Upload
dewi-fitriani-wahyu-putranto
View
22
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
umum
Citation preview
TUGAS INDIVIDU
HASIL ANALISIS TEST SSCT DAN EYSENK
“Laporan ini disusun untuk memenuhi nilai ulangan tengah semester mata kuliah asessment
psikologi teknik test pada semester V”
Oleh:
MAHFUDHOTIN
101014219
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
IDENTITAS TESTEE
Nama : Mahfudhotin
TTL : Bojonegoro, 29 September 1992
Alamat : Ds. Ngrandu, Dk. Donggi, Rt. 016 Rw. 003, Kec. Kedungdem
Kab. Bojonegoro
Riwayat Pendidikan : TK Aisyah Bustanul Athfal (ABA) Ngrandu II
MI Muhammadiyah 9 Ngrandu II
SMP Negeri 2 Kedungadem
SMAN 4 Bojonegoro
Pengalaman Organisasi : Anggota Dept. Informasi dan Komunikasi BEM-J PPB
(2010-2011)
Wakil Koordinator Dept Pendidikan Forum Komunikasi
Mahasiswa Bojonegoro (2010-2011)
Sekretaris II Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro
(2012-2013)
Hobi :Touring dan diskusi
Motto : Meminta agar diberi, bersyukur agar ditambah dan ikhlas agar
tetap terasa nikmat
I. DATA HASIL TES
1. Tes SSCT (Sacks Sentences Completion Test)
a. Hasil Tes SSCT (terlampir)
b. Analisis Hasil Tes SSCT
Tes SSCT adalah tes yang dilakukan pada testee untuk menunjukkan hubungan
sosial testee dengan “agent of relation-nya" atau kelompok-kelompok yang menjadi relasi
dalam kehidupannya. Seperti sikap terhadap ibu, sikap terhadap ayah, sikap terhadap
keluarga, sikap terhadap wanita, sikap terhadap hubungan lawan jenis, sikap terhadap
teman dan kenalan, sikap terhadap atasan dalam pekerjaan/sekolah, sikap terhadap
bawahan, sikap terhadap teman kerja dan sekolah, ketakutan-ketakutan, perasaan bersalah
sikap terhadap kemampuan sendiri, sikap terhadap masa lalu, sikap terhadap masa yang
akan datang, tujuan-tujuan/keinginan-keinginan.
Dari hasil analisis tes SSCT tersebut dapat disimpulkan:
1. Sikap terhadap Ibu
Testee memiliki kedekatan dengan ibunya. Hubungan testee dengan ibu sangat akrab
dan testee juga sangat menyayangi Ibunya.
2. Sikap terhadap ayah
Hubungan sosial testee dengan ayahnya memiliki hambatan. Testee merasa bahwa
ayahnya adalah orang asing, berada sangat jauh dengan testee. Dari jawaban-jawaban
testee menunjukkan komunikasi testee dengan ayahnya tidak terjalin dengan baik.
3. Sikap terhadap keluarga
Testee menganggap keluarganya adalah keluarga yang aneh, sering ada pertengkaran
di masa kecilnya, meskipun kebanyakan keluarganya ramah dia merasa keluarganya
masih menganggap dia anak kecil.
4. Sikap terhadap wanita
Dalam hal ini testee memiliki pandangan baik tentang wanita, testee menganggap
semua wanita baik, dan lembut. Akan tetapi identik dengan banyak bicara. Sikap
terhadap wanita ini dpengaruhi oleh sikap Ibunya yang mencerminkan seluruh
wanita.
5. Sikap terhadap hubungan lawan jenis
Dalam hubungan relasi ini, testee tidak memiliki hambatan apapun. Testee memiliki
kehidupan seks yang normal.
6. Sikap terhadap teman dan kenalan
Dalam hubungannya dengan teman dan kenalan testee tidak emmiliki hambatan yang
berarti. Dapat menjalin hubungan baik dengan teman, hanya saja testee tidak
menyukai orang yang sombong. Namun, meskipun begitu testee dinyatakan tidak
memiliki hambatan dalam relasi ini.
7. Sikap terhadap atasan dalam pekerjaan/ sekolah
Testee memiliki sedikit hambatan dengan relasi ini. Hal itu terlihatdari jawaban testee
yang mengungkapkan bahwa guru-gurunya jahat, dan menyebalkan. Testee merasa
kurang nyaman di sekolah.
8. Sikap terhadap bawahan
Dalam hubungan ini, testee sama sekali tidak memiliki hambatan. Testee merasa
orang yang bekerja dengan dia adalah orang yang ramah dan baik.
9. Sikap terhadap teman kerja dan sekolah
Dalam hubungan relasi ini, testee tidak memiliki hambatan apapun. Hal itu terlihat
pada sikap testee yang baik terhadap teman kerja, selain itu testee menganggap bahwa
teman kerjanya baik dan ramah serta rajin dalam mengerjakan pekerjaan mereka.
10. Ketakutan-ketakutan
Pada point ini terlihat bahwa testee mengalami rasa takut terhadap ayahnya, selain itu
testee juga mengungkapkan bahwa dia takut pada mata yang melotot. Dalam
menghadapi ketakutan-ketakutan tersebur terutama terhadap ayahnya testee terkadang
berbohong.
11. Perasaan bersalah
Pada point ini testee mengalami permasalahan yang cukup berarti yaitu memiliki
masa lalu yang sedih selain itu testee mempunyai perasaan bersalah yang cukup
dalam yaitu pernah memukul, memarahi, menyianyiakan, dan membentak adiknya.
12. Sikap terhadap kemampuan sendiri.
Testee mempunyai sedikit masalah dalam point ini yaitu kurang kepercayaan diri dan
kerap kali menangis ketika apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Namun, testee masih memiliki rasa optimis yaitu masih memandang bahwa masa
depannya akan sukses.
13. Sikap terhadap masa lalu
Dalam point ini testee memiliki sedikit masalah dalam memandang masa lalu. Testee
sering menangis ketika masih kecil, hal itu disebabkan karena dalam keluarganya
testee menemui pertengkaran yang dilakukan oleh ayah dan ibunya. Selain itu, dia
juga menyebutkan bahwa sejak kecil dia selalu mendengar bentakan-bentakan dari
orang tuanya.
14. Sikap terhadap masa yang akan datang
Testee memandang bahwa dirinya akan menjadi orang yang sukses dan lebih baik
dari sebelumnya meskipun terkadang testee sedikit kurang percaya diri dengan
kemampuannya.
15. Tujuan-tujuan/keinginan-keinginan
Testee memiliki tujuan-tujuan atau keinginan-keinginan yang ingin dicapai,
diantaranya: membuat orangtua bangga, menjadi pengusaha sukses dengan keluarga
bahagia.
Dari hasil kesimpulan tiap point “Agent of Relation” dapat disimpulkan bahwa
testee memiliki permasalahan yang memerlukan penanganan segera yaitu permasalahan
tentang sikap terhadap ayahnya serta sikap terhadap keluarga dan ketakutan-ketakutan
terhadap ayahnya serta perasaan bersalah terhadap masa lalunya. Namun, yang paling
diutamakan yaitu sikap terhadap ayahnya serta masa lalu dalam keluarga dan ketakutan-
ketakutannya.
2. Tes EYSENK
a. Hasil Tes EYSENK (terlampir)
b. Analisis Hasil Tes EYSENK
Tes EYSENK yang telah dilaksanakan yang terdiri dari dua seri, yaitu seri
introvert dan ekstrovert, dan seri penyesuaian diri menunjukkan bahwa testee termasuk
orang yang introvert (tertutup) dan memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri. Hal ini
terlihat dari skor yang dihasilkan, yang pertama pada tes seri introvert dan ekstrovert
menunjukkan testee lebih cenderung pada kolom intovert yang menunjukkan bahwa
testee:
Tergolong inaktivitas yaitu kurang memiliki aktivitas. Karena kondisi fisik testee yang
mudah lelah, mudah lesu, dan kurang aktif secara fisik.
Memiliki kemampuan bergaul yang tinggi (suka mencari teman, menyukai kegiatan
sosial, menghadiri pesta). Hal ini dapat dilihat dari cara bergaul testee, testee mudah
akrab dengan orang yang baru dikenalnya, serta testee suka terlibat dengan kegiatan –
kegiatan sosial yang diadakan oleh oraganisasi yang diikutinya, selain itu testee selalu
senang hati mengahadiri undangan pesta (jamuan makan).
Memiliki sedikit keberanian dalam mengambil resiko (Senang hidup dalam bahaya).
Testee merupakan orang yang berani menghadapi tantangan, hal ini terlihat dari
kegemaran testee dalam melakukan kegiatan yang sedikit berbahaya. Seperti: gemar
touring, dan berpetualang ke tempat yang menarik untuk dikunjungi. Selain itu, dalam
melakukan sesuatu testee tidak terlalu mempertimbangkan kegagalan.
Memiliki kontrol yang cukup (cenderung sedikit hati-hati dalam mengambil keputusan,
bertindak dan berfikir sebelum berbicara). Meskipun terkadang testee berbuat ceroboh,
akan tetapi testee memiliki kontrol yang cukup dalam banyak hal.
Memiliki sedikit kemampuan dalam menyatakan perasaannya. Semua kegiatan yang
dilakukan testee bergantung pada mood yang dimilikinya. Testee bisa saja dalam keadaan
gembira, dan tiba-tiba bersedih.
Memiliki kedalaman berpikir yang tinggi (tertarik pada ide, abstraksi, masalah filsafat
atau suka berpikir dan instrospektif). Contohnya testee suka menginstrospeksi setiap
perilaku atau tindakan yang telah ia lakukan hal ini seringkali dilakukannya sebelum
tidur.
Memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi (cenderung hati-hati, teliti, dapat dipercaya,
dapat dijadikan andalan, sunguh-sungguh). Testee orang yang cenderung hati-hati, teliti
dan dapat dipercaya. Testee merupakan orang yang sangat bertanggungjawab ketika
mendapatkan tugas atau amanah , dia selalu bersungguh-sungguh setiap melaksanakan
tugas tersebut serta pantang tugas yang diembannya tidak selesai. Hal ini diterapkannya
baik dalam organisasi maupun dalam melakukan tugas perkuliahan.
Sedangkan dari hasil tes yang kedua, yaitu seri penyesuaian diri menunjukkan
testee lebih cenderung pada kolom yang menunjukkan bahwa testee memiliki
kemampuan dalam menyesuaikan diri. Hal itu terlihat bahwa testee :
Memiliki penghargaan diri yang cukup tinggi (cenderung mempunyai rasa penghargaan
diri dan percaya terhadap kemampuan diri. Mereka menganggap diri mereka sebagai
manusia yang berguna dan berharga dan percaya bahwa mereka disukai orang banyak).
Memiliki kegembiraan yang sangat tinggi (mempunyai sifat riang, optimis, & baik.
Mereka berpendapat bahwa hidupnya bermanfaat & mempunyai rasa damai degan dunia
ini). Testee tidak terlalu memikirkan kesedihannya, testee mampu memandang bahwa
kebahagiaan lebih enak dinikmati daripada kesedihan yang berlarut. Selain itu kedekatan
testee dengan ibu dan teman-temannya membuat testee menjadi orang yang selalu
bahagia.
Memiliki ketabahan yang cukup tinggi (bersifat tenang, tentram, & menolak ketakutan &
kecemasan yang tidak rasional). Dalam menghadapi sesuatu hal/masalah testee
cenderung tenang dan adem dalam menyelesaikannya. Tidak terlalu banyak melibatkan
emosi yang tinggi.
Memiliki keformilan yang cukup (sifatnya hati-hati, teliti, disiplin, serius, rewel, dan
mudah jengkel terhadap hal-hal yang tidak bersih, tidak rapi, atau yang tidak pada
tempatnya). Testee selalu ingin tampak sempurna, hal ini terlihat dari penampilan testee.
Testee selalu memperhatikan penampilannya sebelum pergi dan memperhatikan apakah
kostum yang dikenakannya sudah sesuai dengan acara yang mau dihadirinya.
Memiliki pengaturan diri sendiri yang cukup (menyukai banyak kebebasan & ketidak-
terikatan pada orang lain, membuat keputusan sendiri, memandang dirinya sebagai tuan
dari nasibnya sendiri & mengambil tindakan yang realistis untuk mengatasi semua
masaahnya sendiri). meskipun terkadang dalam mengambil eputusan testee masih
memerlukan pendapat orang lain, namun dalam banyak hal testee cenderung mengatasi
masalahnya sendiri tanpa melibatkan orang lain.
Memiliki hypochondriasis namun masih tergolong rendah (mengeluh bahwa dirinya
memiliki gejala penyakit jasmaniah namun tidak berlebihan, menunjukkan perhatian
yang cukup terhadap kesehatannya). Dalam memperhatikan kesehatannya, testee selalu
beristirahat ketika merasa badannya sakit dan menghindari aktifitas apapun namun tidak
selalu menyiapkan obat untuk tubuhnya.
Memiliki rasa bersalah yang lumayan tinggi (sedikit menyalahkan diri sendiri,
merendahkan diri sendiri, dan terganggu oleh suara hati tak peduli apakah tingkah laku
mereka patut dicela secara moral atau tidak (neurotik)). Testee selalu merasa bersalah
apabila hal-hal yang dilakukannya tersebut tidak sesuai dengan harapan.
Dari hasil tes ini dapat ditarik kesimpulkan bahwa testee adalah tipe orang yang
ekstrovert dan memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri . Individu yang introvert
dan memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri cenderung memiliki kepribadian
plegmatis. Ini dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini:
Testee memiliki tipe kepribadian plegmatis, memiliki karakteristik yaitu pasif,
hati-hati, pemikir, damai, mampu mengatur diri, terkadang santai akan tetapi pada
kondisi tertentu bisa sedikit temprament. Selain itu testee juga memiliki karakter yang
menyenangkan, simpatik dan bijaksana.
II. GAMBARAN UTUH KEPRIBADIAN KONSELI BESERTA
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Dari data hasil tes SSCT yang telah dilakukan menggambarkan bahwa testee
mengalami hambatan sosial pada sikap terhadap ayah, sikap terhadap keluarga dan
ketakutan-ketakutan terhadap ayah. Sedangkan data hasil tes EYSENK menggambarkan
bahwa konseli adalah individu yang ekstrovert dan memiliki penyesuaian diri, hal ini
berarti testee memiliki tipe kepribadian plegmatis . Kepribadian plegmatis seperti
halnya testee mempunyai karakteristik sifat karakteristik yaitu pasif, hati-hati, pemikir,
damai, mampu mengatur diri, terkadang santai akan tetapi pada kondisi tertentu bisa
sedikit temprament. Selain itu testee juga memiliki karakter yang menyenangkan,
simpatik dan bijaksana.
Jika dilihat dari aspek kepribadian testee, testee cenderung memiliki pribadi yang
pasif (tidak suka banyak bicara aakan tetapi lebih bijaksana), dalam mengemukakan
pendapatnya testee memikirkan apa yang ingin dibicarakan. Begitupula dalam
mengambil keputusan dan tindakan testee cenderung hati-hati.
Dari data hasil tes baik SSCT ataupun EYSENK dapat disimpulkan bahwa testee
mengalami masalah dengan ayahnya bahwa testee kurang dekat dengan ayah bahkan
sangat jauh dan tidak pernah berkomunikasi. Tetsee memiliki masalah juga terkait
dengan masa lalu dalam keluarganya yang sering bertengkar sehingga testee memiliki
ketakutan terhadap bentakan, mata melotot dan pertengkaran. Kehidupan masa lalu testee
yang sedemikian rupa mempengaruhi kehidupan testee sekarang.
III. REKOMENDASI INTERVENSI
Dari data hasil tes menunujukkan bahwa masalah yang utama dihadapi oleh testee
adalah hubungan testee dengan ayah yang kurang komunikatif serta trauma terhadap
bentakan dan mata yang melotot yang dilakukan oleh ayahnya. Konselor dalam hal ini,
yaitu guru bimbingan dan konseling dapat memberikan bantuan kepada testee guna
membantu dan mengarahkan testee untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Bantuan yang pertama yang dapat diberikan, yaitu berupa layanan konseling individu.
Dalam konseling individu ini nantinya dapat membantu testee untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan ketakutan terhadap ayah sehingga mampu meningkatkan
komunikasi dengan ayah. Dalam konseling individu ini konselor dapat menggunakan
strategi konseling “Sistematik Desentisisasi”. Dimana strategi ini digunakan untuk
membantu individu agar dapat menggantikan situasi yang menimbulkan peningkatan
kecemasan dengan situasi yang menghambat kecemasan itu. Dalam teknik ini konselor
membantu konseli agar relax dan dapat belajar memberi respon asertif terhadap situasi
yang menimbulkan kecemasan tersebut.
Selain itu konselor mengadakan konseling keluarga dengan harapan ketika
konseli sudah mampu menangani kecemasan itu, konseli mendapat perlakuan yang baik
dari keluarga dan keluarga dapat menyelesaikan permasalahan keluarga. Dengan
dukungan dan fasilitas keluarga yang baik memungkinkan ketakutan-ketakutan terhadap
ayah dan masa lalunya dapat teratasi dengan baik.