Upload
lamhuong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Komunikasi merupakan interaksi antara dua orang ataupun lebih, baik itu
komunikasi verbal yaitu mengutarakan dengan kata- kata maupun non verbal
yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat. Apapun caranya berbagai macam, tapi
pada hakikatnya komunikasi merupakan pengiriman pesan yang dituju dari pihak
komunikator pada pihak komunikan dengan maksud mempengaruhi, mengubah
ataupun mencapai tujuan tertentu.
Manusia adalah mahluk social yang memaksanaya akan kebutuhan satu
sama lain,manusia tidak bisa hidup secara individualism dan akan tetap
mempunyai jiwa social,untuk itu,mereka memerlukan proses agar hubungan antar
manusia bsa terjalin,salah satu cara adalah dengan berkomunikasi.
Komunikasi terjadi dalam segala bentuk dan situasi,dimana komunikasi
terjadi dengan adanya interaksi baik secara verbal maupun nonverbal,dalam
bukunya shanon dan weaver mengatakan devinisinya tentang komunikasi yaitu :
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang paling berpengaruh mempengaruhi satu sama lainya,sengaja atau tidak sengaja.tidak terbatas pada bentuk kounikasi menggunakan bahasa verbal,tetapi juga dalam hal ekspresi muka,lukisan,seni,dan tekhnologi.
1
Banyak hal yang menjadi sarana manusia untuk berkomunikasi,dan tak
hanya dengan tekhnologi,komunikasi bisa dibangun atas dasar hubungan dan
kedekatan yang ada sehingga terbentuknya suatu hubungan.
Pakar-pakar Ilmu Komunikasi mengelompokkan pembagian komunikasi
dalam bentuk yang bermacam-macam. Komunikasi dilihat dari peserta
komunikasinya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, Komunikasi Intrapersonal,
Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Massa dan
Komunikasi Organisasi. ( Mulyana, 2003: 73-75) .diantanya adalah :
1. Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal
Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang
terjadi didalam individu, atau dengan kata lain proses
berkomunikasi dengan diri sendiri.
Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang
yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau
terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam
bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang
mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun
yang ada di dalam diri seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam
pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera
yang dimilikinya. Hasil kerja dari pikiran tadi setelah di evaluasi
2
pada gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap,
dan perilaku seseorang.
2. Komunikasi Antar Pribadi ( Interpersonal Communication)
Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini ialah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara
tatap muka,
Seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa
“interpersonal communication is communication involving two
or more people in a face to face setting.”
Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi bisa dibedakan atas
dua macam, yakni komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
yaitu proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam
situasi tatap muka dan komunikasi kelompok kecil (Small Group
Communication).Komunikasi kelompok kecil ini ialah proses
komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara
tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama
lainnya.
Pada intinya komunikasi antar pribadi itu akan terjadi manakala
antara komunikator dan komunikan terjadi komunikasi.
3. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) adalah
komunikasi antara sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
3
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan
terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk
pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small
group communication).
4. Komunikasi Public (Public Communication)
komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di
mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap
muka di depan khalayak yang lebih besar.
Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal
(pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat
beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri
masing-masing.
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung
secara kontinu.Dapat di identifikasi siapa berbicara (sumber) dan
siapa pendengarnya.
Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga
tanggapan balik juga terbatas.Hal ini disebabkan karena waktu yang
4
digunakan angat terbatas, dan jumlah khalayak relatif besar.sumber
sering kali tidak dapat mengidentifikasi satu per satu pendengarnya.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang
disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi
terancana dan dipersiapkan lebih awal.
Tipe komunikasi publik biasanya ditemukan dalam berbagai
aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan,
ceramah, dan semacamnya.
5. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang berlangsung
dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepeda
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat
mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang
sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat
pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia,
agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber dan
penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara
mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang
terdiri dari banyak orang, misal reporter, penyiar, editor, teknisi,
dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya
5
lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh
redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan
baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan
perkembangan teknologi,saat ini tanggapan balik atau respon bisa
dengan cepat diterima, misalnya melalui program interaktif.
Dalam lima bentuk komunikasi di atas,komunikasi yang mendekati pada
penelitian kali ini adalah komunikasi antarapersonal. Pada hakekatnya menurut
Effendi, Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dianggap paling
efektif dalam upaya merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Hal itu
dikarenakan proses komunikasi interpersonal berlangsung secara dialogis berupa
percakapan, arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan
komunikan ketika itu juga.
Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Selain itu
peserta komunikasi mendapatkan kesempatan untuk bertanya seluas-luasnya.
(Sunarto, 2003:13 )
Komunikasi intrapersonal yaitu berupa interaksi antara dua orang atau
lebih dengan bertatap muka secara langsung. Berdasarkan
pengembanganya,komunikasi antar personal bisa dimulai dengan komunikasi
yang bersifat tidak pribadi (impersonal) yang kemudian menjadi komunikasi yang
pribadi atau intim.
6
Komunikasi interpersonal seperti yang diungkapkan oleh Joseph A.
Devito yakni
merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Effendy, 2003:30).
Ada beberapa tujuan terjadinya proses komunikasi antarpersonal
ini,diantaranya agar kita mengenal diri sendiri dan orang lain disekitar
kita,mengetahui keadaan dunia luar,menciptakan hubungan yang baik dan
bermakna,untuk mengubah sikap pribadi sendiri ataupun perilaku orang lain,dan
juga tujuan lainya adalah untuk mencari wawasan,hiburan dan membantu sesama.
Dalam komunikasi interpersonal,efektifitas komunikasi dimulai dengan
lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.(Devito, 1997: 259-264).
Fungsi komunikasi interpersonal tidak sebatas pertukaran informasi atau
pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-
menukar data, fakta dan ide-ide agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif
dan informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik,
maka komunikator perlu menyampaikan pola komunikasi yang baik pula.
Pentingnya komunikasi interpersonal dalam kehidupan manusia tidak
dapat dipungkiri, begitu juga halnya dalam kehidupan berorganisasi. Organisasi
merupakan suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan
tujuan yang sama, dimana dalam aktivitasnya membutuhkan pembagian kerja
7
untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya dibutuhkan komunikasi yang baik
bagi anggotanya. Bentuk organisasi itu bermacam-macam, seperti perusahaan,
instansi, lembaga, tak terkecuali komunitas.
Panti asuhan adalah suatu lembaga perlindungan anak yang berfungsi
sebagai tempat bernaung, tinggal dan perlindungan bagi anak-anak yang tidak
mempunyai orang tua bahkan keluarga dimana para penguus dalam panti adalah
berberan senagai pengganti orang tua yang bertujuan untuk mengasuh dan
menjadikan anak-anak selayaknya anak pada umumnya putra-putri bangsa yang
berguna.
Suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan
melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan
pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,
mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas,
tepat danmemadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai
insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI,
2004:4).
Keberadaan lembaga panti asuhan telah banyak bermunculan
diindonesia,ada beberapa yang merupakan panti yang didirikan oleh pemerintah
seperti Dinas Sosial,adapun yang didirikan oleh masyarakat,atas aspirasi
masyarakat dalam menyelamatkan anak-anak yatim,anak kurang mampu atau
8
berada dibawah garis kemiskinan dan sebagai sarana penyaluran harta bagi orang-
orang yang mampu untuk berbagi sebagian hartanya kepada yang tepat.
Dalam agama islam,merupakan suatu kebaikan tersendiri bila kita mau
berbagi dengan anak yatim maupun orang fakir.seperti yang tertulis dalam kitab
Al-Quran :
‘bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan.akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,hari akhir,malaikat – malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi yang dicintainya kepada kerabatnya anak –anak yatim dan juga orang miskin”(al-baqoroh :177)
Keadaan ekonomi dan kasusu sex bebas menjadi masalah yang tak habis-
habis tuk diperbincangkan,keadaan ekonomi yang tak stabil menjadikan
banyaknya masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintah belum bisa dengan maksimal
menyelesaikan masalah ini,dengan realita yang ada di sekitar kita bahwa masih
banyaknya warga miskin yang tidak bisa membiayai keluarga bahkan tuk
hidupnya sendiri,juga masih banyaknya tingkat aborsi dan kelahiran tanpa
pernikahan yang sah menutut agama maupun pemerintah.
Ayah dan ibu,tempat tinggal dan suatu keluarga adalah hal yang dianggap
biasa oleh sebagian orang,akan tetapi tidak untuk anak yatim dan yatim piatu
ataupun bagi anak- anak yang kurang mampu,kasih sayang,tempat bernaung dan
peranan orang tua sangat dibutuhkan bagi anak-anak pada umumnya,
9
Berangkat dari niat ibadah dan berbagi kasih sayang dengan anak yatim
dan kurang mampu,didirikanlah suatu panti asuhan yang diprakarsai oleh bpak
sugriono yang bekerja sama dengan masyarakat setempat pada tahun 2007,dengan
menciptakan lingkungan dan suasana kekeluargaan,pak sugriono beserta istri dan
keluarga, pada pertengahan tahun ini telah memiliki anak didik sebanyak 44
(empat puluh empat ) dengan kualifikasi usia rata-rata berumur 4 (empat)tahun
sampai belasan tahun dengan beberapa pengurus yang beranggotakan 24 (dua
puluh empat) orang,yayasan ini berlokasi di desa Cibiru Hilir,Kec Cileunyi, Kab
Bandung.
Proses penerimaan anak didik dalam panti asuhan ini melibatkan
pengelola yayasan dan masyarakat sekitar,diantaranya adalah penerimaan anak-
didik bisa dilakukan setelah adanya proses terkait pendataan calon anak didik,
proses administrasi data terkait latar belakang calon anak didik baik
keluarga,keseharianya,keadaan fisiknya dan kepribadianya,dan selanjutnya adalah
survey yang dilakukan oleh tim yayasan dalam mencari tahu terkait keturunan dan
keadaan keluarganya.setelah melewati prosedur yang ada,kemudian calon anak
didik akan sah menjadi anggota dari yayasan yatim piatu dan dhuafa mutiara bani
sholihin.
Dalam hal ini, jelas komunikasi akan terjadi,dan tidak mudah tentunya
menyatukan beberapa watak dan berbagai macam kepribadian menjadi suatu
hubungan yang baik,akan terjadi banyak ketegangan dan kontradiksi yang terjadi
antara pengasuh dan anak didik , untuk itulah maka diperlukan sebuah komunikasi
10
yang efektif agar mencapai suatu tujuan baik dari sang pengasuh,pengurus dan
anak- anak didik panti.
Disinilah peran komunikasi interpersonal sangat berpengaruh pada
kehidupan mereka sehari- hari,baik antara pengasuh dan anak panti
asuhan,pengurus dengan anak panti.juga komunikasi antar sesama anak panti.
Maka dari itu di dalam komunikasi interpersonal di lembaga Yayasan
Panti Asuhan Muitara Bani Sholihin ini setiap komponen harus di pandang dan di
jelaskan sebagai bagian - bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi
antar pribadi.
Berdasarkan uraian yang peneliti paparkan di atas, peneliti merasa tertarik
untuk mengangkat judul “POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ANTARA PENGASUH DAN ANAK ASUH DI YAYASAN PANTI
ASUHAN MUTIARA BANI SHOLIHIN BANDUNG”.
11
1.2 Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep diri anak panti asuhan Mutiara Bani Sholihin
2. Bagaimana interpretasi anak panti asuhan terhadap makna dalam suatu
interaksi di Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin
3. Bagaimana hubungan Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin dengan
masyarakat
1.3 Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian ini juga terdapat tujuan penelitian,yang mana tujuan
penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang di
peroleh setelah penelitian selesai.Berdasarkan pokok permasalahan yang di
kemukakan di atas maka,tuj uan penelitian kali ini adalah
1. Untuk mengetahui konsep diri anak panti asuhan Mutiara Bani Sholihin
2. Untuk mengetahui interpretasi anak panti asuhan terhadap makna dalam
suatu interaksi di Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin
3. Untuk mengetahui hubungan Panti Asuhan Mutiara Bani Sholihin dengan
masyarakat
12
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu berkaitan dengan judul penelitian, kegunaan ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang secara
umum diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi pengembangan ilmu
komunikasi.
1.4.1 Kegunaan Akademis
a. Sebagai salah satu informasi dan kepustakaan bagi mahasiswa di lingkungan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya serta Jurusan Ilmu
Komunikasi.
b. Sebagai bentuk pengembangan kemampuan dan kepekaan peneliti dalam
menganalisa masalah-masalah komunikasi serta akibat dari masalah-masalah
tersebut.
c. Hasil penelitian ini diharapkan pada akhirnya dijadikan sebagai khasanah di
bidang komunikasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi
pemerintah Kota Bandung agar lebih memberikan perhatian pada anak yatim
13
dan atau organisasi serta lembaga yang bergerak di bidang pembinaan anak
yatim piatu.
b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerhati ataupun praktisi sosial
khususnya yang tertarik pada usaha peningkatan kesejahteraan anak yatim
secara merata.
1.5 Kerangka Penelitian
Kerangka pemikiran merupakan landasan berpikir yang memberikan
gambaran singkat mengenai tahapan penelitian dari awal hingga akhir kemudian
akan dijadikan asumsi dan memungkinkan terjadinya penalaran terhadap masalah
yang diajukan.
Pada penelitian kali ini,peneliti ingin membahas tentang bagaimana pola
komunikasi antar personal yang terjadi dalam yayasan mutiara bani
sholihin,interaksi yang dilakukan antara pengasuh dan anak asuh juga dalam
menyesuaikan keadaan setiap individu anak yang terdiri dari riwayat dan
background yang berbeda sehingga menjadi anak yang percaya diri yang baik dan
maju.
Karena fokus penelitian adalah bagaimana pola komunikasi interpersonal
yang berlangsung dalam sebuah yayasan, khususnya diantara pengasuh dan anak
asuh, maka peneliti menggunakan Teori Interaksi Simbolik yang dikemukakan
oleh George Herbert Mead dan Herbert Blummer.
14
1.5.1 Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik sejatinya terdiri dari dua penggal kata yaitu
‘interaksi’ dan ‘simbolik’. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, interaksi
didefinisikan sebagai hal, saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi
antarhubungan. Sedangkan definsi dari simbol adalah sebagai lambang, menjadi
lambang dan mengenai lambang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa interaksionisme simbolik merupakan suatu aktivitas komunikasi yang
menjadi ciri khas manusia dengan simbol yang memiliki makna tertentu.
George Herbert Mead, yang dikenal sebagai pencetus awal Teori Interaksi
Simbolik. Ia sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan
simbol; dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang
muncul di dalam sebuah situasi tertentu. Sebagaimana dinyatakan oleh namanya,
(Symbolic Interaction Theory) menekankan pada hubungan antara simbol dan
interaksi.
Mead tertarik pada interaksi dimana isyarat non-verbal dan makna dari
suatu pesan verbal akan memengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi.
Dalam terminology yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non-verbal (seperti body
language, gerak fisik, status,dsb.) dan pesan verbal yang memiliki makna yang
disepakati secara bersama-sama oleh pihak yang terlibat interaksi.
Dasar pemikiran teori Interaksi simbolik berakar pada ketertarikan Mead
mengkaji interaksi sosial yang terjadi diantara individu-individu yang berpotensi
mengeluarkan simbol. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan
15
orang lain. Melalui pemberian isyarat berupa simbol maka kita dapat
mengutarakan perasaan, pikiran, maksud dan sebaliknya dengan cara membaca
simbol yang ditampilkan orang lain.
Teori Interaksionisme Simbolik ini ada karena ide-ide dasar dalam
membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), mengenai diri (self)
dan hubungannya di tengah interaksi sosial, yang memiliki tujuan akhir
memediasi serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society) dimana
individu itu menetap.
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Pikiran (Mind)
yakni merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan
pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2. Diri (Self)
Kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut
pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah
satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-
self) dan dunia luarnya.
3. Masyarakat (Society)
16
Jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun dan dikonstruksikan
oleh tiap individu ditengah masyarakat dan tiap individu tersebut terlibat dalam
perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.
Mind, Self dan Society merupakan karya George Herbert Mead yang
paling terkenal. Dimana dalam konsep tersebut memfokuskan pada tiga tema
konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diksuksi mengenai teori
interaksi simbolik antara lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya
membentuk makna bagi perilaku manusia. Teori interaksi simbolik tidak bisa
dipisahkan dari proses komunikasi. Karena awalnya makna itu tidak ada artinya,
sampai pada akhirnya konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses
interaksi untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.
Hal tersebut sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blummer
(1969) dalam West Turner dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka,
2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia,
3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
17
Douglas dalam buku karangan Ardianto menjelaskan bahwa:
Makna itu berasal dari interaksi dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi (2007:136).
Mendukung penjelasan Douglas, West & Turner dalam bukunya yang
mengutarakan pemikiran sebagai berikut:
Orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang, baik dalam berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas (2009:98).
Makna tebentuk berdasarkan hasil dari persepsi pribadi serta merupakan
hasil dari interaksi dengan orang lain. Makna yang diberikan oleh seseorang
dalam interaksi kepada orang yang diajak berkomunikasi, akan menentukan
tindakan atau umpan balik yang diberikan. Secara tidak langsung dapat dikatakan
bahwa makna dipengaruhi oleh interaksi dan berpengaruh pula terhadap interaksi.
Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya Konsep
Diri atau Self-concept. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan
pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan
pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi
tambahan menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West Turner (2008:10),
antara lain:
18
1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,
2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara
kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-
norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap
individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya.
fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan
perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini
adalah:
1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial
2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Berdasarkan ketiga tema besar dari teori interaksionalisme simbolik dapat
disimpulkan bahwa pola komunikasi interpersonal dapat tergambar dari proses
komunikasi yang melibatkan pemaknaan perilaku, konsep diri serta bagaimana
hubungan yang terjadi dengan masyarakat.
Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan seseorang mengenai
dirinya sendiri. Adapun konsep diri ini sendiri terbentuk oleh penilaian, sikap dan
respons yang diperoleh dari orang lain. Konsep diri pengasuh dan anak asuh di
panti asuhan Bani Sholihin yaitu dianalisis dari hasil penilaian terhadap diri
sendiri secara kognitif, serta hasil penilaian diri sendiri secara afektif. Disamping
itu, konsep mereka tahu melalui penilaian dirinya berdasarkan respons yang orang
19
lain berikan berdasarkan sudut pandang pribadi serta sudut pandang orang yang
mengamati.
Konsep diri dalam penelitian Pola Komunikasi Interpersonal Pengasuh
dan anak asuh di yayasan panti asuhan mutiara bani sholihin ini menjadi
komponen pokok. Hal tersebut dikarenakan konsep diri mempengaruhi perilaku
komunikasi karena konsep diri itu mempengaruhi kepada pesan apa Anda bersedia
membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu dan apa yang kita ingat.
Dengan mengetahui konsep diri seseorang, dapat diketahui pola serta strategi
komunikasi yang tepat serta efektif.
Pada Makna terbentuk dalam interaksi antar manusia dan dimodifikasi
melalui proses interpretif. Makna yang tercipta dalam interaksi antar manusia
dapat dikatakan merupakan bagian dari persepsi interpersonal. Interpretasi makna
dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengajar dan peserta didik,
dilihat pada petunjuk eksternal yang dapat diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah
deskripsi verbal dari pihak ketiga dan deskripsi non verbal berupa petunjuk
proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik dan artifaktual. Semuanya itu dapat
disebut dengan faktor-faktor situasional.
Pada Interpretasi peserta didik terhadap makna dalam suatu interaksi tidak
hanya diamati berdasarkan faktor-faktor situasional akan tetapi juga faktor-faktor
personal. Faktor personal ini terdiri dari pengalaman, motivasi serta kepribadian.
Pada hubungan antara individu dengan masyarakat, dilihat pada
bagaimana komunikasi dan interaksi yang di jalin oleh yayasan dengan
20
masyarakat sekitar. Adapun masyarakat sekitar itu adalah orang tua peserta didik,
lingkungan serta masyarakat umum. Pada konsep ini, peneliti berusaha mencari
tau mengenai bagaimana baik pengasuh maupun anak asuh berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Serta bagaimana tanggapan lingkungan sekitar mengenai
yayasan. Hubungan antara yayasan dengan masyarakat ini dianalisa pengaruhnya
terhadap pola komunikasi interpersonal yang dilakoni pengasuh dan anak asuh di
yayasan panti asuhan bani sholihin.
Dari penjelasan di atas, kerangka pemikiran pada penelitian ini secara
singkat tergambar dalam bagan sebagai berikut :
21
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
22
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK
GEORGE HERBERT MEAD DAN HERBERT BLUMMER
Inti Teori:
suatu pesan non verbal dan makna dalam pesan verbal akan memengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi
Mind Self Society
interpretasi anak asuh terhadap interaksi
konsep diri
anak asuh
hubungan antara panti asuhan dengan
masyarakat sekitar
Hasil olahan peneliti dan pembimbing 2015
1.6 Lokasi penelitian
Metode penelitian kualitatif menuntut penelitian dilakukan dalam setting
yang alami.oleh karena itu,penelitian dilakukan di salah satu tempat dimana
terdapat informan yang melakukan kegiatan sehari-harinya.adapun lokasi
penelitian yang dipilih,antara lain :
1. Asrama wanita,yayasan yatim piatu dan dhufa bani sholihin.
2. Asrama pria, yayasan yatim piatu dan dhuafa mutiara bani
sholihin.
3. Kantor pusat yayasan yatim piatu dan dhuafa mutiara bani sholihin.
1.7 Waktu dan Periode Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada awal bulan ramadhan 2015 tepatnya
pada tanggal 8 juni 2015 hingga 10 agustus 2015.Penelitian banyak dilakukan
dikawasan asrama tempat tinggal para nak yatim piatu dan dhuafa yaitu di
yayasan Panti Asuhan Bani Sholihin sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
oleh pimpinan yayasan bagi informan dalam melakukan kegiatan penelitian,yaitu
pada waktu kegiatan mengaji pada sore hari ataupun acara pendidikan dan belajar
bersama pada malam hari.
23