pesantren Cirebon, masuk tahun

2006 lulus tahun 2009.

e. UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta, masuk tahun

2009.

2. Riwayat Pendidikan non-Formal :

a. Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon, masuk

tahun 2003 selesai tahun 2009

b. Pondok Pesantren Darul Hikam Ciputat, masuk tahun 2009 selesai tahun

2013.