Upload
nguyenkiet
View
229
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
104
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, data yang akan dianalisis dan dibahas terdiri dari empat
bagian yaitu analisis kinerja ruas jalan, analisis tingkat kebisingan, analisis tingkat
pencemaran udara, serta pemodelan dari volume lalu lintas dan kecepatan lalu
lintas pada segmen jalan tempat pelaksanaan survei.
4.1 Data Hasil Penelitian
Sebagai langkah awal maka akan disajikan kumpulan data yang
selanjutnya akan digunakan dalam proses analisis dalam tesis ini. Data ini terdiri
dari data primer yang diperoleh dari hasil survei dan data sekunder yang diperoleh
dari berbagai pihak.
4.1.1 Data geometrik
Dalam menganalisis kinerja ruas jalan diperlukan berbagai data yang
diperoleh dari hasil survei. Data-data ini kemudian diolah sesuai dengan hasil
yang ingin dicapai. Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar berada di
wilayah Kecamatan Denpasar Timur, dimana pada area ini merupakan pusat
Pemerintahan Provinsi Bali. Disamping itu, diwilayah ini juga merupakan pusat
kuliner dengan berbagai menu yang menarik. Hal ini membuat ruas Jalan Raya
Puputan Niti Mandala Renon menjadi salah satu ruas jalan terpadat di Kota
Denpasar.
105
Data Geometrik jalan merupakan data tentang kondisi geometrik dari
segmen yang diteliti dan mewakili karakteristik segmen jalan. Berdasarkan hasil
pengukuran dan pengamatan visual secara langsung dilapangan, diperoleh bahwa
lebar Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar adalah 9 meter dengan 3
lajur dimana masing-masing lajur memiliki lebar yang sama yaitu 3 meter. Jalan
memiliki bahu dengan lebar yang sama yaitu masing-masing 1 meter. Jalan Raya
Puputan Niti Mandala Renon Denpasar merupakan jalan 3/1 UD yang
menghubungkan antara pusat wisata Sanur dengan pusat Kota Denpasar.
Keterangan mengenai data geometrik jalan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Geometrik Jalan
Tipe jalan Kelas
jalan
Panjang
segmen
(m)
Lebar
perkerasan
(m)
Lebar
bahu
(m)
Lebar
drainase
(m)
3 lajur
satu arah
(3/1)
Arteri
sekunder
90
3 x 3
2 x 1
2 x 1
Sumber: Hasil survei, 2011
4.1.2 Data volume lalu lintas
Survei volume lalu lintas dilakukan pada Hari Senin Tanggal 9 Mei 2011
selama 12 jam. Data kemudian dikelompokkan dengan rentang waktu setiap lima
belas menit untuk masing-masing jenis kendaraan. Selama 12 jam pelaksanaan
survei yaitu mulai dari pukul 06.00 WITA sampai pukul 18.00 WITA ruas Jalan
Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar dilewati oleh 51.642 kendaraan
106
dengan klasifikasi sepeda motor sebanyak 37.089 kendaraan, kendaraan ringan
sebanyak 13.879 kendaraan dan kendaraan berat sebanyak 674 kendaraan. Data
volume lalu lintas hasil survei selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Volume Lalu Lintas
Waktu Volume (kend) Waktu Volume (kend)
(15 menit) MC LV HV (15 menit) MC LV HV
06.00-16.15 255 56 6 12.00-12.15 727 282 10
06.15-06.30 256 52 7 12.15-12.30 782 421 12
06.30-06.45 471 134 12 12.30-12.45 778 354 16
06.45-07.00 951 223 8 12.45-13.00 821 383 13
07.00-07.15 1064 278 4 13.00-13.15 739 293 10
07.15-07.30 1330 331 23 13.15-13.30 671 354 14
07.30-07.45 1126 343 23 13.30-13.45 772 338 11
07.45-08.00 1116 327 23 13.45-14.00 685 298 19
08.00-08.15 1106 317 21 14.00-14.15 652 345 19
08.15-08.30 763 264 18 14.15-14.30 741 279 13
08.30-08.45 744 278 11 14.30-14.45 620 287 20
08.45-09.00 692 264 9 14.45-15.00 730 281 19
09.00-09.15 733 250 15 15.00-15.15 739 305 19
09.15-09.30 733 258 14 15.15-15.30 672 308 17
09.30-09.45 751 287 7 15.30-15.45 685 280 19
09.45-10.00 751 308 10 15.45-16.00 673 262 5
10.00-10.15 856 321 15 16.00-16.15 792 301 21
10.15-10.30 851 297 14 16.15-16.30 771 307 8
10.30-10.45 739 300 16 16.30-16.45 741 300 12
10.45-11.00 676 289 16 16.45-17.00 831 379 13
11.00-11.15 745 284 16 17.00-17.15 862 295 14
11.15-11.30 812 259 19 17.15-17.30 862 291 9
11.30-11.45 740 307 10 17.30-17.45 776 287 12
11.45-12.00 753 327 15 17.45-18.00 953 295 17
Sumber: Hasil survei, 2011
107
4.1.3 Data kecepatan rata-rata kendaraan
Survei juga dilakukan untuk mengukur kecepatan kendaraan. Sebagai
sampel diambil 300 sampel untuk sepeda motor, 300 sampel untuk kendaraan
ringan dan 96 sampel untuk kendaraan berat. Sampel kecepatan lalu lintas dan
pengolahan datanya dapat dilihat pada Lampiran B. Data ini selanjutnya akan
digunakan sebagai independent variable dalam pemodelan dengan menggunakan
SPSS 17.0.
4.1.4 Data hambatan samping
Survei hambatan samping di lakukan sepanjang segmen jalan selama jam
puncak pagi. Tipe kejadian digolongkan antara lain, jumlah pejalan kaki berjalan
atau menyeberang sepanjang segmen jalan (PED/Pedestrian), jumlah kendaraan
berhenti atau parkir (PSV/Parking and Slow Vehicles), jumlah kendaraan
bermotor yang masuk dan keluar dari samping jalan (EEV/Entry and Exit
Vehicles) dan arus kendaraan yang bergerak lambat (SMV/Slow Moving Vehicles).
Data hasil pengamatan hambatan samping dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Volume hambatan samping
waktu PED PSV EEV SMV
07.15-08.15 32 18 52 18
Sumber : Hasil survei, 2011
108
4.1.5 Data jumlah penduduk
Data jumlah penduduk Kota Denpasar diperoleh dari Situs Resmi
Pemerintah Kota Denpasar untuk tahun 2011 adalah sebesar 788.445 jiwa.
4.1.6 Data pencemaran udara
Dalam analisis pencemaran udara, akan dibahas mengenai kadar parameter
pencemar udara yang nilainya diperoleh dengan melakukan survei pengambilan
sampel udara pada lokasi survei selama dua hari dengan waktu pengambilan
sampel selama 1 jam.
Survei terhadap pencemaran udara juga dilakukan pada ruas Jalan Raya
Puputan Niti Mandala Renon Denpasar. Survei dilakukan pada saat bersamaan
dengan survei kebisingan namun hanya dilakukan selama 1 jam per hari. Pada
Hari Minggu, 8 Mei 2011, survei dilakukan mulai pukul 07.30 WITA sampai
pukul 08.30 WITA dan untuk Hari Senin, 9 Mei 2011 survei dilakukan pada pukul
07.00 WITA sampai pukul 08.00 WITA. Dari survei tersebut didapat hasil seperti
Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Kadar pencemar udara pada saat Car Free Day
No Parameter Satuan Hasil Pengujian
1 Sulfur dioksida (SO2) μg/m³ 69,744
2 Nitrogen dioksida (NO2) μg/m³ 54,359
3 Carbon monoksida (CO) μg/m³ 1,6
4 Debu Total (PM10) μg/m³ 13,889
5 Timbal (Pb) μg/m³ Ttd
6 Oksidan (Ox) μg/m³ 105
Sumber: Hasil survei, 2011
109
Sedangkan data yang diperoleh dari hasil survei pada saat hari biasa dapat dilihat
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Kadar pencemar udara pada hari biasa
No Parameter Satuan Hasil Pengujian
1 Sulfur dioksida (SO2) μg/m³ 74,53
2 Nitrogen dioksida (NO2) μg/m³ 74,118
3 Carbon monoksida (CO) μg/m³ 7,46
4 Debu Total (PM10) μg/m³ 97,222
5 Timbal (Pb) μg/m³ 0,592
6 Oksidan (Ox) μg/m³ 135
Sumber: Hasil survei, 2011
Perbandingan hasil survei dalam bentuk gambar dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut:
Gambar 4.1 Diagram hasil survei pencemaran udara
Sumber: Hasil Analisis, 2013
0
20
40
60
80
100
120
140
160
SO2 NO2 CO PM10 Pb Ox
CFD
Hari biasa
110
Dari Gambar 4.1 dapat diketahui perbandingan hasil sampel pencemaran
udara di laboratorium. Diagram batang menunjukkan bahwa terjadi perbedaan
antara kandungan pencemar udara pada saat pelaksanaan Car Free Day maupun
hari biasa. Namun, data ini adalah data mentah yang selanjutnya akan diolah lagi
menggunakan rumus dan aturan-aturan lain agar menjadi data yang bisa
dilaporkan kepada masyarakat yang diwakili dengan warna.
4.1.7 Data kebisingan
Analisis kebisingan dibedakan kedalam dua kelompok sesuai dengan
survei yang telah dilakukan yaitu analisis kebisingan berdasarkan data yang
peroleh saat pelaksanaan Car Free Day dan analisis kebisingan berdasarkan data
yang diperoleh pada satu hari biasa. Survei telah dilakukan pada Hari Minggu, 8
Mei 2011 untuk mendapatkan data kebisingan saat pelaksanaan Car Free Day
yang dilaksanakan selama 4 jam dan survei untuk mendapatkan data kebisingan
pada hari biasa telah dilaksanakan pada keesokan harinya yaitu pada Hari Senin, 9
Mei 2011 yang dilaksanakan selama 12 jam.
Data kebisingan yang didapat merupakan data kebisingan tiap detiknya
sehingga untuk data kebisingan saat pelaksanaan Car Free Day total diperoleh
sebanyak 14.400 data sedangkan data kebisingan untuk hari biasa total diperoleh
sebanyak 43.200 data. Data hasil survei kebisingan, dapat dilihat dalam Lampiran
C.
111
4.2 Analisis Data Lalu Lintas
Analisis dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir sesuai dengan tujuan
penulisan tesis.
4.2.1 Analisis volume jam puncak
Dalam menganalisis volume jam puncak, yang harus diketahui adalah
volume kendaraan terklasifikasi menjadi volume sepeda motor, volume kendaraan
ringan, dan volume kendaraan berat yang melintasi segmen jalan tempat
pelaksanaan survei dalam rentang waktu tertentu. Setelah data diperoleh,
kemudian dikalibrasi dengan menggunakan nilai emp yang telah ditentukan.
Fluktuasi volume sepeda motor yang melintasi ruas Jalan Raya Puputan
Niti Mandala Renon Denpasar dapat terlihat dengan jelas pada Gambar 4.2.
Perubahan drastis volume lalu lintas terjadi pada jam-jam pagi yaitu mulai dari
pukul 06.00 WITA sampai pukul 09.00 WITA. Jumlah sepeda motor pada pagi
hari sangat sedikit sedangkan hanya tiga puluh menit kemudian, jumlah sepeda
motor yang melintas bertambah dengan sangat banyak bahkan mencapai jam
puncaknya pada selang waktu tersebut. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh
arus kendaraan yang digunakan untuk mengantar siswa ke sekolah dan pergerakan
orang-orang dengan tempat aktivitas yang cukup jauh sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama untuk melakukan perjalanan. Perhitungan volume jam
puncak dapat dilihat pada Lampiran D.
112
Gambar 4.2 Volume Sepeda Motor
Sumber: Hasil analisis, 2012
Volume sepeda motor tertinggi terjadi pada pukul 07.15 WITA sampai
07.30 WITA yaitu sebanyak 1330 buah sepeda motor. Dapat dimaklumi bahwa
jam-jam ini memang waktu bagi anak-anak sekolah untuk berangkat menuju
tempat belajar masing-masing. Sedangkan volume sepeda motor terendah terjadi
pada pukul 06.00 WITA sampai pukul 06.15 WITA yaitu sebanyak 255
kendaraan. Pada jam ini, kondisi jalan memang masih sepi, belum banyak warga
masyarakat yang melakukan aktivitas luar rumah.
Sedangkan untuk kendaraan ringan, lonjakan volume tertinggi terjadi pada
pagi hari yaitu mulai pukul 06.00 WITA sampai pukul 08.00 WITA. Meskipun
bukan jam puncak, namun peningkatan volume lalu lintas paling drastis terjadi
pada selang waktu ini. Grafik selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
volu
me
se
pe
da
mo
tor
(ke
nd
)
waktu (15 menit)
113
Gambar 4.3 Volume Kendaraan Ringan
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan volume kendaraan
ringan yang drastis melintasi area survei yaitu pada pukul 06.00 WITA sampai
pukul 08.00 WITA. Meskipun bukan merupakan jam puncak namun peningkatan
volume yang terjadi cukup tinggi. Volume kendaraan ringan melintasi area survei
tertinggi terjadi pada pukul 12.15 WITA sampai 12.30 WITA yaitu sebanyak 421
kendaraan, hal ini mungkin disebabkan adanya aktivitas istirahat siang untuk
dunia perkantoran dan area disekitar tempat survei merupakan pusat kuliner
sehingga banyak dituju oleh para pekerja. Jumlah kendaraan ringan paling sedikit
melintasi area survei adalah pada pukul 06.15 WITA sampai 06.30 WITA yaitu
sebanyak 52 kendaraan dimana aktivitas luar rumah memang belum banyak
dilakukan.
Sedangkan untuk volume kendaraan berat, fluktuasi terjadi sepanjang hari,
dari volume tinggi kemudian menurun kemudian kembali tinggi. Hal ini berbeda
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Vo
lum
e k
en
dar
aan
rin
gan
(ke
nd
)
Waktu (15 menit)
114
dengan sepeda motor yang setelah mencapai jam puncak pada pagi hari kemudian
tidak terjadi perubahan volume yang signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Volume Kendaraan Berat
Sumber: Hasil analisis, 2012
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa volume puncak kendaraan berat
adalah pada pukul 07.15 WITA sampai 08.00 WITA, yaitu sebanyak 23
kendaraan. Sedangkan volume kendaraan berat yang melintasi segmen jalan yang
disurvei paling rendah terjadi pada pukul 07.00 WITA sampai 07.15 WITA yaitu
hanya sebanyak 4 kendaraan.
Total volume lalu lintas yang melewati ruas Jalan Raya Puputan Niti
Mandala Renon Denpasar sepanjang pelaksanaan waktu survei dapat dilihat pada
Gambar 4.5.
0
5
10
15
20
25
volu
me
ke
nd
araa
n b
era
t(ke
nd
)
waktu (15 menit)
115
Gambar 4.5 Volume Total Lalu Lintas
Sumber: Hasil analisis, 2012
Gambar 4.5 yang memperlihatkan volume total lalu lintas tertinggi yang
melalui segmen ruas jalan tempat dilakukannya survei terjadi pada pukul 07.15
WITA sampai 07.30 WITA yaitu sebanyak 1671 kendaraan yang terdiri dari 1330
sepeda motor, 331 kendaraan ringan, dan 23 kendaraan berat. Volume jam puncak
terjadi pada pukul 07.15 WITA sampai 08.15 WITA dengan total volume sepeda
motor yang melintas sebanyak 4678 kendaraan, volume total kendaraan ringan
sebanyak 1318 kendaraan dan volume total untuk kendaraan berat sebanyak 90
kendaraan.
Dari hasil survei volume lalu lintas ini diperoleh 3 volume jam puncak
yaitu jam puncak pagi yang terjadi mulai pukul 07.15 WITA sampai pukul 08.15
WITA, jam puncak siang terjadi pada pukul 12.15 WITA sampai 13.15 WITA,
sedangkan jam puncak sore terjadi pada pukul 17.00 WITA sampai 18.00 WITA.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Vo
lum
e (
ken
d)
Waktu (15 menit)
116
Selanjutnya komposisi kendaraan eksisting dikalibrasi ke dalam satuan
smp/jam dengan faktor emp 1,0 untuk kendaraan ringan, 1,3 untuk kendaraan
berat, dan 0,4 untuk sepeda motor sesuai dengan nilai emp yang terdapat dalam
Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997. Dari Tabel UR-2 ini juga dapat diketahui
bahwa arus total lalu lintas adalah 3306,2 smp/jam yang dibulatkan menjadi 3306
smp/jam. Tabulasi volume lalu lintas jam puncak dapat dilihat pada Tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6
Volume Lalu lintas Jam Puncak
Sumber: Hasil analisis, 2012
Namun untuk kepentingan perhitungan analisis kinerja ruas jalan hanya
dipergunakan volume jam puncak pagi, karena merupakan volume jam puncak
tertinggi.
Volume jam puncak yang telah didapat dari hasil survei, selanjutnya akan
digunakan untuk menghitung arus total lalu lintas dengan bantuan Formulir UR-2
Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Dalam perhitungan dalam Formulir UR-2 ini,
memerlukan data komposisi lalu lintas yang diperoleh dari hasil survei (Tabel
4.2). Dari formulir UR-2 dapat diketahui bahwa komposisi kendaraan terdiri dari
72% sepeda motor, 27% kendaraan ringan dan 1% kendaraan berat. Data
komposisi lalu lintas ini dimasukkan dalam Formulir UR-2 MKJI untuk
Waktu
kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam
07.15-08.15 4678 1871.2 1318 1318 90 117 6086 3306.2
12.15-13.15 3120 1248 1451 1451 51 66.3 4622 2765.3
17.00-18.00 3453 1381.2 1168 1168 52 67.6 4673 2616.8
Jenis Kendaraan Volume Jam Puncak
MC LV HV
117
mendapatkan nilai arus total. Hasil perhitungan dengan menggunakan Formulir
UR-1, UR-2, dan UR-3 dapat dilihat pada Lampiran E.
4.2.2 Analisis hambatan samping
Dalam penentuan kelas hambatan samping, maka dilakukan perhitungan
frekuensi bobot tiap kejadian. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa dengan
demikian kelas hambatan samping pada segmen jalan tersebut termasuk dalam
kategori rendah. Jumlah frekuensi bobot kejadian pada segmen Jalan Raya
Puputan Niti Mandala Renon Denpasar sejumlah 74 tertera pada Tabel 4.7 sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Penentuan frekuensi kejadian hambatan samping
No Tipe kejadian hambatan samping
Faktor
bobot
Frekuensi
kejadian
Frekuensi
bobot
1 Pejalan kaki (PED) 0,5 32 16
2 Parkir, kendaraan berhenti (PSV 1,0 18 18
3 Kendaraan masuk + keluar (EEV) 0,7 52 36,4
4 Kendaraan lambat (SMV) 0,4 18 7,2
Total 77,6
Sumber : Hasil analisis, 2012
Karena total frekuensi bobot dibawah 100, maka hambatan samping pada area
survei termasuk dalam kategori sangat rendah (very low).
118
4.2.3 Analisis kecepatan arus bebas kendaraan ringan
Sebelum dilakukan analisis terhadap kapasitas ruas jalan, dilakukan
perhitungan terhadap kecepatan arus bebas kendaraan ringan yang terdapat pada
Formulir UR-3 MKJI. Dalam perhitungan kecepatan arus bebas, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan arus bebas ini dengan nilai-nilai yang telah
ditentukan, sesuai dengan kondisi ruas jalan. Langkah perhitungan kecepatan arus
bebas terdiri dari penentuan nilai kecepatan arus bebas dasar yang disesuaikan
dengan kondisi ruas jalan dan beberapa nilai penyesuaian. Nilai tersebut terdiri
dari:
a. FVo adalah arus bebas dasar kendaraan ringan pada segmen jalan yang
diamati. Nilai 61 diperoleh dari Tabel 2.1 merupakan nilai kecepatan rata-
rata ruang dari semua kendaraan.
b. FVw adalah faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu
lintas. Nilai -4 diperoleh sesuai dengan Tabel 2.2 untuk jalan satu arah.
c. Kolom selanjutnya merupakan hasil penjumlahan antara FV0 dan FVw.
d. FFVSF adalah faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan
samping dimana nilai untuk segmen jalan yang memiliki tiga lajur satu
arah dengan hambatan samping sangat rendah adalah 1,01 (Tabel 2.3).
e. FFVCS adalah faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota.
Jumlah penduduk Kota Denpasar sekitar 788.445 jiwa jadi temasuk dalam
rentang 0,5 juta sampai 1 juta jiwa dengan nilai faktor penyesuaian sebesar
0,95 (Tabel 2.4).
119
f. Proses terakhir adalah memasukkan seluruh data tersebut diatas kedalam
rumus perhitungan kecepatan arus bebas berikut:
FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVCS
= 57 x 1,01 x 0,95
= 54,69 km/jam.
Langkah-langkah perhitungan kecepatan arus bebas kendaraan ringan tersebut,
bila ditabelkan dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:.
Tabel 4.8
Perhitungan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan
FV0 FVw FV0 +FVw FV
FFVSF FFVCS
61 -4 57 1,01 0,95 54,69
Faktor Penyesuaian
Sumber: Hasil analisis, 2012
4.2.4 Analisis kapasitas ruas jalan
Dalam perhitungan kapasitas ruas jalan, langkah-langkah perhitungannya
adalah menentukan nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam perhitungan kapasitas
yaitu nilai kapasitas dasar dan beberapa nilai faktor penyesuaian. Nilai-nilai
tersebut adalah:
a. C0 adalah kapasitas dasar. Nilai C0 dapat dilihat pada Tabel 2.5 yaitu
1650. Karena jalan yang disurvei memiliki 3 lajur maka nilai kapasitas
dasar menjadi 4950.
120
b. FCw adalah faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas,
untuk jalan satu arah dengan lebar jalur lalu lintas efektif 3 meter nilai
faktor penyesuaiannya adalah 0,92 (Tabel 2.6).
c. FCSP adalah faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah. Untuk
jalan satu arah, nilai yang digunakan adalah 1,00 (Tabel 2.7).
d. FCSF adalah faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping,
berdasarkan lebar bahu efektif pada UR-1, dan kelas hambatan samping
pada UR-2 maka dapat ditentukan besarnya nilai FCSF adalah 0,96 (Tabel
2.8).
e. FCCS adalah faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota. Dengan
jumlah penduduk 788.445 jiwa, maka nilai FCCS adalah 0,94 (Tabel 2.9).
f. Setelah semua nilai diketahui, langkah terakhir adalah perhitungan nilai
kapasitas dengan menggunakan persamaan 2.2 yaitu:
C = C0 x FCW x FCWB x FCSF x FCCS
= 4950 x 0,92 x 1,00 x 0,96 x 0,94
= 4109,53 smp/jam ≈ 4110 smp/jam
Langkah-langkah perhitungan kapasitas dapat ditabelkan seperti pada Tabel 4.9
berikut:
Tabel 4.9
Perhitungan Nilai Kapasitas
C0 C
FCw FCSP FCSF FCCS
4950 0,92 1,00 0,96 0,94 4109,53
Faktor Penyesuaian
Sumber: Hasil analisis, 2012
121
4.2.5 Derajat kejenuhan, Kecepatan dan Waktu tempuh
Setelah didapat nilai kapasitas, maka selanjutnya adalah analisis perilaku
lalu lintas yaitu derajat kejenuhan, kecepatan dan waktu tempuh. Derajat
kejenuhan merupakan rasio arus terhadap kapasitas dimana derajat kejenuhan
digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan
segmen jalan.
Derajat Kejenuhan dihitung dengan menggunakan rumus:
= 0,80
Dari hasil perhitungan rasio antara arus dan kapasitas didapat nilai derajat
kejenuhan adalah 0,80.
Dalam MKJI, kecepatan tempuh digunakan sebagai ukuran utama kinerja
segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur, disamping itu merupakan
masukan penting untuk menentukan biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi.
Kecepatan tempuh didefinisikan dalam MKJI sebagai kecepatan rata-rata ruang
dari kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan.
Dengan menggunakan Grafik D-2:2 pada Gambar 4.6 untuk jalan banyak
lajur ataupun untuk jalan satu arah, maka di dapatkan bahwa kecepatan pada ruas
segmen jalan adalah 34 km/jam. Dengan panjang segmen yang digunakan sebagai
tempat survei yaitu 90 meter maka dapat dihitung waktu tempuh (TT) pada
segmen jalan tersebut yaitu 0,003 jam atau kurang lebih sekitar 9,53 detik.
122
Gambar 4.6 Hubungan antara derajat kejenuhan dengan kecepatan rata-rata
kendaraan ringan.
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1997
4.2.6 Analisis kecepatan rata-rata lalu lintas
Dari sampel kecepatan yang diambil per lima belas menit di rata-ratakan
sehingga kemudian diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 4.10. Nilai
kecepatan rata-rata per lima belas menit ini selanjutnya akan digunakan sebagai
salah satu faktor bebas dalam pemodelan antara nilai Leq dengan kecepatan rata-
rata lalu lintas. Tabel 4.10 memperlihatkan kecepatan rata-rata kendaraan pada
jam puncak, kecepatan kendaraan mengalami penurunan yang disebabkan oleh
volume kendaraan yang tinggi sehingga mempengaruhi kecepatan kendaraan yang
melintas di lokasi survei.
123
Tabel 4.10
Kecepatan Rata-rata Lalu Lintas Pada Jam Puncak
Waktu Kecepatan (km/jam)
(15 menit) MC LV HV
07.15-07.30 26,99 22,56 9,64
07.30-07.45 23,84 21,62 17,13
07.45-08.00 25,11 16,82 17,02
08.00-08.15 23,30 22,27 14,22
Total 99,24 83,27 58,01
rata-rata 24,81 20,82 14,50
Sumber: Hasil analisis, 2012
Perhitungan terhadap kecepatan dilakukan per lima belas menit karena
selanjutnya akan digunakan sebagai variabel bebas dalam mencari hubungan
antara Leq dengan kecepatan kendaraan. Perhitungan kecepatan kendaraan per
lima belas menit selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
Hasil yang diperoleh melalui perhitungan berbeda dengan hasil yang
diperoleh melalui survei dilapangan. Dari hasil perhitungan diperoleh kecepatan
rata-rata lalu lintas sebesar 34 km/jam sedangkan dari hasil survei diperoleh
kecepatan rata-rata lalu lintas sebesar 24,81 km/jam. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor. Perhitungan diatas kertas menggunakan kondisi yang ideal yang
umumnya terjadi di Indonesia. Sedangkan hasil survei merupakan kondisi nyata di
lapangan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang terjadi secara langsung dan
seketika misalnya terjadi kecelakaan, kerumunan massa dan lain sebagainya.
124
4.2.7 Tingkat pelayanan jalan (Level of Service)
Berdasarkan derajat kejenuhan dan kecepatan yang telah diperoleh dari
perhitungan menggunakan formulir UR-1, UR-2, dan UR-3, dapat ditentukan pada
level mana tingkat pelayanan jalan tersebut. Dalam penentuan tingkat pelayanan
jalan, yang menjadi patokan adalah derajat kejenuhan, kecepatan arus bebas
kendaraan ringan dan kecepatan tempuh seperti yang telah dihitung dengan
menggunakan formulir UR-3. Dari perhitungan tersebut didapat nilai kecepatan
arus bebas kendaraan ringan adalah 54,69 km/jam yang selanjutnya akan menjadi
batas atas dari grafik. Selengkapnya untuk penentuan tingkat pelayanan jalan ini
dapat dilihat dalam Gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Penentuan Tingkat Pelayanan Jalan
Sumber: Hasil Analisis, 2012
125
Sesuai dengan Tabel 2.7 pada Bab II, dengan nilai derajat kejenuhan
sebesar 0,80 berarti ruas Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar
termasuk dalam katagori D dimana arus dipaksakan, kecepatan rendah, dan
volume hampir mencapai kapasitas. Kecepatan kendaraan mendekati tidak stabil
tetapi kecepatan masih dapat dikendalikan.
Gambar 4.8 Tingkat Pelayanan Jalan
Sumber: Hasil analisis, 2012
4.3 Analisis Pencemaran Udara
Analisis terhadap pencemaran udara dilakukan terhadap dua kasus yaitu
analisis terhadap data yang diperoleh dari pengambilan sampel udara ambien di
lokasi survei yang dilakukan pada saat pelaksanaan program Car Free Day dan
pada saat hari biasa.
Baku mutu yang digunakan sebagai pembanding adalah Keputusan Kepala
Bapedal tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar
Pencemar Udara. Dalam hasil yang dikeluarkan oleh Hiperkes Denpasar ini juga
disertai dengan kesimpulan yaitu bahwa hasil pengujian parameter gas diatas
secara umum menunjukkan masih dibawah baku mutu yang diperkenankan.
126
Selanjutnya data tersebut diinterpolasi terlebih dahulu kedalam nilai ISPU
sehingga kandungan gas pencemar dapat diketahui oleh masyarakat dalam bentuk
warna. Interpolasi ini dilakukan dengan menggunakan Rumus 2.5. Namun pada
kenyataannya, tidak setiap parameter pencemar udara dapat diinterpolasi nilainya.
Untuk parameter dengan jumlah kandungan partikel sangat kecil nilai kandungan
gas pencemar tidak diinterpolasi, hanya dimasukkan dalam katagori baik dengan
diwakili oleh warna hijau. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.11
Analisis Kadar Pencemar Udara pada saat Car Free Day
Sumber: Hasil Analisis, 2012
* tidak termasuk dalam rentang nilai perhitungan
Sedangkan hasil analisis data hasil interpolasi data pencemaran lingkungan pada
hari biasa ditunjukkan oleh Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Analisis Data Kadar Pencemar Udara pada saat hari biasa
Sumber: Hasil analisis, 2012
Parameter Ia Ib Xa Xb Xx Hasil
Sulfur dioksida 100 50 365 80 69.74 39.92
Nitrogen dioksida * * * * 54.36 *
Carbon monoksida 200 100 17 10 1.6 *
Debu total 100 50 150 50 13.89 31.94
Oksidan 100 50 235 120 105 43.48
Parameter Ia Ib Xa Xb Xx Hasil
Sulfur dioksida 100 50 365 80 74.53 49.04
Nitrogen dioksida * * * * 74.12 *
Carbon monoksida 200 100 17 10 7.46 74.6
Debu total 100 50 150 50 97.22 73.61
Oksidan 100 50 235 120 135 56.52
127
Keterangan:
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = ambien batas atas
Xb = ambien batas bawah
Xx = kadar ambien nyata hasil pengukuran
4.4 Analisis Data Kebisingan
Nilai akhir yang diperlukan untuk menganalisis tingkat kebisingan adalah
nilai Leq per lima belas menit berdasarkan Rumus 2.5. Untuk mempermudah
perhitungan maka dibuat dalam bentuk Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Perhitungan Nilai Leq dari pukul 06.00-06.15 WITA pada saat Car Free Day
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.13 memperlihatkan bahwa dari data primer hasil pengukuran
tingkat kebisingan diurutkan mulai dari data terkecil sampai terbesar kemudian
diolah menjadi data berkelompok. Untuk hasil perhitungan nilai Leq pada pukul
Range (dBA) lk f fi 0.1*lk 10^(0.1*lk) fi*10^(0.1*lk) log leq
48-51 49.5 6 0.007 4.95 89125.094 594.167 6.5 65
51-54 52.5 94 0.104 5.25 177827.941 18573.141
54-57 55.5 192 0.213 5.55 354813.389 75693.523
57-60 58.5 166 0.184 5.85 707945.784 130576.667
60-63 61.5 145 0.161 6.15 1412537.55 227575.493
63-66 64.5 124 0.138 6.45 2818382.93 388310.537
66-69 67.5 98 0.109 6.75 5623413.25 612327.221
69-72 70.5 46 0.051 7.05 11220184.5 573476.099
72-75 73.5 18 0.02 7.35 22387211.4 447744.228
75-78 76.5 8 0.009 7.65 44668359.2 397052.082
78-81 79.5 3 0.003 7.95 89125093.8 297083.646
Total 900 3169006.804
128
06.00 WITA sampai pukul 06.15 WITA di dapat nilai Leq sebesar 65 dB(A).
Pengolahan data seperti diatas dilakukan untuk setiap data per lima belas menit
yang telah didapat berdasarkan hasil survei. Maka akan didapatkan total 64 nilai
Leq yang terdiri dari 16 nilai Leq untuk survei hari pertama pada saat pelaksanaan
Car Free Day, dan 48 nilai Leq untuk survei hari kedua yaitu pada hari kerja.
Data ini dapat dilihat pada Lampiran F1 sampai F64.
4.4.1 Analisis data kebisingan pada saat Car Free Day
Dari perhitungan yang telah dilakukan, dengan menggunakan data yang
terdapat pada Lampiran F, kemudian direkapitulasi kedalam Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Nilai Leq Pada Saat Car Free Day
No Waktu Leq No Waktu Leq
1 06.00-06.15 65.0 9 08.00-08.15 62.2
2 06.15-06.30 64.3 10 08.15-08.30 59.1
3 06.30-06.45 62.4 11 08.30-08.45 59.1
4 06.45-07.00 63.5 12 08.45-09.00 59.1
5 07.00-07.15 62.5 13 09.00-09.15 58.0
6 07.15-07.30 62.4 14 09.15-09.30 61.4
7 07.30-07.45 66.9 15 09.30-09.45 59.9
8 07.45-08.00 62.1 16 09.45-10.00 58.5
Total
Rata-rata
986.4
61.65
Sumber: Hasil analisis, 2012
Bila disajikan dalam bentuk grafik adalah tampak seperti gambar 4.9.
129
Gambar 4.9 Nilai Leq pada saat Car Free Day
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Dari Tabel 4.14 dan Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa nilai Leq tertinggi
didapat pada pukul 07.30 WITA sampai pukul 07.45 WITA yaitu sebesar 66,9
dB(A), sedangkan Leq terendah terjadi pada pukul 09.00 WITA sampai 09.15
WITA mencapai 58,0 dB(A) karena peserta Car Free Day telah mulai berkurang
disebabkan oleh waktu pelaksanaan Car Free Day yang akan berakhir pada pukul
10.00 WITA.
4.4.2 Analisis data kebisingan pada saat hari biasa
Sedangkan untuk survei hari kedua yaitu Tanggal 9 Mei 2011 untuk hari
biasa, hasil perhitungan nilai Leq dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:
52
54
56
58
60
62
64
66
68
Leq
dB
(A)
car
fre
e d
ay
waktu pelaksanaan (15 menit)
130
Tabel 4.15
Nilai Leq pada hari biasa
Waktu Leq Waktu Leq
06.00-16.15 72,10 12.00-12.15 72,00
06.15-06.30 73,10 12.15-12.30 71,20
06.30-06.45 73,30 12.30-12.45 70,80
06.45-07.00 73,50 12.45-13.00 70,40
07.00-07.15 74,00 13.00-13.15 71,80
07.15-07.30 74,40 13.15-13.30 71,90
07.30-07.45 78,60 13.30-13.45 72,20
07.45-08.00 77,90 13.45-14.00 73,90
08.00-08.15 75,40 14.00-14.15 71,90
08.15-08.30 73,90 14.15-14.30 71,90
08.30-08.45 72,80 14.30-14.45 71,80
08.45-09.00 72,30 14.45-15.00 72,60
09.00-09.15 72,60 15.00-15.15 73,30
09.15-09.30 72,80 15.15-15.30 72,50
09.30-09.45 72,60 15.30-15.45 72,40
09.45-10.00 73.30 15.45-16.00 72,60
10.00-10.15 72,40 16.00-16.15 72,90
10.15-10.30 72,50 16.15-16.30 72,80
10.30-10.45 72,80 16.30-16.45 72,50
10.45-11.00 72,30 16.45-17.00 72,60
11.00-11.15 70,80 17.00-17.15 72,60
11.15-11.30 72,30 17.15-17.30 71,90
11.30-11.45 73,50 17.30-17.45 72,10
11.45-12.00 71,40 17.45-18.00 71,80
Total 3493 Rata-rata 72,77
Sumber: Hasil analisis, 2012
Bila di sajikan dalam bentuk grafik tampak seperti gambar 4.10.
131
Gambar 4.10 Nilai Leq pada saat hari biasa
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa nilai Leq tertinggi terjadi pada pukul
07.30 WITA sampai pukul 07.45 WITA yaitu sebesar 78,6 dB(A) sedangkan nilai
terendah terjadi pada rentang waktu pengukuran 12.45 WITA sampai pukul 13.00
WITA yaitu sebesar 70,40 dB(A). Pada survei hari kedua yang dilakukan pada
Hari Senin, tanggal 9 Mei 2012, survei dimulai pukul 06.00 WITA sampai pukul
18.00 WITA. Arus lalu lintas cukup padat dan dilalui oleh berbagai jenis
kendaraan. Berbeda dengan survei kebisingan pada hari pertama, pada survei hari
kedua ini setting pada Sound Level Meter diganti menjadi high sehingga dapat
membaca tingkat kebisingan sampai 130 dB(A). Dari Lampiran C dapat dilihat
bahwa nilai pembacaan kebisingan tertinggi yaitu 94,0 dB(A) terjadi pada pukul
07.00 WITA sampai 07.15 WITA sedangkan kebisingan terendah untuk hari
kedua adalah sebesar 56,9 dB(A) terjadi pada pukul 13.30 WITA sampai 13.45
WITA.
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
80,00
Leq
su
rve
i har
i bia
sa (
dB
A)
Waktu pelaksanaan (15 menit)
132
4.5 Model Hubungan Kebisingan Dengan Lalu Lintas
Untuk mendapatkan model hubungan antara nilai Leq yang didapat dari
pengolahan data hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan volume kendaraan
baik itu kendaraan ringan, berat maupun kendaraan bermotor dan kecepatan rata-
rata kendaraan ringan, rata-rata kecepatan kendaraan berat maupun rata-rata
kecepatan sepeda motor maka dilakukan analisis regresi linier berganda dengan
tiga variabel menggunakan program SPSS metode Stepwise. Data awal yang
dimasukkan ke program SPSS adalah data volume kendaraan dan kecepatan bebas
kendaraan bermotor, karena yang akan dicari hubungan antara nilai Leq yang
diperoleh dari hasil pengukuran dengan volume kendaraan terklasifikasi yang
melintas sepanjang ruas Jalan Puputan Niti Mandala Renon Denpasar dalam
interval waktu 15 menit (Tabel 4.2). Yang kedua akan dicari hubungan antara nilai
Leq yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan kecepatan rata-rata kendaraan
yang melintas di sepanjang lokasi survei (Lampiran B). Data masukan yang akan
dimasukkan kedalam SPSS uuntuk mencari hubungan antara Leq dengan volume
lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan data masukan untuk mencari
hubungan antara Leq dengan kecepatan kendaraan dapat dilihat pada Tabel 4.17.
133
Tabel 4.16
Data masukan untuk mencari hubungan kebisingan dengan volume lalu lintas
Sumber: Hasil analisis, 2012
Keterangan:
y = nilai Leq x2 = volume kendaraan ringan
x1 = volume sepeda motor x3 = volume kendaraan berat
134
Tabel 4.17
Data masukan untuk mencari hubungan kebisingan dengan kecepatan
Sumber: Hasil analisis, 2012
Keterangan:
y = nilai Leq x2 = kecepatan kendaraan ringan
x1 = kecepatan sepeda motor x3 = kecepatan kendaraan berat
135
4.5.1 Analisis Pemodelan Kebisingan dan Volume Lalu Lintas
Analisis regresi linier berganda yang pertama dilakukan adalah untuk
mencari hubungan antara Leq hasil pengukuran dengan volume lalu lintas yang
ada. Pengolahan data menggunakan program SPSS 17.0 dengan menggunakan
metode stepwise dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran G.
Dari Lampiran G1 yang merupakan analisis SPSS dengan independent
variable adalah nilai kebisingan (Leq) dan dependent variable adalah volume
sepeda motor, volume kendaraan ringan, dan volume kendaraan berat.
Dari hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0 diperoleh nilai rata-rata dari
setiap variabel yaitu nilai rata-rata Leq yaitu 72,77, rata-rata volume sepeda motor
772,69, rata-rata volume kendaraan ringan 289,15 dan rata-rata volume kendaraan
berat 14,04.
Model summary memperlihatkan bahwa nilai R square terbesar dimiliki
oleh kendaraan berat yaitu 0,458 yang artinya 45,8% dari variasi Leq diakibatkan
oleh volume sepeda motor, volume kendaran ringan, dan volume kendaraan berat.
Sedangkan sisanya yaitu sebesar 54,2% disebabkan oleh faktor lain.
Dari uji anova atau F test, didapat F hitung sebesar 12,382 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi nilai Leq. Atau dengan kata lain
volume sepeda motor, volume kendaraan ringan dan volume kendaraan berat
berpengaruh terhadap nilai Leq.
Tabel Coefficients menujukkan persamaan regresi yaitu:
Y = 70,820 + 0,006 X1 – 0,013 X2 + 0,084 X3………………………. (4.1)
136
Konstanta 70,820 menunjukkan bahwa bila tidak ada kendaraan, tingkat
kebisingan yang terjadi sebesar 70,820 dB(A).
Tanda positif atau negatif dari nilai koefisien regresi bukanlah menyatakan tanda
aljabar, melainkan menyatakan arah hubungan atau lebih tegasnya menyatakan
pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Nilai b yang positif
menyatakan bahwa variabel bebas X berpengaruh positif terhadap nilai variabel
terikat Y. Sedangkan nilai b yang negatif (b dengan tanda negatif) menyatakan
bahwa variabel bebas X berpengaruh negatif terhadap nilai variabel terikat Y.
Volume sepeda motor dan kendaraan berat memiliki tanda positif yang akan
menambah nilai kebisingan sedangkan volume kendaraan ringan memberikan
nilai negatif yang berfungsi untuk melakukan penyesuaian nilai terhadap
kebisingan yang terjadi.
4.5.2 Analisis Pemodelan Kebisingan dan Kecepatan
Pemodelan yang kedua adalah untuk mencari hubungan antara nilai Leq
yang diperoleh dari pengukuran dengan kecepatan kendaraan yang melintasi area
survei. Proses pengukuran dan perhitungan kecepatan telah dibahas sebelumnya.
Dengan menggunakan SPSS 17.0 metode stepwise diperoleh hasil sebagai berikut.
Dari hasil analisis data pada Lampiran G2 memperlihatkan nilai rata-rata
dari setiap variabel yaitu rata-rata dari Leq sebesar 72,7708 dB(A), kecepatan
rata-rata sepeda motor adalah 32,9829 km/jam, kecepatan rata-rata kendaraan
ringan adalah 29,0013 km/jam dan kecepatan rata-rata dari kendaraan berat adalah
23,4802 km/jam.
137
Nilai R Square sebesar 0,281 yang artinya bahwa pengaruh kecepatan rata-rata
kendaraan ringan terhadap nilai Leq hanya sebesar 28,1% sedangkan sisanya
sebesar 71,9% disebabkan oleh faktor lain.
Dari tabel Anova diperoleh data F hitung sebesar 17,974 dengan tingkat
signifikansi 0,001. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model
regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai Leq.
Selanjutnya adalah persamaan regresi yang dihasilkan yaitu
Y = 79,007 – 0,217 X2
Yang bisa dimasukkan kedalam persamaan dengan menggunakan metode
Stepwise hanya kecepatan kendaraan ringan, oleh karena itu persamaan yang
diperoleh hanya memiliki satu variabel. Dari persamaan diatas dapat disipulkan
bahwa kecepatan dari sepeda motor dan kendaraan berat tidak memberikan
pengaruh terhadap kebisingan. Hanya kecepatan dari kendaraan ringan saja yang
berpengaruh namun pengaruh yang diberikan bersifat negatif yaitu mengurangi
nilai kebisingan. Artinya semakin cepat suatu kendaraan maka kebisingan yang
ditimbulkan akan semakin kecil karena waktu yang digunakan untuk melintasi
suatu obyek semakin sedikit.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Kinerja Ruas Jalan
Analisis kinerja ruas jalan merupakan suatu langkah untuk menentukan
fungsi pelayanan suatu ruas/segmen jalan pada suatu kondisi tertentu. Analisis
dilakukan terhadap kinerja jalan meliputi kecepatan arus bebas, kapasitas, derajat
kejenuhan dan kecepatan tempuh.
138
Secara umum, dapat dijelaskan bahwa Jalan Raya Puputan Niti Mandala
Renon merupakan akses utama yang menghubungkan antara pusat Kota Denpasar
dengan kawasan wisata Sanur. Jalan tersebut memiliki tipe 3/1 UD berada pada
kawasan komersial yang didominasi oleh aktivitas perdagangan pada satu sisi
jalan dan taman kota dengan hambatan samping rendah. Volume jam puncak
tertinggi yang membebani jalan ini terjadi pada jam puncak pagi pukul 07.15
WITA sampai 08.15 WITA sebesar 3.306 smp/jam. Kapasitas dasar untuk jalan
tipe ini sebesar 1.650 smp/jam per lajur.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui, bahwa kinerja Jalan Raya
Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada saat ini masih cukup baik dalam
melayani volume lalu lintas yang ada, namun sudah harus diperhitungkan
alternatif lain untuk membantu meringankan beban pada ruas jalan ini. Hal ini
ditandai dengan arus lalu lintas yang diperoleh dari hasil survei yang cukup besar
yaitu 3.306 smp/jam. Nilai derajat kejenuhan sebesar 0,80 dan berada pada LOS D
dimana arus kendaraan mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas yang
tinggi dan kecepatan yang masih bisa ditolerir namun sangat terpengaruh oleh
perubahan arus lalu lintas.
4.6.2 Pencemaran Udara
Analisis pencemaran udara dilakukan terhadap dua data yang telah
diperoleh yaitu analisis pencemaran udara berdasarkan sampel udara yang telah
diambil di lokasi survei pada saat pelaksanaan program Car Free Day dan pada
saat hari biasa.
139
Pencemaran udara yang terjadi di Kota Denpasar secara umum masih
berada dibawah baku mutu yang diijinkan. Hasil yang diperoleh dari pengambilan
udara ambien pada lokasi survei menunjukkan bahwa kandungan gas pencemar
masih berada dibawah baku mutu yang diijinkan, namun menunjukkan
peningkatan yang cukup drastis untuk beberapa parameter.
Pada survei hari Minggu, 8 Mei 2011, kadar SO2 yang terdeteksi adalah
sebesar 69,74 μg/m3 dan pada survei hari berikutnya yaitu Hari Senin, 9 Mei
2011, kadar SO2 yang terdeteksi adalah 74,53 μg/m3. Ini berarti terjadi
peningkatan kadar SO2 sebesar 6,87%. Untuk NO2, survei pada tanggal 8 Mei
2011 mendapatkan kadar NO2 yang terdeteksi sebesar 54,36 μg/m3 dan hari
berikutnya sebesar 74,12 μg/m3. Ini berarti kadar gas NO2 mengalami peningkatan
sebesar 36,35%. Namun kadar gas NO2 ini masih sangat jauh dari baku mutu
udara ambien yang diijinkan, oleh karena itu tidak dilakukan kalibrasi namun
dimasukkan dalam kategori baik. Sedangkan untuk kadar CO, terjadi peningkatan
yang sangat drastis yaitu kadar CO pada survei pada Hari Minggu 2011
menunjukkan angka 1,60 μg/m3
dan untuk keesokan harinya, kadar gas CO yang
terdeteksi adalah sebesar 7,46 μg/m3. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
kadar CO sebesar 366,25% atau dengan kata lain, peningkatan konsentrasi gas CO
pada waktu pelaksanaan program Car Free Day dengan hari biasa sebesar 3,6 kali
lebih besar. Konsentrasi PM10 maupun O3 juga mengalami peningkatan yang
sangat besar. Untuk PM10, jumlah debu total yang terdeteksi selama pelaksanaan
Car Free Day sebesar 13,89 μg/m3 dan untuk hari selanjutnya jumlah debu total
yang terdeteksi sebesar 87,22 μg/m3. Ini menunjukkan terjadi peningkatan kadar
140
debu total sebesar 599,93% atau pada hari kerja jumlah debu total yang terdeteksi
menjadi 6 kali lebih besar dibandingkan dengan pada saat pelaksanaan Car Free
Day. Untuk nilai O3, konsentrasi yang terdeteksi pada survei hari Minggu, 8 Mei
2011 sebesar 105 μg/m3 dan keesokan harinya sebesar 135 μg/m
3. Ini
menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi oksidan sebesar 28,57%. Pada
saat pelaksanaan survei juga dilakukan pengukuran kadar timbal yang ada dilokasi
survei. Hal ini dilakukan mengingat timbal memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap kesehatan manusia.
Pada hari Minggu, 8 Mei 2011 tidak terdeteksi kadar timbal pada sampel
udara yang diambil di lokasi survei. Namun, pada hari Senin, 9 Mei 2011
terdeteksi kandungan timbal pada sampel udara yang diambil sebesar 0,592
μg/m3. Meskipun begitu, nilai ini masih berada dibawah baku mutu udara ambien
yang diijinkan yaitu sebesar 2 μg/m3.
Tabel 4.18 memperlihatkan keseluruhan parameter masih berada dibawah
baku mutu udara ambien yang ditandai dengan warna hijau pada sebagian besar
parameter pencemar udara yaitu SO2 dan NO2 baik untuk survei yang dilakukan
pada Hari Minggu, 8 Mei 2011 maupun untuk survei yang dilakukan pada Hari
Senin, 9 Mei 2011. Sedangkan warna biru menunjukkan bahwa tingkat
pencemaran yang diakibatkan oleh parameter CO, PM10 dan O3 pada pelaksanaan
survei sudah berada dalam kategori sedang yaitu 50 sampai 100 μg/m3. Meskipun
ketiga parameter ini menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, namun masih
berada dibawah baku mutu yang diijinkan. Namun sebaiknya hal ini tidak
141
didiamkan begitu saja mengingat volume kendaraan yang terus meningkat. Hasil
analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Hasil Analisis pencemaran udara
Parameter Car Free Day
(μg/m3)
(8 Mei 2011)
Hari biasa
(μg/m3)
(9 Mei 2011)
Selisih
(μg/m3)
Sulfur dioksida (SO2) 69,74 74,53 4,79
Nitrogen dioksida (NO2) 54,36 74,12 19,76
Carbon monoksida (CO) 1,6 7,46 5,86
Debu total (PM10) 13,89 97,22 83,33
Oksidan (Ox) 105 135 30
Sumber: Hasil analisis, 2012
Keterangan:
Warna hijau termasuk dalam kategori baik
Warna biru termasuk dalam kategori sedang
4.6.3 Uji Petik Gas Buang Kendaraan Bermotor
Untuk parameter pencemaran udara yang diperlukan dalam pelaporan
Indeks Standar Pencemaran Udara hanya memuat 5 parameter saja seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Namun, ada satu gas lagi yang juga dihasilkan oleh
gas buang kendaraan yang juga memiliki peran yang besar dalam pencemaran
udara yaitu gas karbondioksida (CO2). Dalam laporan ini, kadar gas
karbondioksida diambil dari hasil uji petik yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor lama yang menyatakan bahwa pencemaran dari emisi gas buang
kendaraan bermotor semakin meningkat sehingga diperlukan adanya sebuah
142
upaya pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor. Pada tahun 2012 ini,
Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar melaksanakan uji petik (spot check) di
empat titik yaitu di ruas Jalan Hayam Wuruk pada tanggal 20 April 2012, di
Taman Kota di kawasan Lumintang pada tanggal 27 April 2012, di ruas Jalan
Mahendradata pada tanggal 4 Mei 2012, dan yang terakhir dilakukan pada ruas
Jalan Raya Sesetan pada tanggal 11 Mei 2012. Namun dalam tesis ini hanya akan
dibahas hasil uji petik pada dua lokasi yaitu di Jalan Hayam Wuruk karena
memiliki jarak paling dekat dengan lokasi survei (kawasan Renon) dan hasil uji
petik di Taman Kota Lumintang karena memiliki karakteristik yang sama yaitu
kawasan perkantoran dan perdagangan. Untuk hasil uji petik dapat dilihat pada
Lampiran H.
Dalam uji petik ini, ada dua gas yang dijadikan indikator baku mutu yaitu
HC dan CO untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin. Namun gas
analyzer juga melakukan pengukuran terhadap dua gas lain yaitu CO2 dan O2
sebagai gas lain yang terlibat dalam proses pembakaran dalam mesin kendaraan.
Dalam hasil survei uji petik ini juga didapat nilai lambda. Lambda adalah faktor
kesetimbangan antara bahan bakar dan gas-gas hasil pembakaran yang dihitung
dengan rumus tertentu. Sedangkan untuk kendaraan dengan mesin diesel
(berbahan bakar solar), yang diukur adalah opasitas atau kandungan partikulat.
Opasitas adalah perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang
dinyatakan dalam satuan persen. Opasitas diukur dengan menggunakan smoke
opacimeter pada kondisi akselerasi bebas kendaraan bermotor.
143
Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu hasil pembakaran sempurna
antara Hidrokarbon (HC) dalam hal ini adalah bensin dengan Oksigen (O2).
Namun seringkali ada saja bensin yang seolah-olah luput dari pembakaran ini
meskipun rasio perbandingan antara udara dengan bensin sudah tepat dan
didukung oleh desain ruang bakar mesin yang ideal. Hal ini mengakibatkan kadar
HC pada ujung knalpot menjadi tinggi. Gas karbonmonoksida (CO) adalah gas
yang relatif tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan unsur lain. Karbon
monoksida, dapat diubah dengan mudah menjadi CO2 dengan bantuan sedikit
oksigen dan panas. Saat mesin bekerja dengan AFR yang tepat, emisi CO pada
ujung knalpot berkisar 0,5% sampai 1% untuk mesin yang dilengkapi dengan
sistem injeksi atau sekitar 2,5% untuk mesin yang masih menggunakan
karburator. Dengan bantuan air injection system atau CC, maka CO dapat dibuat
serendah mungkin mendekati 0%.
Apabila AFR (Air to Fuel Ratio) sedikit saja lebih kaya dari angka
idealnya (AFR ideal = lambda = 1,00) maka emisi CO akan naik secara drastis.
Tingginya nilai AFR ini bisa disebabkan antara lain karena masalah di fuel
injection system seperti fuel pressure yang terlalu tinggi, sensor suhu mesin yang
tidak normal, air filter yang kotor, PCV system yang tidak normal, karburator yang
kotor atau setelannya yang tidak tepat.
Konsentrasi CO2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran
di ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka
ideal, emisi CO2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau
terlalu kaya, maka emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila CO2 berada
144
dibawah 12%, maka kita harus melihat emisi lainnya yang menunjukkan apakah
AFR terlalu kaya atau terlalu kurus.
Konsentrasi O2 berbanding terbalik dengan CO2. Untuk dapat
menghasilkan pembakaran yang sempurna maka kadar O2 yang ada harus
mencukupi untuk setiap molekul hidrokarbon. Dalam ruang bakar, campuran
udara dan bensin dapat terbakar dengan sempurna apabila bentuk dari ruang bakar
tersebut melengkung secara sempurna. Kondisi ini memungkinkan molekul bensin
dan molekul udara dapat dengan mudah bertemu untuk bereaksi dengan sempurna
pada proses pembakaran. Tapi sayangnya, ruang bakar tidak dapat sempurna
melengkung dan halus sehingga memungkinkan molekul bensin seolah-olah
bersembunyi dari molekul oksigen dan menyebabkan proses pembakaran tidak
terjadi dengan sempurna. Untuk mengurangi emisi HC, maka dibutuhkan sedikit
tambahan udara atau oksigen untuk memastikan bahwa semua molekul bensin
dapat “bertemu” dengan molekul oksigen untuk bereaksi dengan sempurna. Ini
berarti AFR 14,7:1 (lambda = 1,00) sebenarnya merupakan kondisi yang sedikit
kurus. Inilah yang menyebabkan oksigen dalam gas buang akan berkisar antara
0,5% sampai 1%. Berikut akan dibahas satu persatu mengenai hasil uji petik pada
setiap lokasi.
4.6.3.1 Uji petik pada ruas Jalan Hayam Wuruk
Uji petik dilakukan didepan Kantor Badan Lingkungan Hidup Kota
Denpasar dengan melibatkan 227 kendaraan beroda empat dengan bahan bakar
bensin, 61 kendaraan beroda empat dengan bahan bakar solar dan 54 sepeda
motor
145
Dari Lampiran H-1 dapat dilihat bahwa gas terbanyak yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor khususnya kendaraan beroda empat dengan bahan bakar
bensin adalah gas CO2 dengan rata-rata 10,9% dan 13,07% untuk kendaraan yang
diproduksi setelah tahun 2010. Angka ini menunjukkan bahwa AFR terlalu kaya
atau terlalu kurus. Dalam kondisi kendaraan ideal, emisi CO2 berkisar antara 12%
hingga 15%. Kisaran ini adalah angka efektif yang dihasilkan dengan
perbandingan AFR 14,7. Apabila nilai AFR terlalu tinggi atau terlalu rendah, CO2
memang akan turun secara drastis, namun ini menunjukkan adanya kerusakan
dalam kendaraan, jadi akan terjadi pemborosan dalam penggunaan bahan bakar.
Bila dikaitkan dengan jumlah kendaraan ringan pada jam puncak yang melewati
area survei yaitu 1.318 kendaraan maka hal ini sama artinya dengan 144
kendaraan membuang gas CO2 secara penuh ke udara bebas untuk kendaraan yang
diproduksi sebelum tahun 2010 dan 173 kendaraan yang diproduksi setelah tahun
2010. Sedang untuk gas CO yang dihasilkan dari uji petik ini rata-rata sebesar
2,85% untuk kendaraan dengan tahun pembuatan dibawah tahun 2007 dan 0,11%
untuk kendaraan dengan tahun produksi diatas tahun 2007. Nilai ini masih berada
dibawah baku mutu yang diijinkan yaitu 4,5%dan 1,5%. Kandungan O2 yang
dihasilkan oleh kendaraan beroda empat di ruas Jalan Hayam Wuruk ini adalah
sebesar 2,61% untuk kendaraan dengan tahun produksi sebelum tahun 2007 dan
0,74% untuk kendaraan dengan tahun produksi 2007 keatas. Jadi O2 yang
dihasilkan oleh kendaraan hasil uji petik di ruas Jalan Hayam Wuruk ini relatif
lebih tinggi dari nilai normal untuk kendaraan dengan tahun produksi sebelum
tahun 2007.
146
Untuk gas HC yang dihasilkan gas buang kendaraan bermotor pada uji
petik ini adalah sebesar 340,02 ppm untuk kendaraan yang di produksi dibawah
tahun 2007 sedangkan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 2007
diperoleh angka sebesar 2,86 ppm. Angka ini masih berada dibawah baku mutu
yang diijinkan yaitu 1200 ppm untuk kendaraan yang diproduksi dibawah tahun
2007 dan 200 ppm untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 2007.
Dari hasil survei pada Lampiran H-1, dapat ditarik kesimpulan dalam bentuk
Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19
Hasil uji emisi kendaraan kategori M,N,O pada ruas Jalan Hayam Wuruk
Parameter Hasil Survei (%) Baku Mutu (%)
< 2007 ≥ 2007 < 2007 ≥ 2007
CO 2,85 0,11 4,5 1,5
CO2 10,9 13,07 12-15 12-15
O2 2,61 0,74 0,5-1,2 0,5-1,2
Parameter
Hasil Survei (ppm) Baku Mutu (ppm)
< 2007 ≥ 2007 < 2007 ≥ 2007
HC 340,02 2,86 1200 200
Sumber: Hasil analisis, 2012
Dari kendaraan berbahan bakar solar, yang diukur sebagai baku mutu gas
buang adalah opasitas atau tingkat kepekatan asapnya. Dari Lampiran H-2, dapat
dilihat kadar opasitas naik dan turun secara drastis, namun dilihat dari nilai rata-
rata opasitas yang hanya 0,4% itu masih sangat jauh dibawah baku mutu yang
telah ditentukan yaitu 40% sampai 70%.
Survei juga dilakukan terhadap sepeda motor. Hasil uji emisi terhadap
sepeda motor yang melintas di area survei dapat dilihat pada Lampiran H-3.
147
Lampiran H-3 memperlihatkan kadar CO rata-rata baik untuk sepeda motor hasil
produksi sebelum tahun 2010 maupun setelah tahun 2010 masih berada dibawah
baku mutu yaitu 4,11% dan 3,42%. Kandungan gas CO2 rata-rata juga masih
berada dikisaran normal yaitu 7,99% dan 13,89%. Bila di kaitkan dengan volume
sepeda motor yang melintasi area survei pada jam puncak yaitu 4.678 kendaraan
maka hal ini sama artinya dengan 374 sepeda motor membuang gas CO2 ke udara
untuk sepeda motor yang diproduksi sebelum tahun 2010 dan 650 kendaraan
untuk sepeda motor yang diproduksi setelah tahun 2010. Sedangkan untuk
kandungan O2 rata-rata berada jauh diatas normal yaitu 5,83% dan 6,28%. Untuk
parameter HC, rata-rata kandungan gas ini dalam uji emisi ini sebesar 1510,43
ppm untuk sepeda motor yang diproduksi sebelum tahun 2010 dan 6,14 ppm
untuk sepeda motor yang diproduksi setelah tahun 2010. Hal ini berarti kandungan
gas HC untuk sepeda motor ini masih berada di bawah baku mutu yang diijinkan.
Untuk lebih jelas, hasil uji petik untuk sepeda motor dapat dilihat pada Tabel 4.14
berikut.
Tabel 4.20
Hasil uji petik sepeda motor di Jalan Hayam Wuruk
Parameter Hasil Survei (%) Baku Mutu (%)
< 2010 ≥ 2010 < 2010 ≥ 2010
CO 4,11 3,42 5,5 4,5
CO2 7,99 13,89 12-15 12-15
O2 5,83 6,28 0,5-1,2 0,5-1,2
Parameter Hasil Survei (ppm) Baku Mutu (ppm)
< 2010 ≥ 2010 < 2010 ≥ 2010
HC 1510,43 6,14 12000 200
Sumber: Hasil analisis, 2012
148
4.6.3.2 Uji petik di Taman Kota Lumintang
Uji emisi yang dilakukan di Taman Kota Lumintang, melibatkan 178
sampel untuk kendaraan penumpang berbahan bakar bensin, 98 kendaraan
penumpang berbahan bakar solar dan 51 sepeda motor. Hasil survei dapat dilihat
pada Lampiran H-4.
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa kadar CO rata-rata yang diperoleh
dari uji emisi kali ini adalah sebesar 3,12% untuk kendaraan yang diproduksi
sebelum tahun 2007 dan 0,04% untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun
2007. Kedua nilai ini masih berada di bawah baku mutu yang diijinkan. Untuk gas
CO2, nilai rata-rata yang diperoleh dari uji emisi ini sebesar 12,49% untuk
kendaraan yang diproduksi sebelum tahun 2007 dan 15,18% untuk kendaraan
yang diproduksi setelah tahun 2007, dimana nilai ini juga masih berada dalam
batas aman untuk kendaraan yang diproduksi sebelum tahun 2007 dan sedikit
diatas ambang batas untuk kendaraan yang diproduksi tahun 2007 keatas yaitu
12% sampai 15%. Bila dikaitkan dengan arus jam puncak yang melintasi area
survei yaitu 1.318 kendaraan maka 165 kendaraan ringan menghasilkan CO2
secara penuh dan dibuang ke udara bebas untuk kendaraan yang diproduksi
sebelum tahun 2007 dan 201 kendaraan untuk yang diproduksi setelah tahun
2007. Sedangkan untuk kadar O2, nilai rata-rata hasil uji emisi untuk wilayah
Taman Kota Lumintang adalah sebesar 2,45% dan 0,4% untuk kendaraan yang
diproduksi sebelum dan sesudah tahun 2007. Nilai ini berada diatas baku mutu
untuk kendaraan yang diproduksi sebelum tahun 2007. Sama seperti hasil yang
diperoleh pada saat uji emisi yang dilakukan pada ruas Jalan Hayam Wuruk, nilai
149
ini juga berada diatas nilai normal yaitu 0,5%-1,2%. Sedangkan untuk kandungan
HC diperoleh nilai sebesar 422,19 ppm untuk kendaraan yang diproduksi sebelum
tahun 2007 dan 19,52 ppm untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun 2007.
Nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang diijinkan. Hasil uji emisi akan
disajikan dalam Tabel 4.21.
Tabel 4.21
Hasil uji emisi untuk kendaraan kategori M,N,O berbahan bakar bensin di
Taman Kota Lumintang
Parameter Hasil Survei (%) Baku Mutu (%)
< 2007 ≥ 2007 < 2007 ≥ 2007
CO 3,12 0,04 4,5 1.5
CO2 12,49 15,18 12-15 12-15
O2 2,45 0,4 0,5-1,2 0,5-1,2
Parameter
Hasil Survei (ppm) Baku Mutu (ppm)
< 2007 ≥ 2007 < 2007 ≥ 2007
HC 422,19 19,52 1200 200
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Prosentase opasitas yang dihasilkan oleh kendaraan yang diambil sebagai
sampel dalam uji petik dikawasan Taman Kota Lumintang dapat dilihat pada
Lampiran H-5. Menurut Lampiran H-5, kadar opasitas tertinggi dihasilkan oleh
kendaraan yang diproduksi pada tahun 1990 yaitu 76 persen. Namun bila dilihat
dari nilai rata-rata opasitas kendaraan berbahan bakar solar pada uji petik yang
dilakukan di Taman Kota Lumintang yang bernilai sekitar 46,23%, berada dalam
rentang baku mutu yang diijinkan yaitu 40% sampai 70%.
Tabel 4.22 memperlihatkan nilai CO yang dihasilkan oleh sepeda motor
yang melintasi Taman Kota Lumintang masih berada di bawah baku mutu yang
diijinkan yaitu 4,04% untuk sepeda motor yang diproduksi sebelum tahun 2010
150
dan 2,65% untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun 2010. Untuk gas CO2,
nilai yang diperoleh dari uji asap ini lebih kecil dari kisaran kadar normal yaitu
6,61% untuk kendaraan yang diproduksi sebelum tahun 2010 dan 6,60% untuk
kendaraan yang diproduksi setelah tahun 2010. Bila dikaitkan dengan jumlah
sepeda motor yang melintasi segmen jalan tempat pelaksanaan survei maka ini
artinya sebanyak 310 kendaraan menghasilkan CO2 dan membuangnya ke udara
bebas, untuk kendaraan yang diproduksi sebelum tahun 2010. Sedangkan untuk
kendaraan yang diproduksi setelah tahun 2010 hanya berbeda satu kendaraan yaitu
309 sepeda motor. Nilai ini berbanding terbalik dengan kadar O2 yang diperoleh
yaitu 8,04% untuk sepeda motor yang diproduksi sebelum tahun 2010 dan 9,24%
untuk sepeda motor yang diproduksi tahun 2010 keatas dimana nilai ini berada
jauh diatas nilai yang disarankan. Untuk nilai HC dari sepeda motor yang
diproduksi baik sebelum ataupun sesudah tahun 2010 masih berada dibawah baku
mutu yang disarankan yaitu 2389,07 ppm dan 808,68 ppm. Dari nilai CO yang
rendah, nilai CO2 yang rendah, nilai HC yang rendah serta nilai O2 yang tinggi
dapat disimpulkan terjadi kebocoran pada exhaust system, atau AFR yang kurus.
Hasil survei selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H-6.
151
Tabel 4.22
Hasil uji emisi sepeda motor di Taman Kota Lumintang
Parameter Hasil Survei (%) Baku Mutu (%)
< 2010 ≥ 2010 < 2010 ≥ 2010
CO 4,04 1,95 5,5 4,5
CO2 6,61 6,6 12-15 12-15
O2 8,04 9,24 0,5-1,2 0,5-1,2
Parameter
Hasil Survei (ppm) Baku Mutu (ppm)
< 2010 ≥ 2010 < 2010 ≥ 2010
HC 2389,07 808,68 12000 200
Sumber: Hasil analisis, 2012
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prosentase CO2 yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor sebaiknya berkisar antara 12% sampai 15%.
Dari hasil uji petik untuk gas CO2 yang dihasilkan dari 2 klasifikasi kendaraan dan
2 lokasi ditabelkan dalam Tabel 4.23
Tabel 4.23
Rekap hasil survei uji petik gas CO2
Lokasi Klasifikasi Hasil Survei (%)
a b
Hayam Wuruk M,N,O 10,9 13,07
MC 7,99 13,89
Taman Kota M,N,O 12,49 15,18
Lumintang MC 6,61 6,6
Jumlah 37,99 48,74
Rata-rata 9,50 12,19
Rata-rata total 10,84
Sumber: Hasil Analisis, 2013
152
Ket:
a : Kendaraan M,N,O yang diproduksi sebelum tahun 2007
Kendaraan MC yang diproduksi setelah tahun 2010
b : Kendaraan M,N,O yang diproduksi tahun 2007 keatas
Kendaraan MC yang diproduksi tahun 2010 keatas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata CO2 yang dihasilkan adalah 10,84%
yang berada dibawah baku mutu yang diijinkan. Bila angka ini dikaitkan dengan
jumlah kendaraan yang melintas di segmen jalan tempat pelaksanaan survei pada
jam puncak yaitu 5.996 kendaraan berarti 651 kendaraan membuang gas CO2
secara penuh ke lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pemborosan
dalam penggunaan bahan bakar atau terjadi kerusakan dalam mesin kendaraan.
Prosentase terbaik yang diharapkan adalah 12% sampai 15% yang menandakan
bahwa bahan bakar terpakai secara maksimal dan menghasilkan energi maksimal
pula. Namun hal ini juga berarti semakin banyak gas CO2 yang dibuang ke alam
bebas. Hal ini seperti buah simalakama karena bila prosentase CO2 berada diatas
atau dibawah angka tersebut berarti kendaraan boros akan bahan bakar atau terjadi
kerusakan pada mesin. Disatu pihak diharapkan produksi CO2 berkurang namun
dipihak lain jika CO2 berkurang berarti terjadi pemborosan dalam penggunaan
bahan bakar.
4.6.4 Kebisingan
Dari hasil pengolahan data pengukuran tingkat kebisingan diperoleh nilai
kebisingan pada saat Car Free Day berkisar antara 58,0 dB(A) sampai 65,0 dB(A)
dengan nilai rata-rata 61,65 dB(A). Nilai 65,0 dB(A) termasuk nilai kebisingan
153
tinggi dimana pada kenyataannya pada saat pelaksanaan survei, pada jam tersebut
sering melintas rombongan orang yang bersepeda dalam jumlah besar dengan
membawa berbagai atribut yang dapat menimbulkan kebisingan seperti radio, bel,
dan atribut lainnya yang berpotensi mengakibatkan kebisingan yang tinggi. Pada
waktu pelaksanaan survei, toko-toko yang ada disepanjang Jalan Raya Puputan
Niti Mandala Renon ini tetap beroperasi dan banyak peserta Car Free Day yang
memanfaatkan fasilitas ini dengan santap bersama setelah melakukan kegiatan
olah raga selama beberapa jam. Tempat melaksanakan survei ini berada di depan
salah satu toko yang menjual makanan ringan yang tepat disantap sebagai selingan
setelah melakukan olah raga pagi. Sedangkan nilai kebisingan terendah untuk
survei hari pertama terjadi pada pukul 09.00 WITA sampai 09.15 WITA yaitu
sebesar 58,0 dB(A). Pada rentang waktu ini, jumlah orang yang melintasi tempat
survei sedikit berkurang dan lebih banyak yang beristirahat di dalam lapangan.
Cuaca yang mulai panas mengakibatkan peserta Car Free Day mulai mengakhiri
kegiatan mereka dengan beristirahat sejenak di dalam lapangan Puputan Renon
atau mencari pusat-pusat hidangan yang diinginkan. Setelah pukul 09.15 WITA,
tingkat kebisingan kembali meningkat karena banyak peserta Car Free Day yang
kembali ke tempat masing-masing dan melewati area survei.
Dalam Tabel 2.19 pada bab sebelumnya dapat dilihat bahwa nilai baku
tingkat kebisingan yang diijinkan untuk kawasan perkantoran dan perdagangan
adalah sebesar 65 dB(A). Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon
Denpasar ini dapat dikatakan sebagai kawasan perkantoran dan perdagangan
karena merupaka pusat pemerintahan Provinsi Bali dan pada ruas jalan ini juga
154
merupakan pusat kuliner dimana dipinggir jalan banyak terdapat restoran dan
rumah makan yang menyediakan aneka kuliner. Dengan nilai kebisingan rata-rata
61,65 dB(A) menunjukkan bahwa nilai kebisingan yang terjadi masih dibawah
baku tingkat kebisingan.
Sedangkan untuk survei yang dilaksanakan pada hari kerja yaitu survei
yang dilakukan pada Hari Senin, 9 Mei 2012 nilai kebisingannya berkisar antara
72,10 dB(A) sampai 78,60 dB(A) atau dengan rata-rata 72,77 dB(A). Bila
dibandingkan dengan Tabel 2.19 tentang baku tingkat kebisingan, maka nilai rata-
rata kebisingan yang terjadi pada saat pelaksanaan survei Hari Senin, 9 Mei 2011
berada diatas nilai yang diijinkan yaitu 65 dB(A) untuk kawasan perkantoran dan
perdagangan.
Dari Gambar 4.20, dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan tertinggi
terjadi mulai terjadi dari pukul 07.00 WITA sampai pukul 08.15 WITA. Bila
dikaitkan dengan volume jam puncak, maka tingkat kebisingan tertinggi memang
terjadi pada saat volume jam puncak yaitu mulai dari pukul 07.15 WITA sampai
pukul 08.15 WITA.
Dari uraian dan hasil survei yang telah dilakukan dan hasil analisis dapat
ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan Car Free Day mampu mengurangi
kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor sebanyak 19,17%. Hal ini
menunjukkan bahwa Car Free Day telah mampu mengurangi kebisingan terbukti
dengan berubahnya tingkat kebisingan yaitu berada diatas baku mutu pada saat
hari kerja dan berubah menjadi dibawah baku mutu pada saat Car Free Day.
155
4.7 Dampak Pelaksanaan Car Free Day
Dampak pelaksanaaan Car Free Day secara umum berdasarkan lingkup
wilayah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu dampak lokal, dampak regional dan
dampak global. Dampak lokal adalah dampak pelaksanaan Car Free Day terhadap
wilayah di area lokal tempat pelaksanaan Car Free Day. Dampak lokal ini
misalnya adalah terjadi penurunan pencemaran udara dan kebisingan secara
langsung di wilayah pelaksanaan Car Free Day. Apabila dalam suatu kabupaten
ataupun suatu provinsi dilakukan Car Free Day di beberapa tempat dalam waktu
yang sama maka akan terjadi penurunan pencemaran udara dan kebisingan dalam
skala wilayah yang lebih luas sehingga Car Free Day akan memberikan dampak
dalam skala regional. Dampak Car Free Day secara global terjadi bila Car Free
Day dilakukan dibanyak tempat sehingga dampak yang dihasilkan semakin besar
dan dampak yang ditimbulkan akan semakin luas. Dampak yang diakibatkan oleh
pelaksanaan Car Free Day secara global misalnya adalah berkurangnya produksi
karbon dioksida, belerang dioksida, nitrogen dioksida, timbal, partikel debu dan
oksidan yang secara langsung akan berakibat pada meningkatnya kualitas udara
menjadi lebih baik. Dengan kualitas udara yang lebih baik maka kesehatan
manusia dan makhluk hidup lainpun akan menjadi lebih baik.
Sedangkan bila dilihat dari jangka waktu dampak maka dapat dibedakan
menjadi dampak yang ditimbulkan dalam jangka waktu pendek, dalam jangka
waktu menengah dan dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka waktu pendek
misalnya adalah penurunan pencemaran udara dan kebisingan pada tempat
pelaksanaan Car Free Day. Karena tidak adanya kendaraan bermotor maka secara
156
otomatis polusi udara dan kebisingan dapat dikurangi. Namun karena Car Free
Day hanya dilakukan selama 4 jam, maka dampak langsungnya pun hanya terjadi
selama 4 jam sedangkan setelah Car Free Day selesai dilaksanakan maka
pencemaranpun kembali terjadi. Dampak dalam jangka waktu menengah yang
diharapkan dari pelaksanaan Car Free Day adalah berkurangnya pencemaran
udara dan kebisingan yang terjadi sehingga kualitas lingkungan yang adapun
semakin membaik. Perubahan musim yang tidak dapat diprediksi seperti yang
terjadi sekarang ini merupakan suatu bukti nyata bahwa kerusakan bumi sudah
mulai berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Hal ini mengakibatkan
terganggunya fungsi hutan dann ekosistem sehingga mengurangi kemampuan
alam untuk menyerap karbondioksida di permukaan bumi. Pemanasan global
menyebabkan mencairnya es di kutub yang dapat meningkatkan volume air laut,
akibatnya pulau-pulau kecil dikhawatirkan akan tenggelam. Dampak jangka
panjang yang diharapkan adalah dengan semakin banyaknya “green spot” yang
ada maka akan tercipta bumi sebagai tempat tinggal semua makhluk yang lebih
bersih, aman dan nyaman karena pada dasarnya bumi memiliki kemampuan untuk
“menyembuhkan” dirinya sendiri namun karena pelaku pencemaran dan jumlah
zat pencemar yang lebih banyak maka bumipun tidak mampu mereduksi
pencemaran yang terjadi secara maksimal. Hal ini menimbulkan penimbunan
pencemar di bumi maupun di atmosfer. Kerusakan bumipun tidak dapat dihindari
bila hal ini tidak segera ditanggulangi. Satu-satunya cara adalah menggunakan
bahan bakar yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan sehingga diharapkan
157
dapat mengurangi eksploitasi alam. Sehingga umat manusia yang hidup dimasa
sekarang mampu menyediakan tempat hidup yang layak bagi generasi selanjutnya.
Pada dasarnya, pelaksanaan Car Free Day ini merupakan simulasi bahwa
tanpa kendaraan bermotor maka kualitas udara dan tingkat kebisingan yang terjadi
adalah sangat rendah. Hal ini diharapkan mampu menggugah masyarakat untuk
turut serta mengurangi penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi terutama
untuk menempuh jarak perjalanan yang pendek, serta meningkatkan minat
masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Khusus untuk Kota Denpasar
yang kini telah memiliki Trans Sarbagita hal ini tentunya bisa memberikan
manfaat ganda yaitu memberdayakan secara maksimal fasilitas angkutan umum
yang telah disediakan pemerintah dan sekaligus mengurangi pencemaran udara
dan tingkat kebisingan yang terjadi.