127
IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING DALAM TRANSAKSI VALAS PADA BANK SYARIAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: LISTIANINGSIH NIM: 1110046100125 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

  • Upload
    dothien

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING DALAM

TRANSAKSI VALAS PADA BANK SYARIAH

(Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

LISTIANINGSIH NIM: 1110046100125

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015

Page 2: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku
Page 3: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku
Page 4: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku
Page 5: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

i

ABSTRAK

Listianingsih, 1110046100125, “Implementasi Underlying Dalam Pembelian Valas Pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)”, Program Strata I (S1), Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui implementasi underlying pada transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia. Underlying ini merupakan kegiatan yang mendasari pembelian valuta asing terhadap rupiah. Karena saat ini sangat banyak sekali yang melakukan transaksi valuta asing hanya untuk berspekulasi dan mendapatkan keuntungan dari transaksi valuta asing tersebut. Oleh karena itu, saat ini Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru mengenai underlying agar tidak terjadi spekulasi dalam transaksi valuta asing dan untuk mengetahui tujuan secara jelas dari transaksi valuta asing tersebut.

Pengumpulan data melalui data primer yaitu dengan melakukan penelitian lapangan (wawancara) dengan staff di Bank Muamalat Indonesia dan dengan data sekunder yaitu dengan mendapatkan data yang diperoleh dari dari lembaga atau institusi tertentu. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data dari skripsi dan media massa ( jurnal dan internet), serta buku-buku yang membahas masalah terkait.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia mematuhi semua ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) terkait dengan regulasi mengenai underlying pada transaksi valas ini. Implementasinya mengacu pada ketentuan bank sentral dan DSN-MUI.

Kata kunci: Underlying, Valuta Asing, Bank Muamalat Indonesia.

Pembimbing : Arif Fauzan, S.E, MM.

Daftar Pustaka : 2000-2015

Page 6: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan hidayah yang tiada terkira sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat

manusia (khususnya umat muslim) di dunia beserta para sahabat dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak

khususnya:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H dan Bapak Abdurrauf, MA,

selaku Ketua Prodi Muamalat dan Sekretaris Prodi Muamalat Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Malik, MM, selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis.

Page 7: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

iii

4. Bapak Arif Fauzan, S.E, MM, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan ilmunya dengan penuh

kesabaran sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Terima kasih ya

pak.

5. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Djaka Badranaya, S.Ag, ME, selaku

Dosen Penguji Proposal Skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan

untuk penulis.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama

penulis duduk di bangku kuliah sampai penulis dapat menyelesaikan studi di

Fakultas Syariah dan Hukum.

7. Segenap staf akademik dan staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Terima kasih kepada Bapak Amiril Zulhaj, selaku Treasury Divison di Bank

Muamalat Indonesia yang telah meluangkan waktu dan membantu

memberikan data-data yang penulis butuhkan.

9. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, ayahanda Yakub dan ibunda Sapinah

yang telah memberikan dukungan yang sangat luar biasa baik moril maupun

materil, serta doa yang selalu mengiringi penulis dalam hal apapun. Terima

kasih telah menjadi orang tua terbaik untuk penulis selama ini. Ini hadiah

untuk kalian bu, pak. Miss and love you so muchy both.

Page 8: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

iv

10. Kakak-kakakku tersayang, Dewi Agustina, Edi Irawan, Rizky Aulia, Bang

Kiki, terima kasih atas doa dan dukungan kepada penulis dan mohon maaf

kalau selama ini sudah jadi adik yang manja. Serta keponakan-keponakan

tersayang Uti, Intan, Azhar, Zulfan dan Sakha, terima kasih selalu

memberikan keceriaan saat penulis sedih dan lelah, tapi setelah lihat kalian

penulis kembali ceria. Makasi ya adik-adikku yang lucu-lucu tapi kadang

nyebelin.

11. Terima kasih untuk sahabat-sahabat terbaik Sahila Citra Finaya dan Dennis

Krisna Yudha yang telah memberikan dukungan, mendengarkan segala keluh

kesah, nemenin jalan-jalan dan selalu mengerti saat penulis butuh apapun.

Kalian berdua orang bawel yang memotivasi penulis agar cepat lulus dan

akhirnya aku lulus dear. Miss you so much gaes.

12. Sahabat-sahabat terbaikku, Khairun Nisa, Linda Rosyidah, Yana Zuhrina dan

Nia Imaniah, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa dari

kalian, terima kasih sudah menemani selama kuliah 4 tahun, KKN bareng,

duduk bareng, jadi tempat bermanja penulis juga. Thank you dear.

13. Teman-teman seperjuangan, Perbankan Syariah C 2010, terima kasih atas

dukungan dan kebersamaan semasa perkuliahan selama 4 tahun, semoga tali

persaudaraan kita tetap terjaga sampai akhir masa.

14. Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses

menyelesaikan skripsi ini, yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 9: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3

C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 4

E. Sistematika Penulisan .................................................................. 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Underlying .................................................................................. 7

1. Pengertian Underlying ........................................................... 7

2. Kedudukan Underlying Dalam Regulasi Perbankan ............... 7

3. Kedudukan Underlying Dalam Transaksi Syariah .................. 9

Page 10: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

vi

B. Valuta Asing

1. Pengertian Valuta Asing ........................................................ 10

2. Transaksi Valuta Asing .......................................................... 11

2.1.Jenis Transaksi Valuta Asing ........................................... 11

2.2.Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing Dalam Islam .............. 20

2.3.Mekanisme Valuta Asing Dalam Transaksi Syariah ......... 21

3. Para Pelaku Pasar Valuta Asing ............................................. 23

4. Risiko Transaksi Valuta Asing ............................................... 24

C. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah ........................................................ 29

2. Pengertian Bank Devisa ......................................................... 30

3. Karakteristik Bank Devisa ..................................................... 31

4. Transaksi Valuta Asing Pada Bank Syariah ............................ 32

D. Review Studi Terdahulu .............................................................. 33

BAB III. METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM BANK

MUAMALAT INDONESIA

A. Metode Penelitian ........................................................................ 36

B. Sejarah Berdiri Bank Muamalat Indonesia ................................... 37

C. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ..................................... 40

D. Bank Muamalat Indonesia Sebagai Bank Devisa ......................... 41

E. Layanan Internasional Banking Bank Muamalat Indonesia .......... 42

Page 11: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

vii

BAB IV. ANALISI HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Underlying di Bank Muamalat Indonesia ............... 44

B. Mekanisme dan Praktik Transaksi Valuta Asing di Bank Muamalat

Indonesia ..................................................................................... 46

C. Analisis Praktik Valuta Asing di Bank Muamalat Indonesia ........ 57

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 60

B. Saran .......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 65

Page 12: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi keuangan (financial

intermediary) yang menjadi perantara antara unit defisit dan unit surplus dalam

suatu sistem keuangan. Selain itu bank juga memberikan berbagai layanan jasa

perbankan kepada nasabah. Salah satu jasa layanan yang diberikan adalah jasa

yang terkait dengan transaksi valuta asing atau foreign exchange (forex). Hal ini

terkait dengan peran bank dalam transaksi perdagangan nasabahnya.

Perbankan syariah, sebagai salah satu bank yang juga memberikan jasa

layanan sebagaimana tersebut diatas, harus menyusun pedoman kerja operasional

bagi dirinya agar mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus

terlibat pada mekanisme perdagangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah.1 Peran perbankan dalam hal transaksi valuta asing cukuplah besar dan hal

ini disadari oleh Bank Indonesia selaku pemangku kebijakan moneter di

Indonesia.Mengingat transaksi dan penyediaan valuta asing melalui bank bisa

meningkatkan risiko terhadap pengelolaan devisa maka Bank Indonesia perlu

melakukan pengaturan dan pengawasan yang efektif terhadap valas. Akan tetapi

pengaturan yang tetap berlandaskan pada sistem devisa bebas yang berlaku

1Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema

Insani, 2001), h.196

Page 13: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

2

selama ini, dimana setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan devisa,

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu

Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Ketentuan ini bukan merupakan kebijakan

kontrol devisa atau kontrol kapital yang membatasi arus modal lintas negara,

melainkan hanya mengatur tata cara perolehan devisa melalui bank dengan

memenuhi persyaratan tertentu, tanpa membatasi kebebasan pelaku ekonommi

atas penggunaan devisa yang dimiliki.

Sebagai lembaga yang memiliki tugas utama mencapai dan memelihara

kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia merumuskan berbagai kebijakan yang

ditujukan bagi pencapaian tujuan dari tugas utama tersebut termasuk upaya untuk

mendorong pendalaman pasar keuangan khususnya pasar valuta asing domestik.

Pendalaman pasar valuta asing domestik merupakan suatu langkah yang perlu

dilakukan melalui pemberian panduan transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas

bagi pelaku ekonomi dalam melakukan transaksi valuta asing untuk mendukung

kegiatan ekonomi nasional. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia perlu

melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan terkait dengan transaksi valuta

asing terhadap rupiah antara bank dengan pihak domestik, melalui pengaturan

yang komprehensif untuk meminimalkan transaksi valuta asing terhadap rupiah

yang bersifat spekulatif dan dengan tetap mendukung kelancaran aktivitas di

sektor riil.

Atas dasar inilah maka Bank Indonesia menerapkan ketentuan melalui

Peraturan Bank Indonesia No. 10/28/PBI/2008 tentang Pembelian Valuta Asing

Page 14: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

3

Terhadap Rupiah Kepada Bank dan Peraturan Bank Indonesia No.

16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank

Dengan Pihak Asing. Dalam Peraturan Bank Indonesia ini menyatakan bahwa

pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada

Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan

per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

Ketentuan ini dibuat untuk meminimalisir transaksi valuta asing terhadap rupiah

yang bersifat spekulatif.

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik

untuk mengadakan kajian lebih dalam mengenai praktik underlying pada transaksi

valas di Bank Muamalat Indonesia dengan judul “IMPLEMENTASI

KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING DALAM TRANSAKSI VALAS

PADA BANK SYARIAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)”.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik transaksi valas menurut konsep Islam?

2. Bagaimana dasar hukum transaksi valas dalam Islam?

3. Jenis-jenis transaksi valas apa saja yang diperbolehkan dalam transaksi

menurut hukum Islam?

4. Bagaimana aplikasi transaksi valas dalam perbankan syariah?

Page 15: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

4

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merasa perlu untuk

membatasi permasalahan yang ingin diangkat, mengingat luasnya cakupan yang

akan diteliti serta keterbatasan yang dimiliki. Batasan masalah dalam penelitian

ini adalah praktik valas yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia.

Berdasarkan batasan tersebut,penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana implementasi dan mekanisme penggunaan underlying dalam

transaksi valas yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia?

2. Apakah praktik pembelian valas di Bank Muamalat Indonesia sudah sesuai

dengan PBI 16/17/PBI/2014 dan fatwa DSN-MUI No.28/DSN-MUI/III/2002?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana praktik

underlying untuk transaksi valas pada Bank Muamalat Indonesia, dan juga

untuk mengetahui kesesuaian praktik pembelian valuta asing di Bank

Muamalat Indonesia dengan peraturan yang telah ada.

2. Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan ilmu pengetahuan

mengenai praktik underlying pada transaksi valas di Bank Muamalat

Indonesia khususnya serta bank syariah umumnya.

Page 16: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

5

B. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan

baik bagi penulis maupun masyarakat khususnya tentang praktik

underlying dalam transaksi valaspada Bank Muamalat Indonesia, dan juga

merupakan sumber referensi dan saluran pemikiran bagi kalangan

akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang

akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas underlying yang terdiri dari: pengertian

underlying, kedudukan underlying dalam regulasi perbankan dan

kedudukan underlying dalam transaksi syariah, valuta asing yang terdiri

dari: pengertian valuta asing, transaksi valuta asing yang terdiri dari:

jenis-jenis transaksi valuta asing, jenis-jenis transaksi valuta asing dalam

Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

pasar valuta asing, risiko transaksi valuta asing, Bank Syariah yang

terdiri dari: pengertian Bank Syariah, pengertian Bank Devisa,

Page 17: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

6

karakteristik Bank Devisa, transaksi valuta asing pada Bank Syariah,

dan review studi terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM BANK

MUAMALAT INDONESIA

Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian, sejarah berdiri

Bank Muamalat Indonesia, visi dan misi Bank Muamalat Indonesia,

Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Devisa dan layanan

international banking Bank Muamalat Indonesia.

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai implementasi underlying di Bank

Muamalat Indonesia, mekanisme dan praktik transaksi valuta asing di

Bank Muamalat Indonesia dan analisis praktik valuta asing di Bank

Muamalat Indonesia.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 18: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Underlying

1. Pengertian Underlying

Underlying dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sesuatu yang

menjadi dasar dari suatu transaksi atau dokumen atau surat berharga.2 Secara

etimologi, underlying merupakan sekuritas atau komoditas yang diserahkan

atau yang sedang diperdagangkan pada saat memperdagangkan kontrak

berjangka atau opsi.

Dalam transaksi valuta asing, pengertian underlying transaksi menurut

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/ 28/ PBI/ 2008 adalah kegiatan yang

mendasari pembelian valuta asing terhadap rupiah.

Pengertian lain mengenai underlying transaksi menurut Peraturan Bank

Indonesia Nomor 16/ 17/ PBI/ 2014 adalah kegiatan yang mendasari

pembelian atau penjualan valuta asing terhadap rupiah.

2. Kedudukan Underlying Dalam Regulasi Perbankan

Dalam kegiatan transaksi valuta asing sesuai Peraturan Bank Indonesia

Nomor 10/ 28/ PBI/ 2008 Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa pembelian

valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di

2Artikel diakses pada tanggal 15 November 2014 dari

http://ilmuperbankan.blogspot.com/

7

Page 19: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

8

atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per

Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia No.

10/ 28/ PBI/ 2008 maka perlu ditetapkan peraturan pelaksanaan pembelian

valuta asing terhadap rupiah kepada Bank. Terkait hal tersebut, Bank

Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/ 42/

DPD Tahun 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada

Bank. Surat Edaran ini selanjutnya mengalami perubahan pada Tahun 2013

melalui penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/33/DPM

bahwa Bank Indonesia menetapkan aturan tentang kedudukan underlying

dalam transaksi valuta asing oleh Bank Umum, termasuk Bank Umum

berbasis syariah, hingga yang terakhir pada Tahun 2014 Bank Indonesia

mengerluarkan ketentuan melalui Peraturan Bank Indonesia No.

16/17/PBI/2014. Dalam Peraturan Bank Indonesia yang terakhir, Bank

Indonesia menetapkan aturan tentang transaksi valuta asing terhadap rupiah

antara Bank dengan Pihak Asing.

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/33/DPM ketentuan

angka 4 disebutkan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh

Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu

US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya

dapat dilakukan untuk kegiatan yang tidak bersifat spekulatif, dengan

underlying tertentu. Dan dalam PBI No. 16/17/PBI/2014 Pasal 6 ayat (1)

Page 20: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

9

disebutkan bahwa kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk pembelian

valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank melalui

Transaksi Spot di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) per bulan per

Pihak Asing.

3. Kedudukan Underlying Dalam Transaksi Syariah

Secara umum, agar suatu transaksi dapat dikatakan halal atau sesuai

syariah, maka transaksi tersebut harus terbebas dari unsur-unsur maisir,

gharar dan riba.3Maisir atau perjudian adalah suatu transaksi yang dilakukan

kedua belah pihak untuk pemilikan suatu benda atau jasa yang

menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan

transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu. Prinsipnya

adalah zero sum game atau ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan.

Gharar adalah sesuatu yang tidak diketahui apakah terjadi atau tidak terjadi.

Sedangkan riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli

atau tukar menukar maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan

dengan prinsip Islam. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua.

Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok

pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun

kelompok kedua yaitu riba jual beli yang terbagi menjadi riba fadhl dan riba

nasi’ah. Riba qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan atas pokok

3Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema

Insani Press, 2001), h. 197.

Page 21: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

10

pinjaman yang disyaratkan terhadap yang berhutang. Riba jahiliyyah adalah

utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak membayar

utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba fadhl adalah pertukaran antara

barang ribawi sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. Riba nasi’ah

adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang

dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.4

Salah satu upaya untuk menghindari terpenuhinya unsur yang diharamkan

dalam hukum Islam tersebut, maka setiap transaksi yang dilakukan harus

memiliki underlying.5 Pentingnya keberadaan underlying dimaksudkan agar

transaksi tersebut terbebas dari unsur spekulasi yang diharamkan agama

Islam.

B. Valuta Asing

1. Pengertian Valuta Asing

Valuta Asing adalah mata uang yang bukan alat pembayaran yang sah

disebuah negara, tetapi merupakan alat pembayaran yang sah pada negara

dimana mata uang tersebut berasal.6 Dalam Islam transaksi valas disebut juga

dengan as-sharf. Arti harfiah dari sharf adalah penambahan, penukaran,

penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Sedangkan menurut istilah

4Ibid,. h. 37-41. 5Kementrian Keuangan RI, Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal Sekuritas

Syariah (Efek Beragun Aset Syariah) (Jakarta, 2010). 6Eti Rohaety, Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi (Jakarta : PT. Bumi Aksara,

2005), h.124.

Page 22: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

11

as-sharf adalah jual beli uang dengan uang, baik yang sejenis atau berbeda

jenis, maksudnya adalah jual beli emas dengan emas, atau perak dengan

perak, atau emas dengan perak, baik fungsinya sebagai perhiasan (masughan)

maupun sebagai uang atau alat tukar. Atas dasar pengertian di atas sharf

merupakan akad jual beli mata uang baik dengan sesama mata uang yang

sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya

rupiah dengan dollar atau sebaliknya).7

Adapun menurut Tim Pengembangan Institut Bankir Indonesia, sharf

adalah jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya untuk melakukan

transaksi valuta asing menurut prinsip-prinsip sharf yang dibenarkan secara

syariah.8

2. Transaksi Valuta Asing

2.1. Jenis Transaksi Valuta Asing

Dalam praktiknya, ada berbagai macam bentuk jual beli mata uang

terutama jual beli valuta asing. Jenis-jenis transaksi valuta asing tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Transaksi spot

Transaksi spot adalah pertukaran untuk dua hari kerja kedepan,

yang dikenal dengan spot date. Dua hari menjadi landasan

7Lathif Azharuddin, Fiqh Muammalat, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), h.116. 8Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Bank Syari’ah:

Konsep Produk dan Implementasi Operasional, (Jakarta: Djambatan, 2001), h.237.

Page 23: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

12

pelaksanaan karena pada saat itu intruksi settlement antara dua bank

masih tergantung pada telex/ telegraph dan bank membutuhkan waktu

dua hari untuk menerbitkan dan bertindak atas dasar telex tersebut.

Meskipun saat ini settlement-nya dilakukan secara elektronik, namun

penyelesaian dua hari kerja masih digunakan. Pasar transaksi spot

merupakan pasar yang paling likuid di dunia. Transaksi spot

mengandung risiko nilai tukar.9

Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat

dilakukan dalam beberapa cara berikut ini:10

a. Value today, yaitu penyerahan dana (value date) sama dengan

tanggal transaksi (deal date).

b. Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja

berikutnya atau satu hari kerja setelah tanggal transaksi.

c. Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah

tanggal transaksi.

Adapun mekanisme transaksi spot adalah sebagai berikut:11

1. Menyerahkan Dollar

2.Menyerahkan Rupiah

9Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko

Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005). 10Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing (Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 2004), h.39. 11Huda Nurul, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 96.

Bank di Indonesia Bank di USA

Page 24: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

13

Keterangan:

1. Bank di USA menukarkan dollar kepada Bank di Indonesia.

2. Bank di Indonesia menyerahkan rupiah pada Bank di USA.

Contoh transaksi spot adalah sebagai berikut:

1. Bila kontrak ditutup pada tanggal 18 Desember 1991 maka

penyerahan dana dilakukan pada tanggal 20 Desember 1991.

Bila dua hari setelah tanggal kontrak jatuh pada hari libur,

maka tanggal penyerahan diundurkan sampai hari pertama

kerja setelah hari libur tersebut. Misalnya kontrak tanggal 7

Maret 1991 (Kamis), tanggal penyerahan adalah 11 Maret

1991 (Selasa), karena tanggal 9 Maret 1991 adalah hari sabtu

dimana pasar valuta tidak beroperasi, dan tanggal 10 Maret

1991 merupakan hari minggu.12

b. Transaksi forward

Transaksi forward merupakan transaksi valas dengan tanggal

yang disetujui lebih dari spot date (dua hari kerja). Jatuh waktu

forward di pasar umumnya sampai dengan satu tahun, meskipun

ada beberapa bank memberikan jangka waktu yang lebih panjang.

Transaksi forward menimbulkan risiko nilai tukar dan risiko suku

bunga, karena forward exchange rate ditentukan oleh tingkat suku

12Nadya, Amla Eva, “Peluang dan Tantangan Pengembangan Produk Valas di PT.

Bank Muamalat Indonesia, Tbk” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 26.

Page 25: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

14

bunga dari dua mata uang dan nilai spot masing-masing mata

uang.

Contoh transaksi forward adalah sebagai berikut:

Suatu perusahaan USA membutuhkan dana guna membayar

pengapalan suatu produk Jepang yang akan jatuh tempo pada tiga

bulan mendatang kepada supplier di Jepang dengan membayar

sebesar JPY 100 juta.

Untuk memastikan harga pengapalan barang dalam US Dollar,

bank setuju membeli JPY 100 juta dengan forward rate tiga bulan

sebesar JPY 100/ USD.

Harga barang yang dikapalkan tersebut menjadi sebesar USD 1

juta. Tiga bulan mendatang perusahaan akan membayar sebesar

USD 1 juta dan menerima dari bank sebesar JPY 100 juta untuk

dibayar kepada supplier.13

c. Transaksi swap

Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward.

Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam

waktu yang bersamaan yaitu menjual dan membeli atau membeli

dan menjual suatu mata uang yang sama. Sementara pada spot dan

forward, transaksi terjadi hanya sekali saja yaitu membeli dan

13Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen

Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).

Page 26: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

15

menjual. Penggunaan transaksi swap sebenarnya dimaksudkan

untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian yang disebabkan

oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan antara

nasabah dengan banknya dan antara bank dengan Bank Indonesia

(disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut dilakukan

atas dasar swap point yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Transaksi swap antara bank dengan BI:

a. Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI

untuk dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi

likuiditas ini untuk setiap bank maksimum 20% dari modal

bank tersebut.

b. Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank

berdasarkan swap bank dengan nasabah yang dananya berasal

dari pinjaman luar negeri untuk keperluan investasi di

Indonesia.14

Transaksi swap merupakan suatu kombinasi antara transaksi

spot dengan transaksi forward. Transaksi swap memiliki risiko

suku bunga.

Contoh transaksi swap adalah sebagai berikut:

14Diyya, artikel diakses pada tanggal 06 Maret 2015 dari https://diyya.wordpress.com.

Page 27: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

16

Bank A membeli US Dollar dan menjual JPY untuk 90 hari

kedepan dengan harga 99.50 yen per US Dollar. Atau alternatifnya

membeli dollar dengan spot rate dengan rate JPY 100,00/USD.

Bila bank A membeli USD 10 juta dan menjual JPY 1,000 juta

untuk penyerahan spot date dan memegang posisi mata uang

selama 90 hari, maka bank meminjam sebesar JPY 1,000 juta dan

meminjamkan USD 10 juta untuk 90 hari.

Apabila suku bunga USD sebesar 3% dan untuk yen sebesar 1%,

maka arus kasnya sebagai berikut:

JPY 2,500,000 bayar (1,000,000,000 x .01 x 90/360)

USD 75,000 terima (10,000,000 x .03 x 90/360)

Setelah 90 hari, maka posisi bank menjadi:

Long USD 10,075,000 dan Short JPY 1,002,500,000

Dengan membagi posisi yen dengan posisi USD, maka exchange

rate yang efektif adalah sebesar JPY 99.50/USD.15

d. Transaksi option

Transaksi option adalah kontrak untuk memperoleh hak dalam

rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus

dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka

15Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen

Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).

Page 28: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

17

waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, kerena

mengandung unsur maisir (spekulasi).16

Option juga merupakan suatu kontrak yang memberikan hak

kepada pembeli untuk melaksanakan kontrak pada harga yang

disepakati. Artinya transaksi akan dilaksanakan apabila tingkat

rate/ harga memberi keuntungan bagi pembeli. Penjual memiliki

risiko yang tak terbatas dan sebagai kompensasi akan menerima

premi. Kontrak option memiliki risiko baru dan di atas risiko yang

melekat pada instrumen yang mendasarinya. Option dapat dibuat

berdasarkan instrumen “cash” atau instrumen derivative lainnya

dan option atas kontrak option.17

Dalam pasar valuta asing transaksi option valuta asing dapat

diartikan sebagai satu instrumen keuangan yang memberikan hak

kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual satu mata uang

tertentu dalam jumlah tertentu pada satu waktu tertentu di masa

yang akan datang dan atau sebelumnya dengan kurs yang sudah

ditentukan sebelumnya (biasanya sudah ditentukan saat transaksi

dilakukan).

16Lathif Azharuddin, Fiqh Muammalat, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), h. 118. 17Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen

Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).

Page 29: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

18

Option memberi pemegang hak bukan kewajiban untuk

membeli atau menjual sesuatu. Berbeda dengan jenis transaksi jual

beli yang sudah dikenal selama ini yang mengikat masing-masing

pihak dengan satu kewajiban untuk membayar atau memberikan

satu barang tertentu yang diperjualbelikan maka option memberi

pemegang hak bukan kewajiban untuk menjual atau membeli satu

barang yang diperjanjikan. Pemegang option tidak bisa dipaksa

untuk membeli atau menjual satu barang yang diperjanjikan. Hak

untuk membeli atau menjual satu barang tersebut hanya bisa

dilaksanakan pada satu waktu tertentu di masa yang akan datang

atau sebelumnya. Hal ini tergantung dari jenis option yang

dipegang ada option yang mengatur bahwa hak untuk membeli

atau menjual satu barang bisa dilaksanakan pada satu waktu

tertentu di masa yang akan datang tidak dapat dilaksanakan

sebelum waktu yang ditentukan tersebut, ada pula jenis option

yang hak untuk membeli atau menjualnya dapat dilaksanakan

sebelumnya. Apabila pemegang option melaksanakan haknya

untuk membeli atau menjual satu barang tertentu maka harga

barang dibeli atau dijual tersebut sudah ditentukan sebelumnya

(biasanya ditentukan pada saat transaksi option dilakukan) tidak

peduli berapa harga pasar barang tersebut saat pelaksanaan hak.

Page 30: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

19

Jadi harga yang dipakai saat pelaksaan hak sudah ditentukan

sebelumnya dan bukan harga pasar barang tersebut saat itu.

Contoh transaksi option adalah sebagai berikut:

1. Bank “A” mengeluarkan option yang memberikan pemegang-

nya hak untuk membeli USD/IDR sebesar USD 1.000.000,-

dengan kurs 10.000,- pada satu tahun yang akan datang.

Dengan memegang option yang dikeluarkan oleh Bank “A”

tersebut maka satu tahun yang akan datang orang yang

memegang option tersebut berhak (bukan keharusan) membeli

USD 1.000.000,- ke Bank “A” dengan harga atau kurs 10.000,-

tidak perduli harga atau kurs USD/IDR yang berlaku di pasar

saat itu.

2. Bank “B” mengeluarkan option yang memberikan

pemegangnya hak untuk menjual USD/IDR sebesar USD

1.000.000,- dengan kurs 10.000,- pada satu tahun yang akan

datang. Dengan memegang option yang dikeluarkan oleh Bank

“B” tersebut maka satu tahun yang akan datang orang yang

memegang option tersebut berhak (bukan keharusan) menjual

USD 1.000.000,- ke Bank “B” dengan harga atau kurs 10.000,-

tidak peduli harga atau kurs USD/IDR yang berlaku di pasar

saat itu.18

18Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h. 186-187.

Page 31: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

20

2.2 Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing Dalam Islam

Jenis transaksi valuta asing yang diperbolehkan dalam Islam

hanya dua macam, yaitu transaksi spot dan forward agreement.

Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

a. Transaksi Spot

Transaksi spot adalah transaksi pembelian dan penjualan valuta

asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter)

atau paling lambat penyelesaiannya dalam jangka waktu dua

hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai,

sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses

penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan

transaksi internasional.19

b. Transaksi Forward Agreement

Transaksi forward agreement merupakan transaksi yang pada

dasarnya sama dengan transaksi forward, yaitu transaksi

pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada

saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang,

antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Pada dasarnya

hukum transaksi forward ini dihaharamkan dalam Islam, akan

tetapi pada transaksi forward agreement ini terdapat

pengecualian khusus yaitu dengan dibolehkannya transaksi ini

19Lathif Azharuddin, Fiqh Muammalat (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), h.116-117.

Page 32: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

21

dengan syarat ada kebutuhan yang memang benar-benar tidak

dapat dihindari (lil hajah).

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

membolehkan transaksi spot, karena transaksi tersebut dianggap tunai,

sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang

tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional. Sedangkan

untuk transaksi forward agreement dibolehkan karena untuk

kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah). Ketentuan ini

terdapat dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia No. 28/DSN-MUI/III/2002.

2.3. Mekanisme Valuta Asing Dalam Transaksi Syariah

Dalam pelaksanaan transaksi valuta asing haruslah memperhatikan

beberapa batasan sebagai berikut:

a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya

masing-masing pihak harus menerima atau menyerahkan masing-

masing mata uang pada saat yang bersamaan.

b. Motif pertukaran bukan untuk spekulasi.

c. Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya A setuju membeli

barang dari B hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali

pada tanggal tertentu di masa mendatang.

d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang

diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.

Page 33: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

22

e. Kadar dan ukurannya harus sama, misalnya pertukaran emas

dengan emas atau perak dengan perak maka kadar dan ukurannya

harus sama dan harus dilakukan secara tunai.

f. Jika transaksi dengan mata uang sejenis, maka nilainya harus sama

dan tunai.

g. Jika transaksi pertukaran mata uang berbeda jenis, maka

dilakukan dengan kurs yang berlaku pada saat itu dan harus

dilakukan secara tunai.20

Adapun Skema transaksi jual beli valuta asing dalan Islam atau

as-sharf adalah sebagai berikut :21

Keterangan: 1. Akad Sharf: penjual dan pembeli harus melakukan akad atau ijab

kabul yang disepakati oleh keduabelah pihak yang sesuai dengan

aturan-aturan yang telah ada dan sesuai syariah.

20Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2014), h. 264. 21Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 109.

2a. Valuta Sharf

Pembeli Musytari

Penjual Ba’i Akad sharf

2b. Nilai tukar

Page 34: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

23

2. a.Valuta: valuta ini merupakan objek jual beli, yaitu uang sebagai

komoditas yang dijadikan transaksi.

b. Nilai tukar: adanya harga, yaitu nilai kurs masing-masing valuta

asing terhadap valuta lainnya.

3. Para Pelaku Pasar Valuta Asing

Dalam pasar valas tersebut terdapat beberapa pelaku pasar yang

bertransaksi dengan beragam kepentingan. Adapun siapa saja yang

melakukan transaksi jual-beli valuta asing di pasar atau peserta pasar bisa

dibedakan sebagai berikut:22

1. Perusahaan

Perusahaan melakukan ekspor atau impor barang dan jasa dengan

negara lain membutuhkan transaksi jual beli valas untuk

memenuhi/ antisipasi kewajiban yang dimilikinya.

2. Masyarakat/ perorangan

Masyarakat atau perorangan dapat melakukan transaksi valas

untuk spekulasi dan memenuhi kebutuhannya.

3. Bank Umum

Bank Umum melakukan transaksi jual-beli valas untuk berbagai

keperluan antara lain melayani nasabah (perusahaan) yang ingin

bertransaksi jual-beli valas, berusaha memperoleh keuntungan dari

22Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 2004), h.4-5.

Page 35: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

24

perubahan harga valas di pasar (akan dijelaskan pada pembahasan

selanjutnya), memenuhi kewajiban valas yang dimilikinya.

4. Broker

Broker adalah orang atau perusahaan yang tugasnya adalah

menjadi perantara terjadinya transaksi valas. Mereka biasanya

berusaha membantu pembeli mencari penjual dan sebaliknya.

5. Pemerintah

Pemerintah melakukan transaksi valas untuk berbagai tujuan

antara lain membayar cicilan utang luar negeri, penerimaan utang

luar negeri baru yang harus ditukar ke valuta sendiri dll.

6. Bank Sentral

Di banyak negara Bank Sentral tidak berada di bawah kendali

pemerintah, dia merupakan lembaga independen yang bertugas

menstabilkan perekonomian. Salah satu instrument dalam

penstabilan perekonomian adalah dengan transaksi valuta asing.

4. Risiko Transaksi Valuta Asing

Dalam setiap transaksi yang ada pasti memiliki risiko, begitupun

dalam transaksi valuta asing. Risiko transaksi valuta asing (foreign

exchange risk) adalah suatu konsekuensi sehubungan dengan

pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank.

Meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko kurs

secara langsung karena adanya syarat tidak boleh melakukan transaksi

Page 36: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

25

yang bersifat spekulasi, tetapi bank syariah tidak akan dapat terlepas

dari adanya posisi dalam valuta asing.23

Menurut pengertian lain risiko nilai tukar (foreign exchange risk)

adalah potensi kerugian karena pergerakan nilai tukar. Risiko ini

melekat pada seluruh produk dan posisi yang dinilai dalam valuta yang

berbeda dengan valuta laporan bank.24

Risiko kurs ini akan meningkat bila jumlah posisi yang diambil

besar, baik posisi long maupun posisi short, dan fluktuasi pasar tinggi.

Oleh karena itu, bank syariah perlu menetapkan:25

1. Exposure limit (pembatasan eksposur/ risiko efek buruk pada

laporan keuangan perusahaan yang mungkin timbul dari

perubahan dalam nilai tukar).

2. Transaction limit (pembatasan transaksi).

3. Currency limit (pembatasan mata uang).

4. Turnover limit (pembatasan volume transaksi).

5. Cut loss limit (pembatasan kerugian).

6. Intraday limit.

7. Counterparty limit.

23Karim Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 273-274.

24Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen

Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).

25 Karim Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 274.

Page 37: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

26

Posisi long (long position) adalah apabila total tagihan dan asset

terhadap satu mata uang tertentu lebih besar dari total kewajiban pada

mata uang tersebut. Adapun contoh dari posisi long (long position)

adalah sebagai berikut:

1. PT. “Charisma” melakukan transaksi beli USD/IDR untuk

USD 1.000.000,- di kurs 8.000,-.

Diasumsikan tidak ada transaksi lain yang dilakukan oleh PT.

“Charisma”. Dengan dilakukannya transaksi di atas maka

timbul tagihan PT. “Charisma” kepada lawwan transaksinya

dalam mata uang USD sebesar USD 1.000.000,-.

Dengan melakukan transaksi di atas berarti PT. “Charisma”

sekarang mempunyai posisi. Karena PT. “Charisma”

mempunyai tagihan dalam mata uang USD 1.000.000,- maka

dapat dikatakan bahwa PT. “Charisma” mempunyai posisi

long USD sebesar USD 1.000.000,-.

2. PT. “Titan Internasional” melakukan dua transaksi valuta asing

yaitu:

a. Transaksi beli USD/IDR sebesar USD 1.500.000,-

b. Transaksi jual USD/IDR sebesar USD 750.000,-

Dari kedua transaksi tersebut dapat dilihat bahwa dari transaksi

pertama PT. “Titan Internasional” mempunyai tagihan kepada

lawan transaksinya sebesar USD 1.500.000,- dan dari transaksi

Page 38: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

27

kedua PT. “Titan Internasional” mempunyai kewajiban dalam

mata uang USD sebesar USD 750.000,-.

Secara total dari kedua transaksi yang dilakukan oleh PT.

“Titan Internasional” maka PT. “Titan Internasional”

mempunyai tagihan kepada lawan transaksinya sebesar:

USD 1.500.000 – USD 750.000 = USD 750.000

Dari dua transaksi yang dilakukan maka PT. “Titan

Internasional” mempunyai posisi valuta USD long sebesar

USD 750.000,-.

Sedangkan posisi short (short position) adalah apabila total tagihan

dan asset terhadap satu mata uang tertentu lebih kecil dari total

kewajiban pada mata uang tersebut. Adapun contoh posisi short (short

position) adalah sebagai berikut:

1. PT. “Charisma” melakukan transaksi jual USD/IDR untuk

USD 1.000.000,- di kurs 8.000,-.

Diasumsikan tidak ada transaksi lain yang dilakukan oleh PT.

“Charisma”. Dengan dilakukannya transaksi di atas maka

timbul kewajiban PT. “Charisma” kepada lawan transaksinya

dalam mata uang USD sebesar USD 1.000.000,-.

Dengan melakukan transaksi di atas berarti PT. “Charisma”

sekarang mempunyai posisi. Karena PT. “Charisma”

mempunyai kewajiban dalam mata uang USD 1.000.000,-

Page 39: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

28

maka dapat dikatakan bahwa PT. “Charisma” mempunyai

posisi short USD sebesar USD 1.000.000,-.

2. PT. “Titan Internasional” melakukan dua transaksi valuta asing

yaitu:

a. Transaksi jual USD/IDR sebesar USD 2.000.000,-

b. Transaksi beli USD/IDR sebesar USD 1.500.000,-

Dari kedua transaksi tersebut dapat dilihat bahwa dari transaksi

pertama PT. “Titan Internasional” mempunyai kewajiban

kepada lawan transaksinya sebesar USD 2.000.000,- dan dari

transaksi kedua PT. “Titan Internasional” mempunyai tagihan

dalam mata uang USD sebesar USD 1.500.000,-.

Secara total dari dua transaksi yang dilakukan oleh PT. “Titan

Internasional” maka PT. “Titan Internasional” mempunyai

kewajiban kepada lawan transaksinya sebesar:

USD 2.000.000 – USD 1.500.000 = USD 500.000

Dari dua transaksi yang dilakukan maka PT. “Titan

Internasional” mempunyai posisi valuta USD short sebesar

USD 750.000,-.26

Mengingat bank syariah tidak diperkenankan berspekulasi, maka

transaksi seperti forward, marjin trading, option dan swap tidak boleh

26 Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 2004), h.65-67.

Page 40: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

29

dijalankan. Yang diperkenankan adalah untuk kebutuhan berjaga-jaga

(simpanan) dan transaksi yang dilaksanakan harus tunai atau spot.

Termasuk tunai di sini adalah pembayaran dengan cek,

pemindahbukuan, transfer dan sarana pembayaran tunai lainnya.27

C. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang

berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas

kegiatan usaha (investasi, jual beli atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah,

yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro

maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah,

sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang non

produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan

meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan

penggunaan uang sebagai alat tukar. Sedangkan nilai-nilai mikro yang harus

dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang

27Karim Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2011), h. 274.

Page 41: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

30

dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu shiddiq, amanah, tabligh,

fathanah.28

Menurut PBI Nomor 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah Bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.

2. Pengertian Bank Devisa

Bank Devisa adalah Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,

misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque,

pembukaan dan pembayaran Letter Of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri

lainnya.29 Persyaratan untuk menjadi Bank Devisa ini ditentukan oleh Bank

Indonesia setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan.30

Menurut PBI Nomor 6/15/2004 Bank Devisa adalah Bank yang

memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan

kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.

Sedangkan menurut PBI Nomor 16/10/PBI/2014 Bank Devisa adalah

Bank yang memperoleh persetujuan dari otoritas yang berwenang untuk dapat

28Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara,

(Jakarta : Bank Indonesia, 2006), h. 29. 29Triwahyuniati Nani,“Pelaksanaan Analisis Pemberian Kredit di PT. Bank HAGA

Cabang Semarang”, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Semarang, 2008),h.26.

30Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 30.

Page 42: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

31

melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing, termasuk kantor

cabang bank asing di Indonesia, namun tidak termasuk kantor cabang luar

negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia.

3. Karakteristik Bank Devisa

Karakteristik Bank Devisa menurut Surat Edaran No. 15/27/DPNP Tahun

2013 adalah sebagai berikut:

1. Bank yang mengajukan permohonan untuk melakukan Kegiatan Usaha

dalam valuta asing wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tingkat kesehatan Bank dengan peringkat komposit 1 (satu) atau 2

(dua) selama 18 (delapan belas) bulan terakhir.

b. Memiliki modal inti paling sedikit Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu

triliun rupiah); dan

c. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

sesuai Profil Risiko untuk penilaian KPMM terakhir sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

KPMM dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Dalam hal KPMM sesuai Profil Risiko kurang dari 10% maka

KPMM ditetapkan paling kurang 10%.

2) KPMM untuk Bank Umum Syariah (BUS) ditetapkan paling

kurang 10% sepanjang belum terdapat ketentuan yang mengatur

mengenai KPMM sesuai profil risiko bagi Bank Umum Syariah.

Page 43: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

32

2. Kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri dapat

melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing sepanjang telah memenuhi

persyaratan Modal Inti sebagaimana dimaksud pada butir 1.b yang berasal

dari dana usaha yang telah dialokasikan sebagai Capital Equivalency

Maintained Assets (CEMA) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai KPMM.

3. Unit Usaha Syariah (UUS) dapat mengajukan permohonan untuk

melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing sepanjang Bank Umum

Konvensional (BUK) yang menjadi induknya telah mendapat persetujuan

untuk melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing.

4. Transaksi Valuta Asing Pada Bank Syariah

Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan

internasional, perbankan syariah pun tidak dapat menghindarkan diri dari

keterlibatannya pada pasar valuta asing. Perbankan syariah harus

menyusun pedoman kerja operasional bagi dirinya agar mempunyai akses

yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus terlibat pada mekanisme

perdagangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.31 Hukum

transaksi yang diakukan oleh sebagian bank syariah dalam muammalah

jual beli valuta asing tidak dapat dilepaskan dari ketentuan syariah

mengenai sharf. Bentuk transaksi penukaran valuta asing yang biasa

31Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema

Insani Press, 2001), h. 196.

Page 44: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

33

dilakukan bank syariah dapat dikategorikan sebagai naqdan (spot)

meskipun penyerahan dan penerimaan tersebut tidak terjadi pada waktu

transaksi diputuskan (dealing), melainkan penyelesaiannya (settlement-

nya) baru tuntas dalam 48 jam (dua hari) kerja. Fenomena transaksi ini

sudah biasa dikenal dalam dunia perdagangan internasional dan tetap

disebut transaksi valas spot antar bank. Bahkan jika kebetulan bertepatan

dengan libur akhir pekan, serah terima itu baru dapat terlaksana setelah 96

jam kerja.

Dengan demikian, hukum transaksi money exchange dalam bentuknya

yang sederhana sepanjang dilakukan secara tunai (spot) dan jual beli putus

(one shot deal) serta bukan untuk tujuan spekulatif pada prinsipnya

diperbolehkan menurut syariah Islam berdasarkan akad sharf.

D. Review Studi Terdahulu

1. Penelitian dilakukan oleh Siti Aisyah (2013) Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Transaksi Valuta

Asing/ As-Sharf Dalam Perspektif Fikih Muammalat Kontemporer Menurut

Wahbah Al-Zuhaili Dan Al-Sayyid Sabiq”. Penelitian ini membahas

mengenai alasan diperbolehkannya transaksi valuta asing/ sharf, yaitu karena

kebutuhan dimana kebutuhan ini dari skala makro yaitu untuk tujuan ekspor-

impor, bayar utang luar negeri, bayar jasa dari luar negeri. Dan analisa

Page 45: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

34

pandangan ulama kontemporer seperti Wahbah al-Zuhaili dan al-Sayyid Sabiq

mengenai transaksi valuta asing/ As-sharf.

2. Penelitian dilakukan oleh Novia Liza (2010) Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Analisis Penggunaan

Barang Milik Negara Sebagai Underlying Asset Sukuk Negara”. Penelitian ini

membahas tentang Pemerintah menggunakan Barang Milik Negara sebagai

underlying asset SBSN adalah untuk memberikan kenyamanan bagi investor.

Dalam hal penggunaan BMN sebagai underlying asset Sukuk Negara atau

sebagai Aset SBSN maka BMN tersebut harus memenuhi syarat-syarat sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 04 / PMK.08 /2009.

3. Penenelitian dilakukan oleh Amla Eva Nadia (2009) Skripsi Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Peluang dan

Tantangan Pengembangan Produk Valas di PT. Bank Muamalat Indonesia,

Tbk”. Penelitian ini membahas tentang Peluang transaksi valas di Bank

Muamalat adalah karena adanya permintaan dari nasabah. Sedangkan

tantangan yang dihadapi Bank Muamalat adalah ketika terjadi fluktuasi valas

yang cukup tinggi, maka kita mengambil “posisi lebar”, yaitu harga kurs yang

ditetapkan untuk nasabah menjadi mahal. Disini juga dibahas tentang

operasionalisasi jual beli valas di Bank Muamalat dan jenis produk valas yang

berpeluang untuk dikembangkan di Bank Muamalat.

4. Penelitian dilakukan oleh Syamsul Rizal (2005) Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Valuta Asing

Menurut Hukum Ekonomi Islam”. Penelitian ini membahas tentang

pandangan hukum ekonomi konvensional terhadap valas, pandangan hukum

Page 46: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

35

ekonomi Islam terhadap praktik atau oprasionalisasi valas dalam

perekonomian antar negara, dan pandangan hukum ekonomi Islam terhadap

valas.

Namun dalam penelitian ini penulis membuat sangat berbeda dengan

keempat penelitian di atas, disini penulis membahas tentang bagaimana

praktik underlying pada transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia.

Page 47: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

36

BAB III

METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT

INDONESIA

A.Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan

kualitatif, yaitu salah satu jenis pendekatan penelitian dimana data-data yang

dikumpulkan bersifat deskriptif berupa data-data tertulis dari orang-orang dan

pelaku yang dapat diamati.32 Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai

penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan

maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati orang-orang yang

diteliti.33

2. Data Penelitian

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan

wawancara yang dilakukan penulis di Bank Muamalat Indonesia.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dari lembaga atau institusi

tertentu. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data dari skripsi dan

32Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), h.3. 33Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2011), h.166.

36

Page 48: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

37

media massa ( jurnal, internet, koran dan majalah), serta buku-buku yang

membahas masalah terkait.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian lapangan yaitu

dengan melakukan wawancara (data primer) dengan pimpinan atau staff

terkait di Bank Muamalat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

data-data yang dibutuhkan terkait dengan underlying pada transaksi valas.

Dokumentasi (data sekunder) yaitu proses untuk memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian yang berasal dari data yang berbentuk arsip dokumen

yang dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia, buku-buku, majalah dan

artikel-artikel yang dimuat di internet ataupun dengan media lainnya.

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yaitu dengan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun

oleh tim Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Sejarah Berdiri Bank Muamalat Indonesia

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412

H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan

Page 49: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

38

Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank

Muamalat juga menerima dukungan masyarakat terbukti dari komitmen

pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta

pendirian Perseroan. Selanjutnya pada acara silaturahmi peringantan pendirian

tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa

Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

Muamalat pun terimbas dampak kritis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet

(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.

Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal

setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal

yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank

(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni

1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.

Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa

yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun

waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi

laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh

Page 50: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

39

kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan

terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari

keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh

anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian

menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada:

1. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham.

2. Tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan

dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat

sedikitpun.

3. Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas

utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru.

4. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat

menjadi agenda utama di tahun kedua.

5. Pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta

menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun

ketiga dan seterusnya yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat

Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan

seterusnya.

Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5juta nasabah

melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI

didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4.000 Kantor Pos Online/ SOPP di

Page 51: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

40

seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. Bank Muamalat

Indonesia saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka

cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan

aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia

Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses lebih

dari 2.000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank

muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya

comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat

hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media

masa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari

70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun terakhir. Pengargaan

yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh

Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Institution in

Indonesia 2009 oleh Global Finance ( New York), serta sebagai The Best Islamic

FinanceHouse in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).34

C.Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia

1. Visi

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,

dikagumi di pasar rasional.

34Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat

Page 52: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

41

2. Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan

penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan

orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi

stakeholder.35

D.Bank Muamalat Indonesia Sebagai Bank Devisa

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank

Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini

semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan

terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

dikembangkan.36

Saat ini ada sangat banyak mata uang yang digunakan dalam transaksi valuta

asing. Akan tetapi di Bank Muamalat Indonesia hanya menggunakan 7 jenis mata

uang saja, yaitu sebagai berikut:37

1. USD ( Dollar Amerika)

2. EUR (Euro)

3. SGD ( Dollar Singapura)

4. Aus Dollar ( Dollar Australia)

5. JPY (Yen Jepang)

35Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 darihttp://www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-and-misi

36http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat diakses pada tanggal 04

Maret 2015 37http://www.bankmuamalat.co.id/layanan/international-banking diakses pada tanggal

04 Maret 2015

Page 53: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

42

6. SAR ( Riyal/ Saudi Arabia Riyal)

7. MYR ( Ringgit / Malaysia)

Dari ketujuh jenis mata uang asing tersebut yang paling sering digunakan

untuk transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah mata uang asing

USD (Dollar Amerika) dan yang kedua adalah mata uang asing EUR (EURO), hal

ini terjadi karena USD merupakan mata uang yang paling mudah digunakan

untuk bertansaksi dan dapat dengan mudah diterima secara luas oleh negara-

negara lain. Atas dasar itulah maka USD menjadi mata uang asing yang sering

digunakan di Bank Muamalat Indonesia.

E. Layanan International Banking Bank Muamalat Indonesia

Dalam upayanya memberikan layanan transaksi keuangan yang komprehensif,

Bank Muamalat Indonesia juga menyediakan jasa layanan international banking

dengan nama Muamalat Remittance iB. Muamalat Remittance iB adalah layanan

pengiriman atau penerimaan uang valas dari atau kepada pihak ketiga kepada atau

dari pemilik rekening Bank Muamalat Indonesia baik tunai maupun non tunai

dalam denominasi valuta asing. Adapun jenis mata uang asing yang dapat

ditransaksikan adalah sebagaimana disebutkan pada bagian di atas.

Benefit dari produk Muamalat Remittance iB adalah sebagai berikut:

1. Lengkap

Layanan Muamalat Remittance iB menyediakan berbagai skema pengiriman

uang yang dapat diandalkan dengan harga yang bersahabat.

Page 54: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

43

2. Handal

Layanan Muamalat Remittance iB didukung oleh SDM dan teknologi

pendukung yang handal.

3. Nyaman

Melalui dukungan cabang dan jaringan kantor Bank Muamalat Indonesia,

nasabah penerima kiriman uang melalui layanan Muamalat Remittance iB

dapat dengan leluasa menerima uang kirimannya. ‘

4. Mudah Kemudahan transaksi anda selalu menjadi perhatian kami.38

38Artikel diakses pada tanggal 06 Maret 2015 dari http://www.bankmuamalat.co.id/layanan/international-banking

Page 55: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

44

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Underlying di Bank Muamalat Indonesia

Sebagai bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia

tentunya senantiasa menjadi perhatian di industri keuangan Indonesia. Kepatuhan

terhadap ketentuan regulator baik Bank Indonesia maupun Dewan Syariah

Nasional menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh Bank Muamalat

Indonesia. Demikian pula halnya dengan kepatuhan terhadap ketentuan regulator

terkait praktik transaksi valuta asing yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia.

Pada bab ini akan membahas tentang praktik dan mekanisme transaksi valuta

asing di Bank Muamalat Indonesia dan dilihat sejauh mana kesesuaian antara

praktik transaksi valuta asing yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia terhadap

ketentuan Bank Indonesia yang mengaturnya.

Saat ini, bentuk transaksi valuta asing yang digunakan oleh Bank Muamalat

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Transaksi Spot yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal

transaksi.

2. Transaksi Tomorrow (TOM) yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari

kerja berikutnya atau satu hari kerja setelah tanggal transaksi.

3. Transaksi Today (TOD) yaitu penyerahan dana (value date) sama dengan

tanggal transaksi.

44

Page 56: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

45

Dari ketiga jenis transaksi valuta asing tersebut mekanismenya sama, akan

tetapi yang membedakan hanya settlement date-nya atau tanggal penyelesaian

atau tanggal penyerahannya saja. Dan kurs yang digunakan yaitu dengan

menggunakan kurs sesuai dengan tanggal kesepakatan transaksi valuta asing

tersebut. Saat ini Bank Muamalat Indonesia sedang membuat ketentuan untuk

transaksi forward agreement yang tentunya juga harus sesuai dengan prinsip

syariah karena ada beberapa transaksi yang mengharuskan Bank Muamalat

Indonesia menggunakan jenis transaksi ini, akan tetapi hal tersebut masih dalam

proses dan dalam waktu dekat Bank Muamalat Indonesia akan me-launching

produk tersebut. Dan dari ketiga jenis transaksi valuta asing tersebut juga

digunakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nasabah pada saat melakukan

transaksi. Pada fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) No. 28/III/DSN-MUI/2002 tentang jual beli mata uang (al-

sharf), membolehkan transaksi valuta asing spot ini. Karena transaksi spot

dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian

yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional. Dan juga

transaksi forward agreement dibolehkan untuk kebutuhan yang tidak dapat

dihindari (lil hajah).

Page 57: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

46

B. Mekanisme dan Praktik Transaksi Valuta Asing di Bank Muamalat Indonesia

Transaksi valuta asing atau yang biasa disebut juga dengan foreign exchange

(forex) di Bank Muamalat Indonesia didasarkan pada kebutuhan nasabah dan

ketentuan dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Produk yang ada di Bank

Muamalat Indonesia yaitu: Transaksi Spot, Transaksi Tomorrow (TOM) dan

Transaksi Today (TOD), bergantung kepada kondisi dan kebutuhan nasabah.

Mekanisme transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah

sebagai berikut:

Keterangan:

1. Nasabah menghubungi dealing room(treasury sales) untuk konfirmasi rate.

2. Treasury sales akan meminta rate kepada forex dealer.

3. Forex dealer akan mengecek rate ke market.

4. Forex dealer memberikan rate yang dapat diberikan kepada treasury sales,

sudah termasuk spread untuk laba Bank Muamalat Indonesia.

Page 58: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

47

5. Treasury sales memberikan rate tersebut kepada nasabah , apabila deal, maka

transaksi tersebut dapat dijalankan. Dan nasabah wajib menjalankan transaksi

apabila sudah deal.

6. Setelah deal, forex dealer akan melakukan squaring ke market.

7. Nasabah datang ke counter untuk melakukan transaksi dengan membawa

dokumen-dokumen yang diperlukan.

8. Teller/ back office/ marketing konfirmasi transaksi nasabah ke treasury sales,

apabila sesuai maka transaksi dijalankan. Apabila berbeda, treasury sales

(dealing room) akan melakukan konfirmasi kembali kepada nasabah. Dari

teller, transaksi nasabah akan dilanjutkan ke back office.

Adapun settlement flow-nya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

1. Dari dealing room, setelah deal, middle office/ reporting membuat deal ticket

dari transaksi yang dilakukan yang dapat dilihat dari blotter.

2. Deal ticket dicek di dealing room.

Page 59: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

48

3. Setelah deal ticket dicek di dealing room,deal ticket tersebut di sign, dan

diteruskan ke International Banking Office (IBO) dan transaksi dijalankan

atau settle disana.

Dokumen-dokumen yang diperlukan oleh nasabah pada saat melakukan

transaksi valas yaitu:

1. Untuk transaksi di bawah USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) bagi

nasabah yang akan membeli atau menjual, maka nasabah harus mengisi

surat keterangan pembelian valas.

2. Untuk transaksi di atas dari USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) bagi

nasabah yang akan membeli atau menjual, maka nasabah harus

melampirkan underlying transaksinya. Selain itu, nasabah juga harus

mengisi form pemindah bukuan/ transfer/ remittance untuk Telegraphic

Transfer, setor/ tarik untuk Bank Note, dan LOI (Letter of Idemnity).39

Jenis kegiatan transaksi yang menggunakan underlying transaksi ada

bermacam-macam. Akan tetapi kegiatan underlying transaksi yang sering

digunakan di Bank Muamalat Indonesia adalah kegiatan ekspor-impor barang

dan jasa. Dan kegiatan transaksi yang menggunakan underlying ini tidak

memiliki pengaruh yang signifikan pada transaksi valuta asing di Bank

Muamalat Indonesia, jika dibandingkan dengan sebelum diterapkannya

peraturan mengenai underlying ini. Dimana ketentuan tersebut menyatakan

bahwa pada setiap transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00 (seratus ribu

39Wawancara Pribadi dengan Amiril Zulhaj. Jakarta, 19 Januari 2015.

Page 60: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

49

US Dollar) harus menggunakan underlying. Untuk kegiatan transaksi valuta

asing di Bank Muamalat Indonesia masih belum terlalu banyak yang

menggunakan underlying transaksi ini, karena nasabah yang dominan

melakukan transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah nasabah

retail. Dan nasabah retail ini biasanya melakukan transaksi valuta asing di

bawah USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar), yang tidak mensyaratkan

nasabah tersebut untuk menggunakan underlying.

Seiring berkembangnya transaksi valuta asing ini, maka peran Bank Indonesia

sangat diperlukan untuk mendorong pendalaman pasar valuta asing melalui

pengaturan yang komprehensif, khususnya terkait dengan transaksi valuta asing

terhadap Rupiah yang dilakukan antara Bank dengan pihak asing dan juga untuk

meminimalisir transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan

spekulatif. Mengingat hal tersebut maka Bank Indonesia menetapkan ketentuan

melalui Peraturan Bank Indonesia No. 10/28/PBI/2008. Dalam PBI No.

10/28/PBI/2008 Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa pembelian valuta asing

terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD

100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau

per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

Bank Indonesia juga mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.

10/42/DPD perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank. Surat

Edaran ini selanjutnya mengalami perubahan pada Tahun 2013 melalui penerbitan

Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/33/DPM bahwa Bank Indonesia

Page 61: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

50

menetapkan aturan tentang kedudukan underlying dalam transaksi valuta asing

oleh Bank Umum, termasuk Bank Umum berbasis syariah. Dan pada Tahun 2014

Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia No.

16/17/PBI/2014 perihal transaksi valuta asing terhadap rupiah antara Bank

dengan Pihak Asing. Ketentuan tersebut juga menyatakan bahwa pada setiap

transaksi valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank melalui

transaksi spot di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) per bulan per

Pihak Asing harus menggunakan underlying transaksi.

Dengan adanya ketentuan yang telah diterapkan oleh Bank Indonesia tersebut,

maka Bank Muamalat Indonesia juga menggunakan underlying pada setiap

transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau

ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing. Ketentuan ini sudah

berlangsung sejak November Tahun 2014 lalu di Bank Muamalat Indonesia.

Adapun ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh setiap Nasabah

atau Pihak Asing yang akan melakukan transaksi valuta asing adalah sebagai

berikut:

1. Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing

kepada Bank tanpa underlying hanya dapat dilakukan paling banyak

sebesar USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan

per Nasabah atau per Pihak Asing.

2. Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing

kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau

Page 62: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

51

ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat

dilakukan dengan underlying.

3. Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing

kepada Bank sebagaimana dimaksud pada no. 2 hanya dapat dilakukan

paling banyak sebesar nominal underlying transaksinya.

4. Apabila Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah

kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau

ekuivalen per bulan per Nasabah, maka nasabah tersebut wajib

melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. Dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan.

b. Fotocopy dokumen identitas Nasabah dan fotocopy Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP).

c. Pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak

yang berwenang dari Nasabah mengenai kebenaran dokumen

underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen

underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap

rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem

perbankan.

5. Begitupun dengan Pihak Asing, apabila Pihak Asing melakukan

pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank di atas USD

100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak

Asing, maka Pihak Asing wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:

Page 63: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

52

a. Dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggung jawabkan,

baik yang bersifat final maupun yang berupa perkiraan.

b. Dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang authenticated

dari Pihak Asing yang berisi informasi mengenai:

1. Keaslian dan kebenaran dokumen Underlying Transaksi

sebagaimana dimaksud pada huruf a.

2. Penggunaan dokumen Underlying Transaksi untuk pembelian

valuta asing terhadap Rupiah paling banyak sebesar nominal

Underlying Transaksi dalam sistem perbankan di Indonesia.

3. Jumlah kebutuhan, tujuan penggunaan, dan tanggal penggunaan

valuta asing, dalam hal dokumen Underlying Transaksi

sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa perkiraan.

6. Dalam hal Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap

Rupiah kepada Bank melalui Transaksi Spot paling banyak sebesar USD

100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak

Asing, Bank wajib memastikan Pihak Asing untuk menyampaikan

dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang authenticated yang

menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah tidak lebih

dari USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan

per Pihak Asing atau ekuivalennya dalam sistem perbankan di Indonesia.

Hal tersebut harus diperhatikan dan dipenuhi oleh setiap Nasabah atau Pihak

Asing yang akan melakukan transaksi valuta asing. Apabila hal tersebut

Page 64: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

53

dilanggar, maka akan ada sanksi yang akan diberikan oleh Bank Muamalat

Indonesia. Sanksi tersebut berupa teguran atau sanksi denda yang berlaku yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel Komparasi underlying antara Bank Muamalat Indonesia dengan PBI

10/28/PBI/2008 dan PBI 16/17/PBI/2014 adalah sebagai berikut:

No. Item PBI 2008 & 2014 Bank Muamalat Indonesia

1. Dokumen:

a. Underlying

b. Fotocopy NPWP

c. Materai

2. Ketentuan Nilai

Minimun

≤ USD 100,000.00

3. Ketentuan Nilai

Maksimum

> USD 100,000.00

4. Persyaratan:

a. Surat Pernyataan

b. Jumlah

Page 65: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

54

Kebutuhan

c. Tujuan

Kebutuhan

d. Tanggal

Penggunaan

(Perkiraan)

Dengan adanya ketentuan yang diterapkan oleh Bank Indonesia pada PBI No.

10/28/PBI/2008 dan PBI No. 16/17/PBI/2014 mengenai underlying dalam

transaksi valuta asing yang mengharuskan Nasabah atau Pihak Asing untuk

menggunakan underlying untuk transaksi di atas USD 100,000.00 (seratus ribu

US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing, Bank

Muamalat Indonesia menghadapi kendala dalam mensosialisasikan ketentuan

tersebut ke cabang-cabang seluruh Indonesia termasuk cabang yang ada di luar

negeri yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, hal tersebut dapat diatasi

dengan melakukan training untuk mengenalkan ketentuan terkait dengan

underlying transaksi secara berkala.

Setelah diterapkan ketentuan tersebut Bank Muamalat Indonesia juga tidak

mengalami pengaruh yang signifikan pada transaksi valuta asing jika

dibandingkan dengan sebelum diterapkan ketentuan tersebut. Hal itu disebabkan

karena transaksi yang dilakukan adalah transaksi riil berdasarkan kebutuhan dari

Page 66: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

55

nasabah. Nasabah yang lebih dominan dalam melakukan transaksi valuta asing di

Bank Muamalat Indonesia adalah nasabah retail, dimana nasabah tersebut

melakukan transaksi valuta asing di bawah USD 100,000.00 (seratus ribu US

Dollar). Itulah sebabnya mengapa ketentuan underlying ini tidak mengalami

pengaruh yang signifikan pada transaksi valuta asing jika dibandingkan dengan

sebelum diterapkan ketentuan tersebut di Bank Muamalat Indonesia. Dan

ketentuan underlying yang mensyaratkan bahwa dalam setiap transaksi diatas

USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) harus menggunakan underlying ini baru

diberlakukan per November Tahun 2014 di Bank Muamalat Indonesia, hal ini

terjadi karena Bank Muamalat Indonesia baru mendapatkan re-announce dari

Bank Indonesia dan Bank Indonesia juga baru benar-benar mewajibkan kembali

ketentuan tersebut.

Jenis kegiatan transaksi yang menggunakan underlying ada bermacam-

macam. Berikut adalah jenis underlying transaksi tersebut, yaitu:

1. Kegiatan ekspor-impor barang

2. Pembayaran jasa, seperti:

a) Biaya sekolah di luar negeri

b) Biaya berobat ke luar negeri

c) Biaya perjalanan ke luar negeri untuk keperluan haji dan wisata

lainnya

d) Pembayaran atas jasa konsultan luar negeri

Page 67: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

56

e) Pembayaran yang terkait dengan pengguanaan tenaga kerja asing di

Indonesia

3. Pembayaran utang dalam valuta asing

4. Pembelian atas pembelian aset di luar negeri

5. Kegiatan usaha pedagang valuta asing non bank yang memiliki izin dari

Bank Indonesia yang masih berlaku

6. Kegiatan usaha travel agent

Dari jenis-jenis underlying transaksi yang telah disebutkan, transaksi

underlying yang paling banyak digunakan dalam transaksi valas di Bank

Muamalat Indonesia adalah transaksi untuk ekspor-impor barang dan jasa,

transaksi tersebut kurang lebih memberikan kontribusi 70% dari transaksi

valas.

Dalam kegiatan ekspor-impor barang dan jasa ini biasanya dilakukan ke

beberapa negara, akan tetapi kalau transaksi tersebut menggunakan mata uang

USD itu bukan untuk dan dari negara yang mendapatkan embargo dari ofac,

ofac (office of foreign assets control) merupakan lembaga yang berada di

bawah Departement Keuangan Amerika Serikat (AS) dan berhak

mengembargo perdagangan atas negara yang terdaftar bahkan kerja sama

dengannya. Negara-negara yang termasuk negara ofac diantaranya adalah

korea utara, iran, sudan dan masih banyak yang lainnya. Jadi, negara yang

termasuk dalam negara yang mendapatkan embargo dari ofac tidak dapat

bertransaksi dengan menggunakan USD karena negara tersebut sudah menjadi

Page 68: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

57

black list-nya USA. Kegiatan ekspor-impor barang dan jasa ini juga biasanya

dilakukan untuk transaksi pembayaran ekspor dan impor mesin, minyak dan

gas, non minyak dan gas, jasa konsultan dan masih banyak yang lainnya.

Dalam kegiatan transaksi valuta asing yang dilakukan oleh Bank

Muamalat Indonesia di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) harus

menggunakan underlying sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila

nasabah yang melakukan transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00

(seratus ribu US Dollar) dan tidak menggunakan underlying maka nasabah

tersebut dikenakan denda sebesar 10 juta rupiah sampai dengan 10 milyar

rupiah sesuai dengan kesalahan yang dilanggar.

C. Analisis Praktik Transaksi Valuta Asing di Bank Muamalat Indonesia

Jika diperhatikan, penulis melihat bahwa kegiatan transaksi valuta asing di

Bank Muamalat Indonesia sudah sepenuhnya mengikuti ketentuan yang telah

diatur oleh regulator yaitu Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yaitu pada fatwa DSN-MUI No.

28/DSN-MUI/III/2002 yang menyatakan bahwa dalam transaksi valuta asing

harus dengan tunai atau yang biasa disebut dengan spot dan juga harus

terbebas dari unsur spekulasi seperti maisir, gharar dan riba. Seperti yang

telah dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI tersebut dalam ketentuan kedua ayat

(1) bahwasanya kegiatan transaksi valuta asing yang dibolehkan dalam prinsip

syariah yaitu hanya transaksi spot saja, dimana dalam transaksi tersebut

penyerahannya dilakukan pada saat itu juga (over the counter) atau

Page 69: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

58

penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari, dan waktu dua

hari ini dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan

merupakan transaksi internasional. Begitupun dengan transaksi yang

dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia yang menggunakan transaksi spot

dalam kegiatan transaksi valuta asing. Adapun untuk mata uang yang

digunakan di Bank Muamalat Indonesia ini ada 7 macam, yaitu: USD, EUR,

SGD, AUD, JPY, SAR dan MYR.

Mengenai regulasi yang diatur oleh Bank Indonesia dalam PBI No.

10/28/PBI/2008 dan PBI No. 16/17/PBI/2014 yang mengatur bahwa dalam

setiap pembelian transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00 (seratus ribu

US Dollar) harus menggunakan underlying, Bank Muamalat Indonesia juga

sudah mematuhi semua ketentuan-ketentuan yang ada yaitu dengan

menerapkan underlying pada setiap transaksi valuta asing di atas USD

100,000.00 (seratus ribu US Dollar). Dan juga memberikan sanksi berupa

denda sebesar 10 juta rupiah sampai dengan 10 milyar rupiah kepada siapapun

yang melanggar aturan tersebut.

Hal tersebut dilakukan untuk mencegah para trader untuk melakukan

trading atau melakukan spekulasi dalam transaksi valuta asing. Karena saat ini

sangat banyak yang melakukan trading atau spekulasi dalam transaksi valuta

asing untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, Bank Indonesia

mengeluarkan regulasi tersebut yang diharapkan dapat mengurangi spekulasi

dalam transaksi valuta asing.

Page 70: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

59

Sejauh ini praktik transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia

dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada. Tidak ada yang

melakukan spekulasi, baik itu dalam transaksi valuta asing di bawah ataupun

di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar). Karena semua harus jelas

baik itu terkait mengenai tanggal penyerahan, tujuan transaksi dan jumlah

transaksi untuk menghindari spekulasi tersebut. Hal ini terbukti bahwa sampai

saat ini Bank Muamalat Indonesia masih dipercaya sebagai bank syariah

terbesar dan juga dipercaya untuk menjadi bank devisa yang memberikan

fasilitas jasa pelayanan dalam transaksi valuta asing. Sehingga sampai dengan

saat ini Bank Muamalat Indonesia memiliki banyak nasabah baik itu eksportir

maupun importir yang masih tetap percaya dan loyal untuk melakukan

transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia.

Pada intinya, penulis melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia ini benar-

benar menerapkan prinsip kehati-hatian yang memang sudah menjadi dasar

pada setiap bank syariah termasuk juga dalam transaksi valuta asing ini. Bank

Muamalat Indonesia melayani kebutuhan nasabah dalam transaksi valuta

asing dengan mengedepankan prinsip-prinsip Islam agar tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan dapat terbebas dari spekulasi. Dan tentunya tidak

menimbulkan risiko yang tidak diinginkan seperti misalnya risiko loss atau

risiko kerugian bagi keduabelah pihak baik itu pihak nasabah maupun Bank

Muamalat itu sendiri.

Page 71: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat penulis simpulkan

bahwa:

1. Implementasi underlying pada transaksi valuta asing di Bank Muamalat

Indonesia, yaitu mengacu kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh

bank sentral dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI). Seperti halnya pada transaksi valuta asing yang

mengharuskan untuk menggunakan underlying pada setiap transaksi di

atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan

per Nasabah atau per Pihak Asing. Dalam praktiknya, Bank Muamalat

Indonesia sudah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku yang sudah

ditetapkan oleh bank sentral dan DSN-MUI. Ketentuan tersebut telah

dilaksanakan per November Tahun 2014 lalu.

2. Jenis transaksi valuta asing yang digunakan oleh Bank Muamalat

Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Transaksi Spot: penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal

transaksi.

b. Transaksi Today (TOD): penyerahan dana (value date) sama dengan

tanggal transaksi.

60

Page 72: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

61

c. Transaksi Tomorrow (TOM): penyerahan dana dilakukan pada hari

kerja berikutnya atau satu hari kerja setelah tanggal transaksi.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini, penulis

mencoba memberikan beberapa saran kepada pembaca dan pihak-pihak yang

bersangkutan dalam transaksi valuta asing, agar bisa menjaga nilai-nilai yang ada

pada hukum Islam. Agar tidak terjadi spekulasi dalam transaksi valuta asing,

stabilitas nilai rupiah pun tetap terjaga. Dan juga kepada Bank Syariah yang

memfasilitasi seluruh transaksi perbankanyang mengacu pada regulasi perbankan

yang ada di Indonesia dan fatwa yang ditetapkan oleh DSN agar tetap bisa

Istiqomah dalam menjaga nilai-nilai Islam dengan tetap memegang teguh prinsip

kehati-hatian, agar perekonomian Islam di Indonesia semakin maju.

Page 73: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

62

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani, 2001.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000.

Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011.

Kementrian Keuangan RI. Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal Sekuritas

Syariah (Efek Beragun Aset Syariah). Jakarta: Kementrian Keuangan RI, 2010.

Rohaety Eti, Tresnati Ratih. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Azharuddin Lathif. Fiqh Muammalat. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.

Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia. Bank Syari’ah:

Konsep Produk dan Implementasi Operasional. Jakarta: Djambatan, 2001.

Risk Manajemen Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko

Level-1. Jakarta: Risk Manajemen Center Indonesia, 2005.

Berlianta, Heli Charisma. Mengenal Valuta Asing. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2004.

Nurul, Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Page 74: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

63

Nadya, Amla Eva. “Peluang dan Tantangan Pengembangan Produk Valas di PT.

Bank Muamalat Indonesia, Tbk.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2014.

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Adiwarman Karim. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers,

2011.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara.

Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Nani Triwahyuni. “Pelaksanaan Analisis Pemberian Kredit di PT. Bank HAGA

Cabang Semarang”. Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

Semarang, 2008.

Kasmir. Manajemen Perbankan . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Wawancara:

Wawancara Pribadi dengan Amiril Zulhaj. Jakarta 19 Januari 2015.

Page 75: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

64

Website:

Artikel diakses pada tanggal 15 November 2014 dari

http://ilmuperbankan.blogspot.com/.

Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat.

Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-and-misi

Artikel diakses pada tanggal 06 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/layanan/international-banking

Diyya. Artikel diakses pada tanggal 06 Maret 2015 dari https://diyya.wordpress.com.

Page 76: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

HASIL WAWANCARA

1. Bagaimana mekanisme transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia?

Jawaban:

Transaksi forex di Bank Muamalat Indonesia didasarkan pada kebutuhan

nasabah dan ketentuan dari DSN. Produk yang ada berkisar dari Spot,

Tomorrow atau today, bergantung kepada kondisi dan kebutuhan nasabah.

Mekanisme transaksinya yaitu sebagai berikut:

a. Nasabah menghubungi dealing room (treasury sales) untuk konfirmasi

rate.

b. Treasury Sales (TS) akan meminta rate kepada forex dealer.

c. Forex dealer akan mengecek rate ke market.

d. Forex dealer memberikan rate yang dapat diberikan kepada treasury

sales, sudah termasuk spread untuk laba Bank Muamalat Indonesia.

e. Treasury sales memberikan rate tersebut kepada nasabah, apabila deal,

maka transaksi dapat dijalankan.

f. Nasabah wajib menjalankan transaksi setelah deal.

g. Setelah deal, forex dealer akan melakukan squaring ke market.

h. Nasabah datang ke counter untuk melakukan transaksi, dengan dokumen-

dokumen yang diperlukan.

Page 77: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

i. Teller/ back office/ marketing konfirmasi transaksi nasabah, apabila sesuai

maka transaksi dijalankan. Apabila berbeda, dealing room akan

melakukan konfirmasi kembali kepada nasabah.

Adapun settlement flow nya sebagai berikut:

a. Dari teller, transaksi nasabah akan dilanjutkan ke back office. Jika transaksi

tersebut merupakan remittance, back office akan meneruskan transaksi ke

International Banking Operation (IBO).

b. Dari dealing room, setelah deal, deal ticket diteruskan ke IBO dan

transaksi dijalankan atau settle disana.

2. Apakah terdapat syarat khusus yang ditentukan oleh Bank Muamalat

Indonesia selain syarat dan ketentuan yang telah ditentukan oleh regulator?

Jawaban:

a. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah patuh kepada regulator,

yaitu bank sentral dan DSN. Implementasinya tentu saja mengacu kepada

peraturan yang ditetapkan oleh mereka.

b. Syarat tersebut seperti nilai maksimum transaksi tanpa underlying per

nasabah per bulan, underlying yang dapat digunakan untuk melakukan

transaksi jual beli forex, batasan transfer rupiah ke luar negeri dan lain-

lain.

Page 78: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

3. Bagaimana upaya Bank Muamalat Indonesia dalam meminimalisir potensi

terjadinya risiko dalam transaksi valas?

Jawaban:

a. Risiko dalam transaksi valas beragam, mulai dari risiko market, risiko

counterpart, risiko operasional, dan risiko lainnya.

b. Untuk meminimalisir risiko market, Bank Muamalat Indonesia selalu

melakukan squaring atas transaksi yang dilakukan dengan nasabah,

sehingga terhindar dari fluktuasi market yang sering kali terjadi dan dapat

menimbulkan risiko loss.

c. Risiko counterpart dapat diminimalisir dengan analisa dari financial

institution division, dimana setiap counterpart Bank Muamalat Indonesia

memiliki limit transaksi maksimal.

d. Risiko dengan nasabah dapat diminimalisir dengan memonitor kebiasaan

transaksi nasabah dan jumlah dana yang dimiliki nasabah sehingga dapat

diminimalisir kemungkinan default.

4. Apakah dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian khusus untuk memenuhi

ketentuan Bank Indonesia terkait regulasi transaksi valas?

Jawaban:

Tidak ada, hanya penyesuaian terhadap produk funding dan financing

apabila terkait.

Page 79: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

5. Apa kendala yang dihadapi Bank Muamalat Indonesia terkait penerapan

ketentuan yang baru diberlakukan tentang transaksi valas oleh Bank?

Bagaimana Bank Muamalat Indonesia menyikapi kendala tersebut?

Jawaban:

Kendala yang ditemui adalah sosialisasi ke cabang-cabang seluruh

Indonesia dan Kuala Lumpur. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan

melakukan training secara berkala.

6. Apakah penerapan ketentuan mengenai transaksi valas oleh Bank

mempengaruhi volume transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia (jika

dibandingkan dengan transaksi valas sebelum ketentuan tersebut ada)? Dan

berapa persentase perubahannya?

Jawaban:

Tidak ada pengaruh signifikan dari ketentuan tersebut. Hal itu disebabkan

transaksi yang dilakukan adalah transaksi riil berdasarkan kebutuhan dari

nasabah.

7. Jenis transaksi underlying apa yang paling banyak digunakan dalam transaksi

valas di Bank Muamalat Indonesia (apakah kegiatan ekspor-impor barang,

pembayaran jasa, pembayaran utang, pembayaran asset, kegiatan usaha

dagang)? Seberapa banyak persentase transaksi yang dilakukan setiap

bulannya?

Page 80: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

Jawaban:

a. Yang mendominasi adalah kegiatan ekspor-impor barang.

b. Transaksi tersebut kurang lebih memberikan kontribusi 70% dari transaksi

forex di Bank Muamalat Indonesia.

Page 81: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

Fatwa MUI tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 28/DSN-MUI/III/2002, tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf). MENIMBANG :

1. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.

2. Bahwa dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandang ajaran Islam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain.

3. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman

MENGINGAT :

“Firman Allah, QS. Al-Baqarah[2]:275: “…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

“Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri : Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)’ (HR. al-baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

“Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum , sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”

Page 82: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

“Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi s.a.w bersabda: “(Jual-beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.”

“Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda: Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.

“Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin A rqam : Rasulullah saw melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).

“Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf : Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

MEMPERHATIKAN :

1. Surat dari pimpinah Unit Usaha Syariah Bank BNI no. UUS/2/878

2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423H/ 28 Maret 2002.

MEMUTUSKAN Dewan Syari’ah Nasional Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF). Pertama : Ketentuan Umum Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).

2. Ada kebutuhan transaks atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).

4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.

Page 83: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

Kedua : Jenis-jenis transaksi Valuta Asing 1. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk

penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.

2. Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pem belian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2×24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).

3. Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

4. Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unusru maisir (spekulasi).

Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Page 84: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR: 10/ 28 /PBI/2008

TENTANG

PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa salah satu tugas utama Bank Indonesia adalah mencapai

dan memelihara kestabilan nilai rupiah;

b. bahwa Bank Indonesia tetap melaksanakan sistem devisa bebas

yang selama ini berlaku;

c. bahwa dalam situasi keuangan global yang bergejolak perlu upaya

untuk meminimalkan transaksi pembelian valuta asing terhadap

rupiah untuk tujuan spekulatif;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, dipandang perlu untuk mengatur

ketentuan mengenai Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah

kepada Bank dalam suatu Peraturan Bank Indonesia;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor…

Page 85: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-2-

Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 142, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4901);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas

Devisa dan Sistem Nilai Tukar (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3844);

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMBELIAN

VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK.

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

Nasabah…

Page 86: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-3-

2. Nasabah adalah :

a. perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau

b. badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia, berdomisili di Indonesia,

dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Pihak Asing adalah :

a. warga negara asing;

b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya;

c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap (permanent resident)

negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia;

d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia; atau

e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.

4. Warga Negara Asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan selain Indonesia,

termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal di Indonesia.

5. Badan Hukum Asing atau lembaga asing lainnya adalah badan hukum atau lembaga asing

yang didirikan di luar negeri .

6. Underlying transaksi adalah kegiatan yang mendasari pembelian valuta asing terhadap

rupiah.

Pasal 2

(1) Nasabah atau Pihak Asing dapat melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah

kepada Bank.

(2) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank

diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau

per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

(3) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan paling banyak sebesar nominal

underlying transaksinya.

Pasal 3 …

Page 87: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-4-

Pasal 3

(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah meliputi transaksi spot, transaksi

forward, dan transaksi derivatif lainnya.

(2) Apabila Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank

diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah,

Nasabah wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan;

b. fotokopi dokumen identitas Nasabah dan fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP); dan

c. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang

berwenang dari Nasabah mengenai kebenaran dokumen underlying sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk

pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying

dalam sistem perbankan di Indonesia.

Pasal 4

(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Pihak Asing meliputi transaksi spot

outright. Transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit

valuta asing oleh Bank.

(2) Apabila Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank

diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing,

Pihak Asing wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan; dan

b. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang

dari Pihak Asing atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing mengenai

kebenaran dokumen underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa

dokumen…

Page 88: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-5-

dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah

paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem perbankan di Indonesia.

Pasal 5

Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tanpa

underlying hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar USD100.000 (seratus ribu US

Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing.

Pasal 6

Bank yang melayani pembelian valuta asing oleh Nasabah atau Pihak Asing sampai dengan

USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, wajib meminta surat pernyataan dari Nasabah atau

dari Pihak Asing, bermaterai cukup atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing

yang menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap rupiah tidak lebih dari

USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing dari

seluruh sistem perbankan di Indonesia.

Pasal 7

Bank wajib menatausahakan dokumen underlying transaksi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 dan Pasal 4.

Pasal 8

Bank bertanggungjawab terhadap kelengkapan persyaratan yang disampaikan oleh Nasabah

atau Pihak Asing.

Pasal 9

Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar

sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap pelanggaran atas Pasal 2 ayat

(3), Pasal 3 ayat (2), Pasal 4, dan Pasal 5.

Pasal 10…

Page 89: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-6-

Pasal 10

Transaksi yang sedang berjalan sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini dan belum

jatuh tempo setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, tidak tunduk pada ketentuan

dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 11

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 13 November 2008, kecuali

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf c, Pasal 4 ayat

(2), dan Pasal 7 mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 2008.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bank Indonesia

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 12 November 2008

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BOEDIONO Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 12 November 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 172

DPD

Page 90: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR : 10/ 28 /PBI/2008

TENTANG

PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK

I. UMUM

Pengaturan ini tetap berlandaskan pada sistem devisa bebas yang berlaku

selama ini, dimana setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan devisa,

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas

Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Ketentuan ini bukan merupakan kebijakan kontrol

devisa atau kontrol kapital yang membatasi arus modal lintas negara, melainkan

hanya mengatur tata cara perolehan devisa melalui bank dengan memenuhi

persyaratan tertentu, tanpa membatasi kebebasan pelaku ekonomi atas penggunaan

devisa yang dimiliki.

Sebagai lembaga yang memiliki tugas utama mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia berupaya meminimalkan transaksi valuta

asing terhadap rupiah yang bersifat spekulatif. Langkah kebijakan tersebut

diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas nilai rupiah sehingga memberikan

kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3…

Page 91: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-2-

Pasal 3

Ayat (1)

Termasuk dalam pengertian transaksi spot adalah transaksi today dan

tomorrow. Pengertian transaksi derivatif lainnya termasuk namun tidak

terbatas pada transaksi options.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Termasuk dalam pengertian transaksi spot outright adalah transaksi

today dan tomorrow. Tidak termasuk transaksi derivatif dengan

kombinasi transaksi spot.

Ayat (2)

Huruf a

Dalam hal underlying adalah surat berharga, maka nilai nominal

underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing

terhadap rupiah adalah sebesar nilai surat berharga ditambah

kupon, capital gain, dan penerimaan terkait lainnya.

Dalam hal underlying adalah pemberian kredit, maka nilai

nominal underlying yang digunakan untuk pembelian valuta

asing terhadap rupiah adalah sebesar nilai pokok ditambah bunga

dan penerimaan terkait lainnya.

Dalam hal Pihak Asing melakukan repatriasi maka berlaku

ketentuan yang mengatur mengenai penanaman modal.

Huruf b

Cukup jelas.

Pasal 5…

Page 92: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-3-

Pasal 5

Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada

Bank tersebut dihitung secara gross dan bersifat kumulatif.

Contoh 1:

Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah A yang melakukan

pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US

Dollar) kepada Bank X dan pada tanggal yang sama Nasabah tersebut juga

melakukan penjualan valas terhadap rupiah sebesar USD25.000 (dua puluh

lima ribu US Dollar), maka perhitungan jumlah pembelian valas yang telah

dilakukan oleh Nasabah A pada Bank X adalah USD50.000 (lima puluh ribu

US Dollar).

Contoh 2:

Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah X melakukan

pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD30.000 (tiga puluh ribu US

Dollar) kepada Bank A, kemudian pada tanggal 5 Desember 2008 Nasabah X

melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh

ribu US Dollar) kepada Bank B, maka pembelian valas Nasabah X pada bulan

Desember 2008 adalah sebesar USD80.000 (delapan puluh ribu US Dollar).

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10…

Page 93: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

-4-

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008

NOMOR 4921

Page 94: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 16/17/PBI/2014

TENTANG

TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH

ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan

memelihara kestabilan nilai Rupiah;

b. bahwa kestabilan nilai Rupiah yang salah satunya

dipengaruhi oleh kestabilan nilai tukar Rupiah

memerlukan dukungan pasar keuangan yang sehat

khususnya pasar valuta asing domestik untuk

menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi nasional;

c. bahwa untuk menjaga kelangsungan kegiatan

ekonomi nasional dibutuhkan upaya pendalaman

pasar valuta asing domestik dengan memberikan

fleksibilitas bagi pelaku ekonomi, termasuk pihak

asing, dalam melakukan transaksi valuta asing

terhadap Rupiah;

d. bahwa peran Bank Indonesia diperlukan untuk

mendorong pendalaman pasar valuta asing melalui

pengaturan yang komprehensif, khususnya terkait

dengan transaksi valuta asing terhadap Rupiah yang

dilakukan antara Bank dengan pihak asing;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf

d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia

tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah

antara Bank dengan Pihak Asing;

Mengingat …

Page 95: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 2 -

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu

Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 67,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3844);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG TRANSAKSI

VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK

DENGAN PIHAK ASING.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank

Umum …

Page 96: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 3 -

Umum Syariah serta Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

termasuk kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri

namun tidak termasuk kantor Bank Umum dan Bank Umum Syariah

berbadan hukum Indonesia yang beroperasi di luar negeri.

2. Pihak Asing adalah:

a. warga negara asing;

b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya;

c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap

(permanent resident) negara lain dan tidak berdomisili di

Indonesia;

d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di

Indonesia;

e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan

hukum Indonesia.

3. Warga negara asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan

selain Indonesia, termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal

di Indonesia.

4. Badan Hukum Asing atau Lembaga Asing lainnya adalah badan hukum

atau lembaga asing yang didirikan di luar negeri, namun tidak

termasuk:

a. kantor cabang Bank asing di Indonesia;

b. perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA);

c. badan hukum asing atau lembaga asing yang memiliki kegiatan

yang bersifat nirlaba.

5. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah adalah transaksi jual beli

valuta asing terhadap Rupiah dalam bentuk:

a. transaksi spot, termasuk transaksi yang dilakukan dengan valuta

today dan/atau valuta tomorrow;

b. transaksi derivatif valuta asing terhadap Rupiah yang standar

(plain vanilla) dalam bentuk forward, swap, option, dan transaksi

lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

6. Underlying Transaksi adalah kegiatan yang mendasari pembelian atau

penjualan valuta asing terhadap Rupiah.

7. Kredit …

Page 97: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 4 -

7. Kredit atau Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga atau imbalan, termasuk:

a. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah

yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;

b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang;

atau

c. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

8. Transfer Rupiah adalah pemindahan sejumlah dana Rupiah yang

ditujukan kepada penerima dana untuk kepentingan Bank ataupun

nasabah Bank, baik melalui setoran tunai maupun pemindahbukuan

antar rekening pada Bank yang sama atau Bank yang berbeda, yang

menyebabkan bertambahnya saldo rekening Rupiah penerima dana.

9. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi,

sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau

suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim

diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang, termasuk obligasi

yang diterbitkan oleh lembaga multilateral atau supranasional yang

seluruh dana hasil penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk

kepentingan pembiayaan kegiatan ekonomi di Indonesia, termasuk

surat berharga yang berdasarkan prinsip syariah.

10. Transaksi Spot adalah transaksi jual atau beli antara valuta asing

terhadap Rupiah dengan penyerahan dananya dilakukan 2 (dua) hari

kerja setelah tanggal transaksi. Termasuk dalam pengertian Transaksi

Spot adalah transaksi dengan penyerahan valuta pada hari yang sama

(today) atau dengan penyerahan 1 (satu) hari kerja setelah tanggal

transaksi (tomorrow).

11. Transaksi Derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak

atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari

nilai tukar dalam bentuk transaksi forward, swap, option valuta asing

terhadap Rupiah, dan transaksi lainnya yang dapat dipersamakan

dengan itu.

12. Prime …

Page 98: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 5 -

12. Prime Bank adalah bank yang memiliki peringkat investasi tertentu dari

lembaga pemeringkat dan total aset yang termasuk dalam 200 (dua

ratus) besar dunia berdasarkan informasi yang tercantum dalam

Banker’s Almanac.

BAB II

TRANSAKSI

Bagian Kesatu

Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah

Pasal 2

(1) Bank dapat melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah

dengan Pihak Asing atas dasar suatu kontrak.

(2) Dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib memiliki pedoman

internal tertulis.

Pasal 3

(1) Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan Bank dengan

Pihak Asing di atas jumlah tertentu (threshold) wajib memiliki

Underlying Transaksi.

(2) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

seluruh kegiatan:

a. perdagangan barang dan jasa di dalam dan di luar negeri;

dan/atau

b. investasi berupa foreign direct investment, portfolio investment,

pinjaman, modal, dan investasi lainnya di dalam dan di luar

negeri.

(3) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

termasuk:

a. penggunaan …

Page 99: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 6 -

a. penggunaan Sertifikat Bank Indonesia untuk Transaksi Derivatif;

dan

b. penempatan dana pada Bank (vostro) antara lain berupa

tabungan, giro, deposito, dan Negotiable Certificate of Deposit

(NCD).

Bagian Kedua

Transaksi Spot antara Bank dengan Pihak Asing

Pasal 4

(1) Jumlah tertentu (threshold) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1) untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing

kepada Bank melalui Transaksi Spot adalah USD100,000.00 (seratus

ribu dolar Amerika Serikat) per bulan per Pihak Asing atau

ekuivalennya.

(2) Pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang melebihi nilai nominal

Underlying Transaksi.

(3) Dalam hal nilai nominal Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak dalam kelipatan USD10,000.00 (sepuluh ribu dolar

Amerika Serikat) maka terhadap nilai nominal Underlying Transaksi

dimaksud dapat dilakukan pembulatan ke atas dalam kelipatan

USD10,000.00 (sepuluh ribu dolar Amerika Serikat).

Bagian Ketiga

Transaksi Derivatif antara Bank dengan Pihak Asing

Pasal 5

(1) Jumlah tertentu (threshold) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1) untuk Transaksi Derivatif jual antara Bank dengan Pihak Asing dan

Transaksi Derivatif beli antara Bank dengan Pihak Asing adalah

USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat) baik per transaksi

per Pihak Asing maupun per posisi (outstanding) masing-masing

Transaksi …

Page 100: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 7 -

Transaksi Derivatif jual dan Transaksi Derivatif beli per Bank atau

ekuivalennya.

(2) Transaksi Derivatif jual antara Bank dengan Pihak Asing dan Transaksi

Derivatif beli antara Bank dengan Pihak Asing sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilarang melebihi nilai nominal Underlying Transaksi.

(3) Dalam hal nilai nominal Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak dalam kelipatan USD10,000.00 (sepuluh ribu dolar

Amerika Serikat) maka terhadap nilai nominal Underlying Transaksi

dimaksud dapat dilakukan pembulatan ke atas dalam kelipatan

USD10,000.00 (sepuluh ribu dolar Amerika Serikat).

(4) Jangka waktu Transaksi Derivatif dilarang melebihi jangka waktu

Underlying Transaksi.

Pasal 6

(1) Kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk pembelian valuta asing

terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank melalui Transaksi Spot

di atas USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) per bulan

per Pihak Asing atau ekuivalennya tidak berlaku untuk penyelesaian

Transaksi Derivatif awal yang dilakukan melalui:

a. perpanjangan transaksi (roll over), sepanjang jangka waktu

perpanjangan transaksi (roll over) paling lama sama dengan jangka

waktu Underlying Transaksi awal;

b. percepatan penyelesaian transaksi (early termination); atau

c. pengakhiran transaksi (unwind).

(2) Kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk Transaksi Derivatif

antara Bank dengan Pihak Asing di atas USD1,000,000.00 (satu juta

dolar Amerika Serikat) per transaksi per Pihak Asing atau ekuivalennya

tidak berlaku untuk penyelesaian Transaksi Derivatif awal yang

dilakukan melalui:

a. perpanjangan transaksi (roll over), sepanjang jangka waktu

perpanjangan transaksi (roll over) paling lama sama dengan jangka

waktu Underlying Transaksi awal;

b. percepatan penyelesaian transaksi (early termination); atau

c. pengakhiran …

Page 101: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 8 -

c. pengakhiran transaksi (unwind).

Pasal 7

Dalam hal Underlying Transaksi dari Transaksi Derivatif berupa investasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b maka Transaksi

Derivatif wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. terdapat realisasi investasi;

b. nilai Transaksi Derivatif untuk investasi paling banyak sebesar nilai

realisasi investasi yang tercantum dalam dokumen Underlying

Transaksi;

c. penghasilan dari investasi yang akan diterima (future income) yang

belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaannya, tidak dapat

digunakan sebagai Underlying Transaksi; dan

d. jangka waktu Transaksi Derivatif paling singkat 1 (satu) minggu yang

dihitung berdasarkan tanggal dimulainya Transaksi Derivatif sampai

dengan tanggal jatuh waktu Transaksi Derivatif dan paling lama sama

dengan jangka waktu investasi.

Pasal 8

(1) Persyaratan Transaksi Derivatif dengan jangka waktu paling singkat 1

(satu) minggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d

dikecualikan untuk transaksi forward beli valuta asing terhadap

Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing dalam rangka penyelesaian

transaksi kegiatan investasi.

(2) Transaksi forward beli valuta asing terhadap Rupiah antara Bank

dengan Pihak Asing dalam rangka penyelesaian transaksi kegiatan

investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. jangka waktu transaksi forward beli valuta asing terhadap Rupiah

antara Bank dengan Pihak Asing sama dengan jangka waktu

penyelesaian transaksi kegiatan investasi; dan

b. tanggal …

Page 102: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 9 -

b. tanggal dimulainya transaksi forward beli valuta asing terhadap

Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing maupun berakhirnya

transaksi forward beli dimaksud sama dengan tanggal dimulainya

dan berakhirnya penyelesaian transaksi kegiatan investasi.

Pasal 9

Penghasilan dari investasi meliputi penghasilan yang telah diterima dan

penghasilan yang akan diterima (future income).

Pasal 10

Dalam hal terdapat penghasilan dari investasi yang akan diterima (future

income) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 yang jumlah dan waktu

penerimaannya dapat dipastikan maka apabila dilakukan Transaksi

Derivatif wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Transaksi Derivatif hanya dapat dilakukan melalui transaksi forward

jual valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing;

b. transaksi forward jual valuta asing terhadap Rupiah antara Bank

dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang telah diterima

oleh Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan jangka waktu paling

singkat 1 (satu) minggu;

c. transaksi forward jual valuta asing terhadap Rupiah antara Bank

dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang akan diterima

(future income) oleh Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan jangka

waktu paling singkat 1 (satu) minggu dan paling lama sesuai dengan

jangka waktu penerimaan penghasilan; dan

d. nilai transaksi forward jual valuta asing terhadap Rupiah antara Bank

dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi paling banyak

sebesar nilai penghasilan dari investasi yang tercantum dalam

dokumenUnderlying Transaksi.

Pasal …

Page 103: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 10 -

Pasal 11

(1) Dalam hal penghasilan dari investasi yang akan diterima (future income)

yang belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c berupa dividen,

terhadap dividen dimaksud dapat dilakukan Transaksi Derivatif

sebelum adanya kepastian jumlah dan waktu penerimaan.

(2) Dalam hal Transaksi Derivatif dilakukan atas future income berupa

dividen yang belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Transaksi Derivatif wajib

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Transaksi Derivatif hanya dapat dilakukan melalui transaksi

forward jual valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan

Pihak Asing;

b. nilai Transaksi Derivatif sebagaimana dimaksud pada huruf a

paling banyak sebesar nilai estimasi dividen yang akan diterima

Pihak Asing berdasarkan dokumen Underlying Transaksi;

c. memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu dan paling

lama sampai dengan jangka waktu penerimaan dividen;

d. dalam hal selama periode Transaksi Derivatif terdapat keputusan

manajemen perusahaan yang dapat memberikan kepastian

mengenai jumlah dan waktu pembayaran dividen yang akan

diterima Pihak Asing, Bank memastikan bahwa Pihak Asing

melakukan penyesuaian atas jumlah Transaksi Derivatif Pihak

Asing menjadi paling banyak sesuai dengan jumlah dividen yang

sudah pasti akan diterima oleh Pihak Asing dan jangka waktu

Transaksi Derivatif menjadi sesuai dengan tanggal pembayaran

dividen; dan

e. Bank memastikan bahwa Pihak Asing tidak melakukan penjualan

saham yang dividennya digunakan sebagai Underlying Transaksi

dari Transaksi Derivatif sampai dengan batas waktu saham masih

memiliki hak atas dividen yang dijadikan Underlying Transaksi.

Pasal …

Page 104: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 11 -

Pasal 12

Transaksi Derivatif dapat pula dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing

dalam rangka cover hedging Bank.

Bagian Keempat

Larangan Transaksi Bagi Bank

Pasal 13

Bank dilarang melakukan transaksi tertentu dengan Pihak Asing yang

meliputi:

a. pemberian Kredit atau Pembiayaan dalam Rupiah dan/atau valuta

asing;

b. penempatan dalam Rupiah;

c. pembelian Surat Berharga dalam Rupiah yang diterbitkan oleh Pihak

Asing;

d. tagihan antar kantor dalam Rupiah;

e. tagihan antar kantor dalam valuta asing dalam rangka pemberian

Kredit atau Pembiayaan di luar negeri; dan

f. penyertaan modal dalam Rupiah;

Pasal 14

(1) Bank dilarang melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah

apabila transaksi atau potensi transaksi tersebut terkait dengan

structured product.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi Bank

sebagai penerbit structured product maupun Bank sebagai agen penjual

(selling agent) structured product.

Pasal 15

(1) Larangan terhadap pemberian Kredit atau Pembiayaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 huruf a tidak berlaku terhadap:

a. Kredit …

Page 105: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 12 -

a. Kredit atau Pembiayaan non tunai atau garansi yang terkait dengan

kegiatan investasi di Indonesia yang memenuhi persyaratan

berikut:

1. memperoleh counter guaranty (kontra garansi) dari Prime

Bank yang bukan merupakan:

a) kantor cabang Bank di luar negeri; dan

b) kantor cabang bank asing baik di dalam maupun di luar

negeri; atau

2. adanya jaminan setoran sebesar 100% (seratus persen) dari

nilai garansi yang diberikan.

b. Kredit atau Pembiayaan dalam bentuk sindikasi yang memenuhi

persyaratan berikut:

1. mengikutsertakan Prime Bank sebagai lead bank;

2. diberikan untuk pembiayaan proyek di sektor riil untuk

usaha produktif yang berada di wilayah Indonesia; dan

3. kontribusi bank asing sebagai anggota sindikasi lebih besar

dibandingkan dengan kontribusi Bank di dalam negeri.

c. kartu kredit;

d. Kredit atau Pembiayaan konsumsi yang digunakan di dalam negeri;

e. cerukan intrahari dalam Rupiah atau valuta asing yang didukung

oleh dokumen-dokumen yang bersifat authenticated yang

menunjukkan konfirmasi akan adanya dana masuk ke rekening

bersangkutan pada hari yang sama dan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia;

f. cerukan dalam Rupiah atau valuta asing karena pembebanan biaya

administrasi; dan

g. pengambilalihan tagihan dari badan yang ditunjuk pemerintah

untuk mengelola aset-aset Bank dalam rangka restrukturisasi

perbankan Indonesia oleh Pihak Asing yang pembayarannya

dijamin oleh Prime Bank.

(2) Prime Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga

pemeringkat paling kurang:

1. BBB- …

Page 106: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 13 -

1. BBB- dari lembaga pemeringkat Standard & Poors;

2. Baa3 dari lembaga pemeringkat Moody’s;

3. BBB- dari lembaga pemeringkat Fitch; atau

4. setara dengan angka 1, angka 2, dan/atau angka 3

berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat terkemuka lain

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

berdasarkan penilaian terhadap prospek usaha jangka panjang

(long term outlook) Bank tersebut; dan

b. memiliki total aset yang termasuk dalam 200 (dua ratus) besar

dunia berdasarkan informasi yang tercantum dalam Banker’s

Almanac.

Pasal 16

Larangan pembelian Surat Berharga dalam Rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 huruf c tidak berlaku terhadap:

a. pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan kegiatan ekspor

barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia serta

perdagangan dalam negeri; dan

b. pembelian bank draft dalam Rupiah yang diterbitkan oleh bank di luar

negeri untuk kepentingan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di

luar negeri dan dana Rupiah tersebut diterima di dalam negeri oleh

bukan Pihak Asing.

Bagian Kelima

Transfer Rupiah

Pasal 17

Bank dilarang melakukan Transfer Rupiah ke luar negeri.

Pasal 18

(1) Bank dapat melakukan Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki

Pihak Asing dan/atau yang dimiliki secara gabungan (joint account)

antara …

Page 107: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 14 -

antara Pihak Asing dengan bukan Pihak Asing pada Bank di dalam

negeri apabila:

a. nilai nominal Transfer Rupiah sampai dengan ekuivalen

USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat) per hari per

Pihak Asing; atau

b. dilakukan antar rekening Rupiah yang dimiliki oleh Pihak Asing

yang sama.

(2) Dalam hal Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing yang

berasal dari selain Transaksi Derivatif dengan nilai nominal di atas

ekuivalen USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat) per hari

per Pihak Asing, Bank penerima Transfer Rupiah wajib memastikan

bahwa Pihak Asing memiliki Underlying Transaksi.

(3) Dalam hal Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing

dalam rangka penyelesaian Transaksi Derivatif awal melalui:

a. perpanjangan transaksi (roll over), sepanjang jangka waktu

perpanjangan transaksi (roll over) paling lama sama dengan jangka

waktu Underlying Transaksi awal;

b. percepatan penyelesaian transaksi (early termination); atau

c. pengakhiran transaksi (unwind),

Bank tidak wajib memintaUnderlying Transaksi kepada Pihak Asing.

(4) Bank penerima dari suatu Transfer Rupiah yang ditujukan kepada

Pihak Asing wajib melakukan verifikasi terhadap status pihak penerima

dana.

BAB III

PENYELESAIAN TRANSAKSI

Pasal 19

(1) Penyelesaian Transaksi Spot antara Bank dengan Pihak Asing wajib

dilakukan dengan pemindahan dana pokok secara penuh.

(2) Penyelesaian Transaksi Derivatif antara Bank dengan Pihak Asing

dapat dilakukan secara netting atau dengan pemindahan dana pokok

secara penuh.

(3) Penyelesaian …

Page 108: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 15 -

(3) Penyelesaian Transaksi Derivatif antara Bank dengan Pihak Asing yang

dapat dilakukan secara netting sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

hanya berlaku untuk perpanjangan transaksi (roll over), percepatan

penyelesaian transaksi (early termination), dan pengakhiran transaksi

(unwind).

(4) Penyelesaian untuk penyesuaian Transaksi Derivatif atas pembayaran

dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d dapat

dilakukan secara netting sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Jangka waktu Transaksi Derivatif untuk penyelesaian perpanjangan

transaksi (roll over), percepatan penyelesaian transaksi (early

termination), dan pengakhiran transaksi (unwind) dalam rangka

investasi paling singkat 1 (satu) minggu yang dihitung berdasarkan

tanggal dimulainya Transaksi Derivatif sampai dengan tanggal jatuh

waktu Transaksi Derivatif, dan paling lama sama dengan jangka waktu

investasi.

Pasal 20

(1) Penyelesaian Transaksi Derivatif antara Bank dengan Pihak Asing

secara netting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) dengan

nilai nominal paling banyak sebesar USD1,000,000.00 (satu juta dolar

Amerika Serikat) dapat dilakukan sepanjang didukung dengan

Underlying Transaksi dari Transaksi Derivatif awal.

(2) Dalam hal pada saat penyelesaian Transaksi Derivatif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Pihak Asing tidak dapat menyampaikan

dokumen Underlying Transaksi maka penyelesaian Transaksi Derivatif

dilakukan dengan pemindahan dana pokok secara penuh.

BAB …

Page 109: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 16 -

BAB IV

DOKUMEN TRANSAKSI

Bagian Kesatu

Jenis Dokumen Underlying Transaksi

Pasal 21

(1) Jenis dokumen Underlying Transaksi ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Penetapan jenis dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur

lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Bagian Kedua

Dokumen Transaksi Spot antara Bank dengan Pihak Asing

Pasal 22

(1) Dalam hal Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap

Rupiah kepada Bank melalui Transaksi Spot dengan nilai nominal di

atas USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) per bulan per

Pihak Asing atau ekuivalennya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (1), Bank wajib memastikan Pihak Asing untuk menyampaikan

dokumen sebagai berikut:

a. dokumen Underlying Transaksi yang dapat

dipertanggungjawabkan, baik yang bersifat final maupun yang

berupa perkiraan; dan

b. dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang

authenticated dari Pihak Asing yang berisi informasi mengenai:

1. keaslian dan kebenaran dokumen Underlying Transaksi

sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan

2. penggunaan dokumen Underlying Transaksi untuk pembelian

valuta asing terhadap Rupiah paling banyak sebesar nominal

Underlying Transaksi dalam sistem perbankan di Indonesia.

3. jumlah kebutuhan, tujuan penggunaan, dan tanggal

penggunaan valuta asing, dalam hal dokumen Underlying

Transaksi …

Page 110: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 17 -

Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa

perkiraan.

(2) Dalam hal Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap

Rupiah kepada Bank melalui Transaksi Spot paling banyak sebesar

USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) per bulan per

Pihak Asing atau ekuivalennya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (1), Bank wajib memastikan Pihak Asing untuk menyampaikan

dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang authenticated

yang menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah tidak

lebih dari USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) per

bulan per Pihak Asing atau ekuivalennya dalam sistem perbankan di

Indonesia.

Bagian Ketiga

Dokumen Transaksi Derivatif antara Bank dengan Pihak Asing

Pasal 23

(1) Dalam hal Bank melakukan Transaksi Derivatif dengan Pihak Asing di

atas USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat) per transaksi

per Pihak Asing atau ekuivalennya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 ayat (1), Bank wajib memastikan Pihak Asing untuk menyampaikan

dokumen sebagai berikut:

a. dokumen Underlying Transaksi yang dapat

dipertanggungjawabkan, baik yang bersifat final maupun yang

berupa perkiraan; dan

b. dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang

authenticated dari Pihak Asing yang berisi informasi mengenai:

1. keaslian dan kebenaran dokumen Underlying Transaksi

sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan

2. penggunaan dokumen Underlying Transaksi untuk Transaksi

Derivatif paling banyak sebesar nominal Underlying Transaksi

dalam sistem perbankan di Indonesia.

3. jumlah …

Page 111: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 18 -

3. jumlah kebutuhan, tujuan penggunaan, dan tanggal

penggunaan valuta asing, dalam hal dokumen Underlying

Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa

perkiraan pembelian valuta asing terhadap Rupiah.

4. sumber dana, jumlah penjualan, dan tanggal tersedianya

valuta asing, dalam hal dokumen Underlying Transaksi

sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa perkiraan

penjualan valuta asing terhadap Rupiah.

(2) Dalam hal Pihak Asing melakukan penyelesaian Transaksi Derivatif

dengan nilai nominal paling banyak sebesar USD1,000,000.00 (satu

juta dolar Amerika Serikat) secara netting sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1) maka Pihak Asing wajib menyampaikan

dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Keempat

Dokumen Transfer Rupiah

Pasal 24

Dalam hal terdapat Transfer Rupiah kepada Pihak Asing yang berasal dari

selain Transaksi Derivatif di atas ekuivalen USD1,000,000.00 (satu juta

dolar Amerika Serikat) per hari per Pihak Asing sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (2), Bank penerima Transfer Rupiah dimaksud wajib

memastikan Pihak Asing untuk menyampaikan dokumen Underlying

Transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian Kelima

Penyampaian Dokumen

Pasal 25

(1) Bank memastikan Pihak Asing menyampaikan dokumen Underlying

Transaksi dan/atau dokumen pendukung Transaksi Valuta Asing

Terhadap Rupiah untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah

melalui Transaksi Spot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan

Transaksi …

Page 112: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 19 -

Transaksi Derivatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 pada

tanggal transaksi untuk setiap transaksi;

(2) Dokumen Underlying Transaksi dan dokumen pendukung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) untuk Transaksi Spot wajib diterima oleh Bank

paling lambat pada tanggal valuta.

(3) Dokumen Underlying Transaksi dan dokumen pendukung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) untuk Transaksi Derivatif wajib diterima oleh

Bank paling lambat pada 5 (lima) hari kerja setelah tanggal transaksi.

(4) Dalam hal Transaksi Derivatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

memiliki Underlying Transaksi berupa kegiatan perdagangan barang

dan jasa di dalam dan di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2) huruf a yang memiliki tanggal jatuh waktu kurang dari

5 (lima) hari kerja setelah tanggal transaksi, dokumen Underlying

Transaksi dan dokumen pendukung Transaksi Derivatif dimaksud

wajib diterima oleh Bank paling lambat pada tanggal jatuh waktu.

(5) Dokumen Underlying Transaksi dan dokumen pendukung Transaksi

Derivatif sampai dengan jumlah tertentu (threshold) yang

penyelesaiannya akan dilakukan secara netting wajib diterima oleh

Bank paling lambat:

a. pada tanggal valuta dalam hal perpanjangan transaksi (roll over),

percepatan penyelesaian transaksi (early termination), dan

pengakhiran transaksi (unwind) dilakukan melalui Transaksi Spot;

b. 5 (lima) hari kerja sejak tanggal transaksi dalam hal perpanjangan

transaksi (roll over), percepatan penyelesaian transaksi (early

termination), dan pengakhiran transaksi (unwind) dilakukan

melalui Transaksi Derivatif; atau

c. pada tanggal jatuh waktu dalam hal perpanjangan transaksi (roll

over), percepatan penyelesaian transaksi (early termination), dan

pengakhiran transaksi (unwind) dilakukan melalui Transaksi

Derivatif yang memiliki Underlying Transaksi berupa kegiatan

perdagangan barang dan jasa di dalam dan di luar negeri yang

memiliki tanggal jatuh waktu kurang dari 5 (lima) hari kerja.

(6) Dokumen …

Page 113: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 20 -

(6) Dokumen Underlying Transaksi dalam rangka Transfer Rupiah

sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 wajib diterima oleh Bank paling

lambat pada saat terjadinya penambahan dana Rupiah Pihak Asing.

Pasal 26

(1) Bank dapat menerima dokumen pendukung Transaksi Valuta Asing

Terhadap Rupiah yang disampaikan oleh Pihak Asing secara berkala

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dokumen Underlying Transaksi bersifat final; dan

b. Bank telah mengetahui track record Pihak Asing dengan baik.

(2) Dalam hal Bank melakukan fungsi kustodian dan memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokumen pendukung dapat

diterima dari Pihak Asing paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

tahun kalender.

(3) Dalam hal Bank tidak melakukan fungsi kustodian dan Pihak Asing

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokumen

pendukung dapat diterima paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

bulan kalender.

(4) Bank dapat menerima dokumen pendukung yang disampaikan oleh

Pihak Asing atas pembelian valuta asing terhadap Rupiah melalui

Transaksi Spot paling banyak sebesar USD100,000.00 (seratus ribu

dolar Amerika Serikat) per bulan per Pihak Asing atau ekuivalennya

paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

Pasal 27

(1) Bank wajib menatausahakan dokumen Underlying Transaksi dan/atau

dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23,

dan Pasal 24.

(2) Penatausahaan dokumen Underlying Transaksi dan/atau dokumen

pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian

dari pedoman internal tertulis Bank dalam melakukan Transaksi

Valuta …

Page 114: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 21 -

Valuta Asing Terhadap Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (2).

BAB V

PELAPORAN TRANSAKSI

Pasal 28

Dalam rangka pelaporan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, Bank

berpedoman kepada ketentuan yang mengatur mengenai laporan harian

bank umum.

BAB VI

SANKSI

Pasal 29

Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(2), Pasal 22 ayat (2), dan Pasal 27 ayat (1) dikenakan sanksi administratif

berupa teguran tertulis.

Pasal 30

(1) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (1), Pasal 4 ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 5 ayat (4), Pasal 7, Pasal

8 ayat 2, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal

15 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18 ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 22 ayat

(1), Pasal 23 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24, Pasal 25 ayat (2),

Pasal 25 ayat (3), Pasal 25 ayat (4), Pasal 25 ayat (5), dan/atau Pasal

25 ayat (6) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan

sanksi kewajiban membayar sebesar 1% (satu persen) dari nilai

nominal transaksi yang dilanggar untuk setiap pelanggaran, dengan

jumlah sanksi paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah) dan paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

(2) Perhitungan …

Page 115: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 22 -

(2) Perhitungan nilai nominal transaksi yang dilanggar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. selisih antara total nilai nominal transaksi valuta asing terhadap

Rupiah dengan jumlah tertentu (threshold) kewajiban pemenuhan

Underlying Transaksi; atau

b. total nilai nominal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang

tidak didukung dengan Underlying Transaksi dalam hal nilai

nominal transaksi di bawah jumlah tertentu (threshold) tetapi

dilakukan netting.

(3) Penghitungan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) menggunakan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate

(JISDOR) pada tanggal terjadinya pelanggaran.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31

(1) Bank yang telah melakukan Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah

dengan Pihak Asing sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini,

tetap dapat meneruskan transaksi dimaksud sampai dengan jatuh

waktu transaksi.

(2) Transaksi Derivatif yang dilakukan sebelum berlakunya Peraturan

Bank Indonesia ini dan jatuh waktu setelah berlakunya Peraturan

Bank Indonesia ini, penyelesaiannya dapat dilakukan secara netting

untuk:

a. perpanjangan transaksi (roll over), sepanjang jangka waktu

perpanjangan transaksi (roll over) paling lama sama dengan jangka

waktu Underlying Transaksi awal;

b. percepatan penyelesaian transaksi (early termination); atau

c. pengakhiran transaksi (unwind).

(3) Pengaturan penyelesaian transaksi secara netting sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) mengacu pada Peraturan Bank Indonesia ini.

BAB …

Page 116: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 23 -

BAB VIII

PENUTUP

Pasal 32

Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur lebih lanjut

dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 33

Pada saat Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku:

a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan

Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 50 dan

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4504);

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/10/PBI/2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang

Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh

Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 157

dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5335);

c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/9/PBI/2014 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang

Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh

Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 70 dan

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5525);

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 10 November

2014.

Agar …

Page 117: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 24 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 17 September 2014

GUBERNUR BANK INDONESIA,

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 17 September 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 213

DPM

Page 118: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 16/17/ PBI/ 2014

TENTANG

TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA

BANK DENGAN PIHAK ASING

I. UMUM

Sebagai bank sentral yang diamanatkan undang-undang untuk

mengemban tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Rupiah, Bank Indonesia merumuskan berbagai kebijakan yang

ditujukan bagi pencapaian tujuan tersebut termasuk upaya untuk

mendorong pendalaman pasar keuangan khususnya pasar valuta

asing domestik. Pendalaman pasar valuta asing domestik merupakan

suatu langkah yang perlu dilakukan melalui pemberian panduan

transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas bagi pelaku ekonomi

dalam melakukan transaksi valuta asing untuk mendukung kegiatan

ekonomi nasional. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia perlu

melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan terkait dengan

Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak

Domestik, melalui pengaturan yang komprehensif untuk

meminimalkan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang

bersifat spekulatif dan dengan tetap mendukung kelancaran aktivitas

di sektor riil.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “kontrak” adalah konfirmasi tertulis

yang menunjukkan terjadinya transaksi yang antara lain

berupa …

Page 119: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 2 -

berupa dealing conversation, SWIFT, atau konfirmasi

tertulis lainnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Perdagangan barang dan jasa di dalam dan di luar

negeri antara lain berupa kegiatan usaha pedagang

valuta asing.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “foreign direct investment”

adalah investasi langsung Nasabah ke luar negeri.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Huruf a

Yang dimaksud dengan “realisasi investasi” adalah

terjadinya aliran dana dari Pihak Asing untuk penyelesaian

kegiatan investasi, termasuk investasi yang dalam proses

penyelesaian.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang …

Page 120: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 3 -

Yang dimaksud dengan “future income” antara lain capital

gain, dividen, kupon, dan bunga.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Penghasilan dari investasi yang telah diterima dan penghasilan

yang akan diterima antara lain capital gain, dividen, kupon, dan

bunga.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Untuk saham yang diperdagangkan di bursa saham,

yang dimaksud dengan “batas waktu saham masih

memiliki hak atas dividen” adalah cum date, yaitu

akhir periode perdagangan saham di bursa dengan hak

dividen.

Pasal 12

Yang dimaksud dengan “cover hedging” adalah apabila Bank

melakukan hedging kepada Pihak Asing berupa bank di luar

negeri atas hedging yang telah dilakukan nasabah Bank kepada

Bank …

Page 121: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 4 -

Bank yang bersangkutan dengan Underlying Transaksi yang

dimiliki oleh nasabah Bank dimaksud.

Pasal 13

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “penempatan” adalah penanaman

dana Bank pada Bank lain dalam bentuk giro, interbank call

money, deposito berjangka, sertifikat deposito, Kredit atau

Pembiayaan, dan penanaman dana lainnya yang sejenis.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “tagihan antar kantor” adalah

semua tagihan yang dimiliki Bank terhadap kantor pusat

atau kantor cabang di luar negeri baik untuk kepentingan

Bank maupun nasabah, yaitu:

1. bagi kantor cabang bank asing di Indonesia, tagihan

adalah dari kantor cabang bank asing di Indonesia

terhadap kantor pusat dan/atau kantor cabang lain di

luar negeri;

2. bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia, tagihan

adalah dari kantor pusat dan/atau kantor cabang di

Indonesia terhadap kantor cabang di luar negeri.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “penyertaan modal” adalah

penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada Bank

dan perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,

seperti perusahaan sewa guna usaha, modal ventura,

perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring

penyelesaian dan penyimpanan, termasuk penanaman

dalam …

Page 122: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 5 -

dalam bentuk surat utang konversi (convertible bond)

dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi

tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki

saham pada Bank dan/atau perusahaan yang bergerak di

bidang keuangan lainnya.

Pasal 14

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan structured product adalah produk

yang dikeluarkan oleh Bank yang merupakan kombinasi

berbagai instrumen dengan Transaksi Derivatif valuta asing

terhadap Rupiah untuk tujuan mendapatkan tambahan

income (return enhancement) yang dapat mendorong

Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk tujuan

spekulatif dan dapat menimbulkan ketidakstabilan nilai

Rupiah.

Ayat (2)

Termasuk Bank sebagai agen penjual structured product

luar negeri (offshore product) yang terkait dengan valuta

asing terhadap Rupiah.

Pasal 15

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

1. Yang dimaksud dengan “lead bank” adalah bank

yang berperan sebagai koordinator bagi anggota

sindikasi;

2. Yang dimaksud dengan “sektor riil” adalah sektor

produksi dan perdagangan barang dan jasa,

namun tidak termasuk sektor jasa keuangan

seperti kegiatan jual beli Surat Berharga.

3. Cukup jelas.

Huruf c

Termasuk …

Page 123: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 6 -

Termasuk jenis kartu kredit untuk pembelian barang

produksi (procurement card).

Huruf d

Yang dimaksud dengan “Kredit atau Pembiayaan

konsumsi” yaitu pemberian Kredit atau Pembiayaan

untuk keperluan konsumsi di dalam negeri dengan

cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain,

termasuk di dalamnya Kredit atau Pembiayaan

Pemilikan Rumah, Apartemen, Ruko, dan Rukan serta

Kredit atau Pembiayaan pembelian kendaraan.

Huruf e

Yang dimaksud dengan dokumen yang bersifat

authenticated adalah dokumen yang identitas pihak

pengirim, isi pesan atau perintah, serta kode rahasia

dokumen dimaksud telah disepakati para pihak

sehingga hanya dapat dikonfirmasi atau diverifikasi

oleh pihak penerima pesan atau penerima perintah

secara individual.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Ketentuan ini tunduk kepada ketentuan yang

dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang mengenai

prinsip kehati-hatian dalam rangka pembelian Kredit

atau Pembiayaan oleh Bank.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 16

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pembelian Surat Berharga yang

berkaitan dengan kegiatan ekspor barang dari Indonesia

dan impor barang ke Indonesia” adalah pembelian Wesel

Ekspor dan Banker’s Acceptance atas dasar transaksi Letter

of Credit (L/C) maupun non-L/C.

Yang …

Page 124: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 7 -

Yang dimaksud dengan “pembelian Surat Berharga yang

berkaitan dengan perdagangan dalam negeri” adalah

pembelian wesel atau Banker’s Acceptance atas dasar

transaksi Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).

Huruf b

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “status pihak penerima dana”

adalah status penerima dana sebagai Pihak Asing atau

bukan Pihak Asing.

Pasal 19

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pemindahan dana pokok secara

penuh” untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah

adalah penyerahan dana secara riil untuk masing-masing

transaksi jual dan/atau transaksi beli valuta asing terhadap

Rupiah sebesar nilai penuh nominal transaksi atau

ekuivalennya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup …

Page 125: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 8 -

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan ”dokumen Underlying

Transaksi yang bersifat final” adalah dokumen yang

tidak akan mengalami perubahan dalam hal jumlah

dan/atau waktu pemenuhan kebutuhannya.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”pernyataan yang

authenticated” adalah pernyataan yang telah

diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya secara

sistem.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ”pernyataan yang authenticated”

adalah pernyataan yang telah diverifikasi atau dibuktikan

kebenarannya secara sistem.

Pasal 23

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan ”dokumen Underlying

Transaksi yang bersifat final” adalah dokumen yang

tidak akan mengalami perubahan dalam hal jumlah

dan/atau waktu pemenuhan kebutuhannya.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”pernyataan yang

authenticated” adalah pernyataan yang telah

diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya secara

sistem.

Ayat (2)

Cukup …

Page 126: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku

- 9 -

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5582

Page 127: IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30555/1/... · Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku