Upload
batuakik-motif-dan-gambar
View
614
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
HUKUM TENTANG KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Diajukan Oleh:
1. Tri Lestari2. Supriyono3. Rudi Hartono4. Yorano Genta Saputra5. I Nyoman Setia Gova6. Hartono
YAYASAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANAKPER DHARMA WACANA METRO
TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini meyangkut
hak dan kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala
aspeknya, organisasi, saranan, pedoman standar pelayanan medik , ilmu pengetahuan
kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.
Hukum Kesehatan terdiri dari banyak disiplin diantaranya: hukum kedokteran/
kedokteran gigi, hukum keperawatan, hukum farmasi klinik, hukum apotik, hukum
kesehatan masyarakat, hukum perobatan, hukum rumah sakit, hukum kesehatan
lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993).
Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit adalah ”Sarana upaya kesehatan
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan
untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian”.
Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya sebagian besar tenaga hukum
kedokteran yaitu ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
atau pemeliharaan kesehatan dalam menjalankan profesinya seperti dokter, dokter
gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, ahli rekam medik dan lain-
lain.
Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang
menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terpeutik dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka, mereka yang mau
melahirkan dan menyediakan pelayanan berobat jalan.
Masing-masing disiplin ini umunnya telah mempunyai etik profesi yang harus
diamalkan anggotanya. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi dalam
pelayanan kesehatan juga telah mempunyai etika yang di Indonesia terhimpun dalam
Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).
Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan masing-masing
profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika
profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah
sakit) agar tidak saling berbenturan.
BAB II
HUKUM-HUKUM DI RUMAH SAKIT
I. Dunia Kesehatan
Sumpah Hippocrates (460-377 S.M.)
II. Internasional
a. Deklarasi Jenewa/ World Medical Association (WMA) (1948).
b. Declaration of Human Rights PBB (1968)
c. International Code of Medical Ethics/ WMA (1949, 1968)
d. Konstitusi WHO (Jenewa, 1976)
e. Deklarasi Helsinki dari WMA
III. Indonesia
a. UUD-45 : Sila II.Kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. PP No. 26 (1960): Lafal Sumpah Dokter
c. PP 434/MenKes/SK/X/1983: KODEKI
d. PP No. 585/MENKES/PER/IX/1989: Persetujuan tindakan medik
e. UU No.23 (1992): Tentang Kesehatan
f. PP No. 32 (1996): Tentang Tenaga Kesehatan
g. UU No. 8 (1999): Tentang Perlindungan Konsumen
h. UU No. 29(2004): Praktik Kedokteran
PERATURAN PEMERINTAH
a. PP No.26(1960) tentang Lafal Sumpah Dokter.
b. Permenkes: No. 554 (1982) tentang Panitia Pertimbangan dan
Pembinaan Etik Kedokteran.
c. PP No. 434/MenKes/SK/X/1983: KODEKI
d. Permenkes: No.585(1989) tentang Persetujuan Tindakan Medik
e. Permenkes: No. 749a(1989) tentang Rekam Medis
f. PP RI No. 32 (1996) tentang Tenaga Kesehatan
Declaration of Human Rights (PBB, 1968)
a. Hak merdeka dan hak yang sama
b. Dihormati sebagai manusia dimanapun
c. Tidak boleh diperlakukan kejam
d. Sama didepan hukum
e. Berhak atas pendidikan, pekerjaan dan jaminan sosial
f. Hak memberikan pendapat
g. Hak mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan diri sendiri dan keluarga
SUMPAH DOKTER INDONESIA (PP No.26 -1960/SK Menkes No. 434-1983)
Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan:
1. Hidup berbakti untuk kepentingan keperikemanusiaan.
2. Memelihara martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran
3. Menjalankan tugas secara terhormat dan bersusila sesuai martabat dokter
4. Mengutamakan kepentingan masyarakat
5. Merahasiakan segala sesuatu yang merupakan kerahasiaan dokter.
6. Tidak menggunakan pengetahuan kedokteran yang bertentangan dengan
perikemanusiaan
7. Menghormati setiap hidup insani, mulai dari saat pembuahan.
8. Mengutamakan kesehatan penderita
9. Berikhtiar sungguh-sungguh tidak terpengaruh oleh faktor agama, bangsa,
suku, kelamin, politik, kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderita.
10. Memberikan penghormatan dan terima kasih yang selayaknya kepada guru-
guru saya.
11. Memperlakukan TS sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan.
12. Mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
13. Mengikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh, dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Hak dan Kewajiban Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan memiliki hak dan kewajiban
yang perlu diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit agar dapat menyesuaikan dengan hak dan kewajiban di bidang profesi
masing-masing. Karena hak dan tanggung jawab ini berkaitan erat dengan pasien
sebagai penerima jasa, maka masyarakatpun harus mengetahui dan
memahaminya.
Hak Rumah Sakit
Hak rumah sakit adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki rumah sakit
untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu yaitu:
Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS nya sesuai dengan kondisi
atau keadaan yang ada di RS tersebut (hospital by laws).
Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS.
Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan
dokter kepadanya.
Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential.
Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien,
pihak ketiga, dll).
Mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada
pasien.
Kewajiban Rumah Sakit
Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan status
pasien.
Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan
(Duty of Care).
Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of
Care).
Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa meminta
jaminan materi terlebih dahulu.
Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan.
Menyediakan sarana dan peralatan medik sesuai dengan standar yang berlaku.
Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap
pakai.
Merujuk pasien ke RS lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan
dan tenaga yang diperlukan.
Mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan kecelakaan
dan penanggulangan bencana.
Melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum
bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapatkan perlakuan
tidak wajar atau tuntutan hukum dari pasien atau keluarganya.
Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah
sakit tersebut.
Membuat standar dan prosedur tetap untuk pelayanan medik, penunjang
medik, maupun non medik.
Mematuhi Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI).
Hak dan Kewajiban Dokter
Didalam memberikan layanan kedokteran, dokter mempunyai hak dan kewajiban
sebagaimana tercantum dalam Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 29
Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran; Kode Etik Kedokteran Indonesia;
Pernyataan IDI; Lampiran SK PB IDI dan Surat edaran Dirjen Yanmed No: YM
02.04.3.5.2504 th. 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan
Rumah Sakit.
Hak Dokter
Hak dokter adalah kekuasaan atau kewenangan dokter untuk mendapatkan atau
memutuskan untuk berbuat sesuatu: Hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional serta berdasarkan hak otonomi dan kebutuhan medis pasien yang
sesuai dengan jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.
Hak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, profesi dan etika.
Hak untuk mengakhiri atau menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien
apabila hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga
kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi dan wajib menyerahkan
pasien kepada dokter lain, kecuali untuk pasien gawat darurat.
Hak atas ‘privacy’ (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh
pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan).
Hak memperoleh informasi yang lengkap dari jujur dari pasien atau
keluarganya.
Hak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien
yang tidak puas terhadap pelayanannya.
Hak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun oleh
pasien.
Hak mendapatkan imbalan jasa profesi yang diberikan berdasarkan
perjanjian dan atau ketentuan atau peraturan yang berlaku di rumah sakit.
Kewajiban Dokter
Sumber dan Dasar Hukum kewajiban Dokter antara lain:
Kewajiban Dokter (PP NO. 32-1996)
Pasal 21
1. Mematuhi Standar profesi tenaga kesehatan
Pasal 22
1. Menghormati hak pasien
2. Menjaga kerahasiaan pasien
3. Memberikan informasi kondisi dan tindakan yang akan dilakukan
4. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
5. Membuat dan memelihara rekam medis
Kewajiban Dokter (UU No. 29-2004)
Pasal 51
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar prosedur serta
kebutuhan medis pasien;
2. Merujuk pasien kedokter lain apabila tidak mampu;
3. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasien;
4. Melakukan pertolongan darurat;
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perekmbangan ilmu kedokteran
KEWAJIBAN DOKTER (“KODEKI”-18 Pasal)
I. Kewajiban Umum (9)
1. Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter
2. Melakukan profesi menurut ukuran yang tertinggi
3. Tidak boleh dipengaruhi untuk keuntungan pribadi
4. Tidak bertentangan dengan etik.
5. Tiap perbuatan yang melemahkan daya tahan hanya untuk kepentingan penderita
6. Berhati-hati menerapkan teknik/pengobatan baru
7. Memberi keterangan yang terbukti kebenarannya.
8. Mengutamakan kepentingan masyarakat, menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat
9. Bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat
II. Kewajiban terhadap penderita (5)
1. Melindungi hidup mahluk insani
2. Tulus Ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya.. Jika tidak
mampu, wajib rujuk.
3. Memberikan kesempatan kepada penderita untuk berhubungan dengan orang
lain.
4. Merahasiakan rahasia penderita
5. Wajib melakukan pertolongan darurat.
III. Kewajiban terhadap teman sejawat (2)
1. Memperlakukan teman sejawat (TS) sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
2. Tidak boleh mengambil alih penderita dari TS tanpa persetujuannya.
IV. Kewajiban terhadap diri sendiri (2)
1. Harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik
2. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada
cita-citanya yang luhur
Dari sumber dan dasar hukum diatas dapat diambil kesimpulan kewajiban-kewajiban
dokter adalah sebagai berikut:
Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai hubungan hukum antara dokter
tersebut dengan rumah sakit.
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien yg sesuai dengan jenis dan strata
sarana pelayanan kesehatan.
Merujuk pasien ke dokter lain atau rumah sakit lain yang memiliki keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.
Memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinanya.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien (menjaga
kerahasiaan pasien) bahkan setelah pasien meninggal dunia.
Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melaksanakan.
Meminta persetujuan pada setiap melakukan tindakan kedokteran/
kedokteran gigi, khusus untuk tindakan yang berisiko persetujuan dinyatakan
secara tertulis. Persetujuan dimintakan setelah dokter menjelaskan tentang :
diagnosa, tujuan tindakan, alternative tindakan, risiko tindakan, komplikasi
dan prognose.
Membuat catatan rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan
dengan keadaan pasien.
Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/
kedokteran gigi.
Memenuhi hal- hal yang telah disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.
Bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal balik
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.
Dalam melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin
praktik dokter/ dokter gigi.
Dalam melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.
Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik
kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter
gigi pengganti.
Wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter dan
Kode Etik Kedokteran I ndonesia.
Hak dan Kewajiban Pasien
Didalam mendapatkan layanan kesehatan, pasien mempunyai hak dan kewajiban
sebagaimana Surat edaran DirJen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, th.1997;
UU.Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan
Pernyataan/SK PB. IDI, sebagai berikut :
Hak Pasien
Hak pasien dalam hukum kedokteran bertumpu dan berdasarkan atas dua hak asasi
manusia yaitu Hak untuk pemeliharaan kesehatan (The right of health care) dan Hak
untuk menentukan nasib sendiri (The right to self determination)
Sumber dan Dasar Hukum hak pasien adalah:
HAK PASIEN (PP No.32 -1996)
Pasal 23
1. Pasien berhak atas ganti rugi akibat terganggunya kesehatan, cacat atau kematian
karena kelalain tenaga kesehatan
2. Ganti rugi dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
HAK PASIEN (UU No.29-2004)
Pasal 52
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang tindakan medis.
2. Meminta pendapat dokter lain.
3. Mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis
4. Menolak tindakan medis dan
5. Mendapatkan isi rekam medis
HAK-HAK PASIEN (KODEKI)
1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya dan hak untuk mati secara wajar
2. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi
kedokteran
3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi
4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan
5. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya
6. Menolak dan menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran
7. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter
yang merujuk
8. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi
9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan rumah sakit
10. Berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniawan dan lain-lainnya
selama perawatan.
11. Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya
Pada dasarnya hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai
pasien. Dari sumber dan dasar hukum diatas dapat diambil kesimpulan hak-hak
pasien adalah sebagai berikut:
Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/ kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan.
Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
Hak atas ’second opinion’ / meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku.
Hak untuk memperoleh informasi / penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam berobat dan atau
masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban dan ketenangan umum/ pasien lainya.
Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit.
Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit
terhadap dirinya.
Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
Hak transparansi biaya pengobatan/ tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
Hak akses / ‘inzage’ kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam
medis miliknya.
Kewajiban Pasien
Sumber dan Dasar Hukum Kewajiban Pasien adalah:
KEWAJIBAN PASIEN (KODEKI)
1. Memeriksakan diri sedini mungkin
2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
4. Menandatangani surat PTM dan lain-lain
5. Yakin pada dokter dan yakin akan sembuh
6. Melunasi biaya perawatan, pemeriksaan, pengobatan serta honorarium dokter
KEWAJIBAN PASIEN (UU No.29 – 2004)
Pasal 53
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
Dari sumber dan dasar hukum diatas dapat diambil kesimpulan kewajiban-kewajiban
pasien adalah sebagai berikut:
Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
kepada dokter yang merawat.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
Mematuhi ketentuan/ peraturan dan tata-tertib yang berlaku di rumah sakit.
Melunasi semua imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian yang telah
dibuatnya.
BAB III
PENUTUP
Pelayanan kesehatan (health care services) merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Menurut Alexandria I. Dewi ”bahwa
yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya baik yang
diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit
dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perseorangan, kelompok atau
masyarakat”.
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diperlukan
wewenang kesehatan yang berhubungan dengan 4 pendekatan kesehatan dan 15
penyelenggaraan kesehatan. Pendekatan kesehatan masa sekarang berorientasi pada
hasil kongres kesehatan dunia, yang meliputi penyelenggaraan kesehatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan pelayanan kesehatan atau pengobatan bagi masyarakat yang
semakin maju ternyata menumbuhkan kebutuhan hukum dalam berbagai urusan
kesehatan. Pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hubungan antara pasien
atau keluarganya dan dokter/tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Masyarakat
menganggap pelayanan kesehatan pada khususnya pengobatan merupakan suatu
“therapeutic miracle (mujizat), namun harus diingat bahwa tindakan medis itu
mengandung suatu ”therapeutic risk”. Ajaran tentang resiko ini dimungkinkan
menjadi resiko pasien, atau resiko dokter/rumah sakit atau kedua belah pihak
menanggung resiko.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
telah di ganti dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
adalah merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mewujudkan suatu pelayanan
kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat akan tetapi hal demikian belumlah
kesemuanya diatur secara terinci dalam undang-undang tersebut dampak dari
pelayanan kesehatan disamping itu kedua undang-undang tersebut masih membahas
seputar tentang persyaratan-persyaratan secara administrasi saja. Pelayanan kesehatan
adalah sangat penting bagi setiap orang memasuki era globalisasi saat ini begitu
banyak penyakit yang menyebar sehingga dalam upaya pencegahan sangat diperlukan
kesiapan dari pemerintah dan masyarakat untuk menanggulagi hal tersebut. Untuk itu
sangat diharapkan peran pemerintah dalam hal ini pengupayaan hukum yang lebih
baik dan lebih mengatur tentang pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.legalitas.org/artikel/hukum/kesehatan/perspektif/pelayanan/kesehatan/masyarakat/modern
http://cintalestari.wordpress.com/2008/11/26/hukum-dan-etika-rumah-sakit/
http://bahankuliahnyaryo.blogspot.com/2010/05/hukum-kesehatan.html