17
HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN EMPOWERMENT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: ANNISA ZULFA ARIFIN J 210.151.027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN

EMPOWERMENT PADA PENDERITA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIBELA KOTA

SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ANNISA ZULFA ARIFIN

J 210.151.027

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN EMPOWERMENT

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

ANNISA ZULFA ARIFIN

J 210.151.027

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Okti Sri P, S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B

Page 3: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

ii

Page 4: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

iii

Page 5: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

1

HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN EMPOWERMENT

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA

ABSTRAK

Keywords: strategi pemberdayaan, empowerment, pasien DM tipe 2

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan yang

berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu

cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik

yaitu dengan cara melaksanakan strategi pemberdayaan. Strategi pemberdayaan

yang dibutuhkan untuk meningkatkan empowerment pasien DM yang akhirnya

dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan strategi pemberdayaan dengan

empowerment pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

Sibela Kota Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian korelatif dengan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penderita diabetes

mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Sibela Surakarta yang berjumlah 218

penderita. Sample penelitian sebanyak 141 responden yang diperoleh dengan

teknik proporsional stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman.

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai rs sebesar 0,370 (p-value =

0,001), sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak. Kesimpulan penelitian ini

adalah strategi pemberdayaan penderita diabetes melitus sebagian besar adalah

cukup, Empowerment penderita diabetes melitus tipe 2 sebagian besar adalah

sedang, dan terdapat hubungan antara strategi pemberdayaan dengan

empowerment pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

Sibela Surakarta. Peneliti menyarankan penderita lebih aktif mencari pengetahuan

tentang penatalaksanaan DM dan meningkatkan sikap mereka terhadap perawatan

DM.

Page 6: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

2

THE RELATIONSHIP BETWEEN EMPOWERMENT STRATEGY AND

EMPOWERMENT IN CLIENT WITH DIABETES MELLITUS

TYPE 2 IN THE AREA OF PUBLIC HEALTH SIBELA

SURAKARTA

ABSTRACT

Diabetes mellitus is the cronic disease which is need extra treatment in order to

increase the better life quality. One of the way to increase quality of life is doing

empowerment strategy. The empowerment strategy need to increase DM patient

so that it can increase the health of DM patient. The research aim to know the

relation between strategy empowerment with empowerment in the DM patient

type 2 in public health Sibela in Surakarta. This research is correlative research

with cross sectional. The population of this research is all of the DM patient type

2 in public health Sibela in Surakarta about 218 patient. The sample of this

research consist of 141 respondent got from proporsional stratified random

sampling techniques. The collect of this data using questioner, besides the data

analysis using correlation rank spearman. The result of rank spearment

correlation gets from rs result 0,370 (p-value = 0,001), so the result is H0 not

accepted. The conclusion of this research is empowerment strategy DM patient in

range is enough, empowerment of DM patient type 2 mainly is medium, and there

is a relation between empowerment strategy and empowerment in DM patient

type 2 in working area regional occupational health center Sibela in Surakarta.

Researcher suggest to the patient of DM to active for knowing about DM and

ready to increase their treatment of DM.

Keywords: the empowerment strategy, empowerment, type 2 DM patients

Page 7: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

3

1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan

metabolik yang diakibatkan oleh salah satu fungsi organ tubuh tidak dapat

memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang

diproduksi secara efektif. Sehingga terjadi peningkatan kadar gula di dalam

darah atau disebut juga dengan hiperglikemia (KEMENKES RI, 2013).

Diabetes melitus hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di

dunia. Jumlah penderita DM dari tahun ketahun cenderung mengalami

peningkatan. Hasil laporan dari International diabetes federation (IDF, 2014)

menyatakan ada sekitar 382 juta penderita DM dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. Dari 382 juta penderita

tersebut ada 175 juta penderita diantaranya belum terdiagnosis, sehingga

terancam mengalami komplikasi tanpa disadari maupun tanpa pencegahan.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa, saat ini di

dunia terdapat 366 juta jiwa dengan DM, pada tahun 2000 di Indonesia

sebanyak 8, 4 juta dan akan meningkat menjadi 21, 8 juta pada tahun 2030.

Angka tersebut, menempatkan pada Indonesia peringkat keempat setelah

Amerika Serikat, China dan India (Taluta, et.al , 2012)

Data dari PERKENI (2015) menyatakan bahwa Indonesia merupakan

negara urutan ke 5 teratas diantara Negara-negara dengan jumlah penderita

diabetes terbanyak dunia. Prevalensi penderita diabetes di Indonesia sebesar

9,1 juta orang. Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

prevalensi DM di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 14,96%,

angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2013 yakni sebesar 13,6% (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Kasus DM menduduki urutan kedua

pada pola penyakit tidak menular. Pada tahun 2015 berdasarkan data

kunjungan pasien ditemukan 8.684 kasus baru untuk pasien DM tipe 2 dan

363 untuk pasien DM tipe 1 (Dinas Kesehatan Surakarta, 2015).

Prevalensi jumlah pasien DM tipe 2 menurut profil Dinas Kesehatan

Kota Surakarta tahun 2015 salah satu puskesmas dengan penderita paling

banyak adalah di wilayah kerja Puskesmas Sibela. Tercatat pada tahun 2013

penderita DM tipe 2 sebanyak 820 orang, pada tahun 2014 sebanyak 840

orang dan pada tahun 2015 sebanyak 913 orang. Dari hasil studi pendahuluan

di wilayah kerja puskesmas tersebut, tercatat penderita DM tipe 2 mengalami

peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2014, jumlah penderita DM lama

sebanyak 181 orang dan penderita DM baru sebanyak 9 orang, sedangkan

pada tahun 2015 penderita DM lama sebanyak 178 orang dan penderita DM

baru sebanyak 19 orang, jumlah penderita DM tahun 2016 bulan Januari

sampai dengan November 2016 sebanyak 213 orang DM lama dan 5 orang

DM baru (Puskesmas Sibela, 2016).

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat

disembuhkan namun dapat di kontrol. Penderita diabetes melitus

membutuhkan perawatan yang berkesinambungan untuk meningkatkan

kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik yaitu dengan cara melaksanakan

strategi pemberdayaan. Menurut Woodall, Raine, South & Booth (2010)

strategi pemberdayaan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup

atau meningkatkan kesehatan pada penderita diabetes melitus dipengaruhi

Page 8: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

4

oleh lima bidang utama yakni peningkatan self-efficacy dan self-esteem,

pengambilan kontrol yang lebih besar (greater sense of control), peningkatan

pengetahuan dan kesadaran, perubahan perilaku, memperluas jaringan serta

dukungan social (a greater sense of community, broadened social network and

social support).

Kelima strategi tersebut akan berpengaruh pada kualitas hidup apabila

individu mempunyai kemauan untuk berubah. Individu dengan penyakit DM

mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengatur dirinya sendiri dalam

melakukan perubahan terutama perawatan pada penyakitnya. Kemampuan

individu untuk mengontrol diri dan menentukan pilihan mengenai kesehatan

mereka disebut dengan empowerment. Empowerment penderita DM

dipengauhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, usia, pendidikan,

penghasilan dan lama menderita.

Empowerment tersebut direalisasikan untuk membangun kepercayaan,

meningkatkan harga diri, dan mengembangkan mekanisme koping untuk

meningkatkan ketrampilan pribadi (Woodal, Raine, Shout, & Booth, 2010).

Seorang perawat dapat melaksanakan empowerment kepada penderita DM

tipe 2 dengan menggunakan potensi lingkungannya yaitu dengan cara

memandirikan diabetisi untuk merubah diabetisi dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak mampu menjadi mampu sesuai dengan keadaan diabetisi dan

keluarga serta kemauan diabetisi untuk berubah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan,

terhadap seorang petugas kesehatan dan 5 penderita DM di puskesmas Sibela

kota Surakarta, seorang petugas kesehatan mengatakan di puskesmas Sibela

ada program yang disebut dengan Prolanis yaitu Program Pengelolaan

Penyakit Kronis salah satunya untuk penderita diabetes yang dilakukan 2 kali

setiap bulan pada minggu pertama dan ketiga. Kegiatan yang dilakukan pada

minggu pertama biasanya senam, pemeriksaan kesehatan (Tekanan Darah dan

Gula Darah), serta edukasi tentang kesehatan dan kegiatan yang dilakukan

pada minggu ketiga adalah senam dan pemeriksaan kesehatan (Tekanan

Darah). Petugas kesehatan tersebut juga mengatakan bahwa program-program

tersebut dirancang oleh puskesmas untuk penderita DM agar dapat

mengontrol kondisi mereka tetap stabil. Adapun hambatan yang dialami

petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang bertugas untuk menjalankan

program yang sudah disusun oleh puskesmas. Hasil wawancara 5 orang

penderita DM mereka mengatakan sudah pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan di puskesmas mengenai diabetes melitus tetapi dari lima penderita

2 orang mengatakan untuk mengontrol gula darahnya pasien sering lupa

terutama dalam hal mengontrol pola makan sesuai diit dan berolah raga. Tiga

orang penderita DM mengatakan bahwa dirinya merasa sudah mampu untuk

mengontrol gula darah dan menjalankan anjuran-anjuran sesuai yang

diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas.

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai kasus penyakit diabetes

mellitus tipe 2 yang merupakan salah satu kasus penyakit tertinggi, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan strategi

pemberdayaan dengan empowerment pada penderita diabetes melitus tipe 2 di

wilayah kerja Puskesmas Sibela Kota Surakarta”.

Page 9: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

5

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasi (correlation study) dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan

efek, dimana pendekatan atau observasi dilakukan sekaligus dalam suatu

waktu atau point time approach (Pratiknya, 2014).

Populasi penelitian adalah seluruh penderita diabetes mellitus tipe II di

wilayah kerja Puskesmas Sibela Surakarta yang berjumlah 218 penderita.

Sample penelitian sebanyak 141 responden yang diperoleh dengan teknik

proporsional stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman.

Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner strategi

pemberdayaan dan kuesioner empowerment kepada responden dengan cara

peneliti mendatangi rumah responden. Peneliti menunggu selama responden

mengisi kuesioner, membantu responden dalam pengisian kueisoner dan

mengecek kelengkapan pengisian kuesioner. Hasil penelitian selanjutnya

dilakukan koding, tabulasi dan analisis data.

3. Hasil Penelitian

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden (n= 141)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Umur responden

a. 30 – 40 tahun

b. 41 – 50 tahun

c. 51 – 60 tahun

d. 61 – 70 tahun

e. > 70 tahun

7

30

31

46

11

5

21

22

33

8

2. Jenis kelamin

a. Perempuan

b. Laki-laki

95

30

76

24

3. Pendidikan

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. PT

11

64

45

5

9

51

36

4

4. Pekerjaan

a. IRT

b. Pensiunan

c. Pedagang

d. PNS

e. Buruh

f. Tidak bekerja

g. Lain-lain

55

5

1

14

4

32

14

44

4

8

11

3

26

11

5. Lama menderita DM

a. < 5 tahun

b. 5 – 10 tahun

c. < 10 tahun

41

59

25

33

47

20

Page 10: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

6

Karakteristik responden sebagaimana ditampilkan pada table 4.1 menunjukkan

sebagian besar responden berumur 61 – 70 tahun sebanyak 46 responden (33%),

berjenis kelamin perempuan sebanyak 90 responden (76%), berpendidikan SMP

sebanyak 64 responden (51%), dan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 55

responden (44%).Karakteristik lama diagnosa sakit menunjukkan sebagian besar

adalah 5 – 10 tahun yaitu sebanyak 59 responden (47%).

3.2 Analisis Univariat

3.2.1 Distribusi Frekuensi Strategi Pemberdayaan pada Penderita Diabetes

Melitus tipe 2

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Strategi Pemberdayaan pada Penderita

DM tipe 2

No Strategi Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Kurang

Cukup

Baik

37

69

19

30

55

15

Total 125 100

Distribusi frekuensi strategi pemberdayaan pada penderita diabetes mellitus tipe 2

menunjukkan sebagian besar adalah cukup yaitu sebanyak 69 responden (55%),

selanjutnya kurang sebanyak 37 responden (30%), dan baik sebanyak 19

responden (15%).

3.2.2 Distribusi Frekuensi Empowerment pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2

Tabel 3.. Distribusi Frekuensi Empowerment pada Penderita DM tipe 2

No Empowerment Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Rendah

Cukup

Tinggi

15

104

6

12

83

5

Total 125 100

Distribusi frekuensi empowermentpada penderita diabetes mellitus tipe 2

menunjukkan sebagian besar adalah cukup yaitu sebanyak 104 responden (83%),

selanjutnya rendah sebanyak 15 responden (12%), dan tinggi sebanyak 6

responden (5%).

3.3 Analisis Bivariat

Table 4. Ringkasan Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

Hubungan rs p-value Keputusan

Strategi pemberdayaan

dengan Empowerment 0,370 0,001 H0 ditolak

Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan strategi pemberdayaan

penderita diabetes melitus tipe 2 dengan empowerment diperoleh nilai rs sebesar

0,370 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,001. Nilai p-value lebih kecil dari 0,05

(0,001 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak yang berarti terdapat

hubungan strategi pemberdayaan penderita diabetes melitus tipe 2 dengan

empowerment pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

Sibela Kota Surakarta. Selanjutnya berdasarkan nilai koefisien korelasi yang

bernilai positif, maka hubungan strategi pemberdayaan dengan empowerment

Page 11: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

7

pada penderita diabetes melitus tipe 2 adalah searah artinya semakin baik strategi

pemberdayaan, maka empowermentnya semakin baik.

4. Pembahasan

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden menurut umur menunjukkan sebagian besar

berumur 61 – 70 tahun (33%). Peningkatan umum menyebabkan seseorang

beresiko terhadap peningkatan kejadian DM, orang yang memasuki usia 55

tahun keatas, berkaitan dengan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi

tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau

resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian

glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Suyono, 2011).

Hasil Penelitian Kekenusa (2013) menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara umur dan riwayat hidup dengan kejadian DM tipe 2, dimana

orang yang berumur lebih dari 45 tahun memiliki resiko menderita DM tipe 2

delapan kali lebih tinggi dibandingkan orang yang berusia dibawah 45 tahun.

Penelitian lain dilakukan Jelantik (2014) menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan faktor risiko umur dengan kejadian DM tipe 2 di wilayah Kerja

Puskesmas Mataram tahun 2013 dimana sebagian besar berumur > 40 tahun.

Karakteristik jenis kelamin menunjukkan sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan (76%). Prevalensi DM pada perempuan

dibuktikan dalam penelitian Jelantik (2014), yaitu terdapat hubungan faktor

risiko umur, jenis kelamin, kegemukan dan hipertensi dengan kejadian DM

tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Mataram Tahun 2013, dimana sebagian

besar berjenis kelamin perempuan. Penelitian lain dilakukan Trisnawati,

Kurnia & Setyorogo (2013) yang menunjukkan jenis kelamin berhubungan

dengan kejadian DM Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng.

Distribusi klien menurut pendidikan menunjukkan distribusi tertinggi

adalah SMP. Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan pengetahuan

seseorang. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam

mempengaruhi pikiran seseorang. Seorang yang berpendidikan ketika

menemui suatu masalah akan berusaha berfikir sebaik mungkin dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang berpendidikan baik cenderung

akan mampu berfikir tenang terhadap suatu masalah (Potter & Perry, 2010).

Pendidikan seseorang berhubungan dengan pengetahuan orang tersebut

tentang kesehatan. Penelitian Galveia, Cruz & Deep (2012) tentang pengaruh

faktor demografis terhadap kepatuhan klien diabetes dalam pengelolaan stres,

kecemasan dan depresi menyimpulkan bahwa faktor pendidikan merupakan

salah satu variabel yang memiliki hubungan secara signifikan dengan

kepatuhan klien diabetes dalam pengelolaan penyakitnya.

Karakteristik status pekerjaan responden sebagian besar merupakan ibu

rumah tangga (44%). Notoatmodjo (2011), jenis pekerjaan dapat berperan di

dalam timbulnya penyakit melalui ada tidaknya aktivitas fisik di dalam

pekerjaan, sehingga dapat dikatakan pekerjaan seseorang mempengaruhi

tingkat aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang

membakar kalori, misalnya menyapu, naik turun tangga, menyeterika,

berkebun dan berolahraga tertentu. Olahraga aerobik yang mengikuti

serangkaian gerak beraturan akan menguatkan dan mengembangkan otot dan

Page 12: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

8

semua bagian tubuh. Termasuk di dalamnya jalan, berenang, bersepeda,

jogging atau senam (Tandra, 2008). Hubungan aktivitas fisik dengan kadar

gula darah sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Anani (2012) di RSUD

Arjawinangun Kab. Cirebon dengan studi cross sectional menunjukkan bahwa

aktivitas fisik berhubungan dengan kadar glukosa darah (p=0.012).

Karakteristik lama diagnosa sakit menunjukkan distribusi tertinggi

adalah 5 – 10 tahun (47%). Menurut Notoadmodjo (2011), lama menderita

DM mempunyai hubungan dengan pengetahuan seseorang mengenai

pencegahan komplikasi sebab meski semakin lama responden menderita DM

belum tentu pengetahuannya bertambah. Lama di diagnosa DM juga

berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Hal ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Kamaluddin & Sumarwati (2014)

tentang pengaruh program diabetes self management education berbasis

keluarga terhadap kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2 diwilayah

puskesmas 2 Batturaden, dimana responden terbanyak adalah dengan lama

menderita DM 5-10 tahun. Begitu juga penelitian Mier et.al (2008),

menemukan pada umumnya responden menderita DM tipe 2 kurang dari 10

tahun.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami, Karim

&Agrina (2014) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetikum, dimana responden terbanyak

adalah dengan lama menderita DM lebih dari 10 tahun. Demikian juga studi

tentang kualitas hidup yang dilakukan Andayani, Ibrahim & Asdie (2010),

terhadap 115 pasien DM tipe 2 bahwa lama menderita pasien rata-rata lebih

dari 10 tahun. Sedangkan penelitian dilakukan oleh Kalda, Ratsep & Lamber

(2008) yang meneliti predictor of quality of life of patient with type 2 diabetes.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

lama menderita sakit DM dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2.

4.2 Distribusi Frekuensi Strategi Pemberdayaan pada Penderita Diabetes Melitus

tipe 2

Distribusi frekuensi strategi pemberdayaan pada penderita diabetes

melitus tipe 2 menunjukkan sebagian besar adalah kategori cukup (55%) dan

sebagian kecil baik (15%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sutandi (2012) penatalaksanaan pemberdayaan penderita DM dipengaruhi

oleh salah satunya faktor tenaga kesehatan. Puskesmas Sibela sebagai

puskesmas yang membawahi wilayah di Kecamatan Mojosongo Kota

Surakarta telah melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas hidup pasien

DM tipe 2 di wilayahnya. Program-program yang telah dilakukan antara lain

program senam diabetic secara teratur, pengukuran kadar gula darah pasien

secara teratur, serta pendidikan kesehatan berkaitan dengan penatalaknaan

pasien DM tipe 2.

Peran perawat dalam menjaga kualitas hidup pasien DM tipe 2 sangat

penting, khususnya dalam meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga

agar dapat melakukan perawatan diri secara mandiri. Sutandi (2012)

mengemukakan bahwa perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan, memiliki

peranan yang strategis dalam memberikan kemampuan kepada keluarga dan

pasien dalam melakukan penanganan secara mandiri. Sejumlah penelitian

eksperimental memperlihatkan bahwa perawat mempunyai peran yang cukup

Page 13: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

9

berpengaruh terhadap perilaku pasien. Dengan memberikan pemahaman yang

benar dan memberdayakan keluarga dan pasien dalam berpartisipasi untuk

dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (self-care), berbagai

komplikasi yang mungkin akan muncul dapat dikendalikan dan pasien

memiliki derajat kesehatan yang optimal. Beberapa penelitian mencatat bahwa

50–80% diabetisi memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang kurang dalam

mengelola penyakitnya (Palestin, Ermawan, & Donsu, 2010).

4.3 Distribusi Frekuensi Empowerment pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2

Distribusi frekuensi empowerment pada penderita diabetes mellitus

tipe 2 menunjukkan sebagian besar adalah cukup (83%) dan sebagian kecil

adalah tinggi (5%). Menurut Nuari (2014) faktor yang mempengaruhi

empowerment seseorang salah satunya adalah faktor pendidikan. Tingkat

pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan

pengobatan yang diderita serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi

yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Pendidikan pasien

dalam penelitian ini sebagian besar adalah pendidikan menengah. Dimana

sesuai dengan penelitian Tol, Shojaeizadeh, Sarifirad, Alhani & Tehrani

(2013) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan penderita diabetes

maka self empowerment yang dimiliki juga akan semakin baik. Penelitian lain

Triastuti (2011) juga mengatakan bahwa adanya pengaruh yang cukup besar

antara pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus dengan perubahan

perilaku penderita diabetes.

Bentuk-bentuk empowerment yang cukup baik ditunjukkan dengan

sebagian besar responden aktif untuk memeriksakan diri ke Puskesmas setiap

bulan sesuai jadwal yang ditentukan oleh tenaga kesehatan, sebagian besar

pasien mengikuti kegiatan senam diabetes secara rutin setiap bulan serta

melakukan kegiatan jalan-jalan setiap pagi hari, dan pasien mengkonsumsi

makanan sesuai dengan yang dianjurkan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa empowerment responden sebagian

besar adalah cukup. Salah satu faktor yang berhubungan dengan empowerment

yang cukup tersebut adalah telah diterimanya pendidikan kesehatan tentang

DM tipe 2 oleh sebagian besar responden yang diadakan oleh Puskesmas.

Sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Chiauzzi et.al (2016) yang

meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan empowerment pasien.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan

empowerment pasien adalah faktor pendidikan, dukungan keluarga dan

pemberian pendidikan kesehatan.

4.4 Strategi Pemberdayaan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan

Empowerment pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Sibela Kota Surakarta

Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan strategi pemberdayaan

penderita diabetes melitus tipe 2 dengan empowerment diperoleh nilai rs

sebesar 0,370 (p-value = 0,001) yang berarti terdapat hubungan strategi

pemberdayaan penderita diabetes melitus tipe 2 dengan empowerment pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Sibela Kota

Surakarta, dimana semakin baik strategi pemberdayaan, maka

empowermentnya semakin baik.

Page 14: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

10

Strategi empowerment dikembangkan pada diabetes untuk

meningkatkan kontrol mereka terhadap penyakitnya dengan cara

meningkatkan aktivitas fisik, memperbaiki pola makan sehat dan

meningkatkan kesehatan mental yang lebih baik dan sejahtera. Seorang

perawat harus mampu mengintegrasikan semua aspek yang mendukung yaitu

aspek individu dan lingkungan yang mampu memberdayakan diabetisi untuk

menerapkan lima pilar dalam pengelolaan DM (McNamara et al, (2010).

Pengelolaan penyakit DM menurut PERKENI, 2011 terdiri dari 5 pilar

antara lain pengaturan diet, latihan fisik, obat, monitoring glukosa dan

edukasi. Penyakit DM merupakan penyakit yang membutuhkan perawatan

jangka panjang dan keterlibatan keluarga sehingga membutuhkan strategi

perawatan, salah satunya melalui pemberdayaan pasien. Pemberdayaan

(empowerment) bertujuan membentuk individu masyarakat menjadi mandiri

yang meliputi kemandirian bertindak dan mengendalikan apa yang mereka

lakukan demi penyelesaian pemecahan masalah yang dihadapi dengan

menggunakan daya atau kemampuan yang dimiliki (Sulistiyani, 2014).

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan strategi

pemberdayaan penderita diabetes melitus tipe 2 dengan empowerment pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Sibela Kota

Surakarta dimana semakin baik strategi pemberdayaan, maka

empowermentnya semakin baik. Hasil tersebut dirasa peneliti tidak terlalu

tinggi karena mungkin ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor

dari strategi pemberdayaan maupun faktor dari empowerment tersebut.

Didukung oleh penelitian terdahulu yaitu penelitian Tol et.al (2013) yang

meneliti pemberian empowerment dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

pada pasien DM tipe 2. Penelitian lain dilakukan oleh Ernawati, Suharto dan

Dewi (2015) yang meneliti pemberdayaan pasien berbasis experiential

learning terhadap perilaku pencegahan komplikasi akut dan kadar glukosa

darah pasien DM. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan pasien

berbasis experiential learning mempunyai dampak yang signifikan terhadap

perilaku pencegahan komplikasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

pemberian empowerment pada pasien DM tipe 2 berpotensi untuk

meningkatkan perilaku pasien dalam perawatan dirinya.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Strategi pemberdayaan penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Sibela kota Surakarta sebagian besar adalah cukup.

2. Empowerment penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

Sibela kota Surakarta sebagian besar adalah sedang.

3. Terdapat hubungan antara strategi pemberdayaan dengan empowerment pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Sibela Surakarta.

5.2 Saran

1. Bagi Pasien DM tipe 2

Pasien DM tipe 2 diharapkan meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka

terhadap penatalaksanaan DM tipe 2. Pasien DM tipe 2 juga diharapkan

meningkatkan kepasrahan dirinya terhadap kondisinya saat ini, karena dengan

kepasrahan tersebut dapat menekan tingkat kecemasan dan stress pasien dan

mampu menekan peningkatan kadar gula darah.

Page 15: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

11

2. Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan di Puskesmas Sibela hendaknya melakukan insiatif-insiatif

terbaru dalam pembinaan pasien DM tipe 2 di wilayahnya, misalnya dengan

memberikan intervensi-intervensi yang dapat meningkatkan minat dan

motivasi pasien DM tipe 2 untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh

Puskesmas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang akan melakukan dengan tema sejenis, hendaknya

menambahkan obyek penelitian lain yang mungkin mempunyai pengaruh

terhadap strategi pemberdayaan yang tidak diteliti oleh peneliti sebelumnya.

Daftar Pustaka

Anani, S. (2012). Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes kadar Glukosa

Darah pasien Rawat jalan Diabetes mellitus (Studi Kasus di RSUD

Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Medicine Journal Indonesia Vol.20

No.4:466-478 .

Andayani, T, M., Izham, M., Ibrahim, M and Asdie, A, H., 2010, The Association

of Diabetes-Related Factor and Quality of Life In Type 2 Diabtes

Mellitus, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences, Vol 2, Issue 1

Atak, N., Köse, K., & Gürkan, T. (2008). The impact of patient education on

Diabetes Empowerment Scale (DES) and Diabetes Attitude Scale (DAS-

3) in patients with type 2 diabetes. Turkish Journal of Medical

Sciences, 38(1), 49-57.

Chiauzzi E, Pronabesh D, Elisenda C, Mikele B, Raya K, Purav D. 2016. Factors

in Patient Empowerment: A Survey of an Online Patient Research

Network. Original Research Article. Patients Like Me, Inc., 160 Second

Street, Cambridge, MA 02142, USA

Dinkes Jateng. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

Semarang; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Ernawati, N., Suharto, S., & Dewi, Y. S. (2015). Patients Empowerment Based on

Experimential Learning to Behavior of Acute Compilation Prevention

and Blood Glucose Levels of Patients DM. Jurnal NERS, 10(2), 256-264.

Glaveia A, Cruz S, and Deep C. (2012). Impact of Social Demographic Variables

On Adherence to Diabetes Treatment And in the Prevalence of Stress,

Anxiety and Depression. Advanced Research in Scientific Areas.

December, 3. - 7. 2012.

Huang, T. T., Sung, C. C., Wang, W. S., & Wang, B. H. (2017). The effects of the

empowerment education program in older adults with total hip

replacement surgery. Journal of Advanced Nursing.

IDF. (2014). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation

2014. http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf

diakses tanggal 15 November 2016

Issa, B. A., and Baiyewu, O., 2006, Quality of Life of Patients with Diabetes

Mellitus in a Nigerian Teaching Hospital, Hongkong J Psychiatry, 16 : p.

27- 33.

Jelantik, G.M.G. (2014). Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis Kelamin,

Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe II di

Page 16: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

12

Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Jurnal Kesehatan. Denpasar. Media

Bina Ilmiah. Volume 8, No 1, Februari 2014.

Kekenusa J. (2013). Analisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga

menderita Diabetes Mellitus Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof.

Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Kesehatan. Manado: Universitas Sam

Ratulangi.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes

RI

McNamara, R., Robling, M., Hood, K., Bennert, K., Channon, S., Cohen, D.,

Crowne, E., Hambly, H., Hawthorne, K., Longo, M., Lowes, L., Playle,

R., Rollnick, S., Gregory, J.W. (2010). Development and evaluation of a

psychosocial intervention for children and teenagers experiencing

diabetes (DEPICTED). BMC Health Services Research,12(36)

Mier, N., Bocanegra-Alonso, A., Zhan, D., Zuniga, M. A., & Acosta, R. I. (2008).

Health-related quality of life in a binational population with diabetes at

the Texas-Mexico border. Revista Panamericana de Salud

Pública, 23(3), 154-163.

Notoatmodjo S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nuari, N. A. (2015). Analisis Korelasi Personal Factor, Perceived Benefit Dan

Perceived Barrier Dengan Pemberdayaan Diri Pasien Diabetes Mellitus

Tipe Ii Berbasis Teori Health Promotion Model. Jurnal Ilmu

Kesehatan, 11(2), 37-48.

Potter and Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.

Jakarta: EGC.

Pratiknya, A. W. 2009. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sulistiyani. 2014. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gala

Media.

Suyono, S. (2011). Penatalaksnaan DM Terpadu Patofisiologi DM (Ed.2).

Jakarta: FKUI

Taluta, Y. P., Mulyadi & Hamel, R. S. (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan

Dengan Mekanisme Koping pada Penderita Diabetes MelitusTipe 2 Di

Poliklinik Peyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo Kabupaten

Halmahera Utara. E-journa keperawatan, 1(2), pp. 1-9.

Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang

DIABETES: Panduan lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes

dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tol, A., Baghbanian, A., Mohebbi, B., Shojaeizadeh, D., Azam, K., Shahmirzadi,

S. E., & Asfia, A. (2013). Empowerment assessment and influential

factors among patients with type 2 diabetes. Journal of Diabetes &

Metabolic Disorders, 12(1), 1.

Triastuti, N. (2010). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Diabetes Mellitus

terhadap Perubahan Perilaku Penduduk Desa Bulan, Wonosari, Klaten.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Page 17: HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN …eprints.ums.ac.id/52142/11/02. NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf · petugas kesehatan puskesmas sibela dalam melaksanakan program saat ini

13

Trisnawati, Shara K & Setyorogo.S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat

Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1): pp. 6-11

Woodall, J., Raine, G., South, J., & Warwick-Booth, L. (2010). Empowerment &

health and well-being: evidence review.