70
HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh AYANG TRIA PUTRI BARAWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN MAKAN

DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA

PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP RSUD ABDUL

MOELOEK BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AYANG TRIA PUTRI BARAWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN MAKAN

DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA

PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP RSUD ABDUL

MOELOEK BANDAR

LAMPUNG

Oleh

AYANG TRIA PUTRI BARAWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 3: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

ABSTRACT

THE CORRELATION OF WORK-RELATED STRESS AND REGULARY

HABIT OF EATING TO DYSPEPSIA SYNDROME IN PATIENT HOSPICE

NURSE AT RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

By

Ayang Tria Putri Barawa

Background: Dyspepsia syndrome is caused by many factors, among of them are regulary

habit of eating and work-related stress. Nurse is a group of workers which have excessive

work load so that affect the regulary habit of eating and lead work-related stress. This

research aim is to analyze the correlation of work-related stress and regulary habit of eating

to dyspepsia syndrome in patient hospice nurse at RSUD Abdul Moeloek.

Methods: This research is a cross-sectional analytic method with purposive technic

sampling. This research took place in RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung since

Oktober to November 2016 with 144 samples of nurses. Data taken by questionnaire is

analyzed using Chi-Square test.

Results: The analysis showed that 36,8% respondents have work-related stress, 14,6%

respondents have irregulary habit of eating, 34% respondents suffered from dyspepsia

syndrome and there are a correlation between dyspepsia syndrome with work-related stress

(p=0,002; OR:3,257) and regulary habit of eating (p=0,03; OR: 3,099).

Conclusion: There are a correlation of work-related stress and regulary habit of eating to

dyspepsia syndrome in patient hospice nurse at RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Keywords: work-related stress, regularity of eating, dyspepsia syndrome, nurse

Page 4: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

ABSTRAK

HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN MAKAN DENGAN

KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA PERAWAT INSTALASI

RAWAT INAP RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Oleh

Ayang Tria Putri Barawa

Latar Belakang: Sindrom dispepsia dapat disebakan oleh banyak faktor, diantaranya

keteraturan makan dan psikologi (stres kerja). Perawat termasuk kelompok kerja dengan

tuntutan kerja dan kepadatan aktivitas cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi

keteraturan makan dan stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara stres kerja dan keteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada perawat

Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional. Penelitian

ini dilakukan di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung sejak Oktober hingga November

2016 dengan total responden 144 orang perawat yang diambil dengan teknik purposive

sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang kemudian dilakukan

uji analisis menggunakan uji Chi-Square.

Hasil Penelitian: Hasil analisis menunjukkan bahwa 36,8% responden mengalami stres

kerja, 14,6% responden tidak memiliki keteraturan makan, 34% responden menderita

sindrom dispepsia serta terdapat hubungan antara sindrom dispepsia dengan stres kerja

(p=0,002; OR:3,257) dan keteraturan makan (p=0,03; OR: 3,099).

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara stres kerja dan keteraturan makan dengan

kejadian sindrom dispepsia pada perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek

Bandar Lampung.

Kata Kunci: stres kerja, keteraturan makan, sindrom dispepsia, perawat

Page 5: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional
Page 6: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional
Page 7: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional
Page 8: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 September 1995. Penulis

merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, pasangan Bapak Ahmad Anshori dan

Ibu Rusdalina.

Penulis telah menyelesaikan tingkat pendidikan dari TK Melati Panaragan Jaya

pada tahun 2001, SDN 1 Sawah Brebes pada tahun 2007, SMPN 23 Bandar

Lampung pada tahun 2010, dan SMAN 9 Bandar Lampung pada tahun 2013.

Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif pada organisasi PMPATD Pakis Rescue

Team pada tahun 2013-2015 sebagai salah satu anggota dari divisi Pecinta Alam.

Page 9: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

Barangsiapa ingin mutiara, harus

berani terjun di lautan yang dalam

(Ir. Soekarno)

Page 10: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Stres Kerja dan Keteraturan Makan dengan Kejadian Sindrom

Dispepsia pada Perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar

Lampung” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan,

kritik dan saran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung;

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

dr. Fitria Saftarina, S.Ked, M.Sc selaku Pembimbing I atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk membimbing, mengajari, mendukung,

memberikan nasihat, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

Page 11: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

ix

Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc selaku Pembimbing II atas waktu dan

kesediaannya dalam membimbing, memberikan nasihat, saran, dan kritik

yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

dr. Dian Isti Angraini, MPH selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi atas

bimbingan, waktu, ilmu, kritik dan saran yang telah banyak diberikan;

Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked, M.Kes selaku Pembimbing Akademik untuk

setiap nasihat, saran dan kritik yang bermanfaat selama perkuliahan di

Fakultas Kedokteran ini;

Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu-ilmu, motivasi, dan nasihat yang

telah diberikan kepada penulis serta seluruh Staf TU, Administrasi,

Akademik dan pegawai Fakultas Kedokteran Unila;

Direktur RSUD Abdul Moeloek serta seluruh staf administrasi RSUD

Abdul Moeloek yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat

terlaksana;

Seluruh Supervisor, Kepala Ruangan, dan perawat Instalasi Rawat Inap

yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kerjasama, dukungan, dan

kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini;

Papa (Ahmad Anshori, S.Pd), Mama (Rusdalina), Atu (Adetia Prananda),

Uan (Ahmad Rio Adi Kartagama), M. Ivan Shepy S, Ahmad Rizki IS,

Andini IP, dan seluruh keluarga yang sangat saya cintai dan sayangi atas

seluruh kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a, semangat, motivasi, dan

dukungan yang selalu mengalir setiap saat;

Sahabat serta keluarga saya “Wance” Ajeng Amalia Insani, Bunga Ulama,

Diah Ayu Larasati, Hanifah Hanum, Intan Damaya Antika, Mulya Dita

Page 12: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

x

Paramita, Nada Ismalia, Putri Ria Ariyanti, Wage Nurmaulina, dan

Zulfiana Riswanda atas setiap kebersamaan dan kesediaannya dalam

berbagi suka duka baik selama perkuliahan atau dalam pelaksanaan

penelitian ini, terimakasih kawan;

Teman seperjuangan skripsi Desindah L. Simanjuntak dan Fadiah Eryuda

atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan;

Teman-teman CERE13ELUMS (angkatan 2013) yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan, keceriaan,

kehebohan, kekompakan, kebahagiaan selama 3,5 tahun perkuliahan ini,

semoga kelak kita dapat menjadi dokter yang profesional, amanah, serta

berguna bagi agama, bangsa, dan negara;

Adik-adik angkatan 2014, 2015, 2016 terimakasih atas dukungan, doa dan

bantuannya sebagai satu fakultas kedokteran;

Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang

telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Akan tetapi, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

Bandar Lampung, Januari 2017

Penulis

Ayang Tria Putri Barawa

Page 13: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi

KATA-KATA MUTIARA ............................................................................. vii

SANWACANA ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3. Tujuan ................................................................................................ 6

1.4. Manfaat .............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dispepsia ............................................................................................ 8

2.1.1. Definisi dan Etiologi Sindrom Dispepsia ................................ 8

2.1.2. Patofisiologi ............................................................................. 11

2.1.3. Diagnosis.................................................................................. 15

2.2. Stres Kerja .......................................................................................... 17

2.2.1. Definisi ..................................................................................... 17

Page 14: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

xii

2.2.2. Mekanisme Terjadinya Stres.................................................... 18

2.2.3. Dampak Stres Kerja ................................................................. 19

2.2.4. Tahapan Stres ........................................................................... 21

2.2.5. Penyebab Stres ......................................................................... 22

2.2.6. Pengukuran Stres Kerja............................................................ 24

2.3. Pola Makan ........................................................................................ 25

2.3.1. Definisi ..................................................................................... 25

2.3.2. Pengukuran Konsumsi ............................................................. 27

2.4. Hubungan Keteraturan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia............. 29

2.5. Hubungan Stres dan Sindrom Dispepsia ............................................ 30

2.6. Kerangka Teori .................................................................................. 32

2.7. Kerangka Konsep ............................................................................... 34

2.8. Hipotesis ............................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITAN ..........................................................

3.1. Desain Penelitian ............................................................................... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 35

3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 35

3.3.1 Populasi ..................................................................................... 35

3.3.2 Sampel....................................................................................... 35

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 37

3.4.1. Variabel Bebas ........................................................................ 37

3.4.2. Variabel Terikat ...................................................................... 37

3.5. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 38

3.6. Pengumpulan Data ............................................................................ 38

3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 40

3.7. Pengolahan Data ............................................................................... 41

3.8. Analisis Data ..................................................................................... 41

3.8.1. Analisis Univariat ................................................................... 41

3.8.2. Analisis Bivariat...................................................................... 42

3.9. Alur Penelitian .................................................................................. 42

3.10.Etika Penelitian ................................................................................. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

4.1. Gambaran Umum Penelitian .............................................................. 44

4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 45

4.2.1 Karakteristik Responden ........................................................... 45

4.2.1.1. Jenis Kelamin .............................................................. 45

4.2.1.2. Tingkat Pendidikan ...................................................... 46

4.2.2. Analisis Univariat .................................................................... 46

4.2.2.1. Stres Kerja ................................................................... 46

4.2.2.2. Keteraturan Makan ...................................................... 47

4.2.2.3. Sindrom Dispepsia....................................................... 48

4.2.3. Analisis Bivariat....................................................................... 49

4.2.3.1. Hubungan Stres Kerja dengan Sindrom Dispepsia .... 49

4.2.3.2. Hubungan Keteraturan Makan dengan Sindrom

dispepsia .................................................................... 51

Page 15: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

xiii

4.3. Pembahasan ........................................................................................ 52

4.3.1. Stres Kerja ................................................................................ 52

4.3.2. Keteraturan Makan................................................................... 55

4.3.3. Sindrom Dispepsia ................................................................... 58

4.3.4. Hubungan Stres Kerja dengan Sindrom Dispepsia .................. 59

4.3.5. Hubungan Keteraturan Makan dengan Sindrom Dispepsia ..... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 64

5.2. Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penyebab Sindrom Dispepsia ................................................................... 9

2. Alarm Sign ................................................................................................ 16

3. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 38

4. Daftar Ruangan Pengambilan Sampel ...................................................... 45

5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................... 45

6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......... 46

7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres Kerja ....................... 47

8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keteraturan Makan .......... 47

9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sindrom Dispepsia ........... 48

10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia ........... 49

11. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Stres Kerja dengan Kejadian

Sindrom Dispepsia .................................................................................... 50

12. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Keteraturan Makan dengan

Kejadian Sindrom Dispepsia ..................................................................... 51

Page 17: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Hubungan antara Stres Kerja dan Keteraturan Makan

dengan Sindrom Dispepsia ....................................................................... 33

2. Kerangka Konsep Hubungan antara Stres Kerja dan Keteraturan Makan

dengan Sindrom Dispepsia ....................................................................... 34

3. Alur Penelitian .......................................................................................... 43

Page 18: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Lampiran 6. Analisis Univariat

Lampiran 7. Analisis Bivariat

Lampiran 8. Hasil Penelitian

Lampiran 9. Dokumentasi

Page 19: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sindrom dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari

nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat

kenyang, rasa perut penuh, sendawa (Djojoningrat, 2014). Sindrom

dispepsia juga didefinisikan sebagai keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di

perut bagian atas yang sifatnya berulang atau kronik (Mapel et al., 2013).

Para ahli berpendapat bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami

sindrom dispepsia (Djojoningrat, 2014).

Sebesar 25% dari populasi Amerika Serikat mengalami sindrom dispepsia

setiap tahun dan sekitar 5% dari semua penderita pergi ke dokter pelayanan

primer. Hal serupa juga terjadi di Inggris dengan prevalensi sindrom

dispepsia sekitar 21% dan hanya 2% yang berkonsultasi ke dokter

pelayanan primer dengan episode baru atau pertama sindrom dispepsia

setiap tahun dan sindrom dispepsia menyumbang 40% dari semua konsul ke

bagian gastroenterologi (Hu et al., 2002).

Page 20: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

2

Penelitian terhadap dispepsia fungsional di beberapa negara di Asia juga

menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu Cina sebanyak 69% dari

782 pasien, di Hongkong 43% dari 1.353 pasien, di Korea 70% dari 476

pasien dan Malaysia 62% dari 210 pasien (Ghoshal et al., 2011). Di

Indonesia diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60%

pada praktek gastroenterologis merupakan kasus sindrom dispepsia

(Djojoningrat, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian sindrom

dispepsia cukup tinggi. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun

2011, sindrom dispepsia berada di urutan keenam dari 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dengan jumlah

kasus sebanyak 33.500 (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Di Provinsi

Lampung sendiri, dispepsia menempati urutan kelima dari 10 besar penyakit

terbanyak berdasarkan kunjungan lama dan baru dengan prevalensi 5,49%

atau sebanyak 35.422 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2013).

Sindrom dispepsia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah sekresi cairan asam lambung, psikologi (stres), serta faktor diet dan

lingkungan (Djojoningrat, 2014). Selain jenis makanan yang dikonsumsi,

ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-gesa,

dan jadwal tidak teratur dapat menyebabkan sindrom dispepsia (Eschleman

dikutip dari Ade, 2014). Kebiasaan makan pedas di Asia, misalnya, dapat

memicu terjadinya sindrom dispepsia. Salah satu penelitian di Thailand

menunjukkan bahwa kejadian nyeri atau rasa terbakar di abdomen

meningkat setelah mengonsumsi makanan pedas (Ghoshal et al., 2011).

Page 21: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2012) dan Susanti

(2011) pola makan yang tidak teratur dapat memicu timbulnya gejala

dispepsia karena lambung menjadi sulit beradaptasi sehingga produksi asam

lambung menjadi tidak terkontrol. Penelitian serupa juga telah dilakukan

oleh Dwigint (2015) terhadap mahasiswa kedokteran dan menunjukkan

bahwa kepadatan aktivitas dapat mempengaruhi pola makan yang pada

akhirnya mampu meningkatkan risiko terjadinya sindrom dispepsia.

Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial, baik

berupa tekanan mental ataupun beban kehidupan. Stres dapat memiliki

konsekuensi fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual (Sunaryo, 2004).

Stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetuskan

keluhan pada orang sehat (Djojoningrat, 2014).

Sebuah studi cross sectional terhadap 775 tenaga profesional di Taiwan

tahun 2010 menunjukkan bahwa 64,4% pekerja mengalami kegelisahan,

33,7% pekerja mengalami mimpi buruk, 44,1% pekerja mengalami

gangguan iritabilitas, 40,8% pekerja mengalami sakit kepala, 35% pekerja

insomnia, dan 41,4% pekerja mengalami gangguan gastrointestinal (Tsai &

Lu, 2012). Pada lingkungan kerja, tuntutan pekerjaan yang tinggi dapat

menyebabkan stres (Al-Homayan dkk., 2013). Menurut Highley dalam

Haryanti dkk. (2013) perawat secara alamiah merupakan profesi yang penuh

dengan stres. Stres kerja berhubungan dengan kondisi kerja dan kesehatan

fisik perawat (Gelsema et al., 2006).

Page 22: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

4

Beban kerja mempengaruhi tingkat stres kerja perawat. Hal ini didukung

oleh penelitian Haryanti dkk. (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara beban kerja dan stres kerja yang dialami oleh perawat IGD

di RSUD Semarang. Menurut Manuaba dalam Suryaningrum (2015), beban

kerja tersebut dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan, organisasi dan

lingkungan kerja. Beban kerja fisik pada perawat, seperti mengangkat

pasien, memandikan pasien, atau membantu pasien ke kamar mandi

sedangkan beban kerja mental dapat berupa bekerja dengan sistem shift atau

menjaga komunikasi yang baik dengan perawat lain, atasan, pasien dan juga

keluarga pasien. Berat ringannya beban kerja di setiap bangsal bervariasi

tergantung pada tipe dan jenis ruang.

Illness (SWI) dalam European Agency For Safety and Health at Work

(2009) pada tahun 2004 menunjukkan bahwa perawat memiliki prevalensi

stres tinggi yang berhubungan dengan pekerjaan. Stres kerja pada perawat

juga terjadi di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haryanti

dkk. (2013), perawat IGD di RSUD Kabupaten Semarang mayoritas

mengalami stres tingkat sedang dengan persentase sebesar 82,8% sedangkan

penelitian Yana (2015) menunjukkan hampir separuh dari perawat instalasi

rawat inap RSUD Pasar Rebo memiliki stres tinggi (45,8%) yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti persepsi konflik, dukungan sosial,

lingkungan fisik, ataupun aktivitas non pekerjaan.

Page 23: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

5

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek merupakan salah satu

rumah sakit utama di provinsi Lampung. Sebagai rumah sakit utama,

tentunya RSUDAM memiliki jam kerja dan aktivitas yang sangat padat.

Untuk mengimbangi hal tersebut, para tenaga kerja RSUDAM, termasuk

para perawat, harus bekerja ekstra agar dapat memberikan pelayanan yang

efektif dan memuaskan. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah

dilakukan oleh peneliti, instalasi rawat inap merupakan salah satu instalasi

yang memberlakukan sistem shift kerja dan harus siap berjaga siang dan

malam untuk tetap memberikan pelayanan terhadap pasien yang dirawat.

Hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi perawat di instalasi rawat inap

untuk lebih siap dan tanggap dalam setiap kesempatan serta memungkinkan

para perawat instalasi rawat inap mendapatkan beban kerja lebih yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi tingkat stres kerja dan keteraturan makan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti akan melakukan

penelitian tentang hubungan stres kerja dan keteraturan makan terhadap

kejadian sindrom dispepsia pada perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan antara stres kerja dan keteraturan makan dengan

kejadian sindrom dispepsia pada perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD

Abdul Moeloek?

Page 24: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

6

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara stres kerja dan keteraturan makan dengan kejadian

sindrom dispepsia pada perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul

Moeloek.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran tentang tingkat stres kerja pada

perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

2. Untuk mengetahui gambaran tentang keteraturan makan pada

perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

3. Untuk mengetahui angka kejadian sindrom dispepsia pada

perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

4. Untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan sindrom

dispepsia pada perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul

Moeloek.

5. Untuk mengetahui hubungan antara keteraturan makan dengan

sindrom dispepsia pada perawat Instalasi Rawat Inap RSUD

Abdul Moeloek.

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak :

Page 25: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

7

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan ilmu pengetahuan

peneliti tentang karakteristik sindrom dispepsia.

2. Bagi pekerja/perawat

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang hubungan

stres kerja dan keteraturan makan terhadap kejadian sindrom dispepsia

sehingga diharapkan bagi para pekerja khususnya perawat untuk

memperhatikan tingkat stres kerja dan keteraturan makan dengan baik.

3. Bagi institusi

3.1 Hasil penelitian ini dapat memberikan peranserta dalam

perkembangan ilmu pengetahuan berkaitan dengan sindrom

dispepsia.

3.2 Hasil penelitian ini dapat mendorong pemerintah atau institusi

terkait (rumah sakit) untuk memberikan informasi tentang

manajemen stres kerja yang baik melalui seminar atau pelatihan

khusus.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih

lanjut yang berkaitan dengan materi dalam skripsi ini.

Page 26: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sindrom dispepsia

2.1.1. Definisi dan Etiologi Sindrom Dispepsia

Kata dispepsia sendiri berasa dari bahasa Yunani, yaitu duis bad

dan peptein to digest, yang berarti gangguan pencernaan (Rani dkk.,

2011). Sindrom dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai

untuk suatu sindroma atau kumpulan gejala/keluhan berupa nyeri

atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual, kembung, muntah,

sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut merasa penuh/begah

(Djojoningrat, 2014; Rani dkk., 2011). Keluhan tersebut dapat

secara bergantian dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi

jenis keluhan atau pun kualitasnya (Djojoningrat, 2014). Gejala

gejala ini dapat berdampingan dengan gejala gangguan pencernaan

fungsional, seperti gastroesophageal reflux dan irritable bowel

syndrome, serta kecemasan dan depresi (Loyd & McClellan, 2011).

Berdasarkan patofisiologinya, timbulnya sindrom dispepsia dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor diet dan lingkungan,

sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi

Page 27: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

9

viseral lambung, infeksi Helicobacter pylori, dan psikologi (stres)

(Djojongrat, 2014; Rani dkk., 2011; Brun & Kuo, 2010). Kejadian

sindrom dispepsia juga dapat disebabkan atau didasari oleh

berbagai penyakit, baik yang berasal dari lambung, diluar

lambung, ataupun manifestasi sekunder dari penyakit sistemik

(Djojoningrat, 2014). Berbagai penyebab sindrom dispepsia dapat

dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Penyebab Sindrom dispepsia

Sumber : (Djojoningrat, 2014)

Berdasarkan penyebabnya, sindrom dispepsia dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok penyakit organik (seperti tukak peptik,

gastritis, batu kandung empedu, dan lain-lain) dan kelompok

penyakit disfungsional (bukan penyakit organik). Dispepsia

fungsional ini dapat ditegakkan bila sarana penunjang diagnostik

tidak dapat menunjukkan adanya gangguan patologik struktural

atau biokimiawi (Djojoningrat, 2014).

Penyebab Sindrom dyspepsia

Esofagogastroduodenal Tukak peptik, gastritis, tumor, dan

sebagainya

Obat-obatan Antiinflamasi non steroid, teofilin,

digitalis, antibiotik, dan sebagainya

Hepatobilier Hepatitis, kolesistitis, tumor,

disfungsi sfingter Odii dan sebagainya

Pankreas Pankreatitis, keganasan

Penyakit sistemik Diabetes melitus, penyakit tiroid,

gagal ginjal, penyakit jantung

koroner, dan lain-lain

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel

syndrome

Page 28: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

10

Ulkus peptikum (dispepsia organik) adalah putusnya kontinuitas

mukosa lambung yang meluas sampai dibawah epitel (Lindseth,

2012). Ulkus peptikum terjadi karena adanya ketidakseimbangan

antara pertahanan mukosa dan asam lumen. Pada orang sehat, asam

lambung dan pepsin tidak akan merusak mukosa lambung karena

terdapat mukus yang melapisinya. Mukus ini mensekresi

bikarbonat yang menjaga pH tetap 7. Prostaglandin dan aliran

darah kapiler lambung merupakan hal yang penting dalam sekresi

mukus dan bikarbonat ini (Emmanuel & Inns, 2014). Ulkus

peptikum dapat terjadi pada bagian saluran cerna yang terkena

getah asam lambung, yaitu distal esofagus, lambung, duodenum,

setelah gastroenterostomi, jejunum, dekat dengan divertikulum

Meckel atau pada anastomosis usus halus manapun (Lindseth,

2012; Emmanuel & Inns, 2014). Ulkus peptikum berkaitan erat

dengan usia, riwayat ulkus peptikum dalam keluarga, indeks massa

tubuh, dan merokok (Bernersen et al., 1996).

Dispepsia fungsional adalah suatu kondisi yang sangat umum

dengan prevalensi tinggi di seluruh dunia yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien. Patofisiologi sindrom

dispepsia telah diselidiki selama dua dekade terakhir (Brun & Kuo,

2010). Dispepsia non-ulkus (dispepsia fungsional) berkaitan

dengan faktor psikologis dan kondisi sosial (Bernersen et al.,

1996). Faktor lainnya yang juga mungkin berperan adalah

Page 29: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

11

hipersensitivitas viseral terhadap asam atau dilatasi lambung,

gangguan akomodasi lambung, gangguan pada bagian otak yang

berkaitan dengan pencernaan, motilitas atau pengosongan lambung

yang lama, diet, dan faktor gaya hidup. Remaja rentan mengalami

dispepsia akibat pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup yang

kurang baik (Susanti, 2011).

2.1.2. Patofisiologi

Berbagai hipotesis telah banyak diajukan tentang patofisiologi

sindrom dispepsia. Diantaranya yang paling banyak dibicarakan

adalah :

1. Sekresi asam lambung

Umumnya kasus dispepsia memiliki tingkat sekresi asam

lambung yang rata-rata normal (Djojoningrat, 2014). Diduga

adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap

asam sehingga menimbulkan rasa tidak enak diperut (Brun &

Kuo, 2010). Pada kasus dispepsia fungsional karena infeksi

Helicobacter pylori akan menyebabkan peningkatan produksi

gastrin sehingga massa sel parietal lebih banyak memproduksi

asam lambung (Rani dkk., 2011).

2. Infeksi Helicobacter pylori (Hp)

Peran Helicobacter pylori pada patogenesis sindrom dispepsia

masih terus dipelajari. H. pylori diduga menyebabkan

Page 30: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

12

inflamasi dan dismotilitas, menginisiasi hipersensitivitas

viseral dan meningkatkan sekresi asam. Pada kejadian sindrom

dispepsia yang disebabkan oleh kelainan organik, seperti tukak

peptikum, infeksi Hp memiliki peranan yang penting (Brun &

Kuo, 2010). Reaksi imun yang timbul terhadap Hp justru

menyebabkan kerusakan sel-sel epitel gastroduodenal yang

lebih parah namun tidak berhasil mengeliminasi bakteri dan

menjadi infeksi kronik. Selain itu, Hp yang terkonsentrasi di

antrum juga dapat menyebabkan kerusakan sel-sel D setempat

yang fungsinya untuk menghasilkan somatostatin. Penurunan

somatostatin yang terjadi menyebabkan gastrin (asam

lambung) tidak dapat ditekan sehingga asam lambung

berlebihan dan dapat berlanjut ke duodenum menyebakan

tukak dudodenum (Djojoningrat, 2014).

Sedangkan pada dispepsia fungsional, peran Hp belum

sepenuhnya dimengerti. Dari berbagai laporan, kekerapan Hp

pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda

bermakna dengan angka kekerapan pada orang sehat

(Djojoningrat, 2014; Rani dkk., 2011).

3. Dismotilitas gastrointestinal

Gejala pada dispepsia fungsional dijelaskan sebagai akibat

adanya gangguan motilitas selama dan setelah makan (Brun &

Page 31: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

13

Kuo, 2010). Pada 23% kasus menyebutkan bahwa pada

sindrom dispepsia, terutama dispepsia fungsional, terjadi

pengosongan lambung yang lebih lama dan berkorelasi dengan

adanya keluhan mual, muntah, dan rasa penuh di ulu hati

sedangkan pada 40% kasus lainnya ditemukan gangguan

akomodasi lambung waktu makan yang berhubungan dengan

rasa cepat kenyang dan penurunan berat badan (Djojoningrat,

2014). Pengosongan lambung terhadap makanan padat dan cair

melambat pada 23% dan 35% pasien (Sarnelli et al., 2003).

4. Gangguan relaksasi fundus

Makanan yang masuk kedalam lambung akan menyebabkan

relaksasi fundus dan korpus gaster. Pada 40% kasus dispepsia

terjadi penurunan kapasitas relaksasi fundus yang

bermanifestasi dalam keluhan cepat kenyang (Djojoningrat,

2014). Keadaan ini juga yang menyebabkan perbedaan

pengosongan lambung terhadap makanan cair dan padat.

Lambung membutuhkan waktu pengosongan yang normal

untuk makanan cair tapi terjadi perlambatan pengosongan

lambung pada makanan padat (Rani dkk., 2011).

5. Faktor dietetik

Pada kasus sindrom dispepsia terjadi perubahan pola makan,

seperti hanya mampu porsi kecil dan intolerasi terhadap porsi

Page 32: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

14

besar, terutama makanan berlemak (Djojoningrat, 2014).

Pasien dengan dispepsia fungsional sering melaporkan gejala

yang dialaminya berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi,

namun sebenarnya data mengenai hubungan antara keduanya

masih kontroversial (Brun & Kuo, 2010). Mengonsumsi

makanan berminyak dan berlemak terlalu sering dapat

menyebabkan refluks makanan karena pencernaan menjadi

lambat sehingga makanan membutuhkan waktu yang lebih

lama berada dalam lambung. Hal ini akan mengakibatkan

peningkatan tekanan dalam lumen lambung dan akhirnya

membuat katup antara lambung dan kerongkongan menjadi

lemah sehingga asam lambung dan gas dapat naik (Ettinger

dalam Susanti, 2011). Makanan yang dapat mencetuskan

serangan dispepsia diantaranya adalah buah-buahan, kopi,

alkohol, dan makanan berlemak (Rani dkk., 2011).

6. Psikologi

Adanya stres akut dapat mempengaruhi kejadian sindrom

dispepsia sehingga faktor kognitif dan faktor psikosomatik

juga harus dinilai pada pasien kasus sindrom dispepsia.

Penjelasan antara hubungan faktor psikologik stres, fungsi

otonom, dan motilitas tetap masih kontroversial namun

dilaporkan bahwa terdapat penurunan kontraktilitas lambung

Page 33: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

15

yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres sentral

(Djojoningrat, 2014).

7. Peran Kolesistokinin (CCK) dan Sekretin

Hormon kolesistokinin (CCK) meningkat setelah makan dan

bersama dengan Gastrin menginduksi relaksasi gaster dan

menurunkan tekanan intragaster. Komponen lemak dan protein

menstimulus pelepasan hormon ini dari sel I dalam jumlah

yang banyak. Hormon ini menyebabkan pelepasan enzim-

enzim pencernaan dari pankreas dan memperlambat

pengosongan lambung melalui kontraksi pilorus sehingga

nutrien dapat dicerna secara optimal. Pada penderita dispepsia

terjadi peningkatan hormon ini. Sekretin juga memicu

pengosongan lambung yang lambat pada penderita dispepsia.

Sekretin akan disekresi saat duodenum mengalami

pengasaman yang kemudian menstimulus duodenum

memproduksi bikarbonat untuk menetralkan duodenum (Rani

dkk., 2011).

2.1.3. Diagnosis

Diagnosis dispepsia dapat ditegakkan dengan menggunakan kriteria

Rome III, yaitu sebagai berikut :

Page 34: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

16

1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan,

cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di

epigastrium.

2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk di dalamnya

pemeriksaan endoskopik saluran cerna bagian atas) yang dapat

menerangkan penyebab keluhan tersebut.

3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan

terakhir sebelum diagnosis ditegakkan (Djojoningrat, 2014;

Park et al., 2011; Brun & Kuo, 2010).

Dari kriteria tersebut, terdapat batasan waktu yang ditujukan untuk

meminimalisasi kemungkinan penyebab organik. Tidak semua

pasien dilakukan pemeriksaan tambahan, seperti endoskopi, kecuali

jika terdapat tanda-tanda khusus yang disebut dengan alarm sign

atau alarm symptom (Tabel 2).

Tabel 2. Alarm Sign Alarm Sign

Umur >45-50 tahun keluhan muncul pertama kali

Adanya perdarahan hematemesis/melena

BB menurun >10%

Anoreksia/rasa cepat kenyang

Muntah yang persisten

Riwayat tukak peptik sebelumnya

Anemia yang tidak diketahui sebabnya

Massa di abdomen atau limfadenopati

Disfagia yang progresif atau odinofagia

Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas

Riwayat keganansan atau operasi saluran cerna sebelumnya

Kuning (Jaundice)

Sumber : (Djojoningrat, 2014)

Page 35: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

17

2.2. Stres Kerja

2.2.1. Definisi

Stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang dapat

mempengaruhi emosi, jalan dan proses pikir, serta kondisi fisik

seseorang. Stres mengakibatkan seseorang mengalami kelelahan

kerja yang kemudian berlanjut pada kelelahan emosionalnya dan

kelelahan secara fisik (Saragih, 2008). Stres kerja yang

didefinisikan sebagai respon berbahaya dari emosi dan fisik dapat

terjadi ketika tuntutan kerja tidak sesuai dengan kemampuan,

sumber daya atau kebutuhan pekerja. Stres kerja dapat

mengganggu kesehatan dan bahkan menimbulkan cedera (NIOSH,

1999).

Stres merupakan beban kerja yang berlebihan, perasaan susah dan

ketegangan emosional yang menghambat performance individu

(Almasitoh, 2011).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja

merupakan suatu kondisi ketegangan yang dapat berpengaruh

terhadap emosional, mental dan kondisi fisik seseorang diakibatkan

adanya ketidakseimbangan antara beban kerja yang ditanggung

dengan kemampuan individu untuk mengatasi beban tersebut.

Page 36: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

18

Stres kerja pada perawat dapat diakibatkan oleh bermacam-macam

hal, termasuk dari tugas pokok perawat dan tanggung jawab, beban

kerja yang berat, jenis kepemimpinan, kepuasan kerja yang rendah,

ketidakjelasan peraturan, pengalaman kerja yang kurang, dan

dukungan sosial yang rendah (Suryaningrum, 2015).

2.2.2. Mekanisme Terjadinya Stres

Sebuah penelitian modern oleh Hans Selye berusaha menjelaskan

bahwa stresor lingkungan, seperti suhu, kebisingsan, rasa sakit dan

bahaya dapat menimbulkan general adaptation syndrome yang

direspon oleh tubuh melalui tiga fase: alarm, yang menghasilkan

respon fight or flight; penolakan; dan kelelahan. Jika stresor terus

bertahan akan menyebabkan tubuh menjadi sangat lelah sehingga

menghasilkan kelelahan luar biasa dan penyakit. Akan tetapi, tidak

semua individu terjangkit penyakit meskipun menghadapi stresor

yang sama. Hal tersebut disebabkan karena setiap orang memiliki

respon yang berbeda-beda sesuai fisiologis dan psikologis

tubuhnya (Wade & Tavris, 2007).

Saat seseorang berada dalam stres, hipotalamus akan menstimulus

kelenjar endokrin melalui 2 jalur besar. Jalur pertama, hipotalamus

mengaktifkan sistem saraf simpatis untuk menghasilkan respon

fight or flight, hasilnya adalah pelepasan epinefrin dan norepinefrin

dari medulla adrenal. Jalur kedua, hipotalamus mengativasi aksis

Page 37: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

19

HPA (hypothalamus-pituitary-adrenal cortex). Hipotalamus

mengirimkan sinyal ke hipofisis yang selanjutnya diteruskan ke

korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol serta hormon-hormon

lainnya yang meningkatkan gula darah dan melindungi jaringan

tubuh dari peradangan jika terjadi luka. Jika kortisol dan hormon-

hormon lain dibiarkan tetap tinggi dapat membahayakan kesehatan

dan menimbulkan tekanan darah tinggi, gangguan imunitas,

penyakit fisik lain dan masalah emosi (Wade & Travis, 2007).

2.2.3. Dampak Stres Kerja

Stres kerja dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang

berbeda. Pengalaman stres kerja dapat menyebabkan disfungsi

perilaku yang berkontribusi pada timbulnya kesehatan fisik dan

mental yang buruk, seperti merokok, minum minuman keras, atau

penyalahgunaan obat-obatan (Leka et al., 2003). Stres mengatur

alarm di otak yang berespon dengan mempersiapkan tubuh untuk

aksi pertahanan. Perangsangan sistem saraf dan pelepasan hormon

sehingga mempengaruhi perasaan, mempercepat denyut jantung,

memperdalam pernapasan, dan menegangkan otot merupakan

respon biologi tubuh yang penting dalam melakukan pertahanan

terhadap situasi stres. Jika dibiarkan, stres dapat merusak

pertahanan tubuh sehingga tubuh tidak mampu lagi melawan stres.

Hal ini mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit atau risiko

kecelakaan. Tanda-tanda awal seseorang sedang mengalami stres

Page 38: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

20

kerja adalah sakit kepala, gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi,

mudah marah, ganggguan pada pencernaan, ketidakpuasan kerja,

dan moral yang rendah. Selain itu, stres juga dapat mempengaruhi

timbulnya masalah kesehatan yang kronik, seperti gangguan

kardiovaskular, muskuloskeletal, psikologi, bunuh diri, kanker dan

ketidakseimbangan fungsi imun (NIOSH, 1999).

Cox dalam Pramudya (2008) menjelaskan efek stres dapat dibagi

menjadi 2, yaitu :

1. Efek psikologi dan sosial

Efek psikologis stres melibatkan perubahan fungsi kognitif-

perseptual, emosi, dan perilaku, seperti gangguan kebiasaan

tidur dan makan, serta penggunaan alkohol. Perilaku lain

seperti perilaku seksual juga dapat terganggu akibat stres dan

karena terganggu maka dapat menjadi penyebab sekunder dari

stres. Selain itu, perilaku sosial dan relasi interpersonal dapat

terganggu akibat stres, kemungkinan disebabkan karena

terjadinya perubahan dasar psikologis, contohnya: iritabel,

attention span, dan perubahan memori.

2. Efek fisiologik dan fisik

Adrenalin dan kortisol diketahui sebagai hormon stres karena

kadar kedua hormon tersebut secara konsisten meningkat

sebagai respon terhadap stres. Peningkatan jangka panjang

kadar adrenalin dan kortisol mempunyai konsekuensi terhadap

Page 39: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

21

kesehatan khususnya pada sistem kardiovaskular. Hampir

semua kondisi fisik manusia dapat dipengaruhi oleh stres.

Namun yang paling rentan terhadap stres adalah sistem

kardiorespirasi (contoh: penyakit jantung koroner dan asma),

sistem imun (contoh: rheumatoid arthritis, dan kemungkinan

beberapa jenis kanker), sistem gastrointestinal (contoh: ulkus

peptikum), dan sistem muskular.

2.2.4. Tahapan Stres

Dalam Sunaryo (2004) disebutkan bahwa tahapan stres terbagi

menjadi 6, yaitu:

1. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai

dengan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu

menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang

dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti

bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat

menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,

lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung

berdebar, tegang pada otot tengkuk dan punggung. Hal tersebut

karena cadangan tenaga tidak memadai.

3. Stres tahap ketiga, yaitu stres dengan keluhan, seperti defekasi

tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang,

emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali

Page 40: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

22

(middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali

(late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh

pingsan.

4. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan,

seperti tidak mau bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas

pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat,

kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak

ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul

ketakutan dan kecemasan.

5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan

kelelahan fisik dan mental (physical and psychological

exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang

sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat,

meningkatnya rasa takut, cemas, bingung, dan panik.

6. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan

tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan

gemetar, dingin, banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan

atau kolaps.

2.2.5. Penyebab Stres

Setiap individu dapat merasakan ketidaknyamanan saat

menghadapi suatu kondisi. Setiap pengalaman dan situasi yang

penuh dengan tekanan disebut sebagai stresor. Beberapa stresor

kronis dapat meningkatkan risiko terjadinya suatu penyakit,

Page 41: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

23

diantaranya adalah masalah pekerjaan, kebisingan, kemiskinan,

ketidakberdayaan, diskriminasi, status rendah, duka dan kehilangan

(Wade & Tavris, 2007).

Salah satu organisasi pekerja di dunia, yaitu National Institute for

Occupational Safety and Health atau NIOSH (1999) telah membuat

acuan untuk identifikasi stres kerja dimana kondisi kerja, faktor

non-pekerjaan, faktor individu, dan juga faktor dukungan

merupakan penyebab stres. Menurut Sheridan dan Radmacher

dalam Almasitoh (2011), terdapat tiga faktor penyebab stres kerja,

yaitu lingkungan, organisasi, dan individu. Faktor lingkungan yang

berperan menyebabkan stres adalah ketidakpastian lingkungan,

seperti ketidakpastian situasi ekonomi, ketidakpastian politik, dan

perubahan teknologi. Faktor organisasi berperan langsung

mempengaruhi kinerja individu yang terlibat didalamnya.

Sedangkan faktor individu merupakan faktor yang berasal dari

kehidupan pribadi individu di luar pekerjaan, seperti masalah

keluarga dan ekonomi.

Penyebab stres dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam

kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin,

dan kebangkrutan.

Page 42: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

24

2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari,

seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjan, masalah

pangan, dll (Sunaryo, 2004).

Notoatmodjo (2007) juga membagi faktor-faktor yang sering

menyebabkan stres menjadi 2, yaitu:

1. Faktor internal, yakni yang berasal dari dalam diri pekerja itu

sendiri, misalnya kurangnya percaya diri dalam melakukan

pekerjaan, kurangnya kemampuan atau keterampilan dalam

melakukan pekerjaan, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, yakni faktor lingkungan kerja. Lingkungan

kerja ini mencakup lingkungan fisik (tempat kerja yang tidak

higienis, kebisingan yang tinggi, dll) dan lingkungan

sosial/masyarakat kerja (pimpinan yang otoriter, persaingan

kerja yang tidak sehat, dll).

2.2.6. Pengukuran Stres Kerja

Dalam Felix (2008) disebutkan bahwa pengukuran stres kerja dapat

dilakukan dengan 4 cara, yaitu :

1. Self Report Measure

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan survei atau kuesioner,

wawancara mengenai pengalaman, perasaan, atau sikap

seseorang.

Page 43: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

25

2. Behavioral Measure

Pengukuran ini melibatkan pengukuran actual behavior.

Peneliti menilai persistensi subyek dalam melaksanakan tugas

dan penurunan performa dalam keadaan stressfull berdasarkan

kesalahan yang dilakukan.

3. Medical Measure

Mengukur indeks aktivasi sistem saraf simpatis, seperti

pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, dan ketegangan

otot. Tekanan darah dan denyut jantung adalah pengukuran

yang paling sering dilakukan.

4. Biochemical Measure

Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur kadar katekolamin

dan kortisol dalam darah.

2.3. Pola Makan

2.3.1. Definisi

Margaret Mead, seorang ahli Antropologi, mengemukakan bahwa

pola pangan atau food pattern merupakan cara seseorang atau

sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai

reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio-budaya yang

dialaminya. Pola pangan ini berkaitan dengan kebiasaan makan

(food habit). Aspek sosial budaya pangan yang dimaksud adalah

fungsi pangan yang berkembang di masyarakat sesuai dengan

Page 44: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

26

keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan

masyarakat tersebut (Almatsier, 2010).

Pola makan merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi

kebutuhan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan

makanan. Seseorang dapat bersikap positif atau negatif terhadap

makanan tergantung nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan

tempat manusia tersebut tumbuh sedangkan kepercayaan terhadap

makanan berkaitan dengan nilai-nilai kognitif, yaitu kualitas baik

atau buruk, dan menarik atau tidak (Khumaidi dalam Dwigint,

2015).

Suhardjo menjelaskan bahwa kebiasaan makan atau pola makan

adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan dan

makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola

makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam

anggota keluarga, preferensi terhadap makanan, dan cara pemilihan

bahan pangan (Susanti, 2011). Secara umum, pola pangan terdiri

dari makanan pokok, lauk, sayuran, dan buah-buahan. Di

Indonesia, yang sebagian besar penduduknya adalah petani, masih

menitikberatkan sebagian besar konsumsinya pada makanan pokok,

berupa beras, jagung, umbi-umbian (terutama singkong dan ubi

jalar), dan sagu. Jenis bahan makanan pokok yang ditanam di suatu

daerah bergantung dari iklim dan keadaan tanah (Almatsier, 2010).

Page 45: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

27

2.3.2. Pengukuran Konsumsi

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, pengukuran konsumsi dapat

dilakukan dengan survei konsumsi melalui: 1) metode kualitatif,

yaitu dengan metode dietary history, metode pendaftaran makanan

(food list), metode frekuensi makanan (food frequency), dan

metode telepon; 2) metode kuantitatif dengan metode recall 24

jam, perkiraan makanan (estimated food records), metode

inventaris (inventory method), metode food account, penimbangan

makanan (food weighing), dan pencatatan (household food record);

dan 3) metode kualitatif dan kuantitatif dengan metode riwayat

makan (dietary history) dan metode recall 24 jam (Supariasa dkk.,

2001). Pengkajian asupan makanan memberikan tantangan yang

cukup besar sebab selama satu minggu seseorang memiliki

kecenderungan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan dalam

porsi yang berbeda-beda sehingga menyulitkan individu tersebut

untuk melaporkan asupan makanannya (Gibney et al., 2008).

Penilaian status gizi perseorangan dapat dilakukan melalui berbagai

metode, yaitu dengan ingatan pangan (recall) 24 jam, kuesioner

frekuensi pangan, riwayat pangan, catatan pangan, pengamatan,

penimbangan makanan, dan estimated food records (Arisman,

2009; Supariasa, 2001).

Page 46: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

28

Setiap metode pengukuran konsumsi memiliki kelemahan dan

kelebihan masing-masing sehingga penting untuk memperhatikan

faktor-faktor dalam memilih metode pengukuran, salah satunya

adalah tujuan pengamatan. Metode penimbangan makanan lebih

tepat bila bertujuan untuk memperoleh angka akurat mengenai

jumlah zat gizi yang dikonsumsi disertai jumlah sampel yang kecil.

Bila tujuannya hanya untuk menentukan jumlah konsumsi rata-rata

dari sekelompok responden, maka dapat menggunakan metode

recall 24 jam atau penimbangan selama satu hari sedangkan

metode frekuensi makanan (Food Frequency Questionnaire) lebih

cocok digunakan jika suatu pengamatan bertujuan untuk

mengetahui kebiasaan atau pola konsumsi dari sekelompok

masyarakat (Supariasa, 2001).

Ingatan pangan (recall) 24 jam dilakukan dengan meminta

responden mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis

makanan dan minuman yang telah dikonsumsinya dalam 24 jam

terakhir. Dalam pelaksanaannya dapat dipandu oleh pewawancara

terlatih, seperti ahli gizi atau orang yang mengerti tentang pangan

dan gizi secara baik (Arisman, 2009). Pengukuran dengan metode

ini kurang menggambarkan kebiasaan makan individual jika hanya

dilakukan sekali sehingga dianjurkan untuk dilakukan minimal 2

kali yang dilakukan pada hari berbeda dan tidak berurutan

(Supariasa, 2001).

Page 47: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

29

Metode frekuensi makanan digunakan untuk memperoleh data

kuantitatif tentang frekuensi konsumsi makanan selama periode

tertentu (minggu, bulan, atau tahun) (Gibney, 2008; Supariasa,

2001). Responden diminta melaporkan frekuensi makan yang lazim

berdasarkan daftar makanan dalam periode tertentu. Metode ini

murah, cocok untuk diterapkan pada kelompok besar yang

asupannya bervariasi setiap hari, dan mudah didistribusikan.

(Arisman, 2009). Keterbatasan metode ini terletak pada

pertanyaannya yang tertutup, daftar produk makanan yang terbatas,

pengisian kuesioner hanya mengandalkan ingatan responden,

responden malas mengisi lengkap, dan tidak dapat memberikan

data kuantitatif tentang asupan pangan (Arisman, 2009; Gibney et

al., 2008).

2.4. Hubungan Keteraturan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia

Salah satu penyebab sindrom dispepsia adalah faktor diet dan lingkungan

(Djojoningrat, 2014). Pola makan ditemukan memiliki pengaruh terhadap

dispepsia fungsional. Pola makan yang tidak teratur mungkin menjadi

predisposisi timbulnya gejala gastrointestinal yang menyebabkan hormon-

hormon gastrointestinal tidak teratur sehingga akan mengakibatkan

terganggunya motilitas gastrointestinal (Haapalahti dkk; 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Sorongan dkk. (2013) terhadap siswa SMA

dan hasilnya menunjukkan bahwa dari 220 sampel penelitian terdapat 115

Page 48: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

30

orang yang positif sindrom dispepsia dan 71 diantaranya memiliki pola

makan yang tidak teratur. Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan

pola makan yang tidak teratur berisiko 6,8 kali lebih tinggi mengalami

sindrom dispepsia.

Frekuensi makan yang tidak teratur, jumlah makan yang tidak sesuai, dan

jeda makan yang terlalu lama dapat mencetuskan sindrom dispepsia. Jika

proses ini terlalu lama, maka produksi asam lambung akan berlebihan

sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung dan menimbulkan keluhan

berupa mual (Sorongan, 2013). Produksi asam lambung dirangsang secara

bertahap oleh faktor intestinal, lambung, dan neural. Asupan makan dan

penurunan kadar glukosa otak dapat memicu reflek sekresi asam lambung.

Reflek ini juga dapat diaktifkan melalui indera penglihatan, penciuman, dan

pengecapan (Despopoulos & Silbernagl, 2003). Fase sefalik dari sekresi

lambung berlangsung bahkan sejak makanan sedang dikonsumsi. Fase ini

timbul akibat melihat, mencium, membayangkan, atau mencicipi makanan

sehingga sinyal neurogenik dari korteks serebri dan pusat nafsu makan

(amigdala dan hipotalamus) ditransmisikan ke lambung melalui nervus

vagus untuk selanjutkan mencetuskan sekresi asam lambung (Guyton,

2007).

2.5. Hubungan Stres dan Sindrom dispepsia

Pada tahun 1950-an, Harold Wolff mengamati bahwa saluran

gastrointestinal tampak berhubungan dengan keadaan emosional tertentu.

Page 49: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

31

Sebelumnya, ahli bedah militer Amerika bernama William Beaumont,

memiliki pasien yang mendapatkan luka akibat tembakan hingga

menyebabkan fistula lambung yang permanen. Beaumont kemudian

mencatat setiap keadaan emosional yang sangat hebat, mukosa lambung

dapat menjadi hiperemik atau memucat, yang menunjukkan bahwa aliran

darah ke lambung dipengaruhi oleh emosi (Sadock & Sadock, 2012).

Penelitian Lee et al. (2015) menunjukkan bahwa stres dan depresi

merupakan faktor risiko bebas terhadap dispepsia fungsional (OR, 1.713;

95% CI, 1.526-1.923; P<0.001 dan OR, 1.984; 95% CI, 1.705-2.309;

P<0.001). Tingkat insidensi dispepsia fungsional meningkat sesuai dengan

peningkatan stres dan depresi yang dialami oleh responden. Penelitian lain

oleh Khotimah (2012) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat stres dengan sindrom dispepsia (p=0,009).

Ulkus lambung (dispepsia organik) mengacu pada ulserasi mukosa yang

meliputi lambung bagian distal atau duodenum bagian proksimal. Studi-

studi awal mengenai penyakit ulkus lambung mengesankan bahwa faktor

psikologis memiliki peranan di dalam terbentuknya kerentanan ulkus,

diperantarai melalui peningkatan sekresi asam lambung yang disebabkan

oleh stres psikologis. Studi pada tawanan perang selama Perang Dunia II

mendokumentasikan angka pembentukan ulkus lambung dua kali lebih

tinggi daripada kontrol. Faktor psikososial dapat terlibat di dalam ekspresi

Page 50: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

32

klinis gejala, mungkin mengurangi respon imun, yang menimbulkan

kerentanan terhadap infeksi H. pylori (Sadock & Sadock, 2012).

Pengaruh stres terhadap sindrom dispepsia diduga muncul akibat interaksi

antara otak dan usus. Corticotropin Releasing Hormone (CRH), mediator

utama dari respon stres pada brain-gut axis, dapat meningkatkan

permeabilitas usus sehingga memicu terjadinya dispepsia fungsional. Selain

itu, serotonin dan serotonin transporter, yang membantu modulasi dari

perasaan dan perilaku seperti ansietas dan depresi, dapat dihubungkan

dengan fungsi otak-usus pada gangguan pencernaan fungsional (Lee et al.,

2015).

2.6. Kerangka Teori

Sindrom dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor

diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, infeksi Helicobacter

pylori, gangguan dismotilitas, dan psikologi (stres) (Djojoningrat, 2014).

Menurut Manuaba dalam Suryaningrum (2015), tingkat stres kerja pada

perawat dapat dipengaruhi oleh beban kerja.

Selain itu, Susanti (2011) mengatakan bahwa faktor diet yang meliputi pola

makan yang tidak teratur juga dapat memicu timbulnya gejala dispepsia

karena lambung menjadi sulit beradaptasi sehingga produksi asam lambung

menjadi tidak terkontrol. Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh

Dwigint (2015) yang menunjukkan bahwa kepadatan aktivitas dapat

Page 51: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

33

mempengaruhi pola makan yang pada akhirnya mampu meningkatkan risiko

untuk terjadinya sindrom dispepsia. Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan melalui kerangka teori penelitian sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan antara Stres Kerja dan Keteraturan Makan

dengan Sindrom Dispepsia

Beban Kerja

Keteraturan

Makan

Sekresi Asam

Lambung

Psikologis (Stres)

Sindrom Dispepsia

Infeksi Helicobacter

pylori

Gangguan

Relaksasi Fundus

Dismotilitas

Gastrointestinal

Page 52: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

34

2.7. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dan

keteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia. Variabel independen

dari penelitian ini adalah stres kerja dan keteraturan makan sedangkan

variabel dependen adalah sindrom dispepsia. Kerangka penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan antara Stres Kerja dan Keteraturan

Makan dengan Sindrom Dispepsia

2.8. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan antara stres kerja dengan kejadian sindrom dispepsia

pada perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

2. Terdapat hubungan antara keteraturan makan dengan kejadian sindrom

dispepsia pada perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

1. Stres kerja

2. Keteraturan Makan

Sindrom Dispepsia

Page 53: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross-

sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek

Bandar lampung yang berlangsung sejak bulan Oktober sampai dengan

November 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi

Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung yang

berjumlah 195 orang.

3.3.2. Sampel

Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling dan menyatakan bersedia untuk menjadi

Page 54: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

36

sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan

(informed consent). Besar sampel ditentukan dengan rumus Slovin

sebagai berikut :

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Jumlah Populasi (N = 195)

d = Tingkat Kepercayaan (5%)

Untuk mencegah terjadinya drop out, maka dilakukan penambahan

sampel sebanyak 10% dengan asumsi bahwa penelitian ini

memiliki peluang drop out sebanyak 13 sampel. Jadi, besar sampel

keseluruhan yang dipilih sebanyak 144 sampel dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1. Perawat Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek.

2. Telah bekerja minimal selama 3 bulan pada saat

pengambilan data.

Page 55: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

37

3. Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan (informed

consent).

b. Kriteria Ekslusi :

1. Memiliki riwayat gangguan gastrointestinal yang masuk ke

dalam alarm sign (penurunan berat badan, timbulnya

anemia, melena, muntah yang prominen, dll).

2. Tidak hadir saat penelitian dilakukan (cuti, izin, alfa, rotasi

kerja, dll).

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stres kerja dan

keteraturan makan.

3.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sindrom dispepsia.

Page 56: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

38

3.5. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Hasil Ukur Skala

1. Stres Kerja Kondisi ketegangan

yang mempengaruhi

emosi, mental, serta

kondisi fisik seseorang

(Saragih, 2008).

1. Tidak stres

(skor ≤ 1,5)

2. Stres

(skor > 1,5)

(Pramudya, 2008)

Nominal

2. Keteraturan

Makan

Perilaku yang berkaitan

dengan pola kebiasaan

dan frekuensi makan

seseorang (Susanti,

2011).

1. Teratur

(skor 0-16)

2. Tidak Teratur

(skor 17-33)

(Dwigint, 2015)

Nominal

3. Sindroma

Dispepsia

Satu/lebih keluhan

berupa rasa penuh

setelah makan, cepat

kenyang, nyeri dan rasa

terbakar di ulu hati/

epigastrium tanpa

kelainan struktural yang

terjadi selama 3 bulan

dalam waktu 6 bulan

sebelum diagnosis

ditegakkan (Kriteria

Rome III dalam

Djojoningrat, 2014)

1. Negatif

(jika terdapat

jawaban “tidak”

pada semua

pertanyaan)

2. Positif

(jika terdapat 1

jawaban “ya”

pada pertanyaan

1-4 atau 2/lebih

jawaban “ya”

pada semua

pertanyaan)

Nominal

3.6. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data sekunder diperoleh dari pihak rumah sakit berkaitan tentang

daftar dan jumlah perawat Instalasi Rawat Inap yang ada di RSUD Abdul

Moeloek sedangkan data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sampel penelitian (responden) melalui pengisian kuesioner.

Page 57: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

39

Kuesioner terdiri dari identitas responden (nama, usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, masa kerja, riwayat penyakit saluran cerna), kuesioner riwayat

penyakit responden (10 item), kuesioner keteraturan makan (11 item),

kuesioner sindrom dispepsia (7 item) dan kuesioner stres kerja (19 item).

Kuesioner riwayat penyakit responden, keteraturan makan dan sindrom

dispepsia diadopsi dari penelitian Dwigint (2015) tentang hubungan pola

makan terhadap sindrom dispepsia pada mahasiswa S1 Kedokteran Unila

sedangkan kuesioner stres kerja diadopsi dari penelitian Pramudya (2008)

tentang stres kerja pada perawat di RSKO. Kuesioner-kuesioner tersebut

kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum

digunakan pada penelitian ini.

Kriteria penilaian kuesioner adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner Stres Kerja

Kuesioner terdiri dari 19 pertanyaan yang terbagi atas 3 indikator yaitu,

kognitif, emosi, dan fisik pada individu yang mengalami stres. Terdapat

4 pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan, yaitu tidak pernah (skor 0),

jarang (skor 1), kadang-kadang (skor 2), dan sering (skor 3). Interpretasi

hasil diperoleh dengan membagi antara total skor dari seluruh indikator

dengan jumlah seluruh pertanyaan pada kuesioner. Bila hasilnya >1,5

maka responden dikatakan stres sedangkan bila ≤1,5 maka dikatakan

tidak stres (Pramudya, 2008).

Page 58: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

40

b. Kuesioner Keteraturan Makan

Kuesioner ini terdiri dari 11 item pertanyaan dengan menggunakan skala

likert. Pertanyaan nomor 1-10 adalah pertanyaan positif sedangkan

pertanyaan nomor 11 adalah pertanyaan negatif. Nilai tertinggi untuk

setiap pertanyaan adalah 3 dan nilai terendah adalah 0. Hasil ukur

kuesioner dikatakan pola makan teratur apabila jumlah skor 0-16

sedangkan tidak teratur apabila jumlah skor 17-33 (Dwigint, 2015).

c. Kuesioner Sindrom Dispepsia

Kuesioner ini berisi 7 item pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban (ya

atau tidak) dan pembuatannya mengacu pada Kriteria Rome III. Positif

sindrom dispepsia apabila terdapat jawaban “ya” pada 1 atau lebih

pertanyaan 1-4 ataupun 2 atau lebih dari seluruh pertanyaan dan negatif

apabila terdapat jawaban “tidak” pada seluruh pertanyaan (Dwigint,

2015).

3.6.1. Uji validitas dan Reliabilitas

Kuesioner keteraturan makan, stres kerja, dan sindrom dispepsia

telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu

sebelum digunakan. Uji ini dilakukan dengan membagikan

kuesioner ke 30 responden yang memiliki karakteristik sama

dengan responden. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan

uji analisis menggunakan program statistik dan didapatkan hasil

nilai r hitung > r tabel (0,3061) pada setiap item pertanyaan

Page 59: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

41

yang diuji. Analisis reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai

Cronbach’s Alpha. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas ini

didapatkan 37 pertanyaan tervalidasi dan nilai reliabilitasnya

baik, yaitu 0,909. Kuesioner dengan 37 pertanyaan tervalidasi

terdiri dari 11 pertanyaan pada kuesioner keteraturan makan, 7

pertanyaan pada kuesioner sindrom dispepsia, dan 19

pertanyaan pada kuesioner stres kerja.

3.7. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul. Tahap pertama

adalah melakukan editing terhadap data yang tersedia. Pada tahap ini,

peneliti memeriksa data responden dan memastikan bahwa seluruh

pertanyaan dalam kuesioner telah terisi serta sesuai dengan kriteria inklusi

dan eksklusi. Tahap kedua adalah coding, yaitu memberikan kode-kode

untuk data-data tertentu agar memudahkan tabulasi dan analisa data. Tahap

ketiga adalah entry atau memasukkan data ke komputer untuk selanjutnya

dilakukan pengolahan data dengan teknik komputerisasi.

3.8. Analisis Data

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menganalisis setiap variabel penelitian

berupa distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.

Analisis dilakukan menggunakan program statistik untuk

mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis

Page 60: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

42

kelamin, tingkat pendidikan, keteraturan makan, stres kerja, dan

kejadian sidrom dispepsia.

3.8.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

variabel bebas (stres kerja dan keteraturan makan) dengan variabel

terikat (sindrom dispepsia). Kedua jenis variabel pada penelitian ini

sama-sama menggunakan skala kategorik. Oleh karena itu, uji

analisis dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square jika syarat

terpenuhi dengan nilai α=5% atau 0,05. Syarat uji Chi Square adalah

jumlah sel yang mempunyai nilai expected <5 maksimal sebanyak

20% dari jumlah sel yang ada. Jika tidak terpenuhi maka akan

digunakan uji alternatif Fisher. Berdasarkan uji analisis yang telah

dilakukan menggunakan program statistik diperoleh hasil 0% sel

yang memiliki nilai expected <5 sehingga syarat untuk penggunaan

uji Chi-Square pada penelitian ini terpenuhi.

3.9. Alur Penelitian

Alur penelitian ini sebagai berikut :

Page 61: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

43

Gambar 3. Alur Penelitian

3.10. Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung dan telah mendapat surat keterangan lolos

kaji etik dengan nomor 454/UN26.8/DL/2017.

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PENGOLAHAN

DATA

Pembuatan Proposal dan

Perizinan Etik

Survei Pendahuluan terkait

jumlah populasi dan

karakteristik lokasi penelitian

Uji validitas dan reliabilitas

kuesioner

Tidak valid

Penjelasan maksud dan tujuan

penelitian serta pengisian

Informed Consent

Penyebaran kuesioner

Pengolahan dan Analisa Data

Interpretasi Data

Tidak Setuju Setuju

Valid

Page 62: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Responden yang mengalami stres kerja sebanyak 36,8% sedangkan

yang tidak mengalami stres kerja sebanyak 63,2%.

2. Responden yang memiliki keteraturan makan 85,4% sedangkan yang

tidak memiliki keteraturan makan sebanyak 14,6%.

3. Responden yang menderita sindrom dispepsia sebanyak 34%

sedangkan yang tidak menderita sindrom dispepsia sebanyak 66%.

4. Terdapat hubungan antara stres kerja dengan sindrom dispepsia dan

seseorang yang mengalami stres kerja 3,257 kali lebih berisiko

menderita sindrom dispepsia dibandingkan yang tidak mengalami

stres kerja.

5. Terdapat hubungan antara keteraturan makan dengan sindrom

dispepsia dan seseorang yang memiliki ketidakteraturan makan 3,099

kali lebih berisiko menderita sindrom dispepsia dibandingkan yang

memiliki keteraturan makan.

Page 63: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

65

5.2. Saran

1. Peneliti menyarankan kepada para perawat agar tetap memperhatikan

keteraturan dan asupan makan serta tingkat stres yang dialami.

2. Peneliti menyarankan kepada institusi/ rumah sakit untuk memberikan

informasi tentang manajemen stres kerja yang baik melalui seminar

atau pelatihan khusus serta memperhatikan dan mengendalikan faktor-

faktor risiko yang dapat memicu terjadinya stres kerja, terutama dari

lingkungan kerja perawat.

3. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti

lebih lanjut mengenai pola asupan makanan, kebiasaan mengonsumsi

makanan dan minuman iritatif, serta faktor-faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi tejadinya sindrom dispepsia. Peneliti juga

menyarankan sebaiknya digunakan metode wawancara atau peneliti

ikut serta secara langsung dalam pengambilan data agar menghindari

hilangnya atau kurangnya informasi yang ingin diperoleh dari

responden.

Page 64: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

DAFTAR PUSTAKA

Page 65: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

DAFTAR PUSTAKA

Ade M. 2014. Hubungan Antara Keteraturan Makan, Dispepsia, dan Konsentrasi

Belajar pada Siswa Farmasi [Tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Al-Homayan AM, Shamsudin FM, Subramaniam C, & Islam R. 2013. Impact of

Job Demands on Nurses Performance Working in Public Hospital. American

Journal of Applied Sciences. hlm.1050-60.

Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

hlm 283-5.

Almasitoh UH. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan

Dukungan Sosial pada Perawat. JPI. Lembaga Penelitian Pengembangan dan

Keislaman (LP3K). 8(1)

Annisa. 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma DIspepsia

Remaja Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan [Skripsi]. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Anggraeni SD. 2015. Hubungan antara Body Image dengan Frekuensi Makan,

Jenis Makanan dan Status Gizi Remaja Putri di SMA Negeri 7 Surakarta

[Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 2.

Jakarta: EGC. hlm: 205-12.

Bernersen B, Johnsen R, & Straume B. 1996. Non-ulcer Dyspepsia and Peptic

Ulcer: The Distribution in a Population and Their Relation to Risk Factors.

Page 66: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

67

Gut. 38(6): 822-5.

Brun R & Kuo B. 2010. Functional Dyspepsia. Journal of Therapeutic Advances

in Gatroenterology. 3(3): 145-64.

Dehghanizade Z, Zargar Y, Honarmand MM, Kadkhodaie A, Baygi ME. 2015.

The Effectiveness of Cognitive Behavior Stress Management on Functional

Dyspepsia Symptoms. JAMP. 3(2): 45-9.

Despopoulos A & Silbernagl S. 2003. Color Atlas of Physiology. 5th Edition.

Newyork: Georg Thieme Verlag. hlm 242.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Lampung

Tahun 2012. Profil Kesehatan Lampung.

Dwigint S. 2015. Hubungan Pola Makan Terhadap Sindrom Dispepsia pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung [Skripsi]. Bandar

Lampung:Universitas Lampung.

Djojoningrat D. 2014. Dispepsia Fungsional. Dalam: Sudoyo AW, Setiati S, Alwi

I, Simadirata M, Setiyohadi B, Syam AF, Editor. Buku Ajar: Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi Ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hlm 1805-10.

El-Aziz AMA, Sharkawy SA, Yousef YE. 2014. Relationship between Stress and

Eating Habits among Nursing Students in Assiut. Med J Cairo Univ. 82(2):

47-55.

Emmanuel A & Inns S, 2014. Lecture Notes: Gastroenterologi dan Hepatologi.

Jakarta: Erlangga. hlm 97.

European Agency For Safety And Health At Work. 2009. European Observatory

Report. Luxembourg: EASHW.

Gelsema TI, Doef MVD, Maes S, Janssen M, & Akerboom S. 2006. A

Longitudinal study of Job stres in the nursing profession: Causes and

consequences. Journal of Nursing Management. 14(4): 289-299. Tersedia

dari: http://onlinelibrary.wiley.com/wol1/doi/10.1111/j.1365-

2934.2006.00635.x/full

Page 67: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

68

Ghoshal UC, Singh R, Chang FY, Hou X, Wong BCY, & Kachingtorn U. 2011.

Epidemiology of Uninvestigated and Functional Dyspepsia in Asia: Facts and

Fiction. JNM. 17(3): 235-44.

Gibney MJ, Margetss BM, Kearney JM, Arab L. 2008. Gizi Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: EGC. hlm 82-92.

Guyton AC & Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Ke-11.

Jakarta: EGC. hlm: 836-40.

Haapalahti M, Mykkanen H, Tikkanen S, Kokkonen J. 2004. Food habits in 10–

11-year-old children with functional gastrointestinal disorders. EJCN Clinical

Nutrition. 58:1016–1021.

Haryanti, Aini F, Purwaningsih P. 2013. Hubungan antara Beban Kerja dengan

Stres Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang.

Jurnal Managemen Keperawatan. 1(1). hlm. 48–56.

Hu WHC, Wong WM, , Lam CLK, Lam KF, Hui WM, Lai KC, et al. 2002.

Anxiety but not depression determines health care-seeking behaviour in

Chinese patients with dypepsia and irritable bowel syndrome: a population-

based study. AP&T.16(12): 2081–2088.

Idawati. 2014. Hubungan antara Beban Kerja, Stres Kerja, Kepuasan Kerja,

dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul

Moeloek Bandar Lampung [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Ikrimadhani T. 2015. Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Shift Pagi, Sore, dan

Malam pada Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono

Boyolali [Naskah Publikasi Skripsi]. Fakultas Ilmu Keperawatan: Universitas

Muhammadiya Surakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Profil

Kesehatan Indonesia. Tersedia dari:http://doi.org/10.1073/pnas.0703993104

Keshteli AH, Feizi A, Esmaillzadeh A, Zaribaf F, Feinle-Bisset C, Talley NJ, et

al. 2015. Patterns of Dietary Behaviours Identified by Latent Class Analysis

Page 68: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

69

are Associated with Chronic Uninvestigated Dyspepsia. British Journal of

Nutrition. 113: 803-812.

Khotimah N. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sindroma

Dispepsia Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

[Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Koh SJ, Kim M, Oh DY, Kim BG, Lee KL, Kim JW. 2014. Psychosocial Stress

in Nurses with Shift Work Schedule is Associated with Functional

Gastrointestinal Disorders. JNM. 20(4): 516-22.

Kumar A, Patel J, Sawant P. 2012. Epidemiology of Functional Dyspepsia. JAPI.

60: 9-12.

Lee SP, Sung IK, Kim JH, Lee SY, Park HS, Shim CS. 2015. The Effect of

Emotional Stress and Depression on the Prevalence of Digestive Diseases.

JNM. 21(2):273-82.

Leka S, Griffiths A, Cox T. 2003. Work Organisation and Stress : systematic

Problem Approaches for Employers, Managers, and Trade Union

Representatives. Nottingham: University of Nottingham. hlm: 8-9.

Lindseth GN. 2012. Gangguan Lambung dan Duodenum. Dalam: Hartanto H.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Ke-6. Jakarta:

EGC. hlm: 371-86.

Loyd RA & McClellan DA. 2011. Update on the Evaluation and Management of

Functional Dyspepsia. American Family Physician. 83(5): 548-52. Tersedia

dari: http://www.aafp.org/afp/2011/0301/p547.html

Mapel D, Roberts M, Overhiser A, & Mason, A. 2013. The Epidemiology,

Diagnosis, and Cost of Dyspepsia and Helicobater pylori Gastritis: A Case-

Control Analysis in the Southwestern United States. Helicobacter. 18(1): 54–

65. Tersedia dari : http://doi.org/10.1111/j.1523-5378.2012.00988.

National Institute for Occupational Safety and Health. 1999. Stress At Work.

NIOSH. 99-101. Tersedia dari : http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/

Page 69: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

70

Nikmah M. 2015. Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan Pencernaan

pada Santriwati Pondok Pesantresn Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang

Tahun 2015 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Notoatmodjo S. 2007. Ilmu kesehatan masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta. hlm:

216-8.

Park JM, Choi MG, Cho YK, Lee IS, Kim JI, Kim SW, et al. 2011. Functional

Gastrointestinal Disorders Diagnosed by Rome III Questionnaire in Korea.

JNM. 17(3):279-86

Phiri LP, Draper CE, Lambert EV, Alexander LK. 2014. Nurses’ Lifestyle

Behaviours, Health Priorities and Barriers to Living a Healthy Lifestyle: a

Qualitative Descriptive Study. BMC Nursing. 13 (38): 1-11.

Pramudya F. 2008. Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja (Studi Kasus

pada Perawat di RSKO Tahun 2008) [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Rani AA, Simadibrata M, Syam AF, Penyunting. 2011. Buku Ajar

Gastroenterologi. Edisi 1. Jakarta: Interna Publishing. hlm: 131-42.

Rulianti MR, Almasdy D, Murni AW. 2013. Hubungan Depresi dan SInrom

Dispepsia pada Pasien Penderita Keganasan yang Menjalani Kemoterapi di

RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2(3): 137-40.

Sadock BJ & Sadock VA. 2012. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Ke-2. Jakarta:

EGC. hlm: 389-90.

Saragih H. 2008. Pengaruh Karakteristik Organisasional dan Individual tehadap

Sres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sarnelli G, Caenepel P, Geypens B, Janssens J, Tack J. 2003. Symptoms

Associated with Impaired Gastric Emptying of Solids and Liquids in

Functional Dyspepsia. Am J Gastroenterol. 98(4): 783-8.

Page 70: HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN …digilib.unila.ac.id/25302/26/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional

71

Sorongan IM, Pangemanan DHC, Untu FM. 2013. Hubungan Antara Pola Makan

dengan Kejadian Sindroma Dispepsia pada Siswa-Siswi Kelas di SMA

Negeri 1 Manado. E-journal keperawatan. 1(1). hlm 1-6.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. hlm. 213-9.

Tersedia dari:

https://books.google.co.id/books?id=6GzU18bHfuAC&pg=PA219&dq=psiko

logi+stres&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=psikologi%20stres&f=

false.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. hlm

88-98.

Suryaningrum T. 2015. Pengaruh Beban Kerja dan dukungan Sosial terhadap

Stres Kerja pada Perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta [Skripsi].

Universitas Negeri Yogyakarta.

Susanti A. 2011. Faktor Risiko Dispepsia pada Mahasiswa Institut Pertanian

Bogor (IPB) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Susanti A, Briawan D, Uripi V. 2011. Faktor Risiko Dispepsia pada Mahasiswa

Institut Pertanian Bogor (IPB). Jurnal Kedokteran Indonesia. 2(1): 80-91.

Tack J, Talley NJ, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, Malagelada JR, et al. 2006.

Functional Gastroduodenal Disorders. Gastroenterology. 130(5): 1466-79.

Tsai YC & Lu CH. 2012. Factors and Symptoms Associated with Work Stress

and Health-Promoting Lifestyles Among Hospital Staff: A Pilot Project in

Taiwan. BMC Health Services Research. 12:199.

Wade C & Tavris C. 2007. Psikologi Jilid 2. Edisi Ke-9. Jakarta: Erlangga. hlm:

285-92.

Yana D. 2015. Stres Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat di RSUD Pasar

Rebo Tahun 2014. Jurnal ARSI. 1(2):107–115.

Zverev YP. 2005. The Impact of Rotating Shift Work on Eating Patterns and Self-

Reported Health of Nurses in Malawi. Malawi Med Journal. 16(2): 39-39.