33
HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI (secara umum) Mata Kuliah HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI Fakultas Hukum

HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI

(secara umum)

Mata KuliahHUKUM ACARA MAHKAMAH

KONSTITUSIFakultas Hukum

Page 2: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

HUKUM ACARAHukum acara atau hukum formil, merupakan salah satu jenis

norma hukum dalam kesatuan sistem norma hukumHukum acara menentukan berjalan tidaknya proses

penegakan hukum dan pelaksanaan kewenangan berdasarkan hukum dari suatu lembaga

Hukum materiil tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya hukum acara yang dipahami dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam suatu proses hukum

Hukum acara Mahkamah Konstitusi meliputi materi-materi terkait dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi, kedudukan hukum pemohon, dan dan proses persidangan mulai dari pengajuan permohonan, pembuktian, hingga putusan

Page 3: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi memiliki 2 (dua) arti :Pertama, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi sebagai

ilmu yang mempelajari Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, yaitu ilmu hukum acara (=hukum formil) yang berkaitan langsung dengan kewenangan-kewenangan dan kewajiban-kewajiban konstitusional Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pemegang kekuasaan kehakiman di Indonesia, di samping Mahkamah Agung

Kedua, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi sebagai hukum positif (positieverecht), yaitu hukum yang mengatur dan menegakkan hukum materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7B ayat (1) dan 24C ayat (1) dan (2) UUD 1945.

Page 4: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 mengatur tentang 4 (empat) kewenangan konstitusional Mahkamah Konstitusi, meliputi : (1) menguji undang-undang terhadap UUD 1945; (2) memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar; (3) memutus pembubaran partai politik; dan (4) memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum

Pasal 7B ayat (1) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang mengatur 2 (dua) kewajiban konstitusional, yaitu: (1) memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar; dan (2) memberi putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden

Page 5: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi merupakan ’contentieus procesrecht’ – hukum acara sengketa/perselisihan yang digunakan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai sebuah badan peradilan tata negara yang berwenang untuk memutuskan sengketa (nemo index in causa sua) melalui kegiatan hakim (peradilan) untuk menerapkan hukum (rechtstoepassing) dan menemukan hukum (rechtsvinding) in concreto, sehingga berfungsi untuk menjamin ditaatinya hukum materiil. Dengan demikian, terlihat benang merah tentang kedudukan dan hubungan antara hukum materiil dengan hukum formil

Page 6: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Pentingnya hukum materiil dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi sebagai hukum formil itu tercermin pada kenyataan, bahwa sebagai salah satu pemegang kekuasaan kehakiman, Mahkamah Konstitusi akan lumpuh tanpa adanya hukum materiil, dan sebaliknya peradilan Mahkamah Konstitusi tanpa adanya hukum formal (hukum acara) akan liar, sebab tidak ada ukuran-ukuran hukum atau batas-batas hukum yang jelas bagi Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan wewenangnya

Page 7: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

ASAS-ASAS HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI

AAAsas Putusan FinalMK berwenang mengadili pada tingkat pertama danterakhir

BBAsas Praduga RechmatigPutusan MK merupakan putusan akhir, berkekuatan hukum tetap sejak dibacakan dan tidak berlaku surutAsas Pembuktian BebasHakim MK bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, serta penilaian atas alat bukti berdasarkan keyakinannya

CC

DDAsas Keaktifan Hakim MKHakim MK aktif dalam melakukan penelusuran dan eksplorasi untuk mendapatkan kebenaran melalui alat bukti yang ada

EEAsas Erga OmnesPutusan MK bersifat mengikat para pihak dan harus ditaati oleh siapa pun

Asas-Asas Hukum Acara MKRI

Page 8: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

ASAS-ASAS HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI

FFAsas Non Interfentif / IndependensiMK merdeka dan bebas dari segala campur tangan kekuasaan lain, baik langsung maupun tidak langsung

GGAsas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Hukum Acara mudah dipahami dan tidak berbelit-belit, sehingga peradilan berjalan relatif cepat dan berbiaya ringanAsas Sidang Terbuka Untuk UmumPutusan Mahkamah sah dan berkekuatan hukum tetap apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

HH

IIAsas ObyektivitasHakim dan panitera wajib mengundurkan diri apabila memiliki hubungan kerabat atau kepentingan langsung maupun tidak langsung

JJAsas SosialisasiPutusan MK wajib diumumkan dan dilaporkan secara berkala kepada masyarakat secara terbuka.

Page 9: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Perselisihan yang dibawa ke Mahkamah Konstitusi sesungguhnya memiliki karakter tersendiri dan berbeda dengan perselisihan yang dihadapai sehari-hari oleh peradilan biasa

Putusan yang diminta oleh pemohon dan diberikan oleh Mahkamah Konstitusi akan membawa akibat hukum yang tidak hanya mengenai orang seorang, tetapi juga orang lain, lembaga negara dan aparatur pemerintah atau masyarakat pada umumnya, terutama sekali dalam hal pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar (Judicial review)

Nuansa public interest yang melekat pada perkara-perkara semacam itu akan menjadi pembeda yang jelas dengan perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara yang pada umumnya menyangkut kepentingan pribadi dan individu berhadapan dengan individu lain ataupun dengan pemerintah. Ciri inilah yang akan membedakan penerapan hukum acara di Mahkamah Konstitusi dengan hukum acara di pengadilan-pengadilan lainnya

KARAKTERISTIK HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI

Page 10: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Praktek hukum acara yang merujuk pada undang-undang hukum acara yang lain timbul karena kebutuhan yang kadang-kadang dihadapkan kepada Mahkamah Konstitusi, maka ketentuan yang memberlakukan aturan Hukum Acara Pidana, Perdata, dan Tata Usaha Negara secara mutatis mutandis dapat diberlakukan dengan menyesuaikan aturan dimaksud dalam praktek hukum acaranya

Jika terjadi pertentangan dalam praktek hukum acara pidana, acara TUN dan acara perdata maka secara mutatis mutandis tidak akan diberlakukan

Aturan ini meskipun tidak dimuat dalam UU Mahkamah Konstitusi, akan tetapi telah diadopsi dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK), baik sebelum maupun sesudah praktek yang merujuk undang-undang hukum acara lain itu digunakan dalam praktek

Page 11: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (Pasal 7B);

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Pasal 28 - Pasal 85);

Page 12: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

3. Peraturan Mahkamah Konstitusi RI (PMK Nomor 16/PMK/2009 Tentang Pedoman Beracara dalam PHPU, Nomor 05/PMK/2004 tentang Prosedur Pengajuan Keberatan Atas Penetapan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004, Nomor 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang- Undang, Nomor 08/PMK/2006 tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara), Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Nomor16 Tahun 2009 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Nomor 17 /PMK/2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, No. 19/PMK/2009 tentang Pengajuan Permohonan Elektronik (Electronic Filing) dan Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh (Video Conference), dan No. 19/PMK/2009 tentang Tata Tertib Persidangan

4. Dalam praktik.

Page 13: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Sumber Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Peraturan Mahakamah Konstitusi (PMK)Yurisprudensi Mahkamah Konstitusi RIUndang-Undang Hukum Acara Perdata,

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, dan Hukum Acara Pidana Indonesia

Pendapat Sarjana (doktrin)Hukum Acara dan yurisprudensi Mahkamah

Konstitusi Negara lain

Page 14: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

14

BAB V: HUKUM ACARABAB V: HUKUM ACARATERDIRI ATAS 12 BAGIANTERDIRI ATAS 12 BAGIAN

BAGIAN PERTAMABAGIAN PERTAMA :: UMUM Pasal 28 ayat (1) s/d (6)UMUM Pasal 28 ayat (1) s/d (6) BAGIAN KEDUABAGIAN KEDUA :: PENGAJUAN PERMOHONAN Pasal 29 Ayat (1) PENGAJUAN PERMOHONAN Pasal 29 Ayat (1)

S/D (2), PASAL 30, Pasal 31 yat (1) s/d (2).S/D (2), PASAL 30, Pasal 31 yat (1) s/d (2). BAGIAN KETIGABAGIAN KETIGA :: PENDAFTARAN PERMOHONAN DAN PENDAFTARAN PERMOHONAN DAN

PENJADWALAN SIDANG Pasal 32 s/d 35PENJADWALAN SIDANG Pasal 32 s/d 35 BAGIAN KEEMPATBAGIAN KEEMPAT :: ALAT BUKTI Pasal 36 s/d 38.ALAT BUKTI Pasal 36 s/d 38. BAGIAN KELIMABAGIAN KELIMA :: PEMERIKSAAN PENDAHULUANPEMERIKSAAN PENDAHULUAN Pasal 39 ayat (1) dan (2)Pasal 39 ayat (1) dan (2) BAGIAN KEENAMBAGIAN KEENAM :: PEMERIKSAAN PERSIDANGAN Pasal 40 s/d 44PEMERIKSAAN PERSIDANGAN Pasal 40 s/d 44 BAGIAN KETUJUHBAGIAN KETUJUH :: PUTUSAN PASAL 45 s/d 49PUTUSAN PASAL 45 s/d 49 BAGIAN KEDELAPANBAGIAN KEDELAPAN :: PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TERHADAP PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Pasal 50 s/d 60UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Pasal 50 s/d 60 BAGIAN KESEMBILANBAGIAN KESEMBILAN:: SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA

YANG KEWENANGANNYA DIBERIKAN OLEH YANG KEWENANGANNYA DIBERIKAN OLEH UNDANG-UNDANG. UNDANG-UNDANG. Pasal 61 s/d 67.Pasal 61 s/d 67.

BAGIAN KESEPULUHBAGIAN KESEPULUH :: PEMBUBARAN PARTAI POLITIK Pasal 68 s/d 73PEMBUBARAN PARTAI POLITIK Pasal 68 s/d 73 BAGIAN KESEBELASBAGIAN KESEBELAS :: PERSELISIHAN HASIL PEMILU Pasal 74 s/d 79PERSELISIHAN HASIL PEMILU Pasal 74 s/d 79 BAGIAN KEDUABELASBAGIAN KEDUABELAS :: PENDAPAT DPR MENGENAI DUGAAN PENDAPAT DPR MENGENAI DUGAAN

PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN/ATAU PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN WAKIL PRESIDEN Pasal 80 s/d 85.Pasal 80 s/d 85.

UU No. 24 / 2003UU No. 24 / 2003

Page 15: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

PENGATURAN DALAM UU MK

1. Pasal 28 - 49 :Ketentuan hukum acara yang bersifat umum2. Pasal 50 - 60 :Pengujian Undang-undang 3. Pasal 61 - 67 :Sengketa Kewenangan

Lembaga Negara 4. Pasal 68 - 73 :Pembubaran Partai Politik 5. Pasal 74 - 79 : Perselisihan Hasil Pemilu 6. Pasal 80 - 85 : Pendapat Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR)

Page 16: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

KETENTUAN UMUMPLENO 9 HAKIM DAN KORUM 7 HAKIMPIMPINAN PLENO, KETUA, WAKIL, ATAU DIPILIHPANEL, MINIMUM 3 HAKIMRAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM TERTUTUPSIDANG PEMERIKSAAN DAN PENGUCAPAN PUTUSAN TERBUKA UNTUK UMUMTENGGAT

Page 17: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Prosedur berperkara di Mahkamah Konstitusi 1. Pengajuan permohonan2. Pendaftaran3. Penjadwalan Sidang4. Pemeriksaan Pendahuluan5. Pemeriksaan Persidangan6. Putusan

Page 18: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

1. Pengajuan permohonanDitulis dalam bahasa IndonesiaDitandatangani oleh pemohon/kuasanyaDiajukan dalam 12 rangkapJenis perkaraSistematika:

- Identitas (nama & alamat pemohon) serta legal standing pemohon- Posita (uraian mengenai perihal yg menjadi dasar permohonan)

Kewenangan MKKedudukan HukumPokok Permohonan

- Petitum (hal-hal yg diminta utk diputus)Disertai bukti pendukung (terutama bukti diri Pemohon dan

daftar ahli dan/atau saksi yg akan didengar)

Page 19: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

ALAT BUKTI:SURAT ATAU TULISANKETERANGAN SAKSIKETERANGAN AHLIKETERANGAN PARA PIHAKPETUNJUKINFORMASI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

Page 20: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

2. Pendaftaran Pemeriksaan kelengkapan permohonan panitera:

- Belum lengkap, diberitahukan- 7 (tujuh) hari sejak diberitahu, wajib dilengkapi- Lengkap

Registrasi sesuai dengan perkara. 7 (tujuh) hari kerja sejak registrasi untuk perkara,

- Pengujian undang-undang: * Salinan permohonan disampaikan kepada Presiden dan DPR. * Permohonan diberitahukan kepada Mahkamah Agung.- Sengketa kewenangan lembaga negara: * Salinan permohonan disampaikan kepada lembaga negara termohon- Pembubaran Partai Politik: * Salinan permohonan disampaikan kepada Parpol yang bersangkutan- Pendapat DPR: * Salinan permohonan disampaikan kepada Presiden

Page 21: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

3. Penjadwalan SidangDalam 14 hari kerja setela registrasi ditetapkan Hari Sidang I (kecuali perkara Perselisihan Hasil Pemilu)

Para pihak diberitahu/dipanggilDiumumkan kepada masyarakat

Page 22: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

4. Pemeriksaan PendahuluanSebelum pemeriksaan pokok perkara,

memeriksa:- Kelengkapan syarat-syarat Permohonan- Kejelasan materi Permohonan

Memberi nasehat:- Kelengkapan syararat-syarat permohonan- Perbaikan materi permohonan

14 hari harus sudah dilengkapi dan diperbaiki

Page 23: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

5. Pemeriksaan PersidanganTerbuka untuk umum.Memeriksa: permohonan dan alat buktiPara pihak hadir menghadapi sidang guna

memberikan keteranganLembaga negara dapat diminta keterangan

Lembaga negara dimaksud dalam jangka waktu tujuh hari wajib memberi keterangan yang diminta

Saksi dan/atau ahli memberi keteranganPihak-pihak dapat diwakili kuasa, didampingi

kuasa dan orang lain terkait

Page 24: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

6. Putusan Diputus paling lambat dalam tenggang waktu:

- Untuk perkara pembubaran partai politik, 60 hari kerja sejak registrasi- Untuk perkara perselisihan hasil pemilu : * Presiden dan Wakil Presiden, 14 hari kerja sejak registrasi

* Kepala Daerah dan Wkl KDH, 14 hari kerja sejak registrasi * DPR, DPD, dan DPRD, 30 hari kerja sejak registrasi- Untuk perkara pendapat DPR, 90 hari kerja sejak registrasi

Sesuai alat bukti & keyakinan hakim, minimal 2 (dua) alat bukti,memuat :- Fakta- Dasar hukum Putusan

Cara mengambil Putusan :- Musyawarah mufakat- Setiap hakim menyampaikan pendapat/pertimbangan tertulis- Diambil suara terbanyak bila tak mufakat- Bila tidak dapat dicapai suara terbanyak,suara terakhir ketua menentukan

Page 25: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Pendapat berbeda (dissenting opinion) dimuat dalam putusanDitandatangani hakim dan paniteraBerkekuatan hukum tetap sejak diucapkan dalam sidang terbuka

untuk umum.Salinan putusan dikirim kepada para pihak 7 (tujuh) hari sejak

diucapkan.Untuk Putusan perkara:

- Pengujian undang-undang, disampaikan kepada DPR, DPD, Presiden, dan MA.- Sengketa kewenangan lembaga negara, disampaikan kepada DPR, DPD, dan Presiden.- Pembubaran partai politik, disampaikan kepada partai politik yang bersangkutan.- Perselisihan hasil pemilu disampaikan kepada Presiden, ybs- Pendapat DPR, disampaikan kepada DPR, Presiden dan Wakil Presiden.

Putusan......

Page 26: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

GAMBARAN UMUM PROSES BERACARA DI MK

PENGAJUAN PERKARA•12 RANGKAP

•DISERTAI BUKTI

PEMERIKSAANSYARAT

ADMINISTRASI

BELUM LENGKAP•DIBERITAHUKAN

•DILENGKAPI DLM 7HARI KERJA

PEMENUHANKELENGKAPAN

DALAM 7 HARI KERJATELAH LENGKAPREGISTRASI

BRPK

PENJADWALAN14 HARI KERJA

SETELAH REGITRASIPEMBERITAHUAN KEPADA PEMOHON

Page 27: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

PENGUMUMAN KEPADAMASYARAKAT

PERMOHONAN DAPAT DI TARIKKEMBALI SELAMA PROSES

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN•KELENGKAPAN

•KEJELASAN PERMOHONAN

TIDAK LENGKAP/JELAS•DIBERITAHUKAN

•DILENGKAPI 14 HARI

TELAH LENGKAP DAN JELAS

PEMOHON MELENGKAPIATAU MEMPERBAIKI

DALAM 14 HARI

Page 28: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

RAPAT PLENOTERTUTUP

PENGAMBILAN PUTUSAN

SIDANG TERBUKA UMUMPENGUCAPAN

PUTUSAN

PENYAMPAIANSALINAN PUTUSAN

KEPADA PIHAK

PEMERIKSAAN PERSIDANGAN PLENO TERBUKA UMUM

•KEWENANGAN MK•KEDUDUKAN HUKUM

•POKOK PERMOHONAN•PEMBUKTIAN

PEMERIKSAAN PERBAIKANDAN KELENGKAPAN PERMOHONAN

RAPAT PLENOTERTUTUP

LAPORAN DAN PEMBAHASANTINDAK LANJUT

Page 29: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

NEBIS IN IDEM

Pasal 60 UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi :

“Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah diuji tidak dapat dimohonkan pengujian kembali”.

Page 30: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

PROVISIPMK No. 06/PMK/2005, Pasal 16 :(1) Dalam hal Pemohon mendalilkan adanya

dugaan perbuatan pidana dalam pembentukan undang-undang yang dimohonkan pengujiannya, Mahkamah dapat menghentikan sementara pemeriksaan permohonan atau menunda putusan;

(2) Dalam hal dalil mengenai dugaan perbuatan pidana yang dimaksud pada ayat (1) disertai dengan bukti-bukti, Mahkamah dapat menyatakan menunda pemeriksaan dan memberitahukan untuk menindaklanjuti adanya persangkaan tindak pidana yang diajukan oleh Pemohon;

(3) Dalam hal dugaan perbuatan pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) telah diproses secara hukum oleh pejabat yang berwenang, untuk kepentingan pemeriksaan dan pengambilan keputusan, Mahkamah dapat meminta keterangan kepada pihak-pihak berwenang yang melakukan penyidikan dan/atau penuntutan;

(4) Penghentian proses pemeriksaan permohonan atau penundaan putusan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Ketetapan Mahkamah yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

Page 31: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

31

JENIS – JENIS PUTUSAN PUTUSAN SELA/PROVISIONAL PUTUSAN AKHIR - MENOLAK,

MENGABULKAN DAN TIDAK DAPAT DITERIMA (NIET ONTVANKELIJK VERKLAARD)

PUTUSAN TANPA/DENGAN DISSENTING OPINION

PUTUSAN BERSYARAT (CONDITIONALLY CONSTITUTIONAL)

Page 32: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

AKIBAT HUKUM PUTUSAN MK Final dan Mengikat (Pasal 60 MK – setelah diuji akan

menjadi jurisprudence tetap dan tak dapat diuji lagi) Putusan yang bersifat Declaratoir (Pasal 56 ayat (3)) Prospektif / Non Retroaktif (Pasal 58 ) – Tidak Berlaku

Surut, harus ada pengecualian seperti kasus Bom Bali ataupun Irian Jaya

Erge Omnes –didalam pengujian undang-undang, putusannya akan mengikat seluruh warga negara Indonesia. Bandingkan dengan putusan dari wewenang MK yang lain yang mengikat hanya kepada para pihak – interparte

Pembatalan suatu UU – maka undang-undang yang berlaku adalah undang-undang yang berlaku sebelumnya. Meskipun hal tersebut tidak diatur didalam UU MK, tetapi sudah menjadi praktek umum MK di dunia (e.g. Putusan Ketenagalistrikan)

Praktik di Masa Datang – Temporary Constitutional dengan grace period tertentu Pembuat UU harus memperbaiki

Page 33: HUKUM ACARA UMUM MK - $AGUNG.ppt

Terimakasih…