134
IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR DI PEDESAAN GUNUNG GALUNGGUNG FARIS RAHMADIAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

  • Upload
    vohuong

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT

TERHADAP DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR

DI PEDESAAN GUNUNG GALUNGGUNG

FARIS RAHMADIAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Ideologi Aktor

dan Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Pertambangan Pasir di Pedesaan

Gunung Galunggung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Faris Rahmadian

Page 3: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

iii

ABSTRAK

FARIS RAHMADIAN. Ideologi Aktor dan Persepsi Masyarakat terhadap

Dampak Pertambangan Pasir di Pedesaan Gunung Galunggung. Dibimbing oleh

ARYA HADI DHARMAWAN.

Pasca erupsi, kawasan Gunung Galunggung merupakan salah satu

kawasan yang menjadi arena besar pertarungan kepentingan antara pemerintah,

masyarakat dan swasta. Objek pasir yang berlimpah menjadikan pertambangan

skala besar hadir dan berimplikasi secara esensial terhadap kehidupan masyarakat

lokal yang tidak hanya berada dekat dengan kawasan pertambangan, namun juga

berada jauh dengan lokasi pertambangan. Terlebih diketahui bahwa ideologi

masyarakat yang menekankan pada kesejahteraan dan populisme, berbanding

terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan

pembangunan. Dampak negatif dan positif aktivitas pertambangan mulai secara

nyata dirasakan oleh masyarakat, diantaranya seperti degradasi kualitas air,

tingkat pendapatan atau konflik yang secara krusial merepresentasikan respons

masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan pasir yang telah

hampir tiga puluh tahun mengeruk kawasan ini.

Kata kunci: Analisis aktor, pemanfaatan sumber daya alam, penilaian dampak,

Persepsi masyarakat, pertambangan pasir

ABSTRACT

FARIS RAHMADIAN. Actor Ideology and Public Perception of Sand Mining

Impacts on Rural Galunggung Mountain. Supervised by ARYA HADI

DHARMAWAN.

After the eruption, the region of Galunggung is one of area that become

contestation arena between the interests of the government, public and private.

The abundant of sand mining object, make large scale mining industry came in

and implicates essentially on the lives of local communities who are not only

close to the mining area, but also are away from the mining area. Moreover, it is

known that the public ideology is emphasizes to welfare and populism, inversely

proportional to the private and government ideology that emphasizes to profit and

developmentalism. Negative and positive impacts of mining activity started

significantly perceived by the public, such as degradation of water quality, the

level of income, or conflict that represents the community response to the

presence of sand mining company that has been almost thirty years to dredge this

area.

Key words: Actor analysis, natural resources utilization, impact assessment,

public perception, sand mining

Page 4: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

iv

IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT

TERHADAP DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR

DI PEDESAAN GUNUNG GALUNGGUNG

FARIS RAHMADIAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 5: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

v

Judul Skripsi : Ideologi Aktor dan Persepsi Masyarakat terhadap

Dampak Pertambangan Pasir di Pedesaan

Gunung Galunggung

Nama : Faris Rahmadian

NIM : I34100120

Disetujui oleh

Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MScAgr

Pembimbing

Diketahui

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal pengesahan: _______________________

Page 6: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan

hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul

“Ideologi Aktor dan Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Pertambangan Pasir

di Pedesaan Gunung Galunggung” dengan baik. Karya ilmiah ini mengangkat isu

pertambangan serta dampak yang ditimbulkannya terhadap masyarakat di dua

desa di kawasan gunung Galunggung, dimana sejak tahun 1984 kawasan ini telah

menjadi ladang galian tambang pasir yang memberikan dampak positif maupun

negatif terhadap tiga ruang aktor, yakni masyarakat, pemerintah dan swasta.

Pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir.

Arya Hadi Dharmawan, MSc. Agr. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak anjuran dan arahan pada penulis selama proses penulisan

proposal hingga penyelesaian skripsi ini, serta Ir. Fredian Tonny, Ms. selaku

dosen penguji utama skripsi, dan Ir. Hadiyanto, Msi. selaku dosen penguji

perwakilan departemen SKPM yang memberikan berbagai saran dan pencerahan

dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada orang tua serta adik tercinta yang selalu memberikan

semangat, inspirasi, intimasi, edukasi dan doa untuk penulis. Serta ucapan terima

kasih juga sebesar-besarnya pada masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa

Rancapaku, khususnya warga RW 07 dan RW 10 serta kelompok pembenihan

ikan Mekar Saluyu yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data

serta menerima dengan hangat penulis disana sebagai pendatang selama periode

penelitian.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua teman

dan kerabat yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada

penulis selama proses penulisan laporan ini. Terlebih kepada keluarga besar

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, teman-teman

serta sahabat di SKPM 47. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2014

Faris Rahmadian

Page 7: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Urgensi Ekologi 7

Etika Lingkungan 10

Pengertian Pertambangan 11

Dampak Ekologi, Sosial dan Ekonomi 12

Pengertian Persepsi 15

Kerangka Konseptual 16

Hipotesis Penelitian 17

Definisi Operasional 18

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Teknik Pengumpulan Data 22

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 23

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 23

PROFIL MASYARAKAT DESA RANCAPAKU

DAN DESA MEKARJAYA 25

Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 25

Struktur Sosial dan Ekonomi 26

Kondisi Fisik 29

Ikhtisar 30

ANALISIS IDEOLOGI DAN PERAN AKTOR

DALAM PERTAMBANGAN PASIR GALUNGGUNG 31

Aktor Masyarakat 31

Aktor Swasta 33

Aktor Pemerintah 37

Ikhtisar 42

ANALISIS DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR 45

Dampak Ekologi 45

Persepsi Terhadap Tingkat Degradasi Kualitas Air 47

Persepsi Terhadap Tingkat Kerentanan Terhadap Bencana 51

Page 8: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

viii

Persepsi Terhadap Tingkat Polusi Melalui Udara 57

Persepsi Terhadap Tingkat Alih Fungsi Lahan 61

Dampak Sosial 66

Persepsi Terhadap Dampak Keberadaan Perusahaan Tambang Pasir 67

Persepsi Terhadap Hubungan Antar Aktor 72

Persepsi Terhadap Konflik Sosial 75

Persepsi Terhadap Cara Pandang Lingkungan 79

Dampak Ekonomi 82

Tingkat Pendapatan 83

Persepsi Terhadap Tingkat Kesempatan Bekerja 87

Persepsi Terhadap Tingkat Aktivitas Ekonomi Desa 90

Ikhtisar 94

PENUTUP 99

Simpulan 99

Saran 100

DAFTAR PUSTAKA 101

LAMPIRAN 105

RIWAYAT HIDUP 123

Page 9: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

ix

DAFTAR TABEL

1 Jadwal pelaksanaan penelitian 22

2 Sejarah letusan Gunung Galunggung 25

3 Jumlah perusahaan industri sedang dan besar

Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013

40

4 Analisis aktor pertambangan pasir Gunung Galunggung 43

5 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat degradasi kualitas air

48

6 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat kerentanan terhadap bencana

52

7 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat polusi melalui udara

58

8 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat alih fungsi lahan

62

9 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap dampak keberadaan perusahaan tambang pasir

68

10 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap hubungan antar aktor

73

11 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap konflik sosial

76

12 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap cara pandang lingkungan

80

13 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat kesempatan bekerja

88

14 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat aktivitas ekonomi desa

91

Page 10: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

x

DAFTAR GAMBAR

1 Pola hubungan antar aktor dalam pemanfaatan SDA 10

2 Kerangka konseptual 17

3 Proses produksi pertambangan pasir di Desa Mekarjaya 36

4 Rata-rata pendapatan rumah tangga responden Desa Mekarjaya

dan Desa Rancapaku April 2013 – April 2014

84

5 Rantai penjualan pasir Galunggung 86

6 Grafik perbandingan dampak pertambangan pasir 94

Page 11: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian: Desa Mekarjaya 106

2 Peta lokasi penelitian: Desa Rancapaku 107

3 Kuesioner penelitian 108

4 Panduan wawancara mendalam 115

5 Surat pernyataan tentang kesepakatan antara masyarakat

dengan perusahaan pertambangan pasir pada bulan maret tahun

2013

118

6 Salah satu bentuk protes warga terhadap dampak negatif dari

aktivitas penambangan pasir di Desa Mekarjaya melalui media

massa

120

7 Dokumentasi penelitian 121

Page 12: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia telah merumuskan bahwa pemanfaatan sumber daya alam

adalah untuk memajukan kesejahteraan bersama, seperti yang termuat dalam

filosofi dasar negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan

cita-cita tersebut, perlu adanya pengelolaan sumber daya alam yang serasi

dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan,

yang memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.

Sebagai lembaga formal, aparatur pemerintahan memiliki kewenangan

dalam mengatur dan mengelola sumber daya alam di daerahnya. Beberapa

pasal pengelolaan lingkungan hidup telah dibuat guna menunjang

keberlangsungan sumber daya alam di Indonesia, diantaranya adalah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 (UU Air), Undang-Undang Nomor

41 Tahun 1999 (UU Kehutanan), Undang-Undang No. 4 tahun 2009 (UU

Minerba), hingga Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (UUPLH).

Undang-undang tersebut pada dasarnya saling memperjelas dan

mendukung posisi masyarakat dalam sektornya masing-masing, dalam

konteks wilayah hutan contohnya, disebutkan bahwa UU Kehutanan

memandang hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan

dan sumber kemakmuran masyarakat, oleh karena itu keberadaannya harus

dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan

diurus dengan peran terbuka dan progresif pemerintah untuk kepentingan

sebesar-besarnya bagi masyarakat. Selain itu, dalam pembukaan undang-

undang ini juga disebutkan bahwa dalam rangka melakukan pengelolaan

kawasan hutan, haruslah mampu menampung dinamika aspirasi, adat dan

budaya, serta tata nilai masyarakat. Begitu pula dengan UU Air dan UU

Minerba, dua undang-undang ini sangatlah krusial mengingat posisinya

yang sangat dekat dengan masyarakat dan peran besarnya bagi aspek sosial

hingga ekonomi masyarakat. Pada UU Minerba, disebutkan bahwa pada

dasarnya tujuan pengelolaan mineral dan batu bara adalah untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta

menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.

Demikian halnya pada UU Air, disebutkan jika sumber daya air sejatinya

dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup

dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang

berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Lebih lanjut pada

pasal enam undang-undang ini disebutkan jika penguasaan sumber daya air

diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap

mengakui posisi dan hak ulayat masyarakat, hukum adat setempat dan hak

yang serupa dengan itu.

Undang-undang sebagai perangkat dasar aturan dasar Negara jelas

telah mengatur dan menjaga posisi masyarakat sebagai elemen penting yang

berkaitan langsung dengan pengelolaan dan sumber daya alam itu sendiri.

Tetapi fakta dilapangan justru menunjukkan banyak kasus yang

memperlihatkan minimnya intervensi dan peran pemerintah dalam upaya

Page 13: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

2

penegakan amanat-amanat konstitusi tersebut. Sepanjang 2013 lalu,

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat setidaknya telah terjadi

369 konflik agraria dengan luasan lahan mencapai 1.281.660 hektare dengan

melibatkan setidaknya 139.874 keluarga. Konflik perkebunan di peringkat

teratas dengan 180 kasus (48.78%), disusul infrastruktur 105 kasus

(28.46%), pertambangan 38 kasus (10.3%), kehutanan 31 kasus (8.4%),

pesisir kelautan sembilan kasus (2.44%) dan lain-lain enam kasus (1.63%).

Berdasarkan data tersebut, dapat diambil gambaran jika setiap hari terjadi

lebih dari satu konflik agraria yang melibatkan atau mengorbankan 383

keluarga atau 1.532 jiwa dengan luasan wilayah sekiar 3.512 hektare

(Nugraha 2013). Berdasarkan data tersebut kita dapat melihat jika

permasalahan sumber daya alam terdapat pada berbagai lini. Padahal,

pengelolaan sumber daya alam yang serasi dan seimbang sangatlah

diperlukan untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan dan

menunjang keberlanjutan kehidupan ekosistem di Indonesia.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun

2012 menyebutkan, pada sektor pertambangan setidaknya terdapat 5.940

izin usaha pertambangan (IUP) yang dinyatakan masih bermasalah, baik

dari segi perizinan, kepemilikan lahan, dan lain sebagainya (Wihardandi

2012). Terlebih pada era ini isu pertambangan semakin kompleks dan

dipenuhi polemik, walaupun legalitas pertambangan belum diperoleh,

banyak perusahaan tambang yang tetap melakukan aktivitas

pertambangannya, dan lagi-lagi permasalahan seperti ini terjadi karena

banyaknya oknum-oknum baik swasta maupun pemerintah sendiri yang

memiliki otoritas namun cenderung berorientasi profit tanpa

mempertimbangkan aspek kepentingan dan hak-hak masyarakat banyak.

Sehingga perlu untuk dipahami, bahwa urgensi sumber daya alam sama

sekali bukan hanya berada pada tataran kepentingan ekonomi apalagi politik

belaka. Bagi masyarakat khususnya masyarakat yang rentan atau miskin,

sumber daya alam merupakan aspek krusial yang menyangkut hidup dan

mati diri serta keluarganya. Seperti yang disebutkan oleh Dharmawan

(2006), sumber daya alam adalah “last resort” atau tempat pengaduan

terakhir bagi lapisan masyarakat miskin untuk mempertahankan

kehidupannya (survival strategy), oleh karena itu sumber daya alam

bukanlah sekedar permasalahan yang ada di permukaan, namun esensial dan

seharusnya menjadi prioritas isu nasional yang memerlukan sinergi seluruh

stakeholder terkait.

Demokrasi pada era ini tidak jarang justru membuat masyarakat

semakin menempati posisi inferior dan tidak memiliki kekuasaan serta hak

atas sumber daya alam yang berada di lingkungannya. Kondisi yang dialami

oleh masyarakat ini semakin diperparah ketika dampak-dampak yang

ditimbulkan oleh pemanfaatan sumber daya alam tersebut ternyata juga

menggangu dan merugikan pihak masyarakat. Sebagai contoh adalah

aktivitas penambangan pasir besi di kawasan selatan Cianjur, aktivitas

penambangan pasir tersebut dianggap telah merugikan masyarakat Cianjur

Selatan. Mulai dari dampak lingkungan seperti jalan yang rusak,

pencemaran, hingga dampak sosial yakni konflik antar pihak, baik

masyarakat dengan swasta, masyarakat dengan pemerintah, atau bahkan

Page 14: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

3

masyarakat dengan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua

Pengurus Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan

Masyarakat Indonesia (Yappika), Lili Hasanuddin mengungkapkan,

desentralisasi dan demokratisasi pada era ini memang hanya cenderung

sebatas menimbulkan keriuhan politik. Masyarakat memang semakin bebas

mengekspresikan diri dan menuntut kesetaraan politik, namun akses ke

sumber daya alam masih tetap digenggam elite politik dan elite pengusaha

(Otonomi… 2011). Orientasi apatis pemeritah terhadap masyarakat inilah

yang akhirnya menyebabkan kerugian baik moril maupun materil bagi

masyarakat. Masyarakat seolah hanya menerima “sisa” dari pemanfaatan

sumber daya alam pihak otoritas dan bahkan tidak jarang hingga harus

kehilangan akses terhadap sumber daya yang selama ini menjadi sumber

penghidupannya. Selain itu, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat

aktivitas-aktivitas pengelolaan sumber daya alam tersebut tentunya akan

berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap mata

pencaharian mereka, kondisi lingkungan dan tentunya juga tempat tinggal

masyarakat sekitarnya.

Gambaran-gambaran tersebut seolah direfleksikan secara nyata di

kawasan Gunung Galunggung, Jawa Barat. Beberapa titik di kawasan

Gunung Galunggung, khususnya di daerah Kecamatan Padakembang telah

menjadi kawasan pengerukan pasir berbagai pihak, diantaranya oleh CV

PG, CV AS dan CV FR. Walaupun kehadiran perusahaan seperti CV AS

bukan yang pertama di kawasan ini, namun bagi masyarakat sekitar,

perusahaan tambang yang masih eksis pada saat ini yakni CV AS,

merupakan salah satu faktor yang dianggap sangat mengancam kondisi

sosial, lingkungan dan ekonomi masyarakat di kawasan kaki Gunung

Galunggung. Pasalnya, perusahaan tersebut telah cukup lama aktif dalam

aktivitas pertambangan pasir di Gunung Galunggung (khususnya

Kecamatan Padakembang), dan masih terus melakukan aktivitas

penambangan serta eksplotiasinya, namun cenderung mengabaikan

kepentingan dan kondisi masyarakat sekitarnya.

Kawasan Gunung Galunggung memang memiliki jumlah material

pasir yang sangat berlimpah. Pasca erupsi pada tahun 1982 dan berakhir

pada bulan Januari 1983, Gunung Galunggung seolah telah menjadi

“ladang” pasir serta material bebatuan lainnya yang dihasilkan oleh letusan

Gunung. Walaupun tragedi tahun 1982 - 1983 dianggap sebagai bencana

besar yang banyak menelan korban jiwa, dan sebagai salah satu bencana

letusan gunung terburuk di Indonesia, namun di satu sisi bencana tersebut

dianggap telah membawa manfaat yang banyak bagi masyarakat yang

berada di sekitar kawasan kaki Gunung Galunggung. Pada awalnya, banyak

masyarakat yang menganggap kondisi pasca letusan ini sebagai “neraka”

karena telah banyak merenggut nyawa dan menghilangkan tempat tinggal

mereka, namun lambat laun mereka menganggap kondisi pasca letusan ini

sebagai “surga” karena telah mendatangkan sumber penghasilan dan mata

pencaharian baru yang memberikan manfaat ekonomis cukup besar. Setelah

beberapa tahun kemudian, masyarakat yang semakin pulih pasca letusan

Gunung Galunggung mulai melakukan berbagai aktivitas seperti sediakala,

tetapi pada saat itu juga masyarakat yang menganggap aktivitas

Page 15: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

4

pertambangan pasir sebagai berkah justru malah terganggu oleh aktivitas

pertambangan pasir yang semakin gencar dilakukan oleh perusahaan-

perusaahan disana. Masyarakat di kawasan Gunung Galunggung merasa

aktivitas pertambangan pasir yang dilakukan oleh perusahaan tersebut

semakin mengancam kondisi sosial, lingkungan serta ekonomi mereka.

Aktivitas pertambangan tersebut pada akhirnya menimbulkan

berbagai reaksi dalam masyarakat, baik positif maupun negatif. Namun

respons penolakan atas dampak-dampak yang terjadi seolah diabaikan baik

oleh pihak perusahaan maupun pemerintah sendiri. Masyarakat cenderung

berada pada posisi minor yang aspirasinya dan haknya seolah dikebiri

walaupun berada pada lingkungannya sendiri. Bagi masyarakat lokal,

aktivitas pertambangan pasir yang dilakukan oleh industri besar tersebut

jelas secara langsung maupun tidak langsung akan mengancam dan perlahan

„membunuh‟ kelangsungan hidup masyarakat lokal dan masyarakat sekitar

kawasan tambang. Berdasarkan pemaparan tersebut, masyarakat di kawasan

Gunung Galunggung tidak hanya tertekan karena dampak lingkungan yang

ditimbulkan, namun juga implikasinya terhadap ancaman eksistensi mata

pencaharian hingga konflik baik vertikal maupun horizontal. Tendensi

pengelolaan sumber daya alam di berbagai sektor yang lebih mengabdi pada

kepentingan elite politik dan elite pengusaha dengan mengorbankan

kepentingan dan hak-hak rakyat, membuat dampak yang ditimbulkan tidak

hanya sebatas dampak fisik, namun juga non-fisik. Seperti banyak contoh-

contoh yang terjadi di Indonesia, isu pertambangan merupakan

permasalahan sensitif yang tidak hanya disikapi sebagai permasalah yang

bersifat permukaan, namun juga sebagai permasalahan ekologi, sosial dan

ekonomi mendalam dan kompleks.

Pertambangan pada era ini semakin mengarah pada permasalahan

komperhensif yang tidak jarang menggiring pada ancaman krisis ekologi

yang serius. Terlebih jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi, tidak jarang

isu pertambangan menjadi dua sisi yang saling bertolak, yang

menguntungkan bagi daerah atau sebagian kelompok kapitalis dan

berkepentingan, namun merugikan dan bahkan mengancam eksistensi

masyarakat yang berada di sekitar kawasan aktivitas tambang itu sendiri.

Padahal dengan penghasilan dan keuntungan dari sektor pertambangan yang

besar baik pada daerah maupun Negara, sudah seharusnya kesejahteraan

masyarakat sekitar kawasan tambang menjadi prioritas dan diperhatikan

secara khusus dalam mencapai kesejahteraannya. Ancaman dampak

pertambangan pasir di kawasan kaki Gunung Galunggung pada saat ini

secara nyata telah mengarah pada ancaman krisis ekologi dan menjadi isu

dan polemik yang kompleks, maka berdasarkan uraian tersebut, perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana ideologi aktor dan

persepsi masyarakat terhadap dampak pertambangan pasir di kawasan

pedesaan Gunung Galunggung.

Page 16: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

5

Rumusan Masalah

Lingkungan dan sumber daya alamnya pada era ini merupakan isu

masyarakat global yang berkaitan dengan jaringan interaksi politik yang

paling kompleks. Lingkungan beserta sumber daya alamnya dianggap

sebagai objek yang selalu berkaitan dengan pola-pola interaksi dan variasi

yang paling rumit, dan sekaligus dengan pelibatan aktor yang paling

majemuk (Lay 2007). Demikian halnya dengan kasus pemanfaatan sumber

daya alam di kawasan Gunung Galunggung. Aktor-aktor yang terlibat di

dalamnya sangatlah beragam, terlebih mengingat aktivitas pertambangan

pasir yang dilakukan oleh perusahaan didalamnya yakni CV AS, merupakan

aktivitas pertambangan yang bukan lagi dalam ruang lingkup pertambangan

skala kecil, namun termasuk pada skala besar sehingga memerlukan

berbagai izin serta proses yang panjang baik dengan pihak pemerintah dan

juga masyarakat.

Perbedaan kepentingan antara masyarakat, pemerintah dan swasta

tidak jarang berakibat pada gesekan sosial antar pihak tersebut yang mulai

mengarah pada letupan-letupan konflik. Pasalnya, sumber daya alam yang

seharusnya juga menjadi hak masyarakat seolah direbut secara paksa oleh

pihak yang tiba-tiba datang dengan kekuatan industrinya dan secara

perlahan mengancam eksistensi mereka. Walaupun berbagai dampak negatif

telah secara nyata diklaim oleh masyarakat, baik pihak pemerintah maupun

swasta tetap mempertahankan dan menjalankan proyek pertambangan pasir

tersebut. Hal tersebut seolah menggambarkan kondisi kepentingan yang

saling bertolak belakang antara pihak masyarakat, pemerintah, dan swasta,

yang pada akhirnya menimbulkan berbagai reaksi dan persaingan antar

aktor-aktor yang terlibat. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut, perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana ideologi dan peran para

aktor yang terlibat dalam aktivitas pertambangan pasir di kawasan kaki

Gunung Galunggung?

Pemanfaatan sumber daya alam yang tendensius dan tidak

mengindahkan aspek-aspek ekologis jelas akan berdampak buruk terhadap

kondisi ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Terlebih aktivitas

pertambangan pasir yang dilakukan di kawasan Gunung Galunggung telah

dilakukan sejak lama bahkan sebelum kehadiran perusahaan CV AS.

Sehingga dampak yang ditimbulkan tidak hanya sebatas pada aspek

ekologis, namun lebih esensial dan bahkan hingga menyentuh aspek sosial

dan ekonomi masyarakat. Masyarakat juga telah menyuarakan pendapatnya

terkait keberadaan perusahaan tambang, baik melalui ruang publik atau

melalui forum-forum di tingkat regional bahkan nasional, atas berbagai

dampak baik positif maupun negatif yang secara nyata telah terjadi dan

dirasakan secara beragam oleh masyarakat. Terlebih, dampak tersebut tidak

hanya dirasakan oleh masyarakat yang berada dekat dengan lokasi tambang,

namun juga yang berada jauh dengan lokasi tambang. Oleh karena itu,

berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

sejauh mana persepsi masyarakat terhadap dampak negatif ekologi, sosial

dan ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan pasir di

kawasan kaki Gunung Galunggung?

Page 17: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

6

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini secara

khusus bertujuan untuk:

1. Mengetahui ideologi dan peran para aktor yang terlibat dalam

aktivitas pertambangan pasir di kawasan kaki Gunung Galunggung.

2. Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap dampak

negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan pasir, baik

pada aspek ekologi, sosial, dan ekonomi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi

akademisi, pemangku kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai

penilaian dampak (impact assesment) galian tambang golongan C. Secara

spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan kajian

mengenai dampak-dampak ekologi, sosial dan ekonomi yang

ditimbulkan oleh aktivitas galian tambang golongan C dengan objek

spesifik tambang pasir yang dampaknya kerap tidak dianggap

sebagai isu yang strategis dan sentral.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan para pemangku

kebijakan dalam membuat kebijakan sumber daya alam yang

seharusnya mempertimbangkan banyak aspek secara rasional dan

tidak menimbulkan disparitas. Terlebih ketika berkaitan dengan

sumber daya alam yang menjadi tumpuan penghidupan serta hidup

dan mati masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan masyarakat

mengenai dampak-dampak terhadap aktivitas pertambangan pasir

yang terjadi secara masif di kawasan kaki Gunung Galunggung.

Serta memberikan penyadaran atas ancaman dampak ekologi, sosial

dan ekonomi akibat aktivitas pertambangan pasir yang tendensius

dan tidak memperhatikan kepentingan masyarakat, yang senantiasa

ada dan akan terus mengancam masyarakat pada dewasa ini.

Page 18: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

7

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Urgensi Ekologi

Pada dasarnya, makhluk hidup akan selalu membutuhkan dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Terlebih manusia, baik untuk

pemenuhan kebutuhan hidup ataupun untuk keberlangsungan hidup

tentunya tidak akan terlepas dari lingkungan beserta sumber daya alamnya.

Namun terkadang, manusia melupakan bahwa interaksi dan hubungan

manusia dengan lingkungan atau sumber daya alamnya terjalin hubungan

yang resiprokal. Itulah yang menjadi basis dalam konsep ekologi, yang

berfokus pada hubungan timbal balik antara manusia dengan

lingkungannya. Dalam konsep ekologi, ekosistem dimaknai sebagai sistem-

sistem dalam lingkungan yang terdiri atas komponen-komponen (baik

komponen biotik maupun abiotik) yang bekerja secara teratur sebagai suatu

kesatuan. Ketraturan tersebut terjadi akibat adanya arus materi dan energi

yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem.

Ketika masing-masing komponen tersebut menjalankan fungsi dan bekerja

dengan baik, maka keteraturan ekosistem terjaga, namun sebaliknya, jika

terjadi perubahan-perubahan dalam ekosistem (baik secara alamaiah

maupun akibat perbuatan manusia), maka ekosistem dapat menunjukkan

ketikdakseimbangannya (Soemarwoto 1997). Lebih lanjut, Soemarwoto

(1997) juga menjelaskan jika ekologi merupakan salah satu komponen

dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama

dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan dan hasil yang

seimbang antara elemen makhluk hidup dan lingkungan itu sendiri.

Tidak bisa dipungkiri jika aspek lingkungan dan sumber daya

alamnya merupakan aspek krusial yang harus dijaga seluruh komponennya

demi mencapai keberlanjutan kehidupan manusia yang baik, terlebih

lingkungan dan sumber daya alamnya juga menyangkut hajat hidup orang

banyak. Seperti juga yang disebutkan oleh Dharmawan (2006), bahwa

sumber daya alam merupakan “last resort” atau tempat pengaduan terakhir

bagi lapisan masyarakat miskin untuk mempertahankan kehidupannya

(survival strategy), oleh karena itu sumber daya alam bukanlah persoalan

sepele, namun persoalan kompleks yang harus diperhatikan karena berkaitan

juga dengan hidup masyarakat, khususnya masyarakat yang rentan atau

miskin. Namun, hingga pada saat ini pengelolaan lingkungan masih saja

menimbulkan problematik. Baik pada sektor hulu (kebijakan) hingga pada

tahap hilir (implementasi atau pelaksanaannya). Padahal, negara Indonesia

telah mengatur persoalan lingkungan hidup secara cukup komperhensif,

salah satunya adalah Undang-Undang No. 32 tahun 2009 (UUPLH). Dalam

UUPLH pada pasal 16 contohnya, secara jelas telah disebutkan jika setiap

rencana pembangunan atau pemanfaatan sumber daya alam yang

diperkirakan memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan wajib

dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Amdal

Page 19: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

8

merupakan kajian mengenai dampak suatu usaha atau kegiatan terhadap

lingkungan hidup, yang diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau

kegiatan. Dalam dokumen Amdal terdapat beberapa kriteria mengenai

dampak suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, diantaranya

adalah jumlah manusia yang akan terkena dampak, luas wilayah persebaran

dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung, banyaknya komponen

lingkungan yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik atau

tidak berbaliknya dampak (PP No. 27 Tahun 1999).

Uraian pasal undang-undang tersebut merupakan salah satu contoh

yang menunjukkan pihak pemerintah telah melakukan upaya-upaya regulasi

untuk mengantisipasi atas dampak pemanfaatan sumber daya alam yang

berlebihan dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan1. Namun,

berbagai permasalahan lingkungan dan sumber daya alam bukan berarti

langsung menghilang. Banyak kasus dan permasalahan pemanfaatan sumber

daya alam yang terus menerus terulang. Sebagai contoh adalah dampak dari

penambangan pasir besi di kawasan pesisir selatan Jawa Barat.

Penambangan pasir di kawasan ini telah dilakukan sejak tahun 2011. Jika di

kalkulasikan, maka kerusakan alam akibat penambangan pasir besi kurang

lebih mencapai 2.250 hektare dari sekira 15 ribu hektare area yang dijadikan

lokasi tambang (Riswan 2013). Hal tersebut tentu saja menimbulkan

dampak yang tidak sedikit, dan tentu saja dampak tersebut juga akan

berpengaruh pada kondisi hidup masyarakat sekitarnya.

Permasalahan ekologi memang tidak hanya berakar pada kesalahan

regulasi, namun juga penyimpangan implementasi yang tidak jarang

dilakukan oleh oknum pihak pemerintah yang memiliki otoritas dalam

melegalkan aktivitas pemanfaatan sumber daya alam tanpa

mempertimbangkan dampak-dampaknya secara komperhensif. Terlebih

pada era ini Indonesia telah mengusung sistem pemerintahan yang berbasis

daerah atau disebut otonomi daerah. Secara konseptual, otonomi daerah

merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya

sendiri, namun secara tidak langsung otonomi daerah kerap menjadi dalih

pemerintah daerah atas kewenangannya dalam segala aspek yang terdapat di

daerahnya (Tarmansyah 2011).

Tarmansyah (2011) secara lebih lanjut juga menyebutkan, tidak

jarang era otonomi daerah ini justru menjadi „lahan‟ untuk pihak pemerintah

dapat memanfaatkan sumber daya alam daerahnya secara lebih maksimal.

Dengan tuntutan kebutuhan dana seperti pembangunan dan dana rutin

operasional pemerintahan yang besar, memaksa pemerintah daerah

menempuh pilihan yang membebani rakyat, misalnya memperluas dan atau

meningkatkan objek pajak dan retribusi, menguras sumberdaya alam yang

tersedia, dan lain sebagainya. Padahal dalam kaitannya dengan kewenangan

dan otoritasnya di daerah, seharusnya penyimpangan semacam ini tidak

muncul, karena memang tujuan dibentuk otonomi daerah adalah agar

1 Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

mendukung kehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar

Page 20: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

9

peraturan-peraturan yang ada dan dibuat pemerintah daerah dapat langsung

menyentuh dan menguntungkan masyarakat daerahnya sendiri. Seperti juga

yang disebutkan oleh Kartodihardjo (2008), pembangunan pada era ini yang

lebih condong didasari oleh mazhab ekonomi pasar secara konseptual hanya

akan mentransaksikan komoditi yang dihasilkan dari sumber daya alam, dan

seolah tidak memperhatikan dampak-dampak atau kerusakan dari sumber

daya alam itu sendiri. Kartodihardjo (2008) juga menjelaskan terkait

perbedaan antara pengelolaan dan pemanfaatan. Menurutnya dalam konsep

pengelolaan, terdapat berbagai kegiatan atau proses yang ditujukan juga

untuk memastikan status dan fungsi serta daya dukung sumber daya alam,

sedangkan dalam konsep pemanfaatan lebih cenderung terbatas pada upaya

eksploitasi manfaat semata.

Dampak aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang eksploitatif

tidak jarang mendorong kondisi krisis yang lebih sering disebut sebagai

krisis ekologi. Krisis ekologi yang dimaknai sebagai suatu keadaan dimana

sistem ekologi mengalami destabilisasi keseimbangan alam yang

diakibatkan oleh peradaban „late-modernity‟, yang menempatkan seluruh

elemen ekosistem biosfer dalam ancaman kehancuran bersama (Dharmawan

2007). Raharja (2011) secara lebih lanjut juga menjelaskan krisis ekologi

sebagai krisis hubungan antar manusia dan kebudayaannya dengan

lingkungan hidup yang merupakan tempat mereka berlindung, bermukim,

dan mengeksploitasi sumber daya alam. Berbagai penjelasan definisi

tersebut pada intinya mengarah pada kondisi kritis antara manusia dengan

lingkungannya yang juga berdampak terhadap aspek-aspek luas, seperti

aspek sosial dan ekonomi. Ancaman krisis ekologi memang akan terus

mengancam seiring terus berkembanganya investasi dan proyek

pemanfaatan sumber daya alam di daerah-daerah oleh pihak kapitalis.

Khususnya aktivitas seperti pertambangan, reklamasi, ekspansi serta

pembukaan lahan perusahaan merupakan aktivitas-aktivitas yang memang

memiliki dampak terhadap ekosistem secara krusial.

Aktivitas pertambangan pada satu sisi mungkin dapat dilihat juga

memberi manfaat yang positif, khususnya dalam memberikan keuntungan

baik pada sektor pendapatan daerah (PAD) ataupun peluang bekerja

masyarakat, namun seharusnya masyarakat juga menyadari atas dampak

negatif terhadap ekosistem mereka yang akan sulit pulih. Inilah yang disebut

juga oleh Dharmawan (2007) sebagai akar penyebab krisis ekologi dalam

perspektif developmentalism. Perpsektif ini menyebutkan tentang growth-

mania-syndrome, atau gejala yang pada era ini hampir dirasakan oleh

seluruh Negara tentang orientasi pembangunan berskala besar yang

terkadang tanpa menghiraukan dampaknya yang menyebabkan degradasi

lingkungan dan degradasi sumber daya alam yang ada. Dengan

pembangunan yang berdasar pada 'ketamakan', semua tatanan kelembagaan

atau norma dan nilai yang mengatur tentang tatakrama dan etika berprilaku

terhadap alam terkesan diabaikan. Manusia harus menyadari jika hubungan

antara manusia dan lingkungan hidupnya merupakan hubungan yang

sirkuler, dimana kegiatan-kegiatan yang dilakukannya baik sedikit atau

banyak (dan baik langsung maupun tidak langsung) akan juga berdampak

pada lingkungan dan ekosistem sekitarnya (Soemarwotto 1997a).

Page 21: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

10

Etika Lingkungan

Pemerintah, swasta ataupun masyarakat tidak jarang seolah saling

berkompetisi dalam memperoleh akses dan manfaat yang sebesar-besarnya

dalam rangka pemanfaatan objek sumber daya alam. Era demokrasi

Indonesia pada saat ini yang mengusung sistem otonomi daerah2 tidak

jarang justru malah menimbulkan dinamika dalam pengelolaan atau

pemanfaatan sumber daya alam yang baru, yang justru dapat semakin

membuka lebar jurang kesenjangan antara pihak penguasa dan pihak

masyarakat yang dapat berimplikasi pada menurunnya kualitas dan kondisi

hidup mereka. Hal tersebut tentu saja mengindikasikan adanya perbedaan

pemakanaan dan sudut pandang baik antara pihak pemerintah, swasta dan

masyarakat terhadap sumber daya alam. Pada satu sisi, pemerintah dan/atau

swasta memandang lingkungan dan sumber daya alam sebagai aspek

ekonomis, sedangkan masyarakat lebih memandang sebagai aspek

mutualistis yang berkaitan pula dengan kondisi hidup mereka.

Pihak pemerintah sebagai representasi negara yang seharusnya

menjadi aktor netral dan seharusnya memihak kepentingan masyarakat,

malah terkesan turut berpartisipasi dalam kontestasi antar aktor dalam

sumber daya alam. Bahkan, dengan mudah kita dapat memperoleh literatur

dan fakta yang menunjukkan bahwa pihak pemerintah tidak berbeda jauh

dengan orientasi dan pandangan kapitalis perusahaan-perusahaan swasta

yang cenderung mengabaikan pihak masyarakat. Sitorus dan Wiradi (dalam

Antoro 2010) mengungkapkan, bahwa dalam kaitannya dengan hubungan

antar aktor, masyarakat kerap menempati posisi yang lebih lemah:

Gambar 1 Pola hubungan antar aktor dalam pemanfaatan sumber daya alam

Gambar di atas menjelaskan hubungan interaksi negara dengan pasar yang

mutualistik, hubungan interaksi negara-pasar terhadap masyarakat yang

bersifat hegemonik (kuat mempengaruhi), hubungan antara negara-pasar

dengan SDA yang berorientasi pasar, serta hubungan antara produksi

masyarakat dengan SDA yang lemah dan terus tergerus akibat dominasi

aktor-aktor lainnya.

2 Pada era ini konflik lebih banyak mengambil bentuk “konflik kewenanangan”,

yang mulai mengemuka sejak rejim pengaturan pemerintahan desentralisasi secara

penuh sejak Undang-Undang (UU) No. 22/1999 dan dilanjutkan dengan UU No.

32/2004 sebagai konsekuensi otonomi daerah (Dharmawan 2007)

NEGARA PASAR

MASYARAKAT SDA

Page 22: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

11

Perbedaan kepemilikan akses akan sumber daya alam dan cara

pandang terhadap sumber daya tidak jarang justru menyebabkan berbagai

permasalahan krusial yang tidak hanya menyangkut aspek lingkungan,

namun juga sosial dan ekonomi masyarakat. Keraf (2010) juga secara tidak

langsung menyatakan dalam berbagai permasalahan ekologi hingga

ancaman krisis yang terjadi pada dewasa ini tidak hanya disebabkan oleh

faktor alam, namun juga faktor internal dari manusia sebagai pihak yang

terus menerus berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini yang selanjutnya

juga disebut sebagai cara pandang ataupun etika terhadap lingkungan.

Secara harfiah, etika dapat dimaknai sebagai nilai-nilai atau norma-norma

moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya (Bertens 1993). Lebih lanjut, Keraf (2010)

menyebutkan tentang tiga etika lingkungan yang berbeda:

1. Anthropocentrism

Merupakan cara pandang yang menekankan pada manusia dan

kepentingannya sebagai prioritas utama, manusia sebagai aktor

kausal, dan lingkungan serta sumber daya alamnya hanya sebatas

aspek pemenuhan kebutuhan manusia.

2. Biocentrism

Merupakan cara pandang yang menanggap bahwa lingkungan dan

sumber daya alam lainnya memiliki nilai tersendiri, dan manusia

merupakan bagian dari alam yang interdependen.

3. Ecocentrism

Merupakan cara pandang yang menekankan pada etika terhadap

seluruh komunitas ekologis, baik yang biotik maupun abiotik.

Ecocentrism membawa etika yang menandang semua komponen

dalam dimensi lingkungan memiliki nilainya tersendiri.

Pengertian Pertambangan

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan objek tambang yang

rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,

serta kegiatan pascatambang (UU No. 4 Tahun 2009). Berdasarkan definisi

tersebut, dapat dilihat jika pada dasarnya aktivitas pertambangan merupakan

suatu proses yang panjang dan tentunya melibatkan berbagai tahap dan

materi-materi yang beragam.

Undang-undang Negara Indonesia juga telah secara jelas

meengklasifikasikan jenis terkait izin usaha pertambangan, meliputi izin

untuk memanfaatkan bahan galian tambang yang bersifat ekstraktif seperti

bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun golongan C

(Ngadiran dalam Samad 2013). Golongan bahan galian tambang tersebut

terbagi atas perbedaan materi dan fungsinya, atau dengan penjelasan sebagai

berikut:

1. Galian Tambang Golongan A

Page 23: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

12

Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal,

antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen

cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium,

uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif lainnya (antara lain

kobalt, nikel dan timah).

2. Galian Tambang Golongan B

Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon,

aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom,

mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal,

titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka

lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom,

koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom).

3. Galian Tambang Golongan C

Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu

kerikil. Golongan ini dianggap paling kurang memiliki nilai

strategis dan dampak yang vital.

Dampak Ekologi, Sosial dan Ekonomi Pertambangan

Aktivitas pertambangan merupakan salah satu aktivitas yang kerap

menuai dilematika karena berbagai dampaknya, baik yang bersifat positif

maupun negatif. Terkait dengan hal tersebut, Soemarwotto (1997b)

menyebutkan pada dasarnya “dampak” dapat bernilai positif maupun

negatif. Tapi secara umum, masyarakat lebih mengenal dampak sebagai

suatu konotasi yang negatif, karena dampak yang akan bernilai berbeda jika

berada pada ruang atau sudut pandang yang berbeda.

Diantara berbagai dampak yang timbul, namun pada tataran realitas,

tidak jarang dampak yang muncul lebih sering mengarah pada dampak

negatif, terlebih terhadap aspek ekologi. Aktivitas pertambangan dapat

menciptakan resiko kerusakan ekologis yang fatal. hal tersebut tidak lepas

dari berbagai proses kompleks yang harus dilalui dalam aktivitas

penambangan, seperti bagaimana teknik penambangan yang dilakukan,

hingga bagaimana mengelola dan mengolah hasil tambang yang telah

diperoleh, yang pada akhirnya akan mempengaruhi ekosistem di dalam dan

sekitar lokasi penambangan.

Penelitian yang dilakukan di berbagai lokasi juga menunjukkan

berbagai dampak yang diakibatkan oleh kehadiran aktivitas pertambangan.

Dampak tersebut tidak hanya sebatas pada aspek ekologi, namun juga sosial

dan ekonomi. Seperti halnya penelitian yang dilakukan di Desa Cipinang,

Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada tahun 2007 ini, dampak-dampak dari aktivitas penambangan

cukup beragam, diantaranya adalah terdapat perubahan yang nyata pada

kondisi udara dan sumber air. Udara yang kotor dan cenderung lebih panas

menurut sebagian warga dianggap sebagai konsekuensi dari hadirnya

aktivitas penambangan pasir dan juga truk yang terus berlalu lalang. Bahkan

tidak jarang udara yang terhirup dapat memicu terjadinya infeksi saluran

pernafasan hingga flu. Selain itu, air yang tercemar oleh aktivitas

Page 24: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

13

pertambangan sangat berdampak terhadap kondisi kesehatan dan

penghidupan masyarakat, dari air yang semakin sulit diperoleh khususnya

pada musim kemarau hingga air yang dikonsumsi memicu terjangkitnya

penyakit diare. Selain itu dampak secara sosial juga dapat terlihat,

khususnya antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal. Banyak

faktor yang mempengaruhinya, diantaranya persaingan terhadap peluang

kerja yang minim, dan juga pekerja lokal yang mayoritas hanya bekerja

sebagai buruh tambang, sedangkan pendatang banyak yang memiliki jabatan

lebih baik (Sulton 2011). Demikian halnya yang terjadi di kawasan kota

Samarinda, di kelurahan Sempaja Utara. Walaupun terdapat perbedaan

dimana objek tambang di kawasan ini adalah batubara, namun terdapat

kesamaan dimana kesempatan bekerja sektor pertambangan pada

masyarakat lokal di wilayah ini sangatlah minim. Masyarakat lokal yang

bekerja pada perusahaan hanyalah sebagai buruh kasar dan supir truk

penangkut batubara. Namun hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah

permasalahan ekologi, berdasarkan penelitian ini disebutkan bahwa ini

pasca kehadiran perusahaan tambang kerap muncul permasalahan

diantaranya adalah banjir, sumur masyarakat yang tercemar, saluran air

tersendat, debu, terjadinya tanah longsor dan jalan yang rusak. Hal ini jugas

semakin diperparah dengan masih rendahnya kepedulian perusahaan

terhadap masyarakat, hanya kepada sebagaian kecil masyarakat saja yang

pernah memberikan dana kompensasi (“uang debu”), akan tetapi pemberian

dana tersebut tidak merata dan diarasakan oleh masyarakat tidak cukup

untuk menggantikan dampak negatif yang dihasilkan (Pertiwi 2011).

Penyerapan tenaga kerja masyarakat lokal di perusahaan

pertambangan yang pada awalnya diharapkan mampu memberikan insentif

ekonomi yang jauh lebih berarti, namun ternyata tidak mampu terwujud dan

hanya digantikan dengan uang kompensasi yang tidak sebanding dengan

berbagai dampak negatif yang ditimbulkan. Baik contoh kasus di Desa

Cipinang maupun kelurahan Sempeja Utara, setidaknya memang mampu

merefleksikan kesenjangan keuntungan yang tidak berimbang antara

masyarakat dengan pihak swasta dan pemerintah. Samad (2013) yang juga

melakukan penelitian atas dampak pertambangan di Kecamatan Wasile,

Halmahera Timur menyebutkan masyarakat lokal yang bekerja pada

pertambangan hanya sebesar 37.12 persen dan 62.87 persen lainnya adalah

pendatang. Hal ini tentunya tidak berimbang dengan pendapatan daerah

yang semakin meningkat pasca kehadiran perusahaan pertambangan pasir.

Bahkan untuk kasus di Kecamatan Wasile, Halmahera Timur, pihak

perusahaan tambang telah menyebabkan berbagai dampak ekologis yang

signifikan seperti, pemakaian hutan untuk tambang meluas, porositas tanah

menurun sehingga tanaman sulit untuk dikembangkan, hingga air dan udara

yang tercemar. Hal ini juga semakin diperparah dengan sarana dan

prasarana yang dijanjikan pihak perusahaan pertambangan tidak dipenuhi,

yang pada akhirnya juga kembali berdampak pada munculnya

ketidaksejahteraan dan kesenjangan antara pihak masyarakat dan

perusahaan.

Disamping berbagai dampak negatif yang secara nyata semakin terus

terlihat, ternyata berdasarkan beberapa data dari hasil penelitian

Page 25: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

14

menyebutkan jika dampak positif hanya cenderung berada pada “lingkar

kekuasaan”. Yakni dampak positif yang dihasilkan semata-mata hanya dapat

dirasakan oleh segelintir pihak, khususnya pihak-pihak yang memiliki

otoritas. Namun secara makro dan dalam sudut pandang yang berbeda,

Salim (dalam Sulton 2011) menjabarkan tentang dampak positif dan negatif

yang cenderung ditimbulkan dari kegiatan pembangunan di bidang

pertambangan, yaitu:

1. Dampak Positif:

a) Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan

ekonomi nasional.

b) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

c) Meningkatkan peluang kerja, ekonomi, dan usaha mikro

masyarakat lingkar tambang.

d) Meningkatkan kualitas SDM dan derajat kesehatan masyarakat

lingkar tambang.

2. Dampak Negatif:

a) Ancaman kehancuran lingkungan hidup dan sumber daya alam.

b) Penderitaan masyarakat lokal sekitar lingkar tambang.

c) Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal (khususnya yang

berada di lingkar tambang)

d) Meningkatnya kekerasan atau aksi kriminalitas sejenis.

e) Kehancuran ekologi pulau-pulau.

f) Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat secara makro dampak yang

ditimbulkan sangatlah beragam, meliputi dampak ekologi, sosial maupun

ekonomi, yang berada pada dimensi aktor pemerintah, swasta dan tentu saja

masyarakat. Hal ini jika terus menerus dibiarkan akan dapat menimbulkan

masalah yang lebih krusial dan tentunya akan menggiring masyarakat pada

krisis ekologi yang serius.

Krisis ekologi pada dasarnya merupakan suatu kondisi krisis antara

manusia dengan lingkungannya yang dapat disebabkan oleh berbagai

kondisi, termasuk didalamnya faktor aktivitas-aktivitas manusia yang

melakukan eksploitasi dan dominasi terhadap lingkungan dan cenderung

mengabaikan kepentingan lingkungan, seperti halnya banyak perusahaan

pertambangan yang bermunculan pada dewasa ini. Dharmawan (2007)

menjelaskan pada era ini dampak krisis ekologi ditunjukkan oleh beberapa

situasi, diantaranya:

1. Kelangkaan sumber pangan. Hal ini telah terjadi di beberapa

kawasan di dunia dan berdampak pada bencana kelaparan atau gizi

buruk yang terus meluas.

2. Kelangkaan sumber energi. Energi di bumi ini cenderung masih

bergantung pada fossil-fuel energy, dimana pada saat ini

persediaannya semakin berkurang.

3. Pemburukan kualitas kehidupan akibat polusi, serta ledakan

penduduk di atas habitat yang makin sempit.

4. Eskalasi erosi, banjir, dan longsor akibat ekspansi kegiatan manusia

hingga ke kawasan rawan bencana alam.

Page 26: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

15

5. Menurun atau hingga hilangnya keanekaragaman hayati akibat dari

eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

6. Kriminalitas, perilaku menyimpang dan masalah sosial lain akibat

dari tingginya kompetisi karena terbatasnya relung kehidupan yang

memadai bagi kehidupan lestari.

Dampak-dampak tersebut juga secara langsung maupun tidak

langsung berdampak selain pada kondisi lingkungan masyarakat, namun

juga ekonomi masyarakat. Lingkungan dan sumber daya alamnya

merupakan elemen penting yang berkontribusi besar dalam penghidupan

manusia. Baik dalam kaitannya untuk kepentingan konsumsi, maupun

produksi. Namun ketika pemanfaatan sumber daya alam yang ada terlalu

berlebihan, tendensius dan berorientasi ekonomi atau egoisme belaka,

lingkungan dan sumber daya alamnya justru dapat mengancam eksistensi

manusia dan bahkan penghidupannya. Lebih lanjut, lingkungan merupakan

suatu kesatuan ruang yang terdiri dari komponen fisik (abiotik) seperti air,

tanah, batuan dan iklim serta komponen biotik seperti tumbuhan, hewan dan

jasat renik, komponen tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi memiliki

keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya (Indrawan dalam

Suriansyah 2009).

Pengertian Persepsi

Persepsi memiliki makna sebagai suatu proses kognitif yang dialami

dan dimiliki oleh setiap orang dalam kaitannya dengan memahami informasi

tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan, dan penciuman (Thoha 2004). Tidak berbeda jauh dengan definisi

tersebut, Walgito (dalam Zabila 2013) menyebutkan bahwa persepsi

merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap suatu

stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan

aktivitas yang terintegrasi dan berada dalam diri individu. Karena persepsi

merupakan aktivitas yang terintegrasi, maka seluruh pribadi, seluruh apa

yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.

Berdasarkan definisi tersebut, persepsi memiliki sudut pandang subjektif

yang tentunya akan dapat berbeda pada setiap manusia, karena proses

kognitif, penafsiran serta pemaknaan terhadap subjek atau objek tertentunya

akan memiliki bentuk atau intensitas yang berbeda.

Banyak faktor yang pada dasarnya mempengaruhi persepsi dari

individu itu sendiri. Seperti disebutkan oleh Erwiantono (2004), berkaitan

dengan faktor-faktor dalam persepsi, banyak faktor yang mempengaruhi

persepsi tersebut, namun dalam penelitiannya ditekankan bahwa

karakteristik sosial dan ekonomi berhubungan dengan terciptanya persepsi

dalam suatu komunitas. Adapun faktor-faktor yang berhubungan tersebut

adalah faktor jenis pekerjaan dan satus sosial.

Page 27: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

16

Kerangka Konseptual

Seperti yang telah disebutkan oleh Sitorus dan Wiradi (dalam Antoro

2010), pada dasarnya permasalahan sumber daya alam atau agraria selalu

melibatkan tiga aktor, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Seperti

halnya dalam kasus di kawasan Gunung Galunggung, pada dasarnya pihak

swasta dan pemerintah merupakan pihak yang saling berkaitan dalam

rangka penguasaan sumber daya alam. Pihak pemerintah selaku pemilik

otoritas atas legalitas pemanfaatan kawasan, melakukan proses politik dan

kebijakan sehingga pada akhirnya memberikan pihak swasta (perusahaan

tambang pasir) izin untuk memanfaatkan sumber daya alam di kawasan kaki

Gunung Galunggung.

Objek sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh pihak swasta dan

pemerintah dalam penelitian ini adalah sumber daya alam pertambangan

dengan objek spesifik pasir. Walaupun sebenarnya pasir tidak dimanfaatkan

secara langsung oleh masyarakat, namun pasir yang tersedia dan terdapat di

kawasan ini merupakan komponen vital yang juga turut menjaga

keseimbangan ekosistem wilayah Gunung Galunggung. Sehingga bukan

tidak mungkin dengan adanya aktivitas penambangan pasir di kawasan ini

akan dapat berdampak pada ketidakseimbangan kondisi alam, atau dengan

kata lain dapat menimbulkan destabilisasi ekosistem di kawasan Gunung

Galunggung. Dengan kehadiran aktivitas pertambangan pasir pasir berskala

besar, eksistensi kawasan dan degradasi lingkungan akan terus menggiring

kawasan Gunung Galunggung pada ancaman krisis ekologi yang serius.

Dampak-dampaknya pun meliputi berbagai aspek, diantaranya pada aspek

ekologi, sosial dan ekonomi. Dalam dampak ekologi, permasalahan yang

melingkupinya diantaranya adalah degradasi kualitas air, kerentanan

terhadap bencana, polusi melalui udara, dan alih fungsi lahan. Pada aspek

sosial, hal ini dapat dilihat seperti dampaknya pada persepsi terhadap

perusahaan, hubungan antar aktor, konflik sosial dan cara pandang terhadap

lingkungan. Sedangkan pada aspek ekonomi, dampaknya dianggap

berpengaruh terhadap pendapatan, dan kesempatan bekerja, serta aktivitas

ekonomi desa.

Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Oleh karena

itu, dalam relevansinya dengan aktivitas pertambangan skala industri yang

dilakukan oleh pihak swasta, tidak jarang respons yang diterima oleh

masyarakat sangatlah variatif, baik bersifat positif maupun negatif, baik

yang berada pada tataran fisik, atau juga dapat jauh lebih dalam melalui

perubahan-perubahan persepsi. Oleh karena itu penelitian ini juga mengarah

pada analisis antar aktor dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya

alam, proses politik dan kebijakan, hingga aktivitas pertambangan yang

dilakukan oleh pihak swasta, serta dampak-dampak yang ditimbulkan

termasuk persepsinya dari masyarakat baik pada aspek ekologi, sosial dan

ekonomi.

Page 28: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

17

Gambar 2 Kerangka Konseptual

Keterangan:

: Menyebabkan

: Saling Mempengaruhi

: Arena Pertarungan Kepentingan Aktor

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka hipotesis

yang dapat ditarik adalah:

1. Diduga masing-masing aktor memiliki ideologi dan peran yang

berbeda.

2. Diduga semakin jauh jarak desa dari aktivitas pertambangan pasir

maka dampak negatif ekologi, sosial dan ekonomi akan semakin

dirasakan oleh masyarakat desa.

PEMERINTAH

Dampak Sosial:

- Persepsi Perusahaan

- Hubungan Antar Aktor

- Konflik Sosial

- Cara Pandang Lingkungan

OBJEK

SDA

Dampak Ekologi:

- Degradasi Kualitas Air

- Kerentanan Bencana

- Polusi Melalui Udara

- Alih Fungsi Lahan

Aktivitas

Pertambangan

Pasir

SWASTA

MASYARAKAT

Dampak Ekonomi:

- Tingkat Pendapatan

- Kesempatan Bekerja

- Aktivitas Ekonomi Desa

Page 29: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

18

Definisi Operasional

1. Dampak Ekologi adalah dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas

pertambangan pasir terhadap perubahan struktur ekosistem dan/atau

lingkungan masyarakat. Pengukuran dilakukan secara kuantitatif

melalui dua puluh pernyataan untuk pengukuran persepsi dalam

kuesioner, dan akumulasi skor akan dibagi secara ordinal dalam tiga

kategori: Rendah (20-33), Sedang (34-46), dan Tinggi (47-60).

Pengukuran dilakukan berdasarkan indikator-indikator berikut:

a. Persepsi Terhadap Tingkat Degradasi Kualitas Air, merupakan

persepsi masyarakat terhadap perubahan yang terjadi pada

kualitas air yang biasa mereka pergunakan untuk konsumsi

maupun non-konsumsi (aktivitas usaha, pengarian, dll). Indikator

terbagi menjadi tiga kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

b. Persepsi Terhadap Tingkat Kerentanan Bencana, merupakan

persepsi masyarakat terhadap kondisi masyarakat yang lebih

rentan terhadap suatu bahaya, kecelakaan, atau bentuk kesusahan

lainnya. Variabel diukur dengan skala likert, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

c. Persepsi Terhadap Tingkat Polusi Melalui Udara, merupakan

persepsi masyarakat terhadap polusi atau gangguan yang terjadi

melalui medium udara, baik polusi udara seperti debu atau polusi

suara seperti kebisingan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas

dan proses pertambangan pasir. Indikator terbagi menjadi tiga

kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

d. Persepsi Terhadap Tingkat Alih Fungsi Lahan, merupakan

persepsi masyarakat terhadap perubahan kondisi, keberadaaan,

serta bentuk atau fungsi tanah terbuka dan/atau tanah garapan,

hutan, dsb. Indikator terbagi menjadi tiga kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

2. Dampak Sosial adalah dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas

pemanfaatan sumber daya alam terhadap perubahan kondisi sosial

dan interaksi antar aktor (masyarakat, pemerintah, dan swasta) dan

juga lingkungannya. Pengukuran dilakukan secara kuantitatif

melalui dua puluh lima pernyataan untuk pengukuran persepsi dalam

kuesioner, dan akumulasi skor akan dibagi secara ordinal dalam tiga

Page 30: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

19

kategori: Rendah (25-42), Sedang (43-58), dan Tinggi (59-75).

Pengukuran dilakukan berdasarkan indikator-indikator berikut:

a. Persepsi Terhadap Keberadaan Perusahaan, merupakan persepsi

masyarakat terhadap keberadaan dan kehadiran pihak swasta

yang melakukan aktivitas pertambangan pasir di kawasan

Gunung Galunggung. Indikator terbagi menjadi tiga kategori,

dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

b. Persepsi Terhadap Hubungan Antar Aktor, merupakan persepsi

masyarakat terhadap kecenderungan hubungan atau interaksi

antara masyarakat dengan perusahaan serta masyarakat dengan

pemerintah. Indikator terbagi menjadi tiga kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

c. Persepsi Terhadap Tingkat Konflik Sosial, merupakan persepsi

masyarakat terhadap kedalaman atau bentuk konflik baik antara

masyarakat dengan masyarakat, ataupun antara masyarakat

dengan swasta dan pemerintah. Indikator terbagi menjadi tiga

kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

d. Persepsi Terhadap Cara Pandang Lingkungan, merupakan cara

pandang masyarakat terhadap lingkungannya pasca kehadiran

berbagai aktivitas dan proses pertambangan pasir. Indikator

terbagi menjadi tiga kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

3. Dampak Ekonomi adalah dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas

pertambangan pasir terhadap perubahan pola dan struktur ekonomi

masyarakat. Pengukuran dilakukan secara kuantitatif melalui satu

pertanyaan terbuka dan sepuluh pernyataan untuk pengukuran

persepsi dalam kuesioner, dan akumulasi skor akan dibagi secara

ordinal dalam tiga kategori: Rendah (10-16), Sedang (17-23), dan

Tinggi (24-30). Pengukuran dilakukan berdasarkan indikator-

indikator berikut:

a. Tingkat Pendapatan, merupakan ukuran besaran pendapatan yang

didapat oleh masyarakat baik dari sektor pertanian maupun sektor

non-pertanian. Indikator diukur berdasarkan tiga kategori:

i. Tinggi, jika pendapatan > Rp. 13.400.000 per tahun

ii. Sedang, jika pendapatan Rp. 9.400.100 - Rp. 13.390.000

per tahun

iii. Pendapatan rendah jika < Rp. 9.400.000 per tahun

Page 31: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

20

b. Persepsi Terhadap Tingkat Kesempatan Bekerja, merupakan

persepsi masyarakat terhadap peluang yang diperoleh responden

dalam kaitannya dengan berbagai pekerjaan baik yang berkaitan

langsung dengan pertambangan ataupun tidak. Indikator terbagi

menjadi tiga kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

c. Persepsi Terhadap Tingkat Aktivitas Ekonomi Desa, merupakan

persepsi masyarakat terhadap interaksi dalam kegiatan ekonomi

dan/atau jumlah aktivitas yang berhubungan dengan ekonomi di

desa. Indikator terbagi menjadi tiga kategori, dengan skor:

i. Skor 3 = untuk pilihan jawaban S

ii. Skor 2 = untuk pilihan jawaban N

iii. Skor 1 = untuk pilihan jawaban TS

Page 32: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

21

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua lokasi (Lampiran 1 dan Lampiran 2),

yakni desa yang berada dekat dengan aktivitas pertambangan pasir: (1) Desa

Mekarjaya, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi

Jawa Barat dan Desa yang berada jauh dengan aktivitas pertambangan pasir:

(2) Desa Rancapaku, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat. Alasan terperinci pemilihan lokasi diantaranya adalah:

1. Kawasan Gunung Galunggung telah lama menjadi tumpuan hidup

dan tempat tinggal masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa

Rancapaku. Pasca erupsi Gunung Galunggung tahun 1982 - 1983,

material pasir dan bebatuan di sekitar kawasan gunung menjadi

berlimpah, dan tidak jarang hal tersebut dimanfaatkan masyarakat

sebagai sumber mata pencaharian. Ketika kondisi pasca letusan

membaik, sebagian masyarakat mulai kembali ke profesi lamanya

seperti petani, peternak ikan, dll. Namun, kondisi pasca letusan

tersebut juga telah membuat berbagai perusahaan swasta masuk dan

memanfaatkan material pasir yang berlimpah, sehingga baik secara

langsung ataupun tidak langsung juga berperan dalam mengubah

kondisi ekosistem hingga tatanan sosial masyarakat. Terlebih,

penambangan pasir yang dilakukan oleh pihak swasta tidak

berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi masyarakat, justru

sebaliknya, banyak masyarakat yang merasa dirugikan dan tidak

dilibatkan dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam

di daerahnya sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini juga diarahkan

pada analisis aktor dan sejarah, dimana telaah terhadap kondisi

tersebut perlu ditinjau guna memahami kondisi nyata atas krisis yang

sedang dihadapi masyarakat.

2. Desa Mekarjaya merupakan salah satu desa di Kecamatan

Padakembang yang memiliki industri pertambangan pasir.

Sedangkan Desa Rancapaku, merupakan desa yang lokasinya berada

cukup jauh dengan aktivitas pertambangan pasir. Namun kedua Desa

tersebut memiliki karakteristik yang kurang lebih sama, diantaranya

adalah ekosistem, kondisi ekonomi, sosial serta budaya

masyarakatnya. Sehingga pemilihan kedua lokasi ini diharapkan

mampu memberikan perbandingan persepsi atas dampak dan

perubahan sosial yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan pasir

yang terjadi di kawasan kaki Gunung Galunggung.

Proses penelitian atau skripsi ini dilaksanakan selama bulan Februari

hingga Juni 2014 (Tabel 1). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan

proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan,

pengolahan dan analisis data, penulisan draf skripsi, sidang skripsi, dan

perbaikan skripsi.

Page 33: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

22

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian

KEGIATAN Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

proposal skripsi

Kolokium

Perbaikan

proposal

Pengambilan

data lapang

Pengolahan dan

analisis data

Penulisan draf

skripsi

Sidang skripsi

Perbaikan

skripsi

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data primer maupun

data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

lapangan, baik melalui observasi, kuesioner (Lampiran 3), dan kegiatan

wawancara mendalam (in-depth interview) (Lampiran 4) yang dilakukan

pada responden maupun pada informan. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh baik berupa dokumen-dokumen dari

pemerintah Desa, masyarakat ataupun pihak lainnya yang berkaitan, serta

literatur-literatur yang menunjang data ataupun deskripsi kondisi yang

berkaitan dengan penelitian.

Dalam melakukan pengumpulan data primer, peneliti telah

menyiapkan kuesioner dengan sejumlah pernyataan yang dipergunakan

untuk mengukur persepsi responden terhadap dampak pertambangan pasir

baik pada aspek ekologi, sosial maupun ekonomi. Serta panduan wawancara

mendalam yang telah dipersiapkan untuk menjaga konsistensi arah

pengambilan data dan juga agar data dapat saling melengkapi. Pada

dasarnya, kedua metode ini (pengumpulan data primer dan sekunder)

dilakukan agar data dan fakta yang digali lebih komperhensif dan tidak

berkecenderungan subjektif.

Page 34: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

23

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Dalam memperoleh data primer, sumber data didapatkan melalui

kuesioner serta wawancara terhadap responden dan informan. Responden

adalah pihak yang memberikan keterangan mengenai kondisi dirinya

dan/atau keluarganya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dalam

kuesioner. Dalam penelitian ini, populasinya adalah rumah tangga

masyarakat Desa Mekarjaya (desa yang berada dekat dengan aktivitas

pertambangan) dan Desa Rancapaku (Desa yang berada jauh dengan

aktivitas pertambangan) dengan jumlah penduduk sebanyak 236 orang.

Sedangkan unit analisis yang diambil adalah individu rumah tangga di Desa

Mekarjaya dan Desa Rancapaku. Hal ini dilakukan secara sengaja karena

unit analisis tersebut dianggap paling mampu merepresentasikan kondisi

dan objek penelitian yang dilakukan. Responden berjumlah 30 orang dari

Desa Mekarjaya (yang berasal dari RW 07) dan 30 orang dari Desa

Rancapaku (yang berasal dari RW 10). Pemilihan lokasi di RW 07 untuk

Desa Mekarjaya dan RW 10 untuk Desa Rancapaku ditentukan berdasarkan

observasi dan rekomendasi masyarakat setempat dan dianggap paling

mampu merepresentasikan masyarakat desanya secara keseluruhan, dan

responden di masing-masing desa tersebut dipilih secara acak sederhana

(simple random sampling), sehingga responden yang dipilih memiliki latar

belakang serta karakteristik yang bervariasi.

Informan adalah pihak yang memberikan keterangan dan informasi

mengenai kondisi dan situasi yang terjadi sesuai dengan pertanyaan yang

diajukan dalam pedoman wawancara. Dalam penelitian ini informan dipilih

secara sengaja, baik yang berasal dari pemerintahan, baik pemerintah desa

maupun kecamatan, dan masyarakat, baik tokoh masyarakat, masyarakat

yang tinggal dekat lokasi pertambangan, masyarakat yang pernah bekerja di

pertambangan, maupun masyarakat yang memiliki informasi terkait dengan

kasus yang diteliti.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini data baik yang diperoleh secara kuantitatif

maupun kualitatif akan diolah untuk selanjutnya dianalisis dan

diinterpretasikan. Untuk data yang diperoleh melalui metode kuantitatif,

data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Pembuatan tabel

tabulasi silang, tabel frekuensi, grafik, serta diagram diolah menggunakan

aplikasi tersebut.

Data kualitatif, data diolah melalui proses penafsiran dan penarikan

kesimpulan dari hasil wawancara yang tertulis dalam catatan harian. Proses

ini pada intinya bertujuan untuk menyimpulkan data yang lebih relevan dan

objektif, namun terdapat juga data hasil wawancara yang secara utuh

(dengan pengubahan seperlunya) yang langsung disajikan oleh penulis

dalam kutipan wawancara.

Page 35: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

24

Page 36: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

25

PROFIL MASYARAKAT DESA MEKARJAYA

DAN DESA RANCAPAKU

Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan

Kecamatan Padakembang merupakan salah satu kecamatan yang

terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dengan luas wilayah 1809

ha dan penduduk yang mencapai 31.013 jiwa, Kecamatan Padakembang

mencakup lima wilayah desa didalamnya, yakni Desa Padakembang, Desa

Cisaruni, Desa Mekarjaya, Desa Rancapaku, dan Desa Cilampunghilir.

Kecamatan yang berada di ketinggian 700 m di atas permukaan laut ini juga

terletak tepat di kawasan kaki Gunung Galunggung. Kawasan Gunung

Galunggung ini memiliki varian flora dan fauna yang beragam, pasalnya

sebagaian besar kawasannya adalah hutan montane, atau hutan yang berada

pada dataran rendah dimana rimbunnya pepohonan besar hingga hewan-

hewan seperti kera mendominasi kawasan hutan ini. Selain itu aliran sungai

besar, seperti Sungai Ciwulan dan Sungai Cikunir juga mengalir deras dari

puncak Gunung Galunggung yang sering juga dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk berbagai kegiatan mereka. Namun, Gunung Galunggung

merupakan Gunung berapi yang masih aktif. Hal ini tentunya juga

berpengaruh besar khususnya terkait dengan kondisi ekosistem di dalamnya.

Apalagi letusan Gunung berapi merupakan salah satu bencana alam yang

dapat berakibat fatal, dan dampaknya pun dapat bersifat permanen dan dapat

dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Terhitung setidaknya Gunung

Galunggung telah memuntahkan lahar panasnya sebanyak empat kali,

berikut sejarah letusan Gunung Galunggung menurut tahunnya:

Tabel 2 Sejarah letusan Gunung galunggung

Tahun Keterangan

1882

1. Pada tanggal 8-12 Oktober 1882, letusan Galunggung

menghasilkan hujan pasir panas berwarna kemerahan dan juga

abu halus yang hampir menyelimuti secara merata wilayah Jawa

Barat dan Jawa Tengah.

2. Selain itu, letusan juga mengalirkan lahar yang bergerak ke

arah tenggara Gunung mengikuti aliran-aliran sungai yang telah

ada, diantaranya adalah sungai Cikunir yang hulunya tepat

berada di kawasan puncak Gunung Galunggung.

3. Letusan ini setidaknya menewaskan sekitar 4.011 jiwa dan

menghancurkan 114 Desa yang berada di kawasan Gunung

Galunggung.

1894

1. Letusan kembali terjadi pada bulan Oktober 1894, namun

aktivitas letusan ini lebih rendah dibandingkan dengan letusan

pada tahun 1882.

2. Pada letusan ini aliran lahar dan hujan abu menghancurkan

setidaknya 50 Desa. Namun tidak ada data yang menunjukkan

adanya korban jiwa.

Page 37: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

26

1918

1. Terjadi letusan yang selanjutnya membentuk kubah lava di

dalam danau kawah Gunung Galunggung.

2. Letusan ini juga memuntahkan abu yang cukup tebal yang

hampir tersebar merata di Jawa Barat.

1982

1. Aktivitas letusan ini dimulai pada pertengahan tahun 1982,

dan aktivitas letusan baru berakhir pada bulan Januari 1983.

2. Merupakan letusan terbesar kedua setelah letusan tahun 1882

menurut cerita masyarakat. Bahkan ada warga yang

menyebutnya sebagai letusan “siklus seratus tahun”.

3. Menewaskan setidaknya 18 orang dan puluhan Desa

ditinggakan tanpa penghuni. Sebagian besar masyarakat

mengungsi di kawasan Singaparna hingga kota Tasikmalaya.

4. Menyebabkan berubahnya peta wilayah dan batas-batas

wilayah Desa (termasuk kepemilikan sawah dan tanah

pekarangan masyarakat) yang diakibatkan aliran lahar serta

timbunan pasir dan bebatuan. Sumber: Data sekunder

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat jika pada dasarnya masyarakat

telah mengalami dampak yang cukup parah dengan letusan Gunung

Galunggung yang telah terjadi sebanyak empat kali. Dari korban jiwa,

hingga harta benda harus dikorbankan oleh masyarakat sebagai konsekuensi

tinggal di kawasan Gunung berapi aktif yang harus dirasakan baik oleh

masyarakat Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapaku. Terlebih mengingat

kedua desa tersebut merupakan desa yang dilalui oleh jalur aliran lahar,

sehingga implikasi yang diakibatkan oleh letusan cukup masif dirasakan

masyarakat kedua desa. Namun pasca letusan tahun 1982 tersebut,

masyarakat Kecamatan Padakembang, khususnya Desa Mekarjya dan Desa

Rancapaku juga disibukkan dengan pembuatan tanggul setinggi kurang

lebih dua meter yang mengitari kawasan sungai Cikunir yang juga melewati

kawasan kedua desa tersebut.

Pada pertengahahn tahun 2013 lalu, masyarakat kawasan Gunung

Galunggung sempat kembali cemas karena adanya pemberitahuan tentang

meningkatnya aktivitas Gunung Galunggung. Namun akhirnya tidak terjadi

peningkatan aktivitas dan status Gunung Galunggung dapat kembali normal.

Walaupun demikian, banyak masyarakat yang langsung meninggalkan desa

untuk mengungsi dan mengantisipasi peningkatan aktivitas gunung yang

berpotensi meletus tersebut selama beberapa minggu. Hal tersebut juga

mengindikasikan bahwa masyarakat di kawasan Gunung Galungggung atau

Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku khususnya, juga sangat bergantung

dan dipengaruhi oleh kondisi dan keberadaaan aktivitas Gunung

Galunggung.

Struktur Sosial dan Ekonomi

Secara spesifik baik Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapaku,

memiliki kondisi dan karakteristik sosial dan ekonomi yang kurang lebih

Page 38: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

27

sama. Pasalnya Desa Mekarjaya merupakan desa hasil pemekaran dari Desa

Rancapaku yang dilakukan pada tahun 1978, dimana penduduknya bermata

pencaharian beragam, mulai dari petani, peternak ikan, wiraswasta hingga

buruh. Selain itu, mayoritas masyarakat di kedua desa mayoritasnya

memiliki kolam ikan baik berukuran kecil, sedang atau besar yang terletak

di sekitar pekarangan rumah. Umumnya kolam-kolam ini dimanfaatkan

untuk konsumsi sehari-hari, namun tidak jarang juga hasil dari kolam

tersebut selanjutnya di jual di pasar desa atau warung atau pasar di luar desa.

Pada sektor pekerjaan yanng berbasis pada pertanian maupun

peternakan, kedua desa memiliki memiliki basis wadah masyarakat yang

berbentuk kelompok tani maupun kelompok pembenihan atau peternak ikan.

Kelompok yang merupakan hasil kolektif masyarakat tersebut hingga pada

saat ini masih tergolong aktif, namun minimnya program atau kegiatan

bersama khususnya untuk kelompok tani tidak jarang menyebabkan

kelompok ini hanya berfungsi aktif ketika adanya penyaluran bantuan-

bantuan tani. Sedangkan untuk kelompok atau kelembagaan lainnya di

kedua desa ini, terdapat juga karang taruna dan pembinaan kesejahteraan

keluarga (PKK), baik karang taruna maupun PKK juga pada akhirnya

berkontribusi dalam meinginisiasi berbagai kegiatan warga, diantaranya

adalah perlombaan olah raga hingga berbagai kegiatan keagamaan.

Berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lainnya,

pada pasca letusan pada tahun 1982 - 1983, baik masyarakat Desa

Mekarjaya ataupun Desa Rancapaku banyak yang mengalami kerugian

karena rumah yang hancur, hingga sawah dan kolam-kolam ikan yang

tertimbun oleh pasir. Namun masyarakat yang semula merasa sangat

dirugikan oleh letusan Gunung Galunggung, mulai berbalik menjadi

diuntungkan dengan material pasir yang berlimpah hampir merata di seluruh

desa. Sebetulnya material pasir telah tersedia sebelum tahun 1983 (yang

berasal dari letusan gunung pada tahun sebelumnya), namun pada saat itu

masyarakat belum memanfaatkannya secara serius dan hanya dimanfaatkan

secara skala kecil untuk keperluan membangun rumah atau fasilitas desa

lainnya. Namun baru pada pasca letusan tahun 1983, banyak masyarakat

yang mulai lebih fokus melakukan penjualan pasir hingga keluar daerah,

bahkan hingga ada yang masih bertahan dengan industrinya sampai saat ini.

Berdasarkan penjabaran tersebut, struktur penghidupan yang

beragam yang dimiliki kedua desa ini juga dapat digolongkan menjadi basis

pertambangan dan juga non-pertambangan. Namun pada dasarnya basis

pertambangan hanya dimiliki oleh masyarakat yang berasal dari Desa

Mekarjaya, berbeda dengan masyarakat yang berasal dari Desa Rancapaku,

dimana menurut keterangan pihak pemerintah sama sekali tidak ada

warganya yang bekerja di sektor pertambangan sejak beberapa tahun

belakangan ini. Pola pekerjaan yang lebih bervariasi pada Desa Mekarjaya

diantaranya dengan hadirnya warga yang bekerja sebagai petani – buruh

tambang, ataupun petani – supir truk tambang, pada akhirnya juga

memunculkan kondisi ekonomi dan sosial yang lebih kompleks. Banyak

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung bergantung pada sektor

pertambangan, baik pekerja atau buruh tambang itu sendiri ataupun pemilik

warung makan yang dibuka di sekitar lokasi tambang. Namun walaupun

Page 39: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

28

demikian, dapat dikatakan juga bahwa sebagian besar masyarakat Desa

Mekarjaya masih tetap menggantungkan penghidupannya pada sektor

pertanian pada skala prioritas, hal ini karena pekerjaan pada sektor

pertambangan bukanlah pekerjaan yang bersifat mengikat, namun hanya

temporer dan bersifat kontrak berkala saja.

Kondisi atau struktur penghidupan tersebut, pada akhirnya

terepresentasi dalam kultur atau respons politik ekologi yang berbeda

diantara kedua desa tersebut. Desa Mekarjaya cenderung lebih memiliki

respons yang kompromistik, sedangkan untuk Desa Rancapaku cenderung

memiliki respons yang lebih radikal terhadap keberadaan perusahaan

pertambangan pasir. Hal ini diantaranya dikarenakan adanya ketergantungan

ekonomi dan juga relasi atau kedekatan sosial dengan pihak perusahaan

tambang pada masyarakat Desa Mekarjaya, sedangkan hal sebaliknya terjadi

pada masayarakat Desa Rancapaku. Kondisi yang berbeda pada Desa

Mekarjaya tersebut juga didukung oleh elite atau sesepuh desa yang juga

tergolong tidak vokal dalam menyikapi keberadaan perusahaan

pertambangan atas kerugian yang ditimbulkan di masyarakat.

Namun kondisi masyarakat yang menggantungkan penghidupannya

pada sektor pertambangan lambat laun semakin berkurang seiring dengan

masuknya industri pertambangan pasir, masyarakat Desa Mekarjaya

khususnya, mau tidak mau harus mulai tersingkir akibat industri

pertambangan pasir yang semakin kuat dan besar. Hal tersebut juga semakin

diperparah dengan ketatnya persaingan dalam memperoleh pekerjaan,

dengan jumlah penduduk sebanyak 7.604 jiwa di Desa Mekarjaya dan 9.185

jiwa untuk Desa Rancapaku, menjadikan persaingan dalam memperoleh

pekerjaan di tingkat desa semakin sulit, dan tidak jarang sebagian

masyarakat harus mencari pekerjaan hingga ke luar kota, diantaranya Garut,

Bandung, atau bahkan hingga Jakarta. Sebagian besar warga kedua desa

yang merantau tersebut bermata pencaharian sebagai buruh lepas dan juga

usaha warung makanan atau warung kelontong. Namun migrasi warga

tersebut juga berlaku sebaliknya, pasca masuknya industri serta perbaikan

kawasan wisata3 Gunung Galunggung, banyak pendatang yang mulai

melakukan wirausaha di kawasan ini dan sebagian diantaranya menjadi

warga tetap, bahkan untuk Desa Mekarjaya sendiri terdapat dua orang warga

negara Asing yaitu dari Singapura yang bertinggal di Desa Mekarjaya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat terlihat bahwa masyarakat baik di

Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapku sangat bergantung pada kondisi

ekosistem di dalamnya. Terlebih bagi mata pencaharian masyarakat yang

secara garis besar masih menggantungkan pada sektor pertanian dan

perikanan, walaupun demikian, kehadiran perusahaan tambang pasir

ternyata juga membawa perubahan sosial yang juga berpengaruh pada

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

3 Disamping “berkah” pasir yang menjadi berlimpah pasca erupsi Galunggung,

tempat wisata pemandian air panas yang bernama Cipanas dan wisata kawah juga

menjadi salah satu faktor pemikat wisatawan yang berkontribusi dalam

meningkatkan ekonomi warga

Page 40: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

29

Kondisi Fisik

Berbagai perubahan secara nyata telah terjadi pasca terjadinya erupsi

Gunung Galunggung pada tahun 1982 - 1983. Terlebih pada sebelum tahun

1982 masih banyak rumah warga yang merupakan rumah panggung,

sehingga tidak jarang pada pasca erupsi ditemui rumah yang benar-benar

hancur akibat tidak mampu menopang semburan abu dan pasir dari erupsi

Gunung Galunggung. Demikian halnya dengan rumah yang beratap genting,

walaupun tidak separah rumah panggung, namun sampai saat ini kita masih

dapat melihat terdapat beberapa rumah warga yang fondasinya mengalami

kemiringan. Karena memang menurut penuturan sebagian warga semburan

abu dan pasir pada erupsi tahun 1982 - 1983 sangat tebal, sehingga memang

perbaikan dan pembersihan lingkungan warga sampai harus menghabiskan

waktu berbulan-bulan atau bahkan tahun.

Perbaikan dan pembersihan namun tidak hanya dilakukan oleh

masyarakat, kondisi pasca erupsi Galunggung tersebut juga menjadi

perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Rehabilitasi kawasan ini

akhirnya selesai dan memakan waktu hampir satu tahun oleh pemerintah

dengan bantuan masyarakat, cukup banyak fasilitas desa yang diperbaharui

dan dibuat, diantaranya adalah jalan dan tanggul. Seiring dengan prosesnya

kawasan Gunung Galunggung menjadi primadona bagi pebisnis, karena

selain berlimpahnya material pasir di kawasan ini wisata kawah Gunung

Galunggung dan pemandian air panas Cipanas yang mulai dibuka pasca

rehabilitasi erupsi Gunung Galunggung juga sangat menarik wisatawan.

Pada akhirnya berbagai jalan-jalan yang dipergunakan untuk jalur kendaraan

bermotor berlalu lalang mulai dibuka dan dikembangkan yang juga

didukung oleh sebagian warga, bahkan sempat pernah ada jalur rel kereta

api yang menghubungkan kawasan Gunung Galunggung sampai dengan

stasiun Indihiang yang dimanfaatkan untuk mengangkut berbagai material

pasir. Namun pada saat ini, eksploitasi dan aktivitas penambangan pasir

yang berlebihan dan terus menerus dilakukan semakin memperburuk

berbagai fasilitias desa tersebut, jalan utama desa yang juga dimanfaatkan

warga harus hancur hampir sepanjang 1.5 kilometer. Bahkan perbaikan jalan

yang telah dilakukan berkali-kali pada saat ini tidak mampu terus menopang

kendaraan pribadi khususnya kendaraan truk pengangkut material pasir yang

terus berlalu lalang.

Disamping itu, fasilitas pendidikan maupun kesehatan di kedua desa

dapat dikatakan cukup mumpuni. Dari tingkat pendidikan anak usia dini

(PAUD) atau taman kanak-kanak (TK) sampai dengan sekolah menengah

atas (SMA) terdapat di kawasan ini, demikian halnya dengan Posyandu,

pelayanan dan program dilaksanakan secara rutin, namun untuk Posyandu

kelompok 08 di Desa Rancapaku pada saat ini belum memiliki bangunan

sendiri, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu tidak jarang harus

meminjam gedung PAUD yang berada tidak jauh dari rumah para kader

posyandu. Selain itu, secara khusus di Desa Mekarjaya memiliki pasar ikan

yang juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjual berbagai

hasil dari ternak ikan, diantaranya seperti ikan mas, mujaer, nila, hingga

gurami. Pasar ikan ini kerap dipergunakan warga di Kecamatan

Page 41: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

30

Padakembang dan bahkan luar dari Kecamatan Padakembang untuk

melakukan jual dan beli berbagai komoditas ikan tersebut. Namun walaupun

demikian, tidak jarang banyak masyarakat yang lebih memilih menjual hasil

ikan ternaknya ke tengkulak atau ke pasar Singaparna yang kurang lebih

berjarak lima kilometer dari Desa.

Secara garis besar, masih banyak sarana dan prasarana baik di Desa

Mekarjaya ataupun Desa Rancapaku yang harus lebih diperhatikan. Baik

pihak masyarakat, swasta ataupun pemerintah seharusnya harus mampu

saling bekerja sama untuk mewujudkannya. Terlebih kawasan ini telah

menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tergolong besar bagi pihak swasta

dan pemerintah, yang seharusnya juga disalurkan untuk kepentingan

masyarakat.

Ikhtisar

Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku merupakan desa yang terletak

tepat di kawasan kaki Gunung Galunggung. Pada dasarnya, Desa Mekarjaya

merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Rancapaku yang dilakukan pada

tahun 1978, sehingga baik kondisi fisik maupun sosial dan ekonominya

memiliki cukup banyak kesamaan yang menonjol. Mayoritas mata

pencaharian di kedua desa tersebut adalah petani, peternak ikan dan juga

buruh. Masing-masing desa tersebut juga memiliki kelompok tani ataupun

karang taruna yang cukup aktif berkontribusi dalam berbagai kegiatan desa.

Namun terkait mata pencaharian, untuk Desa Mekarjaya sedikit memiliki

perbedaan dimana terdapat juga pekerjaan atau mata pencaharian

masyarakat yang berbasis pada sektor pertambangan, seperti buruh tambang

dan supir truk penangkut pasir. Hal ini dikarenakan Desa Mekarjaya

merupakan salah satu desa yang telah menjadi primadona sektor

pertambangan sejak pasca letusan Gunung Galunggung yang terjadi pada

tahun 1982 – 1983.

Keberadaan perusahaan tambang di kawasan Desa Mekarjaya pada

akhirnya membawa suatu kondisi sosial dan ekonomi yang baru. Dimana

muncul suatu “ketergantungan” ekonomi baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan kehadiran perusahaan tersebut, berbeda dengan

masyarakat di Desa Rancapaku yang tidak ada satupun warganya yang

bekerja di sektor pertambangan. Hal ini pada akhirnya berimplikasi terhadap

respons ekologi politik yang berbeda antara kedua desa tersebut, dimana

dalam menyikapi keberadaan serta dampak yang ditimbulkan oleh

perusahaan tambang, Desa Mekarjaya lebih memiliki respons yang

cenderung kompromistik, berbeda dengan masyarakat dari Desa Rancapaku

yang cenderung memiliki respons yang radikal dan terbuka. Berbagai faktor

tersebut pada akhirnya menjadi gambaran kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat di kedua desa yang memang bervariasi, tentunya disamping

faktor geografis atau letak desa yang sejatinya memang saling berjauhan.

Page 42: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

31

ANALISIS IDEOLOGI DAN PERAN AKTOR

DALAM PERTAMBANGAN PASIR GALUNGGUNG

Bab ini membahas ideologi dan peran aktor dalam pemanfaatan

sumber daya alam di kawasan Gunung Galunggung, yang secara dominan

dipengaruhi oleh kepentingan politik dan ekonomi lokal. Aktor yang

dibahas dalam bab ini mencakup tiga aktor besar yaitu, masyarakat,

pemerintah dan juga swasta.

Aktor Masyarakat

Berbicara tentang aktivitas pertambangan pasir di Gunung

Galunggung, maka tidak akan lepas dari sejarah dan peran masyarakat lokal

itu sendiri. Berawal dari pasca rehabilitiasi erupsi Gunung Galunggung pada

tahun 1983, masyarakatlah yang memulai melakukan aktivitas

pertambangan pasir tanpa bantuan dari pihak pemerintah ataupun swasta

untuk pertama kalinya. Kondisi pasca erupsi Gunung Galunggung

menyebabkan lahan-lahan milik warga dipenuhi oleh material pasir,

sehingga aktivitas pengerukan pasir sudah mulai dikenal warga ketika

namun lebih ditujukkan untuk membersihkan lahan-lahan atau pekarangan

milik mereka. Seperti yang disebutkan oleh APH (55 tahun) yang

merupakan warga asli Desa Mekarjaya:

“Pada awalnya itu sebetulnya masyarakatlah yang memulai

melakukan aktivitas penambangan. Pasca letusan, sawah, kolam,

hingga rumah itu hancur karena hujan abu dan pasir. Tebalnya

itu kurang lebih sampai 20 cm. Kondisi itulah yang paling sulit,

karena setelah bencana (letusan) itu kita perlu modal banyak

untuk memperbaiki rumah. Tapi soal dana kembali jadi masalah,

karena ketika itu sawah yang jadi andalan saja tertimbun. Tapi

akhirnya ada yang mulai menjual pasir timbunan tersebut, orang

daerah atas (Kec. Sukaratu) kalau tidak salah. Dari yang

awalnya dibuang-buang di dalam tanah atau sungai oleh

masyarakat, lama kelamaan masyarakat mulai mengikuti. Sejak

itu pasir mulai dijual ke berbagai tempat, dan ternyata karena

kualitas pasirnya yang baik, harganya pun dapat dijual cukup

tinggi. Akhirnya hampir semua mengikuti, bahkan tidak jarang

“juragan” sawah yang memiliki ratusan bata4 sampai

menyewakan sawahnya untuk dikeruk material pasirnya.”

Lebih lanjut, berdasarkan pemaparan bapak APH, memang pada awalnya

masyarakatlah yang melakukan aktivitas penambangan pasir secara

konvensional, dan ketika itu pasir lebih dimanfaatkan untuk berbagai

4 Bata merupakan istilah pengukuran tanah yang lazim dipergunakan oleh

masyarakat lokal, satu bata setidaknya sama dengan 14 m².

Page 43: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

32

keperluan pribadi. Pada umumnya pasir itu dimanfaatkan untuk membangun

rumah yang hancur akibat letusan Gunung, namun lambat laun masyarakat

mulai ada yang menjual pasir tersebut hingga keluar dari Desa. Tidak jarang

bahkan pasir ini juga dibeli oleh orang-orang yang umumnya juga

pengusaha toko bangunan atau pebisnis yang mencari pasir dengan harga

yang miring. Bahkan tidak jarang orang-orang tersebut mendatangi lokasi

Desa yang cukup parah tertimbun oleh pasir-pasir untuk mendapatkan harga

yang lebih murah. Namun, mulai sejak itu pula masyarakat di kawasan

Gunung Galunggung mulai menyadari bahwa pasir yang menimbun hampir

seluruh wilayah di Desa mereka tersebut diburu dan memiliki nilai ekonomi

tersendiri.

Bahkan menurut salah seorang warga, ketika itu ada sebagian

masyarakat yang sampai membentuk kelompok-kelompok untuk melakukan

penambangan pasir, walaupun hanya bermodalkan cangkul, wadah dan

serokan, kelompok masyarakat tersebut bertahan cukup lama sebelum

akhirnya tersingkir oleh industri penambangan pasir yang jauh lebih besar.

Masuknya industri pertambangan di Desa ini pada akhirnya hanya

menjadikan mereka sebagai pekerja, limpahan pasir yang awalnya menurut

sebagian masyarakat mampu mereka manfaatkan untuk mensejahterakan

mereka ternyata justru sebatas mensejahterakan para pemodal besar.

Walaupun perusahaan tambang pada sebelum tahun 2000 lebih tergolong

padat karya, namun faktanya tidak pernah ada masyarakat yang mampu

mencapai titik kesejahteraan tersebut. Seperti halnya yang disebutkan oleh

ATP (60 tahun):

“Saya dulu (sekitar tahun 1990) sempat kerja menggali pasir

juga di PT BO, hanya dibayar beberapa perak, tapi yang

terpenting bisa untuk makan keluarga. Dahulu pekerjanya sangat

banyak, banyak warga desa yang ikut menambang, tapi “mandor-

mandornya” itu bukan orang sini, apalagi bosnya itu kan orang

Jakarta. Kalau bos atau mandor saya kurang tahu dapat berapa,

tapi pastilah mereka dapat lebih besar. Berbedalah sama pekerja

walaupun yang lelah itu kita.”

Memang hal yang dinyatakan oleh bapak ATP merupakan salah satu awal

dimana ironi pertambangan pasir Galunggung dimulai. Namun hal tersebut

belum seberapa dibanding kondisi pasca tahun 2000, dimana industri

pertambangan pasir yang masuk sudah mulai menggunakan alat-alat berat.

Memang menurut sebagian masyarakat apa yang terjadi pasca

masuknya industri pertambangan pada tahun 2000 merupakan hal yang

berdampak buruk bagi mereka. Berbeda ketika dahulu dimana pihak

perusahaan masih menggunakan cara konvensional, industri yang masuk

pasca tahun 2000 lebih tergolong sebagai industri padat modal, sehingga

dampak positif yang ditimbulkan pun tergolong minim, bahkan dalam

kaitannya dengan peluang kerja, hanya sedikit masyarakat dari Desa

Mekarjaya yang pada saat itu bekerja di perusahaan tambang. Justru secara

nyata berbagai dampak negatif terus mulai mereka rasakan, dari kerusakan

ekologi hingga sosial maupun ekonomi. Hingga pada akhirnya berbagai

Page 44: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

33

lapisan masyarakat mulai melakukan penolakan atas kehadiran perusahaan

tambang pasir tersebut. Penolakan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat

lokal, namun juga hingga masyarakat yang bukan merupakan warga

Galunggung. Bahkan menurut sebagian informan, lembaga swadaya

masyarakat (LSM) seperti WALHI sempat masuk untuk melakukan

advokasi. Namun hingga saat ini menurutnya tidak ada langkah atau

informasi yang lebih lanjut terkait dengan advokasi yang dilakukan oleh

LSM tersebut. Selain LSM skala nasional, kelompok atau basis masyarakat

lokal juga ada yang turut berkontribusi untuk melakukan advokasi terhadap

pihak pemerintah dan perusahaan tambang, diantaranya adalah Kelompok

Pembenihan Ikan Mekar Saluyu. Bahkan pada tahun 2013 lalu, kelompok

pembenihan ikan ini dan didukung dengan sebagian masyarakat di Desa

Mekarjaya, telah berhasil membuat pernyataan kesepakatan antara pihak

masyarakat, perusahaan tambang dan juga pemerintah terkait dengan

dampak ekologis yang disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir

(Lampiran 5). Beberapa poin utama yang menjadi kesepakatan yang

melibatkan masyarakat, pemerintah, dan empat orang perwakilan dari

perusahaan tambang tersebut diantaranya adalah bahwa pihak perusahaan

tambang harus secara nyata menganggulangi persoalan dampak dan limbah

tambang yang menyebabkan degradasi kualitas lingkungan, dengan

membuat saluran irigasi baru ataupun membuat kantong limbah.

Walaupun surat kesepakatan tersebut telah ditandatangani seluruh

stakeholders terkait, dan menyatakan jika terdapat segala ketidaksesuaian

atau pelanggaran dari poin-poin perjanjian tersebut maka pihak perusahaan

tambang dapat dituntut secara hukum, namun hingga saat ini belum ada

realisasi yang dapat memuaskan seluruh pihak. Bahkan lambat laun,

penolakan kehadiran perusahaan tambang tidak hanya sebatas pada

penekanan permasalahan lingkungan, namun juga implikasinya terhadap

aspek sosial hingga tuntutan ekonomi masyarakat.

Masyarakat kawasan Gunung Galunggung yang pada awalnya

menjaga keseimbangan alam dan ekosistem Gunung Galunggung secara

baik dengan menghargai nilai lingkungan serta sumber daya alam di

dalamnya (biocentrism), mau tidak mau pada dewasa ini justru memperoleh

hasil yang sebaliknya, berupa degradasi kualitas ekosistem yang diakibatkan

oleh dominasi kekuatan industri tambang pasir yang semakin berkembang

dan besar. Merupakan suatu ironi pula ketika pada awalnya banyak

masyarakat yang mengaharapkan kesejahteraan dengan kehadiran

perusahaan tambang pasir tersebut, namun justru harus dihadapkan dengan

fakta jika industri tersebut malah membuat eksistensi mata pencaharian

mereka semakin terancam.

Aktor Swasta

Sebagai kawasan pertambangan yang memiliki sumber daya pasir

yang berlimpah, kawasan Gunung Galunggung dianggap sebagai lahan

strategis yang sejak lama telah menjadi incaran berbagai industri besar.

Bahkan seusai rehabilitasi kawasan pasca erupsi pada tahun 1982 - 1983,

Page 45: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

34

mulai marak industri pertambangan pasir di kawasan ini, mulai yang

berskala kecil yang merupakan hasil inisiasi dari masyarakat lokal, hingga

yang berskala besar yang merupakan hasil investasi pejabat nasional pada

era itu. Selain itu, pasir Galunggung yang dianggap memiliki kualitas

terbaik pada eranya, menurut sebagian informan dipergunakan untuk

menyokong program pembangunan yang kala itu sedang digencarkan oleh

pemerintah orde baru.

Aktivitas yang dilakukan masyarakat itu namun pada akhirnya mulai

menarik masuk berbagai perusahaan atau industri tambang yang berskala

lebih besar. Pada sekitar tahun 1984-1985 mulai masuklah industri tambang

pasir pertama di kawasan Gunung Galunggung, diantaranya adalah PT HS

dan PT BO. Kedua perusahaan tersebut juga masih menggunakan cara

konvensional dalam melakukan aktivitas penambangan. Selain itu, kedua

perusahaan ini juga masih memanfaatkan hampir 80 persen tenaga kerja

masyarakat lokal, sehingga tergolong sebagai usaha yang padat karya.

Seperti yang disebutkan oleh DDG (52 tahun) yang merupakan salah satu

pegawai pemerintah di Desa Mekarjaya:

“Ketika jaman PT HS atau PT BO itu masyarakat seolah semakin

terbantu. Mereka itu sama sekali belum menggunakan „beku‟

(„beku‟ merupakan istilah lokal untuk menyebut buldozer), jadi

ada kerjasama antara pihak perusahaan dengan masyarakat.

Sehingga kalau ketika itu mungkin istilahnya perusahaan sebagai

pihak yang memberi modal untuk masyarakat. Jadi masyarakat

tidak keberatan walaupun sudah muncul istilah “perusahaan

tambang”, berbeda dengan sekarang.”

Pasca masuknya PT HS dan PT BO di Kecamatan Sukaratu dan juga

sebagian di wilayah Kecamatan Padakembang, sebagian besar masyarakat

mulai mengetahui bahwa pasir Galunggung ternyata memiliki nilai jual

yang tinggi. Masyarakat lokal yang awalnya secara bebas melakukan

aktivitas penambangan secara individual namun pada akhirnya mulai kalah

dan secara perlahan tersingkir oleh industri-industri skala besar yang juga

masuk untuk mengeruk sumber daya alam pasir Galunggung tersebut.

Terlebih pasca pembangunan rel kereta api yang langsung

menghubungkan antara Gunung Galunggung dan stasiun kereta api yang

berada di daerah Indihiang, kota Tasikmalaya. Rel kereta tersebut

dimanfaatkan untuk membawa material pasir dengan jumlah yang sangat

besar. Hal tersebut juga mengindikasikan kualitas pasir Galunggung yang

memang memiliki pangsa pasarnya tersendiri. Menurut salah seorang

informan, rel kereta tersebut dibangun oleh PT BO, perusahaan yang juga

merupakan milik salah satu anggota dari keluarga cendana, keluarga yang

menguasai rezim pemerintahan kala itu. Pasir-pasir yang diangkut tersebut

juga dianggap sebagai cikal bakal berbagai pembangunan gedung hingga

jalan tol di kota Jakarta.

“Pasir Galunggung sudah terkenal di seluruh pelosok sepertinya.

Apalagi ketika jaman Pak Harto itu kan menggunakan rel kereta

Page 46: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

35

pasir, yang selanjutnya dikirim ke Jakarta untuk program

pembangungan. Untuk sampai kesini kan bisa melalui Tol

Cipularang, tol tersebut juga kan hasil dari pasir Galunggung.

Belum lagi gedung-gedung tinggi, jalan tol lainnya, sampai ada

yang bilang bandara juga itu kan pasir Galunggung semua.”

(MKM 51 tahun)

Lebih lanjut, bahkan beberapa pihak sempat menyebutkan pada tahun 2000-

an pasir Galunggung sempat sampai di ekspor ke luar negeri, namun

sayangnya tidak banyak bukti atau informasi yang dapat diperoleh dalam

kaitannya dengan informasi tersebut.

Keberadaan rel kereta ini namun secara umum membawa perubahan

yang cukup berarti terhadap kondisi di Desa, walaupun dari proses

pengambilan pasirnya masih tergolong menggunakan cara yang

konvensional, namun aktivitas pertambangan pasir skala besar yang

dilakukan oleh industri tersebut sama sekali belum pernah terjadi dan

dialami oleh masyarakat sebelumnya. Walaupun aktivitas pertambangan

tersebut sebagian besar lebih terkonsentrasi di kawasan utara, atau tepatnya

di Kecamatan Sukaratu, namun masyarakat di Kecamatan Padakembang

juga lama kelamaan menjadi mulai banyak terpengaruh dengan keberadaan

aktivitas pertambangan tersebut, sehingga pasca habisnya izin PT HS dan

PT BO pada pertengahan tahun 1990-an, banyak masyarakat yang mulai

mencoba untuk berbisnis pasir Galunggung secara mandiri ataupun

berkelompok.

Setelah era pertambangan dengan cara konvensional usai, pada pasca

reformasi atau tepatnya sekitar tahun 2000 mulai masuk berbagai

perusahaan yang menggunakan alat berat untuk melakukan pengerukan

pasir, termasuk di Desa Mekarjaya. Seperti yang juga disebutkan oleh DDG

(52 tahun):

“Setelah sekitar tahun 2000, itu baru mulai banyak masuk yang

menggunakan „beku‟. Ada CV PG, CV FR, CV SA, dan yang

terakhir PT KR dan CV AS. Walaupun dapat dikatakan

perusahaan tidak sebesar PT HS atau PT BO, tapi ternyata

dampak yang ditimbulkan lebih parah untuk masyarakat.”

Pasca masuknya perusahaan-perusahaan tersebut, kawasan Gunung

Galunggung seolah semakin menjadi wilayah yang dimanfaatkan hanya

untuk kepentingan golongan tertentu. Pihak swasta yang melakukan

pengerukan secara besar-besaran ini keberadaannya semakin diperparah

ketika mereka mengabaikan berbagai hal yang seharusnya menjadi tanggung

jawab dari perusahaan, diantaranya seperti melakukan pengelohan limbah

serta tanggung jawab sosial dan lingkungan lainnya. Faktanya, hal seperti

itu tidak pernah secara tegas dan teratur dilakukan oleh pihak pertambangan,

bahkan tuntutan masyarakat untuk melakukan pengelolaan limbah seolah

tidak pernah memiliki lanjutannya hingga kini, hal tersebut tentunya tidak

sesuai dengan dampak yang ditimbulkan dengan keuntungan yang diperoleh

oleh pihak perusahaan pertambangan.

Page 47: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

36

Gambar 3 Proses produksi pertambangan pasir di Desa Mekarjaya

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat juga memang penjualan pasir

Galunggung sudah memiliki pasarnya sendiri, bahkan sampai hingga luar

daerah Jawa Barat. Bahkan istilah “pasir Galunggung” sudah cukup terkenal

di kalangan-kalangan industri. Berikut pernyataan dari bapak ABK (51

tahun) yang dahulu juga sempat bekerja sebagai supir truk pasir

Galunggung di salah satu perusahaan swasta:

“Kalau soal kualitas dapat digolongkan nomor satu. Dulu saja

saya (ketika jadi supir truk pasir) setiap hari bisa membawa

sampai ratusan kubik itu pesanan orang. Sampai-sampai banyak

itu pengusaha yang langsung datang ke lokasi. Ketika itu kalau

tanya tukang ojek di bawah (daerah Singaparna) atau yang

daerah Indihiang itu pasti langsung diantarkan ke lokasi. Kalau

kata orang-orang itu kan pasir Galunggung bagus untuk semen

dan bangunan. Bahkan istilahnya pasir Galunggung itu punya

jenisnya sendiri, bukan pasir putih atau pasir beton, tapi pasir

Galunggung namanya.”

Bahan Material

Pasir

Proses Penggalian /

Pengambilan Material Pasir

Proses Pembersihan Material

Pasir Hasil Tambang

Limbah

Tambang

Pemindahan Material Pasir ke

Truk Pengangkut

Dijual Langsung

di sekitar lokasi

Dibawa ke

Penampung Pasir

Dijual untuk

lingkup

dalam kota

Dijual untuk

lingkup

luar kota

Harga Pasaran

< Rp. 80.000/kubik

Harga Pasaran

> Rp. 80.000/kubik

Page 48: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

37

Keuntungan dan berlimpah tersebut namun menurut sebagian masyarakat

tidak diimbangi dengan tanggung jawab sosial dan transparansi antara

stakeholders terkait.

Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat diketahui jika pada dasarnya

orientasi profit swasta yang menjadikan sumber daya alam hanya sebatas

untuk pemenuhan kebutuhan manusia (antroposentris) menyebabkan adanya

ketidakadilan yang harus diterima oleh masyarakat. Terlebih mengingat

kawasan ini telah dikeruk sejak tahun 1984, seharusnya perjuangan

masyarakat atas kepentingan serta tuntutan kesejahteraan mereka harus

menjadi aspek vital yang diperhatikan oleh penyelenggara industri maupun

seluruh stakeholders yang terkait.

Aktor Pemerintah

Negara Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang

memposisikan penting masyarakatnya khususnya ketika berkaitan dengan

pemanfaatan atau pengelolaan sumber daya alam. Seperti yang termuat

dalam landasan dasar negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar (UUD)

1945. Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3), disebutkan jika, bumi dan air dan

kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ayat tersebut secara

jelas mensyaratkan jika segala kekayaan sumber daya alam yang dimiliki

oleh Indonesia akan didistribusikan, dimanfaatkan, dan dipergunakan oleh

pemerintah sebagai representasi Negara untuk kepentingan masyarakat

Indonesia secara keseluruhan. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat di

interpretasikan juga bahwa kedua aktor tersebut, baik masyarakat dan

pemerintah memang dituntut untuk memiliki kerja sama dan sinergi yang

positif untuk mencapai kesejahteraan bersama. Namun hal tersebut pada

faktanya sulit untuk diimplementasikan, terlebih ketika hadirnya pihak

swasta atau perusahaan, yang terkadang memiliki kepentingan yang bertolak

dengan pihak masyarakat.

Dalam konteks pemanfaatan objek tambang pasir di kawasan

Gunung Galunggung, perusahaan tambang berskala besar mulai masuk di

kawasan ini pada pasca rehabilitasi kawasan yang terkena dampak erupsi

Gunung Galunggung usai, atau sekitar tahun 1984. Secara konstitusional,

pada era tersebut Indonesia memiliki satu undang-undang yang secara

khusus membahas tentang ketentuan-ketentuan pokok lingkungan hidup,

yakni dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1982. Undang-undang yang juga

dianggap tumpang-tindih dengan keberadaan Undang-Undang Pokok

Agraria tahun 1960 ini juga pada awalnya menimbulkan polemik, namun

terdapat butir baru yang dianggap berpihak terhadap masyarakat dan juga

lingkungan. Butir ini yang selanjutnya dikenal dengan Analisis Dampak

Lingkungan (AMDAL). AMDAL sendiri merupakan suatu kajian tentang

dampak dari suatu usaha ataupun kegiatan yang nantinya menjadi

pertimbangan utama dalam perizinan suatu usaha atau kegiatan tersebut.

Namun pada implementasinya, belum adanya pedoman pelaksanaan yang

jelas menyebabkan AMDAL hanya tercantum sebagai formalitas atau

Page 49: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

38

hingga hanya sebagai pemenuhan persyaratan bantuan luar negeri dan

permintaan lembaga donor. Seperti halnya yang disebutkan oleh RHM (60

tahun) yang dulunya merupakan pegawai pemerintah Desa Mekarjaya:

“Dulu itu sepertinya tidak ada AMDAL. Perusahaan masuk ya

langsung saja, mungkin saya kurang paham prosesnya

bagiamana, tapi saya juga sebagai masyarakat tidak pernah

dengar yang seperti itu, apalagi kalau tahu di syarat AMDAL

harus persetujuan masyarakat. Hal seperti itu tidak pernah ada.”

Secara tekstual, peraturan dan perundang-undangan Indonesia sudah

cukup ideal jika mampu dilaksanakan sesuai amanatnya, namun seperti yang

dapat dengan mudah kita temui, justru banyak terjadi tumpang tindih

perizinan atau penyimpangan dalam pelaksanaan undang-undang tersebut

yang pada akhirnya dapat secara nyata merugikan masyarakat. Bahkan

aktivitas seperti pertambangan pasir skala besar yang pernah terjadi di

kawasan Gunung Galunggung pada era orde baru, sama sekali hampir tidak

ada bekas rekam jejaknya. Menurut sebagian besar masyarakat, hal tersebut

terjadi karena hegemoni politik orde baru yang menyebabkan seluruh

tindakan pejabat adalah benar masih melekat dengan pemikiran masyarakat

kala itu. Mereka menganggap walaupun perusahaan-perusahaan tersebut

datang tanpa izin dan tidak transparan terhadap masyarakat, selama itu

didukung oleh pemerintah pusat maka hal tersebut merupakan hal yang

harus juga mereka dukung. Terlebih bagi sebagaian masyarakat yang berada

di lokasi sekitar pertambangan kala itu, terbukanya peluang kerja yang baru

merupakan suatu insentif ekonomi yang dianggap sangat menguntungkan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada masa awal kehadiran

perusahaan tambang di kawasan Gunung Galunggung ini memang lebih

tergolong padat karya dibandingkan dengan saat ini, hal tersebut pada

akhirnya yang juga membuat masyarakat cenderung mendukung keberadaan

perusahaan-perusahaan tersebut. Industri pertambangan padat modal yang

ditandai dengan pemanfaatan alat-alat berat yang mulai masuk di kawasan

Kecamatan Padakembang pada tahun 2000-an, secara perlahan semakin

membatasi peluang kerja masyarakat yang seharusnya sebagai pihak yang

diuntungkan secara ekonomi pasca kehadiran perusahaan tambang.

Seiring berkembangnya waktu, pemerintah semakin memperjelas

posisi masyarakat dan hukum dan peraturan tentang lingkungan dalam

konstitusi Indonesia. Sebagai contoh adalah hasil revisi dari UU No. 4 tahun

1982, yakni adalah UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Dalam undang-undang ini, dijelaskan juga

tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), baik UKL dan UPL pada dasarnya

merupakan upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan/atau kegiatan yang tidak

wajib melakukan AMDAL. Kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL

umumnya merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dianggap tidak

menimbulkan dampak krusial baik pada aspek ekologi, sosial maupun

ekonomi. Pada umumnya, pertambangan galian golongan C yang termasuk

Page 50: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

39

di dalamnya adalah objek tambang pasir tergolong pada kegiatan yang tidak

wajib melakukan AMDAL.

UKL-UPL ataupun AMDAL pada dasarnya mensyaratkan adanya

transparansi dan keberpihakan perusahaan terhadap masyarakat dan

lingkungannya. Namun walaupun demikian, dalam konteks pemanfaatan

sumber daya alam pasir di kawasan ini masih sangatlah rawan

penyimpangan, Hal ini juga dikarenakan tidak adanya peraturan di tingkat

daerah yang secara khusus menyoroti persoalan pertambangan pasir.

Padahal terhitung setidaknya sudah hampir 30 tahun lebih pasir Galunggung

telah dikeruk oleh berbagai industri yang keluar dan masuk, dan tidak hanya

menguntungkan bagi pendapatan lokal daerah, namun bahkan hingga

pendapatan nasional.

Hal ini juga yang menjadi tuntutan dari sebagian masyarakat dan

sebagiannya adalah kelompok Masyarakat Galunggung Menggugat, mereka

mendesak untuk dilakukannya moratorium atas penambangan pasir

Galunggung. Menurut mereka keuntungan yang dirasakan oleh pihak

perusahaan ataupun pemerintah tidak berimbang dengan dampak dari

pertambangan pasir yang semakin nyata dirasakan oleh masyarakat. Bahkan

menurut mereka, regulasi yang lemah menyebabkan berbagai celah yang

dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh penambang yang hanya sekedar cari

untung. Implikasinya, banyak perusahaan yang sama sekali tidak

mengantongi izin dapat dengan bebas melakukan aktivitas penambangan

dan bahkan mengabaikan tanggung jawabnya sebagai perusahaan tambang.

Boks 1. Kisah Kehidupan kasus Bapak JIL (53 Tahun)

Bapak JIL merupakan warga asli kampung Karangdan, Desa

Mekarjaya, kecamatan Padakembang. Ketika tahun 2005, beliau

merupakan salah satu orang yang turut terlibat dalam proses produksi di

perusahaan pertambangan pasir milik salah satu juragan tambang yang

bertempat tinggal di Jakarta. Menurutnya, ketika itu aktivitas

pertambangan memang mengalami masa “keemasannya”. Banyak

bermunculan perusahaan tambang pasir yang menerima pesanan pasir

dalam jumlah yang besar.

Namun menurutnya, hampir kesemua perusahaan tersebut tidak

pernah melalui proses perizinan yang resmi. “Sudah rahasia umum jika

disini orang lebih senang mengurus lewat jalur „belakang‟. Dan sudah

rahasia umum juga jika juragan tambang semakin kaya, dan

pekerjanya tetap miskin”. Pernyataan tersebut juga setidaknya telah

menggambarkan alasan kuat mengapa beliau memilih kembali bekerja

sebagai buruh tani dan mengurus kolam ikan pada tahun 2007.

“Bagaimanapun juga pertanian jauh lebih menjanjikan”, tuturnya.

Page 51: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

40

Tabel 3 Jumlah perusahaan industri sedang dan besar Kabupaten

Tasikmalaya Tahun 2013

Sumber: Kabupaten Tasikmalaya dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat data yang cukup berbeda dengan

fakta yang ada di lapangan. Berdasarkan tabel tersebut, dari total enam

Kecamatan yang berada di kawasan sekitar wilayah Gunung Galunggung,

hanya Kecamatan Singaparna yang disebutkan terdapat industri sedang dan

besar. Padahal industri besar dan sedang yang berada di kawasan

Kecamatan Singaparna bukanlah industri pertambangan pasir. Sedangkan

Kecamatan yang secara nyata kaya dengan industri pertambangannya seperti

Kecamatan Padakembang dan Kecamatan Sukaratu disebutkan tidak

terdapat satupun industri golongan sedang atau besar. Padahal yang

dimaksudkan dengan industri besar-sedang adalah perusahaan industri

dengan jumlah tenaga kerja minimal 20 orang. Padahal industri tambang

yang pada saat ini ada di Kecamatan Padakembang khususnya Desa

Mekarjaya merupakan industri berskala besar yang jelas-jelas memiliki

tenaga kerja lebih dari 20 orang. Bahkan menurut pemerintah Desa

Mekarjaya sendiri, CV AS yang merupakan salah satu industri tambang

terbesar di kawasan Gunung Galunggung telah melakukan aktivitas

pertambangannya sejak tahun 2006. Bahkan menurut pihak Desa CV AS

baru saja memperpanjang kontraknya pada tahun 2011 lalu. Tentunya

sebagai perusahaan besar yang telah lama eksis CV AS setidaknya dapat

digolongkan pada perusahaan golongan sedang dan besar.

Pernyataan tersebut juga diperjelas oleh beberapa warga dari Desa

Mekarjaya yang rumahnya berada tepat di pinggir jalan utama yang

merupakan jalur dimana truk-truk pengangkut material pasir berlalu-lalang.

Menurut mereka sejak dahulu atau khususnya pasca-orde baru tahun 1998

aktivitas pertambangan pasir hanya sempat berhenti beberapa saat, namun

tidak lama kemudian truk-truk kembali berlalu lalang mengangkut material

pasir Gunung Galunggung. Terlebih menurut mereka semenjak adanya

pembangunan jalan aspal yang diinisiasi juga oleh pihak masyarakat,

pemerintah dan pihak pertambangan pasir. Jalan aspal yang selanjutnya

kerap disebut warga sebagai jalan baru ini setidaknya telah menjadi “saksi”

bahwa aktivitas pengangkutan material pasir dari Gunung Galunggung

memang tidak pernah sepenuhnya berhenti. Seperti halnya yang dikatakan

No. Kecamatan Sedang Besar Jumlah

1 Singaparna 3 1 4

2 Cigalontang 1 0 1

3 Leuwisari 0 0 0

4 Sariwangi 0 0 0

5 Padakembang 0 0 0

6 Sukaratu 0 0 0

Page 52: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

41

oleh SNY (43 tahun) warga Desa Mekarjaya yang bertempat tinggal di

sekitar pinggir jalan baru:

“Sepengetahuan saya itu tidak pernah sampai tidak ada truk di

jalan (jalan Desa Mekarjaya), pasti saja selalu ada. Apalagi

kalau sampai satu atau dua tahun tidak ada truk pasir yang “lalu

lalang” itu tidak pernah sama sekali. Belakangan ini juga sama,

saya kan sejak lama tinggal di sini (di pinggir jalan), jadi selalu

dengar kalau ada truk yang lewat. Tapi kalau masalah ada izin

atau tidak, kita masyarakat kurang mengerti, yang masyarakat

tahu selama ini jika masih ada truk lewat, maka berarti

penambangan pasir masih berlangsung.”

Pernyataan SNY juga mengindikasikan adanya data yang bertolak belakang

dengan fakta yang berada di lapangan. Walaupun menurut data pada tahun

2013 di wilayah Kecamatan Padakembang tidak terdapat industri yang

termasuk pada golongan menenengah atau besar, sebagian besar masyarakat

menyatakan pernyataan yang menyatakan sebaliknya, dimana pada tahun

2013 mereka masih dapat melihat truk yang berlalu lalang membawa

material pasir. Pada dasarnya, isu aktivitas penambangan pasir Galunggung

secara ilegal atau tanpa izin memang sudah sering didengar warga sejak

aktivitas penambangan pasir pada zaman rezim orde baru, namun hingga

saat ini masih banyak warga yang tidak mampu bertindak untuk

menanggapi persoalan tersebut. Namun bagaimanapun juga, bagi sebagian

warga yang kritis dan menuntut dampak-dampak negatif yang ditimbulkan

dari aktivitas penambangan pasir Gunung Galunggung, transparansi dan

kejelasan legalitas aktivitas penambangan pasir Galunggung merupakan

salah satu hal yang mereka gaungkan. Tetapi baik pemerintah tingkat Desa

maupun di tingkat Kecamatan seolah saling menghindar dan cenderung

beralasan permasalahan penambangan merupakan permasalahan kompleks

yang dari aspek perizinannya lebih banyak diurus oleh pemerintah pusat.

Seperti yang disebutkan oleh YYT (52 tahun) seorang peternak ikan di Desa

Mekarjaya yang juga cukup aktif dalam menuntut hak-hak masyarakat yang

terkena dampak dari aktivitas penambangan pasir:

“Saya dan teman-teman dari kelompok pembenihan ikan itu

sudah bukan sekali atau dua kali datang ke kantor desa. Tapi

tetap saja hasilnya sama, ketika awal tahun kemarin kita baru

kesana dan meminta surat tentang perizinan perusahaan

tambang, tetapi tidak pernah ada. Padahal seharusnya izin

menambang di daerah kita, di wilayah kita, ya minimal harus

jelaslah suratnya ke masyarakat, karena itu hak masyarakat

sebenarnya, tapi ya kenyataannya berbeda. Disini pokoknya uang

yang berkuasa.”

Kelompok pembenihan ikan yang bapak YYT maksud adalah kelompok

pembenihan ikan Mekar Saluyu Desa Mekarjaya yang mayoritas

anggotanya merasa dirugikan atas dampak degradasi kualitas air sungai dari

Page 53: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

42

aktivitas penambangan pasir. Berdasarkan pemaparan bapak YYT juga,

pada saat ini setidaknya terdapat tiga perusahaan pertambangan pasir yang

melakukan aktivitas penambangannya di tiga lokasi yang berbeda di Desa

Mekarjaya. Hal ini kembali menunjukkan adanya perbedaan pernyataan

antara pemerintah Desa dengan masyarakat. Dimana menurut pihak

pemerintah Desa pada tahun 2014 ini hanya terdapat satu perusahaan

pertambangan pasir yang sedang aktif melakukan aktvitas penambangan,

yakni CV AS.

Berbagai fakta dan data yang menyatakan adanya penyimpangan

tersebut setidaknya mampu memperlihatkan arah tendensi pihak pemerintah

terkait dengan permasalahan pertambangan di kawasan Gunung

Galunggung. Pemerintah yang seharusnya mampu merepresentasikan

kekuatan populis justru malah terksesan bertindak sebaliknya dengan

otoritas yang dimiliki. Bahkan dapat dikatakan orientasi pemerintah dalam

kasus ini lebih cenderung mirip dengan pihak swasta yang mengedepankan

keuntungan elite semata.

Cara pandang pemerintah yang lebih cenderung bertumpu pada

benefit, developmentalism, dan antroposentris atau cara pandang yang

menganggap alam hanya sebagai pemenuhan kebutuhan manusia, ini

merupakan cara pandang yang setidaknya telah merugikan masyarakat yang

berada di kawasan Gunung Galunggung selama kurang lebih tiga puluh

tahun. Permasalahan ini pula yang sepertinya telah bercabang dan

berkembang hingga tataran dan struktur pemerintah yang lebih kompleks.

Terbukti dengan hingga saat ini sama sekali tidak terdapat kebijakan

afirmatif yang dianggap mampu mendorong tujuan utama masyarakat yang

berada di sekitar kawasan pertambangan, yakni kesejahteraan.

Ikhtisar

Penyelenggaraan otonomi daerah pada era ini tidak jarang justru

menimbulkan dinamika dan polemik yang baru. Hal ini tergambarkan juga

dengan carut marut politik dan kepentingan para aktor dalam kaitannya

keberadaan perusahaan pertambangan pasir di kawasan Gunung

Galunggung. Terlebih, sebagai sebagai objek tambang yang memiliki nilai

strategis, pasir di Gunung Galunggung harusnya dikeruk dengan

mementingkan kepentingan masyarakat sekitarnya. Namun fakta di

lapangan justru menunjukkan adanya penyimpangan dan non-transparansi

pihak pemerintah terhadap keberadaan perusahaan tambang di Desa

Mekarjaya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan

tersebut tidak hanya sebatas di satu desa, namun juga hingga Desa-Desa

lainnya diantaranya Desa Rancapaku yang tepat berada di sebelah Desa

Mekarjaya. Namun memang pada akhirnya permasalahan ini bermuara pada

perbedaan ideologi serta cara pandang para aktor tersebut dalam

memandang lingkungan dan juga objek sumber daya alam. Seperti yang

disimpulkan dalam Tabel 4 berikut ini:

Page 54: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

43

Tabel 4 Analisis aktor pertambangan pasir Gunung Galunggung

No. Aktor Ideologi Peran Fakta

1 Masyarakat

Kesejahteraan,

Populis,

Biocentrism

(1) Penambang

konvensional,

(2) korban

kebijakan

(3) advokasi

Suara masyarakat

yang minor

meyebabkan

masyarakat

tersingkir dan

berada pada posisi

inferior atas

tekanan dan

dominasi pihak

swasta dan

pemerintah

2 Swasta Profit,

Antroposentris

(1) Pelaku

industri

pertambangan,

(2) penyuplai

dan

pendistribusi

kebutuhan pasir

konsumen,

(3) tanggung

jawab sosial

terhadap

masyarakat

Tuntuntan suplai

pasir yang tinggi

tidak jarang

menyebabkan

pihak swasta

cenderung

mementingkan

keuntungan tanpa

memperhatikan

aspek ekologi,

sosial dan

ekonomi

sekitarnya

3 Pemerintah

Profit,

Antroposentris,

Developmentalism

(1) Mengatur

regulasi,

(2)

memberikan

izin

penambangan,

(3) melakukan

pengawasan

kontrak dan

aktivitas

penambangan

Lemahnya

regulasi di

tingkat daerah

dan law

enforcement

menybabkan

banyaknya celah

penyimpangan

yang

dimanfaatkan

oknum

pemerintah untuk

melanggengkan

kepentingan dan

ego elite

Berdasarkan tabel 4, setidaknya dapat mengindikasikan jika memang

terdapat perbedaan ideologi dan kepentingan antara pihak masyarakat,

pemerintah, dan swasta. Padahal seharusnya masing-masing aktor tersebut

dapat saling bersinergi untuk mencapai tujuan bersama yang saling

Page 55: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

44

menguntungkan, terlebih dengan landasan pemerintah yang memegang

prinsip otonomi daerah, seharusnya semakin menjadikan pihak pemerintah

sebagai pemegang otoritas mutlah yang dapat berpihak terhadap masyarakat

dan memposisikan mereka sebagai objek dan juga subjek prioritas sesuai

dengan amanat konstitusi. Dimana seharusnya pemerintah dapat

mengeluarkan kebijakan yang lebih afirmatif yang mampu secara esensial

menyentuh kepentingan masyarakat. Namun faktanya, memang di

Kabupaten Tasikmalaya sendiri sampai saat ini belum ada kebijakan yang

secara khusus mengatur permasalahan penambangan pasir di kawasan

Gunung Galunggung. Padahal mungkin ketegasan pihak pemerintah seperti

itu yang dapat menjadi salah satu faktor yang dapat benar-benar mencapai

kepentingan dan tujuan bersama antara stakeholders terkait.

Page 56: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

45

ANALISIS DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR

Bab ini akan membahas mengenai dampak yang ditimbulkan dari

aktivitas pertambangan pasir yang dilakukan di Kecamatan Padakembang

terhadap masyarakat di Desa Mekarjaya (Desa yang berada dekat dengan

aktivitas pertambangan pasir) dan Desa Rancapaku (Desa yang berada jauh

dengan aktivitas pertambangan pasir). Dampak yang menjadi fokus

penelitian dibagi menjadi tiga aspek, yakni, dampak ekologi, dampak sosial,

dan juga dampak ekonomi.

Dampak Ekologi

Permasalahan ekologi yang terdapat di kawasan Gunung

Galunggung mulai muncul pasca masuknya aktivitas pertambangan pasir

skala industri pada sekitar tahun 1984. Pada tahun tersebut, rehabilitasi

kawasan serta pembangunan tanggul penyangga sepanjang sungai Cikunir

yang berfungsi sebagai “jalur” aliran lahar juga dibuat. Tanggul tersebut

terbentang dari hulu ke hilir sungai Cikunir yang juga melewati Desa

Mekarjaya dan Desa Rancapaku. Namun bagi masyarakat, ternyata tanggul

tersebut tidak dapat menjadi “penyangga” sebenarnya untuk bencana yang

secara nyata mengancam mereka, karena bagi sebagian masyarakat, bencana

yang sebenarnya justru berada di arah Barat Laut Desa Mekaraya dan Desa

Rancapaku, yakni di kawasan dusun Karangdan, Desa Mekarjaya,

Kecamatan Padakembang.

Dusun Karangdan merupakan salah salah satu kawasan dimana

terdapat perusahaan tambang berskala besar yang sudah cukup lama

melakukan pengerukan pasir. Terhitung sejak tahun 2006 (dan masih

diperpanjang hingga sekarang) perusahaan CV AS sudah melakukan

aktivitas penambangan pasir di kawasan tersebut. Namun, sebetulnya

perusahaan seperti CV AS hanya merupakan salah satu perusaahaan yang

aktif pada saat ini di kawasan Kecamatan Padakembang. Setidaknya lebih

dari lima perusahaan besar silih berganti melakukan pengerukan pasir di

kawasan Kecamatan Padakembang, khususnya di Desa Mekarjaya sejak

tahun 1984. Seiring dengan keluar-masuknya perusahaan pertambangan

tersebut, permasalahan yang ditimbulkan khususnya terkait dengan aspek

lingkungan juga semakin nyata terlihat. Pasalnya. aktivitas pertambangan

yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut menghasilkan limbah

yang juga mengalir melalui sungai Cikunir, yang baik secara langsung

ataupun melalui anak sungainya dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk

keperluan sehari-hari ataupun mata pencaharian. Tentunya hal tersebut

sangat berpengaruh terhadap masyarakat, bahkan banyak masyarakat yang

hingga kesulitan memperoleh air bersih, terlebih bagi mereka yang benar-

benar menggantungkan sumber airnya pada aliran sungai.

Dampak ekologi lain yang ditimbulkan juga dapat secara jelas

terlihat dari jalan utama yang dimanfaatkan oleh truk-truk perusahaan

tambang yang lalu lalang membawa material pasir hasil kerukan. Seperti

Page 57: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

46

sudah disebutkan pada bab sebelumnya, pasir Gunung Galunggung

merupakan pasir unggulan yang banyak dicari oleh orang, terlebih dengan

harga yang kompetitif dan kualitasnya yang baik, tentunya banyak orang

yang mencari atau “memburu” pasir Galunggung langsung di lokasinya. Hal

tersebut terbukti karena memang sepanjang jalan alternatif menuju Gunung

Galunggung yakni jalan Cisinga5, kita dapat menemui banyaknya titik-titik

atau gundukan pasir di pinggir jalan yang langsung dijual oleh beberapa

perusahaan tambang pasir. Namun, konsekuensinya adalah jalan yang

dilalui oleh truk-truk tersebut lebih cepat rusak, bahkan hal tersebut dapat

dirasakan sepanjang jalan Kecamatan Padakembang sepanjang kurang lebih

1.5 kilometer.

Maka dari itu, berdasarkan penjabaran tersebut permasalahan aspek

ekologi yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan pasir di kawasan

Gunung Galunggung akan dibahas kedalam empat sub-bab yang

merepresentasikan empat indikator, yaitu:

1. Tingkat Degradasi Kualitas Air

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap perubahan

yang terjadi pada kualitas air, baik yang berasal dari aliran sungai

ataupun galian sumur yang biasa masyarakat manfaatkan untuk

keperluan konsumsi maupun non-konsumsi.

2. Tingkat Kerentanan Terhadap Bencana

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap perubahan

kondisi masyarakat yang lebih peka atau rentan terhadap suatu

ancaman bahaya, kecelakaan, atau bencana atas perubahan kondisi

alam atau lingkungan lainnya.

3. Tingkat Polusi Melalui Udara

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap kondisi

udara serta polusi atau gangguan yang terjadi melalui medium udara

lainnya, baik polusi udara seperti debu atau polusi suara seperti

kebisingan yang diakibatkan oleh berbagai proses dan aktivitas

penambangan pasir.

4. Tingkat Alih Fungsi Lahan

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap perubahan

kondisi, keberadaaan, serta bentuk atau fungsi lahan atau tanah

terbuka dan/atau tanah garapan yang berada di lingkungannya.

Secara spesifik, dampak ekologi yang terjadi di Desa Mekarjaya dan

Desa Rancapaku dapat dilihat pada pembahasan dan tabel-tabel dibawah ini.

5 Jalan Cisinga merupakan jalan yang terletak di antara Kota Tasikmalaya dan

Kecamatan Singaparna. Jalan ini merupakan jalan yang kerap dipergunakan

beberapa truk perusahaan tambang pasir untuk mengangkut material pasir dari

lokasi pertambangan yang terletak di puncak Gunung Galunggung ke tempat

pengumpulan pasir, dan untuk selanjutnya didistribusikan ke kota Tasikmalaya

atau bahkan luar kota.

Page 58: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

47

Persepsi Terhadap Tingkat Degradasi Kualitas Air

Salah satu aspek yang paling krusial dan menyusun keseimbangan

ekosistem di Desa Mekarjaya maupun di Desa Rancapaku adalah air. Air

yang bersih ketika dahulu dapat dengan mudah diperoleh oleh masyarakat

melalui aliran sungai besar maupun cabang anak sungai yang juga kerap

dibuat secara sengaja untuk kepentingan sawah, kolam ternak ikan dan lain

sebagainya. Namun masyarakat di kedua desa tersebut harus merasakan

permasalahan yang lambat laun semakin mengancam mereka, hal tersebut

antara lain karena air yang dahulu berlimpah pada saat ini sudah berbalik

menjadi “aliran limbah” yang tidak dapat mereka atau bahkan pihak

pemerintah kendalikan (Lampiran 7).

Sungai Cikunir yang bahkan sejak dahulu menjadi tempat tumpuan

masyarakat untuk pengairan sawah hingga sanitasi, dari tempat bermain

anak-anak sampai tempat wisata untuk orang tua, harus mau tidak mau

mengalami perubahan yang cukup singifikan. Seperti yang disebutkan oleh

OTR (46 Tahun):

“Dulu kalau diingat sungai Cikunir itu sangat luas, lebar. Airnya

juga bening, bersih. Sampai-sampai kalau lagi nonton film

Mahabharata di TV, saya suka bilang ke si Anwar anak saya, tuh

dulu sungai Cikunir itu sebesar sungai Gangga, bagusnya juga

seperti sungai Gangga, kalau sore atau pulang sekolah suka

dipakai minum sampai mandi anak-anak, masih berani dulu mah

soalnya emang airnya masih bersih. Tapi sekarang “boro-boro”

lah, sekarang air sungainya sudah keruh, warnanya hitam,

banyak pasir-pasirnya.”

Pernyataan oleh ibu OTR bukanlah tidak beralasan, pasalnya untuk kawasan

gunung, air merupakan suatu sumber daya alam yang memang tersedia

secara berlimpah dan banyak dimanfaatkan masyarakatnya. Sebagai

kawasan dataran tinggi, sumber daya air yang secara alami mengalir dari

puncak gunung ini seharusnya dapat memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi kepentingan masyarakat. Namun kenyataannya pada saat ini

sumber daya air justru seolah hanya bermanfaat bagi sebagian pihak saja.

Terlebih mengingat kawasan industri pertambangan pasir terletak di

kawasan hulu Gunung Galunggun, sehingga pemanfaatan air di kawasan

hulu oleh industri ini akan menghasilkan limbah yang akan mengalir hingga

ke kawasan hilir.

Masyarakat yang awalnya memiliki sumber daya air bersih yang

berlimpah, pada saat ini mau tidak mau harus berusaha lebih keras untuk

memperoleh air bersih yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Keberadaan industri pertambangan yang seharunsnya memperhatikan

aspek ekologis dan sosial yang komperhensif, justru seolah tidak peduli dan

bahkan cenderung mengabaikan atas fakta degradasi kualitas lingkungan

yang terjadi. Dampak aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan

persepsi terhadap degradasi kualitas air dapat dilihat pada pada Tabel 5.

Page 59: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

48

Tabel 5 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat degradasi kualitas air

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan air

menjadi tidak

jernih (keruh)

56.67 40.00 3.33 83.33 16.67 0.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

warna air menjadi

berwarna gelap

30.00 53.33 16.67 73.33 26.67 0.00 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan air

dipenuhi oleh

endapan pasir /

butir-butir batuan

halus

13.33 53.33 33.33 80.00 16.67 3.33 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan air

bersih lebih sulit

diperoleh

6.67 26.67 66.67 83.33 16.67 0.00 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan air

menjadi berbau

tidak sedap

(seperti bau besi,

lumpur dsj)

13.33 46.67 40.00 63.33 30.00 6.67 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa secara garis besar

masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku memiliki penilaian yang

berbeda terkait dengan tingkat degradasi kualias air. Masyarakat Desa

Mekarjaya memiliki penilaian yang lebih variatif dan memiliki

kecenderungan netral, sedangkan Desa Rancapaku memiliki penilaian ke

arah negatif secara mutlak. Berikut adalah penjelasan terkait data dari Tabel

5:

1. Aktivitas penambangan pasir telah menyebabkan air menjadi tidak

jernih, hal ini dirasakan secara nyata oleh masyarakat di Desa

Page 60: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

49

Mekarjaya dan Desa Rancapaku. Namun terdapat perbedaan dimana

untuk masyarakat Desa Mekarjaya, hanya sebanyak 56.67 persen

yang menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, sedangkan

masyarakat Desa Rancapaku lebih besar yakni sebanyak 83.33

persen. Namun walaupun demikian, beberapa responden dari Desa

Rancapaku mengatakan bahwa dalam beberapa tahun belakangan

ini, masyarakat lebih kesulitan ketika mencari sumber air bersih.

Masyarakat harus menggali sumur jauh lebih dalam dibanding

dengan sebelumnya, karena menurut masyarakat, “lapisan kotor”

yang ada ketika menggali sumur pada saat ini jauh lebih banyak.

Terbukti dengan hasil sebanyak 83.33 persen masyarakat Desa

Rancapaku yang merasa air bersih lebih sulit diperoleh, sedangkan

hasil sebaliknya, yakni sebesar 66.67 persen masyarakat Desa

Mekarjaya merasa tidak setuju jika air bersih lebih sulit diperoleh.

2. Bagi masyarakat, perubahan warna air merupakan salah satu

indikator apakah air tersebut layak ataukah tidak layak untuk

dikonsumsi atau dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya.

Masyarakat Desa Mekarjaya lebih mengganggap warna air yang ada

selama ini mungkin tidak mengalami perubahan yang berarti,

terbukti dengan 53.33 persen yang menjawab pernyataan tersebut

dengan jawban netral, berbeda dengan masyarakat Desa Rancapaku

yang sebanyak 73.33 persen menjawab pernyataan tersebut dengan

jawaban setuju. Hal tersebut memang kembali lagi dikarenakan

posisi Desa Rancapaku yang mayoritas kampung atau dusunnya

dilewati oleh aliran sungai Cikunir yang saat ini telah tercemar.

Selain berwarna gelap, sungai Cikunir juga terkadang membawa

butiran-butiran pasir halus, hal ini juga yang meresahkan

masyarakat, terbukti dengan 80 persen masyarakat Desa Rancapaku

merasa telah terjadi degradasi kualitas air karena banyaknya material

pasir yang terbawa melalui sungai dan lain sebagainya. Berbeda

dengan masyarakat Desa Mekarjaya yang menjawab pernyataan

tersebut dengan mayoritas jawaban netral sebanyak 53.33 persen.

3. Selain perubahan warna, ternyata aroma air juga mengalami

perubahan. Khususnya bagi masyarakat Desa Rancapaku, sebagiam

responden setuju jika air yang saat ini terdapat di Desa terkadang

berbau lumpur, hal itu dapat terlihat dari jawaban masyarakat Desa

Rancapaku yang menjawab setuju pernyataan tersebut sebanyak

63.33 persen. Sedangkan sebaliknya, mayoritas responden Desa

Mekarjaya menjawab pertanyaan tersebut dengan netral sebanyak

46.67 persen.

Terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat di Desa Mekarjaya

dan Desa Rancapaku terkait dengan berbagai pernyataan tersebut. Memang

faktor posisi sangat mempengaruhi permasalahan air di kawasan ini. Desa

Rancapaku yang hampir seluruh wilayahnya terlewati oleh aliran sungai

Cikunir, dimana sungai Cikunir pasca pertambangan pasir mengalami

perubahan ke arah keruh yang cukup jelas terlihat, sedangkan masyarakat

yang dulunya hanya memperoleh air bersih dari air sungai Cikunir harus

Page 61: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

50

kesulitan memperoleh sumber air alternatif lainnya. Berbeda dengan

masyarakat Desa Mekarjaya, walaupun aktivitas pertambangan pasir justru

dilakukan di Desa ini, namun tidak semua kampung atau dusunnya terlewati

aliran sungai Cikunir, sehingga memang sejak dahulu banyak masyarakat

Desa Mekarjaya yang sudah mencari sumber air bersih alternatif,

diantaranya adalah dengan menggali sumur.

Selain permasalahan lokasi Desa, menurut sebagian warga khususnya

masyarakat Desa Mekarjaya, munculnya mayoritas tanggapan netral atau

tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan terjadinya degradasi

kualitas air tersebut juga hal dikarenakan adanya “insentif ekonomi” secara

tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat Desa Mekarjaya. Hal ini

seperti yang diutarakan oleh LSR (47 tahun):

“Warga disini memang lebih sering “diam” kalau masalah air.

Bukannya tidak bermasalah, itu contohnya Dusun Karangdan

yang bersebelahan dengan Sungai Cikunir. Tapi mereka diam

saja, karena memang banyak warung disana yang buka gara-

gara banyaknya supir atau pekerja tambang yang beristirahat.

Jadi kalau protes sama saja membuat pendapatan berkurang,

sehingga yang protes justru orang dari Desa Rancapaku.

Bagaimanapun di Desa Rancapaku tidak ada penambangan

pasir, tapi mau tidak mau masyarakat desa jadi terkena

dampaknya juga. Bukanya dapat untung, tapi malah buntung. ”

Pada dasarnya memang masyarakat Desa Rancapaku justru menjadi

pihak yang lebih dirugikan dengan aktivitas pertambangan pasir yang

dilakukan di Desa Mekarjaya. Walaupun demikian, masyarakat Desa

Rancapaku memiliki beberapa solusi yang secara kolektif dilakukan

bersama-sama untuk mengatasi kesulitan dalam memperoleh air bersih.

Diantaranya adalah kerja sama masyarakat dalam melakukan aktivitas

gotong royong, misalnya ketika melakukan penggalian sumur. Bahkan

selain itu. masyarakat Desa Rancapaku banyak yang mengadakan

“patungan” untuk pembelian pompa air di beberapa titik di Desa, yang

nantinya dapat dimanfaatkan dan disalurkan ke rumah-rumah masyarakat

yang tidak memiliki sumur.

Beberapa hal tersebut mungkin dapat menjadi manfaat positif yang

masyarakat peroleh dibalik berbagai dampak negatif yang semakin nyata

mereka hadapi. Namun, hal tersebut juga bukan berarti masyarakat Desa

Mekarjaya tidak merasakan dampak dari aktivitas pertambangan pasir.

Sama halnya dengan masyarakat Desa Rancapaku, banyak masyarakat Desa

Mekarjaya yang memanfaatkan sumber air untuk kegiatan petanian dan

beternak ikan. Sehingga tentunya perubahan kualitas air juga akan

berpengaruh terhadap mata pencaharian mereka. Seperti yang disebutkan

oleh RYD (60 tahun) seorang peternak ikan di Desa Mekarjaya yang sangat

merasakan dampak negatif dari aktivitas pertambangan pasir:

Page 62: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

51

“Dulu misalnya dari 50 biji benih bayi ikan itu hasilnya bisa

hampir 100 persen hidup semua, tapi sekarang paling juga hanya

30 sampai 50 persen yang hidup. Air untuk kolam kan diambil

langsung dari sungai, tapi sekarang sungainya kotor, banyak

lumpur dan pasir. Akhirnya benih-benih bayi ikan banyak yang

tertimbun dibawah lumpur dan mati, tebalnya (lumpur) bahkan

pernah sampai dua centimeter hanya dalam waktu dua hari”

Demikian halnya dengan DNG (57 tahun) yang berprofesi sebagai petani di

Desa Mekarjaya. Beliau telah bertani sejak usianya masih masih muda, dan

sampai sekarang beliau masih menjalani profesi tersebut, namun beliau

menyatakan terdapat beberapa perbedaan dalam bercocok tanam ketika pada

zaman dahulu dan sekarang, terlebih pada satu sampai tiga tahun

belakangan ini:

“Waktu masih muda, petani itu kesulitannya itu kalau bukan

pupuk ya benih. Tapi sekarang malah susahnya karena cuaca

yang tidak tentu, ditambah air yang buruk. Saya sendiri kurang

paham apakah ada hubungannya atau tidak, tapi rasanya sejak

kualitas air buruk gara-gara tambang pasir, sawah juga jadi

buruk, semakin kesini (padi) jadi banyak penyakit dan

kualitasnya menurun.”

Dampak tersebut hampir dirasakan serupa oleh mayoritas masyarakat Desa

Mekarjaya yang berprofesi sebagai petani maupun peternak ikan, khususnya

yang berada di dekat aliran sungai Cikunir. Namun, secara garis besar

kesulitan yang dialami oleh masyarakat Desa Mekarjaya berbeda dengan

masyarkat di Desa Rancapaku, dimana masyarakat Desa Rancapaku benar-

benar mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih yang dimanfaatkan

untuk kebutuhan sehari-hari dan juga mata pencaharian, sedangkan

masyarakat Desa Mekarjaya mengalami kesulitan hanya sebatas ketika

melakukan kegiatan bertani atau beternak ikan, namun untuk konsumsi atau

kebutuhan sehari-hari masih dapat terpenuhi.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika

degradasi kualitas air lebih dirasakan oleh masyarakat Desa Rancapaku

yang merupakan desa yang berada di sekitar kawasan hilir Sungai Cikunir.

Faktor lokasi memang sangat mempengaruhi dampak air ini, terlebih

sebagian besar dusun di Desa Rancapaku berada tepat bersebelahan dengan

aliran Sungai Cikunir.

Persepsi Terhadap Tingkat Kerentanan Terhadap Bencana

Banyak faktor yang pada dasarnya mempengaruhi terjadinya suatu

bencana atau suatu keadaan yang bahaya, diantaranya adalah faktor alam

hingga faktor buatan manusia itu sendiri. Seringkali manusia tidak

menyadari aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya secara langsung

maupun tidak langsung menyebabkan terjadinya kerusakan alam. Seperti

Page 63: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

52

yang terjadi di kawasan Kecamatan Padakembang, aktivitas pertambangan

yang dilakukan di salah satu lokasi Desanya yakni Desa Mekarjaya, secara

cepat atau lambat juga mendorong terjadinya suatu kondisi bahaya yang

dapat mengancam masyarakat. Dampak aktivitas pertambangan pasir dan

kaitannya dengan persepsi terhadap kerentanan terhadap bencana dapat

dilihat pada pada Tabel 6:

Tabel 6 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat kerentanan terhadap bencana

No Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

terjadinya banjir

6.67 40.00 53.33 86.67 13.33 0.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

tanah menjadi

tidak subur

13.33 66.67 20.00 60.00 40.00 0.00 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

terjadinya

longsor

10.00 33.33 56.67 53.33 33.33 13.33 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

jalan di Desa

banyak yang

berlubang

90.00 3.33 6.67 16.67 40.00 43.33 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

mobilitas

masyarakat

terhambat

80.00 13.33 6.67 40.00 46.67 13.33 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Berdasarkan Tabel 6, baik Desa Mekarjaya ataupun Desa Rancapaku

memiliki variasi jawaban yang berbeda. Bahkan dapat dikatakan antara dua

Desa tersebut tidak memiliki jawaban yang mutlak sama, berikut adalah

penjelasannya:

Page 64: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

53

1. Banjir merupakan bencana yang tergolong jarang untuk kawasan

pegunungan atau yang berada di dataran tinggi. Namun tidak dengan

Desa Mekarjaya atau khususnya Desa Rancapaku, terbukti dengan

persentase jawaban responden Desa Rancapaku sebesar 86.67 persen

yang menyatakan bahwa bencana banjir yang beberapa waktu

belakangan ini terjadi merupakan salah satu dampak dari aktivitas

penambangan pasir yang dilakukan di Desa Mekarjaya. Sedangkan

bagi masyarakat Desa Mekarjaya, sebanyak 53.33 persen responden

justru mengatakan sebaliknya, mereka merasa banjir yang terjadi di

Desa lebih disebabkan faktor alam, dan bukan merupakan dampak

jangka pendek atau bahkan jangka panjang dari aktivitas

pertambangan pasir. Walaupun demikian, setidaknya terdapat 6.67

persen masyarakat di Desa Mekarjaya yang menganggap bahwa

aktivitas pertambangan pasir memang salah satu penyebab utama

dari terjadinya banjir di kawasan ini. 2. Kesuburan tanah merupakan faktor penting yang berkaitan juga baik

dengan aktivitas sehari-hari ataupun mata pencaharian masyarakat.

Berdasarkan data, sebanyak 60.00 persen masyarakat Desa

Rancapaku menyatakan aktivitas pertambangan pasir merupakan

penyebab dari tanah yang tidak subur, sedangkan 40.00 persen

lainnya menyatakan netral. Persentase netral yang cukup besar

tersebut diantaranya disebabkan oleh masyarakat yang merasa

kurang adanya hubungan langsung antara aktivitas pertambangan

pasir dengan tingkat kesuburan tanah. Sedangkan untuk masyarakat

Desa Mekarjaya, sebesar 66.67 persen menjawab netral, dan 20

persen lainnya menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 3. Longsor juga merupakan salah satu bencana yang belakangan

banyak diketahui justru dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Dalam

konteks pertambangan misalnya, aktivitas pengerukan pasir atau

objek material tambang lainnya secara tidak langsung membuat

kawasan sekitarnya menjadi terkikis. Hal tersebut yang selanjutnya

menjadikan kawasan tanah tersebut rawan dan dapat dengan mudah

menyebabkan longsor. Sebanyak 53.33 persen masyarakat Desa

Rancapaku juga sependapat dengan hal tersebut, mereka menyatakan

aktivitas pertambangan pasir erat kaitannya dengan bencana longsor,

walaupun demikian, sebanyak 56.67 persen masyarakat Desa

Mekarjaya tidak setuju dengan pernyataan tersebut, padahal di

beberapa titik kawasan Desa Mekarjaya khususnya daerah Barat dan

Barat Laut sempat terjadi beberapa kali longsor, namun banyak dari

mereka yang beranggapan itu lebih disebabkan oleh faktor alam.

4. Jalan merupakan salah satu faktor yang penting untuk dibahas,

karena kecelakaan juga kerap terjadi di jalanan. Terlebih mayoritas

masyarakat Desa Mekarjaya ataupun Rancapaku mengandalkan

kendaraan roda dua untuk beraktifitas. Namun hal yang menarik

adalah pada poin ini, hampir seluruh responden dari Desa Mekarjaya

memiliki jawaban yang sama, yakni 90 persen responden di Desa

Mekarjaya menyebutkan jalanan yang berlubang atau rusak saat ini

disebabkan oleh aktivitas pertambangan pasir, atau lebih tepatnya

Page 65: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

54

akibat lalu-lalang truk yang membawa muatan pasir. Sedangkan di

Desa Rancapaku, 43.33 persen justru tidak setuju dengan pernyataan

tersebut, dan hanya 16.67 persen yang setuju. Hal tersebut juga

dikarenakan faktor peraturan yang dibuat oleh masyarakat, yang

melarang segala truk bermuatan pasir untuk melewati jalan Desa.

Walaupun demikian, masih ada saja truk yang lewat jika malam hari

atau diwaktu-waktu ketika Desa sedang sepi.

5. Mobilitas masyarakat juga berkaitan dengan kemampuan masyarakat

dalam merespon bencana. Mobilitas masyarakat yang terhambat

tentunya akan berpengaruh terhadap berkurangnya kemampuan

masyarakat dalam mengantisipasi suatu bencana atau bahaya,

terlebih masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku tinggal di

kawasan Gunung berapi yang masih aktif. Sebanyak 80.00 persen

masyarakat Desa Mekarjaya setidaknya menyebutkan hal yang

serupa, mereka merasa mobilitas mereka terhambat karena faktor

aktivitas pertambangan pasir, baik akibat jalan yang rusak hingga

truk-truk besar yang selalu mendominasi jalan Desa hampir selama

24 jam. Sedangkan untuk masyarakat Desa Rancapaku, sebanyak

46.67 persen masyarakatnya menyatakan netral tentang pengaruh

aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan mobilitas

masyarakat yang terhambat. Hal ini salah satunya dikarenakan

adanya jalan alternatif Desa untuk menuju pusat kota atau kabupaten

yang berada di sebelah timur Desa Rancapaku. Jalan ini juga yang

sering dimanfaatkan masyarakat untuk “menghindari” jalan utama

Kecamatan dan juga jalan utama Desa Mekarjaya yang hancur akibat

lalu-lalang truk bermuatan pasir.

Berbicara soal bencana, memang secara empiris baik Desa

Mekarjaya maupun Desa Rancapaku tergolong kawasan yang tidak terlalu

rawan oleh bencana. Namun walaupun demikian, baik banjir maupun

longsor sempat terjadi di kedua desa tersebut. Berikut pemaparan ASD (50

tahun):

“Kalau di Desa Mekarjaya sebenarnya longsor atau banjir itu

hampir tidak pernah. Tapi longsor beberapa bulan yang lalu

sempat ada di daerah dekat Dusun Karangdan. Tapi untungnya

tidak terlalu parah. Kalau banjir baru bulan Meret lalu tanggal

19 kalau tidak salah, lokasinya juga di dusun Karangdan, daerah

Kubangeceng, banjir saat itu bahkan sampai ke pesantren yang

dibawahnya. Sedangkan kalau daerah Desa Rancapaku,

banjirnya yang cukup sering terjadi, karena banyak rumah dekat

sungai Cikunir atau Cikunten situ, sehingga kalau sedang hujan

besar langsung membanjiri rumah warga”

Berdasarkan penuturan Bapak ASD, untuk Desa Mekarjaya sebetulnya

wilayah yang rawan longsor dan banjir itu adalah kawasan dusun

Karangdan, dusun yang juga merupakan kawasan dimana aktvitas

penambangan pasir dilakukan. Walaupun mungkin masyarakat Desa

Page 66: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

55

Mekarjaya banyak yang tidak menyadari secara langsung dampak

pertambangan pasir terhadap bencana longsor atau banjir tersebut. namun

sebagian masyarakat berpendapat dan merasakan bahwa seiring dengan

berkembangnya industri pertambangan di kawasan Desa Mekarjaya,

bencana alam yang terjadi di kawasan desa ini juga cenderung lebih terlihat.

Terlebih aktivitas penambangan pasir yang telah dilakukan hampir kurang

lebih 20 tahun di desa ini dilakukan hampir secara konstan atau terus

menerus, hampir tidak ada “waktu luang” bagi ekosistem untuk memulihkan

kondisinya. Sehingga tentu saja hal tersebut akan berpengaruh secara nyata

terhadap eksistensi kondisi dan struktur tanah serta lingkungan di kawasan

sekitar lokasi pertambangan itu sendiri. Seperti halnya yang disebutkan oleh

ibu OTR (46 Tahun) seorang warga Desa Mekarjaya:

“Kalau lihat ke daerah tambang (daerah dusun Karangdan) sana

itu “parah” kondisinya”. Selain jalanan hancur, banyak truk-truk

besar yang lewat, kalau lihat sepanjang jalan itu benar-benar

seperti jalan kering, seperti sama sekali tidak diperhatikan

kondisi lingkungan disekitarnya. Pokoknya melihatnya sudah

“ngeri”, apalagi kalau membayangkan dulu itu juga sebenernya

hutan yang banyak hewannya, banyak tumbuhannya, bisa-

bisanya sampai berubah seperti itu.”

Pendapat berbeda justru dinyatakan oleh masyarakat di Desa

Rancapaku, menurut masyarakat hal yang menjadi penyebab terjadinya

bencana banjir atau longsor di daerah ini justru diantaranya diakibatkan oleh

masyarakat sendiri. Hal ini berawal dari tanggul yang dibuatkan oleh

pemerintah pada tahun 1984, tanggul itu berfungsi sebagai penyangga

sungai Cikunir yang dahulu juga berfungsi sebagai jalur lahar dari puncak

Gunung Galunggung. Tanggul setinggi kurang lebih dua meter dan lebar

kurang lebih empat meter itu didirikan sepanjang hulu hingga hilir sungai

Cikunir. Namun ketika itu, masyarakat banyak yang kecewa dengan

pemerintah yang tidak melakukan kompensasi atau penggantian biaya atas

tanggul yang dibuat di atas tanah milik masyarakat. Hal tersebut pada

akhirnya menimbulkan reaksi masyarakat yang agresif, masyarakat yang

kecewa dengan pemerintah pada akhirnya merusak dan bahkan menjual

pasir yang menjadi badan tanggul Sugai Cikunir tersebut.

Bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut sebetulnya

bertujuan positif, tanggul yang dibuat tersebut setidaknya akan dapat

mengantisipasi aliran lahar hingga menjalar ke pemukiman masyarakat,

namun pada saat itu nyatanya banyak masyarakat yang tidak terima dengan

tindakan pemerintah tersebut. Hingga pada akhirnya tanggul yang berisi

pasir yang digunakan untuk menyangga aliran lahar itu dihancurkan oleh

masyarakat, dan pasir-pasirnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijual

kembali, bahkan ada beberapa yang memanfaatkannya untuk kepentingan

membangun rumah.

Berikut pemaparan salah satu warga Desa Rancapaku yang ikut

dalam aktivitas pengrusakan tanggul yang ada di Kampung Cipager, Desa

Rancapaku dalam boks kasus

Page 67: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

56

Selain permasalahan banjir dan longsor, permasalahan utama yang

disoroti dalam penelitian ini adalah permasalahan aksesibilitas atau jalan

yang dimanfaatkan oleh masyarakat setiap harinya. Jalan utama di

Kecamatan Padakembang merupakan jalan yang selain dimanfaatkan oleh

warga juga dimanfaatkan oleh truk-truk pengangkut material pasir yang

selama hampir 24 jam terus berlalu-lalang. Jalan utama ini melewati dua

Desa di Kecamatan Padakembang, yakni Desa Cisaruni, dan Desa

Mekarjaya.

Permasalahan jalan secara spesifik dapat dilihat di Desa Mekarjaya,

sepanjang jalan dari dusun Karangdan (yakni dusun yang terdapat aktivitas

pertambangan) hingga masuk ke jalan utama, jalan yang setiap hari dilewati

truk-truk pengangkut pasir ini dapat dikatakan rusak parah. Selain

membahayakan masyarakat, jalanan yang rusak ini juga membuat mobilitas

masyarakat menjadi terhambat. Namun sebagai reaksi atas hal tersebut,

beberapa masyarakat di Desa Mekarjaya khususnya daerah dusun

Cikembang membuat “jalur bebas truk”, yakni melarang truk yang

bermuatan pasir untuk lewat. Bahkan secara khusus masyarakat di kampung

Babedahan, Desa Mekarjaya membuat portal yang bertujuan untuk

menghalangi truk masuk ke kawasan kampung. Hal tersebut juga serupa

seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Rancapaku, bahkan untuk

Desa Rancapaku, hampir sepanjang jalan Desa ini hampir tidak pernah

Boks 2. Kisah Kehidupan kasus Bapak KRN (55 Tahun)

Bapak KRN merupakan warga asli kampung Cipager, Desa

Rancapaku, kecamatan Padakembang. Lokasi rumah beliau yang hanya

kurang lebih berjarak 10 meter dari sungai Cikunir, membuat erupsi

Gunung Galunggung pada tahun 1982 juga turut memporak-porandakan

lingkungan tempat tinggalnya. Pasca rehabilitasi kawasan pada tahun

1983-1984, bapak KRN juga turut membantu proses perbaikan fasilitas

Desa, termasuk dalam pembuatan tanggul yang dibuat sepanjang sungai

Cikunir. Tanggul yang tujuan awalnya adalah positif, yakni menjadi

penyangga aliran lahar jika kembali mengalir melalui sungai Cikunir,

lama kelamaan malah dianggap sebagian warga sebagai hal yang negatif

karena tidak adanya kompensasi, khususnya yang berkenaan dengan

pemanfaatan lahan yang dijadikan tanggul. Hingga pada akhirnya di

penghujung tahun 1998, ketika orde-baru runtuh dan krisis ekonomi

melanda Indonesia, masyarakat satu persatu mulai “menghancurkan”

tanggul yang berisi pasir tersebut. “Karena tidak ada kompensasi, ya

sudah kita buat kompensasi sendiri” tuturnya, beliau juga mengatakan

pasir dari tanggul ini sangat bermanfaat, baik untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari hingga membangun rumah-rumah warga yang memang pada

saat itu sedang sulit-sulitnya. Walaupun pada akhirnya masyarakat

memperoleh “kompensasi” dari „pembangunan tanggul‟, yakni dengan

„menjual tanggul‟ itu sendiri, banyak masyarakat yang pada akhirnya

menyadari dampak buruk dari hancurnya tanggul tersebut, diantaranya

adalah Bapak KRN. “Memang semua itu akan selalu ada positif dan

negatifnya”, tuturnya.

Page 68: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

57

dilintasi oleh truk-truk besar pengangkut pasir, padahal jalur-jalur tersebut

(termasuk jalan di dusun Cikembang) merupakan jalan yang dulunya juga

dimanfaatkan oleh truk-truk pasir untuk membawa material pasirnya ke

tempat penampungan.

Reaksi yang dilakukan masyarakat memang tergolong wajar,

mengingat dampak dari lalu lalang truk ini secara nyata telah mengancam

warga. Seperti yang disebutkan oleh LSR (47 tahun), yang juga merupakan

pedagang di kawasan jalan utama Kecamatan Padakembang:

“Jalan utama yang di depan itu kan namanya jalan baru, tapi

sama sekali tidak terlihat baru, seharusnya mungkin itu

dinamakan “jalan baru setaun tapi sudah rusak”. Apalagi kalau

naik motor, depan dan belakang truk semua, ditambah jalannya

juga banyak yang berlubang, sangat rawan. Untung saja tidak

pernah ada yang sampai tabrakan atau kecelakaan parah, tapi

kalau yang jatuh dari motor lumayan sering sepertinya. Rasanya

jika dikatakan jalannya mau diperbaiki juga bakal sama saja

selama masih dilewatin truk-truk pasir itu.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika

kemunculan resiko atau kerentanan masyarakat terhadap bencana dirasakan

baik oleh masyarakat di Desa Mekarjaya dan juga Desa Rancapaku. Namun

hal yang esensial justru lebih dirasakan oleh mayoritas masyarakat Desa

Rancapaku dimana ancaman banjr dan longsor lebih sering terjadi akibat

jarak Desa yang lebih dekat dengan aliran sungai. Walaupun demikian Desa

Mekarjaya juga merasakan hal yang sama, namun hanya sebagian kecil

wilayahnya yang mengalami bencana banjir atau longsor, yakni hanya di

kawasan dusun Karangdan. Sedangkan untuk permasalahan jalan yang

rusak, masyarakat Desa Mekarjaya lebih merasakan dampaknya

dibandingkan dengan masyarakat Desa Rancapaku. Hal ini dikarenakan

Desa Mekarjaya merupakan jalan utama truk-truk besar pengangkut material

pasir yang berlalu lalang.

Persepsi Terhadap Tingkat Polusi Melalui Udara

Udara yang bersih dan sehat mungkin menjadi dambaan bagi banyak

orang, bahkan bagi sebagian orang mungkin akan bersusah payah mencari

“udara” tersebut ke daerah dataran yang lebih tinggi. Karena memang

seperti kita ketahui, daerah yang lebih tinggi atau apalagi memiliki

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut, umumnya sudah

mulai banyak ditumbuhi oleh pepohonan besar yang menjulang tinggi, yang

biasanya sarat akan oksigen dan lingkungan yang asri. Namun hal tersebut

agaknya sulit diperoleh oleh masyarakat Kecamatan Padakembang,

khususnya Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku, walaupun berada di

daerah pegunungan, namun letak Desa yang hanya sekitar 400-600 di atas

permukaan laut ditambah dengan aktivitas pertambangan dan lalu-lalang

truk yang membawa material pasir, membuat udara di kawasan ini seolah

Page 69: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

58

tidak hanya kering, namun juga dipenuhi oleh debu-debu atau pasir halus

yang berterbangan.

Selain menyalurkan debu, medium udara juga mampu menghasilkan

apa yang disebut sebagai “polusi suara”. Terlebih aktivitas pertambangan

merupakan suatu aktivitas industri yang memerlukan berbagai alat berat,

yang tentunya bagi sebagian orang apalagi yang berada dekat kawasan

tambang akan merasa terganggu dengan suara-suara yang dihasilkan. Belum

lagi seperti permasalahan truk besar yang lalu-lalang membawa material

pasir, tentunya bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar jalan

utama atau jalan yang dilalui truk tersebut secara langsung maupun tidak

langsung akan terganggu. Dampak aktivitas pertambangan pasir dan

kaitannya dengan persepsi terhadap kerentanan terhadap polusi melalui

udara dapat dilihat pada pada Tabel 7:

Tabel 7 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat polusi melalui udara

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan udara

dipenuhi debu

70.00 23.33 6.67 10.00 30.00 60.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan jalan

atau rumah dipenuhi

debu

73.33 23.33 3.33 13.33 36.67 50.00 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan pasir

menimbulkan

kebisingan yang

mengganggu

56.67 30.00 13.33 0.00 36.67 63.33 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat enggan

berlama-lama di luar

rumah

30.00 50.00 20.00 0.00 46.67 53.33 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat lebih

mudah terserang

penyakit (ISPA)

46.67 40.00 13.33 10.00 43.33 46.67 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Berdasarkan Tabel 7, baik Desa Mekarjaya ataupun Desa Rancapaku

memiliki pernyataan yang sangat bertolak. Tidak terdapat satupun

Page 70: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

59

pernyataan yang yang dijawab sama oleh mayoritas responden yang berasal

dari kedua Desa tersebut, berikut adalah penjelasannya:

1. Sebagian masyarakat Desa Mekarjaya mungkin dapat dikatakan

sudah terbiasa dengan aktivitas pertambangan yang dilakukan di

Desa ini. Namun berdasarkan data, terlihat sebanyak 70.00 persen

masyarakat Desa Mekarjaya merasa dampak dari aktivitas

pertambangan ini cukup mengganggu, khususnya dalam kaitannya

dengan banyaknya debu yang dihasilkan oleh truk-truk pembawa

pasir yang lalu lalang pada siang hari. Sedangkan bagi masyarakat

Desa Rancapaku, dimana di Desa ini tidak terdapat aktivitas

pertambangan dan jalan utama Desanya tidak boleh dilalui truk

pengangkut pasir, setidaknya 60.00 persen responden menyatakan

tidak setuju dengan pernyataan yang menyebutkan akibat

pertambangan pasir, udara menjadi dipenuhi debu.

2. Demikian halnya dengan debu yang berada di jalan-jalan atau

bahkan rumah warga. Masyarakat Desa Mekarjaya sebagaian besar

atau sebanyak 73.33 menjawab setuju, sedangkan berbanding

terbalik dengan masyarakat di Desa Rancapaku yang sebanyak 50.00

persen menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Namun

responden dari Desa Rancapaku sisanya menjawab pada pilihan

netral (36.67 persen), dan setuju (13.33 persen). Terdapat beberapa

alasan oleh responden yang memilih jawaban tersebut, diantaranya

adalah bahwa walaupun tidak ada truk yang membawa material pasir

yang diperbolehkan melewati kawasan Desa Rancapaku, tetapi

seperti yang sudah disebutkan sebelumnya masih kerap ada truk-truk

yang melanggar peraturan tersebut dan melewati kawasan ini,

sehingga tidak jarang bekas-bekas pasir ikut terbawa angin dan

bahkan sampai ke dekat rumah warga.

3. Kebisingan atau gangguan suara secara nyata dirasakan oleh

masyarakat Desa Mekarjaya, terlihat dari tabel sebanyak 56.67

persen masyarakat Desa Mekarjaya merasakan kebisingan atau

gangguan suara yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan pasir.

Sedangkan sebaliknya, masyarakat Desa Rancapaku menyatakan

tidak setuju dengan adanya kebisingan yang diakibatkan oleh

aktivitas pertambangan pasir dengan persentase sebesar 63.33

persen.

4. Dengan kondisi lingkungan yang banyak tercemar oleh polusi udara

seperti debu-debuan dan lain sebagainya, ada kemungkinan

masyarakat akan enggan untuk berlama-lama diluar rumah. Namun

masyarakat Desa Mekarjaya sebanyak 50.00 persen memiliki

jawaban netral terhadap pernyataan tersebut, sedangkan persentase

terbesar kedua berada pada jawaban setuju (30.00 persen), dimana

masyarakat memang menjadi enggan berlama-lama diluar rumah

lantaran debu-debu tersebut memunculkan perasaan udara cenderung

“tidak aman” untuk dihirup. Namun sebaliknya, masyarakat Desa

Rancapaku memiliki jawaban yang bertolak dengan jawaban

mayoritas responden dari Desa Mekarjaya, dimana sebanyak 53.33

Page 71: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

60

persen responden dari Desa Rancapaku tidak setuju dengan

pernyataan tersebut.

5. Debu atau polusi melalui udara erat kaitannya dengan penyakit atau

infeksi saluran pernafasan. Berkaitan dengan hal tersebut, sebanyak

46.67 persen masyarakat Desa Mekarjaya setuju dengan

pernyataanaktivitas pertambangan pasir menyebabkan masyarakat

lebih rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk diantaranya

masalah saluran pernafasan. Namun sebaliknya, masyarakat Desa

Rancapaku memiliki pernyataan yang berbeda, yakni sebesar 46.67

responden tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Ketika membahas tentang pencemaran atau polusi, maka akan

dibahas pula terkait dengan sumber pencemaran atau polusi itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan aktivitas pertambangan pasir, tentu saja aktivitas

penggalian material tambang hingga pengangkutan material tambang dapat

menyebabkan dampak polusi udara yang cukup berarti. Terlebih dengan

objek tambang yang berupa pasir, pada dasarnya pasir merupakan butir-butir

batuan halus atau dapat disebut juga sebagai kersik halus, yang ukuran

materinya sangat kecil yang dapat dengan mudah terbawa oleh angin.

Pasir yang terbawa oleh angin dapat dengan mudah terhirup oleh

manusia, dan itulah yang dapat menjadi pemicu atau penyebab berbagai

penyakit diantaranya adalah infeksi saluran pernafasan. Belum lagi akibat

debu-debu lain atau kotoran yang ikut terbang terbawa angin karena jalanan

yang kotor dan gersang akibat lalu-lalang truk-truk besar pembawa material

pasir. Hal tersebut selain membawa penyakit, dianggap sebagian besar

masyarakat khususnya masyarakat Desa Mekarjaya membawa pengaruh

yang buruk juga terhadap aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Seperti yang

dituturkan oleh LSR (47 tahun), seorang ibu dari Desa Mekarjaya yang juga

merupakan pedagang di kawasan jalan utama Kecamatan Padakembang:

“Masyarakat disini mungkin sudah sampai biasa dengan debu,

bahkan mungkin suara berisik truk pasir yang lewat juga sudah

biasa. Tapi sebenarnya bagaimana juga dibalik hati masing-

masing pasti “risih”, tapi mau mengeluh juga percuma. Apalagi

itu debu kan sangat menganggu, dagangan ibu saja kalau

didiemkan satu hari pasti sudah tebal debu-debunya. Takutnya

kalau kotor gitu juga konsumen jadi pada tidak mau beli.”

Senada dengan pernyataan ibu LSR, salah seorang masyarakat Desa

Rancapaku yakni pak JJG (54 tahun) menuturkan tentang keluhannya terkait

dengan dampak polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan

pasir:

“Saya dulu sempat tinggal di daerah Kubangeceng. Disana bisa

dibilang kondisinya cukup jauh dengan disini, disana tiap jam

truk juga lewat, mau magrib, tengah malam, sampai subuh juga

masih saja ada truk.. Parahnya, truknya bukan sekedar truk

biasa, tetapi truk tua yang hampir selalu membawa muatan pasir

Page 72: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

61

berlebih. Coba saja dilihat pasti selalu kelebihan muatan, dan

bukan apa-apa, jadinya juga masyarakat yang terkena

dampaknya, pasirnya kan jadi pada jatuh, selain bikin kotor dan

itu juga jadi kehirup sama kita.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika

permasalahan polusi melalui udara jauh lebih dirasakan di Desa Mekarjaya.

Hal ini dikarenakan jalan Desa Mekarjaya juga dimanfaatkan oleh truk-truk

pengangkut material pasir berlangsung hampir selama 24 jam. Hal itu yang

pada akhirnya berdampak pada kebisingan dan polusi udara berupa debu

dan pasir-pasir yang berterbangan sepanjang Desa Mekarjaya. Berbeda

dengan Desa Rancapaku, dimana di Desa ini memang sama sekali tidak

terdapat aktivitas penambangan pasir. Hal ini juga bahkan didukung dengan

kesepakatan yang disusun oleh masyarakat dan pihak pemerintah Desa yang

melarang truk pengangkut material pasir untuk melewati jalur di Desa.

Padahal jalur Desa Rancapaku ketika dahulu menjadi salah satu alternatif

jalan yang cukup sering dilalui truk.

Persepsi Terhadap Tingkat Alih Fungsi Lahan

Konversi lahan merupakan suatu fenomena tersendiri yang dapat

menjadi pembahasan menarik dari sudut pandang agraria. Bahkan secara

khusus lahan juga memiliki definisi dan tipe-tipenya sendiri, namun secara

umum dalam penelitian ini, alih fungsi lahan dimaknai sebagai suatu

transformasi areal pertanian menjadi areal non-pertanian. Seperti diketahui,

mayoritas mata pencaharian masyarakat baik di Desa Mekarjaya maupun

Desa Rancapaku berada pada sektor pertanian. Namun pasca terjadinya

erupsi Gunung Galunggung pada tahun 1982 - 1983, lahan-lahan sawah

yang sebelumnya mereka manfaatkan untuk bertani, serta lahan pekarangan

yang sebelumnya mereka manfaatkan untuk beternak atau berkebun menjadi

tertimbun oleh material pasir.

Banyak masyarakat yang merasa mampu mengatasi masalah

timbunan pasir tersebut dengan caranya masing-masing, diantaranya adalah

dengan membuangnya ke aliran sungai, hingga menjualnya kepada

tengkulak atau “pengepul pasir dadakan” yang pada pasca meletusnya

Gunung Galunggung memang banyak tersebar hampir di seluruh Desa.

Namun, tidak semua masyarakat merasa mampu dalam melakukan

pekerjaan pembersihan pasir tersebut. Sebagian besar masyarakat juga

banyak yang akhirnya menyewakan, atau bahkan hingga menjual lahannya

untuk dimanfaatkan oleh masyarakat yang umumnya lebih memiliki modal,

atau juga disewakan pada industri penjualan pasir skala kecil yang dimiliki

secara kolektif oleh masyarakat. Namun masyarakat tidak sadar bahwa pada

dasarnya akibat konversi lahan tersebut memunculkan berbagai dampak

yang mungkin dapat dikatakan juga merugikan masyarakat. Dampak

aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan persepsi terhadap alih

fungsi lahan dapat dilihat pada pada Tabel 8:

Page 73: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

62

Tabel 8 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat alih fungsi lahan

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

jumlah hutan

berkurang

76.67 20.00 3.33 36.67 13.33 50.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

banyak fauna

yang punah

33.33 40.00 26.67 20.00 13.33 66.67 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

banyak flora

yang punah

16.67 53.33 30.00 3.33 23.33 73.33 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

jumlah atau luas

sawah menjadi

berkurang

60.00 20.00 20.00 20.00 26.67 53.33 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

luas pekarangan

atau kebun

warga menjadi

berkurang

70.00 20.00 10.00 33.33 30.00 36.67 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Pada Tabel 8 dapat dilihat jika persentase jawaban mayoritas

responden antara Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku kembali saling

bertolak belakang. Hal tersebut secara spesifik dapat dikarekan faktor

lokasi, dimana Desa Mekarjaya sejak tahun 1984 atau pasca erupsi Gunung

Galunggung sudah mulai diminati oleh industri pertambangan, baik industri

pertambangan kecil, hingga industri pertambangan besar-sedang. Sedangkan

berbeda dengan Desa Rancapaku, dimana di kawasan ini hampir tidak

pernah ada satupun industri pertambangan skala besar-sedang yang

melakukan pengerukan material pasir.

Page 74: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

63

Bagi masyarakat Desa Mekarajaya, sebetulnya banyak “harga” yang

harus dibayar oleh masyarakat dengan pembiaran masuknya industri-

industri tersebut. Diantaranya seperti yang empiris dapat terlihat, dimana

pada saat ini kawasan Desa Mekarjaya semakin terkikis oleh aktivitas

pertambangan itu sendiri, bahkan lambat laun mulai meninggalkan

“romantisme Desa” yang sejatinya dimiliki oleh Desa ini. Terkait dengan

masing-masing pernyataan dalam tabel, berikut adalah penjelasannya:

1. Aktivitas pertambangan pasir jelas-jelas menyebabkan luas hutan

berkurang. Terlebih untuk masyarakat Desa Mekarjaya, seperti

dalam tabel terlihat sebanyak 76.67 persen responden menjawab

setuju dengan pernyataan tersebut. Jawaban itu muncul memang

dikarenakan jumlah hutan yang terkonversi akibat pembukaan lahan

aktivitas pertambangan pasir cukup besar, terlebih jika

dikalkulasikan semenjak pembukaan lahan pertama secara besar-

besaran atau yang menurut responden terjadi pada sekitar tahun

1986. Namun hal yang sebaliknya terlihat pada Desa Rancapaku,

berdasarkan data setidaknya 50.00 persen responden menjawab tidak

setuju dengan pernyataan yang menyatakan aktivitas pertambangan

pasir menyebabkan luas hutan berkurang. Namun walaupun

demikian, terdapat 36.67 persen responden dari Desa Rancapaku

yang menjawab setuju pada pernyataan tersebut. Menurut sebagian

masyarakat, memang sebetulnya dahulu banyak kawasan hutan yang

menyimpan gundukan pasir, dan itu juga akhirnya dimanfaatkan

sebagian besar masyarakat, namun untungnya tidak pernah sampai

pada penjualan lahan atau dikonversikan untuk hal yang lainnya.

2. Terkait dengan keberadaan fauna, sebetulnya di kawasan ini bukan

merupakan tempat tinggal banyak hewan apalagi satwa endemik.

Hanya saja banyak hewan sejenis kera yang tinggal di habitat hutan

sebelah utara Kecamatan Padakembang. Dan menurut sebagaian

masyarakat, pasca adanya aktivitas pertambangan pasir para kera

tersebut menjadi terusir dari habitat aslinya, dan bahkan pernah

sampai ada kera yang menyusuri perumahan warga. Namun

pernyataan yang menyatakan dampak aktivitas pertambangan

menyebabkan punah atau langkanya suatu hewan tersebut ditanggapi

netral oleh mayoritas responden Desa Mekarjaya (40.00 persen), dan

tidak setuju oleh mayoritas responden Desa Rancapaku (66.67

persen).

3. Demikian halnya dengan keberadaan flora, di kawasan ini tidak

terdapat tumbuh-tumbuhan khas yang secara nyata dapat dilihat

keberadaannya. Dan tidak berbeda jauh dengan pernyataan

sebelumnya, untuk responden di Desa Mekarjaya mayoritas

menjawab pernyataan ini dengan jawaban netral sebesar 53.33

persen, sedangkan untuk masyarakat di Desa Rancapaku menjawab

pernyataan ini dengan jawaban tidak setuju sebesar 73.33 persen.

Persentase tidak setuju yang cukup tinggi ini dipercaya oleh sebagian

dari responden karena memang di kawasan ini tidak terdapat

tumbuh-tumbuhan atau pohon yang khas sejak zaman dahulu.

Walaupun demikian, ada juga sebagian masyarakat yang

Page 75: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

64

mempercayai tentang keberadaan pohon Jamuju, sebuah jenis pohon

langka yang habitatnya adalah kawasan selatan Tasikmalaya.

4. Areal sawah merupakan salah satu areal yang pada erupsi tahun

1982 - 1983 banyak tertimbun oleh material pasir dari Gunung

Galunggung. Hal tersebut juga yang menjadikan banyak masyarakat

mengkonversikan areal sawahnya untuk kepentingan pertambangan

atau yang lainnya. Berdasarkan data, sebanyak 60.00 persen

responden dari Desa Mekarjaya menjawab setuju dengan pernyataan

tersebut, sedangkan sebanyak 53.33 persen responden dari Desa

Rancapaku tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

5. Sama halnya dengan areal persawahan, areal pekarangan rumah

menurut sebagian besar responden pada pasca erupsi tahun 1982 -

1983 banyak yang dimanfaatkan oleh warga untuk dikeruk material

pasirnya. Hal ini terlihat dengan jawaban sebagian besar responden

dari Desa Mekarjaya yang mengatakan Setuju (70.00 persen)

terhadap pernyataan tersebut. Namun hal ini masih berbanding

terbalik dengan jawaban responden dari Desa Rancapaku, dimana

sebesar 36.67 persen responden menjawab pernyataan ini dengan

jawaban tidak setuju.

Material pasir yang berlimpah pada pasca erupsi Gunung

Galunggung pada tahun 1982 - 1983 memang memunculkan suatu

dilematika baru. Pasalnya, di satu sisi gelimpangan pasir tersebut

memberikan kerugian karena banyaknya areal sawah, pekarangan, hutan

hingga rumah warga yang rusak. Namun, di satu sisi juga memberikan

manfaat positif karena material pasir tersebut dapat dijual dengan harga

yang cukup tinggi. Namun ketika pemanfaatan terhadap sumber daya alam

yang ada terlalu “bablas” atau tendensius, yang terjadi justru kerugian yang

mungkin akan senantiasa dirasakan oleh masyarakat di generasi-generasi

mendatang.

Kerugian atas pertambangan pasir itu yang pada saat ini mayoritas

masyarakat Desa Mekarjaya rasakan, pasalnya ketika zaman dahulu

sebelum erupsi Gunung Galunggug terjadi, kawasan Desa Mekarjaya masih

sangat terbilang asri dengan hutan-hutan yang sangat banyak. Bahkan

beberapa diantara masyarakat mengganggap ketika dahulu hutan

Galunggung menyimpan jenis pohon yang pada saat ini tergolong langka,

yakni pohon Jamuju. Sebetulnya pohon Jamuju merupakan pohon endemik

yang hidup di habitat selatan Tasikmalaya, namun pohon yang memiliki

kemiripan karakteristik dengan pohon Akasia ini dianggap memang cocok

untuk hidup di daerah kawasan Gunung Galunggung. Seperti halnya yang

disampaikan oleh OMH (58 tahun) yang merupakan warga asli Desa

Mekarjaya:

“Waktu jaman dulu disini banyak pohon, dari yang kecil-kecil

sampai yang besar. Tapi saya kurang tahu juga itu namanya

pohon apa, tapi dulu katanya ada yang nyebut juga pohon

Jamuju. Tapi kita tidak pernah memperhatikan, tapi yang pasti

setelah banyaknya penambangan pasir di daerah atas

Page 76: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

65

(Kecamatan Sukaratu) dan terus berlanjut ke bawah (Kecamatan

Padakembang) pohon-pohon ya sudah jadi habis begitu saja.

Binatang-binatangnya juga jadi mulai berkurang, yang dulunya

banyak terlihat tupai lompat-lompat, atau bahkan suara jangkrik,

saat ini sekarang jadi mulai ikut menghilang.”

Walaupun pohon Jamuju di kawasan Gunung Galunggung kebaeradaannya

belum pasti, namun setidaknya hal tersebut mengindikasikan adanya

perubahan ekosistem yang nyata di kawasan ini.

Disamping eksistensi dan keberadaan hutan serta flora dan faunanya,

sawah juga dapat menjadi indikator dalam melihat gejala konversi lahan

yang ada di Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, pasca letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982

- 1983, banyak areal sawah dan pekarangan warga yang menjadi tertimbun

oleh pasir. Namun hal tersebut justru disambut positif oleh masyarakat,

bahkan ketika itu sempat dikenal dengan istilah sewa lahan untuk para

penambang pasir. Seperti yang disebutkan oleh SMT (50 tahun) yang juga

merupakan warga asli dari Desa Mekarjaya:

“Dulu itu pasca letusan pasir ada dimana-mana, Jadi banyak

warga yang menyewakan sawahnya untuk dikeruk. Masyarakat

jelas inginnya dapat untung, selain untung karena sawahnya

“dibersihkan”, dapat uang juga dari uang sewa tersebut.

Makanya dulu itu banyak yang menyewakan sampai puluh-

puluhanan bata ke si penambang (pemodal) itu. Tapi selain di

sewakan, juga banyak yang akhirnya sampai dijual, bayarannya

soalnya juga lumayan, katanya sampai ada yang ditukar dengan

kerbau, alat-alat tani, elektronik ya macam-macam.”

Berdasarkan pemaparan tersebut, memang banyak responden maupun

informan yang mengatakan sampai akhirnya menjual sawah atau

pekarangan6 yang sebelumnya disewakan itu karena dirasa cukup

menguntungkan. Namun sayangnya tidak semua masyarakat merasakan

manfaat jangka panjang dari menjual sawah atau pekarangan tersebut,

karena pasca rehabilitasi lokasi, sebagian besar masyarakat mulai kembali

ke profesi awalnya, dan kembali menggantungkan hidup pada bertani

ataupun beternak.

Dampak negatif semakin dirasakan khususnya bagi masyarakat yang

telah terlanjur menjual habis areal sawah atau pekarangannya, mereka justru

mengalami masalah yang berlipat karena tidak adanya sawah atau

pekarangan yang dapat ditanami dengan berbagai tanaman atau tumbuhan

yang dapat dijual atau dikonsumsi. Padahal, bagi masyarakat Desa, terlebih

dengan mayoritas penduduknya adalah petani, sebetulnya sawah merupakan

suatu investasi jangka panjang antara “hidup dan mati”.

6 Isitlah “Pekarangan” yang digunakan disini tidak selalu merujuk pada definisi

tanah yang berada di sekitar rumah, ataupun halaman belakang. Istilah

“Pekarangan” ini juga digunakan masyarakat untuk merujuk pada kebun milik

warga bahkan yang letaknya cukup jauh dengan lokasi tempat tinggal.

Page 77: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

66

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika

permasalahan alih fungsi lahan akibat kehadiran perusahaan pertambangan

lebih dominan terlihat di wilayah Desa Mekarjaya. Karena pasca erupsi

Gunung Galunggung tahun 1982 - 1983 Desa Mekarjaya sudah menjadi

daya tarik tersendiri bagi pebisnis tambang. Hal ini semakin diperparah

dengan banyaknya sawah atau lahan warga yang dijual kepada pihak

perusahaan tambang. Dengan banyaknya material pasir yang menimbun

sawah dan pekarangan warga kala itu ditambah tawaran bayaran yang

tinggi, banyak masyarakat di Desa Mekarjaya yang langsung tergiur untuk

menjual lahan miliknya. Sedangkan respons berbeda terdapat di Desa

Rancapaku, sehingga tidak terdapat lahan yang beralih fungsi menjadi lokasi

penambangan di kawasan ini.

Dampak Sosial

Masyarakat sebagai suatu kesatuan yang dinamis, tentunya dapat

terpengaruh oleh berbagai perubahan kondisi yang terjadi di lingkungannya.

Demikian halnya dengan masyarakat di Desa Mekarjaya dan Desa

Rancapaku, aktivitas pertambangan pasir yang telah sejak dahulu terdapat di

kawasan ini bukan tidak mungkin akan dapat mempengaruhi kondis sosial

masyarakat. Dari pembentukan opini masyarakat, hingga mungkin

kaitannya dengan tingkat kesadaran atau kepeduliannya terhadap

lingkungannya yang secara nyata semakin terdegradasi oleh berbagai proses

dari aktivitas pertambangan pasir.

Respons atau reaksi masyarakat terhadap aktivitas pertambangan

pasir ini pada dasarnya akan selalu terpolarisasi ke dalam dua kubu yang

berbeda. Ada pihak yang akan merasakan dampak positif pasca kehadiran

perusahaan tambang, diantaranya seperti bagaimana perusahaan tambang

mampu membantu dalam meningkatkan ekonomi desa, membantu

masyarakat dalam aktivitas sosial atau pembangunan fasilitas desa, hingga

dianggap sebagai pihak yang berjasa dalam membantu “memulihkan”

kondisi pasca erupsi Gunung Galunggung yang pada saat itu memang

dipenuhi oleh timbunan pasir yang tidak terkontrol. Namun demikian juga

sebaliknya, ada pihak-pihak yang merasa bahwa dampak negatif yang

dibawa oleh perusahaan tambang ini jauh lebih dominan, seperti anggapan

bahwa perusaahan pertambangan ini hanya sebatas berorientasi profit, tidak

mementingkan dan memperhatikan hak-hak masyarakat hingga

memunculkan suatu perasaan tidak suka yang direpresentasikan dengan

tensi konflik yang berbeda-beda.

Secara lebih lanjut, hal tersebut juga dapat dilihat terkait dengan

respons ekologi politik yang terjadi baik di Desa Mekarjaya dan juga Desa

Rancapaku. Sebagian masyarakat ada yang merespons keberadaan

perusahaan pertambangan berserta dampak yang ditimbulkannya dengan

reaksi radikal, namun ada juga yang cenderung kompromistik. Berbagai hal

tersebut pada akhirnya menunjukkan bagaimana keberagaman dan dinamika

sosial yang juga secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh

keberadaan perusahaan tambang pasir.

Page 78: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

67

Maka dari itu, berdasarkan penjabaran tersebut permasalahan aspek

sosial yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan pasir di kawasan

Gunung Galunggung dalam penelitian ini akan dibahas kedalam empat sub-

bab yang juga akan merepresentasikan empat indikator, yaitu:

1. Keberadaan Perusahaan Tambang Pasir

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap keberadaan

perusahaan pertambangan, apakah keberadaannya justru sebagai

sumber berbagai masalah dan merebut hak-hak masyarakat, atau

malah justru sebaliknya.

2. Tingkat Hubungan Antar Aktor

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap bagaimana

kecenderungan hubungan atau interaksi antara masyarakat dengan

perusahaan, serta masyarakat dengan pemerintah.

3. Tingkat Konflik Sosial

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap kedalaman

atau bentuk konflik baik antara masyarakat dengan masyarakat,

ataupun antara masyarakat dengan swasta dan pemerintah.

4. Cara Pandang Terhadap Lingkungan

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap

lingkungannya pasca kehadiran berbagai aktivitas dan proses

penambangan pasir.

Secara spesifik, dampak sosial yang terjadi di Desa Mekarjaya dan

Desa Rancapaku dapat dilihat pada pembahasan dan tabel-tabel dibawah ini.

Persepsi Terhadap Dampak Keberadaan Perusahaan Tambang Pasir

Pada saat ini, mungkin memang terhitung hanya terdapat satu

perusahaan atau industri tambang berskala besar yang aktif di Desa

Mekarjaya, namun bagaimanapun juga perusahaan tersebut telah membawa

berbagai dampak yang secara langsung maupun tidak langsung juga akan

dirasakan masyarakat, bahkan hingga sampai pada masyarakat Desa

Rancapaku dimana tidak terdapat industri tambang pasir di desa ini.

Indikator ini pada akhirnya melihat persepsi masyarakat terkait

kehadiran perusahaan tambang pasir, dan kaitannya dengan hak-hak yang

seharusnya masyarakat peroleh baik dalam aspek sosio-ekologis maupun

sosio-ekonomi. Dampak aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan

persepsi terhadap keberadaan perusahaan tambang pasir dapat dilihat pada

pada Tabel 9:

Page 79: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

68

Tabel 9 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap dampak keberadaan perusahaan tambang pasir

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan pasir

yang dilakukan

Perusahaan

Tambang Pasir

tidak memperhatikan

kepentingan

masyarakat

sekitarnya

43.33 50.00 6.67 70.00 30.00 0.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan

Tambang Pasir

tidak sesuai dengan

janji / kesepakatan

awal ketika

melakukan perizinan

56.67 36.67 6.67 76.67 23.33 0.00 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan

Tambang Pasir telah

mengabaikan hak

atas ekonomi yang

seharusnya

masyarakat peroleh

6.67 50.00 43.33 66.67 33.33 0.00 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan

Tambang Pasir telah

mengabaikan hak

atas lingkungan

yang seharusnya

masyarakat peroleh

33.33 60.00 6.67 60.00 40.00 0.00 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan

Tambang Pasir

merupakan

penyebab terjadinya

perselisihan di

masyarakat

26.67 50.00 23.33 63.33 33.33 3.33 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Page 80: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

69

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat jika mayoritas jawaban dari

masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku memiliki perbedaan yang

cukup bertolak dalam kaitannya dengan persepsi terhadap keberadaan

perusahaan tambang. Hanya terdapat satu pernyataan yang dijawab dengan

penilaian yang sama. Terkait dengan masing-masing pernyataan dalam

tabel, berikut adalah penjelasannya:

1. Bagi masyarakat Desa Mekarjaya, aktivitas pertambangan pasir

memang menghadirkan suatu kondisi yang baru. Dimana sebagaian

masyarakat menganggap keberadaannya membawa dampak positif,

dan ada juga yang negatif. Namun mayoritas responden atau sebesar

50.00 persen dari Desa Mekarjaya menjawab netral pernyataan yang

menyatakan bahwa keberadaan peusahaan tambang tidak

memperhatikan kepentingan masyarakat sekitarnya. Namun ternyata,

sebanyak 43.33 persen mayarakat Desa Mekarjaya juga menjawab

setuju pernyataan tersebut, bagi sebagian responden ini diakibatkan

karena perusahaan tambang cenderung hanya mementingkan

kepentingan bisnis, apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab

perusahaan seperti, program-program lingkungan ataupun

pemberdayaan masyarakat lokal tidak pernah ada yang terealisasi.

Sedangkan bagi masyarakat Desa Rancapaku, sebesar 70.00 persen

responden menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

dikarenakan mayoritas masyarakat Desa Rancapaku tersebut

menganggap mereka tidak pernah ikut dilibatkan dalam bantuan atau

bentuk apapun oleh pihak perusahaan tambang pasir, padahal

mereka juga harus merasakan dan menanggung dampak-dampak

negatif yang diakibatkan aktivitas pertambangan.

2. Dalam proses perizinan aktivitas pertambangan, biasanya akan

didahului oleh pembuatan AMDAL ataupun UKL-UPL. Menurut

pihak pemerintah Desa, memang AMDAL telah dibuat oleh seluruh

pihak perusahaan tambang yang akan melakukan aktivitasnya di

Desa Mekarjaya. Dokumen tersebut menurut pihak pemerintah Desa

juga berisi tentang kesepakatan dan persetujuan masyarakat terkait

dengan aktivitas pertambangan. Namun, hal tersebut bertolak dengan

apa yang sebanyak 56.67 persen responden dari Desa Mekarjaya

katakan, mereka justru menganggap dokumen tersebut hanya sebagai

“penghias” dan isinya justru dengan mudah diabaikan oleh

pemerintah maupun pihak perusahaan tambang, bahkan untuk hal

yang paling dasar seperti air saja, mereka harus mengalami kesulitan

karena pencemaran yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan

pasir. Tidak berbeda jauh, mayoritas responden di Desa Rancapaku

juga menjawab setuju dengan pernyataan yang menyatakan aktivitas

penambangan pasir tidak sesuai dengan janji atau kesepakatan awal

ketika melakukan perizinan. Sebanyak 76.67 persen responden yang

menjawab ini, juga menyebutkan air merupakan poin penting yang

ditutuntut masyarakat untuk menjadi fokus perhatian perusahaan

perusahaan tambang sejak dahulu, namun tetap saja kehadiran

perusahaan tambang masih membuat mereka kesulitan dalam

memperoleh air bersih yang seharusnya menjadi hak mutlak mereka.

Page 81: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

70

3. Dalam kaitannya dengan hak atas ekonomi, mayoritas responden di

Desa Mekarjaya menjawab pernyataan tersebut dengan jawaban

netral sebesar 50.00 persen. Hal ini diantaranya dikarenakan karena

walaupun tidak terdapat program atau perhatian khusus terkait aspek

ekonomi, aktivitas pertambangan pasir dapat membuka peluang-

peluang kerja baru seperti warung kelontong atau warung makan,

yang juga turut meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun bagi

66.67 persen masyarakat dari Desa Rancapaku, menyatakan bahwa

aktivitas pertambangan pasir lebih negatif terkait hak atas ekonomi

yang seharusnya mereka peroleh, diantaranya karena perusahaan

pertambangan tidak membuka peluang kerja ataupun memberi

bantuan ekonomi (kompensasi) yang berarti.

4. Aktivitas pertambangan memang secara jelas harus memperhatikan

hak masyarakat atas lingkungan, seperti halnya yang tertera dalam

dokumen AMDAL ataupun UKL-UPL. Namun bagi sebesar 60.00

persen responden di Desa Mekarjaya, mereka memilih menjawab

pernyataan tersebut dengan jawaban netral, karena menurut mereka

kerusakan lingkungan yang ada pada saat ini bukan tanggung jawab

perusahaan tambang sepenuhnya, namun juga harus diingat tentang

faktor alam. Kecuali seperti kerusakan jalan dan banyaknya debu,

menurut mereka itu memang murni disebabkan oleh pertambangan

pasir. Namun berbeda dengan mayoritas responden di Desa

Rancapaku, sebanyak 60.00 persen responden menjawab pernyataan

tersebut dengan pilihan setuju. Hal ini diantaranya karena

lingkungan yang menjadi tercemar pada saat ini memang berkaitan

langsung dengan aktivitas pertambangan pasir, bahkan salah seorang

responden ada yang mengatakan ketika dahulu sempat selama

hampir tiga hari pertambangan pasir yang berada di Desa Mekarjaya

berhenti beroperasi, dan aliran sungai Cikunir yang melewati

sebagian besar kampung di Desa Rancapaku menurutnya telah

menjadi lebih jernih.

5. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam masyarakat sendiri

terdapat pihak-pihak yang mendukung keberadaan pertambangan

pasir dan pihak yang menolak keberadaan pertambangan pasir. Dua

hal yang berbeda tersebut bukan tidak mungkin dapat menimbulkan

perselisihan diantara masyarakat sendiri, atau dapat dikatakan juga

sebagai konflik horizontal. Namun sebanyak 50.00 persen responden

dari Desa Mekarjaya menjawab netral dengan pernyataan tersebut,

sedangkan 63.33 persen masyarakat dari Desa Rancapaku menjawab

setuju, hal ini menurut masyarakat dikarenakan memang pernah

sampai ada konflik yang terjadi diantara masyarakat Desa sendiri,

walaupun masih berada pada tataran laten.

Berdasarkan penjelasan di atas, memang dapat diketahui jika masyarakat

Desa Mekarjaya lebih bersifat netral dan cenderung sulit dalam menentukan

sikap positif atau negatif terhadap keberadaan perusahaan tambang. Banyak

faktor yang mempengaruhinya, diantaranya seperti yang juga disebutkan

oleh ASD (50 tahun):

Page 82: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

71

“Masyarakat disini memang bingung, mau dibilang merasa rugi

ya rugi, untung ya untung (dengan keberadaan perusahaan

tambang). Terlebih disini kalau ada pembangunan masjid,

sampai kemarin itu kantor desa juga dapat sumbangan dari

perusahaan tambang. Pokoknya kalau untuk pembangunan atau

sosial, perusahaan tambang pasti ngasih, jadi mau bagimana

juga jadi untung ke masyarakat.”

Memang apa yang disebutkan oleh bapak ASD dapat menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan mengapa mayoritas responden Desa Mekarjaya

menjawab pada pilihan jawaban netral. Belum lagi, hal ini juga nantinya

akan berkaitan juga dengan dampak-dampak positif terhadap ekonomi

masyarakat Desa Mekarjaya. Namun hal berbeda terdapat pada mayoritas

jawaban masyarakat di Desa Rancapaku. Hampir keseluruhan responden di

Desa ini menjawab dengan respons negatif terkait keberadaan perusahaan

tambang pasir. Walaupun sama seperti di Desa Mekarjaya, perusahaan

tambang pasir kerap memberikan bantuan berupa material pasir jika

masyarakat Desa Rancapaku membutuhkannya untuk kepentingan sosial.

Namun seperti yang disebutkan oleh JJG (54 tahun), yang juga merupakan

warga dari Desa Rancapaku:

“Mau bagaimana juga perusahaan tambang melakukan

“perusakan” lebih parah. Disini sungai kotor, air bersih jadi

sulit, mau keluar desa juga jalanan rusak (ke arah Desa

Mekarjaya), kan seperti itu mah tidak akan bisa “dibayar” pakai

pasir saja. Mau dibayar pakai pasir berapa truk juga tetap saja,

yang jadi masalah kan lingkungannya ini yang sudah mereka

rusak. Harusnya kalau memang mau memperhatikan masyarakat

ya coba bantulah warga dengan air bersih, bantulah warga

dengan program-program tani, benih atau pupuk. Kalau sebatas

seperti ini (memberi pasir) sebetulnya tidak lebih dari cara

mereka (pihak perusahaan tambang) “cari muka”, tetapi

dibaliknya tetep saja merusak.”

Memang menurut sebagian besar responden dari Desa Rancapaku,

permasalah lingkungan khususnya air merupakan salah satu hal yang tidak

dapat dibayar dengan materi apapun. Terlebih, air sungai Cikunir yang sejak

dahulu masyarakat manfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat sudah

semakin mengalami penyusutan akibat dari aktivitas pertambangan pasir.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika

pernyataan terkait keberadaan perusahaan tambang yang berada di Desa

Mekarjaya dijawab oleh mayoritas masyarakat di Desa Rancapaku secara

negatif, sedangkan sebagian besar masyarakat di Desa Mekarjaya menjawab

dengan netral. Walaupun sebenarnya di kawasan Desa Rancapaku sama

sekali tidak terdapat perusahaan tambang, namun dampak negatif yang

diakibatkan oleh aktivitas pertambangan pasir secara esensial berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat pada akhirnya menyebabkan masyarakat

merasa perusahaan tambang benar-benar merebut hak-hak mereka,

Page 83: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

72

khususnya terkait dengan air bersih yang kualitasnya semakin terdegradasi

pasca kehadiran perusahaan tambang. Sedangkan untuk Desa Mekarjaya,

keberadaan perusahaan tambang justru dianggap sebagian warga

memberikan keuntungan ekonomi baik langsung maupun tidak langsung,

hal ini juga yang akhirnya menimbulkan dilema dan masyarakat cenderung

netral pada pernyataan tersebut.

Persepsi Terhadap Hubungan Antar Aktor

Masyarakat, pemerintah dan swasta merupakan tiga aktor yang akan

selalu berhubungan apalagi jika kaitannya dengan pemanfaatan suatu

sumber daya alam. Pihak pemerintah merupakan pihak yang memiliki

otoritas dan juga penentu legalitas atas izin aktivitas ataupun lahan yang

dimanfaatkan oleh pihak swasta. Namun tidak jarang atas otoritas besar

yang dimilikinya tersebut justru memunculkan adanya celah penyimpangan

yang kerap dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu baik dari pihak

pemerintah maupun pihak swasta dalam melanggengkan kepentingan

ataupun ego elite tertentu.

Demikian halnya dengan aktivitas pertambangan pasir yang terdapat

di Desa Mekarjaya, pihak swasta yang dimaksudkan disini adalah CV AS,

yang merupakan salah satu industri pertambangan skala besar yang kurang

lebih selama delapan tahun telah melakukan aktivitas pertambangan di desa

ini. Sedangkan pihak pemerintah yang dimaksud adalah pihak aparatur

tingkat Desa dan Kecamatan, baik di Desa Mekarjaya maupun di Desa

Rancapaku.

Menurut masyarakat, baik pemerintah ataupun swasta terkadang

berada pada pihak yang sama dan terkesan “mengabaikan” atau

memposisikan masyarakat sebagai subjek yang tidak memiliki peran

penting dalam pengambilan suatu keputusan. Padahal sesuai dengan amanat

konstitusi, masyarakat justru merupakan pihak yang seharusnya paling

diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan suatu

keputusan, terlebih terhadap sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh

secara nyata terhadap kondisi lingkungan dan hidup masyarkat banyak.

Berkaitan dengan hal tersebut, berikut dampak aktivitas pertambangan pasir

dan kaitannya dengan persepsi terhadap hubungan antar aktor pada Tabel

10:

Page 84: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

73

Tabel 10 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap hubungan antar aktor

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak suka

antara masyarakat dengan pihak

Perusahaan Tambang Pasir

40.00 36.67 23.33 76.67 23.33 0.00 100.00 100.00

2

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak percaya

antara masyarakat dengan pihak

Perusahaan Tambang Pasir

26.67 43.33 30.00 73.33 26.67 0.00 100.00 100.00

3

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa saling curiga

antara masyarakat dengan pihak

Perusahaan Tambang Pasir

60.00 30.00 10.00 66.67 33.33 0.00 100.00 100.00

4

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan renggangnya

hubungan antara masyarakat

dengan pihak Perusahaan

Tambang Pasir

13.33 56.67 30.00 60.00 33.33 6.67 100.00 100.00

5

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan kebencian antara

masyarakat dengan pihak

Perusahaan Tambang Pasir

10.00 36.67 53.33 50.00 46.67 3.33 100.00 100.00

6

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak suka

antara masyarakat dengan pihak

pemerintah

10.00 60.00 30.00 3.33 43.33 53.33 100.00 100.00

7

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak percaya

antara masyarakat dengan pihak

pemerintah

33.33 43.33 23.33 0.00 46.67 53.33 100.00 100.00

8

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa saling curiga

antara masyarakat dengan pihak

pemerintah

63.33 23.33 13.33 6.67 60.00 33.33 100.00 100.00

9

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan renggangnya

hubungan antara masyarakat

dengan pihak pemerintah

13.33 56.67 30.00 10.00 43.33 46.67 100.00 100.00

10

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan kebencian antara

masyarakat dengan pihak

pemerintah

3.33 40.00 56.67 0.00 40.00 60.00 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Page 85: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

74

Berdasarkan data dari Tabel 10 dapat terlihat jika antara responden

dari Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku memiliki respons yang cukup

berbeda. Seperti pada kolom pernyataan nomor satu sampai dengan lima

dimana berisi pernyataan persepsi terhadap pihak swasta atau perusahaan

tambang, dan kolom nomor enam sampai dengan sepuluh dimana berisi

pernyataan persepsi terhadap pihak pemerintah. Berikut adalah

penjelasannya:

1. Dari sebanyak sepuluh pernyataan yang menyatakan tentang

persepsi terhadap pihak swasta dan juga pemerintah, responden dari

Desa Mekarjaya memiliki variasi jawaban yang beragam, dari setuju,

netral hingga tidak setuju. Jawaban mayoritas setuju muncul pada

pernyataan aktivitas pertambangan pasir menyebabkan masyarakat

tidak suka dengan keberadaan tambang pasir (40.00 persen), dan

juga pada pernyataan aktivitas pertambangan pasir menyebabkan

masyarakat menjadi curiga dengan pihak pertambangan (60.00

persen). Hal tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas responden

merasa sebenarnya ada yang tidak beres dengan aktivitas

pertambangan pasir di Desa Mekarjaya, bahkan ada salah seorang

responden yang menyebutkan jika sebenarnya adanya “kong-

kalikong” antara pihak perusahaan pertambangan dengan pihak

pemerintah. Itu juga didukung dengan mayoritas responden dari

Desa Mekarjaya yang menjawab setuju dengan pernyataan aktivitas

pertambangan pasir menyebabkan rasa saling curiga antara pihak

masyarakat dengan pihak pemerintah (63.33 persen). Namun

walaupun demikian, mayoritas responden menjawab tidak setuju

dengan pernyataan yang menyatakan aktivitas pertambangan pasir

menyebabkan kebencian antara masyarakat dengan pihak swasta

ataaupun pihak pemerintah.

2. Berbeda dengan mayoritas responden dari Desa Mekarjaya, untuk

persepsi terhadap swasta atau pihak perusahaan tambang mayoritas

responden dari Desa Rancapaku memiliki jawaban yang seragam,

yakni setuju. Hal ini memang seperti yang telah dibahas sebelumnya

bahwa mayoritas masyarakat Rancapaku tidak memiliki kedekatan

atau kepentingan khusus dengan pihak perusahaan tambang,

sehingga pernyataan yang menyatakan aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat tidak suka dengan keberadaan perusahaan

tambang dijawab oleh responden sebanyak 76.67 persen. Namun

walaupun demikian, masyarakat Desa Rancapaku merasa pihak

pemerintah lebih mendukung dan turut memperhatikan keluhan

masyarakat khususnya yang berkaitan dengan dampak pertambangan

pasir.

Terkait dengan hasil dari Tabel 10, seorang informan yakni bapak

SND (50 tahun) yang merupakan warga asli Desa Mekarjaya menyebutkan

tentang alasan kuat mengapa mayoritas responden memiliki memiliki rasa

curiga cukup tinggi dengan pihak pemerintah:

Page 86: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

75

“Orang-orang disana (kantor desa) saya kenal dan pada baik-

baik, cuma ya mungkin ini kan namanya “uang berkuasa”.

Seperti waktu bikin perizinan tambang, atau perpanjang usaha

tambang itu sering ktia dengan ada tanda tangan palsu, jadi

dianggapnya masyarakat setuju padahal sama sekali tidak

pernah. Saya sebetulnya kurang tahu karena itu urusan

“pejabat”, tapi bisa dinilai sendiri seperti apa keadaan

sebenarnya. Itu juga Alfamart baru yang dijalan utama, kan

sekarang ditutup. Kenapa? Ya kasusnya sama, tanda tangan

persetujuan warga ada padahal tidak ada warga yang

sebenarnya menandatangani.”

Berbeda dengan mayoritas masyarakat Desa Mekarjaya, seperti yang terlihat

di Tabel 10 jika mayoritas responden masyarakat Rancapaku memiliki

jawaban yang positif terhadap persepsi dan hubungan dengan pihak

pemerintah. Seperti yang juga disebutkan oleh JJG (54 tahun):

“Pemerintah sebetulnya mendukung masyarakat. Kita beberapa

kali demo tentang tambang pihak pemerintah juga sampai ikut

mendukung. Jadi kalau ada apa-apa masyarakat juga jadi enak

melapor ke mereka (pemerintah). Sampai waktu itu juga pernah

orang desa (pemerintah) yang bantu melaporkan soal tambang

itu ke pihak kecamatan. Jadi masyarkat juga nyaman untuk

menyampaikan keluh kesahnya.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika

masyarakat Desa Mekarjaya memang sebagian besar masyarakatnya berada

pada posisi dilematis, dimana cenderung netral dengan variasi jawaban

lainnya berada pada jawaban setuju dan tidak setuju dengan pernyataan

yang menyatakan hubungan atau relasi masyarakat dengan pihak swasta dan

juga pemerintah. Sedangkan respons berbeda ditunjukkan oleh responden

Desa Rancapaku, tidak hanya sebatas curiga dan tidak percaya terhadap

perusahaan tambang, sebagian besar responden menyatakan bahkan sampai

mulai muncul perasaan benci. Namun walaupun demikian responden dari

Desa Rancapaku memiliki kecenderungan respons yang cukup positif

terhadap pihak pemerintah, hanya saja muncul perasaan curiga khususnya

hal yang berkenaan dengan adanya kompensasi atau uang yang diberikan

perusahaan tambang.

Persepsi Terhadap Konflik Sosial

Konflik pada umumnya dapat terjadi ketika adanya dua atau lebih

perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok yang saling bertemu.

Dalam kasus pertambangan pasir di kawasan Gunung Galunggung, seperti

yang sudah disebutkan sebelumnya baik pihak pemerintah, swasta ataupun

masyarakat memiliki cara pandang dan kepentingan yang berbeda terhadap

objek sumber daya alam yang ada. Hal tersebut tentunya dapat memicu

Page 87: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

76

gesekan-gesekan sosial yang dapat berujung pada konflik. Konflik sendiri

memiliki variasi bentuk hingga tensinya senidri. Berkaitan dengan hal

tersebut, berikut dampak aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan

persepsi terhadap konflik sosial pada Tabel 11.

Tabel 11 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap konflik sosial

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat kerap

mendapat teguran

dari pihak tertentu

3.33 16.67 80.00 16.67 70.00 13.33 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat kerap

mendapat terror dari

pihak tertentu

0.00 23.33 76.67 6.67 63.33 30.00 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat kerap

mendapat ancaman

dari pihak tertentu

3.33 16.67 80.00 26.67 50.00 23.33 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat

melakukan aksi

demonstrasi secara

halus (pemogokan,

long march, dll)

20.00 56.67 23.33 63.33 36.67 0.00 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

masyarakat

melakukan

demonstrasi secara

radikal (kekerasan,

perusakan, dll)

0.00 46.67 53.33 33.33 50.00 16.67 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Berdasarkan data dari Tabel 11 maka dapat dilihat jika kembali

terdapat perbedaan antara jawaban mayoritas responden dari Desa

Page 88: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

77

Mekarjaya dan mayoritas dari Desa Rancapaku. Berikut penjelasan dari data

Tabel 11:

1. Mayoritas masyarakat Desa Mekarjaya tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan adanya teguran, terror ataupun

ancaman terhadap masyarakat yang diakibatkan oleh aktivias

pertambangan pasir. Persentase sebesar 76.00 sampai 80.00 persen

mendominasi jawaban responden dengan pilihan tidak setuju. Hal

ini dikarenan menurut sebagian besar responden baik pihak

tambang, pemerintah maupun masyarakat memang enggan dan

tidak pernah mau untuk menempuh jalur represif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Bahkan walaupun pernah

terjadi beberapa kali aksi demo di Kecamatan Padakembang,

mungkin secara umum dapat dikatakan hanya sedikit masyarakat

dari Desa Mekarjaya yang ikut dalam aksi demonstrasi tersebut.

Beberapa masyarakat Desa Mekarjaya khususnya yang tinggal di

daerah dekat aliran sungai Cikunir memiliki caranya sendiri dalam

melakukan “demonstrasi”, bukan dengan long march, ataupun aksi

kekerasan. Terbukti berdasarkan data dari Tabel 11 bahwa sebanyak

53.33 persen responden Desa Mekarjaya tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan akibat aktivitas pertambangan pasir,

masyarakat melakukan demonstrasi secara radikal atau melalui jalur

kekerasan. Walaupun demikian, sebesar 56.67 persen responden

menyatakan setuju dengan pernyataan yang menyatakan akibat

aktivitas pertambangan pasir, masyarakat melakukan demonstrasi

secara halus.

2. Berdasarkan Tabel 11 mayoritas masyarakat Desa Rancapaku

memilih netral dengan pernyataan yang menyebutkan adanya

teguran, terror ataupun ancaman terhadap masyarakat yang

diakibatkan oleh aktivias pertambangan pasir. Terkait dengan alasan

memilih jawaban netral, beberapa responden beranggapan jika di

Desa Rancapaku sendiri terdapat “orang tambang” yang kerap

mengawasi aksi masyarakat, terlebih ketika akan melakukan

demonstrasi. Walaupun sebetulnya yang dimaksud oleh masyarakat

lebih mengarah pada hambatan, dan bukan ancaman secara

langsung, masyarakat tetap merasa hal tersebut sebagai tekanan

tersendiri yang mempengaruhi aksi masyarakat. Dan terkait dengan

aksi masyarakat, sebanyak 63.33 persen responden setuju dengan

pernyataan yang menyatakan akibat aktivitas pertambangan pasir,

masyarakat melakukan demonstrasi secara halus. Serta sebesar

50.00 persen responden netral dengan pernyataan akibat aktivitas

pertambangan pasir, masyarakat melakukan demonstrasi secara

radikal atau melalui jalur kekerasan.

Aksi demontrasi yang terjadi di Kecamatan Padakembang memang

telah beberapa kali terjadi. Demonstrasi yang diikuti oleh hanya beberada

desa dari Kecamatan Padakembang ini setidaknya dalam satu tahun terakhir

ini telah dilakukan kurang lebih empat sampai sepuluh kali. Namun hasilnya

masih saja nihil, walaupun sempat ada surat kesepakatan yang

Page 89: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

78

ditandatangani oleh pihak masyarakat dan swasta (Lampiran 5), namun

sepertinya hal tersebut sama sekali belum memberikan keadilan seperti yang

masyarakat dambakan. Seperti yang disebutkan oleh ibu LSR (47 tahun)

yang merupakan warga Desa Mekarjaya:

“Kalau dari jaman dulu demo mungkin sudah ada puluhan kali.

Bahkan dulu bukan cuma warga sini yang ikut berdemo. Tahun

2010 – 2011 banyak juga orang luar yang kesini untuk tanya-

tanya tentang tambang, seperti wartawan. Tapi akhrinya sama-

sama saja, sampai sekarang juga tetap saja perusahaan tambang

beroprasi. Malah sepertinya semakin “menjadi”.”

Memang seperti yang disebutkan oleh ibu LSR, sebetulnya aksi demonstrasi

telah cukup banyak dilakukan. Seperti yang pada tahun 2011 lalu,

masyarakat yang tergabung dengan Masyarakat Galunggung Menggugat

(MGM) menuntut adanya moratorium penambangan pasir galunggung.

Bahkan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat ini sudah

beberapa kali disorot media. Bahkan sempat sampai ada dukungan dari

Asosiasi Pengusaha Tambang (APT) Tasikmalaya yang juga menuntut

adanya pertimbangan lebih lanjut tentang kegiatan penambangan pasir di

Gunung Galunggung. Walaupun demikian, menurut masyarakat, perusahaan

tambang tidak pernah sampai ada yang berhenti beroperasi. Bahkan paling

lama hanya berhenti selama dua atau tiga hari setelah mendapat teguran,

namun selanjutnya kembali beroperasi tanpa adanya perbaikan sistem

operasional.

Penjelasan di atas mungkin dapat menjadi salah satu faktor alasan

mengapa masyarakat Desa Mekarjaya menjadi lebih apatis terhadap aksi-

aksi demonstrasi. Karena menurut sebagian masyarakat, aksi demonstrasi

yang dilakukan tidak akan berpengaruh terhadap kondisi penghidupan

mereka, apalagi hingga menutup perusahaan tambang yang ada di desa

mereka. Selain itu, cara pandang kompromistik ini juga dikarenakan adanya

ketergantunggan ekonomi ataupun kedekatan relasional antara masyarakat

dengan pihak pertambangan pasir. Baik secara langsung maupun tidak

langsung keberadaan perusahaan pertambangan membawa perubahan sosial

yang secara nyata dirasakan masyarakat, dari terbukanya peluang kerja atau

meningkatnya aktivitas ekonomi desa. Berbeda dengan kondisi atau respons

dari masyarakat Desa Rancapaku yang tidak memiliki ketergantungan

ekonomi atau kedekatan sosial dengan perusahaan pertambangan, sehingga

respons radikal cenderung menonjol dari masyarakat desa ini, karena

munculnya paradigma “nothing to lose” sehingga representasi tindakan

mereka lebih bebas dan tidak terikat oleh nilai-nilai tertentu.

Walaupun demikian, pernyataan tersebut tidak berlaku untuk seluruh

masyarakat Desa Mekarjaya. Karena sampai pada saat ini masih cukup

banyak masyarakat Desa Mekarjaya yang melakukan perjuangannya dengan

caranya masing-masing. Sepert YYT (52 tahun) yang merupakan

masyarakat Desa Mekarjaya yang juga aktif di kelompok pembenihan Ikan

Mekar Saluyu. Berikut pemaparan tentang bapak YYT dalam boks kasus.

Page 90: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

79

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika pada

dasarnya konflik lebih cenderung lebih dalam pada masyarakat di Desa

Rancapaku. Mereka cenderung melakukan protes secara bersama-sama yang

tidak jarang mengarah pada tindakan-tindakan anarkis, seperti melempari

batu alat-alat berat pihak tambang, truk pengangkut pasir dan lain

sebagainya.

Bahkan dahulu sempat ada kejadian dimana masyarakat Desa

Rancapaku dan kampung-kampung di sekitarnya melakukan perlawanan

dan penolakan terhadap keberadaan truk pasir dengan menanam pisang di

jalur yang menjadi lalu lalang truk tersebut. Sedangkan untuk Desa

Mekarjaya, mayoritas masyarakatnya cenderung lebih menghindari aksi-

aksi protes seperti yang terdapat di Desa Rancapaku. Namun walaupun

demikian, sebagian masyarakatnya tetap ada yang melakukan aksi-aksi

perlawanan dan penolakan terkait keberdaan perusahaan pertambangan

dengan memanfaatkan sarana ruang publik (Lampiran 6), spanduk protes

dan cara yang lebih non-represif lainnya.

Persepsi Terhadap Cara Pandang Lingkungan

Kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem dapat terwujud

jika manusia yang berada didalamnya juga turut serta menjaganya. Namun

faktanya, kondisi yang menyimpang semakin banyak ditemui, tidak jarang

Boks 3. Kisah Kehidupan kasus Bapak YYT (52 Tahun)

Bapak YYT merupakan seorang warga Desa Mekarjaya yang

berprofesi sebagai peternak ikan. Sebagai seseorang yang menggantungkan

hidupnya pada hasil penjualan ikan, tentu pencemaran air yang diakibatkan

oleh limbah pertambangan akan sangat mempengaruhi mata pencahariannya.

Namun sebagai respons atas hal tersebut, bapak YYT memiliki caranya

sendiri. Ditengah gegap gempita demonstrasi dan penolakan oleh masyarakat

secara berbondong-bondong, bapak YYT lebih memilih “berdemo” dengan

caranya sendiri. Beliau mendokumentasikan berbagai dampak yang

diakibatkan pertambangan pasir dengan kamera telepon genggamnya. Dari

air sungai yang keruh, hingga ikan-ikan mati yang berasal dari kolam

berukuran 1.5 x 3 meter miliknya. Namun dari situ, beliau mulai dianggap

sebagai “aktivis” yang turut memperjuangkan hak-hak masyarakat. Sampai

pada akhirnya beliau juga dipanggil untuk berdiskusi langsung dengan pihak

pemerintah hingga perwakilan tambang.

Pada saat ini mungkin kita masih dapat melihat tulisannya yang

terpampang jelas di pinggir jalan utama Desa Mekarjaya, tulisan itu berbunyi

“PEMERINTAH JANGAN PURA-PURA TIDAK TAHU TENTANG

PENCEMARAN LIMBAH, KARENA KAMI SUDAH BERI TAHU!”.

Emosi tulisan tersebut juga benar-benar tergambarkan ketika penulis sempat

berdiskusi dengan beliau, “Air ini nafkah saya, untuk keluarga saya. Dan

saya rela mati demi itu”.

Page 91: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

80

justru manusia yang menjadi salah satu penyebab utama kerusakan tersebut.

Terlebih dengan dalih “sudah faktor alam”, banyak manusia yang semakin

acuh terhadap kelestarian lingkungan.

Cara pandang individu terhadap lingkungannya memang beragam,

dan banyak faktor juga yang mempengaruhinya, dari pengetahuan, pola atau

kebiasaan hingga kelembagaan. Namun pada dasarnya cara pandang

tersebut lebih dikonstruksikan secara abstrak dan subjektif. Demikian

halnya dengan masyarakat di Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku, dampak

dari aktivitas pertambangan pasir tidak hanya telah menyentuh pada tataran

fisik, namun juga jauh bahkan hingga cara pandang masyarakat terhadap

lingkungannya. Dampak aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan

persepsi terhadap cara pandang lingkungan dapat dilihat pada pada Tabel

12.

Tabel 12 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapak terhadap

cara pandang lingkungan

No. Pernyataan

Presentase (%)

Total (%) MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas penambangan

pasir menyebabkan

masyarakat menjadi

acuh terhadap

lingkungan

23.33 53.33 23.33 56.67 43.33 0.00 100.00 100.00

2

Aktivitas penambangan

pasir menyebabkan

masyarakat menjadi

enggan untuk

melakukan kerja bakti

10.00 60.00 30.00 10.00 56.67 33.33 100.00 100.00

3

Aktivitas penambangan

pasir menyebabkan

masyarakat menjadi

enggan untuk

membersihkan

lingkungan sekitar

rumah

40.00 43.33 16.67 36.67 46.67 16.67 100.00 100.00

4

Aktivitas penambangan

pasir menyebabkan

masyarakat menjadi

lebih leluasa mencemari

sungai, kolam, dsj.

6.67 23.33 70.00 40.00 36.67 23.33 100.00 100.00

5

Aktivitas penambangan

pasir menyebabkan

masyarakat menjadi

lebih leluasa membuang

sampah sembarangan

3.33 20.00 76.67 13.33 30.00 56.67 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Page 92: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

81

Berikut adalah penjelasan dari hasil data di Tabel 12:

1. Masyarakat Desa Mekarjaya cenderung memilih posisi netral

(dengan persentase sebesar 43.00–60.00 persen) dalam kaitannya

dengan pernyataan dampak aktivitas pertambangan pasir

menyebabkan masyarakat menjadi acuh terhadap lingkungan dan

enggan untuk melakukan kerja bakti dan bersih-bersih rumah.

Responden yang menjawab ini secara garis besar mengatakan bahwa

pasca maraknya aktivitas pertambangan pasir di Desa, banyak

rumah-rumah khususnya yang berada di daerah pinggir jalan

kesulitan untuk membersihkan rumahnya dari debu-debu yang

bertumpuk, sehingga pada akhirnya lebih memilih untuk

mendiamkannya. Selain itu, pola atau kebiasaan masyarakat untuk

melakukan kerja baki memang semakin memudar pasca masuknya

modernisasi di Desa ini, bahkan menurut salah seorang responden,

kerja bakti di Desa Mekarjaya hanya dilakukan hanya ketika ada

acara seremonial atau menyambut hari kemerdekaan ataupun pejabat

yang akan datang. Namun walaupun demikian, sebanyak 70.00 -

76.00 persen responden dari Desa Mekarjaya tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat menjadi lebih leluasa mencemari atau

membuang sampah sembarangan.

2. Respons yang berbeda dapat ditemui di mayoritas responden dari

Desa Rancapaku. Terlihat dari sebesar 56.67 persen responden setuju

dengan pernyataan yang menyatakan aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat menjadi acuh terhadap lingkungan.

Pernyataan setuju sebesar 40.00 persen juga terdapat pada

pernyataan lainnya, yakni aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat menjadi lebih leluasa mencemari sungai

ataupun kolam. Hal tersebut menurut sebagian responden adalah

wajar, karena pasca sungai Cikunir tercemar oleh limbah

pertambangan, masyarakat jadi sama sekali tidak dapat

memanfaatkan air tersebut. Bahkan hingga ke air selokan di tingkat

Desa pun sudah tercemar oleh air-air limbah, sehingga bagi

masyarakat, tidak akan ada pengaruhnya jika mereka juga turut

mencemari air tersebut. Namun untuk pernyataan yang menyatakan

aktivitas penambangan pasir menyebabkan masyarakat menjadi lebih

leluasa membuang sampah sembarangan, mayoritas responden

menjawabnya dengan tidak setuju sebesar 56.67 persen.

Baik masyarakat di Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapaku telah

mengalami cara pandang lingkungan yang berbeda dalam kaitannya dengan

keberadaan peruahaan pertambangan pasir. Namun walaupun demikian,

terkait dengan upaya mengelola sampah atau limbah rumah tangga di kedua

Desa ini masih sangatlah minin. Baik di Desa Mekarjaya ataupun Desa

Rancapaku hampir seluruh dusun atau kampungnya sama sekali tidak

memiliki tempat sampah yang dikelola baik oleh pemerintah maupun secara

kolektif. Masyarakat kedua Desa ini masih menggunakan cara konvensional,

yakni dengan membakar sampah-sampah rumah tangganya. Bagi mereka

Page 93: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

82

hal tersebut tidaklah salah, selain itu, sebagian besar responden juga

memiliki kecenderungan membalikkan pernyataan tersebut dengan

membandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh perusahaan

pertambangan. Seperti halnya yang disebutkan oleh OTR (46 Tahun):

“Kalau sampah plastik, kertas, atau daun itu dibakar. Tapi kalau

ada sisa makanan. nasi, lauk pauk itu kita lempar ke “balong”

(kolam perorangan milik warga). Disini memang kebanyakan

seperti itu, orang yang ngelola sampahnya juga tidak ada, ya jadi

dikelola masing-masing. Tapi itu saja perusahaan tambang juga

buang limbahnya sembarangan. Limbahnya juga lebih kotor,

seharusnya itu yang lebih dulu diatur oleh pemerintah.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan jika pada

dasarnya keberadaan perusahaan tambang mempengaruhi juga cara pandang

masyarakatnya terhadap lingkungan. Khususnya untuk masyarakat Desa

Rancapaku, apatisme masyarakat terhadap sungai Cikunir juga secara jelas

ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang membuang sampah di

aliran sungai ini. Karena menurut mereka sungai yang pada awalnya sangat

jernih dan deras ini memang sudah rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi

pasca kehadiran perusahaan tambang. Sedangkan itu untuk Desa Mekarjaya,

khususnya untuk yang bertempat tinggal di sekitar jalan utama yang juga

dilewati truk pembawa material pasir, rasa ketidakpedulian juga setidaknya

terdapat di sebagian warga, pasalnya truk yang hampir 24 jam berlalu lalang

ini juga menibulkan debu-debu yang sangat tebal yang mengotori teras atau

pekarangan rumah warga.

Dampak Ekonomi

Keberadaan industri skala sedang atau besar di Desa tentunya akan

dapat berpengaruh kuat terhadap aktivitas ekonomi Desa secara umum.

Selain diharapkan mampu menyerap tenaga kerja, keberadaan industri

tersebut juga dianggap mampu memberikan dampak positif terhadap

industri-industri kecil yang berada di lingkungan sekitarnya, seperti dengan

adanya program kemitraan, program pemberdayaan, dan lain sebagainya.

Namun pada dasarnya hal tersebut juga kembali pada pihak industri itu

sendiri, dan tentunya peran serta pemerintah yang harus lebih dominan dan

berpihak kepada masyarakat.

Secara garis besar, keberadaan aktivitas pertambangan pasir di Desa

Mekarjaya juga dianggap sebagian masyarakatnya membawa dampak

positif. Namun terdapat juga beberapa pihak yang justru merasa keberadaan

perusahaan tambang tersebut tidak berarti apa-apa, bahkan justru dianggap

sebagai penghambat aktivitas ekonomi Desa. Terlebih untuk sebagian besar

masyarakat dari Desa Rancapaku, dimana pandangan mereka terhadap

keberadaan perusahaan pertambangan lebih berkecenderungan negatif.

Maka dari itu, berdasarkan penjabaran tersebut permasalahan aspek

ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan pasir di kawasan

Page 94: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

83

Gunung Galunggung akan dibahas kedalam empat sub-bab yang juga akan

merepresentasikan empat indikator, yaitu:

1. Tingkat Pendapatan

Indikator ini akan melihat ukuran besaran pendapatan yang didapat

oleh masyarakat baik dari sektor pertanian maupun sektor non-

pertanian.

2. Tingkat Kesempatan Bekerja

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap bagaimana

peluang yang diperoleh masyarakat dalam kaitannya dengan

berbagai pekerjaan baik yang berkaitan langsung dengan

pertambangan ataupun tidak.

3. Tingkat Aktivitas Ekonomi Desa

Indikator ini akan melihat persepsi masyarakat terhadap interaksi

dalam kegiatan ekonomi dan/atau jumlah aktivitas yang

berhubungan dengan kegiatan ekonomi di Desa.

Secara spesifik, dampak ekonomi yang terjadi di Desa Mekarjaya

dan Desa Rancapaku dapat dilihat pada pembahasan dan tabel-tabel

dibawah ini.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan pada dasarnya merupakan suatu jumlah atau

total uang yang diterima oleh responden yang diperoleh baik dari sektor

pertanian maupun non-pertanian. Pendapatan tentunya berkaitan erat dengan

profesi atau mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Walaupun

berdasarkan data pemerintah desa mayoritas mata pencaharian masyarakat

di Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku adalah petani. Namun kondisi

dilapangan justru menunjukkan kondisi dimana banyak warga yang

berprofesi sebagai buruh, khususnya buruh kasar. Selain itu dari sudut

pandang lain, keberadaan perusahaan pertambangan juga ternyata

menimbulkan perubahan sosial yang berimplikasi terhadap mata

pencaharian masyarakat, diantaranya dengan munculnya pola pekerjaan

masyarakat yang bekerja merangkap sebagai petani dan buruh tambang,

ataupun petani dan supir truk pasir.

Menurut masyarakat, transisi pekerjaan masyarakat pada saat ini

diantaranya dikarenakan semakin sedikitnya lahan pertanian, selain itu

banyaknya sawah milik masyarakat yang diperjualbelikan menyebabkan

lahan sawah yang besar dan luas hanya cenderung dimiliki perorangan.

Sehingga pada akhirnya mulai banyak warga baik di Desa Rancapaku

maupun Desa Mekarjaya yang mau tidak mau beralih profesi menjadi buruh

baik di dalam kota maupun luar kota. Berikut adalah grafik rata-rata

pendapatan rumah tangga responden dari Desa Mekarjaya dan Desa

Rancapaku:

Page 95: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

84

Gambar 4 Rata-rata pendapatan rumah tangga responden Desa Mekarjaya

dan Desa Rancapaku April 2013 – April 2014

Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh

masyarakat Desa Mekarjaya lebih besar daripada masyarakat di Desa

Rancapaku. Dapat terlihat baik pada kategori pendapatan sedang dan juga

tinggi masyarakat dari Desa Mekarjaya memiliki jumlah yang lebih besar.

Walaupun nilai tersebut secara garis besar bukan merupakan kontribusi

langsung dari sektor pertambangan, namun hal tersebut dipengaruhi juga

oleh kontribusi secara tidak langsung dari keberadaan perusahaan tambang

pasir, diantaranya peluang kerja dan wirausaha masyarakat di Desa

Mekarjaya yang lebih besar dari masyarakat di Desa Rancapaku. Namun

terdapat juga faktor lainnya, diantaranya adalah seperti yang sudah

disebutkan sebelumnya, sebagian besar kampung atau dusun di Desa

Rancapaku terlewati oleh aliran sungai Cikunir, demikian halnya dengan

sawah milik warga, cukup banyak yang terletak tepat di pinggiran sungai

Cikunir. Hal ini tentunya sangat mengancam mata pencaharian masyarakat,

terlebih dengan penyusutan ukuran dan pengendapan yang dialami sungai

Cikunir, ancaman banjir yang akan langsung merendam sawah masyarakat

menjadi salah satu ancaman besar yang juga kerap mempengaruhi hasil

produksi dan pendapatan masyarakat.

Permasalahan peluang kerja juga menjadi salah satu faktor yang

berkaitan erat dengan tingkat pendapatan, dan untuk di Desa Mekarjaya

memang secara kasat mata dapat terlihat jika banyak masyarakat yang

berasal dari Desa Mekarjaya yang berjualan makanan atau usaha warung

kelontong. Karena memang pada dasarnya kawasan Desa Mekarjaya

merupakan salah satu kawasan strategis yang kerap dimanfaatkan oleh para

supir-supir truk atau pekerja tambang untuk berisrirahat, selain itu jalan

utama Desa yang juga menjadi salah satu jalan alternatif menuju kawasan

Rp15,800,000

Rp10,620,000

Rp7,447,059

Rp14,520,000

Rp10,425,000

Rp7,668,000

Rp-

Rp2,000,000

Rp4,000,000

Rp6,000,000

Rp8,000,000

Rp10,000,000

Rp12,000,000

Rp14,000,000

Rp16,000,000

Rp18,000,000

Tinggi Sedang Rendah

Kategori

Tingkat Pendapatan

Desa Mekarjaya

Desa Rancapaku

Page 96: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

85

wisata Gunung Galunggung secara tidak langsung juga membuat banyaknya

wisatawan khususnya pada akhir minggu berlalu-lalang melalui jalur ini.

Namun hal sebaliknya justru terdapat di Desa Rancapaku, seperti yang

disebutkan oleh USR (43 tahun) yang merupakan salah satu penjual warung

kelontong di Desa Rancapaku:

“Kalau disini (Desa Rancapaku) tergolong sepi jalannya. Coba

saja lewat sekitar jam 12.00, pasti jalan sepi, orang yang lalu

lalang juga jarang. Beda lah kalau dibandingkan dengan Desa

Mekarjaya. Makanya dikit yang buka warung disini, paling hanya

ada beberapa. Sisanya ya bertani, kalau bapak-bapaknya apalagi

yang masih muda banyak yang jadi buruh ke Jakarta, ada yang

kerja juga di tempat wisata, tapi kalau kerja di tambang itu

hampir tidak ada disini. Soalnya memang kalah sama „beku‟, jadi

tidak terlalu untung, untungnya cuma kecil.”

Pernyataan yang dinyatakan oleh ibu USR memang cukup

menggambarkan juga bagaimana kondisi mata pencaharian sebagian besar

masyarakat di Desa Mekarjaya. Memang pada dasarnya baik masyarakat di

Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapaku pada saat ini hampir sudah tidak

ada yang menggantungkan secara mutlak penghidupan mereka pada sektor

pertambangan. Hanya beberapa orang mungkin yang bertahan di sektor ini,

itu pun biasanya hanya orang-orang yang memiliki relasi dan jabatan

tertentu di perusahaan. Sedangkan untuk buruh dan supir pengangkut pasir,

pekerjaan itu lebih bersifat tidak mengikat dan hanya cenderung “musiman”.

Lain halnya ketika dulu, sebelum masuknya era industri di kawasan ini,

seorang informan menyatakan masih ada masyarakat yang melakukan

penambangan pasir baik secara berkelompok ataupun perorangan, namun

seiring dengan masuknya industri tersebut, penambang konvensional ini

semakin tersingkir dan bahkan sama sekali tidak ada yang bertahan. Seperti

halnya yang disebutkan oleh bapak RRK (56 tahun) yang merupakan warga

Desa Rancapaku.

“Dulu itu jelas ramai, hampir seluruh warga di kawasan Gunung

Galunggung mungkin setidaknya sempat ikut menambang. Tapi

sekarang jelas semakin kalah oleh perusahaan, warga sama

sekali tidak bisa apa-apa, tidak ada tambahan dari “berkah

pasir” lagi. Tapi walaupun begitu masih ada saja yang

mengambil pasir kalau hujan, karena kalau hujan, pasir itu cukup

banyak yang terbawa arus sampai-sampai menggumpal. Hal ini

dimanfaatkan dan dikumpulkan warga, siapa tau bermanfaat.”

Memang banyak masyarakat yang beranggapan pada saat ini pasir

tidak lagi membawa “berkah” seperti yang mereka rasakan ketika sebelum

runtuhnya rezim orde baru. Bahkan masyarakat juga mengatakan pada saat

ini keuntungan hanya diperoleh oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas dan

kekuatan jaringan serta kekuasaan, dan bukan berada pada masyarakat

Page 97: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

86

sekitar ataupun buruh pertambangan. Hal ini seperti yang dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 5 Rantai penjualan pasir Galunggung

Berdasarkan Gambar 5, setidaknya memang dapat terlihat jika

penggali pasir yang langsung menjualnya ke toko bangunan atau tauke7

hanya mendapat keuntungan yang tergolong rendah. Harga pasir yang

berada di tangan pihak tauke setidaknya menjadi belipat dua kali lipat dari

harga yang dijual oleh penggali tambang. Demikian halnya ketika tauke

melakukan penjualan langsung ke konsumen, harga jual menjadi kembali

bertambah menjadi sekitar Rp. 80.000 per-kubik. Harga yang ditawarkan

tersebut setidaknya memiliki selisih harga sekitar Rp. 50.000 per-kubik

dengan harga yang ditawarkan oleh penggali pasir. Namun perbedaan yang

paling terlihat adalah ketika pasir Galunggung telah dijual oleh pihak toko

bangunan. Setidaknya terdapat selisih harga sebesar kurang lebih Rp.

200.000 per-kubik antara harga jual penggali pasir dan harga jual toko

bangunan. Angka yang cukup jauh berbeda ini, telah mengindikasikan

adanya ketidakadilan ekonomi yang terjadi antara pihak-pihak yang sama-

sama memanfaatkan objek material pasir Galunggung.

Padahal secara logika, para pekerja dan penggali pasir tersebut harus

lebih banyak menguras waktu dan tenaga. Namun insentif dan keuntungan

yang diperoleh oleh para pekerja seolah sangat tidak adil dan justru

menguntungkan pihak pemodal saja. Hal tersebut memang pada akhirnya

menjadi salah satu faktor menagapa banyak masyarakat yang enggan untuk

bekerja di sektor pertambangan. Konstruksi sistem kapitalisme yang

7 Tauke merujuk pada istilah pihak perusahaan atau kepala kerja suatu perusahaan

pertambangan.

Penggali

Pasir

Tauke Pasir

Toko Bangunan / Pasir

Konsumen

Harga Pasaran

± Rp. 30.000/kubik

Harga Pasaran

± Rp. 80.000/kubik

Harga Pasaran

± Rp. 30.000/kubik

Harga Pasaran

± Rp. 60.000/kubik

Harga Pasaran

± Rp. 230.000/kubik

Page 98: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

87

dipraktikan oleh pihak swasta secara nyata hanya akan semakin

memunculkan kesenjangan antara pihak pekerja dan pemodal. Pihak pekerja

(masyarakat) yang mengidamkan kesejahteraan akan selalu terganjal oleh

perbedaan cara pandang dan ideologi yang saling bertentangan. Terlebih

tidak jarang pihak swasta mendapat dukungan dari oknum pemerintahan

yang juga memiliki cara pandang yang lebih berorientasi profit dan

cenderung mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat.

Berdasarkan pernyataan di atas, secara garis besar dapat disimpulkan

jika pendapatan masyarakat di Desa Mekarjaya memiliki perolehan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Rancapaku. Hal ini diantaranya

dikarenakan faktor implikasi dampak ekologis yakni banjir terhadap

berkurangnya hasi produksi masyarakat Desa Rancapaku, hingga adanya

peluang kerja yang lebih besar untuk bidang wirausaha di Desa Mekarjaya.

Sedangkan dalam kaitannya dengan pendapatan dari faktor pertambangan,

pada saat ini sangatlah kecil jumlahnya masyarakat baik dari Desa

Mekarjaya maupun Desa Rancapaku yang melakukan aktivitas

penambangan secara konvensional. Selain karena tergerus oleh kehadiran

industri, pendapatan yang dihasilkan oleh sektor ini tergolong tidak terlalu

besar, sehingga banyak masyarakat yang justru mencari alternatif sumber

pendapatan lainnya.

Persepsi Terhadap Tingkat Kesempatan Bekerja

Industri pertambangan memang dapat menyerap tenaga kerja yang

cukup tinggi. Karena terdapat berbagai proses didalamnya, dari penggalian

hingga pengangkutan hasil tambang yang membutuhkan jumlah pekerja

yang banyak. Hal tersebut mungkin pada dasarnya dapat dikatakan sebagai

salah satu manfaat positif yang diakibatkan oleh keberadaan aktivitas

tambang pasir.

Dampak negatif yang diakibatkan pertambangan pasir namun lambat

laun lebih dirasakan secara esensial, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Diantaranya adalah untuk peluang kerja di sektor tambang

tersebut justru lebih di dominasi oleh orang-orang dari luar Desa, atau

kehadiran perusahaan tambang yang justru semakin mengancam eksistensi

pekerjaan petani ataupun peternak ikan, baik karena adanya konversi lahan

ataupun dampak ekologis lain yang ditimbulkan. Dampak aktivitas

pertambangan pasir dan kaitannya dengan persepsi terhadap kesempatan

bekerja dapat dilihat pada pada Tabel 13:

Page 99: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

88

Tabel 13 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat kesempatan bekerja

No. Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

berkurangnya

peluang kerja

masyarakat di

bidang pertanian

36.67 46.67 16.67 56.67 43.33 0.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

berkurangnya

peluang kerja

masyarakat di

bidang non-

pertanian

10.00 33.33 56.67 53.33 46.67 0.00 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan

pasir

menyebabkan

terbatasnya

ruang kerja

masyarakat

3.33 66.67 30.00 13.33 60.00 26.67 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan

pasir tidak

membuka

peluang bekerja

bagi masyarakat

setempat

10.00 46.67 43.33 56.67 43.33 0.00 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan

pasir didominasi

oleh pekerja dari

luar Desa

26.67 40.00 33.33 80.00 20.00 0.00 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Berdasarkan data dari Tabel 13 maka dapat dilihat kecenderungan

responden di Desa Mekarjaya menjawab pada pilihan netral, sedangkan

untuk responden di Desa Rancapaku cenderung menjawab pada pilihan

Setuju. Berikut adalah penjelasannya:

1. Pada pernyataan pertama, yakni aktivitas penambangan pasir

menyebabkan berkurangnya peluang kerja masyarakat di bidang

pertanian, sebesar 46.67 persen responden di Desa Mekarjaya

menjawab pada pilihan netral. Namun, mayoritas pilihan kedua

adalah setuju, dengan persentase sebesar 36.67 persen. Hal tersebut

dikarenakan bagi sebagian masyarakat, aktivitas pertambangan pasir

Page 100: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

89

tidak secara langsung berakibat pada berkurangnya peluang kerja

masyarakat di bidang pertanian, walaupun memang akibat air bersih

yang semakin sulit diperoleh berimplikasi juga terhadap menurunnya

hasil produksi mereka, tetapi menurut mereka berkurangnya peluang

kerja pertanian pada saat ini lebih disebabkan oleh individu itu

sendiri. Karena semakin banyaknya orang yang menjual sawah

hingga pekarangan rumah mereka, baik untuk alasan ekonomi

ataupun pembangunan. Namun, untuk pernyataan aktivitas

penambangan pasir menyebabkan berkurangnya peluang kerja

masyarakat di bidang non-pertanian, sebesar 56.67 persen responden

di Desa Mekarjaya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Karena

dengan aktivitas pertambangan yang hampir 24 jam terus beroperasi,

dianggap dapat membuka peluang baru khususnya bagi masyarakat

yang berada di dekat lokasi tambang untuk membuka warung

kelontong dan warung makan, bahkan terdapat juga industri batako

yang cukup menyerap tenaga kerja dari warga Desa Mekarjaya.

2. Berbeda dengan mayoritas responden di Desa Mekarjaya, sebagian

besar responden di Desa Rancapaku atau sebesar 56.67 Setuju

dengan pernyataan yang menyatakan aktivitas penambangan pasir

menyebabkan berkurangnya peluang kerja masyarakat di bidang

pertanian, dan sebesar 53.33 persen juga setuju dengan pernyataan

aktivitas penambangan pasir menyebabkan berkurangnya peluang

kerja masyarakat di bidang non-pertanian. Secara spesifik responden

menyebutkan alasannya, diantaranya untuk bidang pertanian jelas

disebabkan oleh keruhnya air yang berpengaruh terhadap hasil

produksi pertanian, bahkan sampai ada yang pada akhirnya menjual

sawah milikinya karena dirasa beberapa tahun belakangan ini

pertanian kurang menguntungkan. Terlebih untuk yang memiliki

sawah di sekitar sungai Cikunir, pendangkalan sungai yang

diakibatkan pertambangan pasir juga telah menyebabkan beberapa

kali sawah yang berada di sekitarnya hancur karena terendam luapan

sungai.

3. Terkait dengan peluang kerja yang diciptakan oleh aktivitas

pertambangan pasir, walaupun mayoritas responden Desa Mekarjaya

lebih memilih jawaban netral, namun kecenderungan responden

tersebut juga berada pada jawaban tidak setuju. Terbukti dengan

persentase tidak setuju sebesar 33.33 – 43.33 persen mendominasi

pernyataan yang menyatakan, aktivitas pertambangan pasir

menyebabkan terbatasnya ruang kerja masyarakat, dan juga

pernyataan yang menyatakan aktivitas penambangan pasir

didominasi oleh pekerja dari luar Desa. Hal tersebut diantaranya

dikarenakan memang terdapat beberapa masyarakat Desa Mekarjaya

yang bekerja di perusahaan tambang, dimana mayoritas bekerja

sebagai supir truk dan buruh tambang harian. Sedangkan untuk Desa

Rancapaku, yang terjadi justru sebaliknya, seluruh responden dari

Desa Rancapaku mengatakan di Desa Rancapaku sama sekali tidak

ada yang bekerja di perusahaan tambang pasir. Walaupun pernah ada

beberapa orang yang bekerja di perusahaan tambang, itu lebih

Page 101: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

90

dikarenakan sistem kekerabatan, bukan karena memang terbukanya

lowongan kerja.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui jika dampak

negatif terkait keberadaan perusahaan tambang jauh lebih dirasakan oleh

masyarakat di Desa Rancapaku. Berbeda dengan masyarakat di Desa

Mekarjaya yang masih dapat merasakan insentif ekonomi yang diakibatkan

oleh keberadaan perusahaan pertambangan. Seperti halnya yang juga

dikatakan oleh LSR (47 tahun):

“Masyarakat di sini memang beberapa ada yang bekerja di

perusahaan. Itu seperti pemuda yang di warung dekat rumah, itu

beberapa orang selain ngojek juga ada yang menjadi supir truk.

Namun mereka bekerja kalau sedang ada proyeknya saja, yang

kerjanya tetap atau bosnya tetap saja bukan orang sini (Desa

Mekarjaya).”

Berdasarkan pernyataan tersebut, kesimpulan yang dapat diambil adalah

bahwa pada dasarnya masyarakat Desa Mekarjaya memiliki peluang atau

kesempatan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan Desa Rancapaku

dalam kaitannya dengan kehadiran perusahaan tambang. Hal ini selain

d\ikarenakan Desa Rancapaku cukup berada jauh dengan lokasi tambang,

jalur Desa Rancapaku yang sama sekali tidak boleh dilalui oleh truk

pengangkut material pasir. Padahal untuk di Desa Mekarjaya, beberapa

warung makan atau kelontong kerap menjadi salah satu incaran para supir

truk pengangkut pasir untuk beristirahat.

Persepsi Terhadap Tingkat Aktivitas Ekonomi Desa

Keberadaan perusaahaan pertambangan pasir tentunya selain

diharapkan dapat membuka peluang kerja baru, tentunya diharapkan juga

bahwa mereka mampu menggerakkan atau meningkatkan aktivitas ekonomi

yang terdapat di desa. Baik itu yang diindikasikan dengan meningkatnya

transaksi jual beli masyarakat, hingga semakin ramainya warung makan

ataupun warung kelontong di desa. Seperti halnya yang disebutkan oleh

Bapak CHY (43 tahun) yang dulunya sempat menjadi mandor tambang di

salah satu perusahaan berskala sedang di Desa Mekarjaya:

“Salah satu tanggung jawab perusahaan sebetulnya ya memang

harus mampu menggerakan perekonomian desa. Dari awal kita

juga diminta untuk mampu membuka peluang pekerjaan, hingga

membantu kegiatan ekonomi ataupun sosial di desa. Itu semua

sudah perusahaan lakukan sebetulnya, walaupun pada akhirnya

sering muncul pro dan kontra.”

Dampak aktivitas pertambangan pasir dan kaitannya dengan persepsi

terhadap tingkat aktivitas ekonomi desa dapat dilihat pada pada Tabel 14.

Page 102: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

91

Tabel 14 Persepsi masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

terhadap tingkat aktivitas ekonomi desa

No Pernyataan

Presentase (%) Total (%)

MKJ RCP

S N TS S N TS MKJ RCP

1

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

menurunnya daya

beli masyarakat

3.33 63.33 33.33 13.33 76.67 10.00 100.00 100.00

2

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

aktivitas transaksi

jual beli di Desa

menurun

3.33 70.00 26.67 36.67 60.00 3.33 100.00 100.00

3

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

menurunnya

frekuensi orang

yang keluar Desa

untuk melakukan

jual beli

66.67 30.00 3.33 50.00 36.67 13.33 100.00 100.00

4

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

warung kelontong

di Desa semakin

sepi

3.33 56.67 40.00 46.67 53.33 0.00 100.00 100.00

5

Aktivitas

penambangan pasir

menyebabkan

warung makan di

Desa semakin sepi

10.00 43.33 46.67 43.33 46.67 10.00 100.00 100.00

Sumber: Data primer. Keterangan: S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju,

MKJ = Desa Mekarjaya, RCP = Desa Rancapaku

Berdasarkan Tabel 14 maka dapat dilihat jika mayoritas jawaban

responden dari kedua Desa memiliki pola dan kecenderungan yang sama.

Berikut adalah penjelasannya:

1. Baik untuk Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku, pernyataan yang

menyatakan, aktivitas penambangan pasir menyebabkan

menurunnya daya beli dan transaksi jual beli masyarakat, dijawab

oleh mayoritas responden dengan pilihan netral sebesar 60.00 –

76.67 persen. Berdasarkan penuturan salah satu responden dari Desa

Mekarjaya, menurutnya memang dapat dikatakan jika pasca

masuknya industri pertambangan pasir transaksi jual beli di Desa

menjadi meningkat, khsusunya sekitar tiga atau empat tahun

belakangan ini, namun menurutnya itu hanya terjadi pada awal-

Page 103: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

92

awalnya saja, sekarang bahkan transaksi atau jual beli di tingkat

Desa terlihat semakin menurun, hal ini diindikasikan dari semakin

sedikitnya masyarakat Desa yang berlama-lama di warung kopi atau

warung makan, hingga semakin jarang terlihatnya orang keluar Desa

untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertanian

atau perikanan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan

responden dari Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku sebesar 50.00

dan 66.67 persen yang setuju dengan pernyataan, aktivitas

penambangan pasir menyebabkan menurunnya frekuensi orang yang

keluar Desa untuk melakukan jual beli.

2. Terkait dengan peluang usaha baru dan semakin ramainya warung

kelontong atau warung makan di Desa akibat dari keberadaan

perusahaan tambang, sebesar 46.67 – 56.67 persen responden dari

Desa Mekarjaya setuju dengan pernyataan tersebut. Namun berbeda

dengan sebagian besar responden dari Desa Rancapaku, dimana

sebesar 46.67 – 50.00 persen responden tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan warung kelontong atau warung makan

menjadi semakin ramai dengan adanya kegiatan atau keberadaan

pertambangan pasir. Hal ini kembali lagi dipengaruhi dengan posisi

atau lokasi Desa, dimana di Desa Mekarjaya merupakan salah satu

pusat dari aktivitas pertambangan pasir yang terdapat di Kecamatan

Padakembang, sedangkan Desa Rancapaku sama sekali tidak

terdapat perusahaan atau industri pertambangan, dan bahkan truk-

truk pembawa material pasir dilarang lewat di kawasan ini. Padahal

seperti yang dikatakan oleh salah seorang responden dari Desa

Mekarjaya, semenjak maraknya aktivitas pertambangan baik

pendapatan warung makan ataupun warung kelontong menjadi

meningkat tajam, terlebih untuk warung yang buka hingga larut

malam.

Walaupun secara garis besar responden di Desa Mekarjaya setuju

dengan pernyataan yang menyatakan keberadaan perusahaan tambang

membuat baik warung kelontong atau warung makan menjadi ramai, namun

menurut salah seorang responden tidak semuanya dapat bertahan dan

memanfaatkan peluang tersebut, pasalnya supir truk yang beristirahat itu

umumnya secara bergerombol atau ramai-ramai, sehingga ketika mereka

sudah nyaman berada di satu lokasi atau warung, mereka akan enggan untuk

berpindah-pindah lagi. Seperti halnya yang dialami oleh ibu TIN (46 tahun)

yang merupakan warga Desa Mekarjaya yang sempat mencoba membuka

warung makan di pinggiran jalan Desa Mekarjaya:

“Dulu waktu awalnya itu dikasih tahu teman, katanya ramai

disana, banyak yang nongkrong, apalagi kalau sore atau malam

kan suka banyak yang istirahat. Tapi baru jalan hampir satu

tahun sudah mau bangkrut itu (warung) punya saya. Soalnya

kalau supir itu sudah pada punya tempat istirahat sendiri, jadi

ternyata kalau sore atau malam hari ya sudah sepi.”

Page 104: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

93

Namun walaupun demikian, bagi sebagian orang lainnya ramainya jalan

utama masih menjadi sesuatu yang menjanjikan. Diantaranya adalah ibu

MMN (56 tahun), beliau merupakan warga kampung Kubangeceng, Desa

Mekarjaya yang baru saja memulai usahanya berjualan makanan rumahan di

sekitar jalan utama di Desa Mekarjaya:

“Disini ibu jualan belum sampai satu bulan. Ibu tertarik soalmya

disini ramai, apalagi kalau hari sabtu – minggu, banyak juga

wisatawan dari dalam atau luar kota yang datang. Tapi kalau

hari biasa ya “untung-untungan” saja, kalau sopir (truk) gitu

agak jarang kesini. Paling di warung bawah (daerah Desa

Cisaruni, Kec. Mekarjaya) atau daerah dekat jembatan (daerah

Desa Tawangbanteng, Kec. Sukaratu) pada ngumpulnya. Jadi

kalau ditanya keuntungan warung setelah adanya tambang mah

sebenernya emang mungkin menguntungkan buat warga, tapi

satu dua orang aja.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, kesimpulan yang dapat diambil

adalah bahwa pada dasarnya keberadaan perusahaan pertambangan pasir

cukup berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi Desa. Diantaranya adalah

dampaknya terhadap frekuensi orang yang keluar Desa untuk melakukan

jual beli. Pernyataan tersebut ditanggapi secara negatif oleh mayoritas

responden baik di Desa Mekarjaya ataupun Desa Rancapaku, hal ini cukup

beralasan dikarenakan jalan utama yang juga dipergunakana untuk jalur truk

pembawa material pasir telah menyebabkan jalanan rusak parah, sehingga

tidak jarang membuat masyarakat menjadi terhambat atau bahkan enggan

untuk berpergian. Bahkan sebagian responden juga mengatakan, tidak

jarang masyarakat terlebih ibu-ibu yang mengambil jalur memutar untuk

menghindari jalan rusak dan juga truk. Membayar ongkos bahan bakar lebih

besar menurutnya lebih baik daripada harus melewati jalanan yang rusak

dan debu-debu yang dihasilkan oleh truk-truk pengangkut pasir.

Page 105: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

94

Ikhtisar

Secara garis besar, baik Desa Mekarjaya (Desa yang berada dekat

dengan aktivitas pertambangan pasir) dan Desa Rancapaku (Desa yang

berada jauh dengan aktivitas pertambangan pasir) memiliki kecenderungan

jawabannya masing-masing terkait dengan keberadaan perusahaan tambang

pasir. Perbedaan dan perbandingan dampak ekologi, sosial dan ekonomi

masyarakat Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku dapat dilihat pada

Gambar 7:

Gambar 6 Perbandingan dampak pertambangan pasir Desa Mekarjaya dan

Desa Rancapaku

Berdasarkan Gambar 6 dapat disimpulkan, baik pada aspek sosial maupun

ekonomi, dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat Desa Rancapaku

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat Desa Mekarjaya.

Namun untuk aspek ekologi, masyarakat Desa Mekarjaya memiliki

persentase ke arah negatif yang lebih tinggi.

Desa Mekarjaya yang terletak di hulu, dan Desa Rancapaku yang

terletak di hilir pada akhirnya menjadi salah satu faktor alasan mengapa

dampak ekologi di Desa Rancapaku menjadi lebih krusial. Konsekuensi

letak Desa ditambah sebagian besar kampung atau dusun di kawasan Desa

Rancapaku yang terlewati aliran sungai Cikunir menjadikan berbagai

permasalahan ekologis lebih tampak di kawasan ini. Berikut dampak negatif

ekologi yang terdapat di Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku:

1. Kualitas air yang memburuk, khususnya air yang mengalir melalui

sungai. Selain menjadi tidak dapat dikonsumsi, air tersebut juga

menyebabkan munculnya endapan pasir yang mengancam eksistensi

mata pencaharian warga yang beternak ikan dan juga petani, baik di

Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapaku.

2. Kualitas udara yang memburuk, khususnya untuk Desa Mekarjaya

dimana kawasan Desa ini memang terdapat aktivitas pertambangan

0

5

10

15

20

25

30

DampakEkologi

DampakSosial

DampakEkonomi

DampakEkologi

DampakSosial

DampakEkonomi

Desa Mekarjaya Desa Rancapaku

Fre

ku

ensi

Perbandingan Dampak Ekologi, Sosial dan Ekonomi Aktivitas

Pertambangan Pasir di Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku

Page 106: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

95

dan jalur Desanya dimanfaatkan untuk pengangkutan pasir oleh truk-

truk besar. Selain itu, hal ini juga berimplikasi terhadap jalanan di

Desa dan Kecamatan yang rusak parah. Bahkan tidak jarang

menyebabkan warga dari Desa Rancapaku mengambil jalur yang

lebih jauh untuk menghindari jalanan rusak yang kurang lebih

sepanjang 1.5 kilometer tersebut.

3. Kerentanan terhadap bencana alam seperti longsor dan banjir yang

semakin mengancam masyarakat. Terlebih untuk Desa Rancapaku,

penyusutan ukuran Sungai Cikunir yang juga melewati sebagian

besar pemukiman warga menyebabkan bencana banjir lebih sering

terjadi ketika turun hujan besar.

4. Jumlah hutan, sawah dan pekarangan warga yang semakin

berkurang. Walaupun berada di kawasan pegunungan, namun

keasrian dan segarnya udara pegunungan sulit ditemukan di kawasan

ini. Khususnya di kawasan Desa Mekarjaya yang telah menjadi

primadona dan lokasi strategis penambangan pasir sejak era orde

baru.

Selain dampak ekologi, dampak sosial juga merupakan suatu aspek

yang sangat sensitif jika dikaitkan dengan keberadaan perusahaan

pertambangan pasir. Polarisasi masyarakat menjadi setuju dan tidak setuju

dengan aktivitas penambangan pasir, hingga memunculkan konflik-konfik

baik antara masyarakat dengan swasta, pemerintah atau bahkan dengan

masyarakat itu sendiri. Berikut dampak negatif sosial yang terdapat di Desa

Mekarjaya dan Desa Rancapaku:

1. Mayoritas masyarakat di Desa Rancapaku menyatakan kehadiran

perusahaan pertambangan pasir telah merebut hak-hak dan tidak

memperhatikan kepentingan masyarakat. Walaupun terdapat

kompensasi seperti bantuan pasir untuk pembangunan masjid atau

kegiatan sosial lainnya, bagi masyarakat Desa Rancapaku hal

tersebut tidak berarti apa-apa. Namun bagi Desa Mekarjaya,

bantuan-bantuan tersebut cukup memberikan kompensasi atas

keberadaan perusahaan tambang di Desanya disamping terbukanya

peluang kerja dan usaha baru, namun mayoritas masyarakat Desa

Mekarjaya tetap menyatakan perusahaan pertambangan tetap telah

merebut hak-hak masyarakat, khususnya hak atas lingkungan yang

sehat dan air yang bersih.

2. Bagi masyarakat Desa Rancapaku, kehadiran perusahaan tambang

tidak hanya menimbulkan rasa tidak suka, namun juga hingga

menimbulkan rasa curiga dan bahkan kebencian. Hal ini hampir

berbanding terbalik dengan persepsi masyarakat di Desa Mekarjaya.

Namun baik untuk Desa Mekarjaya dan Desa Rancapaku, keduanya

sama-sama memiliki rasa curiga terhadap pihak pemerintah dalam

kaitannya dengan keberadaan perusahaan pertambangan pasir.

3. Munculnya konflik dan gerakan sosial masyarakat yang memprotes

keberadaan perusahaan pertambangan. Namun baik Desa Rancapaku

dan Desa Mekarjaya memiliki cara protes yang berbeda, dimana

Desa Rancapaku melakukannya dengan aksi long-march secara

Page 107: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

96

bersama-sama yang tidak jarang mengarah pada aksi-aksi anarkis,

sedangkan Desa Mekarjaya melakukannya dengan memanfaatkan

ruang publik, spanduk, surat-surat teguran dan lainnya yang

cenderung dilakukan perorangan.

4. Cara pandang lingkungan sebagian masyarakat baik di Desa

Mekarjaya maupun Desa Rancapaku memiliki perubahan ke arah

yang negatif pasca kehadiran aktivitas pertambangan pasir. Tidak

jarang apatisme ini ditunjukkan warga dengan membuang sampah

sembarangan, atau bahkan memudarnya kebiasaan gotong royong

warga dalam membersihkan lingkungan.

Pada aspek eknomi, dampak negatif juga lebih cenderung menonjol

pada Desa Rancapaku, yakni di Desa yang berada jauh dengan lokasi

pertambangan. Begitupun dengan di Desa Mekarjaya, walaupun dapat

dikatakan ada manfaat positif yang diakibatkan oleh keberadaan perusahaan

pertambangan, namun hal tersebut tidaklah berpengaruh secara krusial.

Berikut dampak negatif ekonomi yang terdapat di Desa Mekarjaya dan Desa

Rancapaku:

1. Keberadaan perusahaan pertambangan pasir pada akhirnya tidak

mempengaruhi peningkatan tingkat pendapatan masyarakat secara

berarti. Hanya sedikit masyarakat Desa Mekarjaya yang bekerja di

perusahaan tambang, dan hal tersebut nyatanya juga tidak mampu

memberikan keadilan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Peluang kerja di sektor pertambangan sangatlah minim, bahkan

dapat dikatakan pekerjaan sektor ini hanya terbuka untuk pekerjaan

buruh tambang dan supir truk. Pada akhirnya hal ini juga yang

menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat Desa Mekarjaya

ataupun Rancapaku lebih memilih bekerja di sektor non

pertambangan, bahkan banyak masyarakat yang lebih memilih

merantau hingga ke kota-kota besar untuk menjadi buruh kasar

dibanding menjadi buruh tambang di Desanya sendiri.

3. Telah terjadi penurunan aktivitas ekonomi di desa. Hal ini

diantaranya diindikasikan dengan sepinya warung kelontong ataupun

warung makan baik di Desa Mekarjaya maupun Desa Rancapaku,

tempat yang ketika dulu sering dimanfaatkan warga untuk bersantai

atau berdiskusi tersebut menurut sebagian warga saat ini cenderung

lebih sepi, terlebih pada siang hari dimana sedang terjadi puncak

aktivitas penambangan pasir. Bahkan lebih jauh, hal ini juga

berdampak pada keengganan masyarakat untuk melakukan jual beli

keluar Desa.

Pada dasarnya, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya pada

masing-masing indikator baik pada aspek ekologi, sosial maupun ekonomi,

dapat dikatakan bahwa memang aktivitas pertambangan pasir yang

dilakukan di kawasan Gunung Galunggung ini telah memberikan suatu

perubahan kondisi yang secara esensial terhadap masyarakat di Desa

Mekarjaya dan Desa Rancapaku. Namun permasalahan-permasalahan yang

muncul tersebut juga dapat dikatakan merupakan permasalahan klasik yang

Page 108: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

97

memang selalu dapat ditemui di kawasan sekitar lokasi pertambangan. Baik

dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Rumpin pada tahun 2011

(Sulton 2011), ataupun penelitian yang di lakukan di kawasan Gunung

Merapi pada tahun terkait dengan kehadiran perusahaan tambang galian

golongan C (Yudishtira, Hidayat, Hadiyanto 2011), memang permasalahan

utamanya selalu terletak pada beberapa aspek berikut, diantaranya adalah

berkurangnya debit dan juga degradasi kualitas air permukaan dan mata air,

aktivitas dan proses penambangan yang membuat jalanan rusak dan juga

mendatangkan polusi udara, ancaman krisis ekologi dan bencana alam, serta

konflik yang diakibatkan oleh persaingan pekerjaan dan ketidakadilan sosial

dan juga ekonomi.

Dibalik berbagai dampak negatif tersebut, namun terdapat juga

dampak positif yang dirasakan oleh pihak masyarakat maupun pemerintah.

Walaupun dampak positif tidak terlalu nyata terlihat, namun berikut adalah

beberapa dampak positif dari keberadaan perusahaan pertambangan pasir:

1. Keberadaan perusahaan pertambangan pasir secara tidak langsung

membuka peluang usaha baru. Hal ini khususnya dimanfaatkan oleh

masyarakat Desa Mekarjaya yang bertempat tinggal di dekat lokasi

tambang. Terbukti pasca banyaknya supir truk dan pekerja tambang,

banyak bermunculan warung-warung makan di sekitar lokasi

tambang yang kerap dimanfaatkan oleh pekerja tersebut untuk

beristirahat. Selain itu, peluang usaha juga memang terbuka untuk

mereka yang memiliki modal, diataranya seperti peluang usaha

pabrik pembuatan batako.

2. Adanya bantuan materi dari pihak perusahaan pertambangan untuk

kegiatan pembangunan dan kegiatan sosial di Desa. Walaupun tidak

mendapat respons yang baik dari seluruh warga, namun bantuan

yang diberikan oleh pihak pertambangan ini setidaknya telah

berkontribusi dalam membangun jalan bahkan hingga fasilitas Desa

lainnya.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat dilihat adanya

kontradiksi dan hal yang tidak berimbang antara dampak positif dan juga

dampak negatif yang ditimbulkan dengan keberadaan perusahaan

pertambangan pasir. Hal ini juga pada akhirnya berkaitan dengan bagaimana

ideologi dan orientasi kepentingan para aktor yang terlibat di dalamya.

Terbukti hampir selama tiga puluh tahun pasir Galunggung dimanfaatkan

oleh kapitalis, kejelasan regulasi dan penanggulangan atas berbagai dampak

tersebut tidak pernah ada yang berarti dan dapat menyentuh akar

permasalahan didalamnya. Terlebih permasalahan lingkungan merupakan

permasalahan kompleks yang saling terintegrasi dengan aspek-aspek

lainnya. Sudah seharusnya fakta di atas menjadi salah satu langkah untuk

menghadirkan solusi atas dampak ekologi, sosial dan ekonomi akibat

pertambangan pasir di Gunung Galunggung yang seharusnya didukung oleh

seluruh stakeholders terkait.

Page 109: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

98

Page 110: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

99

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pemaparan data dan deskripsi pada pembahasan skripsi

ini, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat tiga aktor besar yang terlibat dalam kontestasi kepentingan

atas pertambangan pasir di kawasan Gunung Galunggung, yakni

masyarakat, pemerintah dan swasta. Masing-masing aktor tersebut

memiliki ideologi dan cara pandang yang berbeda. Aktor masyarakat

cenderung memiliki ideologi populisme serta menekankan pada

kesejahteraan dan biocentrism, aktor swasta cenderung memiliki

ideologi yang berorientasi pada profit dan pandangan yang

antroposentris, sedangkan pemerintah cenderung memiliki ideologi

developmentalism dan pandangan yang antroposentris. Pihak

masyarakat yang mengidamkan kesejahteraan justru menjadi aktor

yang menempati posisi paling inferior, terlebih pasca tahun 2000

dimana industri pertambangan cenderung berorientasi padat modal.

Orientasi pihak swasta yang cenderung mementingkan profit semata

hanya semakin memperparah keadaan, tidak jarang hal ini juga pada

akhirnya memunculkan protes atau gelombang pergerakan di lapisan

masyarakat sipil yang menuntut adanya keadilan atas tidak

berimbangnya keuntungan yang diperoleh antara masyarakat dan

pihak swasta. Keberadaan perusahaan tambang yang seharusnya

mampu mensejahterakan masyarakat, justru malah menciptakan

kesenjangan yang baru. Lemahnya law enforcement juga

menyebabkan celah penyimpangan kebijakan dapat dengan mudah

disusupi. Terbukti dengan aturan atau perizinan yang tidak melalui

proses semestinya, mengindikasikan adanya deal politik yang terjadi

antara oknum pemerintah dengan swasta. Padahal, permasalahan

pertambangan di Gunung Galunggung merupakan permasalahan

kompleks yang membutuhkan penyelesaian komperhensif

stakeholders terkait yang didukung dengan paradigma pencapaian

kepentingan dan kesejahteraan bersama.

2. Telah terjadi perubahan ekologi, sosial dan ekonomi baik di Desa

Mekarjaya maupun Desa Rancapaku, namun secara esensial,

dampak negatif justru lebih dirasakan oleh masyarakat Desa

Rancapaku yang merupakan desa yang berada jauh dengan lokasi

pertambangan. Perubahan yang terjadi tidak hanya berada pada

tataran fisik, namun juga mendalam dan secara langsung menyentuh

kehidupan masyarakat. Namun pada akhirnya, respons masyarakat

terkait perubahan tersebut juga relevan dengan ideologi aktor serta

bagaimana dinamika sosial yang terjadi di dalamnya. Respons

ekologi politik yang kompromistik pada Desa Mekarjaya dinilai

sebagai representasi “ketergantungan” ekonomi baik secara langsung

maupun tidak langsung dan juga kedekatan sosial antara masyarakat

dengan pihak pertambangan. Lain halnya dengan respons radikal

Page 111: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

100

yang ditunjukkan sebagian masyarakat di Desa Rancapaku yang

menunjukkan adanya paradigma “nothing to lose”. Namun secara

garis besar, perubahan yang telah terjadi akibat aktivitas

penambangan pasir adalah: (a) degradasi kualitas air dimana

sebagian besar sumber air di tingkat Desa telah tercemar oleh limbah

penambangan pasir (b) lalu lalang truk pengangkut pasir yang

menyebabkan udara dipenuhi debu dan jalan yang hancur yang pada

akhirnya menghambat mobilitas masyarakat (c) bencana banjir dan

longsor yang diakibatkan oleh penyusutan sungai dan konversi lahan

untuk kepentingan penambangan (d) konflik baik laten maupun

manifes yang bersifat horizontal dan juga vertikal (e) munculnya

apatisme masyarakat terhadap kelestarian lingkungan (f) munculnya

peluang usaha dan kerja baru baik yang secara langsung maupun

tidak langsung diakibatkan oleh keberadaan penambangan pasir.

Saran

1. Perlu adanya tindakan penanggulangan limbah secara spesifik dan

serius oleh pihak swasta dengan melibatkan masyarakat dan

pemerintah secara mutlak, baik dari hulu hingga hilir. Terlebih

mengingat aktivitas penambangan pasir di kawasan Gunung

Galunggung telah dilakukan sejak lama, dimana sudah terdapat

belasan atau bahkan puluhan perusahaan tambang yang keluar-

masuk untuk melakukan pengerukan pasir di kawasan ini. Sehingga

pemulihan kondisi lingkungan dan pemberhentian aktivitas

pertambangan secara temporer mungkin dapat menjadi opsi yang

harus dipertimbangkan secara khusus.

2. Kebijakan afirmatif yang pro-rakyat di tingkat daerah perlu

diciptakan untuk mendukung sinergi yang saling menguntungkan

antar stakeholders terkait. Law enforcement dan revolusi mental para

elite juga perlu ditekankan untuk menciptakan regulasi yang sesuai

amanat konstitusi dan tendensi populisme yang sejati. Kebebasan

pemerintah yang berlandaskan otonomi daerah seharusnya mampu

menjadikan pihak pemerintah mampu mengelola objek tambang

pasir di kawasan Gunung Galunggung menjadi objek yang memiliki

nilai jual dan posisi pasar yang strategis, dimana selain dapat

memeberikan peningkatan pendapatan asli daerah namun juga dapat

memberi peningkatan pendapatan bagi masyarakat.

3. Perlu adanya transparansi dan pelibatan masyarakat di sekitar

kawasan pertambangan dalam kaitannya dengan proses perizinan

ataupun pengelolaan dampak lingkungan di kawasan Gunung

Galunggung. Terlebih dengan berbagai dampak negatif yang

ditimbulkan pasca aktvitas penambangan pasir baik pada aspek

ekologi, sosial maupun ekonomi, baik pihak pemerintah maupun

pihak swasta seharusnya dapat lebih terbuka dan memperhatikan

kepentingan masyarakat untuk meminimalisir dampak negatif yang

terus semakin memburuk.

Page 112: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

101

DAFTAR PUSTAKA

Antoro KS. 2010. Konflik-konflik sumberdaya alam di kawasan

pertambangan pasir besi: studi implikasi otonomi daerah (studi kasus

di kabupaten Kulon Progo provinsi daerah istimewa Yogyakarta).

[tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 149 hal.

Bertens K. 1993. Etika. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka Utama. 328 hal.

Dharmawan AH. 2006. Mewujudkan good ecological governance dalam

pengelolaan sumberdaya alam. [Internet]. [diunduh 3 Februari 2014].

Dapat diunduh dari:

http://www.psp3.ipb.ac.id/file/Studi_Pembangunan_Lingkungan2006.

pdf.

_____. 2007. Dinamika sosio-ekologi pedesaan: perspektif dan pertautan

keilmuan ekologi manusia, sosiologi lingkungan dan ekologi politik.

Sodality. [Internet]. [diunduh 5 Februari 2014]. 1(1): 1-40. Dapat

diunduh dari:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46436/arya%2

0hadi%20dharmawan_001.pdf?sequence=3.

Erwiantono. 2004. Hubungan antara karakteristik komunikasi dan sikap

komunitas terhadap perusahaan (kasus pertambangan timah di

Kabupaten Bangka Barat) [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian

Bogor. 115 hal.

Hakri, Dadang. 2011 9 Sep. Masyarakat Desak moratorium penambangan

pasir Galunggung. [Internet]. [diunduh 18 April 2014]. Tunas Bangsa.

Utama: [tidak ada nomor halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari:

http://www.tubasmedia.com/berita/masyarakat-Desak-moratorium-

penambangan-pasir-galunggung/.

Kartodihardjo H. 2008. Pengelolaan sumberdaya alam (SDA): Krisis

ekologi dan masalah di baliknya. [Internet]. [diunduh 6 Februari

2014]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41924/pengelo

laan%20sumbet%20daya%20alam%20%28SDA%29.pdf?sequence=.

Keraf AS. 2010. Etika lingkungan hidup. Jakarta [ID]: Kompas. 408 hal.

Lay C. 2007. Nilai strategis isu lingkungan dalam politik Indonesia. Jurnal

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. [Internet]. [dikutip 11 Oktober 2013].

11(2): 153-172. Dapat diunduh dari:

http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/download/51

/42.

Page 113: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

102

Nugraha I. 2013 22 Des. Konflik agraria 2013 meningkat, 21 warga tewas,

30 tertembak. [Internet]. [diunduh 5 Februari 2014]. Mongabay.

Utama: [tidak ada nomor halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari:

http://www.mongabay.co.id/2013/12/22/konflik-agraria-2013-

meningkat-21-warga-tewas-30-tertembak/.

Otonomi belum sejahterakan rakyat. 2011 7 Des. [Internet]. [diunduh 12

Oktober 2013]. Kompas. Nasional : [tidak ada nomor halaman dan

kolom]. Dapat diunduh dari:

http://nasional.kompas.com/read/2011/12/07/04254547/Otonomi.Belu

m.Sejahterakan.Rakyat.

[PP] Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Pertiwi HD. 2011. Dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara

terhadap aspek ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat di era

otonomi daerah (kasus: Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan

Samarinda Utara, Kota Samarinda). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut

Pertanian Bogor.

Raharja S. 2011. Pendidikan berwawasan ekologi: pemberdayaan

lingkungan sekitar untuk pembelajaran. [Internet]. [diunduh pada 24

Juni 2013]. Dapat diakses pada:

http://eprints.uny.ac.id/137/1/PENDIDIKAN_BERWAWASAN_EK

OLOGI.pdf.

Riswan O. 2013 6 Nov. 2.300 hektare rusak akibat tambang pasir besi.

[Internet]. [diunduh 3 Februari 2013]. Sindo. Metro : [tidak ada nomor

halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari:

http://metro.sindonews.com/read/2013/11/06/21/802219/2-300-

hektare-rusak-akibat-tambang-pasir-besi.

Samad F. 2013. Dampak pertambangan nikel terhadap sosial - ekonomi -

ekologi masyarakat di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera

Timur. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 84 hal.

Soemarwotto O. 1997a. Analisis mengenai dampak lingkungan. Yogyakarta

[ID]: Gadjah Mada University. 326 hal.

_____. 1997b. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta [ID]:

Djambotan. 381 hal.

Sulton A. 2011. Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan C

terhadap kondisi kehidupan masyarakat Desa. [skripsi]. Bogor [ID]:

Institut Pertanian Bogor. 120 hal.

Page 114: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

103

Suriansyah EA. 2009. Dampak pertambangan terhadap fungsi ekonomi

lingkungan dan pendapatan masyarakat. [tesis]. Bogor [ID]: Institut

Pertanian Bogor. 106 hal.

Tarmansyah US. 2011 29 Jun. Dampak negatif otonomi daerah dan peran

dephan dalam pendayagunaan sumber daya nasional untuk

kepentingan pertahanan negara. [Internet]. [diunduh 5 Februari 2014].

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI.

Utama: [tidak ada nomor halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari:

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/dampak-negatif-

otonomi-daerah-dan-peran-dephan-dalam-pendayagunaan-sumber-

daya-nasional-untu.

Thoha M. 2004. Perilaku organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta

(ID): PT Raja Grafiindo Persada. 375 hal.

[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan.

[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang

Sumber Daya Air.

[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral Dan Batubara.

[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Wihardandi A. 2012 15 Feb. Lemah tegakkan hukum, akan perparah konflik

lahan akibat tambang. [Internet]. [diunduh 16 Maret 2014].

Mongabay. Utama: [tidak ada nomor halaman dan kolom]. Dapat

diunduh dari: www.mongabay.co.id/2012/08/15/lemah-tegakkan-

hukum-akan-perparah-konflik-lahan-akibat-tambang/.

Yudhistira, Hidayat, Hadiyanto. 2011. Kajian dampak kerusakan lingkungan

akibat kegiatan penambangan pasir di Desa keningar daerah kawasan

Gunung Merapi. Jurnal Ilmu Lingkungan. 09 (02): 76-84. [Internet].

[diunduh 20 Mei 2014]. Dapat diunduh dari:

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/407

2/pdf.

Zabila N. 2013. Persepsi dan partisipasi wanita tani dalam kegiatan

optimalisasi pemanfaatan pekarangan (OPP) P2KP. [skripsi]. Bogor

[ID]: Institut Pertanian Bogor. 92 hal.

Page 115: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

104

Page 116: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

105

LAMPIRAN

Page 117: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

106

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian: Desa Mekarjaya

Page 118: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

107

Lampiran 2 Peta lokasi penelitian: Desa Rancapaku

Page 119: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

108

Lampiran 3 Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

DAMPAK PERTAMBANGAN PASIR TERHADAP KONDISI

EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT

PEDESAAN GUNUNG GALUNGGUNG

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama lengkap :

No. Telp. / HP :

Jenis kelamin : ( ) L / ( ) P

Umur : Tahun.

Suku :

Alamat :

Lama tinggal di lokasi : Tahun.

Pendidikan terakhir : ( ) Tidak Sekolah

( ) SD (Tamat/Tidak Tamat)

( ) SMP (Tamat/Tidak Tamat)

( ) SMA (Tamat/Tidak Tamat)

( ) Universitas (Tamat/Tidak Tamat)

( ) Lainnya.........

Status kependudukan : ( ) Asli

( ) Pendatang, dari…………

Status perkawinan : ( ) Belum menikah

( ) Menikah

( ) Cerai Hidup

( ) Cerai Mati

Pekerjaan utama : ( ) Petani

( ) Buruh Tani

( ) Peternak Ikan

( ) Pegawai Swasta (Buruh)

( ) Wiraswasta

( ) Pelajar

( ) Lainnya:………………….

Pekerjaan sampingan :

No. Responden : ……………………………………….................

Nama Responden : .............................................................................

Lokasi Wawancara : .............................................................................

Hari/Tanggal Wawancara : .............................................................................

Page 120: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

109

B. DAMPAK EKOLOGI

Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini pada kolom yang telah

disediakan. Isi kolom tersebut sesuai dengan dampak yang ditimbulkan oleh

aktivitas pertambangan pasir terhadap perubahan kondisi ekosistem dan/atau

lingkungan, sesuai dengan yang anda rasakan.

Keterangan:

o S = Setuju

o N = Netral

o TS = Tidak Setuju

I. Persepsi Terhadap Tingkat Degradasi Kualitas Air

No Pernyataan S N TS

1.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan air menjadi tidak

jernih (keruh)

2.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan warna air menjadi

berwarna gelap

3.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan air dipenuhi oleh

endapan pasir / butir-butir batuan

halus

4.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan air bersih lebih sulit

diperoleh

5.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan air menjadi berbau

tidak sedap (seperti bau besi,

lumpur dsj)

II. Persepsi Terhadap Tingkat Kerentanan Terhadap Bencana

No Pernyataan S N TS

6. Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan terjadinya banjir

7.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan tanah menjadi tidak

subur

8. Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan terjadinya longsor

9.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan jalan di Desa banyak

yang berlubang

10.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan mobilitas masyarakat

terhambat

Page 121: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

110

III. Persepsi Terhadap Tingkat Polusi Melalui Udara

No Pernyataan S N TS

11. Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan udara dipenuhi debu

12.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan jalan atau rumah

dipenuhi debu

13.

Aktivitas penambangan pasir

menimbulkan kebisingan yang

mengganggu

14.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat enggan

berlama-lama di luar rumah

15.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat lebih

mudah terserang penyakit (ISPA)

IV. Persepsi Terhadap Tingkat Alih Fungsi Lahan

No Pernyataan S N TS

16.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan jumlah hutan

berkurang

17.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan banyak fauna yang

punah / berkurang

18.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan banyak flora yang

punah / berkurang

19.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan jumlah atau luas

sawah menjadi berkurang

20.

Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan luas pekarangan atau

kebun warga menjadi berkurang

Page 122: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

111

C. DAMPAK SOSIAL

Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini pada kolom yang telah

disediakan. Isi kolom tersebut sesuai dengan dampak yang ditimbulkan oleh

aktivitas pertambangan pasir terhadap perubahan kondisi sosial dan

interaksi antar aktor (masyarakat, pemerintah, dan swasta) serta lingkungan,

sesuai dengan yang anda rasakan.

I. Persepsi Terhadap Keberadaan Perusahaan Tambang Pasir

No. Pernyataan S N TS

1 Aktivitas penambangan pasir

yang dilakukan Perusahaan

Tambang Pasir tidak

memperhatikan kepentingan

masyarakat sekitar

2 Aktivitas penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan Tambang Pasir

tidak sesuai dengan janji /

kesepakatan awal ketika

melakukan perizinan

3 Aktivitas penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan Tambang Pasir

telah mengabaikan hak

ekonomi yang seharusnya

masyarakat peroleh

4 Aktivitas penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan Tambang Pasir

telah mengabaikan hak atas

lingkungan yang seharusnya

masyarakat peroleh

5 Aktivitas penambangan pasir

yang dilakukan oleh

Perusahaan Tambang Pasir di

Kecamatan Padakembang

merupakan penyebab

terjadinya perselisihan di

masyarakat

Page 123: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

112

II. Persepsi Terhadap Hubungan Antar Aktor

No. Pernyataan S N TS

6 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak suka

antara masyarakat dengan

pihak Perusahaan Tambang

Pasir

7 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak

percaya antara masyarakat

dengan pihak Perusahaan

Tambang Pasir

8 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa saling

curiga antara masyarakat

dengan pihak Perusahaan

Tambang Pasir

9 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan renggangnya

hubungan antara masyarakat

dengan pihak Perusahaan

Tambang Pasir

10 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan kebencian antara

masyarakat dengan pihak

Perusahaan Tambang Pasir

11 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak suka

antara masyarakat dengan

pihak pemerintah

12 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa tidak

percaya antara masyarakat

dengan pihak pemerintah

13 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan rasa saling

curiga antara masyarakat

dengan pihak pemerintah

14 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan renggangnya

hubungan antara masyarakat

dengan pihak pemerintah

15 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan kebencian antara

masyarakat dengan pihak

pemerintah

Page 124: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

113

III. Persepsi Terhadap Konflik Sosial

No. Pernyataan S N TS

16 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

kerap mendapat teguran dari

pihak tertentu

17 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

kerap mendapat terror dari

pihak tertentu

18 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

kerap mendapat ancaman dari

pihak tertentu

19 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

melakukan aksi demonstrasi

secara halus (pemogokan, long

march, dll)

20 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

melakukan demonstrasi secara

radikal (kekerasan, perusakan,

dll)

IV. Persepsi Terhadap Cara Pandang Lingkungan

No. Pernyataan S N TS

21 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

menjadi acuh terhadap

lingkungan

22 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

menjadi enggan untuk

melakukan kerja bakti

23 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

menjadi enggan untuk

membersihkan lingkungan

sekitar rumah

24 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

menjadi lebih leluasa mencemari

lingkungan

25 Aktivitas penambangan pasir

menyebabkan masyarakat

menjadi lebih leluasa membuang

sampah sembarangan

Page 125: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

114

D. DAMPAK EKONOMI

Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini pada kolom yang telah

disediakan. Isi kolom tersebut sesuai dengan dampak yang ditimbulkan oleh

aktivitas pertambangan pasir terhadap perubahan pola dan struktur ekonomi,

sesuai dengan yang anda rasakan:

I. Pendapatan Selama Satu Tahun Terakhir

Anggota

Keluarga

Pendapatan (Rp/tahun) dari Jenis Pekerjaan

Utama Sampingan Total

Kepala Keluarga

Istri

Anak

Lainnya……

Total keseluruhan

Catatan:

II. Persepsi Terhadap Tingkat Kesempatan Bekerja

No Pernyataan S N TS

1.

Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

berkurangnya peluang kerja masyarakat di

bidang pertanian

2.

Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

berkurangnya peluang kerja masyarakat di

bidang non-pertanian

3. Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

terbatasnya ruang kerja masyarakat

4. Aktivitas penambangan pasir tidak membuka

peluang bekerja bagi masyarakat setempat

5. Aktivitas penambangan pasir didominasi

oleh pekerja dari luar Desa

III. Persepsi Terhadap Tingkat Aktivitas Ekonomi Desa

No Pernyataan S N TS

6. Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

menurunnya daya beli masyarakat

7. Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

aktivitas transaksi jual beli di Desa menurun

8.

Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

menurunnya frekuensi orang yang keluar

Desa untuk melakukan jual beli

9. Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

warung kelontong di Desa semakin sepi

10. Aktivitas penambangan pasir menyebabkan

warung makan di Desa semakin sepi

Page 126: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

115

Lampiran 4 Panduan wawancara mendalam

Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Aparatur Pemerintah

dan/atau Dinas-Dinas Terkait

Hari dan Tanggal Wawancara :

Lokasi dan Waktu Wawancara :

Nama dan Umur Informan :

Pekerjaan Informan :

• Pra-Kehadiran Perusahaan Tambang Pasir

a. Bagaimana sejarah pemanfaatan sumber daya alam di kawasan

Gunung Galunggung?

b. Sumber daya alam apa saja yang pada saat itu dimanfaatkan?

c. Apakah dalam kaitannya dengan sumber daya alam pasir,

pemerintah memiliki aturan atau regulasi khusus?

d. Secara umum, apa saja manfaat yang timbul setelah pemanfaatan

sumber daya alam tersebut?

e. Secara khusus, apa saja manfaat yang muncul setelah pemanfaatan

sumber daya alam tersebut khususnya bagi masyarakat Desa

Mekarjaya (dan/atau) Desa Rancapaku?

f. Secara umum, apa saja dampak yang timbul setelah pemanfaatan

sumber daya alam di kawasan Gunung Galunggung?

g. Secara khusus, apa saja dampak yang timbul setelah pemanfaatan

sumber daya alam tersebut khususnya bagi masyarakat Desa

Mekarjaya (dan/atau) Desa Rancapaku?

h. Apakah pernah muncul permasalahan-permasalahan terkait

pemanfaatan sumber daya alam tersebut, baik antara pihak

pemerintah dengan pihak swasta, swasta dengan masyarakat, atau

bahkan pemerintah dengan masyarakat?

• Pasca-Kehadiran Perusahaan Tambang Pasir

a. Bagaimana awal mula kehadiran pihak Perusahaan Tambang Pasir

di Kecamatan Padakembang?

b. Siapa saja aktor atau perusahaan-perusahaan yang terlibat?

c. Bagaimana proses AMDAL / UKL-UPL hingga akhirnya muncul

pemberian izin pemanfaatan kawasan terhadap Perusahaan

Tambang Pasir tersebut?

d. Pertimbangan apa yang utama yang akhirnya muncul pemberian

izin pemanfaatan kawasan terhadap Perusahaan Tambang Pasir

tersebut?

e. Apakah sebelum melakukan pemanfaatan ada sosialisasi atau

penjelasan khusus kepada masyarakat baik dari pihak Perusahaan

Tambang Pasir ataupun Pemerintah?

Page 127: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

116

f. Secara umum, apa saja manfaat yang timbul setelah adanya

penambangan pasir yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut?

g. Secara khusus, apa saja manfaat yang muncul setelah adanya

penambangan pasir yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut khususnya bagi masyarakat Desa Mekarjaya

(dan/atau) Desa Rancapaku?

h. Secara umum, apa saja dampak yang timbul setelah adanya

penambangan pasir yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut?

i. Secara khusus, apa saja dampak yang timbul setelah adanya

penambangan pasir yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut khususnya bagi masyarakat Desa Mekarjaya

(dan/atau) Desa Rancapaku?

(Pada aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi)

j. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Tambang Pasir tersebut

terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan?

k. Pasca kehadiran Perusahaan Tambang Pasir tersebut, apakah

pernah muncul permasalahan-permasalahan lain misalnya, antara

pihak pemerintah dengan pihak swasta, swasta dengan masyarakat,

atau bahkan pemerintah dengan masyarakat?

Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Tokoh Desa

atau Masyarakat Informan

Hari dan Tanggal Wawancara :

Lokasi dan Waktu Wawancara :

Nama dan Umur Informan :

Pekerjaan Informan :

a. Bagaimana awal mula kehadiran pihak Perusahaan Tambang Pasir

di Kecamatan Padakembang?

b. Perusahaan apa saja yang pada saat ini masih melakukan

aktivitasnya? Apakah anda dilibatkan dalam kaitannya izin atau

aktivitas perusahaan tambang tersebut?

c. Secara umum, apa saja manfaat yang timbul setelah kehadiran

Perusahaan Tambang Pasir tersebut?

d. Secara khusus, apa saja manfaat yang muncul setelah adanya

penambangan pasir yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut khususnya bagi masyarakat Desa Mekarjaya

(dan/atau) Desa Rancapaku?

e. Secara umum, apa saja dampak yang timbul setelah kehadiran

Perusahaan Tambang Pasir tersebut?

Page 128: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

117

f. Secara khusus, apa saja dampak yang timbul setelah adanya

penambangan pasir yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut khususnya bagi masyarakat Desa Mekarjaya

(dan/atau) Desa Rancapaku?

(Pada aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi)

g. Menurut anda siapa yang paling bertanggung jawab atas dampak

yang ditimbulkan?

h. Apakah pernah terjadi bencana atau kejadian kecelakaan beberapa

waktu belakangan ini di Desa Mekarjaya (dan/atau) Desa

Rancapaku?

i. Apakah menurut anda hal tersebut terjadi ada kaitannnya dengan

aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh Perusahaan Tambang

Pasir tersebut?

j. Apakah secara khusus ada perubahan cara atau pola mata

pencaharian masyarakat akibat adanya aktivitas pertambangan yang

dilakukan oleh Perusahaan Tambang Pasir tersebut?

k. Apakah pernah terjadi konflik yang terjadi di masyarakat sebagai

respons dari dampak tersebut?

l. Jika Ya, apakah terdapat aksi-aksi lanjutan sebagai representasi

dari konflik? Apa saja yang diperjuangkan (atau dituntut) oleh

masyarakat Desa Mekarjaya (dan/atau) Desa Rancapaku ketika

melakukan aksi tersebut?

m. Menurut anda, seberapa penting ekosistem kawasan Gunung

Galunggung bagi kehidupan masyarakat Desa Mekarjaya

(dan/atau) Desa Rancapaku?

Page 129: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

118

Lampiran 5 Surat pernyataan tentang kesepakatan antara masyarakat dengan

perusahaan pertambangan pasir pada bulan Maret tahun 2013

Page 130: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

119

Page 131: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

120

Lampiran 6 Salah satu bentuk protes warga terhadap dampak negatif dari

aktivitas penambangan pasir di Desa Mekarjaya melalui media

massa

Page 132: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

121

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian

Penambang pasir konvensional yang masih

memanfaatkan kawasan Sungai Cikunir Aktivitas penambangan skala industri yang

berada di hulu sungai Cikunir

Truk pengangkut pasir yang melewati jalan Desa

Mekarjaya

Pemindahan pasir dari truk pengangkut ke tempat

penampungan

Spanduk protes masyarakat Desa Mekarjaya yang

terpampang dijalan raya Kolam milik warga yang airnya tercemar akibat

penambangan pasir

Page 133: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

122

Salah satu peternak ikan dari Desa Mekarjaya

yang sedang menulis spanduk protes

Salah satu jalan Desa Mekarjaya yang diberi

penghalang agar truk tidak lewat

Tidak jarang pengendara motor harus

menyingkir ketika truk pasir lewat

Salah satu jalan penjual pasir yang berada di

Desa Mekarjaya

Jalanan utama menuju Desa Mekarjaya yang

hancur akibat lalu lalang truk pasir

Penyusutan Sungai Cikunir yang dapat dilihat dari

kawsan Desa Rancapaku

Page 134: IDEOLOGI AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK ... · terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif

123

RIWAYAT HIDUP

Faris Rahmadian dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Agustus 1992.

Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Edi Saputra dan

Farma Ruri Utari, dengan adik bernama Vania Rahmasari. Penulis memulai

jenjang pendidikan formal pertama yakni pada tahun 1998 – 2004 di SDN

Polisi 1 Bogor, lalu penulis melanjutkannya ke SMP Negeri 9 Bogor pada

tahun 2004 – 2007, dan SMA Negeri 7 Bogor pada tahun 2007 – 2010. Pada

tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM).

Selama berkuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis juga turut aktif

dalam organisasi kampus. Penulis merupakan pengurus Himpunan

Mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

(HIMASIERA) selama dua periode (2012-2013) di divisi Community

Development. Selain itu, penulis juga turut aktif berkontribusi pada berbagai

kegiatan di kampus, diantaranya dalam berbagai kepanitiaan HIMASIERA,

Familiarity Night FEMA, Indonesian Ecology Expo, dan lain sebagainya.