128
i

ii - e-Journal by Forikes

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

ii

Metodologi Penelitian dalam Bidang Kesehatan

Kuantitatif & Kualitatif

Dr. Sri Hernawati, drg., M.Kes.

Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

2017

iii

Metodologi Penelitian dalam Bidang Kesehatan,

Kuantitatif & Kualitatif

Penulis: Dr. Sri Hernawati, drg., M.Kes.

ISBN xxxxxxxxxxxxxxxxx

Penerbit: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

2017

Jalan Cemara 25, RT. 001, RW. 002 Dare, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

Ponorogo, Jawa Timur

E-mail: [email protected]

Telepon: 082142259360

Editor: Dr. Heru Santoso Wahito Nugroho, M.M.Kes., CPMC.

Edisi I Cetakan I

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini

dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penerbit.

iv

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan

rahmat-NYA buku Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kesehatan ini dapat

diselesaikan dan merupakan buku referensi Metodologi Penelitian yang dapat di pakai

mahasiswa, tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan sarana bagi tenaga kesehatan.

Buku ini merupakan bagian kecil dari buku Metodologi Penelitian Dalam Bidang

Kesehatan, diharapkan dapat menjadi pelengkap referensi lainnya yang sudah ada.

Selain itu juga diharapkan dengan adanya buku ini dapat menjadi pegangan dan

mempermudah dosen pengajar dan mahasiswa metodologi penelitian dalam proses

belajar dan mengajar.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih terhadap teman-teman

sejawat yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan dan tidak luput

dari kesalahan, pada kesempatan ini kami mengharap saran dan kritik dari sejawat

sekalian dan para pembaca lainnya, agar edisi yang berikutnya akan lebih baik.

Penulis

v

Daftar Isi

Sampul depan (i)

Halaman Judul I (i)

Halaman Judul II (iii)

Prakata (iv)

Daftar Isi (v)

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. RUANG LINGKUP METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 1

B. TUJUAN PENELITIAN DAN HIPOTESIS ....................................................... 5

C. LITERATUR REVIEW, KONSEP DAN TEORI ............................................. 12

D. KERANGKA KONSEP ................................................................................... 25

BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF ........................................... 28

A. JENIS – JENIS PENELITIAN ......................................................................... 28

B. RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF .............................................. 35

C. PENYUSUNAN KERANGKA TEORI DAN PENGUKURAN ....................... 40

D. POPULASI DAN SAMPEL ............................................................................. 54

E. VARIABEL DAN DO ..................................................................................... 62

F. INFORM CONCENT ETIK DAN PLAGIARISME ......................................... 74

G. SURVEI KUESIONER KUANTITATIF ...................................................... 81

BAB III JENIS PENELITIAN KUALITATIF ............................................................ 95

A. LANDASAN TERITIS METODE KUALITATIF ........................................... 95

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF ......................................... 99

C. TEKNIK ANALISIS DATA DAN VALIDASI DATA KUALITATIF .......... 101

D. PENENTUAN LOKASI DAN INFORMAN .................................................. 111

E. SURVEY KUESIONER KUALITATIF ......................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 118

1

BAB I PENDAHULUAN

A. RUANG LINGKUP METODOLOGI PENELITIAN

Pengertian dari ruang lingkup adalah batasan. Metodologi penelitian

ialah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melekukan suatu

penelitian. Sebagai ilmu yang mempelajari metode-metode untuk melakukan

penelitian, ruang lingkup pembahasannya meliputi metode penelitian, metode

pengambilan sampel, metode pengumpul dan inventarisasi data, metode

penyajian data dan metode analisis data.(Research Institute Industrial, 2010)

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah

berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yaitu

rasional, empiris dan sistematis.(Abdurrahmat Fhatoni 2006 : 98 ).

a. Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara

yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.

b. Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra

manusia, sehingga orang lainpun dapat mengamatinya.

c. Sistematis berarti proses yang dilakukan dalam penelitian itu

menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.

Secara garis besar metode penelitian di bedakan atas tiga metode pokok,

yaitu:

a. Studi kasus

Kasus artinya kejadian / peristiwa. Studi kasus berarti penelitian terhadap

suatu kejadian atau peristiwa ini hendaknya tidak di artikan sebagai

kejadian atau peristiwa biasa, yang menurut konsep bahasa inggris di

sebut event. Suatu kejadian atau peristiwa yang mengundang masalah

atau perkara, sehingga perlu ditelaah kemudian dicarikan cara

penanggulangannya, antara lain melalui penelitian, seperti studi kasus

2

yang dilakukan oleh psikologi. Dalam rangka mempelajari suatu masalah

yang timbul akibat adanya gejala kriminal atau perdata, kemudian juga

untuk dicari cara-cara penanggulangannya, melalui pendikatan hukum.

b. Eksperimen

Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode

percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap

variabel yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja

diciptakan. Dalam metode ini ditetapkan sedikitnya tiga variabel yang

akan dihadapi. Pertama, variabel yang akan dipelajari pengaruhnya

disebut variabel tidak terikat. Kedua, Variabel eksperimen. Ketiga.

Variabel non-eksperimen. Variabel eksperimen ialah variabel yang

dimanipulasi atau diberi perlakuan oleh variabel yang terikat, disebut

non-eksperimen ialah variabel yang tidak dimanipulasi tetapi difungsikan

sebagai alat kontrol dan oleh sebab itu variabel ketiga ini disebut variabel

kontrol.

c. Survei

Survei artinya pemeriksaan / pengukuran. Metode survei berarti metode

pemeriksaan dan pengukuran metode penelitian yang dilakukan untuk

mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala

empirik yang berlangsung dilapangan atau lokasi penelitian, umumnya

dilakukan terhadap unit sampel yang dihadapi sebagai responden dan

bukan terhadap seluruh populasi sasaran.

2. Ruang Lingkup Metodologi Penelitian Ilmu kesehatan Masyarakat

Ruang lingkup metodologi penelitian ilmu kesehatan masyarakat adalah:

(Abdurohman Fatoni. 2006)

a. Epidemologi

Lingkup penelitian ini adalah segala bentuk penelitian yang

membahas ini adalah pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang

terkait di tingkat populasi. Ini adalah model corestone penelitian

kesehatan masyarakat, dan membantu menginformasikan kedokteran

berbasis bukti (eveidence based medicine) untuk mengidentifikasikan

faktor risiko penyakit serta menentukan pendekatan penanganan yang

3

optimal untuk praktik klinik dan untuk kedokteran preventif. Menurut

Dr. Anton Muhibuddin (Universitas Brawijaya), saat ini epidemiologi

telah berkembang pesat baik pendalaman ilmunya maupun perluasan

ilmunya.

Perluasan ilmu epidemiologi saat ini juga mencakup

epidemiologi bidang pertanian agrokompleks (termasuk perikanan,

perkebunan, prikanan) dan mikrobiologi. Perluasan tersebut dirasa perlu

karena manfaat epidemiolgi sangat nyata dirasakan dalam bidang-bidang

ilmu tersebut. Pendalaman epidemiologi diantaranya meliputi peramalan

berbasis komputer dan pengelolaan agroekosistem. Epidemiologi

menggunakan beragam alat-alat ilmiah, dari kedokteran dan statistik

sampai sosiologi dan antropologi. Banyak penyakit mengikuti arus

migrasi penduduk, sehingga pemahaman tentang bagaimana penduduk

bergerak mengikuti musim sangat penting untuk memahami penyebaran

penyakit tertentu pada populasi tersebut. Epidemiologi tidak hanya

berkutat pada masalah penyebaran penyakit, tetapi juga dengan cara

penanggulangannya.

b. Biostatistik

Lingkup ini membahas tentang metode kuantitatif untuk

menyimpulkan berbagai fenomena biologis berdasarkan data

empiris yang didapat melalui penginderaan fisik atau observasi. Untuk

aplikasi bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat, biostatistik

merupakan alat penting untuk: mengembangkan perangkat

diagnostik, metode pengobatan baru, pengukuran besar masalah suatu

penyakit, identifikasi faktor risiko berbagai penyakit, evaluasi usaha

pencegahan penyakit di masyarakat, dan sangat banyak pertanyaan

penelitian lain yang memerlukan jawaban melalui pengukuran

kuantitatif.

c. Kesehatan Lingkungan

Lingkup yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara

kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan

komponen lingkungan hidup, seperti berbagai spesies kehidupan, bahan,

4

zat, atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau

berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari

upaya-upaya pencegahannya.

d. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku

Lingkup yang membahas tentang profesi kesehatan masyarakat

yang memiliki akar tiga bidang dasar ilmu, yaitu ilmu perilaku

(psikologi, sosiologi dan antropologi), pendidikan dan kesehatan

masyarakat. Selain itu juga didukung oleh ilmu-ilmu filsafat, sejarah,

humaniora, ilmu politik dan ekonomi.

e. Administrasi Kesehatan Masyarakat

Lingkup yang membahas tentang Suatu proses yang menyangkut

perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan, pengawasan,

pengkoordinasian dan penilaian terhadap sumber, tatacara, dan

kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntuan akan

kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan sehat dengan

menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya, kelompok

dan masyarakat.

f. Gizi Masyarakat

Lingkup ini membahas tentang gizi masyarakat, dimulai dari cara

produksi pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makanan

oleh tubuhyang sehat dan sakit. Lingkup gizi berkaitan dengan ilmu

agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi

molekuler dan kedokteran.

g. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lingkup yang membahas bidang yang terkait

dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja

di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk

memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga

melindungi rekan kerja,keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang

juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Kesehatan dan

keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.

Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja

5

dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang

waktu.Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan,

pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan

perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti

sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik

industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan

industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

h. Sistem Informasi Kesehatan

Lingkup yang membahas tentang suatu sistem pengelolaan data

dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara

sistematika dan terrintegasi untuk mendukung manajemen kesehatan

dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

B. TUJUAN PENELITIAN DAN HIPOTESIS

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mendapatkan suatu rumusan hasil dari suatu

penelitian melalui proses mencari, menemukan, mengembangkan, serta

menguji suatu pengetahuan. Selain itu, penelitian digunakan untuk

memecahkan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. (Agung

W.K dan Zarah P, 2016)

Menurut Agung W.K dan Zarah P, (2016) Suatu penelitian dapat

dikategorikan baik bila memenuhi unsur seperti spesifik, terbatas, bisa

diukur, dan bisa diperiksa dengan menunjukkan hasil penelitian.

Berikut ini beberapa tujuan penelitian secara umum yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam beberapa bidang.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

c. Menguji kebenaran dari pengetahuan sudah ada.

Untuk tujuan penelitian secara rinci terbagi menjadi 2 jenis. Untuk

penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

6

a. Tujuan penelitian ilmiah

Secara ilmiah, penelitian merupakan usaha untuk mengetahui

sesuatu hal. Namun, pengetahuan yang didapat tidak dapat dimanfaatkan

secara langsung. Nama lain dari kegiatan ini adalah basic research atau

juga pure research.

b. Tujuan penelitian praktis

Tujuan praktis dalam penelitian adalah hasil yang bisa

dimanfaatkan langsung dalam kehidupan. Penelitian ini disebut juga

dengan applied research, sebuah penelitian untuk menetapkan nilai

terhadap suatu barang. Contohnya adalah dalam penentuan harga barang

yang akan dijual. Selain itu ada beberapa tujuan, yaitu:

1) Tujuan eksplorati (Pencarian atau Penjagan)

Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau menjajagi suatu

pengetahuan yang bisa dianggap baru dikarenakan sebelumnya

belum pernah ada pengetahuan tersebut. Biasanya penelitian dengan

tujuan eksploratif ini menghasilkan teori-teori baru yang dapat

digunakan dan diaplikasikan kedalam ilmu pengetahuan di masa

yang akan datang.

2) Tujuan verivikatif (Pemeriksaan Kembali atau Pengujian)

Penelitian dengan jenis ini bertujuan untuk melakukan

pemeriksaan kembali terhadap suatu teori atau terhadap suatu hasil

penelitian pada masa lampau. Dengan penelitian verifikasi ini akan

diperoleh suatu haril yang akan dapat memperkuat atau bahkan

menggugurkan suatu teori atau hasil penelitian yang dihasilkan oleh

peneliti lain di masa lampau.

3) Tujuan pengembangan (development)

Penelitian development ini bertujuan untuk memperluas,

memperdalam, menggali, dan mengembangkan suatu permasalahan

atau teori tentang suatu keilmuan menjadi spesifik dan mendalam

7

yang dapat digunakan untuk sarana pemecahan permasalahan ang

ada di dalam masyarakat.

2. HIPOTESIS

Setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam

terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka

langkah adalah merumuskan hipotesis. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu

yang benar, bertitik tolak pada pertanyaan yang disusun dalam bentuk

masalah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu, disusun suatu

jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian

empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat dugaan dan pada tahap ini

kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita. Oleh karena itu,

sebelum mencari jawaban secara faktual, terlebih dahulu kita mencoba

menjawab secara teoritis. (Sugiono, 2012)

Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses

penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi

dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti,

dan terarah, sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah hipotesis

merupakan satu tipe proporsi yang langsung dapat diuji. Hipotesisi

merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya

penelitian kuantitatif. Hipotesis yang dirumuskan harus bisa menjawab

masalah penelitian, sehingga antara hipotesis dan rumusan masalah

terlihat keterkaitannya secara konsisten. (Sugiono, 2013)

Terdapat tiga alasan utama mengenai pentingnya dirumuskan

hipotesis, diantaranya: (Sugiono, 2012)

a. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat

dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang

akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan

melalui teori mengenai konflik.

b. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan benar atau tidak benar

atau diflasifikasi.

8

c. Hipotesis adalah alat dayanya untuk memajukan pengetahuan karena

membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis

disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara

terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

a. Definisi Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis=

pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa

merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan

ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti,

dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga

disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di

dalamnya.(Sugiono, 2012)

Hipotesis disebut juga sebagai sebuah anggapan, perkiraan,

dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau

proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada

hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses

terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian. Hipotesis

merupakan jawaban atas masalah secara teoritis atau jawaban sementara

yang masih perlu diuji kebenarannya melalui fakta-fakta. Pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan suatu analisa statistik.

Hipotesis merupakan suatu jenis proporsi yang dirumuskan sebagai

jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris.

Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan

hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pertanyaan-

pertanyaan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka

teoritis. (Sugiono, 2012)

Hipotesisi ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan

literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam

hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu

masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam

9

kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.

Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk

menguji teori tersebut, peneliti hipotesis yang diturunkan dari

teori.(Sugiono, 2012)

Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis

dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut

harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dpaat diamati dan

diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses

operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori

menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris

atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.

Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang

menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang

disebut sebagai hipotesis. (Sugiono, 2012)

Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan

antar-konsep, hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan

hubungan antar-variabel. Hipotesis menghubungkan teori dengan

realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian

atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu,

hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk

yang dapat diuji, atau kadang hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan

tentatif tentang realitas. Oleh karena itu teori berhubungan dengan

hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka

teori yang menjelaskan tentang fenomena yang diteliti, tidak

mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau

tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.

(Arikunto, 2010)

Jadi sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam

kerangka teoritis. Karena itu, baik buruknya suatu hipotesis bergantung

pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena

sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain,

10

meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke

hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.

(Sugiono, 2012)

b. Fungsi Hipotesis

Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada

masalah atau tujuaun penelitian. Fungsi penting hipotesis di dalam

penelitian, yaitu:

1) Untuk menguji teori,

2) Mendorong munculnya teori,

3) Menerangkan fenomena sosial,

4) Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian

5) Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan

dihasilkan.

Agar fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada

faktor-faktor yang harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;

1) Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif, yaitu kalimat tersebut

bersifat positif dan tidak normatif

2) Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang

operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur

3) Hipotesis menunjukan hubungan antara variabel-variabel

c. Jenis Hipotesis

Dalam penelitian, hipotesis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu

hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah

hipotesis yang disusun dalam bentuk pernyataan atau proposisi.

Hipotesis ini muncul sebagai produk dari kerangka pemikiran yang

telah disusun oleh peneliti. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini

biasanya dimunculkan setelah peneliti menguraikan kerangka

pemikiran. (Sugiono, 2012)

Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam bentuk

hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), serta biasanya diikuti

11

dengan simbol-simbol statistik. Misalnya, peneliti ingin mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua variabel, simbol statistik yang sesuai

dengan tujuan penelitian yang hendak mengkaji hubungan antar

variabel adalah rho (ρ). Dapat dipahami bahwa hipotesis statistik

merupakan terjemahan operasional dari hipotesis penelitian, agar

hipotesis ini bisa diuji kebenarannya. (Arikunto, 2010)

1) Hipotesis Nol (H0)

Yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa variabel

independen (variabel bebas) tidak mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependen (variabel terikat); memprediksi bahwa tidak ada

hubungan/perbedaan antara satu variabel dengan variabel lainya.

2) Hipotesis Alternatif (H1)

Yaitu hipotesisi yang memprediksi bahwa variabel

independen (variabel bebas) mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependen (variabel terikat), memprediksikan bahwa ada

hubungan/ perbedaan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

3) Hipotesis Two Way

Disebut juga hipotesis sejajar (satu ekor), yaitu hipotesis

yang memprediksi bahwa tidak ada variabel yang lebih tinggi

daripada variabel yang lain.

4) Hipotesis One Way

Disebut juga hipotesis lebih tinggi, yaitu hipotesis yang

memprediksi bahwa salah satu variabel lebih tinggi daripada

variabel yang lain.(Sugiono, 2012)

d. Kekeliruan dalam Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis hanya memberikan dua kemungkinan

keputusan, yaitu menolak atau menerima hipotesis nol. Dua tipe

kesalahan dalam pengujian hipotesis yaitu:(Sugiono, 2012)

Kesalahan Tipe 1 (Type One Error)

Kesalahan Tipe 2 (Type Two Error)

1) Kesalahan Tipe 1

12

Yaitu suatu tindakan menolak H0, padahal H0 benar. Kesalahan

tipe ini yaitu menolak hal yang sebenarnya benar.

2) Kesalahan Tipe 2

Suatu tindakan menerima H0, padahal H0 salah. Kesalahan tipe ini

yaitu menerima hal yang sebenarnya salah.

C. LITERATUR REVIEW, KONSEP DAN TEORI

1. Literatur Review

a. Pengertian

Menurut Hasibuan (2007), literatur review berisi uraian tentang

teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan

untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam literatur

review ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas

tentang pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya

pada perumusan masalah.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah

buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan

penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan diolah

dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra, dan

bahasa (Danial A. R., 2009: 80). Penelitian yang dilakukannya dengan

cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk

memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan

menggunakan studi pustaka (literature review), penulis dapat

memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan,

sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi. (Hasibuan, 2007)

b. Tujuan

Literature review merupakan bagian yang esensial dari sebuah

riset. Literature review mempunyai sejumlah peran antara lain:

(Hasibuan, 2007)

1) Memberikan justifikasi atas pentingnya tema penelitian yang

diangkat

13

2) Memberikan kerangka pemahaman atas tema yang diteliti termasuk

perdebatan dan isu-isu sentral yang terkait

3) Menyajikan riset-riset dengan tema terkait yang telah dilakukan

sebelumnya, termasuk pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja

yang diajukan, persoalan-persoalan apa saja yang diangkat, serta

bagaimana riset tersebut dilakukan

4) Menunjukkan pemahaman atas kritik terhadap riset-riset sebelumnya

5) Menunjukkan pemahaman atas teori-teori utama yang terkait dengan

tema yang diteliti dan bagaimana teori-teori tersebut diaplikasikan

dan dikembangkan

6) Menjadi landasan untuk menyusun desain riset dan kerangka teoritis

atas riset yang dilakukan

7) Menunjukkan kontribusi/sumbangan/nilai tambah dari riset yang

sedang dilakukan dibandingkan dengan riset-riset sebelumnya

c. Manfaat

Menurut Hasibuan (2007), manfaat dari literature review adalah:

1) Memahami dengan baik sejarah perkembangan dari tema riset yang

diangkat serta berbagai kontroversi yang melingkupinya

2) Memahami dengan baik konsep-konsep kunci/gagasan/studi/model

utama yang terkait dengan tema yang Anda teliti

3) Mampu mendiskusikan gagasan-gagasan yang berkembang dalam

konteks yang sesuai dengan penelitian yang Anda lakukan

4) Mampu melakukan evaluasi atas hasil karya orang lain

d. Langkah – Langkahdalam Literature Review

Menurut Ary, Jacobs dan Soerensen (2010), cara membuat literatur

review adalah:

1) Mencari sumber-sumber untuk bahan studi pustaka atau literature

review

Literatur yang dicari harus relevan dengan penelitian. Sumber-

sumber penelitian sangat membantu bila didukung pengetahuan

topik yang dikaji. Sumber daftar pustaka yang paling bagus adalah

buku, artikel jurnal yang sudah di peer-review, artikel proceedings

14

yang telah di-peer review, dan technical report dari institusi

pendidikan atau organisasi lainnya yang berhak untuk mengeluarkan

2) Mengevaluasi isi yang dimuat di dalam sumber-sumber tersebut

Tujuan dari pembuatan suatu studi pustaka atau literature review

adalah untuk membuat cerita ilmiah yang memasukkan unsur

evaluasi dan kritisisi terhadap hal-hal yang pernah dikemukakan

orang lain. Evaluasi harus diberikan seobyektif mungkin baik

evaluasi pendukung maupun yang bersifat melemahkan.

Selain kevalidan sumber, perlu juga diteliti apakah metode, data

dan penganalisisan data yang digunakan oleh penulis sudah tepat

atau belum. Disamping itu, perlu juga dianalisis apakah ada

informasi yang sengaja disampaikan sebagian, tidak sebenarnya atau

dihilangkan. Kemutakhiran sumber juga perlu untuk dijaga. Untuk

informasi tertentu, terkadang perkembangannya begitu cepat,

sehingga harus selalu berusaha mencari yang paling up-to-date.

3) Membuat summary terhadap isi sumber-sumber tersebut

Summary (rangkuman) ini digunakan sebagai pengingat sumber

yang pernah dibaca, sehingga pada saat menulis studi pustaka atau

literature review, tidak perlu mengulang lagi untuk membaca sumber

secara keseluruhan. Adapun hal-hal yang perlu untuk dicatat dalam

rangkuman antara lain: Penulis, Tahun, Judul dan Sumber (Buku,

Jurnal, Procedings atau Technical Report) dari tulisan yang dibaca,

Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Hasil Penelitian, Kesimpulan

dan Saran. Selain hal-hal tersebut, hasil pengevaluasian terhadap

sumber tulisan tersebut juga dimasukkan di dalam rangkuman.

4) Menulis studi pustaka atau literature review

Rangkuman yang dibuat dalam tahapan sebelumnya

dipergunakan sepenuhnya dalam menulis studi pustaka atau

literature review. Hal-hal yang mungkin dimasukkan antara lain:

persamaan dan perbedaan antara pengarang dan penelitian mereka,

penelitian mana yang saling mendukung dan yang mana saling

bertentangan, pertanyaan yang belum terjawab dan lain-lain.

15

Untuk keperluan tersebut kita mungkin perlu untuk menata

rangkuman dan mengelompokkannya berdasarkan beberapa kriteria

yang kita perlukan seperti berdasarkan pada tema penelitian, jenis

penelitian, pendukung atau penentang, dan lain-lain.

e. Teknik – Teknik Literature Review

Untuk merivew sebuah literatur kita bisa melakukannya dengan

beberapa cara, berdasarkan Iskandar (2008), antara lain:

1) Mencari kesamaan (Compare)

Mencari landasan teori dari berbagai sumber dan pendapat para ahli,

lalu menemukan kesamaannya.

2) Mencari ketidaksamaan (Contrast)

Melihat sisi ketidaksamaan antara berbagai sumber.

3) Memberikan pandangan (Criticize)

Bersetuju terhadap pandangan atau tidak setuju membuat pandangan

sendiri dan menghubungkan lebih dari satu pandangan (sintesa).

4) Membandingkan (Synthesize)

Mencari keunggulan dan kelemahan suatu penelitian.

5) Meringkas (Summarize)

Memberikan ringkasan dari berbagai sumber

f. Cara Mencari Sumber – Sumber Literature Review

Cara mencari sumber literature review, antara lain (Iskandar, 2008):

1) Paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional

baik dari pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.

2) Tesis merupakan penulisan ilmiah yang sifatnya mendalam dan

mengungkapkan suatu pengetahuan baru yang diperoleh melalui

penelitian. Tesis biasanya ditulis oleh mahasiswa pasacasarjana (S2)

yang ingin mengambil gelar master.

3) Disertasi merupakan penulisan ilmiah tingkat tinggi yang biasanya

ditulis untuk mendapatkan gelar doktor falasafah (Ph.D). Disertasi

berisi fakta berupa penemuan dari penulis itu sendiri berdasarkan

metode dan analisis yang dapat dipertahankan kebenarannya.

4) Jurnal maupun hasil-hasil konferensi.

16

Jurnal biasanya digunakan sebagai bahan sitiran utama dalam

penelitian karena jurnal memuat suatu informasi baru yang bersifat

spesifik dan terfokus pada pemecahan masalah pada suatu topik

penelitian.

5) Majalah, pamflet, kliping.

Majalah ilmiah merupakan sumber publikasi yang biasanya berupa

teori, penemuan baru, maupun berupa materi-materi yang sedang

populer dibicarakan dan diteliti. Biasanya materi yang disajikan

dalam makalah tidak terdapat dalam buku. Contohnya majalah

trubus, majalah ecommerce, dan lain sebagainya.

Majalah merupakan literatur yang disenangi para peneliti untuk

dijadikan sitiran karena frekuensi terbitnya teratur dan cepat

sehingga artikel yang dimuatnya cukup mutakhir.

6) Abstrak hasil penelitian

7) Prosiding bisa dijadikan sebagai bahan literatur karena prosiding

ditulis oleh seorang profesor atau siapa saja yang telah

dipublikasikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan

prosiding sebagai bahan literatur bisa memudahkan peneliti karena

adanya kolaborasi antara peneliti dengan penulis prosiding yang

mungkin berada pada satu institusi yang sama.

2. KONSEP

a. Definisi

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya

sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of

concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam

pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.

Beberapa ahli menyatakan tentang definisi konsep. Singarimbun dan

Efendi (2008) mengemukakan bahwa konsep adalah istilah dan definisi

yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian,

keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu

sosial. Suatu kejadian, kondisi, baik kelompok maupun individu bisa

17

diungkapkan serta dijelaskan oleh seseorang kepada orang lain melalui

satu istilah yang dinamakan konsep. Melalui konsep seseorang akan

memahami sebenarnya hal apakah yang disampaikan oleh penyampai

pesan. Sedangkan, penerima pesan juga akan menangkap konten pesan

tersebut. Isi/ konten dari pesan inilah yang dinamakan konsep.

Woodruff dalam Singarimbun (2008) mendefinisikan konsep

sebagai a) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, b)

suatu pengertian terhadap objek; c) produk subjektif yang berasal dari

cara seseorang membuat pengertian terhadap objek atau benda melalui

pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).

Gagasan yang relatif sempurna bermakna adalah ide tersebut penuh

dengan suatu arti yang memang penting untuk dibahas secara dalam.

Konsep sebagai pengertian terhadap objek juga bermakna jika objek

tersebut memiliki definisi yang bisa diuraikan secara runtut. Produk

subjektif dari peneliti yang memaknai konsep sebagai hasil pemikiran

yang berasal dari pengalaman kehidupannya.

Definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa

konsep dan maknanya masih sangat abstrak walaupun secara intuitif

masih bisa dipahami maksudnya (Azwar, 2007: 72). Hal ini digunakan

untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian,

keadaan, kelompok. Diharapkan peneliti mampu memformulasikan

pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan

penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang

lainnya.

Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan

bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan (Azwar, 2007). Proses ini

berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara

individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep

bersifat abstrak sedangkan gejala bersifat kongkret (Singarimbun, 2008).

Dari segi definisi istilah memungkinkan jika sebuah konsep itu

juga dimaknai sebagai variabel (Azwar, 2007). Konsep adalah segala

macam hal yang dibahas, didefinisikan, dan diukur dalam sebuah

18

penelitian. Sedangkan, variabel juga seperti halnya sebuah konsep.

Variabel juga menjadi bahan dan istilah yang harus dibahas, dimengerti,

dan diukur dalam suatu pengertian. Namun, bisa jadi definisi konsep ini

sendiri sangatlah luas dan banyak versi dalam mengintepretasikannya.

(Azwar, 2007).

b. Macam – Macam Konsep

Dalam sebuah penelitian terdapat dua macam konsep yang bisa

digunakan untuk pedoman dasar, (Sumanto, 2014) yaitu :

1) Konsep yang berhubungan dengan fakta

Konsep yang berhubungan dengan fakta adalah suatu konsep

yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit yang dapat dilihat

atau diraba. Sehingga dalam hal ini peluang kesalahan memahami

konsep sangat kecil. Misalnya konsep tentang meja, kursi, dan

sepedah. Konsep yang bersifat fakta ini pada umumnya berbentuk.

Bersifat padat yang terlihat oleh mata dan panca indera (Sumanto,

2014). Konsep konkret merupakan suatu konsep yang berhubungan

dengan benda-benda kongkrit yang dapat diinderakan oleh indera

manusia. Biasanya konsep ini bisa disentuh dan dirasakan oleh

pancaindera secara langung. Sehingga mudah dipahami.

Contoh : meja, kursi, komputer, motor, sendok.

Konsep fakta pada dasarnya mudah dipahami oleh manusia oleh

mata telanjang. Kecenderungan manusia juga memahami sesuai

dengan apa yang dilihat oleh segala sesuatu yang dilihat. Misalnya,

memahami kursi. Secara naluri manusia akan memahaminya jika

kursi adalah media atau alat untuk memudahkan manusia sebagai

tempat duduk. Secara logika manusia akan tahu sesuai apa yang

mereka lihat. Manusia akan ingat sesuai apa yang mereka dengar.

Konsep yang fakta akan mudah meresap dalam pemikiran manusia

sesuai apa yang mereka lihat dan dengar. Sehingga itulah yang

mereka ketahui dan mereka ingat.

Konsep “Rumah” adalah sebuah tempat bagi manusia yang

digunakan untuk berteduh, istirahat dan melakukan berbagai

19

aktivitas sosial bersama anggota keluarga. Pemahaman tentang

berteduh, istirahat, dan aktivitas ini adalah bentuk kemanfaatan dari

rumah itu sendiri. Secara bentuk, model, dan teksturnya rumah

adalah tempat tinggal yang sesuai untuk manusia. Dari segi

penglihatanpun rumah sudah bisa diduga sebagai tempat tinggal

manusia. Tidak ada dugaan lain tentang rumah.

2) Konsep yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak

Merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sesuatu yang

tidak dapat dilihat, diraba secara fisik tapi hal itu ada. Misalnya

hubungan kekeluargaan, EQ, sifat dan lain sebagainya. Konsep

abstrak tidak dapat diindera oleh panca indera, tapi hal itu ada.

Beberapa contoh dari konsep abstrak adalah masyarakat,

organisasi, asimilasi, kebahagiaan, pendidikan, sikap, IQ, EQ. Sehat

adalah konsep istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang

hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman

kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang

itu “sehat” atau “tidak sehat” maka pengetahuan konsep “sehat”

tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel misalnya:

tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan

darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini variabel-variabel

yang digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah

seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat”.

Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur

sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel

seperti tinggi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu.

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.

Peneliti bekerja dari tahap konsepsional ketahap operasional.

Seperti, “Doa menimbulkan kesejahteraan pada orang yang

didoakannya”. Ini adalah hipotesis yang terdiri dari dua konsep,

“Doa” dan “Kesejahteraan”, disambungkan dengan kata

20

menunjukkan hubungan diantara dua konsep, yakni “Menimbulkan”.

Semua konsep tersebut bersifat abstrak. Dalam tahap kedua, peneliti

mengalihkan konsep abstrak itu menjadi variabel yang dapat diamati.

Dari berbagai analogi dan contoh konsep diatas, peneliti itu harus

bisa menjadikan konsep sebagai variabel. Dimana konsep ini harus bisa

diteliti dan diamati oleh semua pihak. Walaupun pada dasarnya konsep

adalah hal yang tidak bisa diukur dan dianalisa secara kemampuan

inderawi manusia. Namun, dengan kekreatifan peneliti dan keahlian

seorang peneliti konsep ini akan menjadi sajian serta renungan yang

indah untuk ditelaah secara mendalam. (Sumanto, 2014)

Konsep merupakan unsur pokok daripada penelitian. konsep

merupakan hal yang abstrak, maka perlu diterjemahkan dalam kata-kata

sedemikian rupa, sehingga dapat di ukur secara empiris. (Sumanto, 2014)

c. Ciri – Ciri Konsep

Ciri-ciri konsep menurut Sumanto, 2014:

1) Terbentuk dengan jalan abstraksi (proses menarik intisari dari ide-ide,

hal-hal, benda-benda, juga gejala sosial) dan Generalisasi (menarik

kesimpulan umum dari sebuah ide, hal, benda, dan gejala sosial yang

khusus).

2) Tidak dapat dinyatakan benar atau salah. Konsep tidak bisa

dinyatakan salah atau benar dikarenakan konsep adalah himpunan dari

ide, gagasan, hal-hal, juga gejala sosial yang menjadi satu sistem.

3) Jelas tidaknya suatu konsep ditentukan oleh istilah yang digunakan

dan tingkat/derajat keabstrakannya.

4) Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang

lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau

lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep.

d. Fungsi Konsep

Meurut Sumanto (2014), fumgsi konsep antara lain:

1) Fungsi kognitif,

yaitu mengorganisasi observasi dan menata hasilnya (fungsi menata).

Konsep adalah salah alat untuk mengelola dan mengorganisir seluruh

21

pikiran dalam mendefinisikan segala macam. Dengan fungsi kognitif

konsep akan menjadi senjata yang bisa mengamati istilah, ide,

gagasan, pernyataan, dan asumsi yang ingin disampaikan.

2) Fungsi evaluatif,

yaitu mengevaluasi apa yang telah dipersepsi. Melalui fungsi evaluatif

ini sebagai seorang peneliti konsep bisa menjadi bahan melihat

kembali segala sesuatu yang sudah diangkat dalam penelitian. Konsep

juga melihat kekurangan dan kelebihan dalam penelitian. Sejauh mana

kualitas penelitian yang diteliti.

3) Fungsi Operasional (pragmatis),

yaitu mengendalikan dan mengarahkan perilaku individu.

4) Fungsi Komunikasi,

artinya konsep harus memungkinkan komunikasi. Fungsi komunikatif

konsep dalam penelitian harus sebisa mungkin menghubungkan antar

aspek dalam penelitian. Dalam konsep secara komunikatif akan

menjadi alat untuk merelevansikan setiap langkah dalam penelitian.

Sehingga konsep dengan fungsi komunikatifnya ini akan menjadi

pedoman penelitian semakin runtut dan detail secara prosesnya. Selain

itu, konsep juga akan menambah kesinergisan dalam suatu penelitian.

Konsep yang akan menghubungkan antar aspek dalam penelitian.

g. Perbedaan Konsep dan Kostruk

Menurut Sumanto (2014) perbedaan konsep dan kostruk antara lain

1) Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam

tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan

untuk tujuan teoritis tertentu. Konsep dihasilkan oleh ilmuwan secara

sadar untuk kepentingan ilmiah.

2) Konsep masih bersifat general dan sulit terukur dikarenakan tidak

ada kata penjelasnya. Berbeda dengan konstruk yang sudah jelas

dikarenakan dijelaskan dengan bilangan yang mengarah kepada

konsep.

3) Konsep adalah inti istilah yang akan dibahas. Sedangkan, konstruk

adalah istilah penjelas yang akan menjelaskan secara detail.

22

Sehingga pada umumnya konstruk ini cukup mudah dipahami

daripada konsep.

4) Pada umumnya konstruk yang mudah diukur adalah berbentuk fisik.

Contoh : ketinggian, panjang, jarak. Istilah ini mudah dipahami

dikarenakan diukur dengan keterangan penjelas berupa bilangan.

3. TEORI

a. Pengertian

Teori, merupakan sebuah rumusan atau pernyataan yang berasal

dari interpretasi seseorang terhadap fakta-fakta, atau penjelasan

mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam dunia fisik. Teori

merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara

rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Sebuah teori

biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakekatnya

merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel.

Pernyataan yang mencakup sebab akibat atau kausalitas ini memberikan

kemungkinan untuk membuat prediksi tentang sesuatu. Teori dan

hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau

idealnya harus universal. (Singarimbun dan Efendi, 2008)

b. Macam-macam Teori

Ada dua macam teori, yaitu umum dan khusus. (Singarimbun dan

Efendi, 2008).

1) Teori umum, adalah suatu pernyataan, apabila ia benar maka ia

benar secara universal. Teori tersebut berlaku sepanjang waktu, di

semua tempat, dan semua keadaan, serta semua permasalahan yang

sesuai dengannya. Suatu generalisasi merupakan teori yang bersifat

umum. Misalnya, sebuah pernyataan yang berbunyi:

‘bertambahnya permintaan akan menaikkan harga

barang’;‘bertambahnya penduduk itu menurut deret ukur,

sedangkan bertambahnya makanan seperti deret hitung’.

2) Teori khusus, adalah teori yang berkaitan dengan sejumlah fakta-

fakta particular tertentu. Ia berusaha untuk menjelaskan fakta-fakta

23

dalam hubungannya yang satu dengan lainnya. Ia harus sesuai

dengan faktafakta yang diketahuinya, tetaapi juga harus berhasil

mengidentifikasi beberapa fakta atau sejumlah fakta yang selama

itu belum diketahui. Misalnya, apabila ada kasus berkaitan dengan

menurunnya jumlah pelanggan; selanjutnya dilakukan penelitian

dengan memperhatikan banyak fakta-fakta berkenaan dengan

menurunnya jumlah pelanggan. Akhirnya, ditemukanlah suatu teori

yang dipakai untuk mengatasi munurunnya jumlah pelanggan

tersebut.

c. Karakteristik Teori

Teori mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: (Zulfikar

dan Budiantara, 2015).

1) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang

memungkinkan tidak terjadinya kontraksi dalam teori

keilmuan secara keseluruhan.

2) harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang

bagaimanapun konsistennya apabila tidak didukung oleh

pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara

ilmiah.

d. Cara Membangun Teori

Ada empat cara teori dibangun menurut Melvin Marx dalam

Zulfikar dan Budiantara, (2015)

1) Model Based Theory,

Berdasarkan teori pertama teori berkembang adanya jaringan

konseptual yang kemudian diuji secara empiris. Validitas

substansi terletak pada tahap-tahap awal dalam pengujian

model, yaitu apakah model bekerja sesuai dengan kebutuhan

peneliti.

2) Teori deduktif,

Teori kedua mengatakan suatu teori dikembangkan melalui

proses deduksi. Deduksi merupakan bentuk inferensi yang

menurunkan sebuah kesimpulan yang didapatkan melalui

24

penggunaan logika pikiran dengan disertai premis-premis

sebagai bukti. Teori deduktif merupakan suatu teori yang

menekankan pada struktur konseptual dan validitas

substansialnya. Teori ini juga berfokus pada pembangunan

konsep sebelum pengujian empiris.

3) Teori induktif,

Teori ketiga menekankan pada pendekatan empiris untuk

mendapatkan generalisasi. Penarikan kesimpulan didasarkan

pada observasi realitas yang berulang-ulang dan

mengembangkan pernyataan-pernyataan yang berfungsi untuk

menerangkan serta menjelaskan keberadaan pernyataan-

pernyataan tersebut.

4) Teori fungsional

Teori keempat mengatakan suatu teori dikembangkan melalui

interaksi yang berkelanjutan antara proses konseptualisasi dan

pengujian empiris yang mengikutinya. Perbedaan utama

dengan teori deduktif terletak pada proses terjadinya

konseptualisasi pada awal pengembangan teori. Pada teori

deduktif rancangan hubungan konspetualnya diformulasikan

dan pengujian dilakukan pada tahap akhir pengembangan teori.

e. Kegunaan Teori dalam Penelitian

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua

peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori

yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan

berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai

dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk

menyusun instrumen penelitian (Sugoyono, 2010). Oleh karena itu

landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah

jelas teori apa yang akan dipakai.

Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010),

mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah

sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang

25

peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan

sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula

yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan

makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:

1) Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari

kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan

lingkungan belajarnya

2) Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada

mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik

3) Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya

pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari

kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada

pencapaian individu yang diharapkan.

D. KERANGKA KONSEP

Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka

konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik

variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan

membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori.

(Nursalam,2008).

Kerangka konseptual merupakan gambaran umum penelitian yang akan

dilakukan. Dari kerangka konseptual yang ditulis telah tergambar prosedur dan

apa yang akan dikaji didalam penelitian. Menurut Masri Singarimbun (dalam

Mardalis,1989:45-47), konsep adalah generalisasi dari sekolompok fenomena

tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang

sama. Dalam kenyataannya konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang

berbeda. Semakin dekat suatu konsep kepada realita semakin mudah konsep

tersebut diukur dan diartikan. (Ninit, 2016)

Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau

persoalan yang perlu dirumuskan. Dalam penelitian sederhana biasanya tidak

menggunakan kerangka teori dan kerangka konsep, untuk menggantikannya

26

sering digunakan definisi istilah atau penjelasan tentang variable-variabel yang

digunakan. Pendefinisian diharapkan dapat menunjang untuk menjelaskan

maksud peneliti. Definisi istilah atau konsep berfungsi untuk menyederhanakan

arti kata atau pemikiran tentang ide-ide agar orang lain membacanya dan

memahami maksud sesuai dengan keinginan penulis. Pengutaraan konsep atau

definisi, istilah akan memperlancar komunikasi penulis dengan pembaca yang

ingin mengetahui isi penelitian tersebut (Ninit, 2016)

Menurut Sugiyono (dalam Iskandar, 2008:54) yang dikutip Ninit(2016),

kerangka konseptual yang baik sebagai berikut

a. Veriabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas

b. Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variable-

variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.

a. Penyusunan Kerangka Konseptual Dalam Penelitian

1) Dasar penyusunan Kerangka Konsep

Cara penyusunan kerangka konseptual penelitian menurut Nursalam (2008)

yaitu:

a) Harus dibedakan pengertian konsep dan kerangka operasional.

- Kerangka konsep : konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam

kegiatan ilmu

- Kerangka operasional (Kerangka Kerja) : langkah-langkah dalam

aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya

yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian.

b) Mengumpulkan semua sumber dan menyeleksi penelitian yang telah

dipublikasikan, konsep, atau teori (melalui theoretical mapping)

c) Mengidentifikasi dan mendefinisikan semua variable riset,

mengategorikan ke dalam kelompok (independent, dependent,

intervening, confounding, control, and random).

2) Langkah Penyusunan

a) Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan

b) Identifikasi teori yang digunakan sebagai dasar penelitian

c) Gambarkan hubungan antar variable dengan garis berarah.

- Arah (Direction), dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah

27

- Tempat (Position)

- Tanda dan symbol. Digaris jelas untuk variable dalam kotak yang

diteliti ( ), dan digaris putus-putus untuk variable yang tidak

diteliti ( )

- Keterangan setiap tujuan penelitian :

Hubungan/hipotesis (A----B)

Pengaruh ( A B)

Sebab akibat (A ↔ B)

b. Contoh Kerangka Konseptual

Judul : Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas

Normal Hari Ke 1-7

Kerangka Konsep

Ibu post partum

Factor ibu :

1. Factor fisik 2. Factor

psikososial

3. Factor social

budaya

Efek dari Pijat

oksitosin

Relaksasi dan tingkat

kenyaman

pada ibu

Pijat

oksitosin

Memicu hormon

oksitosin

payudara

Produksi ASI

Factor bayi :

1. Factor fisik 2. Kesehatan

bayi

3. Tingkah

laku bayi

Factor lain yang

mempengaruhi produksi ASI :

1. IMD

2. Frekuensi menyusui

3. Lamanya menyusui

Sel kelenjar

di payudara

mensekresik

an ASI

1. Bayi mendapatkan

ASI sesuai dengan kebutuhan

2. Berat badan bayi

bertambah

3. Urine bayi per-24 jam 30-50 mg (6-8

kali)

4. BAB bayi 2-5 kali 5. Bayi tertidur selama

2-3 jam

28

BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF

A. JENIS – JENIS PENELITIAN

1. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian

Apa manfaat yang bisa diambil dari penelitian yang sudah dilakukan?

Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua jenis enelitian, yaitu

penelitian murni dan penelitian terapan(Priyono, 2016).

a. Penelitian Murni

Penelitian murni merupakan penelitian yang manfaatnya

dirasakan untuk waktu yang lama. Lamanya manfaat ini lebih karena

penelitian ini biasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri.

Penelitian murni juga mencakup penelitian yang dilakukan dalam

kerangka akademis.(Priyono, 2016)

Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis,

atau disertasi. Karena penelitian murni lebih banyak digunakan di

lingkungan akademik, penelitian tersebut memiliki karakteristik yaitu

penggunaan konsep-konsep yang abstrak. Penelitian murni biasanya

dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya

hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan

pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan

yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian

murni lebih banyak ditujukan bagi pemenuhan keinginan arau kebutuhan

peneliti. umumnya peneliii memiliki kebebasan untuk menentukan

permasalahan apa yang akan ia teliti. Fokus peneliti ada pada logika dan

rancangan peneliti yang dibuat oleh peneliti sendiri.(Priyono, 2008)

b. Penelitian Terapan

Penelitian ini manfaat dan hasil penelitian dapat segera dirasakan

oleh berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk

memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus segera

dapat diaplikasikan. Banyak contoh tentang penelitian terapan, misalnya

bentuk penelitian pemasaran. Hasil dari penelitian harus bisa

memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai produk apa yang

akan laku di pasaran, produk apa yang gagal di pasaran, serta bagaimana

29

solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi segala masalah yang ada di

perusahaan. Karena penelitian terapan digunakan untuk segera mengatasi

masalah yang ada, konsep – konsep yang digunakan juga cenderung

konsep – konsep yang operasional, dan bukan konsep yang abstrak.

Secara ekstrem dikatakan bahwa penelitian terapan cenderung tidak (atau

mengabaikan) menggunakan teori dalam penyusunan rancangan

penelitiannya. (Priyono, 2016)

Sering kali diidentikkan bahwa penelitian terapan adalah

penelitian yang menggunakan sponsor. Cenderung demikian, namun

bukan berarti bahwa setiap penelitian yang menggunakan. sponsor.

Secara umum penelitian terapan memang merupakan penelitian yang

diminta oleh pihak lain kepada peneliti sehingga peneliti tidak lagi

memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan

diteliti. Fokus penelitian ditujukan dari hasil penelitian, apakah dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang ada atau tidak, namun tidak

jarang juga penelitian terapan dilakukan justru untuk menemukan

masalah-masalah yang ada di pihak yang meminta penelitian (sponsor).

Penelitian terapan sering kali juga masih dikelompokkan lagi ke dalam

penelitian aksi, yaitu penelitian terapan yang berfokus pada tindakan

sosial seperti masalah perilaku menyimpang atau juga penelitian tentang

kenakalan remaja. Selain penelitian aksi, juga ada penelitian evaluatif

formatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk mengukur

keberhasilan suatu program yang sedang berjalan, serta penelitian

evaluatif sumatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk

mengukur keberhasilan suatu program yang sudah selesai

dilakukan.(Priyono, 2016)

2. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian

a. Penelitian Eksploratif

Penelitian ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang

relative masih baru. Dapat dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau

gejala yang selama ini belum pernah diketahui atau dirasakan.

30

Contoh yang paling nyata adalah penelitian tentang penemuan

virus baru. Dalam ilmu sosial studi kelayakan merupakan jenis penelitian

yang berupaya mengeksplorasi tentan suatu fenomena yang baru.

Mengingat bahwa topik yang akan diteliti merupakan topik yang baru,

penelitian ini. biasanya memiliki sifat kreatif, fleksibel, serta terbuka

bagi berbagai informasi yang ada. Biasanya penelitian ini menghasilkan

teori yang baru, pengembangan dari teori yang sudah ada. Dengan topik

atau gejala yang baru, maka sering kali penelitian ini diidentikkan

dengan penelitian yang selalu menggunakan pertanyaan "APA" dan

"SIAPA" dalam menggali informasi. Tujuan dari penelitian eksplorasi itu

sendiri adalah :

1) Mengembangkan gagasan dasar mengenai topik yang baru;,

2) Memberikan dasar bagi penelitian lanjutan.

b. Penelitian Deskriptif

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih

detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian

ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang

sedang dibahas. Peneliti ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan dari

penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif telah menyediakan gagasan

dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih detail.

Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan

pertanayan "BAGAIMANA" dalam mengembangkan informasi yang

ada. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah :

1) Menggambarkan mekanisme sebuah proses,

2) Menciptakan seperangkat kategori atau pola.

c. Penelitian Eksplanatif

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang

mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini

adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat. Penelitian ini sering

kali diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan

"MENGAPA" dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari

penelitian eksplanatif adalah:

31

1) Menghubungkan polap-pola yang berbeda namun memiliki

keterkaitan,

2) Menghasilkan pola hubungan sebab akibat.

Selama ini sering terjadi salah kaprah dalam menentukan jenis

penelitian. Kita sering kali mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang deskriptif analitis. Mengapa demikian? Karena

mereka beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan, selain

memberikan gambaran (deskriptif) juga berusaha menjelaskan antara

gejala (analitis). Kondisi ini sebetulnya tidak boleh terjadi lagi. Kita

harus kembali pada apa sesunggunya ).ang ingin kita lakukan dalam

penelitian tersebut. Kalau kita ingin menggambarkan sesuatu, penelitian

kita adalah penelitian deskriptif. Kalau kita ingin menjelaskan hubungan

antargejala kita akan melakukan penelitian eksplanatif. Kalau kita ingin

menggambarkan dan menjelaskan gejala tersebut. kita sesungguhnya

melakukan penelitian eksplanatif. (Priyono, 2016)

3. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu

Berdasarkan dimensi waktu, kita bisa membedakan penelitian menjadi

penelitian cross-sectional dan penelitian longitudinal. Untuk membedakan

antara keduanya, kita bisa menggunakan pertanyaan apakah penelitian yang

kita lakukan akan diperbandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan

dalam waktu yang berbeda atau tidak? Jika iya, kita bisa katakan bahwa

penelitian tersebut merupakan penelitian longitudinal, sedangkan jika tidak,

penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.

a. Penelitian Cross-sectional

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu uaktu

tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan

tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk

diperbandingkan.(Priyono, 2016)

Satu hal yang perlu diingat bahwa pengertian satu waktu tertentu

tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan bulan, atau

hitungan tahun saja. Tidak ada-batasan yang baku untuk menunjukkan

satu waktu tertentu. Akan tetapi, yan! digunakan adalah bahwa penelitian

32

itu telah selesai. -nengan demikian, bisa saja seorang melakukan

penelitian di bulan Januari, kemudian karena ada keperruan mindesak,

pada bulan Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. pada gutan

April, ia kembali lagi ke lapangan untuk meneruskan mengumpuikun

data. sekalipun penelitian mendatangi lokasi penelitiai sebanyak dua kali,

ia tetap dikategorikan melalukan penelitian crosssectional. Dengan

demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang

digunakan untuk menentukan bahwa penelitian tersebut merupakan

penelitian cross-sectional.(Priyono, 2016)

b. Penelitian Longitudinal

Penelitian jenis ini dilakukan antar waktu. Dengan demikian,

setidaknya terdapat dua kali penelitian dengan topik atau gejala yang

sarna, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ingat bahwa tidak

berarti jika ada dua penelitian yang dilaklukan dalam waktu yang

berbeda dengan topik yang sama selalu dikategorikan ke dalam

penelitian longitudinal, tetapi ada kata kunci yang harus dipegang, yaitu

adanya upaya perbandingan antara hasil penelitian. Dengan kata lain,

penelitian longitudinal sudah direncanakan sejak awal penelitian, dan

bukannya secara kebetulan terjadi. (Priyono, 2016)

Penelitian longitudinal bisa kita bagi lagi ke dalam tiga bentuk,

yaitu sebagai berikut:

1) Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala

yang sama dengan waktu yang berbeda, serta responden atau

informan yang berbeda. Contoh yang paling sederhana adalah

penelitian tentang gaya hidup. Kita akan mglakukan penelitian

tentang gaya hidup dengan ryelakukan perbandingan antara gaya

hidup di tahun 70-an dengan gaya hidup di tahun 90-an. Orang-orang

yang diteliti bisa saja berbeda, tetapi gejala atau topik yang diteliti

adalah sama.

2) Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang

sama dengan waktu yang berbeda, dan responden atau informan yang

sama. Dengan penelitian ini, seseorang akan diteliti minimal

33

sebanyak dua kali. Misalnya saja kita ingin melihat bagaimana

pilihan responden terhadap presiden sebelum putaran pertama dan

setelah putaran kedua. Orang yang diteliti merupakan orang yang

sama. Permasalahan yang sering kali muncul dalam penelitian ini

adalah jika jangka waktu antara penelitian yang satu dengan

penelitian yang lain berdurasi cukup lama sehingga ada kemungkinan

responden yang dulu dijadikan sampel. kini sudah tidak bisa ditemui

lagi, misalnya karena sudah meninggal dunia atau bisa juga karena

sudah pindah rumah.

3) Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang

sama, yang dilakukan pada waktu yang berbeda dengan responden

atau informan yang memiliki karakteristik yang sama. Dengan

demikian, orang-orang yang diteliti berbeda, tetapi mereka memiliki

ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apapun juga. Bisa saja

mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan tempat

tinggal, kesamaan keturunan, kesamaan latar belakang pekerjaan, dan

sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian di tahun 1990

kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita

melakukan penelitian yang sama dengan orang – orang yang berusia

55 tahun. Karakteristik apa yang sama? Mereka adalah orang - orang

yang lahir pada tahun 1945.

(Priyono, 2008)

4. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Survei

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner

sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaian yang berisi

beberapa pertanyaan denlan struktur yang baku. Dalam pelaksanaan

survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.

b. Penelitian Eksperimen

Penelitian ini dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan juga di

ruang tertutup. Dalam penelitian eksperimen, kondisi yang ada

dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam

34

kondisi yang telah dimanipulas ini. biasanya dibuat dua kelompok, yaitu

kelompok kontrol dan kelompok pembanding. Kepada kelompok kontrol

akan diberikan treatment atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan

penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok itu yang akan

diperbandingkan.

c. Analisis isi

Penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada

simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis,

misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang topik tertentu

muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung.

d. Penelitian lapangan

Penelitian ini bisa dimulai dengan perumusan permasalahan yang

tidak terlalu baku. Instrumen yang digunakan juga hanya berisi tentang

pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini dapat berkembang sesuai

dengan kondisi yang ada dilapangan.

e. Analisis Wacana

Penelitian ini serupa dengan analisis wacana, hanya saja bukan

frekuensi tampilan dari topik tertentu yang dipilih dalam material yang

sudah ditentukan, terapi lebih jauh mengaitkan topik tersebut pada

setting atau kondisi yang muncul bersamaan atau melatarbelakangi topik

tersebut.

f. Perbandingan Sejarah

Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan menjelaskan aspek-

aspek kehidupan sosial yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini sebaiknya

difokuskan pada iatu periode sejarah, beberapa kebudayaan berbeda, atau

juga kombinasi antara periode sejarah dan kebudayaan yang berbeda.

(Priyono, 2016)

35

B. RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF

Bagian yang paling utama di dalam membuat suatu penelitian adalah

bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Menurut Babbie (1995),

yang dimaksud dengan rencana penelitian adalah mencatat perencanaan dari

cara berpikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu. Penelitian

kuantitatif, seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, adalah penelitian yang

menggunakan asumsiasumsi pendekatan positivis. Untuk menyusun sebuah

rancangan penelitian, pada penelitian kuantitatif ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu:

1. Memilih TOPIK dan merumuskan PERTANYAAN PENELITIAN;

2. Melakukan penelusran dan pembahasan TEORI,

3. Membuat STRUKTUR rancangan penelitian. -\tau jika dibuat dalam bentuk

balan akan menjadi seperti gambar berikut:

Pada bab ini akan dijelaskan tentang pemilihan topik pembuatan latar

belakang masalah penelitian, permasalahan penelitian, serta tujuan dan

signifikansi penelitian.

1. Pemilihan Topik

Kadang seorang peneliti pemula akan mengalami kesulitan di dalam memilih

topik penelitiannya. Sebenarnya tidak perlu demikian. Untuk memilih dan

menentukan topik penelitian apa yang akan dipakai dapat dilakukn dengan

mempertimbangkan beberapa factor berikut ini.

a. Pengalaman – pengalaman pribadi dan kehidupan sehari – hari

Pengalaman-pengalaman pribadi ini dapat berupa pengalaman langsung

atau tidak langsung seperti pengalaman yang diceritakan oleh orang lain

pada anda.

b. Masalah di Media Massa

Saat ini begitu banyak jumlah media massa, baik yang berbentuk cetak

seperti tabloid, majalah, dan koran, juga ada yang berbentuk elektronik

seperti radio, televisi, dan juga internet. Berita-berita yang disajikan oleh

media massa tersebtrt dapat dipilih untuk dijadikan topik penelitian.

c. Pengetahuan lapangan dan memperbandingkannya dengan teori

36

Adakalanya sebuah penelitian dilakukan hanya untuk mencari tahu atau

membandingkannya dengan teori yang sudah ada sehingga topik yang

dipilih pun lebih dititik beratkan pada sekadar keingintahuan peneliti.

d. Kebutuhan memecahkan masalah

Selama manusia hidup. masalah akan selalu ada. Misalnya ketika sekolah

di SNIA, ada yang namanya tawuran pelajar. Masalah ini bukan sesuatu

yang harus dihindari melainkan harus dicari jalan keluarnya. Salah

satunya adalah dengan melakrrkan penelitian.

e. Peluang (Social premiums)

Bagi peneliti pemula, hal ini perlu diperhatikan karena berkaitan dengan

perizinan dan tingkat kesulitan mencari data. Tentu saja kita tidak ingin

masalah perizinan akan menghalangi upaya kita melakukan penelitian.

Namun, jika kita melakukan penelitian di Indonesia, prosedur perizinan

untuk melakukan penelitian harus kita ketahui. Selain perizinan,

adakalanya ketika sampai di lokasi penelitian, orang yang seharusnya

dapat memberikan data tidak bersedia memberikannya. Orang yang

seharusnya kita wawancarai menolak diwawancarai, atau lokasi

penelitian tidak mungkin kita masuki karena merupakan lokasi yang

rawan konflik. Hal ini perlu diperhatikan agar peneliti kecewa dan

akhimya justru enggan melakukan penelitian.

f. Nilai – nilai pribadi

Seringkali antara satu individu, masyarakat, wilayah, atau bangsa

memiliki cirri khas yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,

kemudian berakibat bahwa antara satu individu, keluarga dan masyarakat

ini memiliki keragaman nilai-nilai. Ini juga merupakan topik yang

menarik untuk diteliti. Jika faktor-faktor tersebut dirasakan terlalu

dilakukan teknik penyempitan topik menjadi penelitian (research

question) dengan cara:

1) Kajian literature,

2) Mendiskusikan dengan orang yang menguasai topik tersebut,

3) Menetapkan isi secara spesifik,

4) Menetapkan tujuan penelitian.

37

2. Pembuatan Latar Belakang Masalah Penelitian

Latar belakang masalah dalam penelitian menyajikan gambaran yang dapat

menjelaskan mengapa suatu penelitian menarik untuk diteliti. Biasanya

diuraikan dalam bentuk deduksi, dimulai dengan hal – hal yang umum dan

diakhiri dengan pembatasan masalah. Ada dua model yang dapat digunakan

di dalam membuat latar belakang masalah, yaitu:(Rambat & Ridho, 2015)

Menguraikan adanya kesenjangan antara kondisi objektif dengan kondisi

normatif/asumsi-asumsi tertentu,

a. Menggambarkan perkembangan teori atau suatu kondisi obj ektif tanpa

membandingkannya dengan kondisi normatif.

Jika peneliti menggunakan model pertama, kondisi objektif dapat

digambarkan melalui data sekunder yang ada, sedangkan kondisi normatif

dapat berbentuk teori, nilaf atau norma yang berlaku umum. Misalnya jika

ingin menggambarkan tentang pemanfaatan kartu sehat di Indonesia, maka

dapat digambarkan tentang kondisi objektif masyarakat miskin di lndoncsia

yang jumlahnya meningkat dan adanya ketimpangan pelayanan antara

masyarakat miskin dan yang kaya ketika meminta pelayanan kesehatan.

Uraian ini kemudian dihubungkan dengan norma atau aturan yang berlaku

umum, yaitu hak warga negara untuk memperoleh pelayanan kesehatan

tanpa pandang bulu serta kebijakan pemerintah di bidang kesehatan seperti

kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak untuk bidang

keschatan. (Silalahi, 2010)

Sernentara itu, jika peneliti menggunakan model kedua, peneliti hanya

menggambarkan karakteristik suatu gejala secara lebih rinci. Misalnya

jumlah orang miskin yang semakin meningkat serta pelayanan yang buruk

dalam bidang kesehatan (atau membandingkannya dengan bidang lain)

tanpa perlu membandingkannya dengan hak-hak warga negara atau

kebijakan pemerintah.

Pada bagian ini, peneliti dapat memberikan gambaran kondisi ohjektif

dengan menggunakan alat bantu WHAT (apa yang sering terjadi), WHO

(siapa yang mengalaminya), WHEN (kapan te4adi masalahnya), WHERE

(di mana permasalahan itu muncul secara spesifik), WHY (mengapa gejala

38

tersebut dapat muncul), dan HOW (bagaimana hubungan dengan gejala

lain). Penggunaan alat bantu ini tidak terpisah dengan model yang

digunakan dalam pembuatan latar belakang masalah, tetapi berupa satu

kesatuan yang saling melengkapi. Perlanyaan "apa yang diteliti atau

dijelaskan" dalam penelitian kuantitatif akan berkaitan dengan gejala sosial.

Setiap gejala sosial dinyatakan dalam variabel-variabel. Variabel merupakan

konsep yang mempunyai variasi nllai/ intensitas/jumlah. Biasanya variasi

nilai/intensitas/jumlah ini disebut dengan kategori, yang menggambarkan

atribut dari variabel tersebut.

Sebagai contoh, kita akan mengukur bagaimana pendidikan seseorang.

Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam variabel. Ada yang

menggunakan variabel lama pendidikan, jenis pendidikan, jenjang

pendidikan, biaya pendidikan, dan masih banyak yang lainnya. Bila variabel

jenjang pendidikan formal yang kita pilih, kategori dari variabel ini dapat

dibuat menjadi sebagai berikut :

a. Tidak Tamat Sekolah Dasar/sederajat

b. Tamat Sekolah Menengah Pertama/sederajat

c. Tamat Sekolah Menengah Atas/sederajat

d. Tamat Akademi/D1/D2/D3/D4/sederajat

e. Tamat Strata 1/Strata 2/strata 3/sederajat

Pembuatan kategori seperti di atas dapat disesuaikan sesuai dengan teori

yang dijadikan acuan dalam penelitian kuantitatif. atau disesuaikan dengan

kondisi di lapangan.

Sementara itu, pertanyaan mengenai siapa yang akan diteliti dalam suatu

penelitian akan berkaitan dengan topik penelitian dan pertanyaan penelitian

yang diajukan. Baik topik maupun pertanyaan penelitian ini akan

menentukan tingkat analisis dan unit analisis penelitan. Tingkat analisis

merupakan suatu tingkatan kenyataan sosial yang ingin dijelaskan secara

teoritis. Sementara itu, unit analisis merupakan suatu unit sosial 1,ang

digunakan oleh peneliti dalam mengukur suatu variabel. Tingkat analisis

dapat dibedakan menjadi dua tingkatan berikut:

39

a. Tingkat mikro yang berkaitan dengan proses-proses individual atau

kelompok

b. Tingkat makro yang berhubungan dengan aspek – aspek structural

ditingkat masyarakat

(Rambat & Ridho, 2015)

3. Perumusan Masalah

Penggunaan istilah perrnasalahan, perumusan maaslah, atau pokok

masalah dalam satu penelitian adalah sama. Pada dasarnya permasalahan

dalam penelitian merupakan perumusan masalah ke dalam bentuk yang lebih

terfokus. Bagian ini tidak terpisahkan dengan paparan yang terdapat pada

latar belakang masalah. Konsep utama ini dapat dimunculkan-bukan dalam

bentuk pendefinisianmelainkan adlam bentuk penggambaran secara objektif.

Biasanya pada bagian akhir dari permasalahan, penelitian telah dapat

merumuskan pertanyaan penelitian (research question). Banyak pertanyaan

tentang berapa banyak pertanyaan penelitian yang harus diajukan dalam

suatu penelitian. Sebenarnya jumlah banyaknya pertanyaan penelitian sangat

relatif, tergantung dari kebutuhan penelitian tersebut. Hal yang paling

penting adalah agar pertanyaan tersebut febih fokus. (Rambat & Ridho,

2015)

Contohnya jika kita kembali menggunakan topik pemanfaatan kartu

sehat. Pada bagian permasalahan, dapat kita uraikan beberapa keluhan

masyarakat ketika mereka akan memanfaatkan/menggunakan kartu sehat

bagi orang miskin. Kartu sehat .n.-ang seharusnya dapat dimanfaatkan

masyarakat miskin tanpa pungutan biaya temyata tidak dapat dimanfaatkan.

Bagian permasalahan ini diakhiri dengan pertanayan penelitian

“bagaimanakah pemanfaatan kartu sehat di puskesmas A dan faktor-faktor

apa saja yang memengaruhi masyarakat miskin memanfaatkan kartu sehat di

Puskedmas A tahun 2004?”. Bandingkan dengan pertanyaan penelitian

berikut. “Bagaimanakah pemanfaatan kartu sehat dan faktor-faktor apa saja

yang memengaruhi masyarakat miskin memanfaatkan kartu sehat?”

Manakah yang lebih baik? Tentu yang pertama karena pada bagian ini kita

telah lebih fokus dengan siapa yaitu diteliti (yaitu masyarakat), lokasi

40

penelitian (yaitu di puskesmas A) dan waktu penelitian (yaitu tahun 2004).

Sementara itu, pada pertanayan penelitian yang kedua, penelitian masih tidak

terfokus apakah di rumah sakit atau di puskesmas.

4. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penelitian dapat

dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi penelitian eksporatif,

deskriptif, dan eksplanatif. Pada bagian ini, seorang peneliti kuantitatif dapat

memilih jenis penelitian apa yang akan digunakannya. Sesuai dengan salah

satu asumsi pada pembahasan pendekatan kuantitatif yang menyatakan

bahwa penelitian kuantitatif mendasarkan pada teori, maka tidak

dimungkinkan peneliti menggunakan penelitian dengan jenis eksploratif.

Oleh karena itu, hanya penelitian deskriptif dan eksplanatif saja yang dapat

dipilih.(Priyono, 2016)

C. PENYUSUNAN KERANGKA TEORI DAN PENGUKURAN

Secara umum, penyusunan kerangka teori dapat melalui

alur/tahapsebagai berikut:

Tinjauan Kepustakaan

Konstruksi Model Teoritis

Model Analisis

Hipotesis

Operasional Konsep

41

Gambar tahapan yang dilakukan dalam menyusun kerangka teori

Jika dihubungkan dengan jenis penelitian yang digunakan, pada penelitian

deskriptif, peneliti telah dibekali kemampuan mengidentifikasi permasalahan

yang ada melalui conceptual definition dari gejala yang diteliti sekaligus

struktur dan dimensi yang berkaitan dengan gejala tersebut. Sementara itu, pada

penelitian eksplanatif, peneliti tidak hanya membekali dengan conceptuol

definition saja, melainkan juga telah menyusun suatu theoritical frameu,ork

(kerangka teori). Menurut Sekaran (1992), theoritical framework adalah a

conceptuol model of how one theorize the relationships among several factors

that have identified as important to the problem yang bertujuan membuat

jawaban sementara (hipotesis) terhadap permasalahan penelitiannya.

1. Tinjauan kepustakaan

Pada tahap ini, peneliti kuantitatif akan melakukan proses kajian terhadap

teori-teori atau hasil studi terdahulu. Proses ini disebut theoritical

assessment. Kajian terhadap teori atau hasil studi terdahulu difokuskan pada

konsep utama yang digunakan. Konsep utama dalam hal ini adalah variabel

dependen. Misalnya jika seorang peneliti tertarik untuk mengetahui

pemanfaatan kartu sehat oleh masyarakat miskin, maka yang perlu digali

adalah teori-teori atau hasil studi terdahulu tentang Kebijakan di Bidang

Kesehatan dan Pelayanan Puskesmas. Jika peneliti yang lain ingin

mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan kartu sehat oleh

masyarakat miskin, maka bukan teori tentang faktor-faktor orang miskin

memanfaatkan kartu sehat, melainkan teori tentang Kebijakan di Bidang

Kesehatan dan Pelayanan Puskesmas. Hal itu karena yang dijadikan variabel

utama (variabel dependen) adalah pemanfaatan kartu sehat. Namun, bukan

berarti peneliti tidak mempertimbangkan variabel lain. Peneliti dapat

menemukan penjelasan baik secara tersurat maupun tersirat mengenai

variabel independen ketika menggali teori tentang pemanfaatan kartu sehat.

Jika peneliti menemukan ada beberapa teori atau hasil penelitian terdahulu

tentang gejala yang ingin ditelitinya, peneliti dapat melakukan perbandingan

teori atau memilih satu teori yang akan dipakai dengan alasan ilmiah dan

bukan alasan pribadi. Pada tahap ini, peneliti dapat menyusun penjelasan

42

tentang konsep-konsep yang akan digunakan, variabel-variabel, dan

proposisi-proposisi yang terkait. Konsep merupakan suatu gagasan yang

dinyatakan dalam suatu simbol atau kata. Pada teori, selain kita dapat

menemukan conceptual definition (definisi konsep) yang akan melahirkan

dimensi konsep aspek dari konsep yang muncul sebagai konsekuensi dari

pendefinisian konsep tersebut, kita juga dapat menemukan coicept cruster

(kelompok konsep), yaitu konsep lain yang memiliki hubungan dengan

konsep yang sedang kita gunakan.

Variabel dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

variabel bebas (independent variabre) dan variabel terikat (dependent

variable). variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi

mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini dalam penelitian

kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik

penelitian. Sementara itu, variabel terikat uaaun variabel yang diakibatkan

atau yang dipengaruhi oreh variaber bebas. Keberadaan variabel ini sebagai

variabel yang dijelaskan dalam fokus/topik penelitian. Jika digambarkan

dalam bentuk bagan, maka akan berbentuk seperti gambar berikut ini.

Gambar Hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat

Ada tiga hal yang sebaiknya diperhatikan ketika menentukan kedudukan

variabel-variabel ini, yaitg sebagai berikut:

a. Perhatikan urutan waktu, dengan melihat variabel mana yang terjadi

lebih dulu dibandingkan dengan variabel lain,

b. Perhatikan dampak, dengan melihat variabel mana yang merupakan

dampak atau akibat dari adanya variabel lain,

c. Perhatikan teori yang dijadikan dasar sumber.

Namun demikian, bukan berarti di dalam penelitian kuantitatif pasti akan

tcrdiri dari dua variabel. Ada juga penelitian yang terdiri dari tiga variabel

atau bahkan lebih. Variabel inilah yang disebut sebagai variabel kontrol.

Variabel kontrol dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independent Variable) (Dependent Variable)

43

a. Variabel pendahulu (antecendent variable) yang memiliki kedudukan

sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel bebas. Variabel ini

merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel bebas.

Jika variabel ini dihilangkan, hubungan antara variable bebas dan

variabel terikat tidak hilang atau tidak berubah.

b. Variabel antara (intervening variable) yang memiliki kedudukan sebagai

variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat.

Keberadaan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

tergantung dari keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus

memengaruhi variabel antara terlebih dulu baru kemudian variabel antara

ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat.

c. Variabel penekan (suppressor variable) merupakan suatu variabel yang

mengubah hubungan. Awalnya antara variabel bebas dan variabel terikat

tidak ada hubungan. Namun, setelah dihadirkan variabel ketiga,

hubungan antara variabel bebas dan terikat tersebut menjadi tampak.

d. Variabel pengganggu (distorter variable), yaitu pada awalnya hubungan

antara variabel bebas dan terikat adalah hubungan yang positif. Namun,

ketika dihadirkan variabel ketiga, hubungan tersebut menjadi negatif.

Bagaimana penyusunan kerangka teori dalam penelitian tentang kualitas

layanan tersebut? Kita dapat memulai dengan mencari definisi tentang

kualitas layanan. Kualitas layanan adalah hasil persepsi di benak pelanggan

setelah mereka membandingkan antara persepsi kualitas yang mereka terima

(perceived service) dengan harapan mereka terhadap layanan tersebut

(expected selvice). Persepsi kualitas layanan yang diterima dapat diamati dan

diukur melalui metode SERVQUAL yang terdiri dari lima dimensi pokok

berikut:

44

Sumber: Zeithaml, Parasuraman, and Berry (1990)

a. Dimensi Tangiable, yaitu perbandingan antara harapan dengan

kenyataan terhadap penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan

peralatan komunikasi (seperti brosur, pamflet, dan sebagainya) dari

perusahaan.

b. Dimensi Reliability, yaitu perbandingan antara harapan dengan

kenyataan terhadap pemenuhan janji layanan perusahaan secara

terpercaya dan akurat.

c. Dimensi Responsiveness, yaitu perbandingan antara harapan dengan

kenyataan . terhadap pemberian layanan dan penyelesaian keluhan

pelanggan yang dilakukan dengan tanggap, cepat, dan tepat.

d. Dimensi Assurance, yaitu perbandingan antara harapan dengan

kenyataan terhadap keahlian dan pengetahuan pegawai perusahaan

perbankan dalam memberikan layanan. serta kemampuan mereka untuk

meyakinkan pelanggannya terhadap kompetensi dan kredibilitas dari

perusahaan.

e. Dimensi Empathy, yaitu perbandingan antara harapan dengan kenyataan

terhadap kemudahan dan kejelasan dalam memberikan layanan sesuai

dengan kebutuhan masingmasing pelanggan. Dengan contoh tersebut.

kita dapat melihat bahua definisi diperoleh peneliti dari teori yang

45

dikemukakan oleh Zeithaml, Parasuraman. dan Berry. dengan lima

dimensi dan concept cluster, yaitu pelayanan di sektor publik atau

pelayanan di sektor bisnis.

(Silalahi, 2010)

2. Kontruksi Model Teoritis

Setelah melakukan tinjauan pustaka, seorang peneliti dapat melanjutkan pada

konstruksi (pembentukan) model teoritis. Pembentukan model teoritis ini

didasarkan pada proposisi-proposisi yang telah dinyatakan dalam teori yang

ada pada tinjauan kepustakaan dengan cara mengubah konsep menjadi

variabel sehingga lebih mudah diukur dan memunculkan variabel-variabel

bebas (jika dimungkinkan). Seperti pada penelitian tentang pemanfaatan

kartu sehat sesuai dengan teori Green, kita dapat menentukan hubungan

bahwa pengetahuan tentang kartu sehat, persepsi tentang ketersediaan sarana

kesehatan, dan persepsi tentang akses memperoleh sarana kesehatan sebagai

variabel bebas. Sementara itu, pemanfaatan kartu sehat merupakan variabel

dependen. Mengapa tidak dipilih semua faktor sebagai variabel independen?

Kita dapat kembali melihat pada asumsi metodologi bahwa penelitian

kuantitatif adalah nomotetik sehingga peneliti dapat mengambil sebagian

saja dari teori untuk diteliti kembali. Oleh karena itu, pada konstruksi model

teoretis, peneliti dapat menjelaskan masing-masing variabel berdasarkan

teori (teori lain) yang terkait. Dalam contoh di aths, peneliti dapat

menambahkan penjelasan dari teori yang ditulis Andersen (1975) mengenai

Equity in Health Service: Empirical Analysis in Social Policy.(Silalahi,

2010)

3. Model Analisis

Model analisis merupakan gambaran sederhana tentang hubungan di

antara variabel. Conloh model analisis untuk peneiitian tentang Pemanfaatan

Kartu Sehat adalah sebagai berikut.

46

Gambar Model Analisis Penelitian Pemanfaatan kartu Sehat

Tidak selamanya peneliti dapat membuat model analisis. Hal ini

tergantung pada bagaimana variabel yang satu dapat dihubungkan dengan

variabel yang lain.

Sumber: Zeithaml, Parasuraman, and Berry (1990) dalam Silalahi, 2010

Gambar Model Analisis Penelitian Kualitas Layanan ditinjau dari

kepuasaan Pelanggan

4. Hipotesis

Teori yang digunakan dalam mengidentifikasikan hubungan antar

variabel. Hubungan antar variabel bersifat hipotesis. Hipotesis merupakan

proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban

sementara atas pertanyaan peneliti. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif

dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel

yang dikenal sebagai hipotesis kausal. Contoh hipotesis satu variabel:

47

Seorang ahli gizi berpendapat bahwa 75% dari muridmurid SD di desa

menderita kekurangan gizi. Suatu penelitian dilakukan terhadap 300 murid .

SD dan diketahui 270 anak menderita kekurangan gizi. Hipotesis yang dapat

dibuat adalah pemerintah daerah perlu memberikan bantuan gizi kepada

kepada murid-murid SD di desa jika lebih dari 75% menderita kekurangan

gizi. (Priyono, 2016)

Berbeda dengan hipotesis satu variabel, hipotesis kausal/sebab akibat

memiliki ciri-ciri, yaitu: sekurang-kurangnya mengandung dua variabel,

menggambarkan 'hubungan sebab akibat, dapat memprediksikan hasil yang

akan terjadi, berkaitan logis dengan pertanyaan penelitian, dan dapat

dibuktikan keberlakuan atau ketidakberlakuannya.

Ada beragam contoh pernyataan kausalitas atau hubungan, yaitu:

a. ------ mengakibatkan -----

b. ----- disebabkan -----

c. ------ mendorong terjadinya ------

d. ------ berhubungan dengan -----

e. ------ memengaruhi -----

f. ------ berasosiasi dengan -----

g. ------ menghasilkan ----

h. Jika ------, maka -----

i. Semakin -----, semakin -----

j. ---- meningatkan / menurunkan -----

Pengujian hipotesis memiliki beberapa focus sebagai berikut:

a. Arah Hubungan

Jika kita membicarakan suatu hubungan, akan ada dua konsep

yang terkait satu dengan lainnya. Didalam hubungan antara variabel,

maka yang dibicarakan adalah keterkaitan antara satu variabel dengan

variabel lainnya. Berdasarkan sifatnya, hubungan antara dua variabel

dapat dibedakan menjadi hubungan yang simetris, hubungan yang

resiprokal, dan hubungan yang asimetris. Suatu hubungan dikatakan

hubungan yang simetris jika salah satu dari variabel yang ada tidak

dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel yang lainnya. Dalam sifat

48

hubungan ini, akan sulit menerangkan variabel yang memengaruhi

variabel lainnya, atau variabel yang terjadi mendahului variabel lainnya.

Contohnya adalah antara jenis kelamin dengan asal daerah kelahiran.

Kita tidak bisa menentukan variabel mana yang menjadi penyebab dan

variabel mana yang menjadi akibat. Bahkan mungkin dapat disimpulkan

bahwa sebenarnya tidak dapat ditentukan ada hubungan. Jika

digambarkan dalam sebuah bagan, maka akan seperti bagan berikut.

Suatu hubungan disebut hubungan resiprokal (timbal balik) jika

variabel yang satu dengan variabel yang lainnya saling memengaruhi.

iUisalny'a variabel tingkat kesehatan seseorang dengan kegemaran

berolahraga. Semakin baik kesehatan seseorang, kegemaran untuk

berolahraganya juga semakin besar, dan sebaliknya, semakin gemar

berolahraga, akan semakin baik pula kesehatannya. Jika digambarkan

dalam bentuk bagan, maka akan seperti bagan berikut.

Sementara itu, hubungan yang asimetris adalah jika Anda secara

pasti menyatakan bahwa suatu variabel akan menyebabkan atau

memengaruhi variabel lainnya, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Hubungan

variabel yang asimetris ini bersifat satu arah.(Priyono, 2016)

Misalnya variabel pendapatan bulanan dan variabel pola

menabung masyarakat. Orang akan menabung atau mempunyai

tabungan, jika ia memiliki selisih antara pendapatan dengan pengeluaran.

Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka dimungkinkan untuk

memiliki tabungan, dan sebaliknya. Semakin rendah pendapatan dan

pengeluaran pun semakin kecil, dan akan berakibat pada sedikitnya

tabungan. Akan tetapi. ada beberapa buku yang menyebutkan dan

X Y

X Y

X Y

49

menggolongkan hubungan resiprokal ke daiam arah hubungan yang

simetrik, terutama pada buku-buku statistic. (Priyono, 2016)

b. Bentuk hubungan

Berdasarkan bentuknya, suatu hubungan kausalitas dapat dibedakan

menjadi menjadi hubungan linier/lurus dan nonlinear. Hubungan linier

terjadi jika perubahan nilai pada satu variabel diikuti oleh perubahan nilai

pada variabel lain secara konsisten atau tetap. Contohnya adalah

hubungan antara jumlah penduduk dengan tingkat kepadatan.(Priyono,

2016)

Contoh Tabel Hubungan Linier

Tingkat

Kepadatan

Jumlah Penduduk Total

Rendah Sedang Tinggi

Rendah 80% 10% 10% 100%

Sedang 10% 80% 10% 100%

Tinggi 10% 10% 80% 100%

Total 100% 100% 100% 100%

Contoh Grafik Hubungan Linier

Hubungan nonlinier atau disebut juga bentuk kurva, lengkung, atau tidak

lurus merupakan suatu hubungan yang terjadi jika perubahan nilai pada

suatu variabel diikuti oleh perubahan nilai pada variabel yang lain ke

arah tertentu, namun pada satu titik tertentu, perubahan tersebut bergerak

ke arah yang berlawanan. Misalnya pada hukum Gossen, yaitu antara

konsumsi dengan tingkat kepuasan.(Priyono, 2016)

50

Contoh grafik hubungan nonlinier

c. Hubungan Positif dan Negatif

Berkaitan dengan bentuk hubungan diatas baik linier maupun nonlinier

dapat dibedakan lagi menjadi hubungan yang positif dan hubungan yang

negatif. Hubungan positif terjadi jika peningkatan atau penurunan nilai

pada suatu variabel diikuti pula dengan peningkatan atau penurunan nilai

pada suatu variabel yang lain.

Contoh Tabel Hubungan Positif

Contoh Grafik Hubungan Positif

Hubungan negatif terjadi jika peningkatan nilai pada suatu variabel akan

diikuti oleh penurunan nilai pada variabel lain, atau sebaliknya.

Contoh Tabel Hubungan Negatif

51

Contoh Grafik Hubungan Negatif

d. Kekuatan Hubungan

Kekuatan hubungan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

hubungan yang cenderung kuat, hubungan yang cenderung lemah, dan

tidak ada hubungan. Hubungan kuat adalah hubungan yang terjadi jika

perubahan nilai pada suatu variabel cenderung diikuti pula oleh seluruh

atau hampir seluruh nilai pada variabel lain ke arah yang sama.(Priyono,

2016)

Contoh Tabel Hubungan Kuat

Hubungan lemah adalah hubungan yang terjadi jika perubahan

nilai pada suatu variaber cenderung diikuti oleh sebagian/sebagian kecil

dari variabel yang lain.

52

Contoh Tabel Hubungan Lemah

Sementara itu, tidak ada hubungan dapat terjadi jika perubahan nilai pada

suatu variabel cenderung tidak diikuti oleh perubahan nilai dari variabel

yang lain.

Contoh Tabel tidak ada Hubungan

e. Kondisi Hubungan

Berdasarkan kondisinya, hubungan kausalitas dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu kondisi perlu, kondisi cukup, dan kondisi perlu

dan cukup. Kondisi perlu merupakan suatu kondisi yang terjadi jika

perubahan variabel x adalah prasyarat utama dari perubahan variabel y.

Jadi perubahan variabel y sangat tergantung pada keberadaan atau

perubahan variabel x, tetapi variabel x bukan satu-satunya sumber

perubahan. Contohnya untuk memperoleh pekerjaan, persyaratan

utamanya adalah ijazah pendidikan formal yang dirniliki. Namun, ijazah

bukan satu-satunya variabel yang dapat digunakan untuk memperoleh

pekerjaan. Dibutuhkan hal lain seperti keterampilan, keahlian, dan

pengalarnan. (Silalahi, 2010)

Kondisi cukup inerupakan suatu kondisi yang terjadi jika

perubahan variabel x sudah cukup untuk dapat menimbulkan perubahan

pada variabel 1.. tetapi perubahan y lidak tergantung dari keberadaan x.

Contoh, banyaknya penganggruran dapat mengakibatkan timbulnya

kerusuhan. Akan tetapi, ada tidaknya kerusuhan tidak tergantung ada atau

53

tidaknya pengangguran. Mungkin saja penyebabnya adalah

ketidakpuasan masyarakat.

Sementara itu, kondisi perlu dan cukup akan terjadi jika

perubahan pada variabel x adalah satu-satunya sumber perubahan

variabel y. Contohnya penyebab AIDS hanya satu. yaitu virus HIV. Di

dalam pemmusan hubungan kausalitas pun, ada hal lain yang harus

diperhatikan. yaitu hindari Double Barreled Hvpothesis, yaitu dua atau

lebih variabel bebas sekaligus dibuat dalam satu hipotesis. Contoh,

tingkat kemiskinan dan tingkat konsentrasi penduduk yang tinggi akan

mendorong meningkatnya kejahatan di daerah kemiskinan. Hal ini harus

dihindari mengingat akan memiliki beberapa arti, antara lain:

1) Apakah kejahatan hanya dapat dihasilkan dari kombinasi kedua

sebab,

2) Apakah kejahatan hasil dari masing-masing sebab.

5. Pengukuran

Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran, yaitu konseptualisasi, penentuan

variabel dan indikator, dan operasionalisasi. Tahapan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar Tahapan Pengukuran

Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoretis atau

definisi konseptual pada sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan

suatu definisi dalarn bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain

atau konsep lain yang bisa saja abstrak untuk menjelaskan konsep pertama

tersebut. Konseptualisasi dapat juga dikatakan sebagai proses yang

digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita maksudkan

bila kita menggunakan suatu istilah tertentu. Dalam penelitian kuantitatif,

54

sebenarnya kita sudah melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan

kepustakaan. Lihat kembali materi kerangka teori pada bab sebelumnya.

(Priyono, 2016)

Sementara itu, operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses

pengukuran. Ini merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan

unit-unit ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan

gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-

unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap

variabel.(Nanang, 2011)

Dalam melakukan suatu proses pengukuran, seorang peneliti juga harus

mengetahui cara pengukuran suatu konsep atau yang disebut tingkat

pengukuran. Tingkat pengukuran ini bergantung pada konseptualisasi suatu

konsep. Tingkat pengukuran memengaruhi jenis indikator yang akan

digunakan dan berkaitan dengan asumsi dasar dalam definisi konsep tersebut

dan berkaitan dengan pengukuran dan statistik yang akan digunakan.

Menurut S. S. Stevens, tingkat pengukuran dapat dibedakan menjadi

nominal, ordinal, interval, rasio.(Priyono, 2016)

Tabel Ciri-ciri Tingkat Pengukuran

D. POPULASI DAN SAMPEL

1. POPULASI

a. Pengertian Populasi

Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang

berarti jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).

55

Menurut Nazir (1983:327) mengatakan bahwa popuasi adalah

berkenaan dengan data bukan barang atau bendanya. Pengertian

lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik

tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan Ridwan (2002:3)

mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau

unit hasil pengukuran menjadi objek penelitian.

Menurut Margono (2010:118) populasi adalah seluruh data

yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang

kita tentukan.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya dalam Sugiyono (2006:117)

Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan

beberapa karakteristik populasi adalah:

1) Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi

yang akan diinginkan.

2) Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-

benda atau objek maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam

suatu area/ daerah tertentu yang telah ditetapkan.

3) Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat

tertentu yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari

keadaan itu.

4) Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu

dapat digeneralisasikan.

b. Jenis-Jenis Populasi

Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

56

1) Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,

seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah

mahasiswa.

2) Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang

mempunyai jumlah yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya;

seperti pasir di pantai.

Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus

dibedakan ke dalam sifat berikut ini:

1) Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-

unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu

dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya seorang dokter

yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup

mengambil setetes darah saja.

2) Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-

unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu

ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

2. SAMPEL

a. Pengertian Sampel

Menurut Muri (2007:186) secara sederhana dapat dikatakan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi

tersebut. Sedangkan menurut Suharsimi (2002:109), sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti.

Beberapa pendapat ahli tentang pengertian sampel adalah sebagai

berikut:

1) Sax (1979: 181) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu jumlah yang

terbatas dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi, unsur-unsur

tersebut hendaklah mewakili populasi.

2) Warwick (1975:69) mengemukakan pula bahwa sampel adalah sebagian

dari suatu hal yang luas, yang khusus dipilih untuk mewakili

keseluruhan.

57

3) Kerlinger (1973:118) menyatakan: Sampling is taking any portion of a

population or universe as representative of that population or universe.

4) Leedy (1980:111) mengemukakan bahwa sampel dipilih dengan hati-hati

sehingga dengan melalui cara sedemikian peneliti akan dapat melihat

karakteristik total populasi.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila

populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu,

kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili).

b. Ciri-Ciri Sampel yang Baik

Berangkat dari berbagi pendapat yang telah diutarakan di atas dapat

disimpulkan bahwa ciri-ciri sampel yang baik adalah:

1) Sampel dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara tertentu

dan benar.

2) Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan

mewakili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.

3) Besarnya ukuran sampel hendaknya mempertimbangkan tingkat

kesalahan sampel yang dapat ditolerir dan tingkat kepercayaan yang

dapat diterima secara statistik.

c. Alasan Sampling

Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan

sampel menurut Sudjana (2002:161) adalah :

1) Ukuran populasi

Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter

yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat

konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data

dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas

58

(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk

mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang

tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.

2) Masalah biaya

Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya

objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar

biaya yang diperlukan, lebih–lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang

cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi

biaya.

3) Masalah waktu

Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit

daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu

yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka

penelitian sampel, dalam hal ini, lebih cepat.

4) Percobaan yang sifatnya merusak

Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh

populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin

mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan

dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon

untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya

pada sampel.

5) Masalah ketelitian.

Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup

dapat dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi

pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi

belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi

bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,

penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu

penelitian.

6) Masalah ekonomis

Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian;

apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan

59

tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan

penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih

ekonomis daripada penelitian populasi

d. Keuntungan Penggunaan Sampel

Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel, yaitu:

1) Biaya menjadi berkurang

2) Lebih cepat dalam pengumpulan dan pengolahan data

3) Lebih akurat

4) Lebih luas ruang cakupan penelitian

e. Cara Pengambilan Sampel atau Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik

sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu Probability

Sampling dan Non Probability sampling. Probability sampling meliputi,

simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified

random, dan area random. Non Probability sampling meliputi sampling

sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling,

sampling jenuh dan snowball sampling (Sugiyono, 2012:81).

1) Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

dipilih untuk menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi (Sugiyono,

2012:81):

a) Simple Random Sampling

Dikatan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

salam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi

dianggap homogen.

b) Proportionate Stratified random sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang

tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

c) Disproportionate Stratified Random Sampling

60

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi

berstrata tetapi kurang proporsional.

d) Cluster Sampling (Area Sampling)

Sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang

akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk suatu

negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana

yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya

berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

Tempat sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu

tahap pertama menentukan sampel daerah, tahap berikutnya menentukan orang-

orang yang ada pada daerah itu secra sampling juga.

2) Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel

yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini

meliputi(Sugiyono, 2012:82).:

a) Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sambil

berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor

urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari

semua anggota itu diberi nomot urut yaitu nomor 1 sampai dengan

nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil

saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya

kelipatan dari bilangan lima.

b) Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari

populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)

yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang

pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan

izin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang.

Lalu pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut,

61

maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi

kuota yang ditentukan.

c) Sampling Insidental

Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d) Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang

kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang

ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan pada penelitian

kualitatif.

e) Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

populasi yang relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian

yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi dijadikan sampel.

f) Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang

menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan

sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi dengan

dua orang ini belim merasa lengkap terhadap data yang diberikan

maka peneliti mencari orang yang lebih tahu dan dapat melengkapi

data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Penelitian kualitatif

banyak menggunakan purposive dan snowball.

62

E. VARIABEL DAN DO

1. Variabel

a. Definisi variabel

Kalau ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka

jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Menurut Sudaryono

(2017) variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

praktik, istilah variabel dipakai sebagai sinonim untuk suatu konsep atau

hal yang sedang diriset. Variabel yang dimaskud adalah suatu simbol

yang akan diberi angka atau nilai.

Menurut Kerlinger (2002) dalam Sudaryono (2017) menyatakan

bahwa variabel adalah konstruk (construc) atau sifat yag akan dipelajari.

Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis

kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dan lain – lain. Variabel

dapat dikatan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang

berbeda (different values).

Cresswell (2008) menyatakan variabel adalah suatu kualitas

dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Dapat

disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Variabel ini akan diberi nilai didasarkan atas ciri – ciri

variabel tersebut, misalnya variabel dikotomis, kategoris, diskrit, dan

variabel kontinu.

Dikatakan dikotomis jika variabel tersebut hanya berisi dua nilai,

misalnya ya tidak, laki perempuan, dan puas kecewa. Dikatakan variabel

diskrit jika datangnya hanya mempunyai nilai tertentu saja, dikatakan

variabel kontinu jika nilai – nilainya dalam interval tertentu atau kadang

– kadang dala suatu himpunan tak terbatas. Beberapa variabel yang

memiliki nilai menunjukkan kategori tambahan (lebih dari), disebut

variabel discrete, misalnya variabel demografik seperti agama islam

63

Kristen buda dan lain – lain atau ras hispanik, asia, kulit hitam , dan lain

– lain. Dalam penelitian eksperimen dikenal ada control variable dan

exstraneous variable (Sugiyono, 2017).

Control variable adalah variabel yang dikendalikan peneliti agar

tidak mempengaruhi hubungan fungsional antara variabel bebas dan

variabel terikat dalam suatu eksperimen. Misalnya, suatu perusahaan

ingin mengetahui pengaruh murni desain aleternatif dari kemasan sabun

detergen terhadap penjualan. Extraneous variable adalah variabel yang

tidak dapat dikendalikan oleh peneliti dalam suatu penelitian eksperimen.

Jika variabel tidak diperhatikan dengan cermat, bisa menimbulkan

pengaruh (confounding impact) dalam menguji pengaruh variabel bebas

tanpa variabel terikat dalam suatu eksperimen. Misalnya, perubahan

temperatur, mood, kondisi kesehatan, bahkan kondisi fisik. Variabel

tersebut tidak bisa dikendalikan peneliti, cara yang dapat dilakukan

untuk mengurangi pengaruh variabel tersebut adalah melakukan

randomization. Misalnya, perusahaan sabun detergen maka yang dapat

dilakukan adalah melakukan randomization kondisi manipulasi desain

kemasan sabun tadi pada jumlah konsumen dan mengukur unit

penjualannya (Sugiyono, 2017)

b. Ciri-Ciri Variabel Penelitian

Dalam penelitian variabel mempunyai 3 ciri, yaitu mempunyai

variasi nilai, membedakan suatu obyek dengan obyek lain dalam satu

pupolasi, dan dapat diukur. Variabel membedakan satu obyek dengan

obyek lain dalam satu populasi, maka variabel harus mempunyai nilai

yang bervariasi (Widoyoko 2012). Dalam bukunya Sugiyono (2017)

mencontohkan, dari populasi terdiri dari 30 orang mahasiswa, indeks

prestasi (IP) hanya akan menjadi variabel apabila terdapat variasi dalam

IP pada populasi tersebut. Sebaliknya, apabila dari 30 mahasiswa

tersebut tidak terdapat variasi dalam IP karena mempunyai IP yang sama,

maka IP bukanlah variabel pada populasi yang bersangkutan.

64

Objek-objek yang menjadi anggota populasi karena mempunyai

satu karakteristik yang sama. Meskipun sama, objek dalam populasi

dapat dibedakan satu sama yang lain dalam satu variabel. Misalnya,

populasi mahasiswa terdiri dari anggota yang memiliki satu kesamaan

karakteristik, yatitu mahasiswa. Selain kesamaan itu, antara mereka

berbeda dalam usia, jenis kelamin, agama, motivasi belajar,kecerdasan,

bakat dsb. Perbedaan tersebut merupakan variasi karena mempunyai sifat

membedakan diantara objek yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2017)

Variabel harus dapat diukur dan variabel berbeda dengan konsep.

Konsep belum dapat diukur, sedangkan variabel dapat diukur. Nilai

variabel didalam riset mempunyai variasi antara satu dan lainnya. Jika

suatu variabel dikatikan dengan variabel lain sampai terbentuk sebuah

model, maka variabel akan mempunyai bermacam – macam bentuk.

Untuk riset dalam bidang pendidikan, variabel yang umum dipakai

antara lain, variabel independen(bebas) dan dependen (tidak bebas),

variabel control , variabel moderating, dan variabel intervening (Nazir,

2017).

c. Macam – Macam Variabel

Menurut Sugiyono (2017) berdasarkan fungsinya variabel dapat

dikelompokkan menjadi beberapa macam variabel yaitu :

1) Variabel independen dan dependen

Variabel independen adalah sering disebut variabel stimulus,

predictor, antecedent, bebas. Variabel bebas merpukan variabel yang

mempengaruhi atau yang memjadi sebab parubahannya tau

timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas)

adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang

lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang

dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen.

Variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria,

konsekuen, terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

65

Selain satu variabel independen, banyak riset dilakukan untuk

menguji bebrapa variabel independen (bebas) dan satu variabel

dependen (tidak bebas). Misalnya, riset yang ditujukan untuk

menguji pengaruh biaya promosi, biaya distribusi, biaya produksi

terhadap pendapatan (sales) disini terdapat 3 variabel bebas.

Semakin tinggi kualitas pelayanan maka diduga semakin tinggi

loyalitas konsumen. Oleh karena itu, kualitas pelayanan merupakan

variabel bebas dan kepuasan konsumen merupakan variabel terikat.

2) Variabel moderating

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi

(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Hubungan perilaku suami istri akan

semakin baik jika mempunyai anak. Disini anak adalah variabel

moderator yang mempekuat hubungan dan pihak ketiga adalah

variabel moderator yang memperlemah hubungan. Variabel ini juga

dapat merubah nilai hubungan dari positif ke negstif atau sebaliknya.

Misalnya, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi motivasi belajar

mereka. Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin baik

pula hasil belajar mereka mereka atau sebaliknya.

Variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel bebas danvariabel terikat. Misalnya, suatu

teori menyatakan kualitas pelayanan akan mempengaruhi loyalitas

konsumen. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas kosumen

akan bervariasi berdasarkan factor demografik (misalnya,

pendidikan, pendapatan) sebagai variabel moderating.

3) Variabel intervening

Variabel intervening merupakan variabel yang berada diantara

variabel bebas dan variabel terikat, sehingga sebelum variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat terlebih dahulu akan mempengaruhi

variabel intervening. Misalnya, penelitian yang meguji pengaruh

moderating yaitu factor demografi terhadap hubungan antara kualitas

pelayanan, kepuasan konsumen, dan loyalitas konsumen.

66

Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan

diteliti perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi

pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti.

4) Variabel control

Seluruh variabel dalam situasi atau dalam diri seseorang

(dispostional variable) tidak dapat dikaji dalam waktu yang

bersamaan waktunya. Variabel tersebut harus dinetralisisasikan

untuk menjamin variabel itu tidak akan memiliki dampak yang

berbeda atau moderate terhadap variabel yang dicari hubungannya.

Variabel yang dinetralisasi inilah yang diidentifikasi sebagai variabel

control atau pengendali (Sugiyono, 2011).

Menurut Darmadi (2011), variabel control adalah variabel yang

dikendalikan sehingga tidak mempengaruhi variabel bebas dan

terikat. Variabel ini sering digunakan oleh peneliti bila akan

melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Misalnya

apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus

D3 dan S1 maka harus ditetapkan variabel control berupa gaji yang

sama, perlatan yang sama, iklim kerja yang sama, dll. Tanpa adanya

variabel control maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan

karyawan karena factor pendidikan.

Di dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”, Nazir

(2017) menambahkan beberapa macam variabel diantaranya :

5) Variabel Aktif

Variabel yang dimanipulasi oleh peneliti dinamakan variabel

aktif. Jika sesesorang peneliti memanipulasikan metode mengajar,

cara ,enghukum mahasiswa, maka metode mengajar cara

menghukum adalah variabel aktif karena variabel ini dapat

dimanipulasikan.

6) Variabel Atribut

Ada juga variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar

dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.

Variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti

67

intelegensia, jenis kelamin, status social, pendidikan, sikap dsb.

Variabel yang merupakan objek inanimate, seperti populasi, rumah

tangga, daerah geografis.

7) Variabel kontinu

Variabel kontinu adalah variabel yang dapat kita tentukan

nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan decimal yang tidak

terbatas. Misalnya berat, tinggi, luas, pendapatan dsb. Untuk berat

badan kita bisa menulis 75,14 kg, luas panen14,2 ha.

8) Variabel descrete

Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat

dinyatakan dalam bentuk pecahan atau decimal dibelakang koma.

Variabel ini sering juga dinyatakan variabel dikotom misalnya, jenis

kelamin, laki perempuan. Jika ada lebih dua kategori disebut variabel

politom. Misalnya tingkat pendidikan bisa SD, SMP, SMA,

perguruan tinggi dsb. Jumlah anak merupakan variabel descrete,

karena hanya bisa 3, 4, 5 atau 10. Tidak mungkin jumlah anak 4,

4,5, 4 1/2 dsb.

2. Definisi Operasional

a. Pengertian Definisi Operasional

Dalam proposal atau laporan penelitian, terdapat satu bagian dari

sub bab yang meskipun tidak wajib ada, namun sangat pemting jika

laporan penelitian tersebut ingin dikatakan lengkap. Bagian tersebut

yaitu definisi operasional yang dimaknai sebagai sebuah petunjuk yang

menjelaskan kepada peneliti mengenai bagaimana mengukur variabel

secara komplit. Melalui definisi operasional,peneliti lebih mudah

menentukan metode untuk mengukur variabel serta menentukan

indikator yang lebih kongkrit sehingga lebih mudah untuk diukur dan

diuji secara empiris (Nazir, 2017)

Menyusun definisi operasional adalah proses yang wajib

dilakukan oleh peneliti sebelum mengukur sebuah variabel yang

diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Ada kalanya konsep,

68

proposisi, serta hipotesis masih bersifat abstrak dan belum sesuai atau

belum mampu menggambarkan kondisi yang akan diteliti. Peneliti harus

menjelaskan konsep atau hipotesis tersebut sesuai dengan gambaran

dilokasi penelitian (Sudaryono, 2017).

Menurut Ruane (2005) dalam Sudaryono (2017) definisi

operasional membantu menentukan langkah – langkah atau prosedur

yang tepat yang digunakan saat melakukan pengukuran. Secara pribadi,

hanya ditemukan laporan penelitian skripsi maupun tesis yang salah

memahami definisi operasional ini. Definisi operasional adalah

penjelasan variabel yang akan diamati dalam pemecahan masalah.

Definisi operasional variabel merupakan proses merubah kata yang

digunakan dalam definisi normal. Contoh judul penelitian : pengaruh

gaya kepemimpinan dengan peningkatan kinerja pegawai, maka

variabelnya adalah gaya kepemimpinan dan kinerja pegawai. Definisi

operasionalnya bisa berupa penjelasan dari segi makna atau

mengungkapkan skala pengukuran untuk masing – masing variabel

(Ahmad,2015).

Martono(2015) menyatakanada 3 cara yang dapat digunakan

untuk menyusun definisi operasional Pertama, menyusun definisi

operasional beradasarkan kegiatan yang harus dilakukan agar hal yang

didefinisikan itu terjadi. Definisi ini menekankan cara untuk

menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama

mendefinisikan variabel bebas. Kedua, definisi operasinal disusun

dengan menggunakan bagaimana hal yang didefiniskan itu beroperasi.

Ketiga, definisi operasinal disusun dengan menjelaskan bagaimana hal

yang didefiniskan dapat diamati.

Menurut Sujarweni (2014) definisi operasional adalah variabel

penelitian yang dimaksudkan untuk memahami arti setiap variabel

penelitian sebelum dilakukan analisis. Contoh : analisis pengaruh

motivasi kerja terhadap kualitas pelayanan di Rumah Sakit Amanah

Semarang.

69

Menurut Nazir (2017) variabel yang digunakan umumnya nyata

dapat dimengerti, diraba, dan dapat dilihat, sehingga kurang

menimbulkan keragu – raguan akan maknanya. Variabel atau konstrak

yang dibangun dlam ilmu social memerlukan definisi yang terang,

supaya tidak terapat keragu – raguan dan dapat memperterang arti

ataupun untuk membuat varuabel atau konstan tersebut dapat digunakan

secara operasional.

Ada 2 cara untuk memberikan definisi terhadap variabel.

Pertama, suatu konstrak didefinisikan dengan konstrak yang lain. Kedua,

dengan menyatakan kegiatan yang ditimbulkan atau perilaku yang

dihasilkan dengan sifat yang dapat diimplikasikan. Sehubungan dengan

dua cara tersebut maka definisi terhadap variabel atau konstrak dapat

dibagi menjadi 2 yaitu definisi konstitutif dan definisi operasional.

1) Definisi konstitutif

Definisi konstitutif adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu konsep dengan menggunakan konsep yang lain. Misalnya, kita

mempunyai sebuahkonsep area. Secara konstitutif, area didefinisikan

sebagai luas sebidang tanah. Contoh lain adalah berat. Berat dapat

didefinisikan secara konstitutif sebagai susahnya persoalan yang

dikerjakan (Nazir, 2017).

2) Definisi operasional

Definisi perasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau

memspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan tesuatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel

tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi

operasional yang diukur (measured) ataupun definisi operational

eksperimental (Nazir, 2017).

Definisi operasional yang diukur memberikan gambaran

bagaimana variabel tersebut diukur. Misalnya, kita mempunyai

sebuah variabel yaitu kemampuan. Kemampuan diberikan definisi

sebagai suatu uji kemampuan dengan suatu standard, seperti

70

standardized achievent, atau kemampuan adalah uji kemampuan

berdasarkan nilai uji akhir. Definisi terhadap kemampuan dengan

cara demikian adalah definisi yang diukur (Nazir, 2017).

Definisi operasional eksperimental adalah mendefinisikan

variabel dengan keterangan percobaan yang dilakukan terhadap

variabel atau konstrak tersebut, misalnya definisi yang diberikan

terhadap frustasi. Definisi terhadap frustasi digambarkan dengan

perilaku seorang anak yang dimasukkan dalam sebuah kamar dengan

dikelilingi banyak popi dan mainan lainnya. Mainan tersebut tidak

dapat dicapai oleh sianak, karena mainan tersebut diletakkan

ditempat yang tinggi. Anak tersebut dapa melihat mainan tetapi tidak

dapat menjamahnya (Nazir, 2017).

Dari pernyataan Nazir (2017) diatas, dapat disimpulkan 3 buah pola

dalam memberikan definisi operasional terhadap suatu variabel. Ketiga

pola tersebut adalah sebagai berikut :

1) Definisi disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi yang harus

dilakukan untuk memproleh variabel yang didefinisikan.

2) Definisi disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara

beroperasinya hal – hal yang didefinisikan.

3) Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan

itu muncul.

Setelah peneliti memberikan definisi operasional terhadap variabel

yang dipilih dan digunakan dalam penelitiannya, maka peneliti dapat

memberikan cara mengukur variabel tersebut.

b. Teknik Pengukuran

Pengukuran adalah penetapan atau pemberian angka terhadap

objek atau fenomena menurut aturan tertentu. Ada tiga buah kunci yang

diperlukan dalam memberikan definisi di atas. Ketiga kata kunci tersebut

adalah angka, penetapan dan aturan (Stevens, 1951) dalam (Sugiyono,

2017).

71

Nazir (2017) menjelaskan angka tidak lain dari sebuah simbol

dalam bentuk 1, 2, 3 dst atau I,II, III dst yang tidka mempunyai arti,

kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka telah dikaitkan arti

kuantitatif, maka angka tersebut setelah berubah menjadi nomor

(number). Yang dimaksud dengan penetapan atau pemberian adalah

memetakan, sedangkan aturan tidak lain dari panduan atau perintah

untuk melaksanakan. Fungsi dalam matematika adalah suatu aturan

korespondensi. Dalam memetakan aturan yang diberikan dapat saja

sebagai berikut

1) Jika objek setuju diberikan angka 1, dan jika tidak setuju diberikan

angka 0

2) Jika objek sangat setuju diberikan angka 5, jika setuju diberikan angka 4,

jika tidak setuju diberikan angka 3, jika kurang setuju berikan angka 2,

dan jika tidak setuju sama sekali diberikan angka 1

Fungsi f atau aturan korespondensi adalah sama dengan set dari

pasangan (x,y), dimana x adalah objek dan tiap y yang cocok adalah angka.

Inilah yang dinamakan pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial.

1) Indikan dari Objek

Suatu objek mempunyai ciri atau sifat, jika kita mengukur suatu

objek yang diukur adalah indikan dari sifat tersebut. Indikan tidak lain

dari suatu istilah yang sering digunakan, yang berarti “sesuatu yang

menunjukkan pada sesuatu yang lain”. Indikan terhadap “alim” misalnya

jumlah berapa kali seseorang pergi ke masjid perbulan (Nazir, 2017).

Angka diberikan kepada indikan dari sifat perilaku, sesudah

mengadakan pengamatan terhadap indikan, angka disubstitusikan dengan

indikan dan kemudian dianalisis secara statistik. Misalnya indikan dari

kecerdasan adalah jumlah jawaban yang benar dalam suatu tes IQ. Di

lain pihak , indikan terhadap alim adalah jumlah kali seseorang pergi ke

masjid dalam sebulan. Dari set alim dan set kecerdasan dicari korelasi

serta koefisien korelasinya (Sugiyono, 2017).

72

2) Pengukuran Versus Realita

Dalam ilmu natura, ukuran dari satu variabel dapat secara

langsung diamati dan dibandingkan dengan realita. Setongkol jagung A

dua kali lebih panjang dari tongkol jagung lain, dapat diukur secara

realita dengan menggunakan sentimeter misalnya. Di lain pihak,

pengukuran variabel dalam ilmu social sering mengandung tanda Tanya,

apakah pengukuran yang dilakukan cocok dengan realita (Nazir, 2017).

Dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti tidak tahu tentang

realita. Akan tetapi seorang peneliti harus selalu mempertanyakan apakah

prosedur pengukuran yang dipakainya isoporphik dengan realita?

Walaupun realita tidak diketahui harus menguji, tentunya dengan teknik

tertentu, apakah pengukurannya mempelajari isomorphisme dengan

realita (Sujarweni, 2014).

c. Jenis-Jenis Pengukuran

Secara umum, terdapat empat jenis ukuran, yaitu :

1) Ukuran nominal

Ukuran nominal adalah ukuran yang paling sederhana, diaman

angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label

saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apa-apa. Objek

dikelompokkan dalam set-set dan kepada semua anggota set

diberikan angka. Set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan

bersisa (mutually exclusive and exhaustive) (Nazir, 2017).

2) Ukuran ordinal

Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka-angka

tersebut mengandung pengrtian tingkatan. Ukuran nominal digunakan

untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke tertinggi atau

sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap

objek, tetapi hanya memberikan urutan ranking saja. Ada beberapa

sifat ukuran ordinal yaitu ukuran ordinal hanya menyatakan ranking,

tidka menyatakan nilai absolut, tidak menyatakan bahwa interval

73

antara angka-angka tersebut sama besarnya. Skala ranking bukanlah

skala yang mempunyai interval yang sama (Nazir, 2017).

3) Ukuran interval

Ukuran interval adalah suatu pemberian angka kepada set dari

objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu

sifat lain, yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval

memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang

diukur. Ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek

yang diukur. Pengukuran interval mempunyai sifat yaitu dapat

ditambahkan atau dikurangkan (Nazir, 2017).

4) Ukuran rasio

Ukuran rasio adalah ukuran yang mencangkup semua ukuran di

atas, ditambah dengan satu sifat lain yaitu ukuran ini memberikan

keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio

mempunyai titik nol, karena itu, interval jarak tidak dinyatakan

dengan titik nol di atas. Karena ada titik 0 tersebut, maka ukuran

rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala

rasio menunjukkan nilai yang sebenarnya dari objek yang diukur

(Nazir, 2017).

Ukuran rasio banyak sekali digunakan dalam ilmu sosial

misalnya jumlah anak hidup, tingkat ketergantungan, tingkat

pengangguran dsb. Sesuai dengan jenis pengukuran yang digunakan,

maka sering juga variabel penelitian dibagi menjadi 4 yaitu variabel

nomial, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel rasio.

Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan secara diskrit

dan saling terpisah (mutually exclusive) seperti status perkawinan,

jenis kelamin, jenis pekerjaan dsb. Variabel ordinal, yaitu variabel

yang disusun atas dasar ranking, seperti ranking prestasi mahasiswa,

ranking perlombaan rangking sukarnya pekerjaan dsb. Variabel

interval, yaitu variabel yang diukur dengan ukuran interval, seperti

penghasilan, sikap dsb. Variabel rasio adalah variabel yang disusun

74

dengan ukuran rasio, seperti dependency ratio, tingkat pengangguran

dsb (Sugiyono, 2017).

F. INFORM CONCENT ETIK DAN PLAGIARISME

1. INFORM CONSENT ETIK

Etik penelitian kedokteran mulai menjadi perhatian karena mulai

menimbulkan masalah antara lain akibat adanya pelanggaran hak individu

atau subyek manusia dan kesadaran masyarakat yang makin meningkat.

Beberapa contoh antara lain (Depkes RI) ;

a. Kasus Tuskegee (1932-1970), dimana dilakukan studi yang

memperlajari perjalanan penyakit sifilis pada orang-orang negro. Para

subyek orang negro tersebut, tidak diberi pengobatan, padahal penisilin

telah ditemukan dan digunakan pada 1943

b. Kasus Willowbrook (1950), suatu studi yang mempelajari penyakit

hepatitis dengan menyertakan anak-anak terbelakang. Anak terbelakang

termasuk kelompok rentan yang tidak dapat memberikan persetujuan

yang mendasari kesukarelaan sebagai subyek

c. Pada th 1963 Jewish hospital melakukan studi yang menyertakan orang

jompo sebagai subyek, dengan menyuntikkan sel kanker, untuk

mempelajari reaksi imunologinya

d. Pada Perang Dunia II, tawanan perang dimanfaatkan sebagai subyek

penelitian, sampai diterbitkannya Nuremberg Code(1). Selanjutnya

World Medical Assembly dalam sidangnya di Helsinki pada tahun 1964

mengambil kesepakatan untuk menerbitkan deklarasi khusus tentang

etika kedokteran yang menyangkut subyek manusia.

Secara harfiah, Informed dapat diartikan telah diberitahukan, telah

disampaikan, atau telah dikonfirmasikan. Sedangakan consent adalah

persetujuan yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan

demikian informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien

kepada tenaga kesehatan setelah diberikan penjelasan (Cecep,T 2014).

Isi Informed Consent yaitu;

a. Penjelasan manfaat penelitian

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat

ditimbulkan

c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan

75

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subyek berkaitan dengan prosedur penelitian

e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan

2. STANDAR ETIK PENELITIAN KESEHATAN

Deklarasi Helsinki memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek

harus diatas kepentingan lain, berarti harus diperhatikan. Seorang dokter

harus bertindak demi kepentingan pasiennya, dan tidak dapat melakukan

tindakan yang merugikan pasien. Terdapat dua pernyataan yang merupakan

kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, yaitu :

a. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan

dengan komunitas.

b. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan

terbaik yang ada.

Pada Declaration of Helsinki ditetapkan bahwa selain

diperlukan informed consent dari subjek penelitian, diperlukan juga ethical

clearance yang dikeluarkan oleh Komisi Etik. Declaration of Helsinki juga

mengatur tentang pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan

dengan memperhatikan kesejahteraan hewan percobaan.Pada tahun 1966, 2

tahun setelah diterbitkan Deklarasi Helsinki, Beecher dalam New England

Journal of Medicine menerbitkan tulisan yang cukup menggemparkan dan

mendapat tanggapan cukup luas(3). Beecher dalam tulisannya menjelaskan

bahwa dari 100 artikel hasil penelitian kesehatan yang diterbitkan dalam

jurnal terkemuka, 12 diantaranya dinilai tidak memenuhi kaidah etik, dan

memberikan 22 contoh perlakuan tidak etis para peneliti terhadap subyek

manusia. Belmont dalam laporannya pada 1979 mengemukakan 3 prinsip

dasar etika pelaksanaan penelitian kedokteran atau kesehatan yang

menyertakan manusia sebagai subyek penelitian.

76

Berbeda dengan etika praktek kedokteran yang telah berusia tua sejak

jaman Hippocrates, etika dalam penelitian kesehatan pada umumnya

termasuk epidemiologi masih relatif baru, namun istilah penelitian

kedokteran sudah bergeser menjadi penelitian kesehatan mengingat semakin

luasnya aspek kesehatan manusia yang menjadi lahan penelitian dan

pengembangan. Pedoman etik pada penelitian epidemiologi diterbitkan

oleh Council of International Organization of Medical Science (CIOMS)

dengan bantuan Badan Kesenatan Dunia (WHO) pada tahun 1991.

Selanjutnya CIOMS dan WHO pada tahun 1993 menerbitkan pedoman

etika dalam penelitian Biomedik yang kemudian dijadikan pedoman bagi

banyak negara termasuk Indonesia.

Standar etik penelitian kesehatan di Indonesiayang melibatkan

manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan yang

merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal

tersebut diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992, PP no 39/ 1995 tentang

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengenai perlindungan dan hak –

hak manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan

penelitian melanggar ketentuan dalam PP tersebut.

3. PLAGIARISME

Kata plagiarisme berasal dari kata latin yaitu plagiarius yang berarti

merampok, membajak. Plagiarisme merupakan tindakan pencurian atau

kebohongan intelektual. Menurut Brotowidjoyo (1993,86), plagiarisme

merupakan pembajakan berupa fakta, penjelasan ungkapan dan kalimat

orang lain secara tidak sah. Selain itu ada juga yang mengatakan

plagiarisme adalah tindakan penyalahgunaan, pencurian atau perampasan,

penerbitan, pernyataan atau menyatakan sebagai milik sendiri sebuah

pikiran, ide, tulisan, atau ciptaan yang sebenarnya milik orang lain

(Ridhatillah, 2003). Plagiarisme dianggap tindakan kriminal karena

merupakan tindakan mencuri hak cipta orang lain. Di Indonesia

perlindungan hak cipta diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

77

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Oleh karena itu kegiatan

plagiarisme atau yanglebih dikenal dengan kata plagiat harus dihindari.

Plagiarisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

tindakan/perbuatan yang mengambil, menyalin, menduplikasi, dan

sebagainya, karya orang lain dan menjadikannya karya sendiri tanpa

sepengetahuan atau izin sang pemiliknya. Untuk itu tindakan ini

digolongkan sebagai tindakan pidana, yaitu pencurian terhadap hasil

karya/kekayaan intelektual milik orang lain. Bagi mahasiswa,

kecenderungan penyalahgunaan yang terjadi adalah hanya sekadarcopy-

paste (copas) artikel/file yang mereka temukan lewat searcher Google.

Tanpa mereka sadari bahwa tindakan yang mahasiswa anggap sepele itu

adalahsebuah tindakan pelanggaran hukum. Pengertian plagiarisme

menurut Reitz (2004), dalam Online Dictionary for Library and Information

Science (ODLIS): From the Latin plagiarius, meaning "kidnapper."

Copying or closelyimitating the work of another writer, composer, etc.,

without permission and with the intention of passing the results off as

original work. Inpublishing, copyright law makes literary theft a criminal

offense. At most colleges and universities, plagiarism is considered a moral

and ethicalissue, and instructors impose penalties on students who engage

in it. Plagiarism can be avoided by expressing a thought, idea, or concept

inone's own words. When it is necessary to paraphrase closely, the source

should be documented in a footnote or endnote, in the same manner as

adirect quotation, Plagiarisme merupakan permasalahan yang tidak hanya

melanggar hak cipta atau kepemilikan. Apabila dipandang dari sisi para

pembaca, plagiarisme juga merupakan tindakan yang membohongi dan

menimbulkan kesalahpahamanmengenai orisinalitas dari penulis yang

sebenarnya. Para siswa/mahasiswa atau peneliti diperbolehkan untuk

menciptakan suatu karya baru yang timbul dari pengembangan ide orang

lain. Tetapi pemanfaatan ide orang lain tanpa membutuhkan pernyataan

sumber atau keterangan yang menyatakan pengakuan bahwa karya tersebut

78

berasal dari pengembangan ide orang lain, hal ini merupakan tindakan yang

tidak dapat diterima.

a. Jenis-Jenis Plagiarisme

Ada terdapat beberapa jenis plagiarisme, menurut Sudigdo (2007),

jenis:

1) jenis plagiarisme dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: Jenis

plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri: plagiarisme ide,

plagiarism

2) isi (data penelitian), plagiarisme kata, kalimat, paragraf,

plagiarisme total.

3) Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme:

plagiarisme yangdisengaja dan plagiarisme yang tidak disengaja

4) Klasifikasi berdasarkan proporsi atau presentasi kata, kalimat,

paragraf yangdibajak: plagiarisme ringan <30%, plagiarisme

sedang 30-70%, dan plagiarisme berat atau total >70%.

5) Berdasarkan pada pola plagiarisme ada tiga jenis plagiarisme

menurut Novin, dkk (2012), yaitu:

a) Word-of-word plagiarism: menyalin setiap kata secara

langsung tanpa diubah sedikitpun.

b) Plagiarism of the form of a source: menyalin dan atau menulis

ulang kode-kode program tanpa mengubah struktur dan

jalannya program.

c) Plagiarism of authorship: mengakui hasil karya orang lain

sebagai hasil karya sendiri dengan mencantumkan nama

sendiri menggantikan namapengarang sebenarnya.

d) Sastroasmoro (2007), menjabarkan kategori plagiarisme

berdasarkan, yaitu:

Aspek yang dijiplak.

79

Ada empat jenis plagiarisme berdasarkan kategori ini, yaitu

plagiarisme ide, plagiarisme isi, plagiarisme tulisan, dan

plagiarisme total.

Plagiarisme total adalah jenis yang dianggap

paling berat sanksinya karenaplagiarisme total artinya

menjiplak keseluruhan bahan dari sumber secara mentah

tanpa mengubahnya menggunakan standing point individu,

Berdasarkan proporsi bahan yang dijiplak.

Ada tiga jenis plagiarisme di dalam kategori ini yaitu

plagiarismringan yang mencakup ±30 persen bahan dari

sumber; plagiarisme sedang yang mencakup 30 sampai 70

persen, dan plagiarisme berat yangmencakup 70 persen

bahan dari sumber atau lebih. Idealnya, proporsi ide atau

gagasan penulis harus lebih dominan dari jumlah kutipan

yangdiambil dari bahan sumber. Karena jika tidak,

dikhawatirkan justru bahan sumberlah yang mendominasi

dan menghasilkan komposisi tulisan yangtidak or isinil

Menurut Lako (2012), terdapat beberapa jenis plagiarisme, yaitu:

a) Plagiarisme total, yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan seorang

penulis

Dengan cara menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain

seluruhnya danmengklaim sebagai karyanya. Biasanya, dalam

plagiasi ini seorang penulis hanya mengganti nama penulis dan

instansi penulis aslinya dengan namadan instansinya sendiri. Lalu,

penulis mengubah sedikit judul artikel hasil jiplak, kemudian juga

mengubah abstrak, kata-kata kunci tertentu (keywords), sub judul

artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian tulisan dan

kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu agar terlihat

80

berbedadengan artikel aslinya.Plagiarisme parsial, yaitu tindakan

plagiasi yang dilakukan sesorang penulis

b) dengan cara cara menjiplak sebagian hasil karya orang lain untuk

menjadi hasil karyanya sendiri. sendiri. Biasanya, dalam plagiasi

jenis ini seorangpenulis mengambil pernyataan, landasan teori,

sampel, metode analisis, pembahasan dan atau kesimpulan tertentu

dari hasil karya orang lain menjadi karyanya tanpa menyebutkan

sumber aslinya.

c) Auto-plagiasi (self-plagiarisme), yaitu plagiasi yang dilakukan

seorangpenulis terhadap karyanya sendiri, baik sebagian maupun

seluruhnya. Misalnya, ketika menulis suatu artikel ilmiah seorang

penulis meng-copypaste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya

dalam suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut

sumbernya.

d) Plagiarisme antarbahasa, yaitu plagiasi yang dilakukan seorang

penulis dengan cara menerjemahkan suatu karya tulis yang

berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Kemudian, penulis

menjadikan hasil terjemahan tersebut sebagai hasil karyanya tanpa

menyebut sumbernya.

Sedangkan menurut Elisabeth H. Oakes dan Mehrdad Kia (2004),

berdasarkan pola penyajiannya jenis plagiarisme ada 5 macam, yaitu:

a) Plagiarisme Verbatim; Plagiarisme Verbatim merupakan tindakan

plagiasi dengan menjiplak karya orang lain apa adanya dan

memberi kesan bahwakarya tersebut merupakan hasil karya

ciptanya sendiri.

b) Plagiarisme Kain Perca. Plagiarisme Kain Perca atau lebih dikenal

dengan patchwork merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil

karya milik oranglain dari berbagai sumber tanpa menyebutkan

rujukan dan menyusunnya menjadi satu kesatuan yang utuh,

sehingga terkesansebagai karyanya sendiri.

81

c) Plagiarisme Parafrasa.Plagiarisme parafrasa merupakan tindakan

plagiasi dengan mengubah kalimat dari penulis asli dengan

kalimatnya sendiri dantidak mencantumkan referensi ataupun

kutipan.

d) Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci. Plagiarisme kata kunci

atau frasa kunci merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil

sejumlah kata kunci dari penulis asli danmemparafrasekannya lagi

dengan kata-katanya sendiri.

e) Plagiarisme Struktur Gagasan. Plagiarisme struktur gagasan

merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil struktur gagasan

orang lain, kemudian dituangkan lagiagar terlihat berbeda.

G. SURVEI KUESIONER KUANTITATIF

1. Pengertian Kuesioner

Pengertian metode kuesioner menurut (Arikunto, 2006) Kuesioner

adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia

ketahui.

Sedangkan menurut (Sugiyono, 2008). Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang tua/ anak yang

ingin diselidiki (Bimo, 2010).

2. Tujuan Kuesioner / Angket

a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian.

b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi

mungkin.(Bimo , 2010).

3. Fungsi Kuesioner / Angket

Menurut Bimo (2010) fungsi angket sebagai berikut:

82

a. Untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka

penyusunan catatan permanen.

b. Untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode

lain.

c. Pembuatan evaluasi progam bimbingan

d. Untuk mengambil sampling sikap/pendapat dari responden

4. Kelebihan dan Kelemahan Kuesioner

Kelebihan metode kuesioner :(Arikunto, 2006)

a. Menghemat waktu, maksudnya dengan waktu yang singkat dapat

memperoleh data

b. Menghemat biaya , karena tidak memerlukan banyak peralatan

c. Menghemat tenaga

Kelemahan metode kuesioner :(Arikunto, 2006)

a. Ada kemungkinan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diampaikan adalah tidak jujur

b. Apabila pertanyaan kurang jelas dapat mengakibatkan jawaban

bermacam-macam .

5. Langkah-langkah pelaksanaan kuesioner

Langkah-langkah pelaksanaan kuesioner adalah sebagai berikut: (Arikunto,

2006)

a. Penulis membuat daftar pertanyaan

b. Setelah itu diberikan kepada reponden

c. Setelah selesai dijawab segera disusun untuk diolah sesuai dengan

standar yang ditetapkan sebelumnya, kemudian disajikan dalam laporan

penelitian.

6. Jenis Jenis Kuesioner

Angket atau kuesioner menurut (Arikunto, 2006) dapat dibeda-bedakan atas

beberapa jenis tergantung pada sudut pandangnya:

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

1) Koesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden

untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri

83

2) Koesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

1) Koesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya

2) Koesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang orang

lain.

c. Dipandang dari bentuknya maka ada:

1) Koesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan

koesioner tertutup

2) Koesioner isian, yang dimaksud adalah koesioner terbuka

3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan

tanda check pada kolom yang sesuai

4) Rating-scale (skala bertingkah), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh

kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya mulai

dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju

7. Pertanyaan Dalam Kuesioner

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner/angket dapat bermacam-

macam bentuknya, antar lain : (Sugiyono, 2008)

a. Pertanyaan-pertanyaan yang tertutup (closed question)

Pertanyaan-pertanyaan yang tertutup adalah pertanyaan-

pertanyaan yang berbentuk, yang dalam hal ini responden tinggal

memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan di dalam kuesioner itu.

Jadi, jawaban telah terkait, responden tidak dapat memberikan

jawabannya secara bebas yang mungkin dikehendaki oleh responden

yang bersangkutan. Bentuk kuesioner yang mengandung pertanyaan

demikian disebut kuesioner tertutup (closed questionaire). Biasanya

kalau masalahnya telah jelas, orang menggunakan kuesioner ini.

b. Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (open question)

Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka adalah pertanyaan-

pertanyaan yang masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

responden untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya terhadap

84

kuesioner terbuka (open questionaire). Biasanya, bila orang ingin

mendapatkan opini maka akan memakai kuesioner ini.

d. Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup (open and closed

question)

Pertanyaan-pertanyaan model ini merupakan percampuran dari

kedua macam pertanyaan sebelumnya. Dalam kuesioner ini, di samping

adanya pertanyaan terbuka juga terdapat pertanyaan yang tertutup.

Kuesioner macam ini disebut kuesioner terbuka-tertutup (open and

closed questionaire) (Sugiyono, 2008)

8. Kuesioner/ Angket Penelitian Kuantitatif

Untuk penelitian kuantitatif, informasi yang ingin didapatkan

mayoritas adalah informasi yang menyebar, sehingga jumlah responden

yang dibutuhkan besar dan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner

dirancang agar cepat dan mudah dijawab oleh responden. Angket atau

kuesioner merupakan instrumen dari penelitian kuantitatif yang disimpulkan

dalam bentuk kualitatif. Kelebihan penggunaan angket atau kuesioner dalam

sebuah proses pengumpulan data penelitian atau riset, antara lain: cepat,

mudah, kerahasiaan terjamin, terstandar, dan peneliti tidak perlu

hadir.(Arikunto, 2006)

9. Penggunaan Angket Kuesioner Kuantitatif

Penggunaan angket tidak bisa digunakan dalam sembarang penelitian

dan survey. Instrumen angket dalam penelitian dapat diterapkan jika

memenuhi persyaratan atau kondisi berikut:

a. Responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

b. Responden dapat dipercaya.

c. Jumlah responden banyak.

d. Waktu penelitian singkat/pendek.

e. Lokasi penelitian luas.

Hal ini berarti bahwa Angket dapat diaplikasikan dalam sebuah

penelitian atau riset jika pengisi angket (responden) merupakan orang yang

85

paling tahu tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

hasil yang lebih akurat, maka seorang responden harus dapat dipercaya,

sehingga tidak mengisi angket atau memberkan jawaban yang asal asalan

karena tidak mengerti tentang masalah/pertanyaan yang diajukan. Semakin

banyak jumlah responden yang mengisi angket (memenuhi kuota yang

diinginkan), maka data yang bisa disimpulkan makin akurat. Pertanyaan

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner / angket sebisa mungkin harus

singkat, padat dan jelas. (Arikunto, 2006)

10. Pertanyaan di Dalam Penelitian Kuantitatif

Jenis pertanyaan yang ada di dalam kuisioner sangat bergantung pada

variabel-variabel yang hendak diukur dalam penelitian. Jenis pertanyaan

juga sangat dipengaruhi oleh jenis metode penelitian yang digunakan. Untuk

penelitian yang kualitatif maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan terbuka,

bahkan hampir semua open question. Untuk penelitian yang kuantitatif

maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan tertutup, atau bisa gabungan

terbuka dan tertutup. (Sugiyono, 2008)

Untuk penelitian kuantitatif sebaiknya jenis pertanyaan yang

diberikan dalam bentuk kalimat lengkap dengan struktur kalimat yang benar

agar tidak membingungkan responden. Jawaban yang disediakan harus

mutually exklusif dan exhaustive, artinya seluruh jawaban yang disediakan

memenuhi seluruh kriteria jawaban yg disediakan responden, dan tidak ada

responden yg ada dalam dua kriteria atau lebih (terkecuali peneliti

mengijinkan responden memilih lebih dari satu jawaban)Pada umumnya,

jenis pertanyaan yang dicantumkan dalam sebuah kuesioner atau angket

menyangkut tiga hal berikut ini:(Sugiyono, 2008)

a. Pertanyaan tentang pendapat (opini), yakni berkaitan dengan perasaan

dan sikap responden terhadap suatu hal.

b. Pertanyaan tentang persepsi diri, yaitu menyangkut bagaimana cara

responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri. Yaitu dalam

hubungannya dengan orang lain atau lingkungan.

86

c. Pertanyaan tentang fakta menyangkut data nyata dari seorang responden,

misalnya mengenai agama, pendidikan, umur, jumlah penghasilan, jenis

kelamin, dan sejenisnya. Selain itu, informasi yang diketahui oleh

responden juga dikategorikan dalam fakta.

11. Beberapa hal penting yang wajib diperhatikan saat membuat

pertanyaan kuesioner Kuantitatif

Saat menyusun pertanyaan pada angket/kuesioner, ada 5 poin penting

yang harus diperhatikan, yaitu: (Sugiyono, 2008)

a. Hindari menggunakan pertanyaan yang mengandung isitlah atau kata-

kata sulit (asing).

b. Jangan membuat pertanyaan yang bersifat ambigu, samar-samar, atau

dipersepsikan berbeda bagi tiap responden.

c. Jangan mencantumkan pertanyaan yang bersifat terlalu umum (general)

d. Jangan menyusun pertanyaan yang mengandung sugesti (pengaruh) atau

mengandung presumasi. Pertanyaan presumasi adalah pertanyaan yang

berstandar kepada anggapan bahwa responden termasuk dalam kategori

yang mempunyai sifat ingin ditanyakan, ataupun responden mempunyai

pengetahuan yang baik tentang kelompok yang ingin ditanyakan.

e. Hindarkan mengajukan pertanyaan yang menghendaki ingatan karena

data yang diperoleh bisa tidak akurat.

Item jawaban yang disediakan harus sesuai ukuran variabel yang

sedang dicari. Apabila skala data yang diinginkan adalah skala nominal maka

item jawabannya juga harus berskala nominal, demikian juga dengan skala

ordinal. Apabila skala data yang diinginkan adalah skala interval atau rasio

maka pertanyaannya harus berbentuk pertanyaan terbuka. Hati-hati dalam

memberikan pertanyaan yang mengandung suatu ukuran frekuensi, misalnya

sering, jarang, kadang-kadang Item yang disediakan harus netral dan

balanced, sehingga tidak mengarahkannya untuk menjawab jawaban tertentu.

Kuesioner yang baik adalah keisioner yang mampu menguhubungkan antara

tujuan, konsep, variabel, kuisioner, dan metode pengolahan data. (Sugiyono,

2008)

87

a. Tentukan judul penelitian yang akan diangkat.

b. Mempuyai 2 variabel (bebas dan terikat).

c. Tentukan variabel penelitian.

d. Variabel x :………………………….?

e. Variabel y :………………………….?

f. Buat definisi operasional variabel.

g. Penjelasan tentang variabel yang akan diteliti dan batasan-batasannya.

h. Tentukan sasaran responden.

i. Usia :…………………..tahun.

j. Pendidikan : TK…..SD…….SMP…….SMA……?

k. Profesi : siswa, mahasiswa, petani, dosen, umum.

l. Untuk menentukan sampel dari populasi dapat menggunakan Tabel

Morgan.

12. Petunjuk Pengisian Angket / Kuesioner Kuantitatif

Tata cara pengisian angket kuantitatif sebagai berikut: (Sugiyono, 2008)

a. Cantumkan daftar identitas diri kosong untuk diisi oleh responden

b. Responden harus mengisi angket dengan jujur serta penuh ketelitian

sehingga semua soal dapat dijawab.

c. Ucapkan terimakasih karena responden telah berkenan mengisi angket /

yang telah diberikan

13. Mengolah Data Kuesioner Kuantitatif dengan Skala Penelitian

Setelah data angket / kuesioner berhasil dikumpulkan, maka tahap

berikutnya mengolah data tersebut agar bisa memperoleh simpulan dari

penelitian yang telah dilakukan. Data berupa kuesioner tersebut dapat diolah

dengan menggunakan metode penghitungan tertentu, antara lain: skala

Thrustone, skala Rating, skala Diferensial Semantik, skala Guutman, atau

skala Likert. Setipa metode skala tersebut memiliki keunggulan dan

kemelaman tersendiri. (Sugiyono, 2008)

88

a. Skala Thrustone

Skala Thurstone adalah skala penelitian yang menyajikan

beberapa pernyataan yang berbeda, kemudian responden diminta

memilih beberapa pernyataan yang dia setujui. Setiap item pada skala

thurstone memiliki hubungan satu sama lain dan memiliki nilai atau

bobot tertentu, namun responden tidak mengetahuinya.

b. Skala Rating

Skala rating adalah data penilaian kuantitatif yang ditafsirkan dalam

pengertian kualitatif. Hal ini berbeda dengan skala pengukuran likert,

guttman dan diferensial semantik yang merupakan data kualitatif yang di

kuantitatifkan.

c. Skala Diferensial Semantik

Skala perbedaan semantik (ilmu arti kata) yang berisikan

serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub). Skala deferensial semantik

memiliki tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek: Potensi

atau kekuatan objek; Evaluasi atau hal yang menguntukan atau

merugikan dari suatu objek; dan Aktivitas atau tingkat gerakan suatu

objek.

d. Skala Guttman

Apabila responden mengiyakan pernyataan yang berbobot yang

lebih berat, ia akan mengiyakan pernyataan yang kurang berbobot

lainnya, Terdiri dari beberapa pertanyaan yang diurutkan secara

hierarkis, Skala guttman digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas

dan tegas. Contoh: Yakin-tidak, Benar-salah, Pernah-belum, Setuju-

tidak setuju, Positif-negatif.

e. Skala Likert

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Contoh angket mencakup sikap: Sangat Setuju; Setuju; Netral; Tidak

Setuju; Sangat Tidak Setuju. (Sugiyono, 2008)

89

14. Contoh Kuesioner Kuantitatif

Kuesioner kuantitatif dari penelitian skripsi dengan judul: Analisis

Kualitas Air Sungai Prilaku dan Keluhan Kesehatan Kulit Pada

Masyarakat di Ssekitar Sungai Bbaura Medan Baru Tahun 2012 (Lubis,

2012)

90

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI, PERILAKU DAN KELUHAN

KESEHATAN KULIT PADA MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI BABURA

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2012

Identitas Responden :

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan :

Jawaban boleh dipilih lebih dari satu

A. PENGETAHUAN

1. Menurut bapak/ ibu apakah kegunaan air bagi tubuh kita?

a. Melarutkan dan membawa sari-sari makanan, oksigen dan hormon ke seluruh

tubuh yang membutuhkan.

b. Melarutkan sari-sari makanan

c. Hanya untuk menghilangkan haus

d. Untuk menjaga kesegaran tubuh

e. Tidak tahu

2. Menurut bapak/ibu dari mana sumber air untuk kehidupan sehari-hari?

a. Air hujan dan air permukaan

b. Air sungai

c. Air sumur

d. Air danau dan mata air

e. Tidak tahu

3. Menurut bapak/ibu apakah yang dimaksud dengan air bersih?

a. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan

b. Air yang kelihatan jernih

91

c. Air yang tidak berbau

d. Air yang tidak berasa

e. Tidak tahu

4. Menurut bapak/ibu bagaimana sungai yang bersih?

a. Air sungai yang jernih tidak berwarna

b. Belum tercemar benda lain

c. Tidak keruh dan tidak berbau

d. Tidak menyebabkan keluhan kesehatan jika digunakan

e. Tidak tahu

5. Menurut bapak/ibu bagaimana kondisi sungai yang tercemar?

a. Airnya keruh dan berminyak

b. Banyak sampah-sampah yang mengapung

c. Airnya berbau

d. Menyebabkan gatal-gatal pada kulit setelah digunakan

e. Tidak tahu

6. Menurut Bapak/Ibu darimana saja sumber pencemaran Sungai?

a. Sampah rumah tangga

b. Limbah pabrik

c. Limbah rumah sakit

d. Kotoran manusia

e. Tidak tahu

7. Menurut bapak/ibu zat-zat apa saja yang terkandung dalam air yang tercemar?

a. zat kimia seperti sabun, deterjen

b. Bahan pemberantas hama

c. Zat radioaktif

d. Zat biologi

e. Tidak tahu

8. Menurut bapak/ ibu apa saja penyakit yang bersumber dari air?

a. Gatal-gatal, bentol-bentol merah pada kulit

b. Diare

c. Sakit perut

d. Dysentry

92

e. Tidak Tahu

9. Menurut bapak/ ibu bagaimana caranya air dapat menjadi penyebab terjadinya

penyakit?

a. Masuknya bakteri atau virus ke dalam air yang digunakan

b. Ada binatang pengganggu (serangga) yang hidup dalam air

c. Kurangnya air untuk kebersihan

d. Ada binatang perantara pembawa penyakit di dalam air

e. Tidak tahu

10.Menurut Bapak/Ibu apa saja yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyakit

kulit (gatal-gatal) pada kulit?

B. SIKAP

No Pernyatan S K S T S

1 Air sungai dapat digunakan langsung

sebagai air bersih

2 Air sungai merupakan sumber air minum

3 Air sungai dapat digunakan untuk mandi

4 Mandi 2x sehari dan menjaga kebersihan

diri salah satu cara menghindari penyakit

Kulit

5 Air sungai digunakan untuk menyikat

Gigi

6 Setiap mandi harus menggunakan sabun

7 Air sungai dapat dapat digunakan untuk

mencuci sayuran , ikan, daging( bahan

makanan)

8 Setelah sayuran, ikan, daging dicuci di

sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air

Bersih

9 Sampah boleh dibuang ke sungai

10 Hewan peliharaan apabila sudah mati

93

C. TINDAKAN

boleh dibuang ke sungai

11 Sebaiknya mencuci piring dan alat masak

di sungai

12 Sebaiknya limbah rumah tangga tidak

dibuang ke sungai agar tidak berminyak

13 Sumber air bersih harus terhindar dari

bahan pencemar

Keterangan

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

No Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah bapak/Ibu menggunakan air sungai

sebagai sumber air bersih?

2 Apakah bapak/ ibu menggunakan sungai

sebagai air minum?

3 Apakah bapak / ibu membuang tinja ke

sungai?

4 Apakah bapak/ ibu membuang sampah ke

sungai?

5 Apakah bapak/ ibu memakai sabun setiap

mandi di sungai?

6 Apakah bapak/ ibu menggunakan air

sungai untuk mencuci peralatan dapur?

7 Apakah bapak/ ibu menggunakan air

sungai untuk mencuci pakaian?

8 Apakah bapak/ ibu menggunakan air

sungai untuk membersihkan kendaraan?

9 Apakah bapak / ibu menggunakan air

sungai untuk memandikan ternak?

10 Apakah bapak/ ibu membuang limbah ke

sungai?

11 Apakah bapak/ ibu membuang sisa

pestisida ke sungai?

12 Apakah bapak/ ibu mengganti pakaian

sehabis mandi?

13 Apakah bapk/ ibu memakai handuk secara

94

F. Tabel Keluhan Kesehatan Kulit

bergantian dengan anggota keluarga lain?

14 Apakah bapak/ ibu menjemur handuk

setelah dipakai?

No Keluhan Kesehatan Kulit Ya Tidak

1 Gatal- gatal

2 Bintik- bintik merah

3 Nyeri

4 Panas/ Hangat

5 Kulit bersisik

95

BAB III JENIS PENELITIAN KUALITATIF

A. LANDASAN TERITIS METODE KUALITATIF

Berikut ini landasan teori metode kualitatif menurut Syajran (2013) sebagai

berikut:

1. Femenologi

Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara

fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati

fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan

membedakan masingmasing jenis penelitian itulah fokus penelitian. Apakah

penelitian itu fokus kebudaya, fenomena, kasus dan sebagainya. Penelitian

fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl (1859-1938)

seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari penelitian

sosial. Ada beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl

diantaranya yaitu: (a) pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b) suatu

studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Hal ini dapat

dipahami bahwa penelitian fenomenolgi merupakan pandangan berfikir

yang menekankan pada pengalamanpengalaman manusia dan bagaimana

manusia menginterpretasikanpengalamannya.

Ditinjau dari hakekat pengalaman manusia dipahami bahwa setiap

orang akan melihat realita yang berbeda pada situasi yang berbeda dan

waktu yang bebeda. Sebagai contoh “ perasaan” ( feeling) pada pagi ini

akan berbeda pada pagi besok. Sehingga kalau kita melakukan wawancara

kepada seseorang pada pagi hari akan berbeda pada pagi lainnya.Sehinga

jarak, waktu, hubungan manusia, tempat tinggal akan mempengaruhi setiap

pengalaman manusia. Maka metode dalam fenomenologis ini menekankan

kepada bagaimana seseorang memaknai pengalamannya. Istilah

fenomenologis sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk

pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui.

Dalam arti khusus istilah ini mengacu kepada pada penelitian terdisiplin

tentang kesadaran dari persfektif pertama seseorang.

96

Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh

peneliti fenomenologis menurut Moleong( 2007:8) yaitu: (a) mengacu

kepada kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara

jelas (b) memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap orang-orang

yang berada dalam situasi situasi tertentu. (c) memulai dengan diam. Para

fenomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlahdibentuk karena

kebetulan oleh sesuatu hal yang lain daripada dirinya sendiri. Demikian juga

dalam kehidupan sehari hari, seseorang tidak ada kontrol terhadap

kesadaran terstruktur. Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk

menguraikan ciri-ciri dunianya, seperti apa aturan-aturan yang

terorganisasikan , dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dan

kejadian itu berkaitan. Aturan-aturan ini bukanlah sebenarnya ciri-ciri yag

berdiri sendiri namun terbentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam

kesadaran yang kita alami sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita. Para

fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

terhadap orang-orang yang berada dalam situasi – situasi tertentu. Inkuiri

fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk

menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Dalam hal ini ditekankan

pada aspek subjektif dari perilaku orang. Dimana para peneliti berusaha

masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian

rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Para fenomenologis percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai

cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang

lain . Pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa langkah pertama dalam

melakukan penelitian fenomenologi adalah meneliti fenomena yang akan

dikembangkan. Selanjutnya peneliti mengembangkan pertanyaan penelitian.

Dalam mengajukan pertanyaan penelitian adadua hal yang perlu

dipertimbangkan yaitu : (a) apakah unsur yang penting dari pengalaman

atau perasaan, (b) apakah keberadaan pengalaman menentukan hakikat

manusia. Sumber data dari penelitian ini adalah fenomena yang sedang

97

dipelajari yang berupa pengalaman subjek yang diteliti. Data akan

dikumpulkan melalui wawancara langsusng, observasi, menggunakan video,

catatan lapangan.

Data yang dikumpulkan diperoleh dari wawancara mendalam antara

peneliti dengan informan (subjek). Sebagai contoh dari penelitian

fenomenologi ini dibidang pendidikan seperti fenomena pengajaran

disekolah, dimana peneliti melihat proses pengajaran X disekolah apa,

kenapa, bagaimana proses itu dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan

sebagainya. Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian

yang menggunakan pendekatan fenomenologi adalah sebuah penelitian yang

mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia

Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para

subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan

bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar

peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Etnografi

Istilah ethnos dalam bahasa Yunani adalah orang, ras, atau budaya

sekelompok orang (A.D Smith 1989 dalam Denzin, 1994:25) Kalau “ethno”

sebagai awalan digabungkan dengan graphic sehingga membentuk

etnographic yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya

sekelompok orang. Penelitian Etnografi bermula dari penelitian antropologi

yang mengamati budaya di suatu tempat. Hal ini dilakukan oleh para

peneliti awal seperti Taylor, Frazer, Morgan sekitar abad 20. Dimana

penelitian lapangan ini hanya terfokus pada perkembangan budaya di suatu

daerah. Selanjutnya penelitian ini terus berkembang (modern 1915-1925).

Racliffe-Brown dan Malinowski mengembangkan penelitian etnografi ini

yang menekankan kepada kehidupan masa kini oleh anggota masyarakat

yaitu way of life suatu masyarakat. Dimana penelitian ini berusaha

mendiskripsikan dan membangun struktur sosial budaya suatu masyarakat

dan membandingkan sistem sosial dalam rangka mendapatkan kaidah –

kaidah umum tentang masyrakat. Dalam etnografi modern, bentuk sosial

dan budaya masyarakat dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan

98

nalar sang peneliti. Struktur budaya yang dideskripsikan adalah struktur

sosial dan budaya masyarakat tersebut menurut interprestasi sang peneliti.

3. Studi Kasus

Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang

penelahaannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,

mendeteil, dan komprehensif. Pendekatan studi kasus pada hakikatnya

terfokus kepada kasus ( case). Kasus-kasus ini dapat diperoleh dari kasus

yang unik, konteks khusus, isu- isu yang sedang berkembang, budaya,

alamiah, holistic, fenomena dan lainlain. Penelitian studi kasus ini biasa

dilakukan pada pendekatan kualiatatif dan kuantitatif. Kasus itu sendiri

adalah suatu kesatuan kompleks beroperasi di dalam sejumlah konteks,

mencakup phisik, ekonomi, etis. Kasus itu sendiri bisa simpel dan bisa

kompleks. Studi kasus itu sendiri bisa proses pembelajaran atau hasil proses

pembelajaran. Perbedaan Prinsip antara studi kasus dan penelitian lain

adalah bahwa fokus perhatian adalah kasus yang individu dan bukan

keseluruhan populasi kasus. Studi kasus terfokus kepada sistem terikat

(bounded system) biasanya dibawah kondisi alamiah sehingga sistem dapat

dipahami di dalam lingkungannya(Stake1988 Sebagai contoh latar belakang

kehidupan sesorang dan lingkungan seseorang pecandu norkoba, kehidupan

intern sebuah gang, pembentukan melitansi pada sebuah kelompok radikal,

faktorfaktor yang melatarbelakanggi tingginya swadaya pembangunan di

suatu desa, merupakan beberapa contoh dari topik telaahan suatu studi

kasus. (Madekhan, 2003)

Langkah-langkah penelitian pada studi kasus sama dengan penelitian

kualitatif karena pada hakekatnya penelitian kasus adalah bagian dari

penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian studi kasus menurut Denzin (1994: 244) adalah sebagai berikut:

(a) membatasi kasus, menentukan objek daripenelitian, (b) meyeleksi

fenomena-fenomena, tema atau isu (sebagai pertanyaan penelitian, (c)

menentukan pola data untuk mengembangkan isu, (d) obsevasi triangulasi,

(e) menyeleksi alternatif interpretasi, (f) mengembangkan kasus yang telah

ditentukan

99

4. Graunded Teori

Penelitian Grounded theory pertama dikemukakan oleh Glaser dan

Strauss pada tahun 1960-an. Menurut Denzin (1994: 273), pada hakikatnya

penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat

prosedur sistematik untuk mengembangkan teori (theory development) dari

dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Teori berasal

dari bawah dalam suatu pengamatan sampai menjadi istilah. Grounded

theory merupakan proses yang cukup rumit. Dimana penelitian dimulai

dengan memunculkan pertanyaan umum. Sewaktu peneliti mulai

mengumpulkan data, konsep teorities diidentifikasikan.. Hal mendasar dari

penelitian ini adalah bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan

kata lain suatu teori harus dari bawah. Grounded teori mempersyaratkan

bahwa teori muncul dari data. Adapun ciri-ciri dari penelitian grounded

theory ini adalah sebagai berikut: (a) data diperoleh dari dasar, (b) data

harus sesuai dengan fenomena, (c) dipercaya dari segi kenyaataan sehari-

hari. Dimana peneliti mengamati, mengumpulkan data, mengorganisasikan

data dan membentuk teori dari data pada waktu yang bersamaan Data yang

diperoleh dibandingkan dengan data yang lain. Data yang diperoleh dari

interview, observasi, dan rekaman

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF

Menurut Sugiyono (2013: 63) menyatakan bahwa dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang

alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian. Teknik wawancara

dilakukan secara langsung dengan informan, selain itu dokumentasi bertujuan

agar diperoleh informasi secara baku/tertulis. Hasil dokumentasi akan

dicocokkan dengan hasil wawancara sehingga didapatkan data yang akurat dan

sesuai dengan kondisi lapangan.

100

Teknik-teknik pengumpulan data kualitatif sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa observasi dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Data itu yang dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas.

Menurut Sugiyono (2012: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi

observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara

terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation),

dan observasi tak terstruktur (unstructured observation). Observasi

berpartisipasi dibagi menjadi empat yaitu pasif (pasive participation),

observasi partisipasi yang moderat (moderate participation), observasi

partisipasi yang aktif (active participation) dan observasi partisipasi yang

lengkap (complete participation).

b. Wawancara/Interview

Sugiyono (2012: 231) mendefinisikan wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Macam-macam wawancara yaitu wawancara terstruktur dimana

peneliti telah mengetahui pasti informasi apa yang akan diperoleh sehingga

peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis

alternative jawabannya pun telah disiapkan, wawancara semiterstruktur

dimana pelaksanaan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai

pendapat ide-idenya dan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

c. Dokumen

101

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2012: 240).

d. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpuln data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 241).

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama.

Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi

sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama.

C. TEKNIK ANALISIS DATA DAN VALIDASI DATA KUALITATIF

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Analisis data terbagi atas dua yaitu analisis data kualitatif dan

kuantitatif, hal ini dikarenakan jenis data yang berbeda, proses pencarian

dan pengolahan data yang berbeda, serta perbedaan hasil yang di inginkan

dari dua jenis metode penelitian tersebut (Nasution, 2003). Proses analisis

data dalam penelitian kualitatif sering dilakukan pada tahap pengumpulan

data. Bahkan terkadang peneliti perlu melakukan analisis data pada setiap

data yang ditemukannya dan menarik kesimpulan sementara atas data

tersebut (Ibid, 2003).

102

Menurut Sugiyono (2010) analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan

setelah selesai di lapangan.

a. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan yang akan digunakan untuk menentukan fokus

penelitian. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan

berkembang setelah memasuki dan selama di lapangan.

b. Analisis Selama di Lapangan dan Setelah Selesai di Lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan

analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti

akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga

diperoleh data yang dianggap kredibel.

Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2010) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu data reduction (reduksi

data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan

temanya. Misalkan pada bidang pendidikan, setelah peneliti memasuki

setting sekolah sebagai tempat penelitian, maka dalam meraduksi data

peneliti akan memfokuskan pada murid yang memiliki kecerdasan tinggi

dengan mengkategorikan pada aspek gaya belajar, perilaku social,

interalsi dengan keluarga dan lingkungan.

Reduksi data adalah meilih data yang paling penting dari data

yang tidak terlalu penting. Dalam proses pengumpulan data tentu peneliti

103

akan mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan subjek

penelitiannya tersebut. Namun dari seluruh data yang terkumpul peneliti

harus memilih lagi data mana yang paling relevan dengan subjek

penelitiannya. Proses inilah yang dikenal sebagai reduksi data. Peneliti

harus melakukan reduksi data agar penulis dapat fokus mencari

kesimpulan dari penelitiannya tersebut (Ibid, 2003).

Reduksi data bisa dilakukan sejak pemulaan pengumpulan data.

Semua data pada tiap harinya dapat di reduksi sehingga didapatkan data

yang sesuai dengan masalah penelitian. Kemudian diakhir pengumpulan

data pun peneliti melakukan reduksi data dari awal hingga akhir. Pneliti

menyaring kembali seluruh data dan mereduksinya sehingga didapatkan

intisari dari penemuan-penemuan di lapangan (Bungin, 2012).

Proses reduksi data meliputi beberapa teknik (Sarosa, 2012),

yaitu:

1) Coding

Coding atau pengkodean adalah sebuah proses pemberian kode bagi

kata-kata serta frase yang bertujuan mendeskripsikan dan

mengidentifikasi makna dan pola data. Proses ini bertujuan

merefleksikan makna, menghubungkan sehingga peneliti dapat lebih

mudah menyimpulkan sesuatu dari data yang di kodekan.

2) Identifikasi tema

Setiap data temuan yang di dapatkan dari lapangan dapat

digolongkan kedalam tema-tema. Identifikasi tema dapat dilakukan

sejak penelitian teori yang digunakan hingga penelitian lapangan.

Identifikasi tema dilakukan juga agar memudahkan peneliti

mengambil kesimpulan.

b. Review tema

Review tema dimaksudkan untuk melihat kembali tema-tema yang

telah ditentukan. Apabila diperlukan adanya penyesuaian maka

peneliti bisa menyesuaikan kembali tema-tema tersebut.

c. Klasifikasi data

104

Klasifikasi data dimaksudkan bagi data-data kecil. Data-data kecil

yang didapatkan oleh peneliti diklasifikasikan menjadi kategori-

kategori yang kemudian dicari hubungan antar satu kategori dengan

kategori lainnya.

d. Meringkas data

Meringkas data dilakukan apabila data yang dikumpulkan dirasa

terlalu besar oleh peneliti. Maka peneliti boleh meringkas data-data

tersebut agar tidak terlalu panjang. Teknik ini digunakan pada saat

penelitian lapangan baik setiap ditemukan data maupun ketika akhir

penelitian

b. Data Display (Penyajian Data)

Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan

sebagainya. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa

yangterjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

dipahami.(Sugiyono, 2010)

Bungin (2012) menyebutkan bahwa penyajian data dapat

dilakuakan dengan beberapa teknik sesuai dengan data yang didapat dari

lapangan, antara lain:

1) Transkrip Wawancara

Transkrip data adalah mengubah data suara menjadi data

tertulis. Atau secara sederhana adalah menulis hasil wawancara baik

yang wawancara secara mendalam maupun kuisioner dan lain

sebagainya. Proses ini dimaksud agar data wawancara dapat

disajikan olehpeneliti dalam hasil penelitiannya. Peneliti juga harus

mengurainkan hasil wawancara yang bersifat percakapan (bahasa

lisan) menjadi sebuah data yang deskriptif (bahasa tulisan).

2) Deskripsi Data

Deskripsi data adalah penyajian data dengan penjelasan yang

bersifat menggambarkan hakikat kenyataan dilapangan. Penelitian

dengan metode kualitatif pada asalnya memang bersifat deskriptif

105

sehinga deskripsi data dalam penyajian data merupakan inti dari

penelitian metode ini.

3) Analisis Naratif

Analisis yang dimaksud adalah proses penyampaian data yang

berupa cerita, atau penyatuan potongan-potongan data menjadi

sebuah kronologi yang tersusun secara rapi.

4) Analisis Biografi

Analisis biografi adalah penyajian data yang berupa biografi

subjek penelitian. Analisis ini memungkinkan pembaca hasil

penelitian mengetahui latar belakang subjek penelitiannya, baik

orang yang diwawancara maupun orang-orang yang menjadi sumber

data lainnya.

5) Hermeneustics

Ilmu hermenetik pada asalnya adalah ilmu yang digunakan

dalam memahami bible (kitab suci Kristen). Namun dewasa ini

metode ini digunakan secara meluas. Ilmu hermenetik dimaksudkan

untuk mencari makna dari data yang berupa teks. Pada penelitian

kualitatif hermenetiks juga digunakan sebagai pendekatan metode

memahami makna pada data yang berupa kata-kata.

e. Semiotics

Semiotik adalah pendalaman makna pada data yang berupa

tanda-tanda dan simbol-simbol yang telah disepakati dan digunakan

di masyarakat atau lingkungan tempat subjek penelitian itu berada.

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada

yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas

106

menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal/interaktif dan

hipotesis/teori.(Sugiyono, 2010)

Menurut Nasution (2003), penarikan kesimpulan dilakuakan

dengan cara mereview kembali seluruh data dan mereview hasil analisis

data yang lainnya. Dalam proses penarikan kesimpulan ini peneliti dapat

melahirkan teori baru, atau memperkuat teori yang telah ada atau

menyempurnakannya. Penelitian dengan metode kualitatif lebih

mengutamakan proses daripada hasil sehingga peneliti harus lebih

banyak konsentrasi dalam menginterpretasikan data pada penyajian data.

2. Validasi Data Kualitatif

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan

demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

penelitian. Ada perbedaan yang mendasar mengenai validitas dalam

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif

untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan

reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian

kualitatif yang diuji adalah datanya. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau

data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang

dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti (Sugiyono, 2013).

Menurut Sugiyono (2010), uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependabelity, dan

confirmability.

a. Uji Credibility

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain:(Sugiyono, 2010)

1) Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjang pengamatan berarti lagi dengan sumber

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan

pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan

107

semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),

semakin terbukti, saling mempercayai sehingga tidak ada imformasi

yang disembunyikan lagi. Pada tahap awal peneliti memasuki

lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai,

sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam,

dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Berapa lama

perpanjangan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada keadaan,

keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti

ingin menggali data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data

yang di balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis,

tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi mala sedang bahagia.

Keluasan berarti, banyak sedikitnya imformasi yang diperoleh.

Dalam perpanjangn pengamatan untuk menguji kreadibilitas data

penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data

yang telah diperoleh, apa data yang diperoleh itu setelah dicek

kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, bila setelah

dicek kembali ke lapangan data suda benar berarti kredibel, maka

waktu perpanjangn pengamatan dapat diakhiri.

2) Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukankan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat sekelompok masyarakat

yang sedang olahraga pagi. Mengapa dengan meningkatkan

ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan

ketekunan itu ibarat kitamengecek soal-soal, atau makalah yang telah

dikerjakan, ada yang salah satu tidak. Dengan meningkatkan

katekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali

apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dengan

demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat

memberikan diskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa

yang diamati.sebagai bekal peneliti untuk menigkatkan ketekunan

108

dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil

penelitian atau dokumentasi-dokumintasi yang terkait dengan

temuan yang diteliti.

3) Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dan

berbagai waktudengan demikian terdapat triangulasi sumber,

trangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

a) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas

data tentang daya kepemimpinan seseorang, maka pengompulan

data pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kebawahan

ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan

keteman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.

b) Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untu menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau

kuesioner.

c) Triangulasi waktu

Triangulasi juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawncara dipagi hari saat

nara sumber masi segar belum banyak masalah, akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

4) Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda

dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan

analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibilitas data?

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang

109

berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah

ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah

temuannya.

5) Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud menggunakan referensi disini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung

dengan adanya rekaman wawancara.

6) Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data. Agar informasi yang diperoleh

dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud sumber data atau informan.Pelaksanaan member check

dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau

setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan. Caranya dapat

dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi

data, atau melalui forum kelompok.

Peneliti kualitatif biasanya tidak menggunakan kata bias

dalam penelitian; mereka akan mengatakan bahwa semua peneliti

adalah interpretif dan bahwa peneliti harus menjadi reflektif diri

mengenai perannya dalam penelitian, bagaimana dia

menginterprestasikan temuan, dan sejarah personal dan politiknya

yang membangun interprestasinya. Dengan demikian, akurasi dan

kredibilitas temuan adalah sangat penting. Terdapat berbagai istilah

yang digunakan peneliti kualitatif untuk mendiskripsikan akurasi dan

kredibilitas ini (misalnya authenticity dan trustwortiness), dan

strategi yang digunakan untuk validasi perhitungan

kualitatif bervariasi dalam jumlah. Tiga bentuk uji yang biasa

110

digunakan oleh peneliti kualitatif yaitu triangulation, member

checking, dan auditing (Emzir, 2010).

b. Uji Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kuantitatif. Kriteria uji transferability merujuk pada tingkat kemampuan

hasilpenelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer.

Penelitian kualitatif dapat meningkatkan transferabilitas dengan

melakukan suatu pekerjaan mendiskripsikan konteks penelitian dan

asumsi-asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut. Agar orang

lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, peneliti dalam

membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi

jelas dalam memahami hasil penelitian tersebut sehingga ia dapat

memutuskan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian

tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh

gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil

penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut

memenuhi standar uji transferability.(Sugiyono, 2010)

c. Uji Dependabelity

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor

yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan

aktifitas peneliti dalam melakukan penelitian. Jika peneliti tak

mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktifitas lapangan”, maka

dependability penelitiannya patut diragukan.(Sugiyono, 2010)

d. Uji Confirmability

Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut

dengan uji objektifitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil

penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji

confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya

dapat dilakukan bersamaan. (Sugiyono, 2010)

111

D. PENENTUAN LOKASI DAN INFORMAN

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Lokasi

penelitian mempunyai peranan penting untuk mendukung keberhasilan

sebuah penelitian (Muharram, 2017). Tujuan penentuan lokasi penelitian

adalah untuk mempermudah penulis atau peneliti dalam melakukan suatu

penelitian dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri. Lokasi bisa di wilayah

tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat (Endarwarsa, 2006:

114-115).

Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan dan

diperhatikan mengingat dari lokasi tersebutlah data-data baik data sekunder

maupun primer akan di dapatkan dan dianalisis. Penentuan lokasi penelitian

merupakan suatu tahapan awal yang sangat penting dalam suatu penelitian

baik kualitatif maupun kuantitaif. Dalam menentukan lokasi penelitian

hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut (Sugiyono, 2015):

a. Pilihlah lokasi yang mudah dijangkau

b. Pilihlah lokasi yang didalamnya terdapat masalah atau kesenjangan yang

memang harus di tangani

c. Pilihlah lokasi yang memang memberikan izin (rekomendasi) untuk

melakukan penelitian di suatu tempat, lembaga, dan atau suatu wilayah

Dalam suatu penelitian, jika lokasi yang dipilih terlalu luas cakupannya,

biasanya membutuhkan sampel yang banyak pula. Penelitian kualitatif

merupakan suaatu penelitian yang memiliki karakteristik dengan

mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya, sehingga peneliti dalam

penelitian kualitatif haruslah menggunakan seluruh inderanya untuk

didapatkan hasil yang alamiah sesuai dengan fakta yang terjadi. Oleh karena

itu, selain membutuhkan sampel yang banyak, ketajaman penelitian juga

diperlukan saat pemilihan lokasi penelitiannya luas.(Moleong, 2004)

2. Penentuan Informan Penelitian

Informan penelitian adalah seseorang yang dimanfatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.

Informan merupakan seseorang yang benar-benar mengetahi permasalahan

112

yang akan diteliti. Tanpa informan, mungkin peneliti akan bingung atau

bahkan tidak akan mendapatkan informasi atau data yang diinginkannya. Di

dalam suatu penelitian, terdapat 2 informan yaitu informan kunci (orang yang

sangat memahami permasalahan dan memiliki informasi tentang

permasalahan yang akan diteliti) dan informan non kunci (orang yang

dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti) (Endarwarsa, 2006: 116-

117).

Selanjutnya, dari masing-masing informan kunci ataupun informan biasa,

apabila di ambil sampel, maka pengambilan sampel menggunakan beberapa

cara yaitu (Tatang, 2009):

a. purposive sampling, artinya peneliti memilih informan menurut kriteria

tertentu yang telah ditetapkan, dan kriteria ini harus sesuai dengan topik

penelitian. Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk

menjawab masalah penelitian;

b. kuota, artinya informan yang dipilih bertujuan untuk memenuhi kuota

yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, seorang peneliti ingin

mengumpulkan data dari sejumlah orang di sebuah desa terpencil.

Peneliti memutuskan untuk memilih 10 orang perempuan dan 10 orang

laki-laki. Mereka yang dipilih ini diambil begitu saja, tanpa metode/cara

tentu (random);

c. snowball, artinya informan yang dipilih merupakan hasil rekomendasi

dari informan sebelumnya. Ini umumnya digunakan bila peneliti tidak

mengetahui dengan pasti orang-orang yang layak untuk menjadi sumber.

Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui pola komunikasi antarpribadi

para pengguna narkoba. Tidak ada daftar nama yang bisa jadi rujukan.

Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan meminta

rekomendasi dari seorang informan sebelumnya. Dari seorang informan,

jumlah sumber data dapat berlipat ganda jumlahnya seperti bola salju

yang menggelinding maka semakin lama akan semakin besar;

d. sequential, artinya informan yang dipilih tidak ditentukan batasannya.

Jumlahnya terus bertambah dan bertambah sampai peneliti menilai data

113

yang dikumpulkan dari sejumlah informan tersebut telah mencapai titik

jenuh. Maksudnya, tidak ada hal baru lagi yang dapat dikembangkan.

Informan yang dipilih haruslah memiliki kriteria agar informasi yang

didapatkan bermanfaat untuk penelitian yang dilakukan. Menurut Spradley

(Moleong, 2004:165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus

dipertimbangkan:

a. Informan yang intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan

aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya

ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang

sesuatu yang ditanyakan.

b. Informan masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

c. Informasi mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk

dimintai informasi.

d. Informan yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam

memberikan informasi.

E. SURVEY KUESIONER KUALITATIF

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam

berbagai setting, sumber dan cara. Dilihat dari sumber datanya, pengumpulan

data diapat dari dua sumber yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer

adalah sumber informasi yang diberikan langsung oleh informan kepada

peneliti. Sedangkan sumber sekunder merupakan sumber data tidak langsung.

Dari caranya teknik pengumpulan data dibedakan menjadi beberapa macam

yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi serta gabungan dari ketiganya.

(Sugiyono, 2011)

Kuesioner adalah beberapa pertanyaan dalam bentuk tertulis yang

dipergunakan untuk menggali berbagai informasi dari sasaran penelitian.

Manfaat dari kuesioner salah satunya adalah waktu yang diperlukan untuk

mengumpulkan data relatif singkat dan membutuhkan sedikit tenaga. Kuesioner

merupakan alat atau instrumen pengumpul data. J. R. Raco (2010), perolehan

114

data pada penelitian kualitatit biasanya melalui wawancara. Data yang telah

lengkap dan terkumpul kemudian dianalisis dengan membaca kembali dengan

meringkas dan menghilangkan pernyataan-pernyataan ganda, kemudian

membuat kode atau pengklasifikasian dimana hasilnya dikelomokkan

berdasarkan tema.

Peneliti merupakan alat pengumpul data dalam penelitian kualitatif.

Artinya adalah peneliti terlibat langsung dengan informan. Jawanba dari

informan merupakan jawaban murni berdasarkan pengalaman langsung dan

bukan hasil rekayasa peneliti (Raco, 2010). Kuesioner dalam penelitian kualitatif

bersifat terbuka, bentuk dari kuesioner kualitatif ini biasanya berbentuk

pedoman wawancara (Yusuf, 2016). Bentuk kuesioner ini memberikan

kesempatan bagi informan untuk mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan

yang pernah dialami. Keuntungan kuesioner terbuka antara lain (yusuf, 2016):

1. Informan dapat menjawab sesuai dengan keadaannya.

2. Dapat menggali informasi lebih dalam.

3. Hasil analisisnya luas.

Sunyono (2011) menjelaskan ada beberapa keuntungan menggunakan

wawancara yang bersifat terbuka, antara lain:

1. Wawancara yang bersifat terbuka lebih mendekati keadaan yang sebenarnya

dan didasarkan pada spontanitas informan.

2. Lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang diajukan oleh peneliti.

3. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih mudah dimengerti oleh

informan.

4. Lebih banyak kemungkinan untuk mempelajari berbagai aspekdari masalah

yang diajukan.

Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian:

1. Tinjau ulang masalah, tujuan dan hipotesis penelitian yang akan diteliti.

2. Gunakan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan kemampuan

informan, mengingat penelitian kualitatif merupakan penelitian bertujuan

untuk menggali informasi secara mendalam. Bahasa yang digunakan oleh

peneliti sangat penting untuk menunjang kelancaran proses penggalian

informasi.

115

3. Susun pedoman wawancara dengan pertanyaan yang tidak mengarahkan

responden atau terkesan mengintervensi.

4. Urutan pertanyaan hendaknya runtut dan logis.

Komunikasi yang baik dalam berwawancara adalah interaksi yang

terencana, dan wawancara harus ditujukan untuk mendapatkan informasi atau

data yang diperlukan untuk mecapai tujuan (Alwasilah, 2003). Sebagai seorang

pewawancara, peneliti hendaknya berusaha agar kata-kata responden tidak

berhamburan atau making words fly. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami

makna wawancara sebelum melakukan pengumpulan data. Teknik wawancara

pada kebanyakan penelitian kualitatif bersifat terbuka, peneliti belum

mengetahui dengan pasti apa yang akan diperoleh sehingga peneliti banyak

mendengarkan apa yang diceritakan responden. Langkah selanjutnya peneliti

akan mengajukan pertanyaan yang lebih terarah pada satu tujuan. Beberapa

alasan digunakannya wawancara yang bersifat terbuka antara lain (Alwasilah,

2003):

1. Tujuan wawancara dalam studi kualitatif bukan untuk menuangkan gagasan

peneliti, melainkan untuk mengakses persepsi responden.

2. Format wawancara terbuka didasarkan pada asumsi bahwa setiap responden

sebagai individu adalah makhluk unik yang sulit digeneralisasi melalui

penyeragaman instrumen.

3. Penelitian kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah ditentukan tapi

senantiasa mengeksplorasi banyak hal dan situasi lewat tahapan-tahapan.

Karena itu, format wawancaranya harus berbeda untuk setiap kasus.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara pada

penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Millan, 2001):

1. Kalimat pertanyaan yang digunakan hendaknya kalimat pendek dan tegas.

2. Rumuskan pertanyaan yang bersifat netral, hendaknya jangan memancing

ke arah jawaban tertentu.

3. Sebaiknya tidak menggunakan pertanyaan yang bersifat intimidatif.

4. Pertanyaan hendaknya dimulai dengan pertanyaan yang menyenangkan.

5. Segera catat jawaban yang diberikan informan.

116

Contoh pedoman indepth interview dalam studi kualitatif

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF

PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI DAERAH KAMPUS

No. Responden :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Pendapatan :

Pengetahuan mengenai bahaya narkoba

a. Apa yang anda ketahui tentang narkoba?

b. Menurut anda mengapa penggunaan narkoba itu di dilarang?

c. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai narkoba?

d. Apa yang anda dapatkan dari informasi tersebut?

e. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang narkoba?

f. Bagaimana tanggapan anda mengenai penyuluhan tersebut?

Sikap terhadap penyalahgunaan narkoba

a. Bagaimana tanggapan anda mengenai banyaknya kasus penyalahgunaan

narkoba?

b. Menurut anda, apakah merokok itu diperbolehkan di kalangan remaja?

c. Apakah orang tua pernah memberikan dukungan kepada anda?

d. Bentuk dukungan atau nasihat seperti apa yang orang tua berikan kepada anda?

Perilaku

a. Bagaimana anda bergaul setiap harinya dengan teman anda?

b. Apakah anda tipe orang yang memilih milih teman?

c. Menurut anda, bagaimana atau tindakan apa yang dilakukan agar terhindar dari

narkoba?

d. Menurut anda, internet itu penting tidak?

117

e. Biasanya apa yang anda lakukan ketika menggunakan internet?

f. Pernahkah anda mencari informasi tentang narkoba di

internet/radio/televisi/majalah?

118

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Teras : Yogyakarta

Abdurohman Fatoni. 2006. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,

Jakarta. PT.Rineka Cipta

Agung W.K., dan Zarah P.2016. Metode Penelitian KuantitatifYogyakarta; Pandiva

Buku

Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Alfanika, ninit. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.

Yogyakarta : Deepublish

Alma, Buchari. 2009. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Alwasilah, A.C., 2003. Pokoknya Kualitatif; Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Kiblat Buku Utama.

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,.

Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Ary, Jacobs dan Soerensen. 2010. Introduction to Research in Education. Edisi ke-8.

Belmont, CA: Cengage Learning.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi. Offset.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:.Raja Grafindo Persada.

Cecep, Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2014

Creswell John.W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

119

Danial, A.R. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn

Universitas Pendidikan Indonesia.

Dedy. 2012. Makalah Populasi dan Sampel. http//www//.populasi dan sampel\makalah-

populasi-dan-sampel2.html. Akses tanggal 10 April 2014

Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. (Eds.). 1994. The Handbook of

Qualitative Research Thousand Oaks, CA: Sage

Endraswara, S. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi,

Epistemologis, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan

Teknologi informasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Indonesia.

Hendry Soelistyo, 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, Yogyakarta:

KANISIUS

H. Mohammad Adib. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, dan Logika Pengetahuan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Ibid, Djuarsa S., dkk. 2003. Pengantar Ilmu Komunikas. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka

Kurniawan, A. 2014. Judi Online pada Kalangan Mahasiswa di Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

ttp://eprints.uny.ac.id/22643/5/5.%20BAB%20III%20.pdf] diakses pada 6-12-

2017.

Loko Andreas, 2012. Plagiarisme Akademik, Semarang: Fakultas. Ekonomi Dan Bisnis Unika

Sosgijapranata

Madekhan. 2003. Posisi dan fungsi teori dalam penelitian kualitatif. Sage Publication

Mardalis. 2007. Metode penelitian. Jakarta. Bumo Aksara

Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci. Raja

Grafindo Persada : Jakarta.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. RayaGrafindo

Persada

Millan, J.H. and Sally. S., 2001. Research in Education. A Conceptual Introduction,

5th. New York: Addison Wesley Longman

120

Moleong, L.J. 2004. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy.J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT

Remaja Rosdakarya Offset

Muharram, F. 2017. Analisis Komunikasi Nonverbal pada Klub Selam Anemon Jurusan

Biologi FMIPA Universitas Lampung. STIKOM Lampung: Lampung.

[http://digilib.unila.ac.id/8584/13/BAB%20III.pdf]. diakses pada 7-12-2017

Mundir. Logika. Jakarta: Rajawali Press, 2012.

Narbuko, Cholid dan Abu Achamadi.2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nasution.S, 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsio.

Nazir. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nazir, Moch. 2017. Metode Penelitian, Cetakan 11. Ghalia Indonesia : Bogor

Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV. Yogyakarta: Rake

Sarasin.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan-

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta :

Salemba Medika

Oakes, Elisabeth H & Mehradad Kia. 2004. Social Resources In The. Electronic Age.

Wesport Greenwoods Press Perpustakaan Universitas

Priyono. 2008. Materi Perkuliahan Metode Penelitian Kuantitatif,Fakultas Ekonomi

Unipa, Surabaya

Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: ZifatamaPublishing

Rambat & Ridho. 2015. Praktikum Metode Riset Bisnis. Jakarta: SalembaEmpat

Raco, J R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Katakteristik dan Keunggulannya.

Jakarta:Grasindo

Reitz, Joan M. 2004. Dictionary For Liberary And Information Science. London:

Libraries Unlimited (Online)

Ridhatillah, Ardin. 2003. Dealing With Plagiarism In The Information. System

Research Comunity: A Look At Factors Taht Drive Plagiarism And Way To

Anddress Them, MIS Quarterly; Vol 27, No. 4

121

Rohmah, ike. 2014. Skripsi Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu

Nifas Normal Hari Ke 1-7 Di Rb & Klinik Delta Mutiara Sidoarjo. Sidoarjo :

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: Andi

yogyakarta

Sarosa, Samiaji, 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Sastroasmoro. 2007. Beberapa Catatan Plagiarisme. Jurnal Of Indonesian Medical

Assiciation, 57

Sholihi, Ribbi. 2013. Populasi dan Sampel. http//www//.populasi dan sampel\makalah-

populasi-dan-sampel.html. Akses tanggal 14 Desember 2017

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta:

LP3ES.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama

Soepeno, B. 2002. Statistik Terapan (Dalam Penelitian ilmu – ilmu social&

Pendidikan).Jakarta: Rineka Cipta

Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Rajawali Press : Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Darsito. Sugiyono. 2013. Metode

Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono Prof. Dr.2010, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif

dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika

Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis.

Bandung: Pustaka Grafika, 2011.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

AFABETA, cv.

Sunyono. 2011. Teknik Wawancara dalam Penelitian Kualitatif. [serial online].

https://sunyonoms.files.wordpress.com/2013/09/paper-mata-kuliah-penelitian-

kualitatif.pdf. [diakses pada 30 November 2017]

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2013. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung:

Alfabeta.

122

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penenlitian. Pustaka Baru Press : Yogyakarta

Syahran. 2013. Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi, Grounded

Theory,dan Studi Kasus).Jurnal Edukasi, Vol 4

Ta'adi, N. 2011. Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran.

Yusuf, A. Muri. 2016. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenada Group

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Penelitian. Pustaka Belajar :

Yogyakarta.

Zulfikar dan Budiantara. 2015. Manajemen Riset dengan Pendekatan Komputasi

Statistika. Yogyakarta: Deepublish.

123

BIOGRAFI PENULIS

Dr. Sri Hernawati, drg. M. Kes. Lahir di Bondowoso, 5

juli 1970. Tahun 1996 menyelesaikan pendidikan Dokter

Gigi di Universitas Jember, kemudian melanjutkan studi

S2 di Ilmu Kesehatan Gigi Universitas Airlangga (2001-

2003 ). Pendidikan S3 di Ilmu Kedokteran Umum

Universitas Airlangga (2009-2012 ). Aktifitas penulis

sebagai tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember, Departemen Ilmu Penyakit Mulut

dan tenaga pengajar di Program S2 Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Univeritas Jember. Penelitian,

seminar, publikasi penulis sebagian besar di bidang Ilmu Penyakit Mulut dan Ilmu

Kesehatan Masyarakat