Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MAKANAN
KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA
SISWA KELAS II DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)
AL-MA’RUF JOMBANG
Artanti1, Ardiyanti Hidayah2, Yusiana Vidhiastutik3
1234STIKes Husada Jombang
Email : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling sering terjadi
ialah karies gigi. Karies gigi terjadi pada masa anak-anak karena gemar
mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang digolongkan sebagai makanan
kariogenik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa
kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah Analitik Corelasional dengan pendekatan Cross Sectional.
Jumlah sampel sebanyak 30 responden siswa kelas II yang diambil menggunakan
teknik Quota Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
lembar observasi. Untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan Uji Rank
Spearment dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir dari
setengah responden tingkat pengetahuan tentang makanan kariogenik dalam
kategori baik sejumlah 11 responden (36,67%) dan sebagian besar responden
mengalami karies gigi sebanyak 24 responden (80%). Berdasarkan hasil uji Rank
Spearment didapatkan ρ-value = 0,001 (ρ-value < 0,05). Dengan ini maka H1
diterima, yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan
kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah
Al-Ma’ruf Jombang. Penelitian ini diharapkan untuk dapat meminimalisir
terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah dengan cara menjaga kesehatan gigi
dan mulut sedini mungkin.
Kata Kunci : Makanan Kariogenik, Karies Gigi, Anak Usia Sekolah
22
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut
merupakan sebagian dari kesehatan
tubuh yang tidak dapat dipisahkan
dengan kesehatan yang lainnya, sebab
kebersihan gigi dan mulut dapat
mempengaruhi kesehatan seluruh
tubuh kita (Oktarianda, 2011). Salah
satu masalah utama kesehatan gigi
dan mulut yang paling sering terjadi
ialah karies gigi (Worotitjan,
Mintjelungan & Gunawan, 2013).
Karies gigi terjadi karena anak gemar
mengkonsumsi makanan manis dan
lengket yang digolongkan sebagai
makanan kariogenik.
World Health Organization
(WHO) pada tahun 2018 melaporkan
kejadian karies gigi pada gigi
permanen sebanyak 2,3 miliar kasus
dan kejadian karies gigi pada gigi
sulung sebanyak 560 juta kasus.
Prevalensi tertinggi berada di wilayah
Amerika Serikat didapatkan 84%
angka kejadian karies, diikuti Cina
76% angka karies gigi, kemudian
Brazil 53,6% angka karies gigi dan
Asia sebanyak 75,8% angka karies
gigi (WHO, 2018). Masalah kesehatan
gigi dan mulut di Indonesia juga
merupakan masalah yang cukup
tinggi, salah satunya yaitu karies gigi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) prevalensi nasional
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
telah mengalami peningkatan pada
tahun 2018 yaitu sebesar 57,6%.
Anak-anak yang mengalami masalah
gigi menurut Riskesdas 2018
mencapai 93%. Sementara itu di
Provinsi Jawa Timur prevalensi
kesehatan gigi dan mulut juga
mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 52,47% di
tahun 2018. Data dari Dinas
Kabupaten Jombang berdasarkan
Riskesdas tahun 2018 prevalensi
kesehatan masalah gigi dan mulut
mencapai angka 48,17%. Hal ini
menjadi salah satu strategi
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dalam mengurangi angka
penderita karies gigi yakni dengan
pencanangan program “Indonesia
Bebas Karies 2030” (Riskesdas,
2018).
Karies gigi merupakan penyakit
jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, berawal dari
permukaan gigi mulai dari email,
dentin, dan meluas ke arah pulpa.
Karies gigi dapat disebabkan berbagai
faktor diantaranya adalah karbohidrat
dan glukosa, mikroorganisme dan air
ludah, permukaan dan bentuk gigi,
serta dua bakteri yang paling umum
23
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
bertanggung jawab untuk gigi
berlubang adalah streptococcus mutas
dan lactobacillus. Kecenderungan
penyakit karies gigi yang meningkat
diantaranya disebabkan karena
konsumsi makanan kariogenik,
kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut serta jarang
melakukan pemeriksaan gigi ke dokter
gigi (Tulangow dkk, 2013). Makanan
kariogenik merupakan makanan manis
yang mengandung gula dan sukrosa,
yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit karies gigi atau gigi
berlubang (Kartaesapoetra G, 2010).
Makanan kariogenik sangat digemari
anak-anak karena mengandung gula
dan karbohidrat. Dewasa ini banyak
dijumpai jenis-jenis makanan
kariogenik yang bersifat manis, lunak,
dan mudah melekat pada gigi seperti
permen, coklat, es krim, biskuit, dan
lain-lain. Selain rasanya yang manis
dan enak, harganya relatif murah,
mudah didapat, dan dijual dalam
aneka bentuk serta warna makanan
bervariasi dan disukai anak-anak
(Cakrawati D, 2012). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Zetu
(2013), karies akan menimbulkan rasa
nyeri dan ketidaknyamanan. Hal ini
akan mengganggu aktivitas anak di
sekolah. Anak akan mengalami
penurunan kemampuan dalam belajar,
anak yang mengalami nyeri gigi tidak
akan mengerjakan tugas dan
menjawab pertanyaan sebaik anak
yang tidak diganggu oleh nyeri gigi
(Mukhbitin, 2018). Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa
beberapa dampak tersebut secara
langsung dan tidak langsung akan
mempengaruhi kualitas pembelajaran
ketika di kelas. Dampak lain yang
muncul karena karies adalah anak
dapat mengalami infeksi akut ataupun
kronis, bahkan dapat menimbulkan
kecacatan. Karies juga akan
berpengaruh terhadap kualitas tidur
anak dan pola makan anak karena rasa
nyeri yang dirasakan. Kondisi ini akan
pertumbuhan dan berat badan anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut sebaiknya dilakukan
sedini mungkin sehingga karies gigi
dapat dicegah agar tidak sampai
terjadi pada anak-anak. Usia sekolah
dasar merupakan saat tepat untuk
dilakukan upaya kesehatan gigi dan
mulut, karena pada usia tersebut
merupakan awal tumbuh kembangnya
gigi permanen. Sekolah merupakan
salah satu lingkungan yang dapat
dijadikan sebagai tempat untuk
mengadakan promosi kesehatan gigi
(Asio, 2016). Pelayanan kesehatan
24
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
gigi dan mulut dilakukan dalam
bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Upaya
promotif dan preventif dilakukan
petugas kesehatan secara aktif
mengunjungi sekolah dengan
melakukan penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut serta praktik sikat gigi
masal. Salah satu bentuk untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut
agar tetap sehat adalah dengan melatih
kemampuan motorik seorang anak,
termasuk diantaranya dengan
menggosok gigi. Kemampuan
menggosok gigi secara baik dan benar
merupakan faktor cukup penting
untuk pemeliharaan gigi dan mulut
(Gopdianto, 2015). Menggosok gigi
dengan teratur hingga bersih dapat
membantu membersihkan sisa
makanan dan plak gigi serta
mencegah terjadinya kerusakan gigi
(karies gigi), penyakit gusi dan nafas
berbau. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan saat menggosok
gigi yaitu cara menggosok gigi yang
benar, pemilihan sikat gigi yang benar
dan frekuensi menggosok gigi yang
tepat. Sikat gigi yang baik sebaiknya
mempunyai ukuran yang sesuai
dengan mulut anak, dengan gagang
sikat gigi yang nyaman dan kuat serta
mempunyai bulu sikat yang lembut
dan ujung yang membulat. Frekuensi
menggosok gigi adalah 2 kali sehari
yaitu pagi setelah sarapan pagi dan
malam hari sebelum tidur (Sufriani,
2018).
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan atau knowledge
adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap
suatu objek melalui panca indra
yang dimilikinya. Panca indra
manusia guna penginderaan
terhadap objek yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan
perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan
tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap
objek. Pengetahuan seseorang
sebagian besar diperoleh melalui
indra pendengaran dan indra
penglihatan (Notoadmodjo, 2014).
Pengetahuan dipengaruhi oleh
faktor pendidikan formal dan
sangat erat hubungannya.
Diharapkan dengan pendidikan
yang tinggi maka akan semakin
luas pengetahuannya. Tetapi orang
yang berpendidikan rendah tidak
mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan
25
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, tetapi juga
dapat diperoleh dari pendidikan non
formal. Pengetahuan akan suatu
objek mengandung dua aspek
positif negatif (Notoadmojo, 2014).
Konsep Makanan Kariogenik
Makanan kariogenik adalah
makanan yang mengandung
fermentasi karbohidrat, sehingga
menyebabkan penurunan pH plak
menjadi 5,5 atau kurang dan
menstimulasi terjadinya proses
karies. Seringnya mengkonsumsi
gula sangat berpengaruh dalam
meningkatnya kejadian karies. Gula
yang dikonsumsi akan
dimetabolisme sedemikian rupa
sehingga terbentuk polisakarida
yang memungkinkan bakteri
melekat pada permukaan gigi, selain
itu juga akan menyediakan
cadangan energi bagi metabolisme
karies selanjutnya serta bagi
perkembangbiakan bakteri
kariogenik (Ramayanti dan
Purnakarya, 2013).
Konsep Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit
pada jaringan gigi yang diawali
dengan terjadinya kerusakan
jaringan yang dimulai dari
permukaan gigi (pit, fissures, dan
daerah inter proksimal), kemudian
meluas kearah pulpa. Karies gigi
dapat dialami oleh setiap orang dan
juga dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih, serta
dapat meluas ke bagian yang lebih
dalam dari gigi, misalnya dari
enamel ke dentin atau ke pulpa.
Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya karies gigi
diantaranya adalah karbohidrat,
mikroorganisme dan saliva,
permukaan dan anatomi gigi
(Tarigan, 2016).
Meningkatnya angka kejadian
karies juga dihubungkan dengan
peningkatan konsumsi gula. Karies
gigi merupakan penyakit yang
paling umum terjadi pada anak-
anak dan prevalensinya meningkat
sejalan dengan pertambahan usia
anak tersebut. Survei epidemologi
terbaru yang dilakukan di Negara
Timur Tengah menunjukkan bahwa
karies pada anak relatif lebih tinggi
dipengaruhi oleh diet.
Konsep Anak Usia Sekolah
Anak sekolah dasar yaitu anak
yang berusia 6-12 tahun, memiliki
fisik yang kuat dan mempunyai
sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung dengan orang tua. Anak
26
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
usia sekolah ini merupakan masa
dimana terjadi perubahan yang
bervariasi pada pertumbuhan dan
perkembangan anak yang akan
mempengaruhi pembentukan
karakteristik dan kepribadian anak.
Periode usia sekolah ini menjadi
pengalaman inti anak yang
dianggap mula bertanggung jawab
atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan teman sebaya,
orang tua dan lainnya. Selain itu
usia sekolah merupakan masa
dimana anak memperoleh dasar-
dasar pengetahuan dalam
menentukan keberhasilan untuk
menyesuaikan diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu (Diyantini, et
al. 2015).
Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Makanan Kariogenik
Dengan Kejadian Karies Gigi
Pengetahuan atau knowledge
adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap
suatu objek melalui panca indra
yang dimilikinya. Pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut
sangat penting untuk terbentuknya
tindakan dalam menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Menjaga kebersihan
gigi dan mulut pada usia sekolah
merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan kesehatan anak pada
usia dini. Anak-anak di usia 6-12
tahun bisa berisiko tinggi terkena
masalah kesehatan gigi dan mulut.
Hal ini dapat dikaitkan dengan
rendahnya tingkat pengetahuan dan
kesadaran terhadap kesehatan gigi
dan mulut. Salah satu masalah
utama kesehatan gigi dan mulut
yang paling sering terjadi pada anak
usia sekolah adalah karies gigi.
Karies gigi merupakan penyakit
pada jaringan gigi yang diawali
dengan terjadinya kerusakan
jaringan yang dimulai dari
permukaan gigi kemudian meluas
kearah pulpa. Kecenderungan
penyakit karies gigi yang meningkat
pada anak usia sekolah diantaranya
disebabkan karena konsumsi
makanan kariogenik yang
berlebihan. Hal ini juga didukung
oleh kurangnya pengetahuan
tentang makanan kariognenik,
tingginya frekuensi mengkonsumsi
makanan tersebut serta kurangnya
kesadaran akan kebiasaan
menggosok gigi setelah makan dan
sebelum tidur.
METODE PENELITIAN
27
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian yaitu
Analitik Corelasional dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh
siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Al-Ma’ruf Jombang yang
berjumlah 58 responden.
Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Non Probability Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak
memberi kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi. Jenis
sampling yang digunakan yaitu
menggunakan teknik Quota Sampling.
Sehingga dalam penelitian ini
didapatkan jumlah sampel sebanyak
30 responden.
Variabel independent dalam
penelitian ini yaitu pengetahuan
tentang makanan kariogenik dan
variabel dependent yaitu kejadian
karies gigi.
Tempat dan waktu penelitian
dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Al-Ma’ruf Jombang pada tanggal
3 Januari 2020.
Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan lembar
observasi. Untuk menganalisis hasil
penelitian menggunakan Uji Rank
Spearment dengan SPSS 16.
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan data hasil penelitian sebagai
berikut :
Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur Di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang Pada
Tanggal 3 Januari 2020
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa hampir seluruh responden
berumur 8 tahun sejumlah 27
responden (90%).
Tabel 2. Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf
Jombang Pada Tanggal 3 Januari 2020
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan sejumlah
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 7 tahun 2 6,67
2 8 tahun 27 90
3 9 tahun 1 3,33
Total 30 100
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki laki 10 33,3
2 Perempuan 20 66,7
Jumlah 30 100
28
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
20 responden (66,7%) dan hampir dari
setengah responden berjenis kelamin
laki-laki yaitu sejumlah 10 responden
(33,3%).
Tabel 3. Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelas Di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang Pada
Tanggal 3 Januari 2020
No Kelas Frekuensi Persentase (%)
1 2A 28 93,3
2 2B 2 6,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 3 diketahui
bahwa hampir seluruh responden
berasal dari kelas 2A sejumlah 28
responden (93,3%) dan sebagian kecil
responden berasal dari kelas 2B
sejumlah 2 responden (6,7%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Tingkat Pengetahuan Tentang
Makanan Kariogenik Pada Siswa
Kelas II Di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Ma’ruf Jombang Pada Tanggal 3
Januari 2020.
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1. Baik 11 36,67
2. Cukup 8 26,66
3. Kurang 11 36,67
Total 30 100
Sumber : Data primer, 2020
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
bahwa hampir dari setengah
responden tingkat pengetahuan
tentang makanan kariogenik dengan
kategori baik sejumlah 11 responden
(36,67%), sedangkan responden
dengan tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 8 responden (26,66%), dan
responden dengan tingkat
pengetahuan kurang sejumlah 11
responden (36,67%).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Kejadian Karies Gigi Pada Siswa
Kelas II Di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Ma’ruf Jombang Pada Tanggal 3
Januari 2020.
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Tidak
Karies
6 20
2. Karies 24 80
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
bahwa hampir seluruh responden
mengalami karies gigi sejumlah 24
responden (80%), dan sebagian kecil
responden tidak mengalami karies gigi
sejumlah 6 responden (20%).
Tabel 6. Tabulasi Silang Tingkat
Pengetahuan Tentang Makanan
Kariogenik Dengan Kejadian Karies
Gigi Pada Siswa Kelas II Di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang Pada
Tanggal 3 Januari 2020.
29
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
bahwa 6 responden (54,5%) yang
memiliki tingkat pengetahuan baik
tentang makanan kariogenik tidak
mengalami karies gigi, sedangkan 5
responden (16,7%) mengalami karies
gigi. Responden dengan pengetahuan
cukup tentang makanan kariogenik
sebanyak 8 responden (100%)
mengalami karies gigi. Sementara itu
responden dengan tingkat
pengetahuan kurang sejumlah 11
responden (100%) yang mengalami
karies gigi.
Tabel 7. Analisa Hasil Penelitian
Tingkat Pengetahuan Tentang
Makanan Kariogenik Dengan
Kejadian Karies Gigi Pada Siswa
Kelas II Di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Ma’ruf Jombang Pada Tanggal 3
Januari 2020.
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan hasil uji Rank
Spearment dengan SPSS 16
didapatkan ρ = 0,001 < α (0,05), maka
H1 diterima yang berarti ada
hubungan tingkat pengetahuan tentang
makanan kariogenik dengan kejadian
karies gigi pada siswa kelas II di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf
Jombang.
PEMBAHASAN
Pengetahuan Tentang Makanan
Kariogenik
Berdasarkan tabel 4
menunjukkan bahwa hampir dari
Tingkat Pengetahuan Tentang Makanan
Kariogenik * Kejadian Karies Gigi
Crosstabulation
Kejadian
Karies Gigi
Total
Tidak
Karies
Karies
Gigi
Tingkat
Pengetahuan
Tentang
Makanan
Kariogenik
Baik 6 5 11
54.5% 45.5% 100.0%
20.0% 16.7% 36.7%
Cukup 0 8 8
.0% 100.0
% 100.0%
.0% 26.7% 26.7%
Kurang 0 11 11
.0% 100.0
% 100.0%
.0% 36.7% 36.7%
Total 6 24 30
20.0% 80.0% 100.0%
20.0% 80.0% 100.0%
Correlations
Tingkat
Pengeta-
huan
Kejadian
Karies
Gigi
Spearman's
rho
Tingkat
Pengeta-
huan
Tentang
Makanan
Kariogenik
Correlation
Coefficient 1.000 .584**
Sig. (2-
tailed) . .001
N 30 30
Kejadian
Karies Gigi
Correlation
Coefficient .584** 1.000
Sig. (2-
tailed) .001 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
setengah responden tingkat
pengetahuan tentang makanan
kariogenik dengan kategori baik
sejumlah 11 responden (36,67%),
sedangkan responden dengan
tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 8 responden (26,66%),
dan responden dengan tingkat
pengetahuan kurang sejumlah 11
responden (36,67%).
Pengetahuan adalah suatu hasil
dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris, terutama pada mata
dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain
penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior
(Donsu, 2017).
Pengetahuan tentang kesehatan
gigi dan mulut sangat penting untuk
terbentuknya tindakan dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut
pada usia sekolah merupakan salah
satu cara dalam meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut anak pada
usia dini. Adapun faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
diantaranya adalah umur,
intelegensi, dan kepribadian
(Desmita, 2015). Umur akan
mempengaruhi tingkat kematangan
seseorang. Dimana semakin cukup
umur, tingkat pengetahuan semakin
meningkat.
Kelompok anak sekolah dasar
adalah kelompok yang rentan
terhadap penyakit gigi dan mulut
karena masih mempunyai kebiasaan
diri yang kurang menunjang
terhadap kesehatan gigi. Dalam
upaya peningkatan gigi dan mulut
anak usia sekolah kendala utama
adalah ketidaktahuan, ketidakmauan
dan ketidakmampuan dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut
serta pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Hal ini disebabkan karena
pengetahuan yang dimiliki anak
akan pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut masih kurang, dapat
dilihat dari pengetahuan anak
tentang makanan yang bersifat
kariogenik misalnya permen, coklat,
dodol, dan lainnya. Anak kurang
memahami bahwa makanan yang
bersifat kariogenik dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan
gigi dan dalam pelaksanaannya
biasanya anak menggemari
makanan jenis ini karena
mempunyai rasa yang enak, murah,
warnanya menarik, dan mudah
didapat.
31
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Kejadian Karies Gigi Pada Siswa
Berdasarkan tabel 5
menunjukkan bahwa hampir
seluruh responden mengalami
karies gigi sejumlah 24 responden
(80%), dan sebagian kecil
responden tidak mengalami karies
gigi sejumlah 6 responden (20%).
Karies gigi merupakan penyakit
pada jaringan gigi yang diawali
dengan terjadinya kerusakan
jaringan yang dimulai dari
permukaan gigi (pit, fissures, dan
daerah inter proksimal), kemudian
meluas ke arah pulpa. Beberapa
faktor yang menyebabkan karies
gigi diantaranya adalah karbohidrat,
mikroorganisme dan saliva,
permukaan dan anatomi gigi
(Tarigan, 2016). Meningkatnya
angka kejadian karies juga
dihubungkan dengan peningkatan
konsumsi gula. Karies gigi
merupakan penyakit yang paling
umum terjadi pada anak-anak dan
prevalensinya meningkat sejalan
dengan pertambahan usia anak
tersebut.
Menurut Indah dalam buku
Penyakit Gigi, Mulut dan THT
Tahun 2013, hal ini dikarenakan
kebanyakan anak laki-laki memiliki
pola aktivitas yang lebih tinggi
daripada anak perempuan, sehingga
anak laki-laki suka mengkonsumsi
makanan kariogenik lebih sering.
Hal ini akan mempengaruhi
metabolisme pembentukan karies
gigi dalam mulut anak. Akibatnya
pertumbuhan aktivitas bakteri
streptococcus mutas dan
lactobacillus akan berkembang.
Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Siswa Kelas II Di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang
Berdasarkan tabel 6 dapat
diketahui bahwa 6 responden
(54,5%) yang memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang makanan
kariogenik tidak mengalami karies
gigi, sedangkan 5 responden
(16,7%) mengalami karies gigi.
Responden dengan pengetahuan
cukup tentang makanan kariogenik
sebanyak 8 responden (100%)
mengalami karies gigi. Sementara
itu responden dengan tingkat
pengetahuan kurang sejumlah 11
responden (100%) yang mengalami
karies gigi.
Berdasarkan hasil uji Rank
Spearment dengan SPSS 16
didapatkan ρ = 0,001 < α (0,05),
maka H1 diterima, yang berarti ada
32
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
hubungan tingkat pengetahuan
tentang makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada siswa
kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Ma’ruf Jombang. Nilai correlation
coefficient sebesar 0,584 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hubungan
tingkat pengetahuan tentang
makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada siswa
kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Ma’ruf Jombang adalah cukup dan
arah hubungannya yaitu semakin
baik pengetahuan yang dimiliki
oleh responden maka tingkat
kejadian karies gigi akan semakin
rendah, sebaliknya semakin kurang
pengetahuan yang dimiliki oleh
responden maka tingkat kejadian
karies gigi akan semakin
meningkat.
Berdasarkan penelitian Antonius
tahun 2010 tentang Pengaruh
Tingkat Pengetahuan Tentang
Makanan Kariogenik Terhadap
Karies Gigi Pada Siswa Kelas IV
SDN 1 Sumberagung dan SDN
Bantul Timur dimana berdasarkan
uji statistik diperoleh nilai p =
0,00 < 0,05 yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan tentang
makanan kariogenik terhadap karies
gigi.
Menurut peneliti responden yang
mengalami karies gigi sebagian
besar disebabkan karena tingkat
pengetahuan responden tentang
makanan kariogenik masih kurang.
Tingkat pengetahuan salah satunya
dipengaruhi faktor usia responden
yang masih anak sekolah yaitu
antara 6-9 tahun, karena usia akan
mempengaruhi tingkat kematangan
seseorang. Dimana semakin cukup
usia tingkat pengetahuan semakin
meningkat. Pada usia ini responden
cenderung menggemari makanan
yang manis dan lengket seperti
wafer, gulali, permen, coklat, dan
lain sebagainya, karena selain
warnanya yang menarik, rasanya
enak, harganya murah, dan mudah
didapat di lingkungan sekolah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa:
1. Hampir dari setengah responden
tingkat pengetahuan tentang
makanan kariogenik dengan
kategori baik sejumlah 11
responden (36,67%), sedangkan
responden dengan tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 8
33
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
responden (26,66%), dan responden
dengan tingkat pengetahuan kurang
sejumlah 11 responden (36,67%).
2. Hampir seluruh responden
mengalami karies gigi sejumlah 24
responden (80%), dan sebagian
kecil responden tidak mengalami
karies gigi sejumlah 6 responden
(20%).
3. Ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang makanan kariogenik
dengan kejadian karies gigi pada
siswa kelas II di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang
yang dibuktikan dari hasil uji Rank
Spearment dengan SPSS 16
didapatkan ρ = 0,001 < α (0,05).
Nilai correlation coefficient sebesar
0,584 sehingga dapat disimpulkan
bahwa hubungan tingkat
pengetahuan tentang makanan
kariogenik dengan kejadian karies
gigi adalah cukup dan arah
hubungannya yaitu semakin baik
pengetahuan yang dimiliki oleh
responden maka tingkat kejadian
karies gigi akan semakin rendah,
begitu pula sebaliknya.
Saran
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan ilmu
pengetahuan, menambah
pengalaman dan wawasan bagi
peneliti.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi profesi
keperawatan dalam pengembangan
perencanaan keperawatan anak di
komunitas.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wacana kepustakaan
ilmu pengetahuan dalam bidang
ilmu kesehatan sehingga dapat
dijadikan dasar dalam
mengembangkan penelitian
kesehatan selanjutnya.
d. Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk mengajar,
khususnya tentang Mata Kuliah
Keperawatan Anak.
e. Bagi Puskesmas
Menjadi masukan bagi Puskesmas
setempat dalam upaya mewujudkan
kesehatan anak usia sekolah
khususnya dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
f. Bagi Sekolah (UKS)
Sebagai masukan dalam upaya
meningkatkan status kesehatan gigi
dan mulut pada anak usia sekolah di
34
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf
Jombang pada tahun 2019.
g. Bagi Responden
Dengan adanya hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi
kepada siswa mengenai cara
meminimalisir kejadian karies gigi
serta dampak dari mengkonsumsi
makanan kariogenik secara
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Asio, Pengaruh Pelatihan
Menggunakan Modul Cara
Menyikat Gigi Terhadap
Pengetahuan Guru SD Unggul
Sakti Kota Jambi, Jurnal
Kesehatan Gigi, 2016; 3(1), pp.
1-4.
Cakrawati D. Bahan Pangan Gizi dan
Kesehatan. Bandung: Alfabeta,
2012; p. 66-70.
Diyantini N. K, Ni Luh P & Sagung
M. L. (2015) Hubungan
Karakteristik Dan Kepribadian
Anak Dengan Kejadian Bullying
Pada Siswa Kelas V Di SD “X”
Kabupaten Bandung. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar. ISSN: 2303-1298.
Donsu, J, D, T. (2017). Psikologi
Keperawatan. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press, Cetakan I.
Departemen Kesehatan RI. 2018. Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI.
Desmita. 2015. Faktor Pengaruh
Tingkat Pengetahuan. Bandung:
Rosda Karya.
Gopdianto Randy, Rattu M. J.A,
Mariati Wayan Ni. 2015. ‘Status
Kebersihan Mulut Dan Perilaku
Menyikat Gigi Anak SD Negeri
Malalayang’. Jurnal e-Gigi (eG):
vol. 3 no. 1 pp. 130-138.
Indah, Z. 2013. Penyakit Gigi, Mulut
dan THT. Yogyakarta : Nuha
Medika
Kartaesapoetra G, Marsety H. Ilmu
Gizi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010;
p. 73.
Mukhbitin, F 2018, ‘Gambaran
kejadian karies gigi pada siswa
kelas 3 MI Al-Mutmainnah’,
Jurnal Promkes, vol. 6, no. 2, hh.
155-166.
Notoatmodjo, 2014. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rinieka Cipta
Oktarianda, B. (2011). ‘Hubungan
waktu, teknik menggosok gigi
dan jenis makanan dengan
35
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
kejadian karies gigi.’ Repository
unand. Diperoleh tanggal 1
Oktober 2019 dari
http://repository.unand.ac.id/1764
3/.
Ramayanti, S. dan Purnakarya Idral.
2013. Peran Makanan terhadap
Karies Gigi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat; 7(2): 89-93.
Sufriani et al. 2018. ‘Gambaran
Menggosok Gigi Dan Kebiasaan
Mengkonsumsi Makanan
Kariogenik Pada Anak Usia
Sekolah Di SDN 54 Tahija Banda
Aceh’, Journal Of Syiah Kuala
Dentistry Society, vol. 3, no. 1, hh
: 37-43.
Tarigan, R. Kesehatan Gigi dan Mulut.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2016
Tulangow, J. T., Ni, W. M., & Christy,
M. (2013). Gambaran Status
Karies Murid Sekolah Dasar
Negeri 48 Manado Berdasarkan
Status Sosial Ekonomi Orang
Tua. Jurnal e-Gigi (eG). 1 (2),
85-93.
World Health Organization. (2018a).
Dental caries prevalence and risk
factors among 12 year old school
chidren in the world.
International dental journal. 3.
36-44.
Worotitjan, I., Mintjelungan, C., &
Gunawan, P. (2013). Pengalaman
karies gigi serta pola makan dan
minum pada anak sekolah dasar
di Desa Kiawa Kecamatan
Kawang koan Utara. Jurnal e-
GiGi (eG), 1(1), 59-68. Diperoleh
tanggal 12 maret 2018 dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.
php/egig i/article.
Zetu, I., Zetu, L., Dogaru, C. B., Duta,
C., Dumitrescu, A.L., 2013.
Gender Varietion In
Psychological Factor As Defined
By The Theory Of Planned Of
Oral Hygiene Behavior.
Procedia-Social And Behavioral,
[e-journal]124 (22): pp. 353-357.