15
21 Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS II DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-MA’RUF JOMBANG Artanti 1 , Ardiyanti Hidayah 2 , Yusiana Vidhiastutik 3 1234 STIKes Husada Jombang Email : [email protected] ABSTRAK Salah satu masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling sering terjadi ialah karies gigi. Karies gigi terjadi pada masa anak-anak karena gemar mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang digolongkan sebagai makanan kariogenik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang. Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik Corelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 30 responden siswa kelas II yang diambil menggunakan teknik Quota Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan Uji Rank Spearment dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir dari setengah responden tingkat pengetahuan tentang makanan kariogenik dalam kategori baik sejumlah 11 responden (36,67%) dan sebagian besar responden mengalami karies gigi sebanyak 24 responden (80%). Berdasarkan hasil uji Rank Spearment didapatkan ρ-value = 0,001 (ρ-value < 0,05). Dengan ini maka H1 diterima, yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang. Penelitian ini diharapkan untuk dapat meminimalisir terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah dengan cara menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin. Kata Kunci : Makanan Kariogenik, Karies Gigi, Anak Usia Sekolah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MAKANAN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

21

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MAKANAN

KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA

SISWA KELAS II DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

AL-MA’RUF JOMBANG

Artanti1, Ardiyanti Hidayah2, Yusiana Vidhiastutik3

1234STIKes Husada Jombang

Email : [email protected]

ABSTRAK

Salah satu masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling sering terjadi

ialah karies gigi. Karies gigi terjadi pada masa anak-anak karena gemar

mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang digolongkan sebagai makanan

kariogenik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan tentang makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa

kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang. Jenis penelitian yang

digunakan adalah Analitik Corelasional dengan pendekatan Cross Sectional.

Jumlah sampel sebanyak 30 responden siswa kelas II yang diambil menggunakan

teknik Quota Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan

lembar observasi. Untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan Uji Rank

Spearment dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir dari

setengah responden tingkat pengetahuan tentang makanan kariogenik dalam

kategori baik sejumlah 11 responden (36,67%) dan sebagian besar responden

mengalami karies gigi sebanyak 24 responden (80%). Berdasarkan hasil uji Rank

Spearment didapatkan ρ-value = 0,001 (ρ-value < 0,05). Dengan ini maka H1

diterima, yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan

kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah

Al-Ma’ruf Jombang. Penelitian ini diharapkan untuk dapat meminimalisir

terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah dengan cara menjaga kesehatan gigi

dan mulut sedini mungkin.

Kata Kunci : Makanan Kariogenik, Karies Gigi, Anak Usia Sekolah

22

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut

merupakan sebagian dari kesehatan

tubuh yang tidak dapat dipisahkan

dengan kesehatan yang lainnya, sebab

kebersihan gigi dan mulut dapat

mempengaruhi kesehatan seluruh

tubuh kita (Oktarianda, 2011). Salah

satu masalah utama kesehatan gigi

dan mulut yang paling sering terjadi

ialah karies gigi (Worotitjan,

Mintjelungan & Gunawan, 2013).

Karies gigi terjadi karena anak gemar

mengkonsumsi makanan manis dan

lengket yang digolongkan sebagai

makanan kariogenik.

World Health Organization

(WHO) pada tahun 2018 melaporkan

kejadian karies gigi pada gigi

permanen sebanyak 2,3 miliar kasus

dan kejadian karies gigi pada gigi

sulung sebanyak 560 juta kasus.

Prevalensi tertinggi berada di wilayah

Amerika Serikat didapatkan 84%

angka kejadian karies, diikuti Cina

76% angka karies gigi, kemudian

Brazil 53,6% angka karies gigi dan

Asia sebanyak 75,8% angka karies

gigi (WHO, 2018). Masalah kesehatan

gigi dan mulut di Indonesia juga

merupakan masalah yang cukup

tinggi, salah satunya yaitu karies gigi.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) prevalensi nasional

kesehatan gigi dan mulut di Indonesia

telah mengalami peningkatan pada

tahun 2018 yaitu sebesar 57,6%.

Anak-anak yang mengalami masalah

gigi menurut Riskesdas 2018

mencapai 93%. Sementara itu di

Provinsi Jawa Timur prevalensi

kesehatan gigi dan mulut juga

mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya, yaitu sebesar 52,47% di

tahun 2018. Data dari Dinas

Kabupaten Jombang berdasarkan

Riskesdas tahun 2018 prevalensi

kesehatan masalah gigi dan mulut

mencapai angka 48,17%. Hal ini

menjadi salah satu strategi

Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia dalam mengurangi angka

penderita karies gigi yakni dengan

pencanangan program “Indonesia

Bebas Karies 2030” (Riskesdas,

2018).

Karies gigi merupakan penyakit

jaringan gigi yang ditandai dengan

kerusakan jaringan, berawal dari

permukaan gigi mulai dari email,

dentin, dan meluas ke arah pulpa.

Karies gigi dapat disebabkan berbagai

faktor diantaranya adalah karbohidrat

dan glukosa, mikroorganisme dan air

ludah, permukaan dan bentuk gigi,

serta dua bakteri yang paling umum

23

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

bertanggung jawab untuk gigi

berlubang adalah streptococcus mutas

dan lactobacillus. Kecenderungan

penyakit karies gigi yang meningkat

diantaranya disebabkan karena

konsumsi makanan kariogenik,

kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan mulut serta jarang

melakukan pemeriksaan gigi ke dokter

gigi (Tulangow dkk, 2013). Makanan

kariogenik merupakan makanan manis

yang mengandung gula dan sukrosa,

yang dapat menyebabkan terjadinya

penyakit karies gigi atau gigi

berlubang (Kartaesapoetra G, 2010).

Makanan kariogenik sangat digemari

anak-anak karena mengandung gula

dan karbohidrat. Dewasa ini banyak

dijumpai jenis-jenis makanan

kariogenik yang bersifat manis, lunak,

dan mudah melekat pada gigi seperti

permen, coklat, es krim, biskuit, dan

lain-lain. Selain rasanya yang manis

dan enak, harganya relatif murah,

mudah didapat, dan dijual dalam

aneka bentuk serta warna makanan

bervariasi dan disukai anak-anak

(Cakrawati D, 2012). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Zetu

(2013), karies akan menimbulkan rasa

nyeri dan ketidaknyamanan. Hal ini

akan mengganggu aktivitas anak di

sekolah. Anak akan mengalami

penurunan kemampuan dalam belajar,

anak yang mengalami nyeri gigi tidak

akan mengerjakan tugas dan

menjawab pertanyaan sebaik anak

yang tidak diganggu oleh nyeri gigi

(Mukhbitin, 2018). Dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa

beberapa dampak tersebut secara

langsung dan tidak langsung akan

mempengaruhi kualitas pembelajaran

ketika di kelas. Dampak lain yang

muncul karena karies adalah anak

dapat mengalami infeksi akut ataupun

kronis, bahkan dapat menimbulkan

kecacatan. Karies juga akan

berpengaruh terhadap kualitas tidur

anak dan pola makan anak karena rasa

nyeri yang dirasakan. Kondisi ini akan

pertumbuhan dan berat badan anak.

Upaya pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut sebaiknya dilakukan

sedini mungkin sehingga karies gigi

dapat dicegah agar tidak sampai

terjadi pada anak-anak. Usia sekolah

dasar merupakan saat tepat untuk

dilakukan upaya kesehatan gigi dan

mulut, karena pada usia tersebut

merupakan awal tumbuh kembangnya

gigi permanen. Sekolah merupakan

salah satu lingkungan yang dapat

dijadikan sebagai tempat untuk

mengadakan promosi kesehatan gigi

(Asio, 2016). Pelayanan kesehatan

24

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

gigi dan mulut dilakukan dalam

bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Upaya

promotif dan preventif dilakukan

petugas kesehatan secara aktif

mengunjungi sekolah dengan

melakukan penyuluhan kesehatan gigi

dan mulut serta praktik sikat gigi

masal. Salah satu bentuk untuk

menjaga kesehatan gigi dan mulut

agar tetap sehat adalah dengan melatih

kemampuan motorik seorang anak,

termasuk diantaranya dengan

menggosok gigi. Kemampuan

menggosok gigi secara baik dan benar

merupakan faktor cukup penting

untuk pemeliharaan gigi dan mulut

(Gopdianto, 2015). Menggosok gigi

dengan teratur hingga bersih dapat

membantu membersihkan sisa

makanan dan plak gigi serta

mencegah terjadinya kerusakan gigi

(karies gigi), penyakit gusi dan nafas

berbau. Ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan saat menggosok

gigi yaitu cara menggosok gigi yang

benar, pemilihan sikat gigi yang benar

dan frekuensi menggosok gigi yang

tepat. Sikat gigi yang baik sebaiknya

mempunyai ukuran yang sesuai

dengan mulut anak, dengan gagang

sikat gigi yang nyaman dan kuat serta

mempunyai bulu sikat yang lembut

dan ujung yang membulat. Frekuensi

menggosok gigi adalah 2 kali sehari

yaitu pagi setelah sarapan pagi dan

malam hari sebelum tidur (Sufriani,

2018).

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Pengetahuan

Pengetahuan atau knowledge

adalah hasil penginderaan manusia

atau hasil tahu seseorang terhadap

suatu objek melalui panca indra

yang dimilikinya. Panca indra

manusia guna penginderaan

terhadap objek yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan

perabaan. Pada waktu penginderaan

untuk menghasilkan pengetahuan

tersebut dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap

objek. Pengetahuan seseorang

sebagian besar diperoleh melalui

indra pendengaran dan indra

penglihatan (Notoadmodjo, 2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh

faktor pendidikan formal dan

sangat erat hubungannya.

Diharapkan dengan pendidikan

yang tinggi maka akan semakin

luas pengetahuannya. Tetapi orang

yang berpendidikan rendah tidak

mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan

25

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

tidak mutlak diperoleh dari

pendidikan formal saja, tetapi juga

dapat diperoleh dari pendidikan non

formal. Pengetahuan akan suatu

objek mengandung dua aspek

positif negatif (Notoadmojo, 2014).

Konsep Makanan Kariogenik

Makanan kariogenik adalah

makanan yang mengandung

fermentasi karbohidrat, sehingga

menyebabkan penurunan pH plak

menjadi 5,5 atau kurang dan

menstimulasi terjadinya proses

karies. Seringnya mengkonsumsi

gula sangat berpengaruh dalam

meningkatnya kejadian karies. Gula

yang dikonsumsi akan

dimetabolisme sedemikian rupa

sehingga terbentuk polisakarida

yang memungkinkan bakteri

melekat pada permukaan gigi, selain

itu juga akan menyediakan

cadangan energi bagi metabolisme

karies selanjutnya serta bagi

perkembangbiakan bakteri

kariogenik (Ramayanti dan

Purnakarya, 2013).

Konsep Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit

pada jaringan gigi yang diawali

dengan terjadinya kerusakan

jaringan yang dimulai dari

permukaan gigi (pit, fissures, dan

daerah inter proksimal), kemudian

meluas kearah pulpa. Karies gigi

dapat dialami oleh setiap orang dan

juga dapat timbul pada satu

permukaan gigi atau lebih, serta

dapat meluas ke bagian yang lebih

dalam dari gigi, misalnya dari

enamel ke dentin atau ke pulpa.

Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya karies gigi

diantaranya adalah karbohidrat,

mikroorganisme dan saliva,

permukaan dan anatomi gigi

(Tarigan, 2016).

Meningkatnya angka kejadian

karies juga dihubungkan dengan

peningkatan konsumsi gula. Karies

gigi merupakan penyakit yang

paling umum terjadi pada anak-

anak dan prevalensinya meningkat

sejalan dengan pertambahan usia

anak tersebut. Survei epidemologi

terbaru yang dilakukan di Negara

Timur Tengah menunjukkan bahwa

karies pada anak relatif lebih tinggi

dipengaruhi oleh diet.

Konsep Anak Usia Sekolah

Anak sekolah dasar yaitu anak

yang berusia 6-12 tahun, memiliki

fisik yang kuat dan mempunyai

sifat individual serta aktif dan tidak

bergantung dengan orang tua. Anak

26

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

usia sekolah ini merupakan masa

dimana terjadi perubahan yang

bervariasi pada pertumbuhan dan

perkembangan anak yang akan

mempengaruhi pembentukan

karakteristik dan kepribadian anak.

Periode usia sekolah ini menjadi

pengalaman inti anak yang

dianggap mula bertanggung jawab

atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan teman sebaya,

orang tua dan lainnya. Selain itu

usia sekolah merupakan masa

dimana anak memperoleh dasar-

dasar pengetahuan dalam

menentukan keberhasilan untuk

menyesuaikan diri pada kehidupan

dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu (Diyantini, et

al. 2015).

Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tentang Makanan Kariogenik

Dengan Kejadian Karies Gigi

Pengetahuan atau knowledge

adalah hasil penginderaan manusia

atau hasil tahu seseorang terhadap

suatu objek melalui panca indra

yang dimilikinya. Pengetahuan

tentang kesehatan gigi dan mulut

sangat penting untuk terbentuknya

tindakan dalam menjaga kebersihan

gigi dan mulut. Menjaga kebersihan

gigi dan mulut pada usia sekolah

merupakan salah satu cara dalam

meningkatkan kesehatan anak pada

usia dini. Anak-anak di usia 6-12

tahun bisa berisiko tinggi terkena

masalah kesehatan gigi dan mulut.

Hal ini dapat dikaitkan dengan

rendahnya tingkat pengetahuan dan

kesadaran terhadap kesehatan gigi

dan mulut. Salah satu masalah

utama kesehatan gigi dan mulut

yang paling sering terjadi pada anak

usia sekolah adalah karies gigi.

Karies gigi merupakan penyakit

pada jaringan gigi yang diawali

dengan terjadinya kerusakan

jaringan yang dimulai dari

permukaan gigi kemudian meluas

kearah pulpa. Kecenderungan

penyakit karies gigi yang meningkat

pada anak usia sekolah diantaranya

disebabkan karena konsumsi

makanan kariogenik yang

berlebihan. Hal ini juga didukung

oleh kurangnya pengetahuan

tentang makanan kariognenik,

tingginya frekuensi mengkonsumsi

makanan tersebut serta kurangnya

kesadaran akan kebiasaan

menggosok gigi setelah makan dan

sebelum tidur.

METODE PENELITIAN

27

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian yaitu

Analitik Corelasional dengan

pendekatan Cross Sectional. Populasi

dalam penelitian ini yaitu seluruh

siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah

(MI) Al-Ma’ruf Jombang yang

berjumlah 58 responden.

Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

Non Probability Sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak

memberi kesempatan sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi. Jenis

sampling yang digunakan yaitu

menggunakan teknik Quota Sampling.

Sehingga dalam penelitian ini

didapatkan jumlah sampel sebanyak

30 responden.

Variabel independent dalam

penelitian ini yaitu pengetahuan

tentang makanan kariogenik dan

variabel dependent yaitu kejadian

karies gigi.

Tempat dan waktu penelitian

dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah

(MI) Al-Ma’ruf Jombang pada tanggal

3 Januari 2020.

Alat pengumpulan data

menggunakan kuesioner dan lembar

observasi. Untuk menganalisis hasil

penelitian menggunakan Uji Rank

Spearment dengan SPSS 16.

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian yang telah dilakukan,

didapatkan data hasil penelitian sebagai

berikut :

Tabel 1. Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur Di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang Pada

Tanggal 3 Januari 2020

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan

bahwa hampir seluruh responden

berumur 8 tahun sejumlah 27

responden (90%).

Tabel 2. Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin Di

Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf

Jombang Pada Tanggal 3 Januari 2020

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 2 diketahui

bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sejumlah

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 7 tahun 2 6,67

2 8 tahun 27 90

3 9 tahun 1 3,33

Total 30 100

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki laki 10 33,3

2 Perempuan 20 66,7

Jumlah 30 100

28

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

20 responden (66,7%) dan hampir dari

setengah responden berjenis kelamin

laki-laki yaitu sejumlah 10 responden

(33,3%).

Tabel 3. Karakteristik Responden

Berdasarkan Kelas Di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang Pada

Tanggal 3 Januari 2020

No Kelas Frekuensi Persentase (%)

1 2A 28 93,3

2 2B 2 6,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 3 diketahui

bahwa hampir seluruh responden

berasal dari kelas 2A sejumlah 28

responden (93,3%) dan sebagian kecil

responden berasal dari kelas 2B

sejumlah 2 responden (6,7%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi

Tingkat Pengetahuan Tentang

Makanan Kariogenik Pada Siswa

Kelas II Di Madrasah Ibtidaiyah Al-

Ma’ruf Jombang Pada Tanggal 3

Januari 2020.

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 11 36,67

2. Cukup 8 26,66

3. Kurang 11 36,67

Total 30 100

Sumber : Data primer, 2020

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan

bahwa hampir dari setengah

responden tingkat pengetahuan

tentang makanan kariogenik dengan

kategori baik sejumlah 11 responden

(36,67%), sedangkan responden

dengan tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 8 responden (26,66%), dan

responden dengan tingkat

pengetahuan kurang sejumlah 11

responden (36,67%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi

Kejadian Karies Gigi Pada Siswa

Kelas II Di Madrasah Ibtidaiyah Al-

Ma’ruf Jombang Pada Tanggal 3

Januari 2020.

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1. Tidak

Karies

6 20

2. Karies 24 80

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan

bahwa hampir seluruh responden

mengalami karies gigi sejumlah 24

responden (80%), dan sebagian kecil

responden tidak mengalami karies gigi

sejumlah 6 responden (20%).

Tabel 6. Tabulasi Silang Tingkat

Pengetahuan Tentang Makanan

Kariogenik Dengan Kejadian Karies

Gigi Pada Siswa Kelas II Di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang Pada

Tanggal 3 Januari 2020.

29

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui

bahwa 6 responden (54,5%) yang

memiliki tingkat pengetahuan baik

tentang makanan kariogenik tidak

mengalami karies gigi, sedangkan 5

responden (16,7%) mengalami karies

gigi. Responden dengan pengetahuan

cukup tentang makanan kariogenik

sebanyak 8 responden (100%)

mengalami karies gigi. Sementara itu

responden dengan tingkat

pengetahuan kurang sejumlah 11

responden (100%) yang mengalami

karies gigi.

Tabel 7. Analisa Hasil Penelitian

Tingkat Pengetahuan Tentang

Makanan Kariogenik Dengan

Kejadian Karies Gigi Pada Siswa

Kelas II Di Madrasah Ibtidaiyah Al-

Ma’ruf Jombang Pada Tanggal 3

Januari 2020.

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil uji Rank

Spearment dengan SPSS 16

didapatkan ρ = 0,001 < α (0,05), maka

H1 diterima yang berarti ada

hubungan tingkat pengetahuan tentang

makanan kariogenik dengan kejadian

karies gigi pada siswa kelas II di

Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf

Jombang.

PEMBAHASAN

Pengetahuan Tentang Makanan

Kariogenik

Berdasarkan tabel 4

menunjukkan bahwa hampir dari

Tingkat Pengetahuan Tentang Makanan

Kariogenik * Kejadian Karies Gigi

Crosstabulation

Kejadian

Karies Gigi

Total

Tidak

Karies

Karies

Gigi

Tingkat

Pengetahuan

Tentang

Makanan

Kariogenik

Baik 6 5 11

54.5% 45.5% 100.0%

20.0% 16.7% 36.7%

Cukup 0 8 8

.0% 100.0

% 100.0%

.0% 26.7% 26.7%

Kurang 0 11 11

.0% 100.0

% 100.0%

.0% 36.7% 36.7%

Total 6 24 30

20.0% 80.0% 100.0%

20.0% 80.0% 100.0%

Correlations

Tingkat

Pengeta-

huan

Kejadian

Karies

Gigi

Spearman's

rho

Tingkat

Pengeta-

huan

Tentang

Makanan

Kariogenik

Correlation

Coefficient 1.000 .584**

Sig. (2-

tailed) . .001

N 30 30

Kejadian

Karies Gigi

Correlation

Coefficient .584** 1.000

Sig. (2-

tailed) .001 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

30

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

setengah responden tingkat

pengetahuan tentang makanan

kariogenik dengan kategori baik

sejumlah 11 responden (36,67%),

sedangkan responden dengan

tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 8 responden (26,66%),

dan responden dengan tingkat

pengetahuan kurang sejumlah 11

responden (36,67%).

Pengetahuan adalah suatu hasil

dari rasa keingintahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata

dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain

penting dalam terbentuknya

perilaku terbuka atau open behavior

(Donsu, 2017).

Pengetahuan tentang kesehatan

gigi dan mulut sangat penting untuk

terbentuknya tindakan dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Menjaga kebersihan gigi dan mulut

pada usia sekolah merupakan salah

satu cara dalam meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut anak pada

usia dini. Adapun faktor yang

mempengaruhi pengetahuan

diantaranya adalah umur,

intelegensi, dan kepribadian

(Desmita, 2015). Umur akan

mempengaruhi tingkat kematangan

seseorang. Dimana semakin cukup

umur, tingkat pengetahuan semakin

meningkat.

Kelompok anak sekolah dasar

adalah kelompok yang rentan

terhadap penyakit gigi dan mulut

karena masih mempunyai kebiasaan

diri yang kurang menunjang

terhadap kesehatan gigi. Dalam

upaya peningkatan gigi dan mulut

anak usia sekolah kendala utama

adalah ketidaktahuan, ketidakmauan

dan ketidakmampuan dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulut

serta pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hal ini disebabkan karena

pengetahuan yang dimiliki anak

akan pentingnya menjaga kesehatan

gigi dan mulut masih kurang, dapat

dilihat dari pengetahuan anak

tentang makanan yang bersifat

kariogenik misalnya permen, coklat,

dodol, dan lainnya. Anak kurang

memahami bahwa makanan yang

bersifat kariogenik dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan

gigi dan dalam pelaksanaannya

biasanya anak menggemari

makanan jenis ini karena

mempunyai rasa yang enak, murah,

warnanya menarik, dan mudah

didapat.

31

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

Kejadian Karies Gigi Pada Siswa

Berdasarkan tabel 5

menunjukkan bahwa hampir

seluruh responden mengalami

karies gigi sejumlah 24 responden

(80%), dan sebagian kecil

responden tidak mengalami karies

gigi sejumlah 6 responden (20%).

Karies gigi merupakan penyakit

pada jaringan gigi yang diawali

dengan terjadinya kerusakan

jaringan yang dimulai dari

permukaan gigi (pit, fissures, dan

daerah inter proksimal), kemudian

meluas ke arah pulpa. Beberapa

faktor yang menyebabkan karies

gigi diantaranya adalah karbohidrat,

mikroorganisme dan saliva,

permukaan dan anatomi gigi

(Tarigan, 2016). Meningkatnya

angka kejadian karies juga

dihubungkan dengan peningkatan

konsumsi gula. Karies gigi

merupakan penyakit yang paling

umum terjadi pada anak-anak dan

prevalensinya meningkat sejalan

dengan pertambahan usia anak

tersebut.

Menurut Indah dalam buku

Penyakit Gigi, Mulut dan THT

Tahun 2013, hal ini dikarenakan

kebanyakan anak laki-laki memiliki

pola aktivitas yang lebih tinggi

daripada anak perempuan, sehingga

anak laki-laki suka mengkonsumsi

makanan kariogenik lebih sering.

Hal ini akan mempengaruhi

metabolisme pembentukan karies

gigi dalam mulut anak. Akibatnya

pertumbuhan aktivitas bakteri

streptococcus mutas dan

lactobacillus akan berkembang.

Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dengan Kejadian Karies Gigi

Pada Siswa Kelas II Di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang

Berdasarkan tabel 6 dapat

diketahui bahwa 6 responden

(54,5%) yang memiliki tingkat

pengetahuan baik tentang makanan

kariogenik tidak mengalami karies

gigi, sedangkan 5 responden

(16,7%) mengalami karies gigi.

Responden dengan pengetahuan

cukup tentang makanan kariogenik

sebanyak 8 responden (100%)

mengalami karies gigi. Sementara

itu responden dengan tingkat

pengetahuan kurang sejumlah 11

responden (100%) yang mengalami

karies gigi.

Berdasarkan hasil uji Rank

Spearment dengan SPSS 16

didapatkan ρ = 0,001 < α (0,05),

maka H1 diterima, yang berarti ada

32

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

hubungan tingkat pengetahuan

tentang makanan kariogenik dengan

kejadian karies gigi pada siswa

kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-

Ma’ruf Jombang. Nilai correlation

coefficient sebesar 0,584 sehingga

dapat disimpulkan bahwa hubungan

tingkat pengetahuan tentang

makanan kariogenik dengan

kejadian karies gigi pada siswa

kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-

Ma’ruf Jombang adalah cukup dan

arah hubungannya yaitu semakin

baik pengetahuan yang dimiliki

oleh responden maka tingkat

kejadian karies gigi akan semakin

rendah, sebaliknya semakin kurang

pengetahuan yang dimiliki oleh

responden maka tingkat kejadian

karies gigi akan semakin

meningkat.

Berdasarkan penelitian Antonius

tahun 2010 tentang Pengaruh

Tingkat Pengetahuan Tentang

Makanan Kariogenik Terhadap

Karies Gigi Pada Siswa Kelas IV

SDN 1 Sumberagung dan SDN

Bantul Timur dimana berdasarkan

uji statistik diperoleh nilai p =

0,00 < 0,05 yang berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan tentang

makanan kariogenik terhadap karies

gigi.

Menurut peneliti responden yang

mengalami karies gigi sebagian

besar disebabkan karena tingkat

pengetahuan responden tentang

makanan kariogenik masih kurang.

Tingkat pengetahuan salah satunya

dipengaruhi faktor usia responden

yang masih anak sekolah yaitu

antara 6-9 tahun, karena usia akan

mempengaruhi tingkat kematangan

seseorang. Dimana semakin cukup

usia tingkat pengetahuan semakin

meningkat. Pada usia ini responden

cenderung menggemari makanan

yang manis dan lengket seperti

wafer, gulali, permen, coklat, dan

lain sebagainya, karena selain

warnanya yang menarik, rasanya

enak, harganya murah, dan mudah

didapat di lingkungan sekolah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan hasil bahwa:

1. Hampir dari setengah responden

tingkat pengetahuan tentang

makanan kariogenik dengan

kategori baik sejumlah 11

responden (36,67%), sedangkan

responden dengan tingkat

pengetahuan cukup sebanyak 8

33

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

responden (26,66%), dan responden

dengan tingkat pengetahuan kurang

sejumlah 11 responden (36,67%).

2. Hampir seluruh responden

mengalami karies gigi sejumlah 24

responden (80%), dan sebagian

kecil responden tidak mengalami

karies gigi sejumlah 6 responden

(20%).

3. Ada hubungan tingkat pengetahuan

tentang makanan kariogenik

dengan kejadian karies gigi pada

siswa kelas II di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Ma’ruf Jombang

yang dibuktikan dari hasil uji Rank

Spearment dengan SPSS 16

didapatkan ρ = 0,001 < α (0,05).

Nilai correlation coefficient sebesar

0,584 sehingga dapat disimpulkan

bahwa hubungan tingkat

pengetahuan tentang makanan

kariogenik dengan kejadian karies

gigi adalah cukup dan arah

hubungannya yaitu semakin baik

pengetahuan yang dimiliki oleh

responden maka tingkat kejadian

karies gigi akan semakin rendah,

begitu pula sebaliknya.

Saran

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan tambahan ilmu

pengetahuan, menambah

pengalaman dan wawasan bagi

peneliti.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan bagi profesi

keperawatan dalam pengembangan

perencanaan keperawatan anak di

komunitas.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat

menambah wacana kepustakaan

ilmu pengetahuan dalam bidang

ilmu kesehatan sehingga dapat

dijadikan dasar dalam

mengembangkan penelitian

kesehatan selanjutnya.

d. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan

referensi untuk mengajar,

khususnya tentang Mata Kuliah

Keperawatan Anak.

e. Bagi Puskesmas

Menjadi masukan bagi Puskesmas

setempat dalam upaya mewujudkan

kesehatan anak usia sekolah

khususnya dalam pelayanan

kesehatan gigi dan mulut.

f. Bagi Sekolah (UKS)

Sebagai masukan dalam upaya

meningkatkan status kesehatan gigi

dan mulut pada anak usia sekolah di

34

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’ruf

Jombang pada tahun 2019.

g. Bagi Responden

Dengan adanya hasil penelitian ini

dapat memberikan informasi

kepada siswa mengenai cara

meminimalisir kejadian karies gigi

serta dampak dari mengkonsumsi

makanan kariogenik secara

berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Asio, Pengaruh Pelatihan

Menggunakan Modul Cara

Menyikat Gigi Terhadap

Pengetahuan Guru SD Unggul

Sakti Kota Jambi, Jurnal

Kesehatan Gigi, 2016; 3(1), pp.

1-4.

Cakrawati D. Bahan Pangan Gizi dan

Kesehatan. Bandung: Alfabeta,

2012; p. 66-70.

Diyantini N. K, Ni Luh P & Sagung

M. L. (2015) Hubungan

Karakteristik Dan Kepribadian

Anak Dengan Kejadian Bullying

Pada Siswa Kelas V Di SD “X”

Kabupaten Bandung. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar. ISSN: 2303-1298.

Donsu, J, D, T. (2017). Psikologi

Keperawatan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press, Cetakan I.

Departemen Kesehatan RI. 2018. Riset

Kesehatan Dasar Tahun 2018.

Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan,

Kementerian Kesehatan RI.

Desmita. 2015. Faktor Pengaruh

Tingkat Pengetahuan. Bandung:

Rosda Karya.

Gopdianto Randy, Rattu M. J.A,

Mariati Wayan Ni. 2015. ‘Status

Kebersihan Mulut Dan Perilaku

Menyikat Gigi Anak SD Negeri

Malalayang’. Jurnal e-Gigi (eG):

vol. 3 no. 1 pp. 130-138.

Indah, Z. 2013. Penyakit Gigi, Mulut

dan THT. Yogyakarta : Nuha

Medika

Kartaesapoetra G, Marsety H. Ilmu

Gizi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010;

p. 73.

Mukhbitin, F 2018, ‘Gambaran

kejadian karies gigi pada siswa

kelas 3 MI Al-Mutmainnah’,

Jurnal Promkes, vol. 6, no. 2, hh.

155-166.

Notoatmodjo, 2014. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rinieka Cipta

Oktarianda, B. (2011). ‘Hubungan

waktu, teknik menggosok gigi

dan jenis makanan dengan

35

Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020

kejadian karies gigi.’ Repository

unand. Diperoleh tanggal 1

Oktober 2019 dari

http://repository.unand.ac.id/1764

3/.

Ramayanti, S. dan Purnakarya Idral.

2013. Peran Makanan terhadap

Karies Gigi. Jurnal Kesehatan

Masyarakat; 7(2): 89-93.

Sufriani et al. 2018. ‘Gambaran

Menggosok Gigi Dan Kebiasaan

Mengkonsumsi Makanan

Kariogenik Pada Anak Usia

Sekolah Di SDN 54 Tahija Banda

Aceh’, Journal Of Syiah Kuala

Dentistry Society, vol. 3, no. 1, hh

: 37-43.

Tarigan, R. Kesehatan Gigi dan Mulut.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 2016

Tulangow, J. T., Ni, W. M., & Christy,

M. (2013). Gambaran Status

Karies Murid Sekolah Dasar

Negeri 48 Manado Berdasarkan

Status Sosial Ekonomi Orang

Tua. Jurnal e-Gigi (eG). 1 (2),

85-93.

World Health Organization. (2018a).

Dental caries prevalence and risk

factors among 12 year old school

chidren in the world.

International dental journal. 3.

36-44.

Worotitjan, I., Mintjelungan, C., &

Gunawan, P. (2013). Pengalaman

karies gigi serta pola makan dan

minum pada anak sekolah dasar

di Desa Kiawa Kecamatan

Kawang koan Utara. Jurnal e-

GiGi (eG), 1(1), 59-68. Diperoleh

tanggal 12 maret 2018 dari

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.

php/egig i/article.

Zetu, I., Zetu, L., Dogaru, C. B., Duta,

C., Dumitrescu, A.L., 2013.

Gender Varietion In

Psychological Factor As Defined

By The Theory Of Planned Of

Oral Hygiene Behavior.

Procedia-Social And Behavioral,

[e-journal]124 (22): pp. 353-357.