Implant

Embed Size (px)

Citation preview

Kontrasepsi Implan

1. Pengertian dan Cara Kerja Kontrasepsi Implan Pengertian Kontrasepsi Implan a. Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005). b. Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic, masingmasing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima tahun (Varney, 1997). Cara Kerja Kontrasepsi Implan : a. Lendir serviks menjadi kental Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma. b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan. c. Mengurangi transportasi sperma Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma. d. Menekan ovulasi

Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.

2. Efektivitas Efektifitasnya sangat tinggi, kegagalannya teoritis 0,2%, dalam praktek 1 - 3%. [1]

3. Jenis jenis Kontrasepsi Implan 1. Norplant Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai. 2. Implanon Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya. 3. Jadena dan Indoplant Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. 4. Uniplant

Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 g per hari dan lama kerja 1 tahun. 5. Capronor Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.

4. Indikasi dan kontraindikasi Indikasi [2] Yang boleh menggunakan KB implant : a. Wanita usia reproduksi b. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yan lama tetapi tidak bersedia menjalani atau menggunakan AKDR c. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen d. Menyusui dan membutuhkan kontasepsi e. Pasca persalinan tidak menyusui f. Pasca keguguran g. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit

Kontraindikasi [2] Yang tidak boleh menggunakan KB implant : a. Hamil atau diduga hamil b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya c. Kanker payudara d. Riwayat kehamilan ektopik e. Gangguan toleransi gula. (Safuddin, 2003)

3. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan 1) Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi : a. Daya guna tinggi Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan. b.

c.

erlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant. engembalian kesuburan yang cepat

Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha

untuk

hamil.

Tidak

ada efek

pada

jangka panjang

kesuburan

di

masa

depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat. d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas. e. Bebas dari pengaruh estrogen Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan. f. Tidak mengganggu kegiatan sanggama Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas. g. Tidak mengganggu ASI Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum. h. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan i. Dapat dicabut setiap saat j. Mengurangi jumlah darah haid Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang. k. Mengurangi / memperbaiki anemia

Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

2) Kerugian Kontrasepsi Implan, meliputi : Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea. Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : a. Nyeri kepala Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala; kirakira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala. b.

Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).

eningkatan berat badan

c. Jerawat Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan. d.

e. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan

erubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan menghadapinya dengan berbagai derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan. Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai proses pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.

cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta pencabutan implan. f. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS. Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi. g. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi. Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan. h. Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat). Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini, penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah. i. Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah 0,28 per 1000 wanita per tahun penggunaan. Walaupun risiko terjadinya kehamilan ektopik selama menggunakan implan rendah, jika kehamilan memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira 30% kehamilan pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik.

Angka Kehamilan Ektopik per 1000 Wanita per Tahun Penggunaan * Pengguna bukan kontrasepsi, semua usia Copper T-380 IUD 3,0 4,5 0,20

Implan

0,28

* Centers for Disease Control and Prevention, Ectopic Pregnancy in the United States

4. Waktu Pemasangan Implant [2] a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, bila insersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksal, atau menggunakan kontrasepsi lainnya untuk 7 hari saja c. Bila menyusui antara 6 mingu sampai 6 bulan pasca persalinan insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain d. Bila setelah 6 minggu melairkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangna melakuka hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja e. Bila kontrasespsi sebelumnya adalah kotrasespsi suntuikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasespsi suntukan tersebut. Tidak diperlkan metode kontraespsi lainnya. f. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, Implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 hari dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja AKDR segera dicabut. g. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Prawihardjo,2003) Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. (Hanifa, 1999)

5. Prosedur pemasangan dan pencabutan implant

1) Prosedur Pemasangan [2] a. Persiapan klien

Walaupun kulit dan integuman sulit untuk di sterilkan, pencucian dan penberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang dapat mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien. b. Persiapan alat Adapun alat-alat yang harus dipersiapkan untuk pemasangan implant adalah meja pireksa untuk berbaring klien, batang imoplan dalam kantumg, kain penutup steril serta mangkok untuk tempat meletakkan implan norplant, sepasang sarung tangan, karet yang steril atau DTT, sabun untuk mencuci tangan, larutan antiseptic untuk disinfeksi kulit, obat anastesi local, semprit dan jarum suntik, trokar nomor 10, calpel nomor 11, kasa pembalut, ben aid, atau plrster, kasa steril, bak atau tempat instrumen.

2) Teknik insersi implant [2] Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah, kira-kira 6-8 cm, diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan dimasukkan tepat dibawah kulit. Untuk memasang norplant a. Letakkan lengan akseptor yang akan dipasang norplant diatas penyangga. b. Pakailah sarung tangan. Bukalah tempat alat-alat yang telah steril dan aturlah alat-alat sedemikian rupa agar mudah dicapai. c. Cucilah daerah lengan tempat pemasangan tersebut dengan sabun antiseptik dan berila betadin (atau antiseptik lainnya). d. Pasanglah kain steril yang berlubang besar yang biasa dipakai untuk operasi pada lengan bawah dan lengan atas. e. Letakkan ke 6 kapusl berjejer seperti bentuk kipas. f. Isilah semprit dengan zat anastesi local sebanyak 2,5 cc.Suntikan jarum semprit yang berisi zat anastesi local tadi hingga dibawah kulit ditempat dimana norplant akan dimasukkan dan lepaskan 0,5 cc. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm, hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan seingga membentuk jalur sambil

menyuntikkan obat anastesi sebanyak 1 ml diantara tempat untuk memasang, kapsul 1 dan 2, selanjutnya diantara kapsul 3 dan 4 serta 5 dan 6. g. Dengan pisau scalpel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku. h. Masukkan ujung trokar melalui insisi Terdapat 2 garis yanda batas pada trokar, satu dekat ujung, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm, trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas dan tanpa merubah sudut pemasukan. i. Msukkan implan kedalam trokarnya Dengan batang pendorong, implan didorong perlahan-lahan keujung trokar sampai terasa adanya tahanan. Dengan batang tetap stationer, trokar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas di dekat ujung trokar terlihat pada insisi an terasa implan nya melonjat keluar dari trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implan sudah berada pada tempatnya dengan baik. j. Ubah arah trokar sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai garis batas dekat pangkal trokar. Masukkan implan kedalam trokar. Selanjutnya seperti pada butir. Ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implan telah terpasang. k. Setelah semua implan terpasang, lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu ke pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester. Tidak diperlukan penjahitan luka insisi. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa. l. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa intuk mencegah perdarahan. m. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu.

3) Teknik pengeluaran dan pengangkatan [2]

Mengeluarkan implan umumnya lebih sulit dari pada insersi. Persoalan dapat timbul bila implant di pasang terlalu dalam atau timbul jaringan fibrous sekeliling implant. Cara mengeluarkan implant: a. Cuci lengan akseptor, lakukan tindakan antiseptis b. Tentukan lokasi dari implan dengan jari-jari tangan dan dapat diberi tanda dengan tinta atau apa saja. c. Suntikkan anastesi local dibawah implant d. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung implant pada daerah alas kipas e. Keluarkan implant pertama yang trerletak paling dekat denga insisi atau yang terletak paling dekat dengan permukaan. f. Sampai saat ini dikenal 4 cara pengeluaran/pencabutan norplant 1) Cara pop-out Merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengeluarkannya. Dorong ujung proksimal kapsul kearah distal dengan ibu jari seingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung dital kapsul menekan kulit. Bila perlu, bebaskan jaringan yang menyelubungi ujun kapsul dengan scapel. Tekan dengan lembut ujung kapsul melaluui lubang insisi seinga ujungtersebut akan

menyembut/pop-out melalui lubang insisi. Kerjakan prosedur yan sama untuk semua kapsul yang tertingal. 2) Cara standard Bila cara pop-out tiak berhasil atau tidak mungkin dikerjakan, maka dapat dipakai cara standar. Jepit ujung distal kapsul dengan klem masquito, sampai kira-kira 0.5-1 cm dari ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180 disekitar sumbu utamanya mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan-jarinan yang menempel disekeliling klem dan kapsul dengan scapel ataiu kasa sterril sampai kapsul terlihat jelas. Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem crille, lepaskan klem masquito, dan keluarkan kapul dengan klem crille.Cabut atau keluarkan kapsul-kapsul lainnya denan cara yang sama. 3) Cara u

Teknik ini dikembangkan oleh Dr.Untung Prawirohardjo dari semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm, kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul, diantara kapsul ke 3 an kapsul 4. Kapsul yang akan dicabut difiksasi dengn meletakkan jari telunjuk tangan kiri sejajar di samping kapsul. Kapsul dipegang kurang lebih 5 mm dari ujung distalnya. Kemudian klem diputar kearah pangkal lengan atas atau bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dibawah lubang insisi dan dapt dibersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya dengan scapel, untuk seterusnya dicabut keluar. 4) Cara tusuk Ma Memakai alat Bantu kawat atau jari roda sepeda, satu ujung dilengkungkan sepanjang 0.5-0.75 cm dengan sudut 90 dan diperkecil serta diruncingkan, sedamkan ujung yang lain di lengkungkan satu bidang dengan lengkungan runcing tadi dan dipakai untuk pegangan oprator. Setelah kapsul di kepit dengan pinset atau klem artetri, jaringan ikat di besihkan dengan pisau sampai kapsul tampak putih kemudian alat tusuk Ma ditusukkan pada kapsul serta terus dikait keluar. Atau setelah kapsul di jepit dengan pinset, alat tusuk Ma ditusukkan kedalam kapsul sambil diangkat kearah luka insisi, lalu pinset dilepaskan dan dengan pissau kapsul di bebaskan dari jaringan ikat lalu diangkat keluar dari luka insisi. g. Berikan anastesi lagi bila diperlukan, untuk mengeluarkan implant yang lain h. Tutup dan lluka insisi seperti pada saat insersi. Bila akseptor ingin implan yang baru, hal ini apat segera dilakukan i. Upaya pencabutan keenam kapsul noorplandibatasi sampai 45 menit. Bila dala waktu tersebut tidak semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur pencabutan dihentikan, dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul yang masih tertingal diulangi lagi kira-kira 2-4 minggu kemudian j. Setelah selesai dengan pencabutan keenam kapsul noorplant, rendam semua alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan klorin untuk dekontaminasi alat-alat tersebut. (Harianto, 2003)

5. Tahap Pasca Tindakan [1]

a. Peserta KB Susuk sebaiknya menjaga agar daerah sayatan tetap kering minimal selama 3 hari untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi kemungkinan infeksi. b. Lengan akseptor kadang-kadang terasa membengkak dan berwarna kebiru-biruan. Hal tersebut biasanya akibat tindakan suntikan atau pemasangan implant dan akan menghilang dalam 3 hari hingga 5 hari. c. Setelah 5 tahun implant atau 3 tahun untuk Implanon pemakaian, implant dapat dilepas.

6. Efek Samping a. Ganggua pola haid, seperti terjadinya spotting, metrorrhagia, amenorea. b. Anoreksia c. Pusing d. Sakit kepla e. Kadang-kadang terjadi perubahan libido dan berat badan menurun f. Jerawat

Daftar Pustaka

1. BKKBN. Susuk KB (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit). Available at : http://www.bkkbnjatim.go.id/bkkbn-jatim/html/susuk.htm. accessed January 19, 2012. 2. Herlinda, R. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB tidak Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi. Available at : accessed http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23984/2/Chapter%20II.pdf. January 19, 2012. 3. Farini. Kontrasepsi Implant. Available at :

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kb+implant&source=web&cd=3&ved=0CD UQFjAC&url=http%3A%2F%2Farini.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2 F16464%2FMATERI%2Bimplant.doc&ei=xeUXT6C_PMXUrQfavpzCDQ&usg=AFQj CNGgiybI5nroU-D_RcSqjk9EyPWItw&sig2=qjSv4v-ex-xzBYqVvdTL2w. January 19, 2012. accessed