Ijaz dalam surat An-Najm dan Al-Qamar

Embed Size (px)

Citation preview

PROPOSAL PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI A. Latar Belakang Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara malaikat Jibril AS, yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Quran sebagai kitab suci adalah solusi dari semua permasalahan yang ada di dunia ini, karena zaman telah mencatat dengan tinta emasnya betapa gemilangnya para generasi quraniy dalam memimpin dunia ini di bawah panji Islam. Sesungguhnya sesuatu yang lebih baik yang mana zuhud diotoritaskan di dalamnya serta ulama sibuk dengannya untuk mengajarkan, menjelaskan, memberikan pemahaman dan proses pengambilan hukum adalah Al-Quran Al-Karim, didalamnya tidak terdapat sesuatu yang batil, karena Al-Quran diturunkan oleh Hakim yang Maha Terpuji (Muhammad Ali al-Shabuni, 2001:3). Keotentikanya pun telah dijamin oleh Allah SWT akan tetap lestari hingga akhir zaman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr (15: 9) : :R) `twU $uZ9tR t.e%!$# $R)ur ms9 tbqptm$ Allah SWT menjadikan Al-Quran sebagai mujizat terbesar bagi Muhammad Saw agar ia dapat melemahkan musuh-musuh yang menentang ajaran agama-Nya. Ijaz atau mujizat ialah menampakan kebenaran nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul dengan berbagai hal luar biasa yang disertai tantangan dan penyelamatan dari para lawannya (Manna al-Qaththan: 261). Keistimewaan-keistimewaan Al-Quran yang menjadikannya sebagai mujizat dapat dilihat dari lafadz maupun maknanya. Dalam hal keijazan Al-Quran beragam pendapat yang berbeda-beda dalam mengungkap unsur keijazannya. Namun, pada hakikatnya Ijaz Al-Quran berada pada aspek makna dan lafadz yang terdapat pada bahasa atau redaksinya. Menurut Manna al-Qhaththan keijazan Al-Quran dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama, dari aspek kebahasaan (al-Ijaz al-Lughawy); kedua, dari aspek penetapan syariat (al-Ijaz atTasyriiy); ketiga, dari aspek keilmuan (al-Ijaz al-Ilmy) (Manna al-Qaththan, 2006: 269). Kemukjizatan Al-Quran dilihat dari segi kebahasaan (al-Ijaz al-Lughawy) ialah bahwa bahasa yang dipergunakan Al-Quran merupakan bahasa yang memiliki tingkat lafadz, struktur kalimat, serta gaya bahasa yang tinggi, sehingga orang Arab di masa itu pun tidak mampu menandinginya tatkala Allah SWT memberikan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis dengan Al-Quran; dengan keseluruhannya seperti 1

dalam surat Al-Isra (17:88), dengan sepuluh surat, seperti termaktub dalam surat Hud (11:13), atau dengan satu surat, seperti dalam surat Yunus (10:38), juga dengan satu ayat seperti dalam surat At-Thur (52:34) (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1991:141). Al-Quran, dimana orang Arab lumpuh untuk menandinginya itu, sebenarnya tidak keluar dari aturan kalam mereka, baik lafadz, huruf maupun redaksinya. Hanya saja bahasa Al-Quran sudah mencapai level yang sangat tinggi. Al-Quran memiliki jalinan hurufhuruf yang serasi, ungkapanya indah, redaksinya simpatik, ayat-ayatnya teratur serta memperhatikan situasi dan kondisi dalam bebagai macam bayannya (Manna al-Qaththan, 2006:333). Menurut Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani, Keindahan susunan Al-Quran mengandung aspek kemujizatan diantaranya ada yang kembali pada kalimat yaitu bahwa susunan Al-Quran dengan berbagai wajah dan madzhab berbeda dengan sistem dan tata urutan yang telah umum dan dikenal luas dalam perkataan orang Arab, ia mempunyai redaksi yang khas dan berbeda dengan redaksi kalam-kalam biasa (manna al-Qoththan, 2006:335). Al-Quran menerangkan maksud-maksudnya dengan memakai susunan perkataan yang sangat fasih dan dapat menarik perhatian. Bahasa Al-Quran sungguh sangat indah dan teratur, baik lafadz, huruf-huruf, maupun maknanya, ijaz, ithnab, taqdim dan takhir, dzikru dan hadzfu, fashal dan washal, kesatuan bunyi, serta penggunaan gaya bahasa yang mencakup tasybih (smile), majaz (figuratif), kinayah (metonomia) (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1991:141). Al-Qur'an baru dapat diketahui, dirasakan dan dinikmati ketinggian dan keindahan bahasanya setelah memahami bahasa Arab, terutama bagi orang bukan pemakai bahasa Arab, diperlukan ilmu-ilmu bahasa Arab. Ilmu ini banyak bidangnya; antara lain yang terpenting ialah ilmu Nahwu dan Sharaf (gramatika), ilmu Mantik (logika) dan ilmu Balaghah (stilistika). Ilmu Balaghah merupakan salah satu aspek fundamental Untuk mempelajari keistimewaan bahasa dalam Al-Qur'an. Balaghah adalah satu disiplin ilmu yang mengkaji bahasa dari segi penyampaian gagasan melalui ungkapan yang benar, fasih, dan meyentuh jiwa serta sesuai dengan tuntutan keadaan (konteks) (al-Jarimy, Amin, 2007: 8). Balaghah

atau stilistika bahasa Arab mencakup tiga disiplin ilmu yaitu ilmu bayan, ilmu maani, dan ilmu badi. Dari ketiga cabang ilmu tersebut yang khusus mempelajari cara menuangkan gagasan dalam bentuk lisan maupun tulisan secara runtun, serta memiliki keindahan bahasa ialah ilmu ma'ani. Ilmu ma'ani mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam bahasa Arab, sebab dengan ilmu ma'ani segala hal-ihwal yang menyangkut pemakaian bahasa dalam struktur bahasa Arab dapat diteliti secara terperinci. Dengan demikian untuk mengkaji bagaimana keindahan makna Al-Quran sangat diperlukan kajian mengenai ilmu maani. Karena dengan ilmu mani tersebut mukjizat Al-Quran dari segi bahasa dapat ditemukan. Salah satu bentuk ijaz Al-Quran dari segi kebahasaan dapat dilihat dari adanya uslub ijaz (efisiensi kalimat) dalam menyampaikan informasi dan hukum-hukumnya. Ijaz adalah mengumpulkan makna yang banyak dengan menggunakan lapal yang sedikit, akan tetapi tetap jelas dan sesuai dengan maksud pengungkapannya. Ijaz terbagi menjadi dua macam, yaitu ijaz hadzaf (bisa membuang huruf, kata, frase, atau beberapa kalimat) dan ijaz qashar (meringkas). Ijaz terjadi dalam suatu kalam atau ayat dikarenakan adanya tujuan-tujuan tertentu, diantaranya ialah untuk meringkas, mempermudah hapalan, mendekatkan pada pemahaman, sempitnya konteks kalimat, menyamarkan suatu hal terhadap selain pendengar, memperoleh makna yang banyak dengan lapal yang sedikit dan lain sebagainya (M. Zaenuddin, 2007:141). Sering kali kita mendapati redaksi ayat yang sedikit, namun makna yang diungkapkan ayat tersebut banyak, inilah uslub ijaz Al-Quran. Contoh uslub ijaz dalam Al-Quran pada surat An-Najm (53: 5) :

muH>t x 3uq)9$# Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Pada ayat ini, cara pengungkapan maknanya ialah dengan uslub ijaz hadzaf, yaitu dengan membuang sebagian kata-katanya, diantaranya :

Membuang lafadz

yang kedudukannya sebagai . Karena

taqdirnya ialah . Tujuannya ialah untuk meringkas, karena adanya qarinah yang menunjukkan keberadaan maknanya, yaitu ayat sebelumnya yang menceritakan tentang .

3

Membuang lafadz yang kedudukannya menjadi , karena taqdirnya ialah . Tujuannya ialah untuk meringkas dan sempitnya konteks kalimat, karena dengan menuturkan tersebut keberadaan maknanya sudah dapat dipahami. Contoh lain, firman Allah SWT pada surat An-Najm (53:25) :

Ts otzFy$# 4n