Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAN
PEMANFAATAN LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
(SEBUAH STUDI KASUS PADA 8 GURU FISIKA SMA DI PULAU
FLORES, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh
Vigilia Setiawati Kantur
NIM : 131424043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
q ---{Z\ L> /1,,9\19""\\
'zl#3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
___Waktu Tuhan Bukan Waktu Kita___
_____Semua Akan Indah Pada Waktu-Nya_____
Saya persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua yang saya sayangi, Bapa Thomas dan Mama Lin
2. Kakak dan adik-adik yang saya cintai Ka Eki, Mita, Epik, dan Giel,
3. Anak Kimberly yang saya sayangi
4. Semua sahabat dan teman-teman seperjuangan
5. Serta almamater tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
r{a Fu m.nir rjo dui $y m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Kantur, Vigilia Setiawati. 2018. IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU
MENGENAI PERAN DAN PEMANFAATAN LABORATORIUM
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA (SEBUAH STUDI KASUS
PADA 8 GURU FISIKA SMA DI PULAU FLORES, PROPINSI
NUSA TENGGARA TIMUR). Skripsi. Program Studi Pendidikan
Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengetahuan guru mengenai
peran laboratorium dan pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika, (2)
Bagaimana guru merancang pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium
berdasarkan pengetahuan mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya
dalam pembelajaran Fisika, (3) Sejauh mana rancangan pembelajaran guru yang
mengintegrasikan laboratorium dapat diterapkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2017 di delapan
Sekolah Menengah Atas (SMA). SMA tersebut diinisialkan dengan sebutan SMA
A, SMA B, SMA C, SMA D, SMA E, SMA F, SMA G, dan SMA H. Sampel
penelitian ialah delapan guru Fisika. Instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data berupa pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Sebanyak 75% dari delapan guru
Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki pengetahuan yang
baik dan 25% lainnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peran
laboratorium dan pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika, (2) Sebanyak 75%
dari delapan guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tengaara Timur ini dapat
merancang pembelajaran yang menginterasikan laboratorium dalam pembelajaran
Fisika, dimana sebanyak 25% menggunakan metode demonstrasi dan 50% lainnya
menggunakan metode eksperimen. Sedangkan 25% dari delapan guru Fisika
lainnya tidak dapat merancang pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika, dan (3) Sebanyak 62,5% dari delapan guru Fisika di
Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat menerapkan rancangan
pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika
yang telah dibuat, 12,5% lainnya tidak dapat menerapkan rancangan pembelajaran
yang dibuat, dan sebanyak 25% lainnya tidak mengetahui sejauh mana rancangan
pembelajaran yang dibuat dapat diterapkan.
Kata kunci: Pengetahuan guru , peran laboratorium, pemanfaatan laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Kantur, Vigilia Setiawati. 2018. IDENTIFICATION OF TEACHER
KNOWLEDGE ABOUT THE ROLE AND UTILIZATION OF
LABORATORY IN PHYSICS LEARNING (A CASE STUDY ON 8
TEACHERS OF PHYSICS SMA IN FLORES ISLAND, EAST NUSA
TENGGARA PROVINCE). Essay. Physics Education Study Program.
Department of Mathematics Education and Natural Sciences. Faculty of
Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.
This study aims to determine (1) Knowledge of teachers about the role of
laboratory and its utilization in Physics learning, (2) How teachers design
learning that integrates laboratory based on knowledge about the role of
laboratory and its utilization in Physics learning, (3) The extent to which teacher
learning design integrate laboratory can be applied.
This study was conducted from May to June 2017 in eight Senior High
School. The high schools were initialized as SMA A, SMA B, SMA C, SMA D,
SMA E, SMA F, SMA G, and SMA H. The sample of research is eight Physics
teacher. Instruments used to obtain data in the form of interview guidelines.
The results of the study show that (1) As many as 75% of the eight Physics
teacher in Flores Island, East Nusa Tenggara Province have a good knowledge
and 25% have adequate knowledge about the role of laboratory and its utilization
in Physics learning, (2) As many as 75% of the eight Physics teacher in Flores
Island, East Nusa Tenggara Province can design learning that integrates
laboratory in Physics learning, where 25% use demonstration methods and 50%
others using experimental methods. While 25% of others eight Physics teacher
can not design learning that integrates laboratory in Physics learning, and (3) As
many as 62,5% of the eight Physics teacher in Flores Island, East Nusa Tenggara
Province can apply the design learning that integrates laboratory in Physical
learning that has been made, 12,5% others can not apply the design of the
learning made, and as many as 25% others do not know the extent to which the
designed of learning that is made can be applied.
Keyword: Knowledge of teachers, role of laboratory, laboratory utilization
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Identifikasi Pengetahuan Guru Mengenai Peran dan Pemanfaatan
Laboratorium dalam Pembelajaran Fisika (Sebuah Studi Kasus Pada 8 Guru
Fisika SMA Di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur)” ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
peran serta berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyususunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Faluktas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata
Dharma.
3. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
Akademik (DPA) Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2013 yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah
memberikan bimbingan, pendidikan, dan memberikan pengetahuan serta
pelayanan administrasi yang baik kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
5. Kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan SMA A, SMA B, SMA C, SMA D,
SMA E, SMA F, SMA G, dan SMA H yang bersedia menerima peneliti untuk
melakukan penelitian dan membantu peneliti selama melakukan penelitian.
6. Bapa Thomas dan Mama Lin yang telah memberikan cinta, kasih sayang,
motivasi, dan dukungan selama peneliti penempuh pendidikan di Universitas
Sanata Dharma, khususnya selama peneliti menyelesaikan skripsi.
7. Kakak dan adik-adik tercinta, Ka Eki, Mita, Epik, dan Giel, serta kepada anak
tercinta Kimberly yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi.
8. Teman-teman kelompok skripsi Herlina Rosalia Dona, Safriana Rianti Bakang
Teluma dan Betrida Purnama Sari yang telah berjuang bersama-sama dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman RKB tersayang, Meldi, Dona, Ani, Indri, Titin, Safri, Sari,
Erni, Ansi, Meri, Elty, Ice, Novi, Ardi, Arto, Okto, Sintus, dan Alos yang
telah memberikan banyak cerita indah dan menciptakan banyak kekonyolan
serta telah berjuang bersama-sama selama menempuh pendidikan di
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rc*a,igk0b^,0lrpgt]j]&iuoe eGUB-ei! *hm n@npu
(hd, rn, uLi, A@si, Dior N&j,ia, Dtri Rh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………...…………………...……..……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………… v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………… vi
ABSTRAK ………………………………………………………………… vii
ABSTRACT ………………………………………………………………... viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………..…… ix
DAFTAR ISI ………………..……………………………...……………… xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………...…
B. Rumusan Masalah ……………………………………………..……
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….
1
3
4
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru Mengenai Metode Pembelajaran .………............
B. Laboratorium Fisika ………………………………………………...
C. Metode Pembelajaran yang Memanfaatkan Laboratorium Fisika ….
6
16
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………...………………………………
B. Subjek Penelitian ……………………………………………………
C. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………....
D. Desain Penelitian ……………………………………………………
E. Instrumen Pengumpulan Data ………………………………………
F. Metode Analisis …………………………………………………….
34
34
35
35
36
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………...
B. Deskripsi Guru .……………………………………………………..
C. Data Penelitian ………………...……………………………………
D. Analisis dan Pembahasan ……………………………….…………..
40
42
45
46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………...
89
90
DAFTAR PUSTAKA .…………………………………………………….. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………………… 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mampu menciptakan
suatu kondisi belajar mengajar yang dapat membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi terciptanya kondisi belajar mengajar yang baik ialah
penggunaan metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Metode pembelajaran yang digunakan guru, hendaknya
disesuaikan dengan bahan ajar, kondisi siswa dan situasi sekolah agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Trowbridge & Bybee (dalam Suparno, 2013: 10), untuk
menjadi guru Fisika yang sungguh bermutu dan profesional, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru secara terus menerus,
salah satunya ialah guru menguasai berbagai metode. Oleh karena situasi
siswa bermacam-macam dan dirasakan dapat membantu siswa belajar juga
bervariasi, maka penguasaan metode yang bermacam-macam sangat
penting bagi guru Fisika sehingga dapat membantu siswa lebih baik dan
tepat. Menguasai berbagai metode mengajar dan memilih cara yang
diminati siswa, akan membuat siswa menyukai Fisika yang diajarkan.
Dalam praktik mengajar yang sesungguhnya, seringkali guru Fisika
diminta untuk menggabungkan beberapa metode dalam menjelaskan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
satu topik Fisika. Jadi bukan hanya menggunakan satu metode, tetapi
beberapa metode disatukan (Suparno, 2013: 188). Tetapi berdasarkan
pengalaman yang dialami peneliti selama duduk di bangku SMA dan
berdasarkan informasi yang diperoleh, nampak bahwa guru-guru Fisika di
Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur cenderung lebih senang
menggunakan metode ceramah selama melaksanakan pembelajaran Fisika.
Padahal pada kenyataannya, ada begitu banyak metode-metode
pembelajaran yang dapat digabungkan dengan metode ceramah.
Menurut Suryawan (1989: 8), mengajar hanya dengan ceramah
sebenarnya bukanlah mengajar Fisika, melainkan sekedar mengenalkan
Fisika. Kegiatan laboratorium hendaknya dimasukkan dalam kegiatan
intrakulikuler (wajib, bukan sekedar penunjang), karena kegiatan
laboratorium adalah inti pengajaran Fisika.
Dengan adanya kegiatan laboratorium, siswa dapat mempelajari
Fisika melalui pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala maupun
proses-proses yang berkaitan dengan Fisika. Siswa pula dapat melatih
keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan
sikap ilmiah, serta dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah
yang berhubungan dengan Fisika.
Untuk lebih mendayagunakan atau mengoptimalkan penggunaan
laboratorium dalam pembelajaran Fisika, maka guru dapat menggunakan
metode demonstrasi dan metode eksperimen. Akan tetapi, adanya
kecenderungan guru-guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Timur lebih senang menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
Fisika dan tidak menggabungkannya dengan metode demonstrasi atau
eksperimen, dapat disebabkan oleh masih minimnya pengetahuan guru
mengenai peran dan pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran
Fisika, terlepas dari keterbatasan-keterbatasan sarana dan prasarana yang
ada.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Pengetahuan
Guru Mengenai Peran dan Pemanfaatan Laboratorium dalam
Pembelajaran Fisika (Sebuah Studi Kasus Pada 8 Guru Fisika SMA Di
Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur)”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dan
pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika?
2. Bagaimana guru merancang pembelajaran yang memanfaatkan
laboratorium berdasarkan pengetahuan yang dimiliki mengenai peran
laboratorium dan pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika?
3. Sejauh mana rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
laboratorium dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan guru mengenai peran
laboratorium dan pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika.
2. Untuk mengetahui sejauh mana guru merancang pembelajaran yang
memanfaatkan laboratorium berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya dalam
pembelajaran Fisika.
3. Untuk mengetahui sejauh mana rancangan pembelajaran yang
memanfaatkan laboratorium dapat diterapkan dalam pembelajaran
Fisika.
C. Manfaat Penelitian
Setelah memperoleh jawaban atas masalah yang dirumuskan di
atas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat:
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan agar sekolah senantiasa memperhatikan
pengetahuan guru terkait penggunaan metode-metode pembelajaran
dalam pembelajaran Fisika, terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan laboratorium dengan cara mengadakan atau
mengikutsertakan guru-guru Fisika ke dalam kegiatan-kegiatan
pelatihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Bagi guru Fisika
a. Sebagai bahan masukan agar guru Fisika senantiasa belajar dan
memperbaharui pengetahuan yang dimiliki terkait penggunaan
metode-metode pembelajaran dalam pembelajaran Fisika,
terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan laboratorium.
b. Sebagai bahan masukan agar guru senantiasa merealisasikan
segala pengetahuan yang dimiliki terkait penggunaan metode-
metode pembelajaran di dalam pembelajaran Fisika.
3. Bagi peneliti
Sebagai bekal informasi yang mendukung ketika kelak peneliti
menjadi seorang guru dalam dunia kerja yakni sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru Mengenai Metode Pembelajaran
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 3), metode mempunyai andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki siswa, akan ditentukan oleh kerelevansian
penggunaan metode yang tepat sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan
pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat,
sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam satu tujuan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-
macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam
pengajaran, metode pembelajaran dapat dikombinasikan dari dua atau
beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan
untuk menggairahkan belajar siswa. Dengan menggairahkan belajar, siswa
tidak sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena bukan guru yang
memaksakan siswa untuk mencapai tujuan, tetapi siswa dengan sadar
untuk mencapai tujuan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (dalam Djamarah dan Zain, 2010:
46), metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pembelajaran yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
mengajarkan satuan unit materi pelajaran dengan memusatkan pada
keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan. Metode
pembelajaran harus berpedoman pada prinsip belajar aktif, sehingga dalam
kegiatan belajar mengajar perhatian utama harus ditunjukkan kepada siswa
yang belajar. Karena tidak ada satu metode pembelajaran yang paling baik
untuk semua materi pelajaran dan untuk semua situasi belajar, maka guru
harus menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang memadai
(Amien, 1987: 98).
Untuk memilih dan menentukan metode-metode pembelajaran
yang akan digunakan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar tidaklah
mudah. Menurut Winarno Surakhmas (dalam Djamarah dan Zain, 2010:
46), salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode pembelajaran adalah guru. Kurangnya penguasaan guru terhadap
berbagai metode pembelajaran dapat menjadi kendala dalam memilih dan
menentukan motode. Guru harus memiliki pengetahuan yang cukup agar
dapat memilih dan menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk
digunakan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar agar guru dapat
melaksanakan tugasnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, menurut Amien (1987: 98), dalam menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mungkin merupakan tugas dan kewajiban guru. Untuk mendesain kegiatan
belajar mengajar yang dapat merangsang hasil belajar yang lebih efektif
dan efisien untuk setiap materi pelajaran, memerlukan strategi guru dalam
cara atau metode penyampaian. Oleh karena itu, guru harus mampu
memilih dan menentukan berbagai metode pembelajaran yang paling
efektif dan efisien sesuai dengan kondisi dan situasinya, dan kemudian
menentukan alat-alat atau sumber-sumber yang diperlukan untuk
memberikan kegiatan atau pengalaman belajar siswa yang akan
menggunakan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
Metode memiliki kedudukan sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Menurut
Djamarah dan Zain (2010: 72-75), terdapat tiga pemahaman mengenai
kedudukan metode dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati
peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar
mengajar yang tidak menggunakan metode pembelajaran. Ini berarti
guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Metode sebagai alat
motivasi ekstrinsik maksudnya metode berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah siswa
mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan pembelajaran adalah
pedoman mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan,
guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan
begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang
dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan
tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode,
karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan
kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi
siswa. Jalan pengajaran pun tampak kaku. Siswa terlihat kurang
bergairah belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan
belajar siswa. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi
guru dan siswa. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian
pesan-pesan keilmuan dan siswa dirugikan. Ini berarti metode tidak
dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran
Daya serap siswa terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang
lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap siswa terhadap
bahan pelajaran yan diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan
siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki
pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat
dicapai.
Terhadap perbedaan daya serap siswa sebagaimana tersebut di
atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu
jawabannya. Untuk sekelompok siswa boleh jadi mereka mudah
menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya
jawab, tetapi untuk sekelompok siswa yang lain mereka lebih mudah
menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demontrasi
atau metode eksperimen.
Oleh karena itu, menurut Roestiyah (dalam Djamarah dan Zain,
2010: 74), guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki startegi itu adalah harus menguasai teknik-
teknik penyajian atau biasa disebut metode pembelajaran. Dengan
demikian, metode pembelajaran adalah startegi pengajaran sebagai alat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana
kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa
kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan
mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan
yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan
sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sulit untuk menyeleksi
mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan
dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah
satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk
mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru
akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan
pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik
memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus
disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak
belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan
pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan
tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
tanpa mengindahkan tujuan. Jadi, guru sebaiknya menggunakan
metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam setiap kegiatan
belajar mengajar tidak asal pakai. Ada beberapa faktor yang dapat
membantu guru dalam memilih dan menentukan metode-metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam Djamarah dan Zain, 2010: 78-82),
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Siswa
Siswa adalah manusia berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk
mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah
siswa dengan latar belakang kehidupan yang berlainan, status sosial
yang bermacam-macam. Selain itu, guru juga akan berhadapan dengan
siswa yang memiliki jenis kelamin dan postur tubuh yang berbeda-
beda.
Jika pada aspek biologis terdapat persamaan dan perbedaan,
maka pada aspek intelektual juga terdapat persamaan dan perbedaan.
Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan siswa terhadap rangsangan
yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya
tanggapan siswa terhadap rangsangan yang diberikan guru. Tinggi
rendahnya kreativitas siswa dalam mengelolah kesan dari bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pelajaran yang diterima bisa dijadikan tolak ukur dari kecerdasan
seorang siswa.
Selain dari aspek biologi dan aspek intelektual, siswa juga
memiliki persamaan dan perbedaan dalam aspek psikologis. Di
sekolah, perilaku siswa selalu menunjukkan perbedaan, ada yang
pendiam, ada yang aktif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup
(introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, ada yang
periang, dan sebagainya.
Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, intelektual,
dan psikologis sebagaimana disebutkan di atas, mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang
relative lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan secara operasional.
2. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai
jenis dan fungsinya. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan
dengan taraf kemampuan siswa dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga
yang tinggi, yaitu tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan
kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan
pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
intermedier (antara), yang paling langsung dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Tujuan pembelajaran dikenal ada dua, yaitu Tujuan
Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus.
Perumusan tujuan instruksional khusus, misalnya akan
mempengaruhi kemampuan yang bagaimana yang terjadi pada diri
siswa. Proses pengajaran pun dipengaruhinya. Demikian juga
penyeleksian metode yang harus guru gunakan di kelas. Metode yang
guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke
dalam diri setiap siswa. Artinya, metodelah yang harus tunduk kepada
kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang
bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus
mendukung sepenuhnya.
3. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru
ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di
luar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode
mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Di lain
waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai
oleh tujuan, maka guru dapat menciptakan lingkungan belajar siswa
secara berkelompok. Dengan demikian, situasi yang diciptakan guru
mempengaruhi guru dalam memilih dan menentukan metode
pembelajaran yang akan digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
4. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang
menunjang kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Lengkap
tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
belajar. Ketiadaan laboratorium untuk praktik IPA, misalnya, kurang
mendukung penggunaan metode eksperimen atau metode demonstrasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa keampuhan suatu metode pembelajaran
akan terlihat jika faktor lain mendukung.
5. Guru
Setiap guru memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Seorang
guru misalnya kurang suka berbicara, tetapi seorang guru yang lain
suka berbicara. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan
keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan dan
keguruan di bidang penguasaan ilmu kependidikan dan keguruan.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi
kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode
menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran
yang akan digunakan. Selain itu, pengalaman mengajar guru juga
berpengaruh terhadap pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
Guru yang memiliki pengalaman mengajar yang minim, cenderung
sukar dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Tetapi, ada juga
yang tepat dalam memilih, namun dalam pelaksanaannya menemui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan
atas metode-metode pembelajaran yang digunakan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kepribadian guru,
latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah
permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran.
B. Laboratorium Fisika
Menurut Padmawinata, dkk (1981: 3), laboratorium memiliki
fungsi yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar IPA, baik
dalam bidang Biologi, Kimia ataupun Fisika. Laboratorium dalam
pendidikan IPA berarti suatu tempat dimana guru dan siswa melakukan
percobaan dan penelitian. Dalam pengertian ini laboratorium dapat
berbentuk suatu ruangan yang tertutup ataupun terbuka. Laboratorium
sebagai ruang yang tertutup contohnya kelas, laboratorium di sekolah-
sekolah dan rumah kaca. Sedangkan laboratorium sebagai ruang terbuka
contohnya kebun, sekolah, atau lingkungan lain yang dapat digunakan
sebagai sumber belajar.
Menurut Suryawan (1989: 6-7), laboratorium Fisika adalah suatu
tempat untuk melakukan percobaan dan penelitian. Laboratorium Fisika
pada umumnya berupa ruang tertutup, tetapi dapat juga berupa ruang
terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Ditinjau dari tujuan dan fungsi pengajaran Fisika di SMA serta
ditinjau dari hakekat dan sejarah atau perkembangan Fisika, laboratorium
sebagai tempat mengadakan percobaan dan penelitian sangat dibutuhkan
dan memegang peranan penting (essensial). Di lain pihak hasil penelitian
psikologi kependidikan menunjukkan bahwa banyak siswa SMA bahkan
mahasiswa yang belum berkembang berpikir formalnya. Ternyata pola
berpikir konkrit masih banyak digunakan secara luas. Sehingga dalam
kaitan inilah laboratorium Fisika di SMA semakin terasa dibutuhkan,
karena melalui laboratorium beserta alatnya dapat diperoleh pengalaman
langsung dan dapat menampilkan objek/benda konkret dalam pengajaran
Fisika.
Ditinjau dari pendekatan dan metode pembelajaran Fisika, peranan
laboratorim sangat penting dan sangat menunjang. Sebagaimana diketahui
dalam perkembangan Fisika peranan laboatorium dari para ilmuan dalam
menghasilkan produk atau ilmu sangat dominan. Dengan demikian
diharapkan dan selalu ditekankan agar melalui kegiatan laboratorium,
peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai porsi yang tinggi
sehingga dapat diharapkan kemampuan siswa, baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik dapat berkembang secara lebih baik.
Selain itu, menurut Amien (1987: 95) percobaan yang merupakan
salah satu kegiatan laboratorium sangat berperan dalam menunjang
keberhasilan kegiatan belajar mengajar IPA. Dengan kegiatan percobaan,
maka siswa akan dapat mempelajari IPA melalui pengamatan langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terhadap gelaja-gelaja maupun proses-proses IPA, dapat melatih
keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan
sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru
melalui metode ilmiah dan sebagainya. Melalui percobaan-percobaan di
bawah kondisi-kondisi yang diatur dalam kegiatan laboratorium ini, siswa
dapat mengadakan kontak dengan objek dan permasalahannya. Siswa
akan menghayati sendiri berhadapan dengan objek dan gejala yang timbul,
dan memecahkan masalah-masalah yang mereka temukan sampai
memperoleh kesimpulan yang signifikan. Dengan demikian siswa akan
melaksanakan proses belajar yang aktif dan akan memperoleh pengalaman
langsung, yang disebut pengalaman pertama. Siswa akan mengalami suatu
proses belajar yang efisien dalam arti siswa tidak akan memperoleh ilmu
pengetahuan yang statis dan otoriter, melainkan siswa diharapkan akan
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampialn
baik keterampilan psikomotorik maupun intelektual, menghayati prosedur
ilmiah dan sikap ilmiah, sehingga siswa menyadari bahwa ilmu itu
sebenarnya bersifat dinamik. Selain itu, dapat dikatakan pula bahwa
kegiatan laboratorium merupakan kegiatan aplikasi dari teori-teori yang
telah dipelajari untuk memecahkan berbagai masalah IPA melalui
percobaan-percobaan di laboratorium.
Menurut Suryawan (1989: 7-8), sebagai salah satu sarana dalam
pengajaran Fisika, laboratorium Fisika dapat digunakan untuk menunjang
atau mengefektifkan kegiatan belajar mengajar Fisika di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tetapi sebaliknya, kegiatan kelas dapat pula diusahakan agar menunjang
kegiatan laboratorium. Agar laboratorium dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya, tentulah harus dilakukan pengelolaan yang baik. Kondisi
laboratorium itu sendiri juga turut menentukan. Penjagaan keamanan,
pemeliharaan, pengaturan jadwal pemakaian, penetapan peraturan dan tata
tertib harus dilakukan agar laboratorium Fisika selalu berada dalam
keadaan siap pakai. Laboratorium Fisika harus didesain sedemikian rupa
agar memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan laboratorium dengan
baik.
Di samping yang sudah disebutkan di atas dalam rangka
mengoptimalkan penggunaan laboratorium perlu diambil langkah-langkah
berikut:
1. Guru
Guru harus dibekali keterampilan dan ditingkatkan kemampuannya
dalam penggunaan alat-alat laboratorium Fisika. Disamping itu faktor
kemauan dari guru itu sendiri untuk belajar terus harus ada, sehingga
guru dapat cakap dan terampil dalam mengelola dan mempersiapkan
kegiatan-kegiatan laboratorium.
2. Siswa
Kemauan dan kesadaran diri siswa harus ada dan terus ditingkatkan, di
samping pemberian keterampilan atau kecakapan dalam menggunakan
alat-alat laboratorium Fisika. Peningkatan motivasi siswa untuk belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
memahami Fisika dengan proses berfikir ilmiah melalui bantuan
laboratorium harus terus ditingkatkan.
3. Petugas laboratorium
Petugas laboratorium hendaklah mempunyai dan terus
mengembangkan pengetahuan atau pemahaman tentang alat-alat
laboratorium.
4. Fasilitas
Walaupun disadari bahwa fasilitas atau alat-alat laboratorium tidak
mutlak harus canggih (hasil teknologi), namun akan lebih baik lagi
seandainya fasilitas laboratorium terus ditingkatkan atau
disempurnakan. Di samping itu pemilihan alat-alat yang relevan tentu
akan sangat menunjang pendayagunaan laboratorium Fisika.
5. Metode
Untuk lebih mendayagunakan atau mengoptimalkan penggunaan
laboratorium, maka metode yang dapat digunakan adalah:
a. Metode eksperimen
b. Metode demonstrasi
c. Widya wisata
d. Pameran
e. Pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan KIR, khususnya yang
berkaitan dengan Fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
6. Perencanaan dan waktu pelaksanaan
Perencaan kegiatan laboratorium hendaknya dilakukan secermat
mungkin dan setepat mungkin sehingga dengan waktu yang tersedia
dapat dilaksanakan kegiatan-kegiatan laboratorium dengan baik. Dapat
juga diadakan jam ekstra di luar jam pelajaran yang digunakan khusus
untuk kegiatan laboratorium.
7. Kegiatan dengan alat evaluasi
Penggunaan soal-soal essay yang dapat mengevaluasi keterampilan
proses siswa serta proses mental siswa ditingkatkan penggunaannya.
Perlu juga diadakan tes atu ujian khusus untuk mengevaluasi kegiatan
laboratorium Fisika.
Dari semua langkah yang dapat diambil dalam rangka
pendayagunaan laboratorium Fisika, tampak bahwa gurulah yang menjadi
faktor kunci atau penentu keberhasilan yang paling dominan.
Laboratorium memiliki fungsi dalam pembelajaran IPA. Menurut
Decaprio (2013: 116), laboratorium memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memperkuat pemahaman tentang konsep IPA, baik bagi siswa (peserta
penelitian di laboratorium IPA) ataupun guru IPA.
2. Menumbuhkan minat, inspirasi, motivasi dan percaya diri dalam
mempelajari IPA.
3. Memperkuat daya imajinasi siswa dan seluruh individu yang terlibat
dalam kegiatan di laboratorium IPA, memicu inspirasi, serta dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mengembangkan kreativitas para peserta dalam melakukan eksperimen
mengenai materi-materi pelajaran IPA.
4. Melatih keterampilan eksperimen.
5. Mengembangkan kemampuan para peneliti untuk membuat keputusan
(judgment) dalam pengujian teori maupun eksperimentasi.
6. Wadah memperbaiki pendapat atau pemaham yang salah atau
miskonsepsi tentang pelajaran atau teori-teori yang ada dalam IPA.
7. Wahana bagi peserta atau siswa untuk menciptakan sikap ilmiah
seperti para ahli sains, khususnya dalam hal materi IPA.
8. Para siswa atau peserta akan memperoleh kejelasan konsep, visualisasi
konsep.
9. Sebagai media untuk menumbuhkan nalar kritis terhadap para siswa di
sekolah agar mereka mampu bernalar dan berpikir secara ilmiah,
sehingga mereka akan menjadi calon-calon ilmuan dunia.
C. Metode Pembelajaran yang Memanfaatkan Laboratorium Fisika
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk lebih mendayagunakan atau mengoptimalkan penggunaan
laboratorium. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang akan
dibahas lebih mendalam ialah metode demonstrasi dan metode
eksperimen. Kedua metode ini dipilih peneliti mengingat bahwa kedua
metode ini merupakan metode pembelajaran yang paling sering digunakan
dalam pembelajaran Fisika yang memanfaatkan penggunaan laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1. Metode Demonstrasi
Menurut Suparno (2013: 151-152), demostrasi berasal dari kata
demonstration yang berarti pertunjukan. Maka model pembelajaran
dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan
pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses informasi,
peristiwa, alat dalam pelajaran Fisika. Tujuannya sangat jelas agar
siswa lebih memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan
yang dapat diamati sehingga mudah mengerti. Siswa lewat
demonstrasi dapat mengamati sesuatu yang nyata dan bagaimana cara
bekerjanya proses tersebut.
Banyak guru suka menggunakan demonstrasi dalam
mengajarkan Fisika. Berikut adalah beberapa alasan-alasan mengapa
guru suka menggunakan demonstrasi untuk mengajar.
a. Murah karena peralatan yang disediakan sedikit, sedangkan
dalam praktikum biayanya lebih mahal karena peralatannya
banyak.
b. Peralatannya yang dipunyai sekolah sedikit sehingga tidak dapat
untuk praktikum. Kadang juga ada peralatan yang sulit dicari
maka paling mudah diajarkan dengan demonstrasi.
c. Dalam pelaksanaan demonstrasi tidak makan waktu lama seperti
dalam praktikum karena semua dilakukan oleh guru sendiri.
Maka tidak menghabiskan waktu pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
d. Tidak berbahaya bila menggunakan alat-alat yang mudah pecah
atau berbahaya karena yang melakukan guru sendiri. Ketakutan
bahwa alat akan pecah dan rusak tidak perlu terjadi karena yang
melakukan adalah guru bukan siswa.
e. Guru tetap dapat memberikan pertanyaan rangsangan pada siswa
untuk berpikir kritis.
f. Bila hanya ingin menunjukkan kegunaan suatu alat lebih baik
dengan demonstrasi saja, cepat, dan kadang lebih jelas.
Agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan
yang direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti,
perlulah guru mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan,
peralatannya dan juga kesiapan menyajikannya. Berikut adalah
beberapa cacatan yang sangat berguna bagi guru dalam merencanakan
demonstrasi yang baik.
a. Guru mengidentifikasi konsep atau prinsip Fisika yang mau
diajarkan. Lalu membuat design demonstrasi macam apa yang
akan digunakan untuk menjelaskan prinsip di atas.
b. Bila prinsip yang mau dijelaskan panjang, sebaiknya dipotong-
potong menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah
dijelaskan. Kadang demonstrasinya perlu per bagian.
c. Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses
demonstrasi, bukan hanya sebagai pengamat saja. Misalnya siswa
diminta maju ke depan dan mengukur sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas
luas, maka peralatan demonstrasi sebaiknya dipilih yang besar
sehingga dapat nampak dari belakang.
e. Cobalah peralatan demonstrasi itu sendiri sebelum pelajaran
dimulai, sehingga guru siap dan tidak grogi dalam pelajaran
sesungguhnya karena alat tidak jalan.
f. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa perlu dipersiapkan agar
terarah.
g. Ada baiknya dalam demonstrasi sendiri tidak terlalu lamban
sehingga siswa menjadi bosan; juga tidak terlalu cepat sehingga
siswa tidak mengerti apa-apa. Di sini guru diharapkan mengerti
situasi.
Menurut Trowbridge & Bybee (dalam Suparno, 2013: 153)
secara rinci menekankan apa yang perlu diperhatikan selama guru
melakukan demonstrasi, yaitu:
a. Demonstrasi supaya sungguh jelas dapat dilihat siswa. Bila
siswa, terlebih yang duduk di belakang tidak melihat, mereka
diminta maju ke depan.
b. Bicaralah yang keras sehingga siswa dapat mendengar apa yang
anda katakan.
c. Libatkan siswa dalam proses, misalnya ikut mengamati,
mengukur, mencatat hasil dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Mulailah dengan pertanyaan awal, suruh siswa membuat
hipotesis, baru mulai ditunjukkan jalannya demonstrasi.
e. Jelaskan apa yang anda lakukan, tujuannya, dan prosesnya.
f. Bila anda bertanya kepada siswa, beri waktu mereka untuk
berpikir dulu.
g. Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan dari demo itu sehingga
siswa menjadi jelas dan dapat berpikir secara terfokus.
h. Dalam mengambil kesimpulan, biarkan siswa menyimpulkan
lebih dulu.
i. Kadang demonstrasi perlu diulang beberapa kali agar jelas bagi
siswa.
j. Dalam pelaksanaan perlu step by step, jangan loncat-loncat
sehingga siswa dapat menangkap.
Berdasarkan siapa yang melakukan secara aktif berdemonstrasi,
apakah guru atau siswa, dapatlah dikelompokkan beberapa model
demonstrasi, yaitu:
a. Guru yang demonstrasi sendiri dan siswa hanya mengamati atau
melihat dari jauh. Di sini siswa kurang berpartisipasi.
b. Demonstrasi dilakukan oleh guru dan siswa bersama. Siswa ikut
aktif melakukan demo bersama guru. Misalnya ikut mengukur,
mengamati, mengumpulkan data, menjawab, menunjukkan
alatnya dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
c. Dilakukan oleh sekelompok siswa. Demonstrasi ini dilakukan
oleh sekelompok siswa yang telah ditunjuk sebelumnya sehingga
dapat mempersiapkan dengan baik.
d. Dilakukan oleh tamu yang diundang. Kadang ada tamu atau
seorang ahli yang datang ke sekolah dan mereka diminta
demonstrasi tentang suatu alat atau topik tertentu.
Metode demonstrasi mengandung kelebihan dalam
pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 91), kelebihan
metode demonstrasi adalah:
a. Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara
kata-kata atau kalimat).
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pengajaran lebih menarik.
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Selain mengandung kelebihan, metode demonstrasi juga mengandung
kekurangan. Kekurangan metode demonstrasi adalah:
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak
efektif.
b. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2. Metode Eksperimen
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 84), metode eksperimen
adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek,
keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu
hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya
itu.
Menurut Suparno (2013: 83-84), secara umum metode
eksperimen adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk
melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori
yang sudah dibicarakan itu memang benar. Jadi metode ini lebih untuk
mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Biasanya
metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk
menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan oleh para ahli.
Namun dalam praktek guru dapat pula melakukan eksperimen untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini, seakan-akan teori
atau hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan.
Tentu guru sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi guru
arah eksperimen jelas. Dengan metode ini, siswa dapat merasa bangga
dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri.
Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-
persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
Melalui pembelajaran eksperimen, juga siswa dapat terlatih dalam cara
berpikir yang ilmiah. Dengan eksperimen, siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajari (Hamdayama,
2014: 125).
Menurut Suparno (2013: 84) metode eksperimen dibedakan
menjadi dua, yaitu eksperimen yang terencanakan atau terbimbing dan
eksperimen bebas. Dalam banyak pembelajaran Fisika di SMA dan
SMP, kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana,
hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga
siswa tidak mudah bingung.
a. Eksperimen Terbimbing
Dengan eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan
sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh
siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang
harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sudah ditentukan sejak awal. Maka siswa tidak akan bingung
tentang langkah-langkah yang dibuat. Data yang harus
dikumpulkan dan kesimpulan mana yang harus dituju mereka
cukup jelas. Tentu hasil kesimpulan tergantung data yang mereka
kumpulkan. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus
dilaksanakan oleh siswa terdapat pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
Dalam melakukan pembelajaran dengan eksperimen
terbimbing ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan guru
diantaranya:
a. Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa.
b. Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa
tujuannya, peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai
percobaan, data yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana
menganalisis data, dan apa kesimpulannya.
c. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan
sehingga pada saat siswa mencoba semua siap dan lancar.
d. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat
bagaimana siswa melakukan percobaannya dan memberikan
masukan kepada siswa.
e. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat
dapat jalan dengan baik.
f. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan
percobaan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
g. Bila siswa membuat laporan, maka guru harus
memeriksanya.
h. Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah
percobaan dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan
siswa bekerja.
Selain guru, dalam eksperimen terbimbing siswa juga dapat
melakukan beberapa tindakan diantaranya:
a. Membaca petunjuk percobaan dengan teliti
b. Mencari alat yang diperlukan
c. Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan
d. Mencatat data yang diperlukan
e. Mendiskusikan data kelompok untuk ambil kesimpulan dari
data yang ada
f. Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan
g. Dapat juga mempresentasikan percobaannya di depan kelas.
Dalam eksperimen, siswa dapat melakukan percobaan
secara individu atau pun dalam kelompok kecil. Tetapi sebaiknya
ekperimen dilakukan dalam kelompok kecil agar siswa dapat
dengan sungguh melakukan percobaan dan bukan hanya melihat
percobaan teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Eksperimen Bebas
Dalam eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk
pelaksanaan percobaan secara rinci dan hanya memberikan tugas
kepada siswa. Dengan kata lain, siswa harus lebih banyak berpikir
sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus
diamati, diukur, dan dianalisis serta disimpulkan sehingga akan
tampak bagaimana kreativitas, kepandaian, dan kemampuan siswa
dalam dalam memecahkan tugas yang diberikan guru.
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 84-85), metode eksperimen
mengandung kelebihan. Kelebihan metode eksperimen adalah:
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
b. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru
dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat
kehidupan manusia.
c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
Selain itu, metode ekperimen juga mengandung beberapa
kekurangan, diantaranya:
a. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan
teknologi.
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkuan kemampuan atau pengendalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan keadaan. Termasuk data
adalah transkip wawancara, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi
dan ofisial, memo dan record lain. Peneliti menganalisis data dengan
segala kekayaannya sedekat mungkin dengan bentuk-bentuk data yang
terekam (Suparno, 2014: 133).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah delapan guru Fisika dari
delapan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berbeda-beda di Pulau
Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mempermudah dalam
menganalisis dan membahas, peneliti mengganti nama guru dan nama
sekolah dengan inisial-inisial tertentu. Penginisialan ini dilakukan peneliti
karena tujuan penelitian ini bukan untuk membandingkan sekolah ataupun
guru yang satu dengan yang lainnya, melainkan untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisis data dan membahas, serta untuk menambah
pengetahuan peneliti terkait pengetahuan guru mengenai peran
laboratorium dan penerapannya dalam pembelajaran Fisika sehingga hasil
penelitian ini dapat menjadi bekal bagi bagi peneliti saat mengajar
nantinya. Kedelapan guru Fisika ini diinisialkan sebagai Guru 1, Guru 2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Guru 3, Guru 4, Guru 5, Guru 6, Guru 7, dan Guru 8 dan kedelapan
sekolah diinisialkan sebagai SMA A, SMA B, SMA C, SMA D, SMA E,
SMA F, SMA G, SMA H. Guru Fisika dijadikan subjek penelitian karena
penelitian ini berkaitan dengan pengetahuan guru Fisika.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di delapan SMA di Pulau Flores,
Propinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu SMA A, SMA B, SMA C SMA
D, SMA E, SMA F, SMA G, dan SMA H.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2017
tahun ajaran 2016/2017.
D. Desain Penelitian
1. Kegiatan Awal Penelitian
Penelitian ini diawali dengan menghubungi sekolah-sekolah
yang telah ditargetkan peneliti sebagai tempat untuk melakukan
penelitian. Dari kegiatan awal ini, maka diperoleh enam sekolah negeri
dan dua sekolah swasta yang bersedia menerima peneliti untuk
melakukan penelitian. Setelah memperoleh izin dari pihak sekolah,
maka langkah selanjutnya ialah berkoordinasi dengan guru mata
pelajaran Fisika untuk memberikan gambaran terkait teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pengambilan data dan jadwal pengambilan data. Jadwal pengambilan
data merupakan jadwal yang telah disepakati guru dan peneliti. Jadwal
pengambilan data tersebut merupakan jadwal yang disepakati dengan
tidak mengganggu jadwal mengajar guru yang bersangkutan dan juga
disesuaikan dengan jadwal pengambilan data di sekolah lainnya
sehingga menghindari adanya jadwal yang bertabrakan.
2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara yang dilakukan
bersifat bebas terpimpim, dimana peneliti melakukan wawancara
dengan menyiapkan beberapa daftar pertanyaan dan dari hasil jawaban
guru, peneliti dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan tambahan
untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Pada saat melakukan
wawancara, peneliti menggunakan bantuan alat rekam yang bertujuan
untuk membantu peneliti dalam menyimpan data wawancara. Data
hasil wawancara berupa transkrip hasil wawancara dapat dilihat pada
lampiran.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Suparno (2014: 53), instrumen adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat
berupa: tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa pedoman
wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan merupakan panduan
wawancara yang berisi daftar pertanyaan terkait topik penelitian yang
dirancang sendiri oleh peneliti. Adapun pedoman wawancara yang
digunakan peneliti untuk pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran seperti apa yang sering diterapkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran Fisika.
2. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran yang
diterapkan guru tersebut.
3. Apakah guru pernah menerapkan metode-metode pembelajaran
lainnya dalam melaksanakan pembelajaran Fisika.
4. Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan guru untuk memilih dan
menetukan suatu metode pembelajaran dalam melaksanakan
pembelajaran Fisika.
5. Menurut guru, apa peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
6. Apakah guru pernah melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan
laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
7. Apakah guru pernah melakukan proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode demonstrasi dan/ eksperimen.
8. Menurut guru apa kelebihan dan kekurangan dari metode demonstrasi
dan eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
9. Apabila guru “dituntut” untuk merancang sebuah pembelajaran dengan
memanfaatkan laboratorium dalam pembelajaran Fisika, Rancangan
pembelajaran seperti apa yang dibuat guru.
10. Menurut guru sejauh mana rancangan tersebut dapat diterapkan dalam
pembelajaran Fisika.
F. Metode Analisis
Menurut Suparno (2014: 105-106), analisis sesudah pengumpulan
data ialah membuat transkrip data, kategorisasi coding, memperoleh data.
Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan setelah
mengumpulkan data diawali dengan membuat transkip hasil wawancara
dari kedelapan guru Fisika. Dalam proses mentranskip data hasil
wawancara ini, data yang masih dalam wujud rekaman akan dirubah ke
dalam bentuk tulisan. Data-data yang telah ditranskrip kemudian dibaca
kembali dengan teliti dan diberi tanda atau coding. Dalam penelitian ini,
peneliti mengcoding data-data yang ada ke dalam tiga kategori, yaitu (1)
Pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya
dalam pembelajaran Fisika, (2) Rancangan pembelajaran yang
mengitegrasikan laboratoium dalam pembelajaran Fisika, (3) Implementasi
rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika. Setelah mengkategorikan data-data yang diperoleh,
peneliti kemudian membaca kembali data-data tersebut untuk melihat
konsep-konsep tertentu yang sering muncul dalam setiap kategorinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah menganalisis
konsep-konsep tersebut berdasarkan teori-teori yang ada. Langkah terakhir
yang dilakukan penelitu ialah menulis laporan secara lengkap berdasarkan
konsep-konsep yang ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2017 tahun
ajaran 2016/2017 dengan melibatkan delapan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan delapan orang guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Penelitian ini dilakukan dengan sistem payung yang
terdiri dari empat orang peneliti. Dalam proses pengambilan data, setiap
peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan dua guru Fisika di
dua sekolah yang berbeda. Sedangkan untuk enam guru Fisika di enam
sekolah lainnya tidak diwawancarai peneliti secara langsung, melainkan
dengan menitipkan proses pengambilan data kepada ketiga peneliti lainnya
sehingga selain mengambil data untuk diri peneliti sendiri, peneliti juga
melakukan proses pengambilan data untuk ketiga peneliti lainnya. Untuk
mempermudah pengambilan data, setiap peneliti memegang pedoman
wawancara dari setiap peneliti lainnya. Proses pengambilan data seperti ini
menyebabkan adanya kesamaan tanggal dan waktu pengambilan data di
delapan sekolah tersebut.
Dalam penelitian ini, nama sekolah dan nama guru diganti dengan
inisial-inisial tertentu. Untuk SMA pertama yang diteliti diberi nama SMA
A dan melibatkan seorang guru perempuan yang diberi nama Guru 1,
untuk SMA kedua yang diteliti diberi nama SMA B dan melibatkan
seorang guru perempuan yang diberi nama Guru 2, untuk SMA ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang diteliti diberi nama SMA C dan melibatkan seorang guru laki-laki
yang diberi nama Guru 3, untuk SMA keempat yang diteliti diberi nama
SMA D dan melibatkan seorang guru laki-laki yang diberi nama Guru 4,
untuk SMA kelima yang diteliti diberi nama SMA E dan melibatkan
seorang guru laki-laki yang diberi nama Guru 5, untuk SMA keenam yang
diteliti diberi nama SMA F dan melibatkan seorang guru laki-laki yang
diberi nama Guru 6, untuk SMA ketujuh yang diteliti diberi nama SMA G
dan melibatkan seorang guru perempuan yang diberi nama Guru 7, dan
untuk SMA kedelapan yang diteliti diberi nama SMA H dan melibatkan
seorang guru laki-laki yang diberi nama Guru 8. Dalam penelitian ini,
SMA A, SMA B, SMA C, SMA D, SMA E, dan SMA F merupakan
sekolah negeri, sedangkan SMA G dan SMA H merupakan sekolah
swasta. Penelitian pada kedelapan SMA ini melibatkan delapan orang guru
Fisika dengan pertimbangan bahwa peneliti dapat memperolah data yang
bervariasi, karena apabila hanya meneliti satu guru saja, data yang
diperoleh masih belum cukup dan kurang bervariasi.
Kegiatan pengambilan data berupa data wawancara dengan
kedelapan guru Fisika ini dilaksanakan pada waktu luang dari masing-
masing guru sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di
kelas. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel di
samping:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari, Tanggal dan
Waktu Pengambilan Data
Perlakuan
1. Jumat, 2 Juni 2015
Pukul 09.10 - 09.51 WITA
Wawancara dengan Guru 1 di SMA A
2. Rabu, 31 Mei 2017
Pukul 09.40 - 10.35 WITA
Wawancara dengan Guru 2 di SMA B
3. Sabtu, 3 Juni 2017
Pukul 09.00 - 13.00 WITA
Wawancara dengan Guru 3 di SMA C
4. Kamis, 8 Juni 2017
Pukul 10.00 - 12.00 WITA
Wawancara dengan Guru 4 di SMA D
5. Rabu, 7 Juni 2017
Pukul 09.00 - 10.05 WITA
Wawancara dengan Guru 5 di SMA E
6. Senin. 5 Juni 2017
Pukul 12.05 - 13.30 WITA
Wawancara dengan Guru 6 di SMA F
7. Sabtu, 3 Juni 2017
Pukul 12.30 - 14.00 WITA
Senin, 5 Juni 2017
Pukul 08.00 - 09.30 WITA
Wawancara dengan Guru 7 di SMA G
8. Selasa, 6 Juni 2017
Pukul 14.38 - 15.22 WITA
Wawancara dengan Guru 8 di SMA H
B. Deskripsi Guru
Pada penelitian ini subyek yang diteliti ialah delapan guru Fisika
SMA dari delapan sekolah yang berbeda di Pulau Flores, Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Kedelapan guru Fisika ini memiliki latar belakang
pendidikan dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Untuk lebih
jelasnya, kedelapan guru tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Guru 1
Guru 1 adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu Universitas
negeri di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2009. Pengalaman
mengajar sebagai guru Fisika sampai saat ini sudah 9 tahun. Guru 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mengampuh mata pelajaran Fisika di kelas X dan XII. Metode
pembelajaran yang sering digunakan Guru 1 ialah metode ceramah dan
diskusi kelompok. Pelatihan yang pernah diikuti ialah peningkatan
profesional seorang guru, pelatihan TEQIP, dan pelatihan alat
laboratorium menggunakan power point.
2. Guru 2
Guru 2 adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu Universitas
negeri di Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2000. Pengalaman
mengajar sebagai guru Fisika sampai saat ini sudah 18 tahun. Guru 2
mengampuh mata pelajaran Fisika di kelas X, XI, dan XII. Metode
yang sering digunakan Guru 2 ialah ceramah, diskusi, dan demonstrasi.
Pelatihan yang pernah diikuti ialah Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Fisika.
3. Guru 3
Guru 3 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
negeri di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002. Pengalaman
mengajar sebagai guru Fisika sampai saat ini sudah 15 tahun. Guru 3
mengampuh mata pelajaran Fisika di kelas XII. Metode pembelajaran
yang sering digunakan Guru 3 ialah metode ceramah, diskusi, proyek,
jelajah alam sekitar, dan demonstrasi. Guru 3 pernah mengikuti
pelatihan guru di Jakarta, Instruktur Guru Fisika di Ruteng dan Ende,
serta sosialisasi K13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4. Guru 4
Guru 4 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
negeri di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2004. Pengamalan
mengajar sebagai guru Fisika sampai saat ini sudah 12 tahun. Guru 4
mengampuh mata pelajara Fisika di kelas X, XI, dan XII. Metode yang
sering digunakan Guru 4 ialah metode ceramah. Guru 4 belum pernah
mengikuti pelatihan.
5. Guru 5
Guru 5 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
negeri di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2011. Pengalaman
mengajar sebagai guru Fisika sampai saat ini sudah 7 tahun. Guru 5
mengampuh mata pelajaran Fisika di kelas X, XI, dan XII. Metode
yang sering digunakan Guru 5 ialah metode ceramah aktif dan diskusi.
Guru 5 belum pernah mengikuti pelatihan.
6. Guru 6
Guru 6 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
swasta di Yogyakarta pada tahun 2001. Pengalaman mengajar sebagai
guru Fisika hingga saat ini sudah 17 tahun. Guru 6 mengampuh mata
pelajaran Fisika di kelas XII. Metode yang sering digunakan Guru 6
ialah direct teaching (pembelajaran langsung). Guru 6 pernah
mengikuti pelatihan Center MIPA di NTT, pelatihan fasilitator
penyusun soal USBN tingkat nasional, dan pelatihan PROKTOR
(Pelaksanaan Operator Ruangan) untuk UNBK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
7. Guru 7
Guru 7 adalah seorang guru perempuan lulusan salah satu Universitas
swasta di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2015.
Pengalaman mengajar sebagai guru Fisika sampai saat ini sudah 3
tahun. Guru 6 mengampuh mata pelajaran Fisika di kelas X, XI, dan
XII. Metode yang sering digunakan Guru 7 ialah metode ceramah
siswa aktif dan jigsaw. Guru 7 pernah mengikuti MGMP Fisika dalam
rangka sosialisasi silabus dan RPP K13 di Ruteng.
8. Guru 8
Guru 8 adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu Universitas
negeri pada tahun 1986. Pengalaman mengajar sebagai guru Fisika
sampai saat ini sudah 32 tahun. Guru 8 mengampuh mata pelajaran
Fisika di kelas X, XI, dan XII. Metode yang sering digunakan Guru 8
ialah metode diskusi dan mencari sendiri dari literasi di perpustakaan.
Guru 8 pernah mengikuti pelatihan tutor PGSD dari UT pada tahun
1993 dan pelatihan Center MIPA bersama guru-guru di Flores Timur
dan bersama guru-guru Provinsi NTT di Kupang.
C. Data Penelitian
Dalam penelitian ini telah dilakukan proses pengumpulan data
dengan merekam kegiatan wawancara dari kedelapan guru di masing-
masing sekolah. Rekaman hasil wawancara kemudian ditranskip. Adapun
hasil transkip wawancara dapat dilihat pada lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
D. Analisis Data dan Pembahasan
Data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dianalisis secara
kualitatif deskriptif. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan guru
mengenai peran dan pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran
Fisika, maka peneliti membagi analisis ke dalam tiga kategori, yaitu (1)
Pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya
dalam pembelajaran Fisika, (2) Rancangan pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika, (3)
Implementasi rancangan pembelajaran yang mengitegrasikan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika.
1. Pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dan
pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana
pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dan bagaimana
pengetahuan guru mengenai pemanfaatan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika. Pengetahuan guru mengenai pemanfaatan
laboratorium dalam pembelajaran Fisika dapat diketahui dari
penggunaan metode pembelajaran yang memanfaatkan laboratorium
yang pernah disunakan guru sebelumnya. Suryawan (1989: 7)
menjelaskan bahwa untuk lebih mendayagunakan dan mengoptimalkan
penggunaan laboratorium, salah satu langkah yang dapat diambil ialah
dengan menggunakan metode pembelajaran. Jadi, dalam penelitian ini
peneliti dapat mengetahui pengetahuan guru mengenai pemanfaatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
laboratorium dalam pembelajaran Fisika dari penggunaan metode
pembelajaran yang pernah digunakan guru.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, guru-guru Fisika di
Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki pengetahuan
yang beragam mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya
dalam pembelajaran Fisika. Sebagian besar guru-guru Fisika ini
memiliki pengetahuan yang hampir sama mengenai peran dan
pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran Fisika namun, ada pula
guru-guru yang memiliki pengetahuan yang berbeda. Berikut adalah
paparan terkait pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dalam
pembelajaran Fisika.
a. Laboratorium sebagai tempat bagi siswa untuk melakukan
percobaan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 1, Guru 3,
dan Guru 4 memiliki pengetahuan yang hampir sama mengenai
peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Berikut ini adalah
pernyataan-pernyataan yang disampaikan Guru 1, Guru 3, dan
Guru 4:
“Dengan adanya laboratorium mereka bisa belajar
langsung dan mereka bisa melakukan hal-hal
nyata dibandingkan hanya belajar materi di
kelas.” (Pernyataan Guru 1)
“Peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika
itu sangat membantu karena siswa bisa langsung
praktek langsung. (Pernyataan Guru 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
“Anak-anak dapat praktek langsung di
laboratorium.” (Pernyataan Guru 4)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa, Guru 1
mengetahui bahwa dengan adanya laboratorium siswa dapat
belajar langsung. Guru 1 juga mengetahui bahwa, dengan adanya
laboratorium siswa dapat melakukan hal-hal nyata dibandingkan
hanya melakukan pembelajaran di kelas. Belajar langsung dan
melakukan hal nyata yang dimaksud Guru 1 dapat terjadi pada
saat siswa melakukan percobaan, karena dengan melakukan
percobaan siswa dapat mengalami secara langsung materi-materi
yang diajarkan lewat suatu kenyataan. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa Guru 1 memiliki pengetahuan mengenai peran
laboratorium dalam pembelajaran Fisikia, yaitu laboratorium
merupakan suatu tempat bagi siswa untuk melakukan percobaan,
dimana dengan melakukan percobaan siswa dapat belajar
langsung dan melakukan hal-hal nyata. Dari pernyataan di
samping diketahui pula bahwa, Guru 3 dan Guru 4 juga memiliki
pengetahuan yang hampir sama seperti yang dimiliki Guru 2.
Guru 3 menjelaskan bahwa, laboratorium dapat membantu siswa
karena siswa dapat melakukan percobaan. Guru 4 juga
menjelaskan bahwa, dengan adanya laboratorium siswa dapat
melakukan percobaan. Dari pernyataan yang disampaikan Guru
1, Guru 3, dan Guru 4, dapat disimpulkan bahwa Guru 1, Guru 3,
dan Guru 4 memiliki pengetahuan mengenai peran laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dalam pembelajaran Fisika, yaitu laboratorium sebagai tempat
bagi siswa untuk melakukan percobaan. Dengan melakukan
percobaan siswa dapat dibantu, siswa dapat belajar langsung dan
melakukan hal-hal nyata.
Pengetahuan yang dimiliki Guru 1, Guru 3, dan Guru 4
didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Padmawinata, dkk
(1981: 3), yang menjelaskan bahwa, laboratorium dalam
pendidikan IPA berarti suatu tempat dimana guru dan siswa
melakukan percobaan dan penelitian. Teori ini secara jelas
menerangkan bahwa laboratorium merupakan suatu tempat
dimana siswa dapat melakukan percobaan.
b. Kegiatan laboratorium dapat menunjang pemahaman siswa
mengenai materi-materi Fisika yang diajarkan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 3, Guru 4,
Guru 5, Guru 7, dan Guru 8 memiliki pengetahuan yang hampir
sama mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan
Guru 3, Guru 4, Guru 5, Guru 7, dan Guru 8:
“Peran laboratorium juga penting sekali dalam
menunjang pemahaman siswa soalnya kalau kita
hanya menjelaskan materi, siswa terkadang sulit
menerima, mencerna, dan memahami maksud
yang mau kita sampaikan karena memang pada
dasarnya mereka memiliki kemampuan berpikir
dan penafsiran berbeda-beda tentang suatu hal.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“Dengan praktek juga siswa bisa membentuk
sendiri pemahaman mereka mengenai suatu hal.”
(Pernyataan Guru 3)
“Karena itu sangat membantu anak-anak untuk
mencerna ilmu Fisika dengan baik.”
“Ada materi-materi Fisika yang memang lebih
mudah dipahami jika dipraktekkan misalnya
tentang rangkaian listrik. Jika hanya dengan
melihat gambar pasti mereka akan cepat lupa tapi
kalau dipraktekkan akan mereka ingat dan mereka
paham proses kerjanya.” (Pernyataan Guru 4)
“Kalau menurut saya peran laboratorium itu
sangat penting untuk menunjang pemahaman
siswa tentang materi Fisika.” (Pernyataan Guru 5)
“Peran laboratorium sebenarnya bagus ya tapi
kendalanya kami disini tidak ada lab jadi ketika
belajar tentang mikroskop atau jangka sorong
mereka kurang paham. Mereka mungkin pernah
lihat teropong atau mikroskop di film, jadi
percuma saja kalau mereka tidak melakukan
praktikum.” (Pernyataan Guru 7)
“Tetapi dengan menggunakan laboratorium
membuat siswa lebih mudah memahami materi.”
(Pernyataan Guru 8)
Dari pernyataan pertama yang disampaikan, diketahui
bahwa Guru 3 mengetahui peran laboratorium juga penting
dalam menunjang pemahaman siswa. Guru 3 menjelaskan bahwa
setiap siswa memiliki kemampuan berpikir dan penafsiran yang
berbeda-beda mengenai materi-materi Fisika apabila materi-
materi tersebut hanya disampaikan melalui penjelasan. Adanya
perbedaan kemampuan berpikir dan penafsiran ini membuat
siswa terkadang akan sulit menerima, mencerna dan memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
materi-materi yang disampaikan. Dalam pernyataan kedua, Guru
3 juga mengetahui bahwa dengan melakukan kegiatan
laboratorium dalam hal ini melakukan percobaan, siswa dapat
membentuk sendiri pemahamannya mengenai sesuatu. Dari
kedua penyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, Guru 3
memiliki pengetahuan mengenai peran laboratorium dalam
pembelajaran Fisika, yaitu kegiatan laboratorium dapat
menunjang pemahaman siswa mengenai materi Fisika mengingat
setiap siswa memiliki kemampuan berpikir dan penafsiran yang
beda-beda terkait materi-materi Fisika tertentu. Selain Guru 3,
dari hasil wawancara diketahui bahwa Guru 4 juga memiliki
pengetahuan yang hampir sama dengan Guru 3. Guru 4
menjelaskankan bahwa dengan melakukan percobaan siswa
dapat dibantu untuk mencerna ilmu Fisika dengan baik.
Mencerna dapat diartikan pula dengan memahami, sehingga
dapat dikatakan bahwa, siswa dapat memahami ilmu Fisika
dengan melakukan percobaan yang merupakah salah satu
kegiatan laboratorium. Guru 4 juga menjelaskan bahwa terdapat
beberapa materi Fisika dapat lebih mudah dipahami apabila
dijelaskan melalui percobaan. Dengan melakukan percobaan
siswa dapat lebih mudah memahami proses kerja sesuatu
dibandingkan hanya dengan melihat gambar. Dari kedua
pernyataan yang disampaikan Guru 4 dapat disimpulkan bahwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Guru 4 memiliki pengetahuan mengenai peran laboratorium
dalam pembelajaran Fisika, yaitu kegiatan laboratorium berupa
kegiatan percobaan dapat menunjang pemahaman siswa, dimana
siswa lebih dapat memahami materi-materi Fisika tertentu dan
siswa pula dapat memahami proses kerja sesuatu. Seperti halnya
Guru 3 dan Guru 4, Guru 5, Guru 7, dan Guru 8 juga memiliki
pengetahuan yang sama mengeni peran laboratorium dalam
pembelajaran Fisika, yaitu kegiatan laboratorium dapat
menunjang pemahaman siswa mengenai materi-materi Fisika
yang diajarkan.
Pengetahuan yang dimiliki Guru 3, Guru 4, Guru 5, Guru
7, dan Guru 8 didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Decaprio (2013: 116), yang menjelaskan bahwa salah satu fungsi
dari laboratorium adalah memperkuat pemahaman tentang
konsep IPA, baik bagi siswa (peserta penelitian di laboratorium
IPA) ataupun guru IPA. Dalam teori ini, siswa yang dimaksud
adalah siswa yang menjadi peserta penelitian atau percobaan.
Dengan melakukan percobaan di laboratorium dapat memperkuat
pemahaman siswa tentang konsep IPA.
c. Kegiatan laboratorium dapat memperkuat daya ingat siswa
mengenai materi-materi Fisika diajarkan
Dari wawancara diketahui bahwa, Guru 3 dan Guru 4
memiliki pengetahuan yang hampir sama mengenai peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Berikut ini adalah
pernyataan-pernyataan yang disampaikan Guru 3 dan Guru 4:
“Jika kita praktek, kita bisa tunjukan langsung ke
siswa bagaimana bentuk dan proses kerja suatu
alat sehingga banyak indera yang bekerja disana,
siswa bisa menyentuh alatnya, bisa melihat
dengan jelas prosesnya sambil mendengarkan
arahan guru. Hal inilah yang akan membuat siswa
tidak mudah lupa dengan apa yang dipraktekkan.”
( Pernyataan Guru 3)
“Dan dengan bekerja langsung di laboratorium
membuat ingatan anak-anak tentang materi yang
dibahas itu semakin kuat.”
“Jika hanya dengan melihat gambar pasti mereka
akan cepat lupa tapi kalau dipraktekan akan
mereka ingat dan mereka paham proses
kerjanya.”(Pernyataan Guru 4)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa, Guru 3 memiliki
pengetahuan mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran
Fisika, yaitu melalui kegiatan laboratorium berupa percobaan
siswa dapat memperkuat ingatannya mengenai materi Fisika
yang diajarkan. Guru 3 menjelaskan bahwa dengan melakukan
percobaan guru dapat menunjukkan secara langsung kepada
siswa bagaimana bentuk dan proses kerja sebuah alat sehingga
akan ada banyak indera yang bekerja, dimana indera peraba
dapat bekerja pada saat siswa merangkai alat-alat percobaan,
indera penglihatan juga dapat bekerja pada saat siswa melihat
guru atau siswa-siswa lainnya merangkai alat atau melakukan
percobaan dan siswa dapat menggunakan indera pendengarannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
juga pada saat mendengarkan arahan guru pada saat melakukan
percobaan. Guru 4 juga memiliki pengetahuan yang hampir sama
dengan Guru 3. Guru 4 menjelaskan bahwa dengan bekerja
langsung melalui percobaan di laboratorium, ingatan siswa
mengenai materi yang diajarkan semakin kuat apabila
dibandingkan dengan hanya melihat gambar. Dari pernyataan
yang disampaikan Guru 3 dan Guru 4 dapat disimpulkan bahwa,
Guru 3 dan Guru 4 memiliki pengetahuan mengenai peran
laoratorium dalam pembelajaran Fisika, yaitu melalui kegiatan
laboratorium siswa dapat memperkuat daya ingat mengenai
materi-materi Fisika yang diajarkan.
Disamping yang sudah disebutkan di atas, dari hasil
wawancara diketahui pula bahwa, Guru 2 dan Guru 8 memiliki
pengetahuan yang berbeda mengenai peran laboratorium dalam
pembelajaran Fisika. Berikut adalah pernyataan yang disampaikan
Guru 2 dan Guru 8:
“Memang sangat penting. Terus yang saya maksud
dengan penting tadi itu, idealnya anak-anak itu di dalam
kegiatan laboratorium itu bisa membuktikan sebuah
teori. Karena ketika mereka bisa menghasilkan sesuatu,
ada kebanggaan tersendiri pada anak-anak. Terkadang
ketika mereka praktek itu, imajinasi mereka juga main.”
(Pernyataan Guru 2)
“Di laboratorium kita dapat mengetahui banyak tentang
hal yang sedikit.” (Pernyataan Guru 8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dari pernyataan di samping diketahui bahwa, Guru 2 memiliki
pengetahuan mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika,
yaitu melalui kegiatan laboratorium siswa dapat membuktikan
kebenaran sebuah teori yang dipelajari. Pengetahuan yang dimiliki
Guru 2 didukung oleh teori yang dikemukaan oleh Decaprio (2013:
116), yang menjelaskan bahwa, salah satu fungsi laboratorium ialah
memberikan kejelasan konsep kepada para siswa. Siswa mendapatkan
kejelasan sebuah konsep tertentu melalui pembuktian yang dilakukan
siswa itu sendiri. Selain itu, Guru 2 juga mengetahui bahwa dengan
menghasilkan sesuatu dapat menumbuhkan rasa kebanggaan dalam
diri siswa. Rasa bangga dalam diri siswa secara tidak langsung
berhubungan kepercayaan diri yang dimiliki siswa. Siswa yang
memiliki kepercayaan diri terhadap sesuatu pasti berdampak pada rasa
bangga dalam dirinya sendiri terhadap sesuatu tersebut. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa Guru 2, memiliki pengetahuan mengenai
peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika, yaitu dengan
menghasilkan sesuatu dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam
diri siswa. Pengetahuan yang dimiliki Guru 2 ini juga didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Decaprio (2013:116), yang menjelaskan
bahwa, salah satu fungsi laboratorium ialah menumbuhkan
kepercayaan diri dalam mempelajari IPA. Selain itu, dari pernyataan
yang disampaikan diketahui pula bahwa, Guru 2 memiliki
pengetahuan mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yaitu kegiatan laboratorium dapat merangsang daya imajinasi siswa
mengenai materi Fisika yang diajarkan. Pengetahuan yang dimiliki
Guru 2 ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Decaprio
(2013: 116), yang menjelaskan bahwa, salah satu fungsi laboratorium
ialah memperkuat daya imajinasi siswa yang terlibat dalam kegiatan di
laboratorium IPA. Berdasarkan penjelasan di samping dapat
disimpulkan bahwa, Guru 2 memiliki pengetahuan mengenai peran
laboratorium dalam pembelajaran Fisika, yaitu melalui kegiatan
laboratorium siswa dapat membuktikan kebenaran sebuah teori yang
dipelajari, dengan menghasilkan sesuatu di dalam laboratorium dapat
menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri siswa, dan kegiatan
laboratorium dapat merangsang daya imajinasi siswa mengenai materi
Fisika yang diajarkan. Dari pernyataan Guru 8 diketahui pula bahwa,
Guru 8 memiliki pengetahuan mengenai peran laboratorium dalam
pembelajaran Fisika, yaitu laboratorium sebagai tempat bagi siswa
untuk memperoleh banyak pengetahuan dari suatu hal yang sedikit.
Selain itu, dari hasil wawancara diketahui pula bahwa, Guru 6
tidak memiliki pengetahuan mengenai peran laboratorim dalam
pembelajaran Fisika. Berikut adalah pernyataan yang disampaikan
Guru 6:
“Saya tidak bisa mengatakan laboratorium itu
mempunyai peran dalam pembelajaran Fisika karena
memang saya sendiri selama mengajar Fisika saya tidak
pernah melakukan kegiatan pembelajaran di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
laboratorium. Baik itu sekalipun ruangannya ada, alat-
alat nya lengkap.” (Pernyataan Guru 6)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa, Guru 6 tidak memiliki
pengetahuan mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
Hal ini disampaikan Guru 6 karena selama mengajar Fisika, Guru 6
tidak pernah melakukan kegiatan di laboratorium.
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, dalam penelitian ini
peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pengetahuan guru mengenai
pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Dari hasil
wawancara diketahui bahwa, sebagain besar guru-guru Fisika memiliki
pengetahuan mengenai pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran
Fisika namun, ada pula yang tidak memiliki pengetahuan tersebut.
Pengetahuan guru mengenai pemanfaatan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika, dapat dilihat dari penggunaan metode-metode
pembelajaran yang pernah digunakan kedelapan guru Fisika.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, guru-guru Fisika
pernah menggunakan metode demonstrasi dan metode eksperimen.
Berikut adalah paparan terkait pengetahuan guru mengenai
pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
a. Pemanfaatan laboratorium dengan menggunakan metode
demonstrasi
Dari hasil wawancara diketahui bahwa Guru 1, Guru 2,
Guru 3, Guru 4, Guru 5, Guru 6 dan Guru 8 menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
metode demonstrasi untuk memanfaatkan penggunaan
laboratorium. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang
disampaikan Guru 1, Guru 2 , Guru 3 Guru 4, Guru 5, Guru 6,
dan Guru 8:
“Tapi memang untuk pertemuan-pertemuan
tertentu, kalau memang di materi Fisikanya
diminta, saya mengajar pakai demonstrasi kaya
yang saya jelaskan tadi. Kalau alatnya ada di
laboratorium pakai yang di laboratorium, kalau
memang tidak ada saya biasanya buat atau cari
alat sendiri. Pokoknya alatnya masih bisa kita
beli, saya beli.” (Pernyataan Guru 1)
“Sayakan biasanya demonstrasi. Jadi yang
melakukannya itu saya sendiri. Dan saya minta
mereka untuk mengulang lagi, diwaliki oleh
beberapa orang begitu untuk melakukan apa yang
saya lakukan sebelumnya. Demonstrasikan itu
intinya” (Pernyataan Guru 2)
“Kalau tentang magnet, saya menyuruh siswa
membawa paku, saat awal pembelajaran saya
memberi pertanyaan ke siswa “kalian pernah
membuat magnet?”. Jawaban siswa berbeda-beda
ada yang bilang sudah pernah dan ada juga yang
bilang belum pernah karena mereka memang dari
sekolah yang berbeda-beda waktu SMP nya.
Setelah itu saya langsung jelaskan tiga cara untuk
membuat magnet sambil mempraktekan caranya.”
“Yah, guru yang cari alatnya, guru yang
menyediakannya. Kalau demonstrasi kan guru
yang mau menunjukan jadi sebelum berdemo
guru harus sudah siapkan memang peralatannya
dan tinggal dibawa ke kelas.”(Pernyataan Guru 3)
“Kami melakukan eksperimen jika alat dan
bahannya bisa diperoleh dengan mudah oleh
siswa karena peralatan di laboratorium kami
masih belum memadai dan kalau alat dan
bahannya susah dicari dan tidak ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
laboratorium maka jalan satu-satunya ya hanya
dengan penjelasan dipapan tulis.”
“Yang kami buat itu tentang gaya gesek jadi kami
bawa mobil-mobilan, tentang kalor ya saya
meminta mereka untuk gosok-gosok tangan,
tentang magnet yang menggosokan mistar pada
rambut kemudian didekatkan ke potongan kertas,
pokoknya yang sederhana begitu saja.”
(Pernyataan Guru 4)
“Kebetulan disini lab belum ada ya biasanya
dilakukan di dalam kelas untuk materi-materi
tertentu saja.”
“Kalau untuk peralatannya ada. Tapi untuk labnya
tidak ada.”
“Saya pernah menggunakannya tapi di bawah ke
dalam kelas untuk demonstrasi. Tapi tidak terlalu
sering juga saya menggunakannya, paling hanya
untuk beberapa materi demonstrasi saja untuk
kelas satu dan kelas dua, yang paling sering kelas
tiga.” (Pernyataan guru 5)
“Iya. Saya sering menggunakan metode
demonstrasi.”
“Untuk demonstrasi di kelas kadang saya
mengambil beberapa peralatan praktikum di
laboratorium untuk dijadikan demonstrasi tetapi
juga kadang saya membuat alat sendiri.”
(Pernyataan Guru 6)
“Saya sering menggunakan demonstrasi karena
keterbatasan alat yang tersedia. Dibandingkan
dengan eksperimen secara kelompok saya lebih
banyak menggunakan demonstrasi.”
“Karena tidak ada pengelola laboratorium maka
sering terjadi bentrokan jadwal untuk
menggunakan laboratorium. Ketika kami mau
menggunakan laboratorium ternyata di
laboratorium sudah ada kelas lain yang
menggunakannya.” (Pernyataan Guru 8)
Dari pernyataan-pernyataan disampaikan diketahui
bahwa, Guru 1, Guru 3, Guru 4, Guru 5, Guru 6 dan Guru 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mempertimbangkan faktor-faktor tertentu dalam memilih dan
menggunakan metode demonstrasi. Dari pernyataan yang
disampaikan Guru 1, Guru 3, Guru 4, Guru 6, dan Guru 8
diketahui bahwa, ketersediaan fasilitas berupa ruang maupun
alat-alat laboratorium merupakan salah satu faktor yang
dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode
demonstrasi. Guru , Guru 4 dan Guru 6 menjelaskan bahwa
apabila alat-alat yang dibutuhkan dalam demonstrasi tidak
tersedia di laboratorium, maka Guru 1, Guru 4 dan Guru 6 dapat
mencari alat-alat tersebut baik dengan membuat alat sendiri
maupun dengan membelinya. Guru 3 dan Guru 4 juga
menjelaskan bahwa, alat-alat yang digunakan dalam demonstrasi
dapat dipersiapkan oleh guru dan atau siswa, dengan catatan alat-
alat yang diinginkan mudah didapatkan seperti paku, mobil-
mobilan, mistar, dan lain sebagainya. Guru 8 juga menjelaskan
bahwa, Guru 8 menggunakan metode demonstrasi karena dalam
melakukan demonstrasi peralatan-peralatan yang dibutuhkan
lebih sedikit dibandingkan menggunakan metode eksperimen.
Pernyataan yang disampaikan Guru 1, Guru 3, Guru 4, Guru 6
dan Guru 8 didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Winarno Surakhmad (dalam Djamarah dan Zain, 2010: 78), yang
menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dalam
memilih dan menentukan metode pembelajaran adalah fasilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang kegiatan
belajar mengajar siswa di sekolah, dimana dalam hal ini fasilitas
yang dimaksud ialah ketersediaan alat laboratorium.
Selain ketersedian fasilitas, Guru 1, Guru 5, dan Guru 8
juga menjelaskan bahwa faktor lain yang dipertimbangkan untuk
melakukan pembelajaran yang memanfaatkan penggunaan
laboratorium adalah materi. Tidak semua materi dapat
didemonstrasikan, namun apabila dalam materi tersebut diminta
untuk melakukan demonstrasi atau eksperimen, maka akan
dilakukan, namun dengan kembali mempertimbangkan
ketersediaan alat.
Selain itu, Guru 8 juga menjelaskan bahwa tidak adanya
pengelolah/petugas laboratorium yang mengatur jadwal kegiatan
di laboratorium kadangkala membuat Guru 8 tidak dapat
melakukan pembelajaran yang memanfaatkan penggunaan
laboratorium karena terjadi bentrokkan jadwal penggunaan
laboratorium dengan guru-guru lainnya. Pernyataan yang
disampaikan Guru 8 mengenai petugas laboratorium ini didukung
oleh teori yang dikemukakan oleh Suryawan (1989: 7), yang
menjelaskan bahwa petugas laboratorium merupakan salah satu
komponen yang diperlukan dalam rangka mengoptimalkan
penggunaan laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berikutnya dari hasil wawancara di samping diketahui
bahwa, Guru 2 menjelaskan inti dari metode demonstrasi ialah
guru memberikan demonstrasi mengenai sesuatu kemudian siswa
diminta untuk mengulang kembali apa yang telah dilakukan guru.
Pernyataan yang disampaikan Guru 2 didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Suparno (2013: 154), yang menjelaskan
bahwa, demonstrasi dapat dilakukan guru bersama siswa. Siswa
ikut aktif melakukan demo bersama guru, misalnya ikut
mengukur, mengamati, mengumpulkan data, menjawab,
menunjukkan alat, dan lain sebagainya.
Dari hasil wawancara sebelumnya diketahui bahwa Guru
6 tidak memiliki pengetahuan mengenai peran laboratorium
dalam pembelajaran Fisika karena Guru 6 belum pernah
melakukan kegiatan belajar mengajar di laboratorium. Namun,
dari hasil wawancara terkait pengetahuan guru mengenai
pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran Fisika diketahui
bahwa, Guru 6 pernah menggunakan metode demonstrasi dalam
pembelajaran Fisika namun, demonstrasi tersebut dilakukan di
kelas dan menggunakan alat-alat laboratorium yang ada di
laboratorium. Berdasarkan teori yang dikemukakan
Padmawinata, dkk (1981: 3), dijelaskan bahwa laboratorium
dalam pengertiannya dapat berupa ruang tertutup, seperti kelas
ataupun ruang laboratorium itu sendiri. Oleh karena itu, dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dikatakan bahwa Guru 6 telah menggunakan metode demonstrasi
sebagai upaya dalam memanfaatkan penggunaan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika. Ditambah lagi, di dalam melakukan
demonstrasi, Guru 6 telah memanfaatkan alat-alat laboratorium.
Dapat dikatakan bahwa Guru 6 memiliki pengetahuan yang
terbatas mengenai laboratorium, dimana Guru 6 hanya
mengetahui bahwa laboratorium merupakan ruang laboratorium
itu sendiri, yang pada kenyataannya ruang kelas pun dapat
dipandang sebagai laboratorium. Seperti halnya Guru 6, Guru 5
juga melakukan demonstrasi di kelas dan dengan menggunakan
alat-alat laboratorium, sehingga dapat dikatakan bahwa Guru 5
juga telah menggunakan metode demonstrasi dalam
pembelajaran Fisika.
b. Pemanfaatan laboratorium dengan menggunakan metode
eksperimen
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 8 juga
menggunakan metode eksperimen untuk memanfaatkan
penggunaan laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Berikut
adalah penyataan yang disampaikan Guru 8:
“Kalau dalam praktikum saya membuat Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang mana sudah memuat
tentang alat dan bahan yang digunakan, langkah-
langkah percobaan sehingga siswa lebih mudah
untuk melakuan praktikum. Tetapi sebelum itu
saya menjelaskan terlebih dahulu materinya
secara garis besar baru setelah itu mereka
melakukan praktikum.” (Pernyataan Guru 8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari pernyataan yang disampaikan Guru 8 diketahui
bahwa, Guru 8 melakukan kegiatan eksperimen dengan terlebih
dahulu memberikan penjelasan materi secara garis besar.
Kemudian dalam melakukan eksperimen siswa akan dipandu
menggunakan LKS yang sudah memuat alat dan bahan yang
digunakan, langkah-langkah percobaan.
Disamping yang sudah dijelaskan di atas, dari hasil
wawancara diketahui bahwa, Guru 7 tidak memiliki pengetahuan
mengenai pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran Fisika
karena Guru 7 belum pernah melakukan kegiatan pembelajaran
yang memanfaatkan laboratorium. Hal ini dapat terjadi karena
sekolah tempat Guru 7 bekerja tidak memiliki fasilitas yang
memadai, baik ruang laboratorium maupun alat-alat
laboratorium. Pada pembahasan sebelumnya terkait pengetahuan
mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika, Guru 7
mengetahui bahwa kegiatan laboratorium dapat menunjang
pemahaman siswa namun, karena tidak adanya ruang
laboratorium dan alat-alat laboratorium membuat Guru 7 tidak
dapat memanfaatkan laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
Dari pembahasan terkait pengetahuan guru mengenai peran
laboratorium dan pemanfaatannya dapat disimpulkan bahwa,
kedelapan guru-guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara
Timur memiliki pengetahuan yang beragam mengenai peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
laboratorium dan pemanfaatan dalam pembelajaran Fisika.
Pengetahuan guru mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran
Fisika, diantaranya laboratorium sebagai tempat bagi siswa untuk
melakukan percobaan, laboratorium sebagai tempat bagi siswa untuk
memperoleh banyak pengetahuan dari suatu hal yang sedikit, kegiatan
laboratorium dapat menunjang pemahaman siswa mengenai materi-
materi Fisika yang diajarkan, kegiatan laboratorium dapat memperkuat
daya ingat siswa mengenai materi-materi Fisika yang diajarkan,
kegiatan laboratorium dapat merangsang daya imajinasi siswa
mengenai materi-materi yang diajarkan, melalui kegiatan laboratorium
siswa dapat membuktikan kebenaran dari sebuah teori yang dipelajari,
dan dengan menghasilkan sesuatu di laboratorium dapat
menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri siswa. Disamping itu, dari
hasil wawancara juga dapat disimpulkan bahwa kedelapan guru Fisika
di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki pengetahuan
yang beragam mengenai pemanfaatan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika, dimana pengetahuan yang dimiliki guru-guru
Fisika dapat dilihat dari penggunaan metode pembelajaran yang
memanfaatkan laboratorium. Sebagian besar guru-guru Fisika ini
menggunakan metode demonstrasi dan sebagian lainnya melalui
metode eksperimen sebagai upaya untuk memanfaatkan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi guru dalam menggunakan kedua metode ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
diantaranya ketersediaan fasilitas, baik ruang laboratorium maupun
alat-alat laboratorium, materi dan petugas laboratorium.
Selain itu dari pembahasan terkait pengetahuan guru mengenai
peran laboratorium dan pemanfaatannya dapat disimpulkan pula bahwa
Guru 1, Guru 2, Guru 3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8 memiliki
pengetahuan yang baik mengenai peran laboratorium dalam
pembelajaran Fisika, karena keenam guru Fisika ini mengetahui peran
laboratoirum dan pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika.
Sedangkan Guru 6 memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peran
laboratorium dalam pembelajaran Fisika, karena Guru 6 hanya
memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan laboratorium. Sama
seperti Guru 6, Guru 7 juga memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya dalam
pembelajaran Fisika, karena Guru 7 hanya memiliki pengetahuan
mengenai peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Jika
dipersentasekan diketahui bahwa sebanyak 75% dari delapan guru
Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki
pengetahuan yang baik dan 25% lainnya memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya dalam
pembelajaran Fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika
Rancangan pembelajaran yang menginterasikan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini
bukanlah rancangan pembelajaran lengkap seperti yang terdapat pada
RPP, melainkan sebuah rancangan pembelajaran sederhana yang
langsung dideskripkan guru pada saat proses wawancara berlangsung.
Rancangan pembelajaran erat kaitannya dengan penggunaan metode
pembelajaran, karena di dalam sebuah rancangan pembelajaran guru
akan menggunakan metode-metode pembelajaran tertentu yang dirasa
dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Oleh karena itu, rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
laboratorium dapat dilihat melalui metode pembelajaran yang
digunakan.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, guru-guru
Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki
rancangan pembelajaran yang beragam. Berikut adalah paparan terkait
rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika.
a. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
laboratorium dengan menggunakan metode demonstrasi
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 2 dan Guru
5 menggunakan metode demonstrasi sebagai metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pembelajaran dalam rancangan pembelajaran yang dibuat untuk
mengintergrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan Guru 2
dan Guru 5:
“Hanya saja, kalau demonstrasi ini, saya yang
menyediakan alat, bukan siswa. Kalau siswa yang
menyiapkan alat, itu mungkin sudah
diberitahukan pada minggu sebelumnya. Misalkan
saja, dulu saya mengajar tentang Hukum Newton
dan demonstrasinya itu pakai koin, ya sudah
mereka saya suruh bawa koin. Sedangkan kertas
dan gelasnya saya yang siapkan. Terus taruh kion
di atas kertas, tarik kertasnya, apa yang terjadi itu
kita suruh anak-anak yang amati. Nah setelah itu
kita ganti koinnya pakai gelas. Nah kita
demonstrasi lagi dan suruh mereka mengamati
lagi. Tapi biasanya saya minta beberapa anak
untuk demonstrasi lagi dengan saya. Banyak cara
yang bisa kita lakukan. Dan setelah demonstrasi,
kita minta mereka membuat kesimpulan dan disitu
kita guru hanya menuntun mereka untuk membuat
kesimpulan.” (Pernyataan Guru 2)
“Rancangannya rata-ratanya hampir sama kaya
yang tadi, kita masukkan materi demonstrasi dan
alat yang mau kita pakai, biasanya itu
dicantumkan di LKS. Sebelum demonstrasi kita
jelas ke mereka materinya dulu karena ingat
mereka pasti punya pemahaman yang beda-beda.
Terus nanti dari materi kita kasih pertanyaan.
Nanti kita biarkan mereka pikir dulu tentang apa
yang kita tanya tadi. Habis itu kita arahkan
mereka buat demonstrasi, tapi saya dulu yang
kasih demonstrasi. Terus nanti kita suruh untuk
jawab pertanyaan-pertanyaan dan buat
kesimpulan.” (Pernyataan Guru 5)
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, sebagian besar
rancangan pembelajaran yang dibuat Guru 2 dan Guru 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
didukung oleh teori yang dikemukan oleh Suparno (2013: 152),
yang menjelaskan tentang beberapa catatan yang berguna bagi
guru dalam merencanakan demonstrasi dengan baik. Dalam teori
disebutkan bahwa guru perlu mengidentifikasi konsep atau
prinsip Fisika yang mau diajarkan sebelum melakukan
demonstrasi. Mengidentifikasi berarti menentukan, maka dari
pernyataan yang disampaikan diketahui bahwa, Guru 2 dengan
jelas telah menentukan Hukum Newton sebagai konsep atau
prinsip yang akan diajarkan dalam pembelajaran, sedangkan
Guru 5 hanya menjelaskan bahwa sebelum melakukan
pembelajaran Guru 5 akan memasukan materi yang akan
didemonstrasikan ke dalam rancangan yang dibuat. Dari
pernyataan ini secara tidak langsung Guru 5 telah terlebih dahulu
menentukan konsep atau prinsip tertentu yang mau diajarkan
dalam pembelajaran tersebut.
Selain itu, dalam teori juga disebutkan bahwa guru perlu
membuat design demonstrasi macam apa yang akan digunakan
untuk menjelaskan konsep atau prinsip di atas, maka dari
pernyataan yang disampaikan diketahui bahwa, Guru 2
mendesign demonstrasinya dengan menyiapkan alat terlebih
dahulu, seperti koin, gelas, dan kertas. Guru 2 menjelaskan
bahwa dalam melakukan demonstrasi yang harus menyediakan
alat adalah Guru 2 dan bukan siswa namun, pada keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
tertentu siswa dapat diminta untuk menyiapkan alat-alat yang
akan digunakan dalam demonstrasi apabila alat-alat yang
dibutuhkan mudah diperoleh siswa. Penyediaan alat oleh siswa
ini akan disampaikan Guru 2 satu minggu sebelum demonstrasi
dilakukan. Dalam rancangan yang dibuat, Guru 2 meminta siswa
untuk menyediakan koin yang akan digunakan dalam
demonstrasi, mengingat koin merupakan salah satu alat
demonstrasi yang mudah didapatkan siswa, sedangkan untuk
gelas dan kertas disiapkan oleh Guru 2. Demonstrasi yang
dilakukan Guru 2 ini diawali dengan meletakkan koin di atas
sebuah kertas. Kertas itu kemudian ditarik dan siswa diminta
untuk mengamati apa yang terjadi. Kemudian koin akan diganti
menggunakan gelas dan akan diperlakukan sama seperti pada
koin dan siswa diminta untuk mengamati kembali. Dalam
melakukan demonstrasi, Guru 2 biasanya melibatkan beberapa
siswa untuk melakukan demonstrasi bersama-sama. Setelah
demonstrasi selesai, siswa diminta untuk membuat kesimpulan
dan pada saat membuat kesimpulan Guru 2 akan menuntun siswa
untuk membuat kesimpulannya sendiri. Design demonstrasi
yang dibuat Guru 2 berbeda dari design demonstrasi yang dibuat
Guru 5, dimana Guru 5 terlebih dahulu akan memberikan
perjelasan mengenai materi yang akan didemonstrasikan kepada
siswa, karena Guru 5 menyadari bahwa setiap siswa memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pemahaman yang berbeda-beda mengenai meteri yang akan
didemonstrasikan. Setelah itu, Guru 5 akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang diajarkan kepada
siswa dan siswa pun akan diberikan waktu untuk memikirkan
jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Berikutnya, Guru 5 akan mengarahkan siswa melakukan
demonstrasi yang terlebih dahulu telah dilakukan oleh Guru 5.
Dalam melakukan demonstrasi Guru 5 telah terlebih dahulu
menyiapakn LKS yang mencantumkan materi dan alat-alat yang
akan digunakan dalam demonstrasi. Kemudian, dari demonstrasi
yang dilakukan Guru 5 bersama siswa, siswa akan diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan dan siswa
akan diminta untuk membuat kesimpulan dari pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan.
Dalam teori yang sama disebutkan bahwa, guru perlu
merencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses
demonstrasi, bukan hanya sebagai pengamat saja. Dari hasil
wawancara diketahui bahwa, Guru 2 dan Guru 5 telah membuat
rancangan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
demonstrasinya, dimana Guru 2 telah mengikutsertakan siswa
dengan meminta siswa untuk membawa koin sebagai salah satu
alat demonstrasi. Guru 2 dan Guru 5 juga telah meminta siswa
untuk ikut melakukan demonstrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Selain itu, di dalam teori disebutkan pula bahwa, guru
perlu merencanakan persediaan alat dengan baik dan teliti. Dari
hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 2 telah merencanakan
persediaan alat dengan baik dan teliti, dimana Guru 2 telah
menyediakan alat-alat demonstrasinya sendiri, seperti kertas dan
gelas dan Guru 2 juga meminta siswa untuk menyediakan koin
yang merupakan salah satu alat demonstrasi yang mudah
diperoleh siswa. Guru 5 juga dapat dikatakan telah merencanakan
persediaan alat dengan baik dan teliti, namun Guru 5 tidak
menjelaskan secara rinci mengenai alat-alat yang disiapkan tetapi
hanya dengan menjelaskan bahwa alat yang digunakan
dicantumkan pada LKS. Dengan mencantumkan alat pada LKS
berarti bahwa Guu 5 tahu alat-alat apa yang akan digunakan dan
telah menyiapkan alat-alat yang akan dipakai dalam percobaan.
Dalam teori yang sama disebutkan pula bahwa, guru perlu
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk siswa agar terarah.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 5 telah menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa ke tujuan
yang diinginkan, dimana sebelum melakukan percobaan Guru 5
telah terlebih dahulu memberikan pertanyan-pertanyaan kepada
siswa mengenai materi yang diajarkan dan pertanyaan-
pertanyaan tersebut kemudian akan dijawab siswa setelah
melakukan demonstrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dari hasil wawancara kedua guru diketahui pula bahwa,
Guru 2 dan Guru 5 yang melibatkan siswa dalam melakukan
demonstrasi. Fakta ini didukung oleh teori yang dikemukakan
Suparno (2013: 154), yang menjelaskan bahwa salah satu model
demonstrasi ialah demonstrasi dilakukan oleh guru bersama
siswa. Siswa ikut aktif melakukan demo bersama guru, misalnya
ikut mengukur, mengamati, mengumpulkan data, menjawab,
menunjukkan alat-alat dan lain-lain.
b. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
laboratorium dengan menggunakan metode eksperimen
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 1, Guru 3,
Guru 4, dan Guru 8 menggunakan metode eksperimen sebagai
metode pembelajaran dalam rancangan pembelajaran yang dibuat
untuk mengintergrasikan laboratorium dalam pembelajaran
Fisika. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan
Guru 1, Guru 3, Guru 4, dan Guru 8:
“Rancangannya itu kita harus masukan situasi
laboratoriumnya dan ini adalah rancangan yang
saya buat dengan pengandaian alat-alat
laboratorium lengkap. Kegiatan pembukanya,
ucapkan salam. Setelah itu doa dan diakhiri absen.
Kemudian dalam pembelajaran, kita harus tanya
materi yang diperlajari sebelumnya, kemudian
persiapan LKS dan dibagi kepada mereka. Setelah
itu, bagi mereka dalam bentuk kelompok.
Kemudian mempersiapkan alat-alat yang mau
digunakan. Kemudian setelah itu, kita langsung
arahkan mereka untuk melakukan percobaan
sesuai arahan pada LKS atau penuntun praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kemudian setelah melakukan percobaan. Mereka
diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada di LKS. Setelah semua sudah mereka
kerjakan, dari setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka di depan.
Kemudian teman-teman lain diminta untuk
menanggapi dengan memberikan pertanyaan atau
masukan-masukan pada hasil yang
dipresentasikan. Kemudian, terakhir guru
memberikan pemahaman terkait materi yang
dipercobakan. Guru dan siswa merangkum
kembali materi yang telah dipraktekkan dan hasil
kerja dari setiap kelompok. Kemudian setelah itu
mereka diberi tugas, tugas tersebut dapat langsung
dikerjakan pada saat itu juga atau dapat dikerjakan
dirumah, karena tergantung waktu yang tersisa.
Kemudian tahap akhir mereka diminta untuk
membereskan alat-alat percobaan yang mereka
pakai.” (Pernyataan Guru 1)
“Akan saya laksanakan jika alatnya ada, tapi
sebelumnya guru harus periksa terlebih dahulu,
periksa kesiapan alat, lalu kita siapkan alatnya
sesuai dengan materi yang mau kita jelaskan kalau
memang sudah siap baru kita melaksanakan
praktikumnya. Kesiapan disini tercangkup pada
LKS dan guru praktek menggunakan alat-alatnya.
LKS kalau ada di buku kita pakai yang di buku,
atau kalau ada dalam kit kita pakai yang dalam
kit, tetapi kalau tidak ada berarti harus guru yang
menyiapkannya. Saat melakukan praktikum
bersama siswa, guru terlebih dahulu membagikan
LKS lalu menjelaskan materi kemudian guru
merangkai peralatan di depan siswa sambil
menjelaskan alat ini namanya apa, cara kerjanya
bagaimana lalu setelah itu baru siswa yang
melakukan praktikum dalam kelompok. Setelah
praktikum siswa diminta untuk membuat
laporan.” (Pernyataan Guru 3)
“Rancangan idealnya yaitu awalnya kita guru
kasih topik dan kita sudah menyiapkan alat dan
bahan untuk praktik, lalu seperti biasa, kita
menyampaikan tujuan yang mau dicapai sehingga
anak-anak bisa terfokus dan tidak bias, setelah itu
kita melakukan praktikum dalam kelompok lalu
kita guru bantu dan arahkan anak-anak buat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kesimpulan yang menjawabi teori aslinya dan
buat laporan.” (Pernyataan Guru 4)
“Misalnya materi yang dipelajari itu apa,
peralatan yang harusnya disiapkan itu
diperhatikan, alat yang dibutuhkan itu ada, dan
bagaimana mengambil data dari peralatan yang
dibutuhkan lalu setelah mendapat data anak
dibimbing untuk menganalisis data dengan
kalkulasi tetapi muaranya ke rumusan.
Sebenarnya apa yang saya bilang ini sudah
tercantum pada LKS yang saya bagi ke anak-anak
sebelum praktikum. Jadi kalau saya diminta untuk
membuat pembelajaran dengan memanfaatkan
laboratorium maka materi apa, alat apa yang harus
disiapkan lalu bagaimana menggunakan alat itu,
sesudah itu mengambil data dari peralatan secara
benar. Biasanya anak-anak dibagi dalam
kelompok-kelompok 5 sampai 6 orang dalam 1
kelompok. Setelah data di peroleh dianalisis dan
dari analisis itu saya bimbing agar sampai ke
rumusan atau tujuan pembelajaran itu untuk
menarik kesimpulan.” (Pernyataan Guru 8)
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, Guru 1, Guru 3,
Guru 4, dan Guru 8 menggunakan metode eksperimen dengan
model eksperimen terbimbing. Penggunaan eksperimen
terbimbing ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Suparno (2013: 84), yang menjelaskan bahwa, dalam banyak
pembelajaran Fisika di SMA dan SMP, kebanyakan eksperimen
dipilih yang terbimbing atau terencana, hasilnya akan lebih cepat
selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah
bingung. Selain itu, sebagian besar rancangan pembelajaran yang
dibuat Guru 1, Guru 3, Guru 4, dan Guru 8 didukung oleh teori
yang dikemukakan oleh Suparno (2013: 84), yang menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mengenai beberapa hal-hal yang harus dilakukan guru dalam
menggunakan metode eksperimen terbimbing. Di dalam teori
disebutkan bahwa, guru harus memilih eksperimen apa yang
akan ditugaskan kepada siswa. Memilih eksperimen apa yang
akan ditugaskan kepada siswa dapat diartikan juga dengan
memilih materi tertentu apa yang akan dieksperimenkan bersama
siswa dan dari hasil wawancara di samping diketahui bahwa,
Guru 1, Guru 3, Guru 4, dan Guru 8 telah menyiapkan materi
eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa. Guru 4 dan
Guru 8 dalam pernyataannya secara langsung menjelaskan bahwa
sebelum melakukan eksperimen Guru 4 dan Guru 8 telah
memilih materi Fisika apa yang akan dieksperimenkan. Guru 8
juga menjelaskan bahwa materi yang akan dieksperimenkan
tersebut telah dicantumkan di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang telah dibuat. Sedangkan Guru 3 dan Guru 1 tidak
menyatakan secara langsung mengenai pemilihan materi yang
akan dieksperimenkan namun, Guru 1 dan Guru 3 menggunakan
LKS dalam melakukan eksperimen, dimana LKS juga
memaparkan mengenai materi. Guru 3 menjelaskan bahwa, Guru
3 dapat menggunakan LKS atau panduan percobaan yang
terdapat pada kit atau pada buku Fisika yang dilengkapi dengan
LKS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Di dalam teori yang sama juga disebutkan bahwa, guru
harus merencanakan langkah-langkah percobaan seperti, apa
tujuannya, peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai
percobaan, data yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana
menganalisis data, dan apa kesimpulannya. Dari hasil
wawancara diketahui bahwa Guru 8 telah merencanakan
sebagian dari langkah-langkah tersebut, dimana Guru 8
merencanakan materi apa yang akan dieksperimenkan, peralatan
apa yang akan digunakan, apakah peralatan yang dibutuhkan
tersedia atau tidak, dan bagaimana menggunakan alat tersebut.
Guru 8 menjelaskan bahwa langkah-langkah yang disampaikan
ini telah tercantum pada LKS. Sedangkan langkah-langkah untuk
menganalisis data dan apa kesimpulan yang diperoleh tidak
disebutkan secara langsung oleh Guru 8. Namun, dalam
penjelasan berikutnya Guru 8 menjelaskan langkah-langkah yang
dimaksud. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Guru 8 telah
merencanakan langkah-langkah percobaan, dimana lagkah-
langkah percobaan dapat dilihat dari penggunaan LKS yang
disiapkan Guru 8. Dari pernyataan yang disampaikan Guru 1 dan
Guru 3 diketahui bahwa, Guru 1 dan Guru 3 menggunakan LKS
yang telah dibuat dalam melakukan percobaan. Namun, Guru 1
dan Guru 3 tidak menjelaskan secara rinci langkah-lagkah
percobaan apa saja yang ada tercantum pada LKS yang dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Guru 1 dan Guru 3. Berbeda dari Guru 1, Guru 3, dan Guru 8,
dalam rancangan pembelajaran yang dibuat Guru 4 tidak
dijelaskan adanya penggunaan LKS. Namun, dari pernyataan
yang disampaikan Guru 4 diketahui bahwa Guru 4 dalam
melakukan percobaan telah terlebih dahulu memberitahukan
topik dan menyiapkan alat-alat dan menyiapkan alat-alat yang
akan digunakan dalam percobaan. Guru 4 juga menjelaskan
bahwa diakhir pembelajaran Guru 4 akan meminta siswa untuk
memberikan kesimpulan mengenai percobaan yang dilakukan.
Dari rancangan pembelajaran yang dibuat Guru 4, dapat
dikatakan bahwa Guru 4 telah merencanakan langkah-langkah
percobaan.
Selanjutnya, di dalam teori juga disebutkan bahwa guru
harus mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan
sehingga pada saat siswa melakukan percobaan semua telah siap
dan lancar. Dari hasil wawancara diketahui bahwa, sebelum
melakukan percobaan Guru 1, Guru 3, Guru 4, dan Guru 8 telah
terlebih dahulu menyiapkan alat-alat yang akan digunakan. Guru
3 menjelaskan bahwa, sebelum melakukan percobaan alat yang
digunakan harus diperiksa terlebih dahulu dan alat yang
digunakan harus disesuaikan dengan percobaan yang akan
dilakukan. Guru 8 juga menjelaskan bahwa, sebelum
merencanakan percobaan guru perlu melihat apakah alat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dibutuhkan itu tersedia atau tidak dan bagaimana menggunakan
alat tersebut agar bisa memperoleh data yang diinginkan.
Selain harus mempersiapkan semua peralatan yang
digunakan dalam percobaan, di dalam teori juga disebutkan
bahwa, guru harus membantu siswa dalam menarik kesimpulan
dengan percobaan yang dilakukan. Dari hasil wawancara
diketahui bahwa, Guru 1, Guru 4, dan Guru 8 akan membantu
dan mengarahkan siswa pada saat melakukan percobaan. Guru 1
menjelaskan bahwa setelah melakukan percobaan siswa akan
diminta untuk mempresentasikan hasil dari masing-masing
kelompok. Setiap kelompok akan diminta untuk memberikan
tanggapan berupa pertanyaan-pertanyaan ataupun masukan-
masukan kepada kelompok-kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil percobaannya. Kegiatan presentasi akan
diakhiri dengan rangkuman Guru 1 mengenai percobaan yang
dilakukan. Kemudian Guru 2 bersama siswa akan merangkum
atau menarik kesimpulan dari hasil yang dipresentasikan setiap
kelompok.
Dalam teori yang sama disebutkan pula bahwa, guru
harus memeriksa laporan percobaan apabila guru meminta siswa
membuat laporan tersebut. Dari hasil wawancara diketahui
bahwa dalam rancangan yang dibuat, Guru 3 dan Guru 4
meminta siswa untuk membuat laporan percobaan. Namun, dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pernyataan yang disampaikan Guru 3 dan Guru 4 tidak diketahui
apakah laporan yang dibuat siswa tersebut akan diperiksa atau
tidak.
Selain itu, dari hasil wawancara diketahui pula bahwa,
Guru 1, Guru 3, Guru 4, dan Guru 8 melakukan percobaan
dengan membagi siswanya ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Guru 8 menjelaskan bahwa setiap kelompok terdiri dari 5 sampai
6 orang siswa. Pembagian kelompok yang dilakukan Guru 1,
Guru 3, Guru 4, dan Guru 8 didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Suparno (2013: 85), yang menjelaskan bahwa
dalam eksperimen siswa dapat melakukan percobaan secara
individu atau kelompok kecil. Ada baiknya kelompok dibuat
kecil sehingga siswa dapat sungguh melakukan percobaan dan
bukan hanya melihat percobaan teman. Dari hasil wawancara ini
juga diketahui bahwa, Guru 1 dan Guru 3 membuat rancangan
pembelajaran ini dengan anggapan bahwa fasilitas-fasilitas
seperti alat-alat laboratorium sudah memadai.
Dari hasil wawancara diketahui pula bahwa, tidak semua guru-
guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat
merancang pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi
ataupun metode eksperimen. Guru 6 dan Guru 7 adalah guru-guru yang
tidak dapat merancang pembelajaran yang mengintegrasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
laboratorium dalam pembelajaran fisika. Berikut adalah pernyataan
yang disampaikan Guru 6 dan Guru 7:
“Saya tidak bisa merancang kegiatan tersebut karena
memang saya belum pernah buat.” (Pernyataan Guru 6)
“Kita bisa rancang mungkin RPPnya tapi disini kami
membuat RPP secara umum. Sebenarnya eksperimen itu
harus dibuat khusus tapi kami biasanya selama ini buat
secara umum saja..” (Pernyataan Guru 7)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa, Guru 6 tidak dapat
membuat rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
laboratorium karena Guru 6 tidak pernah melakukan percobaan di
laboratorium. Sedangkan Guru 7 menjelaskan bahwa Guru 7 tidak
memiliki rancangan pembelajarannya tersendiri karena Guru 7
melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan rancangan yang
dibuat secara umum.
Dari pembahasan terkait rancangan pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika dapat
disimpulkan bahwa, Guru 1, Guru 2, Guru 3, Guru 4, Guru 5 dan Guru
8 dapat merancang pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium,
dimana Guru 2 dan Guru 5 di dalam rancangannya menggunakan
metode demonstrasi, sedangkan Guru 1, Guru 3, Guru 4, dan Guru 8
menggunakan metode eksperimen. Sedangkan Guru 6 dan Guru 7
tidak dapat membuat rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Jika dipersentasekan,
sebanyak 75% dari delapan guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tengaara Timur ini dapat merancang pembelajaran yang
menginterasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika, dimana
sebanyak 25% menggunakan metode demonstrasi dan 50% lainnya
menggunakan metode eksperimen. Sedangkan 25% dari delapan guru
Fisika lainnya tidak dapat merancang pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
3. Implementasi rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
laboratorium dalam pembelajaran Fisika
Dari hasil wawancara mengenai implementasi rancangan
pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika diketahui bahwa, terdapat rancangan
pembelajaran yang dapat diterapkan dan terdapat pula rancangan
pembelajaran tidak dapat diterapkan. Dari hasil wawancara diketahui
bahwa, rancangan pembelajaran yang dibuat Guru 2, Guru 3, Guru 4,
Guru 5 ,dan Guru 8 dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika.
Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan Guru 2, Guru
3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8:
“Saya rasa bisa diterapkan. Selama ini saya sudah
menggunakan metode demonstrasi ini dengan alat
peraga yang saya buat atau alat laboratorium yang ada
saja.” (Pernyataan Guru 2)
“Itu sangat bisa diterapkan kalau fasilitas labnya
lengkap dan niat gurunya. Kalau sejauh ini saya rasa
bisa diterapkan karena disini alat-alat labnya lumayan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
lengkap dibandingkan sekolah-sekolah lain di Reo,
seperti untuk pengukuran tadi ada jangka sorong, ada
teropong dan alat lab lainnya.” (Pernyataan Guru 3)
“Mereka pasti antusias, senang, suasana kelas jadi
makin seru, dan ada yang penasaran kenapa bisa begitu,
dan setelah dituntun dan dijelaskan mereka baru paham
dan bilang oh.” (Pernyataan Guru 4)
“Bisa diterapkan menurut saya. Tapi itu tadi mungkin
kita berharap semua siswa sebisa mungkin mereka
paham tentang apa yang kita berikan, tapi itu tadi
mungkin di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung
ya sebagian mungkin bisa paham kalau kita menggali
dari dasar lagi.” (Pernyataan Guru 5)
“Rancangan itu dapat diterapkan. Kalau tidak bisa
diterapkan walaupun alat tersedia itu sebenarnya
kesalahan guru ataupun kelemahan guru. Tetapi kalau
misalnya tidak bisa dilaksanakan karena alat tidak ada,
maka itu menjadi sebuah kesalahan guru. Karena sudah
mengetahui alat tidak ada tetapi masih mau merancang
pembelajaran seperti itu.” (Pernyataan Guru 8)
Dari hasil wawancara sebelumnya mengenai rancangan
pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika diketahui bahwa, Guru 2 dan Guru 5 merancangan
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, sedangkan
Guru 3, Guru 4, dan Guru 8 merancang pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen. Sejauh mana rancangan
pembelajaran ini diterapkan dalam pembelajaran Fisika, Guru 2, Guru
3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8 memiliki alasan-alasan tersendiri
mengapa rancangan pembelajaran yang dibuat dapat diterapkan dalam
pembelajaran Fisika. Guru 2 menjelaskan bahwa rancangan yang
dibuat dapat diterapkan karena selama ini Guru 2 telah menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
metode demonstrasi, dimana Guru 2 menggunakan metode
demonstrasi ini dengan memperhatikan ketersediaan alat-alat
laboratorium. Sehingga dapat dikatakan bahwa Guru 2 bahwa
rancangan ini dapat diterapkan karena alat yang tersedia sudah
memadai. Sama seperti Guru 2, Guru 3 dan Guru 8 menjelaskan bahwa
racangan pembelajaran yag dirancang dapat diterapkan karena fasilitas
laboratorium terutama alat-alat laboratorium sudah cukup memadai di
sekolah tempat Guru 3 dan Guru 8 bekerja. Guru 8 menegaskan bahwa
apabila sebuah rancangan tidak dapat diterapkan jika alat-alat yang
dibutuhkan tersedia, maka itu adalah kelemahan guru dan Guru 8 juga
menjelaskan bahwa, dalam membuat rancangan guru terlebih dahulu
harus melihat ketersedia alat yang ada sebelum membuat sebuah
rancangan pembelajaran tersebut. Selain itu, Guru 3 juga menjelaskan
bahwa rancangan pembelajaran yang dibuat dapat diterapkan apabila
ada kemauan dari diri guru itu sendiri untuk menerapkan rancangan
pembelajaran yang telah dibuat. Berbeda dengan Guru 2, Guru 3, dan
Guru 8, Guru 4 menjelaskan bahwa dengan menerapkan rancangan
pembelajaran yang telah dibuat dapat membuat siswa lebih antusias
dalam mengikuti pembelajaran Fisika. Berbeda dengan guru-guru
lainnya, Guru 5 menjelaskan bahwa rancangan pembelajaran yang
dibuat dapat diterapkan dan besar harapan Guru 5 agar siswa dapat
lebih memahami materi yang diajarkan. Namun, Guru 5 juga
menyadari bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
akan diajarkan masih sangat rendah sehingga Guru 5 perlu menggali
kembali pemahaman dasar siswa mengenai materi yang akan
diajarkan.
Dari hasil wawancara diketahui pula bahwa, tidak semua guru
Fisika dapat menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Guru 1 tidak dapat
menerapkan rancangan pembelajaran yang dibuat dalam pembelajaran
Fisika, sedangkan Guru 6 dan Guru 7 tidak dapat menjelaskan sejauh
mana rancangan yang dibuat dapat diterapkan karena beberapa alasan
tertentu. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan Guru
1, Guru 6, dan Guru 7:
“Kalau alatnya lengkap saya rasa bisa diterapkan, tetapi
itu tadi alatnya belum memadai saya rasa belum bisa
diterapkan. (Pernyataan Guru 1)
“Saya tidak bisa memberitahukan sejauh mana
rancangan yang dibuat dapat diterapkan karena
memang saya belum pernah buat.” (Pernyataan Guru 6)
“Saya juga tidak tahu tercapai atau tidak. Karena itu
tadi saya belum pernah buat.” (Pernyataan Guru 7)
Dari pernyataan-pernyatan di atas diketahui bahwa, rancangan
pembelajaran yang dibuat Guru 1 tidak dapat diterapkan karena di
sekolah tempat Guru 1 bekerja alat-alat laboratoriumnya belum terlalu
lengkap. Sedangkan Guru 6 dan Guru 7 yang pada pembahasan
sebelumnya tidak dapat membuat rancangan pembelajaran, tidak dapat
menjelaskan sejauh mana rancangan yang dibuat dapat diterapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
karena Guru 6 dan Guru 7 belum pernah melakukan pembelajaran
dengan memanfaatkan laboratorium dan belum pernah melakukan
percobaan.
Dari pembahasan terkait implementasi rancangan pembelajaran
yang menginterasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika dapat
disimpulkan bahwa, Guru 2, Guru 3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8 dapat
menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat dengan
mempertimbangkan ketersedian alat-alat laboratorium, respon siswa,
dan kemauan guru dalam melaksanakan rancangannya. Sedangkan
Guru 1 tidak dapat menerapkan rancangan pembelajaran yang dibuat
karena minimnya ketersediaan fasilitas-fasilitas laboratorium
khususnya alat laboratorium. Berbeda dengan guru-guru lainnya, Guru
6 dan Guru 7 tidak mengetahui sejauh mana rancangan pembelajaran
yang dibuat dapat diterapkan karena kedua guru ini tidak dapat
merancang pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium. Jika
dipersentasekan, sebanyak 62,5% dari delapan guru Fisika di Pulau
Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat menerapkan rancangan
pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium dalam
pembelajaran Fisika yang telah dibuat, 12,5% lainnya tidak dapat
menerapkan rancangan pembelajaran yang dibuat, dan sebanyak 25%
lainnya tidak mengetahui sejauh mana rancangan pembelajaran yang
dibuat dapat diterapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Selain memperoleh pengetahuan terkait pengetahuan guru
mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya dalam pembelajaran
Fisika, rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium
dalam pembelajaran Fisika, dan implementasi rancangan yang
mengitegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika, dalam
penelitian ini dapat diketahui pula hubungan antara ketiga hal yang
disebutkan di atas. Berdasarkan pembahasan di samping diketahui bahwa,
Guru 1, Guru 2, Guru 3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8 memiliki
pengetahuan yang baik mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya
dalam pembelajaran Fisika. Dengan memiliki pengetahuan yang baik
mengenai peran laboratorium dan pemanfaatannya dalam pembelajaran
Fisika, Guru 1, Guru 2, Guru 3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8 dapat
merancang pembelajaran yang mengintegrasikan laboratorium. Guru 2,
Guru 3, Guru 4, Guru 5, dan Guru 8 dapat menimplentasikan rancangan
pembelajaran yang telah dibuat, sedangkan Guru 1 tidak dapat
menerapkan rancangannya. Selain keenam guru tersebut, diketahui pula
bahwa Guru 6 dan Guru 7 memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
peran laboratorium dalam pembelajaran Fisika. Pengetahuan yang cukup
ini menyebabkan kedua guru ini tidak dapat merancang pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dan tidak mengetahui sejauh mana
rancangan tersebut dapat diterapkan. Dari pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa, guru yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
peran laboratorium dan pemanfaatannya dapat merancang pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
yang mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika dan dapat
mengimplementasikan rancangan yang telah dibuat. Dan guru yang
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peran laboratorium dan
pemanfaatannya tidak dapat merancang pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika dan tidak dapat
mengimplementasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Sebanyak 75% dari delapan guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa
Tenggara Timur memiliki pengetahuan yang baik dan 25% lainnya
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peran laboratorium dan
pemanfaatannya dalam pembelajaran Fisika.
2. Sebanyak 75% dari delapan guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa
Tengaara Timur ini dapat merancang pembelajaran yang
menginterasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika, dimana
sebanyak 25% menggunakan metode demonstrasi dan 50% lainnya
menggunakan metode eksperimen. Sedangkan 25% dari delapan guru
Fisika lainnya tidak dapat merancang pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika.
3. Sebanyak 62,5% dari delapan guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi
Nusa Tenggara Timur dapat menerapkan rancangan pembelajaran yang
mengintegrasikan laboratorium dalam pembelajaran Fisika yang telah
dibuat, 12,5% lainnya tidak dapat menerapkan rancangan pembelajaran
yang dibuat, dan sebanyak 25% lainnya tidak mengetahui sejauh mana
rancangan pembelajaran yang dibuat dapat diterapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti meyampaikan
beberapa saran, yaitu:
1. Sebaiknya guru-guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara
Timur senantiasa memperbaharui dan menambah pengetahuannya
terkait laboratorium IPA pada umumnya dan laboratorium Fisika pada
khususnya mengingat laboratorium memiliki peran yang penting
dalam pembelajaran Fisika.
2. Sebaiknya guru-guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara
Timur senantiasa memperbaharui dan menambah pengetahuan dalam
merancang pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi
dan metode eksperimen, serta senantiasa melatih diri untuk merancang
pembelajaran yang memanfaatkan laboratorium.
3. Sebaiknya guru-guru Fisika di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara
Timur senantiasa menerapkan rancangan pembelajaran yang telah
dibuat dalam pembelajaran Fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh., 1987. Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Departemen
Pendididkan dan Kebudayaan.
Decaprio, Richard. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta:
Diva Press.
Djamarah, Syaiful Bhari & Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Suprano, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran Konstruktivistik &
Menyenangkan Edisi Revisi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Suryawan, Eka Arif. 1989. “Pemberdayagunaan Laboratorium Fisika dalam
Pengajaran Fisika di SMA” dalam Rangkuman Seminar Pendidikan Fisika
Se-Jawa. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
Padmawinata, Djupri dkk. 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA-II (Lanjutan).
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI