Upload
heru-hunter
View
256
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien, suami, anak,perawat,
rohaniawan.Tindakan yang diusulkan sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk
membiarkan penyakitnya menggerogoti tubuh walaupun sebenarnya bukan hal yang di
inginkannya.Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi asuhan
keperawatan,peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan melindungi
ibu tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian Maksud dari
tindakan.Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi di harapkan klien
maumenjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat
ini dihadapi,konsekuensi tindakan yang diusulkan.
Dalam makalah ini di uraikan berbagai masalah yang terdapat dalam etik
keperawatan, yaitu diantaranya adalah : aborsi, euthanasia, transplantasi organ, supporting
devices dan penyelesaian masalah etik dalam keperawatan. Melihat dari realita kehidupa kita
sekarang ini memang masalah diatas seolah-olah sudah menjadi atau dianggap biasa oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
A.Rumusan Masalah
Adapun dari latar belakang yang telah penulis uraikan dapat kita ambil beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana aborsi itu dilakukan ?
2. Apa itu euthanasia?
3. Bagaimana proses transplantasi organ ?
4. Apa itu supporting devices?
5. Bagaimana penyelesaian masalah etik dalam keperawatan?
B. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan proses aborsi
2. Untuk mendeskripsikan apa itu euthanasia
3. Mendeskripsikan proses transplantasi organ
4. Mendeskirpsikan tentang supporting devices
5. Mendeskripsikan penyelesaian masalah etik dalam keperawatan.
1
Bab II
Pembahasan
A. Aborsi
Pengertian aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk
menyelamatkan jiwa ibuhamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak
menghendaki kehamilan itu.Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi
terjadi secara alami, tanpa intervensitindakan medis, dan aborsi yang direncanakan
dimana melalui tindakan medis dengan obat-obatan saja (jamu, dsb) atau tindakan
bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina.
Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat.Indonesia,
namun terlepasdari kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan
masyarakat karenamemberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebabutama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan
penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan
sepsis,hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat.
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau
kedua-duanya.Tidak sedikit masyarakat yang menentang aborsi beranggapan bahwa aborsi
sering dilakukan oleh perempuan yang tidak menikah karena alasan hamil di luar
nikah atau alasan-alasan lain yang berhubungan dengan norma khususnya norma
agama. Namun kenyataannya, sebuah studi di Bali menemukan bahwa 71 %
perempuan yang melakukan aborsi adalah perempuan menikah (Dewi, 1997), juga
studi yang dilakukan oleh Population Council, 98,8 % perempuan yang melakukan
aborsi di sebuah klinik swasta di Jakarta, telah menikah dan rata-rata sudah
memiliki anak (Herdayati, 1998), alasan yang umum adalah karena sudah tidak
ingin memiliki anak lagi, seperti hasil survey yang dilakukan Biro Pusat Statistik
(BPS), 75 % wanita usia reproduksi berstatus kawin tidak menginginkan tambahan anak.
2
1. Teknik aborsi
a.Adilatasi dan kuret (Dilatation & curettage)
Lubang leher rahim diperbear, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu sepotong alat
yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim
dan dibuang keluar. Umumnya terjadi banyak pendarahan. Bidan operasi ini harus
mengobatinya dengan baik, bila tidak, akan terjadi infeksi.
b.Kuret dengan cara penyedotan (Sunction)
Pada cara ini leher rahim juga diperbesar seperti D & C, kemudian sebuah tabung
dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi
dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam
sebuah botol.
c.Peracunan dengan garam (Salt poisoned)
Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan), ketika sudah
cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarum
yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan
disedot keluar dan larutan garam yang pekat disuntikkan ke dalamnya. Bayi yang malang ini
menelan garam beracun itu dan ia amat menderita. Ia meronta-ronta dan menendang-nendang
seolah-olah dia dibakar hidup-hidup oleh racun itu. Dengan cara ini, sang bayi akan mati
dalam waktu kira-kira 1 jam, kulitnya benar-benar hangus.
d.Histerotomi atau bedah caesar
Terutama dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah
melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang-
kadang langsung dibunuh
e.Pengguguran kimia (Prostaglandin)
Penggunaan cara terbaru ini memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan Upjohn
Pharmaceutical Co. Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga
bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada
bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup.
3
f.Pil pembunuh
Pil Roussell-Uclaf (RU-486), satu campuran obat buatan Perancis tahun 1980.
Pengaborsiannya butuh waktu tiga hari dan disertai kejang-kejang berat serta pendarahan
yang dapat terus berlangsung sampai 16 hari.
2. Tindakan aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri : Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara
memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-
perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.
2. Aborsi dilakukan orang lain : Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun
beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam
5 tahapan, yaitu :
1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di
tanah kosong, atau dibakar di tungku
Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara
memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan
secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum
tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin
dan trauma hebat bagi calon ibu.
4
B. Euthanasia
Eutanasia (Bahasa Yunani: eu yang artinya "baik", dan thanatos yang berarti
kematian) adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Aturan hukum mengenai
masalah ini berbeda-beda di setiap negara dan seringkali berubah seiring dengan perubahan
norma-norma budaya maupun ketersediaan perawatan atau tindakan medis. Di beberapa
negara, eutanasia dianggap legal, sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar
hukum. Oleh karena sensitifnya isu ini, pembatasan dan prosedur yang ketat selalu diterapkan
tanpa memandang status hukumnya.
1. Eutanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya
Bila ditinjau dari cara pelaksanaannya, eutanasia dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu eutanasia agresif, eutanasia non agresif, dan eutanasia pasif.
Eutanasia agresif
Disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup
seorang pasien. Eutanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang
mematikan, baik secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh senyawa mematikan
tersebut adalah tablet sianida.
Eutanasia non agresif
Kadang juga disebut eutanasia otomatis (autoeuthanasia) digolongkan sebagai
eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan
sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan
membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada dasarnya
adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.
5
Eutanasia pasif
Dapat juga dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak menggunakan
alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien. Eutanasia
pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien secara sengaja.
contohnya adalah dengan tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan antibiotika kepada penderita
pneumonia berat,meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna
memperpanjang hidup pasien, ataupun pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin
yang disadari justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif seringkali
dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
2. Eutanasia ditinjau dari sudut pemberian izin
Ditinjau dari sudut pemberian izin maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
Eutanasia di luar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan eutanasia yang bertentangan
dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam ini dapat
disamakan dengan pembunuhan.
Eutanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini adalah yang seringkali
menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh
siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak
berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang wali
dari pasien.Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa orang wali
mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien.
Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal ini
juga masih merupakan hal kontroversial.
3. Eutanasia ditinjau dari sudut tujuan
Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :
Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
6
Eutanasia hewan
Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif
secara sukarela
4. Eutanasia dalam dunia modern
Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu timbulnya perdebatan dan pergerakan di
wilayah Amerika Utara dan di Eropa Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai
diberlakukan di negara bagian New York, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan
pula oleh beberapa negara bagian. Setelah masa Perang Saudara, beberapa advokat dan
beberapa dokter mendukung dilakukannya eutanasia secara sukarela.
Kelompok-kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada tahun
1935 dan di Amerika pada tahun 1938 yang memberikan dukungannya pada pelaksanaan
eutanasia agresif, walaupun demikian perjuangan untuk melegalkan eutanasia tidak berhasil
digolkan di Amerika maupun Inggris. Pada tahun 1937, eutanasia atas anjuran dokter
dilegalkan di Swiss sepanjang pasien yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan
daripadanya.
Pada era yang sama, pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien
yang sakit parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak cacat yang mengajukan
permohonan eutanasia kepada dokter sebagai bentuk "pembunuhan berdasarkan belas
kasihan". Pada tahun 1939, pasukan Nazi Jerman melakukan suatu tindakan kontroversial
dalam suatu "program" eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3 tahun yang menderita
keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup
mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan nama Aksi T4 ("Action T4") yang kelak
diberlakukan juga terhadap anak-anak usia di atas 3 tahun.
5. Eutanasia pada masa setelah perang dunia
Setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia,
pada era tahun 1940 dan 1950 maka berkuranglah dukungan terhadap eutanasia, terlebih-
lebih lagi terhadap tindakan eutanasia yang dilakukan secara tidak sukarela ataupun karena
disebabkan oleh cacat genetika.
6. Praktik-praktik eutanasia di dunia
7
Praktik-praktik eutanasia pernah yang dilaporkan dalam berbagai tindakan masyarakat:
Di India pernah dipraktikkan suatu kebiasaan untuk melemparkan orang-orang tua ke
dalam sungai Gangga.
Di Sardinia, orang tua dipukul hingga mati oleh anak laki-laki tertuanya.
Uruguay mencantumkan kebebasan praktik eutanasia dalam undang-undang yang
telah berlaku sejak tahun 1933.
Di beberapa negara Eropa, praktik eutanasia bukan lagi kejahatan kecuali di Norwegia
yang sejak 1902 memperlakukannya sebagai kejahatan khusus.
Di Amerika Serikat, khususnya di semua negara bagian, eutanasia dikategorikan
sebagai kejahatan. Bunuh diri atau membiarkan dirinya dibunuh adalah melanggar
hukum di Amerika Serikat.
Satu-satunya negara yang dapat melakukan tindakan eutanasia bagi para anggotanya
adalah Belanda. Anggota yang telah diterima dengan persyaratan tertentu dapat
meminta tindakan eutanasia atas dirinya. Ada beberapa warga Amerika Serikat yang
menjadi anggotanya. Dalam praktik medis, biasanya tidak pernah dilakukan eutanasia
aktif, namun mungkin ada praktik-praktik medis yang dapat digolongkan eutanasia
pasif.
7. Euthanasia Menurut Ajaran Agama
a. Dalam ajaran Protestan
Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan
yang berbeda-beda dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang yang membantu
pelaksanaan eutanasia.
Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya:
Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan
bahwa : " penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien
8
terminal membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang
hingga kapankah peralatan penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat
mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup
tersebut".
Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu
perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus
dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara
tanggung jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian
terjadi.
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk
melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh
adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik. Lebih jauh
lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan mengakhiri
kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa
depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan
mereka atas pengobatan. Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam
menanggapi masalah "bunuh diri" dan "pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy
killing) adalah dari sudut "kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan.
Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan
pemberian tersebut.
b. Dalam ajaran Islam
Seperti dalam agama-agama Ibrahim lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam mengakui
hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada
manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS
22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak
ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati
demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di
jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS
9
2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS
4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan." Dengan
demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien)
disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.[25]
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia),
yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara
positif maupun negatif. Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun
1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia
ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga .
Dua bentuk euthanasia:
a.Eutanasia positif
Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan
kematian sakit karena kasih sayang yang dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan
instrumen (alat). Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif) adalah tidak
diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu
tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya melalui
pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya,
bahkan termasuk dosa besar yang membinasakan.Perbuatan demikian itu adalah termasuk
dalam kategori pembunuhan meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit
dan untuk meringankan penderitaannya.Karena bagaimanapun dokter tidaklah lebih pengasih
dan penyayang daripada Yang Menciptakannya.
b.Eutanasia negatif
Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif
tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit,
tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini
didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya
dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah
terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.
10
Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha dan
imam-imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya berkisar
pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang
dikatakan oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan
oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab
(sunnah).
8. Beberapa Kasus Menarik
a. Kasus Hasan Kusuma - Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004 telah
diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan
istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan di
samping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu
alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang di luar keinginan
pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah
menjalani perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami
kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
b. Kasus rumah sakit Boramae - Korea
Pada tahun 2002, ada seorang pasien wanita berusia 68 tahun yang terdiagnosa
menderita penyakit sirosis hati. Tiga bulan setelah dirawat, seorang dokter bermarga Park
umur 30 tahun, telah mencabut alat bantu pernapasan (respirator) atas permintaan anak
perempuan si pasien. Pada Desember 2002, anak lelaki almarhum tersebut meminta polisi
untuk memeriksa kakak perempuannya beserta dua orang dokter atas tuduhan melakukan
pembunuhan. Seorang dokter yang bernama dr. Park mengatakan bahwa si pasien
sebelumnya telah meminta untuk tidak dipasangi alat bantu pernapasan tersebut. Satu minggu
sebelum meninggalnya, si pasien amat menderita oleh penyakit sirosis hati yang telah
mencapai stadium akhir, dan dokter mengatakan bahwa walaupun respirator tidak
dicabutpun, kemungkinan hanya dapat bertahan hidup selama 24 jam saja.
11
C. Transplantasi organ
Teknik transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau jaringan
tubuh manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal, ke tubuh manusia lain. Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya
transpalntasi tidak dapat dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan
keberhasilan teknik transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan
meningkatnya keterampilan dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai
diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk
mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak dapat
bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hokum, atau social
budaya ikut mempengaruhinya.
1. Pengertian Transplantasi
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
a. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain
dalam tubuh orang itu sendiri.
b. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain.
c. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies
ke tubuh spesies lainnya.
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang
sudah meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu:
12
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil
jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan
jaringan / organ.
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh
baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk
berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Sejarah dan Perkembangan Transplantasi Tahun 600 SM di India, Susruta telah
melakuakan transpalantasi kulit. Semantara jaman Renaissance, seorang ahli bedah dari Itali
bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal yang sama. Diduga John Hunter
( 1728 – 1793 ) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah transplantasi. Dia
mampu membuat criteria teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan trnsplantasi yang
tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan darah dan sistim histokompatibilitas
yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan.
Pada abad ke – 20, Wiener dan Landsteiner menyokong perkembangan transplantasi dengan
menemukan golongan darah system ABO dan system Rhesus. Saat ini perkembangan ilmu
kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan tindakan transplantasi.
Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan perkembangan teknik
transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembeng dengan ditemukannya metode –
metode pencangkokan, seperti :
a. Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh
(Dr. George E. Green).
b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian
Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
c. Pencakokkan sel – sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita
Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.
2. Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup, (b)
jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana
lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam
transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.
13
a. Donor Hidup
Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ).
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko
yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya
lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah dipindahkan. Disamping itu,
untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis
dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya
masalah.
b. Jenazah dan donor mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh
– sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia
telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan
apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang
merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain
bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang
hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan. Keluarga donor dan ahli waris
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling
pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi
di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan
kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu
ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak. Resipien adalah
orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita
mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau
meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar mengerti semua hal yang
dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat
memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari
bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika
ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi
kepentingan orang banyak di masa yang akan datang.
c. Dokter dan tenaga pelaksana lain
14
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari
donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal – hal yang
mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan
emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tnaggung jawab tim pelaksana adalah menolong
pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam
melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan –
pertimbangan kepentingan pribadi.
d. Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama
diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha
transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera
diperlikan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.
15
D. Supporting Devices
a. Pengertian Supporting Devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau dari
segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat
tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan
praktik.
b. Klasifikasi Supporting Devices
Adapun klasifikasi Supporting Devices, yaitu:
· 1. alat bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para dokter, dan
alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis, termasuk alat
medis dengan sistem komputerisasi yang canggih, melindungi jiwa banyak orang. Produk
THK memenuhi standar realibilitas tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.
· 2. peralatan sinar x
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang kami digunakan untuk pergerakan reseptor
sinar X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit transmiter dan penerima
sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari sudut manapun, tanpa bergantung pada
posisi pasien. Saat produk THK digunakan, getaran dan suara mesin juga dikurangi sehingga
menghilangkan kekhawatiran pasien. sinar X yang mampu melakukan penetrasi kedalam
tubuh pasien.
· 3. peralatan analisis otomatis hematologikal
Splina Bola dapat menekan getaran di ujung injektor saat dihentikan, dan mur
perubah sekrup geser memungkinkan terciptanya mekanisme pengumpanan dengan
kecepatan tinggi dan sangat mulus.
· 4. pemindai CT sinar X medis
Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan
tubuh pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography/Tomografi Komputer)
dan peralatan angiografi. Pada perangkat ini, Pemandu LM THK digunakan di bagian
16
gerakan longitudinal yang menggerakkan pasien yang terbaring di tempat tidur selama proses
pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat mengurangi getaran dan suara selama gerakan
sistem, komponen ini dapat menghilangkan kekhawatiran pasien.
· 5. fasilitas mandi dengan penopang kursi roda elektrik
Splina Bola kami digunakan dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift) bertenaga
listrik. Menggunakan poros splina sebagai batang angkat memungkinkan desain fasilitas yang
kompak.
· 6. robot pendukung pembedahan
Selama pengobatan tulang, dokter menggunakan tekanan berat untuk mengembalikan
posisi tulang. Dosis radiasi yang diserap selama radiografi juga menimbulkan masalah. Untuk
mengatasi ini, robot pendukung pembedahan telah dikembangkan. Dengan menggunakan
pemandu LM dan aktuator dari THK.
· 7. handheld
Handheld adalah suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi dengan pasien,
berkonsultasi dengan sesama perawat maupun tenaga medis, mencari literatur terkait
interaksi obat dan infus, sampai menganalisis hasil laboratorium. Handheld yang digunakan
dalam keperawatan disebut Personal Digital Assistants (PDAs).
· 8. andheld Device
Handheld Device adalah mempermudah perawat untuk mengakses sumber-sumber
klinik, pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta mempermudah akses ke
jaringan informasi sehingga penentuan keputusan secara desentralisasi dapat dilakukan yang
akan meningkatkan otonomi perawat.
· 9. wireless Communication
Wireless Communication juga memudahkan perawat untuk memperoleh hasil
pemeriksaan laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium, ketika
masih berada di kamar pasien tanpa harus kembali ke ruang perawat terlebih dahulu.
c. Fungsi Klasifikasi Supporting Devices
17
Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa melakukan
pembedahan pada tubuh pasien.
Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal injektor reagen
dalam peralatan tes hematologikal.
Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.
Fungsi penopang kursi roda elektrik yaitu dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift)
bertenaga listrik.
· Fungsi Robot pendukung pembedahan yaitu robot pendukung pembedahan dapat
menjadi alat yang berdaya guna tinggi, dan juga membuat proxide ini menjadi kompak untuk
mendapatkan tingkat akurasi tinggi selama pembedahan, sehingga mampu mensimulasi
gerakan dokter yang dapat diandalkan.
· Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis terkait
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi dan penyakit yang
diderita oleh pasien tersebut.
· Fungsi Handheld Device yaitu Handheld device digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi, mempermudah
penghitungan, dan memperlancar komunikasi.
· Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.
d. Dampak Negatif Supporting Devices
a. Sinar X
Terlepas dari peranan Sinar X dalam menunjang informasi diagnosis klinis, Sinar X
ternyata memiliki sisi yang sangat perlu diperhatikan secara khusus, yaitu berkaitan dengan
efek negatif yang ditimbulkan.
Perlu diketahui bahwa Sinar X dengan karakteristiknya memiliki energi minimal
sebesar 1 KeV = 1000 eV. Energi sebesar ini jika berinteraksi dengan tubuh manusia
tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif.
Ada beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi, ketika Sinar X berinteraksi
dengan materi (tubuh manusia) dari sudut pandang mikroskopis, yaitu hamburan Compton,
hamburan Fotolistrik dan hamburan Pair Production. Hamburan Compton terjadi karena
18
Sinar X berinteraksi dengan elektron yang terletak pada lintasan terluar, yang selanjutnya
elektron ini akan terlempar keluar dari atom.
Efek hamburan Compton umumnya terjadi pada rentang energi sekitar 26 keV (kilo
elektron volt) untuk diagnostik. Hamburan fotolistrik terjadi ketika Sinar X berinteraksi
dengan atom materi dan melemparkan salah satu elektron sehingga mengakibatkan elektron
lainnya, bergerak menuju lintasan yang kehilangan elektron sambil melepaskan energinya.
Hamburan ini juga dapat terjadi pada energi untuk diagnostik. Sedangkan hamburan
pair production jarang sekali terjadi di bidang imaging diagnostik karena membutuhkan
energi Sinar X yang sangat besar 1,02 MeV (mega elektron volt). Walaupun sudut pandang
ini hanya dilihat secara mikroskopis, secara makroskopis dikhawatirkan akan mengganggu
kestabilan atom materi dan menimbulkan kelainan pada sel tubuh manusia.
Ini perlu kehati-hatian dan pemilihan yang tepat dalam penggunaannya di bidang
medis. Walaupun secara empiris pasien yang diberikan Sinar X pada level diagnostik medis
di rumah sakit tidak mengalami gejala ataupun tanda-tanda kerusakan jaringan. Namun gejala
kelainan pada tubuh manusia akan muncul jika diberikan Sinar X secara berlebihan. Oleh
karena itu paparan radiasi medis (diagnostik imaging) yang mengenai tubuh pasien
diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan dalam imaging adalah kualitas
citra yang mampu menunjang diagnosis klinis yang diderita pasien dengan tidak memberikan
paparan radiasi yang berlebihan atau tidak dibutuhkan kepada tubuh pasien.
b. CT Scan
Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko
terserang penyakit leukemia.
Sinar-X adalah suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada dosisnya, dapat
mengurangi pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan defek pada bayi yang
belum dilahirkan. Sel-sel yang membelah cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-
x. Bayi dalam perut ibu sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf
pembelahan dengan cepat, dan berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-beda.
Pada dosis tertentu, paparan sinar-x pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau
cacat pada janin yang dikandungnya, termasuk kemungkinan terjadinya kanker pada
usia dewasa.
19
Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang relatif
ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita hamil kecuali
benar-benar perlu,harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan rontgen sebelum
mengetahui status kehamilannya harus berbicara kepada dokternya. CT Scan memang bisa
memberikan hasil tes medis secara cepat dan rinci. Beberapa penyakit pada anak seperti
radang paru atau patah tulang juga membutuhkan alat-alat pemindai kesehatan untuk
diagnosis yang lebih akurat.
Tetapi para ahli juga mengingatkan bahaya terselubung yang mungkin timbul. Pada
anak-anak, paparan sinar-X tiga kali atau lebih akan meningkatkan ancaman leukimia.
"Menghindari atau mengurangi paparan radiasi sangat penting," kata Patricia Buffler, dari
Univesitas Berkeleys School of Public Health, Amerika. Dalam penelitiannya, ia mengamati
catatan medis 711 anak berusia maksimal 14 tahun yang didiagnosa leukimia limfoid akut di
California antara tahun 1995-2008. Ia membandingkannya dengan data anak yang tidak
menderita leukimia. Secara umum peningkatan risiko leukimia pada anak memang tidak
terlalu besar. Dari 100.000 anak, ada 4 yang terkena leukimia. Namun, meski kasus
kankernya kecil, tetap saja risikonya ada. Buffler menjelaskan, radiasi yang terdapat dalam
sinar-X membuat sel-sel dalam tubuh bermutasi dan menciptakan kanker. CT-Scan yang
belakangan ini sangat populer memiliki tingkat radiasi yang lebih tinggi. Pemajanan medan
elektromagnet yang terlalu sering diduga meningkatkan risiko kanker. Demikian studi terbaru
yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah New England Journal of Medicine.
Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan survei terhadap 950.000 pasien. Hampir 70
persen pasien pernah mengalami sekurangnya satu kali prosedur pencitraan yang membuat
mereka terpajan. Dalam waktu tiga tahun selanjutnya, diketahui mereka menderita kanker.
20
E. Penyelesaian Masalah Etik
Kerangka pemecahan dilema etik, menurut kozier and Erb (1989):
Mengembangkan Data Dasara. Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien,
suami, anak,perawat, rohaniawanb. Tindakan yang diusulkanSebagai klien dia mempunyai
otonomi untuk membiarkan penyakitnyamenggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan
hal itu yang di inginkannya.Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi asuhan
keperawatan,peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan
melindungiibu tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.c.
Maksud dari tindakanDengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi di harapkan klien
maumenjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalahyang saat
ini dihadapi.d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan.1) Operasi dilaksanakan.
Biaya : Biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk dilaksanakannya operasi
Psikososial : Pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang (bila operasi itu lancar
danbaik) namun klien juga dihadapkan pada kecemasan akan kelanjutan hidupnyabila
ternyata operasi itu gagal serta biaya-biaya yang akan di keluarkan.
Fisik : Klien mempunyai bentuk tubuh yang normal tidak terdapat pembesaran
dalamtubuhnya (perut) dan bila dibiarkan begitu saja cepat atau lambat akan
terjadilahkematian.2) Bila operasi tidak dilaksanakan.
• Biaya : Tidak mengeluarkan biaya apa-apa
• Psikososial : Klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian terjadi kecemasan dan
rasasedih dalam hatinya
• Fisik : Timbulnya pembesaran di daerah abdomen Identifikasi Komplik Akibat Situasi
Tersebuta. Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut,
perawatdihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klienb. Apabila tindakan
operasi tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik:1. tidak melaksanakan sumpah
profesi2. tidak melaksanakan kode etik profesi dan prinsip-prinsip
moral :advokasi,benefesience, justice, avoiding, killing.3. tidak melaksanakan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan4. perasaan bersalah (quilty) akibat tidak
melaksanakan tindakan operasi yangmemungkinkan timbulnya kematian.
Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan. mengusulkan dalam tim
yang terlibat dalam masalah klien untuk dilakukannyaoperasi, konsekuensi :1.usul diterima
atau ditolak aleh tim dan pihak yang terlibat dalampenanganan klien2. mungkin klien secara
psikologis akan menjadi lebih siap untuk menghadapitantangan akan kehidupan ini3. resiko
pengeluaran biaya yang tak terduga/ tidak dapat diprediksib. mengangkat dilema etik ini
21
kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggiuntuk mempertimbangkan apakah operasi
ini dilakukan atau tidak konsekuensi :
1. mungkin memperoleh tanggapan yang memuaskan
2. mungkin memperoleh tanggapan yang kurang memuasia
3. tidak tertutup kemungkinan untuk tidak di tanggapi sama sekalic. meminta izin
kepada pimpinan lembaga pelayanan kesehatan (klinik kesehatan)untuk
menyampaikan informasi mengenai kondisi klien yang sebenarnya.Konsekuensi 1)
koordinator lembaga pelayanan menyetujui atau menolak, 2) klien meperoleh
informasi dan dapat memahami kondisinya, serta dapatmengambil sikap untuk
memutuskan tindakan yang terbaik untuk dirinya, 3) kondisi psikologis klien lebih
baik atau bertambah buruk karena responnyaterhadap informasi yang diperoleh.
Menetapkan Siapa Pembuat KeputusanPada kasus wanita tersebut merupakan
masalah yang komplek dan rumit,membuat keputusan dilakukan operasi atau tidak dapat
diputuskan olehpihak tertentu saja tetapi harus diputuskan secara bersama-sama.a.
pengambilan keputusan harus melibatkan tim yang terkait dan klienb. keputusan dibuat untuk
:1. pihak yang terkait dengan wanita tersebut untuk melakukan operasi atautidak2. klien,
keputusan yang dibuat dapat memperoleh kepastian apakahdilakukan operasi atau tidak.c.
kriteria penetapan siapa pembuat keputusan.1. TimKumpulan dari beberapa pihak yang
berkepentingan dan yang palingmemahami kondisi fisik dan psikologis klien. Masalah yang
dihadapi Sangaykomplek dan rumit yang tidak hanya memerlukan pertimbangan ilmiah,
tetapi juga pertimbangan etik sehingga pembuat keputusan akan lebih bijaksanadilakukan
oleh tim.2. klienklien ádalah orang yang paling berkepentingan dalam pengambilan
keputusanyang dibuat oleh klien bisa berubah secara tiba-tiba yang akan
mempengaruhikeputusan tim. 3. keterlibatan keluarga dalam upaya penyelesaian masalah
cukup menentukan mengingat secara ekonomis klien masih Belem mendapatkan biaya
diperoleh darimana sehingga keluarga mempunyai peranan yang cukup menemtukan
masalah.d. prinsip moral yang ditekankan berdasarkan prioritas dalam kasus ini :1. otonomi2.
benefesiensi3. justice4. avoiding killing5. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat.
· menghindari klien dari ancaman kematian
· menghargai otonomi klien dan berusaha menyeimbangkan dengan tanggung jawab
pemberi pelayanan kesehatan
· menghindarkan klien dari tindakan yang tidak menguntungkan bagi dirinya
· melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan
22
· membantu sistem pendukung yang terlibat.6. Membuat keputusanKeputusan yang
dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan daripertimbangan tim kesehatan,
sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaikadalah dilakukan operasi berhasil
atau tidak itu adalah kehendak yang maha kuasasebagai manusia setidaknya kita telah
berusaha.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Aborsi adalah pengguran kehamilan secara sengaja dilakukan karena tidak ingin
bayinya lahir. Aborsi memeliki berbagai teknik yaitu beberapa diantaranya
adalah : kuret dan penyedotan, Pil pembunuh, pengguguran kimia, dll.
2. Eutahanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui
cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit
yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang
mematikan.
3. Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
4. Supporting devices adalah alat penunjang yang digunakan dalam keperawatan.
23
5. Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien, suami, anak,perawat,
rohaniawan. Penyelesaian masalah etik dapat dilakukan dengan : meminta izin
dari pihak yang terkait dengan wanita tersebut untuk melakukan operasi atau
tidak, dan keterlibatan keluarga dalam upaya penyelesaian masalah cukup
menentukan mengingat secara ekonomis klien masih Belem mendapatkan biaya
diperoleh darimana sehingga keluarga mempunyai peranan yang cukup
menemtukan masalah.
B. Saran
Dari hasil pengkajian makalah ini diharapkan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis khususnya dalam menerapkanhal-hal yang terkait dengan pembahasannya
Daftar Pustaka
Nurfadila, Siska. “Supporting Devices” tersedia : http: // siskanurfadila. blogspot.com
/2012/01/kata-pengantar-pujisyukur-kepada-allah.html. (diunggah tanggal 20 Oktober
2012)
Transplantasi Organ. Tersedia : http://nursing-transplan.blogspot.com/ (diunggah tanggal 20
Oktober 2012)
Wikipedia, “euthanasia”. Tersedia : http: //id.wikipedia.org /wiki /Eutanasia# Eutanasia_
ditinjau_dari_sudut_cara_pelaksanaannya. ( Diunggah pada tanggal 20 Oktober
2012).
24