Upload
phungtu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
Menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 yaitu : “Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Kasmir, 2008).
Sedangkan menurut Irmayanto (1998), Bank adalah suatu jenis
lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti
memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata
uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,
membiayai perusahaan-perusahaan dan lain-lain.
Menurut A. Abdurrachman, bank adalah suatu jenis lembaga
keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan
pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang,
bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai
perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan
Perdagangan).
Sementara itu definisi bank menurut Prof. G.M. Verryn Stuart, Bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya
dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru
berupa uang giral.
9
2.1.1 Jenis Bank
Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
macam bank dibedakan berdasarkan :
1. Jenisnya :
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia, bank
umum juga merupakan agent of development yang bertujuan
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugasnya, bank
umum dapat melakukan kegiatan usaha pokok berikut.
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.
5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan
wesel unjuk, cek, atau sarana lain.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antarapihak ketiga.
10
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga (save deposit box).
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak (custodian-ship).
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek.
11. Membeli melalui pelelangan agunan, baik semua maupun
sebagian dalam hal debitor tidak memenuhi kewajibannya
kepada pihak bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli
tersebut wajib dicairkan secepatnya.
12. Melakukan kegiatan ajak piutang, usaha kartu kredit, dan
kegiatan wali amanat.
13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah.
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Untuk memperoleh izin usaha untuk mendirikan bank
umum, persyaratan yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya
tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan,
kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, dan kelayakan rencana
kerja. Pendirian bank umum dapat dilakukan oleh:
1. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
2. WNI dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara
asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan
Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No.
32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
dikatakan bahwa modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan
11
sekurang-kurangnya sebesar tiga triliun rupiah, di mana bagi bank
yang berbentuk hukum koperasi adalah simpanan pokok, simpanan
wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam UU tentang
perkoperasian, sedangkan modal yang berasal dari WNA dan/atau
Badan Hukum Asing dan kemitraannya dengan WNI dan/atau
Badan Hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar 99% dari
modal disetor Bank.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) didefinisikan oleh Undang-undang
Nomor 10 tahun 1998, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. BPR menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Pada mulanya tugas pokok BPR
diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi
ekonomi pedesaan serta mengurangi praktek-praktek ijon dan para
pelepas uang. Dengan demikian berkembangnya kebutuhan
masyarakat, tugas BPR tidak hanya ditunjukan bagi masyarakat
pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi
masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.
Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank
Perkreditan Rakyat :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
12
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, dan/atau tabungan pada bank lain.
2. Kepemilikannya :
a. Bank milik Pemerintah (Bank Persero)
Bank Pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah. Bank Persero, atau sering juga
disebut bank pemerintah, adalah bank umum yang secara
mayoritas sahamnya dimiliki pemerintah (Siamat, 2005). Dari
pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa bank persero
merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh
pemerintah.
b. Bank milik Pemerintah Daerah
Bank Pemerintah Daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
c. Bank milik Swasta Nasional
Bank Swasta Nasional adalah bank dimana sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, pembagian keuntungan juga untuk swasta.
d. Bank milik Koperasi
Bank Koperasi adalah bank dimana sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh badan hukum koperasi.
e. Bank milik Asing/Campuran
Bank Asing adalah bank cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Bank
asing merupakan bank milik negara di luar Indonesia yang
membuka cabang di Indonesia. Pemberian pelayanan jasa-jasa
dalam kegaiatan operasional bank asing pada prinsipnya tidak
memiliki perbedaan signifikan dengan bank-bank umum swasta
nasional, kecuali dalam hal pembatasan pembukaan kantor di
wilayah tertentu di Indonesia. Selain itu, bank asing tidak
13
diperkenankan menerima simpanan dari masyarakat dalam
bentuk tabungan. Segmen usaha bank asing yang ditekuni
terutama adalah segmen korporasi atau corporate banking. Ciri
lain dari kegiatan bank asing ini adalah penyediaan jasa di
bidang investment bank yang menawarkan jasa-jasa di pasar
modal (Kasmir, 2005).
Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama
oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di
Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan/atau badan hukum yang
dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih bank
yang berkedudukan di luar negeri. Kegiatan usaha bank
campuran pada prinsipnya tidak berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh bank umum swasta nasional, bank umum
persero, atau bank pemerintah. Dari sudut kegiatan
penghimpunan dana (funding), sumber dana bank campuran
terutama berasal dari simpanan berjangka (time deposits) dan
giro (demand deposits). Kegiatan memobilisasi dana melalui
tabungan (saving deposits) tidak diperkenankan dilakukan oleh
bank campuran. Selanjutnya, kegiatan penyaluran dana terutama
dilakukan dengan memberikan pembiayaan usaha perdagangan
internasional (international financing) dan kredit bagi sektor-
sektor industri dan produksi (Siamat, 2005).
3. Bentuk hukumnya :
a. Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah
Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah merupakan salah satu
bank yang badan usahanya dimiliki oleh daerah yang berbentuk
Perusahaan Daerah, antara lain juga berfungsi sebagai salah satu
sumber pendapatan asli Daerah.
14
b. Bank berbentuk hukum Perseroan (PERSERO)
Bank berbentuk hukum Perseroan merupakan Bank BUMN yang
terbentuk perseroan yang modal / sahamnya paling sedikit 51%
dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan.
Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
c. Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT)
Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT) merupakan bank
yang modalnya diperoleh dari hasil penjualan saham. Setiap
pemegang surat saham mempunyai hak atas perusahaan dan setiap
pemegang surat saham berhak atas keuntungan (dividend).
d. Bank berbentuk hukum Koperasi
Bank berbentuk hukum Koperasi merupakan bank yang dimana
sebagian besar sahamnya dimiliki badan hukum Koperasi.
4. Kegiatan usahanya :
a. Bank Devisa
Bank Devisa adalah bank umum, baik bersifat konvensional
maupun berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan
pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri.
b. Bank Bukan Devisa
Bank bukan Devisa adalah bank umum, baik bersifat konvensional
maupun berdasarkan prinsip syariah yang tidak dapat memberikan
pelayanan lalu lintas pembayaran luar negeri, tetapi dapat
melakukan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam negeri
(domestik). Bank bukan devisa hanya dapat melakukan transaksi
dalam batas-batas negara.
15
5. Sistem pembayaran jasa :
a. Bank Konvensional
Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu. Presentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.
b. Bank Syariah
Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah
yaitu jual beli dan bagi hasil.
2.2. Struktur Kepemilikan
Stuktur kepemilikan adalah porsi-porsi kepemilikan atas suatu
perusahaan berdasarkan presentase saham yang dimiliki, yaitu perbandingan
antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Aurburn, 1996). Struktur
kepemilikan suatu perusahaan dibedakan berdasarkan :
1. Kepemilikan Menyebar ( Dispersed Ownwership )
Perusahaan yang kepemimpinannya lebih menyebar memberikan
imbalan yang besar kepada manajemen daripada perusahaan yang
kepemilikannya lebih terkonsentrasi (Gilberg dan Idson, 1995).
2. Kepemilikan Terkonsentrasi (Closely Held).
Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang
saham, yaitu controlling interest dan minority interest (shareholders).
Perilaku pemilik yang sangat beresiko tersebut dimungkinkan oleh struktur
kepemilikan bank yang sangat terkonsentrasi.
16
3. Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership Structures)
Struktur kepemilikan Institusional merupakan presentase dari
kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor institusional terhadap
jumlah saham yang beredar (Rajgofal et al., 1999 dan Claessens, 2002).
Dengan adanya kepemilikan institusional pada suatu perusahaan akan
mendorong pengawasan yang lebih efektif terhadap kinerja perusahaan
tersebut.
4. Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership Structures)
Kepemilikan Manajerial merupakan presentase dari kepemilikan
saham yang dimiliki oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar
(Warfield et al., 1995). Menurut Jansen dan Mackling (1976), salah satu
cara untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan
dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan. Oleh
karena itu, kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan dapat
mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga
manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.
5. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan presentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh asing atau perusahaan luar negeri. Kepemilikan asing selalu
diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan
khususnya pada sektor industri perbankan, dikarenakan teknologi yang
dimiliki bank asing menciptakan keuntungan yang dapat dibandingkan
dengan bank lokal (Bonin et al., 2005).
6. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah merupakan presentase saham perusahaan
yang dimiliki oleh pemerintah atau negara. Penelitian yang dilakukan Wu
dan Cul (2002), menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan pemerintah
memiliki hubungan yang positif dengan keuntungan akuntansi tetapi
memiliki hubungan yang negatif dengan nilai pasar. Sementara itu, Lin
dan Zang (2009) menunjukan bahwa bank-bank komersial milik negara
17
kurang efisien dibandingkan dengan bank lain serta mengindikasikan
bahwa bank umum milik pemerintah lebih rendah profitabilitasnya
dibandingkan bank-bank lainnya.
2.2.1 Peraturan Tentang Kepemilikan Bank
1. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur
BI No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
menetapkan ketentuan-ketentuan tentang pendirian dan kepemilikan
menyatakan kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-
tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang
bersangkutan. Modal sendiri bersih merupakan :
a. Penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi
penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah; atau
b. Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal
penyertaan, cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi penyertaan
kerugian, bagi badan hukum koperasi.
Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan
bank dilarang berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam
bentuk apa pun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia dan
sumber dana yang kedua berasal dari dan untuk tujuan pencarian
uang.
Pemilik bank adalah pihak-pihak yang tidak termasuk dalam
daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh bank Indonesia, menurut penilaian Bank Indonesia
selamat-selambatnya 10 (sepuluh) hari setelah perubahan dilakukan.
2. PP. No.29 Tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum,
Pasal 3 menyebutkan jumlah kepemilikan saham bank oleh warga
negara asing dan atau badan hukum asing yang diperoleh melalui
pembelian secara langsung maupun melalui Bursa Efek sebanyak-
banyaknya adalah 99%.
18
3. Peraturan Bank Indonesia No.14/8/PBI/2012 Tentang Kepemilikan
Saham Bank Umum. Pasal 2, ayat 2 menyebutkan batas maksimum
kepemilikan saham pada bank bagi setiap kategori pemegang saham,
yaitu : 40% (empat puluh persen) dari modal bank, untuk kategori
pemegang saham berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan bukan bank, 30% (tiga puluh persen) dari modal
bank, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum bukan
lembaga keuangan, dan 20% (dua puluh persen) dari modal bank,
untuk kategori pemegang saham perorangan.
2.3. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002).
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, setiap bank diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan kepada Bank Sentral (yaitu Bank
Indonesia) dan publik, setiap enam bulan, yang terdiri atas laporan inti dan
laporan pelengkap.
Masing-masing laporan Keuangan memiliki komponen keuangan
tersendiri, tujuan dan maksud tersendiri. Laporan keuangan terdiri dari
(Kasmir, 2008):
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank
pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi
aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan
komponen dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh
tempo.
2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi
Laporan Komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang
berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus
19
dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
Laporan Kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang
kemungkinan timbul tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau
lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan kontinjensi
dan komitmen disajikan tersendiri tanpa pos lama.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam
laporan ini tergambar sejumlah pendapatan dan sumber-sumber
pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua
faktor yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus
disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.
2.4. Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi
perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat
digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi
mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu
pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal
maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan
memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir, 1995).
Kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen, untuk menilai kinerja keuangan
perlu dilibatkan analisis dampak keuangan perlu dilibatkan analisis dampak
20
keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputuan dan mempertimbangkan
dengan ukuran komparatif (Erich A. Helfret, 1996).
Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“
(pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen
atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.
Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang
dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari
aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu
(Hanafi, 2003).
2.5. Rasio Keuangan
Rasio Keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan
keuangan yang menunjukan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu
tertentu (Erich A Helfert, 1996). Hasil perhitungan rasio keuangan ini
merupakan salah satu indikator yang menjadi masukan bagi investor untuk
menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan.
Berikut ini adalah rasio keuangan yang digunakan dalam
menganalisis kinerja keuangan untuk menilai tingkat kesehatan bank umum,
diantaranya adalah :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dari dana
modal sendiri bank disamping mendapatkan dana dari sumber-sumber di
luar bank. Pengertian lain dari CAR adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung resiko.
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan ketentuan yang
dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan
21
bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri atas modal inti dan
modal pelengkap. Disamping itu ketentuan BI juga mengatur cara
perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank
(capital adequacy) yang didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara
modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko
(ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva
yang tercantum dalam neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva
yang bersifat administratif).
Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di
Indonesia mengikuti standar Bank of International Settlements (BIS).
Sejalan dengan standar tersebut, dalam rangka paket deregulasi tanggal 29
Februari 1991 (Pakfeb’91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank
umum menyediakan modal minium 8% dari total aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR).
2. Non Performing Loan (NPL) Gross
Non Performing Loan adalah perbandingan antara kredit yang tidak
dikembalikan lagi oleh si peminjamnya (kredit macet), atau dikembalikan
tapi tersendat-sendat, dengan total kredit yang disalurkan oleh bank ke
masyarakat.
3. Return On Assets (ROA)
Return On Assets adalah salah satu rasio yang digunakan untuk
menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan. ROA yang juga disebut sebagai
rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan antara net income dengan
total aset yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Siamat,
1993). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset.
22
4. Return on Equity (ROE)
Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih bank
dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang
saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham
baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Dalam
perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba
dengan ekuitas selama setahun terakhir. ROE bisa memberikan gambaran
tiga hal pokok :
1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)
2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management)
3. Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage)
Rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
dividen. Jika ROE naik, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan.
5. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efiseinsi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah tindakan sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat),
maka biaya dan pendapatan oprasional bank di dominasi oleh biaya bunga
dan hasil bunga.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Farah Margaretha, 2007).
23
6. Loan to Deposits Ratio (LDR)
Loan to Deposits Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. rasio ini
menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.
LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali
penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah dan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana bank yang diperlukan untuk membiayai
kredit menjadi semakin besar.
Rasio LDR ini merupakan salah satu indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Batas aman dari loan to deposit ratio suatu
bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-
100%.
7. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio adalah perbandingan harga saham dengan laba
per saham yang kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi landasan
pertimbangan seorang investor membeli saham sebuah perusahaan.
8. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value adalah rasio yang menggambarkan
seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan
(Tjiptono dan Hendry, 2001). Semakin tinggi rasio ini berarti pasar
percaya akan prospek perusahaan tersebut.
2.6. Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan oprasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank
24
di atas merupakan suatu batasan yang luas, karena kesehatan bank memang
mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha
perbankannya.
Kegiatan usaha perbankan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesehatan bank meliputi (Triandaru dan Santoso, 2007) :
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, lembaga lain, dan dari
modal sendiri.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar.
Kesehatan suatu bank sangatlah penting bagi pembentukan
kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip
kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank
Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang tingkat kesehatan
bank. Dengan adanya aturan ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi
sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan
perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat
diharapkan hanya bank yang betul-betul sehat. Aturan tentang tingkat
kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai
aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan
penggunaan dan penyaluran dana.
Menurut Kasmir (2008) untuk menilai suatu kesehatan bank dapat
dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan bank
tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat
25
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank
memberikan arahan atau petunjuk kepada bank dalam menjalankan atau
menghentikan kegiatan operasinya.
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan
seluruh aktifitasnya baik bersifat rutin maupun berkala dalam suatu periode
tertentu.
2.7. Bursa Efek
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan efek antara berbagai perusahaan atau
perorangan yang terlibat dalam tujuan perdagangan efek perusahaan-
perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek. Bursa efek tersebut, bersama-
sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi
perusahaan dan pemerintah.
Menurut undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995
menjelaskan bahwa bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau saran untuk mempertemukan penawaran jual
dan beli efek kepada pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
diantara mereka.
Di Indonesia, saat ini bursa efek yang ada adalah Bursa Efek
Indonesia (BEI). BEI merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek
Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Demi Efektivitas
operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung BEJ
sebagai pasar saham dengan BES sebagai pasar obligasi dan derivatif.
Pemegang saham bursa efek adalah perusahaan efek yang telah memperoleh
izin usaha sebagai perantara pedagang efek.
Penawaran pertama dari saham kepada investor dinamakan pasar
perdana atau pasar primer dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua
(sekunder).
26
2.8. Penelitian Terdahulu
Muliaman D Hadad, et al. (2003) melakukan kajian mengenai struktur
kepemilikan bank di Indonesia (Periode 2002). Data yang digunakan
merupakan data empiris 131 bank yang ada di Indonesia. Penelitian tersebut
memberikan kesimpulan bahwa kinerja bank tidak memiliki kaitan erat
dengan siapa pemiliknya. Dari hasil perhitungan statistik, terlihat bahwa
koefisien korelasi yang diperoleh sangat kecil (rata-rata dibawah 30%) dan uji
hipotesa dengan tingkat keyakinan 99% menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kedua variabel tersebut, walaupun dalam beberapa kasus
sedikit keterkaitan.
Sucianti, Prima Naomi (2008) melakukan penelitian tentang
perbandingan indikator kinerja bank dominasi asing dan dominasi Negara
pada bank yang go public di BEI. Data yang diteliti dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank yang diteliti pada tahun
2007 yang diambil dari dokumentasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada
penelitian ini digunakan alat bantu statistik non-parametrik. Uji non-
parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kruskal-Wallis.
Dari hasil uji nonparametik menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukan
tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan dilihat dari
analisis rasio likuiditas (LDR), analisis rasio solvabilitas (CAR), analisis rasio
rentabilitas (ROE & BOPO), dan kinerja saham (PER & PBV).
Indrayani, Devi (2009) melakukan penelitian tentang analisis
hubungan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan perbankan persero
dan perusahaan perbankan umum swasta nasional yang go public periode
2007-2008. Analisis dalam penelitian ini menggunakan 2 populasi yakni
terfokus pada perbankan pemerintah dan perbankan umum swasta yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang mengunakan metode
korelasi Spearman ini menyatakan bahwa kepemilikan bank ada interaksi