88
IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM PROSES PENCEGAHAN BEREDARNYA PRODUK HARAM OLEH LPPOM MUI PROVINSI JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Muhammad Kurnia Nugraha NIM: UT.150215 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM

PROSES PENCEGAHAN BEREDARNYA PRODUK HARAM

OLEH LPPOM MUI PROVINSI JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Muhammad Kurnia Nugraha NIM: UT.150215

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS

USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Page 2: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama
Page 3: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama
Page 4: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama
Page 5: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

MOTTO

ملوا و

الر اتقوا اللهو ا الا طيةلح الله شقننها ز

تن ب ي أ

ه

ؤمم

وى

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya”.1 (Q.S Al-Maidah : 88)

1

Al-Qur‟an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017.

v

Page 6: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT., yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas

penulisan skripsi ini. Melalui skripsi yang sangat sederhana ini, maka penulis akan

mempersembahkan untuk orang-orang yang penulis kasihi dan penulis sayangi yang telah banyak membantu dalam

penulisan skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayahanda “Malawi Syamsir” dan Ibunda “Yusmani” yang telah banyak

memberi nasehat dan kasih sayang kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

Dan kepada Seluruh saudara-saudara saya semua yang senantiasa memberikan motivasi dalam penyelesaian study.

vi

Page 7: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

ABSTRAK

Karakteristik kehidupan masyarakat moderen di antaranya tercermin pada

pola konsumsinya yang cenderung pragmatis dan praktis. Oleh karena itu trend

untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), termasuk di dalamnya produk

hewani atau mengandung unsur hewani sudah menjadi gejala umum. Kalangan

pelaku usaha/produsen kemudian menangkap sinyal fenomena tersebut dan

berkompetisi merebut animo konsumen sehingga makanan siap/cepat saji dalam

berbagai bentuk kemasan (kaleng, plastik, karton dan lain sebagainya) membanjiri

pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja produk haram yang

pernah dijumpai beredar di Indonesia khususnya di Kota Jambi. Agar mewaspadai

pembelian produk haram oleh konsumen. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalah penelitian kualitatif

dengan menggunakan pendekatan kajian fenomenologi. Metode penelitian

kualitatif menunjukkan kepada prosedur-prosedur riset yang menghasilkan data

kualitatif: ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku yang

terobsesi. Setting penelitian implementasi ayat-ayat al-Qur‟an dalam proses

pencegahan beredarnya produk haram oleh LPPOM kota Jambi. Wawancara yang

dilakukan adalah wawancara langsung dengan para informan tokoh LPPOM MUI

dan tokoh masyarakat. Selain itu juga ditunjang dengan data kepustakaan dengan

mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan obyek penelitian. Hasil penelitian ini yaitu bahwasanya LPPOM MUI bekerja dengan baik

dalam mengimplementasikan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dengan cara gencar

dalam mencegah peredaran produk haram. Rekomendasi dari penulis bahwa

masyarakat Jambi untuk berhati-hati dan waspada dalalm membeli produk dan

kepada MUI agar dapat membangun sinergi bersama masyarakat dan lebih

memperluas dalam mengadakan penyuluhan agar dapat bersama-sama mencegah

beredarnya produk haram. Kata Kunci: Implementasi, Ayat Al-Qur’an, Pencegahan, Produk Haram.

vii

Page 8: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta

alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada setiap manusia

yang dicintai-Nya, sehingga segala kedamaian dan keindahan selalu ada dalam

setiap genggaman kehidupan. Tiada yang pantas diraih selain ridha dari Allah

Yang Maha Mencintai hamba-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan

Rasulullah Muhammad Saw. yang teguh dan berwibawa dalam memimpin ummat

manusia untuk menggapai ridha-Nya.

Suatu keniscayaan sebuah karya akan tercapai tanpa hadirnya do‟a dan

kerjasama antar sesama. Begitu juga hadirnya skripsi ini berkat do‟a dan campur

tangan dari segenap pihak yang telah membantu penulis melahirkan skripsi ini.

Dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Implementasi

Kandungan Ayat Al-Qur’an dalam Proses Pencegahan Beredarnya Produk

Haram Oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi (Studi Living Qur’an)”.

Sudah sepantasnya penulis menghaturkan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1. Bapak H. Husin. Abd. Wahab, Lc.,M.A.,Ph.D Selaku dosen pembimbing I

yang telah banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya

penulisan Skripsi ini. 2. Bapak M. Ali Mubarak, S.IP.,M.Si Selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak memberiakan bimbingan dan pengarahan serta saran dan waktu demi

terselesaikan penulisan Skripsi ini.

3. Ermawati. S.Ag, MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. 4. Bapak Dr. H. Abd. Ghaffar, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi. 5. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. Selaku Wakil Dekan bidang akademik Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi dan sekaligus Pembimbing

Akademik yang senantiasa selalu memberikan saran, semangat dan waktunya

demi terselesaikan Skripsi ini. 6. Bapak H. Abdullah Firdaus, Lc, MA., Ph.D. selaku Wakil Dekan bidang

administrasi umum perencanaan dan keuangan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi.

7. Bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan

dan bidang kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

Jambi.

viii

Page 9: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama
Page 10: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….... i

NOTA DINAS ………………………………………………………………... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI …………………….... iii

PENGESAHAN ………………………………………………………………... iv

MOTTO ……………………………………………………………………….. v

ABSTRAK ……………………………………………………………………... vi

PERSEMBAHAN ……………………………………………………………... vii KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ...... viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... x

PEDOMAN TRANSLITE ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 4

C. Batasan Masalah ……………………………………………….... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………….... 5

E. Metode Penelitian ………………………………………………... 5

F. Kerangka Teori ………………………………………………….. 9

G. Studi Relevan ………………………………………………....... 13

BAB II DESKRIPSI PRODUK HARAM

A. Pengertian Produk Haram ................................................................................ 16 B. Larangan Mengkonsumsi atau Menggunakan Produk Haram .............. 20

C. Bahaya Produk Haram ..................................................................................... 24

D. Pentingnya Waspada Dalam Membeli Produk-produk .......................... 30

BAB III KAJIAN AYAT-AYAT ALQUR’AN TENTANG KONSUMSI

HALAL DAN HARAM A. Referensi Dalil Al-Qur‟an dalam Pencegahan Peredaran Produk

Haram

………………………………

…………………………... 32

B. Tafsir Ayat Al-Qur‟an Tentang Konsumsi Halal dan Haram ….. 35

BAB IV PROSEDUR, MEKANISME, DAN TEMUAN OLEH LPPOM

MUI PROVINSI JAMBI A. Prosedur dan Proses Pelabelan Produk Halal ........................................... 47 B. Mekanisme Pemeriksaan ……………………………………... ....... 51

C. Produk-produk Haram yang Pernah Dijumpai di Kota Jambi …. 56

D. Regulasi Tentang Jaminan Halal ……………………………….. 59

x

Page 11: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................................... 63

B. Saran-Saran 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

xi

Page 12: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar referensi atau dalil yang digunakan menyangkut Konsumsi halal dan haram 34

xii

Page 13: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Al-Fabet

Indonesia Arab Indonesia Arab

ṭ ا ‟ ط

ẓ ظ B ة

ت T ع „

Gh غ Th ث

F ف J ج

Q ق ḥ ح

K ك Kh خ

L ه D د

M م Dh ذ

N ى R ز

H ه Z ش

W و S ش

ش Sh ء ‚

Y ي ṣ ص

ḍ ض

B. Vokal dan Harakat

Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia Arab

Ī اى ā ىة A ا

Aw او Á اى U ا

Ay اى Ū او I ا

Page 14: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

C. T ā’ Marbūṭ ah

1. T ā’ Marbūṭ ah yang mati atau mendapat harakat sukun,

maka transliterasinya adalah /h/.

Arab Indonesia

ص ṣ ةلا alāh

Mir‟āh ةارم

2. T ā’ Marbūṭ ah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah

dan dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

و ز را لاة برت ي wizārat al-Tarbiyah ة

سلاةاررم م Mir‟āt al-Zaman ن

3. T ā’ Marbūṭ ah yang berharakat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.

Arab Indonesia

ة

xiv

Page 15: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pola hidup masyarakat yang saat ini sangat dipengaruhi oleh meluasnya

peredaran berbagai produk, kemajuan sains dan teknologi telah menghantarkan

kehidupan umat manusia ke alam dan gaya hidup moderen, lengkap dengan

berbagai bentuk kemudahan yang ditawarkannya.1

Karakteristik kehidupan masyarakat moderen di antaranya tercermin pada

pola konsumsinya yang cenderung pragmatis dan praktis. Oleh karena itu trend

untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), termasuk di dalamnya produk

hewani atau mengandung unsur hewani sudah menjadi gejala umum. Kalangan

pelaku usaha/produsen kemudian menangkap sinyal fenomena tersebut dan

berkompetisi merebut animo konsumen sehingga makanan siap/cepat saji dalam

berbagai bentuk kemasan (kaleng, plastik, karton dan lain sebagainya) membanjiri

pasar.2 Menjadi hal penting yang harus diteliti, khususnya bagi masyarakat

Muslim. Pasalnya realita pada saat ini banyak didapati produk-produk yang

mengandung unsur-unsur yang berbahaya atau haram bagi masyarakat, khususnya

masyarakat muslim untuk dikonsumsi, sedangkan kita tahu bahwasanya mayoritas

masyarakat di Indonesia adalah beragama Islam.

Temuan produk-produk haram kerap kali ditemui di pusat perbelanjaan

ataupun di toko-toko yang menjual pangan, minuman, obat-obatan ataupun

kosmetik, seperti produk-produk berbahan zat kimia yang berbahaya, berbahan

dasar organ tubuh binatang haram seperti babi, dan penyembelihan hewan ternak

yang sembarangan (tidak sesuai dengan aturan Islam) atau yang sudah menjadi

bangkai, seperti ayam, daging sapi, kerbau, kambing dan semacamnya. Temuan-

temuan seperti ini, pernah ditemui beredar dipasaran, dan bahkan ada yang dijual

di supermarket dengan kemasan menarik atau yang terlihat higienis. Hal ini perlu

di waspadai, selain mengingat bahwa mengonsumsi produk haram adalah

1Moh. Bahruddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani” Jurnal ASAS,

Vol.2, No.1, Januari 2010, hal.1 2Moh. Bahruddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani”, hal. 3

1

Page 16: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

2

larangan bagi umat Islam, bahkan juga sangat berbahaya bagi kesehatan

konsumen.

Saat ini pencegahan beredarnya produk haram, sudah dijalankan oleh

Lembaga Pengawasan Pangan, obat-obatan, dan kosmetika Majelis Ulama

Indonesia (LPPOM MUI) Provinsi Jambi dengan program pelabelan pada produk-

produk. Namun masalah yang dijumpai adalah bahwasanya ada pelabelan palsu

terhadap produk-produk seperti makanan ataupun kosmetik dan masih banyaknya

beredar produk-produk yang tidak mengenakan label halal dari MUI Provinsi

Jambi.3

Kasus-kasus makanan halal yang dapat meragukan masyarakat akan

mempunyai dampak negatif tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan itu sendiri,

tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bangsa pada umunya. yang

lebih penting lagi bagi seorang muslim dalam hal makan dan minuman adalah

suatu yang erat sekali kaitannya dengan ibadah. Manakala seorang muslim

memakan dan meminum sesuatu yang haram atau najis, maka do‟ a dan

ibadahnya sia-sia dan tidak diterima oleh Allah SWT.

MUI Provinsi Jambi pada dasarnya memiliki dalil atau acuan, yang dalam

hal ini digunakan berkaitan dalam program pencegahan produk haram, dan

utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟ an yang menjadi landasan utama dalam

penggunaan sebagai dalil ijtihad atau pengeluaran fatwa. Seperti contoh yang

digunakan sebagai dalil dari surah al-Baqarah ayat 168:

“Wahai manusia! Makanlah yang halal lagi baikyang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu

musuh yang nyata bagimu”.4

Pernyataan di atas jelas menunjukkan bahwasanya Allah SWT

memerintahkan agar kita mengonsumsi makanan yang halal, dan menghindari

3 Lihat Dokumentasi di lampiran-lampiran

4 Al-Qur‟ an dan Terjemahnya, Forum Pelayanan Al-Qur‟ an (Yayasan Pelayan Al-Qur‟ an

Mulia). Maret 2017 M. hal.25

Page 17: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

3

hasutan Syaitan yang menjerumuskan kita ke jalan yang salah, dengan cara

menyuruh untuk mengonsumsi barang yang haram. Dalil ini juga diperkuat

dengan adanya hadis Nabi dan pendapat para Ulama dari hasil ijtihad yang

mengeluarkan fatwa tentang bentuk atau yang serupa dengan hal-hal yang tidak

halal. Seperti misalnya Ulama berijtihad mengenai surah al-An‟ am ayat 165:

“Katakanlah, "Tiadalah aku beroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semuanya itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa, sedangkan dia tidak dalam keadaan memberontak dan tidak (pula) melampaui batas, maka

sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."5

Menggunakan firman Allah di atas, para Ulama saling berargumen dan

mengemukakan pendapat sehingga menemukan kesepakatan dengan didukung

dari jalan dalil-dalil pendukung lainnya, seperti hadis Nabi Muhammad SAW dan

diiringi dengan ilmu-ilmu yang berhubungan lainnya sehingga menjadi satu

kesepakatan dari kerangka teori pemikiran yang kuat dan menghasilkan pendapat

hukum yang jelas dan dapat dijadikan pedoman oleh sebahagian orang. dari hasil

ijtihad tadi muncullah kesepakatan dari sebahagian ulama yang sepakat bahwa

dari ayat di atas, yang dimaksud daging babi ialah mencakup segala unsur yang

terdapat atau terkandung dari hewan babi tersebut.

Pembahasan di atas menggambarkan bahwa al-Qur‟ an secara tidak langsung

bekerja dalam bentuk skenario yang disusun oleh Allah SWT, dan diperankan

oleh LPPOM MUI dan instansi terkait, berperan aktif sebagai aktor dalam proses

pencegahan beredarnya produk haram di Indonesia khususnya di Provinsi Jambi.

Tentunya hal ini dibekali dengan keimanan dan ketaqwaan, dan dengan semangat

dalam menegakkan perintah-perintah Allah SWT.

5 Al-Qur‟ an dan Terjemahnya, Forum Pelayanan Al-Qur‟ an (Yayasan Pelayan Al-Qur‟ an

Mulia). Maret 2017 M, hal 144

Page 18: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

4

Pemaparan di atas menarik untuk dikaji lebih dalam mengenai apa saja

produk-produk haram yang pernah dijumpai dan patut diwaspadai bagi umat

Islam di Indonesia khususnya di Provinsi Jambi. Bagaimana temuan di lapangan

dan proses pencegahan peredaran produk haram yang dilakukan oleh LPPOM

MUI Provinsi Jambi. Bagaimana analisis mendalam terhadap teori-teori mengenai

ayat-ayat al-Qur‟ an tentang hal-hal yang halal dan haram.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah implementasi kandungan ayat al-Qur‟ an tentang produk haram

dalam proses pencegahan beredarnya produk haram oleh LPPOM MUI Provinsi

Jambi?.

Masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan

penelitian, yaitu:

1. Bagaimana deskripsi tentang produk haram?

2. Apa saja ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal dan haram, dan

bagaimana penafsiran ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal dan haram?

3. Bagaimana penerapan oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi dalam pemahaman

terhadap ayat-ayat al-Qur‟ an yang menyangkut masalah halal dan haram

untuk proses pencegahan beredarnya produk haram?

C. Batasan Masalah

Agar peneliti lebih fokus dan tidak melebar pada data yang seharusnya

dijelaskan, maka peneliti hanya fokus pada pembahasan mengenai, implementasi

ayat-ayat al-Qur‟ an dalam proses pencegahan beredarnya produk haram yang

dilakukan oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi. Artinya kajian lebih dalam akan

dipaparkan dengan bagaimana penafsiran para ulama tentang ayat-ayat yang

menjelaskan tentang hal-hal yang haram, dan bentuk proses pencegahan yang

dilakukan oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi.

Page 19: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti memiliki tujuan sebagai

berikut:

1. Mengetahui apa itu produk haram dari segi definisi dan sifat produk

haram.

2. Mengetahui apa saja ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal dan haram,

dan bagaimana teori penafsiran ayat-ayat tersebut.

3. Mengetahui analisis mendalam terhadap proses implementasi yang

dilakukan oleh LPPOM MUI terkait pencegahan beredarnya produk

haram.

a. Menambah wawasan tentang proses pencegahan yang dilakukan oleh

LPPOM MUI Provinsi Jambi.

b. Agar mengubah pola hidup masyarakat untuk lebih waspada dalam

membeli produk.

c. Menambah referensi terkait dalil yang menjelaskan tentang hal-hal yang

haram.

d. Memberikan sumbangan keilmuan bagi civitas akademika UIN STS Jambi

khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.

E. Metode Penelitian.

Metode penelitian pada dasarnya adalah bagai mana seorang peneliti

mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan

terarah tentang pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data

sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah

(problem akademik).

Analisis terhadap tema yang penulis angkat dalam skripsi ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian living Qur‟ an.

Metode penelitian living Qur‟ an menunjukkan kepada prosedur-prosedur riset yang

menghasilkan data kualitatif. Ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah

laku yang terobsesi. Pendekatan ini, mengarah kepada keadaan-

Page 20: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

6

keadaan dan individu-individu secara utuh. Metode living Qur‟ an

memungkinkan memahami masyarakat secara personal dan bagaimana praktek

masyarakat terhadap ayat al-Qur‟ an.6 Adapun langkah-langkah yang digunakan

dalam meneliti fenomena living Qur‟ an:

1. Setting dan Subjek Penelitian

Kegiatan penelitian perlu pula menegaskan setting penelitian, yakni tentang

latar alamiah (tempat, lokasi atau dimana) penelitian ini dilakukan. Penelitian

kualitatif yang dilakukan pada setting sosial tentu tidak dimaksudkan untuk

mewakili atau sebagai representasi dari latar (tempat, lokasi, dan daerah) tertentu.

Setting penelitian implementasi ayat-ayat al-Qur‟ an dalam proses

pencegahan beredarnya produk haram oleh LPPOM Provinsi Jambi. Pemilihan

setting didasarkan atas realitas kebudayaan pada sosial masyarakat. Sedangkan

subjek penelitian lebih mengarah kepada masyarakat setempat tentang

pencegahan beredarnya produk haram.

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu manusia, situasi atau peristiwa dan

dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan atau melalui wawancara.

Sumber data situasi atau peristiwa seperti suasana bergerak ataupun diam, yang

meliputi ruangan, luar ruangan, suasana dan prosesnya.

Sumber data primer penelitian ini adalah wawancara langsung kepada

Lembaga Pengawasan Pangan, obat-obatan dan Minuman (LPPOM MUI)

Provinsi Jambi dan Instansi terkait yang berhubungan dengan topik penelitian.

Sumber sekundernya adalah buku-buku yang berkaitan dengan pencegahan

produk haram serta hal-hal yang relevan dalam hal penelitian ini. Dalam teknik

wawancara terhadap LPPOM, peneliti akan mengajukan mengenai tema yang

diangkat dalam penelitian ini, mengenai konteks tentang pencegahan produk

haram yang dilakukan oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi.

6 Burhan Bungin, Analisi Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,

2006), hal .45

Page 21: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

7

3. Teknik Pengumpulan Data Secara umum cara atau metode pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan

dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan

gabungan keempatnya.

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi ada dua macam

yaitu, observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung adalah jika

pengamatan dan pencatatan suara dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang

diselidiki sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan

tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki, misalnya

peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, atau rangkayan foto.

Observasi perlu selalu diberi peluang untuk rekoreksi, cek ulang, dan cross

check antara observer yang lain. Upaya demikian, selain merupakan salah satu

bentuk mendekati nilai objektivitas, juga dapat dihubungkan dengan upaya

mendapatkan rekaman yang lebih lengkap, utuh, dan mendalam.7

b. Interview/wawancara

Interview merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan

sejumlah pernyataan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari

interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi

(interviewer) dan sumber informasi. Untuk memperoleh informasi yang tepat dan

objektif, setiap interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan

interview atau responden atau mengadakan raport, yaitu suatu situasi psikologis

yang menunjukkan bahwa responden bersedia bekerjasama, bersedia menjawab

pernyataan dan memberi informasi sesuai dengan pikiran dan keadaan yang

sebenarnya. Proses wawancara ini penulis menggunakan dua metode

wawancara/interview untuk memudahkan penulis mendapat informasi, yaitu

wawancara terstruktur dan tak terstruktur.

7Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005), hal.70

Page 22: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

8

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya

menerapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Hal ini ditunjuk

untuk mencari jawaban hipotesis. Untuk itu, pertanyaan disusun dengan ketat.

Pertanyaan yang diajukan sama untuk semua setiap subjek. Wawancara tak

terstruktur merupakan wawancara yang pertanyaanya tidak tersusun terlebih

dahulu atau dengan kata lain sangat tergantung dengan keadaan atau subjek. c.

Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui data-data

dokumenter, berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda ataupun

jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti. Data

dokumentasi yang dimaksud adalah tentang implementasi ayat-ayat al-Qur‟ an

dalam proses pencegahan beredarnya produk haram oleh LPPOM MUI Provinsi

Jambi. sebagai data yang dibutuhkan dalam penelitian untuk melengkapi data

yang diperoleh dari observasi dan wawancara.

Ketiga pengumpulan data di atas digunakan secara simultan dalam penilitian

ini, bermaksud untuk saling melengkapi antara data yang satu dengan yang data

yang lain. Sehingga data yang penulis peroleh memiliki kelengkapan dan

keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.

4. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan bentuk penelitiannya, dalam penelitian ini, analisis data yang

dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan. Data kemudian di cek

kembali, secara berulang. Adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah

sesuai dengan fakta dan fenomena yang ada.

a. Membaca ulang seluruh deskripsi hasil pembelajaran dilapangan (observasi-

aktif dan dokumentasi) untuk mendapatkan pemahaman sesuai konteks dan

kajian penelitian.

b. Membaca lagi deskripsi hasil pengamatan lapangan (hasil observasi-aktif

dan dokumentasi), lebih teliti, dan menghilangkan setiap kali menemukan

sesuatu yang tidak relevan.

Page 23: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

9

c. Mencari serangkaian satuan pemaknaan dengan cara mengurai informasi

(dari hasil wawancara) secara berulang-ulang mengelaborasi makna masing-

masing.

d. Merefleksikan suatu pernyataan dari hasil wawancara yang sudah tetap dan

memunculkan sesuatu yang esensial dari realitas yang ada.

e. Mensintesakan dan mengintekrasikan pengertian yang diperoleh (dari hasil

deskripsi, pemaknaan, refleksi) kedalam suatu deskripsi struktur

pengetahuan.

.

F. Kerangka Teori

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Defenisi Larangan Mengkonsumsi

Larangan adalah suatu perintah dari seseorang atau kelompok untuk

mencegah kita melakukan suatu tindakan. Kata larangan sangat sering kita dengar

dan kita lakukan bahkan setiap hari kita melakukan suatu hal yang menjadi

larangan. Seseorang melarang kita karena mereka ingin kita terhindar dari hal

yang tidak diinginkan atau mereka memiliki maksud di balik larangan tersebut.8

Pengertian larangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

larangan berasal dari kata melarang yang berarti memerintahkan supaya tidak

melakukan sesuatu atau tidak memperbolehkan berbuat sesuatu.9

Sedangkan larangan adalah perintah (aturan) yang melarang suatu perbuatan

atau sesuatu yang terlarang karena dipandang keramat atau suci atau sesuatu yang

terlarang karena kekecualian.

Kata larangan juga sering dikaitkan dalam konteks Islam dimana ajaran

Islam banyak mengandung larangan untuk semua umatnya. Larangan untuk

minum alkohol, makanan haram, larangan berzina, berbohong dan lainnya.

Pengertian larangan dalam ajaran Islam adalah mencegah suatu hal yang

buruk agar tidak dilakukan oleh umat Islam diseluruh dunia. Setiap larangan

memiliki sebab dan akibatnya. Pada umumnya larangan memberikan pesan bahwa

8http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-larangan, 2016.

9 Ebta Setiawan,https://kbbi.web.id/larangan dikembangkan pada 2012-2019 versi 2.5

Page 24: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

10

kita diperintahkan untuk menghindari suatu perbuatan agar kita selamat dari

akibat jika perbuatan itu kita lakukan.

Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam konsumsi juga

memiliki pengertian yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang

melingkupinya. Perbedaan mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional

adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus

memenuhi kaidah pedoman syaraiah islamiyyah.10

Konsumsi merupakan bagian aktifitas ekonomi selain produksi dan

distribusi. Konsumsi akan terjadi jika manusia memiliki uang (harta). Dalam

Islam harta merupakan bagian fitrah manusia untuk mencintainya. "Telah dihiasi

untuk manusia untuk mencintai kesenangan terhadap wanita-wanita"

Ada empat tujuan kegiatan konsumsi:

a. Mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap.

b. Menghabiskan guna barang atau jasa sekaligus.

c. Memuaskan kebutuhan secara fisik.

d. Memuaskan kebutuhan rohani.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan konsumsi adalah untuk memenuhi

kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai kepuasan yang maksimal agar

tercapai kemakmuran, kesejahteraan, dan kehidupan yang layak.

2. Produk Halal dan Haram dalam Al-Qur’an

Kata halal memilki arti diizinkan, diperbolehkan, legal, diperkenankan.

Halal adalah sesuatu yang dibolehkan menurut ajaran Islam.

“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, dan Dia (Allah) berkehendak (menuju) langit, lalu dijadikan-nya tujuh langit dan Dia

(Allah) maha mengetahui segala sesuatu”.11

(QS. Al-Baqarah Ayat: 29)

10 Arif Pujiyono, Teori Konsumsi Islami, Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 3 No. 2 /

Desember 2006, hal. 197

11 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.5

Page 25: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

11

Sedangkan haram dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

„terlarang‟ (oleh agama Islam), seperti contoh haram hukumnya apabila

memakan bangkai”.

Hukum memakan yang halal menentukan makanan mana yang

diperbolehkan dan makanan mana yang dilarang. Orang-orang muslim dilarang

untuk mengonsumsi atau menggunakan hal-hal yang diharamkan oleh Allah

SWT, baik yang disampaikan melalui al-Qur‟ an maupun hadis Nabi Saw.

Pada prinsipnya semua bahan makanan dan minuman adalah halal, kecuali

yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dasar penentuan halal haramnya

suatu makanan bagi umat Islam terdapat dalam al-Qur‟ an, seperti tercantum pada

ayat-ayat berikut : Bahan yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah, babi dan

hewan yang disembelih dengan nama selain Allah (QS. Al-Baqarah : 173).

Sedangkan minuman yang diharamkan Allah adalah semua bentuk khamar

(minuman beralkohol) (QS. Al-Baqarah : 219). Hewan yang dihalalkan akan

berubah statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur, jatuh

ditanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk berhala (QS. Al-

Maidah : 3). Jika hewan-hewan ini sempat disembelih dengan menyebut nama

Allah sebelum mati, makanan tetap halal kecuali diperuntukkan bagi berhala.

Mengacu pada dasar penentuan kehalalan suatu produk maka dapat disebutkan

bahwa yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat

kehalalan sesuai dengan syari‟ at Islam yaitu :12

a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan

yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain

sebagainya.

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata

cara syari‟ at Islam.

d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika

12

Dwiwiyati Astogini. Wahyudin. Siti Zulaikha Wulandari, “Aspek Religiusitas Dalam Keputusan Pembelian Produk Halal”, Jurnal JEBA, Vol.13, No.1, Maret 2011, hal. 3

Page 26: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

12

pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih

dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari‟ at

Islam.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

3. Landasan Yuridis Produk Halal

Terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan

sebagai payung hukum sertifikasi dan lebelisasi pangan halal. Di antaranya

ialah:13

a. UU Nomor 23/1992 tentang Kesehatan Pasal 21 huruf d terdapat kata

“ketentuan lainnya”. Dalam penjelasan ayat tersebut dinyatakan: bahwa

yang dimaksud dengan ketentuan lainnya misalnya kata atau tanda halal

yang menjamin bahwa makanan dan minuman dimaksud diproduksi dan

diproses sesuai dengan persyaratan makanan halal”.

b. UU RI Nomor 7/1996 tentang Pangan Pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa“

Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya

keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat

bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau

memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, keterangan tentang halal

dan tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69/ 1999 tentang Label dan Pangan Pasal

10 ayat (1) yang menyatakan: “Setiap orang yang memproduksi atau

memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat

Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib

mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label. Selanjutnya pada

Pasal 11 ayat (2) : pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan berdasarkan pedoman dan tata cara yang ditetapkan oleh

Menteri Agama dengan memperhatikan pertimbangan dan saran lembaga

keagamaan yang memiliki kompetensi di bidang tersebut”. Dalam

13

Bahruddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani”, hal.2

Page 27: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

13

penjelasan ayat tersebut, lembaga keagamaan dimaksud adalah Majelis

Ulama Indonesia).

d. UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 8 ayat (1) huruf

H menetapkan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau

memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak memenuhi ketentuan

produksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan

dalam label. Undang-undang ini juga menggariskan penerapan ketentuan

produk secara halal sebagaimana kehalalan yang dinyatakan dalam label

untuk menciptakan kepastian hukum dan perlindungan kepada masyarakat

dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk halal.

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa kehalalan makanan,

minuman, obat, kosmetik dan produk lainnya bagi umat Islam Indonesia

yang semula hanya diatur secara normatif dalam kitab-kitab fiqih, kini telah

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang merupakan paradigma

baru dalam pengaturan kehalalan produk. Dengan demikian maka tanggung

jawab atas kehalalan produk makanan, minuman, obat, kosmetik dan produk

lainnya tidak hanya menjadi tanggung jawab individu dan tokoh agama

semata, melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah.

G. Studi Relevan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis ditemui beberapa

penelitian yang mengkaji tema berkaitan dengan tema yang penulis kaji

diantaranya sebagai berikut:

Pertama: skripsi dengan judul “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan

BPOM dalam Labeling Obat dan Makanan” yang disusun oleh Drh. Wiku

Adisasmito, M.Sc, Ph.D Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah upaya peningkatan program dalam

labelisasi. Dalam program labelisasi produk halal ini, hal tersebut merupakan

kewajiban pemerintah dan juga masyarakat dalam mengontrol semua pola hidup

di masyarakat pemerintah sebagai ujung tombak dan payung hukum yang

melindungi masyarakat, seyogyanya mulai menata pola aturan agar sistem

Page 28: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

14

labelisasi ini dapat dipatuhi oleh seluruh lapisan masyarakat baik produsen

maupun konsumen. Sebagaimana yang diketahui menurut kepercayaan umat

muslim, bahwa tanggung jawab atas para pengikut ada di pimpinan, dan baiknya

pimpinan memberikan yang terbaik di masyarakat.14

Kedua: skripsi dengan judul “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”

yang disusun oleh Siti Zulaekah dan Yuli Kusumawati Fakultas Ilmu Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui makanan halal dan haram dalam Islam. Supaya umat Islam dalam

mengkonsumsi makanan haruslah selektif dalam pemilihannya terhadap status

halal atau haramnya. Penentuan status halal suatu makanan atau bahan makanan

tambahan makanan yang diproses, umat Islam harus melihat atau mencari tahu

dengan pasti sumber bahan yang digunakan apakah dari hewan atau tumbuhan.15

Ketiga: skripsi dengan judul “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan

Hewani” yang disusun oleh Moh. Bahruddin Fakultas Syari‟ ah IAIN Raden

Intan Lampung 1 Januari 2010. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendapatkan

jaminan dan kepastian hukum produk hewani baik impor maupun lokal, karena

halal dan haram termasuk kawasan ijtihadiyah yang memerlukan kajian dan

penelitian yang cermat untuk menetapkannya.

Sertifikasi dan labelisasi produk hewani yang halal sangat diperlukan, selain

untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum konsumen dari mengkonsumsi

produk yang tidak halal, juga dapat meningkatkan daya saing produk tersebut di

era persaingan pasar bebas.16

Persamaan dengan penulis yaitu sama-sama membahas tentang hal-hal yang

menyangkut tentang halal dan haram untuk dikonsumsi ataupun digunakan.

Dalam hal ini penulis mencoba fokus kepada mendeskripsikan proses-proses

dalam pencegahan, dan mendalami teori-teori dari sisi penafsiran, menyangkut

ayat-ayat yang mejelaskan tentang hal-hal yang halal dan yang diharamkan, guna

14

Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D, “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling Obat dan Makanan”, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 27 Februari 2008.

15 Siti Zulaekah. Yuli Kusumawati, “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”, Jurnal SUHUF, Vol. XVII, No. 01/Mei 2005.

16Moh.Bahruddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani”, hal.3

Page 29: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

15

menceritakan bahwasanya secara tidak langsung, al-Qur‟ an bekerja dalam

pencegahan peredaran produk-produk haram. Sebagaimana terlihat dari studi

relevan ini bahwa belum ada diantara kajian ini membahas tentang implementasi

kandungan ayat-ayat al-Qur‟ an dalam proses pencegahan beredarnya produk

haram.

Adapun perbedaannya dari beberapa penelitian di atas dengan penelitian

yang akan penulis lakukan adalah terkait analisis mendalam terhadap kandungan

ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal dan haram. Penulis lebih fokus pada

bagaimana pendapat para ulama atau mufassir terkait ayat-ayat yang menjadi dalil

yang melarang untuk menggunakan atau mengkonsumsi barang atau makanan

yang haram.

Page 30: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

BAB II

DESKRIPSI PRODUK HARAM

A. Pengertian Produk Haram

Pengertian „produk‟ di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses

produksi. Secara terminologi, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke

sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan.

Adapun pengertian haram, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

“terlarang” (oleh agama Islam) tidak halal. Seperti contoh “haram hukumnya

apabila memakan bangkai”.

Secara terminologi, haram berarti segala sesuatu yang diperintahkan oleh

syara‟ untuk meninggalkannya dan bagi yang melanggarnya akan mendapatkan

sanksi hukum.

Menurut syari‟ at Islam, memakan, meminum atau menggunakan produk halal

dikategorikan sebagai perilaku ibadah. Selanjutnya dikatakan bahwa mengonsumsi

produk halal menurut keyakinan agama (Islam) dan demi kualitas hidup dan

kehidupan, merupakan hak warga Negara yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945. K.H. Ma‟ ruf Amin, menyatakan bahwa di dalam ayat al-Qur‟ an Allah

telah memerintahkan kita untuk mengonsumsi yang halal dan meninggalkan yang

haram. Seperti ditegaskan dalam ayat dengan makna “Dan makanlah yang halal lagi

baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah

yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-Maidah [5]: 88). Juga dalam ayat lain

yang artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan

Allah kepadamu; dan bersyukurlah (atas) nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya

saja menyembah.” (QS. An-Nahl [16]: 114).17

17

KN. Sofyan Hasan, “Pengawasan dan Penegakan Hukum terhadap Sertifikasi dan

Labelisasi Halal Produk Pangan”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 2 VOL. 22 APRIL 2015: 290 – 307, hal.291

16

Page 31: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

17

Pemaparan di atas artinya memiliki substansi bahwa manusia dituntut untuk

menjauhi dari mengonsumsi hal-hal yang haram, baik itu dari perspektif Islam

ataupun hak warga negara yang dijamin undang-undang di Indonesia.

Konsumsi produk halal tidak hanya mencakup makanan saja, namun

meliputi sejumlah produk dalam rentang yang luas, seperti : peternakan, fashion,

cosmetics, banking, dan industri lainnya. Seorang muslim harus hidup sesuai

dengan petunjuk yang telah diberikan dalam setiap detil kehidupannya, misalnya

dalam pekerjaan, keuangan, kehidupan sosial dan konsumsi makanan.18

Saat ini terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab tergiurnya konsumen

tanpa memperhatikan dan berhati-hati dalam membeli produk-produk di pasaran,

karena berbagai jenis produk pada saat ini sangat mudah untuk diperoleh di

pasaran, baik itu makanan, minuman, obat-obatan, dan sebagainya. Tidak dapat

dipungkiri bahwa penyajian dan penampilan suatu makanan sangat memberi

pengaruh dan memegang peranan yang penting dalam pemasaran suatu produk

makanan, baik makanan siap santap maupun produk dalam kemasan, sehingga

menarik keinginan masyarakat untuk membeli produk.

Bagi umat Islam ada satu faktor yang jauh lebih penting dari sekedar rasa

dan penampilan yaitu halal atau haram suatu makanan. Umat Islam diajarkan

untuk makan makanan yang bersih dan selamat. Islam sangat memperhatikan

sekali sumber dan kebersihan makanan, cara memasak, cara menghidangkan, cara

makan sampai pada cara membuang sisa makanan (Rajikin, dkk, 1997).19

Maka

dari itu, umat Islam harus lebih sadar sebelum membeli produk-produk. Sebagai

konsumen, umat Islam dituntut untuk lebih berhati-hati, lebih memperhatikan dan

waspada dalam mengonsumsi produk.

Haramnya suatu makanan mempunyai hikmah mengapa hal tersebut

diharamkan. Makanan yang dimakan setiap hari berpengaruh kepada sifat

manusia yang memakannya. Kandungan gizi dan sifat yang terkandung dalam

makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan sifat orang

18 Dwiwiyati Astogini, “Aspek Religiusitas Dalam Keputusan Pembelian Produk Halal”,

hal.3 19

Siti Zulaekah dan Yuli Kusumawati, “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”, hal. 26

Page 32: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

18

yang mengonsumsinya. Itulah sebabnya Allah mengingatkan bahwa tidak semua

yang bisa dimakan, boleh dimakan. Segala sesuatu yang akan dimakan harus

memenuhi unsur halal dan baik. Unsur baik sangat berkaitan dengan kandungan

gizi yang terkandung dalam makanan, tetapi unsur haram berkaitan erat dengan

faktor mudharat dan manfaat akibat mengonsumsi makanan tersebut.

Kemudharatan tersebut bisa dalam bentuk bakteri yang akan menyebabkan

tumbuhnya penyakit dalam tubuh, menurut parah ahlinya, misalnya adalah cacing

pita taenia solium, cacing spiral trichinella spiralis, cacing tambang ancylostoma

duodenale, cacing paru paragonimus pulmonaris, cacing usus fasciolopsis buski,

cacing schistosoma japonicum, bakteri tuberculosis (TBC), bakteri kolera

salmonella choleraesuis, bakteri brucellosis suis, virus cacar small pox.20

Beberapa contoh hikmah dibalik larangan yang haram adalah, darah haram

untuk dimakan. Hal ini karena darah merupakan suatu media yang kaya dengan

nutrien dan turut berperan sebagai sistem pengangkut utama dalam tubuh hewan

hidup. Darah berperan mengangkut oksigen dan berbagai nutrien ke seluruh

tubuh. Darah juga berperan untuk mengangkut toksik dan sisa metabolisme

makanan. Oleh karena itu jika suatu hewan tersebut mempunyai penyakit yang

disebabkan oleh mikroorganisme patogen pastinya mikroorganisme patogen ini

akan membahayakan manusia yang memakannya.21

Kemudian ada juga daging

babi. Ilmu pengetahuan moderen telah mengungkapkan banyak penyakit yang

disebkan mengonsumsi daging babi. Daging babi yang terjangkit cacing babi tidak

hanya berbahaya, tetapi juga dapat menyebabkan meningkatnya kandungan

kolestrol dan memperlambat proses penguraian protein dalam tubuh, yang

mengakibatkan kemungkinan terserang kanker usus, iritasi kulit, eksim, dan

rematik. Patut pula dicatat, hingga saat ini, generasi babi belum terbebaskan dari

cacing-cacing ini.

Kemudian dari segi sifat dan watak yang dimiliki oleh babi sangat pula

perlu dijadikan alasan kenapa daging binatang ini perlu dijauhi. Di samping

20 Prof. Dr. Alaiddin Koto, M.A, Hikmah Di Balik Perintah dan Larangan Allah. Jakarta: Rajawali Pers, 1 Juni 2014, hal.119

21 Siti Zulaekah, “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”, hal.26

Page 33: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

19

beberapa sifatnya yang dikemukakan di atas, ada beberapa sifat buruk lainnya

yang terdapat pada babi.22

Fakta-fakta yang cukup bagi seseorang untuk segera menjauhi babi:23

a. Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan

lain. Ia makan semua makanan di depannya. Jika perutnya telah penuh atau

makanannya telah habis, ia memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi,

untuk memuaskan kerakusannya.

b. Ia mengencingi kotorannya dan memakannya jika berada di hadapannya,

kemudian memakannya kembali.

c. Ia adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya

dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, jika dibiarkan.

d. Penelitian ilmiah modern di dua Negara Timur dan Barat, yaitu Cina dan

Swedia menyatakan: daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan

kolon.

Hal ini sudah jelas menunjukkan alasan mengapa Allah SWT dan Nabi

Muhammad Saw begitu menyeru untuk menjauhi mengonsumsi yang tidak halal

(haram).

Beberapa contoh produk haram seperti misalnya makanan, obat-obatan atau

kosmetik yang mengandung unsur hewan yang diharamkan seperti babi.

Kebanyakan ulama sepakat menyatakan bahwa semua bagian yang terkandung

dari hewan babi, baik itu yang dapat dimakan, ataupun digunakan, adalah haram,

sehingga baik dagingnya, lemaknya, tulangnya, termasuk produk-produk yang

mengandung bahan tersebut. Serta semua bahan yang dibuat dengan

menggunakan bahan-bahan tersebut sebagai salah satu bahan bakunya.24

Hal ini

misalnya tersirat dalam Keputusan Fatwa MUI bulan september 1994 tentang

keharaman memanfaatkan babi dan seluruh unsur-unsurnya (Majelis Ulama

Indonesia, 2000). Kemudian binatang yang ketika disembelih disebut nama selain

Allah. Menurut Hamka (1984) ini berarti juga pada binatang yang disembelih

22 Alaiddin, Hikmah Di Balik Perintah dan Larangan Allah, hal.119

23 Ibid., hal.121

24 Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.agr. Wakil Direktur LPPOM MUI Provinsi Jambi, Wawancara dengan penulis. 12 Maret 2019. Kampus Unja Mendalo. Rekaman Audio.

Page 34: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

20

untuk selain Allah. Tentu saja semua bagian bahan yang dapat dimakan dan

produk turunan dari bahan ini juga haram untuk dijadikan bahan pangan seperti

berlaku pada bangkai dan babi. Hal ini patut untuk diwaspadai, baik karena

mengingat itu adalah larangan dari Allah SWT bagi umat Islam, maupun sangat

berpengaruh bagi kesehatan.25

Mengacu pada dasar penentuan kehalalan suatu produk maka dapat

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang

memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syari‟ at Islam yaitu :26

1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti : bahan-bahan yang

berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya.

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara

syari‟ at Islam.

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah

digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu

harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari‟ at Islam.

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

B. Larangan Mengonsumsi atau Menggunakan Produk Haram

Anjuran dalam mengonsumsi yang halal dan menjauhi yang haram,

merupakan prinsip dan bangunan hukum dalam Islam. Makanan halal maupun

haram sama-sama memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, dalam

akhlak, kehidupan hati, dikabulkan do‟ a, dan sebagainya. Orang yang senantiasa

memenuhi dirinya dengan makanan yang halal, maka akhlaknya akan baik,

hatinya akan hidup dan doanya akan dikabulkan. Sebaliknya, orang yang

memenuhi dirinya dengan makanan yang haram maka akhlaknya akan buruk,

hatinya akan sakit, dan doanya tidak dikabulkan. Dan, seandainya saja akibatnya

itu hanya tidak dikabulkannya do‟ a, maka itu sudah merupakan kerugian yang

25 Siti Zulaekah, “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”, hal.30

26 Dwiwiyati, Aspek Religiusitas Dalam Keputusan Pembelian Produk Halal, hal 3

Page 35: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

21

besar. Sebab, seorang hamba tidak terlepas dari kebutuhan berdoa kepada Allah

SWT meskipun hanya sekejap mata.27

Allah SWT memberikan ketegasan yang sangat signifikan terhadap masalah

ini. Hal ini dikarenakan Allah SWT berulang kali memberikan isyarat tentang

perintah untuk memakan makanan yang halal dan menjauhi yang haram. Perintah

ini tertuang didalam kitab suci al-Qur‟ an dan Hadits Nabi Saw, dan diperkuat

lagi dengan dalil-dalil lainnya seperti Ijma‟ „Ulama dan Qias .

Beberapa acuan ketetapan larangan dalam mengonsumsi yang haram adalah

sebagai berikut :

1. Dalil al-Qur‟ an

Dalam perspektif ajaran Islam, mengonsumsi benda yang halal, suci dan

baik (halalan thayyiban) merupakan kewajiban bagi setiap umatnya.28

Allah

SWT. dalam QS Al-Baqarah 168 telah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah olehmu dari makanan yang terdapat di

bumi yang halal lagi baik dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,

sesungguhnya syaitan itu musuh yang jelas”.29

(Q.S. Al-Baqarah : 168)

Prinsip, ajaran dan sikap umat Islam untuk selalu mengonsumsi pangan

halal merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. dan sekaligus

merupakan manifestasi kualitas keimanan seorang muslim. Sebaliknya,

mengonsumsi benda yang haram dipandang sebagai mengikuti ajakan setan yang

berakibat segala amal ibadah yang dilakukannya tidak akan diterima oleh Allah

SWT.30

Dalam QS Al-Baqarah 172 Allah SWT. berfirman :

27 Siti Zulaekah, “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”, hal.27

28 Moh. Baharuddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani” Jurnal ASAS,

Vol.2, No.1, Januari 2010, hal.4

29 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.25

30 Moh. Baharuddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani”, hal 4-5

Page 36: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

22

“Hai orang-orang yang beriman makanlah makanan yang baik-baik dari apa yang telah kami berikan kepada kamu sekalian dan bersyukurlah kepada Allah

jika kamu sekalian hanya akan beribadah kepada-Nya”.31

(Q.S. Al-Baqarah : 172)

Dalam QS al-Nahl : 114 Allah SWT. juga berfirman :

“Makanlah oleh kamu sekalian apa-apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kamu sekalian yang halal lagi baik, dan syukurilah olehmu nikmat Allah jika

kamu sekalian hanya akan mengabdi kepada-Nya”.32

(Q.S. Al-Nahl : 114)

Selanjutnya dalam QS al-Maidah : 88 disebutkan

“Makanlah oleh kamu sekalian makanan yang telah diberikan oleh Allah kepada kamu yang halal lagi baik dan bertakwalah kepada Allah, Zat yang

kamu sekalian beriman kepada-Nya”.33

(Q.S. Al-Maidah : 88)

2. Dalil Hadits

Dasar penetapan apa yang dimaksud dengan pengertian halal dan haram dari

Hadis yaitu riwayat dari Salman al-Farisi bahwa Nabi Saw. ditanya tentang

minyak samin, keju, dan jubah dari kulit binatang dapat dicatat mengenai “halal,

haram, dan syubhat yang memiliki keterkaitan dengan makanan dan minuman.

Beliau menjawab: Yang halal adalah segala sesuatu yang Allah halalkan dalam

Kitab-Nya, dan yang haram adalah segala sesuatu yang Allah haramkan dalam

Kitab-Nya. Sedangkan apa yang didiamkan-Nya maka ia termasuk yang

dimaafkan kepada kalian.” (H.r. al-Tirmidzî dan Ibn Mâjah).34

31 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.26

32 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017,

hal.280 33

Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.122

34 Muchtar Ali,“Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung Jawab Produk Atas Produsen Industri Halal”, Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016, hal.294

Page 37: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

23

Terdapat Hadis lain yang menyuruh mematuhi ketentuan halal dan haram,

termasuk dalam mengonsusmi makanan dan minuman halal yaitu: Dari

Muhammad bin Abdillah ibn Numair al-Hamdani, dari ayahku dari Zakariyya dari

Sya‟ bi dari al-Nu‟ man bin Basyir telah berkata saya telah mendengar Rasulullah

Saw. Dan dia bahwa dengan telunjuk nya ke arah telinganya, “Sesungguhnya yang

halal itu jelas, yang haram jelas. Dan di antara keduanya ada masalah syubhat,

kebanyakan manusia/orang tidak mengetahuinya. Karena itu maka barang siapa

menjaganya/bertakwa terjerumus dalam syubhat, berarti dia telah membebaskan

agama dan kehormatannya. Dan barang siapa terjerumus pada sesuatu di dalam

syubhat, berarti hampir terjerumus ke dalam yang haram. Sebagaimana jika

seseorang menggembala ternaknya di sekitar Hima (tempat/area milik raja yang

dijaga/dilindungi dan terlarang dimasuki orang lain dan siapa yang memasukinya

maka akan dijatuhi saksi hukuman). Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap raja

memiliki hima, ketahuilah bahwa hima Allah adalah larangan-larangan-Nya”.

(H.R. Muslim).35

Menurut al-Nawawi para ulama telah bersepakat mengenai keagungan

kedudukan Hadis ini dan faidahnya, bahkan menurut dia, Hadis merupakan satu di

antara Hadis-hadis yang menjadi dasar (mashdar) Islam. 36

Ditambahkan lagi oleh al-Nawawi pada hadis ini ada penguatan untuk upaya

pembenahan/perbaikan hati dan pemeliharaan hati dari hal-hal yang dapat

merusaknya, karena pada hadis ini Rasulullah menjadikan kebaikan hati dan

kerusakannya amat berkaitan dengan kebaikan dan kerusakan hati. Dengan

demikian hadis ini menjadi salah satu dalil yang memperkuat pentingnya

perhatian terhadap ketentuan halal dan haram dalam mengonsumsi makanan dan

minuman serta berpakaian, karena akan berdampak pada tubuh dan hati

seseorang.37

35 Ibid, hal.294-295

36 Ibid, hal.295

37 Ibid.

Page 38: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

24

C. Bahaya Produk Haram

Di Indonesia, produk-produk berbahaya yang tidak sesuai dengan standar

kehalalan dalam Islam menjadi momok yang ditakuti oleh sebagian konsumen,

maka penyediaan produk pangan olahan yang halal, berkualitas baik, bergizi dan

aman perlu mendapat perhatian secara seksama baik oleh pemerintah, produsen

maupun konsumen. Produk pangan yang berkualitas baik akan mempunyai nilai

jual yang tinggi disamping akan mampu berkompetisi di dalam perdagangan

secara luas. Produk pangan yang aman menunjukkan bahwa produk tersebut

benar-benar aman bila dikonsumsi. Produk pangan dikatakan tidak aman bila

produk tercemar dengan sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan manusia.38

Dewasa ini masih dijumpai banyak permasalahan yang berkaitan dengan

mutu dan keamanan produk pangan yang diindikasikan antara lain:39

1. Banyak produk tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan. Hal ini disebabkan

karena beberapa hal:

a. Penggunaan aditif pangan terlarang atau overdosis.

b. Cemaran kimia berbahaya (pestisida, logam berat, dioksin, dll.)

c. Cemaran mikroba tinggi.

d. Label dan iklan produk tidak layak.

e. Penjualan produk kadaluwarsa.

f. Pemalsuan produk.

g. Distribusi produk kurang layak.

h. Belum dapat bersaing di pasar internasional.

2. Masih banyak kasus keracunan makanan.

3. Masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab produsen

pangan.

4. Rendahnya kepedulian konsumen tentang mutu dan keamanan pangan.

Untuk memperkecil munculnya kasus terkait dengan mutu dan keamanan

pangan, maka perlu dilakukan berbagai pendekatan, antara lain yaitu dengan

penerapan sistem analisa bahaya secara dini serta penerapan jaminan mutu

38 Dr.Ir.Anang Mohamad Legowo, Msc, “Analisis Bahaya dan Penerapan Jaminan Mutu Komuditi Olahan Pangan”, Semarang: 2003, hal.1

39 Ibid. hal.1

Page 39: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

25

produk. Dalam penyiapan produk pangan harus dilakukan pencegahan terhadap

kemungkinan timbulnya bahaya. Analisis bahaya dapat dilakukan dengan cara

mengenali adanya bahan-bahan cemaran yang mungkin mengkontaminasi produk.

Bahaya cemaran tersebut dapat berasal dari cemaran fisik, kimiawi, maupun

biologis atau mikrobiologis. Apabila adanya bahaya dapat dikenali dengan

dicegah, maka dalam proses produksi akan dapat diperoleh produk pangan olahan

yang aman.40

Keamanan produk pangan adalah bagian tak terpisahkan dengan mutu

produk tersebut. Pengertian mutu, prinsip-prinsip pengendalian mutu, serta

penerapan jaminan mutu perlu dipahami untuk mendapatkan produk pangan yang

berkualitas baik. Beberapa standar mutu untuk komoditas produk olahan pangan

dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai standar yang

ditentukan.41

Masyarakat Indonesia, khususnya beragama Islam wajib mewaspadai

dengan memperhatikan dan lebih kritis dalam memperhatikan dan

mempertanyakan produk yang hendak dibeli, karena sangat jelas pengaruh

makanan atau obat-obatan terhadap kondisi tubuh. Produk-produk bermutu yang

sesuai dengan uji standar kesehatan dengan berlabel halal sudah bisa dijadikan

patokan dalam membeli produk agar konsumen lebih berhati-hati.

Bahaya produk haram, dapat dijelaskan melalui beberapa penelitian ilmiah

yang membuktikan tentang bahaya produk tersebut. Sebahagian penelitian

menemukan adanya unsur yang dapat merusak kesehatan, seperti contoh

mengandung unsur babi berbagai fakta ilmiah mengungkapkan tentang bahaya

yang terkandung pada unsur babi. Artinya produk yang tercampur dengan unsur

babi, baik dari dagingnya, tulangnya, kulitnya, dan yang mencakup dari hewan

babi tersebut dikategorikan berbahaya. Hal ini menuntut untuk tidak

mengonsumsi, karena adanya pembuktian Ilmiah, dan terutama larangan dalam

agama Islam yang wajib dijadikan prinsip hidup manusia Khususnya umat Islam.

40 Ibid, hal.2

41 Ibid.

Page 40: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

26

Beberapa fakta Ilmiah tentang bahaya yang terkandung dari hewan babi

sebagai berikut :

a. Sifat Psikologis Babi

Babi adalah binatang yang paling jorok dan kotor, suka memakan bangkai

dan kotorannya sendiri & kotoran manusia pun dimakannya. Sangat suka berada

pada tempat yang kotor, tidak suka berada di tempat yang bersih dan kering. Babi

hewan pemalas dan tidak suka bekerja (mencari pakan), tidak tahan terhadap sinar

matahari, tidak gesit, tapi makannya rakus (lebih suka makan dan tidur), bahkan

paling rakus di antara hewan jinak lainnya. Jika tambah umur, jadi makin malas

dan lemah (tidak berhasrat menerkam dan membela diri). Suka dengan sejenis dan

tidak pencemburu.42

b. Fakta Ilmiah Keharaman Babi

Penelitian ilmiah modern di dua Negara Timur & Barat, yaitu Cina dan

Swedia. Cina (mayoritas penduduknya penyembah berhala) & Swedia (mayoritas

penduduknya sekuler) menyatakan: “Daging babi merupakan penyebab utama

kanker anus & kolon”. Persentase penderita penyakit ini di negara-negara yang

penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis, terutama di negara-negara

Eropa, dan Amerika, serta di negara-negara Asia (seperti Cina dan India).

Sementara di negara-negara Islam, persentasenya amat rendah, sekitar 1/1000.

Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1986, dalam Konferensi Tahunan Sedunia

tentang Penyakit Alat Pencernaan, yang diadakan di Sao Paulo. Babi banyak

mengandung parasit, bakteri, bahkan virus yang berbahaya, sehingga dikatakan

sebagai Reservoir Penyakit. Gara-gara babi, virus Avian Influenza jadi ganas.

Virus normal AI (Strain H1N1 dan H2N1) tidak akan menular secara langsung ke

manusia. Virus AI mati dengan pemanasan 60oC lebih-lebih bila dimasak hingga

mendidih. Bila ada babi, maka dalam tubuh babi, Virus AI dapat melakukan

mutasi & tingkat virulensinya bisa naik hingga menjadi H5N1. Virus AI Strain

42

Yoga Permana Wijaya,”Fakta Ilmiah Tentang Keharaman Babi”, Bandung, 30 Mei

2009, hal.4

Page 41: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

27

H5N1 dapat menular ke manusia. Virus H5N1 ini pada Tahun 1968 menyerang

Hongkong dan membunuh 700.000 orang (diberi nama Flu Hongkong).43

c. Berbagai Penyakit Yang Ditimbulkan Babi

Yoga Permana Wijaya mengutip dari DR Murad Hoffman, Daniel S

Shapiro, MD, seorang Pengarah Clinical Microbiology Laboratories, Boston

Medical Center, Massachusetts, dan juga merupakan asisten Profesor di Pathology

and Laboratory Medicine, Boston University School of Medicine, Massachusetts,

Amerika menyatakan terdapat lebih dari 25 penyakit yang bisa dijangkiti dari

babi. Di antaranya:44

1. Anthrax

2. Ascaris suum

3. Botulism

4. Brucella suis

5. Cryptosporidiosis

6. Entamoeba polecki

7. Erysipelothrix shusiopathiae

8. Flavobacterium group IIb-like bacteria

9. Influenza

10. Leptospirosis

11. Pasteurella aerogenes

12. Pasteurella multocida

13. Pigbel

14. Rabies

15. Salmonella cholerae-suis

16. Salmonellosis

17. Sarcosporidiosis

18. Scabies

19. Streptococcus dysgalactiae (group L)

20. Streptococcus milleri

43 Ibid, hal.12

44 Ibid, hal.12

Page 42: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

28

21. Streptococcus suis type 2 (group R)

22. Swine vesicular disease

23. Taenia solium

24. Trichinella spiralis

25. Yersinia enterocolitica

26. Yersinia pseudotuberculosis

d. Parasit Penyebab Penyakit Dalam Tubuh Babi

Babi juga menjadi tempat bersarangnya parasit. Di antara parasit-parasit

tersebut adalah sebagai berikut:45

1) Cacing Taenia Solium

Parasit ini berupa larva yang berbentuk gelembung pada daging babi atau

berbentuk butiran-butiran telur pada usus babi. Jika seseorang memakan daging

babi tanpa dimasak dengan baik, maka dindingdinding gelembung ini akan

dicerna oleh perut manusia, dan larva-larva itu kemudian akan tumbuh di usus

manusia. Peristiwa ini akan menghalangi perkembangan tubuh dan akan

membentuk cacing pita yang panjangnya bisa mencapai 10 kaki, yang menempel

di dinding usus dengan cara menempelkan kepalanya lalu menyerap unsur-unsur

makanan yang ada di lambung. Hal itu bisa menyebabkan seseorang kekurangan

darah dan gangguan pencernaan, karena cacing ini dapat mengeluarkan racun.

Apabila pada diri seseorang khususnya anak-anak, telah diketahui terdapat cacing

ini di lambungnya, maka dia akan mengalami hysteria atau perasaan cemas.

Terkadang larva yang ada di dalam usus manusia ini akan memasuki saluran

peredaran darah dan terus menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak, hati, saraf

tulang belakang, dan paru-paru. Dalam kondisi seperti ini cacing tersebut dapat

menyebabkan penyakit yang mematikan.

2) Cacing Trichinila Spiralis

Cacing ini ada pada babi dalam bentuk gelembung-gelembung lembut. Jika

seseorang mengonsumsi daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka

gelembung-gelembung yang mengandung larva cacing ini dapat tinggal di otot

dan daging manusia, sekat antara paru dan jantung, dan di daerah-daerah lain di

45 Ibid, hal.15-18

Page 43: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

29

tubuh. Penyerangan cacing ini pada otot dapat menyebabkan rasa sakit yang luar

biasa dan menyebabkan gerakan jadi lambat, ditambah lagi sulit melakukan

aktivitas. Sedang keberadaannya di sekat tersebut akan mempersempit pernafasan,

yang bisa berakhir pada kematian.

3) Cacing Schistosoma Japonicum

Ini adalah cacing yang lebih berbahaya dari pada cacing schistosoma yang

dikenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang mengandung cacing

ini. Cacing ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh atau mencuci

dengan air yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari kotoran

babi yang masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta

dapat menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat

cepat, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar

kulit, lambung dan hati, terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang

belakang yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

4) Fasciolepsis Buski

Parasit ini hidup di usus halus babi dalam waktu yang lama. Ketika terjadi

percampuran antara usus dan tinja, parasit ini akan berada dalam bentuk tertentu

yang bersifat cair yang bisa memindahkan penyakit pada manusia. Kebanyakan

jenis parasit ini terdapat di daerah Cina dan Asia Timur. Parasit ini bisa

menyebabkan gangguan pencernaan, diare dan pembengkakan di sekujur tubuh,

yang bias menyebabkan kematian.

5) Cacing Ascaris

Panjang cacing ini sekitar 10 inci. Cacing ini bisa menyebabkan radang

paru, batang tenggorokan, dan penyumbatan lambung. Cacing ini tidak bisa

dibasmi di dalam tubuh kecuali dengan operasi.

6) Cacing Anklestoma

Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh dengan cara membakar kulit ketika

seseorang berjalan, mandi atau minum air yang tercemar. Cacing ini bisa

menyebabkan diare dan pendarahan di tinja, yang bias menyebabkan terjadinya

kekurangan darah, kekurangan protein dalam tubuh, pembengkakan tubuh dan

Page 44: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

30

menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik

dan mental, lemah jantung dan akhirnya bisa menyebabkan kematian.

7) Calonorchis Sinensis

Ini sejenis cacing yang menyelinap dan tinggal di dalam air empedu hati

babi, yang merupakan sumber utama penularan penyakit pada manusia. Cacing ini

terdapat di Cinda dan Asia Timur, karena orangorang di sana biasa memelihara

dan mengonsumsi babi. Virus ini bias menyebabkan pembengkakan hati manusia

dan penyakit kuning yang disertai diare yang parah, dan tubuh menjadi kurus dan

berakhir dengan kematian.

8) Cacing Paragonimus

Cacing ini hidup di paru-paru babi. Cacing ini tersebar luas di Cina dan Asia

Tenggara tempat dimana babi banyak dipelihara dan dikonsumsi. Cacing ini bisa

menyebabkan radang pada paru-paru. Sampai sekarang belum ditemukan cara

membunuh cacing di dalam paru-paru. Tapi yang jelas cacing ini tidak terdapat,

kecuali di tempat babi hidup. Parasit ini bisa menyebabkan pendarahan paru-paru

kronis, dimana penderitanya akan merasa sakit, ludah berwarna coklat seperti

karat, karena terjadi pendarahan pada kedua paru.

9) Swine Erysipelas

Parasit ini terdapat di kulit babi. Parasit ini selalu siap pembakaran pada

kulit manusia yang mencoba mendekati atau berinteraksi dengannya. Parasit ini

bisa menyebabkan radang kulit manusia yang memperlihatkan warna merah dan

suhu tubuh tinggi.

D. Pentingnya Waspada dalam Membeli Produk

Kesadaran untuk berinisiatif dan komitmen dalam menjaga kesehatan,

memberikan efek waspada dalam memilih apa yang akan kita makan atau

gunakan. Perkara ini sudah sering disosialisasikan oleh beberapa Instansi yang

bersangkutan, seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia) atau BPOM (Badan

Pengawas Obat-obatan dan Makanan), mengingat bahaya atau dampak buruk bagi

kesehatan. Disamping dari sosialisasi pemerintah, terdapat bangunan hukum dari

agama Islam yang wajib dita‟ ati oleh umat Islam.

Page 45: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

31

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi memberikan peranan

penting, dalam mempermudah masyarakat untuk lebih mewaspadai apa yang akan

dikonsumsi, yaitu dengan pelabelan terhadap produk-produk yang sudah diuji ke-

halalan-nya. Demi terjaganya masyarakat Indonesia, Khususnya beragama Islam

dari bahaya-bahaya yang terkandung dari makanan, obat-obatan dan sebagainya.

Masyarakat Islam Indonesia dalam menyikapi perkembangan teknologi

pengolahan makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk lainnya serta

mengambil pelajaran dari kasus lemak babi, kasus mie instan, kasus susu, kasus

sabun, pasta gigi, kasus penyedap masakan yang diduga kuat mngeandung unsur

haram, dan kasus peredaran daging babi yang terjadi pada saat ini menjadi

masyarakat lebih sensitif dan lebih selektif dalam memilih produk yang halal.46

Landasan hukum mengenai hak-hak konsumen sudah dibangun oleh

pemerintah, untuk merespon kehawatiran masyarakat, karena masyarakat sangat

memerlukan perlindungan dari pemerintah bagi semua barang yang dimakan dan

diminum terutama hasil produksi makanan dan minuman yang selama ini

dilakukan, halal menurut ajaran Islam.47

46 Departemen Agama RI Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama. 2003. Tanya Jawab Seputar Produksi Halal. Jakarta: Departemen Agama RI, hal.4

47 Departemen Agama RI Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.2003. Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal. Jakarta: Departamen Agama RI, hal.1

Page 46: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

BAB III

KAJIAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG KONSUMSI HALAL

DAN HARAM

A. Referensi Dalil Al-Qur’an dalam Pencegahan Peredaran Produk Haram

Al-Qur‟ an sebagai kitab suci, menjadi dasar dan pedoman dalam menjalani

kehidupan bagi umat Islam, memiliki esensi yang signifikan, demi kebaikan manusia,

mulai dari hal-hal besar hingga hal-hal yang detil sekalipun sudah ditetapkan dalam

al-Qur‟ an. Mu‟ jizat al-Qur‟ an dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi bahasa dan

kandungan isi. Ulama sepakat bahwa al-Qur‟ an memiliki uslub (gaya bahasa) yang

tinggi, fashahah (ungkapan kata yang jelas) dan balaghah (kefasihan lidah) yang dapat

mempengaruhi jiwa pembaca dan pendengarnya. Karena ia memiliki cita rasa bahasa

Arab yang sangat tinggi yang tidak ada bandingannya. Dari segi kandungan isinya al-

Qur‟ an merupakan kitab suci yang berisi peraturan hidup/Syari‟ at yang sangat

sempurna, peraturannya mencakup seluruh aspek kehidupan.48

Dalam kehidupan

sehari-hari umat Islam pada umumnya telah melakukan praktik resepsi terhadap al-

Qur‟ an, baik dalam bentuk membaca, memahami dan mengamalkan, maupun dalam

bentuk resepsi sosio-kultural. Itu semua karena umat Islam mempunyai keyakinan

bahwa berinteraksi dengan al-Qur‟ an secara maksimal akan memperoleh

kebahagiaan dunia akhirat.49

Fenomena interaksi atau model “pembacaan” masyarakat muslim terhadap

al-Qur‟ an dalam ruang-ruang sosial ternyata sanagat dinamis dan variatif.

Sebagai bentuk resepsi sosio-kultural, apresiasi dan respons umat Islam terhadap

al-Qur‟ an sangat dipengaruhi oleh cara berfikir, kognisi sosial, dan konteks yang

mengitari kehidupan mereka.50

.Allah SWT dalam menciptakan al-Qur‟ an memberikan kesan yang

menakjubkan, melalui susunan-susunan indah baik dari segi penyampaian maupun

yang terkandung dari al-Qur‟ an tersebut. Seperti contoh secara sangat

48

Al Baghdadi, Abdurrahman. "Al-Qur'an Mukjizat yang Abadi." Al Quran (1962): 104. 49 Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟ an dan Tafsir, (Yogyakarta : Idea

Press Yogyakarta, 2015), hal, 103

50 Ibid, 103

32

Page 47: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

33

serasi Allah membuktikan kekuasaan dan keesaan-Nya (Al-Baqarah: 163) dengan

kalimat-kalimat menyentuh, berupa nasihat yang tersusun secara sangat

sistematis: Pertama, penciptaan alam raya dan pengaturan sistem kerjanya. (Al-

Baqarah : 164); Kedua, penyediaan sarana kehidupan, yang mudah lagi sesuai.

Ketiga, izin untuk menggunakan yang halal dan baik (Al-Baqarah : 168).

Keempat, peringatan menyangkut musuh yang amat berbahaya (Al-Baqarah :

169). Sebagaimana kebiasaan al-Qur‟ an menyandingkan uraiannya menyangkut

manusia dalam semua unsur-unsur kejadiannya dan memaparkannya secara utuh

dan bersamaan.

Indoktrinasi yang stabil dan maksimal sudah terjalani hingga sampai saat ini,

menunjukkan bahwa al-Qur‟ an memiliki mukjizat yang luar biasa yaitu, relevan

disetiap zaman. Menurut Syahrur, al-Qur‟ an adalah ilmu tentang realitas objektif

yang eksis diluar kesadaran manusia. Sebelum mengalami proses tanzil ia telah

memiliki wujud tertentu. Ia adalah al-Quran al-Majid yang terprogram di lauh al-

Mahfuz, yaitu hukum alam universal yang mengatur alam semesta sejak big bang

pertama hingga hari kebangkitan, surga, dan neraka.51

Kehadiran al-Qur‟ an telah

melahirkan berbagai bentuk respon dan peradaban yang sangat kaya. Dalam istilah

Nashr Hamid, al-Qur‟ an kemudian menjadi „produsen peradaban‟ .52

Ke-relevan-an al-Qur‟ an disetiap masa menjadi senjata bagi para ulama

dalam menentukan arah sikap, agar selalu berjalan lurus di dalam agama. Artinya

berada dalam aturan-aturan yang benar. Hal ini digunakan MUI dalam berbagai

metode yang didapat melalui kesepakatan untuk bagaimana dalam menentukan

ketetapan hukum. Termasuk pula menentukan atau menetapkan hukum dalam

mengonsumsi produk di era moderen pada saat ini, apa saja yang halal atau haram

untuk dikonsumsi, dan tentunya melalui kesepakatan atau musyawarah.

Ayat-ayat al-Qur‟ an tentunya menjadi referensi inti dalam menetapkan

hukum, dan termasuk juga hukum dalam mengonsumsi dan ketetapan ke-halal-an

dan ke-haram-an bagi umat Islam. Memang bagi kaum Muslim, al-Qur‟ an di

samping dianggap sebagai kitab suci, juga merupakan kitab petunjuk. Itulah

51 Reni Nur Aniroh, Evolusi manusia dalam al-qur‟ an, Jawa Tengah: 2017, hal.82

52 Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟ an dan Tafsir, hal, 104

Page 48: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

34

sebabnya ia selalu dijadikan rujukan dan mitra dialog dalam menyelesaikan

problem kehidupan yang dihadapi kaum Muslim.53

Majelis Ulama Indonesi (MUI) Provinsi Jambi yang berperan aktif dalam

mencegah adanya peredaran produk Haram tentunya menggunakan ayat-ayat al-

Qur‟ an sebagai acuan dalam pencegahan ini. Menurut hasil dari wawancara

penulis dengan ketua komisi fatwa MUI Provinsi Jambi Drs. H. Ahmad Tarmidzi.

M,Hi mengatakan:54

Mengenai acuan yang digunakan dalam mengeluarkan fatwa

kehalalan. MUI menggunakan semua ayat didalam al-Qur‟ an yang menyinggung

masalah ke halal-an atau ke haraman dan ayat-ayat lain yang dapat dijadikan

acuan jika diperlukan”. Beberapa referensi atau dalil yang digunakan menyangkut

konsumsi halal dan haram oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi ialah :

Tabel 1:

Daftar referensi atau dalil yang digunakan

menyangkut konsumsi halal dan haram

No Surah Ayat

1 Q.S Al-Baqarah 168

2 Q.S Al-Baqarah 172

3 Q.S Al-Maidah 4-5

4 Q.S Al-Maidah 88

4 Q.S An-Nahl 66-69

5 Q.S An-Nahl 114-115

6 Q.S Thaha 81

7 Q.S Al-Hajj 27-28

8 Q.S Al-Mukminun 51

9 Q.S Yasin 33-35

10 Q.S Yasin 71-73

53 Ibid, 105

54 Drs. H. Ahmad Tarmidzi. M,Hi ketua komisi fatwa MUI Provinsi Jambi, Wawancara dengan penulis pada tanggal 20-04-2019, Kenali Besar Kec. Alam Barajo RT 18

Page 49: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

35

B. TafsirAyat Al-Qur’an Tentang Konsumsi Halal dan Haram

Penafsiran mengenai ayat-ayat yang digunakan sebagai dalil pada masalah

ini sangatlah banyak. Pada penjelasan mengenai penafsiran ayat kali ini, penulis

mengutip penafsiran dari tafsir al-Mishbah karangan Qurasy Syihab. Penjelasan

penafsiran ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

1. Q.S Al-Baqarah : 168

Allah SWT berfirman:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.55

Allah SWT secara eksplisit memaparkan seruan dan larangan bagi manusia

untuk mengonsumsi yang halal bahkan juga baik bagi kesehatan yang

mengonsumsinya. Quraisy Syihab memaparkan bahwa ajakan ayat di atas

ditujukan bukan hanya kepada orang-orang beriman tetapi untuk seluruh manusia

seperti terbaca di atas. Hal ini menunjukkan bahwa bumi disiapkan Allah untuk

seluruh manusia, mukmin atau kafir.56

Setiap upaya dari siapapun untuk

memonopoli hasil-hasilnya, baik ia kelompok kecil maupun besar, keluarga, suku,

bangsa atau kawasan, dengan merugikan yang lain, maka itu bertentangan dengan

ketentuan Allah. Karena itu, semua manusia diajak untuk makan yang halal yang

ada di bumi.

Tidak semua yang ada di dunia otomatis halal dimakan atau digunakan.

Allah menciptakan ular berbisa, bukan untuk dimakan, tetapi antara lain untuk

digunakan bisanya sebagai obat. Ada burung-burung yang diciptakan-Nya untuk

memakan serangga yang merusak tanaman. Dengan demikian, tidak semua yang

ada di bumi menjadi makanan yang halal, karena bukan semua yang diciptakan-

Nya, untuk dimakan manusia, walau semua untuk kepentingan manusia. Karena

itu, Allah memerintahkan untuk makan makanan yang halal.

55 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.25

56 M.Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Penerbit lentera hati, 2000, hal.379

Page 50: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

36

Makanan halal, adalah makanan yang tidak haram, yakni memakannya

tidak dilarang oleh agamanya.57

Makanan haram ada dua macam yaitu yang

haram karena zatnya seperti babi, bangkai, dan darah; dan yang haram karena

sesuatu bukan dari zatnya, seperti makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya

untuk dimakan atau digunakan. Makanan yang halal adalah yang bukan termasuk

kedua macam ini.

Sekali lagi perlu digaris bawahi, bahwa perintah ini ditujukan kepada

seluruh manusia, percaya kepada Allah atau tidak. Seakan-akan Allah berfirman:

Wahai orang-orang kafir, makanlah yang halal, bertindaklah sesuai dengan hukum

karena itu bermanfaat untuk kalian dalam kehidupan dunia kalian.

Namun demikian, tidak semua makanan yang halal otomatis baik. Karena

yang di namai halal terdiri dari empat macam: wajib, sunnah, mubah, dan

makruh.58

Aktivitas pun demikian. Ada aktivitas yang walaupun halal, namun

makruh atau sangat tidak disukai Allah, seperti misalnya pemutusan hubungan

selanjutnya. Selanjutnya tidak semua yang halal sesuai dengan kondisi masing-

masing. Ada halal yang baik buat si A yang memiliki kondisi kesehatan tertentu,

dan ada juga yang kurang baik untuknya walau baik buat yang lain. Ada makanan

yang halal, tetapi tidak bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik. Yang

diperintahkan oleh ayat di atas adalah yang halal lagi baik.

Makanan atau aktivitas yang berkaitan dengan jasmani, sering kali

digunakan setan untuk memperdaya manusia, karena itu lanjutan ayat ini

mengingatkan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan;

Setan mempunyai jejak langkah. Ia menjerumuskan manusia langkah demi

langkah, tahap demi tahap. Langkah hanyalah jarak antara dua kaki sewaktu

berjalan, tetapi bila tidak disadari, langkah demi langkah dapat menjerumuskan

kedalam bahaya. Setan pada mulanya hanya mengajak manusia melangkah

selangkah, tetapi langkah itu disusul dengan langkah lain, sampai akhirnya masuk

sampai ke neraka.

57 Ibid, 380

58 Ibid.

Page 51: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

37

Mengapa demikian? Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang

nyata bagi kamu, yakni perbuatan yang mengotori jiwa, yang berdampak buruk,

walau tanpa sanksi hukum duniawi, seperti berbohong, dengki dan angkuh dan

juga menyuruh berbuat keji, yakni perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntunan

agama dan akal sehat, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya seperti

zina dan pembunuhan, dan juga menyuruh kamu mengatakan terhadap Allah apa

yang tidak kamu ketahui yakni memberi-Nya sifat-sifat yang tidak wajar bagi-

Nya.

2. Q.S Al-Baqarah : 172

Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar

kepada-Nya kamu menyembah”.59

Kesadaran iman yang bersemi di hati mereka, menjadikan ajakan Allah

kepada orang-orang beriman sedikit berbeda dengan ajakan-Nya kepada seluruh

manusia. Bagi orang-orang mukmin, tidak lagi disebut kata halal, sebagaimana

yang disebut pada ayat 168 yang lalu, karena keimanan yang bersemi di dalam

hati merupakan jaminan kejauhan mereka dari yang tidak halal. Mereka disini

bahkan diperintah untuk bersyukur disertai dengan dorongan kuat yang tercermin

pada penutup ayat 172 ini, yaitu bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar

hanya kepada-Nya kamu menyembah. Syukur adalah mengakui dengan tulus

bahwa anugerah yang diperoleh semata-mata bersumber dari Allah sambil

menggunakannya sesuai tujuan penganugerahannya, atau menempatkannya pada

tempat yang semestinya.60

Setelah menekankan makanan yang baik dijelaskannya makanan yang

buruk, dalam bentuk redaksi yang mengesankan bahwa hanya disebut itu

terlarang, walau pada hakikatnya tidak demikian.

59 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.26

60 M.Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal.384

Page 52: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

38

Ayat di atas kemudian diperjelas lagi dengan apa saja yang tidak halal atau

tidak baik (yang haram), yaitu ayat setelahnya. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S

Al-Baqarah : 173).61

Yang dimaksud bangkai adalah binatang yang berhembus nyawanya tidak

melalui cara yang sah, seperti yang mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, dan

diterkam binatang buas, namun tidak sempat disembelih, dan (yang disembelih

untuk berhala). Dikecualikan dari pengertian bangkai adalah binatang air (ikan

dan sebagainya) dan belalang.62

Binatang yang mati karena faktor ketuaan atau mati karena terjangkit

penyakit pada dasarnya mati karena zat beracun, sehingga bila dikonsumsi

manusia, sangat mungkin mengakibatkan keracunan. Demikian juga binatang

karena tercekik dan dipukul, caranya mengendap di dalam tubuhnya. Ini

mengidap zat beracun yang membahayakan manusia.

Darah, yakni darah yang mengalir bukan yang substansi asalnya membeku

seperti limpah dan hati. Daging babi, yakni seluruh tubuh babi, termasuk tulang,

lemak, dan kulitnya.

Binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah, artinya bahwa

binatang semacam itu baru haram dimakan bila disembelih dalam keadaan

menyebut selain nama Allah. Adapun bila tidak disebut nama-Nya, maka binatang

halal yang disembelih demikian masih dapat ditoleransi untuk dimakan.63

Kasih sayang Allah melimpah kepada makhluk, karena itu Dia selalu

menghendaki kemudahan buat manusia. Dia tidak menetapkan sesuatu yang

61 Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.26

62 M.Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal.385

63 Ibid.

Page 53: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

39

menyulitkan mereka, dan karena itu pula, larangan diatas dikecualikan oleh bunyi

kelanjutan ayat: Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya

sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak

ada dosa baginya.

Keadaan terpaksa adalah keadaan yang diduga dapat mengakibatkan

kematian; sedang tidak menginginkannya adalah tidak memakannya padahal ada

makanan halal yang dapat dia makan, tidak pula memakannya memenuhi

keinginan seleranya.64

Sedang yang dimaksud dengan tidak melampaui batas

adalah tidak memakannya dalam kadar yang melebihi kebutuhan menutup rasa

lapar dan memelihara jiwanya. Keadaan terpaksa dengan ketentuan demikian

ditetapkan Allah, karna Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Penutup ayat ini dipahami juga oleh sementara ulama sebagai isyarat bahwa

keadaan darurat tidak dialami seseorang kecuali akibat dosa yang dilakukannya,

yang dipahami dari kata Maha Pengampun. Keputusasaan yang mengantar

seseorang merasa jiwanya terancam tidak akan menyentuh hati seorang mukmin,

sehingga dia akan bertahan dan bertahan sampai datangnya jalan keluar dan

pertolongan Allah. Bukankah Allah telah menganugerahkan kemampuan kepada

manusia untuk menyentuh makanan, melalui ketahanan yang dimilikinya juga

lemak, daging, dan tulang yang membungkus badannya? Penjelasan ini dijelaskan

pada ayat 155 surah al-Baqarah.

Penjelasan tentang makanan-makanan yang diharamkan di atas,

dikemukakan dalam konteks mencela masyarakat jahiliyah, baik di Mekkah

maupun di Madinah, yang memakannya. Mereka misalnya membolehkan

memakan binatang yang mati tanpa di sembelih dengan alasan bahwa yang

disembelih atau dicabut nyawanya oleh manusia halal, maka mengapa haram yang

dicabut sendiri nyawanya oleh Allah?

Penjelasan tentang keburukan ini dilanjutkan dengan uraian ulang tentang

mereka yang menyembunyikan kebenaran baik menyangkut kebenaran Nabi

Muhammad, urusan kiblat, haji dan umrah, maupun menyembunyikan atau akan

64 Ibid.

Page 54: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

40

menyembunyikan tuntunan Allah menyangkut makanan. Orang-orang Yahudi

misalnya, menghalalkan hasil suap, orang-orang Nasrani membenarkan sedikit

minuman keras, kendati dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit dari mereka

yang meminumnya dengan banyak.

3. Q.S Al-Maidah : 4

Allah SWT berfirman:

“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?".

Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap)

oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka

makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya”.65

Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan izin untuk berburu, dan larangan

memakan bangkai, dan di sisi lain ada binatang buruan yang mati terbunuh oleh

anjing terlatih, maka para sahabat bertanya tentang hal tersebut, maka turunlah

ayat ini menjelaskan bahwa: mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang

dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah: “Dihalalkan bagimu segala yang baik-

baik, yakni yang sesuai dengan tuntunan agama dan atau yang sejalan dengan

selera kamu – selama tidak ada ketentuan agama yang melarangnya, termasuk

binatang halal yang kamu sembelih sebagaimana diajarkan Rasul Saw. dan

dihalalkan juga buat kamu binatang halal hasil buruan oleh binatang buas seperti

anjing, singa, harimau, burung yang telah kamu ajar dengan melatihnya dengan

bersungguh-sungguh untuk berburu, yakni menangkap binatang dan

memperolehnya guna diberikan kepada kamu, bukan untuk diri mereka. Kamu

mengajar mereka, yakni binatang-binatang itu menurut apa yang telah diajarkan

Allah kepada kamu, tentang tata cara melatih binatang. Jika demikian itu yang

65

Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.107

Page 55: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

41

kamu lakukan maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untuk kamu, dan

sebutlah nama Allah atas binatang buas itu sewaktu kamu melepasnya untuk

berburu. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-

Nya yakni perhitungan-Nya.”

Kata ath-thayyibah adalah bentuk jamak dari kata thayyib.66

Dari segi

bahasa ia dapat berarti baik, lezat, menentramkan, paling ulama dan sehat. Kita

dapat berkata bahwa makna kata tersebut dalam konteks ini adalah makanan yang

tidak kotor dari segi zatnya, atau rusak (kadaluwars), atau tercampur najis. Dapat

juga dikatakan bahwa yang thayyib dari makanan adalah yang mengundang selera

bagi yang memakannya dan tidak membahayakan fisik serta akalnya. Ia adalah

makanan yang sehat, proporsional dan aman. Tentu saja ia pun harus halal.

Karena itu perintah makan jika menyebut kata thayyib selalu dirangkaikan dengan

kata yang menggunakan kata halal.

Makanan yang sehat adalah yang memiliki zat gizi yang cukup dan

seimbang.67

Yang proporsional, dalam arti sesuai dengan kebutuhan pemakan,

tidak berlebih dan tidak berkurang. Ada makanan buat anak, ada juga buat orang

dewasa. Sedang aman-aman adalah yang mengakibatkan rasa aman jiwa dan

kesehatan pemakannya, karena ada makanan yang sesuai buat kondisi si A dan

ada juga yang tidak. Di sisi lain, kata aman juga disamping mencakup rasa aman

dalam kehidupan dunia, juga aman dalam kehidupan akhirat. Dari sini lahir

anjuran untuk meninggalkan makanan-makanan yang mengandung subhat

(keraguan tentang kehalalannya). Kata mukallabin terambil dari kata kalb, yakni

anjing. Mukallabin adalah anjing-anjing yang telah diajar dan terlatih, namun

maksudnya disini adalah semua binatang pemburu yang telah diajar dan terlatih.

Pemilihan kata yang terambil dari kata itu, karena anjing binatang terlatih yang

populer.

Kata yang mengandung makna kamu ajar dengan melatihnya itu, agaknya

sengaja ditekankan disini, walau sesudah kalimat itu disebutkan lagi kalimat kamu

mengajar mereka, untuk mengisyaratkan bahwa pengajaran binatang-binatang itu

66 M.Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 3, hal.26

67 Ibid.

Page 56: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

42

hendaknya dilakukan melalui pelatihan sungguh-sungguh dan dilakukan oleh

mereka yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam bidang tersebut.

Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa binatang pemburu dimaksud benar-

benar telah terlatih adalah apabila ia diperintah pergi ia pergi, bila dilarang ia

tunduk, bila dicegah ia menurut. Ia mengangkat binatang buruan, tidak

memakannya, bahkan kembali kepada tuannya membawa buruan saat ia

dipanggil.

Firman-Nya: maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untuk kamu,

dipahami oleh ulama-ulama bermazhab Syafi‟ i dan Hambali bahwa jika binatang

pemburu itu memakan buruan yang ditangkapnya, maka binatang tersebut haram

dimakan, karena ia tidak menangkapnya untuk kamu tetapi. Mazhab Malik

menilai tidak haram walau binatang pemburu memakan sebagian, selama ia

membawa sebagian yang lain kepada tuannya.68

Firman-Nya: sebutlah nama Allah atas binatang buas itu ketika melepasnya,

ada ulama yang memahaminya sebagai perintah wajib, ada juga sebagai perintah

sunnah. Ada lagi yang menyatakan jika dengan sengaja tidak membaca Basmalah,

maka hasil buruan tersebut menjadi haram.

Ayat ini ditutup dengan firman-Nya: Dan bertakwalah kepada Allah

sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya (perhitungan-Nya), antara lain untuk

mengisyaratkan agar dalam berburu kiranya ketentuan Allah selalu diperhatikan.

Jangan sampai ada pelampuan batas dalam pembunuhan, jangan sampai pula

terjadi pemunahan terhadap jenis binatang buruan, jangan juga berburu untuk

sekadar mencari kesenangan dan menghabiskan waktu, karena jika demikian,

Allah akan menjatuhkan sanksi-Nya dengan cepat, di dunia sebelum di akhirat

nanti.69

Memang ayat ini tidak melarang perburuan, Allah juga tidak melarang

penyembelihan binatang, tetapi yang perlu diingat agar pemburu dan penyembelih

tidak hampa rasa, sehingga mengakibatkan binatang tersiksa, atau punah, atau sia-

sia hidupnya.

68 Ibid. 27

69 Ibid.

Page 57: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

43

Binatang yang disembelih atau diperoleh melalui perburuan untuk dimakan, atau

dipelihara dengan tujuan-tujuan yang benar, tidak bertentangan dengan rahmat

dan kasih sayang. Karena memang Allah telah menjadikan hidup dan kehidupan

ini demikian. Tidak ada sesuatu pun dalam hidup makhluk ini yang tidak berubah

dan beralih, atau katakanlah tidak makan dan dimakan. Demikian itu halnya dunia

materi. Tumbuh-tumbuhan memakan tanah atau apa yang terdapat dalam tanah,

selanjutnya tanah pun memakan tumbuh-tumbuhan, dan mengalihkan kembali ke

unsur-unsur pertama tumbuhan itu. Binatang memakan

tumbuhan, menghirup udara, bahkan memburu dan memakan satu sama lain.

Demikian hidup ini, tetapi manusia diberi tuntunan. Tidak semua boleh dimakan,

karena ada makanan yang berdampak buruk terhadap kesehatan jasmani dan

rohaninya. Di sisi lain, semua tidak boleh disia-siakan, bukan saja karena masih

ada selain manusia atau generasi masa kini membutuhkannya , tetapi juga karena

setiap yang diciptakan Allah mempunyai tujuan. Tujuan itu adalah haq, antara lain

binatang dapat diburu dan disembelih untuk dimakan, tetapi rahmat dan kasih

sayang terhadapnya ketika diburu dan disembelih harus tetap menghiasi

penyembelih dan pemburu. Kalau tidak, maka hati-hatilah karena Allah mahaa

cepat perhitungan -Nya.

4. Q.S Al-Maidah : 5

Allah SWT berfirman:

أح موالي

اه امطعو اته لنن الطية

ذ

أوتوا الل يي

ح تاب

ح منامطعو ه لنن

م اتصحالنو مه ه

ؤمالن ى

ات

م اتصحالنو

اه ى

ذ

أوتوا الل يي

م تاب

هقة ى

من

ى هصىوزى أجوىتنإذا آتي

ى

افسم زغي ي

ح

تخاه مو ي

ذ

داىي أخ

ب مفسي ىمووياىلا

بفقد ح

خلا ف وىو لومط ع

ةز

م

الاس ى

زيي

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)

orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal

(pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga

kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang

menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum

kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud

menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya

gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima

Page 58: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

44

hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat

termasuk orang-orang merugi”.70

Allah SWT mengulangi pernyataan ayat yang lalu dan menambahkan

bahwa: Pada hari ini dihalalkan bagi kamu kaum muslimin semua yang baik-

baik. Makanan, yakni binatang halal sembelihan orang-orang yang diberi al-

Kitab itu halal bagi kamu memakannya dan makanan kamu halal pula bagi

mereka, sehingga kamu tidak berdosa memberinya kepada mereka.

Kata tha‟ am/makanan yang dimaksud oleh ayat di atas adalah sembelihan,

karena sebelum ini telah ditegaskan hal-hal yang diharamkan, sehingga selainnya

otomatis halal, baik sebelum maupun setelah dimiliki Ahl-Kitab.71

Juga karena,

sebelum ini terdapat uraian tentang penyembelihan dan pemburuan, sehingga

kedua hal ini lah yang menjadi pokok masalah. Ada juga yang memahami kata

makanan dalam arti buah-buahan, biji-bijian, dan semacamnya. Namun pendapat

ini sangat lemah.

Kendati demikian, hendaknya perlu diingat bahwa tidak otomatis semua

makanan Ahl-Kitab selain sembelihannya menjadi halal. Karena boleh jadi

makanan yang mereka hidangkan, telah bercampur dengan bahan-bahan haram,

misalnya minyak babi atau minuman keras, dan boleh jadi juga karena adanya

bahan yang najis. Dalam konteks ini Quraish Shihab mengatakan bahwasanya

Sayyid Muhammad Tanthawi, mantan Mufti Mesir dan pemimpin tertinggi al-

Azhar, menukil pendapat sementara ulama bermazhab Malik yang mengharamkan

keju dan sebangsanya yang diproduksi di negara non-Muslim, dengan alasan

bahwa kenajisannya hampir dapat dipastikan. Namun setelah menukil pendapat

ini, Tanthawi menegaskan bahwa mayoritas ulama tidak berpendapat demikian,

dan bahwa memakan keju dan semacamnya yang diproduksi di negeri-negeri non-

Muslim dapat dibenarkan, selama belum terbukti bahwa makanan tersebut telah

bercampur dengan najis.72

70

Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.107

71 M.Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 3, hal.29

72 Ibid, hal, 29

Page 59: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

45

5. Q.S Al-Maidah : 88

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya”.73

Setelah ayat yang lalu melarang mengharamkan apa yang halal, di sini

ditegaskannya perintah memakan yang halal, dan dengan demikian, melalui ayat

ini dan ayat sebelumnya, yang menghasilkan makna larangan dan perintah

bolehnya memakan segala yang halal. Dengan perintah ini tercegah pulalah

praktek-praktek keberagamaan yang melampaui batas. Dan makanlah makanan

yang halal, yakni yang bukan haram lagi baik, lezat, bergizi dan berdampak

positif bagi kesehatan dari apa yang telah Allah rezekikan kepada kamu, dan

bertakwalah kepada Allah dalam segala aktivitas kamu yang kamu terhadap-Nya

adalah mu‟ minun, yakni orang-orang yang mantap keimanannya.74

Yang dimaksud dengan kata makan dalam ayat ini, adalah segala aktivitas

manusia. Pemilihan kata makan, disamping karena ia merupakan kebutuhan

pokok manusia, juga karena makanan mendukung aktivitas manusia. Tanpa

makan, manusia lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas.75

Ayat ini memerintahkan untuk memakan yang halal lagi baik. Ketika

menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 68, penulis antara lain mengemukakan bahwa,

tidak semua makanan yang halal otomatis baik. Karena yang dinamai halal terdiri

dari empat macam, yaitu: wajib, sunnah, mubah dan makruh. Aktivitas pun

demikian. Ada aktivitas yang walaupun halal, namun makruh atay sangat tidak

disukai Allah, yaitu pemutusan hubungan. Selanjutnya, tidak semua yang halal

sesuai dengan kondisi masing-masing pribadi. Ada halal yang baik buat si A

karena memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan ada juga yang kurang baik

untuknya, walaupun baik buat yang lain. Ada makanan yang halal, tetapi tidak

73

Al-Qur‟ an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017, hal.122

74 M.Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 3, hal.188

75 Ibid.

Page 60: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

46

bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik. Yang diperintahkan adalah yang

halal lagi baik.76

76 Ibid.

Page 61: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

BAB IV

PROSEDUR, MEKANISME, DAN TEMUAN

OLEH LPPOM MUI PROVINSI JAMBI

A. Prosedur dan Proses Pelabelan Produk Halal

Memproduksi produk halal adalah bagian dari tanggung jawab perusahaan kepada

konsumen muslim. Di Indonesia, untuk memberikan keyakinan kepada konsumen

bahwa produk yang dikonsumsi adalah halal, maka perusahaan perlu memiliki

Sertifikat Halal MUI, dan kemudian yang akan diperiksa oleh LPPOM.77

LPPOM

adalah lembaga pemeriksa makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk

lainnya yang dibentuk oleh MUI dan ditetapkan oleh Menteri.

Lembaga pemeriksa halal mempunyai tugas pemeriksaan terhadap pelaku usaha

dalam menerapkan sistem jaminan halal dan berfungsi:78

1. Menetapkan dan menerapkan kebijakan, prosedur, dan administrasi lembaga

pemeriksa halal yang tidak diskriminatif terhadap pemohon;

2. Menetapkan dan menerapkan struktur biaya yang sama terhadap pemohon;

3. Menetapkan dan menerapkan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi

proses produksi pelaku usaha sesuai dengan persyaratan produksi halal;

4. Melaksanakan proses produksi sesuai dengan permohonan yang diajukan;

5. Menerima dan menyelesaikan keluhan pemohon dan pihak lain yang berkaitan

dengan pemeriksaan;

6. Melakukan pengawasan berkala minimum dua tahun sekali maupun insidental.

Prosedur dan proses pelabelan yaitu pelaku usaha mengajukan permohonan

pemeriksaan halal kepada LPPOM MUI wajib memberikan tembusan kepada

Departemen Agama. Pelaku usaha tersebut harus :79

a. Memenuhi ketentuan pemeriksaan halal;

b. Melakukan persiapan yang diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan sistem

jaminan halal;

77 Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia, Panduan Umum System Jaminan Halal LPPOM-MUI, (Jakarta: LPPOM MUI, 2008), hal.7.

78Departemen Agama RI, Tanya Jawab Seputar Produksi Halal, hal. 38

79Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, hal.144-147

47

Page 62: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

48

c. Membuat pernyataan bahwa pemeriksaan sistem jaminan halal dapat

dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup produk yang diajukan;

d. Membuat pernyataan tidak akan menyalah gunakan sertifikat halal;

e. Membuat pernyataan tidak akan memberikan informasi yang menyesatkan atau

tidak sah berkaitan dengan sertifikat halal;

f. Mematuhi persyaratan dalam mengiklankan kehalalan produk.

Surat permohonan dilengkapi persyaratan sebagai berikut:80

1. Formulir yang berisi nama, alamat, jumlah karyawan, fasilitas tempat ibadah

yang dimiliki, kegiatan bimbingan keagamaan, nama coordinator produksi

halal, nama auditor halal internal, status badan hukum, merek dagang, jenis

produk, nomor pendaftaran, (produk pangan, obat, kosmetika dan produk lain),

sistem jaminan halal, standar yang digunakan, jenis spesifikasi kemasan, ruang

lingkup produk yang dimintakan sertifikat halal, serta informasi mengenai

skala perusahaan;

2. Surat keterangan telah memenuhi persyaratan cara produksi yang baik dari

instansi yang berwenang bagi produk dalam Negeri, dan dari Negara asal untuk

produk impor;

3. Sertifikat halal dalam hal produksi menggunakan bahan asal hewan;

4. Dalam hal produksi sebagaimana pada huruf b dihasilkan oleh industri rumah

tangga, melampirkan surat keterangan dari yang berwenang menjelaskan

bahwa bahan asal hewan yang digunakan memenuhi ketentuan hukum Islam;

5. Sertifikasi dan sumber bahan baku, bahan tambahan, bahan bantu, serta bahan

penolong;

6. Data asal usul bahan dan data penunjang lainnya;

7. Bagan alur proses produksi sistem jaminan halal;

Lembaga pemeriksa halal melaksanakan pemeriksaan terhadap permohonan

untuk menjamin bahwa:81

a) Persyaratan untuk pemeriksaan halal telah dipahami dengan jelas oleh

pemohon;

80 Ibid, hal.145.

81 Ibid., 146-147

Page 63: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

49

b) Tidak ada perbedaan pengertian terhadap syarat dan aturan pemeriksaan sistem

jaminan halal antara lembaga pemeriksaan halal dan pemohon;

c) Lembaga pemeriksa halal mampu melaksanakan pemeriksaan yang diminta

dan dapat menjangkau lokasi pemeriksaan;

d) Ada kesamaan persepsi / pengertian teknis yang digunakan.

Terhadap permohonan yang memenuhi syarat, lembaga pemeriksa halal

menyiapkan rencana kegiatan pemeriksaan dan menetapkan tim auditor

dilengkapi dengan dokumen kerja yang diperlukan. Permohonan yang tidak

memenuhi syarat dikembalikan kepada pemohon.82

Lembaga pemeriksa halal memeriksa penyembelihan, asal usul bahan baku,

bahan tambahan, bahan bantu, bahan penolong, proses produksi, penyimpanan,

penyiapan, pengangkutan, pengemasan, serta produk pemohon sesuai standar

yang ditetapkan dalam ruang lingkup yang diuraikan dalam permohonan

berdasarkan criteria pemeriksaan halal yang ditetapkan dalam sistem jaminan

halal.83

Lembaga pemeriksa halal menetapkan prosedur pelaporan yang menjamin:84

1) Pertemuan antara tim auditor halal dengan manajemen pelaku usaha diadakan

pada akhir pemeriksaan;

2) Pada saat pertemuan sebagaimana dimaksud pada huruf a tim auditor halal

memberikan laporan tertulis berkaitan dengan hasil audit sistem jaminan halal

pelaku usaha;

3) Tim auditor halal memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk

menggapi laporan temuan ketidaksesuaian serta kesepakatan waktu

penyelesaiannya;

4) Tim auditor halal member laporan tertulis hasil pemeriksaan kepada pimpinan

lembaga pemeriksa halal;

5) Lembaga pemeriksa halal memberikan informasi tertulis kepada pemohon

mengenai hasil pemeriksaan auditor halal tentang ketidak sesuaian yang harus

diperbaiki;

82 Ibid.

83 Ibid.

84 Ibid.

Page 64: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

50

6) Pemohon telah melakukan perbaikan yang memenuhi seluruh persyaratan dan

perbaikannya telah diverifikasi tim auditor halal dalam batas waktu yang

ditentukan.

Pemohon yang tidak mampu melakukan perbaikan dalam batas waktu yang

ditentukan permohonannya ditolak.85

Hasil pemeriksaan lembaga pemeriksa halal terhadap produk yang telah

memenuhi sistem jaminan halal disampaikan kepada KHI untuk diadakan kajian.

Masa berlaku sertifikat halal:86

a. Sertifikat halal hanya berlaku selama dua tahun, untuk daging yang diekspor

surat keterangan halal diberikan untuk setiap pengapalan.

b. Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, LPPOM MUI akan

mengirimkan surat pemberitahuan kepada produsen yang bersangkutan.

c. Dua bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, produsen harus daftar

kembali untuk sertifikat halal yang baru.

d. Produsen yang tidak memperbaharui sertifikat halalnya, tidak diizinkan lagi

menggunakan sertifikat halal tersebut dan dihapus dari daftar yang terdapat

dalam majalah resmi LPPOM MUI, jurnal halal.

e. Jika sertifikat halal hilang, pemegang harus segera melaporkannya ke LPPOM

MUI.

f. Sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI adalah milik MUI. Oleh sebab itu,

jika karna sesuatu hal diminta kembali oleh MUI, maka pemegang sertifikat

wajib menyerahkannya.

g. Keputusan MUI yang didasarkan atas fatwa MUI tidak dapat diganggu

gugat. Sistem pengawasan:

1. Perusahaan wajib menanda tangani perjanjian untuk menerima Tim Sidak

LPPOM MUI.

2. Perusahaan berkewajiban menyerahkan laporan audit internal setiap 6 (Enam)

bulan setelah terbitnya sertifikat halal.

Prosedur perpanjangan sertifikat halal:87

85 Ibid.

86 Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D, “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling Obat dan Makanan”, Depok: 27 Februari 2008, hal.15

Page 65: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

51

a) Produsen yang bermaksut memperpanjang sertifikat yang dipegangnya harus

mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia.

b) Pengisian formulir disesuaikan dengan perkembangan terakhir produk.

c) Perubahan bahan baku, bahan tambahan dan penolong, serta jenis

pengelompokan produk harus diinformasikan kepada LPPOM MUI.

d) Produsen berkewajiban melengkapi dokumen terbaru tentang spesifikasi,

sertifikat halal, dan bahan alir proses.

B. Mekanisme Pemeriksaan

Sertifikasi halal merupakan sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Lembaga

Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia

(LPPOM-MUI) yang menyatakan suatu produk sudah sesuai dengan syariat Islam.

Sertifikasi halal ini dapat digunakan untuk pembuatan label halal. Menurut

Sugijanto pentingnya sertifikasi halal yaitu:88

a. Pada aspek moral, sebagai bentuk pertanggungjawaban produsen pada

konsumen,

b. Pada aspek bisnis sebagai sarana pemasaran, meningkatnya kepercayaan dan

kepuasan konsumen.

Pemberian label pada pangan yang dikemas bertujuan agar masyarakat

memperoleh informasi yang benar dan jelas atas setiap produk pangan yang

dikemas, baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun

keterangan lain yang diperlukan. Khusus pencantuman label halal ditujukan untuk

melindungi masyarakat yang beragama Islam agar terhindar dari mengkonsumsi

produk makanan yang tidak halal. Dengan adanya labelisasi halal dapat dijadikan

sebagai tanda yang memudahkan konsumen untuk memilih produk-produk

pangan yang akan dikonsumsinya sesuai dengan keyakinan agama Islam yang

dianutnya.89

87 Ibid, 15

88 Sheilla Chairunnisyah, Peran Majelis Ulama Indonesia dalam Menerbitkan Sertifikat

Halal Pada Produk Makanan dan Kosmetika, Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017, hal.73 89 Ibid, 73

Page 66: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

52

Kriteria suatu produk makanan yang memenuhi syarat kehalalan adalah:90

1) Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan, seperti bahan-bahan

yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain

sebagainya.

Penetapan fatwa tentang kehalalan produk makanan, obat-obatan dan

kosmetika dilakukan oleh Komisi Fatwa setelah dilakukan audit oleh LPPOM

MUI serta melaporkan kepada Komisi Fatwa tersebut. Laporan dari LPPOM MUI

kemudian dibawa ke sidang Komisi Fatwa. Komisi Fatwa selanjutnya menetapkan

halal atau tidaknya produk tersebut berdasarkan berita acara penelitian yang

disampaikan LPPOM MUI. Setelah itu dilalui, barulah kemudian dikeluarkan

sertifikasi halal kepada produk tersebut.91

Untuk melakukan pemeriksaan, LPPOM memiliki auditor atau pemeriksa

kehalal-an. Auditor akreditasi LPPOM terdiri dari calon auditor, auditor, dan

auditor kepala.92

kriteria dan persyaratan calon auditor adalah :93

a. Beragama Islam, taat, memiliki pengetahuan luas dan pemahaman yang

baik mengenai syariat Islam,

b. Mempunyai kepedulian terhadap kepentingan umat,

c. Memiliki pengethuan yang cukup dibidang audit,

d. Berpendidikan S1, S2, atau S3 di bidang kimia, biologi, farmasi, pangan,

kedokteran hewan, peternakan, atau pertanian dengan pengalaman kerja

untuk S1 tiga tahun, untuk S2 dan S3 dua tahun di bidang yang berkaitan

dengan pangan / obat/ kosmetika; atau minimal S1 bidang syariah.

e. Lulus pelatihan auditor sistem jaminan halal yang diakui oleh Departemen

Agama.

f. Mengikuti pelatihan auditor sistem manajemen lembaga pemeriksa halal.

90 Ibid.

91 Sofan Hasan. Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif Regulasi dan Implementasi Di Indonesia. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hal, 190

92 Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, hal. 150

93 Ibid.

Page 67: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

53

g. Telah mengikuti 3 kali asesmen lembaga pemeriksa halal sebagai

pengamat (observer).

Kriteria dan persyaratan auditor adalah :94

1. Sudah memenuhi kriteria dan persyaratan calon auditor.

2. Telah melakukan dua kali audit kecukupan (adequacy audit), lima kali

asesmen berdasarkan sistem manajemen lembaga pemeriksa halal.

a) Sudah memenuhi kriteria dan persyaratan calon auditor.

b) Telah melakukan tiga kali audit kecukupan (adequacy audit), lima kali

asesmen, dan lima kali memimpin tim asesmen di bawah supervise

auditorkepala berdasarkan sistem manajemen lembaga pemeriksa halal.

Calon auditor, auditor dan auditor kepala akreditasi LPPOM mempunyai

kewajiban untuk menyediakan bukti rekaman untuk kerjanya dan buku harian

penilaian yang mencakup :96

1) Nama, alamat, tempat, tanggal lahir, agama, dan jenis kelamin;

2) Nama dan alamat organisasi pekerjaan;

3) Jabatan dalam organisasi;

4) Tingkat pendidikan dan jenis pelatihan yang telah diikuti;

5) Kemampuan profesi (keahlian) dan status auditor;

6) Pengalaman kerja dibidang halal;

7) Pelatihan lain yang sesuai;

8) Tanggal rekaman terakhir.

Untuk memelihara statusnya, calon auditor, auditor, dan auditor kepala

memenuhi ketentuan sebagai berikut :97

a. Bertindak dengan cara yang amanah (dapat dipercaya) dan tidak

terpengaruh oleh siapapun;

94 Ibid, 151

95 Ibid, 151

96 Ibid.

97 Ibid, 152

Page 68: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

54

b. Memberikan informasi kepada KAN mengenai hubungan yang dimiliki

oleh auditor akreditasi lembaga pemeriksa halal sebelum melaksanakan

fungsi asesmen terhadap lembaga pemeriksa halal.

c. Auditor akreditasi lembaga pemeriksa halal dan orang yang bertanggung

jawab kepadanya tidak boleh menerima apapun di luar perjanjian kontrak;

d. Menjamin bahwa kerahasiaan semua informasi dan dokumen yang

diperoleh selama proses asesmen tetap dijaga, kecuali diizinkan secara

tertulis oleh lembaga pemeriksa halal;

e. Menandatangani surat Pernyataan Memegang Rahasia yang ditetapkan

oleh KAN;

f. Tidak bertindak yang merugikan reputasi atau kepentingan KAN;

g. Bersedia diperiksa sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika ada dugaan

pelanggaran.

Status auditor akreditasi LPPOM akan dikaji ulang oleh KAN berdasarkan

hasil evaluasi buku harian penilaian, rekaman pribadi, dan rekaman unjuk kerja

auditor. Apa bila hasil evaluasi menunjukkan penurunan kualitas untuk kerja,

maka KAN mewajibkan yang bersangkutan untuk mengikuti pelatihan atau uji

ulang yang diperlukan.98

Tim auditor halal melakukan pemeriksaan terhadap :99

1. Fasilitas fisik berupa bangunan, tata ruang, tempat produksi dan

lingkungan produksi;

2. Fasilitas peralatan produksi, penyimpanan, penyiapan, pengangkutan, dan

pengemasan;

3. Cara berproduksi, meliputi penyiapan dan penyembelihan hewan potong,

pemilihan bahan baku, dan bahan penolong, serta pengolahan,

pengemasan, dan penyimpanan;

4. Petugas yang melakukan penyembelihan hewan

Bangunan dan fasilitas produksi dalam kondisi

:100

a) Bebas dari kotoran dan najis,

98 Ibid, 152-153

99 Ibid, 148

100 Ibid.

Page 69: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

55

b) Tidak ada peluang kontaminasi oleh barang haram,

c) Mudah dibersihkan dari kotoran dan najis,

d) Memiliki fasilitas sanitasi, penyediaan air bersih dan suci yang cukup, dan

fasilitas pembuangan limbah,

e) Pintu toilet tidak berbatasan langsung dengan ruangan produksi, dan

f) Memiliki sarana cuci tangan.

Fasilitas peralatan produksi hanya digunakan untuk memproses bahan halal

dan tidak bercampur dengan peralatan yang digunakan untuk memproduksi bahan

yang tidak halal serta memenuhi persyaratan higienis. Bahan baku, bahan

tambahan, bahan bantu, dan bahan penolong tidak mengandung atau berasal dari

bahan haram, dan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut syariat

Islam.101

Hewan halal dalam keadaan masih hidup dan memenuhi persyaratan sebagai

berikut :102

1) Disembelih satu per satu secara manual dengan menyebut nama Allah,

tidak boleh menyebut dengan nama selain Allah;

2) Disembelih dengan alat penyembelihan yang tajam dan mudah untuk

memutuskan urat-urat lehernya sehingga darah dapat menyembur dengan

lancer;

3) Disembelih pada leher tepat pada saluran pernafasan (hulqum), saluran

makanan (marik), dan urat nadi (wadujain) harus putus;

4) Disembelih tanpa mengangkat alat penyembelihan sebelum hulqum, marik

dan wajudain putus;

5) Sebelum disembelih tidak boleh diberi minum air berlebihan, disiksa atau

disakiti.

Hewan halal disembelih oleh petugas yang mempunyai kualifikasi sebagai

berikut :103

a. Beragama Islam, taat, dan baligh;

b. Memiliki pengetahuan yang baik dan benar tentang syariat Islam;

101 Ibid,148-149

102 Ibid.

103 Ibid.

Page 70: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

56

c. Mampu mengucapkan basmalah secara fasih, sehat jasmani dan rohani;

Untuk biaya pemeriksaan, sertfikasi halal, dan survailen ditanggung oleh

pelaku usaha yang mengajukan permohonan.104

Besaran biaya pemeriksaan dan biaya suvailen ditetapkan oleh lembaga

pemeriksa halal, sedangkan biaya sertifikasi ditetapkan sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Biaya sertifikasi akan disetorkan ke kas Negara.105

Setelah melakukan pemeriksaan, tentunya hal ini memerlukan adanya

pembinaan, pengawasan, dan pelaporan.

Pembinaan pelaku usaha di bidang penerapan sistem jaminan halal

dilaksanakan oleh Departemen Agama.106

Pengawasan terhadap produksi, impor, dan peredaran produk halal

dilaksanakan oleh instansi yang berwenang.107

Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat sertifikasi

halal, MUI menetapkan dan menekankan bahwa jika sewaktu-waktu ternyata

diketahui produk tersebut mengandung unsur-unsur barang haram, MUI berhak

mencabut sertifikasi halal bersangkutan. Setiap produk yang telah mendapat

Sertifikasi Halal diharuskan pula memperbaharui atau memperpanjang sertifikasi

halal setiap 2 (dua) tahun, dengan prosedur dan mekanisme yang sama. Setelah 2

(dua) tahun terhitung sejak berlakunya sertifikasi halal, jika perusahaan

bersangkutan tidak mengajukan permohonan (perpanjang) sertifikasi halal,

perusahaan itu dipandang tidak lagi berhak atas sertifikasi halal, dan kehalalan

produk-produknya di luar tanggung jawab MUI.108

C. Produk-produk Haram yang Pernah Dijumpai di Kota Jambi

Menurut pengakuan Nur Hayati selaku sekretaris LPPOM MUI Provinsi

Jambi, mengatakan: “bahwasanya belum ada temuan atau laporan dari masyarakat

104 Ibid, 166

105 Ibid.

106 Ibid.

107 Ibid.

108Sheilla Chairunnisyah, Peran Majelis Ulama Indonesia dalam Menerbitkan Sertifikat

Halal Pada Produk Makanan dan Kosmetika, hal, 69

Page 71: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

57

terkait produk-produk yang tidak halal ditemui di Provinsi Jambi”.109

Menurut

penulis bahwasanya pernyataan di atas belum sepenuhnya patut dibenarkan atau

diterima, hanya saja mungkin belum adanya laporan dari masyarakat karena sikap

apatis atau ketidaktahuan masyarakat terkait produk yang mereka konsumsi,

karena bukan hanya satu atau dua produk yang dijual di pasaran, namun bahkan

mungkin bisa sampai jutaan produk atau lebih, sehingga tidak semua dapat

diamati dengan baik. Kenyataanya di salah satu pasar yang ada di Kota Jambi

masih ditemukannya penyembelihan hewan ternak yang dijual di pasaran yang

tidak mengikuti standar Syari‟ at Islam, dan ada pula makanan yang tercampur

atau berbahan dari turunan babi, seperti dikutip dari laman TRIBUNJAMBI.COM

bahwa Universitas Jambi (UNJA) di Mendalo pernah dihebohkan terkait adanya

salah satu pedagang bakso yang berjualan di Kampus Pinang Masak tersebut

menggunakan daging babi sebagai bahan pada bakso yang ia jual.110

Pasalnya beredar di media social video penangkapan penjual bakso tersebut,

foto hasil uji laboratorium dan surat laporan ke pihak kepolisian. Namun kabar

tersebut belum bisa dibenarkan, karena masih memerlukan pemeriksaan lebih

lanjut.

Hewan babi memiliki unsur turunan, alias tidak dalam bentuk babi utuh.

Seperti tulang babi, lemak babi, bulu babi yang bisa saja melekat pada produk-

produk atau alat untuk memproduksi produk tersebut, atau bahkan digunakan

sebagai komposisi dari makanan atau produk yang dijual”.111

Penyembelihan

hewan ternak seperti ayam dan sebagainya, tidak cukup hanya sekedar membaca

basmalah saja dalam penyembelihan, karena penulis pernah mendengar dari salah

seorang konsumen bahwa setelah disembelih, hewan tersebut dilemparkan saja di

dalam kandang dan hewan tersebut bertumpukan di dalam kandang, sehingga

tidak jelas apakah mati karena disembelih, atau mati karena terhimpit oleh yang

109 Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.agr. Wakil Direktur LPPOM MUI Provinsi Jambi,

Wawancara dengan penulis. 12 Maret 2019. Kampus Unja Mendalo. Rekaman Audio.

110 TribunJambi.com, “Penjual Bakso diduga Campur Babi”, diakses melalui alamat https://www.google.com/amp/s/jambi.tribunnews.com/amp/2018/03/23/polisi-tidak-tahan-penjual-bakso-diduga-campur-babi-ini-penjelasannya, tanggal 10 April 2019

111 Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.agr. Wakil Direktur LPPOM MUI Provinsi Jambi, Wawancara dengan penulis. 12 Maret 2019. Kampus Unja Mendalo. Rekaman Audio.

Page 72: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

58

lainnya. Masalah seperti ini tentunya harus dilakukan penelitian oleh orang yang

memang ahli atau berkutat dibidang itu, karena masyarakat awam hanya

kemungkinan kecil saja mereka memahami hal itu sehingga mereka hanya tau

mengonsumsinya saja.

Kondisi Negara yang semakin menurun, baik dari segi perekonomian

maupun teknologi, akan menyebabkan masyarakat semakin lepas untuk

menentukan produk apa yang digunakan. Kebijakan sertifikasi halal atas seluruh

produk makanan yang ada dimasyarakat belum dilaksanakan secara optimal.

Tingginya peredaran produk obat dan makanan impor merupakan salah satu ciri

lemahnya sistem tersebut di Indonesia. Hal inipun ditunjang dengan banyaknya

Negara-negara asing yang masuk di Indonesia dan tinggal menetap. Pola

kehidupan tersebut membuat masyarakat menengah ke atas meniru budaya para

pendatang, sementara masyarakat kecil disebabkan karena rendahnya kehidupan

ekonomi masyarakat tersebut.112

Penjualan produk atau makanan baik itu di pasar atau tidak, juga bisa saja

terkontaminasi dengan hal-hal yang haram. Ancaman kontaminasi yang haram

pada produk-produk halal tentunya bisa saja terjadi, hal ini dilihat dari bahan-

bahan pembuatan, alat-alat pembuatan, tempat, dan apa saja yang ada disekitar

tempat produksi.

Beberapa ancaman kontaminasi haram pada produk halal:

1) Pencemaran Bakteri

Bakteri dikenal sebagai kuman yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala,

tapi dapat dilihat dengan mikroskop, dan terdapat di semua tempat termasuk

dalam dan badan manusia, binatang, pada makanan dalam air dan pada tanah.113

Sumber pencemaran bakteri bisa melalui manusia, bahan mentah, serangga,

tikus, sampah dan sisa makanan, hewan dan burung.114

112 Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D, “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam

Labeling Obat dan Makanan”, hal, 20-21

113 Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, hal, 167

114 Ibid, 169

Page 73: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

59

Bakteri dapat berpindah dari sumber ke makanan secara terus menerus.

Bakteri juga dapat berpindah melalui sentuhan seperti tangan, peralatan,

permukaan makanan yang menyentuh makanan lain yang tercemar.115

2) Pencemaran Fisikal

Bahan dari luar yang terdapat pada makanan yang mungkin dibawa masuk

ke pabrik makanan melalui bahan mentah atau tercemar sewaktu penyimpanan,

penyediaan makanan, sewaktu penyajian, seperti contoh: mur, baut, paku, pines,

jarum yang ditinggalkan mekanik pada waktu reparasi peralatan, kertas, cat yang

telah tanggal, kotoran tikus, rokok, jam, bahan hiasan, beling, serpihan kayu, lidi

dan sebagainya.116

3) Pencemaran Kimia

Makanan yang terkontaminasi dengan bahan kimia sewaktu penyimpanan

seperti bekas makanan apabila sudah kosong, diisi dengan bahan kimia yang

mungkin berbahaya. Pekerja yang tidak sadar atau kenal bahan kimia sehingga

tercampur dalam makanan, seperti contoh: racun serangga, bahan pencuci dan

bahan sisa buangan.117

D. Regulasi Tentang Jaminan Halal

Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Muslim sangat perlu selalu

waspada sebagai konsumen. Dilansir dari mediaindonesia.com, bahwasanya

estimasi jumlah penduduk muslim Indonesia saat ini berkisar 70% dari sekitar 250

juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan dalam dekade terakhir dari

perkiraan presentase sebelumnya sebesar 85%.118

Walaupun mengalami

penurunan, namun masyarakat muslim masih dalam kategori terbanyak di

Indonesia. Mengingat hal tersebut, Departemen Agama sebagai institusi

pemerintah dalam hal ini Ditjen Bimas Islam dan penyelengaraan haji,

115 Ibid.

116 Ibid, 170

117 Ibid.

118 Rudi Kurniawansyah, Persentase Kaum Muslim di Indonesia Alami Penurunan,

diakses melalui alamat https://www.google.com/amp/s/m.mediaindonesia.com/amp/amp_detail/59042-kaum-muslim-di-indonesia-tinggal-70-persen, tanggal 1 Juli 2019

Page 74: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

60

mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan dan perlindungan bagi

masyarakat yang beragama Islam, artinya diperlukan perlindungan dalam hal

mengonsumsi makanan, minuman, obat, kosmetika dan barang gunaan lainnya

yang halal.119

Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan

hukum, oleh karena itu perlindungan konsumen mengandung aspek hukum.

Materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan

terlebih lebih hak-haknya bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan

konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum

terhadap hak-hak konsumen.120

Selanjutnya yang dimaksud dengan perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen. Tujuan dikeluarkannya Undang–

undang tentang perlindungan konsumen adalah untuk memberikan perlindungan

hukum yang lebih baik kepada konsumen sehingga kedudukan konsumen dapat

disejajarkan dengan produsen secara umum.121

Pada awalnya ketentuan halal dan haram bersumber dari al-Qur‟ anul

Karim, Al-Hadist, Ijma‟ ul Ulama, Qiyas dan Qaulushahabat lainnya yang semua

diatur dalam kitab-kitab fiqih dalam bentuk hukum Islam. Akan tetapi dengan

terjadinya perkembangan paradigma baru dalam pengaturan kehalalan produksi

yang semula diatur dalam ajaran agama Islam (Syari‟ at Islam) berkembang

menjadi ketentuan hukum positif yang diatur dengan hukum Negara. Dengan

demikian kehalaln suatu produk makanan, minuman, obat, kosmetika, barang

gunaan umat Islam lainnya disamping menjadi tanggung jawab individu dan

ulama juga menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Departemen

Agama.122

Perlunya sistem jaminan produksi halal, dilatar belakangi oleh regulasi

yang sudah dirancang oleh pemerintah. Terdapat sejumlah peraturan perundang-

undangan yang dapat

119 Departemen Agama RI. Tanya Jawab Seputar Produksi Halal, hal. 1

120 Syahminul Siregar, “Peranan Pemerintah dalam Melindungi Hak-hak Konsumen Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen” dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Volume 10 Nomor 3 Oktober 2009, hal.324.

121Sheilla Chairunnisyah, Peran Majelis Ulama Indonesia dalam Menerbitkan Sertifikat

Halal Pada Produk Makanan dan Kosmetika, hal, 72

122 Departemen Agama RI. Tanya Jawab Seputar Produksi Halal, hal. 1

Page 75: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

61

dijadikan sebagai payung hukum sertifikasi dan lebelisasi pangan halal, yaitu

sebagai berikut :123

a. Sejak diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan. Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah

Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan Peraturan

pelaksanaan lainnya, jaminan produk halal yang tadinya diatur dalam kitab

fiqih saat ini telah diatur dalam hukum positif. Dengan demikian maka

tanggung jawab atas kehalalan produk makanan, minuman, obat, kosmetika

dan produk lainnya tidak hanya menjadi tanggung jawab individu dan tokoh

agama saja tetapi juga menjadi tanggung jawab Pemerintah;

b. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah, segala permasalahan yang berkaitan dengan agama termasuk

diantaranya jaminan produk halal tidak diotonomikan tetapi diurus oleh

Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Agama;

c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pasal 30 ayat (1) dan

(2) menggariskan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan

kedalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib

mencantumkan label yang antara lain memuat keterangan tentang halal agar

masyarakat terhindar dari mengkonsumsi yang tidak halal. Keterangan pada

label ditulis atau dicetak dan ditampilkan secara tegas dan jelas dengan

menggunakan bahasa, angka arab, dan huruf latin atau istilah asing sepanjang

tidak ada padanannya sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat;

d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal

8 ayat (1) huruf h menggariskan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi

dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak memenuhi

ketentuan produksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang

dicantumkan dalam label;

123 Ibid, 2-3

Page 76: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

62

e. Undang-Undang ini juga menggariskan penerapan ketentuan produksi secara

halal sebagaimana kehalalan yang dinyatakan dalam label untuk menciptakan

kepastian hukum dan perlindungan kepada masyarakat dalam mengkomsumsi

dan menggunakan produk halal. Lebih lanjut dalam pasal 10 ayat (1) Peraturan

Pemerintah tersebut menyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi atau

memasarkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,

bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan halal tersebut dan wajib

mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

Regulasi di atas tersebut sekaligus juga menunjukkan bahwa Pemerintah

sudah merespon tuntutan dan harapan masyarakat muslim sebagai konsumen yang

berhak untuk mendapatkan jaminan dan kepastian hukum kehalalan suatu produk.

Hanya saja respon tersebut belum optimal karena peraturan perundang-undangan

tentang jaminan produk halal masih memberikan opsi atau kebebasan bagi pelaku

usaha untuk menerapkan sistem jaminan produk halal atau tidak.124

Adanya

respon dari pemerintah ini dimaksudkan untuk memberi rasa aman bagi

masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim Indonesia.

Masyarakat sebagai konsumen lebih mempercayakan sepenuhnya

pengawasan jaminan produk halal kepada Negara yang mereka anggap paling

berwenang memberikan sanksi dan tekanan hukum bila dianggap perlu.125

Standar jaminan halal merupakan bentuk klaim bahwa produknya yang halal

dapat dikategorikan sebagai produk yang bermutu dan higienis.

124 Moh. Baharuddin, “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani”, hal, 3

125 Asri Wahyuningrum, Anasom, Thohir Yuli Kusmanto, Sertifikasi Halal Sebagai Strategi Dakwah MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah, JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 35, No.2, Juli – Desember 2015, hal.188

Page 77: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa,

bahwasanya LPPOM MUI Provinsi Jambi bekerja dengan baik dan telah

mengimplementasikan kandungan ayat-ayat al-Qur‟ an yang berhubungan dengan

masalah produk halal dengan cara gencar dalam mencegah peredaran produk

haram. Hal ini didukung dengan adanya:

1. Produk yang mengandung unsur yang diharamkan dalam al-Qur‟ an terbukti

dapat membahayakan kesehatan. Suatu barang dan makanan mempunyai

hikmah mengapa hal tersebut diharamkan. Barang dan Makanan yang dimakan

setiap hari berpengaruh kepada sifat manusia yang memakai dan memakannya.

Kandungan gizi dan sifat yang terkandung dalam barang dan makanan yang

dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan sifat orang yang

memakai dan mengonsumsinya. Itulah sebabnya Allah mengingatkan bahwa

tidak semua yang bisa dimakan, boleh dimakan. Segala sesuatu yang akan

dimakan harus memenuhi unsur halal dan baik.

2. LPPOM MUI Provinsi Jambi yang berperan aktif dalam mencegah adanya

peredaran produk Haram melalui komisi fatwa MUI Provinsi Jambi, tentunya

menggunakan ayat al-Qur‟ an sebagai acuan dalam pencegahan ini. MUI

menggunakan sejumlah ayat didalam al-Qur‟ an yang menyinggung masalah

halal atau haram dan ayat-ayat lain yang dapat dijadikan acuan jika diperlukan.

3. Bentuk implementasi yang dilakukan oleh LPPOM MUI Provinsi Jambi ialah

dengan adanya prosedur dan proses pelabelan yaitu dengan cara pelaku usaha

mengajukan permohonan pemeriksaan halal kepada LPPOM MUI, wajib

memberikan tembusan kepada Departemen Agama. Dan mekanisme

pemeriksaan yaitu dengan sertifikasi halal. Sertifikasi halal merupakan bentuk

legalitas yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) melalui fatwa yang

dikeluarkan oleh komisi fatwa MUI Provinsi Jambi, yang memberi ketetapan

63

Page 78: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

64

bahwa produk sudah sesuai dengan syariat Islam. Sertifikasi halal ini dapat

digunakan untuk pembuatan label halal atau pelabelan pada produk dengan

berlogo halal resmi MUI.

B. Saran

1. Bagi warga Jambi dan seluruh umat muslim yang ada di Indonesia untuk

lebih waspada dalam membeli produk dan makanan.

2. Bagi pelaku usaha untuk dapat mengutamakan standar kesehatan dan

jaminan kehalal-an dalam menjual barang yang diproduksi.

3. Kepada MUI agar dapat membangun sinergi bersama masyarakat dan lebih

memperluas dalam mengadakan penyuluhan agar dapat bersama-sama

mencegah beredarnya produk haram.

Page 79: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Forum Pelayanan Al-Qur‟an (Yayasan Pelayan Al-Qur‟an Mulia). Maret 2017 M.

Al-Qur‟an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu, 2017.

Abdurrahman, Al Baghdadi. "Al-Qur'an Mukjizat yang Abadi." Al Quran 1962:

104. Adisasmito, Wiku. “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam

Labeling Obat dan Makanan”, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 27 Februari 2008.

Ali, Muchtar. “Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung Jawab Produk Atas Produsen Industri Halal”, Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016.

Aniroh, Reni Nur. Evolusi manusia dalam al-qur’an, Jawa Tengah: 2017. Astogini, Dwiwiyati. Wahyudin. Siti Zulaikha Wulandari, “Aspek Religiusitas

Dalam Keputusan Pembelian Produk Halal”, Jurnal JEBA, Vol.13, No.1, Maret 2011.

Bahruddin, Moh. “Problem Sertifikasi Halal Produk Pangan Hewani” Jurnal ASAS, Vol.2, No.1, Januari 2010.

Bungin, Burhan. Analisi Data Penelitian Kualitatif, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Chairunnisyah, Sheilla. Peran Majelis Ulama Indonesia dalam Menerbitkan Sertifikat Halal Pada Produk Makanan dan Kosmetika, Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017.

Departemen Agama RI Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama. 2003. Tanya Jawab Seputar Produksi Halal. Jakarta:

Departemen Agama RI. Departemen Agama RI Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. 2003. Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal. Jakarta:

Departamen Agama RI. Hasan, KN. Sofyan. “Pengawasan dan Penegakan Hukum terhadapSertifikasi dan

Labelisasi Halal Produk Pangan”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO.

2 VOL. 22 APRIL 2015. Hasan, Sofan. Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif Regulasi dan Implementasi

Di Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014. Koto, Alaiddin. Hikmah Di Balik Perintah dan Larangan Allah. Jakarta: Rajawali

Pers, 1 Juni 2014. Legowo, Anang Mohamad. “Analisis Bahaya dan Penerapan Jaminan Mutu

Komuditi Olahan Pangan”, Semarang: 2003. Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama

Indonesia, Panduan Umum System Jaminan Halal LPPOM-MUI, Jakarta: LPPOM MUI, 2008.

Maryaeni, metode penelitian kebudayaan, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005.

Page 80: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Yogyakarta : Idea Press Yogyakarta, 2015.

Pujiyono, Arif. Teori Konsumsi Islami, Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 3 No. 2 / Desember 2006.

Shihab, M.Qurais. Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Penerbit lentera hati, 2000. Siregar, Syahminul. “Peranan Pemerintah dalam Melindungi Hak-hak Konsumen

Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen” dalam

Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Volume 10 Nomor 3 Oktober 2009. Wahyuningrum, Asri. Anasom, Thohir Yuli Kusmanto, Sertifikasi Halal Sebagai

Strategi Dakwah MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah, JURNAL

ILMU DAKWAH, Vol. 35, No.2, Juli – Desember 2015. Wijaya. Yoga Permana. ”Fakta Ilmiah Tentang Keharaman Babi”, Bandung, 30

Mei 2009. Zulaekah, Siti. Yuli Kusumawati, “Halal dan Haram Makanan dalam Islam”,

Jurnal SUHUF, Vol. XVII, No. 01/Mei 2005.

Internet Ebta, Setiawan. https://kbbi.web.id/larangan dikembangkan pada 2012-2019 versi

2.5 http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-larangan, 2016. Maimuna, Dian. “Pengertian, Tujuan, dan Larangan Mengkonsumsi”, diakses

melalui alamat https://www.kompasiana.com/dianmaimuna/pengertian-tujuan-dan-larangan-konsumsi, tanggal 8 Oktober 2016.

Rudi Kurniawansyah, Persentase Kaum Muslim di Indonesia Alami Penurunan, diakses melalui alamat https://www.google.com/amp/s/m.mediaindonesia.com/amp/amp_detail/590 42-kaum-muslim-di-indonesia-tinggal-70-persen, tanggal 1 Juli 2019

TribunJambi.com, “Penjual Bakso diduga Campur Babi”, diakses melalui alamat

https://www.google.com/amp/s/jambi.tribunnews.com/amp/2018/03/23/poli si-tidak-tahan-penjual-bakso-diduga-campur-babi-ini-penjelasannya,

tanggal 10 April 2019

Wawancara Nurhayati, Wakil Direktur LPPOM MUI Provinsi Jambi, Wawancara dengan

penulis. 12 Maret 2019. Kampus Unja Mendalo. Rekaman Audio. Tarmidzi, Ahmad. ketua komisi fatwa MUI Provinsi Jambi, Wawancara dengan

penulis pada tanggal 20-04-2019, Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Rt 18.

Page 81: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Wakil direktur LPPOM MUI (Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.agr).

Page 82: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama
Page 83: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

Photo saat pelatihan untuk menjadi auditor Internasional

SK LPPOM MUI Provinsi Jambi

Page 84: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama
Page 85: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

Berita terkait adanya bakso dari daging babi

Logo halal resmi Majlis Ulama Indonesia

Page 86: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

Sambil audit memberi penjelasan ke UMKM mengapa harus sertifikasi halal

Pemeriksaan ruang produksi

Page 87: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

Pengecekan bahan yang digunakan untuk produksi

Produk yang menggunakan label halal palsu

Page 88: IMPLEMENTASI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/2490/1/UT150215_MUHAMMAD KURNIA...utamanya diambil dari ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan utama

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri Nama

Nim

Fakultas/Jurusan

Tempat & Tgl. Lahir

Pekerjaan

Alamat

: Muhammad Kurnia Nugraha : UT.150215 : FUSA/Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir : Jambi, 02 Oktober 1996 : Mahasiswa : RT18 Kel, Kenali Besar, Kec, Alam Barajo, Kota Jambi

B. Riwayat Pendidikan S1 UIN STS Jambi

ALIYAH Sa‟adatuddaren

MTS Sa‟adatuddaren

SDN 47 Kota Jambi

: Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (2015-2019) : PONPES Sa‟adatuddaren Tahtul Yaman Jambi (2012-2014)

: PONPES Sa‟adatuddaren Tahtul Yaman Jambi (2008-2011)

: SDN 47 Telanai Pura Kota Jambi Provinsi Jambi Indonesia (2002-2008)

C. Riwayat Organisasi / Pekerjaan 1. Ketua Bagian Kesehatan OPPS PONPES Sa‟adatuddaren 2. Ketua Bidang Agama Organisasi Pemuda RT18 Kel, Kenali Besar Kota Jambi 3. Ketua HMJ Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN STS Jambi 4. Ketua DEMA Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi