123
1 LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI NEGERI SYARIAT ISLAM (STUDI DI TAMAN KANAK-KANAK BUDI DHARMA KABUPATEN ACEH TENGAH) Disusun Oleh: ELIYYIL AKBAR, M.Pd.I SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH TENGAH ACEH TAHUN 2018

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

1

LAPORAN PENELITIAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DI NEGERI SYARIAT ISLAM (STUDI DI TAMAN KANAK-KANAK BUDI DHARMA

KABUPATEN ACEH TENGAH)

Disusun Oleh:

ELIYYIL AKBAR, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI GAJAH PUTIH

TAKENGON ACEH TENGAH ACEH

TAHUN 2018

Page 2: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penelitian berjudul “Implementasi Pembelajaran

Multikultural Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Di Negeri Syariat Islam

(Studi Di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma Kabupaten Aceh Tengah)” ini

akhirnya tersusun. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis tujukan

kepada semua pihak yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran demi kelancaran

penelitian ini. Pihak-pihak tersebut di antaranya adalah Dr. Zulkarnain,M.Ag

selaku Ketua STAIN Gajah Putih Takengon, Aceh beserta jajarannyayang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian yang didanai

Instansi, Ketua Jurusan pada STAIN Gajah Putih. Selanjutnya penulis

menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang meluangkan waktu demi

hasil laporan ini. Semoga kebaikan kalian disaksikan seluruh alam dan maqbulan

‘inda Allah. Amin. Kesuksesan penyusunan karya ini juga tidak lepas dari kasih

sayang dan do’a restu Ibu tercinta, yang selalu mengingatkan penulis kalimat

kalimat beliau “ sepiro gedene sengsoro yen tinompo mung dadi cobo” dan “ojo

sumelang, Allah Ora Sare”. Malaikat-malaikat kecilku Barqia, Bihar, serta

Balqis, they always color the days of mine. Penyusunan karya ini tentu saja tidak

terlepas dari kekurangan ataupun keterbatasan. Maka dari itu, kritik dan saran

senantiasa diharapkan demi perbaikan lebih lanjut. Penulis berharap karya ini

dapat memberikan sumbangsih dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri,

sekaligus bagi para pembaca pada umumnya.

Page 3: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

3

Page 4: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

4

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................

Pernyataan Keaslian ..................................................................................

Pengesahan …………................................................................................

Abstrak ......................................................................................................

Kata Pengantar ..........................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................

Daftar Tabel ..............................................................................................

Daftar Gambar ..........................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

vii

BAB I :

BAB II :

BAB III :

BAB IV :

PENDAHULUAN ...................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................

B. Rumusan Masalah ...............................................................

C. Tujuan Penelitian ................................................................

D. Manfaat Penelitian ..............................................................

E. Kajian Pustaka ....................................................................

F. Penjelasan Istilah ..............................................................

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

A. Konsep Pembelajaran Multikultural ..................................

B. Pendidikan Anak Usia Dini ...............................................

C. Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh ....................................

METODOLOGI PENELITIAN ...............................................

A. Metode dan Pendekatan Penelitian ....................................

B. Objek dan Subjek Penelitian ..............................................

C. Teknik Pengambilan Subjek ..............................................

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................

E. Instrumen Penelitian ...........................................................

F. Teknik Analisa Data ...........................................................

G. Prosedur Penelitian .............................................................

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN PENELITIAN…….........

A. Deskripsi dalam Penelitian .................................................

1. Gambaran Umum Taman Kanak-Kanak Budi Dharma

2. Gambaran Impelentasi Pembelajaran Multikultural di

Lembaga PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman

Kanak-Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh

Tengah

.......................................................................................

3. Gambaran Nilai-nilai multikultural yang diterapkan

pada Pembelajaran Multikultural di Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-

Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh

Tengah.................................

1

1

7

8

8

9

12

14

14

49

55

57

59

52

60

60

63

64

66

67

67

67

68

91

Page 5: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

5

BAB V :

4. Hasil Pembelajaran Multikultural di Lembaga

PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-

Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh Tengah..........

B. Pembahasan dalam Penelitian ............................................

1. Gambaran Impelentasi Pembelajaran Multikultural di

Lembaga PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman

Kanak-Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh

Tengah...........................................................................

2. Gambaran Nilai-nilai multikultural yang diterapkan

pada Pembelajaran Multikultural di Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-

Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh

Tengah.................................

3. Hasil Pembelajaran Multikultural di Lembaga

PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-

Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh Tengah..........

PENUTUP ..............................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................

B. Saran.................................................................................

103

107

107

111

113

115

115

116

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

Page 6: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polemik isu tentang pendidikan multikultural sering dibahas oleh akademisi

pendidikan, kalangan agama, politik, sosial maupun budaya. Kemajemukan

bangsa Indonesia tidak dapat dipungkiri karena merupakan wilayah yang terdiri

dari suku, bahasa, adat istiadat, agama serta budaya. Masyarakat Indonesia juga

dikenal sebagai masyarakat multikultural karena anggotanya terdiri dari berbagai

latar belakang agama dan budaya yang beragam, oleh karena itu bangsa Indonesia

dapat disebut bangsa yang bersifat multikulturalisme yang tidak menutup

kemungkinan munculnya konflik etnis, sosial, budaya yang menjadikan runtuhnya

dunia pendidikan pada masa depan. Hal tersebut sebagaimana kondisi sosio-

kultural maupun geografis yang beragam yang terdiri dari sekitar tiga belas ribu

jumlah pulau di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu

populasi penduduknya lebih dari dua ratus juta jiwa yang terdiri dari tiga ratus

suku dan dua ratus bahasa yang berbeda, bahkan keyakinannya sangat beragam

terdiri dari Islam, Katolik, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta

berbagai aliran kepercayaan yang belum disahkan pemerintah.

Secara konseptual sebenarnya multikulturalisme tidak sama dengan konsep

keberagaman atau keanekaragaman. Konsep multikuluralisme selain mengandung

unsur keberagaman agama dan budaya juga mengandung unsur kesederajatan.

Bentuk konkrit dari bagian multikulturalisme yang menimbulkan berbagai

permasalahan yang dihadapi bangsa adalah premanisme, perseteruan politik,

Page 7: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

7

kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan dan lunturnya sifat kemanusiaan

untuk menghormati hak orang.

Tawuran dan bentrokan terjadi di mana-mana, antar pendukung kesebelasan

sepak bola, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar pelajar, dan tawuran antar

penonton pagelaran musik. Ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan warga

masyarakat sudah hilang, yang ada perbedaan idelogi dan kepentingan, apabila

berbeda kepentingan dan ideologi dianggap lawan. Pembunuhan dipandang

sebagai ritual keagamaan. Sehingga dilakukan dengan perbuatan terstruktur

dengan kekuasaan, modal dan pengetahuan dijadikan alat untuk mendominasi dan

menguasai kelompok minoritas orang-orang tidak berdosa dan tidak

berpengetahuan.

Tanggung jawab untuk problem solving konflik yang melanda di tengah-

tengah masyarakat berada pada pundak kalangan pendidikan dengan memberikan

penyadaran kepada masyarakat bahwa konflik bukan hal yang untuk dibudayakan

dan diberdayakan. Penyadaran tersebut dengan memberikan tawaran design

materi, metode hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan

pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan yang multikultural karena

peran pendidikan adalah sebagai media transformasi sosial, budaya dan

multikulturalisme. Wacana mutikulturalisme sangat dibutuhkan untuk

menginternalisasi nilai multikultural pada tiap individu dengan harapan dapat

menghasilkan pemahaman keberagaman inklusif, toleran dan terbuka.

Dulu keberagaman merupakan kekayaan bangsa yang paling dibanggakan,

dibangun atas dasar tujuan dan kepentingan bersama yaitu kemerdekaan

Page 8: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

8

Indonesia.1 Multikulturalisme merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai

harganya, sebagai potensi yang dikembangkan dan dibina. Sebaliknya apabila

keberagaman ini tidak dimanfaatkan dan dibina secara benar akan berkembang

menjadi sesuatu yang menakutkan. Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis

multikulturalisme merupakan suatu keharusan dan apabila tidak dilakukan saat ini

akan berubah menjadi malapetaka, pendidikan multikultural adalah “conditio cine

quanon”. Konsep Bourdieu multikulturlisme ini pada gilirannya dapat menjadi

modal-modal terwujud kesatuan dalam perbedaan (unity in diversity).

Multikulturalisme sebagai dasar kebijakan politik dalam demokratisasi,

pendidikan, kebudayaan, lebih jauh seperti disebutkan oleh Azra terkait dengan

pencapaian civility (keadaban), democratic civility, humanness.2 Dengan

demikian, pendidikan menjadi faktor intrumental dalam konteks Negara Kesatuan

Republik Indonesia.3

Pengembangan nilai-nilai multukuturalisme perlu dikembangkan sejak usia

dini karena anak merupakan investasi yang sangat penting untuk mempersiapkan

sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Sejauh ini cara yang efektif untuk

memberikan pemahaman adalah melalui pendidikan. Multikultural bisa dibentuk

melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis

multikultural. Pembelajaran berbasis multikultural merupakan proses

pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya menghargai perbedaan di antara

1 Kuswaya Wihardit, Pendidikan Multikultural: Suatu Konsep, Pendekatan dan Solusi,

Jurnal Pendidikan, Volume 11 nomer 2, September 2010, 96. 2Irwan Abdullah, Berpihak pada Manusia: ParadigmaNasional Pembangunan Indonesia

Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2010, hal.21 3Edward Said, Orientalisme: Menggugat HegemoniBarat dan Menundukkan Timur Sebagai

Subjek. Achmad Fawaid(Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h.9

Page 9: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

9

sesama manusia sehingga terwujud ketenangan dan ketentraman dalam tatanan

kehidupan masyarakat. Pendidikan multikultural juga didefinisikan sebagai

"pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan

kependudukan (demografis) dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau

bahkan dunia secara keseluruhan.4

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia

dini. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat

memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Pendidikan anak usia dini adalah suatu

upaya pembinaan sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian stimulus untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani serta rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, karena

usia dini merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan

anak.

Kasus yang ditemui di lapangan terkait intoleran sesama anak usia dini adalah

adanya anak yang saling mengejek mengenai status sosial, perbedaan budaya,

perbedaan agama, warna kulit, dan perbedaan dialek. Padahal menurut Undang-

undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 mulai

butir (1) sampai dengan butir (6) menunjukkan bahwa multikulturalisme menjadi

landasan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu,

menyelenggarakan Pendidikan Multikultural menjadi kewajiban sekolah sesuai

4Choirul Mahmud, Pendidikan Multikultural, cet. 3, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009),

hlm. 176.

Page 10: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

10

dengan bunyi Pasal 4 butir (1) bahwa: “Pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi

hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.

Dalam Pasal 36 butir (3) berbunyi bahwa kurikulum disusun sesuai dengan

jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia;

peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi

daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan

dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;

dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai

kebangsaan.

Pendidikan seyogyanya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan

menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan baik pribadi, jenis kelamin,

masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi,

berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Budaya yang dimaksud adalah tradisi

nenek moyang yang dijalankan secara turun temurun dan menjadi kebijaksanaan

lokal. Secara alami kebijaksanaan lokal muncul untuk mengatasi konflik.

Kebijaksanaan lokal dapat mengkondisikan untuk dapat hidup rukun kembali atau

paling tidak, dapat memperkecil kemungkinan terjadi kekerasan. Ini berarti

masyarakat telah melakukan institutional development, yaitu memperbaharui

institusi-institusi lama yang pernah berfungsi baik. Upaya-upaya menyelesaikan,

meredam dan mengantisipasi terjadinya konflik berdasarkan kebijaksanaan lokal

ini dilakukan oleh masyarakat khususnya penegak syariat Islam. Tradisi lokal itu

Page 11: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

11

telah berfungsi sebagai landasan masyarakat multikultural yang menuju kepada

keragaman subkultur, keanekaragaman perspektif, dan keanekaragaman komunal.

Inilah yang disebut kesatuan dalam keragaman (unity in diversity) yang

dilambangkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu

tujuan.

Formulasi bentuk keyakinan dan pengamalan kepada Tuhan bisa berbeda-

beda namun tetap memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab

itulah sebagai warganegara, khususnya penegak syariat Islam memberikan

pengakuan dan penghargaan terhadap setiap warga masyarakat untuk beribadah

menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Hal inilah yang menjadi filosofi dasar

bangsa Indonesia. Walaupun pluralitas pada daerah penegak syariat Islam pada

umumnya rawan menimbulkan konflik. Namun, dalam praktek kehidupan sehari-

hari masyarakat tersebut telah berlangsung hubungan yang dialektis antar

pemeluk agama itu dengan budaya lokal, sehingga terciptalah masyarakat yang

rukun, damai dan harmoni. Dengan kata lain, faktor integratif berupa supra cultur

atau local geniuses daerah di Indonesia dapat dijadikan bahan dasar untuk

demokratisasi dan multikulturalisme.

Sebagaimana saat peneliti melakukan observasi di Taman Kanak-Kanak

Budidharma guru mengajarkan anak untuk saling toleransi satu sama lain.

Keragaman agama dan suku pada lembaga pendidikan anak menjadi tugas

tersendiri bagi guru untuk mengakomodir pendidikan multikultur. Anak belajar

menerima perbedaan dengan pelayanan yang sama tanpa pandang bulu di lembaga

pendidikan anak daerah penegak syariat Islam. Sehingga diharapkan anak-anak

Page 12: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

12

mampu menerima keberagaman yang ada tanpa harus kehilangan jati dirinya

sebagai warga negara Indonesia yang sejatinya berkarakter luhur, sehingga

diharapkan mampu memperkuat persatuan dengan adanya multikulturalisme serta

menghindarkan anak dari sikap diskriminatif. Penerapan pendidikan multikultural

menjadikan ketertarikan bagi peneliti sebagai perwujudan baldatun thoyyibatun

serta adil makmur dan sentosa. Dengan adanya perbedaan menjadikan kekaguman

tersendiri laksana pelangi nampak suatu keindahan karena campuran yang berasal

dari gradasi warna yang berbeda menjadikan ketertarikan bagi peneliti untuk

merumuskan dengan sebuah judul Implementasi Pembelajaran MultikulturaPada

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Di Negeri Syariat Islam (Studi Di Taman

Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dijadikan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah?

2. Nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah?

3. Bagaimana hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah?

Page 13: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

13

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu kepada rumusan masalah di atas,

tujuandilakukannya penulisan ini sebagai berikut:

1. Mengetahui implementasi pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

2. Menjelaskan Nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada

lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

3. Mengetahui hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah

D. Manfaat Penelitian

Dengan mengacu kepada rumusan masalah di atas,

manfaatdilakukannya penulisan ini sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis manfaat dari penulisan ini adalah:

a. Menambah khasanah pengetahuan tentang pendidikan multikultural

anak usia dini

b. secara teori dapat dijadikan tambahan pengetahuan terkait pendidikan

multikultural anak usia dini

2. Manfaat praktis

Secara praktisi manfaat dari penulisan ini adalah:

Page 14: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

14

a. Secara praktis penelitian dapat ini dijadikan acuan bagi

pengembangan Perguruan Tinggi keagamaan khususnya STAIN

Gajah Putih Takengon dalam memberikan materi pendidikan

multukultural anak bagi mahasiswa progam studi Pendidikan Islam

Anak Usia Dini

b. Sebagai gambaran atau wacana untuk menjelaskan keberagaman yang

terdapat di Indonesia, khususnya di lingkungan sekitar anak dan

membiasakan sikap moral.

c. Sebagai problem solving guru dalam memecahkan dan mengantisipasi

konflik keberagaman, yang sering terjadi di sekolah.

E. Kajian Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, penulisan tentang multikultural sudah

banyak dikaji. Seperti kajian yang dilakukan olehM. Fadlillah yang berjudul

“Model Kurikulum Pendidikan Multikultural di Taman Kanak-Kanak, tujuan

yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep

kurikulum pendidikan multikultural di Taman Kanak-Kanak dan untuk

mengetahui model kurikulum pendidikan multikultural. Metode penelitian ini

adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah, pertama

konsep kurikulum pendidikan multikultural di Taman Kanak-Kanak sebagai

bentuk kurikulum berisi materi pendidikan multikultural yang diberikan

untuk pembelajaran masa kanak-kanak untuk memperkenalkan dan

menanamkan persatuan, keadilan dan toleransi pada anak. Kedua, model dari

pengembangan kurikulum pendidikan multikultural dilakukan dengan

Page 15: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

15

menggunakan empat pendekatan yaitu pengapdosian aditif, transformatif dan

aksi sosial, dari empat model yang diterapkan adalah pendekatan kontribusi

dan pendekatan aditif.5

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ahmad Sodli yang berjudul

Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di Kecamatan

Lingsar, Lombok Barat dan NTB. Penelitian iini membahas tentang

revitalisasi tradisi lokal (perang topat) diberdayakan oleh komunitas sebagai

cara untuk mengintegrasikan serta pendukungnya. Metode yang dilakukan

adalah kualitatif. Hasil penelitian ini adalah banyak langkah perang yaitu

pembersihan senjata suci dan barang turun temurun, membuat tetaring,

sebuah tenda yang terbuat dari daun kelapa serta daun bambu. Perang topat

ini telah terlihat sebagai cara integrasi masyarakat dalam banyak aspek

misalnya untuk mengingat cara KH. Abdul Malik, hewan yang digunakan dan

asal dari topat. Tradisi ini dijaga karena untuk merekatkan kerukunan di

antara orang.6

Selain itu penelitian yang dilakukan olehAmbar Sri Lestari dengan

judul Penerapan Pembelajaran Multikultural Berbasis Teknologi dengan

Pendekatan Konstruktivistik. Penelitian ini membahas tentangPenerapan

Pembelajaran Multikultural Berbasis Teknologi dengan Pendekatan

Konstruktivistik. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran Multikultural

Berbasis Teknologi dapat dimaknai dengan pemanfaatan dan penggunaan

5M Fadlillah, “Model Pendidikan Multikultural di Taman Kanak-Kanak”, Jurnal

Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol.5 Nomor 1, Juni 2017, hal.42. 6Ahmad Sodli, Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di Kecamatan

Lingsar, Lombok Barat, NTB, Jurnal Analisa, Vol. XVII, No.2, Desember, 2010, hal.187.

Page 16: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

16

perangkat teknologi dalam desain pengembangan pembelajaran.

Pembelajaran multikultural ini dapat dilakukan berbagai pada mataajar

keagamaan, sosial, dan budaya, sciense dengan menggunakan pendekatan

konstruktivistik melalui model R2D2, yaitu Reflektif, Recursive Instructional

Design and Development, yang dilakukan melalui empat tahapan, diantaranya

defini, design, development dan dissemination. Hasil pengembangan

pembelajaran ini akan meningkatkan motivasi dan kesadaran diri pada

individu belajar terhadap kemajemukan dan keberagaman agama, bahasan,

suku, etnis, ras, kemampuan dan menghargai suatu perbedaan pada

masyarakat.7

Setidaknya tiga penulisan ilmiah di atas sudah cukup untuk mewakili

penulisan ilmiah lainnya sebagai prior research dalam penulisan ini. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penulisan-

penulisan tersebut dengan penulisan ini. Adapun perbedaan penulisan antara

lain berbicara tentang objek, penulisanM. Fadlillahobjeknya adalah Taman

Kanak-Kanak, penulisan Ahmad Sodli objeknya adalah Masyarakat

Multikultural di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat dan NTB, sedangkan

penelitian ini objeknya adalah Taman Kanak-Kanak Budi Dharma.

Persamaan kajian ini terdapat pada pisau analisis yang digunakan,

pada penelitian M. Fadlillah,Ahmad Sodli, Ambar Sri Lestari serta penulis

adalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian semua

ini fokus pada multikultural, namun penelitian M. Fadlillah model

7Ambar Sri Lestari, Penerpan Pembelajaran Multukultural Berbasis Teknologi dengan

Pendekatan Konstruktivistik, Zawiyah Jurnal Pemikiran Islam, Volume 1 Nomor 1 Desember

2015, hal.59.

Page 17: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

17

kurikulum,Ahmad Sodli fokus pada revitalisasi kearifan lokal, penelitian

Ambar Sri Lestari fokus pada basis teknologi dengan pendekatan

konstruktivistik. Sedangkan penelitian ini berfokus pada multikultural pada

negeri syariat Islam.

Tiga riset terdahulu di atas tentunya menjadi cerminan bagi penulis,

sehingga kemudian menghadirkan tema penulisan yang berbeda. Dengan

mengacu kepada rumusan masalah yang tertuang sebelumnya, penulisan ini

mendeskripsikan implementasi pembeljaran multicultural pada lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini di Negeri Syariat (Studi di Taman Kanak-Kanak

Budi Dharma Kabupaten Aceh Tengah)

F. Penjelasan Istilah

Supaya penulisan ini lebih jelas, maka penulis perlu menjelaskan istilah

penting dalam penulisan ini, yaitu Pembelajaran Multikultural Pada Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini Di Negeri Syariat Islam (Studi Di Taman Kanak-

Kanak Budi Dharma Kabupaten Aceh Tengah). Makna pembelajaran adalah

terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah siswa

mempelajari segala sesuatu melalui berbagai media, seperti bahan-bahan

cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya. Sehingga semua

itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelolan proses

belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai

fasilitator dalam belajar mengajar8.

8Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2013, hlm.76.

Page 18: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

18

Multikultural adalah kata lain dari keanekaragaman kultur atau

keanekaragaman budaya. Keanekaragaman kultur terjadi dengan adanya

berbagai macam makhluk hidup yang telah memahami diri mereka

sendiri, keanekaragaman budaya memiliki akar-akar yang sangat kuat.

Sama halnya yang dikemukakan Siti Imzanah dikutip dalam Masngud

bahwa “multikultural berasal dari kata multi yaitu banyak dan kultural

yaitu budaya, disimpulkan multikultural mengandung makna adanya

pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya

dengan kebudayaan masing-masing yang unik”.9

9Masngud, dkk. Pendidikan Multikultural (Pemikiran dan Upaya Implementasinya)

,(Yogyakarta: Idea Press, 2010), hlm.5

Page 19: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini menjelaskan mengenai landasan teori dan kerangka berfikir.

Landasan teori ini menjelaskan tentang pembelajaran multikultural dan

pendidikan anak usia dini. Sedangkan kerangka berfikir menjelaskan tentang

pembelajaran multikultural pada anak usia dini.

A. Konsep Pembelajaran Multikultural

1 Pengertian pembelajaran

Belajar dan pembelajaran sering kali menimbulkan kebingungan

dalam pembedaan kedua istilah tersebut. Banyak tokoh yang memberikan

definisi tentang belajar dan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata

belajar yaitu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian.

Maksud dari pengertian ini lebih menunjukkan pada perubahan individu, baik

ilmu pengetahuan, sikap dan kepribadian. Maksudnya yaitu suatu perubahan

dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak

ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi,

perubahan dalam situasi stimulus atau faktor samar lainnya yang tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.10

Cronbach yang dikutip Yatim mengemukakan bahwa belajar

merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman yang berasal

10 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana: 2012), 5.

Page 20: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

20

dari cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu,

mendengar dan mengikuti arah tertentu.11 Pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran.12 Rusman mengutip pendapat Surya mengatakan bahwa

pembelajaran merupakan proses yang dilakukan individu untuk memperoleh

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungan.13 Menurut Hamzah,

pembelajaran merupakan kegiatan yang mengupayakan membelajarkan siswa

secara integrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,

karakteristik anak.14 Lingkungan belajar akan mempengaruhi suasana belajar

anak sehingga penekanan ini lebih dipertajam.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

kegiatan atau aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan yang akan

menjadikan perubahan sikap atau perilaku dan pengetahuan tersebut

disesuaikan dengan karakteristik anak. Dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebaiknya memperhatikan penataan lingkungan bermain dan

pengorganisasian15 kegiatan supaya apa yang telah dirumuskan dalam tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Adapun penataan lingkungan pembelajaran

meliputi:

11 Yatim Riyanto, Paradigma…. 5. 12 Isjoni, Model PembelajaranAnakUsia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2010), 55. 13 Rusman, Model-Model Pembelajaran... Ibid, hlm.116. 14 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. V. 15 Peraturan Menteri Pendidikan..Ibid., hlm. 21.

Page 21: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

21

a. Penataan lingkungan bermain. Penataan ini meliputi menciptakan

suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat dan menarik,

penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan,

kesehatan dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah

direncanakan;

b. Memanfaatkan lingkungan pengorganisasian kegiatan. Dalam

melaksanakan pengorganisasian kegiatan meliputi kegiatan

dilaksanakan dalam ruangan atau kelas dan di luar ruang atau kelas,

kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, kegiatan

untuk anak usia 0 - <2 tahun, bersifat individual, pengelolaan

kegiatan pembelajaran pada usia 2-<4 tahun dalam kelompok besar,

kelompok kecil dan individu meliputi inti dan penutup, pengelolaan

kegiatan pembelajaran pada usia 4-≤6 tahun dilakukan dalam

individu, kelompok kecil dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan

pokok yaitu pembukaan, inti dan penutup, melibatkan orang tua

atau keluarga.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di lembaga PAUD, pengalaman

belajar disebut sebagai pembelajaran. Pada pendidikan anak usia dini

kompetensi keterampilan lebih fokus dalam melatih motorik, bukan

menjadikan anak mahir atau ahli. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran

adalah perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari

pengalaman yang berasal dari cara mengamati, membaca, meniru,

mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar yang tersusun meliputi unsur-

Page 22: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

22

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan

kebutuhan setiap manusia dalam melangsungkan hidupnya. Pembelajaran

bukan hanya terjadi pada suatu lembaga formal namun ketika terjadi interaksi

antara satu orang dengan yang lain, dan orang tersebut mendapatkan

perubahan, maka secara otomatis telah terjadi suatu kegiatan pembelajaran.

Menurut Montessori yang dikutip oleh Audrey dan Maureen dalam

pembelajaran khususnya anak usia dini berperan penting untuk:16

a. Mempersiapkan dirinya sendiri. Persiapan ini untuk mempersiapkan anak

dalam mengoptimalkan perkembangannya. Dengan pembelajaran yang

sudah terancang maka aspek perkembangan yang akan dioptimalkan

kepada anak menjadi terorganisir. Pembelajaran menyeluruh (holistik)

terkait perkembangan anak menjadikan anak untuk lebih siap dalam

menempuh pendidikan yang lebih atas.

b. Mempersiapkan lingkungan dan menyediakan lingkungan yang

merangsang dan menantang dengan tujuan untuk membantu anak.

Pembelajaran memberikan pengalaman yang aman buat anak.

Pengalaman tersebut disesuaikan dengan lingkungan anak dengan

memberikan suasana yang nyaman dan aman. Lingkungan ini dilakukan

dengan menciptakan situasi belajar.

Penghubung antara anak dan media pembelajaran. Pembelajaran akan

lebih bermakna jika terdapat media atau alat. Dalam kelas Montessori

16 Audrey Curtis, Maureen O’Hagan, Care and Education in Early Childhood: A

Student’s Guide to Theory and Practice, (London: RoutledgeFalmer, 2005), hlm. 136

Page 23: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

23

pengaturan desain tempat pembelajar diatur dalam rak yang cukup rendah

sehingga terjangkau oleh anak. Dalam rak itulah materi disuguhkan kepada

anak, dan anak bebas memilih apa yang mereka butuhkan. Materi tersebut

merupakan peralatan yang membantu mengembangkan indera anak.

2 Faktor Pembelajaran

Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi selama

melakukan proses belajar. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah

faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal

dari dalam diri sendiri seperti kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi

tubuh yang kurang sehat, selain dapat pula dipengaruhi oleh psikologis anak

seperti kecerdasan, minat, perhatian, bakat, motif. Adapun factor eksternal

meliputi lingkungan keluarga (orang tua, suasana rumah dan kondisi ekonomi

keluarga), lingkungan sekolah (kurikulum, hubungan social antar guru

dengan anak, anak dengan anak, alat pelajaran, pelaksanaan disiplin sekolah,

keadaan sekolah) dan bentuk kehidupan atau lingkungan di masyarakat, corak

kehidupan tetangga).17

3 Multikultural

Multikultural adalah keberagaman budaya, sementara secara

Etimologis, istilah multikulturalisme dibentuk darai kata multi (banyak),

kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Adapaun secara hakiki

multikulturalisme itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang

hidup dalam komunitasnya dan budaya masing-masing yang unik.

17 Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3

Pendidikan Disiplin Ilmu, (Jakarta: Imperial Bhakti Utama, 2007), 329

Page 24: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

24

Sedangkan, kultur (budaya) itu sendiri tidak terlepas dari empat tema penting

yaitu: agama (aliran), ras (etnis), suku dan budaya. Hal ini mengandung arti

bahwa pembahasan multikultur mencakup tidak hanya perbedaan budaya

saja, melainkan masuk pula di dalamnya kemajemukan agama, ras maupun

etnis.18 Multikultural menurut kamus besar seseorang atau suatu masyarakat

yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan.

Multikultural berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya

dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.

Multikultural pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat

diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan

penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang

terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikultural dapat juga dipahami

sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran

politik.19 Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari

beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan

sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk

organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan. Multikultural mencakup suatu

pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu

penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lainSebuah

ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan

baik secara individual maupun secara kebudayaan Multikultural mencakup

gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat

18 Choirul Mahpud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2010), hal.

75 19 KBBI, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka,Hal. 762

Page 25: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

25

suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,

namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan

yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan

tersebut.

Dengan demikian paradigma multikultural, memberi pelajaran kepada

kita untuk memiliki aspirasi dan respect terhadap budaya dan agama-agama

lain. Atas dasar ini maka penerapan multikulturalisme menuntut kesadaran

dari masing-masing budaya lokal untuk saling mengakui dan menghormati

keanekaragaman identitas budaya yang dibalut semangat kerukunan dan

perdamaian. Sementara itu, jika paradigma multikultural ini dibawa keranah

pendidikan, yang kemudian memungkinkan istilah pendidikan multikultural

bisa dipahamai sebagai pendidikan untuk people of color.20 Artinya,

pendidikan yang didalamnya terdapat berbagai macam manusia, atau

pendidikan yang ditujukan untuk melihat keragaman manusia, atau lebih dari

itu pendidikan yang mencoba melihat dan kemudian menyikapi realitas

keragaman yang ada dalam diri manusia baik secara individu atau sebagai

mahkluk sosial. Jadi menurut penulis, pendidikan multikultural adalah

pendidikan yang terkait dengan keberagaman manusia. Dengan kata lain,

segala bentuk pendidikan yang di situ menempatkan keberagaman manusia

sebagai inti pendidikan adalah pendidikan multikultural. Lebih dari itu,

pendidikan multikultural ini menghendaki terciptanya pribada-pribadi yang

sadar akan adanya kemajemukan budaya yang di dalamnya banyak terdapat

20 H.A. Dardi Hasyim Dan Yudi Hartono, Pendidikan Multikultural Di sekolah,

(surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS, 2009) Hal. 28

Page 26: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

26

perbedaan-perbedaan, dan tidak berhenti pada sadar saja melainkan juga

dapat menghormati keanekaragaman yang ada dalam rangka mewujudkan

kerukunan dan kedamaian. Menurut James A. Banks mendefinisikan

Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan

proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur

lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa

berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras,

etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang

sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah. Jadi paradigma

multikultural akan mencakup:

a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya.

b. Gerakan pembaharuan pendidikan.

c. Proses pendidikan.

Latar belakang munculnya pendidikan multikultural di indonesia

negara bangsa indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok

etnis, budaya, agama dan lain-lain. Hefner mengilustrasikan Indonesia

sebagaimana juga Malaysia dan Singapura memiliki warisan dan tantangan

multikulturalisme budaya (cultural multiculturalism) secara lebih mencolok,

sehingga dipandang sebagai “lokus klasik” bagi bentukan baru “masyarakat

multikultur” (cultural society). Kemultikultural masyarakat Indonesia paling

tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, yaitu secara horizontal, yang

ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan

perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan secara

Page 27: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

27

vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas

dan lapisan bawah yang cukup tajam. Kondisi tersebut tergambar dalam

prinsip bhinneka tunggal ika, yang berarti meskipun Indonesia adalah

berbeda-beda, tetapi terintegrasi dalam kesatuan.Namun demikian,

pengalaman Indonesia sejak masa awal kemerdekaan, khususnya pada masa

demokrasi terpimpin Presiden Soekarno dan masa Orde Baru Presiden

Soeharto memperlihatkan kecenderungan kuat pada politik

monokulturalisme. Pada dasarnya tujuan pendidikan multikultural selaras

dengan tujuan pendidikan pendidikan secara umum, yaitu mencetak peserta

didik tidak hanya mampu mengembangkan potensi dirinya dalam penguasaan

ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Melainkan sekaligus mampu

mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai universal dalam kehidupan.

Kemudian, secara spesifik gorski menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan

multukultural adalah sebagai berikut:

a. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengembangkan

prestasi anak

b. Peserta didik bagaimana belajar dan berpikir secara kritis

c. Mendorong peserta didik untuk mengambil peran aktif dalam

pendidikan, dengan menghadirkan pengalaman-pengalaman anak

dalam konteks belajar

d. Mengakomodasi semua gaya belajar

e. Mengembangkan sikap positif terhadapa kelompok-kelompok yang

mempunyai latar belakang yang berbeda

Page 28: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

28

f. Untuk menjadi warga yang baik disekolah dan dimasyarakat

g. Belajar bagaimana menilai pengetahuan dari perspektif yang berbeda

h. Untuk mengembangakan identitas etnis, nasional, global

i. Mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan

dan analisis secara kritis.21

Di samping tujuan-tujuan multikultural yang telah disebut, pada

dasarnya paradigma multikultural yang didasarkan pada nilai dasar

toleransi,empati,simpati dan solidaritas sosial, maka hasil dari proses

pendidikan multikultural diharapkan dapat mendorong terciptanya

perdamaian dan upaya mencegah serta menanggulangi konflik etnis, konflik

etnis beragama, radikalisme agama, pendidikan multikultural tidak

dimaksudkan untuk menciptakan keseragaman cara pandang. Akan tetapai

membangun kesadaran diri terhadap keniscayaan pluralitas sebagai sunnah

Allah, mengakui kekurangan di samping kelebihan yang dimiliki baik diri

sendiri maupun orang lain. Sehingga tumbuh sikap untuk mensinergikan

potensi diri dengan potensi orang lain dalam kehidupan yang demokratis dan

humanis.sehingga terwujudlah suatu kehidupan yang damai, berkeadilan dan

sejahtera. Tujuan Pendidikan Multikultural dapat mencakup tiga aspek belajar

(kognitif, afektif, dan tindakan) dan berhubungan baik nilai-nilai intrinsik

(ends) maupun nilai instrumental (means) pendidikan Multikultural. Secara

detail sebagaimana berikut:

21 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di indonesia, (yogyakatra: lugong pustaka,

2005), hal. 95

Page 29: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

29

a. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya. Salah satu alasan utama

gerakan untuk memasukkan Pendidikan Multikultural dalam program

sekolah adalah untuk memperbaiki kelalaian dalam penyusunan

kurikulum. Pertama, kita harus memberi informasi pada siswa tentang

sejarah dan kontribusi dari kelompok etnis yang secara tradisional

diabaikan dalam kurikulum dan materi pembelajaran, kedua, kita

harus menempatkan kembali citra kelompok ini secara lebih akurat

dan signifikan, menghilangkan bias dan informasi menyimpang yang

terdapat dalam kurikulum. Tujuan utama Pendidikan Multikultural

adalah mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa,

karakteristik budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang

berpengaruh, dan kondisi sosial, politik, dan ekonomi dari berbagai

kelompok etnis mayoritas dan minoritas.

b. Perkembangan Pribadi. Dasar psikologis Pendidikan Multikultural

menekankan pada pengembangan pemahaman diri yang lebih besar,

konsep diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya.

Mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka

sendiri dan pengalaman budaya dan kelompok etnis yang lain dapat

memperbaiki penyimpangan yang menganggap nilai yang ada pada

kelompok yang dominan itu lebih unggul.

c. Klarifikasi Nilai dan Sikap. Mengajari generasi muda untuk

menghargai dan menerima pluralisme etnis, menyadarkan bahwa

perbedaan budaya tidak sama dengan kekurangan atau rendah diri, dan

Page 30: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

30

untuk mengakui bahwa keragaman merupakan bagian integral dari

kondisi manusia. Pengklarifikasian sikap dan nilai etnis didesain

untuk membantu siswa memahami bahwa berbagai konflik nilai itu

tidak dapat dielakkan dalam masyarakat pluralistik; dan bahwa konflik

tidak harus menghancurkan dan memecah belah.

d. Kompetensi Multikultural. Upaya interaksi lintas kultural seringkali

terhalang oleh nilai, harapan dan sikap negatif ; kesalahan budaya

(cultural blunders); dan dengan mencoba menentukan aturan etiket

sosial (rules of social etiquette) dari satu sistem budaya terhadap

system budaya yang lain. Pendidikan Multikultural dapat membantu

siswa mempelajari bagaimana memahami perbedaan budaya tanpa

membuat pertimbangan nilai yang semena-mena tentang nilai

intrinsiknya.

e. Kemampuan Keterampilan Dasar. Tujuan utama Pendidikan

Multikultural adalah untuk memfasilitasi pembelajaran untuk melatih

kemampuan ketrampilan dasar dari siswa yang berbeda secara etnis.

f. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan. Pendidik harus memahami

secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya belajar,

perilaku mengajar, dan keputusan pendidikan. Dengan memberikan

pilihan yang lebih tentang bagaimana mereka akan belajar akan

membantu memaksimalkan prestasi belajar mereka. Tujuan

multikultural untuk mencapai persamaan dan keunggulan pendidikan

Page 31: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

31

mencakup kognitif, afektif dan ketrampilan perilaku, di samping

prinsip demokrasi.

g. Memperkuat Pribadi Untuk Reformasi Sosial. Tujuan pendidikan

multicultural adalah untuk memulai perubahan dari lingkungan

sekolah dan meluas pada lingkungan masyarakat.Pada diri siswa

sebagai agen perubahan social ditanamkan nilai, sikap, kebiasaan, dan

keterampilan agar mereka menjadi agen perubahan yang berkomitmen

kuat dalam memberantas perbedaan etnis dan rasial. Tujuan dan

pengembangan ketrampilan ini didesain untuk membuat masyarakat

lebih benar-benar egaliter dan lebih menerima pluralisme kultural.

Fungsi multikulturalisme ini adalah apa yang dimaksudkan Banks

dengan pendekatan aksi sosial dari Pendidikan Multikultural, yang

mengajari siswa bagaimana menjadi kritikus sosial (social critics),

aktivis politik (political activists), agen perubahan change agents), dan

pemimpin yang berkompeten dalam masyarakat dan yang berbeda

secara etnis dan pluralistik secara kultural.

h. Memiliki Wawasan Kebangsaan dan Kenegaraan yang Kokoh.

Multikultural perlu menambahkan materi, program dan pembelajaran

yang memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan

menghilangkan etnosentrisme, prasangka, diskriminasi dan stereotipe.

i. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa

sebagai Warga Dunia. Hal ini berarti individu dituntut memiliki

wawasan sebagai warga dunia (world citizen). Namun siswa harus

Page 32: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

32

tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus diajak berpikir tentang

apa yang ada di sekitar lokalnya. Mahasiswa diajak berpikir secara

internasional dengan mengajak mereka untuk tetap peduli d

j. engan situasi yang ada di sekitarnya act locally and globally.Hidup

Berdampingan Secara Damai. Dengan melihat perbedaan sebagai

sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai kemanusian,

dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap

kelompok lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara

damai.

4 Pendekatan Pendidikan Multikulturalisme

J.A Bank yang dikutip Ma’arif, menyebutkan bahwa ada empat

pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan multikultural yaitu:22

a. Pendekatan kontributif yakni: memperingati hari-hari besar agama

dengan di gabungkan dengan hari Nasional kepahlawanan.

Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

keragaman kelompok.

b. Pendekatan aditif yakni: penambahan muatan tema-tema dan perpektif

kedalam kurikulum tanpa mengubah struktur dasarnya. Pendekatan ini

berupaya memasukkan literatur dan budaya dari masing-masing

perbedaan yang ada ke dalam kurikulum.

c. Pendekatan transpormatif yakni: penerapan pendekatan ini

berimplikasi pada penciptaan kurikulum dengan mengakomodir

22 Komaruddin Hidayat, Merawat Keragaman Budaya, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,

2004), hlm. 94

Page 33: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

33

kelompok-kelompok dengan latar budaya yang berbeda. Adapun

tujuan pendekatan ini untuk membuka perpektif yang berbeda

memberikan komentar dan penjelasan terhadap bahan pelajaran.

d. Pendekatan aksi sosial yakni: merupakan gabungan dari pendekatan

traspormatif dengan berbgai aktivitas yang beriorentasi pada

perubahan sosial. Pendekatan ini bertujuan memperkaya keterampilan

peserta didik dalam melakukan aksi sosial seperti resolusi konflik dan

perbedaan budaya.

Adapun beberapa pendekatan yang digunakan dalam pendidikan

multikulturalistik yaitu pengajaran tentang kontribusi dari kelompok-

kelompok budaya yang berbeda-beda dari kontribusi individu, pendekatan

aditif dimana pembelajara multikulturalistik dan unit studi merupakan

suplemen atau pelengkap dan pendekatan transformasional diman sifat dasar

kurikulum dan pengajaran diubah untuk mencerminkan perspektif.

Pengalaman dari beragam budaya, etnis, ras, dan kelompok sosial dan

mengambil keputusan dan pendekatan aksi sosial yang mengajarkan siswa

bagaimana cara memperjelas nilai-nilai etnis dan budaya mereka dan untuk

terlihat dalam aksi sosial politik untuk kesetaraan yang lebih baik, kebebasan,

dan keadilan bagi semua orang. Bank menggambarkan lima dimensi

pendidikan multikultural yang dikutip oleh Quinita. Adapun dimensi tersebut

sebagai berikut:23

23 Quinita Ogletree, Patricia J. Larke, Implementing Multicultural Practices in Early

Childhood Education, National Forum of Multicultural Issues Journal, hal.3-5.

Page 34: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

34

a. Content integration. Integrasi konten mempunyai fokus tentang cara

guru menggunakan contoh dan informasi dari beragam budaya sebagai

sarana dalam mendukung suatu rencana atau konsep. Kurikuum

memiliki materi yang beragam, sehingga nilai multikultural

diintegrasikan pada tiap materi yang termuat dalam kurikulum. Tujuan

pengintegrasian ini untuk menciptakan kesadaran budaya yang

berbeda.

b. Knowledge Construction. Dalam membangun pengetahuan, guru

membantu anak cara membangun pemahaman. Dalam hal ini, Bank

memberi level dalam membangun pengetahuan, pertama pendekatan

kontribusi yang berfokus pada unsur budaya. Kedua adalah

pendekatan tambahan yang mana tema yang menjadi fokus tujuan

diinterasikan dalam kurikulum tanpa mengubah esensi isi kurikulum.

Ketiga, tingkat transformasi yang mana anak mampu memahami isi

jika kurikulum dirubah dengan memasukkan ragam perbedaan.

Keempat, pendekatan aksi sosial yang mana mewajibkan bagi anak

untuk menerapkan materi sebelumnya sehingga mampu membuat

keputusan dalam menyelesaikan masalah sosial.

c. Prejudice Reduction. Merupakan aktivitas yang dapat

diimplementasikan guru untuk mengeliminasi pandangan negatif dan

stereotif terhadap orang lain. Pihak sekolah mengurangi stereotip dan

prasangka sehingga tumbuh sikap demokrasi, nilai dan perilaku

Page 35: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

35

dengan memahami anak didik. Contohnya guru mengambil tindakan

ketika mendengar atau melihat stereotipe.

d. Equity Pedagogy. Merupakan modifikasi proses pengaaran dengan

memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu

untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua kelompok

etnis.

e. Empowering School Culture and Social Structure. Sekolah sebagai

struktur budaya karena muncul interaksi antar berbagai pihak.

Dimensi ini untuk memperdayakan budaya anak yang dibawa ke

sekolah yang bersasal dari kelompok yang berbeda.

5 Dasar Pendidikan Multikultural

Berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia yang multicultural, maka

jenis pendidikan yang cocok bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan

multicultural. Pendidikan Multikultural paling tidak menyangkut tiga hal

yaitu (1) ide dan kesadaran akan nilai penting keragamanbudaya, (2) gerakan

pembaharuan pendidikan dan (3) proses pendidikan. Berikut ini akan

diuraikan dasar yang membentuk perlunya Pendidikan Multikultur:

a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya. Setiap siswa

memiliki karakteristik yang berbeda seperti usia, agama, gender, kelas

sosial, etnis, ras, atau karakteristik budaya tertentu yang melekat pada

diri masing-masing. Pendidikan Multikultural berkaitan dengan ide

bahwa semua siswa tanpa memandang karakteristik budayanya itu

seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.

Page 36: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

36

Keragaman budaya yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia

akan memunculkan suatu sikap saling menghargai jika seorang

individu tersebut mampu menyerap dan mengaplikasikan dengan baik

adanya keragaman budaya. Sehingga diperlukan pentingnya kesadaran

terhadap keragaman budaya yang ada.Hal tersebut merupakan

keniscayaan atau kepastian adanya perbedaan, namun itu harus

diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan.Artinya

perbedaan itu perlu kita terima sebagai suatu kewajaran dan perlu

sikap toleransi agar kita bisa hidup berdampingan secara damai tanpa

melihat unsur yang berbeda itu untuk membeda-bedakan.

b. Gerakan pembaharuan pendidikan. Gerakan pembahauruan

pendidikan yang dimaksud diatas ialah suatu gerakan perubahan yang

diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka

pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Upaya-upaya gerakan

pembaharuan pendidikan sangat diperlukan,hal ini untuk menanggapi

dan mencari jalan keluar terhadap suatu masalah-masalah pendidikan

yang dihadapi sekarang ini, selain itu untuk memperkembangkan

pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis. Apabila upaya-upaya ini

benar-benar dilakukan sesuai dengan bentuk upaya pendidikan seperti

yang diuraikan diatas, tentunya hal ini harus diimbangi dengan kerja

sama yang baik antara siswa didik, pendidik dan orang tua. Maka

dunia pendidikan akan semakin maju dan berkembang. Adanya

karakteristik pada siswa memungkinkan untuk mendapatkan

Page 37: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

37

kesempatan belajar yang lebih baik. Beberapa karakteristik

institusional dari sekolah secara sistematis menolak siswa dengan

karakteristik tertentu untuk mendapatkan kesempatan pendidikan yang

sama, walaupun itu dibungkus secara halus dalam bentuk aturan

tertentu. Terdapat kesenjangan yang muncul dengan fenomena

munculnya sekolah favorit yang didominasi oleh orang kaya.Selain

itu, adanya diskriminasi terdapat diskriminasi terhadap masyarakat

keturunan Tionghoa yang kesulitan untuk berkecimpung dalam

pemerintahan dan pertahanan.Pendidikan Multikultur bukan sekedar

merupakan praktek aktual satu bidang studi atau program pendidikan

semata, namun mencakup seluruh aspek pendidikan.

c. Proses Pendidikan. Pendidikan multikultural adalah proses menjadi

yang harus dipandang secara terus-menerus dan bukan sebagai sesuatu

yang langsung bisa tercapai untuk memperbaiki prestasi secara utuh.

Karena tujuan Pendidikan Multikultur tidak akan pernah tercapai

secara penuh, kita seharusnya bekerja secara kontinyu meningkatkan

persamaan pendidikan untuk semua siswa (educational equality for all

students). Menurut Paul Gorski pendidikan multikultural merupakan

pendekatan progresif untuk mengubah pendidikan secara holistik dengan

mengkritik dan memusatkan perhatian pada kelemahan, kegagalan, dan

praktek diskriminatif di dalam pendidikan akhir-akhir ini. Yang menjadi

landasan pendidikan multikultural adalah persamaan pendidikan, keadilan

social, dan dedikasi. Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat multikultur

Page 38: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

38

yang mencakup berbagai macam perspektif budaya yang berbeda.Jadi sangat

relevanlah bagi sekolah di Indonesia untuk menerapkan Pendidikan

Multikultural. Pendidikan Multikultural dapat melatih siswa untuk

menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan. Pendidikan

Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang

didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan

yang dapat menjelaskan perilaku manusia.Budaya memiliki peranan yang

sangat besar di dalam menentukan arah kerjasama maupun konflik antar

sesama manusia.

Huntington meramalkan bahwa pertentangan manusia yang akan

datang merupakan pertentangan budaya. Oleh sebab itu kita perlu meneliti

kekuatan yang tersimpan di dalam budaya masing-masing kelompok manusia

agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama. Pendidikan Multikultural

dipersepsikan sebagai suatu jembatanuntuk mencapai kehidupan bersama dari

umat manusia di dalam era globalisasi yangpenuh tantangan baru.Pertemuan

antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus menimbulkan

salah paham.Itulah rasional yang menunjukkan artipentingnya keberadaan

Pendidikan Multikultural.

6 Fungsi Pendidikan Multikultural

The National Council for Social Studies mengajukan sejumlah fungsi

yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural

Fungsi tersebut adalah :

a. Memberi konsep diri yang jelas.

Page 39: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

39

b. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya

ditinjau dari sejarahnya.

c. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu

memang ada pada setiap masyarakat.

d. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making),

partisipasi sosial dan ketrampilan kewarganegaraan (citizenship

skills).

e. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.

Pendidikan Multikultural memberi tekanan bahwa sekolah pada

dasarnya berfungsi mendasari perubahan masyarakat dan meniadakan

penindasan dan ketidakadilan.Fungsi pendidikan multikultural yang mendasar

adalah mempengaruhi perubahan sosial. Jalan di atas dapat dirinci menjadi

tiga butir perubahan yaitu perubahan diri, perubahan sekolah dan

persekolahan dan perubahan masyarakat. Perubahan diri dimaknai sebagai

perubahan dimulai dari diri siswa sendiri itu sendiri yang lebih menghargai

orang lain agar dia bisa hidup damai dengan sekelilingnya. Kemudian

diwujudkan dalam tata tutur dan tata perlakunya di lingkungan sekolah dan

berlanjut hingga di masyarakat.Karena sekolah merupakan agen perubahan,

maka diharapkan ada perubahan yang terjadi di masyarakat seiring dengan

terjadi perubahan yang terdapat dalam lingkungan persekolahan.

7 Deradikalisasi Multikultural

Menanggulangi radikalisme Islam bukanlah perkara yang mudah.

sebab radikalisme Islam bukan semata-mata gerakan sosial belaka, namun

Page 40: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

40

juga merupakan ideologi. Ideologi tidak mungkin dapat dibasmi hanya

dengan pendekatan militer/keamanan saja. Masih banyaknya aksi terorisme di

bumi Indonesia merupakan bukti konkret betapa penggunaan pendekatan

militer/ keamanan saja tidak cukup efektif untuk membasmi terorisme dan

radikalisme Islam hingga akar-akarnya24. Oleh karena itu, berbagai

pendekatan penanganan terorisme dan radikalisme Islam lainnya harus pula

senantiasa diupayakan dan diatasi dengan gerakan deradikalisasi, yaitu suatu

usaha untuk mengajak para pelaku radikal dan pendukungnya untuk

meninggalkan penggunaan kekerasan, seperti usaha diplomasi publik yang

bertujuan untuk “memenangkan hati dan pikiran”.25 Deradikalisasi adalah

upaya sistematis untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa fanatisme

sempit, fundamentalisme, dan radikalisme berpotensi membangkitkan

terorisme.26 Deradikalisasi dapat pula dipahami sebagai segala upaya untuk

menetralisasi paham-paham radikal melalui pendekatan interdisipliner, seperti

agama, psikologi, hukum serta sosiologi, yang ditujukan bagi mereka yang

dipengaruhi paham radikal.27 Sebagai rangkaian program yang berkelanjutan,

deradikalisasi ini meliputi banyak program yang terdiri dari reorientasi

motivasi, re-edukasi, resosialisasi, serta mengupayakan kesejahteraan sosial

24 Ma’rifah, Indriyani. “Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam: Sebuah Upaya

Membangun Kesadaran Multikultural untuk Mereduksi Terorisme dan Radikalisme Islam,” dalam

Conference Proceedings Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) XII IAIN

Sunan Ampel Surabaya (5-8 November), 2012, hal. 227. 25 Supardi, “Pendidikan Islam Multikultural dan Deradikalisasi di Kalangan Mahasiswa,”

dalam Jurnal Analisis, (Volume XIII, Nomor 2, Desember), 2013, hal.379. 26 Nasir Abbas, “Berdayakan Potensi Masyarakat dalam Pemberantasan Terorisme”,

dalam Komunika, (12/VII Juli 201). 2011, hal.5 27 Endra Wijaya, 2 “Peranan Putusan Pengadilan dalam Program Deradikalisasi

Terorisme di Indonesia: Kajian Putusan Nomor 2189/Pid.B/2007/PN.Jkt.Sel”, dalam Yudisial,

(Vol. III, nomor 2, Agustus), 2010, hal.110

Page 41: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

41

dan kesetaraan dengan masyarakat lain bagi mereka yang terlibat dengan

tindak pidana terorisme (para terpidana tindak pidana terorisme). Dalam hal

ini digunakan istilah deradicalisation dan disengagement untuk

menggambarkan proses di mana individu atau kelompok untuk melepaskan

keterlibatan mereka dalam organisasi kekerasan atau kelompok teroris.

Deradikalisasi secara substantif bertujuan untuk merubah tindakan dan

ideologi individu atau kelompok. Sedangkan disengagement berkonsentrasi

pada memfasilitasi perubahan perilaku, melepaskan ikatan (disengage) dan

menolak penggunaan kekerasan. Solusi-solusi untuk mengatasi masalah

radikalisme antara lain; pertama, menghormati aspirasi kalangan Islamis

radikalis melalui cara-cara yang dialogis dan demokratis; kedua,

memperlakukan mereka secara manusiawi dan penuh persaudaraan; ketiga,

tidak melawan mereka dengan sikap yang sama-sama ekstrem dan radikal.

Artinya, kalangan radikal ekstrem dan kalangan sekular ekstrem harus ditarik

ke posisi moderat agar berbagai kepentingan dapat dikompromikan; keempat,

dibutuhkan masyarakat yang memberikan kebebasan berpikir bagi semua

kelompok sehingga akan terwujud dialog yang sehat dan saling mengkritik

yang konstruktif dan empatik antar aliran-aliran; kelima, menjauhi sikap

saling mengkafirkan dan tidak membalas pengkafiran dengan pengkafiran;

keenam, mempelajari agama secara benar sesuai dengan metode-metode yang

sudah ditentukan oleh para ulama Islam dan mendalami esensi agama agar

menjadi Muslim yang bijaksana; ketujuh, tidak memahami Islam secara

parsial dan reduktif. Caranya adalah dengan mempelajari esensi tujuan syariat

Page 42: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

42

(maqâshid syarî’ah). Dari cara tersebut mensiratkan bahwa deradikalisasi

dapat dilakukan dengan mengenalkan pembelajaran multikultural.

8 Nilai Multikultural

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang berguna atau penting bagi

kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat

penting dan berharga dalam kehidupan manusia.28 “Menurut Zakiyah Darajat,

nilai adalah perekat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai

identitas yang memberikan corak khusus pola pemikiran perasaan, keterikatan

maupun perilaku.”29 Nilai dirasakan dalam diri manusia sebagai daya dorong

atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Konsep ini

berkembang dari pola berfikir, pola tingkah laku dan sikap-sikap hidup.

Dengan kata lain, nilai berkembang dari budaya lingkungan. Namun

sebenarnya ada perbedaan antara nilai, prinsip atau norma. Cinta kasih,

keadilan, persamaan, persaudaraan, perdamaian dan sebagainya adalah norma

atau prinsip. Maka dapat berlaku siapa pun secara universal dan absolut.

Norma atau prinsip tersebut baru menjadi nilai apabila diyakini kebenarannya

dalam pola pikir dan dilaksanakan dalam pola tingkah laku oleh seseorang

secara universal.

Nilai multikultural dalam arti ini, dimaksudkan bukan hanya sekedar

keadaaan atau fakta yang bersifat plural, jamak, atau banyak, dan pengakuan

bahwa keadaan fakta seperti itu memang ada dalam kenyataan, namun juga

28Richardus Djokopranoto, Filosofi Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Obor, 2011), hlm

189. 29Zakiah Daradjat, Usman Said, Su’aibu Thalib, Achmat Badri, Murni Djamal,

Syamsuddin Abdullah, Burhanuddin Daya, Alef Theria Wasyim, Fathuddin A. Gani, Harith A.

Salam, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 260.

Page 43: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

43

diiringi suatu sikap yang mengakui dan sekaligus menghargai, menghormati,

memelihara, dan bahkan mengembangakan atau memperkaya keadaan yang

besifat plural, jamak atau banyak. Dalam Islam, perbedaan adalah sebuah

sunnatullah atau realitas yang harus diakui secara tegas, baik yang

menyangkut perbedaan agama, suku, ras, warna kulit, negara, maupun yang

lainnya.30 Dalam memahami standar dari nilai-nilai pluralisme, sekurangnya

ada tiga prasyarat untuk membangun beragaman, antara lain: Pertama,

adanya keterlibatan aktif untuk menjaga perbedaan menjadi suatu yang

bernilai positif, bermanfaat dan menghasilkan kesejahteraan serta kebajikan.

Kedua, tidak mengklaim pemilikan tunggal akan kebenaran, maksudnya

pengakuan bahwa dalam agama lain pun terdapat unsur kebenaran seperti

kebenaran-kebenaran yang bersifat subtansial dan universal. Ketiga, adanya

sikap toleransi dan saling menghargai.31

Dalam implementasinya, nilai-nilai multikultural juga dilandasi oleh

sikap toleransi. Toleransi sendiri merupakan sikap untuk menghargai dan

menghormati keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.32 Oleh

sebab itu, semangat toleransi merupakan modal yang dapat membangun

sebuah bangunan sosial. Kesediaan untuk saling menerima dalam perbedaan

Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah tugas bersama yang harus

30Moh Yamin dan Vivi Aulia, Merentas Pendidikan Toleransi, hlm. 1. 31Nur Khaliq Ridwan, Pluralisme Borjuis: Kritik atas Pluralisme Cak Nur (Yogyakarta:

Galang Press, 2002), hlm. 77. 32Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, hlm.

153.

Page 44: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

44

dilaksanakan dalam kehidupan nyata.33 Adapun nilai tersebut termaktub pada

moral agama, sebagaimana berikut:

a. Nilai-Nilai Agama Islam. Islam adalah suatu agama terpadu,

universal, dan lengkap yang disampaikan oleh para nabi sejak Adam

as.berakhir dan disempurnakan oleh Rasulallah Muhammad SAW.34

Islam mengajarkan bahwa tiap individu dilahirkan dalam keadaan

fitrah (suci). Sifat dasar suci ini (fitrah) adalah suatu kesadaran

mendalam yang tertanam dalam hati tiap manusia akan keesaan

Tuhan (Tauhid) untuk mengmbalikan sifat kesucian dan wujud

awalnya. Manusia dituntut untuk melakukan rangkaian ritual

tertentu, yang pada dasarnya adalah usaha pendekatan diri kepada

Tuhan untuk mendapatkan anugerah pengampunan, penyucian dan

rahmat.35 Agama ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Aqidah

(keimanan) dengan dasar enam rukun iman, syari’ah (ibadah) dengan

dasar rukun islam yang meliputi enam ibadah wajib yang dirinci

dalam fiqih, dan akhlak yang meliputi sikap-sikap etis. Ketiga

komponen ini sesuai dengan ketiga keyakinan dan sikap religius

pribadi, yaitu iman, Islam dan Ihsan yang terintegrasi satu sama lain,

yaitu dalam integrasi intelektualitas dan moralitas individu dengan

keterlibatan sosial melalui keyakinan kepada Allah yang Maha Esa

dan teladan Rasulallah Muhammad SAW. Keyakinan ini terangkum

33Moh. Yamin dan Vivi Aulis, Meretas Pendidikan Toleransi, hlm. 33-34. 34Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman

(Jakarta: Assosiasi Perguruan Tinggi Katolik, 1992), hlm.76. 35Alwi Sihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, hlm. 279.

Page 45: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

45

dalam dua kalimat syahadat yang merupakan inti religositas seorang

muslim.36 Nilai-nilai agama islam antara lain meliputi (a) aqidah

(keimanan), Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati

dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta

memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan

perbuatan pemiliknya sehari- hari.37 Rukun iman yang pertama

adalah iman kepada Allah SWT. Inilah ajaran paling pokok yang

mendasari seluruh ajaran islam. Inilah yang tersimpul dalam kalimat

Tauhid, kalimat Tayyibah: Laa ilaaha illallaah. Tiada Tuhan selain

Allah. Ini tertuang dalam dua kalimat Syahadat, kunci menuju Islam

sebagai jalan hidupnya.38 Rukun iman yang kedua adalah iman

kepada Malaikat. Para Malaikat berada di alam Ghaib. Tidak bersifat

materi, tetapi sebagai tabiatnya ia dapat menjelma ke alam materi.

Rukun iman ketiga adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Allah

SWT menurunkan ajaran-ajaran kepada para rasul untuk setiap

bangsa dan umat manusia sepanjang sejarah. Di antara ajaran-ajaran-

Nya itu ada yang dicatat dalam kitab dan ada yang tidak dapat

diketahui sama sekali. Yang pasti, setiap Rasul menerima risalah

atau pelajaran yang pasti, setiap Rasul menerima risalah atau

pelajaran disampaikan kepada umatnya. Kitab-kitab terdahulu yang

tersebut dalam Al-Qur’an ada empat yaitu: kitab zabur kepada Nabi

36Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi

Zaman, hlm.76. 37Muhammad Chrizin, Konsep & Hikmah AKIDAH islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), hlm. 13. 38Muhammad Chrizin, Konsep..., hlm. 23.

Page 46: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

46

Daud, kitab Taurat kepada Nabi Musa, kitab Injil kepada Nabi Isa,

kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Rukun iman ke

lima adalah percaya kepada hari akhir, hari penghabisan kehidupan

makhluk dunia. Beriman kepada hari akhir berarti percaya akan

terjadi hari kiamat dan apa saja yang berhubungan dengannya. Akhir

kehidupan di dunia bukanlah akhir kehidupan manusia. Hari terakhir

kehidupan dunia mengubah perjalan hidup manusia. Tak ada lagi

matahari terbit dan tenggelam silih berganti. Sehari semalam tak ada

lagi 24 jam. Rukun iman ke enam adalah percaya kepada Taqdir

adalah satu dari pokok-pokok keyakinan yang ditanamkan daam hati

setiap muslim. Rasulullah SAW. Menyebut iman kepada takdir

sebagai bagian dari rukun iman yang enam.39 (b) Syariah (ibadah).

Kata Syari’ah berasal dari bahasa Arab yang berarti “jalan yang

harus diikuti”. Kata syari’ah secara harfiah berarti “jalan menuju

mata air”. Syari’ah bukan hanya jalan untuk mencapai keridhaan

Allah, melainkan juga jalan yang dipercayai seluruh umat Islam

sebagai jalan petunjuk Allah Yang Maha Pencipta melalui utusan-

Nya. Rasulullah Muhammad SAW. Di dalam Islam diyakini bahwa

hanya Allah sejalah Yang Maha Kuasa dan Allah semata yang

diyakini berhak menetapkan syari’ah sebagai jalan dan petunjuk

kehidupan bagi umat manusia.40 Sesungguhnya persatuan dan

kesetiakawanan Islam, baru akan tampak jelas, apabila seluruh umat

39Muhammad Chrizin, Konsep...,, hlm. 105. 40A.Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum – Hukum Allah (syari’ah) (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002), hlm. 3.

Page 47: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

47

Islam telah mampu melaksanakan dan mengamalkan Syari’ah Islam,

yakni menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-

Nya, dengan antara lain menjalankan dan mengamalkan rukun Islam,

yang merupakan dasar-dasar Islam, yang akan menjadikan setiap

Muslim dapat merasakan adanya suatu ikatan yang kuat atau sama

lain, dan mampu mempersatukan dengan saudara-saudara seiman

dan seagama, serta dapat memperkuat hubungan dirinya dengan

Allah SWT. Rukun Islam yang lima ini, jika dilaksanakan dan

diamalkan dengan baik dan benar akan dapat membangkitkan rasa

persatuan dan kesetiakawanan umat Islam. Dimana penjabarannya

dalam praktek sebagai berikut pertama Syahadat: syahadat

merupakan pintu gerbang utama untuk dapat masuk ke dalam

Islam,41 kedua Shalat: shalat menurut arti bahasa adalah doa’,

sedangkan menurut terminologi syara’adalah sekumpulan ucapan

dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan

salam.42 Waktu-waktu dibagi menjadi lima yaitu: waktu zhuhur,

ashar, maghrib, isyak, dan subuh.43 ketiga Puasa: Puasa secara

bahasa diartikan menahan secara mutlak, baik dari makan dan

minum, bersetubuh atau yang lainnya. Jadi, orang yang

meninggalkan makan, minum, dan bersetubuh dapat dikatakan

berpuasa sebab ia menahan diri darinya. Sedangkan pengertian puasa

41Muhammad Bin Sa’d Asy-Syuwa’ir, Syariah Islam Menuju Bahagia (Jakarta: PT

Fikahati Aneska, 1992), hlm. 19. 42Abdul Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,

Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa Dan Haji (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 145. 43Ibid., hlm. 154.

Page 48: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

48

menurut istilah ulama fiqh adalah menahan diri dari segala yang

membatlkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga

terbenam matahari dengan syarat-syarat tertentu. 44 keempat Zakat:

zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di

dunia islam pada umumnya, sudah diyakini sebagai bagian pokok

ajaran Islam yang harus ditunaikan.45 Zakat secara etimologi dapat

diartikan berkembang dan berkah, adapun menurut istilah syar’i

zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan

dengan mekanisme tertentu.46 kelima Haji: ibadah haji, diwajibkan

oleh Allah SWT atas orang-orang yang mampu. Dan ibadah Haji

hanya ada satu kali dalam satu tahun. Pada waktu haji itulah umat

islam berkumpul dalam satu ruang dan waktu yang sama. Mereka

datang dari semua penjuru dunia, semata-mata untuk memenuhi

panggilan Illahi:”labaikallahumma Labbaik” (kami datang

memenuhi panggilanMu ya Allah). Mereka berkumpul di bawah satu

atap dan di atas satu lantai, kemudian menuju satu tempat yang

mulia, yakni Ka’bah, Baitullah.47 (c) Akhlak. Kedudukan akhlak

dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai

maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu

masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila

44Ibid., hlm. 433. 45Didin Hafidhudin, The Powes Zakat, Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia

Tenggara (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.3. 46Abdul Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,

Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa Dan Haji, hlm. 349. 47Muhammad Bin Sa’d Asy-Syuwa’ir, Syariah Islam Menuju Bahagia, hlm. 37.

Page 49: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

49

akhlaknya baik, maka sejahterlah lahir dan batinnya, apabila

akhlaknya rusak, maka rusklah lahir dan batinnya.48 Menurut Ibnu

Mizkawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui

pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu

keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau

dipertimbangkan secara mendalam.49

b. Nilai-Nilai Agama Kristen. Kristen adalah risalah yang dibawa oleh

Nabi Isa a.s. yang diutus setelah Nabi Musa, di mana telah

disebutkan dalam taurat. Al- Masih (Isa a.s.) mempunyai pendukung

(pengikut) berjumlah 12 orang yang disebut dengan nama rasul.

Mereka berdakwah (memberi kabar gembira dan memberi

peringatan) atas nama Al- Masih. Pada asalnya, dakwah ini bukan

risalah umum (universal), tetapi risalah khusus bagi bani Israil.50

Dalam injil Matius, 15/24 dikatakan : “aku tidak diutus kecuali

kepada gembala- gembala bani Israil yang tersesat”.51 Ibadah bagi

orang kristen selalu mengandung unsur baik seremonial-ritual

maupun unsur spiritual. Melalui ibadah iman akan Tuhan diperkuat

dan diperkaya yang sekaligus memperdalam tanggungjawab untuk

“berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di

48Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007),

hlm. 1. 49Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),

hlm. 223. 50Fayaz Aziz, Pemimpin Peradaban Dunia (Solo: Era Intermedia, 2006), hlm. 139. 51Perjanjian Baru Mazmur Dan Amsal (Jakarta: LAI, 1991), hlm. 21.

Page 50: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

50

hadapan Allah” (mikha 6:8). Oleh sebab itu kehidupan ibadat itu

selalu memperlukan perenungan ulang, agar jangan sampai hanya

sekedar bersifat seremonial-ritual belaka, sedangkan nilai

spiritualnya yang sangat bermakna bagi kehidupan bersama dalam

masyarakat menjadi hilang atau terdorong kebelakang.52 Ajaran-

ajaran moral kristiani umumnya tidak berupa pernyataan atau

stetment, tetapi diutarakan sebagai perintah. Tuntutan dasarlah dalam

etika kristen sebenarnya tidak lain dari pada meneladani sang Kristus

. Orang kristen hendaknya memperagakan kemurahan Allah, seperti

yang dituturkan oleh sang Yesus sendiri:”hendaklah kamu murah

hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati “(Lukas 6:36),53 atau

“karena itulah kamu harus sempurna, sama seperti Bapamu yang

disurga adalah sempurna” (Matius 5:4. 54Mereka menjadi penurut-

penurut Allah dengan jalan menghayati dan mengamalkan kasih

kristus. Kata kunci dalam etika kristiani adalah “Kasih” yang

mempunyai daya jangkau tidak terbatas. Dalam menyimpulkan

seluruh hukum Taurat, Yesus berfirman: “Kasihilah Tuhan,Allahmu

dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan

segenap akal budimu”. Itulah hukum yang terutama dan yang

pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah :

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua

52Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi

Zaman, hlm. 110. 53Perjanjian baru mazmur dan amsal, hlm. 80. 54Perjanjian baru mazmur ..., hlm. 6.

Page 51: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

51

hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi

(Matius 22:37-40).55

c. Nilai-Nilai Agama Katolik. Sesuai dengan petunjuk sejarah, Yesus

Kristus adalah pembawa agama kristen, ia lahir kurang lebih pada

tahun ke-4 sebelum Masehi, tetapi sebagian ada yang berpendapat

antara tahun 7-5 sebelum Masehi. Yesus Kristus berasal dari

Nazaret.56 Kitab suci adalah sekumpulan tulisan yang berisi atas

wahyu illahi. Dengan demikian, kitab suci merupakan sebuah kitab

atau kumpulan tulisan yang memuat tentang wahyu illahi dan ditulis

manusia sejalan dengan apa yang diimaninya. Istilah Alkitab berasal

kata Arab “al-Kitab” yang berarti buku (the book), atau Sang Kitab.

Dalam bahasa Yunani Alkitab disebut ra pLpliar (ta biblia) yang

merupakan bentuk jamak dari pip^ioi. Dalam bahasa Latin Alkitab

disebut sebagai “Biblia” (kitab) atau sciptura (tulisan atau sesuatu

yang ditulis). Kitab suci yang diakui dan dianggap sah oleh gereja

Roma Katolik sebenarnya sama dengan kitab suci yang dipakai oleh

Protestan, kecuali ada beberapa perbedaan tambahan. Kitab suci

agama kristen adalah Al-kitab atau Bijbel, yang terdiri dari

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.57 Kitab-kitab perjanjian lama

terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: hukum-hukum Taurat, kitab

nabi-nabi. Naskah-naskah sastra. Kitab imamat, kitab bilangan, dan

kitab ulangan.

55Perjanjian baru mazmur..., hlm. 31. 56Romodhon.dkk,Agama-Agama Di Dunia (Yogyakarta: Tp.1988), hlm.314. 57Romodhon, Agama-Agama Di Dunia, hlm.345.

Page 52: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

52

d. Nilai-Nilai Agama Hindu. Agama Hindu adalah agama yang sudah

sangat tua dan merupakan agama pokok yang dianut dikawasan

India. Agama ini banyak didasarkan pada beberapa naskah suci yang

ada. Tidak seperti agama-agama yang lain, dalam agama Hindu tidak

dapat diketahui secara pasti siapa pendirinya atau siapa pembawa

pertama ajaran-ajarannya. Ini merupakan salah satu kesulitan dalam

mempelajari agama Hindu.58 Dalam agama Hindu ditemukan ajaran

tentang “Dharma”adalah penolong manusia untuk meerncapai

kehidupan yang bahagia, hidup yang damai, tekun melakukan

pekerjaan, serta kepatuhan yang harus dilaksanakan sebagai anggota

masyarakat. Dharma mencakup jangkauan yang lebih luas sebagai

berikut: sila artinya melaksanakan perbuatan baik, yajna artinya

melaksanakan upacara korban, tapa artinya mematikan indranya,

tidak diberikan menikmati obyeknya, dana artinya memberikan

sedekah, prawjya artinya pendeta yang bijaksana (laku

mengembangkan ilmu kerohanian), bhiksu artinya melaksanakan

upacara diksa (penyucian pribadi), yoga artinya melaksanakan

samadhi. Karena adanya peraturan hidup dan kodrat yang patut

diikuti atau dilaksanakan oleh manusia untuk dapat menjadi manusia

yang baik, maka dharma juga tingkah laku yang baik.59 Menurut

Robertson Smith upacara korban mengandung arti pengokohan

hubungan kekeluargaan dalam masyarakat dengan makan daging dan

58Romodhon, Agama-Agama di Dunia, hlm.56. 59Pendidikan Religiositas, Tuhan Mendekati Manusia (Kanisius: Yogyakarta, 2005), hlm.

39.

Page 53: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

53

minum darah binatang yang oleh masyarakat dipandang sebagai

anggotanya. Korban binatang atau manusia untuk dewa-dewa berarti

minum darah dan makan daging bersama dewa- dewa. Dengan

demikian manusia memperkokoh hubungan persahabatan dengan

dewa-dewa.60

e. Nilai-Nilai Agama Buddha. Ajaran Buddha yang diberikian kepada

manusia disebut Buddha Dharma yang kemudian diterjemahkan

dengan agama Buddha. Dhamma (bahasa Pali) atau Dharma

(sansekerta) mempunyai arti yang luas: meliputi Agama, Falsafah,

Ilmu Jiwa, pandangan hidup, pengetahuan rohani, hukum,

kesunyataan, peraturan, kebijakan, jalan hidup, sulit untuk

memberikan gambaran yang setepatnya tentang Dhamma ini yang

merupakan keseluruhan ajaran Budhha. Sebagai agama berisi pula

ajaran tentang hal-hal yang transenden (lokuttara), yang kekal abadi,

tidak berubah, serta keduniaan (lokiya) yang sifatnya tidak kekal,

selalu berubah segala sesuatu di alam semesta ini adalah sankhata

(existence). segala yang shankhata akan terlihat munculnya dan

lenyapnya. Jelasnya : berawal, berubah, berakhir, atau lahir,

berkembang, mati, disebut juga tidak kekal. Pancaskanda (jasmani,

pengindraan, perasaan, pikiran, kesadaran) mengikuti siklus tersebut

yang sifat nya tidak kekal, selalu mengalami perubahan.61 Di

kalangan masyarakat dan karena pengaruh pandangan atau ajaran

60Ibid., hlm. 61. 61Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi

Zaman, hlm. 79.

Page 54: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

54

dari agama-agama lain, banyak orang menganggap bahwa kehidupan

manusia di dunia ini hanya sekali saja. Pandangan ini berbeda sekali

dengan agama Buddha, karena dalam Digha Nikaya, Brahmajala

Sutta, Sang Buddha menerangkan tentang kehidupan manusia yang

telah hidup berulang-ulang kali yang diingat berdasarkan pada

kemampuan batin yang dihasilkan oleh meditasi.62 Buddha Dharma

tidak menyatakan suatu ajaran yang dogmatik, bukan percaya begitu

saja, tetapi berdasarkan pengalaman manusia yang religius, Budha

tidak menekankan : percayalah begitu saja, tetapi : ehipassiko

(datanglah dan saksikanlah).63 Ajaran agama Budha dapat

dirangkumkan di dalam apa yang disebut : Triratna (tiga batu

permata), yaitu, Budha, Dharma, dan Sanga. Kepercayaan buddhis

hidup sang Buddha sebagai perorangan, sebagai manusia Siddharta

atau Gautama atau Sakyamuni tidaklah penting. Buddha adalah

sebuah gelar, suatu jabatan atau seorang tokoh yang sudah pernah

menjelma pada sesorang.64

B. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Hakikak Anak

Banyak yang beranggapan bahwa anak merupakan orang dewasa

dalam bentuk mini sehingga diperlakukan seperti orang dewasa. Seiring

berjalannya waktu dengan ketertarikan dalam melakukan penelitian tentang

62Jurnal, Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Agama Budha, cornoles wowor, MA, hlm. 4. 63Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi

Zaman, hlm.67. 64Hadiwijono, Harun, Agama Hindu Dan Buddha (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hlm.

69.

Page 55: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

55

anak dapat dimaknai bahwa masa anak merupakan periode perkembangan

yang spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan dan fisik

yang khas.

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.

Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan

karakter dan kepribadian anak. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang termasuk anak usia

dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Usia dini

merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang

bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Hakikat anak usia dini, khususnya

anak TK diantaranya menurut Bredecam dan Copple, Brener serta Kellough

yang dikutip Masitoh adalah65 anak bersifat unik, anak mengekspresikan

perilakunya secara relatif spontan, anak bersifat aktif dan enerjik, anak itu

egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap

banyak hal, anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, anak umumnya

kaya dengan fantasi, anak masih mudah frustrasi., anak masih kurang

pertimbangan dalam bertindak, anak memiliki daya perhatian yang pendek,

masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial, anak semakin

menunjukkan minat terhadap teman.

65 Masitoh, dkk., Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka, 2005), 1.12-1.13.

Page 56: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

56

Dari pengertian anak usia dini di atas, penulis menyimpulkan bahwa

anak diidentifikasi usia 0-6 tahun dan memiliki masa perkembangan yang

spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan dan fisik yang

khas.

2. Pendidikan Anak

Istilah dalam pendidikan yang sering digunakan yaitu pedagogi yang

berarti pendidikan dan pedagoik yang berarti ilmu pendidikan. Secara umum

makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.66

Pendidikan merupakan suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain

menempa fisik, mental, moral bagi individu-individu agar mereka menjadi

manusia yang berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya

sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan semesta alam, sebagai

makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini

yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu

negara.67 Dalam Undang-undang Sisdiknas, pendidikan adalah“Usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

66Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 1-2. 67Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 49.

Page 57: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

57

masyarakat, bangsa dan negara”.68 Senada dengan pengertian tersebut, Ki

Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya

menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect), dan jasmani anak.69

Maksudnya, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup yakni kehidupan

dan penghidupan anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Ketiganya

tidak boleh dipisahkan agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Pernyataan

Ki Hajar Dewantara mengindikasikan bahwa pendidikan merupakan

pengembangan dan penumbuhan segala aspek dalam diri manusia, jasmani

maupun rohani, lahir maupun batin yang bertujuan mewujudkan manusia

yang sempurna.

Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar

bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk

pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai

di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun pertama

sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Dari

berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini

adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, budi pekerti, intelektual serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sehingga terpenuhi

tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah

68 Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1. 69 Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), vii.

Page 58: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

58

Pendidikan anak usia dini (Early Childhood Education) merupakan

bidang ilmu yang relative baru. Bila sebelumnya anak didik berdasarkan

pemahaman orang dewasa saja bagaimana cara memperlakukan anak dan apa

yang terbaik bagi anak, saat ini setelah berkembang Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD), diharapkananak dapat diperlakukan sesuai dengan kebutuhan

perkembangannya sehingga anak tumbuh sehat jasmani dan rohani. Anak pun

dapat diperhatikan secara lebih komprehensif. Pembelajaran anak usia dini

merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya

dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang

dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut

mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman

yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.

Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi social merupakan hal

yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang

tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar

bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk

pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai

di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun pertama

sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Dari

berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini

Page 59: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

59

adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, budi pekerti, intelektual serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sehingga terpenuhi

tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah. Lembaga-lembaga PAUD

di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat berupa landasan yuridis,

landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan

empirik.

a. Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan pentingnya

penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA).

b. Landasan filosofis dan religius, yaitu landasan yang didasarkan pada

keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini.

c. Landasan empirik adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang

terdapat di lapangan.

d. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi

apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan,

pendidikan dan perlindungan yang tepat.

Tujuan pendidikan perspektif Imam Ghazali adalah menjadi insan

purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang beliau katakan:

“apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan

melihat suatu kelezatan di dalamnya sehinggga merasa perlu

mempelajarinya dan niscaya saudara akan mendapatkan bahwa ilmu

Page 60: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

60

pengetahuan itu sebagai sebuah sarana untuk menuju ke kampong akhirat

beserta kebahagiaannya dan sebagai media mendekatkan diri kepada Allah,

yang mana tawarrub itu tidak dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu

tersebut. martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah

kebahagiaan abadi dan sesuatu yang paling utama adalah sesuatu yang

mengantarkan kepada kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan tidak dapat

dicapai apabila tidak melalui ilmu dan amal dan amal tidak dapat diraih

sekiranya tidak melalui ilmu dan cara pelaksanaan mengamalkannya.

Pangkal kebagaiaan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena

mencari ilmu itu sendiri termasuk amal yang utama.70

C. Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh

Syariat islam merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada

seluruh umat manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariat

islam berisi aturan-aturan Allah dalam hal agidah, ibadah dan muamalah.71 Syariat

islam diturunkan oleh Allah bukan untuk menyusahkan atau menyengsarakan

manusia, melainkan untuk menyelamatkan dan mensejahterakan umat manusia itu

sendiri. Jadi sangat keliru jika orang beranggapan bahwa penerapan syariat islam

di suatu daerah hanya akan memberatkan daerah tersebut.72 Syariat islam telah

berlaku di aceh sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia, bahkan sejak

kerajaan islam pertama di aceh. Baru, setelah konflik yang berkepanjangan terjadi

70 Muhammad Athiyah Al-AbrasyiFatiyah Hasan Sulaiman, BeberapaPemikiran

Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2012), 105-107 71 Syamsul Rizal, Dkk. Syariat Islam Dan Paradigma Kemanusiaan. Dinas Syariat Islam

Profinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal. 141 Syamsul Rizal, Dkk. 2008. Syariat Islam Dan

Paradigma Kemanusiaan. (Dinas Syariat Islam Profinsi Nanggroe Aceh Darussalam), 2008, hal.

141 72 Syamsul Rizal, Dkk. Syariat Islam.. hal. 161

Page 61: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

61

di aceh, penerapan syariat Islam di Aceh secara de facto dan de jure terwujud,

yaitu didasarkan atas UU No. 44 tahun 1999 dan UU No. 18 tahun 2001. Dalam

rangka pelaksanaan syariat islam di aceh, maka dilakukan penulisan rancangan

qanun aceh tentang pelaksanaan aspek-aspek syariat islam sebagai upaya

melahirkan hukum positif aceh menjadi intensif setelah kehadiran UU No. 18

tahun 2001. Rancangan qanun tersebut dirumuskan kedalam tiga bidang, yaitu

penulisan qanun tentang keberadaan, susunan dan tupoksi peradilan syariat islam

itu sendiri serta qanun dibidang aqidah, ibadah, serta syiar islam, penulisan qanun

dibidang pidana materil dan formil dan penulisan qanun di bidang muamalat.73

Namun, masih terdapat keraguan tentang penerapan syariat islam dalam kalangan

orang-orang tertentu, mereka menilai bahwa dengan penerapan syariat islam akan

membatasi ruang dan gerak mereka serta memundurkan peran sosial mereka. Dari

berbagai sisi pikiran negatif terhadap syariat islam akibat dari arus globalisasi,

yang telah memperlambat jalannya syariat islam. Fenomena-fenomena yang

terjadi antara lain masyarakat muslim belum mampu menyaring derasnya arus

informasi global dari budaya barat yang bersifat negatif, kebanyakan dari

masyarakat muslim mengalami krisis ekonomi, sehingga memperlamban upaya

peningkatan SDM, masyarakat masih termakan dengan isu-isu jangka pendek

yang bersifat sementara akibat dari kurangnya wawasan mereka, kurangnya

pergaulan para mubaligh aceh dalam percatuan nasional dan internasional. Dari

fenomena-fenomena diatas, memaksa kita untuk berfikir bagaimana seharusnya

sikat masyarakat dalam melaksanakan syariat islam di aceh ini.

73 Alyasa Abubakar, Penerapan Syariat Islam Di Aceh Upaya Penyusunan Fiqih Dalam

Negara Bangsa. (Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2008), hal. 53

Page 62: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis mengenai pembelajaran multikultural

ini adalah deskriptif analitis dengan jenis penelitian lapangan (field research)

yaitu suatu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam

mengenai unit social sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir

dengan baik dan lengkap mengenai unit social tersebut.74 Dengan penelitian

lapangan penulis akan analisis terhadap implementasi pembelajaran

multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak

Budidharma Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang

diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak

Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di

lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah sehingga dapat dideskripsikan secara tertulis dalam

mewujudkan kebijakan ke depannya. Penelitian lapangan dilakukan karena

penulis terjun langsung ke lapangan dan ikut terlibat.75

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena untuk

mendeskripsikan implementasi pembelajaran multikultural di lembaga

74 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal.8. 75 J .R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, (Jakarta:

Grasindo, 2010), hal.9.

Page 63: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

63

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang

diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-

Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran

multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-

Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah. Moleong menyatakan

sebagaimana yang dikutip oleh Kirk dan Miller bahwa penelitian

kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

(social science) yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dalam kawasannya sendiri dan berkenaan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.76 Dari sinilah

penulis melakukan pengamatan mengenai implementasi pembelajaran

multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-

Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa

saja yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman

Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil

pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di

Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah

sehinggapendidikan multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini

bisaterungkap.

76 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),

hal. 3.

Page 64: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

64

B. Objek dan Subjek Peneltian

Objek penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak Budi. Subjek Penelitian ini

terdiri dari Subjek Primer dan sejunder yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data utama penulis adalah mengacu kepada apa yang

dikemukakan Sugiyono, pengambilan sampel atau penentuan sumber data

dalam penelitian kualitatif adalah menggunakan purposive sampling.

Artinya, penentuan sumber datanya dengan pertimbangan tertentu.77

Sumber data peneliti adalah kepala sekolah, guru sebagai orang yang

terlibat pada kegiatan penulisan dan mempunyai informasi yang

dibutuhkan dalam pemerolehan data. Selain itu peneliti menetapkan

sumber data lain yang memberikan data yang lebih lengkap sehingga

dapat membantu ter-cover-nya pemerolehan data. Adapun sumber data

lain adalah orang tua anak. Sumber-sumber data tersebut dianggap telah

memadai, artinya telah sampai kepada taraf redundancy yaitu datanya

telah jenuh, sehingga jika ditambah sumber lagi tidak akan memberi data

baru lagi.78

Data dari kepala sekolah dapat diperoleh untuk penjelasan

implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah,

nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

77Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D

(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 300. 78Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.......Ibid., hlm. 302.

Page 65: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

65

Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pendidikan multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

2. Sumber data sekunder

Sumber data pendukung ini meliputi dokumen lembaga pendidikan

anak di Taman Kanak-Kanak Budidharmabaik dokumen tertulis seperti

peraturan sekolah, jadwal pelajaran, indikator kurikulum, kalender

pendidikan, kegiatan anak dan dokumen yang tidak tertulis. Sumber-

sumber data tersebut dianggap telah memadai, artinya telah sampai

kepada taraf redundancy (datanya telah jenuh, sehingga jika ditambah

sumber data lagi tidak akan memberi data baru lagi).79

C. Teknik Pengambilan Subjek

Teknik pengambilan subjek pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

populasi yaitu menggunakan keseluruhan subjek primer maupun sekunder.

Penentuan informan, penulis menggunakan model snow ball sampling yang

tujuannya dapat memperluas subjek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data terkait implementasi pembelajaran multikultural

di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan

pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga

79Sugiyono, MetodePenelitian Pendidikan.......Ibid., hal. 302.

Page 66: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

66

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten

Aceh Tengahdilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengamatan (observation)

Melalui pengamatan, penulis mengamati objek di lapangan.

Praktisnya, penulis mengamati tentang hal yang berkaitan dengan

implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah,

nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah. Penulis cenderung menggunakan penggabungan

dari overt dan covert observation. Artinya, penulis melakukan observasi

secara terang-terangan (overt) yaitu dengan menyatakan kepada semua

sumber data bahwa penulis melakukan riset tentang pendidikan

multikultural.

Pada saat tertentu dan lain waktu penulis juga menggunakan

pengamatan secara samar (covert). Hal ini dilakukan untuk menghindari

keberadaan data yang tersembunyi, karena bisa jadi data tersebut menjadi

data yang paling penting. Untuk kesempatan tertentu, penulis juga

memanfaatkan observasi partisipatif agar data yang diperoleh lebih

Page 67: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

67

lengkap dan tajam yaitu dengan keikutsertaan penulis mendampingi guru

dalam proses pembelajaran.

2. Wawancara (inerview)

Penulis menggunakan teknik wawancara semiterstruktur yaitu

dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Penulis

mewawancarai para sumber dengan lebih terbuka, dan mendapatkan ide-

ide dari sumber data. Hasil wawancara tersebut penulis amati secara teliti

dan mencatat hasil dalam catatan penulis. Untuk wawancara ini juga

menggunakan model interview terbuka berstandar yaitu interview yang

mempunyai pedoman, pertanyaan bersifat terbuka, tetapi tersusun secara

standar.80 Melalui wawancara dengan sumber data yang berhubungan

dengan tema penelitian.

3. Dokumentasi (documentation)

Penulis melakukan dokumentasi dengan berbentuk tulisan yang

meliputi RPPT, RPPS, RPPH, kurikulum, catatan kegiatan atau event

yang melibatkan anak dalam pelaksanaan pembelajaran multikultural.

Dokumentasi berbentuk gambar meliputi foto kegiatan pembelajaran,

kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan multikultural. Melalui

dokumentasi, penulis memperoleh data-data penting seperti deskripsi

tentang tema penulisan, uraian pendukung obyek penulisan.

80 Nana SyaodihSukmadinata, MetodePenelitian Pendidikan (Bandung: PT

RemajaRosdakarya, 2009), hal. 113.

Page 68: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

68

4. Triangulasi Data

Penulis menggabungkan data dari berbagai sumber dan teknik

pengumpulan data untuk mencari data yang kredibilitas.Hal tersebut

senada dengan ungkapan Sugiyono yaitu, triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telahada.81 Dalam teknik

triangulasi ini, penulis menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Dengan triangulasi teknik, penulis menggunakan observasi partisipatif,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Dengan triangulasi ini penulis

mengumpulkan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data tentang

implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah,

nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah. Selain triangulasi teknik, penulis menggunakan

triangulasi sumber untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-

beda dengan teknik yang sama.

E. Istrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman observasi

81Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif..... Ibid, hal. 330.

Page 69: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

69

Pedoman observasi ini penulis gunakan untuk panduan dalam mengamati

objek penelitian. Yang paling dominan pengamatan ini lebih focus kepada

proses belajar mengajar. Penulis mengamati sikap anak dalam

pembelajaran dan mengamati guru yang menjadi contoh utama dalam

pembelajaran.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini penulis gunakan untuk acuan dalam proses tanya

jawab terhadap guru, anak pada Taman Kanak-Kanak Budidharma.

3. Pedoman dokumentasi

Pedoman dokumentasi ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data

berbentuk tulisan maupun gambar seperti RPPT, RPPS, RPPH,

kurikulum, catatan kegiatan atau event yang melibatkan anak dalam

pelaksanaan pendidikan multikultural.

F. Teknik Analisa Data

Penulis menganalisis data dengan analisis data model Miles dan

Huberman selama berada di lapangan. Aktivitas dalam analisis data meliputi

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Detail

proses analisis data penulisan ini ditunjukkan oleh gambar berikut.

Page 70: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

70

Gambar

Komponen dalam Analisis Data82

Langkah pertama dalam menganalisa adalah mereduksi data yaitu

penulis merangkum semua hasil wawacara, memilih hal yang pokok,

memfokuskan pada yang penting serta membuang hal yang tidak penting.

Misalnya hasil wawancara dari seluruh sumber dikumpulkan dan dirangkum

bagian-bagian antara implementasi pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten

Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten

Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan

anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah.

Langkah kedua yaitu mendisplaykan data. Penulis membuat bagan,

hubungan antar kategori. Misalnya dengan membuat bagan bagian analisis

RPPT, RPPS, RPPH, kurikulum, catatan kegiatan atau event yang melibatkan

anak dalam pelaksanaan pendidikan multikultural. Bagan tersebut dipisahkan

82Ibid., hal. 337.

Page 71: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

71

dan digabungkan atau dideskripsikan dengan bentuk kata-kata yang dirangkai

menjadi kalimat. Proses analisis dilakukan ketika pembuatan bagan sampai

selesai pembuatan bagan.

Langkah ketiga yaitu verifikasi atau membuat kesimpulan.

Kesimpulan ini menjawab dari rumusan masalah yaitu implementasi

pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman

Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural

apa saja yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman

Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran

multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak

Budidharma Kabupaten Aceh Tengah.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang penulis lakukan adalah merumuskan masalah,

melakukan studi pendahuluan atau penelitian terdahulu, mengumpulkan teori-

teori, menentukan desain penelitian, membuat instrumen, mengumpulkan

data, menganalisis data, membuat kesimpulan serta membuat laporan.

Page 72: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

72

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN DALAM PENELITIAN

A. Deskripsi dalam Penelitian

1. Gambaran Umum Taman Kanak-kanak Budi Dharma

Taman Kanak-Kanak Budi Dharma beralokasikan di kampung asir-

asir Asia kecamatan Lut Tawar Takengon kabupaten Aceh Tengah.

Pendidikan disini mengakomodir anak didik yang berkisar pada rentang usia

antara 4 s/d 6 tahun, dengan lama pendidikan berkisar antara I s/d 2 tahun.

Lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak Budi Dharma Kabupaten Aceh

Tengah. Didirikan pada pada tahun 1985 oleh Pastor James Baratayudha

Missionaris berasal dari negara india. Sejarah didirikannya TK Budi Dharma

di kampung asir-asir asia dikarenakan warga di sana lebih banyak menganut

agama kristen dan budha serta mayoritas penduduk warga cina. Sampai saat

ini TK Budi Dharma semakin menunjukkan kelebihannya yakni mendapatkan

beberapa penghargaan baik dari kabupaten maupun dari propensi, dan saat ini

TK Budi Dharma telah mencapai status sekolah dengan Akreditasi A dari

pusat dalam hal pendidikan umum serta keadaan sarana dan prasarana

sekolah memadai. Adapun visi dan misi Yayasan Taman Kanak-kanak Budi

Dharma Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah adalah “menjadikan

wadah dan sarana dalam mewujudkan cinta tuhan yang mendidik manusia

secara utuh dengan semanagat cinta kasih sederhana dan persaudaraan”.

Sedangkan misinya adalah menyelenggarakan pendidikan akademik yang

Page 73: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

73

bermutu dan profesional, menyelenggarakan proses belajar mengajar sesuai

dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku berdasarkan nilai-nilai agama,

mendidik agar lebih mandiri dengan semangat juang belajar yang sportif,

jujur, dan sopan. Tujuan didirikannya Taman Kanak-Kanak Budi Dharma

adalah menghasilkan kelulusan/tamatan yang berkualitas, mendorong murit

untuk tekun dan setia dalam segala bidang pelajaran, mewujudkan

pengabdian pada pendidikan dan mampu menyelesaikan masalah baik

dilingkup sekolah secara bersama, secara pribadi, berusaha meningkatkan

kualitas belajar untuk mencapai keunggulan, membangun kekuatan moral/

akhlak dan intelektual yang memadai. Motto Taman Kanak-kanak Budi

Dharma adalah membangun persaudaraan yang mengimani bahwa tuhan

adalah ada semua orang. Tenaga guru di TK Budi Dharma Kecamatan Lut

Tawar Kabupaten Aceh Tengah berjumlah 11 orang tenaga pengajar. Namun

menurut pengakuan kepala sekolah bahwa yayasan tidak menyediakan guru

yang beragama Buddha sebab peserta didik yang akan diajarkan sangat

sedikit berkisar 2-5 saja.

2. Gambaran Implementasi Pembelajaran Multikultural Di Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma pada

mulanya dicetuskan bersamaan dengan awal mula didirikannya sekolah ini,

karena tujuannya adalah menjaga kasih bagi semua alam. Setelah itu para

pendidik mengajari anak didiknya untuk selalu berdampingan pada perbedaan

sehingga bersatu padu. Alhasil penerapan Pembelajaran multikultural di

Page 74: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

74

Taman Kanak-Kanak Budidharma masih diberikan kepada anak didik sampai

sekarang ini.83 Tujuan Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak

Budidharma adalah agar anak mampu menghadapi perbedaan yang akan

menghiasi dinamika kehidupan serta perbedaan tersebut akan berlanjut sampai

kapanpun.84 Salah satu orang tua yang mengatakan bahwa “saya

menyekolahkan anak disini karena disini mengakomodir pendidikan bagi non

muslim, sehingga generasi kami yang minoritas tetap mendapatkan pelayanan

sesuai keyakinan yang kami anut”. Dengan begitu, sekolah sebagai bentuk

layanan pendidikan masyarakat dapat memberi pelayanan sesuai kebutuhan.

Para orang tua cenderung motifasi anaknya untuk mendapatkan sebuah

pendidikan minoritas bukan berarti harus pergi ke tempat mayoritas satu

keyakinan, namun cukup berada di daerah yang menerima segala perbedaan.

Salah satunya daerah Aceh yang terkenal seantero akan syariah yang

ditegakkan. Kenyataannya, tidak sedikit bagi kaum muslim yang menjadi

mayoritas bagi kaum non muslim. Lebih jelasnya disebut minoritas tergantung

siapa dan dimana kaum tersebut berada. Minoritas dan mayoritas tidak

menjadi soal publik tatkala mampu berdampingan dan saling toleransi.

Pemberian pengetahuan tentang multikultural yang dilakukan oleh Taman

Kanak-Kanak Budidharma menjadi pilihan yang bijaksana. Aktualisasi

pemberian pengetahuan tentang multikultural, anak-anak diajak untuk selalu

bersikap santun terhadap sesama. aktualisasi pembelajaran multikultural di

Taman Kanak-Kanak Budidharma dilakukan dengan lingkungan belajar yang

83Wawancara dengan Bu Sovia pada 23 Agustus 2018 pukul 09.00. WIB 84Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB

Page 75: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

75

aman, nyaman dan pengetahuan serta pengalaman pendidik dalam memberi

pengetahuan tentang multikultural yang disesuaikan dengan perkembangan

anak. Lingkungan yang aman ini seperti yang dikatakan oleh kepala Taman

Kanak-Kanak Budidharma yaitu bahwa:

“...letak kegiatan belajar mengajar ini memang sudah didesain untuk

keamanan anak, yaitu dekat lingkungan gereja sehingga untuk menjadi ikonik

bahwa sekolah ini memang inklusif untuk muslim dan non muslim, kami

menerima muslim karena pendidik dan mayoritas disini adalah muslim,

sehingga kami mengakomodir pendidikan muslim dan non muslim”85

Menurut penulis, lingkungan yang aman ini difungsikan sebagai

pengadaan kegiatan pembelajaran yang diusahakan untuk peserta didik seperti

ikon dekat gereja supaya masyarakat non muslim mengetahui bahwa terdapat

layanan pendidikan serta para pendidik semuanya adalah muslim kecuali

kepala sekolah. Hal ini menjadikan keyakinan tersendiri bagi penulis bahwa

Taman Kanak-Kanak Budidharma menerapkan pendidikan multikultural.

Penerapan dari pengetahuan serta pengalaman pendidik dalam memberi

pengetahuan tentang multikultural yang disesuaikan dengan perkembangan

anak yaitu dengan menerapkan pengetahuan tentang multikultural, serta sikap

atau nilai terhadap adanya multikultur. Langkah yang dilakukan dengan

pembuatan RKH, RKH ini disesuaikan dengan usia anak.

Secara umum, cara yang digunakan guru dalam memberikan pengetahuan

tentang multikultural kepada anak adalah melalui cerita-cerita yang sudah ada

di buku cerita. Dalam tataran praktis, hanya sebagian kecil saja, misalnya

mengenai praktek ibadah. Jelaslah, bahwa pembelajaran di Taman Kanak-

85Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB

Page 76: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

76

Kanak Budidharma di KB tidak hanya di dalam kelas, hal ini seperti ungkapan

kepala Taman Kanak-Kanak Budidharma bahwa:

“...selain pembelajaran multikultural dalam lingkungan saat

pembiasaan di kelas, anak-anak diajak untuk mengalami pembelajaran di

alam terbuka, seperti pada event perayaan hari besar agama.86

Keberadaan Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak

Budidharma didukung pernyataan orangtua yang mengatakan:

“...contoh kegiatan multikultural seperti kegiatan pembiasaan di pagi

hari, saya mendengar anak-anak menyanyi dengan berbagai bahasa yaitu

bahasa indonesia, bahasa inggris, bahasa arab dan bahasa mandarin”87

Selain itu Taman Kanak-Kanak Budidharma menanamkan nilai-nilai

kebajikan dan kemanusiaan, seperti menyayangi teman, binatang dan

tanaman, menjaga lingkungan, serta bersyukur atas anugerah Tuhan. Taman

Kanak-Kanak Budidharma juga mendorong siswa yang berasal dari berbagai

latar belakang suku dan budaya (misalnya Cina, Gayo, Jawa, Thailand, dll.)

untuk berbagi cerita atau berbagai hal yang khas dari mereka sehingga anak

dapat menerima perbedaan sebagai sebuah karakter dasar manusia.

Kemampuan menghargai dan menghormati perbedaan ini merupakan bagian

dari program pendidikan untuk membekali anak dengan kemampuan adaptasi

ketika berada dalam masyarakat majemuk.

Sebagaimana yang diungkap oleh Kepala Sekolah bahwa ada empat agama

yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma yakni Muslim,

Khatolik, Protestan, serta Budha. Menurut pengakuan kepala sekolah untuk

86Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB 87Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September 2018

pukul 08.00. WIB

Page 77: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

77

pengajar agama budha tidak disediakan dikarenakan anak-anak yang

menganut agama budha hanya sedikit berkisar 2-5 orang anak. Penyebutan

bagi orang islam adalah muslim sedangkan agama selain islam disebut non

muslim.

Melalui pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma,

seorang anak bisa diantarkan untuk dapat memandang pluralitas

keindonesiaan dalam berbagai aspek, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

agama sebagai kekayaan spiritual bangsa yang harus dijaga kelestariannya.

Dengan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma ini

diharapkan mampu memberikan dorongan terhadap penciptaan perdamaian

dan upaya menanggulangi konflik yang akhir-akhir ini marak, sebab nilai

dasar pendidikan pluralisme adalah penanaman dan penerapan nilai toleransi,

empati, simpati, dan solidaritas sosial. Ketika pada umumnya orang-orang

mempunyai rasa toleransi yang tinggi, rasa solidaritas yang tinggi pula pasti

tidak akan memandang dengan sebelah mata. Kepala TK mengatakan bahwa

“Anak-anak yang masuk dalam lembaga ini beraneka ragam, budaya, suku

dan agama. Di sini juga pernah ada anak yang dari papua, ada jawa, ada anak

cina, thailand dan begitu juga bermacam-macam agama nya.88 Dari ragamnya

asal para anak didik, dijadikan dasar untuk menyatukan rasa walau beda asa.

Dalam prinsipnya Taman Kanak-Kanak Budi Dharma tidak menekankan

untuk pembelajaran agama, namun lebih kepada prinsip umum pendidikan.

Kerjasama serta komunikasi guru yang diterapkan memberikan contoh kecil

88Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB

Page 78: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

78

terhadap peserta didik untuk bersosial dengan teman-teman yang berbeda

agama dengannya.

Dalam penyampaian pengetahuan mengenai pembelajaran multikultural,

pendidik memberikan kosa kata kepada anak supaya meningkat kosa katanya

dan mengenalkan nama-nama yang terdapat pada apa yang diberikan pada

anak.89 Nasution mengungkapan “either we lead the children through

knowlegde of names to that of things or else through knowlegde of things to

that names.90 Pemberian kosa kata ini juga beserta maknanya seperti yang

dijelaskan pendidik di Taman Kanak-Kanak Budidharma ketika pembelajaran:

“masjid merupakan tempat ibadah muslim, gereja adalah tempat

ibadah orang kristen”.91

Pembelajaran multikultural tidak serta merta kebijakan mandiri, namun

berasal dari kurikulim dinas dan diitegrasikan dengan kurikulum yayasan budi

dharma. Sebagaimana yang dijelaskan oleh ibu Sovia, yaitu:

Taman Kanak-Kanak Budi Dharma tidak hanya mengikuti kurikulum

Nasional dari Dinas Pendidikan, tetapi sekolah juga memiliki acuan kurikulum

dari TK Budi Dharma Sendiri untuk menyesuaikan kebutuhan sekolah dalam

meningkatkan kualitas pelajaran yang sesuai dengan keadaan.

Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma tentu

tidak secara otodidak namun dengan proses persiapan dalam pembelajaran:

“guru membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), memilih media

dan metode. Langkah-langkah pembuatan RKH meliputi perencanaan yang

89Wawancara dengan Ibu Erni, Guru Taman Kanak-Kanak Budi Dharma pada 10

Oktober 2018 pukul 08.20. WIB 90 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bumi Aksara; Jakarta, 1995), hlm. 112 91 Observasi pembelajaran pada Taman Kanak-Kanak Budi Dharma, pada tanggal 10

oktober 2018 pukul 09.00.

Page 79: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

79

akan ditulis dalam bentuk RKH, kegiatan pembelajaran, alat yang digunakan,

penilaian.”92

Untuk keterangan yang menyeluruh mengenai kegiatan yang sudah

dijelaskan di atas, berikut ini adalah teknis pembelajaran multikultural di

Taman Kanak-Kanak Budidharma:

1) Perencanaan

Perencanaan yang dikonsepakan oleh Taman Kanak-Kanak Budi

Dharma meliputi rencana tahunan, rencana semester dan rencana harian.

Rencana ini dibuat untuk mempermudah dan meninjau sejauh mana hasil

pembelajaran. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap

kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan

akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan

yang diinginkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah

suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan

yang mencakup identifikasi dan dokumentasi kebutuhan, spesifikasi hasil

yang dicapai dari tiap kebutuhan.93 Kegiatan perencanaan merupakan

suatu pendekatan yang terorganisir untuk menghadapi problema-problema

di masa yang akan datang. Perencanaan menjembatani jurang pemisah

antara posisi kita sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan

dapat menjawab tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana

92Wawancara dengan kepala sekolah pada 24 September 2018 pukul 08.20. WIB

93 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), hal. 2

Page 80: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

80

tindakan-tindakan tersebut dapat dilaksanakan.94 Rencana pembelajaran

multikultural sebagaimana di bawah ini:95

a. Tema diri sendiri

Pada tema diri sendiri sub tema identitas diri, materi yang

disampaikan adalah manusia ciptaan Allah; berbicara sopan

menggunakan kata tolong atau maaf; mengetahui mengenal nama,

alamat, usia dan jenis kelamin; kebiasaan tidak tergantung pada orang

lain, merapikan pakaian sendiri, memilih makanan atau minuman

yang sehat, taman (nama ciri-ciri kesukaan tempat tinggal), motorik

kasar, mengenal alamat sekolah atau mengenal alamat teman. Tema

tema diri sendiri sub tema angota tubuh, materi yang disampaikan

adalah tubuhku ciptaan Allah, menjaga anggota tubuh, menunjukkan

gambar tubuh yang sehat, menggerakkan anggota tubuh, menyebutkan

anggota tubuh dan merawatnya, membiasakan hidup sehat, nama

anggota tubuh, menunjukkan perbedaan gambar berbicara dengan

sopan, mengenalkan perbedaan anak yang gemuk dan yang kurus,

menjaga kebersihan makanan, anak mampu menunjukkan bagian-

bagian anggota tubuh, menjaga kerapian pakaian, nama anggota

tubuh, bagian tubuh.

b. Tema tanah airku

Pada tema tanah airku sub tema desaku, materi yang direncanakan

adalah tata cara kehidupan yang dianjurkan di dalam Al-Qur’an,

94 Muhammad Rasyid Ridla, Perencanaan dalam Dakwah Islam, Jurnal Dakwah, Vol.IX

No.2 Tahun 2008, hal.149. 95 Dokumentasi RPS dan RPPH Taman Kanak-Kanak Budi Dharma

Page 81: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

81

gotong royong sebagai rasa syukur kepada Allah, kebersihan adalah

sebagian dari iman, gotong royong menjalin silaturahmi, selalu aktif

dalam kegiatan gotong royong, menjalin hubungan dengan baik antara

satu keluarga dengan keluarga yang lain, kebiasaan tidak tergantung

pada orang lain, menjawab dengan tepat ketika di tanya. Pada tema

tanah airku subtema Suku bangsa di Indonesia, materi yang

direncanakan adalah Allah menciptakan manusia dengan bermacam-

macam suku, saling menghargai antara suku yang ada di sekitar

lingkungan, menggunakan gerakan secara terkontrol seimbang dan

lincah dalam menirukan gerakan yang teratur, menghargai karya

teman, mengungkapkan keinginannya, menghargai keindahan diri

sendiri, karya sendiri atau orang ain alam dan lingkungan sekitar. Pada

tema tanah airku Subtema Lambang Negara, materi yang

direncanakan adalah mengetahui lambang negara ciptaan manusia,

menghargai bendera negara Indonesia, mengenal lambang negara,

mengenal gambar burung garuda, nama-nama pahlawan, memiliki

sikap kepahlawanan, melengkapi kalimat sederhana, menunjukkan

hasil karya anak.

c. Tema Lingkungan

Pada tema lingkungan Sub tema keluargaku, materi yang

direncanakan adalah keluarga ciptaan Allah, rasa bersyukur karena

mampunyai keluarga, kebiasaan anak makan makanan bergizi dan

seimbang, kebiasaan menyalami orang tua saat berangkat dan pulang

Page 82: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

82

sekolah, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, mengurutkan

anggota keluarga, terbiasa mengikuti aturan yang ada di keluarga,

merespon dengan tepat saat mendengar cerita, mengungkapkan

keinginannya dan menceritakan kembali, menghagai keindahan dalam

keluarga, mengenal berbagai hasil karya dan aktivitas seni. Pada tema

lingkungan subtema rumahku, materi yang direncanakan adalah kayu

ciptaan Allah, mensyukuri ciptaan Allah, cara merawat kebersihan

rumah, membiasakan hidup bersih, pengelompokan berdasarkan

warna, bentuk, ukuran dan fungsi, lingkungan geografis (pedesaan,

pantai, kota dan pegunungan), menganal bagian rumah, selalu

menyelesaikan tugas sampai tuntas, warna dan bentuk, menjiplak

huruf, permainan warna dengan berbagai media, mengenal berbagai

hasil karya. Pada tema lingkungan subtema sekolahku, rencana materi

yang disampaikan adalah Allah menciptakan manusia dengan segala

posisi yang berbeda (guru dan kepala sekolah), mensyukuri adanya

sekolah sebagai tempat menimba ilmu, doa sebelum dan sesudah

belajar, cara merawat kebersihan, bentuk tiga dimensi geometri,

tempat-tempat umum (sekolah, pasar, kantor pos), kebiasaan menyapa

guru saat penyambutan, menghargai karya teman, mentaati (mematuhi

peraturan yang ada), menyesuaikan diri, mengendalikan emosi dengan

cara yang wajar, bercerita tentang gambar.

d. Kebutuhanku

Page 83: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

83

Pada tema kebutuhanku subtema makanan dan minuman, rencana

materi yang disiapkan adalah mengetahui makanan dan minuman

adalah ciptaan Allah, mensyukuri makanan dan minuman sangat

berguna bagi manusia, rasa ingin tahu macam-macam minuman, cara

merawat dan merapikan tempat makan, mengetahui cara makan dan

minum yang baik, cara memilih makanan dan minuman yang sehat,

kebiasaan tidak bergantung pada orang lain. Pada tema kebutuhanku

subtema pakaianku, materi yang direncanakan adalah mempercayai

bahwa pohon kapas ciptaan Allah untuk membuat baju, terbiasa

merawat kebersihan pakaian, membiasakan anak memakai pakaian

bersih, membiasakan anak senang menceritakan impiannya, bangga

menunjukkan hasil karya, dapat mengenal manfaat pakaian, mengenal

pakaian adat gayo.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan atau aktualisasi pembelajaran multikultural dikombinasikan

dengan kurikulum yayasan yang termuat dalam indikator-indikator

kegiatan. Secara rinci, aktualisasi pembelajaran multikultural tersebut

adalah:

a) Tema diri sendiri

Aktulisasi pembelajaran multikultural di daerah syariat Islam bersifat

menghargai lingkungan setempat. Para pendidik yang semua berlatar

belakang muslim dan kepala sekolah yang berlatar belakang non

muslim maka nilai Islam tersebut dikombinasikan dengan nilai-nilai

Page 84: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

84

non muslim. Pada tema diri sendiri sub tema identitas diri, materi yang

disampaikan adalah seperti manusia ciptaan Allah. Pra pembelajaran,

anak melakukan pembiasaan baris halaman dengan kegiatan menyanyi

bertepuk dan gerak. Pembiasaan hafalan surat pendek, anak-anak

muslim bersikap tangan menengadah ke atas sedangkan non muslim

bersikap tangan dilipat. Bagi non muslim, mereka memahami bahwa

ketika membaca surat pendek non muslim diam tidak menirukan,

namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa anak yang mengikuti

membaca surat pendek. Sebagaimana gambar di bawah ini:96

Gambar

Pembiasaan Membaca Surat Pendek

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa guru memberi intruksi

bagi yang muslim tangan di atas sedangkan non muslim tangan dilipat.

Anak-anak dengan keyakinan pribadi mengetahui sikap yang diambil

dan saling menghargai bagi yang lainnya tanpa membedakan. Pasca

pembiasaan, anak-anak diberikan penjelasan mengenai manusia

96 Observasi kegiatan pembiasaan pagi hari di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma

Page 85: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

85

pertama kali di dunia, untuk anak muslim dijelaskan mengenai cerita

Nabi Adam sedangkan non muslim diberikan kisah manusia pertama,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Kepala Sekolah “Allah melihat

semua yang diciptakanNya adalah baik tetapi belum ada manusia.

Lalu Allah berfirman “Baiklah kita menjadikan manusia menurut

gambar dan rupa kita”, Tuhan mengambil debu tanah yang dibentuk

manjadi manusia, lalu Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam

manusia sehinga manusia itu hidup. Allah membawa semua binatang

kepada Adam namun tidak satupun yang bisa menjadi sahabat yang

sungguh baik”, lalu Tuhan menciptakan sesesorang bisa menjadi

sahabat. Tatkala adam tidur nyeyang, Allah mengambil rusuknya dan

dijadikan seorang perempuan, adam bahagia. Pada hari ketujuh Allah

telah menyelesaikan pekerjaan-Nya maka berhentilah Allah pada hari

ketujuh, lalu Allah memberkati hari ketujuh dengan hari kudus.97

Cerita tentang kisah nabi bagi muslim dan non muslim dibedakan

kelasnya sehingga tidak membaurkan antara nabi bagi orang muslim

dan non muslim karena merupakan proses pematangan beragama

sehingga sekolah selektif dalam hal penyampaian akidah. Kegiatan

berbicara sopan menggunakan kata tolong atau maaf dilakukan dengan

anak mempraktekkan secara langsung sehingga pembelaran tampak

kontekstual dan anak dapat menerapkan pasca pulang sekolah.

Kegiatan mengetahui mengenal nama, alamat, usia dan jenis kelamin

97 Hasil observasi dengan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma,

Page 86: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

86

sebagaimana guru memberikan contoh dalam mengenalkan diri dan

anak diberi pengetahuan bahwa dalam usia ada yang kecil dan besar,

bagi yang kecil menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang

muda begitu juga jenis kelamin terdapat yang laki-laki dan perempuan.

Laki-laki maupun perempuan sudah sewajarnya saling tolong

menolong. Kegiatan kebiasaan tidak tergantung pada orang lain

terlihat dari kemandirian dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan

merapikan pakaian sendiri sebagaimana ketika kegiatan pada sentra

bermain peran. Kegiatan memilih makanan atau minuman yang sehat

seperti kegiatan problem solving yang mana anak ditunjukkan dua

buah jenis makanan kue basah dan makanan instan. Guru menjelaskan

makanan yang baik dan kurang menyehatkan. Kegiatan mengenal

alamat sekolah atau mengenal alamat teman, guru meminta anak untuk

menyebut alamat anak dengan lengkap kemudian guru menanyakan

kembali alamat tersebut kepada anak lainnya, sehingga anak non

muslim mengenal atau mengetahui alamat anak muslim begitu pula

sebaliknya.

Tema tema diri sendiri sub tema angota tubuh, materi yang

disampaikan terkait pembelajaran multikultural adalah mengenalkan

perbedaan anak yang gemuk dan yang kurus sebagaimana guru

menjelaskan bahwa anak gemuk dan anak kurus juga merupakan

ciptaan Tuhan sehingga sebagai insanNya saling memberi kasih.

Page 87: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

87

Ilustrasi yang diberikan guru berupa contoh konkrit berupa bentuk

gambar berikut:

Gambar

Beda Kurus Dan Gemuk

Dari gambar tersebut tersirat bahwa perbedaan besar kecil dalam

ukuran badan bukan untuk dijadikan dasar kekuatan namun disebabkan

anugrah sang Kuasa.

e. Tema tanah airku

Pada tema tanah airku sub tema desaku, materi yang disampaikan

sesuai pembelajaran multikultural adalah tata cara kehidupan yang

dianjurkan di dalam Al-Qur’an yang mana kegiatan ini diikuti oleh

beberapa anak baik muslim maupun non muslim sebagaimana guru

menyampaikan bahwa cara hidup yang baik sesuai al-Qur’an adalah

saling menjaga persatuan yang dilakukan dengan saling kasih. Selain

itu, kegiatan gotong royong sebagai rasa syukur kepada Allah. Selain

itu, tata cara hidup sesuai nilai Islam yaitu menjaga kebersihan. Anak

Page 88: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

88

muslim maupun non muslim diajarin semboyan “kebersihan sebagian

dari Iman”. Iman yang merupakan ucapan dari dalam hati dan

dilakukan dalam praktik keseharian. Iman bukan hanya dimiliki oleh

anak muslim namun juga anak non muslim, yang mana iman baginya

aktualisasi suatu keyakinan sentral yang diajarkan oleh Yesus sendiri.

Kegiatan persatuan yang diajarkan adalah melakukan gotong royong

menjalin silaturahmi yaitu guru bercerita tentang gotong royong, anak

bermain peran dalam melakukan gotong royong di sekolah dan tanya

jawab tentang bagaimana cara membersihkan lingkungan. kegiatan

selalu aktif dalam kegiatan gotong royong yaitu guru dan anak

bercakap-cakap tentang cara kehidupan masyarakat yang ada di kota,

anak mewarnai gambar lingkungan yang ada di kota dan tanya jawab

tentang apa yang dapat dilihat di kota.

Pada tema tanah airku subtema Suku bangsa di Indonesia, materi yang

disampaikan adalah Allah menciptakan manusia dengan bermacam-

macam suku dengan cara bercerita tentang suku Gayo seperti

menyebut nama dan pakaian adat Gayo serta masakan tradisional

Gayo, mewarnai bendera merah putih sebagai bendera bangsa

Indonesia, menari dan mengikuti gerakan tari guel dari suku Gayo.

Kegiatan saling menghargai antara suku yang ada di sekitar

lingkungan yaitu dengan tanya jawab tentang macam-macam suku di

Indonesia, mewarnai gambar baju adat Gayo, bercerita tentang suku

anak masing-masing.

Page 89: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

89

Pada tema tanah airku Subtema Lambang Negara, materi yang

disampaikan adalah mengetahui lambang negara ciptaan manusia

dengan bercerita tentang lambang negera yaitu burung garuda,

mewarnai gambar burung garuda. Kegiatan menghargai bendera

negara Indonesia dilakukan dengan mengadakan upacara bendera.

f. Tema Lingkungan

Pada tema lingkungan Sub tema keluargaku, materi yang disampaikan

adalah keluarga ciptaan Allah yaitu bercakap-cakap tentang manusia

ciptaan Allah, menghitung jumlah anggota keluarga yang ada dri

rumah, membiasakan mengucapkan salam kepada orang yang lebih.

Kegiatan rasa bersyukur karena mampunyai keluarga yaitu dengan

mendengar cerita tentang anggota keluarga yang ada di rumah,

mewarnai anggota keluarga, menyanyi lagu kasih ibu.

Pada tema lingkungan subtema sekolahku, materi yang disampaikan

terkait pembelajaran multikultural adalah berdoa sebelum belajar

bersama dengan teman. Anak-anak dibiasakan melakukan doa dengan

teman muslim maupun non muslim sehingga anak memahami cara

pribadi dalam melakukan praktik ibadah. Sebagaimana gambar

berikut:

Page 90: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

90

Gambar

Berdoa bersama teman

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa anak-anak dalam

bersikap doa dalam mengembangkan moral agama anak dengan cara

multikultural yaitu sikap sebagai muslim tata cara berdoa dengan

tangan di atas sedangkan yang non muslim mendengarkan dengan

cara melipat tangan. Berdoa bersama dilakukan untuk saling mengenal

bahwa agama itu terdapat perbedaan, anak dilatih untuk mengenal

perbedaan, anak dilatih untuk saling menghargai dan anak mengenal

dengan adanya perbedaan agama tentu memiliki cara praktik ibadah

yang berbeda juga sehingga dengan adanya perbedaan dapat dijadikan

acuan untuk tetap bersatu. Ketika muslim selesai berdoa, yang non

muslim bersikap doa dengan cara sebagai gambar berikut:

Page 91: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

91

Gambar

Sikap Doa

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa cara berdoa untuk non

muslim dengan cara guru meminta anak-anak menggunakan tangan

kanan, namun sebelum mulai berdoa, anak benyanyi hari Tuhan yang

berbunyi “Hari ini hari Tuhan, mari kita bersuka ria, hari ini harinya

tuhan. Happy ye ye ye happy ye, saya senang jadi anak Tuhan, siang

jadi kenangan malam jadi impian, cintaku semakin mendalam, setelah

anak berdoa dengan gerakan tangan kanan di kening, di hati kanan kiri

dan di dada dengan berbunyi “Dalam nama bapa, dan putra dan roh

kudus, amin”. Doa belajar bagi anak non muslim adalah Tuhan

berkatilah kami mau belajar, amin.

Kegiatan Allah menciptakan manusia dengan segala posisi yang

berbeda (guru dan kepala sekolah) yaitu dengan mengajari anak

memahami bahwa dalam lingkungan sekolah terdapat beberapa posisi

sebagai guru, kepala sekolah dan suster. Sebagaimana gambar di

bawah ini:

Page 92: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

92

Gambar

Pengenalan posisi

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa Taman Kanak-Kanak

Budi Dharma mengenalkan siapa saja yang berada di sekolah antara

lain kepala sekolah, suster, guru. Pembejaran multikultural pada

daerah syariah Islam tidak hanya dilakukan di dalam ruangan namun

juga dilakukan di luar ruangan. Hal tersebut selain menjalinkan

interaksi sosial anak kepada pihak sekolah juga mengajari anak untuk

mengenal alam dan anak tidak terpaku bahwa belajar itu merupakan

yang beunsur dalam sekolah.

g. Kebutuhanku

Pada tema kebutuhanku subtema makanan dan minuman, materi yang

disampaikan terkait pembelajaran multikultural adalah mengetahui

makanan dan minuman adalah ciptaan Allah dengan mendengarkan

cerita kisah 2 ikan dan 3 roti yang terdapat dalam al-kitab.

Sebagaimana yang disampaikan guru bahwa “Yesus sedang pergi

Page 93: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

93

menyingkir ke suatu tempat sunyi. Namun, banyak orang mengikuti

Dia, karena mereka melihat mujizat demi mujizat yang dilakukan-

Nya. Waktu itu hari sudah malam dan orang-orang itu belum makan.

Pada saat itu ada seorang anak yang membawa lima buah roti dan

dua ekor ikan. Yesus menyuruh mereka duduk di atas rumput.

Kemudian Dia mengambil roti dan ikan itu, menengadah ke langit,

mengucap berkat, lalu membagi-bagikan roti dan ikan tadi kepada

para murid untuk diteruskan kepada orang banyak. Setelah lima ribu

orang makan sampai kenyang, para murid mengumpulkan sisanya

lebih dua belas bakul penuh dengan iman seorang anak, si anak kecil

itu memberikan lima buah roti dan dua ekor ikan miliknya kepada

Tuhan. Dari peristiwa ini, kita diingatkan bahwa kalau Tuhan mau

memakai kita, Dia bisa! Sekalipun kita berpikir kita tidak siap atau

tidak mampu, Tuhan bisa memakai hal kecil yang kita punya dan

melipatgandakannya dengan begitu anak-anak dapat mensyukuri

makanan dan minuman sangat berguna bagi manusia. Cerita tersebut

dengan mencantumkan gambar sebagai berikut:

Page 94: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

94

Gambar

Cerita 2 Ikan 5 Roti

Dengan cerita gambar tersebut lebih mempermudah anak dalam

memahami cerita karena melalui gambar sehingga aspek

perkembangan kognitif dan bahasa anak dapat berkembang. Pasca

bercerita, dilanjutkan dengan kegiatan mewarnai gambar roti. Pada

tema kebutuhanku subtema pakaianku, materi yang disampaikan

adalah dapat mengenal mengenal pakaian adat sebagaimana yang

dilakukan oleh Taman Kanak-Kanak Budi Dharma sebagai berikut:

Gambar

Mengenal Pakaian Adat

Page 95: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

95

Dari gambar tersebut menjelaskan bahwa kegiatan mengenal pakaian

adat diaktualisasikan pada perayaan hari kartini. Nampak kepala

sekolah yang merupakan non musim berpakaian adat dengan rambut

berhijab. Perayaan kartini diperingati dengan pawai sekolah mengelili

sekitar sekolah sehingga selain mengenalkan eksistensi sekolah

kepada masyarakat juga dapat memperdalam cinta anak kepada

pemberian atau anugrah Tuhan berupa perbedaan sehingga dengan

banyaknya ragam pakaian adat nampak indah.

3) Penilaian

Selanjutnya penilaian pembelajaran multikutural dalam bentuk penilaian

atau hasil karya peserta didik. Penilaian pada Taman Kanak-Kanak Budi

Dharma belum memusatkan pada proses kegiatan, namun hanya mengacu

pada aspek perkembangan yang mana kegiatan pembelajaran multikultural

banyak yang tidak terlukis pada aspek perkembangan. Bentuk penilaian

yang dilakukan Taman Kanak-Kanak Budi Dharma berupa pemberian

bintang. Dalam prakteknya, sistem penilaian berupa bintang yang

diberikan oleh para pendidik yang ada di tangan ataupun buku kerja

peserta didik, kebanyakan hanyalah dipakai untuk menumbuhkan

semangat yang berkesinambungan dalam belajar mengetahui,

memahami, dan mengerjakan suatu hal yang baru atau yang sering

dilakukan. Peserta didik yang berada dalam ranah ini memerlukan

bimbingan pendidik untuk melakukan setiap kegiatan yang ada di

dalam ataupun diluar kelas. Sehingga tanda bintang merupakan

Page 96: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

96

jembatan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih

giat lagi dalam belajar. Pemberian tanda pada buku kerja yang

langsung diberikan kepada peserta didik lebih bagus dari kenyataannya.

Maksudnya disini adalah banyak atau sedikit bintang yang diperoleh

bukanlah hasil asli dari sistem penilaian pendidik dalam ranah kanak-

kanak. Karena pendidik memiliki catatan tersendiri hasil penilaian yang

asli, yakni berupa SKH. Pemberian nilai yang dicatat dalam buku SKH

yakni Satuan Kegiatan Harian. Yang mana didalamnya terdapat

laporan hasil penilaian pendidik secara bertahap terhadap satu persatu

atas perkembangan kemampuan peserta didiknya melalui indikator

kegiatan belajar setiap harinya

3. Gambaran nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

Nilai multikultural yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Budi

Dharma sebagaimana tertera pada pelaksaannya yang termuat pada

deskripsi nilai atau kompetensi inti yang diturunkan pada kompetensi

dasar dan dijelaskan secara rinci pada indikator. Deskripsi nilai yang

termuat adalah:

a. Kemampuan untuk selalu bergembira, rajin dan giat, energik, disiplin

dan sukacita dalam setiap karya yang ditugaskan.

Kompetensi dasar yang dijelaskan adalah:

1) Bergembira

Page 97: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

97

Untuk melakukan gembira ini dilakukan dengan memberi senyum,

sapa, salam, sopan santun, sentuh (5S); menyanyikan lagu anak

dengan gembira; menceritakan pengalaman berlibur; menceritakan

pengalaman yang dialaminya dalam keluarga; menceritakan

pengalaman yang baru dialaminya; bergembira menerima tugas;

melakukan senam dengan gembira; menirukan suara binatang

kesayangan dengan gembira; bertepuk tangan variasi; menjawab

atau merespon pertanyaan.

2) Rajin dan giat

Untuk melakukan rajin dan giat ini dilakukan dengan merapikan

alat permainan; melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain;

berani pergi dan pulang sekolah sendiri bagi yang rumahnya dekat;

rajin datang sekolah; merapikan peralatan makan selesai makan;

menyiram bunga sekali seminggu; terlbat langsung dalam kegiatan

sains; merapikan alat tulis setelah dipakai; membuat berbagai

bentuk dari plastisin, melipat kertas sesuai dengan petunjuk;

menyimpan perlengkapan sekolah sesuai dengan tempatnya;

mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna;

memecahkan masalah sederhana

3) Energik

Untuk melakukan energik ini dilakukan dengan memainkan semua

permainan outdoor; menirukan gerakan binatang; menirukan

gerakan pohon yang ditiup; menirukan gerakan pesawat terbang;

Page 98: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

98

merapikan kursi selesai kegiatan; melempar dan menangkap bola;

berlari seimbang; merangkak dan merayap; berjalan di atas papan

titian dengans seimbang; menggerakkan badan sesuai irama.

4) Disiplin

Untuk melakukan disiplin ini dilakukan dengan hadir tepat waktu;

menyelesaikan tugas sesuai waktu; membawa alat sekolah;

mengikuti kegiatan baris dengan tertib; mengikuti upacara bendera

dengan tertib; berpakaian rapi sesuai jadwal; minta ijin ke kamar

mandi; menyiram kamar mandi setelah menggunakan, membuat

tanda salib sebelum dan sesudah doa, mengikuti aturan permainan.

5) Suka cita

Untuk melakukan suka cita ini dilakukan dengan bersuka cita

dengan hasil karya sendiri; merayakan hari besar keagamaan;

merayakan hari pelindung sekolah; menyimah cerita keagamaan;

mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang diterima; memberi

pujian kepada teman; menjawab salam dengan semangat;

menggunakan barang yang dimiliki dengan syukur; melakukan

gerak dan lagu.

6) Cinta kasih

Untuk melakukan cinta kasih ini dilakukan dengan membiasakan

diri membagikan makanan kepada teman; peduli pada orang kecil;

menyayangi sahabat; menghormati yang lebih tua; menolong

teman yang terjatuh; memberi motivasi; memberi kado ulang tahun

Page 99: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

99

kepada teman; menerima teman yang berkebutuhan khusus;

mengucapkan selamat kepada kawan yang ulang tahun; peduli

kepada yang lanjut usia. Adapun cerita dari guru mengenai kasih

sayang terhadap tanaman adalah:

“anak-anak, Tuhan itu menciptkan makhluk hidup tidak hanya

manusia, akan tetapi Tuhan menciptakan hewan, tumbuhan

dan segala macam yang ada di bumi, kita sebagai manusia

harus menyayangi semuanya. Begitu juga kita harus

menyayangi tumbuhan, kita tidak boleh menebang pohon

secara bebas, tidak boleh mencabut atau memotong tanaman

seenaknya saja, karena apa? tumbuhan itu sangat bermanfaat

loh buat kita, karena tumbuhan itu banyak menyimpan air dan

masih banyak lagi manfaatnya.”98

7) Ramah

Untuk melakukan ramah ini dilakukan dengan menunjukkan sikap

ramah; menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah; mengajak

teman untuk bermain; berkomunikasi dengan orang yang ditemui;

menyapa lebih dulu; meminta tolong dengan sopan; menyapa

dengan senyum; menyambut kedatangan teman; menyapa guru di

mana saja; mengungkapkan pendapatnya secara terbuka.

Yang mana nilai tersebut dalam istilah Taman Kanak-Kanak Budi

Dharma adalah pransiskan atau cinta kasih. Nilai tersebut diajarkan

setiap hari di sekolah yang diaktualisasikan hingga di rumah.

Saling menebar cinta kasih bukan hanya kepada teman yang

seagama namun juga kepada yang lainnya. Sebagaimana kegiatan

halal bi halal yang mana merupakan hari perayaan kemenangan

98Wawancara dengan kepala sekolah

Page 100: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

100

orang muslim dengan cara membersihkan diri. Kegiatan tersebut

sebagaimana berikut:

Gambar

Halal Bi Halal

Kegiatan halal bi halal dilakukan untuk mengajarka sikap saling

mengasihi atau cinta kasih terhadap sesama dan kegiatan tersebut

untuk mengembangkan aspek moral agama anak, sosial serta

emosional anak.

b. Kemampuan untuk mengutamakan dan meninggikan kaum papa dan

semua makhluk dengan cinta kasih, ramah, bersaudara, dan pembawa

damai serta bertoleransi. Kompetensi dasar nilai tesebut adalah:

1) Bersaudara

Page 101: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

101

Untuk melakukan rasa bersaudara ini dilakukan dengan bermain

dengan semua teman; membuang sampah pada tempatnya;

menyayangi tanaman; bekerja sama dengan teman; menyayangi

binatang; mendengarkan dan memperhatikan teman bicara;

menanam tanaman di lingkungan sekolah; merawat tanaman di

lingkungan sekolah

2) Membawa damai

Untuk melakukan membawa damai ini adalah dengan memberi

maaf kepada teman yang bersalah; mendamaikan teman yang

berselisih; berbahasa santun dalam berbicara; minta maaf ketika

bersalah; melerai teman yang berkelahi; menasehati teman yang

bersalah; mengucapkan syair tentang damai; menyayikan lagu

damai, menyampaikan salam damai; senang berbagi senyum

3) Toleransi

Untuk melakukan toleransi ini adalah dengan menolong orang

yang membutuhkan; menghargai perbedaan jenis rambut;

menghargai perbedaan tarian dari setiap suku; menghargai

perbedaan suku, agam, warna kulit, bahasa, menghibur teman yang

sedih; bergembira dengan teman yang bergembira; gotong royong.

Adapun cerita dari guru mengenai toleransi adalah:

“anak-anak pada hari ini ibu akan menceritakan tentang

banyaknya agama-agama yang ada di Indonesia, yaitu

diantaranya adalah: ada agama islam, hindu, budha, konhuchu,

kristen dan katolik. Dengan banyak nya agama yang ada, kita

tidak boleh saling bermusuhan, bahkan kita tetap harus saling

mengasihi, menyayangi dan saling melindungi. Misalnya pada

Page 102: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

102

suatu hari annisa (islam), afri (kristen). Annisa ini jalan-jalan

denga afri, ketika ditengah perjalanan itu annisa harus

melakukan ibadah solat, maka afri harus memberikan waktu

kepada annsia untuk melakukan ibadah terlebih dahulu. Tidak

boleh afri dengan egois tidak memberikan ijin kepada annisa

untuk beribadah.”99

Nilai tersebut dalam istilah non muslim adalah fraternitas atau

persaudaraan. Persaudaraan yang dilakukan dalam kesehariannya

adalah dengan berjabat tangan diiringi dengan persaudaraan (jabat

tangan dua kali dengan erat). Selain itu nilai fraternitas ini

dilakukan sebagaimana gambar berikut:

Gambar

Kegiatan Paskah

Kegiatan perayaan Paskah merupakan hari raya umat Kristiani

yang merayakan kebangkitan Yesus. Sebagaimana yang dijelaskan

oleh kepala sekolah bahwa Kitab orang kristen adalah Injil, di

dalam Injil dielaskan bahwa Yesus mati di kayu salib pada hari

99Wawancara dengan BU Erni

Page 103: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

103

Jumat Agung dan hidup kembali tiga hari kemudian. Paskah

dirayakan pada tanggal yang berbeda setiap tahun, antara 21 Maret

dan 25 April, tergantung pada kapan ada bulan purnama di musim

semi. Berkaitan dengan itu, terdapat beberapa tradisi modern yang

umum dilakukan. Seperti banyak orang mungkin sibuk memakan

telur cokelat di Paskah, tapi awalnya memakan telur tidak

diizinkan oleh gereja selama seminggu menjelang Paskah (dikenal

sebagai Pekan Suci). Sebagaimana yang dilakukan di Taman

Kanak-Kanak Budi Dharma yaitu menghias telur. Jadi telur-telur

yang diletakkan pekan itu disimpan dan dihiasi untuk membuat

mereka sebagai 'telur Pekan Suci', untuk kemudian diberikan

kepada anak-anak sebagai hadiah. Selain itu, anak-anak bersama-

sama menghias telur tersebut, sebagaimana gambar berikut:

Gambar

Menghias Telur Paskah

Page 104: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

104

Dari gambar tersebut, selain dapat menghargai suatu perayaan

agama lain, dapat mengembangkan aspek sosial emosial yang

mana anak dapat berinteraksi secara langsung perayaan kawan

yang beda agama, dapat mengembangkan kognitif sebagaimana

proses anak dalam menghias telur, dapat mengembangkan seni

sebagaimana karya hias yang dilakukan anak, dapat

mengembangkan moral agama seperti merayakan hari besar

keagamaan.

c. Kemampuan untuk melakukan doa, pertobatan, hidup sederhana,

rendah hati, tulus, matiraga, rela, berkorban, kejujuran, tanpa pamrih

sebagai dasar hidup setiap orang. Kompetensi dasar dari nilai tersebut

adalah:

1) Doa

Untuk melakukan doa ini adalah dengan berdoa sebelum dan

sesudah kegiatan; mendoakan teman; mengucapkan doa “O Roh

Kudus”, mendoakan doa pokok katolik (Bapa Kami, salam maria,

kemuliaan); mengikuti ibadah dengan tertib; berani memimpin

doa; menyanyikan lagi rohani’ berdoa sebelum dan sesudah

makan.

2) Pertobatan

Untuk melakukan pertobatan ini adalah dengan mengakui

kesalahan; membedakan perbuatan baik dan buruk; menyayangi

Page 105: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

105

teman; semakin bergembira datang ke sekolah; semakin berani

tampil di depan kelas; semakin menyayangi teman; semakin

menunjukkan sikap sopan; semakin jujur; semakin mampu

menggunakan bahasa indonesia yang baik; semakin mau

mendengarkan.

3) Hidup sederhana

Untuk melakukan hidup sederhana ini adalah dengan mau

melepaskan perhiasan pada jam sekolah; memakai fasilitas yang

disediakan sekolah; memakan makanan tanpa sisa; mau

melepaskan asesoris pada jam sekolah; menerima pemberian apa

adanya; merayakan ulang tahun dengan sederhana; gemar

menabung; cermat dan teliti; hemat.

4) Rendah hati

Untuk melakukan rendah hati ini adalah dengan berani meminta

yang dibutuhkan; menerima masukan dari sesama; menerima

kekalahan; meminta ijin bila menggunakan milik orang lain;

berteman dengan semua orang; menerima kegagalan pada saat

bermain; membahagiakan orang lain’ melayani teman (membagi

dan mengumpulkan buku, krayonn); menunjukkan rasa bangga atas

keberhasilannya; menunjukkan sikap optimis.

5) Tulus

Untuk melakukan tulus ini adalah dengan memberi kolekte saat

ibadah; menyayangi yang lebih muda; menghormati orang yang

Page 106: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

106

lebih tua; membantu teman berhitung; membantu teman menulis;

membantu teman mewarnai; mendengarkan dengan sepenuh hati;

berbicara dengan lemah lembut; menunjukkan empati kepada

teman; memunculkan ide baru.

6) Mati raga

Untuk melakukan mati raga ini adalah dengan bersabar menunggu

giliran; berani berkata cukup (porsi permainan); menahan diri

untuk tidak bermain pada saat cuaca tidak mendukung;

mengungkap emosi secara wajar; membawa makanan yang diolah

di rumah; berani berkata cukup dalam bermain; memberi

kesempatan kepada teman untuk menggunakan permainan;

menahan diri tidak membawa mainan dari rumah menahan diri

untuk tidak meminta dibelikan mainan berlebihan

7) Rela berkorban

Untuk melakukan rela berkorban ini adalah dengan berbagi

permainan; memberi miliknya dengan senang hati; melakukan

perintah guru dengan sukarela; mengumpulkan aksi puasa; suka

menolong; mendahulukan teman pada saat antri; mengantar teman

ke kamar mandi; memungut sampah yang bukan miliknya; mau

mengalah; mengunjungi teman yang sakit

8) Kejujuran

Untuk melakukan kejujuran ini adalah dengan menyampaikan

masalahnya kepada guru; mengembalikan barang yang bukan

Page 107: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

107

miliknya; menyampaikan informasi yang benar; melaksanakan

tugas dengan jujur; menyerahkan tabungan sebesar yang diberikan

orang tuanya; menghargai diri sendiri (memelihara kesehatan);

memiliki sikap ingin tahu; mengekspresikan perasaan; bangga

dengan kelebihan dan menerima kekurangan (bakat); bangga

dengan kelebihan dan menerima kekurangan (fisik)

9) Tanpa pamrih

Untuk melakukan tanpa pamrih ini adalah dengan membagi

makanan kepada teman; menyumbang pakaian layak pakai;

menolong teman mengikatkan tali sepatu; memberi sumbangan

kepada korban bencana; memberi sumbangan kepada orang tua

yang meninggal.

Nilai tersebut dalam istilah Taman Kanak-Kanak Budi Dharma

adalah adalah dina atau pengabdian. Nilai Dina dapat

diinterpretasikan dengan melakukan minta maaf karena prakteknya

adalah pertaubatan dengan tidak mengulangi kesalahan.

Pertaubatan dilakukan dengan mengakui kesalahan dan minta maaf

kepada oang yang disalahin. Nilai dina juga dapat terekspresikan

dengan melepaskan keinginan duniawi seperti pesan guru kepada

anak untuk tidak meminta kepada orang tua untuk membelikan

mainan yang tidak ada manfaatnya.

Page 108: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

108

4. Gambara hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan

anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh

Tengah

Hasil penerapan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak

budi Dharma, menurut salah satu orang tua bahwa hasil dari yang sudah

diajarkan pihak sekolah adalah:

“Baik, anak saya bergaul dengan tetangga tanpa minder. Awalnya

anak saya enggan berteman dengan anak tetangga karena nampak wajah

kami adalah chines sehingga anak tetangga takut, dengan melihat

keramahan anak saya akhirnya anak saya bisa bersosialisasi dengan

tetangga, hal tersebut ya adanya perubahan dari sekolah di Budi

Dharma.”.100

Berdasarkan analisis tersebut bahwa dalam pembelajaran multikultural

di Taman Kanak-Kanak budi Dharma menggunakan cakupan

perkembangan yang dijadikan acuan yaitu aspek perkembangan kognitif,

fisik-motorik, sosial emosional, bahasa serta seni. Secara rinci, berikut

adalah penjelasan aspek-aspek yang berkembang yang berkaitan dengan

pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma.

a) Moral Agama. Aspek ini berkembang dengan dilakukannya kegiatan

yang mempunyai nilai-nilai sesuai agama masing-masing.

b) Kognitif. Aspek ini berkembang dengan dilakukannya kegiatan proses

mewarnai gambar saat materi cerita tentang kisah nabi, mengungkap

arti bersatu, membedakan muslim dan non muslim, belajar

menghitung, mengungkap nama agama, nama tempat ibadah,

100 Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September 2018

pukul 08.00. WIB

Page 109: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

109

c) Fisik-motorik. Aktifitas untuk pengembangan fisik-motorik adalah

mewarnai dengan koordinasi tangan halus, mengekspresikan kisah

nabi dengan kontekstual sekitar, membuat bentuk rumah ibadah,

menulis, gerakan praktik ibadah.

d) Bahasa. Kegiatan pengembangan bahasa ditunjang dengan keberanian

bercerita di depan teman tentang macam perbedaan, penambahan kosa

kata, mendengar cerita dengan seksama tentang kisah nabi, tentang

Tuhan.

e) Sosio-emosional. Kegiatan ini meliputi memilih kegiatan sentra

dengan sendiri, ekspresi tidak menangis karena beda agama, bermain

bersama dengan sesama tanpa membedakan, berinteraksi dengan

sesame

f) Seni. Pengembangan seni dilakukan dengan aktivitas kolase gambar

rumah ibadah, melukis gambar ciptaan Tuhan, menggunting bentuk.

Pada saat penerapan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-

Kanak budi Dharma terkadang ada sebagian anak yang kurang merespon

selama pembelajaran, seperti yang dikatakan oleh pendidik bahwa:

“Banyak sekali kendala yang ada, misalnya tidak memasukkan materi

semua agama, hanya sebatas muslim dan non muslim, walaupun di

sekolah ini masing banyaknya unsur keagamaan karena batas dari SDM

yang tidak ada guru non muslim selain kepala sekolah. Kendala lain

adalah karena kemampuan anak dalam menerima pengetahuan tentang

multikultural masih dalam taraf usia mereka, oleh karenanya butuh waktu

untuk memberi pemahaman kepada mereka. Selain itu adanya sikap dan

perilaku anak yang beragam. 101

101 Wawancara dengan Bu Sovia pada 23 Agustus 2018 pukul 09.00. WIB

Page 110: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

110

Faktor tersebut menjadi ketidakkondusifan pembelajaran multikultural

di Taman Kanak-Kanak budi Dharma, sehingga harapannya kurang

maksimal, oleh karena itu pendidik menggunakan cara lain yaitu

menggunakan metode yang lain, misal dengan tepuk, lagu, serta lebih

mengajak anak pada praktiknya. Hal tersebut senada dengan ungkapan:

“Karena terbatasnya waktu dan SDM, kami jadikan satu semua ragam

anak setiap hari senin sampai kamis, sedangkan untuk hari jumat fokus

pada keagamaan muslim dan non muslim sehingga anak non muslim

bersama saya belajar tentang ketuhanan yang di mulai dari penciptaan

sesuai dengan tema. Lebih mengajak anak pada praktiknya maksudnya

bersyukur dengan mengasihi sesama. Selalu belajar memahami anak

(bahasanya, kebutuhannya, kondisinya), serta memberi pengetahuan

kepada anak dengan berbagai ragam cara karena anak sangat unik.”102

Selanjutnya proses evaluasi perkembangan anak setelah menerapkan

pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma adalah

dengan menggunakan lembar ceklish dan penilaian dengan observasi, yang

kemudian direkapitulasi dalam laporan penilaian.103 Terkait dengan

perkembangan putra-putrinya, seorang orang tua menuturkan bahwa

dengan mengikuti pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak

budi Dharma, anak menjadi tahu tindakan praktik doa ketika dalam

pembelajaran dan anak tidak main-main dengan agama misal yang non

muslim harus pura-pura bersikap muslim dan sebaliknya.104 Pendapat lain

dari salah satu orangtua mengatakan bahwa setelah mengikuti

pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma

102Wawancara dengan Bu Erni pada 23 Agustus 2018 pukul 09.00. WIB 103 WIB Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September

2018 pukul 08.00. WIB 104WIB Wawancara dengan Ibu Anik, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September

2018 pukul 08.00. WIB

Page 111: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

111

perkembangan anak saya menjadi baik, anak saya tidak takut berteman

dengan keadaan minoritas.105

Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa pembelajaran

multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma mempunyai dampak

pada bertambahnya pengetahuan. Pendapat lain mengatakan bahwa anak

saya juga melantunkan lagu dengan bahasa arab, bahkan anak-anak

mengetahui doa-doa muslim.106 Hal tersebut menjadikan muncunya tindak

protes orang tua kepada pihak sekolah, terkait musabab anak diajari doa

muslim. Kepala sekolah menyampaikan bahwa kondisi sekolah mayoritas

adalah muslim dan anak sangat mudah meresapi apa yang didengar dan

dilihat, sekolah juga mengajari cara berdoa bagi anak non muslim dan

anak muslim juga tau cara anak non muslim berdoa, jadi hanya satu yang

usung yaitu toleransi.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penting memberikan

pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma kepada

anak sejak dini karena mereka yang menjadi generasi penerus yang akan

melanjutkan pengetahuan ini pada generasi berikutnya.

105WIB Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September

2018 pukul 09.00. WIB 106WIB Wawancara dengan Ibu Rahma, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September

2018 pukul 10.00. WIB

Page 112: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

112

B. Pembahasan dalam Penelitian

1. Pembahasan Implementasi Pembelajaran Multikultural Di Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

Keragaman merupakan realitas kehidupan dalam kehidupan sehari-

hari yang hadir tanpa ada rekayasa sebagai kehendak tuhan yang tidak bisa

ditolak. Dalam keragaman tersebut, terkandung potensi besar yang menjadi

kekayaan di tengah masyarakat. Tetapi jika tidak ada perawatan, keragaman

itu berpulang memunculkan konflik. Pembelajaran multikultural ini didirikan

dengan tujuan memfasilitasi anak menjadi cerdas, ceria, cemerlang melalui

pendidikan yang menyenangkan dan menghargai keunikan anak, berdasar

pada nilai-nilai universal Ketuhanan YME dan keragaman budaya. Lembaga

ini mendorong tumbuhnya penghargaan dan penghormatan anak atas

kebegaraman kepercayaan dan kebudayaan yang ada. Dalam menjalankan

program pembelajaran multikultural, dengan memberi muatan nilai-nilai

agama atau kepercayaan tertentu. Taman Kanak-Kanak Budidharma

menanamkan nilai-nilai universal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan secara

umum memperkenalkan anak pada makna perayaan hari besar berbagai

agama. Taman Kanak-Kanak Budidharma mengajak anak untuk menghormati

perayaan Hari Besar Agama, misalnya menghias telur Paskah. Kebijakan

yang sudah dijalankan terkait keberagaman agama. Seperti halnya

memperingati hari paskah (hari kebangkitan tuhan yesus yang wafat pada hari

jum’at agung), hari natal (hari lahirnya Tuhan Yesus), hari waisak serta hari

raya imlek untuk anak yang beraga budha, serta hari raya aidul fitri, hari raya

Page 113: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

113

aidul adha, maulid nabi muhammad saw, serta bulan ramadhan. Dari hari

besar agama-agama tersebut sekolah membuat kebijakan libur untuk

menghargai hari besar semua agama-agama yang ada di Taman Kanak-Kanak

Budi Dharma. Tidak hanya itu yayasan juga ikut merayakan dengan semua

anak untuk menghargai hari natal, imlek, maulid nabi, hari raya aidul fitri dan

hari besar lainnya untuk dirayakan di sekolah, serta anak-anak saling

memberikan selamat dan bersalaman.

Adapun penerapan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-

Kanak Budidharma adalah melalui Penanaman Nilai Nurani (values of bieng),

Nilai Memberi (values of giving) dan melalui perayaan-perayaan hari besar

keagamaan yang ada di dunia. Dengan pembelajaran multikultural di Taman

Kanak-Kanak Budidharma ini maka akan tercipta persahabatan antar anak-

anak yang beraneka ragam, budaya, agama, ras dan suku, menumbuhkan tata

nilai, mengembangkan sikap saling memahami, saling mengerti, saling

empati, saling simpati dan saling bertoleransi. Dengan adanya sebuah

perbedaan anak-anak akan lebih bisa memahami dan bisa bergaul dengan

baik nantinya ketika dalam masyarakat atau dunia yang sesungguhnya dengan

banyaknya sebuah perbedaan. Ketika anak sejak dini sudah diajarkan sikap

saling menerima, saling memahami, saling cinta kasih, saling menyayangi,

maka anak akan terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu dengan segala

perbedaan.

Dalam prinsipnya Taman Kanak-Kanak Budi Dharma tidak

menekankan untuk pembelajaran agama, namun lebih kepada prinsip umum

Page 114: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

114

pendidikan. Kerjasama serta komunikasi guru yang diterapkan memberikan

contoh kecil terhadap peserta didik untuk bersosial dengan teman-teman yang

berbeda agama dengannya. Dalam penyampaian pengetahuan mengenai

pembelajaran multikultural, pendidik memberikan kosa kata kepada anak

supaya meningkat kosa katanya dan mengenalkan nama-nama yang terdapat

pada apa yang diberikan pada anak.107 Nasution mengungkapan “either we

lead the children through knowlegde of names to that of things or else

through knowlegde of things to that names.108 Implementasi pembelajaran di

Taman Kanak-Kanak Budi Dharma dilakukan dengan membuat perencanaan,

melaksanakan perencanaan dan mengevaluasi pelaksanaan. Implementasi

pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman

Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah melalui integrasi nilai-

nilai multikultural. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran

multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak

Budidharma adalah perencanaan dengan melakukan pembuatan Rencana

Kegaiatan Harian (RKH). Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma dilakukan

dengan menyanyi dan tepuk, cerita, metode bercakap-cakap dan bermain

peran karena dengan agar anak mudah menyerap dan mengerti bahkan mudah

dihafalkan. Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan

anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma juga telah mencakup

107Wawancara dengan Ibu Erni, Guru Taman Kanak-Kanak Budi Dharma pada 10

Oktober 2018 pukul 08.20. WIB 108 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bumi Aksara; Jakarta, 1995), hlm. 112

Page 115: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

115

semua aspek perkembangan anak yaitu kognotif, moral agama, fisik-motorik,

sosio-emosional, bahasa dan seni.

Proses pelaksanaan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-

Kanak budi Dharma tersebut walaupun sudah dimasukkan pada kurikulum

namun masih pada pengenalan karena nilai multikultural dapat disampaikan

pada semua tema. Jika lembaga pendidikan yang ingin mengenalkan

pembelajaran multikultural secara total, masalah tersebut bisa diatasi dengan

cara penyusunan RKH yang dimasukkan unsu nilai multikultural yang

termaktub pada aspek perkembangan moral agama, kognitif, sosial

emosional, fisik motorik, seni. Proses penerapan pembelajaran multikultural

supaya anak mengerti serta memahami tentang perbedaan. Dengan

pembelajaran multikultural akan terwujud empat pilar pendidikan dengan

tahapan belajar mengenal tentang multikultural (learning to know), anak-anak

bisa diajak untuk melakukan bersikap nilai-nilai multikultural (learning to

do) langsung, anak-anak digerakkan untuk belajar menjadi (learning to be)

orang yang siap menghadapi perbedaan, dan dihidupkan minatnya untuk

belajar hidup bersama (learning to live toghether) dalam perbedaan.109

Pembelajaran multikultural yang dilakukan oleh Taman Kanak-Kanak Budi

Dharma bisa menjadi teladan bagi pengembangan pendidikan anak di

Indonesia karena anak merupakan penerus bangsa dengan berbekal nilai

multikultural, maka dampak konflik bisa diminimalisir. Cara seperti ini bisa

menjadi stimulasi untuk anak supaya tidak menjadi orang yang egois.

109 Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21

(Yogyakarta: Safiria Insani Press bekerja sama dengan MSI UII, 2004), hlm. 132-135.

Page 116: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

116

Pembelajaran multikultural tidak harus dilaksanakan sebagai kegiatan

pelajaran yang tersendiri, dimaksudkan bahwa proses pembelajaran antar

kelompok, tema dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai standar

kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran bisa ditentukan

pada pijakan sebelum main, saat main atau setelah main. Dalam membangun

pengetahuan, guru membantu anak cara membangun pemahaman. Dalam hal

ini, Bank memberi level dalam membangun pengetahuan, pertama

pendekatan kontribusi yang berfokus pada unsur budaya. Kedua adalah

pendekatan tambahan yang mana tema yang menjadi fokus tujuan

diinterasikan dalam kurikulum tanpa mengubah esensi isi kurikulum. Ketiga,

tingkat transformasi yang mana anak mampu memahami isi jika kurikulum

dirubah dengan memasukkan ragam perbedaan. Keempat, pendekatan aksi

sosial yang mana mewajibkan bagi anak untuk menerapkan materi

sebelumnya sehingga mampu membuat keputusan dalam menyelesaikan

masalah sosial.

2. Pembahasan nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

Nilai multikultural yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Budi

Dharma seperti nilai pransiskan yaitu sikap cinta kasih. Aktualisasi nilai

pransiskan yaitu ajin dan giat, bergembira, energik, disiplin, suka cita, cinta

kasih, ramah. Selain itu menerapkan nilai praternitas yaitu persaudaraan

seperti bersaudara, membawa damai dan toleransi. Nilai dina merupakan

Page 117: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

117

sikap pengabdian diri sebagai hamba sebagaimana kegiatan doa, pertobatan,

hidup sederhana, rendah hati, tulus, mati raga, rela berkorban, kejujuran,

tanpa pamrih. Kegiatan tersebut tidak terlepas dari nilai yang bersifat positif

sehingga muncul keterlibatan aktif untuk menjaga perbedaan menjadi suatu

yang bernilai positif, bermanfaat dan menghasilkan kesejahteraan serta

kebajikan. nilai praternitas menimbulkan pengakuan bahwa dalam agama

lain terdapat unsur kebenaran seperti kebenaran-kebenaran yang bersifat

subtansial dan universal. Ketiga, adanya sikap toleransi dan saling

menghargai.110 Materi yang mempunyai nilai terintegrasi dengan konten serta

mempunyai fokus tentang cara guru menggunakan contoh dan informasi dari

beragam budaya sebagai sarana dalam mendukung suatu rencana atau konsep.

Contoh dalam aktualisasi pembelajaran multikultural adalah mencantumkan

nilai-nilai multikultural dalam sebuah kurikulum dengan basis tematik.

Kurikulum memiliki materi yang beragam, sehingga nilai multikultural

diintegrasikan pada tiap materi yang termuat dalam kurikulum. Setiap tema

yang diturunkan pada sub tema dintegrasikan dengan nilai multikultural.

Tujuan pengintegrasian ini untuk menciptakan kesadaran budaya yang

berbeda.111

110Nur Khaliq Ridwan, Pluralisme Borjuis: Kritik atas Pluralisme Cak Nur (Yogyakarta:

Galang Press, 2002), hlm. 77. 111 Quinita Ogletree, Patricia J. Larke, Implementing Multicultural Practices in Early

Childhood Education, National Forum of Multicultural Issues Journal, hal.3-5.

Page 118: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

118

3. Pembahasan hasil pembelajaran multikultural di lembaga

pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma

Kabupaten Aceh Tengah

Aktivitas yang diimplementasikan guru untuk mengeliminasi

pandangan negatif dan stereotif terhadap orang lain, pihak sekolah

mengurangi stereotip dan prasangka sehingga tumbuh sikap demokrasi, nilai

dan perilaku dengan memahami anak didik. Contohnya guru mengambil

tindakan ketika mendengar atau melihat stereotipe. Hasil pembelajaran

multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak

Budidharma Kabupaten Aceh Tengah sebagian besar anak mampu

menerapkan nilai multikultural mulai dari kegiatan di sekolah hingga

teraplikasikan di rumah. Hasil selanjutnya dapat dikatakan bahwa anak yang

jumlahnya sedikit tidak minder dengan jumlah kawan yang banyak.

Modifikasi proses pengarahan dengan memasukkan materi dan strategi

pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun perempuan dan

untuk semua kelompok etnis. Sekolah sebagai struktur budaya karena muncul

interaksi antar berbagai pihak. Dimensi ini untuk memperdayakan budaya

anak yang dibawa ke sekolah yang bersasal dari kelompok yang berbeda.

Analisis tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran multikultural di Taman

Kanak-Kanak budi Dharma menggunakan cakupan perkembangan yang

dijadikan acuan yaitu aspek perkembangan kognitif, fisik-motorik, sosial

emosional, bahasa serta seni. Dalam implementasinya, nilai-nilai

multikultural juga dilandasi oleh sikap toleransi. Toleransi sendiri merupakan

sikap untuk menghargai dan menghormati keyakinan dan perilaku yang

Page 119: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

119

dimiliki oleh orang lain.112 Oleh sebab itu, semangat toleransi merupakan

modal yang dapat membangun sebuah bangunan sosial. Kesediaan untuk

saling menerima dalam perbedaan Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah

tugas bersama yang harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata.113

112Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,

hlm. 153. 113Moh. Yamin dan Vivi Aulis, Meretas Pendidikan Toleransi, hlm. 33-34.

Page 120: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

120

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah

melalui integrasi nilai-nilai multikultural. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma adalah perencanaan

dengan melakukan pembuatan Rencana Kegaiatan Harian (RKH).

Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia

dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma dilakukan dengan menyanyi

dan tepuk, cerita, metode bercakap-cakap dan bermain peran karena

dengan agar anak mudah menyerap dan mengerti bahkan mudah

dihafalkan. Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan

anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma juga telah mencakup

semua aspek perkembangan anak yaitu kognotif, moral agama, fisik-

motorik, sosio-emosional, bahasa dan seni

2. Nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak

usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah

adalah seperti nilai pransiskan yaitu sikap cinta kasih. Aktualisasi nilai

pransiskan yaitu ajin dan giat, bergembira, energik, disiplin, suka cita,

cinta kasih, ramah. Selain itu menerapkan nilai praternitas yaitu

persaudaraan seperti bersaudara, membawa damai dan toleransi. Nilai

Page 121: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

121

dina merupakan sikap pengabdian diri sebagai hamba sebagaimana

kegiatan doa, pertobatan, hidup sederhana, rendah hati, tulus, mati raga,

rela berkorban, kejujuran, tanpa pamrih.

3. Hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di

Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah sebagian

besar anak mampu menerapkan nilai multikultural mulai dari kegiatan di

sekolah hingga teraplikasikan di rumah. Hasil selanjutnya dapat dikatakan

bahwa anak yang jumlahnya sedikit tidak minder dengan jumlah kawan

yang banyak.

B. Saran

Untuk memasukkan nilai multikultural tidak semua ranah agama tersentuh,

hanya sebatas muslim dan non muslim. Non muslim tersebut tidak hanya

terpaku pada agama kristen atau katolik namun terdapat anak yang berlatar

belakang budha sehingga cara meningkatkan moral anak tersebut masih

terpaku pada aspek perkembangan anak. Sarannya, memberikan cara spesifik

bagi agama masing-masing anak.

Page 122: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

122

BIBLIOGRAFI

Barbara A.Lewis, Stand For? For Teens: A Guide to Building Character,

Minneapolis: Free Spirit Publishing, 2005.

Kansil, C.S.T. dan S.T Kansil, C. Modul Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:

PT. Pradnya Paramita, 2006

Gina Lestari, Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di

Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Nomor 1, Pebruari 2015

Tan, M. G. Etnis Tionghoa di Indonesia (Kumpulan tulisan). Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2008, hSujanto, B. Pemahaman Kembali Makna

Bhineka Tunggal Ika (Persaudaraan dalam kemajemukan. Jakarta:

Sagung Seto, 2009, hal.90 1Azra, A. “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif

Multikulturalisme”. Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas

dan Modernitas, (Bogor: Brighten Press. Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 62 1Mahfud, C., Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), hal. 103 1Tilaar, H. A. R. Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa

Indonesia,( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal 33 1 Hana Panggabean, KearifanLokalKeunggulan Global: CakrawalaBaru di

Era Globalisasi, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2014), 85-93. 1 Rafael Edy Bos kodan Rifa’I Abdul, Kebebasan Beragama atau

Berkeyakinan: Seberapa Jauh?, diterjemahkan dari Facilitating Fredoom of

Religion or Belief: A Deskbook, Tore Lindholm, W. Cole Durham Jr., Bahia G.

Tahzib-Lie, (Yogyakarta: Kanisius: 2010), 1Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,

(Jakarta, Erlangga, tt), hal. 8 1 Dimensi studi islam kontemporer (Jakarta, Kencana, 2017), hal.152

1 Dimensi studi islam kontemporer (Jakarta, Kencana, 2017), hal.153

1 Hamka haq, al-syathibi: aspek teologis konsep mashlahah dalam kitab al-

muwafaqat (Jakarta: Erlangga, 2007), 105-106 1 Rafael EdyBoskodanRifa’I Abdul,

KebebasanBeragamaatauBerkeyakinan: SeberapaJauh?,

diterjemahkandariFacilitating Fredoom of Religion or Belief: A Deskbook, Tore

Lindholm, W. Cole Durham Jr., Bahia G. Tahzib-Lie, (Yogyakarta: Kanisius:

2010), 1ZakiyuddinBaidhawy, Pendidikan Agama BerwawasanMultikultural,

(Jakarta, Erlangga, tt), hal. 8 1 Hana Panggabean, KearifanLokalKeunggulan Global: CakrawalaBaru di

Era Globalisasi, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2014), 85-93. 1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1961 Tentang

Perguruan Tinggi.

Page 123: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA …

123

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang

Perguruan Tinggi. 1Gina Lestari, Bhineka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di

Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

Nomer 1, 2015, hal.36. 1Novita Dewi Masyithoh, Dialektika Pluralisme Hukum: Upaya

Penyelesaian Masalah Ancaman Keberagaman dan Keberagamaan di Indonesia,

Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 24 No. 24, 2016, hal. 367 1MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: MPR

RI, 2012), hal.183-185. 1 Lilik Andaryani, Pendidikan Multikultural Di Perguruan Tinggi (Studi

Terhadap STAIN Samarinda), Fenomena, Vol.6, No.1, 2014, hal.55 1 Sopiah, Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan Islam, Forum

Tarbiyah, Vol.7 No.2, Desember 2009, hal.157 1 Asmuri, Pendidikan Multikultural (Telaah Terhadap Sistem Pendidikan

Nasional dan Pendidikan Agama Islam), POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam,

Vol. 2, No. 1, Juni 2016, hal.25.