36
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien, suami, anak,perawat, rohaniawan.Tindakan yang diusulkan sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggerogoti tubuh walaupun sebenarnya bukan hal yang di inginkannya.Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi asuhan keperawatan,peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan melindungi ibu tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian Maksud dari tindakan.Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi di harapkan klien maumenjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi,konsekuensi tindakan yang diusulkan. Dalam makalah ini di uraikan berbagai masalah yang terdapat dalam etik keperawatan, yaitu diantaranya adalah : aborsi, euthanasia, transplantasi organ, supporting devices dan penyelesaian masalah etik dalam keperawatan. Melihat dari realita kehidupa kita sekarang ini memang masalah diatas seolah-olah sudah menjadi atau dianggap biasa oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. A.Rumusan Masalah Adapun dari latar belakang yang telah penulis uraikan dapat kita ambil beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana aborsi itu dilakukan ? 2. Apa itu euthanasia? 1

IKD 1 (2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IKD 1 (2)

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien, suami, anak,perawat,

rohaniawan.Tindakan yang diusulkan sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk

membiarkan penyakitnya menggerogoti tubuh walaupun sebenarnya bukan hal yang di

inginkannya.Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi asuhan

keperawatan,peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan melindungi

ibu tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian Maksud dari

tindakan.Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi di harapkan klien

maumenjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat

ini dihadapi,konsekuensi tindakan yang diusulkan.

Dalam makalah ini di uraikan berbagai masalah yang terdapat dalam etik

keperawatan, yaitu diantaranya adalah : aborsi, euthanasia, transplantasi organ, supporting

devices dan penyelesaian masalah etik dalam keperawatan. Melihat dari realita kehidupa kita

sekarang ini memang masalah diatas seolah-olah sudah menjadi atau dianggap biasa oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

A.Rumusan Masalah

Adapun dari latar belakang yang telah penulis uraikan dapat kita ambil beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana aborsi itu dilakukan ?

2. Apa itu euthanasia?

3. Bagaimana proses transplantasi organ ?

4. Apa itu supporting devices?

5. Bagaimana penyelesaian masalah etik dalam keperawatan?

B. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan proses aborsi

2. Untuk mendeskripsikan apa itu euthanasia

3. Mendeskripsikan proses transplantasi organ

4. Mendeskirpsikan tentang supporting devices

5. Mendeskripsikan penyelesaian masalah etik dalam keperawatan.

1

Page 2: IKD 1 (2)

Bab II

Pembahasan

A. Aborsi

Pengertian aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk

menyelamatkan jiwa ibuhamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak

menghendaki kehamilan itu.Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi

terjadi secara alami, tanpa intervensitindakan medis, dan aborsi yang direncanakan

dimana melalui tindakan medis dengan obat-obatan saja (jamu, dsb) atau tindakan

bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina.

Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat.Indonesia,

namun terlepasdari kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan

masyarakat karenamemberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.

Sebagaimana diketahui penyebabutama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah

perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan

penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan

sepsis,hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di

masyarakat.

Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang

dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau

kedua-duanya.Tidak sedikit masyarakat yang menentang aborsi beranggapan bahwa aborsi

sering dilakukan oleh perempuan yang tidak menikah karena alasan hamil di luar

nikah atau alasan-alasan lain yang berhubungan dengan norma khususnya norma

agama. Namun kenyataannya, sebuah studi di Bali menemukan bahwa 71 %

perempuan yang melakukan aborsi adalah perempuan menikah (Dewi, 1997), juga

studi yang dilakukan oleh Population Council, 98,8 % perempuan yang melakukan

aborsi di sebuah klinik swasta di Jakarta, telah menikah dan rata-rata sudah

memiliki anak (Herdayati, 1998), alasan yang umum adalah karena sudah tidak

ingin memiliki anak lagi, seperti hasil survey yang dilakukan Biro Pusat Statistik

(BPS), 75 % wanita usia reproduksi berstatus kawin tidak menginginkan tambahan anak.

2

Page 3: IKD 1 (2)

1. Teknik aborsi

a.Adilatasi dan kuret (Dilatation & curettage)

Lubang leher rahim diperbear, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu sepotong alat

yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim

dan dibuang keluar. Umumnya terjadi banyak pendarahan. Bidan operasi ini harus

mengobatinya dengan baik, bila tidak, akan terjadi infeksi.

b.Kuret dengan cara penyedotan (Sunction)

Pada cara ini leher rahim juga diperbesar seperti D & C, kemudian sebuah tabung

dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi

dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam

sebuah botol.

c.Peracunan dengan garam (Salt poisoned)

Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan), ketika sudah

cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarum

yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan

disedot keluar dan larutan garam yang pekat disuntikkan ke dalamnya. Bayi yang malang ini

menelan garam beracun itu dan ia amat menderita. Ia meronta-ronta dan menendang-nendang

seolah-olah dia dibakar hidup-hidup oleh racun itu. Dengan cara ini, sang bayi akan mati

dalam waktu kira-kira 1 jam, kulitnya benar-benar hangus.

d.Histerotomi atau bedah caesar

Terutama dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah

melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang-

kadang langsung dibunuh

e.Pengguguran kimia (Prostaglandin)

Penggunaan cara terbaru ini memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan Upjohn

Pharmaceutical Co. Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga

bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada

bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup.

3

Page 4: IKD 1 (2)

f.Pil pembunuh

Pil Roussell-Uclaf (RU-486), satu campuran obat buatan Perancis tahun 1980.

Pengaborsiannya butuh waktu tiga hari dan disertai kejang-kejang berat serta pendarahan

yang dapat terus berlangsung sampai 16 hari.

2. Tindakan aborsi

Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:

1. Aborsi dilakukan sendiri : Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara

memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-

perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.

2. Aborsi dilakukan orang lain : Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun

beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.

Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam

5 tahapan, yaitu :

1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan

2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan

3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan

4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa

5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di

tanah kosong, atau dibakar di tungku

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara

memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan

secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum

tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin

dan trauma hebat bagi calon ibu.

4

Page 5: IKD 1 (2)

B. Euthanasia

Eutanasia (Bahasa Yunani: eu yang artinya "baik", dan thanatos yang berarti

kematian) adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang

dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya

dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Aturan hukum mengenai

masalah ini berbeda-beda di setiap negara dan seringkali berubah seiring dengan perubahan

norma-norma budaya maupun ketersediaan perawatan atau tindakan medis. Di beberapa

negara, eutanasia dianggap legal, sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar

hukum. Oleh karena sensitifnya isu ini, pembatasan dan prosedur yang ketat selalu diterapkan

tanpa memandang status hukumnya.

1. Eutanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya

Bila ditinjau dari cara pelaksanaannya, eutanasia dapat dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu eutanasia agresif, eutanasia non agresif, dan eutanasia pasif.

Eutanasia agresif

Disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan

oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup

seorang pasien. Eutanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang

mematikan, baik secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh senyawa mematikan

tersebut adalah tablet sianida.

Eutanasia non agresif

Kadang juga disebut eutanasia otomatis (autoeuthanasia) digolongkan sebagai

eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan

sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan

memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan

membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada dasarnya

adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.

5

Page 6: IKD 1 (2)

Eutanasia pasif

Dapat juga dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak menggunakan

alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien. Eutanasia

pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat

memperpanjang hidup pasien secara sengaja.

contohnya adalah dengan tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang

mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan antibiotika kepada penderita

pneumonia berat,meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna

memperpanjang hidup pasien, ataupun pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin

yang disadari justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif seringkali

dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.

2. Eutanasia ditinjau dari sudut pemberian izin

Ditinjau dari sudut pemberian izin maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

Eutanasia di luar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan eutanasia yang bertentangan

dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam ini dapat

disamakan dengan pembunuhan.

Eutanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini adalah yang seringkali

menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh

siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak

berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang wali

dari pasien.Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa orang wali

mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien.

Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal ini

juga masih merupakan hal kontroversial.

3. Eutanasia ditinjau dari sudut tujuan

Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :

Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)

6

Page 7: IKD 1 (2)

Eutanasia hewan

Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif

secara sukarela

4. Eutanasia dalam dunia modern

Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu timbulnya perdebatan dan pergerakan di

wilayah Amerika Utara dan di Eropa Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai

diberlakukan di negara bagian New York, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan

pula oleh beberapa negara bagian. Setelah masa Perang Saudara, beberapa advokat dan

beberapa dokter mendukung dilakukannya eutanasia secara sukarela.

Kelompok-kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada tahun

1935 dan di Amerika pada tahun 1938 yang memberikan dukungannya pada pelaksanaan

eutanasia agresif, walaupun demikian perjuangan untuk melegalkan eutanasia tidak berhasil

digolkan di Amerika maupun Inggris. Pada tahun 1937, eutanasia atas anjuran dokter

dilegalkan di Swiss sepanjang pasien yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan

daripadanya.

Pada era yang sama, pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien

yang sakit parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak cacat yang mengajukan

permohonan eutanasia kepada dokter sebagai bentuk "pembunuhan berdasarkan belas

kasihan". Pada tahun 1939, pasukan Nazi Jerman melakukan suatu tindakan kontroversial

dalam suatu "program" eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3 tahun yang menderita

keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup

mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan nama Aksi T4 ("Action T4") yang kelak

diberlakukan juga terhadap anak-anak usia di atas 3 tahun.

5. Eutanasia pada masa setelah perang dunia

Setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia,

pada era tahun 1940 dan 1950 maka berkuranglah dukungan terhadap eutanasia, terlebih-

lebih lagi terhadap tindakan eutanasia yang dilakukan secara tidak sukarela ataupun karena

disebabkan oleh cacat genetika.

6. Praktik-praktik eutanasia di dunia

7

Page 8: IKD 1 (2)

Praktik-praktik eutanasia pernah yang dilaporkan dalam berbagai tindakan masyarakat:

Di India pernah dipraktikkan suatu kebiasaan untuk melemparkan orang-orang tua ke

dalam sungai Gangga.

Di Sardinia, orang tua dipukul hingga mati oleh anak laki-laki tertuanya.

Uruguay mencantumkan kebebasan praktik eutanasia dalam undang-undang yang

telah berlaku sejak tahun 1933.

Di beberapa negara Eropa, praktik eutanasia bukan lagi kejahatan kecuali di Norwegia

yang sejak 1902 memperlakukannya sebagai kejahatan khusus.

Di Amerika Serikat, khususnya di semua negara bagian, eutanasia dikategorikan

sebagai kejahatan. Bunuh diri atau membiarkan dirinya dibunuh adalah melanggar

hukum di Amerika Serikat.

Satu-satunya negara yang dapat melakukan tindakan eutanasia bagi para anggotanya

adalah Belanda. Anggota yang telah diterima dengan persyaratan tertentu dapat

meminta tindakan eutanasia atas dirinya. Ada beberapa warga Amerika Serikat yang

menjadi anggotanya. Dalam praktik medis, biasanya tidak pernah dilakukan eutanasia

aktif, namun mungkin ada praktik-praktik medis yang dapat digolongkan eutanasia

pasif.

7. Euthanasia Menurut Ajaran Agama

a. Dalam ajaran Protestan

Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan

yang berbeda-beda dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang yang membantu

pelaksanaan eutanasia.

Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya:

Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan

bahwa : " penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien

8

Page 9: IKD 1 (2)

terminal membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang

hingga kapankah peralatan penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat

mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup

tersebut".

Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu

perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus

dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara

tanggung jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian

terjadi.

Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk

melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh

adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik. Lebih jauh

lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan mengakhiri

kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa

depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan

mereka atas pengobatan. Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam

menanggapi masalah "bunuh diri" dan "pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy

killing) adalah dari sudut "kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan.

Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan

pemberian tersebut.

b. Dalam ajaran Islam

Seperti dalam agama-agama Ibrahim lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam mengakui

hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada

manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS

22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak

ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati

demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di

jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan

berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS

9

Page 10: IKD 1 (2)

2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS

4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan." Dengan

demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien)

disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.[25]

Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia),

yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,

karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara

positif maupun negatif. Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun

1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia

ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga .

Dua bentuk euthanasia:

a.Eutanasia positif

Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan

kematian sakit karena kasih sayang yang dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan

instrumen (alat). Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif) adalah tidak

diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu

tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya melalui

pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya,

bahkan termasuk dosa besar yang membinasakan.Perbuatan demikian itu adalah termasuk

dalam kategori pembunuhan meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit

dan untuk meringankan penderitaannya.Karena bagaimanapun dokter tidaklah lebih pengasih

dan penyayang daripada Yang Menciptakannya.

b.Eutanasia negatif

Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif

tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit,

tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini

didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya

dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah

terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.

10

Page 11: IKD 1 (2)

Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa

mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha dan

imam-imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya berkisar

pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang

dikatakan oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan

oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab

(sunnah).

8. Beberapa Kasus Menarik

a. Kasus Hasan Kusuma - Indonesia

Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004 telah

diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan

istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan di

samping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu

alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang di luar keinginan

pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah

menjalani perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami

kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.

b. Kasus rumah sakit Boramae - Korea

Pada tahun 2002, ada seorang pasien wanita berusia 68 tahun yang terdiagnosa

menderita penyakit sirosis hati. Tiga bulan setelah dirawat, seorang dokter bermarga Park

umur 30 tahun, telah mencabut alat bantu pernapasan (respirator) atas permintaan anak

perempuan si pasien. Pada Desember 2002, anak lelaki almarhum tersebut meminta polisi

untuk memeriksa kakak perempuannya beserta dua orang dokter atas tuduhan melakukan

pembunuhan. Seorang dokter yang bernama dr. Park mengatakan bahwa si pasien

sebelumnya telah meminta untuk tidak dipasangi alat bantu pernapasan tersebut. Satu minggu

sebelum meninggalnya, si pasien amat menderita oleh penyakit sirosis hati yang telah

mencapai stadium akhir, dan dokter mengatakan bahwa walaupun respirator tidak

dicabutpun, kemungkinan hanya dapat bertahan hidup selama 24 jam saja.

11

Page 12: IKD 1 (2)

C. Transplantasi organ

Teknik transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau jaringan

tubuh manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih hidup maupun yang

sudah meninggal, ke tubuh manusia lain. Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya

transpalntasi tidak dapat dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan

keberhasilan teknik transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan

meningkatnya keterampilan dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai

diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk

mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak dapat

bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hokum, atau social

budaya ikut mempengaruhinya.

1. Pengertian Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari

suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan

dan kondisi tertentu. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:

a. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain

dalam tubuh orang itu sendiri.

b. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh

seseorang ke tubuh orang lain.

c. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies

ke tubuh spesies lainnya.

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :

1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang

sudah meninggal.

2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian

tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan

transplantasi, yaitu:

12

Page 13: IKD 1 (2)

1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil

jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan

jaringan / organ.

2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh

baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk

berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

Sejarah dan Perkembangan Transplantasi Tahun 600 SM di India, Susruta telah

melakuakan transpalantasi kulit. Semantara jaman Renaissance, seorang ahli bedah dari Itali

bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal yang sama. Diduga John Hunter

( 1728 – 1793 ) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah transplantasi. Dia

mampu membuat criteria teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan trnsplantasi yang

tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan darah dan sistim histokompatibilitas

yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan.

Pada abad ke – 20, Wiener dan Landsteiner menyokong perkembangan transplantasi dengan

menemukan golongan darah system ABO dan system Rhesus. Saat ini perkembangan ilmu

kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan tindakan transplantasi.

Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan perkembangan teknik

transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembeng dengan ditemukannya metode –

metode pencangkokan, seperti :

a. Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh

(Dr. George E. Green).

b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian

Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.

c. Pencakokkan sel – sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita

Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

2. Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup, (b)

jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana

lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam

transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.

13

Page 14: IKD 1 (2)

a. Donor Hidup

Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ).

Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko

yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya

lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah dipindahkan. Disamping itu,

untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis

dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya

masalah.

b. Jenazah dan donor mati

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh

– sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia

telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan

apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang

merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain

bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang

hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan. Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling

pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi

di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan

kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu

ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak. Resipien adalah

orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita

mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau

meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar mengerti semua hal yang

dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat

memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari

bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika

ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi

kepentingan orang banyak di masa yang akan datang.

c. Dokter dan tenaga pelaksana lain

14

Page 15: IKD 1 (2)

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari

donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal – hal yang

mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan

emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tnaggung jawab tim pelaksana adalah menolong

pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam

melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan –

pertimbangan kepentingan pribadi.

d. Masyarakat

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.

Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama

diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha

transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera

diperlikan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

15

Page 16: IKD 1 (2)

D. Supporting Devices

a. Pengertian Supporting Devices

Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau dari

segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat

tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan

praktik.

b. Klasifikasi Supporting Devices

Adapun klasifikasi Supporting Devices, yaitu:

·        1. alat bantu

Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para dokter, dan

alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis, termasuk alat

medis dengan sistem komputerisasi yang canggih, melindungi jiwa banyak orang. Produk

THK memenuhi standar realibilitas tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.

·        2. peralatan sinar x

Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang kami digunakan untuk pergerakan reseptor

sinar X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit transmiter dan penerima

sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari sudut manapun, tanpa bergantung pada

posisi pasien. Saat produk THK digunakan, getaran dan suara mesin juga dikurangi sehingga

menghilangkan kekhawatiran pasien.  sinar X yang mampu melakukan penetrasi kedalam

tubuh pasien.

·        3. peralatan analisis otomatis hematologikal

Splina Bola dapat menekan getaran di ujung injektor saat dihentikan, dan mur

perubah sekrup geser memungkinkan terciptanya mekanisme pengumpanan dengan

kecepatan tinggi dan sangat mulus.

·       4. pemindai CT sinar X medis

Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan

tubuh pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography/Tomografi Komputer)

dan peralatan angiografi. Pada perangkat ini, Pemandu LM THK digunakan di bagian

16

Page 17: IKD 1 (2)

gerakan longitudinal yang menggerakkan pasien yang terbaring di tempat tidur selama proses

pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat mengurangi getaran dan suara selama gerakan

sistem, komponen ini dapat menghilangkan kekhawatiran pasien.

·        5. fasilitas mandi dengan penopang kursi roda elektrik

Splina Bola kami digunakan dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift) bertenaga

listrik. Menggunakan poros splina sebagai batang angkat memungkinkan desain fasilitas yang

kompak.

·        6. robot pendukung pembedahan

Selama pengobatan tulang, dokter menggunakan tekanan berat untuk mengembalikan

posisi tulang. Dosis radiasi yang diserap selama radiografi juga menimbulkan masalah. Untuk

mengatasi ini, robot pendukung pembedahan telah dikembangkan. Dengan menggunakan

pemandu LM dan aktuator dari THK.

·        7. handheld

Handheld  adalah suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan kepada klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi dengan pasien,

berkonsultasi dengan sesama perawat maupun tenaga medis, mencari literatur terkait

interaksi obat dan infus, sampai menganalisis hasil laboratorium. Handheld yang digunakan

dalam keperawatan disebut Personal Digital Assistants (PDAs).

·        8. andheld Device

Handheld Device adalah mempermudah perawat untuk mengakses sumber-sumber

klinik, pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta mempermudah akses ke

jaringan informasi sehingga penentuan keputusan secara desentralisasi dapat dilakukan yang

akan meningkatkan otonomi perawat.

·        9. wireless Communication

Wireless Communication juga memudahkan perawat untuk memperoleh hasil

pemeriksaan laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium, ketika

masih berada di kamar pasien tanpa harus kembali ke ruang perawat terlebih dahulu.

c. Fungsi Klasifikasi Supporting Devices

17

Page 18: IKD 1 (2)

Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa melakukan

pembedahan pada tubuh pasien.

Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal injektor reagen

dalam peralatan tes hematologikal.

Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.

Fungsi penopang kursi roda elektrik yaitu dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift)

bertenaga listrik.

·      Fungsi Robot pendukung pembedahan yaitu robot pendukung pembedahan dapat

menjadi alat yang berdaya guna tinggi, dan juga membuat proxide ini menjadi kompak untuk

mendapatkan tingkat akurasi tinggi selama pembedahan, sehingga mampu mensimulasi

gerakan dokter yang dapat diandalkan.

·        Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis terkait

tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi dan penyakit yang

diderita oleh pasien tersebut.

·        Fungsi Handheld Device yaitu Handheld device digunakan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi, mempermudah

penghitungan, dan memperlancar komunikasi.

·        Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan

laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.

d. Dampak Negatif Supporting Devices

a. Sinar X

Terlepas dari peranan Sinar X dalam menunjang informasi diagnosis klinis, Sinar X

ternyata memiliki sisi yang sangat perlu diperhatikan secara khusus, yaitu  berkaitan dengan

efek negatif yang ditimbulkan. 

Perlu diketahui bahwa Sinar X dengan karakteristiknya memiliki energi minimal

sebesar 1 KeV = 1000 eV. Energi sebesar ini jika berinteraksi dengan tubuh manusia

tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif. 

Ada beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi, ketika Sinar X berinteraksi

dengan materi (tubuh manusia) dari sudut pandang mikroskopis, yaitu hamburan Compton,

hamburan Fotolistrik dan hamburan  Pair Production. Hamburan Compton terjadi karena 

18

Page 19: IKD 1 (2)

Sinar X berinteraksi dengan elektron yang terletak pada lintasan terluar, yang selanjutnya

elektron ini akan terlempar keluar dari atom. 

Efek hamburan Compton umumnya terjadi pada rentang energi sekitar 26 keV (kilo

elektron volt) untuk diagnostik. Hamburan fotolistrik terjadi ketika Sinar X berinteraksi

dengan atom materi dan melemparkan salah satu elektron sehingga mengakibatkan elektron

lainnya, bergerak menuju lintasan yang kehilangan elektron sambil melepaskan energinya. 

Hamburan ini juga dapat terjadi pada energi untuk diagnostik. Sedangkan hamburan

pair production jarang sekali terjadi di bidang imaging diagnostik karena membutuhkan

energi Sinar X yang sangat besar 1,02 MeV (mega elektron volt). Walaupun sudut pandang

ini hanya dilihat secara mikroskopis, secara makroskopis dikhawatirkan akan mengganggu

kestabilan atom materi dan menimbulkan kelainan pada sel tubuh manusia. 

Ini perlu kehati-hatian dan pemilihan yang tepat dalam penggunaannya di bidang

medis. Walaupun secara empiris pasien yang diberikan Sinar X pada level diagnostik medis

di rumah sakit tidak mengalami gejala ataupun tanda-tanda kerusakan jaringan. Namun gejala

kelainan pada tubuh manusia akan muncul jika diberikan Sinar X secara berlebihan. Oleh

karena itu paparan radiasi medis (diagnostik imaging) yang mengenai tubuh pasien

diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan dalam imaging adalah kualitas

citra yang mampu menunjang diagnosis klinis yang diderita pasien dengan tidak memberikan

paparan radiasi yang berlebihan atau tidak dibutuhkan kepada tubuh pasien.

b. CT Scan

Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko

terserang penyakit leukemia.

Sinar-X adalah suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada dosisnya, dapat

mengurangi pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan defek pada bayi yang

belum dilahirkan. Sel-sel yang membelah cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-

x. Bayi dalam perut ibu sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf

pembelahan dengan cepat, dan berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-beda.

Pada dosis tertentu, paparan sinar-x pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau

cacat pada janin yang dikandungnya, termasuk kemungkinan terjadinya kanker pada

usia dewasa.

19

Page 20: IKD 1 (2)

Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang relatif

ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita hamil kecuali

benar-benar perlu,harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan rontgen sebelum

mengetahui status kehamilannya harus berbicara kepada dokternya. CT Scan memang bisa

memberikan hasil tes medis secara cepat dan rinci. Beberapa penyakit pada anak seperti

radang paru atau patah tulang juga membutuhkan alat-alat pemindai kesehatan untuk

diagnosis yang lebih akurat. 

Tetapi para ahli juga mengingatkan bahaya terselubung yang mungkin timbul. Pada

anak-anak, paparan sinar-X tiga kali atau lebih akan meningkatkan ancaman leukimia.

"Menghindari atau mengurangi paparan radiasi sangat penting," kata Patricia Buffler, dari

Univesitas Berkeleys School of Public Health, Amerika. Dalam penelitiannya, ia mengamati

catatan medis 711 anak berusia maksimal 14 tahun yang didiagnosa leukimia limfoid akut di

California antara tahun 1995-2008. Ia membandingkannya dengan data anak yang tidak

menderita leukimia. Secara umum peningkatan risiko leukimia pada anak memang tidak

terlalu besar. Dari 100.000 anak, ada 4 yang terkena leukimia. Namun, meski kasus

kankernya kecil, tetap saja risikonya ada. Buffler menjelaskan, radiasi yang terdapat dalam

sinar-X membuat sel-sel dalam tubuh bermutasi dan menciptakan kanker. CT-Scan yang

belakangan ini sangat populer memiliki tingkat radiasi yang lebih tinggi. Pemajanan medan

elektromagnet yang terlalu sering diduga meningkatkan risiko kanker. Demikian studi terbaru

yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah New England Journal of Medicine.

Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan survei terhadap 950.000 pasien. Hampir 70

persen pasien pernah mengalami sekurangnya satu kali prosedur pencitraan yang membuat

mereka terpajan. Dalam waktu tiga tahun selanjutnya, diketahui mereka menderita kanker.

20

Page 21: IKD 1 (2)

E. Penyelesaian Masalah Etik

Kerangka pemecahan dilema etik, menurut kozier and Erb (1989):

Mengembangkan Data Dasara. Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien,

suami, anak,perawat, rohaniawanb. Tindakan yang diusulkanSebagai klien dia mempunyai

otonomi untuk membiarkan penyakitnyamenggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan

hal itu yang di inginkannya.Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi asuhan

keperawatan,peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan

melindungiibu tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.c.

Maksud dari tindakanDengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi di harapkan klien

maumenjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalahyang saat

ini dihadapi.d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan.1) Operasi dilaksanakan.

Biaya : Biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk dilaksanakannya operasi

Psikososial : Pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang (bila operasi itu lancar

danbaik) namun klien juga dihadapkan pada kecemasan akan kelanjutan hidupnyabila

ternyata operasi itu gagal serta biaya-biaya yang akan di keluarkan.

Fisik : Klien mempunyai bentuk tubuh yang normal tidak terdapat pembesaran

dalamtubuhnya (perut) dan bila dibiarkan begitu saja cepat atau lambat akan

terjadilahkematian.2) Bila operasi tidak dilaksanakan.

• Biaya : Tidak mengeluarkan biaya apa-apa

• Psikososial : Klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian terjadi kecemasan dan

rasasedih dalam hatinya

• Fisik : Timbulnya pembesaran di daerah abdomen Identifikasi Komplik Akibat Situasi

Tersebuta. Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut,

perawatdihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klienb. Apabila tindakan

operasi tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik:1. tidak melaksanakan sumpah

profesi2. tidak melaksanakan kode etik profesi dan prinsip-prinsip

moral :advokasi,benefesience, justice, avoiding, killing.3. tidak melaksanakan perannya

sebagai pemberi asuhan keperawatan4. perasaan bersalah (quilty) akibat tidak

melaksanakan tindakan operasi yangmemungkinkan timbulnya kematian.

Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan. mengusulkan dalam tim

yang terlibat dalam masalah klien untuk dilakukannyaoperasi, konsekuensi :1.usul diterima

atau ditolak aleh tim dan pihak yang terlibat dalampenanganan klien2. mungkin klien secara

psikologis akan menjadi lebih siap untuk menghadapitantangan akan kehidupan ini3. resiko

pengeluaran biaya yang tak terduga/ tidak dapat diprediksib. mengangkat dilema etik ini

21

Page 22: IKD 1 (2)

kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggiuntuk mempertimbangkan apakah operasi

ini dilakukan atau tidak konsekuensi :

1. mungkin memperoleh tanggapan yang memuaskan

2. mungkin memperoleh tanggapan yang kurang memuasia

3. tidak tertutup kemungkinan untuk tidak di tanggapi sama sekalic. meminta izin

kepada pimpinan lembaga pelayanan kesehatan (klinik kesehatan)untuk

menyampaikan informasi mengenai kondisi klien yang sebenarnya.Konsekuensi 1)

koordinator lembaga pelayanan menyetujui atau menolak, 2) klien meperoleh

informasi dan dapat memahami kondisinya, serta dapatmengambil sikap untuk

memutuskan tindakan yang terbaik untuk dirinya, 3) kondisi psikologis klien lebih

baik atau bertambah buruk karena responnyaterhadap informasi yang diperoleh.

Menetapkan Siapa Pembuat KeputusanPada kasus wanita tersebut merupakan

masalah yang komplek dan rumit,membuat keputusan dilakukan operasi atau tidak dapat

diputuskan olehpihak tertentu saja tetapi harus diputuskan secara bersama-sama.a.

pengambilan keputusan harus melibatkan tim yang terkait dan klienb. keputusan dibuat untuk

:1. pihak yang terkait dengan wanita tersebut untuk melakukan operasi atautidak2. klien,

keputusan yang dibuat dapat memperoleh kepastian apakahdilakukan operasi atau tidak.c.

kriteria penetapan siapa pembuat keputusan.1. TimKumpulan dari beberapa pihak yang

berkepentingan dan yang palingmemahami kondisi fisik dan psikologis klien. Masalah yang

dihadapi Sangaykomplek dan rumit yang tidak hanya memerlukan pertimbangan ilmiah,

tetapi juga pertimbangan etik sehingga pembuat keputusan akan lebih bijaksanadilakukan

oleh tim.2. klienklien ádalah orang yang paling berkepentingan dalam pengambilan

keputusanyang dibuat oleh klien bisa berubah secara tiba-tiba yang akan

mempengaruhikeputusan tim. 3. keterlibatan keluarga dalam upaya penyelesaian masalah

cukup menentukan mengingat secara ekonomis klien masih Belem mendapatkan biaya

diperoleh darimana sehingga keluarga mempunyai peranan yang cukup menemtukan

masalah.d. prinsip moral yang ditekankan berdasarkan prioritas dalam kasus ini :1. otonomi2.

benefesiensi3. justice4. avoiding killing5. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat.

· menghindari klien dari ancaman kematian

· menghargai otonomi klien dan berusaha menyeimbangkan dengan tanggung jawab

pemberi pelayanan kesehatan

· menghindarkan klien dari tindakan yang tidak menguntungkan bagi dirinya

· melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan

22

Page 23: IKD 1 (2)

· membantu sistem pendukung yang terlibat.6. Membuat keputusanKeputusan yang

dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan daripertimbangan tim kesehatan,

sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaikadalah dilakukan operasi berhasil

atau tidak itu adalah kehendak yang maha kuasasebagai manusia setidaknya kita telah

berusaha.

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

1. Aborsi adalah pengguran kehamilan secara sengaja dilakukan karena tidak ingin

bayinya lahir. Aborsi memeliki berbagai teknik yaitu beberapa diantaranya

adalah : kuret dan penyedotan, Pil pembunuh, pengguguran kimia, dll.

2. Eutahanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui

cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit

yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang

mematikan.

3. Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia

tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang

lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.

4. Supporting devices adalah alat penunjang yang digunakan dalam keperawatan.

23

Page 24: IKD 1 (2)

5. Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien, suami, anak,perawat,

rohaniawan. Penyelesaian masalah etik dapat dilakukan dengan : meminta izin

dari pihak yang terkait dengan wanita tersebut untuk melakukan operasi atau

tidak, dan keterlibatan keluarga dalam upaya penyelesaian masalah cukup

menentukan mengingat secara ekonomis klien masih Belem mendapatkan biaya

diperoleh darimana sehingga keluarga mempunyai peranan yang cukup

menemtukan masalah.

B. Saran

Dari hasil pengkajian makalah ini diharapkan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis khususnya dalam menerapkanhal-hal yang terkait dengan pembahasannya

Daftar Pustaka

Nurfadila, Siska. “Supporting Devices” tersedia : http: // siskanurfadila. blogspot.com

/2012/01/kata-pengantar-pujisyukur-kepada-allah.html. (diunggah tanggal 20 Oktober

2012)

Transplantasi Organ. Tersedia : http://nursing-transplan.blogspot.com/ (diunggah tanggal 20

Oktober 2012)

Wikipedia, “euthanasia”. Tersedia : http: //id.wikipedia.org /wiki /Eutanasia# Eutanasia_

ditinjau_dari_sudut_cara_pelaksanaannya. ( Diunggah pada tanggal 20 Oktober

2012).

24