Upload
others
View
27
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN
NEGARA KELAS IIB SALATIGA
TAHUN 2018
Oleh
AGUS WIJAYANTO, S.H
NIM. 12010150014
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2018
IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN
NEGARA KELAS IIB SALATIGA
TAHUN 2018
Oleh
AGUS WIJAYANTO, S.H
NIM. 12010150014
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 12 September 2018
Noor Malihah, S. Pd, M. Hum, Ph. D.
PEMBIMBING
iii
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Agus Wijayanto, SH
NIM : 12010150014
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : 24 September 2018
Judul Tesis : IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN
NEGARA KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2018
Panitia Munaqosah Tesis
Ketua Sidang : Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. ______________
Sekertaris : Hamam, Ph. D. ______________
Penguji I : Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. ______________
Penguji II : Noor Malihah, Ph. D. ______________
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Nama : AGUS WIJAYANTO, S.H
NIM :12010150014
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : Implementasi Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam Di
Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Salatiga Tahun 2018
Menyatakan bahwa Tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tesis ini diperbolehkan
untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN SALATIGA.
Salatiga, 12 September 2018
Yang Membuat Pernyataan
Agus Wijayanto, S.H
v
ABSTRAK
Judul : Implementasi Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam Di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Salatiga.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Mengetahui implementasi
kurikulum dari pembinaan Pendidikan Agama Islam narapidana di Rumah Tahanan
Negara kelas IIB Salatiga. 2) Mengetahui manajemen pembinaan Pendidikan Agama
Islam di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan merupakan penelitian lapangan
(field research) dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian ini
adalah Kepala Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga, para pembina Pendidikan
Agama Islam Rutan Salatiga, para warga binaan dan dokumen-dokumen Rumah
Tahanan Negara kelas IIB Salatiga. Teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi dan triangulasi data.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: pembinaaan
Pendidikan Agama Islam bagi Narapidana di Rutan Klas IIB Salatiga sudah
menggunakan kurikulum sendiri sebagai pedoman bagi pembina Pendidikan Agama
Islam di Rumah Tahanan Negara Salatiga dan sudah diterapkan dengan baik
sehingga program revolusi mental narapidana dapat terlaksana dengan baik pula.
Upaya untuk merevolusi mental dan perubahan karakter narapidana dilakukan
pembinaan secara intensif dan terus-menerus melalui ceramah, kajian, diskusi dan
bimbingan konseling serta nasehat terhadap warga binaan Rutan Salatiga. Metode
pembinaan dilakukan dua cara yaitu di dalam dan di luar ruangan.
Kata kunci: revolusi mental dan perubahan karakter narapidana.
vi
ABSTRACT
Title : The Implementation of curriculum in nurturing Islamic Education at House of
Detention IIB Salatiga.
The purpose of this research is to find out: 1). the implementation of
curriculum in nurturing Islamic Education in the House of Detention IIB Salatiga.
2). the management of Islamic Education in the House of Detention IIB Salatiga
prison
This research is a qualitative research and is a field research using a case
study approach. The objects of this research are the head of the House of Detention,
the inmates of the House of Detention IIB Salatiga, the officers of the House of
Detention IIB Salatiga, the relevant documents used in House of Detention IIB
Salatiga. The data are collected based on: interviews, documentation and data
triangulation.
The results of this research demonstrate that: the implementation of
curriculum in nurturing Islamic Education for inmates in the House of Detention IIB
Salatiga are based on a specific curriculum used a guide for Islamic spiritual advisers
in the house of detention. The curriculum has been implemented properly so that the
prisoner’s mental revolution program can be achieved, though not all. Efforts to
revolutionize the mentality and change the character of prisoners are conducted
intensively and continously through lectures, discussions and counseling guidance
and advice to the inmates. Coaching methods are carried out in two ways, namely
inside and outside the room.
Keywords : Mental Revolution and the changing character of prisoners
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tesis dengan judul ”Implementasi Kurikulum Pembinaan Pendidikan
Agama Islam di Rumah Tahanan Negara Salatiga dalam upaya Revolusi Mental”
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Agung
Muhammad SAW, manusia paling mulia yang telah mengajarkan kehidupan dengan
cahaya Islam. Juga kepada para sahabat, keluarga serta orang-orang yang senantiasa
istiqomah dalam menapaki risalah-Nya hingga yaumil qiyamah nanti.
Tesis ini merupakan tugas akhir dan syarat wajib guna memperoleh gelar
Magister Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga. Karya besar ini diselesaikan
tanpa bisa terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih
setulus hati disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Hammam, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama
Islam Institut Agama islam Nederi Salatiga.
4. Ibu Noor Malihah, S. Pd, M. Hum, Ph. D, selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh kesabaran dan kesungguhan dalam membimbing dan
mengarahkan sampai penulisan tesis ini selesai.
5. Ibunda tercinta dan almarhum ayahanda yang tidak pernah lelah berdoa untuk
kemajuan anak-anaknya
6. Istri tercinta Astre Tiarawati yang selalu memberikaan motivasi.
7. Bapak Muh Rondi yang telah menginspirasi untuk menempuh pendidikan
pasca sarjana di IAIN Salatiga
viii
8. Bapak Hero Sulistiyono, Bc. IP, SH, MH selaku Kepala Rumah Tahanan
Negara Salatiga atas diskusi dan arahannya guna kebaikan Rutan Salatiga
pada khususnya dan Kementerian Hukum dan HAM pada umumnya.
9. Anak-anakku Kayla Fara Deeba, Majda Aqmar Zaatary, Muhammad Tygo
Samboga, kalian luar biasa.
10. Para Ustadz pengisi pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rutan Salatiga
yang telah banyak membantu mewujudkan revolusi mental narapidana di
Rutan Salatiga, wabil khusus almarhum Ustadz Usman mansyur semoga
beliau diterima segala amal ibadahnya dan diampuni dosanya.
11. Para dosen Pascasarjana IAIN Salatiga dan teman-teman mahasiswa
Pascasarjana IAIN Salatiga angkatan 2015 atas diskusi dan debat ilmiahnya.
12. Seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini sangat jauh dari kesempurnaan karena
penulis yakin tidak ada kesempurnaan kecuali Allah SWT, Oleh karena itu saran dan
kritik sangat kami harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semuanya. Aamiin ya
Rabbal ’aalamiin...
Salatiga, 12 September 2018
Agus Wijayanto, S.H
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …................................................................................ ………. i
NOTA PEMBIMBING…………………………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………….................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN................................................................iv
ABSTRAK................................................................................................................. vi
PRAKATA............................................................................................................... vii
DAFTAR ISI............................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang……................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
C. Signifikasi Penelitian.............................................................................. 4
D. Kajian Pustaka ………........................................................................... 5
E. Metode Penelitian................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan..............................................................................12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum ………………………...........................................................14
B. Komponen Kurikulum……………………………….............................15
C. Pendidikan Agama Islam dan Pembinaan Agama Islam ………………18
x
BAB III KURIKULUM PEMBINAAN PAI DI RUTAN SALATIGA…................27
A. Tujuan Kurikulum PAI di Rutan Salatiga ………..………………..... 27
B. Materi/Isi dari Kurikulum di Rutan Salatiga …………………………. 29
C. Metode ……………………………………..………………….……… 31
D. Evaluasi…………………………………………………………..….... 32
E. Analisa………………………………………………………………… 34
BAB IV. MANAJEMEN PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
RUTAN SALATIGA ……………………………………………………38
A. Perencanaan ………...………………………………………………… 39
B. Pengorganisasian ……………...……………………………………… 39
C. Pelaksanaan …………………………………………….……………... 39
D. Pengawasan ………………………………………..………………….. 42
BAB V PENUTUP................................................................................................... 44
A. Simpulan................................................................................................. 44
B. Saran...................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 47
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai tindak kriminal seperti pencurian, penipuan, penggelapan,
penganiayaan, pencabulan, perjudian, penyalahgunaan narkotika hingga tindak
pidana korupsi dapat dengan mudah kita jumpai pada tayangan televisi maupaun
secara langsung di sekitar kita. Apa yang kita dengar dan lihat tersebut mengacu
kepada satu hal, yaitu karakter dan mental1. Berbagai fakta yang terjadi tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan karakter dan mental bagi masyarakat Indonesia
sangat penting. Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
dan kebudayaan.2 Dasar pendidikan atau pembinaan karakter dan mental pada
dasarnya berangkat dari dasar religius yaitu yang terdapat dalam Qs At-Taubah ayat
122.3
ليتفقهىا وما كان المؤمىىن ليىفسوا كافة فلىل وفس مه كل فسقة مىهم طائفة
يه وليىرزوا قىمهم إذا زجعىا إليهم لعلهم يحرزون في الد
Firman Allah SWT menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum
1Muhammad Kristiawan, “Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam
Pembentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia”, Ta’dib, Volume
18, No1 (Juni 2015), 15. 2Tim Dosen FIP IKIP. Malang. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, 1980, 2.
3Departemen Agama RI. Al-Qran dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra, 1982, 164.
2
muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian
berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan
mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan
secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan
bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Setiap manusia berhak mendapat pendidikan,4 sebagai bagian dari HAM.
Pendidikan atau pembinaan tidak hanya dilakukan di sekolah saja. Pendidikan dapat
dilakukan di keluarga dan masyarakat. Salah satu contoh pendidikan adalah
pendidikan yang di berikan di Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan bagi
para narapidana. Menurut Undang-Undang Pemasyarakatan Bab I pasal 1, yang
dimaksud Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.5
Pembinaan yang diberikan antara lain adalah pembinaan Pendidikan Agama
Islam bertujuan untuk mengubah mental narapidana sehingga terjadi revolusi mental
yang baik. Tujuan revolusi mental adalah mengubah cara pandang, pola pikir, sikap,
perilaku dan cara kerja yang berorientasi pada kemajuan, serta membangkitkan
kesadaran dan membangun sikap optimis dalam menatap masa depan sebagai
masyarakat dengan kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif dan berpotensi
menjadi diri yang maju6. Nilai strategis dari revolusi mental yaitu menjadi diri yang
4Leah Levin, Human Rights Question and Answer, California, 1981, 19.
5Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasayakatan Bab 1 Pasal 1.
6 Bambang Indriyanto, “Mengkaji Reolusi Mental dalam Konteks Pendidikan” , Pendidikan
dan Kebudayaan, Volume 20, No 4 (Desember 2014), 556.
3
jujur, dapat dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab, kerja keras, optimis,
produktif, inovatif dan berdaya saing. Apabila narapidana mengikuti program
pembinaan dengan baik maka mereka akan mengalami revolusi mental dengan baik7.
Narapidana di Rutan Salatiga mayoritas beragama Islam namun adapula yang
memeluk agama lain seperti Kristen , Katolik dan Budha, karena variasinya agama
yang dipeluk oleh narapidana tersebut maka bimbingan rohani yang dilakukan di
Rutan salatiga meliputi bimbingan Pendidikan Agama Islam dan bimbingan rohani
Kristen. Sejauh ini bimbingan rohani Kristen cukup baik. Dalam satu minggu bisa 3-
5 pertemuan . Sedang dalam bimbingan Islam tidak mencapai itu. Hal ini menjadi
tantangan para pembimbing Pendidikan Agama Islam untuk lebih intensif dalam
memberikan bimbingan rohani Islam bagi para narapidana. Dengan fenomena ini
penulis tertarik untuk meneliti program tersebut terkait dengan kurikulumnya,
tujuanya, evaluasinya, pengajarannya serta implementasi dari program tersebut dan
capaianya sejauh mana pembinaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di
Rutan Salatiga terhadap Revolusi Mental Narapidana. Pembinaan yang dilaksanakan
berdasarkan Sistem Pemasyarakatan bertujuan untuk mempersiapkan narapidana
agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat sehingga berperan kembali
sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.8 Adapun tujuan
pemidanaan ada dua pandangan konseptual yang masing-masing mempunyai
7Bayung Syakroa, “Paradigma Implementasi Konsep Revolusi Mental”, Elementary,
Volume 2 Edisi (3 Januari 2016), 29. 8Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M. 01. PK.04-10 Tahun 2017
4
implikasi moral yang berbeda satu sama lain, yakni pandangan retributif (retributif
view) dan pandangan utilitarian (utilitarian view).9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penelitian ini
mempunyai identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kurikulum serta analisis terhadap implementasi dari program
pembinaan Pendidikan Agama Islam untuk narapidana di Rumah Tahanan
Negara kelas IIB Salatiga?
2. Bagaimana manajemen pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Salatiga ?
C. Signifikansi Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari dilakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Mengetahui kurikulum, tujuan, materi, metode, evaluasi serta analisa
terhadap implementasi dari pembinaan Pendidikan Agama Islam narapidana
di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga.
2. Mengetahui manajemen pembinaan Pendidikan Islam narapidana di Rumah
Tahanan Negara kelas IIB Salatiga.
9Herbert L. Packer, The Limits of The Criminal Sanction, California: Stanford University
Press, 1968, 20.
5
Sedangkan Manfaat yang ingin dicapai dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah ilmu, dapat
memberikan kontribusi keilmuan pada civitas akademik IAIN Salatiga tentang
pembinaan perilaku narapidana, menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan
ilmu yang didapat selama kuliah pada permasalahan dan kondisi di masyarakat
sehingga mendapat pengalaman di lapangan.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi dan masukan mengenai pembinaan pada
narapidana ke Rumah Tahanan Negara Salatiga supaya dapat ditingkatkan lagi dalam
proses pelaksanaan pembinaan tersebut agar menjadi lebih baik.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai program pembinaan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan telah dilakukan beberapa peneliti. Berdasarkan eksplorasi peneliti,
terdapat beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini,
di antaranya:
Rhigetti Kheymal Wijaya, Amd.Ip, S.Sos yang menitikberatkan pada aspek
pembinaan narapidana narkotika serta peran pegawai di Lapas Besi Nusakambangan.
6
Penelitian ini berusaha unruk mengetahui pembinaan narapidana kasus narkoba yang
telah dilaksanakan dan sekaligus mengajukan model yang tepat untuk dilaksanakan
dalam rangka pembinaan narapidana kasus narkoba. Penelitian tersebut adalah
penelitian kualitatif dimana data diperoleh dengan teknik wawancara dan kuesioner.
Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pembinaan narapidana narkotika dapat
mencapai hasil maksimal dengan menggunakan konsep pemasyarakatan sesuai
fungsi dan tugas pokok sebagai Pembina dan pembimbing narapidana. Karena
konsep pemasyarakatan adalah proses penjatuhan pelaksanan pidana yang bukan
semata-mata sebagai pembalasan dendam belaka, tetapi yang paling penting adalah
pemberian bimbingan dan pengayoman kepada narapidana agar menjadi manusia
yang berguna di masyarakat dan tidak mengulangi lagi tindak pidana serta menjadi
anggota masyarakat yang baik.
Penelitian yang lain juga pernah dilakukan oleh Putra S, Angga Perdana, tesis
ini menitikberatkan pada peran pendidikan agama Islam dalam pembinaan mental
narapidana dengan sub focus mencakup materi pendidikan agama Islam dan
pembinaan mental narapidan di LP Anak Klas II A Blitar saja belum mengungkap
program pembinaan semuanya hanya pada pendidikan agama Islam saja. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan rancangan studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi partisipatif dan
7
dokumentasi.10
Hasil penelitian tersebut adalah bahwa dampak yang diperoleh
narapidana dari pembinaan yang dilakukan pihak Lapas mencakup beberapa aspek
antara lain aspek koqnitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Penelitian yang lainnya yang juga pernah disampaikan oleh Ari Astuti, dalam
penelitian ini menitikberatkan tentang pembinaan mental di Lembaga
Pemasyarakatan Wirogunan.Sedangkan penelitian penulis lebih fokus pada model-
model komunikasi dakwah untuk narapidana.11
Peneliti menggunakan pengambilan
data langsung di lapangan untuk mencari kebenaran dalam pengambilan data dengan
menggunakan teknik wawancara atau kuesioner terhadap para petugas atau pejabat
yang berkompeten dalam pembinaan narapidana narkotika dan menggunakan
analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian tersebut adalah bahwa dalam pelaksanaan pembinaan mental
narapidana sesuai dengan ketentuan prosedur yang terdapat dalam PP No. 31 Tahun
1999 Tentang Pembinaan serta Undang-Undang N0. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan, dilaksanakan melalui pendidikan keagamaan yang meliputi
pendidikan agama Islam, pendidikan agama Kristen dan Katolik serta latihan
kepramukaan. Adapun hambatan yang dihadapi oleh petugas Lapas Wirogunan
Yogyakarta dalam pelaksanaan pembinaan mental narapidana adalah kurangnya
10Putra S, dkk, “Pembinaan Mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A
Blitar (Studi Kasus)”, Tesis, Program Studi Agama Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2015, 42.
11
Ari Astuti, “Pembinaan Mental di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan”, Tesis, FKIP
Universitas Ahmad Dahlan, 2011, 29.
8
petugas pembinaan, keterbatasan dan transportasi untuk penceramah, serta
ketidakaktifan narapidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan mental.
Dari penelitian terdahulu di atas, penelitian yang dilakukan penulis sekarang
berbeda dalam berbagai aspek. Pembinaan dalam penelitian ini lebih spesifik yaitu
membahas kurikulum pembinaan Pendidikan Agama Islam narapidana dan
manajemennya serta penekanan terhadap revolusi mental narapidana. Maka dari itu
pentinglah kiranya penulis melakukan penelitian ini.
2. Kerangka Teori
a. Revolusi Mental
Menurut Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat
(masyarakat dan rakyat) dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai-
nilai strategis yang diperlukan oleh bangsa dan negara untuk mampu menciptakan
ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era
globalisasi. Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang
berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa
besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.12
Menurut
pendapat Bung Karno “Revolusi Mental merupakan satu gerakan untuk
12Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebuadayaan, Sosialisasi
Gerakan Nasional Revolusi Mental, Jakarta, 2015.
9
menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih,
berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala”.
Revolusi mental atau mental revolution adalah suatu konsep perubahan
kearah peningkatan mutu dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan.13
Solusi revolusi mental ada dua cara yaitu dengan kembali kepada
Tuhan dan pemulihan kemanusian.14
Mental adalah sesuatu yang berkaitan dengan
batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga. Secara umum
mental mencakup beberapa hal yaitu sikap kepribadian yang baik terhadap diri
sendiri, perkembangan serta pertumbuhan diri, dan keseimbangan mental, kesatuan
pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan15
.
b. Program Pembinaan
Pengertian pembinaan menurut pengertian yang tercantum pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1994), pembinaan adalah hal-hal yang meliputi: suatu proses,
pembaharuan, usaha / tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.16
Dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,
evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembangnya, atau meningkatnya sesuatu.
13Mulyasa, Revolusi Mental dalam Pendidikan,Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015, 24.
14
Daniel Agustinus, Mental revolution. A Small Change For A Better Civilizatio, GMRN.
Indonesia, 2014, 10. 15
Muhammad Kristiawan, Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam
Pembentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia”, Ta’dib, Volume
18, No 1 ( Juni 2015), 15.
16
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka,
1987, 56.
10
Disini terdapat dua unsur pengertian, yakni pembinaan dari suatu tujuan dan yang
kedua pembinaan dapat menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu17
, bagi
terciptanya manusia yang terampil, cakap dan terpupuk sikap mental yang positif
dimana pengembangan diselaraskan dengan nilai yang dianut.18
Program pembinaan narapidana adalah semua usaha yang ditujukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan akhlak (budi pekerti) para narapidana dan anak
didik yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara.
Pembinaan narapidana dilakukan secara terus menerus sejak narapidana
masuk dalam rutan. Sistem pemasyarakatan merupakan suatu proses pembinaan
warga binaan sebagai makhluk Tuhan, individu dan sebagai masyarakat. Dalam
pembinaan, narapidana dikembangkan keadaan jasmani, rohani serta
kemasyarakatannya dan dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk
mendukung keberhasilan dalam pembinaan. Menurut pasal 20 UU No 12 Tahun
1995 tujuan pembinaan adalah membentuk warga binaan pemasyarakatan agar
menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar
sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Selain itu dalam pribadi narapidana
17Thoha Miftah, Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi, Jakarta: Raja
Gradindo Persada, 2003, 22.
18
Munandar, Pembinaan dan Masalahnya, Jakarta: Gunung Agung, 1993, 33.
11
diharapkan mampu mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat memperoleh
keselamatan baik didunia maupun akhirat.
E. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan merupakan penelitian
lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Objek dalam
penelitian ini adalah narapidana, Pembina PAI dan Kepala Rumah Tahanan Negara
Salatiga.
Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, dokumentasi dan
wawancara. Observasi untuk mendapatkan gambaran kegiatan pembinaan PAI yang
berlangsung di Rumah Tahanan Negara Salatiga dari berbagai aktifitas narapidana,
pengajar dan peran Kepala Rumah Tahanan Negara Salatiga dalam mewujudkan
revolusi mental narapidana.
Selanjutnya adalah dokumentasi yaitu dengan melihat dokumen pembinaan,
diantaranya Kartu Pembinaan yang mencakup tahap-tahap pembinaan, Buku
Perwalian untuk melihat perkembangan narapidana yang dilaksanakan oleh wali
pemasyarakatan, Litmas (Penelitian Masyarakat) dilaksanakan oleh petugas Balai
Pemasyarakatan dengan cara melakukan kegiatan home visit ke rumah penjamin
narapidana yang telah di usulkan program pembinaan PB (Pembebasan Bersyarat),
CB (Cuti Bersyarat), CMB (Cuti Menjelang Bebas) dan CMK (Cuti Mengunjungi
Keluarga)
12
Wawancara adalah teknik untuk mendapatkan data tertulis yang berisi
wawancara dengan narapidana, pembina PAI, dan Kepala Rumah Tahanan Negara
Salatiga mengenai pembinaan PAI untuk mewujudkan revolusi mental.
Selanjutnya teknik analisis data adalah dengan menggunakan analisis model Miles
and Huberman. Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
terus menerus sampai tuntas.19
Model analisis ini terdiri dari tiga komponen yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan melakukan verifikasi
kepada Kepala Rumah Tahanan Negara Salatiga.
F. Sistematika Penulisan
1. BAB I, latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian,
kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II, kurikulum dan komponen kurikulum.
3. BAB III kurikulum PAI di Rumah Tahanan Negara Salatiga
4. BAB IV, mamajemen pembinaan PAI di Rutan Salatiga
5. BAB V, simpulan dan saran.
19Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2004, 337.
13
BAB II
A. KURIKULUM
Secara umum pengertian kurikulum adalah suatu perangkat mata pelajaran
atau program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan20
. Hilda Taba
berpendapat bahwa kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan
bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta
didik selama di sekolah. Kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran di bawah
bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar.21
Di bawah ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para
ahli antara lain:
a. Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh
pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang
sudah ditentukan.
20
Hajar Dewantoro, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, JPI FIAI
Jurusan Tarbiyah, Volume IX, No 6 (Desember 2003), 49. 21
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, 3.
14
b. Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
c. Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional22
.
B. KOMPONEN KURIKULUM
Kurikulum terdapat 4 komponen yaitu:
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan erat dengan hasil yang diharapkan dalam
suatu pendidikan atau pembinaan. Mengingat pentingnya pendidikan atau
pembinaan tersebut bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para
warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, yang disesuaikan dengan falsafah
negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungan23
.
Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan
22
Depdiknas, Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,
Jakarta, 2003. 23
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1997,16.
15
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”24
.
2. Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Komponen isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan erat dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Materi kurikulum menyangkut semua
aspek yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya
tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan
kegiatan siswa25
. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. Materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, dalam bentuk:
a. Teori
b. Konsep
c. Generalisasi
d. Prinsip
24
Depdiknas. Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,
Jakarta, 2003. 25
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. Media Iptek, 1994, 78.
16
e. Prosedur
f. Fakta
g. Istilah
h. Contoh/ilustrasi
i. Definisi
j. Preposisi.
3. Komponen Metode/ Strategi
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting,
sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana,
metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
T. Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi adalah komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Evaluasi
sebagai penentu nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian –
bagian mana yang harus disempurnakan26
. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau
26
Febriyanti. “Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Globalisasi”, TA’DIB, Volume XVIII, No
02 (November 2013), 298.
17
belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan.
C. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBINAAN AGAMA ISLAM
1. Pendidikan Agama Islam
Arti dari Pendidikan Agama Islam adalah Usaha untuk hidup iman, sebab
pada dasarnya hidup merupakan penyerahan diri penuh kepada Tuhan27
. Secara
umum Islam adalah Agama wahyu yang diterima langsung oleh Nabi Muhammad
SAW. diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir
dan batin. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan
kepada manusia suatu kelebihan dan keutamaan di atas makhluk lainnya yaitu fitrah,
kebebasan, ruh yang kekal, dan akal.
لناهم منا بني آدم وحملناهم في البر والبحر ورزقناهم من الطيبات وفض ولقد كر
ن خلقنا تفضيل على كثير مم
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan dilautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan”28
. (Al-Isra: 70).29
Pendidikan Agama Islam, adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran
27
Darminta. Praksis Bimbingan Rohani, Yogyakarta: Konisius, 2006, 16. 28
Departemen Agama RI, Mushaf Al-qur’an Terjemah (Edisi Tahun 2002, Depok: Al Huda,
2002, 370.
18
agama Islam, dibarengi dengan tuntunan hukum syariat dan menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa30
.
Tujuan Pendidikan Agama Islam antara lain adalah:31
1) Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.
2) Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.
3) Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis
dan membimbing proses pemikirannya.
4) Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-
citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan dengan baik.
Armai Arief mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al Syaibani (2002:
25-26) tentang tujuan pembinaan keagamaan mempunyai tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1) Tujuan individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan
yang dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya.
2) Tujuan sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah
laku mereka secara umum.
30Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
31
Achmad Gholib, Studi Islam (Pengantar Memahami Agama, Al-Quran, Al-Hadis, Dan
Sejarah Peradaban Islam), Jakarta: Faza Media, 2006, 29.
19
3) Tujuan profesional
Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu.
Pembinaan kerohanian islam dalam konteks keagamaan bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus-menerus agar
perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan. Namun secara garis besar,
arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu:
a) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk
seorang hamba yang bertakwa kepada Allah Swt;
b) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia
yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar
hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.
Allah Swt berfirman dalam Al Qur‟an surat Al Qashash: 77, yang berbunyi:
الدار الخرة ول تنس نصيبك وابتغ فيما آتاك للا نيا وأحسن كما أحسن للا من الد
ل يحب المفسدين إليك ول تبغ الفساد في الرض إن للا
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Al Qashash: 77)32
32
Departemen Agama RI, Mushaf Al-qur’an Terjemah (Edisi Tahun 2002), Depok : Al Huda,
2002.
20
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah Swt menyuruh kepada
semua hamba-Nya agar mencari kebahagiaan akhirat dengan cara beribadah kepada
Allah Swt. Tetapi manusia tidak boleh melupakan kebahagiaan dunia, oleh sebab itu
manusia disuruh untuk bekerja guna memenuhi kehidupan selama masih hidup di
dunia.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagaimana dimuat dalam Peraturan
Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008 yang berjudul Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah terdiri dari enam bab dengan perincian sebagai berikut.
a. Bab I, berkenaan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, yang terdiri
dari33
:
1) Al-Qur’an-Hadis (memahami, menghafal, menulis dan memahami surat-
surat pendek dalam al-Qur’an:al-Fatihah, al-Naas, sampai dengan al-
Duha’ dan menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis-hadis
pilihan tentang akhlak dan amal salih.
2) Akidah-Akhlak (mengenal dan meyakini rukun iman mulai dari iman
kepada Allah sampai denga iman kepada qada dan qadar melalui
pembiasaan dan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan,
pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-
21
asma al-husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji dan
ada Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.
3) Fikih (mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan
ruun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah,
shalat, puasa, zakat sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, seerta
ketentuan makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan
jual beli dalam pinjam meminjam).
4) Sejarah Kebudayaan Islam (mengenal, mengidentifikasi, meneladani dan
mengambil ibrah dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW,
Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah
masing-masing, dan
5) Bahasa Arab: (a) menyimak: (b) berbicara: (c) membaca: (d) menulis:
menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana
dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.
b. Bab II, berkenaan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah, yang terdiri dari
:
1) Al-Qur’an-Hadis: memahami dan mencintai al-Qur’an dan hadis sebagai
pedoman hidup umat Islam, meningkatkan pemahaman al-Qur’an, al-
Fatihah dan surat pendek pilihan melalui upayapenerapan cara
membacanya, menangkap maknanya dan memahami kandungan isinya
22
2) Akidah-Akhlak: meningkatkan pemahaman dan keyakinan terhadap
rukun iman melalui pembuktian dengan dalil naqli dan aqli, serta
pemahaman dan penghayatan terhadap asma al-husna dengan
menunukkan ciri-citi/tanda-tanda perilaku seseorang dalam fenomena
kehidupan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari, dan
membiasakan akhlak terpuji seperti ikhla, taat, khauf, taubat, tawakal,
ikhtiar, sabar,
3) Fikih: memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah
mahdah dan mu’alah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam
kehidupan sehari-hari
4) Sejarah Kebudayaan Islam: meningkatkan pengenalan dan kemampuan
mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Ilam
mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi.
5) Bahasa Arab (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, (d)menulis
c. Bab III, berkenaan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama dan Bahasa Arab Madrasah34
34
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standarisasi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,
Jakarta: Depag, 2008, 1 sd 447.
23
2. Pembinaan PAI
a. Pembinaan
Sebelum membahas tentang pembinaan PAI, maka perlu dikemukakan
pengertian pembinaan itu sendiri, pengertian pembinaan antara lain:
1) Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10
Pembinaan adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki,
emningkatkan akhlak (budi pekerti).35
2) Menurut PP RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1. Pembinaan adalah
kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Intelektual. Sikap dan Perilaku, Profesional, kesehatan jasmani
dan rohani36
.
3) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:152)
Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe”
dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik37
.
4) Menurut Thoha (2003) Pembinaan adalah sebagai suatu tindakan, proses,
hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan
35
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10 36
Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1. 37
Hasan Alwi Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Balai Pustaka. 2005, 45.
24
adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai
kemungkinan, berkembangnya, atau meningkatnya sesuatu.
b. Pembinaan PAI
Landasan pembinaan PAI telah dijelaskan dalam ajaran-ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits. Dalam buku M. Quraisy Syihab (2005: 63)
Allah Swt menjelaskan hal tersebut dalam Surat Ali Imran: 104 yang berbunyi:
ة يدعون ئك ولتكن منكم أم إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأول
هم المفلحون
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali
Imran:104)38
.
Dalam firman-Nya dinyatakan bahwa Allah SWT. mengangkat derajat
ummatnya yang berilmu, bahkan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. bukanlah ayat yang
menerangkan tentang shalat, puasa, ataupun zakat, melainkan perintah “Iqra” yaitu
membaca, menelaah, merenungkan, dan mengkaji yang merupakan salah satu upaya
dalam mencerdaskan manusia melalui pembinaan atau pendidikan.
Adapun landasan Pembinaan PAI menurut M. Arifin dalam bukunya, yaitu:
38
Departemen Agama RI, Mushaf Al-qur’an Terjemah (Edisi Tahun 2002), Depok: Al Huda,
2002.
25
1). Al-Quran. Merupakan kalam Allah SWT yang telah diwahyukan- Nya kepada
Nabi Muhammad SAW. bagi seluruh ummat manusia. Al-Quran merupakan
petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia dan bersifat universal. 2) Hadits (As-Sunnah). Dasar yang kedua
selain al-Quran adalah Sunnah Rasulullah SAW. Yaitu perbuatan, perkataan, dan
taqrir yang pernah di contohkan Nabi Muhammad SAW. dalam perjalanan hidupnya
melaksanakan dakwah Islam.39
39
Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta:
Ciputat Press, 2002.
26
BAB III
KURIKULUM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI RUTAN SALATIGA
A. TUJUAN KURIKULUM PAI DI RUTAN SALATIGA
Tujuan kurikulum PAI secara garis besar tertuang dalam buku pedoman Taman
Pendidikan Al Qur’an At Taubah Rutan Salatiga, disusun oleh staf pelayanan
tahanan bagian kerohanian Islam Rutan Salatiga yang bertujuan (1) membentuk
karakter warga binaan pemasyarakatan40
menjadi lebih baik, (2) membentuk karakter
warga binaan pemasyarakatan yang mandiri dan memiliki daya saing berlandaskan
iman, taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta (3) mendorong terciptanya umat
yang berakhlak mulia. Dengan tujuan yang tertuang di buku tersebut, diharapkan
setelah bebas dari Rutan, warga binaan pemsyarakatan tersebut dapat diterima di
tengah-tengah masyarakat dengan baik.
Landasan pengambilan tujuan tersebut terdapat di dalam Al Qur‟an surat Ar-
Ra’du : 11, yang berbunyi:
ل يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم إن للا
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-
Ra’du : 11)41
40
Di Rutan Salatiga, istilah narapidana digunakan untuk mengacu orang yang sudah divonis
bersalah oleh pengadilan. Dalam proses pembinaan PAI, di buku pedoman Taman Pendidikan Al
Qur’an At Taubah Rutan Salatiga, digunakan istilah warga binaan pemsyarakatan yang mengacu
pada siswa dalam kurikulum umum. 41
Al Qur‟an surat Ar-Ra’du : 11
27
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah SWT menyuruh kepada
semua hamba Nya agar manusia berusaha untuk menjadi lebih baik.
Tujuan tersebut di atas telah sesuai dengan tujuan revolusi mental (lihat bab I)
dan tujuan PAI (lihat bab II). Misalnya pada tujuan (1) yang bermaksud menjadikan
warga binaan pemsyarakatan memiliki karakter yang lebih baik, jelaslah bahwa aka
nada proses perubahan menjadi lebih baik yang berarti telah terjadi revolusi mental.
Di tujuan ke (2), warga binaan pemasyarakatan diharapkan dapat mandiri dan
berdaya saing berlandaskan iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi..
Hal ini sesuai dengan tujuan revolusi mental yang telah dibahasa di bab 1 bahwa
dalam proses revolusi mental terdapat ide kreatif, inovatif seperti pemanfaatan
teknologi yangnantinya menjadi bekal mereka untuk bersaing dalam masyarakat.
Serta dituliskan pula di tujuan bahwa warga binaan tersebut harus tetap melandaskan
kehidupan mereka berdasarkan iman dan takwa. Maka jelaslah, ada tatanan, aturan
yang nantinya akan mengatur dan menjadikan para warga binaan pemasyarakatan
tersebut menjadi lebih baik, jujur dan bertanggung jawab sesuai keimanan dan
ketakwaannya, dalam hal ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menunjukkan
bahwa Rutan Salatiga berprinsip untuk melakukan revolusi mental yang pada intinya
adalah melakukan perubahan seseorang baik dari perilakunya maupun sikapnya, juga
mengharapkan narapidana memiliki bekal pengetahuan yang berarti ada proses
revolusi mental untuk menjadikan sesorang produktif dan inovatif serta berdaya
saing (lihat bab I).
28
B. MATERI / ISI DARI KURIKULUM DI RUTAN SALATIGA
Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam di RUTAN Salatiga yang
berjudul Standar Kompetensi dan Standar Isi Pembinaan Pendidikan Agama Islam
terdiri dari 2 bab dengan perincian sebagai berikut :
Bab I
Berkenaan dengan Standar Kompetensi dan Standar Isi Pembinaan
Pendidikan Agama Islam materi terdiri dari:
1. Al-Qur’an-Hadis
Tujuan dari materi Qur’an hadits ini adalah mengenalkan, mengajarkan,
dan mengamalkan isi pokok Alqur’an hadits terutama ayat-ayat Alqur’an yang
membahas manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para warga binaan di Rutan
Salatiga dituntut untuk bisa menghafal surat-surat pendek minimal surat al
fatikhah, annas sampai dengan ad duha.
2. Akidah-Akhlak
Mengenal dan meyakini rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai
denga iman kepada qada dan qadar melalui pembiasaan dan mengucapkan
kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan
terhadap rukun iman dan al asma al-husna, serta pembiasaan dalam pengamalan
29
akhlak terpuji dan Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-
hari.
3. Fikih
` Mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun
Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa,
zakat sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan makanan dan
minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dalam pinjam
meminjam.
4. Sejarah Kebudayaan Islam
Memahami dan mengambil ibrah sejarah dakwah nabi Muhammad SAW
beserta sahabat-sahabatnya. Dengan mempelajari sejarah kebudayaan Islam
diharapkan warga binaan bisa meneladani tokoh-tokoh Islam seperti para
sahabat nabi yang berprestasi dalam perkembangan Islam sehingga menjadikan
motivasi bagi warga binaan untuk melakukan perubahan / revolusi mental
terhadap dirinya sendiri dimana banyak kisah para sahabat nabi yang dahulunya
adalah dari kalangan pembenci Islam yang mempunyai latar belakang kehidupan
social, budaya, ekonomi yang diantaranya sama dengan latar belakang
narapidana. Misalnya keteladanan sahabat Umar bin Khattab.
30
Bab II
Berkenaan dengan Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Pembinaan Pendidikan Agama Islam yang memuat tentang:
1. Latar belakang tentang perlunya pembinaan Pendidikan Agama Islam dengan
mengacu pada tujuan kurikulum PAI Rutan Salatiga dan UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.
2. Tujuan masing-masing mata pelajaran antara lain: Al-Qur’an-Hadist, Fikih,
dan Aqidah akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam.
3. Ruang lingkup dari masing-masing mata pembinaan pelajaran Agama Islam
tersebut yang pada dasarnya sama dengan deskripsi yang terdapat dalam
struktur kurikulum.
4. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing mata
pelajaran Pembinaan PAI tersebut yang disusun sesuai dengan hakikat dari
standart kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
C. METODE
Metode pembinaan PAI di Rutan Salatiga bagi narapidana dibagi menjadi
dua bagian yaitu
1. Proses pembelajaran di dalam ruangan/kelas.
31
Dalam proses pembelajaran di ruangan merupakan proses pembelajaran yang
sangat efektif dari segi waktu dan tempatnya. Sehingga dalam penyampaian
materi oleh Pembina / pengajar dapat diterima dengan baik dan mudah oleh
narapidana dengan menggunakan metode tanya jawab, metode demonstrasi,
metode diskusi, metode belajar dari pengalaman, metode iqro’ dan metode
sima’i.
2. Proses pembelajaran di luar kelas, metodenya antara lain metode keteladanan,
metode pembiasaan dan metode konseling agama Islam.
Kegiatan yang dilakukan oleh pihak RUTAN antara lain:
a. Pengajian/ kajian keislaman yang diadakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu,
Sabtu pukul 10.30-12.00 WIB.
b. Pengajaran iqro dan al-qur’an diadakan setiap hari kamis pada pukul 10.30-
12.00 WIB.
c. Peringatan hari besar agama Islam diadakan pada saat momen hari besar
agama Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, Isra’
dan Mi’raj.
D. EVALUASI
Untuk proses evaluasi di Rutan Salatiga dilakukan dua kegiatan yaitu
pemantauan dan evaluasi. Pemantauan yang dilakukan terhadap proses pembinaan
Pendididkan Agama Islam dilakukan dengan cara:
32
1. Pemantauan proses pembinaan dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembinaan.
2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan, perekaman, wawacara, dan dokumentasi.
3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan
pendidikan dalam hal ini TPP ( Tim Pengamat Pemasyarakatan )
Evaluasi dilakukan dengan cara:
1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses
pembinaan, pelaksanaan proses pembinaan, dan penilaian hasil pembinaan.
2. Evaluasi proses pembinaan diselenggarakan dengan cara:
a. Membandingkan proses pembinaan yang dilaksanakan guru ngaji/ustadz
ustadzah dengan standar proses.
b. Mengidentifikasi kinerja pengajar dalam proses pembinaan sesuai dengan
kompetensi pengajar/ustad ustadzahnya.
c. Evaluasi proses pembinaan memusatkan pada keseluruhan kinerja guru
dalam proses pembinaan.
d. Pelaporan
33
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembinaan
dilaporkan kepada Kepala Rutan.
e. Tindak lanjut
Penguatan dan penghargaan diberikan kepada narapidana yang telah
memenuhi standar pembinaan PAI di Rutan Salatiga berupa sertifikat dan
sebagai syarat pemberian PB (Pembebasan Bersyarat). Sedangkan bagi
warga binaan yang tidak memenuhi standar diberikan teguran dan sanksi
berupa hukuman fisik yang bersifat membangun.
E. ANALISA
1. Analisa Kelebihan
Berdasarkan paparan tersebut di atas, tentang Kurikulum PAI pada
Narapidana di Rutan Salatiga memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai
berikut:
a. Telah memenuhi kebutuhan materi kurikulum untuk tingkat Narapidana. Dengan
demikian kurikulum tersebut dapat dikatakan sudah lengkap, dan digunakan
sebagai acuan dalam menyusun silabus pembinaan Pendidikan Agama Islam.
b. Standar kompetensi lulusan untuk seluruh mata pelajaran pembinaan Pendidikan
Agama Islam (PAI), untuk Narapida sebagai binaan yang berciri khas
keislaman, yakni memuat mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak,
34
Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, tersebut sudah dirumuskan dengan cara cukup
sistematis, saling berkaitan, sesuai dengan tingkatannya dan kebutuhan materi
untuk seorang narapidana yang sangat membutuhkan pembinaan akhlak untuk
menjadi baik.
c. Sudah terdapat perbedaan standar kompetensi yang dan jelas untuk setiap
tingkat atau jenjang pendidikan, umur dan kemampuan pemahaman agama.
d. Seluruh Materi dalam kurikulum tersebut pada Rutan Salatiga ditujukan selain
untuk memberikan pemahaman, wawasan tentang ajaran Islam, juga dalam
rangka menghayati dan mengamalkan ajaran Islam tersebut, sehingga
pembinaan PAI tersebut akan nampak dalam sikap, ucapan dan perbuatan
Narapidana sehari-hari.
e. Materi al-Qur’an-Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan
Bahasa Arab ada pada seluruh kelas pada tingkat umur dan status kemampuan
narapidana dengan menggunakan pendekatan integrated. Tujuannya untuk
membentuk manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan yang religius (berjiwa dan berkarakter agama) dan berakhlak
mulia, sehingga menjadi seorang ahli ilmu agama Islam yang kelak dapat
menjadi bekal hidup setelah narapidana keluar dari Rutan atau kembali ke
masyarakat.
f. Penyusunan kurikulum Pembinaan PAI pada Rutan Salatiga ini sudah memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
35
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional,42
.
2. Analisa Kekurangan
Adapun kekurangan yang terdapat pada Kurikulum PAI untuk Pembinaan
Narapidana di Salatiga tersebut antara lain:
a. Belum memuat tentang prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum yaitu :
1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
Narapidana dan lingkungannya.
2) Beragam dan terpadu.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4) Menyeluruh dan berkesinambungan.
5) Belajar sepanjang hayat.
6) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Prinsip ini belum disebutkan secara menyeluruh dalam kurikulum, namun
dalam pelaksanaannya sudah tercermin dalam kurikulum tersebut.
b. Belum mencantumkan tentang acuan operasional penyusunan Kurikulum antara
lain yaitu:
1). Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
2). Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
42
Undang-undang, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. No 20 th. 2003.
36
3). Tuntutan dunia kerja setelah Narapidana kembali ke masyarakat
4). Perkembangan ilmu
5). Kesetaraan jender
6). Dinamika perkembangan global
7). Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
37
BAB IV
MANAJEMEN PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUTAN
SALATIGA
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan Pembinaan
Pendidikan Agama Islam bagi Narapidana di Rutan Klas IIB Salatiga ditemukan
bahwa pembinaan yang dilakukan pihak RUTAN dalam membina dan membimbing
dibagi menjadi 2 bagian yaitu didalam ruangan dan diluar ruangan. Manajemen
pembinaan Agama Islam yang sudah diterapkan di Rutan Klas IIB Salatiga ini secara
umum sudah cukup efektif dan baik, hal ini dapat dilihat dari sudah tersusunnya
dengan baik tujuan pembinaan, jadwal pembinaan, materi pembinaan, kurikulum
pembinaan serta petugas-petugas pembinaan sudah tertata dengan baik. Namun ada
beberapa hal yang harus ditingkatkan berdasarkan wawancara dengan salah satu
Pembina PAI bapak Parjono.
“harapan saya walaupun saya memiliki ilmu yang sedikit semoga dapat
bermanfaat pada narapidana agar tetap menjalankan kegiatan sesuai dengan
ajaran agama dan aturan negara. Dan semoga masyarakat bisa
mengorangkan dan menerima narapidana dan mau melanjutkan pembinaan
dilingkungan masing-masing. Kepedulian dari semua pihak terhadap
narapidana sangat dibutuhkan di rutan salatiga sehingga pembinaan bisa
berjalan dengan lancar dan dapat di implementasikan di masyarakat dan bisa
bermanfaat untuk sesama dan menjadi orang yang lebih baik “43
Penerapan manajemen pembinaan PAI di Rutan Klas IIB Salatiga adalah
dengan cara menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta evaluasi.
43
Wawancara, Parjono, (Pembina Kerohanian Islam Rutan Salatiga), 6 Agustus 2018, pukul 11:55.
38
A. PERENCANAAN
Perencanaan dimulai pada awal bulan Januari, hal ini terkait dengan anggaran
yang akan dialokasikan yang akan dievaluasi pada setiap akhir tahun anggaran.
Kegiatan diawali dengan rapat perencanaan dengan mengundang ustadz-ustadz yang
terlibat dalam pembinaan PAI di Rutan Salatiga. Selanjutnya membagi kelas-kelas
sesuai kemampuan narapidana.
B. PENGORGANISASIAN
Merumuskan tujuan dengan jelas yaitu revolusi mental/pembentukan karakter
narapidana. Dilakukan pembagian tugas:
1. Ustadz Usman dan Pembina dari Kemenag Salatiga bertugas pembinaan
al-Qur’an Hadits, akidah akhlak fiqih dan SKI.
2. Bapak H. Hartadi D9 bertugas sebagai pengajar iqro’.
3. Bapak Parjono sebagai koodinator pembinaan PAI di Rutan Salatiga.
C. PELAKSANAAN
Berdasarkan metode observasi membuktikan bahwa di Rutan Klas IIB
Salatiga mengalami keterbatasan pada area tempat maka pendidikan agama Islam
dilaksanakan di aula Rutan Salatiga dimana tempat itu juga dijadikan sebagai tempat
multi fungsi. Metode pendidikan agama Islam di Rutan Salatiga berfariasi seperti
yang telah ada dalam hasil penelitian melalui metode wawancara dengan narapidana,
39
ustadz, dan ustadzah hal itu disebabkan karena ustadz dan ustadzah yang mendidik
agama Islam bagi narapidana tidak tentu artinya tidak setiap pertemuan dalam agama
Islam ustadz dan ustadzahnya selalu sama. Ustad/ustazahnya diambil dari Kemenag
Salatiga. Dari Kemenag itulah yang memberikan pendidikan agama Islam kepada
narapidana secara rutin dan bergantian pengajarnya.
Adapun dalam pelaksanaan pembinaan PAI Rutan Klas IIB Salatiga
dilakukan setiap hari senin sampai kamis dengan pengisi materi dari pihak-pihak
hasil kerjasama Rutan Klas IIB Salatiga dengan instansi lain yaitu Kementrian
Agama Islam seperti yang sudah dijelaskan diatas. Pelaksanaan sudah terjadwal
dengan baik supaya tidak terbentur dengan pelaksanaan pembinaan yang lain.
Berikut ini jadwal pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rutan Klas IIB Salatiga
sesuai yang tersusun di tabel1.
Tabel 4.1. Jadwal Pembinaan PAI:
Kegiatan Hari Waktu Keterangan
Pengajian/Kajian
Islam
Pengajaran Iqro’
dan Al-Qur’an
Peringatan Hari
Besar Islam
Senin, Selasa,
Rabu
Kamis
Menyesuaikan
10.30 – 12.00
10.30 – 12.00
Menyesuaikan
Di bimbing oleh
Ustad Usman
Mansur dan
kemenag
Pengajar bapak
Hartadi D9
Hari raya idul
Fitri, Idul
Adha,Maulid
Nabi, Isro’ mi’roj
40
Metode pembinaan PAI (Pendidikan Agama Islam) bagi narapidana di Rutan
Klas IIB Salatiga pada dasarnya seperti apa yang diterapkan di luar Rutan, metode
yang dilakukan kebanyakan menggunakan metode ceramah/siraman rohani dan
Tanya jawab antara narapidana dengan narasumber atau pengajar. Metode yang
diterapkan dalam Pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rutan Klas IIB Salatiga
antara lain ada:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah dilakukan oleh Pembina-pembina yang sudah penulis
sebutkan diatas sudah bisa diterima dengan baik oleh warga binaan hal ini
terlihat dari antusias warga binaan yang mengikuti. Salah satu warga binaan
yang bernama TT menyatakan
“Kehidupan saya sebelumnya jarang mengikuti pengajian, sholat bolong-
bolong. Sejak kecil sudah di didik oleh orang tua dalam hal keagamaan dan
sebelumnya sudah pernah khatam al-qur’an 2 kali setelah di rutan menjadi 6
kali khatam. Semua itu karena rutinnya pembinaan yang dilaksanakan di
Rutan Salatiga”44
2. Metode Diskusi
Dalam metode diskusi ustadz membagi kedalam beberapa kelompok,
kemudaian ustadz memberikan pertanyaan kepada narapidana untuk dijawab
secara bersama-sama dalam satu kelompok, selanjutnya ustadz menyuruh
narapidana untuk mempersentasikan jawaban dari kelompok mereka didepan
44
Wawancara. TT (narapidana), 2 Agustus 2018, pukul 09:42
41
kelompok lain, ustadz memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
bertanya kepada kelompok yang persentasi waktu itu, kemudian dijawab oleh
kelompok yang diberi pertanyaan, Selanjutnya ustadz memberikan kesimpulan
dan jawaban dari pertanyaan narapidana, apabila ada jawaban dari narapidana
yang belum jelas dan benar.
Dalam diskusi ini masih terdapat kendala dikerenakan warga binaan
kurang respon karena keterbatasan mereka terhadap pemahaman agama. Mereka
lebih menyukai metode ceramah dan tanya jawab
3. Pemberian nasihat
Pemberian nasihat dilaksanakan oleh pembina PAI dengan tujuan agar
warga binaan menjadi lebih baik sehingga diharapkan terjadi revolusi mental
terhadap narapidana.
D. PENGAWASAN
Pengawasan adalah suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian untuk menjamin agar tujuan
dapat dicapai seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam pengendalian
terdapat kegiatan monitoring hasil-hasil dan membandingkannya dengan standar,
menentukan penyebab-penyebabnya, dan memperbaiki penyimpangan-
42
penyimpangannya45
. Pengawasan di Rutan Salatiga disamping dari pembina
kerohanian juga melibatkan petugas keamanan Rutan. Kepala Rutan Salatiga (Hero
Sulistiyono, Bc.IP, S.H, M.Si) menyatakan;
“bagi warga binaan yang tidak mengikuti program pembinaan yang
dilaksanakan di Rutan maka saya beri sanksi diantaranya mengisi bak mandi,
jalan bebek dan apabila masih tidak mengikuti kegiatan maka saya tidak akan
menandatangani pengajuan PB (Pembebasan Bersyarat)”46
Pengawasan dilakukan dengan cara adanya absensi berupa finger print sebagai
dasar narapidana mengikuti program pembinaan lanjutan, salah satu warga binaan
atas nama Tembong menyatakan;
“dalam mengikuti sholat jamah saya lebih takut dengan finger print, lebih baik
saya mengikuti kegiatan daripada menerima sanksi mengisi bak mandi seluruh
kamar hunian dan jalan bebek”47
Dari pengawasan ini terlihat sudah terjadi revolusi mental narapidana di Rutan
Salatiga yang awalnya narapidana mengikuti pembinaan karena keterpaksaan
menimbulkan kesadaran diri dalam beragama karena pembiasaan yang diterapkan di
Rutan Salatiga.
45
Sutopo, Administrasi manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998, 96. 46
Wawancara, Hero Sulistiyono, Kepala Rumah Tahanan Negara kelas IIb Salatiga, ) 2
Agustus 2018, pukul 10:15 47
Wawancara, Tembong (narapidana), 2 Agustus 2018, pukul 09:15
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembinaaan Pendidikan Agama Islam bagi Narapidana di Rutan Klas IIB Salatiga
sudah menggunakan kurikulum sendiri dan sudah diterapkan dengan baik sehingga
program revolusi mental narapidana dapat terlaksana dengan baik pula. Metode
pembinaan dilakukan dua cara yaitu di dalam dan di luar ruangan. Diantara dengan
cara ceramah, diskusi, tanya jawab, bimbingan dan pemberian nasehat. Jadwal
pengajian/ kajian keislaman diadakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Sabtu pukul
10.30-12.00 WIB. Pengajaran iqro’ dan al-qur’an diadakan setiap hari kamis pada
pukul 10.30-12.00 WIB. Serta peringatan hari besar agama Islam diadakan pada saat
momen hari besar agama Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi
Muhammad, Isra’ dan Mi’raj. Disamping pengajar berperan sebagai pembina
pendidikan agama Islam di Rutan Salatiga pengajar juga melakukan pengawasan
terhadap pembinaan yang dilakukan dengan cara pemantauan dan evaluasi hasil
pembinaan yang nantinya menjadi barometer penilaian terhadap narapidana layak
tidaknya mendapat pembinaan lanjutan seperti PB ( Pembebasan Bersyarat ).
44
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang pola pembinan karakter di
Rutan Kelas IIB Salatiga, dan sebagaimana penulis juga ikut langsung terjun dalam
pembinaan karakter maka penulis mengajukan hasil karya penelitian ini sebagai
acuan pembentukan karakter di Rutan / Lapas di Indonesia sebagai berikut :
1. Kepada Pemerintah Pusat terutama Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia dapat membakukan sebuah kurikulum pembentukan karakter
skala nasioanal, sehingga dapat menjadi acuan bagi Rutan dan Lapas se
Indonesia sebagai landasan pembentukan revolusi mental warga binaan.
2. Kepada Pemerintah Kota Salatiga diharapkan kepedulianya terhadap
Rutan Salatiga dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan kepada
narapidana, hal ini dikarenakan sebagian besar penghuni Rutan Salatiga
adalah warga Salatiga.
3. Kepada Kepala Rutan Salatiga untuk memaksimalkan koordinasi dan
kerjasama dengan unsur-unsur terkait seperti Kementerian Agama,
Pemerintah Daerah, Dinas Sosial dalam rangka mewujudkan revolusi
mental narapidana
4. Kepada pembina PAI Rutan Salatiga diharapkan untuk selalu
meningkatkan SDM.
5. Kepada narapidana diharapkan selalu mengikuti kegiatan pembinaan PAI
agar terbentuk revolusi mental terhadap dirinya, agar tidak mengulangi
45
tindak pidana di kemudian hari dan bisa diterima di masyarakat dengan
baik.
Demikianlah saran penulis, agar dapat menjadi acuan bagi
Kementerian Hukum dan HAM, yang selama ini tidak ada satu pola baku
secara nasional bagi setiap warga binaan di Indonesia, dengan tesis ini.
Kementerian Hukum dan HAM dapat menidak lanjuti sehingga
menjadikan warga binaan yang berkarakter dan mandiri secara ekonomi.
Sehingga kita dapat melihat 10 tahun kedepan ada perubahan positif
secara spesifik mengurangi narapidana kambuhan di Indonesia dan
menjadikan bangsa Indonesia yang damai seperti cita-cita para pahlawan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Appelbaum, Paul. Almost A Revolution. Mental Health Law and the Limits of
Change. Inggris: Oxford University Press. 1994.
Astuti, Ari. Pembinaan Mental di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan. Tesis.
FKIP: Universitas Ahmad Dahlan.2011.
Bambang, Indriyanto., “Mengkaji Reolusi Mental dalam Konteks Pendidikan”.
Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 20, No 4 (Desember 2014), 556.
Bayung, Syakroa, “Paradigma Implementasi Konsep Revolusi Mental”, Elementary
Volume 2 Edisi (3 Januari 2016)
Daniel, Agustinus. Mental revolution. A Small Change For A Better Civilization.
GMRN. Indonesia. 2014.
Darminta. Prasktis Bimbingan Rohani. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Depok : Al Huda. 2002
Depdiknas. Undang-undang RI nomor 20 tahun tentang system pendidikan Nasional,
Jakarta, 2003.
Dwidja, Priyatno. Pidana Penjara di Indonesia. Bandung: Refika Adiana, 2006.
Febriyanti, “Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Globalisasi”. TA’DIB, Volume
XVIII, No 02 (November 2013), 298.
Gholib, Ahchmad. Studi Islam Pengantar Memehami Agama, AL-Qur’an, Al-Hadits,
dan sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Faza Media. 2006.
Hajar, Dewantoro, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal
JPI FIAI Jurusan Tarbiyah, Volume IX, No 6 (Desember 2003), 49.
Hasan Alwi, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pendidikan Nasional
Balai Pustaka. 2005.
Huberman, Matthew. Qualitatif Data Analisis. Jakarta: Bulan bintang.1989.
47
Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebuadayaan.
Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental. Jakarta: 2015.
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10
Majid, Abdul dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2006.
Mulyasa, H. Revolusi Mental dalam Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2015.
Muhaimin, dkk. Pemikirnan Pendidikan Islam. Bandung: Tri Ganda Karya. 1993.
Muhammad Kristiawan, “Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam
Pembentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak
Mulia”. Jurnal Ta’dib, Volume 18, No1 (Juni 2015), 15.
Munandar, A. Pembinaan dan Masalahnya. Jakarta: Gunung Agung. 1993.
Maelong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.1989.
Nasution. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 2008.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis.
Jakarta: Ciputat Press.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI.Nomor M. 01. PK.04-10. 2017.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Th 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standarisasi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.
Jakarta: Depag, 2008.
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.1987.
Putra S, dkk, “Pembinaan Mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Klas II A Blitar (Studi Kasus)”. Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2004.
48
Sutopo. Administrasi Manejemen Organisasi. Jakarta: LAN RI. 1998
Thoha, Miftah. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi. Jakarta:
Raja Gradindo Persada.2003.
Tim Dosen FIP IKIP Malang.Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya:
Usaha Nasional. 1980.
Undang-undang , tentang Sitem Pendidikan Nasional. No 20 th.2003.
Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Media Iptek. 199
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Agus Wijayanto, SH
Status : Menikah dengan Astre Tiarawati
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 15 Januari 1978
Alamat Tinggal : Desa Susukan RT. 02 RW. 01 Kec. Susukan Kab.
Semarang
Telepon/ HP : 081567834605
E-mail : [email protected] / fb: Agus Wijayanto
Hoby : Bermusik, tenis
Riwayat Pendidikan
1. SDN 1 Susukan 1984 – 1990
2. MTsN Susukan 1990 – 1993
3. SMAN 1 Susukan 1993 – 1996
4. STIH IBLAM Jakarta 2000 – 2004
5. Pascasarjana IAIN Salatiga (2015-sekarang).
Riawayat Kerja
1. Honorer Pengadilan Negeri Salatiga 1997 - 2000
2. CPNS/PNS Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kembangkuning
Nusakambangan 2000 – 2010
3. Komandan Satgas Kamtib Nusakambangan 2010 - 2011
4. Kepala Urusan Kepegawaian dan Keuangan Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Kembangkuning Nusakambangan 2011 - 2014
5. Kepala Sub. Seksie Pengelolaan pada Rutan Kelas IIB Salatiga 2014 - 2018
6. Kepala Sub. Seksie Bimbingan Kemasyarakatan Klien Anak pada Balai
Pemasyarakatan kelas I Semarang 2018 sampai sekarang
Ceramah kultum dalam rangka sholat tarawih pada bulan Romadhon.
Bimbingan terhadap warga binaan Rutan Salatiga.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kemenag Salatiga dan kunjungan mahasisiwa IAIN
Salatiga
Wawancara dengan pimpinan Rutan Salatiga
Wawancara dengan salah satu dari warga binaan Rutan Salatiga
Kegiatan warga binaan mengaji dan tadarus al-Qur’an
RUNAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB SALATIGA TAMPAK DEPAN
Kajian dan ceramah oleh ustadz Usman dari Pondok Pesantren Argo El-falah Pulutan
Salatiga.
Kajian dan ceramah oleh ustadz Usman dari Pondok Pesantren Argo El-falah Pulutan
Salatiga.
Acara khataman Al- Qur’an di Rutan Salatiga
Sosialisasi BAZNAZ kota salatiga
Kegiatan sholat berjama’ah warga binaan dan petugas Rutan Salatiga.