Impaksi+Dan+Perikoronitis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    1/9

    IMPAKSI DAN PERIKORONITIS

    Oleh :

    Mirda Rahmaniar

    1301-1209-0044

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2010

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    2/9

    IMPAKSI

    Definisi

    Gigi yang mengalami impaksi adalah gigi yang mengalami hambatan dalam erupsi

    karena adanya suatu barier fisik yang menghalangi tempat erupsinya. Faktor yang biasanya

    menyebabkan adanya impaksi adalah karena jumlah gigi yang ada sudah menutupi seluruh

    tempat pada rahang atau adanya ruang yang tidak cukup untuk terjadinya erupsi. Hal yang

    sering terjadi juga adalah perubahan posisi dari akar gigi yang menyebabkan gigi tidak dapat

    muncul di tempat yang seharusnya.

    Setiap gigi dapat terkena impaksi, tetapi beberapa gigi lebih sering mengalaminya

    daripada gigi-gigi lainnya. Gigi-gigi yang sering mengalami impaksi adalah molar ketiga,

    baik untuk rahang atas maupun rahang bawah, diikuti dengan premolar dan gigi yang terkena

    impaksi jika terdapat jumlah gigi yang berlebih. Gigi molar ketiga pada rahang bawah lebih

    sering terkena impaksi daripada gigi molar pada rahang atas.

    Klasifikasi

    Impaksi pada gigi molar ketiga dapat terjadi dalam banyak variasi posisi. Winter membuat

    suatu klasifikasi sederhana untuk impaksi pada molar ketiga ini, yaitu :

    1. Impaksi mesioangular, yaitu posisi molar ketiga yang berada obliq dalam tulangalveolar, mahkotanya berada pada posisi mesial, biasanya mengalami kontak

    dengan mahkota gigi molar kedua. Impaksi ini adalah impaksi yang paling sering

    terjadi.

    2. Impaksi distoangular, yaitu posisi molar ketiga yang berada obliq dalam tulangalveolar, mahkotanya mengarah ke posisi distal sehingga akar gigi molar ketiga

    mengalami kontak dengan akar dari gigi kedua.

    3. Impaksi vertikal, yaitu impaksi yang terjadi dalam posisi normal (vertikal), tetapimengalami hambatan, biasanya oleh permukaan distal gigi molar kedua.

    4. Impaksi horizontal, yaitu posisi molar ketiga yang berada horizontal pada tulangalveolar, dengan mahkota yang mungkin kontak atau tidak dengan gigi molar

    kedua.

    Dalam kasus-kasus yang lain, impaksi dapat terjadi dimana gigi molar ketiga berada

    dalam posisi bukal, lingual, ataupun mengarah ke distal, sehingga mahkotanya dapat

    mengalami kontak dengan tulang mandibula atau maksila.

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    3/9

    Dalam kasus-kasus impaksi, baik untuk gigi keseluruhan, maupun khusus untuk gigi

    molar ketiga, perlu adanya klasifikasi, dimana gigi dapat mengalami impaksi secara komplit,

    ataupun gigi mengalami impaksi secara parsial (sebagian). Impaksi yang terjadi secara

    komplit adalah jika impaksi yang terjadi pada gigi menyebabkan tidak adanya hubungan

    sama sekali antara gigi dengan rongga mulut, sementara pada impaksi parsial, hubungan ini

    terjadi.

    Walaupun tidak ada hubungan gigi dengan rongga mulut yang terlihat pada suatu

    impaksi, infeksi tetap dapat terjadi melalui adanya pelebaran pocket bagian distal gigi molar

    kedua karena adanya dorongan ke arah mesial. Hal lain yang dapat terjadi pada keadaan

    impaksi yaitu kemungkinan timbulnya karies pada gigi yang mengalami impaksi. Timbulnya

    karies pada gigi yang mengalami impaksi yang komplit tidak dimungkinkan.

    Gigi yang mengalami impaksi total kadang-kadang dapat mengalami resorpsi. Alasan

    mengapa gigi yang satu mengalami resorpsi, sementara yang lain tidak belum diketahui.

    Proses resorpsi biasanya terjadi bermula pada mahkota gigi yang menyebabkan hancurnya

    email dan dentin, juga diikuti dengan hancurnya semen, dan digantikan dengan tulang.

    PERIKORONITIS

    Pada keadaan normal, gigi yang akan erupsi akan dikelilingi oleh jaringan pendukung

    tebalnya tidak lebih dari 2-3 mm diatas mahkota gigi. Dengan berbagai macam variasi bentuk

    anatomis seperti adanya parsial erupsi, malposisi, dapat terjadi penyempitan antara jarak

    ramus anterior mandibula dengan mahkota dari Molar 3 (M3) atau dengan gigi yang

    bersebelahan. Adanya celah antara M3 dengan jaringan ikat maupun gusi menjadi tempat

    yang potensial bagi mikroflora mulut maupun sisa-sisa makanan. Hal ini biasanya

    menyebabkan peradangan pada gusi.

    Definisi

    Perikoronitis adalah suatu peradangan pada gusi disekitar mahkota dari gigi yang

    sedang mengalami erupsi sebagian. Definisi lain menyebutkan bahwa perikoronitis

    merupakan peradangan jaringan lunak disekeliling gigi yang akan erupsi. Apabila sudah

    timbul pernanahan maka disebut Abses Perikoronal.

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    4/9

    Insidensi

    Perikoronitis termasuk kedalam 10 penyakit infeksi gigi terbanyak di RSHS. Paling sering terjadi pada Molar tiga di rahang bawah yang sedang erupsi atau

    impaksi.

    Perikoronitis lebih sering ditemukan pada dewasa muda. Dari 245 orang pasien menunjukkan bahwa perikoronitis ditemukan 81% pada usia

    20-29 tahun dan 13% pada usia 30-39 tahun

    Etiologi

    Perikoronitis merupakan suatu proses infeksi yang sampai saat ini penyebabnya belum

    diketahui dengan pasti. Beberapa literatur menghubungkan penyebab infeksi ini dari flora normal

    mulut. Contohnya :

    Streptococcus viridans Spirochaeta Fussobacteria. Prevotella intermedia Peptostreptococcus micros Fusobacterium nucleatum Actinomycetes comitans Veilonella Capnosytopaga.

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    5/9

    Walaupun infeksi perikoronitis berhubungan juga dengan bakteri anaerob, tetapi penyebab

    mikro organismenya berbeda dengan yang melibatkan periodontitis. Hal ini berkaitan erat dengan

    patogenesis dimana peradangan terjadi akibat adanya celah pada pericoronal yang menjadi media

    subur bagi koloni bakteri, disertai berbagai trauma dari gigi yang bersebelahan.

    Faktor Risiko

    1. Keadaan dimana gigi sedang mengalami erupsi, terutama gigi molar 3.2. Terbentuknya lapisan gusi karena erupsi gigi.3. Keadaan gigi yang bersinggungan dengan jaringan perikoronal gigi yang tidak erupsi

    atau erupsi sebagian.

    4. Riwayat perikoronitis sebelumnya5. Oral hygiene yang buruk6. Infeksi saluran nafas.

    Patogenesis

    Proses inflamasi pada perikoronitis terjadi karena terkumpulnya debris dan bakteri di

    saku gusi perikoronal gigi yang sedang erupsi atau impaksi, selain itu nyeri juga membatasi

    gerakan saat mengosok gigi. Pada saku gusi perikoronal ini akan terjadi proses inflamasi akut

    dengan gejala. Sedangkan bila proses inflamasi kronis bisa timbul gejala ataupun tanpa

    gejala. Apabila debris dan bakteri terperangkap jauh ke dalam saku gusi perikoronal maka

    akan terbentuk abses. Inflamasi bisa juga terjadi karena trauma yang dihasilkan dari erupsi

    gigi molar rahang atas

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    6/9

    Manifestasi Klinis

    Perikoronitis terbagi dalam bentuk manifestasi :

    1. Perikoronitis akut

    Muncul diawali dengan nyeri hebat yang terlokalisasi dan disertai nyeri gusi. Rasa nyeri berdenyut yang dapat menyebar ke arah muka, telinga dan kedua sisi

    rahang atas maupun bawah.

    Pada pemeriksaan dapat terlihat bagian yang edema dan hiperemis, disertai nyeripada jaringan pendukung gigi (mukosa dan gusi ) meliputi permukaan coronal

    gigi, gigi yang bersangkutan serta operculum.

    Jika terdapat nanah maka terjadi pericoronal abses. Dapat terjadi trismus dengan gangguan mengunyah dan menelan. Terdapat limfadenopati submandibular.

    2. Subakut perikoronitis Inflamasi pada operkulum lebih ringan dengan nanah yang lebih sedikit. Rasa nyeri tumpul berdenyut yang terus menerus. Terdapat gangguan sistemik yaitu peningkatan suhu dan limfadenopati

    submandibular serta nyeri tekan.

    3. Kronik perikoronitis Nyeri tumpul berdenyut yang hilang timbul. Pada rontgen terdapat radiolusen pada gigi yang bersangkutan Dapat terbentukparadental cyst.

    Penatalaksanaan

    Pada perikoronitis terapi difokuskan pada kontrol dari infeksi. Terdapat 2 hal penting

    yang harus diperhatikan dalam tahap awal pengobatan, yaitu :

    1. Derajat beratnya infeksi dan perluasan infeksi.2. Gigi yang terlibat maupun jaringan pendukungnya.

    Perawatan perikoronitis meliputi :

    1. Menghilangkan debris dan eksudat dengan irigasi daerah radang dengan air hangatatau garam fisiologis

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    7/9

    2. Mengoleskan antiseptik setelah flap gusi diangkat dari gusi dengan scaller dan irigasilagi dengan air hangat

    3. Memberikan antibiotik diberikan untuk kasus yang parah (jika ada demam atau gejalasistemik)

    4. Apabila flap gusi bengkak dan fluktual, insisi anteroposterior dengan pisau no.15untuk drainase.

    5. Setelah gejala akut menghilang, keputusan untuk mencabut atau mempertahankan gigimolar tersebut tergantung dari posisi erupsinya dan fungsionalnya yang baik

    6. Bila gigi akan dipertahankan, perikoronal flap harus dibuang dengan pisauperiodontal atau elektro surgery. Bila yang dibuang hanya bagian oklusal saja akan

    terjadi pocket distal yang dalam, yang akan memicu rekurensi perikoronal akut dan

    menjadi tempat terjadinya ANUG.

    7. Evaluasi post terapi untuk memonitor keberhasilan terapi.

    Tindakan bedah harus dipertimbangkan apabila gejala inflamasi telah berkurang. Untuk

    mengurangi infeksi yang berulang pada daerah tersebut dapat dilakukan reseksi terhadap

    sebagian atau seluruh jaringan perikoronal disesuaikan dengan posisi dari gigi.Pada

    beberapa kasus, debridement akan memberikan hasil yang baik dalam beberapa hari.

    Walaupun beberapa klinisi secara rutin menggunakan antibiotik sebagai terapi tambahan.

    Antibiotik yang digunakan sebaiknya hanya digunakan pada kasus- kasus yang tidak

    responsive terhadap mechanical therapy (debridement dan therapy)

    Antibiotik yang sering digunakan adalah :

    Golongan penisilin 500 mg per 6 jam atau Amoxsisilin 500 mg per 6 jam Bagi yang hipersensitf dapat digunakan Clindamycin 300 mg per 6 jam.Terapi antibiotik diberikan selama 5 hari.

    Jika gigi yang terinfeksi mengalami mal posisi atau dengan berbagai kondisi yang

    menyebabkan gigi menjadi non fungsional atau tidak dapat erupsi total maka dapat

    dipertimbangkan untuk melakukan ekstrasi (odontektomi). Oleh karena itu kita harus

    memastikan ada tidaknya abses sebab tindakan ekstraksi harus ditunda sampai keadaan

    peradangan reda. Tindakan drainase adalah tindakan yang terbaik jika didapatkan pus.

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    8/9

    Perikoronitis yang telah memburuk dapat melibatkan daerah jaringan sekitarnya seperti

    adanya lymphadenitis, demam atau selulitis. Hal ini harus segera ditangani dengan pemberian

    antibiotik sistemik. Selulitis dapat terjadi karena adanya jarak infeksi yang dekat kearah

    faring maupun ke dasar mulut.

    Komplikasi

    - Perikoronal abses terjadi apabila peradangan / infeksi lebih terlokalisasi- Disfagia terjadi apabila infeksi menyebar ke arah posterior menuju ke ruang

    oropharyngeal atau kearah medial pada bagian dasar lidah

    - Trismus terjadi karena kelainan pada TMJ- Komplikasi toksik sistemik seperti demam, leukositosis, malaise- Pembesaran kelenjar getah bening submaxilla, servikal posterior, deep cervical dan

    retrofaring

    PERIKORONAL ABSES

    Abses adalah suatu kumpulan pus yang terlokalisir, yang merupakan supurasi yang

    tersembunyi di dalam jaringan, organ atau ruang yang tersedia. Abses biasanya terjadi karenamenyebarnya bakteri yang piogenik ke dalam jaringan.

    Dalam tahap awal, abses adalah akumulasi neutrofil yang terkumpul pada suatu

    tempat dalam jaringan baik karena proses imunitas terhadap antigen yang masuk maupun

    hasil nekrosis jaringan sekitar proses tersebut. Sejalan dengan perkembangannya, abses dapat

    terus berkembang dan menimbulkan nekrosis yang progresif dari sel-sel sekitarnya. Nekrosis

    sel darah putih dan sel-sel jaringan kemudian terkumpul dalam suatu fokus sentral. Di luar

    fokus sentral ini, terdapat dilatasi vaskular dan proliferasi parenkim dan fibroblast, yang

    menandakan adanya proses perbaikan.

    Sejalan dengan waktu, suatu fokus sentral akan dilingkupi oleh dinding dari jaringan

    ikat dengan vaskularisasi yang baik, untuk mencegah terjadinya penyebaran. Setelah itu,

    makrofag akan muncul pada zona fibroblastik dan pada tahap selanjutnya akan masuk ke

    dalam fokus sentral untuk menggantikan peran neutrofil.

    Penyembuhan dari suatu abses hanya dapat terjadi dengan adanya pembuangan dari

    eksudat supuratif yang ada, karena keberadaan dari eksudat supuratif akan terus memancing

    proses inflamasi. Pengeluaran dari eksudat ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu

  • 7/29/2019 Impaksi+Dan+Perikoronitis

    9/9

    pertama, dengan melalui evakuasi eksudat ke permukaan dan pembuangan kemudian lewat

    rupturnya jaringan, dan yang kedua dengan adanya proteolisis dari akumulasi jaringan dan

    debris-debris sel. Cairan ini kemudian akan diresorpsi ke dalam darah.

    Karena abses memiliki karekteristik sebagai destruksi local dari jaringan parenkim

    dan stromal, maka bekasnya akan menimbulkan sikatrik dan deformitas jaringan yang

    permanent.