20
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2008). Sedangkan menurut Irmayanto (1998), Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan dan lain-lain. Menurut A. Abdurrachman, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan). Sementara itu definisi bank menurut Prof. G.M. Verryn Stuart, Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank - repository.ipb.ac.id · Nomor 10 tahun 1998, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

  • Upload
    phungtu

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

Menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 yaitu : “Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

(Kasmir, 2008).

Sedangkan menurut Irmayanto (1998), Bank adalah suatu jenis

lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti

memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata

uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai perusahaan-perusahaan dan lain-lain.

Menurut A. Abdurrachman, bank adalah suatu jenis lembaga

keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan

pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang,

bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai

perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan

Perdagangan).

Sementara itu definisi bank menurut Prof. G.M. Verryn Stuart, Bank

adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik

dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya

dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru

berupa uang giral.

9

2.1.1 Jenis Bank

Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

macam bank dibedakan berdasarkan :

1. Jenisnya :

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sebagaimana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia, bank

umum juga merupakan agent of development yang bertujuan

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugasnya, bank

umum dapat melakukan kegiatan usaha pokok berikut.

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun

untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun

untuk kepentingan nasabah.

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau

meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan

menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan

wesel unjuk, cek, atau sarana lain.

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan

melakukan perhitungan dengan atau antarapihak ketiga.

10

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga (save deposit box).

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak (custodian-ship).

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah

lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa

efek.

11. Membeli melalui pelelangan agunan, baik semua maupun

sebagian dalam hal debitor tidak memenuhi kewajibannya

kepada pihak bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli

tersebut wajib dicairkan secepatnya.

12. Melakukan kegiatan ajak piutang, usaha kartu kredit, dan

kegiatan wali amanat.

13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip

bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam

peraturan pemerintah.

14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Untuk memperoleh izin usaha untuk mendirikan bank

umum, persyaratan yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya

tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan,

kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, dan kelayakan rencana

kerja. Pendirian bank umum dapat dilakukan oleh:

1. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia

2. WNI dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara

asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan

Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No.

32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum

dikatakan bahwa modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan

11

sekurang-kurangnya sebesar tiga triliun rupiah, di mana bagi bank

yang berbentuk hukum koperasi adalah simpanan pokok, simpanan

wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam UU tentang

perkoperasian, sedangkan modal yang berasal dari WNA dan/atau

Badan Hukum Asing dan kemitraannya dengan WNI dan/atau

Badan Hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar 99% dari

modal disetor Bank.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) didefinisikan oleh Undang-undang

Nomor 10 tahun 1998, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. BPR menerima simpanan hanya dalam bentuk

deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Pada mulanya tugas pokok BPR

diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi

ekonomi pedesaan serta mengurangi praktek-praktek ijon dan para

pelepas uang. Dengan demikian berkembangnya kebutuhan

masyarakat, tugas BPR tidak hanya ditunjukan bagi masyarakat

pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi

masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.

Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank

Perkreditan Rakyat :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan

prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

12

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), deposito berjangka, dan/atau tabungan pada bank lain.

2. Kepemilikannya :

a. Bank milik Pemerintah (Bank Persero)

Bank Pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah. Bank Persero, atau sering juga

disebut bank pemerintah, adalah bank umum yang secara

mayoritas sahamnya dimiliki pemerintah (Siamat, 2005). Dari

pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa bank persero

merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh

pemerintah.

b. Bank milik Pemerintah Daerah

Bank Pemerintah Daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

c. Bank milik Swasta Nasional

Bank Swasta Nasional adalah bank dimana sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun

didirikan oleh swasta, pembagian keuntungan juga untuk swasta.

d. Bank milik Koperasi

Bank Koperasi adalah bank dimana sebagian besar sahamnya

dimiliki oleh badan hukum koperasi.

e. Bank milik Asing/Campuran

Bank Asing adalah bank cabang dari bank yang ada di luar

negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Bank

asing merupakan bank milik negara di luar Indonesia yang

membuka cabang di Indonesia. Pemberian pelayanan jasa-jasa

dalam kegaiatan operasional bank asing pada prinsipnya tidak

memiliki perbedaan signifikan dengan bank-bank umum swasta

nasional, kecuali dalam hal pembatasan pembukaan kantor di

wilayah tertentu di Indonesia. Selain itu, bank asing tidak

13

diperkenankan menerima simpanan dari masyarakat dalam

bentuk tabungan. Segmen usaha bank asing yang ditekuni

terutama adalah segmen korporasi atau corporate banking. Ciri

lain dari kegiatan bank asing ini adalah penyediaan jasa di

bidang investment bank yang menawarkan jasa-jasa di pasar

modal (Kasmir, 2005).

Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama

oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di

Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan/atau badan hukum yang

dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih bank

yang berkedudukan di luar negeri. Kegiatan usaha bank

campuran pada prinsipnya tidak berbeda dengan apa yang

dilakukan oleh bank umum swasta nasional, bank umum

persero, atau bank pemerintah. Dari sudut kegiatan

penghimpunan dana (funding), sumber dana bank campuran

terutama berasal dari simpanan berjangka (time deposits) dan

giro (demand deposits). Kegiatan memobilisasi dana melalui

tabungan (saving deposits) tidak diperkenankan dilakukan oleh

bank campuran. Selanjutnya, kegiatan penyaluran dana terutama

dilakukan dengan memberikan pembiayaan usaha perdagangan

internasional (international financing) dan kredit bagi sektor-

sektor industri dan produksi (Siamat, 2005).

3. Bentuk hukumnya :

a. Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah

Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah merupakan salah satu

bank yang badan usahanya dimiliki oleh daerah yang berbentuk

Perusahaan Daerah, antara lain juga berfungsi sebagai salah satu

sumber pendapatan asli Daerah.

14

b. Bank berbentuk hukum Perseroan (PERSERO)

Bank berbentuk hukum Perseroan merupakan Bank BUMN yang

terbentuk perseroan yang modal / sahamnya paling sedikit 51%

dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan.

Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat

dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

c. Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT)

Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT) merupakan bank

yang modalnya diperoleh dari hasil penjualan saham. Setiap

pemegang surat saham mempunyai hak atas perusahaan dan setiap

pemegang surat saham berhak atas keuntungan (dividend).

d. Bank berbentuk hukum Koperasi

Bank berbentuk hukum Koperasi merupakan bank yang dimana

sebagian besar sahamnya dimiliki badan hukum Koperasi.

4. Kegiatan usahanya :

a. Bank Devisa

Bank Devisa adalah bank umum, baik bersifat konvensional

maupun berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan

pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri.

b. Bank Bukan Devisa

Bank bukan Devisa adalah bank umum, baik bersifat konvensional

maupun berdasarkan prinsip syariah yang tidak dapat memberikan

pelayanan lalu lintas pembayaran luar negeri, tetapi dapat

melakukan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam negeri

(domestik). Bank bukan devisa hanya dapat melakukan transaksi

dalam batas-batas negara.

15

5. Sistem pembayaran jasa :

a. Bank Konvensional

Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana,

memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah

imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk suatu periode

tertentu. Presentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.

b. Bank Syariah

Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya

memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah

yaitu jual beli dan bagi hasil.

2.2. Struktur Kepemilikan

Stuktur kepemilikan adalah porsi-porsi kepemilikan atas suatu

perusahaan berdasarkan presentase saham yang dimiliki, yaitu perbandingan

antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Aurburn, 1996). Struktur

kepemilikan suatu perusahaan dibedakan berdasarkan :

1. Kepemilikan Menyebar ( Dispersed Ownwership )

Perusahaan yang kepemimpinannya lebih menyebar memberikan

imbalan yang besar kepada manajemen daripada perusahaan yang

kepemilikannya lebih terkonsentrasi (Gilberg dan Idson, 1995).

2. Kepemilikan Terkonsentrasi (Closely Held).

Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang

saham, yaitu controlling interest dan minority interest (shareholders).

Perilaku pemilik yang sangat beresiko tersebut dimungkinkan oleh struktur

kepemilikan bank yang sangat terkonsentrasi.

16

3. Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership Structures)

Struktur kepemilikan Institusional merupakan presentase dari

kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor institusional terhadap

jumlah saham yang beredar (Rajgofal et al., 1999 dan Claessens, 2002).

Dengan adanya kepemilikan institusional pada suatu perusahaan akan

mendorong pengawasan yang lebih efektif terhadap kinerja perusahaan

tersebut.

4. Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership Structures)

Kepemilikan Manajerial merupakan presentase dari kepemilikan

saham yang dimiliki oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar

(Warfield et al., 1995). Menurut Jansen dan Mackling (1976), salah satu

cara untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan

dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan. Oleh

karena itu, kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan dapat

mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga

manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.

5. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing merupakan presentase saham perusahaan yang

dimiliki oleh asing atau perusahaan luar negeri. Kepemilikan asing selalu

diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan

khususnya pada sektor industri perbankan, dikarenakan teknologi yang

dimiliki bank asing menciptakan keuntungan yang dapat dibandingkan

dengan bank lokal (Bonin et al., 2005).

6. Kepemilikan Pemerintah

Kepemilikan pemerintah merupakan presentase saham perusahaan

yang dimiliki oleh pemerintah atau negara. Penelitian yang dilakukan Wu

dan Cul (2002), menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan pemerintah

memiliki hubungan yang positif dengan keuntungan akuntansi tetapi

memiliki hubungan yang negatif dengan nilai pasar. Sementara itu, Lin

dan Zang (2009) menunjukan bahwa bank-bank komersial milik negara

17

kurang efisien dibandingkan dengan bank lain serta mengindikasikan

bahwa bank umum milik pemerintah lebih rendah profitabilitasnya

dibandingkan bank-bank lainnya.

2.2.1 Peraturan Tentang Kepemilikan Bank

1. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur

BI No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum

menetapkan ketentuan-ketentuan tentang pendirian dan kepemilikan

menyatakan kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-

tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang

bersangkutan. Modal sendiri bersih merupakan :

a. Penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi

penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum Perseroan

Terbatas/Perusahaan Daerah; atau

b. Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal

penyertaan, cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi penyertaan

kerugian, bagi badan hukum koperasi.

Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan

bank dilarang berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam

bentuk apa pun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia dan

sumber dana yang kedua berasal dari dan untuk tujuan pencarian

uang.

Pemilik bank adalah pihak-pihak yang tidak termasuk dalam

daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai dengan yang

ditetapkan oleh bank Indonesia, menurut penilaian Bank Indonesia

selamat-selambatnya 10 (sepuluh) hari setelah perubahan dilakukan.

2. PP. No.29 Tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum,

Pasal 3 menyebutkan jumlah kepemilikan saham bank oleh warga

negara asing dan atau badan hukum asing yang diperoleh melalui

pembelian secara langsung maupun melalui Bursa Efek sebanyak-

banyaknya adalah 99%.

18

3. Peraturan Bank Indonesia No.14/8/PBI/2012 Tentang Kepemilikan

Saham Bank Umum. Pasal 2, ayat 2 menyebutkan batas maksimum

kepemilikan saham pada bank bagi setiap kategori pemegang saham,

yaitu : 40% (empat puluh persen) dari modal bank, untuk kategori

pemegang saham berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan

lembaga keuangan bukan bank, 30% (tiga puluh persen) dari modal

bank, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum bukan

lembaga keuangan, dan 20% (dua puluh persen) dari modal bank,

untuk kategori pemegang saham perorangan.

2.3. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk

memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil

yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002).

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, setiap bank diwajibkan

menyampaikan laporan keuangan kepada Bank Sentral (yaitu Bank

Indonesia) dan publik, setiap enam bulan, yang terdiri atas laporan inti dan

laporan pelengkap.

Masing-masing laporan Keuangan memiliki komponen keuangan

tersendiri, tujuan dan maksud tersendiri. Laporan keuangan terdiri dari

(Kasmir, 2008):

1. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank

pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi

aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan

komponen dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh

tempo.

2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi

Laporan Komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang

berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus

19

dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.

Laporan Kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang

kemungkinan timbul tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau

lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan kontinjensi

dan komitmen disajikan tersendiri tanpa pos lama.

3. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang

menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam

laporan ini tergambar sejumlah pendapatan dan sumber-sumber

pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua

faktor yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus

disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.

2.4. Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi

perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan

perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan

perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat

digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi

mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu

pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal

maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan

memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir, 1995).

Kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang

dibuat secara terus menerus oleh manajemen, untuk menilai kinerja keuangan

perlu dilibatkan analisis dampak keuangan perlu dilibatkan analisis dampak

20

keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputuan dan mempertimbangkan

dengan ukuran komparatif (Erich A. Helfret, 1996).

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“

(pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen

atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.

Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang

dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari

aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu

(Hanafi, 2003).

2.5. Rasio Keuangan

Rasio Keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan

keuangan yang menunjukan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu

tertentu (Erich A Helfert, 1996). Hasil perhitungan rasio keuangan ini

merupakan salah satu indikator yang menjadi masukan bagi investor untuk

menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan.

Berikut ini adalah rasio keuangan yang digunakan dalam

menganalisis kinerja keuangan untuk menilai tingkat kesehatan bank umum,

diantaranya adalah :

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dari dana

modal sendiri bank disamping mendapatkan dana dari sumber-sumber di

luar bank. Pengertian lain dari CAR adalah rasio kinerja bank untuk

mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva

yang mengandung resiko.

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk

menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank

yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan ketentuan yang

dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan

21

bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri atas modal inti dan

modal pelengkap. Disamping itu ketentuan BI juga mengatur cara

perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank

(capital adequacy) yang didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara

modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko

(ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva

yang tercantum dalam neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva

yang bersifat administratif).

Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di

Indonesia mengikuti standar Bank of International Settlements (BIS).

Sejalan dengan standar tersebut, dalam rangka paket deregulasi tanggal 29

Februari 1991 (Pakfeb’91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank

umum menyediakan modal minium 8% dari total aktiva tertimbang

menurut risiko (ATMR).

2. Non Performing Loan (NPL) Gross

Non Performing Loan adalah perbandingan antara kredit yang tidak

dikembalikan lagi oleh si peminjamnya (kredit macet), atau dikembalikan

tapi tersendat-sendat, dengan total kredit yang disalurkan oleh bank ke

masyarakat.

3. Return On Assets (ROA)

Return On Assets adalah salah satu rasio yang digunakan untuk

menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank yang bersangkutan. ROA yang juga disebut sebagai

rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan antara net income dengan

total aset yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Siamat,

1993). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar

ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi

penggunaan aset.

22

4. Return on Equity (ROE)

Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih bank

dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang

saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham

baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank

yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Dalam

perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba

dengan ekuitas selama setahun terakhir. ROE bisa memberikan gambaran

tiga hal pokok :

1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)

2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management)

3. Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage)

Rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para

pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank

dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran

dividen. Jika ROE naik, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang

bersangkutan.

5. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efiseinsi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat

kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah tindakan sebagai perantara,

yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat),

maka biaya dan pendapatan oprasional bank di dominasi oleh biaya bunga

dan hasil bunga.

Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu

bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Farah Margaretha, 2007).

23

6. Loan to Deposits Ratio (LDR)

Loan to Deposits Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit

yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. rasio ini

menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.

LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali

penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah dan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin

rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini

disebabkan karena jumlah dana bank yang diperlukan untuk membiayai

kredit menjadi semakin besar.

Rasio LDR ini merupakan salah satu indikator kerawanan dan

kemampuan dari suatu bank. Batas aman dari loan to deposit ratio suatu

bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-

100%.

7. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio adalah perbandingan harga saham dengan laba

per saham yang kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi landasan

pertimbangan seorang investor membeli saham sebuah perusahaan.

8. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value adalah rasio yang menggambarkan

seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan

(Tjiptono dan Hendry, 2001). Semakin tinggi rasio ini berarti pasar

percaya akan prospek perusahaan tersebut.

2.6. Kesehatan Bank

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan oprasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai

dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank

24

di atas merupakan suatu batasan yang luas, karena kesehatan bank memang

mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha

perbankannya.

Kegiatan usaha perbankan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesehatan bank meliputi (Triandaru dan Santoso, 2007) :

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, lembaga lain, dan dari

modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lain.

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank

melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,

likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar.

Kesehatan suatu bank sangatlah penting bagi pembentukan

kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip

kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank

Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang tingkat kesehatan

bank. Dengan adanya aturan ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi

sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan

perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat

diharapkan hanya bank yang betul-betul sehat. Aturan tentang tingkat

kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai

aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan

penggunaan dan penyaluran dana.

Menurut Kasmir (2008) untuk menilai suatu kesehatan bank dapat

dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan bank

tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat

25

sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank

memberikan arahan atau petunjuk kepada bank dalam menjalankan atau

menghentikan kegiatan operasinya.

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan

seluruh aktifitasnya baik bersifat rutin maupun berkala dalam suatu periode

tertentu.

2.7. Bursa Efek

Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan

dengan pembelian dan penjualan efek antara berbagai perusahaan atau

perorangan yang terlibat dalam tujuan perdagangan efek perusahaan-

perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek. Bursa efek tersebut, bersama-

sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi

perusahaan dan pemerintah.

Menurut undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995

menjelaskan bahwa bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem dan atau saran untuk mempertemukan penawaran jual

dan beli efek kepada pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek

diantara mereka.

Di Indonesia, saat ini bursa efek yang ada adalah Bursa Efek

Indonesia (BEI). BEI merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek

Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Demi Efektivitas

operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung BEJ

sebagai pasar saham dengan BES sebagai pasar obligasi dan derivatif.

Pemegang saham bursa efek adalah perusahaan efek yang telah memperoleh

izin usaha sebagai perantara pedagang efek.

Penawaran pertama dari saham kepada investor dinamakan pasar

perdana atau pasar primer dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua

(sekunder).

26

2.8. Penelitian Terdahulu

Muliaman D Hadad, et al. (2003) melakukan kajian mengenai struktur

kepemilikan bank di Indonesia (Periode 2002). Data yang digunakan

merupakan data empiris 131 bank yang ada di Indonesia. Penelitian tersebut

memberikan kesimpulan bahwa kinerja bank tidak memiliki kaitan erat

dengan siapa pemiliknya. Dari hasil perhitungan statistik, terlihat bahwa

koefisien korelasi yang diperoleh sangat kecil (rata-rata dibawah 30%) dan uji

hipotesa dengan tingkat keyakinan 99% menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara kedua variabel tersebut, walaupun dalam beberapa kasus

sedikit keterkaitan.

Sucianti, Prima Naomi (2008) melakukan penelitian tentang

perbandingan indikator kinerja bank dominasi asing dan dominasi Negara

pada bank yang go public di BEI. Data yang diteliti dalam penelitian ini

adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank yang diteliti pada tahun

2007 yang diambil dari dokumentasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada

penelitian ini digunakan alat bantu statistik non-parametrik. Uji non-

parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kruskal-Wallis.

Dari hasil uji nonparametik menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukan

tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan dilihat dari

analisis rasio likuiditas (LDR), analisis rasio solvabilitas (CAR), analisis rasio

rentabilitas (ROE & BOPO), dan kinerja saham (PER & PBV).

Indrayani, Devi (2009) melakukan penelitian tentang analisis

hubungan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan perbankan persero

dan perusahaan perbankan umum swasta nasional yang go public periode

2007-2008. Analisis dalam penelitian ini menggunakan 2 populasi yakni

terfokus pada perbankan pemerintah dan perbankan umum swasta yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang mengunakan metode

korelasi Spearman ini menyatakan bahwa kepemilikan bank ada interaksi

27

dengan CAR (10,896), ROA (2,849), dan BOPO (2,678) dan bank tidak

memiliki kepemilikan interaksi dengan NPL gross (0,256).