Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
III. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
1. EFISIENSI SIKLUS MATERIAL
Data-data yang diperlukan untuk menghitung efisiensi ini adalah data
mengenai persediaan material dan data pemakaian material. Seperti halnya
dalam perhitungan efisiensi lingkungan proyek akhir, data material
dikelompokkan dalam dua kelompok utama yaitu data material kabel yang
bersatuan meter dan data material non-kabel yang bersatuan unit/buah.
Data material yang tersedia selama periode bulan Januari sampai dengan
bulan Juni 2000 sebagian digunakan dalam proyek yang kontrak-kontraknya
dievaluasi dalam efisiensi kualitas proyek dan efisiensi input.
Berikut ini adalah data selengkapnya selama periode bulan Januari
2000 sampai dengan Juni 2000. Sedangkan biaya tambahan untuk material
karena nilai konversi aktual tidak ada. Dan biaya untuk mengupgrade bahan
yang tidak digunakan dalam proses juga tidak ada. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Lampiran 2 untuk daftar pemakaian barang, dan Lampiran 3
untuk daftar persediaan barang.
19
Tabel 3.1 Data Persediaan dan Pemakaian Material
Material
Persediaan material kabel
Pemakaian material kabel
Persediaan material non-kabel
Pemakaian material non-kabel
Jumlah
109797 meter
84472 meter
5281 unit
4168 unit
Nilai (Rp.)
481.838.202
338.407.071
5.036.361.093
2.833.008.772
1.1 Secara Teknis :
Didapatkan dengan menggunakan rumusan (2.1)
a. Material kabel:
84472 x 100 % = 76 ,93 %
109797
a. Material Non-Kabel
x 100 % = 78 ,92 % 5281
Sehingga rata-rata efisiensi teknis yang didapatkan sebesar 77,925 %
1.2 Secara Ekonomis:
Didapat dengan menggunakan rumusan (2.2)
a. Material Kabel:
- JC 100 % = 0 % 338 .407 .071
20
b. Material Non-Kabel
0 + 0 x 100 % = 0 %
2 .833 .008 . 772 Sehingga rata-rata efisiensi ekonomis yang didapatkan adalah 0 %
2. EFISIENSI SIKLUS ENERGI
Data-data yang digunakan untuk menghitung efisiensi siklus energi ini
adalah data persediaan energi dan data pemakaian energi. Energi yang
dimaksud disini meliputi data bahan bakar mesin dan minyak pelumas. Biaya
untuk energi karena nilai konversi aktual tidak ada. Dan biaya untuk mengatur
dan mengawasi siklus energi tidak ada. Daftar Pemakaian BBM dapat dilihat
pada Lampiran 4 dan daftar data pemakaian pelumas dapat dilihat pada
Lampiran 5. Berikut ini adalah data-data selengkapnya selama periode bulan
Januari sampai dengan Juni:
Tabel 3.2 Data Persediaan dan Pemakaian BBM
BBM
Premium
Solar
Total
Persediaan (ltr)
16317
16380
32697
Nilai (Rp.)
16.317.00
9.009.000
25.326.000
Pemakaian (ltr)
15137
15910
31047
Nilai (Rp.)
15.137.000
8.750.500
23.878.500
21
Tabel 3.3 Data Persediaan dan Pemakaian Pelumas
Pelumas
Mesran
Mediteran
Rored-90
Rored-140
Total
Persediaan (ltr)
222
244
131
144
741
Nilai (Rp.)
2.131.200
2.171.600
1.061.100
1.540.800
6.904.700
Pemakaian (ltr)
165
212
55
48
480
Nilai (Rp.)
1.584.000
1.886.800
445.500
513.600
4.429.900
2.1 SecaraTeknis :
Didapat dengan menggunakan rumusan (2.3)
Sehingga efisiensi teknisnya adalah .
31047 + 480 31527
32697 + 741 33438 x 100 % = 94 ,28 %
2.2 Secara Ekonomis:
Didapatkan dengan menggunakan rumusan (2.4)
Sehingga efisiensi ekonomisnya adalah :
0 + 0 0 25.326.000 + 6.904.700 32.230.700
JC 100 % = 0 %
22
3. EFISIENSI KUALITAS ABSOLUT PROYEK
Untuk menghitung efisiensi kualitas absolut produk ini digunakan
metode Global Performance Indices, dimana langkah-langkah perhitungannya
adalah :
• Menentukan faktor-faktor kinerja yang akan dianalisa. Faktor-
faktor kinerja ini dipilih berdasarkan atas faktor mana yang paling
berpengaruh dan berhubungan erat dengan kualitas dari proyek
• Menetapkan indeks kinerja dengan cara memberikan penilaian
berdasarkan nilai yang telah ditetapkan untuk mengukur faktor
kinerja yang telah dipilih. ( Dalam hal ini penyusun melakukan
wawancara kepada pihak yang paling mengetahui tentang data-
data dari kontrak proyek yang akan dievaluasi yaitu bapak kepala
bagian Sarana Kerja dan Logistik untuk memberikan penilaian).
• Membandingkan dua indeks kinerja yang didapatkan untuk
mendapatkan indeks keseluruhan (Global Performance Indices ).
Untuk mendapatkan point pada indeks kinerja, terlebih dahulu harus
disusun definisi nilai dari faktor kinerja. Faktor kinerja yang ditetapkan adalah
lingkup pekerjaan dan spesifikasi teknik serta hambatan yang akan
berpengaruh pada faktor kinerja kualitas proyek. Dan faktor kinerja sisa
kontrak dan progress fisik yang berpengaruh pada faktor kinerja pencapaian
target.
Berikut ini nomogram untuk faktor kinerja kualitas proyek.
Lingkup Pekerjaan Kualitas Proyek Hambatan dan Spesifikasi Teknik
Gambar 3.1 Nomogram untuk Indeks Kinerja Menengah Kualitas
Proyek
Nilai indeks kinerja untuk kontrak 1 = 8,5
Nilai indeks kinerja untuk kontrak 2 = 3,5
Nilai indeks kinerja untuk kontrak 3 = 6,5
25
Berikut ini nomogram untuk faktor kinerja pencapaian target
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Target Sisa Kontrak Pencapaian Target Progress Fisik
Gambar 3.2 Nomogram untuk Indeks Kinerja Menengah Pencapaian
Target
Nilai indeks kinerja untuk kontrak 1 = 9,5
Nilai indeks kinerja untuk kontrak 2 = 4,85
Nilai indeks kinerja untuk kontrak 3 = 8,25
Berikut ini nomogram untuk global performance indeks
Kualitas Proyek GPI Pencapaian Target
Gambar 3.3 Nomogram Untuk Indeks Kinerja Keseluruhan
Nilai indeks keseluruhan untuk kontrak 1 = 90
Nilai indeks keseluruhan untuk kontrak 2 = 41,75
Nilai indeks keseluruhan untuk kontrak 3 = 73,75
23
Untuk faktor kinerja target kontrak material, semakin besar
pointnya semakin bagus pencapaian targetnya. Untuk faktor kinerja progress
fisik semakin besar pointnya menandakan kemajuan fisiknya tepat jadwal
mengenai kontrak-kontrak proyek tersebut tercantum dalam Lampiran 6.
Dalam hal ini penyusun melakukan wawancara kepada pihak yang paling
mengetahui tentang data-data dari kontrak proyek yang akan dievaluasi yaitu
bapak kepala bagian Sarana Kerja dan Logistik untuk memberikan penilaian.
Penilaiannya didasarkan atas definisi yang telah ditetapkan. Tabel definisi
nilai untuk lingkup pekerjaan tercantum pada Lampiran 7. Tabel definisi nilai
untuk hambatan tercantum pada Lampiran 8. Tabel definisi nilai untuk target
kontrak material tercantum pada Lampiran 9. Tabel definisi nilai untuk
progress fisik tercantum pada Lampiran 10.
a. Secara teknis:
Tabel 3.4 Faktor-faktor Kinerja
Faktor-faktor Kinerja
• Lingkup Pekerjaan
& spesifikasi teknik
• Hambatan
• Target Kontrak
Material
• Progress Fisik
Kualitas proyek
Pencapaian target
Nilai
1-10
1-10
1-10
1 -10
Kontrak
1 2 3
9 3 6
8 4 7
9 1 9
10 8.7 7.5
27
Maka efisiensi teknis :
Kontrak 1 = 90 %
Kontrak 2 = 41,75%
Kontrak 3 = 73,75 %
c. Secara Ekonomis:
Didapatkan dengan menggunakan rumusan (2.5 )
Untuk itu diperlukan data-data mengenai nilai kontrak material yang
dipresentasikan dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 3.5 Nilai Kontrak Proyek
Kontrak
1.
2.
3.
Rata-rata
Nilai (Rp.)
13.052.563.568
29.000.327.400
11.519.224.000
17.857.371.656
GPI (%)
90
41,75
73,75
68,5
Maka perhitungan efisiensi kualitas absolut proyek dari segi ekonomis
adalah:
Untuk Kontrak 1 :
13.052.563.568 17.857.371.656
90 68,5 = 0,556 = 5 5 , 6 %
28
Untuk Kontrak 2 :
29.000.327.400 17.857.371.656
41,75 68,5
Untuk Kontrak 3 :
1.519 .224 .000 17.857 .371 .656
= 2,664 = 2 6 6 , 4 %
73,75 68,5 0,079 - 7 , 9 %
4. EFISIENSI KUALITAS KONSTAN PROYEK
Perhitungan efisiensi ini menggunakan data-data yang sama dari
perhitungan efisiensi kualitas absolut proyek. Pada perhitungan teknis
data-data yang diperlukan adalah data indeks kinerja keseluruhan dari
kontrak 1, kontrak 2, dan kontrak 3. Interval indeks kinerja didapat dari
selisih antara GPI tertinggi dan GPI terendah. Sedangkan perbedaan rata-
rata absolut didapat dari perbandingan antara GPI yang satu dengan yang
lain.
Sedangkan perhitungan ekonomis tidak bisa diukur karena didalam
proyek tidak ada total biaya kenaikan komersial proyek atau sama dengan
Rp. 0,00. Sedangkan biaya pemeliharaan kualitas konstan tertinggi pada
proyek yang terdapat pada kontrak 1, kontrak 2, dan kontrak 3, tidak bisa
dihitung karena tanggung-jawab pemeliharaan proyek yang sudah selesai
:N
dibangun bukan merupakan tanggung-jawab dari kantor PT.PLN (Persero)
Proyek Induk dan Jaringan Jawa Timur dan Bali tetapi merupakan
tanggung-jawab dari PT. PLN (Persero ) Unit Pengembangan Proyek.
4.1 Secara Teknis :
Didapat dengan menggunakan rumusan (2.6 )
l
Untuk itu diperlukan perhitungan interval indeks kinerja dan
perbedaan rata-rata absolut.
Interval indeks kinerja = GPI tertinggi - GPI terendah
= 90-41,75
= 48,25
Perbedaan rata-rata absolut =
| GPI i - GPI 2 | + | GPI 2 - GPI 3 |
9 - 41 ,75 I + I 41 ,75 - 73 ,75 I ! ! = 40 ,125
Maka efisiensi teknis;
48,25 - 40,125
48,25 x 100% = 16,84%
30
6.2 Secara Ekonomis :
Dapat dihitung dengan rumusan( 2.7 )yaitu :
Biaya pemeliharaan kualitas konstan tertinggi
Biaya kenaikan nilai komersial proyek
Biaya pemeliharaan proyek tidak ditangani oleh PT.PLN ( Persero )
Proyek Induk dan Jaringan Jawa Timur dan Bali, karena tugas dan
tanggung-jawab kantor PLN unit ini adalah hanya sampai dengan
merealisasikan proyek. Setelah proyek selesai dibangun, proyek tersebut
diserahkan kepada kantor PLN unit lain yang bertanggung-jawab dalam
pengoperasian proyek tersebut termasuk pemeliharaan proyek yaitu PT.
PLN (Persero) Unit Pengembangan Proyek karena tidak adanya data maka
biaya pemeliharaan konstan tertinggi adalah nol. Demikian juga data
mengenai biaya kenaikan komersial proyek tidak didapat karena
termasuk dalam tanggung-jawab unit pengoperasian proyek, sehingga data
mengenai biaya ini adalah nol.
5. EFISIENSI INPUT
Untuk menghitung efisiensi ini digunakan data-data kontrak
proyek yang sama dengan kontrak proyek yang dianalisa pada efisiensi
kualitas diatas. Total lead time adalah total waktu yang diperlukan untuk
31
menghasilkan proyek yang dihitung dari awal pemesanan sampai dengan
proyek selesai. Lead time aktual adalah total waktu yang sebenarnya yaitu
total waktu yang direncanakan di tambah dengan waktu dari perpanjangan
proyek atau penambahan waktu karena adanya kerja tambah, sedangkan
lead time optimal adalah total waktu yang direncanakan atau yang
diharapkan.
Biaya produksi adalah nilai kontrak proyek tersebut. Biaya
produksi aktual adalah nilai kontrak yang sebenarnya terjadi ditambah
dengan biaya tambahan karena adanya kerja tambah. Sedangkan biaya
produksi optimal adalah nilai kontrak sebenarnya tanpa adanya
penambahan biaya dari kerja tambahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Lampiran 11 mengenai data kerja tambahan dan tambahan nilai
kontrak proyek.
Tabel 3.6 Data Lead Time Optimal
Tanggal kontrak
Tanggal serah terima
Lead time ( hari)
Kontrak 1
15Junil997
9 Nov 1999
877
Kontrak 2
29 April 1998
11 April 1999
501
Kontrak 3
31Des1999
16 April 200
108
Tabel 3.7 Data Lead Time Aktual
Tanggal kontrak
Tanggal serah terima
Lead time ( hari )
Kontrak 1
15Juni 1997
30 Juni 2000
1110
Kontrak 2
29 April 1998
01 Maret2000
672
Kontrak 3
31 Des 1999
26 Juni 2000
179
Tabel 3.8 Data Nilai Kontrak
Kontrak
1
2
3
Nilai Kontrak Optimal (Rp.)
12.280.720.809,00
20.765.899.109,00
11.312.609.539,00
Nilai Kontrak Aktual (Rp.)
12.927.074.571,52
22.091.840.957,00
11.367.301.600,00
5.1 SecaraTeknis ;
Didapatkan dengan menggunakan rumusan ( 2.8 )
Sehingga :
Untuk kontrak 1 =
877
1110 = 0 , 7 9 = 79 %
Untuk kontrak 2
501
672 = 0,7455 = 74 ,55 %
33
Untuk kontrak 3 =
108
179 = 0,6033 = 60 ,33 %
5.2 Secara Ekonomis :
Didapat dengan menggunakan rumusan ( 2. 9 )
Sehingga :
Untuk kontrak 1 =
12.927.074.571,52-12.280.720.809,00 A A „ , _ . . „, - 0,0526 = 5,26 % 12.280.720.809,00
Untuk kontrak 2 =
22.091.840.957,00 - 20.765.899.109,00 = 0,0638 = 6,38 %
20.765.899.109,00
Untuk kontrak 3 =
11.367.301.600,00 - 11.312.609.539,00
11.312.609.539,00 = 0,0483% = 4,83%