Upload
tio-ayahnya-athar
View
75
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
ILMU KESEHATAN ANAK
Nama : Nur’ainil Fauzi
Nim : 111210223
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
D III KEBIDANAN
2013
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN FISIK BAYI
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya.Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi
baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang
bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari
normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi
melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang
diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan,
dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
- Pengkajian Bayi Baru Lahir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian/pemeriksaan fisik bayi baru
lahir adalah sebagai berikut:
Metode/Teknik Pengkajian :
Beruikut ini adalah metode yang dilakukan dalam pengkajian/pemeriksaan fisik bayi
baru lahir yaitu secara:
1. Inspeksi, dilakukan dengan menggunakan pengamatan/Observasi
2. Auskultasi, dilakukan dengan menggunakkan alat, seperti Doppler, Stetoskop
3. Palpasi, dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan tangan untuk meraba adanya
normallitas atau abnormalitas
4. Perkusi, juga dengan menggunakan jari-jari dan tangan untuk mengetahui adanya
normalitas atau abnormalitas dari suatu organ.
- Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan dan pastikan pencahayaan baik.
3. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat, periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
- Peralatan Dan Perlengkapan
1. Kapas.
2. Senter.
3. Termometer.
4. Stetoskop.
5. Selimut Bayi.
6. Bengkok.
7. Timbangan Bayi.
8. Pita Ukur/Metlin.
9. Pengukur Panjang Badan
- Prosedur
a. Persiapan Diri dan Pasien
b. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksan.
c. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial, faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
d. Susun alat secara ergonomis.
e. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
bersih.
f. Memakai sarung tangan
g. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
- Pengukuran Anthopometri
a. Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung diatas timbangan dan atur skala
penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan.Hasil timbangan dikurangi berat
alas dan pembungkus bayi.Kemudian catat hasilnya.
NO UMUR BERAT BADAN (kg)
1 Lahir 3,4
2 0-1 bulan 4,3
3 2 bulan 5
4 3 bulan 5,7
5 4 bulan 6,3
6 5 bulan 6,9
7 6 bulan 7,4
8 7 bulan 8
9 8 bulan 8,4
10 9 bulan 8,9
11 10 bulan 9,3
12 11 bulan 9,6
13 12 bulan 9,9
14 1 tahun 3 bulan 10,6
15 1 tahun 6 bulan 11,3
16 1 tahun 9 bulan 11,9
17 2 tahun 12,4
18 2 tahun 3 bulan 12,9
19 2 tahun 6 bulan 13,5
20 2 tahun 9 bulan 14
21 3 tahun 14,5
22 3 tahun 3 bulan 15
23 3 tahun 6 bulan 15,5
24 3 tahun 9 bulan 16
25 4 tahun 16,5
26 4 tahun 3 bulan 17
27 4 tahun 6 bulan 17,4
28 4 tahun 9 bulan 17,9
29 5 tahun 18,4
- Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar.Ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan.Alat ukur harus terbuat dari bahan yang
tidak lentur.Catat hasilnya.
- Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke
dahi.Catat hasilnya.
1. Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)
2. Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.
3. Perkiraan lingkar kepala :
6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
- Pengukuran lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).
- Pemeriksaan Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal.Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang
buruk atau hidrosefalus.Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal
kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba,
fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali.Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat
dehidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga, antara fontanel anterior dan posterior,
hal ini terjadi karena adanya trisomi.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
a. Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir
asimetri atau tidak.
b. Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak
dan tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari.
c. Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak
tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum.
Ciri-cirinya :
a. konsistensi lunak
b. berfluktuasi
c. berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak
d. tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura
kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak.
Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
Ciri-ciri cephal haematum:
a. Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak
tegas sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, sering diraba terjadi fiuktuasi
dan edema.
b. Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan.
Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan
fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
- Pemeriksaan Wajah
Wajah harus tampak simetris.Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
- Pemeriksaan mata
di lakukan pada kelopak mata untuk menilai ada/tidaknya kemerahan atau
pembengkakan yaitu nanah yang keluar dari mata, dan perdarahan subkonjungtiva.
Langkah – langkah :
1. Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
3. Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
4. Periksa adanya glaukoma kongenital.
Mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan
pada kornea. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna
putih. Pupil harus tampak bulat.Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang
kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
5. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
6. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan
epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
Cara mengidentifikasi kelainan mata
1. Lakukan inspeksi daerah mata.
2. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
a.Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara
menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
b. Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya
berkurang.
c.Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
d. Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan
pada kornea.
e.Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
- Pemeriksaan Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya
sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya
sifilis congenital.
Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
Cara:
a.Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan
pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan
berdarah perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan
lain.
- Pemeriksaan Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan
bibir menunjukkan adanya palsi wajah.Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut).
Periksa keutuhan langit - langit, terutama pada persambungan antara palatum
keras dan lunak. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang
biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda
foote).
Cara:
1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap.
3. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
4. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut
sebagai Monilia albicans.
5. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
- Pemeriksaan Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.Pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang.Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga.Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka pendengarannya
baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi
gangguan pendengaran.
- Pemeriksaan Leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya.Pergerakannya harus baik.
Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi.
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya
maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher. Seperti kelainan tiroid,
himangiona dan lain-lain.
- Pemeriksaan tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur.Periksa jumlah
jari.Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili.Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti
trisomi 21.Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
- Pemeriksaan genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis.
Periksa adanya hipospadia dan epispadia.Skrortum harus dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis ada dua.Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora
menutupi labia minora.Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.Terkadang
tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormon ibu (withdrawl bedding).
- Pemeriksaan anus dan rectum
Anus dan rectum. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan.
- Pemeriksaan kaki
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki.Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan.Kedua tungkai harus dapat bergerak
bebas.Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis.Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
B. PEMERIKSAAN FISIK BALITA
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak dan
sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pada anak meliputi keadaan
umum dan keadaan khusus.Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan wajah, mata,
telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.
- Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai lingkar kepala.Lingkar kepala
yang lebih besar dari normal disebut makrosefali, biasanya ditemukan pada penyakit
hidrocephalus.Sedangkan lingkar kepala kurang dari normal disebut mikrosefali.
Pemeriksaan lain yang dilakukan pada ubun-ubun atau fontanel. Dalam
keadaan normal ubun-ubun berbentuk datar. Ubun-ubun besar dan menonjol dapat
ditemukan pada keadaan tekanan intrakranial meninggi.Ubun-ubun cekung dapat
ditemukan pada kasus dehidrasi dan malnutrisi.
- Pemeriksaan Wajah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai apakah asimetri atau tidak.Wajah
asimetri dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis, serta dapat menilai adanya
pembengkakan daerah wajah.
- Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai adanya virus atau ketajaman
penglihatan.Pemeriksaan virus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan
cahaya (khusus neonatus).
Pemeriksaan mata yang lain adalah menilai apakah terdapat palpebra
simetris atau tidak. Kelainan yang muncul antara lain :
a. Ptosis adalah palpebra tidak dapat terbuka.
Penurunan kelopak mata
b. Lagoftalmos yaitu kelopak mata yang tidak dapat menutup dengan sempurna
sehingga kornea tidak dilindungi oleh kelopak mata
c. ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna.
d. Hordeolum merupakan infeksi lokal pada palpebra.
Pemeriksaan kelenjar lakrimalis dan duktus nasolakrimalis juga dapat
diketahui dengan jumlah produksi air mata.Produksi air mata yang berlebihan
disebut epifora.Selain itu, pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk menilai ada
tidaknya perdarahan subkonjungtiva yang dapat ditandai dengan adanya hiperemia
dan edema konjungtiva palpebra.
Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan
normal berwarna putih. Apabila ditemukan warna lain, kemungkinan ada indikasi
penyakit lain. Pemeriksaan juga menilai kejernihan kornea. Apabila ada radang,
kornea akan tampak keruh.
Pemeriksaan pupil.Secara normal, pupil berbentuk bulat dan simetris.
Apabila diberikan sinar akan mengecil. Midriasis atau dilatasi pupil menunjukkan
adanya rangsangan simpatis.Sedangkan miosis menunjukkan keadaan pupil yang
mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan kemungkinan adanya penyakit
katarak
Pemeriksaan jernih atau keruhnya lensa dilakukan untuk pemeriksaan adanya
kemungkinan katarak.Lensa yang keruh dapat menjadi indikasi adanya kemungkinan
katarak.
Pemeriksaan bola mata.Kondisi bola mata yang menonjol disebut
eksoftalmos dan bola mata yang mengecil disebut enoftalmos.Starbismus atau juling
merupakan sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata.Selain
itu, terdapat nistagmus merupakan gerakan bola mata ritmik yang cepat dan
horizontal.
- Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai telinga bagian luar, telinga bagian
tengah, dan telinga bagian dalam.
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan
daun telinga dengan menentukan bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan liang
telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah
pemeriksaan membran timpani. Membran timpani yang normal akan berbetuk
sedikit cekung dan mengkilat. Kemudian, dapat dilihat apakah terdapat perforasi
atau tidak.Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya pembengkakan pada
daerah mastoid.Pemeriksaan pendengaran dilaksanakan dengan bantuan garputala
untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan atau tidak.
- Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai adanya kelainan bentuk hidung
dan juga menentukan ada tidaknya epistaksis.Pemeriksaan yang dapat digunakan
adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior.
- Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menentukan ada tidaknya,
a. Trismus yaitu kesukaran membuka mulut.
b. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal hygine yang kurang.
c. Labioskisis yaitu keadaan bibir yang tidak simetris.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau tanda-
tanda radang.
Pemeriksaan lidah bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kongenital
atau tidak. Keadaan yang dapat ditemukan adalah,
a. Makroglosia yaitu lidah yang terlalu besar.
b. Mikroglosia yaitu lidahnya terlalu kecil.
c. Glosoptosis yaitu lidah tertarik ke belakang.
Kemudian dapat diperiksa ada tidaknya tremor dengan menjulurkan lidah.
Pemeriksaan gigi anak. Pertumbuhan gigi susu dimulai pada umur 5 bulan,
tetapi kadang-kadang satu tahun. Pada umur 3 tahun, ke-20 gigi susu akan tumbuh.
Kelainan yang dapat ditemuakn pada gigi antara lain yaitu adanya karies gigi yang
terjadi akibat infeksi bakteri. Pemeriksaan selanjutnya yaitu melihat banyaknya
pengeluaran saliva. Hipersaliva pada anak-anak kemungkinan terjadi karena gigi
mereka akan tumbuh, atau mungkin terjadi karena proses peradangan yang lain.
- Pemeriksaan Faring
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai adanya hiperemia, edema, abses
baik retrofaringeal atau peritonsilar.Edema faring umumnya ditandai dengan mukosa
yang pucat dan sembab, serta dapat ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang
sulit diangkat pada difteri (pseudomembran).
- Pemeriksaan Laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan.
Apabila ditemukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami stridor yang
disertai dengan batuk dan suara sesak. Pemeriksaan laring dilakukan dengan
menggunakan alat laringoskop, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan cara dimasukkan ke dalam secara perlahan-lahan dengan lidah ditarik ke
luar.
- Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher dilakukan dengan menilai adanya tekanan vena jugularis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengondisikan pasien dalam kondisi telentang
dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15º - 30º, kemudian dicek apakah
terdapat distensi pada vena jugularis. Selanjutnya lakukan pemeriksaan untuk
menilai ada atau tidaknya massa dalam leher.
C. PENYAKIT PADA ANAK
- Diare dan Muntah
Etiologi: terbanyak rotavirus, kmd alergi susu sapi, infeksi (disentri, parasit),
malabsorbsi
Gejala: BAB >3 kali/hari dengan konsistensi cair, terkadang tdp lendir dan darah,
muntah
Tanpa dehidrasi: air mata (+), mukosa mulut basah, palp tdk cekung, turgor cukup,
BAK (+) 4 jam/x jernih
Dehidrasi ringan-sedang: air mata (-), mukosa mulut kering, palpebra cekung, turgor
kurang, anak tampak haus, BAK >4 jam pekat
Dehidrasi berat: anak lemas tdk sanggup minum, turgor sgt lambat, BAK (-), ggn
sirkulasi
Tatalaksana: atasi dehidrasi → ORS (PedialyteR)
Tanpa dehidrasi: ORS 10 mL/kgbb/diare cair
Dehidrasi R-S: ORS 75 mL/kgbb dalam 3 jam I, ditambah 10 mL/kgbb/diare cair
Dehidrasi berat: infus RL 30 mL/kgbb dalam 1 jam, kmd rujuk
Diare dengan muntah → hati-hati dehidrasi berat, segera rujuk
Muntah: fisiologis (gumoh) usia 0-6 bulan, edukasi pada ibu. Bila berlebihan (BB ¯),
atau ada tanda-tanda infeksi/alergi susu, segera rujuk
a. Kesulitan Makan pada Anak
Biasanya usia 1-5 tahun
Etiologi: cara pemberian makan kurang tepat, kelainan psikologik, peny organik
(defisiensi vit/mineral, infeksi, parasit dll)
Tatalaksana: pemberian cukup nutrisi utk tum-bang, monitor tum-bang, edukasi Gizi
Buruk
b. Tetanus
Etiologi: Clostridium tetani. Port d’ entrée: luka-luka, otitis media perforata, karies,
umbilikus dll
Gejala: demam, diikuti kaku (bukan kejang) mulut atau trismus, otot-otot perut dan
anggota badan (spontan atau rangsang)
Tatalaksana: bersihkan jalan napas + O2, bersihkan luka dg H2O2 3%, antispasme
(diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb iv), antibiotik PP 50.000 IU/kgbb/hari im, kmd rujuk
c. Mumps (Parotis Epidemik)
• Etiologi: virus yg menyerang kel parotis
• Gejala: infeksi virus (demam, sakit kepala, nyeri sendi/otot, malaise,
nyeri tenggorok, muntah/diare ringan, diikuti dg pembesaran kel parotis uni/bilateral
• Tatalaksana: isolasi (boleh di rumah), antipiretik/analgetik
d. Morbili (Measles,Rubeola)
• Usia: 6 bulan-5 tahun
• Stadium kataralis (4-5 hari): demam, gejala inf virus, konjungtivitis,
pembesaran KGB leher (rubeola), bercak Koplik, batuk, diare ringan
• Stadium erupsi (3-4 hari): makulapapular di wajah (blk telinga)
menjalar ke tungkai
• Stadium konvalesen: klinis membaik, makula hiperpigmentasi
• Komplikasi: bronkopneumonia, otitis media, laringitis, ensefalitis
• Tatalaksana: isolasi, antipiretik, vit A dosis tinggi, bila berat/komplikasi
→ rujuk
e. Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis (batuk rejan, whooping cough)
• Gejala: lama >6 minggu
• Std kataralis (7-14 hr): batuk ringan terutama malam hari, pilek, demam
ringan
• Std spasmodik (2-4 mgg): batuk hebat, batuk panjang tanpa inspirasi,
perdarahan konjungtiva, epistaksis
• Std konvalesen (2 mgg): batuk mulai reda-sembuh
• Tatalaksana: AB eritromisin 30-50 mg/kgbb/hr (:4 dosis), antitusif
(codein), luminal
f. Demam Berdarah
Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas terus menerus 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, tmsk RL (+)
Hepatomegali
Ggn sirkulasi
Trombosit <100.000/µL, Ht me >20%
Diagnosis positif jk ditemukan 2 kriteria klinis + trombositopenia dan
hemokonsentrasi
Gejala: demam, facial flush, nyeri perut, nyeri kepala, nyeri otot/sendi, perdarahan
Fase syok: hari ke-3 s/d ke-5 sakit
Tatalaksana: cek darah rutin (Hb, Ht, trombosit) terutama pd hr sakit ke 3-5, jika
positif DBD → rujuk
g. Tifus Abdominal
Demam >1 mgg: tifus, paratifus (A,B,C), malaria, tbc
Gejala: demam terutama sore-malam, ggn sal cerna (konstipasi, diare), nyeri perut
Usia: >5 tahun
Tatalaksana: bila nafsu makan me¯ hrs dirawat, AB kloramfenikol 100 mg/kgbb/hr
(:4 dosis) po maks 2 gr/hr selama 10 hari atau 3 hari bebas demam
h. Polio
Etiologi: enterovirus
Gejala: anoreksia, mual, konstipasi, nyeri perut, demam ringan, sakit kepala. Tiga
hari kemudian timbul kelumpuhan (lumpuh layuh)
Tatalaksana: segera rujuk ke RSCM, dan buat laporan ke puskesmas setempat
mengenai kasus lumpuh-layuh (KLB)
i. Parasit
Malaria dan cacingan
- MALARIA
Etiologi: plasmodium (vivax, falciparum, malariae, ovale)
Gejala: demam paroksismal-periodik, anemia, splenomegali. Karakteristik demam:
menggigil (½-1 jam)-puncak demam (1-2 jam)-berkeringat (5-8 jam)
Tatalaksana: klorokuin, kina
- CACINGAN
Cacing tambang (Ankilostomiasis), Cacing gelang (Askariasis), Cacing kremi
(Oxyuriasis)
Gejala: gizi kurang, perut buncit, pucat
Tatalaksana: kebersihan diri dan lingkungan, Pirantel pamoate 10 mg/kgbb dosis
tunggal
j. Tuberkulosis
Gejala: sering demam, batuk >2 minggu, anoreksia, berat badan tidak mau naik
Riwayat kontak KP (+)
Tb ekstra pulmonal: limfadenitis, limfadenopati multiple
Tatalaksana: uji Mantoux, LED, foto Ro, OAT (Rifampisin, INH, Pyrazinamide).
Lama pengobatan 6-9 bulan
k. Bronkopneumia
Peradangan parenkim paru (bakteri, virus, jamur)
Gejala: demam tinggi, batuk, sesak, sianosis, napas cuping hidung, tampak sakit
berat
Tatalaksana: segera beri oksigen → rujuk
l. Infeksi SSP
Ensefalitis: demam tinggi, kejang, penurunan kesadaran
Meningitis: demam, relatif sadar,
kejang ±, kaku kuduk, paresis saraf cranial
Tatalaksana: atasi kejang/kedaruratan → rujuk.
m. Kejang,Demam dan Epilepsi
Usia 6 bulan - 6 tahun
Kejang selalu didahului demam
Setelah kejang, pasien tetap sadar
Riw keluarga (+)
Kejang akan berulang bila demam
Sifat kejang: kejang umum, tonik/klonik
Tatalaksana: antipiretik+diazepam
n. Penyakit Jantung Bawaan
PJB sianotik dan non-sianotik
Terbanyak: Tetralogi of Fallot
Gejala: biru terutama bila menangis/mengejan, sering sakit-sakitan (batuk-pilek), clubbing
finger, bising jantung (+)
Tatalaksana: segera rujuk
o. Leukimia
Jenis keganasan paling banyak pada anak
Usia 3-5 tahun
Gejala: pucat, sering demam, nyeri sendi, perdarahan (organ atau kulit),
limfadenopati, organomegali (hepatosplenomegali)
Tatalaksana: segera rujuk
p. Kejang
Bedakan kejang dengan tremor, spasme, menggigil
Kejang: bila ditahan → otot tetap kontraksi, anak tidak sadar, sianosis/hipoksia
Tatalaksana: bersihkan jalan nafas, posisi miring (cegah aspirasi), O2, diazepam supp
(5 mg utk BB < 10 kg, 10 mg utk BB > 10 kg), atasi pencetus
q. Syok Anafilatik
Gejala: kardiovaskular (syok hipovolemik) pulmonal (sesak, spasme bronkus),
gastrointestinal (muntah, diare), kulit (urtikaria)
Tatalaksana: bersihkan jalan nafas, cegah aspirasi, O2, perbaiki sirkulasi (infus),
obat-obatan (adrenalin 0,3 mL subkutan dapat diulang tiap 5 menit; deksametason
0,5-1 mg/kgbb iv; difenhidramin 10 mg/kgbb im; bila mungkin terapi inhalasi)
r. Hiperpireksia
Suhu aksila: 40°C atau lebih
Tatalaksana: O2, surface cooling dengan kompres hangat, usahakan si anak segera
berkeringat, obat-obatan (parasetamol atau ibuprofen supp 10 mg/kgbb), banyak
minum (hidrasi)
D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
1. Keracunan
Curiga keracunan bila:
Tiba-tiba mendadak sakit
Gejala tidak sesuai untuk suatu keadaan patologis
Gejala menjadi progresif cepat
Anamnesis sesuai ke arah keracunan
Prinsip tatalaksana:
Nilai kesadaran dan tanda vital
Atasi kedaruratan (ABCD)
Jauhkan racun
Detoksikasi dan pemberian antidotum
Simtomatik
MENJAUHKAN RACUN
Subkutis
Pasang tourniquet proksimal dari tempat racun masuk, bila perlu suntikkan
adrenalin/epinefrin di tempat tersebut
Kulit
Pakaian dilepas, kulit dibersihkan dengan sabun dan air mengalir
Inhalasi
Segera berikan napas buatan untuk mengeluarkan udara/racun dari paru-paru
Tertelan/lambung
Bila masih <4 jam, dapat dicoba pemasangan NGT
Kumbah lambung
Rangsang muntah → rgs faring, beri minum (1-2 sendok makan garam dapur dlm
air hangat)
Kumbah lambung → air, soda, susu, norit Bilas lambung diulang ±20 kali dg
cairan 200-250 mL tiap kali kumbah lambung
Tidak semua racun dapat dilakukan kumbah lambung. Kontra indikasi: zat korosif
DETOKSIKASI DAN ANTIDOTUM
Setiap kemasan/botol asal racun, umumnya tercantum antidotum
Usahakan agar kemasan/botol racun dicari/bawa saat pasien dating
Contoh antidotum: atropin untuk keracunan organofosfat (BaygonR)
SIMTOMATIK
Bersihkan jalan napas, cegah aspirasi, oksigen
Atasi kejang, hiper/hipotermi
Atasi syok
Organofosfat
Pasang NGT, kumbah lambung → rujuk
Minyak tanah
Tidak boleh kumbah lambung
Banyak minum air putih → rujuk
Singkong
Atasi kegawatan → rujuk
Jengkol
Tablet bikarbonat/soda → rujuk
1. Luka bakar dan tersiram air panas
Akibat luka bakar:
Infeksi
Kehilangan protein dan cairan → syok
Penyembuhan → jaringan parut
Tatalaksana luka:
Cuci daerah luka bakar dengan air hangat (40°C)
Jaringan mati dan kulit yang lepas dibuang, bulla besar dipecahkan dan kulit
dibuang, bulla kecil dapat dibiarkan
Kompres luka dengan NaCl 0,9% atau dioles dengan antiseptik (BurnazinR)
Antibiotik: eritromisin, amoksisilin, klindamisin
ATS 1500 IU atau TT im, kecuali riwayat imunisasi lengkap
Luka bakar besar → segera rujuk setelah kedaruratan teratasi
2. Kecelakaan lalu lintas
Tatalakasana:
Nilai kesadaran, tanda vital
Atasi kedaruratan (ABCD)
Pem fisis: inspeksi, palpasi. Mulai dari ujung kepala hingga anggota gerak
Cari: lokasi perdarahan (luka lecet/robek), tanda-tanda fraktur/dislokasi (nyeri
gerak/palpasi, krepitasi, deformitas), trauma tumpul (lebam terutama daerah
dada/perut)
Perdarahan → atasi perdarahan (bebat, ligasi)
Fraktur/dislokasi → imobilisasi (pasang bidai)
3. Tenggelam
Tatalaksana:
Nilai kesadaran dan tanda vital
Atasi kedaruratan (ABCD) dan hipotermi
Segera rujuk
Komplikasi: asidosis, infeksi, aspirasi pneumonia
4. Kemasukan benda asing
Lokasi tersering:
Lubang hidung
Liang telinga
Tertelan benda asing
Tatalaksana:
Liang telinga → dapat dicoba ekstirpasi korpus alienum dengan menggunakan pinset
berujung runcing. Bila korpus alienum menutupi seluruh liang telinga → rujuk.
Lubang hidung → prinsip sama dengan korpus alienum pada liang telinga. Dapat
dicoba dengan meniupkan udara dari mulut dg satu lubang hidung ditutup
Bila pasien tersedak (korpus alienum masuk hingga sal napas/laring) → lakukan
perasat Heimlich
Tertelan benda asing → umumnya tidak membahayakan, korpus alienum akan
keluar bersama feses 18-24 jam kemudian. Kecuali bila pasien merasa nyeri di
daerah ulu hati, muntah (korpus alienum tersangkut di esofagus), atau korpus
alienum berupa logam dan tidak keluar dalam 24 jam
5. Gigitan binatang berbisa
Jenis binatang:
Ular
Lebah
Kalajengking
Kelabang
Tatalaksana (sebelum merujuk):
Nilai kesadaran dan tanda vital
Atasi kedaruratan (ABCD)
Ikat bagian proksimal dari luka sengatan, posisikan lebih tinggi dari jantung,
kompres dingin/es
Bila perlu lakukan insisi kecil untuk mengeluarkan sisa bisa yang ada
Obat kedaruratan: adrenalin, kortikosteroid (deksametason), antihistamin
(diphenhidramin), analgetik (parasetamol, ibuprofen)
E. JENIS OBAAT YANG DI PERBOLEHKAN DOSIS PEMBERIAN EFEK
SAMPING, INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
1. Jenis obat cair. Kebanyakan obat-obatan khusus untuk bayi dibuat dalam bentuk
cairan (sirup). Cara termudah untuk memberikannya adalah melalui pipet
(tabung suntik khusus untuk obat), usahakan untuk mengarahkan obat ke dinding
dalam pipi bayi dan bukan ke pangkal tenggorokan sehingga bayi tidak tersedak.
2. Jenis obat supositoria. Jenis obat ini biasanya diberikan pada bayi melalui anus.
Caranya masukkan obat yang ujungnya berbentuk seperti peluru ke lubang anus,
lalu rapatkan kedua belah pantat bayi selama beberapa saat agar obat tidak
terdorong keluar lagi.
3. Jenis obat tetes. Obat ini biasanya diberikan sebagai obat tetes mata, obat telinga
atau obat untuk mengatasi masalah di hidung.
Tak ada salahnya jika orangtua meminta saran dari apoteker atau dokter mengenai
obat-obatan yang bisa dibeli bebas tanpa resep dokter. Selain itu pastikan juga
bahwa obat tersebut sesuai dengan usia anak, menyimpannya di luar jangkauan
anak-anak serta dosis yang diberikan tidak melebihi dosis harian. Ketahui obat-obat
apa saja yang bisa dikonsumsi, yaitu:
Obat Kegunaan Cara pakai
Parasetamol Demam dan nyeriOral (mulut) dan
anus (supositoria)
IbuprofenDema, nyeri dan
peradanganOral (mulut)
Obat batukBerbagai tipe batuk (kering,
berdahak dan lainnya)Oral (mulut)
AntihistaminReaksi alergi akut, alergi
serbuk sariOral
Cairan
rehidrasi
Gastroenteritis (peradangan
organ perut dan usus) akut
dan penyakit dengan risiko
dehidrasi
Dicampur dengan
air (oralit) untuk
diminum
Tetes hidung
salin
Melapangkan hidung yang
tersumbat
Nasal (lewat
hidung)
Gaviscon bayi
Mengobati refluks
gastroesofageal (naiknya
asam lambung ke
tenggorokan)
Dicampur dengan
susu
Laktulosa Sembelit ringan Oral
Senna Sembelit sedang Oral
Krim steroid Eksim yang meradangDioleskan pada
kulit
Emolien Kulit kering dan eksimDioleskan pada
kulit
Gel gigi Gusi nyeriDioleskan pada
gusi
Lotion telur
kutuKutu rambut
Digunakan pada
kulit kepala
Obat cacing Untuk cacing kremiBentuk tablet atau
sirup
Hal terpenting yang harus dipahami oleh orangtua adalah jangan pernah memberikan
aspirin pada anak di bawah usia 16 tahun kecuali diresepkan oleh dokter anak. Hal
ini karena aspirin dihubungkan dengan penyakit langka yang berpotensi mematikan
dan disebut dengan sindrom Reye.
A. ANTIBIOTIK
AMOKSISILIN (Amoxsan R )
Indikasi: infeksi sal napas, sal kemih
Dosis (per oral):
Bayi < 3 bulan → 30 mg/kgbb/hr (:2-3 dosis)
> 3 bulan → 20-40 mg/kgbb/hr (:3 dosis)
Lama terapi 7-10 hari
ES: diare, hipersensitif/alergi
KI: pasien hipersensitif
ERITROMISIN (Erythrocin R )
Indikasi: infeksi sal napas, kulit
Dosis (per oral): 30-50 mg/kgbb/hr (:4 dosis). Lama terapi 7-10 hari.
ES: diare, mual, muntah, nyeri perut, hipersensitif/alergi.
KI: pasien hipersensitif, ggn fungsi hati
KOTRIMOKSASOL (Sanprima R )
Indikasi: infeksi sal kemih, sal napas, disentri/diare
Dosis TMP (per oral): 6-8 mg/kgbb/hr (:2 dosis) Lama terapi 7-10 hari.
ES: diare, mual, muntah, hipersensitif/alergi, sindrom Stevens-Johnson, anafilaksis
KI: pasien hipersensitif, ggn fungsi hati/ginjal, riwayat alergi berat, bayi < 2 bulan
B. ANTELMINTIK (OBAT CACING)
PIRANTEL PAMOAT (Combantrin R )
Indikasi: infestasi cacing tambang, cacing gelang
Dosis (per oral): 10 mg/kgbb (dosis tunggal)
ES: diare, mual, muntah, hipersensitif
KI: pasien hipersensitif, ggn fungsi hati, malnutrisi berat, anemia, anak < 2 tahun
C. ANTIJAMUR
NISTATIN (Mycostatin R )
Indikasi: infeksi jamur kandida
Dosis (per oral):
Neonatus → 4 x 100.000 U
Bayi/anak > 3 bulan → 4 x 250.000-500.000 U Lama terapi s/d 2 hari bebas gejala.
ES: diare, mual, muntah, hipersensitif
KI: pasien hipersensitif
D. ANTIALERGI
KLORFENIRAMIN MALEAT (CTM R )
Indikasi: rhinitis, urtikaria
Dosis (per oral):
2-6 thn → 1 mg/x (maks 4 kali/hari)
6-11 hn → 2 mg/x.
> 11 thn → 4 mg/x
ES: mengantuk, mulut kering, sekret/mukus kental, retensi urin
KI: serangan asma akut, ggn fungsi ginjal dan kardiovaskular
E. SIMTOMATIK: antipiretik/analgetik, antiemetik
PARASETAMOL (Panadol R )
Indikasi: demam, nyeri ringan
Dosis (per oral): 10-15 mg/kgbb/x, dapat diberikan tiap 4-6 jam
ES: ggn fungsi hati
KI: hipersensitif, ggn fungsi hati dan fungsi ginjal
IBUPROFEN (Proris R )
Indikasi: demam, nyeri ringan-sedang
Dosis (per oral): 5-10 mg/kgbb/x, dapat diberikan tiap 6-8 jam
ES: mual, ulkus peptik, nyeri ulu hati, diare
KI: hipersensitif, asma bronkial, ggn fungsi hati dan ginjal, ggn pencernaan
F. OBAT TOPIKAL
Antijamur: mikonazol salep 3 x sehari
Antialergi/eksim: hidrokortison 1-2½% 3 x sehari
Abses/ulkus: Gentamisin salep 3 x sehari, Rivanol/NaCl 0,9% kompres tiap 4 jam
Ruam popok: NaCl 0,9% kompres tiap 4 jam
G. VITAMIN
Boleh diberikan multivitamin sirup dengan dosis:
Anak < 1 tahun → 1 x 0,3-0,5 mL (drops)
Anak > 1 tahun → 1 x cth I
Multivitamin diberikan hanya sebagai suplemen, bukan terapi
H. OBAT KEDARURATAN
DIAZEPAM
BB < 10 kg → 5 mg (suppositoria)
BB > 10 kg → 10 mg (suppositoria)
0,3 mg-0,5 mg/kgbb/x, intravena
Hati-hati depresi pernapasan
ADRENALIN (larutan 1:1000)
0,01-0,03 mL/kgbb/x (maks 0,5 mL/x) subkutan
0,1-0,3 mL/kgbb/x (larutan 1:10.000) intravena
Efek: takikardi, kontraksi jantung me, vasokonstriksi
DEKSAMETASON
0,5-1 mg/kgbb/x (inisial) intravena, kemudian 0,5 mg/kgbb/hari (:3) intravena
Efek: hipertensi, ulkus peptik, muntah, pruritus
I. ANTIEMETIK (ANTIMUNTAH)
DOMPERIDON (Vometa R )
Indikasi: muntah, regulasi peristaltic
Dosis (per oral): 0,25 mg/kgbb/x, dapat diberikan tiap 8 jam
ES: diare, kembung
KI: obstruksi sal cerna
J. MUKOLITIK
BROMHEKSIN (Bisolvon R )
Indikasi: batuk berdahak
Dosis (per oral): 0,3 mg/kgbb/x, dapat diberikan tiap 8 jam
ES: mual, diare, nyeri lambung
KI: hipersensitif, ulkus peptik
2. NUTRISI/GIZI BAYI DAN BALITA
Tubuh manusia dalam ( termasuk bayi dan balita ) memerlukan zat-zat yang berasal
dari makanan, yang disebut zat-zat gizi. Sementara itu istilah ‘Gizi” berasal dari kata
“Gizawi”(bahasa Arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan
jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan normal dan sehat.
a. Kecukupan Gizi Pada Bayi
Pemanfaatan dalam tubuh menghasilkan keadaan kesehatan yang disebut
keadaan gizi, keadaan gizi adalah keadaan kesehatan sebagai hasil masukkan zat gizi
b. Kecukupan Gizi Pada Balita
Begitu pula dengan masa balita kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan
balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan
masukkan makanan yang memadai. Masa balita disebut juga “golden period” atau
masa keemasan.
c. Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi Dan Balita
Tumbuh kembang bayi dan balita, selaindipengaruhi oleh faktor keturunan
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Gizi/Nutrisi merupakan salah satu faktor
lingkungan dan merupakan penunjang agar proses tumbuh kembang tersebut dapat
berjalan dengan memuaskan. Makanan yang diberikan pada bayi dan balita akan
digunakkan untuk pertumbuhan badan,karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat
dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan balita.
d. Tumbuh Kembang Otak
Pertumbuhan berarti penambahan jumlah dan ukuran sel dengan jalan
membelah diri dan peningkatan diferensial sel. Salah satu pertumbuhan yang penting
diperhatika adalah pertumbuhan otak yang terjadi sejak janin dalam kandungan
hingga usia 2 tahun kehidupannya. Setelah 2 tahun, laju ( kecepatan) bertumbuahn
melamban, tetapi ukuran masa otak bertambah. Proses tumbuh kembang otak
diawali dengan penambahan jumlah sel (proliferasi), pembesaran sel dan mielinisasi.
Proses proliferasi adalah proses pembelahan sel yang terjadi terus menerus.
Proses mielinisasi adalah dmna sel-sel saraf dilapisi mielin. Pelapisan myelin
merupakan membran ( lapisan tipis) yang terdiri atas lemak dan berfungsi sebagai
isolator sekeliling serabut saraf dan penting dalam kecepatan penghantaran impuls
( ransang ) saraf.
1. Bayi Baru Lahir
a. Kapan di berikan nya nutrisi:
a) Pastikan bayi lahir tanpa ada resiko
b) Minitor tanda vital dalam 2 jam ; normal
c) Reflex hisap (+)
d) Saluran pencernaan (mulut-anus) normal
e) Tidak tampak sakit
b. Yang di berikan dalah:
a) ASI/PASI
b) Boleh didahului dengan pemberian D 10% 2-5 ml
c) Tidak boleh makanan padat
c. Pilihan pasi
a) NKB : susu hipoalergen , protein hidrolisat, (Enfamil HA, pepti junior)
b) NCB : susu biasa khusus bayi
c) PJT/KMK : susu tinggi kalori (susu untuk bayi berat lahir rendah)
d. Cara pemberian nutrisi:
a) Hindari memakai dot
b) Mulai dengan volume kecil (1ml, 5ml, 10ml, dan seterusnya)
c) Frekuensi pemberian tiap 2-3 jam sekali
d) ASI : harus kedua payu dara
e) Setelah minum : sendawa, posisi ½ duduk
f) Jangan lupa monitor toleransi minum
e. Yang di monitor:
a) Toleransi minum baik
b) Gumoh / muntah <4kali sehari
c) Volume muntah <50% dari minum sebelumnya
d) Tidak diare atau kembung (ASI <8kali per hari, PASI <5 kali perhari), ampas>air
e) BB naik
f. Penambahan berat badan
Usia satu minggu setelah lahir :bb tetap atau turun maksimal 10% dari berat
lahir.
Setelah usia satu minggu:
BL 1-2 kg: 12-15 gram/kg/hari
BL > 2kg : 8-12 gram/kg/hari
Atau 15 sampai 30 gram perhari.
g. Penambahan berat badan:
3 bulan I:750 g – 1kg perbulan
3 bulan II : 500 g – 750 g per bulan
3 bulan III : 350 g – 500 g per ulan
3 bulan IV : 150 g – 250 g per bulan
2. Kebutuhan Nutrisi
a) Karbohidrat
b) Nutrisi
c) Lemak
d) Vitamin
e) Mineral
f) Air
3. Kebutuhan Cairan
KEBUTUHAN CAIRAN
BAYI CUKUP BULAN
Usia (hari) Cairan (ml/kg/hari)
2 50
3 60
4 80
5 100
10 130
KEBUTUHAN CAIRAN
BBLR (ml/kg/hari)
Um
ur
Berat badan (kilogram)
0
,
7
5
-
1
1
-
1
,
2
5
1
,
2
5
-
1
,
5
1
,
5
-
2
,
5
Mgg
I,1
9
8
9
1
8
0
,
5
6
0
-
8
0
Mgg
I,2
1
1
2
1
0
4
9
2
9
0
-
1
1
0
Mgg
I,3
1
4
0
1
3
0
1
1
5
1
2
0
-
1
6
0
Mgg
II
1
4
5
1
4
0
1
2
5
1
2
0
-
1
6
0
Mgg
III
1
5
0
1
4
0
1
3
5
1
2
0
-
1
6
0
Mgg
IV
1
5
0
1
4
0
1
3
5
1
2
0
-
1
6
0
KEBUTUHAN CAIRAN
KEBUTUHAN CAIRAN PADA BAYI DAN ANAK
UMUR CAIRAN (ml/kg/hari)
3 bulan 140-160
6 bulan 130-155
9 bulan 125-145
1 tahun 120-135
2 tahun 115-125
4 tahun 100-110
6 tahun 90-100
10 tahun 70-85
14 tahun 50-60
18 tahun 40-50
a) Kebutuhan cairan /pasi pada bayi cukup bula:
Mgg I : 8x 30ml per hari
Mgg II : 8x 60ml per hari
Mgg III : 8x 90ml per hari
Mgg IV : 8x 90-120ml per hari
1-3 bulan : 8x 120-150ml per hari
3-6 bulan : 8x 150-180ml per hari
b) Kebutuhan cairan pada anak:
Rumus Darrow/holiday-segar:
BB<10-10kg: 100ml/kg/hari
BB> 10-20 kg:1000+ [(BB-10)x50]ml/hari
BB>20kg :1500 + [(BB-20]ml/hr
4. Makanan Padat
Makanan padat dibeikan setelah 6 bula
a. Jenis makanan nya:
a) Bubur susu 2 kali sehari (umur 6-7bulan)
b) Nasi tim saring 2-3 kali sehari (7-9bulan)
c) Nasi tim 2-3 kali sehari (9-12bulan)
d) Nasi biasa 2-3kali sehari (>12bulan)
b. Makanan tambahan
a) Buah/biscuit 2 kali (>6 bulan sampai dengan seterusnya)
c. Jadwal: waktu pemberian harus tetaap, makanan utama :pagi,sore , makanan
tambahan pukul 9-10 atau 13-15
d. Anak tidak boleh di paksa makan
e. Anak harus menikmati makanan dan proses makan
f. Usahakan ada orang dewasa yg ikut proses makan (anak akan mencontoh)
g. Buah/biscuit kurang leih 80kkal. Bahan : buah 50gr (satu buah pisang). Biscuit
25gr(2-3buah biscuit) Biscuit dpt diganti dengan pudding, caramel, agar , bubur
kacang hijau halus.
h. Bubur susus (energy 217 kkal, protein 7 gr lemak 7gr, karbohidrat 30gr, bahan:
tepung 20gr,susu cair 200ml, atau susu bubuk 30-40gr, gula pasir 10gr.
i. Nasi tim, energy 155kkal. Protein 7,8gr, lemak 36gr, kasbihidrat m=22 gr,
j. LLm 1000 kkal
k. Makanan cair 2000 kkal
l. Maknan cair tanpa susu (tps /nabati 1000kkal.
m. PREDA (porridge Reffeding Daging Ayam).
3. SISTEM RUJUKAN
a) Informed consent
b) Berjenjang
c) Penulisan rujukan jelas
d) Atasi kedaruratan
e) Darurat → pendamping tenaga kesehatan
f) Pastikan tempat rujukan dapat mengatasi masalah pasien
Formulir rujukan:
Tempat rujukan
Tempat dan tanggal (bila perlu jam saat merujuk)
Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, berat badan)
Diagnosis penyakit dan riwayat singkat perjalanan penyakit
Tatalaksana yang sudah diberikan
Alasan merujuk atau konsultasi yang diminta
Ucapan terima kasih, tanda tangan dan nama jelas perujuk
4. Tatalaksana Kegawatan Bayi Baru Lahir
1. APGAR SCORE (AS), Virginia Apgar
0 1 2
Nadi - <100 >100
Nafas -/tdk
teratur
Menan
gis
lemah
Menangis
kuat
Refle
x
(sucti
on
hidun
g)
- mering
is
Batuk/
bersin
Otot - Sdkt
fleksi
di ekstr
Gerakan
aktif
Kulit Pucat/
biru
Biru di
akral
merah
Normal AS=7-10
Asfiksia ringan atau sedang AS=4-6
Asfiksia berat AS<4
a. Satu mnit pertama setelah bayi lahir (tali pusat di putuskan),
Jika scornya <7 ,AS diulang 5 menit kmudian untuk mnilai keberhasilan resusitasi,.
Jika hasil AS tetap <7 . resusitasi dihentikan jika setelah 20 menit, AS tetap <7.
b. Penyebab AS rendah :
a) Gawat janin, (hipoksia dalam kandungan)
b) Anastesi atau analgesic pada ibu yg partus dengan SC
c) Bayi kurang bulan
d) Persalinan sulit atau traumatic
e) Suction yg berlebihan pada faring setelah persalinan
f) Respiratory distress berat.
c. Factor resiko bayi dengan AS rendah
a) Adanya tanda tanda vetaldisstress selama persalinan
b) Masa gestasi <37 mg
c) Presentasi abnormal dari janin
d) Persalinan sulit atau traumatic
e) Anastesi atau analgesi(morin atau petidin 4 jam sebelim partus)
1. Resusitasi Bayi Baru Lahir
Setelah lahir, bayi secepatnya di keringkan dengan handuk hangat
kemudian ditempatkan pada tempat yang cukup hangat.
Jika bayi belum menangis, dapt di stimulasi dengan menjentikan secara perlahan
telapak kaki nya, bayi yang lahir lahir langsung menangis, tidak perlu di suction,
karena kadang-kadang suction dapat memicu apnea. Jika dengan stimulasi, bayi
tetap tidak menangis >> resusitasi (ABCD).
a. Airway
Bersihkan jalan nafas dengan suction catheter, jangan terlalu dalam (cukup 5 cm dari
ujung cateter) , karena dapat memicu reflek vagal. Jangan menghisap lender dari
hidung sebelum mulut dan tenggorokan bersih dari lender (karena sering
menyebabkan bayi gasping).
Jika bayi belum juga menangis , pasng face mask oxygen yang di hubungkan dengan
fentilation bag (leher bayi harus extensi , dan mask harus menutupi wajah)satu atau 2
kali pompa, sering merangsang bayi untuk menangis. Pemberian oxygen 100%
selama resusitasi tidak berbahaya asalkan di berikan waktu yang singkat. Jika bayi
tetap tidak bernafas (lidah biru) pasang mask ventilation (breathing).
b. Breathing
Pasang mask ventilation(harus menutupi hidung dan mulut).berikan pompa nafas
40x/menit(lihat pergerakan dinding dada). Jika bayi tetap tidak bernafas ( lidah biru)
>> intubasi. Waktu mengerjakan intubasi: 30 detik, jika setelah 30 detik , intubasi
belum berhasil keluarkan laringoskop dari mulut bayi, pasang kembali mask
ventilation untu beberapa menit,. Setelah itu intubasi dapat di coba kembali jika ETT
telah terpasang, berikan pompa nafas 40x/menit . jika bayi bernafas (lidah merah
muda) dan denyut jantung >100x/menit , maka ETT dapat di lepas . jika bayi apnea
atau denyut jantung <80x/menit >>message jantujng (circulation).
c. Circulation
Mesase di berika dengan frekuensi 100x/menit . vetilasi diberikan setiap setelah 3
kali mesase.
d. Druas
a) Narcan (nalokson) diberika jika ibu mendapatkan petidin atau morfin 4 jam sebelum
persalinan . 1l ampul narcon mengandung 0,4mg nalokson, nalokson diberikan
dengan dosis 0,1 mg/kgbb atau 0,25 ml/kgBB i.m (anterorateral paha)
b) 2ml/kgBB natrium bikarbonat 4% di berikan untuk koreksi asidosis (melalui vena
umbilikalis) . natrium bikarbonat 4% hanya diberikan jika ventilasi telah adekuat.
c) Adrenalin 1:10.000 (1 ml adrenalin 1:1000 dilarutkan dalam 9 ml Nacl 0,9%) dapat
diberikan melalui ETT atau vena umbilikalis. Dosis: 1 ml untuk bayi cukup bulan,
dan 0.5ml untuk bayi kurang bulan .
d) Jika perfusi bayi masih jelek , dapat di berikan plasma (heamacce/ plasmalyte hB)
dosis: 10ml/kgBB , di berikan perlahan lahan (>10menit) melalui vena umbilikalis.
2. Aspirasi mekonium
Semua yang lahir dengan meconium stained perlu penanganan khusus
untuk mencegah aspirasi mekonium. Sewaktu masih di dalam rahimatau jalan lahir ,
akibat usaha nafas bayi , ekonium dapat masuk hingga alveolus . mekonium masuk k
enzim pancreas yang dapat meurusak paru-paru, kulit lambung dan mata bayi.
Caranya:
Setelah lahir kepala tahan bahu, cegah ibu mengedan , lakukan suction, pada mulut
dan faring bayi. Setelah bersih barulah bayi di lahirkan dengan lengkap.
Jika setelah lahir kepala , bayi angsung menangis langsung keluarkan bayi , dengan
lorongoskop, di lakukan suction sampai melewati pita suara untuk membersihkan
mekonium dari trakea dan bronkus. Jika perlu dapat di lakukan intubasi.
Pada persalinan dengan secsio cesaria prinsipnya sama.
Semua bayi yang telah diresusitasi, harus di awasi minimal selama 4 jam (suhu,
nadi ,nafas, warna kulit, aktivitas , dan kadar gula darah) . rawat dala incubator ,
berikan cairan dan energy , bayi jangan di mandikan.
Mekonium yang terftelan bayi dapat menyebabkan gastritis( bayi dapat muntah yang
mengandung mucus dan mekonium) . lakukan bilas lambung dengan cairan na-
bikarbonat 2%, setelah lambung bersih berikan kolostrum.
3. Komplikasi Bayi Baru Lahir
Usia gestasi normal (aterm) 37-42 minggu , bb lhir normal pad bayi cukup
bulan :2500-4000gram .
a. Komplikasi yang sering terjadi pada bbl kurang bulan; asfiksia, hipotermi,
hipoglikemi, HMD, apnea berulang, poor feending, jaundice, infeksi, anemia,
periventricular haemorrhage, patent ductus arteriosus (PDA).
b. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir lebih bulan:
Trauma lahir oleh karena chepalopelvic, disproportion, fetal distress oleh karena
plasenta tidak ckup menyediakan energy dan oksygen pada janin>>aspirasi
mekonium. Bayi akan sesak nafas, lama kelamaan sesak akan bertambah berat oleh
karena mekonium makin masuk ke dalam alveolus.
Soft tissue(muscle, subcutaneosus fat) wasting saat lahir, oleh karena insufisiensi
plasenta.
Tramsient respiratory distress of new borndi sebabkan karena pada saat lahir melalui
SC paru-paru bayi tidak mengalami dekompresi jaln lahr sehingga sisa lender dalam
paru tidak keluar.
4. Pedoman Bayi Baru Lahir
a. Bayi sehat
Apgar score : 7-10
Cukup bulan :37-42 minggu
BB sesuai masa kehamilan: 2500-4000 gram
b. Obserfasi 2 jam setelah bayi lahir
Bayi aktif(tonus otot baik) , menangis kuat, kulit merah dan hangat hingga kaki dan
tangan , perfusi cukup (<4detik), frek nafas < 60 kali/menit tidak sesak.
Frek nadi >100KALI/MENIT. Suhu 36,5-37,5 derajat celcius. Toleransi minum
baik, reflex hisap baik. Mekonium keluar pada hari pertama; vit k 1mg im, (bayi
cukup bulan ), 0,5 mg i.m (bayi premature).
5. Factor Resiko Sepsis
Mayor Minor
KPD > 24 jam ibu demam
(>38derajat C) saat
intrapartum kariomanionitis
(ketuban keruh berbau)
Gawat janin
(>160kali/menit)
KPD>12jam ibu demam
(>37,5derajat C) saat
intrapartum
Leukosit ibu > 15.000/L,
apgar score menit ke -1 <5,
mnit ke 5<7
BB lahir < 1500 gram
Gestasib< 37mnggu
Kehamilan ganda, keputihan
berbau busuk.
DAFTAR PUSTAKA
Maryanti dwi, 2011, buku ajar neonatus, bayi dan balita.Tran info media : Jakarta
Dewi lia Vivian nanny, 2010, buku asuhan neonatus bayi dan anak balita. Salemba media:
jogyakarta
Maryunani anik, 2010, buku ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Trans info media: Jakarta