20
1 PENDAHULUAN Ibadah menjadi sesuatu yang wajib dilakukan oleh orang yang beragama Kristen. Karena secara teologis ibadah merupakan penyataan diri Allah di dalam Yesus Kristus dan menjadi tanggapan manusia terhadapNya. 1 Dalam gereja Kristen Protestan ada beberapa jenis ibadah, yaitu ibadah minggu, ibadah perjamuan kudus, ibadah sektor, ibadah syukuran (Ulang tahun maupun Pernikahan), ibadah penghiburan, ibadah penguburan, dan ibadah lainnya. Konsep "Ibadah" berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai akar kata yang sama dalam bahasa Ibrani "Abodah" yang berarti "mengabdi". Beribadah kemudian berarti mengabdi kepada Tuhan. Selain itu dapat juga berarti "berbakti" (bahasa Sansekerta), yang berarti berbuat bakti kepada Tuhan. 2 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika orang percaya beribadah maka mereka sepenuhnya mengabdikan diri kepada Allah. Gereja dalam melaksanakan peribadahan selalu menyesuaikan dengan kalender tahun gerejawi. Oleh karena itu sering dilakukan penyesuaian terhadap liturgi ibadah. Pertimbangannya setiap unsur dalam liturgi ibadah mempunyai maksud dan tujuannya masing-masing. 3 Contoh ada tata ibadah khusus untuk perayaan hari pentakosta, tahun baru, festival musim gugur hari kemerdekaan, duka dan sebagainya. 4 Peribadahan, sejak dahulu telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan umat. Seperti orang Yahudi yang sejak dahulu telah mengenal doa setiap hari yang dilakukan pagi dan malam maupun terdapat doa yang diatur berdasarkan penanggalan atau bulan. 5 Ibadah bulan purnama dalam Perjanjian Lama diadakan pada hari ketujuh. Mengapa hari ketujuh? Karena terdapat pertimbangan dan perhitungan khusus. Para imam berpikir terlalu lama jika menunggu selama satu bulan atau tiga puluh hari untuk melakukan korban bakaran. Perubahan jadwalpun dilakukan dengan memajukannya pada hari keempatbelas. Namun 1 James. F. White, Pengantar IbadahKristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 6-7. 2 http://www.effatha.org/index/content/id/1258 diakses pada tanggal 10 Juli 2014 3 J.L. Ch. Abineno. Unsur-Unsur Liturgia yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) bandingkan salah satu unsur pertama dalam liturgi ibadah yakni Votum hal 1-6. 4 Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 5-27. 5 Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 21.

Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

1

PENDAHULUAN

Ibadah menjadi sesuatu yang wajib dilakukan oleh orang yang beragama Kristen. Karena

secara teologis ibadah merupakan penyataan diri Allah di dalam Yesus Kristus dan menjadi

tanggapan manusia terhadapNya.1 Dalam gereja Kristen Protestan ada beberapa jenis ibadah,

yaitu ibadah minggu, ibadah perjamuan kudus, ibadah sektor, ibadah syukuran (Ulang tahun

maupun Pernikahan), ibadah penghiburan, ibadah penguburan, dan ibadah lainnya. Konsep

"Ibadah" berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai akar kata yang sama dalam bahasa Ibrani

"Abodah" yang berarti "mengabdi". Beribadah kemudian berarti mengabdi kepada Tuhan.

Selain itu dapat juga berarti "berbakti" (bahasa Sansekerta), yang berarti berbuat bakti kepada

Tuhan.2 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika orang percaya beribadah maka mereka

sepenuhnya mengabdikan diri kepada Allah.

Gereja dalam melaksanakan peribadahan selalu menyesuaikan dengan kalender tahun

gerejawi. Oleh karena itu sering dilakukan penyesuaian terhadap liturgi ibadah. Pertimbangannya

setiap unsur dalam liturgi ibadah mempunyai maksud dan tujuannya masing-masing.3 Contoh

ada tata ibadah khusus untuk perayaan hari pentakosta, tahun baru, festival musim gugur hari

kemerdekaan, duka dan sebagainya.4 Peribadahan, sejak dahulu telah diatur sedemikian rupa

sesuai dengan kebutuhan umat. Seperti orang Yahudi yang sejak dahulu telah mengenal doa

setiap hari yang dilakukan pagi dan malam maupun terdapat doa yang diatur berdasarkan

penanggalan atau bulan.5

Ibadah bulan purnama dalam Perjanjian Lama diadakan pada hari ketujuh. Mengapa hari

ketujuh? Karena terdapat pertimbangan dan perhitungan khusus. Para imam berpikir terlalu lama

jika menunggu selama satu bulan atau tiga puluh hari untuk melakukan korban bakaran.

Perubahan jadwalpun dilakukan dengan memajukannya pada hari keempatbelas. Namun

1 James. F. White, Pengantar IbadahKristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 6-7.

2 http://www.effatha.org/index/content/id/1258 diakses pada tanggal 10 Juli 2014

3 J.L. Ch. Abineno. Unsur-Unsur Liturgia yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia,(Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2012) bandingkan salah satu unsur pertama dalam liturgi ibadah yakni Votum hal 1-6. 4 Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2011), 5-27. 5 Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2011), 21.

Page 2: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

2

perubahan inipun terus berlanjut di kemudian hari karena menurut para imam terlalu lama jika

harus menunggu empat belas hari lagi sehingga pada akhirnya ditetapkan pada hari ketujuh dan

bertepatan dengan bulan purnama. Sebab bulan purnama bagi mereka adalah malam yang paling

indah dan cocok untuk dilaksanakannya upacara kurban dan sekaligus sebagai hari untuk

beristirahat.6

Dasar teologis dari upacara kurban yang dikembangkan adalah Allah menciptakan makhluk

hidup yang berdiam di atas tanah. Makhluk hidup ini bisa bergerak karena mereka mempunyai

darah. Darah adalah simbol kehidupan, sehingga dalam cerita Allah membuat perjanjian dengan

anak laki-laki Nuh, perjanjian ini ditujukan kepada semua manusia.7

Berlandaskan pemahaman teologis tersebut, ibadah kemudian menjadi dasar yang sentral

dalam kehidupan bergereja. Karena ibadah menjadi kebiasaan setiap orang percaya dimanapun

mereka berada. Hal ini juga yang terjadi pada gereja-gereja di Indonesia khususnya GMIM.

Namun yang menariknya terdapat sebuah tradisi ibadah yang tidak biasa dilakukan dalam

kehidupan peribadahan di gereja yang berkaitan dengan bulan purnama. Di jemaat GMIM Nafiri

Telap terdapat sebuah ibadah yang tidak ditemukan di gereja GMIM lainnya. Ibadah yang

dimaksudkan adalah ibadah Bulan Purnama. Hal ini menjadi menarik karena apakah ibadah ini

dilakukan untuk menyembah bulan? Ataukah ibadah ini sebagai bentuk ucapan syukur atas

cahaya bulan yang diterima?

Pertanyaan tersebut menyebabkan ibadah bulan purnama ini perlu diteliti secara mendalam.

Karena sejauh yang diketahui penelitian yang terkait dengan ibadah bulan purnama yang

dilakukan oleh Theophile. J Meek, berfokus pada Sabath secara historis yang menyoroti masalah

asal-usul ibadah ini dilakukan,8 Erik C. Carter, Masalah penanggalannya dan pengalaman

praktisnya,9 dan Saul M. Olyan memahami landasan biblis sabath dalam kitab keluaran 31:12–17

6 Robert B coote. Pada mulanya Penciptaan dan sejarah keimanan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

93. 7 Robert B coote. Pada mulanya Penciptaan dan sejarah keimanan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

94-95. 8 Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914). 201-12. 9 Erik C. Carter. The Practice and Experience of the Sabbath among Seventh-day Adventist Pastors. Jurnal

Pastoral Psychol (2013) 62:13–26.

Page 3: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

3

dengan melakukan kajian hermeneutik.10

Gambaran penelitian-penelitian di atas memberikan

dasar berpikir untuk dilakukannya penelitian ini. Karena titik temunya adalah ibadah ini

dilakukan pada saat terjadinya bulan purnama.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penelitian ini meneliti tentang

ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap. Adapun pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian ini adalah pertama Apa makna teologis dari ibadah Bulan Purnama menurut

pemahaman jemaat GMIM Nafiri Telap? Kedua Apa fungsi sosial dari ibadah bulan purnama

terhadap jemaat GMIM Nafiri Telap?. Tujuannya untuk mendeskripsikan nilai-nilai teologis dari

ibadah bulan purnama menurut pemahaman jemaat, dan sekaligus mendeskripsikan fungsi sosial

dari ibadah bulan purnama terhadap jemaat. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan

pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap,

serta memberikan sumbangan pemikiran baru kepada Jemaat tentang makna teologis dari sebuah

ibadah dan memberikan sumbangan secara khusus, bagi civitas akademika Fakultas Teologi

yang menjalankan tugas kepelayanan di gereja, jemaat, dan masyarakat, dalam pendalaman dan

pemahamannya akan setiap ibadah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif

deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha memahami dan

menafsirkan makna, peristiwa, dan interaksi tingkah laku individu yang dipahami dari

persekutuan Ibadah bulan Purnama.11

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam (in-

depth interview) dengan informan kunci (key informan) seperti tokoh-tokoh masyarakat

dan tokoh-tokoh agama setempat yang memiliki peran dalam pelaksanaan ibadah ini.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data yang telah tersedia berupa dokumen

10

Saul M. Olyan. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P and H?.

Journal of Biblical Literature (2005) 201–209. 11

Husaini U. & Purnomo S. A., Metodologi Penelitian Sosial,( Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 78.

Page 4: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

4

seperti tata gereja liturgi ibadah dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti.12

Lokasi penelitian adalah di GMIM Nafiri Telap Kecamatan Eris Kabupaten

Tondano Sulawesi Utara. Selain itu dilakukan FGD. FGD merupakan suatu proses

pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu

yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Focus Group Discussion mengandung tiga

kata kunci: a. Wawancara; b. Kelompok ; c. Terfokus/Terarah.13

LANDASAN TEORI

Pengertian Ibadah dan Fungsi Sosialnya

Ibadah kristen adalah kata umum dan inklusif bagi berbagai peristiwa (ritual-ritual) yang

menegaskan kehidupan ketika gereja menyelenggarakan pertemuan bersama guna

mengekspresikan iman mereka (liturgi) dalam puji-pujian, mendengarkan Firman Allah, dan

merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka. Gereja-gereja melakukan

banyak hal, tetapi yang paling umum dan terpenting adalah yang dilakukan oleh suatu adalah

Ibadah. Ibadah kristen adalah sumber dasar bagi segalanya dari gereja dan apa yang

dilakukannya. Jika ibadah suatu gereja kekurangan integritas, autentisitas, keramahan, vitalitas,

dan keyakinan, kita bisa mengatakan bahwa hal-hal ini akan juga kurang dalam kehidupan

lainnya.14

Paul W Hoon berpendapat bahwa “ibadah Kristen adalah pernyataan diri Allah sendiri

dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya,” atau suatu tindakan ganda: yaitu

“tindakan Allah kepada jiwa manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan

manusia melalui Yesus kristus”. Melalui Firman-Nya, Allah “menyingkap dan

mengkomunikasikan keberadaan-Nya yang sungguh nya kepada manusia” kata kunci dari dalam

pemahaman Hoon tentang ibadah kristen adalah “pernyataan” dan “tanggapan”.15

Kata Ibadat berasal dari bahasa arab („ibaadat-un), yang berarti: pengabdian kepada

Tuhan. Maka menurut arti aslinya dalam bahasa arab dan agama islam, kata ibadat mau

12

Jhon W. C, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, (Jakarta: Pustaka Pelajar,

2010) 266-273. 13

Ibid., 266-273. 14

David R Ray, Gereja Yang Hidup : Ide-ide segar menjadikan ibadah lebih menarik, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia,2009), hal 9-10. 15

James F White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal 7.

Page 5: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

5

mengungkapkan tindakan atau perbuatan manusia yang menyatakan bakti kepada allah yang

didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bagi orang Islam,

misalnya ibadat itu tidak hanya dibatasi pada tindakan doa dan sembahyang saja, melainkan

segala perbuatan yang menyatakan bakti kepada Tuhan, seperti: berpuasa dalam bulan ramadhan,

zakat, bersedekah, naik hati. Dengan ibadat ditunjuk segala usaha lahir dan batin sesuai dengan

perintah tuhan, untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri,

keluarga, masyarakat, maupun alam semesta. Dengan demikiatn ditinjau dari konteks bahasanya,

kata ibadat mengandung makna pertama: tindakan manusia yang menyatakan bakti atau

pengabdian kepada Allah dan kedua: ibadat mencakup segala macam tindakan, yang tidak dapat

dibatasi pada tindakan sembahyang atau doa saja tetapi semua perbuatan yang dimaksudkan

untuk mengabdi pada Allah.16

Ibadah Bulan Purnama secara Historis

Secara historis tradisi ibadah bulan purnama berasal dari bangsa Babilonia. Peribadahan

tersebut dilakukan dengan menggelar festival atau acara perayaan bulanan yang dihitung

berdasarkan fase bulan dan identik dengan hari-hari yang di gemari dan tidak digemari.

Contohnya perhitungan Bulan Elul jatuh pada hari ke 7, 14, 9, 21 dan 28. Sedangkan Ibadah

bulan purnama dilakukan pada hari ke 5. Pada dasarnya ibadah atau ritual ini sering dilakukan

oleh bangsa-bangsa di timur tengah mengingat fungsi Bulan sebagai penerang pada saat malam

hari. Orang Harania memiliki empat hari pengorbanan dalam sebulan, sekurang-kurangnya dua

hari diantaranya ditentukan dari konjungsi dan posisi bulan. Dalam kebudayaan Hindu kuno

menganggap bahwa bulan baru dan bulan penuh sebagai hari untuk pengorbanan, bulan penuh

maupun bulan baru ternyata memeliki signifikansi religius diantara masyarakat ibrani kuno.

Saat-saat seperti ini yaitu perayaan agrikultur sudah di tetapkan, maka perayaan itu selalu

dirayakan ketika terjadi fase bulan penuh.17

Ibadah bulan purnama ini kemudian diadopsi oleh bangsa Israel semasa berada di

pembuangan, dan dikontekstualkan melalui upacara kurban, bahkan pada awal pemisahan antara

bulan penuh ini ada sebuah keputusan bahwa pada saat bulan penuh maka akan tidak boleh ada

16

Emanuel Martasudjita, Liturgi: Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius,

2011), hal 26-27. 17

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914), 201-212.

Page 6: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

6

yang melakukan aktivitas. Berbeda dengan Babilonia pada saat akan melakukan peribadahan ini

mereka membuat kalender sendiri dengan perhitungan yang berbeda. Seperti Hari ke 15 pada

bangsa Babilonia diganti dengan hari ke 7 sebagai hari peristirahatan dalam tradisi beragama

bangsa Israel karena hari ke 7 dianggap sakral dan nuansa kesempurnaan yang terkandung pada

angka itu. Pada waktu kemudian hari ketujuh ini dianggap sebagai hari untuk istirahat dan hari

berhenti bekerja ditambahkan kedalam tradisi Ibadah Bulan Purnama. 18

Pada tradisi bangsa Babilonia, perhitungan Bulan Purnama berdasarkan fase bulan yang

sudah ditentukan, dipahami bahwa festival yang dilakukan ketika bulan Purnama menjadi sebuah

upaya untuk menghindari kemarahan dewa, dan dijadikan sebagai hari yang tepat untuk

melakukan penebusan dosa dan menjadi hari tenang.19

Bulan purnama kemudian mengalami perubahan makna ketika di adopsi oleh bangsa

Ibrani dan terus berkembang seiring berjalannya waktu di Israel, bangsa Israel selaku bangsa

beragama terus memperkuat tradisi ini menjadi tradisi bagi bangsa Israel untuk menghadirkan

hari peristirahatan sekaligus hari yang sakral dan suci bagi bangsa Israel, bangsa Israel melalui

imam-imam dan para nabi menetapkan bahwa hari ketujuh merupakan hari untuk sembahyang

agar lebih diterima oleh masyarakat sekaligus menghindari adanya anggapan bahwa hal ini

menjadi praktek-praktek penyembahan berhala.20

Bulan berperan penting dalam kehidupan bangsa Israel karena secara khusus bulan

menjadi penuntun para leluhur nenek moyang pada saat malam hari. Penghargaan terhadap bulan

selanjutnya dibuat dalam bentuk ritual keagamaan atau secara sederhana mereka kemudian

beribadah kepada bulan sebagai wujud terimakasih. Bulan Purnnama memiliki sifat religius yang

sangat tinggi di tengah-tengah kehidupan orang Ibrani, khusunya untuk pergelaran perayaan

agrikultur maka akan ditentukan berdasarkan fase bulan. 21

18

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914), 201-212. 19

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212. 20

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212. 21

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212.

Page 7: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

7

Secara akitabiah Ibadah Bulan Purnama dan bulan baru menjadi tradisi yang dipandang

buruk oleh para nabi karena kedua tradisi itu berhubungan dengan bulan. Nabi adalah

perpanjangan mulut Allah di dalam agama sehingga mereka tidak menyetujui segala bentuk

penyembahan kepada berhala. Hal ini berkaitan dengan Nabi yang merupakan reformator sosial

dan tidak tertarik dengan ritual-ritual seperti ibadah kepada bulan ini.22

Ibadah Bulan Purnama secara Teologis

Secara teologis ibadah di bulan Purnama di Alkitab dapat ditemukan dalam kitab Amos

8:4-5 yang mengindikasikan adanya wawasan dan pengenalan bulan baru dan juga Sabat yang

adalah bulan purnama, Hosea 2:13 yang menggambarkan kehidupan gurun bangsa Israel

(dimana bulan menjadi penerang pada malam hari), Yesaya 1:13 yang mengisahkan adanya

perayaan khusus ketika bulan baru dan bulan purnama, serta II Raja-raja 4:23 yang juga

mengindikasikan bahwa bulan baru dan Sabat atau bulan purnama sudah menjadi tradisi yang

berakar dalam kehidupan bangsa Israel. Model beribadah yang dilakukan bangsa Israel lebih

kepada pengorbanan hewan kurban sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Allah.

Simbolisasi ini mempunyai makna sebagai hari perhentian atau istirahat. Bulan di yakini

membawa pengaruh baik dan buruk bagi hewan tumbuhan dan manusia. 23

Di dalam kitab Yeremia 7:18; Anak-anak memungut kayu bakar, bapa-bapa menyalakan

api dan perempuan-perempuan meremas adonan untuk membuat penganan persembahan bagi

ratu sorga, dan orang mempersembahkan korban curahan kepada allah lain dengan maksud

menyakiti hati-Ku. 8:2; dan diserakkan di depan matahari, di depan bulan dan di depan segenap

tentara langit yang dahulunya dicintai, diabdi, diikuti, ditanyakan dan disembah oleh mereka.

Semuanya itu tidak akan dikumpulkan dan tidak akan dikuburkan; mereka akan menjadi pupuk

di ladang. 44:17; tetapi kami akan terus melakukan segala apa yang kami ucapkan, yakni

membakar korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti

telah kami lakukan, kami sendiri dan nenek moyang kami dan raja-raja kami dan pemuka-

pemuka kami di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu kami

22

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212. 23

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212.

Page 8: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

8

mempunyai cukup makanan; kami merasa bahagia dan tidak mengalami penderitaan.24

Terkandung referensi yang berkaitan dengan peribadatan kepada bulan dan bintang-

bintang yang dikecam oleh nabi Yeremia. Ibadah Bulan Purnama juga dilakukan sebaga bagian

dari perayaan religius bangsa ibrani dan merupakan satu hari penuh kegembiraan dan

kemeriahan (Hos 2:11, I Sam 20:4) menjelaskan bahwa dalam perayaan Ibadah Bulan Purnama

ini menjadi sebuah waktu dimana member kurban, hari dimana nabi dapat di kunjungi. Dalam

Perayaan Ibadah Bulan Purnama banyak orang terbiasa mengunjungi kuil pada hari dimana para

tentara diharuskan mengamankan keramaian yang ada.25

Pada kitab keluaran 31:12-17; (12) "Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati,

pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya

ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia

dapat lari. (14) Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia

membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbah-Ku,

supaya ia mati dibunuh. (15) Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum

mati. (16) Siapa yang menculik seorang manusia, baik ia telah menjualnya, baik orang itu masih

terdapat padanya, ia pasti dihukum mati. (17) Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia

pasti dihukum mati.26

Menjelaskan bahwa nabi-nabi memberikan pembenaran tentang ibadah bulan purnama,

ibadah bulan purnama yang dalam tradisi Israel di ubah menjadi sabbat, dalam pemahaman awal

nabi-nabi berpendapat bahwa semua itu merupakan perjanjian abadi antara Tuhan orang Israel

dengan bangsa Israel kuno. 27

II raja-raja 23:5; Ia memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh

raja-raja Yehuda untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di

sekitar Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa matahari,

untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit. Menjelaskan bahwa

24

Alkitab Elektronik 2.0.0 25

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212. 26

Alkitab Elektronik 2.0.0 27

Saul M. Olyan. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P and H ?.

Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.

Page 9: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

9

nabi-nabi mengumumkan hal bagaimana saja yang termasuk dalam kategori agama yang

mempercayai bintang-bintang, yang sudah pasti dilarang oleh para imam dan Yosia melakukan

pemusnahan terhadap praktek-praktek seperti itu. Namun dalam perkembangannya ketika masa

pengasingan ritual-ritual ini mendapat tempat yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan iman-nabi

Yehezkiel dan murid-muridnya. Hal ini berkaitan dengan agama Yahweh yang mendapat

pengaruh besar dari tradisi agama bintang dan bulan. 28

Karenanya bulan sangat menunjang dalam aktivitas sehari-hari mereka. Pada umumnya,

bangsa Ibrani/ Israel menghargai malam hari karena dimaknai sebagai saat yang penuh

kebajikan. Alasannya karena malam selalu indentik dengan ketenangan. Berbeda dengan siang

hari, matahari yang panas dipandang sebagai sesuatu yang penuh dengan kedengkian. Selain itu,

sebagian besar perjalanan orang-orang Israel dilakukan pada malam hari dan hal ini menjadi

alasan yang sentral mengapa mereka kemudian berutang budi atas kebaik bulan yang sudah

menjadi sumber penerang bagi jalan mereka. 29

Ibadah Bulan Purnama di Telap

Pada bagian ini membahas tentang hasil penelitian yang mencakup sejarah desa Telap,

sejarah GMIM “Nafiri” Telap, sejarah dan makna sosio Teologis dari Ibadah Bulan Purnama.

Desa Telap

Desa Telap merupakan desa ke-tujuh di kecamatan Eris kabupaten Tondano, pada awal

mulanya desa Telap hanyalah suatu tempat yang belum ada penghuninya (hutan). Desa ini di

ketahui mempunyai tanah yang sangat subur, berbukit-bukit, dan tergeletak di pesisir danau

tondano, dengan pemandangan yang sangat indah, sehingga para tua-tua di desa-desa sekitar

sering datang untuk mencari dan menangkap ikan, melalui proses inilah maka terkumpulah di

desa ini beberapa keluarga, sehingga terbentuklah satu kelompok masyarakat, dan masayarakat

28

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212. 29

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914) ), 201-212.

Page 10: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

10

tersebut memberikan nama Desa Telap yang artinya PATELAPAN NDANO (tempat pertemuan

air).30

Desa Telap mempunyai penduduk yang mayoritas Agama Kristen yang terbagi dalam

beberapa denominasi Gereja yaitu GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), Gereja Advent di

hari Ketujuh, dan Gereja Pantekosta. Desa ini di pimpin oleh seorang Hukum Tua (kepala Desa),

dan desa ini terbagi dalam empat dusun yang masing –masing dusun dikepalai oleh seorang

kepala jaga dan seorang Mewenteng. Penduduk desa Telap berjumlah 1120 jiwa dan jumlah KK

sebanyak 331, hampir mayoritas penduduk di Telap bermata pencaharian sebagai nelayan dan

petani, hal ini di sebabkal oleh faktor pendidikan dan sudah menjadi tradisi sejak lama. Namun

dengan perkembangan yang dari pola pikir maka tingkat pendidikan mulai menanjak, dimana

sudah meningkatnya jumlah masyarakat yang merupakan lulusan Strata 1 maupun Diploma.31

GMIM “Nafiri” Telap

GMIM Nafiri Telap awalnya didirikan pada tahun 1850 dan bertempat di desa Telap

lama (Amian), tepatnya di kintal/halaman keluarga Sumual Gerungan dan bangunan gereja

tersebut sangat sederhana yang terbuat dari bahan bangunan berupa kayu, bambu, dan beratapkan

rumbia (dari daun rumbia/pohon sagu), gereja tersebut waktu itu bernama “BAITHEL”. Pada

Tahun 1900 gereja di pindahkan ke desa Telap baru (Timu) dan bangunan gereja di kerjakan

selama 10 tahun (1900-1910) dan gereja pada waktu itu sudah berganti nama menjadi “SION”,

kemudian pada tahun 1980 gereja berganti nama menjadi “EBEN HAESER” , gereja ini juga

sempat bernama “IMANUEL” ketika di pimpin oleh guru jemaat bernama A.Gerungan namun

tidak ada kepastian Tahun terjadinya. Pada tahun 1982 gereja ini mulai di renovasi untuk

menjadi bangunan beton dan di kerjakan selama sepuluh tahun (10),dan terhitung dari tahun

1982-1992, dan kemudian pada Tahun 1992 di resmikan oleh Mentri Koordinator Ekonomi dan

Keuangan Bpk, Radius Prawiro dan pada saat itu juga gereja ini di resmikan dengan nama

30

Hasil wawancara dengan Hukum Tua Desa Telap Bpk. Joppi Mailangkay yang dilakukan senin 10

November 2014 pukul 18.00. 31

Laporan hasil Orientasi yang ditulis Oleh Vicaris Pendeta Lora sakul, S.Th

Page 11: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

11

GMIM “Nafiri” Telap, nama nafiri di ambil sesuai dengan relief yang ada di dinding tembok

bangunan gereja.32

Sejarah dan Pemaknaan terhadap Ibadah Bulan Purnama

Seperti pada umumnya Gereja GMIM yang ada di tanah Minahasa, GMIM Nafiri Telap

juga menjalankan peribadahan-peribadahn yang sudah di tentukan dari sinode, yaitu ibadah

Kolom (sektor), Ibadah BIPRA (bapak, ibu, pemuda, remaja, dan anak), ibadah Syukuran HUT,

Pernikahan, HUT pernikahan, dan Ibadah Duka.33

Namun ada sebuah ibadah yang berbeda di

Jemaat GMIM Nafiri Telap dan tidak di miliki di gereja GMIM mana pun, dan hanya di miliki

oleh GMIM Nafiri Telap, yaitu Ibadah Bulan Purnama. Ibadah ini sudah berlangsung sejak lama,

bahkan sebelum ada gereja sebagai tempat persekutuan.34

Ibadah bulan purnama di prakarsai oleh Tua-tua desa Telap. Ibadah ini sendiri bukan di

pahami sebagai sebuah ibadah yang bertujuan untuk menyembah Bulan, namun ibadah ini di

latar belakangi oleh situasi kehidupan dari orang-orang yang hidup pada zaman itu, yaitu

kehidupan yang penuh dengan kegelapan. Faktor pertama ialah pada waktu itu masyarakat di

desa Telap belum merasakan terang dari lampu karena belum ada aliran listrik. Faktor kedua

ialah karena masih banyaknya orang-orang tua dulu yang masih melakukan ritual-ritual di saat

bulan purnama berupa melakukan pertapaan untuk mendapatkan kekuatan-kekuatan di luar

manusia.35

Dua faktor inilah yang menjadi pendorong utama terjadinya ibadah di saat bulan

Purnama, sehingga Ibadah Bulan Purnama ini sendiri dipahami sebagai sebuah ibadah untuk

mensyukuri semua ciptaan Tuhan di dunia ini, termasuk sinar Bulan Purnama. Karena melalui

sinar bulan Purnama ini orang-orang di desa Telap bisa berjalan dan berkumpul untuk beribadah

kepada Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ketika ada terjadi bulan purnama maka terangnya selain

32

Ibid., 33

Hasil wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12

November 2014 pukul 20.00. 34

Ibid., 35

Hasil wawancara dengan tokoh Jemaat Pak. Remby Tengker. Pada hari Kamis 13 November 2014 pukul

09.00

Page 12: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

12

dimanfaatkan untuk beribadah, terang bulan ini dapat dimanfaatkan juga untuk mencangkul dan

berkebun di malam hari.36

Pada awal masa terjadinya Ibadah ini semua masyarakat di Telap dengan sukacita dan

senang mengikuti ibadah ini karena selain membentuk sebuah persekutuan jemaat, melalui

ibadah ini juga jemaat dapat berkumpul dan bertemu dengan orang lain sehingga menjadi suatu

motivasi untuk selalu melaksanakan Ibadah Bulan Purnama ini.37

Seiring dengan perkembangan

zaman dan kehadiran gereja sebagai sebuah persekutuan resmi bagi orang-orang kristen, dan

hadirnya perkembangan teknologi dalam bentuk listrik, maka ibadah ini di ambil ahli oleh

GMIM dan dijadikan sebagai salah satu Program Jemaat, Ibadah ini di masukan menjadi salah

satu program jemaat di karenakan ibadah ini di prakarsai oleh orang tua-tua masyarakat yang

kemudian menjadi warga jemaat GMIM.38

Sampai pada masa kini ibadah ini tetap dilakukan, ibadah ini dilihat sebagai sebuah

ibadah yang wajib dilakukan karena baik Pendeta maupun Badan Pekerja Majelis Jemaat

melihat bahwa ibadah ini merupakan sebuah ibadah yang baik dan sangat membantu dalam

meningkatkan iman Jemaat, hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran jemaat ketika ibadah ini

dilaksanakan. Ketika ibadah ini dilaksanakan maka hampir semua warga jemaat antusias untuk

hadir untuk mengikuti ibadah ini mulai dari anak-anak-lansia, yang tidak hadir kecuali jemaat

yang sakit ataupun yang sudah lanjut usia dan sudah tidak tahan dengan udara dingin. Melihat

hal ini maka ibadah Bulan Purnama dijadikan salah satu program jemaat karena Badan Pekerja

Majelis Jemaat dan Pendeta melihat sangat baik kalau setiap sebulan sekali ada sebuah ibadah

yang menjadi jembatan bagi seluruh jemaat untuk dapat bersekutu dan berkumpul bersama dan

saling bertemu satu sama lainnya.39

Ibadah ini selalu dilakukan ketika terjadinya bulan purnama setiap bulan, ibadah ini dapat

ditentukan dengan perhitungan tanggal bulan purnama melalui kalender yang disediakan dari

GMIM, ada tanda-tanda khusus yang sudah diberi tanda oleh GMIM ketika terjadinya bulan

36

Hasil wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12

November 2014 pukul 20.00. 37

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 8 Bpk. Pnt Jhony. Sagay. Pada hari senin 10 November pukul

10.00 38

Hasil Wawancara dengan Pak. Lucky Tengker. Pada hari Sabtu 15 November 2014 pukul 10.00. 39

Hasil wawancara dengan majelis kolom 2 Ibu pnt. Adelin dan Pak Sym Jonly. Pada Hari Rabu 12

November 2014. Pukul 11.00

Page 13: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

13

purnama, berbeda halnya dengan proses perhitungan yang terjadi pada masa dulu ketika

terjadinya ibadah ini orang-orang tua dulu menghitungnya mengikuti fase bulan, walaupun

nantinya ketika akan dilaksanakan ibadah bulan purnama bertepatan dengan musim hujan namun

tetap dilangsungkan karena selalu ada perhitungan tersendiri dari gereja.40

Ibadah Bulan Purnama pada zaman dulu selalu dilaksana di alam yang terbuka, di sebuah

lapangan atau halaman rumah yang luas sehingga mereka diterangi langsung oleh terang bulan

purnama, namun pada masa kini ibadah ini lebih sering dilaksanakan di gedung gereja atau

dibuat bangsal, semua itu tergantung majelis kolom yang bertugas, alasan utama tidak

dilaksanakan lagi di alam terbuka karena alasan hujan ataupun dinginnya malam hal ini menjaga

agar orang-orang tua yang sudah lanjut usia dan anak-anak terlindungi dari dinginnya malam di

desa Telap, namun ada perbedaan yang sangat nampak ketika ibadah ini dilaksanakan di bangsal

dan gereja, jika ibadah dilaksanakan di gereja maka jemaat yang hadir itu tidak banyak, namun

jika dilaksanakan di bangsal maka hampir semua jemaat hadir. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

jemaat membutuhkan suasana yang baru dalam beribadah.41

Ibadah ini seperti pada umumnya, dilaksanakan dengan menggunakan tata ibadah, ada

nyanyian-nyanyian, doa dan pembacaan alkitab. Seiring perkembangan jemaat maka ibadah ini

dilaksanakan dengan beberapa perubahan-perubahan, seperti liturgi atau tata ibadahnya sudah

mengikuti tata ibadah umum yang dipakai dalam setiap peribadahan di kolom, namun tata ibadah

atau liturgi ibadah ini sangat fleksibel dan dinamis, karena dapat disesuaikan dengan hari-hari

gereja, contohnya tata ibadah atau liturgi bisa memakai tata ibadah hari doa sedunia, liturgi KPI,

atau ibadah-ibadah kreatif lainnya, semuanya tergantung dari pelayan (majelis) yang di beri

tugas untuk melaksanakan ibadah. Ibadah Bulan Purnama ini di bawah pengawasan KPDP

(Komisi Pelayan Doa dan Penginjilan) sebagai penanggung jawab, namun yang menjadi

pelaksana adalah Pelayan Khusus kolom, jadi ada penjadwalan untuk pelakasana per kolom.42

Ibadah ini dipandang sangat baik oleh semua pejabat gereja, karena melalui ibadah ini

secara tidak langsung jemaat telah menjawab program sinode untuk melaksanakan ibadah KPI,

40

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 7 Ibu Pnt. Jenny. Pada hari senin 10 November 2014 pukul

14.00. 41

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 10 Ibu. Pnt Renny Soputan. Hari jumat 14 November 2014

pukul 09.00. 42

Hasil wawancara dengan Ketua Jemaat GMIM Nafiri Telap Pdt Jemmy Rompis, S.Th. Hari sabtu 15

November 2014 pukul 19.00.

Page 14: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

14

jika dilihat dari kehidupan jemaat maka dapat dikatakan bahwa melalui ibadah ini menjadi

jembatan untuk meningkatkan kehidupan sosial jemaat di tengah-tengah masyarakat. Ibadah ini

merupakan batu loncatan yang sangat baik di tengah-tengah kehidupan jemaat, karena melalui

Ibadah ini maka kepercayaan-kepercayaan terhadap ilmu-ilmu kebatinan dapat di kikis bahkan

dapat dikatakan Ibadah ini mampu menghilangkan pemahaman jemaat terhadap kepercayaan-

kepercayaan itu.43

Analisa Pemahaman Jemaat Tentang Ibadah Bulan Purnama

Secara Umum, Ibadah merupakan sesuatu yang baik dalam kehidupan orang Kristen.

Oleh sebab itu Ibadah selalu menjadi bagian dari kehidupan persekutuan orang Kristen. Ibadah

dipahami sebagai sebuah penyataan dan tanggapan antara Tuhan dan manusia. Ibadah selalu

memberikan sumbangan yang positif dalam kehidupan manusia baik secara pribadi maupun

bermasyarakat. Ibadah juga berperan sangat aktif dalam perkembangan iman jemaat, sehingga

ibadah ini sangat penting dalam kehidupan orang Kristen pada masa kini khususnya pada jemaat

Nafiri Telap.

Bulan berperan penting dalam kehidupan bangsa Israel karena menjadi penuntun para

leluhur nenek moyang pada saat malam hari. Bulan Purnama memiliki sifat religius yang sangat

tinggi di tengah-tengah kehidupan orang Ibrani, khususnya untuk pergelaran perayaan agrikultur

dan ditentukan berdasarkan fase bulan. 44

Hal yang hampir sama juga terjadi dalam kekehidupan

berjemaat di Jemaat GMIM “Nafiri” Telap yang melaksanakan peribadahan di saat terjadi bulan

purnama. Orang-orang zaman dulu di Telap memahami bahwa ketika terjadi bulan purnama

dengan sinarnya yang sangat terang, ini menjadi sebuah berkah yang sangat luar biasa bagi

orang-orang di Telap pada masa itu. Hal ini dikarenakan cahaya dari bulan purnama itu berperan

menjadi penerang bagi orang-orang di Telap untuk melakukan aktivitas baik itu dalam bentuk

peribadahan maupun untuk bekerja di kebun milik mereka.

Lebih lanjut ketika terjadi bulan purnama, orang-orang Kristen di Telap memanfaatkan

terang bulan untuk melaksanakan ibadah sebagai bentuk persekutuan antara orang-orang di

43

Hasil Wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12

November 2014 pukul 20.00. 44

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914).

Page 15: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

15

Telap dengan Tuhan Allah yang mereka sembah. Ibadah ini dilaksanakan sebagai bentuk ucapan

syukur dari mereka kepada Tuhan Allah atas ciptaan-Nya yang luar biasa yaitu benda-benda

penerang yang sudah diciptakan. Ucapan syukur ini dilakukan melalui peribadahan setiap kali

terjadinya bulan purnama. Alasan utamanya yaitu ketika adanya terang dari bulan purnama maka

orang-orang dapat berjalan ke sebuah tempat yang terbuka untuk berkumpul disana bersama-

sama melaksanakan peribadahan kepada Tuhan Allah.

Bulan Purnama dan bulan baru menjadi tradisi yang dipandang buruk oleh para nabi.

Karena kedua tradisi itu berhubungan dengan penyembahan terhadap bulan. Nabi adalah

perpanjangan mulut Allah oleh sebab itu nabi tentunya tidak menyetujui segala bentuk

penyembahan kepada berhala.45

Berdasarkan pandangan tersebut ternyata pertentang antara nabi

dan umat Israel, tidak terjadi pada konteks jemaat Nafiri Telap. Karena ibadah ini bukan untuk

menyembah bulan namun fokusnya adalah bagaimana umat dapat menyembah Allah semata.

Sebab dalam pandangan mereka ibadah yang dilaksanakan adalah untuk mensyukuri ciptaan

Tuhan bukan menyembah bulan.

Sebagaimana kehidupan bangsa Israel pada masa perjanjian lama dan persoalan letak

geografis yang mempengaruhi aktivitas mereka sehari hari,46

ternyata hal yang hampir sama juga

terjadi pada jemaat ini. Karena letak geografis dan motivasi beribadah dibentuk juga oleh

lingkungan dimana jemaat GMIM Nafiri Telap tinggal. Letak desa yang secara umum di

kelilingi oleh bukit-bukit dan danau Tondano. Menyebabkan aktivitas warga jemaat pada

umumnya hanya dapat dilakukan siang hari karena pada malam hari desa tersebut sangat gelap

dan belum ada penerang seperti listrik pada masa lalu. Bulan purnama akhirnya dapat membuat

mereka merasa senang karena adanya terang dari bulan. Ibadahpun dilaksanakan sebagai sebuah

bentuk persekutuan dan sarana untuk berkumpul bersama bertemu satu dengan yang lainnya.

Bulan purnama dihitung berdasarkan fase bulan.47

Jika dipahami dalam konteks

berjemaat di jemaat Nafiri Telap, perhitungan bulan purnama hadir dalam wujud yang sederhana.

45

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914), 201-212. 46

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914), 201-212. 47

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914), 201-212.

Page 16: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

16

Bulan purnama di hitung melalui kalender yang disediakan oleh sinode GMIM karena ibadah ini

dilaksanakan tiap bulan ketika terjadi bulan purnama. Selain itu ibadah bulan purnama juga terus

berkembang mengikuti perkembangan jemaat dan sinode. Contoh kecilnya bentuk tata ibadah

yang terus berbeda setiap bulannya dan ibadah yang dijadwalkan pada saat bulan purnama di

selenggarakan secara rutin tiap bulan.

Secara sosio-teologis ibadah ini berfungsi dalam membantu perkembangan iman jemaat

dan memperkuat relasi antara sesama warga jemaat. Hal ini dikarenakan jemaat mempunyai

waktu yang setidaknya sebulan sekali untuk bertemu dalam ibadah Am di Bulan Purnama selain

pertemuan di ibadah minggu. Antusiasme jemaat dalam peribadahan ini sangatlah besar oleh

sebab itu terdapat pemaknaan yang beragam dari anak-anak(tempat untuk berkumpul) sampai

kepada lansia (dianggap sebagai warisan), karena ibadah ini di kemas dalam suasana dan tema

yang cenderung berbeda dari ibadah-ibadah minggu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan

bahwa ibadah ini merupakan ibadah yang kreatif dan inovatif berdasarkan kebutuhan iman

jemaat.

Fungsi sosial dari ibadah bulan Purnama. Ibadah secara langsung dapat dipahami sebagai

sarana untuk mengumpulkan orang-orang yang ada dalam satu tempat atau daerah untuk dapat

berkumpul dan melakukan sesuatu aktivitas untuk mempererat hubungan kekeluargaan antara

satu orang dengan orang yang lainnya. Perkumpulan ini didalamnya terjalin relasi sosial yang

menguatkan komunitas warga desa Telap. Sebab agama secara sosiologis dapat dipandang

sebagai suatu jenis sistem, sosial tertentu yang dibuat oleh penganutnya.48

Sistem ini secara sadar

maupun tidak sadar dalam komunitas warga desa Telap telah membentuk solidaritas sosial yang

tinggi diantara sesama melalui komunikasi antar individu yang mana komunikasi ini

menghasilkan sikap saling peduli yang bersumber pada nilai-nilai agama yang utama seperti

kasih dalam persaudaran yang terjadi dalam persekutuan ibadah ini yang terus diselenggarakan

secara rutin tiap bulan.

48

D. Hendropuspito, Sosiologi Agama,(Yogyakarta: Kanisius, 1983) 111.

Page 17: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

17

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan tinjauan tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap

dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya Ibadah adalah sarana yang baik dalam perkembangan

iman jemaat, semakin banyak Ibadah dalam jemaat akan semakin baik bagi kehidupan sebuah

jemaat dan anggota jemaatnya. Secara khusus yang terjadi di jemaat GMIM Nafiri Telap, dimana

terdapat sebuah Ibadah yang sangat khas dari jemaat ini yaitu Ibadah Bulan Purnama (pada masa

lampau)/ ibadah AM di Bulan Purnama (masa kini), Ibadah ini merupakan ibadah yang hanya

dilaksanakan di GMIM “Nafiri” Telap wilayah Tandengan, dan tidak terdapat di gereja GMIM

lainnya bahkan di Gereja Protestan di bawah naungan PGI. Pada dasarnya Ibadah Bulan

Purnama ini merupakan sebuah Ibadah yang berangkat dari motivasi orang-orang tua dulu untuk

beribadah ketika adanya terang dari bulan purnama yang terjadi setiap bulannya, oleh sebab itu

diusulkan untuk dilaksankan sebuah ibadah untuk mensyukuri cahaya tersebut. Secara Teologis

Ibadah ini merupakan sebuah landasan iman yang sangat baik, karena Ibadah ini berangkat dari

kesadaran iman untuk mensyukuri anugerah dari Tuhan Allah kepada umat manusia. Secara

sosiologis ibadah ini sangat berperan dalam membuat jemaat untuk memiliki hubungan yang

penuh keakraban dan lebih mengenal satu dengan yang lainnya, karena melalui Ibadah ini jemaat

selalu bertemu untuk beribadah bersama. Ibadah ini menjadi sebuah contoh yang sangat baik dan

menjadi sebuah keputusan yang bijak dalam sebuah persekutuan jemaat untuk memelihara

motivasi dari para pendiri Ibadah ini untuk meningkatkan iman. Secara umum ibadah ini sangat

baik dan sangat berperan aktif dalam kehidupan jemaat, namun ada kecenderungan yang negatif

dari generasi masa kini dimana dapat dilihat dari tingkat kehadiran jemaat khususnya pemuda

remaja dan anak-anak yang menurun. Ini dapat menjadi kesimpulan bahwa proses regenerasi

yang gagal dalam memperkenalkan sebuah sejarah jemaat tentang Ibadah ini.

Page 18: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

18

SARAN

Saran untuk Gereja

Perkembangan sebuah jemaat tergantung dari pemahaman jemaat tentang arti

sebuah persekutuan melalui peribadahan yang dilaksanakan. Ibadah Bulan Purnama

adalah salah satu ibadah kreatif yang patut dipertahankan dan patut dijelaskan kepada

generasi muda gereja tentang pentingnya sebuah ibadah.

Saran untuk Pemuda Remaja dan Anak-anak GMIM Nafiri Telap

Sebuah ibadah kreatif seperti ibadah Bulan purnama adalah ibadah yang akan

member warna baru dalam dunia kekristenan, ibadah ini harus dapat di pertahankan

karena memiliki banyak manfaat dalam perkembangan iman jemaat, terkhusus bagi

generasi muda yang sudah mulai jenuh dengan ibadah sektor dan ibadah minggu, maka

Ibadah kreatif seperti ibadah bulan Purnama ini menjadi sebuah motivasi untuk

membangkitkan kembali iman yang mengecil karena rasa jenuh.

Page 19: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

19

DAFTAR PUSTAKA

Abineno J L Ch. Unsur-Unsur Liturgika Yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2012.

Carter, C. E. The Practice and Experience of the Sabbath among Seventh-day Adventist Pastors.

Jurnal Pastoral Psychol 62:13–26. 2013.

Coote, B. Robert. Pada Mulanya Penciptaan dan Sejarah Keimanan. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2011.

C Jhon W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Jakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

Groenen C. Sakramentologi Ciri Sacramental Karya Penyelamatan Allah Sejarah, Wujud,

Struktur. Yogyakarta: Kanisius,1990.

Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Meek, J. T. The Sabbath In The Old Testament.James Millikin University: Journal of Biblical

Literature,1914.

Netti Albinus Lodewyk. Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan. Salatiga: Satya wacana

University Press, 2014.

Olyan, M. S. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P

and H?. Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.

Osborne Kenan B. Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Rachman Rasid. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2011.

Rachman Rasid. Pembimbing Ke dalam Sejarah Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2012.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Page 20: Ibadah Bulan Purnama ” (Study Sosio-Teologis Ibadah Bulan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9914/3/T1_712010031_Full... · pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang

20

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

White James F. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Website :

http://www.effatha.org/index/content/id/1258