Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB V
IDENTITAS BUDAYA
A. Identitas Budaya
Pada saat Greetz (1973) mengatakan bahwa kebudayaanmerupakan " ...histoically transmittect pattern of meanings embodied insymbols, a system of inherited conceptions expressed in symbolic forms by
means of which men communicate, perpu tuate, and deoelop their knowledge
about and attitudes toward life" (Gr,=etz, 1973: 89), sesunggutrnyakebudayaan itu memiliki batas-wilayah di mana sekelompok orangmencari makna atas simbol-simbol. Simbol-simbol yang digunakanmerupakan simbol-simbol yang disepakati secara bersama-samauntuk digunakan. Sedangkan makna dari setiap simbol yangdigunakan tersebut merupakan hasil kesepakatan secara bersama-sama. Artinya, simbol dan makna tersebut merupakan kesepakatanbersama dari suafu masyarakat atau suatu komunitas.
Simbol yang sudah memiliki makna tersebut menjadi tuntunantingkah laku bagi setiap orang yang menjadi anggota dari suatukomunitas atau masyarakat tersebut. Dalam konteks inilah akhirnyaidentitas budaya suatu masyarakat atau suatu komunitas initerbentuk. Simbol maupun tingkah laku dari suatu masyarakat, akan
dapat dimaknai dengan analisis kontr:ks dimana simbol itu dibangun.
OIeh karena itu, suatu simbol tidak lagi merupakan pemadatan
terhadap suatu makna tetapi berbag;f makna yang tergantung pada
kelompok sosial yang diacu. (Irwan,\bdullah, 2006 :21).
Secara etimologis, kata identitas berasal dari kata ldentity,yang berarti (1) kondisi atau kenyat:ran tentang sesuatu yang sama,
suatu keadaan yang mirip satu sarna lain; (2) kondisi atau faktatentang sesuatu yang sama di antara dua orang atau dua benda;(3) kondisi atau fakta yang mengg;ambarkan sesuatu yang sama
diantara dua orang (individualitas) atau dua kelompok atau benda;
93
Mi ndfulness dalam Komunikasi Antarbudaya
(4) pada tataran teknis, pengertian etimologis di atas hanya sekedar
menunjukkan suatu kebiasaan untuk memahami identitas dengan
kata'identik', misalnya menyatakan bahwa 'sesuatu' itu mirip satu
dengan yang lain, A=A (Webster New World Dictionary).
Sedangkan pada tataran hubungan manusia, identitas (identity)
memiliki arti (1) membuat sesuatu menjadi identik atau sama,
misaLnya mempertimbangkan sesuatu itu sama artinya dengan
melihat peluang (mengidentifikasi satu minat dibandingkan
minat yang lain); (2) mengakui keberadaan sesuatu yang dilihat,diketahui, digambarkan, atau yang kita klaim apakah dia manusia
atau benda (mengidentifikasi sebuah spesimen biologis); (3)
menghubungkary atau membuat sesuatu menjadi lebih dekat
(mengidentifikasi pikiran seseorang dengan mazhab yangmempengaruhi dia); (4) kasus psikoanalisis menggunakan istilahidentifu untuk menerangkan rincian aspek-aspek psikologis yangdimiliki seseorang dan membandingkannya dengan aspek-aspek
psikologis yang dimiliki orang tain; (5) meletakkan seseorang ke
dalam tempat orang lairL sekurang-kurangnya meletakkan atau
mempertukarkan pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik(empatik) (Webster N ew World Dictionary).
Apabila pengertian tentang identitas ini kita kaitkan dengan
budaya, maka yang dimaksud dengan identitas budaya adalah
pemahaman tentang sesuatu yang identik maupun gambaran yangterkait denganbudaya. MenurutTing-Toomey, identitas budaya atau
kultural merupakan perasaan (emotional significance) dari seseorang
untuk ikut memiliki (sense ofbelonging) atau berafiliasi dengan kulturtertentu. Masyarakat yang terbagi kedalam kelompok-kelompok itukemudian melakukan identifikasi kultural (cultural identification),
yaitu masing-masing orang mempertimbangkan diri merekasebagai representasi dari sebuah budaya partikular. Identifikasikultural ini, menurut Rogers dan SteinJatt (1999:97 dalam Turnomo2005), akan menentukan individu-individu yang termasuk dalamin-group dan individu-individu yang termasuk dalam out-group.
Bagaimana mereka berperilaku, sebagian ditentukan oleh apakahmereka termasuk kedalam budaya tertentu atau tidak (Turnomo,2005:1.-2).
94
RiniDamarastuti
Gambar 5.1. Identitas Diri Suatu Masyarakat
Identitas budaya yang terbentuk dalam kehidupan suatu
masyarakat akan mempengaruhi persepsi diri setiap anggota
dalam masyarakat. Bagaimana mereka memandang diri mereka,
bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku, sangat
dipengaruhi oleh identitas budaya mereka sendiri. Menurut teori
komunikasi tentang identitas, identitas merupakan penghubung
utama antara individu dan masyarakat dan di sinilah komunikasi
menjadi mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi-
Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitas dan
juga mengubah mekanisme. Dalanl Proses komunikasi yang kita
lakukaru kita akan mendapatkan pandangan serta reaksi orang
lain dalam interaksi sosial dan sebaliknya. Selain itu, pada saat kita
berkomunikasi, kita akan memperlihatkan rasa identitas dengan
cara kita mengekspresikan siapa di.::i kita dan ketika kita merespon
orang latn. Subjectiae Dimension akastidentitas merupakan Perasaandiri pribadi kita. Sedangkan Ascribed Dimension adalah aPa yang
\1r.
95
-\
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya
orang lain katakan tentang kita. Dengan kata lain, rasa identitas kita
terdiri dari makna-makna yang dipelajari dan yang kita dapatkan.
Dalam kaitan dengan hal ini, identitas yang kita miliki adalah
"kode" yang mendefinisikan keanggotaan kita dalam komunitas
yang beragam (Littlejohn, 2009: 131). Terkait dengan identitas,
dalam teori komunikasi identitas sebagai hasil pemikirannya,Michael Hecht bersama dengan koleganya, membentuk ketigakonteks budaya, yaitu konteks individu, komunal, dan publik.
Hecht menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana
akan dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Kedua dimensitersebut berinteraksi dalam rangkaian empat tingkatan atau lapisan.
1. Tingkatan pertama adalah Personal Layer, yang terdiri dari rasa
akan keberadaan diri kita dalam situasi sosial.
2. Tingkatan kedua adalah Enactment Layer atau pengetahuan
orang lain tentang diri kita berdasarkan pada apa yang kitalakukary apa yang kita miliki, dan bagaimana kita bertindak.
3. Tingkatan ketiga dalam identitas kita adalah Relational atartsiapa diri kita dalam kaitannya dengan individu lain. Identitasdibentuk dalam intereaksi kita dengan orang lain.
4. Tingkatan yang keempat adalah tingkatan communal, yangdiikat pada kelompok atau budaya yang lebih besar. Tingkatidentitas ini sangat kuat dalam banyak budaya Asia (Littlejohn,2009:132-733).
Teori Hecht yang membahas teori komunikasi tentangidentitas ini berbeda jauh dengan teori identitas lainnya. Kitaambil contoh teori identitas dalam tradisi sosiopsikologis. Teoriini lebih memikirkan individu sebagai sesuatu yang terpisah, yangmerupakan inti teori sosiopsikologis. Atau kita bandingkan denganteori identitas dalam teori sosiokultural. Teori ini memperluascakupannya untuk melihat pada cara di mana perasaan seseorangakan diri merupakan hasil dari kehidupan sosial. Selain perbedaandengan teori-teori identitas lainnya, dalam teori komunikasitentang identitas ini Hecht juga memperkenalkan dimensi-dimensiidentitas khusus dalam memahami identitas seseorang atau suatu
95
Rini Damarastuti
kelompok. Dimensi-dimensi yang perlu dibertimbangkan tersebutadalah dimensi perasaan (dimensi afektif), pemikiran (dimensikognitif), tindakan (dimensi perilaku), dan transenden (spiritual).
Dimensi perasaan merupakan dimensi yang terkait denganperasaan yang dimiliki seseorang atau sekelompok individu ketikamereka melihat identitas diri mereka. Dimensi kognitif merupakandimensi yang terkait dengan pikiran dan cara berpikir yang dimilikioleh sekelompok individu dalam memahami identitas diri mereka.
Dimensi tindakan adalah dimensi yang terkait dengan perilakuyang dimunculkan dan dinampakkan oleh suatu masyarakat yangterkait dengan identitas diri yang me'reka miliki. Sedangkan dimensitransenden merupakan dimensi yang terkait dengan kepercayaan
yang mereka miliki ketika mereka melihat siapa diri mereka danbagaimana identitas diri mereka.
B. Pembentukan Identitas Budaya
Identitas budaya yang terbentuk dalam kehidupan suatumasyarakat terbentuk melalui belrcrapa tahap. Tetapi sebelum
kita membahas tentang tahap pembentukan identitas budaya ini,terlebih dahulu kita harus memaharni secara tepat tentang identitas
budaya. Karena kerap kali te{adi pemahaman tentang identitas
budaya itu dikacaukan dengan pengertian identitas sosial. Yangjelas, konsep identitas selalu berkaitan dengan Peran.
Menurut Alo Liliweri (2003: 83-86), identitas budaya kitadikembangkanmelalui proses yang meliputi beberapa tahap, yaitu:
L. Identitas budaya yang tak disengaja
Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak disengaja
atau tidak disadari. Melalui Prctses serta interaksi yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, muncullah identitas budaya yang
tidak disadari. Banyak identit;rs budaya yang dimiliki oleh
suatu suku bangsa diperoleh secara tidak teruji, tak sengaja atau
tak disadari.
2. Pencarian Identitas Budaya
Tahap yang kedua adalah tahap dimana identitas budaya itusengaja di cari. Pencarian identitas budaya ini meliputi proses
97
Mindf ulness dalam Komunikasi Antarbudaya
penjajakan, bertanya, dan uji coba atas sebuah identitas. Proses
penjajakan, bertanya dan uji coba identitas budaya ini bisa
dilakukan oleh masyarakat yang memiliki identitas budaya
tersebut, atau oleh pihak lain. Proses inilah yang seringkali juga
kita lakukan ketika kita ingin mencari identitas dari budaya lain.
3. Identitas Budaya yang diperoleh
Tahap yang ketiga adalah tahap identitas budaya yang diperoleh-
Tahap ini sering disebut dengan cultural identity achiersement,
yaitu sebuah bentuk identitas yang dicirikan oleh kejelasan dan
keyakinan terhadap penerimaan diri Anda melalui intemalisasi
kebudayaan sehingga dia menmbentuk identitas Anda.
4. Konformitas : Internalisasi
Proses pembentukan identitas dapat diperoleh melaluiinternalisasi yang membentuk konformitas. Pada proses ini,internalisasi berftrngsi untuk membuat norma-norma yang
kita miliki menjadi sama (konformitas) dengan norma-norma
yang dominan. Atau bisa juga membuat norma yang kita milikiberasimilasi ke dalam kultur dominan. Pada tahap ini, sering
kali orang melihat dirinya melalui lensa dari budaya dominandan bukan dari budaya asal.
5. Resistensi dan Separatisme
Resistensi dan separatisme adalah pembentukkan identitassebuah budaya dari sebuah komunitas tertentu. Proses pemben-
tukan identitas ini biasanya terjadi dalam kehidupan komunitasminoritas dari sebuah suku bangsa, etnik, bahkan agama.
Komunitas ini berperilaku eksklusif untuk menolak norma-norma budaya dominan.
6. lntegrasi
Pembentukan identitas budaya juga dapat dilakukan melaluiproses integrasi budaya. Proses integrasi budaya merupakanproses dimana seorang atau sekelompok orang mengembangkanidentitas baru yang merupakan hasil dari integrasi pelbagaibudaya dari komunitas atau masyarakat asal.
98
Rini Damarastuti
C. Mobilitas dan Pembentukan Identitas.
Identitas suatu budaya seringkali terjadi karena manusiaberpindah dari tempat yang sahr ke tempat yang lain. Atautidak jarang, karena perkembangan teknologi yang sangat pesat,pembentukan identitas budaya juga disebabkan dan dipengaruhioleh terpaan informasi yang sangat k uat dari media massa. Mobilitastelah menjadi faktor penting dalarrr pembentukan dan perubahanperadaban umat manusia karerLa perbedaan tempat dalamkehidupan manusia telah menciptakan definisi-definisi baru, tidakhanya tentang lingkungan kebudal'aan di mana seseorang tinggaltetapi juga tentang dirinya sendiri (r\ppa dura i, 199 4; Hanner z, 199 6
dalam Irwan Abdullah, 2006:42).
Dalam pandangan Appadurai dan Hannerz, seseorang
ketika berada di dalam lingkungan tertentu, dia dituntut untukpenyesuaian diri dengan lingkungan tersebut secara terus menerussupaya dia dapat menjadi bagian dari sistem yang lebih luas.Tetapi di lain pihak, identitas as.al yang telah menjadi bagiansejarah kehidupan orang tersebut tidak dapat ditinggalkan begitusaja, bahkan kebudayaan asal cendr-'rung menjadi pedoman dalamkehidupan di tempat baru. Proses dinamis kemudian dapat terjadi,seperti ditunjukkan Georg Simmel (1991), pada saat berlangsungnvainteraksi yang terus menerus antara sifat-sifat general (sosial) yangharus dipertahankan (dalam Irwan Abdullah, 2006:43).
Berdasarkan fakta ini, maka mobilitas telah mendorong proses
rekonstruksi identitas sekelompok orang. Pada tataran ini, ada duaproses yang terjadi, yaitu: pertama, adaptasi budaya yang terjadipada pendatang. Seorang yang datang di suatu tempat tertentudan bermukim di situ, biasanya dia akan beradaptasi dengantempat yang dia datangi. Adaptasi yang dia lakukan biasanya
menyangkut adaptasi nilai dan pr:rktik kehidupan secara umum.Pada proses ini, kebudayaan loka telah menjadi kekuatan baruyang memperkenalkan nilai-nilainy a kepada pendatang, sekalipunbudaya lokal ini tidak memiliki ctaya paksa. Namun demikian,proses reproduksi kebudayaan lol:al, tempat setiap kebudayaanmelakukan penegasan-penegasan keberadaannya sebagai pusat
99
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya
orientasi nilai suatu masyarakat, tentu saja mempengaruhi mode
ekspresi diri setiap orang (Appadurai,1994; HiIl dan Turpin, 1995
dalam Irwan Abdullah, 2006: M).
Kedua, proses pembentukkan identitas indivdual yang
mengacu kepada nilai-nilai kebudayaan asalnya. Dalam konteks
ini seseorang akan berusaha untuk ikut memproduksi kebudayaan
asaL:rya di tempat yang baru dimana dia tinggal pada saat ini(Foster, 1973; Kernp,1988; Abdullah, 1996; Strathern, 1995). Seperti
yang dikatakan oleh Ben Anderson, kebudayaan dalam hal iniberfungsi sebagai imagined aalues (Anderson,1991), dalam pikiransetiap orang yang menjadi pendukung dan yang memPertahankan
kebudayaan itu meskipun seseorang berada di luar lingkungankebudayaannya (Irwan Abdullah, 2006: M)
Dari paparan diatas, kita dapat melihat bahwa kebudayaan
bukan lagi hanya sekedar frame of reference bagi suatu masyarakat
yang mereka gunakan sebagai acuan untuk mengatur sikap dan
tingkah laku. Lebih dari itu, budaya merupakan dasar bagi setiap
orang yang berguna dalam proses idenffikasi bagi setiap orang
yang ada di dalam kelompok atau masyarakat itu. Sebagai frameof reference, kebudayaan menjadi nilai yang disepakati dan yangmengatur bagaimana sesuatu yang bersifat ideal diwujudkan.Budaya material dan non material yang dimiliki oleh suatu
masyarakat menjadi ciri dalam kehidupan masyarakat itu. Nilai-nilai serta norma-norma yang merupakan aplikasi dari budayanon material yang dimiliki oleh suatu budaya, menjadi batas-
batas kelompok dalam bertindak dan bertingkah laku. Nilai baikdan buruk kemudian diukur berdasarkan ukuran yang disepakatibersama dan kemudian perlaku di dalam kehidupan mereka danterus mereka jaga. Proses semacarn ini melahirkan proses eksklusisosial di mana suatu kelompok cenderung membangun wilayahsimboliknya sendiri yang membedakan diri mereka dengan orangIain.
Sedangkan bahasa sebagai wujud budaya material yangdimiliki oleh suatu budaya maupun suatu etnis, menjadi materi yangdigunakan untuk membangun wilayah-wilayah simbolik dimana
100
Rini Damarastuti
pengunaan bahasa telah menyebabkan terjadinya identifikasi diri.Dalam proses ini, komunikasi antarbudaya dapat berlangsungdengan baik dan melahirkan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaanyang komunikatif dalam seting sosial yang berbeda.
D. Perspektif dalam ldentitas
Untuk memahami tentang identitas, kita dapat memahaminyadari beberapa perspektif. Dari persepktif psikologi socialmemberikan penekanan bahwa " ldentity is created in part by the selfand in part in relation to group member:;hip. According to this perspectiae,
the self is composed of multiple idmtities, and these notions of identityare culture bound" (Nakayama, 1993: 148). Perspektif psikologi sosialini memberikan penekanan bahwa i,ientitas dibuat satu bagian dariidentitas diri sendiri dan menjadi bagian dari relasi sebagai anggotakelompok. Berdasarkan perspektif ini, ketika kita melihat diri kitasendiri, maka diri kita merupakan komposisi dari identitas yangkompleks. Selain itu, gagasan tentang identitas ini sangat terkaitdengan budaya.
Untuk lebih memahami identitas dari perspektif psikologisosial ini, kita dapat memahaminrra berdasarkan tiga perspektifdalam identitas dan komunikasi.
Tabel5.1. Tiga perspektif dalam identitas dan komunikasi
Social Psycological Communication Citicalldentity created by self (by
relating to group)I den ti ty forme d throu ghcommunication withothers
I den ti ty shap e d throu ghso ci al, histoi cal for ce s
Emphasizesin diai du alize d, famili aland spiritual self (cross-
cultural perspectioe)
Emphasizes contextsand resisting ascibedidentity
Sumber: Nakayama, 7998 : L49
Untuk memahami identitas, psikologi sosial membaginyamenjadi tiga perspektif dalam identitas dan komunikasi. Tigapersepktif tersebut adalah psikc,logi sosial, komunikasi dankritikal. Psikologi Sosial beranggapan bahwa identitas dibangunoleh diri sendiiri, melalui relasi dengan kelompok. Perspektif ini
101
Emphasizes m,ooal andascibed dimensions
Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya
memberikan penekanan pada diri sendiri, hubungan keluarga dan
kepercayaan yang dimiliki orang tersebut (perspektif antarbudaya).
Perspektif komunikasi berpendapat bahwa identitas dibentuk
melalui komunikasi dengan orang lain. Berbeda dengan perspektif
psikologi sosial, persepktif komunikasi lebih menekankan pada
dimensi-dimensi anggapan asal. Sedangkan perspektif kritikalmemiliki anggapan bahwa identitas dipertajam melalui kehidupan
sosial dan melalui penekanan sejarah. Perspektif ini memberikan
penekanan pada konteks yang terjadi serta beranggaPan bahwa
identitas justru muncul dari penolakan identitas yang ada.
Psikolog antarbudaya Alan Roland (1988) mengidentifikasikanada 3 aspek umum dari identitas setiap orang (Nakayama,1998:749-150), yaitu:
1.. Identitas Individu (An indiztidualized identity)
Alan Roland beranggapan bahwa identitas individu merupakansatu bentuk kemerdekaan yang dimiliki seseorang. Identitasindividu merupakan satu kemerdekaan bagi setiap oruu:t&
dimana setiap orang bebas mengekspresikan siapa dirinyadengan bebas tanpa ada kekangan dan hambatan dari pihaklain.
2. Identitas kekeluargaan (A familial idrntity)
Berbeda dengan identitas individu, identitas kekeluargaanlebih menjelaskan identitas dilihat dari sudut pandang budayasecara kolektif. Artinya, identitas ini dilihat dari budaya yangdimiliki oleh suatu masyarakat atau suatu kelompok yang lebihmenekankan pada pentingnya keterkaitan emosi dan salingketergantungan dengan orang lain. Pada identitas ini, reputasidiidentifikasi dengan kuat dan penghormatan terhadap orangIain dalam hirarki kelompok menjadi satu urgensi.
3. Identitas kepercayaan (A spiritual identity)
Identitas kepercayaan melihat realitas kepercayaan di dalamdiri setiap orang merupakan kenyataan dan pengalaman yangdimiliki oleh orang itu. Kenyataan dan pengalaman yangdimaksud merupakan kenyataan dan pengalaman ketikaseseorang berusaha mengekspresikan apa yang dia alami kepada
102
Rini Damarastuti
orang-oran1 yan1 dia temui nuupun kepada kelompoknyayang lebih besar. Contohnya kepercayaan yang dianut olehorang-or.rng India yang diekspresikan melalui struktur dewadan dewi dan melalui ritual dan meditasi. Di Jeptg, realisasikepercayaan cenderung lebih kepada mode keindahan, sepertiupacara minum teh dan merangkai bunga
Budaya kelompok biasanya mr:nekankan pada satu atau duadari dimensi-dimensi ini dan tidak begitu memperhatikan yanglain.
E. Teori Komunikasi tentang Identitas
Teori Komunikasi tentang idenlitas, yang dikemukakan olehMichael Hecht bersama dengan koleganya, membentuk ketigakonteks budaya berikut individu, komunal, dan publik. Menurutteori tersebut, identitas merupakan penghubung utama antaraindividu dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantaiyang memperbolehkan hubungan ini terjadi. Tentu, identitas Andaadalah "kode" yang mendefinisikan keanggotaan Anda dalamkomunitas yang beragam. (Littlejohn, 2009: 131).
Hecht memperkenalkan dimensi-dimensi identitas khusus,
termasuk perasaan (dimensi afektifr, pemikiran (dimensi kogrutif),tindakan (dimensi perilaku), dan transenden (spiritual).
Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitasdan juga mengubah mekanisme. Anda mendapatkan pandanganserta reaksi orang lain dalam interaksi sosial dan sebalihy",memperlihatkan rasa identitas dengan cara Anda mengekspresikan
diri Anda dan merespon orang larn. Subjectiae Dimension akanidentitas merupakan perasaan diri pribadi Anda, sedangkanAscribed Dimension adalah apa yang orang lain katakan tentangAnda. Dengan kata lairu rasa identitas Anda terdiri dari makna-makna yang dipelajari dan yang Anda dapatkan.
Hecht menguraikan identitas nelebihi pengertian sederhana
akan dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Kedua dimensitersebut berinteraksi dalam rangkaftrn empat tingkatan atau lapisan.Tingkatan pertama adalah Pers onal Layer, yang terdiri dari rasa akan
103
Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya
keberadaan diri Anda dalam situasi sosial. Tingkatan kedua adalah
Enactment Layer atau pengetahuan orang lain tentang diri Anda
berdasarkan pada apa yang Anda lakukan, aPa yang Anda miliktdan bagaimana Anda bertindak. lingkatan ketiga dalam identitas
Anda adalah Relational atau siapa diri Anda dalam kaitannya
dengan individu lain. Identitas dibentuk dalam intereaksi Anda
dengan mereka. Dan tingkatan yang keempat adalah tingkatan
communal, yang diikat pada kelompok atau budaya yang lebih
besar. Tingkat identitas ini sangat kuat dalam banyak budaya Asia.
(Littlej ohn, 2009 :132-133)
Teori Hecht ini berbeda jauh dengan teori identitas lainnya.
Teori identitas dalam tradisi sosiopsikologis, misalnya, yang
memikirkan individu sebagai sesuatu yang terpisakq yang
merupakan inti teori sosiopsikologis. Atau teori identitas dalam
teori sosiokultural, yang memperluas cakupannya untuk melihat
pada cara di mana perasaurn seseorang akan diri merupakan hasil
dari kehi dup an s osi al. (Littlej ohn, 2009 :132-133)
F. Teori Identitas Budaya (Culturallilentity Theory)
Teori ini dinyatakan dalam enam asumsi dan 5 aksioma dan 1
teorema. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1,. Individu- Individu menegosiasikan identitas dalam suatu
wacana.
2. Komunikasi antarbudaya terjadi melalui asumsi diskursif dan
pengakuan terhadap identitas cultural yang berbeda
3. Kompetensi komunikasi antarbudaya mencakup pengelolaan
makna secara koheren dan keterkaitan dalam mengikuti aturan
(rule following) dan hasil yang positif atau efentif.
4. Kompetensi komunikasi antarbudaya mencakup negosiiasi
makna bersama, aturan-aturan, dan hasil-hasil positif5. Kompetensi komunikasi antarbudaya mencakup pengesahan
identitas kultural6. Identitas kultural berubah sebagai sebuah fungsi ruang lingkup
(bagaimana identitas pada umumnya), salience (bagaimana
pentingnya identitas), dan intensitas (bagaimana kuatnya
identitas dikomunikasikan pada orang lain)
104
RiniDamarastuti
Aksioma:
1. Semakin berbeda norma dan ma.<na dalam suatu wacana, makakontak antarbudaya akan semakin sering
2. Jlka individu-individu memiliki kompetensi komunikasiantarbudaya, maka mereka akan semakin baik dalam mengem-bangkan dan memelihara relasi antarbudaya
3. Semakin berbeda identitas cultural dalam suatu wacana, makakontak antarbudaya akan semakin sering
4. Jika asal identitas kultural seseorang sesuai dengan pengakuanidentitas kultural yang diberikan orang lain, maka akan terciptakompetensi antarbudaya
5. Referensi-referensi linguistik terhadap identitas budaya secara
sistematis berubah bersama-sama dengan faktor-faktor sosio-kontekstual seperti misalnya pastisipan, tipe-tipe peristiwa dantopic
Teorema yang diajukanoloeh Collier dan Thomas adalahbahwa jika identitas cultural diakui, rnaka identitas cultural tersebutmenjadi penting bagi identitas-identitas yang lain.
G. Dimensi-dimensi Budaya
7. Indioidualism-Collectioism ( Individu dan kolektif)Beberapa ilmuwan beranggapan bahwa dimensi yang
dijadikan sebagai pusat kajian dari individu-kolektif adalahvariasi antarbudaya-budaya yang dapat diukur. StewartTubbs and Sylvia Moss (2008 :240), mengatakan "indioidualism
scholars usually mean the tendency of people in giaen culture to aalue'indioidual identity oaer group identity, indiaidual right oaer grouprights, and indiaidual achimements oaer group concern". Dalampandangan Tubbs and Moss, bu<laya Individual melihat bahwasetiap orang yang menjadi anggota dalam budaya itu memilikikecenderungan untuk memberikan kontribusi dalam budaya.Identitas individu melebihi identitas kelompok, kebenaranindividu melebihi kebenaran kelompok, dan penghargaanterhadap diri sendiri melebihi perhatian terhadap kelompok.
105
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya
Sedangkan dalam pandangan Tubbs and Moss,
Collectivism didefinisikan " as the tendency of people in a giuen
culture to ualue "group identity oaer the indiaidual idmtity, Sroup
obligations ooer indiaidual right, and ingroup-otiented concerns oaer
indiaidual wants and desires". Budaya kolektif memang memiliki
kesamaan dengan budaya individual karena dalam budaya
kolektif ini setiap individu dari anggota budaya juga memiliki
kecenderungan untuk memberikan nilai-nilai dalam budaya'
Hanya saja, dalam budaya kolektif ini identitas kelompok
melebihi identitas individu, kebijakan kelompok melebihi
kebenaran individu, dan orientasi terhadap kelompok melebihi
keingin dan hasrat individu.
2. High- and Low- Context Cultures (Budaya Konteks Tinggi-Budaya Konteks Rendah)
Berbicara dan berdiskusi tentang budaya konteks tinggi dan
budaya konteks rendah memang menjadi satu hal yang sangat
menarik karena mernpunyai peranan yang sangat besar dalam
kehidupan kita. Selain itu, budaya konteks tinggi dan budaya
konteks rendah memiliki beberapa perbedaan yang penting
dalam penyampaian informasi, terutama ketika menggunakan
simbol maupun kode-kode pada saat berkomunikasi.
Tubbs and Moss (2008 : 240), memberikan pengertian tentang
"high-context cultures are more skilled in reading nonaerbal beluaiors;
and they assume that other people will also be able to do so. Thus, they
ryeak less than members of luo-context cultures and they listen more" .
Definisi ini memberikan pengertian bahwa budaya konteks ti.ggmemiliki skill yang lebih dalam perilaku membaca non verbal.
Mereka juga memberikan asumsi bahwa orang lain juga dapat
melakukan hal yang seuna. Tubb dan Moss beranggaPan bahwa
setiap orang yang menjadi anggota dari budaya konteks ti.gg i.imemiliki kecenderungan untuk sedikit berbicara dibandingkan
dengan anggota-anggota dalam konteks budaya rendah.
Anggota dalam konteks budaya tingtr Iebih banyak mendengar
dibandingkan berbicara. Komunikasi y*g dilakukan bisanya
dilakukan secara tidak langsung dan kurang eksplisit.
106
RiniDamarrstuti
Berbeda sekali dengan buday a kontek tinggi, budaya konteksrendah dipahami sebagai "stress tlirect and explicit communication.They emphasize aerbal messages and the shared information theyencode. Many researchers link high-context communication stylewith collectitsist cultures and low-context communication style withindioidualist cultures" . Budaya konteks rendah lebih menekankanpada komunikasi langsung dan eksplisit. Anggota-anggotadari budaya konteks rendah biar;anya lebih menekankan padakomunikasi verbal dan membagi informasi yang sudah merekakodekan. Banyak penelitian yang menghubungkan budayakonteks tirgg dengan budaya kolektif, dan budaya konteksrendah dengan budaya individu.
3. Pouter Distance
Power distance mengacu ptda tingkatan dimana oranglebih suka menerima kewenangan dan struktur organisasisebagai bagian alami dari kebudayaan mereka. Ini seperti yangdikatakan oleh Tubb dan Moss (2008: 240) yang mengatakan"PouJer distance refers to the degree to which people accept authorityandhierarchical organization as a ndtural part of their culture"
Dimensi ini memiliki pandangan bahwa anggota daribudaya yang memiliki status lebih tinggi, biasanya akanmemiliki kekuasaan lebih dari y,rng lain. Anggota dari budayapower-distance yan1 ti.gg (seperti perancis, india dan meksiko)memiliki gaya otoriter yang lebih tinggi dalam berkomunikasi,dibanding budaya power-distance yang rendah seperti Israel,Irlandia dan Australia. Orang-orirng yang menjadi anggota daribudaya power-distance yang renctah seperti Israel, Irlandia danAustralia lebih menekankan pada kesetaraan.
4. Mas culinity-F emininity (Masku lin-Feminin)
Dimensi ini menggambarketn keterkaitan dengan gender.Hanya saja budaya masculinity sanp;at berbeda dengan
femininity. "Masculine cultures atlue work, strength, competition,
and assertioefless" (Tubb dan Moss, 2008 : 240). Budaya maskulinmemberi nilai lebih pada kerja, kekuatan, kompetisi dan
L07
Mindful ness dalam Komunikasi Antarbudaya
ketegasan. Peran seks itu juga terlihat lebih dominan. Sedangkan
budaya feminis memberi nitai lebih pada beberapa ciri seperti
kasih sayang, belas kasihan, pemeliharaan, dan hubungan
interpersonal. Anggota dalam budaya ini biasanya lebih luwes
dan lebih fleksibel. " Feminine culfures place more aalue on such traits
as " ffiction, compassion, nurturing, and interpersonal relationships"
and tend to be more fluid" .
5. llncertainty Aaoiilance ( Pencegahan Ketidakpastian)
lJncertainty aooidance is a measure of the extent to which menrbers
of a giaen culture attempt to aooid uncertainty or ambiguity about
others (Tubb and Moss, 2008: 240). Ada beberapa pertanyaan
yang dapat membantu kita untuk memahami hal ini, yaituseberapa banyak Anda mengetahui tentang keberadaan
kehidupan orang, apakah mereka merasa nyaman dengan
kehidupan mereka sekarang? Apakah Anda sudah tahu semua
hal untuk mempermudah berkomunikasi dengan orang asing?
Untuk menj awab pertanyaan ini, pence gahan ketidakp astian
merupakanjawabannya. Pencegahan ketidakpastian (Un c er tainty
aaoidance) merupakan sebuah ukuran unfuk menentukan
tingkat dimana setiap anggota dari budaya tertentu berusaha
untuk mengurangi ketidakpastian atau ambiguits terhadap
orang lain yang berbeda latar belakang budayanya. Tindakan
ini dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian yang dimilikidiantara dua orang yang berasal dari budaya yang berebda.
H. Membangun Identitas Minoritas dan Identitas Mayoritas
Selain memahami identitas dari sudut pandang perspektif
psikologi sosial, kita dapat memahami identitas dari proses
bagaimana identitas minoritas dan mayoritas itu dibangun.Dalam membangun identitas minoritas ini, psikologi sosial
mengidentifikasikan empat tingkatan dalam penyusunan identitasminoritas. Keempat tingkatan tersebut adalah Unexamined ldentity(Identitas yang terujl), Conformi{r (Keselarasan), Resistance and
Sqaratism (Resisten dan separatis) dan lntegration (Intergrasi).
108
Rini Damarastuti
Meskipun tingkatan-tingkatan ini berpusat pada identitasrasial dan etnis, biasanya mereka juga diterapkan pada identitas lainseperti klas, gender, atau orientasi seksual (Ponterotto & Pedersen,
1993 dalam Nakayama, 1998 : 172-17i\). Keempat tingkatan tersebutadalah:
L. Unexamined ldentity (Identitas yang teruji). Tingkatan inidikarakterisasikan berdasarkan pada ketidakcukupan eksplorasidari perbedaan etnis.
2. Conformity (Keselarasan). Tingkatan ini dikarakterisasikanberdasarkan pada intemalisasi dari nilai dan norma-normadari grup yang dominan serta keinginan yang kuat untukmengasimilasi ke dalam budaya vang dominan.
3. Resistance and Separatisrz (Resisten dan separatis). Beberapa jenis
dari sebuah peristiwa dapat menggerakkan perubahan menjaditingkat ketiga ini, termasuk yang negatif seperti diskriminasiatau nama panggilan.
4. lntegration (Intergrasi). Pada tingkat ini, mereka datang untukmerealisasikan rasisisme dan bt:ntuk-bentuk penindasan lainyang terjadi. Tetapi mereka mencoba untuk mengalihkanbeberapa kemarahan dari tinl;katan-tingkatan sebelumnya
melalui cara yang positif
Rita Hardiman (1994, dalam Nakayama, 7998 : 174-176),
pendidik dan pionir dalam training anti rasisme mempresentasikan
sebuah model tentang membangun identitas mayor untuk anggota-
anggota dalam grup yang dominan. Dia menggarisbawahi 5
tingkatan, yaitu:
7. Unexamined ldentity (Identitas yang teruji). Tahap pertama inisama dengan identitas individu rnayoritas.
2. Acceptance (Penerimaan). Tahap penerimaan ini merepre-
sentasikan tentang intemalisasi, kesadaran atau ketidaksadaranterhadap ideologi rasisme (atau ideologi lain yang condongkearah rasisme).
3. Resistance (Resistensi). Tahapan ini merepresentasikan sebuah
perpindahan paradigma mayor.
109
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya
4. Redfiinition (Pendefinisian kembali). Pada tahap keempat ini,
seseorang mulai memfokuskan kembali atau mengalihkan
penikiran dan tenaga mereka kepada pendefinisian kembali
bentuk non rasisme.
5. lntergration (Integrasi). Sebagai tingkatan terakhir dalam
membangun identitas mayor, individu dalam grup mayoritas
berusaha untuk mengintegrasikan dari semua aspek lain dariidentitas mereka.
Identitas memiliki kedalam pengaruh dalam proses komunikasiantarbudaya. Salah satu pendekatan yang dapat kita gunakan untukmemahami hal ini adalah dinamika budaya individu. Dinamikabudaya individu digunakan untuk menguji isu-isu yang timbulketika kita menghadapi orang yang kita tidak tahu identitasnya.Dalam interaksi komunikasi antarbudaya, kesalahan identitassering memperparah kemarahan dan menimbulkan permasalah
komunikasi.
Soal-soal Latihan Bab 5:
1. Apa yang dimaksud dengan identitas budaya?
2. Bagaimana identitas suatu budaya itu terbentuk? Jelaskan danberikan satu contoh dalam kehidupan kita!
3. Apa pengaruh mobilitas terhadap pembentukan identitas diridalam suatu masyarakat?
4. Bagaimana perspektif dalam identitas? ]elaskan berdasarkan
teori komunikasi tentang identitas dan teori identitas budaya!
5. Faktanya, di masyarakat kita terbentuk identitas minoritas danidentitas mayoritas. Jelaskan identitas minoritas dan identitasmayoritas serta berikan contohnya dalam kehidupan masyarakatkita!
110