78
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN GANGGUAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PENGAMPLASAN DI INDUSTRI MEUBEL PT. KOTA JATI FURINDO DI DESA SUWAWAL KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : Wakhdatun Ni’matul Khusna 6450404124 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009 1

Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN GANGGUAN KAPASITAS

VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PENGAMPLASAN

DI INDUSTRI MEUBEL PT. KOTA JATI FURINDO

DI DESA SUWAWAL KECAMATAN MLONGGO

KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

Wakhdatun Ni’matul Khusna

6450404124

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009

1

Page 2: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

2

ABSTRAK

Wakhdatun Ni’matul Khusna. 2009. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabopaten Jepara. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Drs. Herry Koesyanto, MS, II. Dra. ER. Rustiana, M.Si.

Kata kunci : Masa Kerja dan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Pekerja industri meubel kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu-debu pada saluran pernafasan. Absorbsi dari partikel-partikel debu kayu terjadi hanya lewat paru-paru melalui mekanisme pernafasan. Lingkungan industri meubel yang banyak mengandung debu, dapat menyebabkan penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan paru. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja bagian pengamplasan industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan dan seberapa besar hubungan antara masa kerja dengan kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja bagian pegamplasan industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian expplanatory research dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja meubel PT. Kota Jati Furindo, khususnya bagian pengamplasan. Teknik pengambilan sampel dengan cara restriksi dan di dapatkan jumlah sampel sebesar 31 responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, spirometer hutchinson, timbangan badan, mikrotoice. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, pengukuran kapasitas vital paru. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan PT. Kota Jati Furindo. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji fisher p vulue kurang dari α(0.05)).

Dari hasil penelitian berdasarkan masa kerja didapatkan bahwa 16.1% responden memiliki masa kerja baru, 48.4% responden memiliki masa kerja sedang, dan 35.5% memiliki masa kerja lama. Hasil penelitian pemeriksaan kapasitas vital paru didapatkan 22.6% responden normal, 25.8% responden mengalami restriksi ringan, 41.9% restriksi mengalami sedang, dan 9.7% responden mengalami restriksi berat. Dan uji statistik didapatkan p value sebesar 0.018.

Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru pada pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara. Saran bagi perusahaan hendaknya perusahaan melakukan rolling atau shif tempat kerja pada pekerja yang sudah lama bekerja dibagian pengamplasan ke bagian yang kadar debunya kecil. Dan jika memungkinkan perusahaan melakukan pemeriksaan berkala, untuk mengetahui status kesehatan pekerja sedini mungkin. Bagi pekerja bagian pengamplasan, hendaknya para pekerja menggunakan alat pelindung diri pernafasan dengan benar.

Page 3: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

3

ABSTRACT

Khusna, Wakhdatun Ni’matul. 2009. The Correlation between the Period of Work and the Disturbance of Lunges’ Vital Capacity (LVC) on the Workers of Scouring Section in the Furniture Industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal Village, Subdistrict of Mlonggo, Jepara Regency. Final Project. Public Health Science Department, Sport Faculty, Semarang State University. First Advisor: Drs. Herry Koesyanto, MS. Second Advisor: Dra. ER. Rustiana, M.Si.

Keywords : the Period of Work and Lunges’ Vital Capacity (LVC) Wooden furniture industrial workers have a big risk for the accumulation of dust on their respiration’s gutter. Absorption from the wooden dust’s particles occurs only through lunges by the way of the respiration’s mechanism. Furniture’s industrial environment which contains a lot of dust can cause many diseases especially which are related to the lunges. The problem that is analyzed in the study is whether any corrleation between the period of work and the disturbance of Lunges’ Vital Capacity (LVC) on the workers of scouring section in the furniture industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal village, subdistrict of Mlonggo, Jepara regency. The aim of the study is to find out whether any and how much the correlation between the period of work and the disturbance of Lunges’ Vital Capacity (LVC) on the workers of scouring section in furniture industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal village, subdistrict of Mlonggo, Jepara regency. Kind of this research is an explanatory research by using cross sectional approach. The population in this research is the furniture’s workers in PT. Kota Jati Furindo, especially in the scouring section. The technique in collecting the samples was by means of restriction and it got a number of 31 respondents. The instruments in this research were questionnaire, hutchinson’s spirometer, weight scales, and microtoice. The primary data were collected by means of observation, interview, and measuring lunges’ vital capacity. While the secondary data were gained from the company’s documents of PT. Kota Jati Furindo. The process of analyzing the data was conducted univariately and bivariately (using fisher’s test p value was less than α(0.05)).

From the data analysis, based on the period of work, it was obtained that 16.1% respondents have a new period of work, 48.4% respondents have a medium period of work, and 35,5% have a long period of work. From the result of the research toward the lunges’ vital capacity’s examination, it got 22.6% normal respondents, 25.8 respondents suffer from a low degree restriction, 41.8% suffer from a medium degree restriction, and 9.7% suffer from a high degree restriction. Meanwhile, from the statistical examination, it gained p value amounted to 0.018. From the data analysis and disscussion, it can be concluded that there is a significant correlation between the period of work and the disturbance of lunges’ vital capacity on the workers of scouring section in furniture industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal village, subdistrict of Mlonggo, Jepara regency. For the company, it is suggested to do rolling or job shift. For those who have worked for a long time in the scouring section to turn into a section whose lower degree of dust. If it is possible, the company should do periodical check up toward the workers to get the information of their physical health’s status as early as possible. For the workers of scouring section, they are suggested to use the exhalation’s protector well.

Page 4: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

4

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Masa Kerja dengan

Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan

di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan

Mlonggo Kabupaten Jepara” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia

Ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Senin

Tanggal : 23 Februari 2009

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Drs. H. Harry Pramono, M. Si NIP. 131 469 638

Sekretaris,

dr. Mahalul Azam, M. KesNIP. 132 297 151

Dewan Penguji,

1. Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M. Kes. (Ketua) NIP. 132 303 558

2. Drs. Herry Koesyanto, MS. (Anggota) NIP. 131 571 549

3. Dra. E.R. Rustiana, M.Si (Anggota) NIP. 131 472 346

Page 5: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Bersyukur berarti mengintrospeksi, merenung, menimbang, dan menerima

dengan lapang dada. Ia akan menjadi energi positif dalam segala hal. Dengan

bersyukur, kita telah memberi payung pelindung dari hujan dan terik matahari

dalam kehidupan kita untuk memperbaiki dan berbuat lebih baik dari pada

sebelumnya” (Ida Ari Murti).

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

1. Ayah (A. Baderut Tamam) dan Ibu (Dahrul

Susilowati) terimakasih atas kasih sayang, do’a,

motivasi dan kesabarannya.

2. Adik-adikku, Tita dan Puspa terimakasih atas

dukungan dan do’anya.

3. Almamaterku UNNES.

Page 6: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

6

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,

karena dengan ijin serta petunjuk-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “ Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas

Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel

PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten

Jepara” Segala hambatan, tantangan dan kemudahan merupakan nikmat

tersendiri yang dianugrahkan kepada peneliti sebagai pengalaman batin yang tak

terkira.

Dalam penelitian skripsi ini peneliti banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, perkenankanlah peneliti untuk

menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Drs. Harry Pramono, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, Drs. Moh. Nasution, M.Kes, Atas ijin penelitian yang

diberikan

3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang, dr. Mahalul Azam, M.Kes, atas segala arahan

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 7: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

7

4. Sekretaris jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM, M.Kes, atas

kebijaksanaannya sehingga ujian skripsi dapat terlaksana dengan lancar.

5. Pembimbing I. Drs. Herry Koesyanto, M.S, atas arahan dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Pembimbing II. Dra. ER. Rustiana, M. Si, atas arahan dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Yusak Setiawan, Ibu Euniqe Leni Silas, Bapak Eko Sulistyo, SH, serta

para staff PT. Kota Jati Furindo atas segala bantuan dan dukungannya.

8. Pekerja bagian pengamplasan PT. Kota Jati Furindo yang telah bersedia

menjadi responden dan meluangkan waktunya untuk pemeriksaan kapasitas

vital paru dan pengisian kuesioner.

9. Bapak dan Ibu dosen IKM yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya

selama ini.

10. Ibuku tersayang (Dahrul Susilowati S.Pd), yang selalu memberikan kasih

sayang, dorongan, semangat, dan do’a-do’anya dimalam hari. Terimakasih

Ibu, kesabaran dan ketabahanmu akan selalu jadi panutanku. Ayahku yang

telah memberi suatu pelajaran berharga buatku dalam menatap masa depan.

11. Adik-adikku Tita dan Puspa, terimakasih atas do’a, semangat, kasih sayang

dan kesabarannya. Mbak sayang kalian...

Page 8: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

8

12. Sahabat-sahabatku Tyas, Ika Siswi, dan Astri, terimakasih atas

kebersamaannya selama ini, maaf aku duluan ya. Dan anak-anak IKM

angkatan ’04, tetap semangat!

13. Teman-teman kos Kawulo Alit (Nelly, Dina, Nita, Indri, Ida, Atik, Legi,

Sami, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu), berkat kalian semua hari-

hariku menjadi indah.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan pahala sebesar-besarnya

dari Tuhan YME. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna,

namun harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukannya.

Semarang, Maret 2009

Peneliti

Page 9: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI.................................................................................................. ix DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 1.4 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 5 1.5 Keaslian Penelitian............................................................................. 6 1.6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9 2.1 Landasan Teori................................................................................... 9 2.1.1 Kapasitas Vital Paru.................................................................. 9 2.1.1.1 Pengertian Kapasitas Vital Paru .................................. 9 2.1.1.2 Kegunaan Pemeriksaan Fungsi Paru............................. 11

2.1.1.3 Cara Pengukuran Kapasitas Paru.................................. 11 2.1.2 Sistem Pernafasan Manusia ...................................................... 12

2.1.2.1 Anatomi Saluran Pernafasan......................................... 12 2.1.2.2 Fisiologi Saluran Pernafasan ........................................ 14 2.1.2.3 Pathofisiologi Saluran Pernafasan ................................ 15 2.1.2.4 Penyakit Parenkim paru ................................................ 16

2.1.3 Pengertian Debu........................................................................ 17 2.1.4 Sifat-sifat Debu ......................................................................... 17 2.1.5 Macam-macam Debu ................................................................ 19 2.1.6 Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan................................... 20 2.1.7 Akibat Partikel Debu Terhadap Paru-paru................................ 21 2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru ......... 21

2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 27 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 28

3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 28 3.2 Hipotesis Penelitian............................................................................ 29 3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran...................................... 30 3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 30 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 31 3.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 32 3.7 Teknik Pengambilan Data .................................................................. 33 3.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 36

Page 10: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

10

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 36 4.1.1 Analisis Univariat ..................................................................... 36 4.1.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 43

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 45 5.1 Analisis Univariat .............................................................................. 45

5.1.1 Masa Kerja................................................................................ 45

5.1.2 Gangguan Kapasitas Vital Paru................................................ 46

5.2 Analisis Bivariat................................................................................. 48 5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital

Paru (KVP)............................................................................... 48

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 50 6.1 Simpulan ............................................................................................ 50 6.2 Saran .................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52 LAMPIRAN................................................................................................... 54

Page 11: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

11

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...................................................................... 6 Tabel 2.1 Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS ............................ 11 Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ............................ 25 Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel.................. 30 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .................... 37 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Masa Kerja ............ 40 Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan “Forced Vital Capacity” Paru Responden...... 42 Tabel 4.4 Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru .................... 43

Page 12: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

12

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................. 27 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 28 Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Responden berdasarkan Umur ........................... 38 Gambar 4.2 Grafik Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja .................. 41 Gambar 4.3 Grafik Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru (KVP) .......................... 42

Page 13: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

13

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Surat Keputusan Dosen Pembimbing.......................................54

Lampiran 2 : Surat Keputusan Dosen Penguji ...............................................55

Lampiran 3 : Surat Permohanan Ijin Penelitian .............................................56

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian ..........................57

Lampiran 5 : Kuesioner Penjaringan Sampel.................................................58

Lampiran 6 : Formulir Hasil Pengukuran KVP .............................................61

Lampiran 7 : Rekapitulasi Uji Validitas.........................................................62

Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas ....................................................................63

Lampiran 9: Identitas Responden .................................................................64

Lampiran 10: Data Mentah Data pekerjaan ...................................................65

Lampiran 12: Data Mentah Pemakaian APD.................................................67

Lampiran 13: Data Mentah Hasil Pemeriksaan KVP ...................................68

Lampiran 14: Hasil Uji Statistik ....................................................................69

Lampiran 15: Sertifikat Kalibrasi Spirometer Hutchinson ............................72

Lampiran 16: Surat Permohonan Ijin Observasi............................................74

Lampiran 17: Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data ..............................75

Lampiran 18: Data Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan.........................76

Lampiran 19: Dokumentasi Penelitian...........................................................77

Page 14: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya manusia berisiko untuk

mendapat gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan

tersebut. Era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja

di setiap tempat kerja, termasuk sektor informal. Untuk itu perlu dikembangkan

dan ditingkatkan upaya promosi dan pencegahan dalam rangka menekan serendah

mungkin resiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-sehari pekerja diberbagai sektor akan

terpajan dengan resiko penyakit akibat kerja. Resiko ini bervariasi mulai dari yang

paling ringan sampai yang paling berat, tergantung dari jenis pekerjaannya (Anies,

2005:01)

Produktifitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

dan manusia itu sediri. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan

menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang

melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan produktifitas

kerjanya, tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja.

Hanya lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman merupakan prasarat

penting untuk terciptanya kondisi bekerja didalamnya atau sekitarnya (Tjandra

Yoga, 2002:58).

Page 15: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

15

Pembangunan dibidang industri terutama industri kayu semakin

meningkat, hal ini sesuai dengan kondisi alam Indonesia dengan hutan tropisnya

yang memiliki keanekaragaman pohon. Salah satu industri kayu adalah pengrajin

meubel yang memproduksi meja, kursi, almari, dan lain-lain. Pada proses

penyuguhan dan pengamplasan banyak dihasilkan debu dari kayu yang dapat

mengganggu lingkungan kerja.

Lingkungan industri meubel yang banyak mengandung debu, dapat

menyebabkan penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan paru.

Penyakit paru yang diderita oleh pekerja salah satu diantaranya dalah

pneumokoniosis. Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan

oleh penimbunan debu dalam paru-paru. Berdasarkan dari hasil survei

pendahuluan melalui pengamatan pada tanggal 15 April 2008 terhadap 39 orang,

diketahui bahwa masih ada dari para pekerja yang menggunakan alat pelindung

diri pernafasan tidak sesuai dengan fungsinya. Saat melakukan komunikasi

dengan pekerja lain, masker yang mereka kenakan ditarik ke arah bawah,

sehingga masker tidak menutup hidung. Oleh karena itu para pekerja saat menarik

nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Apa yang terjadi

dengan debu itu, sangat tergantung dari pada besarnya ukuran debu. Debu

berukuran di antara 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas,

sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah pernafasan.

Partikel-partikel yang besarnya di antara 1 dan 3 mikron akan ditempatkan

langsung kepermukaan alveoli paru-paru (Suma’mur P.K., 1996: 126).

Page 16: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

16

Laporan ILO (International Labour Organization) tahun 1991 tentang

penyakit akibat kerja, dan diantara semua penyakit akibat kerja 10-30% adalah

penyakit paru. ILO telah mendeteksi sekitar 40.000 kasus pneumokoniosis terjadi

diseluruh dunia setiap tahun. Sebagian besar penyakit paru akibat kerja

mempunyai akibat yang serius. Lebih dari 3% kematian akibat penyakit paru

kronik di New York adalah berhubungan dengan pekerjaan. Dari data tahun 1996,

juga ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang berhubungan dengan

pekerjaan. Tetapi di Indonesia belum ada data resmi tentang berapa banyak angka

kejadian kasus penyakit paru akibat kerja (Mukhtar Ikhsan, 2002:73)

Berdasarkan data yang diperoleh dari pelayanan kesehatan di Puskesmas

Mlonggo yang terletak disekitar lingkungan kerja PT. Kota Jati Furindo, dapat

diketahui bahwa penyakit yang berhubungan dengan paru merupakan salah satu

masalah kesehatan utama. Selain itu berdasarkan dari hasil wawancara pada

tanggal 15 April 2008, terhadap 39 orang pekerja bagian pengamplasan dapat

diketahui bahwa sebagian besar dari para pekerja yang sakit lebih memilih untuk

memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas Mlonggo. Walaupun hasil

wawancara tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kesimpulan yang valid, tetapi hal

tersebut bisa memberikan gambaran bahwa sebagian besar pekerja yang bekerja di

PT. Kota Jati memilih untuk menggunakan layanan kesehatan di Puskesmas

Mlonggo. Dan berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Mlonggo pada

bulan Januari-Desember 2008, penyakit ISPA (non Pneumonia) menduduki

peringkat pertama pada daftar 10 besar penyakit yaitu sebanyak 2058 kasus

(Puskesmas Mlonggo, 2009)

Page 17: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

17

Para pekerja bagian pengamplasan lebih sering terpapar debu

dibandingkan dengan pekerja dibagian lain, dimana pada proses pengamplasan

adalah proses untuk menghaluskan permukaan-permukaan kasar yang tentunya

banyak menghasilkan debu. Dimana masa kerja karyawan berkisar antara 1-10

tahun, dengan jam kerja rata-rata 8 jam per hari dari hari Senin sampai Sabtu,

sehingga mempunyai potensi pemaparan debu kayu terhadap kapasitas vital paru.

Berdasarkan wawancara terhadap 4-5 orang pekerja, dari para pekerja tersebut

mengakui adanya keluhan-keluhan yang berhubungan dengan bagian pernapasan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang adanya hubungan antara Masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital

Paru (KVP) pada pekerja bagian pengamplasan industri meubel PT. Kota Jati

Furindo di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat peneliti

adalah ” Adakah hubungan antara masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital

Paru (KVP) pada pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati

Furindo di desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara? “

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah ada hubungan dan seberapa besar hubungan antara

masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja bagian

pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal,

kecamatan Mlonggo, kabupaten jepara.

Page 18: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

18

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi

Memberikan masukan untuk meningkatkan kesehatan para pekerja

khususnya pada bagian pengamplasan dan merupakan sumbangan pemikiran,

serta memberi kejelasan kepada pekerja khususnya pada bagian bagian

pengamplasan mengenai bahaya dan penyakit akibat kerja

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai efek debu yang dihasilkan dari

pengolahan kayu yang dapat mengganggu kesehatan

1.4.3 Bagi IKM UNNES

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

1.4.4 Bagi Peneliti

Merupakan sarana untuk melatih diri bagi penulis mengenai cara dan

proses berfikir ilmiah secara praktis dan mengaplikasikan teori yang telah didapat

dari bangku kuliah pada keadaan yang sebenarnya dilapangan.

Page 19: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

19

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

No Judul/Peneliti/Lokasi Penelitian Tahun Rancangan

penelitian Variabel

Penelitian Hasil

Penelitian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.

Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kapasitas Fungsi Paru pada Pengemudi Bus Perum Damri Unit Kota Semarang Jalur Terboyo-Mangkang/ Yuli Setiyani Zaenal/ Semarang

2005 Metode Survei Analitik

Variabel Bebas: Masa Kerja pengemudi bus perum Damri unit kota Semarang jalur Terboyo-Mangkang. Vasriabel Terikat: Kapasitas fungsi paru pada pengemudi bus perum Damri unit kota Semarang jalur Terboyo-Mangkang

Masa kerja mempunyai hubungan dengan kapasitas fungsi paru untuk yang FEV1 dan FVC tidak mempunyai hubungan antara masa kerja dengan fungsi paru.

2. Pengaruh Pemakaian APD Pernafasan Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Petani Sayuran Pengguna Pestisida Semprot/ Lambang Satria Hummawan/ Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.

2005 Metode Survei Analitik, Dengan Pendekatan Cross Sectional.

Variabel Bebas: Pemakaian APD Pernafasan. Varibel Terikat: Kapasitas Fungsi Paru.

Ada pengaruh antara pemakaian Alat Pelindung Pernafasan dengan kapasitas fungsi paru petani sayuran pengguna pestisida semprot.

Page 20: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

20

No Judul/Peneliti/Lokasi Penelitian Tahun Rancangan

penelitian Variabel

Penelitian Hasil

Penelitian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3. Hubungan Antara

Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara/ Wakhdatun Ni’matul Khusna/ Jepara

2009 Pendekatan Cross Sectional

Varabel Bebas: Masa Kerja. Variabel Terikat: Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Ada Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat beberapa perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Perbedaan tersebut terdapat pada

variabel, tahun penelitian, rancangan penelitian, dan tempat penelitian. Penelitian

Yuli Setiyani Z melakukan penelitian tentang, hubungan masa kerja dengan

kapasitas vital paru pada pengemudi bus Perum Damri unit kota Semarang jalur

Terboyo-Mangkang, tahun 2005. Dengan rancangan penelitian metode survei

analitik, dan tempat penelitian di Semarang. Sedangkan perbedaan penelitian ini

dengan Lambang Satria H adalah meneliti tentang, pengaruh pemakaian APD

pernafasan terhadap kapasitas fungsi paru petani sayuran pengguna pestisida

semprot, tahun 2005. Dengan rancangan penelitian metode survei analitik dengan

pendekatan cross sectional, dan tempat penelitian di Semarang.

Page 21: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

21

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian yang akan dilakukan peneliti bertempat di PT. Kota Jati Furindo

di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, khususnya pada

bagian pengamplasan

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dimulai pada awal bulan Mei 2008 sampai selesai

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Materi dalam penelitian ini mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja ), yang mencakup antara masa kerja dan gangguan Kapasitas Vital

Paru (KVP).

Page 22: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kapasitas Vital Paru

2.1.1.1 Pengertian Kapasitas vital Paru

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan

dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Jan Tambayong, 2001: 84).

Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau

menyatakan dua atau lebih volume paru yaitu volume alun nafas, volume

cadangan ekspirasi dan volume residu (Guyton, 1997:604)

Dalam penguraian peristiwa-peristiwa sirkulasi paru, kadang-kadang

diperlukan untuk menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti itu

disebut sebagai kapasitas paru. Kapasitas paru dapat dibedakan menjadi kapasitas

total dan kapasitas vital.

1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru pada inspirasi

sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang didapat tergantung dari

beberapa hal yaitu kondisi paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang.

2) Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi

secara maksimal (Syaifuddin, 1997:90).

Menurut Guyton (1997:604) kapasitas paru dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1) Kapasitas inspirasi

Page 23: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

23

Kapasitas sama dengan volume tidak ditambah dengan volume cadangan

inspirasi yaitu jumlah udara (kurang lebih 3500 ml) yang dapat dihirup oleh

seseorang dimulai tiap ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah

maksimal.

2) Kapasitas residu fungsional

Yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal

(kurang lebih 2300 ml).

3) Kapasitas paru vital

Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi dan volume

cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan

seseorang dari paru setelah terlebih dahuli mengisi paru secara maksimum dan

kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kurang lebih 4600 ml).

4) Kapasitas paru total

Kapasitas paru total merupakan volume maksimum pengembangan paru

dengan usaha inspirasi sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kurang lebih

5800 ml).

Kapasitas vital paru rata-rata pria dewasa kira-kira 4.8 liter dan wanita

dewasa 3.1 liter (Jan Tambayong, 2001:86).

Kriteria gangguan fungsi paru menurut ATS (American Thoracis Society)

adalah sebagai berikut:

Page 24: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

24

Tabel 2.1

Kriteria Gangguan Fungsi Paru menurut ATS

KVP (%) Kategori ≥ 80% Normal

60-79% Retriksi Ringan 51-59% Retriksi Sedang ≤ 50% Retriksi Berat

(Sumber: Mukhtar Ikhsan, 2002:82)

2.1.1.2 Kegunaan Pemeriksaan Fungsi Paru

Pemeriksaan fungsi paru pada pekerja berguna untuk :

1) Mengidentifikasi penyakit paru, gangguan pernafasan sebelum bekerja

untuk menentukan penyakit secara dini dan memperbaiki perjalanan

penyakit.

2) Menilai bahaya dengan spirometer yang ada di tempat kerja dan mendapat

standar bahaya tersebut.

3) Pemeriksaan fungsi paru juga dapat digunakan untuk diagnosis dan

menentukan derajat kelainan paru, mengidentifikasi jenis gangguan fungsi

pernafasan, dan mengidentifikasi atau menyingkirkan penyakit respiratorius

sesak nafas.

2.1.1.3 Cara Pengukuran Kapasitas Paru

Dengan menggunakan spirometer

Bagian-bagian yang ada pada spirometer :

1) Floating drum yaitu tabung tempat ruang udara

2) Air

3) Drum tempat penampungan air

Page 25: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

25

4) Ruang oksigen (udara pernafasan)

5) Tempat mulut untuk menghirup

Cara pengukurannya adalah:

1) Masukkan air pada tabung hutchinson sebatas garis merah

2) Sesuaikan kleb batas dengan suhu air yang terbaca di termometer

3) Lakukan inspirasi maksimal

4) Masukkan udara melalui selang karet, maka tabung akan naik

5) Baca hasilnya pada skala penunjuk (Herry Koesyanto dkk, 2005 : 45)

2.1.2 Sistem Pernafasan Manusia

2.1.2.1 Anatomi Saluran Pernafasan

1. Hidung (Nasal)

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang

(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat

bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang

masuk ke dalam lubang hidung.

2. Tekak (Faring)

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makan.

Terdapat didasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan

ruas tulang leher. Rongga tekak, dibagi dalam tiga bagian:

1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut

nasofaring.

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan Istmus Faisum disebut

Orofaring

Page 26: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

26

3) Bagian bawah sekali dinamakan Laringofaring

3. Pangkal tenggorok (Laring)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak

didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam

trakhea bawahnya.

Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain :

1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adam’s apple) sangat jelas terlihat

pada pria.

2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker.

3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.

4) Kartilago epiglolis (1 buah)

4. Batang tenggorok (Trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan 20

cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda

(huruf C). Panjang trakea 9-11cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang

dilapisi oleh otot polos.

5. Cabang tengorok (Bronkus)

Merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat pada

ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Bronkus-bronkus itu berjalan ke

bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru, bronkus kanan lebih pendek

dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3

cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari

9-12 cincin mempunyai 2 cabang.

Page 27: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

27

6. Paru-paru

Paru-paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung (gelembung hawa=alveoli). Gelembung-gelembung

alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru

ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin,

1997:87).

2.1.2.2 Fisiologi Saluran Pernafasan

Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang

terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida pada pernafasan melalui paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut

melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas, oksigen masuk melaui trakea dan

pipa Bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan darah di dalam kapiler

pulmonalis.

Proses pernafasan dibagi empat peristiwa :

1) Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke bagian

alveoli paru-paru

2) Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah yang

disekitar alveoli

3) Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel

4) Pengaturan ventilasi (Guyton, 1995:342)

2.1.2.3 Pathofisiologi saluran pernafasan

Penyakit paru yang terjadi pada perusahaan mebel kayu adalah terjadinya

efek pathofisiologis dan bersifat fibrosis pada paru sehingga alveoli mengalami

Page 28: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

28

kekuatan yang berakibat terjadinya penurunan elastisitas dan pengembangan paru

sehingga alveoli mengalami beban kerja pernafasan yang sangat kuat. Sehingga

untuk mengatasi daya elastisitas alat pernafasan diperlukan nafas cepat dan

dangkal. Pernafasan ini mengakibatkan hipoventuilasi alveolar dan

ketidakmampuan mempertahankan gas dalam normal. Setiap penurunan

pengembangan paru akan menyebabkan pengurangan kapasitas vital paru.

Kelainan pada saluran pernafasan dapat berupa opstrusi aliran darah

pulmonal dan insufisiensi pernafasan. Kelainan saluran secara garis besar terdiri

dari tiga bagian, yaitu :

1) Ventilasi yang tidak memadahi alveoli

2) Pengurangan difusi gas melalui membran pernafasan

3) Berkurangnya oksigen jaringan

2.1.2.4 Penyakit parenkim paru

1) Pneumokoniosis

Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh

penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Penyakit akibat inhalasi ini sangat

terkait erat dengan kesehatan kerja. Jenis debu terinspirasi dapat mempengaruhi

paru-paru, beberapa debu jika terhirup dalam paru-paru akan menimbulkan

fibrosis, diantaranya silika akan menimbulkan silikosis, besi menimbulkan

siderosis, batu bara akan menimbulkan paru-paru hitam, asbes menimbulkan

asbestosis dan berilium menimbulkan berrilosis (Suma’mur, 1996:126).

Gejala-gejala yang muncul antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas

kelelahan umum, berat badan turun, banyak dahak dan lain-lain. Gambaran

Page 29: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

29

rongent paru-paru, baik noduler ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja

harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi sebab penyakit

pneumokoniosis itu.

Diagnosis pneumokoniosis adalah sukar, sebab sesungguhnya tak

seorangpun manusia yang tidak menimbun debu-debu dalam paru-parunya. Lebih-

lebih kehidupan di kota atau di tempat kerja yang berdebu. Makin tua umur berarti

makin banyak pula debu yang tertimbun dalam paru-paru sebagai hasil

penghirupan debu sehari-hari. Lebih-lebih pneumokoniosis tingkat permulaan

sngat sukar dipastikan diagnosanya (Suma’mur, 1996:128)

2) Fibrosis Paru

Fibrosis paru bukan merupakan penyakit tetapi istilah patologis yang

menyatakan adanya jaringan pengikat dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis

timbul akibat proses penyakit paru-paru yang menimbulkan peradangan atau

nekrosis.

2.1.3 Pengertian Debu

Debu adalah istilah yang digunakan dalam industri untuk menguraikan

bagian-bagian padat yang berada diudara yang biasanya besarnya antara 0.1

sampai 25 um (1um: 10-6m ). Debu yang besarnya lebih dari 25 um biasanya tidak

cukup lama mengudara dan tidak menjadi suatu masalah penghirupan udara. Debu

dengan ukuran yang besarnya kurang dari 5 um disebut debu yang dapat dihirup

(respirable dust) (ILO, 1991:71).

Debu yaitu partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-

kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,

Page 30: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

30

pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik,

maupun anorganik. Misalnya batu, butir-butir zat, dan sebagainya (Suma’mur,

1996:104).

2.1.4 Sifat-Sifat Debu

1. Sifat pengendapan

Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi

bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadang-kadang debu ini relatif tetap

berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengganggu proporsi partikel yang

lebih dari pada yang ada di udara.

2. Sifat permukaan basah

Sifat permukaan debu akan cenderung basah, dilapisi oleh lapisan air yang

sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian dalam tempat kerja.

3. Sifat penggumpalan

Oleh karena permukaan debu yang selalu basah, sehingga dapat menempel

satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbelensi udara meningkatkan

pembentukan penggumpalan debu. Kelembaban di dawah saturasi, kecil

pengaruhnya terhadap penggumpalan debu.

4. Sifat listrik statis

Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang

berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat

terjadinya proses penggumpalan.

5. Sifat optis

Page 31: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

31

Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar

yang dapat terlihat dalam kamar gelap.

Pembagian debu yang didasarkan pada efeknya secara garis besar, ada tiga

macam debu yaitu sebagai berikut:

1) Debu organik seperti debu kapas, debu daun-daunan tembakau dan

sebagainya.

2) Debu mineral yang merupakan senyawa komplek seperti silikon dioksida

dan sebagainya.

3) Debu metal, seperti timah hitam, mercury, Cd, aseton, dan lain-lain (Depkes

RI, 2003:45).

2.1.5 Macam-Macam Debu

Macam-macam debu menurut Harington (2003:154), yaitu:

1) Debu batu bara

Terbentuk akibat pembusukan bahan vegetasi sejak zaman prasejarah.

2) Debu silika

Merupakan senyawa keras mirip batu, dapat pecah menjadi partikel halus.

3) Debu Asbestos

4) Secara alamiah berupa silika serat serpetin (chrysotile), amfibol (crocidolite,

amosite, anthothyllite).

5) Debu mineral buatan manusia dibuat dengan jalan penarikan, peniupan,

sentrifugasi, dan penipisan dengan nyala api pada suhu yang sangat tinggi

dengan menggunakan berbagai bahan mentah dan menghasilkan berbagai

serabut dengan berbagai diameter dan sifat.

Page 32: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

32

6) Debu kapas.

7) Debu yang dihasilkan oleh tanaman kapas melalui suatu proses pemisahan

biji dan bahan lainnya dari kapas mentah.

8) Debu yang lain

2.1.6 Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan

Proses penimbunan debu terhadap paru-paru dapat terjadi melalui proses

inspirasi yang mengandung debu. Penimbunan debu tergantung dari besarnya

debu, apabila debu itu berukuran dintara 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan

pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian

tengah jalan pernafasan. Partikel yang ukurannya diantara 1 dan 3 mikron akan

ditempatkan langsung kepermukaan alveoli paru-paru. Dan yang berukuran 0.1-1

mikron tidak begitu gampang hinggap dipermukaan alveoli, karena debu-debu

ukuran demikian tidak mengendap. Debu yang partikel-partikelnya berukuran

kurang dari 0.1 mikron bermassa terlalu kecil, sehingga tidak hinggap

dipermukaan alveoli atau selaput lendir (Suma’mur 1996:126). Partikel-partikel

ini oleh karena gerakan brown, ada kemungkinan membentur permukaan alveoli

dan tertimbun disana. Bila debu masuk di alveoli, maka alveoli akan mengeras

(Fibrosis). Bila 10% mengeras akibatnya mengurangi elastisitasnya dalam

menampung volume udara, sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun.

Penyebab hinggap dan tertimbunnya debu dalam paru-paru adalah sifat

pengendapan dan sifat permukan basah partikel debu yang bergerak pada saat

udara membelok, sehingga partikel berukuran besar menumbuk selaput lendir dan

Page 33: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

33

hinggap ditempat tersebut. Proses ini dinamakan sedimentasi yaitu pada

bronchioli tekanan udara sangat kurang, kira-kira 1cm/detik oleh karena gerakan

grafitasi bumi sehingga partikel-partikel debu tersebut akan mengendap

(Suma’mur, 1996:127).

2.1.7 Akibat Partikel Debu Terhadap Paru-Paru

1) Fibrosis paru mineral

Fibrosis paru dapat berwujud nodulasi dan difus (fibrosis ringan) berapa

tidak elastisnya jaringan paru.

2) Fibrosis paru ekstensi

Fibrosis paru ekstensif berupa nodulus ekstensif dan fibrosis paru yang

jelas.

3) Peradangan dan perlukaan

Fibrosis pada paru-paru merangsang terjadinya peradangan atau perlukaan

pada saluran pernafasan.

4) Keracunan sistemis

Absorbsi aerosol berakibat timbulnya reaksi toksis patologis.

5) Alergi

Pembengkakan membran dapat meningkatkan secret (lendir) di hidung,

nafas berat, dan kapasitas vital menurun.

6) Reaksi demam

Reaksi demam merupakan kompensasi tubuh terhadap proses peradangan.

2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru

Faktor yang mempengaruhi volume dan kapasitas vital paru antara lain :

Page 34: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

34

2.1.8.1 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga

kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi

bahaya atau kecelakaan kerja (A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:329). Yang

dimaksud disini adalah Alat Pelindung Diri (APD) pernafasan yang berguna untuk

melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminiasi

di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi ataupun rangsangan. Alat

pelindung diri harus memenuhi persyaratan yaitu, APD haruslah enak dipakai,

tidak mengganggu kerja, memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya

(Suma’mur, 1996:217).

Alat pelindung pernafasan dapat dibedakan menjadi dua (A.M. Sugeng

Budiono, 2003: 332), yaitu:

1. Masker

Untuk melindungi debu atau partikel-patikel yang lebih besar yang masuk ke

dalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

2. Respirator

Berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan

gas. Alat ini dapat dibedakan atas:

1) Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan

dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan.

2) Respirator penyalur udara

Page 35: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

35

Memberikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus-menerus.

Udara dapat dipompakan dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang

tahan tekanan) atau dari persediaan portabel (seperti tabung yang berisi udara

bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self Contained

Breathing Apparatus)

2.1.8.2 Umur

Umur berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur,

semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan

fungsi paru (Joko Suyono, 2001:218). Menurut Sugeng Hariadi (2003:45), Usia

produktif seseorang yaitu 18-40 tahun. Kebutuhan zat tenaga terus meningkat

sampai akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga

tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.

Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan

kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali

permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa

frekuensi pernapasan lebih kecil dibanding dengan anak dan bayi. Dalam kondisi

tertentu hal ini tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit,

pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997:105).

2.1.8.3 Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempunyai kapasitas paru yang berbeda. Volume dan

kapasitas paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil daripada pria

(Guyton,1997:605). Dan menurut Jan Tambayong (2001:86) kapasitas vital paru

rata-rata pada pria dewasa kira-kira 4.8 liter dan wanita dewasa 3.1 liter.

Page 36: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

36

2.1.8.4 Riwayat Penyakit

Kapasitas vital paru akan berkurang pada penyakit paru-paru, jantung

(yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot paru (Guyton,

1997:608).

2.1.8.5 Status Gizi

Gizi kerja adalah nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya (A.M. Sugeng

Budiono, 2003:154). Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk

pemeliharaan tubuh, untuk memperbaiki sel-sel dan jaringan, untuk pertumbuhan

sampai masa-masa tertentu untuk melakukan kegiatan, termasuk pekerjaan guna

mencapai produktifitas kerja yang setinggi-tingginya. Status gizi seseorang dapat

mempengaruhi kapasitas vital paru, orang kurus panjang biasanya kapasitas vital

paksanya lebih besar dari orang gemuk pendek (I Dewa Nyoman S, 2001:32).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun

keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-

penyakit tertentu, juga mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,

pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah

satu caranya adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal dan normal (I

Dewa Nyoman S, 2002:59)

Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi. Rumus IMT adalah

sebagai berikut:

Page 37: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

37

IMT = )()(

2 mTBkgBB

Tabel 2.2

Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT IMT

Kurus Kekurangan BB tingkat berat

Kekurangan BB tingkat rendah

< 17

17.0-18.5

Normal > 18.5 - 25.00

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan

Kelebihan BB tingkat berat

25.00-27.0

>27.0

(Sumber: I Dewa Nyoman Supriasa, 2001:61)

2.1.8.6 Masa kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai

masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai

sepenggalan waktu yang agak lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam

satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu (Suma’mur, 1995 : 71).

Menurut teori dari A.M. Sugeng Budiono, dkk (2003:03), yaitu ketentuan

waktu kerja yang wajib dilaksanakan adalah pada 7 jam sehari atau 40 jam

seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu. Sedangkan 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Memperpanjang waktu kerja lebih

dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan

biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya

kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka

semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja

tersebut (Suma’mur, 1996 : 193).

Page 38: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

38

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh, wajib memberikan

istirahat atau cuti . Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam seminggu

atau 2 hari untuk 5 hari kerja dam seminggu, dan untuk waktu lembur paling

banyak 3 jam dalam sehari dan 14 jam dalam seminggu (A.M Sugeng Budiono,

2003:04).

Page 39: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

39

2.2 Kerangka Teori

Faktor Internal - APD Pernafasan - Umur

Faktor Eksternal - Sifat Debu - Ukuran Debu - Macam –Macam

Debu - Pelayanan

Kesehatan - Lingkungan

Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)

- Jenis Kelamin - Riwayat Penyakit- Status Gizi - Masa Kerja - Perilaku - Genetik

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Hasil smodifikasi dari daftar pustaka ”Suma’mur (1996:71), Guyton (1997:604), Syaifudin (1997:104), A.M Sugeng Budiono (2003:329), Joko Suyono (2001:276), I Dewa Nyoman S (2001:32)”.

Page 40: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variable Bebas:

Masa Kerja

Variable Terikat:

Gangguan

Kapasitas Vital

Paru (KVP)

Variabel Perancu:

1. APD Pernafasan

2. Umur

3. Jenis Kelamin

4. Riwayat Penyakit

5. Status Gizi

6. Perilaku

7. Genetik

: dikendalikan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

Cara mengendalikan variabel:

1) Alat Pelindung Diri Pernafasan

Pemakaian alat pelindung diri pernafasan dikendalikan dengan cara

memilih responden yang memakai alat pelindung diri pernafasan.

Page 41: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

41

2) Umur

Variabel umur dikendalikan dengan cara memilih responden yang

yang berusia produktif, yaitu berumur 18-40 tahun.

3) Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin dikendalikan dengan cara memillih responden

yang berjenis kelamin wanita.

4) Riwayat Penyakit

Variabel penyakit dikendalikan dengan cara memilih responden yang

tidak memiliki riwayat penyakit paru.

5) Status Gizi

Variabel status gizi dikendalikan dengan memilih responden yang

memiliki status gizi normal.

6) Perilaku

Variabel perilaku dikendalikan dengan memilih responden yang selalu

memeriksakan diri di pelayanan kesehatan waktu mengalami sakit pada

gangguan pernafasan.

7) Genetik

Variabel genetik dikendalikan dengan memilih responden yang tidak

mempunyai riwayat genetik penyakit paru.

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis penelitian sebagai berikut, ada

hubungan antara masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada

Page 42: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

42

pekerja meubel bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo

desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara.

3.3 Definisi Operasional dan Skala pengukuran Variabel

No. Variabel Definisi operasional Cara Pengukuran

Kategori Skala

1. Masa Kerja

Lama pekerja terpapar

debu di lingkungan

kerja yang dimaksud

dalam penelitian ini

adalah lamanya pekerja

(tahun) bekerja disuatu

tempat kerja.

Kuesioner

• Baru

(>6 th)

• Sedang

(6-10 th)

• Lama

(>10 th)

Ordinal

2. Gangguan

Kapasitas

Vital Paru

(KVP)

Kapasitas vital paru

adalah jumlah udara

maksimal yang dapat

dikeluarkan dari paru,

setelah udara dipenuhi

secara maksimal. Jika

hasil test dibawah

standart, berarti pekerja

mengalami gangguan

fungsi paru.

Spirometer

Hutchinson

(Rotari

Spirometer)

• Normal ≥80%

• Ringan

60-79%

• Sedang

51-59%s

• Berat ≤ 50%

Ordinal

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian expplanatory research dengan

menggunakan pendekastan cross sectional. Hal ini dikarenakan dalam penelitian

ini menjelaskan hubungan antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru

Page 43: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

43

pada tenaga kerja dari populasi pada bagian pengamplasan di PT. Kota Jati

Furindo pada satu periode.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005:79). Dalam penelitian ini populasi yang diambil

adalah pekerja meubel PT. Kota Jati Furindo. Populasi dalam penelitian ini di

khususkan pada bagian pengamplasan yang berjumlah 39 orang.

3.5.2 Sampel peneitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo,

2005:79). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah restriksi. Restriksi adalah penerapan kriteria pembatasan dalam memilih

subyek penelitian (Bhisma Murti, 1997:79). Alasan peneliti menggunakan teknik

sampel restriksi bertujuan untuk mengontrol variabel perancu.

Sampel yang diteliti menggunakan kriteria ini, adalah:

1. Kriteria inklusi meliputi:

1) Pekerja yang menggunakan APD pernafasan

2) Umur pekerja di usia produktif (18-40 tahun)

3) Jenis kelamin perempuan

4) Pekerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit

5) Status Gizi pekerja normal

6) Pekerja yang selalu memeriksakan diri di pelayanan kesehatan waktu

mengalami sakit gangguan pernafasan.

7) Pekerja yang tidak mempunyai riwayat genetik penyakit paru.

Page 44: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

44

2. Kriteria Eksklusi meliputi:

1) Responden menolak untuk dijadikan sample penelitian

2) Responden yang pada saat dilakukan penelitian tidak masuk kerja atau

sedang cuti.

3) Responden yang pada saat dilakukan penelitian tidak ada di tempat kerja

atau lokasi.

Berdasarkan kriteria diatas didapat sebanyak 31 orang yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:48). Instrumen dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Kuesioner

Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal

wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda

tertentu (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:116).

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup

(multiple choice) yang berupa pertanyaan dimana responden harus memilih

jawaban yang tersedia.

Kuesioner dalam penelitian ini diberi daftar pertanyaan tentang data umum

(nama, alamat, jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan), dan data khusus

(masa kerja dan hasil pemeriksaan KVP). Dalam angket ini disediakan dua

Page 45: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

45

alternatif jawaban dalam tiap itemnya, dengan maksud untuk menghindari

kecenderungan responden memilih jawaban netral.

3.6.2 Spirometer Hutchinson

Spirometer dapat digunakan untuk mengetahui adanya gangguan faal

pernafasan, evaluasi pengaruh penyakit terhadap faal pernafasan dan menilai

kemajuan prognotis faal paru penderita yang dirawat. Dalam penelitian ini

digunakan spirometer jenis Hutchinson (Rotari Spirometer).

3.6.3 Formulir Pengukuran KVP

Formulir ini digunakan untuk mencatat hasil pengukuran Kapasitas Vital

Paru (KVP).

3.6.4 Timbangan Badan

Timbangan badan (One Med) digunakan untuk mengukur berat badan pekerja.

3.6.5 Mikrotoice

Mikrotoice digunakan untuk mengukur tinggi badan pekerja.

3.7 Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data sebagai

berikut :

3.7.1 Data primer

Data primer yaitu bila pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti

(Eko Budiarto, 2001:05). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

sebagai berikut:

Page 46: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

46

1. Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi

melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan

data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan

dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap

berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut

diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau

percakapan.

3. Pengukuran Kapasitas Vital Paru (KVP), dengan menggunakan alat

Spirometer Hutchinson

3.7.2 Data Sekunder

Diperoleh melalui dokumen-dokumen yang ada pada perusahaan meubel

PT. Kota Jati Furindo. Data yang diperoleh adalah data tentang jumlah pekerja

bagian pengamplasan dan waktu bekerja.

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengolahan

Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan

tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian

dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Editing : Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner

2. Koding : Memberi kode masing-masing jawaban untuk mempermudah

Page 47: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

47

pengolahan data

3. Tabulasi : Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian

dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan

4. Data : Proses pemindahan data kedalam media komputer

3.8.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu:

1. Analisa Univariat

Yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari

tiap variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat ini merupakan analisis hasil dari variabel yang diteliti

(variabel bebas), yang diduga mempunyai hubungan dengan variabl terikat.

Adapun dalam analisis ini digunakan tabulasi silang dari masing-masing data

mnggunakan uji chi square dengan tabel 3x4, namun jika persyaratan untuk uji

chi square tidak terpenuhi seperti yaitu tidak ada sel yang mempunyai nilai

expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel, maka dapat digunakan uji

alternatif dengan penggabungan sel untuk tabel selain 2x2 dan 2xK sehingga

terbentuk tabel B kali K yang baru. Jika p lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis nol

(Ho) ditolak, begitu pula sebaliknya jika p lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima.

Page 48: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

Hasil analisa univariat berupa penggunaan alat pelindung diri masker,

karakteristik responden berdasarkan kelompok umur, Jenis Kelamin, Riwayat

Penyakit, Status Gizi, Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja,

Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru.

1. Penggunaan Alat Pelindung Diri Masker

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga

kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi

bahaya atau kecelakaan kerja (A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:329). APD

tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh, tetapi dapat mengurangi tingkat

keparahan yang mungkin terjadi. Dalam penelitian ini alat pelindung diri berupa

penutup hidung atau masker sangat bermanfaat untuk mereduksi debu yang masuk

ke dalam sistem pernafasan.

Pemakaian alat pelindung diri masker pada penelitian ini dikendalikan

dengan memilih responden yang menggunakan alat pelindung diri masker. Dari

31 responden semuanya (100%) menggunakan alat pelindung diri masker.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Umur berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur,

semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan

Page 49: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

49

fungsi paru (Joko Suyono, 2001:218). Usia produktif seseorang yaitu 18-40 tahun

(Sugeng Hariadi, 2003:45). Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai

akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut

dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.

Penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan gangguan

kapasitas vital paru menggunakan 31 responden pada pekerja bagian

pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo, dengan karakteristik

responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Responden Frekuensi Persentase (%)

1 18-24 2 6.5

2 25-31 9 29

3 32-40 20 64.5

Total 31 100,00

Sumber : Data primer, 2008

Berdasarkan kategori umur diatas, frekuensi terbanyak terdapat pada

golongan umur 32-40 tahun yaitu sebanyak 20 responden, dengan persentase

64.5%. Sedangkan pada umur 25-31 tahun yaitu sebanyak 9 responden dengan

persentase 29 %, dan pada umur 18-24 tahun yaitu sebanyak 2 responden dengan

persentase 6.5%.

Dan dapat dilihat dari grafik dibawah ini.

Page 50: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

50

Grafik 4.1

Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Sumber : Data primer, 2008 3. Jenis Kelamin

Volume dan kapasitas paru pada setiap jenis kelamin berbeda-beda, dimana

volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil dari

pada pria (Guyton, 1997:605). Sehingga dengan volume dan kapasitas paru yang

lebih kecil dari pria, maka wanita lebih rentan terkena gangguan kapasitas vital

paru.

Jenis kelamin responden pada penelitian ini dikendalikan dengan memilih

responden dengan jenis kelamin wanita. Dari 31 responden semuanya (100%)

mempunyai jenis kelamin wanita.

4. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit mempunyai pengaruh terhadap kesehatan pekerja,

apabila seorang pekerja telah memiliki riwayat penyakit maka dia akan lebih

mudah terpapar dari efek pekerjaannya. Kapasitas vital paru akan berkurang pada

Page 51: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

51

penyakit paru-paru, jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan

kelemahan otot paru (Guyton, 1997:608). Riwayat penyakit paru yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah sesak nafas (asma) sebelum bekerja pada bagian

pengamplasan.

Riwayat penyakit dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih

responden yang tidak mempunyai riwayat penyakit paru. Dari 31 responden

semuanya (100%) tidak mempunyai riwayat penyakit paru.

5. Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas

vital paru, orang kurus panjang biasanya kapasitas vital paksanya lebih dari orang

gemuk pendek. Masalah kekurangan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun

keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-

penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan mempunyai

risiko terhadap penyakit infeksi (I Dewa Nyoman S, 2002:59).

Status gizi dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih responden

yang mempunyai status gizi normal. Dari 31 responden semuanya (100%)

mempunyai status gizi normal.

Page 52: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

52

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai

masuk hingga sekarang masih bekerja, penghitungan masa kerja dilakukan pada

semua responden yang bekerja dibagian pengamplasan, dihitung mulai dia bekerja

sebagai pengamplas sampai penelitian ini berlangsung. Masa Kerja dikategorikan

menjadi tiga yaitu, lama bekerja kategori baru <6 tahun, lama bekerja kategori

sedang 6 - 10 tahun, dan lama bekerja kategori lama >10 tahun.

Berdasarkan penelitian, didapatkan kondisi masa kerja responden seperti

terlihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja

No Masa kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Baru (<6 tahun) 5 16.1

2 Sedang (6-10 tahun) 15 48.4

3 Lama (>10 tahun) 11 35.5

Total 31 100,00

Sumber : Data primer, 2008

Pada tabel 4.2 diatas dapat terlihat bahwa frekuensi masa kerja responden

paling banyak pada masa kerja sedang yaitu sebanyak 15 responden, dengan

prosentase 48.4%. Pada masa kerja baru yaitu sebanyak 5 responden, dengan

prosentase 16.1%. Sedangkan pada masa kerja lama yaitu sebanyak 11 responden,

dengan prosentase 35.5%. Dan dapat dilihat dari grafik di bawah ini

Page 53: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

53

Grafik 4.2

Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Sumber : Data primer, 2008

7. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Tenaga kerja yang bekerja pada tempat yang berdebu beresiko mengalami

penurunan fungsi paru, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kapasitas vital paru.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui jumlah udara terbesar yang dapat

dikeluarkan dari paru-paru setelah inspirasi maksimal, pemeriksaan KVP disini

menggunakan alat Spirometer Hutchinson. Menurut standart kapasitas dengan

gangguan fungsi paru menurut American Thoracis Society (ATS), kategori

kapasitas vital paru dibedakan dalam 4 kategori, yaitu ≥ 80%, 60-79%, 51-59%,

dan 50%. ≤

Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas vital paru pada pekerja bagian

pengamplasan, didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Page 54: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

54

Tabel 4.3

Hasil pemeriksaaan “Forced Vital Capacity” paru responden

No Kriteria Frekuensi Persentase (%)

1 Normal ( >80% ) 7 22.6

2 Restriksi ringan ( 60-79% ) 8 25.8

3 Restriksi sedang ( 51-59% ) 13 41.9

4 Restriksi berat ( <50% ) 3 9.7

Total 31 100

Sumber : Data primer, 2008

Hasil penelitian menunjukkan frekuensi terbanyak pada kategori restriksi

sedang yaitu sebanyak 13 responden, dengan prosentase 41.9%. Pada tingkat

normal yaitu 7 responden dengan persentase 22.6%, restriksi ringan 8 responden

dengan persentase 25.8%. Sedangkan pada restriksi berat ditemui sebanyak 3

responden denga persentase 9.7%. Dan dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Grafik 4.3

Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil pemeriksaan KVP

Sumber : Data primer, 2008

Page 55: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

55

4.1.2 Analisis Bivariat

4.1.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Gangguan Kapasitas Vital

Paru

Penelitian tentang hubungan antara masa kerja dengan gangguan kapasitas

vital paru pada pekerja bagian pengamplasan pada industri meubel PT. Kota Jati

Furindo yang dilakukan pada 31 responden, menggunakan skala data ordinal (non

parametris), sehingga tidak dilakukan uji normalitas data. Selanjutnya untuk uji

hipotesis dilakukan uji Chi Square. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel

yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel, jika

syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka dilakukan penggabungan sel

(Sopiyudin Dahlan,2004:18).

Tabulasi silang yang dilakukan terhadap masa kerja dengan gangguan

kapasitas vital paru pada pekerja pengamplasan tidak layak untuk diuji Chi Square

karena nilai expected yang kurang dari 5 ada 91,7% karena crosstab untuk tabel

3x4 tidak memenuhi syarat maka dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2,

dan bila crosstab untuk tabel 2x2 tidak memenuhi syarat lagi maka dilakukan uji

alternatifnya yaitu uji Fisher. Hasil Crosstab 2x2 dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.4

Hubungan Masa Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru

Variabel bebas

Variabel terikat

KVP normal Sedang Total

p Value

Masa Kerja

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Baru 5 100 0 0 5 16.1 Lama 10 38.5 16 61.5 26 83.9

Total 31 100

0.018

Sumber : Data primer, 2008

Page 56: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

56

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 5 responden yang masa

kerjanya baru, ada sebanyak 5 (100%) responden yang memiliki kapasitas vital

paru normal. Dari 26 responden yang masa kerjanya lama, ada sebanyak 10

(38.5%) memiliki kapasitas vital paru normal, dan sebanyak 16 (61.5%)

responden yang memiliki kapasitas vital paru sedang.

Dari hasil uji Fisher yang dilakukan, maka didapatkan P value sebesar 0.018.

Hasil pengambilan keputusan untuk uji hipotesis adalah P value kurang dari α

(0.05) (Sopiyudin Dahlan,2004:18). Berarti Ha diterima, yaitu ada hubungan

antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru pada pekerja bagian

pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal

kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.

Page 57: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

57

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Masa Kerja

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT Kota Jati Furindo bagian

pengamplasan pada 31 responden, didapat responden yang mempunyai masa kerja

baru (<6 tahun) sebanyak 5 responden dengan prosentase 16.1%, pada masa kerja

sedang (6-10 tahun) yaitu sebanyak 15 responden dengan prosentase 48.4%. Masa

kerja lama (>10 tahun) sebanyak 11 responden dengan prosentase 35.5%.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

memiliki masa kerja sedang yaitu antara 6-10 tahun sebanyak 15 responden. Hal

ini menunjukkan bahwa para pekerja pada bagian pengamplasan PT. Kota Jati

Furindo, sudah terpapar debu yang dihasilkan dari proses pengamplasan.

Masa kerja seorang pekerja menentukan faktor resiko terpapar bahaya yang

ditimbulkan oleh lingkungan kerja. Suma’mur (1995:193) menyatakan bahwa,

semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak pekerja terpapar bahaya

yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja. Oleh karena itu, pekerja pada bagian

pengamplasan di PT. Kota Jati Furindo mempunyai faktor resiko terpapar bahaya

yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja yang banyak mengandung debu.

Pekerja PT. Kota Jati Furindo bekerja dengan waktu kerja 6 hari per minggu,

dengan jam kerja 8 jam per hari. Sedangkan menurut teori dari A.M. Sugeng

Budiono (2003:03), yaitu ketentuan waktu kerja yang wajib dilaksanakan adalah

pada 7 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu,

Page 58: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

58

sedangkan 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu.

Maka dapat disimpulkan bahwa jam kerja para pekerja bagian pengamplasan di

PT. Kota Jati Furindo tidak sesuai dengan ketentuan waktu kerja yang wajib

dilaksanakan, atau lebih lama dari waktu kerja yang ditentukan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, semakin lama seseorang bekerja

pada bagian pengamplasan maka semakin lama pekerja terpapar debu yang dapat

menyebabkan gangguan kapasitas vital paru. Masa kerja juga berdampak positif

dan negatif pada kinerja pekerja. Dampak positifnya adalah seorang pekerja

pengamplas akan semakin terbiasa dengan pekerjaannya, sehingga dia akan lebih

cepat menyalesaikan pekerjaannya dengan baik. Sedangkan dampak negatifnya

adalah karena melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, maka

kemungkinan akan timbul kejenuhan.

5.1.2 Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Kota Jati Furindo bagian

pengamplasan pada 31 responden, sebagian besar dari responden masuk dalam

kategori restriksi sedang yaitu sebanyak 13 responden (41.9%). Pada restriksi

ringan sebanyak 8 responden (25.8%), pada kategori normal yaitu sebanyak 7

responden (22.6%), sedangkan pada restriksi berat yaitu sebanyak 3 responden

(9.7%).

Gangguan paru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelainan paru

yang disebabkan oleh debu yang tertimbun dalam paru, atau yang lazim disebut

pneumokoniosis. Penimbunan debu yang terjadi pada penelitian ini adalah

Page 59: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

59

penimbunan debu kayu, sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam kapasitas

vital paru. Alat yang digunakan untuk mengukur gangguan kapasitas vital paru

(KVP) dalam penelitian ini adalah Spirometer Hutchinson.

Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan

tertimbunnya debu dalam paru-paru. Salah satu mekanisme itu adalah inertia atau

kelembaban dari partikel-partikel yang bergerak, yaitu pada waktu udara

membelok ketika melalui jalan pernafasan yang tidak lurus, maka partikel-partikel

debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara,

melainkan terus lurus dan akhirnya menumbuk selaput lendir dan menumbuk

disana.

Mekanisme lain adalah sedimentasi, yang terutama benar untuk bronchi

sangat kecil dan bronchioli, sebab ditempat itu kecepatan udara pernafasan sangat

kurang kira-kira 1 cm per detik. Sehingga daya tarik bumi dapat bekerja terhadap

kepada partikel-partikel debu dan mengendapkannya. Mekanisme lain adalah

gerakan brown, terutama untuk partikel-partikel yang berukuran sekitar atau

kurang dari 0.1 mikron. Partikel-partikel yang kecil ini oleh gerakan brown tadi

ada kemungkinan membentur permukaan alveoli dan tertimbun disana.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru

(KVP)

Berdasarkan hasil uji Fisher yang dilakukan, maka didapatkan p value

sebesar 0.018. Dengan Hasil pengambilan keputusan untuk uji hipotesis adalah p

value kurang dari α (0.05) (Sopiyudin Dahlan, 2004:18). Berarti Ha diterima,

Page 60: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

60

yaitu ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru pada

pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa

Suwawal kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.

Dampak dari masa kerja yang dirasakan oleh responden antara lain, gangguan

kapasitas vital paru yang dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.

Kota Jati Furindo pada 31 responden. Didapatkan bahwa dari 5 responden yang

masa kerjanya baru, ada sebanyak 5 (100%) responden yang memiliki kapasitas

vital paru normal. Dari 26 responden yang masa kerjanya lama, ada sebanyak 10

(38.5%) memiliki kapasitas vital paru normal, dan sebanyak 16 (61.5%)

responden yang memiliki kapasitas vital paru sedang.

Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jangka waktu orang

sudah bekerja dari pertama mulai bekerja sebagai pengamplas hingga sekarang

masih bekerja. Proses produksi khususnya pada bagian pengamplasan yang

banyak menghasilkan debu, dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.

Dan gangguan kesehatan akibat pemaparan debu kayu umumnya menimbulkan

reaksi fibrosis pada jaringan paru. Diketahui bahwa fibrosis paru merupakan salah

satu penyebab utama berkurangnya compliance yaitu menyebabkan bertambahnya

kekakuan paru dan rongga dada serta membatasi pengembangan paru.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Setiani

Zaenal pada tahun 2005 yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara

masa kerja dengan kapasitas fungsi paru, yaitu semakin lama bekerja maka

semakin besar pula kemungkinan terjadinya gangguan paru. Hal ini juga didukung

oleh teori Suma’mur (1995:193) yang menyatakan bahwa, semakin lama

Page 61: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

61

seseorang bekerja maka semakin banyak pekerja terpapar bahaya yang

ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Dalam penelitian ini semakin lama

pekerja bekerja pada bagian pengamplasan di PT. Kota Jati Furindo, maka

semakin lama pekerja terpapar debu yang dihailkan dari proses pengamplasan.

Sehingga semakin besar pula resiko pekerja tersebut mengalami gangguan

kapasitas vital paru.

Page 62: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

62

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital

paru pada pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo

di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara. Berarti semakin lama

masa kerja seorang pekerja pada bagian pengamplasan di PT. Kota jati Furindo,

maka semakin besar juga resiko pekerja mengalami gangguan kapasitas vital paru.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Perusahaan

Hendaknya perusahaan melakukan rolling atau shif tempat kerja

pada pekerja yang sudah lama bekerja dibagian pengamplasan ke bagian

yang kadar debunya kecil, misalnya pada bagian pengepakan. Dan jika

memungkinkan perusahaan melakukan pemeriksaan berkala, untuk

mengetahui status kesehatan pekerja sedini mungkin. Hal ini digunakan

untuk mencegah timbulnya penyakit akibat kerja, yang dapat mengganggu

kesehatan pekerja.

6.2.2 Bagi Pekerja Bagian Pengamplasan

Mengingat bahaya yang ditimbulkan dari paparan debu yang

dihasilkan dari proses pengamplasan, hendaknya para pekerja

menggunakan alat pelindung diri pernafasan dengan benar.

Page 63: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

63

6.2.3 Bagi Peneliti Berikutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti antara masa

kerja dengan stres kerja.

Page 64: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

64

DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2005, Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penanggulangannya, Jakarta: PT Elex Media Korputindo.

Bhisma Murti, 1996, Penerapan Metode Statistik Non-Parametik dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Darmanto Djojodibroto, 1999, kesehatan Kerja di Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Depkes RI, 2003, Modul Penelitian Bagi Fasilitas Kesehatan Kerja, Jakarta.

Depnaker RI, 1996, Modul Kursus Bagi Dokter Hiperkes Pusat Pelayanan Ergonomi Kesehatan Kerja, Jakarta.

Eko Budiarto, 2001, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Guyton C Arthur, 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit, Alih Bahasa: Petrus Adrianto, Jakarta: EGC.

Hall John E dan Arthur C. Guyton, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.

Horrington Hill, 2003, Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC.

I Dewa Nyoman S, dkk, 2001, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.

, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.

ILO, 1991, Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Joko Suyono, 1996, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Jakarta : EGC.

Mukhtar Ikhsan, 2002, Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja, Jakarta: UI Press.

Puskesmas Mlonggo, 2009, Laporan 10 Besar Penyakit Puskesmas Mlonggo, Puskesmas Mlonggo, Jepara.

Soekidjo Notoadmojo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Page 65: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

65

Sopiyudin Dahlan, 2004, Statistika Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Program SPSS 12, Jakarta: Bina Mitra Press.

Sugeng Budiono A. M., dkk, 2003. Bunga Rampai HIPERKES & KK, Semarang:

Universitas Diponegoro.

Sugeng Hariyadi, 2003, Psikologi Perkembanga, Semarang: UNNES Press.

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suma’mur P. K, 1995, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Gunung Agung.

, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Gunung Agung.

Syaifuddin, 1997, Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat, Jakarta: Kedokteran

EGC.

Tambayong Jan, 2001, Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Tjandra Yoga A, dkk, 2002, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: UI.

Tulus M. A., 1992, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka.

Page 66: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

66

KUESIONER PENJARINGAN

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN GANGGUAN KAPASITAS

VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PENGAMPLASAN DI

INDUSTRI MEUBEL PT. KOTA JATI FURINDO DI DESA SUWAWAL,

KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

Petunjuk Pengisian angket:

1) Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-

jujurnya

2) Jawablah secara urut, singkat dan jelas

3) Isilah pertanyaan tersebut dengan menyilang (X) disesuaikan dengan jawaban

saudara

4) Selamat mengisi dan terima kasih

A. Data Umum

No responden :

Nama :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Umur :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Page 67: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

67

B. Data khusus

B1. Data Pekerjaan

1. Sebelum bekerja di PT. Kota Jati Furindo, apakah anda pernah bekerja

pada bagian pengamplasan pada di perusahaan lain?

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, berapa lama anda bekerja di perusahaan tersebut? ..... Tahun

a. < 6 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun

3. Sudah berapa lama anda bekerja pada bagian pengamplasan di PT. Kota

Jati Furindo? ..... Tahun

a. < 6 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun

4. Anda sudah bekerja sebagai pengamplas sudah berapa lama? ..... Tahun

a. < 6 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun

B2. Data Riwayat Paru

1. Apakah anda pernah menderita sesak napas sebelum anda bekerja di bagian pengamplasan?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda pernah mengalami sesak napas setelah anda bekerja di bagian pengamplasan?

a. Ya b. Tidak

3. Jika ya, apakah gangguan tersebut hilang ketika anda tidak bekerja (dapat libur) atau anda selesai bekerja?

a. Ya b. Tidak

4. Pada saat mengalami sesak napas, apakah anda memeriksakan diri di pelayanan kesehatan?

a. Ya b. Tidak

b.

Page 68: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

68

B3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker)

1. Apakah anda selalu menggunakan alat pelindung diri masker, setiap bekerja?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda merasa nyaman saat bekerja dengan menggunakan masker?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah ada anjuran dari perusahaan untuk menggunakan masker?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah ada sanksi tertentu dari perusahaan bila anda tidak menggunakan masker?

a. Ya b. Tidak

C. Hasil pengukuran dengan Spirometer: …….

Page 69: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

69

IDENTITAS RESPONDEN

No Nama Alamat Jenis Kelamin

Umur (th) BB (kg) TB

(cm) Status Gizi

1 Tumirah Slagi Perempuan 40 60 160 Normal

2 Riza U Suwawal Timur Perempuan 22 50 160 Normal

3 Musronatun Lebak Perempuan 30 52 162 Normal 4 Sulastri Kaliaman Perempuan 26 42 150 Normal 5 Rochmi Mambak Perempuan 29 49 158 Normal 6 Muntiatin Sekuro Perempuan 35 60 160 Normal 7 Firdausiyah Slagi Perempuan 28 49 150 Normal 8 Siti Aminah jambu Barat Perempuan 38 60 159 Normal 9 Turipah Jambu Timur Perempuan 29 60 160 Normal

10 Ngatemi Slagi Perempuan 33 49 155 Normal 11 Sunarti Suwawal Perempuan 34 48 160 Normal 12 Sridah Mororejo Perempuan 34 45 155 Normal 13 Inawati Dewi Sekuro Perempuan 39 47 155 Normal 14 Yuliati Jambu Perempuan 36 50 152 Normal 15 Chomariyah Jambu Perempuan 40 52 157 Normal 16 Jamiati Jambu Perempuan 37 50 158 Normal 17 Dariyati Tubanan Perempuan 33 47 157 Normal 18 Kastimah Nglebak Perempuan 40 47 159 Normal 19 Darikah Sinanggul Perempuan 36 50 159 Normal 20 Yusrotun Sinanggul Perempuan 23 50 157 Normal

21 Marlin Suwawal Timur Perempuan 40 55 155 Normal

22 Sriyati Mambak Perempuan 40 50 160 Normal 23 Senirah Jambu Timur Perempuan 27 37 140 Normal 24 Rikah Srobyong Perempuan 32 50 160 Normal 25 Utami Jeruk Wangi Perempuan 29 45 150 Normal 26 Musfi'ah Demeling Perempuan 32 46 150 Normal 27 Asrowiyah Suwawal Perempuan 35 50 160 Normal 28 Sri Astutik Demeling Perempuan 33 45 150 Normal 29 Asmanah Demeling Perempuan 30 45 155 Normal 30 Wari Suwawal Perempuan 30 58 160 Normal 31 Ngatipah Demeling Perempuan 34 47 151 Normal

Page 70: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

70

DATA MENTAH HASIL PENELITIAN

Data Pekerjaan

No.Resp NAMA Bekerja

di tempat

lain

jika ya, lama kerja

bekerja di PT.KOTA

masa kerja total keterangan

R-1 Tumirah 1 0 2 2 Sedang R-2 Riza U 1 0 1 1 Baru R-3 Musronatun 2 2 3 3 Lama R-4 Sulastri 1 0 1 1 Baru R-5 Rochmi 2 1 1 1 Baru R-6 Muntiatin 2 2 1 2 Sedang R-7 Firdausiyah 1 0 2 2 Sedang R-8 Siti Aminah 2 1 3 3 Lama R-9 Turipah 1 0 2 2 Sedang

R-10 Ngatemi 2 1 2 3 Lama R-11 Sunarti 1 0 2 2 Sedang

R-12 Sridah 1 0 2 2 Sedang

R-13 Inawati Dewi 2 1 2 3 Lama

R-14 Yuliati 2 1 2 3 Lama R-15 Chomariyah 2 2 2 3 Lama R-16 Jamiati 1 0 2 2 Sedang R-17 Dariyati 2 2 2 3 Lama R-18 Kastimah 2 1 2 2 Sedang R-19 Darikah 1 0 3 3 Lama R-20 Yusrotun 1 0 1 1 Baru R-21 Marlin 1 0 2 2 Sedang R-22 Sriyati 2 1 2 3 Lama R-23 Senirah 1 0 2 2 Sedang R-24 Rikah 2 1 1 2 Sedang R-25 Utami 2 1 2 3 Lama R-26 Musfi'ah 1 0 2 2 Sedang R-27 Asrowiyah 1 0 2 2 Sedang R-28 Sri Astutik 1 0 2 2 Sedang R-29 Asmanah 1 0 1 1 Baru R-30 Wari 1 0 2 2 Sedang R-31 Ngatipah 1 0 3 3 Lama

Page 71: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

71

Keterangan: Bekerja di tempat kerja, Score 1 = “Tidak” 2 = ”Ya” Lama kerja di tempat lain, Score 0 = ”Loncat (Tidak pernah bekerja di tempat lain)” 1 = ”<6 tahun” 2 = ”6-10 tahun” 3 = ”>10 tahun” Bekerja di PT. Kota Jati, Score 1 = ”<6 tahun” 2 = “6-10 tahun” 3 = “>10 tahun” Masa Kerja, Score 1 = “<6 tahun” 2 = “6-10 tahun” 3 = “>10 tahun” Jam istirahat, Score 1 = “Tidak” 2 = “ya”

Page 72: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

72

DATA MENTAH HASIL PENELITIAN Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker)

No.Responden Menggunakan Masker

Nyaman meng- gunakan Masker

Anjuran Perusahaan Sanksi keterangan

R-1 2 2 2 1 M R-2 2 2 2 1 M R-3 2 2 2 1 M R-4 2 2 2 1 M R-5 2 2 2 1 M R-6 2 2 2 1 M R-7 2 2 2 1 M R-8 2 2 2 1 M R-9 2 2 2 1 M

R-10 2 2 2 1 M R-11 2 2 2 1 M R-12 2 2 2 1 M R-13 2 2 2 1 M R-14 2 2 2 1 M R-15 2 2 2 1 M R-16 2 2 2 1 M R-17 2 2 2 1 M R-18 2 2 2 1 M R-19 2 2 2 1 M R-20 2 2 2 1 M R-21 2 2 2 1 M R-22 2 2 2 1 M R-23 2 1 2 1 M R-24 2 1 2 1 M R-25 2 2 2 1 M R-26 2 1 2 1 M R-27 2 2 2 1 M R-28 2 2 2 1 M R-29 2 2 2 1 M R-30 2 2 2 1 M R-31 2 2 2 1 M

Keterangan : M = Memakai APD Masker Score : 1 = ”Tidak” 2 = ”Ya”

Page 73: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

73

DATA HASIL PEMERIKSAAN KVP

No. Nama Pemeriksaan

KVP I Pemeriksaan

KVP II Pemeriksaan

KVP III

Nilai maksimum

KVP KVP (%) Kesimpulan

R-1 Tumirah 2100 1800 2400 2400 95,2 Normal

R-2 Riza Umami 2800 3400 3400 3400 121,4 Normal

R-3 Musronatun 1400 1300 1400 1400 51,8 Sedang

R-4 Sulastri 1900 1800 1900 1900 68,8 Ringan

R-5 Rochmi 2000 2300 2200 2300 84,8 Normal

R-6 Muntiatin 1500 1500 1500 1500 56,8 Sedang

R-7 Firdausiyah 2000 1800 1900 2000 73,5 Ringan

R-8 Siti Aminah 1100 1600 1700 1700 67,4 Ringan

R-9 Turipah 3000 3100 2900 3100 114,4 Normal

R-10 Ngatemi 1800 1900 1800 1900 71,9 Ringan

R-11 Sunarti 1200 1400 1500 1500 56,8 Sedang

R-12 Sridah 1700 1500 1800 1800 68,2 Ringan

R-13 Inawati Dewi 1500 1500 1400 1500 59,5 Sedang

R-14 Yuliati 1100 1400 1300 1400 55,5 Sedang

R-15 Chomariyah 1400 1200 1600 1600 63,4 Ringan

R-16 Jamiyati 1100 1100 1400 1400 55,5 Sedang

R-17 Dariyati 1200 1100 1100 1200 45,4 Berat

R-18 Kastimah 1200 1300 1300 1300 51,5 Sedang

R-19 Darikah 1100 1000 1100 1100 43,6 Berat

R-20 Yusrotun 2000 2300 2500 2500 89,6 Normal

R-21 Marlin 1400 1100 1600 1600 63,4 Ringan

R-22 Sriyati 1200 1400 1500 1500 59,5 Sedang

R-23 Senirah 1400 1600 1200 1600 58,3 Sedang

R-24 Rikah 1700 1800 1900 1900 71,9 Ringan

R-25 Utami 1500 1600 1500 1600 59,0 Sedang

R-26 Musfiah 1300 1200 1500 1500 56,8 Sedang

R-27 Asrowiyah 1000 1100 1100 1100 41,6 Berat

R-28 Sri Astutik 2000 2200 1900 2200 83,3 Normal

R-29 Asmanah 1800 2000 2200 2200 81,4 Normal

R-30 Wari 1000 1500 1400 1500 55,5 Sedang R-31 Ngatipah 1300 1400 1400 1400 51,8 Sedang

Keterangan: Normal : Tidak ada gangguan kerja pada fungsi paru Ringan : Diprediksi ada penyumbatan & penyempitan pada saluran nafas (kelainan terjadi di bronkus) pada tingkat ringan Sedang : Diprediksi ada penyumbatan & penyempitan pada saluran nafas (kelainan terjadi di bronkus) pada tingkat

sedang Berat : Diprediksi adanya penyumbatan & penyempitan pada saluran nafas serta adanya gangguan pada parenkim

paru (misalnya : fibrosis)

Page 74: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

74

Frequencies

Statistics

31 310 0

ValidMissing

NMasa Kerja

KapasitasVital Paru

Frequency Table

Masa Kerja

5 16.1 16.1 16.115 48.4 48.4 64.511 35.5 35.5 100.031 100.0 100.0

BaruSedangLamaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Kapasitas Vital Paru

7 22.6 22.6 22.68 25.8 25.8 48.4

13 41.9 41.9 90.33 9.7 9.7 100.0

31 100.0 100.0

NormalRinganSedangBeratTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Umur Responden

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Valid 18-24 2 6.5 6.5 6.5 25-31 9 29.0 29.0 35.5 32-40 20 64.5 64.5 100.0 Total 31 100.0 100.0

Page 75: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

75

Crosstabs 3 X 4

Case Processing Summary

31 100.0% 0 .0% 31 100.0%Masa Kerja *Kapasitas Vital Paru

N Percent N Percent N PercentValid Missing Total

Cases

Masa Kerja * Kapasitas Vital Paru Crosstabulation

4 1 0 0 51.1 1.3 2.1 .5 5.0

80.0% 20.0% .0% .0% 100.0%3 4 7 1 15

3.4 3.9 6.3 1.5 15.020.0% 26.7% 46.7% 6.7% 100.0%

0 3 6 2 112.5 2.8 4.6 1.1 11.0

.0% 27.3% 54.5% 18.2% 100.0%7 8 13 3 31

7.0 8.0 13.0 3.0 31.022.6% 25.8% 41.9% 9.7% 100.0%

CountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa Kerja

Baru

Sedang

Lama

MasaKerja

Total

Normal Ringan Sedang BeratKapasitas Vital Paru

Total

Chi-Square Tests

13.948a 6 .03015.904 6 .014

10.078 1 .002

31

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

11 cells (91.7%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .48.

a.

Page 76: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

76

Crosstabs 2 X 2 (Setelah Pengabungan sel)

Crosstabs

Case Processing Summary

31 100.0% 0 .0% 31 100.0%Masa Kerja *Kapasitas Paru

N Percent N Percent N PercentValid Missing Total

Cases

Masa Kerja * Kapasitas Paru Crosstabulation

5 0 52.4 2.6 5.0

100.0% .0% 100.0%10 16 26

12.6 13.4 26.038.5% 61.5% 100.0%

15 16 3115.0 16.0 31.0

48.4% 51.6% 100.0%

CountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa Kerja

baru

lama

MasaKerja

Total

normal sedangKapasitas Paru

Total

Chi-Square Tests

6.359b 1 .0124.134 1 .0428.296 1 .004

.018 .018

6.154 1 .013

31

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.42.

b.

Page 77: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

77

DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti sedang mendampingi responden mengisi kuesioner

Peneliti sedang menimbang beat badan responden

Page 78: Ilmu Kesehatan Masyrakat_gangguan Paru

78

Pelaksanaan pengukuran spirometer

Pelaksanaan pengukuran spirometer