Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 162)
Kloning Manusia Dalam Perspektif Sains dan Syariah
Warto A. Saifuddin
Fakultas Syariah Islamiyah Universitas Al-Azhar Kairo Mesir
Abstract
Bioscience and biotechnology provide great hope for humanity to achieve a better life. But if it
is not based on human values, it will turn around destroying the balance for human life and the
environment. Human cloning becomes a big problem for humans, if it is really done on humans.
This paper aims to dissect the mystery behind the polemic of human cloning. By using a
qualitative method that combines scientific and shar'i approaches it is found that if human
cloning is truly carried out it will not only damage the nature of creation but also contradict
humanitarian and ethical values. By considering maslahat as the core goal of sharia, human
cloning is forbidden by scholars.
Keywords: Cloning, Human, Science, Sharia, Perspective.
Abstrak
Biosains dan bioteknologi memberikan harapan besar bagi umat manusia untuk menggapai
kehidupan yang lebih baik. Namun jika tidak dilandasi dengan nilai-nilai kemanusiaan maka
akan berbalik menghancurkan keseimbangan bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup.
Kloning manusia menjadi problem besar bagi manusia, jika benar-benar dilakukan pada
manusia. Paper ini bertujuan untuk membedah misteri dibalik polemik kloning manusia. Dengan
menggunakan metode kualitatif yang menggabungkan pendekatan saintifik dan syar’i dijumpai
bahwa jika kloning manusia benar-benar dilakukan maka tidak hanya merusak kodrat
penciptaan tapi juga bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan etika. Dengan
pertimbangan maslahat sebagai inti tujuan syariah maka kloning manusia diharamkan para
ulama.
Kata Kunci: Kloning, Manusia, Sains, Syariah, Perspektif.
PENDAHULUAN
Kemajuan sains dan teknologi di awal millenium ketiga, merupakan harapan besar bagi
umat manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih sehat dan beradab. Akan tetapi, di bawah
pengaruh dan kendali negara-negara sekuler, impian itu bisa saja berbalik arah menjadi
bumerang yang memporakporandakan nilai-nilai kehidupan manusia dan lingkungan hidupnya.
Salah satu keresahan nyata bagi masyarakat saat ini, adalah dampak dari pesatnya
perkembangan bidang biosains dan bioteknologi. Tersedianya teknologi kloning, informasi
komplit mengenai genetika manusia dan kerakusan industri biotik merupakan kombinasi yang
berpotensi mematikan bagi nilai-nilai kemanusiaan.
Kepala negara Amerika dan Inggris sendiri telah mengeluarkan statemen yang pada
prinsip¬nya menjaga genetikan manusia dari eksploitasi pihak industri biotik. Namun, dari
sejarahnya, dimana pemerintah negara sekuler selalu bertekuk-lutut terhadap industri, maka
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 163)
seruan tersebut terdengar sumbang dan sayup-sayup. Lebih dari itu, pemimpin-pemimpin
negara sekuler tidak bisa diharapkan untuk mempunyai komitmen moral dalam pernyataan
politiknya.
Berangkat dari kemajuan yang pesat dalam bidang bioteknologi ini, kita akan coba
mengkaji sebuah permasalahan baru yang pelik dari bidang bioteknologi mutakhir, yaitu isu
baru tentang kloning, khususnya kloning yang dilakukan terhadap manusia. Bersama, kita akan
mengkaji permasalahan kloning ini dari berbagai tinjauan, baik dari segi biologis, pandangan
ilmiyah, etika, pandangan agama, dan lainnya. Dengan demikian kita akan dapat memahami
benar permasalahan ini. Kita akan coba mengidentifikasi masalah ini mulai dari akar
permasalahan, sehingga kita dapat mencapai sebuah kesimpulan akhir yang tepat.
Kita akan coba mulai studi ini dari segi asal bahasa kloning itu sendiri, kemudian
dilanjutkan dengan sejarah kloning, usaha-usaha kearah kloning manusia, proses kloning, tujuan
kloning, menguak isu kloning manusia, pandangan para ilmuan, negarawan dan agamawan
tentang kloning, hubungan kloning dengan kodrat tuhan, problem internal hasil kloning dan
terakhir pembahasan hukum kloning ditinjau dari berbagai segi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan interdisipliner
(analisis Islamic scientific). Menggabungkan antara analisis saintifik dan syar’i dalam persoalan
mengenai kloning manusia. Penelitian ini termasuk jenis penelitian library research. Data yang
diambil berasal dari banyak referensi berupa buku, jurnal, internet, catatan dan tulisan para ahli
yang berkaitan dengan kloning manusia secara spesifik. Setelah itu data dianalisis dengan
menggunakan pendekatan sains dan syariah.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
1. Pengertian Kloning
Kata kloning berasal dari "clone" diturunkan dari bahasa Yunani "klon" yang berarti
potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kata ini, bisa digunakan dalam dua
pengertian: Pertama, klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat genetiknya dan
semua berasal dari satu sel. Kedua, klon gen atau molekuler adalah sekelompok salinan gen
bersifat identik, yang direplikasi dari satu gen, kemudian dimasukkan ke dalam sel inang.
Adapun dalam istilah ilmiah populer, kloning adalah suatu upaya untuk menggandakan
makhluk hidup dengan menciptakan tiruannya atau upaya untuk menduplikasi genetik yang
sama dari suatu organisme, dengan menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme
lain.
Dari uraian singkat mengenai definisi kloning di atas, kita tahu bahwa kloning adalah
serangkaian proses penggandaan mahluk hidup yang dilakukan melalui campur tangan manusia
atau proses perkembangbiakan buatan yang dilakukan untuk mendapatkan individu baru yang
identik dengan induknya.
2. Sekilas Tentang Sejarah Kloning
Penyelidikan tentang kloning telah dilakukan para pakar semenjak tahun 1952 oleh
Bricks dan Young. Yang telah berhasil mengkloning hewan katak dengan cara memasukkan
nukleus yang sedang mengalami proses perpisahan ke dalam sel normal. Proses penyelidikan
pertama yang mereka lakukan pada hakekatnya adalah masih kurang mendapatkan tanggapan
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 164)
serius dari berbagai kalangan terutama para ilmuan. Namun, di luar dugaan para ilmuan, diam-
diam ada sekelompok ilmuan yang mencoba mengembangkan bioteknologi tersebut, hingga
pada akhirnya pada bulan Februari 1997 dunia di hebohkan pers, dimana sebagian besar
jurnalistik di seluruh dunia menyoroti permasalahan kloning sebagai bahan berita utamanya.
Sebuah tim peneliti yang terdiri dari Dr. Wilmut dari Roslin Institute dan Dr. Campbell dari
PPL Therapeutics Scotlandia mengaku telah berhasil mengkloning seekor domba yang diberi
nama Dolly. Kloning tersebut dilakukan dengan cara memanipulasi gen sel yang diambil dari
payudara seekor domba betina dewasa yang berumur 6 tahun yang bernama Dorset. Bahkan
bukan hanya itu, tapi tim ini juga telah berhasil mengkloning seekor domba lagi yang diberi
nama Polly, dengan cara yang agak berbeda yaitu dengan cara memasukkan sebagian zat yang
diambil dari gen manusia, dengan embrio domba.
Tujuan pengkloningan binatang ini, menurut Dr. Wilmut yang berperan sebagai ketua
tim mengatakan bahwa pengkloningan tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk
menyediakan protein yang berkualitas baik bagi manusia. Setelah kemunculan Dolly, para
ilmuan semakin tertarik untuk mengembangkan teknologi kloning ini. Terbukti dengan
keberhasilan banyak pakar dalam melakukan kloning terhadap binatang, seperti keberhasilan
kloning tikus Hawai pada tahun 1997, kloning sapi tahun 1998 dan kera tahun 2000.
Dengan keberhasilan para pakar dalam mengkloning binatang, khususnya mamalia, para
ilmuan semakin berambisi untuk melakukan penelitian dan percobaan dalam bidang ini. Maka
besar kemungkinan bahwa kloning dapat diteruskan terhadap manusia. Prediksi ini amat
dikhawatirkan oleh banyak pihak, baik itu para ilmuwan, pemimpin politik, budayawan maupun
agamawan. Mereka khawatir terhadap dampak yang bakal timbul, seandainya pengkloningan
manusia benar-benar terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, agar jangan sampai terjadi pada
manusia, maka para pemimpin politik sibuk membuat undang-undang untuk melarang kloning
manusia, terutama di negara-negara Eropa, Inggris, Prancis, Amerika dan negara di dunia
lainnya, hingga UNESCO.
Meskipun demikian, hal itu tidak dapat dijadikan jaminan bahwa para ilmuwan akan
berhenti melakukan penelitian tentang kloning. Mereka yang pada prinsipnya semakin tidak
puas dengan hasil kloning, tentunya tidak akan memperdulikan larangan tersebut. Bahkan
mereka berusaha menggunakan berbagai cara untuk terus dapat mencari jawaban atas
ketidakpuasannya tersebut. Dan ini adalah sebuah kenyataan yang terjadi saat ini.
3. Usaha Kearah Kloning Manusia
Menurut agama dan politik, kloning manusia memang dilarang namun seperti yang kami
katakan di atas, bahwa bangsa Barat adalah bangsa yang kebal peraturan hukum dan agama.
Kita ambil contoh misalnya, Universitas Stanford California, yang masih bisa lolos dari jeratan
hukum. Di mana mereka lebih memilih untuk mengikuti seorang dokter kontroversial asal Italia
Severino Antinori, untuk melakukan pengkloningan terhadap manusia.Universitas Stanford ini
merupakan bagian kerja dari Institute for Cancer/Stem Cell Biology and Medicine yang diluncurkan
dengan dana US$ 12 juta. Dr. Irving Weissman, direktur institut yang juga tercatat sebagai ketua
panel National Academy of Sciences, secara blak-blakan mengatakan bahwa tujuan melakukan
kloning adalah hanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Selain itu mereka menganggap bahwa
kelompok yang menjauhi aksi ini dan menunggu orang lain yang melakukannya karena alasan
politis adalah yang salah"
Tujuan Universitas Stanford dalam melakukan kloning manusia adalah untuk
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 165)
memproduksi jaringan stem demi penelitian medis. Di mana para ilmuwan yakin bahwa
jaringan stem embrio yang dikreasikan pada hari pertama kehamilan dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam penyakit, terutama kanker.
Di lain pihak, dokter Severino Antinori pernah mengatakan, bahwa seorang wanita telah
mengandung embrio hasil kloning, dan diperkirakan pada bulan Januari tahun 2003 lalu telah
siap melahirkan. Dokter ahli kandungan kontroversial ini tidak memberikan informasi lebih
rinci mengenai wanita ini. Dia juga tidak menyebut kebangsaan ataupun keberadaaan wanita
ini. Tetapi, dia hanya mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan ultrasound scans, diketahui
bahwa janin yang dikandungnya memiliki berat sekitar 2,5 sampai 2,7 kg dan kondisinya sangat
sehat. Bulan Mei tahun 2002, dia juga pernah mengatakan bahwa ada tiga wanita yang
mengandung bayi hasil kloning. Dan dia tidak mengatakan di mana ketiga orang itu berada,
namun ia hanya mengatakan bahwa salah satu dari mereka tinggal di sebuah negara Islam.
Pada tahun 1994, Antinori pernah membuat kejutan di dunia kedokteran karena
keberhasilannya membantu seorang nenek berusia 62 tahun untuk memiliki seorang anak. Dia
adalah termasuk salah satu dokter yang mendukung usaha kloning manusia untuk membantu
pasangan yang tidak subur agar memiliki anak. Namun akibat pernyataan Dr. Antinori ini,
timbullah pro dan kontra dari sejumlah dokter, ilmuwan dan agamawan. Mereka kebanyakan
menolak kloning terhadap manusia dengan menganggap bahwa upaya ini adalah tindakan yang
tidak bertanggung jawab.
Adalah merupakan hal yang wajar, apabila setiap penemuan baru sebagai hasil teknologi
dan ilmu pengetahuan selalu menghasilkan pertentangan mengenai dampak positif dan
negatifnya. Maka dalam bidang, bioteknologi (rekayasa genetika) juga ada yang mendukung
dan yang menentangnya. Namun, semua tergantung pada manusia, segi mana yang
dikembangkan, segi yang positif ataukah negatif? Permasalahan utamanya adalah bukan pada
teknologinya akan tetapi, pada penerimaan masyarakat terhadap hasil-hasil rekayasa genetika
itu. Lebih-lebih masalah ini berkaitan dengan kloning manusia, yang secara langsung
berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan di bumi.
Pada bulan Februari tahun 2001, majalah Time dan CNN pernah melakukan polling
pendapat, dimana hasilnya 90% adalah menyatakan bahwa kloning manusia merupakan ide
yang buruk. Bahkan 69% menjawab bahwa kloning manusia melawan kodrat Tuhan.
Sekalipun para ilmuwan mengungkapkan bahwa kloning yang dilakukan, bertujuan
untuk penyembuhan penyakit (terapeutik), -seperti keberhasilan perusahaan bioteknologi
Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat yang
mengembangkan sel tunas (sel stem) menjadi sel tertentu untuk menggantikan jaringan tubuh
yang terserang penyakit- akan tetapi hal ini masih menjadi kontraversi diantara berbagai
kalangan.
4. Sekilas Memahami Proses Kloning
Terbayang oleh kita bahwa kloning adalah proses pembiakan yang amat rumit. Sebagai
rujukan, kita coba simak rangkaian proses kloning. Bagaimanakah sebenarnya proses kloning
yang dilakukan para pakar bioteknologi? Setelah tahu, kita berhak menilai atas kelayakan atau
tidaknya kloning manusia.
Dengan menyimak baik-baik proses kloning kita berharap tidak salah dalam
memberikan penilaian. Sebab sumber permasalahannya adalah terletak pada proses, dan hasil
kloning yang dicapainya. Masalah ini nanti akan saya jelaskan pada bagian tentang problematika
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 166)
atau dilema hasil kloning.Disini, akan dipaparkan tentang proses kloning yang berhasil diramu
dari berbagai sumber yang ada.
Proses kloning manusia sebetulnya tidak jauh berbeda dengan proses kloning yang
dilakukan terhadap hewan. Prosesnya dapat digambarkan dan dikelompokkan dan menjadi
beberapa tahapan seperti yang ditunjukkan dalam Reuters serta bisa dijelaskan secara sederhana
sebagai berikut:
Langkah pertama, mempersiapkan sel stem atau sel tunas, yaitu suatu sel awal yang akan
tumbuh menjadi berbagai bentuk sel tubuh. Sel ini diambil dari sel induk yang berasal
dari manusia yang hendak dikloning.
Langkah kedua, sel stem (tunas) itu diambil inti selnya, yang mengandung informasi
genetik kemudian dipisahkan dari sel.
Langkah ketiga, mempersiapkan sel telur, yaitu suatu sel yang diambil dari sukarelawan
perempuan sebagai donasi sel telur tersebut, lalu intinya dipisahkan dari sel telur seperti
yang awal tadi.
Langkah keempat, inti sel dari sel stem -inti sebuah sei-sel apa saja dalam tubuh yang
diambil dari individu yang akan dikloning- diimplantasikan kedalam sel telur
(dimasukkan ke dalam sel telur yang telah dilubangi).
Langkah kelima, sel telur tersebut kemudian dipicu supaya terjadi pembelahan dan
pertumbuhan. Setelah membelah pada hari kedua sel telur akan menjadi sel embrio.
Langkah keenam, sel embrio yang terus membelah disebut blastosis. Mulai memisahkan
diri pada hari ke lima dan setelah itu siap diimplantasikan ke dalam rahim (ditanam di
dalam uterus seorang wanita).
Langkah ketujuh, embrio dalam rahim tumbuh menjadi bayi dengan kode genetik yang
identik dengan sel stem donor.
Dari penjelasan kloning dan prosesnya di atas, maka akan menghasilkan sebuah individu baru
yang mempunyai sifat genetik yang "identik" (sama).
5. Tujuan dan Manfaat Kloning Bagi Manusia
Setelah mengetahui serangkaian proses kloning, kita akan membahas, apakah kloning
itu sendiri memiliki tujuan-tujuan tertentu disamping hanya untuk mencari kepopuleran dan
bidang bioteknologi bagi kaum ilmuan, terutama bagi yang telah berhasil melakukan kloning
ataukah kloning itu sendiri dilakukan hanya untuk menujukkan kecanggihan manusia dalam
bidang bioteknologi saja tanpa memiliki tujuan positif?
Yang jelas, disamping kloning adalah sebagai bukti bagi kemajuan dan kecanggihan
manusia dalam bidang bioteknologi, ia memiliki tujuan-tujuan yang dianggap dapat
memberikan manfaat dan sejuta harapan bagi manusia. Adapun praktik dan prosedur
pelaksanaan kloning dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bentuk: Pertama, kloning
dimaksudkan untuk "memproduksi" seorang anak atau yang biasa di sebut dengan kloning
reproduksi. Tujuan pertama ini, untuk mengupayakan keturunan bagi pasangan yang mandul,
dengan cara mengkloning DNA dari suaminya yang sah, serta untuk kepentingan sains dan
teknologi semata. Kedua adalah mengkloning organ-organ tertentu dari anggota badan untuk
keperluan tertentu. Misalnya otak atau jantung, ginjal dan lain sebagainya. Tujuan yang kedua
ini, kloning terhadap anggota badan (terapeutik) adalah untuk mengganti jaringan sel yang rusak
di dalam tubuh. Proses pembuatan kloning terapeutik ini prosesnya mirip dengan kloning
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 167)
reproduksi. Bedanya, pada proses kloning terapeutik embrio dihentikan pada tahap blastosit.
Dalam peroses kloning, kita telah mengetahui bahwa bahan utama kloning adalah sel telur dan
sel stem. Sekarang yang perlu diperhatikan adalah sel stem. Sel stem (sel tunas) adalah sel yang
diambil dari sel induk. Menurut situs National Institutes of Health AS (Lembaga Kesehatan
Nasional AS), sel tunas merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk membelah dalam
jangka waktu tak terbatas dan mampu membentuk 220 jenis sel penyusun tubuh manusia.
Prosesnya, saat sel telur bertemu dengan sel stem maka akan terbentuk sel tunggal yang
mempunyai kemampuan membentuk seluruh organ, sel yang lelah dibuahi itu disebut totipotent
atau mempunyai potensi total. Jika diletakkan dalam rahim, maka akan mampu berkembang
menjadi janin, Setelah mengalami pembelahan sel beberapa kali, sel totipotent akan berubah
menjadi blastosit yaitu berupa sekelompok sel dalam rongga yang dikelilingi sel selubung akan
berkembang menjadi plasenta dan jaringan yang mendukung perkembangan janin. Sedangkan
sel bagian dalam berkembang menjadi pelbagai organ tubuh yang disebut pluripotent, Sel
pluripotent ini yang diteliti para pakar untuk diarahkan menjadi pelbagai jaringan organ tubuh.
Misalnya sel ginjal, sel otot jantung, sel pankreas, sel saraf, sel kulit, dan sel darah Jika
penelitiannya berhasil, maka hal tersebut merupakan harapan besar bagi manusia dalam upaya
penyembuhan banyak penyakit, yang bisa diatasi dengan cara mengganti jaringan yang rusak.
Teknik ini, menurut Wakil Presiden act dr Robert Lanza, dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai penyakit yang mengancam kehidupan, seperti gangguan, jantung, diabetes,
stroke, kanker, AIDS serta penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer
Penggunaan inti sel manusia pada kloning terapeutik ini juga dimaksudkan untuk
mencegah respon imun alias penolakan tubuh penerima. Dengan memiliki sel induk sesuai
dengan informasi genetik tubuhnya, seseorang memiliki sumber suku cadang tak terbatas dari
sel tubuhnya. Jika ada organ terganggu, tinggal ditransplantasi.
Direktur Lembaga Biologi Molekular Eijkman Prof, dr Sangkot Marzuki menyatakan,
sel tunas juga bisa diperoleh dari sumsum tulang maupun sel darah tepi yang bisa membentuk
pelbagai jenis darah, baik darah merah, darah putih maupun keping darah. Biasanya digunakan
untuk terapi kanker darah (leukemia). Sel tunas ini disebut multipotent. Namun, dalam teknologi
rekayasa jaringan sel pluripotent, yaitu yang berasal dari embrio (embryonic stem cell), walau
mampu membentuk pelbagai jenis sel, namun sel multipotent hanya mampu membentuk sel
tertentu. Dimana sel tunas darah membentuk pelbagai sel darah, sel tunas kulit membentuk
pelbagai jenis sel kulit dan sebagainya.
6. Isu Keberhasilan Kloning Manusia Pertama, Benarkah?
Di tengah ramainya pertentangan berbagai kalangan yang mengkhawatirkan
kemungkinan terjadinya proses pengkloningan manusia, kembali dunia dikejutkan pers dan
jurnalistik, dimana dengan tiba-tiba sebuah perusahaan yang berkaitan dengan sebuah kelompok
kepercayaan, pada hari Jum'at malam 27 Desember 2002 mengklaim telah berhasil
memproduksi manusia kloning pertama di dunia. Perusahaan itu bernama Clonaid,
mengumumkan telah menciptakan bayi perempuan sehat yang merupakan kloning dari seorang
wanita Amerika berusia 31 tahun yang melahirkan bayi tersebut. Bayi yang diberi nama Eve
atau Hawa itu dilahirkan lewat operasi Caesar di sebuah negara yang dirahasiakan.
Berkaitan dengan hal ini, Direktur Clonaid Brigitte Boisselier, yang merupakan seorang
mantan peneliti kimia di Prancis, pada sebuah konferensi pers di Hollywood, Miami, AS Utara
mengatakan bahwa dirinya sangat bangga telah bisa mengumumkan keberhasilan kloning bayi
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 168)
pertama di dunia. Pada jumpa pers itu Boisselier tidak menunjukkan bukti lengkap mengenai
klaimnya tersebut. Dia hanya mengatakan bahwa bayi perempuan itu telah lahir pada hari Kamis
pukul 11. 55 waktu setempat, tapi tidak mengungkapkan di mana proses kloning itu dilakukan.
Ketika Clonaid dipandang secara skeptis oleh para ilmuwan yang meragukan kemampuan teknis
kelompok itu dalam mengkloning manusia. Dia mengatakan bahwa bayi itu akan diteliti oleh
pakar independen melalui tes DNA.
Disamping itu Clonaid juga menyatakan, bahwa empat bayi kloning lainnya akan lahir
pada awal tahun 2003. Namun sampai saat ini belum ada beritanya. Boisselier juga mengatakan
kepada organisasi-organisasi pers bahwa bayi-bayi kloning tidak lama lagi bakal lahir berkat
para ilmuwan Clonaid. Dia menjelaskan kepada komite Kongres tahun 2001, bahwa dia yakin
telah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan kloning manusia dalam waktu
dekat. Clonaid, yang menyebut dirinya sebagai "perusahaan kloning manusia pertama",
didirikan oleh satu kelompok agama, Raelian, pada tahun 1997 M.
Boisselier adalah salah satu uskup dalam gerakan Raelian, yang menyatakan kehidupan
di Bumi diciptakan lewat proses genetika oleh makhluk luar angkasa. Kelompok Raelian
percaya pemimpin spiritual merek Rael, adalah keturunan langsung alien-alien ini. bulan Juli
2001, Rael mengatakan kepada CNN bahwa tujuan jangka panjang bagi kloning manusia akan
terus diupayakan. Menurutnya, mengkloning bayi hanyalah langkah pertama. Sampai pada
akhirnya nantinya kelompok itu ingin mempelajari bagaimana mengkloning orang dewasa,
kemudian memindahkan otaknya ke hasil kloning.
Selain itu, Boisselier mengemukakan bahwa tujuan jangka pendek kloning tersebut
adalah membantu pasangan yang tidak subur. Tidak diketahui secara pasti prosedur apa yang
digunakan oleh Clonaid, karena cara itu tidak dipublikasikan atau meliris data tentang risetnya.
Boisselier tidak menjelaskan lokasi laboratoriumnya. Dia hanya mengatakan tidak di AS. Dulu
biasanya dia menggunakan sebuah laboratorium di West Virginia, namun Badan Pengawas
Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) pernah mengunjungi laboratorium tersebut dan telah
menutupnya.
Raelian bukanlah kelompok pertama yang mengklaim secara aktif berusaha
mengkloning manusia. Seperti tersebut di awal bahwa Dokter Italia, Severino Antinori, terlebih
dahulu mengeluarkan beberapa pengumuman bahwa manusia kloning mungkin akan lahir pada
Januari 2003, namun tiba-tiba perusahaan Clanoid mendahului mengumumkan
keberhasilannya.
Selain itu mantan profesor University of Kentucky, panos Zavos, juga mengumumkan
rencana untuk mengkloning manusia, namun awal tahun 2003 dia mengatakan kepada CNN,
dia belum berhasil menciptakan embrio. Semua klaim diatas menurut hemat penulis hanyalah
kejutan-kejutan saja, karena sampai saat ini kita belum pernah mengetahui atau menyaksikan
kebenarannya.
7. Kontraversi dan Problem Kloning Manusia
Sejauh ini, memang para ilmuwan telah berhasil mengkloning domba, sapi, kambing,
tikus, babi, dan lembu jantan yang amat langka. Namun, kloning manusia merupakan hal
kontraversial, karena berdasarkan pengalaman pada kloning binatang menunjukkan bahwa
banyak hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Banyak pengkloning binatang -termasuk
Ian Wilmut sendiri- tidak menyetujui kloning manusia.
Seorang pakar biologi di Institut Riset Biologi Whitehead MIT, Rudolf Jaenisch, yang
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 169)
telah berhasil mengkloning tikus dalam suatu kesempatan jumpa pers pernah mengatakan bahwa
saat ini belum saatnya untuk mengkloning manusia.
Para pemimpin Kristen, Yahudi dan Muslim semuanya mengutuk klaim yang pernah
dinyatakan oleh perusahaan Clonaid pada hari Jumat 27 Desember 2002. Vatikan mengatakan,
klaim itu tidak mengandung pertimbangan etika dan kemanusiaan sedikit pun. Sementara itu,
kepala Rabbi Israel juga mengecam bahwa kloning tidak alami dan melanggar semua masalah
yang menjadi hak Tuhan. Rabbi Moses Tendler, Guru Besar Biologi dan Etika Kedokteran
Yahudi dari Universitas Yeshiva, dengan jelas menentang kloning manusia, namun masih bisa
mentolerir kloning terapeutik. Menurutnya, manusia wajib menyembuhkan penyakit. Selain itu,
ajaran Yahudi berpandangan bahwa kehidupan manusia baru dimulai 40 hari setelah konsepsi.
Sementara itu para ulama Muslim di seluruh Timur Tengah juga mengutuk pengumuman itu
dan banyak ilmuwan menyatakan skeptis terhadap klaim itu. Presiden Bush dan Presiden
Prancis Jacques Chirac juga mengecam keras terhadap pengumuman itu. Secara tegas Chirac
mengatakan bahwa apapun kebenaran di balik kloning, pengumuman itu (dari pihak Clonaid),
dirinya akan tetap mengecam atas semua riset kloning reproduksi manusia.16
Pada diskusi yang diselenggarakan Pew Forum on Religion & Public Life, Amerika
Serikat, sebagaimana dipublikasikan di situs web forum itu, ketua The Wilberforce Forum, Dr.
Nigel Cameron, menentang semua bentuk kloning manusia berdasarkan kepercayaan Protestan
konservatif. Ia mengatakan bahwa kloning embrio manusia akan menjadi dasar pembuktian
bagaimana kita sebagai umat menjaga martabat manusia. Presiden The Culture of Life
Foundation, Robert Best, dalam hal ini juga menentang segala bentuk kloning demi menjaga
kesucian hidup manusia sejak konsepsi sampai kematian.
Pandangan serupa juga diyakini Muslim Suni, demikian Prof. Abdul 'Aziz Sachedina,
Guru Besar Kajian Agama dari Universitas Virginia. Karena itu, Sachedina tidak keberatan
penggunaan embrio untuk penelitian. Tentang kloning manusia, Sachedina mengingatkan, hal
akan mengacaukan hubungan kemasyarakatan.
Dari pihak politisi, sejak Juni 2002, Parlemen Australia telah membahas RUU yang
diajukan Perdana Menteri John Howard guna memberikan ketegasan dalam upaya melarang
kemungkinan dilakukan kloning manusia. RUU itu dimaksudkan untuk melarang kloning
manusia dan berbagai praktek ilmu pengetahuan reproduksi yang dinilai tidak sesuai dengan
etika. Resminya, di Amerika sendiri hanya ada sedikit upaya untuk menghentikan para ilmuwan
melakukan kloning. Pada bulan Januari tahun 2001, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional
merekomendasikan larangan kloning manusia, namun hanya empat negara bagian California,
Michigan, Louisiana dan Rhode Island yang melarang semua jenis riset kloning.
Namun secara resmi, UNESCO sendiri pada tanggal 1 januari 2003 menyatakan
larangan pengkloningan terhadap manusia dan mengajak negara-negara di dunia untuk segera
melarang proses ini. Dalam pernyataannya di markas besar UNESCO Paris, Matsura, Dirut
UNESCO mengatakan bahwa ada kepentingan mendesak untuk menciptakan persetujuan
internasional mengenai hukuman bagi siapapun yang mengkloning manusia. Ia berpendapat
bahwa tidak akan ada kemajuan kemanusiaan di dunia, dimana ilmu dan teknologi
dikembangkan tanpa etika.
8. Lalu Benarkah Kloning Melawan Kodrat Allah?
Banyak orang mengatakan bahwa kloning bertentangan dengan kodrat Allah. Bersama,
kita akan membahas asumsi ini. Pasalnya, yang menjadi pertanyaan selama ini adaiah benarkah
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 170)
proses kloning tersebut melawan kodrat Tuhan? Kita tidak dapat menarik kesimpulan terlalu
cepat, karena akibat persepsi yang salah pula, kembali agama akan disalahkan, karena dianggap
menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang bioteknologi. Juga agar jangan
sampai timbul justifikasi dan kesimpulan yang tidak tepat terhadap permasalahan ini.
Dalam permasalahan kloning ini, kekuasaan dan kodrat Allah sangat jelas, seperti yang
disebutkan dalam (Q.S. Al-Ra'd: 16) yang artinya:
"Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah:
"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal
mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka
sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau
samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa
sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan
itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala
sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".
Begitu juga dalam; (QS. Al-Waqiah; 59)
"Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?"
Juga yang disebutkan dalam (QS. Al-Haj: 73):
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkan-lah olehmu perumpamaan
itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat
itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari
lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah".
Ayat-ayat itu bisa dijadikan landasan bahwa proses kloning tidak sedikitpun melawan
kehendak dan kodrat Tuhan, karena pada dasarnya Allah-lah pencipta segala sesuatu. Proses
kloning tidak akan pernah mencapai pada tahapan penciptaan mahluk yang bagaimana pun
bentuknya. Karena proses ini hanyalah sebatas usaha yang dilakukan manusia untuk mengolah
apa yang telah ada. Begitu juga, kloning yang dilakukan para pakar kloning terhadap sebagian
hewan adalah hanya sebatas menemukan, atau hanya sebatas mengungkap rahasia alam. Kalau
tidak atas izin Allah, maka para ilmuwan itu tidak akan pernah bisa menghasilkan kloning,
seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 32:
"Mereka (para malaikat) menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana",
Dan Al-Baqarah ayat 255, yang artinya:
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah
tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar".
Kloning hanyalah merupakan cara baru dalam penyerbukan, yang prosesnya seperti
yang telah tersebut di atas. Bahan-bahannya adalah jelas ciptaan Allah, dan tak ada sedikitpun
unsur penciptaan manusia.
Sedangkan berkaitan dengan proses selanjutnya setelah dalam rahim dan masalah
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 171)
pemberian ruh adalah telah menjadi urusan Allah. Dan dalam hal ini, tak ada seorang pun yang
mampu menandingi kekuasaan-Nya. Karena tidak akan pernah ada istilah ruh sintesis, yang
direkayasa oleh manusia. Selama ini apa yang dilakukan para dokter, baik itu seperti proses bayi
tabung atau proses sewa rahim, hanyalah usaha melakukan penyerbukan dengan cara yang
berbeda dengan cara penyerbukan alami. Setelah itu, semuanya dikembalikan kepada ketentuan
dan kekuasaan Allah. Kalau demikian halnya, benarkah kloning bertentangan dengan kehendak
dan kodrat Allah? Kloning diharamkan oleh para agamawan, negarawan, ilmuan, adalah bukan
karena unsur ini, akan tetapi karena unsur lain seperti nanti yang akan kita bahas di bawah.
9. Sikap, Tanggapan dan Alasan Sikap Skeptis Para Ilmuwan atas Kemungkinan Kloning
Manusia
Klaim Clonaid atas keberhasilannya mengkloning manusia pertama masih diragukan
oleh banyak kalangan, terutama para ilmuwan bioteknologi sendiri. Mereka masih bersikap
skeptis mengenai klaim itu, termasuk Dr. Robert Lanza, Kepala Pengembangan Medis dan Ilmu
Pengetahuan Advanced Cell Technologies, perusahaan riset genetik yang akhir tahun 2001
mengumumkan keberhasilannya melakukan kloning terapeutik. Menurut Lanza, Clonaid sama
sekali tidak mempunyai track record di bidang kloning dan belum pernah mempublikasikan satu
pun makalah mengenai kloning.
Komentar serupa juga datang dari Dr. Panos Zavos, seorang ilmuwan yang juga
berupaya untuk mengkloning manusia, bahwa Boisselier gagal membuktikan klaimnya. Tidak
ada kejadian, tidak ada bukti maupun pertanda, yang ada hanya omongan. Sejauh ini Zavos,
mantan guru besar Universitas Kentucky ini, mengakui bahwa ia baru berhasil membuat embrio
manusia. Dan menurutnya, walaupun saat ini tak kurang dari lima kelompok ilmuwan di seluruh
dunia berusaha keras mengkloning manusia, namun untuk mencapai pada tahap keberhasilan
masih diragukan. Banyak alasan yang mendukung diragukannya klaim keberhasilan Clonaid
tersebut, di antaranya:
Pertama, karena perusahaan itu tidak menunjukkan bayi yang baru dilahirkan itu dan
tidak disertai data-data ilmiahnya. Walaupun direktur Clonaid, Brigitte Boisselier, mengatakan
bahwa untuk pembuktian, satu tim ilmuwan independen yang telah diseleksi editor science TV
ABC, Michael Guillen, akan mengambil sampel genetik Eve untuk dicocokkan dengan DNA
ibunya. Namun pada kenyataannya, tak ada kabar beritanya.
Kedua, meski banyak binatang telah dikloning, namun sejauh ini belum ada yang
berhasil mengkloning simpanse atau primata lain yang mirip manusia. Untuk menggambarkan
tingkat kesulitannya, menurut ahli kloning dari Universitas Missouri, Dr. Randall Prather,
keberhasilan kloning pada binatang hanya berkisar 1% sampai 5%.
Ketiga, kombinasi antara sel telur dan sel donor menentukan keberhasilan proses
kloning. Untuk mem¬peroleh kombinasi yang cocok, antara sel telur dan sel inti dari donor
diperlukan seleksi puluhan kali. Seringkali kesalahan dalam proses kloning adalah terjadin
pembalikan kondisi sel inti, dari sel dewasa kembali di program menjadi sel embrio. Apa
dampak negatif dari proses itu tidak dapat diramalkan. Pada binatang percobaan terlihat cacat
yang bervariasi, akibat proses pemprograman balik oleh sel tersebut.
Keempat, para ahli rekayasa genetika semakin sering menemukan fenomena kehilangan
keseimbangan pertumbuhan. Misalnya, pada binatang percobaan, kerap ditemui janin yang
plasentanya membesar amat drastis. Hal tersebut diduga akibat gangguan keseimbangan pada
pertumbuhan sel. Proses kloning yang sama sekali tidak memanfaatkan sel sperma,
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 172)
mengakibatkan sel induk yang berfungsi dominan. Pada pembuahan normal, dimana sel telur
bertemu sel sperma, keseimbangan pertumbuhan diatur oleh sel induk dan sel jantan.
Pertumbuhan embrio menjadi lebih stabil dalam proses ini. Diakui, masih banyak sisi gelap dari
proses kloning ini. Untuk itulah para ahli menyarankan, mematangkan dahulu proses kloning
pada binatang terlebih dahulu, sebelum menerapkannya pada manusia.
Ilmuwan Roslin's Institute, Ian Wilmut, yang berperan dalam kelahiran Dolly
menegaskan, kloning pada manusia amatlah mengejutkan karena jumlah kegagalan yang tinggi
dan kematian pada bayi yang baru lahir. Kloning pada binatang menunjukkan adanya
kelemahan. Dolly, mamalia pertama yang berhasil dikloning terbukti menderita arthritis pada
usianya yang masih muda dan hanya berhasil hidup dalam waktu relatif tidak lama. Walau
dikatakan berhasil, prosedur kloning ini tidaklah sempurna. Prosesnya memerlukan 276
percobaan sebelum akhirnya tercipta Dolly. Kloning pada manusia lebih rumit dengan resiko
yang lebih besar dan sangat potensial menjadi kesalahan. Intinya, proses kloning adalah
rangkaian eksperimen yang rumit dan memerlukan faktor keberuntungan.
Meski kloning terhadap binatang terus dikembangkan oleh para peneliti di pelbagai
pusat dunia, tidak banyak ilmuwan yang setuju upaya kloning manusia. Pasalnya, sejauh ini
kloning terhadap binatang masih banyak masalah. Binatang hasil kloning kebanyakan mati tak
lama setelah dilahirkan dengan pelbagai masalah medis, seperti cacat pada paru-paru maupun
sistem kekebalan tubuh
Percobaan kloning mamalia di Universitas Ludwig Maximillian di Miinchen Jerman
menunjukan, dari 100 kali rekayasa kloning sapi, hanya lahir lima anak sapi yang sehat. Separuh
dari anak sapi kloning mati sesaat setelah dilahirkan, terutama akibat radang paru-paru atau
akibat gagalnya sirkulasi darah. Yang bertahan hidup, menghadapi penyakit mematikan
berikutnya, yakni kelebihan lemak, rematik, kanker atau mengerasnya jaringan hati, Padahal,
percobaan kloning pada sapi tergolong paling ideal, sebab sapi memiliki cukup banyak sel
matang untuk dikloning. Sedang pada manusia relatif lebih sulit men¬dapatkan cukup banyak
sel matang untuk diklon. Artinya resiko kegagalan bertambah tinggi.
Menurut Dr. John Hill, dokter hewan yang berhasil mengkloning sapi di Universitas
A&M Texas, binatang- binatang hasil kloning yang saat lahir tampak normal pun seringkali
mengalami masalah dalam perkembangannya. Ia mengatakan bahwa hati, paru-paru, jantung,
dan pembuluh darah mereka seringkali tidak normal setelah lahir. Bahkan kelompok yang
berbeda yang melakukan penelitian, ternyata juga menemukan masalah yang berbeda pula.
Misalnya saja, kelompok yang dipimpin Atsuo Ogura dari institut nasional untuk penyakit
infeksi di Tokyo Jepang, yang melakukan kloning tikus jantan dan mengamati hasilnya. Dari 12
tikus kloning, sepuluh di antaranya mati setelah berumur dua setengah tahun. Pembedahan
bangkai tikus klon menunjukan penyakit yang berbeda-beda sebagai penyebab kematiannya.
Ada yang mati karena radang berat paru-paru, kanker paru- paru, leukemia dan matinya jaringan
hati. Sementara ujicoba klon tikus betina di Universitas Cincinnati Ohio yang dilakukan tim
yang dipimpin oleh Randall Sakai, menemukan penyebab lain, yakni kematian akibat kelebihan
lemak.
Dengan latar belakang Clonaid dan pendirinya, boleh jadi keraguan atas kelahiran
manusia kloning memang beralasan. Namun, waktu jualah yang nantinya akan membuktikan
atas klaim itu.
Menurut seorang pejabat ACT yang menilai bahwa pengumuman penemuan tersebut
hanyalah bersifat prematur dan hanya memancing reaksi keras menentang kloning. Sebagai
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 173)
reaksi terhadap klaim tersebut, Glenn McGee, peneliti dari Universitas Pennsylvania
mengundurkan diri dari ACT dengan menyatakan bahwa pengumuman tersebut terlalu tergesa-
gesa dan kurang didukung data teknis yang terperinci, misalnya sel-sel apa yang dipakai untuk
mengembangkan embrio yang dikloning.
Bagaimana nasib kloning manusia belum bisa dilihat, karena baru saja lahir maupun
akan dilahirkan. Karena sampai saat ini baru dua peneliti yang mengumumkan keberhasilannya,
dan itupun baru sebatas klaim
10. Tinjauan Agama dan Hukum Kloning
Terlepas dari alasan-alasan ilmiah, seorang Muslim hendaknya mempunyai pendapatnya
sendiri berdasarkan agamanya untuk ikut menyetujui ataupun menolak "kemajuan" ilmu ini.
Dalam Islam, kelangsungan hidup manusia dilestarikan secara sunnatullah melalui
pembentukan keluarga yang disahkan oleh syariat Islam. Selanjutnya dari pasangan suami istri
dilahirkan anak-anak yang merupakan amanah dari Allah. Dengan metode kloning, kelahiran
seorang bayi tidak lagi memerlukan sperma ayah. Seorang ibu sudah cukup secara teoritis untuk
mempunyai anak. Sedangkan seorang laki-laki, apabila ingin punya anak tidak perlu istri. Cukup
hanya memesan sel telur pada suatu firma, untuk memberikan sel dari salah satu organnya dan
kemudian menitip calon anaknya pada suatu rahim wanita, yang bisa jadi juga telah disediakan
oleh firma tersebut. Firma seperti itu bukan lagi hanya sebatas khayalan, akan tapi adalah realita,
seperti halnya yang telah berdiri di Amerika dan salah satunya adalah "Clonaid".
Dari cerita ini, bisa dibayangkan bahwa lembaga perkawinan akan semakin tidak
dihargai dan pembentukan keluarga tidak mempunyai arti lagi bagi manusia. Padahal, keluarga
dibentuk tidak hanya untuk memproduksi anak, akan tetapi juga untuk memberikan
perlindungan psikologis terhadap anggota-anggota keluarga, serta yang paling utama adalah
dalam rangka ibadah. Dan hal tersebut secara jelas tercatum dalam al- Quran yang artinya: "Dan
diantara kekuasaannya adalah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya" (QS. Ar-Rum: 20)
Lebih lanjut, apabila metode ini benar-benar akan dikembangkan, efek lainnya adalah
mengacaukan nasab (keturunan). Seorang anak bisa jadi hanya punya ayah saja atau ibu saja,
karena sel dewasanya berasal dari salah satu dari organ mereka.
Alasan yang paling tepat untuk mengharamkan kloning ini adalah karena proses kloning
ini bertentangan dengan Maqasid Syariah, seperti halnya dalam rangka menjaga keturunan atau
nasab, harta dan agama.
Penelitian pada bidang ini menggugah suatu pertanyaan, apakah manusia masih
menyangsikan bahwa ada aturan lain yang lebih unggul dari yang sudah diajarkan Allah?
Padahal Allah sendiri sudah mengisyaratkan kesempurnaan ciptaannya dalam Al-Quran, yang
artinya; "....Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang maha pemurah, sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang- ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S. Al-Mulk: 3)
Selain itu, mampukah manusia menanggung resiko akan perbuatannya, yaitu bahwa
hasilnya nantinya tidak menimbulkan ketidakseimbangan pada alam yang pada akhirnya juga
akan menimpa manusia itu sendiri.
Penciptaan manusia dalam Al-Qur'an disebutkan, pada beberapa ayat yang secara jelas
menggambarkan prosesnya dimulai dari pembuahan sel telur oleh sperma, kemudian menjadi
segumpal darah (fetus) yang tumbuh dalam rahim dan seterusnya sampai lahir, seperti
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 174)
disebutkan dalam Al-Quran yang artinya;
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur28
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami
jadikan dia mendengar dan melihat".(Q.S. Al-Insan: 2).
Begitu pula, firman Allah:
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya(QS.
Al-Hajj: 5)
Jadi, pertemuan antara sperma dengan sel telur merupakan syarat bagi tencapainya hasil
yang sempurna. Selain dengan cara tersebut, Allah tidak memberikan jaminan bagi produk yang
dihasilkan.
"Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus'. (QS. Ar-Rum: 30), dan ayat: "Dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supanya kamu mengingat akan kebesaran
Allah". (QS. al Dzariyat: 49)
Seorang anak merupakan hasil kontribusi antara sperma dan sel telur, di mana masing-
masing komponen membawa substansi yang berbeda sehingga hanya dari keduanya bisa lahir
seorang bayi yang sempurna, dalam arti semua komponen tubuhnya berfungsi dengan normal.
Sampai saat ini pembuahan secara konvensional telah terbukti kesempurnaannya. Kalaupun ada
bayi yang dalam keadaan cacat, penyebabnya bukan karena kesalahan cara pembuatannya.
Sedangkan pada bayi yang dari metode "clonning", banyak sekali kelemahannya yang telah
dibuktikan secara secara ilmiah pada berbagai kasus.
Lebih jauh test genetik membuktikan pula terdapatnya mutasi dengan frekuensi yang
sangat tinggi pada gen-gen hewan produk kloning. Efeknya baru akan terlihat setelah hewan
hidup beberapa lama. Dengan demikian apabila seorang manusia dewasa menginginkan
anaknya lahir dengan cara kloning, bisa dikatakan dia seorang manusia yang kejam, karena
sudah merancang anaknya sendiri untuk menderita cacat baik secara fisik maupun psikologis
selama hidupnya.
Tidak seorang pun di dunia ini yang bisa melarang berjalannya penelitian dengan
menggunakan embrio manusia. Kecintaan yang berlebih-lebihan pada ilmu dunia ternyata telah
membuat manusia lupa pada tujuan utama untuk belajar atau pun mengadakan penelitian. Islam
tidak melarang manusia untuk mengadakan berbagai penyelidikan mengenai ciptaan Allah.
Agama kita bahkan mendorong agar manusia melakukannya dalam rangka mengenal lebih dekat
sang Kholik, mengetahui kebesaran-Nya, sehingga menjadikan manusia lebih tunduk dan taat
dalam mematuhi perintahNya.
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku". (QS. al-Dzariyat: 56)
Pada kenyataannya, manusia mengadakan penelitian tanpa kenal batas. Setelah mereka
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 175)
mengira bisa memproduksi hewan yang merupakan "jiplakan" induknya, mereka bahkan berani
berpikir kalau mereka bisa membuat manusia yang sesuai dengan kehendak mereka.
Keberhasilan mereka yang bisa diibaratkan setes air dalam lautan yang luas
dibandingkan ilmu Allah itu tidak membuat mereka semakin merasa takjub akan kebesaran
Allah. Sebaliknya, bahkan semakin menguatkan mereka untuk menolak bahwa Allah-lah yang
menciptakan alam semesta termasuk manusia.
Ditinjau dari segi ekonomi atau harta yang harus di-keluarkan, proyek "clonning"
menurut Boiseller mengatakan bahwa untuk mengkloning seorang bayi diperlukan dana kira-
kira sebanyak U$. 200.000. Seseorang yang tidak mau disebutkan namanya dari Amerika, telah
mengeluarkan biaya sebesar U$ 2,3 juta untuk mengembalikan anjingnya yang sudah mati
dengan cara "clonning". Jikalau untuk anjing saja biayanya sudah sebegitu besar, betapa
tragisnya, bila kita mengetahui bahwa di belahan bumi yang lain, misalnya di Ethopia, setiap
hari ada puluhan orang yang meninggal karena kekurangan makan.
Secara biologis, manusia seutuhnya merupakan suatu interaksi antara phenotype dengan
lingkungannya. Dengan demikian perlu dipertanyakan lagi keutuhan cara berfikir para ilmuwan
maupun pengusaha yang sudah menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya dalam proyek
penelitian ini.
Jikalau kloning manusia diperbolehkan, maka akan timbul masalah masalah baru.
Masalah-masalah yang diperkirakan timbul apabila kloning manusia dilakukan adalah:
1. Hancurnya pandangan terhadap nilai-nilai umum atau tradisionil. Atau bahkan akan
timbul pandangan mekanisme kehidupan yang baru, akibat terjadinya kehidupan yang
dimanipulasi secara mekanik oleh manusia sendiri. Pandangan demikian mengakibatkan suatu
permasalahan serius bagi gejala kehidupan dan dapat menggoyahkan kerangka kehidupan yang
telah ada saat ini.
2. Hancurnya martabat manusia. Mungkin kita perlu memikirkan bagaimana kita dapat
mendefinisikan identitas seseorang hasil kloning? Apa yang akan dihasilkan dalam integritas
seorang hasil kloning? Kita tahu bahwasanya seorang manusia dibesarkan dalam keluarga yang
memiliki orang tua dan memperoleh perhatian dari orang-orang di sekitarnya, memiliki sanak
famili dan saudara. Bagaimana halnya terhadap kloning manusia yang dibuat dalam tabung
percobaan secara manipulasi? Siapakah yang menjadi orang tuanya? Apakah orang yang
memanipulasi atau seseorang yang selnya diambil.
Untuk itu, tepatlah jika kloning manusia diharamkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan di atas. Hal tersebut merupakan kesepakatan mayoritas umat Islam untuk
mengatakan bahwa kloning manusia adalah haram. Hal tersebut telah dibuktikan dalam
beberapa muktamar yang secara jelas menyatakan bahwa kloning manusia adalah haram seperti
muktamar di Jeddah tanggal 23-28, Shafar 1418, Majma' Buhuts al-Islamiyah dan lainnya.
Majma' Buhust Islamiyah Al-Azhar Cairo, Mesir telah mengeluarkan fatwa yang berisi bahwa;
"Kloning manusia itu haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara."
Naskah fatwa yang dikeluarkan lembaga itu juga menguatkan bahwa kloning manusia
itu telah menjadikan manusia yang telah dimuliakan Allah menjadi objek pelitian dan percobaan
serta melahirkan beragam masalah salah pelik lainnya. Fatwa itu menegaskan bahwa Islam tidak
menentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru men-support,
bahkan memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu membahayakan serta
tidak mengandung manfaat atau lebih besar madharatnya daripada manfaat, maka Islam
mengharamkannya demi melindungi manusia dari bahaya itu. Karena dalam "qaidah fiqhiyyah"
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 176)
dijelaskan bahwa menolak "mafsadah" (kerusakan) lebih didahulukan daripada mengambil
mashlahat. Namun, apakah orang-orang Barat peduli dengan peraturan agama dan etika?
Seberapa banyak pun dalil yang kita pakai untuk mengharamkan kloning, tapi kalau orang-orang
Barat tidak peduli, maka kita tak akan bisa berbuat apa-apa.
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Manusia sebagai
makhluk paling mulia di alam semesta wajib dilindungi kemaslahatannya. Kloning manusia
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bertentangan dengan maqashid syariah yaitu
menjaga keturunan, menjaga harta dan menjaga jiwa. Oleh karena itu kloning manusia
diharamkan. Manusia akan memperoleh banyak kemaslahatan apabila ia hidup sejalan dengan
sunnatullah. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dari hubungan bilogis. Sementara
kloning sebagai upaya untuk menghasilkan keturunan, mengabaikan kebutuhan biologis
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah, Muhammad. Usul al-Fiqh. Terj. Saefullah Ma’sum dkk., Ushul Fiqh. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1999.
Aji, Ahmad Mukri. Kontekstualisasi Ijtihad Dalam Diskursus Pemikiran Hukum Islam di
Indonesia, 2010, Bogor: Pustaka Pena Ilahi.
Aji, Ahmad Mukri. Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Dialektika Pemikiran Hukum Islam,
2012, Bogor: Pustaka Pena Ilahi.
Anees, Munawar Ahmad. Islam and Biological Futures: Ethics, Gender and Technology, 1993,
Terj. Rahmani Astuti, Masa Depan Biologis Umat Manusia: Etika Gender dan Teknologi,
Cet. 1; Bandung: Mizan.
Anwar, Chairil. Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI, 2000, Cet. 1; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azhary, Muhammad Tahir. Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari
Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
2004, Edisi kedua, Cet. 2; Jakarta: Prenada media.
Badudu, J.S dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994, Cet. 1; Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Baiquni, Ahmad. Al- Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, 1996, Cet. 1; Jakarta: PT Dana
Bhakti Prima Yasa.
Bakry, M. Nurchalis dkk. Bioteknologi dan Al-Qur’an, 1996, Cet. 2; Jakarta: Gema Insani Press.
Cole, Barbara Letta, et al. Encyclopedia Americana, 1993, Vol. 7. Danbura: Grolier
Incorporated.
Departemen Agama RI. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, 2003, Jakarta: Bagian
Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Depag.
FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
___________________________________________________________________________
Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 177)
Departemen Agama RI. Kompilasi Hukum Islam, 2001, Jakarta: Direktorat Pembinaan
Peradilan Agama Islam Depag.
Ibn Majah. Sunan Ibn Majah, Juz II, Beirut: Dar al- Fikr, t.t.
Krishnayanti, Ika N. Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, 1995, Jakarta: Konpalindo.
Ligninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia. 1994. Jilid 3. Alih bahasa: Maggy Thenawijaya.
Erlangga.
Lubis, Nur A. Fadhil. “Penanggulangan Krisis dan Pemulihan Sistem Hukum di Indonesia:
Analisa Sumbangan Hukum Islam.” Dalam Akhmad Mujahidin, et al., Aktualisasi Hukum
Islam Tekstual dan Kontekstual, 2007, Cet. 1; Riau: PPS IAIN Suska.
Maggalatung, A Salman. "Hubungan Antara Fakta Norma, Moral, Dan Doktrin Hukum Dalam
Pertimbangan Putusan Hakim," (2014), dalam Jurnal Cita Hukum, Vol. 2, No. 2 (2014).
Marzuki dan Rumadi, Fiqh Madzhab Negara Kritik Atas Politik Hukum Islam di Indonesia,
2001, Cet. 1; Yogyakarta: LKiS.
Mayliy, Muhsin al-. Rujih Gharudi wa al-Musykilat al-Diniyah, 1996, Terj. Rifyal Ka’bah,
Pergulatan Mencari Islam Perjalanan Religius Roger Graudy. Cet. 1; Jakarta: Paramadina.
Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, 1999,
Cet. 1; Bandung: Mizan.
Muhajir, Noeng. Filsafat Ilmu Positivisme, Post Positivisme, dan Post Modernisme, 2001, Cet.
1; Yogyakarta: Rake Serasin.
Qardawi, Yusuf. Hady al-Islam Fatawi Mu’asirah. Terj. Samson Rahman, dkk., Fatwa-Fatwa
Kontemporer, 2002, Jilid 3, Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Reksoatmojo, S.M. Issoegianti. Biologi Sel, 1994, Cet. 1; Jakarta: Depdikbud.
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
S.A, Ichtijanto. ”Pengadilan Agama Sebagai Wadah Perjuangan Mengisi Kemerdekaan
Bangsa.” Dalam Departemen Agama RI, Kenang-Kenangan Seabad Pengadilan Agama,
1985, Cet. 1; Jakarta: Ditbinpera Depag RI.