Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
51
Journal of Islamic Business Law
Volume 3 Issue 1 2019
ISSN (Online): 258-2658
Available online at: http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/jibl
Implementasi Jaminan Hak Tanggungan Dalam Jual Beli
Properti Syariah Di Rumah Basmalah Kota Malang
Hawari Muhammad
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang implementasi jaminan hak tanggungan
pada prakatek jual beli properti syariah di Rumah Basmalah Kota Malang dalam sudut
pandangan Fiqih Muamalah dan Hukum Perdata di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum empiris atau studi lapangan yang menggambarkan data dan informasi di
lapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam bersifat teknis dan terapan.
Teknik pengumpulan data berupa wawancara kepada informan dan studi dokumen
tentang jaminan hak tanggungan. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa Rumah
Basmalah dalam menggunakan jaminan hak tanggungan pada transaksi jual beli
bangunan rumah belum sepenuhnya diterapkan, sehingga Rumah Basmalah tidak dapat
mengeksekusi secara langsung dibawah tangan atas jaminan yang diberikan ketika user
melakukan cidera janji. Maka komunikasi yang baik dan teliti dalam menilai calon user
menjadi solusi alternatif untuk saat ini. Kemudian secara syar’i Rumah Basmalah dalam
memberlakukan jaminan telah menerapkan prinsip-prinsip Islam dan sesuai dengan rukun
dan syarat jaminan dalam fiqih muamalah.
Kata Kunci : hak tanggungan; properti Syariah; muamalah.
Pendahuluan
Kemajuan pada ekonomi Islam tentu merupakan salah satu perkembangan umat untuk
menjadi lebih baik. Sehingga aspek sosial pun tak luput menjadi tolak ukur dalam
perkembangan tersebut. Perlu diketahui pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial serta
perlu kerjasama antar sesama. Pada intinya adalah suatu kerjasama harus dilakukan dengan
prinsip keadilan. Berbagai bentuk kerja sama dalam menunjang perekonomian pada
masyarakat . Mulai dari bidang usaha jual-beli barang atau jasa, sewa-menyewa barang atau
jasa. Salah satu bentuk usaha yang sedang berkembang adalah jual beli properti perumahan
yang merupakan jenis usaha yang diminati sebagian besar masyarakat di Indonesia. Usaha
properti perumahan merupakan suatu bidang usaha yang bergerak dalam barang dan jasa
properti. Usaha di bidang ini telah dikembangkan dalam kemasan hukum syariah oleh
perusahaan properti syariah Rumah Basmalah di Kota Malang. Salah satu bentuk usaha
dibidang properti ini dilakukan dengan menggunakan sistem syariah dalam proses transaksi
jual belinya. Tentu usaha tersebut bertujuan untuk menghidupkan kesejahteraan dan
kemashlahatan masyarakat yang ingin memiliki rumah idaman secara syari tanpa adanya unsu
riba. Oleh sebab itu dalam prakteknya tentu di butuhkan bentuk kerja sama yang jelas antara
Rumah Basmalah (kreditur) dengan pelanggan/user (debitur) sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku di Indonesia.
52
Pada proses transaksi terhadap jual beli bangunan rumah terdapat suatu perjanjian
kerjasama antara perusahan properti syariah Rumah Basmalah dengan pelanggan (user) dalam
bentuk kontrak kerjasama yang telah didaftarkan kepada pejabat notaris yang sah secara
konstitusi. Pada klausul-klausul perjanjian tentu membahas terkait dengan kesanggupan untuk
melunasi dengan memberikan suatu jaminan sebagai bentuk kepercayaan dari pelanggan
kepada pihak perusahaan. Lalu hal tersebut menjadi sebab terbentuknya hak dan kewajiban
atau suatu perjanjian yang sifatnya adalah acessoir. Hal ini tentu harus memerhatikan tingkat
keadilan diantara kedua belah pihak. Namun jika ditelusuri pada praktenya terdapat hal yang
dapat menjadi ancaman bagi perusahan properti syariah Rumah Basmalah ataupun pelanggan
ketika membahas tentang jaminan pada bentuk kerjasamanya. Salah satu ancamannya bagi
perusahaan adalah adanya potensi dalam penyalahgunaan kewenangan atau hak dan
kewajiban dari pelanggan (user) sehingga dapat melakukan wanprestasi terhadap kontrak
kerjasama yang telah dibuat, sehingga salah satu dampaknya ketika pada proses eksekusi
objek jaminan yang telah disepakati tidak dapat dieksekusi secara langsung atau dibawah
tangan Rumah Basmalah.
Pada akhirnya askpek hukum bisnis juga tidak bisa lepas dari pengamatan ini. Tentu
harus bepayung hukum dalam proses kerjasama diantara kedua belah pihak. Hukum yang
berlaku dalam peristiwa ini tentu bisa ditinjau baik dari hukum posifiti dan hukum Islam.
Dalam konteks hukum jaminan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan perihal
kekuatan hukum eksekutorial barang jaminan bagi perusahaan properti syariah Rumah
Basmalah (kreditur) ketika pelanggan (debitur) wanprestasi. Kemudian tentang tindak lanjut
ketika pasca terbentuknya kontrak kerjasama yang melahirkan hak dan kewajiban diantara
keduanya atau terbentuknya perjanjian kontrak perjanjian baru sebagai pelengkap perjanjian
pokok seperti Hak Tanggungan.
Metode Penelitian
Penelitian in termasuk dalam penelitian hukum empiris atau studi lapangan1 dengan
pendekatan yuridis sosiologis.2 Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya atau sumber data pertama di mana sebuah data dihasilkan, Data sekunder
merupakan sumber data yang membantu memberikan keterangan atau data pelengkap sebagai
bahan pembanding. Yakni dari data dokumen dan bahan pustaka (seperti beberapa literatur
buku), serta dari artikel, jurnal maupun website yang berhubungan dengan objek penelitian.
Sumber data sekunder dari literatur buku dan penelitian-penelitian mutakhir. Selain dari dua
data tersebut di atas, peneliti juga membutuhkan data tersier yang terkait dengan objek
penelitian, seperti kamus hukum dan kamus besar bahasa Indonesia dan lain sebagainya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
dokumentasi.3 wawancara secara langsung dengan responden yaitu Pak Noe sebagai ketua
kantor cabang dan Pak Zain sebagai staf legal perusahaan properti Rumah Basmalah Kota
Malang.
Implementasi Jaminan Perusahaan Properti Syariah Rumah Basmalah Undang-
Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
Terciptanya hubungan hukum pada suatu transaksi jual beli secara kredit telah
memberikan kepastian hukum dalam hak dan kewajiban antara kreditur dengan debitur. Oleh
sebab itu bagi praktisi khususnya Rumah Basmalah sebagai salah satu perusahaan yang
1 Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta:Rahmatika Creative Design, 2004), 4. 2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Univesitas Indonesia Press), 51. 3 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 95.
53
bergerak di bidang penjualan properti selalu menyesuaikan sistem jual beli yang diterapkan
dengan hukum yang berlaku. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti
syariah, Rumah Basmalah telah menawarkan alternatif baru di dalam jual beli bangunan
rumah dengan sistem kredit syariah. Artinya setiap proses yang lewati ketika bertransaksi
akan ditinjau nilai-nilai kesyariannya. Mengutamakan kemashlahatan bersama antara kedua
bela pihak ketika bertransaksi.
Dalam suatau transaksi jual beli secara kredit, yaitu seorang user (debitor) membeli
bangunan rumah dengan pembayaran secara angsuran kepada Rumah Basmalah (Kreditor)
serta melaksanakan hak dan kewajiban atas kesepakatan bersama setelah melakukan
perjanjian jual beli di awal. Salah satu dari kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian jual beli
kredit memberikan ketentuan barang jaminan sebagai penangguhan bagi debitor dapat
melunasi utangnya untuk memberikan keamanan dan kelancaran pada kedua belah pihak. Hal
ini sebagaiman diterangkan di dalam Pasal 1131 KUH Perdata :
“Segala kebendaan seorang debitor, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, mejadi jaminan untuk
segala perikatan pribadi debitor tersebut.”
Rumah Basmalah dalam prakteknya menggunakan jaminan sebagai upaya memastikan
dan mengikat user untuk dapat melunasi piutangnya. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk
kehati-hatian Rumah Basmalah jika pada suatu waktu terjadi wanpresasi yang dilakukan oleh
user Sebagaimana yang disapaikan oleh narasumber :
“Kalau Jaminan kita ada karena untuk mengantisipasi. Nah itu kita pakai sertifikat
tanah yang mau di bangun.”4
Adapun salah satu unsur yang mencakup dari hukum jaminan mengenai jaminan adalah
pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan sebagai jaminan
(tanggungan) bagi pelunasan utang tertentu.5 Rumah Basmalah sebagai kreditor pada prakatek
jual beli kredit telah menggunakan jaminan Sertifikat Hak Milik sebagai bentuk barang
jaminan yang ditangguhkan untuk pelunasan utang oleh debitor (user). Apabila debitor tidak
memiliki Sertifikat Hak Milik dapat menggunakan surat yang berharga lainnya seperti Petok
D atau yang memiliki nilai yang setara, kecuali barang jaminan yang tidak diperkenankan.
Namun dilapangan Rumah Basmalah cukup jarang menerima surat yang berharga lainnya
seperti BPKB sebagai bentuk jaminan. Karena untuk jaminan benda bergerak masih
dipertimbangkan kembali. Sebagaimana yang disampaikan oleh nara sumber :
“Benda bergerak bisa, cuman selama ini masih belum, kaya BPKB gitukan, selama ini
masih Surat Tanah. bahkan mas, ada yang tidak pakai jaminan. Sangat engga aman nih
kan ya, tapi Alhamdulillah lancar.”6
Objek jaminan Surat Hak Milik Tanah merupakan salah satu objek jaminan yang dapat
dibebankan Hak tanggungan karena berkaitan dengan tanah. UUPA mengenal hak jaminan
atas tanah yang dinamakan Hak tanggungan. Menurut UUPA, Hak tanggungan akan diatur
dengan undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah.7
4 Pak Noe, Wawancara 5 Salim HS, Perkembangan Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Rajawai Press, 2004), 22. 6 Pak Zayyin, Wawancara (Batu, Ahad 16 September 2018) 7 Adrian Sutedi, Jaminan Dalam Perjanjian Utang Piutang (Yogyakarta: Mitra Setia, 2008), 88.
54
Secara hukum jaminan yang berlaku Rumah Basmalah telah menerapkan beberapa
ketentuan seperti menggunakan Sertifikat Hak Milik sebagai bentuk jaminan yang dapat
dilakukan sebagai penangguhan oleh user terhadap Rumah Basmlah pada pelunasan suatu
utang. Meskipun Rumah Basmalah tidak hanya menerima Sertifikat Hak Milik sebagai bentuk
jaminan namun juga surat berharga lainnya yang setara dengan nilai yang ditanggung oleh
user. Berdasarkan Undang-Undang Hak tanggungan, objek yang dapat dibebani Hak
tanggungan adalah hak-hak atas tanah berserta benda-benda berkaitan dengan tanah. Dalam
pasal 4 Undang-Undang Hak tanggungan tersebut jelas bahwa hak atas tanah yang dapat
dibebani Hak tanggungan adalah sebagai berikut : a). Hak Milik, b). Hak Guna Usaha, c). Hak
Guna Bangunan, d). Hak Pakai atas Tanah Negara, yang menurut ketentuan berlaku wajib
didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan, e). Hak-hak atas Tanah berikut
bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah tersebut, dan merupakan pemilik pemegang atas hak atas tanah. Dalam
hal ini pemberian Hak tanggungan yang bersang kutan.8
Dalam perjanjian Jual beli yang telah terbentuk, ada perlakuan hukum yang menjadi
penguat atau pelengkap dari perjanjian jual beli yang membahas mengenai jaminan yaitu
perjanjian acessoir (pelengkap) atau perjanjian khusus sebagai pelengkap perjanjian pokok
yang membahas jaminan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan kekuatan hukum lebih. Dengan
membuat perjanjian jaminan khusus yang membahas hak dan kewajiban atas barang jaminan
lalu didaftarkan kepada notaris baik hak tangungan atau fidusia. Hal ini dilakukan agar
mendapatkan legalitas sesuai kebutuhan. Apabila barang jaminan berupa benda bergerak
maka harus didaftarkan juga ke kantor fidusia dan jika barang jaminan berupa benda tidak
bergerak yang dibebankan Hak tanggungan maka harus didaftarkan ke PPAT dan dilanjutkan
ke Kantor Pertanahan untuk diterbitkan sertifikat Hak tanggungan. Apabila Rumah Basmlah
mendaftarkan jaminannya secara khusu maka akan mendapatkan suatu hak untuk didahulukan
pelunasan utangnya dari penjualan jaminan atau dapat melakukan eksekusi jaminan dibawah
tangan.
Bahwasannya jaminan khusus sendiri timbul karena diperjanjikan secara khusus.
Jaminan khusus hanya tertuju pada suatu benda khusus. Karena diperjanjikan secara khusus,
maka kreditur pemegang jaminan khusus harus mempunyai kedudukan preferensi (priotitas).
Artinya ketika kreditur memiliki hak perferen ia berhak didahulukan dari kreditur lain dalam
pengambilan pelunasan utang piutang dari benda objek jaminan. Jaminan khusus dapat
bersifat benda (Zakenlirjktrecht).9 Rumah Basmalah perihal Perjanjian dilakukan dibawah
notaris. Sehingga memiliki kekuatan hukum. Salah satu perjanjiannya memuat persoalan
jaminan yang telah dibuat dan disepakati bersama antara Rumah Basmalah bersama user.
Sehingga untuk saat ini belum memerlukan perjanjian secara khusus seperti Hak tanggungan.
Berkenaan dengan dengan Hak tanggungan yang merupakan perjanjian khusus atas
pembebanan jaminan Surat Hak Milik secara hukum positif harus didaftarkan kepada PPAT
kemudian akan diterbitkan suatu akta pembebanan hak tanggungan yang nantinya akan
diserahkan kepada Kantor Pertanahan setempat untuk didaftarkan dan diterbitkan sertifikat
Hak tanggungan. Sehingga jaminan tersebut memiliki kekuatan hukum tetap sebagaimana
keputusan pengadilan.
Pada perjanjian Jual beli kredit antara Rumah Basmalah (kreditur) dengan user (debitur)
telah dibahas pada beberapa hal di dalam pasal mengenai penyertaan jaminan. Perjanjian jual
8 Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan 9 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang (Jakarta: Erlangga, 2013), 9.
55
beli tersebut didaftarkan ke notaris yang dapat menambah kekuatan hukum dan menjadi bukti
autentik yang sah. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh nara sumber :
“Basicly pejanjianya adalah perjanjian di notaris, perjanjian didaftarkan dinotaris,
untuk perjanjian jaminan tidak didaftarkan makanya, makanya kan bahasa kami itu
bukan dijaminkan tapi dititipkan di kami. Karena kalau memang bahasanya dijaminkan
kan harus di hak tanggungankan. Dan di perjanjian juga bahasanya dititipkan bukan
dijaminkan”10
Pembahasan mengenai jaminan piutang telah dibahas di dalam perjanjian jual beli
antara Rumah Basmalah (kreditor) dengan user (debitor). Untuk barang jaminan benda tidak
begerak yang dapat dibebankan Hak tanggungan didalam perjanjian jual beli yang dibuat
telah didaftarkan dihadapan notaris agar mendapatkan kepastian hukum atas perjanjian jual
beli yang telah disepakati bersama. Sehingga perjanjian tersebut dapat menjadi bukti autentik
yang dapat dipertanggung jawabkan diatas hukum yang berlaku. Hal ini juga dilakukan
merupakan sebagai bentuk kehati-hatian serta menjaga kepercayaan diantara kedua belah
pihak, baik Rumah Basmalah (kreditor) dan user (debitor).
Rumah Basmalah untuk saat ini belum menggunakan Hak tanggungan sebagai model
sistem jaminan dalam usahanya. Karena terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan
sehingga belum bisa menerapkan hal tersebut. Namun perjanjian terkait jaminan telah dibahas
didalam perjanjian pokok yang telah didaftarkan ke notaris. Bahwasannya sebagaimana yang
dijelaskan oleh Guse Prayudi, Seperti perjanjian jaminan lainnya, Hak tanggungan lahir
setelah perjanjian pokoknya lahir yakni perjanjian pinjam meminjam atau perjanjian utang
piutang yang dilakukan oleh Kreditor dan Debitor.11 Rumah Basmalah masih dalam tahap
pengembangan sistem didalam segala bentuk aktifitas usahanya, termasuk perihal jaminan
kredit bangunan rumah. Apabilah Rumah Basmalah setelah melakukan perjanjian jual beli
dihadapan notaris kemudian juga mendaftarkan secara khusus perjanjian jaminan Hak
tanggungankarena objek yang ditetapkan adalah Sertifikat Hak Milik, maka akan mendapkan
hak-hak yang dijamin oleh hukum ketika suatu saat user melakukan wanprestasi. Salah satu
haknya dapat menjual jaminan tersebut secara langsung dibawah tangan.
Dalam bukunya, Budi Harsono mengartikan hak tanggungan adalah penguasaan hak
atas tanah, berisi kewenangan baik kreditur untuk berbuat sesuatu megenai tanah uang
dijadikan agunan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari
hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya12
Bahwasanya perihal tentang pendaftaran hak tanggungan telah diatur dalam pasal 13 sampai
dengan 14 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan. Akta Pemberi
Hak tanggungan yang dibuat oleh PPAT wajib didaftarkan.13 Haruslah dipahami bahwa suatu
Hak tanggungan akan lahir dan sah ketika Buku tanah Hak tanggungan telah terbit di Kantor
Pertanahan. Hak tanggungan apabila telah didaftarkan kepada kantor pertanahan serta
diterbitkannya buku dan akta hak tanggungan. Maka bagi Rumah Basmalah memilki hak
preferen (didahulukan) dalam pelunasan utang debitur. Karena akta hak tanggungan yang sah
sama kedudukannya dengan putusan pengadilan dan memiliki kekuatan hukum tetap.
Rumah Basmalah sebagai perusahaan yang bergerak di bidang properti berbasis syariah,
Rumah Basmalah akan selalu berupaya untuk menjalankan dan mentaati aturan hukum terkait
dengan hukum jaminan yang berlaku. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya perbaikan
10 Pak Zayyin, Wawancara (Batu, Ahad 16 September 2018) 11 Guse Prayudi, Jaminan Dalam Perjanjian Utang Piutang (Yogyakarta: Mitra Setia, 2008), 87. 12 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 95. 13 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan
56
sistem dan terus berkembang agar menjadikan perusahan propeti syariah yang lebih baik serta
dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan cara yang muda
tanpa adanya riba. Sebagaimana yang disampaikan oleh narasumber :
“Masih belum menggunakan Hak tanggungan kalau semisal kedepannya kita sudah
settle dan kita sudah bisa meningkatkan type kita, kita kan masih bermain di type 38,
type rumah. Kalau typenya 100 gitu ya otomatis kita berfikir ulang tidak hak
tanggungan. Karena soalnya harus SMH. Karena sasaran kita bukan menengah
kebawah lagi cuman menengah ke atas target pasarnya.”14
Suatu Hak tanggungan ketika pada perjalan perjanjian jual beli antara Rumah Basmalah
(pemegang hak tanggungan) dengan user (pemberi hak tanggungan) terdapat wanprestasi atau
cidera janji. Maka apabila Rumah Basmalah telah mendaftarkan Hak tanggungan akan dapat
melakuan suatu eksekusi barang jaminan dengan menjualnya melalui pelelangan umum atau
dibawah tangan untuk memenuhi piutangnya terhadap user. Namun hal ini harus
mempertimbangkan kontrak perjanjian jual beli kredit. Untuk sementara ini seraya dalam
proses berkembangnya Rumah Basmalah, langkah yang telah dilakukan adalah dengan
merundingkan bersama debitor untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet, salah satu
tawarannya adalah memberikan kuasa atas debitor untuk menjual barang jaminan untuk
melunasi kekurangan pembayaran piutangnya. Kemudian Rumah Basmalah juga memberikan
penawaran untuk membantu dalam menjualkan barang jaminan tersebut. Sebagaimana yang
telah disampaikan oleh narasumber :
“Kalau kami sih ketika ada user-user seperti itu, peritu (user) dikomunikasikan”15
Latar belakang diaharuskannya eksekusi disebababkan pemberi hak tanggungan atau
debitur tidak melakukan prestasinya sebagaimana mestinya, walaupun yang bersangkutan
telah diberikan somasi 3 kali berturu-turut oleh kreditur. Eksekusi hak tanggungan diatur
dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
tanggungan.16 Memuat beberapa ketetapan didalamnya.17 Rumah Basmalah adalah penerima
jaminan, sebagai perusahaan syariah Rumah Basmalah juga melakukan negosiasi bersama
dengan user yang tidak melanjutkan program untuk menjualnya secara suka rela. Ketika harga
penjualan lebih tinggi dari suatu utang yang dimiliki, maka user hanya membayar sebagian
dari piutang kreditor dan sisahnya diberikan tetap dipegang olehnya. Perlu dipahami bahwa,
ada beberapa langka solutif yang dilakukan Rumah Basmalah ketika ada user yang
wanprestasi meskipun belum mendaftarkan hak tanggungan atas jaminan kredit. Langkah
yang dilakukan oleh Rumah Basmalah ketika terdapat sebuah permasalahan pembeli
wanprestasi adalah mengklarifikasi terhadap pembeli tersebut dengan melihat alasan-
alasannya dari aspek ke-syari’annya. Alasannya dapat diterima dan masuk akal atau Alasan
ditolak setelah melihat kondisi di lapangannya, maka akan diberikan penawaran untuk
melanjutkan atau mundur dari program.
Apabila kondisi pembeli belum dibangunkan rumahnya kemudian ia telah membayar
angsuran selama beberapa bulan sebelumnya. Maka ia haruslah mencari pengganti dari
padanya untuk bisa melanjutkan program. Karena hitungannya ia telah masuk dalam
pendaftar dan melakukan angsuran. Kemudian apabila dari Rumah Basmalah telah
menemukan pengganti dari padanya. Maka bisa dilanjutkan untuk pembatalan kontrak. Lalu
14 Pak Zayyin, Wawancara (Batu, Ahad 16 September 2018) 15 Pak Zayyin, Wawancara (Batu, Ahad 16 September 2018 16 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan 17 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 190.
57
uanga angsuran yang telah diberikan pembeli dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah
setorannya. Hal ini sebagaiman telah disampaikan oleh narasumber :
“Kalau itu di MOU sudah dicantumkan, kalau yang pertama jika sebelum rumah
dibangun itu mereka wajib mencari pengganti atau misalkan kita ada pengganti juga
tidak masalah. Untuk pengembalian dana. Karena kan kita dana kita kembalikan. yang
kedua jika sudah dibangun rumahnya.”18
Kemudian apabila rumah si pembeli telah dilangsungkan proses pembangunan
kemudiaan melakukan wanprestasi yang dilakukan Rumah Basmalah adalah mengklarifikasi
atas alasannya apakah dapat diterima atau ditolak. Kemudian diberikan penawaran untuk
mundur atau melanjutkan untuk mengusahakan melunasi tanggungan yang ada dengan
diberikan tenggan waktu selama 2 bulan. Terhitung satu Surat peringatan tenggang waktu
selama 2 bulan, jika surat peringatan telah terhitung 3 kali maka akan diberikan penawaran
lagi untuk melanjutkan atau menghentikan program. Jika lanjut maka akan diberikan
tenggang waktu 1 bulan. Apabila sampai kesepakatan terakhir masih belum ada kejelasan dari
pembeli. Maka akan diberikan ketegasan dan dilangsungkan eksekusi jaminan yang
ditangguhkan.
Ketika pembeli tidak memberikan kejelasan untuk melanjutkan program pembangunan
rumah setelah diberikan beberapa waktu masa tenggang pelunasan. Rumah Basmalah
melakukan suatu tindakan tegas sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama antara
Rumah Basmalah (kreditor)dengan Pembeli yang bersangkutan (Debitor). Adapun tindakan
yang dilakukannya adalah melakukan negosiasi bersama pembeli untuk menjual jaminan
rumah yang telah dilakukan proses pembangunanya. ketika rumah yang dijaminan kan telah
dieksekusi (dijual) dengan harga yang melebihi tanggungan utangnya, maka pembagiannya
juga dibagi dengan adil dan saling ridho. Pembeli hanya membayar sesuai dengan utang yang
harus dibayarkan kepada Rumah Basmalah, sedangkan sisahnya adalah miliki pembeli itu
sendiri. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh narasumber :
“Keputusannya adalah rumah yang kita bangunkan itu sertifikatnya kan ada di kita,
kita juga tidak punya hak kan atas sertifikat itu dan orangnya tidak pegang itu. jadi lalu
kita nanti diskusikan bersama gimana seandainya rumah yang sudah dibangun ini kita
jual kita bantu menjualkan, nanti hasil dana itu hanya beberapa bagiannya untuk kita.
Artinya ketika mereka kekurangannya ke kita hanya 100 juta dan rumah itu lakunya
500 juta, kita hanya terima 100 juta beliau tetap 400 juta, hanya membayarkan
kekuranganya saja.”19
Bagi Perusahana yang sedang berkembang ini, kunci dalam kelancaran bertransaksi
adalah ketika pada awal mensurvei tentang calon user (debitor). Mengetahui beberapa
informasi dalam kesanggupannya untuk membayar dan mengetahui moralnya adalah hal yang
sangat diperhatikan oleh Rumah Basmalah. Ketika hadirnya hak tanggungan sebagai jaminan
yang sah, maka dalam memeberikan kemudahan pelaksanaan eksekusi objek hak tanggungan
kepada kreditor (Rumah Basmalah) pemegang hak tanggungan diberikan hak atas
kekuasaanya sendiri untuk melaksanakan eksekusi hak tanggungan bila debitur (user) cidera
janji. Ketentuan didalamnya memberikan hak kepada kreditor pertama untuk menjual objek
hak tanggungan atas kuasanya sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
hutang piutangnya dari hasil penjualan tersebut apanila debitur cidera janji.20
18 Pak Noe, Wawancara, (Malang, Selasa 4 Juli 2018) 19 Pak Noe, Wawancara, (Malang, Selasa 4 Juli 2018) 20 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), 491.
58
Implementasi Jaminan di Perusahaan Properti Hunian Syariah Rumah Basmalah
Prespektif Fiqih Muamalah
Bahwasannya pembahasan perihal jaminan dalam fiqih muamalah telah dijelaskan pada
materi tentang perjanjian rahn (gadai). Meskipun materi gadai dan jual beli cukup berbeda
namun pada perihal jaminan dapat dipelajari dan dipahami pada materi syarat-syarat
perjanjian rahn. Perjanjian rahn juga membahas syarat sahnya jaminan dan pihak-pihak yang
terlibat didalamnya. Jaminan dalam perjanjian rahn disebut sebagai marhun (objek jaminan).
Oleh sebab itu penulis akan menjelaskan implementasi jaminan yang dilakukan Rumah
Basmalah menurut fiqih muamalah pada syarat-syarat perjanjian rahn. Pada usaha Rumah
Basmalah jaminan merupakan bukti kesanggupan bagi seorang user dalam melunasi
tanggungan utangnya dan apabila tidak mampu maka jaminan tersebut dapat dijual untuk
menutupi kekurangannya. Adapun bentuk objek jaminan yang dapat diterima oleh Rumah
Basmalah seperti Sertifikat Hak Milik atau surat yang berhara lainnya yang sesuai dengan
besar nilai tanggungan yang harus dilunaskan. Sebagaimana yang disampaikan oleh
narasumber :
“Kalau jaminan kita ada karena untuk mengantisipasi. Nah, itu kita pakai sertifikat
tanah yang mau dibangun”.21
Dalam fiqih muamalah dikenal dengan kata pinjaman dengan jaminan yang disebut ar-
rahn, yaitu menyimpan suatu barang sebagai tanggungan hutang. Ar-rahn (gadai) menurut
bahasa berarti al-tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Dan ada pula yang
menjelaskan bahwa rahn adalah terkurung atau terjerat, di samping itu rahn diartikan pula
secara bahasa dengan tetap, kekal dan jaminan.22 Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
Properti Syariah, Rumah Basmalah tentunya telah berupaya untuk menjaga norma-norma
Islam pada setiap proses transaksinya. Hal ini dapat dijabarkan dalam bentuk Standar
Oprasional Prosedur (SOP) sehingga Rumah Basmalah senantiasa berusaha melakukan
pelayanan yang terbaik sesuai syar’i. Salah satu upaya yang dapat kita lihat adalah bentuk
jaminan yang dibelakukannya pada proses transaksi jual beli bangunan rumah. Sehingga kita
dapat menilai kesyar’ian jaminan pada rukun, unsur dan syaratnya.
Rahn, memiliki empat unsur, yaitu rahin (orang yang memberikan barang jaminan), al
murtahin (orang yang menerima jaminan), marhun (objek barang jaminan), dan al marhun
bih (utang/tanggungan). 23 Begitu pula dengan yang telah diterapkan oleh Rumah Basmalah,
terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam urusan jaminan utang, diantaranya Rumah Basmalah
(kreditur) sebagai al murtahin, user (debitur) sebagai rahin, jaminan Surat Hak Milik atas
Tanah adalah al marhun (objek jaminan), dan adapun jual beli bangunan secara utang sebagai
al marhun bih. Rumah Basmalah dalam transaksi atau berakad jual beli kredit dengan user
kemudian menyertakan jaminan sebagai bentuk penangguhan utang user terhadap Rumah
Basmalah terdapat suatu perjanjian jual beli secara tertulis yang dibuat dan didaftarkan
dihadapan notaris.
Menurut ulama Hanifiyah rukun rahn adalah ijab dan qobul dari rahin dan al murtahin,
sebagaimana pada akad yang lain. Akan tetapi, akad dalam rahn tidak akan sempurna
sebelum adanya penyerahan barang.nAdapun menurut ulama selain Hanafiyah, rukun rahn
adalah shigat, aqid (orang yang berakad), marhun, dan marhun bih. Berbicara soal perjanjian
jual beli secara utang haruslah secara tertulis dan didaftarkan kepada notaris agar
21 Pak Noe, Wawancara 22 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. I; 2002), 105. 23 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. I; 2002), 108.
59
mendapatkan kepastian hukum. Hal ini sebagaimana Firman Allah Subhann Wata’ala dalam
QS Al Baqarah (2) ayat 283 :
“Dan jika kamu dalam perjalanan (dan bermu`amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang).”
Pada pembahasan ini bukti kepemilikan atas suatu benda dapat seperti Surat Hak Milik
Tanah merupakan tanda kepemilikan atau penguasaan atas suatu tanah. oleh Karena itu
apabila Rumah Basmalah tidak memungkinkan untuk membawa barang jaminan, maka user
cukup menyerahkan surat bukti kepemilikian atas suatu benda yang dijaminkan. Rumah
Basmalah secara jelas telah menetapkan Sertifikat Hak Milik sebagai bentuk kepemilikan atas
suatu barang yang dapat dijadikan objek jaminan pada jual beli kredit bangunan rumah. Surat
Hak Miliki merupakan Bukti atas suatu Tanah yang memiliki nilai jual yang setara dengan
tanggungan yang dibebankan terhadap user. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh
narasumber :
“Kalau Jaminan kita ada karena untuk mengantisipasi. Nah itu kita pakai sertifikat
tanah yang mau di bangun atau misalkan sertifikat itu masih belum SHM. Kalau
memang tanah yang mau dibangun belum bisa, monggo bisa menggunakan surat
berharga lainnya yang setara dengan jumlah biaya pembangunan kita. Misalnya jika
dia punya harta lain kaya mobil bisa menggunakan BPKB.”24
Adapun beberapa hal yang mempengaruhi syarat sahnya jaminan. artinya bagi Rumah
Basmalah jika salah satu diantara syarat tersebut tidak ada atau tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku maka perbuatan itu tidak sah. hal ini sebagaimana telah tertuang didalam
literature yang dikarang oleh Rachmat Syafie, jaminan ini satu pembahsan yang berkaitan
dengan syarat sah ar-rahn (gadai) antara lain:25 Syarat mahrun (Objek Jaminan), Dalam
transaksi jual beli kredit antara Rumah Basmalah dengan user harus menggunakan jaminan
karena terjadinya utang piutang di antara kedua belah pihak. Utang yang dimaksudkan adalah
beban biaya yang dikeluarkan Rumah Basmalah dalam membuat atau merenovasi rumah user
dan sesuai dengan perjanjian jaminan yang telah disepakati. Marhun adalah barang yang
dijadikan jaminan oleh rahin. Para ulama fiqih sepakat mensyaraktkan marhun sebagaimana
persyaratan barang dalam jual-beli, sehingga barang tersebut dapat dijual untuk memnuhi hak
murtahin. Rumah Basmalah memberikan beberapa ketentuan bentuk barang jaminan yang
dapat diberikan oleh user sebagai penangguhan utangnya.
Marhun (objek jaminan) harus utuh, jaminan yang berkaitan dengan benda lainnya, tapi
Hanafiyah berpendapat tidak sah jika objek jaminan berkaitan dengan benda lain seperti
menjaminkan buah yang masih di pohon, sedangkan pohonnya tidak dijadikan objek jaminan. 26 Pada pendapat ini Rumah Basmalah telah sesuai dengan ketentuan fiqh muamalah tentang
marhun (objek jaminan), karena jaminan yang ditetapkannya merupakan Sertifikat Hak Milik
dan surat berharga lainya yang memiliki nilai yang setara dengan tanggungan user. Ulama
Hanafiyah mensyaratkan marhun, antara lain : dapat diperjual belikan,bermanfaat, jelas, milik
rahin, bisa diserahkan, tidak bersatu dengan harta lain, dipegang (dikuasai) oleh rahin, dan
24 Pak Noe, Wawancara, (Malang, Selasa 4 Juli 2018) 25 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 164.
60
harta yang tetap atau dapat dipindahkan. Pada pendapat ini Rumah Basmalah juga telah sesuai
secara syar’i karena bentuk barang jaminan yang ditetapkan adalah barang yang dapat dijual
atau dipindah tangankan seperti Sertifikat Hak Milik.
Syarat marhun bih (utang), Rumah Basmalah menjual jasa pembangunan atau renovasi
suatu rumah bagi user yang akan dibayar secara mengangsur tanpa adanya bunga. Secara fiqih
muamalah ini disebut marhun bih atau utang. Perihal hak dan kewajiban telah tertulis didalam
surat perjanjian jual beli yang didaftarkan kepada notaris agar menjadi bukti autentik. Syarat
Memegang mahrun (Objek Jaminan), Penguasan barang jaminan ketika penyerahan
berlangsung. Rumah Basmalah sebagai pemegang barang jaminan sedangkan user sebagai
pemberi jaminan. Adapun bentuk jaminan yang diserahkan adalah hanya Sertifikat Hak Milik
Tanah atau surat berharga yang memiliki nilai setara dengannya. Sehingga penguasaan benda
jaminan masih ditangan pemberi jaminan sedangkan yang dipegang oleh penerima jaminan
hanya bukti kepemilikan. Oleh sebab itu terdapat beberapa pendapat ulama mengenai
penguasaan barang jaminan (objek jaminan).
Jumhur Ulama selain Malikiyah berpendapat bahwa memegang (alqabdhu) bukan
syarat sah rahn, tetapi syarat lazim. Dengan demikian jika barang belum dipegang oleh
murtahin akad bisa dikembangkan lagi. Sebaliknya, jika rahin sudah menyerahkan barang,
maka akan menjadi lazim, dan rahin tidak boleh membatalkannya secara sepihak.27 Rumah
Basalah sebagai pemegang Sertifikat Hak Milik atau surat berharga lainnya yang telah
dijadikan jaminan penagguhan utang oleh user telah menyewa branksa penyimpanan pada
suatau bank. Hal ini bertujuan untuk memberikan keamanan yang lebih dan menjaga
kepercayaan user terhadap Rumah Basmalah. Artinya Rumah Basmalah telah melibatkan
pihak ketiga dalam sistem jaminan yang diterapkannya. Sebagaimana yang telah disampaikan
oleh narasumber :
“Nah untuk jaminan sendiri didaftrakan di notaris dan kita sewakan brangkas di bank
agar aman.”28
Orang yang berkuasa atas marhun, adalah murtahin atau wakilnya. Dipandang tidak sah
jika orang yang memegang marhun adalah rahin sebab salah satu tujuan memegang marhun
adalah untuk kemanan bagi murtahin. Marhun boleh dititpkan kepada seseorang yang
disepakati oleh rahin dan murtahin. Orang tersebut disebut adl.29
Allah telah berfirman dalam QS. Al Mu’minun Ayat : 8,
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”
Rumah basmalah telah memberikan pelayanan dan perlakuan yang baik ketika diberikan
kepercayaan memegang bukti kepemilikan suatu benda sebagai jaminan pelunasan utang user.
Rumah Basmalah ketika terdapat user yang mengalami keterlambatan untuk membayar
angsuran Tidak menarik uang denda atau infaq. Artinya tidak memanfaatkan momentum
tersebut untuk mencari keuntungan dengan melibat gandakan tanggungan piutang (riba).
Adanya tabayun atau klarifikasi. Rumah Basmalah dalam penanganan cidera
janji/wanprestasi, telah dilakukan beberapa upaya yang baik dan setiap tindakannya selalu
berdasar pada nash-nash yang berlaku. Sehingga menjunjung moralitas ketika menyelesaikan
permasalahan tersebut. Salah satunya dengan memperkuat dalam hal komunikasih dengan
user yang bermasalah Sebagaimana yang telah disampaikan oleh narasumber :
27 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, t.th), 166. 28 Pak Noe, Wawancara (Selasa, 4 Juli 2018) 29 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, t.th), 166.
61
“Kalau kami sih ketika ada user-user seperti itu per itu (user) dikomunikasikan.”30
Dalam permasalahan utang piutang seorang kreditor sebaiknya memberikan beberapa
waktu luang untuk memberikan penangguhan terhadap debitor untuk berusaha melunasi utang
yang ditanggungnya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah Subhana Wata’ala di dalam
Al Qur’an QS. Al Baqarah : 280
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui”
Rumah Basmalah telah memberikan beberapa hal dalam penanggungan waktu bagi user
yang mengalami kesulitan atau permasalahan didalam memenuhi kewajibannya untuk
melunasi tanggungannya. Dengan komunikasi yang baik Rumah Basmalah memberikan
kesempatan pada user untuk mencarikan pengganti apabila rumahnya belum dibangun atau
direnovasi, dan apabila rumahnya telah dibangun atau renivasi maka diberikan beberapa
waktu penanggungan sebanyak tiga kali kesempatan. Dan hal ini juga dengan melihat alasan
atau sebab user melakukan hal tersebut secara baik dan syar’i. sebagaimana yang telah
disampaikan oleh nara sumber : “Ada beberapa alasan dan itu bisa syari’atau tidak, jika alasannya tidak mampu bayar
ada masalaha keuangan segala macem, oke dari alasan itu kita engga bisa menolak
kalau mau mundur, monggo kita kasih penawaran mau mundur atau mau diusahakan
dulu selama 2 bulan, yang penting ada kejelasan trasnparansi di Kita. Misalkan saya
bulan ini belum bisa bayar karena anak baru lahir dan egalam macem, ok kita tunggu 2
bulan lagi, 2 bulan setelahnya ternyata beliau tidak bisa diflollow up lagi, oke kita
tunggu 2 bulan lagi, itu kedua lagi kan izin ibaratnya terus yang terakhir sampai 3 kali
ternyata dia masih nunda-nunda lagi kita kasih ketegasan. Kita kasih penawaran utuk
melanjutkan atau tidak program ini. Jika lanjut kita kasih penangguhan 1 bulan lagi.
Jika tetap tidak ada kabar baik. Kita langsung mengabil ketegasan mas.”31
Eksekusi untuk menjual jaminan yang telah diberikan oleh user kepada Rumah
Basmalah dapat dilakukan ketika user telah melakukan wanprestasi. Orang yang berhak
menjual jaminan tersebut adalah user, karena user merupakan pemilik barang yang
dijaminkan tersebut. Namun Rumah Basmalah juga dapat menjualkan jaminan dibawah
tangan, kecuali setelah ada kesepakatan diantara kedua belah pihak tentang penjualan jaminan
tersebut sebagai bentuk pelunasan hutang user terhadap Rumah Basmalah. Ulama memiliki
beberapa pendapat tentang kekuasaan menjual jaminan. Pertama, penjualan waktu pilihan
(berlangsungnya rahn), ulama sepakat bahwa yang berhak menjual marhun (objek jaminan)
adalah rahin, tetapi harus seizin murtahin.32 Seorang user ketika tidak sanggup melunasi
utang setelah diberikan waktu penangguhan yang cukup sesuai kesepakatan yang ada. Secara
ikhlas user harus menjual jaminannya sebagai bentuk pelunasan hutangnya. Oleh sebab itu
user juga berhak untuk menjualkan sendiri jaminannya, akan tetapi harus ada komunikasi
yang baik dengan Rumah Basmalah untuk membahas tentang proses penjualannya.
Kedua, Penjual secara paksa, hakim diharuskan memaksa rahin untuk menjual objek
jaminan jika ia tidak mampu membayar utang sampai batas waktu yang telah ditentukan.33
30 Pak Zayyin, Wawancara (Batu, Ahad 16 September 2018) 31 Pak Noe, Wawancara 32 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 175. 33 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 175.
62
Hal ini dilakukan ketika terdapat sengketa di pengadilan antara user dengan Rumah Basmalah
ketika proses mengeksekusi jaminan yang telah ditangguhkan sebagai pelunasan hutang.
Keputusan hakim yang berkekuatan hukum tetap merupakan keputusan yang harus dilakukan
oleh pihak yang bersangkutan. Baik user atau Rumah Basmalah dapat menjualnya di Kantor
Pelalangan.
Ketiga, Menjual barang yang cepat rusak, apabila objek jaminan akan rusak jika tidak
segera dijual dan tidak dapat bertahan lama, murtahin dibolehkan menjualnya atas seizing
hakim.34 Hal ini dapat dilakukan ketika user memberikan suatu jaminan kepada Rumah
Basmalah dalam bentuk benda bergerak seperti kendaraan bermotor, atau juga benda yang
memiliki umur yang akan mempengaruhi harga jual jaminan tersebut, sehingga tidak dapat
menutupi hutangnya user. Namun pada prakteknya Rumah Basmalah pada saat ini hanya
menggunakan Sertifiksat Hak Milik dan Surat Berharga lainnya yang sesuai dengan nilai
hutangnya. Apabila harga jual melebihi tanggungan hutang yang wajib dibayarkan maka sisah
hasil penjualannya akan dikembalikan kepada user. Keempat, Hak menentukan harga, jumhur
ulama sepakat bahwa murtahin lebih berhak menentukan harga jual marhun sehingga dapat
menutupi utang murtahin. Pada proses menjualan dalam rangka mengeksekusi jaminan untuk
pelunasan hutang seorang user, Maka Rumah Basmalah dapat menetapkan harga jaminan
yang akan dijual, meskipun jaminan tersebut akan dijualkan oleh user atau Rumah Basmalah
sendiri. Rumah Basmalah adalah pihak yang memiliki piutang atas user sehingga Rumah
Basmalah juga senantiasa memperhatikan dan menaksir nilai dari jaminan yang telah
diberikan kepadanya sebagai penangguhan hutang user.
Kelima, murtahin (Rumah Basmalah) mensyaratkan untuk memiliki marhun (Jaminan),
ulama sepakat bahwa murtahin tidak boleh mensyaratkan bahwa jika rahin tidak mampu
membayar, barang gadaiannya menjadi milikinya. Syarat seperti itu dikategorikan syarat
fasid.35 Dalam proses mengeksekusi jaminan, Rumah Basmalah tidak diperkenankan
memiliki barang jaminan yang diberikan oleh user sebagai penangguhan hutangnya ketika
user tidak mampu membayar hutangnya setelah diberikan waktu penangguhan yang telah
disepakati. Perihal ini dibahas ketika pembuatan kontraka jual beli antara Rumah Basmalah
dengan user yang membahas tentang eksekusi jaminan atau masalah wanprestasi. Rumah
basmlah telah melakukan kegiatan muamalahnya dengan sangat baik dan menjunjung tinggi
moralitas dalam praktek jual belinya. Sehingga secara hukum Islam sudah cukup baik. Namun
masih akan tetap selalu berkembang hingga menjadi lebih baik lagi.
Kesimpulan
Pertama, Implementasi Jaminan dalam jual beli bangunan rumah properti syariah di
Rumah Basmalah kota Malang ketika bertransaksi bersama user belum sepenuhnya
menggunakan bahkan mendaftarkan Hak tanggungan sebagaimana yang telah dijelaskan pada
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan. Rumah Basmalah kota
Malang merupakan perusahan yang baru berkembang di kota Malang sehingga masih dalam
tahap pengembangan. Maka untuk saat ini Hak tanggungan masih belum diperjanjikan
dihadapan PPAT dan didaftarkan ke Kantor Pertanahan. Sehingga implikasinya ketika suatu
jaminan yang tidak didaftarkan, bagi Rumah Basmalah tidak mendapatkan perlindungan
hukum dan hak preferen serta tidak dapat mengeksekusi jaminan apabila user melakukan
cidera janji. Akan tetapi pada praktiknya, objek jaminan yang digunakan oleh Rumah
Basmalah salah satunya adalah Sertifikat Hak Milik Tanah. Kemudian perjanjian yang
membahas mengenai jaminan telah ditulis didalam perjanjian jual beli antara Rumah
34 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 175 35 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 175
63
Basmalah dengan user yang telah didaftarkan dan dibuat dihadapan notaris, sehingga
perjanjian tersebut mendapatkan legalitas secara Hukum. Maka pada saat ini dalam
penyelesaian wanprestasi dan eksekusi Jaminan Rumah Basmalah mengutamakan
Komunikasi yang Baik terhadap user dan memberikan beberapa waktu penanggugan agar
user untuk dapat melunasi hutangnya. Disisi lain Rumah Basmalah akan selalu berkembang
menjadi lebih baik dan menyesuaikan dengan aturan yang berlaku dan kebutuhan Masyarakat
tentang kebutuhan di Bidang Properti Syariah. Kedua, Pada Praktik Jaminan di Rumah Basmalah telah menyesuaikan sistem jual
belinya dengan ketentuan syariah tentang jaminan atau rahn. Terdapat Rumah Basmalah
sebagai murtahin, user sebagai rahin, Jasa Pembangunan merpuakan objek Hutang
Piutangnya, Hutang merupakan biaya pembangunan rumah dan yang terakhir objek jaminan
yaitu jaminan sebagai penangguhan hutang user terhadap Rumah Basmalah. Semangat yang
dipegang oleh Rumah Basmalah adalah semangat kebaikan sehingga secara prinisp syari telah
sesuai dengan ketentuan hukum syar’i yang membahas tentang rahn
Daftar Pustaka
Adi, Rianto. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Rahmatika Creative Design : Jakarta.
2004.
Antonio, Muhal Syafei. Bank Syariah dan Dari Teori Ke Praktek. Gema Insani Press: Jakarta,
2003.
As’adi, Ghufron A.M. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet.
I, 2002.
Fuady, Munir. Hukum Jaminan Utang. Erlangga : Jakarta, 2013.
HS, H. Salim. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada :
Jakarta, 2004.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset. Kencana : Jakarta, 2006.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. PT. Bumi AKsara : Jakarta,
2003.
Prayudi, Guse. Jaminan Dalam Perjanjian Utang Piutang. Mitra Setia : Yogyakarta, 2008.
Setiawan, Comy R. Metode Penelitian Kualitatif - Jenis, Karakter, dan Keunggulannya.
Grasindo : Jakarta, 2010.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Penerbit Univesitas Indonesia Press :
Jakarta, 1986.
Subekti, R. Hukum Perjanjian. PT. Internusa : Jakarta, 1991.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Sutedi, Adrian. Hukum Hak tanggungan. Sinar Grafika : Jakarta, 2010.
Syafei, Rachmat. Fiqh Muamalah. Pustaka Setia : Bandung, 2001.
Usman, Racmadi. Hukum Jaminan Keperdataan. Sinar Grafika : Jakarta, 2008.