17

Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam
Page 2: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 162)

Kloning Manusia Dalam Perspektif Sains dan Syariah

Warto A. Saifuddin

Fakultas Syariah Islamiyah Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

[email protected]

Abstract

Bioscience and biotechnology provide great hope for humanity to achieve a better life. But if it

is not based on human values, it will turn around destroying the balance for human life and the

environment. Human cloning becomes a big problem for humans, if it is really done on humans.

This paper aims to dissect the mystery behind the polemic of human cloning. By using a

qualitative method that combines scientific and shar'i approaches it is found that if human

cloning is truly carried out it will not only damage the nature of creation but also contradict

humanitarian and ethical values. By considering maslahat as the core goal of sharia, human

cloning is forbidden by scholars.

Keywords: Cloning, Human, Science, Sharia, Perspective.

Abstrak

Biosains dan bioteknologi memberikan harapan besar bagi umat manusia untuk menggapai

kehidupan yang lebih baik. Namun jika tidak dilandasi dengan nilai-nilai kemanusiaan maka

akan berbalik menghancurkan keseimbangan bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup.

Kloning manusia menjadi problem besar bagi manusia, jika benar-benar dilakukan pada

manusia. Paper ini bertujuan untuk membedah misteri dibalik polemik kloning manusia. Dengan

menggunakan metode kualitatif yang menggabungkan pendekatan saintifik dan syar’i dijumpai

bahwa jika kloning manusia benar-benar dilakukan maka tidak hanya merusak kodrat

penciptaan tapi juga bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan etika. Dengan

pertimbangan maslahat sebagai inti tujuan syariah maka kloning manusia diharamkan para

ulama.

Kata Kunci: Kloning, Manusia, Sains, Syariah, Perspektif.

PENDAHULUAN

Kemajuan sains dan teknologi di awal millenium ketiga, merupakan harapan besar bagi

umat manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih sehat dan beradab. Akan tetapi, di bawah

pengaruh dan kendali negara-negara sekuler, impian itu bisa saja berbalik arah menjadi

bumerang yang memporakporandakan nilai-nilai kehidupan manusia dan lingkungan hidupnya.

Salah satu keresahan nyata bagi masyarakat saat ini, adalah dampak dari pesatnya

perkembangan bidang biosains dan bioteknologi. Tersedianya teknologi kloning, informasi

komplit mengenai genetika manusia dan kerakusan industri biotik merupakan kombinasi yang

berpotensi mematikan bagi nilai-nilai kemanusiaan.

Kepala negara Amerika dan Inggris sendiri telah mengeluarkan statemen yang pada

prinsip¬nya menjaga genetikan manusia dari eksploitasi pihak industri biotik. Namun, dari

sejarahnya, dimana pemerintah negara sekuler selalu bertekuk-lutut terhadap industri, maka

Page 3: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 163)

seruan tersebut terdengar sumbang dan sayup-sayup. Lebih dari itu, pemimpin-pemimpin

negara sekuler tidak bisa diharapkan untuk mempunyai komitmen moral dalam pernyataan

politiknya.

Berangkat dari kemajuan yang pesat dalam bidang bioteknologi ini, kita akan coba

mengkaji sebuah permasalahan baru yang pelik dari bidang bioteknologi mutakhir, yaitu isu

baru tentang kloning, khususnya kloning yang dilakukan terhadap manusia. Bersama, kita akan

mengkaji permasalahan kloning ini dari berbagai tinjauan, baik dari segi biologis, pandangan

ilmiyah, etika, pandangan agama, dan lainnya. Dengan demikian kita akan dapat memahami

benar permasalahan ini. Kita akan coba mengidentifikasi masalah ini mulai dari akar

permasalahan, sehingga kita dapat mencapai sebuah kesimpulan akhir yang tepat.

Kita akan coba mulai studi ini dari segi asal bahasa kloning itu sendiri, kemudian

dilanjutkan dengan sejarah kloning, usaha-usaha kearah kloning manusia, proses kloning, tujuan

kloning, menguak isu kloning manusia, pandangan para ilmuan, negarawan dan agamawan

tentang kloning, hubungan kloning dengan kodrat tuhan, problem internal hasil kloning dan

terakhir pembahasan hukum kloning ditinjau dari berbagai segi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan interdisipliner

(analisis Islamic scientific). Menggabungkan antara analisis saintifik dan syar’i dalam persoalan

mengenai kloning manusia. Penelitian ini termasuk jenis penelitian library research. Data yang

diambil berasal dari banyak referensi berupa buku, jurnal, internet, catatan dan tulisan para ahli

yang berkaitan dengan kloning manusia secara spesifik. Setelah itu data dianalisis dengan

menggunakan pendekatan sains dan syariah.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

1. Pengertian Kloning

Kata kloning berasal dari "clone" diturunkan dari bahasa Yunani "klon" yang berarti

potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kata ini, bisa digunakan dalam dua

pengertian: Pertama, klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat genetiknya dan

semua berasal dari satu sel. Kedua, klon gen atau molekuler adalah sekelompok salinan gen

bersifat identik, yang direplikasi dari satu gen, kemudian dimasukkan ke dalam sel inang.

Adapun dalam istilah ilmiah populer, kloning adalah suatu upaya untuk menggandakan

makhluk hidup dengan menciptakan tiruannya atau upaya untuk menduplikasi genetik yang

sama dari suatu organisme, dengan menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme

lain.

Dari uraian singkat mengenai definisi kloning di atas, kita tahu bahwa kloning adalah

serangkaian proses penggandaan mahluk hidup yang dilakukan melalui campur tangan manusia

atau proses perkembangbiakan buatan yang dilakukan untuk mendapatkan individu baru yang

identik dengan induknya.

2. Sekilas Tentang Sejarah Kloning

Penyelidikan tentang kloning telah dilakukan para pakar semenjak tahun 1952 oleh

Bricks dan Young. Yang telah berhasil mengkloning hewan katak dengan cara memasukkan

nukleus yang sedang mengalami proses perpisahan ke dalam sel normal. Proses penyelidikan

pertama yang mereka lakukan pada hakekatnya adalah masih kurang mendapatkan tanggapan

Page 4: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 164)

serius dari berbagai kalangan terutama para ilmuan. Namun, di luar dugaan para ilmuan, diam-

diam ada sekelompok ilmuan yang mencoba mengembangkan bioteknologi tersebut, hingga

pada akhirnya pada bulan Februari 1997 dunia di hebohkan pers, dimana sebagian besar

jurnalistik di seluruh dunia menyoroti permasalahan kloning sebagai bahan berita utamanya.

Sebuah tim peneliti yang terdiri dari Dr. Wilmut dari Roslin Institute dan Dr. Campbell dari

PPL Therapeutics Scotlandia mengaku telah berhasil mengkloning seekor domba yang diberi

nama Dolly. Kloning tersebut dilakukan dengan cara memanipulasi gen sel yang diambil dari

payudara seekor domba betina dewasa yang berumur 6 tahun yang bernama Dorset. Bahkan

bukan hanya itu, tapi tim ini juga telah berhasil mengkloning seekor domba lagi yang diberi

nama Polly, dengan cara yang agak berbeda yaitu dengan cara memasukkan sebagian zat yang

diambil dari gen manusia, dengan embrio domba.

Tujuan pengkloningan binatang ini, menurut Dr. Wilmut yang berperan sebagai ketua

tim mengatakan bahwa pengkloningan tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk

menyediakan protein yang berkualitas baik bagi manusia. Setelah kemunculan Dolly, para

ilmuan semakin tertarik untuk mengembangkan teknologi kloning ini. Terbukti dengan

keberhasilan banyak pakar dalam melakukan kloning terhadap binatang, seperti keberhasilan

kloning tikus Hawai pada tahun 1997, kloning sapi tahun 1998 dan kera tahun 2000.

Dengan keberhasilan para pakar dalam mengkloning binatang, khususnya mamalia, para

ilmuan semakin berambisi untuk melakukan penelitian dan percobaan dalam bidang ini. Maka

besar kemungkinan bahwa kloning dapat diteruskan terhadap manusia. Prediksi ini amat

dikhawatirkan oleh banyak pihak, baik itu para ilmuwan, pemimpin politik, budayawan maupun

agamawan. Mereka khawatir terhadap dampak yang bakal timbul, seandainya pengkloningan

manusia benar-benar terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, agar jangan sampai terjadi pada

manusia, maka para pemimpin politik sibuk membuat undang-undang untuk melarang kloning

manusia, terutama di negara-negara Eropa, Inggris, Prancis, Amerika dan negara di dunia

lainnya, hingga UNESCO.

Meskipun demikian, hal itu tidak dapat dijadikan jaminan bahwa para ilmuwan akan

berhenti melakukan penelitian tentang kloning. Mereka yang pada prinsipnya semakin tidak

puas dengan hasil kloning, tentunya tidak akan memperdulikan larangan tersebut. Bahkan

mereka berusaha menggunakan berbagai cara untuk terus dapat mencari jawaban atas

ketidakpuasannya tersebut. Dan ini adalah sebuah kenyataan yang terjadi saat ini.

3. Usaha Kearah Kloning Manusia

Menurut agama dan politik, kloning manusia memang dilarang namun seperti yang kami

katakan di atas, bahwa bangsa Barat adalah bangsa yang kebal peraturan hukum dan agama.

Kita ambil contoh misalnya, Universitas Stanford California, yang masih bisa lolos dari jeratan

hukum. Di mana mereka lebih memilih untuk mengikuti seorang dokter kontroversial asal Italia

Severino Antinori, untuk melakukan pengkloningan terhadap manusia.Universitas Stanford ini

merupakan bagian kerja dari Institute for Cancer/Stem Cell Biology and Medicine yang diluncurkan

dengan dana US$ 12 juta. Dr. Irving Weissman, direktur institut yang juga tercatat sebagai ketua

panel National Academy of Sciences, secara blak-blakan mengatakan bahwa tujuan melakukan

kloning adalah hanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Selain itu mereka menganggap bahwa

kelompok yang menjauhi aksi ini dan menunggu orang lain yang melakukannya karena alasan

politis adalah yang salah"

Tujuan Universitas Stanford dalam melakukan kloning manusia adalah untuk

Page 5: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 165)

memproduksi jaringan stem demi penelitian medis. Di mana para ilmuwan yakin bahwa

jaringan stem embrio yang dikreasikan pada hari pertama kehamilan dapat digunakan untuk

mengobati berbagai macam penyakit, terutama kanker.

Di lain pihak, dokter Severino Antinori pernah mengatakan, bahwa seorang wanita telah

mengandung embrio hasil kloning, dan diperkirakan pada bulan Januari tahun 2003 lalu telah

siap melahirkan. Dokter ahli kandungan kontroversial ini tidak memberikan informasi lebih

rinci mengenai wanita ini. Dia juga tidak menyebut kebangsaan ataupun keberadaaan wanita

ini. Tetapi, dia hanya mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan ultrasound scans, diketahui

bahwa janin yang dikandungnya memiliki berat sekitar 2,5 sampai 2,7 kg dan kondisinya sangat

sehat. Bulan Mei tahun 2002, dia juga pernah mengatakan bahwa ada tiga wanita yang

mengandung bayi hasil kloning. Dan dia tidak mengatakan di mana ketiga orang itu berada,

namun ia hanya mengatakan bahwa salah satu dari mereka tinggal di sebuah negara Islam.

Pada tahun 1994, Antinori pernah membuat kejutan di dunia kedokteran karena

keberhasilannya membantu seorang nenek berusia 62 tahun untuk memiliki seorang anak. Dia

adalah termasuk salah satu dokter yang mendukung usaha kloning manusia untuk membantu

pasangan yang tidak subur agar memiliki anak. Namun akibat pernyataan Dr. Antinori ini,

timbullah pro dan kontra dari sejumlah dokter, ilmuwan dan agamawan. Mereka kebanyakan

menolak kloning terhadap manusia dengan menganggap bahwa upaya ini adalah tindakan yang

tidak bertanggung jawab.

Adalah merupakan hal yang wajar, apabila setiap penemuan baru sebagai hasil teknologi

dan ilmu pengetahuan selalu menghasilkan pertentangan mengenai dampak positif dan

negatifnya. Maka dalam bidang, bioteknologi (rekayasa genetika) juga ada yang mendukung

dan yang menentangnya. Namun, semua tergantung pada manusia, segi mana yang

dikembangkan, segi yang positif ataukah negatif? Permasalahan utamanya adalah bukan pada

teknologinya akan tetapi, pada penerimaan masyarakat terhadap hasil-hasil rekayasa genetika

itu. Lebih-lebih masalah ini berkaitan dengan kloning manusia, yang secara langsung

berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan di bumi.

Pada bulan Februari tahun 2001, majalah Time dan CNN pernah melakukan polling

pendapat, dimana hasilnya 90% adalah menyatakan bahwa kloning manusia merupakan ide

yang buruk. Bahkan 69% menjawab bahwa kloning manusia melawan kodrat Tuhan.

Sekalipun para ilmuwan mengungkapkan bahwa kloning yang dilakukan, bertujuan

untuk penyembuhan penyakit (terapeutik), -seperti keberhasilan perusahaan bioteknologi

Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat yang

mengembangkan sel tunas (sel stem) menjadi sel tertentu untuk menggantikan jaringan tubuh

yang terserang penyakit- akan tetapi hal ini masih menjadi kontraversi diantara berbagai

kalangan.

4. Sekilas Memahami Proses Kloning

Terbayang oleh kita bahwa kloning adalah proses pembiakan yang amat rumit. Sebagai

rujukan, kita coba simak rangkaian proses kloning. Bagaimanakah sebenarnya proses kloning

yang dilakukan para pakar bioteknologi? Setelah tahu, kita berhak menilai atas kelayakan atau

tidaknya kloning manusia.

Dengan menyimak baik-baik proses kloning kita berharap tidak salah dalam

memberikan penilaian. Sebab sumber permasalahannya adalah terletak pada proses, dan hasil

kloning yang dicapainya. Masalah ini nanti akan saya jelaskan pada bagian tentang problematika

Page 6: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 166)

atau dilema hasil kloning.Disini, akan dipaparkan tentang proses kloning yang berhasil diramu

dari berbagai sumber yang ada.

Proses kloning manusia sebetulnya tidak jauh berbeda dengan proses kloning yang

dilakukan terhadap hewan. Prosesnya dapat digambarkan dan dikelompokkan dan menjadi

beberapa tahapan seperti yang ditunjukkan dalam Reuters serta bisa dijelaskan secara sederhana

sebagai berikut:

Langkah pertama, mempersiapkan sel stem atau sel tunas, yaitu suatu sel awal yang akan

tumbuh menjadi berbagai bentuk sel tubuh. Sel ini diambil dari sel induk yang berasal

dari manusia yang hendak dikloning.

Langkah kedua, sel stem (tunas) itu diambil inti selnya, yang mengandung informasi

genetik kemudian dipisahkan dari sel.

Langkah ketiga, mempersiapkan sel telur, yaitu suatu sel yang diambil dari sukarelawan

perempuan sebagai donasi sel telur tersebut, lalu intinya dipisahkan dari sel telur seperti

yang awal tadi.

Langkah keempat, inti sel dari sel stem -inti sebuah sei-sel apa saja dalam tubuh yang

diambil dari individu yang akan dikloning- diimplantasikan kedalam sel telur

(dimasukkan ke dalam sel telur yang telah dilubangi).

Langkah kelima, sel telur tersebut kemudian dipicu supaya terjadi pembelahan dan

pertumbuhan. Setelah membelah pada hari kedua sel telur akan menjadi sel embrio.

Langkah keenam, sel embrio yang terus membelah disebut blastosis. Mulai memisahkan

diri pada hari ke lima dan setelah itu siap diimplantasikan ke dalam rahim (ditanam di

dalam uterus seorang wanita).

Langkah ketujuh, embrio dalam rahim tumbuh menjadi bayi dengan kode genetik yang

identik dengan sel stem donor.

Dari penjelasan kloning dan prosesnya di atas, maka akan menghasilkan sebuah individu baru

yang mempunyai sifat genetik yang "identik" (sama).

5. Tujuan dan Manfaat Kloning Bagi Manusia

Setelah mengetahui serangkaian proses kloning, kita akan membahas, apakah kloning

itu sendiri memiliki tujuan-tujuan tertentu disamping hanya untuk mencari kepopuleran dan

bidang bioteknologi bagi kaum ilmuan, terutama bagi yang telah berhasil melakukan kloning

ataukah kloning itu sendiri dilakukan hanya untuk menujukkan kecanggihan manusia dalam

bidang bioteknologi saja tanpa memiliki tujuan positif?

Yang jelas, disamping kloning adalah sebagai bukti bagi kemajuan dan kecanggihan

manusia dalam bidang bioteknologi, ia memiliki tujuan-tujuan yang dianggap dapat

memberikan manfaat dan sejuta harapan bagi manusia. Adapun praktik dan prosedur

pelaksanaan kloning dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bentuk: Pertama, kloning

dimaksudkan untuk "memproduksi" seorang anak atau yang biasa di sebut dengan kloning

reproduksi. Tujuan pertama ini, untuk mengupayakan keturunan bagi pasangan yang mandul,

dengan cara mengkloning DNA dari suaminya yang sah, serta untuk kepentingan sains dan

teknologi semata. Kedua adalah mengkloning organ-organ tertentu dari anggota badan untuk

keperluan tertentu. Misalnya otak atau jantung, ginjal dan lain sebagainya. Tujuan yang kedua

ini, kloning terhadap anggota badan (terapeutik) adalah untuk mengganti jaringan sel yang rusak

di dalam tubuh. Proses pembuatan kloning terapeutik ini prosesnya mirip dengan kloning

Page 7: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 167)

reproduksi. Bedanya, pada proses kloning terapeutik embrio dihentikan pada tahap blastosit.

Dalam peroses kloning, kita telah mengetahui bahwa bahan utama kloning adalah sel telur dan

sel stem. Sekarang yang perlu diperhatikan adalah sel stem. Sel stem (sel tunas) adalah sel yang

diambil dari sel induk. Menurut situs National Institutes of Health AS (Lembaga Kesehatan

Nasional AS), sel tunas merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk membelah dalam

jangka waktu tak terbatas dan mampu membentuk 220 jenis sel penyusun tubuh manusia.

Prosesnya, saat sel telur bertemu dengan sel stem maka akan terbentuk sel tunggal yang

mempunyai kemampuan membentuk seluruh organ, sel yang lelah dibuahi itu disebut totipotent

atau mempunyai potensi total. Jika diletakkan dalam rahim, maka akan mampu berkembang

menjadi janin, Setelah mengalami pembelahan sel beberapa kali, sel totipotent akan berubah

menjadi blastosit yaitu berupa sekelompok sel dalam rongga yang dikelilingi sel selubung akan

berkembang menjadi plasenta dan jaringan yang mendukung perkembangan janin. Sedangkan

sel bagian dalam berkembang menjadi pelbagai organ tubuh yang disebut pluripotent, Sel

pluripotent ini yang diteliti para pakar untuk diarahkan menjadi pelbagai jaringan organ tubuh.

Misalnya sel ginjal, sel otot jantung, sel pankreas, sel saraf, sel kulit, dan sel darah Jika

penelitiannya berhasil, maka hal tersebut merupakan harapan besar bagi manusia dalam upaya

penyembuhan banyak penyakit, yang bisa diatasi dengan cara mengganti jaringan yang rusak.

Teknik ini, menurut Wakil Presiden act dr Robert Lanza, dapat digunakan untuk

pengobatan berbagai penyakit yang mengancam kehidupan, seperti gangguan, jantung, diabetes,

stroke, kanker, AIDS serta penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer

Penggunaan inti sel manusia pada kloning terapeutik ini juga dimaksudkan untuk

mencegah respon imun alias penolakan tubuh penerima. Dengan memiliki sel induk sesuai

dengan informasi genetik tubuhnya, seseorang memiliki sumber suku cadang tak terbatas dari

sel tubuhnya. Jika ada organ terganggu, tinggal ditransplantasi.

Direktur Lembaga Biologi Molekular Eijkman Prof, dr Sangkot Marzuki menyatakan,

sel tunas juga bisa diperoleh dari sumsum tulang maupun sel darah tepi yang bisa membentuk

pelbagai jenis darah, baik darah merah, darah putih maupun keping darah. Biasanya digunakan

untuk terapi kanker darah (leukemia). Sel tunas ini disebut multipotent. Namun, dalam teknologi

rekayasa jaringan sel pluripotent, yaitu yang berasal dari embrio (embryonic stem cell), walau

mampu membentuk pelbagai jenis sel, namun sel multipotent hanya mampu membentuk sel

tertentu. Dimana sel tunas darah membentuk pelbagai sel darah, sel tunas kulit membentuk

pelbagai jenis sel kulit dan sebagainya.

6. Isu Keberhasilan Kloning Manusia Pertama, Benarkah?

Di tengah ramainya pertentangan berbagai kalangan yang mengkhawatirkan

kemungkinan terjadinya proses pengkloningan manusia, kembali dunia dikejutkan pers dan

jurnalistik, dimana dengan tiba-tiba sebuah perusahaan yang berkaitan dengan sebuah kelompok

kepercayaan, pada hari Jum'at malam 27 Desember 2002 mengklaim telah berhasil

memproduksi manusia kloning pertama di dunia. Perusahaan itu bernama Clonaid,

mengumumkan telah menciptakan bayi perempuan sehat yang merupakan kloning dari seorang

wanita Amerika berusia 31 tahun yang melahirkan bayi tersebut. Bayi yang diberi nama Eve

atau Hawa itu dilahirkan lewat operasi Caesar di sebuah negara yang dirahasiakan.

Berkaitan dengan hal ini, Direktur Clonaid Brigitte Boisselier, yang merupakan seorang

mantan peneliti kimia di Prancis, pada sebuah konferensi pers di Hollywood, Miami, AS Utara

mengatakan bahwa dirinya sangat bangga telah bisa mengumumkan keberhasilan kloning bayi

Page 8: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 168)

pertama di dunia. Pada jumpa pers itu Boisselier tidak menunjukkan bukti lengkap mengenai

klaimnya tersebut. Dia hanya mengatakan bahwa bayi perempuan itu telah lahir pada hari Kamis

pukul 11. 55 waktu setempat, tapi tidak mengungkapkan di mana proses kloning itu dilakukan.

Ketika Clonaid dipandang secara skeptis oleh para ilmuwan yang meragukan kemampuan teknis

kelompok itu dalam mengkloning manusia. Dia mengatakan bahwa bayi itu akan diteliti oleh

pakar independen melalui tes DNA.

Disamping itu Clonaid juga menyatakan, bahwa empat bayi kloning lainnya akan lahir

pada awal tahun 2003. Namun sampai saat ini belum ada beritanya. Boisselier juga mengatakan

kepada organisasi-organisasi pers bahwa bayi-bayi kloning tidak lama lagi bakal lahir berkat

para ilmuwan Clonaid. Dia menjelaskan kepada komite Kongres tahun 2001, bahwa dia yakin

telah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan kloning manusia dalam waktu

dekat. Clonaid, yang menyebut dirinya sebagai "perusahaan kloning manusia pertama",

didirikan oleh satu kelompok agama, Raelian, pada tahun 1997 M.

Boisselier adalah salah satu uskup dalam gerakan Raelian, yang menyatakan kehidupan

di Bumi diciptakan lewat proses genetika oleh makhluk luar angkasa. Kelompok Raelian

percaya pemimpin spiritual merek Rael, adalah keturunan langsung alien-alien ini. bulan Juli

2001, Rael mengatakan kepada CNN bahwa tujuan jangka panjang bagi kloning manusia akan

terus diupayakan. Menurutnya, mengkloning bayi hanyalah langkah pertama. Sampai pada

akhirnya nantinya kelompok itu ingin mempelajari bagaimana mengkloning orang dewasa,

kemudian memindahkan otaknya ke hasil kloning.

Selain itu, Boisselier mengemukakan bahwa tujuan jangka pendek kloning tersebut

adalah membantu pasangan yang tidak subur. Tidak diketahui secara pasti prosedur apa yang

digunakan oleh Clonaid, karena cara itu tidak dipublikasikan atau meliris data tentang risetnya.

Boisselier tidak menjelaskan lokasi laboratoriumnya. Dia hanya mengatakan tidak di AS. Dulu

biasanya dia menggunakan sebuah laboratorium di West Virginia, namun Badan Pengawas

Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) pernah mengunjungi laboratorium tersebut dan telah

menutupnya.

Raelian bukanlah kelompok pertama yang mengklaim secara aktif berusaha

mengkloning manusia. Seperti tersebut di awal bahwa Dokter Italia, Severino Antinori, terlebih

dahulu mengeluarkan beberapa pengumuman bahwa manusia kloning mungkin akan lahir pada

Januari 2003, namun tiba-tiba perusahaan Clanoid mendahului mengumumkan

keberhasilannya.

Selain itu mantan profesor University of Kentucky, panos Zavos, juga mengumumkan

rencana untuk mengkloning manusia, namun awal tahun 2003 dia mengatakan kepada CNN,

dia belum berhasil menciptakan embrio. Semua klaim diatas menurut hemat penulis hanyalah

kejutan-kejutan saja, karena sampai saat ini kita belum pernah mengetahui atau menyaksikan

kebenarannya.

7. Kontraversi dan Problem Kloning Manusia

Sejauh ini, memang para ilmuwan telah berhasil mengkloning domba, sapi, kambing,

tikus, babi, dan lembu jantan yang amat langka. Namun, kloning manusia merupakan hal

kontraversial, karena berdasarkan pengalaman pada kloning binatang menunjukkan bahwa

banyak hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Banyak pengkloning binatang -termasuk

Ian Wilmut sendiri- tidak menyetujui kloning manusia.

Seorang pakar biologi di Institut Riset Biologi Whitehead MIT, Rudolf Jaenisch, yang

Page 9: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 169)

telah berhasil mengkloning tikus dalam suatu kesempatan jumpa pers pernah mengatakan bahwa

saat ini belum saatnya untuk mengkloning manusia.

Para pemimpin Kristen, Yahudi dan Muslim semuanya mengutuk klaim yang pernah

dinyatakan oleh perusahaan Clonaid pada hari Jumat 27 Desember 2002. Vatikan mengatakan,

klaim itu tidak mengandung pertimbangan etika dan kemanusiaan sedikit pun. Sementara itu,

kepala Rabbi Israel juga mengecam bahwa kloning tidak alami dan melanggar semua masalah

yang menjadi hak Tuhan. Rabbi Moses Tendler, Guru Besar Biologi dan Etika Kedokteran

Yahudi dari Universitas Yeshiva, dengan jelas menentang kloning manusia, namun masih bisa

mentolerir kloning terapeutik. Menurutnya, manusia wajib menyembuhkan penyakit. Selain itu,

ajaran Yahudi berpandangan bahwa kehidupan manusia baru dimulai 40 hari setelah konsepsi.

Sementara itu para ulama Muslim di seluruh Timur Tengah juga mengutuk pengumuman itu

dan banyak ilmuwan menyatakan skeptis terhadap klaim itu. Presiden Bush dan Presiden

Prancis Jacques Chirac juga mengecam keras terhadap pengumuman itu. Secara tegas Chirac

mengatakan bahwa apapun kebenaran di balik kloning, pengumuman itu (dari pihak Clonaid),

dirinya akan tetap mengecam atas semua riset kloning reproduksi manusia.16

Pada diskusi yang diselenggarakan Pew Forum on Religion & Public Life, Amerika

Serikat, sebagaimana dipublikasikan di situs web forum itu, ketua The Wilberforce Forum, Dr.

Nigel Cameron, menentang semua bentuk kloning manusia berdasarkan kepercayaan Protestan

konservatif. Ia mengatakan bahwa kloning embrio manusia akan menjadi dasar pembuktian

bagaimana kita sebagai umat menjaga martabat manusia. Presiden The Culture of Life

Foundation, Robert Best, dalam hal ini juga menentang segala bentuk kloning demi menjaga

kesucian hidup manusia sejak konsepsi sampai kematian.

Pandangan serupa juga diyakini Muslim Suni, demikian Prof. Abdul 'Aziz Sachedina,

Guru Besar Kajian Agama dari Universitas Virginia. Karena itu, Sachedina tidak keberatan

penggunaan embrio untuk penelitian. Tentang kloning manusia, Sachedina mengingatkan, hal

akan mengacaukan hubungan kemasyarakatan.

Dari pihak politisi, sejak Juni 2002, Parlemen Australia telah membahas RUU yang

diajukan Perdana Menteri John Howard guna memberikan ketegasan dalam upaya melarang

kemungkinan dilakukan kloning manusia. RUU itu dimaksudkan untuk melarang kloning

manusia dan berbagai praktek ilmu pengetahuan reproduksi yang dinilai tidak sesuai dengan

etika. Resminya, di Amerika sendiri hanya ada sedikit upaya untuk menghentikan para ilmuwan

melakukan kloning. Pada bulan Januari tahun 2001, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional

merekomendasikan larangan kloning manusia, namun hanya empat negara bagian California,

Michigan, Louisiana dan Rhode Island yang melarang semua jenis riset kloning.

Namun secara resmi, UNESCO sendiri pada tanggal 1 januari 2003 menyatakan

larangan pengkloningan terhadap manusia dan mengajak negara-negara di dunia untuk segera

melarang proses ini. Dalam pernyataannya di markas besar UNESCO Paris, Matsura, Dirut

UNESCO mengatakan bahwa ada kepentingan mendesak untuk menciptakan persetujuan

internasional mengenai hukuman bagi siapapun yang mengkloning manusia. Ia berpendapat

bahwa tidak akan ada kemajuan kemanusiaan di dunia, dimana ilmu dan teknologi

dikembangkan tanpa etika.

8. Lalu Benarkah Kloning Melawan Kodrat Allah?

Banyak orang mengatakan bahwa kloning bertentangan dengan kodrat Allah. Bersama,

kita akan membahas asumsi ini. Pasalnya, yang menjadi pertanyaan selama ini adaiah benarkah

Page 10: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 170)

proses kloning tersebut melawan kodrat Tuhan? Kita tidak dapat menarik kesimpulan terlalu

cepat, karena akibat persepsi yang salah pula, kembali agama akan disalahkan, karena dianggap

menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang bioteknologi. Juga agar jangan

sampai timbul justifikasi dan kesimpulan yang tidak tepat terhadap permasalahan ini.

Dalam permasalahan kloning ini, kekuasaan dan kodrat Allah sangat jelas, seperti yang

disebutkan dalam (Q.S. Al-Ra'd: 16) yang artinya:

"Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah:

"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal

mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka

sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau

samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa

sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan

itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala

sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

Begitu juga dalam; (QS. Al-Waqiah; 59)

"Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?"

Juga yang disebutkan dalam (QS. Al-Haj: 73):

"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkan-lah olehmu perumpamaan

itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat

menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat

itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari

lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah".

Ayat-ayat itu bisa dijadikan landasan bahwa proses kloning tidak sedikitpun melawan

kehendak dan kodrat Tuhan, karena pada dasarnya Allah-lah pencipta segala sesuatu. Proses

kloning tidak akan pernah mencapai pada tahapan penciptaan mahluk yang bagaimana pun

bentuknya. Karena proses ini hanyalah sebatas usaha yang dilakukan manusia untuk mengolah

apa yang telah ada. Begitu juga, kloning yang dilakukan para pakar kloning terhadap sebagian

hewan adalah hanya sebatas menemukan, atau hanya sebatas mengungkap rahasia alam. Kalau

tidak atas izin Allah, maka para ilmuwan itu tidak akan pernah bisa menghasilkan kloning,

seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 32:

"Mereka (para malaikat) menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui

selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana",

Dan Al-Baqarah ayat 255, yang artinya:

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi

terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-

Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah

tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang

mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang

dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat

memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar".

Kloning hanyalah merupakan cara baru dalam penyerbukan, yang prosesnya seperti

yang telah tersebut di atas. Bahan-bahannya adalah jelas ciptaan Allah, dan tak ada sedikitpun

unsur penciptaan manusia.

Sedangkan berkaitan dengan proses selanjutnya setelah dalam rahim dan masalah

Page 11: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 171)

pemberian ruh adalah telah menjadi urusan Allah. Dan dalam hal ini, tak ada seorang pun yang

mampu menandingi kekuasaan-Nya. Karena tidak akan pernah ada istilah ruh sintesis, yang

direkayasa oleh manusia. Selama ini apa yang dilakukan para dokter, baik itu seperti proses bayi

tabung atau proses sewa rahim, hanyalah usaha melakukan penyerbukan dengan cara yang

berbeda dengan cara penyerbukan alami. Setelah itu, semuanya dikembalikan kepada ketentuan

dan kekuasaan Allah. Kalau demikian halnya, benarkah kloning bertentangan dengan kehendak

dan kodrat Allah? Kloning diharamkan oleh para agamawan, negarawan, ilmuan, adalah bukan

karena unsur ini, akan tetapi karena unsur lain seperti nanti yang akan kita bahas di bawah.

9. Sikap, Tanggapan dan Alasan Sikap Skeptis Para Ilmuwan atas Kemungkinan Kloning

Manusia

Klaim Clonaid atas keberhasilannya mengkloning manusia pertama masih diragukan

oleh banyak kalangan, terutama para ilmuwan bioteknologi sendiri. Mereka masih bersikap

skeptis mengenai klaim itu, termasuk Dr. Robert Lanza, Kepala Pengembangan Medis dan Ilmu

Pengetahuan Advanced Cell Technologies, perusahaan riset genetik yang akhir tahun 2001

mengumumkan keberhasilannya melakukan kloning terapeutik. Menurut Lanza, Clonaid sama

sekali tidak mempunyai track record di bidang kloning dan belum pernah mempublikasikan satu

pun makalah mengenai kloning.

Komentar serupa juga datang dari Dr. Panos Zavos, seorang ilmuwan yang juga

berupaya untuk mengkloning manusia, bahwa Boisselier gagal membuktikan klaimnya. Tidak

ada kejadian, tidak ada bukti maupun pertanda, yang ada hanya omongan. Sejauh ini Zavos,

mantan guru besar Universitas Kentucky ini, mengakui bahwa ia baru berhasil membuat embrio

manusia. Dan menurutnya, walaupun saat ini tak kurang dari lima kelompok ilmuwan di seluruh

dunia berusaha keras mengkloning manusia, namun untuk mencapai pada tahap keberhasilan

masih diragukan. Banyak alasan yang mendukung diragukannya klaim keberhasilan Clonaid

tersebut, di antaranya:

Pertama, karena perusahaan itu tidak menunjukkan bayi yang baru dilahirkan itu dan

tidak disertai data-data ilmiahnya. Walaupun direktur Clonaid, Brigitte Boisselier, mengatakan

bahwa untuk pembuktian, satu tim ilmuwan independen yang telah diseleksi editor science TV

ABC, Michael Guillen, akan mengambil sampel genetik Eve untuk dicocokkan dengan DNA

ibunya. Namun pada kenyataannya, tak ada kabar beritanya.

Kedua, meski banyak binatang telah dikloning, namun sejauh ini belum ada yang

berhasil mengkloning simpanse atau primata lain yang mirip manusia. Untuk menggambarkan

tingkat kesulitannya, menurut ahli kloning dari Universitas Missouri, Dr. Randall Prather,

keberhasilan kloning pada binatang hanya berkisar 1% sampai 5%.

Ketiga, kombinasi antara sel telur dan sel donor menentukan keberhasilan proses

kloning. Untuk mem¬peroleh kombinasi yang cocok, antara sel telur dan sel inti dari donor

diperlukan seleksi puluhan kali. Seringkali kesalahan dalam proses kloning adalah terjadin

pembalikan kondisi sel inti, dari sel dewasa kembali di program menjadi sel embrio. Apa

dampak negatif dari proses itu tidak dapat diramalkan. Pada binatang percobaan terlihat cacat

yang bervariasi, akibat proses pemprograman balik oleh sel tersebut.

Keempat, para ahli rekayasa genetika semakin sering menemukan fenomena kehilangan

keseimbangan pertumbuhan. Misalnya, pada binatang percobaan, kerap ditemui janin yang

plasentanya membesar amat drastis. Hal tersebut diduga akibat gangguan keseimbangan pada

pertumbuhan sel. Proses kloning yang sama sekali tidak memanfaatkan sel sperma,

Page 12: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 172)

mengakibatkan sel induk yang berfungsi dominan. Pada pembuahan normal, dimana sel telur

bertemu sel sperma, keseimbangan pertumbuhan diatur oleh sel induk dan sel jantan.

Pertumbuhan embrio menjadi lebih stabil dalam proses ini. Diakui, masih banyak sisi gelap dari

proses kloning ini. Untuk itulah para ahli menyarankan, mematangkan dahulu proses kloning

pada binatang terlebih dahulu, sebelum menerapkannya pada manusia.

Ilmuwan Roslin's Institute, Ian Wilmut, yang berperan dalam kelahiran Dolly

menegaskan, kloning pada manusia amatlah mengejutkan karena jumlah kegagalan yang tinggi

dan kematian pada bayi yang baru lahir. Kloning pada binatang menunjukkan adanya

kelemahan. Dolly, mamalia pertama yang berhasil dikloning terbukti menderita arthritis pada

usianya yang masih muda dan hanya berhasil hidup dalam waktu relatif tidak lama. Walau

dikatakan berhasil, prosedur kloning ini tidaklah sempurna. Prosesnya memerlukan 276

percobaan sebelum akhirnya tercipta Dolly. Kloning pada manusia lebih rumit dengan resiko

yang lebih besar dan sangat potensial menjadi kesalahan. Intinya, proses kloning adalah

rangkaian eksperimen yang rumit dan memerlukan faktor keberuntungan.

Meski kloning terhadap binatang terus dikembangkan oleh para peneliti di pelbagai

pusat dunia, tidak banyak ilmuwan yang setuju upaya kloning manusia. Pasalnya, sejauh ini

kloning terhadap binatang masih banyak masalah. Binatang hasil kloning kebanyakan mati tak

lama setelah dilahirkan dengan pelbagai masalah medis, seperti cacat pada paru-paru maupun

sistem kekebalan tubuh

Percobaan kloning mamalia di Universitas Ludwig Maximillian di Miinchen Jerman

menunjukan, dari 100 kali rekayasa kloning sapi, hanya lahir lima anak sapi yang sehat. Separuh

dari anak sapi kloning mati sesaat setelah dilahirkan, terutama akibat radang paru-paru atau

akibat gagalnya sirkulasi darah. Yang bertahan hidup, menghadapi penyakit mematikan

berikutnya, yakni kelebihan lemak, rematik, kanker atau mengerasnya jaringan hati, Padahal,

percobaan kloning pada sapi tergolong paling ideal, sebab sapi memiliki cukup banyak sel

matang untuk dikloning. Sedang pada manusia relatif lebih sulit men¬dapatkan cukup banyak

sel matang untuk diklon. Artinya resiko kegagalan bertambah tinggi.

Menurut Dr. John Hill, dokter hewan yang berhasil mengkloning sapi di Universitas

A&M Texas, binatang- binatang hasil kloning yang saat lahir tampak normal pun seringkali

mengalami masalah dalam perkembangannya. Ia mengatakan bahwa hati, paru-paru, jantung,

dan pembuluh darah mereka seringkali tidak normal setelah lahir. Bahkan kelompok yang

berbeda yang melakukan penelitian, ternyata juga menemukan masalah yang berbeda pula.

Misalnya saja, kelompok yang dipimpin Atsuo Ogura dari institut nasional untuk penyakit

infeksi di Tokyo Jepang, yang melakukan kloning tikus jantan dan mengamati hasilnya. Dari 12

tikus kloning, sepuluh di antaranya mati setelah berumur dua setengah tahun. Pembedahan

bangkai tikus klon menunjukan penyakit yang berbeda-beda sebagai penyebab kematiannya.

Ada yang mati karena radang berat paru-paru, kanker paru- paru, leukemia dan matinya jaringan

hati. Sementara ujicoba klon tikus betina di Universitas Cincinnati Ohio yang dilakukan tim

yang dipimpin oleh Randall Sakai, menemukan penyebab lain, yakni kematian akibat kelebihan

lemak.

Dengan latar belakang Clonaid dan pendirinya, boleh jadi keraguan atas kelahiran

manusia kloning memang beralasan. Namun, waktu jualah yang nantinya akan membuktikan

atas klaim itu.

Menurut seorang pejabat ACT yang menilai bahwa pengumuman penemuan tersebut

hanyalah bersifat prematur dan hanya memancing reaksi keras menentang kloning. Sebagai

Page 13: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 173)

reaksi terhadap klaim tersebut, Glenn McGee, peneliti dari Universitas Pennsylvania

mengundurkan diri dari ACT dengan menyatakan bahwa pengumuman tersebut terlalu tergesa-

gesa dan kurang didukung data teknis yang terperinci, misalnya sel-sel apa yang dipakai untuk

mengembangkan embrio yang dikloning.

Bagaimana nasib kloning manusia belum bisa dilihat, karena baru saja lahir maupun

akan dilahirkan. Karena sampai saat ini baru dua peneliti yang mengumumkan keberhasilannya,

dan itupun baru sebatas klaim

10. Tinjauan Agama dan Hukum Kloning

Terlepas dari alasan-alasan ilmiah, seorang Muslim hendaknya mempunyai pendapatnya

sendiri berdasarkan agamanya untuk ikut menyetujui ataupun menolak "kemajuan" ilmu ini.

Dalam Islam, kelangsungan hidup manusia dilestarikan secara sunnatullah melalui

pembentukan keluarga yang disahkan oleh syariat Islam. Selanjutnya dari pasangan suami istri

dilahirkan anak-anak yang merupakan amanah dari Allah. Dengan metode kloning, kelahiran

seorang bayi tidak lagi memerlukan sperma ayah. Seorang ibu sudah cukup secara teoritis untuk

mempunyai anak. Sedangkan seorang laki-laki, apabila ingin punya anak tidak perlu istri. Cukup

hanya memesan sel telur pada suatu firma, untuk memberikan sel dari salah satu organnya dan

kemudian menitip calon anaknya pada suatu rahim wanita, yang bisa jadi juga telah disediakan

oleh firma tersebut. Firma seperti itu bukan lagi hanya sebatas khayalan, akan tapi adalah realita,

seperti halnya yang telah berdiri di Amerika dan salah satunya adalah "Clonaid".

Dari cerita ini, bisa dibayangkan bahwa lembaga perkawinan akan semakin tidak

dihargai dan pembentukan keluarga tidak mempunyai arti lagi bagi manusia. Padahal, keluarga

dibentuk tidak hanya untuk memproduksi anak, akan tetapi juga untuk memberikan

perlindungan psikologis terhadap anggota-anggota keluarga, serta yang paling utama adalah

dalam rangka ibadah. Dan hal tersebut secara jelas tercatum dalam al- Quran yang artinya: "Dan

diantara kekuasaannya adalah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya" (QS. Ar-Rum: 20)

Lebih lanjut, apabila metode ini benar-benar akan dikembangkan, efek lainnya adalah

mengacaukan nasab (keturunan). Seorang anak bisa jadi hanya punya ayah saja atau ibu saja,

karena sel dewasanya berasal dari salah satu dari organ mereka.

Alasan yang paling tepat untuk mengharamkan kloning ini adalah karena proses kloning

ini bertentangan dengan Maqasid Syariah, seperti halnya dalam rangka menjaga keturunan atau

nasab, harta dan agama.

Penelitian pada bidang ini menggugah suatu pertanyaan, apakah manusia masih

menyangsikan bahwa ada aturan lain yang lebih unggul dari yang sudah diajarkan Allah?

Padahal Allah sendiri sudah mengisyaratkan kesempurnaan ciptaannya dalam Al-Quran, yang

artinya; "....Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat

pada ciptaan Tuhan yang maha pemurah, sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah

berulang- ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S. Al-Mulk: 3)

Selain itu, mampukah manusia menanggung resiko akan perbuatannya, yaitu bahwa

hasilnya nantinya tidak menimbulkan ketidakseimbangan pada alam yang pada akhirnya juga

akan menimpa manusia itu sendiri.

Penciptaan manusia dalam Al-Qur'an disebutkan, pada beberapa ayat yang secara jelas

menggambarkan prosesnya dimulai dari pembuahan sel telur oleh sperma, kemudian menjadi

segumpal darah (fetus) yang tumbuh dalam rahim dan seterusnya sampai lahir, seperti

Page 14: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 174)

disebutkan dalam Al-Quran yang artinya;

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur28

yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami

jadikan dia mendengar dan melihat".(Q.S. Al-Insan: 2).

Begitu pula, firman Allah:

"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka

(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari

setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang

sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan

Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah

ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan

berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang

diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,

supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya(QS.

Al-Hajj: 5)

Jadi, pertemuan antara sperma dengan sel telur merupakan syarat bagi tencapainya hasil

yang sempurna. Selain dengan cara tersebut, Allah tidak memberikan jaminan bagi produk yang

dihasilkan.

"Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan

pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus'. (QS. Ar-Rum: 30), dan ayat: "Dan segala

sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supanya kamu mengingat akan kebesaran

Allah". (QS. al Dzariyat: 49)

Seorang anak merupakan hasil kontribusi antara sperma dan sel telur, di mana masing-

masing komponen membawa substansi yang berbeda sehingga hanya dari keduanya bisa lahir

seorang bayi yang sempurna, dalam arti semua komponen tubuhnya berfungsi dengan normal.

Sampai saat ini pembuahan secara konvensional telah terbukti kesempurnaannya. Kalaupun ada

bayi yang dalam keadaan cacat, penyebabnya bukan karena kesalahan cara pembuatannya.

Sedangkan pada bayi yang dari metode "clonning", banyak sekali kelemahannya yang telah

dibuktikan secara secara ilmiah pada berbagai kasus.

Lebih jauh test genetik membuktikan pula terdapatnya mutasi dengan frekuensi yang

sangat tinggi pada gen-gen hewan produk kloning. Efeknya baru akan terlihat setelah hewan

hidup beberapa lama. Dengan demikian apabila seorang manusia dewasa menginginkan

anaknya lahir dengan cara kloning, bisa dikatakan dia seorang manusia yang kejam, karena

sudah merancang anaknya sendiri untuk menderita cacat baik secara fisik maupun psikologis

selama hidupnya.

Tidak seorang pun di dunia ini yang bisa melarang berjalannya penelitian dengan

menggunakan embrio manusia. Kecintaan yang berlebih-lebihan pada ilmu dunia ternyata telah

membuat manusia lupa pada tujuan utama untuk belajar atau pun mengadakan penelitian. Islam

tidak melarang manusia untuk mengadakan berbagai penyelidikan mengenai ciptaan Allah.

Agama kita bahkan mendorong agar manusia melakukannya dalam rangka mengenal lebih dekat

sang Kholik, mengetahui kebesaran-Nya, sehingga menjadikan manusia lebih tunduk dan taat

dalam mematuhi perintahNya.

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku". (QS. al-Dzariyat: 56)

Pada kenyataannya, manusia mengadakan penelitian tanpa kenal batas. Setelah mereka

Page 15: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 175)

mengira bisa memproduksi hewan yang merupakan "jiplakan" induknya, mereka bahkan berani

berpikir kalau mereka bisa membuat manusia yang sesuai dengan kehendak mereka.

Keberhasilan mereka yang bisa diibaratkan setes air dalam lautan yang luas

dibandingkan ilmu Allah itu tidak membuat mereka semakin merasa takjub akan kebesaran

Allah. Sebaliknya, bahkan semakin menguatkan mereka untuk menolak bahwa Allah-lah yang

menciptakan alam semesta termasuk manusia.

Ditinjau dari segi ekonomi atau harta yang harus di-keluarkan, proyek "clonning"

menurut Boiseller mengatakan bahwa untuk mengkloning seorang bayi diperlukan dana kira-

kira sebanyak U$. 200.000. Seseorang yang tidak mau disebutkan namanya dari Amerika, telah

mengeluarkan biaya sebesar U$ 2,3 juta untuk mengembalikan anjingnya yang sudah mati

dengan cara "clonning". Jikalau untuk anjing saja biayanya sudah sebegitu besar, betapa

tragisnya, bila kita mengetahui bahwa di belahan bumi yang lain, misalnya di Ethopia, setiap

hari ada puluhan orang yang meninggal karena kekurangan makan.

Secara biologis, manusia seutuhnya merupakan suatu interaksi antara phenotype dengan

lingkungannya. Dengan demikian perlu dipertanyakan lagi keutuhan cara berfikir para ilmuwan

maupun pengusaha yang sudah menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya dalam proyek

penelitian ini.

Jikalau kloning manusia diperbolehkan, maka akan timbul masalah masalah baru.

Masalah-masalah yang diperkirakan timbul apabila kloning manusia dilakukan adalah:

1. Hancurnya pandangan terhadap nilai-nilai umum atau tradisionil. Atau bahkan akan

timbul pandangan mekanisme kehidupan yang baru, akibat terjadinya kehidupan yang

dimanipulasi secara mekanik oleh manusia sendiri. Pandangan demikian mengakibatkan suatu

permasalahan serius bagi gejala kehidupan dan dapat menggoyahkan kerangka kehidupan yang

telah ada saat ini.

2. Hancurnya martabat manusia. Mungkin kita perlu memikirkan bagaimana kita dapat

mendefinisikan identitas seseorang hasil kloning? Apa yang akan dihasilkan dalam integritas

seorang hasil kloning? Kita tahu bahwasanya seorang manusia dibesarkan dalam keluarga yang

memiliki orang tua dan memperoleh perhatian dari orang-orang di sekitarnya, memiliki sanak

famili dan saudara. Bagaimana halnya terhadap kloning manusia yang dibuat dalam tabung

percobaan secara manipulasi? Siapakah yang menjadi orang tuanya? Apakah orang yang

memanipulasi atau seseorang yang selnya diambil.

Untuk itu, tepatlah jika kloning manusia diharamkan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan di atas. Hal tersebut merupakan kesepakatan mayoritas umat Islam untuk

mengatakan bahwa kloning manusia adalah haram. Hal tersebut telah dibuktikan dalam

beberapa muktamar yang secara jelas menyatakan bahwa kloning manusia adalah haram seperti

muktamar di Jeddah tanggal 23-28, Shafar 1418, Majma' Buhuts al-Islamiyah dan lainnya.

Majma' Buhust Islamiyah Al-Azhar Cairo, Mesir telah mengeluarkan fatwa yang berisi bahwa;

"Kloning manusia itu haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara."

Naskah fatwa yang dikeluarkan lembaga itu juga menguatkan bahwa kloning manusia

itu telah menjadikan manusia yang telah dimuliakan Allah menjadi objek pelitian dan percobaan

serta melahirkan beragam masalah salah pelik lainnya. Fatwa itu menegaskan bahwa Islam tidak

menentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru men-support,

bahkan memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu membahayakan serta

tidak mengandung manfaat atau lebih besar madharatnya daripada manfaat, maka Islam

mengharamkannya demi melindungi manusia dari bahaya itu. Karena dalam "qaidah fiqhiyyah"

Page 16: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 176)

dijelaskan bahwa menolak "mafsadah" (kerusakan) lebih didahulukan daripada mengambil

mashlahat. Namun, apakah orang-orang Barat peduli dengan peraturan agama dan etika?

Seberapa banyak pun dalil yang kita pakai untuk mengharamkan kloning, tapi kalau orang-orang

Barat tidak peduli, maka kita tak akan bisa berbuat apa-apa.

KESIMPULAN

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Manusia sebagai

makhluk paling mulia di alam semesta wajib dilindungi kemaslahatannya. Kloning manusia

bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bertentangan dengan maqashid syariah yaitu

menjaga keturunan, menjaga harta dan menjaga jiwa. Oleh karena itu kloning manusia

diharamkan. Manusia akan memperoleh banyak kemaslahatan apabila ia hidup sejalan dengan

sunnatullah. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dari hubungan bilogis. Sementara

kloning sebagai upaya untuk menghasilkan keturunan, mengabaikan kebutuhan biologis

manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. Usul al-Fiqh. Terj. Saefullah Ma’sum dkk., Ushul Fiqh. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1999.

Aji, Ahmad Mukri. Kontekstualisasi Ijtihad Dalam Diskursus Pemikiran Hukum Islam di

Indonesia, 2010, Bogor: Pustaka Pena Ilahi.

Aji, Ahmad Mukri. Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Dialektika Pemikiran Hukum Islam,

2012, Bogor: Pustaka Pena Ilahi.

Anees, Munawar Ahmad. Islam and Biological Futures: Ethics, Gender and Technology, 1993,

Terj. Rahmani Astuti, Masa Depan Biologis Umat Manusia: Etika Gender dan Teknologi,

Cet. 1; Bandung: Mizan.

Anwar, Chairil. Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI, 2000, Cet. 1; Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azhary, Muhammad Tahir. Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari

Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini,

2004, Edisi kedua, Cet. 2; Jakarta: Prenada media.

Badudu, J.S dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994, Cet. 1; Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Baiquni, Ahmad. Al- Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, 1996, Cet. 1; Jakarta: PT Dana

Bhakti Prima Yasa.

Bakry, M. Nurchalis dkk. Bioteknologi dan Al-Qur’an, 1996, Cet. 2; Jakarta: Gema Insani Press.

Cole, Barbara Letta, et al. Encyclopedia Americana, 1993, Vol. 7. Danbura: Grolier

Incorporated.

Departemen Agama RI. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, 2003, Jakarta: Bagian

Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Depag.

Page 17: Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

FORUM KAJIAN SYARIAH ISLAMIYAH Ijtihad dan Implementasinya Dalam Hukum Islam

___________________________________________________________________________

Fokasi Press, 2005, Islamic Mission City, al-Abbasea, Cairo, Egypt ( 177)

Departemen Agama RI. Kompilasi Hukum Islam, 2001, Jakarta: Direktorat Pembinaan

Peradilan Agama Islam Depag.

Ibn Majah. Sunan Ibn Majah, Juz II, Beirut: Dar al- Fikr, t.t.

Krishnayanti, Ika N. Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, 1995, Jakarta: Konpalindo.

Ligninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia. 1994. Jilid 3. Alih bahasa: Maggy Thenawijaya.

Erlangga.

Lubis, Nur A. Fadhil. “Penanggulangan Krisis dan Pemulihan Sistem Hukum di Indonesia:

Analisa Sumbangan Hukum Islam.” Dalam Akhmad Mujahidin, et al., Aktualisasi Hukum

Islam Tekstual dan Kontekstual, 2007, Cet. 1; Riau: PPS IAIN Suska.

Maggalatung, A Salman. "Hubungan Antara Fakta Norma, Moral, Dan Doktrin Hukum Dalam

Pertimbangan Putusan Hakim," (2014), dalam Jurnal Cita Hukum, Vol. 2, No. 2 (2014).

Marzuki dan Rumadi, Fiqh Madzhab Negara Kritik Atas Politik Hukum Islam di Indonesia,

2001, Cet. 1; Yogyakarta: LKiS.

Mayliy, Muhsin al-. Rujih Gharudi wa al-Musykilat al-Diniyah, 1996, Terj. Rifyal Ka’bah,

Pergulatan Mencari Islam Perjalanan Religius Roger Graudy. Cet. 1; Jakarta: Paramadina.

Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, 1999,

Cet. 1; Bandung: Mizan.

Muhajir, Noeng. Filsafat Ilmu Positivisme, Post Positivisme, dan Post Modernisme, 2001, Cet.

1; Yogyakarta: Rake Serasin.

Qardawi, Yusuf. Hady al-Islam Fatawi Mu’asirah. Terj. Samson Rahman, dkk., Fatwa-Fatwa

Kontemporer, 2002, Jilid 3, Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Reksoatmojo, S.M. Issoegianti. Biologi Sel, 1994, Cet. 1; Jakarta: Depdikbud.

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

S.A, Ichtijanto. ”Pengadilan Agama Sebagai Wadah Perjuangan Mengisi Kemerdekaan

Bangsa.” Dalam Departemen Agama RI, Kenang-Kenangan Seabad Pengadilan Agama,

1985, Cet. 1; Jakarta: Ditbinpera Depag RI.