Upload
tama-rustam-k-ama
View
220
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan
nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam
pembangunan bangsa.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan
menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum
merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan
untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi
tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003; Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005). Dalam sejarah perkembangannya, kurikulum di
Indonesia sudah beberapa kali terjadi pergantian, mulai dari Kurikulum 1984,
Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang
dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, dan pada tahun 2013
2
pemerintah sudah melakukan revisi kembali terhadap KTSP tersebut
menggantinya dengan Kurikulum 2013.
Sejalan dengan pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah
atau scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan
pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang
menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena produk pendidikan dasar
dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara
dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam
memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah.
Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk
memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui
sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum
terwujudkan juga.
Dalam perancangan kurikulum baru, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI masih menggunakan latar belakang pemikiran yang
menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar
siswa aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan
daripada fakta dalam kelas. Produktivitas pembelajaran untuk menghasilkan
siswa yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi stagnan.
Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan
3
pada tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu.
Memang, ini kondisi yang sangat memprihatinkan.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU
Sisdiknas, 2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung
jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses
pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang
dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses
pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa
kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas.
Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan,
kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu
masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah, termasuk
4
juga pada sekolah-sekolah negeri yang ada di Kecamatan Plaju Kota
Palembang.
Dari hasil observasi awal di lapangan diperoleh informasi bahwa di
Kecamatan Plaju terdapat beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) baik
negeri maupun swasta, seperti tertera pada table di bawah ini.
TabelSekolah Menengah Atas Negeri / Swasta
Di Kecamatan Plaju Palembang
No Sekolah Status Alamat1. SMA Negeri 4 Palembang Negeri Jln. Ki. Anwar Mangku Plaju2. SMA Negeri 8 Palembang Negeri Jln. Pertahanan Plaju3. SMA Sriguna Swasta Jln. D.I Panjaitan Plaju4. SMA Fitra Abdi Swasta Jln. Tegal Binangun Plaju5. SMA Veteran Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju6. SMA Setia Darma Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju7. SMA Muhammadiyah IV Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju8. SMA Patra Mandiri 1 Swasta Komperta Plaju9. SMA Patra Mandiri 2 Swasta Jln. Sei Gerong Plaju10. SMA Shailendra Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju
Sumber : Pengamatan Lapangan
Dari data pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa di Kecamatan
Plaju terdapat 10 (sepuluh) Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari 2
(dua) SMA Negeri yaitu : SMA Negeri 4 Palembang dan SMA Negeri 8
Palembang, serta 8 (delapan) SMA Swasta.
Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri Kecamatan Plaju
Kota Palembang tersebut diperoleh informasi bahwa dalam proses
pembelajaran guru-guru belum menggunakan pendekatan scientific. Proses
pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan peserta didik
untuk menghafal informasi; otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan
5
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh pada mata pelajaran ekonomi, peserta didik hanya diajarkan
memahami teori-teori yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari
atau belajar membuat jurnal keuangan, neraca keuangan dengan sejumlah
perhitungan debet dan kredit. Peserta didik tidak diajak ke kehidupan nyata
seperti ke pasar, dimana ilmu ekonomi diaplikasikan. Di pasar, peserta didik
dapat melihat kondisi yang sebenarnya bagaimana transaksi jual – beli, atau
debet – kredit, memang betul-betul berlangsung.
Hal tersebut di atas mengakibatkan banyak peserta didik yang ketika
lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin
aplikasi. Kondisi ini dapat dilihat saat lulusan SMA Negeri Rayon 04 Kota
Palembang melamar pekerjaan. Mayoritas mereka gagal dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuannya saat mengikuti tes penerimaan pegawai
baik di instansi pemerintah maupun swasta.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : “ Implementasi Pendekatan Scientific dalam Proses Pembelajaran
di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang
“.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
masalahnya sebagai berikut :
6
1. Masih minimnya kompetensi guru-guru SMA Negeri di Kecamatan Plaju
Kota Palembang dalam menerapkan pendekatan scientific dalam proses
pembelajaran.
2. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak
untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-
hari.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimanakah implementasi pendekatan scientific dalam proses
pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang ?
2. Apa saja yang menjadi kendala dalam implementasi pendekatan scientific
dalam proses pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota
Palembang ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan scientific dalam proses
pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang.
7
2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam implementasi pendekatan
scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju
Kota Palembang.
E. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan :
a. Pengembangan ilmu administrasi publik, khususnya dalam
manajemen sumber daya manusia.
b. Bahan pembuktian bahwa pembelajaran dengan pendekatan scientific
merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah
dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific.
b. Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah untuk
meningkatkan kompetensi guru guna pelaksanaan kurikulum 2013
secara efektif.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi,
dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antar konsep. Penelitian ilmiah merupakan suatu
bentuk penelitian dengan cara berpikir dan bertindak secara sistematis. Sebab
itu kajiannya perlu didukung oleh suatu landasan teori yang dipilih dari
literatur maupun berbagai referensi sebagai landasan dasar teoritik yang
menghubungkan konsep-konsep, preposisi-preposisi dan definisi variabel
yang hendak diteliti, sehingga dapat meramalkan, menerangkan dan
memecahkan gejala sosial yang sementara dihadapi.
Sehubungan dengan hal itu, berikut ini penulis akan menguraikan
secara teoritik variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dan
hubungan-hubungan diantaranya.
1. Implementasi atau Pelaksanaan
Pengertian Implementasi atau pelaksanaan menurut Westa (1995:
17) merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah
secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Pelaksanaan atau Implementasi merupakan aktifitas atau
usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi
9
9
segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan.
Menurut Abdullah (1997:5) bahwa Pelaksanaan atau Implementasi
adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,
langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi
kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah
ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu
di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya
melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh
alat-alat penunjang.
Selain itu perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara
pelaksanaan. Berhasil tidaknya proses pelaksanaan atau implementasi,
Menurut Edward, yang dikutip oleh Abdullah (1997:40), dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang merupakan syarat terpenting berhasilnya suatu proses
implementasi. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan
dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi
informasi yang disampaikan.
10
b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini maliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan
guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap
program khususnya dari mereka yang menjadi implemetasi
program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program
d. Struktur birokrasi. Yaitu SOP (Standar Operating Procedures) yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak
sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian
masalah-masalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian
khusus tanpa pola yang baku.
Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan
suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling
mempengaruhi antara factor yang satu dengan faktor yang lain. Selain itu
dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak menurut Abdullah (1997:398) yaitu :
a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.
b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari
program perubahan dan peningkatan,
11
c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari
proses implementasi tersebut.
Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu
program senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.
2. Kebijakan Pemerintah Pada Sektor Pendidikan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memenuhi
kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tempat bertugas
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Untuk mewujudkan fungsi peran dan kedudukan tersebut guru
perlu memilki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik
yang sesuai dengan standar pendidik. Seorang guru yang professional
wajib memiliki kemampuan diri dalam bidang keilmuannya guna
membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, baik secara
teoritis maupun praktis. Jika guru memiliki kompetensi sesuai dengan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tersebut,
maka dapat dipastikan bahwa peranan guru tersebut akan sangat berarti
dan sangat diharapkan siswa dalam proses pembalajaran di sekolah atau
madrasah, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses dan hasil
12
pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang
cerdas dan kompetitif yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru harus
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, sehingga
berimplikasi pada berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut pemerintah pusat
dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu,
dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan nasional
ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia
seutuhnya yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk
mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.
Inu Kencana (2005:145), mengemukakan bahwa kebijakan (policy)
pemerintah adalah apa yang diputuskan oleh pemerintah pusat untuk
diimplementasikan oleh pemerintah daerah.
13
Anderson (dalam Islamy, 1997:17) mengemukakan bahwa
kebijakan adalah “a purposive course of action followed by an actor or set
actors in dealing with a problem or matter of concern. Menurut Budiarjo
(1992:12) kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seorang pelaku dan atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
Hoogerwerf (1983:3-4) melukiskan kebijaksanaan sebagai usaha
mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dan dalam urutan waktu
tertentu. Sedangkan Isworo (1996:229-230) menyebutkan bahwa
kebijakan merupakan hasil dari suatu keputusan setelah melalui pemilihan
alternatif yang tersedia dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif. Kebijakan publik ini selain
berkaitan dengan peranan institusi administratif, juga dengan masyarakat
sebagai pihak yang menjadi sasaran kebijakan. Karena itu menurut Isworo
(1996:229-230), kebijakan publik akan menjawab pertanyaan tentang apa
yang harus dilakukan oleh administrator. Hal ini menyangkut bukan hanya
substansi akan tetapi juga proses pelaksanaan dinamis serta akibat
terhadap masyarakat. Selanjutnya menurut Isworo (1996:229-230), bahwa
proses kebijakan publik terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah yang akan mengarah pada permintaan untuk
mengatasi masalah tersebut
14
b. Formulasi kebijakan berupa langkah yang dilakukan setelah pemilihan
alternatif
c. Legitimasi dari kebijakan
d. Implementasi
e. Evaluasi melalui berbagai sumber untuk melihat sejauh mana usaha
pencapaian tujuan
Menurut Islamy (1997:20-21) kebijakan negara adalah serangkaian
tindakan yang ditetapkan akan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu
demi kepentingan seluruh masyarakat. Kebijakan publik menurut Islamy
(1996:230) berkaitan secara spesifik dengan tujuan yang telah ditetapkan
melalui proses politik yang dilakukan oleh seluruh atau sebagian
masyarakat dalam yuridiksi pemerintahan tertentu. Kebijaksanaan
pemerintah, menurut Hoogerwerf (1983:9) merupakan kebijaksanaan para
aktor dari golongan tertentu yaitu pejabat-pejabat pemerintah dan instansi-
instansi pemerintah.
Santoso (2008:5) menyatakan bahwa kebijakan publik terdiri dari
serangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai
tujuan tertentu, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan terutama dalam
bentuk peraturan-peraturan atau dekrit-dekrit pemerintah. Karena
kebijakan publik selalu dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan
pemerintah, maka menurut Thoha (2002:64), kebijakan publik tidak bisa
dipisahkan dengan birokrasi.
15
Dalam kaitannya dengan kebijakan pemerintah pada sektor
pendidikan tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat di bidang
pendidikan yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan di
tingkat provinsi dan kabupaten / kota. Sehingga dalam implementasinya
harus mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) yang menyangkut standar pengelolaan pendidikan dan
standar sarana prasarana pendidikan.
3. Pendekatan Scientific
a. Pengertian Pendekatan Scientific
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, meng-
inspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana
metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh
karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan
sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar
yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan
pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari
pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa
dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana
16
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga
dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
Pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa
aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan
penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat
membedakan kemampuan siswa yang bervariasi (Wikipedia, 2007).
Menurut Sedarmayanti (2013:77), penerapan metode ilmiah
membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.
Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran harus memenuhi
tiga prinsip utama; yaitu:
1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based
learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau
belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.
2. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang
dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan
ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini
membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk
keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan
metode mengajar, serta konteks.
Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan
dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan
percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas yang
17
dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah
tersusun dalam tujuh langkah berikut:
1. Merumuskan pertanyaan.
2. Merumuskan latar belakang penelitian.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis melalui percobaan.
5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan
laporan.
7. Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka
lakukan pengujian kembali.
Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis
berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang
telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan
kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi
baru digali untuk menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, penguasaan
teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan metode ilmiah. Dengan
menguasi teori maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang
suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran
untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan
konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan
perumusan pertanyaan penelitian.
18
b. Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat
dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.
19
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan
scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses
pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan
peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Perhatikan diagram berikut.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pem-
belajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga
ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu mengapa”.
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific
20
Pelaksanaan
appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk
semua mata pelajaran.
B. Kerangka Pikir Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 152), Kerangka pikir penelitian merupakan
suatu model konseptual yang digambarkan berupa suatu diagram maupun
ditulis dalam bentuk persamaan matematis tentang bagaimana teori-teori
dikaitkan dengan berbagai faktor yang telah teridentifikasikan sebagai
masalah peneliti. Jadi, kerangka pikir penelitian akan memberikan manfaat
berupa persepsi yang sama antara peneliti dan pembaca terhadap alur pikiran
peneliti dalam rangka membentuk hipotesis-hipotesis penelitiannya.
Berdasarkan kajian tentang pelaksanaan supervisi akademik, di bawah
ini akan dicantumkan tentang kerangka pemikiran yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti.
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran
21
PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI
KEC. PLAJU
PENDEKATAN SCIENTIFIC
BELAJAR SISWA AKTIF
ASSESSMENT KEBERAGAMAN
Sumber : Sedarmayanti, 2013
Feed back
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
pertimbangan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk
memperoleh gambaran secara mendalam dan menyeluruh mengenai
implementasi pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA
Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang sehingga metode atau pendekatan
yang digunakan adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji kehidupan manusia
dalam kasus kasus terbatas kasuistik sifatnya namun mendalam (in defth) dan
total atau menyeluruh (holistik), dalam arti tidak mengenal pemilihan
pemilihan gejala secara konseptional kedalam aspek aspek yang eksklusif
yang kita kenal dengan variabel” (Singarimbun, 2000:65)
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengkajian masalah implementasi
pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri Kecamatan
Plaju Kota Palembang.
C. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
22
22
Menurut Sugiyono (2012:38-41), Variabel penelitian dibedakan
menjadi : a) variabel independen; b) variabel dependen; c) variabel
moderator; d) variabel intervening; dan e) variabel kontrol.
Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu : implementasi
pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri
Kecamatan Plaju Kota Palembang. Variabel mandiri karena tidak
mempengaruhi dan dipengaruhi atau dihubungkan dengan variabel lain.
2. Definisi Konseptual
Definisi konsep dalam penelitian ini adalah implementasi
pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri
Kecamatan Plaju Kota Palembang, meliputi :
a. Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut
setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas
pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional
atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari
program yang ditetapkan semula
b. Pendekatan Scientific adalah proses berpikir logis berdasarkan fakta
dan teori.
c. Implementasi Pendekatan Scientific adalah Penerapan proses berpikir
logis berdasarkan fakta dan teori.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional diartikan oleh Sofian Effendi : “ Semacam
petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi
23
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu penelitian
lain yang ingin menggunakan variabel yang sama “. (Arikunto, 1998:27)
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator pengukurannya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Indikator Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Dimensi IndikatorImplementasi Pendekatan Scientific
1. Belajar Siswa Aktif
Belajar berbasis penelitian Belajar berkelompok Belajar berpusat pada siswa
2. Assessment Afektif Psikomotorik Kognitif
3. Keberagaman Karakteristik siswa Metode pembelajaran
Sumber : Diadopsi dari pendapat Sedarmayanti (2013)
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Palembang
dan SMA Negeri 8 Palembang.
E. Informan Penelitian
Dalam suatu penelitian kualitatif, peranan informan sangat begitu
penting, karena dari informan lah semua data penelitian dapat diperoleh
dengan akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan, (Arikunto, 1998:28).
Informan adalah orang yang dinilai paling mengetahui tentang objek
permasalahan yang sedang diteliti yaitu : Kepala SMA Negeri 4 Palembang,
Kepala SMA Negeri 8 Palembang, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum,
24
Pengawas Mata Pelajaran, Guru, Siswa SMA Negeri 4 Palembang, dan Siswa
SMA Negeri 8 Palembang.
F. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
jenis data yaitu :
a. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan.
b. Data kualitatif, adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis, yaitu :
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
secara langsung dari SMA Negeri 4 Palembang dan SMA Negeri 8
Palembang sebagai sumber data. Sumber data primer dalam penelitian
ini didapat dari sumber data utama yaitu informan kunci (key
informant), dokumentasi, hasil wawancara dan observasi langsung ke
SMA Negeri 4 Palembang dan SMA Negeri 8 Palembang.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain atau data
yang telah diolah pihak lain seperti buku, dokumen, peraturan, jurnal
dan literatur lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
25
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:253) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada
setting alamiah (natural setting), pada suatu seminar, di rumah dan dapat juga
pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Peranan data dalam suatu penelitian merupakan sumber pelengkap
utama yang mutlak diperlukan, terutama untuk menjelaskan dan mendukung
terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan dan diidentifikasi pada bab satu di
muka. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini meliputi :
1. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik ketika peneliti mengamati
fenomena yang terjadi di lapangan pada saat proses penelitian sedang
berjalan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu :
Informasi (apa yang terjadi) dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di
sekitarnya) sebagai proses pencarian makna. Menurut Nasution (2004:58),
informasi yang terlepas dari konteksnya akan kehilangan makna yang
berarti. Observasi ini menyangkut pula pengamatan aktivitas atau kondisi
perilaku (behavioral observation) maupun pengamatan non perilaku (non
behavioral observation). Dengan pengamatan ini diharapkan dapat
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
26
proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data;
memahami situasi sulit yang berkembang di lapangan; dan sebagai recheck
data yang ada sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (dalam
Moleong, 2001:125-126).
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan usaha mengumpulkan data dan
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan
untuk dijawab secara lisan pula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti
berpedoman kepada pertanyaan-pertanyaan wawancara (interview guide)
yang telah disiapkan serta tidak menutup kemungkinan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan baru. Validitas penelitian terletak pada kedalaman
menggali informasi yang mencakup beberapa hal, yaitu: pertanyaan
deskriptif, pertanyaan komparatif, dan pertanyaan analisis.
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan para informan
dan unit terkait yang mengetahui serta mengenal dengan baik mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan, karena data
diperoleh dengan mendengarkan jawaban informan atas pertanyaan dari
peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan penelitian dengan cara studi
kepustakaan, meneliti berbagai dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip, serta
laporan penelitian yang sudah ada sehingga dapat menunjang pelaksanaan
27
penelitian ini dari sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggung-
jawabkan serta berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2012:334)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan verifikasi data / kesimpulan (verification /
conclusion), sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data dimaksudkan untuk menyusun data hasil wawancara ke
dalam bentuk uraian secara lengkap dan rinci. Kemudian kepadanya
dilakukan reduksi atau pemilihan data yang berkaitan dengan pokok
penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data pokok atau penting
yang hanya berkaitan dengan permasalahan penelitian Reduksi data
dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung sehingga
dapat disusun hasil wawancara (hasil peneltian) secara lengkap.
2. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dibuat guna memudahkan peneliti dalam
melihat keseluruhan data hasil wawancara atau melihat bagian khusus dari
hasil wawancara. Dalam penelitian ini, penyajian data disusun dalam
28
bentuk teks naratif (kumpulan kalimat) yang dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang mudah
dibaca atau diinterpretasikan. Dengan cara ini penelitian dapat melihat apa
yang sedang terjadi dan dapat menarik kesimpulan secara tepat.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
penelitian dan verifikasi dilakukan guna perbaikan dan pencocokan data
secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
Pada penelitian ini, kegiatan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu
siklus kegiatan yang interaktif dan komprehensif yang dilakukan secara teliti
dan rinci sehingga diperoleh hasil penelitian yang akurat.
I. Sistematika Laporan
Untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai penulisan
laporan penelitian ini, maka dijabarkan sedemikian rupa dalam bentuk
sistematika pembahasan dengan mengelompokkan ke dalam 6 (enam) bab,
sebagai berikut
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, iden-
tifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
BAB II : Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori yang digunakan da-
lam pembahasan penelitian ini.
29
BAB III : Metodologi penelitian, yang berisi perspektif pendekatan pene-
litian, ruang lingkup penelitian, variabel penelitian, unit analisis,
informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan rencana sistematika laporan.
BAB IV : Deskripsi wilayah penelitian, yaitu gambaran umum / keadaan
umum dari lokasi penelitian.
BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, merupakan inti
dari penulisan laporan penelitian ini.
BAB VI : Kesimpulan dan saran, yang merupakan bagian akhir dari penu-
lisan laporan ini.
30